UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH SUHU PANAS TERHADAP TERBENTUKNYA BATU SALURAN KEMIH PADA PEKERJA
TUGAS AKHIR Laporan Kasus Berbasis Bukti
RENY MULYANI 1106142500
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS OKUPASI JAKARTA JUNI 2014
Pengaruh suhu ..., Reny Mulyani, FK UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH SUHU PANAS TERHADAP TERBENTUKNYA BATU SALURAN KEMIH PADA PEKERJA
TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis Okupasi
RENY MULYANI 1106142500
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS OKUPASI JAKARTA JUNI 2014
Pengaruh suhu ..., Reny Mulyani, FK UI, 2014
Pengaruh suhu ..., Reny Mulyani, FK UI, 2014
Pengaruh suhu ..., Reny Mulyani, FK UI, 2014
KATA PENGANTAR / UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat Allah SWT, saya dapat menyelesaikan tugas akhir Evidence based Case Report (EBCR). Penulisan tugas akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Spesialis Okupasi pada Program Pendidikan Dokter Spesialis Okupasi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan tugas akhir ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. dr. Astrid W. Sulistomo, MPH., Sp.Ok selaku Ketua Program Studi; 2. Dr.dr. Dewi Sumaryani Soemarko, M.S., Sp.Ok selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan EBCR ini; 3. dr. Indah Suci Widyahening M.S., M.Sc-CMFM selaku dosen pembimbing dan penanggung jawab mata kuliah EBCR, yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan EBCR ini; 4. Orang tua, suami tercinta Yutiandry Rivai, SE, MM dan ananda tercinta Yuan Nafisah Rivai serta seluruh kerabat yang telah memberikan bantuan dukungan material, moral dan semangat; dan Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tugas akhir ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu kedokteran Okupasi khususnya pekerja. Terima kasih.
Jakarta, 12 Juni 2014
Penulis
iv Pengaruh suhu ..., Reny Mulyani, FK UI, 2014
Pengaruh suhu ..., Reny Mulyani, FK UI, 2014
ABSTRAK Nama Program Studi Judul
: Reny Mulyani : Pendidikan Dokter Spesialis Okupasi : Pengaruh Suhu Panas Terhadap Terbentuknya Batu Saluran Kemih Pada Pekerja
Latar Belakang: Suhu panas dapat memicu seseorang lebih rentan terkena batu di saluran kemih. Batu saluran kemih dapat timbul karena konsentrasi urine yang pekat sehingga memicu terjadinya pengendapan kristal. Prevalensi penyakit batu diperkirakan sebesar 13% pada laki-laki dewasa dan 7% pada perempuan dewasa. Laki-laki lebih berisiko 3-4 kali lebih tinggi dibandingkan perempuan. Beberapa studi menyatakan faktor sehubungan dengan pekerjaan, pekerjaan di lapangan atau banyak terkena panas seperti juru masak, binatu, atau bagian mesin, dapat meningkatkan risiko batu saluran kemih. Tujuan: Mengetahui hubungan suhu panas di lingkungan kerja terhadap terbentuknya batu saluran kemih pada pekerja. Metode: Penelusuran dilakukan melalui Pubmed dan Google scholar. Dari Pubmed didapatkan 18 artikel dan melalui google shcolar didapatkan 37 artikel. Setelah dilakukan penyaringan sesuai kriteria inklusi dan ekslusi, didapatkan 6 artikel dengan jenis studi penelitian cohort, cross sectional dan case control. Selanjutnya dari ke enam artikel hasil penyaringan, hanya 1 yang relevan dan paling sesuai mendekati PICO dan menjawab pertanyaan klinis, yaitu penelitian Atan L, dkk, berjudul “High kidney stone risk in men working in steel industry at hot temperatures”. Hasil: Dari segi validitas, studi ini cukup valid. Studi berupa cross sectional dengan pengukuran tingkat panas yang dilakukan secara kualitatif. Pada studi ini tidak ada follow up, tetapi data complete dan long enough. Penilaian importance studi ini digambarkan dengan nilai Odds ratio adalah 9.97, yang artinya pekerja terpajan suhu tinggi memiliki risiko terjadinya batu saluran kemih