ANALISIS PENGARUH KINERJA PELAYANAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN RUMAH SAKIT BOGOR MEDICAL CENTER
Oleh YUSRI CHAERONIZA H 24096065
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
ANALISIS PENGARUH KINERJA PELAYANAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN RUMAH SAKIT BOGOR MEDICAL CENTER
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh YUSRI CHAERONIZA H24096065
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Penelitian Nama NIM
: Analisis Pengaruh Kinerja Pelayanan Terhadap Kinerja Keuangan pada RS Bogor Medical Center : Yusri Chaeroniza : H24096065
Disetujui oleh, Dosen Pembimbing
Ir. Budi Purwanto, ME. NIP 19630751994031003
Diketahui oleh, Ketua Departemen
Dr. Mukhammad Najib, STP, MM. NIP 197606232006041001
Tanggal Lulus:
ii
RINGKASAN YUSRI CHAERONIZA. H24096065. Analisis Pengaruh Kinerja Pelayanan Terhadap Kinerja Keuangan pada RS. Bogor Medical Center. Di bawah bimbingan BUDI PURWANTO. Perkembangan IPTEK di bidang kesehatan dan persaingan yang semakin tinggi menyebabkan rumah sakit di kota Bogor harus mempertahanakan keberadaanya. RS Bogor Medical Center sebagai salah satu rumah sakit di kota Bogor juga turut berjuang menghadapi persaingan ini, aspek yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah aspek finansial dan aspek non finansial, dari sisi keuangan bahan yang diteliti yaitu laporan keuangan dan dari aspek non finansial yaitu dari indikator kinerja pelayanan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Untuk mengidentifikasi kinerja pelayanan dan kinerja keuangan RS Bogor Medical Center selama periode 2010 sampai dengan 2012.(2) Untuk menganalisis kinerja keuangan RS Bogor Medical Center dalam mendukung kelancaran proses pelayanan rumah sakit selama periode 2010 sampai dengan 2012.(3) Untuk menganalisis pengaruh kinerja pelayanan rumah sakit terhadap kinerja keuangan RS Bogor Medical Center selama periode 2010 sampai dengan 2012. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang telah dikumpulkan untuk dianalisis dan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Data yang dikumpulkan merupakan data yang akurat, seluruhnya bersumber dari data manajemen rumah sakit Bogor Medical Center. Dalam implementasinya, data sekunder merupakan data utama yang akan digunakan sebagai analisis. Alat analisis dalam penelitian ini yang digunakan untuk mengolahan data adalah analisis deskriptif dan Path Analysis atau analisis jalur dengan bantuan software Minitab 14. Hasil penelitian yang diperoleh menyatakan bahwa kinerja pelayanan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja keuangan. Peningkatan kinerja pelayanan searah dengan peningkatan kinerja keuangan. Angka R square mengartikan bahwa sebesar 33,5 % keragaman kinerja keuangan dapat dijelaskan oleh kinerja pelayanan sedangkan sisanya sebesar 66,5 % dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar model ini. Sementara itu, variabel teramati kinerja pelayanan yang paling berkontribusi adalah TOI dengan nilai signifikansi 24,85 dan variabel teramati untuk kinerja keuangan yang paling banyak dipengaruhi adalah Rasio Hutang dengan nilai signifikansi 18,70. Faktor– faktor lain yang mempengaruhi Kinerja keuangan dapat dipengaruhi dari pelayanan rawat jalan seperti penunjang medis (Laboratorium, Radiologi dan Fisioterapi), IGD dan Poliklinik, Penambahan fasilitas pada unit rawat jalan pada tahun 2012 juga sangat membantu dalam peningkatan jumlah pasien rawat jalan.
i
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 28 Juli 1980. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan H. Zaenal Abidin dan Hj. Nining Nuryani. Penulis mengawali pendidikan di TK Ad-Dakwah daerah Kelapa Gading pada tahun 1985. Kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Impres Kelapa Gading Jakarta Utara pada tahun 1986 hingga tahun 1992. Pendidikan tingkat menengah pertama diselesaikan penulis di SMP Negeri 170 Pegangsaan Jakarta pada tahun 1995. Penulis melanjutkan pendidikan menengah atas dan masuk program IPA di SMA Negeri 45 Jakarta dan lulus pada tahun 1998. Penulis melanjutkan pendidikan Diploma 3 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Jurusan Manajemen Informasi
Kesehatan dan Rekam
Medis dan lulus pada tahun 2001. Setelah lulus Diploma penulis bekerja pada perusahaan otomatif yaitu PT. DaimlerChrysler Indonesia di Imam Bonjol Jakarta di bagian Sales Commercial Vehicles selama hampir tiga tahun. Kemudian, pada tahun 2004 penulis diterima bekerja di Rumah Sakit Bogor Medical Center di bagian Rekam Medis sampai pada saat ini. Pada tahun 2009, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Sarjana Alih Jenis Manajemen di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
ii
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillah penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Pengaruh Kinerja Pelayanan Terhadap Kinerja Keuangan Pada RS Bogor Medical Center. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan oleh berbagai pihak. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi rumah sakit, penulis, dan seluruh pihak yang berkepentingan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih terdapat kekurangan, sehingga saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini sangat penulis harapkan. Penulis berharap penelitian yang dilakukan dapat diterima dan bermanfaat bagi seluruh pihak yang berkepentingan. Bogor, Juli 2014
Penulis
iii
iv
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah mendapatkan sumbangan pikiran, bimbingan, dukungan, dorongan dan doa dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Bapak Ir. Budi Purwanto, ME. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, menuntun, mengarahkan dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran. 2. Ibu Farida Ratna Dewi, SE., MM. dan Ibu Dra. Hj. Siti Rahmawati, MPd. yang telah meluangkan waktu sebagai dosen penguji. 3. Bapak, Mamah dan kakak-adik tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayang, doa dan dukungan baik moril maupun materil serta bantuan teknis maupun non teknis tanpa henti kepada penulis. 4. Erik Sanjaya, Nayla dan Naira Yasmine Kencana suami dan anak – anak tercinta yang telah meluangkan waktu untuk membantu dan memberi dorongan agar penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 5. Segenap pimpinan dan pegawai RS Bogor Medical Center yang telah memaklumi dan memberikan izin kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 6. Staf Pendidik dan Staf Kependidikan Program Sarjana Alih Jenis Departemen Manajemen, FEM IPB. 7. Hestia, Sutrisno, Rinni, Susan, Mela, Delta, Ruri, Rista, dan teman – teman rekam medis RS BMC, yang telah memberikan semangat dan dukungan moril agar penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 8. Pihak-pihak lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, namun sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
iv
v
DAFTAR ISI RINGKASAN .......................................................................................................... i RIWAYAT HIDUP ................................................................................................. ii KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................. iv DAFTAR ISI ........................................................................................................... v DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... ix I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1 1.2. Perumusan Masalah..................................................................................... 3 1.3. Tujuan Penelitian......................................................................................... 3 1.4. Manfaat Penelitian....................................................................................... 4 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 5 2.1. Rumah Sakit ................................................................................................ 5 2.1.1 Jenis Pelayanan Kesehatan............................................................ 5 2.1.2 Indikator Pelayanan Rumah Sakit ................................................. 6 2.2. Kinerja Keuangan ........................................................................................ 7 2.3. Laporan Keuangan ..................................................................................... 8 2.3.1 Pengertian Laporan Keuangan ...................................................... 8 2.3.2 Tujuan Laporan Keuangan ............................................................ 9 2.3.3 Pihak yang berkepentingan terhadap Laporan Keuangan .......... 10 2.3.4 Analisis Laporan Keuangan ........................................................ 11 2.3.5 Metode dan Teknik Analisa Laporan Keuangan......................... 12 2.4. Analisis Rasio ............................................................................................ 14 2.4.1 Rasio Likuiditas .......................................................................... 15 2.4.2 Rasio Leverage ............................................................................ 15 2.4.3 Rasio Aktivitas ........................................................................... 16 2.4.4 Rasio Profitabilitas ...................................................................... 16 2.5. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 17 III. METODE PENELITIAN ................................................................................ 19 3.1. Kerangka Pemikiran ................................................................................. 19 3.2. Hipotesis .................................................................................................... 20 3.3. Waktu dan Lokasi Penelitian..................................................................... 21 3.4. Jenis dan Sumber Data ............................................................................. 22 3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data..................................................... 22 3.5.1 Indikator Pelayanan Rumah Sakit ............................................... 22 v
vi
3.5.2 3.5.3
Analisis Rasio ............................................................................. 24 Analisis Regresi Jalur (Path Analyzes) ....................................... 27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................... 29 4.1. Gambaran Umum RS Bogor Medical Center............................................ 29 4.2. Perkembangan Kinerja Pelayanan RS Bogor Medical Center .................. 34 4.2.1 Rawat Inap .................................................................................. 34 4.2.2 Rawat Jalan ................................................................................. 38 4.3. Perkembangan Kinerja Keuangan RS Bogor Medical Center .................. 38 4.3.1 Perkembangan Neraca................................................................. 39 4.3.2 Perkembangan Rugi Laba ........................................................... 40 4.4 Analisis Rasio Keuangan RS Bogor Medical Center ................................ 41 4.4.1 Rasio Likuiditas .......................................................................... 42 4.4.2 Rasio Leverage ( Rasio Hutang ) ................................................ 45 4.4.3 Rasio Aktivitas ............................................................................ 47 4.4.4 Rasio Profitabilitas ...................................................................... 51 4.5. Analisis Pengaruh Kinerja Pelayanan Terhadap Kinerja Keuangan ......... 54 4.5.1 Pengaruh Kinerja Pelayanan terhadap Kinerja Keuangan .......... 54 4.5.2 Analisis Model Struktural ........................................................... 56 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 59 1. Kesimpulan ................................................................................................. 59 2. Saran ........................................................................................................... 60 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 61
vi
vii
DAFTAR GAMBAR 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Kerangka pemikiran…………………………….……………………... BOR : Sumber data kegiatan RS BMC tahun 2010 – 2012…………… ALOS : Sumber data kegiatan RS BMC tahun 2010 2012…………….. TOI : Sumber data kegiatan RS BMC tahun 2010-2012……………… BTO : Sumber data kegiatan RS BMC tahun 2010-2012…………....... Kunjungan rawat jalan ……………………………………………….... Perkembangan aktiva RS BMC………………………………………... Perkembangan kewajiban dan ekuitas RS BMC ……….…………....... Perkembangan laporan rugi laba RS BMC ………………….………… Perkembangan rasio likuiditas RS. Bogor Medical Center ……………. Perkembangan rasio hutang RS. Bogor Medical Center …………….... Perkembangan rasio aktivitas RS. Bogor Medical Center …………..... Perkembangan average collection period RS. Bogor Medical Center... Perkembangan rasio profitabilitas RS. Bogor Medical Center ………... Spesifikasi model diagram jalur…………………………………….....
vii
21 35 36 37 37 38 40 40 41 43 45 47 50 51 54
viii
DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19.
Jumlah kunjungan rawat inap, gawat darurat, poliklinik dan penunjang medis RS BMC tahun 20102012…………………………………….. Data jumlah tempat tidur RS BMC tahun 2010-2012………………... Kinerja Pelayanan RS BMC tahun 2010-2012...................................... Hasil analisis rasio keuangan RS BMC tahun 20102012…………….. Perhitungan current ratio RS BMC……………………………........... Perhitungan cash ratio RS BMC……………………………….......... Perhitungan quick ratio RS BMC ……………………………………. Perhitungan debt ratio RS BMC ………............................................. Perhitungan total debt to equity ratio RS BMC …………………….... Perhitungan total assets turn over RS BMC………………………….. Perhitungan receivable turnover RS BMC……………………………. Perhitungan inventory turnover RS BMC…………………………….. Perhitungan average collection period RS BMC…............................. Perhitungan net profit margin RS BMC………………………........... Perhitungan gross profit margin RS BMC………………...………… Perhitungan rate of return on total assets RS BMC…………………. Perhitungan rate return on net worth RS BMC……………………… Hasil uji Thitung……………………………………………………… Analisis varians kinerja pelayanan terhadap kinerja keuangan……........
viii
2 31 34 42 43 44 45 46 47 48 49 49 50 51 52 53 53 55 56
ix
DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Neraca RS Bogor Medical Center Tahun 2010.................................... Neraca RS Bogor Medical Center Tahun 2011.................................... Neraca RS Bogor Medical Center Tahun 2012.................................... Laporan rugi laba RS Bogor Medical Center Tahun 2010................. Laporan rugi laba RS Bogor Medical Center Tahun 2011................. Laporan rugi laba RS Bogor Medical Center Tahun 2012................. Rasio keuangan................................................................................... Indikator pelayanan............................................................................. Korelasi antar variabel.......................................................................
