VI
6.1.
ANALISIS PENDAPATAN DAN KEUNTUNGAN INVESTASI USAHA TERNAK
Deskripsi Organisasi Produksi Usaha Ternak Ayam Buras Petelur Kelompok Hidayah Alam Sebagian besar usaha ternak ayam buras petelur yang dilaksanakan oleh
Kelompok Hidayah Alam merupakan kemitraan dalam program tanggung jawab sosial dengan perusahaan di sekitar desa dalam bentuk permodalan input bibit ayam dan pelatihan keterampilan budidaya telur ayam buras. Secara umum, proses produksi telur ayam buras memiliki perbedaan karena dua faktor utama, yaitu perbedaan antara peternak yang bermitra dengan peternak yang tidak bermitra dan perbedaan skala pengusahaan terhadap proses produksi terkait manajemen pemeliharaan usaha ternak. Perbedaan kemitraan mempengaruhi manajemen pemeliharaan usaha ternak dalam upaya pengendalian penyakit ternak dan pemerolehan bibit ayam buras, dimana peternak yang bermitra mendapatkan pengetahuan teknis melakukan vaksinasi penyakit Tetelo (vaksinasi ND) dan bibit ayam buras yang dibudidayakan berasal dari usaha pembibitan yang dikembangkan melalui teknologi IB (Inseminasi Buatan) dan hasil persilangan antara Ayam Arab jantan dengan ayam ras petelur di Kabupaten Bekasi. Sementara, peternak yang tidak bermitra tidak melakukan kegiatan vaksinasi terhadap ayam buras yang dipeliharanya dan bibit ayam buras yang diusahakannya berasal dari usaha pembibitan Ayam Arab yang berbeda. Perbedaan
skala
pengusahaan
ternak
mempengaruhi
manajemen
pemeliharaan dalam tatalaksana perkandangan, dimana peternak skala besar mengusahakan kandang ternak di lahan kebun dan persawahan dan peternak skala kecil mengusahakan kandang ternak di lahan terbatas, bahkan di dekat rumah peternak. Selain itu, peternak skala besar menggunakan tenaga kerja berasal dari luar keluarga sehingga manajemen seleksi bibit ayam yang berproduksi tinggi dapat dikontrol lebih baik dibandingkan dengan peternak skala kecil. Perbedaan yang terdapat di antara para peternak adalah penggunaan faktor-faktor produksi usaha ternak seperti input pakan jadi ayam petelur, obat-obatan dan vitamin, vaksin, tenaga kerja yang disesuaikan dengan skala pengusahaan ternak, antara
peternak yang bermitra dengan peternak yang tidak bermitra. Dengan demikian, organisasi produksi usaha ternak ayam buras petelur Kelompok Hidayah Alam perlu dikaji untuk mendapatkan gambaran tentang produksi telur ayam buras di lokasi penelitian beserta faktor-faktor produksi yang digunakan oleh masingmasing klasifikasi peternak. Hasil kajian tersebut dapat mengidentifikasi proses produksi telur ayam buras, penggunaan faktor-faktor produksi dan produksi hasil usaha ternak ayam buras petelur. 6.1.1. Proses Produksi Telur Ayam Buras Kelompok Hidayah Alam Secara umum, usaha ternak ayam buras petelur yang dibudidayakan oleh Kelompok Hidayah Alam tidak berbeda dengan budidaya ayam pada umumnya. Rata-rata pemeliharaan ayam buras petelur yang dibudidayakan bersifat intensif, karena skala pengusahaan lebih besar dari 104 ekor setiap peternak (Septiwan 2007). Teknik produksi telur ayam buras antara lain pembuatan kandang ayam dewasa, pemilihan bibit ayam, pemberian pakan dan air minum, vaksin dan obatobatan, biosecurity dan pemanenan hasil. Proses pemilihan bibit ayam pada peternak secara umum yaitu memulai produksi dengan membudidayakan bibit ayam berumur lima bulan atau bibit ayam dara dan sebagian kecil peternak mulai mengembangkan produksi yang dimulai dari anak ayam berumur 0-7 hari atau Day Old Chicken (DOC). 6.1.1.1. Pembuatan Kandang Ayam Tahap awal sebelum bibit ayam dipelihara adalah pembuatan kandang. Kandang ayam yang digunakan peternak ayam buras petelur yaitu kandang batere. Kandang batere merupakan kandang yang dibuat untuk memelihara ayam yang telah berumur tiga bulan, sementara kandang untuk memelihara anak ayam (DOC) yaitu kandang box. Pembuatan kandang batere dan kandang box memerlukan bahan baku utama yaitu bambu, dimana dalam kandang juga terdapat tempat makan dan tempat minum yang terbuat dari bahan baku paralon. Kandang batere ini terdiri dari ruang-ruang kandang yang dibatasi oleh sekat atau dinding, dimana jumlah ruang tersebut disesuaikan dengan jumlah bibit ayam yang akan dipelihara
64
karena satu ekor ayam dimasukkan ke dalam satu ruang. Kandang batere tersebut dapat dilihat melalui Gambar 5 sebagai berikut ini.
Gambar 5. Kandang Batere Ayam Buras Petelur pada Kelompok Hidayah Alam Kandang batere ini terdiri dari tiga bagian yaitu: (1) Rumah kandang yang terdiri dari atap jerami, dinding dan pintu bambu; (2) Kandang utama yang tersusun dari alas, dinding, pintu dan tiang; dan (3) Tempat makan dan tempat minum yang terbuat dari bahan baku paralon. Alas kandang utama dibuat ke dalam dua bagian, terdiri dari alas tempat ayam berada dan alas yang berbentuk teras di luar tempat ayam berada untuk menyimpan telur-telur yang dihasilkan agar mudah dalam pengambilannya. Bahan baku bambu yang diperlukan untuk membuat kandang utama dengan muatan sepuluh ekor ayam adalah 118,91 meter setara dengan 12 batang bambu berukuran 10 meter. Sementara, bahan baku paralon untuk membuat tempat makan dan tempat minum dengan muatan ayam yang sama membutuhkan satu buah paralon berukuran 2,5 meter masing-masing empat inci untuk tempat makan dan tiga inci untuk tempat minum. Kemudian, pembuatan kandang box yang digunakan untuk memelihara anak ayam yang berumur hingga dua bulan membutuhkan bahan baku bambu 175 meter setara dengan 17,5 buah bambu yang berukuran sepuluh meter untuk memelihara DOC sebanyak 100 ekor. Kandang box ini dilengkapi dengan dua buah lampu pemanas
65
dengan daya 60 watt. Kandang box yang digunakan oleh peternak ayam buras Kelompok Hidayah Alam dapat dilihat dalam Gambar berikut ini.
Gambar 6. Kandang Box Anak Ayam (DOC) dalam Usaha Ternak Ayam Buras Petelur Kelompok Hidayah Alam Tatalaksana perkandangan merupakan salah satu upaya manajemen pemliharaan ayam buras, dimana sistem perkandangan yang baik dengan memperhatikan sanitasi, kepadatan dan ventilasi yang baik dapat meningkatkan produktivitas ayam. Perbedaan utama dalam tatalaksana perkandangan peternak ayam buras petelur Kelompok Hidayah Alam dikarenakan perbedaan skala pengusahaan ternak. Seluruh peternak menggunakan kandang batere untuk memelihara ayam buras, terutama induk yang telah produktif hingga afkir. Sebagian kecil peternak lainnya menggunakan kandang box untuk memelihara anak ayam (Day Old Chicken) hingga berumur dua bulan. Peternak skala besar dengan rata-rata kepemilikan ayam buras sebesar 778 ekor mengusahakan kandang ternak di daerah kebun dan persawahan yang relatif jauh dari rumah penduduk dan mendapatkan sinar matahari yang cukup. Sistem perkandangan tersebut menjadikan sirkulasi udara dan sinar matahari yang baik untuk pertumbuhan ayam. Berbeda dengan kandang ternak yang diusahakan peternak skala kecil, rata-rata berada di lokasi yang tidak jauh dari rumah peternak dengan memanfaatkan lahan yang terbatas. Hal ini menyebabkan kepadatan pemeliharaan ayam buras yang tidak berimbang, dimana rata-rata kepemilikan ayam buras 66
sebesar 238 ekor dipelihara pada lahan dengan rata-rata kurang dari 383,33 m2. Di samping itu, penggunaan lahan terbatas di dekat rumah peternak tersebut mengakibatkan sinar matahari yang tidak dapat berinteraksi dengan mudah dan menyebar merata ke dalam kandang ternak karena terhalang oleh tinggi bangunan rumah-rumah
di
sekitarnya.
Tatalaksana
perkandangan
batere
memang
mempengaruhi produktivitas telur ayam, dimana ayam buras dapat memproduksi telur lebih tinggi dibandingkan dengan pemeliharaan pada kandang umbaran terbatas. Namun demikian, perbaikan teknologi perkandangan pada peternak ayam buras Kelompok Hidayah Alam akan lebih efektif jika sistem lingkungan ikut mendukung produktivitas ayam, seperti lokasi perkandangan berada, sinar matahari dan sirkulasi udara yang cukup serta kepadatan ayam buras yang seimbang. 6.1.1.2. Pemilihan Bibit Ayam Setelah kandang ayam siap digunakan, ayam dapat dipelihara ke dalam kandang disesuaikan dengan jenis kandang menurut umur ayam masing-masing. Sebagian besar peternak ayam buras memulai produksi telur dengan menggunakan bibit ayam yang berumur lima bulan atau dikenal dengan istilah ayam dara. Untuk memperoleh ayam dara yang baik, peternak membeli bibit ayam tersebut dari usaha pembesaran ayam yang riwayat pemeliharaannya jelas dan baik, terutama dalam aturan vaksinasi yang lengkap. Namun, ada sebagian kecil peternak yang memulai usaha produksi telur dari anak ayam (DOC) umur satu hari. Peternak tersebut membeli DOC tersebut dari usaha pembibitan ayam buras. Ada pula peternak yang mulai mengembangkan produksi telur dimulai dari telur tetas, dimana peternak tersebut melakukan penetasan telur menjadi anak ayam sendiri menggunakan mesin tetas telur. Perbedaan penggunaan bibit ayam buras dalam Kelompok Hidayah Alam diakibatkan oleh perbedaan kemitraan, yaitu antara peternak yang bermitra dengan peternak yang tidak bermitra. Peternak yang bermitra mendapatkan bibit ayam buras yang berasal dari usaha pembibitan ayam buras yang dikembangkan melalui program penyuluhan peternakan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bekasi, yaitu Bapak Ujang. Bibit ayam buras tersebut merupakan bibit 67
ayam buras yang dikembangkan dengan teknologi persilangan antara Ayam Arab jantan dengan ayam ras petelur yang memiliki sifat produksi telur yang baik. Teknologi persilangan ayam ini dilakukan pada kandang batere, sehingga peternak pembibitan ayam buras tersebut mengetahui secara baik seleksi ayam buras yang memiliki sifat produksi telur baik. Sistem perkandangan batere ini berfungsi juga membantu kegiatan pembibitan ayam buras yang merupakan hasil persilangan sifat-sifat unggul untuk mendapatkan seleksi ayam dengan produksi telur tinggi. Kemudian, berdasarkan hasil wawancara juga disebutkan bahwa teknologi yang juga telah dikembangkan usaha pembibitan ini adalah teknologi IB (Inseminasi Buatan), namun bibit tersebut belum digunakan oleh peternak ayam buras petelur Kelompok Hidayah Alam dikarenakan masih dalam tahap evaluasi hasil. Sementara, peternak yang tidak bermitra memperoleh bibit ayam buras dari tempat yang sama, tetapi bibit ayam buras yang dibeli bukan merupakan bibit ayam buras hasil teknologi persilangan. Selain karena pertimbangan harga bibit ayam buras hasil persilangan yang relatif mahal, hal tersebut juga dikarenakan kesulitan peternak membeli ayam dalam jumlah besar akibat keterbatasan modal. Hal ini menyimpulkan bahwa peran kemitraan sebagai sumber penyedia permodalan input bibit ayam buras oleh perusahaan swasta mempengaruhi kemampuan peternak membeli bibit ayam buras dan secara tidak langsung mempengaruhi skala kepemilikan ayam buras peternak Kelompok Hidayah Alam. 6.1.1.3. Pemberian Pakan dan Air Minum Dalam dunia peternakan dikenal segitiga produksi antara lain bibit, pakan dan tata laksana pemeliharaan (manajemen). Ketiga unsur tersebut memegang peran penting dalam menentukan keuntungan atau kerugian dari suatu kegiatan peternakan. Biaya produksi paling tinggi adalah biaya pakan, dimana rata-rata mencapai 80 persen dari total biaya produksi yang diserap untuk memenuhi kebutuhan pakan. Jenis pakan jadi yang digunakan para peternak adalah pakan ayam petelur yang bermerek Cargill dan diberikan untuk ayam berumur lebih dari tiga bulan. Sementara, anak ayam (DOC) hingga umur satu bulan diberikan pakan dedak padi. Peternak membeli pakan tersebut di toko-toko pakan terdekat, dimana 68
pakan dibeli dalam jumlah besar yang biasanya dalam satuan karung berukuran 50 kilogram. Pemberian pakan dan air minum dilakukan dua kali dalam satu hari, yaitu pagi hari antara pukul 07.00 – 08.00 dan sore hari antara pukul 15.00 – 16.00 WIB dengan jumlah rata-rata 80-100 gram per ekor per hari. Kebutuhan air minum yang diberikan yaitu pada pagi dan sore hari dengan jumlah ¾ dari volume tempat minum ayam. Peternak ayam buras petelur Kelompok Hidayah Alam lebih memilih untuk memberikan pakan jadi ayam petelur dalam produksi telur dengan beberapa pertimbangan, antara lain ketersediaan pakan jadi lebih banyak dan mudah dibandingkan dengan membuat pakan manual sendiri. Menurut hasil wawancara dengan para peternak, bahan-bahan yang diperlukan sebagai komposisi pakan manual tersebut relatif langka di lingkungan usaha ternak, terutama ketersediaan bahan baku jagung dan bungkil kedelai. Selain itu, pertimbangan lainnya adalah pembuatan pakan manual sendiri membutuhkan mesin pemecah jagung karena jagung harus dikonsumsi ayam dalam bentuk hancuran-hancuran atau sudah digiling. Tabel berikut ini menjelaskan mengenai komposisi yang dibutuhkan jika peternak menggunakan pakan manual berdasarkan umur ayam yang berbeda. Tabel 16. Penggunaan Komposisi Pakan Ayam Manual Menurut Umur per Ekor per Hari No 1 2 3 4 5 6 7 8
Komponen Jagung Bungkil Kedelai Dedak Tepung Ikan Tepung Tulang Tepung Lamtoro Mineral Grit/KulitKerang TOTAL
Penggunaan per Ekor per Hari (Gram) Starter 1 Starter 2 Layer (Umur 1-6 minggu) (Umur 7-12 minggu) (Umur > 12 minggu) 43,2 41,6 37,6 8 8,8 5,6 16 16,8 24,8 9,6 8 4,8 2,4 2,4 2,4 0 1,6 1,6 0,8 0,8 0,8 0 0 2,4 80 80 80
Peternak menggunakan pakan manual harus memperhatikan proporsi bahan-bahan dan disesuaikan dengan umur ayam, seperti bahan baku jagung yang porsinya semakin berkurang dengan bertambahnya umur ayam. Selain itu, proporsi tersebut juga harus memperhatikan kebutuhan protein dan energi ayam.
