perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH KURS NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN INDEKS NIKKEI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) TAHUN 2007-2010
Skripsi
Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh: Eko Yuono (F0107007)
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
.
2011 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Karya ini penulis persembahkan untuk:
Allah SWT Ibu, Bapak, Indra, Nita dan Ery
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb. Alhamdulillah, dengan segala kerendahan hati, penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia dan rahmat-Nya yang telah memberikan kesempatan berproses sehingga dapat menyelasaikan skripsi yang berjudul ”Pengaruh Kurs Nilai Tukar, Suku Bunga Deposito dan Indeks Nikkei terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Tahun 2007-2010 ”. Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Wisnu Untoro, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi UNS yang telah memberikan wawasan mengenai dan pengaruh ilmu fiskal saya selama di FE UNS . 3. Ibu Siti Aisyah Tri R., SE, Msi., selaku Pembimbing yang telah memberikan izin penelitian dan bimbingan yang luar biasa. Mohon maaf apabila saya merepotkan, tetapi anda adalah dosen dan pembimbing yang luar biasa. 4. Ibu Dr. Yunastiti Purwaningsih dan Drs. Sutomo, MS, selaku Pembimbing Akademik. Ilmu yang anda ajarkan dikelas Ekonomi SDM tidak akan terlupakan Pak. 5. Ibu Dwi Prasetyani, SE, Msi yang memberikan pendidikan luar biasa bersama Ibu Izza Mafruhah, SE, Msi yang selalu mendukung saya dalam akademik. commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Ibu Dra Endang Widowati MESP, yang memberikan pengaruh ilmu Ekonomi Makro, terima kasih bu. Bapak Dr. A. Suryantoro, MS yang memberikan saya pengaruh ilmu evaluasi proyek, kelas yang menyenangkan untuk berdiskusi pak. Bapak Dr. AM. Susilo, MS, untuk kelas perencanaan pembangunan yang luar biasa. Bapak Joko Nugroho, Drs, ME, untuk ilmu matematika ekonomi yang selalu terpakai hingga saat ini. 7. Ibu Tri Mulyaningsih SE, M.Si dan Ibu Nurul Istiqomah, SE, M.Si yang benar-benar memberikan kelas statistika ekonomi yang menyenangkan. Bapak Hari Murti, Drs, M.Si yang memberikan mata kuliah Metodologi Penelitian. Bapak Mugi Rahardjo, Drs, M.Si berkat anda saya menyukai konsentrasi ekonomi SDA pak terima kasih. Ibu Nunung Sri Mulyani, Dra yang memberikan saya dasar ekonomi mikro yang kuat. Pak Sri Mulyono, Drs, M.Si, yang memberikan ilmu moneter pertama saya di FE UNS. 8. Bapak Wahyu Agung Setyo, Drs, M.Si., yang mengajarkan mengenai ilmu koperasi dan ekonomi internasional yang luar biasa, anda benar-benar qualified pak. Pak Vinc Hadiwiyono, Drs, MA yang sering berdiskusi saya bersama Bapak Bhimo Rizky SE, M.Si., terima kasih atas segala masukannya.Bapak Sutanto, Drs, M.Si.,yang memberikan mata kuliah ekonomi internasional terima kasih atas ilmunya pak. 9. Bapak Sumardi, SE, ilmu keuangan daerah yang anda ajarkan sangat senang untuk saya aplikasikan di daerah saya, terima kasih pak. Bapak Riwi Sumantyo, SE, Msi, terima kasih atas ilmu LQ, Shift Share dan kelas di Kebanksentralan yang sangat menyenangkan. Bapak Dr. Johny Sarungu, MS, commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang memberikan saya ilmu ekonomi makro lanjutan dan mengajarkan pentingnya berlaku jujur dalam dunia pendidikan, terima kasih pak. 10. Bapak Dr. Guntur Riyanto, M.Si., kelas pertanian sangat menyenangkan pak, dan saya tahu anda pribadi yang qualified dalam ilmu ekonomi pertanian pak. Bapak Bambang Irawan, SE, M.Si., yang benar-benar memberikan saya pengetahuan bahwa dunia luas, saya ingin memiliki wawasan seperti anda nantinya pak, terima kasih atas kelas kelas Perekonomian Indonesia yang luar biasa. 11. Bapak Akhmad Daerobi, Drs, MS, Bapak Bambang Supriyanto, SE, Bapak Mulyanto, Drs, ME, Bapak Heri Sulistyo Jati N., SE, Bapak Lukman Hakim, SE, Msi, Bapak Supriyono, Drs serta Bapak Tetuko Rawidyo, SE, Msi walaupun tidak pernah menerima ilmu langsung dari anda, namun terima kasih atas waktu yang diberikan untuk berdiskusi sekedarnya dengan saya. 12. Seluruh staff kemanan RS Islam Klaten karena telah mengizinkan saya mengerjakan skripsi ini di ruang gawat darurat selama hampir 2 bulan. 13. Tim Basket FE UNS dan UBB UNS, Futsal E-United dan Jatas FC walau hanya sebentar bersama tapi sangat berkesan. 14. Ibu, yang berkali-kali mendengar anaknya kesakitan lahir dan batin. Bapak yang tak pernah lelah bekerja, serta Nita, adik kecil yang akan kujadikan dokter nantinya. 15. Untuk Ery Prabasari, alumni Manajemen FE UNS 2006 sebagai kekasih yang mendukungku selama 3 tahun di UNS, semoga kamu segera sadar dari keadaan koma, karena saya berusaha disamping kamu selama 2 bulan ini. commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Saya janji akan menduduki posisi puncak di Bank Indonesia pada masa yang akan datang demi cita-cita kita berdua. 16. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, kami mengucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmatNya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi wacana pengembangan penelitian Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, khususnya konsentrasi ekonomi moneter dan implikasinya pada tataran empiris dan praktis. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun kepada penulis diterima dengan senang hati.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Surakarta, 09 Juni 2011
Penulis
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i ABSTRAK ............................................................................................................ ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................iv HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. v KATA PENGANTAR ..........................................................................................vi DAFTAR ISI .......................................................................................................... x DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii DAFTAR GRAFIK .............................................................................................xiv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1 A. Latar Belakang .................................................................................... 1 B Perumusan Masalah .......................................................................... 10 C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 10 D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 12 A. Landasan Teori .................................................................................. 12 1. Pasar Modal .................................................................................. 12 a. Macam-Macam Pasar Modal .................................................... 13 b. Indeks Harga Saham Gabungan ................................................ 17 c. Metode Perhitungan Indeks Harga Saham Gabungan ............... 20 e. Perhitungan Harga Teoritis dan Penyesuaian Nilai Dasar ........ 23 f. Teori Permintaan Aset ............................................................... 33 g. Efficient Market Theory.............................................................. 39 h. Hipotesis Random Walk ........................................................... 42
2. Nilai Tukar Mata Uang ................................................................. 44 a. Pengertian Nilai commit Tukar Mata Uang ............................................. 44 to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b .Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Mata Uang ................. 45 c. Sistem Nilai Tukar Mata Uang ................................................ 46 d .Nilai Tukar Riil ........................................................................ 47 e. Interest Parity Condition ........................................................... 48 f. Peran Suku Bunga Terhadap Pembentukan Nilai Tukar ............ 51 g. Interest Arbitrage ........................................................................ 54
3. Suku Bunga a. Perbedaan Tingkat Bunga ......................................................... 56 b. Permintaan Tabungan ................................................................. 60 c. Permintaan Investasi ................................................................... 63 d. Keseimbangan Tingkat Bunga (Teori Klasik)............................ 64 e. Teori Preferensi Likuiditas Tingkat Bunga ................................ 65 f. Keseimbangan Tingkat Bunga pada Teori Dana Pinjaman ........ 68
B. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 69 C. Kerangka Penelitian ........................................................................... 74 D. Hipotesis ............................................................................................ 75
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 78 A. Desain Penelitian ............................................................................... 77 B. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 78 C. Defenisi Operasional Variabel .......................................................... 79 1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ........................................ 79 2. Kurs Nilai Tukar ........................................................................... 80 3. Indeks Nikkei ............................................................................... 80 4. Suku Bunga Deposito 3 Bulan ..................................................... 80 D. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 81 E. Metode Analisis Data ......................................................................... 81 1. Uji Pemilihan Model ...................................................................... 83 2. Pembentukan Model Autoregressive Distributed Lag ................... 86 3. Pemilihan Lag Optimum pada Model ARDL ................................ 87 commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Uji Asumsi Klasik .......................................................................... 88 5. Uji Statistik .................................................................................... 93 5. Membentuk Variabel Jangka Panjang pada Model ARDL ............ 95
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN .......................................... 99 A. Gambaran Umum Variabel IHSG ................................................... 101 B. Gambaran Umum Variabel Kurs Nilai Tukar .................................. 112 C. Gambaran Umum Variabel Suku Bunga Deposito 3 Bulan ............. 121 D. Gambaran Umum Indeks Nikkei ..................................................... 129 E. Pemilihan Model ............................................................................... 138 F. Pembentukan Model Autoregressive Distributed Lag ...................... 140 G. Pemilihan Tingkat Lag Optimum ..................................................... 142 H. Uji Asumsi Klasik ............................................................................. 144 1. Uji Normalitas ............................................................................... 144 2. Uji Multikolinieritas ..................................................................... 145 3. Uji Autokorelasi ........................................................................... 146 4. Uji Heterokedastisitas .................................................................. 147 I. Uji t-Statistik ...................................................................................... 148 J. Uji F (F-test) ....................................................................................... 149 K. Goodness of Fit atau Koefisien Determinasi .................................... 149 I. Interpretasi Hasil ................................................................................ 150
BAB V Kesimpulan dan Saran ......................................................................... 155 A. Kesimpulan ..................................................................................... 155 B. Saran ................................................................................................ 157
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................xvi LAMPIRAN ........................................................................................................xix
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
4.1
Hasil Uji MWD ......................................................................................... 139
4.2
Hasil Regresi Model Log-linier ................................................................. 141
4.3
Pemilihan Lag Optimum ........................................................................... 142
4.4
Hasil Regresi Model ARDL ...................................................................... 143
4.5
Koefisien Jangka Panjang dan Jangka Pendek Model ARDL ................... 143
4.6
Hasil Uji Normalitas .................................................................................. 144
4.7
Hasil Uji Multikolinieritas ......................................................................... 146
4.8
Hasil Uji Autokorelasi ............................................................................... 147
4.9
Hasil Uji Heterokedastisitas ...................................................................... 147
4.10 Tabel t-statistic .......................................................................................... 148
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GRAFIK
Grafik
Halaman
2.1
Efek Kenaikan Tingkat Suku Bunga terhadap Mata Uang Domestik ........... 52
2.2
Efek Kenaikan Tingkat Pengembalian Mata Uang Asing.... .......................... 53
2.3
Kenaikan dalam Premi Resiko. ....................................................................... 59
2.4
Hubungan Tingkat Bunga dan Tabungan ..................................... ................. 62
2.5
Hubungan Tingkat Bunga dan Investasi ........................................................ 63
2.6
Hubungan Tingkat Bunga, Jumlah Tabungan dan Investasi.......................... 65
4.1
Pergerakan IHSG tahun 2007 ........................................................................ 101
4.2
Pergerakan IHSG tahun 2008 ......................................................................... 102
4.3
Pergerakan IHSG tahun 2009 ......................................................................... 107
4.4
Pergerakan IHSG tahun 2010 ......................................................................... 110
4.5
Pergerakan Nilai Tukar tahun 2007 ................................................................ 113
4.6
Pergerakan Nilai Tukar tahun 2008 ................................................................ 113
4.7
Pergerakan Nilai Tukar tahun 2009 ................................................................ 116
4.8
Pergerakan Nilai Tukar tahun 2010 ................................................................ 118
4.9
Pergerakan Suku Bunga Deposito tahun 2007................................................ 121
4.10 Pergerakan Suku Bunga Deposito tahun 2008................................................ 122 4.11 Pergerakan Suku Bunga Deposito dan BI Rate .............................................. 124 4.12 Pergerakan Suku Bunga Deposito Tahun 2009 .............................................. 125 4.13 Pergerakan Suku Bunga Deposito tahun 2010................................................ 127 4.14 Pergerakan Indeks Nikkei tahun 2007 ............................................................ 129 4.15 Pergerakan Indeks Nikkei tahun 2008 ............................................................ 131 4.16 Pergerakan Indeks Nikkei tahun 2009 ............................................................ 133 4.17 Pergerakan Indeks Nikkei tahun 2010 ............................................................ 135
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1
Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 74
3.1
One-Tail Test Level of Significance.............................................................. 95
3.2
One-Tail Test Level of Significance.............................................................. 97
3.3
F –test Level of Significance ......................................................................... 98
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGARUH KURS NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN INDEKS NIKKEI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) TAHUN 2007-2010
ABSTRAK Eko Yuono F0107007 Penelitian ini meneliti dampak kurs nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, Indeks Nikkei dan Suku Bunga Deposito 3 bulan terhadap IHSG. Tujuan penelitian ini adalah melihat hubungan yang terjadi antara variabel independen dengan dependen yaitu kurs nilai tukar terhadap IHSG, indeks Nikkei terhadap IHSG dan suku bunga deposito terhadap IHSG. Penelitian ini menggunakan model Autoregressive Distributed Lag (ARDL) dengan alasan terdapat masalah spurious regression apabila melakukan estimasi dengan model loglinier. Model ARDL merupakan model yang memasukkan variabel lag di sisi kanan persamaan baik variabel independen dan dependen. Data yang digunakan adalah data bulanan dari tahun 2007-2010. Pemilihan model menggunakan uji MWD dan memberikan hasil bahwa model yang tepat adalah model loglinier. Lag yang dipilih dalam penelitian ini adalah lag t-1 dan dipilih menggunakan parameter SIC. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa kurs nilai tukar, dan indeks Nikkei berpengaruh signifikan terhadap IHSG dengan tingkat signifikansi masingmasing sebesar 0.0009 dan 0.0313 pada tingkat kesalahan 5%. Sedangkan untuk suku bunga deposito 3 bulan tidak terdapat hubungan yang signifikan terhadap IHSG pada tingkat kesalahan 5%. Hubungan antara IHSG dan indeks Nikkei adalah positif dimana apabila indek Nikkei mengalami penguatan sebesar 1% maka IHSG akan ikut menguat sebesar 2.93% pada jangka panjang . Hubungan antara kurs nilai tukar dan IHSG adalah negatif, apabila kurs mengalami depresiasi maka IHSG akan tertekan sebesar 4.98%. Variabel suku bunga deposito 3 bulan t-1 tidak signifikan sehingga koefisien suku bunga tersebut dianggap sebesar -1.00 yang artinya kenaikan tingkat suku bunga 1% akan memberikan efek pada turunnya IHSG sebesar 1%. Untuk memacu kinerja pasar modal domestik, Pemerintah dapat mempergunakan peluang depresiasi nilai tukar. Variabel suku bunga deposito tidak memberikan efek kepada perubahan IHSG sehingga Pemerintah tidak perlu menggunakan instrumen kebijakan suku bunga deposito untuk mengendalikan pasar modal. Kinerja Nikkei yang searah dengan IHSG menunjukkan bahwa terdapat peluang untuk pengembangan pasar modal domestik melalui pihak asing. Kata Kunci: ARDL, IHSG, Nilai Tukar, Nikkei, Suku Bunga Deposito. commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Liberalisasi perekonomian dunia menyebabkan hubungan ekonomi antar negara menjadi lebih erat ketimbang satu dasawarsa yang lalu. Integrasi perekonomian yang terjadi di dunia terjadi secara perlahan namun pasti. Kawasan Asia Tenggara yang ditempati oleh Indonesia dan beberapa
negara tetangga
menunjukkan geliatnya dalam melakukan aktivitas ekonomi bersama. Dampaknya adalah globalisasi di bidang perekonomian sehingga siapa saja dapat menanamkan modalnya di berbagai negara tanpa ada batasan wilayah. Salah satu indikator makro yang paling diperhatikan adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Gerakan indeks harga saham suatu negara dapat dijadikan sebagai salah satu tolak ukur untuk melihat kondisi perekonomian negara tersebut secara makro (Nachrowi dan Usman, 2007). Sepanjang tahun 2007, kinerja IHSG menunjukkan hasil yang positif berupa penguatan dari level 1757 pada Januari 2007 ke level 2754 pada Desember 2007 atau sebesar lebih dari 60% dari awal tahun. Krisis surat utang yang terjadi di Amerika pada tahun 2008 menggerus perekonomian global terutama dari sisi permintaan negara maju seperti Amerika dan Uni Eropa. Pertumbuhan ekspor Indonesia yoy (Year on Year) semenjak kuartal pertama hingga kuartal keempat tahun 2008 terus mengalami penurunan commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dari semula 13,6% pada kuartal pertama sampai kepada level 1,6% pada kuartal keempat (Bank Indonesia, 2009:7). Tergerusnya pertumbuhan ekspor Indonesia dibarengi dengan lesunya perdagangan saham di bursa efek yang hanya mencapai angka perdagangan saham rata-rata 50 milyar lembar dari bulan November 2008 hingga maret 2009 (Bank Indonesia, 2008:104-105). Bandingkan dengan bulanbulan berikutnya yaitu Agustus 2009 dimana jumlah saham yang diperdagangkan mencapai angka 188 milyar lembar yang menandakan ekonomi mulai bergeliat dari sisi pasar modal. Apabila perekonomian suatu negara dalam keadaan baik, maka IHSG juga memiliki pola yang baik dalam arti memiliki trend meningkat. Sedangkan apabila trend perekonomian Indonesia menurun, IHSG cenderung terkena imbasnya dengan mengalami koreksi atau penurunan (Novita dan Nachrowi, 2006). Sementara itu, dalam era globalisasi yang semakin menyatukan aktivitas perekonomian global, membuat indeks bursa saham di dunia saling terkait melalui pergerakan modal dan kordinasi kebijakan antar negara (Valdkhani dan Chancarat, 2008). Keterkaitan ini mengakibatkan aliran dana antar negara mengalir sangat deras baik itu dalam bentuk capital inflow atau capital outflow. Masuknya dana asing ke dalam perekonomian suatu negara disebut dengan capital inflow (Aydemir dan Demirhan, 2009). Aliran dana ini ibarat darah segar bagi pertumbuhan positif IHSG dalam negeri, terlebih bagi negara berkembang seperti Indonesia. Oleh karena itu, keadaan makro perekonomian
akan
commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menentukan apakah investor akan bertahan atau keluar dari aktivitas investasinya (Ayemir dan Demirhan, 2009). Dalam berbagai literatur disebutkan bahwa perekonomian negara saat sekarang ini saling mempengaruhi karena terintegrasi satu sama lainnya. Ekonomi negara yang lebih kuat mempunyai kencenderungan mendominasi negara yang perekonomiannya lebih lemah (Wondabio, 2006). Hatten Marry Louise (1986) dalam Wondabio (2006) mengatakan bahwa suatu negara yang memiliki modal yang kuat pasti unggul dalam setiap transaksi perekonomian. Dengan asumsi kapitalisasi pasar modal negara maju yang lebih besar dibanding negara berkembang, maka dapat diambil suatu fenomena bahwa IHSG negara dengan perekonomian yang kuat dapat mempengaruhi
IHSG negara dengan
perekonomian yang lebih lemah (Nachrowi dan Usman dalam Nachrowi , 2007). Masih dan Masih (1999) dalam Valadkhani dan Chancarat (2008) mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara indeks harga saham negara maju dengan indeks harga saham negara berkembang. Indeks Nikkei adalah indeks perdagangan saham di negara Jepang. Keterkaitan antara Jepang dan Indonesia dapat dikatakan sangat kuat karena aktivitas perekonomian, terutama dari sisi ekpor. Jepang adalah negara tujuan ekspor terbesar Indonesia. Negara Jepang merupakan konsumen nomor satu ekspor material energi seperti minyak bumi dan batu bara yang berasal dari Indonesia. Seiring dengan dominasi sektor energi di neraca ekspor kita, saham sektor energi juga merupakan saham unggulan yang kinerjanya terus meningkat. commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sesuai dengan pendapat (Nachrowi dan Usman dalam Nachrowi , 2007) mengatakan bahwa pasar modal negara kuat akan mempengaruhi pasar modal negara berkembang maka dalam konteks ini indeks Nikkei akan mempengaruhi IHSG. Nikkei memiliki kapitalisasi pasar modal yang lebih besar daripada Indonesia. Sampai dengan Desember 2010 kapitalisasi rupiah berada pada level 3.243 triliun Rupiah sedangkan indeks Nikkei berada pada level 30.492 triliun Rupiah atau hampir sepuluhs kali lipat IHSG. Kurs rupiah terhadap USD memainkan peranan penting dalam perekonomian utamanya di pasar modal. Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia cenderung memiliki hubungan yang negatif dengan kurs. Nachowi dan Usman (2007) mengemukakan bahwa IHSG berhubungan negatif dengan kurs nilai tukar Rupiah terhadap USD dimana apabila terjadi penguatan nilai tukar Dollar dalam hal ini depresiasi Rupiah maka IHSG akan cenderung melemah. Argumentasi ini pun dikuatkan oleh pendapat Wahyudi (2005) dalam Nachrowi dan Usman (2007) dimana pasar modal dan pasar uang memiliki hubungan yang negatif dalam jangka pendek. Pelemahan nilai tukar atau depresiasi juga mempengaruhi kinerja IHSG di berbagai negara. Ajayi dan Mogue (1996) dalam Murwaningsari (2008) berpendapat bahwa
peningkatan jumlah harga saham
domestik mempunyai pengaruh negatif terhadap nilai mata uang domestik dalam jangka pendek dan berpengaruh postif dalam jangka panjang.
Sedangkan
depresiasi mata uang berpengaruh negatif terhadap pasar modal baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek (Murwaningsari, 2008) dan (Wahyudi commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2005,dalam Nachrowi dan Usman, 2007). Di sisi lain, Kurihara (2006) dan Batori et al (2010) berpendapat bahwa depresiasi nilai mata uang justru akan meningkatkan ekspor sehingga saham-saham di negara yang berorientasi pada ekspor akan ikut meningkat. Novita dan Nachrowi (2006) mengatakan bahwa indeks harga saham gabungan dipengaruhi oleh harga input dan output melalui mekanisme depresiasi mata uang yang disebut dengan traditional approach. Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap USD akan mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan di dalam negeri yang berorientasi impor karena harga input produksi akan meningkat sehingga menurunkan daya saing perusahaan. Ini sesuai dengan pendapat Novita dan Nachrowi (2006) bahwa perubahan nilai tukar akan mempengaruhi daya saing internasional suatu perusahaan.
