ANALISIS PEMBIAYAAN MELALUI FINANCE LEASE DAN APLIKASI PERLAKUAN AKUNTANSI LEASING BERDASARKAN PSAK NO.30 TAHUN 2012 PADA PT. ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE TANJUNGPINANG Oleh SUGIARTI WULANDARI 120462201002 Fakultas Ekonomi Prodi Akuntansi UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI 2016
ABSTRAK Sulitnya perekonomian Indonesia pada saat ini, mengharuskan masyarakat kecil dan menengah kebawah sangat membutuhkan transportasi yang sesuai dengan penghasilan dari masing-masing individu. Saat ini banyak bermunculan perusahaan pembiayaan seperti leasing. PT. Adira Dinamika Multi Finance Tanjungpinang merupakan lembaga pembiayaan resmi sepeda motor dan mobil, dimana dalam hal ini bertindak sebagai lessor. Aktivitas usaha PT. Adira Dinamika Multi Finance Tanjungpinang adalah melakukan kegiatan pembiayaan sepeda motor dan mobil. Aktivitas bisnis atau penjualan perusahaan PT. Adira Dinamika Multi Finance Tanjungpinang dilakukan secara kredit. Dalam hal ini dibuat suatu perjanjian dimana lessor menyediakana barang dengan hak penggunaan oleh lesee dengan imbalan pembayaran sewa untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan antara lessor dengan lesee. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan akuntansi pada PT. Adira Dinamika Multi Finance Tanjungpinang menggunakan model akuntansi leasing finance lease atau sewa guna usaha dengan hak opsi dengan model Direct Financing Lease dan telah memenuhi kriteria-kriteria dalam PSAK No. 30 Tahun 2012 Kata Kunci: leasing, akuntansi piutang leasing, PSAK No. 30
PENDAHULUAN Latar Belakang Pada masa pembangunan ini, kehidupan masyarakat tidak terlepas dari berbagai kebutuhan. Karena pada umumnya dalam masyarakat seseorang tidak mampu memenuhi segala kebutuhannya sendiri, namun ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain. Maka dalam keadaan ini, tidak jarang utang piutang hanya sekedar untuk tambahan dana dalam mencukupi hidupnya. Sulitnya perekonomian Indonesia pada saat ini, mengharuskan masyarakat kecil dan menengah kebawah sangat membutuhkan transportasi yang sesuai dengan penghasilan dari masing-masing individu. Yang mana salah satu fungsi dari kendaraan bermotor tersebut berguna sebagai sarana penunjang perekonomian dari individu tersebut. Seiring dengan kebutuhan serta permintaan masyarakat akan sarana transportasi yang layak dan memadai untuk digunakan, mengharuskan setiap individu untuk bergerak lebih mudah serta lebih cepat untuk mencapai tujuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Dengan begitu perkembangan industri kendaraan sepeda motorpun menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan. Dalam hal pemenuhan kebutuhan akan transportasi masyarakat di Indonesia, turut memberikan kontribusi bagi dunia kerja yang bergerak di suatu lembaga keuangan khususnya pada bidang pembiayaan/finance, yang dapat dilihat dengan banyaknya berbagai bentuk perusahaan dibidang pembiayaan yang memberikan solusi untuk memiliki kendaraan bermotor terutama roda dua. Dan Kepulauan Riau merupakan salah satu yang tergolong pesat dalam penggunaan dan pemilikan baik roda dua maupun roda empat, khususnya di Tanjungpinang. Salah satu bentuk lembaga pembiayaan kendaraan bermotor adalah leasing. Menurut Pasal 1 Angka (2) Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988, pengertian Lembaga Pembiayaan (leasing) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat. Lembaga pembiayaan leasing sudah banyak dikenal masyarakat Indonesia karena lembaga pembiayaan sangat membantu dalam menunjang pemasaran kendaraan bermotor dan kepemilikan kendaraan bermotor bagi masyarakat. (Elyviana, 2010)
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah perlakuan akuntansi leasing telah sesuai dengan PSAK No.30 Tahun 2012 pada PT. Adira Dinamika Multi Finance Tanjungpinang. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Sewa Guna Usaha (Leasing) Pengertian sewa guna usaha (leasing) menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991 tanggal 21 September 1991 tentang kegiatan sewa guna usaha memberikan definisi sebagai berikut; “Sewa Guna Usaha adalah kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal, baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease), untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.” Perlakuan akuntansi leasing menurut PSAK adalah: peraturan baku yang telah disahkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) terhadap penerapan Akuntansi di Indonesia adalah PSAK. Untuk penelitian ini, perlakuan akuntansi leasing tertulis di PSAK No.30 Revisi 2012, yang isi nya mengatur tentang sewa pembiayaan atau leasing dengan penerapannya sebagai berikut:
“Suatu sewa diklasikfikasikan sebagai sewa pembiayaan jika sewa tersebut mengalihkan secara substansial seluruh resiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset. Suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi jika sewa tidak mengalihkan secara substansial seluruh resiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset”. (Paragraf : 08)
“Lessor mengakui aset berupa piutang sewa pembiayaan dilaporan posisi keuangan sebesar jumlah yang sama dengan investasi sewa netto tersebut”. (Paragraf : 35)
“Pada hakikatnya dalam sewa pembiayaan seluruh resiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan hukum dialihkan oleh lessor kepada lessee, dan dengan demikian penerimaan piutang sewa diperlakukan oleh lessor sebagai pembayaran pokok dan pendapatan keuangan yang diterima sebagai penggantian dan imbalan atas investasi dan jasanya”.
