Damianus Journal of Medicine; Vol.10 No.1 Februari 2011: hlm. 8–13.
DAMIANUS Journal of Medicine
ARTIKEL PENELITIAN
ANALISIS NUKLEASI DAN PERTUMBUHAN BATU SALURAN KEMIH IN VITRO MELALUI METODE FISIKA Jojor L. Manalu*, Rita Dewi**
* Departemen Fisiologi - Fisika, Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya, Jl. Pluit Raya No. 2, Jakarta Utara 14440 ** Departemen Biokimia - Kimia, Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya, Jl. Pluit Raya No. 2, Jakarta Utara 14440
ABSTRACT Background: The research is aim to analyze ammonium oxalate and calcium chloride's role in forming calcium oxalate in vitro. This research also analyzes the growth of calcium oxalate in vitro wed physic material method, in order to make an analogy with in vivo condition. Methods: The physic material method that had been wed was SEM (Scanning Electron Microscope), and XRF (X-Ray Fluorescence). In this research, we used 500 ml aquabidest (free ion environment). Besides CaCl2 2H2O supplement 1 drop/5 second with concentration (0,25%–4%) and ammonium oxalate with (1%–4 %) concentration with vemeulen method which is modified. Results: If Mg relatively higher, Ca compound relatively smaller and the contrary. This data indicates that Mg will reduce Ca compound. Gall bladder stone morphology from observation result can be grouped this way. For CaPO4 crystal can be formed little sticks, also can be formed like a group of amorphs with little granul. On the other side for calcium carbonat sample with varies supplement concentration CaCl2 2H2O (0,25 %–4 %), (NH4)2C2O4H2O (1%–4%) in seedless medium, and different seed medium based on SEM measurement. Look like the morphology hs different pattern. It means there is crystal growth, eventhough the process relatively short. The composition of calcium is always dominant. The solution had been analyzed with considering calcium ion which is realized from that materials (negative absorption) or absorpted by that materials (positive absorption). From experiment before with different supplement concentration, compound which is found in presipitant is calcium oxalat in whywelite and weddelite. Conclusions: The result of this study indicate that there is a relationship between the levels of Mg and Ca. When the level of Mg is high then the level of Ca tends to be lower, vice versa. Key words: ammonium oxalate, calcium chloride, calcium oxalate
PENDAHULUAN Bahan anorganik maupun organik dapat mengendap di organ maupun saluran organ misalnya di ginjal, ureter, dan kandung empedu. Ukuran endapan tersebut bervariasi dari yang sangat kecil dan halus seperti pasir hingga berukuran lebih besar seperti batu sehingga dapat menutup saluran organ atau memenuhi rongga organ dan mengganggu fungsi organ tersebut.1,2,3 Saluran kemih, yang terdiri dari ginjal, ureter, dan uretra, merupakan tempat tersering terbentuknya batu. Pembentukan batu di saluran kemih dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain konsentrasi bahan pembentuk batu, aktivitas inhibitor pembentuk batu, keasaman (pH) urin, serta gangguan pada sistem hidro-dinamika saluran kemih.4,5
8
Ammonium oksalat dan kalsium klorida merupakan senyawa aktif yang sangat berperan dalam pembentukan batu kalsium oksalat atau kalkulogenesis. Peningkatan konsentrasi kedua senyawa tersebut akan meningkatkan pembentukan batu kalsium oksalat. Penelitian untuk mengetahui mekanisme serta kinematika pembentukan batu saluran kemih sangat penting dilakukan untuk mengurangi morbiditas melalui upaya pencegahan maupun pengobatan. Namun demikian penelitian tentang mekanisme serta kinematika pembentukan batu saluran kemih secara in-vivo sangat sulit sehingga harus dilakukan secara invitro. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ammonium oksalat dan kalsium klorida pada pembentukan kalsium oksalat serta pertumbuhan kalsium oksalat sebagai model pembentukan dan pertumbuhan batu di saluran kemih.