Akibat dari
depresiai nilai tukar adalah menurunnya proyeksi keuntungan perusahaan yang bergantung pada produk impor, sehingga apabila perusahaan ini terdaftar di bursa efek maka sahamnya akan cenderung melemah (Liu dan Shrestha, 2008). Profit yang berkurang ini dikarenakan harga input yang diimpor akan lebih mahal akibat dari depresiasi (Aydemir dan Demirhan 2009). Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Case dan Fair (2007:267) tentang hubungan yang negatif antara kurs dan harga saham. Nilai tukar mempunyai pengaruh terhadap daya saing perusahaan berkaitan dengan harga input dan outputnya (Joseph 2002 dalam Aydemir dan Demirhan 2009). Namun, dalam kasus negara yang emitennya berorientasi ekspor, depresiasi cenderung akan memperkuat indeks harga saham (Batori e tal, 2010). Penguatan indeks harga saham melalui depresiasi nilai tukar commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
disebabkan oleh meningkatnya permintaan produksi barang dalam negeri yang dieskpor . Peningkatan permintaan ini disebabkan oleh harga barang yang cenderung murah akibat dari depresiasi. Pendapatan akan meningkat dari sisi valuta asing sehingga investor akan cenderung menginvestasikan dananya ke saham perusahaan-perusahaan tersebut. Mao Kao (1990) dalam Batori et al (2010) mengatakan bahwa indeks harga saham gabungan memiliki hubungan yang positif dengan depresiasi mata uang dan sebaliknya di negara yang berorientasi impor. IHSG Indonesia mencetak rekor tertingginya pada bulan Desember tahun 2010 di level 3703. Penguatan IHSG ini juga dikarenakan tingkat suku bunga (BI rate) yang cenderung stabil di level 6,5% dalam kurun waktu 17 bulan semenjak Agustus 2009 hingga Desember 2010. Suku bunga deposito perbankan juga menunjukkan kestabilan di level 7%. Tingkat suku bunga yang tinggi akan mempengaruhi IHSG secara negatif, artinya adalah apabila tingkat suku bunga naik (dalam kasus ini adalah suku bunga deposito) maka IHSG akan cenderung terkoreksi. Ini dikarenakan apabila semakin tinggi tingkat bunga maka belanja investasi akan semakin kecil (Case dan Fair, 2007:171). Salah satu instrumen belanja investasi adalah saham. Saham adalah salah satu sumber modal perusahaan untuk berkespansi. Akibat lain dari kenaikan tingkat suku bunga adalah kenaikan biaya produksi dan menurunkan daya saing produknya yang berujung pada menurunnya proyeksi keuntungan perusahaan dimasa yang akan datang (Aydemir dan Demirhan, 2009). Laba atau keuntungan yang akan commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dibayarkan kepada para pemegang saham disebut sebagai dividen. Semakin besar dividen yang dibagikan akan semakin besar harga sahamnya sehingga apabila akibat kenaikan suku bunga akan menyebabkan laba perusahaan tertekan maka harga saham pun akan ikut menurun (Case dan Fair, 2007:266). Jika tingkat suku bunga yang dibayarkan bank kepada penabung naik, maka investor akan beramairamai meletakkan dana mereka di perbankan daripada meletakkan dananya di pasar modal (Olugunde et al 2006:156). Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada November 2008 memaksa sektor perbankan menaikkan suku bunga deposito ke level lebih dari 10 % . Krisis ini memicu jatuhnya IHSG ke level 1241 dari sebelumnya di level 1832 pada bulan sebelumnya yaitu Oktober 2008. Pelemahan sebesar 30% dalam jangka waktu yang hanya sebulan yaitu pada Oktober-November 2008 merupakan sinyalemen buruk bagi perekonomian Indonesia. Pelemahan IHSG terjadi seiring dengan melemahnya nilai tukar rupiah
ke level lebih dari Rp 12.000 atau
mengalami pelemahan sebesar 20% dari sebelum sebelumnya yang berada di level Rp 10.000 Disamping itu variabel suku bunga deposito juga ikut mempengaruhi fluktuasi harga saham dan nilai tukar. Suku bunga deposito menjadi salah satu tolak ukur masyarakat dalam menanamkan modalnya. Pemilik modal akan mengalokasikan kekayaannya pada aset berdasarkan tingkat return dan resiko yang ada pada suatu aset. Suku bunga deposito menjadi hal yang penting dalam pertumbuhan dan perkembangan perekonomian khususnya sektor riil serta aliran commit to user
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
modal di suatu negara. Apabila suku bunga cenderung naik, maka pemilik modal akan mengalokasikan dananya ke dalam instrument investasi yang lain seperti deposito (Novita dan Nachrowi, 2006). Liu dan Shrestha (2008) menemukan hubungan yang negatif antara suku bunga dan indeks harga saham. Namun seiring dengan membaiknya perekonomian Indonesia, maka suku bunga deposito cenderung turun hingga sekarang berada pada level 7,2% untuk rata-rata seluruh bank di Indonesia. Kestabilan nilai tukar yang dijaga oleh Bank Indonesia dan suku bunga yang cenderung stabil ikut menyumbang penguatan IHSG selain karena membaiknya perekonomian dunia. IHSG pun sempat mencapai rekor tertinggi yaitu berada di level 3789 pada bulan Desember 2010. Di banyak negara, suku bunga merupakan faktor paling penting dalam mempengaruhi indeks harga saham (Kurihara, 2006). Integrasi yang terjadi di pasar modal Indonesia semenjak tahun 1980 menyebabkan aliran modal masuk (capital inflow) dari luar negeri semakin deras sehingga IHSG cenderung menguat. Keadaan makro ekonomi yang stabil yaitu kestabilan nilai tukar dan suku bunga, menarik para investor asing untuk berinvestasi di Indonesia (Bank Indonesia, 2009:93). Artinya adalah IHSG Indonesia cenderung memberikan imbal hasil yang baik sehingga investor tertarik untuk berinvestasi. Peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Nilai tukar sebagai salah satu variabel independen berpengaruh negatif terhadap IHSG seperti yang ditunjukkan oleh Nachrowi dan Usman (2007). Pengaruh nilai tukar terhadap commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
IHSG dapat ditunjukkan melalui 2 pendekatan yaitu pendekatan tradisional (traditional approach) dan pendekatan keseimbangan portofolio (portofolio balance approach) (Novita dan Nachrowi, 2006). Doong et al dalam Aydemir dan Demirhan (2009) menyatakan bahwa hubungan antara nilai tukar dan harga saham di Indonesia adalah negatif. Hubungan pasar modal antar negara juga telah dijelaskan oleh Nachrowi dan Usman (2007) bahwa pasar modal yang lemah dipegaruhi oleh pasar modal yang kuat. Dalam konteks kapitalisasi pasar, maka indeks Nikkei merepresentasikan pasar modal yang lebih kuat dibandingkan dengan IHSG. Kapitalisasi indeks Nikkei adalah lebih besar daripada kapitalisasi IHSG. Sedangkan untuk variabel tingkat suku bunga, Olugunde et al (2006) mendapatkan pengaruh negatif suku bunga terhadap indeks harga saham dimana apabila suku bunga dinaikkan maka investor akan cenderung beralih dari investasinya di pasar modal. Ini sejalan dengan pendapat (Sunariyah 2006:110) yang menyatakan bahwa apabila tingkat bunga naik maka harga sekuritas (saham) akan cenderung turun. Berdasarkan uraian diatas dan penelitian sebelumnya maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan cakupan masalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai variabel dependen sedangkan kurs nilai tukar Rupiah terhadap USD, Indeks Nikkei dan suku bunga deposito sebagai variabel independen. Adapun judul penelitian ini adalah “Pengaruh Kurs Nilai Tukar, Suku Bunga Deposito dan Indeks Nikkei terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Tahun 2007-2010“. commit to user
9
perpustakaan.uns.ac.id
B.
digilib.uns.ac.id
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, untuk memberikan
batasan permasalahan dan pedoman arah penelitian, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh yang negatif dari kurs nilai tukar terhadap IHSG? 2. Apakah terdapat pengaruh yang negatif dari suku bunga deposito terhadap IHSG ? 3. Apakah terdapat pengaruh yang positif dari indeks Nikkei terhadap IHSG? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Menganalisis pengaruh kurs nilai tukar Rupiah terhadap IHSG. 2. Menganalisis pengaruh suku bunga deposito terhadap IHSG. 3. Menganalisis pengaruh indeks Nikkei terhadap IHSG. D. Manfaat Penelitian Kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi dua aspek yaitu aspek praktis dan aspek akademis. 1. Kegunaan praktis, penelitian ini dapat menghasilkan implikasi yang lebih bernilai untuk para pembuat kebijakan dalam memecahkan
commit to user
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
permasalahan perekonomian Indonesia terutama dalam bidang pasar modal. 2. Kegunaan akademis, sebagai referensi bagi penelitian yang lebih lanjut dan mendalam serta dapat memacu motivasi kepada peneliti lainnya untuk melakukan penelitian sejenis dengan menggunakan metode yang lain. .
commit to user
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pasar Modal Pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan suratsurat berharga yang beredar (Sunariyah 2006:4). Pasar modal merupakan sekumpulan institusi keuangan yang memberikan pinjaman jangka pendek dan jangka panjang (Olugunde et al, 2006:154). Secara sempit pasar modal adalah tempat bertemunya penawaran dan permintaan surat berharga. Di dalam pasar ini, pihak yang kelebihan dana akan melakukan investasi dalam surat-surat berharga yang ditawarkan oleh emiten. Selain itu pihak yang ingin memperoleh dana akan melakukan listing terlebih dahulu kepada badan otoritas pasar modal seperti yang baru-baru ini dilakukan oleh PT Krakatau Steel dan perusahaan penerbangan Garuda Indonesia. Pasar modal dirancang untuk investasi jangka panjang. Pengguna pasar modal adalah individu-individu, pemerintah, organisasi dan perusahaan. Pasar ini adalah tempat transkasi instrumen finansial seperti sekuritas, saham dan obligasi dimana individu, pemerintah dan institusi yang memiliki kelebihan dana berinvestasi di dalamnya (Olugunde et al, commit to user
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2006). Perbedaan mendasar antara pasar uang dan pasar modal adalah jangka
waktunya,
dimana
pasar
uang
biasanya
mempertemukan
permintaan dan penawaran jangka pendek, biasanya kurang dari 1 tahun (Sunariyah 2006:11) (Olugunde et al, 2006). a. Macam-Macam Pasar Modal Aktivitas pasar modal secara umum dapat dibagi menjadi 2 yaitu pasar perdana (primary market)
dan pasar sekunder
(secondary market) (Olugunde et al, 2006). Penjualan saham termasuk sekuritas lainnya kepada masyarakat umumnya dilakukan melalui 2 mekanisme pasar yaitu pasar perdana
dan pasar
sekunder (Sunariyah 2006:12). 1) Pasar Perdana. Menurut Paker (1987) dalam Sunariyah (2006:13) pasar perdana adalah tempat penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Saham adalah surat berharga sebagai bukti pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan (Bursa Efek Indonesia 2010:46). Ketika suatu sekuritas pertama kali ditawarkan ke publik maka instrumen tersebut aman dijual commit to user
13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
di pasar perdana (Haugen 2001:20). Pasar perdana adalah pasar finansial dimana sekuritas yang baru dilepas di pasar seperti saham dan obligasi ditawarkan kepada publik oleh institusi pemerintah (Mishkin 2004:26). Pasar perdana berperan penting dalam pelepasan perdana sekuritas (Olugunde et al, 2006). Pengertian tersebut menunjukkan, bahwa pasar perdana merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham-saham atau sekuritas lainnya untuk dijual pertama kalinya (penawaran umum) sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa. Harga saham di pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang akan go public (emiten) sesuai dengan analisis fundamental mengenai perusahaan
tersebut.
Peran
penjamin
emisi
selain
menentukan harga saham juga melakukan penjualan langsung kepada investor di pasar perdana. Perusahaan investasi perbankan biasanya berperan penting di pasar perdana (Haugen 2001:20). Aktivitas initial public offering (penawaran saham perdana) dilakukan di pasar perdana. Initial public offering (IPO) adalah penawaran perdana saham suatu perusahaan kepada public (Jones, 2004:83).
commit to user
14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Institusi pemerintah yang mewadahi IPO (Initial Public Offering) Garuda Indonesia Airlines dan PT Krakatau Steel yaitu Mandiri Sekuritas dan Danareksa Sekuritas
dapat
dikatakan
sebagai
penjamin
emisi.
Penjamin emisi biasanya mempersiapkan prospectus yaitu brosur
yang
berisi
informasi
mengenai
keadaan
fundamental suatu perusahaan untuk kemudian dianalisis oleh investor potensial (Haugen 2001:20) dan (Jones, 2004:85). 2) Pasar Sekunder. Pasar
sekunder
adalah
tempat
perdagangan
sekuritas (contohnya saham) setelah melewati masa penawaran perdana. Pasar sekunder berguna bagi investor untuk mengubah instrumen financial mereka (saham) menjadi bentuk yang lebih likuid yaitu uang (Olugunde et al, 2006). Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran antara pembeli dan penjual (Sunariyah 2006:13). Besarnya
permintaan
dan
penawaran
ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor : (a) faktor internal perusahaan yang berhubungan dengan kebijakan internal commit to user
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pada suatu perusahaan beserta kinerja yang dicapai. Hal ini berkaitan dengan hal-hal yang seharusnya dapat dikendalikan oleh manajemen. (b) faktor eksternal perusahaan, yaitu hal-hal diluar kemampuan perusahaan atau diluar kemampuan manajemen untuk mengendalikan. Dari sudut sekunder
pandang
investor,
akan menjamin
keberadaan
likuiditas sekuritas
pasar yang
memang sifatnya negotiable, artinya sekuritas itu dapat diperjualbelikan
oleh
investor
sesuai
dengan
keinginannya. Dari sudut pandang badan usaha yang membutuhkan dana jangka panjang, keberadaan pasar sekunder merupakan wadah berkumpulnya dana dari investor perorangan ataupun lembaga, sehingga pasar sekunder ini dapat menjadi alternatif pembiayaan. Harga saham yang terjadi di pasar sekunder adalah harga pasar saham atau kurs saham. Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan
beli
efek
pihak-pihak
lain
dengan
tujuan
memperdagangkan efek diantara mereka disebut sebagai bursa efek (Bursa Efek Indonesia 2010:16). Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang,surat berharga commit to user
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivative dari efek (UU Pasar Modal Pasal 1 angka 5). Perdagangan saham di Indonesia dilakukan oleh suatu organisasi yang dinaungi oleh BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal) yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI). BEI merupakan gabungan atau peleburan dari 2 pasar bursa sebelumnya pada tahun 2007 yaitu Bursa Efek Surabaya (BES) dan Bursa Efek Jakarta (BEJ). b. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Pasar modal berfungsi untuk membantu mengalokasikan modal diantara sektor rumah tangga, perusahaan dan pemerintah serta menyediakan berbagai macam pilihan bagi investor yang ingin bertukar atau memperjualbelikan sekuritas secara mudah, cepat dan efisien (Jones, 2004:83). Pasar ini menyediakan likuiditas dalam dua cara. Pertama, mereka dapat membuat perusahaan menaikkan pendanaan mereka dengan menjual sekuritas dan kedua membantu investor untuk membeli dan menjual sekuritas dengan relatif mudah dan cepat. Kegiatan membeli dan menjual sekuritas pada umumnya dilakukan di pasar sekunder. Jika tidak ada pasar sekunder, investor commit to user
17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tidak bisa menukar sekuritasnya ke dalam bentuk yang lebih likuid yaitu uang (Olugunde et al, 2006). Indikator berupa indeks harga saham seperti JCI, DJIA, FTSE, NIKKEI, mencerminkan kinerja dari pasar saham. Indeks harga saham gabungan ( IHSG) adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat di bursa efek (Sunariyah 2006:142). Indeks tersebut bisa digunakan untuk mengevaluasi seberapa baik kinerja bursa saham sehubungan dengan saham-saham yang masuk dalam perhitungan indeks (Jones, 2004:100). Selain IHSG ada yang disebut dengan indeks LQ 45. Indeks LQ 45 adalah indeks yang terdiri atas 45 saham dengan likuiditas tinggi (Sunariyah 2006:142). Harga dari suatu saham menentukan indeks dari saham secara keseluruhan. Namun indeks harga saham lebih dipengaruhi oleh saham-saham yang memiliki kapitalisasi besar dan liquid. Maka penghitungan indeks tidak ditentukan oleh sedikit atau banyaknya transaksi, tapi oleh harga. Indeks gabungan memasukkan semua saham dalam proses perhitungannya seperti yang dilakukan oleh IHSG. Sedangkan indeks yang lain memasukkan sebagian saham dengan kriteria yang sudah ditetapkan terlebih dahulu. Sebagai contoh adalah indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) commit to user
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang hanya terdiri atas 30 indeks saham perusahaan industri di Amerika (Jones, 2004:98).
IHSG dapat mencerminkan kondisi bursa efek, apakah pasar sedang dalam keadaan bullish (harga saham cenderung bergerak naik) atau dalam keadaan bearish (harga saham cenderung bergerak turun). Jika IHSG meningkat, berarti harga saham secara keseluruhan cenderung meningkat, demikian pula sebaliknya. Apabila IHSG menurun, harga saham keseluruhan cenderung menurun. Sedangkan harga saham sendiri dipengaruhi oleh resiko atas kepemilikan saham. Komponen-komponen dari resiko telah dikategorikan secara tradisional kedalam beberapa kelompok ; resiko bisnis, resiko suku bunga, resiko pasar, resiko likuiditas, dan resiko keuangan. Semua komponen dari resiko merupakan resiko yang secara sistematik (systematic risk) ditentukan secara eksogen atau oleh kekuatan pasar serta resiko yang tidak sistematik (unsystematic risk) yang tidak dapat diprediksi (unique) atau oleh kekuatan non-pasar. Resiko sistematik merupakan resiko pasar yang bersifat umum dan berlaku bagi semua saham dalam pasar modal (Sunariyah, 2006:194). Variasi dalam pengembalian (return) dari commit to user
19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sekuritas yang secara langsung berhubungan dengan pergerakan secara keseluruhan dalam suatu perekonomian disebut sebagai resiko pasar atau resiko sistematis. Resiko ini tidak dapat didiversifikasikan dan semua sekuritas memiliki resiko ini (Sunariyah, 2006:194). Resiko yang tidak sistematis atau resiko non-pasar merupakan resiko yang unik, tidak terkait pada variasi perubahan pasar atau perekonomian namun tergantung pada macam sekuritas dan dipengaruhi oleh faktor-faktor internal perusahaan seperti resiko bisnis dan keuangan (Sunariyah, 2006:194). Resiko yang tidak sistematis ini dapat diperkecil dengan cara berinvestasi tidak hanya pada satu instrumen. c.
Metode Perhitungan Indeks Harga Saham Gabungan Ada dua metode dalam penghitungan indeks harga saham
gabungan yaitu metode rata-rata (Average Method) dan metode rata-rata tertimbang (Weighted Average Method) (Sunariyah, 2006:144). Pada metode average method, harga pasar saham-saham yang dimasukan dalam perhitungan indeks tersebut dijumlah kemudian dibagi dengan suatu faktor pembagi tertentu. Rumus indeks harga saham gabungan dengan metode rata-rata tertimbang (average method) adalah : commit to user
20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
IHSG =
å Ps å Pbase ……………………………………………………(2.1)
Dimana, IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan Ps
= Harga pasar saham
Pbase
= Suatu nilai pembagi å Pbase merupakan suatu faktor nilai pembagi dimana faktor
pembagi ini harus dapat beradaptasi terhadap perubahan harga saham teoritis, karena ada aksi emiten seperti right issue, dividen saham, saham bonus dan sebagainya. Seperti pada perhitungan indeks yang lain, IHSG ditentukan hari dasar perhitungan indeks. Pada hari dasar, harga dasar sama dengan harga pasar sehingga indeksnya adalah 100%. Pada metode rata-rata tertimbang (Weighted Average Method) dalam perhitungan indeks menambahkan pembobotan di samping harga pasar saham dan harga dasar saham. Ada dua ahli yang mengemukakan metode ini yaitu metode Paasche dan metode Laspayres.
commit to user
21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Rumus Paasche :
IHSG =
å( Ps xS s ) å( Pbase xS s ) ……………………………………(2.2)
Dimana : IHSG = Indeks harga saham gabungan Ss
= Jumlah saham yang dikeluarkan (outstanding shares)
Ps
= Harga pasar saham
Pbase
= Harga dasar saham
Dalam rumus diatas,
( Ps xS s )
adalah jumlah nilai
kapitalisasi pasar (market capitalization) seluruh saham yang tergabung
dalam
indeks
yang
bersangkutan.
Sedangkan
( Pbase xS s ) merupakan jumlah seluruh nilai dasar dari saham-saham
yang bergabung dalam indeks yang bersangkutan. Jadi, rumus Paasche ini membandingkan kapitalisasi pasar seluruh saham dengan nilai dasar suatu saham yang bergantung dalam suatu indeks. Jadi makin besar kapitalisasi suatu saham, maka akan memberikan pengaruh yang sangat kuat jika terjadi perubahan pada harga saham yang bersangkutan.
commit to user
22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Rumus Laspeyres
IHSG =
å( Ps xS o ) å( Pbase xS o ) …………………>…………………(2.3)
Dimana : IHSG = Indeks harga saham gabungan So
= Jumlah saham yang dikeluarkan pada hari dasar
Ps
= Harga pasar saham
Pbase
= Harga dasar saham Pada metode Laspeyres diatas jumlah saham yang
dikeluarkan pada hari dasar dan tidak bisa berubah selamanya walaupun ada pengeluaran saham baru. Sedangkan Paasche menggunakan jumlah saham yang berubah jika ada pengeluaran saham baru. d.
Perhitungan Harga Teoritis dan Penyesuaian Nilai Dasar Untuk mengeleminir pengaruh faktor-faktor yang bukan
harga saham, nilai dasar selalu disesuaikan bila terjadi corporate action seperti split saham, dividen saham, saham bonus, penawaran terbatas dan sebagainya. Dengan demikian indeks akan benarbenar mecerminkan pergerakan harga saham biasa saja. commit to user
23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Salah satu faktor yang haris dihitung dalam melakukan indeks adalah harga teoritis saham. Misalnya saham ABC melakukan split saham dengan rasio 1:1 (satu
saham lama
mendapatkan 1 saham baru). Bila harga saham pada hari terakhir sebelum split adalah Rp 2.000, maka harga terotitis saham pada hari bursa berikutnya
adalah Rp 1.000. Uraian tersebut
menjelaskan perhitungan teoritis terhadap perubahan-perubahan harga dasar saham tersebut akibat adanya pergerakan saham. 1)
Split Saham (Stock Split) Pemecahan saham (Stock Split) merupakan suatu
aksi emiten dimana dilakukan pemecahan nilai nominal saham menjadi nilai nominal yang lebih kecil (Jones, 2004:101). Proses pemecahan saham (Stock Split) ini dilakukan dengan cara menukarkan saham dengan nilai nominal lama yang dimiliki dengan saham baru dengan nilai nominal lama yang dimiliki dengan saham baru (dengan
nilai
nominal
baru).
Pemecahan
tidak
mempengaruhi modal yang disetor penuh, karena tidak terjadi penambahan modal disetor, tetapi yang terjadi hanyalah pemecahan nilai nominal yang lebih kecil sehingga banyaknya saham
meningkat. Harga teoritis
saham sesudah pemecahan saham harus dihitung, sebab commit to user
24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
harga ini harus mengadakan penyesuaian sehubungan dengan nilai nominal baru dan harganya secara otomatis akan mengalami penyesuaian. Dengan meningkatnya jumlah saham yang beredar, maka harga dasar saham akan mengalami penyesuaian agar angka indeks tidak berubah. Untuk itulah dilakukan perhitungan harga teoritis saham yang diakibatkan karena split saham. Perhitungan split saham saham dari nominal a menjadi nominal b sebagai berikut : HT =
HAS n ………………………………………….(2.4)
HT
: Harga teoritis
HAS
: Harga akhir saham dengan nilai nominal lama
n
: Nilai nominal lama Nilai nominal baru :
a
Faktor Split
b Penyesuaian jumlah saham akibat split saham sehingga nilai nominal saham berubah dari Rp a menjadi Rp b. c= t x n ………………………………………………..(2.5)
commit to user
25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c
: Jumlah saham setelah split
t
: Jumlah saham sebelum split
n
: Faktor split (a/b)
Penyesuaian Nilai Dasar karena adanya split :
NDB =
NPS + ( H x xC ) xNDS NPS …….…….…….(2.6)
NDB : Nilai dasar Baru NPS : Nilai pasar sebelumnya Hx
:Selisih antara harga teoritis dengan harga
pembulatannya NDS 2)
: Nilai Dasar Sebelumnya Saham Bonus Saham bonus atau bonus shares merupakan saham-
saham baru yang dikeluarkan oleh perseroan untuk para pemegang saham lama. Saham bonus ini berasal dari agio saham, yaitu selisih antara harga penawaran umum saham dengan nilai nominal. Agio saham ini dapat dikembalikan kepada pemegang saham dalam bentuk saham bonus. Banyaknya
agio
saham
yang
dikapitalisasi
akan
commit to user
26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menentukan banyaknya saham yang akan diterbitkan sebagai saham bonus. Saham bonus yang dikeluarkan oleh emiten ini akan menyebabkan penurunan persentase kepemilikan saham (delusi) sebanding dengan rasio saham bonus. Saham bonus ini akan memberikan pengaruh terhadap jumlah lembar saham dipasar. Seperti yang sudah diketahui bahwa indeks harga saham akan berubah apabila terjadi perubahan harga. Oleh karena itu agar indeks ini tidak berubah, maka dilakukan penyesuaian dan dihitung berdasarkan harga teoritisnya . Harga teoritis saham sesudah saham bonus harus dihitung sebab harga ini harus mengadakan penyesuaian sehubungan dengan penambahan saham baru. Penambahan saham baru inilah yang menyebabkan dilusi kepemilikan saham, sehingga harganya secara otomatis akan mengalami penyesuaian. Perhitungan harga teoritis saham yang diakibatkan pembagian
saham
dividen/bonus
dengan
rasio
p:q
(sejumlah p saham lama mendapatkan q saham baru). HT =
p xHAC pxq ………………………………….(2.7)
HT
: Harga saham pada saat cum
P
: Jumlah saham lama commit to user
27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
q
: Jumlah saham baru Penyesuaian jumlah saham baru akibat saham
bonus/dividen dengan rasio p:q adalah sebagai berikut : NDB =
D
:
( p + q) u p …………………………………....(2.8)
jumlah
saham
setelah
pembagian
saham
bonus/dividen U
: jumlah saham sebelum split
NDB =
NPS + ( H x xd ) xNDS NPS ……………………….(2.9)
NDB : Nilai Dasar Baru NPS
: Nilai Pasar Sebelumnya
Hx
: Selisih antara Harga Teoritis dengan harga pembulatannya
D
:jumlah
saham
setelah
pembagian
saham
bonus/dividen NDS
: Nilai Dasar Sebelumnya
3) Penawaran Terbatas (Right Issue) Right issue adalah kegiatan penawaran umum terbatas kepada pemegang saham lama dalam rangka penerbitan hak memesan efek terlebih dahulu. Penawaran commit to user
28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
umum berarti memberikan tawaran kepada publik untuk membeli saham, sedangkan makna terbatas adalah bahwa penawaran umum ditujukan kepada pemegang saham lama. Jadi, kegiatan yang dilakukan perusahaan adalah penerbitan hak memegang saham terlebih dahulu. Setiap satu bukti right yang diterima satu pemegang saham berhak untuk membeli satu saham baru dengan harga yang telah ditentukan (exercise price). Exercise price ini biasanya sama dengan atau diatas nilai nominal saham. Harga teoritis saham sesudah right issue harus dihitung, sebab harga ini harus mengadakan penyesuaian sehubungan dengan penambahan saham baru. Penambahan saham baru inilah yang menyebabkan dilusi kepemilikan saham, sehingga harganya secara otomatis akan mengalami penyesuaian. Perhitungan harga teoritis saham yang diakibatkan oleh penawaran terbatas dengan rasio r:s (sejumlah saham lama mendapat hak membeli sejumlah saham s baru) dan harga pelaksanaan HP : HT =
( rxHAC ) + ( sxHP ) ( rxs ) ……………………………(2.10)
HAC
: Harga pada saat cum commit to user
29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HP
: Harga pelaksanaan hak (exercise price) yaitu harga yang telah ditetapkan emiten untuk membeli satu saham baru. Penyesuaian jumlah saham baru akibat penawaran
saham terbatas dengan rasio r : s, sama dengan penyesuaian akibat penerbitan saham bonus/dividen, atau berdasarkan jumlah saham yang ditawarkan dan dilaporkan oleh emiten.
e=
( r + s ) xv xv r ……………………………………..(2.11)
e : jumlah saham setelah penawaran terbatas v : jumlah saham sebelum penawaran terbatas
NDB =
NPS + ( HPxF ) xNDS NPS ………………...........(2.12)
NDB : Nilai Dasar Baru NPS
: Nilai Pasar Sebelumnya
Hx
: Selisih antara Harga Teoritis dengan harga pembulatannya
NDS HP
: Nilai Dasar Sebelumnya : Harga pelaksanaan commit to user
30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F : Jumlah saham yang ditawarkan 4).
Company Listing, Partial Listing, Penukaran Obligasi
dan Penukaran Waran Company listing, partial listing, penukaran obligasi dan penukaran waran beberapa kegiatan yang secara otomatis meningkatkan jumlah saham diterbitkan. Penambahan saham baru ini akan menyebabkan dilusi persentase kepemilikan saham. Pencatatan saham di bursa yang ditawarkan ke publik atau IPO (Initial Public Offering) disebut first issue. Saham first issue yang sudah dicatatkan di bursa dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Sedangkan sisa saham yang merupakan milik pendiri/pemegang saham lama, tidak dapat diperdagangkan di bursa karena berlum dicatatkan (listed). Agar saham-saham tersebut dapat diperdagangkan di pasar sekunder, maka dapat ditempuh 2 cara : a)
Partial Listing yaitu
pencatatan
sebagian
saham milik pemegang saham lama di bursa sehingga
dapat
sekunder.
