Analisis Pembentukan Abkürzung Dalam Buku Perjalanan “Heidelberg” Karya Bootsma Putri Apriliana *), Lucky Herliawan, Putrasulung Baginda
ABSTRAK Pembentukan kata yang berbentuk kata pendek disebut dengan singkatan, digunakan untuk memendekkan sebuah kata atau kalimat dengan tidak merubah makna dasarnya. Singkatan dalam bahasa Jerman dapat dibentuk juga dari katakata yang lebih panjang. Singkatan sendiri dapat direalisasikan dalam bentuk tulisan atau ucapan. Pada beberapa singkatan terdapat aturan yang berbeda, yakni terdapat singkatan yang bentuk pendeknya tidak dapat diucapkan, sehingga hanya berlaku dalam penulisan saja, contoh pada singkatan Hbf. (Hauptbahnhof). Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang singkatan. Penelitian ini bertujuan untuk 1) menganalisis pembentukan kata dalam singkatan, 2) mendeskripsikan proses pembentukan singkatan, dan 3) mendeskripsikan jenis singkatan. Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Penulis menggunakan buku perjalanan berjudul HEIDELBERG karya Bootsma tahun 2011 sebagai sumber data penelitian. Dalam buku tersebut ditemukan 56 singkatan. Data menunjukkan, terdapat pembentukan kata dalam kata pendek yang berupa 1) Abkürzung, 2) Initialwörter, 3) Partielle Kurzwörter, dan 4) Kopfwörter. Proses pembentukan terbagi menjadi tiga jenis yakni 1) Abkürzungspunkte 2) Groβ- und Kleinschreibung, dan 3) Bindestrich yaitu proses yang menggabungkan singkatan dengan kata lain menggunakan garis penghubung. Lebih lanjut terdapat lima jenis singkatan yang salah satu di antaranya terdapat akronim, yakni 1) jenis singkatan lambang kimia atau satuan ukur, 2) jenis singkatan nama lembaga, 3) jenis singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih, 4) jenis singkatan nama orang atau gelar, dan 5) akronim. Rekomendasi yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian ini yakni, sebaiknya singkatan dalam bahasa Jerman diajarkansebagai bagian dari salah satu mata kuliah, agar para pembelajar awal bahasa Jerman tidak mengalami kesulitan untuk memahami singkatan berbahasa Jerman. Kata Kunci: Abkürzung, Reisebuch “HEIDELBERG”, Wortbildung, Proses Pembentukan Singkatan, Jenis Singkatan
1
Pendahuluan Bahasa Jerman seringkali disebut sebagai bahasa matematika, dengan beragam kesulitan pemahaman tata bahasa oleh para pembelajarnya. Dalam berkomunikasi seseorang perlu dengan baik dan benar mengerti dan memahami bahasanya, karena bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan. Hampir segala kegiatan dilakukan dengan menggunakan bahasa. Maka dari itu diperlukan penguasaan tata bahasa yang baik. Beberapa kota di Jerman sendiri telah banyak menjadi buah bibir untuk tujuan utama wisatawan, di antaranya Berlin, München, Hamburg, Frankfurt am Main, Heidelberg, dan lain-lain. Untuk melengkapi kunjungan wisatawan ke beberapa kota tersebut, sangat diperlukan sebuah peta atau buku panduan wisata mengenai kota wisata yang akan dikunjungi. Sebaiknya informasi yang tertulis harus lugas, menarik dan dapat dipahami oleh para pembacanya. Namun pada kenyataannya terdapat beberapa informasi yang mungkin akan sulit dipahami oleh beberapa pembaca khususnya para pembelajar yang baru mengenal bahasa Jerman. Di dalam buku terdapat beberapa informasi yang telah mengalami pemendekan atau dalam istilah
bahasa Jerman dikenal dengan Abkürzung.
