ANALISIS PENGARUH AUDIT TENURE, UKURAN KAP DAN UKURAN PERUSAHAAN KLIEN TERHADAP KUALITAS AUDIT
Daud M.T. Sinaga Prof. Dr. H. Imam Ghozali, M.Com., Akt., Ph.D
ABSTRACT The Quality of an audit process is very important to ensure that financial statement can be used as a basis for decision making and can be trusted by the public or other third parties. Many factors can affect audit quality both positively and negatively. Previous studies on the quality of audits found different results, so it need to be repeated to verify the theoritical research on audit quality. The purpose of this study is to find empirical evidence regarding the factors that affect the quality of audits on companies in Indonesia. The data used is manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) years 2006-2010. Research variables used were Audit Tenure, Audit Firm Size, Client Size and Audit Quality. By using logistic regression analysis with SPSS 16 application, this study tried to examine the influence of the Audit Tenure, Audit Firm Size and Client Size on Audit Quality. The results were as follows : (1) Audit Tenure does not significantly affect the quality of the audit, (2) Firm Size significantly affect the quality of the audit, (3) Client Size significantly influence the quality of the audit.
Keywords : audit quality, audit tenure, audit firm size, client size, auditor rotation, independency. 1
I.
PENDAHULUAN
Manajemen memiliki tanggung jawab untuk melaporkan hasil dari kegiatan operasional dan posisi keuangan perusahaan kepada pemegang saham lewat laporan keuangan. Muncul kemungkinan terjadinya perbedaan kepentingan antara manajemen dan pemakai laporan keuangan karena timbulnya kesenjangan informasi yang disediakan. Pada akhirnya peran pihak ketiga yang kompeten dan independen dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan (Al-Thuneibat et al., 2011). Akuntan publik merupakan profesi yang paling tepat sebagai pihak ketiga dan berperan sebagai auditor untuk melaksanakan fungsi pemeriksaan. Audit atas Laporan Keuangan dimaksudkan untuk menurunkan resiko informasi yang diberikan dan memperbaiki pengambilan keputusan (Arens et al., 2008 dalam Al-Thuneibat et al., 2011). Proses audit dirancang untuk menentukan apakah angka-angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan menyajikan hasil operasi perusahaan dan posisi keuangan yang benar dengan cara-cara yang adil. (Al-Thuneibat et al., 2011). Karena itu, perbaikan atas kualitas audit menjadi hal yang penting dan utama untuk menjamin akurasi dari pemeriksaan laporan keuangan. De Angelo (1981a) dalam Al-Thuneibat, et al. (2011) mendefinisikan kualitas audit sebagai sebuah kemungkinan bahwa auditor akan mendeteksi dan melaporkan salah saji material. Proses pelaporan yang dilakukan oleh auditor tergantung kepada dorongan auditor untuk mengungkapkan pelanggaran tersebut. Dorongan ini akan tergantung pada independensi yang dimiliki auditor tersebut. Flint (1988) dalam Nasser et al. (2006) berpendapat bahwa independensi akan hilang jika auditor terlibat dalam hubungan pribadi dengan klien, karena hal ini dapat mempengaruhi sikap mental dan opini mereka. Salah satu ancaman yang berpengaruh adalah audit tenure yang panjang. Dalam penelitian tentang hubungan Ukuran Kantor Audit dengan Kualitas Audit, Dong yu (2007), menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara ukuran perusahaan audit (KAP) dengan kualitas audit. Dia berpendapat
2
bahwa kantor akuntan yang besar secara sistematis pasti akan menghasilkan audit yang berkualitas lebih tinggi. Dia mendasarkan penelitiannya atas dua argumen yang dibuatnya berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya. Pertama, auditor yang berkerja di perusahaan yang lebih besar memiliki pengalaman pertemuan yang lebih banyak dengan klien yang berbeda-beda, dan membuat mereka memiliki pengalaman yang kolektif sehingga mereka mampu untuk menyediakan audit yang lebih berkualitas. Kedua, ketergantungan ekonomi dapat mengancam objektivitas dan independensi auditor. Perusahaan kecil memiliki lingkup informasi yang lebih “miskin” dibandingkan dengan perusahaan besar (Atiase, 1985; Bamber, 1987; Llorente et al., 2002 dalam Fernando et al., 2010). Perusahaan yang lebih besar memiliki analisis yang lebih tinggi (Christensen et al., 2004; O’Brien dan Bhushan, 1990 dalam Fernando et al., 2010) dan persentase kepemilikan institusional yang lebih tinggi (O’Brien dan Bhushan, 1990 dalam Fernando et al., 2010). Perusahaanperusahaan yang lebih kecil kurang diperhatikan oleh pemegang sahamnya, menandakan kurangnya informasi dan pengawasan yang lemah. Keadaan seperti ini sangat kondusif untuk lebih memperlihatkan pengaruh peran informasi dan pengawasan audit. Oleh karena itu, dampak dari kualitas audit yang lebih tinggi akan lebih besar bagi perusahaan-perusahaan kecil, sedangkan bagi perusahaan besar peningkatan kualitas audit tidak begitu berpengaruh karena mereka memiliki kualitas pengendalian yang lebih baik dibandingkan perusahaan kecil (Fernando et al., 2010). Di Yordania, dari hasil pengamatan secara luas, banyak perusahaan mempertahankan perusahaan audit yang sama untuk masa jabatan yang lebih panjang dengan kecenderungan umum untuk mendapat keyakinan lebih dari kualitas audit perusahaan besar (Al-Thuneibat et al., 2011). Oleh karena itu, mereka berpendapat bahwa penting untuk mengungkap apakah Perusahaan Audit besar memberikan kualitas audit yang unggul; jika tidak, pintu harus dibuka untuk pendatang baru dalam komunitas audit dan industri di Yordania, tanpa kekhawatiran untuk bersaing dengan auditor besar atas dasar kualitas audit mereka yang lebih unggul (Al-Thuneibat et al., 2011).