ix
63 64 65 66 67 68 69 70 71
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu, teknologi dan informasi yang begitu cepat membuat rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan harus mengikuti perkembangan yang ada. Rumah sakit sebagai salah satu organisasi yang memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat juga harus mampu menerapkan manajemen yang baik termasuk mengevaluasi, menilai prestasi kerjanya sehingga tujuan dapat dicapai dengan baik dan rumah sakit mampu menghadapi ketatnya persaingan. Dengan kemajuan ilmu dan teknologi pula, pendekatan peningkatan mutu pada saat ini lebih dikaitkan dengan penilaian outcome dari pelayanan. Kinerja rumah sakit merupakan suatu dimensi utama dari mutu pelayanan RS, untuk menilai kinerja rumah sakit diperlukan indikator. Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2005 tentang indikator kinerja rumah sakit, terdapat 6 (enam) indikator yaitu BOR (Bed Occupancy Rate), ALOS (Average Length of Stay), TOI (Turn Over Interval), BTO (Bed Turn Over), NDR (Net Death Rate), dan GDR (Gross Death Rate). NDR dan GDR bertujuan untuk menggambarkan angka kematian, sehingga hanya memberikan gambaran pelayanan mutu di rumah sakit. Untuk mengetahui tingkat hunian pasien digunakan analisa Bed Occupancy Rate (BOR), dampak dari perkembangan BOR yang rendah berakibat kepada rendahnya pendapatan jasa perawatan. Rendahnya jasa perawatan mempengaruhi secara keseluruhan pendapatan rumah sakit. Sehingga dalam memandang dan menilai perkembangan serta kemajuan suatu rumah sakit tidak hanya dengan cara menganalisis dari aspek non finansial saja, tetapi juga harus dilihat dari aspek finansial. Salah satu rumah sakit swasta di Bogor yang harus mempertahankan eksistensinya yaitu rumah sakit Bogor Medical Center yang berdiri sembilan tahun lalu oleh beberapa dokter spesialis di bogor. Berikut data jumlah kunjungan pasien RS BMC periode 2010 – 2012:
2
Tabel 1. Jumlah kunjungan rawat inap, gawat darurat, poliklinik dan penunjang medis RS Bogor Medical Center Tahun 2010-2012 Jumlah Pasien Jenis Layanan 2010 2011 2012 7.238 7.260 8.017 Rawat Inap 23.959 25.759 30.255 Gawat Darurat 54.547 61.434 68.001 Poliklinik Penunjang Medis : 46.060 46.247 51.923 (Lab, Radiologi, Fisioterapi) Sumber : Laporan Kegiatan RS BMC, Tahun 2010-2012
Berdasarkan Tabel 1, peningkatan jumlah pasien di tahun 2011 yang tidak signifikan dibandingkan tahun 2010 dan adanya penambahan tempat tidur pada tahun 2011 menyebabkan BOR rumah sakit Bogor Medical Center tahun 2011 mengalami penurunan. Peningkatan juga terlihat pada kunjungan pada gawat darurat, poliklinik, penunjang medis dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Sedangkan pada aspek finansial, dilihat dari laporan keuangan rumah sakit. Laporan Keuangan yang merupakan produk akhir dari suatu proses akuntansi adalah salah satu sumber informasi yang sangat diperlukan, baik oleh pihak intern maupun ekstern perusahaan. Adapun kepentingan pihakpihak tersebut adalah sebagai berikut : Pertama, bagi pimpinan perusahaan Laporan Keuangan akan sangat berguna terutama untuk membantu pelaksanaan perencanaan dan pengendalian jalannya perusahaan serta akan berguna untuk memecahkan masalah-masalah keuangan terutama masalah yang berkaitan dengan likuiditas dan profitabilitas. Kedua, pemilik, terutama berkepentingan
terhadap
prospek
pengembangan
perusahaan
dimasa
mendatang, khususnya dalam kemampuan menghasilkan laba dan pembagian keuntungannya. Ketiga, bagi kreditur atau calon kreditur, berkepentingan untuk melihat kemampuan perusahaan membayar pinjaman dan bunganya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Keempat, pihak pemerintah dalam hal ini Jawatan Pajak - sangat berkepentingan dengan laporan keuangan terutama dalam menetapkan berapa besarnya pajak yang harus dibayar oleh perusahaan. Analisis terhadap laporan keuangan akan sangat besar manfaatnya bagi pihak manajemen guna mengetahui sampai seberapa jauh perkembangan
3
dan kemajuan yang telah dicapai jika ditinjau dari aspek finansialnya, dan hal inipun akan memudahkan bagi pihak luar dalam menentukan kebijaksanaan yang berkaitan dengan perusahaan. Analisis yang digunakan pada aspek keuangan dalam penelitian adalah analisis rasio. Analisis rasio adalah suatu metode analisis untuk mengetahui pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba. Hal ini menarik perhatian penulis untuk menganalisis lebih jauh tentang pengaruh kinerja pelayanan RS BMC terhadap kinerja keuangan, apakah tingkat pelayanan seimbang dengan kinerja keuangan yang baik dan sebaliknya apakah dari segi keuangan mendukung proses kelancaran pelayanan. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti “ANALISIS KINERJA
PENGARUH KEUANGAN
KINERJA RUMAH
PELAYANAN SAKIT
BOGOR
TERHADAP MEDICAL
CENTER.” 1.2. Perumusan Masalah Pokok permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kinerja pelayanan dan kinerja keuangan RS Bogor Medical Center selama periode 2010 sampai dengan 2012 ? 2. Bagaimana kinerja keuangan RS Bogor Medical Center dalam mendukung kelancaran proses pelayanan rumah sakit selama periode 2010 sampai dengan 2012 ? 3. Bagaimana pengaruh kinerja pelayanan rumah sakit terhadap kinerja keuangan RS Bogor Medical Center selama periode 2010 sampai dengan 2012 ? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan diadakan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengidentifikasi kinerja pelayanan dan kinerja keuangan RS Bogor Medical Center selama periode 2010 sampai dengan 2012.
4
2. Untuk menganalisis kinerja keuangan RS Bogor Medical Center dalam mendukung kelancaran proses pelayanan rumah sakit selama periode 2010 sampai dengan 2012. 3. Untuk menganalisis pengaruh kinerja pelayanan rumah sakit terhadap kinerja keuangan RS Bogor Medical Center selama periode 2010 sampai dengan 2012. 1.4. Manfaat Penelitian Diharapkan dengan adanya penelitian ini membawa manfaat bagi pihakpihak: 1. Bagi RS Bogor Medical Center Dengan adanya hasil penelitian, perusahaan akan dapat mengetahui posisi dan perkembangan serta sebagai dasar pengambilan keputusan bagi manajemen perusahaan dimasa-masa mendatang. 2. Bagi Para Praktisi Studi penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pembanding dalam menganalisis kinerja pelayanan dan kinerja keuangan di rumah sakit. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Laporan keuangan yang dianalisis dalam penelitian ini difokuskan pada laporan neraca dan laporan laba rugi perusahaan dengan menggunakan metode
analisis
rasio
(likuiditas,
leverage/hutang,
aktivitas,
dan
profitabilitas). Walaupun indikator rawat inap mempunyai 6 indikator (Depkes RI, 2005), namun penulis hanya menggunakan empat indikator pelayanan rumah sakit rawat inap yaitu BOR, ALOS, TOI, BTO karena NDR dan GDR hanya menggambarkan jumlah angka kematian saja. Data penelitian ini adalah data selama tiga tahun, yaitu tahun 2010 sampai dengan data tahun 2012, yang kemudian data dianalisis untuk diketahui pengaruh antara kedua aspek.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumah Sakit Rumah sakit yang dalam bahasa Inggris disebut Hospital, berasal dari bahasa latin yaitu Hospitium dikenal juga dengan nama ZH atau Zieken Huis yang dalam bahasa Belanda artinya rumah orang sakit. Beragam pengertian rumah sakit diantaranya : 1. UU RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan : Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat. 2. Perhimpunan RS seluruh Indonesia (PERSI) : Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang telah ditentukan dan diatur oleh peraturan perundang-undangan Negara RI. 2.1.1 Jenis Pelayanan Kesehatan Berdasarkan tingkatannya menurut UU RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, pelayanan kesehatan dibagi menjadi 3, yaitu: 1. Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh fasilitas pelayanan kesehatan dasar. 2. Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat kedua adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh fasilitas pelayanan kesehatan spesialistik 3. Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan tingkat ketiga adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh fasilitas pelayanan kesehatan sub spesialistik. Dalam memberikan pelayanan yang baik dan bermutu, rumah sakit harus mempunyai sejumlah biaya yang memadai dan biaya ini menjadi masalah dan tantangan rumah sakit yang harus disikapi dengan cermat oleh pihak manajemen (Jacobalis, 2000).
6
Tantangan dalam menghadapi perubahan dilingkungan dalam adalah ketidaksiapan SDM, keterbatasan sarana dan prasarana, buruknya sistem yang ada dan keterbatasan biaya sedangkan faktor luarnya
adalah
pengaruh
pemilik,
pasar
yang
berubah–ubah,
melemahnya kepercayaan pasar terhadap produk dan menurunnya kepercayaan pemasok. Selain tantangan keuangan, tantangan rumah sakit lainnya adalah adanya kenaikan harga, laju inflasi yang meningkat yang antaralain disebabkan oleh kenaikan gaji, kenaikan permintaaan, transisi epidemiologis, kemajuan ilmu dan teknologi dan perubahan pola pelayanan kesehatan. (Feldstein, 1993) 2.1.2 Indikator Pelayanan Rumah Sakit Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap, yaitu: 1. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur). BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to inpatient bed count days in a period under consideration”. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 6085% (Depkes RI, 2005). 2. ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat). ALOS menurut Huffman (1994) adalah “The average hospitalization stay of inpatient discharged during the period under consideration”. ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes,2005).
7
3. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran). TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. 4. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur). BTO menurut Huffman (1994) adalah “...the net effect of changed in occupancy rate and length of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali/ Tahun. 5. NDR (Net Death Rate) NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 2 x 24 jam atau 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. 6. GDR (Gross Death Rate) GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar. 2.2. Kinerja Keuangan Menurut Bastian (2006) menjelaskan bahwa : “Kinerja adalah gambaran tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program/ kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategi (strategic planning) suatu organisasi”. Jadi kinerja adalah suatu alat yang digunakan untuk mengetahui kesehatan suatu perusahaan, alat utamanya untuk mengetahui sehatnya suatu perusahaan adalah laporan keuangan. Menurut Mahsun (2006), kinerja keuangan menjelaskan bahwa: “kinerja merupakan suatu manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Dapat disimpulkan bahwa kinerja diukur dengan cara : (a) menentukan tujuan, sasaran, dan strategi organisasi, (b) merumuskan indikator dan ukuran kinerja, (c)
8
mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran organisasi, (d) evaluasi kerja.” Definisi kinerja keuangan menurut Sawir (2003) menjelaskan bahwa: “Kinerja keuangan merupakan suatu proses atau perangkat proses untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan, dengan cara pengambilan keputusan secara rasional dengan menggunakan alat-alat analisis tertentu.” Analisis kinerja keuangan ini dapat dilakukan baik oleh pihak eksternal maupun pihak internal perusahaan. Berdasarkan beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa kinerja keuangan merupakan prestasi yang dihasilkan atau yang dicapai oleh suatu perusahaan dibidang keuangan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan pada bidang tersebut. 2.3. Laporan Keuangan 2.3.1 Pengertian Laporan Keuangan Untuk membahas manajemen keuangan, tidak bisa terlepas dari laporan keuangan. Kondisi keuangan suatu perusahaan akan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan, oleh karena itu perlu pembahasan singkat mengenai laporan keuangan. Kasmir (2008) berpendapat bahwa: “Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu”. Menurut Sutrisno (2007) laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi dua laporan utama, yakni (1) Neraca dan (2) Laporan Laba-Rugi. Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu laporan keuangan merupakan informasi yang penting bagi berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan yang bersangkutan, dan merupakan suatu produk akhir dari proses kegiatan–kegiatan akuntansi dalam suatu usaha serta dapat dijadikan sebagai bahan penguji dalam pengerjaan menganalisis pembukuan dan menilai posisi keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu, karena berisi semua informasi tentang keadaan keuangan serta hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan.
9
Laporan keuangan yang disusun oleh manajemen menurut Baridwan (2004) biasanya terdiri dari: 1. Neraca yaitu laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu perusahaan pada tanggal tertentu. Keadaan keuangan ini ditunjukkan dengan jumlah harta yang dimiliki yang disebut aktiva dan jumlah kewajiban perusahaan yang disebut pasiva. 2. Laporan laba rugi yaitu laporan yang menunjukkan hasil usaha dan biaya–biaya selama periode akuntansi. Laporan rugi laba kadangkadang disebut laporan penghasilan atau laporan pendapatan dan biaya merupakan laporan yang menunjukkan kemajuan keuangan perusahaan dan juga tali penghubung dua neraca yang berurutan. 3. Laporan perubahan modal, yaitu laporan yang menunjukkan sebabsebab perubahan modal dari jumlah awal periode menjadi jumlah modal pada akhir periode. 4. Laporan perubahan posisi keuangan (Statement of changes in financial position), menunjukkan arus dana dan perubahan-perubahan dalam posisi keuangan selama tahun buku yang bersangkutan. Pada dasarnya laporan keuangan yang utama terdiri dari neraca dan laporan laba rugi. Sedangkan laporan keuangan lainnya seperti laporan perubahan modal, laporan arus kas, laporan sebab-sebab perubahan laba kotor serta daftar-daftar lainnya hanya merupakan laporan pelengkap yang sifatnya memberikan penjelasan lebih lanjut. Dua jenis laporan keuangan yang sering dipakai adalah Neraca (Balance Sheet) dan Laporan Laba Rugi (Income Statement). 2.3.2 Tujuan Laporan Keuangan Menurut Sutrisno (2007) laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menyediakan informasi keuangan suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan di dalam mengambil keputusan. Pihak-pihak yang berkepentingan tersebut antara lain manajemen, pemilik, kreditor, investor dan pemerintah. Kasmir (2008) memiliki beberapa tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan yaitu:
10
1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan pada saat ini. 2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini. 3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu. 4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu. 5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada aktiva, pasiva, dan modal perusahaan. 6. Memberikan informasi tentang kinerja perusahaan dalam suatu periode. 7. memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan. 8. Informasi keuangan lainya. Jadi, dengan memperoleh laporan keuangan suatu perusahaan, akan dapat diketahui kondisi keuangan secara menyeluruh. 2.3.3 Pihak yang berkepentingan terhadap Laporan Keuangan Penyajian Laporan Keuangan serta analisisnya akan sangat berguna bagi pihak-pihak tertentu yang berhubungan langsung dengan perusahaan. Pihak - pihak yang dimaksud tersebut adalah: 1. Pemilik Perusahaan Pemilik perusahaan berkepentingan terhadap Laporan Keuangan untuk dapat menilai sukses atau tidaknya para manajer yang diberi kepercayaan untuk mengendalikan dan memimpin perusahaannya. 2. Manajemen Perusahaan Dengan diterbitkannya Laporan Keuangan, manajemen perusahaan dapat mengetahui posisi keuangan perusahaan serta dapat menyusun suatu rencana dan kebijaksanaan yang lebih baik.