Partial
diperdagangkan listing
dapat
di
pasar
dilakukan
beberapa kali commit to user
31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b)
Company Listing yaitu pencatatan seluruh saham milik pemegang saham lama di bursa sehingga
dapat
diperdagangkan
di
pasar
sekunder. Penukaran obligasi (convertible bond) adalah obligasi yang dapat ditukarkan dengan saham baik saham penerbit atau saham lain yang dimiliki oleh penerbit obligasi. Nilai tukar obligasi konversi ke saham ditentukan dengan nilai tetap terhadap saham yang menjadi target konversi. Dalam hal terjadinya dilusi saham yang menjadi nilai tukar, maka nilai tukar obligasi konversi juga akan mengalami penyesuaian. Waran adalah suatu jenis opsi yang sifatnya jangka panjang yang memberikan hak kepada pemiliknya untuk membeli saham biasa atas nama dengan harga yang ditentukan di dalam Waran (exercise price). Waran diterbitkan sebagai bumbu suatu penerbitan right issue maupun obligasi menjadi lebih menarik. Waran yang biasanya diterbitkan sebagai pemanis dari suatu emisi efek tertentu
seperti
obligasi
atau
right
issue.
Waran
memberikan hak kepada pemegang untuk melakukan penebusan (redemption) saham biasa pada perusahaan commit to user
32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tersebut dengan harga exercise price. Proses penebusan saham dari waran ini secara otomatis meningkatkan jumlah saham diterbitkan. Penambahan saham baru ini akan memberikan dilusi persentase pemilikan saham. Penyesuaian jumlah saham akibat company listing, partial listing, penukaran obligasi dan penukaran waran adalah sama.
NDB =
NPS + ( HASxG ) xNDS NPS …>……………….(2.13)
NDB : Nilai Dasar Baru
e.
NPS
: Nilai Pasar Sebelumnya
HAS
: Harga akhir saham hari sebelumnya
G
: Jumlah saham yang dicatatkan
Teori Permintaan Aset Aset merupakan suatu item atau milik yang dimiliki oleh
perorangan atau perusahaan yang memiliki nilai uang. Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan seorang investor dalam memutuskan untuk memegang atau melepas suatu aset ( Mishkin, 2004:86):
commit to user
33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Kekayaan (wealth) Ketika tingkat kekayaan seseorang meningkat, maka dia memiliki tambahan kekayaan yang dapat digunakan untuk
membeli
aset,
sehingga
akan
meningkatkan
permintaannya terhadap aset. Respon permintaan terhadap suatu jenis aset sebagai akibat terjadinya perubahan tingkat kekayaan seseorang berbeda-beda. Hal ini tergantung pada tingkat respon dari permintaan suatu jenis aset terhadap perubahan tingkat kekayaan
dapat diukur melalui
elastisitas kekayaan terhadap permintaan (wealth elasticity of demand). Elastisitas kekayaan terhadap permintaan mengukur berapa besar persentase perubahan kuantitas permintaan atas suatu jenis aset sebagai respon dari adanya persentase perubahan kekayaan, ceteris paribus.
e dw =
% DD w % DW ………………………………..(2.14)
Dimana :
e dw
%DDw
: elastisitas kekayaan terhadap permintaan : persen perubahan kuantitas permintaan permintaan aset
commit to user
34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
%DW : persen perubahan kekayaan Semakin tinggi persentase perubahan permintaan atas
suatu
aset
dibandingkan
persentase
perubahan
kekayaan, maka semakin tinggi elastisitas kekayaan atas permintaan suatu aset. Berdasarkan atas elastisitasnya aset dapat dibedakan dalam dua kategori, yaitu necessity dan luxury. Suatu aset disebut necessity, jika elastisitas kekayaan terhadap permintaannya lebih kecil dari satu, yaitu jika kenaikan persentase dari kuantitas permintaan terhadap aset tersebut lebih kecil dari kenaikan persentase kekayaan. Sedangkan suatu
aset
disebut
bersifat
luxury
kekayaannya lebih besar dari satu.
jika
elastisitas
Jika kekayaan
bertambah, maka kuantitas permintaan akan aset ini akan bertambah dengan persentase yang lebih besar. Semakin besar kekayaan seorang individu maka keinginannya untuk menambah aset luxury semakin besar. Saham dan obligasi termasuk dalam kategori aset yang luxury, sedangkan mata uang dan checking account deposits termasuk dalam kategori aset necessities.
commit to user
35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Efek perubahan dari harga terhadap kuantitas permintaan suatu aset dapat disimpulkan sebagai berikut : kenaikan kekayaan seseorang akan meningkatkan kuantitas permintaan terhadap suatu aset, dan peningkatan kuantitas permintaan pada aset luxury lebih besar dari pada aset necessities, ceteris paribus. 2) Ekpektasi Pengembalian (Expected Return) Pengembalian (return) dari suatu aset mengukur berapa
besar keuntungan
yang diperoleh
apabila kita
menyimpan aset tersebut. Pada saat kita memutuskan untuk membeli suatu aset, kita akan dipengaruhi oleh besarnya ekpektasi pengembalian (expected return) yang akan kita peroleh dari menyimpan aset tersebut. Pada beberapa jenis aset, khususnya yang bersifat luxuries, tingkat suku bunga menggambarkan ekspektasi pengembalian atas suatu aset. Tingkat suku bunga berbanding terbalik dengan tingkat harapan pengembalian aset. Tingkat suku bunga yang tinggi menunjukan tingkat pengembalian yang rendah oleh aset. Artinya aset tersebut cenderung memiliki resiko atau kerugian yang juga tinggi. Ketika investor berfikir bahwa suku bunga akan meningkat di masa datang, maka mereka akan mengantisipasinya. Tingkat pengambalian commit to user
36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang diharapkan sekarang akan turun, dan permintaan aset tersebut juga akan turun untuk tiap tingkat suku bunga. Ekpektasi atas tingkat pengembalian relatif antar aset juga menjadi hal yang mempengaruhi permintaan atas aset. Jika investor berekspektasi tingkat pengambalian saham akan lebih tinggi dari obligasi maka permintaan atas obligasi akan menurun sedangkan permintaan atas saham akan naik. Perubahan
ekspektasi
atas
inflasi
juga
mempengaruhi nilai aset riil secara langsung dan lainnya secara tidak langsung. Kenaikan ekspektasi atas inflasi akan membuat nilai nominal dari aset riil naik dan meningkatkan permintaan atas aset tersebut. Sedangkan karena tingkat pengembalian yang diharapkan oleh aset lain relatif menjadi lebih rendah maka permintaan aset lain pun menjadi menurun. Kesimpulannya adalah peningkatan pada expected return suatu aset relatif terhadap alternatif aset lainnya akan meningkatkan kuantitas permintaan dari aset tersebut, ceteris paribus. 3) Resiko (Risk) Tingkat risiko atau ketidakpastian dari return suatu aset juga mempengaruhi permintaan aset tersebut. Semakin commit to user
37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
besar ketidakpastian akan pergerakan return dari suatu aset maka semakin besar resikonya. Resiko yang ada dalam suatu aset dapat diminimalkan dengan menggali informasi sebanyakbanyaknya atas suatu aset. Dari informasi tersebut seorang investor akan dapat memperkirakan kemungkinan yang terjadi dimasa datang sehingga bisa mengantisipasinya. Namun resiko yang tinggi atas kepemilikan suatu aset berusaha dikompensasikan dengan tingkat suku bunga (return) yang juga relatif tinggi. Sehingga investor masih dapat tertarik untuk memegang aset tersebut. Seseorang yang bersifat risk averse (menolak resiko) akan memilih saham aset yang memiliki return lebih pasti dari pada aset yang memiliki resiko lebih besar, walaupun aset tersebut memiliki expected return yang yang sama. Sebaliknya seorang investor yang bersifat risk lover, dia mungkin akan membeli saham yang memiliki resiko lebih rendah karena dia mengharapkan return yang lebih besar walaupun dia memiliki resiko juga untuk memperoleh return yang sangat kecil bahkan dapat merugi. Kesimpulannya adalah jika resiko suatu aset meningkat relatif terhadap alternatif aset lainnya, kuantitas permintaan terhadap aset tersebut akan menurun, ceteris paribus. commit to user
38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Likuiditas (liquidity ) Faktor
lain
yang
mempengaruhi
permintaan
terhadap suatu aset adalah seberapa mudah aset tersebut ditukar menjadi uang (cash) tanpa menimbulkan banyak biaya. Kebutuhan akan likuiditas suatu aset semakin tinggi ketika kebutuhan atas transaksi harian meningkat. saham,
Aset berupa
lebih likuid dari pada aset berupa sebidang tanah.
Saham dapat dijual dengan biaya transaksi yang lebih rendah dalam pasar yang terorganisasi dengan baik, dimana terdapat banyak pembeli, sehingga saham dapat dijual dengan biaya transaksi yang rendah. Kesimpulannya adalah semakin likuid suatu jenis aset relatif terhadap aset lainnya, maka aset tersebut akan semakin diinginkan sehingga kuantitas permintaannya akan meningkat. f. Efficient Market Theory Teori ini merupakan teori paralel dari ekspektasi rasional (rational expectation) yang dipakai pada pasar uang karena memiliki kesimpulan yang sama : ekspektasi pada pasar akan sama dengan peramalan optimal dengan menggunakan semua informasi yang tersedia (Sunariyah 2006:183). Teori ini diaplikasikan dalam penentuan harga sekuritas. commit to user
39
perpustakaan.uns.ac.id
Pasar
digilib.uns.ac.id
efisien
adalah
pasar
dimana
harga
sekuritasnya
merefleksikan seluruh informasi yang berhubungan dengan sekuritas tersebut (Mishkin, 2004:150). Investor di dalam pasar efisien akan menggunakan seluruh informasi yang ada untuk melakukan aktivitas jualbeli aset mereka. Pasar dikatakan efisien apabila di dalamnya terdapat banyak investor di dalamnya sehingga harga sebuah sekuritas tidak dapat dipengaruhi secara perorangan (Jones, 2004:314). Informasi merupakan elemen penting dalam pasar efisien, oleh karena itu seberapa cepat informasi menyebar dan digunakan oleh investor akan ikut menentukan tingkat efisiensi pasar. Sensitivitas informasi sangat terlihat di pasar efisien, sebagai contoh adalah harga saham akan langsung berubah apabila suatu informasi diumumkan (Sunariyah, 2006:184). Efisiensi pasar dapat diukur melalui 3 bentuk efisiensi yaitu the weak form efficient market hypothesis (hipotesa pasar efisien bentuk lemah), the semistrong form efficient market hypothesis (hipotesa pasar bentuk efisien bentuk setengah kuat) dan strong form efficienst market hypothesis (hipotesa pasar efisien bentuk kuat) (Jones, 2004:338). Hipotesa pasar efisien bentuk lemah mengemukakan bahwa harga saham merefleksikan semua informasi harga historis (Sunariyah, 2006:185). Harga saham yang ada di pasar modal saat sekarang dipengaruhi oleh harga saham masa lalu. Informasi mengenai pasar di masa lalu berperan penting dalam menentukan harga saham di masa yang commit to user
40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
akan datang baik itu yang berbentuk harga maupun volume yang diperdagangkan (Jones, 2004:317). Hipotesa ini menyatakan bahwa harga saham
mengikuti
suatu
kecenderungan
sehingga
investor
dapat
memproyeksikan pergerakan saham secara tepat. Hipotesa pasar efisien bentuk setengah kuat (semistrong) adalah bentuk hipotesa yang lebih komprehensif dibandingkan dengan hipotesa pasar efisien bentuk lemah. Pasar efisien bentuk setengah kuat mencakup seluruh informasi yang dipublikasikan dan tidak terbatas hanya pada informasi seputar pasar (Jones, 2004:318). Bentuk informasi non pasar contohnya adalah dividen, pendapatan, pengumuman stock split yang seluruhnya berhubungan dengan saham tersebut. Pasar efisien bentuk kuat (the strong form) adalah bentuk pasar dimana harga sekuritas mencerminkan seluruh informasi baik itu informasi yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan (Sunariyah, 2006:186). Informasi yang tidak dipublikasikan berhubungan dengan internal perusahaan dan biasanya berhubungan dengan strategi perusahaan. Private information adalah informasi yang hanya diketahui oleh orang dalam dan bersifat rahasia karena alasan srategi (Sunariyah, 2004:186). Efficient market theory didasarkan pada asumsi bahwa harga dari sekuritas dalam pasar keuangan sepenuhnya merefleksikan seluruh informasi yang tersedia (Jones, 2004:338). Namun hal penting dibalik commit to user
41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
teori ini adalah bahwa tidak semua terinformasi dengan baik atau memiliki ekspektasi rasional atas harga sampai mencapai titik pasar yang efisien dalam konteks ini bisa diartikan juga sebagai kondisi dimana tidak ada kesempatan keuntungan yang tidak tereksploitasi (unexploitated profit opportunies). g.
Hipotesis Ramdom Walk Secara teori diartikan bahwa harga dari suatu aset di masa lalu
tidak menjadi indikasi dari pembentukan harga dimasa yang akan datang (Mishkin, 2004:154). Random walk dideskripsikan sebagai proses statistik yang perubahannya merupakan faktor yang independen. Informasi yang akan mempengaruhi harga baik baru maupun lama, baik maupun buruk, juga tidak dapat diprediksi. Hipotesis random walk menyatakan bahwa harga bereaksi secara cepat terhadap informasi dan bergerak random (Sunariyah, 2006:190). Maka
informasi
yang
secara
dimiliki oleh
investor akan digunakan seketika dan harga akan berubah dengan seketika itu juga. Kinerja dari sekelompok saham yang sama menyiratkan tendensi untuk saham dengan industri yang sama untuk bergerak dengan arah yang sama. Kinerja dari perekonomian suatu negara juga menjadi komponen utama yang mempengaruhi pergerakan harga saham. Persepsi investor atas situasi ekonomi dan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi commit to user
42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menjadi kunci dalam pergerakan harga saham. Faktor-faktor pengaruh pergerakan harga saham dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar: 1) Faktor makro / pasar a) Tingkat inflasi dan suku bunga. Ini akan mempengaruhi pemilihan antara aset riil dan finansial serta antara saham dengan sekuritas dengan pendapatan tetap. b) Kebijakan fiskal dan moneter. Hal ini mendeterminasikan penampilan dari pasar modal. c) Tingkat dan trend dari aktifitas ekonomi. Hal ini mempengaruhi
aktifitas
saham
untuk
meningkatkan
devidennya. d) Ekonomi internasional. Hal ini diwakili oleh kompetisi tinggi dari perusahaan asing dan dampak dari perubahan nilai tukar mata uang asing. 2) Faktor mikro a) Profit. Harga saham suatu perusahaan yang secara konsisten
meningkat
seiring
dengan
pertumbuhan
keuntungan perusahaan. b) Deviden. Profit dari perusahaaan akan dialirkan pada peningkatan deviden dari waktu ke waktu
commit to user
43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c) Kelebihan aliran dana. Perusahaan dengan pertumbuhan pemasukan yang tinggi dan beban hutang yang rendah bisanya memiliki nilai saham yang tinggi. d) Perubahan fundamental pada perusahan / industri. e) Perubahan prilaku investasi. Hal ini menggambarkan realita bahwa investor sering berganti pilihan aset dari waktu ke waktu.
2.
Nilai Tukar Mata Uang a. Pengertian Nilai Tukar Mata Uang Harga satu mata uang terhadap mata uang lainnya disebut kurs atau nilai tukar mata uang atau exchange rate (Salvatore, 1997:10) (Krugman dan Obsfeld, 2003:324). Penilaian atau pernyataan nilai tukar mata uang ini bisa menggunakan dua cara yaitu: indirect quote
European term, biasa juga disebut
dan American term, biasa disebut direct quote. Metode
European term menyatakan nilai tukar mata uang asing (foreign currency) per satu satuan mata uang asal (home currency). Sebaliknya, American term menyatakan nilai tukar mata uang asal (home currency) per satu satuan mata uang asing (foreign currency). Indonesia, seperti kebanyakan negara lain, menggunakan European term. Jadi, untuk mendapatkan satu dolar Amerika dibutuhkan berapa rupiah. Nilai mata uang dapat diukur atas commit to user
44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dasar harga barang di dalam negara tersebut maupun dengan mata uang dari negara lain (Salvatore,1997:10). Penguatan nilai suatu mata uang terhadap mata uang lain disebut dengan apresiasi dan pelemahan suatu mata uang terhadap mata uang lain disebut dengan depresiasi (Mishkin, 2004:535). Oleh karena itu, nilai mata uang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) real value; (2) nominal value. Real value of money yaitu jumlah barang dan jasa yang dapat dibeli dengan
sejumlah
uang
tertentu.
Hal
ini menunjukkan
daya
beli
(purchasing power) terhadap sejumlah barang tertentu. Semakin rendah harga barang, maka semakin tinggi purchasing power yang kita miliki. Sedangkan nominal value of money yaitu nilai suatu mata uang diukur dengan mata uang negara lain atau sering juga disebut kurs devisa (nilai tukar). b. Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Mata Uang Perubahan nilai tukar mata uang terutama diakibatkan karena adanya mekanisme pasar, yaitu mengikuti permintaan dan penawaran. Selain itu, perubahan nilai tukar mata uang juga dapat disebabkan karena campur tangan pemerintah, melalui kebijakan
moneter.
Seperti
yang
telah
diungkap Case dan Fair (1996:553) bahwa kebijakan moneter adalah alat yang digunakan untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar. Campur tangan pemerintah ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan nilai commit to user
45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tukar dengan melakukan revaluasi atau devaluasi. Pada umumnya nilai tukar ini juga berfluktuasi mengikuti permintaan dan penawaran mata uang, sehingga pergerakan nilai tukar mata uang ini mengiluti mekanisme pasar. Penurunan nilai mata uang yang mengikuti mekanisme pasar dalam suatu negara disebut depresiasi. Sebaliknya kenaikan nilai mata uang suatu negara karena mekanisme pasar disebut apresiasi. c. Sistem Nilai Tukar Mata Uang Sebuah
negara dalam menerapkan
sebuah sistem kurs akan
mempunyai 3 macam jenis sistem nilai tukar mata uang, yaitu sistem nilai tukar tetap, sistem nilai tukar mengambang terkendali dan sistem nilai tukar mengambang bebas (Warjiyo, 2004:110). Sistem nilai tukar tetap yaitu nilai tukar yang ditetapkan oleh pemerintah dan pemerintah akan mengintervensi pasar terbuka sebagai upaya untuk terus mempertahankan nilai tukar mata uang yang telah ditetapkan. Sistem ini jarang sekali dipakai dibandingkan dengan kedua sistem lainnya. Sistem nilai tukar mengambang yaitu penentuan kurs
dipengaruhi
juga oleh
pemerintah,
dengan membeli dan menjual mata uang dalam pasar terbuka sehingga stabil. Sedangkan sistem nilai tukar mengambang bebas yaitu kurs yang berlaku
bebas
mengikuti
mekanisme
pasar. Indonesia
selama
ini
menerapkan sistem nilai tukar tetap, tetapi sejak Agustus l997, Indonesia menerapkan sistem nilai tukar mengambang bebas dengan melepas nilai tukar terhadap mekanisme pasar (Warjiyo, 2004:111). commit to user
46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Nilai Tukar Riil Nilai tukar riil antara dua negara merupakan hasil perkalian antara nilai tukar nominal dengan rasio harga barang dan jasa agregat diantara dua negara. Teori paritas daya beli atau purchasing power parity memprediksikan bahwa nilai tukar riil tidak berubah, kalaupun berubah paling tidak perubahan nilainya tidak permanen (Salvatore, 1997:44). Maka nilai tukar riil bukan hanya sangat berguna untuk mengkuantifikasikan deviasi dari PPP namun juga menganalisa secara sistematis dorongan yang menyebabkan perubahan dramatis dan permanen pada nilai tukar riil. Nilai tukar riil diformulasikan sebagai berikut : q d / f = E d / f x ( Pf / Pd )
…………………………………………(2.14)
Dimana, qd / f
: nilai tukar riil mata uang domestik terhadap mata uang asing
Ed / f
: nilai tukar nominal mata uang domestik terhadap uang asing
Pf / Pd
: rasio perbandingan harga agregat barang di negara asing
terhadap domestik. Kenaikan tingkat nilai tukar riil mata uang domestik terhadap asing ( q d / f ) disebut juga depresiasi riil mata uang domestik terhadap asing. commit to user
47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sedangkan penurunan q d / f disebut apresiasi riil mata uang domestik terhadap mata uang asing. Hal ini bisa disebabkan beberapa hal. Mengacu pada formulasi nilai tukar riil diatas, biasanya nilai tukar riil mata uang domestik akan mengalami depresiasi jika harga barang dalam negeri relatif menurun dibanding harga barang negara luar. Persamaan diatas juga menunjukan bahwa apresiasi (depresiasi) nilai tukar nominal pada tingkat harga yang tetap akan mengapresiasi (mendepresiasi) nilai tukar riil. Oleh karena itulah, dalam kondisi PPP nilai q d / f tidak akan berubah.
e. Interest Parity Condition 1) Pengertian Interest Parity Condition Pada jangka panjang tingkat harga agregat memegang peranan penting dalam mendeterminasikan suku bunga dan tingkat harga relatif dari barang dan jasa yang diperdagangkan antar negara. Hukum satu harga (the law of one price) menyatakan bahwa suatu barang yang identik akan memiliki harga yang sama dengan asumsi tidak ada biaya transaksi dan penghalang untuk bertukar (trade barriers). Sedangkan teori paritas daya beli (purchasing power parity – PPP) menyatakan bahwa nilai tukar antara dua negara akan sama dengan rasio tingkat harga sekelompok barang di kedua negara. Jika harga menjadi lebih mahal (inflasi) di suatu negara maka permintaan atas mata uang dan barang dari negara tersebut commit to user
48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
akan menurun (depresiasi mata uang dan deflasi atas harga-harga). Sebaliknya ketika tingkat harga dalam suatu negara turun (deflasi) maka akan mengarah pada apresiasi mata uang. Purcasing power parity dibagi menjadi dua, absolute PPP dan relative PPP. Absolute PPP menyatakan bahwa nilai tukar antar dua negara akan sama dengan nilai relatif dari harga pada dua negara. Sedangkan relative PPP mengacu pada persentase perubahan nilai tukar antar dua negara yang akan sama dengan persentase perubahan harga agregat pada dua negara. Secara matematis kedua pengertian diatas ditulis : Absolute PPPà ER d / f = Pd Pf
………………………………….(2.15)
Relative PPP à ( ER d / f ,t - ER d / f ,t -1 ) / ER d / f ,t -1 = p d ,t - p f ,t
............(2.16)
Dimana,
p d , t - p f ,t
: berbedaan tingkat inflasi antara negara domestik dengan negara luar dimana inflasi suatu negara yang sama dengan persentase perubahan harga agregat.
ER d / f ,t
: nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing yang berlaku
commit to user
49
perpustakaan.uns.ac.id
ER d / f ,t -1
digilib.uns.ac.id
: nilai tukar domestik terhadap mata uang asing periode sebelumnya.