DAM J Med Volume 10, Nomor 1, 2011
Analisis nukleasi dan pertumbuhan batu saluran kemih invitro melalui metode fisika
METODE Medium pada penelitian ini mula-mula digunakan aquabidest 500 ml dalam lingkungan tanpa ion. Kemudian diberikan suplemen CaCl2 2H2O sebanyak 1 tetes tiap 15 detik dengan konsentrasi 0,25%–4%, dan amonium oksalat dengan konsentrasi 1%–4%. Medium yang kedua adalah urin buatan yang diperoleh dari campuran ion-ion yang biasanya terdapat dalam urin dengan kadar normal hingga melebihi batas normal. Campuran ion-ion tersebut adalah larutan ureum dengan kadar 1%, 2%, dan 3%, larutan NaH2PO4 (920mg), KCl (2g), MgCl2 (175mg, 275mg, dan 300 mg), gelatin, kolesterol, serum, kreatinin dan asam urat. Metode percobaan yang dipergunakan mengacu pada metode menurut Vermeulen et.al 6 dengan modifikasi oleh peneliti agar sesuai dengan tujuan penelitian. Modifikasi tersebut antara lain pengaduk yang terbuat dari batang akrilik dengan bentuk segi empat panjang ukuran 5X4 cm sebagai pengganti pengaduk kawat yang akan berkarat bila terendam dalam larutan-tertentu. Sebagai permukaan nukleasi, digunakan senar nilon dengan diameter 1,3 mm yang dipasang melintang pada pengaduk gelas tersebut untuk menangkap ionion dalam larutan. Pembentukan konkremen akan terjadi setelah tercapai keadaan jenuh pada medium. Biasanya dalam waktu 5 jam telah terjadi proses nukleasi akibat penguapan yang terjadi sehingga mempengaruhi kadar bahan-bahan di dalam medium. Pengaduk gelas berputar 60 kali/menit. Dengan putaran yang cukup pelan ini, akan terjadi suatu gerakan dalam gelas ukur medium, sehingga ion-ion kalsium maupun oksalat tidak akan mengendap di dasar gelas ukur. Ion-ion tersebut diaduk rata dalam gelas ukur dan sesudah melewati titik jenuh, akan berpresipitasi sebagai kalsium oksalat atau kalsium fosfat (tergantung pada komposisi larutan dan pH), dan sebagian mungkin akan menempel dipengaduk dan senar. Setelah diputar selama 5 jam, di sekeliling senar akan menempel konkremen kalsium oksalat dan fosfat. Jumlah konkremen yang menempel pada senar ditimbang dan dianggap sebagai ukuran kecepatan pengelompokan hablurhablur dalam pembentukan konkremen pada medium tertentu. Sebelum larutan dimasukkan dalam tanur, larutan direndam dalam air panas 600C untuk menaikkan suhu sampai 370C. Seluruh sistem invitro ini ditempatkan dalam lingkungan dengan suhu yang konstan sebesar 370C pada suatu tanur, yang dikendalikan oleh tara kalor listrik yang dapat diatur besar tegangan dan kuat
arus listriknya. Larutan medium kemudian ditempatkan dalam aquarium. Alat-alat yang digunakan yaitu gelas ukur 1.000 ml , aquarium, blood set 100 ml, dinamo motor 6 volt, tara kalor listrik, termometer, pH meter, urometer, lakmus, kertas saring, stop watch dan timbangan digital. Untuk medium yang digunakan, diukur banyaknya konkremen yang terbentuk kemudian dibandingkan dengan yang lainnya. Pengukuran berat konkremen yang terbentuk, dilakukan dengan mengeluarkan pengaduk dari gelas ukur setelah 5–6 jam. Pengaduk kemudian ditiriskan dalam tanur 370C selama 30 menit. Sesudah waktu tersebut konkremen agak kering, dan senar dipotong dari pengaduk. Evaluasi komposisi batu Analisis komposisi bahan penyusun batu yang terbentuk secara invitro dilakukan dengan metode fisika menggunakan beberapa jenis alat antara lain Scanning Electron Microscope (SEM), X-Ray Fluorecens (XRF), dan X-Ray Diffraction (XRD). Analisis komposisi dilakukan di Laboratorium Pengujian Pasca Sarjana Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam (MIPA), dan Fakultas Teknik Metalurgi, Universitas Indonesia, Jakarta. HASIL Hasil penelitian komposisi bahan penyusun dapat dilihat pada gambar 1,2,3, dan 4. Keempat gambar tersebut adalah sampel dari 30 sampel yang dianalisis. PEMBAHASAN Identifikasi semua fase mineral yang berada dalam organisme hidup sangat sulit. Kalsifikasi biologi tergantung pada interaksi sel, makromolekul ekstraseluler, dan komponen matriks yang lain. Terdapat beberapa hal yang tidak mudah diungkap misalnya fase kalsium fosfat hanya dapat terdeteksi sebagian. Hal ini mungkin disebabkan oleh kesalahan saat persiapan atau kesulitan menentukan hilangnya fase transien selama persiapan spesimen. Untuk memperoleh pembentukan mineral secara alamiah mula-mula dengan ketepatan yang tinggi masih sulit dan belum terselesaikan dalam hal kalsifikasi. Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur kalsium oksalat atau kalsium fosfat, asam urat, dan magnesium amonium fosfat. Data mengenai kandungan atau komposisi zat yang terdapat dalam batu sangat penting sebagai usaha pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya kekambuhan.