69
Sebelumnya sekitar 1,5 tahun yang lalu, peternak ayam buras petelur Kelompok Hidayah Alam meramu bahan-bahan tersebut menjadi pakan manual yang diberikan untuk ayam buras yang dipeliharanya. Namun, sejak bahan-bahan tersebut menjadi semakin langka sehingga harga untuk membeli bahan-bahan, terutama jagung dan bungkil kedelai sebagai bahan yang diperlukan dalam jumlah yang cukup besar, kini harganya meningkat. Peternak telah memperhitungkan bahwa penggunaan pakan manual mengakibatkan biaya pakan lebih mahal daripada penggunaan pakan jadi ayam petelur. Selain itu, peternak tidak memerlukan waktu lebih banyak untuk melakukan kegiatan meramu bahan-bahan untuk pakan tersebut. Akibatnya, beberapa peternak yang memiliki mesin pemecah jagung yang digunakan untuk menggiling jagung sebagai salah satu bahan yang dicampurkan ke dalam pakan manual, kini jarang sekali dimanfaatkan. 6.1.1.4. Pemberian Obat dan Vitamin Secara umum, peternak ayam buras petelur Kelompok Hidayah Alam memberikan obat-obatan dan vitamin ayam diantaranya Vita Chick, Egg Stimulant, Therapy, Tetra Chlor dan jamu alami. Terdapat seorang peternak yang menggunakan jamu alami untuk menjaga kesehatan dan mengendalikan penyakit pada ayam. Bahan-bahan yang digunakan dalam membuat jamu merupakan rempah-rempah alami yang mudah ditemukan dalam lingkungan sekitar, yaitu kencur, bawang putih, jahe, lengkuas, kunyit, daun sirih dan temulawak. Bahanbahan tersebut juga ditambahkan dengan tetes tebu atau molasses, M-Bio dan kemudian mengalami proses fermentasi. Jamu alami ini diberikan dengan dosis 0,1 gram setiap ekor dalam setiap hari. Vita Chick merupakan vitamin ayam untuk menambah intensitas makan ayam dan menjaga kesehatan yang dicampurkan ke dalam air minum ayam setiap hari. Vitamin Egg Stimulant adalah vitamin untuk memberikan rangsangan ayam agar cepat menghasilkan telur dan diberikan pada saat ayam sulit untuk bertelur. Obat ini dapat diberikan setiap hari dengan jumlah 0,0375 gram per ekor. Therapy diberikan setiap tiga bulan sekali dalam tiga hari berturut-turut yang bertujuan untuk menambah stamina ayam pada saat keadaan ayam lesu, dengan 70
jumlah 0,046 gram setiap ekor dalam satu hari. Kemudian, Tetra Chlor merupakan obat yang diberikan ketika ayam mengalami sakit hingga keadaan ayam kembali membaik. Hampir sebagian besar peternak menggunakan obat Therapy dan Egg Stimulant kepada ternak ayam yang dipeliharanya. Penggunaan obat dan vitamin secara berbeda terlihat antara peternak yang bermitra dengan peternak yang tidak bermitra. Peternak yang bermitra mendapatkan pengetahuan mengenai manajemen kesehatan dalam mengendalikan penyakit melalui pemberian obat-obatan dan vitamin kepada ayam yang dipeliharanya. Peternak bermitra mengeluarkan kebutuhan Vita Chick yang dicampurkan ke dalam air minum ayam untuk menjaga kesehatan dan stamina ayam agar tidak mudah terserang penyakit, terutama menjaga daya tahan tubuh ayam. Peternak bermitra ini juga memberikan Egg Stimulant untuk merangsang ayam cepat bertelur serta Therapy yang diberikan ketika produksi ayam mulai menurun akibat keadaan lesu, sehingga produktivitas telur ayam tetap optimal. Sementara, peternak yang tidak bermitra tidak menggunakan vitamin untuk ayam yang dipeliharanya, peternak ini hanya memberikan obat jika ayam sedang sakit, yaitu Tetra Chlor. Tindakan pengnedalian penyakit yang dilakukan peternak tidak bermitra adalah tindakan pengobatan setelah ayam sakit, tetapi tindakan yang dilakukan peternak bermitra tidak hanya tindakan pengobatan ayam ketika sakit tetapi juga termasuk tindakan pencegahan sebelum ayam sakit dan menjaga ayam tetap sehat. 6.1.1.5. Pemberian Vaksin Sebagian besar peternak yang bermitra memberikan vaksin kepada ayam yang dipelihara, hanya peternak yang tidak bermitra yang tidak melakukan vaksinasi. Vaksinasi yang dilakukan oleh peternak ayam buras petelur Kelompok Hidayah Alam adalah vaksinasi penyakit ND atau tetelo pada saat ayam berumur empat hari dengan tetes mata, umur tiga minggu dengan tetes mata, mulut atau suntik, umur tiga bulan divaksin tetes mulut atau suntik dan untuk selanjutnya divaksin kembali setiap empat bulan sekali. Pemberian vaksin juga merupakan salah satu tindakan pencegahan penyakit ayam yang paling penting untuk memberikan daya tahan tubuh ayam terhadap suatu penyakit tertentu, yaitu 71
penyakit tetelo. Penggunaan vaksin secara berbeda terlihat antara peternak yang bermitra dengan peternak yang tidak bermitra, dimana peternak bermitra mendapatkan pengetahuan teknis mengenai aturan teknik dan jumlah pemberian vaksin kepada ayam. Peternak yang tidak bermitra tidak melakukan pencegahan melalui kegiatan vaksinasi dikarenakan tidak memiliki pengetahuan teknik mengenai pemberian vaksin tersebut. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan peternak tidak bermitra ini, hal utama yang mendasari adalah ketidakmampuan peternak dalam mengadopsi teknologi pemberian vaksin melalui suntikan dan tetes mata kepada ayam. Dengan demikian, adanya kemitraan dalam melakukan transfer teknologi budidaya ayam buras melalui pelatihan mempengaruhi peternak dalam manajemen kesehatan ayam yang dibudidayakannya. Peternak ayam buras petelur Kelompok Hidayah Alam ini belum melakukan vaksinasi untuk pencegahan penyakit flu burung (Avian Influenza), menurut hasil wawancara para peternak menyatakan bahwa usaha ternak yang dijalankan tersebut belum pernah terjangkit wabah penyakit flu burung sehingga para peternak tidak melakukan vaksinasi AI. 6.1.1.6. Biosecurity Biosecurity adalah serangkaian kegiatan manajemen yang dilakukan secara menyeluruh untuk mencegah bibit penyakit masuk, tinggal dan menginfeksi suatu peternakan. Tujuan biosecurity antara lain: (1) Menghilangkan penyakit yang membuat ayam rentan terhadap penyakit; (2) Mengurangi pencemaran hasil ternak terhadap kesehatan manusia; (3) Mencegah penyakit mematikan dan mudah menular
masuk
ke
peternakan;
dan
(4)
Mengurangi
tantangan
dari
mikroorganisme patogen yang dapat mengurangi hasil ternak. Secara umum, upaya biosecurity yang dilakukan peternak ayam buras Kelompok Hidayah Alam berbeda antara peternak yang bermitra dengan peternak yang tidak bermitra. Beberapa dari peternak bermitra telah menggunakan sprayer pencuci kandang untuk membersihkan kandang ayam. Namun demikian, penerapan teknologi sprayer ini dilakukan untuk menyemprotkan disinfektan kepada peralatan peternakan dan area kandang ayam.
72
Tetapi, peternak bermitra juga mengkombinasikan teknologi biosecurity tersebut dengan membersihkan kandang setiap pagi dan sore hari. Hal ini dikarenakan perlengkapan sprayer yang harus digunakan sehingga tidak praktis dan biaya tambahan produksi untuk menyediakan disinfektan, sehingga tidak setiap hari peternak memanfaatkan alat penyemprot ini (sprayer). Sementara, peternak yang tidak bermitra belum dapat mengadopsi teknologi biosecurity melalui penggunaan sprayer di samping tidak tersedianya alat tersebut. Upaya biosecurity yang dilakukan peternak tidak bermitra adalah secara sederhana, yaitu dengan menjaga kebersihan kandang dan alat-alat peternakan lainnya. Secara umum, rata-rata peternak ayam buras petelur Kelompok Hidayah Alam membersihkan kandang ternak setiap hari, yaitu pada pagi atau sore hari setiap memberikan pakan dan air minum ayam. 6.1.1.7. Pemanenan Hasil Tahap produksi terakhir yaitu tahap pemanenan hasil produksi ternak, yaitu pengambilan telur-telur dari kandang ayam dan menyusunnya ke dalam kerai-kerai telur. Rata-rata telur dijual setiap dua hari sekali ketika agen penjual jamu di salah satu pasar tradisional, yaitu sebagian besar di Pasar Cileungsi, datang langsung ke peternakan. Telur-telur dapat diproduksi setiap hari, sehingga peternak selalu mengambil dan mengumpulkan telur-telur dari kandang peternakan setiap pagi atau sore hari. Peternak melakukan pemisahan telur yang retak atau rusak dan bukan termasuk telur yang dijual kepada agen. Rata-rata bobot telur yang dapat dijual kepada agen penjual jamu tersebut, berkisar antara 40-40,5 gram per butir telur. Penjualan telur kepada agen penjual jamu tersebut merupakan penjualan yang dikoordinir oleh seorang peternak, yaitu Ketua Kelompok Hidayah Alam, sehingga harga telur yang terjadi di tingkat peternak sama. Penjualan telur berbeda antara peternak yang bermitra dengan peternak yang tidak bermitra, dimana pasar sasaran peternak yang tidak bermitra adalah peternak yang bermitra. Peternak tidak bermitra memiliki informasi pasar telur ayam buras yang terbatas, di samping pangsa pasar telur ayam buras di Kabupaten Bogor, salah satunya di Pasar Tradisional Cileungsi, Cibinong, Klapa Nunggal dan Gunung Putri sudah 73
dikuasai peternak kelompok lain, terutama telur ayam buras yang didatangkan dari Jawa Tengah yang dikenal dengan sebutan telur merah (telur Jawa). Peternak yang bermitra sudah memiliki pasar sasaran tetap atau pelanggan, yaitu seorang agen penjual jamu di Pasar Cileungsi (Bapak Sobari) dengan kebutuhan telur yang dipasok peternak Kelompok Hidayah Alam mencapai 36.000 butir setiap bulan. Namun demikian, penjualan telur ayam buras yang dikoordinir melalui Ketua Kelompok Hidayah Alam (Bapak Nurrohim) merupakan alternatif pasar sasaran jika peternak-peternak lainnya kesulitan menjual telur. Karena sebagian besar peternak Kelompok Hidayah Alam diperbolehkan mencari pasar lain jika harga telur lebih tinggi daripada harga telur yang dibeli agen penjual jamu. Tetapi, jika peternak mulai kesulitan menjual telurnya, terutama bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, maka peternak akan menjualnya kepada Ketua Kelompok Hidayah Alam dengan harga jual telur lebih rendah daripada harga jual telur yang akan dijual Ketua Kelompok Hidayah Alam kepada agen penjual jamu. Sementara, peternak yang tidak bermitra menjual telurnya dengan harga jauh lebih rendah, karena sebagian besar telur dijual kepada peternak bermitra skala besar. Peran kemitraan memang membantu peternak dalam mendapatkan informasi pasar tujuan penjualan telur, namun demikian disparitas harga yang terjadi baik antara peternak yang bermitra maupun peternak tidak bermitra dan peternak bermitra dengan skala besar maupun skala kecil perlu dirubah, antara lain mengenai kesepakatan untuk menjual telur bersama dengan transparansi marjin penjualan dan pencarian pasar sasaran baru yang dapat menampung telur produksi pada saat kondisi permintaan turun. 6.1.2. Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usaha ternak ayam buras petelur Kelompok Hidayah Alam secara umum terdiri dari bibit ayam, pakan, obat-obatan dan vitamin, vaksin ND, tenaga kerja dan alat-alat peternakan. Perincian penggunaan faktor-faktor produksi usaha ternak ayam buras petelur tersebut dijelaskan menurut skala pengusahaan ternak dan struktur modal usaha ternak, yaitu peternak yang bermitra dan peternak yang tidak bermitra. 74
6.1.2.1. Bibit Ayam Buras Secara umum, peternak ayam buras petelur Kelompok Hidayah Alam membudidayakan induk ayam yang berumur lima bulan hingga afkir untuk memproduksi telur, karena usaha ternak diorientasikan untuk ayam petelur. Namun, 33.33 persen dari peternak telah mulai mengembangkan usaha ternak dari penetasan telur dan anak ayam (DOC). Seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 17, bahwa secara umum bibit ayam buras yang digunakan oleh seluruh peternak ayam buras petelur Kelompok Hidayah Alam berumur antara 13 hingga 20 bulan. Tabel 17.
Rata-Rata Penggunaan Bibit Induk Ayam Buras per Tahun Berdasarkan Umur Ayam Menurut Skala Pengusahaan dan Struktur Modal pada Tahun 2011
Umur Ayam (Bulan) 5-8 9 - 12 13 - 16 17 - 20 21 - 24 Rata-Rata (Ekor)
Rata-Rata Penggunaan Bibit Ayam Buras (Ekor) Peternak Bemitra Peternak Tidak Bermitra Skala Besar Skala Kecil 300 109 350 137 788 147 100 788 153 100 173 100 556 144 100
Pada tahun 2011, rata-rata penggunaan bibit induk ayam buras pada peternak bermitra dengan skala kecil adalah 74,17 persen lebih kecil daripada penggunaan bibit induk ayam buras pada peternak ayam buras dengan skala besar, dimana rata-rata penggunaan bibit induk produktif berkisar 75,49 persen lebih kecil daripada peternak bermitra dengan skala besar. Peternak skala kecil yang tidak menjalankan kemitraan menggunakan bibit induk ayam buras sebesar 30,39 persen dari besar penggunaan bibit induk pada peternak skala kecil yang bermitra pada tahun 2011. Hal tersebut menyimpulkan bahwa penggunaan bibit ayam buras dapat ditingkatkan melalui kemitraan sebesar 30,39 persen lebih besar daripada penggunaan bibit ayam buras pada peternak yang tidak bermitra. 6.1.2.2. Pakan Jadi Ayam Petelur Secara umum pada tahun 2011, peternak ayam buras petelur Kelompok Hidayah Alam mengeluarkan kebutuhan pakan untuk ayam burasnya lebih dari 90 gram per ekor setiap harinya. Tabel 18 menunjukkan bahwa rata-rata penggunaan 75
pakan jadi yang dikeluarkan peternak bermitra lebih rendah dibandingkan dengan peternak peternak yang tidak menjalankan kemitraan dan kebutuhan pakan yang dikeluarkan peternak skala besar lebih rendah dibandingkan dengan peternak skala kecil. Rata-rata kebutuhan pakan yang dikeluarkan peternak skala besar adalah 2,48 persen lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan pakan yang digunakan peternak skala kecil. Peternak skala kecil yang bermitra mengeluarkan kebutuhan pakan untuk ayam yang dipeliharanya rata-rata 3,73 persen lebih rendah dibandingkan dengan peternak yang tidak menjalankan kemitraan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar skala pengusahaan ternak yang dialokasikan, maka semakin mengurangi penggunaan pakan jadi ayam buras yang dikeluarkan. Tabel 18. Rata-Rata Penggunaan Pakan Jadi Ayam Petelur per Ekor per Tahun Menurut Skala Pengusahaan Ternak dan Struktur Modal dalam Usaha Ternak Ayam Buras Petelur Kelompok Hidayah Alam Tahun 2011 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Penggunaan Pakan per Ekor per Tahun (Kg)
Rata-Rata Penggunaan Pakan Jadi Ayam Petelur pada Peternak per Ekor (Kg) Peternak Bermitra Peternak Tidak Bermitra (Skala Kecil) Skala Besar Skala Kecil 2,92 2,28 2,82 2,95 2,34 2,82 2,98 2,10 2,82 3,01 1,96 2,82 3,04 2,61 2,83 3,07 2,97 2,85 3,11 2,97 2,87 2,85 3,59 3,22 2,81 3,45 3,25 2,82 3,51 3,27 2,23 3,59 3,29 2,23 2,81 2,66 33,98
34,19
35,52
Seperti yang ditunjukkan pada pengusahaan ternak ayam buras dengan skala lebih besar dari 401 ekor pada tahun 2011, rata-rata pakan yang digunakan adalah 93,1 gram per ekor setiap harinya. Sementara, skala pengusahaan ternak yang lebih rendah dari 401 ekor, rata-rata pakan yang dibutuhkan pada peternak yang bermitra dan tidak bermitra masing-masing adalah 93,68 dan 97,32 gram per ekor setiap harinya.