3
II. TELAAH TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Independensi Standar Umum kedua dalam SA seksi 220 menyatakan “Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor”. Standar ini mengharuskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan perkerjaannya untuk kepentingan umum (SPAP, 2011). Auditor dituntut untuk senantiasa mempertahankan sikap mental independen di dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan. Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, dan tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya (Mulyadi, 2002).
Teori Auditing Secara Umum Auditing merupakan suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataanpernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan (Mulyadi, 2002). Dari sudut pandang profesi akuntan publik, auditing adalah pemeriksaan (examination) secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut. (Mulyadi, 2002) Selain itu, akuntan publik juga harus berpedoman pada Standar Umum, Standar Perkerjaan Lapangan dan Standar Pelaporan yang telah disahkan oleh
4
Institut Akuntan Publik Indonesia dan tertera pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP, 2011) SA Seksi 150.
Kualitas Audit Istilah kualitas audit dapat memiliki makna yang berbeda tergantung dari sudut pandang penerima atau pemberi jasa audit. Entitas pemilik maupun pihak pengguna laporan keuangan berpendapat bahwa kualitas audit terjadi jika auditor dapat memberikan jaminan bahwa tidak ada salah saji material atau kecurangan (fraud) dalam laporan keuangan auditan. Sedangkan para auditor memandang kualitas audit terjadi apabila mereka berkerja sesuai standar profesional yang ada, dapat menilai resiko bisnis audit dengan tujuan untuk meminimalisasi resiko litigasi dan meghindari kajatuhan reputasi auditor (Harom, 2012). De Angelo (1981a) dalam Al-Thuneibat et al. (2010) mendefinisikan kualitas audit sebagai sebuah kemungkinan bahwa auditor akan mendeteksi dan melaporkan salah saji material. Proses pelaporan yang dilakukan oleh auditor tergantung kepada independensi auditor untuk mengungkapkan pelanggaran tersebut. Kualitas audit terdiri atas kualitas sebenarnya (actual) dan dirasakan (perceived). Actual Quality adalah tingkat dimana resiko dari pelaporan salah saji material dalam rekening keuangan berkurang, sementara Perceived Quality adalah seberapa efektif pengguna laporan keuangan percaya bahwa auditor telah mengurangi salah saji material. Perceived audit quality yang lebih tinggi dapat membantu mempromosikan investasi pada klien yang diaduit (Taylor, 2005 dalam Jackson et al., 2008).
Opini Going Concern Dalam penelitian ini, opini going concern digunakan sebagai proksi variabel Kualitas Audit. Going Concern dapat didefinisikan sebagai kelangsungan hidup suatu entitas (Novalinda, 2012). Dalam akuntansi, going concern diartikan kemampuan perusahaan untuk dapat mempertahankan kegiatan usahanya dan terus berfungsi sebagai entitas bisnis (wikipedia, 2012). Laporan audit dengan
5
unqualified opinion sebagai inti informasi yang dikomunikasikan selalu bertumpu pada asumsi bahwa perusahaan memnuhi syarat sebagai suatu entitas yang going concern. Keterpenuhan atau sebaliknya ketidakterpenuhan prinsip going concern ini akan mempengaruhi opini yang harus diberikan oleh auditor. Perbedaan opini auditor yang harus diberikan tersebut akan mengharuskan perubahan dalam format laporan auditor. Auditor harus melakukan modifikasi atas laporan auditor yang dikeluarkannya (Novalinda, 2012). Keadaan tertentu sering kali mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan dalam laporan audit baku. Salah satu keadaan tersebut adalah jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan auditor yakin tentang adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup (going concern) entitas, namun setelah mempertimbangkan rencana manajemen, auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen tersebut dapat secara efektif dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu telah memadai (SPAP, 2011). Opini going concern merupakan bagian dari paragraf penjelasan yang ditambahkan dari opini yang diberikan auditor dalam laporan auditnya. PSA No.30 Seksi 341 membahas mengenai “Pertimbangan Auditor atas Kemampuan Entitas dalam Mempertahankan kelangsungan Hidupnya”. Paragraf 2 dari PSA tersebut menyebutkan : “Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit. Evaluasi auditor berdasarkan atas pengetahuan tentang kondisi dan peristiwa yang ada atau yang telah terjadi sebelum perkerjaan lapangan selesai.
Masa Perikatan Auditor-Klien (Audit Tenure) Isu mengenai Audit Tenure biasanya dikaitkan dengan pengaruhnya terhadap independensi auditor. Al-Thuneibat et al. (2011) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa hubungan yang lama antara auditor dan kliennya berpotensi untuk menciptakan kedekatan antara mereka, cukup untuk menghalangi independensi auditor dan mengurangi kualitas audit. Namun, Jackson et al. (2008) 6
memiliki pandangan yang berbeda dari hasil penelitian yang dilakukan AlThuneibat et al. (2011). Mereka menyimpulkan bahwa kualitas audit akan meningkat dengan adanya hubungan antara auditor dan klien. Dalam investigasi yang dilakukan oleh American Institute of Certified Accountants (AICPA) dalam Al-Thuneibat et al., 2011, ditemukan bahwa kegagalan audit tiga kali lebih mungkin pada dua tahun pertama dari ikatan yang dibuat dibandingkan dengan tahun-tahun berikutnya. Penelitian tersebut melakukan survei terhadap 406 kasus kegagalan audit. Dua penelitian yang memeriksa gugatan yang melibatkan auditor (St Pierre dan Anderson, 1984; Stice, 1991 dalam Al-Thuneibat et al., 2011) menemukan bahwa kegagalan audit lebih umum terjadi pada tiga tahun atau kurang dalam hubungan auditor-klien. Auditor dengan perikatan yang panjang, dibandingkan dengan auditor dengan perikatan yang pendek, lebih mungkin untuk mengeluarkan opini going concern untuk klien yang kemudian menyatakan kebangkrutan (Geiger dan Raghunandan, 2002 dalam Al-Thuneibat et al., 2011).
