Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
PEMILIHAN MODEL JARINGAN DEPOT PENYANGGA KONTAINER UNTUK MENGURANGI RESIKO KEGAGALAN PENGAPALAN EKSPOR DI PT PABRIK KERTAS TJIWI KIMIA, TBK Eko J. Prihantoro dan Ahmad Rusdiansyah Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya e-mail:
[email protected]
ABSTRACT Inter-modal transportation system has been the very important component in the supply chain system recently, and containerization as a means of intercontinental cargoes transportation significantly expedites the transit time. This enables manufacturers making use of containers in large scope to competitively gain the vast markets and to encourage them to boost their production and services to buyers. The containers’ demand in huge quantity has been prone to the problem of stability, availability and their distribution capacity of the shipment itself, and avoiding these obstacles will make good impact the fixed export schedule (on-time delivery). On-time delivery has now been the crucial significance to buyers who have expectation for their vendors-service preeminence, and on-time delivery will simultaneously give competitive advantages to manufacturers. Failure of shipment or delivery as it is required by the buyers, will impose great lost to the manufacturers in the midst of the hard competition. Containers operating as a component of supply chain in the system of goods distribution of manufacturers, especially those with large scope industry, requires high capabilities among of them is the ability to guarantee the availability of the distribution modal of the containers in both quantity and agreeable time of schedule. Due to this reason, this study has been accomplished as an intermediary means for manufacturer in optimizing the goods distribution as per agreed export schedule. With the approach of a network model of the sustaining containers depot and it is intended to guarantee the containers availability and distribution for their shipment of the export commodities. In this study, the spreadsheet will be used in deciding the network model, which most fixes to every situation and it is expected to minimize the export failure at the most efficient logistics charges. So, it will meet the designed shipment schedule and it will improve the company cash flow for their products. Keywords: container, buffer depot, export failure risk. PENDAHULUAN PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia, Tbk (Tjiwi Kimia) yang merupakan bagian dari APP (Asia Pulp & Paper), salah satu divisi usaha dari Sinarmas Group yang bergerak di dibidang paper manufacture, adalah perusahaan kertas kelas dunia yang memproduksi beragam jenis hasil produksi kertas. Sebagai salah satu wujud dari pelaksanaan visinya , perusahaan berusaha melakukan pengiriman barang sesuai jadwal pengapalan yang telah disepakati (on-time delivery). Hal ini dilakukan mengingat ketepatan waktu pengiriman untuk produk kertas memiliki makna yang penting bagi pihak pembeli (importer) terkait dengan kontrak/tender di negara pembeli, fluktuasi harga, dan tren harga kertas pada musim tertentu.
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
Dengan kapasitas produksi yang sangat besar, kebutuhan Tjiwi Kimia terhadap dukungan ketersedian kontainer sangat krusial, dimana kebutuhan kontainer untuk pengapalan produk ekspor sedikitnya 4500 TEUS tiap bulannya. Kebutuhan kontainer sebesar tersebut diatas berimplikasi cukup signifikan terhadap sistem logistik dan jaminan ketersediaan kontainer yang berdampak pada warehouse utility dan ketepatan waktu pengiriman. Dari analisa tren bulanan yang dilakukan, terjadi ketidakseimbangan kebutuhan kontainer setiap minggunya, dimana volume pemuatan (stuffing) pada minggu pertama dan minggu kedua rata-rata kurang dari 150 kontainer/hari (low operation). Sedangkan pada minggu ketiga dan minggu keempat lebih dari 250 kontainer/hari (peak operation). Hal ini terjadi akibat dari siklus produksi yang tidak seimbang sehingga mempengaruhi performance dari sistem logistiknya terutamanya mempengaruhi konsistensi suplai container pada akhir bulan. Selama ini sistem suplai kontainer adalah kontainer yang telah di booking diambil langsung dari depot pelayaran dan dikirm ke pabrik untuk dilakukan stuffing pada hari yang sama. Namun dalam situasi (peak operation) konistensi suplai kontainer terkendala beberapa faktor eksternal seperti keterbatasan