ANALISIS MUTU GARAM TINGKAT RUMAH TANGGA DI DESA CONDONG KECAMATAN JAMANIS KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2013 Enok Siti Hasanah1) Lilik Hidayati, SKM., M.Si2) dan Andik Setyono, SKM., M.Kes2) Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi Jl. Siliwangi No. 24 PO box 164 Tlp (0265) 330 634 Tasikmalaya 46115 1. 2.
Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi Staf Pengajar Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi Abstrak
Di Indonesia, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius mengingat dampaknya sangat besar terhadap kelangsungan hidup, kualitas sumber daya manusia dan dapat menyebabkan hilangnya potensi kecerdasan pada anak. Perlindungan akibat kekurangan yodium tercakup dalam program fortifikasi garam dengan yodium (yodisasi garam). Ada beberapa hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan penanggulangan masalah GAKY dengan menggunakan garam beryodium. Salah satunya adalah penurunan kadar yodium sehingga mutu garam menjadi rendah yang salah satunya disebabkan oleh praktek penyimpanan garam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis mutu garam tingkat rumah tangga. Metode penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan desain penelitian crosssectional dengan jumlah sampel 277 rumah tangga dari 1050 populasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunan teknik proporsional random sampling dan systematic random sampling. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-Square. Hasil penelitian menunjukan bahwa 78% ibu rumah tangga menyimpan garam dalam wadah tidak baik dan tidak ada hubungan antara tempat penyimpanan garam dengan mutu garam rumah tangga (p= 0,418), 71,1% ibu rumah tangga menyimpan garam dengan cara terbuka dan ada hubungan antara cara penyimpanan garam dengan mutu garam rumah tanggga (p= 0,032), 52% ibu rumah tangga meyimpan garam di lokasi yang tidak terkena sinar matahari atau tidak terpapar panas dan tidak ada hubungan antara lokasi penyimpanan garam dengan mutu garam rumah tangga (p= 0,264), 86,3% ibu rumah tangga menyimpan garam selama <15 hari dan ada hubungan antara lama penyimpanan garam dengan mutu garam rumah tangga (p= 0,029) dan (96%) ibu rumah tangga melakukan praktek penyimpanan garam yang beresiko dan tidak ada hubungan antara praktek penyimpanan garam dengan mutu garam tingkat rumah tangga (p= 0,221). Masyarakat disarankan untuk lebih memperhatikan praktek penyimpanan yang meliputi segi wadah penyimpanan, cara penyimpanan, lokasi penyimpanan dan lama penyimpanan garam. Perlu dilakukan tindakan oleh Dinas Perindustrian
dan Perdagangan kepada produsen ataupun pedagang yang menjual garam dengan kandungan yodium yang tidak memenuhi standar yang dianjurkan yaitu ≥ 30 ppm. Kata Kunci : Mutu garam tingkat rumah tangga, praktek penyimpanan garam Kepustakaan : 30 (1985 – 2013) Abstract Quality analysis of salt of household in Condong Village Distric Jamanis Regency Tasikmalaya In Indonesia, Iodine Deficiency Disorders (IDD) is a serious public health problem. It’s given a very large impact on survival, quality of human resources and could lead to a potential loss of intelligence in children. Protection due to iodine deficiency is covered with iodine fortification of salt. There are some obstacles that are found in the implementation of prevention of IDD problem by using iodized salt. One is the decrease in iodine content of salt in it so the quality is low, it is necessary to note about the salt storage practices. This study aims to determine the quality analysis of salt household level. The method used is an analytical survey with a cross-sectional design with a sample of 277 households from the 1050 population. Sampling was done by using proportional random sampling and systematic random sampling. The statistical test used was a ChiSquare. The results showed that 78% of housewives to store the salt in a container that is not good and there is no relationship anata salt storage area with