Menurut relative PPP, persentase perubahan nilai tukar di masa yang akan datang akan sama dengan perbedaan tingkat inflasi antar dua negara. Maka dalam kondisi PPP perbedaan antara tingkat inflasi yang diekpektasikan akan sama dengan perbedaan tingkat suku bunga (return) yang ditawarkan oleh dua mata uang. Suatu situasi dimana selisih suku bunga positif di pusat moneter di negara asing sama dengan diskonto berjangka terhadap valuta asing dari negara di mana pusat moneter itu berada disebut kondisi paritas suku bunga (interest parity condition). Dengan kata lain pada pasar valuta asing keadaan ini merupakan keadaaan keseimbangan di mana deposito dari semua mata uang memberikan tingkat pengambalian yang sama. Hanya ketika semua mata uang memberikan ekpektasi return yang sama maka akan tercipta keseimbangan dimana tidak ada kelebihan permintaan atau penawaran mata uang tertentu. Secara matematis interest parity condition antara return mata uang asing dan mata uang dalam negeri dan ditulis sebagai berikut : R d = R f + ( ER de / f - ER d / f ) / ER d / f
…………………………….(2.17)
Dimana : commit to user
50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
R d : tingkat suku bunga (return) mata uang domestik R f : tingkat suku bunga (return) mata uang asing E de / f : ekspektasi nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang
asing E d / f : nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing yang
berlaku f. Peran Suku Bunga Terhadap Pembentukan Nilai Tukar Misalnya tingkat return Rupiah sebesar 10 % sedangkan Dollar 5 %, ketika Rupiah diekspektasikan mengalami depresiasi terhadap Dollar sebanyak 7 % , maka return Dollar menjadi 2 % lebih tinggi dari Rupiah. Hal ini disebabkan seorang investor akan memilih aset yang memberikan tingkat pengembalian yang lebih tinggi maka permintaan atas Dollar akan meningkat sedangkan permintaan atas Rupiah akan menurun. Hal ini berlaku pula sebaliknya. Secara grafis hal tersebut ditunjukan sebagai berikut:
commit to user
51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Grafik 2.1 Efek Kenaikan Tingkat Suku Bunga Terhadap Mata Uang Domestik
Ed/ f
1
ER d1 / f
1’
2
ER d2 / f
Tingkat return mata uang asing yang diekspektasikan
R d1
R d2
Tingkat return (dalam mata uang domestik)
Sumber : Krugman, Paul. 2000. International Economics Theory and Practice. Hal:353 Kenaikan dalam tingkat suku bunga / return mata uang domestik dari R d1 menjadi Rd2 menyebabkan mata uang domestik terapresiasi dari ER d1 / f (poin 1) ke ER d2 / f (poin 2).
commit to user
52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Grafik 2.2 Efek Kenaikan Tingkat Pengembalian Mata Uang Asing
Ed/ f
ER d2 / f 2
ER d1 / f Tingkat return mata uang asing yang diekspektasikan
Rd
Tingkat return (dalam mata uang domestik)
Sumber: Krugman,Paul.2000.International Economics Theory and Practice. Hal 353 Kenaikan dalam return deposito mata uang asing menyebabkan mata uang domestik terdepresiasi dari ER d1 / f (poin 1) ke ER d2 / f
(poin
2). Hal ini juga juga menggambarkan efek dari kenaikan ekpektasi nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing. Maka dapat disimpulkan bahwa kenaikan dalam ekspektasi nilai tukar menyebabkan kenaikan atas nilai tukar saat ini. Begitu juga, penurunan ekpektasi nilai tukar akan menyebabkan penurunan nilai tukar saat ini.
commit to user
53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
g. Interest Arbitrage Istilah interest abitrage atau abitrase suku bunga pada dasarnya mengacu pada arus modal likuid jangka pendek antar negara yang bertolak dari motif untuk memperoleh suku bunga atau tingkat keuntungan yang lebih besar di luar negeri. Abitrase suku bunga bisa bersifat terbuka atau terselubung. Jika resiko kurs dalam proses konversi mata uang terselubung maka disini didapatkan kasus abitrase terselubung (covered interest abitrage). Sebaliknya, jika resiko bersifat terbuka maka disebut abitrase suku bunga terbuka (uncovered interest abitrage) Formulasi uncovered paritas suku bunga berdasar pada tingkat suku bunga yang diekspektasikan : i = i* + (Eed/f – Ed/f) / Ed/f………………………………………..(2.19) Dimana : i
: Suku bunga domestik
i* : Suku bunga asing Eed/f
: Kurs akhir periode investasi
Ed/f : Kurs awal periode investasi Namun para investor biasanya lebih suka penanaman modal jangka pendek dengan menghindari resiko kurs. Maka dipilihlah abitrase suku bunga terselubung. Investor akan menukarkan mata uang domestik menjadi valuta commit to user
54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
asing berdasarkan kurs spot yang tengah berlaku guna membeli surat berharga atau membayar sejumlah investasi di negara asing yang suku bunganya lebih tinggi, dan dalam waktu yang bersamaan menjual secara berkala investasi tersebut secara berjangka (swap) guna menutupi resiko kurs. Formulasi pada uncovered menekankan pada kurs forward yaitu kurs yang nilainya telah disepakati bersama dimasa yang akan datang. Persamaan untuk menghitung margin abitrase suku bunga terselubung (covered interest abitrage-CIA) adalah : CIA = {(1–i*)/(1+i*)} – {(FR – SR)/SR}………………(2.20) Dimana : CIA i
: Covered Interest Arbitrage
: Suku bunga domestik
i* : Suku bunga asing FR : Diskonto berjangka SR : Kurs spot Bagian yang pertama di sebelah kanan adalah selisih suku bunga antara perekonomian domesik dan asing yang rata-rata 1 ditambah suku bunga yang berlaku dalam perekonomian asing. Sedangkan bagian kedua disebelah paling kanan adalah hitungan untuk diskonto berjangka atas valuta asing yang dibagi commit to user
55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
atas kurs spotnya. Dalam kondisi paritas suku bunga (interest parity condition) CIA = 0. Implikasi dari formulasi tersebut adalah bahwa investor akan berinvestasi dalam valuta asing jika CIA > 0 dan lebih memilih untuk berinvestasi pada mata uang domestik jika CIA < 0. Yang perlu digaris bawahi, bahwa dibalik kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi kurva permintaan dan penawaran valuta asing bukan hanya para pedagang dan investor namun juga para spekulan dan pelaku arbitrase suku bunga. Pemerintah juga aktif beroperasi di pasar-pasar valuta asing, meskipun tujuannya pokoknya adalah semata-mata untuk mengadakan pembayaran dan penerimaan valuta asing dan menciptakan stabilitas tertentu bagi perekonomian domestik. 3. Suku Bunga Suku bunga tidak bisa dilepaskan dari keputusan manajemen apabila berhubungan dengan keputusan yang menyangkut aliran arus kas. Aliran arus kas
ini yang
digunakan
untuk
pengambilan keputusan,
harus
dianalisa
menggunakan konsep nilai waktu dari uang. Oleh karena itu suku bunga merupakan salah satu alat yang penting dari pengambilan keputusan bisnis. Suku bunga yang dilihat dari pihak yang membutuhkan dana dapat diartikan sebagai besarnya suku bunga yang harus dibayar kepada bank oleh pihak peminjam. Sedangkan sukubunga apabila dilihat dari pihak kelebihan dana merupakan suatu hasil atau pendapatan yang didapat apabila memasukkannya commit to user
56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam bank. Untuk selanjutnya, agar senada dengan permasalahan yang telah dirumuskan,
maka suku
(investor/borrower). Suku
bunga dilihat bunga
dari
ini memegang
pihak peranan
kelebihan dana penting
dalam
penentuan investasi oleh para nasabah dalam pasar finansial. Besarnya suku bunga yang tercantum di bank-bank disebut nominal interest rate. Nominal interest rate ini sendiri dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu real interest rate dan inflation premium (Haugen, 2001:338). a. Perbedaan Tingkat Bunga Jika pada awalnya kita mengasumsikan tingkat suku bunga domestik sama dengan suku bunga dunia : r = r* maka sebenarnya karena adanya perbedaan resiko negara ( q ) dan ekpektasi kurs di tiap negara
maka
untuk
mengkompensasinya
tiap
negara
harus
menawarkan tingkat suku bunga yang berbeda. Dimana semakin tinggi tingkat resiko suatu negara semakin tinggi pula tingkat suku bunga untuk mengkompensasi resiko tersebut. Formulasi dari suku bunga domestik yang disesuaikan dengan tingkat resiko di tiap negara menjadi : r = r* + q ………………………………….(2.21) Dimana : r
: Suku bunga domestik commit to user
57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
r*
: Suku bunga asing
q
: Resiko domestik Hal ini pun akan mempengaruhi persamaan dalam pasar
barang dan jasa yang dipresentasikan oleh persamaan kurva IS-LM : IS* à
Y = C (Y-T) + I(r* + q ) + G + NX (e) >...................(2.22)
Dimana : IS
: Investment dan Saving
Y
: Pendapatan/agregat demand
C
: Konsumsi
T
: Pajak
r*
: Suku bunga asing
q
: resiko
NX : Netto Eskpor (Ekspor-Impor) LM*
à
Y = L (r* + q , Y…………………………(2.23)
Dimana : LM : Liquidity of Money Y
: Pendapatan commit to user
58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
r*
: Suku bunga asing
q
: resiko Peningkatan resiko dalam suatu negara (misalkan karena adanya
kemelut politik atau gangguan keamanan di satu negara) akan meningkatkan premi resiko ( q ) sehingga suku bunga domestik juga naik. Hal ini memiliki dua dampak; di pasar barang (IS*) kenaikan suku bunga akan menurunkan investasi, sedangkan di pasar barang (LM*) hal ini akan menurunkan permintaan uang sehingga menaikkan tingkat pendapatan untuk penawaran uang tertentu. Hasilnya adalah penurunan nilai tukar atau depresiasi bagi negara yang bersangkutan. Secara grafis hal ini diperlihatkan sebagai berikut: Grafik 2.3 Kenaikan dalam Premi Resiko e LM*1
LM*2
IS*1 IS*2 Y
Sumber : Mankiw ,Gregory. 1999. Teori Makroekonomi .Erlangga. Hal:306. commit to user
59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sedangkan dampak pada ekpektasi kurs mendorong terjadinya ekspektasi kurs tesebut dimasa kini. Misalnya jika masyarakat mengekspektasikan suatu mata uang akan mengalami apresiasi maka nilai tukar dari mata uang tersebut akan mengalami apresiasi pada masa kini. b. Permintaan Tabungan Suku bunga atau tingkat bunga adalah suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang dibayarkan kepada kreditur (Sunariyah, 2006:80). Menurut ekonomi klasikal, permintaan dan penawaran investasi pada pasar modal menentukan tingkat bunga. Tingkat bunga akan menentukan tingkat keseimbangan antara jumlah tabungan dan permintaan investasi. Adapun tingkat bunga itu sendiri ditentukan oleh dua kekuatan, yaitu penawaran tabungan dan permintaan investasi. Menurut teori abstinence, tabungan adalah selisih antara pendapatan dan konsumsi. Dengan asumsi tingkat pendapatan adalah sama, maka konsumen yang mengkonsumsi dengan jumlah kecil akan mempunyai tabungan yang lebih besar. Dalam rumah tangga dipertimbangkan sejumlah faktor untuk menentukan berapa banyak uang yang akan dikonsumsi sekarang. Faktor-faktor tersebut termasuk bunga, sebab bunga dianggap sebagai suatu imbalan dari debitur commit to user
60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kepada kreditur untuk waktu tertentu sampai kreditur mendapatkan uangnya kembali pada masa yang akan datang. Konsumen yang rasional akan memilih konsumsi sekarang dari pada masa yang akan datang, kecuali kalau ada alas an yang kuat untuk memilih konsumsi di masa yang akan datang. Lebih lanjut, bunga diasumsikan memiliki perana penting untuk menentukan jumlah tabungan. Tingkat bunga yang tinggi akan mendorong masyarakat konsumen menabung dan menginvestasikan kelebihan dananya daripada digunakan untuk konsumsi sekarang. Apabila konsumen mengharap barang dan jasa yang lebih baik dari sejumlah uang pada masa yang akan datang, maka keputusannya adalah menabung. Menurut ekonom klasikal, bunga merupakan suatu alternatif dari berbagai pilihan untuk mengoptimalkan uang, antara lain dapat berinvestasi ke pasar modal, atau menabung dengan tingkat bunga tertentu.
commit to user
61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Grafik 2.4 Hubungan Tingkat Bunga dan Tabungan R
Tingkat Suku Bunga
S
R2
R1 S1
S2
Jumlah Tabungan
Sumber : Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. YKPN Hal: 83. Jika tingkat bunga adalah sebesar R1 maka tingkat tabungan akan berada pada posisi S 2 . Ketika tingkat suku bunga dinaikkan ke level R2 maka masyarakat yang tadinya menggunakan uangnya untuk konsumsi akan mengalihkan dana mereka ke tabungan. Posisi S 1 akan bergeser ke S 2 yang artinya jumlah tabungan bertambah seiring dengan meningkatnya suku bunga. Namun dalam
hal ini apabila
tingkat bunga meningkat maka perusahaan akan enggan meminjam dana dan lebih memilih untuk menggunakan dana internal apabila memadai.
commit to user
62
perpustakaan.uns.ac.id
c.
digilib.uns.ac.id
Permintaan investasi Jumlah dana yang dapat digunakan untuk investasi merupakan
faktor penentu tingkat bunga. Tinggi rendahnya penawaran dana investasi ditentukan oleh tinggi rendahnya tabugan masyarakat. Suatu unit usaha bisnis akan memerlukan dana untuk ekspansi proyek perusahaan. Jika tingkat bunga di pasar menarik bagi investor, maka unit bisnis akan melakukan permintaan dana untuk investasi. Jadi, tinggi rendahnya tingkat bunga akan menentukan pengeluaran investasi. Grafik 2.5 Hubungan Tingkat Bunga dan Investasi
R
Tingkat Suku Bunga
I
R2
I
R1 S1 I 1
SI22
Jumlah Pengeluaran Tabungan Investasi
Sumber : Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal.YKPN Hal: 85.
Ekonomi klasikal mengemukakan bahwa hubungan permintaan dana untuk modal investasi dengan tingkat bunga di pasar adalah commit to user
63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
negatif. Ini berarti bahwa kurva permintaan untuk investasi ber-slope negatif. Jadi apabila tingkat bunga naik dari level R1 ke level R2 maka jumlah pengeluaran investasi akan berkurang dari level I 2 ke I 1 . Artinya adalah apabila tingkat bunga pasar tingg, volume modal
investasi yang diminta turun. d. Keseimbangan Tingkat Bunga (Teori Klasik) Ekonomi klasik berpendapa bahwa tingkat bunga pasar ditentukan oleh keseimbangan antara penawaran tabungan dan permintaan investasi. Lebih lanjut, tingkat suku bunga adalah titik pertemuan atau titik potong antara penawaran tabungan dengan permintaan investasi. Misalnya jumlah permintaan tabungan di pasar pada tingkat bunga i adalah 0 unit. Jumlah pengeluaran investasi yang diminta pada tingkat i adalah 0 unit. i adalah kesimbangan tingkat bunga dan Q adalah keseimbangan unit kuantitas yang diminta dan yang ditawar oleh pasar. Titik ini selalu berpindah dan tidak pernah berada pada titik tertentu untuk jangka panjang. Meskipun titik ini akan selalu mencoba untuk tetap berada pada titik E dalam waktu yang lama. Titik ini diilustrasikan pada grafik 2.6 dibawah sebagai berikut.
commit to user
64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Grafik 2.6 Hubungan Tingkat Bunga, Jumlah Tabungan dan Investasi R
Tingkat Suku Bunga
S
I
i I S
S1
QS 2
Volume of Savings and Investments Jumlah Tabungan
Sumber : Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal.YKPN Hal: 86. e.
Teori Preferensi Likuiditas Tingkat Bunga Teori ini ini berhubungan dengan ekonom inggris John Maynard
Keynes yang telah mengkritik teori ekonomi klasik tentang pengembangan teori tingkat bunga. Menurut Keyness, teori klasik berlaku hanya untuk bunga jangka panjang. Keyness mengembangkan teori preferensi likuiditas (liquidity preference) ini untuk menjelaskan bunga jangka pendek. Keyness
mengatakan
bahwa
tingkat
bunga
merupakan
pembayaran untuk penggunaan s ebuah sumber daya yang langka (uang). Tingkat bunga adalah harga yang dikeluarkan debitur untuk commit to user
65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mendorong seorang kreditur memindahkan sumber daya langka tersebut., Akan tetapi, uang yang dikeluarkan debitur tersebut menerima kemungkinan adanya kerugian berupa resiko tidak diterimanya tingkat bunga tertentu. Di dalam teori ini ada 2 maca investasi yang dikembangkan, yaitu uang dan obligasi. Uang merupakan kekayaan yang paling likuid karena yang mempunyai kemampuan untuk membeli setiap saat. Sedangkan surat obligasi tidak dapat untuk membeli sesuatu kecuali kalau diubah terlebih dahulu dalam bentuk tunai. Menurut Keyness, permintaan terhadap uang merupakan tindakan rasional. Meningkatnya permintaan uang akan menaikkan tingkat suku bunga. Investasi pada surat obligasi pada saat bunga naik mengakibatkan kerugian capital gain. Misalnya, apabila bunga naik setiap periode, investor akan menunggu hingga tingkat bunga obligasi maksimal sehingga investor akan melakukan investasi pada obligasi tersebut. Sedangkan apabila investor melakukan investasi pada saat bunga belum maksimal investor akan mengalami kerugian sebesar tingkat kenaikan bunga obligasi tersebut. Dari segi lain, apabila tingkat bunga turun, permintaan surat berharga akan naik. Berarti bahwa harga surat obligasi akan meningkat. Sehingga investor akan memperoleh sebuah capital gain jika menjual obligasi tersebut. commit to user
66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Seorang investor akan melakukan investasi pada saat harga obligasi di pasar rendah dan akan menjual pada saat harga obligasi naik. Jadi, jumlah uang tunai untuk motif spekulasi tergantung pada harga atau tingkat bunga yang dibayarkan. Pada tingkat bunga rendah, investor memperkirakan bahwa tingkat bunga akan segera naik, sehingga investor melakukan permintaan uang untuk menyiapkan diri terhadap penurunan harga obligasi. Pada tingkat bunga tinggi, investor akan memperkirakan bahwa tingkat bunga akan segera turun dan harga obligasi akan segera naik, akibatnya permintaan akan uang akan menurun dan permintaan untuk obligasi meningkat. Jadi tingkat bunga yang tinggi akan mendorong investor untuk mengurangi permintaan uang dan membeli obligasi. Keseimbangan dari penawaran dan permintaan uang yang akan diminta menentukan tingkat bunga jangka pendek pada suatu pasar. Kekuatan keseimbangan penawaran dan permintaan uang terletak pada tingkat bunga pada suatu pasar. Unit-unit suatu ekonomi membeli obligasi sehingga mengurangi uang pokok yang ada pada sirkulasi masyarakat. Dari sisi lain, dibawah titik keseimbangan, jumlah uang yang diminta akan melebihi jumlah uang yang ditawarkan. Investor akan menjual obligasinya untuk menaikkan tingkat bunga sampai ke titik keseimbangan.
commit to user
67
perpustakaan.uns.ac.id
f.
digilib.uns.ac.id
Keseimbangan
Tingkat
Bunga
pada
Teori
Dana
Pinjaman Teori ini menggunakan asumsi bahwa tingkat bunga ditentukan antara kekuatan permintaan dan penawaran dana pinjaman. Kekuatan dana pinaman dalam suatu perekonomian berasal dari 3 segmen yaitu pemerintah, masyarakat dan unit bisnis. Masyarakat memiliki kekuatan dana pinjaman untuk keperluan konsumsi sedangkan unit bisnis memerlukan
dana
pinjaman
untuk
ekspansi
perusahaannya.
Pemerintah dalam konteks permintaan dana pinjaman memainkan perannya untuk memenuhi kebutuhan sosial warga negaranya. Penawaran dana pinjaman berasal dari berbagai macam aktivitas. Tabungan domestik yang berasal dari berbagai segmen seperti pemerintah, masyarakat dan kalangan bisnis akan menyuplai kebutuhan dana pinjaman di dalam perekonomian. Selain itu aktivitas seperti peminjaman dana kepada institusi perbankan luar negeri seperti Bank Dunia akan ikut mensuplai kebutuhan dana pinjaman domestik.
commit to user
68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
\Grafik 2.7 Hubungan Tingkat Bunga dan Investasi
R
Tingkat Suku Bunga
S
D
i D S
S1
qS
2
Jumlah Dana Pinjaman Jumlah Tabungan
Sumber : Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal.YKPN Hal: 94. Perpotongan antara permintaan dana pinjaman dan penawara dana pinjaman akan menentukan tingkat bunga di pasar dan kuantitas dana pinjaman. Titik perpotongan tersebut kita sebut titik E, dengan tingkat bunga setinggi i dan volume dana yang dipinjam di pasar modal sebesar q. Kurva DD adalah permintaan dana pinjaman dan kurva SS adalah penawaran dana pinjaman. Q adalah kuantitas dana pinjaman yang diminta dan i adalah tingkat suku bunga sekarang dalam suatu pasar.
commit to user
69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Penelitian Terdahulu 1. Prediksi IHSG dengan Model GARCH dan Model ARIMA (Nachrowi dan Usman, 2007:73-91) Penelitian
yang
dilakukan
oleh
Nachrowi
dan
Usman
(2007)
mempergunakan IHSG Indonesia (Jakarta Composite Index) sebagai variable dependen dan variabel independennya adalah IHSG NIKKEI (Jepang), Dow Jones (Amerika), IHSG SET (pasar modal Thailand) dan kurs dollar terhadap rupiah. Nachorowi dan Usman mempergunakan model GARCH karena model ini dapat mengatasi masalah varians residual yang hetereokedastis. Hasil penelitiannya mengemukakan bahwa hubungan antara IHSG dan NIKKEI adalah searah dimana ketika NIKKEI mengalami apresiasi maka IHSG akan ikut terkena imbasnya melalui penguatan di pasar modal pula. Hal serupa juga terjadi dimana hubungan antara Dow Jones dan IHSG adalah searah. Hasil penelitian sebelumnya oleh Nachrowi dan Novita (2005) mengatakan bahwa pasar modal negara yang kuat mempengaruhi pasar modal negara berkembang.
Sedangkan hubungan antara IHSG dan SET adalah
negatif. Dalam awal penelitiannya Nachrowi dan Usman
(2007)
mengemukakan bahwa hubungan negatif yang terjadi antara IHSG dan SET (Thailand) adalah karena pemindahan aset dikarenakan kondisi geopolitik Thailand
saat itu tidak memungkinkan untuk melakukan investasi.Dan
hubungan negatif yang terjadi antara IHSG dengan kurs dikarenakan ketika dollar menguat maka investor akan cenderung beralih memegang dollar dan commit to user
70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menjual saham di pasar modal sehingga terjadi panic selling. Keadaan ini pada akhirnya akan menyebabkan pasar modal tertekan dan mengalami pelemahan. 2. The Relationship between Stock Prices and Exchange Rates Evidence from Turkey (Aydemir dan Dermirhan, 2009:27-215). Penelitian yang dilakukan oleh Aydemir dan Demirhan (2009) menekankan pada pola hubungan antara nilai tukar dan harga saham. Dalam penelitian ini, keduanya mengemukakan bahwa penguatan harga saham dipengaruhi oleh berbagai macam faktor antara lain performa perusahaan atau emiten, nilai tukar, suku bunga, indeks harga sama negara lain dan sebagainya. Nilai tukar mempengaruhi performa perusahaan melalui arus kas, investasi dan jumlah keuntungan. Aydemir dan Demirhan mengatakan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara nilai tukar dan harga saham. Ketika nilai tukar melemah maka akan menurunkan kekayaan domestik yang kemudian akan memicu pelemahan nilai tukar dan menurunkan tingkat suku bunga. Pelemahan indeks harga saham yang dicerminkan melalui pelemahan harga saham akan memicu investor untuk melepas aset dan mata uang domestik.. Pergeseran permintaan dan penawaran valuta asing menyebabkan pelarian modal ke luar negeri (capital outflow) serta depresiasi nilai tukar. Kesimpulan yang dikemukakan oleh Aydemir dan Demirhan (2009) bahwa hubungan antara nilai tukar dan harga saham adalah negatif. commit to user
71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. The Relationship between Exchange Rate and Stock Prices during the Quantitative Easing Policy Japan (Kurihara, 2006: 375-386). Bank of Japan (Bank Sentral Pemerintah Jepang) mengeluarkan kebijakan moneter yang bersifat longgar untuk merangsang harga saham dengan tujuan memperbaiki perekonomian. Kurihara melakukan penelitian mengenai hubungan antara variabel makro ekonomi terhadap harga saham. Penelitian ini memperhatikan nilai tukar (exchange rate) dan suku bunga yang dikeluarkan oleh BoJ (Bank of Japan) sebagai variabel independen yang mempengaruhi variabel harga saham khususnya di indeks NIKKEI. Kurihara (2006) memilih tingkat suku bunga sebagai variabel karena tingkat suku bunga merupakan determinan dari harga saham. Selain variabel makro ekonomi suku bunga dan harga saham , variabel makro lainnya yaitu nilai tukar dan harga saham di Amerika memainkan peranan pentingnya dalam menentukan harga saham domestik (NIKKEI) (Kurihara, 2006). Campbell dan Ammer (1993) dalam Kurihara (2006) juga menyatakan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara suku bunga dan harga saham . Harga saham ini merupakan cerminan dari indeks harga saham gabungan. Sebagai negara yang berbasis ekspor maka Kurihara (2006) menyimpulkan bahwa depresiasi terhadap mata uang domestik (yen) menyebabkan harga saham meningkat ini disebabkan oleh peningkatan aktivitas ekspor perusahaan dalam negeri. Sedangkan untuk variabel harga saham Amerika yaitu DJIA (Dow Jones Industrial Average) Kurihara (2006) mendapatkan hubungan yang commit to user
72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
signifikan karena ekonomi Jepang dan Amerika berhubungan sangat erat terutama dari segi ekspor dan impor. Di lain sisi, Kurihara (2006) mendapatkan hubungan yang tidak signifikan antara suku bunga dan harga saham karena pemerintah jepang dalam masa penelitian ini melakukan kebijakan suku bunga yang hampir mendekati nol untuk mengatasi deflasi. 4. Analysis of the Long-term Relationship between Macroeconomics Variables and the Chinese Stock Market Using Heterocedastic Cointegration (Liu dan Shrestha 2008:744-755). Penelitian yang dilakukan oleh Liu dan Shrestha (2008) bertujuan untuk menginvestigasi hubungan antara pasar modal dan beberapa variabel makro ekonomi seperti nilai tukar, suku bunga, inflasi, penawaran uang dan produkvitas industri. Fama (1981) dan Schwert (1990) dalam Liu (2008) melakukan penelitian mengenai dampak suku bunga, nilai tukar dan aktivitas riil terhadap harga saham di pasar modal. Liu dan Shrestha(2008) menyatakan bahwa tingkat suku bunga yang rendah menyebabkan depresiasi nilai tukar ini bertujuan untuk memacu roda perekonomian melalui ekspansi kredit. Variabel suku bunga dan nilai tukar dalam pengamatan Liu dan Shrestha (2008) menunjukkan hubungan yang negatif. Nilai tukar menurut Liu dan Shrestha (2008) mempengaruhi perusahaan terutama dari sisi arus kas dan keuantungan. Untuk variabel suku bunga Liu dan Shrestha (2008) menyatakan bahwa suku bunga dan harga saham memiliki hubungan yang negatif dan signifikan. Hubungan yang negatif ini dikarenakan apabila terjadi perubahan commit to user
73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
suku bunga maka akan ikut merubah proyeksi keuntungan perusahaan sehingga investor ragu untuk berinvestasi. C. Kerangka Penelitian Berdasarkan beberapa dasar teori yang ada serta pemahaman terhadap penelitian sebelumnya, maka berikut ini dapat digambarkan kerangka pemikiran yang menggambarkan pengaruh kurs nilai tukar, suku bunga deposito dan indeks Nikkei terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Gambar 2.1 Kerangka Penelitian
Kurs Nilai Tukar
Indeks Harga Saham Nikkei
H1
H2 Indeks Harga Saam Gabungan (IHSG)
H3 Suku Bunga Deposito
Kerangka pemikiran tersebut mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Nachrowi dan Usman (2007) dan Liu (2008). H1 merupakan hubungan antara kurs nila tukar dan IHSG, H2 merupakan hubungan antara variabel
commit to user
74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
indeks Nikkei terhadap IHSG serta H3 adalah hubungan antara suku bunga deposito dengan IHSG. D. Hipotesis Berdasarkan uraian latar belakang dan tinjauan pustaka di atas, maka dapat diformulasikan rumusan hipotesis sebagai berikut : 1. Pengaruh Kurs Nilai Tukar terhadap IHSG Harga satu mata uang terhadap mata uang lainnya disebut kurs atau nilai tukar mata uang atau exchange rate (Salvatore, 1997:10). Nachrowi dan Usman (2007) mendapatkan hubungan yang negatif antara nilai tukar mata uang atau kurs terhadap IHSG. Liu dan Shrestha (2008) juga menemukan hubungan negatif antara nilai tukar dengan indeks harga saham di China. Variabel nilai tukar juga menunjukkan hubungan yang siginifkan dengan indeks harga saham gabunga di China (Liu dan Shrestha, 2008). Aydemir dan Demirhan (2009) juga menungkapkan bahwa hubungan yang negatif antara nilai tukar dan indeks harga saham melalui pendekatan input dan ouput. Berdasarkan uraian diatas maka dapat diformulasikan hipotesis 1 sebagai berikut : H1 : Terdapat pengaruh yang negatif dari kurs nilai tukar terhadap IHSG
commit to user
75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Pengaruh Indeks Nikkei dan IHSG Nachrowi dan Usman (2007) menyatakan bahwa pasar modal yang kuat mempengaruhi pasar modal yang lemah. Kapitalisasi pasar modal Indonesia yaitu IHSG lebih kecil bila dibandingkan dengan kapitalisasi pasar modal Jepang yaitu indeks Nikkei. Valdkhani dan Chancarat (2007) menyatakan bahwa pasar modal di dunia saling berhubungan karena pola kerja sama ekonomi antara negara saling terkait. Masih dan Masih (2004) dalam Valdkhani dan Chancarat (2007) mengemukakan bahwa terdapat pola hubungan antara pasar modal negara berkembang dan pasar modal negara maju. Nachrowi dan Usman (2007) menemukan bahwa terjadi hubungan yang positif antara pasar modal negara maju dan pasar modal negara berkembang. Maka dapat diformulasikan hipotesis 3 sebagai berikut : H2: Terdapat pengaruh yang positif
dari
indeks Nikkei terhadap
IHSG 3. Pengaruh Suku Bunga Deposito terhadap IHSG Liu dan Shrestha (2008) mengungkapkan hubungan yang negatif antara suku bunga dan indeks harga saham di China. Ketika suku bunga naik maka indeks harga saham akan tertekan. Naiknya tingkat suku bunga akan menurankan proyeksi keuntungan perusahaan sehingga investor akan commit to user
76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
cenderung melepas investasinya (Olugunde et al, 2006). Berdasarkan uraian diatas maka dapat diformulasikan hipotesis 1 sebagai berikut : H3 : Terdapat pengaruh yang negatif dari suku bunga deposito terhadap IHSG
commit to user
77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Sebelum
melaksanakan
suatu
penelitian,
seorang
peneliti
harus
menentukan metode apa yang digunakan dalam penelitiannya karena hal tersebut merupakan dasar yang dapat dijadikan sebagai acuan dan pedoman untuk menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penelitian yang dilaksanakannya. Oleh karena itu, pemilihan dan penentuan metode penelitian yang tepat merupakan hal yang sangat penting untuk pencapaian tujuan penelitian secara efektif dan efisien. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis dengan pendekatan kuantitatif, maksudnya penelitian ini lebih menekankan analisis terhadap data-data bersifat kuantitatif/numeric yang kemudian diolah sehingga menghasilkan kesimpulan. Dari kesimpulan tersebut maka akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti dan akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti. Selain itu, metode deskriptif tersebut menggambarkan sifat sesuatu yang sedang berlangsung dalam penelitian dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Metode analisis digunakan untuk menguji hipotesis dan mengadakan interpretasi yang lebih dalam tentang hubungan antar variabel melalui pendekatan kuantitatif dengan menggunakan statistik. commit to user
78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam prakteknya, untuk menerapkan metode penelitian diperlukan suatu desain penelitian yang sesuai dengan kondisi serta seimbang dengan kedalaman dan keluasan penelitian yang akan dilaksanakan. Desain penelitian merupakan semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui bagaimana pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Oleh karena itu, desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan desain kausal yaitu desain yang berguna untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya. B. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif mengenai dampak kurs nilai tukar, suku bunga deposito 3 bulan dan indeks Nikkei
terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG). Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang dikumpulkan oleh Pusat Informasi Bank Indonesia, situs Indonesia Stock Exchange (IDX) dan situs Bank Sentral Jepang. Untuk penggunaan data , penelitian kali ini mempergunakan data bulanan kurs nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, suku bunga deposito 3 bulan, indeks Nikkei dan IHSG. Penggunaan data sekunder adalah dengan tujuan efisiensi karena data yang digunakan berasal lebih dari 1 negara. Data yang digunakan adalah data bulanan dari tahun 2007-2010.
