FAKTOR-FAKTOR KEBERHASILAN MODEL BISNIS INKLUSIF PADA RANTAI NILAI SUSU SAPI SEGAR (Studi Kasus KUD Giri Tani Kabupaten Bogor)
IKHSAN HILMANUGRAHA
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-Faktor Keberhasilan Model Bisnis Inklusif Pada Rantai Nilai Susu Sapi Segar (Studi Kasus KUD Giri Tani Kabupaten Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, April 2017
Ikhsan Hilmanugraha NIM H24144044
ABSTRAK IKHSAN HILMANUGRAHA. Faktor-Faktor Keberhasilan Model Bisnis Inklusif Pada Rantai Nilai Susu Sapi Segar (Studi Kasus KUD Giri Tani Kabupaten Bogor). Dibimbing oleh HETI MULYATI. KUD Giri Tani merupakan koperasi yang telah menjalankan bisnis inklusif khususnya susu sapi segar. Hubungan antara koperasi dan peternak sapi perah sudah terjalin sejak tahun 1990-an. Dengan demikian, faktor-faktor keberhasilan model bisnis inklusif pada rantai nilai perlu dikaji. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis rantai nilai dan nilai tambah produk susu dan menganalisis faktorfaktor keberhasilan model bisnis inklusif. Metode yang digunakan pada penelitian adalah metode hayami dan analisis faktor. Pelaku rantai nilai yaitu peternak sebagai produsen susu, koperasi sebagai penyedia sapi, pakan, obat hewan, dan sebagai konsumen, PT Cisarua Mountain Dairy (Cimory) sebagai konsumen retail. Ratarata nilai tambah pada peternak yaitu Rp 1 866.69 per Kg dengan rasio 46.69 %. Nilai tambah pada koperasi yaitu Rp 852.24 per Kg dengan rasio 15.35%. Faktor baru dalam keberhasilan model bisnis inklusif yaitu ketersediaan pasokan, teknologi, kepastian pembelian dan akses keuangan; fasilitas dan organisasi; pemeliharaan hewan; pemasaran; kesehatan hewan; pembinaan terhadap petani; kualitas mutu dan distribusi produk; dan pakan hewan. Kata Kunci: analisis faktor, model bisnis inklusif, nilai tambah, rantai nilai, susu sapi segar.
ABSTRACT IKHSAN HILMANUGRAHA. Key Success Factors of Smallholder Inclusive Bussiness Model in Dairy Value Chain (Case Study Giri Tani Cooperative Kabupaten Bogor). Supervised by HETI MULYATI. Giri Tani is a cooperative which has been running a bussiness inclusive of dairy milk. The relationship between cooperative and the dairy farmers has existed since the 1990s. Thus, the success factors of inclusive bussiness model on the value chain need to be examined. The objectives of this study were to analyze value chain including value added of dairy products and to identify the key success factors of inclusive bussiness model. The methods were hayami method and factor analysis. Value chain’s actors consist of farmer as producers, the cooperative as supplier of dairy cattle, feed, and medicine also as consummer’s farmer, Cisarua Mountain Dairy (Cimory) as the retail consumer. The average value added of farmers Rp 1 866.69 per Kg with ratio of 46.69%. The added value of cooperative Rp 852.24 per Kg with ratio of 15.35%. New factor in the success of inclusive business models are the availability of supplies, technology, purchasing certainty and access to finance; facilities and organization; animal raising; marketing; animal health; capacity building to farmers; quality and distribution of quality products; and feed. Keywords: dairy milk, factor analysis, inclusive bussiness model, value added, value chain.
FAKTOR-FAKTOR KEBERHASILAN MODEL BISNIS INKLUSIF PADA RANTAI NILAI SUSU SAPI SEGAR (Studi Kasus KUD Giri Tani Kabupaten Bogor)
IKHSAN HILMANUGRAHA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
PRAKATA Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Faktor-Faktor Keberhasilan Model Bisnis Inklusif Pada Rantai Nilai Susu Cair (Studi Kasus KUD Giri Tani Kabupaten Bogor). Penelitian ini membahas rantai nilai susu murni, nilai tambah di peternak dan Koperasi Unit Desa, dan faktor-faktor keberhasilan model bisnis inklusif. Proses penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Januari 2016 dimulai dari pembuatan proposal hingga penyusunan laporan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr rer pol Heti Mulyati, STP, MT selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan pembelajaran yang sangat berharga dalam membantu penulisan penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Dr Eko Ruddy Cahyadi, SHut, MM dan Ibu Andita Sayekti, STP, MSc selaku dosen penguji atas masukan yang berharga. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada orang tua dan teman-teman atas segala doa dan dukungannya, ketua kelompok ternak Bapak Miftafudin, Bapak Suryatana, Bapak Sriyono, Bapak Bowo, Ketua Koperasi Uni Desa (KUD) Giri Tani Bapak Heru, Sekretaris KUD Giri Tani Bapak Samin dan anggota aktif KUD Giri tani yang sudah membantu dan bekerjasama dalam pengumpulan data di lapangan. Kritik dan saran sangatlah diperlukan untuk memperbaiki skripsi ini menjadi lebih baik lagi. Semoga penelitian ini berguna bagi yang memerlukan.
Bogor, April 2017
Ikhsan Hilmanugraha
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Manfaat Ruang Lingkup TINJAUAN PUSTAKA Rantai Nilai Nilai Tambah Model Bisnis Inklusif Penelitian Terdahulu METODE Kerangka Pemikiran Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Metode Pengumpulan Data Variabel Penelitian Teknik Pengambilan Sampel Pengolahan dan Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Rantai Nilai Susu Sapi Segar Nilai Tambah Susu Faktor- Faktor Keberhasilan Model Bisnis Inklusif Implikasi Manajerial SIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
xii xii xii 1 1 3 4 4 4 4 4 6 7 8 11 11 12 12 13 16 17 20 20 30 31 35 36 37 41 57
DAFTAR TABEL 1 Produksi susu sapi di Indonesia tahun 2012-2016 2 Populasi sapi perah di Pulau Jawa tahun 2012-2016 3 Jumlah anggota KUD Giri Tani tahun 2016 4 Produktivitas susu sapi segar KUD Giri Tani tahun 2012-2016 5 Jenis dan metode pengumpulan data 6 Sub faktor dan indikator kemampuan petani 7 Sub faktor dan indikator ketersediaan pembeli 8 Sub faktor dan indikator lingkungan eksternal 9 Jumlah responden peternak di Kecamatan Cisarua 10 Prosedur perhitungan nilai tambah metode hayami 11 Skala pengukuran 12 Skala penilaian persepsi 13 Kewajiban dan manfaat antara koperasi dan peternak 14 Karakteristik responden 15 Rata-rata hasil susu kelompok tani tahun 2016 16 Nilai tambah susu segar pada peternak 17 Perhitungan nilai tambah susu segar KUD Giri Tani 18 Faktor-faktor baru keberhasilan model bisnsi inklusif
1 2 2 3 13 14 15 16 16 17 19 19 22 22 25 30 31 32
DAFTAR GAMBAR 1 Skema aktivitas rantai nilai (Porter 1993) 2 Pemetaan rantai nilai (Lundy 2012) 3 Kerangka pemikiran 4 Pemetaan rantai nilai susu sapi segar 5 Struktur organisasi KUD Giri Tani
5 6 12 21 27
DAFTAR LAMPIRAN 1 Populasi sapi perah di Indonesia 2 Perhitungan nilai tambah kelompok tani Gabungan 3 Perhitungan tambah kelompok tani Baru Tegal 4 Perhitungan nilai tambah kelompok tani Tirta Kencana 5 Perhitungan nilai tambah kelompok tani Bina Warga 6 KMO and Bartlett's Test 7 Measure of Sampling Adequacy (MSA) 8 Communalities 9 Total variance explained 10 Rotated component matrix 11 Component transformation matrix 12 Component plot in rotated space
43 44 45 46 47 48 49 51 52 53 54 55
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Susu merupakan salah satu elemen yang penting untuk kesehatan manusia. Kandungan yang dimiliki susu seperti seperti kalsium, protein, dan vitamin merupakan zat yang esensial bagi tubuh manusia. Susu sapi merupakan minuman alami yang kaya nutrisi dan dibutuhkan oleh tubuh sebagai zat pembangun, terutama pada masa pertumbuhan. Kandungan kalsium, protein, fosfor, magnesium, vitamin D, dan Vitamin A pada susu sapi sangat berperan bagi pertumbuhan temasuk untuk pembentukan tulang dan gigi. Susu sangat penting bagi manusia mulai dari kecil hingga dewasa (Syarif dan Harianto 2011). Seiring dengan meningkatnya populasi penduduk di Indonesia, maka permintaan susu akan meningkat pula. Konsumsi susu mengalami pertumbuhan sebesar 21% dimana pada tahun 2011 konsumsi mencapai 10 liter/kapita/tahun dan meningkat menjadi 12,1 liter/tahun/ kapita pada tahun 2015 (Kementrian Pertanian 2015). Permintaan susu yang meningkat direspon oleh pelaku usaha dengan meningkatkan jumlah produksi setiap tahunnya. Jumlah produksi susu di Indonesia pada tahun 2012 hingga 2016 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Produksi susu sapi di Indonesia tahun 2012-2016 Tahun Jumlah produksi (Ton) Pertumbuhan/ tahun (%)
2012
2013
2014
2015
2016
959 732
786 846
800 751
835 125
852 951
-
-18
1.8
4.3
2.1
Sumber: Data diolah (2016) Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa produksi susu sapi di Indonesia umumnya mengalami peningkatan. Penurunan produksi hanya terjadi pada tahun 2013. Produksi susu sapi tersebut didukung oleh pertumbuhan populasi sapi perah yang juga semakin meningkat setiap tahunnya di Indonesia. Populasi sapi perah terbesar tahun 2016 adalah Jawa Timur sebanyak 264 905 ekor. Provinsi lain yang memiliki populasi sapi perah cukup besar pada tahun 2016 adalah Jawa Tengah dan Jawa Barat masing-masing 137 434 ekor dan 119 287 ekor. Populasi sapi perah di Pulau Jawa tahun 2012 hingga 2016 pada Tabel 2 dan populasi sapi perah per provinsi di Indonesia pada Lampiran 1.
2
Tabel 2 Populasi sapi perah di Pulau Jawa tahun 2012-2016 Provinsi Jawa Timur Jawa Tengah Jawa Barat Yogyakarta D.K.I Jakarta Banten Jumlah Pertumbuhan (%)
2012 308 841 154 398 136 054 3 934 2 775 44 606 046 -
Populasi Sapi Perah (ekor) 2013 2014 2015 222 910 245 246 255 947 103 794 122 566 134 670 103 832 123 140 116 400 4 326 3 990 4 044 2 686 2 638 2 433 31 36 20 437 579 497 616 513 514 -38.5 12 3.1
2016 264 905 137 434 119 287 4 066 2 603 22 528 317 2.8
Sumber: Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan (2016) Salah satu sentra produksi susu di Jawa Barat berlokasi di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. Produksi susu sapi tersebut diperoleh dari usaha peternakan rakyat yang umumnya berskala kecil. Peternak tersebut umumnya memasok susu segar ke Koperasi Unit Desa (KUD) Giri Tani, dimana peternak tersebut merupakan anggota dari koperasi. KUD Giri Tani merupakan koperasi terbesar yang menampung susu segar para peternak di Kecamatan Cisarua dan Mega Mendung. KUD Giri Tani memiliki jumlah anggota 178 yang tersebar di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung. Di Kecamatan Cisarua terdapat 4 (empat) kelompok tani dengan jumlah anggota yang terdaftar sebanyak 141 anggota. Sedangkan di Kecamatan Mega Mendung terdapat 37 anggota. Kelompok tani dan jumlah anggota di Kecamatan Cisarua dan Mega Mendung yang merupakan anggota KUD Giri Tani dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Jumlah anggota KUD Giri Tani tahun 2016 Kelompok tani Kecamatan Cisarua: 1. Baru Tegal 2. Tirta kencana 3. Bina Warga 4. Gabungan Kelompok tani Kecamatan Mega Mendung : 1. Mekar Jaya Total
Jumlah Anggota (orang)
Persentase (%)
40 47 26 28
22.47 26.40 14.60 15.74
37 178
20.79 100
Sumber: KUD Giri Tani (2016) Susu sapi merupakan bahan baku industri pengolahan susu dan produk turunan susu seperti susu cair (UHT), susu bubuk, dan yoghurt. Pengolahan terhadap susu dapat menciptakan nilai tambah. Selain itu, untuk dapat meningkatkan daya saing perusahaan perlu menggunakan konsep rantai nilai. Rantai nilai diartikan sebagai urutan yang harus memberikan kontribusi lebih kepada nilai akhir dari suatu produk. Semua aliran produk yang melalui rantai nilai, dimulai dengan penelitian, pengembangan dan rekayasa kemudian bergerak melalui aktivitas manufaktur hingga kepada pelanggan (Atkinson et al. 2007). Analisis rantai nilai adalah suatu alat analisis untuk mengetahui posisi perusahaan, aktivitas mana yang menambah nilai, unit mana yang harus dipertahankan dan diberikan investasi. Analisis rantai nilai dapat digunakan pada titik mana dalam rantai pasok yang dapat memberikan nilai tambah atau menurunkan biaya.
3
Peningkatan daya saing dapat berhasil dicapai dengan adanya bisnis model salah satunya dengan model bisnis inklusif. Pembangunan inklusif adalah pembangunan berkualitas dengan memperhitungkan pertumbuhan, penyerapan tenaga kerja, pengurangan kemiskinan, dan memperhatikan lingkungan (Daryanto 2015). Pendekatan dengan model bisnis inklusif di berbagai sektor berkontribusi untuk kemajuan negara dan mengatasi kemiskinan terutama pada negara miskin dan berkembang (Golja dan Pozega 2012). Model bisnis inklusif adalah model bisnis yang menggambarkan perusahaan dalam melakukan bisnis, memasarkan produk, dan sumber pemasukan dan keuangan (Kelly et al. 2015). Model bisnis ini menguntungkan bagi petani kecil karena model bisnis ini mengintegrasikan petani ke dalam pasar dan ke dalam rantai nilai pertanian seperti perdagangan, organisasi pertanian, pengecer, dan kontrak pengaturan pertanian dengan pembeli besar dengan demikian petani kecil dapat menyediakan produknya untuk sektor publik seperti rumah sakit, sekolah, dan cadangan makanan. Produktivitas susu sapi segar pada KUD Giri Tani umumnya mengalami penurunan. Penurunan produktivitas KUD Giri Tani tahun 2012 hingga 2016 dapat dilihat pada Tabel 4. Penurunan tersebut diakibatkan menurunnya jumlah anggota koperasi. Penurunan jumlah anggota KUD disebabkan oleh peternak yang mengalihkan profesi menjadi pegawai swasta dan kurangnya motivasi generasi muda untuk meneruskan usaha yang sudah dimiliki keluarganya. Tabel 4 Produktivitas susu sapi segar KUD Giri Tani tahun 2012-2016 Tahun 2012 2013 2014 2015 2016 Produktivitas (liter)
1 476 000
1 404 000
1 440 000
1 368 000
1 296 000
Sumber: Data diolah (2017) Oleh karena itu, KUD Giri Tani perlu meningkatkan produktivitasnya agar dapat bersaing dan memenuhi permintaan pasar. Salah satu cara meningkatkan produktivitas dapat dilakukan dengan analisis rantai nilai dan model bisnis inklusif. Dalam hal ini, model bisnis inklusif memiliki faktor-faktor keberhasilan yang mampu meningkatkan produktivitas. Hubungan antara KUD Giri Tani dan peternak sapi perah sudah terjalin mulai dari tahun 1990-an dimana hubungan ini bersifat simbiosis mutualisme. Peternak sapi perah mendapatkan pelayan dari koperasi berupa pengadaan sapi, pakan, dan pembinaan. Sedangkan koperasi mendapatkan hasil susu segar dari peternak dengan harga yang sudah ditetapkan bersama. Oleh karena itu, penelitian ini mengkaji tentang “Faktor-Faktor Keberhasilan Model Bisnis Inklusif Pada Rantai Nilai Susu Sapi Segar (studi kasus KUD Giri Tani Kabupaten Bogor)”.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: (1) Bagaimana rantai nilai susu sapi segar di Kecamatan Cisarua? (2) Bagaimana nilai tambah yang dihasilkan oleh peternak dan KUD? (3) Apa saja faktor-faktor keberhasilan dari model bisnis inklusif?
4
Tujuan Tujuan dari penelitian sebagai berikut: (1) Mengidentifikasi rantai nilai susu cair Di Kecamatan Cisarua (2) Menganalisis nilai tambah susu cair yang dihasilkan oleh peternak dan KUD (3) Menganalisis faktor-faktor keberhasilan model bisnis inklusif. Manfaat Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain: (1) Bagi peternak dan koperasi dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam penerapan dan perbaikan rantai nilai susu (2) Bagi peneliti kegiatan belajar mengajar dan mendapatkan pengetahuan secara nyata mengenai rantai nilai pada susu (3) Bagi pembaca dapat dijadikan sebagai salah satu referensi untuk penelitian yang terkait dengan model bisnis inklusif atau penelitian selanjutnya terkait rantai nilai. Ruang Lingkup Penelitian ini membahas rantai nilai dan nilai tambah susu cair pada peternak di Kabupaten Bogor dengan metode Hayami. Selain itu penelitian membahas faktor-faktor keberhasilan dalam model bisnis inklusif dengan mengunakan analisis faktor. Penelitian dikhususkan pada peternak sapi yang merupakan anggota KUD Giri Tani, terutama yang berdomisili di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor.
TINJAUAN PUSTAKA Rantai Nilai Rantai nilai diartikan sebagai urutan yang harus memberikan kontribusi lebih kepada nilai akhir dari suatu produk daripada biaya itu sendiri. Semua aliran produk yang melalui rantai nilai, dimulai dengan penelitian, pengembangan dan rekayasa kemudian bergerak melalui aktivitas manufaktur hingga kepada pelanggan (Atkinson et al. 2007). Selain itu, rantai nilai merupakan suatu cara pandang dimana bisnis dilihat sebagai rantai aktivitas yang mengubah input menjadi output yang bernilai bagi pelanggan. Nilai bagi pelanggan berasal dari tiga sumber dasar yaitu aktivitas yang membedakan produk, aktivitas yang menurunkan biaya produksi, dan aktivitas yang segera memenuhi kebutuhan pelanggan (Pearce dan Robinson 2009). Analisis rantai nilai dapat digunakan pada titik mana dalam rantai pasok yang dapat memberikan nilai tambah atau menurunkan biaya (Porter 1993). Aktivitas rantai nilai dapat dibagi menjadi dua yaitu aktivitas primer dan sekunder. Skema aktivitas rantai nilai menurut Porter (1993) dapat dilihat pada Gambar 1.
