Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
Kinerja Danamon yang memuaskan di tahun 2011, merupakan bukti keunggulan model bisnis Danamon, serta hasil investasi berkelanjutan di bidang pengembangan produk baru, peningkatan kemampuan di bidang pelayanan nasabah dan manajemen risiko, serta pengembangan teknologi informasi dan sumber daya manusia. Danamon’s strong performance in 2011 is a statement of the Bank’s robust business model and the result of ongoing investments in new product introduction, customer service and risk management enhancements, as well as information technology and human capital development.
68
Laporan Tahunan 2011 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
Diambang Petang, Novita Ayusman - National Operation Adira Insurance 2011 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
69
Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
Daftar Isi Analisis & Pembahasan Manajemen
Table of Contents Management Discussion & Analysis 72
Tinjauan Perekonomian Indonesia The Indonesian Economy
105
76
Industri Perbankan Indonesia dan Pandangan 2012 Indonesian Banking Sector and 2012 Outlook
105
Aset Tetap Fixed Asset
80
Prioritas Strategis 2012 2012 Strategic Priorities
105
Belanja Modal yang Signifikan Significant Capital Expenditure
81
Strategi Jangka Menengah dan Jangka Panjang Danamon Danamon Medium and Long Term Strategy
83
Implementasi Prioritas Strategi 2011 2011 Strategic Priority Implementation
86
Tinjauan Umum atas Analisis & Pembahasan Manajemen Overview of Management Discussion & Analysis
87
Analisis Kinerja Performance Analysis
87
Liabilitas Konsolidasian Consolidated Liabilities
106
Tinjauan Liabilitas Konsolidasian Overview of Consolidated Liabilities
107
Pendanaan Funding
109
Ekuitas Konsolidasian Consolidated Equity
109
Penawaran Umum Terbatas dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu V Rights Issue V
109
Permodalan Capitalization
88
Pendapatan Bunga Bersih Net Interest Income
109
Kecukupan Modal Capital Adequacy
90
Beban Bunga Interest Expense
111
Struktur Permodalan Capital Structure
91
Pendapatan Operasional Lainnya Other Operating Income
111
Kebijakan Struktur Permodalan Policies on Capital Structure
92
Beban Operasional Lainnya Other Operating Expense
112
Perencanaan Permodalan Capital Planning
93
Pendapatan Bukan Operasional & Beban Bukan Operasional Non Operating Income & Non Operating Expense
113
Kebijakan Dividen Dividend Policy
113
Tinjauan Kebijakan Dividen Overview of Dividend Policy
114
Penggunaan Laba Bersih Appropriation of Net Income
114
Pengaruh Perubahan Suku Bunga terhadap Kinerja Danamon Impact of Changes on Interest Rate to the Bank’s Performance
94
Analisis Dupont Dupont Analysis
94
Analisis Neraca Balance Sheet Analysis
94
70
Laba Rugi Konsolidasian Consolidated Profit and Loss
106
Aset Tetap dan Belanja Modal Fixed Assets and Capital Expenditure
Aset Konsolidasian Consolidated Assets
94
Tinjauan Aset Konsolidasian Overview of Consolidated Assets
116
Analisis Kualitas Aset Produktif Analysis on Quality of Earning Assets
95
Aset Likuid Liquid Assets
118
Prinsip-prinsip Perbankan yang Sehat Sound Banking Principles
96
Kredit yang Diberikan Loans
119
Komitmen dan Kontinjensi Commitment and Contingencies
Laporan Tahunan 2011 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
120
Informasi Keuangan Berkaitan dengan Kejadian-kejadian Khusus Financial Information Pertaining to Extraordinary Circumstances
121
Informasi Material setelah Tanggal Laporan Auditor Independen Material Information after the Date of the Independent Auditor’s Report
121
Informasi Material tentang Transaksi yang Mengandung Benturan Kepentingan dan Transaksi dengan Pihak yang Terafiliasi Information on Material Transactions Containing Conflict of Interest and Affiliated Transactions
121
Transaksi dengan Pihak yang Terafiliasi Affiliated Transactions
121
Benturan Kepentingan Conflict of Interest
121
Informasi Material tentang Investasi, Ekspansi, Divestasi, Akuisisi, atau Restrukturisasi Pinjaman/ Modal Information on Material Investments, Expansion, Divestment, Acquisition, or Debt/ Capital Restructuring
131
Trade Finance, Cash Management dan Transactional Services Trade Finance, Cash Management and Transactional Services
131
Anak Perusahaan: Subsidiaries:
131 132 133
Adira Finance Adira Insurance Adira Kredit
133
Ringkasan Kinerja Unit Usaha dan Anak Perusahaan Summary of Business Units’ and Subsidiaries’ Performance
134
Manajemen Risiko Likuiditas Liquidity Risk Management
134
Tinjauan Manajemen Risiko Likuiditas Overview of Liquidity Risk Management
135
Manajemen Perbedaan Jatuh Tempo Likuiditas Liquidity Gap Management
135
Rasio Likuiditas Liquidity Ratios
122
Perjanjian Belanja Modal yang Signifikan Agreements on Significant Capital Expenditures
122
Pemasaran dan Distribusi Marketing and Distribution
123
Kinerja Unit Usaha dan Anak Perusahaan Performance of Business Units and Subsidiaries
124
Kredit Mikro - Danamon Simpan Pinjam (DSP) Micro Lending - Danamon Simpan Pinjam (DSP)
136
125
Perbankan Konsumer Consumer Banking
Inisiatif-inisiatif Manajemen Risiko Risk Management Initiatives
136
126
Perbankan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan Komersial Small Medium (SME) and Commercial Banking
Prakiraan Risiko Foreseeable Risks
138
Kebijakan Kompensasi Compensation Policy
127
Perbankan Korporasi dan Joint Finance (CBJF) Corporate Banking and Joint Finance (CB&JF)
139
Perubahan Kebijakan Akuntansi Changes in the Accounting Policies
129
Perbankan Syariah Syariah Banking
141
130
Tresuri, Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (TCM & FI) Treasury, Capital Markets and Financial Institutions (TCM & FI)
Ringkasan Perubahan Kebijakan Akuntansi pada Tahun 2011 Summary of Changes in Accounting Policies in 2011
142
Perubahan-perubahan Peraturan Perbankan Changes in Banking Regulations
145
Perubahan-perubahan Peraturan Perpajakan Changes in Tax Regulations
135
Rasio Kredit Terhadap Simpanan (LDR) dan Rasio Kredit Terhadap Simpanan Modifikasi (MLDR) Loan to Deposit Ratio (LDR) and Modified Loan to Deposit Ratio (MLDR)
136
Rasio Aset Likuid Bersih terhadap Simpanan Nasabah Net Liquid Assets to Deposits from Customers Ratio
2011 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
71
Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
72
Tinjauan Perekonomian Indonesia
The Indonesian Economy
Pertumbuhan Ekonomi Setelah 3 tahun berlalu dari krisis ekonomi dan keuangan global pada tahun 2008, laju pemulihan negara maju selama ini berada di bawah ekspektasi. Perekonomian AS masih mencatatkan pertumbuhan yang rendah, sementara zona Eropa juga masih mengalami perlambatan karena masalah hutang pemerintah dan perlambatan sektor perbankan.
Economic Growth Three years after the global economic and financial crisis in 2008, the pace of recovery in developed countries has been below expectations. The U.S. economy still books stagnant growth, whilst the Euro zone is also on the downside due to sovereign debt issues and a slowing down of the banking sector.
Krisis hutang yang tinggi telah membatasi ruang kebijakan fiskal pemerintah di negara maju, sehingga pelonggaran kebijakan moneter (suku bunga rendah) menjadi pilihan yang rasional bagi para regulator untuk mempercepat laju pemulihan. Sementara itu, beberapa negara berkembang (khususnya Cina dan India) mulai khawatir terhadap kemungkinan ekonomi “overheating” setelah mengalami pertumbuhan yang pesat pada tahun 2010. Pada tahun 2011, tingkat pertumbuhan negara-negara ini mulai melambat dikarenakan oleh kebijakan moneter yang lebih ketat (suku bunga yang lebih tinggi).
The severity of the debt crisis has limited the options for governments’ fiscal policy in developed countries, easing monetary policy (low interest rates) has become the rational choice for policy makers to boost recovery. Meanwhile, some developing countries (especially China and India) started to fear the possibility of overheating economies after experiencing robust growth in 2010. In 2011, the growth rate of these economies started to slow down due to tighter monetary policy (higher interest rate).
Di tengah ketidakpastian perekonomian global dan meningkatnya gejolak di pasar keuangan khususnya sejak September 2011, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat dan stabil pada 6,5%, lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan tahun lalu sebesar 6,1%. Sektor manufaktur mengalami pertumbuhan lebih tinggi diikuti oleh kinerja yang lebih baik dari sub-sektor lainnya terutama yaitu sektor konstruksi, jasa dan utilitas.
Despite global economic uncertainties and rising turbulence in financial markets especially since September 2011, Indonesian economic growth remained robust and stable at 6.5%, higher than last year’s growth of 6.1%. The manufacturing sector experienced higher growth followed by better performance of other sub-sectors mainly construction, services and utilities.
Inflasi Tekanan inflasi merupakan suatu tantangan bagi pertumbuhan ekonomi selama beberapa bulan pertama tahun 2011. IHK berada pada 7,02% pada Januari 2011 dan berkisar antara 5,5% – 6,8% dari bulan Februari sampai Juni 2011. Harga minyak dan pangan adalah pendorong utama inflasi pada periode tersebut, di samping ekspektasi inflasi yang lebih tinggi. Namun, mendekati pertengahan tahun, tingkat inflasi menurun secara signifikan seiring dengan pelonggaran impor bahan pangan yang juga ditunjang oleh membaiknya kondisi cuaca. Inflasi inti bergerak pada tingkatan rendah yaitu di bawah 5% kecuali pada bulan Agustus. Tingkat inflasi yang relatif terjaga telah mengubah strategi kebijakan Bank Indonesia (BI) dari menjaga tingkat inflasi menjadi lebih fokus kepada upaya mendorong pertumbuhan ekonomi untuk meminimalkan dampak perlambatan perekonomian global dan mengurangi beban biaya moneter. Secara agresif, BI menurunkan tingkat suku bunga acuan dari 6,75% pada bulan Februari menjadi 6% pada bulan November, dan mempertahankan pada tingkat yang sama sampai bulan terakhir 2011.
Inflation Inflationary pressure was a challenge to economic growth during the first months of 2011. The CPI stood at 7.02% in January 2011 and hovering above 5.5% - 6.8% from February to June 2011. Oil and food prices were the main drivers of inflation at that time, in addition to higher inflation expectation. However, approaching mid year, the inflation rate significantly declined, as the government loosened policy of food imports, and also supported by improved weather conditions. Core inflation moved to low levels below 5% except in August. This relatively safe level of inflation had shifted Bank Indonesia (BI)’s policy strategy from containing inflation to boosting economic growth to minimize the impact of global economic slowdown, and to reduce the burden of monetary cost. BI aggressively lowered its benchmark rate from 6.75% in February to 6% in November, and maintained the same level in the last month of 2011.
Laporan Tahunan 2011 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
Harga komoditas pada tahun 2011 masih cenderung naik hingga April 2011 didorong oleh meningkatnya harga minyak akibat pergolakan politik di Timur Tengah dan Afrika Utara serta tingginya harga pangan. Namun, krisis hutang Eropa yang mengakibatkan melemahnya perekonomian negara maju dan perlambatan ekonomi di negara berkembang seperti Cina dan India, berimbas pada harga komoditas yang terus mengalami tekanan dan menurun hingga akhir tahun.
Commodity prices in 2011 experienced an rising trend until April driven by higher oil prices due to the political unrest in Middle East and North Africa, and higher food prices. However, the emergence of the European debt crisis, prompted a slowdown in developed economies and moderating growth in developing economies such as China and India. As a result, commodity prices have been under pressure and continued to decline through the rest of the year.
Mata Uang Asing Rupiah menunjukkan kinerja yang baik terhadap dolar AS selama delapan bulan pertama tahun 2011 dengan apresiasi sebesar 5,4%. Namun, pencapaian tersebut tidak berlanjut sampai akhir tahun karena gejolak keuangan di zona Eropa yang meningkat pada bulan September. Sentimen negatif yang timbul dari masalah hutang dan perbankan di Eropa mendorong investor untuk menghindari risiko dengan mengalihkan dananya pada aset berbasis dolar (”safe haven”), sehingga memperkuat nilai tukar dolar AS di seluruh dunia. Aliran dana modal keluar dari pasar domestik tidak terelakkan sehingga pada akhirnya mengganggu stabilitas Rupiah selama kuartal terakhir tahun ini.
Foreign Currency The Indonesian Rupiah demonstrated a strong performance against the USD during the first eight months of 2011, appreciating 5.4%. Unfortunately, such achievement was not sustainable as financial turbulence in the Euro Zone worsened in September. Negative sentiments from debt and banking issues in Europe led to risk aversion by investors, which eventually resulted in flight to quality towards USD assets (safe haven), and strengthening of the USD across the globe. Some inevitable capital outflows from the domestic market finally disrupted the Rupiah’s stability during the last quarter of the year.
Cadangan devisa sedikit menurun sebagian karena upaya bank sentral dalam menekan dampak krisis terhadap nilai tukar. Krisis ini telah berpengaruh cukup besar terhadap nilai tukar, yang mana Rupiah mencapai titik terendah pada bulan November yaitu Rp 9.158/USD.
Foreign exchange reserves declined slightly partly due to the central bank’s effort in containing the impact of the crisis in the exchange rate, which reached the lowest point in November at Rp 9,158/USD.
Namun, fundamental ekonomi negara yang relatif kuat masih menjadi daya tarik utama bagi investor asing, sebagaimana dibuktikan dengan kembalinya modal asing ke pasar keuangan dan sektor riil dalam bentuk penanaman modal yang kemudian menaikkan cadangan devisa. Menjelang akhir tahun, cadangan devisa mencapai USD 110 miliar dibandingkan dengan USD 96 miliar pada tahun sebelumnya dan Rupiah ditutup pada Rp 9.068/USD pada bulan Desember 2011 dibandingkan dengan Rp 8.991/USD pada tahun lalu.
However, the country’s relatively robust economic fundamentals continue to attract foreign investors as proven by the return of foreign capital into the financial markets and real sector in the form of direct investment, which benefited the foreign exchange reserves. By the end of the year, foreign exchange reserves were USD 110 billion compared to USD 96 billion in the previous year and the Rupiah closed at Rp 9,068/USD in December 2011 compared to Rp 8,991/ USD in the prior year.
Pasar Keuangan Kekhawatiran atas krisis hutang Eropa dan masalah perbankan telah mempengaruhi fluktuasi harga saham global, termasuk Indonesia. Tren positif kenaikan harga saham hanya berlangsung hingga Agustus 2011, dimana indeks harga saham tampak menjanjikan dan bahkan meraih rekor tertinggi pada 4.193 di bulan Agustus 2011 dibandingkan 3.727 pada bulan Januari 2011. Bursa Efek Indonesia (BEI) menjadi salah satu indeks terbaik di Asia dengan kenaikan indeks sebesar 12,5% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sementara indeks Asia lainnya menunjukkan tren penurunan kinerja. Namun kinerja tersebut tertekan oleh gejolak di Eropa pada September 2011 sehingga indeks kembali ke tingkat awal tahun. BEI ditutup pada 3.821 pada bulan Desember 2011 dibandingkan dengan 3.704 tahun sebelumnya.
Financial Markets The concerns over the Euro debt crisis and related banking issues impacted the global share price fluctuation, including Indonesia. A positive trend of rising share prices only peaked August 2011, when the stock price index reached a record of 4,193 in August 2011 compared to 3,727 in January 2011, the Indonesia Stock Exchange (IDX) became one of the best performers in Asia with a 12.5% increase, while other Asian indexes experienced a declining trend. However, this performance was hampered by the turmoil in Europe starting September 2011. The IDX closed at 3,821 in December 2011 versus 3,704 a year earlier.
2011 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
73
Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
74
Di pasar obligasi, tingkat imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun turun 173 bps dari 7,76% ke 6,03% pada akhir tahun 2011. Turunnya tingkat imbal hasil ini diakibatkan oleh aliran dana modal masuk asing, meskipun sempat terjadi aliran modal keluar modal yang signifikan sebesar Rp 4,3 triliun pada bulan September 2011 dipicu oleh kekhawatiran atas krisis Eropa dan intervensi BI yang agresif di pasar melalui pembelian obligasi pemerintah. Secara keseluruhan, porsi obligasi pemerintah yang dimiliki investor asing relatif tetap sebesar 31% di akhir tahun 2011 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
In the bond market, the 10-year yield decreased 173 bps from 7.76% to 6.03% at the end of 2011. The decline in yield resulted from the foreign capital inflows to the country, although there was a significant capital flight of Rp 4.3 trillion in September 2011 triggered by the fear of a Euro crisis and the BI aggressive intervention in the market through government bond purchases. Overall, the proportion of foreign investors holding government bonds was 31% at the end of 2011, relatively the same compared to a year earlier.
Pandangan ke Depan Meskipun pasar memprediksi ekspansi perekonomian global yang lebih rendah di tahun 2012 dibandingkan tahun sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan tetap sehat pada tingkat 6,3%. Permintaan domestik akan tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan, sementara investasi diprediksi akan tumbuh lebih rendah karena lambatnya pertumbuhan ekonomi global. Di samping itu, pertumbuhan ekspor dan impor juga diperkirakan akan melambat dibandingkan dengan tahun 2011.
Going Forward Inspite of the market forecast of lower global economic expansion in 2012, Indonesia’s economic growth is expected to remain healthy at 6.3%. Domestic demand will remain as the major growth engine, while investment is predicted to book lower growth due to stagnant global economic development. In addition, export and import growth is expected to be much softer compared to 2011.
Inflasi diperkirakan akan lebih tinggi pada tahun 2012, karena kemungkinan kenaikan harga BBM dan tarif listrik. Namun demikian, lambatnya pemulihan ekonomi global, yang berdampak pada harga komoditas dunia akan mengurangi tekanan inflasi dari sisi permintaan barang impor. Untuk mengantisipasi tekanan inflasi, BI diperkirakan akan menaikkan tingkat suku bunga acuan menjadi 6,25% pada akhir tahun 2012. Aliran dana modal keluar seharusnya bukan lagi merupakan hambatan karena peringkat hutang Indonesia telah menjadi investment grade untuk hutang jangka panjang.
Inflation is expected to be moderately higher in 2012, due to expectations of the possible fuel price hike and electricity rate hike. However, the slow recovery of the global economy, which could have an impact on global commodity prices, would reduce inflationary pressures from the imported goods side. To anticipate the inflation pressure, BI is expected to raise its benchmark interest rate to the level of 6.25% in 2012. Capital outflows should not be a burden as Indonesia has been granted investment grade ratings for long-term debt.
Meningkatnya ketegangan antara AS dan Iran akan berpotensi menaikkan harga minyak dunia dengan Iran mengancam untuk menutup selat Hormuz yang akan mengganggu transportasi minyak. Bagi Indonesia, dampak terhadap inflasi akan minimal selama subsidi BBM masih diberlakukan. Namun, tingkat inflasi dapat meningkat tahun depan jika pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga BBM subsidi. Berdasarkan simulasi, kenaikan harga BBM sebesar Rp 1.500 akan mempengaruhi tingkat inflasi sebesar 2,96%. Untuk kenaikan tarif listrik, terdapat kemungkinan bahwa kenaikan tersebut akan lebih kecil dari yang diinginkan pemerintah (10%), seiring adanya sejumlah keberatan dari parlemen (DPR).
Rising tensions between the US and Iran will potentially drive up global oil prices as Iran threatens to close the Hormuz strait which will disrupt the transportation of crude oil. For Indonesia, the impact on inflation will be minimal as long as the fuel subsidy is still in place. However, the inflation rate may climb higher next year should the government decide to raise the price of subsidized fuel. Based on a simulation, a fuel price hike of Rp 1,500 will affect the inflation rate around 2.96%. For the electricity rate hike, there is a possibility that the hike will be less than what the government wants (10%), as the parliament (DPR) still has some reservations about the plan.
Laporan Tahunan 2011 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
2009
2010
2011
1Q11
2Q11
3Q11
4Q11
Neraca Pendapatan Nasional
National Income Account
PDB Riil
%YoY
4.58
6.10
6.46
6.43
6.45
6.46
6.49
Real GDP
Aktual – Pengeluaran Konsumsi: Rumah Tangga
%YoY
4.85
4.63
4.71
4.48
4.57
4.83
4.95
Actual - Consumption: Private
Aktual – Pengeluaran Konsumsi: Pemerintah
%YoY
15.67
0.29
3.16
2.76
4.54
2.77
2.78
Actual - Consumption: Government
Aktual - Investasi
%YoY
3.30
8.50
8.82
7.25
9.30
7.07
11.52
Actual - Investments
Aktual - Ekspor
%YoY
-9.69
14.92
13.57
12.19
17.15
17.82
7.91
Actual - Export
Aktual - Impor
%YoY
-14.98
17.28
13.33
14.44
15.27
13.99
10.08
Actual - Import
PDB - Nominal
USD miliar/bn
539
708
846
197
212
224
214
GDP - Nominal
2.300
2.981
3.510
-
-
-
-
GDP per Capita - Nominal
-
Open Unemployment Rate
PDB per Kapita - Nominal
USD
Tingkat Pengangguran Terbuka*
%
7.9
7.1
6.6
-
-
-
Sektor Eksternal
External Sector
Ekspor
USD miliar/bn
119.6
158.1
201.5
45.8
51.8
52.8
51.4
Exports
Ekspor
% YoY
-14.3
32.1
27.5
30.6
38.3
32.8
12.1
Exports
Impor
USD miliar/bn
88.7
127.4
170.8
37.1
42.2
43.2
43.9
Imports
Impor
% YoY
-24.0
43.7
34.0
32.0
37.8
34.5
20.1
Imports
USD miliar/bn
30.9
30.6
35.3
8.7
9.6
9.6
7.4
Trade Balance
Transaksi Berjalan (Neraca Pembayaran)
(% of GDP)
2.0
0.8
0.2
-
-
-
-
Current Account (Balance of Payment)
Pembayaran Hutang Luar Negeri Pemerintah
(% of GDP)
28.4
26.1
24.6
-
-
-
-
Central Government Debt
USD miliar/bn
66.1
96.2
110.1
105.7
119.7
114.5
110.1
International Reserves
bulan months
6.5
7.1
6.3
6.3
6.8
6.5
6.3
Import Cover
Neraca Perdagangan
Posisi Cadangan Devisa Setara Impor IDR/USD
akhir periode end of period
9.400
8.991
9068
8.709
8.597
8.823
9.068
IDR/USD
IDR/USD
rata-rata average
10.399
9.085
8779
8.899
8.590
8.610
9.000
IDR/USD
Lain-lain
Others
Suku Bunga Kebijakan BI
%, akhir periode end of period
6.50
6.50
6.00
6.75
6.75
6.75
6.00
Indeks Harga Konsumen
%, akhir periode end of period
2.78
6.96
3.79
6.65
5.54
4.61
3.79
Rasio Surplus/Defisit Fiskal terhadap PDB
% dari PBD, Tahunan of GDP, FY
-0.9
-1.5
-1.3
-
-
-
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
akhir periode end of period
2.534
3.704
3.821
3.679
3.889
3.549
3.821
Jakarta Composite Index (JCI)
BB-
BB-
BB+
BB
BB+
BB+
BB+
S&P’s Rating – FCY
S&P’s Rating – FCY
BI Policy Rate
Consumer Prices Indices
Fiscal Balance
*) Data Estimasi/ Estimated Data
2011 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
75
Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
Perubahan pada PDB Riil Changes in Real GDP (%) 6.9 6.4 6.1
4.0
4.2
6.5
6.5
5.8
5.6
4.4
6.5
Inflasi dan Suku Bunga Inflation and Interest Rate (%)
4.5
Suku Bunga Interest Rate Inflasi Inflation
6.5
3.79
1Q09
2Q09
3Q09
4Q09
1Q10
2Q10
3Q10
4Q10
1Q11
2Q11
3Q11
4Q11
Dec-07
IHSG JCI
IHSG dan Rp/USD JCI and Rp/USD
Rp/ USD
4,500
Dec-08
Cadangan Devisa Foreign Reserve
14,000
140,000
12,000
120,000
10,000
100,000
2,500
8,000
80,000
2,000
6,000
60,000
4,000
40,000
2,000
20,000
3,821
4,000 3,500
9,068
3,000
1,500
Rp/USD
1,000
IHSG/JCI
500 -
-
Dec-06 Jun-07 Dec-07 Jun-08 Dec-08 Jun-09 Dec-09 Jun-10 Dec-10 Jun-11 Dec-11
76
Jun-08
Jun-09
Dec-09
Jun-10
Dec-10
Jun-11
Nilai Tukar dan Cadangan Devisa Exchange Rate and Foreign Reserve
Dec-11
Nilai Tukar Exchange Rate 14,000 110,100
12,000 10,000
9,068
8,000 6,000
Rp/USD Cadangan Devisa/ Foreign Reserve
-
4,000 2,000 -
Dec-06 Jun-07 Dec-07 Jun-08 Dec-08 Jun-09 Dec-09 Jun-10 Dec-10 Jun-11 Dec-11
Industri Perbankan Indonesia dan Pandangan 2012
Indonesian Banking Sector and 2012 Outlook
Sektor perbankan Indonesia telah kembali menunjukkan kemampuannya bertahan di tengah ketidakpastian perekonomian global sejak tahun 2008. Meskipun krisis yang berkepanjangan telah menyebabkan peningkatan volatilitas pasar dan likuiditas perbankan, bank-bank Indonesia telah memperoleh manfaat dari ekonomi makro negara yang kondusif. Persaingan dalam pengumpulan dana semakin meningkat, terbukti dengan penambahan modal oleh bankbank besar, penerbitan obligasi subordinasi (sub debt) dan penurunan pembayaran dividen sepanjang tahun, demi kecukupan likuiditas untuk menunjang pertumbuhan kredit. Dari sisi peraturan, BI telah secara aktif terlibat dalam menjaga kestabilan Rupiah, dan pada saat yang sama mempertahankan likuiditas melalui intervensi pada pasar mata uang asing dan obligasi, serta telah menerapkan kebijakan moneter yang lebih longgar untuk memacu pertumbuhan ekonomi didorong rendahnya tekanan inflasi.
The Indonesian banking sector has shown yet another year of survival amid the global economic uncertainties since 2008. While the prolonged crisis induced higher market volatility and adversely impacted the sector’s liquidity, Indonesian banks benefited from the country’s domestic benign macro economy. Competition for funding intensified; evidenced by major banks raising capital, issuing sub-debt and lowering dividend payments throughout the year, for the sake of having ample liquidity to accommodate loan growth. From the regulatory point of view, BI has been actively involved in maintaining the Rupiah’s stability, at the same time preserving liquidity through its intervention in foreign exchange and bond markets, as well as applying looser monetary policy to spur growth on the back of low inflationary pressure.
Kredit dan Simpanan Nasabah Dengan kondisi ekonomi makro yang kondusif, perbankan membukukan pertumbuhan kredit tahunan sebesar 25% menjadi Rp 2.200 triliun dibandingkan dengan ekspansi kredit tahun sebelumnya sebesar 23%, dimana bank-bank secara agresif meningkatkan portofolio kredit mereka di seluruh segmen.
Loans and Customer Deposits The positive macroeconomic environment allowed the sector to book 25% year on year loan growth to Rp 2,200 trillion, compared to the previous year’s loan expansion of 23%, as banks aggressively grew their loan portfolios across all segments.
Laporan Tahunan 2011 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
Sepanjang tahun, simpanan nasabah meningkat sebesar 19% menjadi Rp 2.785 triliun, dimana 44% merupakan deposito berjangka, diikuti oleh tabungan dan giro yang masing-masing menyumbang sebesar 32% dan 23%.
Throughout the year, the system’s deposits rose 19% to Rp 2,785 trillion, with time deposits making up 44% of the total funds, followed by savings accounts and current accounts which contributed 32% and 23%, respectively.
Pertumbuhan kredit yang melebihi pertumbuhan simpanan menyebabkan rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR) industri naik lebih cepat. Pada akhir tahun 2011, LDR mencapai 78,8% dibandingkan 75,2% pada tahun sebelumnya, sehingga semakin meningkatkan persaingan pada perolehan pendanaan.
Continuous loan growth, which outpaced deposit growth, led to a faster increase of the industry’s loans to deposits ratio (LDR). By the end of 2011, LDR was 78.8% compared to 75.2% a year earlier, heightening competition in funding.
Profitabilitas Dibandingkan tahun 2010, tema yang sama terjadi selama paruh pertama tahun 2011 dimana bank-bank mampu menikmati marjin yang lebih tinggi karena penurunan tingkat suku bunga pinjaman yang lebih lambat dari penurunan biaya pendanaan. Namun skenario yang berbeda terjadi pada paruh kedua tahun ini seiring naiknya biaya likuiditas yang disebabkan oleh krisis global yang berkelanjutan. BI menyesuaikan kewajiban persyaratan pencadangan minimum mata uang asing sebanyak dua kali dari 1% menjadi 5% pada bulan Maret 2011 dan dari 5% menjadi 8% pada bulan Juni 2011, sementara persyaratan pencadangan minimum untuk Rupiah tidak berubah pada tingkat 8%.
Profitability Compared to 2010, a similar trend occurred in the first half of 2011 where banks were able to enjoy higher margins since the lending rates decreased more slowly than reduction in cost of funds. But the scenario was shifted in the second half of the year as the price of liquidity started to increase on the backdrop of the continued global crisis. Further, BI adjusted the foreign currency statutory reserve requirement twice from 1% to 5% in March 2011 and from 5% to 8% in June 2011, while the requirement for Rupiah was unchanged at 8%.
Secara keseluruhan, industri perbankan membukukan rasio marjin bersih (NIM) yang lebih tinggi sebesar 5,9% dibandingkan dengan 5,7% tahun lalu. Laba operasional naik sebesar 17% disebabkan oleh pertumbuhan pendapatan bunga yang meningkat seiring dengan adanya ekspansi kredit. Laba bersih setelah pajak (NPAT) meningkat 31% menjadi Rp 75 triliun, dibandingkan dengan Rp 57 triliun tahun lalu.
Overall, the industry booked a higher NIM of 5.9% compared to 5.7% last year. Operating profit was up by 17% as the sector booked higher interest income in line with the industry’s loan expansion. NPAT was 31% higher to Rp 75 trillion compared to Rp 57 trillion a year ago.
Kualitas Aset, Permodalan dan Likuiditas Sistem perbankan Indonesia memiliki permodalan yang kuat, likuiditas yang baik dan tetap meraih keuntungan selama tahun 2011. Fungsi intermediasi bank di Indonesia juga meningkat terbukti dari peningkatan rasio LDR dari 75,2% pada tahun 2010 menjadi 78,8% pada tahun 2011, sejalan dengan upaya BI untuk menurunkan tingkat suku bunga pinjaman. Meskipun fungsi intermediasi meningkat dan pertumbuhan kredit yang baik pada tahun 2011, rasio kredit bermasalah (NPL) pada tahun 2011 membaik menjadi 2,2% dari 2,6% pada tahun 2010. Rasio kecukupan modal (KPMM) terjaga pada 16,1%, dibandingkan dengan 17,2% pada 2010, dan masih jauh di atas tingkat minimum sebesar 8% yang ditetapkan oleh BI seiring dengan banyaknya bank yang menambah modal atau menerbitkan obligasi subordinasi.
Asset Quality, Capitalization and Liquidity The Indonesian banking system had a large capital buffer and ample liquidity and remained profitable during 2011. The intermediary function of Indonesian banks has improved as evidenced by the increase of LDR from 75.2% in 2010 to 78.8% in 2011, in line with BI’s effort to push lower lending rate in the banking sector. Despite the improved intermediary function and the solid loan growth in 2011, the industry’s Non Performing Loans (NPL) for the year 2011 improved to 2.2% from 2.6% in 2010. The capital adequacy ratio (CAR) was maintained at a favorable level of 16.1%, compared of 17.2% in 2010, and still far in excess of the minimum level of 8% set up by BI as many banks raised capital or issued subordinated debt.
2011 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
77
Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
78
Pandangan Industri Perbankan 2012 Kenaikan peringkat hutang Indonesia ke peringkat investment grade baru-baru ini diperkirakan akan terus mendukung pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012. Kombinasi dari sovereign risk yang relatif rendah akan menghasilkan biaya modal yang lebih murah; penetrasi kredit yang rendah; dan kondisi demografis serta tenaga kerja yang menjanjikan, akan mendukung perekonomian Indonesia, sehingga kembali memberikan peluang bagi industri perbankan. Sebagai negara terbesar keempat di dunia berdasarkan populasi (237 juta pada tahun 2010), kami memperkirakan rasio kredit terhadap produk domestik bruto (Loan/GDP) adalah sebesar 29,1% pada tahun 2011 dibandingkan dengan 27,5% pada tahun sebelumnya. Sementara itu, rasio simpanan terhadap produk domestik bruto (Deposit/GDP) adalah sebesar 35,0% pada tahun 2011 dibandingkan dengan 36,4% pada tahun sebelumnya. Pada tahun 2012, rasio ini masing-masing diperkirakan akan menjadi 29,7% dan 35,2% untuk rasio Loan/GDP dan rasio Deposit/GDP. Sektor infrastruktur seharusnya memperoleh manfaat dari pelaksanaan MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia). Selanjutnya, lingkungan ekonomi makro yang kondusif dapat menjaga atau meningkatkan kualitas aset perbankan. Kondisi di atas akan menciptakan peluang bagi Danamon untuk terus bertumbuh.
2012 Banking Outlook The recent upgrade to an investment grade country status should continue strong economic growth in 2012. The lower sovereign risk that should result in lower cost of capital, low loan penetration, and a promising demographic and employment condition will be the backdrop of the nation’s economy, and ensure another year of opportunity for the banking industry. As the world’s fourth largest country by population (237 million as of 2010), we expect a Loan/GDP ratio of 29.1% in 2011 versus 27.5% in the previous year. Meanwhile, the Deposit/GDP is expected to be 35.0% in 2011 versus 36.4% in the previous year. For 2012, the ratios are expected to be 29.7% and 35.2%, respectively. The infrastructure sectors should benefit from the implementation of MP3EI (the masterplan to accelerate the country’s economic development). Further, conducive macroeconomy environment should be able to contain or improve banks asset quality. The above outlook has created opportunities for Danamon to grow.
BI tampaknya akan tetap aktif terlibat dalam melakukan intervensi terhadap pasar mata uang asing dan pasar obligasi untuk menjaga kestabilan Rupiah dan inflasi. Selanjutnya, BI akan terus mendorong perbankan untuk menurunkan tingkat suku bunga pinjaman guna meningkatkan pertumbuhan domestik serta meningkatkan efisiensi.
BI will most likely remain active in intervening in the foreign currency and bonds markets to maintain Rupiah stability and inflation. In addition, BI will continue encouraging banks to lower their lending rates to promote domestic growth, and improve their efficiency.
Dari sisi tantangan ke depan, ketidakpastian perekonomian global yang berkepanjangan masih akan menjadi perhatian meskipun sampai saat ini dampaknya tidak signifikan bagi industri. Namun, menipisnya kelebihan likuiditas (pendanaan) adalah salah satu risiko utama bagi sektor perbankan Indonesia tahun depan. Persaingan yang meningkat baik pada kredit maupun pendanaan akan menurunkan tingkat suku bunga pinjaman dan menekan biaya pendanaan, hingga pada akhirnya akan mempercepat penurunan marjin. Beberapa bank akan terus menyesuaikan komposisi aset untuk memperoleh marjin yang lebih baik, terutama dengan beralih ke bisnis dengan tingkat imbal hasil yang lebih tinggi pada mass market untuk mengatasi peningkatan biaya likuiditas.
Looking at the challenges ahead, the prolonged global economic uncertainty will still be a concern although the impact has not been significantly experienced by the industry so far. However, depletion of excess liquidity (funding) could be one of the key risks for the Indonesian banking sector next year. Intensified competition both in lending and funding will translate into lower lending rates and additional pressure on cost of funds, which eventually will result in accelerated margin compression. Some banks will continue shifting their asset mix to gain better margin, especially to higher yield business in the mass market segment to accommodate the increasing cost of liquidity.
Laporan Tahunan 2011 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
Rp triliun
Units
2009
2010
2011
YoY
Rp trillion
Total Aset
Rp tn
2,534
3,009
3,653
21%
Total Assets
Kredit
Rp tn
1,438
1,766
2,200
25%
Loans
Dana Pihak Ketiga
Rp tn
1,973
2,339
2,785
19%
Deposits
Pendapatan Bunga Bersih
Rp tn
129
150
179
19%
Net interest income
Laba Operasional
Rp tn
40
48
56
17%
Operational Margin
Laba Bersih
Rp tn
Jumlah Bank
45
57
75
31%
121
122
120
2
Danamon, 10 Bank Besar dan Industri Perbankan
Net Profit Number of Banks
Danamon, Top 10 Banks and Banking Industry
Marjin Bersih (NIM) Marjin industri berada pada tingkat yang relatif konstan yaitu pada tingkat 5,6%-5,7% selama 20072010 dan meningkat menjadi 5,9% pada tahun 2011.
Net Interest Margin (NIM) Industry margin stood relatively constant at level 5.6%-5.7% from 2007 to 2010 and increased to 5.9% in 2011.
Dibandingkan dengan industri dan pemain lainnya, marjin bersih Danamon lebih tinggi karena fokus pada segmen mass market yang berimbal hasil tinggi meskipun menunjukkan kecenderungan yang menurun akibat kompetisi yang semakin ketat di industri perbankan.
Compared to the industry and peers, Danamon’s NIM was higher as it focuses on high yield mass market segment although showing a declining trend due to intensified competition in banking industry.
Rasio Kredit Bermasalah (NPL) Dalam 5 tahun terakhir, rasio kredit bermasalah terhadap kredit yang diberikan industri menunjukkan tren yang positif karena prospek yang baik atas kondisi operasional Indonesia, kerangka peraturan dan pengawasan yang ketat.
Non Performing Loan (NPL) In the past 5 years, industry’s NPL showed a positive trend due to positive outlook of the country’s operating environment, prudent regulatory and supervisory framework.
Rasio kredit bermasalah Danamon menunjukkan perbaikan secara signifikan setelah pulih dari dampak krisis perekonomian dunia selama periode 20082009, meskipun sebagian besar dari portofolio Danamon yaitu segmen mass market lebih rentan terhadap risiko.
Danamon’s NPL improved significantly after it recovered from the impacts of global economic crisis during 2008- 2009 period, although the majority of its portfolio of mass market is more vulnerable to risk.
Rasio Kredit terhadap Simpanan (LDR) Kondisi operasional yang menguntungkan dan penetrasi perbankan yang rendah memberikan kesempatan bagi bank-bank untuk meningkatkan fungsi intermediasinya, seperti tercermin pada tren rasio LDR industri yang meningkat. Pinjaman yang terus menerus melebihi simpanan mengakibatkan pertumbuhan rasio LDR lebih cepat.
Loan to Deposit Ratio (LDR) Benign operating environment and low banking penetraton created opportunities for banks to increase intermediary function, as reflected in rising trend of industry’s LDR. Loans continued outpacing deposits, resulted in faster growth of LDR.
Danamon memiliki pendanaan yang stabil melalui diversifikasi sumber pendanaan yang beragam untuk mengelola risiko likuiditas dan risiko tingkat suku bunga dalam neraca.
Danamon achieved a stable funding through obtaining diversified funding sources in order to manage the liquidity and interest rate risk in the balance sheet.
Rasio Tabungan dan Giro (CASA) Rasio CASA industri relatif stabil selama 5 tahun terakhir meskipun kompetisi yang semakin ketat pada dana berbiaya rendah. Namun, lebih dari 55% dana ini terkonsentrasi pada 4 bank terbesar.
Current Account & Savings Account (CASA) Ratio Industry’s CASA ratio was relatively stable for the past 5 years despite intensified competition for this low cost funds. However, more than 55% of this funds was concentrated in the top 4 banks.
CASA Danamon terus membaik seiring dengan usaha Danamon untuk terus konsisten dalam upaya meningkatkan pengumpulan pendanaan.
Danamon’s CASA continued to improve as the Bank is consistent in strengthening its funding franchise.
NIM 14.0% 12.0% 10.0% 8.0% 6.0^ 4.0% 2.0% 0.0%
2007
2008
Danamon
2009
2010
Industri/Industry
2011
Top 10
NPL 5.0% 4.5% 4.0% 3.5% 3.0% 2.5% 2.0% 1.5% 1.0% 0.5% 0.0%
2007
Danamon
2008
2009
2010
Industri/Industry
2011
Top 10
LDR 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
2007
Danamon
2008
2009
2010
Industri/Industry
2011
Top 10
CASA Ratio 60.0% 50.0% 40.0% 30.0% 20.0% 10.0% 0.0%
2007
Danamon
Laba Terhadap Aktiva (ROA) ROA industri menunjukkan kecenderungan yang positif dalam 5 tahun terakhir, konsisten dengan fundamental ekonomi Indonesia yang kuat dan peningkatan efisiensi.
Return on Asset (ROA) Industry’s ROA showed a positive trend in the past 5 years, consistent with the strong fundamentals of the country’s economy and improved efficiency.
