ANALISIS NILAI TAMBAH SERBUK GERGAJI DAN INTERNALISASI EKSTERNALITAS PENGOLAHAN LIMBAH BAG LOG JAMUR TIRAM (di Kelompok Tani Cijulang Asri, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor)
STEVAN GNEISSANDA HAGE
DEPARTEMEN EKONOMI DAN SUMBERDAYA LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
RINGKASAN STEVAN GNEISSANDA HAGE. Analisis Nilai Tambah Serbuk Gergaji dan Internalisasi Eksternalitas Pengolahan Limbah Bag Log Jamur Tiram (di Kelompok Tani Cijulang Asri, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor). Dibimbing oleh EKA INTAN KUMALA PUTRI dan NIA KURNIAWATI HIDAYAT. Jamur tiram merupakan jenis jamur yang memiliki kecenderungan permintaan yang meningkat karena memiliki nilai gizi yang tinggi sehingga potensial untuk dibudidayakan. Permintaan yang meningkat berpengaruh terhadap produksi jamur tiram dan penggunaan bag log jamur tiram yang meningkat. Peningkatan penggunaan bag log berdampak pada bertambahnya serbuk gergaji yang digunakan untuk membuat bag log dan peningkatan volume limbah yang dihasilkan setelah masa panen jamur tiram berakhir. Limbah tersebut perlu diolah terlebih dahulu agar dapat dimanfaatkan dan tidak mencemari lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah: (a) mendeskripsikan karakteristik usahatani jamur tiram dan karakteristik usaha pengolahan limbah bag log jamur menjadi pupuk kompos yang dikaji dari aspek proses produksi, sumber modal, jumlah tenaga kerja, sumber bahan baku, skala usaha, dan rantai pemasaran, (b) mengestimasi nilai tambah serbuk gergaji menjadi bag log, dan (c) menghitung biaya eksternal yang telah diinternalisasi dengan adanya pembuatan pupuk kompos dari pengolahan limbah bag log jamur. Biaya eksternal dilakukan dengan mengestimasi kesediaan masyarakat sekitar untuk menerima biaya kompensasi (Willingness To Accept) dari pihak pencemar. Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data primer dari kuesioner dan hasil wawancara. Metode analisis data yang digunakan yaitu Analisis Deskriptif, Metode Nilai Tambah Hayami, Analisis Pendapatan Usahatani, dan Contingent Valuation Method (CVM). Analisis Deskriptif digunakan untuk tujuan pertama. Metode Nilai Tambah Hayami digunakan untuk tujuan kedua. Analisis Pendapatan Usahatani dan CVM digunakan untuk tujuan ketiga. Budidaya jamur tiram dan usaha pembuatan kompos dari limbah bag log jamur termasuk usaha kecil dengan tenaga kerja sedikit dan modal yang berupa iuran anggota dan subsidi. Pemasaran jamur tiram dilakukan bersama-sama pelaku usaha jamur tiram lain melalui perantara tengkulak sedangkan pemasaran pupuk kompos dilakukan ke dalam dan luar kota. Pemasaran ke dalam kota melalui perantara agen. Pemasaran ke luar kota dimungkinkan dengan adanya pameran serta adanya kerjasama dengan Dinas Kehutanan yang secara tidak langsung menyebarkan ke Dinas Kehutanan provinsi lain. Nilai tambah pengolahan serbuk gergaji menjadi bag log oleh home industry Cijulang Asri yaitu sebesar Rp 283,94/kg. Total biaya eksternal yang telah diinternalisasi sebesar Rp 70.485.014/tahun. Secara umum unit usaha jamur tiram di Desa Kopo membuang limbah log tanpa diolah terlebih dahulu sehingga diperlukan campur tangan dari pemerintah setempat untuk melakukan penyuluhan agar limbah log jamur tersebut diolah. Campur tangan pemerintah dapat berupa insentif dan melakukan program pengolahan limbah secara komunal agar lebih memudahkan dalam hal pengawasan.
SAWDUST ADDED VALUE ANALYSIS AND EXTERNALITY INTERNALITATION FROM OYSTER MUSHROOM BAG LOG WASTE PROCCESSING (IN CIJULANG ASRI FARMERS GROUP, DISTRICT CISARUA, BOGOR REGENCY) ANALISIS NILAI TAMBAH SERBUK GERGAJI DAN INTERNALISASI EKSTERNALITAS PENGOLAHAN LIMBAH BAG LOG JAMUR TIRAM (di Kelompok Tani Cijulang Asri, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor) Stevan G Hage1), Eka Intan K P2), Nia K Hidayat3 1) Mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, NRP: H44080089 Semester: 10 2) Dosen Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Gelar : Dr, Ir, MS 3) Dosen Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Gelar : SP, Msi ABSTRACT Oyster mushroom is a type of fungi that has a growth in demand because of its high nutrition. The increasing growth in demand makes oyster mushroom very potential to be cultivated. The increasing demand also causing the increase in oyster mushroom production as well as the usage of bag log as oyster’s growth media. Bag log is made from sawdust which is a waste. The increasing production also effect the waste which produced after the harvest of the oyster mushroom. The waste in form of used bag log need to be recycled so it can be reused and not polluting the environment. The characteristic of oyster mushroom home industry dan the compost making from bag log waste are categorized as small time industry with few workers and low in capital. The marketing of oyster mushrooms is by the help of a middleman. Compost from bag log waste is shipped to the city and to the country. Shipping in the city by the help of agents. Shipping to the country by the help of the government especially the ministry of agriculture and forestry. The added value of sawdust recycled by home industry Cijulang Asri into bag log is Rp 283.94 for a kg sawdust. The external cost internalized by the making of compost from the bag log waste is Rp 70,485,014 each year. Keywords : sawdust, oyster mushroom, added value, external cost internalization
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Nilai Tambah Serbuk Gergaji dan Internalisasi Eksternalitas Pengolahan Limbah Bag Log Jamur Tiram (di Kelompok Tani Cijulang Asri, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013
Stevan Gneissanda Hage NIM H44080089
RINGKASAN STEVAN GNEISSANDA HAGE. Analisis Nilai Tambah Serbuk Gergaji dan Internalisasi Eksternalitas Pengolahan Limbah Bag Log Jamur Tiram (di Kelompok Tani Cijulang Asri, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor). Dibimbing oleh EKA INTAN KUMALA PUTRI dan NIA KURNIAWATI HIDAYAT. Jamur tiram merupakan jenis jamur yang memiliki kecenderungan permintaan yang meningkat karena memiliki nilai gizi yang tinggi sehingga potensial untuk dibudidayakan. Permintaan yang meningkat berpengaruh terhadap produksi jamur tiram dan penggunaan bag log jamur tiram yang meningkat. Peningkatan penggunaan bag log berdampak pada bertambahnya serbuk gergaji yang digunakan untuk membuat bag log dan peningkatan volume limbah yang dihasilkan setelah masa panen jamur tiram berakhir. Limbah tersebut perlu diolah terlebih dahulu agar dapat dimanfaatkan dan tidak mencemari lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah: (a) mendeskripsikan karakteristik usahatani jamur tiram dan karakteristik usaha pengolahan limbah bag log jamur menjadi pupuk kompos yang dikaji dari aspek proses produksi, sumber modal, jumlah tenaga kerja, sumber bahan baku, skala usaha, dan rantai pemasaran, (b) mengestimasi nilai tambah serbuk gergaji menjadi bag log, dan (c) menghitung biaya eksternal yang telah diinternalisasi dengan adanya pembuatan pupuk kompos dari pengolahan limbah bag log jamur. Biaya eksternal dilakukan dengan mengestimasi kesediaan masyarakat sekitar untuk menerima biaya kompensasi (Willingness To Accept) dari pihak pencemar. Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data primer dari kuesioner dan hasil wawancara. Metode analisis data yang digunakan yaitu Analisis Deskriptif, Metode Nilai Tambah Hayami, Analisis Pendapatan Usahatani, dan Contingent Valuation Method (CVM). Analisis Deskriptif digunakan untuk tujuan pertama. Metode Nilai Tambah Hayami digunakan untuk tujuan kedua. Analisis Pendapatan Usahatani dan CVM digunakan untuk tujuan ketiga. Budidaya jamur tiram dan usaha pembuatan kompos dari limbah bag log jamur termasuk usaha kecil dengan tenaga kerja sedikit dan modal yang berupa iuran anggota dan subsidi. Pemasaran jamur tiram dilakukan bersama-sama pelaku usaha jamur tiram lain melalui perantara tengkulak sedangkan pemasaran pupuk kompos dilakukan ke dalam dan luar kota. Pemasaran ke dalam kota melalui perantara agen. Pemasaran ke luar kota dimungkinkan dengan adanya pameran serta adanya kerjasama dengan Dinas Kehutanan yang secara tidak langsung menyebarkan ke Dinas Kehutanan provinsi lain. Nilai tambah pengolahan serbuk gergaji menjadi bag log oleh home industry Cijulang Asri yaitu sebesar Rp 283,94/kg. Total biaya eksternal yang telah diinternalisasi sebesar Rp 70.485.014/tahun. Secara umum unit usaha jamur tiram di Desa Kopo membuang limbah log tanpa diolah terlebih dahulu sehingga diperlukan campur tangan dari pemerintah setempat untuk melakukan penyuluhan agar limbah log jamur tersebut diolah. Campur tangan pemerintah dapat berupa insentif dan melakukan program pengolahan limbah secara komunal agar lebih memudahkan dalam hal pengawasan.
ANALISIS NILAI TAMBAH SERBUK GERGAJI DAN INTERNALISASI EKSTERNALITAS PENGOLAHAN LIMBAH BAG LOG JAMUR TIRAM ( di Kelompok Tani Cijulang Asri, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor)
STEVAN GNEISSANDA HAGE
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi dan Sumberdaya Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI DAN SUMBERDAYA LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi
Nama NIM
: Analisis Nilai Tambah Serbuk Gergaji dan Internalisasi Eksternalitas Pengolahan Limbah Bag Log Jamur Tiram (Di Kelompok Tani Cijulang Asri, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor) : Stevan Gneissanda Hage : H44080089
Disetujui oleh
Dr Ir Eka Intan Kumala Putri, MS Pembimbing I
Nia Kurniawati Hidayat, SP, MSi Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Aceng Hidayat, MT Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Nilai Tambah Serbuk Gergaji dan Internalisasi Eksternalitas Pengolahan Limbah Bag Log Jamur Tiram (di Kelompok Tani Cijulang Asri, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor)”. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang menjadi syarat lulus dari Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Penulis menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini untuk ke depannya. Tak lupa juga penulis ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung dalam penyusunan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.
Bogor,
Juni 2013
Stevan Gneissanda Hage
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izinNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Nilai Tambah Serbuk Gergaji dan Internalisasi Eksternalitas Pengolahan Limbah Bag Log Jamur Tiram (di Kelompok Tani Cijulang Asri, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor)”. Penelitian dan penulisan skripsi ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Orangtua, Dr. Ir. Didiek Hadjar Goenadi dan Ir. Noenik Yoelarni Goenadi atas dukungan, kasih sayang, dan motivasi tanpa henti kepada penulis. 2. Dr. Ir. Eka Intan K. Putri, MS, sebagai Dosen Pembimbing Skripsi Pertama atas segala saran, masukan, bimbingan, dan motivasi. 3. Nia Kurniawati Hidayat SP, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing Skripsi Kedua atas saran, bimbingan, dan masukan. 4. Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr, sebagai Dosen Penguji Utama. 5. Hastuti, SP, MP, MSi, sebagai Dosen Perwakilan Departemen. 6. Ketua Kelompok Tani Cijulang Asri, Bapak Basir dan warga di Desa Kopo atas bantuan selama penulis mengambil data penelitian. 7. Miftahurrohmah, atas dukungan, perhatian, saran, dan motivasi pada penulis. 8. Dewi Asrini Fazaria, dan Shinta Margaretha atas bantuan saat mengambil data dan tempat konsultasi saat penulis menemui kesulitan. 9. Teman-teman di kontrakan DR-14 Ade, Yogi, Emo, Ihsan, Sandy, Rahmat yang menyediakan tempat singgah, tempat bermain, dan tempat bergaul penulis. 10. Teman-teman sebimbingan, Lala, Tantri, Ninis, Eva, Ponda, Chiya, dan Ihsan atas kebersamaan, semangat, dan motivasi selama bimbingan. 11. Teman-teman sepermainan futsal dan seperjuangan ESL 45 yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ................................................................................................... x DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xi DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii I. PENDAHULUAN ................................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah ..................................................................................... 4 1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5 1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 6 II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 6 2.1 Limbah Usahatani Jamur ............................................................................. 6 2.2 Teknik Pembuatan Kompos ......................................................................... 7 2.3 Manfaat Kompos ......................................................................................... 8 2.4 Perangkat Aturan Pengolahan Limbah Industri ........................................... 9 2.5 Standar Teknis Operasional Pengelolaan Sampah Perlimbahan ................. 9 2.6 Internalisasi Biaya Eksternal ..................................................................... 11 2.7 Use Value ................................................................................................... 13 2.8 Penelitian Terdahulu .................................................................................. 14 III. KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................................... 20 3.1 Kerangka Teoritis ...................................................................................... 20 3.1.1 Nilai Tambah ............................................................................. 20 3.1.2 Nilai Tambah Metode Hayami .................................................. 20 3.1.3 Contingent Valuation Method (CVM)....................................... 21 3.1.4 Eksternalitas .............................................................................. 23 3.1.5 Penerimaan ................................................................................ 23 3.1.6 Analisis Biaya ............................................................................ 24 3.1.7 Analisis Pendapatan ................................................................... 25 3.2 Kerangka Operasional ............................................................................... 26 IV. METODE PENELITIAN ................................................................................ 29 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 29 4.2 Jenis dan sumber data ................................................................................ 29 4.3 Metode Pengambilan Data ......................................................................... 29 4.4 Metode Analisis Data ................................................................................ 30 V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ................................................. 35 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................................... 35 5.2 Karakteristik Responden ............................................................................ 37 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 41
6.1 6.2 6.3. 6.4
Karakteristik Usaha Budidaya Jamur Tiram .............................................. 41 Karakteristik Usaha Pengolahan Limbah Bag Log Jamur Tiram .............. 44 Nilai Tambah Serbuk Gergaji ................................................................... 47 Internalisasi Biaya Eksternal ..................................................................... 51
VII. SIMPULAN DAN SARAN........................................................................... 60 7.1 Simpulan.................................................................................................... 60 Saran .......................................................................................................... 60 7.2 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 61 RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 72
DAFTAR TABEL No Halaman 1. Produksi Jamur di Kabupaten dan Kota Bogor Tahun 2007-2011 (ton) .......... 1 2. Daerah Penghasil Jamur Tiram Putih di Kabupaten Bogor Tahun ................... 2 3. Jumlah Produksi dan Media Tanam Jamur Tiram Putih di Kabupaten Bogor pada Tahun 2009-2012 .......................................................................... 3 4. Matriks Penelitian Terdahulu .......................................................................... 17 5. Matriks Metode Penelitian .............................................................................. 30 6. Perhitungan Nilai Tambah Hayami ................................................................. 31 7. Jumlah Penduduk, Luas Desa dan Kepadatannya di Kecamatan Cisarua Tahun 2011 ..................................................................................................... 36 8. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Kecamatan Cisarua Tahun 2011 (Ha) ................................................................................................................. 36 9. Perhitungan Nilai Tambah Serbuk Gergaji Home Industry Cijulang Asri Tahun 2012. .................................................................................................... 49 10. Responden Menolak WTA .............................................................................. 53 11. Distribusi WTA Responden di Desa Kopo...................................................... 53 12. Hasil Estimasi Model Regresi Linier Berganda Terhadap Besarnya Nilai WTA Responden ............................................................................................ 56 13. Total Cost (TC) dan Total Revenue (TR) Penjualan Pupuk Kompos .............. 58 14. Tangible dan Intangible Values Pengolahan Limbah Bag Log Menjadi Pupuk Kompos ............................................................................................... 59
DAFTAR GAMBAR No Halaman 1. Diagram Alir Teknik Operasional Pengelolaan Sampah ............................... 10 2. Kurva Biaya Produksi Pasar Bebas Sebelum Internalisasi Biaya Eksternal ........................................................................................................ 12 3. Kurva Biaya Produksi Pasar Bebas Setelah Internalisasi Biaya Eksternal .... 13 4. Grafik Penerimaan ......................................................................................... 24 5. Kerangka Pemikiran Penelitian ...................................................................... 28 6. Proporsi Responden Menurut Jenis Kelamin ................................................. 37 7. Sebaran Responden Menurut Umur ............................................................... 38 8. Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendidikan ......................................... 38 9. Sebaran Responden Menurut Jenis Pekerjaan ............................................... 39 10. Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendapatan per Bulan ........................ 39 11. Sebaran Responden Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga ........................ 40 12. Sebaran Responden Menurut Lama Tinggal .................................................. 41 13. Sebaran Responden Menurut Jarak Tempat Tinggal dari Lokasi Usaha Jamur Tiram ................................................................................................... 41 14. Persentase Responden yang Menerima dan Menolak Kompensasi ............... 52 15. Dugaan Bid Curve WTA Responden di Desa Kopo ...................................... 54 16. Residual Plot Uji Homoskedatisitas .............................................................. 55 17. Probability Plot Uji Kolmogorof-Smirnov .................................................... 56
DAFTAR LAMPIRAN No Halaman 1. Kuesioner Nilai Tambah Serbuk Gergaji ......................................................... 64 2. Kuesioner Willingness To Accept Masyarakat ................................................. 67 3. Hasil Analisis Regresi Berganda ...................................................................... 71
I. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Jamur tiram merupakan jenis jamur yang paling diminati karena nilai gizinya yang tinggi. Jamur tiram cocok dengan pola hidup sehat yang menjadikannya sebagai sumber pangan alternatif berkadar protein cukup sebagai pengganti daging, karena memiliki tekstur dan rasa mirip daging. Jamur tiram juga memiliki khasiat sebagai antitumor, antibacterial, serta dapat menghasilkan enzim hidrolisis dan enzim oksidasi1. Hal ini menunjukkan bahwa jamur tiram merupakan tanaman sayuran yang potensial untuk dikembangkan. Daerah penghasil jamur di Indonesia paling dominan adalah di wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah (Martawijawa dan Nurjayadi, 2011). Daerah yang menjadi pusat produksi jamur di Jawa Barat adalah Lembang, Cisarua, Pengalengan dan Cipanas. Daerah-daerah tersebut memiliki kesamaan kontur geografis serta iklim yang sesuai untuk pertumbuhan jamur tiram. Kesesuaian lokasi daerah-daerah tersebut untuk tumbuhnya jamur tiram menjadi salah satu faktor pendorong bagi petani untuk membudidayakan jamur. Produksi jamur untuk wilayah Kota Bogor dan Kabupaten Bogor dapat dilihat di Tabel 1. Tabel 1. Produksi Jamur di Kabupaten dan Kota Bogor Tahun 2007-2011 (ton) No
Kabupaten/Kota
1
Kabupaten Bogor
2
2007
2008
2009
2010
2011
4.410
638.969
26.167
696.483
2.724.851
Kota Bogor
17.383
2.171
110.267
24.975
16.975
Jumlah
21.793
641.140
136.434
721.458
2.741.826
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan. 2012.
