ANALISIS PENGARUH INTERSEPSI LAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP KETERSEDIAAN AIR SUNGAI PADA SUB DAS BENDUNG JEURAM KABUPATEN NAGAN RAYA Meylis, Alfiansyah Yulianur, dan Azmeri* Program Magister Teknik Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Aceh *
[email protected]
Intisari Tanaman komoditi utama di Kabupaten Nagan Raya adalah kelapa sawit. Terjadi peningkatan dalam hal perluasan perkebunan kelapa sawit sejak lima tahun terakhir. Pada saat pembukaan lahan kelapa sawit secara terus menerus, dilihat dari segi pengaruh intersepsinya, ketersediaan air sungai di Sub DAS Bendung Jeuram diperkirakan akan mengalami perubahan. Sub DAS Bendung Jeuram ini merupakan catchment area untuk ketersediaan air sungai dalam memenuhi kebutuhan air irigasi pada DI Jeuram. Oleh karena itu, perlu dianalisis apakah sub DAS tersebut masih mampu memenuhi kebutuhan air irigasi atau tidak. Untuk mendapatkan data intersepsi kelapa sawit, dilakukan penelitian langsung ke lapangan selama 4 bulan dari Bulan Januari hingga April 2015. Ketersediaan air Sungai Krueng Seunagan diperoleh dengan metode Mock. Dalam menganalisa daerah-daerah di sub DAS Bendung Jeuram yang berpotensi akan dibukanya lahan kelapa sawit, digunakan software GIS (Geographic Information System). Penelitian ini memiliki keuntungan yaitu untuk memberikan informasi tentang manajemen pola penanaman kelapa sawit yang sesuai dengan RTRW Kabupaten Nagan Raya sebagai salah satu upaya konservasi DAS. Hasil penelitian yang diperoleh berupa model persamaan regresi linier. Model ini dapat dipergunakan oleh Dinas seperti (Balai Wilayah Sungai (BWS), BPDAS, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, dan Dinas PU Pengairan). Kata Kunci: intersepsi, ketersediaan air, kebutuhan irigasi LATAR BELAKANG Intersepsi merupakan faktor penting dalam daur hidrologi. Karena dengan adanya proses intersepsi, air hujan yang sampai di permukaan tanah menjadi berkurang. Ward dan Robinson (1990) menyatakan bahwa kehilangan air oleh proses intersepsi merupakan bentuk kehilangan air yang nyata dalam sistem neraca air suatu Daerah Aliran Sungai (DAS). Dari hasil penelitian Bruijnzeel (1990) diperoleh besarnya intersepsi hujan di hutan primer berkisar antara 10- 35% dari curah hujan total. Proses intersepsi air hujan oleh tanaman dapat memberikan dampak terhadap hasil air pada suatu DAS dengan skala bervariasi tergantung pada jenis tanaman dan jarak tanamnya. Beberapa penelitian pernah dilakukan untuk mengetahui besarnya intersepsi pada suatu jenis tanaman. Dari hasil penelitian Benara (2012) diperoleh besarnya nilai intersepsi tanaman Lamtoro adalah sebesar 70,27% dari curah hujan total dan besarnya nilai intersepsi tanaman Kopi Arabika adalah sebesar 62,33%
455
dari curah hujan total. Rao (1986) juga melakukan penelitian intersepsi hujan pada tanaman jambu dimana persentase hujan yang terinsepsi oleh tanaman ini adalah sebesar 31%. Tanaman yang menjadi komoditi utama di Kabupaten Nagan Raya adalah kelapa sawit. Provinsi Aceh, khususnya Kabupaten Nagan Raya merupakan salah satu kabupaten yang mengalami peningkatan dalam hal perluasan perkebunan kelapa sawit baik yang dikelola rakyat maupun perusahaan. Sebagai kajian awal, diperoleh bahwa khusus untuk komoditas kelapa sawit di Kabupaten Nagan Raya terdapat 12 buah perusahaan yang menanamkan modalnya. Selain perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh perusahaan baik swasta maupun negeri, berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Nagan Raya (2014), terjadi peningkatan pada luas perkebunan kelapa sawit yang dikelola rakyat atau mandiri dalam lima tahun (sejak tahun 2009 hingga 2013). Pada tahun 2009 luas areal perkebunan kelapa sawit adalah 27.434 ha, dan pada tahun 2013 luas arealnya 40.216 ha. DAS yang terdapat di Kabupaten Nagan Raya adalah DAS Krueng Seunagan. Salah satu sub DAS yang terdapat di DAS Krueng Seunagan yaitu sub DAS Bendung Jeuram, dimana merupakan catchment area untuk memenuhi kebutuhan air irigasi di beberapa kecamatan. Pada saat pembukaan lahan kelapa sawit secara terus menerus, ditinjau dari segi pengaruh intersepsi, ketersediaan air sungai di sub DAS Bendung Jeuram diperkirakan akan mengalami perubahan. Sehingga perlu dianalisis apakah sub DAS tersebut masih mampu memenuhi kebutuhan air irigasi atau tidak. Penelitian ini memiliki keuntungan yaitu untuk memberikan informasi tentang manajemen pola penanaman kelapa sawit yang sesuai dengan RTRW Kabupaten Nagan Raya sebagai salah satu upaya konservasi DAS. Hasil penelitian yang diperoleh berupa model persamaan regresi linier. Model ini dapat dipergunakan oleh Dinas seperti (Balai Wilayah Sungai (BWS), BPDAS, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, dan Dinas PU Pengairan). Dari model ini dapat diperkirakan dampak dari intersepsi lahan kelapa sawit terhadap ketersediaan air sungai. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh intersepsi lahan kelapa sawit terhadap ketersediaan air sungai di sub DAS Bendung Jeuram. Intersepsi Hujan Air hujan yang jatuh di atas tanaman tidak langsung sampai ke permukaan tanah untuk berubah menjadi aliran permukaan (surface run off). Namun, air hujan tersebut untuk sementara akan tertahan oleh tajuk atau kanopi, batang dan cabang tanaman. Sebagian dari air hujan tersebut akan tersimpan di permukaan tajuk selama proses pembasahan tajuk, dan sebagian lainnya akan jatuh ke atas permukaan tanah melalui sela-sela daun (throughfall) atau mengalir ke bawah melalui permukaan batang pohon (stemflow). Akibat adanya proses penguapan, ada bagian air hujan yang tidak pernah sampai permukaan tanah, melainkan terevaporasi kembali ke atmosfer (dari tajuk dan batang) selama dan setelah berlangsungnya hujan yang disebut sebagai air intersepsi (interception loss) (Asdak, 2004).
456
Pengukuran besarnya intersepsi pada skala tajuk vegetasi dapat dilakukan melalui pendekatan neraca volume (volume balance approach). Pendekatan ini dengan mengukur curah hujan, stemflow dan throughfall. Persamaan tersebut dirumuskan sebagai berikut (Asdak, 2004) : Ic = Pg − (Th + Sf ) ...................................................................................... (1)
€
dengan keterangan: Ic : intersepsi tajuk (mm) Pg : curah hujan di lapangan total (gross precipitation), (mm) Th : air lolos (throughfall) yaitu air hujan yang lolos lewat tajuk (mm) Sf : aliran batang (stemflow), (mm) Ketersediaan Air Sungai Metode Mock adalah suatu metode untuk memperkirakan keberadaan air berdasarkan konsep water balance (Departemen PU, 1986). Apabila data aliran tidak ada maka untuk menghitung debit rata-rata bulanan sungai digunakan Metode Mock berdasarkan analisa keseimbangan air yang menjelaskan hubungan runoff dengan curah hujan bulanan, evapotranspirasi, kelembaban tanah dan penyimpanan di dalam tanah. Evapotranspirasi potensial tanaman acuan (ETo) dihitung dengan menggunakan Metode Penman Modifikasi (Departemen PU: 1986). Debit Pengambilan Debit pengambilan ditentukan oleh kebutuhan pengambilan (kebutuhan air irigasi) dan luas daerah yang akan diairi (Dirjen Pengairan: 1986). Debit pengambilan dapat dihitung dengan rumus : Q=
