Analisis Pajanan Tekanan Panas dan Keluhan Subjektif Pada Pekerja di Bagian Produksi PT Frisian Flag Indonesia Plant Ciracas Tahun 2014 Zarah Defi Saputri, Hendra
Occupational Health and Safety Department, Faculty of Public Health, University of Indonesia, Kampus Baru UI, Depok, 16424 E-mail :
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tekanan panas dan keluhan subjektif yang ada di PT Frisian Flag Indonesia Plant Ciracas. Bahaya panas merupakan salah satu hazard yang ada di dunia industri saat ini. Bahaya panas yang tidak ditangani dengan benar akan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan yang biasa disebut heat-related disorders. Pajanan panas ke tubuh pekerja akan direspon tubuh melalui heat strain. Indeks WBGT Indoor di area produksi PT Frisian Flag Indonesia menunjukkan nilai antara 23,92 0C sampai 32,780C. Setelah dilakukan analisis, didapatkan bahwa 50 responden yang menjadi subjek penelitian, 24 responden termasuk kelompok berisiko mengalami tekanan panas. Seluruh responden penelitian pernah mengalami keluhan akibat pajanan tekanan panas tetapi dengan frekuensi yang berbeda-beda.
Heat Stress Analysis and Subjective Complaints on workers in the production of PT Frisian Flag Indonesia Plant Ciracas in 2014 This study aims to determine heat stress and subjective complaints in PT Frisian Flag Indonesia Plant Ciracas. Heat is one of the hazards that exist in the industry today. Heat stress that are not addressed properly will cause a variety of health problems commonly called heat-related disorders. Heat exposure to the worker's body will be responded by body through heat strain. Indoor WBGT index in the production area of PT Frisian Flag Indonesia showed values between 23.920C-32.780C. After analysis, it was found that 50 respondents which is the subject of research, 24 respondents including groups at risk of heat stress. The entire study, respondents have experienced complaints due to exposure to heat stress but with different frequencies. Key words : WBGT index, heat stress, subjective complaints
Pendahuluan Perkembangan industri di dunia memunculkan permasalahan baru yang sifatnya menguntungkan dan juga merugikan baik dalam bidang ekonomi, sosial dan ketenagakerjaan. ILO (International Labour Organization) menyatakan bahwa setiap hari 6300 orang meninggal karena kecelakaan kerja atau penyakit terkait kerja dan 2,3 juta meninggal per tahun. Kerugian tahunan akibat kecelakaan kerja dan penyakit terkait kerja di beberapa negara mencapai 4 persen dari produk nasional bruto (PNB). Salah satu bahaya yang ada di industri makanan dan minuman adalah adanya heat stress (tekanan panas) yang disebabkan proses produksi menggunakan temperatur tinggi, sebagai contohnya adalah produsen susu.
Analisis tekanan..., Zarah Defi Saputri, FKM UI, 2014
Heat stress atau tekanan panas terjadi ketika panas di lingkungan dikombinasikan dengan penyebab stres lain seperti kerja fisik yang berat, kehilangan cairan tubuh, kelelahan atau kondisi medis lainnya, yang akan menyebabkan penyakit terkait panas, kecacatan, dan bahkan kematian. Menurut Bernard dalam Fundamentals of Industrial Hygiene 5th Edition tahun 2002, tekanan panas merupakan kombinasi dari faktor lingkungan, pekerjaan, dan pakaian kerja. Heat stress di tempat kerja merupakan masalah yang serius bagi perusahaan karena
akan
mengurangi
produktivitas
pekerjaan,
menyebabkan
ketidaknyamanan,
meningkatkan angka kecelakaan kerja, dan menyebabkan kerugian secara materi bagi perusahaan. Pajanan kronik dari tekanan panas akan berisiko mengalami penyakit atau kelainan seperti kemandulan sementara (baik laki-laki maupun perempuan), peningkatan denyut jantung, gangguan tidur, kelelahan, dan sifat lekas marah (ACGIH, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh CDC (Center for Diseases Controls and Prevention) pada 21 pekerja industri baja yang bekerja di area panas di Amerika Serikat pada bulan Juli 2007 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang diteliti setidaknya memenuhi satu kriteria dari standar ACGIH (American Conference of Governmental Industrial Hygiene) untuk kejadian heat strain. Penelitian lain yang dilakukan CDC pada tahun 2006 di perusahaan pembuatan botol gelas Owens-Illinois di Lapel, Indiana menemukan bahwa pekerja yang bekerja di lingkungan panas tidak ditemukan adanya heat stress namun beberapa pekerja yang diwawancara mengalami gejala heat strain selama shift kerja pada musim panas dan satu orang absen kerja karena heat exhaustion. Faktor cuaca dan suhu lingkungan menjadi berpengaruh terhadap kejadian heat stress. Pada pertengahan bulan Juli tahun 2005 dilaporkan seorang imigran asal Meksiko yang bekerja di kebun tembakau sebagai pemetik daun tembakau meninggal akibat heat stroke. Pria berusia 56 tahun ini bekerja mulai dari jam 6 pagi dan mengambil jeda istirahat menjelang siang. Waktu istirahat untuk makan siang sendiri 90 menit.