hingga sembilan kali lipat lebih besar daripada pekerja lain yang tidak terpajan panas, dengan tingkat kepercayaan 95 % CI= 7.38 - 13.47 , dan p < 0.0001, yang artinya bermakna. Number needed to harm (NNH) pada penelitian ini adalah 14, artinya cukup berbahaya, karena menggambarkan bahwa setiap 14 pekerja yang terpajan panas, akan menambah 1 kasus terkena batu saluran kemih. Kesimpulan: Pada pasien ini, suhu panas di lingkungan kerja akan meningkatkan risiko terbentuknya batu saluran kemih pada pekerja, namun masih kurang bukti untuk menjawab pertanyaan klinis karena hanya satu studi yang diperoleh dan dianggap relevan. Desain cross-sectional bukanlah desain terbaik untuk membuktikan suatu hubungan sebab akibat. Untuk etiologic yang terbaik adalah cohort. Kata kunci: suhu panas, batu saluran kemih, pekerja
Universitas Indonesia Pengaruh suhu ..., Reny Mulyani, FK UI, 2014
ABSTRACT Name Study Program Title
: Reny Mulyani : Occupational Medicine Recidency : Association Between Heat Exposure and Urolithiasis in Workers
Background Heat exposure can trigger a person more susceptible to urolithiasis . Urolithiasis can arise due to the concentrated urine concentration thus causing precipitation of crystals. The prevalence of stone disease is estimated at 13% in men and 7% in adult women. Generally men are more at risk 3-4 higher than women. Relation to the job, people who work in the field or much exposed to heat such as cooks, laundry, steel plant workers, glass plant workers, drivers, smelter, welder or machinist and lifestyle little motion can increase the risk of urolithiasis. Aim To determine the relationship between heat exposure and urolithiasis in workers. Method Search conducted through Pubmed and Google scholar. Through Pubmed obtained 18 articles and through google shcolar obtained 37 articles. After filtering the corresponding inclusion and exclusion criteria, then obtained 6 articles of cohort study, cross-sectional and casecontrol. But of the six articles of the screening results, only 1 of the most relevant and appropriate to approach and answer the PICO clinical question, namely research Atan L, et al, entitled "High kidney stone risk in men working in steel industry at Hot Temperatures". Result In terms of validity, this study is quite valid. A cross sectional study with measurements of the rate of heat conducted qualitatively. In this study there was no follow-up, but the data complete and long enough. Importance valuation studies is illustrated by the value of odds ratio is 9.97, which means that workers exposed to high temperatures have the risk of urolithiasis up to nine times greater than other workers who are not exposed to heat, with a confidence level of 95% CI = 7:38 to 13:47, and p <0.0001, which means significantly. Number needed to harm (NNH) in this study were 14, it means quite dangerous, because it illustrates that every 14 workers exposed to heat, will add one case of urolithiasis. Conclusion In this patient, the heat exposure in the working environment will increase the risk of urolithiasis formation in workers, but still lack the evidence to answer the clinical question because only one study obtained and considered relevant. Cross-sectional design is not the best design to prove a causal relationship. For etiologic the best is cohort. Keywords: heat exposure, urolithiasis, workers
Universitas Indonesia Pengaruh suhu ..., Reny Mulyani, FK UI, 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
ii
HALAMAN PENGESAHAN
iii
KATA PENGANTAR/ UCAPAN TERIMA KASIH
iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
v
ABSTRAK
vi
ABSTRACT
vii
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR SINGKATAN
xi
1. Ilustrasi kasus
1
2. Pertanyaan Klinis
1
3. Latar Belakang
1
4. Disain studi
2
5. Metode pencarian literatur
