IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN EKSPERIMEN DAN PEMBERIAN TUGAS SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN SIKAP AFEKTIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
Skripsi
Disusun oleh : RITA DEWI RAHMAWATI K 4304040
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
2 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN EKSPERIMEN DAN PEMBERIAN TUGAS SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN SIKAP AFEKTIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI
Oleh: RITA DEWI RAHMAWATI K 4304040
Skripsi Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
3 PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Dra. Sri Widoretno, M.Si
Meti Indrowati, S.Si, M.Si
NIP. 19581114 198601 2 001
NIP. 19781001 200112 2 002
4 PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk mamenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari
: Senin
Tanggal
: 22 Maret 2010
Tim Penguji Skripsi Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Dra. Muzayyinah, M. Si
Sekretaris
: Dra. Hj. Sri Dwiastuti, M. Si
Anggota I
: Dra. Sri Widoretno, M. Si
Anggota II
: Meti Indrowati, S. Si, M. Si
Disahkan Oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd NIP 19600727 198702 1 001
1....................... 2......................... 3 ........................ 4.........................
5 ABSTRAK Rita Dewi Rahmawati. IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN EKSPERIMEN DAN PEMBERIAN TUGAS SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN SIKAP AFEKTIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Maret 2010. Tujuan penelitian ini adalah: mengetahui perbedaan antara pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan eksperimen terhadap perkembangan sikap afektif siswa pada pembelajaran biologi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen semu. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Giritontro, Wonogiri tahun ajaran 2008/ 2009 yang terdiri atas enam kelas dengan jumlah siswa 240. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Cluster Random Sampling yaitu dengan cara undian dipilih kelas yang barfungsi sebagai kelompok eksperimen satu dan dua. Kelas eksperimen I dalam penelitian ini adalah kelas VIII E dan kelas eksperimen II adalah kelas VIII C materi pembelajaran pada pokok bahasan fotosintesis. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi nilai biologi pada ledger Biologi semester I untuk uji keseimbangan, tenik angket dan observasi dilakukan untuk memperoleh nilai sikap afektif siswa. Teknik analisis data yang pertama digunakan uji prasyarat analisis menggunakan metode Liliefors untuk uji normalitas, metode Bartlert untuk uji homogenitas dan uji Z untuk keseimbangan. Kemudian dilanjutkan dengan uji lanjut Anava dan uji komparasi ganda menggunakan uji Scheffe. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan eksperimen terhadap perkembangan sikap afektif siswa pada pembelajaran biologi Adanya perbedaan antara pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan eksperimen dan Jigsaw dengan pemberian tugas terhadap perkembangan sikap efektif siswa pada pembelajaran biologi, ditunjukkan dengan F hit = 6.604 > Ftabel = 3.98. Ada perbedaan rerata antara pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan eksperimen dan pemberian tugas ditunjukkan dengan F1-2= 6.604 > 3.98, ini menunjukkan adanya perbedaan pengaruh antara pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan eksperimen dan Jigsaw dengan pemberian tugas. Hal ini juga diperkuat dengan perbedaan rataratanya yang menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan eksperimen lebih baik dibandingkan Jigsaw dengan pemberian tugas yaitu 177,11 >170,44 pada materi pembelajaran fotosintesis. Kata kunci :
Jigsaw, eksperimen, pemberian tugas/resitasi, afektif, pembelajaran biologi
6 MOTTO Dan bekerjalah, maka Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman yang akan melihat pekerjaanmu itu... (QS. At-Taubah:105) Maka apabila kamu telah selesai ( dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguhsungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap. (QS.Alam Nasyrah:7-8) Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari, dan jika kamu berda di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk persiapan saat sakitmu dan kehidupan untuk kematianmu (HR. Bukhari) Ketahuilah, kewajiban itu lebih banyak daripada waktu yang tersedia, maka bantulah saudaramu untuk menggunakan waktunya dengan sebaik-baiknya dan jika anda punya kepentingan atau tugas selesaikan segera (Hasan Al Banna)
7 PERSEMBAHAN Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kupersembahkan karya ini untuk: Ibu dan bapak tercinta yang telah membesarkan dan mendidikku dengan penuh cinta dan kasih sayang serta yang selalu mengiringi setiap perjuanganku dengan kepercayaan dan doa. Keluarga kecilku, mas dan mbak ipar tersayang Mas M. Nur Wahyudi dan Mbak Sri Santi terima kasih motivasi dan doanya, serta keponakanku tersayang Amira Zahwa Aisyahputri yang menjadi penyempurna kebahagiaan . Bu Retno dan Bu Meti,...terima kasih atas bimbingan dan nasihatnya.semoga Alloh membalas kebaikan anda berdua. Saudara saudariku seperjuangan yang di Takmir Nurul Huda UNS, SKI FKIP terutama PHT 2007, dan GAMMAGIRI, terima kasih dukungan dan doanya semoga kita tetap terjaga dalam ukhuwah. Murobbiyah dan teman-teman ngajiku, terima kasih dukungan dan doanya. Keluarga besar Wisma Al- Ashr teima kasih atas bantuan dan kebersamaannya, semoga Alloh yang membalas kebaikan kalian. Orang-orang yang langsung maupun tidak langsung memotivasi, membantu dan mendoakanku, semoga Allah membalas kebaikan kalian. Teman-teman Biologi angkatan 2004 terima kasih atas kebersamaan dan perjuangan yang telah kita lalui bersama. Seluruh pembaca yang budiman dan Almamater.
8 KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat, hidayah dan inayahNya senantiasa memberikan petunjuk dan pertolongan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN EKSPERIMEN DAN PEMBERIAN TUGAS SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN SIKAP AFEKTIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI” untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak, sehingga kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberi bimbingan dan bantuan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk itu, atas segala bantuan dan bimbingannya, penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ketua Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Ibu Dra. Sri Widoretno, M. Si selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan. 5. Ibu Meti Indrowati, S.Si, M.Si Selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan. 6. Kepala SMP Negeri 2 Giritontro yang telah memberi ijin untuk mengadakan penelitian. 7. Bapak Daryadi, S.Pd, selaku guru Biologi SMP Negeri 2 Giritontro yang telah banyak membantu kelancaran penelitian dan kerjasamanya.
9 8. Siswa-siswi kelas VIII C, D, dan E SMP Negeri 2 Giritontro 9. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per satu yang telah membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tiada gading yang tak retak, begitu pula dengan penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Surakarta, 22 Maret 2010
Penulis
10 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL
i
HALAMAN PENGAJUAN
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
iii
HALAMAN PENGESAHAN
iv
ABSTRAK
v
HALAMAN MOTTO
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
vii
KATA PENGANTAR
viii
DAFTAR ISI
x
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I. PENDAHULUAN
1
A. LatarBelakang Masalah
1
B. Identifikasi Masalah
3
C. Pembatasan Masalah
4
D. Perumusan Masalah
5
E. Tujuan Penelitian
5
F. Manfaat Penelitian
6
BAB II. LANDASAN TEORI
7
A. Tinjauan Pustaka
7
1. Pembelajaran kooperatif Jigsaw
7
2. Pembelajaran Jigsaw dengan eksperimen
15
3. Pembelajaran Jigsaw dengan pemberian tugas
17
4. Aspek afektif
18
B. Kerangka Berfikir
21
C. Perumusan Hipotesis
24
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
25
A. Tempat dan Waktu Penelitian
25
11 B. Metodologi penelitian
25
C. Populasi dan Sampel
26
D. Teknik Pengumpulan Data
27
E. Teknik Analisis Data
31
BAB IV HASIL PENELITIAN
39
A. Deskripsi Data
39
B. Hasil Pengujian Hipotesis
42
C. Pembahasan Hasil Analisis Data
43
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
51
A. Simpulan
51
B. Implikasi
51
C. Saran
52
DAFTAR PUSTAKA
53
LAMPIRAN
55
12 DAFTAR TABEL Halaman
Tabel 1.
Nilai Perkembangan
14
Tabel 2.
Penghargaan Tim
15
Tabel 3.
Kriteria Validitas
29
Tabel 4.
Kriteria Reliabilitas
30
Tabel 5.
Rangkuman Analisis Variansi
36
Tabel 6.
Deskripsi Data Aspek Afektif
38
Tabel 7.
Rangkuman Analisis Variansi
39
Tabel 8.
Rangkuman Analisis Komparasi Ganda
40
Tabel 9
Perbandingan Rata-rata Nilai Pencapaian Sikap Afektif
42
Tabel 10.
Perbandingan Peningkatan Sikap Afektif Melalui Observasi
43
13 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Skema Pelaksanan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
13
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
22
Gambar 3. Paradigma Penelitian
22
Gambar 4. Diagram batang perbandingan aspek afektif
39
Gambar 5. Histogram Aspek Afektif Kelas Eksperimen I
40
Gambar 6
Histogram Kelas Eksperimen II (Jigsaw dengan pemberian tugas)
41
14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1. Instrumen penelitian
55
2. Uji Validitas,Reliabilitas Try Out Sikap Afektif
159
3. Data Induk penelitian
173
4. Distribusi Data
184
5. Uji Prasyarat Analisis
187
a. Uji Keseimbangan
190
b. Uji Normalitas
192
c. Uji Homogenitas
199
6. Uji Hipotesis
203
7. Uji Lanjut
207
8. Instrumen lain-lain (tabel)
209
9. Surat dan Ijin Penelitian
219
15 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sistem pembelajaran pada dasarnya merupakan cara – cara untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu tujuan yang diharapkan dapat tercapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajar. Sistem bembelajaran saat ini cenderung masih menggunakan sistem konvensional yaitu pengajaran yang bertumpu pada aktivitas guru, dan siswa dituntut untuk berkonsentrasi penuh pada guru sehingga interaksi dalam proses pembelajaran tersebut sangat kurang, padahal dalam prosess belajar mengajar seharusnya terjadi proses kegiatan interaksi antara siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMP Negeri 2 Giritontro Kabupaten Wonogiri, masih tampak proses belajar mengajar dengan konvensional yaitu model ceramah dan siswa sebagai pihak yang pasif menerima pelajaran sehingga tidak ada aktivitas belajar mengajar yang interaktif antara guru dan siswa. Aktivitas belajar yang tidak interaktif ini dapat dilihat dari kurang keberanian berbicara yang juga dikarenakan siswa kurang percaya diri, respon atau perhatian siswa kurang yang mempengaruhi daya pemahaman terhadap materi yang diberikan guru. Kondisi ini mempengaruhi hasil belajar biologi yang kurang. Ini juga dikarenakan masih sangat jarangnya penggunaan metode pembelajaran bervariasi yang bersifat interaktif dapat disesuaikan dengan kondisi objek belajar. Guru tidak melibatkan siswa secara langsung dalam merumuskan masalah yang ada pada materi yang disampaikan, siswa kurang merasa senang dengan proses belajar. Metode pembelajaran yang interaktif bisa muncul jika keadaan mendukung. Keadaan mendukung dalam proses belajar mengajar yaitu yang bisa menciptakan iklim kerjasama dan adanya interaksi antaranggota dalam kelompok – kelompok kecil yang mana hal ini dapat dicapai dengan penerapan metode pembelajaran yang bersifat kooperatif.