5
Sekunder
Infrastruktur perusahaan
M
Manajemen sumber daya manusia A
Pengembangan teknologi
R
Primer
Pembelian
Logistik ke dalam
Operasi
Logistik ke luar
Pemasaran dan pelayanan
Layanan konsumen
G I N
Gambar 1 Skema aktivitas rantai nilai (Porter 1993) Aktivitas primer merupakan aktivitas yang dilakukan antara pelaku kegiatan rantai nilai. Aktivitas primer juga merupakan aktivitas yang dilakukan dalam membuat produk secara fisik serta menjual dan menyampaikan kepada konsumen dalam bentuk layanan purna jual. Aktivitas rantai nilai menurut Porter (1993) terbagi menjadi lima kelompok yaitu: 1. Logistik ke dalam merupakan aktivitas yang berhubungan dengan penerimaan bahan baku, penyimpanan, pemasukan ke produk seperti penanganan bahan baku, pergudangan, pengendalian persedian, penjadwalan pengangkutan, dan pengembalian barang kepada pemasok. 2. Operasi merupakan aktivitas pengubahan bahan baku menjadi produk akhir seperti pengoperasian bahan baku dan fasilitas, perakitan, pengemasan. 3. Logistik ke luar merupakan aktivitas yang berhubungan dengan pegumpulan, penyimpanan, dan pendistribusian produk akhir seperti penggudangan, penjadwalan pengiriman barang, pengolahan pemesanan. 4. Pemasaran dan penjualan merupakan aktivitas untuk penyediaan sarana agar konsumen dapat membeli produk dan merupakan aktivitas yang mempengaruhi konsumen untuk membeli produk seperti periklanan, promosi, penentuan harga. 5. Layanan konsumen merupakan aktivitas yang menyangkut penyediaan layanan untuk konsumen demi menjaga nilai produk. Selain aktivitas primer, terdapat aktivitas sekunder yaitu aktivitas yang menunjang aktivitas primer. Aktivitas sekunder menurut Porter (1993) dibagi menjadi empat kelompok yaitu: 1. Pembelian merupakan pembelian atau pengadaan input yang digunakan dalam rantai nilai suatu perusahaan untuk menunjang aktifitas primer. 2. Pengembangan teknologi merupakan keahlian, prosedur, teknologi sebagai usaha dalam perbaikan proses dan produk. 3. Manajemen sumber daya manusia merupakan pengaturan dalam organisasi perusahaan. aktivitas dapat dikaitkan dengan juga aktivitas primer tertentu karena menunjang keseluruhan rantai. 4. Infrastukur perusahaan terdiri dari sejumlah aktivitas yang meliputi manajemen umum, perencanaan, keuangan, hukum, hubungan pemerintahaan, dan manajemen mutu. Perusahaan bertugas untuk memeriksa biaya dan kinerja pada masing-masing kegiatan penciptaan nilai dan mencari cara untuk memperbaikinya. Perusahaan harus memperkirakan biaya dan kinerja dari perusahaan pesaing sebagai acuan
6
untuk dibandingkan dengan biaya dan kinerja pada perusahaan sendiri agar dapat bertahan di persaingan. Analisis rantai nilai juga bertujuan untuk mengindentifikasi keunggulan atau kelemahan di sepanjang rantai nilai mulai dari bahan mentah hingga aktivitas pelayanan konsumen. Analisis rantai nilai memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi secara lebih baik kekuatan dan kelemahan dibanding dengan perusahaan lainnya (David 2009). Rantai nilai juga dapat dianalisis melalui pemetaan rantai nilai. Pemetaan dalam rantai nilai bertujuan (1) mendefnisikan hubungan dan interkoneksi setiap aktifitas rantai nilai (2) mengetahui aliran produk, pelayanan, informasi, dan pembayaran (3) meningkatkan komunikasi antar pelaku rantai nilai (4) mengidentifikasi pengaruh utama dalam meningkatkan rantai nilai (Lundy 2012). Pemetaan rantai nilai menurut Lundy (2012) terdiri dari tiga level, yaitu: 1. Inti proses untuk mengetahui bagaimana rangkaian bisnis yang berbeda berfungsi secara bersamaan sebagai sistem. Inti proses dalam rantai nilai komoditi susu antara lain peternak,kelompok tani, koperasi, dan konsumen. 2. Pemetaan untuk mitra kerja bertujuan untuk mengidentifikasi dan menilai hubungan, titik pengaruh, kapasitas, dan sumber daya dari kerjasama termasuk dukungan pelayanan dan pemegang bisnis. Mitra kerja merupakan aktor (pelaku) eksternal yang mempunyai peran penting didalam fungsi bisnis dan menjadikan rantai untuk pengoperasian menjadi efisien meskipun mitra kerja tidak masuk kedalam inti rantai nilai. 3. Pengaruh eksternal dipetakan untuk mengetahui pengaruh eksternal terhadap rantai nilai dalam bisnis. Pengaruh eksternal dalam rantai nilai antara lain kebijakan pemerintah, ekonomi, sosial budaya, lingkungan dan teknologi. Pengaruh eksternal dapat bersifat memfasilitasi, membatasi atau tidak mempengaruhi dalam rantai nilai. Pemetaan rantai nilai menurut Lundy (2012) dapat dilihat pada Gambar 2.
Kebijakan pemerintah
Sosial Budaya
Petani
Ekonomi
Koperasi
Lingkungan
Konsumen
Teknologi
Keterangan :
Inti proses
Mitra kerja
Pengaruh eksternal
Gambar 2 Pemetaan rantai nilai (Lundy 2012) Nilai Tambah Konsep nilai tambah adalah pengembangan nilai yang tejadi karena adanya input yang diperlakukan terhadap komoditas tersebut. Input tersebut menyebabkan bertambahnya suatu nilai pada komoditas tersebut karena adanya perubahan seperti
7
bentuk, tempat, dan kegunaan (Marimin 2011). Nilai tambah pada komoditas pertanian terjadi di setiap mata rantai pasok dari hulu hingga ke hilir yang berawal dari petani hingga ke konsumen akhir. Nilai tambah pada sektor hulu dapat dilakukan dengan penyediaan bahan baku yang berkualitas dan berkesinambungan dengan melibatkan para pelaku pada mata rantai pertama, antara lain petani, penyedia sarana prasarana pertanian, dan penyedia teknologi. Nilai tambah selanjutnya terjadi pada sektor hilir yang melibatkan industri pengolahan. Produk pertanian yang bersifat mudah rusak dan memerlukan penanganan yang tepat sehingga produk pertanian siap untuk dikonsumsi oleh konsumen. Aktivitas penanganan produk pertanian berupa pengolahan, pengemasan, pengawetan, dan manajemen mutu untuk menambah guna atau menimbulkan nilai tambah sehingga komoditas pertanian tersebut menjadi tinggi (Marimin 2011) Nilai tambah pada sektor retail merupakan keuntungan yang didapat oleh retailer dalam menjual produk pertanian yang sudah mengalami pengolahan. Nilai tambah tersebut didapat dari penjualan secara eceran, kontinitas dalam persedian barang, dan pelayanan konsumen (Marimin 2011). Menurut Hayami et al (1987) terdapat dua cara dalam menghitung nilai tambah yaitu nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Faktor yang mempengaruhi nilai tambah untuk pengolahan yaitu faktor teknis dan faktor pasar. Faktor teknis yang berpengaruh adalah kapasitas produksi, jumlah bahan baku, dan kebutuhan tenaga kerja. Sedangkan faktor pasar yang berpengaruh adalah harga output, upah tenaga kerja, harga bahan baku, dan nilai input lainnya. Model Bisnis Inklusif Model bisnis inklusif adalah model bisnis yang menggambarkan bagaimana perusahaan besar atau kecil, formal atau informal melakukan bisnis, memasarkan produk, dan sumber pemasukan dan keuangan (Kelly et al 2015). Model bisnis ini mengintegrasikan petani ke pasar dengan mendasari prinsip saling menguntungkan bagi petani skala kecil dan komunitas bisnis. Selain itu, model bisnis ini juga menghubungkan petani kecil ke dalam rantai nilai pertanian yaitu pedagang, organisasi pertanian, pengecer, dan kontrak pengaturan pertanian dengan pembeli besar sehingga petani kecil dapat menyediakan produknya bagi sektor Model bisnis inklusif bertujuan untuk mendukung implementasi dan desain yang meningkatkan kinerja dan hubungan antara produsen skala kecil dan pembeli (Kelly et al 2015). Model bisnis inklusif umumnya mengadopsi dari pendekatan rantai nilai yang berpusat pada peningkatan daya saing dan kepercayaan antar aktor-aktor dalam rantai nilai. Penerapannya dimulai dengan analisis saling ketergantungan antara pelaku formal dan informal kemitraan rantai nilai. Model bisnis inklusif menurut Kelly et al (2015) memiliki tiga konsep, yaitu: 1. Inovasi pada usaha skala kecil yang berfokus kepada pengurangan inefisiensi pada rantai nilai lebih efektif daripada penjualan makro. Konsep pertama ini menunjukan bahwa pencipta kekayaan tidak berasal dari kegiatan industri makro tetapi dari kemampuan usaha kecil menengah dan usaha besar dalam membentuk sebuah industri untuk menghasilkan keuntungan dari inovasi tersebut.
8
2. Konsep kedua yaitu usaha kecil menengah harus mampu menawarkan kepada pembeli sesuatu yang tidak dimiliki oleh usaha besar atau pemasok. 3. Ketika terdapat peluang pasar yang menguntungkan, sektor swasta akan memindahkan bisnisnya ke depan. Hal ini menunjukan bahwa petani kecil dan pembeli akan melakukan bisnis selama mereka percaya keuntungan bersih akan lebih bernilai daripada biaya transaksi. Menurut Kelly (2015), model bisnis inklusif mempunyai lima kriteria, yaitu: 1. Memberikan upah yang layak bagi kelompok rentan, seperti kelompok petani kecil dan usaha kecil yang memungkinkan pembeli mendapatkan keuntungan 2. Menggunakan peraturan perdagangan yang fleksibel sehingga memudahkan petani kecil menengah untuk memasok kepada pembeli. 3. Mendukung petani dan usaha kecil untuk membangun posisi tawar menawar yang lebih kuat melalui pengembangan keterampilan, negosiasi, dan akses informasi pasar. 4. Melakukan perhitungan yang dapat diskalakan dalam jangka menengah sehingga angka aktor (petani) kecil yang terlihat bisa ditingkatkan atau jenis model bisnis dapat diadaptasi ke dalam rantai nilai. 5. Memungkinkan untuk aliran pendapatan divertifikasi dalam jangka panjang untuk mengaktifkan sosialisasi dari perbaikan keterampilan dan menghindari ketergantungan yang lebih kepada satu pembeli. Model bisnis inklusif memiliki faktor-faktor dalam keberhasilannya. Faktorfaktor keberhasilan dalam model bisnis inklusif menurut Lundy (2012) yaitu: 1. Kemampuan petani. Faktor ini mempunyai sub faktor yaitu keterampilan, kapasitas peternak dan organisasi. Keterampilan yang baik dapat berupa pembinaan yang merupakan salah satu cara dalam meningkatkan produktivitas. Selain itu, kapasitas petani yang baik juga dapat emnigkatkan kemampuannya pada aspek manajerial. 2. Ketersediaan pembeli. Sub faktor dalam faktor ini yaitu keikutsertaan sektor swasta dalam meningkatkan pertumbuhan usaha. Keikutsertaan pihak swasta dapat berupa kemitraan dan membuat kebijakan dalam penentuan harga oleh pelaku-pelaku usaha yang terlibat (Eaton dan Shepherd 2001). 3. Lingkungan eksternal. Sub faktor dalam faktor lingkungan yaitu kebijakan publik. Kebijakan publik merupakan peran pemerintah dalam membuat kebijakan dan aturan usaha agar meningkatnya usaha. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan sumber informasi dalam melakukan penelitian. Penelitian terdahulu yang dijadikan sumber informasi yaitu terkait model bisnis inklusif dimana penelitian yang tentang model bisnis inklusif belum banyak dilakukan di Indonesia. Penelitian terdahulu selanjutnya yang dijadikan sumber informasi yaitu penelitian yang terkait rantai nilai dan nilai tambah. Gradl et al (2012) melakukan penelitian tentang growing the cocoa inclusive agribusiness. Pada penelitian ini produsen coklat terbesar didunia Kraft Food. Inc mengalami masalah dalam pasokan biji kakao. Pemasok kakao yang berada di Pantai Gading memiliki tingkat pengetahuan yang relatif lebih rendah tentang
9
proses budidaya biji kakao. Oleh karena itu, perusahaan tersebut menawarkan kerjasama kepada petani dan koperasi dengan jaminan kepastian pembelian hasil panen biji kakao. Petani diberi pengetahuan serta pelatihan budidaya biji kakao seperti cara membuka lahan yang baik, penyimpanan biji kakao, pengolahan limbah, dan keterampilan bisnis dasar. Kerjasama tersebut menjadikan usaha petani menjadi meningkat dan pasokan biji kakao untuk perusahaan menjadi terpenuhi. Dunn (2014) melakukan penelitian yang bertujuan untuk pengembangan rantai nilai dan pasar inklusif yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan memfasilitasi petani ke rantai nilai sehingga kompetitif. Penelitian memiliki fokus pada perbaikan petani. Perbaikan merupakan inti dari pengembangan rantai karena perbaikan dapat menambah nilai produk dengan meningkatkan efisiensi dan kualitas produk. Proses perbaikan dapat meningkatkan efisiensi teknis dan atau mengurangi biaya produk, sebagai contoh proses perbaikan di pertanian meliputi konversi irigasi yang baik, pengembangan dalam penjarakan penanaman, peningkatan benih dan input, dan teknik konservasi tanah. Penelitian ini menunjukan bahwa smallholders dapat mempunyai peran penting dalam rantai nilai kompetitif jika smallholders memiliki kemampuan yang diperlukan, dapat melihat peluang yang menguntungkan, dan mendapatkan informasi yang akurat untuk memilih dan menilai strategi yang akan digunakan. Selain itu pemerintah juga harus memperhatikan smallholders dengan memfasilitasi pasar untuk smallholders , memperbaiki infrastuktur, jaringan komunikasi yang baik, dan kebijakan yang membangun. Penelitian yang dilakukan oleh Kelly et al (2015) di negara Kamerun tentang pendekatan model bisnis inklusif pada minyak kelapa sawit. Pendekatan yang telah digunakan menguatkan model bisnis antara tiga koperasi lokal. Selain itu, pendekatan ini juga menguatkan hubungan penjualan antara koperasi lokal dengan pembeli, retailer, dan agroprosessor menengah besar. Pelaksanaan dialog antara anggota koperasi dengan pelaku agribisnis skala besar menjadikan kualitas pelayanan koperasi menjadi lebih baik karena pelaku agribisnis tersebut memberikan pengetahuan teknis dan konsultasi tentang kelapa sawit. Adanya dialog antara anggota koperasi dan pelaku agribisnis tersebut dapat membuat petani kelapa sawit yang merupakan anggota koperasi menerima harga yang lebih tinggi dan pelaku agribisnis besar dapat mengekstrak volume minyak yang lebih besar. Pendekatan lainnya yaitu melakukan inovasi dalam mekanisme organisasi dan perencanaan yang dapat meningkatkan efisiensi dan pengeluaran yang kecil. Konsultasi dengan pembeli dalam perencanaan logistik, sistem panen, penjadwalan dalam transportasi, dan pengendalian kualitas dapat menurunkan pengeluaran. Selain itu inovasi dapat mempermudah dalam permintaan peminjaman modal untuk teknologi dalam kegiatan penambahan modal karena menunjukan inovasi dan kekuatan dalam operasional dan manajerial. Penelitian yang dilakukan dengan pendekatan model bisnis inklusif membuat koperasi kelapa sawit di Kamerun mengalami peningkatan seperti efisiensi dalam rantai nilai dan nilai tambah, inovasi dalam operasional dan manajerial, dan peningkatan kualitas produk. Kelly (2015) melakukan penelitian dengan mengimplementasikan model bisnis inklusif kepada petani kapas di negara Kenya dengan mendirikan koperasi. Petani kapas yang sebelumnya mengandalkan ginners dalam kegiatan operasi seperti pembenihan dan pengolahan, dengan berdirinya koperasi petani mendapat pelayan yang dapat meningkatkan produktivitas. Pelayanan yang didapat oleh
10
petani kapas dari koperasi yaitu benih, pestisida, peralatan pertanian, pelatihan, dan pemasaran produk yang menjadikan kualitas produk meningkat, produktivitas meningkat, mendapatkan informasi harga pasar kapas, transparasi dalam pemberian harga kapas. Berdirinya koperasi ini menjadikan rantai nilai kapas menjadi lebih baik dan meningkatkan usaha dari petani. Valentina (2009) melakukan penelitian nilai tambah pada ubi kayu dengan metode yang digunakan adalah analisis usaha untuk mengetahui besarnya keuntungan efisiensi dan nilai tambah. Hasil dari penelitian menunjukan keuntungan yang di terima dari usaha pengolahan ubi kayu Kelompok Usaha Bersama (KUB) Wanita Tani Makmur dari ubi kayu mentah menjadi keripik singkong setengah jadi sebesar Rp 10 375. Sedangkan pada KUB Wanita Tani Makmur keuntungan yang diterima dari keripik singkong setengah jadi sampai matang (keripik singkong) sebesar Rp 1 610 418. Pengolahan ubi kayu mentah menjadi keripik singkong setengah jadi yang dilakukan pada anggota KUB Wanita Tani Makmur memberikan nilai tambah bruto sebesar Rp 52 043, nilai tambah netto sebesar Rp 50 558, nilai tambah per bahan baku sebesar Rp 979/kg, dan nilai tambah per tenaga kerja sebesarRp 3.097,84/Jam Kerja Operasi. Sedangkan pengolahan keripik singkong setengah jadi menjadi matang pada KUB Wanita Tani Makmur memberikan nilai tambah bruto sebesarRp 1 690 750, nilai tambah netto sebesar Rp 1 686 461,45, nilai tambah perbahan baku sebesar Rp 7 773 per kg dan nilai tambah per tenaga kerja sebesar Rp 37 572/Jam kerja operasi. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Dani (2011) yang membahas bagaimana pembangunan kembali sistem organisasi rantai nilai yang sebelumnya kurang baik. Upaya yang dilakukan dalam penelitian yaitu mengidentifikasi permasalah pada rantai nilai, menetapkan strategi pengembangan organisasi. Hasil perhitungan dengan metode Analytical Hirarcy Process (AHP) yaitu membentuk kelompok kerja menjadi strategi prioritas dibandingkan dengan strategi lainnya. Setiawati (2014) melakukan penelitian nilai tambah akibat aktivitas teknologi pascapanen pada komoditi cabai di Kabupaten Majalengka. Perhitungan yang digunakan dalam analisis tersebut adalah metode Hayami. Hasil perhitungan nilai tambah menunjukan bahwa hasil nilai tambah produk cabai yang menguntungkan pelaku rantai nilai pengumpul terkecil sebesar 80.04 %, sedangkan yang mengalami keuntungan kecil pengumpul besar dan pasar induk sebesar 28.64 % serta 47.51%.