2
Gambar 1. Alur pencarian literatur
3
Tabel 1. Telaah artikel penelitian
4
6. Hasil
6
7. Diskusi
6
8. Kesimpulan dan Rekomendasi
9
Referensi
10
Lampiran
11
viii Pengaruh suhu ..., Reny Mulyani, FK UI, 2014
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Alur pencarian literatur
3
ix Pengaruh suhu ..., Reny Mulyani, FK UI, 2014
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Telaah artikel penelitian
4
x Pengaruh suhu ..., Reny Mulyani, FK UI, 2014
DAFTAR SINGKATAN
ESWL
: Extracorporeal shock wave lithotripsy
CVA
: costovertebral angle
BNO
: Blass Nier Overzicht / blaas nier oversight
IVP
: Intra Venous Pyelography
APD
: Alat pelindung diri
ISBB
: Indeks Suhu Basah dan Bola
OR
: Odds Ratio
NNH
: Number needed to harm
EBCR
: Evidence based Case Report
xi Pengaruh suhu ..., Reny Mulyani, FK UI, 2014
1
1. Ilustrasi kasus Seorang laki-laki 30 tahun, datang dengan nyeri pinggang sebelah kiri sejak 2 bulan, nyeri hilang timbul dan tidak menjalar. Riwayat hematuria (+), kencing keluar batu (+), mual -, muntah -, demam -. Pasien memiliki riwayat batu ginjal kiri 3 tahun yang lalu dan sudah dilakukan ESWL dan batu dikatakan habis. Sehari-hari pasien bekerja dibagian produksi di Industri Baja sejak 10 tahun lalu dan menurut pasien suhu lingkungan kerja dirasakan cukup panas. Sakit serupa direkan sekerja tidak diketahui. Riwayat sakit ginjal atau batu dikeluarga tidak ada. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan nyeri ketok CVA kiri positif, lain-lain tidak ada kelainan. Hasil laboratorium Hb 12,8g/dL, lekosit 7,7ribu/µL. Pada urinalisa didapatkan darah samar (+), lekosit urin (+), kristal (-) dan BNO IVP didapatkan batu kaliks inferior ginjal kiri, ukuran 1 cm, tanpa gambaran hidronefrosis, fungsi kedua ginjal normal. APD yang digunakan dalam bekerja berupa helmet, google, safety shoes, sarung tangan kulit, baju overall dan earplug. Pada body map tidak ada keluhan. Pada hasil Brief Survey didapatkan risiko tinggi pada kedua tangan dan pergelangan tangan, bahu, punggung dan kedua tungkai. Diagnosis klinis pada pasien ini adalah batu kaliks inferior ginjal kiri recurrent, dan berdasarkan 7 langkah diagnosis okupasi ditetapkan sebagai penyakit diperberat oleh pekerjaan.
2. Pertanyaan Klinis Berdasar keluhan yang terjadi pada pasien ini dapat dibuat suatu pertanyaan klinis: “Apakah suhu panas di lingkungan kerja berpengaruh terhadap terbentuknya batu saluran kemih pada pekerja?”.
3. Latar Belakang Penyakit batu ginjal merupakan masalah kesehatan yang cukup bermakna, baik di Indonesia maupun di dunia. Prevalensi penyakit batu diperkirakan sebesar 13% pada laki-laki dewasa dan 7% pada perempuan dewasa. Prevalensi batu ginjal di Amerika bervariasi tergantung pada ras, jenis kelamin dan lokasi geografis. Empat dari lima pasien adalah laki-laki, sedangkan usia puncak adalah dekade ketiga sampai keempat.1 Munculnya batu di saluran kemih bisa disebabkan oleh banyak faktor. Salah satunya suhu panas yang bisa memicu seseorang lebih rentan terkena batu di saluran kemih. 1 Pengaruh suhu ..., Reny Mulyani, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
2
Batu saluran kemih biasanya timbul karena konsentrasi urine yang pekat sehingga memicu terjadinya pengendapan kristal. Saat musim panas seseorang juga akan menerima sinar matahari lebih banyak. Sinar matahari ini diketahui mengandung vitamin D yang membantu meningkatkan penyerapan kalsium sehingga bisa memicu terjadinya batu. Di daerah khatulistiwa angka kejadiannya lebih tinggi, karena masyarakatnya lebih banyak berkeringat dan penyerapan kalsium yang tinggi. Batu yang terbentuk di dalam saluran kemih bisa akibat kalsium, infeksi atau asam urat. Umumnya laki-laki lebih berisiko 3-4 kali lebih tinggi dibandingkan perempuan. 