Abkürzung dalam bahasa Indonesia sering dikenal dengan proses memendekan sebuah kata yang nantinya akan menghasilkan bentukan kata baru (neue Wortbildung) yang sering dikenal dengan singkatan dan atau akronim. Akronim pada hakikatnya merupakan singkatan yang dibentuk oleh huruf awal atau gabungan beberapa huruf dari istilah penting dalam sebuah frasa. Namun pada proses pelafalan dan penulisannya diperlakukan sesuai dengan kata pada umumnya. Singkatan dan kepanjangannya biasa ditemukan dalam sebuah teks tertulis. Kemudian berdasarkan pada pengalaman penulis, pemahaman pembelajar sangat terbatas ketika diberikan sebuah teks yang di dalamnya terdapat singkatansingkatan tanpa disertai penjelasan. Kesulitan tersebut terdapat dalam penulisan Abkürzung, pengucapannya, dan juga maknanya, terlebih lagi jika pembelajar kurang baik dalam menguasai kosa kata. Hal tersebut dapat menghambat proses 2
belajar mandiri yang dilakukan pembelajar.Untuk menyelesaikan masalah tersebut, biasanya pembelajar mencari daftar Abkürzung dalam kamus, mencari di internet, dan menanyakan kepada dosen atau temannya. Dalam bahasa Jerman sendiri terdapat beberapa jenis Wortbildung atau pembentukan kata, yaitu Wortbildung durch Zusammensetzung, Wortbildung durch Ableitung, Wortbildung durch Umbildung, dan Wortbildung durch Verkürzung. Kemudian disesuaikan dengan kasusnya, Verkürzung terbagi dalam beberapa kasus, yaitu Abkürzung yang nantinya akan menjadi fokus penelitian penulis, Kopfformen, Endformen, Initialwörter, der erste Teil des Wortes dan Silbenwörter. Proses pemendekan kata yang terjadi dalam kaidah bahasa Jerman tidak dipungkiri menjadikan sebuah proses bahasa yang akan memperkaya bahasa Jerman, sehingga pada perkembangannya akan tetap mempertahankan kaidahkaidah bahasa Jerman. Penulis menemukan contoh kasusnya dalam buku panduan perjalanan berjudul “HEIDELBERG” karya Bootsma (2011). Contoh: (1) “ das Deutsche Krebsforschungszentrum (DKFZ)”. (2) “ das Europäische Laboratorium für Molekularbiologie (ELMB)”. (3) “ das Heidelberger Ionenstrahl-Therapiezentrum (HIT)”. Berdasarkan beberapa contoh di atas, diduga bahwa dalam buku panduan perjalanan berjudul “HEIDELBERG” karya Christl Bootsma akan ditemukan beberapa kasus yang sama. Oleh karena itu hal ini perlu dikaji lebih dalam mengenai seberapa banyak Abkürzung yang akan muncul dalam buku tersebut, bagaimana pembentukannya, seperti apa jenisnya dan penggunaan dalam bidang apa saja.
Landasan Teori Wortbildung Pembentukan kata merupakan sebuah proses membentuk kata dari beberapa kata atau bagian kata yang kemudian akan menjadikan sebuah kata baru. Seperti
yang
dikemukakan
oleh
3
Steinbach
yang
tersedia
dalam
http://www.staff.uni-
mainz.de/steinbach/Lehre/Grammatik/Wortbildung.pdf
bahwa
“Sprachen
verfügen über die Möglichkeit, aus bestehenden Wörtern und Wortteilen neue Wörter zu bilden”. Pendapat tersebut bermakna bahwa ‘bahasa menentukan sebuah kemungkinan dari susunan kata dan bagian kata untuk membentuk katakata baru’. Senada dengan pendapat tersebut itu Balcik, et al. (2009:69) berpendapat bahwa “Von Wortbildung sprechen wir, wenn bestehende Wörter in neue abgewandelt werden”. Pendapat ini berarti ‘dari pembentukan kata dikenal katakata pokok yang kemudian dijadikan sebuah kata yang baru’. Mengikuti dua pendapat di atas Hamm, et al. (2005:197) mengemukakan bahwa “Unter Wortbildung versteht man die Bildung neuen Wörter aus bestehenden Wörtern und Wortteilen”. Kutipan tersebut bermakna bahwa ‘pembentukan kata diketahui sebagai pembentukan kata-kata baru yang terdiri atas beberapa kata atau beberapa bagian kata’. Contoh: Haustür, Apfelkuchen, dan lain-lain. Pada contoh tersebut Haustür dan Apfelkuchen merupakan kata-kata baru yang terbentuk dari dua substantiv (kata benda), yaitu das Haus dan die Tür, kemudian der Apfel dan der Kuchen. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Wortbildung atau pembentukan kata adalah sebuah proses pengggabungan kata yang terbentuk dari kata-kata pokok atau bagian kata (morfem bebas) dan kemudian akan membentuk sebuah kata baru (morfem terikat). Jenis Wortbildung Steinbach
