ANALISIS PEMILIHAN DAN PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA PEMASOK KOMPONEN OTOMOTIF SENSOR, KNOCK CONTROL PROYEK D80N (D64G) DI PT. XXXX Rigaz Fitrianto Bina Nusantara University, DKI Jakarta, Indonesia
Abstrak PT. XXXX merupakan perusahaan penjual part-part otomotif kendaraan bermotor roda dua dan roda empat berbasis penanaman modal asing jepang sekaligus pemegang merk DENSO di Indonesia. Saat ini PT. XXXX belum menggunakan metode pemilihan yang terukur, sehingga tidak dapat dilakukan perbandingan antara pemasok yang ada saat ini dengan alternatif pemasok lainnya. Untuk itu pada proyek D80N (D64G) diusulkan penggunaan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) sebagai pendekatan terukur dalam melakukan pemilihan pemasok sensor, knock control sesuai dengan kriteria yang ditetapkan perusahaan. Dari analisis AHP yang dilakukan, didapat bahwa pemasok paling optimal adalah HDVM Hanoi dengan skor penilaian 0,4025. Selain itu untuk memastikan kinerja pemasok sesuai dengan harapan dan target yang ditetapkan perusahaan, diusulkan sebuah konsep pengukuran kinerja rantai pasok menggunakan metode SCOR (Supply Chain Operations Reference) melalui pembuatan metrik pengukuran kinerja hingga tingkat III dengan penyesuaian tertentu sesuai kondisi dan kebutuhan perusahaan.
Kata Kunci : Pemasok, Analytical Hierarchy Process, Pengukuran Kinerja, SCOR
1. Pendahuluan Perkembangan dunia otomotif kendaraan bermotor roda empat semakin memperlihatkan kemajuan dan peningkatan pada semua aspek. Salah satunya adalah isu lingkungan hidup terkait dengan emisi gas buang kendaraan yang saat ini juga semakin menjadi fokus perhatian pada semua bidang industri di dunia, tidak terkecuali dengan dunia otomotif kendaraan bermotor roda empat. Pemerintah Indonesia telah bekerja sama dengan PT. ABC yang merupakan perusahaan manufaktur kendaraan roda empat berbasis penanaman modal asing Jepang dengan tingkat produksi terbesar di Indonesia pada saat ini mengembangkan kendaraan ramah lingkungan bertajuk mobil nasional. Dengan konsep Low Cost Green Car pada proyek D80N (D64G) yang tidak hanya memfokuskan pengembangan kendaraan pada teknis isu lingkungan saja namun juga mengenai harga jual kendaraan pada tingkat yang kompetitif dan terjangkau bagi masyarakat, maka secara langsung hal ini akan berdampak pada penekanan harga jual komponen yang ditawarkan dari PT. XXXX sebagai pemasok kepada PT. ABC. Melihat hal ini PT. XXXX memandang sangat diperlukan sebuah kajian mengenai pemilihan pemasok sensor, knock control pada proyek D80N (D64G) guna menentukan pemasok yang paling optimal dalam memberikan dukungan dan keuntungan bagi perusahaan. Langkah selanjutmya yang perlu dilakukan adalah membuat sebuah konsep sistem pengukuran performa atau kinerja pemasok dalam lingkup rantai pasok sensor, knock control proyek D80N (D64G).
2. Landasan Teori 2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1 Teori Keputusan & Lingkup Keputusan
Menurut Marimin (2004), pada prinsipnya terdapat dua basis dalam teori pengambilan keputusan, yaitu pengambilan keputusan berdasarkan intuisi dan pengambilan keputusan rasional berdasarkan hasil analisis keputusan.
2.1.2 Komponen Keputusan Dalam basis pengambilan keputusan rasional berdasarkan analisa keputusan, terdapat beberapa komponen penting yang dibutuhkan dan harus ada dalam tahap pengambilan keputusan yaitu : Alternatif Keputusan, Kriteria Keputusan, Bobot Kriteria, Model Penilaian, Struktur Keputusan, Model Perhitungan, Tipe Pengambil Keputusan.
2.1.3 Multi Criteria Decision Making (MCDM) Menurut Iksan (2006), MCDM pada dasarnya adalah konsep yang ditujukan untuk melakukan pengambilan keputusan yang mengandung kriteria objek majemuk, juga saling konfliktual dan memiliki ukuran yang tidak bisa saling dibandingkan.