DAM J Med Volume 10, Nomor 1, 2011
9
DAMIANUS Journal of Medicine
Gambar 1. Fraksi berat (%); Ca = 99,89. Suplemen: CaCl22H2O=1% Am.Oksalat=1%
Phase/element fractions for phase (wewellite/COM) Fraction : 9.08570 Wt. Frac. : 0.99998 Fraction : 9.08570 Wt. Frac. : 0.99998 Atom parameters for phase no.frac Calculated unit cell formula weight: 163.2; density: 2.194gm/cm3
Phase/element fractions for phase no. (Wewelite/COM) Fraction : 5.00320 Wt. Frac.: 0.72348 Atom parameters for phase 1 Calculated unit cell formula weight:1003.2,density:2.002gm/cm 3 Gambar 2. Fraksi berat (%); Ca = 98,80. Suplemen: CaCl22H2O=6% Am.Oksalat=2% Medium: Seed;ess Aquabidest: 500 ml
Gambar 3. Fraksi berat (%); Ca = 100 Suplemen: CaCl22H2O=7% Am.Oksalat=3% Medium: Seed;ess Aquabidest: 500 ml
10
Phase/element fractions for phase no. (Wewelite/COM) Fraction : 4.58281 Wt. Frac.: 0.67903 Calculated unit cell formula weight:853.5,density:1.856gm/cm3
DAM J Med Volume 10, Nomor 1, 2011
Analisis nukleasi dan pertumbuhan batu saluran kemih invitro melalui metode fisika
Gambar 4. Fraksi berat (%); Ca = 99,54 Suplemen: CaCl22H2O = 2% Am.Oksalat = 3% PH = 9 Medium: dengan Seed Aquabidest: 500 ml MgCl2 = 63 mg; KCl = 830 mg NaH2PO4 = 920 mg; NaCl = 4200 mg
Puncak pola difraksi Staghorn yang teridentifikasi : - 30.30 % Magnesium Phosphate Hydroxide (Althausite) / Mg2 PO4 ( OH ) (29-0869) - 69.70 % Calcium Oxalate Hydrate (COM) / Ca C2 O4 (H2 O) (75-1313
Tabel 1. Fraksi berat, suplemen, dan medium pada penelitian ini. No
Fraksi berat
Suplemen
Medium
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Ca = 99.89 Ca = 99.60 Ca = 100 Ca = 100 Ca = 99.88 Ca = 99,65 Ca = 100 Ca =99,63 Ca = 96,80 Ca = 99,18 Ca = 99. 92 Ca = 96,96 Ca = 99.89 Ca = 99. 99 Ca = 100 Ca = 99.89 Cl=0,17 Ca= 99.89 Cl=0,17 Ca =99.89, Cl=0.17 Ca = 99.89 Cl=0,17 Ca= 99.89 Cl=0,17 Ca =100 Ca = 100 Ca = 86,1 Mg =13,09 Ca =100 Ca = 100
Am.Oksalat=1% Am.Oksalat=1% Am.Oksalat=1% Am.Oksalat=1% Am.Oksalat=1% Am.Oksalat=1% Am.Oksalat=1% Am.Oksalat=2% Am.Oksalat=2% Am.Oksalat=2% Am.Oksalat=2% Am.Oksalat=2% Am.Oksalat=1% Am.Oksalat=2% Am.Oksalat=3% Am.Oksalat=1% Am.Oksalat=1% Am.Oksalat=3% Am.Oksalat=1% Am.Oksalat=1% Am.Oksalat=3% Am.Oksalat=3%. Am.Oksalat=3% Am.Oksalat=3% Am.Oksalat=3%
Seedless Aquabidest = 500 ml Seedless Aquabidest = 500 ml Seedless Aquabidest = 500 ml Seedless Aquabidest = 500 ml Seedless Aquabidest = 500 ml Seedless Aquabidest = 500 ml Seedless Aquabidest = 500 ml Seedless Aquabidest = 500 ml Seedless Aquabidest = 500 ml Seedless Aquabidest = 500 ml Seedless Aquabidest = 500 ml Seedless Aquabidest = 500 ml Seedless Aquabidest = 500 ml Seedless Aquabidest = 500 ml Seedless Aquabidest = 500 ml Seedless Aquabidest = 500 ml Seedless Aquabidest = 500 ml Seedless Aquabidest = 500 ml Seedless Aquabidest = 500 ml Seedless Aquabidest = 500 ml Seedless Aquabidest = 500 ml Seedless Aquabidest = 500 ml Dengan Seed Aquabidest = 500 ml Dengan Seed Aquabidest = 500 ml Dengan Seed Aquabidest = 500 ml
26.