3. Investor, Bank ataupun Kreditor Dengan membaca Laporan Keuangan yang diterbitkan perusahaan, mereka dapat menentukan prospek keuntungan perusahaan di masa
11
datang, mengetahui jaminan investasinya serta kemampuannya dalam mengembalikan pinjaman. 4. Pemerintah Pemerintah berkepentingan dengan Laporan Keuangan terutama untuk menentukan besarnya pajak serta masalah tenaga kerja dan kebijaksanaan
lain
yang
dapat
menunjang
pertumbuhan
perekonomian nasional. 5. Karyawan Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakilinya tertarik terhadap laporan keuangan berkaitan dengan stabilitas dan profitabilitas perusahaan selain juga untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja. 6. Pelanggan Para
pelanggan
berkepentingan
dengan
informasi
mengenai
kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau tergantung pada perusahaan. 7. Masyarakat Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara dan melalui laporan keuangannya perusahaan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan ( trend ) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya. 8. Pemasok dan kreditor usaha lainnya Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan terhadap perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek dibanding kreditor. 2.3.4 Analisis Laporan Keuangan
12
Dalam menganalisis dan menilai posisi keuangan dan potensi atau kemajuan perusahaan, faktor yang paling utama untuk mendapatkan perhatian adalah: 1. Likuiditas yaitu menunjukan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. 2. Solvabilitas yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya
apabila
perusahaan
tersebut
dilikuidasikan
baik
kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. 3. Rentabilitas atau Profitabilitas adalah menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan mempergunakan aktivanya secara produktif dengan demikian rentabilitas perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. 4. Stabilitas usaha adalah menunjukan kemampuan perusahaan untuk melakukan
usahanya
dengan
stabil
yang
diukur
dengan
mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar kembali beban bunga atas hutang–hutangnya dan akhirnya membayar kembali hutang–hutang tersebut tepat pada waktunya, serta kemampuan perusahaan untuk membayar dividen secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan. 2.3.5 Metode dan Teknik Analisa Laporan Keuangan Metode
dan
teknik
analisa
yang
dipergunakan
untuk
menganalisa Laporan Keuangan pada dasarnya bertujuan untuk menyederhanakan informasi keuangan supaya dapat lebih dimengerti. a) Metode Analisis Laporan Keuangan Ada 2 (dua) metode analisis yang digunakan, yaitu:
13
1. Analisis Horisontal adalah analisa dengan mengadakan pembandingan Laporan Keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat, sehingga akan diketahui perkembangannya. 2. Analisis Vertikal yaitu apabila analisa hanya meliputi satu periode atau satu saat saja. b) Teknik Analisis Laporan Keuangan Dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangan diperlukan teknik-teknik tersendiri yang secara khusus dapat memenuhi tujuan pihak-pihak yang berkepentingan terhadapnya. Teknik analisis laporan keuangan tersebut dibedakan menjadi 8 (delapan), yaitu: 1. Analisis Perbandingan Laporan Keuangan, adalah teknik analisis dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih, dengan menunjukkan data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah, kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah, kenaikan atau penurunan dalam prosentase, perbandingan yang dinyatakan dengan rasio atau prosentase dari total. 2. Analisis Trend, adalah suatu teknik analisa untuk mengetahui tendensi keadaan keuangan, tetap, naik atau turun. 3. Common Zise Statement, adalah suatu metode analisa untuk mengetahui prosentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualnnya. 4. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, merupakan suatu
analisis
untuk
mengetahui
sumber-sumber
serta
penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu. 5. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas (Cash Flow Statement Analysis), adalah suatu analisis yang bertujuan untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau
14
untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu. 6. Analisis Rasio, merupakan suatu metode analisis yang bertujuan untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca dan laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. 7. Analisis Perubahan Laba Kotor (Gross Profit Anlysis), adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dianggarkan untuk periode tersebut. 8. Analisis Break-Even, yaitu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. 2.4. Analisis Rasio Sesungguhnya, metode dan teknik manapun yang digunakan, kesemuanya itu merupakan permulaan dari proses analisis yang diperlukan untuk menganalisis laporan keuangan, dan setiap metode dan teknik analisis mempunyai tujuan yang sama, yaitu untuk membuat agar data dapat lebih dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Namun, dalam penelitian ini pembahasan hanya akan difokuskan pada analisis rasio saja, karena dalam prakteknya analisis ini lebih banyak dipergunakan, hal ini disebabkan analisis rasio dapat mengungkapkan hubungan dan sekaligus menjadi dasar pembandingan yang menunjukkan kondisi atau kecenderungan yang tidak dapat dideteksi bila hanya melihat komponen-komponen rasio itu sendiri. Penerapan analisis rasio dalam hubungannya dengan keputusan yang diambil serta penilaian atas perkembangan perusahaan, bertujuan untuk menilai efektifitas keputusan yang telah diambil oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas usahanya serta seberapa besar perkembangan
15
yang dialami oleh perusahaan, yang pada akhirnya akan diperoleh informasi mengenai kekuatan dan kelemahan perusahaan. Analisis ini mencakup analisa likuiditas, Leverage, Aktivitas dan Profitabilitas (Harjito dan Martono, 2012): 2.4.1 Rasio Likuiditas Suatu analisis yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi hutang jangka pendeknya. Rasio likuiditas terdiri atas beberapa rasio, yaitu: 1. Current Ratio, yaitu perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio ini bertujuan untuk mengetahui kesanggupan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya karena rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan atau tagihan dari para kreditur segera dapat berubah menjadi tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo hutang atau tagihan tersebut. 2. Cash Ratio, yaitu rasio yang dihitung dari penjumlahan kas dan efek yang dibagi dengan hutang lancar. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang harus segera dipenuhi dengan menggunakan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang dapat segera diuangkan. 3. Quick (Acid Test) Ratio, yaitu rasio yang dihitung dengan menggunakan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan dibagi dengan hutang lancar. Persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang paling tidak likuid dan unsur tersebut seringkali merupakan kerugian jika terjadi likuiditas. Rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid.
2.4.2 Rasio Leverage 1. Debt Ratio (Rasio Hutang) adalah rasio antara total hutang (total debt) dengan total asset (total assets). Rasio hutang mengukur berapa persen asset perusahaan yang dibelanjai dengan hutang.
16
2. Total Debt to Equity Ratio (Rasio Total Hutang Terhadap Modal Sendiri) adalah perbandingan antara jumlah seluruh hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang dengan jumlah modal sendiri perusahaan. Bila nilai rasio lebih besar dari satu, maka kemampuan modal sendiri untuk menjamin hutang semakin rendah demikian pula sebaliknya. 2.4.3 Rasio Aktivitas Suatu analisis yang mengukur efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Rasio aktivitas meliputi rasio-rasio: 1. Total Assets Turnover, adalah rasio yang mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva, berputar dalam satu periode tertentu atau kemampuan modal yang ditanam untuk menghasilkan revenue. Semakin cepat perputarannya yang ditunjukkan dengan angka rasio yang lebih besar adalah semakin baik karena perusahaan dapat memanfaatkan total aktivanya dengan efisiensi untuk menghasilkan penjualan. 2. Receivable Turnover, adalah rasio yang mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam piutang berputar pada periode tertentu. Perusahaan yang mempunyai kesulitan dalam penagihan, berarti perusahaan mempunyai saldo piutang yang besar dan rasio yang rendah. Sebaliknya, jika perusahaan mempunyai kebijakan kredit dan prosedur penagihan yang baik, maka saldo piutangnya rendah dan rasionya tinggi. 3. Average Collection Periode, adalah rasio yang memberikan gambaran tentang berapa periode rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang. 4. Inventory Turnover, adalah rasio yang mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persedian berputar pada suatu periode tertentu. 2.4.4 Rasio Profitabilitas
17
Suatu alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba selama periode tertentu. Rasio profitabilitas terdiri atas: 1. Gross Profit Margin, adalah rasio yang mengukur ukuran persentase dari hasil sisa penjualan sesudah perusahaan membayar harga pokok penjualan. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik dan secara relative semakin rendah haga pokok barang yang dijual dan mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisiensi. 2. Net Profit Margin, adalah rasio yang mengukur keuntungan neto per rupiah penjualan. 3. Rate of Return on Investment ( ROI ), adalah rasio yang mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan kondisi perusahaan yang semakin baik. 4. Rate of Return on Net Worth (ROE), adalah rasio yang mengukur kemampuan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan. 2.5. Penelitian Terdahulu Sumarto (2002) melakukan penelitian analisis BOR untuk menilai kinerja keuangan pada Rumah Sakit Atma Jaya Jakarta. Analisa ini membahas segi keuangan, khususnya yang mencakup pendapatan jasa rawat inap. Besar kecilnya pendapatan jasa rawat inap tergantung dari jumlah pasien. Untuk mengetahui tingkat hunian pasien digunakan analisa Bed Occupancy Rate (BOR). Dampak dari perkembangan BOR yang rendah berakibat kepada pendapatan jasa perawatan rendah. Rendahnya jasa perawatan mempengaruhi secara keseluruhan pendapatan rumah sakit. Selanjutnya dilakukan analisis Bed Turn Over (BTO) dan Turn Over Interval (TOI), dengan tujuan mengukur tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Analisa rasio keuangan yang digunakan antara lain rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, rasio profitabilitas. Hasil analisa
18
dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan Rumah Sakit Atma Jaya tergolong kurang baik. Inti kelemahan Rumah Sakit Atma Jaya adalah jumlah pasien yang dirawat inap maupun rawat jalan masih tergolong rendah. Pendapatan jasa rawat inap dilihat dari perhitungan rata-rata BOR selama 5 tahun, yang hanya berkisar antara 39,54 % menunjukkan jumlah yang rendah. Untuk mencapai Break Even Point (BEP) rata-rata BOR harus mencapai 65% dengan jumlah pasien 95 orang dan lama hari perawatan 2850 hari dalam satu bulan. Adam (2008) melakukan penelitian hubungan rasio lancar (current ratio) dengan BOR (Bed Occupancy Rate) dari 24 rumah sakit. Dari penelitian diperoleh hasil bahwa hubungan BOR dengan Rasio Lancar tidak terbukti secara statistik. Tidak ada jaminan jika terjadi peningkatan BOR sebagai indikator penilaian kinerja layanan akan meningkatkan Rasio Lancar sebagai indikator penilaian likuiditas. Pengaruh BOR terhadap rasio lancar hanya sebesar 4,8 % dan sisanya 95,2 % Rasio Lancar dipengaruhi oleh variabel lain seperti waktu pengembalian piutang, dan pemanfaatan kas yang kurang maksimal (hasil wawancara). Warastuti (2013) melakukan penelitian pengaruh efektivitas bisnis internal terhadap ROI RS Cahya Kawaluyan, berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa hasil uji statistik menunjukan bahwa secara bersama efektifitas Proses Bisnis Internal instalasi layanan Rawat Inap yang diukur dalam tingkat BOR, ALOS, BTO, dan TOI secara bersama-sama memiliki pengaruh sebesar 43,5 % terhadap pencapaian keuntungan atas tingkat ROI. Hal ini berarti tingkat ROI RS Cahya Kawaluyan lebih banyak dipengaruhi oleh instalasi layanan lain selain rawat inap seperti instalasi rawat darurat, instalasi rawat jalan, instalasi penunjang medis ataupun layanan RS Cahya Kawaluyan lainnya.
19
III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan hal yang sangat membantu terhadap suatu keputusan yang diambil karena kinerja keuangan akan menunjukkan seberapa hasil suatu perusahaan dalam menjalankan roda usahanya. Penilaian kinerja keuangan terhadap RS Bogor Medical Center ini dilakukan melalui analisis laporan keuangan. Laporan keuangan yang digunakan adalah neraca dan laporan laba rugi. Neraca adalah laporan sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada saat tertentu yang bertujuan untuk menunjukan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu di mana bukubuku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun kalender, sehingga neraca sering disebut dengan balanced sheet. Sedangkan laporan rugi laba adalah suatu laporan sistematis tentang penghasilan biaya, laba rugi yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Melalui analisis laporan keuangan perusahaan dengan menggunakan analisis rasio dapat diketahui informasi mengenai kinerja keuangan serta faktor–faktor yang mempengaruhi. Adapun indikator penilaian kinerja pelayanan rawat inap (aspek non keuangan) yang digunakan yaitu BOR, ALOS, TOI, dan BTO. Indikator finansial dan non–finansial ini belum diketahui seberapa jauh hubungan diantara keduanya. Apakah jika Indikator pelayanan meningkat akan diikuti dengan peningkatan dari segi pendapatan ataukah sebaliknya. Secara ringkas, dalam kerangka pemikiran penulisan ini akan membahas hubungan dan pengaruh dua indikator yang berbeda antara finansial dan non–finansial. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini:
20
RS BMC
Kinerja Pelayanan
Indikator : 1. BOR 2. ALOS 3. TOI 4. BTO
Kinerja Keuangan
Pengaruh
1. 2. 3. 4.
Rasio Keuangan: Rasio Likuiditas Rasio Leverage Rasio Aktivitas Rasio Profitabilitas
Hasil dan Masukan bagi Pihak Manajemen Gambar 1. Kerangka pemikiran Dari kerangka pemikiran tersebut dapat dilihat bahwa kinerja pelayanan (BOR, ALOS, TOI, dan BTO) merupakan Independent Variabels yang dapat mempengaruhi parameter kinerja keuangan dari rumah sakit yang diukur dengan analisis rasio keuangan (rasio likuiditas, rasio hutang, rasio aktivitas, rasio profitabilitas) sebagai Dependent Variabels. 3.2. Hipotesis Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: H0 : Kinerja Pelayanan (BOR, ALOS, TOI dan BTO) tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan (Rasio Likuiditas, Rasio Leverage, Rasio Aktivitas dan Rasio Profitabilitas). H1 : Kinerja Pelayanan (BOR, ALOS, TOI dan BTO) berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan (Rasio Likuiditas, Rasio Leverage, Rasio Aktivitas dan Rasio Profitabilitas). Berdasarkan kerangka pemikiran yang dikemukakan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
21
1. BOR tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pelayanan (H0). Sedangkan, H1 menyatakan bahwa BOR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pelayanan. 2. ALOS tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pelayanan (H0). Sedangkan, H1 menyatakan bahwa ALOS memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pelayanan. 3. TOI tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pelayanan (H0). Sedangkan, H1 menyatakan bahwa TOI memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pelayanan. 4. BTO tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pelayanan (H0). Sedangkan, H1 menyatakan bahwa BTO memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pelayanan. 5. RL (Rasio Likuiditas) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan (H0). Sedangkan, H1 menyatakan bahwa RL (Rasio Likuiditas) memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. 6. RH (Rasio Hutang) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan (H0). Sedangkan, H1 menyatakan bahwa RH (Rasio Hutang) memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. 7. RA (Rasio Aktivitas) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan (H0). Sedangkan, H1 menyatakan bahwa RA (Rasio Aktivitas) memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. 8. RP (Rasio Profitabilitas) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan (H0). Sedangkan, H1 menyatakan bahwa RP (Rasio Profitabilitas) memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. 3.3. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di RS Bogor Medical Center yang beralamat di Jl. Pajajaran Indah V no. 97 Bogor, dan dilaksanakan dalam waktu dua bulan dimulai dari bulan Januari sampai Februari 2014.
22
3.4. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data Kuantitatif yaitu data yang disajikan dalam bentuk angka-angka atau data yang dapat dihitung dalam satuan tertentu. Dalam hal ini berupa laporan keuangan. Data Kualitatif yaitu data yang tidak berbentuk angka-angka, seperti gambaran umum perusahaan serta keterangan-keterangan lain yang diperlukan untuk analisis. Data primer adalah data yang diperoleh melalui konfirmasi dengan pihak manajemen rumah sakit. Sedangkan data sekunder adalah data pelengkap yang diperoleh dari unit rekam medis, diantaranya adalah data rekapitulasi indikator pelayanan RS BMC selama periode 2010 sampai 2012 dan dari bagian keuangan, yaitu data keuangan meliputi laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi) pada periode tiga tahun yaitu 2010 sampai 2012. 3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengumpulan data dilakukan dari studi pustaka dan kajian literatur yang menunjang penellitian. Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena dengan data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. 3.5.1 Indikator Pelayanan Rumah Sakit Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap: 1. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur) BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to inpatient bed count days in a period under consideration”. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat
23
tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 6085% (Depkes RI, 2005). Rumus: …....(1) 2. ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat) ALOS menurut Huffman (1994) adalah “The average hospitalization stay of inpatient discharged during the period under consideration”. ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari. (Depkes RI, 2005) Rumus: .........................................(2) 3. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran) TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. (Depkes RI, 2005) Rumus: ..........(3) 4. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur) BTO menurut Huffman (1994) adalah “...the net effect of changed in occupancy rate and length of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya
24
dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali/ Tahun. (Depkes RI, 2005) Rumus: ...............................(4) 3.5.2 Analisis Rasio Metode penelitian yang digunakan yaitu analisis rasio. Analisis rasio digunakan untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Penerapan analisis rasio dalam hubungannya dengan keputusan yang diambil serta penilaian atas perkembangan perusahaan, bertujuan untuk menilai efektifitas keputusan yang telah diambil oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas usahanya serta seberapa besar perkembangan yang dialami oleh perusahaan, yang pada akhirnya akan diperoleh informasi mengenai kekuatan dan kelemahan perusahaan. Oleh karena itu, analisis laporan keuangan perlu diarahkan pada area-area rasio berikut: a. Rasio Likuiditas Suatu analisa yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi utang jangka pendeknya. Rasio likuiditas terdiri atas beberapa rasio, yaitu : 1. Current Ratio, yaitu suatu rasio yang bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar utang yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar. Rumus: ........................................(5) 2. Cash
Ratio,
adalah
rasio
yang
mengukur
kemampuan
perusahaan untuk membayar utang yang harus segera dipenuhi dengan menggunakan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang dapat segera diuangkan.
