ANALISIS PENGARUH DOWN TILT ANTENA UNTUK MENGURANGI KEGAGALAN HANDOVER PADA JARINGAN SELULER GSM PT. INDOSAT, Tbk. PURWOKERTO STUDY ON ANTENNA DOWNTILT EFFECT TO REDUCE HANDOVER FAILURE ON GSM CELLULAR NETWORK PT INDOSAT Tbk. PURWOKERTO 1
2
3
Wahyu Dewantara , Azis Wisnu Widhi N , Widhiatmoko HP 1
[email protected],
[email protected], 3
[email protected] Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Jenderal Soedirman Jl. Mayjend Sungkono KM 05 Blater Purbalingga Indonesia 2
Abstract— Handover is a process to guarantee the MS (Mobile Station) communication connection while moving for one cell to another cell. There are 10,89% - 12,04% handover failure occurred between BTS Cilongok sector 1 and BTS Karanglewas sector 3 of PT. Indosat, Tbk,Purwokerto, whereas, the standard is 2% - 3%. Based on KPI (Key Performance Indicator) data most of handover failure is caused by long overlapping coverage (1,2851 km) as could be seen in BSC Controlled Inc. HO Fail at the amount of 9,69% 10,24%. Long overlapping coverage also reduce Rx Level signal quality to -94 dBm (threshold -90 dBm), and Rx Qual is 2,26 (it is still good enough if comparing to the threshold 5). Down tilt antenna method is used to overcome the overlapping coverage. Calculation result of down tilt antenna points out that the precise down tilt antenna to be applied in BTS Cilongok sector 1 is 3º and BTS Karanglewas sector 3 is 2,5º with number of overlapping coverage 78,2 m (appropriate to reference of PT. Indosat, Tbk Purwokerto � 100 m). After down tilting antenna indicates that there is a reduction of handover failure because of overlapping coverage reduce to 0,01% - 0,02%, and total handover failure reduce to 0,62% - 1,39% . Meanwhile there is a raising in signal quality,it is Rx Level become -75 dBm and the better size of Rx Qual is 1.
PENDAHULUAN Handover merupakan proses yang menjamin terpeliharanya hubungan komunikasi MS (Mobile Station) dari satu sel ke sel lain. Pada PT. INDOSAT, Tbk. Purwokerto, BTS Cilongok sektor 1 dan BTS Karanglewas sektor 3, terjadi kegagalan proses handover (handover failure) yang cukup tinggi yaitu 11% - 13% (standard 2% - 3%). Berdasarkan data KPI (Key Performance Indicator), handover failure yang paling besar disebabkan karena overlapping yang terlalu jauh(9,69% - 10,24%). Dengan keadaan overlapping yang terlalu jauh menyebabkan penurunan pada kualitas sinyal dimana Rx Level yaitu -94 dBm (ambang batas -90 dBm), sedangkan Rx Qual masih baik yaitu 2,26 (ambang batas 5). Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengurangi overlapping ialah dengan metode down tilt antena. Perumusan masalah yang dapat di ambil ialah seberapa besarnya down tilt antena yang dibutuhkan untuk mengatasi kegagalan handover yang disebabkan
Dinamika Rekayasa Vol. 6 No.2 Agustus 2010 ISSN 1858-3075
oleh overlapping coverage antara BTS Karanglewas sektor 3 dan BTS Cilongok sektor 1 pada PT. INDOSAT, Tbk. Purwokerto. Dari perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ialah menentukan besarnya down tilt antena untuk mengatasi kegagalan handover antara BTS Karanglewas sektor 3 dan BTS Cilongok sektor 1 yang disebabkan karena overlapping coverage pada PT. INDOSAT, Tbk. Purwokerto. Hasil akhir dari penelitian ini diharapkan dapat menyelesaikan masalah kegagalan handover yang terjadi dengan metode down tilt antena dan memberikan gambaran tentang pengaruh down tilt antena pada proses handover. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep sel Seluler berarti membagi daerah layanan luas menjadi sel-sel tertentu (Witjaksono, 2007). Bentuk sel idealnya adalah lingkaran, akan tetapi karena bentuk lingkaran mempunyai sifat tumpang tindih (overlapping), maka
Dinamika Rekayasa Vol. 6 No. 2 Agustus 2010 ISSN 1858-3075
digunakan bentuk sel hexagonal sebagai sel efektif (Nuryanto, 2000). Dalam kenyataannya, bentuk sel itu tidak beraturan, bergantung pada lingkungan tempat sel itu berada. Bentuk-bentuk sel digambarkan pada Gambar 1.