ROA Danamon meningkat lebih cepat dibanding rasio pemain lain dan rasio industri sejak 2009, mencerminkan strategi Danamon yang sesuai dalam memaksimalkan penggunaan asetnya.
Danamon’s ROA rose faster than its peers’ and industry’s since 2009, reflecting the Bank’s appopriate strategy in maximizing its assets utilization.
2008
2009
2010
Industri/Industry
2011
Top 10
ROA 4.0% 3.5% 3.0% 2.5% 2.0% 1.5% 1.0% 0.5% 0.0%
2007
Danamon
2008
2009
2010
Industri/Industry
2011
Top 10
2011 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
79
Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
Rasio Kecukupan Modal (KPMM) KPMM industri sebesar 16,1% tetap sehat, jauh melebihi persyaratan minimum sebesar 8%, seiring dengan usaha bank-bank mengantisipasi pertumbuhan yang akan datang dan pelaksanaan Basel II.
Capital Adequacy Ratio (CAR) Industry’s CAR of 16.1% remained healthy, well above the required level of 8%, as banks anticipate future growth and implementation of Basel II.
KPMM Danamon lebih tinggi dari rasio industri dan pemain lainnya setelah keberhasilan Penawaran Umum Terbatas V pada kuartal ketiga tahun ini, sehingga Danamon menjadi salah satu bank dengan tingkat permodalan yang tinggi di Indonesia. KPMM Danamon juga jauh berada diatas persyaratan minimum BI.
Danamon’s CAR was higher than the industry’s and its peers’ after a successful Rights Issue V in the third quarter of the year, and became one of the most highly capitalized banks in the country. Danamon’s CAR was well above the minimum requirement.
CAR 30%
20%
10%
0%
2007
2008
Danamon
2009
2010
Industri/Industry
2011
Top 10
Catatan Note: 10 bank besar menggunakan data per September 2011 Top 10 banks data is as of September 2011
Fitch Ratings Profitabilitas dan kualitas aset: Outlook Stabil di Penilaian Danamon Jangka Panjang Nasional sebagian besar didukung oleh kinerja bank, yang akan tetap kuat. Tekanan mungkin terjadi dari penurunan kualitas aset dan menurunnya profitabilitas. - Iwan Wisaksana, Fitch Ratings, 23 Februari 2012
80
Profitability and asset quality: The Stable Outlook on Danamon’s National Long-Term Rating is largely underpinned by its standalone performance, which is likely to remain strong. Downward pressure may result from asset quality deterioration and declining profitability. - Iwan Wisaksana, Fitch Ratings, February 23, 2012
Prioritas Strategis 2012
2012 Strategic Priorities
Kredit Danamon akan tetap memposisikan sebagai bank universal dengan fokus pada pembiayaan di sektor mikro, UKM dan komersial, serta pembiayaan konsumer kendaraan bermotor. Dengan jaringan yang luas, kapasitas tenaga kerja yang besar, serta kapabilitas dan strategi yang tepat, Danamon akan berusaha mempertahankan sebagai bank ke dua terbesar di segmen mass market. Pertumbuhan kredit pada segmen non mass market akan diarahkan pada sektor usaha yang memiliki potensi untuk mendukung perekonomian domestik dan tetap menjaga tingkat kesehatan portofolio dalam kondisi yang baik seiring dengan meningkatnya kompetensi Danamon di tiap sektor usaha.
Loans Danamon will position itself as a universal bank focusing on financing the micro, SME and commercial businesses, and on automotive financing. Supported by its extensive network, significant human resources capacity as well as the right strategy and capability, the Bank will continue its effort to maintain its position as the second largest player in the mass market segment. Loan growth in the non-mass market segment will be directed at business sectors that carry the potentials to support the domestic economy whilst maintain the sound quality of the Bank’s portfolio as the competition intensifies in the sectors.
Pendanaan Guna mendukung pertumbuhan kredit yang tinggi, Perbankan Konsumer akan melanjutkan kegiatan untuk meningkatkan pengumpulan pendanaan, melakukan pengembangan sumber daya manusia melalui pelatihan dan pembinaan secara berkesinambungan, serta memperluas jaringan distribusi dan jaringan ATM. Pada tahun 2012, Danamon merencanakan untuk memperoleh pendanaan melalui sektor mikro yang sebelumnya merupakan kontributor utama untuk kredit Danamon.
Funding To promote high loan growth, Consumer Banking will continue its activities to develop its funding franchise, to improve its human resources through sustainable training and development as well as to expand its distribution and ATM network. In 2012, the Bank plans to source funds from customers in the micro segment which has been the primary segment contributing to the Bank’s loans.
Meningkatkan Efisiensi Unit Kerja Operasional yang menjadi support unit dalam kegiatan operasional di kantor-kantor cabang, serta mengelola centralized processing centers di wilayah maupun kantor pusat, akan terus mendukung perkembangan bisnis, yaitu dengan memberikan layanan transaksi dengan empat atribut FEFR cepat (fast), mudah (easy), fleksibel (flexible) dan menjangkau daerah yang luas (reach) dengan tetap
Improving Efficiency The Operational Business Unit, that supports the Bank’s branch operational activities and manage the centralized processing centers in the region and in the head office, will continue supporting the Bank’s business development by providing transaction services that entails four FEFR elements (fast, easy, flexible and reach/large coverage) whilst
Laporan Tahunan 2011 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
memperhatikan efisiensi dan meningkatkan fungsi kontrol, untuk membawa Unit Kerja Operasional ke tingkat yg lebih tinggi.
maintaining efficiency and improving supervision level to leverage the quality of the Operational Business Unit.
Meningkatkan Produktivitas Fokus pada pengembangan sumber daya manusia untuk meningkatkan produktivitas dan pembentukan organisasi yang efisien di semua lini bisnis dan unit pendukung. Manajemen memberikan prioritas pada peningkatan produktivitas karyawan melalui penyederhanaan proses bisnis dan produk, dan di saat bersamaan meningkatkan kemampuan karyawan Danamon. Manajemen memprioritaskan lingkungan kerja yg kondusif dan meningkatkan employee engagement and culture awareness. Strategi pembelajaran Danamon Corporate University (DCU) pada tahun 2012 adalah penggunaan landasan pembelajaran Program Inisiatif Bisnis Unit untuk semua program pengembangan bisnis tertentu.
Improving Productivity Focusing on human resource development to increase productivity and to establish an efficient organization across all lines of business and support units. The Bank’s management prioritizes on increasing employee productivity through streamlining of business processes and products whilst leveraging the Bank’s employee capability. The Bank’s management prioritizes a working environment that is conducive and that encourages employee’s engagement and culture awareness. Danamon Corporate University (DCU) in 2012 adopts a learning strategy that utilizes Business Unit Initiative Program learning platform for certain business development programs.
Manajemen Risiko yang Terintegrasi Danamon akan terus membangun risk awareness culture kepada seluruh jajaran karyawan, serta meningkatkan mekanisme pemantauan terhadap risiko-risiko bisnis yg ada. Tim Risiko Operasional akan terus menyelenggarakan lokakarya, sosialisasi, focus group serta pelatihan atas pengelolaan risiko operasional kepada seluruh lapisan manajemen dan Risk Taking Unit. Bank secara berkelanjutan melakukan pengkajian dan jika diperlukan untuk meningkatkan proses manajemen risiko kredit dan metodologi, termasuk perbaikan dalam kebijakan kredit dan struktur program produk. Danamon akan terus secara aktif terlibat dalam persiapan implementasi Basel II dipandu oleh BI.
Integrated Risk Management The Bank will continue building risk awareness culture of its employees and leveraging control mechanism on present business risks. The Operational Risk Team will continue organizing workshops, socialization, focus group and training on operational risk management to all lines of management and Risk Taking Unit. The Bank will conduct reviews on an ongoing basis and as necessary to improve its credit risk management process and methodology, including improvements in credit policy and product’s program structure. The Bank will continue to be actively involved in preparing the implementation of Basel II, led by BI.
Permodalan Danamon secara proaktif akan menjaga rasio permodalan baik stand alone maupun konsolidasian serta memastikan tingkat kecukupan modal yg sehat dan dapat menunjung pertumbuhan kredit di masa yang akan datang.
Capital The Bank will proactively maintain a sound capital ratio both for stand alone and consolidated basis and will ensure a strong level of capital to sustain future loan growth.
Strategi Jangka Menengah dan Jangka Panjang Danamon
Danamon Medium and Long Term Strategy
Leadership in Mass Market Sustainable Profitability & Capital Platform
Core Funding in CASA
Integrated Risk Management
Productivity & Efficiency Improvement Customer Service Excellence
Opening the Opportunity for Growth
2011 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
81
Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
82
Menjadi yang Terdepan di Mass Market Danamon akan terus memperkokoh posisi kepemimpinannya sebagai yang terdepan dalam segmen mass market, dengan melayani nasabah baik melalui kredit mikro dan bisnis Solusi Emas Syariah, maupun melalui pembiayaan otomotif Adira Finance dan pembiayaan barang rumah tangga Adira Kredit. Pada saat bersamaan, berbagai upaya selanjutnya akan terus dilakukan untuk memperkuat segmen non mass market dengan meningkatkan keberadaannya dalam segmen Usaha Kecil Menengah (UKM) dan sektor Asset Based Financing (ABF) dan trade finance.
Leadership in the Mass Market Danamon will continue strengthening its leadership in the mass market segment, served both through the Bank’s micro lending and syariah based pawn-broking businesses, as well as through Adira Finance’s auto financing and Adira Kredit’s durable-goods financing products. Simultaneously, further efforts will be carried out to continue establishing stronger presence in the non-mass market segments by growing exposure in Small Medium Enterprise (SME), Asset Based Financing (ABF) and trade finance sectors.
Titik Berat Pendanaan pada Tabungan dan Giro (CASA) Pada sisi liabilitas, Danamon akan meningkatkan pendanaan dari giro dan tabungan (CASA) guna mendukung strategi pertumbuhan kredit yang tinggi. Sebagian dari strategi tersebut adalah dengan memperluas jaringan Danamon dengan menambah kantor cabang baru, ATM dan Cash Deposit Machine (CDM), serta meningkatkan jaringan elektronik alternatif. Upaya akan terus dilakukan dalam memperkenalkan fitur-fitur baru pada produk CASA Danamon yang telah disesuaikan dengan target segmen nasabah. Danamon juga akan mulai memanfaatkan jaringan kantor cabang yang sudah ada, terutama kantor cabang Adira dan kantor cabang DSP yang ada, dalam upaya mengembangkan pendanaan CASA.
Core Funding in CASA On the liabilities side, the Bank aims at increasing funding from current account and savings account (CASA) products to fuel its high-growth lending strategy. Part of the strategy is to expand Danamon’s footprint with the addition of new branches, ATMs and Cash Deposit Machines (CDM), as well as to enhance its alternative electronic channels. Efforts will continue to introduce new features within Danamon’s CASA products that suit targeted customer segments. Also important, Danamon will start to take advantage of its existing branch network, especially the existing Adira and DSP branches, to grow its CASA.
Peningkatan Produktivitas dan Efisiensi Seiring dengan pertumbuhan usaha, pengendalian biaya akan terus dipertahankan dengan mengambil langkahlangkah yang diperlukan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Inisiatif-inisiatif ke depan akan mencakup pengusahaan sinergi, konsolidasi dan sentralisasi proses back office serta penyempurnaan proses bisnis untuk menghasilkan tingkat penggunaan kapasitas yang ada secara maksimum dan pencapaian rasio biaya terhadap pendapatan (CIR) Danamon yang lebih baik.
Productivity and Efficiency Improvement Along with business growth, cost discipline will be maintained by seeking ways to improve productivity and efficiency. Future initiatives will include the introduction of further synergies, consolidation and centralization of back office processes and business process enhancement to deliver maximum utilization of existing capacity and to better manage the Bank’s cost to income ratio (CIR).
Layanan Nasabah yang Unggul Penyempurnaan pada semua tingkat layanan akan terus dilakukan agar Danamon dapat memberikan pengalaman perbankan yang cepat, mudah dan nyaman, sesuai dengan tuntutan pasar. Strategi ini akan didukung oleh pengembangan kantor cabang, ATM, CDM dan ekspansi jaringan Electronic Data Capture (EDC), penyederhanaan proses serta program pelatihan berkelanjutan terutama bagi para karyawan frontline Danamon.
Customer Service Excellence Improvement in overall level of services will continue to allow the Bank to deliver fast, simple and convenient banking experience that the market demands. The strategy will be supported by further branch, ATM, CDM and Electronic Data Capture (EDC) network expansion, process simplification as well as ongoing training programs especially for the Bank’s frontline staff.
Laporan Tahunan 2011 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
Manajemen Risiko yang Terintegrasi Ke depan, praktik manajemen risiko yang penuh kehati-hatian dan terkendali akan dipertahankan untuk menjaga kualitas aset Danamon. Pada saat bersamaan, investasi manajemen risiko akan terus dilakukan melalui proses standardisasi, pengembangan mekanisme deteksi penyimpangan dan peningkatan sumber daya manusia yang berkelanjutan.
Integrated Risk Management In the future, prudent and disciplined risk management practices will be maintained to protect the Bank’s asset quality. Simultaneously, investment on risk management will continue through further process standardization, enhancements in the Bank’s fraud detection mechanism and relentless human capital development.
Profitabilitas dan Sumber Permodalan yang Berkelanjutan Untuk memastikan profitabilitas yang berkelanjutan, Danamon akan mengambil langkah-langkah untuk menambah sumber pendapatan dengan mengembangkan bisnis yang menghasilkan pendapatan komisi (fee-based income) guna melengkapi pendapatan dari bisnis pemberian kredit. Selanjutnya kami akan menjalankan kebijakan manajemen permodalan yang sehat, baik bagi Danamon maupun bagi anak perusahaan, untuk membangun sumber permodalan yang kuat dalam mengantisipasi penerapan persyaratan permodalan Basel III yang lebih ketat.
Sustainable Profitability and Capital Platform
Implementasi Prioritas Strategi 2011
2011 Strategic Priority Implementation
Pertumbuhan Kredit Sejalan dengan tingginya pertumbuhan ekonomi Indonesia, pada tahun 2011 kami berhasil melanjutkan pertumbuhan kredit bruto yang agresif sebesar 23%. Segmen mass market tumbuh sebesar 26% sementara segmen UKM tumbuh sebesar 27%. Seiring dengan upaya untuk meningkatkan kredit di masa datang, Danamon telah berhasil meningkatkan modal melalui Penawaran Umum Terbatas Dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PUT) V sebesar Rp 5 triliun pada tahun yang sama. Kami juga berhasil menerbitkan obligasi di bulan Mei dan Desember 2011 melalui Adira Finance sebesar Rp 5 triliun sebagai bagian dari upaya diversifikasi sumber pendanaan untuk mendukung pertumbuhan pembiayaan otomotif.
Loan Growth In line with Indonesia’s strong economic growth, in 2011 we achieved continuous aggressive gross lending growth of 23%. Mass market segments lending grew by 26%, while SME segment grew by 27%. Further to sustain the future lending growth, the bank increased the capital through a successful Rights Issue V with proceeds of Rp 5 trillion in the same year. We also saw the successful issuance of bonds in May and December 2011 for Adira Finance in total of Rp 5 trillion as part of the effort to diversify its funding sources to support auto financing growth.
Pertumbuhan Tabungan dan Giro (CASA) Untuk meningkatkan pendanaan, Danamon menekankan pertumbuhan pada CASA. Danamon fokus pada promosi produk tabungan unggulan yaitu FlexiMAX dan Danamon Lebih, serta meluncurkan produk rekening giro yang baru Giro Bisa. Pada saat yang sama, Danamon terus meningkatkan jaringan layanan alternatif melalui internet, ATM/CDM yang lebih banyak dan layanan call center untuk menyediakan kenyamanan pengalaman perbankan. Upaya-upaya tersebut menghasilkan pertumbuhan CASA sebesar 12% pada tahun 2011.
CASA Growth To extend our funding franchise, the bank has emphasized CASA growth. The bank focused in promoting savings champion products on FlexiMAX and Danamon Lebih as well as launched a new current account product Giro Bisa. At the same time, the Bank continued enhancing alternative channels such as internet banking, more ATM/CDM’s and call center – all to provide transaction convenience for our customers and to create dynamic space for experience satisfaction. Those efforts resulted CASA growth by 12% in 2011
To ensure sustainable profitability, the Bank will seek ways to diversify its revenue stream by strengthening its fee-based income generating businesses to complement revenues from the lending business. Further we will exercise sound capital management policies, both for the Bank and subsidiaries, to establish a strong capital platform in anticipation of the implementation of Basel III’s more stringent capital requirements.
2011 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
83
Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
84
Peningkatan Produktivitas dan Efisiensi Danamon terus membangun kompetensi karyawan untuk meningkatkan produktivitas terutama melalui Danamon Corporate University (DCU) yang menyelenggarakan program pelatihan berdasarkan kompetensi bagi karyawan baru dan karyawan yang sudah ada. DCU telah menyelenggarakan 1.436 kegiatan pembelajaran dan lokakarya selama tahun 2011 yang dihadiri oleh lebih dari 36.687 peserta.
Productivity and Efficiency Improvement The bank was building staff competency for productivity improvement mainly through Danamon Corporate University (DCU) which organized training programs based on the skills required for existing and new recruit staff. DCU organized 1,436 learning activities and workshops during 2011 and attended by more than 36,687 training participants.
Penghematan biaya merupakan bagian dari upaya perbaikan efisiensi. Di samping mengurangi pengeluaran, inisiatif yang dilakukan Danamon juga memperhatikan manfaat tak berwujud seperti kualitas layanan dan produk dari pihak ketiga serta proses efisiensi berkelanjutan yang mendukung aktivitas bisnis.
Cost savings was part of the efficiency improvement effort. Apart from the main objective to reduce the level of expenditure, the initiatives carried out by the Bank also emphasized intangible benefits that can be obtained such as the quality of products and services purchased from contracted third parties and continuous process efficiency that supports the business activities.
Upaya-upaya yang dilakukan untuk mendorong efisiensi biaya yang dilakukan sepanjang tahun 2011 diwujudkan dalam beberapa inisiatif berikut: • Penggunaan hotel yang bekerja sama dengan perusahaan untuk akomodasi perjalanan bisnis telah memberi manfaat dalam bentuk tarif khusus perusahaan, di bawah tarif umumnya, yang bisa memberikan total penghematan biaya sebesar 44%. Sejalan dengan hal tersebut, kerja sama dengan agen perjalanan juga memberikan penghematan biaya dalam bentuk potongan harga tiket pesawat. • Inisiatif lainnya adalah: pembelian asuransi kesehatan dalam jumlah besar bagi karyawan tetap (dan keluarganya) dan karyawan anak-anak perusahaan Danamon, yang menghasilkan skala operasional yang ekonomis yang cukup signifikan; Employee Connection sebagai aplikasi online yang digunakan untuk mengirim klaim dan membayar klaim terkait dengan perjalanan bisnis dan dengan fasilitas lainnya selama penugasan, bagi + 28.000 karyawan di seluruh Indonesia; inisiatif konferensi melalui video yang memudahkan rapat antar kantor/cabang untuk menghemat biaya perjalanan; perubahan sistem telepon dalam rangka penghematan biaya telekomunikasi; penggabungan mesin printer, faks, fotokopi dan pemindai gambar ke alat multi fungsi MFD (Multi Function Device) sehingga mengurangi pembelian mesin printer di seluruh Danamon. • Penghematan juga diraih dari aktivitas bisnis rutin melalui pembelian barang yang terpusat untuk penjual barang/ jasa Danamon melalui kontrak bisnis. Hal ini termasuk pembelian barang dan jasa terkait dengan real estate dan nilai ekonomis yang dihasilkan dari upaya efisiensi proses rutin yang terus dilakukan Danamon.
Efforts in promoting cost efficiency conducted along the year 2011 were manifested in the following initiatives:
Laporan Tahunan 2011 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
• The usage of corporate hotels for business travel accommodation has given the benefits in the form of a corporate rate below published rate which has reached 44% cost saving level in total. In line with that, the usage of a corporate travel agent also gives saving benefits from airline ticket discount prices.
• Other initiatives are bulk purchase of health insurance for employees (and their families) of the bank and its subsidiaries which gave significant economies of scale. Employee Connection as an online application used to submit and pay the claims related to business travel and assignment facilities of +/- 28,000 employees throughout Indonesia, a video conference initiative that facilitates inter-office/ branch meetings that minimizes travelling costs, telephony system upgrade in order to streamline the telecommunication cost, and the consolidation of printers, faxes, copiers and scanners into an MFD (Multi Function Device) which decreases bank wide printer purchase.
• Savings were also realized from routine business activities where centralized purchase of goods is made to vendors engaged to the bank by business contracts. These include the purchase of goods and services related to real estate and the economic value extracted from routine process efficiency which was continuously worked out by the bank.
Sebagai hasilnya, total penghematan biaya efisiensi biaya sepanjang tahun mencapai Rp 260 miliar dari beban operasional Danamon.
As the result, the total cost savings through the cost efficiency projects during the year reached the figure of Rp 260 billion from the Bank’s operational expenditure.
Pelayanan Nasabah yang Prima Perbankan Konsumer kami telah memulai kampanye “Layanan dari Hati” (“Service from the Heart”) secara nasional untuk mendorong peningkatan kualitas layanan di cabangcabang. Selain itu, Danamon juga telah memperkenalkan laporan rekening elektronik (e-statement) untuk meningkatkan kualitas layanan perbankan. Danamon terus membangun High-Performance Operation yang meliputi upaya-upaya untuk mengembangkan pilihan jaringan yang menyeluruh yang memungkinkan nasabah untuk bertransaksi dimana saja, kapan saja, dan dengan sarana apa saja tanpa halangan. Data aplikasi kredit yang terpusat, pencairan pinjaman secara otomatis dan pembaharuan secara elektronik melalui Sales Prospecting Application (SPA) telah dilaksanakan di DSP sebagai bagian peningkatan layanan yang mudah dan cepat.
Customer Service Excellence Our Retail Banking has embarked a nation wide “Service from the Heart” campaign to promote higher levels of service quality at the branches. In addition, the Bank has also introduced e-statements to improve service. The Bank continued building a High-Performance Operations including efforts to promote a complete selection of channels that allow customers to transact anywhere, anytime and any means, seamlessly. Centralized credit application data and automated new loan disbursement and electronic update for pipeline through Sales Prospecting Application (SPA) had been implemented in DSP as part of the simple and quick service enhancement.
Manajemen Risiko yang Terintegrasi Sebagai bagian dari pelaksanaan manajemen risiko, Danamon telah memperkenalkan sistem pemberian kredit untuk menyempurnakan proses kredit. Pada saat yang sama, pelatihan kredit standar telah dilaksanakan bagi seluruh karyawan Integrated Credit Risk dan Business Credit Risk, dalam rangka membangun budaya kerja dan kesadaran akan risiko. Danamon telah menjalankan manajamen risiko yang hati-hati atas proses persetujuan kredit dan pengawasan yang ketat atas kinerja portofolio di seluruh Danamon dan anakanak perusahaannya. Upaya-upaya ini telah menghasilkan rasio risiko keuangan (biaya kredit dan kredit bermasalah (NPL)) yang lebih baik pada tahun 2011.
Integrated Risk Management As part of risk management implementation, the Bank has implemented loan origination systems to improve loan process. At the same time, standard credit training has been launched to be conducted to all Integrated Credit Risk and Business Credit Risk staff in order to build risk culture and risk awareness. The Bank has implemented prudent risk management on its credit approval process and robust monitoring on the portfolio performance across the Bank and subsidiaries. These efforts have resulted better financial key risk ratio (cost of credit and non performing loans (NPL) in 2011.
Standard & Poor’s Berikut kajian atas Danamon berdasarkan kriteria bank Standard & Poor’s yang telah direvisi (diterbitkan 9 November 2011), kami menegaskan penerbitan peringkat kredit Danamon di ‘BB/B’. Prospek stabil. Pemeringkatan atas Danamon mencerminkan bank yang beroperasi hanya di Indonesia, ditambah dengan posisi usaha Danamon yang “kuat”, modal dan laba yang “cukup”, posisi risiko yang “moderat”, serta pendanaan “rata-rata” dan likuiditas yang “cukup”. Prospek yang stabil merefleksikan ekspektasi kami bahwa Danamon akan mempertahankan profil usaha dan keuangannya di tahun mendatang. – Terry Sham, CFA; S&P, 13 Desember 2011.
Following a review of Danamon under Standard & Poor’s revised bank criteria (published Nov. 9, 2011), we have affirmed our issuer credit ratings on Danamon at ‘BB/B’. The outlook is stable. Our ratings on Danamon reflect the anchor for a bank operating only in Indonesia, plus Danamon’s “strong” business position, “adequate” capital and earnings, “moderate” risk position, “average” funding, and “adequate” liquidity. The stable outlook reflects our expectation that Danamon will maintain its business and financial profile over the coming year. – Terry Sham, CFA; S&P, December 13, 2011.
2011 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
85
Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
86
Tinjauan Umum atas Analisis dan Pembahasan Manajemen
Overview Analysis
Perekonomian Indonesia meraih kinerja memuaskan memuaskan meskipun ada beberapa permasalahan struktural yang belum terselesaikan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga masih terus meningkat dengan permintaan domestik sebagai pendorong utama, sementara industri manufaktur juga turut tumbuh secara seimbang. Danamon yang fokus pada segmen mass market masih tetap optimis dan menunjukkan peningkatan kinerja seiring upaya untuk terus menemukan keseimbangan yang tepat antara risiko dan hasil dan juga antara pertumbuhan dan profitabilitas.
The performance of Indonesia’s economy has been positive despite its several unsolved structural problems. Indonesia’s economic growth still booked an upward trend with domestic demand as the main driver, while manufacturing industries also grow in balance. Danamon which focuses on the mass market segment, is still optimistic and has delivered an improved performance as we continue to find the right balance between risk and reward as well as between growth and profitability.
Pada tahun 2011, NPAT konsolidasian Danamon naik sebesar 16% menjadi Rp 3.336 miliar dari Rp 2.883 miliar pada tahun 2010. Hasil ini terutama didorong kenaikan pendapatan bunga bersih dan kemampuan penyaluran kredit serta terjaganya kualitas portofolio kredit yang sehat. Meskipun terdapat tekanan terhadap marjin, Danamon berhasil membukukan marjin bersih yang tinggi sebesar 9,8%, salah satu yang tertinggi di industri. Biaya kredit terhadap rata-rata kredit menurun menjadi 3,0% pada tahun 2011 dibandingkan dengan 3,4% pada tahun sebelumnya, yang mencerminkan pola manajemen risiko yang handal dan juga lingkungan operasional yang mendukung sepanjang tahun. Selanjutnya, rasio NPL-bruto membaik menjadi 2,5% dibandingkan tahun lalu sebesar 3,0%.
In 2011, Danamon’s consolidated NPAT rose 16% to Rp 3,336 billion from Rp 2,883 billion in 2010. The result was largely driven by resilient net interest income, lending capabilities and maintained sound credit quality. Despite increased pressure on margins, Danamon was able to achieve superior net interest margin of 9.8%, one of the highest amongst its peers. Cost of credit over average loans declined to 3.0% in 2011 as compared to 3.4% in the previous year, reflecting our robust risk management architecture as well as supportive operating environment during the year. Furthermore, the gross NPL ratio improved to 2.5% against last year’s 3.0%.
Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pinjaman kami naik sebesar 24%, sedikit lebih rendah dari kenaikan industri sebesar 25% karena kami tidak berpartisipasi dalam pembiayaan proyek infrastruktur. Pada sisi pasiva, pendanaan kami meningkat seperti tercermin pada pertumbuhan giro dan tabungan masing-masing sebesar 18% dan 9%. Dalam memperoleh sumber pendanaan yang terdiversifikasi, anak perusahaan kami (kepemilikan 95%), PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (umumnya dikenal sebagai “Adira Finance”), telah berhasil menerbitkan obligasi dengan tingkat bunga tetap senilai Rp 5 triliun.
Compared to the previous year, our loans grew by 24%, slightly lower than the industry’s of 25% as we did not participate in infrastructure project financing. On the liabilities side, sustainable improvement in the funding franchise was reflected in the current account and savings account growth of by 18% and 9%, respectively. In obtaining more structured and diversify funding sources, our 95% owned subsidiary, PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (commonly known as “Adira Finance”), successfully issued Rp 5 trillion of fixed coupon rate bonds during the year.
Dalam rangka memperkuat posisi permodalan Danamon dan meningkatkan kapasitasnya untuk mendukung pertumbuhan pada semua lini bisnis, pada kuartal ketiga tahun 2011, Danamon telah berhasil memperoleh Rp 5 triliun tambahan modal disetor melalui PUT V, dengan sambutan positif dari pasar, yang ditunjukkan oleh tingkat pesanan (subscription rate) sebesar 113%. Hal ini menempatkan Danamon di antara kelompok bank dengan kapitalisasi yang tinggi di Indonesia dengan rasio KPMM Bank dan konsolidasian tercatat masingmasing sebesar 16,6% dan 17,5%; jauh di atas ketentuan persyaratan yang berlaku sebesar 8%.
In order to further strengthen Danamon’s capital position and enhance its capacity to pursue growth across all line of businesses, in the third quarter of 2011, Danamon successfully raised of Rp 5 trillion additional paid up capital through its Rights Issue V with a positive response from the market, which was indicated by subscription rate of 113%. This has put Danamon amongst the highly capitalized group of banks in the country with stand alone and consolidated CAR stood at 16.6% and 17.5% respectively, well above regulatory requirement of 8%.
Laporan Tahunan 2011 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
of
Management
Discussion
and
Informasi keuangan dalam bagian Analisis dan Pembahasan Manajemen ini berasal dari laporan keuangan Danamon untuk tahun yang berakhir 2011 dan 2010 yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Siddharta & Widjaja (anggota firma KPMG International), auditor independen, dengan pendapat wajar tanpa pengecualian seperti dimuat dalam Laporan Auditor Independen tertanggal 7 Februari 2011.
The financial information in this Management Discussion and Analysis section is derived from Danamon’s financial statements for the years ended 2011 and 2010, which were audited by Kantor Akuntan Publik Siddharta & Widjaja (a member firm of KPMG International), an independent auditor, with unqualified opinion as stipulated in the Independent Auditor’s Report dated February 7, 2011.
Bahana Securities Dengan mengandalkan komposisi pendanaan yang lebih baik dan kredit mikro, strategi pertumbuhan Danamon pada tahun 2012 bergantung pada biaya komposisi pendanaan nasabah yang lebih baik, dan beralih dari pendanaan deposito berjangka. Dalam hal kredit, setelah konsolidasi pada tahun 2011, Danamon berencana untuk meningkatkan kredit mikro secara agresif, dengan asumsi adanya pertumbuhan kredit otomotif yang lebih konservatif sebesar 12%, dengan target pertumbuhan kredit pada tahun 2012 sebesar 18-20% (Bahana: 21%). Mengingat persaingan kredit yang semakin ketat, kami perkirakan tekanan pada marjin tidak dapat dihindari. Meskipun laba pada tahun 2012 dapat tumbuh sebesar 17%, dilusi atas laba bersih per saham akibat penawaran umum terbatas sebesar Rp 5 triliun dengan jumlah saham baru yang dikeluarkan sebanyak 1,2 miliar lembar pada bulan September 2011, akan menghasilkan pertumbuhan EPS sebesar 9% pada tahun ini. - Teguh Hartanto, Bahana Securities, 15 Februari 2012.
With an improved funding mix and micro loans, Danamon’s 2012 growth strategy hinges on improved cost of funding via deposit remix, moving away from time deposits. On credit, following consolidation in 2011, Danamon plans to aggressively expand micro loans while assuming a more conservative automotive loan growth of 12%, targeting 2012 loan growth of 18-20% (Bahana: 21%). Given intense lending competition, we foresee that margin pressure appears inevitable. While the 2012 bottom line should grow 17%, earnings dilution from Rp 5 trillion rights issue with additional 1.2 billion new shares in September 2011 will reflect EPS growth of just 9% this year. - Teguh Hartanto, Bahana Securities, February 15, 2012.
Analisis Kinerja
Performance Analysis
Laba Rugi Konsolidasian
Consolidated Profit and Loss
Rp miliar Pendapatan Bunga Bersih Pendapatan Underwriting Bersih
Tahunan Full Year 2009
2010
2011
Rp billion
YoY
9,462
9,908
10,849
9%
296
373
452
21%
Net Underwriting Income
Net Interest Income
Pendapatan Bunga dan Underwriting Bersih
9,758
10,281
11,301
10%
Net Interest Income and Net Underwriting Income
Pendapatan Operasional lainnya
2,883
3,583
4,214
18%
Other Operating Income Other Operating Expense
Beban Operasional Lainnya
9,792
9,234
10,280
11%
Pendapatan Operasional Bersih
2,849
4,630
5,235
13%
Net Operating Income
Beban Bukan Operasional-Bersih
479
628
623
-1%
Non Operating Expense-Net
Laba Sebelum Pajak Penghasilan
2,371
4,002
4,612
15%
Income Before Tax
757
1,018
1,163
14%
Income Tax
1,614
2,984
3,449
16%
Income After Income Tax Expenses
82
101
113
12%
Minority Interest in Net Income of Subsidiaries
1,532
2,883
3,336
16%
Net Income
Pajak Penghasilan Laba Setelah Beban Pajak Penghasilan Hak Minoritas atas Laba Bersih Anak Perusahaan Laba Bersih
Danamon melaporkan NPAT pada tahun 2011 sebesar Rp 3.336 miliar (naik sebesar 16%), terutama didorong oleh pendapatan bunga bersih yang naik sebesar 9% menjadi Rp 10.849 miliar dan pendapatan operasional lainnya yang naik sebanyak 18% menjadi Rp 4.214 miliar, meskipun diimbangi dengan kenaikan beban operasional lainnya sebesar 11% menjadi Rp 10.280 miliar dibandingkan dengan Rp 9.235 miliar pada tahun sebelumnya.
Danamon reported 2011 NPAT of Rp 3,336 billion (up 16%), mainly driven by higher net interest income by 9% to Rp 10,849 billion and other operating income by 18% to Rp 4,214 billion, although netted off by higher other operating expense that grew by 11% to Rp 10,280 billion compared to Rp 9,235 billion in the previous year.
2011 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
87
Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
Pendapatan bunga bersih Danamon yang lebih tinggi didorong oleh pertumbuhan kredit sebesar 24% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun, imbal hasil aset produktif Danamon menurun menjadi 15,4% dari 16,6% tahun lalu sementara biaya pendanaan sedikit meningkat sebesar 10 basis poin (bps) menjadi 5,6% akibat ketatnya kompetisi baik pada pendanaan maupun pinjaman. Akibatnya, marjin bunga bersih Danamon berkurang menjadi 9,8% dari 11,3% tahun lalu.
The Bank’s higher net interest income was driven by strong growth in loans balance by 24% compared to last year. However, the Bank’s earning assets yield decreased to 15.4% from 16.6% a year ago whilst cost of funds was slightly increased by 10bps to 5.6% due to intensified competition both in funding and lending. As a result, the Bank’s net interest margin contracted to 9.8% from 11.3% last year.
Pendapatan operasional lainnya tumbuh sebesar 18% dilatarbelakangi oleh pertumbuhan yang tinggi pada pendapatan provisi terkait kredit seiring dengan pertumbuhan kredit dan dari kontribusi yang signifikan dari produk bancassurance. Pada paruh kedua tahun ini, kami membukukan pendapatan provisi kolaborasi di muka yang dihasilkan dari kemitraan strategis preferensi dengan PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia (Manulife). Kemitraan ini menitikberatkan pada pengembangan distribusi produk asuransi jiwa Manulife kepada nasabah Danamon.
The Bank’s other operating income grew by 18% on the back of strong growth in credit related fees in line with the Bank’s robust loan growth and significant contribution from bancassurance fees. In the second half of the year, we recognized upfront collaboration fees resulting from a preferred strategic partnership with PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia (Manulife). The partnership focuses on developing Manulife’s life insurance products distribution to the Bank’s client base.
Sebagai hasilnya, rasio ROAA dan ROAE mencapai masingmasing sebesar 2,6% dan 17,5%, dibandingkan dengan 2,8% dan 18,5% pada tahun sebelumnya. Rasio ROAE yang lebih rendah ini diakibatkan oleh kapitalisasi yang lebih tinggi seiring dengan penambahan modal disetor Rp 5 triliun melalui PUT V pada bulan September 2011. Namun, rasio laba bersih per saham (EPS) dasar dan dilusian Danamon keduanya mencapai Rp 378.78, dibandingkan dengan masing-masing Rp 342.92 dan Rp 341.68 setahun sebelumnya.
As a result, our ROAA and ROAE were 2.6% and 17.5%, respectively, as compared to 2.8% and 18.5% in the previous year. Lower ROAE was impacted from higher capitalization as we successfully raised Rp 5 trillion paid up capital through Rights Issue V in September 2011. However, the Bank’s Basic and Diluted Earning per Share (EPS) both stood at Rp 378.78, against Rp 342.92 and Rp 341.68 a year ago, respectively.
Pendapatan Bunga Bersih
Net Interest Income
Rp miliar Pendapatan Bunga*
Tahunan Full Year 2010
2011
15,683
14,418
16,882
17% 34%
Interest Expense
9%
Net Interest Income
Beban bunga
6,221
4,510
6,033
Pendapatan Bunga Bersih
9,462
9,908
10,849
YoY
Rp billion
2009
Interest Income*
*) Efektif 1 Januari 2010, semua beban yang langsung terkait dengan akusisi kredit atau pembiayaan konsumen (beban akuisisi) ditangguhkan dan diamortisasi selama tenor kredit atau pembiayaan konsumen. Amortisasi biaya akuisisi dicatat sebagai pengurang pendapatan bunga dimana sebelumnya biaya diakuisisi tersebut dicatat sebagai bagian dari beban provisi & komisi dan beban operasional lainnya. Starting January 1, 2010, all cost directly related to acquisition for loans or consumer financing (acquisition cost) is deferred and amortized in accordance with the period of the loans or consumer financing. The amortization of acquisition cost is recorded to deduct interest income from previously recognized as part of provision & commission expense and other operating expense.
Dengan memanfaatkan lingkungan yang menguntungkan, kompetisi pada tahun 2011 semakin meningkat dimana bankbank bersaing untuk meningkatkan pangsa pasar. Pada bulan Desember 2011, total kredit industri tumbuh sebesar 25% menjadi Rp 2.200 triliun. Bank-bank menawarkan tingkat suku bunga yang kompetitif di seluruh segmen terutama UKM, komersial dan korporasi, dengan target pangsa pasar yang lebih tinggi di pasar yang sedang berkembang ini.
88
Laporan Tahunan 2011 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
Leveraging on the benign environment, competition in 2011 was intensified as banks were aiming to grow their market shares. In December 2011, total industry loans grew 25% to Rp 2,200 trillion. Banks offered competitive rates to customers across segments especially SME, commercial and corporate, targeting a higher market share within these growing markets.
Persaingan tersebut mengakibatkan penurunan tingkat bunga kredit menjadi 17,4% dari 19,1% pada tahun sebelumnya. Namun, tingkat bunga yang lebih rendah ini diimbangi dengan saldo kredit rata-rata yang lebih tinggi, yang meningkat sebesar 28%, dilatarbelakangi oleh stabilitas keuangan industri yang relatif baik sehingga memungkinkan bank-bank untuk mengambil peluang untuk berkembang, termasuk Danamon. Danamon mencatat ekspansi kredit yang baik sehingga pendapatan bunga juga tumbuh 17% menjadi Rp 16.882 miliar.
The rivalry resulted in our lending yield that contracted to 17.4% from 19.1% a year earlier. However, the lower yield was compensated for by higher average loans balance that expanded by 28% on the back of the industry’s financial stability that was relatively well accommodated, allowing banks tapping opportunity grow, including Danamon. Robust loan growth resulted the Bank’s interest income to growing by 17% to Rp 16,882 billion.
Terkait dengan imbal hasil, komposisi pembiayaan otomotif telah berubah dengan pembiayaan kendaraan beroda empat mencapai 38% dari portofolio pada akhir tahun 2011 dibandingkan dengan 32% pada tahun lalu. Dengan demikilan, imbal hasil atas pembiayaan otomotif berkurang dari 21,5% menjadi 19,1% pada tahun ini, karena pembiayaan kendaraan beroda empat memberikan imbal hasil yang lebih rendah meskipun dengan nilai satuan pembiayaan yang lebih besar. Selanjutnya, naiknya biaya akuisisi kredit otomotif turut menambah tekanan pada tingkat imbal hasil. Pada akhir tahun, kami membukukan imbal hasil bersih sebesar 14% untuk pembiayaan mobil dibandingkan dengan 16% pada tahun lalu, sementara imbal hasil bersih untuk pembiayaan sepeda motor menurun menjadi 22% dibandingkan dengan 23,9% pada tahun sebelumnya. Imbal hasil dari kredit mikro mencapai 27,5% dibandingkan dengan 29,1% tahun lalu akibat meningkatnya persaingan. Bisnis berskala menengah mid size mencatatkan imbal hasil yang relatif stabil sebesar 11,6% dari 11,8%, sementara imbal hasil kredit wholesale sedikit menurun dari 10,6% menjadi 10,3% pada tahun 2011.
