ANALISIS PENDAPATAN, FAKTOR PRODUKTIVITAS DAN MANAJEMEN USAHA SAPI PERAH KUD GIRI TANI KABUPATEN BOGOR
NI MADE DEWI ADNYAWATI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pendapatan, Faktor Produktivitas dan Manajemen Usaha Sapi Perah KUD Giri Tani Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2014 Ni Made Dewi Adnyawati NIM H34124035
ABSTRAK NI MADE DEWI ADNYAWATI. Analisis Pendapatan, Faktor Produktivitas dan Manajemen Usaha Sapi Perah KUD Giri Tani Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh Burhanuddin. Peternakan merupakan subsektor yang penting dalam sektor pertanian di Indonesia. Jawa Barat merupakan provinsi sentra peternakan, salah satunya di kecamatan Cisarua Bogor. Rendahnya produksi susu dan tingginya harga pakan menyebabkan pendapatan peternak rendah. Tujuan penelitian yaitu untuk menganalisis pendapatan peternak, faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas sapi perah dan manajemen serta peranan koperasi. Analisis yang digunakan yaitu analisis pendapatan, R/C , fungsi produksi dan analisis deskriptif. Berdasarkan hasil perhitungan pendapatan dan R/C, peternak dengan skala kecil dan sedang mengalami kerugian sedangkan peternak dengan skala besar mendapatkan keuntungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas sapi perah yaitu pakan konsentrat, masa laktasi dan tenaga kerja. KUD Giri tani memiliki manajemen dan menjalankan peranannya dengan cukup baik yang dapat dilihat dari unit kegiatan yang dijalankan untuk menunjang keberlangsungan usahaternak yang dijalankan anggota peternak. Kata kunci: Pendapatan, R/C, Faktor Produktivitas, Manajemen Koperasi
ABSTRACT NI MADE DEWI ADNYAWATI. Analyze Revenue Livestock, Productivity Function and Management of Dairy Cow‟s Entreprise KUD Giri Tani, Bogor District. Supervised by BURHANUDDIN. Livestock is an important sub-sectors of Indonesia‟s agriculture. Western of Java is one of livestocks centers in the Island of Java, for example is subdistrict Cisarua, Bogor. Nowadays, the milk production decrease, whereas the price of Livestock feed getting high, lead to the incomes of dairy farmers remain low. The purpose of this study is analyzing dairy farmer's incomes, the factor that affects dairy cow productivity and the Koperasi‟s management nor the role of Koperasi. This study using the analysis of revenue, R/C, production function and descriptive analysing. Based on the result of revenue calculation, R/C, small and middle-scale dairy farmers facing profit losses, whereas the large-scale diary farmers can gaining their profit. The factors dairy cow‟s productivity to produce dairy milk are concentrated feeds, lactation and workers. The Koperasi Unit Desa (KUD) Giri Tani has good management and doing their responsibility well enough. These can be seen from their activities to support the sustainability of livestock enterprises that implemented by KUD members . Keywords: Revenue, R / C, Productivity Factor , Management Cooperation
ANALISIS PENDAPATAN, FAKTOR PRODUKTIVITAS DAN MANAJEMEN USAHA SAPI PERAH KUD GIRI TANI KABUPATEN BOGOR
NI MADE DEWI ADNYAWATI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 ini ialah usahatani, dengan judul Analisis Pendapatan, Faktor Produktivitas dan Manajemen Usaha Sapi Perah KUD Giri Tani Kabupaten Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Burhanuddin, MM selaku dosen pembimbing, Ibu Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen penguji utama dan Dra. Yusalina, MSi sebagai dosen penguji akademik yang memberikan banyak masukan dan saran dalam perbaikan skripsi penulis. Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan dan arahan yang diberikan selama penulis menjalani masa perkuliahan di departemen Agribisnis ini. Selain itu ucapan terimakasih juga di ucapkan kepada anggota peternak KUD Giri Tani atas bantuannya pada penulis dalam pengumpulan data penelitian ini. Ucapan terimakasi juga penulis ucapkan kepada Ayah, Ibu, kakak, adik dan seluruh keluarga serta teman-teman atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2014 Ni Made Dewi Adnyawati
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu Penerimaan, Struktur Biaya dan Pendapatan Usahaternak Manajemen dan Peranan Koperasi Bagi Peternak KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Usahatani Konsep Fungsi Produksi Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Usahaternak Sapi Perah Imbangan Biaya-Penerimaan Manajemen dan Peranan Koperasi Dalam Usahaternak
ii iii iii 1 1 5 6 7 7 7 7 9 11 11 11 11 12 14 15 15
Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Sampel Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data
16 17 17 18 18 18 19
Analisis Struktur Biaya dan Pendapatan Analisis Fungsi Produksi
19 20
Definisi Operasional GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian Keadaan Peternakan Desa Cibeureum di Kecamatan Cisarua Gambaran Umum KUD Giri Tani Karakteristik Peternak HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Pendapatan Usahaternak Sapi Perah Penerimaan Usahaternak Struktur Biaya Usahaternak Pendapatan Usahaternak
Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Sapi Perah Manajemen dan Peranan KUD bagi Anggota Peternak SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA
24 24 24 25 27 27 28 38 38 38 39 44
47 55 60 60 61 61
ii
LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
63 69
DAFTAR TABEL 1 Sumbangan sektor/subsektor pertanian terhadap produk domestik bruto atas dasar harga yang berlaku (miliar rupiah) tahun 2008-2012 . 1 2 Produksi dan konsumsi susu nasional tahun 2008-2012 2 3 Jumlah populasi sapi perah dan volume produksi susu sapi perah di provinsi Jawa Barat tahun 2007-2013 3 4 Volume produksi susu sapi perah pada 6 kabupaten yang terdapat di Jawa Barat tahun 2006 – 2011 4 5 Jumlah populasi dan volume produksi susu sapi perah di wilayah Bogor 4 tahun 2006-2011 6 Sebaran penduduk desa Cibeureum kecamatan Cisarua bedasarkan jenis kelamin tahun 2003-2010 25 7 Sebaran penduduk desa Cibeureum kecamatan Cisarua berdasarkan usia pada tahun 2010 26 8 Sebaran penduduk desa Cibeureum kecamatan Cisarua berdasarkan mata pencaharian tahun 2010 27 9 Sebaran anggota aktif dan tidak aktif masing-masing kelompok di KUD Giri Tani tahun 2013 28 10 Sebaran peternak responden KUD Giri Tani berdasarkan jenis kelamin tahun 2014 29 11 Sebaran peternak responden KUD Giri Tani berdasarkan kelompok umur tahun 2014 29 12 Sebaran peternak responden KUD Giri Tani berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2014 30 13 Sebaran peternak responden KUD Giri Tani berdasarkan pengalaman beternak tahun 2014 31 14 Sebaran peternak responden KUD Giri Tani berdasarkan jumlah kepemilikan sapi perah tahun 2014 31 15 Sebaran sapi perah yang dimiliki oleh peternak responden KUD Giri Tani berdasarkan kriteria sapi perah tahun 2014 32 16 Sebaran peternak responden KUD Giri Tani berdasarkan jenis usaha sampingan yang dijalankan tahun 2014 32 17 Sebaran peternak responden KUD Giri Tani berdasarkan jenis tenaga kerja yang digunakan tahun 2014 33 18 Jenis konsentrat yang digunakan oleh peternak responden KUD Giri Tani tahun 2014 34 19 Jumlah penggunaan pakan hijuan dan konsentrat oleh peternak responden KUD Giri Tani tahun 2014 35 20 Rata-rata produktivitas sapi perah peternak responden berdasarkan skala usaha 37 21 Rata-rata penerimaan harian peternak responden tahun 2014 38 22 Rata-rata biaya harian yang dikeluarkan peternak responden tahun 2014 43 23 Rata-rata pendapatan harian peternak responden tahun 2014 44
iii
24 Hasil pendugaan fungsi produksi susu sapi perah pada anggota KUD Giri Tani 25 Hasil pendugaan fungsi produksi susu sapi perah pada anggota KUD Giri Tani tanpa variabel hijauan
48 51
DAFTAR GAMBAR 1 Elastisitas produksi dan daerah-daerah produksi 2 Kerangka operasional analisis pendapatan peternak dan manajemen koperasi di KUD Giri Tani kabupaten Bogor
14 17
DAFTAR LAMPIRAN 1 Penggunaan faktor-faktor produksi susu sapi perah responden peternak KUD Giri Tani tahun 2014 2 Hasil olahan data dengan software SPSS 11.5 for windows dengan faktor produksi konsentrat, hijauan, masa laktasi, dan tenaga kerja 3 Hasil olahan data dengan software SPSS 11.5 for windows dengan faktor produksi konsentrat, masa laktasi, dan tenaga kerja
64 65 67
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sektor agribisnis yang cukup penting. Keberadaan sektor ini terkait dengan ketersediaan bahan pangan hewani bagi masyarakat. Peningkatan pendapatan masyarakat menyebabkan pola konsumsi bahan pangan hewani ini semakin tinggi. Berdasarkan data Produk Domestik Bruto (PDB) pertanian dari tahun 2008 hingga 2012 terlihat bahwa sektor peternakan memberikan kontribusi yang cukup signifikan untuk perekonomian Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari Nilai Produk Domestik Bruto dari tahun 2008 hingga 2012 dalam Tabel 1. Tabel 1 Sumbangan sektor/subsektor pertanian terhadap produk domestik bruto atas dasar harga yang berlaku (miliar rupiah) tahun 2008-2012 Lapangan Usaha
2008
2009
2010
2011(*)
2012 (**)
Tanaman bahan 349 795.0 makanan
419 194.8
482 337.1
529 968.0
574 330.0
Trend ratarata % 13,3
Tanaman perkebunan Peternakan
105 960.5
111 378.5
136 048.5
153 709.3
159 753.9
11
83 276.1
104 883.9
119 371.7
129 297.7
146 089.7
15.25
Kehutanan
40 375.1
45 119.6
48 289.8
51 781.3
54 906.5
7.99
Perikanan
137 249.5
176 620.0
199 383.4
226 691.0
255 332.3
16.9
Keterangan : (*) adalah angka sementara (**) adalah angka sangat sementara Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 (diolah)
Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa sektor peternakan mengalami pertumbuhan rata-rata setiap tahunnya yaitu 15.25%. Hal ini berarti bahwa sumbangan sektor peternakan terhadap PDB setiap tahunnya sebesar 15.25% dan rata-rata pertumbuhannya melebihi 3 sektor lainnya yaitu tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, dan perikanan. Keberadaan sektor peternakan sangat penting dalam pembangunan ekonomi dan mempunyai prospek untuk terus dikembangkan lebih lanjut karena dapat memberikan persentase sumbangan yang terus meningkat setiap tahunnya. Salah satu sektor peternakan yang cukup potensial untuk dikembangkan yaitu peternakan sapi perah. Komoditas yang dihasilkan dari peternakan sapi perah adalah susu. Susu semakin banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena adanya perubahan gaya hidup, peningkatan pendapatan dan pola pikir yang berubah di masyarakat. Kondisi produksi dan konsumsi susu masyarakat Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.
2
Tabel 2 Produksi dan konsumsi susu nasional tahun 2008-2012 Tahun Produksi susu Trend rata-rata Konsumsi susu Trend rata-rata (ribu ton) % (ribu ton) % 2008 646. 9 2 125.33 2009 827.2 27.9 2 277.20 7.1 2010 909.5 9.9 3 173.05 39.3 2011 974.7 7.2 3 494.81‟ 10.1‟ 2012 959.7 -1.5 2 738.51* -21.6* Keterangan : „) angka sementara *) angka estimasi Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2012 (diolah)
Dilihat dari Tabel 2, produksi dan konsumsi susu terus meningkat setiap tahunnya yaitu dari tahun 2008 hingga tahun 2012. Namun untuk persentase ratarata pertumbuhan produksi susu terus mengalami penurunan yaitu dari tahun 2009 hingga tahun 2012 sedangkan konsumsi susu mengalami kenaikan yaitu pada tahun 2009 hingga tahun 2010, sementara pada tahun 2011 dan 2012 belum dapat dipastikan karena masih menggunakan data sementara. Penurunan produksi yang terjadi akhir tahun 2011 ke tahun 2012 dikarenakan maraknya penjualan sapi perah produktif sebagai sapi potong yang dilakukan oleh peternak karena mereka tergiur oleh tingginya harga daging sapi dipasaran1. Hal ini masih terjadi hingga tahun 2013, dimana induk sapi perah dihargai tinggi. Akibat yang ditimbulkan yaitu berkurangnya jumlah sapi perah nasional sebanyak 10%-30% yang berdampak pada penurunan produksi. Penjualan susu di rasa oleh peternak tidak memberikan keuntungan dikarenakan harga susu yang rendah per liternya sehingga mereka menjual sapi perah untuk mendapatkan keuntungan yang lebih. Indonesia belum mampu untuk memenuhi konsumsi dalam negeri yang jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan produksinya. Produksi susu dalam negeri hanya mampu memenuhi 30% dari total konsumsi susu nasional dari tahun 2008 hingga 2012. Keadaan ini membuat Indonesia harus melakukan impor susu dari luar negeri untuk dapat memenuhi kebutuhan susu dalam negeri sebanyak 70%2. Keadaan ini diperparah dengan menurunnya jumlah produksi dikarenakan penjualan sapi perah produktif sebagai sapi pedaging. Hal ini tidak menutup kemungkinan terjadinya impor susu yang lebih tinggi lagi. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi sentra peternakan sapi perah yang cukup besar. Kondisi alamnya cocok untuk pengembangan sapi perah karena memiliki pegunungan dan dataran tinggi. Lahannya pun relatif luas untuk ketersediaan pakan hijauan (rumput) sehingga pasokan pakan akan tetap terjamin. Kondisi perkembangan susu di Jawa Barat mempunyai struktur yang cukup lengkap terdiri dari peternak, pabrik pakan, industri pengolahan susu yang relatif maju dengan kapasitas yang cukup tinggi serta tersedianya kelembagaan bagi para peternak sapi perah yang tergabung dalam GKSI (Gabungan Koperasi Susu Indonesia). Jumlah populasi sapi perah dan juga volume produksi susu sapi perah di provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 3. 1
http://www.trobos.com/show_article.php?rid=4&aid=3843 [ 1 April 2013] http://www.tempo.co/read/news/2011/09/28/090358757/Pemerintah-Berniat-Kurangi-ImporSusu. pemerintah berniat kurangi impor susu [28 september 2013]
2
3
Tabel 3 Jumlah populasi sapi perah dan volume produksi susu sapi perah di provinsi Jawa Barat tahun 2007-2013 Tahun
Populasi sapi perah
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
103 489 111 250 117 337 120 475 139 970 136 054 143 382*
Trend rata-rata (%) 7.499 5.471 2.674 16.181 -2.797 5.386
Produksi susu (ribu ton) 225.210 225.200 225.300 262.177 302.603 281.438 293.107
Trend rata-rata (%) -0.004 0.044 16.367 15.419 -6.994 -
Keterangan: *) angka sementara Sumber : diolah dari data dinas pertanian (2013)
Trend rata-rata populasi sapi perah untuk tahun 2008 sampai tahun 2010 terus mengalami penurunan dan baru mengalami peningkatan pada tahun 2011. Namun seperti yang telah dijelaskan pada keadaan produksi susu secara nasional, bahwa pada akhir tahun 2011 ke tahun 2012 terjadi penurunan populasi sapi perah dikarenakan penjualan sapi perah sebagai sapi pedaging. Jawa Barat yang merupakan salah satu sentra peternakan sapi perah juga mengalami hal serupa. Namun di Jawa Barat pada tahun 2013 sudah mulai ada peningkatan populasi sapi perah kembali. Walaupun terjadi penurunan populasi pada tahun 2008 hingga 2010, namun produksi susunya meningkat. Hal ini dikarenakan banyaknya persentase sapi perah yang produktif dibandingkan dengan yang tidak produktif. Pada tahun 2011 terjadi peningkatan jumlah populasi dan diikuti dengan penurunan produksi susu. Hal ini dikarenakan persentase sapi perah yang tidak produktif lebih banyak dibandingkan dengan yang produktif sehingga terjadi penurunan produksi. Pada tahun 2012 terjadi penurunan jumlah sapi perah hingga peertumbuhan rata-rata bernilai negatif yang juga berdampak pada turunnya produksi susu sapi perah hingga pertumbuhan rata-ratanya pun negatif. Hal ini dikarenakan penjualan sapi perah produktif sebagai sapi pedaging yang mengakibatkan berkurangnya produksi susu. Provinsi Jawa Barat memiliki beberapa kabupaten yang berpotensi sebagai penghasil susu sapi perah. Volume produksi susu sapi perah di enam kabupaten terbesar penghasil susu sapi perah yang terdapat di Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 4.
4
Tabel 4 Volume produksi susu sapi perah pada 6 kabupaten yang terdapat di Jawa Barat tahun 2006 – 2011 Lokasi
2007 (ribu ton)
2008 (ribu ton)
2009 (ribu ton)
2010 (ribu ton)
2011 (ribu ton)
Kab. Bandung kab. Garut Kab. Sumedang Kab. Bogor
93.950,4 27.784 15.184,8 9.171,2
47.035,2 28.198,4 16.964 10.284
48.960,8 28.964 17.129,6 12.414,4
64.637,307 37.653 20.228 15.860
79.220 47.567 20.913 19.499
Trend rata-rata (%) 2.18 15.12 8.47 20.88
Kab. Kuningan Kab. Sukabumi
8.944,8 7.916
9.037,6 8.179,2
11.000,8 8.424,8
14.372 10.994
12.883 11.010
10.75 9.23
Sumber : data dinas pertanian, 2011 (di olah)
Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa kabupaten Bandung merupakan kabupaten yang menghasilkan susu dalam volume terbesar setiap tahunnya dibandingkan dengan lima kabupaten lainnya. Namun trend pertumbuhan rataratanya paling rendah. Bogor merupakan kabupaten yang memiliki trend pertumbuhan rata-rata terbesar yaitu sebesar 20.88% walaupun produksi susu sapi perahnya hanya menempati urutan keempat setelah kabupaten Bandung, Garut dan Sumedang. Kabupaten Bogor memiliki rata-rata persentase pertumbuhan susu sapi perah yang terus meningkat setiap tahunnya. Persentase peningkatan rata-rata produksi susu sapi perah di kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Jumlah populasi dan volume produksi susu sapi perah di wilayah Bogor tahun 2006-2011 Tahun
Populasi sapi perah
2006 2007 2008 2009 2010 2011
5 123 5 268 5 907 7 131 7 288 8 960
Trend rata-rata (%) 2.830 12.129 20.721 2.2016 22.94
Produksi susu (ribu ton) 8.919,2 9.171,2 10.284 12.414,4 15.860 19.499
Trend rata-rata (%) 2.825 12.133 20.715 27.754 22.944
Sumber : diolah dari data Departemen Pertanian (2011).
Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui bahwa persentase rata-rata pertumbuhan produksi susu meningkat setiap tahunnya yaitu tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, namun di tahun 2011 mengalami penurunan. Hal ini seiring dengan peningkatan populasi di tahun tersebut. Namun pada tahun 2010 terjadi penurunan populasi dan ditahun 2011 kembali meningkat, namun peningkatan tersebut tidak diikuti dengan peningkatan produksinya. Berdasarkan jumlah populasi dan produksi sapi perah baik secara nasional, provinsi dan kabupaten, faktor yang signifikan mempengaruhi produksi susu yaitu jumlah populasi dan juga jenis sapi perah (produktif atau tidak produktif). Jumlah sapi perah yang menurun secara signifikan akan menurunkan produksi susu. Jika penurunan populasi berupa penurunan trend rata-rata tetapi masih memiliki nilai penurunan yang positif artinya populasi sapi perah masih meningkat begitu juga dengan produksinya hanya saja pertumbuhan tiap tahunnya menurun. Hal ini
5
dapat disebabkan sapi berada pada kondisi yang tidak produktif, produktivitas rendah dan dapat juga dikarenakan manajemen pemeliharaan yang kurang baik seperti pemberian pakan sehingga menurunkan trend rata-rata produksi susu walaupun trend rata-rata populasi sapi perah mengalami kenaikan. KUD Giri Tani merupakan salah satu sentra peternakan sapi perah yang terdapat di kabupaten Bogor, tepatnya di kecamatan Cisarua. KUD ini menaungi peternak yang ada di kecamatan Cisarua dalam pemasaran susu sapi perah yang dihasilkan. Pada tahun 2011 dan 2012 produksi susu yang dihasilkan peternak anggota dapat mencapai hingga 14 ton/hari. Namun pada tahun 2013 menurun menjadi 7-8 ton. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya populasi sapi perah yang dimiliki anggota. Hal ini semakin diperparah dengan rata-rata produksi susu per satuan ternak hanya 10 liter/hari/ST. Penurunan jumlah sapi perah dan produktivitas yang rendah berpengaruh terhadap produksi susu yang dihasilkan dan pendapatan peternak. Perumusan Masalah KUD Giri Tani merupakan koperasi induk penghasil susu yang berada di kecamatan Cisarua. Koperasi ini merupakan koperasi yang menampung susu dari para anggotanya kemudian di suplai kepada IPS, salah satunya yaitu PT. Cimory. KUD ini memiliki 6 anggota kelompok yang aktif. dengan jumlah keseluruhan peternak 200 orang dan jumlah anggota aktifnya kurang lebih 150 peternak. Banyak dari peternak memutuskan untuk tidak menjadi peternak sapi perah lagi karena dianggap kurang menguntungkan. Hal ini di karenakan biaya yang dikeluarkan untuk produksi susu sapi perah lebih besar daripada harga yang diterima per liter susunya. Kebanyakan dari peternak yang tidak aktif tersebut merupakan peternak yang memiliki jumlah sapi yang sedikit (1-2 ekor) sehingga masih kesulitan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehingga melakukan penjualan sapi perah yang mereka ternakkan untuk pemenuhan kebutuhan hidup mereka. Berkurangnya jumlah anggota yang aktif berimbas pada berkurangnya jumlah populasi sapi perah yang ada di KUD Giri Tani. Populasi sapi perah yang ada di KUD Giri Tani ini juga berkurang karena adanya dana KUR pada tahun 2010 yang diberikan kepada peternak melalui KUD berupa sapi induk siap produksi. Pada 3 tahun pertama pembayarannya hanya berupa pembayaran bunga saja. Namun setelah itu pembayaran yang dilakukan yaitu pembayaran pokok. Banyak dari peternak yang tidak sanggup untuk membayar sehingga mereka menjual sapi induk untuk membayar pokok KUR tersebut. Akibatnya terjadi pengurangan jumlah populasi sapi perah di KUD Giri Tani ini. Peternak belum bisa memanfaatkan sapi perah yang berasal dari dana KUR tersebut untuk menambah pendapatan sehingga pada saat jatuh tempo pembayaran mereka harus menjual sapi perah tersebut. Dampak dari berkurangnya populasi sapi perah di KUD Giri Tani ini adalah berkurangnya produksi susu sapi perah yang dipasok ke KUD Giri Tani. Pada tahun 2011 dan 2012 jumlah susu yang diterima oleh KUD dalam satu hari dapat mencapai 14 ton/hari. Namun dengan adanya pengurangan jumlah populasi sapi perah anggota, produksinya menjadi turun sebesar 7-8 ton per harinya di
6
tahun 2013. Berkurangnya jumlah produksi susu tersebut secara langsung akan mengakibatkan penurunan penerimaan di tingkat KUD begitu juga dengan penerimaan ditingkat peternak. Skala usaha peternak sapi perah di KUD Giri Tani yaitu didominasi oleh skala usaha kecil dengan jumlah kepemilikan sapi kurang dari 4 ekor. Jumlah ini bukan merupakan jumlah ideal kepemilikan sapi, dimana jumlah ideal yang disarankan yaitu lebih dari 7 ekor agar dapat mencapai kelayakan usaha secara ekonomis3. Rata-rata produksi susu sapi perah anggota KUD Giri Tani ini adalah 10 liter/hari/ST. Produksi ini masih tergolong rendah karena untuk sapi jenis FH (fries holland) rata-rata produksi susu sapinya adalah 15-20 liter/hari/ST. Melihat kondisi ini, maka dapat dikatakan bahwa produksi di tingkat peternak tidak optimal sehingga penerimaan peternak juga tidak maksimal. Pakan merupakan salah satu faktor yang paling tinggi tingkat penggunaannya. Banyak diantara anggota yang tidak aktif mengatakan bahwa tingginya harga konsentrat menjadi salah satu alasan mereka tidak dapat bertahan di usahaternak sapi perah. Anggota peternak tidak hanya memelihara sapi produktif melainkan juga sapi yang belum produktif seperti pedet, pejantan dan dara. Kebutuhan pakan akan semakin tinggi karena peternak juga harus memberi pakan untuk sapi yang tidak produksi. Biaya pakan yang tinggi dan rendahnya produksi susu tentu akan berpengaruh terhadap pendapatan sehingga diperlukan pengkajian tentang biaya yang digunakan dan juga pendapatan peternak. Untuk dapat meningkatkan produksi susu dapat dilakukan dengan peningkatan produktivitas sapi perah dan meningkatkan skala usaha peternak yaitu dengan penambahan jumlah populasi sapi produksi yang dipelihara oleh anggota peternak. Namun, peningkatan jumlah populasi sapi perah ini masih menghadapi kendala yaitu kurangnya modal yang dimiliki oleh peternak. Langkah yang dapat diusahakan adalah dengan mengupayakan peningkatan produktivitas sapi perah. Perlu dilakukan pengkajian faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap produktivitas sapi perah. Manajemen dan peran koperasi juga sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan usahaternak yang dijalankan anggota. Banyaknya anggota yang tidak aktif juga menjadikan manajemen dan peranan koperasi penting untuk dikaji. Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini yaitu: 1. Berapa pendapatan yang diterima oleh peternak anggota KUD Giri Tani? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produktivitas sapi perah anggota peternak KUD Giri Tani? 3. Bagaimana manajemen dan peranan KUD Giri Tani terhadap keberlangsungan usahaternak yang dijalankan anggota? Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penulisan penelitian ini yaitu: 1. Menganalisis pendapatan yang diterima oleh peternak anggota KUD Giri Tani. 3
Ramdan Sobahi. - . Model industri peternakan sapi perah rakyat. http://peternakan. litbang. deptan.go.id/fullteks/lokakarya/loksp0882.pf [23 Juni 2014]
7
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas sapi perah anggota peternak KUD Giri Tani. 3. Menganalisis manajemen dan peranan KUD Giri Tani terhadap keberlangsungan usahaternak yang dijalankan anggota. Manfaat Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah : 1. Sebagai penyusunan skripsi, sekaligus menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam bidang ekonomi pertanian khususnya peternakan sapi perah dengan komoditas susu. 2. Sebagai bahan pertimbangan dan informasi bagi peternak sapi perah untuk merencanakan strategi pengembangan peternakan sapi agar produksi susu maksimal. 3. Sebagai bahan literatur bagi para peneliti lainnya dalam melakukan riset Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu peternak yang digunakan dalam penelitian yaitu anggota peternak KUD Giri Tani yang masih aktif menjalankan usaha ternaknya dan peternak yang memiliki sapi laktasi.