€
DRxA .................................................................................................... (2) 1000
dengan keterangan: Q : debit pengambilan (m3/dt) DR : kebutuhan pengambilan (lt/dt/ha) A : luas daerah yang diairi (ha) Debit Andalan Debit andalan merupakan debit yang diandalkan untuk suatu probabilitas tertentu. Probabilitas untuk debit andalan ini berbeda-beda. Untuk keperluan irigasi digunakan probabilitas 80% (Soemarto: 1987). Probabilitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut. ⎛ m ⎞ P =⎜ ⎟ x100% . ..................................................................................... (3) ⎝ n + 1⎠
€
dengan keterangan: Pr : probabilitas (%) m : nomor urut data setelah diurut dari nilai besar ke nilai yang kecil n : jumlah tahun data
457
METODOLOGI STUDI Lokasi Studi Lokasi penelitian berada di perusahaan perkebunan Kelapa Sawit di PT. Sucfindo yang terletak di Desa Jati Rejo, Kecamatan Kuala Pesisir, Kabupaten Nagan Raya. Lamanya penelitian berdasarkan data curah hujan yang diperoleh bervariasi. Oleh karena itu, penelitian dilakukan selama empat bulan dari bulan Januari sampai April 2015. Data Data-data yang diperlukan untuk melakukan studi ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer studi ini meliputi pengamatan dan pengukuran curah hujan di lapangan, air lolos (throughfall), dan aliran batang (stemflow). Tanaman kelapa sawit yang dijadikan objek berumur 10 tahun. Peralatan utama yang digunakan untuk mendukung penelitian adalah alat penakar curah hujan manual, terpal plastik, jerigen, gelas ukur, selang, dan kamera untuk pengambilan dokumentasi. Data sekunder studi ini meliputi data jaringan teknis irigasi, data hidrologi dan data klimatologi yang diperoleh dari BMKG Bandara Udara Cut Nyak Dhien Kabupaten Nagan Rayadan BPP Beutong, serta peta topografi, peta tutupan lahan/ tata guna lahan, peta kemiringan lahan, dan peta jenis tanah yang diperoleh dari BPDAS Banda Aceh. Tahapan Studi Analisis dalam studi ini meliputi : 1. Perhitungan intersepsi Nilai intersepsi kelapa sawit (Ic) dapat diperoleh setelah adanya data curah hujan di lapangan (Pg), air lolos (Tf), dan aliran batang (Sf). Pencatatan pengukuran curah hujan di lapangan, air lolos, dan aliran batang dilakukan berdasarkan setiap hari hujan pada pukul 07.00 WIB dan dihitung sebagai hari hujan sebelumnya. 2. Analisis hubungan antara curah hujan di lapangan dengan intersepsi Dari hubungan antara curah hujan dengan intersepsi didapatkan persamaan regresi yang akan dipergunakan dalam mengestimasi intersepsi hujan pada setiap data hujan histori yang ada (Ph). Selanjutnya untuk mengetahui intersepsi dari lahan kelapa sawit, diperlukan perhitungan LAI (Leaf Area Index). Hasil dari nilai LAI akan digunakan untuk memperoleh intersepsi di lahan kelapa sawit (I) per bulan dengan persamaan: I
= Ic x LAI............................................................................................... (4)