Hubungan antara Audit Tenure dengan Kualitas Audit Auditor mengalami kurva pembelajaran yang signifikan dengan klien baru (Knapp, 1991 dalam Jackson et al., 2008) dan banyaknya pengetahuan tersebut diperoleh selama proses audit pada klien tertentu (Kinney dan McDaniel, 1996 dalam Jackson et al., 2008). Karena itu, pengetahuan auditor atas kinerja perusahaan akan semakin baik ketika keterlibatan / masa perikatan tejadi dalam jangka waktu yang cukup panjang. Pengetahuan akan kinerja perusahaan yang lebih baik tentu saja dapat membantu auditor untuk memberikan jasa audit yang berkualitas. Oleh karena itu, semakin lama masa perikatan antara auditor dan klien, maka kualitas audit akan semakin meningkat (Jackson et al., 2008). Namun, Al-Thuneibat et al., 2011 memiliki pendapat yang berbeda. Mereka berpendapat bahwa hubungan yang lama antara auditor dan kliennya berpotensi untuk menciptakan kedekatan antara mereka, cukup untuk menghalangi independensi auditor dan mengurangi kualitas audit. Setelah beberapa tahun, rasa kekeluargaan yang berlebihan dapat berakibat pada berkurangnya kualitas laporan 7
keuangan. Keterlibatan (tenure) yang lama mengakibatkan berkurangnya objektivitas dalam perilaku auditor (Hoyle, 1978; Arrunada dan Paz-Ares, 1997 dalam Al-Thuneibat et al., 2011). Johnson et al. (2002) dalam Al-Thuneibat et al. (2011) berpendapat setelah tenure mencapai 8 tahun atau lebih, independensi auditor menjadi terancam sebagai hasil dari rasa kekeluargaan auditor yang berlebihan terhadap klien dan industrinya. Auditor tidak lagi termotivasi untuk melakukan inovasi terhadap prosedur audit. Pendapat-pendapat yang muncul menimbulkan pertanyaan empiris tentang keterkaitan audit tenure dengan kualitas audit sehingga hipotesis berikut digunakan : H1 : Audit tenure mempengaruhi kualitas audit pada perusahaan di Indonesia.
Hubungan antara Ukuran KAP dengan Kualitas Audit Choi et al. (2010) memiliki dua perspektif terkait bagaimana faktor ukuran Kantor Audit dapat mempengaruhi kualitas Audit. Perspektif pertama disebut perspektif ketergantungan ekonomis (economic dependence perspective). Kantor audit kecil cenderung berkompromi terhadap kualitas audit karena ketergantungan ekonomis terhadap klien tertentu. Kehilangan reputasi akibat kegagalan audit memiliki pengaruh lebih besar bagi kantor audit besar dibandingkan kantor audit yang lebih kecil. Kantor audit besar kurang merespon tekanan klien untuk memperlancar pelaporan dibandingkan kantor audit kecil dan cenderung tidak mau berkompromi atas kualitas audit, sehingga kantor audit besar mampu memberi kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan kantor audit yang lebih kecil. Pada kasus seperti ini, ditemukan hubungan positif antara ukuran kantor audit dan kualitas audit. Perspektif kedua disebut Perspektif keseragaman kualitas (uniform quality perspective). Perspektif ini berpendapat bahwa auditor besar seperti Big 4 punya tanggung jawab untuk menyediakan jasa audit dengan kualitas yang sama diantara kantor-kantor lokal (afiliasi) dengan ukuran yang berbeda dan berlokasi di berbagai macam wilayah dan negara. Auditor besar cenderung menggunakan 8
standarisasi dalam teknik dan prosedur audit yang dilakukan (misalnya prosedur komputerisasi) dibandingkan dengan auditor kecil. Ini kemudian memfasilitasi pembagian dan transfer pengetahuan diantara kantor-kantor lokal yang dimiliki auditor besar sehingga mampu menciptakan kualitas audit yang seragam baik pada pusat maupun cabang. Dalam hal ini, dapat diargumentasikan bahwa yang menjadi masalah utama adalah ukuran dari Perusahaan Audit tingkat Nasional (Pusat), bukan ukuran dari Kantor Audit lokal (affiliasi), dengan demikian, ukuran kantor audit tidak memiliki hubungan dengan kualitas audit (Choi et al., 2010). Berdasarkan dua perbedaan perspektif atas pengaruh ukuran kantor audit terhadap kualitas audit, muncul pertanyaan empiris tentang keterkaitan antara ukuran Kantor audit dengan kualitas audit. Maka dari itu hipotesis berikut digunakan : H2 : Ukuran KAP mempengaruhi kualitas audit pada perusahaan di Indonesia.