TINJAUAN PUSTAKA Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu Beberapa penelitian terdahulu melakukan penelitian terkait dengan faktorfaktor yang mempengaruhi produksi susu sapi perah di beberapa lokasi peternakan yang berbeda. Penelitian tersebut diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2010), Aisyah (2012), Vidiyanti (2004), Heriyatno (2009), Triwidyaratih (2011), dan Alpian (2010). Beberapa dari penelitian ini memiliki persamaan dan juga perbedaan dari hasil yang diperoleh. Penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2010) yaitu terkait dengan pengaruh faktor-faktor terhadap produksi susu sapi perah. Faktor produksi yang digunakan dalam penelitiannya untuk menduga pengaruh faktor tersebut terhadap produksi susu sapi perah yaitu pakan hijauan, pakan konsentrat, luas lahan hijuan, tenaga kerja, jumlah ternak, dan persentase induk laktasi terhadap total ternak. Dari hasil penelitiannya tersebut, ternyata faktor yang berpengaruh terhadap produksi adalah persentase induk laktasi dan jumlah ternak sedangkan faktor lainnya tidak berpengaruh. Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh Aisyah (2012). Faktor dugaan yang digunakan untuk menduga pengaruh faktor dengan produksi susu sapi perah adalah tidak jauh berbeda dengan penelitian sebelumnya. Hanya saja dalam penelitian ini digunakan juga faktor obat-obatan. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa faktor yang mempengaruhi produksi susu sapi perah
8
yaitu tenaga kerja, jumlah sapi, pakan hijuan dan pakan konsentrat. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti yang mendapatkan hasil bahwa penggunaan konsentrat, hijauan dan tenaga kerja tidak berpengaruh dalam produksi susu sapi perah. Penelitian yang serupa lainnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Vidiyanti (2004). Faktor produksi yang digunakan dalam penelitiannya hampir sama dengan 2 penelitian sebelumnya. faktor yang membedakan penelitiannya dengan penelitian yang lain yaitu penggunaan variabel dummy. Variabel dummy yang digunakan yaitu pendidikan, umur, dan pengalaman. Dari hasil penelitiannya didapatkan hasil bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi susu sapi perah yaitu variabel hijuan, konsentrat, tenaga kerja (berpengaruh negatif) dan jumlah sapi perah laktasi. Untuk variabel dummy yang berpengaruh terhadap produksi yaitu umur (berpengaruh negatif) dan pengalaman. Namun, variabelvariabel tersebut berpengaruh pada selang kepercayaan yang rendah yaitu dengan selang kepercayaan di bawah 90%. Hal yang sama juga berlaku pada variabel dummy yang berpengaruh terhadap produksi. Dari semua variabel yang dikatakan berpengaruh dalam penelitiannya, hanya variabel dummy pengalaman saja yang berpengaruh pada selang kepercayaan 90%. Hal ini berbeda dengan 2 penelitian sebelumnya, yang menggunakan selang kepercayaan paling rendah yaitu 90% sedangkan jika lebih rendah dari nilai tersebut maka dikatakan bahwa faktor produksi tersebut tidak berpengaruh. Penelitian lainnya yang juga sama dengan 3 penelitian sebelumnya yaitu Triwidyaratih (2011). Faktor produksi yang digunakan hampir sama dengan penelitian sebelumnya, hanya saja yang membedakan yaitu faktor produksi air. Dari hasil penelitiannya, faktor yang berpengaruh terhadap produksi susu sapi perah per sapi laktasi yaitu jumlah sapi laktasi, pakan konsentrat, dan air yang memiliki pengaruh positif sedangkan tenaga kerja mempunyai pengaruh yang negatif. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan tersebut, hanya satu penelitian yang menyatakan bahwa pakan konsentrat dan hijuan tidak berpengaruh terhadap produksi susu sapi perah sedangkan penelitian lainnya menyatakan kedua faktor tersebut berpengaruh signifikan terhadap produksi. Penelitian yang berbeda dilakukan oleh Heriyatno (2009) dan Alpian (2010). Perbedaan penelitian mereka yaitu jika sebelumnya meneliti tentang pengaruh faktor terhadap produksi, dimana produksi yang dimaksud adalah jumlah susu yang dihasilkan sejumlah sapi laktasi yang dimiliki peternak. dalam penelitian yang dilakukan oleh heriyatno dan alpian meneliti tentang pengaruh faktor terhadap produktivitas sapi perah. Produktivitas yang dimaksud di sini yaitu jumlah susu yang dihasilkan per ekor sapi laktasi. Dalam penelitian Heriyatno, variabel yang digunakan untuk menduga faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas sapi perah yaitu pakan konsentrat, hijuan, masa laktasi sapi produksi, dan biaya usaha harian. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa pakan konsentrat dan pakan hijauan berpengaruh positif sedangkan masa laktasi sapi berpengaruh negatif. Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh Alpian (2010). Dalam penelitiannya, faktor-faktor yang diduga mempengaruhi produktivitas yaitu sama dengan penelitian heriyatno. Hanya saja yang membedakan yaitu penggunaan faktor ampas tahu, vaselin dan tenaga kerja. Hasil dari penelitian Alpian yaitu hijauan, konsentrat, ampas tahu dan tenaga kerja
9
berpengaruh terhadap produktivitas sapi perah. Hanya saja untuk faktor tenaga kerja memiliki pengaruh yang negatif.
Analisis Penerimaan, Struktur Biaya dan Pendapatan Usahaternak Beberapa penelitian terdahulu melakukan penelitian tentang analisis pendapatan pada peternakan sapi perah yang terdapat di Jawa Barat. Penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh Vidiayanti (2004), Heriyatno (2009), Triwidyaratih (2011), dan Achmad (2011). Dalam penelitian terkait analisis pendapatan yang telah dilakukan, terlebih dahulu dilakukan analisis penerimaan dan analisis struktur biaya. Penelitian yang dilakukan oleh Vidiayanti dan Achmad merupakan penelitian tentang analisis pendapatan yang menggunakan data rata-rata dari seluruh peternak responden yang digunakan. dalam penelitian mereka tidak dilakukan perbandingan atara kelompok peternak yang satu dengan yang lain. Penelitian yang dilakukan oleh Vidiayanti menggunakan data selama 1 periode produksi sapi perah yaitu selama 10 bulan sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Achmad menggunakan data per bulan. Dalam penelitiannya mereka Penerimaan yang di analisis yaitu berasal dari penjualan susu ke koperasi (penerimaan tunai) dan susu untuk pakan pedet (penerimaan diperhitungkan). Hanya saja penelitian yang dilakukan oleh Achmad tidak memasukkan penerimaan tidak tunai seperti susu pakan untuk pedet. Produktivitas sapi perah ternyata lebih besar pada daerah penelitian Achmad dibandingkan didaerah penelitian Vidiayanti namun rata-rata jumlah kepemilikan sapi perah di tempat penelitian Vidiayanti lebih banyak dibandingkan dengan Achmad. Struktur biaya terdiri dari biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Vidiayanti biaya tunai terdiri dari biaya konsentrat, ampas tahu, tenaga kerja, inseminasi buatan, potongan KPS, kredit dan transportasi. Sedangkan untuk biaya yang diperhitungkan terdiri dari TKDK (tenaga kerja dalam keluarga), hijauan, sewa lahan milik, penyusutan alat, dan bunga modal. Komponen biaya tunai yang digunakan dalam penelitian Achmad hampir sama dengan komponen biaya tunai yang digunakan dalam penelitian Vidiayanti. Hanya saja yang membedakan yaitu dalam penelitian achmad memasukkan biaya tunai penggunaan rumput, air, medis, dan listrik. Sedangkan untuk komponen biaya tidak tunai hanya menggunakan biaya sewa lahan dan penyusutan. Persamaan dari kedua penelitian ini adalah biaya pakan konsentrat dan tenaga kerja memiliki persentase yang paling tinggi dibandingkan dengan penggunaan input yang lain. Sehingga dapat dikatakan bahwa komponen biaya ini merupakan komponen yang sangat penting dan dapat mempengaruhi pendapatan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Achmad dan Vidiayanti, pendapatan atas biaya tunai dan biaya total bernilai positif artinya usahaternak yang dijalankan memperoleh keuntungan. Pada penelitian keduanya juga melakukan analisis efisiensi dengan menggunakan R/C ratio. Hasil yang diperoleh yaitu usahaternak yang dijalankan didaerah penelitian Achmad lebih efisien dibandingkan dengan usahaternak yang dijalankan diderah penelitian Vidiayanti. Penelitian yang berbeda dilakukan oleh Heriyatno (2009) dan Triwidyaratih (2011). Dalam penelitiannya, perhitungan pendapatan dilakukan
10
dengan cara perbandingan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Heriyatno, perbandingan yang dilakukan yaitu membagi peternak kedalam 3 kelompok yaitu kelompok peternak dengan skala usaha rakyat (kepemilikan 2.98 ST), skala usaha kecil (kepemilikan 4.48 ST) dan skala usaha sedang (kepemilikan 11 ST). Data peternak yang digunakan dalam penelitiannya yaitu data produksi susu harian. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Triwdyaratih membagi kelompok peternak menjadi 3 yaitu kelompok peternak yang menggunakan jenis pakan konsentrat lama, baru dan kombinasi keduanya. Data peternak yang digunakan yaitu data per 15 hari. Penelitian yang dilakukan Heriyatno, menganalisis penerimaan dengan menggunakan penerimaan tunai dan tidak tunai (diperhitungkan). Sumber penerimaannya yaitu dari penjualan susu ke koperasi, penjualan sapi, penjualan produk sampingan (pupuk kandang dan karung bekas). sama seperti dalam penelitian yang dilakukan Heriyatno, penelitian yang dilakukan oleh Triwidyaratih menggunakan sumber penerimaan yaitu penjualan susu, penjualan karung. Hanya saja sumber penerimaan yang berbeda yaitu menggunakan penerimaan tidak tunai yaitu susu yang dikonsumsi keluarga. Berdasarkan 3 jenis skala usaha, produktivitas yang paling tinggi yaitu skala usaha sedang dan diikuti dengan produktivitas skala kecil dan kemudian skala rakyat. Struktur biaya yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Heriyatno yaitu biaya tunai dan juga biaya tidak tunai. Biaya tunai terdiri dari biaya konsentrat, hijauan, tenaga kerja, susu pakan pedet, vitamin, obat-obatan dan inseminasi buatan. Biaya tidak tunai yang digunakan yaitu sewa lahan, penyusutan kandang, penyusutan peralatan dan keanggotaan. Sama seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Vidiayanti dan juga Achmad bahwa biaya terbesar yaitu bersumber dari biaya konsentrat dan tenaga kerja. Konsentrat merupakan input yang paling penting dalam produksi susu sapi perah. Hal ini dilihat dari besarnya penggunaan konsentrat. Konsentrat paling banyak digunakan oleh skala usaha sedang kemudian diikuti dengan skala rakyat, dan skala usaha kecil. Peningkatan penggunaan konsentrat tidak selamanya akan menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi. Peningkatan penggunaan konsentrat harus memperhatikan biaya yang juga dikeluarkan agar biaya yang digunakan tidak lebih besar dibandingkan dnegan penerimaan. Berdasarkan analisis pendapatan yang dilakukan oleh Heriyatno, didapatkan hasil bahwa pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total bernilai positif untuk semua skala, baik skala rakyat, kecil ataupun sedang. Hal ini menunjukkan bahwa usahaternak yang dijalankan peternak mendapatkan keuntungan. Untuk analisis efisiensi yaitu dengan menggunakan nilai R/C. Nilai R/C untuk skala rakyat, kecil dan sedang bernilai diatas 1 artinya penggunaan biaya dalam usahaternak tersebut efisien. Jika dibandingkan antara masingmasing skala, peternak dengan skala usaha kecil lebih efisien dalam menjalankan kegiatan usahanya dibandingkan dengan skala rakyat dan sedang. Penelitian yang dilakukan oleh Triwidyaratih mempunyai hasil yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Vidiayanti, Achmad dan Heriyatno. Untuk komponen penyusun biaya tunai dan tidak tunai hampir sama dengan beberapa penelitian sebelumnya. Hanya saja untuk komponen biaya tunai, sewa lahan termasuk kedalamnya. Padahal pada penelitian sebelumnya sewa lahan masuk kedalam biaya diperhitungkan. Hal ini dikarenakan biaya sewa lahan
11
benar-benar dikeluarkan oleh peternak karena mereka tidak mempunyai lahan sendiri. Dilihat dari analisis pendapatan atas biaya tunai dari ketiga kelompok tersebut memiliki nilai yang positif artinya peternak masih mendapatkan keuntungan dari menjalankan usahaternaknya. Namun hasil dari pendapatan atas biaya total menghasilkan nilai yang negatif artinya usahaternak tersebut tidak menguntungkan jika perhitungannya menggunakan biaya yang diperhitungkan. Dilihat dari nilai R/C usahaternak yang dijalankan oleh ketiga kelompok tersebut tidak efisien. Manajemen dan Peranan Koperasi Bagi Peternak Penelitian yang dilakukan oleh Heriyatno (2009), koperasi mempunyai peranan dalam upaya peningkatan produksi susu peternak anggotanya yaitu dengan melakukan berbagai jenis unit kegiatan usaha. Unit kegiatan usaha tersebut antara lain adalah penyediaan pakan kosentrat untuk peternak, mineral, obat-obatan, vitamin, Inseminasi Buatan (IB), pelayanan medis terhadap ternak, pinjaman dari koperasi tanpa bunga, fasilitator dan mediator bantuan pemerintah dan kredit perbankan dengan bunga ringan terhadap peternak dan pelaksana pemasaran susu peternak ke Industri Pengolahan Susu (IPS). Dalam penelitiannya, Heriyatno membandingkan anatara peternak anggota yang mendapatkan pelayanan penuh dari koperasi dan peternak yang tidak mendapatkan pelayanan penuh dari koperasi. Hal ini terkait dengan penggunaan layanan pembelian pakan konsentrat di koperasi. Hasil yang diperoleh adalah peternak yang tidak membeli pakan dari koperasi mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan peternak yang membeli pakan dari koperasi.
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Usahatani Menurut Soekartawi (1995) usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki atau yang dikuasai sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input). Menurut (Mubyarto, 1989) usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak. Menurut Hernanto (1993) yang menjadi unsur-unsur pokok usahatani yang dikenal dengan faktor-faktor produksi antara lain: 1. Tanah Dalam usahatani, unsur tanah memiliki peranan sangat penting. Tanah adalah media tumbuh atau tempat tumbuhnya tanaman.
12
2. Tenaga kerja Tenaga kerja merupakan faktor yang penting bagi keberhasilan atau produksi. Dalam usahatani ditemukan dua macam tenaga kerja yaitu tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga adalah tenaga kerja dalam usahatani tidak dibayar upahnya, sedangkan tenaga kerja luar keluarga adalah tenaga dalam usahatani yang dibayarkan upahnya sehingga dinamakan tenaga upahan. 3. Modal Modal adalah barang atau uang yang bersama faktor produksi lainnya dan tenaga kerja serta pengelolaan menghasilkan barang-barang baru yaitu produksi pertanian. 4. Manajemen atau pengelolaan Manajemen usahatani adalah kemampuan petani menentukan, mengkoordinasikan faktor produksi yang dikuasainya sebaik-baiknya dan mampu memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan. Menurut Soekartawi et. al. (1986) ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu dan pengelolaan) yang terbatas untuk mencapai tujuannya, maka disiplin induknya adalah ilmu ekonomi. Teori yang sangat relevan terhadap penelitian usahatani ialah teori ekonomi. Konsep Fungsi Produksi Menurut Soekartawi (1986), fungsi produksi merupakan hubungan fisik antara masukan dan keluaran. Masukan seperti tanah, pupuk, tenaga kerja, modal, iklim dan sebagainya mempengaruhi besar kecilnya produksi yang diperoleh. Karena petani mengetahui berapa jumlah masukan yang dipakai, maka ia dapat menduga berapa produksi yang akan dihasilkan. Jika bentuk fungsi produksi diketahui, maka sebenarnya kita dapat memanfaatkan informasi harga dan biaya yang diluangkan untuk : 1. Menentukan kombinasi masukan (input) yang terbaik 2. Melakukan studi tentang pengaruh kebijaksanaan pemerintah terhadap penggunaan masukan dan terhadap produksi. Namun demikian, hal tersebut sulit dilakukan. Informasi yang diperoleh dari analisis fungsi produksi itu tidak sempurna. Hal ini disebabkan: 1. Adanya faktor ketidaktentuan mengenai cuaca, hama dan penyakit tanaman. 2. Data yang dipakai untuk melakukan pendugaan fungsi produksi mungkin tidak benar 3. Pendugaan fungsi produksi hanya dapat diartikan sebagai gambaran rata-rata suatu pengamatan 4. Data harga dan biaya yang diluangkan (opportunity cost) mungkin tidak dapat diketahui secara pasti. 5. Setiap petani dan usahataninya mempunyai sifat yang khusus Pada umumnya, petani yang satu dan lainnya mempunyai keahlian biaya yang diluangkan, daya penilaian terhadap faktor ketidaktentuan dari usahataninya yang saling berbeda. Karena alasan-alasan tersebut, maka informasi yang diperoleh dari analisis fungsi produksi harus ditafsir dengan hati-hati. Soekartawi (1990) menyatakan bahwa Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel
13
yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa input. Dengan fungsi produksi, dapat diketahui hubungan antara variabel yang dijelaskan dan variabel yang menjelaskan serta sekaligus mengetahui hubungan antar variabel penjelas. Secara matematis, hubungan ini dapat dijelaskan sebagai berikut : Y = f (X1, X2,.........., Xi,...............Xn) Soekartawi et al (1986) menyatakan bahwa fungsi produksi diatas hanya menyebutkan bahwa produksi yang dihasilkan tergantung dari faktor-faktor produksi (input), sehingga fungsi tersebut belum dapat memberikan hubungan kuantitatif dari fungsi produksi. Untuk memberikan hubungan kuantitatif dari fungsi produksi dapat dinyatakan dalam bentuk yang khas, antara lain persamaan linear, kuadrat, cobb-douglas, dan persamaan akar. Fungsi produksi yang sebenarnya terjadi pada suatu proses produksi sangat sulit diketahui. Tetapi melalui konsep statistika, model penggunaan fungsi produksi dapat dilakukan melalui data yang diperoleh dari sampel yang ada. Akan tetapi hasil pendugaan tersebut seringkali kurang memuaskan sehingga tidak dapat dijadikan patokan untuk mengukur keragaan produksi yang sebenarnya. Menurut Soekartawi et. al. (1986), bentuk aljabar fungsi produksi adalah bentuk aljabar yang spesifik menggambarkan fungsi produksi tersebut. dalam memilih bentuk aljabar fungsi produksi, ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu : 1. Bentuk fungsi produksi harus dapat menggambarkan dan mendekati keadaan yang sebenarnya. 2. Bentuk aljabar fungsi produksi yang dipakai harus mudah diukur atau dihitung secara statistik. 3. Fungsi produksi itu dapat dengan mudah diartikan, khususnya arti ekonomi dari parameter yang menyusun fungsi produksi tersebut. Untuk menduga model dengan tiga atau lebih variabel bebas, penggunaan fungsi produksi cobb douglas lebih disarankan. Bentuk fungsi produksi cobbdouglas adalah sebabagi berikut. Y = aX1b1X2b2X3b3 Menurut Rahim (2007), daerah produksi dapat dibagi menjadi 3 yaitu sebagai berikut. 1. Daerah produksi I dengan Ep > 1. Merupakan produksi yang tidak rasional karena pada daerah ini penambahan input sebesar 1% akan menyebabkan penambahan produk yang selalu lebih besar dari 1%. Didaerah produksi ini belum tercapai pendapatan yang maksimum karena pendapatan masih dapat diperbesar apabila pemakaian input variabel dinaikkan. 2. Daerah produksi II dengan 0 < Ep < 1. Pada daerah ini penambahan input sebesar 1% akan menyebabkan penambahan komoditas paling tinggi sama dengan 1% dan paling rendah 0%, tergantung harga input dan outputnya. Didaerah ini akan dicapai pendapatan maksimum. Daerah produksi ini disebut daerah produksi yang rasional.
14
3. Daerah produksi II dengan Ep<0. Pada daerah ini, penambahan pemaikaian input akan menyebabkan penurunan produksi total. Daerah produksi ini disebut daerah produksi yang tidak rasional. Y (Produksi) C B PT A Ep > 1 1 >Ep>0
Ep<1
X Faktor produksi PM/PR Kenaikan hasil kenaikan hasil kenaikan hasil bertambah berkurang negatif A‟ B‟ PR 0
X Faktor produksi PM
Keterangan : PT = produksi total PM = produksi marjinal PR = produksi rata-rata C = maksimum point
A A‟ B‟ B
= inflexion point = maksimum PM = titik perpotongan = stangeus point
Sumber : Rahim (2007) Gambar 1 Elastisitas produksi dan daerah-daerah produksi Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Usahaternak Sapi Perah Menurut Soekartawi (1986), penerimaan tunai (farm receipt) adalah nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Penerimaan tunai usahatani tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan usahatani. Dalam usahaternak yang dimaksud dengan penerimaan adalah hasil dari penjualan susu. Penerimaan dari penjualan susu merupakan sumber penerimaan yang utama. Menurut Ako (2013), sumber penerimaan lainnya yang dapat menghasilkan penerimaan yang tinggi adalah produk olahan dari susu.