3. Analisis ketersediaan air sungai Debit sungai rata-rata bulanan dihitung dengan Metode Mock yang dimodifikasi.
458
Dalam hal ini, evapotranspirasi aktual pada rumus Mock diartikan sebagai intersepsi. Evapotranspirasi aktual sangat dipengaruhi oleh fisiologi tanaman dan kadar air tanah, dimana fisiologi tanaman juga berkaitan pada kemampuan tanaman dalam proses intersepsi hujan (I) dan transpirasi (Tr ). Nilai I disubtitusikan pada nilai E, sehingga didapatkan : SMS = ISM + Re – I . ................................................................................ (5) Untuk perhitungan kelebihan air (WS), Persamaan 5 disubsitusikan ke dalam Persamaan 6 sehingga didapatkan : WS = ISM + Re – I – SMC.......................................................................... (6) Untuk perhitungan awal debit rata-rata bulanan diasumsikan kondisi sub DAS Bendung Jeuram adalah seluruhnya hutan primer, kemudian kondisi kedua seluruhnya lahan kelapa sawit, dan kondisi ketiga yaitu sub Das Bendung Jeuram terdapat hutan primer dan lahan kelapa sawit dimana luas lahan kelapa sawit yang digunakan dalam perhitungan adalah luas yang memberikan hasil air yang mencukupi kebutuhan air irigasi. Luas ini diperoleh setelah adanya overlay peta kemiringan lereng, jenis tanah, dan topografi dengan menggunakan Software GIS. Intersepsi hutan primer diambil sebesar 30%. 4. Debit andalan Debit andalan (Qa) diperoleh setelah debit sungai rata-rata bulanan dari metode Mock diurutkan dari besar ke kecil. Sebelum diperoleh debit andalan, debit rata-rata bulanan terlebih dahulu dibangkitkan sampai 30 tahun dengan menggunakan Rumus Markov Chan. Selanjutnya, debit andalan untuk keperluan air irigasi dicari probabilitasnya dengan mengambil nilai probabilitas terpenuhi 80%. 5. Perhitungan kebutuhan air irigasi Debit pengambilan (Qp air irigasi) untuk seluruh areal sawah D.I Jeuram dihitung berdasarkan data luas daerah sawah dari skema jaringan irigasi. 6. Analisis hubungan antara ketersediaan air sungai dengan kebutuhan air irigasi Dari hasil Qa akan dibandingkan dengan nilai total debit pengambilan air irigasi (Qp). Jika debit andalan lebih kecil dari debit pengambilan maka ketersediaan air di sungai tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan air di sawah dan air minum. Hal ini diperlukannya pengelolaan DAS dengan dilakukan optimasi kembali dalam hal mengurangi batasan lahan kelapa sawit. Optimasi dilakukan sampai diperoleh Qa memenuhi Qp.
459
HASIL STUDI DAN PEMBAHASAN Hasil Perhitungan Intersepsi Hasil pengukuran dan perhitungan intersepsi hujan pada tanaman Kelapa Sawit yang diperoleh selama penelitian adalah jumlah air hujan yang terintersepsi yaitu sebesar 392,873 mm atau 63,43% dari total curah hujan sebesar 615,9 mm. Nilai intersepsi hujan tertinggi sebesar 86,79% terjadi pada hari hujan ke-33 tanggal 20 April 2015 yaitu sebesar 15 mm, sedangkan nilai intersepsi hujan terendah sebesar 32,31% terjadi pada hari hujan ke-1 tanggal 20 Januari 2015 yaitu sebesar 3 mm. Analisis Hubungan Antara Curah Hujan Di Lapangan Dengan Intersepsi Grafik hasil pengukuran dan perhitungan intersepsi hujan pada tanaman Kelapa Sawit dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini :
Gambar 1. Persamaan regresi yang diperoleh dari hubungan curah hujan di lapangan dan intersepsi hujan Dari Gambar 1, menunjukkan bahwa garis regresi antara curah hujan dan intersepsi memiliki hubungan yang positif dan berkorelasi tinggi, dimana ketika curah hujan meningkat maka nilai intersepsi juga akan semakin meningkat. Namun, ada saat curah hujan yang turun sangat deras seperti pada tanggal 10 dan 17 April 2015, nilai intersepsinya tidak meningkat. Tajuk kelapa sawit yang telah jenuh dengan air hujan sebelumnya, sehingga air hujan yang terus-menerus turun, langsung jatuh ke permukaan tanah. Hal ini dapat dikatakan bahwa pada saat hujan deras, tidak ada peningkatan terhadap nilai intersepsinya. Persamaan regresi yang telah diperoleh adalah I = 0,668Pg - 0,589, dimana nilai I diinterpresentasikan nilai y dan nilai Pg diinterpresentasikan nilai x. Selanjutnya, setiap nilai curah hujan harian histori yang diperoleh dari BMKG, dimasukkan dengan persamaan tersebut sehingga diperoleh nilai Intersepsi bulanan.