2.1.4 Analytical Hierarchy Process (AHP) AHP merupakan suatu model analisa yang menggunakan pikiran yang teratur atau sekelompok pikiran dalam proses bekerjanya untuk menghadapi kompleksitas yang ditangkapnya. Berbeda dengan ANP (Analytical Network Process) yang menurut Putri, M.S. (2011) menggunakan ide dasar adanya dependensi diantara elemen-elemen di dalam nya (saling keterpengaruhan), pada metode AHP masing-masing elemen adalah bersifat independensi.
2.1.5 Manfaat Penggunaan AHP Menurut Marimin (2010), terdapat beberapa keuntungan yang bisa diperoleh bila kita melakukan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dengan metode AHP, yaitu : Kesatuan, kompleksitas, saling ketergantungan, penyusunan hierarki, pengukuran, konsistensi, sintesis, tawar–menawar, penilaian dan konsensus, pengulangan proses.
2.1.6 Prinsip Dasar AHP Dalam menggunakan metode AHP, Warmansyah, J (2010) menjelaskan terdapat beberapa prinsip dasar yang harus dipahami, yaitu 1. Dekomposisi (Decomposition), dengan prinsip ini struktur masalah yang kompleks dibagi menjadi tingkatan-tingkatan yang disusun secara hierarki, dan memungkinkan tujuan didefinisikan dari yang umum sampai khusus. 2. Perbandingan Penilaian / Pertimbangan (Comparative Judgments)., dengan prinsip ini akan dibangun perbandingan berpasangan dari semua elemen yang ada dengan tujuan menghasilkan skala kepentingan relatif dari masing–masing elemen. 3. Sintesa Prioritas (Synthesis of Priority), prioritas lokal (Local Priority) didapat dengan melakukan perhitungan nilai eigen vektor pada tiap–tiap matriks perbandingan berpasangan pada tingkatan yang sama. Sedangkan prioritas global (Priority Global) dilakukan dengan melakukan sintesa antar prioritas lokal.
2.1.7 Aksioma–Aksioma AHP 1. Perbandingan Resiprokal (Reciproal Comparison), artinya dalam menentukan skala kepentingan metode ini dapat memuat perbandingan dan menyatakan preferensinya. 2. Homogenitas (Homogenity), artinya preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam skala terbatas atau dengan kata lain elemen-elemennya dapat dibandingkan satu sama lainnya. 3. Independensi (Independence), artinya preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan bahwa kriteria tidak dipengaruhi oleh alternatif-alternatif yang ada melainkan oleh objektif secara keseluruhan. 4. Ekspektasi (Expectation), artinya struktur analisa hierarki yang digunakan AHP ditujukan untuk tujuan pengambilan keputusan.
2.1.8 Tahapan Proses AHP 1. Mendefinisikan Masalah 2. Pembuatan Struktur Hierarki 3. Penentuan Prioritas a. Pembuatan Matriks Perbandingan Berpasangan b. Normalisasi Matriks Perbandingan Berpasangan c. Menghitung Nilai Eigen Vektor (λ) 4. Uji Konsistensi Marimin (2010) menggunakan rumusan CI = (λmaks – n) / (n-1) dalam menentukan CI. Marimin (2010) menjelaskan bahwa nilai konsistensi rasio yang ideal adalah bernilai 10% atau kurang, sehingga jika nilai konsistensi rasio yang didapat setelah perhitungan adalah lebih besar dari 10% maka perlu dilakukan perbaikan pada pembuatan matriks perbandingan berpasangannya. Tabel 2.2 Indeks Rasio
n RI
1 0
2 0
3 0.58
4 0.90
5 1.12
6 1.24
7 1.32
8 1.41
9 1.45
10 1.49
Sumber : Marimin (2010), Dengan Penyesuaian
2.1.9 Konsep Rantai Pasok (Supply Chain) Menurut Putri, M.S. (2011), rantai pasok dapat didefinisikan sebagai jaringan organisasi yang menyangkut hubungan ke hulu dan ke hilir (upstream–downstream), dalam proses dan kegiatan yang berbeda, yang menghasilkan nilai yang berwujud dalam barang dan jasa ditangan pengguna atau konsumen akhir. Sedangkan menurut Khiewnavawongsa, S. (2008), Green Supply Chain (GSC) dapat didefinisikan sebagai konsep yang mengintegrasikan pemikiran mengenai lingkungan ke dalam manajemen rantai pasok termasuk di dalam nya mengenai desain produk, pemilihan material, proses manufaktur, pengiriman produk jadi ke pelanggan, dan manajemen