Specifically for yield, our auto loans mix shifted with 4-wheeler occupied 38% of the portfolio by the end of 2011 compared to 32% last year. As such, the yield of auto financing contracted from 21.5% to 19.1% this year, since 4-wheeler carries lower yields albeit with a bigger ticket size. Further, higher acquisition of auto financing business also added pressure on the yield. By the end of the year, we booked net yield of 14% for car financing compared to 16% last year, while the net yield for motorcycle loans declined to 22% against 23.9% a year earlier. Our micro loan yield stood at 27.5% versus 29.1% last year in light of competition. Our mid size business registered a relatively stable yield of 11.6% from 11.8%, while wholesale loans yield slightly slipped from 10.6% to 10.3% in 2011.
BI telah menurunkan tingkat suku bunga acuannya dari 6,75% pada bulan Februari 2011 menjadi 6% pada akhir tahun 2011 dengan tingkat penurunan yang lebih agresif pada kuartal keempat. Penurunan ini diikuti dengan penurunan batas maksimum tingkat suku bunga deposito yang dipersyaratkan untuk penjaminan pemerintah (LPS rate) dari 7,25% (Februari 2011) menjadi 6% (Desember 2011), serta FASBI rate dari 5,75% (Februari 2011) menjadi 4,5% (Desember 2011). Turunnya FASBI rate, terutama pada kuartal terakhir 2011 telah memicu penurunan imbal hasil atas aset tresuri Danamon sementara saldo aset tresuri kami meningkat 13% dari Rp 16.893 miliar menjadi Rp 19.040 miliar pada tahun 2011.
BI also lowered its benchmark rate from 6.75% in February 2011 to 6% by the end 2011, with the more aggressive cut in the fourth quarter of the year. This reduction was followed by the lowering of the ceiling deposit rate eligible for the government guarantee rate (LPS rate) from 7.25% (February 2011) to 6% (December 11), as well as FASBI rate from 5.75% (February 2011) to 4.5% (December 2011). The lower FASBI rate, especially during the last quarter of the year, triggered reduction in the yield of our treasury assets as our balance in these accounts increased 13% from Rp 16,893 billion to Rp 19,040 billion in 2011.
NIM yang memperhitungkan elemen biaya kredit turun dari 7,9% menjadi 6,8% pada tahun 2011. Penurunan ini sejalan dengan berkurangnya NIM, namun sebagian diimbangi dengan peningkatan kualitas kredit pada bisnis konsumer dan bisnis berskala menengah. Hal ini juga konsisten dengan turunnya rasio NPL menjadi 2,5% dari 3,0% tahun lalu. Rincian lebih lanjut tentang biaya kredit dapat ditemukan pada bagian Beban Operasional Lainnya - Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai.
The risk adjusted NIM which includes elemental cost of credit declined from 7.9% to 6.8% in 2011. The decrease was in line with NIM’s reduction, but was partially offset due to improvement in credit quality in retail and mid size businesses. This is also consistent with the reduction of our NPL ratio to 2.5% from 3.0% a year ago. Further details of discussion on cost of credit is available in the section Other Operating Expense - Allowance for Impairment Losses.
2011 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
89
Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
90
Beban Bunga Beban bunga pada tahun 2011 meningkat 34% menjadi Rp 6.033 miliar dari Rp 4.510 miliar tahun lalu. Peningkatan ini terutama didorong oleh pendanaan rata-rata yang lebih tinggi dikombinasikan dengan peningkatan moderat pada biaya pendanaan dan beban bunga atas penerbitan obligasi Adira Finance.
Interest Expense Interest expense in 2011 increased 34% to Rp 6,033 billion from Rp 4,510 billion last year. The increase was primarily driven by higher average funding combined with modest increase in cost of funds and interest expense for Adira Finance’s bonds issuance.
Persaingan dalam pendanaan juga meningkat karena bankbank berusaha untuk mendanai pertumbuhan kredit mereka. Mengingat bahwa pertumbuhan kredit terus melampaui pertumbuhan simpanan, biaya pendanaan tercatat sebesar 5,6% pada akhir tahun 2011, lebih tinggi dari 5,5% pada tahun sebelumnya. Selain itu, BI menyesuaikan persyaratan pencadangan minimum wajib untuk mata uang asing sebanyak dua kali dari 1% menjadi 5% pada bulan Maret 2011 dan dari 5% menjadi 8% pada bulan Juni 2011, yang mengakibatkan perbankan membutuhkan lebih banyak likuiditas.
Challenging competition in funding was also increased as banks need to fund their loan growth. Given the fact that loan growth continues outpacing deposit growth, our cost of funds stood at 5.6% by the end of 2011, higher than 5.5% recorded a year earlier. In addition, BI adjusted the foreign currency statutory reserve requirement twice from 1% to 5% in March 2011 and from 5% to 8% in June 2011, causing banks to require more liquidity.
Memasuki paruh kedua tahun ini, BI memandang tekanan inflasi telah berkurang dan ketidakpastian global yang terus berlanjut, sehingga menjadi dasar untuk menurunkan tingkat suku bunga acuannya sebanyak 25 bps pada bulan Oktober dan pengurangan 50 bps lagi pada bulan November menjadi 6,0%. Langkah ini diikuti oleh turunnya LPS rate dari 7,25% menjadi 7,0% pada bulan Oktober dan menjadi 6,75% pada bulan November. Pada bulan Desember, LPS rate terus turun 25 bps menjadi 6,50%.
Moving to the second semester of the year, BI saw calming inflationary pressures and prolonged global uncertainty, which became the base for the agency to lower its benchmark rate by 25bps in October and another 50bps in November to 6.0%. Such move was followed by the reduction in LPS rate from 7.25% to 7.0% in October and to 6.75% in November 2011. In the last month of 2011, LPS rate, was further reduced by another 25bps to 6.5%.
Sepanjang tahun 2011, Danamon terus meningkatkan CASA, yang naik sebesar 12% dan mencapai 41% dari total simpanan nasabah dibanding dengan 40% pada akhir tahun 2010. Ke depan, sejalan dengan komitmen untuk melayani pasar yang belum terjangkau, Danamon akan memanfaatkan jaringannya yang luas untuk peluang besar pada pendanaan berbiaya lebih murah pada segmen mass market.
During the year, Danamon continued to improve its CASA that rose by 12% and made up 41% of the total deposits compared to 40% at the end 2010. Going forward, in line with the commitment in the underserved market, the Bank will leverage its extensive network to tap the huge potential of cheaper funding in the mass market.
Simpanan nasabah menyumbang 74% dari total beban bunga atau Rp 4.485 miliar, 29% lebih tinggi dari Rp 3.469 miliar pada tahun sebelumnya. Kenaikan ini sejalan dengan meningkatnya saldo rata-rata pendanaan dan biaya pendanaan di semua produk terutama pada giro. Beban bunga dari pinjaman yang diterima dan simpanan dari bank lain adalah sebesar Rp 591 miliar, turun 6% atau mewakili 10% dari beban bunga dibandingkan dengan 14% pada tahun sebelumnya, akibat saldo rata-rata yang lebih rendah pada pinjaman yang terkait efek yang dijual dengan janji dibeli kembali. Danamon mencatatkan kenaikan 188% pada beban bunga atas obligasi yang diterbitkan menjadi Rp 785 miliar karena dampak satu tahun penuh atas penerbitan obligasi Danamon yang kedua pada kuartal terakhir tahun 2010 dan penerbitan obligasi Adira Finance. Pada 2011 beban bunga atas obligasi yang diterbitkan menyumbang
Deposits from customers contributed 74% of the total interest expense or Rp 4,485 billion, 29% higher than Rp 3,469 billion in the previous year. The increase was in line with the higher average funding balance and higher cost of funds across all products, especially current accounts. Interest expense due to borrowings and deposits from other bank was Rp 591 billion, declining 6% or accounting for 10% of the interest expense compared to 14% in the previous year, due to lower average balance in our repo borrowing. The Bank booked 188% higher interest expense from bonds issuance to Rp 785 billion due to the full year impact of the Bank’s second bonds issuance in the last quarter of 2010 and additional Adira Finance’s bonds issuance. In 2011 interest from the bonds issuance made up 13% of the total interest expense compared to 6% a year earlier. Further, customer deposits insurance guarantee expense accounted for the remaining
Laporan Tahunan 2011 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
13% dari total beban bunga dibandingkan dengan 6% pada tahun sebelumnya. Selanjutnya, beban penjaminan asuransi dana pihak ketiga mewakili sisanya yang sebesar 3% dari total beban bunga atau sebesar Rp 172 miliar, 25% lebih tinggi dari tahun sebelumnya sejalan dengan pertumbuhan saldo pendanaan rata-rata Danamon sebesar 23%.
3% of total interest expense or Rp 172 billion, 25% higher than a year earlier and in line with the Bank’s 23% average funding balance growth.
Pendapatan bunga bersih tumbuh sebesar 9% menjadi Rp 10.849 miliar dibandingkan dengan Rp 9.908 miliar pada tahun sebelumnya meskipun terdapat pertumbuhan aset produktif sebesar 25%, dengan NIM tercatat sebesar 9,8%.
Danamon’s net interest income recorded a 9% growth to Rp 10,849 billion compared to Rp 9,908 billion in the previous year despite 25% earning assets growth, with NIM at 9.8%.
Pendapatan Operasional Lainnya
Other Operating Income
Rp miliar
Tahunan Full Year 2009
2010
2011
YoY
Rp billion
Pendapatan Provisi dan Komisi
1,159
1,205
1,323
10%
Fees and Commissions Income
Imbalan Jasa
1,427
2,125
2,845
34%
Fees
Keuntungan/(Kerugian) atas Perubahan Nilai Wajar atas Instrumen Keuangan
69
(12)
22
-283%
Gain/(Loss) from Changes in Fair Value of Financial Instruments
(Kerugian)/Keuntungan yang telah Direalisasi atas Instrumen Keuangan
326
20
(47)
-335%
Realized (Loss)/Gain from Derivative Instruments
(142)
1
42
N/M
Income from Foreign Exchange Transaction
3
2
5
150%
Dividend Income
41
242
24
-90%
Gains on Sale of Marketable Securities and Government Bonds-net
2,883
3,583
4,214
18%
Total
Pendapatan dari Transaksi Valuta Asing Pendapatan Dividen Keuntungan Penjualan Efek-efek dan Obligasi Pemerintah-Bersih Jumlah
Pendapatan operasional lainnya meningkat 18% menjadi Rp 4.214 miliar dari Rp 3.583 miliar pada tahun sebelumnya, terutama didorong oleh pendapatan provisi yang lebih tinggi karena ekspansi kredit dan pendapatan dari bancassurance.
Other operating income increased 18% to Rp 4,214 billion from Rp 3,583 billion a year ago, largely driven by higher fees income due to robust loans expansion and bancassurance fees.
Pendapatan Provisi dan Komisi Pendapatan provisi dan komisi merupakan pendapatan provisi yang didapat dari pemberian kredit kepada nasabah. Pada tahun 2011, provisi dan komisi kami tumbuh sebesar 10% menjadi Rp 1.323 miliar dan menyumbang 31% dari total pendapatan operasional lainnya. Hal ini didukung oleh pertumbuhan kredit yang solid terutama di segmen mass market dan segmen bisnis berskala menengah.
Fees and Commissions Income Fees and commissions income represented provision income generated from providing loans to customers. In 2011, our fees and commissions grew by 10% to Rp 1,323 billion and made up 31% of total other operating income. This was supported by solid loan growth mainly in the mass market and mid size businesses.
Imbalan Jasa Pendapatan imbalan jasa meliputi pendapatan dari transaksi perbankan seperti pendapatan administrasi lainnya dari pemberian kredit, pendapatan dari kartu kredit dan lainnya. Pendapatan imbalan jasa menyumbang 67% dari total pendapatan operasional lainnya dan tumbuh 34% menjadi Rp 2.845 miliar dibanding Rp 2.125 miliar pada tahun sebelumnya. Kenaikan ini terutama didorong oleh pembiayaan konsumer Adira Finance yang meningkat sebesar 35% mencapai Rp 41.363 miliar dari Rp 30.675 miliar pada tahun sebelumnya.
Fees Fees income includes transactional banking such as other administration fees from credit granting, credit card fees and others. Fees income contributed to 67% of the Bank’s other operating income and grew 34% to Rp 2,845 billion versus Rp 2,125 billion last year. The increase was mainly driven by higher Adira Finance’s consumer financing that grew 35% and amounted to Rp 41,363 billion from Rp 30,675 billion a year earlier.
2011 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
91
Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
Peningkatan pendapatan imbalan jasa yang signifikan disebabkan oleh pendapatan yang lebih tinggi dari produk bancassurance dan produk asuransi umum. Pada kuartal ketiga tahun 2011, Danamon membukukan pendapatan provisi kolaborasi dimuka yang dihasilkan dari kemitraan preferensi strategis selama 10 tahun dengan Manulife.
The increase of fees was also significantly attributable to the higher income from bancassurance and general insurance products. In the third quarter of the year, the Bank recognized upfront collaboration fee resulting from a 10-year full preferred strategic partnership between Danamon and Manulife.
Keuntungan Penjualan Efek-efek dan Obligasi Pemerintah Kami mencatat keuntungan Rp 24 miliar dari penjualan efek-efek dan obligasi pemerintah selama tahun 2011, lebih rendah dibanding sebesar Rp 242 miliar pada tahun lalu karena penjualan obligasi pemerintah yang lebih sedikit.
Gains on Sale of Marketable Securities and Government Bonds We recorded Rp 24 billion gains on sale of marketable securities and government bonds during 2011, which was lower than Rp 242 billion a year ago as the Bank sold less government bonds.
Keuntungan/(Kerugian) yang Telah Direalisasi atas Instrumen Keuangan Pada tahun 2011, kami mengakui kerugian dari instrumen keuangan derivatif sebesar Rp 47 miliar. Kerugian ini terutama disebabkan oleh transaksi cross currency swap (CCS) karena Danamon menerima lebih banyak dolar AS dengan suku bunga mengambang dan membayar Rupiah dengan suku bunga tetap.
Realized Gain/(Loss) from Derivative Instruments In 2011, we recognized a loss from derivative instruments of Rp 47 billion. The loss mainly contributed from cross currency swap (CCS) transactions as we received more USD float rate and paid Rupiah fixed position.
Pendapatan dari Transaksi Valuta Asing Transaksi valuta asing menyumbang pendapatan sebesar Rp 42 miliar, melonjak dari Rp 1 miliar pada tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan Danamon memiliki short position dolar AS sedangkan Rupiah mengalami apresiasi.
Income from Foreign Exchange Transactions Foreign exchange transaction contributed Rp 42 billion of income, jumping from Rp 1 billion in previous year. This was due to Danamon having a short USD position while Rupiah appreciated.
Beban Operasional Lainnya
Other Operating Expense
Rp miliar
Tahunan Full Year 2009
2010
2011
Beban Provisi & Komisi
1,247
329
241
-27%
Fees & Commissions Expense
Beban Umum & Administrasi
2,466
2,545
3,080
21%
General & Administrative Expense
Beban Tenaga Kerja & Tunjangan
3,003
3,839
4,413
15%
Salaries & Employee Benefits
Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai
2,842
2,134
2,183
2%
Allowance For Impairment Losses
Penambahan Atas Estimasi Kerugian Komitmen & Kontinjensi
5
-
-
-
Addition Of Possible Losses On Commitments & Contingencies
Lain-Lain Jumlah
229
387
363
-6%
Others
9,792
9,234
10,280
11%
Total
Beban operasional lainnya mencapai Rp 10.280 miliar pada tahun 2011 atau 11% lebih tinggi dibanding dengan tahun sebelumnya, dengan beban umum dan administrasi (beban kantor, iklan dan promosi) serta beban tenaga kerja dan tunjangan naik masing-masing sebesar 21% dan 15%. Kenaikan ini didorong oleh tingginya ekspansi bisnis dan tambahan karyawan untuk mendukung pertumbuhan dan program pemasaran dan promosi yang meningkat untuk mendukung citra Danamon. Secara positif, meskipun terdapat ekspansi bisnis yang terus menerus, rasio beban terhadap pendapatan masih dapat dikendalikan yaitu 51,6% dibandingkan dengan 49,7% pada tahun sebelumnya, mencerminkan disiplin dalam pengelolaan pengeluaran.
92
Rp billion
YoY
Laporan Tahunan 2011 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
Danamon’s other operating expenses reached Rp 10,280 billion in 2011 or 11% higher compared to the prior year with general and administrative (G&A) expenses (office expenses, advertising and promotion) and salaries and employees benefit increased by 21% and 15%, respectively. The increase was driven by strong business expansion, additional headcount to support growth and higher marketing and promotion programs to support Danamon brand. Positively, despite continuous business expansion, the Bank’s cost to income ratio stood at a manageable level of 51.6%, compared to 49.7% a year earlier, reflecting discipline in managing expenses.
Beban Tenaga Kerja dan Tunjangan Beban tenaga kerja dan tunjangan mewakili 43% dari beban operasional lainnya dan meningkat 15% menjadi Rp 4.413 miliar dari Rp 3.839 miliar pada tahun sebelumnya. Gaji meningkat 19% dari Rp 1.571 miliar menjadi Rp 1.875 miliar, sementara tunjangan & imbalan kerja lainnya meningkat 9% menjadi Rp 2.041 miliar, masing-masing mewakili 42% dan 46% dari beban tenaga kerja dan tunjangan. Kenaikan ini terutama didorong oleh perekrutan lebih dari 8.800 karyawan untuk mendukung ekspansi bisnis, terutama di segmen mass market.
Salaries and Employees Benefits Salaries and employee benefits made up 43% of other operating expenses and increased 15% to Rp 4,413 billion from Rp 3,839 billion in the previous year. Salaries rose by 19% from Rp 1,571 billion to Rp 1,875 billion whilst other allowance & benefits rose 9% to Rp 2,041 billion, each accounting for 42% and 46% of salaries and employee benefit expense. The increase was largely attributable to recruitment of over 8,800 employees to support our business expansion, mainly in mass market business during the year.
Beban Umum dan Administrasi Beban umum dan administrasi Danamon meningkat 21% menjadi Rp 3.080 miliar, mewakili 30% dari beban operasional lainnya. Kenaikan ini sebagian besar disebabkan oleh ekspansi jaringan distribusi. Informasi lebih lanjut mengenai jaringan distribusi terdapat pada bagian Pemasaran dan Distribusi pada Laporan Tahunan ini.
General and Administrative (G&A) Expense Danamon’s G&A expenses increased by 21% to Rp 3,080 billion, accounting for 30% of other operating expenses. The increase was mostly due to expansion in the Bank’s distribution network. For further details of distribution networks is available in the Marketing and Distribution section of this Annual Report.
Penyisihan Kerugian atas Penurunan Nilai Meskipun terdapat pertumbuhan signifikan pada portofolio kredit, Danamon mencatat pertumbuhan moderat sebanyak 2% pada penyisihan kerugian atas penurunan nilai menjadi Rp 2.183 miliar, mencerminkan kemampuan Danamon yang baik dalam mengelola portofolionya di tengah lingkungan operasional yang sehat. Beban kredit (termasuk beban provisi, kerugian atas penjualan aset yang diambil alih, pemulihan kredit yang telah dihapusbukukan bersih dan penghapusbukuan kredit) terhadap kredit rata-rata tercatat sebesar 3,0%, dibandingkan dengan 3,4% pada tahun lalu, menunjukkan kualitas aset yang sehat pada bisnis inti Danamon.
Allowance for Impairment Losses Despite significant growth in the loan portfolio, the Bank recorded a modest growth of 2% for allowance for impairment losses to Rp 2,183 billion, reflecting the Bank’s sound capability in managing its portfolio amid a sound operating environment. The cost of credit (includes provision expenses, loss on repossessed assets, net recovery and loans writeoff) over average loans stood at 3.0% compared to 3.4% a year ago, indicating a healthy asset quality of the Bank’s core businesses.
Mulai 1 Januari 2010, Danamon menerapkan PSAK No. 50 dan PSAK No. 55 (Revisi 2006) yang juga berdampak pada penyisihan kerugian penurunan nilai. Rincian selanjutnya pada dampak transisi menuju ke PSAK No. 50 dan No. 55 (Revisi 2006) tersedia di Laporan Keuangan Konsolidasian yang telah diaudit pada catatan 55.
Starting January 1, 2010, Danamon adopted SFAS 50 and SFAS 55 (R2006) which also impacted the allowance for impairment losses. Further details on the effect of the transition to SFAS No 50 and 55 (R 2006) is available in the audited Consolidated Financial Statements Note 55.
Pendapatan Bukan Operasional & Beban Bukan Operasional Beban bukan operasional Danamon turun sebesar 1% menjadi Rp 623 miliar dari Rp 628 miliar pada tahun sebelumnya. Penurunan ini adalah dampak dari pelaksanaan PSAK No. 22 (Revisi 2010) yang dimulai 1 Januari 2011 dimana goodwill tidak diamortisasi tetapi diukur berdasarkan biaya perolehan dikurangi penyisihan kerugian yang diakumulasi. Di sisi lain, kerugian atas penjualan piutang lain-lain naik 45% menjadi Rp 576 miliar dari Rp 397 miliar pada tahun sebelumnya. Kerugian atas penjualan piutang lain-lain merupakan agunan kendaraan bermotor dan peralatan rumah tangga yang dimiliki oleh nasabah untuk pelunasan pembiayaan konsumennya.
Non-Operating Income & Non-Operating Expense Danamon’s net non-operating expense was 1% lower to Rp 623 billion from Rp 628 billion a year earlier. The decline was impacted from implementation prospectively of SFAS No. 22 (2010 Revision) starting January 1, 2011 where goodwill is not amortized but subsequently measured at cost less accumulated impairment losses. On the contrary, loss on disposal of other receivables increased 45% to Rp 576 billion from Rp 397 billion in the previous year. Loss on disposal of other receivables represents motor vehicles and durable goods collateral owned by customers for settlement of their consumer financing.
2011 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
93
Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
Analisis Dupont
Dupont Analysis 2009
2010
Pendapatan Operasional
11.5%
11.2%
10.5%
Operating Income
Beban Operasional
(5.7%)
(5.6%)
(5.4%)
Operating Expense
Biaya Kredit
(3.2%)
(2.1%)
(1.9%)
Cost of Credit
2.6%
3.6%
3.2%
Net Operating Income
Pendapatan (Beban) bukan Operasional
(0.3%)
(0.3%)
(0.1%)
Non Operating Income (Expense)
Pajak
(0.8%)
(0.9%)
(0.8%)
Taxes
1.5%
2.4%
2.3%
Asset Turnover
Pendapatan Operasional Bersih
Perputaran Aktiva
2011
Hutang
7.2%
7.6%
7.4%
Leverage
ROAE
11.2%
18.5%
17.5%
ROAE
Analisis Neraca
Balance Sheet Analysis
Aset Konsolidasian
Consolidated Assets
Tinjauan Aset Konsolidasian
Overview of Consolidated Assets
Rp miliar Kas
Tahunan Full Year 2009 2,117
% Total 2%
2010
% Total
1,985
2%
2011 1,895
% Total 1%
YoY
Rp billion
-5%
Cash
Giro pada Bank Indonesia
3,820
4%
5,275
4%
6,940
5%
32%
Current Accounts with Bank Indonesia
Giro pada Bank Lain
1,908
2%
1,658
1%
2,639
2%
59%
Current Accounts with Other Banks
Penempatan pada Bank Lain & Bank Indonesia
4,189
4%
9,257
8%
13,232
9%
43%
Placements with Other Banks & Bank Indonesia
4,432
4%
5,324
5%
4,820
3%
-9%
Marketable Securities
Pinjaman yang Diberikan*
61,022
62%
79,931
68%
98,858
70%
24%
Loans*
Obligasi Pemerintah
Efek-efek
11,011
11%
6,138
5%
3,947
3%
-36%
Government Bonds
Aset Tetap
1,550
2%
1,771
1%
1,899
1%
7%
Fixed assets
Lain-lain
8,549
11%
6,868
6%
7,704
6%
12%
Others
Jumlah
98,598
100%
118,207
100%
141,934
100%
20%
Total
*) Termasuk piutang pembiayaan konsumen | Including consumer financing receivables Catatan/Note: semua angka dinyatakan dalam jumlah bersih | All figures are presented in net amount.
94
Total aset meningkat sebesar 20% menjadi Rp 141.934 miliar dibandingkan dengan Rp 118.207 miliar pada tahun lalu, terutama didorong oleh pertumbuhan kredit sebesar 24% dan pertumbuhan penempatan pada bank lain dan BI sebesar 43%. Kredit, sebagai jenis aset yang utama, menyumbang 70% dari total aset sejumlah Rp 98.858 miliar dibandingkan dengan 68% pada tahun sebelumnya. Aset lainnya yang terutama terdiri dari aset tak berwujud dan tagihan akseptasi meningkat sebanyak 12% menjadi Rp 7.704 miliar dibandingkan dengan tahun lalu sebesar Rp 6.868 miliar akibat peningkatan tagihan akseptasi sebesar 76% menjadi Rp 1.336 miliar.
The Bank’s total assets expanded 20% to Rp 141,934 billion compared to Rp 118,207 billion a year ago, mainly driven by 24% loan growth and 43% growth of placement with other banks and BI. Loans, as our primary type of asset, made up 70% of total assets or Rp 98,858 billion against 68% in the previous year. Other assets which mainly consist of intangible assets and acceptance receivables rose 12% to Rp 7,704 billion compared to last year of Rp 6,868 billion on the back of 76% higher acceptance receivable to Rp 1,336 billion.
Giro pada BI meningkat 32% menjadi Rp 6.940 miliar pada tahun 2011. Hal ini sejalan dengan peraturan BI yang menaikkan giro wajib minimum bank umum dalam mata uang asing sebanyak dua kali dari 1% menjadi 5% pada bulan Maret 2011 dan dari 5% menjadi 8% pada bulan Juni 2011, sedangkan giro wajib minimum dalam Rupiah tidak berubah sebesar 8%.
The current account with BI increased 32% to Rp 6,940 billion in 2011. This is in accordance with BI policy to adjust the foreign currency statutory reserve requirement twice from 1% to 5% in March 2011 and from 5% to 8% in June 2011, while the requirement for Rupiah was unchanged at 8%.
Laporan Tahunan 2011 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
Penempatan pada bank lain dan BI tumbuh sebesar 43% menjadi Rp 13.232 miliar dari Rp 9.257 miliar mencerminkan kelebihan likuiditas untuk mendukung pertumbuhan. Dengan demikian, penempatan pada bank lain dan BI, sebagai persentase dari total aset Danamon, meningkat dari 8% menjadi 9% pada tahun 2011.
Placements with other banks and BI grew by 43% to Rp 13,232 billion from Rp 9,257 billion reflecting excess liquidity to support growth. As such, placement with other banks and BI as a percentage of the Bank’s total assets increased from 8% to 9% in 2011.
Aset Likuid
Liquid Assets
Rp miliar
Tahunan Full Year 2009
% Total
2010
% Total
2011
% Total
YoY
Rp billion
Kas
2,117
9%
1,985
7%
1,895
6%
-5%
Cash
Giro pada Bank Indonesia
3,820
15%
5,275
18%
6,940
21%
32%
Current Accounts with Bank Indonesia
Giro pada Bank Lain - bruto
1,924
8%
1,658
6%
2,639
8%
59%
Current Accounts with Other Banks - gross
Penempatan pada Bank Lain & Bank Indonesia - bruto
4,214
17%
9,257
32%
13,232
40%
43%
Placements with Other Banks & Bank Indonesia - gross
Efek-efek - Tersedia untuk Dijual dan Diperdagangkan - bruto
4,216
17%
4,441
15%
4,173
13%
-6%
Marketable Securities-Available for Sale and Trading-gross
Obligasi Pemerintah - Tersedia untuk Dijual dan Diperdagangkan
8,677
39%
6,138
21%
3,947
12%
-36%
Government Bonds - Available for Sale and Trading
24,878
100%
28,754
100%
32,826
100%
14%
Total
Jumlah
Sebagai bagian dari manajemen likuiditas yang penuh kehati-hatian, kami memiliki sebagian aset dalam bentuk aset likuid. Selain adanya sumber dana yang dapat segera dicairkan dari kas dan penempatan pada BI dan bank lain, portofolio efek/surat berharga dalam kelompok yang tersedia untuk dijual (AFS) juga merupakan portofolio aset kami yang likuid. Jumlah aset likuid ini ditentukan oleh struktur neraca dan kondisi pasar.
As part of our prudent liquidity management, we maintain a portion of assets in the form of liquid assets. In addition to the immediately liquid resources of cash and placements in BI and other banks, securities in the Available for Sale (AFS) portfolio made up our portfolio of liquid assets. The level of liquid assets is determined by the structure of the balance sheet and market conditions.
Jumlah total aset likuid selama tahun 2011 adalah sebesar Rp 32.826 miliar atau 14% lebih tinggi dari Rp 28.754 miliar pada tahun sebelumnya. Persentase aset likuid terhadap total aset adalah 23% dibandingkan dengan 24% pada tahun sebelumnya.
Total liquid assets during 2011 amounted to Rp 32,826 billion or 14% higher from Rp 28,754 billion a year earlier. The percentage of liquid assets to total assets was 23% compared to 24% in the previous year.
Penempatan pada Bank Lain dan Bank Indonesia Selama tahun 2011, penempatan pada bank lain dan BI meningkat sebanyak 43% menjadi Rp 13.232 miliar. Kenaikan ini terutama didorong oleh saldo yang lebih tinggi pada penempatan pada BI yang naik sebesar 83% menjadi Rp 10.188 miliar menggambarkan kelebihan likuiditas Danamon untuk mendukung pertumbuhannya.
Placements with Other Banks and Bank Indonesia During 2011, placement with other banks and Bank Indonesia increased by 43% to Rp 13,232 billion. The increase was mostly driven by higher balance in placement with BI that rose 83% to Rp 10,188 billion depicting Danamon’s excess liquidity to support growth.
Obligasi Pemerintah Portofolio obligasi pemerintah adalah sebesar Rp 3.947 miliar pada tahun 2011 dibandingkan dengan Rp 6.138 miliar pada tahun sebelumnya. Kami menjual sejumlah kepemilikan obligasi pemerintah dalam rangka memanfaatkan peluang di pasar, sehingga mengurangi jumlah obligasi pemerintah terhadap total aset dari 5% menjadi 3% pada tahun 2011. Selama tahun 2011, Danamon mencatat keuntungan Rp 26 miliar atas penjualan obligasi pemerintah dalam kelompok tersedia untuk dijual dan diperdagangkan.
Government Bonds Our government bonds portfolio was Rp 3,947 billion in 2011 as compared to Rp 6,138 billion a year earlier. We sold some of the government bonds holding to capitalize on opportunities in the market, therefore reducing government bonds contribution to total assets from 5% to 3% in 2011. During 2011, the Bank booked Rp 26 billion in gains from sale of government bonds available for sale and trading.
2011 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
95
Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
Pada akhir tahun 2011, 99% obligasi pemerintah berdenominasi dalam mata uang Rupiah sedangkan sisanya sebesar 1% dalam mata uang asing. Dalam hal klasifikasi berdasarkan jenis, sejumlah Rp 3.822 miliar (97%) obligasi pemerintah diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual (AFS) dan sejumlah Rp 125 miliar sisanya diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan. Dalam hal komposisi portofolio berdasarkan suku bunga, obligasi dengan tingkat bunga tetap adalah sebesar Rp 1.033 miliar yang mencakup 26% dari portofolio sementara 74% dari saldo portofolio terdiri dari obligasi dengan tingkat bunga mengambang.
By the end of 2011, 99% of the government bonds were denominated in Rupiah while the remaining 1% was in foreign currency. In terms of classification, Rp 3,822 billion (97%) government bonds were classified as Available For Sale (AFS) and the remaining Rp 125 billion as trading accounts. In terms of interest rate composition, fixed rate bonds of Rp 1,033 billion occupied 26% of the portfolio while 74% of the balance was floating rate bonds.
Kredit yang Diberikan Pada tahun 2011, saldo kredit bruto yang diberikan meningkat sebanyak 23% menjadi Rp 101.678 miliar, sehingga menempatkan Danamon sebagai kreditur keenam terbesar di Indonesia dengan pangsa pasar 4,6%. Ekspansi kredit ini sejalan dengan strategi Danamon dan seiring dengan pertumbuhan ekonomi negara.
Loans In 2011, our gross loans balance expanded by 23% to Rp 101,678 billion, thus positioning Danamon as the sixth largest lender in the country with 4.6% market share. The loans expansion was in line with the Bank’s strategy along with the country’s encouraging economic growth.
Meskipun terjadi gejolak pasar keuangan global, ekonomi makro Indonesia secara keseluruhan masih menunjukkan kinerja yang memadai sebesar 6,5%, dan hal yang sama berlaku juga pada sektor perbankan. Pandangan yang positif atas pertumbuhan PDB tahun 2011 yang didorong oleh konsumsi domestik telah memberikan lebih banyak peluang bagi sektor ini, termasuk bagi Danamon, sebagai salah satu pemberi pinjaman konsumen terbesar di Indonesia, untuk melanjutkan ekspansinya. Namun, mengingat ketidakpastian perekonomian dunia, kami terus menjalankan strategi yang penuh kehati-hatian untuk mengantisipasi tren pasar dan perkembangannya, dalam rangka menjaga keseimbangan antara modal, kualitas aset, pertumbuhan, dan profitabilitas.
Despite the global financial market turbulence, Indonesia’s overall macroeconomy still showed a steady growth of 6.5% and so did its banking sector. The positive outlook on the 2011 GDP growth driven by domestic consumption has given more opportunities for the sector, including Danamon, as one of the largest consumer lenders in the country to continue its expansion. However, given the onset of the worldwide economic uncertainties, we continue establishing prudential strategies to anticipate the market trends and developments, in order to maintain the balances of capital, assets quality, growth, and profitability.
Kredit yang Diberikan berdasarkan Segmen - Bruto
Loans by Segment - Gross
Rp miliar
Tahunan Full Year 2009
2010
2011
Rp billion
Wholesale
7,790
10,689
12,532
17%
Wholesale
Konsumer
6,703
5,145
5,653
10%
Consumer
16,481
19,639
24,241
23%
SME & Commercial
UKM & Komersial Mass Market
32,304
47,185
59,252
26%
Mass Market
Jumlah
63,278
82,658
101,678
23%
Total
Segmen mass market yang mewakili 58% dari total kredit tumbuh 26% menjadi Rp 59.252 miliar pada akhir tahun 2011 dibandingkan Rp 47.185 miliar (57% dari total portofolio kredit) pada tahun sebelumnya. Pinjaman berskala menengah (UKM & komersial) tumbuh 23% menjadi Rp 24.241 miliar dan meliputi 24% dari portofolio kredit kami, sementara kredit wholesale dan konsumer masing-masing menyumbang sebesar 12% dan 6% dari portofolio kredit. Pertumbuhan kredit segmen mass market dihasilkan dari pertumbuhan
96
YoY
Laporan Tahunan 2011 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
The mass market segment, that represents 58% of the total loans portfolio, grew 26% to reach Rp 59,252 billion by the end of 2011 versus Rp 47,185 billion (57% of total loan book) in the previous year. Mid size loans (SME & Commercial) grew 23% to Rp 24,241 billion and accounted for 24% of our loans book, while wholesale and consumer loans made up to 12% and 6% of loans portfolio, respectively. The growth of mass market loans resulted from solid growth in automotive
yang solid dalam pembiayaan otomotif (Adira Finance) dan kredit mikro melalui Danamon Simpan Pinjam (DSP).
financing (Adira Finance) and micro lending through Danamon Simpan Pinjam (DSP).
Kredit Segmen Mass Market
Mass Market Loans
Kredit Mikro (DSP) DSP yang melayani dan membantu usaha berskala mikro dan kecil untuk memperoleh akses yang lebih baik ke layanan dan produk perbankan, terus menunjukkan kinerja yang baik. Pada akhir tahun 2011, portofolio kredit DSP adalah sebesar Rp 16.433 miliar, tumbuh sebesar 7% dan menyumbang 16% dari total kredit Danamon atau 28% dari total kredit mass market. Pada tahun 2011, DSP terus memperkuat posisinya di pasar dengan penambahan lebih dari 178 outlet baru terutama di wilayah pedesaan di luar Jawa. Selain itu, seperti tercermin dari informasi kredit kami berdasarkan wilayah geografis, kredit dari wilayah luar Jawa tumbuh sebesar 18% mencapai Rp 7,9 triliun dan wilayah ini masih memiliki peluang potensi pasar yang besar untuk dilayani. Dalam menanggapi perubahan lingkungan yang kompetitif, DSP memperkenalkan profil persyaratan karyawan yang baru dan telah direvisi guna menyempurnakan proses perekrutan karyawan. Pengembangan karyawan adalah hal penting bagi DSP, melalui pelatihan di dalam kelas dan magang untuk membangun kompetensi maupun karakter sumber daya manusia sebagai salah satu prioritas utama DSP.
Micro Lending (DSP) DSP which serves and helps micro and small scale enterprises to gain better access to banking services and products, continued to deliver a respectable performance. By the end of 2011, DSP loans portfolio amounted to Rp 16,433 billion, a 7% growth and contributed 16% of the Bank’s total loans or a 28% contribution to mass market loans. In 2011, DSP continued to strengthen its market position with the addition of more than 178 new outlets mostly in rural areas outside Java. Moreover, reflected from our loans by region, outside Java loan grew by 18% reaching Rp 7.9 trillion this year and this area still carries huge market potential to serve. To better respond to changes in the competitive environment, DSP introduced a new and revised people requirement profiling to improve its recruitment process. People development was another important area for DSP, involving in-class and onthe-job training, targeting both competence and character building as human capital is one of DSP’s top priorities.
Pembiayaan Otomotif (Adira Finance) Pada akhir tahun 2011, Adira Finance mencatat pertumbuhan yang tinggi sebesar 35% pada piutang pembiayaan karena permintaan untuk mobil dan sepeda motor tetap tinggi. Pertumbuhan perekonomian yang berkelanjutan telah mendorong pendapatan dan kecenderungan perilaku berbelanja. Selain itu, tingkat suku bunga yang relatif rendah membuat kredit pembiayaan otomotif lebih terjangkau, sehingga mendukung ekspansi kredit baik untuk mobil maupun sepeda motor. Faktor-faktor lain seperti penetrasi kepemilikan sepeda motor yang rendah dan keterbatasan transportasi umum, juga telah menguntungkan industri otomotif. Indonesia memperoleh manfaat dari penunjukannya sebagai pusat lokasi untuk kendaraan multi fungsi (MPV) oleh beberapa ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merek) untuk pasar regional dan juga dengan menjadi lokasi pemasaran yang menjanjikan bagi mobil perkotaan dengan harga terjangkau.
Auto Financing (Adira Finance) By the end of 2011, Adira Finance recorded a strong 35% growth in receivables as demand for cars and motorcycles remained robust. Continuous economic growth has stimulated income and spending behavior propensity to rise. In addition, the relatively lower interest rate environment made auto financing loans more affordable, thus supporting loans expansion both for cars and motorcycles. Other factors such as low penetration of motorcycle ownership in the country and limited public transportation have benefited the automotive industry. Indonesia also enjoys its appointment as a base for MPV (Multi Purpose Vehicle) by several ATPM (sole dealer for certain brands) for regional markets and also a promising marketing spot for affordable city cars.
Bisnis pembiayaan otomotif Danamon melalui Adira Finance telah mencapai Rp 41.363 miliar dan menempatkan Adira Finance sebagai pemimpin di industri ini dengan pangsa pasar masing-masing sebesar 15,8% dan 6,6% untuk pembiayaan sepeda motor baru dan mobil baru, dibandingkan dengan 15,7% dan 5,2% tahun lalu. Sepanjang tahun, kondisi perekonomian yang kondusif telah meningkatkan daya beli yang mendukung pertumbuhan industri otomotif,
The Bank’s auto financing business through Adira Finance reached Rp 41,363 billion and has placed Adira Finance as the leader in the industry with market shares of 15.8% and 6.6% for new motorcycle and new car financing, respectively, compared to 15.7% and 5.2% last year. Throughout the year, conducive economic conditions improved purchasing power and essentially supported the growth of the automotive industry, which has impacted the finance industry. Adira
2011 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
97
Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
98
yang berimbas dampaknya pada industri keuangan. Adira Finance memanfaatkan peluang untuk mempertahankan kepemimpinannya di industri ini dengan memperluas layanan pembiayaan, dan pada saat yang sama Adira Finance juga memantau kualitas aset di tengah persaingan yang ketat. Peningkatan pembiayaan Adira Finance diimbangi dengan kualitas yang terus terpelihara melalui penerapan berbagai strategi yang penuh kehati-hatian seperti fokus pada portofolio dengan imbal hasil yang tinggi; penerapan manajemen risiko yang penuh kehati-hatian; komitmen terhadap produktivitas dan efisiensi; pemeliharaan hubungan yang erat dan dekat dengan produsen, dealer dan nasabah; perluasan jaringan bisnis; pengembangan TI dan SDM; dan sinergi dengan perusahaan induk.
Finance took the advantage of maintaining its leadership in the market by extending financing services, at the same time it also monitors its asset quality despite tougher competition. Nevertheless, the increase in Adira Finance’s financing was balanced with well maintained quality through the prudent implementation of various strategies such as focusing on a high-yield portfolio; implementing prudent risk management; commitment to productivity and efficiency; maintaining strong and close relationship with principal, dealers and customers; expansion of business network; development of IT and HR; and synergy with the parent company.