1
16 Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang lebih banyak melibatkan interaksi aktif antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru maupun siswa dengan lingkungan belajarnya. Siswa belajar bersama – sama dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok telah benar – benar menguasai materi yang sedang dipelajari. Ada beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dari penerapan pembelajaran kooperatif ini yaitu siswa dapat mencapai prestasi belajar yang bagus, menerima dengan senang hati karena adanya kontak fisik antar siswa, serta dapat mengembangkan kemampuan sosial siswa. Terdapat banyak tipe dalam pembelajaran kooperatif salah satunya adalah Jigsaw. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menjadikan siswa memiliki ketergantungan positif untuk saling membantu dalam penguasaan dan pemahaman materi pelajaran karena dalam pembelajaran kooperatif
Jigsaw kelompok
dibentuk heterogen sehingga dalam setiap kelompok siswa yang berkemampuan lebih akan membantu dalam proses pemahaman siswa yang berkemampuan rendah dan siswa yang berkemampuan sedang akan segera menyesuaikan dalam proses pemahaman materi, sehingga disini selain ketergantuangan positif juga terjadi komunikasi antaranggota kelompoknya dan interaksi tatap muka. Pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah pembelajaran yang fleksibel artinya bisa dimodifikasi dengan metode belajar yang lain. Tujuan setiap pembelajaran adalah mendapatkan hasil belajar yang optimal. Salah satunya adalah aspek afektif yang berkaitan dengan nilai dan sikap yang digunakan siswa dalam mengikuti proses belajar di sekolah. Nilai dan sikap siswa dalam mengikuti proses belajar menunjukkan positif ataupun negatif akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan proses belajar mengajar. Oleh karena itu diperlukan cara atau metode pembelajaran yang bisa mengembangkan afektif siswa dalam belajar sehingga hasil belajarnya pun bisa lebih optimal. Salah satu cara adalah dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Telah
disebutkan
di
atas
bahwa
Jigsaw
menjadikan
siswa
berketergantungan positif satu sama yang lain sehingga membuat adanya komunikasi antar anggota kelompok yang mampu menumbuhkan sikap berkompetisi sehat/positif yang berarti menunjukkan sikap dan nilai yang positif
17 pula. Pada penelitian terdahulu (Fitri Wahyudi, 2006), membuktikan bahwa pembelajaran kooperatif Jigsaw di SMP Muhammadiyah 9 Gemolong berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar terutama arah afektifnya. Biologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang makhluk hidup dan aspek kehidupan, dimana dalam mempelajari materi biologi ini diperlukan metode ilmiah untuk memperjelas proses belajar mengajar sehingga siswa menjadi paham akan pelajaran tersebut. Pelaksanaan proses pembelajaran sering kali siswa kurang terfokus terhadap materi yang diajarkan oleh guru sehingga dalam penerapan pembelajaran kooperatif, seorang guru harus mampu menggunakan strategi yang dimodifikasi dengan strategi yang lain. Salah satu cara yang digunakan dalam memodifikasi tersebut yaitu dengan adanya kegiatan laboratorium atau eksperimen. Pemahaman dan penguasaan materi pelajaran pun sering kali siswa masih kurang atau belum cukup maksimal. Penambahan pemahanan dan penguasaan siswa terhadap meteri dapat menerapkan dalam pembelajaran dengan memberian tugas secara individu ataupun kelompok. Pembelajaran biologi merupakan pelajaran yang membutuhkan variasi metode mengajar. Variasi metode mengajar tersebut diharapkan agar siswa lebih aktif dan tidak merasa bosan dengan materi yang disampaikan dan dalam hal ini guru harus mampu memilih dan menerapkan metode dan strategi mengajar yang cocok dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi serta sesuai dengan tujuan sistem pengajaran. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka dirumuskan judul penelitian ini adalah : IMPLEMENTASI
PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE
JIGSAW
DENGAN EKSPERIMEN DAN PEMBERIAN TUGAS SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN SIKAP AFEKTIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI.
B. Identifikasi masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
18 1. Dalam pengajaran biologi ada beberapa metode mengajar sehingga diperlukan ketepatan penggunaan metode mengajar agar tujuan pengajaran dapat tercapai. 2. Masih minimnya penggunaan metode pembelajaran yang bersifat interaktif. 3. Metode pembelajaran yang diterapkan dalam proses belajar mengajar akan mempengaruhi hasil belajar siswa. 4. Perlunya pengembangn aspek afektif sebagai bagian yang tidak tepisahkan dari hasil suatu proses belajar. 5. Pentingnya inovasi metode pembelajaran dari metode ceramah ke metode pembelajaran kooperatif Jigsaw sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa terutama ranah efektif. 6. Dalam belajar biologi diperlukan pengamatan dan percobaan, untuk itu diperlukan sarana yang mendukung seperti laboratorium dan kelengkapannya. 7. Dalam belajar biologi perlunya pemantapan pemamahan materi yang sudah diterima dengan adanya pemberian tugas mandiri baik individu ataupun kelompok.
C. Pembatasan Masalah Adapun pembatasan masalah di atas meliputi: 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII semester II SMP Negeri 2 Giritontro, Wonogiri tahun ajaran 2008/2009. 2. Objek Penelitian a. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan eksperimen yaitu pembelajaran kooperatif dimana dalam pelaksanaan pembelajarannya menggunakan Jigsaw dan dimodifikasi dengan kegiatan eksperimen yang dilakukan baik di dalam maupun di luar laboratorium. b. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pemberian tugas yaitu pembelajaran kooperatif dimana dalam pelaksanaan pembelajarannya menggunakan Jigsaw dan dimodifikasi dengan pembrian tugas mandiri baik secara individu maupun secara kelompok.
19 c. Aspek afektif siswa dalam pembelajaran biologi dibatasi penerimaan, partisipasi, penentuan sikap/ nilai, organisasi, dan pembentukan pola hidup siswa pada pokok bahasan fotosintesis.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah maka dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah ada perbedaan antara pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan eksperimen dan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pemberian tugas terhadap perkembangan sikap afektif siswa dalam pembelajaran biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Giritontro, Wonogiri?
E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: Mengetahui perbedaan antara pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan eksperimen dan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pemberian tugas terhadap perkembangan sikap afektif siswa dalam pembelajaran biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Giritontro, Wonogiri.
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1. Menjadikan bahan masukan bagi guru dalam rangka memilih metode pembelajaran biologi dalam rangka mengembangkan sikap afektif siswa yang otomatis mempengaruhi terhadap prestasi belajar biologi siswa. 2. Memberikan informasi sikap afektif antara siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menggunakan eksperimen dan Jigsaw dengan pemberian tugas. 3. Memberikan inovasi dalam dunia pendidikan khususnya dalam metode pembelajaran. 4. Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan dan untuk mengkaji tentang metode yang sesuai.
20 5. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan agar pihak sekolah secara keseluruhan memperhatikan proses belajar mengajar termasuk di dalmnya tentang cara/ metode pengajaran yang disampaikan oleh setiap guru.
21 BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Pembelajaran kooperatif adalah suatu pendekatan pembelajaran yang melibatkan pembentukan kelompok. Menurut Kunandar (2003:337), pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antarsiswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalah pahaman yang dapat menimbulkan permusuhan. Salah satu tujuan pembelajaran kooperatif adalah siswa bisa berinteraksi yang edukatif dalam proses belajar. Dengan interaksi yang edukatif ini diharapkan siswa saling membantu dalam memahami pelajaran. Siswa yang mempunyai kemampuan lebih membantu siswa yang berkemampuan sedang atau di bawahnya dan saling melengkapi karena biasanya pembelajaran kooperatif memberikan tugas dalam bentuk belajar berkelompok sehingga masing-masing siswa terdorong untuk bersemangat memahami pelajaran. Berdasarkan Slavin (2008: 4), pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pembelajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok – kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari
materi pembelajaran. Siswa dalam pembelajaran ini diharapkan
dapat saling membantu, mendiskusikan dan beragumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing – masing atau saling menilai pengetahuan dan pemahaman satu sama lain. Pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning merupakan kegiatan belajar yang berorientasi pada siswa, dimana siswa belajar dalam kelompokkelompok kecil. Pada pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama, saling membantu dan berdiskusi bersama-sama dalam menyelesaikan suatu kegiatan belajar. Kelompok-kelompok kecil biasanya terdiri atas 4-5 orang dengan tujuan agar interaksi antar anggota kelompok menjadi efektif dan maksimal. Siswa akan 7
22 berusaha keras untuk berhasil dalam belajarnya dan berusaha keras untuk membantu dan mendorong semangat teman sekelompoknya untuk sama-sama berhasil. Sehingga pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif dapat memacu siswa lebih aktif, kreatif, dan mandiri serta dapat memacu semangat siswa untuk saling membantu memecahkan masalah atau persoalan yang dihadapi. Menurut Huang, Yueh-Min et all (2008:14) bahwa the experimental results revealed that the devised cooperative learning process certainly did help learners both broaden their knowledge of the topics under study and deepen their understanding of the same topics. Berdasarkan kutipan di atas, pembelajaran kooperatif yang dilengkapi dengan peralatan-peralatan ataupun divariasi dengan metode atau model pembelajaran dapat membantu memperluas pengetahuan dan pendalaman pemahaman topik atau materi pelajaran yang diperoleh. Pembelajaran kooperatif pembelajaran memiliki banyak keuntungan seperti : a. Siswa bertanggung jawab terhadap proses belajarnya, terlibat secara aktif dan memiliki usaha yang lebih besar untuk berprestasi. b. Siswa mengembangkan ketrampilan berpikirnya (berpikir kritis) c. Hubungan yang lebih positif antar siswa dan kesehatan psikologis yang lebih besar. Sedangkan tingkat keberhasilan metode pembelajaran kooperatif tergantung pada: a. Interdependensi ganjaran yang merujuk kepada suatu ganjaran kelompok secara eksplisit yang didasarkan pada kinerja kelompok. b. Interdepensi tugas dikatakan tinggi apabila para anggota kelompok bekerja sama menyelesaikan tugasnya demi pencapaian kinerja kelompok yang maksimal. c. Akuntabilitas individual merujuk kepada sumbangan anggota tim terhadap kelompok atau timnya dalam bentuk perolehan skor tertentu. Semakin tinggi akuntabilitas individual, maka ia akan memperlihatkan tingkat keterlibatan dalam kelompok yang tinggi pula.
23 d. Struktur yang dipaksakan oleh guru berkaitan dengan pembentukan kelompok dan pemberian ganjaran yang dilakukan di kelas, apakah diprakarsai oleh siswa atau guru. Semakin besar struktur yang dipaksakan oleh guru mengindikasikan semakin besar pula intervensi dan keterlibatan guru dalam proses pembelajaran. Tidak semua kelompok kooperatif berjalan dalam kondisi yang sama. Ada yang sangat membutuhkan banyak intervensi dari guru, di samping itu ada pula yang tidak terlalu membutuhkan intervensi guru dalam pembentukan kelompok dan penetapan strategi pencapaian kelompok. e. Kompetensi kelompok merujuk kepada ada atau tidaknya suasana persaingan yang ditetapkan sebagai suatu cara untuk mencapai tujuan. Ada kelompok kooperatif yang tidak didasarkan pada kompetisi. Para siswa berjuang menurut kemampuan mereka dalam kelompok dengan harapan akan mendapatkan hasil yang maksimal tanpa harus merasa disaingi oleh kelompok lain. Sebaliknya ada kelompok yang sengaja memasukkan unsur persaingan ini untuk mendoromg kinerja kelompok. Oleh karena itu, dalam metode pembelajaran tim siswa tugas – tugas yang diberikan pada siswa bukan melakukan sesuatu sebagai sebuah tim, tetapi belajar sesuatu sebagai sebuah tim. Hal tersebut sesuai yang dikemukakan Slavin (2008:10) dalam cooperative learning. Dapat diambil pengertian bahwa pembelajaran kooperatif sangat mengutamakan tujuan belajar dalam tim sehingga tanggung jawab dalam pemahaman pembahasan materi menjadi milik bersama. Menurut Slavin (2008:11) metode yang termasuk dalam pembelajaran kooperatif adalah : metode Student Team Achievement Division (STAD), metode Jigsaw, metode Group Investigation (GI), metode struktual (Think-Pair-Share dan Numbered Head Together ). Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah tipe Jigsaw. Jigsaw merupakan salah satu tipe dalam pembelajaran koopertif yang dikembangkan agar dapat membangun kelas sebagai komunitas belajar yang menghargai semua kemampuan siswa. Pembelajaran kooperatif Jigsaw merupakan ”metode pembelajaran yang diadaptasi dari tehnik Jigsaw Elliot Aronson 1971, dimana metode pembelajaran ini digunakan untuk mengatasi masalah keragaman yang
24 terdapat di sekolah Austin, Texas” (http://www.Jigsaw.org/history.htm. oleh Aronso. ) Jadi menurut kutipan di atas, dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terdapat kelompok yang disebut kelompok ahli yang mengetahui topik/ materi tertentu dalam pelajaran maka dari itu diharapkan kelompok ahli mentransfer apa yang mereka ketahui kepada yang lain begitu juga siswa yang lain melakukan hal yang sama sehingga tercipta komunikasi antarsiswa yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran. Berdasarkan Pimpimool, A. et all (2007: 9) dalam the activity model and components to support collaborative learning using jigsaw technique on computer online system, menjelaskan bahwa pembelajaran dengan jigsaw mampu mendorong siswa untuk lebih aktif kompetisi dan terjadi komunikasi antar siswa dalam proses belajar sehingga tujuan belajar tercapai. Ini membuktikan bahwa pembelajaran kooperatif Jigsaw mampu memberikan pengaruh terhadap hasil belajar ranah afektif. a. Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Pembelajaran Jigsaw pada dasarnya terdiri dari empat tahap yang mana tahapan- tahapan ini harus dipertimbangkan bagaimana caranya agar bisa dilaksanakan dalam pembelajaran dimanapun, tahapan- tahapan itu yaitu tugas topik, pembelajaran individu, pertemuan kelompok ahli, dan pertemuan kelompok Jigsaw. Pada pembelajaran Jigsaw siswa dibagi ke dalam kelompok yang terdiri dari 3-6 orang untuk menyelesaikan satu tugas akademis yang sudah dibagi ke dalam bagian-bagian. Masing-masing individu ditugaskan untuk menyelesaikan satu bagian dan kemudian berperan sebagai peer tutor bagi anggota tim yang lain. Kemudian diadakan pembahasan “ahli”. Masing-masing individu dari kelompok yang berbeda-beda dengan topik atau bagian yang sama bertemu dalam sebuah interdependensi tugas dikatakan tinggi apabila bahwa para anggota kelompok bahu membahu berjuang menyelesaikan tugasnya demi pencapaian kinerja kelompok yang maksimal.