460
Perhitungan Ketersediaan Air Sungai Sub DAS Bendung Jeuram merupakan salah satu sub DAS yang terdapat pada DAS Krueng Seunagan. Sub DAS ini memiliki luas 352 km2 dan sumber airnya berasal dari hulu Sungai Krueng Seunagan. Pada sub DAS ini dibangun Bendung Jeuram. Bendung Jeuram digunakan untuk dapat mensuplai air sungai dalam memenuhi kebutuhan irigasi di beberapa Kecamatan, meliputi Kecamatan Seunagan Timur,
Kuala, Kuala Pesisir, Beutong Benggalan, Beutong, Darul Makmur, Seunagan, dan Suka Makmue. Luas sawah yang dialiri air sungai dari bendung ini seluas 12.025 hektar pada musim rendengan dan 7.062 hektar pada musim gadu.
Untuk memenuhi kebutuhan air irigasi diperlukan debit sungai yang mencukupi. Debit andalan dengan probabilitas 80% digunakan dalam memenuhi kebutuhan irigasi. Dari hasil perhitungan debit rata-rata dengan Metode Mock, selanjutnya data tersebut dibangkitkan hingga mencapai 30 tahun dengan masing-masing kondisi. Hasil perhitungan debit andalan dengan berbagai kondisi dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2. Tabel 1. Hasil perhitungan Debit andalan dengan membandingkan Kondisi 1 dan 2 Bulan Jan Feb Mar April Mei Juni Jul Agust Sep Okt Nov Des
Debit andalan sebelum intersepsi (Kondisi Sub DAS seluruhnya hutan primer) (m3/det)
Debit andalan sesudah intersepsi (Kondisi Sub DAS seluruhnya lahan kelapa sawit) (m3/det)
30,75 23,67 25,24 19,29 21,63 16,47 37,16 28,06 27,75 20,84 18,24 13,47 19,04 14,39 20,73 15,66 19,68 14,84 28,06 21,08 43,33 32,52 28,36 21,64 Rata-rata persentase penurunan debit andalan
Persentase (%) 23,01 23,54 23,86 24,51 24,89 26,14 24,42 24,45 24,58 24,85 24,97 23,68 24,41
Sub DAS Bendung Jeuram dengan kondisi awal diasumsikan seluruhnya hutan primer memiliki debit tertinggi pada Bulan November sebesar 43,33 m3/detik dan debit terendah pada Bulan Juni sebesar 18,24 m3/detik. Sub DAS Bendung Jeuram dengan kondisi kedua yaitu seluruhnya ditanami kelapa sawit memiliki debit tertinggi pada Bulan November sebesar 32,52 m3/detik dan debit terendah pada Bulan Juni sebesar 13,47 m3/detik. Pada saat sub DAS seluruhnya ditanami kelapa sawit, diperoleh penurunan debit andalan rata-rata sebesar 24,41%.
461
Tabel 2. Hasil perhitungan Debit andalan dengan membandingkan Kondisi 1 dan 3 Bulan Jan Feb Mar April Mei Juni Jul Agust Sept Okt Nov Des
Debit andalan sebelum Debit andalan sesudah intersepsi intersepsi (Kondisi Sub DAS (Kondisi Sub DAS, lahan kelapa seluruhnya hutan primer) sawit telah dibatasi) (m3/det) (m3/det) 30,75 29,43 25,24 24,13 21,63 20,67 37,16 35,46 27,75 26,46 18,24 17,25 19,04 18,17 20,73 19,76 19,68 18,78 28,06 26,76 43,33 41,31 28,36 27,10 Rata-rata persentase penurunan debit andalan
Persentase (%) 4,29 4,39 4,45 4,57 4,64 5,45 4,58 4,64 4,58 4,64 4,66 4,42 4,61
Sub DAS kondisi ketiga yaitu Sub DAS Bendung Jeuram dengan kondisi lahan kelapa sawit yang telah dibatasi. Maksud dari luas lahan kelapa sawit yang dibatasi ini adalah luasan ini diperoleh setelah dilakukan overlay dari beberapa jenis peta, seperti peta jenis tanah, kemiringan lereng, dan topografi dengan menggunakan software GIS. Parameter-parameter yang menunjukkan bahwa lahan cocok untuk ditanami Kelapa Sawit yaitu memiliki jenis tanah podsolik, latosol, alluvial, atau regosol, serta kemiringan lereng 120 (landai) dan di bawah 250 (agak curam). Selain itu juga dilihat dari ketinggian dari permukaan laut, yaitu sebaiknya berkisar antara 0-500 m. Penentuan kawasan lahan kelapa sawit juga mempertimbangkan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kabupaten Nagan Raya. Luas lahan yang didapatkan adalah 65,67 km2. Jika dibandingkan antara Sub DAS Bendung Jeuram dengan kondisi awal diasumsikan seluruhnya hutan primer dan Sub DAS Bendung Jeuram dengan kondisi lahan kelapa sawit telah dibatasi, diperoleh penurunan debit andalan ratarata sebesar 4,61%. Berdasarkan dari hasil tersebut, tampak bahwa debit andalan mengalami penurunan dengan adanya lahan kelapa sawit. Kebutuhan Air Irigasi Pola tanam pada Daerah Irigasi (DI) Jeuram adalah palawija-palawija. Pada DI ini hanya melakukan dua kali tanam padi. Rotasi tanaman padi pada DI Jeuram dibagi menjadi 3 golongan, disajikan pada Tabel 3. Golongan pertama meliputi Kecamatan Seunagan, Kuala dan Kuala Pesisir. Golongan kedua meliputi Kecamatan Beutong Benggalang, Beutong, dan Darul Makmur. Golongan ketiga meliputi Kecamatan Seunagan dan Suka Makmue. Masa Tanam 1 dimulai Bulan Oktober-Desember, sedangkan Masa Tanam 2 dimulai Bulan April-Juni. Untuk debit pengambilan (Qp) yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan air irgasi pada DI Jeuram tertera pada Tabel 5.
462
Tabel 3. Rotasi tanaman padi pada DI Jeuram Golongan 1
2
3
Luas sawah (ha) Masa Tanam 1 Masa Tanam 2 2956 2239 1172 882 239 109 4367 3230 395 395 2510 1538 624 0 3529 1933 2010 1360 2129 539 4139 1899 12035 7062
Kecamatan Seunagan Timur Kuala Kuala Pesisir Total Beutong Benggalan Beutong Darul Makmur Total Seunagan Suka Makmue Total Luas sawah seluruhnya
Tabel 4. Debit Pengambilan (Qp) Irigasi pada DI Jeuram Qp Irigasi (m3/det) Qp Irigasi (m3/det)
I
Jan
II
I
II
I
Feb
II
I
Agust II
I
Mar
Bulan
II
I
II
I
Apr
II
I
II
I
Mei
II
I
II
I
Jun
II
1,96 5,02 4,41 7,22 3,52 0,43 1,21 4,86 7,69 6,63 9,72 10,41 I
Jul
Sep
Okt
Nop
Des
II
7,36 7,36 2,56 1,61 0,83 0,82 6,88 4,63 5,68 0,00 2,70 2,82
Analisis Hubungan antara Ketersediaan Air Sungai dengan Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan air irigasi pada Daerah Irigasi Jeuram dinyatakan terpenuhi jika debit andalan sungai lebih besar dari debit pengambilan. Untuk perbandingan antara debit andalan pada ketiga kondisi sub DAS Bendung Jeuram dengan debit pengambilan, dapat dilihat pada Gambar 2. Dari Gambar tersebut, debit andalan pada sub DAS kondisi ke-2 dan ke-3 dapat memenuhi kebutuhan air irigasi. Namun, pada sub DAS kondisi ke-2 terdapat debit andalan yang mendekati debit pengambilan yaitu pada Bulan Juni dan Juli. Dengan demikian, dilihat dari dampak terhadap hasil ketersediaan air sungai, tanaman kelapa sawit disarankan tidak ditanam pada seluruh sub DAS Bendung Jeuram.