Selama tahun 2011, tidak termasuk piutang bunga, kredit mobil meningkat 59% menjadi Rp 15.696 miliar (menyumbang 38% dari kredit otomotif), melebihi pertumbuhan kredit sepeda motor yang tumbuh 23% menjadi Rp 25.385 miliar sehingga mengurangi komposisi kredit sepeda motor terhadap total kredit dari 68% menjadi 62% pada akhir tahun. Kredit untuk sepeda motor baru dan mobil baru masingmasing menyumbang 79% dan 70% dari masing-masing jenis pembiayaan otomotif tersebut.
During 2011, excluding interest receivables, car loans rose 59% to Rp 15,696 billion (made up 38% of auto loans), above motorcycle loans growth that grew 23% to Rp 25,385 billion thus reducing motorcycle composition to total loans from 68% to 62% at year end. New motorcycle and new car loans made up 79% and 70% of each type of auto financing, respectively.
Pada akhir tahun 2011, sepeda motor baru dan bekas menyumbang masing-masing 49% dan 13% dari kredit otomotif, sementara kredit mobil baru dan bekas masingmasing menyumbang 27% dan 11% dari total kredit otomotif.
By the end of 2011, new and used motorcycles contributed to 49% and 13% of the auto loans, respectively, while new and used cars each accounted to 27% and 11% of the total auto loans.
Secara keseluruhan, Adira Finance menyumbang 41% dari total portofolio kredit Danamon dan 70% dari kredit segmen mass market.
Overall, Adira Finance represents 41% of the Bank’s total loans portfolio and 70% of mass market loans.
Pembiayaan Barang Konsumtif (Adira Kredit) PT Adira Quantum Multi Finance (dikenal sebagai “Adira Kredit”), yang memberikan pembiayaan barang rumah tangga, tumbuh sebesar 18%, mencapai Rp 1.416 miliar (2% dari kredit segmen mass market dan 1% dari total kredit Danamon). Pembiayaan komputer terus menjadi penyumbang tertinggi dalam hal penjualan dan porsi portofolio (lebih dari 55%), diikuti dengan perabotan rumah (16%), televisi (11%) dan peralatan rumah tangga (11%).
Durable Goods Financing (Adira Kredit) PT Adira Quantum Multi Finance (commonly known as “Adira Kredit”), which offers white goods financing, grew by 18% to reach Rp 1,416 billion (2% of mass market loans and 1% of the Bank’s total loans). Computer financing continues to be the highest contributor in terms of sales and portfolio (more than 55%), followed by furniture (16%), TV (11%) and home appliance (11%).
Target pasar Adira Kredit adalah konsumen segmen mass market dengan estimasi populasi lebih dari 100 juta orang untuk dijangkau. Melalui pembangunan jaringan akuisisi yang baru dan ekspansi secara geografis melalui titik-titik penjualan (POS) dan cabang-cabang, Adira Kredit diharapkan dapat mempertahankan kepemimpinannya di pasar sebagai salah satu pemain terkemuka di Indonesia. Keterangan lebih lanjut atas jaringan distribusi Adira Kredit tersedia pada bagian Pemasaran dan Distribusi pada Laporan Tahunan ini.
Adira Kredit’s target market is mass market consumer with estimated population of more than 100 million people to serve. By establishing new acquisition channels and geographical expansion through point of sales (POS) and branches, Adira Kredit is expected to maintain their leadership position in the market as one of the leading players in the country. For further details of Adira Kredit’s distribution networks is available on Marketing and Distribution section of this Annual Report.
Laporan Tahunan 2011 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
Pembiayaan Beragunan Emas (Solusi Emas Syariah/SES) Pada tahun 2010, Danamon meluncurkan uji coba pembiayaan beragunan emas yang bernama SES, sebagai potensi bisnis baru Danamon di segmen mass market. Proyek ini dimulai dengan pembukaan 10 cabang di Jakarta dan Jawa Barat. Sampai dengan tahun 2011, SES dapat dilayani melalui 55 cabang yang tersebar di Jabodetabek, Karawaci, Cikarang, Jawa Barat, Jawa Timur dan Madura.
Pawnbroking (SES) In 2010, Danamon launched a pilot project for pawnbroking under the brand of SES, as the Bank’s new business potential in the mass market segment. The project started with opening 10 branches in Jakarta and West Java. Until 2011, SES served in 55 branches spread in Greater Jakarta, Karawaci, Cikarang, West Java, East Java and Madura.
SES menyediakan kebutuhan nasabah untuk hal-hal mendesak dan produktif seperti modal kerja, konsumsi, biaya pendidikan atau biaya perawatan medis. Proses yang nyaman, berbiaya rendah, prosedur penilaian emas yang transparan dan layanan jam buka yang lebih lama menjadi prioritas utama.
SES exists to provide customer needs at urgent and productive matters such as working capital, consumption, education expense or medical treatment. Convenient process, low cost, transparency of gold assessment procedures and longer hours of service are the key priorities.
SES juga menawarkan konsep layanan perbankan yang lengkap dengan transaksi pembiayaan beragunan emas, seperti penawaran produk pendanaan sesuai dengan layanan perbankan standar yang nyaman dan aman.
SES also offers a full banking services concept along with the pawn broking transaction, such as offering funding products as in the standard banking services that are comfortable and secure.
Pada kuartal pertama tahun 2011, kami secara resmi meluncurkan bisnis pembiayaan beragunan emas dan pada akhir tahun, saldo kredit untuk bisnis baru ini mencapai Rp 40 miliar dari Rp 5 miliar tahun lalu.
In the first quarter 2011, we officially rolled out pawnbroking businesses and by the end of the year, the outstanding loans for the newly established business was Rp 40 billion compared to Rp 5 billion last year.
Komposisi Kredit Mass Market Mass Market Loan Composition (Rp miliar Rp billion)
3%
3%
2%
32%
38%
28%
59%
2009: Rp 32,304
Pembiayaan Otomotif Automotive Financing
65%
2010: Rp 47,185
Pembiayaan beragunan Emas Pawnbroking
Kredit Mikro Micro Lending
70%
2011: Rp 59,252
Pembiayaan Barang Konsumtif Durable Goods Financing
Catatan/ Note: Pembiayaan beragunan emas telah direklasifikasi dari Kredit Konsumer (Consumer Loans) ke dalam Kredit Mass Market sementara Kredit Tanpa Agunan direklasifikasi dari segmen mass market ke dalam Kredit Konsumer (Consumer Loans) dimulai pada tahun 2011 dan diterapkan secara retrospektif. Pawnbroking is reclassed from Consumer Loans to Mass Market Loans while Unsecured Personal Loans was reclassed from Mass Market to Consumer Loans starting 2011 and is applied retrospectively.
2011 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
99
Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
100
Kredit Berskala Menengah (UKM dan Komersial) Perbankan UKM dan komersial Danamon yang menawarkan berbagai produk perbankan didukung oleh jaringan yang luas telah membukukan pertumbuhan yang menjanjikan. Kredit naik 23% menjadi Rp 24.241 miliar yang mewakili 24% dari portofolio kredit Danamon. Selama tahun ini, perbankan UKM dan komersial terus menegaskan kembali komitmennya untuk menjadi mitra bisnis yang dapat dipercaya dengan mempromosikan pendekatan relationship banking.
Mid-size (SME & Commercial/SMEC) Loans Danamon’s SME and Commercial banking (SMEC), which offers various banking products supported by extensive network, has booked promising growth. Lending was 23% higher to Rp 24,241 billion representing 24% of the Bank’s loan portfolio. During the year, SMEC banking continued to reaffirm its commitment to be a reliable business partner by promoting its full relationship banking approach.
Segmen UKM meliputi bisnis dengan omset penjualan tahunan sebesar Rp 2-40 miliar dengan besar pinjaman berkisar antara Rp 0,5-10 miliar. Kredit UKM tercatat sebesar Rp 14.245 miliar dengan kenaikan sebesar 27% dibanding dengan tahun sebelumnya sehingga mewakili 14% dari portofolio kredit pada akhir tahun. Kenaikan ini disumbangkan oleh beberapa jenis produk, seperti kredit investasi, pinjaman cerukan dan ABF.
SME segment encompasses businesses with annual sales turnover of Rp 2-40 billion with loan size ranging from Rp 0.5-10 billion. SME loans amounted to Rp 14,245 billion and booked a 27% increase from the previous year to represent 14% of the loans portfolio by the end of year. The increase was contributed from several product types, such as; investment loans, overdraft and ABF.
Kredit komersial terdiri dari bisnis dengan omset penjualan tahunan sebesar Rp 40-500 miliar yang membutuhkan pinjaman berkisar antara Rp 10 hingga 100 miliar. Sampai tahun 2011, kredit komersial mencatat kenaikan 19% pada portofolio kredit menjadi sebesar Rp 9.996 miliar dari Rp 8.381 miliar pada tahun sebelumnya atau mewakili 10% dari total kredit Danamon. Tiga jenis produk kredit dengan kontribusi tertinggi adalah kredit trade finance, kredit investasi dan ABF.
Commercial loans are made to businesses with annual sales turnover of Rp 40-500 billion that require loans ranging from Rp 10 to 100 billion. Until 2011, commercial loans recorded a 19% increase in the loans portfolio to Rp 9,996 billion from Rp 8,381 billion a year earlier or accounting for 10% of the Bank’s total loan book. The three types loans products with the highest contribution were trade finance, investment loans and ABF.
Sementara itu, bisnis ABF yang menawarkan pembiayaan alat berat sebagian besar kepada nasabah berskala menengah di industri pertambangan dan agribisnis mencatatkan pertumbuhan sebesar 56% menjadi Rp 3,942 miliar.
Meanwhile, our ABF business, which offers heavy equipment financing mostly to our mid-size customers in mining an agribusiness, posted a 56% growth to Rp 3,942 billion.
Dalam hal mata uang, 85% dari kredit UKM dan komersial berdenominasi dalam mata uang Rupiah sedangkan 15% sisanya dalam mata uang asing.
In terms of currency, 85% of SMEC loans are denominated in Rupiah while the remaining 15% was in foreign currency.
Kredit Wholesale Bisnis wholesale, yang terdiri dari Perbankan Korporasi dan Joint Finance and Asset Buy (JFAB), menyumbang 12% dari total portofolio kredit. Kredit wholesale meningkat sebesar 17% menjadi Rp 12.532 miliar dengan kredit Perbankan Korporasi tumbuh 24%, mewakili 10% dari portofolio kredit Danamon. Kenaikan ini terutama didukung oleh pertumbuhan kredit modal kerja dan kredit investasi masing-masing sebesar 57% dan 14% menjadi Rp 4.234 miliar dan Rp 3.176 miliar.
Wholesale Loans Wholesale businesses, which comprises Corporate Banking and Joint Finance and Asset Buy (JFAB), contributed 12% of the total loans portfolio. Wholesale loans expanded by 17% to Rp 12,532 billion with corporate banking loans growing by 24%, represented 10% of the Bank’s loans portfolio. The increase is mainly supported from growth in working capital and investment loans of 57% and 14% to Rp 4,234 billion and Rp 3,176 billion, respectively.
Kredit Konsumer Kredit konsumer yang mencakup pinjaman kartu kredit, pinjaman syariah, kredit perumahan, dan pinjaman untuk individu dengan pendapatan bulanan di atas Rp 2 juta, mewakili 6% dari portolio kredit Danamon.
Consumer Loans Consumer loans, which include credit card facilities, syariah lending, mortgages, and personal loans to individuals with monthly household income Rp 2 million and above, made up the remaining 6% of the Bank’s loan book.
Laporan Tahunan 2011 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
Pada akhir tahun, kredit konsumer tumbuh sebesar 10% menjadi Rp 5.653 miliar. Kredit perumahan dan pinjaman syariah merupakan motor penggerak pertumbuhan utama dimana masing-masing meningkat menjadi Rp 2.134 miliar (naik 30%) dan Rp 943 miliar (naik 49%). Sebaliknya, pinjaman kartu kredit sedikit menurun sebesar 2% seiring dengan upaya kami dalam mengurangi produk Instant Card sejalan dengan strategi bisnis Danamon. Kartu kredit mencatatkan Rp 1.574 miliar saldo kredit pada akhir tahun 2011.
By the end of the year, consumer loans booked 10% growth to Rp 5,653 billion. Mortgage and syariah lending were the main growth engine and expanded to Rp 2,134 billion (grew 30%) and Rp 943 billion (rose 49%), respectively. In contrast, credit card loans slightly decreased by 2% as we reduced Instant Card products and this is in line with the Bank’s business strategy. Credit cards posted Rp 1,574 billion loan balance by the end of 2011.
Pada tahun 2011, kredit tanpa agunan telah diklasifikasikan ke dalam kategori kredit konsumer (pada tahun 2010 produk kredit ini diklasifikasikan ke dalam golongan kredit segmen mass market). Kredit tanpa agunan terus berkurang menjadi Rp 381 miliar, dibandingkan dengan Rp 666 miliar pada tahun sebelumnya. Hal ini juga sejalan dengan strategi bisnis Danamon.
In 2011, unsecured personal loans (UPL) was classified under consumer loans (in 2010 was classified under mass market). Unsecured personal loans continued to shrink to Rp 381 billion, compared to Rp 666 billion a year earlier. This is also in line with the Bank’s business strategy.
Kredit berdasarkan Jenis Kredit
Loans based on Type
Rp miliar
Tahunan Full Year 2009
2010
2011
Rp billion
YoY
Konsumsi *
24,371
36,834
48,453
32%
Consumption *
Modal Kerja
26,389
32,127
34,737
8%
Working Capital
Investasi
11,803
12,530
17,152
37%
Investment
710
1,156
1,323
14%
Export
Ekspor Pinjaman kepada Komisaris dan Manajemen Senior Jumlah
5
11
13
18%
Loans to Commissioners and Key Management
63,278
82,658
101,678
23%
Total
*) Termasuk piutang pembiayaan konsumen dan leasing kepada nasabah Adira Finance Including consumer financing receivables that include leasing to Adira Finance’s customers
Berdasarkan jenis, kredit Danamon didominasi oleh kredit konsumsi dengan komposisi sebesar 48% dari total portofolio diikuti oleh kredit modal kerja (34%), kredit investasi (17%) dan kredit ekspor (1%).
Based on type, the Bank’s loan portfolio was dominated by consumption loans with a 48% share followed by working capital (34%), investment loans (17%) and loans for export (1%).
Kredit konsumsi mencatat kenaikan tajam sebesar 32% menjadi Rp 48.453 miliar pada akhir tahun 2011. Kenaikan ini terutama berasal dari kredit otomotif yang melonjak 35% dari tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan fakta bahwa permintaan domestik masih merupakan penggerak utama pertumbuhan PDB, khususnya ditunjang oleh konsumsi rumah tangga yang menyumbang 55,6% dari PDB pada tahun 2011. Sementara itu, kapasitas pinjaman konsumen di Indonesia meningkat karena kenaikan pendapatan per kapita (USD 2.243 pada tahun 2009 menjadi USD 3.510 pada tahun 2011) dan jumlah populasi kelas menengah yang berkembang.
Consumption loans recorded a sharp rise of 32% growth to Rp 48,453 billion by the end of 2011. The increase was mainly contributed from auto financing loans that surged 35% from the prior year. This is in line with the fact that domestic demand is still the main driver of GDP growth, especially supported by household consumption that accounted for a 55.6% share of GDP in 2011. Meanwhile, Indonesia’s consumers’ borrowing capacity is growing due to rising income per capita (of USD 2,243 in 2009 to USD 3,510 in 2011) and a larger middle class population.
Hingga tahun 2011, kredit modal kerja yang sebagian besar diserap oleh pengusaha kecil dan menengah dan kredit mikro dan juga pedagang kecil di pasar tradisional, mencatatkan pertumbuhan 8% menjadi Rp 34.737 miliar dari Rp 32.127 miliar pada tahun lalu.
Up to 2011, working capital loans, which are mostly absorbed by small medium entrepreneurs and micro lending to small traders in wet markets, posted an 8% growth to Rp 34,737 billion from Rp 32,127 billion a year ago.
2011 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
101
Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
Kredit investasi meningkat 37% menjadi Rp 17.152 miliar, sementara kredit ekspor naik 14% menjadi Rp 1.323 miliar akibat kenaikan aktivitas trade finance. Selama tahun 2011, ekspor tumbuh sebesar 29,1% secara tahunan dan mencapai USD 203.6 miliar. Sementara impor tumbuh lebih tinggi sebesar 30,7% mencapai USD 177,3 miliar, didorong oleh tingginya aktivitas pasar domestik.
Investment loans increased by 37% to Rp 17,152 billion, whilst loans for export, were 14% higher to Rp 1,323 billion due to higher trade finance activities. For the whole 2011 year, exports climbed 29.1% on yearly base and reached USD 203.6 billion. Meanwhile imports climbed faster at 30.7% and reached USD 177.3 billion, held up by strong domestic activities.
Credit Suisse BDMN memiliki tingkat imbal hasil atas bunga aset produktif yang relatif stabil di FY11, meskipun kontribusi kredit mikro semakin menurun, yang menunjukkan adanya tekanan pada sisi kredit yang relatif masih dapat dikendalikan. Namun, BDMN melihat tren kenaikan biaya pendanaan di FY11, dan mengingat tren suku bunga acuan yang menurun, selisih biaya dana BDMN dengan suku bunga acuan diperkirakan akan semakin besar di FY11. Kecenderungan selisih biaya dana BDMN dengan suku bunga kebijakan yang semakin besar ini menunjukkan persaingan yang semakin ketat dalam perolehan pendanaan di industri perbankan Indonesia, khususnya diantara bank-bank berukuran menengah dan kecil - Teddy Oetomo, Credit Suisse, 14 Februari 2012.
Kredit berdasarkan Sektor Ekonomi Portofolio kredit Danamon tersebar di berbagai sektor ekonomi dengan pembiayaan barang-barang rumah tangga & konsumen dan kredit grosir & ritel terus mendominasi komposisi portofolio kredit, masing-masing mewakili 43% dan 22% dari total portofolio, sejalan dengan peningkatan populasi kelas menengah dan naiknya pendapatan per kapita yang kemudian mendorong kecenderungan perilaku berbelanja.
BDMN saw a relatively stable yield on interest earning assets in FY11, especially considering the declining contribution of micro lending, suggesting that pressure on the lending side remains relatively manageable. However, BDMN saw an uptrend in cost of fund in FY11, and given the backdrop of policy rate downtrend, BDMN’s cost of funds spread to policy rate saw a noticeable uptrend in FY11. The uptrend in BDMN’s cost of funds spread to policy rate suggests increasing competition for funding in the Indonesian banking system, particulary among midand smaller-sized banks – Teddy Oetomo, Credit Suisse, February 14, 2012.
Loans based on Economic Sector The Bank’s loans portfolio is well diversified across various economic sectors with household & consumer financing, and grocery & retail continued to dominate the shares with 43% and 22%, respectively, consistent with higher middle class population as income per capita is rising, subsequently underpins the propensity to spend.
Kredit berdasarkan Sektor Ekonomi Loans by Economic Sector (Rp miliar Rp billion)
14% 29%
17% 43%
5%
40%
43%
6%
10% 12% 12% 3%
4%
12%
2009: Rp 63,278
28%
Untuk Tahun 2009 For the Years 2009 Perdagangan, Rumah Makan dan Hotel/ Trade, Restaurants and Hotels Manufaktur/Manufacturing
2011: Rp 101,678
Untuk Tahun 2010 dan 2011 For the Years 2010 and 2011 Rumah Tangga dan Pembiayaan Konsumen/ Household and Consumer Financing Grosir dan Ritel/Grocery and Retail
Jasa Dunia Usaha/Business Services
Manufaktur/Manufacturing
Pembiayaan Konsumen/Consumer Financing
Perumahan, Penyewaan, Jasa dan Perusahaan Jasa/ Real estate, Leasing, Services and Servicing Companies Lainnya/Others
Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi/ Transportation, Warehousing and Communications Lainnya/Others
102
22%
2010: Rp 82,658
Laporan Tahunan 2011 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
Kredit berdasarkan Wilayah Geografis Sampai tahun 2011, portofolio kredit Danamon (standalone) masih terpusat di pulau Jawa dengan pangsa sebesar 68%. Namun, seiring dengan inisiatif kami untuk memulai menyalurkan kredit ke wilayah Indonesia bagian timur, kontribusi portofolio kredit dari wilayah luar Jawa terhadap total portofolio kredit meningkat dari 29% menjadi 32% pada akhir tahun 2011.
Loans based on Geographic Region Up to 2011, the Bank’s loans portfolio (standalone) was still concentrated on Java island with a 68% share. However, as we started initiatives channeling in eastern Indonesia, the outside Java contribution to loans portfolio rose from 29% to 32% by the end of 2011.
Kredit berdasarkan Wilayah Geografi Loans by Geographic Region (Rp miliar Rp billion)
11%
10% 41%
15%
9% 38%
16%
5%
6%
6%
7%
7% 14%
8%
8% 15%
8%
13%
2010: Rp 75,773
2009: Rp 60,579
39%
17%
7%
2011: Rp 87,702
Jakarta, Tangerang & Bekasi
Kalimantan
Jawa Barat/West Java
Sumatera/Sumatera
Jawa Timur/East Java
Jawa Tengah/Central Java
Sulawesi, Maluku & Papua
Kredit berdasarkan Suku Bunga dan Mata Uang Dalam hal kredit berdasarkan suku bunga, kredit dengan suku bunga tetap mewakili 63% dari portofolio kredit dan kebanyakan terdiri dari kredit segmen mass market. Selanjutnya, 37% sisanya merupakan kredit dengan suku bunga mengambang yang terutama diwakili oleh kredit segmen UKM, segmen komersial dan segmen wholesale.
Loans based on Interest Rates and Currencies In terms of interest rates, fixed rate loans accounted for 63% of the Bank’s loans portfolio and were mainly concentrated in the mass market segment. Further, the remaining 37% were variable rate loans that were primarily contributed from SME, commercial and wholesale segment.
Dalam hal kredit berdasarkan mata uang, lebih dari 91% kredit berdenominasi mata uang Rupiah karena sebagian besar kredit disalurkan kepada nasabah mass market. Sementara itu, kredit dalam mata uang asing menyumbang 9% sisanya yang sebagian besar merupakan kontribusi nasabah komersial dan nasabah wholesale.
In terms of currencies, more than 91% of the loans were denominated in Rupiah as significant amount of the loans were distributed to mass market customers. Meanwhile, foreign currency made up the remaining 9%, which was mainly contributed from commercial and wholesale customers.
Kredit Bermasalah (NPL) Pembahasan NPL tersedia pada bagian Analisis Kualitas Aset Produktif.
Non Performing Loans (NPL) Discussion on NPL is available on section Analysis on Quality of Earning Assets.
Perubahan Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai Kredit
The Movement of Allowance for Impairment Loan Losses
Kredit bermasalah Danamon berada pada tingkat yang relatif stabil yaitu pada Rp 2,5 triliun per tanggal 31 Desember tahun 2011 dan tahun 2010. Rasio NPL bruto Danamon membaik menjadi 2,7% pada akhir tahun 2011 dibandingkan dengan 3,25% pada tahun sebelumnya (dihitung berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/11/DPNP tanggal 31 Maret 2010) karena kualitas kredit Danamon yang terus terjaga.
Danamon’s non performing loans stayed at a relatively stable level of Rp 2.5 trillion as per December 31, 2011 and 2010. The NPL ratio for Bank only improved to 2.7% by the end of 2011 versus 3.25% a year earlier (calculated based on Bank Indonesia Circular Letter No. 12/11/DPNP dated March 31, 2010) as the Bank credit quality was well maintained.
2011 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
103
Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
Sampai dengan akhir tahun, penyisihan kerugian penurunan nilai adalah sebesar Rp 2,2 triliun atau 10% lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu sebesar Rp 2,5 triliun karena kualitas kredit yang lebih baik.
By the end of the year, the allowance for impairment losses for loans was Rp 2.2 trillion or 10% lower compared to the previous year of Rp 2.5 trillion in light of better credit quality.
Perubahan Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai Kredit The Movement of Allowance for Impairment Loan Losses (Rp miliar Rp billion)
2,476 674 2,505
1
2,235
Selisih Kurs/ Exchange Rate Difference
Saldo Akhir/ Ending Balance
1,533
Saldo Awal/ Beginning Balance
Pembentukan/ Allowance
Pengembalian Hapus Buku/ Recovery
Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) Danamon telah memenuhi permintaan BI untuk menurunkan SBDK agar lebih banyak nasabah dapat menikmati layanan keuangan dan dengan demikian mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Danamon telah terlibat aktif dalam berbagai diskusi dengan BI tentang bagaimana mengelola suku bunga pinjaman dan menghasilkan beberapa inisiatif sebagai berikut: • Perbaikan pada komposisi pendanaan Danamon terus berupaya dalam memperoleh pendanaan berbiaya murah (CASA) melalui investasi ATM dan cabangcabang untuk meningkatkan pertumbuhan CASA.
104
Hapus Buku/ Write Off
Prime Lending Rate Danamon has been in line with the BI request in lowering the prime lending rate to allow more customers to enjoy financial services and thus spurring domestic economy growth. The Bank has been actively involved in many discussions with BI on how to manage the lending rate and has come up with several initiatives as follows: • Improvement in funding mix Danamon continues its effort to look for less costly funds (CASA) through investments in ATMs and branches to grow its CASA.
• Meningkatkan produktivitas Danamon akan lebih mengoptimalkan jaringannya yang luas dan kapasitasnya untuk meningkatkan produktivitas.
• Increase productivity Danamon will further optimizes its extensive network and capacity to increase productivity.
• Manajemen kualitas aset Manajemen kualitas aset sangat penting dalam mempertahankan tingkat biaya kredit yang lebih rendah. Dengan demikian Danamon memastikan agar praktik manajemen risiko penuh kehati-hatian diberlakukan secara konsisten.
• Asset quality management Asset quality management is crucial in maintaining lower level of cost of credit. Thus the Bank ensures consistent prudent risk management practice.
Laporan Tahunan 2011 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
Perbandingan Imbal Hasil dan Suku Bunga Comparison of Yield and Interest Rates
15.56%
15.86%
15.87%
15.48%
15.52%
15.51%
15.50%
15.32%
15.40%
15.03%
15.07%
14.99%
Imbal hasil aset produktif Yield of earning assets LPS Rate BI Rate Biaya dana CoF 7.25%
7.25%
7.25%
7.25%
7.25%
7.25%
7.25%
7.25%
7.00%
6.75%
6.75%
6.75%
6.75%
6.75%
6.75%
6.75%
6.75%
6.50%
5.66%
5.64%
5.61%
5.64%
5.94%
5.67%
5.63%
5.56%
5.56%
Jan-11
Feb-11
Mar-11
Apr-11
May-11
Jun-11
Jul-11
Aug-11
Sep-11
7.00% 6.50%
6.75%
6.50%
6.00%
6.00%
5.66%
5.80%
5.48%
Oct-11
Nov-11
Dec-11
Aset Tetap dan Belanja Modal
Fixed Assets and Capital Expenditure
Aset Tetap Pada akhir tahun 2011, harga perolehan aset tetap Danamon naik 13% menjadi Rp 3.496 miliar dari Rp 3.082 miliar tahun sebelumnya. Peningkatan ini terutama didorong oleh belanja perabot kantor yang naik 21% menjadi Rp 1.706 miliar dari Rp 1.409 miliar pada tahun lalu karena berbagai upaya perbaikan kantor dan proyek ekspansi jaringan yang dilakukan sepanjang tahun untuk mendukung pertumbuhan bisnis sejalan dengan strategi 2011. Untuk keterangan lebih lanjut mengenai jaringan distribusi tersedia pada bagian Pemasaran dan Distribusi pada Laporan Tahunan ini.
Fixed Assets By the end of 2011, Danamon’s cost value of fixed assets rose 13% to Rp 3,496 billion from Rp 3,082 billion a year earlier. The increase was driven by office furniture spending that rose 21% to Rp 1,706 billion from Rp 1,409 billion a year ago due to various office enhancements and network expansion projects carried out during the year to support business growth in line with our 2011 strategy. For further details of distribution networks are available in the Marketing and Distribution section of this Annual Report.
Belanja Modal yang Signifikan Belanja modal Danamon terdiri dari belanja modal teknologi informasi (TI) dan manajemen real estate (kantor) perusahaan (Corporate Real Estate Management atau CREM) untuk mendukung pertumbuhan bisnis. Danamon mengalokasikan dan mengawasi proyek belanja modal dengan ketat untuk memastikan kontribusi yang seimbang bagi pertumbuhan Danamon. Proyek belanja modal ini ditunjang oleh hasil operasional Danamon.
Significant Capital Expenditures Danamon’s capital expenditures consist of information technology (IT) and real estate (office) management (Corporate Real Estate Management-CREM) to support business growth. The Bank allocates and monitors capital expenditure projects closely to ensure balanced contribution to the institution’s growth. Capital expenditure projects are sustained from the Bank’s operating results.
Proyek TI yang utama antara lain adalah core banking system, cabang dan ATM baru, perbaikan infrastruktur cabang serta sistem baru untuk mendukung pertumbuhan bisnis.
Major IT projects amongst others are core banking system, new branches and ATMs, branch infrastructure improvements as well as new systems to support business growth.
Proyek manajemen kantor termasuk pembukaan cabang baru dan ATM, konsolidasi kantor pusat, relokasi cabang/ kantor, relokasi ATM, perbaikan infrastruktur, dan renovasi cabang/kantor.
Office management projects include opening of new branches and ATM, head office consolidation, branch/office relocation, ATM relocation, building infrastructure revamping, and branch/office renovation.
Belanja modal Danamon tidak memiliki eksposur material terhadap risiko mata uang asing, oleh karena itu, berdasarkan perspektif manajemen risiko, Danamon tidak melakukan aktivitas lindung nilai.
Danamon’s capital expenditures did not have material foreign currency exposures, therefore, based on the risk management perspective, the Bank did not undertake any hedging activities.
2011 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
105
Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
Danamon terlibat dalam beberapa perjanjian material terkait dengan penyediaan perangkat keras (hardware) dan penyediaan pemeliharaan perangkat lunak (software) dan layanan lainnya dengan berbagai penjual barang/jasa (vendor), antara lain dengan PT Berca Hardayaperkasa, PT Multipolar Tbk dan PT Emerio Indonesia. Berikut adalah ringkasan proyek belanja modal Danamon yang signifikan pada tahun 2011 untuk TI dan CREM:
Danamon is engaged in several material commitments related to the supply of hardware and provision of software maintenance and other services with various vendors, amongst others PT Berca Hardayaperkasa, PT Multipolar Tbk and PT Emerio Indonesia. Following is the summary of Danamon’s significant capital expenditure projects in 2011 in IT and CREM:
Proyek TI yang Signifikan Significant IT Projects (ribu thousand)
Proyek CREM yang Signifikan Significant CREM Projects (Rp miliar Rp billion)
2% 8%
6%
10%
11%
12%
7%
3% 75%
66% Rp 549
USD 113,942
ATM/ATM
New Core Banking System (NCBS)
Cabang/Branches
Cabang dan ATM/Branches and ATM
Lainnya/Others
Perbaikan Infrastruktur Cabang/ Branch Infrastructure Improvement Pengadaan Sistem Baru/ New System Deployment
Relokasi/Relocation Renovasi/Renovation Perbaikan/Revamping
Liabilitas Konsolidasian
Consolidated Liabilities
Tinjauan Liabilitas Konsolidasian
Overview of Consolidated Liabilities
Rp miliar
Tahunan Full Year 2009
% Total
2010
% Total
% Total
YoY
Rp billion
67,216
81%
79,643
80%
85,978
74%
8%
Deposits from Customers
Simpanan dari Bank Lain
1,438
2%
1,937
2%
2,814
2%
45%
Deposits from Other Banks
Efek yang Dijual dengan Janji Dibeli Kembali (Repo)
3,754
5%
2,790
3%
1,140
1%
-59%
Securities Sold Under Repurchase Agreements (Repo)
Obligasi yang Diterbitkan
2,051
2%
6,300
6%
11,278
10%
79%
Bonds Issued
Pinjaman yang Diterima
2,394
3%
2,482
2%
6,917
6%
179%
Borrowings
500
1%
500
1%
-
-
-100%
Subordinated Debts
Simpanan Nasabah
Pinjaman Subordinasi Lain-lain
5,343
6%
5,946
6%
7,971
7%
34%
Others
Jumlah
82,696
100%
99,598
100%
116,098
100%
17%
Total
Pada akhir tahun 2011, total liabilitas konsolidasi tumbuh 17% dari Rp 99.598 miliar menjadi Rp 116.098 miliar, terutama didorong oleh pertumbuhan yang solid pada simpanan nasabah, penerbitan obligasi Adira Finance dan ditambah dengan pendanaan bankers acceptance yang lebih besar.
106
2011
Laporan Tahunan 2011 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
By the end of 2011, the total consolidated liabilities grew 17% from Rp 99,598 billion to Rp 116,098 billion, primarily driven by solid growth in deposits from customers, Adira Finance’s bonds issuance combined with higher bankers acceptance funding.
Simpanan nasabah mewakili 74% dari total liabilitas konsolidasi Danamon dan mencatat pertumbuhan 8% menjadi Rp 85.978 miliar dilatarbelakangi oleh pertumbuhan yang tinggi di semua produk dengan pertumbuhan pada giro, tabungan dan deposito berjangka yang masing-masing tumbuh sebesar 18%, 9% dan 6%. Sementara itu, sebagai bagian dari strategi pendanaan Danamon untuk diversifikasi sumber pendanaan, selama tahun 2011 Adira Finance telah berhasil menerbitkan Rp 5 triliun obligasi dengan tingkat bunga tetap yang secara keseluruhan meningkatkan obligasi yang diterbitkan sebanyak 79% menjadi Rp 11.278 miliar.
Deposit from customers represent 74% of the Bank’s consolidated liabilities and recorded an 8% growth to Rp 85,978 billion on the back of strong growth across all products with current accounts, savings and time deposits growing by 18%, 9% and 6%, respectively. Meanwhile, as part of the Bank’s funding strategy to diversifying funding sources, during 2011 Adira Finance successfully issued Rp 5 trillion of fixed rate bonds which increased the overall bonds issued by 79% to Rp 11,278 billion.
Pendanaan
Funding
Rp miliar Dana Pihak Ketiga Pendanaan jangka Panjang Jumlah
Tahunan Full Year 2009
2010
2011
YoY
Rp billion
68,419
80,986
88,084
9%
Third Party Funds
8,688
11,056
13,399
21%
Long Term Borrowing
77,107
92,042
101,483
10%
Total
Catatan/Note: Tidak termasuk call money | Excluding call money.
Pendanaan kami terdiri dari dana pihak ketiga (CASA dan deposito berjangka) dan pendanaan jangka panjang/ professional funding seperti obligasi yang diterbitkan, pinjaman dari IFC (International Finance Corporation) dan bank lain, dan efek yang dijual dengan janji dibeli kembali. Pada tahun 2011, total pendanaan meningkat sebesar 10% menjadi Rp 101.483 miliar dari Rp 92.042 miliar setahun sebelumnya, dimana dana pihak ketiga meningkat 9% menjadi Rp 88.084 miliar dan pendanaan jangka panjang tumbuh 21% menjadi Rp 13.399 miliar didorong oleh penerbitan obligasi Adira Finance.
Our funding consists of third party funds (CASA and time deposits) and long term borrowings/professional funding such as bonds issued, loans from IFC (International Finance Corporation) and other banks, and securities sold under repurchase agreement. In 2011, total funding rose by 10% to Rp 101,483 billion from Rp 92,042 billion a year earlier, contributed from third party funds, that increased 9% to Rp 88,084 billion due to a strengthened funding franchise and long term funding, that increased 21% to Rp 13,399 billion driven by the Adira Finance bonds issuance.
a. Dana Pihak Ketiga
a. Third Party Funds
Rp miliar
Tahunan Full Year 2009
2010
2011
YoY
Rp billion
7,398
10,972
12,994
18%
Current Account
Tabungan
15,370
21,433
23,439
9%
Savings Account
Deposito Berjangka
45,651
48,581
51,651
6%
Time Deposits
Jumlah
68,419
80,986
88,084
9%
Total
Giro
Catatan/Note: Tidak termasuk call money | Excluding call money
Giro dan tabungan meningkat 18% dan 9% menjadi Rp 12.994 miliar dan Rp 23.439 miliar, sementara deposito berjangka tumbuh 6% menjadi Rp 51.651 miliar yang menyumbang 59% dari total dana pihak ketiga. Dengan demikian, CASA menyumbang 41% terhadap total dana pihak ketiga, dibandingkan dengan 40% pada tahun sebelumnya. Sebagai bagian dari strategi untuk meningkatkan pendanaan, Danamon terus melakukan promosi dan peningkatan jaringan infrastruktur sepanjang tahun terutama di wilayah yang potensial. Selama tahun 2011, kami memperluas jaringan ATM dengan penambahan 175 ATM di lokasi-lokasi strategis sehingga jumlah keseluruhan ATM mencapai 1.258 pada akhir tahun.
Current account and savings account increased 18% and 9% to Rp 12,994 billion and Rp 23,439 billion, respectively, while time deposits grew 6% to Rp 51,651 billion and held 59% of total third party funds. As such, CASA contributed 41% to total third party funds, compared to 40% a year earlier. As part of the Bank’s strategy to strengthen its funding franchise, Danamon prolonged its promotion and network infrastructure enhancement throughout the year especially in the high potential zones. During 2011, we expanded our ATM network with 175 ATM additions in prominent areas across the country, making a total 1,258 ATMs by year end.
2011 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
107
Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
Berdasarkan segmen usaha, sektor konsumer (termasuk syariah dan kartu kredit) terus memberikan kontribusi yang terbesar atas dana pihak ketiga dengan pangsa sebesar 64%, diikuti oleh UKM dan komersial, wholesale, dan mass market dengan pangsa masing-masing sebesar 24%, 11% dan 1 %.
Based on business segment classification, the consumer sector (including syariah and credit card) continued to deliver the highest contribution to third party funds with 64% share, followed by SME and commercial, wholesale, and mass market with 24%, 11% and 1% shares, respectively.
Berdasarkan mata uang, dana dalam mata uang Rupiah menyumbang 90% dari total, sedangkan sisanya 10% berdenominasi mata uang asing.
In terms of currency, Rupiah funding accounted for 90% of the total third party funds, while the remaining 10% were in foreign currencies.
b. Pendanaan Jangka Panjang
b. Long Term Borrowings (Professional Funding)
Rp miliar Surat Berharga yang Diterbitkan
2010
2011
2,051
6,300
Rp billion
YoY
11,278
79%
Securities Issued
1,131
-59%
Bonds Sold Under Repurchase Agreement (Repo)-Principal
Obligasi yang Dijual Dengan Janji Dibeli Kembali (Repo) - Pokok
3,743
2,775
Pinjaman IFC
1,109
825
551
-33%
IFC Borrowing
-
-
207
n/a
BTMU Borrowing Citibank Borrowing
Pinjaman BTMU Pinjaman Citibank Pinjaman BCA Pinjaman Subordinasi
-
-
181
n/a
75
-
-
-
BCA Borrowing
500
500
-
n/a
Subordinated Debt
Pinjaman PNM
41
28
0
n/a
PNM Borrowing
Pinjaman dari Lembaga Keuangan Lainnya
50
50
50
0
Placements by other Financial Institution
Pinjaman Bank Indonesia
27
13
-
n/a
Bank Indonesia Borrowing
Pinjaman Penerusan
12
1
1
0
Two-Step Loan
150
50
-
n/a
Panin Borrowing
Pinjaman Panin Pinjaman letter of credit Jumlah
108
Tahunan Full Year 2009
930
514
-
n/a
Letter of Credit
8,688
11,056
13,399
21%
Total
Sebagai bagian dari strategi likuiditas dan pendanaan, Danamon juga mengelola pinjaman jangka panjang (jatuh tempo lebih dari satu tahun) untuk manajemen perbedaan likuiditas dan risiko suku bunga yang lebih baik. Total pinjaman jangka panjang pada akhir tahun 2011 adalah sebesar Rp 13.399 miliar atau 21% lebih tinggi dibandingkan dengan Rp 11.056 miliar pada tahun sebelumnya. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh kenaikan surat berharga sebesar 79% menjadi Rp 11,278 miliar dilatarbelakangi oleh penerbitan obligasi Adira Finance sebesar Rp 5 triliun. Rincian lebih lanjut atas penerbitan obligasi dan penggunaan dana hasil penerbitan obligasi tersedia pada bagian Ikhtisar Keuangan dari Laporan Tahunan ini.
As part of our funding and liquidity strategy, the Bank also sustains long term borrowing (more than one year maturity) to better manage the liquidity gap and interest rate risk. The total long term borrowing at the end of 2011 amounted to Rp 13,399 billion or 21% higher compared to Rp 11,056 billion in the previous year. The increase was mainly contributed from securities issued that rose 79% to Rp 11,278 billion on the back of Rp 5 trillion Adira Finance’s bonds issuance. Further details of the bonds issuance and the use of proceeds is available in section Financial Highlights of this Annual Report.
Pinjaman dari IFC yang disalurkan untuk membiayai kredit skala kecil dan menengah, kredit konsumer dan kredit usaha mikro adalah sebesar Rp 551 miliar pada akhir tahun 2011 dari Rp 825 miliar pada tahun lalu. Pinjaman IFC ini akan jatuh tempo pada bulan Desember tahun 2013.