2 Beberapa hal yang dapat menjadi faktor risiko dari batu pada saluran kemih yaitu anatomi yang berbeda antara laki-laki dan perempuan, umumnya laki-laki memiliki saluran kemih yang lebih panjang. Komposisi urine, pada laki-laki biasanya komposisi urine lebih tinggi untuk kalsium dan oksalat (penimbunannya bisa menyebabkan batu) dan rendah sitrat (sitrat diketahui bisa mencegah batu). Hormon yang dikandung keduanya berbeda. Komposisi batu yang terbentuk berbeda, pada laki-laki lebih banyak batu kalsium sedangkan pada perempuan batu infeksi. Faktor lainnya adalah sehubungan dengan pekerjaan, orang yang pekerjaannya di lapangan atau banyak terkena panas (juru masak, binatu, atau bagian mesin) dan pola hidup sedikit gerak bisa meningkatkan risiko batu saluran kemih.3-5
4. Disain studi Disain studi yang dipilih : cohort, cross sectional dan case control Pasien atau populasi: pekerja Indikator atau exposure: suhu/lingkungan panas Outcome: terbentuknya batu saluran kemih
5. Metode pencarian literatur Pencarian bukti ilmiah dilakukan melalui Pubmed dan Google scholar pada tanggal 25 September 2013. Dengan Pubmed menggunakan keywods: (urolithiasis OR stone* OR nephrolithiasis) AND (occupation* OR outdoor work) AND (heat OR hot) dan melalui google shcolar dengan keywords: urolithiasis, stone, nephrolithiasis, occupation, outdoor work, heat, hot. Keduanya dilakukan penyaringan sesuai kriteria inklusi dan ekslusi, seperti terlampir dalam Gambar 1. Alur pencarian literatur. Telaah artikel menggunakan kriteria dari Oxford Center on Evidence based Medicine yang meliputi penilaian validity, importance dan applicability seperti terlampir pada tabel 1.
2 Pengaruh suhu ..., Reny Mulyani, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
3
Gambar 1. Alur pencarian literatur
Pencarian Google shcolar
Pencarian Pubmed
Keywords: (urolithiasis OR stone* OR nephrolithiasis) AND (occupation* OR outdoor work) AND (heat OR hot)
Keywords: urolithiasis, stone, nephrolithiasis, occupation, outdoor work, heat, hot
37 artikel
18 artikel
Kriteria ekslusi: 1.Pembahasan umum 2.Bukan pekerja 3.Tidak terpajan panas 4.Penyakit lain (bukan batu saluran kemih)
Double Filter
Kriteria inklusi: 1.Human Sp 2.Terkait kerja 3.Terpajan suhu panas 4.Batu saluran kemih 5.Text dalam bahasa Inggris
6 artikel 1 tidak dapat di akses 1 pekerjaan outdoor dengan sumber panas yang tidak terukur. 2 Terkait dehidrasi & perubahan perilaku 1 kidney disease 1 artikel yang paling sesuai/relevan
Universitas Indonesia
Pengaruh suhu ..., Reny Mulyani, FK UI, 2014
4
Untuk mengetahui validitas, kepentingan dan aplikabilitas studi yang diperoleh, maka digunakan kriteria untuk studi etiologi seperti dapat dilihat pada tabel ini.6 Tabel 1. Telaah artikel penelitian No Questions
Journal: High kidney stone risk in men working in steel industry at hot temperatures7
Are the results of this aetiology study valid? 1
2
3
Were there clearly defined groups of patients, similar in all important ways other than exposure to the treatment or other cause? Were treatment exposures and clinical outcomes measured the same ways in both groups (e.g., was the assessment of outcomes either objective (e.g., death) or blinded to exposure)? Was the follow-up of study patients complete and long enough?
Tidak, karena studi cross sectional.
Tidak , Pengukuran tingkat panas secara subjektif, tidak dengan indeks suhu basah dan bola (ISBB). Pengukuran batu saluran kemih secara objektif melalui imaging/radiologis, tapi tidak diketahui blinded tidaknya. Pada tahap kedua, penilaian outcome berdasarkan evaluasi metabolik serum dan urin.
Ya. Tidak ada follow up, tetapi data complete dan long enough, karena diambil pekerja laki-laki yang telah bekerja minimal 3 tahun yang sebelumnya tidak memiliki riwayat batu saluran kemih. Waktu penelitian antara Maret 1999 dan Desember 2002.