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa produksi jamur di Kabupaten dan Kota Bogor berfluktuatif dari tahun 2007 hingga 2011. Kabupaten Bogor memiliki tingkat produksi jamur melebihi produksi jamur di Kota Bogor. Dengan adanya permintaan yang meningkat, maka investor-investor menjadi tertarik untuk melakukan budidaya jamur tiram di Kabupaten Bogor dan selain itu menurut Herbowo (2011), Kabupaten Bogor memiliki kondisi alam yang cocok bagi pertumbuhan jamur tiram putih. Total produksi jamur tiram di Kabupaten Bogor
1
http://pontianakpost.com/index.php?mib=berita.detail&id=113041 di akses 26-09-2012
2 dari tahun 2010 hingga tahun 2012 meningkat secara nyata. Daerah penghasil jamur tiram putih di Kabupaten Bogor dipaparkan dalam Tabel 2. Tabel 2. Daerah Penghasil Jamur Tiram Putih di Kabupaten Bogor Tahun 2010-2012
(kg)
No
Kecamatan
2010
2011
2012
1
Luwisadeng
12.000
3.714
3.043
2
Ciseeng
20.000
-
1.287
3
Dramaga
12.500
139.000
217.050
4
Ciawi
13.500
1.003.417
600.730
5
Megamendung
445.000
-
399.400
6
Cisarua
180.000
58.514
96.000
7
Sukaraja
10.000
103
-
8
Cigombong
10.000
6.976
2.166
9
Gunung Putri
6.000
-
2.613
709.000
1.211.724
1.322.289
Total
Sumber: Monografi Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2012.
Berdasarkan Tabel 2, Kecamatan Ciawi menempati peringkat pertama penghasil jamur tiram putih di Kabupaten Bogor dengan jumlah produksi selama tahun 2010-2012 sebesar 1.617.647 kg. Hasil produksi jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua menempati peringkat kedua pada Tahun
2012. Produksi
jamur tiram di Kecamatan Cisarua pada tahun 2010 sebesar 180.000 kg dan cenderung mengalami penurunan menjadi 96.000 kg pada tahun 2012. Jamur tiram merupakan jenis tanaman hortikultura yang proses pembudidayaannya dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat sederhana dikarenakan terbatasnya alat atau teknologi yang dimiliki petani. Dalam perkembangannya, usaha budidaya jamur tiram putih ini semakin meningkat dengan bermunculannya kumbung yang didirikan oleh masyarakat sebagai tempat pembudidayaan jamur tiram putih. Hal ini berdampak terhadap peningkatan jumlah produksi dan peningkatan jumlah penggunaan bag log untuk media tanam dari jamur tiram putih. Jumlah produksi dan media yang digunakan untuk jamur tiram di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 3.
3 Tabel 3. Jumlah Produksi dan Media Tanam Jamur Tiram Putih di Kabupaten Bogor pada Tahun 2009-2012 No
Tahun
Produksi (kg)
Media Tanam ( bag log)
1
2009
240.000
565.000
2
2010
789.500
1.621.500
3
2011
728.714
1.775.202
4
2012
1 676.480
2.839.100
Jumlah
3.434.694
6.800.802
Sumber: Monografi Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2012.
Produksi jamur pada tahun 2009 mengalami peningkatan dari 240.000 kg menjadi 1.676.480 kg pada tahun 2012. Bag log yang digunakan mengalami peningkatan dari 565.000 bag log pada tahun 2009 menjadi 2.839.100 bag log pada tahun 2011. Sejalan dengan tumbuhnya usaha budidaya jamur di Kabupaten Bogor, maka input yang digunakan dan limbah yang dihasilkan berupa bag log atau media tanam jamur juga semakin meningkat. Secara umum masyarakat atau industri masih memandang limbah tersebut sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan. Untuk menanggulangi permasalahan mengenai limbah tersebut, maka limbah-limbah yang dihasilkan harus dikelola secara baik dengan menggunakan teknologi yang tepat. Namun, umumnya para pengusaha jamur mengelola limbah dengan pendekatan akhir yaitu dengan membuang langsung limbah ke lingkungan. Paradigma pengelolaan limbah tersebut sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru. Paradigma baru memandang limbah sebagai sumberdaya yang
mempunyai nilai ekonomi dan dapat
dimanfaatkan, misalnya untuk energi, kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku industri (Goenadi, 2006). Peningkatan produksi jamur tiram pada Tabel 3 secara tidak langsung menunjukkan pemakaian input bag log yang meningkat. Input bag log yang digunakan dalam budidaya jamur tiram berupa media tanam yang berasal dari serbuk gergaji. Serbuk gergaji merupakan limbah dari usaha penggergajian kayu yang memiliki nilai ekonomi setelah melalui proses pengolahan menjadi bag log. Besarnya nilai tambah dari serbuk gergaji menjadi bag log di Kelompok Tani Cijulang Asri masih belum diketahui. Oleh karena itu, diperlukan adanya studi
4 nilai tambah serbuk gergaji menjadi bag log serta analisis internalisasi biaya eksternal dari limbah bag log yang dihasilkan dari usahatani jamur tiram di Kelompok Tani Cijulang Asri di Desa Kopo, Kecamatan Cisarua.
1.2 Perumusan Masalah Usahatani jamur tiram membutuhkan bag log yang terbuat dari serbuk gergaji sebagai media tumbuh jamur tiram. Peningkatan produksi akan berdampak pula terhadap pemakaian serbuk gergaji yang ikut meningkat. Panen dilakukan setelah empat bulan proses produksi. Proses produksi ini juga menghasilkan limbah. Limbah usahatani jamur ini berupa bag log bekas media tanam jamur yang sudah membusuk. Limbah bag log sisa dari panen jamur tiram mayoritas dibuang di lahan kosong atau ditumpuk di pinggiran sungai. Umumnya pelaku usaha mengaku lebih mudah menumpuk limbah bag log di tanah kosong atau di pinggir sungai. Limbah bag log ini menjadi eksternalitas negatif bagi lingkungan karena akibat asam organik tanah di sekitarnya menjadi masam dan tidak bisa ditanami. Asam organik tanah antara lain asam sitrat, asam asetat, dan asam format (Goenadi, 2006). Selain itu, pada saat hujan timbunan limbah bag log tererosi dan terbawa aliran air masuk ke sungai. Menurut Maryono (2005) dalam jangka panjang hal ini berpotensi membuat pendangkalan sungai. Faktor pendangkalan sungai merupakan salah satu faktor penyebab banjir di Indonesia. Selain itu, eksternalitas negatif yang dirasakan langsung oleh masyarakat antara lain adalah aroma tidak sedap, gangguan pernafasan akibat pembakaran limbah bag log, serta mengganggu pemandangan. Ada sekitar empat usahatani jamur tiram di Desa Kopo yang salah satunya adalah home industry milik Kelompok Tani Cijulang Asri. Home industry ini memberdayakan petani untuk berperan serta dalam pengolahan limbah menjadi pupuk kompos. Home Industry Cijulang Asri menggunakan media bag log yang dibuat sendiri dari serbuk gergaji untuk mengurangi biaya produksi. Selain itu kelompok tani tersebut merupakan usahatani yang melakukan pengolahan limbah bag log dari proses produksi jamur tiram menjadi pupuk kompos. Penggunaan media bag log yang dibuat dari serbuk gergaji akan memberi nilai tambah lebih sehingga perlu untuk dilakukan perhitungan analisis nilai
5 tambah serbuk gergaji menjadi bag log pada usahatani jamur tiram tersebut. Melalui proses produksi jamur tiram akan menghasilkan limbah berupa bag log bekas yang menjadi eksternalitas bagi masyarakat sekitar akibat pembuangan limbah yang sembarangan. Pengolahan limbah bag log jamur oleh home industry Cijulang Asri selain sebagai usaha pelestarian lingkungan, pengolahan ini merupakan internalisasi dari biaya eksternal yang seharusnya dibebankan kepada pelaku usahatani sebagai biaya kompensasi terhadap masyarakat yang dirugikan. Perumusan penelitian yang dapat dibuat dalam menganalisis manfaat ekonomi pengolahan limbah bag log jamur tiram putih adalah sebagai berikut: 1.
Bagaimana karakteristik usaha budidaya jamur tiram serta pengolahan limbah bag log menjadi pupuk kompos?
2.
Berapa nilai tambah serbuk gergaji yang diolah menjadi bag log?
3.
Berapa biaya eksternal yang telah diinternalisasi dalam pengolahan limbah bag log jamur tiram?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1
Mendeskripsikan
karakteristik
usaha
budidaya
jamur
tiram
dan
karakteristik usaha pengolahan limbah bag log menjadi pupuk kompos. 2
Mengestimasi nilai tambah serbuk gergaji.
3
Mengestimasi biaya eksternal yang telah diinternalisasi dalam pengolahan limbah bag log jamur tiram.
1.4
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat skripsi ini antara lain : 1
Bagi akademisi, penelitian ini dapat menjadi referensi bagi penelitianpenelitian yang relevan selanjutnya di masa mendatang.
2
Bagi pemerintah setempat, skripsi ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan terkait pengolahan sampah bag log yang berkontribusi terhadap pendapatan daerah.
6 3
Bagi pengusaha jamur lain, skripsi ini dapat menjadi informasi tambahan akan adanya nilai tambah dari pembuatan bag log dari serbuk gergaji yang menjadi media tanam pada usaha jamur tiram dan turut serta mengolah limbah bag log untuk mengurangi pencemaran lingkungan.
4
Bagi masyarakat setempat, skripsi ini dapat menjadi sumber informasi mengenai biaya eksternal yang mereka rasakan jika menemukan ada petani jamur yang belum mengolah limbah usaha di daerah sekitar mereka.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kopo, Kecamatan Cisarua, dengan cakupan menilai nilai tambah yang diperoleh dari usahatani jamur tiram dan pengolahan limbah berupa sisa bag log menjadi pupuk kompos. Responden dalam penelitian ini untuk perhitungan internalisasi biaya eksternal merupakan masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar usahatani jamur tiram sedangkan untuk perhitungan nilai tambah merupakan pemilik home industry Cijulang Asri. Satu periode pada usahatani jamur tiram adalah empat bulan sedangkan satu periode pada pengolahan pupuk kompos dilakukan dalam 40 hari. Perhitungan analisis internalisasi dilakukan dengan pendekatan ekonomi dan tidak menghitung atas dasar aspek teknis seperti proses kimia, nilai Biological Oxygen Demand (BOD), pH, dan lainnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Limbah Usahatani Jamur
Limbah yang dihasilkan dalam usahatani jamur biasanya berupa bonggol jamur, plastik pembungkus bag log, dan bag log jamur yang sudah membusuk. Bonggol jamur biasa digunakan sebagai pakan ternak, plastik pembungkus bag log biasa dijual ke pengepul sedangkan bag log bekas di tumpuk begitu saja tanpa ada pengolahan lanjutan. Terdapat beberapa jenis pengolahan limbah bag log jamur2 yang sudah umum dilaksanakan di antaranya: 2
http://pertanianasahan.blogspot.com/2012/04/pemanfaatan-limbah-bag log-jamur-tiram_20.html diakses 23 06 2012
7
1.
Didaur ulang menjadi media tanam baru Bag log yang sudah habis masa tanamnya dapat diolah kembali menjadi
bag log baru meskipun hasil produksi jamur dari bag log tersebut nantinya akan sedikit berkurang (hanya mencapai sekitar 80 persen) jika dibandingkan dengan media tanam dari serbuk gergaji baru. Akan tetapi pengolahan bag log menjadi media tanam baru dapat mengurangi biaya yang digunakan untuk membeli serbuk gergaji sebagai bahan media tanam bag log baru. 2.
Diolah menjadi pupuk kompos Limbah bag log jamur tiram dapat diolah menjadi pupuk kompos cukup
dengan menambahkan bio aktivator seperti EM4 serta bahan-bahan organik lain nya. Hal ini dapat menjadi pendapatan tambahan bagi petani jamur tiram melalui penjualan pupuk kompos yang mereka hasilkan dari olahan limbah bag log jamur tiram. 3.
Digunakan kembali sebagai pakan ternak Limbah bag log jamur mengandung nutrisi dan serat yang dibutuhkan oleh
sapi perah, beberapa penelitian telah menunjukkan nilai nutrisi yang sangat tinggi untuk hewan ternak, dan dengan pengolahan lebih lanjut untuk meningkatkan selerah makan bagi sapi, pakan dari limbah log jamur merupakan solusi bagi masalah peternakan. Limbah bag log diolah menjadi pakan ternak dengan menambahkan tetes tebu dan bakteri pre-biotik yang berperan positif bagi ternak sapi. 4.
Diolah menjadi bahan bakar dalam proses pengukusan Limbah bag log jamur dapat dibakar saja dan dimanfaatkan sebagai bahan
bakar dalam pembuatan bag log. Limbah bag log dijemur hingga kering setelah itu dapat digunakan menjadi bahan bakar.
2.2
Teknik Pembuatan Kompos
Pada umumnya dalam proses pembuatan kompos terdapat beberapa teknik umum yang biasa digunakan. Menurut Goenadi (1996) teknik-teknik tersebut di antaranya adalah :
8 1.
Windrows System Windrow System adalah proses pembuatan kompos yang paling sederhana
dan paling murah. Bahan baku kompos ditumpuk memanjang , tinggi tumpukan 0,6 sampai 1 meter, lebar 2-5 meter. Sementara itu panjangnya dapat mencapai 40–50 meter. Untuk mengatur temperatur, kelembaban dan oksigen, pada sistem windrow dilakukan proses pembalikan secara periodik. Inilah secara prinsip yang membedakannya dari sistem pembuatan kompos yang lain. Kelemahan dari sistem Windrows ini adalah memerlukan areal lahan yang cukup luas. 2.
Aerated Static Piles System Secara prinsip proses komposting ini hampir sama, dengan windrows
system. Dalam sistem ini dipasang pipa yang dilubangi untuk mengalirkan udara. Udara ditekan memakai blower. Karena ada sirkulasi udara, maka tumpukan bahan baku yang sedang diproses dapat lebih tinggi dari satu meter. Proses itu sendiri diatur dengan pengaliran oksigen. Apabila temperatur terlalu tinggi, aliran oksigen dihentikan, sementara apabila temperatur turun aliran oksigen ditambah Karena tidak ada proses pembalikan, maka bahan baku kompos harus dibuat sedemikian rupa homogen sejak awal. Dalam pencampuran harus terdapat rongga udara yang cukup. Bahan-bahan baku yang terlalu besar dan panjang harus dipotong-potong mencapai ukuran 4 – 10 cm. 3.
Bin type in-vessel system Dalam sistem ini dapat mempergunakan kontainer berupa apa saja, dapat
silo atau parit memanjang. Karena sistem ini dibatasi oleh struktur kontainer, sistem ini baik digunakan untuk mengurangi pengaruh bau yang tidak sedap seperti bau sampah kota. In-vessel system juga mempergunakan pengaturan udara sama seperti Aerated Static Pile system. Sistem ini memiliki pintu pemasukan bahan kompos dan pintu pengeluaran kompos jadi yang berbeda.
2.3
Manfaat Kompos
Beberapa sifat kompos yang menguntungkan menurut Indriani (2012) : 1) memperbaiki
struktur
tanah
berlempung
sehingga
menjadi
ringan;
2)
memperbesar daya ikat tanah berpasir sehingga tanah tidak berderai; 3) menambah daya ikat air pada tanah; 4) memperbaiki drainase dan tata udara
9 dalam tanah; 5) meningkatkan daya ikat tanah terhadap zat hara; 6) mengandung hara yang lengkap, walaupun dalam jumlah yang sedikit (jumlah bergantung pada bahan pembuat pupuk organik); 7) membantu proses pelapukan bahan mineral; 8) memberi ketersediaan makanan bagi mikroba; 9) menurunkan aktivitas mikroorganisme yang merugikan.
2.4
Perangkat Aturan Pengolahan Limbah Industri
Aspek peraturan pengelolaan persampahan berupa peraturan-peraturan yang merupakan dasar hukum dalam pengelolaan persampahan baik untuk wilayah daerah ataupun perkotaan. Undang-Undang No.18 tahun 2008 merupakan landasan dalam pengelolaan sampah. Dalam Undang-Undang tersebut jelas disebutkan terkait peran pihak pengelola wewenang dan tanggung jawab untuk pemerintah daerah. Undang-Undang tersebut juga mengatur wewenang dan tanggung jawab pengelola kebersihan serta partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan. Limbah dari hasil budidaya jamur tiram putih termasuk dalam sampah pemukiman. Berdasarkan Undang-Undang No.18 tahun 2008 Pasal 2, yaitu sampah rumah tangga yang dimaksud berasal dari kegiatan sehari-hari yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial dan fasilitas umum. Pengaturan kelembagaan dalam pengelolaan sampah mengacu pada Undang-Undang No.18 tahun 2008, sedangkan untuk teknis dari pengelolaan sampah merujuk kepada aturan Standar Nasional Indonesia 03-3242-2008 tentang Tata Cara Pengelolaan Sampah Di Pemukiman.
2.5
Standar Teknis Operasional Pengelolaan Sampah Perlimbahan Standar
teknis
operasional
pengelolaan
sampah
untuk
kawasan
pemukiman diatur dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 03-3242-2008 tentang pengolahan sampah di pemukiman. Pengelolaan sampah kawasan pemukiman terdiri dari serangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara integral dan terpadu yang meliputi:
10 1.
Pewadahan Pewadahan adalah aktivitas menampung sampah sementara dalam suatu
wadah individual atau komunal di tempat sumber sampah. Pewadahan terdiri dari dua macam, yaitu pewadahan individual dan pewadahan komunal. 2.
Pengumpulan Pengumpulan sampah adalah aktivitas penanganan yang tidak hanya
mengumpulkan sampah dari wadah individual dan atau wadah komunal, melainkan juga mengangkutnya ke tempat untuk diolah lebih lanjut. 3.
Pengolahan dan Daur Ulang Mekanisme pengolahan dan daur ulang sampah dapat dilakukan dengan:
1) pengomposan skala rumah tangga dan daur ulang sampah anorganik, sesuai dengan tipe rumah atau luas halaman yang ada; 2) pengomposan skala lingkungan; 3) daur ulang sampah anorganik. 4.
Pemindahan Pemindahan
sampah
adalah
proses
memindahkan
sampah
hasil
pengumpulan ke dalam alat pengangkut yang selanjutnya dikirim ke tempat pembuangan akhir untuk jenis sampah yang tidak dapat digunakan lagi. 5.
Pengangkutan Pengangkutan adalah kegiatan pengangkutan sampah dari TPS atau wadah
komunal ke TPST atau TPA dengan frekuensi pengangkutan disesuaikan dengan jumlah sampah yang ada yang dapat digambarkan dalam Gambar 1. Pewadahan
Pengumpulan
Pemindahan
Pengangkutan Sumber
Masyarakat/Pengelola
Pengelola Pembuangan akhir
Sumber : Badan Standar Nasional, 2008.
Gambar 1. Diagram Alir Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Pewadahan sampah dilakukan sejak dari sumber sampah sampai dengan pengumpulan sampah yang akan diolah lebih lanjut. Pemindahan sampai dengan pembuangan sampah umumnya dilakukan oleh pengelola sampah. Sampah hasil
11 pengumpulan akan dikumpulkan di lokasi pemindahan (transfer depo) yang kemudian diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Mengingat akibat yang banyak timbul, yaitu bau dan pencemaran air tanah oleh leachate3, metode ini secara berangsur telah diganti dengan sanitary atau controlled landfill (Schubeler, 1996).
2.6
Internalisasi Biaya Eksternal
Eksternalitas melibatkan pihak lain selain produsen dan konsumen yakni masyarakat sekitar yang merasakan efek dari eksternalitas tersebut. Efek yang dirasakan kemudian memicu masyarakat untuk mengeluarkan biaya tambahan sebagai upaya untuk menanggulangi eksternalitas yang dirasakan. Biaya-biaya ini dapat berupa biaya kesehatan, biaya pengolahan air, biaya dari penurunan produktivitas pertanian bahkan biaya penurunan produktivitas kerja. Biaya tambahan ini merupakan biaya eksternal karena tidak ditanggung oleh pembuat eksternalitas melainkan ditanggung oleh pihak yang merasakan dampak dari eksternalitas. Menurut Abelson (1979), terdapat kesulitan di dalam mengestimasi nilai dari biaya eksternal karena tidak adanya pasar yang nyata untuk dampak yang buruk dari suatu rumah tangga. Menurut
Fauzi
(2004),
internalisasi
merupakan
upaya
untuk
menginternalkan dampak yang ditimbulkan dengan cara menyatukan proses pengambilan keputusan dalam satu unit usaha. Dalam pasar bebas tidak dikenal istilah eksternalitas. Segala bentuk transaksi dalam hal ini permintaan dan penawaran berjalan sempurna. Artinya pasar dapat memenuhi permintaan yang ada. Akan tetapi untuk kasus seperti jasa lingkungan yang jumlah permintaannya tidak terpenuhi penawaran yang disediakan oleh pasar. Hal ini terjadi karena tidak adanya pasar terkait jasa lingkungan. Dalam hal ini pasar tidak berjalan atau dapat dikatakan telah terjadi kegagalan pasar (market failure). Market failure yang disebabkan oleh kegagalan pasar dapat dikurangi dengan beberapa kebijakan di antaranya (Fauzi 2004) : 3
Leachate adalah cairan yang menetes atau mengalir dari suatu landfill dimana komposisinya terdiri dari suatu campuran limbah pada suatu landfill bergantung pada tipe dan usia limbah, biasanya terdiri dari material yang terlarut dan tidak terlarut. http://komunitasgreenchemistry.blogspot.com di akses 15-08-2012 00.38
12 1.