end-life produk setelah masa pakai nya. Dalam konsep GSC terkait dengan pemilihan pemasok, Handfield, R (2002) menjelaskan sejumlah kriteria yang menjadi faktor paling penting dalam melakukan pemilihan pemasok yaitu : publikasi catatan lingkungan, evaluasi lingkungan pemasok lapis ke-2 (2nd Tier), manajemen limbah berbahaya, manajemen limbah polusi beracun, tidak memiliki 17 bahan berbahaya EPA, bersertifikasi ISO 14000, program logistik daur ulang, kemasan produk yang ramah lingkungan, penggunaan zat yang berbahaya bagi ozon, manajemen emisi udara berbahaya
2.1.10 Pengukuran Kinerja (Performance Measurement) Tangen, S (2004) menjelaskan beberapa definisi pengukuran kinerja, yaitu : 1. proses yang bertujuan untuk melakukan kuantifikasi efektifitas dan efisiensi sebuah kegiatan / tindakan, 2. Metrik yang digunakan untuk melakukan kuantifikasi efektifitas dan atau efisiensi sebuah kegiatan/tindakan. Sehingga dapat disimpulkan secara sederhana bahwa pengukuran kinerja adalah sebuah proses untuk melakukan kuantifikasi efektifitas maupun efisiensi dari suatu kegiatan tertentu yang didalamnya terdapat kumpulan metrik yang digunakan sebagai acuan pernilaian performansi. Tabel 2.3 Metode-Metode Pengukuran Kinerja
Metode
Karakteristik Lingkup
Konsep
Fokus
EVA Internal & Finansial (Economic Eksternal Model Value Added)
Pengukuran berbasis faktor finansial seperti nilai pengembalian investasi (ROI), dan sebagainya
CSF (Critical Internal Success Factor)
Pengukuran berbasis faktor-faktor kritis pada lingkungan bisnis yang dapat menjadi indikator keberhasilan organisasi
BSC (Balance Scorecard)
Questionaire Based Model
Internal & Balance Eksternal Model
Evaluasi berdasarkan konsep 4 perspektif yaitu perspektif finansial, perspektif pelanggan, perspektif internal bisnis proses dan perspektif pembelajaran dan berkembang
SCOR (Supply Chain Operational Reference)
Internal & Hierarchical Eksternal Model
Evaluasi rantai pasok melalui konsep penjabaran proses inti dalam SCOR yang dikonfigurasi dengan aktual bisnis perusahaan
Sumber : Neely, A (2005), Mclvor, R (2009), Kurien, G.P (2011)
2.1.9.1 Model Supply Chain Operational Reference (SCOR) SCOR dalam aplikasinya dapat digunakan untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja atau performa rantai pasok, melakukan perbaikan guna meningkatkan kinerja nya dan mengkomunikasikan dengan pihak–pihak yang terkait mengenai hal–hal yang berguna bagi peningkatan performa rantai pasok. Pada metode SCOR Version 6.0, proses–proses yang ada didalam jaringan rantai pasok didefinisikan kedalam 5 tahapan proses yang terintegrasi, yaitu perencanaan (PLAN), pengadaan (SOURCE), produksi (MAKE), pengiriman (DELIVER), dan pengembalian (RETURN).
3. Metodologi Penelitian Diagram alir penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Diagram 3.1 Diagram Alir Penelitian
4. Pengumpulan, Pengolahan dan Analisa Data 4.1
Pengumpulan Data & Analisis Pemilihan Pemasok
4.1.1 Hierarki Keputusan Pemilihan Pemasok Sesuai dengan langkah awal dalam melakukan analisis AHP, pada tahap ini, informasi mengenai kriteria-kriteria pemilihan dan alternatif pemasok sensor, knock control proyek D80N (D64G) digambarkan melalui hierarki keputusan pemilihan pemasok dibawah ini :
Gambar 4.1 Struktur Hierarki Keputusan Pemilihan Pemasok Part Sensor, Knock Control
A.