Borrowings from IFC that are used to finance our small and medium scale enterprises, consumer and micro lending businesses, amounted to Rp 551 billion by the end of 2011 from Rp 825 billion last year. IFC borrowing will mature in December 2013.
Laporan Tahunan 2011 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
Selama tahun 2011, Adira Finance memperoleh fasilitas kredit modal kerja dari Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ Ltd (BTMU) dan Citicorp Investment Bank (Singapura) Ltd (Citibank). Pinjaman yang diterima dari BTMU memiliki batas kredit maksimum 25 juta dolar AS, yang dimulai pada tanggal 25 Juli 2011 dan jatuh tempo pada tanggal 2 Agustus 2014, sementara kredit dari Citibank memiliki batas kredit maksimum sebesar Rp 500 miliar yang dimulai pada tanggal 21 Juli 2011 dan akan jatuh tempo pada tanggal 3 Januari 2012.
During 2011, Adira Finance obtained a working capital loans facility from Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ Ltd. (BTMU) and Citicorp Investment Bank (Singapore) Ltd. (Citibank). BTMU borrowing has a maximum credit limit of USD 25 million starting on July 25, 2011 and maturing on August 2, 2014, while loans from Citibank have a credit limit of Rp 500 billion starting on July 2, 2011 and maturing on January 3, 2012.
Obligasi pemerintah yang dijual dengan janji dibeli kembali (repo) berkurang sebesar 59% dari Rp 2.775 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp 1.131 miliar karena adanya pembayaran yang lebih awal. Sebesar 66% repo Danamon berada dalam mata uang Rupiah dan 34% sisanya berupa repo dalam mata uang asing.
Government bonds sold under repurchase agreement (repo) was reduced by 59% from Rp 2,775 billion in 2010 to Rp 1,131 billion due to early repayment. In term of currency 66% of the Bank’s repo denominated in Rupiah and the remaining 34% were foreign currency repos.
Ekuitas Konsolidasian Pada akhir tahun 2011, Danamon mencatat kenaikan ekuitas sebesar 39% menjadi Rp 25.837 miliar dibandingkan dengan Rp 18.609 miliar pada tahun sebelumnya, terutama didorong oleh kenaikan modal dari PUT V sebesar Rp 5 triliun.
Consolidated Equity By the end of 2011, the Bank booked a 39% increase in equity to Rp 25,837 billion compared to Rp 18,609 billion in the previous year, primarily driven by higher capitalization from the Rp 5 trillion Rights Issue V.
Penawaran Umum Terbatas dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu V (PUT V) Pada kuartal ketiga tahun 2011, Danamon berhasil memperoleh tambahan modal disetor melalui PUT V sebesar Rp 5 triliun dengan memanfaatkan kondisi pasar yang menguntungkan. Tujuan dari penawaran ini adalah untuk lebih memperkuat posisi permodalan dan meningkatkan kapasitas untuk mendukung pertumbuhan di semua lini usaha. Tanggapan yang positif dari pasar ditunjukkan dengan tingkat pemesanan sebesar 113%. PUT V ini telah menempatkan Danamon di antara kelompok bank dengan kapitalisasi yang tinggi. Ringkasan informasi yang berkaitan dengan PUT V tersedia di bagian Ikhtisar Keuangan Laporan Tahunan ini.
Rights Issue V
Permodalan
Capitalization
Kecukupan Modal Rp miliar
Capital Adequacy Konsolidasian Consolidated
Bank 2009
2010
In the third quarter of 2011, Danamon successfully raised Rp 5 trillion of additional paid in capital through Rights Issue V after leveraging on the benign market condition. The objective of the offering is to further strengthen the capital position and enhance capacity to pursue growth across all lines of businesses. The positive response from the market was indicated by a subscription rate of 113%. The Rights Issue V has put Danamon amongst the highly capitalized group of banks in the country. The summary of information related to Rights Issue V is available in the Financial Highlights section of this Annual Report.
2011
YoY
2009
2010
2011
YoY
Komponen Modal a. Modal Inti (Tier 1) b. Modal Pelengkap (Tier 2) Jumlah Modal Inti dan Modal Pelengkap (a+b)
Rp billion Components of Capital
12,784
13,474
19,391
44%
13,334
14,928
21,961
47%
1,284
785
903
15%
1,334
1,297
1,000
-23%
14,068
14,259
20,294
42%
14,668
16,225
22,962
42%
a. Core capital (Tier 1) b. Supplementary capital (Tier 2) Total Core Capital and Supplementary Capital (a+b)
2011 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
109
Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
Bank
Rp miliar
Konsolidasian Consolidated
2010
Investasi (-/-)
2,647
2,645
2,645
0%
701
673
820
22%
Jumlah Modal
11,420
11,614
17,648
52%
13,967
15,552
22,142
42%
Total Capital
Aset Tertimbang dengan Memperhitungkan Risiko Kredit, Risiko Pasar dan Risiko Operasional* KPMM dengan Risiko Kredit -Risiko Pasar -Risiko Operasional * KPMM
2011
YoY
2009
2010
2011
YoY
Rp billion
2009
Investments (-/-)
63,559
86,741
106,202
22%
67,636
96,939
126,264
30%
Risk Weighted Assets with Credit Risk, Market Risk and Operational Risk*
18,14%
15,79%
19,65%
3.86%
20.84%
18.54%
21.23%
2.69%
CAR with Credit Risk
0,17%
0.09%
0,04%
-0.05%
0.19%
0.09%
0.04%
-0.05%
- Market Risk
N/A
1.77%
2.98%
1.22%
N/A
2.40%
3.65%
1.25%
- Operational Risk *
17.97%
13.93%
16.62%
2.69%
20.65%
16.04%
17.54%
1.49%
CAR
*) Berdasarkan PBI No.10/15/PBI/2008 tanggal 24 September 2008 dan SE BI No. 11/3/DPNP tanggal 27 Januari 2009 serta sesuai persyaratan Basel II, perhitungan beban modal risiko operasional akan diterapkan secara bertahap dari 5%, 10% dan 15% dari rata-rata pendapatan bruto positif tahunan selama tiga tahun terakhir yang berlaku berturut-turut sejak tanggal 1 Januari 2010, 1 Juli 2010 dan 1 Januari 2011. In accordance with BI regulation No.10/15/PBI/2008 dated 24 September 2008 and BI circular letter No.11/3/DPNP dated 27 January 2009 as well as the requirement from Basel II, capital charges for operational risk will be applied gradually from 5%, 10% and 15% of the average gross income for the past three years effective January 1, 2010, July 1, 2010 and January 1, 2011.
Rasio KPMM konsolidasian berada pada 17,5% per Desember 2011 dibandingkan dengan 16,0% pada akhir 2010. Secara bank, KPMM Danamon sendiri tercatat sebesar 16,6% dari 13,9% pada Desember 2010.
The Bank’s consolidated CAR stood at 17.5% as of December 2011 compared to 16.0% at end of 2010. The Bank’s stand alone CAR was 16.6% from 13.9% in December 2010.
KPMM Danamon baik untuk Danamon saja maupun konsolidasi berada jauh di atas tingkat yang dipersyaratkan oleh BI sebesar 8% untuk tahun yang berakhir pada tahun 2011 dan 2010.
The Bank’s CAR both for stand alone consolidated were well above the required BI level of 8% for the years ended 2011 and 2010.
Danamon mencatat aset tertimbang menurut risiko (ATMR) dengan memperhitungkan risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional sebesar Rp 126.264 miliar atau 30% lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Peningkatan ini terutama didorong oleh ATMR kredit yang naik 24% menjadi Rp 104.310 miliar seiring dengan pertumbuhan kredit yang kuat. ATMR dengan memperhitungkan risiko operasional juga 74% lebih tinggi menjadi Rp 21.670 miliar dibandingkan dengan Rp 12.489 miliar pada tahun sebelumnya disebabkan oleh implementasi beban modal risiko operasional secara keseluruhan sebesar 15% dari rata-rata pendapatan bruto selama tiga tahun terakhir dibandingkan dengan sebesar 10% pada tahun sebelumnya.
Danamon booked risk weighted assets (RWA) for credit risk, market risk and operational risk of Rp 126,264 billion or 30% higher than a year earlier. The increase was primarily driven by the RWA for credit risk that rose 24% to Rp 104,310 billion as loans grew robustly. Risk weighted assets for operational risk was also 74% higher to Rp 21,670 billion compared to Rp12,489 billion in the previous year due to full capital charge with operational risk at 15% of average gross income for the last three years while previously only 10%.
Deutsche Bank Meskipun masih terdapat risiko kompetisi jangka panjang, kami berpendapat bahwa BDMN dapat mengatasi kinerja yang kurang optimal dalam waktu dekat. Setelah penawaran umum terbatas dengan hak memesan efek terlebih dahulu, BDMN memiliki rasio kecukupan modal (KPMM) sebesar 18% (yang di atas rata-rata sektor sebesar 16%). Hal ini seharusnya memungkinkan BDMN untuk membukukan pertumbuhan tahunan (CAGR) sebesar 20% dalam tiga tahun dengan risiko permodalah yang terbatas. Dengan demikian, kami memproyeksikan laba per lembar saham pada tahun 2012 akan tumbuh sebesar 21% (di atas rata-rata industri sebesar 15%) dengan tingkat pengembalian dividen bersih yang lebih tinggi sebesar 4% (dua kali lipat rata-rata sektor sebesar 2%). – Raymond Kosasih, CFA; Deutsche Bank, 5 Januari 2012
110
Laporan Tahunan 2011 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
Despite lingering long-term competition risks, we think BDMN could reverse its underperformance in the near term. After the rights issue, the Bank has a CAR of 18% (which is above the sector average of 16%). This should allow BDMN to post a three-year loan book CAGR of 20% with limited capital risks. Consequently, we project 2012 EPS growth of 21% (above the sector average of 15%) with a higher net dividend yield of 4% (double the sector’s average of 2%). - Raymond Kosasih, CFA; Deutsche Bank, January 5, 2012
Struktur Permodalan Untuk terus mendukung aktivitas sebagai salah satu kreditur utama di segmen mass market, Danamon memastikan struktur permodalan yang optimal untuk mempertahankan pertumbuhannya di tengah potensi pasar yang menjanjikan. Sebagai bagian dari Risk Appetite Statement (RAS) yang telah dirumuskan, Danamon menetapkan batasan minimum modal yang harus dijaga. Sebagai bank di Indonesia yang wajib memenuhi modal minimum, yaitu modal Tier I dan total KPMM, maka buffer Available Financial Resources (AFR) menetapkan tingkat buffer modal yang dibutuhkan untuk memastikan agar semua risiko yang dapat diidentifikasi telah diperhitungkan sehingga Danamon memiliki kemampuan untuk bertahan di bawah tekanan usaha. Untuk memenuhi kebutuhan modal kerja, Danamon memanfaatkan berbagai sumber pendanaan seperti simpanan nasabah, berbagai professional funding, dan ekuitas. Pada akhir tahun 2011, 82% dari aset Danamon didanai oleh liabilitas sedangkan sisanya sebesar 18% didanai oleh ekuitas dibandingkan dengan 84% liabilitas dan ekuitas 16% pada tahun sebelumnya. Perubahan struktur ini terutama disebabkan oleh pendanaan oleh ekuitas yang 39% lebih tinggi menjadi sebesar Rp 25,8 triliun yang terutama berasal dari PUT V.
Capital Structure To continuously support the Bank’s activities as one of the leaders in mass market segment, Danamon ensures an optimum capital structure to sustain its growth given the promising market potential. As part of the Risk Appetite Statement (RAS) that has been formulated, Danamon established capital buffers that regulate the minimum capital that must be maintained by Danamon. Since Indonesian banks are required to meet the minimum capital requirement, which is Tier I capital and total CAR, hence the Available Financial Resources (AFR) buffer determines the level of capital buffer that is required to ensure all risks that can be identified have been taken into account for Danamon to be able to survive amid the pressure. To support the Danamon’s working capital needs, the Bank utilizes various sources of funds such as deposits from customers, various professional borrowing, and equity. By the end of 2011, 82% of the Bank’s assets were financed through liabilities while the remaining 18% was through equity compared to 84% liabilities and 16% equity a year earlier. The changes in the structure was primarily caused by 39% higher equity to Rp 25.8 trillion, which mainly came from Rights Issue V.
Penambahan professional funding dan penawaran umum terbatas pada tahun 2011 telah mengurangi kontribusi simpanan nasabah terhadap total pendanaan aset dari 67% di tahun 2010 menjadi 61% pada akhir 2011.
Additional professional funding and rights issuance during 2011 had compressed the contribution of deposits from customers to total asset funding from 67% in 2010 to 61% by the end of 2011.
Komposisi Liabilitas dan Ekuitas Liabilities and Equity Composition 16%
16%
13%
15%
2%
2%
68%
67%
18% 16% 5% Ekuitas Equity
61%
Liabilitas Lainnya Other Liabilities Pinjaman (Jangka Pendek dan Panjang) Borrowings (ST and LT)
09
10
Kebijakan Struktur Permodalan Baik saham Seri A dan Seri B memiliki hak suara yang sama. Struktur permodalan Danamon dan kebijakan yang berkaitan dengan struktur permodalan juga dirinci dalam Anggaran Dasar Danamon No. 134 yang dibuat di hadapan Meester Raden Soedja, S.H. yang telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No.J.A.5/40/8 pada tanggal 24 April 1957, dengan perubahan terakhir dengan akta notaris No. 27 pada tanggal 30 Maret 2011, dibuat di hadapan P. Sutrisno A. Tampubolon, SH, M.Kn, notaris di Jakarta dan No.12 pada tanggal 12 Oktober 2011, dibuat di hadapan Fathiah Helmi SH, notaris di Jakarta.
11
Simpanan Nasabah Deposits from Customers
Policies on Capital Structure Both Series A and Series B shares carry equal voting rights. The Bank’s capital structure and policies related to the capital structure are also detailed in the Bank’s Articles of Association No. 134 of Meester Raden Soedja, S.H which were approved by the Minister of Justice of Republic of Indonesia in its decision letter No. J.A.5/40/8 dated April 24, 1957, with the latest amendment being notarized by notarial deed No. 27 dated March 30, 2011, made before P. Sutrisno A. Tampubolon, S.H., M.Kn, Notary in Jakarta and No.12 dated October 12, 2011, made before Fathiah Helmi S.H., Notary in Jakarta.
2011 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
111
Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
Pada tanggal 8 Desember 1989, berdasarkan izin Menteri Keuangan No SI-066/SHM/MK.10/1989 pada tanggal 24 Oktober 1989, Danamon melakukan Penawaran Umum Perdana (IPO) atas 12.000.000 saham dengan nilai nominal Rp 1.000 per saham (nilai penuh). Seluruh saham ini telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta (sekarang bernama Bursa Efek Indonesia (BEI) setelah digabungkan dengan Bursa Efek Surabaya) pada tanggal 8 Desember 1989. Setelah itu, Danamon melakukan penambahan jumlah saham-saham terdaftar melalui saham bonus, Penawaran Umum Terbatas dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (Rights Issue) I, II, III IV dan V, dan juga dalam rangka Karyawan/Manajemen Berbasis Saham (“E/MSOP”).
On December 8, 1989, based on the license from the Minister of Finance No. SI-066/SHM/MK.10/1989 dated October 24, 1989, the Bank undertook an Initial Public Offering (IPO) of 12,000,000 shares with par value of Rp 1,000 per share (full amount). These shares were listed at the Jakarta Stock Exchange (now Indonesia Stock Exchange (IDX) after being merged with Surabaya Stock Exchange) on 8 December 1989. Subsequently, the Bank increased its listed shares through bonus shares, Limited Public Offerings with Preemptive Rights (Rights Issue) I, II, III, IV and V, also through Employee/ Management Stock Option Program (“E/MSOP”).
Berikut adalah ringkasan korespondensi Danamon dengan Bapepam-LK mengenai pernyataan efektivitas Penawaran Umum Terbatas dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu:
Following is summary of the Bank’s correspondence with Bapepam-LK regarding the effectiveness of the rights issue:
Surat Efektif dari Bapepam-LK
Effective Letter from Bapepam-LK Surat Efektif dari Effective Letter from Bapepam-LK
Penawaran Umum Terbatas I
No. S-2196/PM/1993 tanggal/dated 24 Desember/December 1993
Penawaran Umum Terbatas II
No. S-608/PM/1996 tanggal/dated 29 April 1996
Rights Issue II
Penawaran Umum Terbatas III
No. S-429/PM/1999 tanggal/dated 29 Maret/March 1999
Rights Issue III
Penawaran Umum Terbatas IV
No. S-2093/BL/2009 tanggal/dated 20 Maret/March 2009
Rights Issue IV
Penawaran Umum Terbatas V
No. S-9534/BL/2011 tanggal/dated 24 Agustus/August 2011.
Rights Issue V
Perencanaan Permodalan • Sebagai bagian dari perencanaan permodalan, Danamon telah menurunkan rasio pembagian dividen (dividend payout ratio) dari 50% (untuk laba bersih tahun 2009) menjadi 35% untuk laba bersih tahun 2010. • Danamon juga secara proaktif menjaga rasio permodalan yang sehat baik untuk Danamon saja maupun untuk konsolidasian minimal 2% di atas persyaratan minimum. • Risiko pasar: Mulai bulan November 2007, Danamon telah menerapkan pendekatan standar untuk manajemen risiko pasar sesuai peraturan BI No.9/13/PBI/2007 tertanggal 1 November 2007. • Risiko kredit: Sesuai dengan Surat Edaran BI No. 7/10/ DPNP tertanggal 31 Maret 2005, saat ini Danamon masih menggunakan pendekatan Basel I dalam mengelola risiko kredit. Danamon akan menerapkan pendekatan standar untuk manajemen risiko kredit efektif 1 Januari 2012 sesuai dengan Surat Edaran No. 13/6/DPNP tertanggal 18 Februari 2011. • Risiko operasional: Pengelolaan risiko operasional masih menggunakan pendekatan indikator dasar sesuai Surat Edaran BI No. 11/3/DPNP tertanggal 27 Januari 2009. Berdasarkan Surat Edaran ini, beban modal risiko operasional adalah sebesar 5%, 10% dan 15% dari pendapatan bruto rata-rata untuk tiga tahun terakhir efektif masing-masing yaitu pada 1 Januari 2010, 1 Juli 2010 dan 1 Januari 2011.
112
Rights Issue I
Laporan Tahunan 2011 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
Capital Planning • As part of Danamon’s capital planning, the Bank has lowered its dividend payout ratio from 50% (for 2009 net profit) to 35% for 2010 net profit. • The Bank also proactively maintain sound capital ratio both for stand alone and consolidated basis at least 2% above the minimum requirement. • Market risk: Starting November 2007, Danamon had adopted the standardized approach for market risk management according to BI regulation No. 9/13/ PBI/2007 dated November 1, 2007. • Credit risk: In accordance with BI Circular Letter No. 7/10/DPNP dated March 31, 2005, currently the Bank still adopts Basel I approach in managing credit risk. Bank will adopt standardized approach for credit risk management effective January 1, 2012 in line with BI Circular Letter No. 13/6/DPNP dated 18 February 2011. • Operational risk: Operational risk management is computed using basic indicator approach as per BI Circular Letter No. 11/3/DPNP dated January 27, 2009. Based on this Circular Letter, the capital charge with operational risk is at 5%, 10% and 15% of average gross income for the last three years effective 1 January 2010, July 1, 2010 and January 1, 2011, respectively.
Kebijakan Dividen
Dividend Policy
Tinjauan Kebijakan Dividen Direksi mengusulkan dividen berdasarkan kinerja Danamon selama periode tertentu kepada presiden direktur.
Overview of Dividend Policy The Board of Director (BoD) proposes dividends based on the Bank’s performance over a certain period of time to the chief executive officer (CEO).
Dividen hanya dapat dibagikan jika Danamon memiliki saldo laba ditahan yang positif. Pembagian dividen dilakukan berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST). Resolusi RUPST antara lain menentukan waktu dan metode pembayaran sesuai dengan peraturan BEI, termasuk Tanggal Pencatatan ketika pemegang saham berhak atas dividen atau ketika memberi kuasa kepada Direksi untuk melakukannya.
Dividends may only be distributed if the Bank has positive retained earnings. Distribution of dividend is conducted based on the resolution of Annual General Meeting of Shareholders (AGMS). The AGMS Resolution shall among other matters determine the time and payment method pursuant to the regulation of IDX, including the recording date when the shareholders are entitled to dividend or authorize the BoD to do so.
Danamon dapat membagikan dividen interim sebelum akhir tahun fiskal, berdasarkan resolusi rapat Direksi, sepanjang pembagian ini disesuaikan dengan pembagian dividen yang disetujui dalam RUPST berikutnya.
The Bank may distribute interim dividends before the end of fiscal year, based on the BoD’s meeting resolution, provided that this distribution shall be adjusted with dividend distribution as approved by the upcoming AGMS.
RUPST menentukan penggunaan laba bersih (termasuk pembagian dividen dan cadangan umum & wajib); penetapan remunerasi Direksi dan Dewan Komisaris (gaji dan tantiem), penunjukan akuntan publik, dan persetujuan laporan keuangan. Sebelum 2008, tantiem merupakan bagian dari penggunaan laba bersih. Informasi lebih lanjut mengenai tantiem terdapat pada bagian Tata Kelola Perusahaan pada Laporan Tahunan ini.
The AGMS determines the appropriation of net income (including the distribution of dividends and the appropriation for general & legal reserve); the determination of remuneration of the BoD and Board of Commissioners (BoC) (salary and management bonuses/tantiem), the appointment of public accounting firm and the approval of financial statements. Before 2008, management bonuses (tantiem) was part of the appropriation of net income. Further information on the management bonuses is available in the GCG section of this Annual Report.
Kebijakan dividen Danamon telah mendapat persetujuan melalui diskusi antara manajemen, Dewan Komisaris, Direksi, dan pemegang saham. Selain itu, kebijakan dividen juga mempertimbangkan peraturan yang berlaku seperti persyaratan modal jangka panjang dan jangka pendek serta ekspektasi pertumbuhan laba Danamon dan kondisi pasar. Selanjutnya, Danamon telah mematuhi perjanjian pinjaman jangka panjang tentang batasan pada pembagian dividen. Danamon juga memastikan kebijakan tersebut sesuai dengan batasan pembagian dividen sebagaimana diatur dalam perjanjian jangka panjang Danamon. Keputusan itu juga memperhitungkan manajemen perencanaan permodalan Danamon, ekspektasi pertumbuhan laba dan kondisi pasar.
The Bank’s dividend policies have been agreed through discussions amongst the management, BoC, BoD, and shareholders. In addition, the dividend policy also incorporates regulatory considerations such as long term and short term capital requirements as well as the Bank’s earning growth expectations and market conditions. Furthermore, the Bank has been in compliance with its long term borrowing agreements regarding restrictions on dividend distributions. Danamon also ensures the policy is in compliance with the restriction on dividend distribution as stipulated in the Bank’s long term borrowing agreements. The decision also takes into account the Bank’s capital planning management, earning growth expectations and market condition.
Bank terus membagikan dividen kepada para pemegang saham dengan rasio pembayaran dividen sebesar 50% untuk tahun buku yang berakhir 2009 (dibayarkan pada tahun 2010) dan 35% untuk tahun buku yang berakhir 2010 (dibayarkan pada tahun 2011).
The Bank continues to distribute dividends to its shareholders with dividend payout ratio of 50% for the financial year ended 2009 (paid in 2010) and 35% for the financial year ended 2010 (paid in 2011).
2011 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
113
Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
Penggunaan Laba Bersih
Appropriation of Net Income Penggunaan Laba Bersih Appropiation of Net Income
Laba Tahun Profit Year
114
Tanggal RUPST AGMS Date
% Laba Bersih % Net Profit
Dividen per Saham untuk Seri A dan Seri B (Rp jumlah penuh) Dividend per Share for Series A and Series B (Rp full amount)
Jumlah Pembayaran Dividen Total Dividend Payment (Rp juta/ million)
Tanggal Pembayaran Dividen Tunai Cash Dividend Payment Date
Cadangan Umum & Wajib General & Legal Reserves (Rp juta/ million)
2010
30 Maret/March 2011
35%
119.87
1.009.197
10 Mei/May 2011
28,836
2009
29 April 2010
50%
91.12
766.300
10 Juni/June 2010
15.324
2008
25 Mei/May 2009
50%
91.37
765.012
7 Juli/July 2009
15.300
RUPST yang diselenggarakan pada tanggal 30 Maret 2011, memutuskan pembagian dividen tunai untuk tahun buku 2010 sebesar 35% dari laba bersih atau sejumlah Rp 1.009.213 juta atau Rp 119,83 (nilai penuh) per saham seri A dan saham seri B dan pembentukan penyisihan cadangan umum dan wajib sebesar Rp 28.836 juta dengan asumsi bahwa jumlah saham yang beredar pada saat pembagian dividen tidak lebih dari 8.422.321.466 saham.
The AGMS, which was held on March 30, 2011, resolved the cash dividend distribution for the 2010 financial year of 35% of the net profit, or in amount of Rp 1,009,213 million or Rp 119.83 (full amount) per share for A series and B series shares and the allocation for general and legal reserves of Rp 28,836 million with the assumption that total issued shares as of dividend distribution date will not exceed 8,422,321,466 shares.
Sesuai dengan surat Danamon kepada Bapepam dan LK No.B.198-Corp.Sec pada tanggal 27 April 2011, jumlah saham yang beredar pada tanggal 27 April 2011 adalah sebesar 8.419.096.466 saham, sehingga dividen yang dibagikan pada tanggal 10 Mei 2011 adalah sebesar Rp 119,87 (nilai penuh) per saham seri A dan seri B atau jumlah dividen tunai adalah sebesar Rp 1.009.197 juta.
In accordance with the Bank’s letter to Bapepam and LK No.B.198-Corp.Sec dated April 27, 2011, the total issued shares as of April 27, 2011 amounted to 8,419,096,466 shares; therefore, dividend to be distributed on May 10, 2011 amounted to Rp 119.87 (full amount) per share for A series and B series shares or total cash dividend of Rp 1,009,197.
Pada tanggal 31 Desember 2011, Danamon telah membentuk Rp 162,680 juta penyisihan cadangan umum dan wajib (31 Desember 2010: Rp 133.844 juta). Penyisihan cadangan umum dan wajib ini dibentuk sehubungan dengan UU No.40/2007 efektif tanggal 16 Agustus 2007 mengenai Perseroan Terbatas, yang mensyaratkan perusahaan untuk membuat penyisihan cadangan umum sebesar sekurangkurangnya 20% dari jumlah modal saham yang ditempatkan dan disetor penuh. Tidak ditentukan jangka waktu yang mana jumlah penyisihan ini harus terus dibuat.
As at December 31, 2011, the Bank booked Rp 162,680 million of general and legal reserves (December 31, 2010: Rp 133,844 million). This general and legal reserve was provided to comply with the Law No.40/2007 effective on August 16, 2007 regarding the Limited Liability Company which requires companies to set up a general reserve amounting to at least 20% of the issued and fully paid share capital. There is no timeline over which this amount should be provided.
Pengaruh Perubahan Suku Bunga terhadap Kinerja Danamon
Impact of Changes on Interest Rate to the Bank’s Performance
Kondisi operasional pada beberapa bulan awal tahun 2011 berubah signifikan dibanding dengan kondisi operasional menjelang akhir tahun. Selama bulan-bulan awal tahun 2011, inflasi masih dianggap sebagai tantangan karena adanya tekanan pada harga komoditas dan ekspektasi inflasi yang lebih tinggi. Namun, memasuki semester kedua tahun ini, BI melihat tekanan inflasi yang mereda di Indonesia, dan secara agresif merubah strateginya dari upaya mengatasi inflasi ke upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan tingkat suku bunga acuannya dari 6,75% pada bulan Februari ke titik terendah historis sebesar 6% pada bulan November 2011, dan mempertahankan pada tingkat tersebut sampai dengan akhir tahun. Selain itu, BI secara
The operating environment substantially changed from the earlier months of 2011 towards the end of the year. During the earlier months of the year, inflation was still considered a challenge due to pressure on commodity prices and the higher inflation expectations. However, moving to the second semester of the year, BI saw easing inflationary pressures occurring in the country, and aggressively altered its strategy from mitigating inflation to persuading economic growth by lowering its benchmark rate from 6.75% in February to a historical low of 6% in November 2011 and maintained the level throughout the end of the year. In addition, BI
Laporan Tahunan 2011 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
agresif mendorong perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit dan mensyaratkan perbankan untuk mengungkapkan suku bunga dasar kredit mereka secara rutin di situs web perusahaan.
aggressively encouraged banks to lower lending rates and require banks to disclose their prime lending rate on websites regularly.
Bersamaan dengan momentum ekonomi Indonesia yang positif, perbankan di Indonesia bersaing dalam meningkatkan kredit sebagaimana digambarkan oleh kenaikan LDR industri. Namun, dalam rangka mengantisipasi pertumbuhan kredit yang berkelanjutan, bank juga bersaing dalam memperoleh likuiditas melalui promosi yang menarik untuk memperoleh pendanaan, ekspansi jaringan, dan memperkuat modal melalui penerbitan obligasi sub-debt atau rights issue.
Riding the country’s optimistic momentum, Indonesian banks compete in increasing their loans as depicted in the aggressive increase of the sector’s LDR. However, in anticipating the continued loan growth, banks also compete in liquidity through attractive promotions for funding, network expansion, and strengthening capital through sub-debt issuance or rights issue.
Kompetisi di sektor kredit telah mempengaruhi imbal hasil dari dominasi atas komposisi pembiayaan otomotif, yang telah beralih ke pembiayaan kendaraan beroda empat yang menyumbang 38% dari portofolio pada akhir tahun 2011 dibandingkan dengan 32% pada tahun lalu. Dengan demikilan, tingkat imbal hasil atas pembiayaan otomotif berkurang dari 21,5% menjadi 19,1% pada tahun 2011, karena pembiayaan kendaraan beroda empat memberikan tingkat imbal hasil yang lebih rendah meskipun dengan nilai satuan pembiayaan yang lebih besar. Selanjutnya, biaya akuisisi kredit yang lebih tinggi pada bisnis pembiayaan otomotif turut menambah tekanan pada tingkat imbal hasil. Pada akhir tahun, kami membukukan tingkat imbal hasil bersih sebesar 14% untuk pembiayaan mobil dibandingkan dengan 16% pada tahun lalu, sementara tingkat imbal hasil bersih untuk pembiayaan sepeda motor menurun menjadi 22% dibandingkan dengan 23,9% pada tahun sebelumnya. Tingkat imbal hasil kredit mikro kami adalah sebesar 27,5% dibandingkan dengan 29,1% pada tahun lalu akibat ketatnya persaingan. Bisnis berskala menengah (mid size) kami mencatatkan tingkat imbal hasil yang relatif stabil sebesar 11,6% dari 11,8%, sementara tingkat imbal hasil kredit wholesale sedikit menurun dari 10,6% menjadi 10,3% pada tahun 2011. Meskipun terjadi penurunan pada tingkat imbal hasil, rasio biaya kredit kami membaik dari 3,4% menjadi 3,0% sejalan dengan upaya kami mempertahankan standar penilaian kualitas kredit yang tinggi.
Competition in lending has affected our yield for automotive financing, our auto loans mix has shifted with 4-wheeler occupying 38% of the portfolio by the end of 2011 compared to 32% last year. As such, the yield of auto financing contracted from 21.5% to 19.1% this year, since 4-wheeler carries lower yield albeit bigger ticket size. Further, higher acquisition of auto financing business also added pressure on the yield. By the end of the year, we booked net yield of 14% for car financing compared to 16% last year, while the net yield for motorcycle loans declined to 22% against 23.9% a year earlier. Our micro loan yield stood at 27.5% versus 29.1% last year in light of competition. Our mid size business registered a relatively stable yield of 11.6% from 11.8%, while the wholesale loans yield slightly slipped from 10.6% to 10.3% in 2011. Despite the drop in yield, our cost of credit improved from 3.4% to 3.0% as we preserve our high standard credit quality assessment.
Persaingan perolehan pendanaan semakin ketat karena bank-bank bersaing untuk mendanai pertumbuhan kredit mereka. Danamon mencatatkan biaya pendanaan yang sedikit lebih tinggi yaitu 5,6% dibandingkan dengan 5,5% setahun sebelumnya.
Rivalry in funding also intensified as banks compete to fund their loan growth. Danamon recorded a slightly higher cost of funds of 5.6% versus 5.5% a year earlier.
Perubahan suku bunga baik dari sisi pendanaan maupun kredit telah menyebabkan percepatan penurunan marjin sepanjang tahun. Namun, Danamon membukukan kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 9% menjadi Rp 10.849 miliar dari Rp 9.908 miliar tahun lalu, terutama didorong oleh rata-rata aset produktif yang naik 25% menjadi Rp 108 triliun dari Rp 86 triliun setahun sebelumnya. Rincian selanjutnya atas pendapatan bunga bersih tersedia pada bagian Pendapatan Bunga Bersih.
The changes on interest rate both in funding and lending caused accelerated margin compression during the year. However, the Bank booked a 9% increase of Net Interest Income to Rp 10,849 billion from Rp 9,908 billion last year, primarily driven by higher average earning assets that rose 25% to Rp 108 trillion from Rp 86 trillion a year ago. Further details of net interest income is available in the Net Interest Income section.
2011 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
115
Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
Nomura Indonesia Kami memandang Danamon sebagai salah satu yang diuntungkan oleh penurunan suku bunga di Indonesia karena lebih dari sebagian portofolio kredit Danamon terdiri dari kredit otomotif dan kredit mikro dengan suku bunga tetap, namun biaya pendanaan Danamon tinggi dengan deposito berjangka yang berbiaya tinggi dan bersuku bunga tetap masih mewakili 60% dari total simpanan nasabah. Selain itu, anak perusahaan Danamon, Adira Finance, juga mengambil peluang dengan menerbitkan obligasi di tengah kondisi tingkat bunga yang menurun dan biaya pendanaan yang lebih murah. Menurut kami, hal ini telah menempatkan Adira Finance ke dalam posisi yang baik dalam merebut pangsa pasar di bisnis pembiayaan otomotif di tengah masalah kualitas aset yang dihadapi oleh kompetitor Adira Finance di industri ini. Kami memberikan peringkat Neutral kepada saham Danamon dan akan meninjau prediksi laba kami di tengah hasil kinerja yang melebihi ekspektasi – Stephan Hasjim, Nomura Indonesia, 15 Februari 2012.
116
We view Danamon as a key beneficiary of falling rates in the country as over half of its loan portfolio comprised fixed-rate auto loans and micro-credit while the bank’s cost of funds is high with its high-cost fixed deposits accounting for 60% of its customer deposits. In addition, its subsidiary Adira Finance is leveraging up by issuing more bonds to benefit from falling yields and cheaper funding costs. In our view, this should well position Adira to gain further market shares in auto financing business in light of asset quality problems faced by its competitors in the auto finance industry. We have a Neutral rating on the stock and will be reviewing our earnings forecasts in light of the stronger-than-expected results – Stephan Hasjim, Nomura Indonesia, February 15, 2012.
Analisis Kualitas Aset Produktif
Analysis on Quality of Earning Assets
Aset produktif Danamon terdiri dari giro dan penempatan pada bank lain & BI, efek-efek, tagihan derivatif, kredit yang diberikan, piutang pembiayaan konsumen, tagihan akseptasi, dan obligasi pemerintah.
Danamon’s earning assets include current accounts and placements with other banks & BI, marketable securities, derivative receivables, loans, consumer financing receivables, acceptance receivables, and government bonds.
Pada Desember 2011, seluruh saldo aset produktif, tanpa memperhitungkan kredit yang diberikan dan piutang pembiayaan, diklasifikasikan sebagai lancar. Uraian analisis kualitas aset produktif di bagian ini akan menitikberatkan pada kualitas dari portofolio kredit (termasuk piutang pembiayaan konsumen).
As of December 2011, the overall balance of earning assets, excluding loans and financing receivables, are classified as current. The disclosures of analysis on the quality of earning assets in this section will emphasize the loans (including consumer financing receivables) portfolio.
Kredit bermasalah relatif stabil sebesar Rp 2.479 miliar dibandingkan dengan Rp 2.484 miliar pada tahun sebelumnya meskipun terjadi ekspansi kredit yang agresif. Rasio NPL membaik menjadi 2,5% dibandingkan dengan rasio tahun lalu sebesar 3,0% mencerminkan praktek perbankan yang penuh kehati-hatian dan terkendali didukung oleh kondisi operasional yang menguntungkan. Pada Desember 2011, rasio NPL untuk segmen kredit mikro adalah sebesar 5,6% dibandingkan dengan 5,1% pada tahun lalu, sementara rasio NPL untuk segmen pembiayaan otomotif adalah sebesar 1,3% dibandingkan dengan 1,2% pada tahun sebelumnya. Secara keseluruhan, rasio NPL segmen kredit mass market stabil di tingkat 2,5% pada tahun 2011. Rasio NPL kredit wholesale membaik menjadi 2,6% dibandingkan 3,0% pada tahun sebelumnya dan rasio NPL untuk kredit UKM dan Komersial menunjukkan perbaikan yang signifikan menjadi 2,3% dari 3,7% pada tahun sebelumnya.
Non-performing loans were relatively stable at Rp 2,479 billion as compared to Rp 2,484 billion a year earlier despite strong loan expansion. The NPL ratio improved to 2.5% as compared to last year’s 3.0% underscoring prudent and disciplined banking practices on the back of favourable operating environments. As of December 2011, the NPL ratio in the micro lending business stood at 5.6% compared to 5.1% a year ago, while the NPL from the auto financing business was 1.3% against 1.2% in the previous year. Overall, the mass market NPL ratio was steady at 2.5% in 2011. The NPL ratio from wholesale loans improved to 2.6% compared to 3.0% a year earlier and NPL for SMEC improved the most to 2.3% from 3.7% in the previous year.
Total NPL dari segmen mass market naik 16% menjadi Rp 1,492 miliar, sementara segmen lainnya masing-masing turun sebesar 13% (menjadi Rp 108 miliar), 23% (menjadi Rp 575 miliar) dan 6% (menjadi Rp 304 miliar) untuk kredit konsumer, skala menengah dan wholesale. Selanjutnya, rasio penyisihan kerugian penurunan nilai terhadap NPL adalah sebesar 107,2% dibandingkan dengan 108,9% pada tahun lalu.
The amount of NPL from the mass market segment rose 16% to Rp 1,492 billion, while the rest of the segments each declined 13% (to Rp 108 billion), 23% (to Rp 575 billion), and 6% (to Rp 304 billion) for consumer, midsize and wholesale loans, respectively. Further, the ratio of impairment loss allowance to NPL was at 107.2% compared to 108.9% year ago.
Laporan Tahunan 2011 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
Kredit Bermasalah Non Performing Loans
10.4%
Kolektibilitas Kredit Loans Collectibility 3.0% 10.0%
4.6% 9.4%
2.5%
3.0%
9.3%
2.6%
Wholesale
4.7% 87.0%
86.0%
88.1% Kredit Bermasalah NPL
09
10
3.7%
UKM & Komersial/SME & Commercial
11
Dalam Perhatian Khusus Special Mention Lancar Current
5.5% Konsumer/Consumer
2.4% Mass Market
2009
Pada akhir tahun, Danamon membukukan kredit Dalam Perhatian Khusus (DPK) sebesar Rp 9.584 miliar dibandingkan dengan Rp 8.228 miliar pada tahun lalu. Kredit DPK berdasarkan umur (lewat jatuh tempo) mencatatkan perbaikan di seluruh kelompok, dengan sebagian besar kredit tergolong dalam kelompok lewat jatuh tempo 1-30 hari (sebesar 84,3% dari total kredit DPK dibandingkan 82% pada tahun sebelumnya). Kredit DPK dalam kelompok lewat jatuh tempo 31-60 hari juga membaik dari 11,0% menjadi 9,7% tahun ini, sementara kredit DPK yang tergolong dalam kelompok lewat jatuh tempo 61 - 90 hari juga membaik pada 5,9% dari 7,0% tahun lalu. Berdasarkan segmen kredit, rasio DPK atas kredit segmen mass market sedikit membaik menjadi 15% dari 15,1% pada tahun lalu, sebagian besar didorong oleh kualitas kredit yang lebih baik dari kredit mikro dan pembiayaan otomotif. Segmen mass market mewakili 91% dari total kredit DPK. Kredit berskala menengah dan kredit konsumer masing-masing menyumbang 2% dan 2,5% dari total kredit DPK, sementara sisanya sebesar 4%, merupakan kredit wholesale. Kredit mass market naik sebesar 20% menjadi Rp 8.767 miliar. Sementara kredit konsumer, kredit berskala menengah dan kredit wholesale masingmasing berkurang sebesar 3%, 23% dan 5% menjadi Rp 239 miliar, Rp 189 miliar dan Rp 389 miliar pada akhir tahun.