Do the results satisfy some “diagnostic tests for causation”? 1
Is it clear that the exposure preceded the onset of the outcome? Is there a dose-response gradient? Is there positive evidence from a “dechallengerechallenge” study?
Ya, sebelum dilakukan studi, semua subjek yang dinilai dipastikan tidak menderita batu saluran kemih sebelumnya.
4
Is the association consistent from study to study?
5
Does the association make biological sense?
Ya Sesuai dengan studi lain. Temuan ini sebanding dengan penelitian Borghi dkk yang melaporkan prevalensi sebesar 8.5% urolithiasis dikalangan pekerja di Industri kaca.8 Ya Pekerja yang terpajan panas berlebihan memiliki volume urine yang rendah. Urin terkonsentrasi dan pekat, faktor risiko untuk lithogenesis.
2 3
Tidak dianalisis. Not applicable. Karena bila sudah terbentuk batu tidak dapat hilang walau tidak terpajan panas lagi (irreversibel)
Universitas Indonesia
Pengaruh suhu ..., Reny Mulyani, FK UI, 2014
5
Are the valid results from this aetiology study important? 1
RR or OR?
Area Hot area Non Hot area
Urolithiasis 103
Non Urolithiasis 1186
Total 1289
78
8959
9037
OR= ad/bc Odds ratio = 9.975 95 % CI= 7.38 to 13.47 P < 0.0001 Should these valid, potentially important results of a critical appraisal about a aetiology treatment change the treatment of your patient? 1
2
Can the study results be extrapolated to your patient? What are your patient’s risks of the adverse outcome? To calculate the NNH†† for any Odds Ratio (OR) and your Patient’s Expected Event Rate for this adverse event if they were NOT exposed to this treatment (PEER):
Ya
NNH = PEER (OR - 1) + 1 . PEER (OR - 1) x (1 - PEER) = 14 ARR = CER-EER Absolut Risk Increase = 0,07 NNH= 1/0,07= 14 (setiap 14 pekerja yang terpajan panas, akan menambah 1 kasus terkena batu saluran kemih)
NNH = PEER (OR - 1) + 1 . PEER (OR - 1) x (1 - PEER)
3
What are your patient’s preferences, concerns and expectations from this treatment?
4
What alternative treatments are available?
Harapan pasien adalah tidak menderita batu saluran kemih dan mengetahui faktor apa saja yang dapat meningkatkan kejadian batu saluran kemih sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan terhadap terbentuknya batu saluran kemih. Edukasi mengenai hubungan pajanan panas terhadap terbentuknya batu saluran kemih dan risiko lain, serta pemberian kalium sitrat pada pekerja yang terpajan panas di tempat kerja.
Universitas Indonesia
Pengaruh suhu ..., Reny Mulyani, FK UI, 2014
6
6. Hasil Berdasarkan penelusuran pada tanggal 25 September 2013 melalui Pubmed dan Google scholar. Dari Pubmed didapatkan 18 artikel dan melalui google shcolar didapatkan 37 artikel. Setelah dilakukan penyaringan sesuai kriteria inklusi dan ekslusi, didapatkan 6 artikel dengan jenis studi penelitian cohort, cross sectional dan case control. Namun dari ke enam artikel hasil penyaringan, hanya 1 yang relevan dan paling sesuai mendekati PICO dan menjawab pertanyaan klinis, yaitu penelitian Atan L, dkk, berjudul “High kidney stone risk in men working in steel industry at hot temperatures”.7 Studi ini cukup valid. Studi berupa cross sectional dengan pengukuran tingkat panas yang dilakukan secara subjektif, tidak dengan indeks suhu basah dan bola (ISBB). Pengukuran batu saluran kemih dinilai secara objektif melalui imaging/radiologis. Pada studi ini tidak ada follow up, tetapi data complete dan long enough selama 3 tahun, dan sebelum dilakukan studi, seluruh subjek dipastikan tidak menderita batu saluran kemih. Pekerja yang terpajan panas berlebihan memiliki volume urine yang rendah. Urin yang terkonsentrasi dan pekat menjadi faktor risiko untuk lithogenesis. Temuan ini sebanding dengan penelitian yang dilaporkan oleh Borghi dkk., yang mengamati prevalensi 8,5% (n=236) dari batu saluran kemih di kalangan pekerja di industri kaca (p = 0,03)8, untuk lengkapnya dapat dilihat pada tabel 1. Penilaian importance studi ini digambarkan dengan nilai Odds ratio adalah 9.97, yang artinya pekerja terpajan suhu tinggi memiliki risiko terjadinya batu saluran kemih hingga sembilan kali lipat lebih besar daripada pekerja lain yang tidak terpajan panas, dengan tingkat kepercayaan 95 % CI= 7.38 - 13.47 , dan p < 0.0001, yang artinya bermakna. Number needed to harm (NNH) pada penelitian ini adalah 14, artinya cukup berbahaya, karena menggambarkan bahwa setiap 14 pekerja yang terpajan panas, akan menambah 1 kasus terkena batu saluran kemih. Secara keseluruhan, studi ini dinilai cukup baik karena cukup menjawab pertanyaan klinis yakni mengetahui besarnya prevalensi.