25 Strategi penyampaian pembelajaran kooperatif kelompok “ahli” untuk mempresentasikan
hasilnya
kepada tim
dan kemudian semua
anggota
“ahli”tersebut kembali kepada timnya masing-masing untuk membahas bagiannya itu kepada tim. Setelah itu dibuat kuis atau tes dan penguatan oleh guru. Sebagai contoh prosedur pelaksanaan dari metode pembelajaran di atas, dapat dirancang oleh guru dengan teknik bersifat umum dan dapat digunakan dalam berbagai mata pelajaran. Prosedur pelaksanaan dibagi ke dalam 3 tahapan yaitu persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. 1). Tahap Persiapan Tahap persiapan dalam pembelajaran koopertif Jigsaw hal yang perlu diperhatikan adalah penentuan topik bahasan yang akan diberikan ke kelompok ahli, pembagian siswa ke dalam tim, pembagian siswa ke dalam kelompok ahli, dan penentuan skor awal pertama, yaitu skor awal mewakili skor rata-rata siswa pada kuis-kuis sebelumnya. 2). Tahap pelaksanaan Tahap selanjutnya adalah tahap pelaksanaan pembelajaran kooperatif Jigsaw yang terdiri dari siklus regular kegiatan pengajaran. a). Membaca Pada tahap membaca siswa diberi waktu separuh sampai satu periode kelas (atau dijadikan sebagai Pekerjaan Rumah). Para siswa menerima topiktopik ahli dan membaca materi yang diberikan untuk menemukan informasi yang berhubungan dengan topik mereka. Bahan yang dibutuhkan pada tahap ini yaitu satu lembar ahli untuk setiap siswa yang terdiri dari 4-5 topik ahli. b). Diskusi kelompok ahli Pada tahap diskusi ahli waktu yang dibutuhkan yaitu separuh periode kelas atau lebih kebanyakan menggunakan waktu 20 menit dimana ide utamanya berupa siswa dengan topik ahli yang sama berkumpul dalam sebuah kelomok yang dimanakan kelompok ahli untuk mendiskusikan atau membahas tentang topik-topik ahli yang telah diberikan pada tahap pertama. Bahan yang dibutuhkan yaitu lembar ahli dan bacaan untuk setiap siswa. Pada tahap ini seluruh siswa
26 dengan topik ahli 1 berkumpul pada meja 1 dan seluruh siswa dengan topik ahli 2 berkumpul dengan meja 2 dan seterusnya untuk topik ahli yang lain. Bila dalam satu kelompok ahli ada lebih dari 6 orang maka kelompok ahli tersebut dibagi dua kelompok. Dipilih atau ditunjuk satu orang untuk memimpi
diskusi dalam
kelompok ahli tersebut dimana dalam diskusi tersebut guru berkeliling kelas, bergantian mendatangi dan memfasilitasi setiap kelompok agar diskusinya berjalan lancar serta setiap anggota kelompok dapat berpartisipasi atau berperan serata dalam diskusi tersebut. c). Laporan tim Waktu yang dibutuhkan dalam tahap ini yaitu antara 30-35 menit dimana ide utamanya dalam tahap ini yaitu anggota dari kelompok ahli kembali ke tim asalnya untuk mengajarkan dan menjelaskan topik-topik ahlinya kepada teman satu timnya. Tiap ahli diberi waktu sekitar lima menit untuk menelaah kembali materi yang telah didiskusikan dalam kelompok ahli sebelum mereka mengajarkan dan menjelaskannya kepada anggota kelompok awal. Siswa diberi waktu lima menit untuk menjelaskannya kepada teman satu tim mereka tentang topik keahliannya dan seterusnya untuk topik ahli yang lain dimana dalam tahap ini diberi penekanan kepada siswa bahwa siswa memiliki tanggung jawab kepada teman satu timnya untuk menjadi guru yang baik dengan cara memperhatikan penjelasan dari teman dengan topik ahli yang berbeda. d). Tes (Quis) Waktu yang dibutuhkan yaitu 5-10 menit dimana ide utamanya yaitu siswa diberi kuis dari keseluruhan materi yang telah didiskusikan dan dijelaskan oleh teman satu tim mereka atau tentang keseluruhan topik-topik ahli yang telah didiskusikan tersebut. Bahan yang dibutuhklan yaitu satu lembar kuis untuk setiap siswa yang berisi pertanyaan minimal sejumlah kelompok ahli yang ada. e). Rekognisi tim (penghargaan tim) Skor atau nilai siswa dari tes secara individu untuk materi pertama dibandingkan dengan skor untuk materi yang lain sehingga nantinya didapatkan skor perkembangan untuk masing-masing siswa yang selanjutnya digunakan
27 dalam menetukan skor perkembangan tim atau kelompok. Tim dengan skor perkembangan tertinggi akan mendapatkan penghargaan. Skema pelaksanaan pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat dilihat pada gambar berikut ini. Kelompok awal (5 atau 6 anggota kelompok yang heterogen) xxxxX
xxxxX
xxxxX
xxxxX
xxxxX
XXXX X Gambar 1. Skema Pelaksanan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw (Arends,2003:120) Siswa yang berasal dari kelompok awal akan berkumpul dengan siswa kelompok lain dengan materi yang sama untuk dibahas bersama di dalam kelompok ahli. Setelah dibahas dan didiskusikan dikelompok ahli kemudian masing-masing siswa kembali ke kelompok ahli kepada anggota kelompok dalam kelompok awal tersebut. 3). Tahap Evaluasi Evaluasi dilakukan secara berkala pada setiap pergantian pokok bahasan. Pada tahap ini dilakukan evaluasi secara menyeluruh baik terhadap proses maupun hasil bobot evaluasi yang dicapai. hendaknya diberikan lebih besar kepada aktivitas kelompok. Dengan kata lain, evaluasi dilakukan berdasarkan kinerja kelompok secara keseluruhan, bukan berdasarkan kinerja siswa secara individual. Meskipun pada akhirnya tes akan diberikan secara individual dalam bentuk ujian akhir dan nilai siswa itu bersifat individual, namun bobot tes untuk kelompok. Ini dimaksudkan untuk mendorong para siswa agar senantiasa terlibat dalam proses kelompoknya dan berkompetisi dengan kelompok lain b. Penilaian dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw Menurut Kunandar (2007: 343), penilaian atau penskoran pembelajaran Jigsaw dilakukan seperti pembelajaran kooperatif STAD. Penilaian dalam
28 pembelajaran Jigsaw secara umum ada dua yaitu penilaian untuk masing-masing siswa dan penilaian untuk nilai kelompok. Nilai dari siswa untuk materi pertama/ nilai dasar selanjutnya dibandingkan dengan nilai untuk materi berikutnya sehingga nantinya akan didapatkan nilai atau skor perkembangan dari siswa tersebut. Nilai perkembangan / kemajuan dapat dilihat dalam Arends (2003:333) pada tabel berikut ini. Tabel 1. Nilai Perkembangan Skor Kuis/ tes
Nilai Perkembangan
1. Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
5 poin
2. 10 – 1 poin di bawah skor awal
10 poin
3. Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal
20 poin
4. Lebih dari 10 poin di atas skor awal
30 poin
5. Nilai sempurna (tidak perlu memperhatikan nilai awal )
30 poin
Tujuan dari dibuatnya skor awal dan poin kemajuan adalah untuk memungkinkan semua siswa memberikan poin maksimal bagi kelompok mereka, berapa pun tingkat kinerja mereka sebelumnya. Para siswa akan memahami bahwa membandingkan tiap siswa dengan tingkat kenerja mereka sendiri sebelumnya karena semua siswa masuk ke dalam kelas dengan perbedaan tingkat kemampuan dan pengalaman. Pada pembelajaran kooperatif Jigsaw selain nilai perkembangan untuk masing – masing siswa juga terdapat nilai perkembangan untuk kelompok. Kelompok yang mendapat nilai perkembangan tertinggi atau paling baik akan mendapatkan
penghargaan
kelompok.
Penghargaan
pembelajaran kooperatif Jigsaw secara umum ada tiga
kelompok
kriteria tingkatan
penghargaan berdasarkan rata-rata skor tim sebagaimana dalam (2008 :160) sebagai berikut:
dalam
Slavin
29 Tabel 2: Penghargaan Tim Kriteria (rata-rata skor tim)
Penghargaan
15
TIM BAIK (good team)
16
TIM SANGAT BAIK (great team)
17
TIM SUPER (super tim)
c. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif Jigsaw berdasarkan uraian di atas adalah sebagai berikut : Kelebihan pembelajaran kooperatif Jigsaw : 1). Memacu siswa untuk lebih aktif, kreatif serta bertanggungjawab terhadap proses belajarnya. 2). Mendorong siswa untuk berfikir kritis 3). Memberi kesempatan setiap siswa untuk menerapkan ide yang dimiliki untuk menjelaskan materi yang dipelajari kepada siswa lain dalam kelompok tersebut. 4). Diskusi tidak didominasi oleh siswa tertentu saja tetapi semua siswa dituntut untuk menjadi aktif dalam diskusi tersebut. Disamping kelebihan dari pembelajaran kooperatif Jigsaw ada juga kekurangannya yaitu: 1). Kegiatan belajar-mengajar membutuhkan lebih banyak waktu dibanding metode yang lain. 2). Bagi guru metode ini memerlukan kemampuan lebih karena setiap kelompok membutuhkan penanganan yang berbeda. d. Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Dengan Eksperimen Menurut Mulyani dan Johar Permana (2001:36) “ metode eksperimen atau percobaan dapat diartikan sebagian cara belajar mengajar yang melibatkan peserta didik dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan itu” Dengan eksperimen kita bisa memperoleh jawaban tentang : Bagaiamana kita tahu bahwa itu benar? Cara manakah yang merupakan cara terbaik? Apakah
30 yang akan terjadi? Terjadi dari bahan apa? Menurut Mulyani Sumatri dan Johar Permana (2001:136) metode eksperimen mempunyai tujuan: a. Agar peserta didik mampu menyimpulkan fakta – fakta, informasi atau data yang diperoleh; b.Melatih peserta didik merancang, mempersiapkan, melaksanakan, dan melaporkan percobaan; c. Melatih peserta didik menggunakan logika berfikir induktif untuk menarik ksimpulan dari fakta atau data yang terkumpul melalui percobaan. Penggunaan metode eksperimen mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapi dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa akan terlatih dalam cara berfikir ilmiah (scientific thinking). Dengan eksperimen siswa menemukan sendiri bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajari sehingga siswa mampu membangun sendiri pengetahuannya melalui kegiatan eksperiman tersebut. Berdasarkan Adams, David J. (2009:8) bahwa there is a need to restructure traditional laboratory classes to enable students to learn by discovery, interact more effectively with peers and tutors, and begin to appreciate the excitement of performing experiments. Dari hasil penelitian
Adam, disimpulkan bahwa kelas laboratorium
tradisonal memungkinkan siswa dapat menemukan hasil dari pengamatan atau eksperimen, interaksi yang lebih efektif dengan peer and tutor yaitu menyampaikan atau menjelaskan materi ke temannya yang lain. Peer tutor ada dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Pembelajaran biologi pada umumnya menggunakan laboratorium sebagai tempat pembelajaran. Adapun alasan penggunaan metode eksperimen menurut Mulyani Sumatri dan Johar Permana (2001:136) adalah sebagai berikut: 1). Memberi kesempatan kepada peserta didik agar dapat mengalami atau melakukan, mengikuti proses, mengamati, menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan, atau proses. 2). Menumbuhkan cara berfikir rasional dan ilmiah.