11
METODE Kerangka Pemikiran Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, susu sebagai produk konsumsi pun mengalami peningkatan permintaan. Peningkatan permintaan tersebut direspon oleh pelaku industri susu dengan meningkatkan produksi. Pada dasarnya pelaku industri memiliki tujuan memaksimalkan keuntungan dengan input seminimal mungkin untuk meningkatkan nilai tambah produk. KUD Giri Tani merupakan salah satu koperasi susu yang memasok susu sapi segar keperusahaan pengolahan susu yaitu PT Cisarua Mountain Dairy (Cimory). Koperasi tersebut memegang peranan yang sangat penting karena menjembatani antara peternak dan pengolahan atau industri susu. Penelitian ini menganalisis rantai nilai. Rantai nilai diartikan sebagai urutan yang harus memberikan kontribusi lebih kepada nilai akhir dari suatu produk daripada biaya itu sendiri. Rantai nilai akan dianalisis menggunakan analisis rantai nilai yang dikembangkan oleh Porter (1993) yang terdiri dari aktivitas primer dan sekunder. Pada aktivitas primer diuraikan menjadi kegiatan logistik kedalam, operasi, logistik keluar, pemasar, dan pelayanan. Sedangkan pada aktivitas sekunder terdapat aktivitas berupa pembelian bahan baku, teknologi yang digunakan, manajemen sumber daya manusia, dan infrastuktur. Rantai nilai pada produk susu akan dipetakan dengan menganalisis tiga level pemetaan rantai nilai menurut Lundy (2012) yaitu inti proses, mitra kerja, dan pengaruh eksternal. Industri yang memproduksi olahan susu dengan memanfaatkan bahan baku susu mampu memberikan nilai tambah. Bertambahnya nilai pada susu tersebut karena adanya input yang menyebabkan perubahan seperti bentuk, tempat, dan kegunaan. Pendekatan yang digunakan untuk memahami nilai tambah susu pada penelitian ini menggunakan metode Hayami. Penelitian dilanjutakan dengan menganalisis faktor keberhasilan dalam model bisnis inklusif. Model bisnis ini merupakan model bisnis yang menggambarkan bagaimana perusahaan besar atau kecil, formal atau informal melakukan bisnis, memasarkan produk dan sumber pemasukan dan keuangan. Pada Model bisnis inklusif terdapat faktor-faktor dalam mempengaruhi keberhasiannya yaitu kemampuan petani, ketersedian pembeli, dan lingkungan (Lundy 2012). Keberhasilan dari model bisnis inklusif dapat meningkatkan produktivitas. Faktorfaktor yang mempengaruhi keberhasilan model bisnis inklusif tersebut akan dialisis dengan menggunakan analisis faktor. Penelitian ini dapat disederhakan melalui kerangka pemikiran pada Gambar 3.
12
Pemenuhan permintaan susu yang meningkat
Pemetaan rantai nilai
Analisis Rantai Nilai peternak dan KUD Giri tani (aktivitas primer dan sekunder)
Wawancara Kuesioner Observasi
Analisis nilai tambah dengan metode Hayami Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan model bisnis inklusif (Lundy, 2012)
Kemampuan petani: 1. Keterampilan 2. Kapasitas 3. Organisasi
Ketersedian Pembeli : Kebijakan sektor swasta
Analisis Faktor
Lingkungan eksternal : Kebijakan publik
Keberhasilan model bisnis inklusif di KUD Giri Tani
Gambar 3 Kerangka pemikiran Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada peternak di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor yang tergabung dalam KUD Giri Tani. Lokasi dipilih secara sengaja dikarenakan jumlah anggota yang tergabung dalam KUD Giri Tani terbanyak berdomisili di Kecamatan Cisarua. Penelitian dilakukan mulai dari bulan April 2016 sampai dengan Desember 2016 dimulai dari proposal hingga pembuatan laporan penelitian. Jenis dan Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer didapat dari observasi dan pengamatan langsung di objek penelitian dan wawancara dengan narasumber yaitu peternak dan KUD Giri Tani. Data tersebut mengenai rantai nilai, nilai tambah dan model bisnis inklusif. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka serta dokumen pendukung lainnya, antara lain pustaka mengenai konsep rantai pasok, rantai nilai, nilai tambah, model bisnis
13
inklusif. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dan wawancara dengan narasumber yaitu peternak dan KUD Giri Tani. Wawancara dan kuesioner mencangkup rantai nilai, nilai tambah, dan model bisnis inklusif. Jenis data, metode pengumpulan data, sumber data, dan analisis data berdasarkan tujuan penelitian dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Jenis dan metode pengumpulan data Tujuan
Jenis Data
Metode Sumber data Analisis Data pengumpulan Menganalisis Primer dan Wawancara dan Ketua atau Analisis rantai aktivitas sekunder kuesioner sekretaris nilai Porter primer dan kelompok tani, (1993) skunder dalam KUD Giri Tani rantai nilai komoditi susu Mengetahui Primer dan Wawancara dan Ketua atau Metode nilai tambah sekunder kuesioner Sekretaris Hayami pada susu Kelompok tani, KUD Giri Tani Faktor-faktor Primer Kuesioner Peternak yang Analisis faktor keberhasilan tergabung model bisnis dalam KUD inklusif Giri Tani
Sumber: Data diolah (2016) Variabel Penelitian Variabel penelitian rantai nilai dan nilai tambah Pada rantai nilai, variabel (faktor) yang dianalisis yaitu aktivitas primer dan sekunder pada peternak dan koperasi. Variabel aktivitas primer di kedua aktor tersebut berupa logistik ke dalam yaitu pengadaan sapi dan pengadaan pakan; pemeliharaan sapi perah dan operasional yaitu pemeberian pakan sapi, pemerahan susu, pemeliharaan kesehatan dan kebersihan hewan dan kandang; logistik keluar yaitu jumlah hasil susu dan cara pendistribusian susu; penjualan yaitu harga terima susu dan tujuan pendistribusian susu; pelayanan yaitu pembinaan terhadap peternak dan pengaduan produk. Variabel aktivitas sekunder berupa pengembangan teknologi yaitu teknologi yang digunakan; pengelolaan sumberdaya manusia yaitu perekrutan tenaga kerja; infrastruktur yaitu kepemilikan lahan usaha dan kondisi infrastruktur pendukung (jalan, lokasi) . Pada nilai tambah variabel penelitian yaitu nilai output yaitu susu sapi segar dan yogurth, nilai input yaitu susu sapi segar, harga, penerimaan, dan keuntungan. Variabel penelitian keberhasilan model bisnis inklusif Keberhasilan dalam model bisnis inklusif pada penelitian ini mempunyai tiga faktor (variabel), enam sub faktor dan 55 indikator dimana faktor tersebut diadaptasi dari Lundy (2012). Keberhasilan model bisnis inklusif dalam penelitian yang dilakukan memiliki tiga faktor yaitu kemampuan petani, ketersediaan pembelian, dan lingkungan eksternal.
14
1. Kemampuan petani. Pada faktor ini terdapat tiga sub faktor yaitu keterampilan petani, kapasitas petani, dan organisasi. Sub faktor dan indikator pada faktor kemampuan petani dapat dilihat pada Tabel 6.
Faktor Sub faktor Definisi operasional Indikator
Sub faktor Definisi operasional Indikator
Tabel 6 Sub faktor dan indikator kemampuan petani Kemampuan petani Keterampilan petani Kemampuan petani dalam pemeliharaan sapi perah secara baik 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Menentukan kualitas susu yang baik Teknik terbaik dalam memerah susu secara manual Waktu terbaik dalam memerah susu Cara penyimpanan susu murni secara baik Mampu menjaga kesehatan hewan ternak Mengetahui dan memahami kondisi kesehatan hewan ternak Mengetahui jenis penyakit hewan ternak Mengetahui dan memahami penyebab penyakit hewan ternak Mengetahui cara menyembuhkan hewan ternak yang sakit Mengetahui obat yang tepat untuk menjaga dan mengobati hewan ternak 11. Mengetahui jenis pakan yang cocok dan baik untuk hewan ternak 12. Mengetahui komposisi pakan yang sesuai dan baik untuk hewan ternak 13. Mengetahui frekuensi pemberian pakan 14. Mengetahu waktu yang tepat dalam pemberian pakan 15. Mengetahui cara penyimpanan susu murni yang baru diperah agar tidak mudah rusak 16. Mengetahui cara terbaik dalam pendistribusian susu murni agar kualitas tetap terjaga (alat yg digunakan, teknik yang digunakan). 17. Mengetahui waktu terbaik dalam pendistribusian susu murni agar kualitas terjaga Kapasitas Petani Kemampuan aspek manajerial petani dalam pemeliharaan sapi perah secara baik. 1. Mengetahui cara perkembangbiakan sapi perah. 2. Mengetahui waktu yang tepat untuk perkembang biakan sapi perah. 3. Mengetahui umur produktivitas sapi perah. 4. Mampu mempertahankan produktivitas sapi. 5. Mampu mengatur keuangan usaha dengan baik. 6. Mendapatkan modal usaha dengan mudah. 7. Memiliki sarana produksi yang memadai. 8. Lokasi kandang ternak yang startegis (dekat dengan tempat tinggal, dekat dengan konsumen). 9. Luas kandang yang sesuai kebutuhan. 10. Pelaksanaan kegiatan operasional sudah sesuai prosedur standar operasi yang telah di tetapkan. 11. Melakukan pencatatan terkait pemeliharaan kesehatan sapi (riwayat penyakit, riwayat obat)
15
Lanjutan Tabel 6 Faktor Sub faktor Definisi operasional Indikator
Kemampuan petani Organisasi Keterlibatan petani dalam organisasi, kelompok tani, dan koperasi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Komunikasi yang baik dan lancar sesama anggota kelompok tani Komunikasi yang baik dan lancar sesama anggota koperasi Pelatihan/pembinaan terkait operasional hewan ternak Mendapatkan pelatihan/pembinaan terkait aspek manajerial/berorganisasi Mengetahui tujuan pembinaan Waktu pembinaan yang sesuai dengan keadaan yang dialami dalam pemeliharaan sapi perah Rutin melakukan diskusi terkait usaha dengan peternak lainnya (sesama anggota kelompok tani dan koperasi) Suara petani diperhitungkan oleh koperasi dalam penentuan kebijakan
Sumber: Data Diolah (2016) 2. Ketersediaan pembelian. Sub faktor dan indikator pada faktor ketersediaan pembelian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Sub faktor dan indikator ketersediaan pembeli Faktor Sub faktor Definisi operasional Indikator Sub faktor Definisi operasional Indikator
Ketersediaan Pembeli Kebijakan sektor swasta Keikutsertaan sektor swasta dalam pertumbuhan petani sapi perah 1. Turut andil dalam penentuan harga 2. Harga jual sesuai dengan yang diharapkan Kontrak Pertanian Kerjasama antara petani dan konsumen (mitra kerja) yang menjadikan posisi tawar menawar petani menjadi lebih kuat dan menjadikan produk yang bernilai tinggi. 1. Petani mendapatkan rekomendasi pakan yang baik untuk ternak dari mitra kerja (koperasi) 2. Petani mendapatkan kepastian pembelian produk yang dihasilkan 3. Mendapatkan informasi akan teknologi baru 4. Mendapatkan teknologi baru seperti mesin dan teknik untuk kemajuan usaha 5. Mendapatkan keterampilan baru untuk meningkatkan produktivitas usaha 6. Berkurangnya resiko dari harga susu yang tidak stabil (harga sesuai kontrak/flat) 7. Membuka pasar baru yang membuat petani dapat memasarkan produksinya lebih luas
Sumber: Data Diolah (2016) 3. Lingkungan eksternal. Pada faktor ini terdapat satu sub faktor yaitu kebijakan publik dimana peran pemerintah dalam membuat kebijakan dan aturan usaha sapi perah susu untuk meningkatkan usaha dari sapi perah. Sub faktor dan indikator pada faktor lingkungan eksternal dapat dilihat pada Tabel 8.
16
Tabel 8 Sub faktor dan indikator lingkungan eksternal Faktor Sub faktor Definisi operasional Indikator
Lingkungan Eksternal Kebijakan publik Peran pemerintah dalam membuat kebijakan dan aturan usaha perah susu untuk meningkatkan usaha dari petani sapi perah 1. Mendapatkan izin usaha yang mudah 2. Subsidi pakan ternak 3. Subsidi obat ternak 4. Mendapatkan kredit yang mudah dari pemerintah 5. Mendapatkan bibit unggul untuk perkembangbiakan 6. Jumlah sapi yang seimbang antara jantan dan betina 7. Melakukan penghijauan untuk pakan ternak
Sumber: Data diolah (2016) Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel adalah suatu cara untuk mengambil sampel yang mewakili populasi. Pengambilan sampel pada penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu sampel untuk rantai nilai dan nilai tambah dan sampel untuk faktor-faktor keberhasilan model bisnis inklusif Sampel untuk rantai nilai dan nilai tambah Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling dengan cara purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria spesifik. Kriteria responden yang dipilih yaitu responden memiliki pengalaman dan mengetahui serta memahami tentang aktivitas rantai nilai yang terjadi di organisasinya. Berdasarkan kriteria tersebut, sampel penelitian terkait dengan rantai nilai dan nilai tambah berjumlah lima responden yaitu empat responden ketua atau pengurus setiap kelompok tani, satu responden pengurus KUD. Jumlah sampel tersebut sudah mencerminkan dari kondisi anggota populasi. Sampel untuk faktor-faktor keberhasilan model bisnis inklusif Proses pengambilan sampel terkait dengan faktor-faktor keberhasilan model bisnis inklusif menggunakan metode non probability sampling dengan cara purposive sampling dan quota sampling. Kriteria responden yang dipilih yaitu anggota aktif KUD Giri tani. Berdasarkan kriteria tersebut maka jumlah responden yaitu 80 responden. Jumlah responden pada tiap kelompok tani dapat dilihat secara jelas pada Tabel 9. Tabel 9 Jumlah responden peternak di Kecamatan Cisarua No 1 2 3 4
Kelompok tani Tirta Kencana Barutegal Binawarga Gabungan Total Responden
Sumber: Data Diolah (2016)
Jumlah responden 17 20 22 21 80
17
Pengolahan dan Analisis Data Metode Hayami Perhitungan untuk nilai tambah pada pada penelitian ini mengunakan metode Hayami. Menurut Sudiyono dalam Marimin (2011), dasar perhitungan dari analisis nilai tambah menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja, modal, dan manajemen yang dapat dinyatakan sebagai berikut: Nilai Tambah = f (K, B, T, U, H, h, L)..................................................................(1) Dimana: K B T U H L
= = = = = =
Kapasitas produksi Bahan baku yang digunakan Tenaga kerja yang digunakan Harga output Harga bahan baku Nilai input lain
Analisis nilai tambah oleh Hayami mempunyai kelebihan yaitu dapat diketahui besaran nilai tambahnya, balas jasa terhadap pemilik faktor produksi, dan dapat diterapkan di luar subsistem pengolahan, contohnya pemasaran. Nilai tambah adalah nilai output dikurangi dengan nilai input. Besarnya nilai tambah tersebut dinyatakan secara matematika dengan menggunakan metode Hayami. Data mengenai analisis nilai tambah yang diperoleh dari wawancara dengan anggota rantai pasok. Perhitungan nilai tambah dengan menggunakan metode Hayami dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Prosedur perhitungan nilai tambah metode hayami No Variabel Output, Input, dan Harga 1 Output (Kg) 2 Bahan Baku (kg) 3 Tenaga Kerja (HOK) 4 Faktor Konversi 5 Koefisien Tenaga Kerja Langsung (HOK/Kg) 6 Harga Output (Rp/Kg) 7 Upah Tenaga Kerja Langsung (Rp/HOK) Penerimaan dan Keuntungan 8 Harga Bahan Baku (Rp/Kg) 9 Harga Input Nilai lain (Rp/Kg) 10 Nilai Ouput (Rp/Kg) 11 a. Nilai Tambah (Rp/Kg) b. Rasio Nilai Tambah (%) 12 a. Pendapatan Tenaga Kerja Langsung (Rp/Kg) b. Pangsa Tenaga Kerja Langsung (%) 13 a. Keuntungan (Rp/Kg) b. Tingkat Keuntungan (%) Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi 14 Marjin (Rp/Kg)
Sumber: Hayami (1987)
Nilai (1) (2) (3) (4) = (1)/(2) (5) = (3)/(2) (6) (7) (8) (9) (10) = (4)x(6) (11a) = (10)-(8)-(9) (11b) = (11a)/(10)x100 (12a) = (5)*(7) (12b)=(12a)/(11a)x100 (13a) = (11a)-(12a) (13b) = (13a)/(10)x100 (14) = (10)-(8)
18
Uji Validitas dan Reliabilitas data Validitas menunjukan ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam fungsi ukurnya (Suliyanto 2005). Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah terdapat pertanyaan yang tidak relevan pada kuesioner sehingga diharuskan melakukan perbaikan penyusunan kuesioner. Pengujian validitas dalam penelitian ini diolah menggunakan microsoft excel. rumus yang digunakan untuk uji validitas dengan teknik korelasi pearson, yaitu: 𝑟hitung =
𝑛 Σ𝑥𝑦−(Σ𝑥)(Σ𝑦) 𝑛Σ𝑥 2 −(Σ𝑥)2 [𝑛Σ𝑦 2 −(Σ𝑦)2 ]
……………………………………………...(2)
Keterangan: r = Koefisien validitas yang dicari n = Jumlah responden x = Skor masing-masing pertanyaan x y = Skor masing-masing pertanyaan y Hasil dari uji validitas data dapat dikatakan valid jika nilai dari r hitung lebih besar dari nilai r tabel yang bergantung pada jumlah sample dan tolak ukur kesalahan yang ditoleransikan. Uji validitas dilakukan terhadap 30 responden sehingga hasil yang yang dipatkan harus lebih besar atau sama dengan 0.361 sehingga kuesioner yang digunakan dapat dikatakan valid. Reliabilitas adalah suatu angka indeks yang menunjukan konsistensi suatu alat pengukur didalam mengukur gejala yang sama (Umar 2005). Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan Statistical Package Social Science (SPSS) versi 23. Teknik yang digunakan untuk menguji reliabilitas adalah teknik Cronbach’s Alpha. Suatu instrumen dinyatakan reliabel apabila koefisien reliabilitas mendapatkan hasil lebih besar atau sama dengan nilai 0.6. Rumus yang digunakan untuk uji realibilitas, yaitu: 𝑟11 =
𝑘 𝑘−1
1−
Σ𝜎2 𝜎2
……………………………………………...………………(3)
Keterangan: 𝑟11 = Koefisien reliabilitas instrumen k = Jumlah butir pertanyaan 2 Σ𝜎 = Jumlah varian butir pertanyaan 𝜎 2 = Varian total Analisis Deskriptif Analisis deskriptif memberikan gambaran mengenai data yang dimiliki (Simamora, 2005). Faktor-faktor yang tidak bisa dianalisis dengan menggunakan statistik maka dapat dianalisis secara deskriptif dengan tujuan mengubah kumpulan data yang masih mentah menjadi bentuk yang mudah dipahami karena berupa informasi yang jelas dan ringkas. Analisis deskriptif pada penelitian ini digunakan mengidentifikasi faktor-faktor keberhasilan model bisnis inklusif. Data yang di peroleh melalui kuesioner dapat menggunakan lima skala Likert dalam bentuk interval seperti yang disajikan pada Tabel 11.