(Paragraf : 36)
Pengukuran setelah pengakuan: ”Pengakuan pendapatan keuangan didasarkan pada suatu pola yang mencerminkan suatu tingkat pengembalian periodik yang konstan atas investasi netto lessor dalam sewa pembiayaan”. (Paragraf : 38) Leasing sebagai suatu sarana alternatif untuk suatu pembiayaan banyak menunjang
tujuan pemerintah dalam mengembangkan sektor swasta. Dalam hal ini terdapat dua jenis pembiayaan leasing, yaitu financial lease dan operating lease. Financial lease memberikan hak opsi kepada peminjam untuk membeli barang tersebut setelah habis masa kontrak. Sedangkan operating lease hanya memberikan hak pakai saja dan setelah habis masa pakai barang modal tersebut dikembalikan. Cara seperti
ini dimungkinkan perusahaan sebab
setelah masa sewa habis, kemungkinan barang modal tersebut masih cukup berharga untuk disewakan lagi ataupun dijual. Untuk sistem operating lease biasanya pihak lessor bertanggungjawab terhadap perawatan barang modal tersebut. Jenis barang-barang modal tersebut yang banyak disewakan dalam sistem operating lease ini adalah barang-barang yang memiliki nilai yang tinggi, misalnya alat-alat berat, alat kontraktor dan mesin-mesin. Untuk menghindari dari resiko kerugian yang besar karena suatu kecelakaan atau lain hal, maka dalam sistem leasing ini mensyaratkan suatu asuransi. Premi asuransi tersebut dibayarkan oleh lessee dengan alasan bahwa lessee adalah pihak yang paling mengetahui bagaimana karakteristik dari barang modal tersebut. Berhubungan dengan hal tersebut, maka pihak lessor melakukan pengecekan atas kelangsungan asuransi barang modal yang merupakan milik lessor. Keuntungan leasing bagi lessee disini adalah uang muka dan pembayaran yang lebih murah dibandingkan pinjaman langsung (straight loans). Hal itu dimungkinkan karena leasing mengandung tax saving (penurunan pajak) dari terdepresiasinya barang-barang yang di lease kan tersebut. Oleh karena itu, untuk memulai suatu pemilikan barang modal, lessee tidak harus menyediakan dana dengan jumlah yang besar untuk membeli barang modal. Pihak-pihak yang Terlibat dalam Leasing Leasing merupakan suatu perjanjian antara pemilik barang (lessor) degan pemakai barang (lessee). Menurut Arthesa dan Handiman (2008 : 249) Setiap transaksi leasing sekurang-kurangnya melibatkan 4 (empat) pihak yang berkepentingan , yaitu: lessor, lessee, supplier, dan bank atau kreditor:
Lessor, adalah perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa pembiayaan atau penyewaan kepada konsumen. Lessor dapat memberikan jasa pembiayaan dalam bentuk finance lease atau operating lease. Pilihan ini berdasarkan kesepakatan antara pihak lessor dengan pihak penyewa atau lessee. Lessee, adalah seorang atau perusahaan yang mendapatkan jasa pembiayaan dari perusahaan leasing atau lessor. Pihak lessee mendapatkan keuntungan dari jasa pembiayaan ini karena kebutuhan akan barang-barang modal dapat dipenuhi tanpa mengeluarkan biaya yang besar. Lessee dapat memilih cara penyewaan baik dengan finance lease maupun dengan operating lease, dan pilihan ini disesuaikan dengan kebutuhan seseorang atau perusahaan tersebut. Supplier, adalah perusahaan ataupun pihak-pihak yang menyediakan barang-barang modal sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau perusahaan atau penyewa/lessee. Pada umumnya supplier telah mengetahui kebutuhan penyewa akan jenis barang modal teertentu. Kemudian supplier secara aktif melakukan pendekatan kepada lessee dan lessor agar mereka memilih barang modal yang ditawarkan. Persaingan antara pihak supplier yang cukup tinggi memberikan keuntungan bagi pihak lessee dan lessor berupa potongan harga ataupun keuntungan lainnya. Bank atau kreditor, dalam suatu perjanjian atau kontrak leasing pihak bank atau kreditor tidak terlibat secara langsung dalam kontrak tersebut, namun pihak bank memegang peranan dalam hal penyediaan dana kepada lessor, terutama dalam mekanisme leverage lease dimana sumber dana pembiayaan lessor diperoleh melalui kredit bank. Dan kreditor mempunyai peran yang besar bagi pertumbuhan leasing. Karena pada umumnya dalam perjalanan usaha, lessor mengalami kekurangan dana karena tingginya kebutuhan lessee akan barang-barang modal. Kreditur terutama adalah pihak perbankan nasional, namun ada pula perusahaan keuangan lainnya yang dapat menyediakan bantuan dana bagi perkembangan usaha leasing di Indonesia. Teknik Pembiayaan pada Leasing Pada teknik pembiayaan leasing dapat dilihat berdasarkan jenis transaksi leasing yang digunakan. Secara umum dalam leasing terdapat dua kategorri pembiayaan dari sudut pandang lessee, yaitu finance lease dan operating lease.
1. Finance Lease Finance lease atau terkadang disebut dengan full-pay out leasing merupakan suatu bentuk pembiayaan dengan cara kontrak antara pihak lessor dan lessee dengan beberapa ketentuanketentuan. 2. Operating Leasing Teknik leasing dalam bentuk ini, dengan sengaja lessor membeli barang modal lalu selanjutnya di lease kan kepada pihak lessee. Pada teknik ini berbeda dengan finance lease, pada operating lease jumlah seluruh pembayaran berkala tidak cukup menutup jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh modal tersebut berikut bunganya dikarenakan perusahaan leasing tersebut mengharapkan keuntungan justru dari penjualan barang modal yang di lease kan atau melalui beberapa kontrak leasing berikutnya. Sistem operating lease ini terkadang juga disebut dengan sewa guna usaha biasa merupakan suatu perjanjian kontrak antara lessor Pengakuan, Pengukuran, dan Pengungkapan Akuntansi Leasing Berdasarkan PSAK No. 30 Tahun 2012 Berdasarkan PSAK No.30 Tahun 2012 mengenai pengakuan awal, pengukuran setelah pengakuan awal, dan pengungkapan dalam sewa pembiayaan dalam laporan keuangan lessee maupun lessor dan dalam pembiayaan finance lease dan operating lease dikatakan bahwa; 1) Sewa dalam Laporan Keuangan Lessee Finance Lease Pengakuan Awal “Pada awal masa sewa, lessee mengakui sewa pembiayaan sebagai aset dan liabilitas dalam laporan posisi keuangan sebesar nilai wajar aset sewaan atau sebesar nilai kini dari pembayaran sewa minimum, jika nilai kini lebih rendah dari nilai wajar. Penilaian ditentukan pada awal kontrak sewa. Tingkat diskonto yang digunakan dalam perthitungan nilai kini dari pembayaran sewa minimum adalah tingkat suku bunga implisit dalam sewa, jika dapat ditentukan secara praktis; jika tidak, digunakan tingkat suku bunga pinjaman inkremental
lessee. Biaya langsung awal yang dikeluarkan lessee ditambah ke dalam jumlah yang diakui sebagai aset”. (Paragraf : 19) Ayat jurnal untuk mencatat pengakuan awal perjanjian: Aset lease
xxx
Utang lease
xxx
Pengukuran Setelah Pengakuan Awal “Pembayaran sewa minimum dipisahkan antara bagian yang merupakan beban dan bagian yang merupakan pelunasan liabilitas. Beban keuangan dialokasikan kesetiap periode selama masa sewa sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu tingkat suku bunga periodik yang konstan atas saldo liabilitas. Rental kontinjen dibebankan pada periode terjadinya”. ( Paragraf : 24) Ayat jurnal untuk pembayaran sewa pertama: Utang lease
xxx
Beban pajak
xxx
Beban bunga
xxx
Kas
xxx
Ayat jurnal mencatat pengakuan penyusutan aset: Beban penyusutan aset lease Akumulasi penyusutan aset lease
xxx xxx
Pengungkapan Lessee juga mengungkapkan hal-hal berikut yang berkaitan dengan sewa pembiayaan (Paragraf : 30): a) Jumlah neto jumlah tercatat untuk setiap kelompok aset pada tanggal pelaporan;
b) Rekonsiliasi antara total pembayaran sewa minimum dimasa depan pada tanggal pelaporan, dengan nilai kininya. Selain itu, entitas mengungkapkan total pembayaran sewa minimum dimasa depan pada tanggal pelaporan, dan nilai kininya, untuk setiap periode berikut: (i)
Sampai dengan satu tahun;
(ii)
Lebih dari satu tahun sampai lima tahun;
(iii)
Lebih dari lima tahun.