15
Menurut Soekartawi (1995), Biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani. Menurut Kuswandi (2006), Biaya dikelompokan menjadi 2 yaitu biaya tunai dan biaya tidak tunai. Biaya tunai adalah biaya-biaya yang saat ini atau pada waktu kemudian akan timbul akan dikeluarkan secara tunai seperti biaya bahan baku, tenaga kerja dan sebagainya. Biaya tidak tunai adalah biaya-biaya yang saat ini atau pada waktu kemudian yang tidak di keluarkan secara tunai, misalnya biaya penyusutan. Dalam usahaternak yang dijalankan dalam naungan koperasi, yang termasuk kedalam biaya tunai yaitu pakan konsentrat, obat-obatan, IB, vaselin, transportasi, listrik, pajak kandang, dan iuran koperasi. Variabel-variabel tersebut digolongkan kedalam biaya tunai karena biaya dikeluarkan secara tunai. sedangkan yang variabel yang tergolong kedalam biaya tidak tunai adalah biaya pakan hijauan, sewa lahan, penyusutan dan tenaga kerja dalam keluarga. Variabel tersebut digolongkan kedalam biaya tidak tunai karena variabel tersebut tidak dibeli oleh peternak namun tetap dihitung sebagai biaya agar dapat diketahui total biaya yang harus dikeluarkan jika variabel tersebut nantinya di beli secara tunai. biaya tidak tunai dapat menjadi biaya tunai begitupun sebaliknya, tergantung dari peternak mengeluarkan biaya secara tunai atau tidak variabel yang digunakan. penjumlahan antara biaya tunai dan tidak tunai disebut sebagai biaya total usahaternak. Menurut Soekartawi (1995), pendapatan usahatani yaitu selisih antara penerimaan dan semua biaya. Dalam menentukan pendapatan usahatani sebelumnya harus mengetahui total penerimaan dan total biaya yang digunakan. Dalam banyak hal TC (total cost) ini selalu lebih besar bila perhitungan menggunakan analisis ekonomi dan selalu lebih kecil bila menggunakan analisis finansial. Hal ini dikarenakan dalam analisis ekonomi juga memperhitungkan biaya yang diperhitungkan (biaya tidak tunai). Imbangan Biaya-Penerimaan Menurut Mubyarto (1989) Dalam usahatani, petani akan selalu menghitung hasil bruto produksinya dan kemudian dinilaikan dalam uang. Hasil yang diterima oleh petani tersebut harus dikurangi dengan biaya-biaya yang harus di keluarkan. Setelah semua biaya tersebut dikurangi, petani dapat dikatakan mendapatkan hasil bersih. Apabila hasil bersih itu mencerminkan rasio yang baik terhadap biaya dan nilai rasio tersebut semakin tinggi maka usahatani tersebut dapat dikatakan efisien. Antara usahatani yang satu dan yang lainnya pasti akan berbeda. R/C Menunjukkan tingkat efisiensi ekonomi yang merupakan daya saing dari produk yang dihasilkan. Imbangan biaya-penerimaan biasa dinyatakan dalam R/C (return and cost ratio). Nilai R/C yang bernilai lebih dari 1 menyatakan bahwa usaha yang dijalankan tersebut efisien secara ekonomis dan jika kurang dari satu maka dinyatakan tidak efisien. Manajemen dan Peranan Koperasi Dalam Usahaternak Menurut Baga (2009), Koperasi adalah perkumpulan yang otonom dari orang-orang yang bergabung secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya mereka yang sama melalui perusahaan yang dimiliki dan diawasi secara demokratis.
16
Manajemen koperasi adalah pemanfaatan segala sumber daya koperasi sebagai suatu organisasi ekonomi, secara efektif dan efisien dengan memperhatikan lingkungan organisasi dalam rangka usaha mencapai tujuan organisasi dengan mendasarkan pada azas koperasi. Perbedaan koperasi dengan perseroan terbatas lainnya dalam hal manajemen yaitu koperasi tidak semata-mata mencari keuntungan, tetapi mengutamakan pemberian pelayanan kepada anggotaanggotanya. Selain itu juga pengendalian koperasi ada di tangan anggota untuk menghindari terjadinya monopoli kekuasaan diantara beberapa orang saja. Peranan koperasi pertanian penting dalam peningkatan produksi serta kesejahteraan hidup petani, antara lain yaitu : 1. Melalui koperasi petani dapat memperbaiki posisi rebut tawar mereka baik dalam memasarkan hasil produksi ataupun dalam pengadaan input produksi yang dibutuhkan. 2. Koperasi dapat memberikan akses kepada anggota terhadap berbagai penggunaan faktor produksi dan jasa yang tidak ditawarkan pasar. 3. Para petani dapat lebih mudah melakukan penyesuaian produksinya melalui pengolahan pasca panen sehubungan dengan permintaan pasar. 4. Para petani menjadi lebih mudah dalam menangani risiko yang melekat pada produk pertanian 5. Petani lebih mudah berinteraksi secara positif dalam proses pembelajaran guna meningkatkan kualitas SDM. 6. Membuka lapangan pekerjaan dan sumber pendapatan.
Kerangka Pemikiran Operasional KUD Giri Tani merupakan koperasi yang menaungi peternak yang ada di kecamatan Cisarua. Jumlah sapi perah yang semakin berkurang membuat suplai susu ke koperasi ini juga berkurang. Hal ini disebabkan oleh banyaknya anggota koperasi yang tidak aktif dikarenakan banyak yang menjual sapi perah yang mereka miliki untuk pemenuhan kebutuhan hidup mereka. Selain itu penjualan sapi perah dikarenakan membayar pokok pinjaman dari KUR yang diambil pada tahun 2010. Pada 3 tahun awal hanya membayar bunga pinjaman saja, kemudian tahun berikutnya harus membayar pokok. Terbatasnya modal yang dimiliki peternak sehingga peternak tidak mampu membayar dan memilih untuk menjual sapi perah. Berkurangnya jumlah populasi akan berimbas pada produksi susu yang juga ikut menurun. Produksi susu sapi perah yang menurun berakibat pada pendapatan peternak anggota. Ditambah lagi dengan harga pakan yang cukup tinggi dan penggunaannya yang cukup banyak akan berpengaruh terhadap pendapatan. Pakan merupakan input yang sangat penting bagi usahaternak karena pakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas sapi perah. Produksi yang rendah ditambah dengan penggunaan pakan yang cukup tinggi membuat rendahnya pendapatan yang diperoleh peternak anggota. Salah satu cara yang dilakukan yaitu dengan peningkatan produktivitas sapi perah karena penambahan jumlah populasi tidak mungkin dilakukan karena kurangnya modal peternak. Dalam hal ini koperasi juga harus mempunyai manajemen yang baik
17
dan berperan dalam mempertahankan keberlangsungan usahaternak yang dijalankan anggota ditengan pendapatan peternak yang rendah tersebut.
Rumusan masalah : - Peternak yang tidak aktif menyebabkan populasi sapi perah berkurang karena adanya penjualan sapi perah - Produksi susu menurun - Biaya pakan dan penggunaan pakan yang cukup tinggi
Pendapatan usahaternak : - Penerimaan - Struktur biaya
Manajemen dan peranan koperasi : Unit kegiatan koperasi
Fungsi produksi dengan faktor produksi : - Konsentrat - Hijauan - Masa laktasi - Tenga kerja
Kesimpulan
Gambar 2 Kerangka operasional analisis pendapatan peternak dan manajemen koperasi di KUD Giri Tani kabupaten Bogor
METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada peternak anggota KUD Giri Tani di desa Cibeureum Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa kecamatan Cisarua merupakan sentra penghasil susu sapi perah yang terdapat di Bogor dan KUD Giri Tani merupakan koperasi susu terbesar yang ada di kecamatan Cisarua. KUD Giri Tani yaitu wadah bagi para peternak yang ada di kecamatan Cisarua yang berfungsi untuk menampung susu sapi perah yang
18
mereka produksi. Kegiatan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan April – Mei 2014.
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Jenis data primer yang digunakan yaitu data produksi susu, input-input yang di gunakan dalam produksi susu, jumlah kepemilikan sapi perah dan data lainnya yang terkait dengan tujuan penelitian. Data sekunder merupakan pelengkap data primer diperoleh dari instansi terkait yaitu KUD Giri Tani, laporan penelitian terdahulu yang terkait dengan topik penelitian, Badan Pusat Statistik, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jenis data sekunder yang digunakan yaitu data produksi dan konsumsi susu secara nasional, jumlah populasi sapi perah dan produksi susu di provinsi Jawa Barat dan kabupaten Bogor dan data terkait dengan gambaran umum desa Cibeureum.
Metode Pengambilan Sampel Sampel peternak dipilih dengan cara convenience sampling atau accidental sampling. Pengambilan sampel didasarkan pada kemudahan dalam menemukan responden. Peternak yang terdapat di desa Cibeureum memiliki karakteristik yang berbeda-beda antara lain tidak semua peternak yang ada merupakan peternak aktif, memiliki sapi laktasi, dan memiliki populasi ternak yang sama. Pengambilan sampel dilakukan dengan mendatangi tempat berkumpulnya peternak ketika memasarkan susu dengan sistem loper dan peternak yang memasarkan susu di koperasi serta mendatangi langsung rumah peternak. Peternak yang berada ditempat tersebut sebagai sampel responden. Pengambilan sample peternak di lakukan dengan memperhatikan karakteristik peternak dan tujuan dalam penelitian ini. Peternak yang dipilih harus merupakan anggota yang aktif dan memiliki sapi perah laktasi atau produktif dalam menghasilkan susu. Pengambilan sampel yaitu sebanyak 34 peternak, hal ini dikarena jumlah sampel sebanyak 34 peternak tersebut sudah cukup untuk mewakili populasi. Dalam uji statistik minimal sampel yang digunakan yaitu 30 orang.
Metode Pengumpulan Data Untuk data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi langsung di lapangan, wawancara dan pengisian kuisioner. Observasi langsung dilapangan dimaksudkan untuk mengetahui situasi dan kondisi dilapangan. Wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner digunakan untuk mendapatkan informasi terkait dengan topik penelitian. Untuk data sekunder yang digunakan diperoleh dari internet, buku, dan instansi terkait seperti Direktorat jenderal peternakan dan kesehatan hewan, BPS (Badan Pusat Statistik) dan kantor kepala desa Cibeureum kecamatan Cisarua, Bogor.
19
Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif berdasarkan data primer dan data sekunder dari hasil penelitian. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis manajemen dan peranan KUD Giri Tani bagi Anggota. Analisis Kuantitatif digunakan untuk menganalisis pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas sapi perah. Analisis pendapatan dilakukan dengan mengelompokkan peternak berdasarkan jumlah kepemilikan ternak menjadi 3 skala yaitu skala kecil, sedang dan besar. Sedangkan untuk analisis faktor dilakukan dengan menggunakan data rata-rata dari seluruh sampel. Data yang dikumpulkan mengalami pengeditan, pengolahan dan penyusunan dalam bentuk tabulasi untuk selanjutnya dianalisis. Pengolahan data dilakukan dengan program microsoft excel dan SPSS for windows versi 11.5 dan alat hitung kalkulator. Setelah itu, data yang telah diolah dan dianalisis disajikan dalam bentuk tabel dan diuraikan secara deskriptif. Analisis Struktur Biaya dan Pendapatan Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. TR = Y . Py Keterangan : TR = total penerimaan Y = produksi susu/hari Py = harga susu/liter Biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tunai dan biaya tidak tunai (biaya diperhitungkan). Dalam analisis struktur biaya usahaternak sapi perah yang tergolong kedalam biaya tunai adalah konsentrat, obat-obatan dan IB, transportasi, vaselin, listrik, iuran koperasi, dan pajak kandang. Sedangkan yang termasuk biaya tidak tunai (biaya diperhitungkan) yaitu rumput, tenaga kerja dalam keluarga, sewa lahan dan penyusutan. Biaya usahatani dihitung per peternak dalam satu hari. Untuk mencari biaya dari setiap komponen biaya yaitu dengan mengalikan jumlah pemakaian input tersebut dengan harganya. Untuk menghitung penyusutan yaitu dengan menggunakan metode garis lurus dengan rumus : Penyusutan = Biaya = Harga input x Jumlah input yang digunakan Analisis pendapatan diklasifikasikan menjadi 2 yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai tidak memperhitungkan biaya tidak tunai (biaya diperhitungkan) sedangkan pendapatan atas biaya total memperhitungkan biaya tidak tunai (biaya diperhitungkan).
20
Pendapatan atas biaya tunai = penerimaan – biaya tunai Pendapatan atas biaya total = penerimaan – biaya total Analisis efisiensi dilakukan dengan menggunakan R/C ratio yang artinya rasio antara pendapatan dengan biaya yang digunakan. Analisis R/C ratio ini diklasifikasikan menjadi 2 yaitu R/C ratio atas biaya tunai dan R/C ratio atas biaya total. R/C atas biaya tunai =
R/C atas biaya total = Ketentuan : Nilai R/C >1, maka usahaternak yang dijalankan oleh peternak anggota KUD Giri Tani menguntungkan dan efisien dalam menggunakan biaya untuk mendapatkan penerimaan tertentu. Nilai R/C < 1, maka usahaternak yang dijalankan oleh peternak anggota KUD Giri Tani tidak menguntungkan dan tidak efisien dalam menggunakan biaya untuk mendapatkan penerimaan tertentu. Nilai R/C = 1, maka usahaternak yang dijalankan oleh peternak anggota KUD Giri Tani masih layak untuk dijalankan. Analisis Fungsi Produksi Bentuk fungsi produksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi produksi cobb-douglas. Bentuk ini dipilih karena sederhana dan dapat dibuat dalam bentuk linier. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel dependen yaitu produktivitas Sapi perah dan variabel independen yaitu penggunaan pakan konsentrat, penggunaan pakan hijauan, masa laktasi sapi perah, dan penggunaan tenaga kerja. Variabel bebas dipilih berdasarkan penelitian terdahulu dan literature. Dalam penelitian ini akan dilihat bagaimana variabel-variabel tersebut mempengaruhi produktivitas sapi perah. Penggunaan fungsi produksi cobb-douglas ini yaitu dengan metode kuadrat terkecil biasa/ordinary least squares (OLS). Model matematik untuk persamaan tersebut adalah sebagai berikut: Y = b0X1b1X2b2X3b3X4b4X5b5 Untuk menduga model Cobb-Douglas tersebut maka model tersebut dilinearkan dengan menggunakan double log trasformation sehingga menjadi persamaan berikut: Ln Y = ln b0+ b1ln X1+ b2ln X2+ b3lnX3+ b4ln X4+b5lnX5+e Keterangan: Y = Produktivitas susu (liter/hari/ST) X1 = Jumlah pemberian pakan konsentrat (kg/hari/ST) X2 = Jumlah Pemberian Pakan hijauan (kg/hari/ST) X3 = Masa Laktasi Sapi Produksi (bulan/ST)
21
X4 = Tenaga Kerja (HOK/ST) b0 = Konstanta bi = Koefisien Regresi faktor produksi e = Error Hipotesis yang digunakan dalam menganalisis faktor penduga ini adalah bahwa input akan berpengaruh positif terhadap produktivitas susu. Hal ini dikarenakan seluruh variabel yang digunakan merupakan kebutuhan pokok yang diperlukan dalam kegiatan produksi susu sapi perah dan juga merujuk pada penelitian terdahulu yang pernah dilakukan yang menyatakan bahwa penggunaan input-input dalam penelitian ini (konsentrat, hijuan, masa laktasi, dan tenaga kerja) memiliki pengaruh positif terhadap produktivitas susu. Adapun penjelasan hipotesis tersebut adalah sebagai berikut : 1. Konsentrat (X1) b1 > 0 artinya semakin banyak pemberian pakan konsentrat pada sapi perah maka akan semakin tinggi produktivitas susu yang dihasilkan. 2. Hijuan (X2) b2 > 0 artinya semakin banyak pemberian pakan hijauan pada sapi perah maka akan semakin tinggi produktivitas susu yang dihasilkan. 3. Masa laktasi (X3) b3 > 0 artinya semakin tinggi masa laktasi pada sapi perah maka akan semakin tinggi produktivitas susu yang dihasilkan. 4. Tenaga kerja (X4) b4 > 0 artinya semakin banyak penggunaan tenaga kerja yang digunakan maka akan semakin tinggi produktivitas susu yang dihasilkan. 5. Jumlah sapi laktasi (X5) b5 > 0 artinya semakin banyak jumlah sapi laktasi yang dimiliki peternak maka akan semakin tinggi produktivitas susu yang dihasilkan. Menurut Soekartawi et. al. (1986), Agar lebih relevan dengan analisis ekonomi, maka nilai ai (koefisien regresi) harus positif dan lebih kecil dari satu. Ini artinya berlaku asumsi tambahan hasil yang semakin berkurang (diminishing returns) untuk semua variabel X. Perbedaan fungsi produksi cobb-douglas dengan fungsi produksi kuadratik dan akar pangkat dua adalah fungsi ini tidak mempunyai nilai maksimum. Dalam merumuskan model fungsi tersebut harus memenuhi uji statistika (uji R2, uji F dan uji t) dan uji asumsi klasik (multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan normalitas). 1. Uji Statistik Untuk mengevaluasi apakah model yang digunakan sudah baik atau belum (kelayakan model), terdapat beberapa kriteria pengujian statistik yaitu koefisien determinasi yang disesuaikan atau R-Sq (adj), uji F dan uji t. a. Koefisien determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) adalah besaran yang digunakan untuk menunjukkan sampai sejauh mana keragaman produksi (Y) dapat diterangkan oleh model dugaan. Nilai koefisien determinasi yang semakin dekat dengan satu, mengindikasikan bahwa semakin besar keragaman hasil produksi yang dapat
22
dijelaskan oleh faktor produksinya. Koefisien determinasi dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana : JKR = Jumlah Kuadrat Regresi JKT = Jumlah Kuadrat Total = Jumlah Kuadrat Unsur Sisa = Jumlah Kuadrat Total b. Uji F Statistik Uji F digunakan untuk melihat apakah variabel penjelas secara bersama-sama berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel dependen Hipotesis yang digunakan : H0 : b1= b2= ... =bi= 0 (tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama – sama). H1 : paling tidak ada satu bi ≠ 0 (ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama – sama).
F-tabel = Fα(k-1,n-k) Keterangan : R2 = Koefisien determinasi k = Jumlah variabel termasuk intersep n = Jumlah pengamatan Pengambilan keputusan uji F adalah : a. Apabila F-hitung > F-tabel, maka Ho ditolak berarti secara bersama – sama variabel independen secara signifikan mempengaruhi variabel dependen. b. Apabila F-hitung < F-tabel maka Ho diterima yang berarti secara bersama – sama variabel independen secara signifikan tidak mempengaruhi variabel dependen. c. Uji t Statistik Uji t Statistik melihat hubungan atau pengaruh antara variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan : a. Jika hipotesis positif H0 = b0 = 0 : variabel independent tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan H1 = b0 ≠ 0 : variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara positif dan signifikan
t-tabel = tα/2(n-k)
23
keterangan : bi = parameter penduga Se (bi) = parameter penduga dari unsur sisa n = jumlah pengamatan k = jumlah koefisien regresi dugaan Pengambilan keputusan uji t adalah : Jika t table ≥ t hitung, Ho diterima berarti variabel independen secara individual tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Jika t table < t hitung, Ho ditolak berarti variabel independen secara individu berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. 2. Uji Asumsi Klasik a. Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan uji normal P-Plot (pendekatan grafis) dan juga uji kolmogorov-smirnov. Deteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan : a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Uji kolmogrov smirnov bertujuan untuk mengetahui keselarasan/kesesuaian data dengan distribusi normal atau tidak. Dengan kata lain pengujian ini untuk menguji apakah sampel mewakili populasi atau tidak. b. Multikolineritas Pengujian multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel independen dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari variabel lainya. Beberapa indikator yang dapat diperhatikan tentang keberadaan multikolinearitas yaitu (Gujarati, 2006): 1. Faktor inflasi varians (variance inflation factor-VIF). Jika nilai VIF prediktor tidak melebihi 10, maka data terbebas dari multikolinearitas. 2. Korelasi berpasangan yang tinggi diantara variabel-variabel penjelas yaitu dengan menghitung koefisien korelasi antara segala pasangan variabel dan bila beberapa antara korelasi ini tinggi, katakanlah melebihi 0,8, ada kemungkinan terjadi kolinearitas yang serius. Pengujian ini dengan menggunakan uji korelasi pearson. c. Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Pendeteksian ada tidaknya heteroskedastisitas di lakukan dengan pendekatan grafis. Uji heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melihat pola titik-titik pada scatterplots regresi. Dasar pengambilan keputusan yaitu jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar diatas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.
24
Definisi Operasional Variabel yang diamati merupakan data dan informasi usahaternak sapi perah yang diusahakan oleh peternak. Variabel tersebut terlebih dahulu didefinisikan untuk mempermudah pengumpulan data yang mengacu pada konsep dibawah ini: a. Penerimaan tunai yaitu penerimaan yang berasal dari susu yang di pasarkan ke KUD (Rp/hari/peternak). b. Penerimaan tidak tunai (diperhitungkan) yaitu penerimaan yang berasal dari konsumsi susu dalam keluarga (Rp/hari/peternak). c. Biaya tunai yaitu biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh peternak responden dalam usahaternaknya (Rp/hari/peternak). d. Biaya tidak tunai yaitu biaya yang tidak dikeluarkan oleh peternak tetapi tetap harus dihitung dengan biaya yang berlaku ketika input tersebut benar-benar dibeli (Rp/hari/peternak). e. Biaya total yaitu penjumlahan antara biaya tunai dengan biaya tidak tunai (Rp/hari/peternak). f. Pendapatan atas biaya tunai yaitu pendapatan yang diperoleh peternak setelah mengurangi penerimaan dengan biaya tunai (Rp/hari/peternak). g. Pendapatan atas biaya total yaitu pendapatan yang diperoleh peternak setelah mengurangi penerimaan dengan biaya total (Rp/hari/peternak). h. R/C atas biaya tunai yaitu efisiensi usaha ternak dengan menggunakan biaya tunai. i. R/C atas biaya total yaitu efisiensi usaha ternak dengan menggunakan biaya total. j. Produktivitas yaitu hasil susu yang didapat dari jumlah tertentu sapi perah laktasi, satuan yang digunakan yaitu liter/hari/ST. k. Pakan konsentrat yaitu makanan tambahan bagi sapi perah yang dapar berupa BRM, GT, polar, dedak dan ampas tahu yang diukur dalam satuan kg/hari/ST. l. Pakan hijauan yaitu jenis pakan utama bagi ternak sapi perah, dapat berupa rumput gajah maupun jenis hijauan lain, satuan yang digunakan adalah kg/hari/ST. m. Tenaga kerja yaitu tenaga kerja yang digunakan dalam usahaternak. Tenaga kerja ini dibedakan menjadi tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga yang disetarakan dengan hari orang kerja (HOK) n. Sapi laktasi yaitu sapi yang berproduksi (ST). o. Masa sapi laktasi yaitu waktu produktif sapi perah untuk dapat menghasilkan atau memproduksi susu.
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Daerah Penelitian Secara Geografis, Kecamatan Cisarua terletak di Selatan wilayah Bogor pada 06°42‟LS dan 106°56‟ BB. Kecamatan Cisarua merupakan salah satu organisasi Perangkat Daerah di Kabupaten Bogor. Secara administratif Kecamatan
25
Cisarua terdiri dari Sembilan desa dan satu kelurahan, 32 dusun, 73 RW, dan 260 RT, dengan luas wilayah 6.373,62 Ha. Batas wilayah kerja Kecamatan Cisarua yaitu sebelah utara Kecamatan Megamendung, sebelah selatan adalah Kabupaten Cianjur, sebelah barat Kecamatan Megamendung, dan berbatasan dengan Kabupaten Cianjur untuk sebelah timur. Kecamatan Cisarua memiliki ketinggian dari permukaan laut (dpl) antara 650 M-1400 M dpl, dengan curah hujan rata-rata 3178 mm/thn dan suhu udara antara 17,580C-23,91°C. Bentuk wilayah Kecamatan Cisarua terdiri dari perbukitan sampai bergunung 25 persen, berombak sampai berbukit 40 persen, dan datar sampai berombak 35 persen. Dengan alam yang berbukit sampai bergunung dengan suhu yang sejuk, wilayah Kecamatan Cisarua cocok untuk dikembangkan tanaman jenis hortikultura seperti buah-buahan, sayuran, dan tanaman keras lain yang tumbuh dengan baik di dataran tinggi. Selain tanaman yang cocok dengan keadaan geografis kecamatan cisarua ini, sektor peternakan juga sangat cocok untuk dikembangkan khususnya untuk ternak sapi perah. Berdasarkan data dari kantor desa Cibeureum, Keadaan geografis Desa Cibeureum berada di ketinggian 955 dari permukaan laut, dengan suhu minimum dan maksimum 180C sampai 220C. Jarak pusat pemerintahan Desa Cibeureum dengan ibu kota Negara (Jakarta) sejauh 82 Km, jarak dengan ibu kota Provinsi sejauh 93 Km. Curah hujan dalam jumlah hari dengan curah hujan yang terbanyak adalah 90 sampai 100 mm/hari, sementara debit curah hujan 2600/4600 mm/tahun.
Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian Penduduk yang terdapat didesa Cibeureum ini terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada Tabel 6, proporsi jumlah penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan dengan penduduk perempuan walaupun perbedaannya tidak secara signifikan. Jumlah penduduk di desa Cibereum ini tahun 2010 mencapai 14.675 orang. Tabel 6 Sebaran penduduk desa Cibeureum kecamatan Cisarua bedasarkan jenis kelamin tahun 2003-2010 1 2 3 4 5 6 7 8
Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Laki-laki 5 395 6 200 6 829 7 469 7 205 7 579 7 475 7 649
Perempuan 5 167 5 594 6 304 6 694 7 116 6 904 6 995 7 026
Jumlah 10 562 11 794 13 133 14 163 14 321 14 483 14 470 14 675
Sumber: data desa Cibeureum (2010).