19
Tabel 11 Skala pengukuran Pilihan Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Cukup Setuju Setuju Sangat Setuju
Skor 1 2 3 4 5
Sumber: Data diolah (2016) Data yang diperoleh melalui kuesioner dapat menggunakan 5 skala Likert dalam bentuk interval. penelitian menggunakan 5 skala Likert yang memiliki rentang nilai sebagai berikut: Rentang nilai =
(𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚) 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 (5 − 1) 5 Rentang nilai = 0.8
Rentang nilai =
Berdasarkan perhitungan diatas maka diperoleh bentuk interval penilaian sehingga menciptakan skala penilaian persepsi yang dapat digunakan untuk menilai pertanyaan yang digunakan untuk kuesioner. Skala penilaian persepsi dapat dilihat dengan jelas pada Tabel 12. Tabel 12 Skala penilaian persepsi Interval 1.00 – 1.80 1.81 – 2.60 2.61 – 3.40 3.41 – 4.20 4.21 – 5.00
Skala Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Cukup Setuju Setuju Sangat Setuju
Sumber: Data diolah (2016) Analisis Faktor Analisis faktor adalah teknik untuk menganalisis tentang saling ketergantungan (interdependence) dari beberapa variabel secara simultan yang bertujuan untuk menyederhanakan dari bentuk hubungan antar beberapa variabel yang diteliti menjadi sejumlah faktor yang lebih sedikit daripada variabel yang diteliti, sehingga dapat menggambarkan tentang struktur data dari suatu penelitian (Suliyanto 2005). Terdapat dua metode dasar dalam menganalisis faktor yaitu Principal Component Analysis (PCA) dan Common Factor Analysis (CFA) atau biasa disebut Principal Axis Factoring (Simamora 2005). PCA bertujuan untuk mengetahui jumlah faktor minimal yang dapat diekstrak, sedangkan CFA mengestrak faktor hanya berdasarkan common variance. Tahapan dalam membuat analisis faktor terdiri dari empat tahap Tahap pertama dalam analisis faktor adalah melihat nilai Kaiser-MayerOlkinmeasure of sampling adequacy (KMO). Nilai KMO dapat dikatakan memenuhi kriteria apabila lebih besar atau sama dengan 0.5 karena sesuai dengan tingkat kesalahan yang dapat ditolerir yaitu sebesar 5%. Apabila nilai KMO memiliki nilai lebih besar atau sama dengan 0.5 maka indikator tersebut layak untuk diuji dan dapat dilanjutkan ke tahap selanjutnya.
20
Tahap kedua dalam analisis faktor adalah melihat tabel anti-image matrics. Pada tabel anti-image matrics terdapat kolom anti-image correlation yang dapat menunjukkan nilai Measures of Sampling Adequacy (MSA) berupa sejumlah angka sesuai dengan jumlah indikator yang membentuk garis diagonal dan nilai dari MSA harus lebih besar dari nilai 0.5. Jika nilai indikator memiliki hasil kurang dari 0.5 maka indikator tersebut harus dieliminasi dan harus melakukan pengujian ulang. Tahap ketiga dalam analisis faktor adalah menghasilkan nilai communalities melalui ekstraksi dengan metode Principal Component Analysis (PCA). Selain itu, metode PCA juga menghasilkan Total Variance Explained yang menunjukkan nilai Eigenvalues. Nilai Eigenvalues lebih dari satu menunjukkan setiap faktor mampu mewakili variabel-variabel yang dianalisis yang ditunjukkan oleh besarnya varians yang dijelaskan. Tahap keempat adalah rotasi menggunakan metode varimax yang bertujuan untuk mengelompokkan indikator yang ada kedalam faktor baru yang dihasilkan. Indikator yang dikelompokkan ke dalam suatu faktor baru akan memiliki nilai factor loading yang beragam dan harus memiliki nilai lebih besar dari 0.5. Jika nilai factor loading memiliki nilai di bawah dari 0.5 maka indikator tersebut harus dieliminasi. Setelah itu, semua indikator yang memiliki nilai di atas 0.5 harus melakukan pengujian kembali mulai dari tahap pertama dalam analisis faktor hingga tahap terakhir.
HASIL DAN PEMBAHASAN Rantai Nilai Susu Sapi Segar Rantai nilai adalah model yang digunakan untuk membantu menganalisis aktivitas-aktivitas spesifik yang dapat menciptakan nilai dan keuntungan bagi perusahaan. Analisis rantai nilai dimulai dengan melakukan pemetaan rantai nilai. Pemetaan rantai nilai bertujuan untuk mendefinisikan hubungan dan interkoneksi setiap rantai nilai (Lundy 2012). Pemetaan rantai nilai pada penelitian ini pemasok susu merupakan kelompok tani dari kelompok Gabungan, kelompok Baru Tegal, Kelompok Tirta kencana dan Kelompok Bina Warga. Peternak mendapatkan input sapi perah dari koperasi dan peternak lain. Input peternak didapat dari KUD Giri Tani. Pakan ternak didapat dari koperasi dan KPS Bogor dengan harga Rp 2 700 per kg untuk pakan konsentrat dan ampas tahu. Input obat dan kesehatan hewan didapat dari koperasi dan kesehatan hewan dengan biaya Rp 60 000 per kasus. Input lain seperti rumput hijau didapat dari lahan hijau secara mandiri, sedangkan kemasan susu dan milk can didapat dari penjual alat-alat ternak. Koperasi bekerja sama dengan perusahaan penyedia pakan hewan dari PT Barokah mandiri dan PT Bogasari, obat dan kesehatan hewan dari PT Tekad Mandiri Citra, dan pengadaan sapi perah koperasi bekerja sama dengan perbankan swasta. Susu yang dihasilkan oleh peternak didistribusikan kepada koperasi dan pengolah susu sapi dengan harga Rp 4 500 per liter. Susu kemudian didistribusikan oleh koperasi kepada PT Cisarua Mountain Dairy (Cimory) selaku konsumen koperasi dengan harga Rp 5 400 per liter.
21
Lingkungan eksternal pada produk susu sapi yaitu izin usaha dari pemerintah daerah dan dinas pertanian dan peternakan, sertifikat dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Untuk mendapatkan sertifikat ini peternak harus memenuhi syarat yang sudah ditentukan antara lain fotocopy izin usaha, hasil analisis laboratorium produk yang akan di daftarkan, dan pengisian formulir secara lengkap. Sedangkan pelatihan dan penyuluhan didapat dari Dinas Pertanian dan Dinas Peternakan Kabupaten Bogor. Pelatihan yang didapatkan berupa keterampilan petani dalam kegiatan operasi dan perawatan hewan ternak seperti teknik memerah, perawatan kesehatan sapi, dan edukasi tentang penyakit hewan ternak. Pemetaan rantai nilai yang diadaptasi dari Lundy (2012) secara jelas dapat dilihat pada Gambar 4. Pemasok KUD Giri Tani
Pemasok : PT Barokah Mandiri (pakan konsentrat) PT Bogasari (pakan ampas tahu) PT Tekad Mandiri Citra (obat hewan )
Pemasok lainnya : Perbankan swasta sebagai mitra koperasi dalam pengadaan sapi perah
Pemasok Peternak (KUD Giri Tani)
Input : Sapi perah dari koperasi, peternak lain Pakan konsentrat dari koperasi dan KPS Bogor Pakan ampas tahu dari koperasi Obat-obatan dari koperasi dan kesehatan hewan
Koperasi dan Pengolah susu
Peternak sapi Perah
Kelompok Gabungan 14,3 %
Konsumen : Konsumen akhir (rumah tangga, usaha mikro) Salon kecantikan
Kelompok Baru Tegal
28,6 %
Harga pembelian : Pakan ternak konsentrat & ampas tahu Rp 2700 per Kg Obat dan kesehatan hewan,ternak Rp 60 000 per satu kali pemeriksaan
Kelompok Tirta Kencana
Input lain : Tanaman rumput dari lahan hijau Kemasan susu
Kelompok Bina Warga
Produksi susu murni (liter per hari) 2 800
10 %
Konsumen ( PT Cisarua Mountain Dairy) 95 %
21,4 % Koperasi Giri Tani 90 %
Sertifikasi : Halal (MUI) BPOM (BPOM)
Konsumen Langsung 5%
35,7 %
Izin usaha : Pemerintah daerah Dinas pertanian dan peternakan
Konsumen
Pelatihan dan Penyuluhan : Dinas Pertanian dan Peternakan
Keterangan : Lingkungan internal Ruang lingkup penelitian Gambar 4 Pemetaan rantai nilai susu sapi segar
22
Kemitraan Koperasi dan Peternak Hubungan kemitraan antara KUD Giri Tani dan peternak sapi perah sudah terjalin mulai dari tahun 1990-an dimana bersifat simbiosis mutualisme. Koperasi mempunyai kewajiban atau pelayanan terhadap peternak sapi perah yang menjadi anggotanya dan sebaliknya. Selain kewajiban atau pelayan, kemitraan ini juga mempunyai manfaat bagi koperasi dan peternak. Kewajiban dan manfaat antara koperasi dan peternak dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Kewajiban dan manfaat antara koperasi dan peternak Kewajiban/ pelayanan
1. 2. 3. 4.
Manfaat
1. 2.
Koperasi Memasok kebutuhan usaha peternak Menerima hasil susu dari peternak Memberikan pembinaan terhadap peternak Memberikan modal usaha kepada peternak Mendapatkan pasokan susu setiap hari dari peternak Memenuhi permintaan susu dari konsumen
1. 2. 3. 4.
Peternak Membayar iuran pokok yang telah ditetapkan Membantu mengembangkan koperasi Memenuhi anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Memberikan hasil susu
1. Mendapatkan kebutuhan usaha ternak dengan mudah 2. Mendapatkan kepastian pembelian susu sapi 3. Meningkatkan kemampuan dalam menjalankan usaha sapi perah
Sumber: Data diolah (2016) Bagian selanjutnya akan membahas aktor rantai nilai dalam ruang lingkup penelitian yaitu peternak sapi perah dan KUD Giri Tani yang menggambarkan model bisnis inklusif. Karakteristik Responden Peternak Sapi Perah Karakteristik responden merupakan anggota aktif KUD Giri Tani dapat dibedakan berdasarkan kelompok tani, jenis kelamin, usia pendidikan, dan skala usaha. Jumlah responden Karakteristik responden anggota aktif KUD Giri Tani dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Karakteristik responden No 1
2
Karakteristik Responden Kelompok Tani: a. Gabungan b. Tirta Kencana c. Bina Warga d. Baru Tegal Jenis Kelamin: a. Laki-laki b. Perempuan
Jumlah responden
Persentase (%)
21 17 22 20
26.3 21.2 27.5 25.0
53 27
66.3 33.7
23
Lanjutan Tabel 14 No 3
4
5
Karakteristik Responden Usia: a. < 21 b. 21-30 c. 31-40 d. 41-50 e. >50 Pendidikan: a. SD b. SMP c. SMA d. Sarjana e. Pasca Sarjana Skala Usaha: a. Kecil (< 6 ekor) b. Sedang (6-20 ekor) c. Besar (>20 ekor)
Jumlah Responden
Persentase (%)
1 7 36 25 11
1.3 8.8 45.0 31.3 13.8
30 12 30 6 2
37.5 15.0 37.5 7.5 2.5
43 34 3
53.8 42.5 3.7
Sumber: Data diolah (2017) Beradasarkan Tabel 14 dapat dilihat bahwa responden terbanyak berasal dari kelompok tani Bina Warga dengan hasil 27.5%, hasil tersebut dikarenakan kelompok tani Bina Warga mempunyai jumlah anggota aktif terbanyak dibandingkan kelompok tani lainnya dan mempunyai motivasi yang tinggi terhadap usaha sapi perah. Berdasarkan jenis kelamin responnden terbanyak yaitu berjenis kelamin laki-laki dengan hasil 66.3%, menjalankan usaha sapi perah membutuhkan tenaga yang besar. Responden terbanyak berdasarkan usia adalah responden dengan rentang usia 31-40 tahun, pada rentang usia ini pelaku usaha mempunyai motivasi tinggi, pengalaman dan tenaga. Umumnya responden berpendidikan akhir SD dan SMA, dikarenakan peternak merasa cukup dengan pendidikan yang didapatkan untuk melakukan usaha sapi perah. Responden yang didapatkan berdasarkan Tabel 10 umumnya berskala kecil dengan hasil 53.8%. Sebesar 70% responden tidak mempunyai pekerjaan atau usaha lain yang berarti berternak menjadi usaha utama pada responden, sedangkan 30% responden lainnya mempunyai pekerjaan atau usaha lain yaitu sebagai pegawai swasta, pekerja lepas, dan usaha rumah makan dan toko sembako. Aktivitas Rantai Nilai Aktivitas primer peternak dikaji dari sisi logistik kedalam, operasi, logistik keluar, penjualan susu segar, dan pelayanan. Aktivitas sekunder terdiri dari pengembangan teknologi, kebutuhan sumberdaya manusia, dan infrastruktur. Aktivitas primer peternak sapi perah Aktivitas primer merupakan aktivitas yang dilakukan antar pelaku kegiatan rantai nilai aktivitas primer dalam rantai nilai pemerahan susu diantaranya:
24
1. Logistik ke dalam Logistik ke dalam pada peternak adalah pengadaan sapi dan pakan ternak. Peternak memperoleh sapi melalui koperasi. Pembayaran sapi tersebut oleh peternak dengan menggunakan sistem kredit. Sistem kredit tersebut berupa pemotongan pendapatan peternak atas hasil susu yang disetorkan kepada koperasi setiap harinya pada akhir bulan. Selain dari koperasi, peternak mendapatkan sapi perah dari perkembangbiakan sapi sebelumnya dan mendapatkan sapi dari peternak lain. Rata-rata peternak mendapatkan sapi perah dengan harga Rp 15 000 000 per ekor. Selain pengadaan sapi, aktivitas lainnya adalah pengadaan pakan ternak. Peternak memberikan berbagai jenis pakan untuk ternaknya. Pakan yang diberikan kepada ternak berupa konsentrat, ampas tahu dan tumbuhan hijau dengan sekali pengadaan sebanyak 750 Kg hingga 4 000 Kg dan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 2 700 per Kg. Peternak membeli pakan ternak yang berupa konsetrat dan ampas tahu di koperasi dengan pembayaran berupa pemotongan pendapatan hasil susu yang disetorkan kepada koperasi. Selain dari koperasi, peternak mendapatkan konsentrat dan ampas tahu dari Koperasi Produksi Susu (KPS) Bogor seperti yang dilakukan oleh peternak di kelompok Bina Warga. Pakan yang berupa tumbuhan hijau, peternak mendapatkannya di area atau lahan hijau secara mandiri tetapi pada musim penghujan peternak membeli pakan tersebut atau menggunakan jasa seseorang untuk memperoleh pakan tumbuhan hijau. 2. Pemeliharaan sapi perah Kegiatan operasi yang dilakukan oleh peternak adalah pemeliharaan sapi. Pemeliharaan sapi perah dilakukan secara rutin setiap harinya. Kegiatan pemeliharaan dengan pemberian pakan dua hingga tiga kali setiap harinya. Pakan diberikan pada pagi dan sore hari jika pemberian pakan dua kali sedangkan pemberian pakan tiga kali dilakukan pada pagi, siang dan sore. Kegiatan operasi selanjutnya adalah pemerahan susu. Pemerahan susu dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Pemerahan pada pagi hari dilakukan sebelum sapi diberikan pakan, sedangkan pada sore hari sapi diberi pakan dahulu satu hingga dua jam sebelum dilakukan pemerahan dengan tujuan agar sapi merasa nyaman ketika diperah. Kesehatan ternak merupakan hal penting untuk menjaga produktivitas dan kualitas susu murni. Berbagai cara dilakukan oleh peternak untuk menjaga kesehatan sapinya seperti pemberian obat dan pembersihan sapi serta kandangnya. Kesehatan hewan ternak dijaga dengan memandikan sapi setiap hari pada sore hari, membersihkan kandang dengan disiram menggunakan air kaporit untuk mencegah lumut, menggunakan disinfektan untuk mencegah kuman, dan menjaga agar cahaya matahari tetap masuk ke dalam kandang. Selain pembersihan kandang, peternak juga melakukan pemberian obat dan vitamin kepada sapi. Peternak menggunakan jasa kesehatan hewan atau dokter hewan yang telah disediakan oleh pemerintah melalui KUD Giri Tani untuk memeriksa kesehatan dan pemberian obat yang tepat jika sapi sedang sakit. Standar prosedur operasi dibuat agar menjadikan kegiatan operasi menjadi efektif dan efisien dan mengurangi tingkat kesalahan. Peternak yang tergabung di KUD Giri Tani sudah mempunyai standar prosedur operasi yang dibuat secara mandiri sehingga membuat pekerjaan menjadi lebih tertata, efektif dan efisien.