76
6.1.2.3. Obat-Obatan dan Vitamin Secara umum, peternak ayam buras petelur Kelompok Hidayah Alam yang bermitra menggunakan vitamin seperti jamu alami, Vita Chick dan Egg Stimulant serta obat-obatan seperti Therapy pada ayam yang dibudidayakannya, masingmasing 16,02 gram pada peternak skala besar dan 27,6 gram pada peternak skala kecil setiap ekor dalam satu tahun 2011. Sedangkan, peternak yang menggunakan obat Tetra Chlor hanya peternak skala kecil, baik yang bermitra maupun yang tidak bermitra masing-masing penggunaan sebesar 0,02 kapsul dan 0,04 kapsul setiap ekor dalam satu tahun 2011. Penggunaan obat-obatan dan vitamin tersebut dapat dijelaskan dalam Tabel 19 berikut ini. Menurut hasil wawancara, peternak yang tidak bermitra memberikan obat-obatan dan vitamin pada saat ayam peliharaannya terserang penyakit akibat perubahan musim kemarau ke musim hujan. Tabel 19. Rata-Rata Penggunaan Obat-Obatan dan Vitamin per Ekor per Tahun Menurut Skala Pengusahaan Ternak dan Struktur Modal dalam Usaha Ternak Ayam Buras Petelur Kelompok Hidayah Alam Tahun 2011 Jenis Obat dan Vitamin Vita Chick/VC (Gram) Egg Stimulant/ES (Gram) Therapy/THE (Gram) Jamu Alami/JA (Gram) Tetra Chlor/TC (Kapsul) Total VC, ES, THE dan JA per Ekor per Tahun (Gram) Total TC per Ekor per Tahun (Kapsul)
Penggunaan per Ekor per Tahun Peternak Bermitra Peternak Tidak Bermitra (Skala Kecil) Skala Besar Skala Kecil 0* 3,04 0 0 4,56 0 10 20 0 6,02 0 0 0 0,02 0,04 16,02
27,6
0
0
0,02
0,04
Keterangan : *) Nilai 0 gram dan 0 kapsul menunjukkan bahwa peternak tidak menggunakan obat atau vitamin tersebut dalam usaha ternaknya selama satu tahun 2011
Peternak yang bermitra memberikan perhatian besar terhadap kesehatan ayam melalui pemberian obat dan vitamin secara rutin, tidak hanya pada saat terserang penyakit saja. Peternak yang bermitra dengan skala besar lebih memilih memberikan jamu alami dengan pertimbangan ekonomis, yaitu biaya pembuatan jamu alami dan ketersediaan bahan-bahan komposisi tersebut relatif mudah dan murah. Dengan demikian, untuk tetap menjaga kesehatan ayam dalam pengusahaan jumlah yang besar dapat memilih alternatif jamu alami sebagai 77
tindakan pengendalian penyakit ayam. Pemberian jamu tersebut selain dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh ayam buras terhadap serangan berbagai penyakit, tetapi juga untuk menghilangkan bau kotoran ayam yang dihasilkan ayam. 6.1.2.4. Vaksin ND/Tetelo Secara umum, peternak ayam buras petelur Kelompok Hidayah Alam memberikan vaksin ND atau vaksin untuk mencegah penyakit tetelo dengan pertimbangan penyakit yang sering menyerang ayam peliharaan para peternak yaitu penyakit tetelo. Penyakit flu burung yang sama sekali belum pernah menjangkit ayam peliharaan kelompok ternak ini menjadikan peternak belum memperhatikan
pencegahan
dini
untuk
vaksinasi
ayam
buras
yang
dibudidayakannya. Berikut ini adalah Tabel yang menjelaskan mengenai penggunaan vaksin ND atau vaksin pencegahan penyakit tetelo pada ayam buras petelur yang dibudidayakan oleh Kelompok Hidayah Alam pada tahun 2011. Peternak bermitra melakukan vaksinasi terhadap ayam budidaya yang diusahakannya dibandingkan dengan peternak yang tidak bermitra. Tabel 20. Rata-Rata Penggunaan Vaksin ND/Tetelo per Ekor per Tahun Menurut Skala Pengusahaan Ternak dan Struktur Modal dalam Usaha Ternak Ayam Buras Petelur Kelompok Hidayah Alam Tahun 2011 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Penggunaan Vaksin ND per Ekor perTahun(cc)
Penggunaan Vaksin ND per Ekor per Tahun (cc) Peternak Bermitra Skala Besar Skala Kecil 1,29 0 1,3 0 1,32 0 1,37 1,32 0 1,67 1,21 0 9,46
1,12 0 2,24 1,14 0,57 0 3,14 0 2,06 0 4,64 0,44 15,36
Menurut hasil wawancara, keputusan peternak yang tidak bermitra untuk tidak melakukan vaksinasi kepada ayam yang dipeliharanya disebabkan tidak adanya 78
pengetahuan dalam memberikan vaksinasi. Peternak bermitra mendapatkan pengetahuan teknik dan metode pemberian vaksinasi melalui pelatihan-pelatihan yang diberikan, baik melalui perusahaan swasta yang menjalin kemitraan dengan peternak maupun pemerintah daerah. Peternak bermitra yang memiliki skala besar mengeluarkan kebutuhan vaksin ND 38,39 persen lebih rendah setiap ekor ayam dalam satu tahun 2011 dibandingkan dengan peternak dengan skala kecil. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar skala pengusahaan ayam maka semakin mengurangi kebutuhan vaksin ND yang diberikan kepada ayam. Rata-rata penggunaan vaksin ND terbesar terjadi pada bulan November 2011, yaitu sebesar 2,92 cc setiap satu ekor. Hal ini disebabkan karena umur ayam yang dipelihara memasuki masa vaksinasi dan jumlah ayam yang membutuhkan vaksinasi tersebut juga besar. 6.1.2.5. Tenaga Kerja Secara umum, peternak ayam buras petelur Kelompok Hidayah Alam lebih menggunakan tenaga kerja dalam keluarga daripada kebutuhan tenaga kerja dari luar keluarga. Tabel 21 berikut ini menunjukkan besarnya penggunaan tenaga kerja dalam keluarga dan luar keluarga yang digunakan dalam budidaya ayam buras petelur Kelompok Hidayah Alam selama satu tahun 2011. Tabel 21.
Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja per Ekor per Tahun Menurut Skala Pengusahaan Ternak dan Struktur Modal dalam Usaha Ternak Ayam Buras Petelur Kelompok Hidayah Alam Tahun 2011 Penggunaan Tenaga Kerja per Ekor per Tahun (HKP) Peternak Bermitra
No
Skala Besar 1 2 3 4
Peternak Tidak Bermitra
Kegiatan Usahatani
Pemberian Pakan dan Air Minum Pemberian Vaksin Pembersihan Kandang Pemanenan Hasil Ternak
Total Penggunaan Tenaga Kerja per Ekor per Tahun (dalam HKP)
Skala Kecil
DK 0,15 0,01 0,08 0,13
LK 0,15 0 0,15 0,10
DK 0,67 0,02 0,58 0,58
LK 0* 0 0 0
DK 1,00 0 1,13 0,79
LK 0 0 0 0
0,36
0,41
1,83
0
2,93
0
Keterangan : DK = Tenaga Kerja Dalam Keluarga LK = Tenaga Kerja Luar Keluarga *) Nilai 0 HKP menunjukkan bahwa peternak tidak menggunakan tenaga kerja luar keluarga dalam usaha ternak yang dijalankannya atau peternak tidak melakukan kegiatan usaha ternak tertentu
79
Berdasarkan Tabel di atas, peternak yang tidak bermitra lebih banyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga dibandingkan dengan rata-rata penggunaan tenaga kerja dalam keluarga pada peternak yang bermitra, masingmasing sebesar 2,93 HKP dan 1,83 HKP setiap ekor ayam pada tahun 2011 atau setara dengan 5,86 jam kerja dan 2,2 jam kerja setiap ekor dalam satu tahun. Kemudian, peternak skala besar menggunakan kebutuhan tenaga kerja dalam keluarga 1,67 persen lebih sedikit daripada kebutuhan tenaga kerja dalam keluarga pada peternak skala kecil. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar skala pengusahaan ternak ayam buras, maka semakin rendah penggunaan tenaga kerja dalam keluarga yang dibutuhkan. Penggunaan tenaga kerja dari luar keluarga hanya terdapat pada peternak skala besar, yaitu sebesar 0,41 HKP atau setara 0,82 jam kerja. Keputusan penggunaan tenaga kerja dari luar keluarga dipertimbangkan berdasarkan pengusahaan skala besar memerlukan tenaga kerja lebih besar dibandingkan dengan pengusahaan skala kecil. Namun demikian, total penggunaan tenaga kerja dalam usaha ternak ayam buras pada peternak skala besar yaitu 0,77 HKP atau setara 1,54 jam kerja setiap ekor dalam satu tahun masih lebih rendah daripada total penggunaan tenaga kerja pada peternak skala kecil. 6.1.2.6. Alat-Alat Peternakan Secara umum, peternak ayam buras petelur Kelompok Hidayah Alam memiliki alat-alat peternakan antara lain kandang batere, tempat makan dan tempat minum yang terbuat dari paralon. Tabel 22 menjelaskan penggunaan alatalat peternakan dalam usaha ternak ayam buras Kelompok Hidayah Alam selama tahun 2011. Berdasarkan perhitungan penyusutan peralatan peternakan di atas, maka total biaya penyusutan peralatan peternakan pada usaha ternak ayam buras Kelompok Hidayah Alam selama tahun 2011 adalah Rp 9.794,64 per ekor. Biaya penyusutan yang dikeluarkan peternak bermitra skala besar ini 71,24 persen lebih besar dibandingkan dengan biaya penyusutan yang terjadi pada peternak bermitra dengan skala kecil.
80
Tabel 22. Nilai Penyusutan Alat-Alat Peternakan per Ekor per Tahun dalam Usaha Ternak Ayam Buras Petelur Peternak Bermitra Skala Besar Kelompok Hidayah Alam Tahun 2011 Jenis Peralatan
Satuan
Jumlah
Nilai Pembelian (Rp) 4.180,06 12.861,74 10.932,48 1.929,26
Estimasi Umur Ekonomis (tahun)
Sumur unit 2 Gudang m2 16 Kandang Batere m2 10,93 Mesin Tetas Telur unit 3 Mesin Pemecah unit 1 3.215,43 Jagung Mesin Pompa Air unit 1 385,85 Sprayer Pencuci unit 2 334,41 Kandang 2 Kabel Listrik m 200 514,47 Tempat Makan m2 204 7.486,24 Paralon Tempat Makan set 25 508,48 Cup Tempat Minum m 204 7.486,24 Paralon Tempat Minum set 30 305,08 Cup Drum Plastik Penyimpanan unit 2 12.958,19 Pakan Layar Kandang m2 0 0 Lampu Pemanas buah 31 565,92 Seng Pelindung m2 110 5.144,69 Ayam Total Biaya Penyusutan per Ekor per Tahun (Rp)
Biaya Penyusutan per Ekor per Tahun (Rp)
18 20 25 15
238,86 643,09 437,29 128,62
10
321,54
5
77,17
10
33,44
10
51,45
3
2.495,41
10
50,85
3
2.495,41
10
30,51
8
1.727,76
0 2
0 377,28
8
685,96 9.794,64
Tabel 23 selanjutnya menjelaskan perhitungan penyusutan peralatan peternakan yang terjadi pada peternak bermitra dengan skala kecil. Total biaya penyusutan usaha ternak yang bermitra dengan pengusahaan skala kecil yaitu Rp 2.817,20 per ekor dalam satu tahun 2011. Biaya penyusutan pada usaha ternak skala kecil yang bermitra ini merupakan penyusutan paling kecil, yaitu 28,76 persen lebih kecil daripada biaya penyusutan pada peternak skala besar dan 47,61 persen lebih kecil daripada peternak yang tidak menjalankan kemitraan. Hal ini dikarenakan alat-alat peternakan yang digunakan oleh peternak skala kecil tidak lebih banyak daripada peternak skala besar, seperti penggunaan mesin pemecah jagung, tempat makan dan tempat minum cup. Sementara, bila dibandingkan dengan penggunaan peternak yang tidak bermitra, peralatan peternakan yang dimiliki peternak skala kecil yang bermitra 81
ini memiliki umur ekonomis yang lebih lama atau dengan kata lain peralatan peternak bermitra ini dapat berdaya guna lebih lama daripada peternak tidak bermitra, khususnya kandang batere. Hal ini salah satunya dikarenakan pengetahuan teknis mengenai pembuatan kandang batere yang diperoleh melalui pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan dengan bermitra. Tabel 23. Nilai Penyusutan Alat-Alat Peternakan per Ekor per Tahun dalam Usaha Ternak Ayam Buras Petelur Peternak Bermitra Skala Kecil Kelompok Hidayah Alam Tahun 2011 Jenis Peralatan
Satuan
Jumlah
Nilai Pembelian (Rp) 7.719,29 0 28.070,18 842,11
Estimasi Umur Ekonomis (tahun)
Sumur unit 2 Gudang m2 0 Kandang Batere m2 28,07 Mesin Tetas Telur unit 2 Mesin Pemecah unit 0 0 Jagung Mesin Pompa Air unit 1 2.105,26 Sprayer Pencuci unit 1 421,05 Kandang 2 Kabel Listrik m 78 449,12 Tempat Makan m2 44 642,81 Paralon Tempat Makan set 0 0 Cup Tempat Minum m 36 415,44 Paralon Tempat Minum set 100 98,25 Cup Drum Kaleng Penyimpanan unit 2 280,7 Pakan Layar Kandang m2 30 105,26 Lampu Pemanas buah 3 16,84 Seng Pelindung m2 72 796,49 Ayam Total Biaya Penyusutan per Ekor per Tahun (Rp)
Biaya Penyusutan per Ekor per Tahun (Rp)
18 0 22 10
441,1 0 1.295,35 84,21
0
0
10
210,53
10
42,11
10
44,91
4
160,7
0
0
5
83,09
5
19,65
20
14,04
1 1
105,26 16,84
6
299,42 2.817,20
Tabel 24 berikut ini menguraikan perhitungan penyusutan yang terjadi pada peternak skala kecil yang tidak bermitra. Besarnya biaya penyusutan yang terjadi pada peternak skala kecil yang tidak bermitra adalah Rp 5.916,4 per ekor selama satu tahun 2011. Karena peralatan peternakan yang digunakan lebih sedikit dibandingkan dengan peralatan peternakan yang digunakan peternak bermitra,
82
maka biaya penyusutan peternak yang tidak bermitra 6,17 persen lebih rendah daripada rata-rata penyusutan peralatan peternakan pada peternak yang bermitra. Tabel 24. Nilai Penyusutan Alat-Alat Peternakan per Ekor per Tahun dalam Usaha Ternak Ayam Buras Petelur Peternak Tidak Bermitra Kelompok Hidayah Alam Tahun 2011 Jenis Peralatan
Satuan
Jumlah
Nilai Pembelian (Rp)
Estimasi Umur Ekonomis (tahun)
Sumur unit 0 0 Gudang m2 16 18.050,54 Kandang Batere m2 21,66 21.660,65 Mesin Tetas Telur unit 0 0 Mesin Pemecah unit 0 0 Jagung Mesin Pompa Air unit 0 0 Sprayer Pencuci unit 0 0 Kandang 2 Kabel Listrik m 200 1.805,05 Tempat Makan 2 m 204 324,91 Paralon Tempat Makan set 25 0 Cup Tempat Minum m 204 324,91 Paralon Tempat Minum set 0 0 Cup Tempat Penyimpanan unit 2 72,2 Pakan Layar Kandang m2 200 3.610,11 Lampu Pemanas buah 9 194,95 Seng Pelindung 2 m 0 0 Ayam Total Biaya Penyusutan per Ekor per Tahun (Rp)
Biaya Penyusutan per Ekor per Tahun (Rp)
0 20 10 0
0 902,53 2.166,06 0
0
0
0
0
0
0
10
180,5
1
324,9
0
0
1
324,9
0
0
4
18,05
2 1
1.805,05 194,95
0
0 5.916,94
6.1.3. Produksi Hasil Ternak Secara umum, produksi telur ayam buras pada Kelompok Ternak Hidayah Alam bervariasi, dimana produksi telur peternak yang bermitra dengan skala pengusahaan kecil 75,93 persen lebih kecil dibandingkan dengan produksi telur peternak bermitra skala besar. Sementara, produksi telur peternak dengan skala pengusahaan kecil yang menjalankan kemitraan 55,34 persen lebih besar dibandingkan dengan peternak skala kecil yang tidak bermitra. Tabel 25 menggambarkan produksi telur yang dihasilkan peternak ayam buras Kelompok Hidayah Alam selama tahun 2011. Produksi telur selama tahun 2011 peternak 83
skala besar bermitra sebesar 96.327 butir per tahun dengan rata-rata produksi telur per bulan 8.027 butir. Peternak bermitra dengan skala pengusahaan kecil memproduksi telur sebesar 23.187 butir per tahun dengan rata-rata produksi telur 1.932 butir per bulan selama tahun 2011. Produksi telur yang dihasilkan ayam budidaya peternak tidak bermitra sebesar 10.355 butir per tahun selama tahun 2011 dengan rata-rata produksi per bulan yaitu 863 butir. Tabel 25.