Gambar 1 Bentuk-bentuk sel dalam konsep sel.
B. Handover Handover adalah fasilitas yang menjamin terpeliharanya suatu pembicaraan pada saat terjadi gerakan perpindahan MS dari satu sel ke sel yang lain tanpa adanya pemutusan hubungan dan terjadi pemindahan kanal secara otomatis yang dilakukan oleh sistem (Mulyanta, 2005). Proses handover merupakan proses perpindahan kanal trafik ketika suatu MS bergerak meninggalkan BTS yang mencakupinya. Untuk mendapatkan sel yang ditunjuk sebagai sasaran handover maka MS dan BTS akan melaporkan pengukurannya mengenai kualitas dan kekuatan sinyal pada arah downlink untuk stasiun bergerak dan arah uplink untuk BTS (S. Rappaport, 1996). Laporan proses handover dapat dilihat pada data KPI (Key Performance Indicator) hasil monitoring. Data KPI dipakai sebagai acuan mengenai handover dan handover failure. Proses handover terjadi pada cakupan sel yang saling tumpang tindih. Apabila tidak adanya cakupan sel yang saling tumpang tindih (overlapping), maka proses handover akan mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan karena saat MS sudah tidak tercakup oleh suatu BTS maka MS seharusnya akan tercakup oleh BTS yang lain, tetapi karena daerah tersebut saat proses handover bukan suatu daerah yang tumpang tindih maka proses handover akan mengalami kegagalan atau terjadi handover failure (Uke, 2007). Pada kenyataannya handover tidak selalu berjalan lancar atau terjadi handover failure. Salah satu faktor yang mengakibatkan kegagalan handover (handover failure) ialah adanya interferensi pada kanal BCCH saat akan melakukan handover. Interferensi pada kanal BCCH dapat terjadi karena keadaan daerah yang saling tumpang tindih (overlapping) terlalu berlebihan atau terlalu jauh antara 2 BTS (Uke, 2007). Interferensi pada kanal BCCH yang terjadi ialah kanal BCCH BTS tujuan handover. Pada data KPI, handover failure karena overlapping ditunjukkan pada data BSC Controlled Inc. HO Fail. Pada komunikasi nirkabel, baik tidaknya kualitas sinyal pada proses handover dipengaruhi juga oleh daerah coverage area BTS, semakin luas daerah
coverage akan mengakibatkan semakin turun kualitas sinyalnya (Kanaglu, 1999). Metode down tilt dapat dipakai untuk mengatasi overlapping karena dengan down tilt antena dapat mngurangi cakupan area suatu antena (Jyri H, 2007) sehingga overlapping antar dua BTS dapat berkurang. C. Interferensi BCCH (Broadcast Control Channel) Interferensi BCCH terjadi pada daerah overlapping yang terlalu jauh, dengan adanya interferensi BCCH dapat mengakibatkan proses handover mengalami kegagalan (Uke, 2007). Proses handover dapat mengalami kegagalan saat adanya interferensi BCCH karena dengan adanya interferensi pada kanal BCCH mengakibatkan pergeseran pada kanal yang disediakan pada BTS tujuan yang harusnya diterima oleh MS pada saat proses handover. Sebagai contoh, pada saat proses handover berlangsung, BTS yang menjadi tujuan menyediakan kanal 23 yang merupakan kanal kosong sebagai kanal tujuan, namun karena adanya interferensi pada kanal BCCH, maka kanal kosong yang harusnya ditempati menjadi tidak ditempati, dan bergeser ke kanal 25 yang sebelumnya