seperti
yang
tersedia
di
dalam
mainz.de/steinbach/Lehre/Grammatik/Wortbildung.pdf
http://www.staff.unimengklasifikasikan
pembentukan kata menjadi dua jenis. Menurutnya “Im Deutschen gibt es zwei zentrale Arten der Wortbildung, die Derivation (Ableitung) und die Komposition (Zusammensetzung)”. Kutipan tersebut berarti ‘dalam bahasa Jerman terdapat dua jenis sentral dari pembentukan kata yaitu derivasi (die Derivation) dan komposisi (die Komposition)’. Di samping itu Hamm et al. (2005:198) juga menjelaskan:
4
“Neben den beschriebenen Möglichkeiten der Wortbildung durch Zusammensetzung und Ableitung gibt es noch andere Möglichkeiten, neue Wörter zu bilden. Dazu gehört die Überführung einer Wortart in eine andere ohne lautliche Veränderung (Konversion): laufen – das Laufen (Verb – Substantiv). Unter Wortbildung versteht man außerdem den Vorgang der Verkürzung von Wörtern: Universität – Uni”. Kutipan ini berarti ‘di samping pembentukan kata yang disebabkan komposisi dan derivasi, ada kemungkinan lain untuk membentuk kata-kata baru dalam pembentukan kata. Hal ini merupakan sebuah jembatan dari sebuah jenis kata ke dalam perubahan bentuk (konversi). Selain itu pembentukan kata dapat terjadi karena adanya penyingkatan kata-kata, contoh: Universität – Uni’. a.
Wortbildung durch Zusammensetzung (Komposition)
Pembentukan kata jenis ini merupakan hasil penggabungan dua kata benda yang menghasilkan komposita (gubahan) baru. Gubahan baru ini akan dituliskan secara menyatu dan membentuk makna baru. (4) Nomen + Nomen → Nomen
b.
das
Garten-
haus
‘Kebun
rumah
Itu’
Wortbildung durch Ableitung (Derivation)
Pembentukan kata jenis ini merupakan hasil penambahan prefiks (imbuhan) dan atau sufiks (akhiran), sehingga terbentuk kata baru dengan makna baru. (5) Ableitung mit Präfix
c.
richten
-
berichten
‘mengarahkan’
-
‘melaporkan’
Wortbildung durch Umbildung (Konversion)
Pembentukan kata jenis ini disebut juga dengan konversi yang merupakan peralihan sebuah kata ke jenis lain, dan pada umumnya merupakan kata dasar yang tanpa adanya perubahan makna dari jenis kata asal ke jenis kata baru. 5
(6) Verb + Nomen
b.
essen
-
das Essen
‘makan’
-
‘makanan’
Wortbildung durch Verkürzung/Kürzung
Pembentukan kata jenis ini terdapat beberapa jenis pada golongannya dan berikut contoh yang dikutip dari Balcik et al. (2009:80) yang mengklasifikasikannya ke dalam enam jenis: 1.
Abkürzung Abkürzung atau dalam bahasa Indonesia sering dikenal dengan singkatan
merupakan salah satu dari jenis Verkürzung der Wörtern yang hanya digunakan pada bahasa penulisan saja, sedangkan penggunaannya dalam bahasa lisan diucapkan sesuai dengan kata asalnya. (7) zum Beispiel 2.
-
z. B
-
‘contohnya’
Initialwörter Initialwörter merupakan kata-kata inisial yang sering dikenal dengan
Buchstabenwörter (kata ejaan). Pemendekan kata jenis ini hanya dengan menggunakan inisial dari huruf eja awal sebuah kata dalam sebuah bentuk kalimat. (8) Deutsche Fuβball Bund 3.
-
DFB
-
‘Persatuan Sepakbola Jerman’
Partielle Kurzwörter Jika sebagian Verkürzung membentuk kata baru dengan memendekkan
bagian sebuah kata, namun dalam kasus ini disisakan sebagian dari kata tersebut untuk tetap dipertahankan seperti kata aslinya. (9) Hals-Nasen-Ohren-Arzt 4.