Pada sore hari
supervisor melihat bahwa bapak ini bekerja lebih lambat dan menyarankan untuk istirahat. Namun pekerja ini tetap melakukan pekerjaannya sampai satu jam kemudian merasakan pusing dan rekan kerja membawanya ke tempat istirahat untuk minum. Pekerja ini lalu dibawa ke rumah sakit dan suhu tubuh yang tercatat mencapai 420C (1080F). Pria ini meninggal saat dalam perawatan. Selama tahun 1992-2006 tercatat 68 kematian pada petani di Amerika akibat heat stroke. Rata-rata umur mereka 20-54 tahun. Kematian ini sebagian besar terjadi di bulan Juli saat musim panas dan pada sore hari (CDC, 2008). PT Frisian Flag Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di industri makanan dan minuman terutama produksi susu. Pada proses pembuatan susu di PT Frisian
Analisis tekanan..., Zarah Defi Saputri, FKM UI, 2014
Flag Indonesia ini tentu banyak hazard yang timbul terutama adalah hazard panas pada proses pengolahan susu bubuk, susu kental manis maupun susu UHT (Ultra High Temperature). Kondisi ini menyebabkan lingkungan tempat kerja memiliki temperatur yang panas dari standar normal. Selain itu adanya faktor geografis dimana kota Jakarta juga memiliki suhu yang panas. Hal ini akan menyebabkan ketidaknyaman pada pekerja saat melakukan aktivitas kerjanya dan menyebabkan beberapa permasalahan seperti menurunnya produktivitas kerja, meningkatnya angka insiden dan kecelakaan, serta menyebabkan kerugian ekonomi bagi perusahaan. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan penulis di area proses produksi susu UHT dan kental manis, penulis merasakan bahwa area tersebut memang memiliki tekanan panas berlebih. Hasil pengukuran yang dilakukan PT Frisian Flag Indonesia pada bulan Juli tahun 2013 menunjukkan nilai indeks WBGT di atas nilai ambang batas yang ditentukan oleh Permenaker No 13 Tahun 2011. Tinjauan Teoritis Tekanan panas adalah beban panas bersih yang memungkinkan pekerja terpapar yang berasal dari kombinasi panas metabolik, faktor lingkungan, dan pakaian kerja (ACGIH, 2010). Tubuh manusia sangat sensitif terhadap perubahan suhu eksternal. Suhu tubuh normal berkisar 370C dan tubuh akan berupaya mempertahankan pada level tersebut jika ada perubahan suhu dari luar. Pada suhu yang tinggi, tubuh akan lebih sulit mempertahankan suhu inti tubuh sehingga terjadi pengeluaran keringat dan oleh sebab itu air yang keluar melalui keringat harus segera diganti dengan minum air (Hughes and Ferret, 2009). Faktor lingkungan yang memengaruhi tekanan panas adalah suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan aliran udara. Nilai ambang batas suhu udara di lingkungan kerja diatur dalam Permenaker No 13 Tahun 2011. Suhu tubuh yang meningkat mencapai 400C akan membahayakan jwa pekerja. Oleh karena itu, suhu lingkungan kerja harus diatur sehingga memenuhi syarat yang tertuang dalam peraturan. Kelembaban udara yang tinggi dapat mengurangi perpindahan panas secara evaporasi sehingga penting diketahui nilai kelembaban udara di lingkungan kerja (NIOSH, 1986). Pergerakan udara sangat penting dalam pertukaran panas antara tubuh manusia dan lingkungan melalui proses konveksi dan evaporasi (NIOSH, 1986).