Kriteria Pemilihan Pemasok Kriteria pemilihan pemasok meliputi : waktu pengembangan dan persiapan peralatan produksi, waktu pengiriman, persentase cacat produksi, kapasitas produksi, dan harga jual.
B.
Alternatif Pemasok ¾
DNJP (Daian, Japan)
DNJP Daian Plant terletak di 1530 Monzen, Daian-cho, Inabe, Mie Prefecture 511-0296, Japan. DNCQ (Chongqing, China). ¾
DNCQ Chongqing Plant terletak di No. 55 Baihe Road, Nanping, Chongqing Economic & Technological Development Zone, Chongqing, 630060, China.
¾
HDVM (Hanoi, Vietnam) HDVM Hanoi Plant terletak di Plot E-1, Thang Long Industrial Park, Dong Anh Dist., Hanoi, Vietnam..
4.1.2 Analisis Pemilihan Pemasok Dengan Metode AHP 1. Matriks Perbandingan Berpasangan & Pembobotan Pada tahap ini diberikan nilai pembobotan pada matriks perbandingan berpasangan untuk masing-masing kriteria yang telah ditetapkan serta penjumlahan kolom pada masing-masing alternatif pada tabel. Data pengisian didapat dari hasil kuesioner. 2. Normalisasi Matriks Langkah selanjutnya dalam analisis AHP adalah melakukan normalisasi matriks perbandingan berpasangan, dengan cara membagi nilai bobot pada tiap-tiap cell kolom pada tabel dengan nilai jumlah kolomnya. 3. Derajat Eigen Vektor (λ) Setelah matriks perbandingan berpasangan di normalisasi, langkah selanjutnya adalah menghitung nilai eigen vektor pada tiap-tiap alternatif untuk masing-masing kriteria pemilihan dengan cara menghitung rata-rata baris pada masing-masing cell baris untuk nantinya akan direkap nilainya guna penentuan skoring alternatif sehingga memudahkan dalam penentuan alternatif terpilih. 4. Rekap Eigen Vektor (λ) 5. Skala Prioritas / Rangking Final
Langkah akhir dalam menentukan rangking alternatif pemasok dalam pemilihan pemasok sensor, knock control adalah proses perkalian antara nilai eigen vektor pemasok dengan nilai eigen vektor kriteria untuk mendapatkan nilai penilaian akhir (skoring) analisa AHP. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan berikut merupakan penilaian akhir masing-masing alternatif pemasok.
Sumber : Hasil Pengolahan Grafik 4.1 Rangking Final Pemasok
6. Uji Konsistensi Dari proses analisis yang telah dilakukan didapatkan nilai akhir (Consistency Ratio = CR) adalah sebesar 0.041 atau 4.1% maka dapat dikatakan bahwa penilaian yang dilakukan pada matriks perbandingan berpasangan telah dilakukan dengan konsekuen dan konsisten.
4.2
Pembuatan Konsep Pengukuran Kinerja Metode SCOR
4.2.1 Konsep Pengukuran SCOR Tingkat 1 Tahap ini merupakan tahap awal dalam pembuatan konsep pengukuran kinerja rantai pasok, dimana pada tahap ini akan dibuat dan dijelaskan metrik pengukuran kinerja SCOR tingkat 1. Adapun metrik pengukuran kinerja SCOR version 6.0 tingkat 1 yang telah disesuaikan dengan kondisi aktual PT. XXXX adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Metrik Pengukuran Kinerja SCOR Tingkat 1 LEVEL 1 Metrik Pengukuran
Pelanggan
Internal
Manajemen Aset Rantai Pasok
Biaya Rantai Pasok
Fleksibilitas Rantai Pasok
Reliabilitas Pemenuhan Pesanan Kinerja Pengiriman Kesesuaian Dengan Standar Mutu Siklus Pemenuhan Pesanan Jangka Waktu Pemenuhan Pesanan Fleksibilitas Pesanan
Responsivitas Rantai Pasok
Tingkat 1
O O O O O O
Siklus Cash-to-Cash Persediaan Harian Sumber : Hasil Pengolahan
O O
4.2.2 Konsep Pengukuran SCOR Tingkat 2 Tahap selanjutnya adalah melakukan konfigurasi proses bisnis rantai pasok saat ini yang dimiliki oleh PT. XXXX kedalam 5 proses inti SCOR dilakukan dengan pembuatan diagram alir konfigurasi rantai pasok tingkat 2.