commit to user
79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ini menggunakan 4 variabel yang terdiri atas kurs nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, suku bunga deposito 3 bulan, indeks Nikkei dan IHSG. Variabel-variabel tersebut kemudian dikelompokkan menjadi dua, yaitu variabel dependen dan independen. Variabel dependen pada penelitian ini adalah IHSG sedangkan variabel independen adalah kurs nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, indeks Nikkei dan suku bunga deposito 3 bulan. 1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Harga dari suatu saham menentukan indeks dari saham secara keseluruhan. Namun indeks harga saham lebih dipengaruhi oleh sahamsaham yang memiliki kapitalisasi besar dan liquid. Maka penghitungan indeks tidak ditentukan oleh sedikit atau banyaknya transaksi, tapi oleh harga. Indeks gabungan memasukkan semua saham dalam proses perhitungannya seperti yang dilakukan oleh IHSG. Sedangkan indeks yang lain memasukkan sebagian saham dengan kriteria yang sudah ditetapkan terlebih dahulu. Sebagai contoh adalah indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) yang hanya terdiri atas 30 indeks saham perusahaan industri di Amerika (Jones, 2004:98).
commit to user
80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Kurs Nilai Tukar
Nilai tukar adalah harga mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Data nilai tukar yang digunakan adalah nilai tengah mata uang rupiah terhadap dollar Amerika yang dihitung atas kurs jual dan kurs beli yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Nilai tukar ini dinyatakan dalam rupiah/dolar Amerika (Rp/US$)
3. Indeks Nikkei
Indeks Nikkei adalah indeks dengan rata-rata tertimbang dalam mata uang yen yang komponennya ditinjau ulang 1 tahun sekali. Indeks Nikkei terdiri atas 225 emiten yang terdaftar di bursa saham Tokyo.
4. Suku Bunga Deposito 3 Bulan
Suku bunga adalah persentase imbal hasil yang diberikan pihak perbankan kepada para nasabahnya. Prinsip deposito adalah para penabung menyimpan sejumlah dana dalam kurun waktu tertentu di suatu bank. Berbeda dengan tabungan, dana yang diinvestasikan di instrument deposito tidak bisa diambil secara bebas tergantung kurun waktu investasiya. Penelitian ini menggunakan suku bunga deposito 3 bulan ratarata perbankan di Indonesia. Deposito 3 bulan perbankan di Indonesia merupakan instumen deposito dengan kapitalisasi paling besar yaitu lebih dari 200 triliun Rupiah sehingga instrumen deposito ini memiliki kapasitas commit to user
81
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
paling besar untuk menerima aliran dana apabila terjadi perpindahan dana investasi dari pasar modal.
D. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat time series dari tahun 2007 bulan Januari hingga tahun 2010 bulan Desember. Adapun data tersebut diperoleh dari : 1. Data suku bunga deposito 3 bulan , Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan kurs diperoleh dari Statistik Ekonomi Indonesia berupa file Microsoft Excel yang dipublikasikan di situs Bank Indonesia. Data kurs nilai tukar yang diambil dari situs Bank Indonesia adalah data tahun 2007-2010. Untuk data IHSG yang didapatkan melalui situs Bank Indonesia adalah data IHSG tahun 1993-2010 dengan file yang bernama proporsi kepemilikan asing di situs Bank Indonesia. 2. Data indeks Nikkei diperoleh dari situs Bank of Japan (BOJ) yang merupakan bank sentral di negara Jepang. E. Metode Analisis Data Metode
analisis
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
Autoregressive Distributed Lag (ARDL). Apabila dalam suatu analisis regresi data time series terdapat variabel bebas masa yang lalu maka metode analisis tersebut dinamakan distributed-lag model. Sedangkan apabila model tersebut memasukkan satu atau lebih variabel masa lalu (baik terikat maupun bebas) di commit to user
82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sisi kanan model regresi maka model tersebut dinamakan autoregressive distributed lag model (Gujarati, 2004:656). Sebagian besar analisis ekonomi berkaitan dengan analisis runtut waktu (time series) yang sering diwujudkan oleh hubungan antara perubahan suatu besaran ekonomi pengaruhnya terhadap gejala dan perilaku ekonomi saat lain. Hubungan ini dirumuskan dengan model linier dinamik (MLD), pada dasarnya MLD lebih ditekankan pada struktur dinamis jangka pendek (short run) namun model yang baik adalah model yang dapat mengestimasi untuk jangka panjang. Selain itu, teori ekonomi tidak hanya berserita tentang model dinamik , tapi lebih memusatkan pada perilaku variabel jangka panjang. Di lain pihak, banyak peneliti terkecoh dengan sindrom R2, dimana tingginya R2 hasil estimasi tersebut terkena regresi lancung (spurious regression) (Yule dalam Gujarati, 2004:806) (Insukindro, et al, 2004:127). Berhubungan dengan hal tersebut, ada 2 metode untuk menghindari regresi lancung, yaitu sebagai berikut : 1. Tanpa uji stasionneritas data, yaitu dengan membentuk Model Linier Dinamik
(MLD) seperti
:
Model
Autoregresif Dsitributed Lag
(Autoregressive Distributed Lag Model), Model Penyesuaian Parsial (Partial Adjustment Model), Model Cadangan Penyangga (Buffer Stock Model) dan lain-lain. 2. Dengan menggunakan uji stasioneritas atau menggunakan pendekatan kointegrasi (cointegration approach). Pendekatan ini pada dasarnya commit to user
83
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
merupakan uji terhadap teori dan merupakan bagian penting dalam perumusan dan estimasi MLD. Dengan
dasar
teori
dan
data-data,
maka
penelitian
ini
menggunakan beberapa tahapan analisis, antara lain :
1. Uji Pemilihan Model Pemilihan bentuk fungsi model empirik merupakan pertanyaan atau masalah empirik (empirical question) yang sangat penting. Hal ini karena teori ekonomi tidak secara spesifik menunjukan apakah sebaiknya bentuk fungsi suatu model empirik dinyatakan dalam bentuk linier atau log linier atau bentuk lainnya . Dalam kenyataannya seorang peneliti biasanya menggunakan feeling langsung menetapkan model regresi yang digunakan dinyatakan dalam bentuk log-linier, karena bentuk log-linier diyakini dapat mengurangi tingkat variasi data yang akan digunakan. Namun sebenarnya keyakinan tersebut tidak sepenuhnya benar, karena tidak menutup kemungkinan dalam kasus tertentu, suatu model regresi akan lebih tepat diregresi dengan dinyatakan dalam bentuk linier (tanpa log). Oleh karena itu, dalam melakukan suatu studi empiris, sebaiknya model yang digunakan diuji dulu, apakah sebaiknya menggunakan bentuk linier ataukah log-linier (Insukindro et al, 2004:227).
commit to user
84
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk melakukan pemilihan bentuk fungsi model seperti model transformasi Box-Cox, Bera dan Mc Aleer Zarambeka, namun dalam penelitian ini menggunakan metode yang dikembangkan Mac Kinnon, White dan Davidson pada tahun 1983 dan lebih dikenal dengan MWD test. H0 : Model Linier
:
IHSG t = b 0 + b 1 Kurs t + b 2 nikkei t + b 3 sukubunga t + u t
H1 : Model Log Linier
………………..(3.1)
:
LIHSG t = b 0 + b 1 LKurs t + b 2 Lnikkei t + b 3 Lsukubunga t + u t
…………..(3.2)
Langkah-langkah melakukan MWD Test (Green dalam Gujarari, 2004:281) : a. Kita asumsikan terdapat 2 buah model yaitu : 1) IHSG t = b 0 + b 1 Kurs t + b 2 nikkei t + b 3 sukubunga t + u t
(model
linier)…………………………………………..………………(3.3) 2) LIHSG t = b 0 + b 1 LKurs t + b 2 Lnikkei t + b 3 Lsukubunga t + u t (model log-linier)……………………………..………………(3.4) b. Lakukan estimasi/regresi terhadap model a (3.3), kemudian dapatkan nilai fitted dari IHSG. Nilai fitted IHSG adalah nilai aktual IHSG dikurangi dengan residualnya.
commit to user
85
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Lakukan estimasi/regresi terhadap model b (3.4), kemudian dapatkan nilai fitted
dari
LIHSG .
Nilai
LIHSG adalah
fitted
nilai
aktual
LIHSG dikurangi dengan residualnya. d. Buatlah variabel baru dengan nama Z1 yang merupakan hasil dari nilai log fitted
IHSGdikurangi
dengan
nilai
fitted
dari
LIHSG .
(Z1=Log( IHSGfitted) - LIHSG fitted). e. Buatlah variabel baru dengan nama Z2 yang merupakan hasil dari antilog fitted
LIHSG dikurangi
dengan
nilai
fitted
dari
IHSG.
(Z2=AntiLog( LIHSG fitted)- IHSGfitted). f. Lakukan regresi dengan menggunakan model a (3.3) ditambah Z1 sebagai variabel penjelas yaitu : IHSGt = b 0 + b 1 Kurst + b 2 Nikkeit + b 3 Sukubungat + b 4 Z1 + u t . ………….(3.5)
Jika nilai Z1 signifikan secara statistik maka kita menolak model yang benar adalah linier dengan kata lain, bila Z1 signifikan maka model yang benar adalah model log-linear. g. Lakukan regresi dengan menggunakan model
ditambah Z2 sebagai
variabel penjelas yaitu : LIHSG t = b 0 + b 1 LKurs t + b 2 LNikkei t + b 3 LSukubunga t + b 4 Z 2 + u t ….(3.6)
Jika nilai Z2 signifikan secara statistik maka kita menolak model yang benar adalah log-linear dengan kata lain, bila Z2 signifikan maka model yang benar adalah model linear.
commit to user
86
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Pembentukan Model Autoregressive Distributed Lag (ARDL) Model ARDL adalah model yang memasukkan variabel bebas masa lalu baik itu variabel bebas masa lalu maupun variabel terikat masa lalu dalam analisis regresinya. Dalam ekonomi, ketergantungan variabel terikat (dependen) terhadap variabel bebas (independen) sangat jarang terjadi secara spontan (Gujarati, 2003:658). Sering kali variabel bebas merespon variabel terikat dengan jeda waktu tertentu (lag). Kita asumsikan bahwa model yang dipilih berdasarkan uji MWD adalah model log-linier seperti berikut : LIHSG t = b 0 + b 1 LKurs t + b 2 LNikkei t + b 3 LSukubunga t + u t
………….(3.7)
Apabila kita menggunakan metode distributed lag maka persamaan (3.7) yang akan muncul adalah sebagai berikut : LIHSG t = b 0 + b 1 LKurs t - k + b 2 LNikkei t - k + b 3 LSukubunga t - k + u t
…….(3.8)
Dari persamaan (3.8) kita memasukkan variabel independen lag (masa lalu) yaitu LKurs, LNikkei, dan LSukubunga. Lag yang akan dipergunakan dan paling optimal dalam analisis regresi akan ditentukan oleh beberapa parameter dan yang biasa dipergunakan adalah adalah AIC atau Schawarz Information Criteria (SIC) (Falianty, 2003). Persamaan (3.8) adalah persamaan distributed lag dengan lag yang tidak terbatas , ini dikarenakan kita tidak tahu sampai sejauh mana pengaruh variabel masa lalu ( lag independen variabel) terhadap variabel dependennya. Persamaan yang memasukkan commit to user
87
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
variabel lag independen ke dalam analisis regresinya disebut sebagai model distributed lag. Apabila dalam persamaan model awal regresi kita memasukkan lag variabel dependen sebagai variabel independen dan disertai dengan lag variabel independen lainnya maka model ini dikatakan sebagai model ARDL (Autoregressive Distributed Lag). Persamaan ARDL untuk penelitian ini akan berubah menjadi :
LIHSGt = b 0 + b 1 LKurs t + b 2 LNikkeit + b 3 LSukubunga t +
(3.9)
b 4 LKurs t - k + b 5 LNikkeit - k + b 6 LSukubunga t - k + b 7 LIHSGt - k + u t
Persamaan model (3.9) disebut sebagai model ARDL karena memasukkan variabel lag LIHSG, LKURS dan LNIKKEI sebagai variabel independen. 3. Pemilihan Lag Optimum pada Model ARDL Permasalahan yang sering muncul dari model ARDL adalah menentukan pada lag keberapa variabel tersebut akan menghasilkan hasil estimasi yang baik. Penentuan panjang lag penting karena lag yang terlalu panjang akan mengurangi banyaknya degree of freedom, sedangkan lag yang terlalu pendek akan mengarah pada kesalahan spesifikasi (Gujarati, 2004:849). Untuk memilih lag optimum pada model ARDL beberapa peneliti menggunakan Schwarz Criterion (SC) (Falianty, 2003). Jika besarnya suatu lag memberikan nilai SC yang paling kecil terhadap model maka jumlah lag tersebut dipilih. commit to user
88
perpustakaan.uns.ac.id
SIC ( k ) = T ln
digilib.uns.ac.id
SSR ( K ) + 2n ………………………………………………(3.10) T
Dimana : T
: Jumlah observasi yang digunakan
k
: panjang lag
SSR
: sum square residual
n
: Jumlah parameter yang diestimasi Persamaan (3.10) digunakan untuk memilih lag keberapakah variabel-
variabel dari model regresi tersebut menghasilkan estimasi yang baik. 4. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Tujuan dari dilakukannya uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah suatu variabel normal atau tidak. Normal disini dalam arti mempunyai distribusi data yang normal.. Jadi uji normalitas pada dasarnya melakukan perbandingan antara data yang kita miliki dengan data berdistribusi normal yang memilki mean dan standar deviasi yang sama dengan data kita. Data yang berdistribusi normal merupakan salah satu syarat dilakukannya parametric-test. Untuk data yang tidak berdistribusi normal commit to user
89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tentu saja analisisnya harus menggunakan non parametric test. Data yang mempunyai distribusi normal berarti mempunyai sebaran yang normal pula. Dengan profil data semacam ini maka data tersebut dianggap bisa mewakili populasi. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji Jarque-Bera (JB) (Gujarati, 2004:148*. Nilai JB diharapkan mendekati 0. Hipotesis yang diasumsikan adalah : Ho : residual berdistribusi normal Ha : residual berdistribusi tidak normal Jika probabilitas JB lebih kecil dari 0,05 berarti JB statistik berbeda dengan 0, maka H0 ditolak. Jika nilai probabilitas JB lebih besar dari 0,05 berarti JB statistik tidak berbeda dengan 0 yang artinya tidak menolak Ho (Gujarati, 2004:150). Persamaan untuk mencari JB adalah :
é S 2 (k - 3) 2 ù 2 JB = n ê + ú - xdf = 2 24 û ë6 ……………………………………….(3.11) Dimana : n
: jumlah sampel commit to user
90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
S
: koefisien skewness
K
: koefisien kurtosis
b. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas atau independen (Frisch dalam Gujarati, 2004:342). Multikolinearitas sering terjadi jika diantara variabel bebas (x) saling berkorelasi sehingga hasil estimasi menjadi bias. Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Asumsi
multikolinieritas menyatakan bahwa variabel independen harus terbebas dari gejala
multikolinieritas. Gejala multikolinieritas adalah gejala
korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Uji multikolinearitas diperoleh dengan beberapa langkah yaitu 1). melakukan regresi model lengkap Y = f (X1…Xn)
sehingga kita mendapatkan R21(R2
regresi asal) ; 2). Melakukan regresi X1 (variabel bebas) terhadap seluruh X1,2…n ,maka diperoleh nilai R22,3,4….n (metode ini dinamakan korelasi parsial); dan 3). Membandingkan nilai R21 dengan R22,3….n . Pedoman yang digunakan, jika nilai R21 lebih tinggi dari R22,3…n pada regresi antar
commit to user
91
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
variabel bebas, maka dalam model empirik tidak terdapat masalah multikolnieritas dan sebaliknya.. c. Uji Autokorelasi Tes yang digunakan untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi pada penelitian ini adalah Breusch-Godfrey (BG) test atau sering juga disebut Lagrange Multiplier (LM) test. Tes ini merupakan salah satu tes autokorelasi yang bisa dilakukan pada regresi dimana terdapat lag dari dependen
variabel
sebagai
variabel
independen
dan
lebih
direkomendasikan untuk jumlah observasi yang cukup besar (Gujarati, 2004:472).
Disamping itu LM test dapat dilakukan pada derajat
aurokorelasi lebih dari nol. Misalnya AR (1), AR(2) dan seterusnya. Misalnya dari persamaan (3.9) diasumsikan bahwa residualnya mengikuti autokorelasi derajat 2 atau AR(2) : u t = r 1u t -1 + r 2 u t - 2 + e t .......................................................... (3.12)
Maka residual dari persamaan (3.9) diregres terhadap semua variabel independen lainnya serta nilai lag dari residual pada persamaan (3.12) sebagai regresor tambahan dalam model : u t = a 1 + a 2 Kurst + a 3 Nikkeit + a 4 Sukubungat + r1u t -1 + r 2 u t - 2 + e t ... (3.13)
Null hypothesis pada LM test diatas adalah Ho = r1 = r 2 = 0 atau tidak terdapat autokorelasi pada derajat 2. Penentuan ditolak atau tidaknya commit to user
92
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Null hypothesis mengikuti tabel chi square dengan r sebagai derajat kebebasannya. Jika nilai ( n - r ) R 2 yang didapat dari persamaan (3.13) lebih besar dari nilai chi square maka null hypothesis ditolak, dengan kata lain terdapat masalah autokorelasi (Gujarati, 2004:474). d. Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika
berbeda maka disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang terdapat homokedastisitas atau tidak tejadi heterokedastisitas. Untuk menguji
heterokedastisitas dapat dilakukan dengan uji white sebagai
berikut (Gujarati, 2004:413): Lakukan regresi model yang kita miliki dan kita dapatkan nilai residual untuk (estimasi error). 1) Lakukan regresi auxiliary dengan memasukkan Ui2 sebagai variabel dependen dan variabel X2t…n sebagai variabel dependen sehingga kita dapatkan
nilai
obs*R²
(Rsquared dikalikan dengan jumlah data
observasi) dari regresi ini.
commit to user
93
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Bandingkan obs*R² dari regresi awal dengan nilai chi square dengan derajat kebebasan (degree 0f freedom) sejumlah dengan variabel bebasnya. 3) Jika nilai chi square dengan level signifikansi yang dipilih lebih besar dari obs*R² maka model tidak mengalami masalah heterokedastisitas. Jika R² x n lebih besar dari nilai tabel chi square (alpha, df) berarti terjadi heteroskedastisitas jika sebaliknya berarti tidak terjadi heteroskedastisitas. 5. Uji Statistik a. Uji t Uji t adalah bentuk pengujian koefisien regresi secara parsial yang digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-masing variabel bebas dalam mempengaruhi perubahan variabel terikat, dalam melakukan pengujian diasumsikan variabel bebas lainnya dalam keadaan konstan. Pengujian ini menggunakan uji satu sisi. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut : 1) Merumuskan formula hipotesis untuk uji sisi negatif: Hipotesis Pertama : H1 : β1 < 0 Hipotesis Kedua : H1 : β3 < 0 2) Menentukan level of significance (α) sebesar 5% commit to user
94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Menentukan ttabel dan menghitung thitung ttabel® t α : n-k
Keterangan: a=Derajat signifikansi = 5%; a = 0,05
n=Jumlah sampel (observasi)
k=Banyaknya parameter dalam model termasuk intersep
thitung ®
Keterangan: βi
= Parameter
Se(βi)= standart error parameter
commit to user
95
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 3.1 One-tail Test Level of Significance
Daerah penolakan H0 = luas daerah terarsir ini = a = 5%
Daerah penerimaan H0
-ttabel
0
Sumber : Gujarati, 2004, Basic Econometrics 4th Edition, hal. :132 4) Kriteria pengujian: a) Jika t hitung ≥ -ttabel H0 diterima dan H1 ditolak. Kesimpulannya b1 dan b2 lebih besar dari 0 (b1 dan b3 tidak signifikan pada a=5%). Dapat dikatakan bahwa X1 dan X3 secara statistik tidak berpengaruh terhadap Y. b) Jika thitung £ -ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulannya b1 dan b3 lebih kecil dari nol (b1 signifikan pada a=5%). Dapat dikatakan bahwa X1 dan X3 secara statistik berpengaruh terhadap Y. commit to user
96
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5) Merumuskan formula hipotesis untuk uji sisi positif: Hipotesis Ketiga : H1 : β2 > 0 6) Menentukan level of significance (α) sebesar 5% 7) Menentukan ttabel dan menghitung thitung ttabel® t α : n-k
Keterangan: a=Derajat signifikansi = 5%; a = 0,05
n=Jumlah sampel (observasi)
k=Banyaknya parameter dalam model termasuk intersep
thitung ®
Keterangan: βi
= Parameter
Se(βi) = standart error parameter
commit to user
97
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 3.2 One-tail Test Level of Significance
Daerah H0 Diterima
luas daerah terarsir H0 Ditolak = a 5%
0
ttabel
Sumber : Gujarati, 2004, Basic Econometrics 4th Edition, hal. :132 4) Kriteria pengujian:
a) Jika t hitung < ttabel , H0 diterima dan H1 ditolak. Kesimpulannya b2 lebih kecil besar dari 0 (b2 tidak signifikan pada a=5%). Dapat dikatakan bahwa X2 dan secara statistik tidak berpengaruh terhadap Y.
b. Uji F Uji F adalah uji koefisien regresi secara bersama-sama untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut (Insukindro, et al., 2004:59):
commit to user
98
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Merumuskan formula hipotesis H0 : b1=b2=b3=b4=b5=0 Ha : b1≠b2≠b3≠b4≠b5≠0 2) Menentukan level of significance (α) sebesar 5% 3) Menentukan Ftabel dan menghitung Fhitung Ftabel ® Fa, n-k, k-1
Fhitung ® Keterangan: R2 = Koefisien determinasi k = Banyaknya parameter termasuk intersep Gambar 3.3 F- Test Level of Significance
H0 diterima
H0 ditolak Ftabel
Sumber : Gujarati, 2004, Basic Econometrics 4th Edition, hal. :962 commit to user
99
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Kriteria pengujian a) Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Kesimpulannya bahwa b1, b2, b3, b4 dan b5 tidak berbeda dengan nol. Dapat dikatakan bahwa semua koefisien regresi/parameter secara bersama-sama tidak signifikan pada α=5%. b) Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Kesimpulannya bahwa b1, b2, b3, b4, b5 tidak sama dengan nol.