Kecepatan
aliran
udara
diukur
menggunakan
vane
anemometer
dan
thermoanemometer (Richard and Collipi, 1999). Faktor pekerjaan yang meliputi beban kerja dan pola kerja juga memengaruhi tekanan panas di tempat kerja. Pada saat beban kerja meningkat, kebutuhan tubuh akan
Analisis tekanan..., Zarah Defi Saputri, FKM UI, 2014
oksigen juga akan meningkat. Untuk mengimbangi hal ini, jantung berdetak lebih cepat untuk menyediakan oksigen tambahan ke seluruh tubuh. Saat terjadi pembakaran oksigen pada otot dan jaringan lain, kelebihan panas yang dihasilkan dari proses pembakaran harus ditransfer dari inti tubuh ke permukaan tubuh dengan bantuan aliran darah. Pada saat bersamaan, darah harus memenuhi dua fungsi yang berbeda, yaitu memenuhi kebutuhan oksigen otot untuk mengimbangi beban kerja yang meningkat serta memindahkan darah dari inti tubuh ke permukaan tubuh untuk menghilangkan panas berlebih, dimana kedua aktivitas ini akan meningkatkan kerja jantung. Ketika beban kerja semakin tinggi, jantung akan kesulitan dalam memenuhi seluruh kebutuhan tersebut sehingga denyut nadi dan suhu tubuh inti meningkat, serta kemampuan otot menurun untuk mempertahankan tingkat kerja yang tetap tinggi tanpa mengalami kelelahan (NCDOL, 2001). Pola kerja dan istirahat berhubungan dengan nilai indeks WBGT yang diizinkan untuk bekerja. Semakin besar proporsi seseorang dalam bekerja dibandingkan dibandingkan dengan proporsi istirahat maka semakin rendah indeks WBGT yang diizinkan. Pakaian menjadi salah satu faktor yang berkontribusi besar dalam keseimbangan panas. Jenis pakaian yang dapat menambah beban panas tubuh akan memberikan kontribusi terhadap kejadian tekanan panas seperti pakaian yang berlapis-lapis, coverall, dan lainnya. Pemilihan jenis pakaian sangat penting ketika bekerja di lingkungan yang memiliki suhu udara tinggi (Bernard, 2002). Selain ketiga faktor di atas, faktor pekerja berupa umur, indeks massa tubuh, status aklimatisasi, kondisi medis, dan status hidrasi berperan penting dalam terjadinya gangguan kesehatan akibat pajanan tekanan panas. Proses bertambahnya usia pada manusia berpengaruh terhadap fungsi kelenjar keringat untuk mengatur suhu tubuh. Seiring bertambahnya usia keefektifan kelenjar keringat akan berkurang dan meningkatkan aliran darah pada kulit jika terpajan panas (NIOSH,1986). Pekerja yang sudah tua (40 sampai 65 tahun) memiliki beberapa kerugian ketika bekerja di lingkungan panas. Ketika tubuh bertambah tua, maksimal oksigen yang dapat terambil berkurang dan tubuh telah mencapai tahap dimana metabolisme yang terjadi adalah anaerobik (Richard and Collipi, 1999). Telah diketahui bahwa obesitas dapat mempengaruhi individu terkena gangguan akibat panas. Penambahan lemak berarti bahwa akan menambah berat sehingga harus dilakukan pengeluaran energi yang lebih besar untuk melakukan tugas yang diberikan dan penggunaan VO2 maksimum juga lebih besar. Selain itu, permukaan tubuh terhadap rasio berat badan menjadi kurang menguntungkan untuk pembuangan panas. Lapisan lemak secara teoritis akan mengurangi pemindahan langsung panas dari otot ke kulit (NIOSH,1986).
Analisis tekanan..., Zarah Defi Saputri, FKM UI, 2014
Aklimatisasi adalah seperangkat adaptasi fisiologis dan penyesuaian psikologis yang dilakukan ketika seseorang membiasakan diri bekerja dengan suhu lingkungan saat melakukan pekerjaan di lingkungan panas. Aklimatisasi ditandai dengan menurunnya detak jantung, suhu tubuh menurun, peningkatan keluarnya keringat yang akan meningkatkan pendinginan evaporatif, mengurangi beban sirkulasi, dan meningkatkan panas konduksi melalui kulit (Richard and Collipi, 1999). Aklimatisasi akan meningkatkan toleransi seseorang saat bekerja di lingkungan panas. Beberapa kondisi medis umum dan pengobatan dapat menurunkan kemampuan seseorang dalam menghadapi tekanan panas (Worksafe BC, 2007). Telah lama diketahui bahwa penyakit degeneratif yang diderita seseorang seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes mellitus, atau kekurangan nutrisi akan menjadi berbahaya ketika mereka terpajan panas dan ketika tekanan tersebut mengganggu sistem kardiovaskular (NIOSH, 1986). Performa kerja yang efektif dalam keadaan panas membutuhkan penggantian cairan tubuh dan elektolit yang hilang akibat berkeringat. Jika cairan tidak diganti dengan minum, keringat yang terus keluar akan menghilangkan cairan dari jaringan dan sel tubuh, yang akan mengakibatkan dehidrasi. Kehilangan cairan melalui keringat sampai 1,4% dari berat badan dapat ditoleransi tanpa masalah serius. Kehilangan cairan mencapai 3-6% dari berat badan, performa kerja akan terganggu, bekerja dalam kondisi tersebut terus-menerus akan mengakibatkan heat exhaustion (Richard and Collipi, 1999). Pajanan panas berlebih akan menyebabkan penyakit terkait panas seperti heat stroke, heat exhaustion, heat cramps, heat syncope, dan heat rash. Di antara penyakit-penyakit tersebut heat stroke merupakan yang paling membahayakan dan membutuhkan penanganan medis secepat mungkin. Pada seseorang yang mengalami heat stroke suhu tubuh dan detak jantung akan meningkat disertai dengan berhentinya berkeringat. Kematian dapat terjadi umumnya dalam waktu 12 jam pertama atau 2 minggu sesudah kejadian. Heat stroke biasanya terjadi pada orang-orang yang masih muda yang pekerjaan fisiknya sedang sampai berat, tidak teraklimatisasi, obesitas, kecukupan minumnya kurang, pakaiannya tidak sesuai, dan mengkonsumsi alkohol (Richard and Collipi, 1999). Heat exhaustion merupakan kondisi fisik dimana kulit pekerja menjadi basah dan lembab dan suhu tubuhnya masih normal atau sedikit lebih tinggi dari suhu normal. Heat exhaustion terjadi akibat tubuh kehilangan air dan garam saat berkeringat dan tidak ada penggantian air secara benar selama beraktivitas fisik. Heat exhaustion yang tidak segera tertangani dengan benar akan mengarah pada kejadian heat stroke (Goetsch, 2008).