jumlah truk, kondisi lalu lintas di area pelabuhan dan jalan raya yang padat dan sering berpotensi macet, terbatasnya jam operasional depot kontainer milik pelayaran, dan keterbatasan ketersediaan jumlah inbound kontainer yang masuk standar kualifikasi kelayakan yang ditentukan oleh quality control dan pembeli merupakan faktor-faktor yang sangat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan kontainer pada saat demand tinggi (peak operation). Ketidak seimbangan demand kontainer dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan tersebut telah menimbulkan kegagalan/tertundanya pengapalan ekspor (shipment delayed) sebesar 14% dan berakibat membengkaknya biaya operasional logistik, diantaranya biaya closing time di pelabuhan, overtime, storage cost, serta akibat yang serius adalah keterlambatan pengiriman tersebut dapat menimbulkan ketidakpuasan dan klaim dari pembeli. Untuk memperbaiki permasalahan aliran kontainer tersebut diputuskan membuat suatu pemodelan pada pengaturan suplai kontainernya dengan beberapa alternatif yang memperhitungkan antara kemampuan pelayanan operasional harian dengan situasi beban/load pengapalan. Untuk itu diperlukan pula adanya suatu area yang berfungsi sebagai penyangga (buffer) persediaan kontainer atau disebut buffer depot sebagai alternatif. Model yang ideal adalah model yang dalam suatu situasi dan kondisi tertentu memiliki kemampuan meningkatkan tingkat on-time delivery dengan potensial biaya yang paling rendah (Ballou, 2004), (Chopra and Meindl, 2004), (Ghiani et al., 2004). Untuk itu diperlukan suatu decision support tools guna memudahkan dalam pengambilan keputusannya. METODOLOGI Penelitian ini terdiri dari rangkaian tahap demi tahap hingga diperoleh suatu pemodelan yang tepat pada segala kondisi. Secara garis besar tahapan penelitian dimulai dari studi lapangan yaitu pengamatan langsung pada proses pengiriman kontainer, identifikasi masalah, studi kepustakaan, pengumpulan data, perumusan model, pengolahan data, analisa dan pembahasan PERUMUSAN PEMODELAN SISTEM ALIRAN KONTAINER Berdasarkan permasalahan dan kajian teori yang relevan terhadap permasalahan distribusi barang, dirumuskan suatu konsep aliran kontainer dengan menggunakan penyangga (buffer). Hal ini dimaksudkan untuk menjamin suplai kontainer tiap
ISBN : 978-979-99735-8-0 A-39-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
minggunya sehingga pengapalan ekspor dapat dioptimalkan sesuai jadwal pada saat permintaan tinggi. Sistem buffering memungkinkan dilakukannya konsolidasi dan pengaturan jaringan distribusi pengiriman barang dari gudang pabrik ke pelabuhan. Konsep tersebut selanjutnya diaplikasikan menjadi model dan menjadi dasar simulasi, sehingga akan dapat ditentukan biaya yang paling murah. Terdapat 4 (empat) tipe model yang akan ditawarkan dalam penelitian ini. Model-model tersebut dijelaskan sebagai berikut. 1.
Model Direct Shipment Containers Supply Pada model ini kontainer yang ditampung di depot-depot kontainer milik pelayaran (shipping lines) diangkut oleh main trucks menuju gudang pabrik Tjiwi Kimia. Setelah dilakukan proses stuffing (pemuatan) kontainer dengan menggunakan alat angkut yang sama menuju ke ICT (International Container Terminal). Lead time yang dibutuhkan dari saat pengambilan kontainer di depot pelayaran, haulage ke gudang pabrik sampai dengan proses stuffing adalah sekurang-kurangnya 1 (satu) hari dari closing time. Alur proses model direct containers supply ditunjukkan pada gambar 1.
Closing Time
Shipping Lines Container Depots
Surabaya Port (ICT)
a t1 Main Trucks
PT. Tjiwi Kimia
Closing Time
Main Trucks
w2
Gambar 1. Alur Model Direct Shipment Container Supply Buffering
2.
Model Empty Container Buffering Pada model ini, kontainer empty tidak langsung diangkut dari depot kontainer pelayaran ke pabrik, tetapi ditampung di depot sementara (buffer) yang dapat diambil sewaktu-waktu jika dibutuhkan. Dalam konsep model ini, pengaturan stuffing dapat dilakukan lebih fleksibel karena dapat disesuaikan dengan kebutuhan kesiapan barang (cargo readiness) dan dapat menjaga kestabilan on-time delivery. Model ini juga dapat dipergunakan sebagai holding point untuk menghindarkan dari hambatan-hambatan yang tidak terduga misalnya masalah keterbatasan ketersediaan kontainer untuk order besar, waktu proses pengurusan D/O (delivery order) di pelayaran, dan lain-lain. Alur model ini dapat dilihat pada gambar 2.