quality household salt (p = 0.418), 71.1% housewives storing salt in open way and there is a relationship between salt storage means to the quality of household salt (p = 0.032), 52% housewives save the salt in a location that is not exposed to sunlight or heat exposure and there is no relationship between salt storage locations with quality household salt (p = 0.264 ), 86.3% housewives store salt for <15 days and there is a relationship between duration of storage of salt with salt quality household (p = 0.029) and (96%) housewives salt storage practices that are at risk and there is no relationship between salt storage practices at the household level quality salt (p = 0.221). The public are advised to pay more attention to the salt storage practices both in terms of storage containers, storage method, storage location and storage duration that can affect the quality of household salt. Department of Trade and Industry needs to take action to manufacturers or vendors selling salt with iodine content that does not meet the recommended standard is ≥ 30 ppm. Keywords : The quality of household Bibliography : 30 (1985 - 2013)
salt,
salt
storage practices
PENDAHULUAN Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan masalah gizi yang telah mendunia. Kekurangan yodium dapat menyebabkan pembesaran kelenjar gondok dan hipotiroidisme, jika terjadi pada wanita hamil mempunyai
resiko terjadinya abortus, lahir mati, sampai cacat bawaan pada bayi yang lahir berupa gangguan perkembangan syaraf, mental dan fisik yang disebut kretin (Tim Penanggulangan GAKY Pusat, 2004). Menurut Kerangka Kebijakan Gerakan Sadar Gizi dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (2012) perlindungan akibat kekurangan yodium tercakup dalam program fortifikasi garam dengan yodium (yodisasi garam) yang berlaku di seluruh tanah air sejak tahun 1994 (Keputusan Presiden RI No.69 Tahun 1994 tentang Pengadaan Garam Beryodium). Berdasarkan riskesdas tahun 2007, secara nasional persentase rumah tangga yang mengkonsumsi garam dengan kandungan yodium cukup sebesar 62,3 %. Di Provinsi Jawa Barat persentase rumah tangga yang mengkonsumsi garam dengan kandungan yodium cukup yaitu sebesar 58,3 % (Depkes RI, 2008). Menurut Anis (2013) ada beberapa hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan penanggulangan masalah GAKY dengan menggunakan garam beryodium, salah satunya penurunan mutu garam. Menurut Alibas (2002) berbagai faktor mempengaruhi jenis dan mutu garam konsumsi di tingkat rumah tangga yakni pendapatan keluarga, perilaku ibu terhadap garam beryodium, dan GAKY, keterampilan ibu ( praktek penyimpanan garam) serta karakteristik garam di pasaran. Hasil pemantauan garam beryodium yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya tahun 2011 menunjukkan bahwa persentase rata-rata konsumsi garam yang mengandung cukup yodium di Kecamatan Jamanis sebesar 72,4%. Berdasarkan data hasil pemantauan garam beryodium di masyarakat tahun 2012, persentase rumah tangga yang mengkonsumsi garam dengan kandungan yodium cukup di Desa Condong yaitu sebesar 58%, kurang mengandung yodium 39,7% dan tidak mengandung yodium 2,3% (Puskesmas Jamanis, 2012). METODE Metode penelitian yang digunakan yaitu metode survei analitik dengan desain penelitian cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tangga yang berada di Desa Condong Kecamatan Jamanis sebanyak 1050 rumah
tangga dengan ibu rumah tangga sebagai responden. Sampel dalam penelitian ini adalah rumah tangga sebanyak 277 rumah tangga. Banyaknya sampel diambil berdasarkan rumus Lemeshow (1997) dengan tingkat kesalahan 5%. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah propotional random sampling dan sytematic random sampling. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah praktek penyimpanan
garam
(tempat
penyimpanan,
cara
penyimpanan,
lokasi
penyimpanan dan lama penyimpanan). Variabel terikat mutu garam tingkat rumah tangga sedangkan variabel pengganggu adalah mutu garam diawal dan jenis garam. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner dan iodine test. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tabel 1: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tempat Penyimpanan Garam, Cara Penyimpanan Garam, Lokasi Penyimpanan Garam, Praktek Penyimpanan Garam, Lama Penyimpanan Garam dan Mutu Garam Rumah Tangga Di Desa Condong Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalay Tahun 2013 Variabel Praktek Penyimpanan Garam Berisiko Tidak Berisiko Lokasi Penyimpanan Garam Terkena sinar matahari atau terpapar panas Tidak terkena sinar matahari atau tidak terpapar panas
Jumlah (n)
Presentase (%)
266 11
96 4
133 144
48.0 52.0
Lama Penyimpanan Garam ≥ 15 Hari < 15 hari
38 239
13.7 86.3
Mutu Garam Rumah Tangga Kurang Cukup Jumlah
133 144 277
48 52 100
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu rumah tangga menyimpan garam dalam wadah yang tidak baik (78%), (71,1%) menyimpan garam dengan cara tertutup, lebih dari setengahnya responden (52,0%) menyimpan garam di lokasi tidak terkena sinar matahari atau tidak terpapar panas, (86,3%) menyimpan
garam selama <15 hari dan hampir semua ibu rumah tangga melakukan praktek penyimpanan garam yang berisiko (96%), lebih dari setengahnya (52%) mutu garam rumah tangga cukup mengandung yodium dan hampir semua ibu rumah tangga (96%) melakukan praktek penyimpanan garam yang berisiko. Hubungan Praktek penyimpanan garam dengan mutu garam tingkat rumah tangga di Desa Condong Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya Tabel 6 : Hubungan Lama Penyimpanan Garam dengan Mutu Garam Tingkat Rumah Tangga di Desa Condong Kecamatan Jamanis Kabupaten TasikmalayaTahun 2013 Praktek Penyimpanan Garam Berisiko Tidak Berisiko Jumlah
Mutu Garam Tingkat Rumah Tangga Kurang Cukup F % F % 130 97,7 3 2,3 136 94,4 8 5,6 266 96,0 144 4,0
Jumlah
F 133 144 277
% 100 100 100
Nilai p value
0,221
Berdasarkan tabel 6 pada garam yang bermutu kurang di tingkat rumah tangga hampir semua praktek penyimpanan garam berisiko yaitu sebanyak (97,7%), sedangkan pada garam yang bermutu cukup hampir semua praktek penyimpanan garamnya adalah tidak berisiko yaitu sebanyak (94,4%). Hasil uji chi square menunjukan bahwa tidak ada hubungan praktek penyimpanan garam dengan mutu garam tingkat rumah tangga dengan nilai p value=0,221 (p>0,05). Pemerintah menganjurkan kepada masyarakat agar mampu dan mau menggunakan garam beryodium secara benar sebagai upaya pencegahan defisiensi yodium. Penyimpanan garam beryodium secara benar perlu dilakukan agar garam tidak mengalami kerusakan atau mutu garam tetap terjaga. Kehilangan yodium pada garam sangat erat hubungannya dengan tempat penyimpanan, lama penyimpanan, cara penyimpanan dan lokasi penyimpanan (Dhyanaputri, 2008). Hubungan Tempat Penyimpanan Garam dengan Mutu Garam Tingkat Rumah Tangga Tabel 2 : Hubungan Tempat Penyimpanan Garam dengan Mutu Garam Tingkat Rumah Tangga di Desa Condong Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2013
Tempat Penyimpanan Garam Tidak baik baik Jumlah
Mutu Garam Tingkat Rumah Tangga Kurang Cukup F % F % 107 49,5 109 50,5 26 42,6 35 57,4 133 48,0 144 52,0
Jumlah
F 216 61 277
% 100 100 100
Nilai p value 0,418
Berdasarkan tabel 2 pada garam dengan mutu yang kurang proporsi antara tempat penyimpanan garam yang baik dan tempat penyimpanan garam yang tidak baik hampir berimbang. Hasil uji chi square menunjukan bahwa tidak ada hubungan tempat penyimpanan garam dengan mutu garam tingkat rumah tangga dengan nilai p value= 0,418 (p>0,05). Hal ini disebabkan karena faktor lain yaitu penguapan atau penurunan mutu garam yodium oleh udara bebas. Keadaan ini dapat terjadi dimana saja baik itu di pabrik tempat produksi dan pada proses distribusi di pasar maupun di rumah penduduk (Depkes RI, 2007). Tempat yang baik untuk menyimpan garam supaya yodium dalam garam tidak berkurang atau hilang adalah wadah yang tidak menyerap cahaya dan tidak mudah tembus cahaya. Garam beryodium akan lebih baik disimpan dalam wadah yang terbuat dari keramik/kaca dan plastik yang tidak tembus cahaya (Depkes RI, 2006) Hubungan cara penyimpanan garam dengan mutu garam tingkat rumah tangga Tabel 3 : Hubungan Cara Penyimpanan Garam dengan Mutu Garam Tingkat Rumah Tangga di Desa Condong Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya Cara Penyimpanan Garam Terbuka Tertutup