Analisis tekanan..., Zarah Defi Saputri, FKM UI, 2014
Heat cramps merupakan kram otot yang menyakitkan disebabkan oleh kehilangan terlalu banyak garam melalui keringat saat bekerja di lingkungan panas dengan beban kerja yang berat. Kram yang terjadi biasanya pada kaki dan daerah perut. Biasanya kram terjadi saat akhir kerja atau setelah otot didinginkan (saat mandi setelah bekerja). Kram akibat panas hanya dapat disembuhkan setelah garam yang hilang digantikan. Hal ini yang membedakan dengan kram yang lain (Worksafe BC, 2007). Metode penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan disain studi cross-sectional dengan memberikan kuesioner kepada pekerja di area UHT dan SCM proses yang berjumlah 50 orang. Penelitian dilakukan di PT Frisian Flag Indonesia Plant Ciracas selama periode Januari-Maret 2014. Analisis secara bivariat dilakukan dengan uji korelasi untuk melihat keeratan hubungan antara variabel independen (faktor lingkungan, faktor pekerjaan, dan faktor pakaian kerja), variabel dependen (keluhan subjektif akibat tekanan panas), dan variabel bebas (umur, IMT, status aklimatisasi, kondisi medis, dan status hidrasi). Hasil penelitian Tabel 1 Perhitungan Kejadian Tekanan Panas Berdasarkan Permenaker No 13 Tahun 2011 Beban kerja
Pola kerja
Dumping
Sedang
0%-25%
Hasil Pengukuran (WBGT) 23,92
31,1
Keterangan (Tekanan Panas) Tidak
2
Mixing
Ringan
25%-50%
32,03
29,0
Ya
3
Ringan
5
Standard Tank Area Liquid Process UHT proses
25%-50%
31,20
29,0
Ya
Ringan
25%-50%
31,74
29,0
Ya
Ringan
25%-50%
32,13
29,0
Ya
6
Reprocess
Ringan
25%-50%
31,41
29,0
Ya
Dumping
Sedang
0%-25%
23,92
31,1
Tidak
2
Fresh Milk
Ringan
25%-50%
32,78
29,0
Ya
3
SCM proses
Ringan
25%-50%
32,75
29,0
Ya
4
Fat melting
Ringan
25%-50%
28,79
29,0
Tidak
5
Storage tank
Ringan
25%-50%
28,46
29,0
Tidak
No 1
Area UHT
4
1
SCM
NAB (0C)
Analisis tekanan..., Zarah Defi Saputri, FKM UI, 2014
Tabel 2 Gambaran Keluhan Subjektif Responden Frekuensi dan Persentase No
Keluhan
1.
Banyak mengeluarkan keringat
2.
Merasa cepat haus
3.
Pusing atau berkunang-kunang
4.
Perasaan mual,ingin muntah, eneg
5.
Lemas
6.
Kurang konsentrasi
7.
Perasaan ingin pingsan
8.
Kulit terasa panas
9.
Kulit terasa perih kemerahan
10.
Kulit terasa kering dan pucat
11.
Kulit lembab dan biang keringat
12.
Jarang kencing
13.
Merasa cepat lelah
14.
Detak jantung cepat
15.
Kram/kejang otot perut
16.
Kram/kejang otot lengan
17.
Kram/kejang otot kaki
18.
Hilang keseimbangan
19.
Tidak nyaman
20.