7. Diskusi Didapatkan sebuah studi yang paling relevan yaitu penelitian Atan L, dkk, berjudul “High kidney stone risk in men working in steel industry at hot temperatures”.7 Dipandang dari relevansi, artikel ini relevan karena sesuai baik dari segi domain, determinant dan outcome yang diinginkan. Studi ini cukup menjawab pertanyaan klinis yakni mengetahui besarnya prevalensi. Penilaian importance studi ini digambarkan dengan nilai Odds ratio adalah 9.97, dan p < 0.0001, yang artinya bermakna. 6 Pengaruh suhu ..., Reny Mulyani, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
7
Disain penelitian berupa cross sectional dan dilakukan penelitian dalam dua tahapan. Pada penelitian ini kelompok pekerja mendapatkan pajanan yang berbeda untuk terjadinya batu saluran kemih. Kelompok 1 bekerja dengan terpajan panas dan kelompok 2 bekerja dalam suhu ruang. Pengukuran pajanan dinilai secara kualitatif, tidak objektif menggunakan alat indeks suhu basah dan bola (ISBB). Outcome batu dinilai sama melalui catatan medik dan pemeriksaan radiologis, dan pada tahapan kedua penilaian outcome dinilai melalui evaluasi metabolik serum dan urin dalam 24 jam. Dalam studi cross sectional, faktor risiko terpajan panas dan output batu saluran kemih dinilai pada satu saat atau satu kali, tidak ada follow up, tetapi pada studi cross sectional ini data complete dan long enough, karena diambil pekerja laki-laki yang telah bekerja minimal 3 tahun (Maret 1999- Des 2002). Dari data yang diperoleh dapat dibandingkan prevalensi batu saluran kemih pada kelompok risiko (terpajan panas) dengan prevalensi penyakit pada kelompok tanpa risiko (tidak terpajan panas). Studi cross sectional ini merupakan salah satu studi observasional untuk menentukan hubungan antara faktor risiko dan penyakit. Dalam studi ini, peneliti dapat mengontrol seleksi subjek. Studi ini dapat menjadi tahapan awal suatu penelitian kohort atau studi analitik. Kelebihan dari studi cross sectional ini adalah jumlah sampel cukup banyak pada populasi pekerja sebanyak 10.326 orang, disain relatif murah dan hasilnya cepat. Studi ini pun meneliti beberapa variabel dan 2 outcome sekaligus, yaitu hubungan pajanan panas terhadap terbentuknya batu saluran kemih, volume urin rendah dan hipositraturia (p<0,05). Pada studi cross sectional ini tidak ada loss to follow up (drop out). Kelebihan lain studi ini, seluruh pekerja yang ikut dalam penelitian ini tidak memiliki riwayat batu sebelumnya berdasarkan catatan medis dan pemeriksaan radiologis. Untuk mengurangi bias seleksi, pada tahap kedua penelitian, dilakukan pada subjek penelitian sejumlah 59 pekerja yang terpajan panas dan bekerja di suhu ruang namun tidak memiliki riwayat batu sebelumnya. Kelemahan dari studi cross sectional ini adalah tidak menggambarkan perjalanan penyakit, tidak dapat menilai dose response gradient, sulit menentukan sebab akibat antara pajanan panas dengan terjadinya batu saluran kemih karena pengambilan data risiko dan efek dilakukan pada saat yang bersamaan (temporal relationship tidak jelas). Desain crosssectional bukanlah desain terbaik untuk membuktikan suatu hubungan sebab akibat. Untuk etiologic yang terbaik adalah cohort. Namun hubungan antara pajanan panas dengan meningkatnya risiko batu saluran kemih dapat dibenarkan, karena pekerja yang terpajan panas berlebihan memiliki volume urine yang rendah. Universitas Indonesia