31 Berdasarkan pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa metode eksperimen adalah satu metode mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya kemudian hasilnya disampaikan dan dievaluasi oleh guru. Kelebihan metode eksperimen berdasarkan Mulyani Sumatri dan Johar Permana (2001: 136) adalah sebagai berikut: 1). Mampu membuat siswa percaya pada kebenaran kesimpulan percobaannya sendiri daripada hanya menerima berdasarkan kata guru atau buku. 2). Siswa aktif terlibat mengumpulkan fakta, informasi, atau data yang diperlukan melalui percobaan yang dilakukannya. 3). Mampu menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berfikir ilmiah. 4). Memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objektif, realistis, dan menghilangkan verbalisme. 5). Hasil belajar menjadi kepemiliki siswa yang bertahan lama. Metode pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan eksperimen adalah metode pembelajarn kooperatif dimana dalam pelaksanaan pembelajarannya menggunakan Jigsaw dan dimodifikasi dengan kegiatan eksperimen yang dilakukan baik dalam maupun diluar laboratorium. Dalam proses belajar mengajar, eksperimen sering diartikan sebagai penyajian materi yang menyangkut kegiatan dan ketrampilan untuk mengadakan pengujian terhadap ide-ide yang bersumber dari fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan sehingga dapat diperoleh informasi yang menerima atau menolak ide-ide tersebut. f. Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Dengan Pemberian Tugas /Resitasi Menurut Mulyani Sumatri dan Johar Permana (2001: 130) “ Pemberian tugas diartikan sebagai suatu cara interaksi
belajar mengajar yang ditandai
dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjakan peserta didik di sekolah ataupun di rumah secara perorangan atau kelompok”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian tugas/ resitasi merupakan bagian proses belajar mengajar.
32 Berdasarkan
Suwarna (2008: 113), pemberian tugas dimaksudkan
sebagai sarana melatih , memperdalam, dan memperkaya pengetahuan yang telah diberikan oleh guru. Kegiatan pembelajaran senantiasa diupayakan untuk meningkatkan keefektivitasan dan keefisiensiannya. Kegiatan pendidikan di sekolah yang sangat banyak dalam usaha meningkatkan mutu dan frekuensi isi pelajaran, maka sangat menyita waktu siswa untuk melaksanaakna kegiatan belajar mengajar tersebut. Oleh karena itu guru perlu memberikan tugas – tugas yang diberikan diluar jam pelajaran karena jika hanya menggunakan seluruh jam pelajaran yang ada untuk tiap mata pelajaran, hal itu tidak akan cukup, terkait dengan luasnya tuntutan pelajaran yang diharuskan, seperti yang tercantum dalam kurikulum. Tujuan metode pemberian tugas digunakan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap karena siswa melaksanakan latihan – latihan selama melaksanakan tugas sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi. Siswa dapat lebih aktif belajar dan merasa terangsang untuk meningkatkan belajar yang lebih baik, memupuk inisiatif dan berani bertanggung jawab sendiri. Kelebihan metode pemberian tugas berdasarkan Mulyani Sumatri dan Johar Permana (2001: 131) adalah sebagai berikut: 1). Mampu membuat siswa aktif belajar. 2). Merangsang siswa belajar lebih banyak. 3). Mengembangkan kemandirian siswa. 4). Lebih meyakini dan memperdalam, memperkaya, atau memperluas tentang apa yang dipelajari. 5). Membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah sendiri informasi dan komunikasi. 6). Membuat siswa semangat belajar karena dapat melakukan variasi. 7). Mengmbangkan kreatifitas siswa. Metode pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan pemberian tugas adalah metode pembelajarn kooperatif dimana dalam pelaksanaan pembelajarannya
33 menggunakan Jigsaw dan dimodifikasi dengan kegiatan pemberian tugas yang dilakukan di dalam ataupun diluar jam pelajaran. 2. Aspek Afektif Siswa Aspek afektif termasuk aspek penilaian prestasi belajar siswa dalam proses belajar mengajar. Tipe hasil belajar ranah afektif berkenaan dengan perasaan minat, dan perhatian, keinginan, penghargaan dan lain sebagainya manakala dihadapkan kepada objek tertentu. Misalnya sikap siswa pada waktu belajar disekolah, terutama pada waktu guru sedang mengajar. Yaitu kemauannya untuk menerima pelajaran dari guru-guru, perhatiannya terhadap apa yang dijelaskan oleh guru, keinginannya untuk mendengarkan dan mencatat uraian guru dan lain sebagainya. Berdasarkan
J.R
Fraenkel
dalam
W.Gulo
(2002:147-148)
mengemukakan beberapa ciri tentang nilai sebagai berikut: a. Nilai adalah suatu konsep yang tidak berada di dalam dunia empirik, tetapi di dalam pikiran manusia. Studi tentang nilai biasanya berada dalam lapangan estetika dan etika. Estetika berkenaan dengan apa yang dianggap indah dan enak dinikmati.Sedangkan etika berkenaan dengan bagaimana sebaiknya dan seharusnya orang berperilaku, apa yang dianggap benar dan salah. b. Nilai adalah standar perilaku, ukuran yang menentukan apa yang indah, apa yang efisien, apa yang berharga, apa yang ingin dipelihara dan dipertahankan. Sebagai standar, nilai adalah pedoman untuk menentukan pilihan. Misalnya, menentukan jenis tindakan atau perbuatan yang pantas dilakukan. Nilai ini biasa disebut nilai-nilai moral yang menuntun seseorang untuk berbuat sesuatu yang dianggap benar dan layak. c. Nilai itu direfleksikan dalam perbuatan atau perkataan. Sangat abstrak dan menjadi konkret bila seseorang bertindak dengan cara tertentu. d. Nilai adalah abstraksi atau idealis manusia tentang apa yang dianggap paling penting
dalam
hidup
mereka
sehingga
nilai
dapat
dibandingkan,
dipertentangkan, dianalisis dan didiskusikan, serta digeneralisasikan. Berdasarkan uraian di atas terkait nilai dapat disimpulkan bahwa nilai merupakan sesuatu yang abstrak yang bisa menjadi konkret jika diwujudkan
34 dalam perilaku, nilai menjadi standar pedoman untuk menentukan pilihan, nilai tidak bisa diajarkan tetapi diketahui dari penampilannya, pengembangan domain afektif pada nilai tidak bisa dipisahkan dari aspek kognitif dan psikomotorik, masalah nilai adalah masalah emosional dan karena itu dapat berubah, berkembang, sehingga bisa dibina, dan perkembangan nilai atau moral tidak terjadi sekaligus, tetapi melalui tahap- tahapan tertentu. Menurut Nana Sudjana (2006: 30) ada beberapa kategori ranah afektif antara lain: a. Reciving/ attending Yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lainlain. Hasil belajar penerimaan merupakan pemilikan kemampuan untuk membedakan dan menerima perbedaan. Misal, menunjukkan penerimaan dengan mengiyakan, mendengarkan, dan menanggapi sesuatu. Penerimaan ini jika diterapkan dalam proses belajar berarti siswa menerima proses belajar yang dikomandoi guru. b. Responding atau jawaban Yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Atau kemampuan memberikan tanggapan atau respon terhadap suatu gagasan, benda, bahan, atau gejala tertentu. Hal ini menyangkut ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepadanya. Hasil belajar respon merupakan suatu komitmen untuk berperan serta berdasarkan penerimaan. Misal, mematuhi, menuruti, mengomentari, bertindak sukarela, mengisi waktu senggang atau menyambut. Respon yang ditunjukkan ketika proses belajar adalah sikap yang memperlihatkan reaksi positif ataupun negatif setelah guru memberikan perlakukan mengajar di kelas. c. Valuing (penilaian) Berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Atau kemampuan memberi penilaian atau perhitungan atau penilaian merupakan keinginan untuk menerima, diperhitungkan, dan dinilai orang lain. Misal, meningkatkan kelancaran berbahasa atau dalam betinteraksi, menyerahkan,
35 melepaskan sesuatu, membantu, menyumbang, mendukung, dan mendebat. Evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut. d. Organisasi Yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Atau kemampuan mengatur atau mengelola berhubungan dengan tindakan penilaian atau perhitungan yang telah dimiliki. Hasil belajarnya merupakan kemampuan mengatur dan mengelola sesuatu secara harmonis dan konsisten berdasarkan pemilikan filosofi yang dihayati. Misal, mendiskusikan menteorikan, merumuskan, membangun opini, dan menguji. e. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai Yakni keterpaduan sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Atau merupakan tindakan puncuk dalam perwujudan perilaku seseorang yang secara konsisten sejalan dengan nilai atau seperangkat nilai-nilai yang dihayatinya secara mendalam. Hasil belajarnya merupakan perilaku seimbang, harmonis, dan bertanggung jawab dengan standar nilai
yang tinggi.
Misal,
memperbaiki, membutuhkan,
menempatkan pada standar yang tinggi, mencegah, berani menolak, mengelola, dan mencari penyelesaian dari suatu masalah. Pengukuran sikap afektif menurut W. James Popham dan Eva L. Baker (2003: 33), bisa menggunakan pertanyaan yang berkaitan dengan apa yang mau dilakukan oleh siswa. Oleh karena itu sikap afektif sangat berpengaruh pada pencapaian tujuan pembelajaran karena berkaitan dengan motivasi siswa berprilaku saat proses belajar mengajar berlangsung sehingga guru harus sungguhsungguh mampu menciptakan situasi penilaian di mana siswa berkesempatan memperlihatkan perilaku seperti yang diharapkan dengan tanpa bantuan guru. Misalnya mengamati perilaku siswa tanpa sepengetahuan siswa. Berdasarkan uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa sikap afektif siswa dapat dilihat dari sikap dan nilai (positif/ negatif) yang ditunjukkan
36 saat proses belajar mengajar berlangsung dengan dilatarbelakangi kemauan siswa untuk bertindak, dalam hal ini dilakukan ketika pembelajaran biologi berlangsung.