ISBN : 978-979-99735-8-0 A-39-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
Shipping Lines Container Depots Closing Time
Surabaya Port (ICT)
t2
a
Feeder Trucks
Empty Containers Buffer
w1
t1 Main Trucks
t1 Closing Time
Main Trucks
w2
PT. Tjiwi Kimia
Lead Time range : 5 day – 0 day, prior closing time
Gambar 2. Alur Model Empty Containers Buffering
Shipping Lines Container Depots
t3
Closing Time
3. Model Laden Containers Buffering Model Laden container buffering merupakan kebalikan dari empty buffering model. Pada model ini, proses pengambilan kontainer kosong sama seperti model direct shipment containers supply yaitu diangkut langsung dari depot kontainer pelayaran. Namun dari sisi waktu model ini memungkinkan operasional logistik yang lebih lama dan tingkat fleksibiltas waktu yang tinggi, dimana operasional pengambilan kontainer dapat dilakukan jauh hari sebelum masa kontainer diijinkan masuk kawasan pelabuhan (ICT) atau open stack. Setelah proses stuffing dilakukan di pabrik, kontainer yang telah terisi (laden) diangkut dengan main trucks menuju laden buffer. Kontainer laden ditempatkan beberapa waktu yang ditentukan hingga masa open stack tiba. Kontainer kemudian diangkut (haulage) ke ICT dengan menggunakan feeder truck. Alur model laden container buffering ini dapat dilihat pada gambar 3. Surabaya Port (ICT)
a
Feeder Trucks
w3 t1 Main Trucks
Main Trucks
w2
PT. Tjiwi Kimia
Closing Time
Laden Containers Buffer
t1
Gambar 3. Alur Model Laden Containers Buffering
ISBN : 978-979-99735-8-0 A-39-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
4. Model Combined Empty-Laden Containers Buffering Gabungan model antara empty dan laden dapat menjadi model alternatif untuk mendapatkan hasil yang optimal. Pada model ini, kontainer diangkut dari depot pelayaran menuju depot penyangga (empty containers buffer). Pada saat kontainer dibutuhkan, kontainer diangkut dengan main truck menuju pabrik. Proses stuffing dilakukan di gudang pabrik dan truk dengan kontainer yang sudah bermuatan (laden) menuju ke laden buffer. Selanjutnya kontainer isi tersebut ditimbun di laden containers buffer sampai menjelang masa Open Stack. Proses haulage dari depot penyangga kontainer isi ke ICT dilakukan oleh feeder trucks. Model Combined Empty-Laden containers buffering dapat dilihat pada gambar 4.
t2 Empty Containers Buffer
t1 t1
Laden Containers Buffer
Main Trucks
PT. Tjiwi Kimia
Feeder Trucks
w3
Closing Time
Main Trucks
a t3
Feeder Trucks
w1
Surabaya Port (ICT)
Closing Time
Shipping Lines Container Depots
w2
Gambar 4. Alur Model Combined Empty-Laden Containers Buffering
Model-model tersebut secara terintegrasi dapat diformulasikan kedalam model matematika berikut ini: Jika, Fya
= Fixed cost yang terjadi ketika model direct dipilih
Fyb
= Fixed cost yang terjadi ketika model empty buffer dipilih
Fyc
= Fixed cost yang terjadi ketika model laden buffer dipilih
Fyd
= Fixed cost yang terjadi ketika model empty-laden dipilih
Va1
= Variable cost jika model direct dipilih untuk container 20ft
Va2
= Variable cost jika model direct dipilih untuk container 40ft
Vb1
= Variable cost jika model empty buffer dipilih untuk container 20ft
Vb2
= Variable cost jika model empty buffer dipilih untuk container 40ft
Vc1
= Variable cost jika model laden buffer dipilih untuk container 20ft
Vc2
= Variable cost jika model laden buffer dipilih untuk container 40ft
Vd1
= Variable cost jika model empty-laden dipilih untuk container 20ft
Vd2
= Variable cost jika model empty-laden dipilih untuk container 40ft
ISBN : 978-979-99735-8-0 A-39-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
Variabel Keputusan: binary integer (kendala 0-1) YA
= Direct
YB
= Empty buffer
YC
= Laden buffer
YD
= Empty-Laden
Variabel Keputusan Biasa: XA1
= unit yang dikirim melalui direct untuk container 20ft.
XA2
=unit yang dikirim melalui direct untuk container 40ft
XB1
= unit yang dikirim melalui empty buffer untuk container 20ft.
XB2
=unit yang dikirim melalui empty buffer untuk container 40ft
XC1
= unit yang dikirim melalui laden buffer untuk container 20ft.
XC2
=unit yang dikirim melalui laden buffer untuk container 40ft
XD1
= unit yang dikirim melalui empty-laden untuk container 20ft.
XD2
=unit yang dikirim melalui empty-laden untuk container 40ft.