Hubungan antara Ukuran Perusahaan Klien dengan Kualitas Audit Selain oleh efek ukuran KAP, kualitas audit juga dapat dipengaruhi oleh ukuran perusahaan Klien. Auditee yang lebih besar, karena kompleksitas operasi mereka dan peningkatan pemisahan antara manajemen dan kepemilikan, sangat memerlukan KAP yang dapat mengurangi agency cost (Watts dan Zimmerman, 1986 dalam Nasser et al., 2006) dan ancaman kepentingan pribadi auditor (Hudaib dan Cooke, 2005 dalam Nasser et al., 2006). Selain itu, seiring dengan ukuran perusahaan mengalami peningkatan, kemungkinan bahwa jumlah konflik agensi juga meningkat dan ini mungkin akan meningkatkan permintaan untuk membedakan kualitas auditor (Palmrose, 1984 dalam Nasser et al., 2006). Berdasarakan argumen tersebut, perusahaan besar pastinya akan lebih memilih menggunakan jasa auditor besar yang independen dan profesional untuk menciptakan audit yang berkualitas sehingga timbul hubungan yang positif. Perusahaan besar memiliki sistem pengendalian internal yang lebih baik dibandingkan perusahaan kecil (Fernando et al., 2010). Dari sudut pandang Perceived Quality, ketika baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil 9
memperoleh tingkat kepercayaan yang sama dari pengguna laporan keuangan bahwa laporan keuangan mereka telah bebas dari salah saji material, bagi perusahaan kecil tingkat kepercayaan ini menjadi lebih efektif. Outcome yang diperoleh perusahaan kecil ketika output (kepercayaan pengguna laporan keuangan) telah dicapai lebih besar dibandingkan perusahaan besar. Bagi perusahaan kecil, kepercayaan pengguna laporan keuangan bukan hanya mampu mempromosikan investasi mereka (Taylor, 2005 dalam Jackson et al., 2008), namun tentu saja membuat perusahaan mereka lebih diperhatikan publik dan investor. Sedangkan, bagi perusahaan besar yang sudah menjadi perhatian dan sorotan publik, tingkat kepercayaan ini hanya membantu dalam mempromosikan investasi. Sehingga dari sudut pandang Perceived Quality, jasa audit pada perusahaan kecil lebih berkualitas dibandingkan dengan perusahaan besar dan tercipta hubungan negatif. Perbedaan hubungan yang tercipta menimbulkan pertanyaan empiris tentang hubungan ukuran klien dan kualitas audit sehingga menjadi dasar penggunaaan hipotesis berikut : H3 : Ukuran Perusahaan Klien mempengaruhi kualitas audit pada perusahaan di Indonesia.
Kerangka Pemikiran
Audit Tenure
Ukuran KAP
Kualitas Audit
Ukuran Klien
10
III. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2006-2010. Sektor manufaktur dipilih karena memiliki jumlah perusahaan yang listing paling banyak dibandingkan dengan industri lain, untuk menghindari terjadinya industrial effect yaitu resiko yang berbeda antara suatu sektor industri yang satu dengan yang lain (Tamba dan Siregar, 2009), serta dikarenakan perusahaan-perusahaan yang termasuk di dalamnya memiliki tingkat financial risk yang beragam sehingga penting untuk diteliti bagaimana kualitas jasa audit yang diberikan. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling. Purposive Sampling merupakan teknik pemilihan sampel yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Sampel yang dipilih memiliki kriteria sebagai berikut : 1. Perusahaan manufaktur yang sudah terdaftar di BEI sebelum 1 Januari 2006. 2. Menerbitkan Laporan Tahunan (Annual Report) selama periode penelitian (2006-2010) dan menyertakan Laporan Keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen. 3. Selama periode penelitian (2006-2010), perusahaan (auditee) tidak mengalami delisting dari BEI. 4. Perusahaan menyajikan informasi mengenai total Aset dalam laporan keuangan auditan.
Pengukuran Variabel Kualitas Audit Kualitas audit dalam penelitian ini menggunakan proksi opini Going concern. Variabel kualitas audit diukur dengan menggunakan variabel dummy dengan melihat kecenderungan auditor untuk menerbitkan opini Going concern . Jika perusahaan klien menerima opini going concern maka diberikan nilai 1.
11
Sedangkan jika perusahaan klien tidak menerima opini going concern diberikan nilai 0 (Jackson et al., 2008).
Audit Tenure Variabel Audit Tenure diukur dengan menghitung jumlah tahun sebuah KAP mengaudit laporan keuangan sebuah perusahaan secara berurutan (AlThuneibat et al., 2011). Penghitungan jumlah tahun tenure dilakukan ke belakang yaitu dimulai dari tahun 2010 dan terus ditelusuri sampai tahun dimana klien berpindah ke auditor lain (Boone et al., 2008 dalam Al-Thuneibat et al., 2011).
Ukuran KAP Ukuran KAP dalam penelitian ini merupakan besar kecilnya KAP yang dibedakan dalam dua kelompok, yaitu KAP yang berafiliasi dengan Big 4 dan KAP yang tidak berafiliasi dengan Big 4 (Choi, 2010). Variabel Ukuran KAP diukur dengan menggunakan variabel dummy. Jika perusahaan diaudit oleh KAP Big 4 maka akan diberikan nilai 1. Sedangkan jika perusahaan diaudit oleh KAP non Big 4, maka diberikan nilai 0. Berdasarkan sumber dari Wikipedia (2011), terdapat empat KAP besar di Indonesia yang berafiliasi dengan KAP Big 4, diantaranya : a. KAP Purwantono, Suherman & Surja – berafilisiasi dengan Ernst & Young. b. KAP Osman Bing Satrio – berafiliasi dengan Deloitte Touche Tohmatsu c. KAP Siddharta dan Widjaja – berafiliasi dengan KPMG, dan d. KAP
Tanudiredja,
Wibisana
&
Rekan
–
berafiliasi
dengan
PricewaterhouseCoopers (PwC).
Ukuran Perusahaan Klien Ukuran Perusahaan Klien merupakan besarnya ukuran perusahaan yang diukur berdasarkan total aset. Semakin besar total aset sebuah perusahaan mengindikasikan bahwa ukuran perusahaan tersebut besar, begitu juga sebaliknya. Variabel ukuran perusahaan Klien dalam penelitian ini dihitung dengan melakukan logaritma natural atas total aset perusahaan (Nasser et al., 2006).
12
Analisis Regresi Logistik yang Terbentuk Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik (logistic regression), yaitu untuk melihat pengaruh Audit Tenure, Ukuran KAP, dan Ukuran perusahaan Klien terhadap kualitas Audit pada perusahaan yang bergerak dalam industri manufaktur di Indonesia.