c) Rental kontinjen yang diakui sebagai beban pada periode tersebut; d) Total perkiraan penerimaan pembayaran minimum sewa-lanjut dimasa depan dari kontrak sewa-lanjut yang tidak dapat dibatalkan (non-cancellable subleases) pada tanggal pelaporan. e) Penjelasan umum isi perjanjian sewa yang material, yang meliputi, tetapi tidak terbatas pada, hal berikut: (i)
Dasar penentuan utang rental kontinjen;
(ii)
Ada tidaknya klausal-klausal yang berkaitan dengan opsi perpanjangan atau pembelian dan eskalasi beserta syarat-syaratnya; dan
(iii)
Pembatasan-pembatasan yang ditetapkan dalam perjanjian sewa, misalnya yang terkait dengan dividen, tambahan utang, dan sewa-lanjut. Operating Lease
Pengakuan Awal “Pembayaran sewa dalam sewa operasi diakui sebagai beban dengan dasar garis lurus selama masa sewa kecuali terdapat dasar sistematis lain yang dapat lebih mencerminkan pola waktu dari manfaat aset yang dinikmati pengguna”. (Paragraf : 32) Ayat jurnal untuk mencatat pengakuan awal: Beban lease
xxx
Kas
xxx
Hutang lease
xxx
2) Sewa dalam Laporan Keuangan Lessor Finance Lease Pengakuan Awal “Dalam sewa pembiayaan, lessor mengakui aset berupa piutang sewa pembiayaan di laporan posisi keuangan sebesar jumlah yang sama dengan investasi sewa neto tersebut”. (Paragraf : 35)
Perusahaan tidak menginvestasikan dana tunai kepihak dealer, perusahaan akan mengeluarkan dana pembiayaan pada saat terjadi transaksi. Maka ayat jurnal pada transaksi ini adalah:
Aset sewa guna usaha
xxx
Kas
xxx
Jurnal pada saat transaksi untuk mencatat lease: Piutang lease
xxx
Aset sewa guna usaha
xxx
Pendapatan bunga diterima dimuka
xxx
Pengukuran Setelah Pengakuan Awal “Pengakuan penghasilan pembiayaan didasarkan pada suatu pola yang mencerminkan suatu tingkat pengembalian periodik yang konstan atas investasi bersih lessor dalam sewa pembiayaan”. (Paragraf : 38)
Jurnal untuk mencatat awal sewa perjanjian pada pembayaran pertama: Kas
xxx
Pendapatan bunga diterima dimuka
xxx
Piutang lease
xxx
Biaya asuransi
xxx
Biaya administrasi
xxx
Pendapatan bunga
xxx
Jurnal transaksi pada saat pembayaran angsuran perbulan: Kas
xxx Piutang lease
xxx
Jurnal transaksi untuk mengakui pendapatan bunga perbulan yang diperoleh lessor: Pendapatan bunga diterima dimuka
xxx
Pendapatan bunga
xxx
Pengungkapan Pengungkapan lessor mengungkapkan hal berikut untuk sewa pembiayaan: (Paragraf : 47) a) Rekonsiliasi antara investasi sewa bruto dan sewa kini piutang pembayaran sewa minimum pada tanggal pelaporan. Disamping itu, lessor mengungkapkan investasi sewa bruto dan nilai kini piutang pembayaran sewa minimum pada tanggal pelaporan, untuk setiap periode berikut: (i)
Kurang dari satu tahun
(ii)
Lebih dari satu tahun sampai lima tahun
(iii)
Lebih dari lima tahun
b) Penghasilan pembiayaan tangguhan c) Nilai residu tidak dijamin yang diakru sebagai manfaat lessor d) Akumulasi penyisihan piutang tidak tertagih atas pembayaran sewa minimum e) Rental kontijen yang diakui sebagai penghasilan dalam periode berjalan, dan f) Penjelasan umum isi perjanjian sewa lessor yang material Operating Lease Pengakuan Awal “Lessor menyajikan aset untuk sewa operasi di laporan posisi keuangan sesuai sifat aset tersebut”. (Paragraf : 49) “Pendapatan sewa dari sewa operasi diakui sebagai pendapatan dengan dasar garis lurus selama masa sewa, kecuali terdapat dasar sistematis lain yang lebih mencerminkan pola waktu dimana manfaat penggunaan aset sewaan menurun”. (Paragraf : 50) “Biaya langsung awal yang dikeluarkan oleh lessor dalam proses negosiasi dan pengaturan sewa operasi ditambahkan ke jumlah tercatat aset sewaan dan diakui sebagai beban selama masa sewa dengan dasar yang sama dengan pendapatan sewa”. (Paragraf : 52)
Ayat jurnal untuk mencatat penerimaan pembayaran pertama: Kas
xxx Pendapatan sewa diterima dimuka
xxx
Ayat jurnal untuk mengakui pendapatan yang diperoleh dan penyusutan aktiva: Pendapatan sewa diterima dimuka
xxx
Pendapatan sewa
xxx
Beban penyusutan
xxx
Akumulasi penyusutan
xxx
3) Penyajian Piutang Dineraca Menurut Kieso and Weygandt (dalam Izati, 2014) Umunya, piutang pembayaran lease, walaupun dicatat pada jumlah investasi kotornya, dilaporkan dineraca pada jumlah investasi bersih (investasi kotor - pendapatan bunga diterima dimuka) dan diberi keterangan “investasi bersih dalam lease modal”. Hal ini dapat diklasifikasikan baik sebagai lancar maupun tidak lancar, tergantung pada kapan investasi bersih itu dipulihkan. PT. XXXX Neraca Per 31 Desember 20xx Aktiva
Utang+Modal
Aktiva Lancar
Utang Lancar
Kas
Xxx
Piutang Leasing
Xxx
Aktiva Tetap
Utang Jangka Panjang Modal
Neraca Sumber: Rudianto (dalam Runtuwene, 2013)
Kelebihan Leasing sebagai Sumber Pembiayaan Menurut Arthesa dan Handiman (2008 : 254) leasing sebagai alternatif sumber pembiayaan memiliki beberapa kelebihan dan manfaat dibandingkan dengan sumber-sumber pembiayaan lainnya antara lain sebagai berikut: A. Perusahaan Pembiayaan Leasing Manfaat yang diterima perusahaan leasing adalah:
Manfaat yang diterima oleh perusahaan leasing adalah penerimaan dari bunga dan biaya administrasi yang diperoleh dari konsumen. Tingkat bunga yang diterima oleh konsumen umumnya jauh lebih tinggi dibandingkan tingkat bunga pinjaman dari bank. Hal ini karena tingkat risiko usaha pembiayaan
ini jauh lebih besar
dibandingkan dengan risiko yang dihadapi oleh bank. B. Supplier Manfaat yang diterima supplier adalah:
Peningkatan Penjualan Barang Hal ini terjadi karena perusahaan leasing dapat membiayai kebutuhan atau keinginan konsumen akan barang yang dijual oleh supplier meskipun konsumen tidak memiliki uang tunai.
Supplier Terhindar dari Risiko Gagal Bayar Supplier menerima uang tunai dari perusahaan leasing, sehingga supplier tidak menerima risiko pembayaran angsuran konsumen yang tidak lancar.