Pengaturan property right dengan cara pemerintah memberikan hak tersebut kepada suatu pihak yang menggunakan barang publik
2.
Internalisasi biaya eksternal
3.
Distribusi right
4.
Optimalisasi produksi dan konsumsi
5.
Aturan insentif dan kompensasi
6.
Penilaian lingkungan
7.
Penyusunan neraca sumberdaya alam
8.
Penetapan otoritas sumberdaya alam. Kurva biaya produksi perusahaan pada pasar bebas yang belum melakukan
internalisasi biaya eksternal dapat dilihat pada Gambar 2.
P MC (q) a
c MR
b p q* d
q
-k Q
e
f
Sumber: Folmer and Gabel (2000).
Gambar 2.
Kurva Biaya Produksi Pasar Bebas Sebelum Internalisasi Biaya Eksternal
Berdasarkan Gambar 2, pada saat pasar bebas ketika belum dimasukkan biaya eksternal ke dalam struktur biaya produksi dalam hal ini MC (q), maka biaya eksternal yang ditanggung oleh masyarakat adalah daerah d-e-q*-f. Surplus konsumen
adalah
menggambarkan
daerah surplus
a-b-c sosial.
dimana Apabila
surplus suatu
yang
terjadi
belum
perusahaan
sudah
menginternalisasikan biaya eksternal ke dalam struktur, maka kurva biaya produksi berubah menjadi seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3.
13 P MCqs a
MCq
c
MRqs
*
d
b k e p
q qs
-k
q* Q
Sumber: Folmer and Gabel (2000).
Gambar 3. Kurva Biaya Produksi Pasar Bebas Setelah Internalisasi Biaya Eksternal Apabila perusahaan sudah menginternalisasikan biaya eksternal, maka kurva MC (q) akan bergeser ke atas menjadi MCqs. MCqs merupakan kurva MC yang sudah dijumlahkan dengan k, dimana k adalah biaya eksternal yang kemudian ditanggung oleh perusahaan. Internalisasi ini menyebabkan produksi tereduksi dari q* menjadi qs, dan mengurangi surplus dari a-d-e menjadi a-b-c. Daerah a-b-c merupakan surplus sosial karena telah memasukkan komponen biaya sosial ke dalam struktur biaya produksi. Pada kasus limbah bag log yang dihasilkan dari proses produksi jamur tiram, internalisasi biaya eksternal dapat dilakukan melalui pengolahan limbah bag log menjadi pupuk kompos sehingga biaya eksternal yang awalnya ditanggung oleh masyarakat menjadi tanggungan pelaku usaha jamur tiram.
2.7
Use Value
Nilai berbasis pemanfaatan atau penggunaan sumberdaya didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lingkungan. Secara formal konsep ini merupakan keinginan membayar (Willingness To Pay) atau kesediaan menerima
14 kompensasi (Willingness to Accept) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan (Fauzi, 2006). Nilai ekonomi berbasis pemanfaatan atau penggunaan (use value) tersebut terdiri dari nilai guna langsung, nilai guna tidak langsung dan nilai guna pilihan. Sementara untuk nilai yang tidak secara langsung terdiri dari dua komponen nilai yaitu nilai warisan dan nilai keberadaan. Pengertian dan komponen-komponen dari nilai guna (use value) adalah : a.
Nilai atas penggunaan langsung (direct use) Nilai ini merujuk pada penggunaan dan pengambilan sumber daya alam
secara langsung (extractive use) seperti pengambilan minyak bumi, pemanfaatan kayu hutan, maupun penggunaan di tempat (non-extractive use). b.
Nilai atas penggunaan tidak langsung (indirect use) Nilai ini merupakan nilai jasa lingkungan yang tidak harus diekstraksi
secara langsung dari lingkungan namun memberikan manfaat bagi manusia. Contohnya meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar dengan adanya usaha budidaya jamur. c.
Nilai pilihan (option value) Merupakan nilai yang diberikan dalam wujud kesediaan membayar
(Willingness To Pay) untuk mempertahankan keberadaan sumber daya alam dan lingkungan yang akan digunakan di masa mendatang.
2.8
Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian yang terkait dengan analisis nilai tambah yang sudah pernah dilakukan sebelumnya, diantaranya yaitu penelitian Yusuf (2012) dengan judul Analisis Nilai Tambah Pengolahan Sampah Organik menjadi Pupuk Kompos (Studi Kasus : Rumah Kompos Griya Melati, Kelurahan Bubulak, Kota Bogor), Pramithasari (2011) dengan judul Analisis Manfaat Ekonomi Pengolahan Limbah Pohon Jati , Maimun (2009) dengan judul Analisis Pendapatan Usahatani dan Nilai Tambah Saluran Pemasaran Kopi Arabika Organik dan Non Organik (Studi Kasus Pengolahan Bubuk Kopi Ulee Kareng di Banda Aceh), dan Shaffitri (2011) dengan judul Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu (Studi Kasus: Desa Kaliasari, Kecamatan Cilongok, Purwokerto).
15 Penelitian Yusuf (2012) mencakup penelitian tentang sampah yang dipisah sesuai jenisnya setelah diambil dari rumah warga. Sampah anorganik di kumpulkan dan kemudian ditimbang untuk kemudian di jual kepada pengepul. Sampah berupa plastik kemasan dijual kepada perajin daur ulang sampah di Perumahan Griya Melati. Nilai tambah yang dihasilkan pupuk kompos sebesar 95,08 persen. Pangsa tenaga kerja 12.68 persen. Keuntungan yang didapat pelaku usaha sebesar 83,03 persen. Pemerintah Daerah Bogor sedang merancang peraturan daerah mengenai petunjuk teknis tata cara pengolahan sampah sebagai implementasi UU No. 18 Tahun 2008. Dukungan yang telah diberikannya berupa pembangunan fasilitas bangunan dan pengadaan peralatan untuk composting. Penelitian Pramithasari (2011) menyangkut hasil usaha pengolahan limbah pohon jati termasuk kedalam skala usaha mikro dengan SDM tradisional. Rantai pemasaran dari kegiatan pengolahan limbah pohon jati dimulai dari pemasok bahan baku, pengrajin limbah tunggak, reseller atau pedagang perantara dan yang terakhir konsumen akhir. Nilai tambah yang dihasilkan pada produk meja akar sebesar 56,48 persen dari nilai produknya. Nilai tambah produk meja ukir 75,97 persen dari nilai produknya, lemari display sebesar 67,99 persen dan produk patung ukir sebesar 73,05 persen dari nilai produknya. Total jumlah tenaga kerja yang dapat diserap adalah sebanyak 416 orang. Penelitian Maimun (2009) dengan hasil pendapatan usahatani kopi arabika organik lebih besar dibandingkan dengan usahatani kopi arabika non organik yang menunjukkan kopi arabika organik lebih menguntungkan. Terdapat satu saluran pemasaran kopi arabika organik dan non organik. Berdasarkan saluran pemasaran, kopi arabika organik lebih efisien. Marjin pemasaran kopi arabika organik lebih besar dibandngkan kopi arabika non organik sedangkan farmer’s share kopi arabika non organik lebih besar dibandingkan kopi arabika organik. Nilai tambah kopi arabika organik lebih besar dibandingkan kopi arabika non organik. Industri bubuk kopi Ulee Kareng adalah industri yang padat modal yang maksudnya adalah industri yang dilengkapi dengan mesin-mesin produksi mekanis sehingga tidak membutuhkan tenaga kerja yang terlalu banyak. Penelitian Shaffitri (2011) dengan hasil penelitian bahwa produksi tahu memiliki beberapa tahapan yaitu tahap pencucian dan perendaman kedelai,
16 penggilingan, pemasakan, ekstraksi susu kedelai, penggumpalan, pengendapan, pencetakan, serta pengepresan. Limbah padat berupa ampas tahu yang diperoleh dari proses penyaringan bubur kedelai, sedangkan limbah cair tahu diperoleh dari proses pencucian, perendaman, pemasakan, dan penyaringan. Limbah padat tahu diolah kembali menjadi pakan ternak dan sebagai bahan baku pembuatan keripik ampas tahu, sedangkan limbah cair tahu diolah kembali menjadi biogas. Dampak dari limbah tahu yang dibuang ke sungai dapat menyebabkan masalah seperti gangguan kesehatan, kerusakan lahan pertanian, dan penurunan produktivitas pertanian. Biaya total sebelum internalisasi biaya eksternal per bulan yang diestimasi adalah sebesar Rp 17.204.708, setelah internalisasi biaya eksternal adalah sebesar Rp 17.333.345. Persentase kenaikan biaya produksi setelah internalisasi biaya eksternal adalah sebesar 1,02 persen. Estimasi total biaya eksternal adalah sebesar Rp 167.999.000 dan nilai manfaat ekonomi total dari internalisasi biaya eksternal adalah sebesar Rp 720.815.772. Nilai ekonomi total dari internalisasi biaya eksternal adalah sebesar Rp 8.814.772 /tahun. Estimasi rata-rata WTP adalah sebesar Rp 250.000/tahun dan total WTP adalah sebesar Rp 78.000.000/tahun.
Penjelasan selengkapnya
mengenai
penelitian-penelitian
terdahulu yang terkait dengan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4. Penelitian mengenai analisis nilai tambah dan internalisasi biaya eksternal telah dilakukan sebelumnya, namun penelitian ini memiliki perbedaan, sehingga tetap penting untuk dilakukan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini dikonsentrasikan pada pengolahan serbuk gergaji menjadi bag log. Bag log merupakan media tanam yang digunakan pada usahatani jamur tiram. Penelitian ini juga menghitung tentang internalisasi biaya eksternal dari pengelolaan limbah bag log jamur tiram. Limbah bag log berpotensi menjadi eksternalitas jika tidak diolah terlebih dahulu.
Tabel 4. Matriks Penelitian Terdahulu Nama, Tahun Rizky Yusuf, 2012.
Citra Anggun Pramithasari, 2011.
Judul Penelitian Analisis Nilai Tambah Pengolahan Sampah Organik menjadi Pupuk Kompos ( Studi Kasus : Rumah Kompos Griya Melati, Kelurahan Bubulak, Kota Bogor)
Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi pola operasional pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Rumah Kompos Griya Melati.
Alat Analisis Analisis deskriptif
2. Menganalisis besarnya nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan sampah padat organik menjadi pupuk kompos. 3. Mengkaji perangkat kebijakan yang dimiliki pemerintah untuk mendukung keberlangsungan usaha pengelolaan sampah.
Metode hayami
Analisis Manfaat 1. Mengidentifikasi karakterisitik Ekonomi Pengolahan dan rantai pemasaran dari Limbah Pohon Jati pengolahan limbah pohon jati yang dihasilkan oleh Masyarakat Jiken. 2. Menghitung nilai tambah dan pendapatan usaha dari pemanfaatan limbah pohon jati oleh Masyarakat Jiken. 3. Menghitung penyerapan tenaga kerja yang dapat dihasilkan dari pemanfaatan limbah pohon jati oleh masyarakat.
Analisis deskriptif
Analisis desktiptif
Metode Hayami dan analisis pendapatan usaha Metode tabulasi data
Hasil Penelitian Sampah dipisah sesuai jenis setelah diambil dari rumah warga. Sampah anorganik di kumpulkan dan kemudian ditimbang untuk kemudian di jual kepada pengepul. Sampah berupa plastik kemasan dijual kepada perajin daur ulang sampah di Perumahan Griya Melati. Nilai tambah yang dihasilkan pupuk kompos sebesar 95,08%. Pangsa tenaga kerja 12,68%. Keuntungan yang didapat pelaku usaha sebesar 83,03 persen. Pemerintah Daerah Bogor dalam tahap merancang peraturan daerah mengenai petunjuk teknis tata cara pengolahan sampah sebagai implementasi UU No. 18 Tahun 2008. Bentuk dukungan yang telah diberikan oleh Pemerintah Kota Bogor berupa pembangunan fasilitas bangunan serta pengadaan peralatan untuk composting. Usaha pengolahan limbah pohon jati termasuk kedalam skala usaha mikro, dengan SDM tradisional. Rantai pemasaran dari kegiatan pengolahan limbah pohon jadti dimulai dari pemasok bahan baku, pengerajin limbah tunggak, reseller atau pedagang perantara dan yang terakhir konsumen akhir. Nilai tambah yang dihasilkan pada produk meja akar sebesar 56,48 persen dari nilai produknya. Nilai tambah produk meja ukir 75,97 persen dari nilai produknya, lemari display sebesar 67,99 persen dan produk patung ukir sebesar 73,05 persen dari nilai produknya. Total jumlah tenaga kerja yang dapat diserap adalah sebanyak 416 orang.
1 17
2
18 18
Tabel 4. Matriks Penelitian Terdahulu Nama, Tahun Maimun, 2009
.
Judul Penelitian Tujuan Penelitian Analisis Pendapatan 1. Menganalisis pendapatan Usahatani dan Nilai usahatani kopi arabika organik Tambah Saluran dan non organik berdasarkan Pemasaran Kopi penerimaan dan total biaya Arabika Organik dan yang dikeluarlkan dalam usaha Non Organik (Studi tani Kasus Pengolahan 2. Menganalisis lembaga Bubuk Kopi Ulee pemasaran yang terlibat dalam Kareng di Banda saluran pemasaran kopi arabika Aceh) organik dan non organik dan peran dari setiap lembaga yang terlibat. 3. Menganalisis efisiensi pemasaran kopi arabika organik dan non organik dengan menghitung marjin dan farmer’s share. 4. Menganalisis nilai tambah bubuk kopi organik dan non organik industri pengolahan bubuk kopi Ulee Kareng.
Alat Analisis Analisis pendapatan
Hasil Penelitian Pendapatan usahatani kopi arabika organik lebih besar dibandingkan dengan usuahatani kopi arabika non organik sehingga kopi arabika organik lebih menguntungkan.
Analisis deskriptif
Terdapat satu saluran pemasaran kopi arabika organik dan non organik. Berdasarkan saluran pemasaran, kopi arabika organik lebih efisien.
Analisis marjin
Marjin pemasaran kopi arabika organik lebih besar dibandngkan kopi arabika non organik sedangkan farmer’s share kopi arabika non organik lebih besar dibandingkan kopi arabika organik.
Metode Hayami
Nilai tambah kopi arabika organik lebih besar dibandingkan kopi arabika non organik. Industri bubuk kopi Ulee Kareng adalah industri yang padat modal yang maksudnya adalah industri yang dilengkapi dengan mesin-mesin produksi mekanis sehingga tidak membutuhkan tenaga kerja yang terlalu banyak.
19
Tabel 4. Matriks Penelitian Terdahulu Nama, Tahun Lidya Rahma Shaffitri, 2011
Judul Penelitian Tujuan Penelitian Internalisasi a. Mendeskripsikan profil industri Biaya Eksternal tahu. Pengolahan Limbah Tahu (Studi Kasus : Desa Kaliasari, Kecamatan Cilongok, Purwokerto)
Alat Analisis Analisis deskriptif
b. Mengestimasi biaya produksi pada industri tahu sebelum dan sesudah internalisasi.
Metode produksi
c. Mengestimasi total biaya eksternal dan mengestimasi total nilai ekonomi manfaat internalisasi biaya eksternal.
Metode change in productivity, metode biaya pengganti, metode biaya pengobatan, metode pendekatan harga pasar , dan metode biaya produksi Metode Contingent Valuation Method
d. Mengestimasi nilai WTP pengrajin tahu untuk membayar iuran pengolahan limbah cair tahu.
biaya
Hasil Penelitian Identifikasi industri tahu meliputi tahapan dari proses produksi tahu yaitu tahap pencucian dan perendaman kedelai, penggilingan, pemasakan, ekstraksi susu kedelai, penggumpalan, pengendapan, pencetakan, serta pengepresan. Limbah padat berupa ampas tahu yang diperoleh dari proses penyaringan bubur kedelai, sedangkan limbah cair tahu diperoleh dari proses pencucian, perendaman, pemasakan, dan penyaringan. Limbah padat tahu dari proses produksi tahu diolah kembali menjadi pakan ternak dan sebagai bahan baku pembuatan keripik ampas tahu, sedangkan limbah cair tahu diolah kembali menjadi biogas. Dampak dari limbah tahu yang dibuang ke sungai dapat menyebabkan masalah seperti gangguang kesehatan, kerusakan lahan pertanian, dan penurunan produktivitas pertanian. Biaya total sebelum internalisasi biaya eksternal per bulan yang diestimasi adalah sebesar Rp 17.204.708, setelah internalisasi biaya eksternal adalah sebesar Rp 17.333.345, dan persentase kenaikan biaya produksi setelah internalisasi biaya eksternal adalah sebesar 1,02 persen. Estimasi total biaya eksternal adalah sebesar Rp 167.999.000 dan nilai manfaat ekonomi total dari internalisasi biaya eksternal adalah sebesar Rp 720.815.772. Nilai ekonomi total dari internalisasi biaya eksternal adalah sebesar Rp 8.814.772 /tahun.
Estimasi rata-rata WTP adalah sebesar Rp 250.000/tahun dan total WTP adalah sebesar Rp 78.000.000/tahun.
19
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis Kerangka teoritis yang dibahas dalam kaitannya dengan penelitian ini antara lain adalah nilai tambah, nilai tambah metode Hayami, Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, teori penerimaan, teori biaya, dan teori pendapatan. Teori tersebut menjadi landasan informasi untuk membantu proses penelitian dan masing-masing diuraikan secara singkat sebagai berikut.
3.1.1
Nilai Tambah
Nilai tambah adalah selisih antara nilai komoditas yang mendapat perlakuan pada tahap tertentu dikurangi dengan nilai korbanan yang digunakan selama proses produksi berlangsung. Sumber-sumber dari nilai tambah tersebut adalah pemanfaatan faktor-faktor seperti tenaga kerja, modal, bahan baku dan manajemen. Untuk menjamin agar produksi dapat terus berjalan secara efektif dan efisien, maka nilai tambah yang diciptakan harus didistribusikan secara adil ke faktor-faktor yang digunakan (Hayami et al. 1987). 3.1.2
Nilai Tambah Metode Hayami
Metode Hayami merupakan alat analisis yang umum digunakan untuk mengestimasi besaran nilai tambah yang dihasilkan dalam suatu proses produksi. Dengan menggunakan Metode Hayami (Hayami et al. 1987), akan dihasilkan informasi berupa: 1.
Perkiraan besarnya nilai tambah (Rp);
2.
Rasio nilai tambah yang dihasilkan terhadap nilai produk yang dihasilkan (%) menunjukkan presentase nilai tambah dari nilai produk;
3.
Imbalan bagi tenaga kerja (Rp), menunjukkan besar upah yang diterima oleh tenaga kerja;
4.
Bagian tenaga kerja dari nilai tambah yang dihasilkan (%), menunjukkan persentase imbalan tenaga kerja dari nilai tambah;
5.
Keuntungan pengolahan (Rp), menunjukkan bagian yang diterima pengusaha (pengolah), karena menanggung resiko usaha;
21 6.
Tingkat keuntungan pengolah terhadap nilai output (%), menunjukkan persentase keuntungan terhadap nilai tambah;
7.
Marjin pengolah (Rp), menunjukkan kontribusi pemilik faktor produksi selain bahan baku yang digunakan dalam proses produksi;
8.
Persentase pendapatan tenaga kerja langsung terhadap marjin (%);
9.
Persentase keuntungan perusahaan terhadap marjin (%);
10.
Persentase sumbangan input lain terhadap marjin (%). Analisis nilai tambah memiliki tiga komponen pendukung yaitu 1) faktor
konversi yang menunjukkan banyaknya output yang dihasilkan dari satu satuan input, 2) faktor koefisien tenaga kerja yang menunjukkan banyaknya tenaga kerja langsung yang dibutuhkan untuk mengolah satu satuan input, dan 3) nilai produk yang menunjukkan nilai output yang dihasilkan dari satu satuan input. Adapun analisis lain merupakan seluruh korbanan yang terjadi selama proses perlakuan untuk menambah nilai output selain bahan baku dan tenaga kerja langsung. Korbanan tersebut mencangkup modal berupa biaya penolong dan biaya overhead pabrik lainnya yakni upah tenaga kerja tidak langsung. Kelebihan yang dimiliki Metode Hayami antara lain: 1) dapat diketahui besarnya nilai tambah, nilai output dan produktivitas; 2) dapat diketahui besarnya balas jasa terhadap pemilik faktor-faktor produksi; 3) prinsip nilai tambah menurut Hayami dapat diterapkan pula untuk subsistem lain diluar pengolahan, misalnya untuk kegiatan pemasaran. Kekurangan dari Metode Hayami antara lain: 1) pendekatan rata-rata tidak tepat jika diterapkan pada unit usaha yang menghasilkan banyak produk dari satu jenis bahan baku; 2) tidak dapat menjelasnya produk sampingan; 3) sulit menentukan pembanding yang dapat digunakan untuk menyimpulkan apakah balas jasa terhadap pemilik faktor produksi tersebut sudah layak atau belum. 3.1.3
Contingent Valuation Method (CVM)
Contingent Valuation Method (CVM) digunakan untuk mengestimasi nilai ekonomi untuk berbagai macam ekosistem dan jasa lingkungan yang tidak memiliki pasar seperti jasa lingkungan sebagai pemberi keindahan. Metode ini menggunakan pendekatan kesediaan untuk membayar atau menerima ganti rugi
22 agar sumberdaya alam tersebut tidak rusak. Metode ini juga dapat digunakan untuk menentukan use value dan non-use value dari sumberdaya tersebut. Metode ini merupakan teknik untuk menyatakan preferensi karena menanyakan orang untuk menyatakan penilaian mereka terkait sumberdaya tertentu. Pendekatan ini juga memperlihatkan seberapa besar kepedulian mereka terhadap suatu barang dan jasa yang dilihat manfaatnya bagi semua pihak sehingga diperlukan upaya pelestarian untuk mencegah hilangnya manfaat tersebut (Dhewanthi et al. 2007). Aplikasi penggunaan CVM dapat diuraikan menjadi enam tahapan (Hanley dan Spash. 1993) yaitu : 1.
Membangun pasar hipotetik Pasar hipotetik dibangun dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman
masyarakat tentang isu yang terkait dengan barang lingkungan. 2.
Mengukur besaran WTP/WTA Setelah pasar hipotetik dibangun maka pertanyaan mengenai barang
lingkungan dapat ditentukan dan WTP/WTA dari tiap individu akan didapat. Terdapat beberapa metode di dalam memperoleh besaran WTP/WTA diantaranya 1) permainan penawaran (bidding game), 2) close-ended question, 3) payment card, 3) open ended question dan, 4) delphi methods. 3.
Mengestimasi rataan WTP dan WTA Setelah nilai WTP/WTA tiap individu diperoleh maka dibuat rata-rata
WTP/WTA dari keseluruhan nilai WTP/WTA yang ada. 4.
Mengestimasi kurva penawaran Kurva penawaran dapat diestimasi dari nilai WTP/WTA yang diperoleh.
Dalam hal ini nilai WTA dijadikan sebagai variabel dependen yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Contohnya, nilai WTA yang ada dipengaruhi oleh pendapatan (Y), pendidikan (E), umur (A), dan jumlah kualitas lingkungan yang ada (Q), maka model persamaannya adalah: WTAi = f(Yi, Ei, Ai, Qi) 5.
Agregasi data Agregasi menunjukkan proses dimana rataan penawaran dikonversikan ke
dalam nilai angka total populasi.
23 6.
Mengevaluasi penggunaan CVM Tahap ini dilakukan untuk melihat keberhasilan dari penerapan CVM
menggunakan beberapa indikator yang digunakan oleh peneliti. 3.1.4 Eksternalitas Menurut Fauzi (2004), eksternalitas didefinisikan sebagai dampak (positif atau negatif), atau dalam bahasa formal ekonomi sebagai net cost atau benefit dari tindakan satu pihak terhadap pihak lain. Lebih spesifik lagi eksternalitas terjadi jika kegiatan produksi atau konsumsi suatu pihak mempengaruhi utilitas (kegunaan) dari pihak lain secara tidak diinginkan dan pihak pembuat eksternalitas tidak menyediakan kompensasi terhadap pihak yang terkena dampak. Dalam kaitannya dengan sumber daya alam, eksternalitas sangat penting untuk diketahui sebab eksternalitas menyebabkan alokasi sumberdaya alam tidak efisien. Menurut Mangkoesoebroto (2000), masalah yang dapat menyebabkan kegagalan pasar dalam mengalokasikan faktor-faktor produksi secara efisien adalah eksternalitas. Eksternalitas timbul karena tindakan konsumsi atau produksi dari satu pihak berpengaruh terhadap pihak lain dan tidak ada kompensasi yang dibayar oleh pihak yang menyebabkan atau kompensasi yang diterima oleh pihak yang terkena dampak tersebut. Adanya eksternalitas dari suatu kegiatan menyebabkan sistem perekonomian yang menggunakan sistem pasar persaingan sempurna tidak dapat mengalokasikan sumber-sumber ekonomi secara efisien karena harga tidak mencerminkan dengan tepat akan kelangkaan faktor produksi. Dalam hal eksternalitas negatif, biaya produksi yang dihitung oleh pengusaha lebih kecil daripada biaya yang diderita oleh masyarakat.
3.1.5
Penerimaan
Nicholson (1995) mendefinisikan penerimaan sebagai hasil penjualan keluaran (output) sejumlah tertentu dengan harga pasar per unit. Grafik penerimaan digambarkan dalam Gambar 4.
24 TR
P
TR1 P1
Q1 0
Q
Sumber: Nicholson, 1995.
Gambar 4. Grafik Penerimaan Keterangan: TR
= Penerimaan total
P
= Harga pasar per unit
Q
= Keluaran (output) Gambar 4 menunjukkan bahwa jika produsen berhasil menjual output
sebanyak Q1 dengan harga per satuannya sebesar P1, maka produsen akan memperoleh penerimaan sebesar luas daerah 0 P1 TR1 Q1. Hal ini diasumsikan dalam keadaan linear, yang artinya harga satuan output yang dijual tetap, sehingga semakin banyak jumlah hasil produksi yang dijual dengan harga jual tertentu, semakin besar penerimaan yang diperoleh produsen.
3.1.6 Analisis Biaya Soekartawi (2002) mengklasifikasikan biaya usahatani menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap atau biaya variabel (varieble cost). Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan tanpa dipengaruhi oleh besar-kecilnya jumlah produksi, bahkan berjalan atau tidaknya usahatani. Sebaliknya biaya tidak tetap atau biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang jumlahnya dipengaruhi oleh jumlah produksi. Biaya ini dapat berubah sesuai dengan jumlah produksi yang ingin dihasilkan. Selain itu, pengeluaran usahatani juga dapat diklasifikasikan sebagai pengeluaran tunai dan tidak tunai (pengeluaran yang diperhitungkan). Pengeluaran tunai
25 merupakan pengeluaran yang dibayarkan dengan uang, sedangkan pengeluaran tidak tunai merupakan pengeluaran yang diperhitungkan secara tidak langsung karena tidak dilakukan secara verbal. Contoh pengeluaran tidak tunai atau pengeluaran yang diperhitungkan adalah penyusutan sarana produksi, gaji untuk tenaga kerja dalam keluarga petani, dan lain sebagainya. Total Cost (TC) adalah biaya total untuk menghasilkan tingkat output tertentu. Total Cost (TC) dibagi menjadi dua bagian, yaitu Total Fixed Cost (TFC) dan Total Variable Cost (TVC). Fixed cost adalah total biaya yang tidak berubah meskipun output berubah. Di sisi lain, variable cost merupakan total biaya yang berkaitan langsung dengan output, yaitu bertambah besar seiring peningkatan produksi, dan sebaliknya semakin berkurang seiring penurunan produksi. Klasifikasi biaya usahatani menjadi fixed dan variable cost tersebut dijelaskan dalam formulasi sebagai berikut (Lipsey et al. 1995):
TC
=
TFC + TVC
TC
=
TFC + Px1.x1 + Px2.x2 + .... + Pxn.xn
Keterangan: TC
= Biaya total
TFC
= Total biaya tetap
TVC
= Total biaya variabel
Px1, Px2, Pxn = Harga satuan input variabel x1, x2, xn x1, x2, xn
= Jumlah penggunaan input variabel x1, x2, xn
Formulasi tersebut menunjukkan bahwa biaya tetap nilainya tetap pada setiap periode produksi sedangkan variabel cost nilainya ditentukan oleh jumlah penggunaan input variabel, dimana jumlah penggunaan dan harga input variabel tidak selalu sama di setiap periode produksi. Oleh karena itu, peningkatan dan penurunan total cost dipengaruhi oleh peningkatan dan penurunan jumlah variable cost usahatani.
3.1.7
Analisis Pendapatan
Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan biaya. Pendapatan menurut Soekartawi (1993) dapat dijelaskan dalam formulasi: Π
=
TR – TC
26 Π
Py.Qy – TFC – Px1.x1 – Px2.x2 - ... – Pxn.xn
=
Keterangan: Π
= Pendapatan total
TR
= Penerimaan total
TC
= Biaya total
Py
= Harga jual output per unit
Qy
= Keluaran (output)
TFC
= Biaya tetap
Px1, Px2, Pxn = Harga satuan input variabel x1, x2, xn x1, x2, xn
= Jumlah penggunaan input variabel x1, x2, xn
Formulasi tersebut menunjukkan bahwa pendapatan akan bernilai positif (menguntungkan) jika penerimaan total lebih besar dari biaya usahatani. Jika penerimaan total lebih kecil daripada biaya total usahatani, maka pendapatan usahatani akan bernilai negatif (merugikan). Peningkatan dan penurunan penerimaan total dipengaruhi oleh peningkatan dan penurunan jumlah output yang dijual dan harga satuannya, sedangkan peningkatan dan penurunan biaya total dipengaruhi oleh peningkatan dan penurunan jumlah penggunaan input variabel dan harga satuannya.
3.2
Kerangka Operasional
Tingginya harga produk pangan yang mengandung protein hewani membuat masyarakat mencari alternatif makanan yang bergizi sama namun dengan harga murah. Salah satu produk alternatif tersebut adalah jamur tiram. Permintaan jamur tiram pun semakin meningkat karena tren masyarakat yang beralih ke produk jamur dari produk daging sapi/ayam. Permintaan tinggi berimbas pada tingginya produksi yang dilakukan oleh pelaku usaha jamur tiram. Seiring bertambahnya produksi maka input bag log dan limbah yang dihasilkan juga bertambah. Input bag log tersebut terbuat dari serbuk gergaji, sedangkan limbah-limbah dari produksi jamur tiram itu berupa plastik pembungkus bag log, bag log bekas, serta bonggol jamur tiram. Bag log limbah produksi tersebut oleh pelaku usaha tani jamur tiram ada yang dibuang, diolah kembali menjadi bag log baru untuk digunakan kembali
27 sebagai media tanam jamur serta ada pula yang mengolah limbah bag log bekas menjadi pupuk kompos. Home industry Cijulang Asri merupakan usahatani jamur tiram yang juga melakukan usaha pengolahan limbah bag log menjadi pupuk kompos. Dalam penelitian ini yang dikaji pertama kali terkait dengan karakteristik usaha budidaya jamur tiram dan usaha pengolahan limbah bag log jamur tiram menjadi pupuk kompos. Usaha budidaya jamur tiram dikaji karena home industry terkait membuat bag log sendiri berbeda dengan home industry lain yang masih membeli bag log jadi. Hal ini dilakukan sebagai upaya penghematan biaya produksi. Selain itu yang kedua akan dihitung besarnya nilai serbuk gergaji yang diolah menjadi bag log. Penghitungan besaran nilai tambah dilakukan dengan menggunakan Metode Hayami. Ketiga, dalam mengestimasi biaya eksternal yang telah diinternalisasi oleh usahatani saat mengolah limbah bag log jamur tiram menjadi pupuk kompos. Estimasi internalisasi biaya eksternal akan dihitung menggunakan Contingent Valuation Method (CVM) dan analisis pendapatan. Teknik CVM digunakan untuk menghitung sumberdaya yang tidak dapat dihitung nilai ekonominya (intangible), sedangkan analisis pendapatan digunakan untuk menghitung sumberdaya yang dapat dihitung nilai ekonominya (tangible). Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi pengembangan usaha pengolahan limbah bag log jamur untuk dapat lebih memanfaatkan limbah bag log jamur tiram. Kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 5.
28 Peningkatan permintaan jamur tiram yang tinggi Peningkatan produksi jamur tiram di Kec. Cisarua
Home Industry Cijulang Asri di Desa Kopo melakukan budidaya jamur tiram Input log
Karakteristik usaha jamur tiram dan pengolahan limbah bag log jamur
bag Jamur tiram
Nilai Tambah Serbuk Gergaji (Hayami) Dibuang ke lingkungan menjadi eksternalita s negatif
Limbah sisa panen berupa bag log dan plastik
Diolah kembali menjadi pupuk kompos
Internalisasi eksternalitas
Rekomendasi usaha budidaya jamur tiram dan pengolahan limbah bag log jamur
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Penelitian
29
IV. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian
4.1
Penelitian ini dilakukan pada Kelompok Tani Cijulang Asri, Desa Kopo, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor yang selain melakukan budidaya jamur tiram dengan mengolah serbuk gergaji menjadi bag log tetapi juga melakukan pengolahan limbah bag log menjadi pupuk kompos. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive di kawasan Cisarua, Bogor.
Kawasan tersebut
merupakan pusat kelompok tani unit usaha budidaya jamur yang melakukan pengolahan limbah bag log menjadi pupuk kompos. Kegiatan penelitian dilakukan selama bulan November 2012 hingga Juni 2013 dan pengambilan data dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013
4.2
Jenis dan sumber data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross section yang terdiri dari data primer dan juga data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapang, wawancara dengan pelaku usaha jamur tiram dan masyarakat sekitar disertai dengan pengisian kuesioner. Data sekunder diperoleh dari sumber-sumber yang relevan seperti buku, jurnal dan data-data dari dinas terkait seperti Kementerian Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Badan Pusat Statistik, perpustakaan, serta bahan pustaka dari sumber lainnya lainnya seperti internet dan laporan penelitian-penelitian terdahulu.
4.3
Metode Pengambilan Data
Metode pengambilan sampel untuk penelitian ini dilakukan dengan purposive sampling dimana diambil beberapa responden dari populasi yang ada. Pengambilan contoh responden dilakukan atas dasar populasi wilayah pelaksanaan penelitian yang berjumlah 700 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dibedakan atas metode pengambilan sampel untuk analisis nilai tambah dan untuk perhitungan internalisasi biaya eksternal. Dalam perhitungan nilai tambah dipilih home industry Cijulang Asri sedangkan untuk perhitungan internalisasi biaya eksternal dipilih 60 responden yang merupakan masyarakat
30 sekitar usahatani jamur tiram sebagai obyek yang secara potensial merasakan dampak adanya limbah bag log.
4.4
Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama yaitu mengidentifikasi karakteristik usaha budidaya jamur tiram dan pengolahan limbah bag log jamur tiram serta rantai pemasarannya. Analisis kuantitatif digunakan untuk menjawab tujuan menganalisa karakteristik usaha pengolahan sampah bag log menjadi pupuk kompos home industry kelompok tani Cijulang Asri. Analisis kuantitatif digunakan untuk menjawab tujuan kedua dan ketiga khususnya analisis nilai tambah serbuk gergaji dan estimasi internalisasi biaya eksternal pengolahan limbah bag log jamur. Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan Microsoft Excel 2007 dan MiniTab 15. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan dalam Tabel 5. Tabel 5. Matriks Metode Penelitian No 1
2
3
Tujuan penelitian Menganalisa karakteristik usaha budidaya jamur tiram dan pengolahan sampah bag log menjadi pupuk kompos. Mengestimasi nilai tambah bag log dari serbuk gergaji. Mengestimasi biaya eksternal yang telah diinternalisasi dalam pengolahan limbah bag log jamur tiram
Jenis Data Data primer
Sumber data
Data primer
Wawancara, kuisioner dengan home industry Wawancara, kuisioner dengan masyarakat
Data primer
Wawancara, kuisioner dengan kelompok tani
Metode Analisis Data Analisis Deskriptif
Metode Nilai Tambah Hayami Contingent Valuation Method (CVM), Analisis Pendapatan.
Karakteristik Usaha Karakteristik usaha budidaya jamur tiram dan pengolahan limbah bag log dilakukan menggunakan metode analisis deskriptif. Analisis ini kemudian akan mendeskripsikan karakteristik usaha berdasarkan aspek sumber bahan baku, proses produksi, skala usaha, dan rantai pemasaran. Sebagian besar informasi dalam penentuan karakteristik menggunakan data primer dengan melakukan wawancara kepada pelaku usaha jamur tiram. Analisis Nilai Tambah
31 Analisis nilai tambah dalam penelitian ini diukur menggunakan Metode Hayami. Penggunaan Metode Hayami akan menghasilkan besaran nilai tambah serbuk gergaji menjadi bag log. Serbuk gergaji, dedak, kapur, gipsum, tepung jagung, dan air merupakan input utama. Sumbangan input lain berasal dari alkohol, lampu, spiritus, tabung gas, pengkukus, cangkul, spatula, sekop, dan pengayak. Perhitungan dengan Metode Hayami disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Perhitungan Nilai Tambah Hayami No.
Variabel Output, Input dan Harga 1. Bag log yang dihasilkan (kg/hari) 2. Serbuk gergaji yang digunakan (kg/hari) 3. Tenaga kerja (jam/hari) 4. Faktor konversi (1/2) 5. Koefisien tenaga kerja (3/2) 6. Harga bag log (Rp/kg) 7. Upah tenaga kerja (Rp/jam) Pendapatan dan Keuntungan 8. Harga serbuk gergaji (Rp/kg bahan baku) 9. Sumbangan input lain (Rp/kg output) 10. Nilai bag log (4 x 6) (Rp) 11. a. Nilai tambah (10 – 9 – 8) (Rp) b. Rasio nilai tambah ((11a/10) x 100%) 12. a. Imbalan tenaga kerja (5 x 7) (Rp) b. Bagian tenaga kerja ((12a/11a) x 100%) 13 a. Keuntungan (11a – 12a) (Rp) b. Tingkat keuntungan ((13a/11a) x 100%) 14. Marjin (10 – 8) (Rp) a. Pendapatan tenaga kerja ((12a/14)x 100%) b. Sumbangan input lain ((9/14) x 100%) c. Keuntungan perusahaan ((13a/14) x 100%) Sumber : Hayami et al, 1987
Nilai A B C D = A/B E = C/B F G H I J=DxF K=J–H–I L (%) = (K/J) x 100% M=ExG N (%) = (M/K) x 100% O=K–M P (%) = (O/K) x 100% Q=J–H R (%) = (M/Q) x 100% S (%) = (I/Q) x 100% T (%) = (O/Q) x 100%
Nilai Intangible Estimasi Nilai WTA Masyarakat Nilai WTA sekitar diestimasi dengan menggunakan metode Contingent Valuation Method (CVM) untuk memperoleh nilai intangible. Estimasi nilai WTA ini dilakukan kepada masyarakat sekitar usahatani jamur tiram apabila limbah bag log dari usahatani jamur tiram tersebut yang tidak diolah terlebih dahulu. Data yang didapat kemudian diolah menggunakan analisis regresi linear berganda. Prosedur metode CVM yang dilakukan meliputi :
32 1.
Membuat pasar hipotetik Pasar hipotetik digunakan untuk menentukan dugaan pasar pada komoditi
limbah yang tidak memiliki harga pasar, sehingga memudahkan responden untuk dapat mengetahui gambaran dari komoditi yang ditawarkan. Pasar hipotetik yang dibentuk berdasarkan atas dampak negatif yang dirasakan akibat pembuangan limbah bag log ke pinggir sungai. Limbah bag log yang terbuang akan menumpuk dan akan merusak kualitas tanah karena sifat kemasamannya. Dalam kondisi hujan limbah bag log dapat meningkatkan risiko terjadinya banjir akibat pendangkalan sungai oleh endapan hasil erosi. Responden yang menjadi objek dalam mengukur WTA ini yaitu masyarakat sekitar usahatani jamur tiram yang menghasilkan limbah bag log. Pasar hipotetik yang dibentuk dapat dilihat pada halaman 33. 2.
Mendapatkan penawaran besaran WTA Dalam memperkirakan nilai awalan WTA terlebih dahulu dilakukan
survey terkait biaya kompensasi yang telah diberikan pelaku usaha jamur tiram kepada masyarakat sekitar. Setelah nilai WTA pertama didapat, ditawarkan nilai yang lebih besar dari nilai yang diberikan sebelumnya. Nilai WTA didapat setelah proses tawar menawar selesai. 3.
Memperkirakan nilai rata-rata WTA Penentuan nilai WTA didapat dengan mengetahui rata-rata nilai WTA
berdasarkan batas bawah, frekuensi relatif, dan jumlah responden. Dugaan rataan WTA dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: EWTA = ∑ dimana: EWTA = dugaan nilai rataan WTA (Rp) Wi
= batas bawah WTA pada kelas ke-i
Pfi
= frekuensi relatif kelas ke-i
n
= jumlah responden
i
= sampel (1, 2, 3, …, n)
33 Pasar Hipotetik Usahatani jamur tiram yang berkembang di Desa Kopo menimbulkan efek positif dan negatif bagi masyarakat. Efek positif berupa penyerapan tenaga kerja dan potensi membuka usaha baru. Efek negatif nya berupa limbah bag log yang merupakan sisa dari pemanenan jamur tiram. Limbah bag log yang terbuang apabila tidak diolah akan menumpuk dan akan merusak kualitas tanah karena sifat asamnya. Dalam kondisi hujan limbah bag log dapat meningkatkan resiko terjadinya banjir akibat pendangkalan sungai. Dampak yang dirasakan langsung oleh masyarakat antara lain aroma tidak sedap, gangguan pernafasan akibat limbah bag log yang dibakar, serta mengganggu pemandangan. Seharusnya limbah bag log dapat diolah agar dapat meminimalkan efek negatif yang dirasakan oleh masyarakat. Saat ini baru ada satu usahatani yang sudah mengupayakan pengolahan limbah bag log jamur, sedangkan usahatani jamur lainnya masih belum mengolah limbah usaha mereka. Oleh karena itu, perlu dinilai berapa kerugian yang dirasakan masyarakat akibat pembuangan limbah bag log. Kerugian ini dilihat dari seberapa besar masyarakat mau menerima ganti rugi yang disesuaikan dengan persepsi masyarakat mengenai efek negatif yang dirasakan dengan adanya limbah bag log. Biaya ganti rugi ini didasari atas harga jual pupuk kompos (Rp 1 000/kg) yang dihasilkan melalui penngolahan limbah bag log jamur tiram. Apakah Bapak/Ibu bersedia menerima kompensasi atas kerugian yang dirasakan akibat adanya limbah bag log jamur di sekitar Bapak/Ibu tinggal?
4.
Menduga Kurva Penawaran Penentuan kurva penawaran dipengaruhi oleh usia responden, tingkat
pendapatan per bulan, lama tinggal, jarak tempat tinggal, tingkat pendidikan, dan dummy limbah. Kurva penawaran untuk menduga besaran penawaran yang diberikan kepada responden Kurva penawaran dengan menggunakan persamaan berikut ini : WTA = β0 + β1 PNDT+β2 UR+β3 LT+β4 JTT+β5 PNDK+β6 LIM+ ε dimana: WTA = Biaya kompensasi yang diterima masyarakat (Rp) Β0
= Konstanta
34 β1..β6
= Koefisien regresi
UR
= usia responden (tahun)
PNDT = tingkat pendapatan per bulan (Rp) LT
= lama tinggal (tahun)
JTT
= jarak tempat tinggal (meter)
PNDK = tingkat pendidikan (tahun) LIM
= limbah merusak
ε
= galat
5.
Menjumlahkan data Penjumlahan data dipengaruhi dengan jumlah sampel yang bersedia
membayar, jumlah sampel seluruhnya dan jumlah populasi. Untuk menjumlahkan data yang diperoleh dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : TWTA = ∑ dimana: TWTA = total WTA WTAi = WTA individu sampel ke-i ni
= jumlah sampel ke-i yang bersedia membayar sebesar WTA
N
= jumlah sampel
P
= jumlah populasi
6.
Mengevaluasi Penggunaan CVM Tahap ini memerlukan pendekatan seberapa besar tingkat keberhasilan
dalam pengaplikasian CVM. Pelaksanaan model CVM dapat dievaluasi dengan melihat tingkat keandalan (reliability) fungsi WTA dengan melihat nilai Rsquares (R2) dari model OLS (Ordinary Least Square) WTA.
Nilai Tangible Analisis Pendapatan Usaha Pembuatan Kompos Analisis Pendapatan pada usahatani secara umum menurut Soekartawi (2002) dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut: TR TC Π
= = =
PXQ TFC + TVC TR – TC
35 dimana: TR
= Penerimaan total kompos (Rp/tahun)
Q
= Total hasil produksi kompos yang diperoleh (kg/tahun)
P
= Harga jual kompos per unit (Rp/kg).
TC
= Pengeluaran total usaha pembuatan kompos (Rp/tahun)
TFC
= Biaya tetap usaha pembuatan kompos (Rp/tahun)
TVC
= Biaya variabel usaha pembuatan kompos (Rp/tahun).
Π
= Pendapatan usaha pembuatan kompos (Rp/tahun)
V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1
Gambaran Umum Lokasi Penelitian Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa lokasi penelitian ini
adalah di Kelompok Tani Cijulang Asri yang terletak di RT 03/05, Desa Kopo, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Desa Kopo merupakan salah satu pusat produksi jamur tiram, maka gambaran umum lokasi penelitian ini menyajikan keadaan geografis Desa Kopo dan keadaan penduduk di Desa Kopo. Kondisi geografis secara umum menggambarkan keadaan fisik lingkungan di sekitar lokasi pelaksanaan penelitian. Di pihak lain, keadaan penduduk salah satunya dicerminkan oleh statistik kependudukan dari kecamatan setempat. Keadaan Desa Kopo tempat obyek penelitian ini dilaksanakan digambarkan sebagai berikut. Desa Kopo merupakan bagian dari Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Desa yang terletak pada 06o68 Lintang Selatan (LS) dan 106o92 Bujur Barat (BB) memiliki luas wilayah sebesar 453,21 Ha. Desa Kopo berjarak 872 m dari permukaan laut (dpl) dengan suhu pada dataran tinggi sebesar 24-30o C. Jarak yang tinggi dari permukaan laut dan curah hujan sebanyak 300 mm/tahun menunjukkan iklim Desa Kopo yang sejuk. Menurut data statistik penduduk tahun 2011, total jumlah penduduk di Desa Kopo memiliki total jumlah penduduk sebanyak 18.648 jiwa dengan rincian 9.088 laki-laki dan 9.560 perempuan (Profil Desa Kopo 2012). Penduduk di Desa Kopo merupakan yang terbanyak di Kecamatan Cisarua. Kepadatan penduduk di
36 Desa Kopo yang memiliki luas wilayah 4,53 km2 mencapai 4.117 jiwa/km2 (BPS Kabupaten Bogor 2012). Rincian jumlah penduduk, luas wilayah, dan kepadatan penduduk dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jumlah Penduduk, Luas Desa dan Kepadatannya di Kecamatan Cisarua Tahun 2011 No
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Desa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Citeko Cibeureum Tugu Selatan Tugu Utara Batulayang Cisarua Kopo Leuwimalang Jogjogan Cilember Jumlah Sumber: BPS Kabupaten Bogor, 2012.
Kepadatan (Jiwa/Km2)
Luas (Km2)
12.850 14.666 17.278 10.150 9.457 8.843 18.648 6.438 7.404 9.651 115.385
4,61 11,29 17,12 17,02 2,26 2,00 4,53 1,35 4,54 2,00 66,72
2.787 1.299 1.009 596 4.185 4.422 4.117 4.769 1.631 4.826 -
Proporsi penggunaan lahan di Desa Kopo untuk sawah adalah sebesar 42,00 ha sedangkan untuk penggunaan ladang sebesar 120,00 ha. Ternak hewan besar didominasi oleh sapi perah dan kuda, sedangkan untuk ternak kecil didominasi oleh kambing dan domba. Ternak unggas di Desa Kopo mayoritas masyarakat berternak ayam (Profil Desa Kopo 2012). Rincian penggunaan luas lahan di Desa Kopo dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 8. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Kecamatan Cisarua Tahun 2011 (Ha)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Perumahan dan Pekara ngan
LaDang
Empang
KubuRan
Lainnya
Jumlah
34,00 104,00
133,00 102,00
1,00 2,00
2,00 2,00
261,00 918,00
465,00 1.130,00
0,00
913,10
161,00
4,00
3,00
631,40
1.712,50
5,00 30,00 5,00 42,00
805,00 51,20 11,00 102,00
150,00 31,00 11,00 120,00
1,00 2,00 1,00 3,00
2,00 1,00 1,00 3,00
737,00 110,80 171,00 183,00
1.700,00 226,00 200,00 453,00
25,00
50,00
15,00
2,00
0,50
425,00
135,00
20,00 36,00
49,30 51,00
20,00 25,00
1,00 2,00
1,00 2,00
360,00 85,00
451,30 201,00
768,00
19,00
16,50
3.499,70
6.672,80
Desa
Sawah
Latan Cibeureum Tugu Selatan Tugu Utara Batulayang Cisarua Kopo Leuwima lang Jogjogan Cilember
34,0 2,00
Jumlah 199,00 2.170,60 Sumber: BPS Kabupaten Bogor, 2012.
37 5.2
Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini berjumlah 60 orang yang merupakan
warga dari masyarakat sekitar usahatani jamur tiram yang di wawancara mengenai kesediaan menerima kompensasi atas limbah log jamur tiram. Karakteristik responden yang diuraikan meliputi: jenis kelamin, usia, status, tingkat pendidikan, jumlah pendapatan, jumlah tanggungan, lama tinggal, dan jarak tempat tinggal dengan home industry jamur tiram.
Jenis Kelamin Sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki dengan perbandingan responden laki-laki sebesar 58 persen dan responden perempuan 42 persen. Proporsi jenis kelamin responden dapat dilihat pada Gambar 6.
Perempuan 42%
Laki-laki 58%
Gambar 6. Proporsi Responden Menurut Jenis Kelamin Usia Tingkat usia responden bervariasi, dengan usia paling muda yaitu 19 tahun dan yang paling tua yaitu 70 tahun. Persentase tertinggi yaitu pada kelompok usia 19-28
tahun
dengan
persentase
35
persen.
Kelompok
usia
tersebut
mengindikasikan responden berada pada usia produktif. Responden dengan usia 29-38 tahun berjumlah 34 persen, usia 39-48 tahun berjumlah 20 persen, usia 4958 tahun berjumlah tiga persen, usia 59–68 tahun berjumlah lima persen, dan responden berusia antara 69–78 tahun berjumlah tiga persen. Usia responden berpengaruh pada nilai WTA yang akan diterima. Sebaran responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Gambar 7.
38 Umur 29-38 34%
Umur 39-48 20% Umur 49-58 3% Umur 59-68 5% Umur 69-78 3%
Umur 19-28 35%
Gambar 7. Sebaran Responden Menurut Umur Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan diklasifikasikan berdasarkan lama tahun menempuh pendidikan formal dimulai dari jenjang tidak sekolah sampai dengan perguruan tinggi. Sebagian besar responden memiliki latar belakang pendidikan lulusan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar 53 persen. Hal ini menyebabkan kurangnya kesadaran warga akan tercemarnya kualitas lingkungan akibat limbah bag log jamur. Persentase jumlah responden untuk lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 25 persen diikuti dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 12 persen. Responden yang memiliki latar belakang lulusan Perguruan Tinggi sebesar tujuh persen. Responden yang tidak pernah menempuh pendidikan formal sebesar tiga persen. Tingkat pendidikan responden berpengaruh terhadap besaran WTA yang akan diterima. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Gambar 8. SMP 25% SD 53%
SMA 12% Tidak Sekolah 3%
Perguruan Tinggi 7%
Gambar 8. Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendidikan Jenis Pekerjaan Jenis Pekerjaan yang menjadi mata pencaharian responden diantaranya adalah buruh tani, pegawai swasta, wirausaha, petani, dan lainnya (ibu rumah tangga). Berdasarkan hasil survei, mata pencaharian responden tertinggi adalah
39 buruh tani dengan persentase sebesar 47 persen. Responden yang bekerja sebagai ibu rumah tangga (lainnya) sebesar 38 persen. Responden yang bekerja sebagai pegawai swasta, petani, dan wirausaha masing-masing sebesar lima persen. Sebaran jenis pekerjaan responden dapat dilihat pada Gambar 9.
Tingkat Pendapatan Persentase responden dengan tingkat pendapatan terbesar terdapat pada kelompok pendapatan Rp 500.000 – 1.500.000 yaitu sebesar 60 persen. Hal ini dikarenakan mayoritas mata pencarian responden yang bekerja sebagai buruh dan ibu rumah tangga. Pendapatan yang rendah menyebabkan masyarakat tidak mampu membayar biaya memperbaiki kerusakan lingkungan sehingga biaya Pegawai Swasta 5% Wirausaha 5% Petani 5%
Buruh tani 47%
Lainnya 38%
Gambar 9. Sebaran Responden Menurut Jenis Pekerjaan kompensasi yang diinginkan lebih tinggi. Sebanyak 38 persen responden memiliki tingkat pendapatan di bawah Rp 500.000. Sebanyak dua persen responden memiliki pendapatan antara Rp 1.500.001 – 2.500.000.
Tingkat pendapatan
responden berpengaruh pada nilai WTA yang akan diterima. Perbandingan distribusi tingkat pendapatan setiap bulannya dapat dilihat pada Gambar 10.
Rp. 500.000 Rp. 1.500.000 60%
< Rp. 500.000 38% Rp. 1.500.001 Rp. 2.500.000 2%
Gambar 10. Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendapatan per Bulan
40 Jumlah Tanggungan Jumlah tanggungan yang dimaksud adalah tanggungan yang mencakup keluarga inti (istri dan anak) serta tanggungan bukan keluarga inti di rumah responden. Sebagian besar responden adalah kepala keluarga yang memiliki jumlah tanggungan sebanyak kurang dari sama dengan dua orang yaitu persentasenya adalah 56 persen. Sebanyak 17 persen responden memiliki jumlah tanggungan keluarga sebesar tiga orang. Jumlah tanggungan mempengaruhi kompensasi yang diterima karena biaya tersebut digunakan sebagai biaya tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Responden dengan jumlah tanggungan empat yaitu sebesar 15 persen, sementara responden yang memiliki jumlah tanggungan lima orang sebesar lima persen. Jumlah tanggungan keluarga responden dengan jumlah lebih dari atau sama dengan enam orang memiliki persentase sebesar tujuh persen. Sebaran responden menurut jumlah tanggungan dapat dilihat pada Gambar 11. 3 orang 17% 4 orang ≤ 2 orang 56%
15% 5 orang 5% ≥ 6 orang 7%
Gambar 11. Sebaran Responden Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga Lama Tinggal Lama tinggal responden sebagian besar berada pada kelompok lama tinggal 16-25 tahun dan lebih dari 35 tahun dengan persentase 32 persen dan 23 persen. Hal ini disebabkan karena sebagian besar responden merupakan penduduk asli yang sejak lahir sudah berada di Desa Kopo. Responden ini lebih peka dalam merasakan perubahan lingkungan sehingga mereka ada yang meminta kompensasi tinggi dan ada pula yang menolak diberi kompensasi. Responden pada rentang lama tinggal 26–35 tahun sebesar 22 persen. Responden yang lama tinggalnya kurang enam tahun yaitu sebesar 13 persen. Persentase terkecil terjadi pada kelompok responden dengan lama tinggal
6–15 tahun dengan persentase 10
persen. Lama tinggal berpengaruh terhadap nilai WTA yang akan diterima oleh responden. Sebaran lama tinggal responden disajikan pada Gambar 12.
41 26 - 35 Tahun 22% > 35 tahun 23%
16 - 25 Tahun 32% 6 - 15 Tahun 10%
< 6 Tahun 13%
Gambar 12. Sebaran Responden Menurut Lama Tinggal Jarak Tempat Tinggal Mayoritas tempat tinggal responden sebesar 58 persen berjarak kurang dari 500 m dari lokasi usaha jamur tiram. Sebanyak 42 persen sisanya bertempat tinggal antara 500 – 1.500 m dari lokasi usaha jamur tiram. Tingginya jumlah masyarakat yang tinggal dengan jarak kurang dari 500 m menyebabkan dampak negatif yang diterima begitu terasa sehingga meminta kompensasi kerugian yang cukup tinggi. Jarak tempat tinggal responden berpengaruh pada nilai WTA yang akan diterima. Persentase responden berdasarkan jarak tempat tinggal disajikan dalam Gambar 13. 500 - 1.500 m 42%
< 500 m 58%
Gambar 13. Sebaran Responden Menurut Jarak Tempat Tinggal dari Lokasi Usaha Jamur Tiram
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Usaha Budidaya Jamur Tiram Karakteristik usaha pengolahan limbah bag log dilihat dari beberapa aspek. Aspek tersebut antara lain sumber bahan baku, proses produksi, skala usaha, dan rantai
pemasaran.
Aspek-aspek
menggambarkan karakteristik usaha. Sumber Bahan Baku
ini
merupakan
indikator
yang
dapat
42 Bahan baku yang digunakan dalam budidaya jamur tiram adalah bag log yang terbuat dari serbuk gergaji. Bag log berfungsi sebagai media tanam jamur tiram. Bag log ini kemudian akan diisi dengan bibit jamur yang kemudian akan dimasukkan ke dalam ruang pemeliharaan. Pelaku usaha biasa membeli bibit jamur seharga Rp 1.800 untuk pemakaian terhadap 10 bag log. Untuk bag log jamur sendiri, pelaku usaha membuat bag log sendiri tidak seperti usaha lain yang membeli bag log jadi maupun bag log yang sudah di beri bibit jadi. Bahan baku membuat bag log di antaranya serbuk gergaji, kapur, gips, dedak, tepung jagung, dan air. Biaya untuk membeli serbuk gergaji sebanyak 100 kg adalah Rp 4.000, kapur Rp 1.000/kg, gipsum seharga Rp 45.000 untuk 25 kg, dedak Rp 2.100 – Rp 2.500/kg, dan tepung jagung Rp 5.000/kg.
Proses Produksi Proses produksi pembuatan jamur tiram terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan. Proses yang dilakukan merupakan tahapan seperti penyaringan serbuk gergaji, proses pencampuran bahan, pengemasan media, sterilisasi, inokulasi, inkubasi dan tahapan penumbuhan. Uraian kegiatan yang dilakukan dalam proses budidaya jamur tiram adalah sebagai berikut: 1.
Penyaringan serbuk gergaji Sebelum digunakan serbuk gergaji terlebih dahulu harus melalui proses
penyaringan. Hal ini bertujuan untuk memisahkan serbuk gergaji yang kasar dengan serbuk gergaji yang halus. Proses penyaringan umumnya menggunakan kawat kasa bagi usaha berskala kecil atau mesin pengayak bagi usaha skala besar. 2.
Proses pencampuran bahan Bahan baku dicampur dengan persentase dedak 15 persen dan kapur 25
persen. Campuran ini kemudian dilembabkan dengan air 60 – 70 persen. Proses pencampuran dilakukan secara manual dengan tangan dan dengan alat seperti sekop, cangkul, atau mixer. 3.
Pengemasan media Media produksi dimasukkan ke dalam plastik polipropilen dengan ukuran
17x25 cm, 17x30 cm atau 18x30 cm masing-masing dengan kepadatan tertentu. Media yang kurang padat akan menyebabkan hasil panen yang tidak optimal
43 karena media cepat busuk sehingga produktifitas akan rendah, untuk menghindari hal tersebut dalam proses pewadahan adonan dalam plastik dipadatkan atau dipress dengan menggunakan botol, kayu, atau ditekan dengan tangan. 4.
Sterilisasi Setelah media dipadatkan maka proses selanjutnya adalah sterilisasi.
Sterilisasi merupakan proses yang dilakukan untuk menonaktifkan mikroba yang dapat menghambat pertumbuhan miselium jamur. Sterilisasi dilakukan pada suhu 80º-90ºC selama 6-8 jam. Setelah itu bag log jamur kemudian ditumpuk dan didiamkan selama 12 jam dalam ruang pendingin yang kemudian juga berfungsi sebagai ruang inokulasi. 5.
Inokulasi Inokulasi merupakan kegiatan memindahkan sejumah kecil miselium
jamur ke dalam media tanam yang telah disediakan. Inokulasi dilakukan dalam ruangan yang steril untuk mencegah masuknya bakteri. Setelah diinokulasi bag log kemudian disumbat kapas dan dipindahkan ke ruang inkubasi. 6.
Inkubasi Inkubasi merupakan proses menempatkan bag log yang telah diisi bibit
jamur ke dalam ruangan dengan kondisi tertentu agar miselium dapat memutih dan penuh dengan sempurna. Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan miselium jamur sekitar 22-28°C dengan kelembaban 60–70 persen. Inkubasi dilakukan sampai seluruh permukaan dalam bag log berwarna putih merata. Media akan tampak putih merata antara 40-60 hari sejak dilakukan inokulasi. 7.
Penumbuhan Media tumbuh jamur yang sudah putih oleh miselia jamur sudah siap
untuk dilakukan penumbuhan tubuh buah jamur dengan cara membuka plastic media tumbuh yang sudah penuh miselia. Satu sampai dua minggu setelah media dibuka akan tumbuh bakal buah. Tubuh buah yang sudah tumbuh tersebut akan tumbuh optimal selama 2-3 hari. Kondisi suhu optimal dalam proses pertumbuhan tubuh buah adalah pada suhu 16-22ºC dengan kelembaban 80-90 persen. Setelah itu dilakukan pemanenan lima hari setelah bakal buah tumbuh. Ukuran jamur yang sudah siap dipanen adalah dengan diameter 5-10 cm.
44 Skala Usaha Penentuan skala usaha home industry budidaya jamur dapat dilihat dari beberapa aspek manajemen dan keuangan, tenaga kerja, dan modal. Aspek manajemen dan keuangan menurut Partomo dan Soejoedono (2004) usaha kecil dari segi manajemen pemilik usaha yang juga bertindak sebagai pengelola, tidak adanya perencanaan tertulis dalam menjalankan usaha, kurang adanya pencatatan atau pembukuan dan sangat tergantung dari pelanggan dan pemasok di sekitar usaha. Aspek jumlah tenaga kerja yang ada pada home industry ini terdiri dari empat orang. Menurut Anderson dalam Partomo dan Soejoedono (2004), usaha kecil adalah usaha yang memiliki tenaga kerja yang berkisar antar 1-9 orang. Tenaga kerja yang berjumlah empat orang ini dua diantaranya merupakan pekerja tetap (laki-laki dan perempuan) sedangkan dua lainnya pekerja honorer (laki-laki) yang bertugas membuat bag log dan melakukan pembibitan. Sistem gaji untuk pekerja tetap laki-laki Rp 500.000/bulan sedangkan untuk perempuan Rp 300.000/bulan. Pekerja honorer pembuatan bag log digaji Rp 50/log dan tenaga kerja pembibitan Rp 75/log. Modal home industry ini diperoleh dari iuran anggota dan bantuan dari pemerintah. Berdasarkan sistem usaha yang dikelola sendiri, tenaga kerja yang terdiri dari empat orang, dan modal yang kecil maka home industry ini termasuk usaha skala kecil. Pemasaran Produk Di dalam memasarkan produk jamur tiram putih, home industry Cijulang Asri bersama-sama dengan pelaku budidaya jamur tiram lainnya melakukan kerjasama dengan tengkulak. Kerjasama tersebut dilakukan agar distribusi hasil panen terjamin. Tengkulak tersebut biasanya menjual kembali ke pedagang pasar di daerah Cisarua, Bogor, Jakarta, Tangerang dan Bekasi.
6.2 Karakteristik Usaha Pengolahan Limbah Bag Log Jamur Tiram Karakteristik usaha pengolahan limbah bag log dilihat dari beberapa aspek, yaitu sumber bahan baku, proses produksi, skala usaha, dan rantai pemasaran.
45 Sumber Bahan Baku Bahan baku merupakan suatu komponen penting dalam proses produksi. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan pupuk kompos adalah limbah bag log dari produksi budidaya jamur. Limbah bag log ini merupakan media tanam jamur tiram yang sudah tidak terpakai pasca panen oleh pengusaha jamur tiram. Limbah ini kemudian dimanfaatkan sebagai campuran bahan baku selain kotoran ternak dan serasah daun yang kemudian diolah menjadi pupuk kompos. Pelaku usaha biasa mendapatkan bahan baku dari produsen jamur tiram yang ada di sekitar Desa Kopo. Selain itu pelaku usaha juga memerlukan bahan baku tambahan berupa bioaktivator untuk mempercepat proses pengomposan. Harga yang harus dibayarkan untuk 1 ton limbah bag log jamur adalah sebesar Rp 600.000,00. Harga tersebut merupakan biaya pengangkutan limbah bag log dari lokasi pembuangan limbah sampai tempat pengolahan limbah. Bioaktivator dapat dibeli dengan harga Rp 20.000,00/liter. Untuk mengangkut bahan organik berupa serasah daun serta kotoran ternak, pelaku usaha diharuskan membayar Rp 200.000,00/ton rumput dan Rp 5.000,00/karung. Air merupakan bahan baku penunjang lainnya dalam pembatan pupuk kompos. Air beserta bioaktivator dicampurkan secukupnya sampai campuran menjadi menyatu lalu disemprotkan ke kompos secara berkala pada campuran kompos.
Proses Produksi Rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam proses produksi pupuk kompos dari bag log jamur tiram di Desa Kopo adalah sebagai berikut. 1)
Tahap Persiapan Bahan Baku Kompos Pada Tahap ini, kotoran ternak ditampung kemudian diendapkan karena
kotoran masih tercampur dengan urine atau air. Pengendapan ini bertujuan untuk mendapatkan kotoran yang padat. Bahan-bahan tersebut antara lain kotoran ternak, limbah bag log, bioaktivator, serasah daun. 2)
Tahap Pencampuran Bahan Baku Limbah bag log, kotoran ternak, dan serasah daun di campur dalam wadah
yang telah disiapkan dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Sebelum dilakukan pencampuran bahan, serasah daun harus melalui proses pencacahan terlebih
46 dahulu agar lebih mudah tercampur dengan bahan lainnya. Setelah tercampur, bioaktivator dimasukkan ke dalam campuran yang kemudian diaduk kembali agar bahan tercampur rata. Kemudian bahan-bahan yang sudah tercampur didiamkan selama 40 hari. 3)
Tahap Pengadukan Bahan Baku Setelah 10 hari bahan didiamkan, dilakukanlah proses pengadukan bahan
ini dilakukan sebanyak empat kali setiap 10 hari sekali selama 40 hari proses pembuatan kompos. Pengadukan dilakukan untuk memastikan bahwa bahan tercampur merata. Selain pengadukan
bioaktivator juga disemprotkan secara
merata ke permukaan bahan. Pada tahap ini, pada campuran bahan biasanya sudah menunjukkan tanda-tanda menjadi kompos dengan ciri-ciri suhu yang lebih rendah dan bentuk yang lebih halus. 4)
Tahap Penstabilan dan Penyaringan Pada hari ke-40 dilakukan tahap penstabilan, dimana kompos proses
dekomposisi telah selesai yang dilanjutkan dengan proses penyaringan kompos. Penyaringan dilakukan untuk memilah antara partikel kompos yang sudah halus dengan yang masih kasar. Kompos yang sudah jadi tersebut akan berwarna coklat kehitaman dan tidak mengeluarkan bau yang menyengat. 5)
Tahap Pengemasan Sebelum dipasarkan, pupuk kompos akan melalui proses pengemasan.
Dikarenakan beragamnya demand terhadap pupuk kompos membuat produsen menyiapkan pupuk kompos dalam beragam kemasan. Kemasan tersebut bervariasi mulai dari kemasan plastik 1 kg hingga kemasan karung 35 kg.
Skala Usaha Penentuan skala usaha home industry pembuatan kompos dapat dilihat dari beberapa aspek manajemen dan keuangan, tenaga kerja, dan modal. Aspek manajemen dan keuangan menurut Partomo dan Soejoedono (2004) usaha kecil dari segi manajemen pemilik usaha yang juga bertindak sebagai pengelola, tidak adanya perencanaan tertulis dalam menjalankan usaha, kurang adanya pencatatan atau pembukuan dan sangat tergantung dari pelanggan dan pemasok di sekitar usaha. Aspek jumlah tenaga kerja yang ada pada home industry ini terdiri dari tiga
47 orang. Menurut Anderson dalam Partomo dan Soejoedono (2004), usaha kecil adalah usaha yang memiliki tenaga kerja yang berkisar antar 1-9 orang. Tenaga kerja yang berjumlah tiga orang ini memiliki hari kerja masing-masing selama 10 hari dengan upah Rp 50.000/hari kerja. Oleh karena itu home industry ini termasuk usaha skala kecil. Modal yang diperlukan oleh home industry tidak terlalu besar karena hanya memerlukan skill dan beberapa perkakas yang umum digunakan. Sumber modal yang digunakan oleh home industry ini merupakan iuran serta subsidi dari Dinas Kehutanan. Subsidi dari Dinas Kehutanan didapat karena adanya kerjasama antara Dinas Kehutanan dengan home industry dimana home industry Cijulang Asri menjadi pemasok utama pupuk kompos bagi Dinas Kehutanan untuk kepentingan penanaman pohon.
Pemasaran Produk Pemasaran pupuk kompos asal bag log yang diproduksi oleh home industry Cijulang Asri saat ini sudah mencakup dalam kota dan luar kota di antaranya Jakarta, Jawa Timur, dan Bali. Pihak-pihak yang terlibat dalam pemasaran pupuk kompos yaitu Dinas Kehutanan (pemerintah), pengecer, dan petani sekitar Desa Kopo. Dinas Kehutanan selaku perwakilan pemerintah membantu pemasaran pupuk kompos sehingga mencakup luar kota. Pemasaran pupuk kompos oleh Dinas Kehutanan dilakukan melalui pameran serta rekomendasi bagi Dinas Kehutanan provinsi lain untuk disebarkan di daerah masing-masing. Selain pemerintah, ada juga petani dan agen yang mengambil pupuk langsung ke home industry Cijulang Asri. Jika petani menggunakan pupuk untuk konsumsi sendiri, maka agen akan menjadi perantara antara home industry dengan konsumen akhir.
6.3. Nilai Tambah Serbuk Gergaji Budidaya jamur tiram yang menggunakan bag log buatan sendiri merupakan kegiatan yang memberikan manfaat ekonomi diantaranya tambahan pendapatan, munculnya nilai tambah pada bahan baku serta penyerapan tenaga kerja karena membutuhkan sumberdaya manusia dalam proses pengolahannya.
48 Perhitungan nilai tambah dalam penelitian ini menggunakan Metode Hayami. Analisis ini berguna untuk mengetahui nilai tambah yang terdapat pada satu kilogram serbuk gergaji yang diolah. Analisis nilai tambah terdiri dari beberapa komponen utama pembentuk biaya produksi meliputi bahan baku, sumbangan input lain, tenaga kerja dan keuntungan untuk komponen utama yang digunakan. Proses analisis nilai tambah serbuk gergaji dilakukan mulai dari proses penyaringan, pencampuran, pengemasan, pengangkutan, sterilisasi, dan inokulasi. Analisis nilai tambah tidak hanya melihat besarnya nilai tambah yang dihasilkan dari proses pengolahan, tetapi juga distribusi dari pemanfaatan faktor produksi seperti tenaga kerja, modal, sumberdaya alam dan manajemen. Dasar perhitungan analisis nilai tambah pada penelitian ini menggunakan perhitungan per kilogram bahan baku serbuk gergaji yang dilakukan selama satu tahun. Harga bag log yang digunakan dalam perhitungan nilai tambah ini adalah harga bag log yang dijual oleh home industry Cijulang Asri yaitu sebesar Rp 1 200/kg.
Rata-Rata Variabel Input Output Bahan Baku dan Faktor Konversi Masa pembuatan bag log oleh home industry Cijulang Asri dilakukan dalam setiap periode produksi budidaya jamur tiram (satu periode = 4 bulan). Pembuatan bag log dalam satu tahun pada home industry Cijulang Asri setelah dikonversikan ke satuan berat adalah sebanyak 45.000 kg. Bag log tersebut dihasilkan dari serbuk gergaji sebanyak 60.750 kg. Perhitungan nilai tambah pada home industry Cijulang Asri dihitung dalam satuan tahun yang dapat dilihat pada Tabel 9. Faktor konversi pada budidaya jamur tiram adalah 0,74. Nilai konversi dihitung berdasarkan pembagian antara nilai bag log yang dihasilkan dengan serbuk gergaji yang digunakan. Hal tersebut menandakan untuk setiap satu kilogram serbuk gergaji yang digunakan akan menghasilkan 0,74 kg bag log. Rata-Rata Variabel Faktor Koefisien Tenaga Kerja Koefisien tenaga kerja adalah nilai pembagian dari jumlah hari orang kerja dalam satu tahun (HOK/tahun) dengan jumlah bahan baku (kg/tahun) yang digunakan dalam kegiatan produksi pada unit usaha. Jumlah hari orang kerja
49 adalah total penjumlahan hari tenaga kerja bekerja dalam satu tahun. Koefisien tenaga kerja menunjukkan banyaknya orang yang diperlukan untuk mengolah Tabel 9. Perhitungan Nilai Tambah Serbuk Gergaji Home Industry Cijulang Asri Tahun 2012. No.
Variabel Output, Input dan Harga 1. Bag log yang dihasilkan (kg/tahun) 2. Serbuk gergaji yang digunakan (kg/tahun) 3. Tenaga kerja (HOK/tahun) 4. Faktor konversi (1/2) 5. Koefisien tenaga kerja (3/2) 6. Harga bag log (Rp/kg) 7. Upah tenaga kerja (Rp/HOK) Pendapatan dan Keuntungan (Rp/kg bag log) 8. Harga serbuk gergaji (Rp/kg bahan baku) 9. Sumbangan input lain (Rp/kg output) 10. Nilai bag log (4 x 6) (Rp) 11. a. Nilai Tambah (10 - 9 - 8) (Rp/kg) b. Rasio Nilai Tambah ((11a/10x100%) 12. a. Imbalan tenaga kerja (5 x 7) (Rp/kg input) b. Bagian tenaga kerja ((12a/11a)x100% 13. a. Keuntungan (11a-12a)(Rp/kg input) b. Tingkat keuntungan ((13a/11a)x100%) Balas Jasa terhadap Faktor Produksi 14. Marjin (10-8) (Rp/kg) a. Pendapatan tenaga kerja ((12a/14)x100%) b. Sumbangan input lain ((9/14)x100%) c. Keuntungan Pemilik Usaha ((13a/14)x100%) Sumber: Data primer diolah, 2013
Nilai 45.000,00 60.750,00 624,00 0,74 0,01 1.200,00 18.028,85 214,28 390,67 888,89 283,94 31,94 185,18 65,21 98,75 34,78 674,60 27,45 57,91 14,64
untuk mengolah satu-satuan input (Hayami et al. 1987). Nilai koefisien tenaga kerja langsung untuk pembuatan bag log di home industry Cijulang Asri adalah 0,01 yang memiliki artian dalam mengolah 100 kilogram serbuk kayu gergaji menjadi 74 kg bag log membutuhkan tenaga kerja langsung sebanyak 1 HOK. Koefisien tenaga kerja sebesar 0,01 juga mengindikasikan bahwa dalam pengolahan satu kg serbuk gergaji menjadi bag log membutuhkan waktu sebanyak 0,01 HOK atau 4 menit 55 detik. Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam pembuatan bag log adalah dua orang dengan hari orang kerja masing-masing pegawai setara dengan delapan jam kerja. Upah rata-rata per HOK untuk budidaya jamur tiram pada home industry Cijulang Asri adalah Rp 18.028,85. Nilai tersebut diperoleh dengan membagi total upah tenaga kerja langsung dengan total hari kerja yang digunakan dalam satu tahun.
50 Rata-Rata Variabel Nilai Output Nilai output rata-rata dari hasil penjualan bag log yang didapat oleh home industry Cijulang Asri adalah sebesar Rp 888,89/kg bag log. Rata-rata variabel nilai output didapat dari hasil perkalian antara faktor konversi dengan harga output. Semakin tinggi nilai output rata-rata penjualan bag log mempengaruhi besaran nilai tambah yang didapat oleh home industry Cijulang Asri.
Rata-Rata Variabel Nilai Tambah Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produk dengan biaya bahan baku serta biaya input lain. Bahan baku utama pembuatan bag log terdiri dari serbuk gergaji, dedak, tepung jagung, kapur, gipsum, dan air. Bahan baku penunjang berasal dari alkohol, lampu, spiritus, tabung gas, pengkukus, cangkul, spatula, sekop, dan pengayak. Nilai tambah yang diperoleh dari hasil pengolahan serbuk gergaji menjadi bag log pada home industry Cijulang Asri adalah sebesar Rp 283,94/kg dengan rasio 31,94 persen. Nilai tersebut menyatakan bahwa setiap satu kilogram serbuk gergaji akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 283,94. Nilai tambah yang sedikit dikarenakan pembuatan bag log bukan sebagai usaha utama melainkan sebagai bagian dari usaha budidaya jamur tiram.
Tenaga Kerja Tenaga kerja yang dipekerjakan di home industry Cijulang Asri berjumlah dua orang. Tenaga kerja yang dipekerjakan mencakup semua aktivitas, yaitu tenaga pengangkutan, penyaringan, pengemasan, sterilisasi, dan inokulasi. Imbalan bagi tenaga kerja langsung pada produksi bag log di home industry Cijulang Asri adalah Rp 185,18/kg atau sebesar 65,21 persen dari nilai tambah produk. Imbalan bagi tenaga kerja langsung adalah pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja sebagai hasil perkalian antara koefisien tenaga kerja dengan upah tenaga kerja. Imbalan tenaga kerja langsung tidak termasuk dalam nilai tambah yang diperoleh perusahaan.
51 Keuntungan Usaha Pembuatan Bag Log Keuntungan yang didapatkan oleh unit usaha home industry Cijulang Asri sebesar Rp 98,75/kg. Keuntungan dihitung dari nilai tambah dikurangi pendapatan tenaga kerja. Tingkat keuntungan yang didapat diperoleh dari perhitungan dimana keuntungan dibagi dengan nilai tambah yang didapat kemudian dikalikan 100 persen. Tingkat keuntungan yang didapat oleh home industry Cijulang Asri sebesar 34,78 persen.
Marjin Produk Marjin menunjukkan kontribusi faktor-faktor produksi selain bahan baku. Besaran marjin dapat dilihat balas jasa terhadap faktor produksi yang terdiri dari balas jasa tenaga kerja, sumbangan input lain dan keuntungan perusahaan. Pada usaha pembuatan bag log, sebagian besar marjin yang diterima unit usaha didistribusikan pada sumbangan input lain. Hal ini dapat dilihat dari tingginya persentase balas jasa terhadap faktor produksi sumbangan input lain yaitu sebesar 57,91 persen. Balas jasa terhadap keuntungan usaha sebesar 14,64 persen. Pendapatan tenaga kerja pada home industry ini sebesar 27,45 persen.
6.4 Internalisasi Biaya Eksternal Perhitungan internalisasi biaya eksternal dilakukan dengan dua tipe perhitungan yang menghitung nilai intangible dan nilai tangible. Nilai tangible dan intangible tersebut kemudian akan dijumlahkan untuk mendapatkan total biaya eksternal yang telah diinternalisasi.
Nilai Intangible Biaya eksternal yang telah diinternalisasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat terkait perubahan lingkungan akibat keberadaan timbunan limbah bag log jamur tiram. Biaya eksternal yang bersifat intangible ini dihitung menggunakan konsep Willingness To Accept (WTA) dari metode Contingent Valuation Method (CVM). Hasil pelaksanaan metode CVM adalah sebagai berikut:
52 1.
Membangun Pasar Hipotetis Pembuangan limbah bag log jamur secara langsung tanpa melalui
pengolahan menyebabkan kerusakan lingkungan diantaranya kondisi tanah yang menjadi asam, mengganggu pemandangan, bau tidak sedap, dan menyebabkan gangguan kesehatan seperti asma dan gangguan pernafasan. Masyarakat yang menjadi responden adalah masyarakat RT V di Desa Kopo, Kecamatan Cisarua. Berdasarkan hasil wawancara dengan 60 orang responden, 43 orang bersedia menerima pembayaran kompensasi atas kerusakan lingkungan sedangkan 17 orang lainnya menolak menerima biaya kompensasi. Rasio responden yang setuju menerima dan yang menolak biaya kompensasi dapat dilihat pada Gambar 15.
72% menerima kompensasi
28% menolak biaya kompensasi
Sumber : Data Primer Diolah, 2013.
Gambar 14. Persentase Responden yang Menerima dan Menolak Kompensasi Responden yang menolak menerima kompensasi memiliki beragam alasan di antaranya responden yang merupakan buruh tani yang pernah pekerja di kumbung jamur tersebut, responden yang tidak merasakan kerugian, dan respoden yang menganggap bahwa kompensasi tidak menyelesaikan permasalahan akibat limbah bag log jamur tiram. Frekuensi responden yang menolak dapat dilihat pada Tabel 10 dengan total 17 orang. Walaupun program pengelolaan limbah jamur yang direncanakan sebagian biaya investasinya ditanggung oleh pelaku usahatani namun diperlukan partisipasi dari masyarakat untuk ikut mengelolah limbah bag log jamur. Responden diberikan informasi bahwa usahatani jamur tiram akan memberlakukan pemberian dana kompensasi terhadap masyarakat di sekitar usahatani yang terkena eksternalitas negatif. Kompensasi diberikan sebagai biaya pengganti atas kerugian yang dirasakan akibat terjadinya eksternalitas negatif. Dana kompensasi ini
53 mencerminkan besarnya nilai kerugian yang dirasakan oleh warga serta kesediaan menerima kompensasi atas menurunnya kualitas lingkungan. Tabel 10. Responden Menolak WTA Alasan menolak WTA Pernah bekerja sebagai buruh di usahatani jamur. Biaya kompensasi tidak menyelesaikan masalah lingkungan. Anggapan limbah log tidak merusak kesehatan dan lingkungan. total Sumber : Data Primer Diolah, 2013.
2.
Frekuensi (orang)
Persentase (%)
7
41.17
2
11.76
8
47.05
17
100
Memperoleh Nilai WTA (Obtaining Bids) Berdasarkan pertanyaan yang ditawarkan dalam kuesioner melalui metode
payment card, maka diperoleh besarnya nilai dana kompensasi yang bersedia diterima oleh responden. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh rata-rata nilai WTA responden sebesar Rp 15.348,83. Umumnya responden menginginkan dana kompensasi yang tinggi sebagai biaya atas kerusakan lingkungan yang diakibatkan limbah log jamur.
3.
Menghitung Dugaan Nilai Rataan WTA (Estimating Mean WTA) Dugaan nilai rataan WTA responden dihitung berdasarkan data distribusi
WTA responden. Data distribusi WTA responden dapat dilihat pada Tabel 11. Perhitungan terhadap dugaan nilai rataan WTA (EWTA) menghasilkan nilai sebesar Rp 15 348,83. Nilai tersebut mencerminkan besarnya kerugian setiap individu yang terkena eksternalitas negatif limbah bag log usahatani jamur tiram. Tabel 11. Distribusi WTA Responden di Desa Kopo No 1. 2. 3. 4.
Nilai WTA (Rp) Frekuensi (orang) 4 5.000 11 10.000 15.000 6 20.000 22 Total 43 Sumber: Data Primer Diolah, 2013.
Frekuensi Relatif 0.07 0.26 0.14 0.51 1
Mean WTA(Rp) 465.11 2 558.13 2 093.02 10 232.55 15 348.83
54 4.
Menduga Bid Curve Kurva lelang (bid curve) WTA responden dibentuk berdasarkan nilai
WTA responden terhadap dana kompensasi yang diinginkan. Kurva ini menggambarkan hubungan tingkat WTA yang diinginkan (dalam Rp) dengan jumlah responden yang bersedia menerima pada tingkat WTA tersebut (orang). Hasil survei yang dilakukan pada responden untuk nilai WTA yang bersedia
Frekuensi ( orang)
diterima disajikan pada Gambar 16.
25 20 15 Nilai WTA
10
Linear (Nilai WTA )
5 0 0
5000
10000
15000
20000
25000 Nilai WTA (Rp)
Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Gambar 15. Dugaan Bid Curve WTA Responden di Desa Kopo 5.
Evaluasi Pelaksanaan CVM Hasil analisis regresi berganda yang dilakukan menghasilkan nilai R2
sebesar 63,3 persen. Penelitian yang berkaitan dengan benda-benda lingkungan dapat mentolerir nilai R2 hingga 15 persen menurut Mitchell dan Carson (1989) dalam Hanley dan Spash (1993). Hasil pelaksanaan CVM dalam penelitian mengenai WTA ini dapat diyakini kebenaran dan keandalannya (reliable). Nilai tersebut memiliki arti bahwa keragaman WTA responden sebesar 63,3 persen dapat dijelaskan oleh variabel dalam model sedangkan sisanya 36,7 persen dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Model regresi linier berganda harus memenuhi
asumsi
tidak
ada
masalah
multikolinieritas,
autokorelasi,
homoskedastisitas, dan uji asumsi normalitas. Hasil uji tersebut adalah disajikan sebagai berikut: 1.
Uji Multikolinieritas Pengujian terhadap multikolinieritas didasarkan pada nilai VIF pada model.
Nilai VIF terlihat bahwa masing-masing variabel bebas memiliki nilai yang
55 kurang dari sepuluh (VIF < 10). Nilai tersebut menunjukkan tidak terjadinya pelanggaran multikolinieritas. 2.
Uji Autokorelasi Pelanggaran terhadap autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan
Uji Durbin-Watson. Nilai statistik DW yang dihasilkan pada penelitian ini yaitu sebesar 1,62. Nilai tersebut berada diantara 1,55 dan 2,46 maka menunjukkan tidak ada autokorelasi (Firdaus, 2004). 3.
Uji Homoskedastisitas Pemeriksaaan asumsi homoskedastisitas dilakukan dengan melihat sebaran
pada scatterplot. Plot Versus Fits yang terdapat pada Gambar 17 terlihat tidak membentuk pola apapun atau dengan kata lain menyebar bebas, maka dapat disimpulkan bahwa model tidak terdapat pelanggaran asumsi homoskedastisitas.
Sumber : Data Primer Diolah, 2013
Gambar 16. Residual Plot Uji Homoskedatisitas 4.
Uji Asumsi Normalitas Pemeriksaan asumsi normalitas sisaan menyebar normal dilakukan dengan
uji Kolmogorov-Smirnov (KS). Untuk memenuhi asumsi normalitas nilai KShitung harus dibandingkan dengan nilai KS-tabel. Jika lebih kecil dari KS-tabel maka asumsi normalitas terpenuhi. Pada output komputer terlihat nilai KS sebesar 0,087, sedangkan nilai KS-tabel untuk 43 responden adalah 0,135. Hal ini menunjukkan bahwa nilai KS-hitung lebih kecil dari KS-tabel sehingga memenuhi asumsi normalitas atau galat menyebar normal.
56 Probability Plot of RESI1 Normal
99
Mean StDev N KS P-Value
95 90
-3,80719E-12 3264 43 0,087 >0,150
Percent
80 70 60 50 40 30 20 10 5
1
-5000
0 RESI1
5000
10000
Sumber : Data Primer Diolah. 2013
Gambar 17. Probability Plot Uji Kolmogorof-Smirnov Model yang dihasilkan dalam analisis ini adalah: WTA = 13498 - 0,00267 PNDT - 85 PNDK + 70,3 UR - 3,30 JTT + 205 LT 1603 LIM Tabel 12. Hasil Estimasi Model Regresi Linier Berganda Terhadap Besarnya Nilai WTA Responden Variable Coef (constant) 13.498 PNDT -0,002674 PNDK -85,3 UR 70,30 JTT -3,302 LT 204,94 LIM -1.603 R-Sq 63,7% R-Sq(adj) 57,6% R-Sq(pred) 46,00% Durbin-Watson 1,65266 statistic Sumber : Data Primer Diolah, 2013.
SE coef 3.737 0,001283 207,6 55,28 1,722 53,60 2.656
T 3,61 -2,08 -0,41 1,27 -1,92 3,82 -0,60
P-value 0,001 0,044** 0,684 0,212 0,063*** 0,001* 0,550****
VIF 1,067 1,125 1,724 1,251 1,772 1,093
* nyata pada taraf α = 1 persen ** nyata pada taraf α = 5 persen *** nyata pada taraf α = 10 persen Berdasarkan Tabel 12 tersebut di atas diketahui bahwa variabel-variabel
Keterangan :
yang berpengaruh nyata terhadap model pada tingkat α 1,5 , dan 10 persen adalah pendapatan, jarak tempat tinggal, dan lama tinggal. Adanya variabel-variabel seperti tingkat pendidikan, umur, dan dummy limbah yang tidak berpengaruh nyata dalam model dikarenakan tingkat p-value yang lebih tinggi dari α = 15
57 persen. Variabel-variabel tersebut hanya menyebabkan perubahan kecil jika dibandingkan dengan variabel yang berpengaruh secara nyata atau signifikan. Variabel pendapatan memiliki nilai P-value 0.044 artinya variabel ini berpengaruh nyata terhadap model pada taraf α = 0,05 (5 persen). Koefisien variabel ini bertanda negatif (-), berarti semakin tinggi pendapatan, maka besarnya nilai WTA yang diharapkan responden tersebut akan semakin rendah. Hal ini dikarenakan responden dengan pendapatan tinggi memiliki dana tambahan untuk memperbaiki kualitas lingkungan sehingga biaya kompensasi yang diinginkan akan berkurang nilainya. Koefisien pendidikan adalah 0,002674 yang artinya bahwa jika pendapatan responden meningkat satu rupiah, maka rata-rata nilai WTA akan berkurang sebesar 0,002674 rupiah dengan asumsi ceteris paribus. Variabel jarak tempat tinggal memiliki nilai P-value 0,063 artinya variabel ini berpengaruh nyata terhadap model pada taraf α = 0,10 (10 persen). Koefisien variabel ini bertanda negatif (-), berarti semakin dekat jarak tempat tinggal dari lokasi pembuangan limbah, maka besarnya nilai WTA yang diharapkan responden tersebut akan semakin tinggi. Nilai dari koefisien adalah 3.302 yang artinya bahwa jika jarak tempat tinggal meningkat sebesar satu meter, maka diduga ratarata nilai WTA akan meningkat sebesar 3.302 rupiah dengan asumsi ceteris paribus. Variabel lama tinggal memiliki p-value sebesar 0,001 sehingga variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap model pada taraf α = 0,01 (1 persen). Koefisien lama tinggal bertanda positif (+) dengan nilai sebesar 204,94. Hal ini menggambarkan jika lama tinggal bertambah satu tahun, maka rata-rata nilai WTA akan naik sebesar 204,94 rupiah dengan asumsi ceteris paribus.
Nilai Tangible Nilai tangible dari biaya eksternal dihitung dengan pendekatan analisis pendapatan usahatani. Usaha pengolahan limbah bag log menjadi pupuk kompos dilakukan selama satu periode, dimana satu periode sama dengan 40 hari. Nilai TR (Total Revenue) didapat dari perkalian harga output dengan jumlah output yang diproduksi. Total Revenue yang didapat sebesar Rp 12.000.000/periode atau
58 dikalikan dengan 9,125 (hasil bagi dari 365 hari dengan 40 hari) sehingga diperoleh Rp 109.500.000/tahun. Perhitungan TR dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Total Cost (TC) dan Total Revenue (TR) Penjualan Pupuk Kompos Keterangan
Total Fixed Cost Terpal
Jumlah
200
Harga (Rp)
Umur teknis (tahun)
Total (Rp/periode)
Total (Rp/tahun)
1.000
5
200.000
Cetakan 1 200.000 Mixer 1 200.000 Pencacah 1 9.000.000 Cangkul 10 50.000 Parang 15 25.000 Sekop 2 50.000 Spryer gendong 10 350.000 Spryer pompa 2 160.000 Spryer tangan 3 150.000 Pengayak 2 50.000 Total Variable Cost Limbah bag log 8 300.000 Serasah daun 8 100.000 Kotoran ternak 8 20.000 Bioaktivator 12 20.000 Upah pegawai 3 500.000 Total Cost 286 11.176.000 (TC) Total Revenue (TR) Pupuk kompos 12.000 1.000 TR-TC Sumber : Data Primer Diolah, 2013.
5 5 5 3 3 3 5 3 3 5
200.000 200.000 9.000.000 500.000 375.000 100.000 3.500.000 320.000 450.000 100.000
40.000,00 40.000,00 40.000,00 1.800.000,00 166.666,67 125.000,00 33.333,33 700.000,00 106.666,67 150.000,00 20.000,00
-
2.400.000 800.000 160.000 240.000 1.500.000 20.045.000
21.900.000 7.300.000 1.460.000 2.190.000 13.687.500 49.759.166,67
12.000.000 -
109.500.000,00 59.740.833,00
-
TVC (Total Variable Cost) terdiri dari biaya pengangkutan limbah bag log, biaya pengangkutan kotoran ternak, biaya pengangkutan serasah daun, biaya untuk membeli bioaktivator, dan upah tenaga kerja. Nilai TVC yang didapat sebesar Rp 5.100.000/periode atau Rp 46.537.500/tahun. Rincian perhitungan TVC dapat dilihat pada Tabel 13. Nilai TFC (Total Fixed Cost) didapat dari penjumlahan biaya-biaya tetap yang digunakan dalam proses pengolahan limbah bag log jamur menjadi pupuk kompos. Biaya-biaya tetap ini terdiri dari biaya terpal, cetakan, mixer, pencacah, cangkul, parang, sekop, spryer gendong, spryer pompa, spryer tangan, dan pengayak. Nilai TFC didapat dari perhitungan total nilai biaya dibagi dengan umur teknis. Nilai TFC untuk satu tahun sebesar Rp 3.221.666,67/tahun. Rincian perhitungan TFC dapat dilihat pada Tabel 13.
59 Pendapatan dihitung dengan rumus total revenue dikurangi dengan total fixed cost dan total variable cost. Perhitungan tersebut menghasilkan nilai pendapatan sebesar Rp 59.740.833/tahun. Nilai biaya eksternal tangible ini kemudian akan di total dengan nilai biaya eksternal intangible. Rincian perhitungan pendapatan dapat dilihat pada Tabel 14.
Direct Use Value Direct Use Value dihitung menggunakan rumus perhitungan nilai biaya tangible yang dihitung dengan analisis pendapatan dijumlahkan dengan nilai biaya intangible yang sebelumnya dihitung menggunakan nilai Willingness to Accept (WTA). Rincian perhitungan tangible dan intangible value dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Tangible dan Intangible Values Pengolahan Limbah Bag Log Menjadi Pupuk Kompos Intangible Vakue (Nilai WTA, Rp)
TR (Rp/ tahun)
TFC (Rp/ tahun)
10.744.181 109.500.000 3.221.666,67 Sumber : Data Primer Diolah, 2013.
TVC (Rp/ tahun) 46.537.500
Pendapatan (Tangible Value) (Rp/tahun) ( TR (TFC+TVC)) 59.740.833
Tangible dan Intangible Value (Rp/ tahun) 70.485.014
Biaya tangible dihitung menggunakan analisis pendapatan dengan rumus perhitungan penerimaan dikurangi dengan biaya. Hasil perhitungan tersebut akan menghasilkan pendapatan (nilai tangible) sebesar Rp 59.740.833/tahun. Biaya intangible dihitung melalui penghitungan Willingness to Accept (WTA) sehingga diperoleh nilai intangible sebesar Rp 10.744.181. Nilai WTA tersebut merupakan nilai yang sudah dikalikan dengan populasi warga dewasa yang berjumlah 700 orang. Direct value yang dihasilkan melalui penjumlahan nilai WTA dengan pendapatan adalah sebesar Rp 70.485.014/tahun. Direct value ini merupakan total biaya eksternal yang telah diinternalisasi oleh home industry Cijulang Asri dari pengolahan limbah bag log jamur tiram menjadi pupuk kompos.
60
VII. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
7.1
Berikut simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian yang dilakukan di home industry Cijulang Asri : 1.
Karakteristik usaha budidaya jamur tiram termasuk usaha skala kecil. Pemasaran jamur tiram dilakukan bersama-sama pelaku usaha jamur tiram lain melalui perantara tengkulak. Karakteristik usaha dari pengolahan limbah bag log jamur termasuk dalam usaha kecil. Pemasaran pupuk kompos dilakukan ke dalam dan luar kota.
2.
Nilai tambah dari pengolahan serbuk gergaji menjadi bag log yang dibuat oleh home industry Cijulang Asri yaitu sebesar Rp 283,94/kg serbuk gergaji.
3.
Biaya eksternal intangible yang diperoleh dari analisis Willingness to Accept (WTA) sebesar Rp 10.744.181, biaya eksternal tangible yang diperoleh dari analisis pendapatan adalah sebesar Rp 59.740.833/tahun. Total
biaya
eksternal
yang
telah
diinternalisasi
sebesar
Rp
70.485.014/tahun.
7.2
Saran
Adapun saran yang dapat diberikan kepada pihak-pihak terkait di antaranya: 1.
Perlu adanya bantuan atau subsidi dari pemerintah setempat bagi usahatani jamur tiram agar dapat lebih kompetitif dalam berproduksi.
2.
Perlu adanya insentif tambahan dari dinas terkait agar pelaku usaha jamur tiram mulai menerapkan pengolahan limbah bag log dari usaha jamur tiram agar usaha yang dijalankan ramah lingkungan.
3.
Proses pengolahan limbah bag log untuk selanjutnya diharapkan dilakukan secara komunal atau bersama-sama oleh para pengusaha jamur tiram dengan pengawasan dari dinas terkait serta pemerintah setempat.