25
Rumus: ...............................................(6) 3. Quick ( Acid Test ) Ratio, rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar utang yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid. Rumus: ........................(7) b. Rasio Leverage (Rasio Hutang) 1. Debt Ratio (Rasio Hutang) adalah rasio antara total hutang (total debt) dengan total asset (total assets). Rasio hutang mengukur berapa persen asset perusahaan yang dibelanjai dengan hutang. Rumus: ...................(8) 2. Total Debt to Equity Ratio (Rasio Total Hutang Terhadap Modal Sendiri) adalah perbandingan antara jumlah seluruh hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang dengan jumlah modal sendiri perusahaan. Bila nilai rasio lebih besar dari satu, maka kemampuan modal sendiri untuk menjamin hutang semakin rendah demikian pula sebaliknya. Rumus: .....................(9) c. Rasio Aktivitas Suatu analisis yang mengukur efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Rasio aktivitas meliputi rasio-rasio : 1. Total Assets Turnover, rasio yang mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva, berputar dalam satu periode tertentu atau kemampuan modal yang ditanam untuk menghasilkan revenue.
26
Rumus: .................(10) 2. Receivable Turnover, rasio yang mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam piutang berputar pada periode tertentu. Rumus: .............(11) 3. Average Collection Periode, adalah periode rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang. Rumus: ............(12) 4.
Inventory Turnover, adalah rasio yang mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persedian berputar pada suatu periode tertentu. Rumus: ..............(13)
d. Rasio Profitabitabilitas Suatu alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba selama periode tertentu. Rasio profitabilitas terdiri atas: 1. Gross Profit Margin, adalah mengukur ukuran persentase dari hasil sisa penjualan sesudah perusahaan membayar harga pokok penjualan. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik dan secara relative semakin rendah haga pokok barang yang dijual dan mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisiensi. Rumus: ..................(14)
27
2. Net Profit Margin, adalah rasio yang mengukur keuntungan neto per rupiah penjualan. Rumus: .................(15) 3. Rate of Return on Investment ( ROI ), adalah rasio yang mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan kondisi perusahaan yang semakin baik. Rasio ini sering disebut juga tingkat pengembalian aktiva (Rate of Return on Total Assets). Rumus: ...............(16) 4. Rate of Return on Net Worth, adalah rasio yang yang mengukur kemampuan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan. Rumus: ..............................................(17) 3.5.3
Analisis Regresi Jalur (Path Analyzes) Analisis pengaruh BOR (Bed Occupancy Rate), ALOS (Average Length of Stay), TOI (Turn Over Interval), dan BTO (Bed Turn Over) terhadap Rasio Likuiditas, Rasio Hutang, Rasio Aktivitas, dan Rasio Profitabilitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan regresi jalur (Path Analyzes), yaitu analisis yang melihat hubungan kausalitas antara kejadian satu dengan yang lainnya. (Ferdinand, 2002). Koefisien
jalur
dapat
ditentukan
melalui
rumus
berikut
ini:
.......................................................(18) . Keterangan :
28
PYx = Merupakan koefisien jalur dari variabel X terhadap variabel Y bYx = Merupakan koefisien regresi dari variabel X terhadap variabel Y 1. Uji Hipotesis Uji distribusi t (Uji t), Uji T digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel. Kriteria pengambilan keputusan t penulisan dengan t tabel : a.
Jika t penulisan < t tabel, maka H0 diterima. Artinya variabel bebas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat
b.
Jika t penulisan > t tabel, maka H0 ditolak. Artinya variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat
2. Uji Tingkat Signifikansi Kriteria pengambilan keputusan probabilitas ( signifikansi ) dengan α 0,05 : 1)
jika probabilitas > α 0,05, maka Ho diterima. Artinya variabel bebas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.
2)
jika probabilitas < α 0,05, maka Ho ditolak. Artinya variabel bebas berpengaruh secara parsial terhadap variabel terikat.
29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum RS Bogor Medical Center 1. Sejarah Umum RS Bogor Medical Center Rumah Sakit Bogor Medical Center didirikan pada tanggal 2 Juni 2000 dengan Akta Notaris No.04 dari Notaris Hari Suprapti Suwarno, SH. PT Bogor Medical Center pada awalnya didirikan oleh 14 dokter spesialis yang berkeinginan untuk membangun rumah sakit termegah dan terlengkap di Kota Bogor. Selain itu masih cukup besarnya kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang baik di Kota Bogor pun menjadi salah satu pertimbangan berdirinya rumah sakit ini. RS BMC sudah didukung dengan Sistem Informasi dan Teknologi yang terintegrasi ke seluruh unit dan departemen yang diharapkan mampu mewujudkan dua aspek pelayanan yang menjadi prinsip RS BMC yaitu, Aspek Pelayanan Medis dan Aspek Pelayanan non Medis. Aspek pelayanan medis yang dimaksud adalah menyelenggarakan pelayanan medis yang komprehensif dan sesuai dengan standar operasional serta dipantau langsung oleh Komite Medik RS BMC. Sedangkan aspek non medis yang dimaksud adalah selalu terciptanya rasa aman dan nyaman pasien yang dibangun melalui keramahan, kesigapan dan kebersihan. 2. Visi, Misi dan Tujuan RS Bogor Medical Center a. Visi Menjadi rumah sakit terbaik di Bogor yang memiliki keunggulan pelayanan paripurna dan didukung oleh IPTEK kedokteran terkini, serta SDM yang professional, ramah dan bersahabat. b. Misi 1) Memberikan pelayanan kesehatan yang aman, nyaman dan professional kepada masyarakat Kota Bogor dan sekitarnya serta menjadi pusat rujukan. 2) Memberikan pelayanan yang paripurna dan komprehensif.
30
3) Memberikan pelayanan kesehatan dengan standar mutu yang baik dan senantiasa disesuaikan dengan perkembangan kemajuan IPTEK kedokteran yang dinamis. c. Falsafah Profesionalisme dalam pelayanan, disiplin, jujur, tulus, peduli serta saling
menghargai
dan
kerjasama
dalam
kegiatan
dengan
mengutamakan kepuasan pasien. d. Tujuan Berperan aktif dalam menunjang dan memberikan sarana pelayanan kesehatan yang nyaman dan memadai kepada masyarakat kotamadya dan kabupaten Bogor yang memerlukan fasilitas sesuai dengan kemajuan dan kemampuan ekonominya. e. Motto “We care your health” yang merupakan motto RS Bogor Medical Center bermakna, RS Bogor Medical Center akan selalu memprioritaskan pasien dalam pelayanannya sehingga mutu rumah sakit dapat dipertahankan dan dapat terpeliharanya sikap Sevice Excellent. 3. Profil RS Bogor Medical Center RS Bogor Medical Center Berlokasi di tengah Kota Bogor tepatnya di Jl. Pajajaran Indah V No. 97 Bogor. Lokasi yang dekat dengan akses jalan tol dan jalan-jalan utama Kota Bogor memudahkan RS Bogor Medical Center untuk dijangkau dengan kendaraaan pribadi maupun umum. RS Bogor Medical Center juga dapat diakses melalui : Website
: www.bogormedicalcenter.com
Email
:
[email protected]
Telepon
: (0251) 8307900
Fax
: (0251) 8313987
4. Fasilitas Rumah Sakit Bogor Medical Center a. Fasilitas Rawat Jalan Terdapat berbagai fasilitas di Unit Rawat Jalan RS Bogor Medical Center diantaranya poliklinik spesialis yang terdiri dari: Bedah Umum, Urologi, Anak, Penyakit Dalam, Kebidanan dan
31
Kandungan, Jantung, Bedah Syaraf, Mata, Bedah Orthophedi, Kulit dan Kecantikan, THT, Syaraf, Gigi, Bedah Mulut dan poliklinik umum. Selain itu, Unit Rawat Jalan di RS Bogor Medical Center memiliki fasilitas penunjang lain yang sudah didukung oleh teknologi canggih diantaranya: Diagnostik USG, Doppler Heart Tone, Cardio Toco Graphy, Treadmill (Uji Letih Jantung), Elektrocardiografi (EKG), Echocardiography (ECHO), SLIT Lamp, Audiometri adapun alat terbaru di RS Bogor Medical Center yaitu EECP (Enhanced External Counter Pulsation) b. Fasilitas Rawat Inap Unit Rawat Inap RS Bogor Medical Center memiliki banyak pilihan fasilitas untuk ditawarkan, semuanya dibagi kedalam beberapa kelas tanpa mengurangi kualitas pelayanan medis yang diberikan. Tabel 2. Data Jumlah Tempat Tidur RS Bogor Medical Center Tahun 2009-2012 Jenis Kamar 2009 2010 2011 2012 President Suite
1
1
2
2
Suite
2
4
7
7
VVIP
2
3
4
4
VIP
13
17
22
22
Utama
5
5
5
5
Kelas I
10
10
11
11
Kelas II
12
12
14
14
Kelas III
14
13
19
19
Bayi Sehat
5
-
-
-
Bayi Sakit
3
3
4
4
HCU
4
4
4
4
Isolasi HCU
1
-
-
-
Total
72
72
92
92
Sumber : Laporan Kegiatan Rekam Medis RS BMC
32
c. Fasilitas Tindakan 1) Instalasi Gawat Darurat 2) Ruang Operasi (OK) 3) Kamar Bersalin (VK) d. Pelayanan Penunjang Medis RS Bogor Medical Center Selain adanya Pelayanan Medis suatu rumah sakit juga harus dilengkapi dengan fasilitas penunjang medis guna membantu berlangsungnya pelayanan medis yang baik kepada pasien. Beberapa Fasilitas Penunjang Medis yang ada di RS Bogor Medical Center yaitu Farmasi, Laboratorium, Radiologi, Fisioterapi, Unit Gizi, Ambulance. e. Fasilitas Lain RS Bogor Medical Center 1) One Day Care (ODC) 2) Medical Check Up (MCU) 3) Catering Diet Sehat 4) Senam hamil 5) Senam Aerobik f. Produk Unggulan RS Bogor Medical Center 1) Laparoscopy Laparoskopi atau yang sering disebut bedah teropong adalah proses operasi yang meggunakan diagnosa sebagai media untuk memantau keadaan didalam organ yang dioperasi dengan cara memasukan teropong kamera yang sudah tersambung ke dalam diagnosa tersebut. Laparoskopi memiliki beberapa keuntungan diantaranya luka bekas operasi yang ditimbulkan lebih kecil sehingga mencegah kerusakan jaringan otot selain itu rasa sakit yang ditimbulkan pasca operasi pun sedikit berkurang. Hingga saat ini kasus yang dapat dilakukan laparoskopi diantaranya Appendiksitis, Hernia dan Cholelithiasis. 2) USG 4 Dimensi USG
4
Dimensi
adalah
inovasi
terbaru
dalam
bidang
ultrasonografi. Dengan USG 4 Dimensi kita dapat melihat dengan
33
jelas bentuk hingga wajah bayi dan memeriksa apakah ada kelainan atau tidak seperti misalnya terlilit tali pusar atau ari-ari dibawah.