Berdasarkan total 14.675 orang penduduk di desa Cibeureum, sebanyak 11.625 penduduk berada dalam usia yang produktif yaitu 15 sampai 64 tahun
26
sedangkan sebanyak 2.945 penduduk berada di usia tidak produktif yaitu usia 014 tahun dan usia 65 tahun ke atas. Berdasarkan Tabel 7 dapat terlihat bahwa penduduk yang berusia 40-44 tahun merupakan jumlah penduduk terbanyak di desa ini yaitu sebanyak 1.880. Tabel 7 Sebaran penduduk desa Cibeureum kecamatan Cisarua berdasarkan usia pada tahun 2010 No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Usia 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 Lebih dari 65 tahun
Laki-laki
Perempuan
604 659 249 639 436 421 427 937 949 675 610 651 218 45
457 641 235 445 429 449 538 853 931 557 540 710 210 55
Jumlah 1 061 1 300 484 1 084 865 870 965 1 790 1 880 1 232 1 150 1 361 428 100
Sumber : data desa Cibeureum (2010).
Mata pencaharian sebagian besar penduduk di desa Cibeureum ini adalah sebagai petani yaitu sebanyak 65,1914 % diikuti dengan mata pencaharian sebagai peternak. Walaupun sektor peternakan masih kalah jika dibandingkan dengan sektor pertanian, namun sektor peternakan di desa ini cukup berkembang. Hal ini dibuktikan dari adanya KUD yang aktif dalam menampung susu yang dihasilkan oleh peternak. Rata-rata peternak yang ada didesa ini merupakan skala peternakan kecil yang hanya memilki jumlah sapi sebanyak 3-4 ekor. Rata-rata peternak yang ada terutama peternak dengan skala kecil menjual hasil susu sapi perah yang mereka hasilkan kepada KUD Giri Tani. Namun tidak sedikit juga yang merupakan peternak skala besar yang selain menyetorkan susu yang mereka hasilkan kepada KUD juga sebagian hasil produksi lainnya diolah sendiri dalam bentuk yogurt dan ada juga yang menyalurkan susu yang dihasilkan tidak melalui KUD melainkan menyalurkannya sendiri kepada IPS karena harga yang didapatkan jauh lebih tinggi. Mata pencaharian penduduk lainnya yang ada di desa Cibeureum ini beserta persentasenya dapat dilihat pada Tabel 8.
27
Tabel 8 Sebaran penduduk desa Cibeureum kecamatan Cisarua berdasarkan mata pencaharian tahun 2010 No 1 2 3
Mata pencaharian Peternak Petani Buruh tani Jumlah
Jumlah 178 545 113 836
Persentase (%) 21,2919 65,1914 13,5167 100
Sumber : data desa cibeureum (2010).
Keadaan Peternakan Desa Cibeureum di Kecamatan Cisarua Peternakan di wilayah Cibeureum ini terdiri dari peternakan sapi perah dan peternakan domba. Peternakan sapi perah merupakan peternakan terbesar yang dikembangkan dibandingkan dengan peternakan domba. Sektor peternakan sapi perah mulai banyak di kembangkan di desa cibereum ini setelah adanya bantuan dari pemerintah yaitu berupa bibit sapi perah sehingga penduduk yang awalnya berkegiatan di bidang pertanian mulai beralih mengembangkan usaha ternak sapi perah. Sapi perah yang banyak di kembangkan di desa ini adalah jenis sapi perah fries holland. Desa Cibeureum yang terletak pada ketinggian 955 m di atas permukaan laut. Menurut Ako (2013), jenis sapi FH (fries holland) cenderung lebih baik dipelihara pada daerah-daeran beriklim dingin atau di daerah-daerah ketinggian lebih dari 800 m dari permukaan laut. Kebanyakan penduduk yang mengusahakan peternakan sapi perah ini merupakan skala peternak kecil yang hanya memiliki sapi sebanyak 2 ekor. Perkembangan peternakan sapi perah ini, tidak lepas dari adanya KUD yang bergerak sebagai penampung dan juga pemasar dari susu sapi perah sehingga penduduk yang mengusahakan peternakan sapi perah tidak kesulitan dalam memasarkan susu sapi perah.
Gambaran Umum KUD Giri Tani KUD Giri tani merupakan salah satu koperasi susu terbesar yang ada di daerah Bogor tepatnya di Desa Cibeureum kecamatan Cisarua. Pada awalnya koperasi ini merupakan koperasi tani yang berdiri pada tahun 1973 yang menyediakan pupuk, obat-obatan dan alat pertanian bagi anggotanya. Pada tahun 1998 KUD Giri Tani ini menjadi KUD yang bergerak dalam bidang peternakan sapi perah karena adanya program pemerintah yang menggalakkan pemeliharaan sapi perah. Pada awal berdirinya sapi perah merupakan bantuan dari pemerintah yaitu dengan sistem kredit melalui BRI. Keadaan geografis Cisarua yang cukup luas dan merupakan daerah yang potensial untuk mengembangkan ternak sapi perah. Pada awalnya susu yang dihasilkan oleh KUD Giri Tani ini belum dapat dipasarkan sendiri melainkan dititipkan ke KPS Bogor untuk dipasarkan. Namun kendala yang dihadapi adalah penjualan melalui KPS Bogor pengelolaannya kurang leluasa sehingga seberapapun hasil produksi susu anggota, hasil yang
28
diperoleh anggota tetap kecil sehingga KUD Giri Tani memutuskan untuk mandiri dalam pemasaran susu sapi perah yang mereka hasilkan. Pada awalnya anggota kelompok KUD Giri Tani ini hanya 4 kelompok yaitu kelompok Tirta Kencana, Binawarga, Barusireum, dan Mekarjaya. Namun seiring berkembangnya koperasi didesa ini mulai bertambah 2 kelompok yaitu kelompok Tegar Mandiri dan kelompok Barutegal. Jumlah anggota aktif dan tidak aktif dari kelompok ini pada tahun 2013 adalah seperti pada Tabel 9. Tabel 9 Sebaran anggota aktif dan tidak aktif masing-masing kelompok di KUD Giri Tani tahun 2013 Jumlah Jumlah anggota Jumlah anggota Nama kelompok anggota aktif tidak aktif keseluruhan Barusireum 6 8 14 Binawarga 29 18 47 Tirta kencana 42 17 59 Mekarjaya 30 42 72 Tegarmandiri 25 6 31 Barutegal 15 5 20 Terpisah 7 0 7 Jumlah 154 96 250 Persentase (%) 61.6 38.4 100 Sumber : KUD Giri Tani (2013).
Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa jumlah anggota kelompok anggota KUD Giri Tani yang aktif adalah 154 orang dari total 250 orang anggota dan jumlah anggota yang tidak aktif yaitu 96 orang. Kelompok yang paling banyak memiliki anggota aktif yaitu kelompok kelompok Tirta Kencana dengan jumlah 42 orang dari jumlah keseluruhan anggota yaitu 59 orang. Namun, banyaknya anggota yang aktif dalam satu kelompok tersebut tidak menjamin bahwa kelompok tersebut memiliki produksi susu paling besar dibandingkan dengan kelompok lainnya karena jumlah produksi susu tidak hanya dilihat dari jumlah anggota yang aktif saja melainkan skala usaha yang dijalaninya. Karakteristik Peternak Jenis Kelamin Responden Sampel Responden sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 34 responden yang terdiri dari 28 responden laki-laki dan 5 responden perempuan. Dilihat dari persentase tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar peternak anggota KUD Giri Tani berjenis kelamin laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa tidak hanya laki-laki saja yang melakukan kegiatan beternak, namun perempuan juga ikut membantu keluarga untuk beternak sapi perah. Jumlah dan persentase jenis kelamin responden yang beternak sapi perah dapat dilihat pada Tabel 10.
29
Tabel 10 Sebaran peternak responden KUD Giri Tani berdasarkan jenis kelamin tahun 2014 No 1 2
Jenis kelamin (L/P) Laki-laki Perempuan Jumlah
Jumlah 28 5 33
Persentase (%) 84.85 15.15 100.00
Usia Peternak Usia peternak merupakan hal yang sangat penting untuk di perhatikan. Hal ini karena terdapat batasan usia tenaga kerja yang yang produktif, belum produktif ataupun sudah tidak produktif lagi. Jika peternak merupakan tenaga kerja yang belum produktif ataupun tidak produktif maka mereka tidak akan dapat bekerja dengan maksimal. Berdasarkan Undang-Undang tenaga kerja nomer 13 tahun 2003, mereka yang dikelompokkan sebagai tenaga kerja yaitu mereka yang berusia antara 15 tahun sampai 64 tahun. Sedangkan mereka yang dikelompokkan sebagai bukan tenaga kerja adalah mereka yang berusia di bawah 15 tahun dan diatas usia 64 tahun. Untuk mengetahui usia rata-rata peternak responden dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Sebaran peternak responden KUD Giri Tani berdasarkan kelompok umur tahun 2014 No Kelompok umur (tahun) Jumlah Persentase (%) 1 16-25 2 5.88 2 26-35 10 29.41 3 36-45 9 26.47 4 46-55 11 32.35 5 56-65 1 2.94 6 66-75 1 2.94 Jumlah 34 100.00 Berdasarkan Tabel 11, dapat diketahui bahwa hampir seluruh peternak responden merupakan tenaga kerja yang produktif karena rentang usia mereka yaitu antara 15 tahun sampai 64 tahun dan hanya sebagian kecil yang bukan merupakan tenaga kerja. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari tabel 11 terlihat bahwa tidak terdapat tenaga kerja yang berusia dibawah usia 15 tahun. Klasifikasi umur di bawah 15 tahun ini termasuk golongan anak-anak yang seperti disebutkan dalam undang-undang bukan merupakan tenaga kerja. Dari data yang diperoleh ini dapat disimpulkan bahwa peternak responden merupakan tenaga kerja produktif. Tingkat Pendidikan Peternak Tingkat pendidikan pada peternak responden yaitu bervariasi, mulai dari responden yang tidak bersekolah hingga berpendidikan hingga sarjana. Berdasarkan hasil perhitungan seperti yang terlihat pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa persentase paling tinggi terkait dengan pendidikan formal yang diperoleh responden yaitu pendidikan SD sebesar 50%. Selanjutnya diikuti oleh dengan pendidikan SMA, SMP, dan untuk responden yang tidak bersekolah dan
30
berpendidikan sarjana memiliki persentase jumlah yang sama. Dari data yang ada dapat disimpulkan jika sebagian besar atau setengah dari jumlah responden peternak memiliki pendidikan walaupun hanya sampai bangku SD. Tabel 12 Sebaran peternak responden KUD Giri Tani berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2014 No 1 2 3 4 5
Tingkat pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi Jumlah
Jumlah 2 17 6 7 2 34
Persentase (%) 5.88 50.00 17.65 20.59 5.88 100.00
Melihat tingkat pendidikan peternak responden yang rendah maka peternak responden tersebut perlu mendapatkan pendidikan non formal dari KUD seperti adanya penyuluhan dari pengurus KUD ataupun dari dinas-dinas terkait seperti dinas peternakan untuk menambah keterampilan peternak dalam mengelola usaha ternak sapi perahnya sehingga nantinya di harapkan dapat meningkatkan hasil yang diperoleh peternak baik produksi maupun pendapatan. Pengalaman Beternak Pengalaman beternak dari peternak responden bervariasi. Pengalaman peternak responden mulai dari kurang dari 1 tahun sampai lebih dari 25 tahun. Dari 34 responden peternak, pengalaman beternak lebih dari 25 tahun adalah yang paling besar. Semakin lama peternak tersebut mempunyai pengalaman di bidang peternakan sapi perah ini maka peternak tersebut semakin memberikan bekal pengetahuan dan juga keterampilan bagi peternak. Selain itu dengan semakin lamanya peternak tersebut mempunyai pengalaman beternak maka peternak tersebut dapat dengan cepat mengambil keputusan jika terjadi permasalahan di usaha ternaknya karena sudah mempunyai pengalaman yang cukup lama dan sudah berkecimpung di bidang peternakan selama bertahun-tahun. Pengalaman peternak biasanya didapatkan melalui praktek langsung di lapang, ilmu yang diberikan secara turun temurun, melihat dan mempelajari ilmu dari sesama pebisnis di bidang sapi perah dan juga melalui penyuluhan-penyuluhan yang diberikan.
31
Tabel 13 Sebaran peternak responden KUD Giri Tani berdasarkan pengalaman beternak tahun 2014 No 1 2 3 4 5 6 7
Pengalaman beternak (tahun) <1 1-5 6-10 11-15 16-20 21-25 > 25 Jumlah
Jumlah 1 4 6 4 6 4 9 34
Persentase (%) 2.94 11.76 17.65 11.76 17.65 11.76 26.47 100.00
Kepemilikan Sapi Perah Jumlah sapi perah yang dipelihara oleh peternak responden bervariasi jumlahnya. Berdasarkan Tabel 14 dapat dilihat bahwa kepemilikan sapi perah kurang dari 2.9 ST digolongkan kedalam usahaternak skala kecil. Kepemilikan sapi perah antara 2.9 ST– 11.58 ST digolongkan kedalam usahaternak skala sedang. Kepemilikan sapi perah lebih dari 11.58 ST digolongkan kedalam usahaternak skala besar. Sebagian besar peternak berada pada golongan peternak dalam skala usaha sedang dengan jumlah kepemilikan sapi antara 2.9-11.58 ST. hal ini sesuai dengan anjuran kepemilikan sapi perah untuk satu orang peternak yaitu 7 ekor, sehingga dapat dikatakan bahwa responden sampel masih banyak yang belum memelihara sapi perah sesuai dengan yang dianjurkan. Kepemilikan sapi perah peternak responden dikarenakan daerah cisarua merupakan daerah yang sangat potensial untuk mengembangkan usahaternak sapi perah. Ditambha lagi dengan adanya koperasi sehingga pemasarannya menjadi lebih mudah dan mendorong peternak untuk mempunyai banyak sapi perah. Tabel 14 Sebaran peternak responden KUD Giri Tani berdasarkan jumlah kepemilikan sapi perah tahun 2014 No 1 2 2
Kepemilikan sapi perah (ST) <2.9 2.9 – 11.58 >11.58 Jumlah
Jumlah 5 24 5 34
Persentase 14.71 70.59 14.71 100
Jumlah kepemilikan sapi perah oleh peternak responden bervariasi jenisnya. Peternak tidak hanya memelihara sapi perah produksi saja (sapi siap perah) melainkan juga memelihara sapi perah lainnya seperti dara, pedet dan pejantan. Jumlah sapi yang dipelihara oleh semua peternak responden berdasarkan kriteria sapi perah dapat dilihat pada Tabel 15.
32
Tabel 15 Sebaran sapi perah yang dimiliki oleh peternak responden KUD Giri Tani berdasarkan kriteria sapi perah tahun 2014 No 1 2 3 4 5 6 7
Kriteria sapi perah Laktasi kosong Laktasi bunting Laktasi kering Dara Dara bunting Pedet Pejantan Jumlah
Jumlah 167 12 11 16.5 5 12.75 22 246.25
Persentase (%) 67.82 4.87 4.47 6.70 2.03 5.18 8.93 100.00
Berdasarkan Tabel 15, jumlah sapi laktasi yang dimiliki oleh seluruh peternak responden yaitu sebanyak 167 ST atau sekitar 67.82% dari total seluruh sapi yang ada. Jumlah ini sudah sesuai dengan syarat bahwa peternakan sapi perah harus lebih banyak memiliki jumlah sapi laktasi dibandingkan dengan jumlah sapi lainnya seperti dara, pedet atau pejantan. Orientasi Usaha Peternak Usaha ternak yang dijalankan oleh semua peternak responden merupakan pekerjaan utama mereka yang artinya pendapatan terbesar di peroleh dari usaha ternak sapi perah ini. Beberapa diantara para peternak responden ini juga mempunyai pekerjaan sampingan seperti menjaga villa, bekerja pada peternakan besar milik peternak di sekitar wilayahnya, sebagai pengurus KUD. Persentase peternak responden yang memiliki usaha sampingan dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Sebaran peternak responden KUD Giri Tani berdasarkan jenis usaha sampingan yang dijalankan tahun 2014 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jenis usaha sampingan Beternak sapi perah Pengurus KUD Penjaga villa Bekerja di peternakan lain Jual beli tanah Penjual bakso dan pulsa Jual beli sapi Rental mobil Proyek bangunan Pekerja di safari Tidak memiliki usaha sampingan Jumlah
Jumlah 1 4 3 2 1 1 1 1 1 1 18 34
Persentase (%) 2.94 11.76 8.82 5.88 2.94 2.94 2.94 2.94 2.94 2.94 52.94 100.00
Berdasarkan Tabel 16, dapat terlihat bahwa hanya 2.94% responden yang menjadikan beternak sapi perah sebagai usaha sampingan dan sisanya yaitu sebesar 97.06% responden menjadikan beternak sapi perah sebagai mata pencaharian pokok. Beberapa peternak responden yang menjadikan usaha
33
peternakan sapi perah mereka sebagai mata pencaharian pokok juga memiliki usaha sampingan yang dikerjakan. Sebanyak 52.94% peternak responden tidak memiliki usaha sampingan. Hal ini karena mereka tidak memiliki kemampuan lain selain beternak sapi perah dan untuk melakukan pekerjaan sampingan memang sangat susah karena waktu yang kurang. Beternak sapi memang memerlukan cukup banyak waktu dalam satu hari. Kegiatan di kandang sudah mulai sejak subuh hingga sore hari. Inilah yang menjadikan beberapa peternak tidak dapat melakukan usaha sampingan karena waktu mereka sudah terlalu banyak tersita di kegiatan peternakan sapi perah ini. Alasan peternak menjadikan peternakan sapi perah tersebut sebagai pekerjaan utama yaitu karena ketersediaan input-input yang dapat digunakan untuk menunjang produksi susu sapi perah seperti rumput gajah dan konsentrat. Selain itu terdapat lembaga yang mendukung keberlanjutan peternakan mereka yaitu KUD yang mendukung usaha ternak responden dengan menyediakan sarana dan prasarana yang di butuhkan peternak. Teknis Pelaksanaan Usahaternak Teknis pelaksanaan usaha ternak sapi perah meliputi pemeliharaan (pembersihan kandang dan sapi perah), pemberian pakan, pemerahan, mencari pakan hijauan dan pemasaran. Dalam menjalankan usaha ternaknya, peternak anggota KUD Giri Tani ini menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Proporsi penggunaan tenaga kerja dalam keluarga lebih besar jika dibandingkan luar keluarga. Hal ini dikarenakan sebagian besar peternak anggota KUD giri tani ini merupakan peternak dengan skala usaha kecil sehingga masih dapat mengelola peternakan yang dimiliki dengan tenaga kerja dalam keluarga. Jumlah persentase untuk tenaga kerja yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Sebaran peternak responden KUD Giri Tani berdasarkan jenis tenaga kerja yang digunakan tahun 2014 No 1 2 3
Jenis tenaga kerja Dalam keluarga Luar keluarga Dalam dan luar keluarga Jumlah
jumlah 27 3 4 34
persentase (%) 79.41 8.82 11.76 100.00
Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat bahwa sebanyak 79.41% peternak responden menggunakan tenaga kerja dalam keluarga untuk beternak sapi perah dan sisanya sekitar 20.56% menggunakan tenaga kerja luar keluarga dan perpaduan antara tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja luar keluarga biasanya digunakan oleh peternak dengan skala usaha menengah sedangkan untuk usaha kecil menggunakan tenaga kerja dalam keluarga saja. Teknis pelaksanaan usahaternak sapi perah di desa Cibeureum dapat di rinci sebagai berikut. 1. Pembersihan kandang dan sapi perah Kebersihan kandang dan sapi perah merupakan kegiatan pertama yang dilakukan oleh peternak setiap harinya. Kegiatan ini dilakukan mulai pukul
34
05.00 – 06.00 Kandang harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum kegiatan pemerahan dilakukan begitu juga sapi. Pembersihan kandang dilakukan dengan menggunakan sapu lidi, sikat dan air. Pembersihan kandang dilakukan 3 kali sehari hal ini bertujuan untuk menjaga kondisi kandang tetap bersih dan mengurangi risiko tercampurnya susu yang diperah dengan kotoran sapi di dalam kandang. Kebersihan kandang juga diikuti dengan kebersihan sapi perah. Sapi perah setiap harinya harus di bersihkan atau dimandikan sebelum di perah. Memandikan sapi dengan menggunakan air dan sikat saja. Tujuan pembersihan sapi ini adalah agar pada saat pemerahan susu yang dihasilkan tidak tercampur dengan kotoran yang menempel pada badan sapi tersebut. Jika kandang dan sapi tidak dibersihkan sebelum di perah maka akan menjadi sumber bakteri bagi susu yang dihasilkan. Peternak sangat menyadari akan pentingnya kebersihan kandang dan sapi karena kebersihan tersebut akan berpengaruh terhadap susu yang akan dijual. Jika masing-masing peternak dapat menghasilkan susu dengan kebersihan yang terjaga artinya bakteri yang terkandung di dalam susu tersebut sedikit maka harga susu dapat ditingkatkan. 2. Pemberian Pakan Pemberian pakan konsentrat dilakukan setelah kegiatan pembersihan kandang dan sapi perah. Sedangkan untuk pakan hijauan baru akan diberikan setelah pemerahan. Frekuensi pemberian pakan konsentrat dan rumput oleh peternak bermacam-macam. Beberapa di antara mereka memberikan pakan 2 kali sehari namun ada juga yang memberikan pakan 3 kali sehari. Pemberian pakan dilakukan pada pagi hari sebelum sapi di perah, siang, dan sore setelah sapi diperah. Hal ini tergantung dari kemampuan peternak, terutama pakan konsentrat yang harganya cukup tinggi. Untuk pakan konsentrat yang digunakan oleh peternak terdiri dari beberapa jenis yaitu BRM, GT, dedak, polar, ampas tahu, dan jagung. Proporsi penggunaan masing-masing jenis konsentrat oleh peternak responden tersebut dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Jenis konsentrat yang digunakan oleh peternak responden KUD Giri Tani tahun 2014 Jenis Penyedia No konsentrat pakan harga satuan jumlah persentase(%) 1 BRM KUD 2 400 33 97.06 2 GT KUD 2 200 9 26.47 3 Dedak KUD 2 300 4 11.76 4 Polar KUD 3 000 14 41.18 5 Ampas tahu Luar KUD 600 25 73.53 6 Jagung Luar KUD 1 783 7 20.59 Berdasarkan Tabel 18, peternak responden paling banyak menggunakan jenis konsentrat BRM dibandingkan dengan yang lainnya. Hal ini dikarenakan konsentrat BRM mempunyai kualitas sedang dan harga yang terjangkau serta komposisi yang tercampur didalamnya sudah cukup untuk sapi perah dan sudah mengandung gizi yang diperlukan ternak. Menurut peternak, BRM merupakan pakan konsentrat utama yang wajib di berikan kepada sapi perah
35
sedangkan untuk jenis konsentrat lainnya seperti GT, dedak, dan polar hanya merupakan campuran yang penggunaannya tidak sebanyak BRM. Ampas tahu juga cukup banyak digunakan oleh peternak yaitu sebesar 73.53% dari total seluruh peternak responden. Ampas tahu merupakan sisa hasil pembuatan tahu yang memiliki kandungan gizi yang cukup baik. Menurut dinas peternakan, saat ini belum banyak peternak yang memanfaatkan ampas tahu sebagai pakan bagi ternak sapi perahnya, padahal jika menggunakan ampas tahu keuntungan yang diperoleh dapat lebih tinggi karena harga ampas tahu yang murah yaitu Rp 600 per kg. Harga ini jauh lebih murah jika dibandingkan dengan harga konsentrat lainnya sehingga akan menguntungkan peternak jika menggunakan ampas tahu tersebut. Di daerah penelitian ini, sebagian besar peternak sudah memanfaatkan ampas tahu sebagai makanan tambahan untuk ternaknya. Menurut peternak responden penggunaan ampas tahu sebagai pakan tambahan memberikan efek yang positif dan negatif bagi ternak mereka. Efek positifnya yaitu produksi susu per ekor sapi menjadi lebih tinggi, namun efek negatifnya yaitu kekuatan kaki sapi perah untuk berdiri menjadi lemah sehingga jika penggunaan ampas tahu yang terlalu banyak membuat sapi lebih cepat ambruk dan hal tersebut merugikan peternak. Sapi yang ambruk tersebut harus di jual dan di ganti dengan sapi yang lain. Penggunaan ampas tahu harus dimbangi dengan penggunaan pakan lainnya secara seimbang. Hijauan merupakan pakan utama untuk ternak sapi perah. Pakan hijauan yang digunakan adalah jenis rumput gajah dan rumput lapangan. Namun persentase terbesar adalah rumput gajah. Konsentrat seperti yang telah dibahas sebelumnya merupakan pakan tambahan bagi sapi perah. Pemberian pakan hijauan dan pakan konsentrat oleh peternak responden dalam satu hari dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Jumlah penggunaan pakan hijuan dan konsentrat oleh peternak responden KUD Giri Tani tahun 2014 Komponen Konsentrat/hari Konsentrat/hari/ST Hijauan/hari Hijauan/hari/ST