7%
6%
14%
11%
10%
79%
82%
84%
14.7%
3.3% 31-60 hari days
11
2.5%
2.5% 2011
Kredit Dalam Perhatian Khusus Special Mentioned Loans
61-90 hari days
10
1.9%
By the end of the year, the Bank booked Rp 9,584 billion of special mention (SM) loans against Rp 8,228 billion last year. SM loans by aging registered improvement across all brackets with a majority of loans falling within 1-30 days pool (84.3% of the total SM loans versus 82% a year earlier). SM loans 31-60 days also improved from 11.0% to 9.7% this year, while those 61-90 days recorded a better share of 5.9% from 7.0% a year ago. In terms of segment, SM ratio in the mass market segment slightly improved to 15% from 15.1% last year mostly driven by better loan quality from micro lending and automotive financing. Mass market represents 91% of total SM loans. Midsize and consumer loans occupied 2% and 2.5% of total SM loans, respectively, while the remaining 4% was from the wholesale segment. Mass market loans booked a 20% increase to Rp 8,767 billion. Whilst retail, midsize and wholesale loans each were reduced by a respective 3%, 23% and 5% to Rp 239 billion, Rp 189 billion and Rp 389 billion by the end of the year.
9.3%
09
4.2%
2010
Kredit Dalam Perhatian Khusus berdasarkan Umur Special Mentioned Loans by Aging 7%
2.3%
15.1%
15.0%
7.2% 4.6%
4.6%
1.4%
1.2%
3.4% 0.7%
0-30 hari days
2009 Wholesale
2010 UKM & Komersial/SME & Commercial
Konsumer/Consumer
2011
Mass Market
2011 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
117
Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
Rasio penghapusbukuan bruto (GWO) merupakan rasio kredit yang telah dihapusbukukan terhadap rata-rata kredit yang diberikan. Rasio sampai akhir tahun untuk Desember 2011, yaitu sebesar 3,5% lebih rendah dibandingkan dengan 3,8% pada akhir tahun lalu terutama didorong oleh kredit konsumer.
The Gross Written Off (GWO) ratio represents the ratio of loans written off to average outstanding loans. The year to date ratio for December 11 was 3.5% compared to 3.8% last year mainly driven by consumer loans.
Kerugian kredit bersih (NCL) merupakan persentase rasio kerugian kredit bersih terhadap rata-rata kredit yang diberikan. NCL dihitung dengan mengurangi penerimaan kembali kredit yang telah dihapusbukukan dari penghapusbukuan bruto. Pada bulan Desember 2011, rasio NCL berada pada 2,8% sedikit menurun dibandingkan tingkat pada akhir tahun 2010 sebesar 2,9%.
The Net Credit Losses (NCL) ratio represents the percentage of net credit losses to average outstanding loans. NCL is calculated by deducting recovery income from gross written off loans. By the end of the year, the NCL ratio stood at 2.8% against 2.9% a year earlier.
Persentase penyisihan kerugian kredit terhadap rata-rata kredit yang diberikan (penyisihan kerugian/kredit yang diberikan) dan rasio penyisihan kerugian kredit terhadap NPL (LLP/ NPL) menurun terutama disebabkan oleh penyesuaian Loss Given Default (LGD) pada kredit mikro untuk mencerminkan LGD yang lebih realistis. Sampai bulan Desember 2011 rasio penyisihan kerugian/kredit yang diberikan adalah 2,7% (tahun 2010 sebesar 3,3%) dan LLP/NPL adalah 101,7% (tahun 2010 sebesar 113,9%).
The percentage of loans provision to average loan outstanding (provision/loans) and the ratio of loan loss provisioning to NPL (LLP/NPL) decreased, mainly driven by Loss Given Default (LGD) adjustment in micro loans to reflect more realistic LGD. The ratio as of December 2011 for provision/loan and LLP/ NPL stood at 2.7% (2010: 3.3%) and 101.7% (2010: 113.9%), respectively.
Prinsip-prinsip Perbankan yang Sehat
Sound Banking Principles Tahunan Full Year
2009 Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) dengan perhitungan risiko kredit, risiko pasar, dan risiko operasional a)
20.65%
2010 16.04%
2011 17.54%
YoY 1.49%
Aset Produktif
Earning Assets
Aset produktif bermasalah dan aset non produktif bermasalah terhadap total aset produktif dan non produktif
3.73%
2.62%
2.07%
-0.55%
Non-performing earning assets and non productive assets to total earnings assets and non productive assets
Aset produktif bermasalah terhadap total aset produktif
3.81%
2.58%
2.09%
-0.49%
Non-performing earning assets to total productive assets
Cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) aset keuangan terhadap aset produktif b)
3.56%
2.91%
2.29%
-0.62%
Allowance for impairment losses for financial asset to productive assets b)
NPL Bruto
4.47%
3.02%
2.45%
-0.57%
NPL gross
0.00%
NPL net after impairment value
NPL dengan CKPN setelah penyisihan kerugian
0.00%
0.00%
0.00%
Rentabilitas ROAA
c)
ROAE
Rentability 1.50%
2.79%
2.60%
-0.19%
ROAA c)
11.24%
18.51%
17.46%
-1.05%
ROAE
NIM termasuk premi penjaminan
11.15%
11.29%
9.85%
-1.44%
NIM including third party premium expense
Biaya terhadap Pendapatan
49.80%
49.70%
51.62%
1.92%
Cost to income
Likuiditas
Liquidity
LDR
88.76%
93.82%
98.33%
4.51%
LDR
LDR Modifikasi
84.10%
86.20%
91.50%
5.30%
Modified LDR
Kepatuhan Batas Minimum Pemberian Kredit (BMPK) Persentase Pelanggaran BMPK
118
Capital Adequacy Ratio (CAR) with credit risk, market risk, and operational risk a)
Laporan Tahunan 2011 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
Compliance Legal Lending Limit (LLL) Percentage of Violation of Legal Lending Limit
1. Pihak Terkait
0.00%
0.00%
0.00%
0.00%
2. Pihak Tidak Terkait
0.00%
0.00%
0.00%
0.00%
Persentase Pelampauan BMPK
1. Related Parties 2. Third Parties Percentage of Excess of Legal Lending Limit
1. Pihak Terkait
0.00%
0.00%
0.00%
0.00%
1. Related Parties
2. Pihak Tidak Terkait
0.00%
0.00%
0.00%
0.00%
2. Third Parties
Giro Wajib Minimum (GWM)
Statutory Reserve Requirement (SRR) d)
d)
5.11%
8.26%
8.28%
0.02%
Primary Rupiah
15.59%
9.56%
6.31%
-3.25%
Secondary Rupiah
Total Rupiah
20.70%
17.82%
14.59%
-3.23%
Total Rupiah
GWM Valuta Asing
11.79%
1.14%
8.24%
7.10%
Foreign Currency
4.15%
0.55%
0.51%
-0.04%
Net Open Position (NOP) e)
GWM Utama Rupiah GWM Sekunder Rupiah
Posisi Devisa Neto (PDN) e)
a) KPMM konsolidasian untuk tahun 2009 adalah setelah memperhitungkan risiko kredit, risiko pasar dan amortisasi atas obligasi subordinasi. KPMM konsolidasian untuk tahun 2010 dan 2011 adalah setelah memperhitungkan risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional dan amortisasi obligasi subordinasi. Consolidated CAR for 2009 is after credit risk, market risk charge and amortization of subordinated debts. Consolidated CAR for 2010 and 2011 is after credit risk, market risk, operational risk charge and amortization of subordinated debts. b) Perhitungan NPL bersih setelah penurunan nilai dimulai pada tahun 2010 karena implementasi PSAK 50 dan 55 (Revisi 2006). The calculation of NPL net after impairment value was started in 2010 due to the implementation of SFAS 50 and 55 (R2006). c) Setelah pajak After Tax d) Sesuai dengan peraturan BI No. 10/25/PBI/2008 pada tanggal 23 Oktober 2008 tentang “Perubahan atas Peraturan BI No. 10/19/PBI/2008 tentang Giro Wajib Minimum (GWM) Bank Umum pada BI dalam Rupiah dan Valuta Asing”, bahwa sejak 24 Oktober 2009, Danamon diwajibkan untuk memenuhi GWM sekunder untuk mata uang Rupiah sebesar 2,5% dari rata-rata total dana pihak ketiga dalam Rupiah melalui SBI, SUN dan/atau excess reserve.
Sejalan dengan peraturan BI No. 12/19/PBI/2010 BI pada tanggal 4 Oktober 2010 tentang “GWM Bank Umum pada BI dalam Rupiah dan Valuta Asing” dinyatakan bahwa mulai 1 November 2010, GWM Primer untuk mata uang Rupiah menjadi 8% dari total dana pihak ketiga dalam Rupiah.
Sesuai dengan peraturan BI No. 13/10/PBI/2011 pada tanggal 19 Februari 2011 tentang“Perubahan atas Peraturan BI No. 12/19/PBI/2010 tentang Giro Wajib Minimum (GWM) Bank Umum pada BI dalam Rupiah dan Valuta Asing”, sejak 1 Maret 2011 sampai dengan 31 Mei 2011, GWM dalam mata uang asing menjadi 5% dari total dana pihak ketiga dalam mata uang asing, dan mulai 1 Juni 2011, GWM dalam mata uang asing berjumlah sebesar 8% dari total dana pihak ketiga dalam mata uang asing.
In line with BI regulation No. 10/25/PBI/2008 dated October 23, 2008 regarding “Changes on BI Regulation No. 10/19/PBI/2008 regarding Statutory Reserve Requirements (“SRR”) of Commercial Bank in Bank Indonesia in Rupiah and Foreign Currency”, starting 24 October 2009, the Bank is required to fulfil secondary SRR for Rupiah currency amounting to 2.5% of average total third party funds in Rupiah currency through SBI, SUN and/or Excess Reserve.
In line with BI regulation No. 12/19/PBI/2010 dated October 4, 2010 regarding “SRR of Commercial Bank with BI in Rupiah and Foreign Currency” that starting November 1, 2010, Primary SRR for Rupiah currency amounted to 8% of total third party funds in Rupiah.
In line with BI regulation No. 13/10/PBI/2011 dated February 19, 2011 regarding “Changes on BI Regulation No. 12/19/PBI/2010 regarding “SRR of Commercial Bank with BI in Rupiah and Foreign Currency”, starting March 1, 2011 until May 31, 2011, SRR in foreign currency amounted to 5% of total third party funds in foreign currency and starting June 1, 2011, SRR in foreign currency amounted to 8% of third party funds in foreign currency. e) Peraturan BI No 12/10/PBI/2010 pada tanggal 1 Juli 2010 tentang “Perubahan Ketiga pada Peraturan BI No. 5/13/PBI/2003 tentang Posisi Devisa Neto (PDN) untuk Bank Umum” menyatakan bahwa mulai 1 Juli 2010, Danamon hanya diperlukan untuk mempertahankan agregat PDN yaitu maksimum 20% dari modal. BI regulation No. 12/10/PBI/2010 dated July 1, 2010 regarding “Third changes on BI Regulation No. 5/13/PBI/2003 regarding Net Open Position (NOP) for Commercial Banks” stated that starting July 1, 2010, the Bank is only required to maintain its aggregate NOP at a maximum of 20% of capital.
Pada tanggal 31 Desember 2011, 2010 dan 2009, Danamon telah memenuhi seluruh ketentuan BI yang berkaitan dengan rasio kecukupan modal, kualitas aset produktif, likuiditas, BMPK, GWM, dan PDN.
As at December 31, 2011, 2010 and 2009, Danamon is in compliance with all BI requirements related to capital adequacy, earning assets quality, liquidity, LLL, SRR, and NOP.
Komitmen dan Kontinjensi
Commitment and Contingencies
Jumlah liabilitas komitmen dan kontinjensi bersih mencatatkan pertumbuhan yang layak sebesar 23% menjadi Rp 3.744 miliar akibat kenaikan fasilitas kredit kepada debitur yang belum digunakan karena persetujuan kredit meningkat dan irrevocable letters of credit menurun sebesar 17% menjadi Rp 1.115 miliar.
Total commitment payables and contingency payables net booked a decent growth of 23% to Rp 3,744 billion due to increase in unused loan facilities to debtors commitment payables as booking loan improved while the outstanding irrevocable letters of credit decreased by 17% to Rp 1,115 billion.
Kasus Litigasi Kasus litigasi adalah permasalahan perdata dan pidana yang dihadapi oleh Danamon selama periode laporan dan telah diajukan ke proses peradilan. Ringkasan kasus hukum Danamon pada Desember 2011 adalah sebagai berikut:
Litigation Cases Litigation cases are civil and criminal matters faced by Danamon during the period of the report and have been filed through the judicial process. The summary of the Bank’s legal cases as of December 2011 is as follows:
2011 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
119
Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
Perkara
Jumlah Perkara Number of Cases Pidana Criminal
76
18
Settled (through in or out of court)
Dalam proses penanganan/penyelesaian
448
30
In the process of settlement
Jumlah
524
48
Total
Telah diselesaikan (baik melalui jalur pengadilan maupun jalur di luar pengadilan)
Tindakan bantuan hukum bagi karyawan yang bertindak sebagai saksi mata kepada Kepolisian, kejaksaan dan pengadilan.
120
Cases
Perdata Civil
101
Legal aid actions for employees as witness at Police, attorney and court
Perkara perdata adalah perkara dengan Danamon sebagai penggugat/tergugat, termasuk perkara bantahan/perlawanan yang timbul dari pelaksanaan eksekusi jaminan. Perkara pidana adalah perkara dengan Danamon sebagai korban (Danamon mengajukan laporan kepada Kepolisian) dan tersangka (Kepolisian melaporkan Danamon).
A civil case is a case where Danamon serves as defendant, plaintif, including rebuttal case/resistance arising from the application of collateral execution. A criminal case is a case where the Bank serves as victim (Bank filling report to the Police) and suspect (Police report against the Bank).
Sebagian besar perkara perdata dalam proses penyelesaian adalah yang terkait dengan penolakan pelaksanaan eksekusi jaminan, yang bertujuan untuk menangguhkan eksekusi.
Most of the civil cases on the settlement process are related to the decline for guarantee execution request, the objective is to suspend the execution.
Perkara perdata dimana Danamon sebagai tergugat dengan beban nominal di atas Rp 10 miliar adalah: (i) tuntutan dari Yayasan Dharmais, Dakab & Supersemar di Pengadilan Tinggi Jakarta, (ii) Perkara Pajak Tinjauan Permohonan yang diajukan oleh Direktorat Jenderal Pajak, (iii) tuntutan dari PT Bumirejo di Mahkamah Agung, (iv) tuntutan dari PT Necis Indah Cemerlang di Mahkamah Agung, (v) penolakan Danamon kepada eksekusi Pengadilan Kabupaten Bale Bandung di Pengadilan Tinggi Jawa Barat, dan (vi) tuntutan dari Fiveri Yenti di Pengadilan Tinggi Padang.
Civil cases are where the Bank serves as defendant with nominal charge above Rp 10 billion; (i) claim from Yayasan Dharmais, Dakab & Supersemar at Jakarta High Court, (ii) Tax Case Review Petition proposed by Tax General Directorate, (iii) claim from PT Bumirejo at Supreme Court, (iv) claim from PT Necis Indah Cemerlang at Supreme Court, (v) Bank’s resistance to Bale Bandung District Court execution at West Java High Court, and (vi) claim from Fiveri Yenti at Padang High Court.
Tidak memungkinkan untuk memperkirakan dengan pasti apakah Danamon pada akhirnya akan berhasil dalam salah satu permasalahan hukum di atas, dan jika tidak, apa yang mungkin merupakan dampaknya. Namun, Manajemen Danamon tidak memprediksi bahwa hasil keputusan dalam permasalahan atau tuntutan hukum tersebut akan berdampak negatif secara material pada hasil usaha, posisi keuangan atau likuiditas Danamon. Rincian lebih lanjut atas komitmen dan kontinjensi Danamon tersedia di Laporan Keuangan Konsolidasian Catatan 43-Komitmen dan Kontinjensi.
It is not possible to predict with certainty whether or not Danamon will ultimately be successful in any of these legal matters or, if not, what the impact might be. However, Danamon’s Management does not expect that the results in any of these proceedings will have a materially adverse effect on Danamon’s results of operations, financial position or liquidity. Further details on Danamon’s commitments and contingencies are available on the audited Consolidated Financial Statements Note 43-Commitments and Contingencies.
Informasi Keuangan Berkaitan dengan Kejadiankejadian Khusus
Financial Information Pertaining to Extraordinary Circumstances
Selain yang telah diungkapkan dalam dokumen ini, tidak ada informasi keuangan terkait dengan kejadian-kejadian khusus yang signifikan untuk tahun buku yang berakhir 31 Desember 2011 dan 2010.
Other than those disclosed in this document, there is no significant financial information pertaining to extraordinary circumstances for the financial years ended December 31, 2011 and 2010.
Laporan Tahunan 2011 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
Informasi Material setelah Tanggal Laporan Auditor Independen
Material Information after the Date of the Independent Auditor’s Report
Tidak ada kejadian yang signifikan setelah tanggal Laporan Auditor Independen dan sampai dengan tanggal penerbitan Laporan Tahunan ini yang akan memiliki dampak material terhadap laporan keuangan Danamon.
There were no significant events subsequent after the date of the Independent Auditor’s Report and up to the date of the issuance of this Annual Report which would have material impact on the financial statements of Danamon.
Informasi Material tentang Transaksi yang Mengandung Benturan Kepentingan dan Transaksi dengan Pihak yang Terafiliasi
Information on Material Transactions Containing Conflict of Interest and Affiliated Transactions
Transaksi Dengan Pihak yang Terafiliasi Danamon dan anak-anak perusahaan melakukan transaksi dengan pihak yang berelasi. Dalam laporan keuangan konsolidasian ini, istilah pihak yang berelasi sesuai dengan ketentuan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (“PSAK”) No. 7 (Revisi 2010) tentang “Pengungkapan pihak-pihak yang berelasi” dan sesuai peraturan BI No, 8/13/PBI/2006 tentang “Perubahan atas Peraturan BI No. 7/3/PBI/2005 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum”. Danamon dan anak-anak perusahaan melakukan transaksi dengan pihak yang terafiliasi yang antara lain meliputi penempatan dana, kredit, tagihan akseptasi, dan transaksi derivatif dengan Standard Chartered Bank PLC, PT Bank Permata Tbk, Development Bank of Singapore (DBS), Ltd dan PT Chandra Asri. Uraian lebih lanjut mengenai transaksi dengan pihak yang terafiliasi terdapat pada Laporan Keuangan Konsolidasian yang telah diaudit Catatan 44Informasi Mengenai Pihak Berelasi.
Affiliated Transactions Danamon and its subsidiaries enter into transactions with related parties. In these consolidated financial statements, the term related parties is used as defined in the Statement of Financial Accounting Standards (“SFAS”) No. 7 (2010 Revision) regarding “Related party disclosures” and BI regulation No. 8/13/PBI/2006 regarding “Changes on BI Regulation No. 7/3/PBI/2005 regarding Legal Lending Limit for Commercial Bank”. The Bank and its subsidiaries conducted affiliated transactions which amongst other include fund placements, loans, acceptance receivables, and derivative transactions with affiliated parties which are Standard Chartered Bank PLC, PT Bank Permata Tbk, Development Bank of Singapore (DBS), Ltd and PT Chandra Asri. Further details on affiliated transactions are available in our audited Consolidated Financial Statements Note 44-Related Parties Information.
Untuk tahun buku yang berakhir 31 Desember 2011 dan 2010, saldo dan transaksi dengan pihak yang berelasi, kecuali pinjaman kepada Komisaris, Direksi dan manajemen senior, didasarkan pada persyaratan komersial yang normal.
For the financial years ended December 31, 2011 and 2010, balances and transactions with related parties, except loans to Commissioners, Directors and key management, are based on normal commercial terms.
Benturan Kepentingan Untuk tahun buku yang berakhir 31 Desember 2011 dan 2010, tidak terdapat transaksi yang mengandung benturan kepentingan dengan pihak-pihak yang terafiliasi.
Conflict of Interest For the financial years ended December 31, 2011 and 2010, there were no material transactions containing conflict of interest with affiliated parties.
Informasi Material tentang Investasi, Ekspansi, Divestasi, Akuisisi, atau Restrukturisasi Hutang/ Modal
Information on Material Investments, Expansion, Divestment, Acquisition, or Debt/Capital Restructuring
Pada tahun 2010 terjadi peningkatan kepemilikan saham Danamon di PT Asuransi Adira Dinamika (dikenal dengan “Adira Insurance”). Modal Adira Insurance ditingkatkan dari Rp 15 miliar menjadi Rp 100 miliar, dengan demikian, Danamon menambah investasi modal sebesar Rp 76,5 miliar untuk mempertahankan 90% kepemilikannya di Adira Insurance.
In 2010 there was an increase in the Bank’s share ownership in PT Asuransi Adira Dinamika (commonly known as “Adira Insurance”). Adira Insurance’s capital was increased from Rp 15 billion to Rp 100 billion, thus, the Bank injected Rp 76.5 billion of capital to maintain its 90% share ownership in Adira Insurance.
2011 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
121
Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
122
Persetujuan tersebut dinyatakan dalam surat BI No 12/32/ DPB2/TPB2-1/Rahasia tanggal 14 Desember 2010 yang telah dimuat dalam Akta No. 26 tanggal 21 Desember 2010 oleh Charlon Situmeang SH, pengganti dari P. Sutrisno A. Tampubolon, SH, Notaris di Jakarta. Perubahan ini telah diterima oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam Surat Penerimaan Pemberitahuan Perubahan Data Perseroan No. AHU-60063.AH.01.02 tanggal 27 Desember 2010.
The approval is stated in BI letter No. 12/32/DPB2/TPB2-1/ Rahasia dated December 14, 2010 and was stipulated in the Deed No. 26 dated December 21, 2010 by Charlon Situmeang SH, replacement of P. Sutrisno A. Tampubulon, SH, Notary in Jakarta. This change was accepted by the Minister of Law and Human Rights in its Letter of Acceptance of the Announcement of changes in the Company’s Data No. AHU-60063.AH.01.02 dated December 27, 2010.
Uraian lebih lanjut dari kepemilikan saham Danamon pada anak perusahaan terdapat pada Laporan Keuangan Konsolidasian yang telah diaudit Catatan 1c-Anak Perusahaan.
Further details of the Bank’s share ownership in its subsidiaries is available in our audited Consolidated Financial Statements Note 1c-Subsidiaries.
Selain informasi yang telah dibahas, tidak terdapat informasi material lainnya yang berkaitan dengan investasi material, ekspansi, divestasi, akuisisi, atau restrukturisasi hutang/ modal untuk tahun buku yang berakhir 31 Desember 2011 dan 2010.
Other than the aforementioned information, there is no other material information related to material investments, expansion, divestment, acquisition, or debt/capital restructuring for the financial years ended December 31, 2011 and 2010.
Perjanjian Belanja Modal yang Signifikan
Agreements on Significant Capital Expenditures
Pengungkapan atas belanja modal yang signifikan (proyek TI dan CREM) tersedia di bagian Aset Tetap dan Belanja Modal pada Laporan Tahunan ini.
Disclosures on significant capital expenditures (IT and CREM projects) is available in the section Fixed Assets and Capital Expenditure section of this Annual Report.
Pemasaran dan Distribusi
Marketing and Distribution
Kami terus meningkatkan sarana pelayanan keuangan Danamon dengan menjalankan strategi pemasaran yang unggul untuk meningkatkan dan mempertahankan nasabah. Sejumlah strategi pemasaran kami bertujuan membangun pendanaan yang solid, terus meningkatkan perbankan internet dan jaringan telepon selular, fokus pada produkproduk unggulan dan memberikan pengalaman yang menarik bagi nasabah. Pada akhir tahun 2011, jumlah transaksi di ATM meningkat 5,7% menjadi 57.424 ribu, dan transaksi perbankan internet naik secara signifikan sebesar 62% menjadi 10.228 ribu. Penggunaan layanan perbankan internet telah berkembang dengan baik sejak diluncurkan dua tahun lalu. Upaya terus menerus telah menghasilkan peningkatan penggunaan Danamon Online dimana saat ini jumlah transaksi yang dilakukan melalui situs online sudah melebih jumlah transaksi yang dilakukan melalui cabang.
We continued to strengthen our platform in financial services by performing a significant marketing strategy to increase and maintain customers. Some of our marketing strategy are building a robust funding franchise, continue to leveraging internet banking and mobile phone channels, focus in champion products and provide an engaging experience to our customers. By the end of 2011, the number of transactions in ATM increased 5.7% to 57,424 thousand, and internet banking transactions rose significantly by 62% to 10,228 thousand. Internet banking use has been growing nicely since we launched 2 years ago. Our continuous efforts were well rewarded with a surge in the use of Danamon online which now exceeded the number of transactions done through branch banking.
Danamon didukung oleh jaringan perbankan yang luas yang terdiri dari 488 kantor cabang konvensional; 1.496 outlet dan mobile team DSP; 653 dan 51 kantor cabang (termasuk kantor perwakilan) masing-masing untuk Adira Finance dan Adira Kredit; 65 kantor cabang untuk perbankan syariah dimana 55 kantor cabang dapat melayani bisnis pembiayaan beragunan emas. Selain itu, Danamon didukung oleh jaringan layanan elektronik yang mencakup lebih dari 1.250 ATM (dengan lebih dari 30.000 ATM yang tergabung dalam jaringan ATM bersama) dan 47 mesin setoran kas (CDM) untuk memberikan pengalaman perbankan yang mudah, terjangkau dan nyaman kepada nasabah.
Danamon is supported by a vast banking network of 488 conventional branches; 1,496 DSP outlets and mobile teams; 653 and 51 branches (include representative offices) for Adira Finance and Adira Kredit, respectively; 65 branches for syariah banking and 55 branches for pawnbroking businesses. In addition, Danamon is also supported by electronic delivery channels that includes more than 1,250 ATMs (with more than 30,000 shared network ATMs) and 47 Cash Deposit Machine (CDM) to deliver an easy, accessible and convenient banking experience to customers.
Laporan Tahunan 2011 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
Selama tahun 2011, kami memperluas jaringan ATM dengan penambahan sebanyak 175 ATM di lokasi yang strategis di seluruh Indonesia sehingga total ATM Danamon menjadi 1.258 pada akhir tahun dibandingkan dengan 1.083 ATM pada tahun lalu.
During 2011, we expanded our ATM network with 175 additional ATMs in a prominent areas across the country and made a total of 1,258 ATMs at the end of the year compared to 1,083 a year ago.
Selama tahun 2011, Danamon menambahkan 44 kantor cabang syariah dan 178 outlet DSP (termasuk mobile team). Sementara, Adira Finance, Adira Kredit dan Adira Insurance masing-masing menambah outlet sebanyak 103, 5 dan 11 outlet selama tahun 2011.
During 2011, the Bank added 44 branches for syariah and 178 DSP outlets (include mobile teams). Meanwhile, Adira Finance, Adira Kredit and Adira Insurance grew their outlets by 103, 5 and 11, respectively.
Kinerja Unit Usaha dan Anak Perusahaan
Performance of Business Units and Subsidiaries
Danamon menawarkan berbagai produk jasa keuangan melalui unit usaha dan anak perusahaannya. Berikut adalah ringkasan dari aktivitas Danamon yang disalurkan melalui unit usaha dan anak perusahaannya:
Danamon offers various financial products through its business units and subsidiaries. Following is a summary of Danamon’s activities channelled through its business units and subsidiaries:
Bidang Usaha & Anak Perusahaan Business Units & Subsidiaries Mass Market (< Rp 500 juta/million)
Konsumer/ Consumer
Menengah (Rp 500 juta-Rp 100 miliar) Midsize (Rp 500 million-Rp 100 billion)
Wholesale
Keterangan Description
Kredit Mikro/ Micro Lending
Bisnis kredit mikro melalui Danamon Simpan Pinjam (DSP)
Micro lending business chanelled through Danamon Simpan Pinjam (DSP)
Adira Finance
Anak perusahaan Danamon di bidang pembiayaan mobil dan sepeda motor
Subsidiary of Danamon that operates financing business for cars and motorcycles
Adira Kredit
Anak perusahaan Danamon di bidang pembiayaan barang konsumsi seperti peralatan rumah tangga, komputer dan elektronik
Subsidiary of Danamon that operates durable goods financing business such as home appliances, computers, and other electronic items
Perbankan Konsumer/ Consumer Banking
Layanan perbankan yang menawarkan produk simpanan, kredit, investasi dan bancassurance bagi nasabah individu kalangan menengah ke atas
Banking service that offers various deposits, credit, investment and bancassurance products to individuals in the middle to affluent segment
Kartu Kredit/ Credit Card
Bisnis kartu kredit Danamon bekerja sama dengan Visa, MasterCard dan American Express
Credit card business offered by Danamon that includes Visa, MasterCard, and American Express
Syariah
Bisnis perbankan syariah melalui Danamon Syariah
Islamic banking business extended by Danamon Syariah
Adira Insurance
Bisnis asuransi untuk pasar korporasi dan konsumer
Insurance business offered to the corporate and consumer segments
Kredit Tanpa Agunan/ Unsecured Personal Loans
Kredit tanpa agunan untuk pegawai yang bekerja di perusahaan tertentu
Unsecured personal loans extended to employees working at selected and approved companies
Usaha Kecil Menengah (UKM) (Rp 500 juta-Rp 10 miliar)/Small Medium Enterprises (SME) (Rp 500 million-Rp 10 billion)
Lini usaha yang memberikan layanan one stop banking services bagi individu dan usaha kecil dengan perputaran penjualan Rp 2-40 miliar
Business unit that offers one stop banking services to individuals and small businesses with sales turnover Rp 2-40 billion
Perbankan komersial (Rp10-100 miliar) Commercial banking (Rp10-100 billion)
Lini usaha yang memberikan layanan one stop banking services bagi nasabah perusahaan dengan perputaran penjualan Rp 40-500 miliar
Business unit that offers one stop banking services to businesses with sales turnover Rp 40-500 billion
Perbankan Korporasi (>Rp100 miliar) Corporate Banking (>Rp100 billion)
Layanan perbankan bagi perusahaan besar atau kelompok perusahaan dengan minimum penjualan ± USD 30 juta per tahun di sektor migas, pertambangan, perkebunan, komoditas, barang konsumer, manufaktur dan multifinance
Banking service offered to large corporations/ groups of companies with minimum sales ± USD 30 million annually in selected industries such as: oil & gas, mining, plantation, commodity, fast moving consumer goods, and multifinance.
Joint Finance Asset Buy
Layanan pembiayaan sindikasi dengan target perusahaan/ kelompok perusahaan di sektor migas, pertambangan, perkebunan, transportasi laut, kertas, transportasi, dan industri yang disubsidi pemerintah.
Joint financing services targeting companies/ group of companies in oil & gas, mining, plantation, shipping, pulp, transportation, and industries subsidized by the government.
2011 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
123
Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
Kinerja setiap unit usaha dan anak perusahaan diringkas sebagai berikut:
The performance of each business unit and subsidiary is summarized below:
Kredit Mikro - Danamon Simpan Pinjam (DSP) DSP yang melayani usaha berskala mikro dan kecil untuk memperoleh akses yang lebih baik terhadap layanan dan produk perbankan, menunjukkan kinerja yang sehat. Porsi kredit DSP terdiri dari produk “pasar model” yang menyumbang 93% dari total kredit DSP, sedangkan 7% sisanya diwakili oleh produk “solusi modal”. Produk “pasar model” memberikan pinjaman yang berkisar antara Rp 50500 juta sedangkan produk “solusi modal” menawarkan pinjaman dengan nilai besaran kredit yang lebih rendah (antara Rp 5-50 juta).
Micro Lending – Danamon Simpan Pinjam (DSP) DSP which serves micro and small scale enterprises to gain better access to banking services and products, delivered a healthy performance. DSP loan portion was mainly composed by “pasar model” products that contributed 93% of total DSP loan, while the remaining 7% was occupied by “solusi modal“ products. Pasar model products disburse loans ranging from Rp 50 - 500 million while solusi modal offers lower loan size products (from Rp 5 - 50 million).
Kredit DSP mewakili 16% dari total kredit Danamon pada tahun 2011, tumbuh sebesar 7% menjadi Rp 16,433 miliar. Setelah melalui studi yang menyeluruh, DSP juga memperluas target pasarnya ke bisnis pertanian (agribisnis) di samping pedagang pasar tradisional.
DSP loan accounted for 16% of Danamon’s total lending activity in 2011 growing at 7% to Rp16,433 billion. After a thorough study, DSP has also expanded its target market to agribusiness in addition to wet trader market.
Pada tahun 2011 DSP juga menggabungkan kapasitas internalnya dalam hal peningkatan sumber daya manusia, tim koleksi kredit dan jaringan.
In 2011 DSP also consolidated its internal line capacity such as human capital improvement, collection team, and networking.
Di sisi liabilitas, total simpanan nasabah naik 17% menjadi Rp 767 miliar pada tahun 2011 dibandingkan dengan Rp 657 miliar tahun lalu. Danamon telah melihat potensi yang sangat besar dalam menggali peluang pendanaan berbiaya lebih rendah di segmen ini dengan memanfaatkan jaringannya yang luas di wilayah-wilayah yang belum terjangkau. Pendanaan dari DSP diharapkan dapat mendorong total simpanan nasabah Danamon di masa datang.
On the liabilities side, total customer deposits rose 17% to Rp 767 billion in 2011 compared to Rp 657 billion last year. Danamon has seen a huge potential in tapping the opportunity of lower cost of funding in this segment by leveraging its wide network in underserved areas. DSP funding is expected to boost Danamon’s total customer deposits going forward.
Kredit Lending (Rp miliar Rp billion)
16,433
Pendanaan Funding (Rp miliar Rp billion)
767
15,306 657 12,289 507
09
124
10
11
Laporan Tahunan 2011 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
09
10
11
Perbankan Konsumer Perbankan Konsumer Danamon melayani segmen kelas menengah dan affluent dengan memenuhi kebutuhan nasabah atas produk tabungan, transaksi, wealth building dan kredit. Perbankan Konsumer terdiri dari produk aset konsumer (kredit perumahan dan kredit tanpa agunan), produk liabilitas konsumer (pendanaan) dan kartu kredit (Visa, Master, American Express).
Consumer Banking Danamon Consumer Banking serves the middle class and affluent segments by meeting their needs for savings, transactions, wealth building and credit. Consumer Banking consists of consumer assets products (mortgage and unsecured personal loan/UPL), consumer liabilities products (funding) and credit cards (Visa, Master, American Express).
Sebagai penyumbang utama pendanaan Danamon, total simpanan nasabah mencapai Rp 55.544 miliar pada tahun 2011, tumbuh sebesar 7% dari Rp 51.894 miliar pada tahun sebelumnya, mewakili 63% dari total dana pihak ketiga Danamon. Dana berbiaya murah (CASA) mencatat 12% pertumbuhan menjadi Rp 23.295 miliar pada tahun 2011 dan mewakili 42% total dana pihak ketiga di Perbankan Konsumer dan melampaui pertumbuhan deposito berjangka yang tumbuh 4% menjadi Rp 32.249 miliar pada tahun 2011. Peningkatan CASA ini merupakan hasil strategi segmentasi produk yang menitikberatkan pada kebutuhan setiap segmen pasar tertentu, peningkatan fitur-fitur produk, dan suku bunga yang kompetitif termasuk insentif produk melalui berbagai program promosi yang menarik. Program tabungan yang sangat populer seperti Danamon Lebih dan FlexiMax terbukti efektif dalam mencapai target pertumbuhan dana pihak ketiga.
Continuing to be the primary contributor of Danamon’s funding franchise, total deposits from customers were Rp 55,544 billion in 2011, growing by 7% from Rp 51,894 billion a year earlier, contributing 63% of Danamon’s total third party funding. Low cost funds (CASA) recorded a 12% growth to Rp 23,295 billion in 2011 and represented 42% of total third party funds in Consumer Banking and outpaced time deposits growth of 4% to Rp 32,249 billion. The increase in CASA was the result of a product segmentation strategy focusing on the needs of each of the specific market segments, product feature enhancements, and competitive interest rates including product incentives through a variety of attractive promotion programs. Highly popular saving program such as Danamon Lebih and FlexiMax were proven effective in achieving the target of third party funds growth.
Berdasarkan klasifikasi dalam mata uang, dana pihak ketiga yang berdenominasi dalam Rupiah mencapai Rp 51,537 miliar mewakili 93% dari total dana Perbankan Konsumer, atau 8% lebih tinggi dari Rp 47,691 miliar tahun lalu. Dana pihak ketiga dalam mata uang asing menyumbang 7% sisanya dari total dana pihak ketiga Perbankan Konsumen, dan mencatatkan penurunan 5% menjadi Rp 4,007 miliar pada tahun 2011 dari Rp 4,203 miliar pada tahun 2010, mencerminkan likuiditas mata uang asing yang lebih ketat di tengah ketidakpastian keuangan global.
Based on currency, Rupiah denominated funds of Rp 51,537 billion contributed 93% of total Consumer Banking deposits, or 8% higher than Rp 47,691 billion last year. Third party funds in foreign currencies accounted for the remaining 7%, and posted 5% decline to Rp 4,007 billion from Rp 4,203 billion last year, reflecting tighter foreign currencies liquidity amid global financial uncertainties.
Secara keseluruhan, kinerja segmen Perbankan Konsumer sangat baik. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan rasio biaya terhadap pendapatan sebesar 3,1% menjadi 91,9% dan beban pencadangan/penyisihan kerugian kredit yang lebih rendah dilatarbelakangi oleh peningkatan kualitas aset yang signifikan, seperti terlihat dari rasio NPL yang membaik dari 4,8% menjadi 2,2% pada tahun 2011.
Overall, the performance of the Consumer Banking segment was very encouraging. This was indicated by lower cost to income ratio by 3.1% to 91.9% and lower provisioning expense on the back of significant asset quality improvement as indicated by lower NPL from 4.8% to 2.2% this year.
2011 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
125
Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
Pendanaan Funding (Rp miliar Rp billion)
55,544
51,894 45,304
09
126
10
11
Perbankan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan Komersial Perbankan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Danamon melayani usaha dengan omset penjualan tahunan Rp 2-40 miliar dan nilai kredit dari Rp 500 juta sampai Rp 10 miliar, sementara nasabah komersial Danamon terdiri dari badan usaha dengan omset penjualan tahunan Rp 40-500 miliar dan nilai kredit sebesar Rp 10-100 miliar.
Small Medium (SME) and Commercial Banking
UKM Pada akhir tahun 2011, kredit UKM mencatat pertumbuhan kredit sebesar 27% menjadi Rp 14,245 miliar yang berasal dari dari beberapa jenis produk, seperti kredit investasi, pinjaman cerukan dan ABF. Di sisi liabilitas, pendanaan UKM naik sebesar 9% menjadi Rp 10.515 miliar dengan komposisi CASA terhadap total pendanaan mencapai 36% (2010: 35%).
SME By the end of 2011, SME booked 27% loan growth to Rp14,245 billion, that was accounted for several product types, such as investment loans, overdraft, and ABF. On the liabilities side, SME’s funding rose by 9% to Rp 10,515 billion with CASA composition to total funding stood at 36% (2010: 35%)
Pertumbuhan aset dilengkapi dengan peningkatan kualitas aset yang tercermin dari turunnya rasio NPL sebanyak 130 bps menjadi 1,3% pada tahun 2011.
The assets growth was complemented with good asset quality, reflected in a lower NPL ratio by 130 bps to 1.3% in 2011.
Perbankan Komersial Kredit komersial tumbuh signifikan sebesar 19% menjadi Rp 9.996 miliar pada tahun 2011 didukung oleh beberapa jenis produk, seperti kredit trade finance, kredit investasi, dan ABF. Dalam hal pendanaan, perbankan komersial berhasil meningkatkan portofolionya sebanyak 28% menjadi Rp 10.905 miliar.
Commercial Banking Commercial loans grew robustly by 19% to Rp 9,996 billion in 2011, that was contributed from several product types, such as trade finance, investments loans, and ABF. In the funding side, commercial banking managed to grow its portfolio by 28% to Rp 10,905 billion.
Selama tahun 2011, perbankan komersial meraih portofolio yang lebih baik dengan menurunnya rasio NPL menjadi 3,6% (2010: 5,2%).
During 2011, Commercial Banking demonstrated a better portfolio with decreased NPsL to 3.6% (2010: 5.2%).
Dengan menggabungkan kedua segmen ini, perbankan UKM dan Komersial memberikan kontribusi kredit yang signifikan terhadap total portofolio Danamon dengan sumbangan sebesar 24% baik bagi pendanaan maupun bagi kredit.
By combining these two segments, SMEC banking registered a significant contribution to Danamon’s total loans portfolio with 24% contribution for both funding and lending.
Laporan Tahunan 2011 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
Danamon’s Small & Medium (SME) Banking serves businesses with an annual sales turnover of Rp 2 to Rp 40 billion and loan size ranging from Rp 500 million to Rp 10 billion, while the Bank’s commercial customers consist of business entities with annual sales turnover of Rp 40 to Rp 500 billion and loan size of Rp 10 to Rp 100 billion.
Kredit UKM dan Komersial tumbuh 23% menjadi Rp 24.241 miliar. Berdasarkan klasifikasi mata uang, kredit dalam mata uang Rupiah mewakili 85% dari total kredit UKM dan Komersial dan mencatat pertumbuhan 20% menjadi Rp 20.585 miliar pada tahun 2011 dari Rp 17.224 miliar pada tahun sebelumnya. Kredit dalam mata uang asing menyumbang sisanya yaitu 15% dari total kredit UKM dan Komersial, dan naik sebanyak 51% menjadi Rp 3.655 miliar pada tahun 2011 dari Rp 2.417 miliar pada tahun 2010, sebagian besar didorong oleh pertumbuhan produk ABF.