Ca = 99.45, Cl = 0.18, P=0.36
CaCl22H2O=1% CaCl22H2O=2% CaCl22H2O=3% CaCl22H2O=4% CaCl22H2O=5% CaCl22H2O=6% CaCl22H2O=7% CaCl22H2O=7% CaCl22H2O=6% CaCl22H2O=5% CaCl22H2O=4% CaCl22H2O=3% CaCl22H2O=1% CaCl22H2O=1% CaCl22H2O=1% CaCl22H2O= 0,75% CaCl22H2O= 0,50% CaCl22H2O= 0,25% CaCl22H2O= 0,75% CaCl22H2O= 3% CaCl22H2O=2% CaCl22H2O=1% CaCl22H2O=0,50% CaCl22H2O=2% CaCl22H2O=2% pH = 8 CaCl22H2O =2% pH = 9
Am.Oksalat=3%
27.
Ca99.54, Cl = 0.20, P = 0.26
CaCl22H2O =2% pH = 9
Am.Oksalat=3%
28.
Ca=49.71, P=11.8, Mg=8.59, Na=1.7,Cl<0.001,K<0.001
CaCl22H2O=2% Ph = 7,5
Am.Oksalat=3%
29.
Ca=85.00, Mg=10.00, Cl=3.00, K=2.00 Ca = 100
CaCl22H2O=2% pH = 6 CaCl22H2O=2% pH = 6
Am.Oksalat=3%
Dengan Seed Aquabidest = 500 ml MgCl2 = 63 mg. KCl = 830 mg NaH2PO4 = 920 mg NaCl = 4200 mg ; Uric Acid = 292 mg Dengan Seed ;Aquabidest = 500 ml MgCl2 = 63 mg KCl = 830mg NaH2PO4 = 920 mg; NaCl = 4200 mg Dengan Seed . Aquabidest = 500 ml MgCl2 = 63 mg. KCl = 830mg NaH2PO4 = 920 mg. NaCl = 4200 mg. Uric Acid = 292 mg Creatinin = 41.67 mg Dengan Seed ; Aquabidest = 500 ml. MgCl2 = 63 mg KCl = 830mg.Serum = 5 ml Dengan Seed Aquabidest = 500 mlMgCl2 = 3.6 mg Serum = 5 ml
30.
