ANALISIS PENGARUH LABA UNEXPECTED, LARGE WORKING CAPITAL ACCRUALS, UKURAN PERUSAHAAN, EARNING PER SHARE, DAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET TERHADAP RETURN SAHAM
Dian Farisa Ulfyana Dr. Agus Purwanto, S.E., M.Si., Akt. JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS DIPONEGORO
ABSTRACT This research aims to analyze the effect of unexpected earnings, large working capital accruals positive, large working capital accruals negative, firm size, earnings per share, and investment opportunity set on stock return. And to analyze the influence of large working capital accruals positive and large working capital accruals negative as a moderating variable on the relation of unexpected earnings to stock return. This research is divided into three groups. Group I is the firm that reported an increase and decrease in earnings. Group II is the firm that just reported an increase in earnings. Group III is the firm that just reported a decrease in earnings. Samples are manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange in the year 2007-2009. Samples were selected using purposive sampling method. Test of hypothesis using multiple regression analysis. The results of the research reveals that in group I and II, unexpected earnings has not effect on stock return, while in group III, unexpected earnings has significantly negative effect on stock returns. In group I and III, large working capital accruals positive has significantly positive effect on stock return, while in group II, large working capital accruals positive has not effect on stock return. In group I, II, and III, large working capital accruals negative has significantly positive effect on stock return. In group I, II, and III, the large working capital
1
2
accruals positive affect the relations of unexpected earnings on stock return. In group I, II, and III, the large working capital accruals negative has not effect the relations of unexpected earnings on stock return. In group I, II, and III, firm size has not effect on stock return. In group I, II, and III, earnings per share has significantly positive effect on stock return. In group I, II, and III, investment opportunity set has not effect on stock return.
Keywords: unexpected earnings, large working capital accruals, firm size, earnings per share, investment opportunity set, stock return.
3
I.
PENDAHULUAN Saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan. Setiap investor yang
melakukan investasi saham selalu berharap memperoleh return saham yang besar. Return saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi saham. Sebelum mengambil keputusan untuk melakukan investasi, para investor perlu melakukan analisa laporan keuangan perusahaan karena dari laporan keuangan para investor dapat mengetahui informasi tentang perusahaan yang digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk membeli atau menjual sahamsaham yang dimiliki. Investor perlu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi return saham agar mereka dapat memperkirakan besarnya return saham yang akan diterima. Faktor-faktor yang mempengaruhi return saham yaitu, laba unexpected, large working capital accruals positif, large working capital accruals negatif, ukuran perusahaan, earning per share, dan investment opportunity set. Large working capital accruals positif dan large working capital accruals negatif dapat memoderasi hubungan laba unexpected terhadap return saham. Laba unexpected adalah selisih antara laba yang diumukan perusahaan dengan laba ekspektasi (diharapkan). Hasil penelitian Saputra (2010) dan Karacaer, dkk. (2009) menunjukkan bahwa laba unexpected berpengaruh positif terhadap return saham. Hasil penelitian Gunawan dan Prasetya (2007) menunjukkan bahwa laba unexpected tidak berpengaruh terhadap return saham. Hasil penelitian Sari dan Zuhrotun (2006) menunjukkan bawa perubahan laba berpengaruh terhadap return saham. Hasil penelitian Hasibuan (2009) menunjukkan bawa perubahan laba tidak berpengaruh terhadap harga saham. Agar kinerja perusahaan terlihat baik, manajer berusaha untuk mengatur laba, yaitu dengan melakukan manajemen laba. Hasil penelitian Ardiati (2005) menunjukkan bahwa manajemen laba berpengaruh positif terhadap return saham pada perusahaan yang diaudit oleh KAP Big 5 dan berpengaruh negatif pada perusahaan yang diaudit oleh KAP non Big 5. Hasil penelitian Solechan (2009) menunjukkan bahwa manajemen laba baik akrual diskresioner maupun non diskresioner tidak berpengaruh terhadap return saham. Hasil penelitian Solechan
4
(2008) menunjukkan bahwa manajemen laba tidak berpengaruh terhadap return saham. Pada umumnya manajemen laba dilakukan melalui metode akrual. Akan tetapi, pada penelitian ini manajemen laba dilakukan dalam bentuk large working capital accruals karena belum banyaknya penelitian yang meneliti manajemen laba dari large working capital accruals. Suatu perusahaan dikatakan melakukan manajemen laba jika nilai absolute modal kerja akrual unexpected perusahaan tersebut di atas median industri. Median industri yang dimaksud adalah nilai tengah dari nilai modal kerja akrual unexpected seluruh perusahaan dalam satu industri di dalam satu periode. Karacaer, dkk. (2009) menganalisis pengaruh LWCAP (large working capital accruals positif) dan LWCAN (large working capital accruals negatif) sebagai proksi manajemen laba terhadap return saham. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa LWCAP berpengaruh positif terhadap return saham sedangkan LWCAN berpengaruh negatif terhadap return saham. Hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa LWCAP dan LWCAN mempengaruhi hubungan laba unexpected terhadap return saham. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan (Solechan, 2008). Hasil penelitian Karacaer, dkk. (2009) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap return saham. Hasil penelitian Daniati dan Suhairi (2006) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap expected return. Hasil penelitian Munte (2009) dan Solechan (2008) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap return saham. Hasil penelitian Sofilda dan Subaedi (2008) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap harga saham. Earning per share (EPS) adalah keuntungan yang diperoleh untuk setiap lembar saham. Penelitian-penelitian terdahulu yang menganalisis pengaruh earning per share terhadap return saham menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Hasil penelitian Solechan (2009), Solechan (2008), dan Sutanto (2007) menunjukkan bahwa earning per share berpengaruh positif terhadap return
5
saham. Sedangkan hasil penelitian Anwar (2009) dan Wibowo (2003) menunjukkan bahwa earning per share tidak berpengaruh terhadap retun saham. Menurut Kole (1991) dalam Norpratiwi (2000), nilai investment opportunity set bergantung pada pengeluaran yang ditetapkan manajemen di masa mendatang yang pada saat ini merupakan pilihan-pilihan investasi yang diharapkan menghasilkan return yang lebih dari biaya modal dan dapat menghasilkan keuntungan. Hasil penelitian Anugrah (2008) menunjukkan bahwa investment opportunity set yang diproksi dengan rasio market to book value of equity berpengaruh positif terhadap return saham. Hasil penelitian Norpratiwi (2000) menunjukkan bahwa investment opportunity set berkorelasi dengan return saham. Hasil penelitian Solechan (2008) menunjukkan bahwa investment opportunity set tidak berpengaruh terhadap return saham. Proksi IOS yang digunakan dalam penelitian ini adalah market to book value of equity (MBVE). Berdasarkan penelitian Kallapur dan Trmbly (1999) dalam Kumar (2007), MBVE merupakan proksi IOS yang paling valid dan banyak digunakan oleh peneliti di bidang keuangan. Tarjo dan Jogiyanto Hartono (2003) dalam Kumar (2007), menyatakan bahwa MBVE mencerminkan pasar menilai return dari investasi perusahaan di masa depan dari return yang diharapkan dari ekuitasnya. Penelitian ini dibagi dalam 3 kelompok. Kelompok I yaitu perusahaan yang melaporkan peningkatan dan penurunan laba. Kelompok II yaitu perusahaan yang hanya melaporkan peningkatan laba. Kelompok III yaitu perusahaan yang hanya melaporkan penurunan laba. Penelitian ini dibagi dalam 3 kelompok dengan tujuan untuk membandingkan hasil penelitian pada 3 kelompok tersebut.
6
II.
TELAAH PUSTAKA
Landasan Teori 1.
Teori Sinyal Teori sinyal mengemukakan bagaimana seharusnya sebuah perusahaan
memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan (Sari dan Zuhrotun, 2006). Investor akan melakukan penilaian tentang prospek perusahaan pada masa akan datang sebelum membuat keputusan untuk berinvestasi. Oleh karena itu laporan keuangan seharusnya memberikan informasi yang jelas dan bermanfaat bagi investor untuk membuat keputusan investasi. Terdapat dua jenis sinyal informasi yang diberikan oleh perusahaan, yaitu sinyal informasi berupa kabar baik (good news) dan sinyal informasi berupa kabar buruk (bad news). Informasi berupa kabar baik (good news) akan menaikkan harga saham sedangkan informasi berupa kabar buruk (bad news) akan menurunkan harga saham (Jogiyanto, 2003: 389). Contoh jenis informasi adalah pengumuman laba oleh perusahaan, laba yang meningkat dianggap sebagai kabar baik dan laba menurun dianggap sebagai kabar buruk (Jogiyanto, 2003: 390).