25
Salah satu standar prosedur operasi yaitu dalam pemerahan susu. Sebelum di perah sapi harus dalam keadaan kering dan puting sapi di bersihkan terlebih dulu menggunakan air hangat agar susu yang dihasilkan tetap steril. Peternak sapi perah menghadapi berbagai kendala dalam kegiatan pemeliharaan ternaknya. Kendala utama yang dihadapi oleh peternak pada umumnya terkait dengan pakan. Pakan berupa rumput hijau umumnya sulit diperoleh pada musim kemarau. Oleh karena itu, peternak harus membeli yang umumnya disediakan oleh warga sekitar. Selain itu, kendala lainnya yang dihadapi adalah pakan konsentrat yang disediakan oleh koperasi dirasakan kurang sesuai oleh beberapa peternak sehingga merekan harus membelinya di luar KUD Giri Tani seperti di Koperasi Produksi Susu Bogor. Konsentrat yang diperoleh di KUD Giri Tani masih ditemukan masa dengan kadaluarsa yang relatif singkat karena peternak mendapatkan stok pakan sisa. Oleh karena itu, diantara peternak berlomba untuk mendapatkan pakan yang baru, sedangkan pembelian pakan di luar koperasi menyebabkan peternak harus mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk pengiriman pakan tersebut. 3. Logistik keluar Hasil pemerahan susu dari peternak didistribusikan ke KUD Giri Tani sebesar 90% dan konsumen lainnya seperti usaha mikro dan salon kecantikan sebesar 10%. Peternak berkumpul di satu titik kumpul untuk menunggu truk dari koperasi yang mengangkut susu cair mereka. Hal tersebut biasanya dilakukan oleh kelompok tani Tirta Kencana dan Bina Warga dengan biaya angkut yang dikenakan untuk setiap satu kali pengangkutannya Rp 500 hingga Rp 1 000 per peternak. Peternak pada kelompok tani Gabungan mengumpulkan terlebih dulu hasil susu di kelompok tani yang kemudian akan dikirim kepada koperasi menggunakan mobil pick up milik salah satu anggotanya. Biaya yang dikeluarkan seluruh peternak Rp 10 000 per sekali angkut. Kelompok tani Baru tegal mengirim hasil susu langsung ke KUD secara individu dengan cara manual atau dipanggul menggunakan milk can berkapasitas 20 liter sehingga biaya pengiriman tidak diperlukan. Rata-rata produksi susu yang dihasilkan kelompok tani setiap harinya pada tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Rata-rata hasil susu kelompok tani tahun 2016 Kelompok tani Baru Tegal Bina Warga Gabungan Tirta Kencana Total
Jumlah sapi (ekor) 150 200 250 500 1 100
Distribusi produksi susu KUD Giri Tani Konsumen lain (liter/ hari) (%) (%) 400 90 10 800 90 10 600 100 1 000 90 10 2 800
Sumber: Data diolah (2016) Kelompok tani Tirta Kencana memperoleh produksi susu terbesar. Hal ini dikarenakan jumlah sapi yang dimiliki kelompok tani Tirta kencana terbesar dan berada pada umur produktif dalam produksi susu yaitu berumur 3 hingga 7 tahun. Sedangkan, kelompok tani Baru Tegal memperoleh produksi susu terkecil dikarenakan jumlah sapi yang terkecil diantara kelompok tani lain. Hal ini
26
dikarenakan peternak kelompok tani Baru Tegal berskala kecil yaitu rata-rata kurang dari 6 ekor. 4. Penjualan susu segar Sebagian besar peternak menjual susu segar tetapi ada juga yang menjual dalam produk olahan seperti yoghurt misalnya kelompok tani Bina Warga mengolah susu segar menjadi yoghurt dan eskrim. Harga susu yang di peroleh peternak bila menjual ke KUD Giri Tani sebesar Rp 4 500 per liter. KUD akan membayarkan harga tersebut secara tunai setiap bulannya. Apabila peternak menjual ke konsumen lain, harga jual susu sebesar Rp 10 000 – Rp 15 000. Harga jual ke konsumen lain lebih tinggi dikarenakan resiko yang diterima besar, yaitu ketidakpastian dalam pembeliannya. Pembayaran dilakukan secara tunai dan transfer melalui bank setiap transaksinya. 5. Pelayanan Peternak mendapatkan beberapa pelayan dari kelompok tani dan koperasi. Peternak mendapatkan pelayanan dari kelompok tani berupa diskusi tentang usaha secara rutin setiap bulannya, pelatihan mengolah produk susu, pelatihan cara memelihara sapi, pengolahan limbah, dan pengolahan pupuk. Pelayanan yang didapat peternak dari koperasi berupa penyuluhan dan pelatihan cara memelihara sapi dan aspek manajerial berupa tata cara berorganisasi dalam koperasi. Peternak juga memberikan pelayan kepada konsumen. Peternak melayani pengaduan susu yang didistribusikan. Jika produk yang dijual ke KUD Giri Tani tidak sesuai dengan mutu yang ditetapkan, maka susu akan di kembalikan. Sedangkan jika mutu susu yang dijual ke konsumen langsung tidak sesuai standar, maka peternak akan berdiskusi dengan konsumen tersebut apakah standar operasi konsumen dan peternak sudah sama seperti standar operasi dalam penyimpanan susu. Jika sudah sama dan kesalahan dikarena peternak, maka peternak akan mengganti susu dengan susu yang baru. Aktivitas sekunder pada Peternak Aktivitas sekunder adalah aktivitas untuk menunjang aktivitas primer. Aktivitas sekunder dalam pada peternak terdiri dari: 1. Pengembangan teknologi Umumnya, Peternak belum mempunyai teknologi berupa mesin pemerahan dalam menunjang aktivitasnya. Kelompok tani Bina Warga sudah memiliki teknologi berupa mesin pengolahan. Mesin yang digunakan adalah mesin untuk mengolah susu menjadi yogurt dan es krim. Kelompok tani Gabungan, Baru Tegal, dan Tirta Kencana belum memiliki teknologi mesin. Namun, kelompok tani Tirta Kencana mempunyai rencana untuk memiliki mesin perah dalam lima tahun ke depan. 2. Kebutuhan sumberdaya manusia Perekrutan tenaga kerja berguna untuk meningkatkan produktivitas suatu perusahaan. Peternak pada umumnya menjalankan usaha secara mandiri, tetapi beberapa peternak sudah mempunyai pekerja sebanyak 5–10 orang untuk merawat sapi dan melakukan kegiatan operasi. Perekrutan pekerja dilakukan
27
mandiri dengan melihat kemampuan dari calon pekerja tersebut. Calon pekerja harus sudah mengerti tentang merawat sapi, memerah susu, serta jujur dalam bekerja. Pekerja umumnya berasal dari Kecamatan Cisarua sebesar 75%, pekerja lainnya berasal dari Kecamatan Mega Mendung dan Cianjur sebayak 25%. 3. Infrastruktur Peternak sudah mempunyai kandang sapi dengan status kepemilikan sendiri. Umumnya, lokasi kandang bersebelahan dengan tempat tinggal dan berjarak 1 Km dengan koperasi. Selain itu infrastruktur umum seperti struktur jalan sudah baik sehingga pendistribusian hasil susu tidak mengalami kendala. Gambaran Umum KUD Giri Tani Koperasi Unit Desa (KUD) Giri Tani merupakan sebuah koperasi yang bergerak di bidang usaha ternak sapi perah. KUD Giri Tani didirikan pada tahun 26 Maret 1973 dan berlokasi di Desa Cibereum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. KUD Giri Tani sebagai wadah bagi peternak sapi perah yang berada di Kecamatan Cisarua dan kecamatan Mega mendung dalam kebutuhan dan peningkatan usaha ternak. Produk yang dihasilkan oleh KUD Giri Tani adalah susu murni. Keberadaan KUD Giri Tani yang terletak satu kecamatan dengan PT Cisarua Mountain Dairy yaitu pada kecamatan Cisarua, menjadikan KUD Giri Tani sebagai mitra usaha dalam memasok susu segar. Saat ini, KUD Giri Tani mempunyai 24 karyawan. Jumlah tersebut dibagi dalam beberapa unit yaitu unit susu, unit sapronak unit layanan IB dan kesehatan hewan, unit yoghurt, dan unit simpan pinjam. Bentuk organisasi KUD Giri Tani menggunakan lini dan staf dimana kewenangan utama bersifat sentralisasi. Struktur organisasi KUD Giri Tani dapat dilihat pada Gambar 5. Rapat Anggota
Pengurus
Unit Susu
Sarana Produksi Peternakan
Layanan Inseminasi Buatan dan Kesehatan Hewan
Pengawas
Unit Yoghurt
Anggota
Gambar 5 Struktur organisasi KUD Giri Tani
Unit Simpan Pinjam
28
Aktivitas Primer Pada Koperasi 1. Logistik ke dalam Koperasi mendapatkan susu dari peternak yang merupakan anggota koperasinya. Koperasi mampu mendapatkan susu sebanyak 2 000 hingga 4 000 liter dalam sehari. Koperasi menyediakan pakan ternak untuk anggotanya. Koperasi mendapatkan pakan ternak berupa konsentrat dari berbagai perusahaan penyedia pakan ternak hewan. Pakan ternak berupa konstenrat diperoleh perusahaan Barokah Mandiri. Pakan ternak berupa ampas tahu diperoleh dari PT Bogasari. Koperasi Giri Tani menyediakan jasa pengadaan sapi untuk peternak yang menjadi anggota koperasinya dengan sistem kredit. Penyediaan sapi tersebut dimulai dengan peternak mengajukan permohonan untuk pembelian sapi. Kemudian koperasi melihat apakah dengan penambahan sapi, peternak dapat meningkat produktivitasnya atau menambah beban bagi peternak. Jika dapat meningkatkan produktivitas, maka koperasi yang bekerja sama dengan pihak ketiga yaitu bank akan menyediakan sapi untuk peternak. Rata-rata peternak mendapatkan sapi perah dengan harga Rp 15 000 000 per ekor. Koperasi memberikan pelayanan kesehatan unutk hewan ternak anggotanya. Kesehatan hewan tersebut adalah menyediakan obat-obatan. Koperasi mendapatkan obat-obatan untuk kesehatan ternak dari PT Tekad Mandiri Citra dan bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Hewan. 2. Operasional Kegiatan operasional pada bagian persusuan yaitu melayani anggota koperasi yang akan melakukan setoran susu. Koperasi menghitung volume susu yang disetorkan oleh anggota menggunakan wadah ukur. Kemudian, koperasi mencatat volume susu di kartu keanggotaan sebagai bukti untuk mendapatkan pembayaran atas susu bagi peternak setiap akhir bulannya. Selain itu, kegiatan operasional berupa menjaga mutu susu cair agar sesuai dengan standar yang di tetapkan dan dapat diterima oleh kosumen. Standar susu yang ditetapkan oleh koperasi yaitu kandungan lemak 4%, Solid Non Fat (SNF) 7%, protein 3%, laktos 3%, salts 0%, dan added water 0%. Koperasi sudah memiliki standar prosedur operasi dalam menjalankan usaha. Standar prosedur operasi yang ada di bagian persusuan yaitu harus mengecek kandungan susu yang disetorkan kepada koperasi apakah susu mengandung obat hewan seperti antibiotik. Jika terdapat kandungan antibiotik maka susu tidak akan diterima. 3. Logistik keluar Koperasi menjual 95% susu murni kepada PT Cisarua Mountain Dairy (Cimory) yang berlokasi di Sentul, Kabupaten Bogor. Pendistribusian dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Pendistribusian menggunakan truk tangki berkapasitas 5 000 liter dan 8 000 liter yang dimiliki oleh koperasi masing-masing satu unit. Sisa dari susu murni (5%) murni yang dimiliki koperasi dijual secara eceran kepada konsumen langsung. Konsumen yang merupakan warga setempat datang ke koperasi untuk membeli susu murni. Selain itu, koperasi menjual pakan dan obat dan kesehatan hewan kepada anggota koperasinya. Pakan yang dijual kepada peternak yaitu Rp 2 700 per kg,
29
sementara obat dan kesehatan hewan diberi tarif seharga Rp 60 000 per satu kali pemeriksaan. 4. Penjualan Koperasi menjual 95% dari jumlah susu kepada PT Cisarua Mountain Dairy (Cimory) dengan harga Rp 5 400 per liter, pembayaran dilakukan melalui transfer via bank setiap akhir bulannya. Sisanya (5%) susu sapi segar dijual secara eceran dengan harga Rp 14 000 per liter. 5. Pelayanan Menjadi anggota koperasi tentu mendapatkan beberapa keuntungan dimana keuntungan tersebut didapatkan dari pelayanan yang diberikan koperasi. KUD Giri Tani memberikan berbagai pelayan kepada anggotanya, berupa: a. Peminjaman modal b. Penyediaan pakan dan obat ternak c. Kepastian dalam pembelian susu segar setiap hari. d. Sebagai fasilitator untuk penyuluhan dan pelatihan terkait kegiatan operasional dan memberikan tata cara berorganisasi yang dilakukan 3 bulan sekali. e. Diskusi tentang perkembangan usaha yang dijalankan dan memberikan solusi yang tepat bagi peternak yang mengalami masalah. Diskusi dilakukan satu bulan sekali. Aktivitas sekunder pada koperasi 1. Pengembangan teknologi Koperasi mempunyai empat mesin cooling dengan masing- masing spesifikasi satu mesin berkapasitas 1 000 liter, satu mesing berkapasitas 3 000 liter dan dua mesin berkapasitas 5 000 liter. alat tersebut digunakan untuk menjaga susu tetap berada pada suhu 4-7 derajat celcius sehingga mutu susu dapat terjaga. Selain itu, koperasi juga mempunyai alat pompa susu yaitu alat untuk memindahkan susu dari cooling ke truk saat akan melakukan pendistribusian. Koperasi mengadakan kawin suntik untuk perkembangbiakan hewan. 2. Pengelolaan sumberdaya manusia Perekrutan pegawai dilakukan secara mandiri dengan melihat kemampuan dari calon pekerja tersebut. Calon pegawai harus mempunyai keahlian dalam bidangnya seperti dalam bidang admisnistrasi, bidang persusuan, dan keuangan. Selain itu kepribadian calon pegawai juga menjadi perhatian seperti kejujuran dan tekun. 3. Infrastruktur Luas lahan koperasi sudah memenuhi kebutuhan dan lokasi koperasi pun mudah dijangkau oleh kendararaan. Luas lahan koperasi sebesar 800 meter persegi sudah memenuhi kebutuhan untuk melakukan kegiatan operasional, penyimpanan pakan hewan, penyimpanan susu, dan kantor. Pendistribusian susu kepada PT Cisarua Mountain Dairy sudah baik dan lancar karena struktur jalan yang dilalui sudah baik.
30
Nilai Tambah Susu Penelitian ini menganalisis nilai tambah yang diperoleh kelompok tani yang tergabung dalam KUD Giri Tani dan KUD Giri Tani: Nilai tambah susu pada peternak pada 2016 Nilai tambah pada peternak adalah selisih nilai output dengan nilai bahan baku dan input nilai lainnya. Pada penelitian ini responden dari kelompok tani Gabungan dan Tirta Kencana menjual susu murni hanya ke koperasi, sementara Baru Tegal menjual susu ke koperasi sebesar 90% dan ke konsumen langsung sebesar 10%. Responden Kelompok Tani Bina Warga menjual susu murni ke koperasi sebesar 25% dan menjual olahan susu ke konsumen lain sebesar 75%. Perhitungan nilai tambah susu segar terhadap empat responden yaitu kelompok tani Gabungan, Baru Tegal, Tirta Kencana, dan Bina Warga dapat dilihat dalam Lampiran 2, Lampiran 3, Lampiran 4, dan Lampiran 5. Nilai tambah susu pada peternak dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Nilai tambah susu segar pada peternak No
Responden
1 2 3 4
Gabungan Baru Tegal Tirta Kencana Bina Warga Rata-rata
Nilai tambah (Rp/Kg) Ke Ke koperasi konsumen lain 1 929.27 1 898.98 7 552.98 1 817.8 1 820.71 2 468 1 866.69 5 010.49
Rasio nilai tambah (%) Ke koperasi Ke konsumen lain 41.51 41.05 39.29 64.90 46.69
73.47 21.43 23.72
Sumber: Data diolah (2017) Berdasarkan Tabel 16, rata-rata nilai tambah pada susu segar yang didistribusikan kepada koperasi yaitu Rp 1 866.69 per kg dengan nilai rasio 46.49%, sedangkan rata-rata nilai tambah yang didistribusikan ke konsumen lain yaitu sebesar Rp 5 010.49 dengan rasio 23.72%. Pendistribusian antar peternak dengan koperasi dan peternak dengan konsumen lain memiliki perbedaan frekuensi pendistribusi. Pendistribusian antar peternak dan KUD yaitu setiap hari. Sedangkan pendistribusian atas nilai tambah antar peternak dan konsumen lain, rata-rata dua kali dalam seminggu. Berdasarkan frekuensi pendistribusian, dalam satu minggu peternak mendapatkan nilai tambah ke koperasi sebesar Rp 13 066.83 per kg. Sedangkan nilai tambah ke konsumen lain yaitu Rp 10 020.98 per kg. Nilai tambah susu segar dalam satu minggu lebih besar jika didistribusikan kepada KUD dibandingkan kepada konsumen lain dikarenakan peternak mendapatkan kepastian pembelian oleh KUD Giri Tani. Berdasarkan kelompok tani, Kelompok tani Baru Tegal memiliki nilai tambah yang tertinggi karena harga output yang diraih lebih besar. Namun penjualan tersebut tidak memiliki kepastian pemebelian. Nilai tambah susu segar pada kelompok tani Gabungan sebesar Rp 1 929.27 per kg dengan rasio 41.51%. Nilai tambah susu segar pada kelompok tani Bina Warga yang didistribusikan kepada koperasi yaitu sebesar Rp 1 820 per kg dengan rasio 64.90 %, sedangkan nilai tambah yang didistribusikan ke konsumen lainnya sebesar Rp 2 468 per kg dengan rasio 21.43%.
31
Kelompok tani Tirta Kencana memiliki nilai tambah yang paling rendah yaitu sebesar Rp 1 817.8 per kilogram dengan rasio 39.29%. Rendahnya nilai tambah pada tirta kencana karena harga output yang rendah dibanding dengan responden lainnya yaitu sebesar Rp 4 626 per kg berbanding Rp 10 280 per kg. Namun kelompok tani Tirta Kencana mendapatkan kepastian dalam pembelian susunya karena susu didistribusikan ke koperasi, berbanding terbalik dengan kelompok tani Baru Tegal yang memiliki nilai tambah tertinggi tetapi tidak adanya kepastian dalam pembelian susu oleh konsumen. Nilai tambah susu segar di koperasi tahun 2016 Koperasi Giri Tani mempunyai nilai tambah pada susu sebesar Rp 852.54 dengan rasio 15.35%. Hasil tersebut dimana giri tani akan mendapatkan nilai tambah sebesar Rp 85 224 setiap 100 kilogram susu. Analisis nilai tambah susu segar pada KUD Giri Tani menggunakan beberapa asumsi: a. Jumlah hari dalam satu bulan yaitu 30 hari b. Satu liter susu = 1.028 Kg Perhitungan nilai tambah KUD Giri Tani secara rinci dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Perhitungan nilai tambah susu segar KUD Giri Tani No Variabel Output, Input, dan Harga 1 Output 2 Bahan Baku 3 Tenaga Kerja langsung 4 Faktor Konversi 5 Koefisien Tenaga Kerja Langsung 6 Harga Output 7 Upah Tenaga Kerja Langsung Penerimaan dan Keuntungan 8 Harga Bahan Baku 9 Harga Input Nilai lain 10 Nilai Ouput 11 a. Nilai Tambah b. Rasio Nilai Tambah 12 a. Pendapatan Tenaga Kerja Langsung b. Pangsa Tenaga Kerja Langsung 13 a. Keuntungan b. Tingkat Keuntungan Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi 14 Marjin
Satuan
Nilai
Kg/hari Kg/hari Jam/hari Jam/Kg Rp/Kg Rp/jam
4 112 4 112 6 1 0.0014 5 551.2 66 666.7
Rp/kg Rp/kg Rp/kg Rp/kg % Rp/kg
4 626 72.96 5 551.2 852.24 15.35 93.33
% Rp/kg %
10.95 758.91 10.67
Rp/kg
925.2
Sumber : Data diolah (2016) Faktor- Faktor Keberhasilan Model Bisnis Inklusif Model bisnis inklusif memperhatikan pertumbuhan, penyerapan tenaga kerja, lingkungan, dan mengurangi kemiskinan (Daryanto 2007). Model bisnis inklusif ini mempunyai beberapa faktor yaitu faktor kemampuan petani, organisasi, dan lingkungan eksternal (Lundy 2012). Beberapa faktor tersebut tentunya memiliki faktor yang paling berperan dalam model bisnis inklusif.