Rata-Rata Produksi Telur per Bulan Usaha Ternak Ayam Buras Petelur Kelompok Hidayah Alam Menurut Skala Pengusahaan Ternak dan Struktur Modal Tahun 2011 Rata-Rata Produksi Telur (Butir)
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember TOTAL
Peternak Bermitra Skala Besar Skala Kecil 13.374 2.048 8.529 1.564 9.406 1.878 8.913 1.764 8.225 1.633 7.796 1.980 7.560 2.235 9.811 2.212 6.011 1.984 5.784 2.086 5.381 1.853 5.537 1.949 96.327 23.187
Peternak Tidak Bermitra 1.125 900 1.125 1.050 1.125 1.050 840 840 550 600 550 600 10.355
Perkembangan produksi telur tersebut juga dapat digambarkan melalui Gambar 7 berikut ini yang menjelaskan hubungan antara produksi telur dengan waktu. Secara umum, produksi telur ayam buras tertinggi yang dihasilkan peternak bermitra skala besar terjadi pada bulan Januari tahun 2011 dengan rata-rata produksi 13.374 butir telur, sementara produksi telur terrendah terjadi pada bulan November tahun 2011 dengan rata-rata produksi lebih dari 5.381 butir telur. Produksi telur tertinggi yang dihasilkan peternak bermitra skala kecil terjadi pada bulan Juli 2011 sebesar 2.235 butir dan produksi terrendah terjadi pada bulan Februari sebesar 1.564 butir. Peternak skala kecil yang tidak bermitra memproduksi telur tertinggi pada bulan Januari hingga bulan Juni 2011 sebesar rata-rata 1.063 butir dan produksi terrendah sejak bulan September hingga akhir tahun dengan rata-rata produksi sebesar 575 butir. 84
Gambar 7.
Kurva Produksi Telur per Bulan Usaha Ternak Ayam Buras Ayam Petelur Kelompok Hidayah Alam Menurut Skala Pengusahaan Ternak dan Struktur Modal Tahun 2011
Produksi telur akan semakin menurun dengan semakin bertambahnya umur ayam buras tersebut, seperti yang dapat dijelaskan baik dalam Tabel maupun Gambar selanjutnya. Produksi tertinggi pada peternak bermitra dengan skala pengusahaan besar yaitu 13.259 butir dihasilkan pada saat ayam berumur 15 bulan, sementara produksi terrendah yaitu 3.840 butir dihasilkan pada saat ayam berumur lima bulan atau pada saat awal mulai berproduksi. Produksi tertinggi pada peternak bermitra dengan skala pengusahaan kecil yaitu 2.359 butir dihasilkan pada saat ayam berumur sembilan bulan dan produksi terrendah sebesar 1.104 butir dihasilkan ketika ayam berumur 21 bulan dimana ayam mulai memasuki masa afkirnya. Produksi tertinggi pada peternak skala kecil yang tidak bermitra sebesar 1.125 butir dihasilkan pada saat ayam berumur 1.125 butir dan produksi terrendah sebesar 550 butir dihasilkan pada saat ayam berumur 21 bulan dimana ayam mulai memasuki masa afkirnya.
85
Tabel 26.
Umur Ayam (Bulan) 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Rata-Rata Produksi Telur Usaha Ternak Ayam Buras Petelur Kelompok Hidayah Alam Berdasarkan Umur Ayam Menurut Skala Pengusahaan Ternak dan Struktur Modal Tahun 2011 Rata-Rata Produksi Telur (Butir) Peternak Bermitra Skala Besar Skala Kecil 3.840 0 5.512 1.105 5.267 2.254 5.062 2.100 6.218 2.359 6.720 2.206 7.360 2.314 7.040 2.266 7.130 1.819 6.820 1.738 13.259 1.770 8.734 1.799 8.981 1.571 8.544 1.666 7.510 1.764 7.386 1.857 7.989 1.104 12.493 1.343 1.253 1.118
Peternak Tidak Bermitra 1.125 900 1.125 1.050 1.125 1.050 840 840 550 600 550 600
Keterangan : Tanda (-) menunjukkan bahwa peternak tidak memproduksi telur pada umur ayam tersebut
Gambar 8.
Kurva Produksi Telur Usaha Ternak Ayam Buras Ayam Petelur Kelompok Hidayah Alam Berdasarkan Umur Ayam Menurut Skala Pengusahaan Ternak dan Struktur Modal Tahun 2011
86
Berdasarkan data produksi telur tersebut, maka Tabel selanjutnya menjelaskan mengenai produktivitas telur ayam buras setiap bulan selama tahun 2011. Secara umum, rata-rata produktivitas telur pada peternak bermitra dengan skala pengusahaan besar mencapai 201 butir per ekor induk ayam per tahun, dimana rata-rata produktivitas per bulan yaitu 17 butir per ekor. Usaha ternak yang bermitra dengan skala pengusahaan kecil menghasilkan rata-rata produktivitas sebesar 145 butir per ekor per tahun dengan rata-rata produktivitas per bulan sebesar 12 butir per ekor. Tabel 27. Rata-Rata Produktivitas Telur per Ekor per Bulan Usaha Ternak Ayam Buras Petelur Kelompok Hidayah Alam Menurut Skala Pengusahaan Ternak dan Struktur Modal Tahun 2011 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Produktivitas Telur per Tahun (Butir/Ekor)
Rata-Rata Produktivitas Telur (Butir/Ekor) Peternak Bermitra Peternak Tidak Bermitra Skala Besar Skala Kecil 17 13 11 16 10 9 18 12 11 17 11 11 16 11 11 14 11 11 18 13 8 19 13 8 18 12 6 18 13 6 15 12 6 15 13 6 201
145
104
Rata-rata produktivitas telur yang dihasilkan usaha ternak yang tidak bermitra sebesar 104 butir per ekor per tahun, dimana rata-rata produktivitas telur per bulan yaitu sembilan butir per ekor. Rata-rata produktivitas telur yang dihasilkan usaha ternak skala besar mencapai 38,05 persen lebih besar dibandingkan dengan rata-rata produktivitas telur yang dihasilkan usaha ternak bermitra dengan skala pengusahaan kecil. Sementara, rata-rata produktivitas usaha ternak skala kecil yang bermitra mencapai 40,35 persen lebih besar dibandingkan dengan rata-rata produktivitas telur yang dihasilkan usaha ternak skala kecil yang tidak bermitra. Dengan demikian, perbedaan struktur modal usaha ternak atau kemitraan mempengaruhi tingkat produktivitas rata-rata sebesar 40,35 persen 87
lebih baik pada peternak yang menjalankan usaha ternaknya dengan kemitraan, sementara
perbedaan
skala
pengusahaan
ternak
mempengaruhi
tingkat
produktivitas rata-rata sebesar 38,05 persen lebih baik pada usaha ternak dengan skala pengusahaan besar. Rata-rata produktivitas tersebut juga dapat digambarkan dalam Gambar selanjutnya. Rata-rata produktivitas telur tertinggi pada peternak bermitra dengan skala pengusahaan besar mencapai 19 butir per ekor per bulan yang terjadi pada bulan Agustus tahun 2011, sementara rata-rata produktivitas terrendah yaitu sebesar 14 butir per ekor per bulan yang terjadi pada bulan Juni 2011. Peternak bermitra dengan skala pengusahaan kecil menghasilkan rata-rata produktivitas telur tertinggi pada bulan Juli hingga Desember 2011 yaitu 13 butir per ekor per bulan dan rata-rata produktivitas terrendah sebesar 10 butir per ekor per bulan pada bulan Februari 2011. Peternak skala kecil yang tidak bermitra menghasilkan rata-rata produktivitas telur tertinggi sebesar 11 butir per ekor per bulan sejak bulan Januari hingga Juni tahun 2011, sedangkan rata-rata produktivitas telur terrendah sebesar enam butir per ekor per bulan, yaitu mulai bulan September hingga Desember tahun 2011.
Gambar 9.
Kurva Produktivitas Telur per Ekor per Bulan Usaha Ternak Ayam Buras Ayam Petelur Kelompok Hidayah Alam Menurut Skala Pengusahaan Ternak dan Struktur Modal Tahun 2011 88
Kemudian, rata-rata produktivitas telur yang semakin menurun dengan semakin bertambahnya umur ternak ayam buras dapat dijelaskan melalui Tabel dan Gambar selanjutnya. Rata-rata produktivitas tertinggi pada pengusahaan ternak bermitra dan skala besar dihasilkan pada saat ayam berumur sembilan bulan sebesar 20 butir per ekor, sementara rata-rata produktivitas telur terrendah dihasilkan pada saat ayam berumur 22 bulan dimana ayam mulai memasuki masa afkirnya sebesar 10 butir per ekor selama tahun 2011. Tabel 28.
Umur Ayam (Bulan) 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Rata-Rata Produktivitas Telur per Ekor Usaha Ternak Ayam Buras Petelur Kelompok Hidayah Alam Berdasarkan Umur Ayam Menurut Skala Pengusahaan Ternak dan Struktur Modal Tahun 2011 Rata-Rata Produktivitas Telur (Butir/Ekor) Peternak Bermitra Peternak Tidak Bermitra Skala Besar Skala Kecil 19 18 15 20 24 19 23 20 16 17 15 18 16 18 11 18 12 17 9 9 17 9 11 16 9 11 17 9 11 16 9 11 14 8 8 14 8 8 11 8 6 10 8 6 7 6 8 6
Keterangan : Tanda (-) menunjukkan bahwa usaha ternak tidak memproduksi telur pada umur ayam tersebut.
Rata-rata produktivitas tertinggi pada pengusahaan ternak yang bermitra dengan skala pengusahaan kecil dihasilkan
ayam yang berumur tujuh bulan
sebesar 24 butir per ekor dan rata-rata produktivitas telur terrendah dihasilkan pada saat ayam berumur 21-24 bulan dengan rata-rata sebesar delapan butir per ekor per bulannya. Pengusahaan ternak yang tidak bermitra menghasilkan ratarata produktivitas telur tertinggi pada saat ayam berumur 15-18 bulan dengan 89
besar 11 butir per ekor dan rata-rata produktivitas terrendah yang dihasilkan pada saat ayam berumur 21-24 bulan dengan besar enam butir per ekor.
Gambar 10. Kurva Produktivitas Telur per Ekor Usaha Ternak Ayam Buras Ayam Petelur Kelompok Hidayah Alam Berdasarkan Umur Ayam Menurut Skala Pengusahaan Ternak dan Struktur Modal Tahun 2011 Uraian produksi dan produktivitas telur di atas dapat diringkas ke dalam penampilan usaha ternak ayam buras petelur yang dikembangkan oleh Kelompok Ternak Hidayah Alam pada Tabel berikut ini. Beberapa parameter produksi atau koefisien teknis usaha ternak merupakan informasi yang penting untuk menggambarkan penampilan suatu usaha ternak ayam buras petelur Kelompok Hidayah Alam. Salah satu parameter produksi selain produksi dan produktivitas telur, yaitu rata-rata persentase produksi telur yang dihasilkan ayam buras Kelompok Hidayah Alam antara 64,17 – 75,10 persen dalam setiap periode bertelur. Ayam buras petelur yang dibudidayakan oleh peternak Kelompok Hidayah Alam dapat memproduksi telur antara 5,22 hingga 8,5 kali selama satu tahun 2011, dimana setiap satu kali siklus bertelur berlangsung dalam 13 hingga 22 hari dengan masa istirahat bertelur antara 97-206 hari dalam satu tahun 2011. Tingkat mortalitas ayam pada usaha ternak yang bermitra dengan skala 90
pengusahaan besar lebih rendah yaitu sebesar 0,5 persen daripada tingkat mortalitas pengusahaan ternak yang bermitra dengan skala kecil. Sementara, tingkat mortalitas peternak tidak bermitra merupakan tingkat mortalitas tertinggi yaitu 7,5 persen. Hal ini terutama dikarenakan tindakan pengendalian penyakit yang dilakukan oleh peternak tidak bermitra hanya berupa tindakan pengobatan yaitu dengan pemberian Tetra Chlor pada saat ayam sakit. Sementara, pemberian vitamin Vita Chick ke dalam air minum ayam untuk menjaga kesehatan ayam seperti yang diberikan oleh peternak lainnya dan vaksinasi ND untuk mencegah penyakit tetelo pada ayam buras tidak dialokasikan untuk usaha ternaknya. Oleh karena itu, peran kemitraan dalam memberikan pelatihan mengenai pengetahuan teknis budidaya ayam buras petelur, termasuk didalamnya teknik dan metode pemberian vaksin dapat menurunkan tingkat kematian ayam buras. Tabel 29.