Selain itu USG 4 dimensi juga mampu mendeteksi
denyut jantung dan melihat rongga jantung itu sendiri. USG 4 dimensi tidak menggunakan sinar radiasi melainkan menggunakan gemlombang suara yang relatif aman dan dilakukan oleh tenaga ahli di RS Bogor Medical Center. 3) Terapi EECP EECP atau Enhanced External Counterpulsation berfungsi untuk memompa darah dari bagian bawah tubuh kembali ke pangkal Aorta. Arus balik ini dapat meningkatkan aliran darah ke pembuluh darah jantung kemudian bermuara di pangkal aorta hal ini dapat membuka dan menambah pembuluh darah cabang sehingga pemasukan darah dari otot ke jantung pun akan ikut meningkat. Terapi EECP bermanfaat untuk meningkatkan aliran darah ke otak, ginjal prostat, mata, telinga; meredakan angina; membantu jantung membentuk natural bypass baru; Rehabilitasi stroke dan menghilangkan keletihan sesudah olahraga berat. EECP dilakukan dengan cara meletakan 3-5 elektroda di dada pasien dalam keadaan berbaring yang digunakan untuk merekam gelombang EKG pasien. Setelah itu alat pengukur saturasi oksigen diletakan ditelunjuk pasien di lanjutkan dengan meletakan 3-4 manset untuk mengukur tekanan darah di daerah paha, betis dan bokong. 4) CT Scan Computed Tomography Scan adalah teknologi diagnostic terbaru yang menggunakan komputer sebagai alat untuk melihat rekonstruksi anggota tubuh yang telah ditembus oleh Sinar X. Alat ini digunakan untuk mendiagnosa adanya kelainan organ atau jaringan tubuh mulai dari rongga kepala, tulang servikal, rongga dada dan bagian-bagian tubuh lain yang tidak dapat terlihat pada hasil rontgen biasa karena CT Scan dapat membedakan kepadatan dan
spesifikasi
berbagai
jaringan
tubuh
sehingga
dapat
34
menghasilkan perbedaan gambar yang baik dan posisi kelainan organ pun dapat terlihat dengan tepat karena ditampilkan berupa potongan-potongan tanpa tumpang tindih. Pemeriksaan CT Scan di RS Bogor Medical Center dapat mendektesi berbagai penyakit seperti kelainan organ pada hati, limpa, ginjal, pancreas, saluran pencernaan dan lain-lain. 4.2. Perkembangan Kinerja Pelayanan RS Bogor Medical Center Indikator kinerja rumah sakit dilaksanakan secara swa-nilai (self assessment). Hasil penilaian ini dijadikan sebagai bahan rapat bulanan peningkatan mutu oleh Direksi Rumah Sakit dan Komite Medis. Berikut ini adalah data yang diperoleh dari kinerja pelayanan rawat inap RS BMC selama periode 2010-2012 : Tabel 3. Kinerja pelayanan Rumah Sakit Bogor Medical Center Tahun 2010-2012 Indikator 2010 2011 2012 BOR
71,84 %
69,09 %
71,79 %
ALOS
3,91 hari
4,01 hari
4,05 hari
TOI
1,14 hari
1,36 hari
1,22 hari
BTO
90,19 kali
83,66 kali
85,89 kali
Sumber : Laporan Kegiatan RS BMC, Tahun 2010-2012
4.2.1
Rawat Inap 1. Bed Occupancy Rate (BOR) Bed Occupancy Rate (BOR) atau Ratio Pemakaian Tempat Tidur ditetapkan di instalasi rawat inap dan menggambarkan sampai seberapa jauh tempat tidur yang tersedia dimanfaatkan untuk perawatan pasien. BOR sangat penting dalam pengambilan keputusan perencanaan rumah sakit, oleh karena itu tidak jarang rumah sakit terus berupaya meningkatkan kunjungan, dalam hal ini pemanfaatan layanan rawat inap agar pendapatan juga mengalami peningkatan. Jika BOR yang terlampau tinggi lebih dari 85 % maka jumlah tempat tidur di rumah sakit tidak efisien sehingga rumah sakit harus menambah jumlah tempat tidur. Data yang diperoleh
35
pada BOR RS BMC dari tahun 2010 sampai 2012 secara berurutan yaitu 71,84 %, 69,09 %, 71,79 %. Tingkat BOR RS Bogor Medical Center sempat mengalami penurunan pada tahun 2011 sebesar 2,75 %, hal ini disebabkan oleh penambahan jumlah tempat tidur sebanyak 20 buah di bulan Juli. Penambahan tempat tidur tahun 2011 yaitu pada kelas Presiden Suite sebanyak 1 bed, Suite 3 bed, VVIP 1 bed , VIP 6 bed, kelas I 1 bed, kelas II 2 bed, kelas III 5 bed, R. Bayi Sakit 1 bed. Namun BOR di tahun 2012 kembali mengalami peningkatan, yaitu sebesar 2,7 %. Berdasarkan hal ini, beberapa kelas perawatan sudah dalam mencapai tingkat efisiensi. Walaupun sempat terjadi penurunan di tahun 2011, namun BOR masih dalam batas nilai ideal yaitu antara 60 – 85 %. Hal ini menunjukkan manajemen rumah sakit telah mengelola instalasi rawat inap dengan baik. Perkembangan grafik BOR dapat dilihat pada Gambar 2. Bed Occupancy Rate (BOR) RS. BMC 73,00%
71,79%
71,84%
72,00% 71,00% 70,00%
69,09%
69,00% 68,00% 67,00%
2010
2011
2012
Gambar 2. (Data Kegiatan RS BMC Tahun 2010 – 2012) 2. Average Length Of Stay (ALOS) ALOS atau rata–rata lamanya dirawat, ditetapkan dengan tujuan untuk mengukur efisiensi pelayanan pasien rawat inap dan juga memberikan gambaran mutu pelayanan. Umumnya nilai ALOS makin kecil makin baik, tetapi bila membandingkan faktor penyakit yang berlainan (lamanya perawatan yang berlainan untuk penyakit yang berlainan) dan keadaan penderita waktu keluar (penderita yang meninggal atau pulang paksa dalam keadaan belum sembuh) tidak menggambarkan lamanya dirawat.
36
Data yang diperoleh pada ALOS dari tahun 2010 sampai 2012 secara berurutan yaitu 3,91 hari, 4,01 hari, 4,05 hari. Ratarata ALOS (Average Length of Stay ) pada RS Bogor Medical Center sebanyak 4 hari, walaupun masih kurang dalam batas ideal (6–9 hari), namun pencapaian ini masih dipertahankan karena keadaan ini bagi rumah sakit membuktikan bahwa tingkat pelayanan dan penyembuhan kepada pasien dilakukan dengan optimal. Perkembangan grafik ALOS dapat dilihat pada Gambar 3. Average Length Of Stay (ALOS) RS. BMC 4,1
4,05 4,01
Hari
4
3,91
3,9 3,8 2010
2011
2012
Gambar 3. ALOS (Data Kegiatan RS BMC Tahun 2010 - 2012 ) 3. Turn Over Interval (TOI) TOI atau interval pemakaian tempat tidur yaitu rata–rata lamanya sebuah tempat tidur tidak digunakan diantara pasien yang keluar dan pasien yang masuk berikutnya, jadi TOI merupakan rata–rata hari tempat tidur tidak ditempati dari saat terisi ke terisi berikutnya. TOI bertujuan untuk menggambarkan tingkat efisiensi dalam
mengatur
pemasukan
pasien
rawat
tinggal
dan
menggambarkan tingkat efisiensi dari penggunaan tempat tidur. Umumnya nilai makin kecil makin baik, dengan nilai TOI yang kecil menunjukan tempat tidur instalasi rawat inap sering digunakan. Data yang diperoleh pada TOI dari tahun 2010 sampai 2012 secara berurutan yaitu 1,14 hari, 1,36 hari, 1,22 hari dengan standar ideal 1 – 3 hari, TOI pada RS Bogor Medical Center telah dapat dicapai dengan 1,24 ( < 2 hari ) sebagai wujud keberhasilan pencapaian rata–rata BOR yaitu sebesar 70,9 %. Perkembangan grafik TOI dapat dilihat pada Gambar 4.
37
Turn Over Interval (TOI) RS. BMC 1,36
1,4
1,22
Hari
1,3 1,14
1,2 1,1
1 2010
2011
2012
Gambar 4. TOI ( Data Kegiatan RS BMC Tahun 2010-2012) 4. Bed Turn Over (BTO) BTO atau rata–rata frekuensi pemakian tempat tidur bertujuan untuk menggambarkan penderita memanfaatkan sebuah tempat tidur dalam jangka waktu tertentu dan untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Umumnya nilai BTO makin besar makin baik, karena semakin tinggi nilai BTO semakin sering frekuensi penggunaan tempat tidur yang digunakan oleh pasien rawat inap. Data yang diperoleh pada BTO dari tahun 2010 sampai 2012 secara berurutan yaitu 90,19 kali, 83,66 kali, 85,89 kali. Jika dilihat dari nilai ALOS yang ada maka berpengaruh pula pada nilai BTO (Bed Turn Over), rata–rata satu tempat tidur RS Bogor Medical Center yang terpakai pada satu tahun sekitar 87 kali keadaan ini jauh diatas nilai ideal standar Depkes yaitu 40-50 kali. Perkembangan grafik BTO dapat dilihat pada Gambar 5. Bed Turn Over (BTO) RS. BMC 92
90,19
Kali
88
85,89 83,66
84 80 2010
2011
2012
Gambar 5. BTO ( Data Kegiatan RS BMC Tahun 2010-2012 )
38
4.2.2
Rawat Jalan Pada kunjungan Poliklinik rata–rata kunjungan per hari menunjukan bahwa peningkatan kunjungan 2011 sebesar 11,2% kemudian mulai meningkat lagi pada tahun 2012 sebesar 9,7%. Pada kunjungan Penunjang Medis rata – rata kunjungan per hari dari tahun 2010, 2011 dan 2012 yaitu 126, 127, 142 kunjungan, keadaan ini menunjukan bahwa peningkatan kunjungan 2011 sebesar 0,78% kemudian mulai meningkat lagi pada tahun 2012 sebesar 10,56%. Kemungkinan peningkatan yang signifikan pada tahun 2012 disebabkan oleh penambahan alat medis seperti CT Scan pada unit Radiologi dan penambahan jadwal praktek di hari libur pada unit rehabilitasi medik. Rata–rata kunjungan Rawat Jalan 2010–2012 mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Pada kunjungan IGD rata–rata kunjungan per hari dari tahun 2010, 2011 dan 2012 yaitu 67 ; 71 ; 83 kunjungan. Pada Gambar 6 dapat dilihat perkembangan kunjungan rawat jalan RS Bogor Medical Center dari tahun 2010 – 2012. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan RS. BMC 80.000 61.434
68.001
54.547
IGD Poliklinik
60.000
51.923
Penunjang Medis
46.247 40.000
20.000
46.060
25.759
30.255
23.959
0 2010
2011
2012
Gambar 6. Kunjungan Rawat Jalan: Sumber Data Kegiatan RS BMC Tahun 2010 – 2012 (diolah) 4.3. Perkembangan Kinerja Keuangan RS Bogor Medical Center Sebagai bahan perbandingan suatu kinerja rumah sakit dapat dilakukan dengan menganalisis aspek keuangan, dalam hal ini Laporan keuangan digunakan sebagai bahan analisis. Laporan Keuangan suatu
39
perusahaan sangat penting bagi perusahaan, laporan keuangan digunakan untuk memberikan gambaran pencapaian sehingga dapat menghasilkan informasi tentang perkembangan yang terjadi selama periode tertentu. Pada penulisan ini aspek keuangan yang dianalisis yaitu Neraca dan Laporan Laba Rugi, data yang diamati selama 3 tahun dari tahun 2010, 2011, dan 2012. 4.3.1
Perkembangan Neraca Analisis terhadap neraca rumah sakit Bogor Medical Center, ini
dilakukan terhadap komponen–komponen yang digunakan untuk melihat perkembangan keuangan pada jangka pendek dan jangka panjang. Perkembangan pada aktiva RS Bogor Medical Center periode 2010 sampai 2012 dapat dilihat pada Gambar 7. Pada Gambar 7 dapat dilihat perkembangan aktiva RS BMC, peningkatan aktiva lancar sebesar 28 persen terjadi di tahun 2011 dan kembali menurun di tahun 2012 sebesar 8 persen. Hal ini dikarenakan oleh adanya kenaikan pada kas, deposito, piutang usaha, biaya di bayar dimuka dan persediaan barang di tahun 2011. Namun di tahun 2012 pada kas dan piutang usaha mengalami penurunan yang cukup signifikan sehingga aktiva lancar menurun drastis. Pada bagian aktiva tidak lancar RS Bogor Medical Center terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan karena investasi yang dilakukan pada gedung, peralatan medis, tanah, fasilitas pelayanan. Analisis Trend terhadap Aktiva Lancar dan Aktiva Tidak Lancar Aktiva Lancar Aktiva Tidak Lancar
Rp. (000.000)
30.000 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 2010
2011
2012
Tahun
Gambar 7. Perkembangan Aktiva RS BMC Tahun 2010-2012 (diolah) Pada Gambar 8 memperlihatkan analisis terhadap kewajiban dan ekuitas RS Bogor Medical Center selama periode 2010 – 2012.
40
Kewajiban jangka pendek menunjukan perkembangan yang meningkat setiap tahunnya. Kenaikan ini terjadi pada hutang usaha, dan hutang lainnya. Walaupun pada tahun 2011 hutang bank dan hutang pajak sempat
mengalami
penurunan
namun
tidak
seimbang
dengan
peningkatan hutang usaha dan yang lainnya. Pada kewajiban jangka panjang RS Bogor Medical Center mengalami penurunan setiap tahunnya. Pada tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 17 persen dari tahun 2010, kemudian menurun kembali di tahun 2012 sebesar 4 persen dari tahun 2011. Selain itu pada Gambar 8 juga memperlihatkan analisis terhadap ekuitas RS Bogor Medical Center periode 2010–2012. Pergerakan ekuitas meningkat secara keseluruhan, hal ini terjadi karena laba perusahaan yang semakin meningkat.
Rp. (000.000)
Grafik Neraca Kewajban dan Ekuitas 30.000
Kewajiban Jangka Pendek
25.000
Kewajiban Jangka Panjang Ekuitas
20.000 15.000 10.000 5.000 2010
2011
2012
Tahun
Gambar 8. Perkembangan Kewajiban dan Ekuitas RS BMC Tahun 2010-2012 (diolah) 4.3.2
Perkembangan Rugi Laba Komponen–komponen yang diperhatikan dalam laporan rugi
laba rumah sakit yaitu pendapatan, beban usaha langsung, beban personalia, beban administrasi umum, laba usaha, dan laba bersih. Perkembangan Laporan Rugi Laba dapat dilihat pada Gambar 9.
41
Grafik Laporan Rugi Laba 60.000 R p . ( 0 0 0 .0 0 0 )
Pendapatan Usaha
50.000
Beban Usaha Langsung
40.000
Beban Penjualan dan Administrasi Laba Usaha
30.000
Laba Bersih
20.000 10.000 2010
2011
2012
Tahun
Gambar 9. Perkembangan Laporan Rugi Laba RS BMC Tahun 20102012 (diolah) Pada Gambar 9 terlihat bahwa pendapatan usaha, beban usaha langsung, beban penjualan dan administrasi bergerak naik, namun pada laba bersih di tahun 2011 sempat sedikit mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan di tahun 2011 pada beban usaha langsung dan beban personalia mengalami peningkatan masing–masing sekitar 10 persen dan 2 persen dari tahun 2010. Peningkatan tersebut tidak sebanding dengan penjualan yaitu sebesar 9 % kenaikannya dari tahun 2010. 4.4
Analisis Rasio Keuangan RS Bogor Medical Center Gambaran tentang bagaimana kinerja suatu perusahaan dapat dilihat dari bagaimana keuangan tersebut. Salah satu cara dalam menganalisis laporan keuangan yaitu dengan menggunakan analisis rasio. Analisis Rasio, merupakan suatu metode analisis yang bertujuan untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca dan laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Analisis rasio keuangan yang digunakan dalam penulisan ini adalah rasio likuiditas, rasio leverage (hutang), rasio aktivitas, rasio profitabilitas. Hasil analisis rasio keuangan RS Bogor Medical Center periode tahun 2010 – 2012 yaitu :
42
Tabel 4. Hasil Analisis Rasio Keuangan RS. Bogor Medical Center Tahun 2010 – 2012 Jenis Rasio 2010 2011 2012 A. Rasio Likuiditas : 1. Current Ratio 2. Cash Ratio 3. Quick Ratio
133 27 118
136 32 119
107 15 90
B. Rasio Leverage : 1. Debt Ratio 2.Total Debt To Equity Ratio
42 72
39 63
44 52
C. Rasio Aktivitas : 1. Total Assets Turnover 2. Receivable Turnover 3. Inventory Turnover 4. Average Collection Period
1,52 9,35 10,38 38,5
1,41 10,31 13,58 34,9
1,49 11,49 25,26 31,3
D. Rasio Profitabilitas 1. Net Profit Margin 2. Gross Profit Margin 3. Rate of Return on Investment
9 166 133
8 164 108
8 160 128
4. Rate of Return on Net Worth
229
177
194
Sumber : Laporan Keuangan RS Bogor Medical Center Tahun 2010-2012 (diolah) 4.4.1
Rasio Likuiditas Berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan sangat menaruh perhatian terhadap angka-angka rasio likuiditas ini, yaitu digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek dan juga dapat membantu manajemen dalam memastikan efisiensi modal kerja yang digunakan dalam perusahaan. Analisis rasio likuiditas digunakan untuk mengetahui apakah perusahaan dapat memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih atau jatuh tempo. Perkembangan nilai rasio likuiditas RS Bogor Medical Center dapat dilihat pada Gambar 10.