32
Pada penelitian ini terdapat 3 faktor yang digunakan untuk analisis faktor yaitu faktor kemampuan peternak yang baik, faktor ketersediaan pembeli, dan faktor lingkungan eksternal. Berdasarkan hasil dari kuesioner, jawaban yang mendominasi pada faktor kemampuan peternak yaitu setuju (50.8%), faktor ketersediaan pembelian yaitu tidak setuju (36.4%), dan faktor lingkungan eksternal yaitu tidak setuju (35.1%). Faktor-faktor keberhasilan dari model bisnis inklusif terdiri dari 6 sub faktor yaitu keterampilan, kapasitas, organisasi, organisasi, kontrak pertanian dan kebijakan publik. Keenam sub faktor tersebut membentuk 55 indiktor yang menjadi pertanyaan pada kuesioner. Namun pada proses analisis faktor, 55 indikator yang terbentuk dikelompokkan kembali sehingga terbentuk 40 indikator. Hasil nilai KMO yang didapatkan dari uji variabel penelitian adalah sebesar 0.839. Berdasarkan hasil dari nilai KMO yang didapatkan yaitu memiliki nilai lebih dari 0.5, maka analisis faktor dinyatakan layak. Hasil dari nilai KMO dapat dilihat pada Lampiran 6. Pada penelitian ini, tidak semua indikator memiliki nilai Measure of Sampling Adequancy (MSA) lebih besar dari nilai 0.5 sehingga harus melakukan eliminasi indikator. Setelah melakukan pengujian ulang, didapatkan hasil MSA diatas nilai 0.5 dan dinyatakan layak dilanjutkan ke tahap ekstraksi nilai communalities. Hasil keseluruhan dari nilai MSA dapat dilihat pada Lampiran 7. Hasil nilai communalities melalui nilai ekstraksi dengan metode Principal Component Analysis (PCA) yaitu menghasilkan nilai lebih dari 1 dan dapat dilihat pada Lampiran 8. Selain itu, metode PCA juga menghasilkan total tariance explained yang menunjukkan nilai lebih dari 1 dan membuat delapan faktor baru. Hasil total variance explained dapat dilihat pada Lampiran 9. Delapan faktor baru tersebut mempunyai indikator yang akan di kelompokan dengan rotasi menggunakan metode varimax. Nilai dari indikator tersebut menghasilkan nilai sudah lebih dari 0.5 dan layak memasukan indikator kedalam faktor-faktor baru. Hasil dari tahap rotasi dapat dilihat pada Lampiran 10. Delapan faktor baru dan pengelompokan indikator dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Faktor-faktor baru keberhasilan model bisnsi inklusif pada rantai nilai susu sapi segar Indikator Turut andil dalam penentuan harga Mendapatkan harga jual yang sesuai Mendapatkan rekomendasi pakan Mendapatkan kepastian pembelian produk Mendapatkan informasi teknologi baru Mendapatkan teknologi baru Mendapatkan keterampilan baru Mendapatkan subsidi pakan Mendapatkan subsidi obat dan vaksin Mendapatkan kredit dengan mudah Mendapatkan bibit unggul Jumlah sapi yang seimbang
Factor No. Loading Faktor 0.636 0.672 0.777 0.600 0.692 0.875 1 0.674 0.890 0.835 0.832 0.629 0.789
Nama Faktor Baru
Ketersedian pasokan, Teknologi, Kepastian Pembelian, dan Akses Keuangan
33
Lanjutan Tabel 18 Indikator
Factor No Loading Faktor hewan 0.526
Mengetahui cara perkembangbiakan ternak Lokasi kandang yang strategis Luas kandang sesuai kebutuhan Operasional sesuai standar prosedur Aspirasi perternak diperhitungkan oleh koperasi Mendapatkan penurunan resiko Mampu menjaga kesehatan hewan Memahami kondisi hewan ternak Mengetahui frekuensi pemberian pakan hewan ternak Mengetahui waktu mengembangbiakan hewan ternak Mengetahui umur produktivitas sapi perah Mempu menjaga produktivitas Mampu mengatur keuangan usaha Memasarkan produk olahan susu Memiliki tempat untuk memasarkan produk Melakukan promosi Memahami penyebab penyakit hewan Mengetahui cara menyembuhkan hewan yang sedang sakit Mengetahui obat untuk menjaga kesehatan Mengetahui tujuan pembinaan Pembinaan yang diterima sesuai dengan keadaan yg dialami Rutin melakukan diskusi Menentukan kualitas susu Mengetahui cara distribusi susu Mengetahui waktu distribusi susu Mengetahui jenis pakan yang cocok Mengetahui waktu yang baik untuk memberi makan hewan ternak
0.687 0.637 0.723 0.736
Nama Faktor Baru
2
Fasilitas dan Organisasi
3
Pemeliharaan Hewan
4
Pemasaran
5
Kesehatan Hewan
6
Pembinaan Terhadap Peternak
7
Kualitas Mutu dan Distribusi Produk
8
Pakan Hewan
0.669 0.770 0.657 0.621 0.613 0.663 0.617 0.588 0.840 0.867 0.893 0.628 0.750 0.768 0.704 0.803 0.519 0.554 0.810 0.552 0.745 0.774
Hasil dari Tabel 18 membentuk delapan faktor baru keberhasilan model bisnis inklusif pada rantai nilai susu sapi segar. Delapan faktor baru tersebut sebagai berikut: 1. Faktor pertama: Ketersedian Pasokan, Teknologi, Kepastian Pembelian, dan Akses Keuangan Berdasarkan Tabel 18, faktor pertama yang terbentuk dari proses analisis faktor adalah faktor ketersedian pasokan, teknologi, kepastian pembelian, dan akses keuangan memiliki 13 indikator. Indikator yang paling dominan adalah mendapakan subsidi pakan dengan nilai factor loading sebesar 0.890.
34
Subsidi pakan dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh peternak. Pengurangan biaya tersebut dapat dialokasikan kepada kebutuhan lain yang dapat meningkatkan produktivitas susu sapi segar seperti pengadaan teknologi, pengadaan sapi perah, dan kebutuhan untuk mengolah susu segar. 2. Faktor Kedua: Fasilitas dan Organisasi Berdasarkan Tabel 18, faktor kedua yang terbentuk dari proses analisis faktor adalah faktor fasilitas dan organisasi yang memiliki enam indikator. Indikator suara saya diperhitungkan oleh koperasi memiliki nilai factor loading tertinggi dengan jumlah 0.736. Aspirasi peternak yang diperhitungkan oleh koperasi dalam pembuatan kebijakan akan menjadikan koperasi dan peternak yang dimana sebagai anggota koperasi semakin berkembang dalam usaha susu sapi perah. Suara yang diberikan peternak mewakili dari sudut pandang petani dalam usaha ternak sapi perah. Membuat kebijakan dengan memandang dua sudut pandang dapat saling menguntungkan antara koperasi dan peternak sapi perah. 3. Faktor Ketiga: Pemeliharaan dan Kualitas Hewan Berdasarkan Tabel 18, faktor ketiga yang terbentuk dari proses analisis faktor adalah faktor pemeliharaan dan kualitas hewan yang memiliki tujuh indikator. Indikator mampu menjaga kesehatan hewan ternak memiliki nilai factor loading tertinggi dengan jumlah 0.770. Kesehatan hewan ternak merupakan hal penting untuk menjaga produktivitas. Hewan ternak yang sehat menjadikan produktivitas susu segar yang dihasilkan mengalami peningkatan. 4. Faktor Keempat: Pemasaran Berdasarkan Tabel 18, faktor keempat yang terbentuk dari proses analisis faktor adalah pemasaran yang memiliki tiga indikator yaitu. Indikator melakukan promosi memiliki nilai factor loading tertinggi dengan jumlah 0.893. Koperasi berperan sebagai pemasaran susu segar dari peternak. Jika koperasi dapat melakukan promosi maka pasar akan semakin luas dan menghilangkan ketergantungan terhapat satu konsumen (Cimory). Luasnya pasar dapat meningkatkan pendapatan peternak yang dapat digunakan untuk investasi dalam meningkatkan produktivitas. 5. Faktor Kelima: Kesehatan Hewan Berdasarkan Tabel 18, faktor kelima yang terbentuk dari proses analisis faktor adalah faktor kesehatan hewan yang memiliki tiga indikator. Indikator mengetahui jenis obat untuk menjaga kesehatan memiliki nilai factor loading tertinggi dengan jumlah 0.768. Mengetahui jenis obat yang tepat dapat menjaga kesehatan hewan. Selain itu, peternak dapat langusng mengambil tindakan jika hewan ternak sakit sehingga hewan ternak menjadi lebih cepat sehat dan dapat berproduksi kembali. Hewan ternak yang sehat dapat meningkatkan produktivitas susu.
35
6. Faktor Keenam: Pembinaan Terhadap Peternak Berdasarkan Tabel 18, faktor keenam yang terbentuk dari proses analisis faktor adalah faktor pembinaan terhadap peternak yang memiliki tiga indiaktor. Indikator pembinaan yang diterima sesuai dengan keadaan yang dialami. memiliki nilai factor loading tertinggi dengan jumlah 0.803. Pembinaan terhadap peternak yang diterima sesuai dengan keadaan yang dialami dapat diartikan pembinaan yang tepat waktu. Pembinaan yang tepat waktu dapat langsung diterapkan oleh peternak yang mengalami kendala dalam usaha ternak sapi perah dapat. Pembinaan yang tepat waktu dapat mempertahankan produktivitas bahkan meningkatkan produktivitas. 7. Faktor Ketujuh: Kualitas Mutu dan Distribusi Produk Berdasarkan Tabel 18, faktor ketujuh yang terbentuk dari proses analisis faktor adalah faktor kualitas mutu dan distribusi produk yang memiliki tiga indikator. Indikator mengetahui cara distribusi susu segar memiliki nilai factor loading tertinggi dengan jumlah 0.810. Demi menjaga kualitas susu yang baik saat melakuan pendistribusian, mampu mengetahui cara mendistibusikan susu segar oleh peternak menjadi kunci karena mitra kerja tidak akan mengeluh atas kualitas susu yang diterima dan menjadikan hubungan mitra kerja semakin erat. 8. Faktor Kedelapan: Pakan Hewan Berdasarkan Tabel 18, faktor kedelapan yang terbentuk dari proses analisis faktor adalah faktor pakan hewan yang memiliki dua indikator. Indikator mengetahui waktu yang baik untuk memberi makan hewan ternak memiliki nilai factor loading tertinggi dengan jumlah 0.774. Ketepatan waktu dalam pemberian pakan dan jenis pakannya dapat mempengaruhi produktivitas. Ketepatan dalam urutan pemberian jenis pakan yang diberikan dan waktu yang diberikan dapat meningkatkan produktivitas (Basya 1992). Implikasi Manajerial Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diketahui kondisi rantai nilai dan nilai tambah susu sapi segar. Hal ini mengimplikasi bahwa perlu merencanakan rantai nilai dengan baik untuk meningkatkan kinerja rantai nilai dan nilai tambah. Perencanaan kapan dan jumlah pakan ternak yang dipesan harus matang agar pakan tersebut tidak menumpuk di gudang dan mengurangi kualitas dari pakan tersebut. Pengalokasian sumberdaya manusia di KUD Giri Tani sudah baik, dimana penempatan karyawan digilir dalam waktu tertentu. Penempatan karyawan yang digilir menjadikan karyawan memiliki keterampilan dalam koperasi menjadi lebih baik, tetapi sebelum karyawan melakukan tugas di tempat baru, KUD Giri Tani harus memberikan informasi dan pelatihan terlebih dahulu agar karyawan mengerti tugasnya dan dapat bekerja dengan baik. KUD Giri dan peternak harus saling mendukung satu sama lain. Dalam pembuatan kebijakan, koperasi sebaiknya mendengarkan aspirasi dari anggota KUD yaitu peternak agar kebijakan tersebut menguntungkan kedua belah pihak.
36
Keharmonisan antara KUD dan anggota harus terjaga agar tidak menimbulkan perpecahan yang dapat merugikan kedua belah pihak. Berdasarkan hasil penelitian, KUD Giri Tani harus meningkatkan kinerjanya dalam penyedian pakan hewan dengan menyediakan pakan hewan berkualitas lebih baik dan memperbaiki sistem pemesanan dan pembagian pakan agar peternak yang membeli pakan tidak merasa dirugikan karena mendapatkan pakan hewan berkadaluarsa singkat yaitu dua bulan. Faktor-faktor baru keberhasilan model bisnis inklusif adalah ketersediaan pasokan, teknologi, kepastian pembelian, dan akses keuangan; fasilitas dan organissasi, pemeliharaan hewan, pemasaran, kesehatan hewan, pembinaan, kualitas mutu dan distribusi produk, pakan hewan. Faktor yang paling berkontribusi dalam keberhasilan model bisnis inklusif adalah faktor ketersediaan pasokan, teknologi, kepastian pembelian, dan akses keuangan. Hal utama yang dalam faktor tersebut adalah mendapatkan subsidi pakan. Subsidi pakan dapat menekan biaya yang dikeluarkan oleh peternak. Pengurangan biaya tersebut dapat dialokasikan kepada kebutuhan lain seperti pembelian teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas, pengolahan susu yang dapat meningkatkan nilai tambah, pembelian sapi perah. Alokasi biaya tersebut dapat meningkatkan peroduktivitas peternak sehingga pasokan dan permintaan susu yang tinggi dapat terpenuhi. Demi menjaga dan meningkatkan produktivitas susu, koperasi harus melakukan monitoring dan evaluasi terhadap usaha peternak. Koperasi sebaiknya melakukan diskusi sesuai jadwal yang ditetapkan dengan peternak sapi tentang usaha sapi perah perah. Selain itu, koperasi memberikan solusi jika peternak mengalami masalah dalam usahanya. KUD juga harus mengawasi aliran keluarmasuk pakan ternak dimana pakan yang terlebih dahulu masuk harus keluar terlebih dahulu.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Model bisnis inklusif antara peternak dan koperasi sudah terjalin mulai dari tahun 90-an. Kewajiban peternak dalam bisnis tersebut yaitu membayar iuran pokok, mengembangkan koperasi, mememuhi anggaran dasar dan rumah tangga, dan memberikan hasil susu segar. Sedangkan kewajiban koperasi yaitu memberikan pelayan berupa pasokan kebutuhan beternak, memberikan pembinaan, memberikan modal usaha kepada peternak, dan memerima hasil susu. Manfaat yang diterima oleh peternak dalam bisnis inklusif yaitu mendapatkan kebutuhan usaha, mendapatkan kepastian pembelian, meningkatkan kemampuan usaha ternak. Manfaat yang diterima koperasi yaitu mendapatkan pasokan susu dan memenuhi permintaan susu dari konsumen. Peternak menghasilkan rata-rata 2 800 liter susu dalam sehari pada tahun 2016. Susu segar tersebut kemudian di distribusikan ke KUD Giri Tani dengan harga Rp 4 500 per liter. Hasil susu oleh koperasi kemudian didistribusikan kepada
37
PT Cisarua Mountain Dairy dengan harga per liter Rp 5 400. Aktivitas rantai nilai dari koperasi yaitu menyediakan sapi, pakan, dan obat untuk sapi perah peternak. Pelayanan yang diberikan koperasi kepada peternak yaitu pelatihan atau penyuluhan. 2. Nilai tambah susu sapi segar rata-rata pada peternak yang didistribusikan ke koperasi yaitu sebesar Rp 1 866.69 per kg dengan rasio 46.69%. Sedangkan nilai tambah susu sapi segar di koperasi yaitu sebesar Rp 852.54 dengan rasio 15.35%. 3. Faktor-faktor baru keberhasilan model bisnis inklusif pada rantai nilai susu sapi segar di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor yaitu ketersediaan pasokan, teknologi, kepastian pembelian, dan akses keuangan; fasilitas dan organisasi, pemeliharaan dan kualitas hewan, pemasaran, kesehatan hewan, pembinaan terhadap peternak, kualitas mutu dan distribusi produk, dan pakan hewan. Faktor yang paling dominan dalam model bisnis inklusif produk susu di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor adalah ketersediaan pasokan, teknologi, kepastian pembelian, dan akses keuangan. Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang akan diajukan adalah sebagai berikut: 1. Kinerja koperasi lebih ditingkatkan lagi dalam penyediaan pakan hewan dikarenakan masih ditemukan pakan memiliki tanggal kadaluarsa yang singkat. 2. KUD Giri Tani perlu mencari alternatif konsumen lainnya, terutama perusahaan yang bisa menerima susu yang tidak diterima oleh Cimory 3. Peran pemerintah dan lembaga terkait perlu ditingkatkan, misalnya pemerintah dapat memberikan berbagai subsidi pakan dan obat hewan kepada peternak. Peternak masih mendapatkan kesulitan dalam memperoleh sertifikat seperti sertifikat halal, sehingga diperlukan fasilitator unutk mendapatkan sertifikat tersebut.
DAFTAR PUSTAKA [DITJENNAK] Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan(ID). 2016. Populasi Sapi Perah Menurut Provinsi [internet]. Diakses pada tanggal 28 Januari 2017 pada jam 12.30 WIB tersedia pada http://www.pertanian.go.id/ap_p ages/mod/datanak. [DITJENNAK] Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan: 2016. Produksi Susu Menurut Provinsi [internet]. Diakses pada tanggal 28 Januari 2017 pada jam 12.30 WIB tersedia pada http://www.pertanian.go.id/ap_pa ges/mod/datanak. [FAO] Food and Agricultural Organization (IT). 2015. Inclusive Business Models, Rome: Food And Agriculture Organization Of The United Nations. [KEMENTAN] Kementrian Pertanian. 2014. Statistik Pertanian: Pusat Data dan Informasi Pertanian Kementrian Pertanian.
38
[USAID] United State Agency for International Development (US). 2006. Azerbaijan Beef and Dairy Value Chain, USAID: 1-7 . [UURI] Undang-undang Republik Indonesia (ID). 2009. Peternakan dan Kesehatan Hewan, Pemerintah indonesia: 1-64. Arjakusuma RS, Sri H, Idqan F. 2013. Rantai Nilai Pada Industri Susu Studi Kasus PT Cisarua Mountain Dairy. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Atkinson AA, Kaplan RS, Matsumura M, Young SM. 2007. Management Accounting. Upper Saddle River, New jersey (US): Prentice Hall. Basya SS. 1992. Sistem Pemberian Pakan Dalam Upaya MeningkatkanProduksi Sapi Perah. Jurnal Wartoza. 10 (3-4): 24-27. Dani FDP. 2011. Strategi Pengembangan Organisasi Rantai Nilai Pada Komoditas Susu Sapi di Kecamatan Pujon [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Daryanto A. 2015. Arief Daryanto : Model Bisnis Inklusif dalam Industri Susu [internet]. Diakses pada 14 juni 2016, 2016 tersedia pada Trobos.com: http://www.trobos.com. Daryanto A. 2007. Contract Farming Sebagai Sumber Pertumbuhan Baru Dalam Bidang Peternakan [internet]. Diakses 27 Juli 2016 tersedia pada https://ariefdaryanto.wordpress.com. David R. 2009. Manajemen Strategis. Jakarta (ID): Salemba Empat. Dunn E. 2014. Smallholders and Inclusive Growth in Agricultural Value Chains: USAID (US). Eaton C, Shepheard AW. 2001. Contract Farming : Patnership for Growt. Rome (IT): Food And Agricultural Organization Of The United Nations. Golja T, Pozega S. 2012. Inclusive Business- What Is It All About? Managing Inclusive Companies. Journal International Review of Management and Marketing. 1(2): 22-42. Gradl C, Cristina, K, Juliane S, Cristiane SM. 2012. Growing Business with Smallholders: A Guide to Inclusive Agribusiness. Berlin (GER): GIZ. Hayami Y, Kawagoe T, Morooka Y, Siregar M. 1987. Agricultural Marketing and Processing in Upland Java: A Perseptive From a Sunda Village. Bogor (ID): CGPRT Centre. Imanita M. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumen dalam Keputusan Pembelian Produk Starbuck Coffee di Bekasi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Kelly S, Natalie S, Heiko B. 2015. Inclusive Business Models – Guidelines for Improving Linkages Between Producer Groups and Buyers of Agricultural Produce. Rome (IT): FAO. Lundy M. 2012. LINK Methodology: A Participatory Guide To Business Models That Link Smallholders To Markets. Cali (CO): Centro Internacional de Agricultura Tropical. Mangihut TS. 2010. Manajemen Rantai Nilai dalam Era Kreatif. Bandung (ID): Majelis Guru Besar ITB. Marimin NM. 2011. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok. Bogor (ID): IPB Press. Ngabalin AM. 2013. Analisis Value Chain System dan Strategy Pemasaran Rumput Laut Di Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
39
Osterwalder A, Yves. 2010. Business Model Generation. New Jersey (US) : John Willy & Sons, Inc. Pearce JAII, Richard BR. 2009. Strategic Management Formulation, Implementatin and Control. Mc Graw-Hill Internasional Edition (US): USA. Porter M. 1993. Competitive Aventage : Creating and Suistaining Superior Performance. Newyork (US): The Tree Press. Pujawan IN. 2005.Supply Chain Management. Bogor (ID): PT Gunawidya. Setiawati N. 2014. Analisis Rantai Nilai Cabai DI Sentra Produksi Kabupaten Majalengka Jawa Barat [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Simamora B. 2005. Analisis Multivariat Pemasaran. Jakarta (ID): Gramedia. Syarif EK, Harianto B. 2011. Beternak dan Bisnis Sapi Perah. Jakarta (ID): PT AgroMedia Pustaka. Suliyanto. 2005. Analisis Data dalam Aplikasi Pemasaran. Bogor (ID): Gramedia. Umar H. 2005. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta (ID): PT Rajagrafindo. Valentina O. 2009. Analisis Nilai Tambah Ubi Kayu Sebagai Bahan Baku Kripik Singkong di Kabupaten Karanganyar [skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret.
40
41
LAMPIRAN
42
43
Lampiran 1 Populasi sapi perah di Indonesia
Pertumbuhan/ Tahun No.
Provinsi
Growth 2012
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau D.K.I. Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah D.I. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Utara Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia
2013
2014
2015
2016
2016 over 2015 (%)
28 1.057 646 228 66 130 277 346
25 1.901 1.101 266 64 324 183 268
90 1.088 674 143 64 95 190 285
62 1.078 849 140 30 124 189 461
62 1.163 891 146 30 133 215 463
0,00 7,88 4,96 4,00 0,29 7,26 13,79 0,43
126 2.775 136.054 154.398 3.934 308.841 44 133 18 34 290 209 42
408 2.686 103.832 103.794 4.326 222.910 31 107 18 39 169 156 28
216 8 1.961 16 48 15
106 10 1.426 14 44 1 5
147 6 2.638 123.140 122.566 3.990 245.246 36 97 45 49 232 77 2 88 10 1.464 9 13 32 -
161 7 2.433 116.400 134.670 4.044 255.947 20 43 43 228 79 1 77 10 1.515 12 7 19
175 7 2.603 119.287 137.434 4.066 264.905 22 49 43 345 117 1 102 10 1.553 13 7 19
8,70 0,00 7,00 2,48 2,05 0,54 3,50 10,00 13,95 0,00 51,32 48,10 2,00 32,47 0,00 2,50 8,33 0,00 0,00
611.939
444.266
502.516
518.649
533.860
2,93
Sumber: Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan (2016)
44
Lampiran 2 Perhitungan nilai tambah kelompok tani Gabungan Analisis nilai tambah pada penelitian ini menggunakan beberapa asumsi: a. Perhitungan biaya input lain menggunakan penyusutan garis lurus b. Jumlah hari dalam satu bulan yaitu 30 hari c. Satu liter susu = 1.028 Kg d. Perbedaan antara pendistribusian kepada koperasi dan penjualan langsung (eceran) hanya pada harga output. No Variabel Output, Input, dan Harga 1 Output 2 Bahan Baku 3 Tenaga Kerja langsung 4 Faktor Konversi 5 Koefisien Tenaga Kerja Langsung 6 Harga Output 7 Upah Tenaga Kerja Langsung Penerimaan dan Keuntungan 8 Harga Bahan Baku 9 Harga Input Nilai lain 10 Nilai Ouput 11 a. Nilai Tambah b. Rasio Nilai Tambah 12 a. Pendapatan Tenaga Kerja Langsung b. Pangsa Tenaga Kerja Langsung 13 a. Keuntungan b. Tingkat Keuntungan Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi 14 Marjin a. Pendapatan tenaga kerja langsung b. Sumbangan input lain c. Keuntungan perusahaan Sumber: Data diolah (2016)
Satuan
Nilai
Kg/hari Kg/hari Jam/hari Jam/Kg
82.24 82.24 9 1 0.11
Rp/Kg Rp/jam
4 626 7 407.4
Rp/kg Rp/kg Rp/kg Rp/kg % Rp/kg
2 705.73 4 626 1 920.27 41.51 814.81
%
42.43
Rp/kg %
1 105.46 23.89
Rp/kg %
4 626 17.61
% %
58.48 23.89
45
Lampiran 3 Perhitungan tambah kelompok tani Baru Tegal Analisis nilai tambah pada penelitian ini menggunakan beberapa asumsi: a. Perhitungan biaya input lain menggunakan penyusutan garis lurus b. Jumlah hari dalam satu bulan yaitu 30 hari c. Satu liter susu = 1.028 Kg d. Perbedaan antara pendistribusian kepada koperasi dan penjualan langsung (eceran) hanya pada harga output. No Variabel
Satuan
Output, Input, dan Harga 1 Output Kg/hari 2 Bahan Baku Kg/hari 3 Tenaga Kerja langsung Jam/hari 4 Faktor Konversi 5 Koefisien Tenaga Kerja Jam/Kg Langsung 6 Harga Output Rp/Kg 7 Upah Tenaga Kerja Rp/jam Langsung Penerimaan dan Keuntungan 8 Harga Bahan Baku Rp/kg 9 Harga Input Nilai lain Rp/kg 10 Nilai Ouput Rp/kg 11 a. Nilai Tambah Rp/kg b. Rasio Nilai Tambah % 12 a. Pendapatan Tenaga Rp/kg Kerja Langsung b. Pangsa Tenaga Kerja % Langsung 13 a. Keuntungan Rp/kg b. Tingkat Keuntungan % Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi 14 Marjin Rp/kg a. Pendapatan tenaga % kerja langsung b. Sumbangan input lain % c. Keuntungan % perusahaan Sumbe: Data diolah (2016)
Nilai Koperasi
Penjualan langsung
10.28 10.28 4 1 0.39
10.28 10.28 4 1 0.39
4 626 12 500
10 280 12 500
2 727.02 4 626 1 898.98 41.05 4 875
2 727.02 10 280 7 552.98 73.47 4 875
256.71
64.54
-2 976.02 -64.33
2 677.98 26.05
4 626 105.38
4 626 105.38
58.95 -64.33
58.95 26.05
46
Lampiran 4 Perhitungan nilai tambah kelompok tani Tirta Kencana Analisis nilai tambah pada penelitian ini menggunakan beberapa asumsi: a. Perhitungan biaya input lain menggunakan penyusutan garis lurus b. Jumlah hari dalam satu bulan yaitu 30 hari c. Satu liter susu = 1.028 Kg d. Perbedaan antara pendistribusian kepada koperasi dan penjualan langsung (eceran) hanya pada harga output. No Variabel Output, Input, dan Harga 1 Output 2 Bahan Baku 3 Tenaga Kerja langsung 4 Faktor Konversi 5 Koefisien Tenaga Kerja Langsung 6 Harga Output 7 Upah Tenaga Kerja Langsung Penerimaan dan Keuntungan 8 Harga Bahan Baku 9 Harga Input Nilai lain 10 Nilai Ouput 11 a. Nilai Tambah b. Rasio Nilai Tambah 12 a. Pendapatan Tenaga Kerja Langsung b. Pangsa Tenaga Kerja Langsung 13 a. Keuntungan b. Tingkat Keuntungan Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi 14 Marjin a. Pendapatan tenaga kerja langsung b. Sumbangan input lain c. Keuntungan perusahaan Sumber: Data diolah (2016)
Satuan
Nilai
Kg/hari Kg/hari Jam/hari Jam/Kg
51.4 51.4 6 1 0.12
Rp/Kg Rp/jam
4 626 11 111.11
Rp/kg Rp/kg Rp/kg Rp/kg % Rp/kg
2 808.2 4 626 1 817.8 39.29 1 333.33
%
73.34
Rp/kg %
484.47 10.47
Rp/kg %
4 626 28.82
% %
60.70 10.47
47
Lampiran 5 Perhitungan nilai tambah kelompok tani Bina Warga Analisis nilai tambah pada penelitian ini menggunakan beberapa asumsi: a. Perhitungan biaya input lain menggunakan penyusutan garis lurus b. Jumlah hari dalam satu bulan yaitu 30 hari c. Satu liter susu = 1.028 Kg d. Perbedaan antara pendistribusian kepada koperasi dan penjualan langsung (eceran) hanya pada harga output. No Variabel
Satuan
Output, Input, dan Harga 1 Output Kg/hari 2 Bahan Baku Kg/hari 3 Tenaga Kerja langsung Jam/hari 4 Faktor Konversi 5 Koefisien Tenaga Kerja Jam/Kg Langsung 6 Harga Output Rp/Kg 7 Upah Tenaga Kerja Rp/jam Langsung Penerimaan dan Keuntungan 8 Harga Bahan Baku Rp/kg 9 Harga Input Nilai lain Rp/kg 10 Nilai Ouput Rp/kg 11 a. Nilai Tambah Rp/kg b. Rasio Nilai Tambah % 12 a. Pendapatan Tenaga Rp/kg Kerja Langsung b. Pangsa Tenaga Kerja % Langsung 13 a. Keuntungan Rp/kg b. Tingkat Keuntungan % Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi 14 Marjin Rp/kg a. Pendapatan tenaga % kerja langsung b. Sumbangan input lain % c. Keuntungan % perusahaan Sumber: Data diolah (2016)
Nilai Koperasi
Penjualan langsung (yogurth)
52.5 52.5 10 1 0.19
126 157.5 10 0.8 0.06
4 626 4 666.67
14 392 14 000
2 805.29 4 626 1 820.71 64.90 886.67
5 345.6 3 700 11 513.6 2 468 21.43 840
48.70
34.03
934.04
1 628
4 626 19.16
6 168 13.61
60.64 20.19
59.98 26.39
48
Lampiran 6 KMO and Bartlett's Test
KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square df Sig.