Gambar 2. Perbandingan antara debit andalan dengan debit pengambilan 463
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Hasil perhitungan intersepsi hujan pada tanaman Kelapa Sawit yang diperoleh selama penelitian yaitu sebesar 392,873 mm atau 63,43% dari total curah hujan sebesar 615,9 mm. Model persamaan regresi linier yang telah diperoleh pada penelitian ini dapat dipergunakan oleh Dinas seperti (Balai Wilayah Sungai (BWS), BPDAS, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, dan Dinas PU Pengairan) pada sub DAS atau DAS lainnya. Dari hasil analisis intersepi lahan kelapa sawit pada sub DAS Bendung Jeuram dapat disimpulkan bahwa sub DAS ini tidak dapat ditanami kelapa sawit seluruhnya. Batasan minimum yang diperbolehkan atau diizinkan penanaman kelapa sawit adalah seluas 65,67 km2. Batasan luas lahan kelapa sawit ini diperuntukkan agar kebutuhan air irigasi pada DI Jeuram tetap terpenuhi selama musim tanam baik musim tanam rendengan maupun gadu. Rekomendasi Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis umur tanaman kelapa sawit untuk melihat pengaruh usia tanaman kelapa sawit terhadap intersepsi. Selain itu juga, dalam hal menentukan lahan yang dapat ditanami dan cocok untuk ditanam kelapa sawit, dapat dilakukan uji tes tanah di laobratorium. Selanjutnya, untuk keakuratan data curah hujan di lapangan dapat menggunakan alat penakar curah hujan otomatis. UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillah telah terlaksana penelitian tentang intersepsi kelapa sawit. Penelitian ini telah dilakukan sejak Januari hingga April 2015. Teman seperjuangan satu tim yaitu Khairuddin, Reza, dan Popon merupakan tombak utama pada penelitian ini yang telah banyak membantu terutama dalam persiapan pembuatan alat dan juga pengambilan data. Ucapan terimakasih juga kepada suami dan keluarga tercinta yang tak lelah memberi doa dan semangat kepada Penulis sehingga mampu untuk menyelesaikan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Asdak, C. 200., Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Benara, R. 2011. ‘Studi Pengaruh Intersepsi Hujan oleh Perkebunan Kopi Arabika terhadap Pengelolaan DAS Paya Bener (Studi Kasus Kebutuhan Air Minum Kota Takengon)’, Tesis, Magister Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Bruijnzeel, LA. 1990. Hydrology of Moist Tropical Forests and Effects of Conversion: a State of Knowledge Review. Humid Tropics Programme, IHP-UNESCO, Paris, and Vrije Universiteit, Amsterdam, 224 pp.
464
Departemen Pekerjaan Umum 1986, Standar Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan 01, Kementrian Pekerjaan Umum Indonesia, Jakarta. Dinas Perkebunan dan Kehutanan 2014, Data Luas Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Nagan Raya, Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Nagan Raya. Fauzi, Y, Widyastuti, YE, Wibawa, IS dan Hartono, R 2002, Kelapa Sawit : Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Penebar Swadaya, Jakarta. Lee, R 1988, Hidrologi Hutan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Pahan, I. 2013. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir, Penebar Swadaya, Jakarta. Pangudijatno, G dan Purba, P 1987, ‘Kesesuaian Lahan dan Keterkaitannya dengan Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit’, Prosiding Lokal Industri Kelapa Sawit, Vol. 1, Medan 24 – 25 November 1987. Pasaribu, H, Mulyadi, A dan Tarumun, S 2012, ‘Neraca Air di Perkebunan Kelapa Sawit di PKKS Sub Unit Kalianta Kabun Riau’, Jurnal Ilmu Lingkungan, vol. 6, no. 2, pp. 99-113. Pelawi, SF 2009, ‘Intersepsi pada Berbagai Kelas Umur Tegakan Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis)’, Skripsi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Rao, AS 1986, ‘Interception Losses of Rainfall from Cashew Trees’, Journal of Hydrologi. Soemarto, CD. 1987. Hidrologi Teknik., Usaha Nasional, Surabaya. Suyatno, R 1994, Kelapa Sawit: Upaya Meningkatkan Produktivitas. Kanisius, Yogyakarta. Taufiq, M, Siswoyo, H dan Anggara 2013, ‘Pengaruh Tanaman Kelapa Sawit terhadap Keseimbangan Air Hutan (Studi Kasus Sub DAS Landak, DAS Kapuas)’, Jurnal Teknik Pengairan, vol. 4, no. 1, pp. 47-52. Triatmodjo, B 2009, Hidrologi Terapan, Beta Offset, Yogyakarta. Yahya, S 1990, Budidaya Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq), Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
465