Persamaan Model Regresi yang digunakan adalah sebagai berikut : KUALITAS = b0 + b1 TENURE + b2 KAP + b3 KLIEN + e
Keterangan : KUALITAS : kualitas audit yang diproksikan dengan kecenderungan auditor menerbitkan Opini Going concern dan diukur dengan variabel dummy. Bila perusahaan diberikan opini Going concern (OGC) diberi nilai 1 dan bila perusahaan tidak mendapat opini Going concern (NOGC) diberi nilai 0. TENURE
: lamanya hubungan auditor dan klien. Diukur dengan menghitung jumlah tahun sebuah KAP mengaudit laporan keuangan sebuah perusahaan secara berurutan.
KAP
: ukuran KAP, termasuk KAP Big 4 atau tidak. Diukur dengan variabel dummy. 1 bila berafiliasi dengan Big 4 dan 0 bila tidak berafiliasi dengan Big 4.
KLIEN
: diukur dengan melakukan logaritma natural atas Total Aset perusahaan.
e
: residual error
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif dan Analisis Tabulasi Silang (Crosstab) Berdasarkan kriteria sampel yang telah ditetapkan maka diperoleh sebanyak 200 data perusahaan manufaktur yang digunakan sebagai sampel dan dikelompokkan ke dalam dua kelompok atau kategori berdasarkan atas jenis opini
13
audit sebagai proksi kualitas audit yang diterimanya, yaitu kelompok perusahaan dengan opini audit going concern (OGC) dan perusahaan dengan opini audit non going concern (NOGC). Tabel I Distribusi Kualitas Audit (Opini Going concern) KUALITAS Non OGC Tahun
2006
Count % within Tahun
2007
Count % within Tahun
2008
Count % within Tahun
2009
Count % within Tahun
2010
Count % within Tahun
Total
Count % within Tahun
OGC
Total
33
7
40
82.5%
17.5%
100.0%
33
7
40
82.5%
17.5%
100.0%
34
6
40
85.0%
15.0%
100.0%
34
6
40
85.0%
15.0%
100.0%
32
8
40
80.0%
20.0%
100.0%
166
34
200
83.0%
17.0%
100.0%
Sumber : Data sekunder yang diolah (2012) Pengelompokkan pada tabel I menunjukkan bahwa dari 40 perusahaan yang dapat dianalisis untuk tahun 2006 – 2010 terdapat 17,0% yang menerima opini going concern dan 83,0% yang menerima opini non going concern. Pada tahun 2006 dan 2007 sebanyak 7 perusahaan menerima opini going concern. Tahun 2008 dan 2009 sebanyak 6 perusahaan yang menerima opini going concern dan tahun 2010 sebanyak 8 perusahaan menerima opini going concern. Masa perikatan KAP dengan klien (tenure) dari perusahaan sampel selama periode tahun 2006 – 2010 pada perusahaan yang menerima opini going concern dan yang tidak menerima opini going concern ditunjukkan sebagai berikut :
14
Tabel II Distribusi Audit Tenure
N Non OGC OGC Total
Mean 166 34 200
Std. Deviation Minimum Maximum
2.48 2.76 2.52
1.338 1.478 1.363
1 1 1
5 5 5
Sumber : Data Sekunder yang diolah (2012) Analisis statistik deskriptif variabel Audit Tenure untuk perusahaan yang menerima opini going concern dan perusahaan yang menerima opini non going concern seperti disajikan dalam tabel II menunjukkan bahwa nilai rata-rata (mean) Tenure untuk perusahaan yang menerima opini going concern adalah sebesar 2,76, lebih lama dibandingkan dengan perusahaan yang menerima opini non going concern yaitu sebesar 2,48. Ukuran auditor (KAP) yang diukur dengan afiliasi KAP dengan KAP big 4 dan KAP non-Big 4 dari perusahaan sampel selama periode tahun 2006 – 2010 pada perusahaan yang menerima opini going concern dan yang tidak menerima opini going concern ditunjukkan sebagai berikut :
Tabel III Distribusi Ukuran KAP KUALITAS Non OGC
KAP
Afiliasi Non Big 4 Count % within KUALITAS Afiliasi Big 4
Count % within KUALITAS
Total
Count % within KUALITAS
Sumber : Data Sekunder yang diolah
15
OGC
Total
36
16
52
21.7%
47.1%
26.0%
130
18
148
78.3%
52.9%
74.0%
166
34
200
100.0%
100.0%
100.0%
Pengelompokkan pada tabel III menunjukkan bahwa dari 166 perusahaan yang menerima opini non going concern, sebanyak 78,3% diaudit oleh KAP Big 4. Sedangkan dari 34 perusahaan yang menerima opini going concern, sebanyak 52,9% perusahaan diaudit oleh KAP Big 4. Ukuran Klien yang diukur dengan total aset perusahaan sampel selama periode tahun 2006 – 2010 pada perusahaan yang menerima opini going concern dan yang tidak menerima opini going concern ditunjukkan sebagai berikut :
Tabel IV Distribusi Ukuran Klien N
Mean
Std. Deviation
Non OGC 166 28.3987 1.58380301 OGC 34 27.5358 1.56860619 Total 200 28.2520 1.61042326 Sumber : Data Sekunder yang diolah
Minimum 24.49800 24.86520 24.49800
Maximum 32.35710 31.01630 32.35710
Analisis statistik deskriptif untuk variabel ukuran klien disajikan dalam tabel IV menunjukkan bahwa nilai rata-rata (mean) logaritma natural total asset untuk perusahaan yang menerima opini going concern adalah sebesar 27,5358, lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang tidak menerima opini going concern yaitu sebesar 28,3987.
Uji Multikolinieritas Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Tabel V merupakan matrik korelasi untuk persamaan regresi. Dalam matrik ini akan dilihat besarnya korelasi antar variabel independen. Matrik korelasi di atas menunjukkan tidak adanya gejala multikoloniearitas antar variabel independen, sebagaimana terlihat dari nilai korelasi antar variabel independen yang tertinggi sebesar 0,382.
16
Tabel V Hasil Uji Multikolinieritas Correlations TENURE
TENURE Pearson Correlation
KAP
1
Sig. (2-tailed)
KAP
Ln.TA
Ln.TA
.003
.069
.972
.332
N
200
200
200
Pearson Correlation
.003
1
.382**
Sig. (2-tailed)
.972
N
200
200
200
Pearson Correlation
.069
.382**
1
Sig. (2-tailed)
.332
.000
N
200
200
.000
200
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber : Data Sekunder yang diolah
Pengujian Keseluruhan Model (Overall Model Fit) Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -2 Log Likelihood (-2LL) pada akhir (Block Number = 1). Adanya pengurangan nilai antara -2LL awal (initial -2LL function) dengan nilai -2LL pada langkah berikutnya (-2LL akhir) menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data. Tabel VI Menilai Keseluruhan Model Iteration Historya,b,c,d Coefficients Iteration
Step 1
-2 Log likelihood
Constant
TENURE
KAP
Ln.TA
1
173.844
2.703
.100
-.554
-.137
2
168.541
5.255
.168
-.793
-.239
3
168.342
6.074
.187
-.839
-.271
4
168.342
6.120
.188
-.841
-.273
5
168.342
6.120
.188
-.841
-.273
17
Tabel VII Angka Block Number Block Number = 0
Block Number = 1
182,354
168,342
-2 Log Likelihood Sumber : Data Sekunder yang diolah
Tabel VI dan Tabel VII menunjukkan bahwa nilai -2LL mengalami penurunan. Pada -2LL awal (Block Number = 0) angka -2LL adalah 182,354, sedangkan pada -2LL akhir (Block Number = 1) angka -2LL adalah 168,342. Penurunan likelihood ini mencerminkan bahwa model regresi semakin baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data.
Koefisien Determinasi (Nagelkerke’s R Square) Tabel VIII Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary
Step
-2 Log likelihood
1
Cox & Snell R
Nagelkerke R
Square
Square
168.342a
.068
.113
Sumber : Data Sekunder yang diolah
Dilihat dari output SPSS pada Tabel VIII, nilai Cox Snell’s R Square persamaan regresi dalam penelitian ini sebesar 0,068 dan nilai Nagelkerke R2 adalah 0,113 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar 11,3% sedangkan sisanya 88,7% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian.
Pengujian Kelayakan Model Regresi Pengujian kelayakan model regresi logistik dilakukan dengan menggunakan Goodness of Fit Test yang diukur dengan nilai Chi-Square pada bagian bawah uji Hosmer and Lemeshow.
18
Tabel IX Hasil Uji Kelayakan Model Regresi Hosmer and Lemeshow Test
Step 1
Chi-square
df
12.868
Sig. 8
.116
Sumber : Data Sekunder yang diolah
Probabilitas signifikansi menunjukkan angka senilai 0,116 dimana 0,116 > 0,05 maka H0 diterima. Hal ini berarti model regresi layak dipakai untuk analisis selanjutnya dan mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya.
Matriks Klasifikasi Matrik klasifikasi bertujuan untuk menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi dalam memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going concern pada perusahaan. Hasil matrik klasifikasi untuk model regresi dapat dilihat pada tabel X. Kekuatan prediksi dari model regresi secara keseluruhan adalah sebesar 82%. Kekuatan prediksi model regresi untuk memprediksi penerimaan opini audit going concern pada perusahaan adalah sebesar 0%. Hal ini menunjukkan hasil observasi dengan menggunakan model regresi ini adalah tidak ada perusahaan (0%) yang diprediksi menerima opini audit going concern (OGC) dari total 34 perusahaan yang menerima opini audit going concern. Sedangkan kekuatan prediksi model untuk penerima opini audit non going concern adalah 98,8%, artinya hasil observasi dengan model regresi yang digunakan menunjukkan ada sebanyak 164 perusahaan (98,8%) yang diprediksi menerima opini audit non going concern (NOGC) dari total 166 perusahaan yang menerima opini audit non going concern.
19
Tabel X Matriks Klasifikasi Classification Tablea,b Predicted KUALITAS Observed Step 0
KUALITAS
Non OGC Non OGC
Percentage Correct
OGC
166
0
100.0
34
0
.0
OGC Overall Percentage
83.0
a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500
Classification Tablea Predicted KUALITAS Observed Step 1
Non OGC
KUALITAS Non OGC
Percentage Correct
OGC
164
2
98.8
34
0
.0
OGC Overall Percentage
82.0
Model Regresi Logistik yang Terbentuk Tahap akhir adalah uji koefisien regresi. Hasil pengujian koefisien regresi dapat dilihat pada tabel XI. Tabel XI Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik Variables in the Equation B Step 1a
TENURE
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
.188
.141
1.775
1
.183
1.207
KAP
-.841
.426
3.896
1
.048
.431
Ln.TA
-.273
.138
3.936
1
.047
.761
Constant
6.120
3.721
2.706
1
.100
454.966
a. Variable(s) entered on step 1: TENURE, KAP, Ln.TA.