Penampilan Usaha Ternak Ayam Buras Petelur Kelompok Hidayah Alam Menurut Skala Pengusahaan Ternak dan Struktur Modal Tahun 2011
Parameter Produksi/Koefisien Teknis Penggunaan Bibit/Induk Ayam (Ekor/Peternak) Bobot Badan Bibit/Induk Umur 5 Bulan (Kg) Umur Pertama Bertelur (bulan) Produksi Telur (Butir/Ekor/Tahun) Produksi Telur (%) Frekuensi Bertelur (Kali/Tahun) Masa Istirahat Bertelur (Hari/Tahun) Lama Bertelur dalam 1 Siklus/Clutch (Hari/Siklus) Bobot Telur (Gram/Butir) Mortalitas Mulai Produktif Hingga Afkir (%) Konsumsi Pakan (Gram/Ekor/Hari)
Peternak Bermitra Skala Skala Besar kecil 556 144 1,25 1,38 5 5,5 201 145 75,1 72,92 8,5 6,44 97 169
Peternak Tidak Bermitra 100 1,13 5,8 104 64,17 5,22 206
22
16
13
40 0,5 93,1
40 1,48 93,68
40.5 7,5 97,32
Pengusahaan ternak yang memiliki skala 74,1 persen lebih besar daripada pengusahaan ternak pada skala kecil menghemat konsumsi pakan sebesar 0,62 persen lebih rendah pada usaha ternak skala besar. Pengusahaan ternak skala kecil yang dijalankan dengan kemitraan dengan penggunaan bibit ayam 27,78 persen lebih besar pada peternak yang bermitra dapat menghemat konsumsi pakan 3,74 persen lebih rendah dibandingkan peternak yang tidak bermitra. Dengan demikian, pengembangan usaha ternak dengan kemitraan dapat menghemat 91
penggunaan pakan 3,74 persen lebih rendah pada peternak yang bermitra dan pengembangan skala usaha ternak menghemat konsumsi pakan 0,62 persen lebih rendah pada peternak skala besar. 6.2.
Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Ternak Berdasarkan perhitungan jumlah penggunaan faktor-faktor produksi dan
biaya yang terjadi akibat penggunaan tersebut serta produksi dan produktivitas telur menurut pengusahaan ternak dan penerimaan yang dihasilkan dari adanya produksi tersebut, maka berikut ini beberapa tabel akan menerangkan analisis pendapatan usaha ternak. 6.2.1. Harga Output Harga jual telur yang digunakan dalam perhitungan penerimaan yang berasal dari penjualan telur adalah harga rata-rata tahunan. Harga jual telur yang dihadapi setiap kelompok peternak secara rata-rata berbeda, yaitu harga jual telur pada peternak yang bermitra lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual telur pada peternak tidak bermitra. Tabel 30 berikut ini akan menjelaskan mengenai harga jual telur rata-rata tahunan yang diberikan oleh masing-masing peternak. Peternak skala besar rata-rata menjual telur dengan harga Rp 914,58 per butir per tahun. Tabel 30. Harga Jual Telur Rata-Rata Tahunan dalam Usaha Ternak Ayam Buras Petelur Kelompok Hidayah Alam Menurut Skala Pengusahaan Ternak dan Struktur Modal Tahun 2011 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Harga Jual Telur Rata-Rata Tahunan per Butir (Rp)
Harga Jual Telur Rata-Rata per Butir (Rp) Peternak Bermitra Peternak Tidak Bermitra (Skala Kecil) Skala Besar Skala Kecil 975 917,36 1.000 961,91 950 1.100 925 983,34 900 1.000 817 700 750 800 1.000 1.000 1.025 914,58
926,8
950 950 700 700 900 900 850
Keterangan : Tanda (-) menunjukkan bahwa data harga bulanan tersebut tidak tersedia
92
Peternak skala kecil yang bermitra dapat menjual telur ayam buras dengan harga rata-rata Rp 926,80 per butir per tahun, sedangkan peternak skala kecil yang tidak bermitra menjual telur pada harga rata-rata Rp 850,00 per butir per tahun. Secara umum, harga jual telur rata-rata tahunan pada peternak bermitra dengan skala besar 1,32 persen lebih rendah dibandingkan peternak bermitra skala kecil. Peternak skala kecil yang tidak bermitra menjual telur pada harga rata-rata 9,04 persen lebih rendah dibandingkan dengan peternak skala kecil yang bermitra. Kondisi rendahnya harga jual yang terjadi pada peternak skala besar lebih disebabkan oleh adanya perbedaan skala pengusahaan yang berdampak kepada skala produksi telur, semakin besar skala suatu pengusahaan ternak ayam buras maka semakin rendah harga jual rata-rata yang dijual peternak. Kemudian, peternak yang tidak bermitra menjual telur dengan harga rata-rata yang relatif paling rendah. Hal ini terutama dikarenakan wilayah pemasaran peternak bermitra yang relatif terbatas, dimana peternak tidak memiliki alternatif sasaran pasar yang luas akibat keterbatasan informasi yang diperoleh peternak yang tidak bermitra. 6.2.2. Penerimaan Usaha Ternak Secara umum, total penjualan telur yang dihasilkan peternak ayam buras petelur Kelompok Hidayah Alam per ekor selama satu tahun 2011 adalah positif. Tabel 31 berikut ini dapat menjelaskan total penjualan telur per ekor per tahun menurut skala pengusahaan ternak dan struktur modal. Tabel 31. Penjualan Telur per Ekor per Tahun dalam Usaha Ternak Ayam Buras Petelur Kelompok Hidayah Alam Menurut Skala Pengusahaan dan Struktur Modal Tahun 2011 Peternak Bermitra
Keterangan Skala Besar Produksi Telur (Butir) Harga Rata-Rata Tahunan Total Penjualan Telur per Ekor per Tahun
Rp Rp
Tidak Bermitra
Skala Kecil 201 915
183.915,00
Rp Rp
144 927
Rp
104 850
133.488,00
Rp
88.400,00
Besarnya nilai penjualan telur per ekor per tahun pada peternak bermitra dengan skala kecil adalah 72,58 persen daripada nilai penjualan telur peternak skala besar per ekor per tahun dan nilai penjualan telur per ekor per tahun peternak skala kecil 93
yang tidak bermitra adalah 66,22 persen daripada penjualan telur per ekor per tahun pada peternak skala kecil yang bermitra pada tahun 2011. Penerimaan tunai usaha ternak ayam buras petelur adalah penjualan telur ayam buras dan nilai penjualan ternak ayam selama satu tahun. Tabel 32 berikut ini menjelaskan komponen penerimaan usaha ternak ayam buras petelur yang dihasilkan masingmasing peternak, baik yang berasal dari penerimaan tunai maupun bukan tunai. Tabel 32. Penerimaan Usaha Ternak Ayam Buras Petelur per Ekor per Tahun dalam Kelompok Hidayah Alam Menurut Skala Pengusahaan Ternak dan Struktur Modal Tahun 2011 Peternak Keterangan
Bermitra Skala Besar
Skala Kecil
Tidak Bermitra (Skala Kecil)
Produksi Telur (Butir) Harga Rata-Rata Tahunan Total Nilai Penjualan Telur
Rp Rp
201 914,58 183.831,21
Rp Rp
145 926,80 134.386,00
Rp Rp
104 850,00 88.400,00
Total Nilai Penjualan Ayam Jantan Total Nilai Penjualan Ayam Betina
Rp Rp
0 26.446,95
Rp Rp
9.473,68 11.438,59
Rp Rp
3.249,09 0
Total Penerimaan Tunai Jumlah Telur Dibagikan (Butir) Total Penerimaan Tidak Tunai Total Nilai Akhir Ternak Total Nilai Awal Ternak Total Rata-Rata Perubahan Inventaris Ternak
Rp
Rp Rp Rp Rp Rp
155.298,27 0,94 871,19 35.508,77 30.877,19 4.631,58
Rp
Rp Rp Rp Rp
210.278,16 0,95 868,85 36.655,95 48.151,13 -11.495,18
Rp Rp Rp Rp
91.649,09 1,44 1.224 29.602,88 48.736,46 -19.133,58
Total Pendapatan Kotor Usaha Ternak
Rp
199.651,83
Rp
160.801,04
Rp
73.739,51
Penerimaan tunai dihasilkan dari penjualan telur ayam buras dan penjualan ayam jantan dan ayam betina. Sementara, penerimaan tidak tunai berasal dari nilai telur yang dibagikan. Kontribusi penjualan ternak ayam paling besar terdapat pada peternak yang bermitra dengan skala pengusahaan yang kecil, dimana nilai penjualan ternak ayam per ekor adalah 13,47 persen terhadap penerimaan tunai usaha ternak ayam buras dalam satu tahun. Penjualan ternak ayam pada peternak skala besar yang bermitra memberikan kontribusi 12,52 persen dan penjualan ternak ayam pada peternak skala kecil yang tidak bermitra memberikan kontribusi 3,55 persen per ekor dalam satu tahun terhadap penerimaan tunai usaha ternak ayam buras. Penerimaan yang berasal selain dari uang tunai, yaitu penerimaan yang dihitung dari jumlah telur yang dibagikan pada peternak skala kecil yang tidak bermitra adalah sebesar 40,5 persen lebih besar dibandingkan peternak skala kecil yang bermitra dan penerimaan tidak tunai tersebut yang dihasilkan peternak skala kecil bermitra 0,27 persen lebih rendah dibandingkan dengan penerimaan 94
tidak tunai yang dihasilkan peternak skala besar yang bermitra per ekor dalam satu tahun. Penerimaan usaha ternak yang merupakan rata-rata perubahan inventaris dihitung melalui penambahan atau penurunan nilai yang terjadi pada ternak yang diusahakan, dimana ternak yang diusahakan peternak skala besar bermitra dan peternak skala kecil yang tidak bermitra rata-rata mengalami penurunan nilai dan ternak yang diusahakan peternak skala kecil yang bermitra mengalami penambahan nilai. Penurunan nilai ternak pada pengusahaan peternak skala besar yaitu Rp 11.495,18 per ekor per tahun dan Rp 19.133,58 per ekor per tahun pada peternak skala kecil yang tidak bermitra. Ternak ayam yang diusahakan peternak skala kecil yang bermitra mengalami penambahan nilai yaitu sebesar Rp 4.631,58 per ekor per tahun. Seluruh total penerimaan usaha ternak tersebut merupakan pendapatan kotor usaha ternak, dimana pendapatan kotor usaha ternak yang bermitra lebih besar dibandingkan dengan usaha ternak yang tidak bermitra dan pendapatan kotor usaha ternak skala besar lebih besar daripada usaha ternak skala kecil. Pendapatan kotor usaha ternak yang dihasilkan peternak skala kecil yang tidak bermitra 54,14 persen lebih rendah per ekor per tahun dari pendapatan kotor usaha ternak skala kecil yang bermitra, sementara pendapatan kotor usaha ternak bermitra dengan skala kecil 19,83 persen lebih rendah per ekor per tahun dari pendapatan kotor usaha ternak skala besar. 6.2.3. Biaya Usaha Ternak Untuk menghasilkan penerimaan tersebut, maka biaya usaha ternak yang dikeluarkan dapat dijelaskan melalui tabel-tabel berikut ini. Biaya yang dihitung dibedakan ke dalam dua jenis biaya yaitu biaya tunai usaha ternak dan biaya diperhitungkan usaha ternak per ekor per tahun. Secara umum, baik biaya tunai usaha ternak maupun biaya diperhitungkan usaha ternak per ekor per tahun yang dikeluarkan peternak skala besar lebih rendah dibandingkan dengan peternak skala kecil, demikian juga dengan peternak yang bermitra mengeluarkan biaya usaha ternak yang lebih kecil dibandingkan dengan usaha ternak yang tidak bermitra. Biaya tunai yang dihitung antara lain biaya pembelian bibit ayam menurut umur, biaya pakan jadi ayam petelur, biaya obat dan vitamin, vaksin, 95
listrik kandang dan biaya upah tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga. Ratarata biaya tunai usaha ternak yang dikeluarkan seluruh peternak sebagian besar berasal dari pengeluaran pakan ayam. Biaya pakan ayam yang dikeluarkan peternak skala besar yaitu 98,12 persen dari total biaya tunai per ekor per tahun dibandingkan dengan peternak skala kecil yang mengeluarkan biaya pakan mencapai lebih dari 99,99 persen dari total biaya tunai. Tabel 33.
Biaya Tunai yang Dikeluarkan per Ekor per Tahun dalam Usaha Ternak Ayam Buras Petelur Kelompok Hidayah Alam yang Bermitra Skala Besar dan Skala Kecil Tahun 2011 Peternak Bermitra
Keterangan Satuan
Skala Besar Harga per Jumlah Satuan (Rp)
Pembelian Bibit Ayam Bibit Ayam Umur Ekor 0 0-<1 bulan Bibit Ayam Umur Ekor 0 1- <5 bulan Bibit Ayam Umur Ekor 0 > 5 bulan Pakan Jadi Ayam Kg 33,98 Petelur Obat & Vitamin Vita Chick Gram 0 Egg Stimulant Gram 0 Therapy Gram 10 Jamu Alami Gram 6,02 Tetra Chlor Kapsul 0 Vaksin ND Botol Listrik Kandang Upah Tenaga Kerja Luar Keluarga Pemberian Pakan HKP 0,15 dan Air Minum Pemberian Vaksin HKP 0 Pembersihan HKP 0,15 Kandang Pemanenan Hasil HKP 0,10 Total Biaya Tunai (Rp)
Total Biaya Tunai (Rp)
Jumlah
Skala Kecil Harga per Total Biaya Satuan (Rp) Tunai (Rp)
10.500
0
0
10.500
0
27.500
0
0
27.500
0
48.589
0
0
48.589
0
4.000
135.920
35,35
4.000
141.400
0,88 1,13 1,38 3 0,75 30.000
0 0 13,75 18,07 0 0 540,19
3,04 4,56 20 0 0,02 0,02
0,88 1,13 1,38 3 0,75 30.000
2,66 5,13 27,5 0 0,01 460,8 842,11
4.967,09
757,98
0
4.967,09
0
4.967,09
0
0
4.967,09
0
4.967,09
757,98
0
4.967,09
0
4.967,09
515,58 138.523,55
0
4.967,09
0 142.738,22
Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar skala pengusahaan ternak akan mengurangi biaya pakan per ekor dalam satu tahun. Pada peternak skala besar yang bermitra terdapat total biaya upah tenaga kerja berasal dari luar keluarga yang dikeluarkan sebesar Rp 2.031,54 per ekor per tahun. Peternak yang bermitra dengan pengusahaan skala besar mengeluarkan biaya obat-obatan dan vitamin per ekor lebih rendah dibandingkan dengan peternak skala kecil yang bermitra dalam satu tahun. Hal ini menunjukkan bahwa biaya tunai per ekor semakin berkurang dengan meningkatnya skala pengusahaan ternak, yaitu masing-masing biaya obat dan vitamin pada peternak bermitra skala besar dan skala kecil selama satu tahun adalah Rp 31,82 dan Rp 35,31. 96
Tabel 34. Biaya Tunai yang Dikeluarkan per Ekor per Tahun dalam Usaha Ternak Ayam Buras Petelur Kelompok Hidayah Alam Tidak Bermitra Tahun 2011 Keterangan
Jumlah
Pembelian Bibit Ayam Bibit Ayam Umur 0-<1 bulan Bibit Ayam Umur 1- <5 bulan Bibit Ayam Umur > 5 bulan Pakan Jadi Ayam Petelur Obat dan Vitamin Vita Chick Egg Stimulant Therapy Jamu Alami Tetra Chlor Vaksin ND Listrik Kandang Upah Tenaga Kerja Luar Keluarga Pemberian Pakan dan Air Minum Pemberian Vaksin Pembersihan Kandang Pemanenan Hasil Total Biaya Tunai (Rp)
Satuan
Peternak Tidak Bermitra (Skala Kecil) Harga per Satuan (Rp) Total Biaya Tunai (Rp)
0 0 0 35,52
Ekor Ekor Ekor Kg
10.500 27.500 48.589 4.000
0 0 0 142.080
0 0 0 0 0,04 0 0
Gram Gram Gram Gram Kapsul Botol
0,88 1,13 1,38 3 0,75 30.000
0 0 0 0 0,03 0 0
0 0 0 0
HKP
4.967,09
HKP HKP HKP
4.967,09 4.967,09 4.967,09
0 0 0 0 142.080,03
Sementara Tabel di atas menjelaskan bahwa peternak yang tidak bermitra mengeluarkan biaya obat dan vitamin yang lebih rendah dikarenakan penggunaan obat dan vitamin yang lebih sedikit. Tabel selanjutnya menjelaskan biaya yang diperhitungkan atau biaya tidak tunai yang dikeluarkan masing-masing peternak per ekor dalam satu tahun. Biaya diperhitungkan yang dihitung antara lain total biaya penyusutan alat-alat peternakan, biaya imbangan lahan pada nilai sewa, biaya pajak tanah dan bangunan usaha ternak dan total biaya imbangan total penggunaan tenaga kerja keluarga selama satu tahun. Secara umum, biaya diperhitungkan per ekor yang dikorbankan peternak skala besar lebih rendah dibandingkan pengusahaan pada skala kecil selama satu tahun, demikian juga biaya diperhitungkan yang terjadi pada peternak yang bermitra lebih rendah dibandingkan dengan pengusahaan pada peternak yang tidak bermitra. Biaya diperhitungkan per ekor pada usaha ternak skala kecil dan tidak bermitra yang dikeluarkan yaitu 5,9 persen lebih besar daripada biaya diperhitungkan per ekor pada peternak skala kecil dan bermitra. Sementara, biaya diperhitungkan per ekor pada peternak skala kecil yang bermitra adalah 58,38 persen lebih besar daripada biaya diperhitungkan per ekor pada peternak skala besar yang bermitra.