2.
Teori Agensi Teori agensi menjelaskan bahwa hubungan agensi muncul ketika satu
orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut (Jensen dan Meckling, 1976). Terjadinya konflik kepentingan antara agent dan principal karena agent bertindak tidak sesuai dengan keinginan principal. Eisendhart (1989) menggunakan tiga asumsi sifat dasar manusia untuk menjelaskan teori agensi, yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan dirinya sendiri, (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang, (3) manusia selalu menghindari risiko. Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut, manajer sebagai manusia dapat bertindak opportunistik, yaitu bertindak untuk kepentingan pribadinya.
7
3.
Manajemen Laba Scott (2000) dalam (Isnanta, 2008) membagi cara pemahaman manajemen
laba menjadi dua. Pertama, melihat manajemen laba sebagai perilaku opportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang, biaya politik. Kedua, memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting, yaitu manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian yang tidak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaan melalui manajemen laba, misalnya dengan perataan laba dan pertumbuhan laba sepanjang waktu. Menurut Scott (2000) dalam (Isnanta, 2008) pola manajemen laba dapat dilakukan dengan cara: taking a bath, income minimization, income maximization, income smoothing. Scott (2000) dalam (Isnanta, 2008) mengemukakan terdapat beberapa motivasi yang menyebabkan terjadinya manajemen laba, yaitu: bonus purposes, political motivations, taxations motivations, pergantian CEO, initial public offering (IPO), dan pentingnya member informasi kepada investor.
Perumusan Hipotesis 1.
Pengaruh Laba Unexpected terhadap Return Saham Perusahaan dengan laba unexpected positif diharapkan memberikan respon
yang positif terhadap return saham sedangkan perusahaan dengan laba unexpected negatif diharapkan memberikan respon negatif terhadap return saham (Gunawan dan Prasetya, 2007). Berdasarkan pernyataan Gunawan dan Prasetya (2007) tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pengaruh laba unexpected terhadap return saham adalah berbanding lurus atau searah. Jika laba unexpected suatu perusahaan semakin besar maka semakin banyak investor yang tertarik untuk berinvestasi di perusahaan tersebut karena mereka berharap dapat memperoleh return saham yang semakin besar pula, dengan semakin banyaknya investor yang tertarik untuk berinvestasi di suatu perusahaan maka harga saham perusahaan akan semakin tinggi sehingga return
8
saham juga akan semakin besar. Demikian sebaliknya, jika laba unexpected suatu perusahaan semakin kecil maka semakin sedikit investor yang tertarik untuk berinvestasi di perusahaan maka harga saham perusahaan akan semakin rendah sehingga return saham juga akan semakin kecil. Hasil penelitian Saputra (2010) dan Karacaer, dkk. (2009) menunjukkan bahwa laba unexpected berpengaruh positif terhadap return saham. Berdasarkan uraian mengenai pengaruh laba unexpected terhadap return saham maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: H1
2.
: Laba unexpected berpengaruh positif terhadap return saham.
Pengaruh Large Working Capital Accruals Positif terhadap Return Saham Manajer menggunakan large working capital accruals positif (LWCAP)
untuk mengubah penurunan laba menjadi peningkatan laba dengan tujuan memperoleh bonus (Kerstein dan Rai, 2007). Dengan dilakukannya manajemen laba melalui LWCAP maka laba akan meningkat, hal ini akan membuat investor tertarik untuk berinvestasi di perusahaan tersebut karena mereka berharap dapat memperoleh return saham yang semakin besar pula, dengan semakin banyaknya investor yang tertarik untuk berinvestasi di suatu perusahaan maka harga saham perusahaan akan semakin tinggi sehingga return saham juga akan semakin besar. Berdasarkan uraian mengenai pengaruh large working capital accruals positif terhadap return saham maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: H2
: Large working capital accruals positif berpengaruh positif terhadap return saham.
3.
Pengaruh Large Working Capital Accruals Negatif terhadap Return Saham Manajer menggunakan large working capital accruals negatif (LWCAN)
untuk menghindari laba kejutan yang besar, sehingga pada akhirnya yang terjadi yaitu laba meningkat hanya dalam jumlah kecil, hal ini dilakukan dengan tujuan
9
agar terjadi pertumbuhan laba yang rata (Kerstein dan Rai, 2007). Dengan dilakukannya manajemen laba melalui LWCAN maka laba akan menurun, hal ini akan membuat investor tidak tertarik untuk berinvestasi di perusahaan tersebut hal ini akan mengakibatkan harga saham perusahaan menurun sehingga return saham juga akan semakin kecil. Berdasarkan uraian mengenai pengaruh large working capital accruals negatif terhadap return saham maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: H3
: Large working capital accruals negatif berpengaruh negatif terhadap return saham.
4.
Pengaruh Large Working Capital Accruals Positif sebagai Variabel Moderating pada Hubungan Laba Unexpected terhadap Return Saham Manajer menggunakan large working capital accruals positif (LWCAP)
untuk mengubah penurunan laba menjadi peningkatan laba dengan tujuan memperoleh bonus (Kerstein dan Rai, 2007). Dengan dilakukannya manajemen laba melalui LWCAP maka akan terjadi perubahan laba sehingga akan mempengaruhi besarnya laba unexpected. Apabila terjadi perubahan pada laba unexpected maka akan berpengaruh pada hubungan laba unexpected terhadap return saham. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa LWCAP mempengaruhi hubungan laba unexpected terhadap return saham. Hasil penelitian Karacaer, dkk. (2009) menunjukkan bahwa LWCAP mempengaruhi hubungan laba unexpected terhadap return saham. Berdasarkan uraian mengenai pengaruh large working capital accruals positif sebagai variabel moderating pada hubungan laba unexpected terhadap return saham maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: H4
: Large working capital accruals positif mempengaruhi hubungan laba unexpected terhadap return saham.
10
5.
Pengaruh Large Working Capital Accruals Negatif sebagai Variabel Moderating pada Hubungan Laba Unexpected terhadap Return Saham Manajer menggunakan large working capital accruals negatif (LWCAN)
untuk menghindari laba kejutan yang besar, sehingga pada akhirnya yang terjadi yaitu laba meningkat hanya dalam jumlah kecil, hal ini dilakukan dengan tujuan agar terjadi pertumbuhan laba yang rata (Kerstein dan Rai, 2007). Dengan dilakukannya manajemen laba melalui LWCAN maka akan terjadi perubahan laba sehingga akan mempengaruhi besarnya laba unexpected. Apabila terjadi perubahan pada laba unexpected maka akan berpengaruh pada hubungan laba unexpected terhadap return saham. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa LWCAN mempengaruhi hubungan laba unexpected terhadap return saham. Hasil penelitian Karacaer, dkk. (2009) menunujukkan bahwa LWCAN mempengaruhi hubungan laba unexpected terhadap return saham. Berdasarkan uraian mengenai pengaruh large working capital accruals negatif sebagai variabel moderating antara laba unexpected dan return saham maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: H5
: Large working capital accruals negatif mempengaruhi hubungan laba unexpected terhadap return saham.
6.
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Return Saham Perusahaan yang berskala besar akan lebih mudah memperoleh pinjaman
dibandingkan dengan perusahaan kecil (Solechan, 2009). Perusahaan besar memiliki pertumbuhan yang relatif lebih besar dibandingkan perusahaan kecil sehingga return (tingkat pengembalian) saham perusahaan besar lebih besar dibandingkan return saham pada perusahaan berskala kecil (Solechan, 2009). Oleh karena itu, investor akan lebih memilih berinvestasi di perusahaan besar dengan harapan memperoleh return yang besar pula. Jika ukuran perusahaan semakin besar artinya pertumbuhan perusahaan semakin besar sehingga return saham yang diterima juga akan semakin besar. Demikian sebaliknya, jika ukuran perusahaan semakin kecil artinya pertumbuhan
11
perusahaan semakin kecil sehingga return saham yang diterima juga akan semakin kecil. Hasil penelitian Karacaer, dkk. (2009) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap return saham. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu: H6
7.
: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap return saham.
Pengaruh Earning Per Share terhadap Return Saham Earning Per Sahre (EPS) adalah jumlah keuntungan yang diperoleh untuk
setiap lembar saham. Dengan memperhatikan pertumbuhan EPS maka dapat dilihat prospek perusahaan di masa yang akan datang sehingga akan mempengaruhi keputusan investor dalam berinvestasi (Sutanto, 2007). EPS yang tinggi menandakan bahwa perusahaan mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang lebih baik kepada pemegang saham sedangkan EPS yang rendah menandakan bahwa perusahaan gagal memberikan tingkat kesejahteraan sebagaimana yang diharapkan oleh pemegang saham (Solechan, 2009). Jika EPS semakin besar maka pandangan investor tentang keberhasilan perusahaan di masa akan datang juga semakin besar sehingga investor lebih berani menawar saham dengan harga lebih tinggi sehingga return saham juga akan semakin besar. Demikian sebaliknya, jika EPS semakin kecil maka pandangan investor tentang keberhasilan perusahaan di masa akan datang semakin kecil sehingga investor tidak tertarik untuk membeli saham yang menyebabkan return saham juga akan semakin kecil. Hasil penelitian Solechan (2009), Solechan (2008), dan Sutanto (2007) menunjukkan bahwa EPS berpengaruh positif terhadap return saham. Berdasarkan uraian mengenai pengaruh earning per share terhadap return saham maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: H7
8.
: Earning per share berpengaruh positif terhadap return saham.
Pengaruh Investment Opportunity Set terhadap Return Saham Proksi investment opportunity set (IOS) yang digunakan dalam penelitian
ini adalah market to book value of equity (MBVE). Proksi ini menggambarkan
12
permodalan suatu perusahaan (Anugrah, 2008). Bagi para investor yang akan melakukan pembelian saham suatu perusahaan maka penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan dan mengelola modal merupakan hal yang penting. Apabila suatu perusahaan dapat memanfaatkan modalnya dengan baik dalam menjalankan usaha maka semakin besar kemampuan perusahaan tersebut untuk bertumbuh sehingga harga saham perusahaan tersebut diperkirakan akan meningkat dan pada akhirnya semakin meningkat pula return yang diperoleh (Anugrah, 2008). Demikian sebaliknya, apabila suatu perusahaan tidak dapat memanfaatkan modalnya dengan baik dalam menjalankan usaha maka semakin kecil kemungkinan perusahaan tersebut untuk bertumbuh sehingga harga saham perusahaan tersebut diperkirakan akan menurun dan pada akhirnya return yang diperoleh juga semakin menurun. Hasil Penelitian Anugrah (2008) menunjukkan bahwa IOS yang diproksi dengan rasio market to book value of equity berpengaruh positif terhadap return saham. Berdasarkan uraian mengenai pengaruh investment opportunity set terhadap return saham maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: H8
: Investment opportunity set berpengaruh positif terhadap return saham.
13
III.
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1.
Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah return saham. Proksi return
saham yang digunakan yaitu rata-rata return saham bulanan yang dihitung dengan rata-rata
geometrik.
Rata-rata
geometrik
digunakan
untuk
menghitung
pertumbuhan kumulatif dari waktu ke waktu, rata-rata geometrik lebih tepat digunakan untuk menghitung rata-rata return dari surat berharga yang melibatkan beberpa periode waktu (Jogiyanto, 2003: 122). Rumus rata-rata geometrik return saham adalah sebagai berikut: Ret
= [(1+R1)*(1+R2) … (1+Ri)]1/n - 1
Sumber: Jogiyanto, 2003: 123 Di mana: Ri
=
P t – P t-1 Pt-1
Sumber: Jogiyanto, 2003: 110. Keterangan: Ret
= Rata-rata return saham bulanan
Ri
= Return saham bulanan
n
= Jumlah bulan
Pt
= Harga penutupan saham pada bulan ini
P t-1
= Harga penutupan saham pada bulan sebelumnya
2.
Variabel Independen a.
Laba Unexpected Laba unexpected adalah selisih antara laba sesungguhnya dengan laba
ekspektasi. Laba unexpected dihitung dengan rumus sebagai berikut: LU
=
E t – E t-1 NP t-1
Sumber: Karacaer, dkk, 2009.
14
Keterangan: LU
= Laba unexpected
Et
= Laba bersih sebelum item luar biasa pada periode t
E t-1
= Laba bersih sebelum item luar biasa pada periode sebelumnya
NP t-1
= Nilai pasar pada periode sebelumnya (jumlah lembar saham beredar x harga penutupan saham pada akhir tahun).
b.
Large Working Capital Accruals Positif Variabel large working capital accruals positif (LWCAP) merupakan
variabel dummy dengan persyaratan sebagai berikut: LWCAP = 1. Syarat: LWCA = 1 dan WCt = positif. Jika tidak memenuhi persyaratan maka LWCAP = 0 Sumber: Karacaer, dkk, 2009. Keterangan: LWCA (large working capital accruals) = 1, jika
WCt sebuah perusahaan di
atas median industri. Median industri yang dimaksud adalah nilai tengah dari nilai absolut modal kerja akrual unexpected seluruh perusahaan dalam satu industri (manufaktur) dalam satu periode.
WCt (modal kerja akrual unexpected) dihitung dengan rumus sebagai berikut: WCt (modal kerja akrual unexpected) = [WCt – E(WCt)] NP t-1 Sumber: Karacaer, dkk, 2009.
WCt adalah modal kerja akrual aktual, dihitung dengan rumus sebagai berikut: WCt=(kas dan setara kas+investasi jangka pendek) - kewajiban lancar Sumber: Karacaer, dkk, 2009.
E(WCt) adalah modal kerja akrual ekspektasi. E(WCt) = WC t-1 x penjualan periode t / penjualan periode t-1 Sumber: Karacaer, dkk, 2009.
15
NP t-1 adalah nilai pasar periode t-1, dihitung dengan rumus sebagai berikut: NP = Jumlah lembar saham beredar x harga penutupan saham akhir tahun
c.
Large Working Capital Accruals Negatif Variabel large working capital accruals negatif (LWCAN) merupakan
variabel dummy dengan persyaratan sebagai berikut: LWCAN = 1. Syarat: LWCA = 1 dan
WCt = negatif. Jika tidak
memenuhi persyaratan maka LWCAN = 0 Sumber: Karacaer, dkk, 2009.
d.
Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan. Ukuran Perusahaan = Log (total aset) Sumber: Munte, 2009.
e.
Earning Per Share (EPS) Earning per share adalah laba bersih per lembar saham. EPS
=
Laba bersih sebelum item luar biasa Jumlah lembar saham beredar
Sumber: Solechan, 2008.
f.
Investment Opportunity Set (IOS) Proksi IOS yang digunakan dalam penelitian ini adalah market to book
value of equity (MBVE). Rumus MBVE adalah sebagai berikut: MBVE = Jumlah lembar saham beredar X harga penutupan saham akhir tahun Total ekuitas Sumber: Anugrah, 2008.
3.1.1. Variabel Moderating Variabel moderating dalam penelitian ini adalah large working capital accruals positif (LWCAP) dan large working capital accruals negatif (LWCAN).
16
Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pemilihan sampel ini berdasarkan purposive sampling, yaitu teknik menentukan suatu elemen untuk menjadi sampel berdasarkan pertimbangan dan tujuan tertentu. Perusahaan yang menjadi sampel dipilih berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut: 1. Perusahaan di bidang manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara berturut-turut sejak tahun 2007-2009. 2. Data laporan keuangan auditan perusahaan manufaktur yang berakhir pada tanggal 31 Desember selama periode pengamatan 2007-2009, tersedia secara lengkap.
Analisis Regresi Analisis regresi yang digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen adalah metode analisis regresi linier berganda. Untuk menguji variabel moderating digunakan uji interaksi (perkalian dua atau lebih variabel independen). Jadi, persamaan regresinya sebagai berikut: Ret =
0
+
1LU
+
5LUxLWCAN
2LWCAP
+
6UP
+
+ 7EPS
3LWCAN
+
8IOS
Keterangan: Ret
= Return saham
0
= Konstanta
1… 8
= Koefisien regresi
LU
= Laba unexpected
LWCAP
= Large working capital accruals positif
LWCAN
= Large working capital accruals negatif
UP
= Ukuran perusahaan
EPS
= Earning per share
IOS
= Investment opportunity set Standar error of estimate (SEE)
+
+
4LUxLWCAP
+
17
IV.
HASIL DAN ANALISIS Kelompok I (Perusahaan dengan Laba Meningkat dan Laba Menurun) Penentuan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling: Tabel 4.1 Penentuan Sampel Penelitian Kelompok I Keterangan
Jumlah
Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009
149
Jumlah perusahaan manufaktur yang tidak terdaftar di BEI secara
(13)
berturut-turut sejak tahun 2007 sampai 2009 Jumlah perusahaan manufaktur yang data laporan keuangan auditan
(52)
yang berakhir 31 Desember tahun 2007, 2008, dan 2009 tidak tersedia Jumlah perusahaan manufaktur yang data laporan keuangan auditan secara lengkap
84
yang berakhir 31 Desember tahun 2007, 2008, dan 2009 tersedia secara Periode lengkap pengamatan selama 3 tahun maka jumlah sampel pada
252
kelompok I (84 x 3) Sumber: Data ICMD 2007-2009
Analisis Data Kelompok I Statistik Deskriptif Kelompok I Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Kelompok I N
Minimum
Maximum
Mean
Ret 252 -.1746 .1650 .004960 LU 252 -2.3728 2.1954 .047827 LWCAP 252 0 1 .25 LWCAN 252 0 1 .25 UP 252 8.9547 13.7758 11.904069 EPS 252 -1582.1286 16158.4243 644.660519 IOS 252 -16.7832 481.8292 5.041084 Valid N 252 (listwise) Sumber: Output SPSS
Std. Deviation .0522388 .3900898 .432 .436 .7528648 2077.7865166 35.1887699
18
Uji Asumsi Klasik Kelompok I Uji Normalitas Kelompok I Hasil uji normalitas dapat dilihat pada output SPSS berikut ini: Gambar 4.1 Uji Normalitas - Histogram - Kelompok I
Sumber: Output SPSS Gambar 4.2 Uji Normalitas – Normal Probability Plot - Kelompok I
Sumber: Output SPSS
19
Tabel 4.3 Uji Normalitas – Uji Kolmogrov-Smirnov (K-S) - Kelompok I Unstandardized Residual N Normal Parametersa Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
252 .0000000 .04921840 .048 .048 -.044 .762 .607
Berdasarkan tampilan grafik histogram terlihat bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang normal. Berdasarkan tampilan grafik normal probability plot terlihat bahwa titik-titik (data) menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Berdasarkan tampilan tabel KolmogrovSmirnov terlihat bahwa probabilitas signifikansi adalah 0.607, lebih besar dari level signifikansi 0.05, hal ini berarti data residual berdistribusi normal. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Uji Heteroskedastisitas Kelompok I Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas - Grafik Scatterplot - Kelompok
Sumber: Output SPSS
20
Tabel 4.4 Uji Heteroskedastisitas - Uji Glejser - Kelompok I Unstandardized Coefficients Model
B
1 (Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error .011
.032
-.005
.012
LWCAP
.000
LWCAN
Beta
t
Sig.
.333
.739
-.063
-.421
.674
.005
-.007
-.098
.922
.004
.005
.059
.854
.394
LUxLWCAP
.007
.013
.067
.516
.607
LUxLWCAN
-.016
.016
-.102 -1.043
.298
.002
.003
.056
.873
.383
-.0000004702
.000
-.032
-.489
.625
LU
UP EPS
IOS .00003559 .000 .041 .638 .524 a. Dependent Variable: ABSUT Berdasarkan grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Uji glejser menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel independen mempengaruhi variabel ABSUT. Jadi disimpulkan tidak terdapat heteroskedastisitas.
Uji Autokorelasi Kelompok I Tabel 4.5 Uji Autokorelasi – Uji Lagrange Multiplier (LM) - Kelompok I Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model B Std. Error Beta 1 (Constant) .008 .051 LU -.003 .019 -.021 LWCAP .001 .008 .010 LWCAN .000 .008 -.007 LUxLWCAP .002 .022 .010 LUxLWCAN .001 .025 .004 UP .000 .004 -.011 EPS .00000002156 .000 .001 IOS .000002510 .000 .002 RES_2 .117 .065 .117 a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
T .163 -.139 .149 -.097 .077 .037 -.162 .014 .028 1.808
Sig. .871 .890 .881 .922 .939 .971 .871 .989 .978 .072
21
Tampilan output SPSS menunjukkan bahwa signifikansi RES_2 lebih besar dari 0.05. Sehingga disimpulkan bahwa tidak terdapat problem autokorelasi.
Uji Multikolinieritas Kelompok I Tabel 4.6 Uji Multikolinieritas Kelompok I Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant)
B
Standardized Coefficients
Std. Error
Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
-.029
.051
-.556
.578
-.034
.019
-.253 -1.771
.078
.179
5.577
LWCAP
.024
.008
.197
2.997
.003
.845
1.183
LWCAN
.024
.008
.200
3.039
.003
.839
1.192
LUxLWCAP
.056
.022
.321
2.569
.011
.234
4.268
LUxLWCAN
.042
.025
.154
1.641
.102
.417
2.400
UP
.001
.004
.021
.347
.729
.970
1.031
.000005249
.000
.209
3.365
.001
.949
1.054
LU
EPS
IOS .00006972 .000 .047 .770 .442 .981 1.019 a. Dependent Variable: Ret Hasil perhitungan menunjukkan bahwa tidak ada variabel yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0.10 dan nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel dalam model regresi.
Uji Hipotesis Kelompok I Uji Signifikansi Simultan (Uji F Statistik) Kelompok I Tabel 4.8 Uji F Statistik Kelompok I Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression .077 8 .010 3.843 .000a Residual .608 243 .003 Total .685 251 a. Predictors: (Constant), IOS, EPS, LUxLWCAP, UP, LUxLWCAN, LWCAP, LWCAN, LU b. Dependent Variable: Ret
22
Tampilan output SPSS menunjukkan bahwa signifikansi sebesar 0.000, jauh lebih kecil dari 0.05. Artinya seluruh variabel mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap return saham (Ret).
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t Statistik) Kelompok I Tabel 4.9 Uji t Statistik Kelompok I Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
-.029
.051
LU
-.034
.019
LWCAP
.024
LWCAN
Standardized Coefficients Beta
T
Sig.
-.556
.578
-.253
-1.771
.078
.008
.197
2.997
.003
.024
.008
.200
3.039
.003
LUxLWCAP
.056
.022
.321
2.569
.011
LUxLWCAN
.042
.025
.154
1.641
.102
UP
.001
.004
.021
.347
.729
.000005249
.000
.209
3.365
.001
IOS .00006972 a. Dependent Variable: Ret Sumber: Output SPSS
.000
.047
.770
.442
EPS
Berdasarkan tampilan output SPSS di atas maka persamaan regresi pada kelompok I adalah sebagai berikut: Ret =
-0.029
-
0.034LU
+
0.024LWCAP
+
0.024LWCAN
+
0.056LUxLWCAP + 0.042LUxLWCAN + 0.001UP + 0.000005249EPS + 0.00006972IOS + 0.0500220
Uji signifikansi parameter individual (uji t statistik) digunakan untuk menguji hipotesis 1 sampai hipotesis 8, kesimpulaannya yaitu: 1. Laba unexpected tidak berpengaruh positif terhadap return saham. 2. Large working capital accruals positif berpengaruh positif terhadap return saham.
23
3. Large working capital accruals positif tidak berpengaruh positif terhadap return saham. 4. Large working capital accruals positif mempengaruhi hubungan laba unexpected terhadap return saham. 5. Large working capital accruals negatif tidak mempengaruhi hubungan laba unexpected terhadap return saham. 6. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh positif terhadap return saham. 7. Earning per share berpengaruh positif terhadap return saham. 8. Investment opportunity set tidak berpengaruh positif terhadap return saham.
Uji Koefisien Determinasi Kelompok I Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel output SPSS berikut: Tabel 4.10 Uji Koefisien Determinasi Kelompok I Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .335a .112 .083 .0500220 a. Predictors: (Constant), IOS, EPS, LUxLWCAP, UP, LUxLWCAN, LWCAP, LWCAN, LU Sumber: Output SPSS
Tampilan output SPSS uji koefisien determinasi menunjukkan bahwa besarnya adjusted R2 sebesar 0.083, hal ini berarti 8.3% variasi Ret (rata-rata return saam tahunan) yang dapat dijelaskan oleh laba unexpected (LU), large working capital accruals positif (LWCAP), large working capital accruals negatif (LWCAN), ukuran perusahaan (UP), earning per share (EPS), dan investment opportunity set (IOS). Sedangkan sisanya 91.7% (100% - 8.3%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model.
24
Kelompok II (Perusahaan dengan Laba Meningkat)
Deskripsi Objek Penelitian Kelompok II Penentuan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling yang dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.11 Penentuan Sampel Penelitian Kelompok II Keterangan
Jumlah
Perusahaan manufaktur yang melaporkan peningkatan laba pada tahun 2007
63
Perusahaan manufaktur yang melaporkan peningkatan laba pada tahun 2008
48
Perusahaan manufaktur yang melaporkan peningkatan laba pada tahun 2009
64
Jumlah perusahaan manufaktur yang digunakan sebagai sampel penelitian
175
kelompok II Sumber: Data ICMD 2007-2009
Analisis Data Kelompok II Statistik Deskriptif Kelompok II Tabel 4.12 Statistik Deskriptif Kelompok II N Ret LU LWCAP LWCAN UP EPS IOS Valid N (listwise) Sumber: Output SPSS
Minimum 175 175 175 175 175 175 175 175
-.1175 .0002 0 0 8.9547 -58.2411 -10.9818
Maximum
Mean
.1309 .012103 2.1954 .175901 1 .27 1 .23 13.7758 11.943299 16158.4243 896.120661 481.8292 5.235220
Std. Deviation .0470180 .3102419 .447 .421 .7368335 2416.1143796 37.0218599
25
Uji Asumsi Klasik Kelompok II Uji Normalitas Kelompok II Hasil uji normalitas dapat dilihat pada output SPSS berikut ini: Gambar 4.4 Uji Normalitas - Histogram - Kelompok II
Sumber: Output SPSS
Gambar 4.5 Uji Normalitas – Normal Probability Plot - Kelompok II
Sumber: Output SPSS
26
Tabel 4.13 Uji Normalitas – Uji Kolmogrov-Smirnov (K-S) - Kelompok II Unstandardized Residual N Normal Parametersa Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
175 .0000000 .04407372 .044 .037 -.044 .579 .891
Berdasarkan tampilan grafik histogram terlihat bahwa pola distribusi normal. Berdasarkan tampilan grafik normal probability plot terlihat bahwa titiktitik (data) menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Berdasarkan tampilan tabel Kolmogrov-Smirnov terlihat bahwa probabilitas signifikansi adalah 0.891, lebih besar dari level signifikansi 0.05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Uji Heteroskedastisitas Kelompok II Gambar 4.6 Uji Heteroskedastisitas - Grafik Scatterplot - Kelompok II
Sumber: Output SPSS
27
Tabel 4.14 Uji Heteroskedastisitas - Uji Glejser - Kelompok II Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model
B
1 (Constant)
Std. Error -.019
.036
.004
.022
LWCAP
-.001
LWCAN
Beta
t
Sig.
-.516
.606
.046
.190
.849
.006
-.017
-.175
.861
.004
.007
.064
.619
.536
LUxLWCAP
.000
.023
-.007
-.030
.976
LUxLWCAN
-.021
.026
-.140
-.809
.420
.004
.003
.116
1.471
.143
.0000007785
.000
.067
.874
.383
LU
UP EPS
IOS -.00005981 .000 -.079 -1.031 .304 a. Dependent Variable: ABSUT Berdasarkan grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Uji glejser menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel independen mempengaruhi variabel ABSUT. Jadi disimpulkan tidak terdapat heteroskedastisitas.
Uji Autokorelasi Kelompok II Tabel 4.15 Uji Autokorelasi – Uji Lagrange Multiplier (LM) - Kelompok II Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model B Std. Error Beta 1 (Constant) .002 .058 LU -.006 .035 -.044 LWCAP .000 .010 .005 LWCAN -.001 .011 -.014 LUxLWCAP .007 .038 .041 LUxLWCAN .005 .041 .022 UP .000 .005 -.003 EPS .0000002654 .000 .014 IOS .000006809 .000 .006 RES_2 .128 .080 .128 a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
t Sig. .039 .969 -.180 .858 .049 .961 -.136 .892 .183 .855 .126 .900 -.036 .972 .183 .855 .073 .942 1.603 .111
28
Tampilan output SPSS menunjukkan bahwa signifikansi RES_2 lebih besar dari 0.05. Sehingga disimpulkan bahwa tidak terdapat problem autokorelasi.
Uji Multikolinieritas Kelompok II Tabel 4.16 Uji Multikolinieritas Kelompok II Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant)
B
Std. Error .019
.058
-.041
.035
LWCAP
.003
LWCAN
Standardized Coefficients Beta
Collinearity Statistics T
Sig.
Tolerance
VIF
.330
.742
-.271
-1.185
.238
.101
9.885
.010
.026
.288
.774
.637
1.571
.029
.011
.257
2.625
.009
.553
1.807
LUxLWCAP
.076
.038
.423
2.006
.046
.119
8.413
LUxLWCAN
.005
.041
.021
.129
.897
.195
5.126
-.001
.005
-.022
-.293
.770
.943
1.060
.000003260
.000
.168
2.276
.024
.977
1.024
LU
UP EPS
IOS .000 .000 .119 1.622 .107 .980 1.021 a. Dependent Variable: Ret Hasil perhitungan menunjukkan bahwa tidak ada variabel yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0.10 dan nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel dalam model regresi.
Uji Hipotesis Kelompok II Uji Signifikansi Simultan (Uji F Statistik) Kelompok II Tabel 4.18 Uji F Statistik Kelompok II Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression .047 8 .006 2.865 .005a Residual .338 166 .002 Total .385 174 a. Predictors: (Constant), IOS, EPS, LUxLWCAN, LUxLWCAP, UP, LWCAP, LWCAN, LU b. Dependent Variable: Ret
29
Tampilan output SPSS menunjukkan bahwa signifikansi sebesar 0.005, jauh lebih kecil dari 0.05. Artinya seluruh variabel mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap return saham (Ret).
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t Statistik) Kelompok II Tabel 4.19 Uji t Statistik Kelompok II Unstandardized Coefficients Model
B
1 (Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error .019
.058
-.041
.035
LWCAP
.003
LWCAN
Beta
t
Sig. .330
.742
-.271
-1.185
.238
.010
.026
.288
.774
.029
.011
.257
2.625
.009
LUxLWCAP
.076
.038
.423
2.006
.046
LUxLWCAN
.005
.041
.021
.129
.897
-.001
.005
-.022
-.293
.770
.000003260
.000
.168
2.276
.024
IOS .000 a. Dependent Variable: Ret Sumber: Output SPSS
.000
.119
1.622
.107
LU
UP EPS
Berdasarkan tampilan output SPSS di atas maka persamaan regresi pada kelompok I adalah sebagai berikut: Ret = 0.019 - 0.041LU + 0.003LWCAP + 0.029 LWCAN + 0.076LUxLWCAP + 0.005LUxLWCAN - 0.001UP + 0.00000326EPS + IOS + 0.0451232
Uji signifikansi parameter individual (uji t statistik) digunakan untuk menguji hipotesis 1 sampai hipotesis 8, kesimpulaannya yaitu: 1. Llaba unexpected tidak berpengaruh positif terhadap return saham. 2. Large working capital accruals positif tidak berpengaruh positif terhadap return saham.
30
3. Large working capital accruals negatif tidak berpengaruh negatif terhadap return saham. 4. Large working capital accruals positif mempengaruhi hubungan laba unexpected terhadap return saham. 5. Large working capital accruals negatif tidak mempengaruhi hubungan laba unexpected terhadap return saham. 6. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh positif terhadap return saham. 7. Earning per share berpengaruh positif terhadap return saham. 8. Investment opportunity set tidak berpengaruh positif terhadap return saham.
Uji Koefisien Determinasi Kelompok II Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel output SPSS berikut: Tabel 4.20 Uji Koefisien Determinasi Kelompok II Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .348a .121 .079 .0451232 a. Predictors: (Constant), IOS, EPS, LUxLWCAN, LUxLWCAP, UP, LWCAP, LWCAN, LU Sumber: Output SPSS
Tampilan output SPSS uji koefisien determinasi menunjukkan bahwa besarnya adjusted R2 sebesar 0.079, hal ini berarti 7.9% variasi Ret (rata-rata return saam tahunan) yang dapat dijelaskan oleh laba unexpected (LU), large working capital accruals positif (LWCAP), large working capital accruals negatif (LWCAN), ukuran perusahaan (UP), earning per share (EPS), dan investment opportunity set (IOS). Sedangkan sisanya 82.1% (100% - 7.9%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model.