Sumber : Data diolah (2016)
.839 2622.938 780 .000
49
Anti-image Matrices KETER00001
KAPAS005 KAPAS007 -.066 .086
KETER00005
-.174
.738 a
-.179
-.079
.171
-.164
-.080
-.097
-.205
.324
-.195
.004
-.028
-.104
.191
-.152
.084
KETER00006
.164
-.179
.893 a
-.161
-.094
.143
-.022
-.265
.074
-.001
.100
-.163
-.071
-.148
.067
-.076
.071
KETER00008
-.098
-.079
-.161
.898 a
-.352
-.050
-.123
-.022
.065
-.188
.245
-.145
.071
.015
-.062
-.209
.050
-.094
-.352
.824
a
-.680
.059
.076
.006
-.186
-.277
.159
-.154
.049
-.003
.186
-.111
KETER00009
.112
.171
KETER00010
-.048
-.164
.143
-.050
-.680
.832 a
.004
-.138
.165
.249
.119
-.147
.043
-.159
.028
-.101
.059
KETER00011
.007
-.080
-.022
-.123
.059
.004
.592 a
-.071
-.395
.152
-.309
.294
-.141
.374
-.362
.162
-.202
KETER00013
-.351
-.097
-.265
-.022
.076
-.138
-.071
.774 a
-.162
-.081
.053
-.016
-.052
-.012
-.139
.142
.080
KETER00014
.110
-.205
.074
.065
.006
.165
-.395
-.162
.517 a
-.106
-.005
-.069
-.063
-.284
.218
-.254
-.113
KETER00016
-.212
.324
-.001
-.188
-.186
.249
.152
-.081
-.106
.600 a
-.319
.013
-.048
.009
-.021
-.006
.077
KETER00017
-.073
-.195
.100
.245
-.277
.119
-.309
.053
-.005
-.319
.729 a
-.398
.165
-.110
.073
-.099
.115
KAPAS001
-.014
.004
-.163
-.145
.159
-.147
.294
-.016
-.069
.013
-.398
.839 a
-.275
.305
-.369
.202
-.147
KAPAS002
-.065
-.028
-.071
.071
-.154
.043
-.141
-.052
-.063
-.048
.165
-.275
.894 a
-.406
.246
-.100
.101
KAPAS003
-.040
-.104
-.148
.015
.049
-.159
.374
-.012
-.284
.009
-.110
.305
-.406
.805 a
-.619
.160
-.100
KAPAS004
.031
.191
.067
-.062
-.003
.028
-.362
-.139
.218
-.021
.073
-.369
.246
-.619
.724 a
-.341
.150
KAPAS005
-.066
-.152
-.076
-.209
.186
-.101
.162
.142
-.254
-.006
-.099
.202
-.100
.160
-.341
.846 a
-.053
KAPAS007
.086
.084
.071
.050
-.111
.059
-.202
.080
-.113
.077
.115
-.147
.101
-.100
.150
-.053
.850 a
KAPAS008
.160
-.053
.149
.009
.048
-.013
.107
-.283
.145
-.049
-.003
.128
-.154
.212
-.237
.080
-.502
KAPAS009
-.321
.067
-.342
-.008
-.024
-.015
-.073
.312
.032
-.002
-.085
.012
-.031
-.136
.140
.047
-.188
KAPAS011
-.039
.232
-.096
.082
.000
-.207
-.149
.195
-.109
.037
.006
.005
-.010
.082
-.145
-.079
-.064
KAPAS012
.089
-.186
.089
.071
-.090
.222
-.341
-.174
.462
-.029
.056
-.129
-.177
-.143
.107
-.249
.012
KAPAS013
-.041
-.311
-.095
-.022
.197
-.105
.250
.167
-.085
-.188
.001
-.003
.088
-.003
-.162
.247
-.125
ORGAN005
-.138
.004
.010
.172
-.109
-.075
-.186
-.199
-.134
-.153
.254
-.128
.184
-.036
-.069
.171
-.091
ORGAN006
.047
-.077
.016
-.061
-.013
-.042
.466
.049
-.265
.171
-.217
.152
-.025
.339
-.246
.189
-.156
ORGAN007
.004
.080
.071
.026
.133
-.116
-.123
.153
.092
-.179
.108
-.090
-.114
-.141
.215
-.144
.111
ORGAN008
-.179
.303
-.124
-.066
.061
-.114
.232
.032
-.258
.258
-.249
.256
-.134
.174
-.185
-.007
.007
KEBIJAK001
.005
.172
.144
-.284
.190
-.120
.069
.022
-.186
.168
-.151
-.219
.045
-.229
.274
-.033
-.002
KEBIJAK002
.017
-.274
-.007
.180
-.279
.330
-.007
-.020
.203
-.224
.227
.048
-.020
.068
-.239
-.090
-.017
KONTR001
.032
-.126
.058
-.002
-.260
.121
-.039
.043
-.243
-.134
.292
-.044
.089
-.079
.214
-.039
.172
KONTR002
-.035
.136
-.175
.222
-.026
-.121
-.380
-.102
.025
-.179
.037
-.093
.253
-.189
.335
-.077
.142
KONTR003
-.098
-.062
-.201
-.131
.121
.042
.176
.222
.095
.088
-.226
.032
-.128
.064
-.176
.085
-.103
KONTR004
.334
-.239
.101
.008
.010
.148
.141
-.225
.229
.020
-.111
.124
-.090
.072
-.139
-.256
.054
KONTR005
-.076
.138
-.012
-.086
.115
-.047
-.099
-.071
.277
.101
-.204
.056
-.093
.134
-.100
-.104
-.146
KONTR006
-.039
.058
-.073
.034
.106
-.131
-.038
.031
-.121
-.211
.189
-.041
.057
-.056
-.028
.188
-.024
PUB001
.041
.094
.170
-.139
-.139
.191
-.144
.108
.123
.320
.065
-.214
-.223
-.064
.059
-.079
.184
PUB002
-.278
.278
-.028
.243
-.044
-.130
-.086
.032
.003
.129
-.122
.083
-.082
.134
-.034
-.142
-.104
PUB003
-.019
-.013
-.192
-.069
.170
-.340
.066
.129
-.209
-.036
-.017
.050
.150
.103
-.071
.319
-.100
PUB004
.031
-.104
-.155
.176
.105
-.172
.014
.013
.022
-.323
.067
.264
-.015
.070
-.194
-.069
.023
PUB005
.037
-.039
.061
-.222
-.081
.045
.105
.001
-.169
.028
-.014
-.172
.135
-.128
.245
.032
-.059
PUB006
.133
.007
.225
-.159
-.109
.212
-.188
-.092
.138
.198
.081
-.384
.112
-.294
.357
.060
-.043
Lampiran 7 Measure of Sampling Adequacy (MSA)
Anti-image Correlation
KETER00001 KETER00005 KETER00006 KETER00008 KETER00009 KETER00010 KETER00011 KETER00013 KETER00014 KETER00016 KETER00017 KAPAS001 KAPAS002 KAPAS003 KAPAS004 .783 a -.174 .164 -.098 .112 -.048 .007 -.351 .110 -.212 -.073 -.014 -.065 -.040 .031
Sumber : Data diolah (2016) 49
50
KAPAS009
KAPAS011
KAPAS012
KAPAS013
ORGAN005
ORGAN006
ORGAN007
ORGAN008
KEBIJAK001 KEBIJAK002
KONTR001
KONTR002
KONTR003
KONTR004
KONTR005
KONTR006
PUB001
PUB002
PUB003
PUB004
PUB005
PUB006
.160
-.321
-.039
.089
-.041
-.138
.047
.004
-.179
.005
.017
.032
-.035
-.098
.334
-.076
-.039
.041
-.278
-.019
.031
.037
L
KETER00005
-.053
.067
.232
-.186
-.311
.004
-.077
.080
.303
.172
-.274
-.126
.136
-.062
-.239
.138
.058
.094
.278
-.013
-.104
-.039
.007
KETER00006
.149
-.342
-.096
.089
-.095
.010
.016
.071
-.124
.144
-.007
.058
-.175
-.201
.101
-.012
-.073
.170
-.028
-.192
-.155
.061
.225
KETER00008
.082
.071
-.022
.172
-.061
.026
-.066
-.284
.180
-.002
.222
-.131
.008
-.086
.034
-.139
.243
-.069
.176
-.222
-.159
-.279
-.109
.133
.009
-.008
KETER00009
.048
-.024
.000
-.090
.197
-.109
-.013
.133
.061
.190
-.260
-.026
.121
.010
.115
.106
-.139
-.044
.170
.105
-.081
KETER00010
-.013
-.015
-.207
.222
-.105
-.075
-.042
-.116
-.114
-.120
.330
.121
-.121
.042
.148
-.047
-.131
.191
-.130
-.340
-.172
.045
.212
KETER00011
.107
-.073
-.149
-.341
.250
-.186
.466
-.123
.232
.069
-.007
-.039
-.380
.176
.141
-.099
-.038
-.144
-.086
.066
.014
.105
-.188
KETER00013
-.283
.312
.195
-.174
.167
-.199
.049
.153
.032
.022
-.020
.043
-.102
.222
-.225
-.071
.031
.108
.032
.129
.013
.001
-.092
KETER00014
.145
.032
-.109
.462
-.085
-.134
-.265
.092
-.258
-.186
.203
-.243
.025
.095
.229
.277
-.121
.123
.003
-.209
.022
-.169
.138
KETER00016
-.049
-.002
.037
-.029
-.188
-.153
.171
-.179
.258
.168
-.224
-.134
-.179
.088
.020
.101
-.211
.320
.129
-.036
-.323
.028
.198
KETER00017
-.003
-.085
.006
.056
.001
.254
-.217
.108
-.249
-.151
.227
.292
.037
-.226
-.111
-.204
.189
.065
-.122
-.017
.067
-.014
.081
KAPAS001
.128
.012
.005
-.129
-.003
-.128
.152
-.090
.256
-.219
.048
-.044
-.093
.032
.124
.056
-.041
-.214
.083
.050
.264
-.172
-.384
KAPAS002
-.128
-.090
-.082
.150
-.154
-.031
-.010
-.177
.088
.184
-.025
-.114
-.134
.045
-.020
.089
.253
-.093
.057
-.223
-.015
.135
.112
KAPAS003
.212
-.136
.082
-.143
-.003
-.036
.339
-.141
.174
-.229
.068
-.079
-.189
.064
.072
.134
-.056
-.064
.134
.103
.070
-.128
-.294
KAPAS004
-.237
.140
-.145
.107
-.162
-.069
-.246
.215
-.185
.274
-.239
.214
.335
-.176
-.139
-.100
-.028
.059
-.034
-.071
-.194
.245
.357
KAPAS005
.080
.047
-.079
-.249
.247
.171
.189
-.144
-.007
-.033
-.090
-.039
-.077
.085
-.256
-.104
.188
-.079
-.142
.319
-.069
.032
.060
KAPAS007
-.502
-.188
-.064
.012
-.125
-.091
-.156
.111
.007
-.002
-.017
.172
.142
-.103
.054
-.146
-.024
.184
-.104
-.100
.023
-.059
-.043
KAPAS008
.763
a
-.579
-.014
.050
.036
.207
.095
-.107
-.110
-.128
.109
-.289
-.116
-.078
-.035
.212
-.012
.072
.077
-.006
-.174
-.060
.218
KAPAS009
-.579
.764 a
.050
-.011
-.014
-.024
-.066
.034
.096
-.016
-.072
.173
.130
.138
-.226
-.019
.038
-.076
.052
.131
.142
-.049
-.106
KAPAS011
-.014
.050
.907 a
-.303
-.147
-.065
.120
.034
.003
-.268
.084
-.003
.048
-.011
-.105
.168
-.213
.120
.144
.047
.105
-.071
-.142
KAPAS012
.050
-.011
-.303
.794 a
-.375
.191
-.553
-.007
-.270
.014
.116
-.137
.077
-.089
.263
.152
.102
.025
.083
-.272
-.039
-.233
.167
KAPAS013
.036
-.014
-.147
-.375
.865 a
-.019
.241
-.031
-.180
-.003
.091
-.097
-.203
.269
-.038
-.188
.031
-.259
-.192
.185
.100
.172
-.109
a
-.253
.207
-.024
-.065
.191
-.019
.752
-.392
-.211
-.114
-.105
.052
-.060
.242
-.251
.012
.291
-.216
.144
.135
.006
-.128
.164
ORGAN006
.095
-.066
.120
-.553
.241
-.392
.692 a
-.248
.101
.072
-.133
-.012
-.327
.131
.044
.011
-.233
.036
-.088
.198
-.143
.156
-.007
ORGAN007
-.107
.034
.034
-.007
-.031
-.211
-.248
.896 a
-.214
.030
-.033
.092
.040
.003
-.122
-.107
.050
.114
.122
-.092
.036
-.061
-.091
ORGAN008
-.110
.096
.003
-.270
-.180
-.114
.101
-.214
.866 a
.094
-.247
-.025
-.048
.072
-.034
.113
-.213
-.084
.135
.084
.161
-.076
-.340
KEBIJAK001
-.128
-.016
-.268
.014
-.003
-.105
.072
.030
.094
.841 a
-.673
.092
-.156
-.040
.051
-.194
.002
.074
.121
-.070
-.486
.433
.074
KEBIJAK002
.109
-.072
.084
.116
.091
.052
-.133
-.033
-.247
-.673
.844 a
-.129
-.124
.166
.100
.031
.071
-.033
-.208
-.208
.305
-.249
-.021
KONTR001
-.289
.173
-.003
-.137
-.097
-.060
-.012
.092
-.025
.092
-.129
.898 a
.063
-.397
-.067
-.351
-.066
-.075
-.184
-.035
-.002
.310
-.092
KONTR002
-.116
.130
.048
.077
-.203
.242
-.327
.040
-.048
-.156
-.124
.063
.881 a
-.311
-.237
-.004
-.020
-.292
.064
.110
.111
.012
.052
KONTR003
-.078
.138
-.011
-.089
.269
-.251
.131
.003
.072
-.040
.166
-.397
-.311
.910 a
-.094
-.090
.027
-.004
.004
.081
-.053
-.024
-.074
a
-.041
-.256
KONTR004
-.035
-.226
-.105
.263
-.038
-.253
.044
-.122
-.034
.051
.100
-.067
-.237
-.094
.885
-.007
-.154
-.246
-.391
.078
.003
KONTR005
.212
-.019
.168
.152
-.188
.012
.011
-.107
.113
-.194
.031
-.351
-.004
-.090
-.007
.904 a
-.365
.115
.135
.005
-.008
-.309
.034
KONTR006
-.012
.038
-.213
.102
.031
.291
-.233
.050
-.213
.002
.071
-.066
-.020
.027
-.154
-.365
.899 a
-.283
-.064
.164
.226
-.172
-.048
a
PUB001
.072
-.076
.120
.025
-.259
-.216
.036
.114
-.084
.074
-.033
-.075
-.292
-.004
-.041
.115
-.283
.893
-.003
-.154
-.362
-.080
.376
PUB002
.077
.052
.144
.083
-.192
.144
-.088
.122
.135
.121
-.208
-.184
.064
.004
-.246
.135
-.064
-.003
.890 a
-.284
-.177
-.147
-.261
PUB003
-.006
.131
.047
-.272
.185
.135
.198
-.092
.084
-.070
-.208
-.035
.110
.081
-.391
.005
.164
-.154
-.284
.872 a
-.034
-.052
.071
PUB004
-.174
.142
.105
-.039
.100
.006
-.143
.036
.161
-.486
.305
-.002
.111
-.053
.078
-.008
.226
-.362
-.177
-.034
.855 a
-.443
-.467
a
.106 .805 a
PUB005
-.060
-.049
-.071
-.233
.172
-.128
.156
-.061
-.076
.433
-.249
.310
.012
-.024
.003
-.309
-.172
-.080
-.147
-.052
-.443
.881
PUB006
.218
-.106
-.142
.167
-.109
.164
-.007
-.091
-.340
.074
-.021
-.092
.052
-.074
-.256
.034
-.048
.376
-.261
.071
-.467
.106
Sumber : Data Diolah (2016)
Lanjutan Lampiran 7
KETER00001
ORGAN005
50
Anti-image Matrices KAPAS008
Anti-image Correlation
51
Lampiran 8 Communalities Communalities
Communalities Initial
KETER00001 KETER00005 KETER00006 KETER00008 KETER00009 KETER00010 KETER00011 KETER00013 KETER00014 KETER00016 KETER00017 KAPAS001 KAPAS002 KAPAS003 KAPAS004 KAPAS005 KAPAS007 KAPAS008 KAPAS009 KAPAS011
Initial 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
Sumber : Data diolah (2016)
KAPAS012 KAPAS013 ORGAN005 ORGAN006 ORGAN007 ORGAN008 KEBIJAK001 KEBIJAK002 KONTR001 KONTR002 KONTR003 KONTR004 KONTR005 KONTR006 PUB001 PUB002 PUB003 PUB004 PUB005 PUB006
1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
52
Lampiran 9 Total variance explained Total Variance Explained Initial Eigenvalues Component 1
Rotation Sums of Squared Loadings
Total 14.797
% of Variance 36.994
Cumulative % 36.994
Total 8.502
% of Variance 21.255
Cumulative % 21.255
2
5.179
12.947
49.941
4.800
12.000
33.256
3
2.267
5.667
55.608
4.503
11.258
44.513
4
1.850
4.626
60.233
2.953
7.381
51.895
5
1.642
4.106
64.339
2.721
6.803
58.698
6
1.274
3.186
67.525
2.156
5.391
64.089
7
1.234
3.085
70.611
2.102
5.255
69.344
8
1.148
2.871
73.482
1.655
4.138
73.482
9
.961
2.401
75.883
10
.850
2.126
78.009
11
.773
1.933
79.943
12
.711
1.778
81.720
13
.691
1.727
83.447
14
.622
1.554
85.001
15
.511
1.277
86.278
16
.486
1.216
87.494
17
.477
1.194
88.687
18
.454
1.135
89.822
19
.443
1.108
90.930
20
.397
.992
91.922
21
.358
.895
92.817
22
.346
.866
93.683
23
.292
.730
94.413
24
.278
.695
95.108
25
.250
.624
95.733
26
.235
.587
96.320
27
.224
.561
96.881
28
.193
.482
97.363
29
.158
.396
97.758
30
.144
.360
98.118
31
.124
.311
98.429
32
.123
.308
98.737
33
.099
.248
98.986
34
.086
.214
99.200
35
.072
.180
99.380
36
.059
.148
99.528
37
.056
.141
99.669
38
.050
.124
99.793
39
.045
.112
99.905
.038 .095 Extraction Method: Principal Component Analysis.
100.000
40
Sumber : Data diolah (2016)
53
Lampiran 10 Rotated component matrix Rotated Component Matrixa Component 1
2
3
4
5
6
7
8
KETER00001
-.168
.122
.445
-.084
.139
.147
.554
.090
KETER00005
.187
.013
.770
-.126
-.166
.142
-.087
.186
KETER00006
.204
.243
.657
.132
.222
.035
.218
.004
KETER00008
.290
.288
.377
.053
.628
-.007
.229
-.032
KETER00009
.356
.139
.058
.165
.750
.187
.155
.001
KETER00010
.388
.158
.156
.141
.768
.112
.008
.058
KETER00011
.168
.229
.184
.043
-.018
-.045
.096
.745
KETER00013
.000
-.142
.621
-.119
.143
.267
.315
.235
KETER00014
-.071
.011
.200
-.221
.057
.215
.068
.774
KETER00016
.018
-.026
.122
.034
.137
.186
.810
-.006
KETER00017
.231
.280
.137
.168
-.002
-.113
.552
.243
KAPAS001
.218
.526
.293
.001
.365
.004
.313
.066
KAPAS002
.096
.477
.613
.164
.229
.095
.088
.033
KAPAS003
.084
.341
.663
.027
.353
.002
.153
.147
KAPAS004
.024
.309
.617
.051
.246
.077
.208
.060
KAPAS005
.409
.248
.588
.023
-.066
-.033
.038
.098
KAPAS007
.350
.063
-.143
.840
.125
.006
-.056
.067
KAPAS008
.346
.015
.075
.867
.053
.003
.035
-.099
KAPAS009
.163
.090
.063
.893
.106
-.060
.103
-.113
KAPAS011
.171
.687
.120
.242
.308
.004
-.023
.307
KAPAS012
.074
.637
.499
.070
-.005
.343
-.017
.054
KAPAS013
.246
.723
.382
-.026
-.027
.096
.049
.052
ORGAN005
.044
.051
.237
-.180
.292
.704
.202
.224
ORGAN006
.130
.342
.123
.000
-.001
.803
.064
.027
ORGAN007
.278
.440
.055
.142
.079
.519
.060
-.051
ORGAN008
.248
.736
.186
.077
.132
.284
.004
.076
KEBIJAK001
.636
.219
.183
.191
.259
.018
.205
.225
KEBIJAK002
.672
.187
.198
.122
.120
.198
.180
.086
KONTR001
.777
.285
.190
-.044
.068
.179
.066
.069
KONTR002
.600
.437
.201
-.092
.001
.216
.270
.183
KONTR003
.692
.271
.282
.063
.076
.110
.196
-.039
KONTR004
.875
.136
.103
.234
.019
.036
-.056
-.050
KONTR005
.674
.411
.084
.013
.153
.017
.291
-.067
KONTR006
.444
.669
-.008
-.004
.192
.130
.156
.024
PUB001
.530
.487
.347
-.138
.208
.227
.044
.031
PUB002
.890
.042
-.065
.192
.080
-.024
-.084
.008
PUB003
.835
-.058
.039
.211
.216
-.002
-.119
.030
PUB004
.832
.020
.185
.222
.214
.083
.006
.042
PUB005
.629
.231
.126
.241
.349
.188
.050
-.041
PUB006
.789
.205
-.142
.178
.098
-.137
-.149
.045
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.a a. Rotation converged in 8 iterations.
Sumber : Data diolah (2016)
54
Lampiran 11 Component transformation matrix
Component Transformation Matrix Component 1
1 .655
2 .469
3 .382
4 .179
5 .296
6 .194
7 .183
8 .115
2
-.556
.228
.526
-.421
.030
.248
.270
.221
3
-.405
-.086
.156
.715
.395
-.182
.289
-.143
4
.288
-.777
.296
-.204
.161
-.150
.304
.208
5
.027
.062
.526
.243
-.561
-.486
-.279
.176
6
.004
-.291
.090
.389
-.414
.763
-.017
.056
7
-.042
.117
-.408
.162
-.097
-.096
.281
.833
-.106 -.125 .113 .047 .483 Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
.133
-.749
.382
8
55
Lampiran 12 Component plot in rotated space
56
57
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 08 Januari 1993 dari ayah Dedi Haryadi dan ibu Risa Sumiliringsih. Penulis adalah putra kedua dari tiga bersaudara. Tahun 2011 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) Program Diploma melalui jalur test dan diterima di Program Keahlian Manajemen Industri. Pada tahun 2014 penulis lulus dari Program Diploma. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Sarjana Alih Jenis Manajemen (PSAJM) IPB pada tahun 2014 dan lulus pada tahun 2017. Penulis mengikuti magang di PT Astra Otoparts Divisi Adiwira Plastik pada tahun 2014. Penempatan magang yaitu pada Production Planning Inventory Control (PPIC) dan deskripsi tugas yaitu pengendalian gudang bahan baku B3. Selama mengikuti Program Sarjana, penulis menjadi anggota Excecutive of Managemen (EXOM) Divisi Community Development periode 2014/2015 dan Divisi Pengembangan Komunitas dan Talenta periode 2015/2016. Penulis juga menjadi koordinator divisi teknis pada kegiatan “Helar Run 2016” dalam menyambut hari jadi Kota Bogor ke-534. Penulis aktif mengikuti lomba olahraga. Beberapa prestasi yang diraih oleh penulis antara lain mendali perunggu cabang olahraga sepakbola “Sportakuler IPB 2015” dan mendali emas cabang olahraga basket “Sportakuler IPB 2016”. Penulis juga mengikuti beberapa aktivitas sosial. Seperti yaitu Sapu Gunung 2016 yang diselengarakan oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan donor darah reguler Palang Merah Indonesia (PMI).
1