SMEC loans booked a 23% loan growth to Rp 24,241 billion. Based on currency, Rupiah denominated loans accounted for 85% of total SMEC loans and recorded a 20% growth to Rp 20,585 billion in 2011 from Rp 17,224 billion last year. Foreign currency loans accounted for the remaining 15% of total SMEC loans, and was hiked by 51% to Rp 3,655 billion in 2011 from Rp 2,417 billion in 2010 which was largely contributed from the growth in ABF products.
Dari sisi pendanaan, pendanaan dari bisnis UKM dan Komersial naik 18% menjadi Rp 21.420 miliar pada tahun 2011. Dari total simpanan nasabah pada tahun 2011, 34% diwakili oleh CASA dan sisanya 66% merupakan deposito berjangka. Berdasarkan mata uang, dana Rupiah memberikan kontribusi 87% dari total simpanan nasabah dan mencatat pertumbuhan 15% menjadi Rp 18.587 miliar. Sementara dana dalam mata uang asing yang mewakili 13% dari yang tersisa mencatat pertumbuhan yang signifikan sebanyak 40% menjadi Rp 2.833 miliar pada tahun 2011.
From the funding side, SMEC business enjoyed an 18% increase in funding to Rp 21,420 billion in 2011. Of such customer deposits in 2011, 34% was represented in CASA and the remaining 66% was in the form of time deposits. Based on currency, Rupiah denominated funds contributed 87% of total customer deposits and posted a 15% growth to Rp 18,587 billion while foreign currencies accounted for the remaining 13% and posted significant growth of 40% to Rp 2,833 billion in 2011.
Kredit Lending (Rp miliar Rp billion)
Pendanaan Funding (Rp miliar Rp billion)
24,241
Kredit Bermasalah NPL (%)
21,420
19,639
4,7
3,7
18,173
16,481
15,002
2,3 09
10
11
09
10
11
09
10
11
Perbankan Korporasi & Joint Finance (CBJF) Perusahaan dan institusi keuangan dengan omset penjualan tahunan di atas Rp 300 miliar dilayani masing-masing oleh oleh Perbankan Korporasi and Joint Finance Danamon. CBJF Danamon yang menawarkan kredit di atas Rp 100 miliar juga memperlihatkan kinerja yang baik pada tahun 2011.
Corporate Banking & Joint Finance (CBJF) Companies and financial institutions with annual sales of above Rp 300 billion are served through Danamon’s Corporate Banking and Joint Finance, respectively. Danamon’s CBJF, which offers loans higher than Rp 100 billion, also booked encouraging performance in 2011.
Perbankan Korporasi Produk Perbankan Korporasi dikategorikan ke dalam produk trade finance (L/C, ekspor impor) dan produk non trade finance (cerukan, kredit modal kerja, kredit investasi dan obligasi korporasi). Total kredit perbankan korporasi naik 23% menjadi Rp 10.105 miliar karena kredit modal kerja yang meningkat. Dalam hal pendanaan, perbankan korporasi membukukan kenaikan 7% menjadi Rp 6.071 miliar dari Rp 5.657 miliar pada tahun lalu.
Corporate Banking Corporate Banking products are categorized as trade finance (ie; L/C, export import) and non trade finance (overdraft, working capital loan, investment loan and corporate bonds). Total corporate banking loans rose 23% to Rp 10,105 billion on the back of higher working capital loans. In funding, corporate banking recorded a 7% increase to Rp 6,071 billion from Rp 5,657 billion a year ago.
2011 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
127
Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
Joint Finance (JF) Segmen JF yang melayani perusahaan-perusahaan di industri keuangan, menawarkan fasilitas seperti: kredit mobil & sepeda motor untuk klien non mass market, kredit modal kerja dan kredit investasi. Total portofolio kredit JF adalah Rp 2.426 miliar pada tahun 2011 dengan rata-rata saldo pinjaman tumbuh 44% dari Rp 1.888 miliar menjadi Rp 2,718 miliar.
Joint Finance (JF) The JF segment, which serves financial institutions, offers facilities such as car & motorcycle loans for non mass market clients, working capital loans and investment loans. The total JF loans was Rp 2,426 billion in 2011 with average loan balance growing 44% from Rp 1,888 billion to Rp 2,718 billion.
Di sisi liabilitas, total pendanaan JF mencatat pertumbuhan yang signifikan sebanyak 372% menjadi Rp 2.639 miliar pada tahun 2011. Lebih dari 99% pendanaan JF didominasi oleh produk CASA.
On the liabilities side, total JF funding recorded a significant 372% growth to Rp 2,639 billion in 2011. More than 99% of JF funding was in CASA products.
Portofolio kredit CBJF menyumbang 12% dari total kredit Danamon pada tahun 2011 mencapai sebesar Rp 12,532 miliar (tumbuh sebesar 17%). Berdasarkan klasifikasi mata uang, kredit dalam mata uang Rupiah memberikan kontribusi sebesar 60% dari total kredit CBJF, tumbuh 16% menjadi Rp 7.460 miliar pada tahun 2011 dari Rp 6.456 miliar pada tahun 2010. Kredit dalam mata uang asing menyumbang 40%, tumbuh 20% menjadi Rp 5.071 miliar pada tahun 2011. Kualitas kredit CBJF juga meningkat sejalan dengan menurunnya rasio NPL yang berada pada tingkat 2,6% dari 3,0% pada tahun sebelumnya, meskipun nilai kredit yang dibukukan lebih besar.
The CBJF loans portfolio accounted for 12% of Danamon’s total lending in 2011, totalling Rp 12,532 billion (growing 17%). Based on currency, Rupiah denominated loans contributed 60% of total CBJF loans, growing 16% to Rp 7,460 billion in 2011 from Rp 6,456 billion in 2010. Loans in foreign currencies accounted for the remaining 40% and posted a 20% growth to Rp 5,071 billion in 2011. Loan quality in CBJF also improved as the NPL ratio stood at 2.6% level from 3.0% in the previous year, despite higher loan booking.
Di sisi pendanaan, simpanan CBJF mencapai Rp 8.710 miliar (naik sebesar 40%) pada tahun 2011 dari Rp 6.216 miliar pada tahun lalu. Total CASA meningkat 49% pada tahun 2011 menjadi Rp 6.354 miliar, sedangkan deposito berjangka adalah sebesar Rp 2.356 miliar atau naik 22% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
On the funding side, CBJF deposits reached Rp 8,710 billion (40% increase) in 2011 from Rp 6,216 billion in last year. Total CASA increased 49% in 2011 to Rp 6,354 billion, while time deposits was Rp 2,356 billion or 22% higher than a year earlier.
Kredit Lending (Rp miliar Rp billion)
Pendanaan Funding (Rp miliar Rp billion)
12,532
8,710
10,689
128
10,4
6,223
7,789
09
Kredit Bermasalah NPL (%)
4,415
10
11
Laporan Tahunan 2011 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
09
10
11
09
3,0
2,6
10
11
Perbankan Syariah
Syariah Banking
Produk dan layanan Perbankan Syariah meliputi Tabungan Danamon Syariah iB (produk tabungan), Giro Danamon Syariah iB (produk giro), Deposito Danamon Syariah iB (produk deposito berjangka), Tabungan Haji Danamon Syariah iB dan pembiayaan UKM dan Komersial serta pembiayaan ABF, trade finance dan pembiayaan beragunan emas (SES). Danamon Syariah juga menawarkan layanan cash management berbasis syariah, yang dikenal luas sebagai salah satu yang terbaik di industri.
Syariah Banking’s products and services range from Tabungan Danamon Syariah iB (savings account), Giro Danamon Syariah iB (current account), Deposito Danamon Syariah iB (time deposit), Danamon Syariah Haj Saving iB, syariah based SMEC financing, trade financing and Pawnbroking (SES). Danamon Syariah also offers syariah-based cash management services, which are widely considered as among the best available in the market.
Perkembangan industri syariah yang pesat pada tahun 2011 menciptakan banyak peluang dalam segmen ini seperti ditunjukkan oleh peningkatan aset perbankan syariah sebanyak 48% menjadi Rp 130 triliun. Selain potensi pertumbuhan yang pesat, program edukasi perbankan syariah yang terus menerus dan arah kebijakan BI juga turut mendukung pertumbuhan industri yang tinggi.
The aggressive development of the syariah industry in 2011 created opportunities within this segment as indicated by the 48% increase of Indonesia’s syariah banking assets to Rp 130 trillion. Aside from the growing potential, continuous syariah banking education programs for the community, and the orientation of BI policy also underpins aggressive industry growth.
Di tengah ketatnya persaingan, aset Danamon syariah berhasil tumbuh 30% mencapai Rp 1.363 miliar pada tahun 2011. Didukung oleh ekspansi jaringan kantor yang signifikan dan berbagai produk yang inovatif, pembiayaan naik 46% menjadi Rp 998 miliar dari Rp 683 miliar pada tahun 2010. Pertumbuhan portofolio terutama didorong oleh sektor konsumsi yang meningkat sebanyak 32% menjadi Rp 725 miliar. Di tahun 2011, Danamon Syariah menguasai 1,0% pangsa pasar industri.
Amid tight competition, Danamon’s syariah asset managed to grow 30% reaching Rp 1,363 billion in 2011. Supported by a significant office network expansion and variety of innovative products, lending rose 46% to Rp 998 billion from Rp 683 billion in 2010. The highest portfolio growth was driven from the consumption sector which increased to 32% to Rp 725 billion. Up to 2011, Danamon Syariah held 1.0% market share of the total industry.
Dana pihak ketiga meningkat menjadi Rp 926 miliar atau naik 11% dengan komposisi dana berbiaya murah sebesar 35%.
Third party funds increased to Rp 926 billion or 11% with low cost funds composition of 35%.
Dengan pertumbuhan kredit yang tinggi, Danamon Syariah tetap mampu mempertahankan kualitas asetnya. Hal tersebut tercermin dari biaya kredit/rata-rata aset sebesar 0,005% dan rasio pembiayaan bermasalah terhadap pembiayaan yang diberikan (NPF) yang tetap rendah pada tingkat 0,6%, yang menggambarkan praktik-praktik bisnis syariah yang penuh kehati-hatian. Pertumbuhan bisnis Syariah Danamon juga didukung oleh faktor permodalan yang kuat, yang tercermin dari KPMM Syariah Danamon yang jauh melebihi batas ketentuan BI, mencapai 14,5% pada akhir tahun 2011.
With the aggressive lending growth, Danamon Syariah was able to maintain its asset quality, as reflected in CoC/average assets of 0.005% and Non Performing Financing (NPF) that remained low at 0.6% level, depicting prudent syariah business practices. Danamon Syariah business growth was also supported by strong capitalization, which is reflected in Danamon Syariah’s CAR far above the BI limit, reaching 14.5% by the end of 2011.
Tahun 2011, SES sebagai salah satu produk unggulan Perbankan Syariah, telah berhasil meningkatkan portofolio pembiayaan sebesar 692% menjadi Rp 40 miliar dari Rp 5 miliar tahun lalu. Bisnis ini melayani sekitar 5.600 nasabah, yang didukung dengan penambahan 44 cabang baru menjadi 54 cabang yang tersebar di wilayah Jabodetabek, Karawang, Cikarang, Jawa Barat, Jawa Timur dan Madura. Hal tersebut membuktikan bahwa SES telah dapat diterima oleh masyarakat sebagai salah satu alternatif pembiayaan yang kompetitif dibandingkan dengan produk kompetitor yang sudah ada.
In 2011, SES, as one of Syariah Banking’s leading products, successfully increased its financing portfolio by 692% to Rp 40 billion compared to Rp 5 billion last year. This business serves approximately 5,600 customers, and is supported by the addition of 44 new branches, resulting in a total of 54 branches across the Greater Jakarta area, Karawang, Cikarang, West Java, East Java and Madura. It is evident that SES has been recognized by the public as alternative financing that is competitive compared to existing products from competitors.
2011 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
129
Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
SES telah melayani nasabah selama hampir dua tahun dalam memenuhi kebutuhan pembiayaan yang mendesak dan produktif dimana 41% untuk keperluan modal usaha, 29% untuk keperluan konsumsi, 22% untuk pendidikan dan 8% untuk kesehatan.
SES has been offered to customers for nearly two years to meet urgent and productive financing needs, of which 41% of total financing was used for working capital purposes, 29% for consumption, 22% for education and 8% for health purposes.
Adapun nasabah SES tersebar dari berbagai kalangan, yaitu karyawan (38%), ibu rumah tangga (31%), wirausaha (25%) dan lain-lain (6%).
SES customers are made up of people from various types of profession, namely employees (38%), housewives (31%), businesses (25%) and others (6%).
Pembiayaan Financing (Rp miliar Rp billion)
Pendanaan Funding (Rp miliar Rp billion)
998 838 747
09
130
737
683
10
926
11
09
10
11
Tresuri, Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (TCM & FI) Sebagai bank ritel, tujuan utama TCM Danamon adalah untuk memastikan ketersediaan likuiditas dengan biaya wajar, dalam rangka memenuhi kewajiban Danamon dalam memenuhi kewajiban pembayarannya pada saat jatuh tempo dan untuk mendanai pertumbuhan kredit. Selain mengelola likuiditas dan neraca, TCM & FI juga berfungsi sebagai unit usaha, yang menawarkan beragam produk tresuri untuk memenuhi kebutuhan nasabah korporasi dan individu melalui segmen usaha Danamon. Selain itu, FI, yang secara khusus membidik lembaga keuangan, berfungsi membantu TCM dalam mengelola likuiditas.
Treasury, Capital Markets and Financial Institutions (TCM & FI) As a retail bank, the main objective of Danamon’s TCM is to ensure continuous availability of liquidity at a reasonable cost, in order to attend to the Bank’s obligations as they become due and to fund the growth in lending. As well as managing the Bank’s liquidity and balance sheet, TCM & FI also functions as a business unit, offering a diverse range of treasury products to meet the needs of corporate and individual customers through Danamon’s business segment. In addition, FI, which specifically targets financial institutions, provides support function to TCM for liquidity management purposes.
Pada tahun 2011, TCM & FI memantau keberhasilan penerbitan obligasi Adira Finance, dengan jumlah penerimaan sebesar Rp 5 triliun, dan professional funding lainnya dari MTN (medium term notes) dan dari kredit dari bank lain sebesar Rp 3,4 triliun. Selama tahun ini, TCM & FI mencatat kenaikan structured funding sebesar 21% menjadi Rp 13.399 miliar dibandingkan dengan Rp 11.056 miliar di tahun sebelumnya.
During 2011, TCM&FI oversaw the successful bond issuances for Adira Finance, with total amount of Rp 5 trillion and other professional funding from medium term notes (MTNs) and loans from other banks for a total amount of Rp 3.4 trillion. During the year, TCM&FI posted a 21% jump in long term funding to Rp 13,399 billion versus Rp 11,056 billion last year.
Laporan Tahunan 2011 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
Pendanaan Jangka Panjang Long Term Funding (Rp miliar Rp billion)
13,399 11,056 8,688
09
10
11
Trade Finance, Cash Management dan Transactional Services Globalisasi dan perkembangan kondisi kredit, mendorong Danamon untuk menitikberatkan pada bisnis trade finance di tahun 2011. Di tengah persaingan yang ketat, Danamon berhasil meningkatkan volume trade finance sebesar 31% menjadi Rp 4.439 miliar dari Rp 3.391 miliar pada tahun sebelumnya. Danamon juga membukukan kenaikan pendapatan sebesar 8% yang dihasilkan dari cash management menjadi Rp 266 miliar dari Rp 246 miliar pada tahun sebelumnya. Danamon menyadari akan pentingnya layanan cash management sebagai sarana untuk meningkatkan relasi dengan nasabah. Pada tahun 2011, Danamon mencatat peningkatan giro sebesar 18% menjadi Rp 12.994 miliar sementara saldo rata-rata naik cukup besar sebesar 43% mencapai Rp 11.956 miliar.
Trade Finance, Cash Management and Transactional Services Globalization and the new credit environment has made the Bank pay a bigger focus on the trade finance business in 2011. In an intensively competitive environment, the Bank successfully grew its trade finance considerably by 31% to Rp 4,439 billion from Rp 3,391 billion a year earlier. The Bank also posted 8% higher revenue earned from cash management to Rp 266 billion from Rp 246 billion last year. Danamon is recognizing the importance of cash management business as a means of strengthening customer relationships. In 2011, the Bank recorded a current account increased of 18% from last year to Rp 12,994 billion while the average balance soared considerably by 43% reaching to Rp 11,956 billion.
Anak Perusahaan:
Subsidiaries:
Adira Finance PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance) adalah anak perusahaan Danamon dengan 95% kepemilikan saham yang bergerak di bidang pembiayaan otomotif. Dengan dukungan jaringan usahanya yang luas di lebih dari 200 kota dan kabupaten, Adira Finance adalah salah satu perusahaan pembiayaan otomotif berbagai merek yang terbesar di Indonesia, dengan pangsa pasar masing-masing sebesar 15,8% dan 6,6% untuk penjualan sepeda motor baru dan penjualan mobil baru pada tahun 2011.
Adira Finance PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance) is the automotive financing subsidiary of Danamon with 95% share ownership. Supported by its extensive network in more than 200 cities and districts, Adira Finance is one of the largest multi brand automotive financers in the country, commanding over 15.8% and 6.6% market shares for new motorcycles and new car sales, respectively in 2011.
Pembiayaan Adira Finance naik 35% menjadi Rp 41.363 miliar pada tahun 2011 dari Rp 30.675 miliar pada tahun sebelumnya didukung oleh permintaan yang positif di industri ini. Pembiayaan mobil yang memiliki nilai satuan kredit yang lebih besar dengan bunga pinjaman yg lebih rendah, terus membukukan peningkatan. Sebagai hasilnya, portofolio pembiayaan mobil mewakili 38% dari piutang pembiayaan yang dikelola pada tahun 2011 dibandingkan dengan 32% pada tahun lalu.
Adira Finance’s loans rose 35% to Rp 41,363 billion in 2011 from Rp 30,675 billion a year earlier on the back of positive demand in this industry. Bigger ticket size of car financing with lower lending rates continues to grow confidently. As a result, car financing portfolio accounted for 38% of managed receivables in 2011 compare to 32% a year ago.
2011 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
131
Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
Meskipun perluasan jaringan terus dilakukan di berbagai wilayah, Adira Finance berhasil menjaga rasio biaya terhadap pendapatan yang tetap stabil pada tingkat 35% dan terus menjadi kontributor yang signifikan terhadap kinerja Danamon tahun 2011 dengan sumbangan sebesar 41% terhadap total kredit Danamon atau 70% dari kredit mass market.
Despite business network expansion to further penetrate into various regions nationwide, Adira Finance managed its cost to income ratio at a stable 35% and continued to be an important contributor to Danamon’s performance in 2011 with a contribution of 41% to the Bank’s total loans portfolio and 70% of mass market loans.
Kualitas piutang pembiayaan yang dikelola (termasuk piutang joint finance) tetap terjaga, seperti yang ditunjukkan oleh rasio NPL yang berada pada tingkat 1,3% pada tahun 2011 dibandingkan dengan 1,2% pada tahun 2010. Tingkat kenaikan tersebut cukup layak mengingat adanya pertumbuhan yang signifikan dalam piutang pembiayaan yang dikelola.
The quality of managed financing receivables (including joint finance receivables) remained in check as shown by the NPL ratio which stood at 1.3% in 2011 compared to 1.2% in 2010 which was an acceptable increase due to a significant growth in the managed receivables.
Dalam rangka mendukung pertumbuhan dan diversifikasi sumber pendanaannya, Adira Finance telah berhasil menerbitkan obligasi dengan tingkat bunga tetap senilai Rp 5 triliun pada tahun 2011.
In order to support growth and to diversify funding sources, Adira Finance successfully issued Rp 5 trillion of fixed rate bonds in 2011.
Pembiayaan Financing (Rp miliar Rp billion)
Kredit Bermasalah NPL (%)
1.3
41,363
Pangsa Pasar - Sepeda Motor Baru Market Share - New Motorcycle (%)
15.7
15.8 5.2
0.9
13.2
19,134
132
6.6
1.2
30,675
09
Pangsa Pasar - Mobil Baru Market Share - New Car (%)
3.4
10
11
09
10
11
09
10
11
09
10
11
Adira Insurance Adira Insurance adalah anak perusahaan Danamon (dengan 90% kepemilikan saham) yang bergerak di bidang usaha asuransi umum. Didirikan pada tahun 2002, Adira Insurance menawarkan dua kategori produk asuransi umum, yaitu asuransi kendaraan bermotor dan asuransi non kendaraan bermotor yang meliputi asuransi kecelakaan diri, kebakaran dan lainnya. Autocillin dan Motopro, yang merupakan brand dari Adira Insurance untuk asuransi mobil dan asuransi sepeda motor dikenal secara luas sebagai yang terdepan di pasar.
Adira Insurance Adira Insurance is a subsidiary of Danamon (90% ownership) in the general insurance business. Established in 2002, Adira Insurance offers two categories of general insurance products, motor vehicle and non motor vehicle which include personal, fire and others. The Autocillin and Motopro, brands from Adira Insurance for car and motorcycle insurance are widely considered as leader in the market.
Adira Insurance mengakhiri tahun 2011 dengan mencatatkan total penjualan premi bruto (GWP) sebesar Rp 1.474 miliar, meningkat 36% dari Rp 1.085 miliar pada tahun sebelumnya. Asuransi kendaraan bermotor menyumbang 64% dari total portofolio sedangkan 36% sisanya diwakili oleh asuransi selain kendaraan bermotor.
Adira Insurance ended 2011 by posting a total Gross Written Premium (GWP) of Rp 1,474 billion, an increase of 36% from Rp 1,085 billion a year earlier. Motor vehicle insurance accounted for 64% of the total portfolio with the remaining 36% contributed by non motor-vehicle products.
Laporan Tahunan 2011 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
Pendapatan Premi Bruto Gross Written Premium (Rp miliar Rp billion)
Komposisi Asuransi - 2011 Insurance Composition - 2011
1,474 36%
1,085 808
09
64%
10
11
Asuransi Otomotif Auto Insurance Asuransi Non Otomotif Non Auto Insurance
Adira Kredit Adira Kredit (PT Adira Quantum Multi Finance) merupakan anak perusahaan Danamon (dengan 99% kepemilikan saham) yang menawarkan berbagai layanan produk keuangan, khususnya kredit konsumsi termasuk pembiayaan barangbarang elektronik, komputer, perabot dan pealatan rumah tangga kepada 500 ribu nasabah. Adira Kredit bertekad untuk mengedepankan layanan yang cepat, mudah dan nyaman bagi target pasarnya yang terus berkembang.
Adira Kredit Adira Kredit (PT Adira Quantum Multi Finance) is a Danamon subsidiary (99% ownership) that provides a wide range of financial services, particularly for consumer credit including electronics, computers, furniture and home appliances to its 500 thousands customers. Adira Kredit aspires to bring a speedy, simple and convenient service to its growing market.
Mengakhiri tahun 2011, Adira Kredit membukukan kenaikan 18% pada total pembiayaan menjadi Rp 1.416 miliar. Dalam hal komposisi portofolio pembiayaan, lebih dari 55% dari portofolio didominasi oleh pembiayaan komputer, diikuti oleh pembiayaan perabot (16%), pembiayaan televisi (11%) dan pembiayaan peralatan rumah tangga (11%). Kualitas aset tetap terjaga dengan rasio NPL sebesar 3,2%, kenaikan yang cukup baik dari rasio NPL tahun lalu sebesar 2,3% di tengah meningkatnya pembiayaan.
Closing the year of 2011, Adira Kredit posted a 18% growth in outstanding loans to Rp 1,416 billion. In terms of loan composition, more than 55% of the loan portfolio was dominated by computer financing, followed by furniture (16%), TV (11%) and home appliance (11%). Asset quality was well maintained with NPL ratio of 3.2%, a fair increase from previous years NPL of 2.3% despite loan increase.
Ringkasan Kinerja Unit Usaha dan Anak Perusahaan
Summary of Business Units’ and Subsidiaries’ Performance Kredit berdasarkan Segmen Loan by Segment
Kredit yang Diberikan Segmen mass market tetap menjadi motor pertumbuhan kredit Danamon dengan pangsa pasar sebesar 58%, sejalan dengan komitmen Danamon untuk melayani segmen yang belum terjangkau. Segmen UKM dan Komersial, segmen yang mana Danamon juga ingin berekspansi, menunjukkan pertumbuhan yang potensial ke depan.
Loans Mass market segment remained the growth engine for Danamon’s loans with a 58% share, in line with the Bank’s commitment to serve the underserved. SMEC, a segment where Danamon also wants to expand, shows potential growth going forward.
12% Mass Market 6%
UKM/SMEC 58%
24%
Konsumer/ Consumer Wholesale
Pendanaan berdasarkan Segmen Funding by Segment
Pendanaan Perbankan konsumer (termasuk syariah, kartu kredit dan ritel) mendominasi dana pihak ketiga dengan pangsa sebesar 64% pada tahun 2011. Secara keseluruhan, berdasarkan segmen usaha, pendanaan kami relatif stabil dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Funding Consumer banking (including syariah, credit card and retail) was still dominating the Bank’s third party deposits with a 64% share in 2011. Overall, in terms of segment composition our funding was relatively stable compared to the previous year.
11%
1% 24%
Mass Market UKM/SMEC
64%
Konsumer/ Consumer Wholesale
2011 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
133
Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
Imbal Hasil Rata-rata Aset (ROAA) berdasarkan Segmen Usaha ROAA segmen SME mencatat kenaikan sebesar 0,4% menjadi 2,5% pada tahun 2011. Adira Kredit juga mencatat pertumbuhan ROAA yang baik menjadi 6,1% sementara ROAA Adira Insurance, turun 0,3% menjadi 14,2% di 2011, masih yang tertinggi dibanding segmen bisnis lainnya.
Return on Average Assets (ROAA) by Business Segment ROAA for SME segment posted 0.4% increase to 2.5% in 2011. Adira Kredit also posted satisfying ROAA growth to 6.1% while Adira Insurance’s ROAA decreased 0.3% to 14.2% in 2011, yet still the highest amongst other business segment.
Imbal Hasil Rata-rata Aset (ROAA) Return on Average Assets (ROAA) Syariah UKM/SME Konsolidasian/ Consolidated
2010 2011
2.6% 2.8%
Korporasi/Corporate Adira Kredit DSP Adira Finance Adira Insurance
Imbal Hasil Rata-rata Ekuitas (ROAE) berdasarkan Segmen Usaha Adira Kredit mencatat kenaikan ROAE yang cukup besar dan menjadi yang tertinggi tahun ini yaitu sebesar 40,7%. SME dan Adira Insurance juga mencatat pertumbuhan ROAE yang baik sebesar 2,4% dan 2,3% menjadi 16,5% dan 37,8%.
Return on Average Equity (ROAE) by Business Segment Adira Kredit recorded favorable increase and was the highest ROAE to 40.7% this year. SME and Adira Insurance also posted sound ROAE growth of 2.4% and 2.3% to 16.5% and 37.8%, respectively.
Imbal Hasil Rata-rata Ekuitas (ROAE) Return on Average Equity (ROAE) Syariah UKM/SME Konsolidasian/ Consolidated
17.5% 18.5%
2010 2011
Korporasi/Corporate Adira Kredit DSP Adira Finance Adira Insurance
Rasio Biaya terhadap Pendapatan (CIR) Cost to Income Ratio (CIR) Rasio Biaya terhadap Pendapatan (CIR) berdasarkan Segmen Usaha Perbankan Korporasi, Adira Insurance dan Adira Finance mempertahankan CIR mereka di bawah 40% dengan Perbankan Komersial, UKM dan kartu Kredit menunjukkan CIR yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya. CIR Adira Kredit berkurang cukup banyak dari 69,2% menjadi 63,1% di tahun 2011.
Cost to Income Ratio (CIR) by Business Segment Corporate Banking, Adira Insurance and Adira Finance maintained their CIR below 40% while Commercial, SME and Credit Card has lower CIR compared to previous year’s. Adira Kredit reduced its CIR significantly from 69.2% to 63.1% in 2011.
Korporasi/Corporate Adira Insurance Adira Finance DSP Konsolidasian/ Consolidated Komersial/Commercial
2010 2011 51.7% 49.7%
UKM/SME Syariah Adira Kredit Kartu Kredit/Credit Card Konsumer/Consumer
134
Manajemen Risiko Likuiditas
Liquidity Risk Management
Tinjauan Manajemen Risiko Likuiditas Seperti disebutkan sebelumnya, Danamon mempertahankan aset likuid dalam jumlah tertentu untuk menjamin bahwa Danamon dapat memenuhi permintaan kredit nasabah, jatuh tempo/penarikan tunai simpanan nasabah dan komitmen tunai lainnya secara efisien baik dalam kondisi operasional yang normal maupun dalam kondisi pasar yang tidak terprediksi, ataupun dalam tekanan.
Overview of Liquidity Risk Management As mentioned earlier, Danamon maintained a certain level of liquid assets to ensure that the Bank can meet customer loan requests, customer deposit maturities/withdrawals and other cash commitments efficiently under both normal operating conditions and under unpredictable industry or market stress circumstances.
Untuk mencapai tujuan ini, Komite Asset and Liability (ALCO) menyusun dan menyetujui kebijakan, prosedur dan pola batasan-batasan untuk mengendalikan dan mengukur risiko likuiditas.
To achieve this objective, the Asset and Liability Committee (ALCO) establishes and approves policies, procedures and limits framework to control and measure liquidity risk.
Danamon juga memiliki Rencana Kontinjensi Pendanaan, yang menguraikan strategi eksekusi untuk menangani kejadian yang menempatkan likuiditas dalam tekanan dan yang merinci sumber pendanaan dalam skenario kejadian yang berbeda-beda.
Danamon also maintains a contingency Funding Plan, which details execution strategy to handle liquidity stress events and lists of funding sources in different stress scenarios.
Laporan Tahunan 2011 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
Danamon saat ini menggunakan dua pendekatan untuk mengelola posisi likuiditasnya. Kedua pendekatan itu adalah Manajemen Perbedaan Jatuh Tempo Likuiditas dan Rasio Likuiditas.
Danamon currently uses two approaches to manage its liquidity positions. They are Liquidity Gap Management and Liquidity Ratios.
Manajemen Perbedaan Jatuh Tempo Likuiditas Setiap hari, Danamon memastikan ketersediaan dana dimana proyeksi arus kas masuk dapat memenuhi perkiraan arus kas keluar. Setiap kelebihan arus kas masuk ditempatkan di interbank market atau diinvestasikan ke dalam aset produktif. Sebaliknya arus kas keluar yang melebihi arus kas masuk ditutupi oleh penjualan aset likuid atau oleh pinjaman sementara dari pasar keuangan. Ukuran harian yang digunakan meliputi perkiraan posisi likuiditas Danamon setidaknya untuk satu bulan ke depan, dimana batasan ditetapkan dengan memperhitungkan kemampuan Danamon untuk memperoleh pendanaan baik dari professional market maupun dari portofolio aset likuid miliknya. Estimasi perbedaan jatuh tempo ini disusun baik untuk kondisi bisnis dalam keadaan normal maupun untuk skenario kondisi bisnis di bawah tekanan.
Liquidity Gap Management On a daily basis, Danamon ensures the availability of funds such that expected cash inflows are sufficient to cover expected cash outflows. Any surplus of inflows are lent out to the interbank market or invested in other forms of earning assets. On the other hand, excess outflows against inflows are covered through the sale of liquid assets or temporary borrowing from the market. The daily measurement includes a forecast of the Bank’s liquidity position for at least the next one month where limits are put in place considering Danamon’s ability to raise funds both from the professional market as well as through its portfolio of liquid assets. These gaps are estimated on ‘business as usual’ as well as ‘stress’ scenarios.
Pada tahun 2011, seluruh kebutuhan likuiditas akibat ketidaksesuaian antara arus kas masuk dan keluar dapat dipenuhi dengan baik. Perbedaan jatuh tempo likuiditas aktual berada dalam batasan-batasan yang ditetapkan.
In 2011, all liquidity requirements from a mismatch of inflows vis-a-vis outflows were fully met. The actual liquidity gaps were well within the limits set.
Rasio Likuiditas Rasio likuiditas memberikan gambaran atas kondisi likuiditas Danamon. Setiap hari, rasio tersebut dipantau oleh Danamon untuk memastikan ketersediaan aset likuid yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pembayaran pinjaman. Rasio target minimum diberlakukan untuk menunjukkan indikasi bilamana tindakan yang mungkin harus dilakukan dalam rangka memperkuat posisi likuiditas. Rasio-rasio likuiditas utama yang digunakan oleh Danamon adalah sebagai berikut:
Liquidity Ratios Liquidity ratios provide a snap shot of the liquidity situation of Danamon. On a daily basis, these ratios are monitored by the Bank to ensure that enough liquid assets are available to meet debt repayment requirements. Minimum target levels are put in place to provide indications of possible courses of action needed to enhance the liquidity situation. The major liquidity ratios used by Danamon are as follows:
1. Rasio Kredit Terhadap Simpanan (LDR) dan Rasio Kredit Terhadap Simpanan Modifikasi (MLDR) Pada akhir 2011, LDR adalah sebesar 98,3% dibandingkan dengan 93,8% pada tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan strategi bisnis kami untuk pertumbuhan kredit dan simpanan.
1. Loan to Deposit Ratio (LDR) and Modified Loan to Deposit Ratio (MLDR) By the end of 2011, LDR stood at 98.3% compared to 93.8% a year earlier. This is in line with our business strategy on loan and deposit growth.
Danamon juga mempertahankan posisi likuiditas yang solid seperti yang tercermin dari aset likuidnya (lihat tabel Aset Likuid) dan dari MLDR. MLDR memperhitungkan sumber pendanaan lain seperti pendanaan professional funding dan modal kas. Berikut adalah rumus untuk MLDR sesuai dengan ketentuan Basel II:
Danamon also maintains a solid liquidity position as reflected in its liquid asset position (see Liquid Assets table) and MLDR. MLDR captures other sources of funds such as professional funding and cash capital. The following is the formula for MLDR according to Basel II:
Kredit + Cadangan BI + Kas Tunai + Obligasi tidak Likuid Simpanan + Professional Funding + Modal Kas
Loans + Reserve w/BI + Cash in Vault + Illiquid Bonds Deposits + Professional Funding + Cash Capital
2011 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
135
Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
Pada tanggal 31 Desember 2011, MLDR Danamon adalah sebesar 91,5% dibandingkan dengan 86,2% pada tahun sebelumnya.
As of December 31, 2011, Danamon’s MLDR was at 91.5% compared to 86.2% a year earlier.
2. Rasio Aset Likuid Bersih terhadap Simpanan Nasabah Salah satu ukuran yang digunakan oleh Danamon dalam pengelolaan risiko likuiditas adalah rasio aset likuid bersih terhadap simpanan nasabah. Aset likuid bersih termasuk kas dan setara kas dan efek-efek hutang berperingkat layak investasi yang aktif diperdagangkan dan likuid di pasar keuangan dikurangi dengan simpanan dari bank dan komitmen yang jatuh tempo dalam satu bulan mendatang. Rasio aset likuid bersih terhadap simpanan nasabah Danamon adalah sebesar 32% untuk tahun 2011. Rincian rasio aset likuid bersih terhadap simpanan nasabah terdapat pada Laporan Keuangan Konsolidasian yang telah diaudit pada Catatan 47d-Risiko Likuiditas.
2. Net Liquid Assets to Deposits from Customers Ratio One of the measurements used by the Bank for liquidity risk management is the ratio of net liquid assets to deposits from customers. Net liquid assets include cash and cash equivalents and investment grade debt securities for which there is an active and liquid market less any deposits from banks and commitments maturing within the next month. Danamon’s net liquid assets ratio stood at 32% for the years ended 2011. Details of net liquid assets to customer deposits ratio is available in our audited Consolidated Financial Statements Note 47d-Liquidity Risk.
Inisiatif-inisiatif Manajemen Risiko
Risk Management Initiatives
Pilar Pertama Pillar One
Risiko Tertimbang Weighted Risk
Pilar Kedua Pillar Two
Pilar Ketiga Pillar Three
Definisi Modal Definition of Capital Standard Model Risiko Operasional Operational Risk
Risiko Kredit Credit Risk
Risiko Pasar Market Risk Internal Model
Standardised Approach
136
Internal Rating Based Approach
Sekuritisasi Aset Assets Securitisation
Basic Indication Approach
Standardised Approach
Advanced Measure Approach
Sesuai dengan implementasi Basel II, Danamon siap untuk menerapkan pendekatan standar untuk menghitung Risiko Kredit seperti yang dipersyaratkan oleh BI mulai Januari 2012. Selain itu, Danamon telah melakukan simulasi risiko operasional menggunakan pendekatan standar pada kuartal pertama tahun 2012.
In compliance with Basel II implementation, Danamon is ready to implement standardized approach to calculate Credit Risk as required by BI starting January 2012. In addition, the Bank has performed simulation on operational risk using standardised approach in the first quarter of 2012.
Danamon terlibat secara aktif dalam kelompok kerja yang diselenggarakan oleh BI dalam kaitannya dengan implementasi Basel II dan III.
Danamon has been actively involved in the working group held by BI in relation to the implementation of Basel II and III.
Prakiraan Risiko Dalam menjalankan kegiatan usahanya, Danamon dihadapkan dengan beberapa prakiraan risiko yang berkaitan langsung dengan kegiatannya sebagai penyedia layanan keuangan dan sebagai perusahaan komersial, yang diuraikan ringkasannya berikut ini. Informasi lebih lanjut mengenai
Foreseeable Risks In performing its business activities, Danamon is faced with several foreseeable risks directly related to its activities as a financial service provider and as a commercial company which is summarized below. Further information regarding the Bank’s risk management framework, credit risk, market
Laporan Tahunan 2011 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
kerangka manajemen risiko Danamon, risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko strategis dan reputasi, dan risiko hukum dan kepatuhan dapat dilihat pada bagian Manajemen Risiko dari Laporan Tahunan ini. 1. Strategi bisnis pertumbuhan di segmen konsumer, mass market dan UKM Business growth strategy in consumer, mass market and SME segment
2. Ekspansi dan diversifikasi produk dan layanan Expansion and diversification of products and services 3. Persaingan di Industri Perbankan Competition in the banking industry 4. Perubahan Peraturan Pemerintah Changes in Government regulations
5. Risiko Likuiditas Liquidity Risk
6. Penyimpangan sebagai Bagian dari Risiko Operasional Fraud as Part of Operational Risk
7. Risiko Kredit Terkait Komitmen dan Kontinjensi Credit Risk Related to Commitment and Contingencies
risk, liquidity risk, operational risk, strategic and reputational risk, and legal and compliance risk in the section of Risk Management of this Annual Report.
• Keterbatasan informasi keuangan yang tersedia mengenai debitur di Indonesia. Danamon terkena risiko kredit yang lebih tinggi pada sektor kredit konsumen dan mass market. • Tingkat suku bunga kredit off-market oleh kompetitor dan batas maksimum tingkat suku bunga kredit yang diberlakukan oleh Pemerintah dapat menyebabkan penurunan margin bunga bersih. • Kemungkinan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat dan inflasi yang tinggi dapat memperburuk daya beli konsumen dan mass market secara signifikan, sehingga mengakibatkan permintaan kredit yang semakin berkurang dan NPL yang lebih tinggi. • Pertumbuhan di segmen konsumen, sebagian melalui anak perusahaan, akan menempatkan Danamon pada tingkat kompetisi yang lebih ketat, yaitu bersaing dengan perusahaan pembiayaan konsumen lainnya dengan pengalaman yang lebih banyak dalam segmen ini.
• Limited availability of financial information on Indonesian borrowers. Danamon is exposed to a higher credit risk in the consumer and mass market sectors. • Off-market loan pricing by competitors and interest rate ceilings imposed by the Government may result in a lower net interest rate margin. • Possibility of slower economic growth and high inflation may cause significant deterioration in the purchasing power of consumers and mass markets, thus resulting in reduced loan demand and higher NPLs. • Growth in consumer segment, partly through the subsidiaries, will expose the Company to additional competition, namely other consumer finance companies with more experience in this segment
• Keterbatasan pengalaman, keahlian, fasilitas dalam mengembangkan beberapa produk dan layanan baru yang dapat mengakibatkan ketidakmampuan untuk bersaing secara efektif di pasar
• Limited experience, expertise, facilities in developing several certain new products and services can result in the unability to compete effectively in the market
• Danamon juga menghadapi kompetisi dalam perolehan nasabah dari berbagai perusahaan jasa keuangan, seperti perusahaan multi-finance dan badan hukum yang terafiliasi dengan Pemerintah, yang menyediakan dana pembangunan industri, serta pinjaman ekspor dan impor dan layanan terkait lainnya
• Danamon also faces competition for customers from a variety of financial services companies, such as multifinance companies and legal entities affiliated with the Government, which provide industrial development funding, as well as export and import lending and other related services
• Bank Indonesia baru-baru ini mengumumkan rencananya untuk menetapkan batas maksimum kepemilikan saham di bank nasional. Jika rencana tersebut direalisasikan dan berlaku surut, ada kemungkinan bahwa pemegang saham pengendali dari bank swasta nasional akan diminta oleh BI untuk menjual sebagian saham yang dimilikinya. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan Danamon untuk bersaing dengan bank lain yang tidak terpengaruh oleh hal yang sama. • Sebagai perusahaan terbuka di Indonesia, Danamon juga harus mematuhi peraturan-peraturan BAPEPAM-LK dan BEI. • Sejak bulan November 1989, peraturan dan perundang-undangan yang berlaku telah mengalami banyak perubahan dan pembaharuan. Peraturan baru, perundang-undangan dan pembaharuan telah diperkenalkan dengan tujuan untuk menerapkan pengawasan yang lebih ketat dan transparan dalam sektor perbankan.