Gelisah saat bekerja
Tidak Pernah
Pernah (J+S+SS)
Jarang (J)
Sering (S)
3 (8,0%) 8 (16,0%) 33 (66,0%) 37 (74,0%) 22 (44,0%) 28 (56,0%) 49 (98,0%) 42 (84,0%) 48 (96,0%) 40 (80,0%) 40 (80,0%) 38 (76,0%) 21 (42,0%) 46 (92,0%) 46 (92,0%) 41 (82,0%) 36 (72,0%) 44 (88,0%) 30 (60,0%) 39 (78,0%)
47 (94,0%) 42 (84,0%)
14 (26,0%) 13 (24,0%) 14 (28,0%) 11 (22,0%) 24 (48,0%) 21 (42,0%) 1 (2,0%) 6 (12,0%) 2 (4,0%) 8 (16,0%) 9 (18,0%) 7 (14,0%) 23 (46,0%) 4 (8,0%) 4 (8,0%) 8 (16,0%) 10 (20,0%) 5 (10,0%) 16 (32,0%) 8 (16,0%)
12 (24,0%) 8 (16,0%) 2 (4,0%) 2 (4,0%) 4 (8,0%) 1 (2,0%) 0 (0,0%) 0 (0,0%) 0 (0,0%) 1 (2,0%) 1 (2,0%) 2 (4,0%) 4 (8,0%) 0 (0,0%) 0 (0,0%) 0 (0,0%) 3 (6,0%) 0 (0,0%) 3 (6,0%) 1 (2,0%)
17 (34,0%) 13 (26,0%) 28 (56,0%) 22 (44,0%) 1 (2,0%) 8 (16,0%) 2 (4,0%) 10 (20,0%) 10 (20,0%) 12 (24,0%) 29 (58,0%) 4 (8,0%) 4 (8,0%) 9 (18,0%) 14 (28,0%) 6 (12,0%) 20 (40,0%) 11 (22,0%)
Analisis tekanan..., Zarah Defi Saputri, FKM UI, 2014
Sangat Sering (SS) 21 (42,0%) 21 (42,0%) 1 (2,0%) 0 (0,0%) 0 (0,0%) 0 (0,0%) 0 (0,0%) 2 (4,0%) 0 (0,0%) 1 (2,0%) 0 (0,0%) 3 (6,0%) 2 (4,0%) 0 (0,0%) 0 (0,0%) 1 (2,0%) 1 (2,0%) 1 (2,0%) 1 (2,0%) 2 (4,0%)
Tabel 3 : Hasil Analisis Bivariat Variabel Independen
P-value
R
Beban Kerja
0,082
-0,248
Umur
0,925
-0,14
Indeks Massa Tubuh
0,42
0,117
Status Hidrasi
0,36
-0,132
Pembahasan Keterbatasan penelitian 1. Pengukuran suhu lingkungan kerja menggunakan data sekunder yaitu data pengukuran dari perusahaan di bulan Desember 2013 sedangkan pengumpulan data yang dilakukan penulis dilakukan pada rentang waktu Januari-Februari 2014. Penulis tidak mengetahui kondisi aktual saat pengukuran dilakukan. 2. Pengukuran hanya dilakukan pada lingkungan dan tidak dilakukan pengukuran pajanan panas pada pekerja menggunakan personal heat monitor. 3. Jumlah responden penelitian yang sedikit yaitu 50 responden. 4. Beban kerja hanya dihitung menggunakan tabel estimasi dari NIOSH 1986 yang memiliki penyimpangan akurasi 10%-15% 5. Status hidrasi pada responden didapatkan dari informasi konsumsi rata-rata air minum dalam sehari sehingga kemungkinan terjadi kesalahan saat mengingat sangat besar (recall bias). 6. Kondisi medis responden hanya didapatkan melalui riwayat penyakit yang ditanyakan dalam kuesioner. 7. Dampak kesehatan akibat pajanan panas yang diteliti hanya berupa keluhan terkait gejala awal yang dirasakan oleh responden pada saat bekerja, sehingga sangat melibatkan unsur subjektifitas dari responden tanpa didukung dengan data respon fisiologis berupa peningkatan suhu tubuh, perubahan denyut nadi, dan jumlah keringat. Berdasarkan hasil pengukuran yang didapat, ada 10 area di proses produksi yang menjadi titik pengukuran. Hasil WBGT Indoor menunjukkan rata-rata suhu di area tersebut antara 23,920C sampai 32,780C. Nilai WBGT Indoor tertinggi berada di area fresh milk (32,780C) yaitu area dimana susu murni disimpan dalam tangki. Area di proses produksi susu UHT dan SCM tidak memiliki sekat sehingga antara area satu dengan yang lain menyatu.
Analisis tekanan..., Zarah Defi Saputri, FKM UI, 2014
Suhu di area fresh milk dihasilkan dari aktivitas mesin sekitar yaitu mesin triblender UHT dan mesin mixing SCM yang memang dalam prosesnya membutuhkan panas sekitar 80-900C. Kelembaban relatif di UHT dan SCM proses mencapai 61%. Hal ini karena desain area produksi yang tertutup mengingat fungsinya untuk
memproduksi susu dan untuk
menghindari kontaminasi yang mungkin terjadi saat proses produksi. Selain area fresh milk , ada lima area yang hasil WBGT indoor nya lebih dari 300C yaitu area mixing, area reprocess, area liquid process, area UHT Process, dan area SCM Process. Suhu yang dihasilkan antara 32,030C sampai 32,750C. Kelembaban relatif kelima area tersebut antara 54%-61%. Hasil ini menunjukkan kelembaban di area produksi sangat tinggi. Analisis yang telah dilakukan menunjukkan hasil 22 dari 50 responden telah melebihi nilai ambang batas yang diizinkan bekerja. Pekerja yang melebihi NAB pajanan panas adalah semua pekerja dengan beban kerja ringan yang berasal dari area UHT (20 responden) dan area SCM (2 responden). Semua pekerja di area tersebut terpajan panas