Am.Oksalat=3%
DAM J Med Volume 10, Nomor 1, 2011
11
DAMIANUS Journal of Medicine
Dari pengukuran XRF yang dilakukan, unsur yang paling dominan pada 30 sampel adalah kalsium, magnesium, dan fosfor, dengan beberapa unsur tambahan dalam jumlah sangat kecil antara lain natrium, klor dan kalium. Hal yang menarik dari hasil pengukuran XRF ini adalah hubungan kandungan Mg dan Ca. Apabila hasil Mg relatif besar, maka kandungan Ca relatif lebih kecil demikian juga sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa adanya unsur Mg akan mengurangi kandungan unsur Ca. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kathleen Londale yang menemukan deposisi suatu unsur akan terhambat karena adanya unsur lain yang memiliki perbedaan radius cukup besar (radius MgO adalah 2.10 Å dan radius CaO adalah 2.40 Å).7,8 Salah satu kesulitan dalam pengukuran menggunakan metode XRF ini adalah menentukan nilai kuantitatif dari unsur-unsur ringan seperti hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), dan karbon (C). Oleh sebab itu sangat sulit menentukan komposisi sampel yang akurat meskipun diketahui bahwa unsur-unsur ringan tersebut memiliki peranan yang cukup penting dalam tubuh manusia. Dari penelitian ini, dapat ditentukan morfologi beberapa jenis batu saluran kemih. Kristal kalsium fosfat dapat memiliki bentuk batang-batang kecil, atau merupakan gerombolan amorfus yang ditaburi granul-granul kecil. Kristal kalsium karbonat berbentuk bulat-bulat seperti bola, yang di sebut dengan vaterit, atau berbentuk batang (aragonit), atau dapat berbentuk persegi pipih (kalsit). Untuk eksperimen sampel in vitro dengan variasi konsentrasi suplemen CaCl2 2H2O(0.25%–7%),(NH4) 2C2O4H2O(1%–3%) dalam medium tanpa bibit (seedless), dan medium dengan bibit berdasarkan hasil pengukuran SEM, terlihat perbedaan morfologinya. Ini menunjukkan bahwa telah terjadi pertumbuhan kristal walaupun prosesnya berlangsung singkat. Pengukuran dengan XRF menunjukkan komposisi kalsium selalu terdapat dalam jumnlah besar (90%). Batu saluran kemih, hablur-hablur kalsium oksalat, dan kalsium fosfat semuanya dapat larut dalam air dengan jumlah pelarutan yang berbeda-beda. Bahan-bahan ini juga dapat larut dalam urin, dengan jumlah pelarutan yang berbeda-beda pula. Pelarutan bahan-bahan tersebut dianalisis dengan menghitung jumlah ion kalsium yang dilepas (absorpsi negatif) atau yang diserap oleh bahanbahan tersebut (absorpsi positif). Sebanyak 90% dari batu saluran kemih yang dianalisis menggunakan metode XRF maupun SEM merupakan
12
kalsium. Terdapat korelasi yang bermakna antara kadar kalsium dalam urine dan absorpsi kalsium oleh batu yang direndami di dalamnya. Korelasi ini berlaku baik untuk batu saluran kemih, kalsium oksalat, maupun kalsium fosfat. Disamping Ca, terdapat beberapa bahan anorganik yang berperan cukup penting dalam kalkulogenesis, misalnya magnesium. Ion magnesium dapat menghambat pembentukan batu oksalat. Jika berikatan dengan oksalat maka magnesium akan membentuk garam magnesium oksalat sehingga jumlah oksalat yang akan berikatan dengan kalsium untuk membentuk batu kalsium oksalat berkurang. Ion natrium juga dapat mencegah pembentukan batu oksalat dengan mengganti tempat kalsium dalam struktur hablur sehingga hingga hablur mudah larut. Pembentukan endapan dalam suatu larutan dijelaskan oleh Glasstone.10 Menurut Glasstone, suatu bahan yang dapat menurunkan tegangan permukaan suatu zat pelarut, akan diabsorpsi oleh suatu benda padat yang ada didalam larutan tersebut. Urine merupakan larutan yang terdiri dari berbagai bahan organik maupun anorganik dalam air, memiliki tegangan permukaan lebih rendah dibanding air. Penurunan tegangan permukaan ini disebabkan oleh bahan-bahan yang terlarut didalam urine, sehingga bahan-bahan ini akan di absorpsi oleh suatu benda padat yang ada dalam urine tersebut. Lebih dari 80% batu saluran kemih merupakan senyawa yang mengandung kalsium, baik kalsium oksalat maupun kalsium fosfat, sedangkan sisanya berasal dari senyawa asam urat, magnesium amonium fosfat, xanthyn, sistin, dan senyawa lain.11 Xiaoxia menemukan bahwa magnesium amonium fosfat merupakan senyawa pembentuk batu yang banyak ditemukan pada penderita infeksi saluran kemih.12 Oleh sebab itu, dari hasil penelitian ini, kemungkinan terdapat 12 pasien yang mengalami infeksi pada saluran kemih. Dari hasil penelitian yang dilakukan secara invitro maupun in-vivo, uji komposisi terhadap semua kandungan material ditemukan bahwa sebagian besar batu di saluran kemih merupakan batu kalsium oksalat. Dengan pemeriksaan lanjutan yang dilakukan dengan kadar suplemen yang bervariasi, senyawa yang ditemukan dalam presipitan adalah kalsium oksalat dalam bentuk whewelite dan weddelite.13,14 Tingginya insiden batu saluran kemih jenis kalsium oksalat di Indonesia kemungkinan disebabkan oleh asupan yang berasal dari sumber makanan yang banyak mengandung oksalat. Selain itu, pH urine pada
DAM J Med Volume 10, Nomor 1, 2011
Analisis nukleasi dan pertumbuhan batu saluran kemih invitro melalui metode fisika
kisaran 5–6 yang banyak ditemukan pada orang Indonesia, merupakan media yang baik untuk terjadinya pertumbuhan kristal batu kalsium oksalat.15
7.