Fungsi Tujuan: Min Fya.YA+Fyb.YB+ Fyc.YC+Fyd.YD+ Va1.XA1+Va2.XA2+Vb1.XB1+Vb2.XB2+Vc1.XC1+Vc2.XC2+Vd1.XD1+Vd2.XD2 Subject to: XA1 + XA2 <= 1500YA XB1 + XB2 <= 1000YB XC1 + X C2 <= 1000YC XD1 + XD2 <= 2000YD XA2+XB2+XC2+XD2 >= 1000 dimana, YA,YB,YC,YD merupakan bilangan integer (kendala 0-1). HASIL DAN PEMBAHASAN Rencana pengapalan didapatkan berdasarkan booking plan pengapalan mingguan dengan data permintaan kontainer sebagai berikut. Tabel 1. Permintaan Kontainer dalam Mingguan (Dalam TEUS) WEEK 1
WEEK 2
WEEK 3
WEEK 4
505
990
1120
1405
(Sumber: Laporan Ekspor 2008)
ISBN : 978-979-99735-8-0 A-39-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
Maka jika demand diatas dialokasikan kepada masing-masing model maka biaya logistik yang timbul pada masing-masing model akan didapatkan sebagaimana tabel berikut: Tabel 2. Biaya pada Seluruh Model (Sebelum Optimasi) (Dalam USD) COST
WEEK WEEK 1
WEEK 2
COST WEEK 3
WEEK 4
DIRECT SHIPMENT
83.159,99
163.026,51
184.434,03
231.365,90
661.986,42
EMPTY BUFFER
69.119,34
135.501,29
155.705,67
200.440,41
560.767,71
LADEN BUFFER
70.787,50
140.580,00
161.414,75
207.090,93
579.873,17
EMPTY-LADEN
93.326,48
182.956,86
206.981,49
259.650,89
742.915,72
505,00
990,00
1.120,00
1.405,00
DEMAND
TOTAL DEMAND
4020
Tabel perhitungan biaya diatas menunjukkan bahwa model ’Empty Containers Buffering’ saja jika dijalankan akan diperoleh biaya terendah sebesar USD 560.767,71. Berdasar data diatas dilakukan optimasi dengan menggunakan kendala 0-1 untuk mendapatkan alokasi yang proporsional sebagaimana dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Alokasi Kontainer pada Model yang Dipilih (Kendala 0 - 1) MODEL
SHIPMENT WEEK 1
WEEK 2
CAPACITY
WEEK 3
WEEK 4
DIRECT SHIPMENT
0
875
625
0
1500
EMPTY BUFFER
0
0
0
1000
1000
LADEN BUFFER
0
0
495
405
900
EMPTY-LADEN
505
115
0
0
1900
REALIZATION
505
990
1120
1405
TOTAL REALIZATION
4020
5300
Hasil diatas menunjukkan tidak semua model mendapatkan alokasi. Direct shipment hanya direkomendasikan untuk shipment minggu ke-2 dan ke-3, empty buffer hanya minggu ke-4. Hasil optimasi biaya terhadap model yang dipilih dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Biaya pada Model yang Dipilih MODEL
SHIPMENT WEEK 2 WEEK 3
WEEK 1
COST WEEK 4
DIRECT SHIPMENT
-
102.478,00
73.198,57
-
175.677,58
EMPTY BUFFER
-
-
-
113.791,99
113.791,99
LADEN BUFFER
-
-
69.385,77
56.770,17
126.155,94
EMPTY-LADEN
92.715,90
21.113,52
-
-
113.829,42
TOTAL COST (USD)/WEEK
92.715,90
123.591,53
142.584,34
170.562,16
529.453,93
ISBN : 978-979-99735-8-0 A-39-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
Tabel diatas menunjukkan bahwa model yang dipilih dapat menghasilkan total penurunan biaya distribusi kontainer sebesar USD 529.453,93, sehingga terdapat saving cost sebesar 560.767,71 – 529.453,93 = USD 31.313,78 KESIMPULAN Penelitian ini menawarkan empat model yang memberikan fleksibilitas bagi perusahaan untuk menentukan model yang mengkontribusi biaya terendah dengan mempertimbangkan tingkat kapasitas setiap depot. Dengan menggunakan spreadsheet dan pemrograman Lingo, penelitian ini mampu membuat simulasi keadaan berbagai kasus suplai kontainer, membuat rekomendasi-rekomendasi dari hasil pemodelan serta pengambilan keputusan secara tepat dan akurat. DAFTAR PUSTAKA Ballou, Ronald H, (2004), Business Logistics/ Supply Management, 5th edition, Pearson Prentice Hall, Ohio. Chopra, Sunil and Meindl, Peter (2004) Supply Chain Management; Strategy, Planning, and Operation, 2nd Edition, Prentice Hall, Upper Saddle River, NY. Ghiani, Gianpaolo, Laporte, Gilbert, and Musmanno, Roberto, (2004), Introduction to Logistics Systems Planning and Control, John Willey & Sons Ltd, West Sussex, England
ISBN : 978-979-99735-8-0 A-39-8