61
DAFTAR PUSTAKA Abelson P. 1979. Cost Benefit Analysis and Environmental Problems. Saxon House.UK. Badan Pusat Statistik (BPS). 2004. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). Badan Pusat Statistik. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bogor. 2012. Cisarua Dalam Angka Tahun 2012. Bogor (ID) : Badan Pusat Statistik. Badan Standar Nasional. 2008. Standar Nasional Indonesia Nomor SNI 32422008. Tentang Pengelolaan Sampah di Pemukiman. Jakarta (ID) : BSN. Departemen Kehutanan. 2003. Buku RHL (Rehabilitasi Hutan dan Lahan) Tahun 2003. Goenadi D H. 1996. Composting of Agroindustrial Wastes. Bogor (ID) : Unit Penelitian Bioteknologi Perkebunan. ______. 2006. Developing Technology for Biodecomposition of Fresh Solid Wastes of Plantation Crops under Tropical Conditions. IPB Press. 228 pp. Dhewanthi et al. 2007. Panduan Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Kementrian Lingkungan Hidup. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. 2012. Monografi Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. Bogor (ID) : Kementerian Pertanian dan Kehutanan. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. 2012. Produksi Tanaman Sayuran di Jawa Barat. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. [internet]. [diacu 2013 Mei 26]. Tersedia dari: http://www.diperta.jabarprov.go.id/assets/data/menu/produksi sayuran3.pdf Kantor Desa Kopo. 2012. Monografi Pertanian dan Kehutanan Desa Kopo. Kantor Desa Kopo. Fauzi A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Teori dan Aplikasi. Jakarta (ID) : PT Gramedia Pustaka Utama. ______. 2006. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Teori dan Aplikasi. Jakarta (ID) : PT Gramedia Pustaka Utama. Fazaria DA. 2012. Analisis Manfaat Ekonomi Pengolahan Limbah Serbuk Gergaji (Kasus Kecamatan Leuwisadeng dan Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat) [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Firdaus M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta (ID) : Bumi Aksara. Folmer H and Gabel LH. 2000. Principles of Environmental and Resource Economics: A Guide For Students and Decision-makers Second Edition. (UK) : Edward Elgar Publishing Limited . Halwani H. 2005. Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi. Bogor (ID) : Ghalia Indonesia. Hanley N and Spash CL. 1993. Cost – Benefit Analysis and Environment. (UK) : Edward Elgar Publishing Limited.
62 Hayami Y, Kawage T, Maarooka Y, Siregar M. 1987. Agricultural Marketing and Processing in Upland Java a Perspective Form a Sunda Village. Bogor (ID) : CPGRT Centre. Herbowo AN. 2011. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Jamur Tiram Putih (Studi Kasus: Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor) [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Indriani YH. 2012. Membuat Kompos Secara Kilat. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya. Lipsey RG et al. 1995. Pengantar Mikroekonomi Jilid 1. Wasana J, Kirbrandoko, penerjemah; Jakarta (ID) : Binarupa Aksara. Terjemahan dari: Economics 10th ed. Maimun. 2009. Analisis Pendapatan Usahatani, Nilai Tambah dan Saluran Pemasaran Kopi Arabika Organik & Anorganik Aceh Tengah-Kasus Pengolahan Bubuk Kopi Ulee Kareng di Banda Aceh Nangroe Aceh Darussalam [Skripsi]. Fakultas Pertanian. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Mangkoesoebroto G. 2000. Ekonomi Publik. Yogyakarta (ID) : BPFE. Martawijaya E dan Nurjayadi. 2011. Bisnis Jamur Tiram di Rumah Sendiri. Bogor (ID) : IPB Press. Maryono A. 2005. Menangani banjir, kekeringan, dan lingkungan . Yogyakarta (ID) : Gadjah Mada University Press. Miftahurrohmah. 2012. Analisis Manfaat Ekonomi Dan Kelembagaan Pasca Rehabilitasi Hutan Mangrove ( Kasus : Kawasan Mangrove Angke Kapuk Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara) [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Nasution PH. 2010. Analisis Usahatani Jamur Tiram Putih (Kasus Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor) [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Nicholson W. 1995. Teori Mikroekonomi: Prinsip Dasar dan Perluasan. Wirajaya D, penerjemah; Jakarta (ID) : Binarupa Aksara. Terjemahan dari: Microeconomic Theory Basic Principles and Extensions. Partomo TS dan Soejoedono AR. 2004. Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi. Bogor (ID) : Ghalia Indonesia. Pramithasari CA. 2011. Analisis Manfaat Ekonomi Pengolahan Limbah Pohon Jati (Studi Kasus Kecamatan Jiken, Kabupaten Blora, Jawa Tengah) [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Rubiyah S. 2012. Pemanfaatan Limbah Baglog Jamur Tiram. Dinas Pertanian Kabupaten Asahan. [internet]. [diacu 2012 Juni 23]. Tersedia dari: http://pertanianasahan.blogspot.com. Schubeler P, Wehrle K, Christen J. 1996. Conceptual Framework for Municipal Solid Waste Management in Low-Income Countries. UNDP/UNHCS (Habitat)/World Bank/SDC Collaborative Programme On Municipal Solid Waste Management in Low-Income Countries. Washington DC (USA).
63 Shaffitri LR. 2011. Internalisasi Biaya Eksternal Pengolahan Limbah Tahu (Studi Kasus: Desa Kalisari, Kecamatan Cilongok, Purwokerto) [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Sumarsih S. 2010. Untung Besar Usaha Bibit Jamur Tiram. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya. Suriawiria U H. 2002. Budidaya Jamur Tiram. Yogyakarta (ID) : Kanisius. Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian (Teori dan Aplikasi). Jakarta (ID) : PT Raja Grafindo Persada. ________. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian: Teori dan Aplikasi. Jakarta (ID) : PT Raja Grafindo Persada. ________. 2002. Analisis Usahatani. Jakarta (ID) : Universitas Indonesia-Press. Yusuf R. 2012. Analisis Nilai Tambah Pengolahan Sampah Organik Menjadi Pupuk Kompos (Studi Kasus: Rumah Kompos Griya Melati, Kelurahan Bubulak, Kota Bogor) [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
64 Lampiran 1. Kuesioner Nilai Tambah Serbuk Gergaji Hari/Tanggal: ………… DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN Jalan Kamper Level 5 Wing 5 Kampus IPB Darmaga Bogor 1668 Telepon (0251) 421 762, (0251) 621 834, Fax (0251) 421 762 Oleh Stevan Gneissanda Hage (H44080089), Mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor sedang melakukan penyusunan skripsi dengan judul “Analisis Nilai Tambah Dan Internalisasi Eksternalitas Pengolahan Limbah Bag Log Jamur (Studi Kasus : Home Industry Kelompok Tani Cijulang Asri, Desa Kopo, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor)”. Dimohon kesediaan Bapak/Ibu untuk meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini secara lengkap. Data yang didapat akan kami jamin tidak untuk disebarluaskan kecuali hanya untuk kebutuhan penelitian sebagai data primer. Atas bantuan dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih. Petunjuk umum: Isilah/Berilah tanda (X) I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : ..................................................................... 2. Jenis kelamin
: (1) Laki-laki
: (2) Perempuan
3. Usia
: ..................................................................... tahun
4. Pendidikan terakhir
: (1) SD/Sederajat
: (4) Diploma
: (2) SMP/Sederajat
: (5) Sarjana
: (3) SMA/Sederajat : (6) ………... 5. Desa
: .....................................................................
6. Kecamatan
: .....................................................................
7. Lama usaha pembuatan jamur tiram: ……………………....tahun 8. Lama usaha pengolahan limbah bag log: ....................tahun 9. Alasan usaha pengolahan limbah bag log : ..……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… 10. Gambaran singkat usaha pembuatan kompos dari limbah bag log jamur tiram pada Responden Bersangkutan: ……………………………………………………………………………… ………………...……………………………………………………………………
65 II. INVESTASI A. Modal 1. Modal awal
: Rp................................................................
2. Sumber kepemilikan modal : (1) Pribadi
: (3) Kerjasama
: (2) Pinjaman 3. Sumber pinjaman : (1) Bank
: (4) Lainnya.................... : (3) Lainnya...............
: (2) Koperasi 4. Bunga pinjaman/lainnya
: ....................%/tahun
B. Lahan 1. Luas lahan yang digunakan : ..............m x..............m 2. Status kepemilikan lahan : (1) Milik sendiri
: (2) Sewa
(3)Lainnya.................... 3. Besar biaya sewa lahan
: Rp............................................................/ bulan
C. Kompos 1. Bioaktivator
:……botol; ……kg
2. Jumlah kompos yang dibuat :…………………kg 3. Biaya pembuatan kompos No
Uraian
Jumlah
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Limbah bag log Bahan organik Kotoran ternak Bio-aktivator
……..kg ……..kg ……..kg ……..kg
No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
D. Peralatan Uraian
Kain pembungkus Cetakan Mixer Mesin pencacah Cangkul Parang/pisau
Jumlah
..........buah ..........buah ..........buah ..........buah ..........buah ..........buah
Harga (Rp)
Harga Satuan (Rp)
Satuan Total (Rp)
Total (Rp)
Umur Ekonomis (tahun)
66 E. Biaya Operasional No Uraian 1. Upah tenaga kerja a. Pencacah b. Pengaduk c. Tukang angkut d. e. 2. Listrik 3. Air 4. Telepon 5 Biaya trasportasi 6. Plastik bag log 7. III. PENERIMAAN No Uraian 1. 2. 3.
Nilai (Rp)/Bulan
Jumlah output Harga (Rp)/kg Per Hari
Nilai (Rp)
Penjualan kompos Penjualan jamur tiram
IV. PEMASARAN OUTPUT Darimana anda mendapatkan bahan baku yang anda gunakan untuk 1. memproduksi produk anda? ................................................................................................................................... ................................................................................................................................... 2. Apakah ada kesulitan yang anda alami untuk mendapatkan bahan baku? ................................................................................................................................... ................................................................................................................................... Bagaimana cara anda memasarkan produk anda kepada pembeli? 3. ................................................................................................................................... Apakah ada pengecer yang menjual barang produksi Anda? 4. ....................................................................................................................... 5. Seberapa jauh produk Anda sudah dipasarkan? A. Dalam kota B. Luar kota C. Mancanegara 6. Apakah ada kendala dalam memasarkan produk usaha Anda? ................................................................................................................................... 7. Gambarkan rantai pemasaran produk yang Anda hasilkan ................................................................................................................................... ................................................................................................................................... .......................................................................................................................
67 Lampiran 2. Kuesioner Willingness To Accept Masyarakat DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN Jalan Kamper Level 5 Wing 5 Kampus IPB Darmaga Bogor 16680 Telepon (0251) 421 762, (0251) 621 834, Fax (0251) 421 762 KUESIONER PENELITIAN Nomor Responden : Nama : Alamat : No. HP : : Tanggal Kuesioner ini digunakan sebagai bahan skripsi mengenai Analisis Nilai Tambah Dan Internalisasi Eksternalitas Pengolahan Limbah Bag Log Jamur (Studi Kasus : Home Industry Kelompok Tani Cijulang Asri, Desa Kopo, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor) oleh Stevan Gneissanda Hage, mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen , IPB. Mohon partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini dengan teliti dan lengkap demi keobjektifan data. Informasi ini dijamin kerahasiaannya, tidak untuk dipublikasi,dan tidak untuk kepentingan politik. Atas perhatian dan kerjasamanya Saya ucapkan terima kasih. Petunjuk : Isi dan pilihlah salah satu jawaban dengan memberikan tanda (√) pada bagian yang telah tersedia. A.
Karaktristik Responden
1. Jenis Kelamin : [ ] Laki–laki
[
] Perempuan
2. Usia : [ ] 17 – 29 Tahun = ..... [ ] 30 – 42 Tahun = ..... [ ] 43 – 55 Tahun = ..... 3.Status : [ ] Menikah 4. Pendidikan Formal Terakhir : [ ] SD [ ] SLTP/Sederajat [ ] SLTA/Sederajat 5. Pekerjaan : [ ] PNS
[ [
] 56 – 68 Tahun = ......... ] ≥ 69 Tahun = ........
[
] Belum Menikah
[ [
] Perguruan Tinggi ] Tidak Sekolah
[
] TNI/POLRI
68 [ [ [
] Buruh ] Petani ] Lainnya : .................
[ [
] Pegawai Swasta ] Wirausaha
6. Pendapatan perbulan : [ ] < Rp 500.000 = Rp ........ [ ] Rp 500.000 - ≤ 1.500.000 = Rp ........ [ ] Rp 1.500.001 - ≤ 2.500.000 = Rp ........ [ ] Rp 2.500.001 - ≤ 3.500.000 = Rp ........ [ ] > Rp 3.500.000 = Rp ....... 7. Jumlah Tanggungan Keluarga : [ ] ≤ 2 Orang [ ] 3 Orang [ ] 4 Orang
[ [
] 5 Orang ] ≥ 6 Orang
8. Lama tinggal : [ ] ≤ 5 Tahun = ......... [ ] 6 – 15 Tahun = ......... [ ] 16 - 25 Tahun = ........
[ [
] 26 – 35 Tahun = ......... ] ≥ 35 Tahun = ........
[ [
] Sewa / kontrak ] Pribadi
9. Status Tempat Tinggal :
10. Jarak Tempat Tinggal lokasi usahatani jamur tiram : [ ] < 500 m = ....... [ ] 2501 – 3500 m =....... [ ] ≥ 3500 m =....... [ ] 500 – 1500 = ....... [ ] 1501 – 2500 m = ....... 11. Luas Lahan / Tanah : ................... m2 12. Luas Bangunan / Rumah : .................... m2 13. Jenis Bangunan: [
[ ] Permanent ] Semi Permanent
14. Harga Tanah Tempat Tinggal : Rp ....................... .. B. Eksternalitas Yang Dirasakan Dengan Adanya limbah Usahatani Jamur Tiram 1. Apakah Anda merasakan adanya perubahan lingkungan / kerugian akibat limbah bag log jamur tiram ? [ ] Ya : ................................ [ ] Tidak (selesai) 2. Perubahan apa yang paling Anda rasakan akibat adanya limbah bag log jamur tiram?
69 [ [ [ [ [
] Gangguan visual (pemandangan) ] Pencemaran udara dan debu ] Peningkatan resiko banjir ] Perubahan kualitas dan kuantitas air (kotor, berbau,berasa) ] Lainnya : ...................................
3. Kerugian apa yang Anda rasakan dari limbah bag log jamur ? [ ] Penurunan tingkat kesehatan [ ] Merusak pemandangan [ ] Kenyamanan terganggu [ ] Peningkatan biaya pengeluaran (misalnya : biaya kesehatan, biaya membersihkan lingkungan yang tercemar limbah bag log dll) [ ] Lainnya : .................................... 4. Bagaimana ketersediaan dan kualitas Air Bersih di tempat tinggal Anda ? [ ] sulit air, air kotor, berbau, memiliki rasa [ ] sulit air, tidak berbau, tidak kotor, memiliki rasa [ ] sulit air , tidak kotor, tidak berbau, tidak memiliki rasa [ ] air tersedia, tidak kotor, tak berbau, memiliki rasa [ ] air tersedia, tak kotor, tak berbau, tak memiliki rasa 5. Bagaimana kenyamanan di tempat tinggal Anda dengan banyaknya timbunan limbah yang berasal dari usahatani jamur tiram? [ ] Sangat tidak nyaman [ ] Tidak nyaman [ ] Biasa saja [ ] Nyaman [ ] Sangat nyaman 6. Jenis Penyakit apa yang sering saudara dan keluarga alami ? [ ] ISPA / TBC [ ] Kulit [ ] Lambung [ ] Diare [ ] Influenza [ ] Lainnya : ......................................... 7. Berapa kali rata-rata anda sakit atau pergi ke rumah sakit dalam sebulan ? [ ] 4 Kali [ ] Tidak Pernah [ ] ≤ 2 kali [ ] ≥ 5 kali [ ] 3 Kali 8. Adakah biaya kesehatan yang dikeluarkan oleh Anda? [ ] Ya, sebesar : Rp ............................./bulan/kk [ ] Tidak.
70 B.
Informasi Tentang Kesediaan Menerima Dana Kompensasi
SKENARIO PELAKU USAHA JAMUR TIRAM AKAN MEMBERIKAN DANA KOMPENSASI TERHADAP MASYRAKAT YANG TERKENA EKSTERNALITAS NEGATIF DARI LIMBAH BAG LOG JAMUR TIRAM. 1. Apakah Anda setuju jika limbah bag log dari proses produksi jamur tiram merugikan masyarakat sekitar ? [ ] Ya [ ] Tidak, alasan : .................................... 2. Apakah Anda bersedia menerima apa pun kompensasi/fasilitas yang diberikan oleh pelaku usaha jamur tiram akibat kerugian yang dirasakan? [ ] Ya [ ] Tidak, alasan : a. Kerusakan lingkungan tidak dapat bayar b. Kerugian yang dirasakan sulit diuangkan c. Lainnya : ........................ 3. Kompensasi apa yang Anda harapkan dari pelaku usaha jamur tiram sebagai ganti rugi terhadap dampak yang ditimbulkan? [ ] Pembangunan Klinik Kesehatan [ ] Dana Kompensasi [ ] Lainnya : ............. 4. Jika pelaku usaha jamur tiram akan memberikan kompensasi berupa dana (uang) kepada Anda per bulannya, berapakah minimal besarnya dana kompensasi yang bersedia Anda terima? [ ] Rp 20.000,00 [ ] Rp 15.000,00 [ ] Rp 10.000,00 [ ] Rp 5.000,00 [ ] Rp 2.500,00 [ ] Rp 1.000,00 [ ] Tidak Bersedia 5. Mengapa Anda bersedia/tidak menerima dana kompensasi sebesar yang Anda pilih? Alasan : .......................................................................................................................... .......... .......................................................................................................................... .............................................................................
71 Lampiran 3. Hasil Analisis Regresi Berganda Regression Analysis: wta versus pendapatan/bulan; pendidikan; ... The regression equation is wta = 13498 - 0,00267 pendapatan/bulan - 85 pendidikan + 70,3 umur - 3,30 jarak tpt tinggal + 205 lama tinggal - 1603 limbah Predictor Constant pendapatan/bulan pendidikan umur jarak tpt tinggal lama tinggal limbah S = 3507,30
Coef 13498 -0,002674 -85,3 70,30 -3,302 204,94 -1603
R-Sq = 63,7%
PRESS = 658662300
SE Coef 3737 0,001283 207,6 55,28 1,722 53,60 2656
T 3,61 -2,08 -0,41 1,27 -1,92 3,82 -0,60
P 0,001 0,044 0,684 0,212 0,063 0,001 0,550
VIF 1,067 1,125 1,724 1,251 1,772 1,093
R-Sq(adj) = 57,6%
R-Sq(pred) = 46,00%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 6 36 42
Source pendapatan/bulan pendidikan umur jarak tpt tinggal lama tinggal limbah
SS 776925063 442842378 1219767442 DF 1 1 1 1 1 1
MS 129487511 12301177
F 10,53
P 0,000
Seq SS 176908451 20800248 221920733 177137358 175675361 4482914
Unusual Observations Obs 5 17 27
pendapatan/bulan 600000 300000 500000
wta 20000 20000 20000
Fit 22942 17058 11530
SE Fit 2681 2681 1118
Residual -2942 2942 8470
St Resid -1,30 X 1,30 X 2,55R
R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large leverage. Durbin-Watson statistic = 1,65266
Residual Plots for wta
72
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 13 Juli 1990. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan Dr.Ir.Didiek Hadjar Goenadi dan Ir.Noenik Yoelarni Goenadi. Penulis memulai pendidikan di TK Mexindo pada tahun 1996, kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar Regina Pacis Bogor. Pada tahun 2002, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Regina Pacis Kota Bogor. Pendidikan selanjutnya yang ditempuh penulis adalah di Sekolah Menengah Umum Negeri 3 Kota Bogor pada tahun 2005. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) pada tahun 2008 yang selanjutnya diterima di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.