sudah terpakai sehingga MS tidak dapat menempati kanal pada BTS tujuan tersebut dan proses handover menjadi gagal. D. Overlapping Coverage Overlapping coverage merupakan daerah cakupan sinyal radio frekuensi dari BTS di satu sel dengan cakupan dan pancaran sinyal di satu sel BTS tetangga yang saling tumpang tindih. Overlapping yang terlalu jauh akan mengganggu proses handover karena dapat mengakibatkan adanya interferensi pada kanal BCCH (Mishra, 2007). Keadaan overlapping antar kedua BTS yang terlalu jauh juga menyebabkan terjadinya interferensi dari BTS tetangga yang bukan sasaran handover, sehingga nantinya akan menurunkan kualitas dan level sinyal yang diterima oleh MS dan menyebabkan handover failure. Pada PT. INDOSAT, Tbk. Purwokerto, overlapping yang dianjurkan � 100 m, ini berdasarkan pernyataan bahwa luas overlapping tidak boleh terlalu jauh dan praktek para teknisi PT. INDOSAT, Tbk. Purwokerto di lapangan jika overlapping lebih dari 100 m akan lebih sering terjadi kegagalan handover. Dari pernyataan bahwa keadaan overlapping mengakibatkan interferensi pada kanal BCCH dan interferensi BCCH mengakibatkan kegagalan pada proses handover, maka dapat dikatakan bahwa proses kegagalan handover dapat disebabkan karena keadaan overlapping yang terlalu jauh, dimana keadaan overlapping yang terlalu jauh akan mengakibatkan interferensi pada kanal BCCH yang dapat mengakibatkan kegagalan handover. Data mengenai handover failure karena interferensi BCCH pada daerah overlapping dapat dilihat pada data BSC Controlled Inc. HO Fail pada data KPI.
57
Wahyu Dewantara, Azis Wisnu WN, Widhiattmoko HP Analisis Pengaruh Down Tilt Antena untuk M Mengurangi Kegagalaan Handover Pada Jaringan Seluler GSM PT Indosat Tbkk Purwokerto: 56-61
Salah satu cara untuk mengatasi overlapping o ialah metode down tilt antena. Metode ini d digunakan karena dengan metode ini coverage area dap pat dikurangi dan dengan coverage yang berkurang maka m overlapping coverage dapat berkurang. E. Mechanical down tilt antena Down tilt antena merupakan konfigurrasi antena untuk merendahkan (down tilt) sudut pada a sebuah antena yang berada pada BTS, supaya de emand dari user memperoleh dan mendapatkan caku upan area yang dibutuhkan dari sinyal gelombang radio o yang dihasilkan tersebut. Metode ini digunakan un ntuk mengurangi keadaan overlapping coverage antar BTS B dengan cara mempersempit cakupan area tiap BTS. Mechanical down tilt yaitu memiring gkan secara fisik main beam antena menjadi lebih turu un menjauh dari arah vertikal dan lebih rendah dari horizontal. Mechanical down tilt digunakan untuk mengetahui m batas coverage (cakupan) pola vertikal ke arah yang diinginkan. Ketika suatu antena menggunakan mechanical down tilt, maka karakteristikk radiasinya tidak akan berubah, akan tetapi coverage (ccakupan wilayah) akan berkurang. Dengan cakupan coverage yang berkurang pada tiap BTS maka overla apping antar BTS dapat berkurang. Pada Gambar 2, merupakan gambaran cara melakukan mechanica al down tilt, dan pada Gambar 3, merupakan gamb baran perubahan coverage pada pola vertikal dan horizon ntal pada sebuah antena sektoral.