Dapat
dikatakan
bahwa
semua
koefisien
regresi/parameter secara bersama-sama signifikan pada a=5%.
c. Goodness of Fit atau Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) menunjukkan seberapa besar persentase variasi yang terjadi pada variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebas dalam model. Nilai R2 terletak antara 0 dan 1 (0 ≤ R2 ≤ 1). Jika R2=1, artinya garis regresi tersebut menjelaskan 100% variasi dalam variabel terikat dan sebaliknya. Namun, jika R2=0, artinya garis regresi tersebut tidak menjelaskan sedikitpun variasi dalam variabel terikat. Oleh karena itu, suatu model dikatakan lebih baik apabila koefisien determinasinya mendekati satu. commit to user
100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Membentuk Variabel Jangka Panjang dalam Model ARDL Estimasi yang didapatkan melalui analisis model ARDL hanya menggambarkan hubungan jangka pendek variabel-variabel di dalamnya. Untuk mendapatkan hubungan atau estimasi jangka panjang dalam model ARDL maka digunakan pendekatan seperti dibawah ini : Xb = ( X 1t + X t -1 )(1 - Yt -1 )
……………...……….……………………….(3.14)
Dimana : Xb : Variabel jangka panjang X 1t : Koefisien variabel X1 X t -1 : Koefisien variabel jangka pendek (t-1) Yt -1 : Koefisien variabel Y (t-1)
commit to user
101
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Variabel IHSG Kondisi pasar modal pada tahun 2007 sangat kondusif. IHSG mengalami kenaikan lebih dari 60% jika dibandingkan dengan awal tahun 2007 seperti yang terlihat pada grafik 4.1. Kondisi ini menunjukkan bahwa pasar modal Indonesia atau IHSG merupakan tempat investasi yang menarik. Grafik 4.1 Pergerakan IHSG Tahun 2007
commit to user
102
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber : Bank Indonesia, data diolah, 2011
Kondisi pasar modal yang kondusif pada awal tahun mengalami tekanan seiring dengan merembetnya global pada semester II tahun
2008 mulai
gelombang krisis keuangan
2008. Nilai penerbitan saham mengalami
peningkatan yang signifkan pada awal tahun sebelumnya, menurun drastis pada akhir tahun, namun secara total tetap mengalami peningkatan dari tahun 2007. IHSG yang sempat mencapai level tertinggi pada awal tahun 2008, akhirnya terkoreksi secara signifkan pada semester II-2008 dengan penurunan lebih dari 50%. Grafik 4.2 Pergerakan IHSG Tahun 2008
commit to user
103
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber : Bank Indonesia, data diolah, 2011 Kinerja pasar saham pada awal tahun 2008 masih cukup baik, namun terkoreksi cukup dalam pada semester II 2008. IHSG pada akhir tahun 2008 ditutup pada level 1.355 poin atau melemah 50,64% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kondisi tersebut menempatkan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada peringkat ke-5 se-Asia Pasifk sebagai bursa dengan kinerja terendah setelah Vietnam -66%, Shanghai -64,81%, Shenzen - 60,65%, dan Mumbai -53,83% (Bank Indonesia, 2009:126) Kinerja IHSG pada tahun 2008 sebenarnya relatif terjaga dan bahkan sempat mencapai level 2.830 pada awal tahun dan merupakan level tertinggi yang pernah dicapai sampai 2008. Namun perkembangan pada semester II 2008 justru menunjukan dinamika yang berlawanan mengikut penurunan yang terjadi pada indeks saham global. Penurunan kinerja IHSG lebih disebabkan oleh gejolak eksternal, baik di pasar keuangan maupun pasar komoditas, sementara itu kondisi commit to user
104
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
domestik masih relatif terjaga. Gejolak eksternal bermula dari pecahnya bubble pasar keuangan global yang memicu terjadinya proses berdampak pada perlambatan ekonomi
deleveraging dan
global. Dampak lanjutan dari situasi
tersebut adalah penurunan laba dan bahkan kebangkrutan institusi
keuangan
secara global sehingga terjadi kekeringan likuditas di pasar internasional. Terimbas kondisi tersebut, investor asing mulai mengurangi portofolio dananya di emerging market yang menyebabkan indeks di emerging market terkoreksi, termasuk IHSG di Indonesia. Ini mengindikasikan bahwa pemain asing masih mendominasi pasar modal Indonesia tepatnya di IHSG.
Selain itu,
penurunan secara signifkan harga komoditas tambang dan pertanian di pasar dunia juga menjadi faktor penyebab penurunan IHSG padahal dua komoditas ini merupakan saham sektor unggulan di IHSG. Relatif terjaganya stabilitas makro yang tercermin dari respons BI Rate yang memadai dalam pengendalian inflasi, pencapaian pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi, serta cadangan devisa yang masih dalam batas
dikombinasi dengan laporan keuangan emiten yang
aman,
cukup baik dengan
pertumbuhan laba yang tinggi ternyata mampu menahan pelemahan IHSG (Bank Indonesia, 2009:126). Namun demikian, beberapa risiko domestik juga turut mewarnai dinamika
pergerakan IHSG pada tahun 2008. Risiko tersebut
diantaranya adalah terkait dengan sentimen kondisi
likuiditas bank dan
kekhawatiran mulai menurunnya laba emiten sektor pertambangan dan pertanian seiring dengan kejatuhan harga komoditas. commit to user
105
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kebijakan Bapepam-LK dan BEI juga berperan penting dalam menahan pelemahan IHSG lebih dalam. BEI melakukan suspensi perdagangan saham pada tanggal 9 dan 10 Oktober 2008. Langkah tersebut merupakan upaya untuk memberikan jeda kepada investor agar dapat berpikir rasional ditengah gejolak pasar keuangan yang terjadi pada saat itu (Bank Indonesia, 2009:126). Pada hari yang sama Bapepam-LK juga mengeluarkan peraturan mengenai kemudahan untuk melakukan buyback. Pemerintah bahkan ikut mendorong BUMN untuk melakukan buyback melalui penyisihan laba. Kebijakan lain yang dikeluarkan oleh BEI adalah larangan
transaksi shortselling dan membatasi perdagangan
marjin (Bank Indonesia, 2009:127). Kebijakan tersebut diarahkan untuk mengurangi aksi jual di tengah momentum penurunan harga. BEI juga memperpanjang suspensi beberapa emiten yang
berpotensi
menekan kinerja IHSG secara keseluruhan. Untuk mengembalikan kepercayaan investor, BEI juga meminta kepada beberapa emiten untuk melakukan public expose guna memberikan informasi yang berimbang atas kondisi perusahaan dimaksud. Berbagai kebijakan tersebut mampu meningkatkan kepercayaan investor di pasar saham yang ditunjukkan
oleh peningkatan nilai rata-rata harian
perdagangan saham, yaitu sebesar Rp4,29 triliun per hari pada 2007 menjadi sebesar Rp4,41 triliun per hari pada 2008 (Bank Indonesia, 2009:126). Indikasi membaiknya kepercayaan investor tersebut juga
ditunjukkan oleh aktivitas
investor asing yang masih membukukan net beli sebesar Rp18,65 triliun pada commit to user
106
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2008, meskipun masih jauh di bawah net beli tahun 2007 yang tercatat sebesar Rp32,92 triliun. Namun, porsi kepemilikan asing pada tahun 2008 ternyata justru meningkat menjadi sebesar 67,8%. Masih tingginya aktvitas asing pada tahun 2008, searah dengan pembelian selektif terhadap saham-saham yang tergolong undervalued terhadap nilai fundamentalnya akibat gejolak pasar keuangan pada triwulan IV-2008. Penerbitan saham tahun 2008 masih mencapai target dan lebih tinggi dari tahun 2007. Gejolak di pasar modal dan
penurunan harga saham terutama
berdampak terhadap penurunan jumlah penawaran perdana saham (initial public offering) dan hak memesan efek terlebih dahulu (right issue) pada akhir tahun 2008. Secara tahunan, nilai penerbitan saham mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Nilai emisi saham melalui IPO meningkat 38,04% dari Rp17,18 triliun menjadi Rp23,71 triliun, sementara itu, nilai right issue naik 86,21% dari Rp29,8 triliun menjadi sebesar Rp55,49 triliun sehingga total penerbitan saham pada tahun 2008 sebesar Rp79,1 triliun (Bank Indonesia, 2009:127). Namun penerbitan saham tersebut sebagian besar dilakukan pada triwulan I-2008 sebelum terjadi penurunan harga saham, yakni sebesar Rp46,1 triliun atau 58,3% dari total penerbitan. Aktvitas penerbitan saham menurun drastis pada triwulan IV-2008 dengan nilai penerbitan sebesar Rp3,3 triliun (4,1%) karena beberapa emiten yang telah memperoleh ijin prinsip memilih untuk menunda penerbitan sahamnya (Bank Indonesia, 2009:128). Secara umum, peningkatan IPO dan right issue pada tahun 2008 tersebut merupakan cermin dari daya tahan commit to user
107
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pasar saham akibat krisis pasar keuangan global. Hal itu sekaligus bukti bahwa peran pasar saham dalam pembiayaan pembangunan masih berjalan baik dan bahkan cenderung meningkat. Krisis ekonomi global yang mencapai puncaknya pada triwulan terakhir tahun 2008 masih berlanjut pada awal
tahun 2009. Ketidakstabilan di pasar
keuangan global tetap terjadi akibat masih kuatnya persepsi negatif terhadap prospek pemulihan ekonomi global serta masih memburuknya kinerja lembagalembaga keuangan terkemuka AS, seperti Citigroup, AIG, dan BoA. Kondisi itu mengakibatkan investor mengurangi penempatan dana di pasar kredit dan pasar modal, baik di negara maju
maupun negara berkembang sehingga terjadi
keketatan likuiditas. Penurunan penempatan dana di negara berkembang juga dipengaruhi oleh persepsi risiko yang masih tinggi atas penempatan dana di negara berkembang. Grafik 4.3 Pergerakan IHSG Tahun 2009
commit to user
108
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber : Bank Indonesia, data diolah, 2011 Kinerja pasar keuangan Indonesia banyak dipengaruhi oleh
dinamika
sistem keuangan global. Tekanan berat di pasar keuangan domestik pada triwulan IV 2008 masih berlanjut pada triwulan I 2009. Tekanan tersebut terjadi merata di seluruh pasar yaitu di pasar saham, pasar SUN, pasar uang rupiah maupun pasar valas. Secara umum, tekanan di pasar keuangan domestik pada dua triwulan itu banyak
dipengaruhi oleh peningkatan persepsi risiko penanaman
emerging market (Bank Indonesia, 2010:23). Kondisi tersebut
modal di kemudian
menurunkan aliran modal jangka pendek ke negara berkembang termasuk Indonesia yang kemudian menurunkan berbagai kinerja di pasar saham, pasar SUN, pasar rupiah dan pasar valas Pada pasar saham, persepsi risiko pelaku pasar terhadap
prospek
penanaman modal di emerging market, termasuk di Indonesia, yang masih tinggi pada triwulan I 2009 mengakibatkan pasar saham domestik masih tertekan. Pada commit to user
109
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
periode triwulan I 2009, IHSG dalam tren menurun hingga berada pada level terendah yaitu 1.256 poin diawal Maret 2009 .Volume perdagangan juga turun signifkan ke level Rp1,57 triliun per hari, dibandingkan dengan rata-rata tahun 2008 sebesar Rp3,99 triliun per hari (Bank Indonesia, 2010:24). Kinerja pasar saham mulai membaik sejak triwulan II 2009 hingga akhir tahun 2009 saat kepercayaan investor
kembali meningkat dengan semakin
membaiknya prospek pemulihan ekonomi global. Dalam kondisi tersebut, aliran masuk modal asing mulai terjadi sehingga mendorong kenaikan IHSG dan nilai perdagangan menjadi relatif sama dengan level sebelum triwulan III 2008 yang berada pada kisaran 2.349 poin. Meningkatnya aktivitas pelaku asing di pasar keuangan, yang diikuti oleh pelaku domestik, mendorong IHSG terus meningkat sejak triwulan II 2009 sehingga tercatat di level 2.534 pada akhir tahun 2009. Nilai itu meningkat tajam dibandingkan dengan akhir tahun 2008 yang sebesar 1.355 dan merupakan yang tertinggi di antara pasar saham di Asia. Perbaikan kinerja pasar saham juga didukung oleh peningkatan aktvitas
perdagangan dengan rata-rata volume
perdagangan pasar saham yang meningkat kembali sehingga tercatat Rp3,99 triliun per hari untuk keseluruhan tahun 2009 (Bank Indonesia, 2010:24). Beberapa sektor yang cukup dominan memengaruhi kenaikan pasar
saham
tersebut ialah sektor berbasis komoditas primer sepert sektor pertambangan dan sektor perkebunan. Perkembangan di sektor primer tersebut tidak terlepas dari commit to user
110
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengaruh tren kenaikan harga komoditas di pasar internasional sejak triwulan II 2009. Setelah sempat mengalami tekanan pada triwulan I-2009, kinerja pasar saham secara keseluruhan tahun 2009 telah pulih. Penurunan tajam IHSG yang terjadi pada triwulan IV-2008 terus berlanjut hingga triwulan I-2009 bahkan sempat menyentuh ke level 1.256 pada Maret 2009 yang
merupakan level
terendah sejak tahun 2006. Volume perdagangan juga turun signifkan menjadi sebesar Rp1,57 triliun per hari, dibandingkan dengan rata-rata tahunan sebesar Rp3,99 triliun per hari . Selanjutnya, kinerja pasar saham berangsur-angsur pulih seiring dengan membaiknya kondisi pasar keuangan global pada triwulan
II 2009 yang
mendorong aliran masuk modal asing. Meningkatnya aktvitas transaksi pelaku asing yang diikut oleh pelaku domestik, mendorong IHSG sepanjang tahun 2009 meningkat sebesar 86,98%, ditutup pada level 2.534. Peningkatan IHSG tersebut merupakan peningkatan indeks tertinggi di antara pasar saham di kawasan Asia. Selain dipicu oleh aliran modal masuk, peningkatan kinerja IHSG juga ditopang oleh membaiknya kondisi
fundamental emiten sehingga meningkatkan
kepercayaan pelaku pasar. Sejalan dengan meningkatnya aktivitas perdagangan, rata-rata volume perdagangan pada tahun 2009 tercatat sebesar Rp3,99 triliun per hari, sementara nilai beli asing neto tercatat sebesar Rp13,92 triliun. Grafik 4.4 commit to user
111
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pergerakan IHSG Tahun 2010
Sumber : Bank Indonesia, data diolah, 2011 Kinerja pasar saham pada tahun 2010 didukung oleh menurunnya risiko investasi dan relatif menariknya imbal hasil sehingga menarik masuknya arus modal asing ke instrumen tersebut. Di pasar saham, meningkatnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga ditopang oleh
membaiknya kinerja laporan
keuangan emiten dan struktur pasar yang semakin kondusif (Bank Indonesia, 2011:3). Perkembangan tersebut mendorong IHSG mencatat kenaikan tertinggi di kawasan. Di pasar saham, perkembangan beberapa indikator makroekonomi sepert nilai tukar yang
penting dari sisi
relatif stabil, prospek pertumbuhan
ekonomi, inflasi yang moderat, suku bunga yang relatif murah serta ekspektasi pencapaian peringkat layak investasi dalam waktu dekat, semakin menambah kepercayaan investor asing untuk
menempatkan dananya di pasar saham.
commit to user
112
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kondisi ini semakin diperkuat lagi dengan derasnya arus modal masuk sehingga meningkatkan aktvitas dan likuiditas pasar saham pada tahun 2010. Beli asing neto tercatat meningkat menjadi Rp 18,4 triliun dari Rp 13,9 triliun di tahun sebelumnya dan mendorong peningkatan
aktivitas perdagangan saham tahun
2010 menjadi sebesar Rp 4,8 triliun per hari dari Rp 3,9 triliun per hari di tahun sebelumnya (Bank Indonesia, 2011:13). Akibatnya, IHSG meningkat
tinggi
sepanjang tahun 2010 dan menjadikan Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai bursa terbaik di antara negara- negara kawasan, dengan peningkatan sebesar 46,1% (yoy). Berangkat dari level 2.534,4 pada Desember 2009, IHSG menunjukan tren penguatan hingga menembus level
terus
3.703,5 pada akhir
Desember 2010. Dalam perjalanannya, perkembangan IHSG sempat beberapa kali mengalami tekanan. Beberapa penurunan
indeks yang cukup signifkan di
antaranya berkaitan dengan sentimen krisis Yunani pada triwulan II 2010 serta isu eksternal lainnya, seperti pengetatan moneter di China, krisis Irlandia serta konflik Korea yang meningkat
di akhir tahun (Bank Indonesia, 2011:13).
Meskipun demikian, tren penguatan IHSG ini tetap perlu diwaspadai karena peningkatan harga yang terindikasi cenderung lebih tinggi dari perkembangan fundamentalnya ini berpotensi menimbulkan penggelembungan harga aset (asset price bubble). Pencapaian IHSG selama tahun 2010 didukung pula oleh kondisi mikro emiten yang memiliki prospek keuangan yang relatif baik di antara negara commit to user
113
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kawasan. Berbagai rilis laporan keuangan emiten pada triwulan III 2010 menunjukkan tingkat keuntungan emiten yang masih cukup terjaga. Bahkan, jika dibandingkan
dengan beberapa negara kawasan, return on equity
emiten
Indonesia tercatat masih yang terbesar. Cukup kondusifnya kondisi mikro emiten juga digambarkan oleh aksi pembagian dividen oleh beberapa emiten. Pembagian dividen tersebut merupakan sinyal bahwa kondisi
solvabilitas emiten masih
cukup kokoh. Pelaku pasar juga cukup optmis terhadap pertumbuhan laba emiten ke depan mengingat ekspektasi yang cukup tinggi terhadap pihak korporasi dalam pengalokasian anggaran untuk pengeluaran modal. B. Gambaran Umum Kurs Nilai Tukar Kinerja nilai tukar rupiah pada tahun 2007 cukup fluktuatif Grafik 4.5 . Nilai tukar rupiah yang fluktuatif disebabkan oleh melemahnya daya beli di beberapa negara tujuan ekspor utama. Selain Jepang, Amerika sudah mulai mengalami perlambatan daya beli sehingga menekan jumlah dana investasi di negara kita. Berkurangnya dana investasi kita secara tidak langsung memberikan gambaran bahwa terjadi aliran modal asing keluar. Grafik 4.5 Pergerakan Nilai Tukar Tahun 2007
commit to user
114
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber : Bank Indonesia, data diolah, 2011 Secara umum nilai tukar rupiah cenderung stabil mulai dari awal tahun 2008 hingga bulan September 2008. Dukungan dari neraca perdagangan yang surplus dan kebijakan makroekonomi yang hati-hati turut mendukung stabilnya nilai tukar rupiah. Namun, rupiah mulai tertekan atau terdepresiasi akibat dari banyaknya jumlah uang yang beredar pada triwulan III 2008 Grafik 4.7. Grafik 4.6 Pergerakan Nilai Tukar Tahun 2008
Sumber : Bank Indonesia, data diolah, 2011 Melemahnya harga komoditas menyebabkan kinerja ekspor menurun dan penawaran mata uang asing ikut tertekan yang dibarengi dengan penurunan IHSG. commit to user
115
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Di lain sisi, kenaikan impor yang disebabkan oleh permintaan domestik ikut andil dari terjadinya depresiasi rupiah. Pelemahan nilai tukar rupiah yang dimulai karena sentimen negatif akibat krisis keuangan global tahun 2008 memberikan efek larinya modal domestik ke luar negeri sehingga rupiah terdepresiasi. Pelemahan nilai tukar rupiah sejalan dengan pelemahan IHSG yang tertekan pada triwulan IV 2008 sebesar lebih dari 50% jika dibandingkan dengan level awal tahun 2008. Fluktuatifnya nilai tukar rupiah pada tahun 2008 dipicu oleh krisis keuangan di Amerika,
jatuhnya harga komoditas dan melambatnya ekonomi
global. Nilai tukar rupiah sebenarnya sudah mulai terdepresiasi pada kuartal pertama tahun 2008 walaupun tidak terlalu terasa pada perekonomian nasional saat itu. Tekanan terhadap rupiah juga dipicu oleh harga minyak yang semakin melambung sehingga investor memilih menempatkan asetnya di instrumen yang lebih aman. Tekanan terhadap IHSG juga mulai terasa karena terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi di berbagai negara. Permintaan asing yang menurun menyebabkan emiten yang bergerak di bidang ekspor mengalami tekanan pada proyeksi keuntungan mereka sehingga menyebabkan harga saham menurun seperti yang terjadi pada emiten sektor pertambangan dan perkebunan. Tekanan yang paling dirasakan terhadap rupiah dimulai pada triwulan III tahun 2008. Efek kepanikan dari krisis global yang memiliki episentrum di Amerika mulai terasa. Para investor mulai khawatir sehingga memindahkan dana investasinya dari emerging market. Pergerakan nilai tukar pada tahun 2008 juga commit to user
116
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dipengaruhi oleh resiko investasi di Indonesia. Persepsi mengenai resiko investasi di negara-negara berkembang mulai meningkat sejalan dengan terjadinya krisis keuangan global dan perlambatan pertumbuhan ekonomi negara maju. Persepsi negatif yang menyebabkan depresiasi rupiah ini akhirnya mengubah alur investasi para investor untuk meletakkan instrumen investasinya ke tempat yang lebih aman selain dikarenakan terjadinya keketatan likuditas di pasar internasional. Ketidakpastian yang masih tinggi mendorong pelaku pasar valas menahan dolar AS yang dimiliki sehingga mengakibatkan keketatan likuiditas di pasar valas domestik (Bank Indonesia, 2010:25). Keketatan pasar valas semakin meningkat karena pada saat bersamaan counterparty risk antar pelaku pasar, terutama dengan bank-bank asing,
juga meningkat. Kondisi tersebut
mengakibatkan volume perdagangan pasar valas pada triwulan I 2009 menjadi semakin tipis dari rata-rata sekitar 2.799 miliar dolar AS setap bulan menjadi 1.323 miliar dolar AS (Bank Indonesia, 2010:25). Secara keseluruhan, ketidakpastian dan persepsi risiko
di pasar valas
tersebut mengakibatkan rupiah pada triwulan I 2009 masih mendapat tekanan cukup besar.
Nilai tukar rupiah sempat mencapai titik terendah pada level
Rp12.020 per dolar AS pada awal Maret 2009 disertai peningkatan volatilitas.
Grafik 4.7 Pergerakan Nilai Tukar Tahun 2009 commit to user
117
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber : Bank Indonesia, data diolah, 2011 Perkembangan buruk rupiah pada triwulan I 2009 direspon oleh Bank Indonesia dengan kebijakan stabilisasi nilai tukar secara terukur melalui upaya menjaga kecukupan likuiditas di pasar valas domestik yang dibarengi dengan penurunan suku bunga deposito oleh perbankan nasional . Respons kebijakan tersebut dapat menahan peningkatan ekspektasi depresiasi yang berlebihan, di tengah meningkatnya ketidakpastian. Faktor fundamental
berupa neraca transaksi berjalan yang mencatat
surplus juga menahan pelemahan rupiah lebih dalam. Saat bersamaan, sentimen positif di pasar keuangan global yang mulai terjadi pada pertengahan akhir Maret 2009
juga dapat mengurangi tekanan pelemahan rupiah
untuk keseluruhan
triwulan I 2009. Pemulihan ekonomi global yang mulai terasa pada tahun 2009 ikut andil dalam meredam depresiasi nilai tukar. Dengan berbagai perkembangan commit to user
118
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tersebut, pelemahan nilai tukar rupiah pada triwulan I 2009 sebesar 5,7%, atau relatif lebih rendah dibandingkan dengan periode triwulan akhir tahun 2008 yang mencatat pelemahan sebesar 15,5%.
Perkembangan itu juga diikut oleh
penurunan volatilitas nilai tukar rupiah. Nilai tukar rupiah mulai kembali pada tren menguat sejak triwulan II 2009 ditopang perbaikan persepsi risiko
terhadap emerging market dan kondisi
fundamental domestik yang tetap terjaga. Optimisme akan pemulihan ekonomi global yang disertai dengan terjaganya kondisi fundamental domestik mendorong terus naiknya pasokan valas dari investor asing di pasar keuangan domestik. Penguatan nilai rupiah sejalan dengan menguatnya IHSG sepanjang tahun 2009. Penguatan nilai rupiah mengakibatkan impor semakin murah. Dengan penguatan nilai tukar rupiah, industri Indonesia yang memiliki kecenderungan mengimpor barang modal merasakan manfaat apreasiasi. Akibatnya adalah penguatan IHSG karena dengan impor barang modal tersebut maka output produksi mereka meningkat sehingga proyeksi keuntungan meningkat yang pada akhirnya mengangkat harga saham . Selain itu, neraca transaksi berjalan yang tetap
surplus semakin mendukung tren penguatan rupiah.
Berbagai
perkembangan tersebut mengakibatkan rupiah ditutup pada level Rp9.425 pada akhir tahun 2009 atau
terapresiasi 18,4% dibandingkan dengan akhir Maret
2009. Secara keseluruhan tahun 2009, level rupiah akhir tahun 2009 menguat 15,7% dibandingkan dengan level akhir tahun 2008 (Bank Indonesia, 2010:43). commit to user
119
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Meskipun dalam tren menguat, perkembangan rupiah masih mendukung daya saing produk ekspor Indonesia. Grafik 4.8 Pergerakan Nilai Tukar Tahun 2010
Sumber : Bank Indonesia, data diolah, 2011 Selama tahun 2010, nilai tukar rupiah menguat cukup signifikan terutama disebabkan oleh derasnya aliran
masuk modal asing. Pergerakan nilai tukar
rupiah juga ditopang oleh keseimbangan interaksi permintaan dan penawaran valuta asing di pasar domestik serta fundamental perekonomian domestik yang kuat. Nilai
tukar rupiah mulai mengalami apresiasi sejak awal tahun
dan
mencapai level Rp 9.081 per dolar AS atau menguat secara rata-rata sebesar 3,8% dibandingkan dengan akhir tahun 2009 (Bank Indonesia, 2011:3). Penguatan yang signifikan juga terjadi di IHSG dimana pada tahun 2010 tepatnya pada bulan
Desember
berhasil
mencetak
rekor
tertingginya.