secara terputus-putus (intermitten). Pekerja akan keluar dari ruang kontrol setiap 10-15 menit sekali untuk mengecek mesin dan melakukan tugas lainnya. Total mereka terpajan panas dalam sehari sekitar 2-3 jam. Nilai indeks WBGT Indoor rata-rata di PT Frisian Flag Indonesia berada pada rentang 23,920C-32,780C. Berdasarkan standar ACGIH dalam TLV dan BEIs dengan batasan nilai action limit untuk pola 25%-50% yaitu 29,50C untuk kriteria beban kerja ringan dan 27,00C untuk kriteria beban kerja sedang, dihasilkan bahwa semua area kecuali fat melting dan storage tank berada di atas nilai TLV untuk kategori beban kerja sedang dan beban ringan. Area dan pekerja yang melebih nilai TLV (berdasarkan Permenaker No 13 Tahun 2011) telah dijelaskan pada tabel 6.2. Jadi, sebanyak 22 responden yang terdiri dari 20 responden UHT dan 2 responden SCM masih berada di atas nilai action limit yang ditentukan. Berdasarkan analisis tersebut, disimpulkan bahwa sebanyak 22 responden (44,0%) bekerja pada kondisi iklim kerja di atas nilai action limit. Usaha pengendalian yang telah dilakukan perusahaan antara lain berupa pengendalian teknis dan pengendalian administratif. Pengendalian teknis berupa penyediaan ruang kontrol dilengkapi AC, penyediaan supply fresh air, dan adanya exhaust (area reproses dan fat melting). Sedangkan pengendalian secara administratif berupa penentuan waktu istirahat yang cukup dengan program tie break, pemasangan stiker penanda warna air kencing di kamar
Analisis tekanan..., Zarah Defi Saputri, FKM UI, 2014
mandi untuk melihat apakah pekerja mengalami dehidrasi atau tidak, dan penyediaan fasilitas air minum berupa dispenser yang mudah dijangkau oleh pekerja di masing-masing area. Tekanan panas (heat stress) memberikan dampak pada perubahan secara fisiologis. Tubuh akan merespon perubahan fisiologis tersebut dengan cara menghilangkan panas dari tubuh atau lebih dikenal dengan heat strain. Respon fisiologis yang dilakukan tubuh antara lain peningkatan suhu inti tubuh, pengeluaran keringat, peningkatan denyut nadi, pusing, lemas dan lainnya. Heat strain yang tidak dapat ditangani akan mengarah ke penyakit akibat panas yang lebih serius. Hasil penelitian menunjukkan 50 responden penelitian seluruhnya mengalami keluhan akibat pajanan panas dengan frekuensi yang berbeda-beda. Hasil analisis yang telah dilakukan menunjukkan jenis keluhan yang selalu ada pada setiap variabel independen adalah banyak mengeluarkan keringat, merasa cepat haus, lemas dan merasa cepat lelah. Menurut Bernard (2002) gejala-gejala awal dari heat exhaustion antara lain kelelahan, lemah dan lemas, penglihatan kabur, pusing, denyut nadi tinggi, banyak mengeluarkan keringat, tekanan darah rendah, sempoyongan, wajah pucat, pingsan dan suhu tubuh sedikit meningkat. Berdasarkan hasil penelitian, 94,0% responden merasakan banyak mengeluarkan keringat, 84% merasa cepat haus, 56,0% responden merasa lemas, 34,0% merasakan pusing atau sakit kepala, dan 58,0% merasa cepat lelah. Meskipun persentasenya sedikit tetapi ada responden yang merasakan ingin pingsan yaitu sebesar 2,0%. Hasil di atas membuktikan bahwa sebagian besar responden PT Frisian Flag Indonesia Plant Ciracas telah mengalami gejala-gejala heat exhaustion. Hasil penelitian membuktikan bahwa sebagian besar keluhan lebih banyak dirasakan pada responden yang mengalami tekanan panas dibandingkan yang tidak mengalami tekanan panas. Keluhan yang sebagian besar dirasakan responden adalah banyak mengeluarkan keringat, merasa cepat haus, lemas, kurang konsentrasi, dan merasa cepat lelah. Hasil ini sejalan dengan teori yang ada bahwa pekerja yang mengalami tekanan panas akan lebih berisiko mengalami keluhan-keluhan akibat pajanan panas. Hubungan antara variabel independen dan dependen dilakukan dengan uji korelasi linier sederhana. Variabel yang dapat diuji korelasi adalah beban kerja, umur, IMT, dan status hidrasi. Secara statistik, tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan dependen seperti yang disajikan pada tabel 3. Namun, apabila dilihat dari jenis-jenis keluhan yang dirasakan mengarah pada kejadian heat exhaustion dan dehidrasi.