Lonsdale K. Epitaxy as a growth factor in urinary calculi and gallstones. Nature. 1968; 217: 56–8.
8.
Vivek K, Lourdes PV, Gerard F, John CL. Urinary macromolecular inhibitor of crystal adhesion to renal epithelial cell is impaired in male stone former. 2005; 68: 1784–92.
9.
Mikkelsen A, Engelsena SB, Hansenb HCB, Larsenc O, Skibsteda LH. Calcium carbonate crystallization in the a-chitin matrix of the shell of pink shrimp, Pandalus borealis, during frozen storage. Journal of Crystal Growth. 1997; 177 (1-2): 125-34.
KESIMPULAN Amonium oksalat dan kalsium klorida merupakan senyawa paling berperan dalam pembentukan senyawa kalsium oksalat. Secara in-vitro, whewelite adalah senyawa yang paling dominan dengan fraksi berat yang tertinggi, diikuti oleh weddelite dan struvite. Hasil pengukuran XRF menunjukkan bahwa unsur yang paling banyak kadarnya dalam semua sampel adalah kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan fosfor (P), sedangkan unsur lain seperti Na, Cl, dan K relatif rendah. Hasil penelitian ini juga menunjukkan hubungan antara kandungan Mg dengan kandungan Ca, yaitu bila kandungan unsur Mg tinggi, maka kandungan unsur Ca cenderung lebih rendah dan sebaliknya. DAFTAR PUSTAKA 1.
F. Manoli, S. Koutsopoulos, E. Dalas. Crystallization of calcite on chitin. Journal of Crystal Growth. 1997; 182; 116–23.
2.
Adele LB. Basic Science and Pathology. Current Concept of Physiology and Biochemistry of Calcification. Journal of Cristal Growth. 1980. p.225-45.
3.
Basuki BP. Dasar-dasar Urology. Edisi ke-7. Jakarta: CV. Sagung Seto; 2007, hal. 59.
4.
Robert MW, Nicholas JRG, Patrick HO. Comprehensive Urology. Missouri: Mosby. 2001. p.313-26.
5.
Xiooxia S, Taesung J, Jeffrey A W, Michael DW. Adhesion at calcium oxalate crystal surface and the effect of urinary constituents. 2005; 102 (2): 267-72.
6.
Vermeulen CW, Lyon ES, Fried F.A. J. Urol. 1965; 94: 176–86.
10. Glasstone S. Textbook of Physical Chemistry. 2nd ed. New York: D.Van Nostrand Comp. Inc.; 1961, hal. 1194-1209. 11. Djarwani SS. Kajian Komposisi dan Struktur Senyawa Mineral Dalam Kutikula Macrobrachium Rosenbergh dan Penaeus Monodon serta Evolusinya Selama Periode Molting [disertasi]. Institut Teknologi Bandung; 1999. hal. 23. 12. Xiooxia S, Taesung J, Jeffrey A W, Michael DW. Crystal surface adhesion explains the pathological activity of calcium oxalate hydrates in kidney stone formation. 2007; 3: 415-21. 13. Tang R, Nancollas GH, Giocondi JL, Hoyer JR, Orme CA. Dual roles of brushite crystal in calcium oxalate crystallization provide physicochemical mechanismunderlying renal stone formation, Kidney International. 2006; 70: 71–8. 14. Somchai C, Yasushi N. Identification of human urinary factor 1 as a novel calcium oxalate crystal growth inhibitor. Journal of Clinical Investigation. 2005; 115 (12): 3613. 15. Vivek K, Lourdes PV, Gerard F, John CL. Urinary macromolecular inhibitor of crystal adhesion to renal epithelial cell is impaired in male stone former. Kidney International. 2005; 68 (4): 1784-92.
DAM J Med Volume 10, Nomor 1, 2011
13