43
Rasio Likuiditas Current Ratio Cash Ratio
Nilai (%)
150
Quick Ratio 100 50 0 2010
2011
2012
Tahun
Gambar 10. Perkembangan Rasio Likuiditas RS BMC Tahun 2010 – 2012 1. Current Ratio Rasio ini menunjukkan nilai kekayaan lancar ada sekian kalinya dari hutang lancar. Rasio ini menunjukan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Pada rasio ini jika mencapai angka 2 atau 200 % berarti nilai aktiva lancar adalah dua kali dari hutang lancar atau satu rupiah hutang lancar dapat dijamin sedikitnya dua rupiah aktiva lancar. Tabel 5. Perhitungan Current Ratio RS BMC TAHUN
CURRENT RATIO Aktiva Lancar : Kewajiban Japen
(%)
2010
7.699.290.187 : 5.776.553.603 = 1,33
133
2011
10.632.305.634 : 7.846.283.470 = 1,36
136
2012
9.757.347.938 : 9.110.355.720 = 1,07
107
Sumber : Laporan Keuangan RS Bogor Medical Center (diolah) Berdasarkan Tabel 5 diatas, perkembangan nilai rasio lancar bergerak fluktuatif, namun dapat dilihat bahwa rata–rata perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar sebesar 125 persen. Hal ini menunjukan bahwa setiap Rp. 1,00 kewajiban jangka pendek dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp. 1,25 berarti rumah sakit dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya kurang baik.
44
2. Cash Ratio Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka pendeknya yang harus segera dipenuhi dengan kas dan surat berharga dalam perusahaan yang dapat segera di uangkan. Kegunaan dari rasio ini adalah untuk mengetahui bahwa setiap hutang lancar Rp. 1, 00 di jaminkan oleh kas dan efek sebesar hasil yang diperoleh dari cash rationya. Tabel 6. Perhitungan Cash Ratio RS BMC CASH RATIO TAHUN
(%) (Kas+Efek) : Kewajiban Japen
2010
1.571.076.026 : 5.776.553.603 = 0,27
27
2011
2.537.481.567 : 7.846.283.470 = 0,32
32
2012
1.383.658.454 : 9.110.355.720 = 0,15
15
Sumber : Laporan Keuangan RS Bogor Medical Center (diolah) Berdasarkan Tabel 6 diatas, rasio kas RS Bogor Medical Center juga bergerak fluktuatif, peningkatan terjadi pada tahun 2011 namun kembali merosot dengan tajam di tahun 2012 yaitu sebesar 17 persen. Nilai rata–rata kas RS BMC sebesar 24,6 persen. Ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1,00 kewajiban jangka pendek dijamin dengan kas dan efek sebesar Rp. 0,24. Sebenarnya tidak ada patokan khusus dalam standard ideal rasio kas ini, penilaian tergantung dari kebijakan rumah sakit. 3. Quick Ratio Rasio ini menunjukan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Semakin besar rasio ini semakin baik, rasio ini disebut juga Acid test rasio. Untuk quick rasio ukuran berdasarkan prinsip hati-hati adalah 100% atau 1:1 dianggap cukup memuaskan didalam perusahaan apabila kurang maka dianggap kurang baik.
45
Tabel 7. Perhitungan Quick Ratio RS BMC QUICK RATIO TAHUN
(%) (Aktiva Lancar – Persediaan) : Kewajiban Japen
2010
( 7.699.290.187 - 883.737.121) : 5.776.553.603
118
2011
(10.632.305.634–1.246.437.699):7.846.283.470
119
2012
(9.757.347.939-1.557.440.466) : 9.110.355.720
90
Sumber : Laporan Keuangan RS Bogor Medical Center (diolah) Berdasarkan Tabel 7 diatas, rasio cepat rumah sakit bergerak menurun di tahun 2012. Nilai rata–rata rasio cepat RS Bogor Medical Center sebesar 109 persen. Ini menunjukan bahwa setiap Rp. 1,00 kewajiban jangka pendek dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp. 1,09. Dengan perbandingan 1 : 1, maka hal ini berarti RS BMC mempunyai rasio cepat yang baik, yaitu yang selalu dapat menutupi kewajiban
jangka
pendek
dengan
aktiva
lancar
tanpa
memperhitungkan persediaan. Rasio Leverage ( Rasio Hutang ) Rasio Hutang ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban keuangannya, baik dalam jangka pendek maupun kewajiban dalam jangka panjang. Selain itu, rasio ini berguna bagi para pemegang saham karena dapat menunjukan kemampuan rumah sakit dalam menutupi semua kewajiban apabila dilikuidasi. Perkembangan nilai rasio hutang RS Bogor Medical Center dapat dilihat pada Gambar 11. Rasio Hutang
Debt Ratio Total Debt to Equity Ratio
80 Nilai (%)
4.4.2
60 40 20 0 2010
2011
2012
Tahun
Gambar 11. Perkembangan Rasio Hutang RS Bogor Medical Center Tahun 2010 – 2012
46
1. Debt Ratio (Rasio Hutang) Debt Ratio adalah rasio ini menunjukkan banyaknya aktiva yang dibiayai dari pinjaman (hutang). Tabel 8. Perhitungan Debt Ratio RS BMC TAHUN
DEBT RATIO Total Kewajiban : Total Aktiva
(%)
2010
11.892.212.248 : 28.327.264.854 = 0,42
42
2011
13.102.216.760 : 33.735.835.792 = 0,39
39
2012
12.938.963.517 : 37.910.649.375 = 0,34
34
Sumber : Laporan Keuangan RS Bogor Medical Center (diolah) Berdasarkan Tabel 8 diatas bahwa rasio ini mengalami kenaikan setiap tahunnya. Hal ini terjadi karena naiknya kewajiban– kewajiban rumah sakit terutama hutang bank, hutang usaha, dan pajak. Nilai rata – rata rasio ini sebesar 38 persen yang berarti bahwa jumlah aktiva yang dibiayai oleh pinjaman (hutang) sebesar 38 persen. Hal ini berarti rasio hutang pada RS BMC sudah baik bagi para kreditur, yaitu dikarenakan jumlah hutang lebih kecil dari aktiva rumah sakit. 2. Total Debt to Equity Ratio Rasio Total Hutang Terhadap Modal Sendiri adalah perbandingan antara jumlah seluruh hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang dengan jumlah modal sendiri perusahaan. Bila nilai rasio lebih besar dari satu, maka kemampuan modal sendiri untuk menjamin hutang semakin rendah demikian pula sebaliknya. Semakin besar rasio ini semakin tidak menguntungkan bagi para kreditur, karena jaminan modal pemilik terhadap hutang semakin kecil. Rasio diatas 100% sangat berbahaya bagi kreditur karena jumlah utang lebih besar dari pada modal pemilik
Tabel 9. Perhitungan Total Debt to Equity Ratio RS BMC
47
TOTAL DEBT TO EQUITY RATIO TAHUN
Total Kewajiban : Modal
(%)
2010
11.892.212.248 : 16.435.052.606 = 0,72
72
2011
13.102.216.760 : 20.633.619.032 = 0,63
63
2012
12.938.963.517 : 24.971.685.859 = 0,52
52
Sumber : Laporan Keuangan RS Bogor Medical Center (diolah) Berdasarkan Tabel 9 diatas bahwa rasio ini mengalami penurunan setiap tahunnya. Hal ini terjadi karena naiknya kewajiban–kewajiban rumah sakit terutama hutang bank, hutang usaha, dan pajak. Nilai rata–rata rasio ini sebesar 62 persen yang berarti bahwa setiap Rp. 1,00 modal perusahaan dapat digunakan untuk menjamin seluruh hutang sebesar Rp. 0,62. Hal ini berarti rasio hutang pada RS BMC sudah baik bagi para kreditur, yaitu dikarenakan jumlah hutang lebih kecil dari modal pemilik. 4.4.3 Rasio Aktivitas Rasio aktivitas dimaksudkan untuk mengukur sampai sejauh mana efektifitas perusahaan dalam menggunakan sumber dananya, perkembangan nilai rasio aktivitas RS Bogor Medical Center dapat dilihat pada Gambar 12. Rasio Aktivitas 30 Total assets Turnover
Nilai (kali)
25 20
Receivable Turnover
15 10
Inventory Turnover
5 0 2010
2011
2012
Tahun
Gambar 12. Perkembangan Rasio Aktivitas RS Bogor Medical Center Periode 2010 – 2012
1. Total Assets Turnover
48
Perbandingan antara penjualan bersih dengan keseluruhan jumlah aktiva, yang menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu periode. Perputaran aktiva yang lambat menunjukan aktiva yang dimiliki terlalu besar apabila dibandingkan dengan kemampuan menjualnya. Tabel 10. Perhitungan Total Assets Turnover RS BMC TOTAL ASSETS TURNOVER TAHUN
Penjualan Netto : Total Aktiva
2010
43.137.195.171 : 28.327.264.854 = 1,52 X
2011
47.436.018.460 : 33.735.835.792 = 1,41 X
2012
56.830.557.717 : 37.910.649.375 = 1,49 X
Sumber : Laporan Keuangan RS Bogor Medical Center (diolah) Berdasarkan Tabel 10 diatas bahwa rasio ini bergerak secara fluktuatif. Penurunan yang terjadi di tahun 2011 dikarenakan kenaikan penjualan tidak sebanding dengan peningkatan aktiva rumah sakit.
Nilai rata – rata rasio ini sebesar 1,47 kali per
tahun. Artinya bahwa setiap Rp. 1,00 total aktiva yang dimanfaatkan akan menghasilkan penjualan (pendapatan) sebesar Rp. 1,47. 2. Receivable Turnover Perbandingan antara penjualan kredit dengan piutang ratarata, yang menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam piutang berputar dalam satu periode. Perusahaan yang mempunyai kesulitan dalam penagihan, maka perusahaan mempunyai saldo piutang yang besar dan rasio yang rendah. Sebaliknya, jika perusahaan mempunyai kebijakan kredit dan prosedur penagihan yang baik, maka saldo piutangnya rendah dan rasionya tinggi.
Tabel 11. Perhitungan Receivable Turnover RS BMC
49
RECEIVABLE TURNOVER TAHUN
Penjualan Kredit : Piutang Rata - Rata
2010
43.137.195.171 : 4.613.603.761 = 9, 35 X
2011
47.436.018.460 : 4.598.958.625 = 10,31 X
2012
56.830.557.717 : 4.942.664.662,5 = 11,49 X
Sumber : Laporan Keuangan RS. Bogor Medical Center (diolah) Berdasarkan Tabel 11 diatas bahwa rasio ini megalami peningkatan setiap tahunnya. Nilai rata–rata rasio ini sebesar 10,39 kali per tahun atau kurang lebih 35 hari (360/10,39). Artinya bahwa dalam satu periode rumah sakit mampu melakukan kegiatan penagihan pitang tersebut yaitu 35 hari. 3. Inventory Turn Over Perbandingan
antara
harga
pokok
penjualan
dengan
persediaan rata-rata, yang menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan berputar dalam periode tertentu. Semakin cepat tingkat perputaran persediaan, maka semakin besar tingkat keberhasilan perusahaan. Tabel 12. Perhitungan Inventory Turnover RS BMC TAHUN
INVENTORY TURNOVER Harga Pokok Penjualan : Persediaan Rata - Rata
2010
25.945.636.683 : 2.500.500.590 = 10,38 X
2011
28.932.140.187 : 2.130.174.820 = 13,58 X
2012
35.414.030.528 : 1.401.939.082,5 = 25,26 X
Sumber : Laporan Keuangan RS Bogor Medical Center (diolah) Berdasarkan Tabel 12 diatas bahwa rasio ini mengalami peningkatan setiap tahunnya. Nilai rata–rata rasio ini sebesar 16,41 kali per tahun atau kurang lebih 22 hari (360/16,41). Hal ini menunjukan bahwa dalam waktu satu tahun rata–rata terjadi 16 kali persediaan yang berputar atau waktu tunggu yang dibutuhkan untuk persediaan adalah kurang lebih 22 hari. 4. Average Collection Period
50
Perbandingan antara piutang rata-rata X 360 dengan penjualan kredit, yang menunjukkan periode rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan hutang. Semakin kecil hari yang dibutuhkan oleh perusahaan dalam mengumpulkan piutangnya maka semakin baik untuk perusahaan. Perkembangan rasio rata–rata pengumpulan piutang RS Bogor Medical Center dapat dilihat pada Gambar 13. Average Collection Period
Nilai (hari)
80
38,5
40
34,9
31,3
0 2010
2011
2012
Tahun
Gambar13. Perkembangan Average Collection Period Tahun 2010- 2012 Berikut tabel hasil perhitungan Average Collection Period RS Bogor Medical Center Tahun 2010, 2011 dan 2012 : Tabel 13. Perhitungan Average Collection Period RS BMC TAHUN
AVERAGE COLLECTION PERIOD Piutang Rata – Rata : Penjualan Kredit
2010
4.613.603.761 : 43.137.195.171 = 38,5
2011
4.598.958.625 : 47.436.018.460 = 34,9
2012
4.942.664.662,5 : 56.830.557.717 = 31,3
Sumber : Laporan Keuangan RS Bogor Medical Center (diolah) Berdasarkan Tabel 13 diatas bahwa rasio ini mengalami penurunan setiap tahunnya. Nilai rata–rata rasio ini sebesar 34,9 hari dalam satu periode, artinya pada rumah sakit dapat melakukan piutang kurang lebih sebanyak 10 kali dalam satu tahun ( 360/34,9 ).
51
4.4.4 Rasio Profitabilitas Alat analisis laporan keuangan yang berfungsi mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dalam periode terterntu, perkembangan nilai rasio profitabilitas RS Bogor Medical Center dapat dilihat pada Gambar 14. Rasio Profitabilitas 250
Nilai (%)
200
Net Profit Margin
150
Gross Profit Margin
100
ROI
50
ROA
0 2010
2011
2012
Tahun
Gambar 14. Perkembangan Rasio Profitabilitas RS Bogor Medical Center Tahun 2010 – 2012 1. Net Profit Margin Rasio ini membandingkan antara laba setelah pajak dengan penjualan netto, sehingga memberikan gambaran keuntungan netto yang diperoleh per rupiah . Tabel 14. Perhitungan Net Profit Margin RS BMC NET PROFIT MARGIN TAHUN
(%) Laba Setelah Pajak : Penjualan Netto
2010
3.772.170.618 : 43.137.195.171 = 0,09
9
2011
3.658.696.936,19 : 47.436.018.460 = 0,08
8
2012
4.855.349.022,18 : 56.830.557.717 = 0,08
8
Sumber : Laporan Keuangan RS Bogor Medical Center (diolah) Berdasarkan Tabel 14 diatas bahwa rasio ini mengalami penurunan setiap tahunnya. Nilai rata–rata rasio ini sebesar 8,3 persen yang artinya setiap Rp. 1, 00 penjualan yang dilakukan, rumah sakit akan memperoleh keuntungan usaha (laba bersih) sebesar Rp. 0,083. Semakin tinggi rasio ini semakin menguntungkan karena laba bersih yang didapatkan semakin besar.
