ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR VARIABEL MONETER TERHADAP TOTAL KREDIT PERBANKAN DI INDONESIA
Disusun Oleh : SYAMSUL BAHRI 107084003431
Disusun oleh :
SYAMSUL BAHRI NIM : 107084003431
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013 M/ 1434 H
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI 1. Nama Lengkap
: Syamsul Bahri
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta, 26 Agustus 1988
3. Alamat
: Jl. Jati Padang Utara Rt 004/02 no. 16, kelurahan Jati Padang, kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12540
4. Telpon
: 085780406575
5. E-mail
:
[email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL 1. MI Al Ikhlas Jakarta
Tahun (1995-2001)
2. SLTPI Assalaam Jakarta
Tahun (2001-2004)
3. MAN 4 Model Jakarta
Tahun (2004-2007)
III. LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah
: M. Thohir Minan
2. Ibu
: Eeng Haeroni (alm)
3. Alamat
: Jl. Jati Padang Utara Rt 004/02 no. 16, kelurahan Jati Padang, kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12540
v
ABSTRACT The purpose of this study to analyze the effect of monetary variables factors to total bank credit in Indonesia. The data used are time series data, which was in 2007.1 - 2011.12 by using OLS (Ordinary Least Square). These results indicate that the exchange rate has a positive and significant impact on total bank loans amounted to 9.17%, the third party fund has a positive and significant impact on total bank loans amounted to 44.01% and inflation has a positive and significant impact on total credit of 0.5%. Contribution rate, thirdparty funds, and inflation to total bank loans amounted to 43.62%, while the other variables were accounted for 56.38%. Keywords: Total bank credit, Exchange Rates, third party fund, and Inflation
vi
ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor variabel moneter terhadap total kredit perbankan di Indonesia. Data yang digunakan adalah data time series yaitu tahun 2007.1 – 2011.12 dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa nilai tukar mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap total kredit perbankan sebesar 9,17%, dana pihak ketiga mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap total kredit perbankan sebesar 44,01% dan inflasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap total kredit sebesar 0,5%. Kontribusi nilai tukar, dana pihak ketiga, dan inflasi terhadap total kredit perbankan sebesar 43,62%, sedangkan variabel lainnya yang berkontribusi sebesar 56,38%. Kata kunci : Total kredit Perbankan, Nilai Tukar, Dana Pihak Ketiga, dan Inflasi
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan taufik, rahmat, dan hidayah- NYA sehingga penulis diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas skripsi ini. Shalawat dan salam penulis hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa islam sebagai penerang jalan hidup manusia. Setelah melalui proses dan segala usaha, Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ ANALISIS PENGARUH FAKTORFAKTOR
VARIABEL
MONETER
TERHADAP
TOTAL
KREDIT
PERBANKAN DI INDONESIA”. Dalam skripsi ini, terkadang penulis menghadapi hambatan yang memang menjadi bagian dari suatu perjuangan untuk mencapai sebuah tujuan. Namun, penulis menyadari bahwa ini merupakan proses yang harus dijalani. Oleh karena itu, banyak pihak yang telah memberikan bantuannya kepada penulis sehingga membukakan kebutuhan yang penulis alami. Atas segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung, secara spiritual maupun materil. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada: 1.
Kedua orang tuaku, M. Thohir dan Een Haeroni (Alm), Ibu Nurhayati dan kakak Zakiyah. Skripsi ini penulis persembahkan untuk kalian, terima kasih telah membesarkan penulis dengan kesabaran, memberikan kasih sayang yang tulus, dukungan, motivasi serta do’a yang tidak pernah putus. Do’a ku menyertai kalian, semoga Allah memberikan balasan atas semua kesabaran kalian.
2.
Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang secara tidak langsung mengajarkan penulis bagaimana menjadi seseorang ekonom yang baik, serta mendo’akan penulis menjadi seseorang yang lebih baik.
viii
3.
Bapak Dr. Lukman, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I, yang telah meluangkan waktu, pikiran dan ilmunya dengan segala profesionalitas dan kesabaran dalam membimbing sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga segala kebaikan dan ketulusan yang bapak berikan menjadi amal shaleh.
4.
Bapak M. Hartana I. Putra, SE. MSi., selaku dosen pembimbing II, yang
telah
meluangkan waktu, pikiran dan ilmunya dengan segala profesionalitas dan kesabaran. Semoga ilmu yang bapak berikan dapat bermanfaat dan menjadi berkah Allah. 5.
Ibu Utami Baroroh, M.Si., selaku Sekretaris Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
6.
Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis selama masa perkuliahan.
7.
Seluruh staff dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
8.
Keluarga tercinta, terima kasih selama ini telah memberikan penulis dukungan, semangat, pelajaran, serta materi yang mungkin penulis belum bisa membalasnya. Semoga Allah selalu melindungi kalian. Amin yaa robbal ‘alamin…
9.
Teman seperjuangan, M. Irfan Fahmi dan Rachmat Kurniadi. Terima kasih telah memberikan dukungan, dan selalu bersemangat dalam memberi dorongan untuk selalu berusaha. Semoga Allah memberikan yang terbaik buat kalian.
10. Sahabat-sahabat IESP terbaik, Heri Handoko, Muhammad Ahmad, Feni, Tri Widarso, Finesya, Tika, Milad, Arini, Arudin, Arya, Slamet, Fikri, Satria, Edo, Aldi, Danang, Putri, dan lain-lain. Terima kasih telah memberikan semangat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. 11. Sahabat-sahabat terbaik, terima kasih telah menjadi teman terbaik, yang selalu ada untuk menghibur dan memberikan semangat penulis dalam menghadapi cobaan hidup. Dan seluruh teman-teman IESP angkatan 2007.
ix
12. Dan semua pihak yang turut membantu, yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis sadari penulisan skripsi ini masih sangat jauh untuk mencapai kesempurnaan. Oleh karena itu, saran kritik yang sifatnya membangun senantiasa penulis harapkan untuk membuat suatu perubahan yang baik. Akhirnya penulis sangat berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat, baik kepada penulis maupun semua pihak yang berkesempatan membaca skripsi ini.
Jakarta, 07 Mei 2013
Penulis
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH DAFTAR RIWAYAT HIDUP
v
ABSTRACT
vi
ABSTRAK
vii
KATA PENGANTAR
viii
DAFTAR ISI
xi
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
BAB. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang....................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah................................................................................ 11 C. Tujuan Penelitian............................................................................................. 12 D. Manfaat Penelitian........................................................................................... 13
BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Ruang Lingkup Moneter........................................................................ 14 1. Pengertian Moneter............................................................................. 14 2. Pengertian Kebijakan Moneter........................................................... 15 B. Ruang Lingkup Perbankan Indonesia................................................... 16 C. Tinjauan Umum Kredit.......................................................................... 17 1. Pengertian Kredit.................................................................................. 17 2. Jenis-jenis Kredit.................................................................................. 18 3. Tujuan Kredit........................................................................................ 22 x
D. Tinjauan Umum Nilai Tukar................................................................
26
1. Pengertian Nilai Tukar.........................................................................
26
2. Sistem Kurs Valuta Asing....................................................................
27
3. Macam-Macam Nilai Tukar.................................................................
29
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurs Valuta Asing......................
31
5. Perubahan Nilai Kurs..........................................................................
33
6. Teori Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity Theory).............
34
E. Tinjauan Umum Dana Pihak Ketiga ( DPK).................................
35
1. Pengertian Dana Pihak Ketiga....................................................
35
2. Sumber Dana Pihak Ketiga dari Segi Mata Uang......................
38
F. Tinjauan Umum Inflasi.......................................................................
39
1. Pengertian Inflasi…………………………………………...........
39
2. Cara Mengukur Inflasi……………………………………...........
40
3. Jenis-Jenis Inflasi ………………………………….....................
40
4. Sebab-Sebab Terjadinya Inflasi…………………………......…..
41
5. Dampak Inflasi……………………………….............................
42
G. Penelitian Terdahulu..........................................................................
43
H. Kerangka Pemikiran..........................................................................
52
I. Keterkaitan Antar Variabel...............................................................
56
J. Hipotesa................................................................................................
58
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................
60
B. Metode Penentuan Sampel................................................................
60
C. Metode Pengumpulan Data Penelitian.............................................
61
D. Metode Analisis Data........................................................................
61
E. Operasional Variabel.........................................................................
72
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sejarah Singkat Objek Penelitian……………………………....…
xi
75
B. Hasil dan Pembahasan…………………………………………......
83
C. Interpretasi Ekonomi…………………………………………...…
93
BAB V : KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan………………………………………………….......…
99
B. Implikasi………………………………………………………....…
100
DAFTAR PUSTAKA
103
xii
DAFTAR TABEL
No. 1,1
Keterangan
Halaman
Perkembangan Kredit, Nilai Tukar, Dana Pihak Ketiga, dan Inflasi Priode Tahun 2007-2011
7
2.1
Penelitian Terdahulu
50
3.1
Operasional Variabel
74
4.1
Pergerakan Total Kredit Perbankan Tahun 2007 - 2011
76
4.2.
Rata-rata Nilai Tukar Tahun 2007 – 2011
78
4.3
Rata-rata Dana Pihak Ketiga (DPK) Tahun 2007 – 2011
80
4.4
Rata-rata Inflasi Tahun 2007 - 2011
81
4.5
Hasil Uji Linearitas
84
4.6
Hasil Uji Multikolinearitas
86
4.7
Hasil Uji Heteroskedastisitas
87
4.8
Hasil Uji Autokorelasi
88
4.9
Hasil Uji data dengan metode OLS
89
xiv
DAFTAR GAMBAR
No.
Keterangan
Halaman
1.1
Grafik Pertumbuhan Total Kredit
4
2.1
Kurva kenaikan permintaan kurs
33
2.2
Kurva kenaikan penawaran kurs
34
2.3
Kerangka Pemikiran
55
4.1
Grafik Total Kredit Perbankan Tahun 2007 - 2011
76
4.2
Grafik Nilai Tukar Tahun 2007 – 2011
78
4.3
Grafik Dana Pihak Ketiga (DPK) Tahun 2007 – 2011
80
4.4
Grafik Inflasi Tahun 2007 – 2011
81
4.5
Histogram – Normalitas test
85
xv
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Keterangan
Halaman
1.
Data Penelitian (Data mentah)
106
2.
Hasil data setelah ditransformasikan ke logaritma natural
108
3.
Hasil uji regresi dengan menggunakan OLS
110
4.
Hasil uji Linearitas
111
5.
Hasil uji Normalitas
112
6.
Hasil uji Multikolinearitas
113
7.
Hasil uji Autokolerasi
114
8.
Hasil uji Heteroskedastisitas
115
xvi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Ruang Lingkup Moneter 1. Pengertian Moneter Secara etimologi, kata moneter
berarti sesuatu yang ada sangkut
pautnya dengan mata uang, berhubungan dengan uang atau keuangan. Ada pula yang mengartikan moneter berarti “segala sesuatu mengenai uang”. Sedangkan sistem moneter berarti suatu istilah umum yang meliputi kebijaksanaan-kebijaksanaan dan tindakan-tindakan yang mempengaruhi mata uang negara tertentu. Dalam hubungannya dengan kebutuhan manusia, manusia yang hidup
dalam suatu negara membutuhkan stabilitas
perekonomian. Salah satu cara untuk menstabilkan perekonomian suatu negara ialah melalui kebijakan moneter yang tepat. (Winardi, 1995:2). 2. Pengertian Kebijakan Moneter Kebijakan Moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan output keseimbangan. Secara umum, kebijakan moneter memiliki
beberapa
tujuan,
yaitu
meningkatkan
kesempatan
kerja,
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menjaga stabilitas harga, menjaga stabilitas suku bunga, menjaga stabilitas pasar keuangan, dan menjaga
14
stabilitas pasar valuta asing. Idealnya, otoritas moneter ingin mencapai semua tujuan tersebut, tapi pencapaian berbagai tujuan tersebut secara bersamaan adalah sangat sulit terlebih karena antar tujuan tersebut sering kali bersifat kontradiktif (Mishkin, 1996:174). Adanya konflik antar berbagai tujuan kebijakan moneter menimbulkan pemikiran baru untuk menetapkan tujuan
atau sasaran tunggal berupa
stabilitas harga. Alasan pemilihan stabilitas harga sebagai sasaran tunggal, antara lain (Mishkin, 1996 dalam Julaihah, 2007:27): 1) tidak adanya
trade off antara pengangguran dan inflasi, alasan ini
didukung dengan banyaknya studi yang menghasilkan adanya korelasi positif antara pengangguran dan inflasi; 2)
kestabilan harga dalam jangka panjang akan mendorong tingkat
pertumbuhan output yang tinggi dan lebih mempercepat pertumbuhan ekonomi; 3) inflasi akan menurunkan kesejahteraan, jika inflasi dapat diantisipasi secara tepat maka biaya inflasi berasal dari pemegangan uang suboptimal (shoe leather costs), kebutuhan penyesuaian harga (menu costs), dan efek distorsi dari sistem pajak. Namun, jika inflasi tidak diantisipasi, maka biaya inflasi jauh lebih tinggi. Selain terdapatnya konflik antar sasaran, otoritas moneter juga dihadapkan pada permasalahan lain, yaitu adanya time lag antara aksi penerapan kebijakan dan hasil penerapan kebijakan. Misalkan otoritas berharap untuk mencapai kestabilan harga, instrumen kebijakan moneter yang dimiliki oleh otoritas tidak
15
bisa secara langsung mempengaruhi tujuan tersebut. Adanya permasalahan time lag tersebut, maka diperlukan sasaran operasional dan sasaran antara. Sasaran operasional dan sasaran antara dapat dijadikan indikator apakah kebijakan yang diterapkan berada pada jalur yang tepat dan jika terdapat kesalahan, maka otoritas dapat segera melakukan koreksi terhadap kebijakan tersebut (Mishkin, 2001:172). Bahwa dalam praktek, penggunaan sasaran antara tergantung pada pendekatan operasional apa yang digunakan oleh bank sentral, yaitu apakah pendekatan berdasarkan kuantitas besaran moneter (quantity-based approach) atau pendekatan berdasarkan harga besaran moneter/suku bunga (price-based approach). Umumnya, pendekatan berdasarkan kuantitas menggunakan sasaran antara secara tegas. Sementara
itu, pendekatan berdasarkan harga
umumnya tidak menggunakan sasaran antara secara tegas; namun, pengaruh perubahan sasaran operasional ditransmisikan pada perubahan akhir melalui perkembangan beragam information variables yang berfungsi sebagai leading indicator dari perkembangan kegiatan ekonomi dan tekanan inflasi, misalnya, ekspektasi inflasi dan suku bunga jangka panjang (Warjiyo, 2003:58) B. Ruang Lingkup Perbankan di Indonesia Perbankan indonesia mengalami perubahan yang sangat besar mengikuti perkembangan perekonomian yang terjadi. Pengaruh terbesar dalam perubahan adalah terutama dari faktor eksternal yaitu adanya perkembangan sektor riil dalam pertumbuhan ekonomi, perkembangan sosial masyarakat, politik dan demokrasi, serta pengaruh dari dunia internasional. Terdapat faktor-faktor
16
internal bank yang merubah secara langsung kondisi perbankan indonesia, namun perubahan yang disebabkan faktor internal semakin besar karena adanya tekanan dari perubahan eksternal (Ade, 2006:42). Bagi suatu negara, bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian suatu negara. Karena itu, peranan perbankan sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi suatu negara. Dengan kata lain, kemajuan suatu bank di suatu negara dapat pula dijadikan ukuran kemajuan negara yang bersangkutan. Semakin maju suatu negara, maka semakin besar peranan perbankan dalam mengendalikan negara tersebut. Artinya, keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan pemerintah dan masyarakatnya (Kasmir, 2008:7). C. Tinjauan Umum Kredit 1. Pengertian Kredit Kata kredit telah lazim kita gunakan pada praktek perbankan dalam pemberian berbagai fasilitas yang berkaitan dengan pinjaman. Kata “kredit” berasal dari kata romawi “credere” yang berarti percaya atau “credo” atau “ceditum“ yang berarti saya percaya. Maksudnya adalah sipemberi kredit percaya kepada penerima kredit, bahwa kredit yang disalurkan pasti dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan penerima kredit berarti menerima kepercayaan, sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut sesuai dengan jangka waktunya
(Kasmir,
2010:101).
17
Dalam kamus besar bahasa indonesia salah satu pengertian kredit adalah
pinjaman
uang
dengan
pembayaran
pengembalian
secara
mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain (Hermasyah, 2008:162). Berdasarkan undang-undang No 10 tahun 1998 tentang perubahan atas undang-undang No 7 tahun 1992 tentang perbangkan memberikan pengertian kredit pasal 1 butir 11 dan 12 tentang kredit dan pembiayaan: “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak-pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”. “Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengambilkan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil”. 2. Jenis-Jenis Kredit Pemberian kredit pada Bank umumnya ditujukan untuk meningkatkan kemampuan perorangan atau badan yang membutuhkan. Bank indonesia sebagai pemberi kredit, dapat memberikan bantuannya secara langsung kepada pihak ketiga bukan bank, seperti Pertamina, yang disebut dengan kredit langsung. Sedangkan kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia ke bank-bank umum, ditujukan untuk membantu bank umum dalam memenuhi
18
kebutuhan likuiditasnya maupun kebutuhan yang akan disalurkan ke nasabahnya. Kredit jenis ini disebut dengan kredit likuiditas (Judisenno, 2005:139). Adapun jenis-jenis kredit menurut Judisenno (2005:139) adalah sebagai berikut : a. Kredit dari segi tujuannya, meliputi : 1. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan dengan maksud untuk memperlancar kegiatan yang sifatnya konsumtif, seperti kredit Pemilikan Rumah (KPR), kredit pembelian Mobil/Motor, credit card, dan kredit konsumtif lainnya. 2. Kredit produktif, yaitu kredit yang diberikan dengan maksud untuk memperlancar proses produksi. 3. Kredit perdagangan, yaitu kredit yang diberikan untuk membantu pihak-pihak yang akan membeli barang untuk dijual kembali, seperti bank garansi, pajak piutang, self liquidity credit, pinjaman berjangka (term loan), pembiayaan bersama, dan jenis-jenis pinjaman lainnya yang dikeluarkan oleh bank untuk membantu pembiayaan modal kerjanya seperti L/C dan sebagainya. b. Kredit dari segi penggunaannya, meliputi : 1. Kredit eksploitasi, yaitu berjangka waktu pendek yang diberikan oleh bank kepada perusahaan yang membutuhkan modal kerja untuk memperlancar kegiatan operasional perusahaan. Kredit ini sering disebut sebagai kredit modal kerja.