Skala kecil Jumlah (kg) 62.9 30.68 93 45.37
Skala sedang Jumlah (kg) 77.09 16.06 144.06 30.01
Skala besar Jumlah (kg) 316.34 13.21 727.55 30.38
Berdasarkan Tabel 19, dapat dilihat bahwa jumlah penggunaan konsentrat per satuan ternaknya untuk skala kecil paling tinggi jika dibandingkan dengan skala sedang dan besar. penggunaan konsentrat terkecil persatuan ternaknya yaitu digunakan oleh peternak dengan skala usaha besar. Hal yang sama juga terjadi pada penggunaan pakan hijauan. Penggunaan pakan hijauan paling banyak digunakan oleh peternak dengan skala usaha kecil sedangkan penggunaan hijauan untuk peternak skala sedang dan besar hampir sama. Menurut Ako (2013), penggunaan pakan konsentrat yaitu sebanyak 10 kg/hari/ST dan untuk pakan hijauan yaitu sebanyak 30-40 kg/hari/ST. Penggunaan pakan konsentrat oleh semua peternak, baik itu peternak skala
36
kecil, sedang dan besar sudah berlebihan jika dibandingkan dengan teori yang ada. Hal ini dikarenakan pola pikir peternak yang menggap jika penggunaan konsentrat ditingkatkan maka akan meningkatkan produktivitas dari sapi perah. Berbeda halnya dengan penggunaan pakan hijauan. Peternak dengan skala sedang dan tinggi menggunakan pakan hijuan sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Ako (2013) yaitu penggunaan antara 30 – 40 kg/hari/ST. Namun terjadi kelebihan penggunaan oleh peternak dengan skala usaha kecil, dimana pemakaian hijauan mencapai 45 kg/hari/ST. Berdasarkan Tabel 19, dapat dikatakan bahwa peternak yang berusaha pada skala kecil menggunakan lebih banyak pakan dibandingkan dengan skala sedang dan besar. Dalam penggunaan pakan tidak hanya berdasarkan banyak atau sedikitnya pakan tersebut digunakan, tetapi juga harus memperhatikan biaya yang dikeluarkan dan disesuaikan dengan produktivitas yang dicapai oleh ternak. Hal ini dilakukan agar peternak tidak mengalami kerugian karena biaya untuk pakan terlalu tinggi dibandingkan dengan produksi susu. 3. Pemerahan Kegiatan selanjutnya setelah pemberian pakan adalah pemerahan. Pemerahan dilakukan 2 kali dalam satu hari yaitu pada pukul 06.00 pagi atau 06.30 pagi dan pukul 03.00 sore atau pukul 04.00 sore. Pemerahan rata-rata dilakukan selama 1 jam namun ada juga peternak yang melakukan pemerahan hanya 5 menit. Lama pemerahan tergantung kepada jumlah sapi yang dimiliki, jumlah tenaga kerja dan juga masa laktasi sapi produksi. Semakin sedikit jumlah sapi yang miliki maka pemerahan tidak memerlukan waktu yang lama. Begitu juga dengan tenaga kerja, semakin banyak tenaga kerja yang digunakan maka waktu yang diperlukan untuk memerah semakin sedikit dan jika sapi berada pada masa laktasi periode akhir maka susu yang dihasilkan akan jauh lebih sedikit dan ini akan mempercepat proses pemerahan. Tata cara dalam melakukan pemerahan yaitu membersihkan ambing sapi perah dengan air hangat kemudian di lap hingga bersih. Kemudian mengusapkan vaselin pada ambing sapi agar ambing sapi tidak sakit pada waktu di perah (ambing berada dalam keadaan licin). Pada saat pemerahan ember diletakkan di bawah ambing sapi yang akan di perah agar susu yang dihasilkan dapat tertampung di ember tersebut. Setelah pemerahan selesai dilakukan maka ambing dibersihkan kembali dengan menggunakan air hangat dan dikeringkan. 4. Mencari pakan hijauan Pakan rumput didapatkan dengan cara mengambil sendiri (arit) dilahan yang dimiliki peternak dan di tanah lapang ataupun lahan yang disewa oleh peternak. Pada saat pengambilan data tidak ada peternak yang melakukan pembelian rumput untuk sapi perah mereka. Pembelian pakan ternak berupa hijauan hanya dilakukan pada saat-saat tertentu seperti ketika hari raya lebaran dan pada saat peternak berhalangan untuk melakukan pengambilan rumput (misalnya seperti sakit, memiliki acara, dll). Pengambilan rumput ini memakan waktu paling lama dari semua kegiatan yang dilakukan peternak setiap harinya yaitu rata-rata 3.54 jam setiap harinya. Biasanya para peternak mencari rumput dari pukul 08.00 pagi hingga pukul 12.00 siang. Kegiatan ini dilakukan setelah
37
kegiatan dikandang selesai. Lama tidaknya pengambilan rumput yang dilakukan peternak tergantung dari jumlah kepemilikan sapi. 5. Pemasaran susu ke KUD Pemasaran susu ke KUD merupakan aktivitas yang dilakukan setelah pemerahan. Susu mempunyai karakteristik yang cepat rusak jika disimpan pada sushu ruang, sehingga pemasaran susu harus dilakukan dengan segera. Dalam memasarkan susu yang dihasilkan, peternak responden dapat menyetorkannya langsung ke KUD dan dapat juga menyetorkannya di daerah masing-masing (istilah yang digunakan yaitu loper). Anggota KUD giri tani ini terdiri dari 5 kelompok ternak yaitu Binawarga, Barusireum, Tirta kencana, Barutegal, Tegarmandiri. Untuk peternak responden yang merupakan anggota kelompok Binawarga, Barusireum, dan Tirta Kencana melakukan penyetoran susu dengan cara loper yaitu dengan mengumpulkan susu di daerah mereka dan kemudian mobil dari koperasi akan datang untuk mengambil susu-susu yang telah dikumpulkan tersebut. Loper dilakukan jika daerah peternak responden tersebut cukup jauh dari koperasi, sehingga memudahkan proses penyetoran susu. Untuk kelompok Tegar Mandiri, Barutegal menyetor langsung susu yang dihasilkan ke KUD karena lokasi peternakan mereka berdekatan dengan KUD sehingga mudah untuk dijangkau oleh peternak. Sebelum disetorkan ke KUD susu yang dihasilkan tersebut di uji terlebih dahulu yaitu dengan uji alkohol dan uji BJ (berat jenis). Produktivitas Sapi Perah Produktivitas merupakan keseluruhan produksi susu sapi perah yang dimiliki anggota dibagi dengan jumlah ternak yang dimilki. Produktivitas sapi perah milik peternak di KUD Giri Tani ini memiliki rentang antara 13.84 liter/ST hingga 15.875 liter/ST. Jumlah produksi dan juga kepemilikan sapi perah untuk masing-masing skala usaha dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Rata-rata produktivitas sapi perah peternak responden berdasarkan skala usaha Komponen Skala kecil Skala sedang Skala besar Jumlah sapi laktasi (ST) 1.6 3.2 18.2 Jumlah sapi tidak laktasi (ST) 0.45 1.6 5.75 Jumlah sapi (ST) 2.05 4.8 23.95 Produksi (liter) 25,40 46,96 251,80 Produksi (liter/ST) 15,875 14,45 13,84 Berdasarkan Tabel 20, dapat dilihat bahwa produktivitas sapi perah paling tinggi adalah pada peternak skala kecil yaitu sebesar 15.875 liter/ST. Sedangkan produktivitas paling kecil yaitu pada skala usaha besar. Hal ini berbanding lurus dengan penggunaan pakan peternak skala kecil yang juga memberikan pakan konsentrat dan hijuan dalam jumlah yang paling tinggi dibandingkan dengan yang lainnya (seperti terlihat pada Tabel 20). Berdasarkan hal ini maka dapat dikatakan bahwa penggunaan pakan yang semakin tinggi dapat meningkatkan produktivitas sapi perah walaupun tidak secara siginifikan. Peternak skala kecil yang
38
menggunakan rata-rata konsentrat sebanyak 30.68 kg/ST dan pakan rumput sebanyak 45.37 kg/ST menghasilkan produksi sebanyak 15.875/ST. Jika dibandingkan dengan peternak dengan skala besar yang menggunakan pakan konsentrat sebanyak 13.21 kg/ST dan pakan rumput sebanyak 30.38 kg/ST dengan produktivitas sebesar 13.84 liter terdapat perbedaan pemakaian pakan yang terlalu jauh dengan produktivitas yangg tidak terlalu jauh bedanya. Kelebihan penggunaan pakan konsentrat yang digunakan pada skala kecil dan besar yaitu sebanyak 17.47 kg dan untuk rumput yaitu 14.99 kg. Rentang jumlah pakan yang digunakan peternak skala kecil dan besar ini terlalu jauh jika dibandingkan dengan rentang produktivitas yang didapatkan yaitu hanya 2.6 liter/ST. Penggunaan pakan yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan peningkatan produktivitas yang signifikan akan menjadi indikator kerugian bagi peternak.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Pendapatan Usahaternak Sapi Perah Penerimaan Usahaternak Penerimaan usahaternak terbagi menjadi 2 yaitu penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai (penerimaan yang diperhitungkan). Penerimaan tunai yaitu berasal dari penjualan susu ke koperasi dan penerimaan tidak tunai berasal dari konsumsi keluarga. Penerimaan tidak tunai perlu dimasukkan agar dapat mengetahui penerimaan keseluruahan yang diperoleh dari usahaternak tersebut jika konsumsi untuk keluarga juga di jual ke koperasi. Tabel 21 Rata-rata penerimaan harian peternak responden tahun 2014 Komponen penerimaan 1. Penjualan susu ke koperasi 2. Produksi susu untuk konsumsi keluarga total penerimaan total penerimaan/ST
Skala kecil Persentase Nilai (%)
Skala sedang Persentase Nilai (%)
Skala besar Persentase Nilai %
104140
99.66
192529.17
98.97
1032380
99.64
352.6
0.34
1995.85
1.03
3690
0.36
104492.6 65 307.8
100
194525.02 59 853.8
100
1036070 56 926.9
100
Berdasarkan Tabel 21, penerimaan dari hasil penjualan susu ke koperasi mempunyai persentase paling tinggi dibandingkan dengan produksi susu untuk konsumsi keluarga baik bagi peternak skala kecil, sedang dan besar. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi susu peternak tidak banyak setiap harinya. Peternak cenderung lebih memilih untuk menjual semua produksi susunya. Kebanyakan dari peternak justru tidak suka untuk mengkonsumsi susu, kalaupun di konsumsi biasanya susu diberikan kepada anak mereka yang masih kecil.
39
Peternak dengan skala kecil mendapatkan penerimaan yang paling besar per satuan ternaknya yaitu Rp 65 307.8 dibandingkan dengan skala sedang dan besar. Jika dilihat dari penerimaan susu untuk konsumsi keluarga, peternak dengan skala kecil mempunyai penerimaan yang paling kecil. Hal ini menunjukkan bahwa peternak skala kecil cenderung lebih banyak menjual susu yang dihasilkan dan hanya sedikit yang dikonsumsi. Penerimaan susu untuk konsumsi keluarga yang paling besar yaitu pada peternak skala besar. Hal ini menunjukkan bahwa peternak skala besar lebih senang mengkonsumsi susu yang dihasilkan dibandingkan dengan skala usaha kecil dan juga sedang. Struktur Biaya Usahaternak Biaya merupakan komponen yang mempengaruhi pendapatan peternak. biaya yang digunakan dalam usahaternak sapi perah ini terbagi menjadi 2 yaitu biaya tunai dan tidak tunai. Penjelasan masing-masing biaya yang digunakan oleh peternak adalah sebagai berikut. a. Biaya tunai Dalam usahaternak yang dijalankan oleh anggota peternak KUD Giri Tani ini, yang dimaksud dengan biaya tunai yaitu biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh peternak untuk membeli input atau membayar pemakaian jasa terkait dengan usahaternak sapi perah. Berdasarkan Tabel 22, total biaya tunai yang dikeluarkan peternak untuk usahaternak skala kecil yaitu Rp 92 857.7/hari, untuk skala sedang yaitu Rp 148 478/hari dan skala besar yaitu Rp 575 335.4/hari. Berdasarkan biaya tunai yang dikeluarkan, peternak dengan skala usaha besar mempunyai biaya paling rendah. Biaya yang dikeluarkan oleh peternak dengan skala usaha besar per satuan ternaknya yaitu Rp 24 022.4/ ST dengan rata-rata kepemilikan sapi perah sebesar 23.95 ST. Peternak dengan skala usaha kecil memiliki biaya tunai yang paling besar yaitu Rp 45 296.4/hari/ST dengan jumlah rata-rata kepemilikan sapi perah sebesar 2.05 ST. Komponen-komponen penyusun biaya tunai usahaternak sapi perah yaitu: 1. Konsentrat Konsentrat merupakan pakan tambahan bagi sapi perah. Konsentrat yang digunakan sebagai pakan bagi sapi perah bervariasi. Jenis konsentrat yang digunakan antara lain yaitu BRM, GT, dedak, polar, ampas tahu, tepung jagung dan singkong. Berdasarkan Tabel 22, biaya untuk pakan konsentrat memiliki persentase paling tinggi jika dibandingkan dengan penggunaan biaya tunai lainnya. Hal ini dikarenakan konsentrat merupakan faktor penting dalam produktivitas susu ternak. Biaya konsentrat untuk skala kecil yaitu Rp 84 420 atau Rp 41 180,5/hari/ST. Biaya konsentrat untuk skala sedang yaitu Rp 135 557.1 atau Rp 28 241.1/hari/ST. Biaya konsentrat untuk skala besar yaitu Rp 513 304 atau 21 432.3/hari/ST. Berdasarkan biaya konsentrat yang diperoleh per satuan ternaknya, usahaternak skala kecil memiliki biaya konsentrat yang paling tinggi dan usahaternak skala besar memiliki biaya konsentrat yang paling rendah. 2. Obat-obatan, IB Obat-obatan biasa diberikan bagi ternak yang sakit dan tidak dapat ditangani sendiri oleh peternak atau memerlukan bantuan medis. IB atau inseminasi buatan juga tidak dapat dilakukan sendiri oleh peternak sehingga diperlukan bantuan medis jika ingin menginseminasi sapi perah. Biaya yang
40
diperlukan untuk keperluan obat-obatan dan inseminasi buatan tidak begitu besar. biaya obat-obatan dan IB untuk usahaternak skala kecil yaitu sebesar Rp 600 atau Rp 292.68/hari/ST. Biaya obat-obatan dan IB untuk usahaternak skala sedang yaitu sebesar Rp 1550.2 atau Rp 379.95/hari/ST dan biaya untuk usahaternak skala besar yaitu Rp 8 165.8 atau Rp 340.95 hari/ST. Berdasarkan biaya obat-obatan dan IB per satuan ternaknya, usahaternak skala sedang mempunyai biaya yang paling besar dan skala usaha kecil memiliki biaya yang paling rendah. Hal ini disebabkan karena kebanyakan peternak skala usaha kecil melakukan pengobatan terhadap ternak yang sakit dengan cara tradisonal. 3. Transportasi Biaya transportasi merupakan biaya yang dikeluarkan peternak dalam menjalankan usaha ternaknya antara lain yaitu biaya transportasi untuk mengambil rumput dan mengambil konsentrat di KUD. Selain itu juga bagi beberapa kelompok yang menyetorkan susunya dengan sistem loper, maka dikenakan biaya transportasi yaitu Rp 50/liter susu. Biaya yang dikeluarkan untuk transportasi usahaternak skala kecil yaitu Rp 4 185/hari, skala usaha sedang yaitu Rp 7 141.6/hari dan skala besar yaitu Rp 43 000. Biaya transportasi untuk usahaternak skala besar paling besar dibandingkan dengan yang lainnya. Hal ini dikarenakan alat transportasi yang digunakan yaitu berupa mobil yang memerlukan lebih banyak bensin. Biaya transportasi yang paling kecil yaitu usahaternak skala kecil. Hal ini dikarenakan beberapa peternak skala kecil hanya menggunakan motor untuk mengambil rumput dan pakan konsentrat di KUD. Lokasi mencari rumput juga tidak jauh dari tempal tinggal mereka sehingga biaya yang dikeluarkan untuk bensin tidak besar. 4. Vaselin Vaselin merupakan bahan pelicin yang digunakan pada saat proses pemerahan dilakukan. Kegunaan vaselin ini adalah untuk melicinkan ambing sehingga memudahkan proses pemerahan. Biaya yang dikeluarkan untuk vaselin ini tidak terlalu besar. Untuk usaha ternak skala kecil, biaya yang dikeluarkan untuk vaselin yaitu Rp 866.7/hari atau Rp 422.78/ST. Biaya vaselin untuk usahaternak skala sedang yaitu Rp 995.4/hari atau Rp 243.97/ST dan biaya vaselin usahaternak skala besar yaitu Rp 3 800/hari atau Rp 158.66 ST. Berdasarkan ketiga usahaternak tersebut, usahaternak skala kecil mempunyai biaya vaselin per satuan ternak yang paling tinggi dibandingkan yang lain. 5. Listrik Biaya listrik yaitu biaya yang dikeluarkan untuk penerangan kandang sapi. Biaya listrik yang dikeluarkan oleh peternak dengan skala usaha kecil yaitu Rp 2 333.3/hari. Biaya untuk skala sedang dan besar berturut-turut adalah Rp 2 465.3 dan 3 000/hari. Berdasarkan biaya listrik yang dikeluarkan, usahaternak skala besar memiliki biaya yang paling tinggi. Hal ini dikarenakan kandang yang ukurannya lebih luas dibandingkan dengan skala usaha lainnya membutuhkan penerangan lampu lebih banyak sehingga biaya listriknya pun paling tinggi.
41
6. Iuran ke koperasi Iuran ke koperasi ini merupakan iuran wajib dan sukarela. Iuran wajib yang ditetapkan oleh koperasi yaitu sebesar Rp 1 000/bulan dan iuran sukarela yaitu sebesar Rp 15/liter dan dibayarkan setiap 1 bulan. Untuk iuran sukarela jumlahnya berbeda-beda antara anggota peternak yang satu dengan yang lainnya tergantung dari besarnya produksi. Biaya iuran koperasi yang dikeluarkan oleh usaha ternak skala kecil yaitu Rp 414.3, biaya iuran yang dikeluarkan oleh usaha ternak skala sedang yaitu Rp 737.7 dan untuk skala besar yaitu Rp 3810.3. Biaya iuran yang dikeluarkan oleh usahaternak skala besar ini paling tinggi dibandingkan dengan skala kecil dan sedang. Hal ini dikarenakan tingginya produksi susu yang dihasilkan. 7. Pajak Pajak merupakan kewajiban yang harus dibayarkan peternak kepada negara. Pajak yang dikenakan yaitu pajak untuk kandang sapi perah. Besarnya pajak yang dikenakan pada peternak masing-masing skala berbeda-beda. Biaya pajak paling besar dikeluarkan oleh peternak dengan skala besar yaitu sebesar Rp 255.3. Hal ini dikarenakan ukuran kandang dari peternak skala usaha besar lebih besar dibandingkan 2 skala lainnya. Ukuran kandang disesuaikan dengan jumlah kepemilikan rata-rata sapi perah skala besar yaitu 23.95. Ukuran kandang yang lebih besar menyebabkan biaya pembuatan menjadi tinggi dan harga jualnya pun menjadi tinggi sehingga pajak yang dibebankan menjadi tinggi. b. Biaya tidak tunai Biaya tidak tunai (biaya yang diperhitungkan) yaitu biaya yang tidak dikeluarkan secara tunai oleh peternak untuk usaha ternaknya namun harus tetap dihitung untuk mengetahui keuntungan total dari usaha ternak tersebut. Berdasarkan Tabel 22, total biaya tidak tunai untuk peternak dengan skala usaha kecil yaitu Rp 61 602/hari. Total biaya tidak tunai untuk peternak dengan skala usaha sedang yaitu Rp 97 572.2/hari dan biaya untuk peternak skala besar yaitu Rp 155 204.4/hari. Total biaya tidak tunai yang paling besar yaitu dikeluarkan oleh peternak skala kecil yaitu Rp 30 049.8/hari/ST sedangkan total biaya tidak tunai yang paling kecil dikeluarkan oleh peternak dengan skala besar yaitu Rp 6 480.4/hari/ST. Hal ini dikarenakan peternak dengan skala besar lebih banyak mengeluarkan biaya tunai dibandingkan biaya tidak tunai. 1. Rumput Rumput merupakan pakan utama untuk sapi perah. Rumput yang digunakan bersumber dari lahan sendiri dan rumput liar. Peternak tidak melakukan pembelian rumput sehingga biaya pembelian rumput digolongkan kedalam biaya tidak tunai (biaya yang diperhitungkan). Peternak melakukan pembelian rumput pada saat-saat tertentu saja seperti pada saat hari raya ataupun memiliki acara keluarga yang tidak dapat ditinggalkan. Perhitungan biaya untuk rumput perlu dilakukan agar peternak mengetahui berapa biaya yang harus dikeluarkan jika peternak membeli rumput tersebut. Perhitungan harga untuk rumput yaitu berdasarkan harga per ikat dengan harga Rp 3 000 dan per ikat yaitu setara dengan 20 kg sehingga harga yang digunakan dalam perhitungan yaitu Rp 150 per kg.
42
Biaya yang dikeluarkan oleh peternak dengan skala usaha ternak kecil yaitu Rp 13 950/hari atau Rp 6 804.88/hari/ST. Biaya rumput yang dikeluarkan peternak skala usaha sedang yaitu Rp 21 609.4/hari atau Rp 4 501.95/hari/ST. Biaya rumput yang dikeluarkan oleh peternak skala besar yaitu Rp 109 132.5/hari atau Rp 4 556.7/hari/ST. Berdasarkan biaya rumput yang dikeluarkan peternak per satuan ternak, skala usaha kecil memiliki biaya rumput yang paling tinggi dibandingkan lainnya. Hal ini dikarenakan harga rumput yang tidak mahal sehingga peternak dengan skala usaha kecil lebih memilih menggunakan pakan rumput lebih banyak. Untuk peternak dengan skala usaha sedang dan besar memiliki biaya yang hampir sama untuk penggunaan rumput. Peternak dengan skala usaha kecil cenderung lebih banyak mengeluarkan biaya untuk kebutuhan pakan. Hal ini dikarenakan pola pikir dari peternak yang beranggapan jika pemberian pakan semakin tinggi maka hasil yang didapatkan semakin banyak. 2. Tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) Kegiatan usaha ternak yang dijalankan oleh peternak anggota KUD giri tani ini rata-rata di jalankan dengan menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Hal ini dikarenakan usahaternak sapi perah yang mereka jalankan merupakan mata pencaharian pokok. TKDK dikategorikan sebagai biaya tidak tunai karena peternak tidak mengeluarkan biaya untuk menggaji tenaga kerja karena semua kegiatan usahaternak dikerjakan sendiri. Peternak tetap harus memperhitungkan biaya ini untuk mengetahui pendapatan usahaternak yang sebenarnya ketika dijalankan dengan menggunakan tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Upah yang diberikan kepada tenaga kerja dalam keluarga yaitu dengan sistem upah yang berlaku bagi peternak yang mempekerjakan tenaga kerja luar keluarga. Nilai tersebut diambil dari ratarata gaji yang diterima oleh tenaga kerja luar keluarga selama satu hari. Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja dalam keluarga peternak skala kecil yaitu Rp 30 422.2/hari atau Rp 14 840,1/hari/ST. Biaya TKDK yang dikeluarkan peternak skala sedang yaitu Rp 40 214.9/hari atau Rp 8 378.1/hari/ST. Biaya yang dikeluarkan peternak skala besar yaitu Rp 14 720.3/hari atau Rp 614.6/hari/ST. Berdasarkan biaya TKDK yang dikeluarkan peternak per satuan ternaknya, peternak dengan skala usaha kecil mengeluarkan biaya yang paling tinggi. Hal ini karenakan semua kegiatan yang dijalankan menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dan biasanya tidak dikerjakan sendiri tetapi bersama-sama dengan anggota keluarga yang lain. Biaya tenaga kerja dalam keluarga yang paling rendah yaitu untuk peternak dengan skala usaha besar. Hal ini dikarenakan peternak skala besar lebih banyak menggunakan tenaga kerja luar keluarga dalam menjalankan kegiatan usahaternaknya dan hanya sedikit yang menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Tidak sedikit juga peternak skala besar yang hanya menggunakan tenaga kerja luar keluarga saja untuk menjalankan usaha ternaknya. Peternak dengan skala usaha besar memliki rata-rata sapi perah sebanyak 23.95 ST. Jumlah ini tergolong kedalam jumlah yang besar sehingga tidak dapat dikerjakan dengan hanya mengandalkan TKDK.