-
HNO-Arzt
Silbenkurzwörter
6
-
‘Dokter THT’
Dalam kasus ini pemendekan terjadi karena adanya hasil penggabungan huruf awal sebuah kata dengan bagian tengah subuah kata, sehingga membentuk sebuah kata baru. (10) Arbeitsgemeinschaft 5.
-
Arge
-
‘Serikat kerja’
Kopfwörter Dalam kasus ini pemendekan tidak memperhatikan bagian belakang
sebuah kata dan hanya menggunakan beberapa huruf awal dari kata tersebut untuk kemudian dipendekkan. (11) Diskothek 6.
-
Disko
-
‘Diskotik’
Rumpf- und Endwörter Kasus pemendekan ini terjadi dengan mengambil bagian tengah atau akhir
sebuah kata. Pada umumnya kasus ini jarang sekali ditemukan. (12) Omnibus
-
Bus
-
‘Bus’
Abkürzung Abkürzung merupakan sebuah bentuk kata atau kalimat yang dipendekkan serta dapat terdiri atas beberapa huruf atau lebih. Seperti yang diungkapkan oleh Steinbach
yang
tersedia
dalam
http://www.staff.uni-
mainz.de/steinbach/Lehre/Grammatik/Wortbildung.pdf bahwa “Abkürzung: Eine Folge von Lauten, die den Buchstabennamen entsprechen, wird einzeln ausgesprochen. Es entsteht kein phonetisches Wort”. Makna dari kutipan tersebut adalah ‘singkatan merupakan sebuah hasil akhir yang sesuai dengan nama-nama eja, yang kemudian diucapkan secara satu persatu. Hal tersebut bukan merupakan kata ponetik. Contohnya: (29) [e:de'fau] für EDV’. Selanjutnya Werlin (1999:9) bahwa “Abkürzungen sind heutzutage ein wesentlicher Bestandteil vieler Sprache”. Makna kutipan tersebut adalah ‘singkatan pada saat ini merupakan bagian penting berbagai bahasa’. Dapat ditarik kesimpulan sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan bahasa, singkatan dirasa cukup penting dalam penggunaannya, baik secara lisan maupun tulisan. Pertumbuhan kosakata ini sangat cepat dan dinamis serta beragam sesuai dengan
7
perkembangan berbagai bidang dalam kehidupan, sehingga daftar singkatan tidak dibiarkan terpenuhi secara utuh. Dalam bahasa Indonesia sendiri singkatan merupakan sesuatu yang sangat produktif untuk menyatakan konsep yang sangat rumit. Hal ini seperti diungkapkan oleh Chaer (2007:192) bahwa “Dalam bahasa Indonesia singkatan ini menjadi sangat produktif karena bahasa Indonesia seringkali tidak mempunyai kata untuk menyatakan suatu konsep yang pelik atau sangat pelik”. Hal ini dapat disimpulkan singkatan menjadikan sebuah konsep bahasa menjadi lebih mudah dan ringan. Maka dapat disimpulkan dari beberapa pendapat di atas bahwa, Abkürzung (singkatan) merupakan sebuah cabang ilmu pengetahuan bahasa yang terjadi karena adanya proses pemendekan sebuah kata atau bentuk sempurna sebuah kalimat dengan tidak merubah maknanya. Singkatan sendiri dapat terealisasikan dalam bentuk lisan atau tulisan. Namun ada beberapa singkatan yang bentuk pendeknya bisa saja tidak disebutkan secara lisan seperti dalam Abk., Hbf., Jhrg., atau z.B, untuk contoh tersebut tetap saja pada bahasa lisan diucapkan sesuai dengan bentuk aslinya Abkürzung, Hauptbahnhof, Jahrgang, dan zum Beispiel. Abkürzung dapat dibentuk juga secara relatif dari bentuk-bentuk kata yang lebih panjang. Proses Pembentukan Abkürzung (Singkatan) Steinhauer (2005:11) mengklasifikasikan proses pembentukan beserta contoh Abkürzung ke dalam tiga jenis, yakni: a.
Abkürzungspunkte Di akhir sebuah paduan singkatan terdapat tanda titik. Hal ini menjadi
sebuah aturan yang berlaku dalam penulisan singkatan dalam bahasa Jerman. Tanda titik ini terletak di belakang kata yang mengalami pemendekkan. Contoh: (13) Doktor ‘dokter’
Dr.