• Bank Indonesia recently announced its plan to set a maximum limit for shareholding in a national bank by a shareholder. If such plan is realized and applied retroactively, there is a possibility that the controlling shareholder of a national private bank will be asked by BI to divest a part of its shareholding. This may affect Danamon’s ability to compete with other banks not affected by the same. • As a listed company in Indonesia, Danamon is also subject to BAPEPAM-LK and IDX rules. • As of November 1989, the applicable rules and regulations have undergone many changes and reform. New rules, regulations and reforms have been introduced for the purpose of providing more stringent and transparent monitoring in the banking sector.
• Serupa dengan kebanyakan bank di Indonesia, sebagian besar simpanan nasabah Danamon berupa deposito berjangka jangka pendek yang memiliki jatuh tempo satu bulan. Jika deposan dalam jumlah besar tidak melanjutkan deposito berjangka miliknya ke jatuh tempo yang berikutnya, posisi likuiditas Danamon dapat terpengaruh buruk. Sumber pendanaan lainnya dimana Danamon dapat melakukan penarikan dana kemungkinan akan mengenakan biaya yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sumber pendanaan Danamon pada saat ini, dan dapat mempengaruhi kondisi dan kinerja keuangan Danamon.
• Similar to most Indonesian banks, most of Danamon’s deposits from customers are short-term time deposits which have a maturity of one month. If a large number of the depositors fail to roll-over its deposited funds upon maturity, the Bank’s liquidity position could be adversely affected. Other sources of funds that Danamon may draw are likely to have significantly higher costs as compared to the Company’s current funding sources, and may impact the Bank’s financial condition and performance.
• Danamon telah mengalami sejumlah kejadian dimana karyawan terlibat kegiatan penyimpangan dalam beberapa tahun terakhir, meskipun tidak ditemukan yang material. Sejumlah kelemahan dalam pengendalian internal Danamon yang mungkin telah menyebabkan terjadinya aktivitas penyimpangan ini. • Walaupun Danamon telah mengambil berbagai langkah untuk memperbaiki prosedur internal, langkah-langkah yang telah diambil oleh Danamon untuk mencegah aktivitas penyimpangan ini mungkin tidak cukup untuk mencegah kasus serupa terjadi di masa datang.
• Danamon has experienced a number of incidents of employees engaging in fraudulent activities in recent years, although none of which were material. A number of weaknesses in the Bank’s internal controls may have contributed to the occurrence of these fraudulent activities. • While Danamon has taken various steps to improve internal procedures, the steps which the Bank has taken to prevent fraudulent actions may be insufficient to prevent similar instances from happening in the future.
• Danamon memiliki risiko kredit akibat komitmen dan garansi/kontinjensi (termasuk pemberian garansi keuangan dan letter of credit untuk menjamin kinerja nasabahnya kepada pihak ketiga dan akseptasi bank) karena komitmen dan garansi/kontinjensi tertentu mungkin harus dipenuhi sebagai akibat wanprestasi oleh nasabah Danamon.
• Danamon is subject to credit risk on its commitments and guarantees (including the provision of financial guarantees and letters of credit to guarantee the performance of its customers to third parties and bank acceptances) because certain commitments and guarantees may need to be fulfilled as a result of non-performance of the Bank’s customers.
2011 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
137
Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
8. Risiko Mata Uang Asing sebagai Bagian dari Risiko Pasar Foreign Currency Risk as Part of Market Risk
• Depresiasi Rupiah yang signifikan setiap saat ketika Danamon memiliki posisi devisa neto yang signifikan dalam mata uang asing dapat menyebabkan Danamon menderita kerugian, yang mengurangi rasio kecukupan modal dan mengharuskan Danamon untuk mencari tambahan modal, atau jika tidak, kemungkinan Danamon bisa dianggap melanggar persyaratan modal minimum. • Tidak ada jaminan bahwa setiap modal tambahan yang dibutuhkan akan tersedia dengan persyaratan dan kondisi yang layak saat dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan modal minimum.
Kebijakan Kompensasi
Compensation Policy
Kebijakan kompensasi Danamon menunjukkan bagaimana kami ingin memposisikan tingkat penghasilan karyawan kami relatif dengan industri. Kebijakan kompensasi ini bertujuan memberikan paket kompensasi yang menarik dan kompetitif untuk meningkatkan kinerja, dan untuk menarik dan mempertahankan karyawan-karyawan terbaik.
Bank Danamon compensation policy demonstrates how we want to position the pay levels for our people relative to our markets. The compensation policy is to provide attractive and competitive compensation package to drive performance, attract and retain the best people.
Berikut ini adalah kebijakan kompensasi Danamon:
The following is the Bank’s compensation policy:
1. Dewan Komisaris Paket remunerasi yang diberikan kepada Dewan Komisaris meliputi bagian yang bersifat tetap, berupa gaji dan fasilitas lainnya, dan bagian yang bersifat variabel.
1. Board of Commissioners Remuneration of the BoC covers the fixed portion, consisting of salary and other facilities, and the variable portion.
Remunerasi Dewan Komisaris direkomendasikan oleh Head of Human Resources kepada Komite Remunerasi yang kemudian mengusulkannya kepada Dewan Komisaris. Usulan tersebut disetujui melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Tunjangan yang diberikan kepada Dewan Komisaris dikaji paling sedikit tiga tahun sekali atau apabila diperlukan.
2. Direksi Anggota Direksi akan menerima paket kompensasi yang terdiri dari honor, tunjangan, bagian yang bersifat variabel, dan fasilitas lainnya.
138
• Significant Rupiah depreciation at any time when Danamon has a significant net open position in foreign currency could cause the Bank to suffer losses, reducing its capital adequacy ratio and requiring the Bank to seek additional capital or otherwise possibly be considered to be in breach of Bank Indonesia’s minimum capital requirements. • There can be no assurance that any additional capital required would be available on acceptable terms and conditions when needed to meet the minimum capital requirement.
Remuneration of the BoC is recommended by Head of Human Resources to the Remuneration Committee who then submit the recommendation to the BoC. The recommendation will be approved through the General Meeting of Shareholders (GMS). The BoC’s benefits are reviewed at least once every three years or whenever deemed necessary.
2. Board of Directors Members of the BoD will receive the compensation which consists of salary, allowances, the variable portion, and other facilities.
Remunerasi Direksi direkomendasikan oleh Head of Human Resources kepada Komite Remunerasi, yang kemudian mengusulkannya kepada Dewan Komisaris. Usulan tersebut kemudian disetujui melalui RUPS.
Remuneration of the BoD is recommended by the Head of Human Resources to the Remuneration Committee, who then submits the recommendation to the BoC. The recommendation will be approved through the GMS.
Melalui Komite Remunerasi, Dewan Komisaris menentukan remunerasi masing-masing Direktur. Tunjangan yang diberikan kepada Direksi dikaji paling sedikit sekali dalam tiga tahun atau apabila diperlukan. Remunerasi ditentukan dengan mempertimbangkan kinerja bank secara keseluruhan dan juga kinerja setiap unit usaha.
Through the Remuneration Committee, The BoC determines the remuneration of each Director. The BoD’s benefits are reviewed at least once every three years or whenever deemed necessary. The remuneration is determined by considering the overall bank performance and also each line of business performance.
Laporan Tahunan 2011 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
3. Karyawan Paket remunerasi karyawan terdiri dari gaji, tunjangan, bonus/insentif dan fasilitas non-tunai. Sistem kompensasi tersebut dirancang untuk memastikan agar paket remunerasi tersebut cukup kompetitif dalam industri perbankan agar dapat menarik dan mempertahankan karyawan berpotensi tinggi, serta untuk menjaga keseimbangan internal dalam hal penghargaan, status, kinerja dan lamanya masa kerja.
3. Employees Employees’ remuneration package consists of salary, allowances, bonus/incentives and other non-cash facilities. The compensation system is designed to ensure its competitiveness in the banking industry to attract and retain potential talents, as well as to maintain internal balance in terms of appreciation, status, performance and years of service.
Perubahan-perubahan dalam paket remunerasi total karyawan direkomendasikan oleh Head of Human Resources kepada Komite HR yang terdiri dari Presiden Direktur, beberapa Direksi dan Head of Human Resources. Kajian atas remunerasi pegawai paling sedikit dilakukan dua tahun sekali atau apabila diperlukan. Kajian dilakukan dengan mempertimbangkan standar yang berlaku di pasar sebagai referensi, kondisi perekonomian secara keseluruhan serta kinerja dan kemampuan keuangan Danamon.
Changes in the employee’s total remuneration package are recommended by the Head of Human Resources to the HR Committee which consist of the President Director, some Directors and Head of Human Resources. Reviews on employees’ benefits are conducted at least once every two years or whenever deemed necessary. Reviews are conducted using standard market practices as reference, the overall economic condition as well as the Bank’s performance and financial capabilities.
4. Dewan Pengawas Syariah Paket remunerasi Dewan Pengawas Syariah meliputi honor yang direkomendasikan oleh Head of Human Resources kepada Komite Remunerasi, yang kemudian mengusulkannya kepada Dewan Komisaris. Usulan Dewan Komisaris tersebut akan disetujui melalui RUPS.
4. Syariah Supervisory Board Remuneration of the Syariah Supervisory Board covers salary which is recommended by the Head of Human Resources to the Remuneration Committee, who will submit the recommendation to the BoC. The BoC’s recommendation will then be approved through the GMS.
Perubahan Kebijakan Akuntansi
Changes in the Accounting Policies
Danamon telah memenuhi standar akuntansi yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang sejalan dengan International Financial Reporting Standards (IFRS) yang mulai berlaku efektif pada tahun 2011 dan 2010.
Danamon has complied with the accounting standards issued by the Indonesian Accountant Association (IAI) which are in line with the International Financial Reporting Standards (IFRS) and effective in 2011 and 2010.
Beberapa standar akuntansi baru yang akan berlaku efektif pada pada awal atau setelah 1 Januari 2011 dan relevan dengan Danamon dan anak perusahaan adalah sebagai berikut:
The new accounting standards that are effective at the beginning of or after January 1, 2011 which are relevant to the Bank and its subsidiaries are as follows:
• PSAK No. 1 (Revisi 2009), “Penyajian Laporan Keuangan”.
• SFAS No. 1 (2009 Revision), “Presentation of Financial Statements”.
• PSAK No. 2 (Revisi 2009), “Laporan Arus Kas”.
• SFAS No. 2 (2009 Revision), “Statement of Cash Flows”.
• PSAK No. 3 (Revisi 2010), “Laporan Keuangan Interim”.
• SFAS No. 3 (2010 Revision), “Interim Financial Reporting”.
• PSAK No. 4 (Revisi 2009), “Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri”.
• SFAS No. 4 (2009 Revision), “Consolidated and Separate Financial Statements”.
• PSAK No. 5 (Revisi 2009), “Segmen Operasi”.
• SFAS No. 5 (2009 Revision), “Operating Segments”.
• PSAK No.7 (Revisi 2010), “Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi “.
• SFAS No. 7 (2010 Revision), “Related Parties Disclosures”.
• PSAK No. 8 (Revisi 2010), “Peristiwa Setelah Periode Pelaporan”.
• SFAS No. 8 (2010 Revision), “Events After the Reporting Period”.
• PSAK No. 15 (Revisi 2009), “Investasi pada Entitas Asosiasi”.
• SFAS No. 15 (2009 Revision), “Investments in Associates”.
• PSAK No.19 (Revisi 2010), “Aset Takberwujud”.
• SFAS No. 19 (2010 Revision), “Intangible Assets”.
• PSAK No.22 (Revisi 2010), “Kombinasi Bisnis”.
• SFAS No. 22 (2010 Revision), “Business Combinations”.
• PSAK No.23 (Revisi 2010), “Pendapatan”.
• SFAS No. 23 (2010 Revision), “Revenue”.
• PSAK No.25 (Revisi 2009), “Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan“.
• SFAS No. 25 (2009 Revision), “Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates, and Errors”.
2011 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
139
Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
• PSAK No 48 (Revisi 2009), “Penurunan Nilai Aset”.
• SFAS No. 48 (2009 Revision), “Impairment of Assets”.
• PSAK No. 57 (Revisi 2009), “Provisi, Liabilitas Kontinjensi dan Aset Kontinjensi “.
• SFAS No. 57 (2009 Revision), “Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets”.
• PSAK No. 58 (Revisi 2009), “Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan”.
• SFAS No. 58 (2009 Revision), “Non-Current Assets Held for Sale and Discountinued Operations”.
• ISAK No. 9, “Perubahan atas Liabilitas Aktivitas Purnaoperasi, Restorasi dan Liabilitas Serupa”.
• IFAS No. 9, “Changes in Existing Decommissioning, Restoration and Similar Liabilities”.
• ISAK No. 10, “Program Loyalitas Pelanggan”.
• IFAS No. 10, “Customer Loyalty Programmes”
• ISAK No. 14 (Revisi 2010), “Aset Takberwujud - Biaya Situs Web”.
• IFAS No. 14 (2010 Revision), “Intangible Assets - Web Site Costs”.
• ISAK No. 17, “Laporan Keuangan Interim dan Penurunan Nilai”.
• IFAS No. 17, “Interim Financial Reporting and Impairment”.
Berikut beberapa standar akuntansi baru yang mulai berlaku efektif pada awal atau setelah 1 Januari 2010 dan relevan bagi Danamon dan anak perusahaan:
140
The following new accounting standards that are effective at the beginning of or after January 1, 2010 are relevant to the Bank and subsidiaries:
• PSAK No. 50 (Revisi 2006), “Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan”.
• SFAS No. 50 (2006 Revision), “Financial Instruments: Presentation and Disclosures”.
• PSAK No. 55 (Revisi 2006), “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran”.
• SFAS No. 55 (2006 Revision), “Financial Instruments: Recognition and Measurement”.
Pada tahun 2011, tidak terdapat dampak keuangan yang signifikan sehubungan dengan penerapan standar akuntansi baru yang dikeluarkan pada tahun 2011. Dampak yang signifikan adalah pada area penyajian laporan keuangan. Uraian lebih lanjut tentang dampak standar akuntansi baru yang dikeluarkan pada tahun 2011 terdapat pada Laporan Keuangan Konsolidasian yang telah diaudit Catatan 2.akPerubahan Kebijakan Akuntansi.
In 2011, there is no significant financial impact from the adoption of the new accounting standard issued in 2011. The significant impact is to the presentation of financial statements. Further details on the impact of the new accounting standard issued in 2011 are available in our audited Consolidated Financial Statements Note 2.ak-Changes in Accounting Polices.
Pada tahun 2010, dampak implementasi PSAK No. 50 dan PSAK No. 55 (Revisi 2006) adalah penyesuaian positif sebesar Rp 30 miliar terhadap saldo awal laba ditahan pada tanggal 1 Januari 2010. Uraian lebih lanjut mengenai dampak atas transisi PSAK No. 50 dan PSAK No. 55 (Revisi 2006) terdapat pada Laporan Keuangan Konsolidasian yang telah diaudit Catatan 55-Penerapan Awal Atas PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006).
In 2010, the impact of implementation of SFAS 50 and SFAS 55 (R2006) is Rp 30 billion positive adjustments to the beginning balance of retained earnings as at January 1, 2010. Further details on the impact of the transition to SFAS No. 50 and SFAS No. 55 (2006 Revision) are available in our audited Consolidated Financial Statements Note 55-First Adoption of SFAS 50 (2006 Revision) and SFAS 55 (2006 Revision).
Selain itu, terdapat juga beberapa standar akuntansi baru yang akan berlaku pada awal atau setelah tanggal 1 Januari 2012 yang terkait dengan Danamon dan anak perusahaan sebagai berikut:
In addition, there are also several new accounting standards that will be in effect at the beginning on or after January 1, 2012 that related to the Bank and its subsidiaries are as follows:
• PSAK No. 10 (Revisi 2010), “Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing”.
• SFAS No. 10 (2010 Revision), “The Effects of Changes in Foreign Exchange Rates”.
• PSAK No. 13 (Revisi 2011), “Properti Investasi”.
• SFAS No. 13 (2011 Revision), “Investment Property”.
• PSAK No. 16 (Revisi 2011), “Aset Tetap”.
• SFAS No. 16 (2011 Revision), “Fixed Assets”.
• PSAK No. 24 (Revisi 2010), “Imbalan Kerja”.
• SFAS No. 24 (2010 Revision), “Employee Benefits”.
• PSAK No. 26 (Revisi 2011), “Biaya Pinjaman”.
• SFAS No. 26 (2011 Revision), “Borrowing Costs”.
• PSAK No. 28 (Revisi 2010), “Akuntansi Kontrak Asuransi Kerugian”.
• SFAS No. 28 (2010 Revision), “Accounting for Insurance Losses Contracts”.
• PSAK No. 30 (Revisi 2011), “Sewa”.
• SFAS No. 30 (2011 Revision), “Lease”.
• PSAK No. 36 (Revisi 2010), “Akuntansi Kontrak Asuransi Jiwa”.
• SFAS No. 36 (2010 Revision), “Accounting for Life Insurance Contracts”.
• PSAK No. 46 (Revisi 2010), “Pajak Penghasilan”.
• SFAS No. 46 (2010 Revision), “Income Taxes”.
• PSAK No. 50 (Revisi 2010), “Instrumen Keuangan: Penyajian”.
• SFAS No. 50 (2010 Revision), “Financial Instruments:Presentation”.
• PSAK No. 53 (Revisi 2010), “Pembayaran Berbasis Saham”.
• SFAS No. 53 (2010 Revision), “Shares Based Payment”.
• PSAK No. 55 (Revisi 2011), “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran”.
• SFAS No. 55 (2011 Revision), “Financial Instruments: Recognition and Measurement”.
Laporan Tahunan 2011 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
• PSAK No. 56 (Revisi 2010), “Laba Per Saham”.
• SFAS No. 56 (2010 Revision), “Earnings Per Share”.
• PSAK No. 60, “Instrumen Keuangan: Pengungkapan”.
• SFAS No. 60, “Financial Instruments: Disclosures”.
• PSAK No. 62, “Kontrak Asuransi”.
• SFAS No. 62, “Insurance Contracts”.
• ISAK No. 15, “PSAK 24 - Batas Aset Imbalan Pasti, Persyaratan Pendanaan Minimum dan Interaksinya”.
• IFAS No. 15, “SFAS 24 - The Limit on a Defined Benefit Asset, Minimum Funding Requirement and their Interaction”.
• ISAK No. 24, “Evaluasi Substansi beberapa transaksi yang melibatkan suatu bentuk legal sewa”.
• IFAS No. 24, “Evaluating the Substance of Transactions Involving the Legal Form of a Lease”.
• ISAK No. 25, “Hak atas Tanah”.
• IFAS No. 25, “Land Rights”.
• ISAK No. 26, “Penilaian Ulang Derivatif Melekat”.
• IFAS No. 26, “Reassessment of Embedded Derivatives”.
Berdasarkan pengujian awal, Bank dan anak perusahaan mengharapkan implementasi dari PSAK No. 60, “Instrumen Keuangan: Pengungkapan” akan berdampak terhadap pengungkapan laporan keuangan konsolidasian, terutama untuk hal berikut ini: • Peran yang signifikan dari instrumen keuangan bagi posisi dan kinerja keuangan suatu entitas. Pengungkapan termasuk dalam PSAK No. 50 (Revisi 2006).
Based on its preliminary assessment, the Bank and its subsidiaries expect that the adoption of SFAS No. 60, “Financial Instruments: Disclosures” will have an impact to the disclosures of its consolidated financial statements, in particular on the following area: • The significance of financial instruments for an entity’s financial position and performance. The disclosure incorporate in SFAS No. 50 (2006 Revision).
• Informasi kualitatif dan kuantitatif mengenai paparan risiko yang timbul dari instrumen keuangan, termasuk pengungkapan minimum yang ditentukan tentang risiko kredit, risiko likuiditas dan risiko pasar.
• Qualitative and quantitative information about exposure to risks arising from financial instruments, including specified minimum disclosures about credit risk, liquidity risk and market risk.
Saat ini, Danamon dan anak perusahaan sedang melakukan proses analisis atas dampak dari standar akuntansi baru lainnya.
Currently, the Bank and its subsidiaries are in the process of analyzing the impact of other new accounting standards.
Ringkasan Perubahan Kebijakan Akuntansi pada tahun 2011
Summary of Changes in Accounting Policies in 2011
Hal Items
Sebelum 1 Januari 2011 Prior to January 1, 2011
Efektif 1 Januari 2011 Effective January 1, 2011
Penyajian Laporan Keuangan
1. Laporan keuangan konsolidasian terdiri dari neraca konsolidasian, laporan laba rugi konsolidasian, laporan perubahan ekuitas konsolidasian, laporan arus kas konsolidasian dan catatan atas laporan keuangan konsolidasian. 2. Hak minoritas disajikan terpisah diantara liabilitas dan ekuitas.
1. Laporan keuangan konsolidasian terdiri dari laporan posisi keuangan konsolidasian, laporan laba rugi konsolidasian, laporan laba rugi komprehensif konsolidasian, laporan perubahan ekuitas konsolidasian, laporan arus kas konsolidasian, catatan atas laporan keuangan konsolidasian dan penambahan laporan posisi keuangan konsolidasian yang menunjukkan saldo awal (dalam hal dimana terjadi reklasifikasi atau penyajian kembali) 2. Kepentingan non-pengendali disajikan sebagai bagian ekuitas.
Presentation of Financial Statements
1. The consolidated financial statements comprise of consolidated balance sheets, consolidated statement of income, consolidated statement of changes in equity, consolidated statement of cash flows and notes to consolidated financial statements. 2. Minority interest is presented separately between the liabilities and equities.
1. The consolidated financial statements comprise of consolidated statement of financial position, consolidated statement of income, consolidated statement of comprehensive income, consolidated statement of changes in equity, consolidated statement of cash flows, notes to consolidated financial statements and additional consolidated statement of financial position showing beginning balance (in case of reclassification or restatement). 2. Non-controlling interest is presented within equity.
Penyajian Segmen Operasi
Segmen operasi ditentukan dan disajikan sesuai dengan PSAK No. 5 (Revisi 2000), “Pelaporan Segmen”.
Bank dan Anak Perusahaan menentukan dan menyajikan segmen operasi berdasarkan informasi yang secara internal diberikan kepada pengambil keputusan operasional. Perubahan kebijakan akuntansi ini disebabkan karena implementasi PSAK No. 5 (Revisi 2009), “Segmen Operasi”.
Presentation of Operating Segments
Operating segments were determined and presented in accordance with SFAS No. 5 (2000 Revision), “Segment Reporting”.
The Bank and Subsidiaries determines and presents operating segments based on the information that internally is provided to the chief operating decision maker. This change in accounting policy is due to the adoption of SFAS No. 5 (2009 Revision), “Operating Segments”.
2011 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
141
Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
Sebelum 1 Januari 2011 Prior to January 1, 2011
Efektif 1 Januari 2011 Effective January 1, 2011
Akuntansi Kombinasi Bisnis
1. Kepemilikan monoritas yang ada ditetapkan berdasarkan proporsi minoritas atas nilai tercatat aset dan kewajiban anak perusahaan sebelum tanggal akuisisi. 2. Biaya-biaya akuisisi yang secara langsung dapat diatribusikan pada akuisisi dikapitalisasi sebagai biaya perolehan. 3. Goodwill yang timbul dari akuisisi Anak Perusahaan dimasukkan sebagai aset tak berwujud dan diamortisasi dengan metode garis lurus selama masa manfaat. Goodwill untuk selanjutnya disajikan sebesar harga perolehan dikurangi dengan akumulasi amortisasi.
1. Kepentingan non-pengendali diukur atas basis proporsional pada jumlah yang diakui atas aset bersih yang diidentifikasi pada tanggal akuisisi. 2. Biaya transaksi, selain biaya yang berhubungan dengan penerbitan instrumen hutang atau ekuitas, yang ditanggung sehubungan dengan kombinasi bisnis, dibebankan pada saat terjadinya. 3. Goodwill yang timbul dari akuisisi Anak Perusahaan dimasukkan sebagai aset tak berwujud dan tidak diamortisasi. Goodwill untuk selanjutnya disajikan sebesar harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penurunan nilai.
Accounting for Business Combination
1. Minority interest is measured at its proportionate share of the carrying value of Subsidiaries’ asset and liabilities before the date of acquisition. 2. Acquisition cost which is directly attributable to the acquisition. 3. Goodwill that arises upon the acquisition of Subsidiaries is included in intangible assets and amortized using straight line method over the useful life. Goodwill is subsequently measured at cost less accumulated amortization.
1. Non-controlling interest is measured at its proportionate share of the recognized amount of the identifiable net assets at acquisition date. 2. Transaction costs, other than those associated with the issue of debt or equity securities, that incurs in connection with a business combination are expensed as incurred. 3. Goodwill that arises upon the acquisition of Subsidiaries is included in intangible assets and is not amortized. Goodwill is subsequently measured at cost less accumulated impairment losses.
Hal Items
Perubahan-perubahan Peraturan Perbankan Peraturan Regulations
Changes in Banking Regulations Keterangan Description
Pengaruh Terhadap Grup Danamon Impact on Danamon Group
Peraturan Perbankan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia berlaku efektif 2011 Banking Regulations Issued by Bank Indonesia effective 2011
142
PBI No. 13/1/PBI/2011 tanggal 5 Januari 2011Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Mulai 1 Januari 2012, penilaian tingkat kesehatan Bank akan dilakukan dengan pendekatan Risk Based Bank Rating (RBBR) dimana saat ini berdasarkan CAMEL (Capital, Asset Quality, Management, Earnings, Liquidity and Sensitivity to Market Risk). Hal ini berlaku untuk Bank secara perusahaan dan konsolidasi dan minimum dilakukan dua kali setahun. Faktor-faktor penilaian tingkat kesehatan Bank dengan RBBR terdiri dari profil risiko, tata kelola yang baik, serta kinerja keuangan untuk rentabilitas dan permodalan. Masa paralel dilakukan pada bulan Juni 2011. Pedoman rinci dan teknis mengacu pada SE BI No. 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
SE BI No. 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Bank diwajibkan untuk melakukan penilaian sendiri dengan menggunakan pendekatan RBBR. Peraturan ini efektif berlaku pada 1 Januari 2012 untuk penilaian Tingkat Kesehatan Bank posisi Desember 2011.
PBI No. 13/1/PBI/2011 dated January 5, 2011 - Commercial Bank’s Rating Assessment
Effective on January 1, 2012, an assessment the Bank’s rating will be based on Risk Based Bank Rating (RBBR) approach while currently, it is based on CAMEL (Capital, Asset Quality, Management, Earnings, Liquidity and Sensitivity to market risk). This is applicable for banks on a stand alone basis and consolidated and at least to be performed semi annually. Factors for this assessment are risk profile, good corporate governance, earnings and capital. The parallel run was performed in June 2011. Detailed and technical guidance regarding this assessment is referred to SE BI No. 13/24/DPNP dated October 25, 2011 regarding Commercial Bank’s Rating Assessment.
SE BI No. 13/24/DPNP dated October 25, 2011 Regarding Commercial Bank’s Rating Assessment.
The Bank is required to perform self assessment on its rating based on RBBR approach. The regulation is effective starting on January 1, 2012 for position as of December 2011.
SE BI No. 13/5/DPNP tanggal 8 Februari 2011 tentang Suku Bunga Dasar Kredit
Bank diwajibkan menghitung SBDK dibagi menjadi 3 kategori yaitu kredit korporasi, ritel,dan konsumsi (KPR dan non KPR) tetapi tidak termasuk kartu kredit dan kredit tanpa agunan. SBDK wajib dipublikasikan pada setiap kantor dan situs website Bank serta publikasi triwulan di surat kabar. Peraturan ini efektif berlaku sejak 31 Maret 2011 untuk publikasi laporan Q1 2011.
Danamon telah melaporkan SBDK sesuai ketentuan BI.
SE BI No. 13/5/DPNP dated February 8, 2011 regarding Prime Lending Rate
The Bank is required to calculate prime lending rate divided into 3 categories i.e. corporation, retail and consumption loans (mortgage & non mortgage) excluding credit card and unsecured loans. The rate should be published in each bank’s office and website homepage; also in quarterly publication in a newspaper. The regulation will be effective on March 31, 2011 for Q1 2011 publication reporting.
Danamon has published the prime lending rate as per BI requirements.
PBI No. 13/10/PBI/2011 tanggal 9 Februari 2011 tentang Giro Wajib Minimum dalam Valuta Asing
GWM dalam valuta asing dinaikkan dari 1% menjadi 5% mulai 1 Maret 2011 dan naik menjadi 8% mulai 1Juni 2011. Peraturan ini hanya berlaku untuk Bank Umum dan tidak berlaku bagi unit Syariah.
Danamon memelihara GWM sesuai ketentuan BI.
PBI No. 13/10/PBI/2011 dated February 9, 2011 regarding Statutory Reserve in Foreign Currency
Foreign currency statutory reserve was increased from 1% to 5% starting March 1, 2011 and to 8% starting June1, 2011. The regulation is valid for commercial banks and not valid for Sharia unit/bank.
Danamon maintains Foreign currency GWM as per BI requirement.
Laporan Tahunan 2011 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
Danamon telah melakukan penilaian sendiri berdasarkan RBBR mulai posisi 30 Juni 2011.
Danamon has performed a self assessments based on RBBR starting position June 30, 2011.
Peraturan Regulations
Pengaruh Terhadap Grup Danamon Impact on Danamon Group
Keterangan Description
SE BI No. 13/23/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum
Mulai 31 Desember 2011, pedoman standar penerapan manajemen risiko paling kurang memuat: penerapan manajemen risiko secara umum, penerapan manajemen risiko untuk masing-masing jenis risiko, dan penilaian profil risiko. Selain itu Bank wajib menyampaikan laporan sebagai berikut: - laporan profil risiko - laporan produk dan aktivitas baru - laporan lain dalam hal terdapat kondisi yang berpotensi menimbulkan kerugian yang signifikan terhadap kondisi keuangan Bank - laporan lain terkait penerapan manajemen risiko, antara lain laporan manajemen risiko untuk risiko likuiditas - laporan lain terkait dengan penerbitan produk atau pelaksanaan aktivitas tertentu, antara lain laporan pelaksanaan aktivitas berkaitan dengan reksadana, laporan pelaksanaan kerjasama pemasaran dengan perusahaan asuransi (bancassurance).
Danamon telah melakukan pelaporan kepada BI sesuai dengan ketentuan BI
SE BI No. 13/23/DPNP dated October 25, 2011 regarding Implementation of Risk Management for Commercial Banks
Effective on December 31, 2011, standard guidelines for implementation of risk management at least consist of: general implementation of risk management, implementation of risk management for each risk type, and assessment of risk profile. the Bank is also required to submit: - risk profile report - new product and activity report - another report in the event of any condition that could potentially cause significant adverse effects on the Bank’s financial condition - other reports related to the implementation of risk management, such as risk management report for liquidity risk - other reports related to the issuance of the product or the implementation of certain activities, such as implementation of activity report related to mutual funds, implementation report for bank engaged in insurance company (bancassurance).
The Bank has performed reporting as per BI requirements.
PBI No. 13/25/PBI/2011 tanggal 9 Desember 2011 tentang Prinsip Kehati-Hatian bagi Bank Umum yang Melakukan Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Pihak Lain
Mulai 9 Desember 2011, Bank hanya dapat melakukan alih daya atas pekerjaan penunjang pada alur kegiatan usaha Bank dan pada alur kegiatan pendukung usaha Bank, yaitu pekerjaan yg memenuhi kriteria antara lain: berisiko rendah; tidak membutuhkan kualifikasi kompetensi yang tinggi di bidang perbankan; dan tidak terkait langsung dengan proses pengambilan keputusan yang mempengaruhi operasional bank. Adapun, pedoman teknis pelaksanaan PBI ini, sampai saat ini belum diterbitkan oleh BI.
Secara umum kebijakan dan pelaksanaan alihdaya di Danamon sudah sesuai dengan PBI Alihdaya, sehingga tidak banyak terjadi perubahan operasional dengan diberlakukannya PBI dimaksud. Guna meningkatkan kepatuhan terhadap PBI Alihdaya, maka saat ini dilakukan beberapa upaya diantaranya penyesuaian SK-DIR-SDM-031, 1 Desember 2005 tentang Hubungan Kerjasama Berkaitan Dengan Ketenagakerjaan dengan PBI Alihdaya yang dimaksud, melakukan pelaporan alihdaya selama 2012, identifikasi semua jenis pekerjaan yang dialihdayakan sesuai dengan PBI yang berlaku, menyusun pemetaan proses bisnis pada lini usaha yang melakukan alihdaya atas beberapa jenis pekerjaan bersama-sama unit kerja lain terkait, dan pembenahan semua hal terkait dengan operasional alihdaya di Danamon.
PBI No. 13/25/PBI/2011 dated December 9, 2011 regarding Prudential Principles for Outsourcing by Commercial Banks
Effective December 9, 2011, outsourcing by the Bank is only applicable for activities that support the bank’s activities which meet the following criteria: low risk; not require high competence and qualifications in banking sector, and not directly related with decision-making process that affect the bank operations. However, detailed and technical guidance regarding this matter has not been published by BI.
In general, the Danamon’s outsourcing policy and implementation is in compliance with BI regulation on outsourcing, thus there is not many changes in operations resulted from implementation of the PBI. To better comply with BI regulation on outsourcing, some improvements are made, such as changes on SK-DIR-HR-031, dated 1 December 2005 on Partnership Relating to Employment, taking into account the PBI on outsourcing, issuance of outsourcing report in 2012, identification of all assignments outsourced in accordance with the applicable PBI, develop business process mapping on segment/line of business that outsource some works together with other relevant unit of work, and improvement of all operational issues related to outsourcing in Danamon.
2011 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
143
Analisis & Pembahasan Manajemen Management Discussion & Analysis
Peraturan Regulations
Keterangan Description
Pengaruh Terhadap Grup Danamon Impact on Danamon Group
Peraturan Perbankan Baru yang Dikeluarkan Bank Indonesia Berlaku Efektif di tahun 2012 New Banking Regulations issued by Bank Indonesia which take in effect in 2012
144
SE BI No. 13/6/DPNP tanggal 18 Februari 2011 tentang Pedoman Perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko untuk Risiko Kredit dengan Menggunakan Pendekatan Standar
Bank diwajibkan menghitung ATMR untuk risiko kredit dengan menggunakan pendekatan standar. Yang secara umum perhitungannya didasarkan pada hasil peringkat yang diterbitkan oleh lembaga pemeringkat yang diakui BI. Surat Edaran ini mulai berlaku pada tanggal 2 Januari 2012.
Danamon telah melakukan simulasi dan sosialisasi atas ketentuan ini. Selain itu, saat ini sedang dilakukan proses otomasi pembuatan laporan ATMR sesuai ketentuan BI yang baru.
SE BI No. 13/6/DPNP dated 18 February 2011 regarding Guidelines for Calculation of Risk Weighted Assets for Credit Risk Using Standard Approach
The Bank is required to calculate RWA for credit risk using standardised approach. It is generally calculated based on the rating issued by rating agencies listed by BI. The regulation will be effective on 2 January 2012.
Danamon has performed simulation, socialization and is in the process of automation of RWA report based on the new BI regulation.
PBI No. 13/19/PBI/2011 tanggal 22 September 2011-Perubahan atas PBI No. 8/12/PBI/2006 Tentang Laporan Berkala Bank Umum (LBBU)
Beberapa laporan LBBU periode penyampaian II, III dan IV dengan posisi laporan periode 30 September 2011 - 31 Maret 2012 wajib dilaporkan pada periode penyampaian II yaitu paling lambat tanggal 13 pada bulan berikutnya. Sedangkan pelaporan mulai posisi 30 April 2012 dan selanjutnya, laporan tersebut wajib dilaporkan pada periode penyampaian I atau selambat-lambatnya pada tanggal 6 pada bulan berikutnya. Adapun laporan LBBU tersebut adalah sebagai berikut: 1. BMPK 2. Restrukturisasi kredit 3. KPMM 4. Deposan dan debitur inti 5. Sensitivitas terhadap risiko pasar 6. ATMR untuk risiko kredit 7. SBDK
Danamon telah melakukan sosialisasi atas ketentuan tersebut serta melaksanakan pelaporan sesuai ketentuan BI.
PBI No. 13/19/PBI/2011 dated 22 September 2011 -Changes of PBI No. 8/12/PBI/2006 regarding Commercial Bank Periodic Reporting (LBBU)
For some LBBU reports with reporting period II, III & IV for reports ended on 30 September 2011 until March 31, 2012, has to be submitted in period II reporting deadline or at the latest on 13th of the following month. While reporting for the period ended starting 30 April 2012, those reports must be submitted in period I LBBU or at the latest on 6th of the following month. The above LBBU reports are as follows: 1. LLL 2. Restructured credit 3. CAR 4. Core depositors and debtors 5. Sensitivity to market risk 6. RWA for credit risk 7. Prime lending rate
Danamon has socialized and reported as per new BI reporting deadline.
SE BI No. 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 - Perubahan atas SE BI No. 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 tentang Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dan Bulanan Bank Umum serta Laporan Tertentu yang Disampaikan kepada BI
Perubahan format laporan keuangan publikasi berlaku sejak laporan posisi bulan Desember 2011.
Danamon telah melaporkan Laporan keuangan publikasi sesuai ketentuan BI.
SE BI No. 13/30/DPNP dated December 16, 2011 – Changes of SE BI No. 3/30/DPNP dated December 14, 2001 regarding Publication of Quarterly and Monthly Financial Statements on Commercial Banks and Certain Report Submitted to BI
Changes on format report of published financial statements effective starting December 2011 position.
Danamon has published financial statements as per BI requirements.
Laporan Tahunan 2011 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
Perubahan-perubahan Peraturan Perpajakan
Changes in Tax Regulations
Peraturan Perpajakan yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Pajak di Tahun 2011 Regulations issued by Directorate General of Tax in 2011 Direktur Jenderal Pajak (DJP) telah menerbitkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak (PER) No. 32/PJ/2011 tentang perubahan atas PER- 43/PJ/2010 tentang penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha dalam transaksi antara wajib pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Berikut adalah ringkasan atas perubahan-perubahan peraturan tersebut: 1. PER ini berlaku untuk penentuan harga transfer atas transaksi-transaksi sebagai berikut: • Transaksi yang dilakukan oleh wajib pajak dalam negeri atau Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia dengan wajib pajak luar negeri di luar Indonesia • Transaksi yang dilakukan oleh wajib pajak dalam negeri atau BUT di Indonesia dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa (dalam negeri), yang tujuannya untuk memanfaatkan perbedaan tarif pajak yang disebabkan antara lain pajak final, pajak penjualan barang mewah dan pajak atas transaksi yang dilakukan oleh kontraktor kerja sama migas. 2. Perubahan batasan transaksi yang dikenakan penentuan harga transfer menjadi Rp 10.000.000.000 (sebelumnya Rp 10.000.000) per tahun. 3. Dalam PER-43, ketentuan untuk menggunakan metode penentuan harga wajar harus secara hirarki, hal ini sudah tidak digunakan lagi karena PER32 memberikan kebebasan untuk menentukan metode yang paling tepat yang akan digunakan. Implikasi kepada Bank Dengan berlakunya peraturan ini, Bank tidak diharuskan lagi untuk menyiapkan dan melaporkan semua dokumen yang berkaitan dengan transaksi antara Bank dan anak perusahaannya (termasuk laporan penentuan harga wajar dari pihak ketiga yang independen)
Selain yang telah disebutkan di atas, tidak terdapat peraturan baru yang memiliki dampak signifikan kepada Danamon termasuk peraturan yang dikeluarkan oleh regulator pasar modal (Bapepam LK) atau regulator lainnya.
The Director General of Tax (DGT) has issued PER-32/PJ/2011 as a revision of PER-43/PJ/2010 regarding the application of the Arm’s Length Principle (ALP) in a related party transaction. Outlined below are the keys changes of the regulation: 1. The regulation for application of the ALP covers: • A transaction conducted by domestic tax payer or Permanent Establishment (PE) in Indonesia with offshore tax payer outside Indonesia • A transaction conducted by domestic tax payer or PE in Indonesia with their related parties (domestic), which is carried out with a motive to enjoy different tax rates such as final tax, tax on luxury goods, tax on oil and gas contractor. 2. Change of the threshold to implement ALP to Rp 10,000,000,000 (previously Rp 10,000,000) per year. 3. While PER-43 strictly requires the use of a hierarchy in selecting the most appropriate methods, PER-32 has abandoned this requirement and has adopted the most appropriate method approach. Impact to Bank Starting the implementation of this regulation, the Bank is not required to prepare and report the supporting documents for the transaction between the Bank and its subsidiaries (including transfer pricing report from independent party).
Other than the above mentioned, there are no new regulations that will have a significant impact to the Bank including those issued by the capital market regulator (Bapepam LK) or other regulatory bodies.
2011 Annual Report PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.
145