B. Kerangka Berfikir Metode pembelajaran merupakan suatu bagian dari sistem pengajaran yang merupakan suatu cara peyajian pengajaran secara teratur untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, pencapaian tujuan dalam proses belajar mengajar yang dipakai sebagai tolak ukur adalah hasil belajar atau prestasi belajar siswa. Hasil belajar atau prestasi belajar siswa menunjukkan tingkat keberhasilan yang telah dilakukan siswa selama masa studi yang menyangkut kompetensikompetensi yang harus dikuasai siswa yang berupa aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dilihat dari kompetensi yang harus dimiliki dalam mencapai hasil belajar yang baik adalah aspek afektif siswa. Banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar ataupun yang mempengaruhi tinggi rendahnya kemampuan afektif siswa saat proses belajar mengajar berlangsung. Salah satu faktor yang mempengaruhinya yaitu penggunaan metode mengajar dalam pembelajaran. Sifat materi yang terkandung ketika mempelajari ilmu biologi berada dalam ingatan dan ada pula materi yang memerlukan pengamatan langsung atau percobaan di laboratorium sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran biologi perlu diupayakan metode pembelajaan yang tepat. Salah satunya yaitu pembelajaran kooperatif Jigsaw. Pembelajaran kooperatif Jigsaw biasanya siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya heterogen yang saling berdiskusi tentang suatu meteri kemudian menjelaskan meterei tersebut kepada teman yang lain sehingga siswa memiliki kesempatan untuk mengembangkan ketrampilan berpikirnya, menerapkan ide-ide melalui diskusi tentang apa yang diketahuinya sehingga dalam mempelajari Jigsaw ini siswalah yang lebih aktif dalam proses pembelajaran dan diterapkan dengan pembelajran Jigsaw ini siswa lebih
aktif,
kreatif,
dan
bersemangat
mengembangkan sikap afektif siswa.
dalam
belajar
sehingga
dapat
37 Dari uraian di atas dapat dibuat gambar kerangka pemikiran sebagai berikut:
.
Metode pembelajaran Jigsaw dengan eksperimen (labotratorium) sikap afektif siswa
Metode pembelajaran Jigsaw dengan pemberian tugas
Gambar 2: Kerangka Pemikiran Untuk memperjelas kerangka berpikir tersebut, maka digambarkan paradigma alur penelitian sebagai berikut: X1
Y1
X1Y1
X2
Y2
X2Y2
X
Gambar 3: Paradigma Penelitian Keterangan: X
:
Metode pembelajaran.
X1
: Diterapkan model pembelajaran koopretif Jigsaw dengan eksperimen.
X2
: Diterapkan model pembelajaran koopertif jigsaw dengan pemberian tugas.
Y1
:
Sikap afektif kelas perlakuan 1.
Y2
:
Sikap afektif kelas perlakuan 2.
38 X1Y1
:
Sikap afektif
siswa dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif Jigsaw dengan eksperimen. X2Y2
:
Sikap afektif siswa dengan penerapan model pembelajaran Jigsaw dengan pemberian tugas.
C. Perumusan Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran tersebut dapat disusun hipotesis sebagai berikut: Ada perbedaan antara pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan eksperimen dan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pemberian tugas terhadap perkembangan sikap afektif siswa dalam pembelajaran biologi.
39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian 1. Tempat penelitian Tempat penelitian yang digunakan adalah SMP Negeri 2 Giritontro Wonogiri pada kelas 2 semester II tahun ajaran 2008/2009. 2. Waktu penelitian Penelitian dilaksanakan pada semester II dari bulan Februari 2009 awal sampai dengan bulan Februari 2009 akhir . Jangka waktu tersebut secara garis besar dibagi menjadi 2 tahap yaitu: a. Tahap persiapan dan perijinan Tahap ini meliputi pengajuan judul skripsi, pembuatan proposal, permohonan ijin penelitian, konsultasi instrument penelitian. Tahap ini dilaksanakan bulan Oktober sampai dengan Desember 2009. b Tahap penelitian Tahap ini meliputi uji coba instrumen, pelaksanaan mengajar dan pengambilan data. Tahap ini dilaksanakan pada awal bulan April 2009 sampai akhir bulan April 2009. c Tahap Penyelesaian Tahap ini meliputi analisis data dan penyusunan laporan hasil penelitian. Tahap ini dilaksanakan pada bulan April 2009 sampai dengan Maret 2010.
B. Metodologi penelitian Metode yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen semu. Tujuan dari metode eksperimen semu menurut Cholid Narbuko dan R. Abu Achmadi (2005: 54) yaitu ”untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasikan semua variabel yang relevan”.
25
40 Data yang bersifat kuantitatif yang berwujud angka-angka hasil perhitungan, kemudian dianalisis untuk memperoleh kesimpulan .
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas II SMP Negeri 2 Giritontro Wonogiri tahun ajaran 2008/2009 sebanyak enam kelas dengan siswa sebanyak kurang lebih 240 siswa. 2. Sampel Penelitian Sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu sebanyak dua kelas dari enam kelas yang ada. 3.Teknik Pengambilan Sampel Sampling yang digunakan adalah random sampling (Cluster Random Sampling) yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara acak. Enam kelas yang menjadi populasi diacak dan diambil dua kelas sebagai sampel yaitu kelas VIII E sebagai kelas eksperimen I dan kelas VIII C sebagai kelas eksperimen II. Penentuan ini berdasarkan pada ciri – ciri yang sama dimiliki populasi, yaitu: a. Siswa yang menjadi objek penelitian duduk pada kelas paralel yang sama. b. Siswa diampu oleh guru yang sama c. Siswa mendapat materi pelajaran yang sama
D. Teknik Pengambilan Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan teknik dokumentasi atau arsip, angket dan observasi atau pengamatan.. Teknik dokumentasi untuk mendapatkan data nilai biologi sebelum eksperimen mengajar yaitu nilai semester I biologi, sedangkan metode angket dan metode observasi digunakan untuk mengukur aspek afektif siswa.
41
1. Variabel Penelitian Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. a. Variabel bebas Metode pembelajaran 1) Definisi oprasional : merupakan cara mengajar yang digunakan oleh guru untuk mengajarkan atau menyajikan bahan pembelajaran kepada siswa 2). Kategori
:
a) metode Jigsaw dengan eksperimen b) metode Jigsaw dengan pemberian tugas b. Variabel terikat Sikap afektif siswa 1). Definisi oprasional : suatu kemampuan yang berhubungan dengan value (nilai), yaitu suatu konsep yang tidak berada di dalam dunia empiris, tetapi di dalam pikiran manusia. 2). Indikator
: Angket dan observasi afektif
2. Metode Pengambilan Data a. Metode Dokumentasi Pada penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan awal siswa yang diambil dari nilai UAS semester I untuk mata pelajaran biologi kelas VIII. b. Metode angket Menurut Riduwan (2004:99)” angket atau questionare adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna”. Metode angket digunakan untuk memperoleh data tentang aspek afektif siswa. Angket yang digunakan adalah jenis angket langsung tertutup. Data yang diperoleh berupa skor hasil pengisian angket dari responden.
42 c. Metode Observasi Pengambilan data pelengkap untuk sikap afektif dengan observasi atau pengamatan tentang data pribadi dan tingkah laku setiap individu anak didik. Instrumen penilaian ini berupa lembar penilaian observasi berkaitan dengan sikap afektif siswa selama proses belajar. Perangkat penilaian diisi guru atau asisten laboratorium sesuai dengan aspek-aspek afektif.
3. Instrumen penelitian Instrumen yang digunakan adalah angket dan observasi untuk mengetahui aspek afektif siswa. a. Instrumen angket Pedoman penyusunan angket dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1). Perencanaan Perencanaan angket meliputi perumusan tujuan, yaitu menentukan spesifikasi data yang disesuaikan dengan lingkup masalah dan tujuan penelitian yang dilakukan. Selanjutnya menentukan variabel, dibuat terlebih dahulu konsep yang menjadi pusat perhatian dari variabel yang diukur. Kemudian kategorisasi variabel, dari konsep yang telah dibuat lalu dijabarkan menjadi nilai-nilai yang akan diukur dan ditentukan indikatornya. 2). Penulisan Butir Soal Berdasarkan aspek dan indikator yang telah dirumuskan, kemudian disusun kisi-kisi angket, dengan demikian kisi-kisi angket dapat menjadi pedoman pembuatan pertanyaan maupun jumlah pertanyaan. 3). Penyuntingan Angket Meliputi pembuatan surat pengantar, pedoman pengisian, kunci jawaban dan menentukan pemberian skor. Penentuan skor angket sikap afektif siswa menggunakan skala model Likert. Menurut Sukardi (2005: 146-157) bahwa skala Likert digunakan untuk manilai sikap atau tingkah laku yang diinginkan oleh para peneiliti dengan cara mangajukan beberapa pertanyaan kepada responden, kemudian responden diminta memberikan pilihan jawaban atau respon dalam skala ukur yang telah disediakan.
43 Bentuk angket yang digunakan adalah bentuk cek list, yaitu bentuk angket dimana pengisi angkat tinggal memberi tanda cek (√ ) pada kolom yang disediakan. Alternatif jawaban tiap item ada lima seperti berikut : Untuk item pertanyaan positif : Skor 5 untuk alternatif jawaban selalu (S), menunjukkan sikap yang paling tinggi. Skor 4 untuk alternatif jawaban sering (SR), menunjukkan sikap yang tinggi. Skor 3 untuk alternatif jawaban kadang-kadang (KD), menunjukkan sikap yang sedang. Skor 2 untuk alternatif jawaban jarang (J), menunjukkan sikap yang rendah. Skor 1 untuk alternatif jawaban tidak pernah (TP), menunjukkan sikap yang paling rendah. Untuk item pertanyaan negatif Skor 1 untuk alternatif
jawaban selalu (S), menunjukkan sikap yang paling
rendah. Skor 2 untuk alternatif jawaban sering (SR), menunjukkan sikap yang rendah. Skor 3 untuk alternatif jawaban kadang-kadang (KD), menunjukkan sikap yang sedang. Skor 4 untuk alternatif jawaban jarang (J), menunjukkan sikap yang tinggi. Skor 5 untuk alternatif jawaban tidak pernah (TP), menunjukkan sikap yang paling tinggi. 4). Perbaikan Angket Instrumen angket yang baik adalah instrumen yang telah diujicobakan kepada kelas lain kemudian baru diterapkan kepada kelas eksperimen. Tujuan dari uji coba angket tersebut adalah untuk mendapatkan gambaran tentang validitas (kesahihan) dan reliabilitas (kemantapan) instrumen. Item yang valid dan reliabel selanjutnya digunakan dalam penelitian. Uji coba dilaksanakan di SMP Negeri 2 Giritontro,Wonogiri pada siswa kelas VIII D tahun pelajaran 2008/2009 sebanyak 40 siswa. Setelah disusun angket afektif, kemudian diujicobakan. Dari hasil uji coba selanjutnya dianalisis untuk dihitung validitas dan reliabilitas angket.