Penguatan
ini
commit to user
120
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengindikasikan bahwa dengan adanya pelemahan kurs nilai tukar IHSG tidak tertekan. Apabila negara yang mata uangnya terdepresiasi namun tidak mengalami pelemaham IHSG maka negara tersebut dapat dikatakan negara berbasis ekspor. Di awal tahun 2010 pergerakan rupiah sempat mengalami
gejolak,
sebagai dampak dari krisis fiskal di Yunani yang sempat menimbulkan sentimen risk aversion (penghindaran resiko) aset
negara-negara emerging markets.
Namun, optimisme pemulihan global, komitmen penyelamatan (bailout) ECB (European Central Bank) dan IMF terhadap Yunani, serta peningkatan peringkat utang Indonesia mampu menutupi sentimen negatif terkait Yunani tersebut, sehingga rupiah kemudian mengalami penguatan yang cukup tajam dari level Rp 9.400 per dolar AS di awal Februari 2010 ke level di bawah Rp 9.000 per dolar AS memasuki Mei 2010 (Bank Indonesia, 2011:16). Di awal Juni 2010, krisis fiskal di Yunani akhirnya meluas ke krisis PIIGS dan sempat menimbulkan guncangan luar biasa di pasar keuangan global. Perilaku risk aversion yang memuncak di triwulan ini mendorong nilai tukar kembali ke level Rp 9.400 per dolar AS. Namun, seiring dengan meredanya kekhawatiran pelaku pasar, yang ditopang oleh berlanjutnya pemulihan ekonomi dunia, semakin lebarnya selisih suku bunga negara-negara emerging
antara negara-negara maju dan
markets, serta perbaikan kondisi prospek Indonesia,
rupiah kembali bergerak stabil dengan kecenderungan menguat di akhir triwulan II 2010. commit to user
121
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selanjutnya nilai tukar rupiah bergerak stabil dengan
kecenderungan
penguatan di paruh kedua 2010. Apresiasi nilai tukar rupiah tersebut terjadi sejalan dengan berlanjutnya aliran dana ke kawasan Asia di tengah melimpahnya likuiditas global akibat kebijkan moneter longgar serta perbedaan respons kebijakan antara negara-negara maju dan negara-negara
emerging markets.
Aliran dana asing yang deras ikut masuk ke pasar modal dalam negeri sehingga IHSG ikut terangkat. Untuk ikut berinvestasi pada pasar modal maka para pemain asing harus menukarkan mata uang asingnya ke dalam bentuk rupiah. Alasan ini juga menyebabkan cadangan devisa kita meningkat yang dibarengi dengan penguatan IHSG selama tahun 2010. Apresiasi nilai tukar rupiah memiliki pengaruh yang positif terhadap IHSG pada tahun 2010. Meski diwarnai dengan berbagai koreksi, penguatan nilai tukar rupiah juga tidak terlepas dari prospek dolar AS yang sedang mengalami tekanan depresiasi. Dari sisi domestik, solidnya fundamental
ekonomi dan prospek
pencapaian Investment Grade Indonesia yang membaik menjadi faktor penarik bagi aliran modal masuk. Aliran modal kembali gencar membanjiri pasar negaranegara emerging markets yang kali ini dipicu oleh kuatnya ekspektasi terhadap rendahnya suku bunga kebijakan negara maju dan peluncuran quantitative easing tahap dua oleh Federal Reserve (Bank Sentral Amerika). Perkembangan yang diutarakan terakhir tersebut mendorong sentimen depresiasi dolar AS sehingga para investor asing beralih mengalokasikan dana investasinya ke negara-negara emerging market. commit to user
122
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Gambaran Umum Variabel Suku Bunga Deposito 3 Bulan Pada tahun 2007 suku bunga cenderung mengalami penurunan. Suku bunga deposito 3 bulan mengalami penurunan seiring dengan kebijakan perbankan nasional untuk mengelola dana yang lebih murah yaitu tabungan. Deposito disebut sebagai dana mahal karena memberikan bunga yang lebih besar daripada tabungan. Pada tahun 2007, suku bunga deposito mengalami total penurunan sebesar 30% lebih. Ini mengindikasikan 2 hal, yang pertama adalah berlebihnya minat masyarakat pada instrument deposito sehingga suku bunga tertekan dan yang kedua adalah kebijakan perbankan untuk mengelola dana murah dalam rencana strategis pertumbuhan perbankan nasional. Grafik 4.9 Pergerakan Suku Bunga Deposito Tahun 2007
Sumber : Bank Indonesia, data diolah, 2011 commit to user
123
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada awal tahun 2008, suku bunga deposito cenderung turun. Penurunan suku bunga deposito ini disebabkan oleh likuiditas perbankan semakin menipis. Tekanan terhadap likuiditas perbankan ini terjadi karena pertumbuhan kredit sebesar 29,5% atau setara 308 triliun rupiah melebihi pertumbuhan dana deposito yang hanya tumbuh sebesar 242,6 triliun rupiah (Bank Indonesia, 2009:117). Akibatnya adalah banyak bank yang menjual SBI (Sertifikat Bank Indonesia) untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Untuk mengurangi
tekanan pada
likuiditas perbankan, Bank Indonesia (BI) menurunkan giro wajib minimum. Keadaan ini memicu penurunan tingkat suku bunga tabungan dan deposito karena dana yang mulai berlimpah. Grafik 4.10 Pergerakan Suku Bunga Deposito Tahun 2008
Sumber : Bank Indonesia, data diolah, 2011
commit to user
124
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Namun , efek dari krisis tahun 2008 tidak begitu terasa terhadap perbankan nasional karena sifatnya yang konservatif. Perbankan di Indonesia pada umumnya memperoleh dana melalui deposito yang kemudian dialokasikan pada surat utang pemerintah. Perbankan di Indonesia dilarang menginvestasikan dananya pada sekuritas atau instrument investasi yang beresiko tinggi seperti saham (Bank Indonesia, 2009:110). Kenaikan tingkat suku bunga deposito perbankan mulai terjadi secara perlahan pada triwulan IV 2008. Ini menyebabkan tekanan pada IHSG karena para investor mengalihkan dananya apabila ada imbal hasil yang lebih menarik. Kenaikan suku bunga deposito akan menyebabkan investor di pasar modal mengalihkan instrumen investasi mereka pada portofolio jenis saham dan lainnya. Rendahnya pertumbuhan DPK dipengaruhi oleh strategi penggalangan dana murah perbankan. Pertumbuhan DPK yang melambat pada semester I-2008 antara lain dipengaruhi oleh penurunan suku bunga dan kebijakan beberapa bank besar pada awal tahun 2008 untuk mengurangi dana mahal berupa deposito. Namun, seiring dengan peningkatan suku bunga untuk mengatasi tekanan inflasi pada pertengahan tahun 2008, minat masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank kembali meningkat. Peningkatan ini menekan investasi masyarakat di jenis saham yang pada tahun 2008 cukup rentan akan krisis global sehingga menekan IHSG. Krisis keuangan global yang semakin mencuat pada September 2008 direspons dengan peningkatan jumlah simpanan yang dijamin Pemerintah pada commit to user
125
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Oktober 2008 sehingga menambah kepercayaan masyarakat terhadap perbankan, sehingga DPK kembali meningkat pada akhir 2008 (Bank Indonesia, 2009:118). Kondisi pasar uang yang relatif ketat mendorong perbankan untuk lebih agresif dalam memobilisasi dana masyarakat. Sejak akhir Juli 2008, perbankan cenderung bersaing menarik nasabah utama yang memiliki dana besar dengan menawarkan suku bunga deposito yang tinggi. Suku bunga deposito 3 bulan yang ditawarkan mengalami kenaikan lebih dari 3% yaitu dari level 7,8% pada Juli 2008 ke level 11,6% pada Desember 2008. Kondisi tersebut terus berlanjut hingga akhir tahun sejalan dengan masih tingginya premi likuiditas di pasar uang, yang mencapai puncaknya pada November 2008 akibat permasalahan yang menimpa salah satu bank lokal. Sejalan dengan kenaikan BI Rate pada periode Mei-Oktober 2008, rata-rata tertimbang suku bunga deposito tenor 1-12 bulan mengalami peningkatan. Kenaikan tersebut terus berlanjut pada periode turunnya BI Rate pada penghujung tahun 2008 (Grafik 4.11). Grafik 4.11 Pergerkana Suku Bunga Deposito dan BI Rate
Sumber : Bank Indonesia, data diolah, 2011 commit to user
126
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Masih berlanjutnya kenaikan suku bunga deposito tersebut di tengah penurunan BI Rate merupakan imbas lanjutan dari kondisi likuiditas perbankan yang sempat mengetat sejak
pertengahan tahun 2008. Keketatan likuiditas
tersebut mengakibatkan perbankan berupaya untuk mendapatkan dana yang lebih besar dari masyarakat. Upaya tersebut
tercermin pada lonjakan yang cukup
signifkan pada suku bunga deposito tertinggi (prime rate) yang ditawarkan oleh perbankan, khususnya untuk tenor jangka pendek yaitu 1 dan 3 bulan. Kenaikan suku bunga deposito tertinggi terjadi pada kelompok Bank Asing dan Campuran serta Bank Persero. Sementara itu, kelompok BPD merespons lebih moderat, sesuai dengan karakteristk BPD yang lebih konservatf karena memiliki sumber pendanaan yang lebih permanen dari Pemerintah Daerah. Akibat dari peningkatan suku bunga deposito ini adalah menurunnya IHSG karena masyarakat lebih memilih deposito untuk berinvestasi. Grafik 4.12 Pergerakan Suku Bunga Deposito Tahun 2009
Sumber : Bank Indonesia, data diolah, 2011 commit to user
127
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Perkembangan suku bunga deposito pada tahun 2009 menunjukkan trend yang menurun. Kondisi ini disebabkan oleh masih tingginya spread antara suku bunga deposito dan suku bunga kredit. Diharapkan dengan penurunan suku bunga deposito dapat menekan suku bunga kredit.
Potensi penurunan suku bunga
deposito sebenarnya telah muncul pada tahun 2008. Penurunan suku bunga deposito perbankan merupakan lanjutan kebijakan perbankan nasional untuk mengumpulkan dana murah (tabungan) daripada deposito. Seiring dengan perlambatan ekonomi dunia, pertumbuhan kredit yang mulai melambat ikut memberikan tekanan pada suku bunga deposito. Sikap kehati-hatian perbankan nasional memaksa penurunan suku bunga deposito 3 bulan lebih dari 200 bps (basis poin) sejak akhir tahun 2008. Suku bunga deposito yang terus menurun pada tahun 2009 juga dipengaruhi oleh krisis global. Namun, penurunan suku bunga deposito ini berbanding terbalik dengan kinerja IHSG yang semakin mengkilap di tahun 2008. Penurunan suku bunga deposito 3 bulan ini tampaknya menyebabkan para investor mengalihkan instrumen investasinya ke pasar modal karena dianggap memberika return yang lebih besar. Kenaikan suku bunga deposito secara umum akan menekan IHSG karena kecenderungan investor memilih portofolio yang lebih menguntungkan. Sedangkan penurunan suku bunga akan menyebabkan investor memilih saham di pasar modal sebagai sarana investasinya.
commit to user
128
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kinerja suku bunga deposito yang terus turun selama tahun 2009 mengindikasikan bahwa sektor riil sedang bekerja dengan kucuran dana perbankan di tahun-tahun sebelumnya. Suku bunga yang terus menurun juga mengindikasikan bahwa suku bunga kredit ikut menurun karena hubungan keduanya adalah positif. Tahun 2009 merupakan tahun yang cukup berat bagi perekonomian Indonesia karena krisis keuangan global masih terasa. Namun, dengan turunnya suku bunga deposito yang berbarengan dengan suku bunga kredit, maka kinerja perusahaan akan semakin mengkilat. Pertumbuhan kinerja perusahaan disebabkan karena biaya untuk mendapatkan modal semakin menurun sehingga profit perusahaan (emiten) dapat dimaksimalkan. Efek dari kenaikan profit pada emiten akan berimbas pada penguatan IHSG. Unsur pembiayaan perbankan yang didominasi oleh kredit korporasi akan memacu IHSG apabila terjadi penurunan suku bunga deposito. Namun spread suku bunga deposito dan kredit semakin membesar selama tahun 2009 karena krisis keuangan global yang menekan biaya resiko kredit. Grafik 4.13 Pergerakan Suku Bunga Deposito Tahun 2010
commit to user
129
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber : Bank Indonesia, data diolah, 2011 Penurunan suku bunga deposito pada tahun 2010 menyebabkan investor mengalihkan instrumen investasinya. Dengan pemulihan ekonomi global yang terus berlanjut, penurunan suku bunga deposito diharapkan dapat menurunkan suku bunga kredit untuk memacu sektor riil. Diharapkan nantinya, apabila sektor riil berjalan, akan dapat mengangkat pendapatan masyarakat dan perusahaan sehingga bisa berinvestasi pada pasar modal. DPK (Dana Pihak Ketiga) pada tahun 2010 tetap tumbuh dan ditopang oleh pertumbuhan dana dari deposito. Deposito pada tahun 2010 tumbuh sebesar 18,6% dari akhir tahun 2009 yang hanya sebesar 9,34% (Bank Indonesia, 2011:19). Pertumbuhan ini mengindikasikan bahwa terjadi kelebihan dana di masyarakat sehingga sebagian masyarakat menyimpan dananya pada instrumen investasi semacam deposito. Walau suku bunga deposito turun, namun minat masyarakat untuk menyimpan dana investasinya di deposito terus meningkat sepanjan tahun dikarenakan oleh prospek pemulihan ekonomi global. Suku bunga deposito yang terus turun selama tahun 2010 disebabkan oleh prospek ekonomi global yang semakin membaik. Berbeda dengan suku bunga deposito, IHSG malah menunjukkan performa yang menunjukkan selama tahun 2010. Banyak arus modal asing yang masuk terutama ke dalam pasar modal berhasil mengangkat IHSG mencapai poin tertinggi sepanjang sejarah yaitu pada Desember 2010.
commit to user
130
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Gambaran Umum Variabel Indeks Nikkei Indeks Nikkei pada tahun 2007 mengalami tekanan yang tidak terlalu berarti. Terbukti bahwa indeks Nikkei mengalami pergerakan hanya pada level 15.000-17.000. Tekanan ini tidak begitu terasa pada pasar modal domestik Jepang. Pada awal tahun hingga pertengan tahun yaitu Juni 2007, indeks Nikkei terus mengalami peningkatan kinerja seiring dengan stabilnya harga komoditas sebagai bahan baku industri Jepang. Namun mulai dari bulan Juni 2007, indeks Nikkei mengalami tekanan sampai akhir tahun 2007 karena terjadi fase awal krisis keuangan di Amerika yang melemahkan daya beli masyarakatnya. Grafik 4.14 Pergerakan Suku Bunga Deposito Tahun 2007
Sumber : Bank of Japan, data diolah, 2011 Perekonomian Jepang sebagai kekuatan ekonomi nomor 2 di dunia sangat berhubungan dengan perekembangan pasar keuangan internasional. Pada triwulan commit to user
131
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
I 2008 indeks Nikkei mengalami tekanan yang tidak begitu besar terkait dengan melemahnya indeks di Amerika dan Eropa (Bank of Japan, 2008:5). Tekanan ini dikarenakan ECB (European Central Bank) dan Bank Sentral negara-negara di Eropa menaikkan tingkat suku bunga. Kenaikan tingkat suku bunga ini menyebabkan para pemain pasar modal di indeks Nikkei melarikan dananya ke luar negeri. Tekanan yang terjadi pada triwulan I 2008 juga dikarenakan adanya kenaikan harga komoditas di pasar dunia. Harga komoditas yang naik antara lain adalah gas alam dan minyak bumi dimana 2komoditas ini sangat vital bagi perekonomian Jepang. Kenaikan harga komoditas menekan pemerintah Jepang untuk menaikkan harga jual energi kepada pihak industri sehingga menimbulkan sedikit shock pada indeks Nikkei (Bank of Japan, 2008:9). Pergerakan indeks Nikkei dibarengi dengan penurunan nilai mata uang Jepang yaitu yen terhadap dollar Amerika. Yen mengalami depresiasi dari awal tahun secara perlahan dan fluktuatif hingga berada pada level 107-108 yen per dollar Amerika pada triwulan I tahun 2008 (Bank of Japan, 2008:5).
commit to user
132
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Grafik 4.15 Pergerakan Indeks Nikkei Tahun 2008
Sumber : Bank of Japan, data diolah, 2011 Keterkaitan antara perekonomian Jepang dan Amerika adalah sangat signifikan karena Amerika merupakan negara tujuan ekspor nomor 1 bagi Jepang. Oleh karena itu, ketika perekonomian Amerika mengalami perlambatan akibat dari krisis keuangan yang berada pada fase awal maka indeks Nikkei pun ikut tertekan. Konsumsi pribadi dan investasi di Amerika yang mengalami penurunan ikut menekan Indeks Nikkei. Selain itu, pemain asing yang selama ini mendominasi investasi pasar modal di Jepang turut melarikan danaya dengan alasan kekeringan likuditas dan krisis keuangan global. Namun, dibalik tekanan tersebut, indeks Nikkei sempat mengalami penguatan pada Maret hingga Mei 2008 karena kinerja ekspor negara Jepang masih surplus. Emiten yang terdaftar di indeks Nikkei sebagian besar adalah commit to user
133
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perusahaan berorientasi sebagai pengekspor. Artinya adalah bahwa apabila ekspor meningkat maka profit perusahaan masih terjaga dan dapat memberikan sentiment positif terhadap indeks domestiknya. Walaupun pertumbuhan ekspor terkesan pelan, namun pasar masih bisa menyerap hasil industri negara jepang. Salah satu indikatornya adalah bahwa emiten di sektor teknologi masih mampu mengekspor mesin-mesin ke negara eropa dan Amerika sebagai pangsa pasar terbesar (Bank of Japan, 2008:13). Namun krisis keuangan yang mulai terjadi di Amerika akibat kasus subprime mortage mengakibatkan perlambatan ekonomi dunia. Indeks Nikkei ikut mengalami tekanan. IHSG pun tidak luput dari kejadian ini. Tercatat bahwa indeks Nikkei mengalami penurunan lebih dari 45% dari awal tahun 2008 hingga akhir tahun 2008. Kinerja emiten Nikkei selama tahun 2008 mengalami tekanan dari segi profit sehingga saham mereka tertekan dan akhirnya indeks Nikkei menunjukkan kinerja negatif. Tekanan dari permintaan asing terhadap barang-barang Jepang yang melemahkan ekspor memberikan efek negatof terhadap Nikkei. Daya beli masyarakat Amerika sebagai negara tujuan ekspor nomor 1 jepang memberikan efek yang signifikan terhadap penurunan indeks Nikkei. Keadaan krisis ini dibarengi dengan kenaikan harga barang-barang material dan energi karena peningkatan permintaan dari negara-negara berkembang atau emerging market sehingga indeks Nikkei tertekan lebih dalam lagi. Indeks Nikkei mencatat level paling tinggi yaitu pada level 14370 pada bulan Mei 2008 dan level paling rendah commit to user
134
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pada bulan November 2008 yang hanya sebesar 8515 atau menurun hampir sebesar 45% dari awal tahun. Grafik 4.16 Pergerakan Indeks Nikkei Tahun 2009
Sumber : Bank of Japan, data diolah, 2011 Tahun 2009, ekonomi Jepang mulai pulih seiring dengan pemulihan perekonomian dunia. Kebijakan domestik negara Jepang juga turut mendukung terciptanya perbaikan di sektor perekonomian. Namun masalah masih muncul dari tingkat permintaan domestik yang belum pulih.
Ekspor dan impor pada tahun 2009 mulai tumbuh setelah sebelumnya sempat terkoreksi oleh krisis keuangan global. Dengan membaiknya ekspor, maka sebagai negara yang berorientasi ekspor, indeks Nikkei yang didominasi oleh
commit to user
135
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
emiten pengekspor ikut mengalami kenaikan harga saham yang merupakan imbas dari perbaikan ekonomi dunia.
Namun dalam perjalannnya, indeks Nikkei pada triwulan I 2009 sempat terkoreksi akibat dari kenaikan harga komoditas. Efek deflasi yang diakibatkan oleh kelebihan penawaran barang memicu deflasi yang turut menekan indeks Nikkei (Bank of Japan, 2009:8). Kenaikan harga energi yaitu minyak bumi pada tahun 2008 masih terasa terutama di sektor industri domestik Jepang. Kenaikan harga energi menyebabkan kenaikan ongkos produksi sehingga saham melemah selain dikarenakan sentimen krisis keuangan global yang melemahkan permintaan asing terhadap produk Jepang.
Kenaikan indeks Nikkei sebesar 20% di triwulan II 2009 jika dibandingkan dengan triwulan I 2009 merupakan efek dari kebijakan bunga rendah oleh pemerintah Jepang yang berada pada kisaran 1.3-1.4%. Suku bunga yang rendah diimplementasikan agar sektor industri dapat memperoleh dana murah sehingga biaya ekspansi dapat ditekan. Efeknya adalah kenaikan indeks Nikkei dari level 7895 pada bulan Januari 2009 menjadi lebih dari 10.000 pada bulan Juli-Agustus 2009. Selain itu, penguatan indeks di Eropa dan Amerika ikut memberikan efek positif bagi indeks Nikkei (Bank of Japan, 2009:6).
Indeks Nikkei sempat melemah secara drastis pada akhir bulan November 2009 yang disebabkan oleh penguatan nilai tukar yen. Penguatan nilai tukar yen akan menyebabkan barang hasil produksi Jepang lebih mahal dari pada commit to user
136
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kompetitornya. Menurunnya daya saing akibat dari kenaikan harga barang ini sangat berbahaya bagi negara Jepang yang berorientasi pada ekspor. Dampaknya adalah tekanan pada indeks Nikkei yang turun dari level 9500 ke level 9000.
Indeks Nikkei kembali bergerak ke kisaran 11.000 pada akhir tahun atau tepatnya pada bulan desember 2009. Penguatan indeks Nikkei secara garis besar disebabkan oleh melemahnya nilai tukar yen terhadap dollar Amerika. Penguatan nilai tukar yen pada tahun 2009 sempat menyentuh angka 84-85 yen per dollar Amerika. Penguatan ini diindikasikan menyebabkan indeks Nikkei tertekan karena nilai ekspor ikut tertekan. Namun, depresiasi nilai tukar yen mulai terjadi pada bulan Desember 2009 dan menyebabkan indeks Nikkei kembali menguat di akhir tahun 2009. Nilai tukar yen pada bulan Desember tahun 2009 berada di kisaran 93-94 yen per dollar Amerika.
Grafik 4.17 Pergerakan Indeks Nikkei Tahun 2010
Sumber : Bank of Japan, data diolah, 2011 commit to user
137
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Indeks Nikkei pada tahun 2010 bergerak cukup fluktuatif seperti terlihat pada grafik (4.17). Dengan suku bunga yang berada pada level 0.9-1.0% indeks Nikkei bergerak di sekitar level 9500 (Bank of Japan, 2010:5). Perekonomian dunia yang melambat pada tahun 2009 tetap terjadi pada tahun 2010. Amerika sebagai negara tujuan utama ekspor Jepang masih mulai memasuki tahap pemulihan setelah ekonomi negaranya mengalami krisis keuangan yang merembet pada perekonomian negara lain. Hal terpenting dari krisis keuangan global dan pengaruhnya terhadap perekonomian Jepang adalah masalah permintaan barangbarang ekspor jepang. Untuk memacu permintaan dalam negerinya, maka Amerika meluncurkan program stimulus fiskal yang pada akhirnya dapat memberikan dampak positif terhadap ekspor negara Jepang (Bank of Japan, 2010:5). Selain Amerika, Eropa merupakan tujuan utama ekspor negara Jepang. Ekspor merupakan komponen penting untuk mengukur kekuatan ekonomi Jepang karena sebagian besar emiten di indeks Nikkei merupakan eksportir. Oleh karena itu, pemulihan ekonomi dan permintaan di berbagai negara akan memberikan efek positif pada indeks Nikkei. Walaupun sempat mengalami kenaikan pada triwulan I 2010, indeks Nikkei mengalami tekanan mulai dari awal triwulan III hingga triwulan IV tahun 2010 yang disebabkan oleh apresiasi yen dan pelemahan ekonomi global (Bank of Japan, 2010:11). Ekspor negara Jepang berada pada posisi stagnan selama tahun 2010 namun diharapkan pada tahun 2011 dapat terus tumbuh. Seiring dengan commit to user
138
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menurunnya investasi publik maka pada tahun 2010 indeks Nikkei ikut tertekan (Bank of Japan, 2010:7). Dengan efek stimulus yang diberikan Bank of Japan berupa suku bunga yang rendah maka aktivitas perekonomian negara Jepang selama tahun 2010 terus mengalami peningkatan. Efek positif dari kebijakan uang longgar (quantitative easing monetary policy) ini adalah berupa pertumbuhan keuntungan perusahaanperusahaan di Jepang. Tekanan yang fluktuatif pada indeks Nikkei cukup terasa pada tahun 2010. Namun secara keseluruhan perekonomian negara Jepang cukup solid untuk menopang penguatan indeks Nikkei. Kenaikan produktivitas barang-barang manufaktur yang menjadi ciri khas negara Jepang selama tahun 2010 merupakan indikasi positif bagi penguatan indeks Nikkei. Secara khusus, penjualan kendaraan bermotor yang merupakan ciri khas Jepang mengalami peningkatan selama tahun 2010, bahkan melebihi ekspektasi. Walaupu indeks Nikkei sempat tertekan selama 3 kuartal berturut-turut namun penguatan indeks pada akhir tahun mengindikasikan bahwa keuangan dan profit para emiten di indeks Nikkei tetap terjaga. Peluang indeks Nikkei pada tahun 2011 tetap pada tren penguatan. Pulihnya ekonomi global menjadi peluang para emiten di indeks Nikkei untuk memperbaiki kinerjanya yang sempat buruk pada tahun 2008-2009. Apresiasi mata uang menjadi salah satu permasalahan yang harus dihadapi negara Jepang. commit to user
139
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut pengalaman indeks Nikkei pada beberapa triwulan sebelum tahun 2010 menunjukkan bahwa apresiasi memberikan efek negatif pada perekonomian berupa penurunan ekspor dan profit emiten di negara Jepang.