Sumber : Data sekunder yang diolah
20
Dari pengujian persamaan logistik tersebut, maka diperoleh model persamaan regresi yaitu sebagai berikut : OGC = 6,120 + 0,188 TENURE - 0,841 KAP – 0,273 Ln.TA
Hasil tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a. H1 : Audit Tenure mempengaruhi kualitas audit pada perusahaan di Indonesia. Hasil pengujian pengaruh Tenure terhadap opini going concern diperoleh nilai Wald sebesar 1,775 dengan signifikansi sebesar 0,183. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti Tenure tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap opini going concern sebagai proksi kualitas audit. Dengan demikian Hipotesis 1 (H1) ditolak.
b. H2 : Ukuran KAP mempengaruhi kualitas audit pada perusahaan di Indonesia. Hasil pengujian pengaruh ukuran KAP terhadap opini going concern diperoleh nilai Wald sebesar 3,896 dengan signifikansi sebesar 0,048. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan ukuran KAP memiliki pengaruh yang signifikan terhadap opini going concern sebagai proksi kualitas audit. Dengan demikian Hipotesis 2 (H2) diterima. Arah koefisien adalah negatif sebesar -0,841 atau dengan kata lain KAP yang berafiliasi dengan KAP Big 4 cenderung memiliki probabilitas memberikan opini going concern yang lebih rendah. Nilai Exp(B) diperoleh sebesar 0,431, yang berarti KAP Big 4 memiliki probabilitas memberikan opini going concern sebesar 0,431 kali dibanding KAP non Big 4.
c. H3 : Ukuran Perusahaan Klien mempengaruhi kualitas audit pada perusahaan di Indonesia. Hasil pengujian pengaruh Ukuran klien terhadap opini going concern diperoleh nilai Wald sebesar 3,936 dengan signifikansi sebesar 0,047. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti Ukuran Perusahaan
21
Klien memiliki pengaruh yang signifikan terhadap opini going concern sebagai proksi kualitas audit. Dengan demikian Hipotesis 3 (H3) diterima. Arah koefisien adalah negatif sebesar -0,273 atau dengan kata lain klien yang memiliki aset yang besar cenderung memiliki probabilitas mendapatkan opini going concern yang lebih rendah. Nilai Exp(B) diperoleh sebesar 0,761, yang berarti perusahaan klien yang lebih besar memiliki probabilitas mendapatkan opini going concern sebesar 0,761 kali dibanding perusahaan klien yang lebih kecil.
Interpretasi Hasil Hasil perhitungan atas hubungan antara variabel Audit Tenure dengan kualitas audit menunjukkan bahwa Audit Tenure tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit. Dari hasil statistik deskriptif Audit tenure didapat nilai minimum 1 dan maksimum 5. Ketika perusahaan tidak puas dengan kualitas kinerja auditor, masa perikatan diakhiri sebelum batas maksimum yang diatur pemerintah. Nilai minimum 1 menunjukkan adanya perusahaan yang telah mengganti auditor ketika masa perikatan baru berjalan 1 tahun. Auditor baru yang lebih memberi jaminan kualitas atas jasa audit kemudian dipilih sebagai pengganti. Pilihan yang dibuat perusahaan untuk segera mengakhiri masa perikatan ketika kualitas yang diharapkan tidak diperoleh menunjukkan audit tenure tidak mempengaruhi kualitas audit pada perusahaan di Indonesia. Sebaliknya, yang terjadi adalah kecenderungan bahwa kualitas audit yang mempengaruhi masa perikatan auditor-klien. Di sisi lain, nilai maksimum 5 menunjukkan ada perikatan yang terjadi selama 5 tahun. Kecenderungan yang timbul adalah semakin lama masa perikatan, semakin tidak ada variasi yang timbul dari jasa audit yang dilakukan, dengan kata lain opini yang diberikan cenderung sama dari tahun-ke tahun. Hasil perhitungan atas hubungan antara variabel Ukuran KAP dengan kualitas audit menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dengan arah negatif. Semakin besar sebuah KAP maka KAP tersebut akan lebih sedikit memberikan opini going concern. Kecenderungan KAP yang berafiliasi dengan
22
Big 4 memberikan opini going concern lebih kecil dibandingkan dengan KAP yang tidak berafiliasi dengan Big 4. Kesimpulan ini mengindikasikan di Indonesia tidak dapat dipastikan bahwa KAP yang berafiliasi dengan Big 4 akan memberikan jasa audit yang berkualitas. Hasil dari pengujian hipotesis ini tentu terkait dengan objek penelitian yaitu KAP lokal di Indonesia yang berafiliasi dengan Big 4. Kesimpulan yang berbeda mungkin bisa didapat jika yang dijadikan objek penelitian adalah KAP Big 4 itu sendiri bukan KAP lokal. Hasil perhitungan atas hubungan antara variabel Ukuran perusahaan klien dengan kualitas audit menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dengan arah negatif. Semakin besar aset sebuah perusahaan maka akan lebih sedikit mendapatkan opini going concern. Seperti yang tercantum dalam PSA No. 30 Seksi 341, indikator going concern yang banyak digunakan auditor dalam memberikan keputusan opini audit adalah kegagalan dalam memenuhi kewajiban hutangnya (default). Debt default didefinisikan sebagai kegagalan debitor (perusahaan) untuk membayar hutang pokok dan/atau bunganya pada waktu jatuh tempo. Bagi perusahaan besar, dengan besarnya sumber aset, maka kegagalan lebih dapat diatasi dengan memanfaatkan asetnya. Hasil ini sesuai dengan pendapat bahwa Perceived Quality akan menjadi lebih besar bagi klien kecil. Perusahaan besar memiliki sistem pengendalian internal yang lebih baik dibandingkan perusahaan kecil (Fernando et al., 2010). Dari sudut pandang Perceived Quality, ketika baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil memperoleh tingkat kepercayaan yang sama dari pengguna laporan keuangan bahwa laporan keuangan mereka telah bebas dari salah saji material, bagi perusahaan kecil tingkat kepercayaan ini menjadi lebih efektif. Outcome yang diperoleh perusahaan kecil ketika output (kepercayaan pengguna laporan keuangan) telah dicapai lebih besar dibandingkan perusahaan besar. Bagi perusahaan kecil, kepercayaan pengguna laporan keuangan bukan hanya mampu mempromosikan investasi mereka (Taylor, 2005 dalam Jackson et al., 2008), namun tentu saja membuat perusahaan mereka lebih diperhatikan publik dan
23
investor. Sedangkan, bagi perusahaan besar yang sudah menjadi perhatian dan sorotan publik, tingkat kepercayaan ini hanya membantu dalam mempromosikan investasi. Sehingga dari sudut pandang Perceived Quality, jasa audit pada perusahaan kecil lebih berkualitas dibandingkan dengan perusahaan besar.
V. KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
Kesimpulan Masa Perikatan Auditor dengan klien atau disebut juga Audit Tenure tidak mempengaruhi kualitas dari sebuah audit atas pemeriksaan laporan keuangan pada perusahaan-perusahaan di Indonesia secara signifikan. Ukuran KAP memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas audit atas pemeriksaan laporan keuangan pada perusahaan-perusahaan di Indonesia dengan arah negatif. Semakin besar ukuran KAP maka kecenderungan untuk memberikan opini going concern semakin kecil. Ukuran Klien memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit dengan arah negarif. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar asset yang dimiliki perusahaan akan semakin kecil probabilitas mendapatkan opini going concern.
Keterbatasan Proksi kecenderungan menerbitkan opini going concern yang digunakan diharapkan dapat mengukur tingkat independensi auditor. Namun, yang menjadi kelemahan dari proksi ini adalah kecenderungan untuk menerbitkan opini going concern hanya tergantung pada perusahaan yang membutuhkan laporan seperti itu saja. Objek yang diteliti merupakan semua perusahaan, baik yang sehat secara finansial
maupun
yang
bermasalah,
sehingga
tidak
dapat
menangkap
kecenderungan memberikan opini going-concern. Periode yang digunakan hanya 5 tahun dan masih mendasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003
24
pasal 2, belum mendasarkan pada peraturan terbaru, yaitu Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik” pasal 3.
Saran Adapun saran yang dapat diberikan untuk penelitian-penelitian yang akan datang adalah Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan proksi lain untuk mengukur kualitas audit seperti tingkat discretionary accruals (DA) maupun ukuran lainnya. Selain
itu,
Penelitian
selanjutnya
hendaknya
mempertimbangkan
penggunaan objek penelitian perusahaan-perusahaan yang bermasalah baik secara finansial maupun ligitasi, sehingga lebih mampu mengukur kecenderungan auditor memberikan opini going-concern. Penelitian selanjutnya juga sebaiknya menggunakan periode yang lebih dari 5 tahun karena periode yang lebih panjang diharapkan mampu digunakan untuk mengukur lama Audit Tenure dan memenuhi ketetapan peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik” pasal 3.
25
DAFTAR PUSTAKA Al-Thuneibat, Al Issa, dan Ata Baker. 2011. Do Audit Tenure and Firm Size contribute to Audit Quality? “Managerial Auditing Journal, Vol. 26, No. 4, pp. 317-334 Carey P. dan R. Simnett. 2006. Audit Partner Tenure and Audit Quality. “The Accounting Review, Vol. 81, No. 3, pp. 653-676 Choi, J.H., Kim, C., Kim, J.B., dan Y. Zang. 2010. Audit Office Size, Audit Quality, and Audit Pricing. “Auditing : The Journal of Practice & Theory, Vol. 29, No. 1, pp. 73-97 Dao M., S. Mishra, dan K. Raghunandan. 2008. Auditor Tenure and Shareholder Ratification of the Auditor. “Accounting Horizons, Vol. 22, No. 3, pp. 297314 Dong Yu, M. 2007. The Effect of Big Four Office Size on Audit Quality. Columbia : UMI Microform. Fernando, G. D., Ahmed M., dan Randal J. E. 2010. Audit quality attributes, client size and cost of equity capital. “Review of Accounting and Finance, Vol. 9, No. 4, pp. 363-381 Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Undip. Harom Masy Aril.
2012.
“Kualitas
Audit
dan Hubungannya dengan
Auditor”.h..n.phttp://aiaril.blogspot.com/2012/03/kualitas-audit-dan hubungannya dengan.html. Diakses tanggal 30 April 2012. Institut Akuntan Publik Indonesia, 2011. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta : Salemba Empat.
26
Jackson, A.B., M. Moldrich, dan P. Roebuck. 2008. Mandatory audit firm rotation and Audit Quality. “Managerial Auditing Journal, Vol. 23 No. 5, pp. 420437 Mulyadi. 2002. Auditing. Jakarta : Salemba Empat. Nasser Abu Thahir, Emelin A.W., Sharifah, dan Mohammad Hudaib. 2006. Auditor – client Relationship : the case of audit tenure and auditor switching in Malaysia. “Managerial Auditing Journal, Vol. 21, No. 7, pp. 724-737 Novalinda Aria. 2012. “Pengaruh Going Concern dalam mempengaruhi Opini Audit
Akuntan
Publik.”
KAP
Drs.
J.
Tanzil
&
Rekan.
h..n.phttp://www.jtanzilco.com/main/index.php/accounting/373-pengaruh goingconcerndalammempengaruhiopiniauditakuntanpublik. Diakses tanggal 1 Mei 2012. Sekaran, U. 2003. Research Method for Business. United State of America : John Wiley & Son, Inc. Sun Jerry dan Guoping Liu. 2011. Client-specific litigation risk and audit quality differentiation. “Managerial Auditing Journal, Vol. 26, No. 4, pp. 300-316 Tamba R. dan H. Siregar. 2009. “Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, dan Opini Audit terhadap Penerimaan Opini Going Concern pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi tidak dipublikasikan, Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara. Wikipedia. 2011. Big Four Audit Firm. Wikimedia Foundation, Inc. h..n.p. http://en.wikipedia.org/wiki/Big_Four_%28audit_firms%29, diakses tanggal 1 Agustus 2011. Wikipedia. 2012. “Going Concern.” Wikimedia Foundation, Inc. h..n.p http://en.wikipedia.org/wiki/Going_concern, diakses tanggal 1 Mei 2012.
27