31
Kelompok III (Perusahaan dengan Laba Menurun)
Deskripsi Objek Penelitian Kelompok III Penentuan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling yang dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.21 Penentuan Sampel Penelitian Kelompok III Keterangan
Jumlah
Perusahaan manufaktur yang melaporkan penurunan laba pada tahun 2007
21
Perusahaan manufaktur yang melaporkan penurunan laba pada tahun 2008
36
Perusahaan manufaktur yang melaporkan penurunan laba pada tahun 2009
20
Jumlah perusahaan manufaktur yang digunakan sebagai sampel penelitian
77
kelompok III Sumber: Data ICMD 2007-2009
Analisis Data Kelompok III Statistik Deskriptif Kelompok III Hasil analisis statistik deskriptif dapat dilihat pada output SPSS berikut: Tabel 4.22 Statistik Deskriptif Kelompok III Descriptive Statistics N
Minimum Maximum
Mean
Std. Deviation
Ret 77 -.1746 .1650 -.011275 .0597218 LU 77 -2.3728 -.0007 -.243250 .3982328 LWCAP 77 0 1 .22 .417 LWCAN 77 0 1 .29 .455 UP 77 9.3487 13.7644 11.814910 .7857115 EPS 77 -1582.1286 4075.4343 73.160195 645.4056126 IOS 77 -16.7832 269.2374 4.599868 30.8415934 Valid N 77 (listwise) Sumber: Output SPSS
32
Uji Asumsi Klasik Kelompok III Uji Normalitas Kelompok III Hasil uji normalitas dapat dilihat pada output SPSS berikut ini: Gambar 4.7 Uji Normalitas - Histogram - Kelompok III
Sumber: Output SPSS
Gambar 4.8 Uji Normalitas – Normal Probability Plot - Kelompok III
Sumber: Output SPSS
33
Tabel 4.23 Uji Normalitas – Uji Kolmogrov-Smirnov (K-S) - Kelompok III Unstandardized Residual N Normal Parametersa Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
77 .0000000 .05285748 .058 .055 -.058 .507 .960
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. Berdasarkan tampilan grafik histogram terlihat bahwa pola distribusi normal. Berdasarkan tampilan grafik normal probability plot terlihat bahwa titiktitik (data) menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Berdasarkan tampilan tabel Kolmogrov-Smirnov terlihat bahwa probabilitas signifikansi adalah 0.960, lebih besar dari level signifikansi 0.05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Uji Heteroskedastisitas Kelompok III Gambar 4.9 Uji Heteroskedastisitas - Grafik Scatterplot - Kelompok III
Sumber: Output SPSS
34
Tabel 4.24 Uji Heteroskedastisitas - Uji Glejser - Kelompok III Unstandardized Coefficients Model
B
1 (Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error .052
.063
LU
.019
.018
LWCAP
.012
LWCAN
Beta
t
Sig. .827
.411
.231
1.054
.296
.012
.149
1.009
.316
.001
.014
.009
.046
.963
LUxLWCAP
-.002
.023
-.017
-.073
.942
LUxLWCAN
-.045
.041
-.235
-1.082
.283
UP
-.001
.005
-.024
-.195
.846
.000001404
.000
.028
.228
.821
EPS
IOS .000 .000 -.153 -1.269 .209 a. Dependent Variable: ABSUT Berdasarkan grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Uji glejser menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel independen mempengaruhi variabel ABSUT. Jadi disimpulkan tidak terdapat heteroskedastisitas.
Uji Autokorelasi Kelompok III Tabel 4.25 Uji Autokorelasi – Uji Runs Test - Kelompok III Unstandardized Residual a
Test Value .00460 Cases < Test Value 38 Cases >= Test Value 39 Total Cases 77 Number of Runs 36 Z -.802 Asymp. Sig. (2-tailed) .423 a. Median Tampilan output SPSS menunjukkan bahwa probabilitas 0.423, lebih besar dari level signifikansi 0.05. Sehingga disimpulkan tidak terdapat autokorelasi.
35
Uji Multikolinieritas Kelompok III Tabel 4.26 Uji Multikolinieritas Kelompok III Unstandardized Coefficients Model 1
B
Standardized Coefficients
Std. Error
Collinearity Statistics
Beta
t
Sig. Tolerance
VIF
(Constant)
-.079
.106
-.749
.456
LU
-.085
.030
-.570 -2.805
.007
.279
3.584
LWCAP
.055
.020
.386
2.826
.006
.619
1.616
LWCAN
.050
.024
.378
2.032
.046
.333
3.001
LUxLWCAP
.098
.038
.560
2.565
.013
.242
4.130
LUxLWCAN
.088
.070
.253
1.258
.213
.285
3.512
UP
.003
.009
.040
.350
.727
.865
1.156
.00002114
.000
.228
2.030
.046
.909
1.100
IOS .000 .000 -.146 -1.302 .197 .922 a. Dependent Variable: Ret Hasil perhitungan menunjukkan bahwa tidak ada variabel yang memiliki
1.084
EPS
nilai Tolerance kurang dari 0.10 dan nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel dalam model regresi.
Uji Hipotesis Kelompok III Uji Signifikansi Simultan (Uji F Statistik) Kelompok III Tabel 4.28 Uji F Statistik Kelompok III Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
.059
8
.007
Residual
.212
68
.003
F 2.351
Sig. .027a
Total .271 76 a. Predictors: (Constant), IOS, EPS, LU, UP, LWCAN, LWCAP, LUxLWCAN, LUxLWCAP b. Dependent Variable: Ret Sumber: Output SPSS
36
Tampilan output SPSS menunjukkan bahwa signifikansi sebesar 0.027, jauh lebih kecil dari 0.05. Artinya seluruh variabel mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap return saham (Ret).
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t Statistik) Kelompok III Tabel 4.29 Uji t Statistik Kelompok III Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
-.079
.106
LU
-.085
.030
LWCAP
.055
LWCAN
Standardized Coefficients Beta
t
Sig.
-.749
.456
-.570
-2.805
.007
.020
.386
2.826
.006
.050
.024
.378
2.032
.046
LUxLWCAP
.098
.038
.560
2.565
.013
LUxLWCAN
.088
.070
.253
1.258
.213
UP
.003
.009
.040
.350
.727
.00002114
.000
.228
2.030
.046
IOS .000 a. Dependent Variable: Ret Sumber: Output SPSS
.000
-.146
-1.302
.197
EPS
Berdasarkan tampilan output SPSS di atas maka persamaan regresi pada kelompok I adalah sebagai berikut: Ret = -0.079 - 0.085LU + 0.055LWCAP + 0.05LWCAN + 0.098LUxLWCAP + 0.088LUxLWCAN + 0.003UP + 0.00002114EPS + IOS + 0.0558803
Uji signifikansi parameter individual (uji t statistik) digunakan untuk menguji hipotesis 1 sampai hipotesis 8, kesimpulaannya yaitu: 1. Laba unexpected tidak berpengaruh positif terhadap return saham. 2. Large working capital accruals positif berpengaruh positif terhadap return saham.
37
3. Large working capital accruals negatif tidak berpengaruh negatif terhadap return saham. 4. Large working capital accruals positif mempengaruhi hubungan laba unexpected terhadap return saham. 5. Large working capital accruals negatif tidak mempengaruhi hubungan laba unexpected terhadap return saham. 6. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh positif terhadap return saham. 7. Earning per share berpengaruh positif terhadap return saham. 8. Investment opportunity set tidak berpengaruh positif terhadap return saham.
Uji Koefisien Determinasi Kelompok III Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel output SPSS berikut ini: Tabel 4.30 Uji Koefisien Determinasi Kelompok III Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .465a .217 .125 .0558803 a. Predictors: (Constant), IOS, EPS, LU, UP, LWCAN, LWCAP, LUxLWCAN, LUxLWCAP Sumber: Output SPSS
Tampilan output SPSS uji koefisien determinasi menunjukkan bahwa besarnya adjusted R2 sebesar 0.125, hal ini berarti 12.5% variasi Ret (rata-rata return saam tahunan) yang dapat dijelaskan oleh laba unexpected (LU), large working capital accruals positif (LWCAP), large working capital accruals negatif (LWCAN), ukuran perusahaan (UP), earning per share (EPS), dan investment opportunity set (IOS). Sedangkan sisanya 87.5% (100% - 12.5%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model.
38
Interpretasi Hasil
Hipotesis 1 (H1) Dari hasil uji t statistik H1 diperoleh kesimpulan bahwa pada kelompok I dan II laba unexpected tidak berpengaruh terhadap return saham sedangkan pada kelompok III laba unexpected berpengaruh negatif terhadap return saham. Pada kelompok I dan II laba unexpected tidak berpengaruh terhadap return saham karena laba unexpected adalah laba yang jumlahnya tidak terduga. Hal ini dapat membuat investor merasa bimbang dan kurang yakin bahwa laba unexpected dapat mempengaruhi return saham. Sehingga investor beranggapan bahwa apabila laba unexpected semakin besar maka belum tentu return saham juga akan semakin besar. Demikian sebaliknya, apabila laba unexpected semakin kecil maka belum tentu return saham juga akan semakin kecil. Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Gunawan dan Prasetya (2007) menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian ini yaitu laba unexpected tidak berpengaruh terhadap return saham. Pada kelompok III laba unexpected berpengaruh negatif terhadap return saham karena pada kelompok III yang terdiri dari perusahaan yang hanya melaporkan penurunan laba, ternyata seluruh laba unexpected perusahaan sampel bernilai negatif. Laba unexpected bernilai negatif jika laba yang diumumkan lebih kecil dari laba yang ekspektasi. Hal ini menunjukkan perusahaan dalam keadaan yang tidak baik. Semakin besar laba unexpected yang negatif maka investor semakin tidak tertarik untuk berinvestasi yang menyebabkan harga saham menurun dan return saham semakin kecil. Demikian sebaliknya, semakin kecil laba unexpected yang negatif menunjukkan keadaan perusahaan lebih baik maka para investor semakin tertarik untuk berinvestasi di perusahaan tersebut yang menyebabkan harga saham meningkat dan return saham semakin besar. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Karacaer, dkk (2009) yang menunjukkan bahwa pada ketiga kelompok ini, laba unexpected berpengaruh positif terhadap return saham. Perbedaan hasil penelitian ini dapat disebabkan adanya perbedaan negara pada sampel penelitian. Pada penelitian ini sampel yang
39
digunakan adalah perusahaan manufaktur di Indonesia sedangkan pada penelitian Karacaer, dkk (2009) sampel yang digunakan adalah perusahaan di negara Turki. Hasil penelitian ini juga berbeda dengan hasil penelitian Saputra (2010) yang menunjukkan bahwa laba tidak terduga berpengaruh positif terhadap return saham. Perbedaan hasil penelitian ini dapat disebabkan adanya perbedaan pada jenis industri sampel penelitian. Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah jenis industri manufaktur sedangkan pada penelitian Saputra (2010) sampel yang digunakan adalah jenis industri perbankan.
Hipotesis 2 (H2) Dari hasil uji t statistik untuk H2 diperoleh kesimpulan bahwa pada kelompok I dan III large working capital accruals positif berpengaruh positif terhadap return saham sedangkan pada kelompok II large working capital accruals positif tidak berpengaruh terhadap return saham. Pada kelompok I dan III large working capital accruals positif berpengaruh positif terhadap return saham. Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Karacaer, dkk (2009) menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian ini yaitu, large working capital accruals positif berpengaruh positif terhadap return saham. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang telah dijelaskan, yaitu: manajer menggunakan large working capital accruals positif (LWCAP) untuk mengubah penurunan laba menjadi peningkatan laba dengan tujuan memperoleh bonus (Kerstein dan Rai, 2007). Dengan dilakukannya manajemen laba melalui LWCAP maka laba akan meningkat, hal ini akan membuat investor tertarik untuk berinvestasi di perusahaan tersebut karena mereka berharap dapat memperoleh return saham yang semakin besar, dengan semakin banyaknya investor yang tertarik untuk berinvestasi maka harga saham perusahaan akan semakin tinggi sehingga return saham juga akan semakin besar. Pada kelompok II large working capital accruals positif tidak berpengaruh terhadap return saham. Hal ini dapat disebabkan large working capital accruals positif sebagai proksi manajemen laba masih jarang digunakan di Indonesia.
40
Investor beranggapan bahwa large working capital accruals positif tidak dapat digunakan untuk memprediksi return saham.
Hipotesis 3 (H3) Dari hasil uji t statistik untuk H3 diperoleh kesimpulan bahwa pada kelompok I, II, dan III, large working capital accruals negatif berpengaruh positif terhadap return saham. Hal ini dapat disebabkan karena large working capital accruals negatif digunakan manajer untuk menghindari laba kejutan yang besar sehingga pada akhirnya yang terjadi yaitu laba meningkat hanya dalam jumlah kecil dengan tujuan agar terjadi pertumbuhan laba yang rata (Karacaer, 2007). Pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil (Scott (2000) dalam Isnanta (2008)). Oleh karena itu dengan dilakukannya manajemen laba melalui large working capital accruals negatif maka pertumbuhan laba akan stabil sehingga investor tertarik untuk berinvestasi. Dengan semakin banyaknya investor yang tertarik untuk berinvestasi maka harga saham akan meningkat dan return saham juga akan semakin besar. Artinya, large working capital accruals negatif berpengaruh positif terhadap return saham. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Karacaer, dkk (2009) yang menunjukkan bahwa pada kelompok I, II, dan III, large working capital accruals negatif berpengaruh negatif terhadap return saham. Perbedaan hasil penelitian ini dapat disebabkan adanya perbedaan negara pada sampel penelitian. Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur di Indonesia sedangkan pada penelitian Karacaer, dkk (2009) sampel yang digunakan adalah perusahaan di negara Turki.
Hipotesis 4 (H4) Dari hasil uji t statistik untuk H4 diperoleh kesimpulan bahwa pada kelompok I, II, dan III, large working capital accruals positif mempengaruhi hubungan laba unexpected terhadap return saham. Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Karacaer, dkk (2009) menunjukkan hasil yang sama dengan
41
penelitian ini yaitu pada kelompok I, II, dan III, large working capital accruals positif mempengaruhi hubungan laba unexpected terhadap return saham. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang telah dijelaskan, yaitu: manajer menggunakan large working capital accruals positif (LWCAP) untuk mengubah penurunan laba menjadi peningkatan laba dengan tujuan memperoleh bonus (Kerstein dan Rai, 2007). Dengan dilakukannya manajemen laba melalui LWCAP maka akan terjadi perubahan laba sehingga akan mempengaruhi besarnya laba unexpected. Apabila terjadi perubahan pada laba unexpected maka akan berpengaruh pada hubungan laba unexpected terhadap return saham. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa LWCAP mempengaruhi hubungan laba unexpected terhadap return saham.
Hipotesis 5 (H5) Dari hasil uji t statistik untuk H5 diperoleh kesimpulan bahwa pada kelompok I, II, dan III, large working capital accruals negatif tidak mempengaruhi hubungan laba unexpected terhadap return saham. Hal ini dapat disebabkan large working capital accruals negatif sebagai proksi manajemen laba masih jarang digunakan di Indonesia. Investor beranggapan bahwa hubungan laba unexpected terhadap return saham tidak dapat dipengaruhi oleh large working capital accruals negatif. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Karacaer, dkk (2009) yang menunjukkan bahwa pada pada kelompok I, II, dan III, large working capital accruals negatif mempengaruhi hubungan laba unexpected terhadap return saham. Perbedaan hasil penelitian ini dapat disebabkan adanya perbedaan negara sampel penelitian. Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur di Indonesia sedangkan pada penelitian Karacaer, dkk (2009) sampel yang digunakan adalah perusahaan di negara Turki.
Hipotesis 6 (H6) Dari hasil uji t statistik untuk H6 diperoleh kesimpulan bahwa pada kelompok I, II, dan III, ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap return
42
saham. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak dapat digunakan untuk mempredikasi return saham. Hal ini dapat disebabkan investor beranggapan bahwa perusahaan yang besar tidak selamanya dapat memberikan tingkat return saham yang besar sedangkan perusahaan kecil tidak menutup kemungkinan dapat memberikan tingkat return saham yang besar bagi para investornya. Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Munte (2009) dan Solechan (2008) menujukkan hasil yang sama dengan penelitian ini yaitu ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap return saham. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Karacaer, dkk (2009) yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap return saham. Perbedaan hasil penelitian ini dapat disebabkan adanya perbedaan negara sampel penelitian. Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur di Indonesia sedangkan pada penelitian Karacaer, dkk (2009) sampel yang digunakan adalah perusahaan di negara Turki.
Hipotesis 7 (H7) Dari hasil uji t statistik untuk H7 diperoleh kesimpulan bahwa pada kelompok I, II, dan III, earning per share berpengaruh positif terhadap return saham. Hal ini menunjukkan bahwa earning per share dapat digunakan untuk memprediksi return saham. Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Solechan (2009), Solechan (2008), dan Sutanto (2007) menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian ini yaitu earning per share berpengaruh positif terhadap return saham. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang telah dijelaskan, yaitu: dengan memperhatikan pertumbuhan earning per share (EPS) maka dapat dilihat prospek perusahaan di masa yang akan datang sehingga akan mempengaruhi keputusan investor dalam berinvestasi (Sutanto, 2007). EPS yang tinggi menandakan bahwa perusahaan mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang lebih baik kepada pemegang saham sedangkan EPS yang rendah menandakan bahwa perusahaan gagal memberikan tingkat kesejahteraan sebagaimana yang diharapkan oleh pemegang saham (Solechan, 2009).
43
Jika EPS semakin besar maka pandangan investor tentang keberhasilan perusahaan di masa akan datang juga semakin besar sehingga investor lebih berani menawar saham dengan harga lebih tinggi sehingga return saham juga akan semakin besar. Demikian sebaliknya, jika EPS semakin kecil maka pandangan investor tentang keberhasilan perusahaan di masa akan datang juga semakin kecil sehingga investor tidak tertarik untuk membeli saham yang menyebabkan return saham juga akan semakin kecil.
Hipotesis 8 (H8) Dari hasil uji t statistik untuk H6 diperoleh kesimpulan bahwa pada kelompok I, II, dan III, investment opportunity set (IOS) tidak berpengaruh terhadap return saham. Hal ini menunjukkan bahwa IOS tidak dapat digunakan untuk mempredikasi return saham. Hal ini dapat disebabkan karena modal yang dimanfaatkan untuk kegiatan investasi tidak hanya akan menghasilkan keuntungan melainkan juga akan dapat menimbulkan kerugian di masa mendatang. Kerugian dari suatu investasi dapat disebabkan antara lain karena terjadinya bencana alam atau perusahaan tempat investor berinvestasi mengalami kebangkrutan. Oleh karena itu, dengan semakin besar IOS maka belum tentu akan diperoleh keuntungan yang semakin besar. Demikian sebaliknya, dengan semakin kecil IOS maka belum tentu akan diperoleh keuntungan yang semakin kecil. Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Solechan (2008) menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian ini yaitu investment opportunity set tidak berpengaruh terhadap return saham Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Anugrah (2008) yang menunjukkan bahwa investment opportunity set berpengaruh positif terhadap return saham Perbedaan hasil penelitian ini dapat disebabkan adanya perbedaan pada jangka waktu periode pengamatan. Anugrah (2008) menggunakan periode pengamatan yang lebih panjang yaitu selama 5 tahun sedangkan pada penelitian ini periode pengamatan hanya 3 tahun.
44
V.
PENUTUP
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada kelompok I dan II, laba unexpected tidak berpengaruh terhadap return saham, artinya laba unexpected tidak dapat digunakan untuk memprediksi return saham pada kelompok I dan II. Sedangkan pada kelompok III, laba unexpected berpengaruh negatif terhadap return saham, artinya laba unexpected dapat digunakan untuk memprediksi return saham pada kelompok III. 2. Pada kelompok I dan III, large working capital accruals positif berpengaruh positif terhadap return saham, artinya large working capital accruals positif dapat digunakan untuk memprediksi return saham pada kelompok I dan III. Sedangkan pada kelompok II, large working capital accruals positif tidak berpengaruh terhadap return saham, artinya large working capital accruals positif tidak dapat digunakan untuk memprediksi return saham pada kelompok II. 3. Pada kelompok I, II, dan III, large working capital accruals negatif berpengaruh negatif terhadap return saham, artinya large working capital accruals negatif dapat digunakan untuk memprediksi return saham pada kelompok I, II, dan III. 4. Pada kelompok I, II, dan III, large working capital accruals positif mempengaruhi hubungan laba unexpected terhadap return saham. 5. Pada kelompok I, II, dan III, large working capital accruals negatif tidak mempengaruhi hubungan laba unexpected terhadap return saham. 6. Pada kelompok I, II, dan III, ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap return saham, artinya ukuran perusahaan tidak dapat digunakan untuk memprediksi return saham pada ketiga kelompok tersebut. 7. Pada kelompok I, II, dan III, earning per share berpengaruh positif terhadap return saham, artinya earning per share dapat digunakan untuk memprediksi return saham pada ketiga kelompok tersebut.
45
8. Pada kelompok I, II, dan III, investment opportunity set tidak berpengaruh terhadap return saham, artinya investment opportunity set tidak dapat digunakan untuk memprediksi return saham pada ketiga kelompok tersebut.
Keterbatasan Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu: Tingkat Adjusted R2 dari model yang diuji rendah, yaitu pada kelompok I Adjusted R2 = 0.083, pada kelompok II Adjusted R2 = 0.079, pada kelompok III Adjusted R2 = 0.125. Hal ini menunjukkan bahwa variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap return saham.
Saran Saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya, yaitu: 1. Menggunakan sampel dari jenis industri selain industri manufaktur. Agar hasil penelitian dapat menggambarkan keadaan industri lainnya. 2. Menggunakan periode pengamatan yang lebih panjang, misalnya lima tahun. 3. Menambahkan variabel lain untuk melihat pengaruhnya terhadap return saham.
46
DAFTAR PUSTAKA Anugrah, Anthi Dwi Putriani. 2008. “Analisis Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Return Saham Perusahaan Sektor Manufaktur”. Jurnal Universitas Gunadarma. Anwar, Solichin. 2009. “Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Pembiayaan di BEI Tahun 2007-2008”. Jurnal Universitas Gunadarma. Ardiati, Aloysia Yanti. 2005. “Pengaruh Manajemen Laba terhadap Return Saham pada Perusahaan yang diaudit oleh KAP Big 5 dan KAP Non Big 5”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Daniati, Ninna dan Suhairi. 2006. “Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Laporan Arus Kas, Laba Kotor, dan Size Perusahaan terhadap Expected Return Saham”. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. Eisendhardt, Kathleen M. “Agency Theory: An Assesment and Review”. The Academy of Management Review, 14, Hal. 57-74.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Cetakan IV. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gunawan, Gretha dan Agatha Chandra Prasetya. 2007. “Analisa Pengaruh Earnings Surprise terhadap Return Saham dan Uji Beda Risiko Positif Earnings Surprise Portfolio”. Skripsi Sarjana, Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra. Hasibuan, Candra Dewi. 2009. “Analisis Pengaruh Perubahan Laba Akuntansi terhadap Perubahan Harga Saham pada Industri Dasar dan Kimia di Bursa Efek Jakarta”. Skripsi Sarjana, Jurusan Akuntansi. Faskultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
47
Indonesian Capital Market Directory. 2007
Indonesian Capital Market Directory. 2008
Indonesian Capital Market Directory. 2009 Isnanta, Rudi. 2008. “Pengaruh Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan”. Skripsi Sarjana, Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Jensen, Michael C. dan William H. Meckling. 1976. “Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership Structure”. Journal of Finance Economics, Vol.3, No.4, hal 305-360.
Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi III. Yogyakarta: BPFE. Karacaer, Semra, dkk. 2009. “An Analysis of the Impact of Working Capital Accruals on Corporate Earnings in Turkey”. International Research Journal of Finance and Economics, Issue 29. Kerstein, Joseph dan Atul Rai. 2007. “Working Capital Accruals and Earnings Management”. Jurnal Investment Management and Financial Innovations, Vol. 4, Issue 2. Kumar, Suwendra. 2007. “Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Investment Opportunity Set (IOS), dan Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Dividend Payout Ratio (DPR)”. Tesis, Magister Manajemen, Universitas Diponegoro. Munte, Mei Hotma Mariati. 2009. “Pengaruh Faktor Fundamental terhadap Return Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Tesis, Magister Sains Ilmu Akuntansi, Universitas Sumatera Utara.
48
Norpratiwi, Agustina MV. 2000. “Analisis Korelasi Investment Opportunity Set Terhadap Return Saham (Pada Saat Pelaporan Keuangan Perusahaan)”. Jurnal STIE YKPN Yogyakarta. Saputra, Indra. 2010. “Risiko Keuangan sebagai Determinant Hubungan antara Earning dengan Return pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Tesis, Magister Akuntansi, Universitas Diponegoro. Sari, Cynthia, dan Desi Adhariani. 2009. “Konservatisme Perusahaan di Indonesia dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya”. Jurnal AKPM. Sari, Ratna Candra dan Zuhrotun. 2006. “Keinformatifan Laba di Pasar Obligasi dan Saham: Uji Liquidation Option Hypothesis”. Sofilda, Eleonora dan Edi Subaedi. 2008. “Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Karakterisitik Kepemilikan terhadap Harga Saham LQ-45 pada Bursa Efek Jakarta”. Solechan, Achmad. 2009. “Pengaruh Manajemen Laba dan Earning terhadap Return Saham”. Tesis, Magister Akuntansi, Universitas Diponegoro. _______________. 2008. “Pengaruh Earning, Manajemen Laba, IOS, Beta, Size dan Rasio Hutang terhadap Return Saham pada Perusahaan yang Go Public di BEI”. Jurnal STMIK HIMSYA Semarang. Sutanto, Michael Wibowo. 2007. “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Return Saham”. Tesis, Magister Manajemen, Universitas Diponegoro. Tanor, Linda A.O. 2009. “Pentingnya Pengungkapan (Disclosure) Laporan Keuangan dalam Meminimalisasi Asimetri Informasi”. Jurnal FORMAS, Vol. 2, No. 4, Hal. 287-294. Wibowo, Pratomo Wahyu. 2003. “Pengaruh Profitabiltas, Leverage, dan Earning Per Share terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur dan Non Manufaktur”. Skripsi Sarjana. Fakultas Ekonomi. Universitas Sebelas Maret Surakarta.