43
3. Sewa lahan
Sewa lahan dikategorikan kedalam biaya tidak tunai karena peternak mempunyai lahan sendiri tidak menyewa secara langsung. Biaya sewa lahan didasarkan pada biaya sewa yang berlaku di desa Cibeureum. Beberapa peternak ada yang menyewa lahan untuk lahan rumput sehingga perhitungan biaya sewa didasarkan pada rata-rata biaya sewa yang dikeluarkan peternak tersebut. Biaya sewa lahan pertahunnya rata-rata Rp 553 000. Rata-rata biaya sewa lahan antara peternak skala kecil, sedang dan besar hampir sama yaitu Rp 1 520.5/hari, Rp 1 330.4/hari dan Rp 1 520.5/hari. 4. Penyusutan Penyusutan dikategorikan kedalam biaya tidak tunai atau biaya diperhitungkan karena peternak juga perlu untuk mempertimbangkan biaya perawatan peralatan dan juga kandang setiap bulannya. Perhitungan nilai penyusutan ini dengan menggunakan metode garis lurus yaitu nilai beli peralatan dikurangi nilai sisa kemudian dibagi dengan umur pakai (umur ekonomis) peralatan tersebut. Penyusutan terdiri dari penyusutan peralatan yang digunakan dalam usahaternak seperti ember, milk can, sepatu boot, karpet dll. Selain peralatan yang juga mengalami penyusutan adalah kandang dan alat transportasi. Biaya penyusutan untuk peternak dengan skala kecil, sedang dan besar secara berturut-turut yaitu Rp 15 709.3/hari, Rp 34 417.5/hari dan 29 831.1/hari. Berdasarkan biaya penyusutan yang dikeluarkan, peternak dengan skala besar mengeluarkan biaya penyusutan yang paling besar. Hal ini dikarenakan jumlah peralatan yang dimiliki lebih banyak dibandingkan dengan skala lainnya sehingga total biaya penyusutannya juga lebih besar. Tabel 22 Rata-rata biaya harian yang dikeluarkan peternak responden tahun 2014 Keterangan Biaya tunai Konsentrat Obat-obatan, IB Transportasi Vaselin Listrik Iuran ke koperasi Pajak Total biaya tunai Biaya tidak tunai Rumput TKDK Sewa lahan Penyusutan Total biaya tidak tunai Jumlah total biaya
Skala kecil Nilai (Rp) Persentase
Skala sedang Nilai (Rp) Persentase
Skala besar Nilai (Rp) Persentase
84 420 600 4 185 866.7 2 333.3 414.3 38.4 92 857.7
90.91 0.65 4.51 0.93 2.51 0.45 0.04 100
135 557.1 1550.2 7141.6 995.4 2465.3 737.7 30.7 148 478
91.3 1.0 4.8 0.7 1.7 0.5 0.0 100
513 304 8165.8 43 000 3 800 3 000 3 810.3 255.3 575 335.4
89.2 1.4 7.5 0.7 0.5 0.7 0.0 100
13 950 30 422.2 1 520.5 15 709.3
22.64 49.38 2.47 25.50
21 609.4 40 214.9 1 330.04 34 417.5
22.15 41.22 1.4 35.3
109 132.5 147 20.3 1 520.5 2 9831.1
70.3 9.5 1 19.2
61 602 154 459.7
100
97 572.2 246 050
100
155 204.4 730 539.8
100
44
Berdasarkan Tabel 22, peternak dengan skala usaha besar lebih efisien dalam menggunakan input-input dalam produksi susu. Hal ini terlihat dari total biaya peternak dengan skala besar yang lebih kecil jika dibandingkan dengan peternak skala kecil dan sedang per satuan ternaknya. Total biaya yang dikeluarkan oleh peternak skala usaha besar per satuan ternaknya yaitu Rp 30 502.7/hari sedangkan peternak dengan skala usaha sedang dan skala usaha kecil adalah Rp 51 260.4/hari dan Rp 75 346.2/hari. Peternak kecil mempunyai total biaya yang paling tinggi karena penggunaan input yang tinggi. Pola pikir peternak menganggap bahwa tingginya penggunaan input akan meningkatkan produktivitas. Namun petani tidak memperhitungkan biaya input pakan yang tinggi. Peternak sapi perah baik skala kecil, sedang maupun besar mengeluarkan biaya terbesar untuk kebutuhan pakan terutama pakan konsentrat. Jika dilihat dari komponen penyusun biaya tunai, konsentrat memiliki persentase yang paling tinggi biayanya dibandingkan dengan biaya-biaya lainnya yaitu dengan rata-rata 90.47%. Pakan rumput juga merupakan salah satu komponen yang mempunyai biaya yang cukup tinggi. Hanya saja untuk skala kecil dan sedang persentase biaya pakan rumput masih lebih rendah dibandingkan dengan persentase biaya tenaga kerja dalam keluarga. Sedangkan untuk peternak skala besar memiliki persentase biaya rumput lebih tinggi dibandingkan dengan persentase biaya tenaga kerja dalam keluarga dan penyusutan. Hal ini menunjukkan bahwa pakan merupakan input utama bagi sapi perah dalam menghasilkan susu sehingga biaya yang dikeluarkan menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya. Pendapatan Usahaternak Pendapatan dikategorikan menjadi 2 yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai merupakan total penerimaan setelah dikurangi dengan biaya. Pendapatan atas biaya total yaitu total penerimaan setelah dikurangi dengan biaya tota (biaya tidak tunai termasuk didalamnya). Pendapatan atas biaya total perlu dihitung untuk mengetahui berapa keuntungan yang diperoleh usahaternak tersebut apabila terus dijalankan. Pendapatan atas biaya tunai perlu dihitung untuk mengetahui apakah peternak mendapatkan keuntungan dari usaha yang dijalankan tersebut. Tabel 23 Rata-rata pendapatan harian peternak responden tahun 2014 Keterangan Penerimaan Biaya tunai Biaya tidak tunai Total biaya Pendapatan atas biaya tunai Pendapatan atas biaya total R/C atas biaya tunai R/C atas biaya total
Skala kecil 104 492.6 92 857.7 61 602 154 459.7 11 634.9 -49 967.1 1.13 0.68
Nilai (Rp) Skala sedang 194 525.02 148 478 97 572.2 246 050.2 46 047.02 -51 525.18 1.31 0.79
Skala besar 1 036 070 575 335.4 155 204.4 730 539.8 460 734.6 305 530.2 1.80 1.42
45
Berdasarkan Tabel 21, peternak dengan skala usaha kecil memiliki penerimaan paling besar per satuan ternaknya dibandingkan dengan peternak skala sedang dan besar. Begitu juga dengan biaya yang dikeluarkan baik biaya tunai maupun biaya tidak tunai. Peternak dengan skala usaha kecil mengeluarkan total biaya yang lebih besar dibandingkan dengan peternak skala sedang dan besar. Namun, jika dilihat dari perhitungan nilai pendapatan atas biaya tunai, peternak dengan skala kecil mempunyai pendapatan yang paling rendah per satuan ternaknya yaitu Rp 5 675. Peternak dengan skala besar memiliki nilai pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 19 237.35 dan peternak dengan skala sedang mempunyai pendapatan atas biaya tunai yaitu sebesar Rp 9 593.13. Pendapatan atas biaya tunai yang paling besar per satuan ternaknya yaitu peternak dengan skala besar. Berdasarkan Tabel 23 dapat dilihat bahwa pendapatan peternak atas biaya tunai bernilai positif artinya usahaternak yang dijalankan tersebut masih menguntungkan. Berbeda halnya dengan pendapatan peternak atas biaya total. Peternak dengan skala kecil dan sedang mendapatkan pendapatan yang negatif artinya usahaternak yang dijalankan tidak mendapatkan keuntungan. Peternak dengan skala besar mempunyai nilai pendapatan atas biaya total yang positif artinya usaha ternak yang dijalankan dalam skala besar memberikan pendapatan yang positif atau dapat memberikan keuntungan. Perhitungan efisiensi usaha yang digunakan untuk mengukur usaha ternak yang dijalankan oleh peternak responden KUD Giri Tani yaitu dengan menggunakan rasio R/C (revenue cost ratio). Berdasarkan Tabel 23 R/C ratio atas biaya tunai untuk usaha ternak skala kecil, sedang dan besar memiliki nilai yang lebih besar dari 1. Hal ini menunjukkan bahwa usaha ternak yang dijalankan oleh peternak efisien atau menguntungkan untuk dijalankan. Dikatakan efisien karena biaya yang dikeluarkan lebih kecil dibandingkan dengan penerimaan yang diperoleh. Artinya dalam mengalokasikan faktor input sudah secara efisien sehingga biaya dapat ditekan dan menghasilkan penerimaan yang tinggi pada kondisi produksi susu tertentu. Nilai R/C ratio atas biaya total untuk usahaternak skala kecil dan sedang yaitu bernilai kurang dari 1 yaitu 0.68 dan 0.79. Hal ini menunjukkan bahwa usahaternak yang dijalankan tidak efisien atau tidak menguntungkan jika diusahakan dengan menggunakan biaya tidak tunai. Hal ini dikarenakan biaya yang digunakan lebih besar dibandingkan dengan pendapatannya. Peternak dengan skala besar memiliki nilai R/C ratio yang lebih besar dari 1 yaitu 1.42. Hal ini berarti usaha ternak sapi perah dengan skala besar sudah efisien atau menguntungkan untuk dijalankan. Berdasarkan nilai R/C ratio atas biaya total yang didapatkan, dapat dikatakan bahwa usahaternak yang dijalankan dalam skala besar lebih efisien dan menguntungkan. Penggunaan input-input dapat ditekan sehingga biaya yang dikeluarkan rendah dan dapat menghasilkan penerimaan yang tinggi pada tingkat output tertentu. untuk usaha ternak yang dijalankan dengan skala kecil dan sedang juga memberikan keuntungan ditingkat peternak yang mengusahakannya. Namun, dapat dikatakan bahwa untuk usaha yang dijalankan tidak menguntungkan jika dijalankan oleh peternak lain dengan menggunakan biaya tidak tunai sebagai biaya tunai. Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Heriyatno 2009), yang juga membagi peternak kedalam 3 skala usaha yaitu peternak rakyat, kecil dan sedang
46
yang mempunyai nilai penerimaan lebih besar dibandingkan dengan biaya total. Hal tersebut berarti pendapatan atas biaya total bernilai positif baik untuk skala rakyat, kecil dan sedang. Begitu juga dengan nilai R/C untuk ketiga skala tersebut yang bernilai lebih besar dari 1. Biaya merupakan komponen yang dapat mengurangi pendapatan peternak. Jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Heriyatno, penggunaan pakan konsentrat untuk 3 skala usaha didaerah penelitiannya lebih sedikit dibandingkan dengan penggunaan konsentrat pada peternak anggota KUD Giri Tani untuk semua skala usaha. Dalam penelitiannya, penggunaan konsentrat untuk skala rakyat, kecil, dan sedang secara berturut-turut yaitu 13.2 kg/hari/ST, 11.11 kg/hari/ST, dan 14.7 kg/hari/ST. Sedangkan penggunaan konsentrat oleh peternak anggota KUD Giri Tani skala kecil, sedang dan besar secara berturut-turut adalah 30.68 kg/hari/liter, 16.06 kg/hari/ST, 13.21 kg/hari/ST. Rata-rata penggunaan konsentrat lebih banyak oleh peternak anggota KUD Giri Tani. Namun tingginya penggunaan pakan tidak diikuti dengan tingginya produktivitas sapi perah. Dalam penelitian (Heriyatno 2009), untuk produktivitas susu berdasarkan skala usaha (skala rakyat, kecil dan sedang) di daerah penelitiannya yaitu 12.18 liter/hari/ST, 10.17 liter/hari/ST, 20.03 liter/hari/ST. Sedangkan produktivitas sapi perah untuk untuk skala kecil, sedang dan besar oleh peternak anggota KUD yaitu 15.8 liter/hari/ST, 14.4 liter/hari/ST dan 13.8 liter/hari/ST. Rata-rata produktivitas sapi perah di daerah penelitian Heriyatno dan produktivitas sapi perah oleh peternak anggota KUD Giri tidak jauh berbeda terutama untuk skala kecil dan sedang. Tetapi penggunaan konsentratnya lebih banyak oleh peternak KUD Giri Tani. Hal inilah yang membuat pendapatan yang diperoleh peternak skala usaha kecil dan sedang bernilai negatif atas biaya total. Pakan merupakan pengeluaran terbesar dalam perhitungan biaya dan akan mempengaruhi pendapatan. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Achmad (2011) dilokasi penelitian yang sama. Perbedaannya adalah dalam penelitiannya perhitungan pendapatan tidak menggunakan 3 skala peternak melainkan menggunakan data rata-rata dari keseluruhan responden yang dimiliki. Dalam penelitiannya, rata-rata kepemilikan sapi perah yaitu 3.28 ST. Jika di golongkan kedalam jenis skala peternak, jumlah kepemilikan sapi perah sejumlah tersebut masuk kedalam peternak dengan skala sedang. Berdasarkan analisis pendapatan, usaha ternak yang dijalankan oleh peternak responden mendapatkan keuntungan baik atas biaya tunai dan biaya total serta memiliki nilai R/C di atas 1. Jika dibandingkan dengan perhitungan pendapatan yang dilakukan dalam penelitian ini peternak dengan skala sedang mempunyai pendapatan atas biaya total yang negatif dan nilai R/C dibawah 1. Perbedaan hasil pendapatan ini dikarenakan perbedaan jumlah penggunaan input. Terjadi perubahan pola pemberian pakan konsentrat dari tahun 2011 ke tahun 2014. Konsentrat merupakan input yang penggunaan biayanya paling tinggi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Achmad penggunaan konsentrat per sapi laktasi yaitu 4 kg/hari/ST dengan dengan rata-rata produksi yaitu 19 liter/hari/ST. Jika dibandingkan dengan penggunaan konsentrat peternak skala sedang yaitu sebesar 16.06 kg/hari/ST dengan produktivitas sapi perah 14.4 liter/hari/ST. Penggunaan konsentrat di daerah penelitian yang sama dalam jangka waktu 3 tahun meningkatkan jumlah penggunaannya yaitu sebesar 12.06 kg/hari/ST. Namun peningkatan jumlah konsentrat ini tidak diikuti dengan peningkatan produktivitas sapi perah. Penurunan yang terjadi sebesar 4.6 liter/hari/ST. Untuk penggunaan
47
biaya lainnya, cenderung sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Achmad. Peningkatan penggunaan konsentrat dan penurunan produktivitas susu membuat peternak skala sedang rugi dan tidak efisien atas pendapatan dan R/C atas biaya total. Berdasarkan penjabaran diatas, dapat dikatakan bahwa jumlah populasi yang dipelihara oleh peternak sangat berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh. Peternak dengan rata-rata kepemilikan sapi perah sebanyak 2.05 ST (skala kecil) memiliki pendapatan yang bernilai negatif atas biaya total artinya peternak tersebut rugi jika mengeluarkan biaya tunai untuk input-input yang tidak dibeli. Hal yang sama juga terjadi dengan peternak skala sedang dengan rata-rata kepemilikan sapi yaitu 4.8. Pendapatan atas biaya total yang bernilai positif atau dapat dikatakan untung adalah peternak dengan skala besar dengan rata-rata kepemilikan sapi yaitu 23.95 ST. Semakin besar jumlah sapi yang dipelihara maka semakin efektif penggunaan inputnya dan biaya yang dikeluarkan semakin rendah. Pola prilaku peternak besar yang juga memperhitungkan biaya yang dikeluarkan dan disesuaikan dengan kemampuan sapi perah dalam menghasilkan susu membuat peternak skala besar mendapatkan keuntungan. Sedangkan pola pemikiran dari peternak skala kecil dan sedang yaitu dalam menggunakan pakan konsentrat dan hijauan yang berlebihan akan ikut meningkatkan produktivitas sapi perah. Hal tersebut benar terjadi namun, peningkatan produktivitas tidak signifikan dibandingkan dengan kelebihan penggunaan pakan sehingga peternak skala kecil dan sedang mengalami kerugian. Selain biaya pakan yang terlalu tinggi, biaya-biaya lainnya juga cukup tinggi seperti biaya TKDK, transportasi, listrik dan penyusutan peralatan. Idealnya peternak memelihara 7 ekor sapi untuk mencapai economic of scale. Jika peternak menambah jumlah sapi yang dimiliki maka biaya-biaya tersebut tidak akan terlalu tinggi karena jumlah sapi yang dipelihara lebih besar sehingga penggunaan input-input tersebut lebih efektif. Keterbatasan modal yang dimiliki oleh peternak kecil dan sedang menyebabkan mereka kesulitan dalam meningkatkan jumlah populasi sapi perah. Peningkatan pendapatan dapat dilakukan dengan meningkatkan produktivitas sapi perah dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Namun tetap harus dipertimbangkan juga biaya yang dikeluarkan oleh peternak tersebut agar biaya yang dikeluarkan nantinya tidak lebih besar jika dibandingkan dengan pendapatannya. Pembahasan tentang analisis faktor yang mempengaruhi produktivitas akan dibahas pada subbab selanjutnya. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Sapi Perah Dalam menjalankan suatu kegiatan usaha berbasis ekonomi, keuntungan merupakan tujuan utama. Unit usaha peternakan sapi perah juga merupakan salah satu unit usaha ekonomi yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan. Hasil produksi yang di utamakan dalam peternakan sapi perah ini adalah produksi susu. semakin banyak produksi susu sapi perah yang dihasilkan maka semakin besar pula keuntungan yang didapatkan oleh peternak tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas susu sapi perah sangat perlu untuk diketahui agar dapat meningkatkan produksi susu yang dihasilkan. Penelitian ini merumuskan beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas sapi
48
perah di daerah penelitian yaitu di desa Cibeureum, dimana para peternak yang terdapat di desa tersebut merupakan anggota dari KUD Giri Tani. Faktor-faktor produksi yang digunakan bersumber dari penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dan teori usahaternak sapi perah. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas sapi perah yang digunakan antara lain adalah jumlah pemberian pakan konsentrat, jumlah pemberian pakan hijauan, masa laktasi sapi produksi, dan tenaga kerja. Secara berurutan faktor-faktor produksi tersebut disimbolkan dengan X1, X2, X3, dan X4. Pada penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas sapi perah ditingkat peternak akan dianalisis dengan menggunakan fungsi produksi cobb-douglas. Hasil pendugaan fungsi produksi susu sapi perah dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24 Hasil pendugaan fungsi produksi susu sapi perah pada anggota KUD Giri Tani Variabel Koefisien regresi t-hitung VIF Konstanta 2.551 9.837 Konsentrat (kg/hari/ST) 0.153 3.855 1.050 Hijauan (kg/hari/ST) -0.129 -2.24 1.210 Masa laktasi (bulan/ST) 0.248 3.817 1.111 Jumlah tenaga kerja (HOK/ST) 0.13 2.529 1.069 R-square= 58% R-square (adjusted) = 45.8% F-hitung = 4.51 Analisis regresi berganda yang diolah dengan bantuan SPSS 11.5 for windows menghasilkan persamaan regresi sebagai berikut: Ln Y = ln 2.551 + 0.153 ln X1 – 0.129 ln X2 + 0.248 ln X3 + 0.130 ln X4 + e Dari bentuk transformasi fungsi produksi cobb-douglas diatas maka bentuk diubah kembali ke dalam bentuk asli fungsi produksi cobb-douglas, sehingga persamaanya menjadi : Y = 2.551 X10.153X2-0.129X30.248X40.130 Model dugaan fungsi produksi diatas tidak dapat langsung di interpretasikan. Model dugaan tersebut perlu di uji terlebih dahulu agar hasil yang didapatkan tidak bias dan mengacaukan kesimpulan yaitu dengan metode OLS. Uji yang digunakan yaitu uji statistik dan uji asumsi klasik. 1. Uji statistik Berdasarkan Tabel 24, diketahui nilai R2 model regresi dalam penelitian ini adalah 0.58. Hal ini berarti sebesar 58% variabel-variabel independen yang digunakan yaitu jumlah pemberian pakan konsentrat, jumlah pemberian pakan hijauan, masa laktasi sapi produksi, dan tenaga kerja, dapat menjelaskan
49
variabel dependen yaitu produktivitas sapi perah sedangkan sebesar 42% di jelaskan oleh variabel lain yang tidak di teliti atau tidak digunakan dalam model. Nilai F hitung yaitu 4.51 lebih besar dibandingkan nilai F-tabel yaitu 4.04 dan nilai sig yang dihasilkan sebesar 0.000 yang artinya nilai tersebut lebih kecil dibandingkan dengan tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 0.01 (0.00<0.01), artinya bahwa ada pengaruh yang signifikan antara X1, X2, X3, dan X4 secara bersama-sama terhadap produktivitas sapi perah pada selang kepercayaan 99%. Hal ini berarti tolak Ho atau terima H1 yang artinya bahwa ada pengaruh yang signifikan antara X1, X2, X3, dan X4 secara bersama-sama terhadap produktivitas susu sapi perah. Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel dependen. Variabel pakan konsentrat (X1) mempunyai nilai signifikansi sebesar 0.001. Nilai ini lebih kecil dari tingkat signifikansi yang di gunakan yaitu 0.01 (0.001<0.01) sehingga dapat disimpulkan tolak Ho. Nilai t-hitung untuk variabel konsentrat yaitu 3.855, nilai ini lebih besar jika dibandingkan dengan nilai t-tabel yaitu 2.76. Hal Ini berarti secara parsial variabel jumlah pemberian pakan konsentrat mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel produktivitas susu sapi perah. Variabel pakan hijauan (X2) mempunyai nilai signifikansi sebesar 0.033. Nilai ini lebih kecil dari tingkat signifikansi yang di gunakan yaitu 0.05 (0.033<0.05) sehingga dapat disimpulkan tolak Ho. Nilai t-hitung untuk variabel hijauan yaitu 2.240, nilai ini lebih besar jika dibandingkan dengan nilai t-tabel yaitu 2.05. Hal ini berarti secara parsial variabel jumlah pemberian pakan hijauan mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel produktivitas sapi perah. Variabel masa laktasi sapi produksi (X3) mempunyai nilai signifikansi sebesar 0.001. Nilai ini lebih kecil dari tingkat signifikansi yang di gunakan yaitu 0.01 (0.001<0.01) sehingga dapat disimpulkan tolak Ho. Nilai t-hitung untuk variabel masa laktasi yaitu 3.817, nilai ini lebih besar jika dibandingkan dengan nilai t-tabel yaitu 2.76. Ini berarti secara parsial variabel masa laktasi sapi produksi mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel produktivitas susu sapi perah. Variabel jumlah tenaga kerja (X4) mempunyai nilai signifikansi sebesar 0.017. Nilai ini lebih kecil dari tingkat signifikansi yang di gunakan yaitu 0.05 (0.017<0.05) sehingga dapat disimpulkan tolak Ho. Nilai t-hitung untuk variabel tenaga kerja yaitu 2.529, nilai ini lebih besar jika dibandingkan dengan nilai t-tabel yaitu 2.05. Hal ini berarti secara parsial variabel jumlah tenaga kerja mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel produktivitas susu sapi perah. 2. Uji Asumsi Klasik Berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan kolmogorov-smirnov test, nilai KSZ sebesar 0.662 dan asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0.773 lebih besar dari 0.05 maka dapat disimpulkan data terdistribusi normal atau memenuhi asumsi normalitas. Selain dengan menggunakan uji kolmogorovsmirnov, uji normalitas juga dapat menggunakan grafik normal probability
50
plot. Pada normal P-P plot prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal grafik. Dari analisis grafik dapat dilihat bahwa data menyebar disekitar diagram dan mengikuti model regresi sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang diolah merupakan data yang terdistribusi normal. Grafik P-P plot dapat dilihat pada lampiran 2. Berdasarkan uji multikolinearitas, nilai VIF menunjukkan nilai yang kurang dari 10 untuk keseluruhan variabel. Hal ini berarti tidak terjadi korelasi antar variabel independent (X1, X2, X3 dan X4) dan model regresi yang dibentuk tidak mengandung multikol. Selain dengan melihat nilai VIF, dapat juga dilihat dari nilai koefisien korelasinya. Nilai koefisien korelasi ini dapat dihitung dengan menggunakan uji pearson. Berdasarkan uji korelasi pearson didapatkan nilai kurang dari 0.8. Hal ini berarti bahwa tidak terjadi korelasi berpasangan yang tinggi diantara variabel-variabel penjelas. Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Pengujiannya dengan menggunakan grafik scatterplot. Berdasarkan grafik titik-titik tidak membentuk suatu pola tetapi menyebar diatas dan dibawah angka 0. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas dalam model regresi. Dilihat dari segi uji asumsi klasik dan statistik, model persamaan fungsi cobb-douglas diatas sudah memenuhi persyaratan OLS dan bersifat BLUE (best linear unbiased estimator), namun belum memenuhi persyaratan ekonomi. variabel independen tidak boleh memiliki nilai yang negatif. Hal ini dikarenakan fungsi produksi cobb-douglas mengikuti hukum the law of diminishing product atau hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang artinya setiap penambahan penggunaan input dapat menghasilkan tambahan output sehingga dengan penambahan input tersebut peternak akan memperoleh keuntungan. Fungsi produksi cobb-douglas tidak dapat menggambarkan daerah irrasional III. Pada model dugaan yang pertama masih terdapat nilai negatif sehingga masih belum dapat dikatakan sebagai model pendugaan yang baik. Salah satu cara yang digunakan untuk menghilangkan nilai negatif dari model yaitu dengan mengeluarkan variabel yang memiliki koefisien negatif yaitu variable hijauan. Interpretasi untuk nilai hijauan yang negatif yaitu setiap peningkatan 1% penggunaan hijauan akan menurunkan produktivitas sebesar 2.24%, cateris paribus. Nilai negatif menunjukkan bahwa hijauan berada pada daerah irrasional. Penggunaan hijauan dapat menurunkan produktivitas sapi perah dikarenakan sapi perah yang dimiliki oleh anggota peternak tersebut sudah terbiasa mengkonsumsi pakan konsentrat dalam jumlah yang besar sehingga peningkatan pemberian pakan rumput akan menurunkan produktivitasnya. Pola konsumsi sapi perah yang mulai berubah yaitu pakan hijauan sebagai pakan utama kini tergeser dengan adanya konsentrat sebagai pakan utama. Hasil yang diperoleh setelah mengeluarkan variabel hijauan dari model dugaan dapat dilihat pada Tabel 25.
51
Tabel 25 Hasil pendugaan fungsi produksi susu sapi perah pada anggota KUD Giri Tani tanpa variabel hijauan Variabel Koefisien regresi t-hitung VIF Konstanta 2.068 13.475 Konsentrat 0.139 3.319 1.021 Masa laktasi 0.29 4.382 1.018 Tenaga kerja 0.103 1.93 1.009 R-square= 50.7% R-square (adjusted) = 45.8% F-hitung = 10.30 Berdasarkan hasil mengeluarkan variabel pakan hijauan, terlihat bahwa dari kriteria uji asumsi klasik, kriteria statistik dan ekonomi menunjukkan hasil yang sesuai dengan syarat dari fungsi produksi cobb-douglas. Hal ini terlihat dari hasil uji asumsi klasik yang telah dilakukan yaitu tidak terdapat multikolinearitas karena nilai VIF dari masing-masing variabel bernilai kurang dari 10 dan tidak terdapat korelasi kuat antar variabel independent yang digunakan artinya nilai korelasi pearson bernilai kurang dari 0.8. Begitu juga dengan uji asumsi klasik lainnnya yaitu uji normalitas dan heteroskedastisitas (dapat dilihat pada lampiran 3). Hasil dari uji statistik yaitu pada uji F-hitung, nilai yang didapat yaitu 10.30 dengan tingkat signifikansinya yaitu 0.00. Nilai F-tabel yaitu 4.51, hal ini berarti nilai F-hitung lebih besar dibandingkan dengan F-tabel dan juga taraf signifikansi yang ditetapkan yaitu 0.01 dengan selang kepercayaan 99% sehingga menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel konsentrat, masa laktasi dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produktivitas susu. Untuk uji t-hitung masing-masing variabel signifikan terhadap produksi. Variabel pakan konsentrat memiliki nilai signifikansi sebesar 0.002. Nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 0.01 dengan selang kepercayaan 99%. Nilai t-hitung pakan konsentrat yaitu 3.319 dan jika dibandingkan dengan t-tabel dengan nilai 2.75, nilai t-hitung lebih besar artinya variabel konsentrat berpengaruh nyata terhadap produktivitas. Begitu juga dengan variabel masa laktasi yang memiliki nilai signifikansi 0.000. Nilai ini juga lebih kecil dari nilai signifikansi yang ditetapkan yaitu 0.01 dan nilai t-hitungnya yaitu 4.382 lebih besar dibandingkan nilai t-tabel yaitu 2.75 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel masa laktasi ini memiliki pengaruh yang nyata terhadap produktivitas. Untuk variabel tenaga kerja, memiliki nilai signifikansi yaitu 0.063, nilai ini juga lebih kecil dari tingkat signifikansi yang digunakan yaitu 0.1 dengan selang kepercayaan 90% dan nilai t-hitung yaitu 1.930 lebih besar dari nilai t-tabel yaitu 1.70 sehingga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas susu sapi perah. Nilai R-sq yang dihasilkan yaitu sebesar 50.7%. Nilai R-sq ini berarti bahwa sebesar 50.7% produktivitas susu sapi perah dapat dijelaskan oleh variabelvariabel yang ada didalam model yaitu konsentrat, masa laktasi dan tenaga kerja sedangkan sebesar 49.3% sisanya, variasi produksi dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Hal penting lainnya yang harus diperhatikan dalam pembentukan model adalah nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel bernilai positif.
52
Ini sesuai dengan syarat model dugaan cobb-douglas yang mensyaratkan nilai koefisien regresi positif dan angkanya lebih kecil dari 1. Hal ini menunjukkan bahwa usahaternak sapi perah ini berada pada daerah produksi II. Dengan terpenuhinya syarat dari fungsi produksi cobb-douglas ini, maka model dapat dikatakan baik. Model yang terbentuk adalah sebagai berikut : Ln Y = ln 2.068 + 0.139 ln X1 + 0.29 ln X3 + 0.103 ln X4 + e Dari bentuk transformasi fungsi produksi cobb-douglas diatas maka bentuk diubah kembali ke dalam bentuk asli fungsi produksi cobb-douglas, sehingga persamaanya menjadi : Y = 2.068 X10.139X30.29X40.103 Analisis Elastisitas Produksi Dalam model fungsi produksi cobb-douglas nilai koefisien regresi merupakan nilai elastisitas dari masing-masing variabel tersebut. Berdasarkan nilai uji t, dapat dikatakan bahwa variabel yang digunakan yaitu konsentrat, masa laktasi dan tenaga kerja berpengaruh nyata dan positif terhadap produktivitas sapi perah. Dari hasil analisis, besarnya elastisitas dari masing-masing variabel independen (X1, X3, dan X4) dapat di interpretasikan sebagai berikut: a. Pakan konsentrat (kg/hari/ST)) Faktor jumlah penggunaan pakan konsentrat (X1) secara statistik berpengaruh positif dan nyata terhadap produktivitas sapi perah di daerah penelitian. Berpengaruh positif artinya setiap peningkatan pemberian pakan konsentrat juga akan meningkatkan produktivitas susu sapi perah (berbanding lurus). Berpengaruh nyata (atau berpengaruh secara signifikan) artinya antara variabel X1 memiliki pengaruh yang sangat erat dengan produktivitas susu sapi perah. Elastisitas dari variabel jumlah pemberian pakan konsentrat (X1) dapat dilihat dari koefisien regresinya yaitu sebesar 0.139. Nilai elastisitas sebesar 0.139 tersebut berarti setiap peningkatan jumlah pemberian pakan konsentrat sebesar 1% akan meningkatkan produktivitas susu sapi perah sebesar 0.139%, cateris paribus. Pakan konsentrat merupakan pakan yang diberikan pada sapi perah. Bagi peternak, pakan konsentrat sangat berpengaruh besar terhadap produksi susu sapi terutama untuk jenis konsentrat ampas tahu. Jika ternak tidak diberikan ternak tidak akan menghasilkan susu yang maksimal. Nilai elastisitas yaitu sebesar 0.139% termasuk memiliki pengaruh yang tidak terlalu besar dalam produktivitas sapi perah. Hal ini dikarenakan rata-rata satu orang peternak menggunakan konsentrat yang melebihi dari ketentuan pemberiannya. Ratarata peternak memberikan konsentrat sebanyak 18.43 kg/hari/ST, namun jika dibandingkan dengan ketentuan pemberian pakan berdasarkan teori dari Ako, 2013 maka dapat dikatakan bahwa penggunaan pakan konsentrat diberikan secara berlebihan. Jumlah pemberian yang sesuai dengan ketentuan yaitu sebesar 10 kg/ekor/hari dimana 1 kg dari konsentrat dapat menghasilkan 2 liter produksi susu. hal inilah yang menyebabkan nilai elastisitas konsentrat kecil
53
karena penggunaan konsentrat berlebihan sehingga berakibat pada peningkatan jumlah produksi yang semakin berkurang. Dengan rata-rata produktivitas susu peternak sebesar 14.66 liter/hari/ST, maka dengan peningkatan pemberian Pakan konsentrat sebesar 1 % akan meningkatkan produktivitas menjadi 14.68 liter/hari/ST. Harga susu perliternya yang diberikan dari koperasi kepada anggota yaitu Rp 4100,- sehingga dapat dihitung penerimaan yang di peroleh peternak anggota yaitu Rp 60 106. Peningkatan pakan konsentrat sebesar 1 % yang mengakibatkan peningkatan produktivitas akan otomatis meningkatkan penerimaan peternak yaitu menjadi Rp 60 188. Peningkatan penerimaan peternak yaitu sebesar Rp 82 . Rata-rata pakan konsentrat yang digunakan per harinya oleh para anggota peternak di KUD Giri Tani yaitu 18.43 kg/hari/ST. Dengan adanya peningkatan penggunaan konsentrat sebesar 1% mengakibatkan jumlah pemberian konsentrat meningkat menjadi 18.61 kg/hari/ST. Biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pakan konsentrat per hari per ST yaitu Rp 37 729.29. Dengan adanya peningkatan penggunaan pakan sebesar 1% maka biaya yang dikeluarkan untuk pakan adalah sebesar Rp 38 097.78. Selisih antara biaya pakan konsentrat sebelum dan sesudah peningkatan sebesar 1% yaitu sebesar Rp 368.49. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, biaya yang dikeluarkan untuk pakan berbanding lurus dengan penerimaan yang diperoleh peternak. Ketika penggunaan input konsentrat ditingkatkan penggunaannya akan menyebabkan kenaikan pada biaya pakan tersebut begitu juga dengan produktivitas yang dihasilkan juga semakin meningkat akan berimplikasi pada penerimaan yang semakin meningkat pula. b. Masa laktasi sapi produksi (X3) Faktor masa laktasi sapi produksi (X3) secara statistik berpengaruh positif dan nyata terhadap produktivitas sapi perah di daerah penelitian. Berpengaruh positif artinya setiap peningkatan masa laktasi sapi produksi akan meningkatkan jumlah produktivitas susu sapi perah. Berpengaruh nyata (atau berpengaruh secara signifikan) artinya antara variabel X3 memiliki pengaruh yang erat dengan produktivitas susu sapi perah. Elastisitas dari variabel masa sapi laktasi produksi (X3) dapat dilihat dari koefisien regresinya yaitu sebesar 0.29. Nilai elastisitas sebesar 0.29 tersebut berarti setiap peningkatan masa laktasi sapi produksi sebesar 1% akan meningkatkan produktivitas susu sapi perah sebesar 0.29 %, cateris paribus. Peningkatan masa laktasi sangat penting untuk dilakukan. Berdasarkan teori Ako (2013), Peternak perlu mengetahui puncak produksi pada ternak perah yang sedang laktasi, tujuannya agar pada saat tersebut diberikan pakan secara maksimal. Penyusunan ransum harus memenuhi kebutuhan zat gizi sapi laktasi berdasarkan target produksi dan tahapan masa laktasi: laktasi awal (bulan ke-1 sampai ke-3). Laktasi tengah (bulan ke-4 sampai ke-7), dan laktasi akhir (bulan ke-8 sampai ke-10). Rata-rata masa laktasi sapi perah milik peternak responden yaitu 3,18 bulan. Masa laktasi ini berada pada kondisi laktasi awal yang artinya pada masa ini merupakan masa produksi atau fase belum maksimumnya sapi perah laktasi untuk memproduksi susu. nilai elastisitas dari masa laktasi sapi produksi ini masih tergolong tidak terlalu tinggi yaitu 0.29 karena masa laktasi sapi anggota berada pada fase produksi
54
awal tersebut sehingga masa laktasi belum terlalu besar memberikan pengaruh terhadap produksi susu sapi perah sehingga sangat penting untuk peningkatan masa laktasi sapi perah ini. Produktivitas rata-rata sapi perah anggota KUD Giri tani ini yaitu 14.66 liter/hari/ST. Dengan adanya peningkatan masa laktasi sebesar 1 % maka akan meningkatkan produktivitas susu sapi perah anggota menjadi 14.70 liter/hari/ST. Harga susu per liternya yang diberikan koperasi kepada anggota adalah sebesar Rp 4 100 sehingga penerimaan anggota adalah sebesar Rp 60 106, setelah adanya peningkatan masa laktasi sebesar 1% maka penerimaan peternak meningkat menjadi Rp 60 270. Peningkatan penerimaan peternak yaitu sebesar Rp 164. Rata-rata masa laktasi sapi perah di daerah penelitian yaitu sebesar 3.18 bulan sehingga dengan adanya peningkatan sebesar 1% maka masa laktasinya akan menjadi 3.21 bulan. Dengan adanya peningkatan masa laktasi sebesar 1% maka produktivitas akan meningkat dan diikuti juga dengan peningkatan penerimaan di tingkat peternak. c. Tenaga kerja (X4) Faktor tenaga kerja (X4) secara statistik berpengaruh positif dan nyata terhadap produktivitas sapi perah di daerah penelitian. Berpengaruh positif artinya setiap peningkatan tenaga kerja juga akan meningkatkan jumlah produktivitas susu sapi perah. Berpengaruh nyata (atau berpengaruh secara signifikan) artinya antara variabel X1 memiliki pengaruh yang sangat erat dengan produktivitas susu sapi perah. Elastisitas dari variabel jumlah tenaga kerja (X4) dapat dilihat dari koefisien regresinya yaitu sebesar 0.103. Nilai elastisitas sebesar 0.103 tersebut berarti setiap peningkatan jumlah tenaga kerja sebesar 1% akan meningkatkan produktivitas susu sapi perah sebesar 0.103 %, cateris paribus. Penggunaan tenaga kerja berpengaruh terhadap produktivitas susu sapi perah. Tenaga kerja yang banyak digunakan oleh peternak responden yaitu tenaga kerja dalam keluarga dan rata-rata tenaga kerja untuk satu ekor ternak yaitu sebanyak 0.46 HOK. Nilai elastisitas tenaga kerja yaitu 0.103%, nilai ini tergolong rendah dikarenakan jumlah tenaga kerja yang digunakan berlebihan. Rata-rata responden memiliki sapi perah 5.21 ST. Namun beberapa peternak memiliki sapi perah di atas nilai rata-rata sehingga menyebabkan produktivitas menurun dan HOK yang digunakan akan bertambah karena sapi yang dimiliki juga bertambah dengan asumsi produksi tetap sehingga pengaruh HOK terhadap produktivitas kecil. Produktivitas tetap mengalami kenaikan tetapi jumlahnya peningkatannya kecil atau rendah. Dengan rata-rata produktivitas sebesar 14.66 liter/hari/ST, maka dengan peningkatan penggunaan tenaga kerja sebesar 1% maka akan meningkatkan produktivitas sebesar 14.68 liter/hari/ST. Dengan harga susu sebesar Rp 4 100, maka penerimaan peternak yaitu sebesar Rp 60 106 dan setelah peningkatan penggunaan tenaga kerja penerimaan peternak menjadi Rp 60 188. Terjadi peningkatan penerimaan peternak sebesar Rp 82. Rata-rata penggunaan tenaga kerja yaitu sebesar 0.46 hok/ST, dengan peningkatan penggunaan tenaga kerja sebesar 1% maka tenaga kerja yang digunakan menjadi 0.465. Peningkatan penggunaan tenaga kerja secara langsung akan mempengaruhi biaya yang digunakan. Rata-rata biaya tenaga
55
kerja yang dikeluarkan oleh peternak yaitu sebesar 33 523.81 sehingga dapat di hitung biaya yang dikeluarkan peternak untuk membayar tenaga kerja per satuan ternak yaitu sebesar Rp 15 420.96. Dengan adanya peningkatan penggunaan tenaga kerja sebesar 1% maka biaya tenaga kerja yang dikeluarkan peternak menjadi Rp 15 588.57. Peningkatan biaya tenaga kerja yaitu sebesar Rp 167.61. Dengan adanya peningkatan tenaga kerja sebesar 1% maka terjadi peningkatan produktivitas yang diikuti juga dengan peningkatan penerimaan peternak. Berdasarkan hasil analisis faktor, terdapat 3 input yang memberi pengaruh positif terhadap produktivitas sapi perah yang artinya apabila input tersebut ditingkatkan penggunaannya akan meningkatkan produktivitas sapi perah. Peningkatan jumlah penggunaan input ini tentu saja akan meningkatkan biaya yang digunakan. Diantara 3 input yang berpengaruh positif terhadap produktivitas, terdapat 2 input yang jika penggunaannya ditingkatkan akan meningkatkan biaya yang digunakan yaitu penggunaan konsentrat dan tenaga kerja. Peternak dengan skala kecil dan sedang yang mempunyai pendapatan atas biaya total negatif atau berada pada keadaan rugi tidak dapat menggunakan alternatif ppeningkatan penggunaan konsentrat untuk meningkatkan produktivitas untuk meningkatkan pendapatannya. Hal ini dikarenakan penggunaan konsentrat saat ini sudah sangat berlebihan dan biaya yang dikeluarkan sangat tinggi. Sehingga jika konsentrat ditingkatkan penggunaannya peternak akan semakin rugi. Berbeda halnya dengan peternak dengan skala besar yang mendapatkan keuntungan dari kegiatan usaha ternaknya. Peternak skala besar dapat meningkatkan lagi pendapatannya dengan meningkatkan jumlah penggunaan konsentrat untuk mendapatkan produktivitas sapi perah yang lebih tinggi. Hal serupa juga berlaku untuk peningkatan penggunaan input tenaga kerja. Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendapatan peternak skala kecil dan sedang yaitu dengan penambahan jumlah populasi sapi perah. Keterbatasan modal peternak skala kecil dan sedang membuat penambahan jumlah populasi menjadi sulit untk dilakukan. Manajemen dan peranan KUD Giri Tani terhadap anggota peternak sangat diperlukan untuk membantu mengatasi masalah permodalan peternak.
Manajemen dan Peranan KUD bagi Anggota Peternak Manajemen koperasi yang baik harus dapat dijalankan sesuai dengan tujuan dan azas-azas koperasi yaitu memberikan pelayanan yang maksimal kepada anggota dan tidak semata-mata untuk mendapatkan keuntungan (Baga, 2009). Pada KUD Giri Tani ini, terdapat berbagai unit kegiatan usaha yang dijalankan untuk memberikan pelayanan terhadap anggota diantaranya unit kegiatan pemasaran, pakan konsentrat, penyediaan sapronak, obat-obatan dan IB, unit simpan pinjam, penyediaan sembako dan unit pembuatan yogurt. Dengan adanya unit-unit kegiatan tersebut KUD Giri Tani dapat menjalankan peranannya sebagai koperasi yang menaungi peternak. koperasi dapat memberikan bargaining position yang kuat pada peternak, dapat memberikan faktor produksi dan jasa yang tidak dapat diberikan pasar, lebih mudah dalam menangani risiko (salah
56
satunya terkait produksi susu yang cepat rusak apabila tidak segera ditangani), memberikan pembelajaran bagi anggota dan membuka lapangan kerja karena usahaternak sapi perah ini dapat memberikan hasil setiap harinya. Unit kegiatan yang dijalankan oleh KUD Giri Tani adalah sebagai berikut. 1. Unit kegiatan penampungan dan pemasaran susu Kegiatan penampungan dan pemasaran susu merupakan kegiatan utama yang dijalankan oleh KUD Giri Tani. Sebelum disetorkan ke PT. Cimory dan PT Nutrifood, susu yang dihasilkan oleh peternak ditampung terlebih dahulu di KUD. Penyetoran susu oleh peternak ke KUD Giri Tani untuk ditampung dilakukan dengan 2 cara. Cara pertama yaitu peternak anggota langsung mendatangi KUD untuk menyetorkan sendiri produksi susunya. Peternak yang mengantarkan sendiri produksi susunya merupakan anggota kelompok Tegar Mandiri dan Baru Tegal. Hal ini dikarenakan lokasi peternak tersebut dekat dengan koperasi. Cara yang kedua adalah dengan sistem loper. Sistem loper yaitu cara yang dilakukan dengan sistem jemput. Para anggota peternak yang lokasinya cukup jauh dengan KUD tidak perlu datang sendiri ke KUD. Terdapat mobil jemputan yang akan mengambil produksi susu mereka ke lokasi daerah mereka. Kelompok yang menggunakan sistem loper yaitu kelompok Binawarga, Barusireum, dan Tirta kencana. Para anggota dari masing-masing kelompok tersebut akan berkumpul disuatu tempat sehingga ketika mobil jemputan susu datang mereka dapat dengan mudah menyetorkan susu yang dihasilkan. Susu yang telah terkumpul kemudian ditampung di KUD Giri Tani yaitu didalam cooling unit. Sebelum dimasukkan kedalam cooling unit, susu dari peternak di uji terlebih dahulu dengan uji BJ (berat jenis) dan uji alkohol. Dalam hal ini peranan koperasi telah berjalan dengan baik yaitu menyediakan jasa yang tidak disediakan oleh pasar yaitu jasa loper. Jasa loper ini hanya dapat disediakan oleh KUD untuk melayani anggotanya. Pengiriman susu ke PT Cimory dan PT Nutrifood yaitu dengan menggunakan mobil yang disertai dengan cooling unit. Pengiriman yang dilakukan yaitu 1 kali setiap harinya yaitu pada pagi hari sekitar pukul 07.00 WIB. Harga yang diberikan oleh PT. Cimory kepada KUD yaitu sebesar Rp 5.000 per liter susu dan harga yang diberikan oleh PT Nutrifood yaitu Rp 5.500. Nanum harga yang sampai ke tingkat peternak hanya Rp 4 100. Terdapat rentang perbedaan harga susu sebesar Rp 900 antara harga yang didapatkan di PT Cimory dan harga yang diterima di tingkat peternak. Pengiriman susu ke PT Cimory dilakukan setiap hari dengan kuota 5000 liter per hari sedangkan untuk PT Nutrifood dalam seminggu 3 sampai 4 kali pengiriman dengan kuota 1500 liter sekali pengiriman. Harga yang diberikan oleh PT Cimory merupakan harga tertinggi yang diberikan untuk peternak yang menyetorkan susu ke PT. Cimory ini. Jika dibandingkan dengan peternak atau kelompok lain yang menyetorkan susu ke PT Cimory tetapi bukan merupakan anggota KUD Giri Tani, mereka tidak akan mendapatkan harga hingga Rp 5000 /liter. Hal ini dikarenakan KUD Giri Tani menjadi payung hukum dari berdirinya PT Cimory. Harga yang diberikan PT Cimory saat ini kepada KUD Giri Tani juga dapat meningkat jika kualitas susu KUD Giri Tani meningkat. Saat ini kualitas susu KUD Giri Tani berada pada grade 4 artinya kualitas susu yang dihasilkan masih belum terlalu baik. Jika ingin meningkatkan harga susu
57
maka KUD Giri Tani harus meningkatkan kualitas sehingga bisa mendapatkan harga susu grade 1. Jika di KUD giri tani hanya melakukan uji BJ dan alkohol saja berbeda halnya dengan PT. Cimory yang melakukan uji lab terhadap susu yang diterima seperti uji organoleptik, suhu, kandungan lemak, total solid, solid non fat, TPC (total plate count), dan antibiotik. Dari serangkaian tes yang dilakukan yang paling mempengaruhi harga susu adalah uji TPC. Semakin sedikit jumlah bakteri yang terdapat dalam susu tersebut semakin baik kualitasnya. Dengan adanya unit penampungan dan pemasaran di KUD Giri Tani ini sangat membantu para peternak. Posisi rebut tawar (bargaining power) peternak menjadi lebih kuat karena harga yang diterima lebih tinggi jika penjualan melalui koperasi. Susu mempunyai karakteristik yang cepat rusak tidak akan bertahan lama jika diletakkan di suhu normal. Dengan adanya penampungan di koperasi yaitu pada cooling unit dapat memperpanjang umur simpan susu. Harga cooling unit dan biaya operasional yang mahal tidak memungkinkan peternak untuk memilikinya sendiri, sehingga dengan disediakannya cooling unit di koperasi sangat membantu mereka. Kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh koperasi sangat bermanfaat bagi peternak. Hampir semua IPS tidak menerima susu dalam jumlah yang sedikit sehingga untuk menjual susu ke IPS harus sesuai dengan kuota yang di berikan oleh IPS. Jika tidak ada koperasi peternak tidak dapat memasarkan susu yang dihasilkannya sendiri. Produksi yang terlalu sedikit per peternak tidak memungkinnya untuk memasarkan susu sendiri, kecuali dijual langsung pada konsumen (masyarakat yang dapat berkunjung atau berlibur ke daerah Cisarua), namun pembelian tidak dalam skala besar dan pembelian tidak setiap hari. Pembelian oleh konsumen langsung biasanya hanya 5-10 liter. Harga yang ditetapkan memang lebih tinggi daripada yang ditetapkan oleh koperasi yaitu Rp 10 000. Namun pembelian tidak secara berkelanjutan (hanya sewaktuwaktu) sehingga penerimaan peternak menjadi tidak menentu jika hanya mengandalkan penjualan ke konsumen langsung. Pemasaran melalui koperasi dapat memberikan penerimaan yang berkelanjutan bagi peternak walaupun harga yang dipatok tidak setinggi jika menjual langsung ke konsumen. Walaupun terjadi kelebihan kuota, KUD tetap mau menampung susu dari para peternak anggotanya, sisa susu yang ada di simpan dalam cooling unit untuk disetorkan dihari berikutnya. Hal ini sangat menguntungkan peternak karena tidak perlu menanggung kerugian susu yang rusak atau tidak terserap koperasi. 2. Penyediaan pakan konsentrat Konsentrat merupakan pakan yang dibutuhkan dalam jumlah yang besar oleh peternak. Pakan Konsentrat yang disediakan oleh KUD untuk dijual meliputi 4 jenis yaitu BRM, GT, dedak dan polar. Konsentrat ini disupplai dari pabrik di daerah Bogor, Bandung, dan pabrik Bogasari. KUD ini belum mampu untuk memproduksi pakan konsentrat sendiri karena masih terkendala masalah bahan baku dan juga modal yang dimiliki. Konsentrat yang disediakan oleh pihak KUD memiliki kualitas yang tidak stabil. Terkadang konsentrat yang disediakan memiliki kualitas yang baik terkadang sedang dan tidak jarang juga memiliki kualitas yang kurang baik. Hal ini bisa dilihat dari konsumsi sapi perah terhadap konsentrat tersebut. Jika konsentrat memiliki kualitas yang
58
tidak baik maka sapi perah hanya akan memakan konsentrat sedikit. Jika sudah demikian maka beberapa peternak ada yang mengembalikan konsentrat tersebut ke KUD dan langsung melayangkan komplain ke KUD. KUD biasanya akan langsung menginformasikannya kepada pabrik pakan untuk perbaikan kualitas. Harga konsentrat di koperasi bervariasi antara Rp 2 200 sampai Rp 3 000. Dengan rentang harga demikian, beberapa peternak mengganggap harga tersebut masih mahal dengan kualitas yang tidak terlalu baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pengurus koperasi, jika kualitas pakan ditingkatkan akan terjadi penurunan pembelian pakan konsentrat. Hal ini dikarenakan rendahnya daya beli dari peternak khususnya peternak skala kecil dan sedang. Kualitas konsentrat yang semakin baik tentunya akan meningkatkan harga jualnya. Jadi, walaupun kualitas tidak begitu baik peternak tetap menggunakan pakan konsentrat dari koperasi karena keterbatasan modal yang dimiliki. Berdasarkan wawancara dengan salah satu anggota KUD Giri tani yang mengusahakan sapi perah dengan skala besar, peternak tersebut tidak mengambil konsentrat dari koperasi melainkan memesannya sendiri pada pabrik pembuatan pakan konsentrat dengan kualitas yang lebih baik. Terlepas dari masalah kurang baiknya kualitas pakan konsentrat, unit kegiatan ini sangat menguntungkan peternak. Hal ini dikarenakan peternak tidak perlu repot untuk membeli konsentrat dari tempat lain yang pastinya pembelian harus dalam jumlah yang besar dan disertai dengan ongkos transportasi (ongkos angkut) sehingga akan menambah biaya pengeluaran bagi peternak. Keuntungan lainnya yang diperoleh peternak dengan membeli konsentrat di KUD yaitu pembayaran konsentrat dengan sistem potongan uang susu di akhir bulan. Sehingga peternak tidak perlu mengeluarkan uang secara tunai setiap mengambil konsentrat di KUD. Untuk konsentrat jenis lainnya seperti ampas tahu, tepung jagung dan singkong tidak disediakan oleh koperasi melainkan oleh pihak lain. 3. Unit kegiatan penyediaan sapronak (sarana produksi ternak) KUD Giri Tani selain mempunyai unit kegiatan penyediaan pakan konsentrat juga memiliki unit kegiatan penyediaan sapronak. Sapronak yang disediakan oleh KUD Giri Tani antara lain milk can, sabit, ember, asahan (gurinda), sikat, karpet, arit (sabit), sepatu boot, dan literan. Pembelian sapronak ini dapat dengan sistem kredit sehingga tidak memberatkan peternak. pembelian kredit terutama untuk peralatan milk can dan juga karpet yang memiliki harga yang relatif tinggi persatuannya. Milk can yang disediakan juga dengan beragam ukuran yaitu ukuran 10 liter sampe 40 liter. Harga yang dipatok juga bervariasi tergantung dari ukuran milk can. Untuk milk can dengan ukuran 10 liter yaitu dengan harga Rp 400 000, untuk milk can dengan ukuran 15 liter yaitu dengan harga Rp 600 000 dan untuk milk can ukuran 20 liter yaitu dengan harga Rp 1 000 000. Kebanyakan peternak memiliki milk can dengan ukuran standar yaitu 10 liter, 15 liter dan 20 liter. Untuk karpet, memiliki harga rata-rata yaitu Rp 500 000. Untuk peralatan yang lainnya memiliki harga yang tidak begitu mahal yaitu dibawah harga Rp 100 000. Unit kegiatan penyediaan sapronak ini memberikan keuntungan bagi peternak, karena sapronak menjadi lebih mudah untuk didapatkan dan
59
pembayaran dapat dengan sistem kredit khususnya untuk peralatan yang memiliki harga yang tinggi. Minimnya modal yang dimiliki oleh peternak sangat tidak memungkinkan peternak untuk dapat langsung melunasi peralatan yang harganya cukup tinggi tersebut. Jika membeli dari toko material atau toko-toko yang menjual sapronak, pembayaran harus dilakukan secara tunai dan hal tersebut tidak mungkin dilakukan oleh peternak yang memiliki modal yang terbatas. Beberapa peralatan memiliki jangka waktu yang sangat singkat penggunaannya yaitu sekitar 3 bulan seperti arit (sabit) dan juga sikat. Untuk itu dengan KUD menyediakan peralatan tersebut memudahkan bagi peternak untuk mendapatkannya dalam waktu yang cepat. 4. Unit kegiatan penyediaan obat-obatan dan IB (inseminasi buatan) Unit usaha penyediaan obat-obatan dan inseminasi buatan ini merupakan unit kegiatan yang cukup penting. Unit kegiatan ini terkait dengan kesehatan ternak. Unit kegiatan ini menyediakan obat-obatan yang diperlukan oleh ternak yang sakit. Dalam unit usaha ini juga membantu peternak dalam pengadaan tenaga medis untuk memeriksa sapi yang sakit. Biasanya peternak akan langsung menghubungi pihak medis yang bersangkutan jika ternak sapi perah mereka ada yang sakit. Harga yang di patok untuk penggunaan obat-obatan berbeda-beda tergantung penyakit yang diderita ternak. Jika menggunakan medis biaya juga ditambah dengan biaya untuk tenaga medis. Pembayaran tenaga medis dan obat-obatan juga tidak dilakukan secara tunai atau langsung melainkan dengan pemotongan uang susu setiap akhir bulan. IB (inseminasi buatan) diberikan kepada sapi perah yang sedang birahi agar sapi dapat bunting. IB dilakukan oleh petugas IB. Semen beku yang digunakan untuk IB berasal dari Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang dan Balai Inseminasi Buatan (BIB) Singosari, Jawa Timur. Untuk satu kali IB dikenakan biaya yang berbeda-beda tergantung dari semen beku yang digunakan. Namun kebanyakan peternak menggunakan IB dengan semen beku seharga Rp 50.000. Rata-rata IB yang dilakukan tidak cukup satu kali untuk 1 sapi perah birahi, biasanya dilakukan hingga 2 kali. Pembayaran untuk mendapatkan jasa ini juga dilakukan dengan pemotongan uang susu peternak setiap bulannya. Dengan adanya unit kegiatan ini peternak tidak perlu khawatir apabila sapi perah yang mereka pelihara sakit. Adanya peranan koperasi membuat peternak mudah terhubung dengan tenaga medis dan untuk mendapatkan obatobatan. 5. Unit kegiatan simpan pinjam Unit usaha simpan pinjam ini memberikan keuntungan bagi peternak. Kegiatan ini dapat memberikan kredit kepada peternak anggota seperti kredit sapi perah sehingga peternak dapat meningkatkan produksi jika jumlah sapi perah ditambahkan. Dalam usaha ini anggota juga dapat menyimpan uang yang dimiliki dan dapat melakukan peminjaman sewaktu-waktu. Terdapat bunga yang dibebankan kepada peternak apabila melakukan peminjaman tetapi bunga yang dibebankan tidak besar. Dengan adanya unit usaha ini, maka peternak dapat melakukan peningkatan jumlah kepemilikan sapi dan dapat menekan biaya input yang
60
dikeluarkan seperti pada peternak skala besar sehingga peternak dengan skala kecil dan sedang mendapatkan keuntungan dari kegiatan usaha ternak yang dijalankan. 6. Unit kegiatan penyediaan sembako Unit kegiatan penyediaan sembako sebenarnya bukanlah unit kegiatan yang dijalankan oleh koperasi. Unit kegiatan ini dijalankan oleh anggota koperasi. Koperasi tidak mendapatkan balas jasa atas unit kegiatan ini padahal sebagian besar anggota KUD yang menjadi konsumennya. Keuntungan yang diperoleh dari unit kegiatan ini langsung masuk ke kas pribadi pengurus yang menjalankan unit kegiatan ini. Unit kegiatan penyediaan sembako ini memberikan manfaat bagi anggota peternak. Dengan adanya unit usaha ini sangat membantu anggota dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini dikarenakan mereka dapat mengambil sembako tersebut dengan sistem pembayaran pemotongan uang susu di akhir bulan. Unit kegiatan penyediaan sembako ini tidak sesuai dengan pelaksanaan manajemen koperasi yang baik, dimana semua kegiatan yang dijalankan oleh koperasi harus dijalankan secara demokratis artinya jangan sampai terjadi konsentratsi kekuasaan oleh beberapa pihak saja (Baga 2009). Dalam hal ini terjadi konsentrasi kekuasaan di tingkat pengurus koperasi. 7. Unit kegiatan pembuatan yogurt Unit kegiatan pembuatan yogurt ini merupakan unit usaha yang dijalankan oleh koperasi. Dalam 1 hari pembuatan yogurt ini menghabiskan susu sebanyak 100 liter. Kemasan yang digunakan untuk mengemas yogurt yang dihasilkan yaitu dengan menggunakan plastik kecil-kecil. Produksi yang dihasilkan kemudian dijual ke sekolah-sekolah di daerah Cisarua. Unit kegiatan ini memberikan nilai tambah pada produksi susu yang dihasilkan peternak yaitu dari susu menjadi produk olahan yogurt. Dengan adanya produk olahan dari susu ini dapat meningkatkan harga jual. Semakin besar proporsi susu yang digunakan sebagai produk olahan maka penerimaan KUD akan semakin tinggi. Penerimaan yang tinggi memberikan keuntungan bagi anggota karena keuntungan yang diterima akan masuk ke kas koperasi dan akan dibagikan kepada anggota sebagai SHU.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis pendapatan, faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas sapi perah dan manajemen koperasi, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh peternak skala kecil dan sedang bernilai positif artinya peternak mendapatkan keuntungan dari usaha ternak yang dijalankan. Namun pendapatan yang diperoleh atas biaya total
61
mempunyai nilai yang negatif artinya dengan memasukkan biaya diperhitungkan menyebabkan peternak mengalami kerugian. Berbeda halnya dengan peternak skala besar yang mempunyai nilai positif untuk pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Hal ini berarti peternak dengan skala besar mendapatkan keuntungan atas usahaternak yang dijalankannya. Usaha ternak skala besar lebih efisien dibandingkan dengan usaha ternak skala kecil dan sedang. 2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas sapi perah di KUD Giri Tani yaitu penggunaan konsentrat, masa laktasi dan jumlah tenaga kerja. 3. Manajemen dan peranan KUD Giri Tani sudah menunjang keberlangsungan usaha ternak yang dijalankan anggota peternak. Hal ini dapat dilihat dari berbagai unit kegiatan yang dijalankan oleh koperasi yang mengutamakan pelayanan kepada anggota peternak. Dari semua unit kegiatan tersebut hanya satu unit kegiatan saja yang tidak sesuai dengan manajemen dan peranan koperasi bagi anggota karena diusahakan secara personal oleh pengurus.
Saran Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terkait dengan pendapatan peternak, faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas sapi perah dan manajemen koperasi, dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut. 1. Peternak skala kecil dan sedang perlu melakukan pengurangan penggunaan input yaitu pakan konsentrat karena input tersebut memiliki biaya yang paling besar. Selain itu peternak juga perlu melakukan peningkatan skala usaha yaitu dengan meningkatkan jumlah kepemilikan sapi perah karena peternak dengan skala besar lebih menguntungkan dan efisien. 2. Peternak skala besar perlu melakukan peningkatan penggunaan konsentrat dan tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas sapi perah sehingga nantinya akan diperoleh keuntungan yang lebih tinggi. 3. Manajemen koperasi sebaiknya dipertegas kembali agar tidak ada pengurus yang melaksanakan kegiatan usaha pribadi dan harus mengutamakan pelayanan terhadap anggota untuk menjamin keberlangsungan usaha ternak yang dijalankan oleh anggota.
DAFTAR PUSTAKA Ako A. 2013. Ilmu Ternak Perah Daerah Tropis. Bogor (ID): IPB Pr. Alpian A. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Susu dan Pendapatan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang. Skripsi. Bogor (ID): Departemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor. Aisyah S. 2012. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi pada Usaha Ternak Sapi Perah Rakyat di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Jurnal. Economics development analysis journal. Semarang (ID): Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
62
Astuti M. (2010). Jurnal Efisiensi Produksi Usaha Sapi Perah Rakyat (Studi Kasus Pada Peternak Anggota Koperasi Usaha Peternakan dan Pemerahan Sapi Perah Kaliurang, Sleman, Yogyakarta. Buletin Peternakan Vol.34(1): 6469, Februari 2010. Yogyakarta (ID): UGM. Baga LM, Yanuar R, Feyanto, Azis K. 2009. Koperasi dan Kelembagaan Agribisnis (Koperasi dan Peran Pentingnya dalam Pengembangan Sistem Agribisnis yang Mensejahterakan Petani). Bogor (ID): Departemen Agribisnis IPB Gujarati D. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika edisi ketiga. Jakarta (ID) : Penerbit Erlangga. Hernanto. 1993. Ilmu Usahatani. Bandung (ID): Departemen Sosial Ekonomi. Heriyatno. 2009. Analisis Pendapatan dan Faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah di Tingkat Peternak (Kasus Anggota Koperasi Serba Usaha “ Karya Nugraha” Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat). Skripsi. Bogor (ID): Departemen Manajemen Agribisnis IPB. Kuswadi. 2006. Memahami Rasio-Rasio Keuangan Bagi Orang Awam. Jakarta (ID): PT Elex Media Komputindo Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta (ID) : LP3ES (Lembaga penelitian, pendidikan dan penerangan ekonomi dan sosial). Rahim, Hastuti DR. 2008. Pengantar Teori dan Kasus Ekonomika Pertanian. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya Soekartawi, Soeharjo A, Dillon JL, Hardaker JB. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta (ID) : Universitas Indonesia Pr. Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Jakarta (ID):Universitas Indonesia Pr. Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglas. Jakarta (ID) : CV Rajawali Triwidyaratih A. 2011. Analisis Pendapatan dan Efisiensi Teknis Usaha Ternak Sapi Perah pada Anggota Kaum-Mandiri di Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung Jawa Barat. Skripsi. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Vidiayanti A. 2004. Analisis Pendapatan dan Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usaha Peternakan Sapi Perah. Skripsi. Bogor (ID) : Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian IPB.
63
LAMPIRAN
64
Lampiran 1. Penggunaan faktor-faktor produksi susu sapi perah responden peternak KUD Giri Tani tahun 2014 No responden
Produksi susu (liter/hari/ST)
Konsentrat Hijauan Masa laktasi (kg/hari/ST) (kg/hari/ST) (bulan) peternak dengan skala kecil
Tenaga kerja (HOK)
1
15.5
54
50
2.5
0.53
2 3
15 19
17 35.25
30 35
2.5 3.5
0.5 0.43
4
15
19
75
3
0.77
5
13
2
0.84
6
9
10
50
2.5
0.22
7
22.5
15
20
6.5
0.77
8 9
11.5 12.5
14 25
30 30
4 1.5
0.24 0.54
10
16
10
30
3
0.92
11
12
8
60
2
0.9
12
14
20
120
3
0.68
13
20
23.6
50
2.2
0.27
14
15
19
20
3
0.23
15
17
15
20
3
0.86
16
12.8
6
30
3.4
0.19
17 18
22 17.33
15 26
21.25 12
11.5 2
0.36 0.65
19
17
16
13
4.3
0.15
20
12.5
10
25
2
0.25
21 22
17.67 15
14 37
30 35
5 2.83
0.83 0.28
23
16.67
30
40
2
0.43
24
13
13
25
4.67
0.28
25
13.33
15
40
1.67
0.33
26
10
1,5
17.5
3
0.37
27
11.25
20
40
2
0.48
28
12
25
50
2.33
0.3
29
13.75
3.75
0.44
30
11.09
19
40
2
0.33
31
15
5
30
3
0.24
32
13.33
21
33
2,2
0.29
33
13.16
22.8
30
2,79
0.31
14.73
20
35
3,54
0.32
498.61
626.65
1276.75
108.18
15.53
14.66
18.43
37.55
3.18
0.46
34 Jumlah Rata-rata
10 60 Peternak dengan skala sedang
15,5 50 Peternak dengan skala besar
65
Lampiran 2. Hasil olahan data dengan software SPSS 11.5 for windows dengan faktor produksi konsentrat, hijauan, masa laktasi, dan tenaga kerja Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
produksi susu sapi perah (liter/hari/ST)
2,6635
,20831
34
jumlah penggunaan konsentrat (kg/hari/ST)
2,7506
,64619
34
jumlah penggunaan hijauan (kg/hari/ST)
3,5112
,47794
34
1,0609
,40736
34
-,9076
,50418
34
masa laktasi sapi perah (bulan) tenaga kerja (HOK)
Model Summary(b) Model 1
R
Adjusted R Square
R Square
Std. Error of the Estimate
,762(a) ,580 ,522 ,14400 a Predictors: (Constant), tenaga kerja (HOK), masa laktasi sapi perah (bulan), jumlah penggunaan konsentrat (kg/hari/ST), jumlah penggunaan hijauan (kg/hari/ST) b Dependent Variable: produksi susu sapi perah (liter/hari/ST) ANOVA(b) Model 1
Regression
Sum of Squares ,831
Residual
Df
,601
4
Mean Square ,208
29
,021
F 10,016
Sig. ,000(a)
Total
1,432 33 a Predictors: (Constant), tenaga kerja (HOK), masa laktasi sapi perah (bulan), jumlah penggunaan konsentrat (kg/hari/ST), jumlah penggunaan hijauan (kg/hari/ST) b Dependent Variable: produksi susu sapi perah (liter/hari/ST) Coefficients(a) Unstandardized Coefficients Std. B Error
Model
1
(Constant)
2,551
,259
,153
,040
-,129
masa laktasi sapi perah (bulan) tenaga kerja (HOK)
jumlah penggunaan konsentrat (kg/hari/ST) jumlah penggunaan hijauan (kg/hari/ST)
Standardized Coefficients
T
Sig.
Beta
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
9,837
,000
,475
3,855
,001
,953
1,050
,058
-,297
-2,240
,033
,826
1,210
,248
,065
,484
3,817
,001
,900
1,111
,130
,051
,315
2,529
,017
,935
1,069
a Dependent Variable: produksi susu sapi perah (liter/hari/ST)
66
jumlah penggunaan konsentrat (kg/hari/ST) jumlah penggunaan konsentrat (kg/hari/ST)
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
tenaga kerja (HOK)
1
,206
-,125
,079
.
,243
,481
,657
34
34
34
,206
1
-,309
,251
,243
.
,075
,151
34
34
34
34
-,125
-,309
1
-,057
,481
,075
.
,751
34
34
34
34
Pearson Correlation
,079
,251
-,057
1
Sig. (2-tailed)
,657
,151
,751
.
34
34
34
34
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
masa laktasi sapi perah (bulan)
masa laktasi sapi perah (bulan)
34
N jumlah penggunaan hijauan (kg/hari/ST)
jumlah penggunaan hijauan (kg/hari/ST)
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
tenaga kerja (HOK)
N
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual 34
N Normal Parameters(a,b)
Mean
,0000000
Std. Deviation Most Extreme Differences
,13498629
Absolute
,114
Positive
,114
Negative
-,098
Kolmogorov-Smirnov Z
,662
Asymp. Sig. (2-tailed)
,773
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Normal of Regression Standardized Residual Normal P-P P-P Plot ofPlot Regression Standar Dependent Variabel :Variable: Produksi susu sapi perah s usu sapi perah (liter/hari/ST) Dependent produksi 1,0
Expected Cum Prob
,8
,5
,3
0,0 0,0
,3
,5
Observ ed Cum Prob
,8
1,0
67
Scatterplot
Scatterplot Dependent variabel : Variable: produksi susu sapi perah Dependent produksi s usu sapi perah (liter/hari/ST) Regression Sta ndardized Residual
4
3 2
1
0
-1 -2 -2
-1
0
1
2
3
Regression Sta ndardized Predicted Value
Lampiran 3. Hasil olahan data dengan software SPSS 11.5 for windows dengan faktor produksi konsentrat, masa laktasi, dan tenaga kerja Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
produksi susu sapi perah (liter/hari/ST)
2,6635
,20831
34
jumlah penggunaan konsentrat (kg/hari/ST)
2,7506
,64619
34
1,0609
,40736
34
-,9076
,50418
34
masa laktasi sapi perah (bulan) tenaga kerja (HOK)
Correlations
jumlah penggunaan konsentrat (kg/hari/ST)
masa laktasi sapi perah (bulan)
tenaga kerja (HOK)
Pearson Correlation
jumlah penggunaan konsentrat (kg/hari/ST)
masa laktasi sapi perah (bulan)
tenaga kerja (HOK)
1
-,125
,079
Sig. (2-tailed)
.
,481
,657
N
34
34
34
Pearson Correlation
-,125
1
-,057
Sig. (2-tailed)
,481
.
,751
N
34
34
34
Pearson Correlation
,079
-,057
1
Sig. (2-tailed)
,657
,751
.
N
34
34
34
Model Summary(b) Model 1
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
,712(a) ,507 ,458 ,15334 a Predictors: (Constant), tenaga kerja (HOK), masa laktasi sapi perah (bulan), jumlah penggunaan konsentrat (kg/hari/ST) b Dependent Variable: produksi susu sapi perah (liter/hari/ST)
68
ANOVA(b) Model 1
Regressio n Residual
Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
,727
3
,242
10,302
,000(a)
,705
30
,024
Total
1,432 33 a Predictors: (Constant), tenaga kerja (HOK), masa laktasi sapi perah (bulan), jumlah penggunaan konsentrat (kg/hari/ST) b Dependent Variable: produksi susu sapi perah (liter/hari/ST) Coefficients(a)
Model 1
Unstandardized Coefficients Std. B Error (Constant)
T
Sig ,000
,430
3,319
,002
,979
1,021
,066
,567
4,382
,000
,982
1,018
,053
,248
1,930
,063
,992
1,009
,153
,139
,042
,290 ,103
tenaga kerja (HOK)
Beta
Collinearity Statistics Toleranc e VIF
13,475
2,068
jumlah penggunaan konsentrat (kg/hari/ST) masa laktasi sapi perah (bulan)
Standardized Coefficients
a Dependent Variable: produksi susu sapi perah (liter/hari/ST)
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Normal P-P Plot of Regression Standar Dependent Variabel : Produksi susu produksi sapi perah s usu sapi perah (liter/hari/ST) Dependent Variable: 1,0
Expected Cum Prob
,8
,5
,3
0,0 0,0
,3
,5
,8
1,0
Observ ed Cum Prob
Scatterplot
Scatterplot Dependent variabel : produksi sapisperah Dependent Variable: susu produksi usu sapi perah (liter/hari/ST) Regression Sta ndardized Residual
3
2
1
0
-1
-2 -3
-2
-1
0
1
2
Regression Sta ndardized Predicted Value
3
69
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Ampenan tanggal 17 Februari 1991, Putri kedua dari pasangan bapak I Nyoman Sutarja dan Ibu Ni Ketut Sudiari. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 38 Mataram pada tahun 2003, dan kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 6 Mataram, lulus pada tahun 2006. Selanjutnya meneruskan ke SMU Negeri 1 Mataram dan berhasil menyelesaikan pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Gadjah Mada Fakultas Teknologi Pertanian program diploma III program studi Agroindustri, melalui jalur ujian tulis. Setelah lulus tahun 2012 penulis melanjutkan kembali ke jenjang sarjana melalui Program Sarjana Alih Jenis Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.