Diagram 4.1 Diagram Aliran Data & Material Tingkat 2 SCOR
Penjabaran 5 proses inti SCOR pada diagram alir diatas adalah : • P1 : Perencanaan rantai pasok. • P2 : Perencanaan pengadaan part / kendaraan.
• P3 : Perencanaan produksi part / kendaraan. • P4 : Perencanaan pengiriman part / kendaraan. • P5 : Perencanaan pengembalian part / kendaraan. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, skema rantai pasok part sensor, knock control proyek D80N (D64G) merupakan rantai pasok untuk kategori produk make-to-order, oleh karena itu untuk proses source, make dan deliver, dijabarkan dalam konsep make-to-order. • S2 : Pengadaan part / kendaraan. • M2 : Produksi part / kendaraan. • D2 : Pengiriman part / kendaraan. • DR1 : Pengembalian part / kendaraan.
4.2.3 Konsep Pengukuran SCOR Tingkat 3 Dari hasil penjabaran proses SCOR tingkat 2, 9 proses yang dikembangkan akan dijelaskan lebih lanjut dan lebih rinci pada diagram alir tingkat 3 menjadi sejumlah aktivitas operasional yang dilakukan pada skema rantai pasok.
Diagram 4.2 Diagram Aliran Data & Material Tingkat 3 SCOR
Dari penggambaran diagram alir diatas, maka metrik pengukuran kinerja SCOR pada tingkat 3 yang diperkirakan adalah sebagai berikut : Tabel 4.20 Metrik Pengukuran Kinerja SCOR Tingkat 3
LEVEL 3 Keterkaitan Proses
Metrik Pengukuran Tingkat 3
P1 Waktu Penetapan Perencanaan Rantai Pasok P2 Waktu Siklus Input Informasi Rencana Kebutuhan Produk Bulanan P2 Waktu Siklus Input Informasi Rencana Kebutuhan Produk Mingguan P3 Waktu Siklus Penetapan Rencana Produksi Produk Bulanan P3 Waktu Siklus Penetapan Rencana Produksi Produk Mingguan P4 Waktu Siklus Penetapan Rencana Pengiriman Produk P5 Waktu Siklus Penetapan Rencana Pengembalian Produk Cacat P5 Waktu Siklus Penetapan Rencana Pengembalian Box Pengiriman S2 Waktu Siklus Informasi Jadwal Pengiriman Produk Bulanan S2 Waktu Siklus Informasi Jadwal Pengiriman Produk Mingguan S2 Rata-Rata Hari Per Perubahan Pengiriman S2 Jumlah Produk Per Pengiriman S2 Persentase Pengiriman Produk On-Time S2 Persentase Pengiriman Dengan Dokumen Sesuai S2 Lama Waktu Proses Administrasi Penerimaan Produk S2 Persentase Pengiriman Produk OK (Bebas Cacat) S2 Persentase Pengiriman Produk Dengan Jumlah Sesuai M2 Persentase Cacat Produksi M2 Waktu Siklus Proses Produksi M2 Waktu Siklus Tes Produk Hasil Produksi M2 Jumlah Produk Per Lot Produksi M2 Utilitas Kapasitas Produksi D2 Waktu Siklus Penerimaan, Penginputan dan Instruksi Pengiriman D2 Lama Waktu Persediaan Penyangga D2 Waktu Siklus Pemilihan Jasa Pengiriman D2 Lama Waktu Bongkar Muat D2 Lama Waktu Pengiriman Produk DR1 Lama Waktu Otorisasi Pengembalian Part Cacat DR1 Lama Waktu Konfirmasi Penerimaan Part Cacat DR4 Lama Waktu Pengembalian Box Pengiriman DR4 Lama Waktu Penanganan Box Pengiriman Sumber : Hasil Pengolahan
Dari penjabaran metrik tingkat 3 diatas, hasil wawancara dengan production control department PT. XXXX sebagai pelaksana langsung pada operasional pengukuran kinerja menunjukkan bahwa seluruh metrik dapat diterapkan di PT. XXXX.
5.