Analisis tekanan..., Zarah Defi Saputri, FKM UI, 2014
Secara teoritis faktor beban kerja, umur, IMT, dan status hidrasi merupakan faktor risiko terjadinya tekanan panas. Hasil statistik yang menunjukkan tidak ada hubungan signifikan dapat diakibatkan kesalahan mengingat (recall bias) saat mengisi kuesioner tentang keluhan subjektif dan sebaran yang tidak merata dari responden itu sendiri. Simpulan 1. Suhu lingkungan kerja yang terukur di area produksi PT Frisian Flag Indonesia Plant Ciracas pada bulan Desember 2013 menunjukkan nilai WBGT Indoor yang telah melebihi nilai ambang batas yang diperkenankan kecuali untuk area dumping, fat melting, dan storage tank dengan nilai tertinggi 32,780C. 2. Berdasarkan hasil penghitungan beban kerja menggunakan tabel estimasi dari NIOSH (1986), sebagian besar responden memiliki beban kerja ringan (62,0%) dan beban kerja sedang (38,0%). 3. Pola kerja di PT Frisian Flag Indonesia ada dua macam yaitu pola 0%-25% dan pola 25%-50% 4. Pakaian kerja yang digunakan berupa seragam kerja PT Frisian Flag Indonesia berupa kaos panjang dan celana panjang berbahan katun. Pakaian jenis ini memiliki bobot nilai nol sehingga tidak memberikan kontribusi terhadap kejadian tekanan panas. 5. Responden yang berisiko tinggi mengalami tekanan panas sebanyak 44,0% yaitu 20 responden dari UHT Processing dan 2 responden dari SCM Processing yang memiliki beban kerja ringan dan sedang. 6. Seluruh responden pernah mengalami keluhan akibat pajanan panas dengan frekuensi yang berbeda-beda. Keluhan yang paling sering dirasakan adalah banyak mengeluarkan keringat (94,0%) dan merasa cepat haus (84,0%). Keluhan yang hampir tidak pernah dirasakan responden adalah perasaan ingin pingsan (98,0%), kulit terasa perih kemerahan (96,0%), detak jantung cepat (92,0%), dan kram/kejang otot perut (92,0%). 7. Sebanyak 49 orang tergolong mengalami keluhan ringan dan hanya satu orang yang mengalami keluhan sedang. 8. Tidak ada hubungan yang signifikan antara karakteristik pekerja (umur, IMT, status aklimatisasi, kondisi medis, dan status hidrasi) dengan keluhan subjektif pekerja di bagian produksi PT FFI Plant Ciracas
Analisis tekanan..., Zarah Defi Saputri, FKM UI, 2014
Saran 1. Pengendalian Teknis
a.
Pemasangan blower pada titik-titik dimana pekerja sering melakukan aktivitas kerja sehingga pemasangan blower menjadi efektif. Pemasangan blower juga harus memerhatikan suhu udara yang terukur. Apabila suhu udara mencapai 350C, pemasangan blower hanya akan meningkatkan risiko tekanan panas pada pekerja.
b.
Pemasangan termometer ruangan untuk memantau suhu udara di area produksi sehingga baik supervisor dan pekerja mengetahui berapa suhu di area tempat mereka bekerja.
2. Pengendalian Administratif a. Melakukan program training dan edukasi tentang bahaya panas pada pekerja. Program training dapat dilakukan kepada pekerja yang akan bekerja di lingkungan panas. Sedangkan program edukasi dapat melalui upaya komunikasi bahaya (hazard communication) dengan penyuluhan maupun menggunakan leaflet. Isi materi berupa faktor-faktor penyebab tekanan panas, gangguan kesehatan yang timbul, gejala-gejala penyakit akibat panas dan pertolongan pertama yang dilakukan saat terjadi penyakit akibat panas b. Mengadakan program surveilans kesehatan terkait pajanan tekanan panas. Program surveilans kesehatan meliputi surveilans kesehatan pekerja dan surveilans lingkungan kerja. Surveilans kesehatan pekerja mencakup pemeriksaan panas personal dan pemeriksaan medis berkala untuk memantau risiko terjadinya penyakit akibat panas. Selain itu perlu dilakukan pemantauan biologik pada 22 responden yang mengalami tekanan panas. Pemantauan biologik dapat dengan mengukur detak jantung, suhu inti tubuh, kehilangan cairan tubuh, dan mengukur urin pekerja. Surveilans lingkungan kerja dilakukan dengan mempertahankan pengukuran rutin minimal satu kali dalam setahun dan meningkatkan kualitas pengukuran yang ada. c. Membuat peraturan yang menghimbau pekerja untuk minum 2 gelas (1/2 liter) air minum sebelum bekerja dan 1 gelas air minum setiap 15-20 menit
Analisis tekanan..., Zarah Defi Saputri, FKM UI, 2014
sekali dengan suhu air minum 10-150C. Selain itu melarang pekerja untuk mengonsumsi minuman yang mengandung kafein selama bekerja. d. Mengadakan program olahraga bersama untuk meningkatkan kebugaran pekerja dan membantu pekerja meningkatkan aklimatisasinya. e. Membuat program diet sehat agar tercapai berat badan ideal untuk semua pekerja. Daftar Referensi American Conference of Governmental Industrial Hygienist. (2010). Threshold limit values for chemical substances and physical agents. United States: Author. Badan Standarisasi Nasional (BSN). (2004). SNI 16-7061-2004 tentang pengukuran iklim kerja (panas) dengan parameter indeks suhu basah dan bola. Bernard, Thomas E. (2002). Thermal stress. Dalam B A. Plog & P.J. Quinlan (Ed) Fundamentals of industrial hygiene (5th ed). USA: NSC. Center for Disease Control and Prevention. (2007). Evaluation of heat stress at a glass bottlee manufacturer. November 19, 2013. http://www.cdc.gov/niosh/hhe/reports/pdfs/20030311-3052.pdf Center for Disease Control and Prevention. (2011). Heat stress and strain evaluation among aluminium potroom employees-Texas. November 19, 2013. http://www.cdc.gov/niosh/hhe/reports/pdfs/2006-0307-3139.pdf Center for Disease Control and Prevention. (2008). Heat-related deaths among crop workersUnited Stated, 1992-2006. November 19, 2013. www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/mm5724a1.htm Devitasari, Chittania.(2013). Laporan praktek kerja lapang : kajian sistem jaminan mutu terhadap raw material di PT Frisian Flag Indonesia. Jatinangor : Program Sarjana Teknologi Industri Pertanian, Teknologi Pangan. Goetsch, David L. (2008). Hazard of temperature extreme. Dalam occupational safety and health for technologiest, engineers, and manager (6th Ed). USA: Author Hastono, Sutanto Priyo. (2011). Analisis data kesehatan. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Hertig, Bruce A. (1973). Thermal standards and measurement techniques, chapter 31. Dalam the industrial environment its evaluation & control. US: Author. Hendra. (2003). Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan suhu tubuh dn denyut nadi pada pekerja yang terpajan panas (studi kasus departemen cor divisi tempa dan cor PT. Pindad Bandung tahun 2003). Depok: Program Studi Magister Keselamtan dan Kesehatan Kerja Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia Hendra. (2009). Tekanan panas dan metode pengukurannya di tempat. Disampaikan pada semiloka ketrampilan pengukuran bahaya fisik dan kimia di tempat kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat Unversitas Indonesia, Depok. Health and Safety Executive. (2013). Heat stress in the workplace. UK: Health and Safety Executive. January 6, 2014. www.hse.gov.uk/pubns/indg451.htm
Analisis tekanan..., Zarah Defi Saputri, FKM UI, 2014
Hughes, Phil & Ferret, Ed. (2009). Introduction to health and safety at work, fourth edition. Oxford : Butterworth-Heinemann. International Labour Organizations. (2014). Safety and health at work. May 5, 2014. www.ilo.org/global/topics/safety-and-health-at-work/lang--en/index.htm Dirjen
Bina
Gizi
dan
KIA.
(2011).
Tabel
IMT.
May
26,
2014.
http://www.gizikia.depkes.go.id/archives/747#more-747
Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. (2011). Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi nomor per.13/men/x/2011 tentang nilai ambang batas faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja. Jakarta: Penulis Khogali, M. (2008). Heat. Dalam Occupational safety and health for technologiest, engineers, and manager (6th ed). USA: Author Kurniawidjaja, Meily L. (2011). Teori dan aplikasi kesehatan kerja. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia. Levy, BS et al, Editor. (2011). Occupational and environmental health: recognizing and preventing disease and injury 6th edition. New York : Oxford University Press. Minard, David. (1973). Physiology of heat stress, chapter 30. Dalam the industrial environment its evaluation & control. US: Author. Murti, B. (2010). Desain dan ukuran sampel untuk penelitian kuantitatif dan kualitatif di bidang kesehatan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. National Weather Service. (2014). Heat : a major killer. January 10, 2014. www.nws.noaa.gov/om/heat/index.shtml#heatindex NCDOL. (2004). A guide to preventing heat stress and cold stress. North Carolina: North Carolina Department of Labor Occupational Safety and Health Program. NIOSH.(1986). Occupational exposure to hot environments. United States: US Department of Health and Human Services Public Health Service Centers for Disease Control. OSHA. (1999). OSHA technical manula section iii, chapter 4: heat stress. November 19, 2013. http://www.osha.gov/dts/osta/otm/otm_iii/otm_iii_4.html#4 OSHA. (2012). Heat stress. United States: MNOSHA Pamungkas, Tiara Ratnaning. (2013). Analisis tekanan panas dan keluhan subjektif akibat pajanan tekanan panas pada pekerja di area pt united tractors tbk tahun 2013. Depok : Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Universitas Indonesia. Puspita, Agil Helien. (2012). Analisis tekanan panas dan tingkat keluhan subjektif pada pekerja di area produksi pelumas Jakarta PT Pertamina (persero) Tahun 2012.Depok: Program Sarjana Kesehatan Masyarakat Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Indonesia. Richard, Anne M.V. & Collipi, Ralph JR. (1999). Heat stress dalam handbook of occupational safety and health, second edition. New York : John Wiley & Sons, Inc. Safe Work Autralia. (2011). Managing the work environment and facilities. SHE. (2012). Adendum analisis dampak lingkungan PT Frisian Flag Indonesia. Jakarta : QASHE Departemen
Analisis tekanan..., Zarah Defi Saputri, FKM UI, 2014
Spellman, Frank R. (2006). Industrial hygiene simplified: a guide to anticipation, recognition, evaluation, and control of workplace hazards. United States: Imprint of the Scarecrow Press, Inc. UNC Environment, Health & Safety. (2010). Heat Stress Policy. North Carolina: The University of North Carolina Wald, Peter H. & Stave, Gregg M., Editor. (2002). Physical and biological hazards of the workplace second edition. New York: John Wiley and Sons, Inc. Worksafe BC. (2007). Preventing heat stress at work. Columbia: Author.
Analisis tekanan..., Zarah Defi Saputri, FKM UI, 2014