Mutu Garam Tingkat Rumah Tangga Kurang Cukup F % F % 47 58,8 33 41,2 86 43,7 111 56,3 133 48,0 144 52,0
Jumlah
F 80 197 277
Nilai p value % 100 100 100
0,032
Berdasarkan tabel 3 pada garam yang bermutu kurang di tingkat rumah tangga, lebih dari setengahnya disimpan dengan cara terbuka yaitu sebanyak (58,8%) sama halnya pada garam yang bermutu cukup di tingkat rumah tangga
lebih dari setengahnya disimpan dengan cara tertutup yaitu sebanyak (56,3%). Hasil uji chi square menunjukan bahwa ada hubungan cara penyimpanan garam dengan mutu garam tingkat rumah tangga dengan nilai p value=0,032 (p≤0,05). Menurut Depkes RI (2006) garam bersifat higroskopis yakni sifatnya yang mudah menyerap air, sehingga penyimpanan garam secara terbuka tidak boleh dilakukan untuk menghindari penurunan kadar yodium dan meningkatkan kadar air. Menurut Palupi (2008) yang menyatakan bahwa menurunnya kadar yodium dalam garam disebabkan karena sifat yodium yang mudah menguap, selain itu kadar air yang tinggal akan melekatkan yodium. Hubungan lokasi penyimpanan garam dengan mutu garam tingkat rumah tangga di Desa Condong Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya Tabel 4 : Hubungan Lokasi Penyimpanan Garam dengan Mutu Garam Tingkat Rumah Tangga di Desa Condong Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2013 Lokasi Penyimpanan Garam
Terkena sinar matahari atau terpapar panas Tidak terkena sinar matahari atau tidak terpapar panas Jumlah
Mutu Garam Tingkat Rumah Tangga Kurang Cukup F % F % 69 51,9 64 48,1
Jumlah
F 133
% 100
64
44,4
80
55,6
144
100
133
48,0
144
52,0
277
100
Nilai p value 0,264
Berdasarkan tabel 4 pada garam yang bermutu kurang di tingkat rumah tangga, lebih dari setengahnya disimpan di lokasi yang terkena sinar matahari atau terpapar panas yaitu sebanyak (51,9%), sama halnya pada garam yang bermutu cukup di tingkat rumah tangga lebih dari setengahnya (55,6%) disimpan di lokasi yang tidak terkena sinar matahari atau tidak terpapar panas. Hasil uji chi square menunjukan bahwa tidak ada hubungan lokasi penyimpanan garam dengan mutu garam tingkat rumah tangga dengan nilai p value= 0,264 (p>0,05). Menurut Depkes RI (2006) garam beryodium harus disimpan dalam tempat yang sejuk, jauh dari panas api (perapian/tungku atau kompor) dan terhindar dari cahaya matahari secara langsung. Menurut Mannar dan Dunn (1996) dalam Dhyanaputri (2008) apabila garam beryodium terkena sinar
matahari langsung atau panas yang lama dapat menyebabkan kehilangan yodium 50% atau lebih. Hal ini dimungkinkan karena sifat dari yodium yang mudah menguap sehingga mudah teroksidasi serta mudah rusak bila terkena cahaya (Depkes RI, 2006). Hubungan lama penyimpanan garam dengan mutu garam tingkat rumah tangga di Desa Condong Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya Tabel 5 : Hubungan Lama Penyimpanan Garam dengan Mutu Garam Tingkat Rumah Tangga di Desa Condong Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2013 Lama Penyimpanan Garam ≥ 15 hari < 15 hari Jumlah
Mutu Garam Tingkat Rumah Tangga Kurang Cukup F % F % 25 65,8 13 34,2 108 45,2 131 54,8 133 48,0 144 52,0
Jumlah
F 38 239 277
% 100 100 100
Nilai p value
0,029
Berdasarkan tabel 5 pada garam yang bermutu kurang di tingkat rumah tangga sebagian besar sebanyak (65,8%) disimpan selama ≥ 15 hari, sedangkan pada garam yang bermutu cukup lebih dari setengahnya (54,8%) disimpan < 15 hari. Hasil uji chi square menunjukan bahwa ada hubungan lama penyimpanan garam dengan mutu garam tingkat rumah tangga dengan nilai p value=0,029 (p<0,05). Garam memiliki masa simpan yang tidak terbatas asalkan disimpan dalam wadah tertutup untuk mencegah kelembabannya. Lama penyimpanan garam beryodium yang terbaik adalah kurang dari 15 hari. Lama penyimpanan garam beryodium pada dua minggu pertama merupakan periode berkurangnya kadar yodium terbanyak hingga mencapai 2,30 – 14,4%, semakin lama disimpan maka kadar yodium semakin rendah (Irawati, 1993) (Dhyanaputri, 2008). Hubungan Praktek penyimpanan garam dengan mutu garam tingkat rumah tangga di Desa Condong Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya Tabel : Hubungan Lama Penyimpanan Garam dengan Mutu Garam Tingkat Rumah Tangga di Desa Condong Kecamata Jamanis Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2013
Praktek Penyimpanan Garam
Berisiko Tidak Berisiko Jumlah
Mutu Garam Tingkat Rumah Tangga Kurang Cukup F % F % 130 97,7 3 2,3 136 94,4 8 5,6 266 96,0 144 4,0
Jumlah
F 133 144 277
% 100 100 100
Nilai p value
0,221
Berdasarkan tabel 4.36 pada garam yang bermutu kurang di tingkat rumah tangga, hampir semua praktek penyimpanan garam berisiko yaitu sebanyak (97,7%), sedangkan pada garam yang bermutu cukup di tingkat rumah tangga hampir semua praktek penyimpanan garannya adalah tidak berisiko yaitu sebanyak (94,4%). Hasil uji chi square menunjukan bahwa tidak ada hubungan praktek penyimpanan garam dengan mutu garam tingkat rumah tangga di Desa Condong Kecamatan Jamanis Kabupaten Tasikmalaya tahun 2013 dengan nilai p value=0,221 (p>0,05). Pemerintah menganjurkan kepada masyarakat agar mampu dan mau menggunakan garam beryodium secara benar sebagai upaya pencegahan defisiensi yodium. Penyimpanan garam beryodium secara benar perlu dilakukan agar garam tidak mengalami kerusakan atau mutu garam tetap terjaga. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Hampir semua ibu rumah tangga (96%) melakukan praktek penyimpanan garam yang berisiko. 2. Sebagian besar ibu rumah tangga (78%) menyimpan garam dalam wadah yang tidak baik 3. Sebagian besar (71,1%) ibu rumah tangga menyimpan garam dengan cara terbuka. 4. Lebih dari setengahnya (52%) ibu rumah tangga meyimpan garam di lokasi yang tidak terkena sinar matahari atau tidak terpapar panas dan 5. Sebagian besar (86,3%) ibu rumah tangga menyimpan garam selama <15 hari. 6. Tidak ada hubungan praktek penyimpanan garam dengan mutu garam tingkat rumah tangga.
7. Tidak ada hubungan tempat penyimpanan garam dengan mutu garam tingkat rumah tangga. 8. Ada hubungan cara penyimpanan garam dengan mutu garam tingkat rumah tangga. 9. Tidak ada hubungan lokasi penyimpanan garam dengan mutu garam tingkat rumah tangga. 10. Ada hubungan lama penyimpanan garam dengan mutu garam tingkat rumah tangga. Saran 1. Masyarakat disarankan untuk lebih memperhatikan praktek penyimpanan garam (tempat penyimpanan, cara penyimpanan, lokasi penyimpanan dan lama penyimpanan). 2. Perlu dilakukan sosialisasi praktek penyimpanan garam yang baik oleh puskesmas setempat baik itu melalui kegiatan posyandu ataupun melalui kegiatan yang lain. 3. Perlu dilakukan tindakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan kepada produsen ataupun pedagang yang menjual garam dengan kandungan yodium yang tidak memenuhi standar yang dianjurkan yaitu ≥ 30 ppm. DAFTAR PUSTAKA Bappenas, 2012. Kerangka Kebijakan Gerakan Sadar Gizi dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan. [online] Tersedia kgm.bappenas.go.id [5 November 2012] Dhyanaputri S, I Gusti Ayu. Tingkat Ketersediaan dan Konsumsi Garam Beryodium di Tingkat Rumah Tangga di Desa Bungayan Kangin. Jurnal Skala Husada, Vol 5 No 2. Poltekes Depkes Denpasar. 2008 Depkes RI. 2006. Pedoman Pelaksanaan Pemantauan Garam Beryodium. Depkes RI. Jakarta Depkes RI.2007. Kualitas Garam Beryodium. Depkes RI. Jakarta Palupi, Laksmi Ir. Garam Beryodium. Kuliah Kebidanan. [online] Tersedia gizi.depkes.go.id [3 Januari 2013] Dinkes Kabupaten Tasikmalaya. 2011. Rekapitulasi Pemantauan Garam BeryodiumTingkat Masyarakat Tingkat Kecamatan Siyema, Lailis. Pengaruh Variasi Tempat Penyimpanan terhadap Kadar Yodat Garam Beryodium. [online] Tersedia http://adln.fkm.unair.ac.id [5 februari 2013]