E. Pemilihan Model Pemilihan bentuk fungsi model empirik merupakan masalah yang sangat penting, karena teori ekonomi tidak secara spesifik menunjukkan apakah sebaiknya bentuk fungsi suatu model empirik dinyatakan dalam bentuk linier, loglinier atau bentuk lainnya (Gujarati, 2004:280). Ada beberapa metode empirik yang digunakan dalam pemilihan bentuk fungsi model empirik, seperti: kriteria statistik Schwarz, metode model transformasi Box-cox, metode yang dikembangkan Mac Kinnon, White dan Davidson atau lebih dikenal dengan MWD test, metode Bara dan Mc Aleer atau dikenal dengan B-M test dan metode yang dikembangkan Zarembaka. Dalam penelitian ini, pemilihan bentuk fungsi model empirik akan dilakukan dengan MWD test. Dalam memilih model empirik yang baik, MWD test membandingkan tingkat signifikansi antara nilai Z1 dan Z2. Nilai Z1 diperoleh melalui pengurangan antara log(IHSGF) dan LIHSGF. Sedangkan untuk Z2 diperolah dengan rumus Z2=exp(LIHSGF)-IHSGF. Nilai Z1 yang telah didapatkan kemudian diregresikan kedalam persamaan dengan model linier. Apabila Z1 signifikan secara statistik, maka tolak Ho (model commit to user
140
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
linier) dan jika tidak signifikan, maka tidak menolah Ho (model linier). Untuk nilai Z2 diregresikan dengan model log-linier sehingga apabila nilai Z2 signifikan secara statistik, maka tolak Ha (model log-linier) dan jika tidak signifikan secara statistik maka tidak menolak Ha (model log-linier).
Tabel 4.1 Hasil Uji MWD Variabel Probability Z1 0.0142** Z2 0.7328 ***Signifikan pada α 1% **Signifikan pada α 5% *Signifikan pada α 10%
Sumber : Data olahan Eviews 6.0, 2011 Dari tabel (4.1) yang merupakan fungsi model linier diketahui bahwa nilai Z1 signifikan pada tingkat kesalahan 5% yang artinya menolak model linier dan menerima model log-linier. Model kedua yang merupakan fungsi model log-linier diketahui bahwa nilai Z2 tidak signifikan pada tingkat kesalahan 5% yang artinya tidak menolah Ha (model log-linier). Variabel tingkat suku bunga tidak diubah menjadi log karena logaritma tidak bisa bekerja pada angka negatif. Angka negatif tingkat suku bunga riil disebabkan oleh beberapa bulan dalam data time series yang menunjukkan angka inflasi lebih besar daripada suku bunga. Berdasarkan hasil uji MWD, maka bentuk fungsi model empirik yang paling baik untuk digunakan pada penelitian ini adalah bentuk log-linier, yaitu: commit to user
141
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LIHSG = 33.6181459703 -2.75317026295*LKURS+ 0.122108547691*LNIKKEI - 4.62909538438*SUKUBUNGA …………(.4.1)
F. Pembentukan Model Autoregressive Distributed Lag (ADL) Efek dinamis dapat diinvestigasi dengan cara memasukkan nilai lag dari independen variabel di sisi kanan model regresi. Dalam model dinamis, dapat dilakukan dengan cara distributed lag atau autoregressive model. Kombinasi diantara kedua model ini disebut dengan Autoregressive Distributed Lag (ARDL). Model ARDL telah digunakan secara luas dalam model-model yang menggunakan data time series. Dalam distributed lag model, nilai lag dari variabel independen berada di sisi kanan persamaan. Untuk autoregressive model nilai masa lalu variabel dependen dimasukkan ke sisi kanan persamaan. Apabila di sisi kanan persamaan dimasukkan nilai masa lalu baik variabel dependen dan independen, maka model ini disebut dengan model ARDL. Model ARDL dalam penelitian ini digunakan karena model regresi 4.1 yang diestimasi menggunakan metode OLS
menunjukkan gejala spurious
regression (regresi lancung). Regresi lancung ini ditandai dengan nilai koefisien determinasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan DW Statistic (Insukindro et al, 2004:127).
commit to user
142
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.2 Hasil Regresi Model Log-linier Durbin-Watson stat 0.498801
Adjusted Rsquared 0.820314
Sumber : Data olahan Eviews 6.0, 2011 Tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson statistic lebih rendah daripada nilai koefisien determinasi. Ini menunjukkan bahwa pada model loglinier atau model (4.1) mengalami masalah regresi lancung (Yule dalam Gujarati, 2004:806). Berdasarkan uji MWD, maka model yang dipilih adalah model log-linier. Untuk membentuk fungsi ARDL maka nilai masa lalu variabel dependen dan independen dimasukkan ke sisi kanan persamaan dengan nilai lag optimal yang belum ditentukan. Dengan mengakomodasi model log-linier maka bentuk fungsi ARDL penelitian ini adalah sebagai berikut:
LIHSGt = b 0 + b 1 LKurs t + b 2 LNikkeit + b 3 Sukubungat +
b 4 LKurs t - k + b 5 LNikkeit - k + b 6 Sukubunga t - k + b 7 LIHSGt - k + u t ……(4.2) Model 4.2 merepresentasikan metode ARDL karena di sisi kanan persamaan terdapat nilai masa lalu variabel independen dan dependen yaitu LKurst-k , LNikkeit-k , Sukubungat-k dan LIHSGt-k . Lag yang akan digunakan belum dipilih karena untuk menentukan tingkat optimum lag akan digunakan Schawrz Information Criteria (SIC). commit to user
143
perpustakaan.uns.ac.id
G.
digilib.uns.ac.id
Pemilihan Tingkat Lag Optimum Pemilihan lag optimum pada penelitan ini menggunakan metode Schwarz
Information Criteria (SIC). Berdasarkan hasil olah data eviews, maka parameter SIC menunjukkan bahwa seluruh variabel pada model 4.1 optimum pada lag 1 seperti yang direpresentasikan oleh tabel 4.3 sebagai berikut : Tabel 4.3 Pemilihan Lag Optimum Lag
LogL
LR
FPE
AIC
SC
HQ
0
256.24
NA
1.59E-10
-11.21067
-11.05007
-11.1508
1
408.4285
270.5574*
3.75e-13*
-17.26349*
-16.46053*
-16.96415*
2
419.1322
17.12582
4.83E-13
-17.0281
-15.58277
-16.48929
3
437.4295
26.02292
4.57E-13
-17.1302
-15.0425
-16.35193
* Mengindikasikan tingkat lag yang dipilih oleh kriteria
Sumber : Data olahan Eviews 6.0, 2011 Berdasarkan pemilihan lag oleh parameter SIC, maka model ARDL penelitian ini akan menggunakan lag pada tingkat 1 atau t-1. Maka penyesuaian model yang akan digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut yang didasarkan atas hasil analisis regresi model ARDL pada tabel 4.4 : LIHSG = 0.396635481707 - 1.26211210911 LKURS + (-3.855460) 0.393937358461*LNIKKEI + 1.59422172406*SUKUBUNGA + (2.527745)
(0.758874)
1.19614617722*LKURS(-1) - 0.355126635228*LNIKKEI(-1) + (3.605179)
(-2.233513)
2.80378070105*SUKUBUNGA(-1) + 0.986758514906*LIHSG(-1) (1.500730)
(10.69580)…….(4.3)
commit to user
144
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.4 Hasil Regresi Model ARDL Variabel C LKURS LNIKKEI SUKUBUNGA LKURS(-1) LNIKKEI(-1) SUKUBUNGA(-1) LIHSG(-1) R-squared Adjusted R-squared Sum squared resid Prob(F-statistic)
Koefisien 0.396635 -1.262112 0.393937 1.594222 1.196146 -0.355127 2.803781 0.986759 0.963289 0.9567 0.131794 0.0000
t-statistik 0.122083 -3.85546 2.527745 0.758874 3.605179 -2.233513 1.50073 10.6958 Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Prob. 0.9035 0.0004 0.0156 0.4525 0.0009 0.0313 0.1415 0.0000 -2.698363 -2.383444 -2.579857 2.030954
Sumber : Data olahan Eviews 6.0, 2011
Tabel 4.5 Koefisien Jangka Panjang dan Jangka Pendek Model ARDL
Variabel LKURS LNIKKEI SUKUBUNGA
Koefisien Jangka Pendek
Koefisien Jangka Panjang
-1.262112
-4.981950004 2.931047504 0.393937 1.594222 332.1503663 Sumber : Data olahan Eviews 6.0, 2011
Untuk mendapatkan koefisien peramalan jangka panjang pada model ARDL, maka kita harus melakukan penghitungan dengan cara menambahkan antara Xt ditambahkan dengan Xt-1 kemudian dibagi dengan 1-Yt-1 seperti pada persamaan 3.14. Sebagai contoh, untuk mendapatkan koefisien jangka panjang
commit to user
145
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk variabel LKurs maka dilakukan penghitungan yaitu (-1.26+1.21)/(1-0.99) sehingga didapatkan koefisien jangka panjang sebesar -4.9 H.
Uji Asumsi Klasik 1.
Uji Normalitas Tujuan dari dilakukannya uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah
suatu variabel normal atau tidak. Normal disini dalam arti mempunyai distribusi data yang normal. Jadi uji normalitas pada dasarnya melakukan perbandingan antara data yang kita miliki dengan data berdistribusi normal yang memilki mean dan standar deviasi yang sama dengan data kita. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji Jarque-Bera (JB). Nilai JB diharapkan mendekati 0. Hipotesis yang diasumsikan adalah : Ho : residual berdistribusi normal Ha : residual berdistribusi tidak normal Jika probabilitas JB lebih kecil dari 0,05 berarti nilai JB statistik berbeda dengan 0, maka Ho ditolak. Jika nilai probabilitas JB lebih besar dari 0,05 berarti nilai JB statistik tidak berbeda dengan 0 yang artinya tidak menolak Ho. Hasil uji normalitas adalah sebagai berikut :
commit to user
146
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.6 Hasill Uji Normalitas Jarque-Berra Probability 2.149821 0.341328 Sumber : Data olahan Eviews 6.0, 2011 Tabel 4.6 menunjukkan nilai probability lebih besar dari tingkat signifikansi sebesar 5% oleh karena itu data dalam penelitian ini berdistribusi normal. 2. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas atau independen. Multikolinearitas sering terjadi berkorelasi
jika diantara variabel bebas (x)
saling
sehingga hasil estimasi menjadi bias. Uji multikolinieritas
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas. Asumsi multikolinieritas menyatakan bahwa variabel independen harus terbebas dari gejala multikolinieritas. Gejala multikolinieritas adalah gejala korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Uji multikolinearitas diperoleh dengan beberapa langkah yaitu 1). melakukan regresi model lengkap Y = f (X1…Xn)
sehingga kita mendapatkan R21(R2 regresi asal) ; 2).
Melakukan regresi X1 (variabel bebas) terhadap seluruh X1,2…n ,maka diperoleh nilai R22,3,4….n (metode ini dinamakan korelasi parsial); dan 3). commit to user
147
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Membandingkan nilai R21 dengan R22,3….n . Pedoman yang digunakan, jika nilai R21 lebih tinggi dari R22,3…n pada regresi antar variabel bebas, maka dalam model empirik tidak terdapat masalah multikolnieritas dan sebaliknya. Hasil uji multikolinieritas dengan metode korelasi parsial adalah sebagai berikut : Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinieritas Variabel Independen LIHSG LKURS LNIKKEI SUKUBUNGA LKURS t-1 LNIKKEI t-1 SUKUBUNGA t-1 LIHSG t-1
R Squared 0.963289 0.9129 0.955213 0.542349 0.909312 0.958883 0.420379 0.883594
Sumber : Data olahan Eviews 6.0, 2011 Hasil uji multikolinieritas korelasi parsial pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi untuk variabel LKURS, LNIKKEI, SUKUBUNGA, LKURS t-1, LNIKKEI t-1, SUKUBUNGA t-1 dan LIHSG t-1 adalah lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai koefisien determinasi dengan variabel LIHSG. Artinya adalah bahwa model persamaan (4.3) tidak mengalami masalah multikolinieritas.
commit to user
148
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Uji Autokorelasi Tes yang digunakan untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi pada penelitian ini adalah Breusch-Godfrey (BG) test atau sering juga disebut Lagrange Multiplier (LM) test. Tes ini merupakan salah satu tes autokorelasi yang bisa dilakukan pada regresi dimana terdapat lag dari dependen variabel sebagai variabel independen dan lebih direkomendasikan untuk jumlah observasi yang cukup besar (Gujarati, 2004:681). Disamping itu LM test dapat dilakukan pada derajat aurokorelasi lebih dari nol. Misalnya AR (1), AR(2) dan seterusnya. Hasil uji autokorelasi adalah sebagai berikut : Tabel 4.8 Hasil Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
0.019843 0.024529
Prob. F(1,38) Prob. Chi-Square(1)
0.8887 0.8755
Sumber : Data olahan Eviews 6.0, 2011 Hasil uji autokorelasi pada tabel 4.8 diketahui bahwa nilai probabilitas lebih besar dari probabilitas 5% maka hipotesa yang menyatakan pada model tidak terdapat autokorelasi tidak ditolak. Berarti model empirik lolos dari masalah autokorelasi.
commit to user
149
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Uji Heterokedastisitas Tabel 4.9 Hasil Uji Heterokedastisitas Obs*R-squared Nilai Tabel Chi Square 6.367318 14.0671 Sumber : Data olahan Eviews 6.0, 2011 Nilai Obs*R-Squared adalah 6.367318 dan nilai ini lebih kecil dari nilai tabel chi square dengan tingkat kesalahan 5% dengan df 7 (jumlah regressor) yaitu
14.0671
yang
artinya
model
ini
tidak
mengalami
masalah
heterokedastisitas. I. Uji t Statistik Uji t pada penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi atau α=5% yang berarti bahwa tingkat keyakinan adalah 95%. Adapun kriteria pengujian uji t adalah membandingkan nilai thitung dengan ttabel. Selain itu, terdapat kriteria pengujian lainnya yaitu dengan melihat nilai t-probabilitas. Jika nilai tprobabilitas yang didapatkan lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% maka nilai parameter yang didapatkan mempunyai pengaruh yang signifikan, demikian juga sebaliknya. Hasil pengujian parameter individual dengan tingkat signifikansi 5% tersebut disajikan pada Tabel 4.10 yaitu:
commit to user
150
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.10 Uji t-statistik Variable t-Statistic Prob. Kesimpulan LKURS -3.85546 0.0004 Signifikan LNIKKEI 2.527745 0.0156 Signifikan SUKUBUNGA 0.758874 0.4525 Tidak Signifikan LKURS(-1) 3.605179 0.0009 Signifikan LNIKKEI(-1) -2.23351 0.0313 Signifikan SUKUBUNGA(1.50073 0.1415 Tidak Signifikan 1) Sumber : Data olahan Eviews 6.0, 2011 Dari hasil uji t –statistik pada tabel 4.10, selain suku bunga depsoito semua variabel menunjukkan angka yang signifikan yaitu lebih kecil dari 0.05.Tingkat suku bunga yang tidak signifikan diakibatkan oleh dirilisnya instrumen investasi yang memberikan return lebih besar (SBI dan SUN) daripada instrumen investasi seperti deposito 3 bulan sehingga kenaikan suku bunga deposito tidak akan menarik bagi investor pasar modal untuk mengalihkan dana mereka.
J. Uji F (F-test) Uji F pada penelitian ini juga menggunakan tingkat signifikansi atau α=5%. Kriteria dari uji F adalah jika nilai t-probabilitas yang didapatkan lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% maka secara bersama-sama variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikatnya, demikian juga sebaliknya. Nilai probabilitas (F-statistik) dalam model persamaan tersebut adalah 0,000000 yang berarti signifikan pada tingkat signifikansi 5% dan commit to user
151
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bahkan pada tingkat signifikansi 1%. Hal ini berarti bahwa variabel suku bunga deposito, indeks Nikkei dan kurs nilai tukar secara bersama-sama mempengaruhi tingkat variabel indeks harga saham gabungan.
K. Goodness of Fit atau Koefisien Determinasi Koefisien determinasi penyesuaian (adjusted R2) menunjukkan seberapa besar persentase variasi variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebas dalam model. Nilai adjusted R2 berkisar antara 0–1. Semakin mendekati 1 berarti semakin besar variabel bebas mampu menjelaskan variasi variabel terikat. Berdasarkan hasil pengolahan data, didapatkan nilai adjusted R2 sebesar 0.956700, artinya bahwa variasi variabel LIHSG dapat dijelaskan oleh variabel kurs nilai tukar, indeks Nikkei dan tingkat suku bunga sebesar 95,67%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model
L. Interpretasi Hasil Pengaruh dari masing-masing variabel yaitu indeks Nikkei, kurs nilai tukar dan suku bunga deposito terhadap IHSG adalah sebagai berikut : 1) Kurs Nilai Tukar Nilai parameter kurs nilai tukart-1 (β4) dari hasil regresi pada tabel 4.4 adalah 1.196146. Hal ini mengidentifikasikan bahwa jika kurs nilai tukar pada saat t-1 atau satu bulan sebelumnya (dalam jangka pendek) naik 1% commit to user
152
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(terdepresiasi) , maka akan menyebabkan kenaikan IHSG sebesar 1.2%. Sedangkan untuk peramalan jangka panjang, variabel kurs nilai tukar menunjukkan angka -4.98195 pada tabel 4.5 yang artinya adalah apabila kurs nilai tukar mengalami pelemahan (depresiasi) sebesar 1% maka IHSG akan ikut menurun sebesar 4.98%. Hal ini sependapat dengan penelitian Liu dan Shrestha (2008) yang mengatakan bahwa apabila kurs terdepresiasi maka indeks harga saham gabungan akan ikut tertekan atau mengalami penurunan. Pelemahan indeks gabungan dikarenakan naiknya biaya impor barang modal bagi negara yang emitennya dan negaranya berorientasi pada impor. Contohnya adalah Indonesia yang banyak mengimpor barang modal sehingga pelemahan nilai tukar rupiah akan menyebabkan harga input (barang impor) semakin mahal dan akhirnya adalah menurunkan proyeksi keuntungan perusahaan yang berdampak pada penurunan harga saham di pasar modal. 2) Indeks Nikkei Nilai parameter indeks Nikkeit-1 (β5) dari hasil regresi pada tabel 4.4 adalah 0.355127. Hal ini mengidentifikasikan bahwa jika indeks Nikkei naik 1%, maka akan menyebabkan penurunan IHSG sebesar 0.36%. Sedangkan untuk peramalan jangka panjang, variabel indeks Nikkei menunjukkan angka 2.931048 pada tabel 4.5 yang artinya adalah apabila indeks Nikkei mengalami penguatan sebesar 1% maka IHSG akan ikut menguat sebesar 2.93%. Ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nachrowi dan Usman (2007) dimana pasar modal negara berkembang dipengaruhi oleh commit to user
153
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pasar modal negara maju dan mempunyai arah hubungan yang positif. Negara Jepang yang diwakili oleh indeks Nikkei merupakan negara tujuan ekspor migas Indonesia yang paling besar. Emiten di sektor migas memainkan peranan penting pada pasar modal Indonesia. Dan apabila ditarik kesimpulan, bahwa pelemahan indeks Nikkei yang disebabkan oleh penurunan kapasitas produksi industri domestik Jepang akan mengakibatkan IHSG ikut tertekan karena volume ekspor kita juga akan menurun. 3) Suku Bunga Nilai parameter suku bungat-1 (β6) dari hasil regresi pada tabel 4.4 adalah 2.803781. Hal ini mengidentifikasikan bahwa jika suku bunga pada saat t-1 atau satu bulan sebelumnya naik (dalam jangka pendek) sebesar 1%, maka akan berpengaruh terhadap kenaikan IHSG sebesar 2.8%. Sedangkan untuk peramalan jangka panjang, variabel suku bunga menunjukkan angka 332.150 pada tabel 4.5, tetapi karena ciri jangka panjang Sukubungat yaitu Sukubungat-1 tidak signifikan seperti yang terlihat pada tabel 4.4 yaitu probability yang menunjukkan angka 0.1415 maka koefisien jangka panjang sebesar Sukubungat dianggap sama dengan -1.000, bukan sama dengan 332.150 (Insukindro, et al, 2000:88). 4) LIHSG Nilai parameter LIHSGt-1 (β7) dari hasil regresi pada tabel 4.4 adalah 0.986759. Hal ini mengidentifikasikan bahwa jika IHSG pada saat t-1 atau
commit to user
154
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
satu bulan sebelumnya (dalam jangka pendek) naik 1%, maka akan berpengaruh terhadap kenaikan IHSG sebesar 0.99%.
commit to user
155
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan analisis kuantitatif dan deskriptif yang dilakukan pada babbab sebelumnya dapat dilihat bahwa penelitian ini bermaksud untuk melihat pengaruh dari kurs nilai tukar, suku bunga deposito 3 bulan dan indeks Nikkei terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada periode 2007-2010.. Dari hasil pengujian dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian ini yaitu : 1. Penelitian ini menghasilkan pola hubungan yang negatif antara kurs nilai tukar terhadap IHSG. Penelitian ini mengidentifikasikan bahwa jika kurs nilai tukar satu bulan sebelumnya atau dalam jangka pendek naik 1% (terdepresiasi), maka akan menyebabkan kenaikan IHSG sebesar 1.2%. Sedangkan untuk peramalan jangka panjang, apabila kurs nilai tukar mengalami penguatan sebesar (apresiasi) 1% maka IHSG akan ikut menurun sebesar 4.98%. 2.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa jika indeks Nikkei naik 1%, maka akan menyebabkan penurunan IHSG sebesar 0.36% dalam jangka pendek. Sedangkan untuk peramalan jangka panjang, variabel indeks Nikkei menunjukkan angka 2.931048 yang artinya adalah apabila indeks Nikkei mengalami penguatan sebesar 1% maka IHSG akan ikut menguat sebesar 2.93%. Tingkat siginifikansi indeks Nikkei
commit to user
156
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
juga menunjukkan angka dibawah 0.05 yang artinya bahwa indeks Nikkei berpengaruh terhadap IHSG. 3. Hubungan yang negatif antara suku bunga deposito dengan IHSG dalam penelitian ini tidak ditemukan. Namun karena nilai probabilitas variabel masa lalu suku bunga atau
Sukubungat-1 tidak signifikan
sehingga koefisien untuk peramalan jangka panjang pada model ini dianggap -1.000. Hubungan yang tidak signifikan antara suku bunga deposito dan IHSG memiliki tendensi disebabkan oleh 2 hal yang pertama adalah bahwa IHSG yang dikuasai oleh investor asing sebesar 70% tidak memiliki ketertarikan terhadap return suku bunga deposito karena lebih kecil dibandingkan instrumen keuangan seperti SUN atau SBI ini terlihat bahwa capital inflow ke dalam perekonomian domestik didominasi oleh penempatan dana di SUN sebesar 40%, SBI 30%, pasar modal 20% dan sisanya di instrumen keuangan lainnya. Yang kedua adalah
bahwa kapitalisasi instrumen deposito untuk
menampung pengalihan modal dari IHSG sangat terbatas sehingga tidak cukup signifikan dalam menampung aliran dana dari pasar modal apabila memang investor berminat.
commit to user
157
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut: 1. Kurs nila tukar berhubungan negatif terhadap IHSG yang artinya pelemahan nilai tukar Rupiah akan menyebabkan IHSG tertekan. Dari sudut ini dapat kita ambil kesimpulan bahwa Indonesia adalah negara yang berorientasi impor. Sebaliknya, apabila nilai tukar rupiah menguat maka IHSG akan cenderung menguat. Penguatan nilai tukar rupiah akan menyebabkan impor barang modal menjadi semakin murah. Impor barang modal yang murah akan meningkatkan kinerja emiten yang sebagian besar bahan bakunya berupa barang-barang impor. Peran pemerintah sangat sentral mengenai permasalahan ini karena kinerja emiten dipengaruhi secara signifikan melalui kurs nilai tukar yang dicerminakan oleh kinerja IHSG. Pemerintah dan Bank Indonesia dapat memacu kinerja pasar modal melalui penguatan nilai tukar rupiah. 2. Indeks Nikkei yang merupakan indeks harga saham gabungan di negara Jepang memiliki hubungan yang positif dengan IHSG. Ini artinya bahwa apabila indeks Nikkei menguat, maka IHSG akan cenderung menguat pula. Pola keterkaitan perekonomian antara Jepang dan Indonesia dapat terlihat pada aktivitas emitennya. Emiten di negara Jepang sebagian besar berasal dari kalangan industri yang membutuhkan pasokan energi secara berkesinambungan, sudut ini adalah peluang bagi emiten di pasar modal commit to user
158
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Indonesia dimana sektor migas merupakan salah satu kekuatan inti pasar modal Indonesia. Kenaikan produksi industri di negara Jepang akan berimbas baik pada IHSG kita karena ekspor kita akan meningkat, selain itu dengan semakin membaiknya perekonomian pasca krisis, maka harga barang-barang modal impor yang berasal dari Jepang akan ikut turun. 3. Suku bunga deposito 3 bulan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan IHSG. Mayoritas investor di pasar modal Indonesia (BEI) adalah pihak asing yang sering menggunakan sarana obligasi seperti SUN dan SBI sebagai subtitusi investasi di pasar modal apabila terjadi guncangan pada sektor keuangan. Suku bunga deposito yang tinggi cenderung tidak mempengaruhi para investor di pasar modal untuk mengalihkan dananya. Namun apabila mengacu pada hasil penelitian ini, pemerintah sebaiknya tidak menggunakan sarana investasi suku bunga deposito sebagai penunjang kinerja pasar modal dalam jangka panjang karena hubungan yang tidak signfikan diantara kedua variabel ini.
commit to user
159