F. Perhitungan down tilt ante ena Perhitungan sudut titilting didasarkan pada perencanaan awal pemba angunan BTS. Untuk itu, perhitungan sudut tilting dig gambarkan pada Gambar 4. Dari Gambar 4, jika dijabarka an maka akan mendapatkan Persamaan 1, 2, dan 3 sebag gai berikut lower coverage ����� � � � � ��� � � � vertical beam/2 ) ) syarat : � � �� �������� �low rotasi =d low cos (�/2) – sin (�/2)
(1)
beam coverage � �� � ��� �� (2) syarat : � � �� �������� � main = d low rotasi / 0,701 d ���� �� � �� < d ���� �� � �� catatan : ���� � � � � × (�/2)), maaka persamaan 2 dapat digunakan ���� � � � � × (�/2)), maaka yang digunakan ialah persamaan 1 upper coverage � �� � ��� �� - verticcal beam/2 ) ) (3) syarat : � � ���� �������� �up = dlow rotasi cos (�/2) – sin (�/2) d �� �� � ���� < d �� �� � �� catatan : ���� � � � ��� × (�/2)), m maka persamaan 3 dapat digunakan ���� � �� ��� × (�/2)), maaka yang digunakan ialah persamaan 2
Gambaran mengenai covverage area yang tercakup dan overlapping coverage yang terjadi, digambarkan pada Gambar 5.
Gambar 5 Coverage area dan ove erlapping coverage antara 2 BTS.
Gambar 2 Cara melakukan mechanical down n tilt (Jyri H, 2007).
Dari Persamaan 2 dan G Gambar , dapat diturunkan Persamaan 4, 5, dan 6 seba agai berikut. d1 = H1 � ��� �� (4) �� � �� � ��� �� (5) overlapping (OL) = (d1 + d2) – L (6) dengan : � = tilt antena (º) (sudut antarra main beam dan horizontal) H = Tinggi BTS ( m ) d1 = Jarak coverage BTS 1 ( km ) d2 = Jarak coverage BTS 2 ( km ) L = Jarak sebenarnya antar BT TS ( km)
Gambar 3 Perubahan coverage pada pola ve ertikal dan horizontal secara mechanical down tilt (www.andrew.com).
Untuk menghitung jarakk antara 2 digunakan persamaan 7 seba agai berikut. L=
Gambar 4 Gambaran perhitungan tilting.
58
( x2 � x1 ) 2 � ( y2 � y1 ) 2 x 1111,23 km dengan : L = jarak 2 antar BTS (dalam kkilometer) x1= longitude BTS 1 (dalam deesimal) x2 = longitude BTS 2(dalam deesimal) y1 = latitude BTS 1 (dalam desi simal) y2 = latitude BTS 2 (dalam desi simal)
BTS
dapat
(7)
Dinamika Rekayasa Vol. 6 No. 2 Agustus 2010 ISSN 1858-3075
G. Parameter pengukuran Parameter yang digunakan untuk mengetahui kualitas sinyal saat overlapping ialah Rx Level dan Rx Qual. a. Rx Level (ambang batas -90 dBm) Rx Level adalah nilai level daya sinyal terima yang didapat oleh MS di suatu tempat tertentu. b. Rx Qual (ambang batas 5) Rx Qual adalah parameter yang menunjukan kualitas sinyal yang diterima oleh suatu MS.
sesuai standar yang telah ditetapkan oleh PT. INDOSAT, Tbk (� 100 m). HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan jarak Perhitungan jarak dilakukan berdasarkan koordinat BTS Cilongok dan BTS Karanglewas pada database Tabel , dan perhitungan jarak dilakukan dengan Persamaan 7.