Pengaruh suhu ..., Reny Mulyani, FK UI, 2014
8
Urin yang terkonsentrasi dan pekat menjadi faktor risiko untuk lithogenesis. Temuan ini sebanding dengan penelitian yang dilaporkan oleh Borghi et al, (1993), yang mengamati prevalensi 8,5% (n=236) dari batu saluran kemih di kalangan pekerja di industri kaca. (p = 0,03).8 Demikian pula dengan sebuah studi oleh Ng Tze Pin et al, (1992) terhadap 406 pekerja pria dibeberapa pekerjaan outdoor dan indoor, ternyata prevalensi batu urin di lingkungan tropis lebih tinggi pada pekerja outdoor dibanding indoor ( 5,2% vs 0,85%, p<0,05).9 Dalam studi ini dapat terjadi bias akibat pengukuran yang kurang tepat/kurang sensitif (insensitie measurement bias). Bias dapat terjadi dalam mengukur tingkat pajanan panas karena pengukuran dilakukan secara subjektif saja, tidak diukur secara objektif dengan menggunakan indeks suhu basah dan bola (ISBB). Hal ini serupa pada 2 buah studi lain yakni studi oleh Haiming Luo dan Ng Tze Pin et al,5,9 yang menilai tingkat pajanan panas secara kualitatif berdasarkan jenis pekerjaan outdoor. Untuk mengurangi bias ini harus diupayakan peningkatan ketepatan pengukuran tingkat tekanan panas, dengan menggunakan indeks suhu basah dan bola (ISBB). ISBB terdiri dari termometer suhu kering, termometer suhu basah alami, termometer suhu bola. Metode alat ISBB ini dipasang dan diletakkan pada titik pengukuran setinggi 1 – 1,25 meter dari lantai, ditempatkan kurang lebih 50 cm dari sumber panas kemudian tekan tombol on. Setelah 20 menit pada setiap titik lokasi atau angka pada monitor sudah tidak bergerak lagi, dapat dilihat hasilnya yaitu nilai suhu basah alami, suhu kering, suhu bola, indeks suhu basah dan bola (ISBB) untuk di dalam dan di luar ruangan.10,11 Dari segi aplikabilitas, hasil yang diperoleh dari studi tersebut dapat diaplikasikan di Indonesia, mengingat di Indonesia juga terdapat pabrik baja dan beberapa lingkungan kerja memiliki suhu panas seperti itu, sehingga berpotensi untuk mengalami hal serupa, suhu panas di lingkungan kerja dapat meningkatkan risiko batu saluran kemih pada pekerja. Diharapkan dengan cukupnya asupan cairan dan pemberian kalium sitrat dapat menurunkan kejadian batu saluran kemih. Evidence based Case Report (EBCR) membantu para praktisi meningkatkan keterampilan mereka menerapkan hasil penelitian (evidence) dalam praktik sehari-hari. EBCR memberikan informasi yang membantu para praktisi dalam mengambil keputusan. Demikian pula bagi praktik kedokteran Okupasi, EBCR sangat memberikan manfaat dalam menjawab pertanyaan klinis pasien melalui hasil penelitian/studi yang valid dan relevan. Evidence-based Case Report (EBCR) memperlihatkan bagaimana hasil penelitian dapat diterapkan seperti pada studi etiologi ini. Universitas Indonesia
Pengaruh suhu ..., Reny Mulyani, FK UI, 2014
9
8. Kesimpulan dan Rekomendasi
Kesimpulan 1. Pada pasien ini, suhu panas di lingkungan kerja akan meningkatkan risiko terbentuknya batu saluran kemih pada pekerja, namun masih kurang bukti untuk menjawab pertanyaan klinis karena hanya satu studi yang diperoleh dan dianggap relevan. 2. Studi cross sectional tidak dapat membuktikan hubungan sebab akibat serta menjawab adanya dose response gradient. Untuk etiologi yang terbaik adalah Kohort.