19
2. Kredit investasi, kredit ini adalah kredit jangka menengah atau jangka panjang yang diberikan oleh bank kepada pihak perusahaan yang membutuhkan dana untuk investasi atau penanaman modal. c. Kredit dilihat dari segi jangka waktunya, meliputi : 1. Jangka pendek, biasanya berkisar antara 1 (satu) tahun. 2. Menengah, biasanya berkisar antara 1-3 tahun. 3. Jangka panjang, biasanya berkisar lebih dari 3 tahun. Di samping prinsip penilaian kredit yang telah dibalas sebelumnya, maka dalam melakukan analisis kredit sangat penting melakukan penilaian terhadap beberapa aspek yang menyangkut kegiatan usaha calon debitur, yaitu (Siamat, 2005:356): a. Aspek pemasaran Penilaian
yang
perlu
ditekankan
disini
adalah
menyangkut
kemampuan daya beli masyarakat (purchasing power), kompetisi, pangsa pasar, kualitas produksi dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi perkembangan usaha debitur. Analisi pemasaran perlu dilakukan untuk melihat kondisi pasar saat ini, meliputi jumlah penawaran yang sudah ada untuk jenis produk yang direncanakan peminjam dan kemampuan pasar menyerap produk debitur. Demikian pula prospek pemasaran perlu diperhatikan perkembangannya dan permintaannyadi masa yang akan datang.
20
b. Aspek teknis Penilaian terhadap aspek teknis ini antara lain meliputi kelancaran produksi, kapasitas produksi, mesin-mesin, peralatan, ketersediaan dan kontinuitas bahan baku. Di samping itu, kualitas tenaga kerja yang dimiliki dan fasilitas teknis yang ada cukup untuk mempengaruhi penilaian aspek teknis. c. Aspek manajemen Dalam penilaian aspek manajemen, perlu diperhatikan struktur organisasi dan anggota-anggota manajemen, termasuk kemampuan dan pengalamannya, serta pola kemimpinan yang diterapkan oleh top manajemen. d. Aspek yuridis Penilaian aspek yuridis ini antara lain meliputi : status hukum badan usaha, misalnya akte pendirian yang telah dipisahkan oleh yang berwenang, legalitas usaha, meliputi kelengkapan izin usaha dan yang cukup penting adalah bagaimana legalitas barang-barang jaminan yaitu kepemilikannya harus didukung dengan dokumen yang sah dan penguasaan calon debitur. e. Aspek sosial ekonomi Penilaian aspek ini pada dasarnya untuk mengetahui apakah usaha yang akan dibiayai dengan kredit bank tersebut diterima atau memnberikan dampak positif atau negatif terhadap lingkungan masyarakat setempat. Sehubungan itu, perlu diperhatikan apakah
21
proyek tersebut mendorong pertumbuhan perekonomian masyarakat atau mungkin bertentangan dengan nilai-nilai sosial dan agama masyarakat setempat. f. Aspek finansial Penilaian aspek keuangan ini meliputi keadaan keuangan perusahaan debitur yang akan dibiyai. Untuk melakukan penilaian keadaan keuangannya, perlu diperoleh data-data mengenai laporan keuangan, arus dana, realisasi produksi, pembelian dan penjualan. 3.Tujuan Kredit Setiap usaha dalam suatu sistem ekonomi tidak pernah lepas dari segi tujuan mencari keuntungan, dengan demikian juga dalam pemberian kredit. Namun karena didalam kredit terdapat unsur resiko, maka mencari keuntungan tersebut harus memperhatikan prinsip kehati-hatian, karena dana yang dialirkan dalam bentuk kredit adalah untuk memperoleh keuntungan yang aman, sehingga pada saatnya masyarakat pinjaman dana di bank dapat memperoleh kembali simpanannya berikut bunga tanpa dikuatirkan oleh kredit macet. Selain probability dan safety bank, khususnya bank pemerintah, mengemban tugas sebagai agent of devolopment yaitu dalam hal (Judisenno, 2005:167): 1. Mensukseskan program pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan karena dengan semakin bnayak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan , maka semakin baik, mengingat semakin banyaknya kredit berarti peningkatan pembangunan diberbagai sektor.
22
2. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini bank dapat membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana untuk investasi maupun untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan mampu mengembangkan dan memperluas usahanya. 3. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat memperluas usahanya. Keuntungan ini sangat penting bagi kelangsungan hidup bank. Jika bank terus menerus mengalami kerugian, maka kemungkinan bank tersebut akan dilikuidasi (dibubarkan). Dalam prakteknya tujuan pemberian suatu kredit sebagai berikut: 1. Kredit bertujuan untuk mencari keuntungan Tujuan utama dari pemberian kredit adalah memperoleh keuntungan. Hasil keuntungan ini diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. 2. Kredit bertujuan untuk membantu nasabah Tujuan selajutnya atas pemberian kredit adalah membantu usaha nasabah yang memerlukan, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. 3. Kredit bertujuan untuk membantu pemerintah Tujuan lainnya dari pemberian kredit adalah membantu pemerintah dalam berbagai bidang, semakin banyak kredit yang disalurkan berarti adanya kucuran dana dalam rangka meningkatkan pembangunan diberbagai sektor, terutama sektor riil. Secara garis besar keuntungan
23
yang didapat oleh pemerintah adalah bertambahnya penerimaan pajak, membuka lapangan kerja, menghemat dan meningkatkan devisa. Disamping memiliki tujuan pemberian suatu fasilitas kredit juga memiliki fungsi yang sangat luas. Fungsi kredit yang secara luas tersebut antara lain: 1. Untuk meningkatkan daya guna uang Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang. Maksudnya adalah jika uang hanya disimpan saja dirumah maka tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikan kredit, uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh penerima kredit. 2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu-lintas uang Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari suatu wilayah kewilayah lainnya. Sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya. 3. Untuk meningkatkan daya guna barang Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh sidebitur untuk mengolah barang yang semula tidak berguna menjadi berguna. 4. Meningkatkan peredaran uang Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus uang disuatu wilayah kewilayah lainnya, sehingga jumlah uang berbeda dari suatu
24
wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah uang beredar. 5. Sebagai alat stabilitas ekonomi Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai alat stabilitas ekonomi. Karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan masyarakat. Kredit dapat pula membantu mengekspor barang dari dalam negeri keluar negeri sehingga dapat membantuh devisa negara. 6. Untuk meningkatkan kegairahan produksi Bagi sipenerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apalagi bagi nasabah yang memang modalnya terbatas. Dengan memperoleh kredit nasabah bergairah untuk dapat memperbesar atau memperluas usahanya. 7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan Semakin banyak kredit yang diberikan dalam suatu perekonomian maka akan semakin baik terutama dalam hal meningkatkan pendapatan 8. Untuk meningkatkan hubungan internasional Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara sipenerima kredit dengan sipemberi kredit. Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerjasama dibidang lainnya.
25
D. Tinjauan Umum Nilai Tukar 1. Pengertian Nilai Tukar Kurs atau nilai tukar adalah suatu nilai yang menunjukkan jumlah nilai mata uang dalam negeri yang diperlukan untuk mendapatkan satu unit mata uang asing (Sukirno, 2002:87). Kurs valuta asing dapat didefinisikan juga sebagai nilai seunit valuta (mata uang) asing apabila ditukarkan dengan mata uang dalam negeri (Sukirno, 2000:197). Kurs atau valuta asing merupakan perbandingan nilai atau harga antara dua mata uang yang berbeda (Nopirin, 1990:163). Uang merupakan alat tukar yang dapat diterima secara umum, namun dapat menjadi persoalan yang lebih rumit jika menyangkut urusan di luar batas negara, karena uang suatu negara belum tentu diakui dinegara lain, maka harus dikonversikan dahulu kepada mata uang negara tujuan. Pada umumnya perdagangan antar negara dapat berlangsung jika dimungkinkan menukar mata uang suatu negara menjadi mata uang negara lain. Nilai tukar atau kurs satu mata uang terhadap mata uang lainnya merupakan bagian dari proses valuta asing. Kenaikan harga valuta asing disebut depresiasi atas mata uang dalam negeri. Mata uang asing menjadi lebih mahal, ini berarti nilai relatif mata uang dalam negeri merosot. Turunnya harga valuta asing disebut apresiasi mata uang dalam negeri. Mata uang asing menjadi lebih murah, ini berarti nilai relatif mata uang dalam negeri meningkat. Perubahan nilai tukar valuta
26
asing disebabkan karena adanya perubahan permintaan atau penawaran dalam bursa valuta asing (hukum penawaran dan permintaan). Perubahan karena adanya permintaan dan penawaran ini dapat disebabkan oleh eksporimpor, aliran modal luar negeri dan lain-lain. 2. Sistem Kurs Valuta Asing Ada beberapa sistem kurs mata uang yang berlaku di perekonomian internasional, yaitu (Kuncoro, 2001:26): A.
Sistem Kurs Mengambang (floating exchange rate) Sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Di dalam sistem kurs mengambang dikenal dua macam kurs mengambang, yaitu: 1) Mengambang bebas (murni) Dimana kurs uang ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan pemerintah. Sistem ini sering disebut clean floating exchange rate, di dalam sistem ini cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas moneter tidak berupaya untuk menetapkan atau memanipulasi kurs. 2) Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange rate) Dimana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya dibutuhkan karena otoritas moneter tidak perlu membeli atau menjual valas untuk mempengaruhi pergerakan kurs.
27
B.
Sistem Kurs Tertambat (pegged exchange rate) Dalam sistem ini, suatu negara mengkaitkan nilai mata uangnya dengan suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan mata uang negara partner dagang yang utama “Menambatkan” ke suatu mata uang berarti nilai mata uang tersebut bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya.
C.
Sistem Kurs tertambat Merangkak (crawling pegs) Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai tertentu pada rentang waktu tertentu. Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur penyesuaian kursnya dalam periode yang lebih lama dibanding sistem kurs tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat menghindari kejutankejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba tajam.
D.
Sistem Sekeranjang Mata Uang (basket of currencies) Banyak negara terutama negara sedang berkembang menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan dari sistem iniadalah menawarkan stabilitas mata uang suatu negara karena pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang.
28
Seleksi mata uang yang dimasukkan “keranjang” umumnya ditentukan oleh peranannya dalam membiayai perdagangan negara tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung peran relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang yang berbeda dengan bobot yang berbeda. E.
Sistem Kurs Tetap (fixed exchange rate) Dalam sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs tersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sangat sempit. Kurs valuta asing adalah kurs mata uang asing menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta asing dapat juga didefiniskan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing.
3. Macam-Macam Nilai Tukar Menurut Mankiw (2000:125), macam-macam nilai tukar dapat dibedakan menjadi dua macam: 1. Nilai tukar nominal (nominal exchange rate) Nilai tukar nominal adalah nilai atau uang tarif dimana seseorang dapat memperdagangkan mata uang suatu negara dengan mata uang
29
lainnya. Contohnya jika nilai tukar Rp 8000 untuk setiap satu dolar amerika serikat, maka jika anda memberikan kepada petugas bank $ 1 adalah anda akan memperoleh Rp 8000. Nilai tukar ini selalu dapat dinyatakan dengan dua cara, atau secara timbal balik. Jika nilai tukar dolar terhadap rupiah adalah $1 = Rp 8000. Itu artinya kurs rupiah terhadap dolar adalah Rp 1 = 1/8000 dolar. Jika nilai tukar rupiah terhadap dolar meningkat artinya peningkatan tersebut disebut dengan apresiasi. Sedangkan jika nilai tukar rupiah terhadap dolar mengalami penurunan itu disebut depresiasi. 2. Nilai tukar riil (real exchange rate) Nilai
tukar
riil
adalah
tingkatan
dimana
seseorang
dapat
memperdagangkan barang atau jasa dari suatu negara dengan barang dan jasa di negara lainnya. Sebagai contoh seseorang berbelanja dan mendapati bahwa harga suatu krat minuman ringan yang dibuat di negara lain adalah dua kali harga minuman sejenis buatan lokal. Berdasarkan perbandingan harga tersebut, kita kemudian dapat mengatakan bahwa nilai tukar riil adalah setengah krat minuman ringan impor tersebut persatu krat minuman ringan lokal. Nilai tukar riil tersebut dinyatakan sebagai unit-unit barang asing perunit dari barang domestik. Menurut Mankiw (2000:329), formula untuk Perhitungan nilai tukar riil dengan cara sebagai berikut: Nilai tukar riil :
Nilai tukar nominal x harga domestik Harga luar negeri
30
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurs Valuta Asing Menurut Sukirno (2004:402-403), perubahan dalam permintaan dan penawaran suatu valuta asing yang selanjutnya menyebabkan perubahan dalam kurs valuta asing, disebabkan oleh banyak faktor. Yang terpenting diantaranya adalah seperti yang sebagai berikut: 1. Perubahan dalam cita rasa masyarakat Cita masyarakat mempengaruhi corak ekonomi mereka. Maka perubahan cita rasa masyarakat akan mengubah corak konsumsi mereka atas barang-barang yang diproduksi didalam negeri maupun yang di impor. Jika kualitas barang impor lebih berkualitas daripada barangbarang yang diproduksi dalam negeri akan menyebabkan keinginan masyarakat untuk mengkonsumsi barang-barang impor bertambah besar sehingga permintaan barang-barang impor ikut bertambah besar. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing. 2. Perubahan harga-harga barang ekspor dan impor Harga suatu barang merupakan salah satu faktor yang menentukan apakah suatu barang akan di impor atau di ekspor. Barang-barang dalam negeri yang dapat dijual dengan harga yang relatif lebih murah akan menaikkan ekspor dan apabila harganya naik maka ekspor akan berkurang. Pengurangan harga barang impor akan menambah jumlah impor. Dan sebaliknya, impor akan menyebabkan perubahan dalam penawaran dan permintaan uang negara tersebut.
31
3. Kenaikan-kenaikan harga umum (inflasi) Inflasi sangat besar pengaruhnya kepada kurs pertukaran valuta asing. Inflasi yang berlaku pada umumnya cenderung untuk menurunkan nilai suatu valuta asing. Kecenderungan seperti ini disebabkan efek inflasi yang berikut : inflasi menyebabkan harga-harga barang ekspor menjadi lebih mahal. Oleh karena itu, inflasi berkecendrungan mengurangi ekspor. Keadaan ini menyebabkan permintaan valuta asing bertambah dan akhirnya akan harga valuta asing akan bertambah. 4. Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi Suku bunga dan tingkat pengembalian sangat penting dalam mempengaruhi aliran modal. Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang rendah cenderung akan menyebabkan modal dalam negeri akan mengalir keluar negeri. Begitupun sebaliknya, suku bunga dan pengembalian investasi yang tinggi akan menyebabkan modal luar negeri masuk ke negara tersebut. Apabila lebih banyak modal mengalir kesuatu negara, permintaan ke atas maka uangnnya bertambah maka nilai mata uang tersebut akan bertambah. 5. Pertumbuhan ekonomi Efek yang akan diakibatkan oleh sesuatu kemajuan ekonomi yang berlaku. Apabila kemajuan itu teryata diakibatkan oleh perkembangan ekspor, maka permintaan keatas maka uang negara tersebut bertambah lebih cepat dari penawarannya dan oleh karenanya nilai mata uang negara bersangkutan akan meningkat.
32
5. Perubahan Nilai Kurs Kurs yang ditentukan oleh pasar bebas dapat mengalami dua bentuk perubahan, yaitu perubahan kurs atas efek perubahan permintaan dan perubahan kurs atas efek perubahan penawaran (Gregori menkiew, 2000:400-401). 1. Perubahan kurs atas efek kenaikan permintaan Harga dolar D D 1
S
2000 1500
Q1
Q2
Gambar 2.1. Kurva kenaikan permintaan kurs Dalam gambar 2.1 diatas dimisalkan bahwa pada mulanya kuantitas dolar
permintaan keatas dolar adalah D dan penawaran keatas dolar adalah S. Maka kurs pertukaran adalah satu dolar sama dengan 1500 rupiah dan kuantitas dolar yang dijual belikan adalah Q1. Dari akibat suatu kenaikan dalam permintaan keatas dolar, kurva permintaan dolar bergerak dari D ke D1. Kurva yang baru ini menaikkan harga dolar dari 1500 rupiah setiap unit menjadi 2000 rupiah perunit dan menambahkan kuantitas valuta dolar yang diperjual-belikan dalam pasar valuta asing dari Q1 menjadi Q2.
33
2. Perubahan kurs atas efek perubahan penawaran Harga dolar
S
S1
2000 1500
D Q1
Q2
Gambar 2.2 Kurva perubahan penawaran kurs Dari gambar 2.2 diatas yang ditunjukkan adalah perubahan penawaran. Kurva S dan D menggambarkan penawaran dan permintaan uang dolar yang pada mulanya wujud. Sesudahnya
penawaran
bertambah dari S menjadi S1 sebagai akibat kurs pertukaran untuk setiap dolar turun dari 2000 rupiah menjadi 1500 rupiah, dan kuantitas mata uang dolar dan diperjual-belikan bertambah dari Q1 menjadi Q2 6. Teori Paritas daya beli (Purchasing Power Parity Theory) Satu teori terkenal mengenai bagaimana kurs ditentukan adalah teori paritas daya beli (purchasing power parity-PPP). Teori ini menyatakan bahwa kurs antara dua mata uang akan melakukan penyesuaian yang mencerminkan perubahan tingkat harga dari kedua negara (Mishkin, 2008:112-113). Teori paritas daya beli merumuskan bahwa kurs antara dua mata uang adalah identik dengan rasio dari tingkat harga umum dari kedua negara yang
34
bersangkutan. Artinya, penurunan daya beli mata uang domestik akan diiringi dengan depresiasi mata uangnya secara proporsional dalam pasar valas. Menurut teori ini, pasar valas berada pada kondisi keseimbangan apabila semua deposito atau simpanan dalam berbagai valas menawarkan tingkat imbalan yang sama. Kondisi dimana tingkat imbalan yang semua simpanan dalam berbagai valas sama disebut kondisi paritas suku bunga (interesty parity). Dengan kata lain, segenap simpanan valas menawarkan tingkat imbalan resiko kurs, dan kemungkinan perubahan kurs secara keseluruhan setara sehingga prospek keuntungan ataupun daya tarik atas aset-aset tersebut besar. Kenaikan suku bunga
dari simpanan suatu mata uang domestik
menyebabkan mata uang domestiknya tersebut mengalami depresiasi terhadap mata uang asing, dengan asumsi kondisi yang lainnya tetap (perkiraan kurs dimasa datang tidak berubah). Namun demikian, asumsi yang digunakan tersebut dalam kenyataannya sangat tidak realistis sebab perubahan suku bunga senantiasa disertai dengan perubahan kurs dimasa yang akan datang. (Domonic,1997 pada Gandha, 2011:33-34). E. Dana Pihak Ketiga (DPK) 1. Pengertian Dana Pihak Ketiga (DPK) Dana pihak ketiga merupakan sumber dana bank yang berasal dari masyarakat sebagai nasabah dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito. Berdasarkan UU No.10 tahun 1998, dapat dikatakan bahwa besarnya penyaluran kredit bergantung kepada besarnya dana pihak ketiga
35
yang dapat dihimpun oleh perbankan. Sedangkan menurut Peraturan Bank Indonesia No. 10/19/PBI/2008 menjelaskan, “ dana pihak ketiga bank, untuk selanjutnya disebut DPK, adalah kewajiban bank kepada penduduk dan bukan penduduk dalam rupiah dan valuta asing”. Umumnya dana yang dihimpun oleh perbankan dari masyarakat akan digunakan untuk pendanaan aktivitas sektor riil melalui penyaluran kredit (Warjiyo dalam Francisca dan Siregar, 2009). Dana pihak ketiga terdiri dari Giro, Tabungan dan Deposito. Giro menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998 adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat. Dana pihak ketiga merupakan sumber dana yang berasal dari masyarakat yang terhimpun melalui produk giro, tabungan dan deposito. DPK yang dimiliki oleh bank akan disalurkan ke berbagai jenis pembiayaan, semakin besar keuntungan yang diraih bank dengan bagi hasil, maka akan menarik nasabah untuk menempatkan dananya di bank. Nasabah akan membandingkan secara cermat antara expected rate of return yang ditawarkan bank dengan tingkat suku bunga yang ditawarkan oleh bank konvensional. Hal ini akan menjadi faktor pendorong meningkatnya jumlah nasabah dan dana pihak ketiga. (Nur Kurnaliyah, 2011:30) Menurut (Arifin 2006 dalam Saras 2011:24), yang termasuk dalam dana pihak ketiga yaitu giro, tabungan dan deposito. Ketiga macam dana pihak ketiga tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
36
1. Giro, giro yang pada bank disebut giro umumnya tetap sama dengan giro bank konvensional, dimana bank tidak membayar apapun kepada pemegangnya, bahkan tidak mengenakan biaya layanan (service charge). Dana giro ini boleh dipakai bank syariah dalam operasi bagi hasil (profit sharing). Pembayaran kembali nilai nominal giro dijamin sepenuhnya oleh bank dan dilihat sebagai pinjaman depositor kepada bank. Beberapa ulama memandang giro sebagai kepercayaan, dimana dana diterima bank sebagai simpanan untuk keamanan. 2. Tabungan, tabungan di bank konvensional berbeda dari giro dimana ada beberapa restriksi seperti berapa dan kapan dapat ditarik. Tabungan biasanya memperoleh hasil pasti (fixed return). Pada bank bebas bunga, tabungan juga mempunyai sifat yang sama, kecuali bahwa penabung tidak memperoleh hasil yang pasti. Menurut para ulama, penabung boleh menerima hasil yang berfluktuasi sesuai dengan hasil yang diperoleh bank, dan setuju untuk berbagi risiko dengan bank. 3. Deposito, deposito pada bank konvensional menerima jaminan pembayaran kembali atas simpanan pokok dan hasil (bunga) yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada bank dengan sistem bebas bunga, deposito diganti dengan simpanan yang memperoleh bagian dari laba/rugi bank. Oleh karena itu, bank syariah menyebutnya rekening investasi atau simpanan investasi. Rekening-rekening itu dapat mempunyai tanggal jatuh tempo yang berbeda-beda. Giro dan tabungan itu dikumpulkan
37
(pooled) menjadi satu dengan rekening investasi oleh bank syariah sebagai sumber dana utama bagi kegiatan pembiayaan (financing). Modal yang dimiliki bank sebagian besar berasal dari dana pihak ketiga (DPK) sesuaikan dengan salah satu fungsi bank yaitu menghimpun dana dan menyalurkanya kepada masyarakat (Siamat, 2004:246). Dana pihak ketiga adalah dana yang diperoleh dari masyarakat, dalam arti masyarakat sebagai individu, perusahaan, pemerintah, rumah tngga, koperasi, yayasan dan lain-lain baik dalam mata uang rupiah maupun dalam mata uang asing. Pada sebgian besar atau setiap bank, dana masyarakat ini umumnya merupakan dana terbesar yang dimilki. Hal ini sesuai dengan fungsi bank sebagai penghimpun dana dari masyarakat. (Heitzzal Rivai dkk, 2007:37) 2. Sumber Dana Pihak Ketiga dari Segi Mata Uang a. Sumber Dana Pihak Ketiga Rupiah Yaitu kewajiban-kewajiban bank yang tercatat dalam rupiah kepada pihak ketiga bukan bank baik kepada penduduk maupun bukan penduduk. Komponen dana pihak ketiga ini terdiri dari Giro, Simpanan Berjangka (Deposito dan Sertifikat Deposito), Tabungan dan kewajiban-kewajiban lainnya yang terdiri dari kewajiban segera yang dapat dibayar, surat-surat berharga yang diterbitkan, pinjaman yang diterima, setoran pinjaman, dan lainnya. Tidak termasuk dana yang berasal dari Bank Sentral.
38
b. Sumber Dana Pihak Ketiga Valuta Asing Yaitu kewajiban bank yang tercatat dalam valuta asing kepada pihak ketiga, baik penduduk maupun bukan penduduk termasuk pada Bank Indonesia, bank lain (pinjaman melalui pasar uang). Dana pihak ketiga valuta asing terdiri atas Giro, Call Money, Deposit on Call (DOC), Deposito Berjangka, Margin Deposit, Setoran Pinjaman, Pinjaman yang diterima, dan kewajiban-kewajiban lainnya dalam valuta asing. F. Tinjauan Umum Inflasi 1. Pengertian Inflasi. Inflasi adalah kemerosotan nilai mata uang suatu negara. Menurut Nopirin (1990:25), yang dimaksud dengan inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus selama suatu priode tertentu. Para ekonomi modern memberikan definisi bahwa inflasi adalah kenaikan yang menyeluruh dari jumlah uang yang harus dibayarkan (nilai unit perhitungan moneter) terhadap barang-barang/komoditas dan jasa. Sebaliknya, jika yang terjadi adalah penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadap barang-barang/komoditas dan jasa didefinisikan sebagai deflasi (deflation) (Karim, 2008:510). Menurut Sukirno (2000:174), tingkat inflasi adalah persentase kecepatan kenaikan harga-harga dalam satu tahun. Selain itu juga dalam buku yang berbeda memberikan pengertian bahwa inflasi adalah kenaikan dalam harga barang dan jasa, yang terjadi karena permintaan bertambah
39
lebih besar dibandingkan dengan penawaran dipasar. Dengan kata lain, terlalu banyak uang yang memburu barang yang terlalu sedikit. 2. Cara Mengukur Inflasi Menurut Nopirin (1990:25-26), inflasi atau kenaikan harga dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk mengukur inflasi adalah: 1. Indeks
biaya
hidup
(consumer
price
indeks)
yaitu
mengukur
biaya/pengeluaran untuk membeli sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga untuk keperluan hidup. Banyaknya barang tersebut bermacam-macam, di Indonesia terdapat 9 bahan pokok, 62 macam barang serta 162 barang. 2. Indeks harga perdagangan besar (wholesale price indekx) yaitu menitikberatkan pada sejumlah barang pada tingkat perdagangan berat seperti harga bahan mentah, bahan baku atau setengah jadi. 3. GNP deflator yaitu jenis barang yang mencakup dalam perhitunga GNP. Dimana perhitungannya diperoleh dari membagi GNP nominal (atas harga berlaku) dengan GNP riil (atas dasar harga konstan). 3. Jenis Inflasi Menurut Nopirin (1990:27) berdasarkan sifatnya, inflasi dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu: 1. Inflasi merayap (creeping inflation) yaitu inflasi yang mempunyai laju kurang dari 10% pertahun
40
2. Inflasi menengah (galloping inflation) yaitu inflasi yang mempunyai laju yang cukup besar (biasanya double digit atau bahkan triple digit) 3. Inflasi tinggi (hyper inflation) yaitu inflasi yang lajunya meningkat sampai 5 atau 6 kali lipat. 4. Sebab-sebab Terjadinya Inflasi Menurut teori kuantitas sebab utama timbulnya inflasi adalah kelebihan permintaan yang disebabkan oleh penambahan jumlah uang beredar. 1. Inflasi tarikan permintaan (Demand-pull Inflation) Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total (agregat demand), sedangkan produksi telah berada pada keadaaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan penuh. 2. Inflasi desakan biaya (cosh push inflation) Inflasi ini bersumber dari masalah kenaikan harga-harga dalam perekonomian yang diakibatkan kenaikan biaya produksi. Pertambahan biaya produksi mendorong perusahaan-perusahaan menaikkan harga, walaupun mereka harus mengambil resiko yang akan menghadapi pengurangan dalam permintaan barang-barang yang diproduksinya. Inflasi ini juga terjadi pada saat perekonomian berkembang dengan pesat ketika pengangguran sangat rendah. 3. Inflasi di impor (imported inflation) Inflasi ini muncul akibat meningkatnya harga barang-barang impor. Apalagi barang tersebut mempunyai peranan penting dalam kegiatan pengeluaran perusahaan-perusahaan. Contohnya minyak bumi.
41
5. Dampak Inflasi Inflasi atau kenaikan harga-harga yang tinggi dan terus menerus telah menimbulkan
beberapa
dampak
buruk
terhadap
masyarakat
dan
perekonomian secara keseluruhan. Menurut Nopirin (1990:32-33), kenaikan harga atau inflasi memiliki dampak terhadap masyarakat dan perekonomian, yaitu sebagai berikut: 1. Dampak terhadap pendapatan (equity effect) Efek terhadap pendapatan adalah terjadinya pendapatan yang tidak merata. Ada yang dirugikan dan ada yang diuntungkan. 2. Dampak terhadap efisiensi (efficiency effect) Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Dengan adanya inflasi permintaan akan barang tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang lain, yang kemudian produksi barang tersebut mengalami kenaikan. Kenaikan produksi barang ini pada gilirannya akan mengubah pola alokasi faktor produksi yang sudah ada. 3. Dampak terhadap output (output effect) Disaat laju inflasi sangat tinggi maka akan mengurangi outpun nasional. Karena dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai mata uang riil turun dengan drastis, masyarakat cenderung tidak suka memegang uang kas, transaksi mengarah kearah barter, yang biasanya diikuti dengan penurunan produksi barang.
42
G. Penelitian Terdahulu Dalam kajian pustaka ini memuat berbagai penelitian yang telah dilakukan peneliti lain dan permasalahan yang diangkat juga pernah dilakukan oleh beberapa penelitian lain, baik itu melalui penelitian biasa maupun skripsi. Penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai referensi bagi kajian-kajian dimasa yang akan datang. Seperti beberapa penelitian yang terdahulu yang dijadikan kajian pustaka yaitu penelitian dari : 1. Billy Arma Pratama (2010) Penelitian tentang kredit perbankan yang diteliti oleh Billy Arma Pratama,
penelitian tersebut berjudul “Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan penyaluran kredit perbankan”. Penelitian ini menggunakan metode sensus dimana keseluruhan Bank Umum yang terdapat dalam periode penelitian dijadikan sebagai obyek penelitian. Penelitian
menggunakan 60 waktu amatan (N = 60) (bulan Januari -
Desember periode tahun 2005 - 2009). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder Bank Umum di Indonesia yang meliputi Dana Pihak Ketiga (DPK),
Capital Adequacy Ratio (CAR),
Non
Performing Loan (NPL), kredit dan data sekunder suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia dan Statistik Ekonomi Moneter Indonesia periode tahun 2005 - 2009 (bulanan). Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa peningkatan atau penurunan suku bunga SBI selama periode penelitian tidak mempengaruhi penyaluran
43
kredit secara signifikan. Semakin tinggi suku bunga SBI akan mendorong peningkatan jumlah kredit yang disalurkan. 2. Yoda Ditria, Jenni Vivian, dan Indra Widjaja (2008) Penelitian ini berjudul tentang “Pengaruh tingkat suku bunga, nilai tukar rupiah, dan jumlah ekspor terhadap tingkat kredit perbankan”. Analisis hubungan dan pengaruh antara variabel - variabel tersebut diatas akan diukur secara statistik dengan menggunakan metode korelasi dan regresi linier berganda serta uji hipotesis untuk mengambil kesimpulan ada atau tidak adanya hubungan yang signifikan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data dalam rentang waktu 23 (Dua Puluh Tiga) kuartal yaitu dari Maret 2002
sampai dengan
September 2007. Pergerakan indikator makro ekonomi Indonesia bervariasi, sehingga pergerakan
perubahannya dapat mencerminkan volatilitas
perekonomian. Pos yang dijadikan obyek penelitian adalah jumlah kredit, jumlah kredit modal kerja,
jumlah kredit investasi, dan jumlah kredit
konsumsi dari seluruh perbankan di Indonesia. Pengaruh indikator makro seperti ekspor, tingkat suku bunga, dan nilai tukar rupiah terhadap USD memberikan dampak yang berbeda – beda terhadap kredit dan juga tiga macam jenis kredit yang terdiri dari kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jumlah ekspor berjalan searah dengan jumlah kredit dan ketiga jenis macamnya dimana jika ekspor mengalami kenaikan maka seluruh macam kredit juga mengalami kenaikan. Tingkat suku bunga bergerak berlawanan terhadap
44
jumlah kredit maupun ketiga macam jenis kredit lainnya, dimana jika tingkat suku bunga bergerak naik maka akan mengurangi jumlah kredit termasuk didalamnya kredit modal kerja, kredit
investasi, dan kredit
konsumsi. Sama dengan pengaruh tingkat suku bunga, pengaruh nilai tukar terhadap jumlah kredit dan ketiga jenis kredit lainnya berpengaruh secara berlawanan, dimana jika kurs naik maka akan Pengaruh Tingkat Suku Bunga mengurangi jumlah kredit baik itu kredit modal kerja, kredit investasi, maupun kredit konsumsi. 3. Ni Nyoman Aryaningsih (2006) Penelitian ini tentang “Pengaruh suku bunga, inflasi, dan jumlah penghasilan terhadap permintaan kredit di PT BPD cabang pembantu Kediri. bertujuan mendeskripsikan (1) pengaruh suku bunga, inflasi dan jumlah penghasilan terhadap permintaan kredit secara parsial, (2) pengaruh suku bunga, inflasi dan jumlah penghasilan terhadap permintaan kredit secara simultan. Obyek penelitian adalah PT BPD Cabang Pembantu Kediri dengan fokus mengenai suku bunga, inflasi, jumlah penghasilan dan permintaan kredit. Metode pengumpulan data dengan dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan Analisis Regresi Linear Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suku bunga, inflasi tidak berpengaruh secara parsial terhadap permintaan kredit, sedangkan jumlah penghasilan berpengaruh signifikan. Kontribusi suku bunga, inflasi dan jumlah penghasilan terhadap perubahan permintaan kredit sebesar 37,8%, sedangkan variable lainnya berkontribusi 62,2%. Penelitian terkait lebih
45
lanjut hendaknya mempertimbangkan unsur informasi, issuer dan news dalam meneliti permintaan kredit. 4. Sri Haryati (2009) Penelitian ini mengkaji tentang “Pertumbuhan kredit perbankan di Indonesia : intermediasi dan pengaruh terhadap variabel makro ekonomi”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel makro ekonomi seperti
suku bunga, tingkat inflasi, nilai tukar, dan variabel
pertumbuhan ekses likuiditas (secondary reserve). Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa fungsi allocation fubs approach telah berjalan dengan baik, dengan demikian disarankan agar bank benar-benar mengaplikasikan portfolio alokasi dana dengan benar dan tepat, sehingga selain mempertahankan likuiditas untuk memenuhi ketentuan regulasi dan mempertahankan kepercayaan masyarakat. Pada variabel makro ekonomi pada perbankan tersebut yaitu suku bunga BI, inflasi, nilai tukar mempunyai pengaruh positif signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan fundamental perbankan di indonesia saat ini sudah cukup kuat, maka dalam penyalurannya kredit harus tetap mempertimbangkan prediksi kondisi ekonomi makro di samping tetap menjaga prinsip kehati-hatian dalam menjalankan
fungsi
intermediasinya,
sehingga
tidak
meningkatkan
timbulnya kredit bermasalah yang dapat berakibat pada penurunan ekuitas khususnya dan penurunan kemampuan permodalan secara umum.
46
5. Tatik setiyati (2007) Penelitian ini menguji tentang “Analisis pengaruh suku bunga kredit, dana pihak ketiga, dan produk domestik bruto terhadap kredit perbankan di indonesia”. Dengan menggunakan alat analisis regresi linier berganda. Dana pada penelitian ini hasil penelitian ini bunga kredit dan dpk berpengaruh negatif dan signifikan, sedangkan pdb berpengaruh positif terhadap penyaluran kredit dan hasil uji f variabel independen cr, dpk, pdb secar bersama-sama mempengaruhi penyaluran kredi pada perbankan pada tingkat signifikan 5%. 6. Akhmad Kholisudin (2012) Penelitian ini menguji tentang ” Determinan permintaan kredit pada bank umum di jawa tengah 2006-2010”. Obyek dalam penelitian ini adalah tentang
permintaan
kredit
perbankan
dan
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya yaitu tingkat suku bun-ga, inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika dan krisis global pada bank umum di Jawa Tengah pada periode waktu 2006-2010. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari satu variabel terikat (dependent variable) yaitu permintaan kredit perbankan pada bank umum di propinsi Jawa Tengah dan empat variabel bebas (independent variable) yaitu tingkat suku bunga kredit, inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika dan krisis global. Data sekunder yang digunakan berbentuk runtut waktu (time series) bulanan selama 5 tahun (2006-2010). Data sekunder ini bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI).
47
Metode analisis data yang digunakan da-lam penelitian ini adalah regresi berganda dengan metode ordinary least square (OLS). Dalam penelitian ini pengujian dilakukan dengan bantuan software computer E-views 6.0 dan pembahasan analisis secara deskriptif. Hasil Variabel nilai tukar secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kredit dan sesuai hipotesis. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 (α = 5%). Artinya adalah kurs berpengaruh terhadap permintaan kredit perbankan pada bank umum di Jawa Tengah pada tahun 2006-2010. Berdasarkan hasil pengujian, variabel inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan kredit perbankan. Artinya adalah jika inflasi mengalami kenaikan maka permintaan kredit perbankan pada Bank Umum di Jawa Tengah akan turun namun tidak begitu besar. Sebaliknya jika inflasi turun maka permintaan kredit perbankan pada Bank Umum di Jawa Tengah akan meningkat. 7. Mohammed Amidu dan Simon K. Harvey (2006) Penelitian ini tentang ” The Impact of Monetary Policy on Banks Credit in Ghana”. Studi ini meneliti apakah kredit bank dibatasi oleh kebijakan moneter di Ghana. Itu analisis dilakukan dengan menggunakan data yang berasal dari database Keuangan Internasional Statistik. Model kuadrat terkecil
digunakan
untuk
mengestimasi
persamaan
regresi
setelah
menyelidiki sifat deret waktu variabel. Kredit bank diwakili oleh pinjaman bank dialokasikan secara bebas yang mungkin lebih sensitif terhadap perubahan dalam kebijakan moneter. Perubahan jumlah uang beredar dan
48
suku bunga bank sentral adalah proxy dari kebijakan moneter. Penelitian ini mengungkapkan bahwa kredit bank Ghana dipengaruhi secara signifikan oleh kegiatan ekonomi negara dan perubahan penawaran uang. Hasil dari Penelitian juga mendukung penelitian sebelumnya bahwa tingkat inflasi negatif tetapi secara statistik signifikan mempengaruhi kredit bank. Anehnya, penelitian menunjukkan hubungan yang positif antara tingkat bank sentral utama dan kredit bank Ghana. Namun, koefisien dari suku bunga secara statistik tidak signifikan. Nilai utama dari penelitian ini adalah identifikasi faktor-faktor kebijakan moneter yang mempengaruhi kredit bank di Ghana. 8. A. Tarkan Cavusoglu (2002) Penelitian ini tentang” Credit Transmission Mechanism in Turkey: An Empirical Investigation”. Hasil ini menunjukan jelas menunjukkan bahwa perilaku pinjaman bank deposit uang di Turki secara signifikan dipengaruhi oleh dinamika yang dikenakan melalui kebijakan keuangan utang dalam negeri. Dampak dari kebijakan moneter pada perilaku pinjaman bank terhadap uang dan transmisi ini berdampak bagi perusahaan bank yang tergantung merupakan dasar untuk menentukan suatu pinjaman bank saluran mekanisme transmisi kebijakan moneter. Efek dari penurunan pinjaman mereka memiliki efek yang lebih signifikan terhadap kegiatan ekonomi daripada bahwa penurunan pinjaman bank-bank besar. Tanggapan pasokan proporsional pinjaman bank untuk cadangan guncangan karena perbedaan
49
ukuran mereka dapat memberikan bukti nyata terjadinya efek output ditularkan oleh saluran pinjaman bank. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. 1.
Nama Peneliti A. Tarkan Cavusoglu (2002)
2.
Mohammed Amindu dan Simon K. Harvey (2006)
3.
Tatik setiyati (2007)
4.
Yoda Ditria, Jenni Vivian, dan Indra Widjaja (2008)
Judul
Variabel
Metodologi Dan Hasil
Analisis menggunakan data panel, penyatuan dimensi seri crosssection Hasil : Penelitian ini menjelaskan bahwa hubungan dana pihakn ketiga berupa tabungan memiliki pengaruh positif dan signifikan karena pihak nasabah mempunyai andil penting demi perekonomian Turki. The Impact of Kredit Analisis menggunakan data yang Monetary Policy Nilai tukar berasal dari database on Banks Credit Suku bunga Statistik Keuangan Internasional in Ghana Hasil : Inflasi Penelitian juga mendukung GDP penelitian sebelumnya bahwa tingkat inflasi tidak berpengaruh tetapi secara statistik secara signifikan mempengaruhi kredit bank. Anehnya, penelitian menunjukkan hubungan yang positif antara tingkat bank sentral utama dan kredit bank Ghana Analisis Dana Pihak Analisis Regresi Linier Berganda Ketiga (DPK) Hasil : pengaruh suku PDB Hasil penelitian ini bunga kredit bunga kredit, dan dpk berpengaruh positif dan Kredit dana pihak signifikan, sedangkan pdb ketiga, dan berpengaruh positif terhadap produk domestik penyaluran kredit dan hasil uji f bruto trhdp variabel independen cr, dpk, pdb kredit perbankan secar bersama-sama mempengaruhi di indonesia penyaluran kredi pada perbankan pada tingkat signifikan 5% Pengaruh tingkat Ekspor Analisis Regresi Linier Berganda suku bunga, nilai Tingkat Suku Hasil : tukar rupiah, dan Bunga Dari hasil penelitian dapat jumlah ekspor Nilai Tukar Rupiah disimpulkan bahwa jumlah ekspor Credit Transmission Mechanism in Turkey: An Empirical Investigation
Kredit DPK Investasi
50
terhadap tingkat kredit perbankan
Terhadap USD Jumlah Kredit Modal Kerja Jumlah Kredit Investasi Jumlah Kredit Konsumsi
berjalan searah dengan jumlah kredit dan ketiga jenis macamnya dimana jika ekspor mengalami kenaikan maka seluruh macam kredit juga mengalami kenaikan. Tingkat suku bunga bergerak berlawanan terhadap jumlah kredit maupun ketiga macam jenis kredit lainnya, dimana jika tingkat suku bunga bergerak naik maka akan mengurangi jumlah kredit termasuk didalamnya kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi. Sama dengan pengaruh tingkat suku bunga, pengaruh nilai tukar terhadap jumlah kredit dan ketiga jenis kredit lainnya berpengaruh secara berlawanan, dimana jika kurs naik maka akan Suku bunga Analisis Regresi Linier Berganda Inflasi Hasil : Jumlah penghasilan Hasil penelitian menunjukkan Permintaan kredit. bahwa suku bunga, inflasi tidak berpengaruh secara parsial terhadap permintaan kredit, sedangkan jumlah penghasilan berpengaruh signifikan. Kontribusi suku bunga, inflasi dan jumlah penghasilan terhadap perubahan permintaan kredit Kredit Analisis Regresi Linier Berganda Ekses likuiditas Hasil : Pada variabel makro ekonomi pada Dpk Pinjaman/simpanan perbankan tersebut yaitu suku bunga BI, inflasi, nilai tukar diterima mempunyai pengaruh positif Pertumbuhan signifikan ekuitas Suku bunga bank indoneseia Tingkat inflasi Kurs valas/ exchange rate
5
Ni Nyoman Aryaningsih (2009)
Pengaruh suku bunga, inflasi, dan jumlah penghasilan terhadap permintaan kredit di PT BPD cabang Kediri
6.
Sri Haryati (2009)
Pertumbuhan kredit perbankan di indonesia : intermediasi dan pengaruh terhadap variabel makro ekonomi
7.
Billy Arma Pratama (2010)
Analisis faktor- Dana Pihak Ketiga Analisis Regresi Linier Berganda (DPK) Hasil : faktor yang Hasil penelitian ini mempengaruhi Capital Adequacy Ratio (CAR), Non mengindikasikan bahwa dana pihak kebijakan Performing Loan ketiga berpengaruh positif terhadap penyaluran 51
(NPL), dan Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Determinan Kredit Tingkat suku permintaan kredit pada bank bunga kredit Inflasi umum di jawa Nilai tukar tengah 2006-
kredit perbankan
8..
Akhmad Kholisudin (2012)
2010
penyaluran kredit secara signifikan.
Analisis regresi berganda dengan metode ordinary least square (OLS) Hasil : Hasil penilitian ini hasil pengujian mengenai pengaruh inflasi terhadap permintaan kredit dapat di simpulkan bahwa secara parsial variabel inflasi tidak berpengaruh terhadap permintaan kredit pada bank umum di Jawa Tengah tahun 2006-2010. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikansi yang lebih besar dari 0,05 (α = 5%). Variabel nilai tukar secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kredit dan sesuai hipotesis. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 (α = 5%). Artinya adalah kurs berpengaruh terhadap permintaan kredit perbankan pada bank umum di Jawa Tengah pada tahun 2006-2010
H. Kerangka Pemikiran Perbankan indonesia mengalami perubahan yang sangat besar mengikuti perkembangan perekonomian yang terjadi. Pengaruh terbesar dalam perubahan adalah terutama dari faktor eksternal yaitu adanya perkembangan sektor riil dalam pertumbuhan ekonomi, perkembangan sosial masyarakat, politik dan demokrasi, serta pengaruh dari dunia internasional. Terdapat faktor-faktor internal bank yang merubah secara langsung kondisi perbankan indonesia, namun perubahan yang disebabkan faktor internal semakin besar karena adanya tekanan dari perubahan eksternal (Ade, 2006).
52
Bagi suatu negara, bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian suatu negara. Karena itu, peranan perbankan sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi suatu negara. Dengan kata lain, kemajuan suatu bank di suatu negara dapat pula dijadikan ukuran kemajuan negara yang bersangkutan. Semakin maju suatu negara, maka semakin besar peranan perbankan dalam mengendalikan negara tersebut. Artinya, keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan pemerintah dan masyarakatnya (Kasmir, 2008). Fluktuasi kurs mengindikasikan bahwa bahan baku produksi masih banyak bergantung pada komponen impor, sehingga produksi yang semakin bergantung kepada komponen impor akan mengalami dampak pergerakan kurs kedua hal ini dapat berhubungan karena bila saja kurs bergerak naik dan suatu produksi sangat bergantung pada bahan baku impor maka bisa saja produksi berhenti dilakukan yang menyebabkan juga tidak adanya peminjaman modal kerja. (Yoda,2008) Kegiatan bank setelah menghimpun dana dari masyarakat luas adalah menyalurkan
kembali
dana
tersebut
kepada
masyarakat
yang
membutuhkannya, dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan kredit (Kasmir, 2008) Inflasi merupakan perubahan perubahan harga yang cenderung meningkat, tanpa diimbangi perubahan daya beli masyarakat yang meningkat. Dalam kenyataannya jarang terjadi suatu kondisi, dimana inflasi yang tinggi menyebabkan hasil output tertentu, sehingga tingkat output berubah dari waktu ke waktu mengikuti perubahan laju inflasi yang diperkirakan, bisa saja terjadi
53
kondisi, bahwa kenaikan inflasi yang tinggi
bahkan menurunkan tingkat
output tertentu. (Ni Nyoman,2008) Hubungan nilai tukar, dpk, dan inflasi terhadap kredit perbankan didukung oleh
penelitian
sebelumnya.
Diantaranya
Ni
Nyoman
(2008)
yang
mengemukakan bahwa perubahan harga yang cenderung meningkat, tanpa diimbangi perubahan daya beli masyarakat yang meningkat. Dalam kenyataannya jarang terjadi suatu kondisi, dimana inflasi yang tinggi menyebabkan hasil output tertentu, sehingga tingkat output berubah dari waktu ke waktu mengikuti perubahan laju inflasi yang diperkirakan, bisa saja terjadi kondisi, bahwa kenaikan inflasi yang tinggi
bahkan menurunkan tingkat
output tertentu. Yoda (2008) mengemukakan produksi yang semakin bergantung kepada komponen impor akan mengalami dampak pergerakan kurs kedua hal ini dapat berhubungan karena bila saja kurs bergerak naik dan suatu produksi sangat bergantung pada bahan baku impor maka bisa saja produksi berhenti dilakukan yang menyebabkan juga tidak adanya peminjaman modal kerja. Berdasarkan acuan dan penjelasan di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa minimal yang mempengaruihi total kredit perbankan adalah nilai tukar, dpk, dan inflasi. Sehingga dapat di fomulasikan fungsi total kredit perbankan adalah Cr = f (KURS, DPK, INF)......... (2.3) Model metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda dengan metode OLS (Ordinary Least Square).
54
Regresi berganda digunakan karena variabel yang diteliti lebih dari satu variabel. Adapun sistematika kerangka pemikiran ini adalah sebagai berikut : Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Dana Pihak Ketiga, dan Inflasi terhadap Total Kredit Perbankan di Indonesia Nilai Tukar (X₁)
Dana Pihak Ketiga (X₂)
Inflasi (X₃)
Total Kredit Perbankan (Y)
Uji OLS (Ordinary Least Square) Uji Asumsi Klasik Linearitas Uji Normalitas Uji Multikolinieritas Uji Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi
Regresi Linier Berganda Uji t Uji F Uji R2
Interpretasi
Kesimpulan, dan Saran
55
I. Keterkaitan antar variabel 1. Nilai tukar dengan total kredit perbankan Menurut Krugman dan Obstfeld (2005), kurs adalah harga satu mata uang lainnya. Kurs merupakan salah satu harga yang terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruh-pengaruhnya yang demikian besar bagi neraca transaksi berjalan maupun variabel makro ekonomi yang lainnya. Oleh karena itu pada kurs, yakni harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya juga merupakan sebuah harga aktiva atau harga aset (asset price), prinsip-prinsip pengaturan harga-harga aset lainnya juga berlaku. Kredit modal kerja yang diikuti konsumsi mengalami dampak yang signifikan saat terjadi volatilitas kurs, ini mengindikasikan bahwa bahan baku produksi masih banyak bergantung pada komponen impor, sehingga produksi yang semakin bergantung kepada komponen impor akan mengalami dampak pergerakan kurs kedua hal ini dapat berhubungan karena bila saja kurs bergerak naik dan suatu produksi sangat bergantung pada bahan baku impor maka bisa saja produksi berhenti dilakukan yang menyebabkan juga tidak adanya peminjaman modal kerja. (Yoda, 2008). Terjadinya pemberhentian yang berujung pada tidak adanya peminjaman modal kerja maka, secara langsung akan mempengaruhi volume dari kredit yang dikeluarkan oleh bank-bank umum. Sebaliknya jika produksi menggunakan bahan baku dari dalam negeri maka terapresiasinya rupiah akan mengakibatkan murahnya produksi dan
56
hal ini merangsang para pemilik perusahaan untuk melakukan ekspansi yang akan mengajukan peminjaman kepada bank-bank umum dan mengakibatkan kenaikan total kredit 2. Dana pihak ketiga dengan total kredit perbankan Dana-dana yang dihimpun dari masyarakat (dana pihak ketiga) merupaka sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank (Dendawijaya, 2005). Kegiatan bank setelah menghimpun dana dari masyarakat luas adalah menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya, dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan kredit (Kasmir, 2008). Dan salah satu alasan terkonsentrasinya usaha bank dalam penyaluran kredit adalah sifat usaha bank sebagai lembaga intermediasi antara unit surplus dengan unit defisit dan sumber utama dana bank berasal dari masyarakat sehingga secara moral mereka harus menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit (Siamat, 2005) Banyaknya simpanan dana pihak ketiga yang berupa deposito, tabungan, dan giro. Semakin banyak dana yang dihimpun maka pihak bank cenderung menurunkan tingkat suku bunga pinjamannya sehingga permintaan akan kredit meningkat. Demikian pula sebaliknya semakin sedikit dana pihak ketiga yang dapat dihimpun, maka pihak bank akan cenderung menaikan tingkat suku bunga pinjamannya sehingga permintaan terhadap kredit menjadi menurun.
57
3. Inflasi dengan total kredit perbankan Inflasi merupakan perubahan harga yang cenderung meningkat, tanpa diimbangi perubahan daya beli masyarakat yang meningkat. Dalam kenyataannya jarang terjadi suatu kondisi, dimana inflasi yang tinggi menyebabkan hasil output tertentu, sehingga tingkat output berubah dari waktu ke waktu mengikuti perubahan laju inflasi yang diperkirakan, bisa saja terjadi kondisi, bahwa kenaikan inflasi yang tinggi bahkan menurunkan tingkat output tertentu. (Ni Nyoman, 2008) Pergerakan tingkat inflasi yang terjadi di indonesia sedikit banyak mempengaruhi sektor-sektor sekonomi baik di sektor mikro maupun makro namun tingkat inflasi secara langsung mempengaruhi penyaluran kredit perbankan. Dari sudut pandang berbeda inflasi berhubungan erat dengan suku bunga dan akan membuat para investor mengalihkan uangnya ketabungan karena memberikan tingkat pengembalian hasil yang tinggi dan beresiko rendah (Darmawi, 2006). Hal ini menyebabkan permintaan akan kredit menjadi menurun. J. Hipotesis Penelitian Berdasarkan teori moneter, kebijakan moneter adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah melalui bank sentral guna mengatur penawaran uang. Yang manjadi alat kebijakan yang dilakukan oleh bank sentral diantaranya adalah melalui dpk, nilai tukar, dan inflasi. Sehingga diduga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kredit perbankan. Ditambah penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa diperekonomian yang terbuka,
58
yang menjadi pengaruh terhadap kredit perbankan yaitu dpk, nilai tukar dan inflasi sehingga memberikan gambaran bahwa dpk dan nilai tukar diduga memiliki hubungan yang signifikan terhadap kredit perbankan. Oleh karena itu, dan didukung oleh landasan teori dan latar belakang serta penelitian sebelumnya, maka dapat disusun suatu hipotesis yang merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian ini adalah : 1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara nilai tukar terhadap total kredit perbankan. 2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara dpk terhadap total kredit perbankan. 3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara inflasi terhadap total kredit perbankan. 4. Terdapat pengaruh yang signifikan antara nilai tukar rupiah, dpk, dan inflasi terhadap total kredit perbankan.
59
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini, variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari satu variabel terikat (dependent) yaitu total kredit perbankan dan tiga variabel bebas (independent) yaitu nilai tukar, dpk, dan inflasi. Sehingga yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah total kredit perbankan, nilai tukar, dpk, dan inflasi di negara Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah datanilai tukar mata uang, dana pihak ketiga(DPK) dan inflasi dari tahun 2007 hingga 2011berdasarkan ketetapan Bank Indonesia (BI). B.MetodePenentuan Sampel Penelitian ini dibatasi untuk melihat pengaruh tiga variable terhadap Total Kredit Perbankan di Indonesia.Variabel-variabel tersebut yaitu Nilai Tukar, DPK,dan Inflasi. Metode sampel yang digunakan adalah metode penelitian historis yang bersifat Kausal-Distributif, artinya penelitian yang dilakukan untuk menganalisis suatu keadaan yang telah lalu dan menunjukkan arah hubungan antar variabel. Pengumpulan datanya yaitu berupa data sekunder yang diperoleh dari Laporan Statistik Perbankan Indonesia
dan
Lapo ran
P ereko nomian
In don esia di Bank Indonesi a dengan data perbulan selama periode waktu 2007 sampai 2011. Kemudian setelah data tersebut diperoleh tahap selanjutnya
60
adalah melakukan pengujian-pengujian dengan menggunakan ujistatistik dan ekonometrik. C. Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat data time series. Data sekunder merupakan data atau informasi yang diperoleh dari pihak kedua atau data yang dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Kuncoro, 2003:127). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data-data statistik, laporan tahunan Bank Indonesia yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) serta sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan
penelitian ini dari tahun
2007hingga 2011 dengan data bulanan. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan. Berikut penjelasannya: 1. Metode observasi lapangan (libary research) Library reserach yaitu dengan mencari dan mengumpulkan literatur yang terdiri dari buku-buku referensi, artikel, jurnal penelitian dan media masa sebagai bahan pengutipan serta referensi (Imam Akbar, 2009:57) D. Metode Analisis Data Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka dan kerangka pikir. Penelitian ini mencari bagaimana pengaruh antara nilai tukar, dana pihak ketiga (DPK),dan inflasi terhadap total kredit perbankan di indonesia. Dalam
61
penelitian ini alat anilisis yang digunakan adalah model regresi berganda dengan metode OLS (ordinary Least Square), dengan rumusan sebagai berikut : CR = β0 + βıKurs + β2DPK + β3 INF + et..............(3.1) Untuk menstandarkan data, model diatas kemudian ditransformasikan kedalam bentuk logaritma natural, persamaannya adalah LnCR = β0 + βıLnKurs + β2LnDPK + β3INF + et.........(3.2) Dimana : LnCR
: Kredit
LnKurs
: Nilai Tukar
LnDPK
: Dana Pihak Ketiga
INF
:Inflasi
β0
: Konstanta
βı, β2, β3
:Koefesien
regresi
dari
masing-masing
variabel
yang
mempengaruhi total kredit et
: Error term Metode pangkat kuadrat terkecil (OLS) diperkenalkan pertama kali oleh
seorang ahli matematika dari Jerman, yaitu Carl Frederich Gaus. Metode OLS adalah metode untuk mengestimasi suatu garis regresi dengan jalan meminimalkan jumlah kuadrat kesalahan dari setiap observasi terhadap garis tersebut (Kuncoro, 2003:216). Menurut Widarjono (2009:18), metode OLS adalah metode mencari nilai residual sekecil mungkin dengan menjumlahkan kuadrat residual. Metode kuadrat 62
terkecil akan menghasilkan estimator yang mempunyai sifat tidak bias, linear dan mempunyai varian yang minimum. Alasan menggunakan regresi dalam transformasi logaritma natural adalah (Gujarati, 1999) : 1. Parameter (β) dapat langsung menujukkan koefisien elastisitas, yaitu persentase perubahan dalam variabel dependen untuk persentase perubahan tertentu dalam variabel independen. 2. Gejala heteroskesdatisitas dapat dikurangi karena transformasi logaritma akan dapat memperkecil skala variabel-variabel yang diukur. Sebelum melakukan interprestasi terhadap hasil regresi dari model penelitian yang digunakan, maka terlebih dahulu kita melakukan pengujian terhadap data penelitian tersebut.Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah model tersebut dapat dianggap relevan atau tidak.Pengujian yang dilakukan melalui uji asumsi klasik yang meliputi uji linearitas, normalitas, autokorelasi, heterokedastisitas, dan multikolineritas. Dan juga uji statistik yang meliputi uji signifikansi paremeter individu (uji statistik t), uji signifikan simultan (uji statistik F), dan uji koefisien determinasi (Adjusted R Square). 1. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Linearitas Untuk mengetahui suatu model linier atau tidak, dapat dilakukan dengan cara Uji JB Ramsey (RESET), yaitu suatu pengujian yang dikembangkan oleh Ramsey dengan mengembangkan uji secara umum kesalahan spesifikasi 63
ataudikenal dengan sebutan uji kesalahan spesifikasi regresi (Regression Specification Error Test = RESET) (Widarjono, 2009:170). Dalam pengujian Ramsey (RESET) ini, yang perlu diperhatikan adalah nilai F hitung, dengan hipotesis : H0 = Model tidak linier Ha = Model linier Apabila nilai F hitung lebih besar dari nilai F kritisnya pada α tertentu berarti signifikan, maka hipotesis H0 diterima, artinya model kurang tepat atau tidak linier.Sebaliknya, apabila nilai F hitung lebih kecil dari nilai F kritisnya pada α tertentu, berarti tidak signifikan dan menolak hipotesis H0 yang menyatakan bahwa model tidak linier. Selain itu, Pengambilan keputusan juga dapat dilakukan dengan melihat nilai probabilitas Obs* R2, yaitu sebagai berikut : 1.
Bila probabilitas Obs* R2> 0,05 maka signifikan, dan menolak H0 dengan demikian model dikatakan linier.
2.
Bila probabilitas Obs* R2< 0,05 maka tidak signifikan dan menerima H0, maka model tidak linier.
2. Uji Normalitas. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variable pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi
64
normal, jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid (Ghozali, 2001). Uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak.Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal.Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing variabel tetapi pada nilai residualnya.Sering terjadi kesalahan yang jamak yaitu bahwa uji normalitas dilakukan pada masing-masing variabel.Hal ini tidak dilarang tetapi model regresi memerlukan normalitas pada nilai residualnya bukan pada masing-masing variabel penelitian. http://khansamhamnida.wordpress.com.
Langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis H0 : model normal Ha : model tidak normal Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria : - jika probabilitas OBS*R2 >0,05 - jika probabilitas OBS*R2 <0,05
siginifikan tidak signifikan
H0 diterima H0 ditolak
Artinya adalah apabila probabilitas OBS*R2 lebih besar dari 0,05 maka model tersebut dikatakan normal. Apabila OBS*R2 lebih kecil dari 0,05 maka model tersebut dikatakan tidak normal (Winarno, 2009:37).
65
3. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variable bebas.Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variable independen. Jika variable independen saling berkolerasi maka variable-variabel ini tidak orthogonal atau nilai korelasi antar sesama variable independen sama dengan nol (Ghozali, 2001:67). Uji multikolinearitas bermaksud untuk membuktikan atau menguji ada tidaknya hubungan linear antara variabel bebas (independent) satu dengan variabel lainnya (Gujarati, 2006:). Uji miltikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah ada korelasi antara variabel independen pada model regresi.Korelasi antara variabel independen sebaiknya kecil (Nisfiannoor, 2009:91). Deteksi adanyamultikolinearitas: 1. Nilai R2 sangat tinggi, tetapi secara sendiri-sendiri regresi antara variabelvariabel independen tidat signifikan 2. Korelasi antar variabel-variabel independen sangat tinggi. Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan matriks korelasi (correlation matrix).
66
Langkah pengujian sebagai berikut : Hipotesis H0 : model bersifat multikonearitas Ha : model tidak bersifat multikonearitas Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria :
apabila hubungan x1 dan x2 > 0.85
H0 diterima
apabila hubungan x1 dan x2 < 0.85
H0 ditolak
Artinya adalah apabila hubungan antara variabel x1 dan x2 lebih dari 0, 85 maka model yang tersebut memiliki sifat multikolinearitas. Apabila hubungan antara variabel x1 dan x2 kurang dari 0,85 maka model yang tersebut tidak memilki sifat multikolinearitas (Widarjono, 2009:106). 4. Uji Heteroskedastisitas Uji heterokdastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2001). Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam sebuah
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain (Gujarati, 2006:82). Data yang diharapkan adalah memiliki varians yang sama, dan disebut homoskedastisitas. Sedangkan jika data tersebut memiliki varians yang berbeda maka disebut heteroskedastisitas.
67
Pendeteksian heteroskedastisitas dapat dilakukan melalui uji white karena uji tersebut mudah untuk diterapkan (Gujarati, 2006:94). Langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis H0 : model terdapat heterokesdastisitas Ha : model tidak terdapat heterokesdastisitas Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria : - jika probabilitas OBS*R2 >0,05 -jika probabilitas OBS*R2 <0,05
siginifikan tidak signifikan
H0 ditolak H0 diterima
Artinya adalah apabila probabilitas OBS*R2 lebih besar dari 0,05 maka model tersebut tidak terdapat heteroskedastisitas. Apabila OBS*R2 lebih kecil dari 0,05 maka model tersebut terdapat heteroskedastisitas (Winarno, 2009:15). 5. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1(sebelumnya) jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem aotokorelasi (Ghozali, 2001:76). Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalan sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pada priode t –i (sebelumnya). Tentu saja model regresi yang baik adalah regresi bebas dari autokerelasi (Gujarati, 2006:112).
68
Sejalan dengan keterangan lainnya yang mengatakan bahwa uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada priode t dengan kesalahan priode t sebelumnya pada model regresi linear yang dipergunakan.Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.Dalam model regresi yang baik adalah tidak terjadi korelasi (Nisfiannor, 2009:92). Apabila data yang kita analisis mengandung autokorelasi, maka estimator yang kita dapatkan memiliki karakteristik berikut ini: (i) Estimator metode kuadrat terkecil masih linear, (ii) Estimator metode kuadrat terkecil masih tidak bias, (iii) Estimator metode kuadrat terkecil tidak mempunyai varian yang minimum. Dengan demikian autokorelasi akan menyebabkan estimator hanya bersifat LUE, tidak lagi BLUE (Best Linear Unbias Estimate) (Winarno, 2009:27). Dalam mendeteksi permasalahan autokorelasi bisa menggunakan Uji Breusch-Godfrey (BG). Nama lain uji ini adalah Uji lagrange-Multiplier (Pengganda Lagrange). (Winarno, 2007:29) Langkah-langkah pengujian. Hipotesis H0 : model terdapat autokorelasi Ha : model tidak terdapat autokorelasi -Bila prob X2 > 0.05
H0 ditolak
- Bila prob X2 < 0.05
H0 diterima 69
Artinya adalah nilai prob X2 (2) lebih besar dari 0.05 maka model dalam penelitian terbebas masalah autokorelasi.Sebaliknya, jika nilai prob. X2 lebih kecil dari 0.05 maka model dalam penelitian terbebas masalah autokorelasi. (Winarno, 2009:30) 2. Analisis Statistik 1. Uji statistik t (uji parsial) Uji t digunakan untuk menentukan apakah dua sample yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Uji t dilakukan dengan cara membandingkan perbedaan antara dua nilai rata-rata dengan standar error dari perbedaan rata-rata dua sample (Ghozali, 2001). Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat.Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (βi) sama dengan nol atau Ho : βi = 0, artinya apakah suatu variabel independent bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha), parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau: Ha : bi≠ 0, artinya variable tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Uji t digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial.
70
Hipotesis : H0 : β i = 0
Tidak terdapat pengaruh signifikan antara
variabel
independen terhadap variabel dependen secara parsial Ha : βi ≠ 0
Terdapat
pengaruh
signifikan
antara
variabel
independen terhadap variabel dependen secara parsial Bila t
hitung
lebih besar daripada t
tabel
atau signifikannya kurang dari α
= 5% maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara variabel independen
terhadap variabel
dependen (Gujarati, 2006:154). 2. Uji statistik F Uji F dilakukan untuk melihat kemaknaan dari hasil regresi tersebut. Uji F digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama. Hipotesis H0 : βi = 0 Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen secara bersamasama Ha : βi ≠ 0
Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen secara bersamasama
Bila Fhitung lebih besar daripada Ftabel atau signifikannya kurang dari α = 5% maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa terdapat pengaruh 71
signifikan secara bersama-sama antara variabel independen terhadap variabel dependen (Gujarati, 2006:193). 3. Koefisien determinasi ( Adjusted R Square) Digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh vaiabel independen dalam model terhadap variable dependen. Jika nilai adjusted R square adalah satu
berarti kemampuan fluktuasi variabel dependen seluruhnya dapat
dijelaskan oleh variabel independen dan tak ada variabel lain diluar model yang menyebabkan fluktuasi variabel dependen (Singgih Santoso, 2004 dalam Maysari, 2008:). E. Operasional Variabel Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka pemikiran diatas, maka variabel-variabel dalam penelitian ini bisa didefinisikan sebagai berikut: 1. Variabel tidak bebas (dependent) : Variabel tak bebas (dependent) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (independent). Variabel tak bebas berupa: Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kredit (Cr).Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak-pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Berdasarkan undang-undang No 10 tahun 1998 tentang perubahan atas undang-undang No 7 tahun 1992 72
tentang perbangkan memberikan pengertian kredit pasal 1 butir 11 dan 12. Data yang digunakan adalah data tiap bulan periode pengamatan antara Januari 2007 - Desember 2011. 2. Variable Bebas (independent) : Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel tidak bebas (independent). Variabel tidak bebas (independent) berupa: a.) Nilai Tukar Niai tukar adalah perbandingan nilai dua mata uang yang berbeda antara suatu negara dengan negara lainnya.Dalam penelitian yang digunakan dalam nilai tukar adalah mata uang Indonesia (rupiah) terhadap mata uang Amerika Serikat (dolar) di wilayah Indonesia dengan menggunakan kurs tengah atas ketetapan Bank Indonesia.Data yang digunakan tersebut adalah data bulanan dari tahun 2007 hingga 2011.Satuan yang digunakan adalah rupiah (Rp). b.) Dana Pihak Ketiga Dana
Pihak Ketiga (DPK) adalah seluruh dana yang berhasil
dihimpun sebuah bank yang bersumber dari masyarakat luas. Dalam UU Perbankan No.10 tahun 1998, dana yang dihimpun
bank umum dari
masyarakat tersebut biasanya berbentuk simpanan giro (demand deposit), simpanan tabungan (saving deposit), dan simpanan deposito (time deposit). Pertumbuhan DPK diukur dari perbandingan antara selisih total DPK rata73
rata pada satu bulan tertentu dan bulan sebelumnya dengan total DPK ratarata bulan sebelumnya yang dimiliki oleh bank pemerintah selama periode 2007-2011. Satuan yang digunakan adalah rupiah (Rp). c.) Inflasi (INF) Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus selama suatu priode tertentu di negara Indonesia. Dalam penelitian ini, yang digunakan sebagai indikator inflasi adalah total kredit perbankan ditetapkan dalam laporan otoritas moneter Indonesia yaitu Bank Indonesia. Data yang digunakan adalah data bulanan dari tahun 2007 hingga 2011. Satuan yang digunakan adalah persen (%) Table 3.1 Operasional Variabel No
Variable
Simbol
Sumber data
1
Kredit
CR
2
Nilai Tukar
ER
4
Dana Pihak Ketiga (DPK) Inflasi
DPK
Statistik Indonesia,Laporan Tahunan Bank Indonesia berapa edisi Statistik Indonesia, Laporan Tahunan Bank Indonesia berapa edisi Statistik Indonesia, Laporan Tahun Bank Indonesia berapa edisi Statistik Indonesia,laporan Tahunan Bank Indonesia berapa edisi
5.
INF
Data bulanan 2007-2011
Rasio
2007-2011
Rasio
2007-2011
Rasio
2007-2011
Rasio
skala
74
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat Objek Penelitian 1. Sejarah singkat kredit perbankan Kata kredit telah lazim kita gunakan pada praktek perbankan dalam pemberian berbagai fasilitas yang berkaitan dengan pinjaman. Kata “kredit” berasal dari kata romawi “credere” yang berarti percaya atau “credo” atau “ceditum“ yang berarti saya percaya. Maksudnya adalah si pemberi kredit percaya kepada penerima kredit, bahwa kredit yang disalurkan pasti dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan penerima kredit berarti menerima kepercayaan, sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut sesuai dengan jangka waktunya (Kasmir, 2010). Dalam kamus besar bahasa indonesia salah satu pengertian kredit adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur atau pinjaman sampai batas jumlah tertentu yang diizinkan oleh bank atau badan lain (Hermasyah, 2008) Berdasarkan undang-undang No 10 tahun 1998 tentang perubahan atas undang-undang No 7 tahun 1992 tentang perbangkan memberikan pengertian kredit pasal 1 butir 11 dan 12 tentang kredit dan pembiayaan: “Kredit
adalah
penyediaan
uang
atau
tagihan
yang
dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
75
pinjam-meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihakpihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”. “Pembiayaan adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengambilkan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil”. Tabel 4.1 Pergerakan Total Kredit Perbankan Tahun 2007-2011 Tahun Rata-rata kredit (Miliyar) 2007 869.841,3 2008
1.156.830
2009
1.343.194
2010
1.578.363
2011
1.963.339
Sumber data : Bank Indonesia C
R
2 , 0 0 0 , 0 0 0
1 , 8 0 0 , 0 0 0
1 , 6 0 0 , 0 0 0
1 , 4 0 0 , 0 0 0
1 , 2 0 0 , 0 0 0
1 , 0 0 0 , 0 0 0
8 0 0 , 0 0 0 2 0 0 7
2 0 0 8
2 0 0 9
2 0 1 0
2 0 1 1
Gambar 4.1 Pergerakan Total Kredit Perbankan Tahun 2007-2011
76
Berdasarkan tabel dan gambar 4.1 memberikan gambaran bahwa kredit perbankan selalu mengalami peningkatan dari tahun 2007-2011. Pada
tahun
2011
kredit
perbankan
mengalami
peningkatan
pertumbuhan kredit mencapai 1.963.339 meningkat dari tahun sebelumnya 1.578.363 diperkirakan 20%-23%. Kredit modal kerja diperkirakan masih menjadi motor pertumbuhan kredit pada tahun 2011. Kredit konsumsi diperkirakan masih kuatnya konsumsi rumah tangga ke depan. Meningkatnya pertumbuhan kredit tersebut didukung oleh kondisi permodalan bank yang diperkirakan tetap kuat ( laporan tahunan perekonomian indonesia, 2011). 2. Nilai Tukar Kurs valuta asing adalah kurs mata uang asing menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta asing dapat juga didefiniskan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Kurs
merupakan
salah
satu
harga
yang
terpenting
dalam
perekonomian terbuka mengingat pengaruh-pengaruhnya yang demikian besar bagi neraca transaksi berjalan maupun variabel makro ekonomi yang lainnya. Oleh karena itu pada kurs, yakni harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya juga merupakan sebuah harga aktiva atau harga aset (asset price), prinsip-prinsip pengaturan harga-harga aset lainnya juga berlaku.
77
Variabel yang digunakan adalah nilai tukar mata uang amerika serikat (USD) dan Indonesia (Rp) yang bersumber dari Bank Indonesia. Dan satuan yang digunakan adalah Rupiah. Berikut ini data rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar (USD/Rp) dan grafik nilai tukar rupiah terhadap dolar (USD/Rp) dari tahun 2007 sampai 2011 adalah sebagai berikut: Table 4.2 Rata-rata Nilai Tukar Tahun 2007-2011 Tahun Rata-rata Nilai Tukar (Rupiah) 2007 9.419 2008
10.950
2009
9.400
2010
8.991
2011
9.086
Sumber : Bank Indonesia K U R S 1 1 . 2
1 0 . 8
1 0 . 4
1 0 . 0
9 . 6
9 . 2
8 . 8 2 0 0 7
2 0 0 8
2 0 0 9
2 0 1 0
2 0 1 1
Gambar 4.2 Grafik Nilai Tukar (USD/Rp) Tahun 2007-2011
Berdasarkan gambar dan tabel 4.2 memberikan gambaran bahwa nilai tukar (USD/Rp) selalu mengalami perubahan dan pergerakan. Dari tahun 2007 sampai 2008 nilai tukar mengalami fluktuasi dengan trend melemah 78
dan mencapai puncaknya pada tahun 2008 yang merupakan depresiasi nilai tukar terbesar akibat dampak krisis global yang berasal dari Amerika serikat. Dan kemudian kembali membaik pada tahun 2009 sampai 2011 yang mengakibatkan oleh membaiknya perekonomian indonesia secara keseluruhan. 3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Dana pihak ketiga merupakan sumber dana bank yang berasal dari masyarakat sebagai nasabah dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito. Berdasarkan UU No.10 tahun 1998, dapat dikatakan bahwa besarnya penyaluran kredit bergantung kepada besarnya dana pihak ketiga yang dapat dihimpun oleh perbankan. Sedangkan menurut Peraturan Bank Indonesia No. 10/19/PBI/2008 menjelaskan, “ dana pihak ketiga bank, untuk selanjutnya disebut DPK, adalah kewajiban bank kepada penduduk dan bukan penduduk dalam rupiah dan valuta asing”. Umumnya dana yang dihimpun oleh perbankan dari masyarakat akan digunakan untuk pendanaan aktivitas sektor riil melalui penyaluran kredit (Warjiyo dalam Francisca dan Siregar, 2009). Dana pihak ketiga terdiri dari Giro (Demand Deposit), Tabungan (Saving Deposit) dan Deposito (time deposit). Giro menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998 adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat.
79
Tabel 4.3 Rata-rata Dana Pihak Ketiga (DPK) Tahun 2007-2011 Tahun Rata-rata DPK (Miliyar) 2007 1.363.063 2008
1.563.179
2009
1.828.286
2010
2.083.071
2011
2.466.870
Sumber : Bank Indonesia D
P K
2 , 6 0 0 , 0 0 0 2 , 4 0 0 , 0 0 0 2 , 2 0 0 , 0 0 0 2 , 0 0 0 , 0 0 0 1 , 8 0 0 , 0 0 0 1 , 6 0 0 , 0 0 0 1 , 4 0 0 , 0 0 0 1 , 2 0 0 , 0 0 0 2 0 0 7
2 0 0 8
2 0 0 9
2 0 1 0
2 0 1 1
Gambar 4.3 Grafik Dana Pihak Ketiga (DPK) Tahun 2007-2011
Berdasarkan gambar dan tabel 4.2 memberikan gambaran bahwa dpk selalu mengalami peningkatan. Dari tahun 2007 sampai 2011 dpk mengalami peningkatan dengan trend mencapai puncaknya pada tahun 2011 yang merupakan peningkatan terbesar. Yang mengakibatkan oleh membaiknya perekonomian indonesia secara keseluruhan. 4. Inflasi Inflasi dapat diartikan sebagai proses kenaikan harga barang-barang umum secara terus menerus selama suatu priode tertentu. inflasi juga dapat
80
diartikan sebagai kenaikan yang menyeluruh dari jumlah uang yang harus dibayarkan
(nilai
unit
perhitungan
moneter)
terhadap
barang-
barang/komoditas dan jasa. Sebaliknya, jika yang terjadi adalah penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadap barang-barang/komoditas dan jasa didefinisikan sebagai deflasi (deflation) (Karim, 2008). Dan dalam penelitian ini nilai satuan yang digunakan persen (%). Berikut ini data rata-rata inflasi dari tahun 2007-2011 adalah sebagai berikut: Tabel 4.4 Rata-rata Inflasi Tahun 2007-2011 Tahun Inflasi (%) 2007 6.41 2008
11.19
2009
2.75
2010
6.76
2011
3.79
Sumber : Bank Indonesia IN 1
2
1
0
F
8
6
4
2 2 0 0 7
2 0 0 8
2 0 0 9
2 0 1 0
2 0 1 1
Gambar 4.4 Grafik Indeks Harga Konsumen Tahun 2007-2011
81
Berdasarkan tabel dan gambar 4.4 memperlihatkan bahwa tingkat inflasi berfluktuas. Terlihat pada tahun 2007 sampai 2011. Pada tahun 2008 merupakan peningkatan inflasi yang tertinggi selama lima tahun terakhir yaitu sebesar 11.19%. peningkatan tersebut diakibatkan krisis global dan tingginya tekanan inflasi sampai dengan triwulan III-2008 terutama dipicu oleh kenaikan harga komoditas internasional terutama minyak dan pangan. Lonjakan harga tersebut berdampak pada kenaikan harga-harga barang yang ditentukan oleh pemerintah (administered prices) seiring dengan kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi di semester ke dua ditahun 2008 (Laporan Tahunan Bank Indonesia, 2008). Namun pada tahun 2009 inflasi mengalami penurunan pada titik terendah yaitu sebesar 2.78%. Hal ini diakibatkan dari kebijakan Bank Indonesia dengan menetapkan BI rate yang konsisten dan intervensi di pasar valas untuk memperkuat nilai tukar rupiah (Laporan Tahunan Bank Indonesia, 2009). Pada tahun 2011, di tengah potensi tekanan inflasi yang masih tinggi, inflasi dapat diarahkan pada kisaran sebesar 5%±1%. Bank Indonesia dan pemerintah akan mengarahkan inflasi pada kisaran sasaran dengan memperkuat bauran kebijakan serta koordinasi tersebut juga mencakup upaya untuk mengantisipasi gangguan pasokan dan distribusi bahan pokok (Laporan Tahunan Bank Indonesia, 2011).
82
B. Hasil dan Pembahasan Pengolahan data dilakukan secara elektronik yakni menggunakan microsoft excel 2007 dan eviews 6.0 untuk memperoleh hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang diteliti. Variabel bebas (independent) yaitu dpk, nilai tukar, dan inflasi. Variabel terikat (dependent) yaitu kredit perbankan. Data dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder yang di natural logaritmakan (ln) dari variabel-variabel yang diteliti. Dimana ln merupakan log dengan bilangan dasar bilangan alami yang berguna untuk memecahkan persamaan yang tidak diketahui fungsi matematika yang bilangan dasarnya 10 yang berguna untuk menyederhanakan bilangan. 1. Asumsi Klasik a. Hasil Uji Linearitas Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis atau regresi linear. Untuk mengetahui model linear atau tidak membandingankan nilai prob. Chi square(1) dengan derajat kesalahan (α) yaitu 0,05. Berikut uji Ramsey RESET test untuk menguji menunjukkan linear atau titik pada model :
83
Tabel 4.5 Hasil Uji Linearitas Ramsey RESET Test: F-statistic 1.173256 Prob. F(1,54) Log likelihood ratio 1.268164 Prob. Chi-Square(1) Sumber : Data sekunder yang diolah
0.2835 0.2601
Berdasarkan hasil tabel diatas menunjukan bahwa nilai prob. Chi square(1) adalah 0,2601. Karena nilai 0,2601 > dari derajat kesalahan (α) yaitu = 0,05, berarti tidak ada permasalahan linearitas dengan kata lain bentuk fungsi model estimasi dalam penelitian ini adalah linear, (Ho ditolak). b. Hasil Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data yang didapatkan mengikuti atau mendekati hukum normal baku. Variabel dependen dan variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang baik adalah berdistribusi normal atau mendekati normal. Identifikasi ada atau tidaknya permasalahan normalitas dilakukan dengan melihat nilai Jarque-Bera. Untuk melihat data berdistribusi normal atau tidaknya yaitu jika probabilitas OBS*R2 > 0,05, maka data tersebut berdistribusi normal. Begitupun sebaliknya, jika probabilitas OBS*R2 < 0,05, maka data tersebut tidak normal. Setelah data diolah dengan menggunakan aplikasi Eviews 6.0 maka terlihat hasilnya sebagai berikut:
84
Ganbar 4.5 Histogram-Normalitas test 12
Series: Residuals Sample 2007M01 2011M12 Observations 60
10
8
6
4
2
Mean Median Maxim um Minim um Std. D ev. Skew nes s Kurtos is
0.051953 -5.48e+12 8.68e+13 -9.44e+13 3.44e+13 -0.034299 3.448516
Jarque-Bera Probability
0.514682 0.773105
0 -8 .0 e +1 3
-4 .0 e +1 3
0 .0 0 0 0 0
4 .0 e +1 3
8 .0 e +1 3
Sumber : Data sekunder yang diolah
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa nilai probabilitasnya adalah 0,773105. Karena nilai 0,773105 > dari derajat kesalahan (α) 5% yaitu (0.05) maka data tersebut dinyatakan berdistribusi normal sehingga bisa dilanjutkan kepengujian yang lainnya. c. Hasil Uji Multikolinieritas Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen. Maka terdapat multikolinieritas (multikol) dimana model regresi yang baik sebaiknya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Keadaan ini hanya terjadi pada regresi linear berganda karena jumlah variabel independen lebih dari satu sedangkan pada kasus regeri sederhana, tidak mungkin adanya kasus multikolinieritas karena variabel independennya hanya terdiri dari satu variabel.
85
Apabila hubungan diantara variabel bebas yang satu dengan yang lainnya
diatas
0.85
maka
bisa
dipastikan
adannya
gejala
multikolinieritas. Setelah diolah menggunakan aplikasi Eviews 6.0 maka terlihat hasil sebagai berikut: Tabel 4.6 Hasil Korelasi Uji Multikolinieritas LNKURS LNKURS 1.000000 LNDPK -0.218116 INF -0.391404 Sumber : Data sekunder yang diolah
LNDPK -0.218116 1.000000 0.319561
INF -0.391404 0.319561 1.000000
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai korelasi variabel independen antara LNKURS dan LNDPK sebesar -0.218, antara LNKURS dan INF sebesar -0.391, antara LNDPK dan INF sebesar 0.319. Terlihat dari tabel diatas nilai korelasi variabel independen (yaitu DPK, nilai tukar, dan inflasi) tertinggi hanya mencapai 0.319 yaitu nilai korelasi antara dpk dan inflasi. Karena nilai 0.319 < 0.85 maka
diputuskan
tidak
terdapat
multikolinieritas.
Hasil
ini
menginformasikan model regresi yang dilakukan dapat dikatakan terbebas dari gejala multikolinieritas. Sehingga dapat dilanjutkan ke pengujian selanjutnya. d. Hasil Uji Heterokedastisitas Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah varian dari dua observasi atau lebih dalam penelitian sama (homogen)
86
untuk semua variabel terikat dengan variabel independen lainnya sehingga hasil estimasi tidak bias. Identifikasi ada atau tidaknya permasalan
heteroskedastisitas
yaitu
melalui
uji
white
heterokedasticity test. Untuk melihat data memiliki masalah heteroskedastisitas atau tidaknya yaitu jika probabilitas OBS*R2 > 0,05, maka data tidak terdapat heteroskedastisitas. Begitupun sebaliknya, jika probabilitas OBS*R2 < 0,05, maka terdapat heteroskedastisitas. Setelah diolah menggunakan aplikasi Eviews 6.0 maka terlihat hasil sebagai berikut: Tabel 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas Test: White
F-statistic 0.612875 Prob. F(9,49) Obs*R-squared 1.908542 Prob. Chi-Square(9) Scaled explained SS 2.463501 Prob. Chi-Square(9) Sumber : Data sekunder yang diolah
0.6095 0.5916 0.4819
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukan bahwa Obs*R-square sebesar 1.908542. Dengan nilai Prob. Chi-Square adalah 0.5916. Karena nilai 0.5916 > dari derajat kesalahan (α) 5% (0.05). Maka tidak terdapat heteroskedastitas. Hal ini menginformasikan model OLS yang digunakan dapat dikatakan terbebas dari heteroskedastisitas sehingga bisa dilanjutkan kepengujian selanjutnya. e. Hasil Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah terdapat hubungan residual antar waktu pada model penelitian yang digunakan. Sehingga estimasi menjadi bias. 87
Untuk mengidentifikasi terjadi permasalahan autokorelasi atau tidak dengan menggunakan Uji Breusch-Godfrey. Jika nilai Probability (X2) lebih besar dari nilai signfikan α=5% (0,05) maka model penelitian terbebas dari permasahan autokorelasi. sebaliknya, jika nilai probability (X2) lebih kecil dari nilai signfikan α=5% (0,05) maka model penelitian terdapat permasalahan autokorelasi. Setelah diolah menggunakan aplikasi Eviews 6.0 maka terlihat hasil sebagai berikut: Tabel 4.8 Menentukan ada tidaknya Autokorelasi dengan Uji BreuschGodfrey Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 1.882321 Prob. F(2,53) Obs*R-squared 3.912891 Prob. Chi-Square(1) Sumber : Data sekunder yang diolah
0.1623 0.1414
Berdasarkan table 4.8 menunjukkan bahwa nilai prob. Chi Square sebesar 0.1414. Karena nilai Prob. Chi-Square lebih besar alpha (α) = 0.05 maka dapat diberikan penjelasan bahwa model penelitian ini terbebas dari permasalah autokorelasi 2. Hasil Olah Data Dengan Ordinary Least Square (OLS) Estimasi hubungan antara variabel-variabel yang mempengaruhi kredit perbankan di indonesia dilakukan pendekatan OLS yang ditampilkan pada tabel berikut:
88
Tabel 4.9 Hasil Olah Data dengan Metode OLS Dependent Variable: D(LNCR) Method: Least Squares Date: 12/19/12 Time: 14:17 Sample (adjusted): 2007M02 2011M12 Included observations: 59 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(LNDPK)
0.440127
0.084458
5.211201
0.0000
D(LNKURS)
0.091737
0.042594
2.153738
0.0357
D(INF)
0.005473
0.002189
2.500504
0.0154
C
0.012120
0.001823
6.647869
0.0000
Adjusted R-squared
0.436268
Prob(F-statistic) 0.000000 Sumber : Data sekunder yang diolah Dari tabel diatas maka dapat disusun persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: D(LNCR) = 0.012 + 0.440 D(LNDPK) + 0.092 D(LNKURS) + 0.005 D(INF) + et Dengan nilai konstanta sebesar 0.012. Hal ini diartikan bahwa apabila semua variabel bebas dianggap konstan atau tidak mengalami perubahan maka akan meningkatkan total kredit sebesar 0.12%. Berdasarkan tabel 4.9 bisa memberikan gambaran bahwa melalui hasil regresi berganda dengan menggunakan OLS (Ordinary Least Square) menunjukkan hasil sebagai berikut:
89
a. Uji t-statistik (uji parsial) Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu
variabel independen secara individual dalam menjelaskan variabel dependen. Untuk melakukan uji t dengan cara Quick lock, yaitu melihat nilai probabilitas dan derajat kepercayaan yang ditentukan dalam penelitian. Dengan kriteria pengujian tingkat signifikan (α)=0.05. Hipotesis H0 : βi = 0
Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel independen
terhadap variabel dependen secara
parsial Ha : βi ≠ 0
Terdapat
pengaruh
signifikan
antara
variabel
independen terhadap variabel dependen secara parsial Dari hasil regresi linear berganda diatas memperlihatkan hasil uji t-statistik sebagai berikut: 1. Pengaruh t-statistik untuk variabel nilai tukar (KURS) Variabel nilai tukar mempunyai nilai signifikan 0.0357 dan koefisiennya 0.0917. Pada penelitian ini, alpha yang digunakan adalah 5% (0.05). Variabel nilai tukar mempunyai nilai signifikan lebih kecil dibandingkan alpha (α) (0.0357 < 0.05). Karena nilai signifikan lebih kecil dibandingkan alpha, maka memberikan penjelasan bahwa variabel nilai tukar mempunyai pengaruh
90
signifikan terhadap variabel total kredit perbankan. Koefisien yang bertanda positif tersebut diartikan bahwa variabel nilai tukar mempunyai hubungan yang searah terhadap total kredit perbankan. Dengan demikian menolak H0 dan menerima Ha. 2. Pengaruh t-statistik untuk variabel dana pihak ketiga (DPK) Variabel DPK mempunyai nilai signifikan 0.0000 dan koefisiennya 0.4401. Pada penelitian ini, alpha yang digunakan adalah 5% (0.05). Variabel dpk mempunyai nilai signifikan lebih kecil dibandingkan alpha (α) (0.0000 < 0.05). Karena nilai signifikan lebih kecil dibandingkan alpha, maka memberikan penjelasan bahwa variabel dpk mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel total kredit perbankan. Sedangkan koefisien yang bertanda positif tersebut diartikan bahwa variabel dpk mempunyai hubungan yang searah terhadap total kredit perbankan. Dengan demikian menolak H0 dan menerima Ha. 3. Pengaruh t-statistik untuk variabel inflasi (INF) Variabel inflasi mempunyai nilai signifikan 0.0154 dan nilai koefisiennya 0.005. Pada penelitian ini, alpha yang digunakan adalah 5%
(0.05).
Variabel
inflasi
mempunyai
nilai
lebih
besar
dibandingkan alpha (α) (0.0154 < 0.05). Karena nilai signifikan lebih kecil dibandingkan alpha, maka memberikan penjelasan bahwa variabel inflasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel total kredit perbankan. Koefisien yang bertanda positif tersebut
91
diartikan bahwa variabel inflasi mempunyai hubungan yang searah terhadap total kredit perbankan. Dengan demikian menolak H0 dan menerima Ha. b. Uji F-statistik (Uji bersama-sama) Pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) secara serentak. Dengan kriteria pengujian tingkat signifikan (α)=0.05. Hipotesis H0 : β i = 0
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan
Ha : βi ≠ 0
Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan
Berdasarkan tabel 4.9 diatas, dengan menggunakan Eviews 6.0 maka terlihat hasil signifikansi adalah 0.00000. Karena nilai sig 0.00000 < alpha, yaitu: 0.00000 < 0.05 yang berarti menolak H0 dan menerima Ha. Berarti dapat disimpulkan bahwa variabel D(LNDPK), D(LNKURS), dan D(INF) secara nyata signifikan mempunyai pengaruh terhadap variabel D(LNCR).
92
c. Koefisien determinasi (adjusted R square) Koefesien determinasi ini menunjukkan seberapa besar variabel independen mempengaruhi variabel dependen dalam sebuah medel dalam penelitian. Hasil hasil data menunjukkan bahwa adjusted R square yang diperoleh dari hasil estmasi adalah sebesar 0.43. Hal ini berarti bahwa 43 % dari variasi total kredit mampu dijelaskan oleh variabel dpk, nilai tukar, dan inflasi. Sedangkan 0.57 atau 57% dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Hal ini menunjukan bahwa ada faktor lain yang memberikan kontribusi terhadap perubahan total kredit perbankan. C. Interpretasi Ekonomi 1. Nilai Tukar Berdasarkan hasil olah data yang menggunakan regresi tersebut menunjukan bahwa pertumbuhan nilai tukar berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan total kredit perbankan. Dimana nilai koefisiennya adalah 0.0917. Jika nilai tukar naik 1 % maka akan meningkatkan pertumbuhan total kredit perbankan sebesar 9.17%. Dalam perkembangannya nilai tukar selalu fluktuatif. Pada tahun 2008 nilai tukar rupiah terhadap dolar naik 8.6% dari 9.419 per dolar menjadi
10.950
perdolar.
Tetapi
pada
tahun
sebelumnya
perkembangan total kredit perbankan mengalami peningkatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai tukar memiliki pengaruh positif dan signifikan pada total kredit perbankan.
93
Peningkatan nilai tukar secara umum mengalami penguatan terhadap dolar disertai pergerakan yang lebih stabil dibandingkan tahun sebelumnya, perkembangan tersebut dipengaruhi oleh kondisi fundamental makro ekonomi yang membaik, daya tarik investasi keuangan di dalam negeri yang terjaga, serta perkembangan ekonomi global yang relatif lebih kondusif. Dengan kebijakan moneter dan fiskal yang dijalankan secara konsisten dan berhati-hati (Laporan Tahunan Perekonomian Indonesia, 2007). Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Haryati (2009). Nilai tukar mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kredit yang diberikan, hal ini terjadi karena struktur ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan kredit pada kelompok bank tersebut berbeda. Dengan demikian meskipun di indonesia mengalami dampak krisis keuangan global, variabel makro ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap kredit perbankan 2. Dana Pihak Ketiga (DPK) Berdasarkan hasil olah data yang menggunakan regresi tersebut menunjukan bahwa nilai tukar berpengaruh positif dan signifikan terhadap total kredit perbankan. Dimana nilai koefisiennya adalah 0.440127. jika Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat 1% maka akan meningkatkan total kredit perbankan sebesar 44.01%.
94
Dalam perkembangannya Dana Pihak Ketiga (DPK) selalu mengalami peningakatan. Peningkatan yang terendah dari tahun 2007 hingga 2011 adalah terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 1.363.063 (Milyar). Karena pada tahun tersebut pelayanan perbankan kepada masyarakat sedang mengalami penambahan jumlah kantor bank. Semakin berkembangnya perekonomian di berbagai daerah dan tingginya persaingan untuk menarik nasabah mendorong bank untuk lebih
meningkatkan
dan
melengkapi
pelayanannya
kepada
masyarakat. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan meningkatkan jumlah jaringan kantor pelayanan sehingga dapat menjangkau
seluruh
lapisan
masyarakat
(Laporan
Tahunan
Perekonomian Indonesia, 2007). Hasil regresi tersebut sesuai dengan teori bahwa kredit memiliki pengaruh yang positif. Hal dijelaskan bahwa semakin tinggi Dana Pihak Ketiga (DPK) yang diberikan kepada masyarakat akan menambah jumlah total kredit perbankan. Sebaliknya, jika Dana Pihak Ketiga yang diberikan kepada masyarakat berkurang maka akan mengurangi total kredit perbankan. Semenjak pasca krisis yang menimpa Indonesia tahun 1997/1998 sampai 2010, industri perbankan berperan positif dalam mendorong perekonomian. Fungsi intermediasi perbankan dapat berjalan dengan baik terlihat dengan peningkatan total kredit tiap tahunnya. Peningkatan kredit yang disalurkan kepada masyarakat tersebut
membuat jumlah uang yang dipegang oleh
95
masyarakat akan bertambah. Dan artinya bahwa dengan meningkatnya kredit akan membuat jumlah uang yang beredar dalam suatu negara pun bertambah. Hubungan yang positif tersebut mengindikasikan bahwa DPK berupa deposito dan tabungan yang berhasil dihimpun oleh perbankan, akan mendorong peningkatan jumlah kredit yang disalurkan, demikian sebaliknya. Pengaruh kredit menjadi prioritas utama bank dalam pengalokasian dananya. Hal ini dikarena kan sumber dan bank berasal dari masyarakat sehingga bank harus menyalurkan kembali DPK yang berhasil dihimpun kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Hal ini sejalan dengan fungsi bank sebagai perantara keuangan (financial intermediary) (Billy Arya Pratama, 2010) Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Billy Arya Pratama (2010), Sri Haryati (2009) yang mengemukakan bahwa DPK mempunyai yang pengaruh positif dan signifikan terhadap total kredit perbankan. Billy Arya Pratama melakukan penelitian
dengan
periode
waktu
tahun
2005-2009
dengan
menggunakan metode sensus dimana keseluruhan bank umum yang terdapat dalam periode penelitian dijadikan sebagai objek penelitian, yaitu metode populasi dan sampel. Sedangkan Sri Haryati melakukan penelitian dengan periode desember 2005 sampai desember 2008, dan data di analisis menggunakan populasi perbankan di indonesia sampai
96
2009. Hasil ini mengungkapkan bahwa variabel DPK berpengaruh positif terhadap total kredit perbankan. 3. Inflasi Berdasarkan olah data yang menggunakan regresi tersebut menunjukan bahwa inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan total kredit perbankan. Dimana nilai koefisiennya adalah 0.005 jika inflasi meningkat 1% maka akan meningkatkan total kredit perbankan sebesar 0.5%. Inflasi miliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan Inflasi, maka jumlah Kredit yang disalurkan akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Haryati (2009) bahwa, inflasi mempunyai pengaruh terhadap posisi kredit. Pada
perkembangannya
inflasi
mengindikasikan
adanya
permasalahan yang lebih mendasar dalam fenomena inflasi di indonesia, terutama hal-hal yang terkait dengan produktivitas, efisiensi, dan struktur perekonomian. Berdasarkan perkiraan IMF (WEO-Januari 2011), tekanan inflasi di negara-negara maju dan berkembang pada tahun 2011 masing-masing sebesar 1.6%(yoy) dan 6.0%(yoy), ke depan. Pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi di negara-negara maju diperkirakan meningkat, walaupun masih lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara emerging market. Dengan kondisi tersebut kebijakan moneter di negara-negara maju secara
97
umum diperkirakan masih akan tetap longgar dengan beberapa negara maju mulai melakukan pengetatan. Di sisi lain, negara-negara emerging markets diperkirakan masih akan melakukan kebijakan yang lebih ketat (Laporan Tahunan Perekonomian Indonesia, 2011). Menurut Bank Indonesia (2007) kenaikan inflasi akan direspon oleh Bank Indonesia dengan menaikkan suku bunga SBI, hal ini juga menyebabkan kenaikan suku bunga perbankan baik suku bunga DPK maupun kredit. Kenaikan suku bunga DPK mengakibatkan naiknya DPK
sehingga
menyebabkan
likuiditas
perbankan
meningkat.
Peningkatan likuiditas ini berarti inflasi miliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Kredit. Artinya, apabila terjadi kenaikan Inflasi, maka jumlah Kredit yang disalurkan oleh Bank Umum juga akan mengalami kenaikan, begitu juga sebaliknya. Peningkatan likuiditas ini berarti meningkatkan kemampuan perbankan untuk menyalurkan kredit dengan kata lain meningkatkan kapasitas kredit atau penawaran kredit kepada masyarakat. Dalam prakteknya, setiap bank mempunyai target kredit yang harus disalurkan untuk suatu periode tertentu, maka bank akan melakukan strategi penawaran kredit sampai mencapai target yang diinginkannya. Hal inilah yang menyebabkan inflasi berpengaruh positif terhadap kredit.
98
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti pada bab sebelumnya, maka peneliti mengambil kesimpulan dari penelitian yang dilakukannya tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Berdasarkan pengujian secara simultan dengan menggunakan uji F menunjukkan bahwa variabel independen nilai tukar, DPK, dan inflasi secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen total kredit perbankan. Dimana nilai adjusted R Square sebesar 0.43, berarti variabel nilai tukar, DPK, dan inflasi secara simultan mempengaruhi total kredit perbankan sebesar 43%. 2. Berdasarkan pengujian secara parsial dengan menggunakan uji t terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi total kredit perbankan di indonesia dapat disimpulkan bahwa variabel nilai tukar berpengaruh signifikan dan positif terhadap total kredit perbankan di Indonesia. Dimana nilai koefisiennya adalah 0.091737. Jika penguatan nilai tukar 1 maka akan menambah total kredit perbankan sebesar 9.17%. 3. Berdasarkan pengujian secara parsial dengan menggunakan uji t terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi total kredit perbankan di indonesia dapat disimpulkan bahwa variabel DPK berpengaruh signifikan dan positif
99
terhadap total kredit perbankan di Indonesia. Dimana nilai koefisiennya adalah 0.440127. Jika peningkatan dpk 1% maka akan menambah total kredit perbankan sebesar 44.01%. 4. Berdasarkan pengujian secara parsial dengan menggunakan uji t terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi total kredit perbankan di indonesia dapat disimpulkan bahwa variabel inflasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap total kredit perbankan di Indonesia. Dimana nilai koefisiennya adalah 0.005473. jika peningkatan inflasi 1% maka akan menambah total kredit perbankan sebesar 0.5%. B. Implikasi 1. Untuk menjaga total kredit di Indonesia agar tetap stabil pemerintah harus mengupayakan kebijakan-kebijakan moneter yang ketat untuk menjaga stabilitas ekonomi makro yang sering kali terjadi gejolak krisis internasional. Dengan demikian perkembangan kredit perbankan akan diimbangi dengan kebijakan-kebijakan moneter yang stabil, sehingga mengurangi tekanan dari gejolak ekonomi internasional. 2. Untuk menjaga besarnya tekanan meningkatnya depresiasi nilai tukar rupiah yang dapat menggangu kestabilan makro ekonomi. Bank indonesia diharapkan mengambil kebijakan terkait dengan stabilitas nilai tukar. Hal ini memberikan implikasi teoritis bahwa secara empiris temuan ini semakin memperkuat teori menguatnya kurs mata uang suatu negara memberikan sinyal
positif
bagi
perekonomian
negara
tersebut.
Dan
hasil
ini
100
mengimplikasikan bahwa pemerintah harus selalu mengambil langkah strategis untuk memperkuat tingkat kurs mata uang di negara Indonesia ini. Apabila menurunnya rupiah akan menurunkan volume kredit di indonesia. kredit perbankan di indonesia, pihak perbankan harus memperhatikan tingkat suku bunga kredit yang akan diberikan, meningkatkan pelayanan dan mampu bersaing secara kompetitif sesuai dengan ketetapan yang telah dibuat oleh Bank Indonesia. Apabila pihak perbankan mampu memberikan suku bunga kredit yang lebih rendah tanpa merugikan pihak bank itu sendiri, maka kredit yang disalurkan tiap
tahunnya akan terus meningkat sehingga dapat
membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat dan memacu pertumbuhan perekonomian di Indonesia yang positif. 3. Untuk DPK perbankan dituntut agar mampu memiliki inovasi-inovasi dan kreatif
dalam menciptakan produk-produk
masarakat, agar
baru yang akan dijual ke
masyarakat tertarik untuk meyimpan dananya di bank.
Produk tersebut berupa tabungan, giro dan deposito yang di keluarkan oleh masing-masing bank yang bersaing secara kompetitif. Hal ini harus dilakukan agar tidak kalah bersaing dengan lembaga keuangan lain seperti Koperasi, LPD, dan BPR yang memiliki prosedur kredit yang lebih mudah. Agar dapat menjaga kecercayaan dari masyarakat akan berdampak meningkatnya Dana Pihak Ketiga (DPK) yang akan berpengaruh positif dan signifikan terhadap total kredit pada bank-bank umum.
101
4. Melihat pentingnya inflasi yang dapat menentukan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan membuat perekonomian semakin menurun. Oleh karena itu, pemerintah harus dapat mengatur tingkat inflasi melalui kebijakan Inflation targeting Framework (ITF), menstabilkan tingkat suku bunga agar inflasi tidak melonjak tinggi. 5. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain adanya krisis global pada waktu periode pengamatan yang mengkhawatirkan akan mempengaruhi hasil penelitian, dan hasil penelitian membuktikan bahwa dari ketiga variabel moneter yang di uji, hanya variabel nilai tukar dan dpk yang berpengaruh terhadap total kredit perbankan di Indonesia. Untuk meningkatkan volume kredit perbankan Bank Indonesia harus meningkatkan kualitas dan kuantitas perbankan agar semakin membaik.
102
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Imam.2009. Analisis Anamoli Pasar Efisien pada Bursa Efek Indonesia. Skripsi FEIS UIN Amidu Mohammed, Simon K. Harvey. 2006. The Impact of Monetary Policy on Banks Credit in Ghana. Journal Banking of Ghana Apostolou, Nicholas dan grumbley. 2003. Seri Bisnis Barron : Memahami Laporan dan Berita Keuangan. Jakarta : PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia) Arma Billy, Pratama . 2010. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Penyaluran Kredit Perbankan (Studi pada Bank Umum di Indonesia Periode Tahun 2005 - 2009). Arifiany, Rahmawati. 2005. Analisa Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Kredit Perbankan (Studi Kasus Pada Bank Umum Di DATI II Malang). Universitas Diponogoro Semarang. Arthesa, Adhe dan Hendiman, Edia. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan bukan Bank. Jakarta : PT Indeks Kelompok Gramedia Bank Indonesia, 2007-2011. Laporan Bank Indonesia 2007-2011 Bank Indonesia, 2007-2011. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia 20072011 Case dan Fair. 2004. Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro, ed-5. Jakarta: PT Indeks Darmawi, Herman. 2006. Pasar Finasial dan Lembaga-Lemabaga Finasial. Jakarta : PT Bumi Aksara Ditria Yoda, Jenni Vivian, dan Indra Widjaja. Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Nilai Tukar Rupiah dan Jumlah Ekspor Terhadap Tingkat Kredit Perbankan. Journal of Applied Finance and Accounting Vol. 1 No.1 November 2008:166-192. Dominic, Salvator. 1997. Ekonomi Internasional. Jakarta : Erlangga
103
Gujarati, Damodar. 1999. Ekonometrika Dasar,. Jakarta : Erlangga ,. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika, ed-3, jilid 1. Jakarta : Erlangga ,2006. Dasar-Dasar Ekonometrika, ed-3, jilid 2. Jakarta : Erlangga Gulo, W. 2002. Metodelogi Penelian. Jakarta: PT Grasindo Haryati, Sri. Pertumbuhan Kredit Perbankan di Indonesia : Intermediasi dan pengaruh Variabel Moneter Makro Ekonomi. Jurnal Keuangan dan Perbankan Vol.13,No. 2, Mei 2009, Hal 299-310. Judisseno, Rimsky. 2002. Sistem Moneter dan Perbangkan di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Karim, Adiwarman. 2002. Ekonomi Islam: Suatu Kajian Ekonomi Makro:III Indonesia Kasmir. 2008. Pemasaran Bank. Jakarta : Kencana . 2010. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta : Rajawali Pers Kuncoro, mudrajat, 2003. metode riset untuk bisnis dan ekonomi, Jakarta: Erlangga Kurnaliyah, Nur. “Pemodelan Pembiayaan Mudharabah Perbankan Syariah Dengan Metode System Dynamics”, UIN Jakarta, 2011. Krugmen, Paul dan obstfeld, dan maurice . 2005. Ekonomi Internasional: teori dan kebijakan, ed-5, jilid 2. Jakarta. PT Indeks Kelompok Gramedia Luh Gede Meydianawathi. 2007. Analisis Perilaku Penawaran Kredit Perbankan Kepada Sektor UMKM Di Indonesia (2002-2006). Buletin Studi Ekonomi Volume 12 Nomor 2 Tahun 2007. Mankiw, N Gregori. 2000. Pengantar Ekonomi, jilid 2. Jakarta : Erlangga Maysari, Siti. 2008. Analisis faktor-faktor Ekonomi yang mempengaruhi Nilau Tukar Rupiah terhadap Mata Uang-Uang Negara-Negara Asean. Skripsi FEIS UIN Mishkin. 2008. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan. Jakarta : Salemba Empat 104
Nisfiannor, Muhammad. 2009. Pendekatan Statistik Modern untuk Ilmu Sosial. Jakarta : Salemba Humanika Nopirin. 1990. Ekonomi Moneter, ed-1. Yogyakarta : BPEF Nyoman Ni, Aryaningsih. Pengaruh Suku Bunga, Inflasi dan Jumlah Penghasilan Terhadap Permintaan Kredit di PT BPD Cabang Pembantu Kediri. Jurnal Lembaga Penelitian Undiksa, April 2008 O. Emmanuel Eyo. Macroeconomic Environment and Agricultural Sector Growth in Nigeria. Journal of Agricultural Sciences 4 (6): 781-786, 2008 Sukirno, Sadono 2000. Pengantar Teori Makro Ekonomi.-ed.2. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Widarjono, agus.2009.” Ekonometrika: teori dan aplikasi untuk ekonomi dan bisnis. yogyakarta: ekonosia FE UII Winarno, W wahyu. 2009, Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Managemen YKPN
105
Lampiran 1 : Data Penelitian (Data Mentah) OBS 2007.1 2007.2 2007.3 2007.4 2007.5 2007.6 2007.7 2007.8 2007.9 2007.10 2007.11 2007.12 2008.1 2008.2 2008.3 2008.4 2008.5 2008.6 2008.7 2008.8 2008.9 2008.10 2008.11 2008.12 2009.1 2009.2 2009.3 2009.4 2009.5 2009.6 2009.7 2009.8 2009.9 2009.10 2009.11 2009.12
CR 774.834.000.000.000,00 783.542.000.000.000,00 800.373.000.000.000,00 812.860.000.000.000,00 823.976.000.000.000,00 861.498.000.000.000,00 871.987.000.000.000,00 893.497.000.000.000,00 913.950.000.000.000,00 937.177.000.000.000,00 962.389.000.000.000,00 1.002.012.000.000.000,00 987.404.000.000.000,00 1.002.724.000.000.000,00 1.036.065.000.000.000,00 1.061.770.000.000.000,00 1.096.214.000.000.000,00 1.148.356.000.000.000,00 1.166.558.000.000.000,00 1.205.846.000.000.000,00 1.246.146.000.000.000,00 1.297.860.000.000.000,00 1.325.323.000.000.000,00 1.307.688.000.000.000,00 1.289.839.000.000.000,00 1.301.844.000.000.000,00 1.305.389.000.000.000,00 1.297.635.000.000.000,00 1.305.377.000.000.000,00 1.335.041.000.000.000,00 1.338.116.000.000.000,00 1.365.942.000.000.000,00 1.366.076.000.000.000,00 1.377.561.000.000.000,00 1.397.578.000.000.000,00 1.437.930.000.000.000,00
DPK 1.279.566.000.000.000,00 1.284.055.000.000.000,00 1.291.379.000.000.000,00 1.299.772.000.000.000,00 1.305.936.000.000.000,00 1.355.185.000.000.000,00 1.379.211.000.000.000,00 1.392.668.000.000.000,00 1.400.800.000.000.000,00 1.419.748.000.000.000,00 1.437.600.000.000.000,00 1.510.834.000.000.000,00 1.472.485.000.000.000,00 1.476.990.000.000.000,00 1.466.224.000.000.000,00 1.481.971.000.000.000,00 1.505.725.000.000.000,00 1.554.162.000.000.000,00 1.534.981.000.000.000,00 1.526.025.000.000.000,00 1.603.425.000.000.000,00 1.674.994.000.000.000,00 1.707.876.000.000.000,00 1.753.292.000.000.000,00 1.748.814.000.000.000,00 1.771.098.000.000.000,00 1.786.157.000.000.000,00 1.780.918.000.000.000,00 1.783.644.000.000.000,00 1.823.811.000.000.000,00 1.806.621.000.000.000,00 1.847.038.000.000.000,00 1.857.251.000.000.000,00 1.864.084.000.000.000,00 1.896.952.000.000.000,00 1.973.042.000.000.000,00
KURS 9.090,00 9.160,00 9.118,00 9.083,00 8.828,00 9.054,00 9.186,00 9.410,00 9.137,00 9.103,00 9.376,00 9.419,00 9.291,00 9.051,00 9.217,00 9.234,00 9.318,00 9.225,00 9.118,00 9.153,00 9.378,00 10.995,00 12.151,00 10.950,00 11.355,00 11.980,00 11.575,00 10.713,00 10.340,00 10.225,00 9.920,00 10.060,00 9.681,00 9.545,00 9.480,00 9.400,00
INF 6.26 6.30 6.52 6.29 6.01 5.77 6.06 6.51 6.95 6.88 6.71 6.59 7.36 7.40 8.17 8.96 10.38 11.03 11.90 11.85 12.14 11.77 11.68 11.06 9.17 8.60 7.92 7.31 6.04 3.65 2.71 2.75 2.83 2.57 2.41 2.78
106
2010.1 2010.2 2010.3 2010.4 2010.5 2010.6 2010.7 2010.8 2010.9 2010.10 2010.11 2010.12 2011.1 2011.2 2011.3 2011.4 2011.5 2011.6 2011.7 2011.8 2011.9 2011.10 2011.11 2011.12
1.405.640.000.000.000,00 1.428.788.000.000.000,00 1.456.114.000.000.000,00 1.486.329.000.000.000,00 1.531.556.000.000.000,00 1.586.492.000.000.000,00 1.597.981.000.000.000,00 1.640.429.000.000.000,00 1.659.145.000.000.000,00 1.675.633.000.000.000,00 1.706.403.000.000.000,00 1.765.845.000.000.000,00 1.746.005.000.000.000,00 1.773.889.000.000.000,00 1.814.846.000.000.000,00 1.843.539.000.000.000,00 1.889.465.000.000.000,00 1.950.727.000.000.000,00 1.973.599.000.000.000,00 2.031.614.000.000.000,00 2.079.261.000.000.000,00 2.106.157.000.000.000,00 2.150.873.000.000.000,00 2.200.091.000.000.000,00
1.948.890.000.000.000,00 1.931.638.000.000.000,00 1.982.262.000.000.000,00 1.980.450.000.000.000,00 2.013.216.000.000.000,00 2.096.036.000.000.000,00 2.082.595.000.000.000,00 2.092.779.000.000.000,00 2.144.064.000.000.000,00 2.173.884.000.000.000,00 2.212.215.000.000.000,00 2.338.824.000.000.000,00 2.302.056.000.000.000,00 2.287.844.000.000.000,00 2.351.357.000.000.000,00 2.340.213.000.000.000,00 2.397.179.000.000.000,00 2.438.011.000.000.000,00 2.464.083.000.000.000,00 2.459.898.000.000.000,00 2.544.862.000.000.000,00 2.587.282.000.000.000,00 2.644.742.000.000.000,00 2.784.912.000.000.000,00
9.502,00 9.382,00 9.318,00 9.127,00 9.021,00 9.330,00 9.033,00 9.052,00 8.982,00 8.964,00 8.925,00 8.960,00 9.057,00 8.823,00 8.709,00 8.574,00 8.537,00 8.597,00 8.508,00 8.578,00 8.823,00 8.835,00 9.170,00 9.068,00
3.72 3.81 3.43 3.91 4.16 5.05 6.22 6.44 5.80 5.67 6.33 6.96 7.02 6.84 6.65 6.16 5.98 5.54 4.61 4.79 4.61 4.42 4.15 3.79
107
Lampiran 2 : Hasil data setelah ditransformasikan ke logaritma natural obs 2007M01 2007M02 2007M03 2007M04 2007M05 2007M06 2007M07 2007M08 2007M09 2007M10 2007M11 2007M12 2008M01 2008M02 2008M03 2008M04 2008M05 2008M06 2008M07 2008M08 2008M09 2008M10 2008M11 2008M12 2009M01 2009M02 2009M03 2009M04 2009M05 2009M06 2009M07 2009M08 2009M09 2009M10 2009M11 2009M12 2010M01 2010M02 2010M03 2010M04 2010M05 2010M06
LNCR 34.28367 34.29485 34.31610 34.33158 34.34516 34.38969 34.40180 34.42616 34.44880 34.47389 34.50044 34.54079 34.52610 34.54150 34.57421 34.59871 34.63064 34.67711 34.69283 34.72596 34.75883 34.79949 34.82043 34.80704 34.79329 34.80256 34.80528 34.79932 34.80527 34.82774 34.83004 34.85062 34.85072 34.85909 34.87352 34.90198 34.87927 34.89560 34.91455 34.93509 34.96506 35.00030
LNKURS 9.114930 9.122601 9.118006 9.114160 9.085684 9.110962 9.125436 9.149528 9.120087 9.116359 9.145909 9.150484 9.136801 9.110631 9.128805 9.130648 9.139703 9.129672 9.118006 9.121837 9.146122 9.305196 9.405167 9.301095 9.337413 9.390994 9.356603 9.279213 9.243775 9.232591 9.202308 9.216322 9.177920 9.163773 9.156940 9.148465 9.159258 9.146548 9.139703 9.118992 9.107310 9.140990
LNDPK 34.78530 34.78880 34.79449 34.80097 34.80570 34.84271 34.86029 34.87000 34.87582 34.88926 34.90175 34.95144 34.92573 34.92878 34.92147 34.93215 34.94805 34.97971 34.96729 34.96144 35.01092 35.05459 35.07403 35.10027 35.09771 35.11038 35.11884 35.11591 35.11743 35.13970 35.13023 35.15236 35.15787 35.16155 35.17902 35.21835 35.20604 35.19714 35.22302 35.22210 35.23851 35.27882
INF 6.260000 6.300000 6.520000 6.290000 6.010000 5.770000 6.060000 6.510000 6.950000 6.880000 6.710000 6.590000 7.360000 7.400000 8.170000 8.960000 10.38000 11.03000 11.90000 11.85000 12.14000 11.77000 11.68000 11.06000 9.170000 8.600000 7.920000 7.310000 6.040000 3.650000 2.710000 2.750000 2.830000 2.570000 2.410000 2.780000 3.720000 3.810000 3.430000 3.910000 4.160000 5.050000 108
2010M07 35.00752 2010M08 35.03373 2010M09 35.04508 2010M10 35.05497 2010M11 35.07316 2010M12 35.10741 2011M01 35.09611 2011M02 35.11195 2011M03 35.13478 2011M04 35.15046 2011M05 35.17507 2011M06 35.20698 2011M07 35.21864 2011M08 35.24761 2011M09 35.27079 2011M10 35.28364 2011M11 35.30465 2011M12 35.32728 Sumber : Data yang diolah
9.108640 9.110741 9.102978 9.100972 9.096612 9.100526 9.111293 9.085117 9.072112 9.056490 9.052165 9.059169 9.048762 9.056956 9.085117 9.086476 9.123693 9.112507
35.27239 35.27727 35.30148 35.31529 35.33277 35.38842 35.37258 35.36639 35.39377 35.38902 35.41307 35.42996 35.44060 35.43890 35.47285 35.48938 35.51135 35.56299
6.220000 6.440000 5.800000 5.670000 6.330000 6.960000 7.020000 6.840000 6.650000 6.160000 5.980000 5.540000 4.610000 4.790000 4.610000 4.420000 4.150000 3.790000
109
Lampiran 3 : Hasil uji dengan regresi metode OLS (Ordinary Least Square) Dependent Variable: D(LNCR) Method: Least Squares Date: 05/23/13 Time: 21:44 Sample (adjusted): 2007M02 2011M12 Included observations: 59 after adjustments Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D(LNDPK) D(LNKURS) D(INF) C
0.440127 0.091737 0.005473 0.012120
0.084458 0.042594 0.002189 0.001823
5.211201 2.153738 2.500504 6.647869
0.0000 0.0357 0.0154 0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.465426 0.436268 0.011104 0.006782 183.8785 15.96190 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.017688 0.014790 -6.097576 -5.956726 -6.042594 1.659115
Sumber :olah data dengan menggunakan eviews 6.0
110
Lampiran 4 : Hasil Uji Liniearitas Ramsey RESET Test: F-statistic Log likelihood ratio
1.173256 1.268164
Prob. F(1,54) Prob. Chi-Square(1)
0.2835 0.2601
Std. Error
Prob.
Test Equation: Dependent Variable: D(LNCR) Method: Least Squares Date: 05/23/13 Time: 21:52 Sample: 2007M02 2011M12 Included observations: 59 Variable
Coefficient
D(LNDPK) D(LNKURS) D(INF) C FITTED^2
0.674048 0.145831 0.007799 0.014479 -12.93767
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.476794 0.438038 0.011087 0.006638 184.5126 12.30245 0.000000
t-Statistic
0.231839 2.907397 0.065595 2.223222 0.003064 2.545569 0.002838 5.101204 11.94427 -1.083170 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.0053 0.0304 0.0138 0.0000 0.2835 0.017688 0.014790 -6.085172 -5.909110 -6.016445 1.689188
Sumber : data diolah dengan eviews 6.0
111
Lampiran 5 : Hasil Uji Normalitas 12
Series: Residuals Sample 2007M01 2011M12 Observations 60
10
Mean Median Maxim um Minim um Std. Dev. Skewnes s Kurtos is
8
6
4
0.051953 -5.48e+12 8.68e+13 -9.44e+13 3.44e+13 -0.034299 3.448516
Jarque-Bera 0.514682 Probability 0.773105
2
0 -8.0e+13
-4.0e+13
0.00000
4.0e+13
8.0e+13
Sumber : data diolah dengan eviews 6.0
112
Lampiran 6 : Hasil Uji Multikolinearitas
LNDPK
LNKURS
INF
LNDPK
1.000000
-0.218116
-0.391404
LNKURS
-0.218116
1.000000
0.319561
0.319561
1.000000
INF -0.391404 Sumber : data diolah dengan eviews 6.0
113
Lampiran 7 : Hasil Uji Autokolerasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
1.882321 3.912891
Prob. F(2,53) Prob. Chi-Square(2)
0.1623 0.1414
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 05/23/13 Time: 21:47 Sample: 2007M02 2011M12 Included observations: 59 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable
Coefficient
D(LNDPK) D(LNKURS) D(INF) C RESID(-1) RESID(-2)
-0.017998 -0.010595 -0.001323 0.000115 0.156340 0.205214
R-squared 0.066320 Adjusted R-squared -0.021763 S.E. of regression 0.010930 Sum squared resid 0.006332 Log likelihood 185.9028 F-statistic 0.752928 Prob(F-statistic) 0.587691
Std. Error
t-Statistic
0.086553 -0.207937 0.043015 -0.246314 0.002260 -0.585383 0.001820 0.063436 0.142255 1.099010 0.143055 1.434512 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Prob. 0.8361 0.8064 0.5608 0.9497 0.2767 0.1573 -2.94E-19 0.010813 -6.098401 -5.887126 -6.015928 2.028883
Sumber : data diolah dengan eviews 6.0
114
Lampiran 8 : Hasil Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
0.612875 1.908542 2.463501
Prob. F(9,49) Prob. Chi-Square(9) Prob. Chi-Square(9)
0.6095 0.5916 0.4819
Std. Error
Prob.
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 05/25/13 Time: 19:32 Sample: 2007M02 2011M12 Included observations: 59 Variable
Coefficient
C (D(LNKURS))^2 (D(LNDPK))^2 (D(INF))^2
0.000110 0.002350 -0.024623 3.23E-05
R-squared 0.032348 Adjusted R-squared -0.020433 S.E. of regression 0.000202 Sum squared resid 2.24E-06 Log likelihood 420.3248 F-statistic 0.612875 Prob(F-statistic) 0.609546
t-Statistic
3.54E-05 3.102927 0.007165 0.328019 0.036771 -0.669635 2.91E-05 1.112013 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.0030 0.7441 0.5059 0.2710 0.000115 0.000200 -14.11271 -13.97186 -14.05772 2.149570
Sumber : data diolah dengan eviews 6.0
115