C. Konsumen Manfaat yang diterima konsumen adalah:
Sumber Pembiayaan Alternatif Leasing merupakan sumber pembiayaan lain bagi perusahaan tanpa mengganggu fasilitas kredit (credit line) yang telah dimiliki. Dari segi jaminan leasing tidak terlalu menuntut adanya jaminan tambahan yang lebih banyak dibandingkan apabila lessee memperoleh pinjaman dari pihak lainnya yaitu pihak perbankkan. Karena hak kepemilikan sah atas objek lease serta pengaturan pembayaran lease sesuai dengan pendapatan yang dihasilkan oleh objek lease sehingga merupakan jaminan bagi leasing itu sendiri. Dengan demikian harta yang telah dijaminkan untuk kredit tetap dapat menjamin kredit yang sudah ada.
Memberikan Persyaratan yang Fleksibel Dibandingkan dengan bank, perusahaan leasing memiliki persyaratan yang jauh lebih fleksibel dibandingkan dengan bank. Kemudahan tersebut terutama adalah persyaratan dokumen yang lebih ringan, proses yang lebih cepat, dan hubungan yang lebih mudah. Namun, konsekuensi dari kemudahan tersebut adalah tingkat suku bunga leasing yang umumnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat bunga pinjaman bank. Tingginya suku bunga leasing merupakan antisipasi dari berbagai resiko yang mungkin timbul dari kemudahan pemberian fasilitas pembiayaan ke pihak lessee.
Mendapatkan Barang Dengan Pendanaan yang Sesuai Kemampuan Konsumen mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan barang yang diinginkannya meskipun mereka tidak mempunyai dana yang cukup untuk membeli barang tersebut.
Pengertian Kredit Dalam kehidupan keseharian kita tidak terlepas dari kata kredit. Kata kredit bukan merupakan kata yang asing dikalangan masyarakat kita. Kata kredit tidak hanya terkenal dikalangan kota-kota besar saja, akan tetapi kata kreditpun telah populer dikalangan penduduk pedesaan. Menurut Abdullah dan Tantri (2012 : 162) dalam bukunya yang berjudul Bank dan Lembaga Keuangan mengatakan bahwa: Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani “credere” yang berarti kepercayaan (truth atau faith). Oleh karena itu, dasar dari kredit adalah kepercayaan. Seseorang atau suatu badan yang memberikan kredit percaya bahwa penerima kredit pada masa yang akan datang akan sanggup memenuhi segala susuatu yang telah dijanjikan. Apa yang telah dijanjikan itu dapat berupa barang, uang dan jasa. Dengan demikian, prestasi dan kontraprestasi dapat berbentuk barang terhadap jasa, barang terhadap barang, barang terhadap uang, uang terhadap uang, uang terhadap jasa, dan uang terhadap barang. Dengan diterimanya kontraprestasi pada masa yang akan datang, maka jelas tergambar bahwa kredit dalam arti ekonomi adalah penundaan pembayaran dari prestasi yang diberikan sekarang, baik dalam bentuk uang, maupun jasa dan barang.
Penelitian terdahulu Terdapat beberapa penelitian yang penulis ambil sebagai literatur tambahan dengan data olahan penunjang lainnya, sehingga dapat dijelaskan hasil judul penelitian terdahulu. Penelitian (Lidya, 2014) dengan judul Analisis Perlakuan Akuntansi Sewa Guna Usaha (Leasing) Pada PT. MAF & MCF Berdasarkan PSAK No.30 Tahun 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. MAF & MCF mengakui aset berupa piutang sewa pembiayaan dalam laporan posisi keuangan sebesar jumlah yang sama dengan investasi sewa neto. Dasar pengukuran laporan keuangan adalah konsep biaya perolehan (historical cost) dan laporan keuangan disusun dengan dasar akrual. Dalam pengungkapan sewa guna usaha PT. MAF & MCF mengungkapkan pendapatan pada laporan laba rugi dan disajikan dalam posnya masing-masing seperti iuran pendapatan kredit sepeda motor.
Penelitian (Nur Izati, 2014) dengan judul Analisis Akuntansi Sewa Berdasarkan PSAK No. 30 pada PT. MAF-MCF Tanjungpinang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Berdasarkan kriteria klasifikasi sewa guna usaha yang ditetapkan dalam PSAK No.30 tentang Sewa guna Usaha/ Leasing, transaksi sewa guna usaha yang dilakukan oleh PT. MAF & MCF cabang Tanjungpinang adalah sewa pembiayaan (capital lease). Pada pencatatan transaksi perusahaan mengakui dan mencatat pendapatan sewa saat penerimaan pembayaran awal dan angsuran. Saat konsumen menyetujui leasing, kerjasama antara perusahaan dengan dealer/suplier kendaraan, uang muka sebagai deposit. Jaminan untuk dealer /supplier. Pencatatan pendapatan denda dari konsumen, di kartu piutang dengan voucher pada perusahaan dipisahkan dari pendapatan pokok serta pendapatan bunga. Penelitian (Runtuwene, 2013) dengan judul Penerapan Akuntansi Piutang Leasing untuk Perencanaan dan Pengendalian pada PT. Suzuki Finance Indonesia Cabang Manado. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerapan akuntansi pada PT. SFI Manado menggunakan model akuntansi leasing capital lease dengan model Direct Financing lease atau model pembiayaan langsung. Dan pendapatan akuntansi piutang telah disesuaikan dengan PSAK No.30 tentang sewa, dimana piutang sewa telah berjalan dengan baik.
METODOLOGI PENELITIAN Metode Penelitian Penelitian adalah usaha untuk memperoleh fakta atau prinsip (menemukan, mengembangkan, menguji kebenaran) dengan cara mengumpulkan dan menganalisis data (informasi)
yang
dilaksanakan
dengan
teliti,
jelas,
sistematik
dan
dapat
dipertanggungjawabkan (metode ilmiah). Sesuai dengan judul penelitian yang ingin diteliti penulis, maka dalam hal ini penulis menggunakan metode kualitatif dengan analisis data
secara induktif. Analisis data induktif adalah jalan berfikir dengan mengambil suatu kesimpulan dari data-data yang bersifat khusus. Berfikir induktif ini berangkat dari faktafakta ataupun peristiwa–peristiwa yang kongkrit itu ditarik generalisasi-generalisasi yang mempunyai sifat umum. metode pada penelitian ini berusaha mendeskripsikan objek penelitian berdasarkan data serta fakta yang sebenarnya, serta mengalisanya melalui konsep-konsep yang telah dikembangkan sebelumnya dengan peneliti sebagai instrumen itu sendiri dalam memecahkan suatu permasalahan. Jadi peneliti menggunakan metode ini adalah untuk menyimpulkan hasil observasi, wawancara dan data yang terkumpul lainnya. Metode induktif adalah untuk menilai fakta-fakta empiris yang ditemukan dan kemudian dicocokkan dengan landasan yang ada. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan cara perolehannya adalah: 1. Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber pertama (sumber asli) baik dari individu ataupun perorangan yang akan diproses untuk tujuan-tujuan tertentu sesuai dengan kebutuhan. Adapun proses penelitian dalam mengumpulkan data primer adalah dengan observasi dan wawancara. (Lidya, 2014) 2. Data Skunder Data skunder merupakan data yang berfungsi sebagai pelengkap ataupun pendukung data primer. Data skunder ini diperoleh dari sumber yang sudah terdokumentasi dari perusahaan. Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan penulis untuk mendapatkan data-data yang objektif sebagai pendukung untuk menganalisa terhadap permasalahan yang akan dibahas yaitu:
1) Studi Kepustakaan Studi kepustakaan ini akan digunakan sebagai dasar pembahasan secara teoritis dalam mengumpulkan data dengan cara membaca buku-buku literatur, makalah ilmiah mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan akuntansi leasing serta menganalisis hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan pokok penelitian yang dilakukan. 2) Studi Lapangan Dalam studi lapangan ini, penulis akan melakukan penelitian langsung ke pihak PT. Adira Dinamika Multi Finance untuk memperoleh data yang real serta diperlukan. Teknik yang digunakan oleh penulis untuk memperoleh data meliputi: a) Observasi Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pegamatan secara langsung mengenai prosedur yang diterapkan berdasarkan PSAK NO.30 Tahun 2012 dan dapat mengamati secara langsung segenap aktivitas atau kegiatan yang ada di PT. Adira Dinamika Multi Finance Tanjungpinang. b) Wawancara Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan lisan secara langsung kepada pimpinan dan staff bagian-bagian yang terkait dalam akuntansi leasing. c) Teknik Dokumentasi Dalam teknik dokumentasi ini, penulis dapat mengambil beberapa data terkait tentang akuntansi leasing dari PT. Adira Dinamika Multi Finance, seperti laporan keuangan, struktur organisasi serta data-data pelengkap lainnya yang dapat menunjang penelitian skripsi ini. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan suatu rangkaian proses penyederhanaan dan pengelompokan data-data sesuai dengan alat yang digunakan. Analisis data dimaksudkan sebagai suatu cara untuk menganalisis sebab-sebab timbulnya suatu permasalahan yang terjadi didalam suatu perusahaan serta seberapa jauh permasalahan tersebut mempengaruhi perusahaan.
Menurut Sugiyono (2015 : 244) analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahanbahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, dan selanjutnya dikembangkan. Pada teknik analisis data ini, penulis menggunakan analisis data dilapangan model Miles and Huberman (1984). Menurut Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2015: 246) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data model Miles and Huberman (1984), yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. A. Data Reduction (Reduksi Data) Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama peneliti kelapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. B. Data Display (Penyajian Data) Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, tabel dan sejenisnya. Dalam hal ini, Miles and Huberman (1984) menyatakan, yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut. C. Conclusion Drawing/Verification Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman (1984) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi ataupun gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif dan juga teori. ANALISA DATA Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Perkembangan Perusahaan dan Dasar-Dasar Pendirian Perusahaan Perseroan didirikan dengan nama PT Adira Dinamika Multi Finance berdasarkan Akta Pendirian No. 131 Tanggal 13 November 1990, Dibuat di hadapan Misahardi Wilamarta, S.H., Notaris di Jakarta, dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusannya No. C2-19.HT.01.01.TH.91 Tanggal 8 Januari 1991, Dan didaftarkan dalam register untuk maksud itu yang berada di Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan di bawah No. 34/Not.1991/PN.JKT.SEL pada tanggal 14 Januari 1991, Serta diumumkan dalam Tambahan No. 421 Berita Negara Republik Indonesia No. 12 tanggal 8 Februari 1991. (www.adira.co.id) PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk atau Adira Finance didirikan pada tahun 1990 dan mulai beroperasi pada tahun 1991. Sejak awal, Adira Finance berkomitmen untuk menjadi perusahaan pembiayaan terbaik dan terkemuka di Indonesia. Adira Finance hadir untuk melayani beragam pembiayaan seperti kendaraan bermotor baik baru ataupun bekas. Melihat adanya potensi ini, Adira Finance mulai melakukan penawaran umum melalui sahamnya pada tahun 2004 dan Bank Danamon menjadi pemegang saham mayoritas sebesar 75%. Tahun 2009, Bank Danamon kembali mengakuisisi 20% saham Adira Finance sehingga total saham yang dimiliki menjadi 95%. Dengan demikian, Adira Finance menjadi bagian Temasek Holdings yang merupakan perusahaan investasi plat merah asal Singapura. Perseroan berkedudukan di Jakarta Selatan dengan Kantor Pusat di The Landmark I, Lantai 26-31, Jl. Jenderal Sudirman No. 1, Jakarta 12910. (www.adira.co.id)
Adira Finance Tanjungpinang ini merupakan salah satu kantor perwakilan cabang dari Adira Finance Batam yang memiliki kantor pusat di Jakarta Selatan, yang mulai beroperasi di Tanjungpinang sejak tahun 2006 yang beralamat di Jl. Gatot Subroto Km. 5, Tanjungpinang. Adira Finance Tanjungpinang melayani pembiayaan seperti kendaraan bermotor dan mobil baik baru ataupun bekas. Serta pembiayaan dengan menjaminkan BPKB kendaraan motor maupun mobil dan memberikan dana tunai kepada konsumen, yang nantinya konsumen tersebut akan melakukan pembayaran secara kredit dengan pihak perusahaan sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati diawal perjanjian. Kinerja anak perusahaan ini berada dalam pengawasan kantor pusat yang berada di Jakarta . Oleh karena itu sistem kerja seluruh karyawan dilakukan secara online. Karyawan setiap divisi menginput data dari kantor perwakilan yang langsung terhubung dikantor cabang. Dan untuk pembayaran dari konsumen dapat dilakukan dimana dan kapan saja, baik itu melalui ATM BCA, kantor pos, kedai Adira Finance dan bisa langsung melakukan pembayaran kekantor. Visi dan Misi Perusahaan Dalam pendirian suatu perusahaan, tidak terlepas dari visi dan misi perusahaan yang dapat menunjang perusahaan tersebut kearah yang lebih baik. Visi dan misi Adira Finance adalah: (www.adira.co.id)
Visi Menciptakan nilai bersama demi kesinambungan perusahaan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia
Misi Menyediakan produk dan layanan yang beragam sesuai siklus kehidupan pelanggan Memberikan pengalaman yang menguntungkan dan bersahabat kepada pemangku kepentingan Memberdayakan komunitas untuk mencapai kesejahteraan Dari tahun 2004, perusahaan telah menerapkan prinsip dari kode etik yang harus
ditaati oleh seluruh karyawan perusahaan yang dinamakan “ADIRA TOP”. ADIRA TOP
merupakan prinsip dasar yang harus dimiliki oleh seluruh karywan, yang mana masingmasing prinsip memiliki ciri, sikap masing-masing dengan penjabaran. Kode etik tersebut harus
dibaca,
dimengerti
dan
ditandatangani
oleh
setiap
karyawan
perusahaan.
(www.adira.co.id) Prinsip-prinsip dasar ADIRA TOP adalah sebagai berikut: 1. Advance 2. Discipline 3. Integrity 4. Reliable 5. Accountable 6. Teamwork 7. Obsessed 8. Professional Aktivitas Perusahaan Aktivitas yang dilakukan oleh Adira Finance Tanjungpinang adalah pembiayaan modal bagi motor dan mobil serta penyaluran dana dengan jaminan BPKB kendaraan sebagai jaminannya. Dalam hal ini industri otomotif merupakan penyedia produk-produk yang dibiayai oleh Adira Finance. Adira Finance bekerjasama dengan dealer/showroom yang menyediakan produk otomotif kepada konsumen. Adira Finance mendapatkan order dari dealer/showroom yang telah melakukan perjanjian kerjasama (MOU). Kerjasama pihak Adira Finance dengan dealer/showroom berlangsung selama 5 tahun, dan kerjasama dapat dihentikan tanpa sepengetahuan dealer/showroom
apabila pihak perusahaan merasa
dirugikan dari pihak dealer/showroom tersebut. Pihak Adira Finance melakukan kerjasama dengan beberapa dealer motor sebagai supplier kendaraan yang terdiri dari dealer motor baru dan juga dealer motor bekas sebagai penyalur motor bekas yang ditarik dari konsumen, yang berada diwilayah kota Tanjungpinang. Dalam hal ini, Adira Finance menetapkan suatu asuransi. Asuransi merupakan perusahaan yang menanggung resiko terhadap perjanjian antara lessor dan lessee. Dalam hal ini lessee dikenakan biaya asuransi. Apabila terjadi sesuatu, perusahaan akan menanggung
resiko yang besarnya sesuai dengan perjanjian terhadap barang yang di leasing kan. Asuransi kerugian untuk otomotif adalah: Total Lost Only (motor dan mobil) -
Kehilangan
-
Kendaraan rusak akibat kecelakaan 75%
Comprehensive Risk/All Risk (mobil) -
Klaim asuransi untuk semua resiko yang terjadi pada mobil
Untuk proses klaim asuransi kendaraan yang hilang ataupun rusak akibat kecelakaan dengan
cara pihak asuransi membayar ke pihak perusahaan sebanyak sisa pembayaran
konsumen tanpa bunga cicilan. Namun apabila tidak terdapat klaim asuransi dari pihak konsumen, maka dalam hal ini Adira Finance mendapatkan keuntungan dari selisih premi yang telah dibayarkan nasabah dan premi asuransi yang dibayarkan keperusahaan asuransi. Rekanan Adira Finance yang bertugas meng-cover segala resiko kerugian adalah Adira Insurance. Pembayaran premi asuransi disesuaikan dengan besarnya angsuran nasabah setiap bulannya. Skema Pembiayaan Finance Lease Untuk alur terjadinya finance lease kendaraan bermotor di Adira Finance dapat dilihat pada gambar berikut: Bank
g. Funding g. Bayar dealer
Adira Finance
h. Pegang BPKB b. Order in
f. Terima uang muka
f. Kirim Tagihan
d. Purchase order
h. Serah BPKB
Dealer e. Kirim Barang
a. Kredit kendaraan j. Pembayaran angsuran
e. Uang muka
Konsumen
c. Survey i. Perjanjian Kredit
Skema Pembiayaan Perusahaan
Sumber: PT. Adira Dinamika Multi Finance Perlakuan Akuntansi Sewa Guna Usaha/ Leasing di PT.Adira Dinamika Multi Finance Tanjungpinang Kendaraan tarikan dari konsumen merupakan suatu investasi yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. Terjadinya penarikan kendaraan termasuk resiko yang harus dialami oleh perusahaan. Terkadang motor yang ditarik dari konsumen sudah tidak lengkap lagi, yang terkadang terjadi kehilangan STNK dan kunci dari pemilik kendaraan yang merupakan resiko yang harus ditanggung pihak perusahaan yang harus menerbitkan STNK kembali dengan biaya sebesar Rp 800.000,-. Kendaraan yang telah lama berada digudang penyimpanan yang telah melewati batas peringatan apabila konsumen ingin menebusnya, maka untuk itu diperlukan kebijaksanaan dari pihak perusahaan atas suatu kejadian tersebut agar konsumen diberikan solusi mengingat jumlah angsuran sewa yang telah dicicil oleh konsumen selama periode yang telah dibayarkan cukup besar. Dalam hal ini sesuai dalam PSAK No. 30 yang terdapat pada paragraf 36 yang berbunyi: “Pada hakikatnya dalam sewa pembiayaan seluruh resiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan hukum dialihkan oleh lessor kepada lessee, dan dengan demikian penerimaan piutang sewa diperlakukan oleh lessor sebagai pembayaran pokok dan pendapatan keuangan yang diterima sebagai penggantian dan atas imbalan atas investasi dan jasanya” Untuk akun pendapatan yang diakibatkan lessee atas keterlambatan pembayaran dari tanggal jatuh tempo yang telah disepakati yang biasa disebut dengan denda, dihitung perhari dari tanggal jatuh tempo dikalikan dengan 0,5%. Dalam hal konsumen yang mengalami kesulitan dalam pembayaran denda akibat keterlambatan membayar, maka untuk denda konsumen bisa meminta keringanan pembayaran beban denda tersebut kepada pihak perusahaan. Dan perusahaan akan memberikan solusi melalui prosedur tertulis yang harus dilengkapi konsumen dari pihak perusahaan bersangkutan kekantor pusat untuk mohon persetujuan keringanan membayar denda untuk konsumen.
Jurnal untuk mengakui pendapatan denda adalah:
Kas
xxx Pendapatan denda sewa guna usaha
xxx
Untuk proses klaim asuransi kendaraan akibat kecelakaan atau hilang, dalam hal ini pihak asuransi membayarkan kepihak perusahaan sebanyak sisa pembayaran konsumen tanpa bunga cicilan.
Jurnal untuk mengakui aset atas penarikan kendaraan akibat dari klaim asuransi
Aset sewa guna usaha
xxx
Piutang lease
xxx
Pendapatan SGU yang telah diterima
xxx
Klaim asuransi
xxx
Pendapatan bunga tak tertagih
xxx
Apabila terjadi penarikan kendaraan bermotor yang telah disepakati dalam perjanjian leasing. Maka ayat jurnal untuk mencatat penarikan kendaraan bermotor adalah:
Aset sewa guna usaha
xxx
Piutang lease
xxx
Pendapatan SGU yang telah diterima
xxx
Piutang tak tertagih
xxx
Berdasarkan kejadian yang sering terjadi atas unit kendaraan tarikan, perusahaan menetapkan kebijakan untuk menjual kembali kendaraan tersebut dengan sistem lelang dengan dasar hukum berita acara lelang dan dengan ketentuan persetujuan harga dari pusat yang nantinya kendaraan akan dilelang kepada dealer motor bekas. Kendaraan tarikan inilah yang dijual kembali kepada dealer motor bekas.
Jurnal untuk mencatat transaksi penjualan lelang atas kendaraan yang ditarik
Aset sewa guna usaha
xxx
Piutang lease
xxx
Pendapatan penjualan SGU tarikan
xxx
Kerugian penjualan tarikan
xxx
Untuk penetapan uang muka, perusahaan menetapkan pembayaran uang muka minimal sebesar 20% dari harga total aset sewa guna usaha. Dan untuk biaya administrasi perusahaan setiap tahun berbeda berdasarkan keputusan pihak perusahaan, dan untuk saat ini biaya administrasi sebesar Rp 925.000,-. Untuk mencatat angsuran sewa guna usaha, pihak lessor membedakan menjadi angsuran pelunasan kewajiban/pokok sewa guna usaha serta beban bunga. Untuk menentukan tingkat bunga aset, pihak lessor menetapkan bunga berdasarkan per periode sewa pembiayaan atau berdasarkan tahun cicilan yang diambil oleh pihak lessee sesuai dengan perjanjian awal. Berikut akan penulis jelaskan perhitungan pembiayaan pada PT. Adira Dinamika Multi Finance Tanjungpinang. Misalnya konsumen membeli motor bekas dengan harga OTR (harga penetapan dari dealer motor) sebesar Rp 8.900.000. Dan mengambil tenor 24 bulan serta pembayaran asuransi dan administrasi dibelakang atau dengan cara dicicil: Harga OTR
Rp 8.900.000
Total harga
Rp 8.900.000
DP net
20,78%
Rp 1.850.000
Pokok hutang
79,21%
Rp 7.050.000
Asuransi diangsur
3,90%
Rp 347.100
Asuransi 2 diangsur
0,42%
Rp 37.380
Administrasi diangsur
Rp 925.000 + Rp 1.309480
Total pokok hutang
Rp 8.359.480
Bunga
Rp 4.480.520
Total hutang
Rp 13.200.000
Angsuran perperiode
Rp 550.000
Dp gross
Rp 1.850.000
Berikut akan ditampilkan jurnal umum perusahaan dalam laporan keuangan lessor Pengakuan Awal “Dalam sewa pembiayaan, lessor mengakui aset berupa piutang sewa pembiayaan di laporan posisi keuangan sebesar jumlah yang sama dengan investasi sewa neto tersebut”. (Paragraf : 35)
Perusahaan tidak menginvestasikan dana tunai kepihak dealer, perusahaan akan mengeluarkan dana pembiayaan pada saat terjadi transaksi. Maka ayat jurnal pada transaksi ini adalah: Aset sewa guna usaha Kas
Rp 8.900.000 Rp 8.900.000
Jurnal pada saat transaksi untuk mencatat lease: Piutang lease
Rp13.200.000
Aset sewa guna usaha
Rp 8.359.480
Pendapatan bunga diterima dimuka
Rp 4.840.520
Pengukuran Setelah Pengakuan Awal “Pengakuan penghasilan pembiayaan didasarkan pada suatu pola yang mencerminkan suatu tingkat pengembalian periodik yang konstan atas investasi bersih lessor dalam sewa pembiayaan”. (Paragraf : 38)
Jurnal untuk mencatat awal sewa perjanjian pada pembayaran pertama: Kas
Rp 1.648.000
Pendapatan bunga diterima dimuka
Rp 202.000
Piutang lease
Rp 338.520
Biaya asuransi
Rp 384.480
Biaya administrasi
Rp 925.000
Pendapatan bunga
Rp 202.000
Jurnal transaksi pada saat pembayaran angsuran perbulan:
Kas
Rp 550.000 Piutang lease
Rp 550.000
Jurnal transaksi untuk mengakui pendapatan bunga perbulan yang diperoleh lessor: Pendapatan bunga diterima dimuka Pendapatan bunga
Rp 202.000 Rp 202.000
Dalam kasus pihak lessee yang mengalami kesulitan dalam pembayaran/ piutang tertunggak, pihak perusahaan menugaskan kepada debt collector untuk menagih piutang kepada pihak lessee. Dalam hal ini pihak perusahaan menetapkan biaya administrasi yang merupakan biaya transportasi penagihan langsung ke alamat konsumen bagi debt collector sebesar Rp 10.000,-. Pengakuan, Pengukuran dan Pengungkapan Transaksi Keuangan PT. Adira Dinamika Multi Finance Tanjungpinang Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa PT. Adira Dinamika Multi Finance menggunakan teknik pembiayaan finance lease dengan model pembiayaan direct financing lease atau yang lebih dikenal dengan model pembiayaan secara langsung. Karena pada akhir masa sewa, pihak lessee memiliki aset yang disewa guna usahakan. Sistem pembiayaan dengan finance lease adalah dengan memberikan modal kepada konsumen dalam hal kepemilikan kendaraan bermotor yang dibutuhkan konsumen. Jenis barang yang disewa guna usahakan adalah kendaraan bermotor roda dua dan empat, baik baru maupun bekas. Dan dalam hal ini, perusahaan juga melakukan transaksi sales and lease back yaitu dengan menggadaikan BPKB kendaraan bermotor roda dua maupun roda empat. Perusahaan memperoleh dana dari Bank Danamon. Yang mana pihak Bank Danamon ini merupakan pemegang saham mayoritas perusahaan sebesar 95%. Perusahaan dalam hal ini tidak menetapkan awal sewa seperti yang telah diatur dalam PSAK No. 30 tentang sewa. Tetapi perusahaan langsung menetapkan awal masa sewa, karena dalam hal ini perusahaan mulai mengakui sewa (aset, liabilitas, penghasilan, beban sewa) setelah pihak lessee mulai berhak menggunakan aset sewaan tersebut. Setelah adanya kesepakatan antara pihak perusahaan dengan pembeli yang sebelumnya telah diadakan survey terhadap calon konsumen yang dilakukan oleh Credit Marketing Officer dan telah disetujui oleh Credit Marketing Head dan Credit Analyst maka selanjutnya pihak perusahaan dan
calon kosumen menandatangani surat-surat perjanjian kontrak dan piutang dianggap telah terjadi. Pembahasan mengenai pengakuan, pengukuran dan pengungkapan transaksi keuangan perusahaan didapatkan penulis dari observasi lapangan dan wawancara secara langsung dengan pimpinan dan juga staff PT. Adira Dinamika Multi Finance Tanjungpinang. Dalam hal ini, pihak pimpinan menyatakan bahwa seluruh aturan dalam PSAK No. 30 Tahun 2012 tentang sewa sudah sesuai dan sudah diaplikasikan dengan baik oleh PT. Adira Dinamika Multi Finance Tanjungpinang. Kendala yang dihadapi Perusahaan Kendala yang dihadapi oleh perusahaan pembiayaan adalah sesuatu yang tidak dapat terhindarkan. Hal terseut merupakan resiko yang harus ditanggung oleh perusahaan pembiayaan tersebut. Berikut penulis akan memaparkan beberapa kendala yang dihadapi perusahaan Adira Finance berdasarkan hasil wawancara dan temuan langsung kelapangan: 1. Terjadi penunggakan atau penundaan pembayaran dari pihak lessee yang telah jatuh tempo yang pada awalnya sudah diberikan surat peringatan (surat janji bayar) kepada lessee atas keterlambatan pembayaran, yang apabila terus menunda pembayaran kendaraan bermotor tersebut harus ditarik oleh perusahaan. 2. Terjadi pemindahan aset sewaan yang dilakukan oleh lessee yang bersangkutan tanpa diketahui oleh pihak lessor. Baik itu dengan penjualan langsung lessee kepada pihak kedua ataupun dengan sistem gadai yang dilakukan oleh lessee. 3. Karyawan di bagian penagihan yang langsung berhubungan dengan pihak lessee dilapangan/pihak debt collector terkadang ada yang tidak jujur walaupun perusahaan melakukan tindakan yang tegas dengan pemberhentian langsung karyawan tersebut. Akan tetapi hal itu dapat merusak nama baik dari perusahaan jika diketahui oleh pihak masyarakat dan terjadi kerugian dana perusahaan yang digelapkan oleh debt collector terhadap perusahaan. 4. Terjadinya kesulitan untuk menghadapi berbagai karakter konsumen terutama yang memiliki sikap yang keras yang nantinya akan menyulitkan pihak debt collector untuk menagih utang cicilan pembayaran kendaraan yang satiap tanggal jatuh tempo harus dibayarkan konsumen tersebut. Walaupun isi didalam surat perjanjian telah disepakati bersama di awal perjanjian.
5. Kurangnya ketelitian pihak lessee dalam hal pentingnya keberadaan surat perjanjian leasing bagi suatu aset yang hendak dibeli dengan sistem kredit. Dalam hal ini, terkadang pihak lessee menjual kembali aset tersebut kepada pihak kedua dan pihak kedua melanjutkan pembayaran ke pihak lessor. Atau yang lebih dikenal dengan overkredit, yang mana hal tersebut dapat menyulitkan pihak kedua dalam hal pengambilan surat penting kendaraan yang masih berada di pihak lessor yaitu BPKB yang masih atas nama asli konsumen atau pihak pertama. PENUTUP Kesimpulan Dalam pembahasan yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. PT. Adira Dinamika Multi Finance Tanjungpinang mengakui aset berupa piutang sewa pembiayaan dalam laporan posisi keuangan sebesar jumlah yang sama dengan investasi sewa neto. Untuk dasar pengukuran laporan keuangan adalah konsep pembiayaan perolehan atau yang lebih dikenal dengan historical cost. Untuk pengungkapan sewa Adira Finance mengungkapkan pendapatan pada laporan laba rugi dan disajikan dalam posnya masing-masing seperti pendapatan perusahaan atas pembiayaan kredit dari pihak lessee. 2. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa kriteria klasifikasi sewa guna usaha yang diterapkan didalam PSAK No. 30 tentang sewa pada PT. Adira Dinamika Multi Finance Tanjungpinang merupakan suatu sewa pembiayaan (finance lease) dengan model direct financing lease atau pembiayaan secara langsung. Pada akhir masa sewa, pihak lessee memiliki aset sewa guna usaha yang telah dibayarkan setiap bulannya kepada lessor. 3. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan akuntansi piutang telah disesuaikan dengan PSAK No. 30 tentang sewa, yang mana dalam hal ini piutang sewa telah berjalan dengan baik, dan mengenai pengakuan, pengukuran dan pengungkapan transaksi keuangan sudah sesuai dengan aturan PSAK No. 30 Tahun 2012.
Saran Berdasarkan hasil penelitian penulis, maka dengan ini terdapat beberapa saran dari penulis: 1. Hendaknya pihak perusahaan PT. Adira Dinamika Multi Finance Tanjungpinang menentukan awal sewa, seperti yang telah di atur dalam PSAK No. 30 tentang sewa. Agar lebih memahami mengenai prosedur yang sesungguhnya tentang aturan sewa. 2. Dan sebaiknya pihak lessor lebih tegas dalam hal perjanjian awal pembiayaan yang terdapat pada PSAK No. 30 pada paragraf 11 (a) yang menyatakan bahwa jika lessee membatalkan sewa, maka rugi lessor yang terkait dengan pembatalan tersebut ditanggung oleh pihak lessee. Akan tetapi yang terjadi pada perusahaan, kerugian akibat pembatalan sewa ditanggung oleh lessor, yang mana ini akan berdampak pada laporan keuangan lessor yang mengalami kerugian akibat piutang tak tertagih oleh lessee. DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Thamrin. Dan Francis Tantri, 2012. Bank dan Lembaga Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Arthesa, Ade. Dan Edia Handiman, 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank. Jakarta Barat: PT. Macanan Jaya Cemerlang. Elyviana, 2010. Hubungan Hukum Para Pihak dalam Pembiayaan Kendaraan Bermotor dengan Cara Leasing (Studi Kasus CV. Karya Rejeki Motor di Kota Semarang). Tesis . Harrison Jr, Walter T, et.al, 2011. Akuntansi Keuangan International Financial Reporting Standards-IFRS. Jakarta: Erlangga. Hery, 2013. Teori Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Indonesia, Ikatan Akuntan, 2012. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 30. Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia.
Izati, Nur, 2014. Analisis Akuntansi Sewa Berdasarkan PSAK No. 30 pada PT. MAF-MCF Tanjungpinang. Jurnal Akuntansi Universitas Maritim Raja Ali Haji . Kasmir, 2013. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Lidya, 2014. Analisis Perlakuan Akuntansi Sewa Guna Usaha (Leasing) pada PT. MAFMCF Berdasarkan PSAK No. 30 Tahun 2012. Jurnal Akuntansi Universitas Maritim Raja Ali Haji . Nasution, M, 2003. Akuntansi Guna Usaha (Leasing) Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 30. Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara . Negara, I Kadek
Putra, Dan Ni Ketut Purnawati, 2012. Alternatif Pembiayaan untuk
Pengadaan Kendaraan Operasional Antara Leasing dan Kredit Bank. Jurnal Akuntansi, Volume 1, Nomor 1 . Runtuwene, Irene Herminda, 2013. Penerapan Akuntansi Piutang Leasing untuk Perencanaan dan Pengendalian pada PT. Suzuki Finance Indonesia Cabang Manado. Jurnal EMBA, Volume 1, Nomor 4, ISSN 2303-1174.
Samryn, L, 2011. Pengantar Akuntansi Mudah Membuat Jurnal Dengan Pendekatan Siklus Akuntansi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Silvanita, Ktut, 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Erlangga. Sugiyono, 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitaif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Widayat, Utoyo, 2008. Leasing Sebagai Alternatif Sumber Pembiayaan. Jurnal Akuntansi, Volume 6, Nomor 2. Yanti, Rina. Dan Hamdani Arifulsyah, 2013. Analisis Akuntansi Leasing pada PT. Puri Green Resources Pekanbaru. Jurnal Akuntansi Keuangan dan Bisnis. Volume 6, Desember 2013 .
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) Pasal 6 diakses pada tanggal 25 Maret 2016, pukul
12.17
WIB
dari
(http://bppt.jabarprov.go.id/assets/data/arsip/KUHD_new_version.pdf) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 diakses pada tanggal 25 Maret 2016, pukul
12.30
WIB
dari
(http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/pdf-
peraturan/PMK_220_PMK.010_2012.pdf) Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 diakses pada tanggal 25 Maret 2016, pukul12.43 WIB dari (www.bpn.go.id/.../DocumentDownload.ashx?...) Keputusan Menteri Keuangan Nomor Keputusan 38/MK/IV/1972 diakses pada tanggal 25 Maret
2016,
pukul
13.02
WIB
dari
(http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/1972/KEP-38~MK~IV~1~1972Kep.htm) Undang-Undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 diakses pada tanggal 25 Maret 2016, pukul 13.30 WIB dari (http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/uu-bi/Documents/uu_bi_1099.pdf) www.HaluanKepri.Com/tanjungpinang/58509-pertumbuhan–kendaraan pesat,html. Diakses pada tanggal 19 Maret 2016, pukul 10.27 WIB. www.adira.co.id. Diakses pada tanggal 26 April 2016, pukul 14.54 WIB.
ditanjungpinang-