-
‘dokter’
8
b.
Groβ- und Kleinschreibung Penulisan besar dan kecil dalam singkatan biasanya bertumpu pada
penulisan sebuah bentuk kata yang sempurna. Penulisan biasanya dimulai dengan huruf besar lalu diikuti dengan huruf kecil. Contoh: (30) Gesellschaft mit beschränkter Haftung ‘Perseroan Terbatas’ c.
GmbH
-
‘Perseroan Terbatas’
Bindestrich Singkatan kata dan singkatan huruf digabungkan bersamaan dengan kata-
kata lain menggunakan Bindestrich (garis penghubung), tidak peduli apakah tata letaknya komponen tersebut di kanan ataupun di kiri, hal tersebut akan dituliskan secara bersamaan dengan menggunakan garis penghubung.
(15) Leichtathletik Weltmeisterschaft ‘kejuaraan dunia atletik’
-
Leichtathletik-WM ‘kejuaraan dunia atletik’
Jenis Abkürzung (Singkatan) Alwi (2000:28) mengklasifikasikan singkatan ke dalam tiga jenis, yaitu: a.
Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat yang diikuti
dengan tanda titik. Contoh: (16) Master of Business Administration b.
M.B.A.
Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Contoh: (17) Dewan Perwakilan Rakyat c.
-
DPR
Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih yang diikuti satu tanda titik.
Contoh: (18) dan lain-lain d.
dll.
Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang
tidak diikuti dengan tanda titik. Contoh: (19) sentimeter
-
cm
9
Di samping itu terdapat akronim yang pada dasarnya merupakan hakikat dari singkatan. Hanya saja pelafalan pada akronim diperlakukan sesuai dengan kata pada umumnya. Kembali menurut Alwi (2008:30) terdapat tiga jenis akronim, yakni: a.
Akronim nama diri yang merupakan gabungan huruf awal dari deret kata
utama ditulis seluruhnya dengan menggunakan huruf kapital. Contoh: (20) Hak Asasi Manusia
-
HAM
Pada singkatan HAM tersebut tetap diucapkan ham, bukan Ha, A, eM. b.
Akronim nama diri yang merupakan gabungan suku kata, dengan huruf awal
atau bagian lain dan deret kata ditulis dengan awal huruf kapital selanjutnya dengan huruf biasa. Contoh: (21) Direktur Jendral c.
-
Dirjen
Akronim yang bukan merupakan nama diri berupa gabungan huruf, suku kata
bagian lain atau gabungan ketiganya dan deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Contoh: (22) Pemilihan umum
-
Pemilu
Buku Perjalanan Kebutuhan berwisata menjadi hal lazim yang dirasakan oleh manusia pada umumnya. Dengan memanfaatkan sedikit waktu liburan ataupun waktu luang biasanya kebanyakan orang lebih memilih mengunjungi sebuah tempat untuk berwisata. Untuk berkunjung ke sebuah tempat yang belum pernah dikunjungi sebelumnya sangat diperlukan gambaran keadaan mengenai tempat tersebut. Di zaman ini semua hal sudah dapat diakses dengan adanya internet. Namun di satu sisi media buku untuk mengakses informasi masih menjadi hal yang menarik. Reisebuch atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan buku panduan perjalanan wisata memiliki kelebihan dengan memuat uraian deskriptif suatu wilayah, foto-foto, peta, lebih mudah untuk dibawa dan daur hidup buku terkesan lebih dalam
lama.
Hal
ini
senada
dengan
yang
diungkapkan
Gunawan
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-14147-paperpdf.pdf
bahwa:
10
“Merencanakan aktivitas liburan dan tidak melewatkan setiap tempat wisata dengan pemandangan yang menarik, memiliki tingkat keterlibatan yang tinggi dalam penggunaaan buku panduan wisata dan buku panduan wisata memiliki kegunaan sebagai alat perencanaan”. Selanjutnya
Afianto
et
al.
menjelaskan
seperti
yang
tersedia
dalam http://eprints.upnjatim.ac.id/4241/1/06.pdf bahwa: “Untuk mempromosikan sebuah potensi wisata dibutuhkan sebuah media promosi. Media yang dirasa paling efektif adalah media buku. Karena buku adalah media yang tahan lama dan informatif. Buku yang digunakan sebagai media promosi termasuk dalam kategori buku panduan wisata”. Jika ditanya apa bekal utama dalam melakukan sebuah perjalanan wisata, jawabannya adalah buku panduan wisata. Buku panduan yang berukuran kecil ini sangat membantu kelancaran selama berwisata, karena tidak setiap orang dapat mengakses internet dengan mudah. Jenis Buku Perjalanan Menurut dalam
Indradya
yang
tersedia
http://indradya.wordpress.com/2012/07/11/macam-macam-buku-travel/
mengklasifikasikan macam-macam buku panduan perjalan menjadi dua, yakni: a.