97
Tabel 35.
Biaya Diperhitungkan yang Dikeluarkan per Ekor per Tahun dalam Usaha Ternak Ayam Buras Petelur Kelompok Hidayah Alam Bermitra Skala Besar dan Skala Kecil Tahun 2011 Peternak Bermitra
Keterangan Satuan
Skala Besar Harga per Jumlah Satuan (Rp)
Penyusutan Sewa Lahan (Biaya Imbangan) PBB Upah Tenaga Kerja Dalam Keluarga Pemberian Pakan dan Air HKP 0,15 Minum Pemberian HKP 0,01 Vaksin Pembersihan HKP 0,08 Kandang Pemanenan HKP 0,12 Hasil Total Biaya Tidak Tunai (Rp)
Total Biaya(Rp) 9.794,64
Jumlah
Skala Kecil Harga per Satuan (Rp)
Total Biaya(Rp) 2.817,2
3.645,57
12.638,86
3.291,14
582,06
25.000
3.822,5
0,67
25.000
16.632,5
25.000
150
0,02
25.000
439,25
25.000
1.912,5
0,58
25.000
14,38
25.000
3.132,5
0,58
25.000
14,38
25.748,85
61.869,87
Secara umum, biaya diperhitungkan sebagian besar berasal dari total biaya upah tenaga kerja keluarga, seperti yang terjadi pada usaha ternak dengan skala kecil masing-masing yang bermitra dan tidak bermitra adalah 45,83 persen dan 43,65 persen terhadap total biaya diperhitungkan per ekor dalam satu tahun. Sedangkan, biaya upah tenaga kerja keluarga pada usaha ternak skala besar lebih rendah karena menggunakan sumberdaya tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga, dimana kontribusi sebesar 9,02 persen terhadap total biaya diperhitungkan per ekor selama satu tahun. Tabel 36. Biaya Diperhitungkan yang Dikeluarkan per Ekor per Tahun dalam Usaha Ternak Ayam Buras Petelur Kelompok Hidayah Alam Tidak Bermitra Tahun 2011 Keterangan
Jumlah
Penyusutan Sewa Lahan (Biaya Imbangan) PBB Upah Tenaga Kerja Dalam Keluarga Pemberian Pakan & Air Minum Pemberian Vaksin Pembersihan Kandang Pemanenan Hasil Total Biaya Tidak Tunai (Rp)
1,00 0 1,13 0,77
Satuan
HKP HKP HKP HKP
Peternak Tidak Bermitra Skala Kecil Harga per Satuan (Rp) Total Biaya (Rp) 5.916,97 11.560,65 4.624,23 15.000 15.000 15.000 15.000
15,05 0 17,00 11,59 65.748,85
Berdasarkan total biaya imbangan tenaga kerja keluarga tersebut, biaya upah per ekor per tahun pada pengusahaan skala besar lebih rendah dibandingkan dengan pengusahaan skala kecil. Biaya upah tenaga kerja keluarga per ekor yang 98
dikeluarkan peternak skala besar 20,16 persen dari rata-rata biaya upah tenaga kerja keluarga per ekor pada peternak skala kecil selama satu tahun. 6.2.4. Arus Uang Tunai Usaha Ternak Berdasarkan komponen penerimaan dan biaya yang telah diidentifikasi tersebut, maka berikut ini disajikan beberapa tabel yang menjelaskan perhitungan arus uang tunai yang terjadi pada masing-masing peternak selama pengusahaan ternak dalam satu tahun 2011. Arus uang tunai menunjukkan keadaan neraca surplus atau defisit uang tunai yang digunakan untuk pembayaran usaha ternak atau keperluan rumah tangga keluarga peternak. Pada perhitungan Tabel 37 yang menjelaskan perbandingan arus uang tunai usaha ternak yang dijalankan oleh peternak menurut skala pengusahaan dan struktur modal yang dijalankan dalam satu tahun menunjukkan pendapatan tunai per ekor yang positif pada usaha ternak yang dijalankan dengan kemitraan dan pendapatan tunai per ekor per tahun yang negatif pada usaha ternak yang dijalankan dengan kemitraan. Usaha ternak yang dijalankan oleh peternak bermitra dengan skala besar selama satu tahun berhasil memberikan keuntungan kepada peternak rata-rata Rp 71.754,61 per ekor atau keuntungan tunai usaha ternak sebesar Rp 5.979,55 per ekor setiap bulan. Tabel 37. Perbandingan Arus Uang Tunai per Ekor per Tahun Usaha Ternak Ayam Buras Petelur Kelompok Hidayah Alam Menurut Skala Pengusahaan dan Struktur Modal Tahun 2011 Peternak Bermitra Keterangan Penerimaan Tunai Biaya Tunai Pendapatan Tunai Pinjaman Tunai Bunga & Pinjaman Pokok Kelebihan Uang Tunai Penerimaan Luar Usaha Ternak Pendapatan Tunai Keluarga
Skala Besar Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
210.278,16 138.523,55 71.754,61 10.724,77 8.579,82 73.899,56 19.292,61 93.192,17
Skala Kecil Rp 155.298,27 Rp 142.738,22 Rp 12.560,05 Rp 33.559,81 Rp 26.847,80 Rp 19.272,06 Rp 50.526,32 Rp 69.798,38
Peternak Tidak Bermitra Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
91.649,09 142.080,03 -50.430,94 0 0 -50.430,94 69.314,08 18.883,14
Namun, usaha ternak yang dibudidayakan peternak tidak bermitra menghasilkan kerugian sebesar Rp 50.430,94 per ekor per tahun atau kerugian Rp 4.202,58 per ekor per bulannya. Setelah keuntungan tunai usaha ternak dan pinjaman tunai dari luar usaha ternak dibayarkan bunga dan pinjaman pokok, kelebihan uang tunai usaha ternak yang dihasilkan peternak bermitra masih positif. Hal ini 99
menunjukkan bahwa usaha ternak yang dijalankan dengan kemitraan telah menguntungkan secara tunai selama tahun 2011, dimana peternak skala kecil menghasilkan kelebihan uang tunai 73,92 persen per ekor per tahun lebih rendah dibandingkan dengan kelebihan uang tunai per ekor per tahun peternak skala besar. Kelebihan uang tunai per ekor per tahun yang dihasilkan oleh peternak bermitra skala besar dikontribusi dari pendapatan tunai usaha ternak sebesar 97,09 persen dan pinjaman tunai yang telah dibayarkan bunga dan pinjaman pokok sebesar 2,9 persen per ekor per tahun. Sementara, kelebihan uang tunai positif pada pengusahaan ternak bermitra dengan skala kecil dikontribusi dari pendapatan tunai usaha ternak sebesar 65,17 persen dan pinjaman tunai yang telah dibayarkan bunga dan pinjaman pokok sebesar 34,83 persen per ekor per tahun. Kemudian, berdasarkan ukuran pendapatan tunai keluarga, dapat disimpulkan bahwa secara tunai peternak telah sejahtera karena rata-rata pendapatan tunai rumah tangga yang dihasilkan bernilai positif dan menguntungkan. Namun, kontribusi usaha ternak ayam buras petelur terhadap pendapatan tunai rumah tangga yang dihasilkan peternak paling besar adalah pengusahaan peternak bermitra dengan skala besar sebesar 76,99 persen terhadap pendapatan tunai keluarga per ekor per tahun. Sementara, pendapatan tunai keluarga yang dihasilkan peternak bermitra dengan skala kecil dikontribusi dari usaha ternak sebesar 17,99 persen per ekor per tahun. Selain itu, kontribusi penerimaan dari luar usaha ternak yang dihasilkan peternak tidak bermitra dapat menutupi kekurangan uang tunai, sehingga usaha ternak dapat dijalankan dengan menggunakan penerimaan di luar usaha ternak. Dengan demikian, berdasarkan ukuran pendapatan tunai keluarga ini dapat disimpulkan bahwa pengembangan skala usaha ternak ayam buras dapat secara nyata meningkatkan kontribusi usaha ternak ayam buras terhadap pendapatan tunai rumah tangga per ekor per tahun. 6.2.5. Pendapatan Usaha Ternak Setelah ukuran arus uang tunai menggambarkan keadaan neraca usaha ternak secara tunai dan kemampuan kredit dalam membiayai usaha ternak serta kemampuan peternak dalam mengembalikan modal pinjaman, maka selanjutnya 100
berikut ini disajikan beberapa tabel untuk menunjukkan pendapatan usaha ternak yang sebenarnya dengan memperhitungkan penerimaan dan biaya tidak tunai per ekor dalam satu tahun untuk masing-masing peternak. Berdasarkan perhitungan yang ditunjukkan dalam Tabel di bawah ini, terdapat beberapa ukuran pendapatan usaha ternak yaitu pendapatan bersih usaha ternak, penghasilan bersih usaha ternak dan penghasilan keluarga per ekor per tahun. Secara umum, pendapatan usaha ternak per ekor yang dikembangkan peternak skala besar yang bermitra lebih baik dibandingkan dengan peternak skala kecil dan pendapatan usaha ternak per ekor pada usaha ternak skala kecil yang bermitra lebih baik daripada usaha ternak skala kecil yang tidak bermitra dalam satu tahun. Pendapatan kotor yang dihasilkan dari usaha ternak skala besar yang bermitra dan skala kecil yang tidak bermitra menjelaskan penerimaan kotor yang sebenarnya dihasilkan oleh usaha ternak tersebut. Secara umum, penerimaan tunai per ekor pada usaha ternak ayam buras yang bermitra dengan skala besar dan usaha ternak tidak bermitra dengan skala kecil lebih besar daripada pendapatan kotor per ekor yang dihasilkan, hal ini dikarenakan secara riil nilai ternak mengalami penurunan nilai. Tabel 38.
Pendapatan Usaha Ternak per Ekor per Tahun dalam Usaha Ternak Ayam Buras Petelur Kelompok Hidayah Alam Menurut Skala Pengusahaan Ternak dan Struktur Modal Tahun 2011 Peternak
Keterangan (dalam Rp) Penerimaan Tunai Pendapatan Kotor Biaya Tunai Biaya Diperhitungkan Biaya Total Pendapatan Bersih Bunga & Pinjaman Pokok Penghasilan Bersih Penerimaan Luar Usaha Ternak Penghasilan Keluarga
Bermitra Skala Besar Rp 210.278,16 Rp 199.651,83 Rp 138.523,55 Rp 25.748,85 Rp 164.272,40 Rp 35.379,43 Rp 8.579,82 Rp 26.799,61 Rp 19.292,61 Rp 46.092,22
Skala Kecil Rp 155.298,27 Rp 160.801,04 Rp 142.738,22 Rp 61.869,87 Rp 204.608,09 Rp -43.807,04 Rp 26.847,85 Rp -70.654,89 Rp 50.526,32 Rp -20.128,57
Tidak Bermitra Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
91.649,09 73.739,51 142.080,03 65.748,85 207.828,88 -134.089,37 0 -134.089,37 69.314,08 -64,775.29
Sementara, penerimaan tunai per ekor pada usaha ternak skala kecil yang bermitra 3,54 persen lebih rendah daripada pendapatan kotor per ekor per tahun, dikarenakan secara riil adanya penambahan nilai ternak yang diusahakan. Secara total, pendapatan bersih per ekor per tahun yang dihasilkan usaha ternak dengan 101
skala pengusahaan besar bernilai positif daripada usaha ternak skala kecil, dengan rata-rata pendapatan bersih per ekor sebesar Rp 35.379,43 pada tahun 2011. Sementara pendapatan bersih per ekor yang dihasilkan usaha ternak skala kecil secara riil atau secara total mengalami kerugian bersih sebesar Rp 43.807,04 per ekor per tahun pada peternak bermitra dan Rp 134.089,37 per ekor per tahun pada peternak yang tidak bermitra. Kemudian, setelah dibayarkan bunga dan pokok pinjaman selama satu tahun, maka penghasilan bersih per ekor pada usaha ternak yang dikembangkan usaha ternak skala besar dan bermitra adalah Rp 26.799,61 selama tahun 2011. Sementara, pengusahaan ternak pada skala kecil menghasilkan kerugian bersih per ekor sebesar Rp 70.654,89 pada peternak bermitra selama satu tahun 2011. Penghasilan bersih menunjukkan keuntungan bersih usaha ternak yang sebenarnya setelah memperhitungkan nilai penerimaan dan biaya tidak tunai. Berdasarkan ukuran ini, maka dapat disimpulkan bahwa skala pengusahaan ternak lebih mempengaruhi
keuntungan
sebenarnya
yang
dihasilkan
usaha
ternak
dibandingkan dengan faktor kemitraan. Kemudian, ukuran lainnya yaitu penghasilan bersih keluarga yang menggambarkan kesejahteraan riil dari peternak dikontribusi sebesar 41,86 persen dari penerimaan luar usaha ternak dan 58,14 persen berasal dari usaha ternak ayam buras petelur. Hal ini menyimpulkan kembali bahwa dengan pengusahaan skala usaha ternak, peternak dapat meningkatkan kesejahteraan secara total atau riil dari usaha ternak ayam buras yang dikembangkan per ekor per tahun. 6.2.6. R/C Rasio Usaha Ternak Ukuran revenue cost ratio merupakan ukuran yang menunjukkan efisiensi penerimaan usaha ternak yang dikembangkan atas setiap rupiah biaya tunai dan biaya total yang dikeluarkan untuk setiap ekor selama pengusahaan ternak pada tahun 2011 (Tabel 39). Secara umum, usaha ternak ayam buras petelur yang dibudidayakan dengan kemitraan oleh Kelompok Hidayah Alam selama satu tahun 2011 telah efisien secara total atau riil dengan nilai R/C rasio yang lebih besar dari satu, sedangkan pengusahaan ternak yang tidak dijalankan dengan kemitraan belum efisien. 102
Tabel 39. Revenue Cost Ratio (R/C Rasio) Usaha Ternak per Ekor per Tahun dalam Usaha Ternak Ayam Buras Petelur Kelompok Hidayah Alam Menurut Skala Pengusahaan Ternak dan Struktur Modal Tahun 2011 Peternak Keterangan
Bermitra Skala Besar
Tidak Bermitra
Skala Kecil
Pendapatan Kotor
Rp
199.651,83
Rp
160.801,04
Rp
73.739,51
Biaya Tunai
Rp
138.523,55
Rp
142.738,22
Rp
142.080,03
Biaya Diperhitungkan
Rp
25.748,85
Rp
61.869,87
Rp
65.748,85
Biaya Total
Rp
164.272,40
Rp
204.608,09
Rp
207.828,88
R/C Rasio atas Biaya Tunai R/C Rasio atas Biaya Total
1,44 1,22
1,13 0,79
0,52 0,35
Pengusahaan ternak dengan skala besar dan bermitra memiliki nilai R/C rasio atas biaya tunai per ekor sebesar 1,44 menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya tunai usaha ternak per ekor yang dikeluarkan pada tahun 2011 akan menghasilkan pendapatan kotor sebesar Rp 1,44 per ekor. Nilai R/C rasio atas biaya tunai per ekor pada pengusahaan ternak skala kecil, baik yang bermitra maupun tidak bermitra yaitu masing-masing 1,13 dan 0,52 menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya tunai per ekor usaha ternak skala kecil yang dikeluarkan pada tahun 2011 akan memberikan pendapatan kotor usaha ternak sebesar Rp 1,13 per ekor untuk usaha yang bermitra dan pendapatan kotor sebesar Rp 0,52 per ekor untuk usaha yang tidak bermitra. Secara tunai, pengembangan kemitraan usaha ternak ayam buras petelur dapat memperbaiki efisiensi usaha ternak hingga 117,06 persen lebih baik dan pengembangan skala usaha ternak dapat memperbaiki efisiensi usaha ternak sebesar 27,94 persen lebih baik. Berdasarkan biaya total per ekor yang dikeluarkan selama satu tahun, maka secara umum usaha ternak ayam buras petelur yang dikembangkan dengan bermitra dan skala besar telah efisien atas seluruh biaya total yang dikeluarkan dalam satu tahun. Nilai R/C rasio atas biaya total per ekor pada usaha ternak dengan skala besar yaitu 1,22 menunjukkan bahwa setiap satu rupiah total biaya yang dikeluarkan pada tahun 2011, baik biaya tunai maupun biaya tidak tunai per ekor dapat memberikan pendapatan kotor sebesar Rp 1,22 per ekor. Nilai R/C rasio atas biaya total per ekor pada pengusahaan ternak dengan skala kecil, baik yang bermitra maupun tidak bermitra masing-masing yaitu 0,79 dan 0,35 menunjukkan bahwa setiap satu rupiah total biaya per ekor yang dikeluarkan pada 103
tahun 2011 akan memberikan pendapatan kotor sebesar Rp 0,79 per ekor untuk usaha bermitra dan Rp 0,35 per ekor untuk usaha yang tidak bermitra. Berdasarkan efisiensi atas biaya total per ekor usaha ternak yang dikeluarkan selama satu tahun 2011, pengembangan dengan kemitraan usaha ternak dapat memperbaiki efisiensi atas biaya total per ekor sebesar 121,5 persen lebih baik dan pengembangan dengan skala usaha ternak dapat memperbaiki efisiensi atas biaya total per ekor yang dikeluarkan sebesar 54,65 persen lebih baik selama satu tahun 2011. Dengan demikian, pengembangan melalui faktor kemitraan usaha ternak dapat secara nyata meningkatkan efisiensi usaha ternak, baik atas biaya tunai maupun atas biaya total per ekor secara lebih baik. 6.3.
Analisis Keuntungan Investasi Usaha Ternak Ukuran arus uang tunai, pendapatan usaha ternak dan efisiensi usaha
ternak yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan evaluasi atas usaha ternak yang telah dikembangkan selama satu tahun 2011. Kemudian, berikut ini disajikan beberapa tabel yang menjelaskan mengenai pengembalian terhadap modal yang diinvestasikan ke dalam usaha ternak, baik modal yang berasal dari modal peternak maupun modal pinjaman melalui kemitraan serta pengembalian terhadap pencurahan tenaga kerja keluarga peternak setiap ekor dalam satu tahun. 6.3.1. Pernyataan Modal Usaha Ternak Sebelum menghitung ukuran-ukuran pengembalian tersebut, beberapa tabel pernyataan modal usaha ternak per ekor per tahun yang ditampilkan berikut ini diperhitungkan untuk mendapatkan nilai modal bersih peternak dan biaya atas modal peternak sendiri. Berdasarkan perhitungan modal usaha ternak, baik modal bergerak maupun modal tetap tersebut, terdapat satu ukuran penting yang menunjukkan rasio modal usaha ternak. Tabel 40 menunjukkan pernyataan modal pada pengusahaan ternak dengan skala besar dan bermitra. Nisbah modal sebesar 96,81 persen menunjukkan bahwa usaha ternak yang dijalankan pada skala besar dan bermitra memiliki struktur modal yang terdiri dari 96,81 persen modal peternak dan 3,19 persen merupakan modal kredit melalui kemitraan.
104
Tabel 40.
Pernyataan Modal Usaha Ternak per Ekor per Tahun dalam Usaha Ternak Ayam Buras Petelur yang Bermitra dengan Skala Besar Kelompok Hidayah Alam Tahun 2011
Uraian Modal
Nilai Awal
Modal Tetap Tanah 77.170,42 Gudang 7.073,96 Sumur 1.864,95 Kandang Batere 9.919,61 Mesin Tetas Telur 1.800,64 Mesin Pemecah Jagung 2.893,89 Mesin Pompa Air 385,85 Sprayer Pencuci Kandang 267,52 Kabel Listrik 51,45 Tempat Makan Paralon 3.935,69 Tempat Makan Cup 120,58 Tempat Minum Paralon 3.935,69 Tempat Minum Cup 72,35 Tempat Penyimpanan Pakan 1.382,64 Layar Kandang 0 Seng Pelindung Ayam 4.758,84 Lampu Pemanas 565,92 Rata-Rata Nilai Ternak 40.878,91 TOTAL MODAL TETAP 157.078,91 Modal Bergerak Tenaga Kerja Keluarga Pakan Jadi Ayam Petelur Obat & Vitamin Vaksin ND Listrik Kandang TOTAL MODAL BERGERAK TOTAL MODAL BERSIH PETERNAK BUNGA MODAL PETERNAK (7,37 %) TOTAL HUTANG NISBAH MODAL PETERNAK
Peternak Bermitra Skala Besar (dalam Rp) Pembelian/Penjualan Tambahan Nilai/Penyusutan 12.861,74 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -11.720,26 1.141,48
0 643,09 321,54 -2.684,89 -128,62 -321,54 -77,17 -33,44 -51,45 -1.311,89 -24,16 -1.311,89 -14,47 1.382,64 0 -2.443,73 -524,16 20.205,64 10.860,22
Nilai Akhir 90.032,16 7.717,05 2.186,49 7.234,72 1.672,02 2.572,35 308,68 234,08 0 2.623,80 96,42 2.623,80 57,88 0 0 2.315,11 41,76 49.364,29 169.080,61 2.031,54 135,92 18.081,25 244,2 540,19 156.817,18 325.897,79 20.694,51 10.724,77 96,81
Total modal bersih peternak yang diiinvestasikan selama tahun 2011 adalah Rp 325.897,79 per ekor dan modal kredit yang diinvestasikan yaitu sebesar Rp 10.724,77 per ekor. Tabel 39 selanjutnya menghitung modal yang diinvetasikan pada usaha ternak bermitra dengan skala kecil. Total modal bersih peternak bermitra dengan skala pengusahaan kecil yang diinvestasikan selama satu tahun adalah Rp 255.582,58 per ekor dan modal kredit yaitu Rp 33.559,81 per ekor. Nisbah modal pada usaha ternak ini yaitu 88,39 persen menunjukkan bahwa usaha ternak pengusahaan skala kecil dengan bermitra berasal dari 88,39 persen modal bersih peternak dan 11,61 persen dari modal kredit usaha ternak setiap ekor dalam satu tahun. Sedangkan, total modal bersih peternak skala kecil yang tidak bermitra yang dinvestasikan selama satu tahun 2011 adalah Rp 325.548,75 per ekor. Peternak yang tidak bermitra tidak memperoleh modal usaha dari luar usaha ternaknya (modal pinjaman), sehingga nisbah modal peternak yang tidak bermitra yaitu sebesar 100 persen.
105
Tabel 41.
Pernyataan Modal Usaha Ternak per Ekor per Tahun dalam Usaha Ternak Ayam Buras Petelur yang Bermitra dengan Skala Kecil Kelompok Hidayah Alam Tahun 2011
Uraian Modal
Nilai Awal
Modal Tetap Tanah Gudang Sumur Kandang Batere Mesin Tetas Telur Mesin Pemecah Jagung Mesin Pompa Air Sprayer Pencuci Kandang Kabel Listrik Tempat Makan Paralon Tempat Makan Cup Tempat Minum Paralon Tempat Minum Cup Tempat Penyimpanan Pakan Layar Kandang Seng Pelindung Ayam Lampu Pemanas Rata-Rata Nilai Ternak TOTAL MODAL TETAP Modal Bergerak Tenaga Kerja Keluarga Pakan Jadi Ayam Petelur Obat & Vitamin Vaksin ND Listrik Kandang TOTAL MODAL BERGERAK TOTAL MODAL BERSIH PETERNAK BUNGA MODAL PETERNAK ( 7,37 %) TOTAL HUTANG NISBAH MODAL PETERNAK
18.245,61 0 7.719,29 28.070,18 842,11 0 701,75 421,05 449,12 642,81 0 513,68 0 280,70 105,26 1.796,49 16,84 36.194,51 95.999,40
Peternak Bermitra Skala Kecil (dalam Rp) Tambahan Nilai/Penyusutan
Pembelian/Penjualan
6.315,79 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 842,11 0 0 -6.315,79 842,11
Nilai Akhir
0 0 421,05 6.619,88 -757,89 0 421,05 -294,74 -134,74 -350,88 0 -165,61 0 -56,14 0 -898,25 -16,84 12.900,17 16.002,86
24.561,40 0 7.298,24 34.690,06 84,22 0 280,70 126,31 314,38 291,93 0 348,07 0 224,56 947,37 898,24 0 42.778,89 112.844,37 0 141.400 35,3 460,8 842,11 142.738,21 255.582,58 16.229,49 33.559,81 88,39
Menurut nilai modal bersih per ekor per tahun peternak yang dialokasikan, besarnya modal bersih peternak bermitra skala kecil 21,58 persen per ekor per tahun lebih rendah dibandingkan dengan modal bersih peternak bermitra dengan skala besar. Namun, peternak skala kecil yang tidak bermitra mengeluarkan modal bersih 21,49 persen per ekor per tahun lebih besar dibandingkan dengan peternak skala kecil yang bermitra. Artinya bahwa skala pengusahaan ternak lebih mempengaruhi besarnya modal bersih per ekor yang dikeluarkan per tahun. Perhitungan pernyataan modal tersebut digunakan untuk perhitungan bunga modal peternak, dimana bunga modal ini dihitung melalui biaya imbangan modal bersih peternak jika didepositokan sebagai tabungan di bank. Biaya imbangan modal peternak yang digunakan yaitu tingkat suku bunga deposito ratarata tahunan pada tahun 2011 untuk bank umum, yaitu 7,37 persen per tahun. Bunga modal peternak tersebut masing-masing yaitu Rp 16.903,51 per ekor pada usaha ternak skala besar dengan bermitra, Rp 18.836,44 per ekor pada usaha ternak skala kecil dengan bermitra dan Rp 23.992,94 per ekor pada usaha ternak skala kecil yang tidak bermitra pada tahun 2011. 106
Tabel 42. Pernyataan Modal Usaha Ternak per Ekor per Tahun dalam Usaha Ternak Ayam Buras Petelur yang Tidak Bermitra Kelompok Hidayah Alam Tahun 2011 Uraian Modal
Nilai Awal
Modal Tetap Tanah 43.321,30 Gudang 18.050,54 Sumur 0 Kandang Batere 21.660,65 Mesin Tetas Telur 0 Mesin Pemecah Jagung 0 Mesin Pompa Air 0 Sprayer Pencuci Kandang 0 Kabel Listrik 1.805,05 Tempat Makan Paralon 324,91 Tempat Makan Cup 0 Tempat Minum Paralon 324,91 Tempat Minum Cup 0 Tempat Penyimpanan Pakan 72,20 Layar Kandang 3.610,11 Seng Pelindung Ayam 0 Lampu Pemanas 194,95 Rata-Rata Nilai Ternak 47.021,66 TOTAL MODAL TETAP 136.386,28 Modal Bergerak Tenaga Kerja Keluarga Pakan Jadi Ayam Petelur Obat & Vitamin Vaksin ND Listrik Kandang TOTAL MODAL BERGERAK TOTAL MODAL BERSIH PETERNAK BUNGA MODAL PETERNAK (7,37 %) TOTAL HUTANG NISBAH MODAL PETERNAK
Peternak Tidak Bermitra (dalam Rp) Tambahan Nilai/Penyusutan
Pembelian/Penjualan 57.761,73 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -2.021,66 55.740,07
0 -9.927,79 0 -4.332,13 0 0 0 0 -361,01 -324,91 0 -324,91 0 -18,05 -1.805,06 0 -194,95 8.631,17 -17.288,81
Nilai Akhir 101.083,03 8.122,75 0 17.328,52 0 0 0 0 1.444,04 0 0 0 0 54,15 1.805,05 0 0 53.631,17 183.468,71 0 142.080 0,03 0 0 142.080,03 325.548,74 20.672,35 0 100,00
6.3.2. Keuntungan Investasi Usaha Ternak Perhitungan modal usaha ternak sebelumnya menentukan nilai modal bersih dan biaya modal peternak pada periode usaha ternak yang dijalankan. Berikut ini dalam Tabel 43 selanjutnya menggambarkan ukuran pengembalian terhadap modal yang diinvestasikan, baik modal peternak sendiri maupun modal pinjaman melalui kemitraan per ekor per tahun serta imbalan terhadap pencurahan tenaga kerja per ekor selama setahun. Secara umum, tingkat return to debt capital atau pengembalian atas modal pinjaman yang telah diinvestasikan ke dalam usaha ternak bernilai positif hanya pada usaha ternak dengan skala pengusahaan besar dan bermitra yaitu 2,81 persen. Tetapi, tingkat imbalan tersebut masih lebih rendah daripada biaya modal pinjaman yang digunakan sebesar 14 persen per tahun jika peternak menggunakan modal pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia (BRI).
107
Tabel 43. Keuntungan Investasi Usaha Ternak per Ekor per Tahun dalam Usaha Ternak Ayam Buras Petelur Kelompok Hidayah Alam Menurut Skala Pengusahaan Ternak dan Struktur Modal Tahun 2011 Peternak Keterangan (dalam Rp) Pendapatan Bersih Penghasilan Bersih Nilai Kerja Keluarga Modal Bersih Peternak Bunga Modal Peternak Hutang Usaha Ternak Total Modal Usaha Ternak
Bermitra Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Skala Besar 35.379,43 26.799,61 9.017,50 229.355,64 16.903,51 10.724,77 336.622,56
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Skala Kecil -43.807,04 -70.654,89) 45.831,75 255.582,58 18.836,44 33.559,81 289.142,39
Tidak Bermitra Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
-134.089,37 -134.089,37 43.647,00 325.548,74 23.992,94 0 325.548,74
Return to Debt Capital (%) Return to Farm Equity Capital (%)
2,81 5,28
-37,52 -40.29
0 -54,60
Return to Total Capital (%)
7,83
-31,00
-54,60
Penggunaan Tenaga Kerja Keluarga (HKP) Return to Management per HKP
0,3607 Rp
27.435,83
1.8333 Rp
-48.814,34
2.9098 Rp
54.327,55
Besarnya imbalan atas modal pinjaman pada usaha ternak skala besar dan bermitra 2,81 persen menunjukkan bahwa setiap Rp 100,00 modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usaha ternak mendapatkan keuntungan investasi usaha ternak sebesar Rp 2,81 bagi pihak pemberi modal pinjaman. Sementara, usaha ternak dengan skala kecil, baik yang bermitra maupun yang tidak bermitra tidak memberikan imbalan atau pengembalian yang positif, bahkan masih merugikan jika dikembangkan. Berdasarkan ukuran tingkat return to farm equity capital, usaha ternak skala besar dan bermitra memberikan imbalan yang positif atas modal peternak yang telah diinvestasikan ke dalam usaha ternak tersebut. Pengusahaan ternak dengan skala kecil merugikan peternak, karena biaya modal peternak yang diinvestasikan ke dalam usaha ternak bernilai negatif. Namun demikian, tingkat imbalan kepada modal peternak tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan dengan biaya modal peternak sendiri, yaitu tingkat suku bunga rata-rata tahunana bank umum sebesar 7,37 persen per tahun. Besar imbalan atas modal peternak sendiri 5,28 persen menunjukkan bahwa setiap Rp 100,00 modal peternak sendiri yang digunakan untuk berinvestasi dalam usaha ternak akan mendapatkan imbalan sebesar Rp 5,28 bagi peternak sendiri. Tetapi, mengingat nisbah modal usaha ternak skala besar dan bermitra sebesar 96,81 persen dan berarti sebagian besar diinvestasikan oleh modal peternak sendiri, maka ukuran return to total capital dapat digunakan sebagai salah satu ukuran imbalan atas modal peternak yang 108
dapat diperoleh. Besar tingkat imbalan atas total modal yang diperoleh 7,83 persen menunjukkan bahwa setiap Rp 100,00 modal peternak yang diinvestasikan ke dalam usaha ternak akan memperoleh imbalan kepada peternak sebesar Rp 7,83 dan imbalan ini sudah lebih besar daripada biaya modal peternak sendiri sebesar Rp 7,37. Artinya, jika peternak memilih untuk menggunakan modalnya sendiri untuk mengembangkan usaha ternak ayam buras petelur, maka usaha ternak skala besar dan bermitra telah layak untuk dikembangkan dengan tingkat return yang diperoleh sebesar 7,83 persen per ekor per tahun. Dengan demikian, pengembangan skala pengusahaan ternak dapat meningkatkan kelayakan investasi usaha ternak atas modal total yang digunakan dalam usaha ternak. Return to management adalah ukuran imbalan terhadap tenaga kerja yang telah dicurahkan peternak selama satu tahun. Berdasarkan perhitungan, penggunaan tenaga kerja keluarga menunjukkan bahwa semakin besar skala pengusahaan, tenaga kerja per ekor yang dicurahkan semakin rendah. Demikian juga dengan usaha ternak yang dijalankan dengan kemitraan menunjukkan pencurahan tenaga kerja keluarga per ekor yang lebih rendah dibandingkan dengan usaha ternak yang tidak bermitra. Pada tahun 2011, pengusahaan ternak yang bermitra dapat memberikan imbalan terhadap tenaga kerja keluarga per ekor sebesar Rp 27.435,83 untuk skala besar. Sementara, pengusahaan ternak skala kecil, baik yang bermitra maupun yang tidak bermitra memberikan imbalan negatif terhadap tenaga kerja keluarga yaitu kerugian sebesar Rp 48.814,34 per ekor pada peternak bermitra dan Rp 54.327,55 per ekor pada peternak yang tidak bermitra dalam satu tahun. Nilai imbalan terhadap jumlah kerja keluarga yang dicurahkan pada pengusahaan skala besar menunjukkan bahwa setiap satu hari kerja pria (HKP) atau setara dua jam kerja manusia yang berasal dari keluarga dan dicurahkan ke dalam usaha ternak akan mendapatkan imbalan Rp 27.435,83 per ekor atau setara Rp 13.717,92 per jam kerja per ekor dalam satu tahun. Jika dibandingkan dengan penerimaan yang diperoleh peternak dari luar usaha ternak ayam buras, pengusahaan ayam buras skala besar dan bermitra telah menguntungkan 42,21 persen per ekor per tahun lebih besar atas seluruh jam kerja yang dicurahkan peternak ke dalam usaha ternak, dimana rata-rata penerimaan dari luar usaha 109
ternak yang dihasilkan peternak ini sebesar Rp 19.292,61 per ekor per tahun. Dengan demikian, pengembangan skala usaha ternak secara umum dapat meningkatkan pendapatan peternak atas setiap jam kerja yang digunakan dalam usaha ternak daripada pekerjaan di luar usaha ternak per ekor per tahun. 6.3.3. Alternatif Pengembangan Skala Usaha Ternak Berdasarkan keuntungan investasi usaha ternak pada tahun 2011, yaitu return to total capital maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan usaha ternak ayam buras petelur Kelompok Hidayah Alam secara umum diarahkan terutama pada pengembangan skala usaha ternak dan diikuti dengan pengembangan kemitraan. Pengembangan skala usaha ternak dapat meningkatkan pendapatan tunai dan pendapatan total per ekor per tahun, meningkatkan keuntungan investasi usaha ternak atas modal total yang digunakan per ekor per tahun dan meningkatkan pendapatan terhadap jam kerja yang diberikan peternak dalam usaha ternak per ekor per tahun. Sementara, pengembangan kemitraan diarahkan untuk memperbaiki efisiensi usaha ternak atas biaya tunai dan biaya total yang dikeluarkan per ekor per tahun. Kombinasi pengembangan skala pengusahaan ternak dan faktor kemitraan dapat secara efektif meningkatkan produktivitas telur ayam buras per ekor per tahun. Skala pengusahaan ternak minimal yang dijadikan sebagai alternatif pengembangan usaha ternak ayam buras yaitu pengusahaan ternak ayam buras dengan skala pengusahaan ternak 778 ekor per tahun atau setara dengan investasi sebesar Rp 42.790.000,00 dengan perkiraan imbalan atas modal total usaha ternak dimana sebagian besar berasal dari modal peternak sendiri sebesar 7,83 persen per ekor per tahun. Pengembangan kemitraan dimaksudkan untuk memperoleh kredit atau pinjaman modal input bibit ayam buras dengan rata-rata skala pengusahaan 778 ekor bibit ayam buras dengan bunga pinjaman sebesar 7,83 persen per tahun. Menurut hasil observasi di lapangan, perusahaan mitra PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. akan menyediakan pinjaman permodalan sebesar Rp 20.000.000,00 dengan bunga 0,5 persen per bulan dan jangka waktu pengembalian tiga tahun dan PT. Holcim Indonesia Tbk. akan membantu pinjaman permodalan dana atau input melalui lembaga keuangan mikro yang berbasis syariah BMT Swadaya Pribumi 110
sebesar Rp 11.690.000,00 tanpa bunga dan jangka waktu pengembalian selama 20 bulan. Kedua sumber permodalan atau kredit tersebut dapat menjadi alternatif pengembangan skala usaha ternak pada usaha ternak skala kecil dan usaha ternak yang belum bermitra. Namun demikian, pengembangan skala usaha ternak tersebut juga harus mengikuti upaya manajemen pemeliharaan yang baik, diantaranya tatalaksana perkandangan, bibit ayam buras yang digunakan dan pengendalian penyakit ternak. Tatalaksana perkandangan diperhatikan karena pengembangan skala usaha ternak akan menambah jumlah kandang ternak yang digunakan, sehingga pemanfaatan lahan luas yang cukup mendapatkan sinar matahari, sirkulasi udara dan relatif jauh dari rumah-rumah peternak seperti di kebun dan persawahan akan membantu meningkatkan produktivitas telur ayam buras. Pengembangan skala usaha ternak yang dikombinasikan dengan pengembangan melalui kemitraan, selain peternak akan mendapatkan sumber modal pinjaman untuk mengadakan input bibit ayam buras, peternak juga mendapatkan informasi mengenai usaha pembibitan yang riwayat pemeliharaannya beserta aturan vaksinasi lengkap telah jelas diketahui. Dengan bermitra, perusahaan swasta dapat menjadi fasilitator antara peternak dengan pemerintah seperti usaha pembibitan ayam buras yang dikembangkan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabuapaten Bekasi dalam Kelompok Hidayah Alam, dimana bibit ayam buras merupakan bibit ayam hasil persilangan dengan ayam ras petelur untuk mendapatkan produktivitas telur ayam yang baik. Melalui kemitraan ini juga, peternak mendapatkan pengetahuan teknis mengenai metode dan teknik memberikan vaksinasi kepada ayam buras yang dipeliharanya. Selain vaksinasi, peternak juga tetap perlu memperhatikan pentingnya tindakan pencegahan penyakit di samping pengobatan penyakit pada ternak peliharaannya. Penggunaan obat dan vitamin tertentu tidak hanya mengurangi jumlah kematian ayam, tetapi dapat mendorong produktivitas telur ayam buras secara cepat. Pengembangan skala usaha ternak harus pula diikuti oleh manajemen seleksi bibit ayam buras untuk mengganti bibit ayam buras yang produksi telurnya rendah dengan bibit ayam buras yang lebih baik. Manajemen seleksi ini dapat dilakukan dengan penggunaan tenaga kerja luar keluarga, sehingga bagi sebagian 111
besar peternak yang menjadikan usaha ternak ayam buras petelur ini sebagai usaha sampingan tetap dapat mempertahankan produktivitas telur yang tinggi dengan pengusahaan skala besar. Pengembangan skala usaha ternak ini juga perlu memperhatikan aspek pemasaran, terutama permintaan telur ayam buras. Berdasarkan hasil wawancara dengan lembaga pemasaran agen penjual jamu di Pasar Cileungsi dalam melakukan pendekatan penentuan besarnya permintaan saat ini, terdapat beberapa gambaran penting mengenai aktivitas pemasaran diantaranya kegiatan pembelian dan penjualan telur oleh agen penjual jamu oleh lembaga pemasar tersebut. Tabel berikut ini menunjukkan kegiatan pembelian dan penjualan telur oleh agen penjual jamu untuk menentukan permintaan telur ayam buras pada saluran distribusi pertama. Agen penjual jamu di pasar Cileungsi ini melakukan kegiatan pembelian telur ayam buras dari beberapa peternak, antara lain peternak kelompok Hidayah Alam dan peternak pemula yang dibina oleh agen penjual jamu tersebut (dua orang). Tabel 44. Kegiatan Pembelian Telur Ayam Buras Kelompok Hidayah Alam oleh Lembaga Pemasaran Agen Penjual Jamu di Pasar Cileungsi Tahun 2011 No 1. 2.
Lembaga Pemasaran Peternak Desa Nambo (enam orang) Peternak Pemula Binaan Pedagang (dua orang)
Harga Beli (Rp/butir) 900-1.100 800
Jumlah Pembelian (butir/bulan) 36.000 10.000
Peternak kelompok Hidayah Alam memasok telur ayam buras ke agen penjual jamu rata-rata sebanyak 2.400 butir setiap dua hari sekali atau setara dengan ratarata 36.000 butir telur setiap bulannya dengan harga pembelian telur dari peternak kelompok Hidayah Alam berkisar Rp 900,- sampai dengan Rp 1.100,- setiap butirnya. Hal ini memberikan kesimpulan bahwa total permintaan telur ayam buras kelompok ternak dari agen penjual jamu di Pasar Cileungsi rata-rata adalah 46.000 butir setiap bulan, sementara permintaan telur ayam buras yang dapat dipenuhi kelompok Hidayah Alam yaitu rata-rata 78,26 persen dari total permintaan agen penjual jamu atau saluran pertama. Agen penjual jamu juga melakukan kegiatan penjualan telur ayam buras melalui dua langganan utamanya, yaitu kios-kios bubur kacang hijau yang 112
berjumlah 30 kios langganan dan penjual-penjual jamu gendong yang berjumlah 60 orang langganan. Tabel 45. Kegiatan Penjualan Telur Ayam Buras Kelompok Hidayah Alam oleh Lembaga Pemasaran Agen Penjual Jamu di Pasar Cileungsi Tahun 2011 No 1. 2.
Lembaga Pemasaran Kios-Kios Bubur Kacang Hijau (30 kios langganan) Penjual-Penjual Jamu Gendong (60 orang langganan)
Harga Jual (Rp/butir)
Jumlah Penjualan (butir/bulan)
1.300
18.000 – 36.000
1.300
18.000
Setiap hari kios bubur kacang hijau membeli telur dengan jumlah 20 sampai 40 butir setiap hari untuk setiap kios langganan, sehingga jumlah penjualan telur ke lembaga pemasar kios tersebut adalah 18.000 sampai 36.000 butir setiap bulannya. Setiap hari penjual jamu gendong membeli sepuluh butir telur untuk setiap penjual jamu gendong dan jumlah penjualan telur ke lembaga pemasar ini berjumlah 18.000 butir setiap bulannya. Harga jual telur ayam buras agen penjual jamu kepada kedua lembaga pemasar tersebut adalah Rp 1.300,00 setiap butirnya. Jumlah permintaan lembaga pemasar setelah agen penjual jamu adalah berkisar 36.000 butir sampai 54.000 butir setiap bulan. Informasi yang dapat disimpulkan dari kedua tabel tersebut adalah pangsa pasar telur ayam buras yang dikuasai oleh peternak kelompok Hidayah Alam telah mencapai 66,67 persen dari jumlah permintaan lembaga pemasar bisnis terakhir, yaitu industri makanan dan minuman kios bubur kacang hijau dan penjual jamu gendong pada kondisi permintaan tinggi. Artinya, peluang pasar potensial sebesar 33,33 persen yang belum dapat terpenuhi secara kontinu dan stabil masih ada. Namun, pada kondisi permintaan telur ayam buras turun yaitu rata-rata 36.000 butir setiap bulan, para peternak mencari pasarnya masing-masing. Hal ini terutama terjadi pada waktu-waktu menjelang bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Oleh karena itu, untuk mengembangkan skala usaha ternak ini, penting juga untuk mempertimbangkan pasar sasaran dalam menampung hasil produksi telur ayam buras pada saat permintaan turun.
113