METODE PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di BTS Karanglewas sektor 3 dan BTS Cilongok sektor 1 pada PT. INDOSAT, Tbk Cabang Purwokerto pada tanggal 1 Januari 2010 – 31 Mei 2010. B. Peralatan penelitian a. Satu unit Laptop dengan sistem operasi Windows XP b. Perangkat lunak (software) TEMS Investigation 8.1 c. Satu buah GPS dan satu buah MS C. Metode penelitian 3) Tahap pengumpulan data Melakukan pengumpulan data yang sesuai dengan materi dan objek penelitian. a. Melakukan pengumpulan data yang sesuai dengan materi dan objek penelitian. b. Mengambil data BTS Karanglewas sektor 3 dan BTS Cilongok sektor 1, seperti lokasi BTS, tinggi tinggi antena, tilting antena mula-mula, dan tinggi permukaan tanah. c. Mengambil data jarak antara BTS Karanglewas sektor 3 dan Cilongok sektor 1. d. Data Rx Qual, Rx level sebagai parameter kualitas sinyal yang digunakan dalam penelitian. 4) Tahap pengolahan data Mengolah data yang telah dikumpulkan dari lapangan dan data hasil drivetest. a. Data tilting antena dan tinggi antena yang telah diperoleh diolah menggunakan persamaan 4 dan persamaan 5. Data lokasi BTS Karanglewas dan BTS Cilongok diolah dengan Persamaan 7. b. Data yang telah didapatkan dari point 1, akan diolah dengan Persamaan 6. c. Dilakukan perhitungan down tilt antena dengan merubah sudut tilt antena (range 0,5º). Kemudian lakukan point 1 dan 2. Perhitungan dilakukan sampai nilai overlapping coverage – nya � 100 m. 5) Tahap analisa data Data yang telah diolah pada tahap pengolahan data dianalisa dengan membandingkan antara hasil pengolahan data saat kondisi awal dan kondisi setelah dilakukannya metode down tilt antena apakah telah
TABEL 1 DATABASE BTS YANG DIAMATI BTS
H (m)
Cilongok
62
Kr.lewas
64
Long (X)
Lat (Y)
Antena Tilt Mdpl(m) Kathrein 109°9'15,16" -7°24'35,77" 2° 237,74 739630 Kathrein 109°10'51,62" -7°24'58,73" 2° 211,84 739630
Hasil perhitungan jarak menggunakan Persamaan 7 didapatkan 3,065 m dan jika menggunakan GPS hasilnya ialah 3,068 m. Dari hasil perhitungan, menunjukkan bahwa perhitungan jarak menggunakan GPS ataupun Persamaan 7 menghasilkan hasil yang tidak terlalu berbeda. Hasil perhitungan jarak nantinya digunakan untuk menghitung overlapping coverage pada Persamaan 6. B. Analisa down tilt Sebelum menganalisa down tilt, jenis antena harus diketahui. Berdasarkan database pada Tabel , diketahui bahwa antena yang dipakai oleh BTS Karanglewas sektor 1 dan BTS Cilongok sektor 3 ialah antena Kathrein 739630. Spesifikasi antena Kathrein 739630 ditampilkan pada Tabel . TABEL 2 SPESIFIKASI ANTENA KATHREIN Type No.
739630
Frequency range Polarization
870 – 960 MHz Polarization +45°, –45°
Gain
2 x 18 dBi
Half-power beam width Copolar +45°/ –45°
Horizontal: 65°, Vertical: 7°