Rekomendasi 1. Perlu adanya penelitian lanjutan di Indonesia berupa studi Kohort yang dapat membuktikan suatu hubungan sebab akibat antara tekanan panas di lingkungan kerja dengan terbentuknya batu saluran kemih. 2. Dilakukan pengukuran suhu panas yang lebih terukur secara objektif menggunakan indeks suhu basah dan bola (ISBB). 3. Untuk menurunkan risiko batu saluran kemih dan hypocitraturia di kalangan pekerja di lingkungan suhu tinggi, dapat dicegah dengan meningkatkan asupan cairan dan penggunaan kalium sitrat, misal limun sebagai sumber sitrat. 4. Perlu pertimbangan sebuah aturan dalam perusahaan untuk pemantauan metabolisme yang bisa mencegah batu saluran kemih pada pekerja terpajan panas yang berlebihan.
9 Pengaruh suhu ..., Reny Mulyani, FK UI, 2014
Universitas Indonesia
10
Referensi 1. HTA Indonesia_2005_Penggunaan Extracorporeal Shockwave Lithotripsy pada Batu Saluran
Kemih.
Diunduh
dari
buk.depkes.go.id/index.php?option=com_
docman&task= doc_download&gid=269&Itemid=142 prevalensi batu saluran kemih di Indonesia, 2005. 2. Nur Lina, Faktor faktor risiko kejadian batu saluran kemih pada laki-laki (Studi Kasus di RS Dr. Kariadi, RS Roemani dan RSI Sultan Agung Semarang), Tesis,12 Februari 2008. Diunduh dari http://eprints.undip.ac.id/18458/1/Nur_Lina.pdf 3. Soemarko Dewi, Pengaruh lingkungan kerja panas terhadap kristalisasi asam urat urin pada pekerja di binatu, dapur utama dan restoran Hotel X, Jakarta. Cermin Dunia Kedokteran No.136: 38-42 Jakarta. 2002. 4. Firy Triyanti, Hubungan faktor-faktor heat sress dengan terjadinya kristalisasi urin pada pekerja binatu dan dapur hotel X, Medan. Tesis, USU Medan 2007. Diunduh dari repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6973/1/057010010.pdf 5. Haiming Luo, A case control study of ambient heat exposure and urolithiasis among outdoor workers in a shipbuilding company, Guangzhou, China. Tesis, July 2012. Diunduh dari http://eprints.qut.edu.au/54756/ 6. Evidence-Based
Medicine:
mini-manual.
Diunduh
dari
http://www.library.ualberta.ca/uploads/HealthSciences/200717155.pdf 7. Atan L, Andreoni C, Ortiz V, Silva EK, Pitta R, Atan F, Srougi M. High kidney stone risk in men working in steel industry at hot temperatures. Journal Urology. 2005 May;65(5):858-61, diunduh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15882711 8. Borghi L, Meschi T, Amato F, Novarini A, Romanelli A, Cigala F. Abstract from Hot occupation and nephrolithiasis. J Urol.;150(6):1757-60, December 1993 9. Ng Tze Pin, Ng Yuen Ling, Dehydration from outdoor work and urinary stones in a tropical environment, Occup. Med.42: 30-32, 1992 10. Nilai Ambang Batas iklim kerja (panas), kebisingan, getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja. Badan Standardisasi Nasional, SNI 16-70632004, diunduh dari http://ikma10fkmua.files.wordpress.com/2013/03/sni-nab.pdf 11. Bisesi, M. Bisesi and Kohn’s: Industrial hygiene evaluation methods. Edisi ke 2: 19.4-5. 2004
10 Universitas Indonesia
Pengaruh suhu ..., Reny Mulyani, FK UI, 2014