52
2.
Gross Profit Margin Rasio ini memberikan gambaran mengenai laba kotor yang dapat dicapai dari setiap rupiah penjualan. Rasio ini membandingkan antara penjualan netto - harga pokok penjualan dengan penjualan netto. Tabel 15. Perhitungan Gross Profit Margin RS BMC GROSS PROFIT MARGIN TAHUN
( Penjualan Netto – Harga Pokok
(%)
Penjualan ) : Penjualan Netto 2010
43.137.195.171 : 25.945.636.683 = 1,66
166
2011
47.436.018.460 : 28.932.140.187 = 1,64
164
2012
56.830.557.717 : 35.414.030.528 = 1,60
160
Sumber : Laporan Keuangan RS Bogor Medical Center (diolah) Berdasarkan Tabel 15 diatas bahwa rasio ini mengalami penurunan setiap tahunnya. Nilai rata–rata rasio ini sebesar 163 persen yang artinya setiap Rp. 1,00 penjualan yang dilakukan, rumah sakit akan memperoleh keuntungan usaha (laba kotor) sebesar Rp. 1,63. Semakin tinggi rasio ini semakin menguntungkan karena laba yang didapatkan semakin besar. 3.
Rate of Return on Total Assets Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dengan demikian rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasinya perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut.
Tabel 16. Perhitungan Rate of Return on Total Assets RS BMC
53
RATE OF RETURN ON TOTAL ASSETS TAHUN
(%) Laba Setelah Pajak : Total Aktiva
2010
3.772.170.618 : 28.327.264.854 = 0,133
13,3
2011
3.658.696.936,19 : 33.735.835.792 = 0,108
10,8
2012
4.855.349.022,18 : 37.910.649.375 = 0,128
12,8
Sumber : Laporan Keuangan RS Bogor Medical Center (diolah) Berdasarkan Tabel 16 diatas bahwa rasio ini mengalami bergerak fluktuatif yaitu sempat menurun di tahun 2011. Nilai rata– rata rasio ini sebesar 12,3 persen yang artinya setiap Rp. 1,00 yang diinvestasikan dalam aktiva dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 0,123. 4. Rate Return on Net Worth Rate return on net worth adalah rasio yang membandingkan antara laba bersih (laba setelah bunga dan pajak) dan jumlah modal sendiri. Rasio ini menunjukan kemampuan modal pemilik yang di tanamkan oleh pemilik atau investor untuk menghasilkan laba bersih yang menjadi bagian dari pemilik. Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi keuntungan investor karena semakin efisien modal yang ditanamkannya. Dengan demikian, rasio ini sangat mendapat perhatian para investor. Tabel 17. Perhitungan Rate Return on Net Worth RS BMC RATE RETURN ON NET WORTH TAHUN
(%) Laba Setelah Pajak : Modal
2010
3.772.170.618 : 16.435.052.606 = 0,229
22,9
2011
3.658.696.936,19 : 20.633.619.032 = 0,177
17,7
2012
4.855.349.022,18 : 24.971.685.859 = 0,194
19,4
Sumber : Laporan Keuangan RS Bogor Medical Center (diolah) Berdasarkan Tabel 17 diatas bahwa rasio ini mengalami bergerak fluktuatif yaitu sempat menurun di tahun 2011. Hal ini dikarenakan laba bersih pada tahun 2011 mengalami penurunan dan peningkatan modal yang diinvestasikan tidak sebanding dengan laba
54
setelah pajak. Nilai rata–rata rasio ini sebesar 20 persen yang artinya setiap Rp.1,00 modal yang diinvestasikan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 0,2. 4.5. Analisis Pengaruh Kinerja Pelayanan Terhadap Kinerja Keuangan 4.5.1 Pengaruh Kinerja Pelayanan terhadap Kinerja Keuangan Diagram jalur sebagai bagian dari SEM dimulai dengan menspesifikasikan model penelitian yang akan diestimasi. Berikut adalah spesifikasi model yang merepresentasikan permasalahan (Gambar 15). BOR
ALOS
RL 0,989
0,736 0,986
-0,039
Kinerja Pelayanan
-0,992 TOI
0,579
Kinerja Keuangan
0,627 0,758
0,864
R2 = 33,5 % ; df = 11 ; P-value = 0,048
BTO
RH
RA RP
Gambar 15. Spesifikasi model diagram jalur Muatan faktor (loading factor) merupakan koefisien yang menunjukkan seberapa besar tingkat kontribusi (pengaruh) variabel terobservasi dalam membentuk variabel laten. Nilai muatan faktor yang paling besar menunjukkan bahwa variabel terobservasi tersebut merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam membentuk variabel laten. Nilai muatan faktor dikatakan valid dan diterima model jika nilai t-value muatan faktornya ≥ t-tabel yakni 2,200 (|t-value| ≥ 2,200). Berdasarkan hasil koefisien korelasi maka diperoleh t-hitung sebagai berikut :
55
Tabel 18. Hasil Uji T – hitung HIPOTESIS H1
PENGARUH ANTAR VARIABEL KP KK
H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8 H9
BOR KP ALOS KP TOI KP BTO KP RL KK RH KK RA KK RP KK
KOEFISIEN KORELASI
|T-HITUNG| (signifikansi)
0,579 |2,246|>2,200 INDIKATOR 0,989 21,14 -0,039 -0,12 -0,992 -24,85 0,864 2,07 0,736 3,44 0,986 18,70 0,627 2,55 0,758 3,67
KETERANGAN VALID VALID TIDAK VALID VALID VALID VALID VALID VALID VALID
Sumber : data sekunder (diolah) Pada Tabel 18 terlihat bahwa variabel terobservasi untuk variabel laten kinerja pelayanan yaitu BOR, TOI dan BTO memiliki nilai t-value muatan faktor masing-masing 21,14, -24,85 dan 2,07 yang berarti bahwa tiga variabel teramati yang membentuk variabel laten dapat diaplikasikan pada model. Sedangkan hasil perolehan pada variabel teramati ALOS memiliki nilai t-value muatan faktor sebesar – 0,12, nilai variabel ALOS tersebut yang masih ≤ 2,200 berarti variabel ALOS tidak dapat diaplikasikan pada model, namun peneliti mencoba untuk mempertahankan variabel tersebut untuk tetap diaplikasikan kedalam model karena peneliti ingin melihat seberapa besar kontribusi variabel ALOS terhadap model diagram jalur. Sementara variabel terobservasi untuk variabel laten kinerja keuangan pada penelitian ini terdiri atas Rasio Likuiditas (RL), Rasio Hutang (RH), Rasio Aktivitas (RA) dan Rasio Profitabilitas (RP). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai t-value muatan faktor untuk RL adalah sebesar 3,44, RH sebesar 18,70, RA sebesar 2,55 dan RP sebesar 3,67. yang berarti bahwa keempat variabel teramati tersebut dapat diaplikasikan pada model. Angka R2 sebesar 33,5 % mengartikan bahwa keragaman kinerja keuangan sebesar 33,5 % dapat dijelaskan oleh kinerja pelayanan. Sedangkan sisanya sebesar 66,5 % ( 100% - 33,5 %)
56
dijelaskan oleh varibel-variabel lain diluar model ini. Kemudian, untuk mengetahui apakah model regresi di atas cukup baik atau belum diperlukan uji hipotesis. Uji hipotesis menggunakan angka P value seperti tabel berikut ini. Berdasarkan perhitungan menggunakan minitab versi 14, maka didapatkan : Tabel 19. Analisis varians kinerja pelayanan terhadap kinerja keuangan Source
DF
SS
MS
F
P
Regression
1
107,37
107,37
5,05
0,048
Residual Error
10
212,73
21,27
Total
11
320,09
Sumber : Output Minitab Versi 14 Hipotesisnya adalah sebagai berikut : H0 : Kinerja Pelayanan tidak berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan H1 : Kinerja Pelayanan berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan Pengujian dapat dilakukan dengan membandingkan angka taraf signifikasi (sig) hasil perhitungan dengan taraf signifikasi 0,05 (5 %). Kriterianya sebagai berikut : Jika sig penulisan < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Jika sig penulisan > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Berdasarkan perhitungan angka signifikasi sebesar 0,048 < 0,05. Jadi, H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada pengaruh yang signifikan antara Kinerja Pelayanan terhadap Kinerja Keuangan. 4.5.2 Analisis Model Struktural Berdasarkan Tabel 18 nilai korelasi yang diperoleh untuk BOR terhadap KP (Kinerja Pelayanan) adalah sebesar 0,989 dengan hasil uji t diperoleh nilai t-value sebesar 21,14. Hasil ini berarti bahwa nilai t-value yang ≥2,200 menunjukan keputusan terima H1 yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan BOR terhadap kinerja pelayanan dengan tingkat kontribusi signifikansi sebesar 21,14. Sementara nilai korelasi untuk ALOS terhadap Kinerja Pelayanan adalah sebesar -0,039 dengan nilai t-value sebesar -0,12. Hasil ini menunjukan keputusan terima H0 yang artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan ALOS
57
terhadap Kinerja Pelayanan dengan tingkat kontribusi signifikansi sebesar -0,12. Sedangkan nilai korelasi untuk TOI terhadap Kinerja Pelayanan adalah sebesar -0,992 dengan nilai t-value sebesar -24,85. Hasil ini menunjukan keputusan terima H1 yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan TOI terhadap Kinerja Pelayanan dengan tingkat kontribusi signifikansi sebesar -24,85. Lalu nilai korelasi untuk BTO terhadap Kinerja Pelayanan adalah sebesar 0,864 dengan nilai tvalue sebesar 5,43. Hasil ini menunjukan keputusan terima H1 yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan BTO terhadap Kinerja Pelayanan dengan tingkat kontribusi signifikansi sebesar 5,43. Berdasarkan hasil penelitian, dari keempat variabel terdapat tiga indikator yang berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Pelayanan yaitu BOR, TOI dan BTO, dan yang memberikan kontribusi terbesar adalah variabel TOI dengan nilai signifikansi terbesar yakni 24,85. Sementara nilai korelasi yang diperoleh untuk Rasio Likuiditas terhadap KK (Kinerja Keuangan) adalah sebesar 0,736 dengan hasil uji t diperoleh nilai t-value sebesar 3,44. Hasil ini berarti bahwa nilai t-value yang ≥2,200 menunjukan keputusan terima H1 yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan Rasio Likuiditas terhadap kinerja keuangan dengan tingkat kontribusi signifikansi sebesar 3,44. Nilai korelasi yang diperoleh untuk Rasio Hutang
terhadap KK
(Kinerja Keuangan) adalah sebesar 0,986 dengan hasil uji t diperoleh nilai t-value sebesar 18,70. Hasil ini berarti bahwa nilai t-value yang ≥2,200 menunjukan keputusan terima H1 yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan Rasio Hutang terhadap kinerja keuangan dengan tingkat kontribusi signifikansi sebesar 18,70. Dan nilai korelasi untuk Rasio Aktivitas terhadap Kinerja Keuangan adalah sebesar 0,627 dengan nilai t-value sebesar 2,55. Hasil ini menunjukan keputusan terima H1 yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan Rasio Aktivitas terhadap Kinerja Keuangan dengan tingkat kontribusi signifikansi sebesar 2,55. Sedangkan nilai korelasi untuk Rasio Profitablitas terhadap Kinerja Keuangan adalah sebesar 0,758 dengan
58
nilai t-value sebesar 3,67. Hasil ini menunjukan keputusan terima H1 yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan Rasio Profitabilitas terhadap Kinerja Keuangan dengan tingkat kontribusi signifikansi sebesar
3,67.
Berdasarkan
hasil
penelitian,
keempat
variabel
keseluruhan rasio keuangan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Keuangan, dan yang memberikan kontribusi terbesar adalah variabel Rasio Hutang dengan nilai signifikansi terbesar yakni 18,70. Berdasarkan uji t diperoleh bahwa t-hitung kinerja pelayanan terhadap kinerja keuangan sebesar 2,246, dibandingkan dengan t-tabel menggunakan α = 0,05 yaitu 2,200. Hasil regresi dapat dinyatakan signifikan karena t-hitung > t-tabel. Hasil regresi menjelaskan bahwa kinerja pelayanan berpengaruh positif dan searah terhadap variabel kinerja keuangan. Faktor – faktor lain yang mempengaruhi kinerja keuangan yaitu pelayanan rawat jalan seperti penunjang medis (Laboratorium, Radiologi dan Fisioterapi), IGD dan Poliklinik, Penambahan fasilitas pada unit rawat jalan pada tahun 2012 juga sangat membantu dalam peningkatan jumlah pasien rawat jalan. Fasilitas Medical Check Up yang merupakan bagian dari promosi RS BMC juga menarik pasien untuk berkunjung ulang. Dari sisi keuangan sangat mendukung kinerja pelayanan rawat inap dan rawat jalan, hal ini terlihat dalam penambahan tempat tidur pada rawat inap, penambahan fasilitas pada rawat jalan, seminar – seminar yang setiap bulannya selalu diadakan merupakan salah satu upaya dalam menjaring atau mempromosikan eksistensi RS BMC.
59
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan a) Perkembangan kinerja pelayanan dan kinerja keuangan di RS Bogor Medical Center ii. Pelayanan rawat inap di RS Bogor Medical Center selama tiga tahun periode tahun 2010 – 2012 dapat dikatakan baik karena masih dalam standar ideal. iii. Hasil analisis rasio keuangan sebagai berikut : 1. Rasio likuiditas RS Bogor Medical Center sudah cukup baik karena rumah sakit mampu untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang dimilikinya. 2. Rasio leverage (rasio hutang) sudah baik, hal ini karena kewajiban yang harus dipenuhi rumah sakit dapat ditutupi oleh aktiva dan modal yang dimiliki. 3. Rasio Aktivitas sudah baik, ini dibuktikan dengan baiknya dalam pengelolaan
aktiva,
pengelolaan
piutang,
dan
pengelolaan
persediaan. 4. Rasio profitabilitas masih terbilang kurang baik karena rumah sakit belum
mengoptimalkan
sumberdaya
yang
dimiliki
untuk
menghasilkan laba dan belum optimal dalam meminimumkan beban (biaya) agar dapat meningkatkan laba perusahaan. b) Kinerja keuangan sangat mendukung peningkatan kinerja pelayanan rawat inap, hal ini dapat terlihat bahwa di tahun 2011 ada penambahan jumlah tempat tidur sebanyak 20 buah, dengan penambahan alat penunjang medis. Peningkatan kewajiban jangka pendek tahun 2011 masih dapat ditutupi oleh aktiva lancar sehingga kinerja pelayanan rawat inap dapat terpenuhi. Menurut penulis penurunan BOR di tahun 2011 yang signifikan merupakan hal yang wajar karena jumlah tempat tidur yang tersedia belum secara efisien terpenuhi.