44 a). Uji Validitas Validitas suatu angket adalah taraf sampai dimana suatu angket mampu mengukur apa yang sebenarnya diukur. Hal ini untuk mengetahui taraf koelasi atau taraf empirisnya menurut
Suharsimi Arikunto (2006: 72) dapat
menggunakan rumus :
rxy
N XY X Y
N X
2
X N Y 2 Y 2
2
Keterangan: N
= Jumlah subyek
rxy
= Koefisien validitas
X
= Hasil pengukuran suatu tes yang ditentukan validitasnya
Y
= Kriteria yang dipakai Kriteria validitas angket dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 3. Kriteria Validitas Koefisian Korelasi
Kualifikasi
0,91
– 1,00
Sangat Tinggi
0,71
– 0,90
Tinggi
0,41
– 0,70
Cukup
0,21
– 0,40
Rendah
Negatif – 0,20
Sangat Rendah
Hasil uji validitas instrumen angket diperoleh 7 dari 50 butir soal invalid dan drop atau tidak dipakai yaitu butir soal nomor 33, 8, 40, 41, 43, 45, dan 49.
b). Uji Reliabilitas Untuk mengetahui reliabilitas angket digunakan rumus Alpha, yaitu : 2 n 1 r11 1 1 2 n 1
45 Keterangan :
r11
= reliabilitas tes
n
= banyaknya item soal
= jumlah varians butir
2
= varians soal Kriteria tingkat reliabilitas berdasarkan koefisien r menurut Suharsimi
Arikunto (2002: 245), dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4. Kriteria Reliabilitas Koefisian Korelasi
Kualifikasi
0,800 - 1,000
Tinggi
0,600 - 0,800
Cukup
0,400 - 0,600
Agak rendah
0,200 - 0,400
Rendah
0,000 - 0,200
Sangat rendah
Hasil uji reliabilitas instrument angket diperoleh nilai r11 =8, 29, berdasarkan kualifikasi koefisien reabilitas di atas maka dikatakan instrument memiliki reliabilitas yang tinggi. b. Instrumen observasi Pengambilan data pelengkap untuk sikap afektif dengan observasi atau pengamatan tentang data pribadi dan tingkah laku setiap individu anak didik. Instrumen penilaian ini berupa lembar penilaian observasi berkaitan dengan sikap afektif siswa selama proses belajar. Perangkat penilaian diisi guru atau asisten laboratorium sesuai dengan aspek-aspek afektif.
E. Teknik Analisis Data Analisis data bertujuan unutuk mengkaji kebenaran hipotesis yang diajukan.
46 1. Uji Keseimbangan Uji keseimbangan ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini memiliki kemampuan awal yang sama apa tidak. Untuk menguji keseimbangan diambil dari dokumentasi nilai UAS semester I untuk mata pelajaran biologi . Menurut Budiyono (2004:149) langkah – langkah uji Z yaitu sebagai berikut : a. Hipotesis Ho : 1 2 ( kedua kelompok sampel memiliki kemampuan awal sama)
H1 : 1 2 ( kedua kelompok sampel memiliki kemampuan awal berbeda) b. Taraf Signifikasi ( )=0, c. Statistik Uji yang digunakan:
Z
( X 1 X 2)
12 n1
22
~ N (0,1)
X
2
n
n2
2
x
2
n
Keterangan : X1
: Mean dari sampel kelompok perlakuan I
X2
: mean dari sampel kelompok perlakuan II
12
: variansi dari kelompok perlakuan I
22
: variansi dari kelompok perlakuan II
n1
: ukuran sampel kelompok perlakuan I
n2
: ukuran sampel kelompok perlakuan II
d. Menuntukan daerah kritik(DK): Z /Z/ Z
2
e. Keputusan Uji Tolak Ho jika Z hitung terletak di daerah kritik. f. Kesimpulan 1) Kedua kelompok sampel memiliki kemampuan awal sama jika Ho diterima
47 2) Kedua kelompok sampel memiliki kemampuan awal berbeda jika Ho ditolak. Perhitungan pengujian kelompok eksperimen dan pemberian tugas diperoleh harga Z hitung 0.033 sedangkan Z tabel( 0,025) = 1.96 dengan demikian H 0 diterima karena harga statistik uji Z hitung = 0.033 jatuh di luar daerah kritik, ini berarti kedua sampel mempunyai kemampuan awal yang sama atau dalam keadaan seimbang. Berdasarkan analisis uji keseimbangan di atas menunjukkan hasil keseimbangan dimana harga statistik uji Z hitung jatuh di luar daerah kritik, ini berarti kedua sampel mempunyai kemampuan awal yang sama atau dalam keadaan seimbang. Kedua sampel berawal dari tiik yang sama sebelum penelitian dilakukan . Perhitungan uji keseimbangan secara lengkap dapat dilihat pada lampiran. 2. Uji Prasyarat Analisis Uji prasyarat analisis dilakukan terlebih dahulu sebelum uji hipotesis. Uji prasyarat analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji homogenitas. a. Uji Normalitas Pengujian normalitas dilakukan dengan teknik Lilliefors. Uji normalitas ditempuh dengan prosedur sebagai berikut: (Sudjana, 1996:466) 1). Pengamatan X1, X2,…,Xn menggunakan rumus zi
dijadikan bilangan baku Z1, Z2, …Zn
dengan
xi x ( x dan s masing – masing merupakan rata – s
rata dan simpangan baku sampel) 2). Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z < Zi) 3). Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2,…,Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi.. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi), maka :
48 S ( zi )
banyaknyaz1, z2 , zn yang zi n
4). Menghitung selisih F(Zi) – S(zi) kemudian tertentu harga mutlaknya. 5). Mengambil harga F(Zi) – S(zi) yang paling besar sebagai harga L0. Hipotesis: H0 = Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal Ha= Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal H0 ditolak bila L0 > Ldaftar untuk taraf nyata yang dipilih Dalam uji normalitas kelas jigsaw dengan eksperimen diperoleh Lhitung = 0.0760 yang mana lebih kecil dari Llabel ( 0.05;37) = 0.1457. Dengan Lhitung yang lebih dari
Ltabel , maka H 0 diterima disimpulkan bahwa sampel kelas jigsaw dengan
eksperimen berasal dari kelompok yang berdistribusi normal. Di kelas jigsaw dengan pemberian tugas diperoleh Lhitung = 0.0910 yang mana lebih kecil dari
Ltabel ( 0.05;34) = 0.1519. Dengan Lhitung yang lebih kecil dari Ltabel , maka H 0 diterima disimpulkan bahwa sampel kelas jigsaw dengan pemberian tugas berasal dari kelompok yang berdistribusi normal. Berdasarkan uji normalitas dengan metode Lilifors data sikap afektif didapat
Lhitung lebih kecil daripada Ltabel , sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa data sikap afektif siswa berdistribusi normal. Hasil analisis data uji normalitas secara lengkap disajikan pada lampiran. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan metode Bartlert. Hipotesis : H0 : 12 22 sampel homogen H1 : 12 22
sampel tidak homogen
Stastitik Uji X2
2,303 f log MSerr f j log S12 C
49 dimana :
C 1
MSerr
1 1 1 3k 1 f1 f1
SS
j
f
X
2
SS j X
S 2j
2 j
j
nj
SS n j 1
f j = derajat kebebasan f j n j 1
j =1,2,3,….,k k = cacah sampel nj = cacah pengukuran pada sampel ke-j Daerah kritik DK : X 2 X aj2 ;k 1 Untuk 0,05 aj 1
taraf signifikasi Keputusan uji H0 diterima jika X 2 < X aj2 ;k 1 H0 ditolak jika X 2 X aj2 ;k 1 Hasil uji homogenitas pada sikap afektif siswa kelas jigsaw dengan eksperiman dan kelas jigsaw dengan pemberian tugas diperoleh harga 2hitung = 0.033 sedangkan 2 tabel( 0.05;1) = 3.841 sehingga 2hitung < 2 tabel atau berada diluar daerah kritik dengan demikian H 0 diterima, ini berarti kedua sampel berasal dari populasi yang homogen dan selengkapnya disajikan dalam lampiran.
50 3. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis digunakan analisis variansi satu jalan dilanjutkan dengan analisis komparasi ganda. Analisis hanya dapat mengetahui ditolak atau diterimanya hipotesis nol dan ada tidaknya perbedaan. Hal ini berarti jika hipotesis nol ditolak maka belum diketahui rerata mana yang berbeda. Jika hipotesis nol ditolak maka diperoleh kesimpulan bahwa paling sedikit terdapat satu rerata yang berbeda dengan rerata lainnya. Untuk mengetahui lebih lanjut rerata berbeda dan yang sama dilakukan pelacakan rerata yang dikenal sebagai analisis komparasi ganda. a. Analisis Variansi Satu Jalan Prosedur dalam pengujian dengan menggunakan analisis variansi satu jalan menurut Husaini Usman dan Purnomi Stiady A ( 2003:183) adalah sebagai berikut: 1) Hipotesis: 0 : Y j 0 , untuk semua j ( tidak ada perbedaan efek antar perlakuan terhadap
variable terikat ) H1 : Y j 0, untuk paling sedikit satu j ( ada perbedaan efek antar perlakuaan
terhadap variabel terikat) 2) Taraf signifikansi 0,05 3) Statistik uji yang digunakan F
RK A RK D
4) Menghitung jumlah kuadrat rata-rata, dengan rumus:
KR
x x x 1
2
J
.... xn
2
3
n1 n2 n3 ....nn
5) Menghitung jumlah kuadrat dalam kelompok dengan rumus: JK A
( x1 ) 2 n1
x
2
2
n2
x ...
2
n
nn
JK R
6) Menghitung jumlah kuadrat dalam kelompok JK D x 2 JK R JK A 7) Menghitung derajat kebebasan rata- rata dengan rumus dk ratarata = 1
51 8) Menghitung derajat kebebasan antar kelompok dk A k 1 9) Menghitung derajat kebebasan dalam kelompok dk D N k 10) Menghitung rata-rata jumlah kuadrat rata-rata RK rata rata
JK R dk R
11) Menghitung rata-rata jumlah kuadrat antar kelompok RK A
JK R dk A
12. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat dalam kelompok RK D 13). Mencari F hitung dengan rumus : F hitung =
JK D dk D
RK A RK D
14). Mencari F tabel dengan rumus : Ftabel F( );( dkA);( dkD) 15). Kriteria pengujian yaitu:Jika F hitung Ftabel maka Ho ditolak. 16). Rangkuman Analisis Variansi Tabel 5. Rangkuman Analisis Variansi Jumlah variansi
Rata-rata antar kelompok dalam kelompok
Jumlah kuadrat (JK) JK R JK A JK D
x
Jumlah
2
dk
1 dk A dk D
n
1
Rata-rata kuadrat (RK) RK R RK A RK D -
F hitung
F tabel
Kepu tusan
-
b. Uji Komparasi Ganda Komparasi ganda adalah tidak lanjut dari analisis variansi apabila hasil analisis variansi tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Uji lanjutan setelah analisis variasi, digunakan metode Scheffe, karena metode tersebut akan menghasilkan beda rerata dengan tingkat signifikasi yang kecil. Menurut
(Budiyono,2004:201-204)
langkah–langkah
menggunakan metode Scheffe adalah sebagai berikut: 1). Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rerata 2). Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut
dalam
52 3). Menentukan tingkat signifikansi =0,05 4). Mencari harga anava statistik uji F dengan rumus sebagai berikut : a). Untuk komparasi rerata antar baris ke-i dan ke-j
Fi. j .
X
i
X
2
j
RKG 1 1 n n j 1
b). Untuk komparasi rerata antar baris ke-i dan ke-j Fi. j .
X
i
X
2
j
RKG 1 1 n n j 1
c). Untuk komparasi rerata anatar sel pada kolom ke-j Fij kj
X
ij
X kj
2
RKG 1 1 nkj nij
d). Untuk komparasi rerata antar sel pada baris ke-i Fij kj
X
ij
X kj
2
RKG 1 1 n n ij kj
5). Menentukan daerah kritik (DK)
DKi. j. F F p 1F ; p 1; N pq
DKi. j. F F q 1F ; p 1; N pq
DKij kj F F pq 1F ; pq1; N pq
DKij kj F F pq 1F ; pq1; N pq
6.) Menentukan keputusan uji untuk setiap pasang komparasi ganda 7). Menyusun rangkuman analisis (komparasi ganda)
53 BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Berkaitan dengan hipotesis yang telah dikemukakan pada bab II maka diperlukan adanya data-data yang harus dianalisis. Data ini berupa nilai hasil belajar siswa pada pokok bahasan fotosintesis. Hasil belajar siswa yang dinilai adalah ranah afektif. Data-data tersebut diambil dari SMP Negeri 2 Giritontro tahun pelajaran 2008/2009 yakni kelas VII C dan VII F yang masing-masing sebagai kelompok eksperimen I ( Jigsaw dengan pemberian tugas) dan kelompok eksperimen II (Jigsaw dengan eksperimen ). Pada penelitian ini jumlah siswa yang dilibatkan sebanyak 71 siswa yaitu 34 siswa kelas VII C dan 37 siswa kelas VII E. Untuk lebih jelasnya disajikan deskripsi data penelitian dari masing-masing variabel. Diskripsi data aspek afektif siswa hasil penelitian dari masing – masing kelompok disajikan dalam Tabel 6. dan data selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran. Tabel 6. Deskripsi Data Aspek Afektif Kelompok
Eksperimen I
Juml.