Buku Panduan Perjalanan (Travel Guide Book) Buku jenis ini akan banyak ditemukan di toko-toko buku. Sering kali
ditemui beberapa seri dan judul terlihat sama, dikarenakan buku tersebut merupakan terbitan lokal yang banyak diterbitkan oleh penerbit yang sama. Buku ini banyak memuat informasi mengenai denah atau peta, restaurant, sistem transportasi dan lain-lain. Untuk buku terbitan lokal biasanya dikemas dengan gaya yang lebih praktis dan biasanya merupakan memoar dengan panduan (guides). Namun dalam buku terbitan lokal informasi yang tersedia tidak diperbarui secara rutin, sehingga pembaca harus lebih pandai menyikapinya. Berbeda dengan buku terbiatan luar negeri seperti terbitan Lonely Planet yang datanya tersaji dengan baik karena selalu diperbarui setiap dua tahun sekali.
11
b.
Buku Catatan Perjalanan
Buku ini semakin banyak bermunculan dan menjadi fenomena menarik untuk referensi kegiatan berwisata. Buku ini memuat kisah perjalanan sang penulis ke berbagai tempat. Untuk beberapa penerbit lokal juga sudah cukup kreatif dengan mengembangkan tema buku melalui kumpulan cerita beberapa pelancong mengenai perjalanan wisatanya. Buku ini biasanya dikemas dengan lebih ringan dan atraktif. Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, Abkürzung banyak digunakan dalam buku panduan informasi perjalanan Heidelberg untuk menyingkat nama bulan, hari, lembaga atau organisasi, bahkan untuk nama perkumpulan. Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan pada bab yang terdahulu, terdapat 7 klasifikasi pembentukan kata singkat dalam bahasa Jerman menurut Balcik et. al. Dari 56 data yang ditemukan dalam buku sumber, tidak semuanya berhasil diklasifikasikan menurut teori tersebut. Pada bagian analisis proses pembentukan singkatan, penulis mengambil 30 sampel dari 56 data yang terkumpul. Hasil analisis dari proses pembentukan singkatan telah menunjukkan bahwa hampir seluruhnya sampel berhasil dianalisis berdasarkan teori dari Steinhauer. Hanya ada 1 singkatan menunjukkan proses yang berbeda dari teori, yakni pada singkatan Jhs. (Jahrhunderts): Prosesnya:
Jahrhunderts
Jhs.
Jahrhunderts
Jh.s
Dalam buku sumber singkatan Jahrhunderts merupakan kasus genitif dengan penulisan Jhs., namun mengacu pada teori Steinhauer, seharusnya penempatan tanda titik dilakukan setelah huruf h. Karena Jh. yang merupakan singkatan dari Jahrhundert mengalami konjugasi dengan huruf s untuk kasus genitif. Dari contoh kasus tersebut proses penulisan singkatan tidak dapat dilakukan berdasarkan kehendak sendiri (mana suka). Terdapat aturan baku yang mengatur untuk penulisan tersebut. Hal ini sebaiknya diperhatikan lagi, sehingga tercipta penulisan singkatan dengan baik dan benar. 12
Pada
bagian
analisis
jenis-jenis
singkatan,
penulis
kemudian
membandingkannya dengan beberapa singkatan yang sejenis yang ada dalam bahasa Indonesia. Hampir seluruhnya singkatan dalam bahasa Jerman sesuai dengan teori yang diungkapkan Alwi mengenai jenis singkatan, seperti jenis singkatan dari nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Contoh: (23) DKFZ (das Deustche Krebsforschungszentrum) dan (24) DPR (Dewan Perwakilan Rakyat). Namun tetap ada beberapa singkatan yang berada di luar teori tersebut. Hal ini terjadi dikarenakan tidak semua jenis singkatan yang ada dalam bahasa Jerman dapat dibandingkan atau disamakan dengan singkatan yang ada dalam bahasa Indonesia. Hal tersebut dapat menjadi sebuah bahan kajian untuk menggali lebih dalam mengenai jenis-jenis singkatan, baik dalam bahasa Jerman atau dalam bahasa Indonesia. Simpulan dan Saran 1. Jumlah singkatan yang terdapat dalam buku sumber sebanyak 56 singkatan. Hasil analisis menunjukkan, bahwa tidak semua singkatan tersebut mengikuti teori pembentukan singkatan yang diungkapkan Balcik, et. al. 2. Terdapat 36 singkatan yang termasuk ke dalam pembentukan kata Abkürzung, 12 singkatan termasuk ke dalam pembentukan kata Initialwörter, 6 singkatan termasuk ke dalam pembentukan kata Partielle Kurzwörter, dan 2 singkatan termasuk ke dalam pembentukan kata Kopfwörter. Pembentukan kata Silbenkurzwörter, Rumpf- und Endwörter dan Kofferwörter tidak ditemukan dalam buku sumber tersebut. 3. Pada analisis proses pembentukan singkatan diambil 30 sampel dari 56 data dalam buku sumber. Terdapat 13 singkatan yang termasuk ke dalam proses pembentukan Abkürzungspunkte, 12 singkatan yang termasuk ke dalam proses pembentukan Groβ- und Kleinschreibung
13
dan 5 singkatan yang termasuk ke dalam proses pembentukan Bindestrich. 4. Pada analisis jenis singkatan dikaji 5 sampel dari 56 data dalam buku sumber. Terdapat 4 jenis singkatan dengan 3 klasifikasi tambahan yang disebut dengan akronim. Berdasarkan pemaparan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, berikut ini adalah beberapa saran dari penelitian ini: 1. Aturan tentang proses pembentukan dan jenis singkatan dalam bahasa Jerman yang menarik dan unik ini sebaiknya dijadikan bahan ajar. Dengan demikian pembelajar tidak mengalami kesulitan dalam membentuk singkatan atau akronim dalam bahasa Jerman. 2. Para pembelajar diharapkan lebih banyak membaca referensi mengenai Abkürzung dalam bahasa Jerman dari berbagai sumber informasi lain. Dengan demikian pembelajar dapat lebih memahami bagaimana proses Abkürzung dilakukan dan apa arti dari Abkürzung tersebut. 3. Hendaknya dilakukan penelitian yang lebih mendalam tentang Abkürzung dengan menggunakan acuan dan sumber data yang berbeda. Daftar Pustaka Hamm, Dora et al. (2005). Wissen Sofort. Deutsche Grammatik. Köln: Tandem Verlag. Röhe,
Klaus. Balcik, Ines. (2011). PONS Deutsche Grammatik Rechtschreibung. Stuttgart: Ernst Klett Sprachen GmbH.
und
Werlin, Josef. (1999). DUDEN, Wörterbuch der Abkürzungen. Mannheim: Dudenverl. Chaer, Abdul. (2007). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Steinhauer, Anja. (2005). DUDEN Das Wörterbuch der Abkürzungen. Mannheim: Bibliograpisches Institut & F.A. Brockhaus AG. Alwi, Hasan. (2000). Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.
14
Steinbach. (2009). Wortbildung Grammatik der deutschen Gegeartssprache. [Online].Tersedia:http://www.staff.unimainz.de/steinbach/Lehre/Grammatik/ Wortbildung.pdf [04 Juli 2014]. Gunawan, Bany Aji. (2014). Desain Buku Panduan Wisata Kabupaten Lamongan yang Memudahkan dan Memenuhi Kebutuhan Informasi Perjalanan Wisata. [Online]. Tersedia: http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-14147-paperpdf.pdf [11 Agustus 2014]. Afianto, Pria Dwi. Wibisono, Aryo Bayu. (2013). Buku Panduan Wisata Kota Jember. [Online]. Tersedia: http://eprints.upnjatim.ac.id/4241/1/06.pdfn [11 Agustus 2014]. Indradya. (2012). Macam-Macam Buku Travel. [Online]. Tersedia: http://indradya.wordpress.com/2012/07/11/macam-macam-buku-travel/ [11 Agustus 2014].
15