Pada analisa handover, dilakukan analisa ketika kondisi antena belum mengalami down tilt dan setelah mengalami down tilt dengan cara melakukan drivetest. Sebelum drivetest, harus dilakukan perhitungan overlapping antara kedua BTS. Perhitungan dapat harus berdasarkan spesifikasi antena pada Tabel , sehingga persamaan yang dipakai ialah Persamaan 4, 5, dan 6. Data untuk perhitungan diambil dari Tabel . Dari Tabel , mdpl kedua BTS Cilongok dan Karanglewas berbeda, sehingga pada perhitungan coverage (Persamaan 4 atau 5) salah satu ketinggian antena BTS harus ditambahkan dengan selisih dari mdpl. Selisih mdpl BTS Cilongok dan BTS Karanglewas ialah 25,9 m. Selisih mdpl nantinya akan ditambahkan
59
Wahyu Dewantara, Azis Wisnu WN, Widhiatmoko HP Analisis Pengaruh Down Tilt Antena untuk Mengurangi Kegagalaan Handover Pada Jaringan Seluler GSM PT Indosat Tbk Purwokerto: 56-61
pada ketinggian antena BTS Cilongok, hal ini karena mdpl BTS Cilongok mdpl lebih tinggi daripada mdpl BTS Karanglewas. Hasil perhitungan overlapping dengan Persamaan 6 ketika belum dilakukannya down tilt ditunjukkan pada Tabel 3dan setelah dilakukannya down tilt ditunjukkan pada Tabel . TABEL 3 HASIL PERHITUNGAN SEBELUM DOWN TILT Parameter d1 d2 L Overlapping Tilt
Nilai 2,5174 km 1,8327 km 3,065 km 1,2852 km 2º
KESIMPULAN DAN SARAN
TABEL 4 HASIL PERHITUNGAN SETELAH DOWN TILT Sudut downtilt
Kondisi Kondisi Kondisi Kondisi Kondisi Kondisi
�1 2º 2,5 º 2,5 º 2,5 º 3º
1 2 3 4 5
�2 2,5º 2º 2,5 º 3º 2,5 º
Coverage (m) d1 2517,4 2012,4 2013,4 2013,4 1667,4
Overlapping (m)
d2 1465,8 1832,7 1465,8 1221,2 1465,8
918,2 781,1 414,2 169,6 78,2
Dari hasil perhitungan pada Tabel , dapat dilihat bahwa kondisi down tilt yang sesuai untuk mengatasi overlapping ialah pada kondisi 5. Dengan besarnya down tilt untuk BTS Cilongok sektor 1 ialah 3º dan BTS Karanglewas sektor 3 ialah 2,5º. C. Pengaruh down tilt antena terhadap handover failure Untuk membuktikan apakah handover failure dapat teratasi dengan downtilt antena, maka dilakukan drivetest setelah kondisi 5 diterapkan pada BTS Cilongok sektor 1 dan BTS Karanglewas sektor 3. Hasil drivetest ditunjukkan pada Tabel . TABEL 4 HASIL DRIVETEST
Overlap (m)
Sudut downtilt
Kualitas sinyal
�1
�2
Rx Level
Rx Qual
1285,1
2º
2º
-94 dBm
2,26
78,2
3º
2,5 º
-75 dBm
1
Data KPI BSC Controlled Inc. HO Fail 9,69% 10,24% 0,01% 0,02%
HO Fail 10,89% 12,04% 0,62% 1,39%
Dari Tabel , dapat dikatakan bahwa metode down tilt antena dapat digunakan untuk menangani handover failure pada BTS Cilongok sektor 1 dan BTS Karanglewas sektor 3 pada PT.INDOSAT,Tbk. Purwokerto yang disebabkan overlapping yang terlalu jauh, hal ini berdasarkan data pada tabel 4.5 yang menunjukkan bahwa kualitas sinyal mengalami perbaikan dimana Rx level menjadi -75 dBm dari
60
sebelumnya -94 dBm (ambang batas -90 dBm) dan Rx Qual menjadi 1 dari sebelumnya 2,26 (ambang batas 5). Selain itu, hasil pengamatan pada data KPI handover success rate memperlihatkan bahwa BSC Controlled Inc. HO Fail yang merupakan data handover failure karena overlapping mengalami penurunan menjadi 0,01% 0,02% dari sebelumnya 9,69% - 10,24% dan besarnya handover failure total juga mengalami penurunan menjadi 0,62% - 1,39% dari sebelumnya 10,89% 12,04%. Sehingga besarnya handover success rate mencapai 98,61% - 99,38% (sesuai standard 97% 98%) dari sebelumya yaitu 87,96% - 89,11%.
A. Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ialah sebagai berikut. a. Perhitungan down tilt antena menunjukkan bahwa besarnya down tilt antena untuk mengatasi kegagalan handover yang terjadi karena overlapping coverage antara BTS Karanglewas sektor 1 dan BTS Cilongok sektor 3 pada PT. INDOSAT, Tbk. ialah sebagai berikut: 1) BTS Cilongok sektor 1 down tilt ���� � �º 2) BTS Karanglewas sektor 3 down tilt ���� � 2,5º b. Overlapping coverage antara BTS Cilongok sektor 1 dan BTS Karanglewas sektor 3 berkurang menjadi 78,2 m dari sebelumnya 1,2851 km. Ini menunjukan bahwa metode down tilt antena dapat digunakan untuk mengatasi overlapping coverage. c. Hasil drivetest kualitas sinyal, nilai Rx Level setelah down tilt menjadi semakin baik yaitu -75 dBm dari sebelumnya yaitu -94 dBm. Ini berarti tidak lebih rendah dari ambang batas Rx Level yang diperbolehkan yaitu -90 dBm. Besarnya nilai Rx Qual setelah down tilt menjadi semakin baik yaitu 1 berada pada rentang 0,2 % < BER � 0,4 % dari sebelumnya yang sudah cukup baik yaitu 2,26 yang berada pada rentang 0,4 % < BER � 0,8 %, dimana ambang batas yang diperbolehkan yaitu 5 atau pada rentang 3,2 % < BER � 6,4 % . d. Handover success rate memperlihatkan bahwa metode down tilt antena dapat dipakai untuk mengatasi kegagalan handover karena overlapping coverage pada BTS Cilongok sektor 1 dan BTS karanglewas sektor 3. Ini ditandai dengan data KPI handover success rate pada data BSC Controlled Inc. HO Fail yang merupakan data kegagalan handover karena overlapping mengalami penurunan menjadi 0,01% - 0,02% dari sebelumnya 9,69% - 10,24% dan handover failure total juga turun menjadi 0,62% -
Dinamika Rekayasa Vol. 6 No. 2 Agustus 2010 ISSN 1858-3075
1,39% dari sebelumnya 10,89% - 12,04%, sedangkan besarnya handover success rate telah sesuai standar yaitu 98,61% - 99,38% (standard 97% -98%) dari sebelumya yaitu 87% 89%. B. Saran Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ialah sebagai berikut. a. Perlu adanya optimasi jaringan secara rutin untuk menganalisa beberapa daerah agar nantinya tidak ada lagi daerah yang mengalami kegagalan handover karena overlapping coverage ataupun blankspot. b. Sebaiknya sebelum mendirikan suatu BTS, perlu adanya perencanaan yang matang dan perhitungan ke lapangan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kesalahan dalam pendirian BTS sehingga tidak terjadi daerah yang overlapping coverage yang berlebihan ataupun daerah yang blankspot.
c.
Dalam perencanaan tilting antena, perencanaan harus benar-benar teliti agar tercapai hasil yang sesuai dengan standar yang ada. Hal ini karena dalam tilting antena, sudut 1º atau 0,5º sangat mempengaruhi coverage dari antena tersebut. DAFTAR PUSTAKA
J. Purcell, Edwin dan Varberg, Dale. 1984. Kalkulus dan Geometri Analitis Jilid I edisi keempat. Erlangga : Jakarta. Jyri Hamalainen. 2007. ”Cellular Network Planning and Optimization Part IV: Antennas”. Communications and Networking Department. Helsinski University Of Technology. Kanaglu R. M. 1999. Coverage Estimation for Mobile Celluler Networks from Signal Strength Measurenment. The Universitas of Texas. Dallas. Mishra, Ajay R. 2007. Advanced Cellular Network planning And Optimisation. John Wiley and Sons Limited. England. Mulyanta, Edi S. 2005 . “Telepon Selular Anda”. Andi : Yogyakarta S. Rappaport, T. 1996.“Wireless Communications Principles and Practise”. Upper Saddle River. Prentice Hall.Inc. Uke Kurniawan U. 2007. Parameter Trafik Celluler. STT Telkom : Bandung. Witjaksono Sony. 2007 “ Pengenalan GSM“. Jatiluhur : Jakarta. www.andrew.com/Patterns Using Mechanical Downtilt/ diakses pada tanggal 31 Juli 2010 pukul 16.16 WIB.
61