Simpulan dan Saran
5.1
Simpulan
1. Dari hasil analisis pemilihan pemasok dengan metode AHP, didapat pemasok yang paling optimal adalah HDVM Hanoi dengan skor penilaian 0,4025. Sehingga HDVM Hanoi merupakan pemasok yang diusulkan untuk ensor, knock control proyek D80N (D64G). 2. Melalui konsep pengukuran kinerja rantai pasok dengan metode SCOR, didapat 39 metrik pengukuran kinerja dengan penjabaran sebagai berikut : a. Metrik Pengukuran Kinerja SCOR TOP LEVEL (Meliputi Tingkat 1) sejumlah 8 metrik. b. Metrik Pengukuran Kinerja SCOR ELEMENT PROCESS LEVEL (Meliputi Tingkat 2 dan Tingkat 3) sejumlah 31 metrik.
5.2
Saran 1. Sistem pengukuran agar dapat diterapkan sebagai alternatif pengukuran kinerja, khususnya untuk proyek D80N (D64G) 2. Agar penerapan sistem pengukuran kinerja berjalan dengan baik, sosialiasi dengan departemen terkait sangat dibutuhkan, seperti sosialisasi lingkup sistem pengukuran, metode pengukuran yang dilakukan dan data-data yang diperlukan.
Daftar Pustaka Badariah, N. (2006). Pemilihan Lokasi Optimal Dengan Pendekatan Least Cost Assignment Method Dan Analytical Hierarchy Process (Sebuah Konsep). The 4th Indonesian Symposium on Analytic Hierarchy Process, (p.26). Jakarta. Bolstorff, P. (2003). Supply Chain Excellence: A Handbook for Dramatic Improvement Using the SCOR Model. New York: AMACOM. Council, S. C. (2005). Supply-Chain Operations Reference-Model Overview of SCOR Version
6.0. Retrieved from http:// upcommons.upc.edu /pfc /bitstream/2099.1/ 3939 /3/558503.pdf Council, S. C. (2011). Supply Chain Operations Reference (SCOR®) Model Overview-Version 10.0. Retrieved from http:// supply-chain.org/f/SCOR-Overview-Web.pdf Feibel, B. (2003). Investment Performance Measurement. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Handfield, R. (2002). Applying environmental criteria to supplier assessment: A study in the application of the Analytical Hierarchy Process. European Journal of Operational Research 141, 78. Iksan. (2006). Menerapkan Model Multi Criteria Decision Making (MCDM) Dalam Penentuan Optimasi Kebijakan Supply Chain. Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 7, 16. Iwan Vanany, P. S. (2005). Design of Supply Chain Performance Measurement System for Lamp Industry. 1st International Conference on Operations and Supply Chain Management, Bali. Khiewnavawongsa, S. (2008). "Green" Power To The Supply Chain. Proceedings of the Annual Meeting of the Association of Collegiate Marketing Educators, (p.244). Kurien, G. P. (2011). Study of Performance Measurement Practices in Supply Chain Management. International Journal of Business, Management and Social Sciences Vol. 2, No.4. Marimin. (2010). Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan Dalam Manajemen Rantai Pasok. Bogor: PT. Penerbit IPB Press.
Marimin. (2004). Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta: Grassindo. Mclvor, R. (2009). A Study of Performance Measurement in The Outsourcing Decision. Oxford: CIMA Publishing (Elsevier). Neely, A. (2005). Business Performance Measurement. New York: Cambridge University Press. Putri, M.S. (2011). Analisis dan Perancangan Sistem Informasi E-Procurement dan Pemilihan Supplier Dengan Metode Fuzzy ANP. Sidarto. (2008). Konsep Pengukuran Kinerja Supply Chain Management Pada System Manufaktur Dengan Model Performance Of Activity Dan Supply Chain Operations Reference. Jurnal Teknologi, Vol. 1, No. 1. Tangen, S. (2004). Performance Measurement: From Philosophy To Practice. International Journal of Productivity And Performance Management, 727. Tzeng, G.-H. (2011). Multiple Attribute Decision Making METHODS AND APPLICATIONS. Boca Raton: Taylor & Francis Group. Warmansyah, J. (2010). Sistem Infomasi Analytic Hierarchy Process (AHP) sebagai Instumen Pembantu Keputusan dalam Pemilih Saham terbaik. Jurnal Ilmiah Teknologi & Sains Vol I No.01. Zeleny, M. (2011). MCDM: In Search of New Paradigms. In Y. Shi, New State of MCDM in the 21st Century (p.6). Berlin Heidelberg: Springer.