Nilai
Nilai
Rata-
Tertinggi
Terendah
rata
37
199
150
177,11
34
195
145
170,44
(Jigsaw dengan eksperimen) Eksperimen II (Jigsaw dengan pemberian tugas) Berdasarkan deskripsi data di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata aspek afektif kelas yang diberikan perlakuan Jigsaw dengan eksperimen (praktikum) lebih tinggi dibandingkan rata-rata aspek afektif kelas yang diberikan perlakuan Jigsaw dengan pemberian tugas. Nilai rata-rata aspek afektif kelas Jigsaw dengan eksperimen dan kelas Jigsaw dengan pemberian tugas jika dibuat diagram batang seperti di bawah ini: 39
54
Aspek Afektif
178 176 174 177,11
172 170
170,44
168 166 Jigsaw Eksperimen
Jigsaw Pemberian tugas
Gambar 4. Diagram batang perbandingan aspek afektif Diagram batang perbandingan aspek afektif diatas dapat diketahui bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan eksperiman dalam memberikan pengaruh terhadap aspek afektif siswa lebih tinggi daripada Jigsaw dengan pemberian tugas atau nilai rata-rata kelas Jigsaw dengan eksperiman lebih tinggi
daripada
Jigsaw dengan pemberian tugas. Distribusi frekuensi aspek
afektif kelompok eksperimen I disajikan dalam di lampiran. Dari distribusi frekuensi aspek afektif kelas eksperimen I (Jigsaw dengan ekperimen) tersebut dapat dibuat histogram seperti pada Gambar 5. berikut: Histogram Aspek Afektif Kelas Eksperimen I (Jigsaw dengan Eksperimen) F r e k u e n s i
12
10
9
10
8
8 6
6 4
2
2
2 0 149,5
158,5
167,5
176,5
185,5
194,5
203,5
Batas Nyata
Gambar 5. Histogram Aspek Afektif Kelas Eksperimen I
55 Berdasarkan histogram distribusi frekuensi di atas dapat dijelaskan bahwa nilai 2, 6, 10, 9, 8, dan 2 menunjukkan frekuensi/ banyaknya siswa yang mendapatkan nilai sedangkan 158,5-167,5 seterusnya menunjukkan batas nyata, sehingga jelas bahwa siswa yang mendapat nilai sekisar 158,5-167,7 sebanyak 6 siswa, nilai antara 167,5-176,5 sebanyak 1 siswa. Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa nilai siswa kebanyakan antara 167,5-176,5. Distribusi frekuensi aspek afektif siswa kelompok eksperimen II dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan distribusi frekuensi aspek afektif kelas eksperimen II (Jigsaw dengan pemberian tugas) tersebut dapat dibuat histogram seperti pada Gambar 6. berikut: Histogram Aspek Afektif Kelas Eksperimen II (Jigsaw dengan pemberian tugas) F r e k u e n s i
11 12 10 10 8 6 6 3 4 2 2 2 0 144,5 153,5 162,5 171,5 180,5 189,5 198,5 Batas Nyata
Gambar 6. Histogram Kelas Eksperimen II (Jigsaw dengan pemberian tugas) Berdasarkan histogram distribusi frekuensi di atas dapat dijelaskan bahwa nilai 2, 6, 10, 11, 3, dan 2 menunjukkan frekuensi/ banyaknya siswa yang mendapatkan nilai sedangkan 153,5-162,5 seterusnya menunjukkan batas nyata, sehingga jelas bahwa siswa yang mendapat nilai sekisar 153,5-162,5 sebanyak 6 siswa, nilai antara sebanyak 11 siswa. Berdasarkan Gambar 6. di atas terlihat bahwa nilai siswa kebanyakan antara 171,5-180,5.
56 B. Hasil Pengujian Hipotesis 1. Analisis Variasi Satu Jalan Setelah prasyarat analisis dipenuhi, maka diteruskan dengan pengujian terhadap hipotesis penelitian. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis variasi satu jalan yang dilanjutkan dengan analisis komparasi ganda. Dari hasil perhitungan yang dilakukan, diperoleh hasil pada Tabel 7. dan hasil selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Tabel 7. Rangkuman Analisis Variansi Jumlah
Jumlah
Rata-rata
Variansi
Kuadrat (JK)
dk
kuadrat (RK)
Rata-rata
2136739,2817
1
2136739,2817
857,7779
1
857,7779
kelompok
8961,9404
69
129,8832
Total
2146559
71
-
F
F ta b
Keputusan H0
h itu n g
Antar kelompok
6,60
3,98
Ditolak
Dalam
Berdasarkan tabel di atas didapat hasil bahwa F h itu n g (6,60) yang didapat dari hasil pembagian rata-rata kuadrat antar kelompok dengan rata-rata kuadrat dalam kelompok, dan F ta b (3,98) dengan taraf signifikan 5%. Karena F h itu n g > F ta b maka Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti bahwa ada perbedaan sikap afektif antara yang diajar dengan penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan eksperimen dan Jigsaw dengan pemberian tugas. Dari hasil perhitungan diperoleh harga statistik uji F h itu n g = 6.60 sedangkan F ta b = 3.98 sehingga F ta b > , dengan demikian Ho ditolak dan H1 Diterima. Berarti hipotesis yang berbunyi metode pembelajaran ( Jigsaw dengan eksperimen dan Jigsaw dengan pemberian tugas ) memberikan pengaruh terhadap perkembangan sikap afektif siswa pada pembelajaran biologi diterima. Hasil perhitungan analisis variasi satu jalan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
57 2. Uji Lanjut Analisis Variansi Hasil perhitungan analisis variansi satu jalan menunjukkan adanya pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan eksperimen dan Jigsaw dengan pemberian tugas terhadap sikap afektif siswa kelas VIII semester genap SMP N 2 Giritontro Wonogiri tahun ajaran 2008/2009. Uji komparasi ganda dengan metode Scheffe sebagai uji lanjut analisis variansi digunakan untuk dapat mengetahui perbedaan yang signifikan antara kedua metode yang diterapkan. Tabel 8. Rangkuman Analisis Komparasi Ganda Komparasi
F h itu n g
F ta b
Keputusan H0
1 vs 2
6,60
3,98
Ditolak
Berdasarkan hasil perhitungan uji komparasi ganda untuk prestasi aspek afektif dengan uji Scheffe dan dengan taraf signifikansi 5% diperoleh F tabel 3,98, F hitung
6,60. Dari Tabel 8. di atas dapat diketahui bahwa hasil uji lanjut anava
antara F hitung dan F tabel menunjukkan bahwa F hitung > F tabel , maka H 0 ditolak. Karena H 0 ditolak, maka terdapat perbedaan yang signifikan sikap afektif siswa antara yang diajar dengan penerapan pembelajaran Jigsaw dengan eksperimen dan Jigsaw dengan pemberian tugas.
C. Pembahasan Hasil Analisis Data Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan eksperimen dan jigsaw dengan pemberian tugas terhadap sikap afektif siswa dalam pembelajaran biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Giritontro Wonogiri tahun ajaran 2008/ 2009 pada pokok bahasan fotosintesis. Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa dari hasil uji keseimbangan kemampuan awal dengan uji Z diperoleh Zhitung > Ztabel maka Ho diterima. Ho diterima berarti kedua sampel mempunyai kemampuan awal sama dan dalam keadaan seimbang. Maka kedua sampel berangkat dari titik tolak yang sama sebelum penelitian dilakukan sehingga apabila ada faktor-faktor yang
58 mungkin mempengaruhi treatmen telah di matched dengan matching test maka penelitian dapat dilakukan. Hasil uji normalitas yang menggunakan uji Lilliefors menunjukan bahwa Lhit < Ltab, hal ini berarti semua sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal sedangkan hasil uji homogenitas yang menggunakan Bartlet diketahui bahwa variansi antara kelompok uji sudah homogen atau sama. Berdasarkan hasil uji persyaratan analisis sudah terpenuhi maka dapat dilanjutkan ke uji hipotesis. Hasil perhitungan statistik dengan uji analisis variansi satu jalan untuk sikap afektif diperoleh F
hit
= 6,60 > Ftabel = 3,98 dengan taraf 5% dan dengan
jumlah sampel 71 yang terdiri atas dua kelas. Dari analisis variansi satu jalan tersebut memberikan hasil bahwa H 0 ditolak yang berarti ada perbedaan pengaruh terhadap sikap afektif siswa antara yang diajar dengan penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan eksperimen dan Jigsaw dengan pemberian tugas. Setelah uji variansi satu jalan yang menunjukkan hasil bahwa terdapat beda penerapan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan eksperimen dan pemberian tugas terhadap sikap afektif siswa dalam pembelajaran biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Giritontro Wonogiri tahun pelajaran 2008/ 2009, dilakukan uji lanjut anava yaitu uji komparasi ganda dengan metode Scheffe untuk mengetahui perbedaan yang signifikan dan ada tidaknya pengaruh antara kedua metode pembelajaran yang digunakan. Berdasarkan uji komparasi ganda dengan metode Scheffe diperoleh hasil untuk aspek afektif F hitung > F tabel sehingga H 0 ditolak yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan eksperimen dan Jigsaw dengan pemberian tugas. Karena adanya perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan eksperimen dan Jigsaw dengan pemberian tugas terhadap sikap afektif siswa dalam pembelajaran biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Giritontro Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan eksperimen dan Jigsaw dengan pemberian tugas terhadap sikap afektif siswa dalam pembelajaran biologi.
59 Adanya perbedaan yang signifikan tersebut maka dapat disimpulkan ada pengaruh sehingga dapat diteruskan untuk mengetahui mana yang lebih baik atau pengaruh mana yang lebih besar dari kedua model pembelajaran tersebut dilihat dari rata-ratanya. Dari rata-rata pada analisis komparasi ganda atau pada data induk penelitian terlihat bahwa nilai rata-rata atau rerata nilai untuk kedua model pembelajaran diperoleh hasil yang berbeda-beda. Perbandingan rerata untuk kedua model pembelajaran tersebut dapat dilihat pada Tabel 9. berikut: Tabel 9. Perbandingan Rata-rata Nilai Pencapaian Sikap Afektif Kelompok
Eksperimen I
Juml.