60
c) Hubungan kinerja pelayanan dengan kinerja keuangan RS BMC terbukti secara statisktik, pengaruh kinerja pelayanan terkadap kinerja keuangan sebesar 33,5 % dan sisanya 66,5 % kinerja keuangan dipengaruhi oleh variabel lain. 2. Saran a) Untuk menambah jumlah periode tahun perhitungan baik dari kinerja pelayanan maupun kinerja keuangannya sehingga data yang diperoleh akan lebih valid. b) Untuk menghitung tingkat BOR perkelas yang diharapkan manajemen dapat melihat tingkat efisiensi pemanfaatan tempat tidur perkelas, sehingga penambahan jumlah tempat tidur dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
61
DAFTAR PUSTAKA Adam, IY. 2008. Hubungan Rasio Lancar dengan BOR antar Rumah Sakit. [skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Indonesia. Baridwan, Z. 2004. Intermediate Accounting. Yogyakarta (ID): BPFE. Bastian, I. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta (ID): Erlangga. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Indikator Kinerja Rumah Sakit. Jakarta (ID): Departemen Kesehatan RI. Departemen Kesehatan RI. 2009. Undang - Undang Republik Indonesia No. 36 tentang Kesehatan. Jakarta (ID): Departemen Kesehatan RI. Jacobalis, S. 2000. Rumah Sakit Indonesia dalam Dinamika Sejarah, Transformasi, Globalisasi dan Lensis Nasional. Jakarta (ID):Yayasan Penerbitan IDI. Ferdinand, A. 2002. Structural equation modelling dalam penelitian manajemen. Program Magister Manajemen. Universitas Diponegoro. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu. Feldstein, PJ. 1993. Health Care Economics : fourth edition. New York (US): Delmar Publisher Inc. Harjito dan Martono, S.U. 2012. Manajemen Keuangan. Jakarta (ID): Ekonisia. Huffman, Edna K. 1994. Health Information Management. Berwyn, Illinois (US): Physician Record Company Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada. Mahsun, M. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta (ID): BPFE. RS. Bogor Medical Center. 2010. Laporan Keuangan RS. Bogor Medical Center tahun 2010. Bogor (ID) : RS Bogor Medical Center. RS. Bogor Medical Center. 2011. Laporan Keuangan RS. Bogor Medical Center tahun 2011. Bogor (ID) : RS Bogor Medical Center RS. Bogor Medical Center. 2012. Laporan Keuangan RS. Bogor Medical Center tahun 2012. Bogor (ID) : RS Bogor Medical Center. RS. Bogor Medical Center. 2010. Laporan Kegiatan RS. Bogor Medical Center tahun 2010. Bogor (ID) : RS Bogor Medical Center. RS. Bogor Medical Center. 2011. Laporan Kegiatan RS. Bogor Medical Center tahun 2011. Bogor (ID) : RS Bogor Medical Center. RS. Bogor Medical Center. 2012. Laporan Kegiatan RS. Bogor Medical Center tahun 2012. Bogor (ID) : RS Bogor Medical Center.
62
Sawir, A. 2003. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Sumarto, 2002. Analisis BOR dalam penilaian Kinerja Keuangan pada RS Atma Jaya. [thesis]. Jakarta (ID): Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. Sutrisno, 2007. Manajemen Keuangan: Teori Konsep dan Aplikasi. Jakarta (ID): Ekonisia. Warastuti, 2013. Pengaruh Efektivitas Bisnis Internal terhadap tingkat ROI RS Cahya Kawaluyan [skripsi]. Bandung (ID): Universitas Pasundan. Wijanto, SH. 2008. Structural Equation Modeling Dengan Lisrel 8.8. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.
63
Lampiran 1. Neraca RS. Bogor Medical Center tahun 2010
NERACA RS. BOGOR MEDICAL CENTER 31‐Des‐10
ASET Aset Lancar Kas dan Setara Kas Deposito Berjangka Piutang Usaha Piutang Lain ‐ Lain Biaya Dibayar Dimuka Persediaan Barang Jumlah Aset Lancar
2010 (dalam rupiah) 1.571.076.026 910.000.000 4.134.094.030 20.922.066 179.460.944 883.737.121 7.699.290.187
Aset Tidak Lancar Aset Tetap ‐ Net Aset Lain‐lain ‐ Biaya Pengembangan Jumlah Aset Tidak Lancar
20.627.974.668
TOTAL ASET
28.327.264.855
20.627.974.668
KEWAJIBAN DAN EKUITAS Kewajiban Lancar Utang Usaha Utang Bank Utang Pajak Utang Lain‐lain Jumlah Kewajiban Lancar
1.684.312.953 2.026.192.055 396.862.976 1.669.185.620 5.776.553.604
Kewajiban Jangka Panjang Utang Bank Jumlah Kewajiban Jangka Panjang
6.115.658.645 6.115.658.645
Ekuitas Modal Dasar 22.200 lembar @ Rp. 1.000.000,‐ telah disetor dan ditempatkan 12.185 lembar @ Rp. 1.000.000,‐ Agio Saham Saldo Laba/Rugi Jumlah Ekuitas
8.529.500.000 717.500.000 7.188.052.606 16.435.052.606
TOTAL KEWAJIBAN DAN EKUITAS
28.327.264.855
64
Lanjutan Lampiran 1. NERACA RS. BOGOR MEDICAL CENTER 31‐Des‐11 2011 (dalam rupiah) ASET Aset Lancar Kas dan Setara Kas Deposito Berjangka Piutang Usaha Piutang Lain ‐ Lain Biaya Dibayar Dimuka Persediaan Barang Jumlah Aset Lancar
2.537.481.567 1.540.000.000 5.042.901.154 0 265.485.214 1.246.437.699 10.632.305.634
Aset Tidak Lancar Aset Tetap ‐ Net Aset Lain‐lain ‐ Biaya Pengembangan Jumlah Aset Tidak Lancar
22.168.211.776 935.318.382 23.103.530.158
TOTAL ASET
33.735.835.792
KEWAJIBAN DAN EKUITAS Kewajiban Lancar Utang Usaha Utang Bank Utang Pajak Utang Lain‐lain Jumlah Kewajiban Lancar
2.175.578.734 1.761.763.680 310.870.811 3.598.070.245 7.846.283.470
Kewajiban Jangka Panjang Utang Bank Jumlah Kewajiban Jangka Panjang
5.255.933.290 5.255.933.290
Ekuitas Modal Dasar 22.200 lembar @ Rp. 1.000.000,‐ telah disetor dan ditempatkan 12.185 lembar @ Rp. 1.000.000,‐ Agio Saham Saldo Laba/Rugi Jumlah Ekuitas
8.529.500.000 717.500.000 11.386.619.032 20.633.619.032
TOTAL KEWAJIBAN DAN EKUITAS
33.735.835.792
65
Lanjutan Lampiran 1. NERACA RS. BOGOR MEDICAL CENTER 31‐Des‐12 2012 (dalam rupiah) ASET Aset Lancar Kas dan Setara Kas Deposito Berjangka Piutang Usaha Piutang Lain ‐ Lain Biaya Dibayar Dimuka Persediaan Barang Jumlah Aset Lancar
1.383.658.454 1.540.000.000 4.782.455.964 59.972.207 433.820.848 1.557.440.466 9.757.347.939
Aset Tidak Lancar Aset Tetap ‐ Net Aset Lain‐lain ‐ Biaya Pengembangan Jumlah Aset Tidak Lancar
22.035.173.338 6.118.128.099 28.153.301.437
TOTAL ASET
37.910.649.376
KEWAJIBAN DAN EKUITAS Kewajiban Lancar Utang Usaha Utang Bank Utang Pajak Utang Lain‐lain Jumlah Kewajiban Lancar
2.550.770.957 2.412.793.688 196.572.773 3.950.218.302 9.110.355.720
Kewajiban Jangka Panjang Utang Bank Jumlah Kewajiban Jangka Panjang
3.828.607.797 3.828.607.797
Ekuitas Modal Dasar 22.200 lembar @ Rp. 1.000.000,‐ telah disetor dan ditempatkan 12.185 lembar @ Rp. 1.000.000,‐ Agio Saham Saldo Laba/Rugi Jumlah Ekuitas
8.529.500.000 717.500.000 15.724.685.859 24.971.685.859
TOTAL KEWAJIBAN DAN EKUITAS
37.910.649.376
66
Lampiran 2. Laporan Laba Rugi RS. Bogor Medical Center tahun 2010
LAPORAN LABA RUGI RS. BOGOR MEDICAL CENTER 31‐Des‐10 2010 (DALAM RUPIAH) 43.137.195.171
PENDAPATAN Beban Langsung
(
Laba Bruto Beban Usaha : Beban Personalia Beban Administrasi Umum
17.191.558.488
( ( (
LABA USAHA Pendapatan (Beban) Lain‐lain Beban lain‐lain Pendapatan lain‐lain
( ( (
LABA BERSIH SETELAH PAJAK
1.542.195.569 ) 1.500.185.887 ) 42.009.682 ) 6.594.624.093
(
LABA BERSIH SEBELUM PAJAK PAJAK PENGHASILAN
7.819.527.482 ) 2.735.397.230 ) 10.554.924.712 ) 6.636.633.776
LABA SEBELUM PENYUSUTAN BEBAN PENYUSUTAN AKTIVA TETAP
25.945.636.683 )
1.368.115.116 ) 5.226.508.977
(
1.454.338.359 ) 3.772.170.618
67
Lanjutan Lampiran 2. LAPORAN LABA RUGI RS. BOGOR MEDICAL CENTER 31‐Des‐11 2011 (DALAM RUPIAH) 47.436.018.460
PENDAPATAN Beban Langsung
(
Laba Bruto Beban Usaha : Beban Personalia Beban Administrasi Umum
18.503.878.273
( ( (
LABA USAHA Pendapatan (Beban) Lain‐lain Beban lain‐lain Pendapatan lain‐lain
( ( (
LABA BERSIH SETELAH PAJAK
1.302.117.318 ) 1.250.425.276 ) 51.692.042 ) 6.789.156.226
(
LABA BERSIH SEBELUM PAJAK PAJAK PENGHASILAN
9.043.762.931 ) 2.722.651.157 ) 11.766.414.088 ) 6.737.464.185
LABA SEBELUM PENYUSUTAN BEBAN PENYUSUTAN AKTIVA TETAP
28.932.140.187 )
1.750.589.800 ) 5.038.566.426
(
1.379.869.490 ) 3.658.696.936
68
Lanjutan Lampiran 2. LAPORAN LABA RUGI RS. BOGOR MEDICAL CENTER 31‐Des‐12 PENDAPATAN Laba Bruto LABA USAHA Pendapatan (Beban) Lain‐lain
Beban Langsung Beban Usaha : Beban Personalia Beban Administrasi Umum
Beban lain‐lain Pendapatan lain‐ lain
LABA SEBELUM PENYUSUTAN BEBAN PENYUSUTAN AKTIVA TETAP LABA BERSIH SEBELUM PAJAK PAJAK PENGHASILAN LABA BERSIH SETELAH PAJAK
2012 (DALAM RUPIAH) 56.830.557.717 ( 35.414.030.528 21.416.527.189 ( 10.407.767.486
) )
3.482.179.541 ) 13.889.947.027 ) 7.526.580.163 ( 1.954.465.393 ) ( (
( (
(
1.057.935.985 ) 896.529.408 ) 8.423.109.569 1.992.301.722 ) 6.430.807.847
1.575.458.826 )
(
4.855.349.021
69
Lampiran 3. Rasio keuangan I. Rasio Keuangan RS Bogor Medical Center Jenis Rasio
2010
A. Rasio Likuiditas :
2011
2012
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
1. Current Ratio
130
136
135
132
142
135
130
138
110
107
102
109
2. Cash Ratio
24
28
28
26
34
32
30
33
17
14
13
16
3. Quick Ratio
115
120
122
117
123
118
116
120
101
86
83
90
39
44
45
39
43
38
36
39
49
42
40
45
67
76
76
69
66
63
58
65
56
51
48
53
1. Total Assets Turnover
1,4
1,8
1,4
1,6
1,85
1,25
1,15
1,35
1,7
1,6
1,3
1,4
2. Receivable Turnover
5,8
11
8,8
6,8
12,6
9,85
7,9
10,85
12
11,6
9,65
12,8
3. Inventory Turnover
8,2
13
11
9,2
15,9
12,9
10,5
14,85
27,7
24,3
22,2
26,8
4. Average Collection Period
45
44
35
30
36
34
34
36
29
30
32
32
7
10
9
8
10
8
5
9
10
8
5
9
159
170
169
165
170
160
157
169
180
158
138
164
on
130
136
135
131
112
107
105
108,8
135
126
121
130
4. Rate of Return on Net Worth
211
245
240
218
182
174
171
180
210
190
181
195
B. Rasio Hutang : 1. Debt Ratio 2.Total Ratio
Debt
To
Equity
C. Rasio Aktivitas :
D. Rasio Profitabilitas 1. Net Profit Margin 2. Gross Profit Margin 3. Rate of Investment
Return
70
Lampiran 4. Indikator pelayanan II. Indikator Pelayanan RS Bogor Medical Center
Indikator
I
Tahun 2010 II III
IV
I
Tahun 2011 II III
IV
I
Tahun 2012 II III
IV
74 3,9
74 3,89
71,21 3,95
72,09
71,97
63,52
68,21
77,19
73,80
65,01
71,14
Hari
69,65 3,95
3,91
4,02
4,11
4,03
4,26
4,02
3,95
3,99
TOI
Hari
1,36
1,02
1,01
1,2
1,13
1,18
1,82
1,40
0,97
1,08
1,60
1,23
BTO
Kali
21
23,2
23,7
22,3
22,40
20,97
18,81
20,81
21,5
22,2
20,2
22
BOR
%
ALOS
71
Lampiran 5. Korelasi antar variabel Correlations: Rasio_Likuid; Rasio_Hutang; Rasio_Aktivi; Rasio_Profit; BOR; ALOS;TOI;BTO ALOS
BOR 0,091 0,780
ALOS
TOI
BTO
TOI
-0,977 0,000
0,101 0,756
BTO
0,779 0,003
-0,494 0,103
-0,875 0,000
RL
0,011 0,973
-0,300 0,343
-0,066 0,838
0,153 0,634
RH
0,566 0,055
-0,390 0,210
-0,625 0,030
0,744 0,005
RA
0,819 0,001
-0,026 0,936
-0,830 0,001
0,776 0,003
RP
0,725 0,008
-0,176 0,584
-0,731 0,007
0,795 0,002
KINERJA PELA
0,989 0,000
-0,039 0,903
-0,992 0,000
0,864 0,000
KINERJA KEUA
0,523 0,081
-0,332 0,292
-0,568 0,054
0,664 0,018
RL 0,659 0,020
RH
RA
RP
RA
0,157 0,627
0,685 0,014
RP
0,128 0,692
0,804 0,002
0,707 0,010
KINERJA PELA
0,042 0,897
0,633 0,027
0,844 0,001
0,777 0,003
KINERJA KEUA
0,736 0,006
0,986 0,000
0,627 0,029
0,758 0,004
RH
KINERJA KEUA
KINERJA PELA 0,579 0,048
Cell Contents: Pearson correlation P-Value