Nilai
Nilai
Rata-
Tertinggi
Terendah
rata
37
199
150
177,11
34
195
145
170,44
(Jigsaw dengan eksperimen) Eksperimen II (Jigsaw dengan pemberian tugas) Berdasarkan tabel perbandingan rata-rata nilai pencapaian aspek afektif di atas terlihat bahwa rata-rata nilai aspek afektif siswa yang dikenai perlakuan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nilai aspek afektif siswa yang yang dikenai perlakuan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pemberian tugas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan eksperimen lebih berpengaruh terhadap sikap afektif siswa daripada Jigsaw dengan pemberian tugas. Sedangkan hasil observasi proses belajar mengajar sebelum dan saat penelitian sikap afektif siswa mengalami perkembangan, untuk kelas dengan penerapan pembelajaran Jigsaw dengan ekeperimen dari 71,8 % siswa yang berprilaku positif dilihat dari sikap afektifnya meningkat menjadi 90, 57 %, sama dengan peningkatannya sebesar 18,77 %. Sedangkan obeservasi di kelas yang diterapkan pembelajaran Jigsaw dengan pemberian tugas dari 72, 97 % menjadi 84,275 %, sama dengan peningkatannya sebesar 11,3 %. Sebagaimana dapat dilihat pada lampiran dan Tabel 10. berikut:
60 Tabel 10. Perbandingan Peningkatan Sikap Afektif Melalui Observasi Kelompok
Obs.pra perlakuan
Obs. I
Obs.II
(rata-rata
Peningkatan
(%)
(%)
observasi)
Sikap (%)
(%) Jjigsaw
(%)
71,8
89,47
91,67
90,57
18,77
72, 97
85,7
82,85
84,275
11,3
eksperimen Jigsaw pemberian tugas Berdasarkan uraian didapat bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memberikan pengaruh pada perkembangan sikap afektif siswa dan terlihat bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan eksperimen lebih baik dibandingkan Jigsaw dengan pemberian tugas. Penggunaan kedua metode tersebut dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di SMP N 2 Giritontro Wonogiri belum pernah digunakan sebelumnya sehingga siswa begitu antusias dalam mengikuti pelajaran biologi dengan kedua metode ini karena merupakan suatu pengalaman baru bagi mereka. Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada perbedaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan eksperimen dan pemberian tugas terhadap perkembangan sikap afektif siswa dalam pembelajaran biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Giritontro, Wonogiri”, diterima. Penggunaan pembelajaran kooperatif dalam proses belajar dapat memberikan dampak yang baik pada perkembangan sikap afektif siswa karena sesuai lima unsur yang ada di pembelajaran kooperatif sendiri yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok. Lima unsur pembelajaran kooperatif ini jika bisa diterapkan saat propses belajar baik di dalam maupun di luar sekolah akan menghasilkan peserta didik yang mempunyai kepercayaan diri dalam proses belajar karena pembelajaran kooperatif memberikan penghargaan untuk setiap siswa dalam bentuk tanggung jawab perseorangan sebagai anggota kelompok itu berarti baik buruknya kerja kelompok sangat tergantung dari kerja anggotanya.
61 Begitu juga unsur yang lain memberikan pengaruh yang positif dalam perkembangan sikap afektif siswa. Salah satu jenis pembelajaran kooperatif adalah Jigsaw. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menjadikan siswa memiliki ketergantungan positif untuk saling membantu dalam penguasaan dan pemahaman materi pelajaran karena dalam pembelajaran kooperatif Jigsaw kelompok dibentuk heterogen sehingga dalam setiap kelompok siswa yang berkemampuan lebih akan membantu dalam proses pemahaman siswa yang berkemampuan rendah dan siswa yang berkemampuan sedang akan segera menyesuaikan dalam proses pemahaman materi, sehingga disini selain ketergantuangan positif juga terjadi komunikasi antaranggota kelompoknya dan interaksi tatap muka. Pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah pembelajaran yang fleksibel artinya bisa dimodifikasi dengan metode belajar yang lain. Peneletian ini mengembangkannya dengan eksperimen dan pemberian tugas. Implementasi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan eksperimen dibagi menjadi tiga tahap yaitu; persiapan, pelaksaan, dan evaluasi. Tahap persiapan dalam pembelajaran koopertif
Jigsaw hal yang perlu diperhatikan
adalah penentuan topik bahasan yang akan diberikan ke kelompok ahli dalam hal ini topik pembahasan melalui kegiatan eksperimen, pembagian siswa ke dalam tim, pembagian siswa ke dalam kelompok ahli, dan penentuan skor awal pertama, yaitu skor awal mewakili skor rata-rata siswa pada kuis-kuis sebelumnya. Dalam penelitian terdapat beberapa tahap. Pada tahap pertama yaitu membaca, pelaksanaan Jigsaw dalam eksperimen diawali dengan membaca petunjuk praktikum dan topik-topik pembahasan yang sudah dibagi. Pemahaman di awal kegiatan proses belajar ditanamkan ke siswa untuk menghindari salah persepsi dalam pencapaian tujuan kegiatan belajar. Tahap kedua diskusi kelompok ahli, pelaksanaan eksperimen dalam bentuk praktikum dilakukan bersama-sama satu kelompok ahli dengan masing-masing anggota mewakili kelompok asal mencari atau membuat pembahasan dari topik yang dibagi melalui diskusi kelompok ahli. Tahap ini sangat membutuhkan tanggung jawab perseorangan. Tahap ketiga laporan tim, anggota kelompok ahli kembali kelompok asal
62 (kelompok tim) menyampaikan hasil pembahasan topik di kelompok ahli. Proses ini memerlukan saling ketergantungan positif, interaksi antar anggota yang baik, dan tatap muka. Tahap keempat tes, dilakukan bersama untuk mengukur pemahaman masing-masing siswa mengcakup semua topik. Tahap terakhir yaitu rekognisi atau penghargaan tim/ kelompok. Skor kelompok ditentukan rata-rata skor anggota kelompok dilihat dari skor tes dan aktivitas kelompok termasuk kekompakan dalam kerjasama. Penghargaan diberikan kepada kelompok yang memiliki skor perkembangan tertinggi biasanya berupa pemberian sertifikat. Implementasi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pemberian tugas sama dengan tahap-tahapan pada Jigsaw dengan eksperimen yang membedakan adalah tidak adanya kegiatan praktikum di laboratorium. Secara umum dari pelaksanan kedua metode tersebut mampu membuat semangat dan motivasi siswa mengikuti pelajaran bertambah. Pembelajaran dengan eksperimen siswa memperoleh pengetahuan dengan kegiatan pengamatan sendiri dan pengalaman sehingga lebih bermakna, sedangkan pada pemberian tugas salah satu kelemahannya adalah pengetahuan yang diperoleh hasil meniru dari temannya atau mencari sendiri dan ini merupakan salah satu kelemahan metode pemberian tugas yaitu sulitnya kontrol terhadap hasil dari tugas yang diberikan. Dengan demikian membuat pengetahuan yang diperoleh siswa cepat terlupakan dan siswa kurang mampu menerapkan konsep yang dipelajari sehingga pada saat mengerjakan tes kebanyakan mereka hanya mengingat konsep secara terpotong – potong. Pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan eksperimen merupakan model pembelajaran yang mengandung proses yang lebih tinggi tingkatnya dibanding metode Jigsaw dengan pemberian tugas, siswa dalam metode ini dituntut aktif mengambil bagian dari awal sampai akhir proses pembelajaran. Siswa dalam melakukan eksperimen dituntut untuk berpikir dan bertindan secara ilmiah mulai dari pengamatan awal sampai menganalisis hasilnya dan penarikan kesimpulan, siswa juga dapat mengamati secara langsung proses dan hasil yang diperolehnya sehingga siswa mendapatkan pengalaman langsung dan gambaran yang jelas dari kebenaran teori. Dengan demikian siswa dapat menyerap kesan yang mendalam
63 dan siswa akan cenderung teringat pada sesuatu yang pernah dilakukannya dari pada membaca teori dari buku seperti yang terdapat pada metode Jigsaw dengan pemberian tugas. Percobaan dan pengamatan siswa tentang fotosintesis secara langsung selama kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan eksperimen dapat membangkitkan minat siswa karena adanya kondisi yang menyenangkan dan menantang, membentuk gambaran mental pada memori siswa sekaligus mempertajam ingatan dan pemahaman siswa. Keunggulan ini tidak ditemukan pada pengajaran dengan menggunakan metode Jigsaw dengan pemberian tugas sehingga memberikan pengaruh terhadap pencapaian hasil belajar biologi siswa pada aspek afektif secara lebih maksimal. Dari pembahasan di atas dapat diketahui bahwa dengan penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan eksperiman yang mementingkan pada proses daripada hasil, lebih berpengaruh daripada Jigsaw dengan pemberian tugas karena siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran denga cara menemukan sendiri pengetahuannya melalui kegiatan diskusi serta percobaan atau eksperimen dengan menggunakan kemampuan intelektual dalam menganalisis, mensintesis, menghipotesis dan mengambil kesimpulan pada suatu masalah, oleh karena itu sikap afektif siswa dalam pembelajaran biologi pada pokok bahasan fotosintesis dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan eksperimen lebih baik dan lebih efektif daripada metode Jigsaw dengan pemberian tugas. Selama penelitian dengan melaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan eksperimen dan pemberian tugas mengalami beberapa kendala antara lain: 1. Siswa masih terkondikan dalam suasana pembelajaran yang biasa digunakan guru-guru di SMP N 2 Giritontro yaitu konvensional. 2. Siswa sebelumnya belum banyak mengetahui tentang pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw karena pembelajaran seperti ini belum banyak digunakan di SMP N 2 Giritontro Wonogiri apalagi Jigsaw yang dimodifikasikan dengan eksperimen dan pemberian tugas.
64 3. Dalam pelaksanaan pembelajaran baik Jigsaw dengan eksperimen maupun pemberian
tugas
dilakukan
dengan
menampilkan
kelompok
yang
mendapatkan hasil pekerjaan praktikum atau tugas kelompok yang terbaik, terdapat kendala dimana kelompok model memiliki kecenderungan malu untuk menyampaikan hasil pekerjaannya. Sebagai upaya keberlanjutan penelitian, kendala tersebut dapat diatasi diantaranya adalah dengan membiasakan penerapan model pembelajaran berkelompok yang telah dimodifikasi dan membentuk suasana belajar yang menuntut siswa untuk berani dan tidak malu bertanya, berpendapat, dan menyampaikan hasil kerja kelompok.
65 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasannya, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut: Ada perbedaan antara pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan eksperimen dan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan pemberian tugas terhadap perkembangan sikap afektif siswa dalam pembelajaran biologi.
B. Implikasi Berdasarkan pada kajian teori serta mengacu pada penelitian ini, maka disampaikan implikasi yang berguna baik secara teoretis maupun secara praktis dalam upaya mengembangkan sikap afektif siswa dalam pembelajaran biologi sebagai berikut: 1. Implikasi Teoretis Implikasi teoretis penelitian ini yaitu: a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi sekolah yang bersangkutan tetantang pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, sebagai informasi lepada berbagai pihak tentang pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan eksperimen dan pemberian tugas terhadap pengembangan sikap afektif siswa. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan sehingga dapat digunakan sebagai sumber informasi untuk penelitian selanjutnya. 2. Implikasi Praktis Implikasi dari hasil penelitian ini yaitu: a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai upaya mengembangkan sikap afektif siswa dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan eksperimen dan pemberian tugas dalam pembelajaran biologi dan dapat sebagai upaya bersama antara guru, siswa, dan penyelenggara
51
66 pembelajaran untuk membantu siswa dalam meningkatkan kompetensi di bidang sains biologi secara maksimal. b. Hasil penelitian bahwa Jigsaw dengan eksperimen lebih efektif daripada Jigsaw dengan pemberian tugas sehingga dapat dijadikan pertimbangkan untuk diterapkan di SMP Negeri 2 Girintontro Wonogiri pada materi fotosintesis.
C. Saran Saran yang diberikan adalah sebagai berikut: 1. Dalam
proses
pembelajaran
hendaknya
guru
memilih
pendekatan
pembelajaran yang sesuai, dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan eksperimen dan pemberian tugas sebagai upaya mengembangkat sikap afektif siswa dalam proses belajar. 2. Menggunakan pembelajaran kooperatif Jigsaw karena sebagai bentuk variasi dalam mengajar sehingga siswa dapat antusias dan termotivasi untuk mengikuti pelajaran terutama biologi. 3. Menggunakan metode eksperimen dalam menyampaikan materi karena metode ini sesuai dengan karakteristik mata pelajaran biologi dan dengan metode ini dapat melibatkan siswa secara aktif (pengetahuan yang diperoleh siswa bermakna) dalam kegiatan belajar mengajar. 4. Menggunakan metode pemberian tugas dalam menyampaikan materi dengan modifikasi dan dengan metode ini dapat melibatkan siswa lebih aktif (pengetahuan yang diperoleh siswa tidak hanya dari kegiatan belajar mengajar tetapi juga dari menyelesaikan tugas) 5. Siswa disarankan untuk aktif dan terlibat langsung dalam pembelajaran seperti mengeluarkan pendapat dan aktif dalam diskusi kelompok agar dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik.