ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA NELAYAN KECIL DI KECAMATAN INDRAMAYU KABUPATEN INDRAMAYU Anisa Trias Viyana1), Darsono2), Widiyanto3) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl.Ir.Sutami No.36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./Fax (0271) 637457 Email:
[email protected]/Telp: 085659898811 Abstract: Fishery is one of agriculture subsector which most used to livelihood by Indonesian people, but the overflow of nature resources and high value of production does not make the fishermen life prosperly. The aims of this research are to recognize welfare level of fishermen household and influenced welfare level Indramayu’s small fishermen household Indramayu Regency factors. Basic method that has been used in this research is descriptive method. The research location is in Indramayu Sub Regency Indramayu Regency. Sampling in this research used the three steps methods, which are purposively, proportional random sampling and simple random sampling. Primary and secondary data has been used with interview , observation, and notation technique. Analysis tools used the formula of value of fishermen’s exchange and multiple linear regression analysis. Result of the research shows value of fishermen’s exchange in Indramayu’s is 0,8 or under one (<1). This is means the fishermen household has not been able to fulfill the household needs with only depend from fishery and can be said the fishermen household in Indramayu Sub Regency Indramayu Regency is less prosperous or not able yet to fulfill the primary needs and has the potential to the household budget deficit. The influence factors are fishery income (X1), with regression coefficient value 1,099, total family members (X2) with regression coefficient value -0,039, the level of formal education (X3) with regression coefficient value -0,027 and work time as fishermen (X6) with regression coefficient value 0,001. Keywords : Exchange Rate of Fishermen, Fishermen Household, Welfare Information :
1)
Student of Agribusiness Major, Agriculture Faculty, Sebelas Maret University of Surakarta Main Advisor 3) Secondary Advisor 2)
Abstrak: Perikanan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki sumber daya alam melimpah dan nilai produksi tinggi, tetapi hal itu tidak menjadikan nelayan kecil sejahtera. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan kecil di Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini menggunakan metode dasar deskriptif. Lokasi penelitian adalah di Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu. Pengambilan sampel menggunakan metode sengaja, proportional random sampling dan simple random sampling. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder dengan teknik wawancara, observasi dan pencatatan. Alat analisis menggunakan rumus Nilai Tukar Nelayan dan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Nilai Tukar Nelayan di Kecamatan Indramayu adalah 0,8 atau di bawah satu (<1). Hal ini artinya rumah tangga nelayan belum mampu memenuhi kebutuhan rumah tangganya dengan hanya mengandalkan penerimaan perikanan dan dapat dikatakan bahwa rumah tangga nelayan kurang sejahtera atau belum mampu untuk memenuhi kebutuhan primernya dan mempunyai potensi untuk mengalami defisit anggaran rumah tangganya.. Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah pendapatan perikanan (X1) dengan koefisien regresi sebesar 1,099, jumlah anggota keluarga (X2) dengan koefisien regresi sebesar -0,039, tingkat pendidikan formal (X3) dengan koefisien regresi sebesar -0,027 dan curahan jam kerja sebagai nelayan (X6) dengan koefisien regresi sebesar 0,001. Kata Kunci : Kesejahteraan, Nilai Tukar Nelayan, Rumah Tangga Nelayan Keterangan : 1) Mahasiswa Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UNS 2) 3)
Dosen Pembimbing Utama Dosen Pembimbing Pendamping
PENDAHULUAN
Menurut Syahroni (2010), salah satu tujuan dari pembangunan nasional yaitu terwujudnya Indonesia yang sejahtera, yang dicapai melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing, kekayaan sumber daya alam dan manusia serta budaya bangsa. Indonesia merupakan kawasan kepulauan paling besar di dunia, memiliki luas sekitar enam juta mil persegi, dua pertiga di antaranya berupa lautan. Sumberdaya kelautan yang dapat dimanfaatkan dan berpotensi besar bagi Indonesia yakni perikanan tangkap. Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (2011), jumlah rumah tangga perikanan tangkap di Indonesia sebanyak 576.590 orang dengan jumlah nelayan keseluruhan sebanyak 2.237.640 orang dan nelayan kecil sebanyak 103.120 orang. Sejalan dengan misi Pembangunan Kelautan dan Perikanan yaitu social equity, economic growth, environmental sustainability, peningkatan kecerdasan dan kesehatan bangsa melalui peningkatan konsumsi ikan, peningkatan peran laut sebagai pemersatu bangsa dan peningkatan budaya bahari bangsa Indonesia. Menurut Sadik (2012), komitmen pendayagunaan sumberdaya kelautan masih kurang. Hal ini dapat dilihat dalam kenyataannya bahwa nelayan selaku aktor utama di sektor ini masih berada dibawah garis kemiskinan. Beberapa faktor yang menyebabkan kemiskinan nelayan masih terjadi, yaitu keterbatasan modal untuk mengembangkan usaha, tingkat pendidikan yang rendah, pendapatan yang rendah, perilaku ekonomi rumah tangga nelayan yang cenderung boros,
tidak alternatif livelihood, perencanaan regional yang tidak mendukung. Nilai Tukar Nelayan (NTN) merupakan salah satu indikator kinerja utama dari Kementerian Kelautan dan Perikanan yang dinilai mampu menggambarkan perkembangan penerimaan dan pengeluaran nelayan secara bersamaan. Nilai Tukar Nelayan (NTN) berkaitan dengan kemampuan dan daya beli nelayan dalam membiayai hidup rumah tangganya. Kenaikan pendapatan yang diterima akibat kenaikan harga produksi lebih besar dari kenaikan harga barang yang dibeli, maka hal tersebut mengindikasikan terjadinya peningkatan daya dan kemampuan nelayan atau kesejahteraan nelayan (BAPPENAS dan JICA, 2014). Kabupaten Indramayu merupakan daerah yang sebagian wilayahnya berada di pesisir pantai sehingga kehidupan masyarakatnya sebagian besar adalah sebagai nelayan. Kecamatan Indramayu merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Indramayu yang memiliki garis pantai panjang juga sebagai ibukota Kabupaten Indramayu. Kecamatan Indramayu terdiri dari 18 desa dimana 5 di antaranya merupakan desa pantai yaitu Singaraja, Singajaya, Karangsong, Pabean Udik dan Tambak. Kegiatan masyarakat di kawasan pantai ini adalah nelayan sehingga pendapatan yang dihasilkan bergantung kepada kegiatan melaut. Kecamatan Indramayu yang mana merupakan ibukota Kabupaten Indramayu selain menjadi pusat pemerintahan juga merupakan wajah sekaligus sebagai indikator keberhasilan pembangunan di Kabupaten Indramayu (BPS Kabupaten Indramayu, 2014).
METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif (Surakhmad, 2004). Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu. Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tangga nelayan kecil di Kecamatan Indramayu. Penentuan sampel dilakukan dengan tiga tahap yaitu secara sengaja, proportional random sampling dan simple random sampling. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data dengan teknik wawancara, observasi dan pencatatan. Analisis Kesejahteraan Analisis kesejahteraan menggunakan Nilai Tukar Nelayan (BAPPENAS dan JICA, 2014). NTN dirumuskan sebagai berikut : NTN =
∑ pxi qxi ∑ pyi qyi + ∑ pyj qyj
Dimana NTN=Nilai Tukar Nelayan, pxi=Harga Komoditas Perikanan, qxi=Kuantitas Komoditas Perikanan, pyi=Harga Input Produksi, qyi=Kuantitas Input Produksi, pyj=Harga Barang Konsumsi Rumah Tangga dan qyj=Kuantitas Barang Konsumsi Rumah Tangga. Penarikan kesimpulan berdasarkan NTN adalah sebagai berikut: NTN>1 berarti sejahtera, NTN=1 berarti cukup sejahtera dan NTN<1 berarti kurang sejahtera. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Analisis Regresi Linear Berganda Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda dengan model persamaan sebagai berikut : Y = a + B1X1 + B2X2 + B3X3 + B4X4 + B5X5 + B6X6 + e. Dimana Y=Kesejahteraan
Nelayan, a=Konstanta, b1-b6=Nilai koefisien dari masing-masing variabel, X1=Pendapatan Perikanan (Rp), X2=Jumlah Anggota Keluarga (Orang), X3=Tingkat Pendidikan Formal (Rp), X4=Usia Nelayan (Tahun), X5=Pengalaman kerja sebagai nelayan (Tahun), X6=Curahan jam kerja sebagai nelayan (jam) dan e=Error, pendugaan koefisiensi variabel regresi dengan metode Ordinary Least Square (OLS), sehingga nilai e (error) diminimalkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Kecamatan Indramayu terletak di bagian utara wilayah Kabupaten Indramayu, yaitu diantara 10801811080221 BT dan 60181-60241 LS, Kecamatan Indramayu terdiri dari 18 Desa/Kelurahan dengan luas wilayah 4820,6 ha. Ketinggian tanah dari permukaan laut antara 0-6 mdpl. Panjang pantai membentang sekitar 8 km, adapun suhu udara tergolong panas yaitu 230-300 C. Karakteristik Nelayan Usia nelayan. Semua nelayan berada pada kelompok usia 15-64 tahun yang artinya semua nelayan produktif. Hal ini seharusnya dapat menjadi pendukung dimana nelayan dapat meningkatkan pendapatannya (Muflikhati, 2010). Tabel 1. Usia Nelayan di Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu, 2015 Umur (tahun) 0-14 15-29 30-44 45-59 60-64 65+ Jumlah
Nelayan (orang) 0 2 17 18 3 0 40
Sumber: Data Primer, 2015
(%) 0 5,0 42,5 45,0 7,5 0 100
Jumlah anggota keluarga. Semakin banyak anggota keluarga dalam rumah tangga nelayan maka semakin besar pula pengeluaran yang dilakukan oleh nelayan (BAPPENAS dan JICA, 2014). Tabel 2. Jumlah Anggota Keluarga Nelayan di Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu, 2015 Jumlah Anggota Keluarga (orang) 1 2 3 4 5 6 Jumlah
Jumlah (Orang)
(%) 1 8 13 15 2 1 40
2,5 20,0 32,5 37,5 5,0 2,5 100
Sumber: Data Primer, 2015 Tingkat pendidikan formal. Rendahnya tingkat pendidikan nelayan disebabkan keadaan ekonomi yang sulit dan lokasi sekolah yang jauh. Nelayan juga memiliki pemikiran bahwa menjadi nelayan adalah keturunan dan untuk menjadi nelayan tidak dibutuhkan ijazah pendidikan formal (Kusnadi, 2000). Tabel 3. Pendidikan Terakhir Nelayan di Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu, 2015 Pendidikan Tidak Tamat SD SD SMP SMA S1 Jumlah
Jumlah (Orang) 7 29 4 0 0 40
(%) 17,5 72,5 10,0 0 0 100
Sumber: Data Primer, 2015 Kepemilikan kapal. Nelayan di Kecamatan Indramayu paling banyak memiliki kapal berukuran 1 Gross Ton (GT). Hal ini berarti sebagian besar nelayan di Kecamatan Indramayu belum mampu untuk membeli kapal berukuran besar karena adanya keterbatasan modal.
Tabel 4. Kepemilikan Kapal Nelayan di Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu, 2015 Kepemilikan Kapal 1 GT 2 GT 3 GT 4 GT 5 GT Jumlah
Jumlah (orang)
(%) 17 10 8 4 1 40
42,5 25,0 20,0 10,0 2,5 100
Sumber: Data Primer, 2015 Pengalaman bekerja sebagai nelayan. Nelayan yang paling banyak adalah nelayan yang mempunyai pengalaman bekerja sebagai nelayan antara 21-30 tahun dan tidak ada nelayan yang memiliki pengalaman kurang dari 10 tahun sehingga diharapkan nelayan dapat mengatasi permasalahannya dengan tepat (Jamal, 2012). Tabel 5. Pengalaman Bekerja sebagai Nelayan di Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu, 2015 Pengalaman (tahun) 1-10 11-20 21-30 31-40 41-50 Jumlah
Jumlah 0 12 13 8 7 40
(%) 0 30,0 32,5 20,0 17,5 100
Sumber: Data Primer, 2015 Curahan jam kerja sebagai nelayan. Curahan jam kerja melaut mempengaruhi jumlah ikan yang ditangkap (Jamal, 2012). Sebagian besar nelayan memiliki curahan jam kerja selama 480 jam/bulan. Nelayan melaut selama 3 hari dalam sekali melaut dengan frekuensi 6 kali/bulan. Nelayan melaut selama 20 hari dalam satu bulan.
Tabel 6. Curahan Jam Kerja sebagai Nelayan di Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu, 2015 Jam per Hari
Jam per Bulan 6 120 12 240 24 480 Jumlah
Jumlah Nelayan 5 11 24 40
(%) 12,5 27,5 60,0 100
konsumsi pangan (beras, sayuran, buah-buahan, dll) dibandingkan dengan konsumsi non pangan (pendidikan, kesehatan, transportasi, dll). Nelayan mengeluarkan mulai dari Rp 450.000Rp 3.545.999 untuk konsumsi pangan, sedangkan untuk konsumsi non pangan hanya mulai dari Rp 450.000-Rp 1.997.999 (lihat tabel 8 dan 9). Pendapatan perikanan. Rumah tangga nelayan umumnya menggantungkan hidupnya pada kegiatan penangkapan ikan (Bappenas dan JICA, 2014). Berdasarkan tabel 10, diketahui bahwa 51,25% nelayan memiliki pendapatan perikanan mulai dari Rp 929.500-Rp 1.750.449. Rendahnya pendapatan nelayan disebabkan oleh ketergantungan nelayan pada kegiatan melaut, juga disebabkan oleh harga jual ikan yang diterima nelayan tidak besar atau sangat jauh dari harga pasaran. Biasanya hal ini terjadi karena nelayan menjual ikannya pada tengkulak, bukan pada Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
Sumber: Data Primer, 2015 Penerimaan perikanan. Nelayan paling banyak memperoleh penerimaan pada skala Rp 1.860.000-Rp 3.401.999 dan Rp 6.486.000-Rp 8.027.999. Penerimaan perikanan nelayan belum mencakup pengurangan biaya untuk kegiatan melaut nelayan yang mana akan mengurangi secara signifikan terhadap jumlah uang yang diperoleh nelayan untuk mencukupi kebutuhannya (lihat tabel 7). Pengeluaran rumah tangga nelayan. 35% nelayan mengeluarkan Rp 1.820.000-Rp 2.648.999 untuk produksinya (bahan bakar dan perbekalan). Nelayan paling banyak mengalokasikan pengeluarannya untuk Tabel 7. Penerimaan Perikanan Rumah Tangga Nelayan di Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu, 2015 Skala Penerimaan 1.860.000-3.401.999 3.402.000-4.943.999 4.944.000-6.485.999 6.486.000-8.027.999 8.028.000-9.569.999 9.570.000-11.111.999 11.112.000-12.653.999 Jumlah
Nelayan (orang) April Mei 11 11 4 6 9 6 9 13 5 2 0 0 2 2 40 40
Sumber: Data Primer, 2015
Rata-Rata Nelayan (Orang) 11,0 5,0 7,5 11,0 3,5 0 2,0 40
Presentase (%) 27,50 12,50 18,75 27,50 8,75 0 5 100
Tabel 8. Pengeluaran Perikanan Nelayan di Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu, 2015 Skala Pengeluaran 1.820.000-2.648.999 2.649.000-3.477.999 3.478.000-4.306.999 4.307.000-5.135.999 5.136.000-5.964.999 5.965.000-6.793.999 6.794.000-7.622.999 Jumlah
Nelayan (orang) April Mei 14 14 2 1 2 3 6 4 5 7 5 6 6 5 40 40
Rata-Rata Nelayan (Orang) 14,0 1,5 2,5 5,0 6,0 5,5 5,5 40
Presentase (%) 35,00 3,75 6,25 12,50 15,00 13,75 13,75 100
Sumber: Data Primer, 2015 Tabel 9. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Nelayan di Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu, 2015 Nelayan (orang) Skala Pengeluaran 450.000-836.999 837.000-1.223.999 1.224.000-1.610.999 1.611.000-1.997.999 1.998.000-2.384.999 2.385.000-2.771.999 2.772.000-3.158.999 3.159.000-3.545.999 Jumlah
Pangan Bulan Ratarata April Mei 1 1 1,0 12 11 11,5 23 22 22,5 1 3 2,0 0 0 0 1 1 1,0 2 0 1,0 0 2 1,0 40 40 40
% 2,50 28,75 56,25 5,00 0 2,50 2,50 2,50 100
Non Pangan Bulan Ratarata April Mei 16 15 15,5 15 16 15,5 8 8 8,0 1 1 1,0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 40 40 40
% 38,75 38,75 20,00 2,50 0 0 0 0 100
Sumber : Analisis Data Primer, 2015 Tabel 10. Pendapatan Perikanan Nelayan di Kecamatan Indramayu Kabupate Indramayu, 2015 Skala Pendapatan -712.500-108.499 108.500-929.499 929.500-1.750.449 1.750.500-2.571.499 2.571.500-3.392.499 3.392.500-4.213.499 4.213.500-5.034.499 Jumlah
Nelayan (orang) April Mei 5 12 14 7 0 0 2 40
Rata-Rata Nelayan (Orang) 2 8 27 1 0 1 1 40
Sumber : Analisis Data Primer, 2015 Kesejahteraan Nelayan Nilai Tukar Nelayan merupakan rasio antara penerimaan perikanan nelayan dengan total pengeluaran rumah tangga nelayan. Nilai Tukar Nelayan dapat digunakan sebagai indikator dalam mengetahui tingkat kesejahteraan nelayan (Bappenas dan JICA, 2014). Menurut Ustriyana (2005), besarnya Nilai Tukar Nelayan (NTN) dapat
3,5 10,0 20,5 4,0 0 0,5 1,5 40
Presentase (%) 8,75 25,00 51,25 10,00 0 1,25 3,75 100
memberikan gambaran apakah masyarakat nelayan dapat memenuhi kebutuhan subsistensinya atau tidak. Tabel 11 menjelaskan keadaan Nilai Tukar Nelayan di Kecamatan Indramayu. Hasil analisis menunjukkan bahwa Nilai Tukar Nelayan selama bulan April-Mei yaitu 0,80 atau <1 yang berarti rumah tangga nelayan belum mampu memenuhi kebutuhan
rumah tangganya dengan hanya adalah nelayan dengan Nilai Tukar mengandalkan penerimaan dari Nelayan <1 bulan April dan bulan Mei. perikanan atau dapat dikatakan rumah Menurut Ustriyana (2005), besaran dari tangga nelayan di Kecamatan Nilai Tukar Nelayan cenderung Indramayu Kabupaten Indramayu bervariasi hal ini terjadi karena kurang sejahtera. Nilai Tukar Nelayan pengeluaran konsumsi yang tidak tetap, yang rendah dapat diartikan sebagai juga penerimaan perikanan yang jumlah pengeluaran nelayan lebih besar kurang menentu yang disebabkan oleh daripada jumlah penerimaan perikanan hasil tangkapan yang berbeda-beda, nelayan. jenis ikan yang ditangkap, musim Berdasarkan Tabel 12 di penangkapan dan harga ikan hasil Kecamatan Indramayu paling banyak tangkapannya. Tabel 11. Nilai Tukar Nelayan di Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu, 2015 No 1 2
3
Uraian Penerimaan Perikanan Nelayan Pengeluaran Nelayan a. Usaha Perikanan b. Konsumsi Rumah Tangga c. Total Nilai Tukar Nelayan
Bulan April 2015 Mei 2015 5.692.200,0 5.694.125,0 4.461.337,5 2.440.962,5 6.902.300,0 0,80
4.487.200,0 2.468.957,5 6.956.157,5 0,80
Rata-Rata 5.693.163,00 4.474.268,75 2.454.960,00 6.929.228,75 0,80
Sumber : Analisis Data Primer, 2015 Tabel 12. Jumlah Nelayan menurut Nilai Tukar Nelayan di Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu, 2015 No 1 2 3
NTN <1 1 >1 Jumlah
Jumlah 34 2 4 40
April Presentase (%) 85,0 5,0 10,0 100
Jumlah 34 0 6 40
Mei Presentase (%) 85,0 0 15,0 100
Sumber : Analisis Data Primer, 2015 Tabel 13. Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor Kesejahteraan Rumah Tangga Nelayan, 2015 Model Variabel Pendapatan Perikanan (X1) Jumlah Anggota Keluarga (X2) Tingkat Pendidikan Formal (X3) Usia Nelayan (X4) Pengalaman Kerja sebagai Nelayan (X5) Curahan Jam Kerja sebagai Nelayan (X6) Konstanta R2
Koefisien Regresi 1,099 -0,039 -0,027 -0,003 0,001 0,001 0,855 0,892
t-sig 0,000*** 0,001*** 0,045 ** 0,190 ns 0,729 ns 0,000*** 0,000***
Sumber: Analisis Data Primer, 2015 Keterangan: *** ) = Berpengaruh sangat nyata pada tingkat kepercayaan 99% ** ) = Berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95% ns ) = Tidak berpengaruh nyata
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kesejahteraan Nelayan Pengujian Model Regresi Data yang telah dianalisis menggunakan analisis regresi linear berganda menghasilkan persamaan sebagai berikut: Ŷ = 0,855+1,099X1 - 0,039X2 0,027X3 - 0,003X4 + 0,001X5 + 0,001X6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik Uji normalitas data. Gambar 1. Histogram normalitas data menunjukkan titik puncak kurva berada di titik nol yang artinya sebaran data normal. Gambar 2. Diagram p-plot menunjukkan sebaran data mendekati garis normal diagonal sehingga dapat dikatakan data normal dan sampel yang digunakan benar (Supranto, 2010).
Gambar 1. Histogram
Gambar 2. Diagram P-Plot Uji multikolinearitas. Hasil pengujian menunjukkan nilai VIF berada pada rentang nilai terendah sebesar 1,382 dan terbesar adalah 8,667. Hasil tersebut menunjukkan nilai VIF < 10 sehingga tidak terdapat korelasi antar variabel bebas pada model yang digunakan dan data tergolong normal (Supranto, 2010). Uji heteroskesdastisitas. Hasil pengolahan data menunjukkan dalam grafik scatterplot sebaran titik tidak
membentuk pola tertentu sehingga data dinyatakan normal.
Gambar 3. Diagram Scatterplot Uji Pengaruh Variabel Uji R2. Berdasarkan Tabel 13 nilai R2 sebesar 0,892 yang artinya bahwa variabel bebas yang terdiri dari pendapatan perikanan, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan formal, usia nelayan, pengalaman kerja sebagai nelayan, dan curahan kerja sebagai nelayan sebesar 89,2% dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan kecil di Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu. Sisanya sebesar 10,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diamati didalam penelitian ini. Uji F. Pengujian dilakukan pada tingkat kepercayaan 99%. Hasil pengujian menunjukkan nilai sig sebesar 0,000, hal ini berarti variabel bebas yang terdiri dari pendapatan perikanan, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan formal, usia nelayan, pengalaman kerja sebagai nelayan, dan curahan kerja sebagai nelayan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel terikat, yaitu tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan kecil di Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu. Uji T. Pengujian dilakukan pada tingkat kepercayaan 99% dan 95%. Berdasarkan Tabel 13, pendapatan perikanan, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan formal dan curahan jam kerja sebagai nelayan berpengaruh nyata secara individu terhadap
kesejahteraan rumah tangga nelayan kecil. Sedangkan usia nelayan dan pengalaman bekerja sebagai nelayan tidk berpengaruh nyata terhadap kesejahteraan rumah tangga nelayan kecil di Kecamatan Indramayu. Pendapatan perikanan secara individu berpengaruh nyata terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan kecil di Kecamatan Indramayu. Penambahan pendapatan perikanan 10% dapat meningkatkan kesejahteraan rumah tangga nelayan kecil sebesar 10,99% dikarenakan pendapatan perikanan merupakan salah satu faktor yang sangat penting kaitannya dengan kemampuan rumah tangga nelayan dalam mencukupi kebutuhannya (Bappenas dan JICA, 2014). Jumlah anggota keluarga secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan kecil di Kecamatan Indramayu. Banyaknya anggota keluarga berpengaruh negatif terhadap kesejahteraan keluarga nelayan. Hal ini terkait dengan jumlah tanggungan keluarga, apalagi jika anggota keluarga banyak yang tergolong dalam usia non produktif (Bappenas dan JICA, 2014). Tingkat pendidikan formal secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan kecil di Kecamatan Indramayu. Variabel tingkat pendidikan formal dalam model memiliki koefisien regresi bertanda negatif yang berarti semakin rendah tingkat pendidikan formal nelayan maka semakin sejahtera. Hubungan yang terbalik antara tingkat pendidikan formal dengan tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan dapat disebabkan oleh adanya waktu untuk lebih lama melaut sehingga menambah produktifitasnya dan memperbaiki
teknologinya daripada harus menghabiskan waktu untuk bersekolah. Nelayan juga dapat menghemat pengeluarannya untuk biaya sekolah yang tergolong tinggi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya. Muflikhati (2010) menyatakan bahwa pendidikan adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga di wilayah pesisir. Usia nelayan secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan kecil di Kecamatan Indramayu. Usia nelayan tidak berpengaruh terhadap kesejahteraan rumah tangga nelayan di Kecamatan Indramayu karena hasil penerimaan nelayan tidak tetap setiap harinya dan dilaut penerimaan perikanan nelayan yang berusia muda bisa lebih tinggi atau bahkan sebaliknya. Pengalaman kerja sebagai nelayan secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan kecil di Kecamatan Indramayu. Pengalaman digambarkan sebagai ciri keberhasilan seseorang nelayan terhadap profesinya. Pengalaman disisi lain bukan jaminan yang dapat berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan atau bukanlah cerminan dari perolehan pendapatan seorang nelayan, karena pekerjaan mencari ikan atau nelayan sangat besar kaitannya dengan kondisi alam (Jamal, 2012). Curahan jam kerja sebagai nelayan secara individu berpengaruh nyata terhadap tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan kecil di Kecamatan Indramayu. Menurut Jamal (2012) semakin lama waktu yang curahkan nelayan untuk melaut mengartikan
bahwa semakin banyak waktu yang digunakan untuk berproduksi (mencari ikan). Hal tersebut tentu akan berdampak positif terhadap pendapatan nelayan yang bersangkutan. Semakin panjang waktu melaut maka semakin besar pula potensi ikan yang akan ditangkap. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1) Ratarata Nilai Tukar Nelayan di Kecamatan Indramayu adalah 0,8 atau di bawah satu (<1). Hal ini artinya rumah tangga nelayan belum mampu memenuhi kebutuhan rumah tangganya dengan hanya mengandalkan penerimaan dari perikanan dan dapat dikatakan rumah tangga nelayan di Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu kurang sejahtera atau belum mampu untuk memenuhi kebutuhan primernya dan mempunyai potensi untuk mengalami defisit anggaran rumah tangganya. Nilai Tukar Nelayan yang rendah dapat diartikan sebagai jumlah pengeluaran nelayan lebih besar daripada jumlah penerimaan perikanan nelayan. 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan di Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu adalah pendapatan perikanan (X1), dengan nilai koefisien regresi sebesar 1,099, jumlah anggota keluarga (X2) dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,039, tingkat pendidikan formal (X3) dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,027 dan curahan jam kerja sebagai nelayan (X6) dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,001. Adapun rekomendasi yang dapat diberikan yaitu memaksimalkan peningkatan kesejahteraan rumah tangga nelayan melalui peningkatan pendapatan perikanan dengan cara
menjual hasil tangkapan ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI) bukan tengkulak. Menurunkan beban tanggungan rumah tangga nelayan dengan cara meningkatkan partisipasi anggota keluarga untuk ikut menanggung kebutuhan rumah tangga dengan bekerja di sektor perikanan maupun diluar sektor perikanan. Meningkatkan keterampilan nelayan dengan mengadakan pelatihanpelatihan mengenai perikanan dan kelautan kepada nelayan sebagai pengganti dari pendidikan formal. Memasukkan muatan lokal tentang perikanan dan kelautan kepada sekolah-sekolah yang berada di lingkungan nelayan, agar masyarakat memiliki ketrampilan yang dapat digunakan ketika melaut walaupun dengan sekolah formal. Meningkatkan curahan jam kerja melaut nelayan agar nelayan dapat memperoleh hasil tangkapan yang lebih banyak dengan didukung oleh teknologi yang mumpuni. DAFTAR PUSTAKA BAPPENAS dan Japan International Coorperation Agency (JICA). 2014. Analisis Pencapaian Nilai Tukar Nelayan. Direktorat Perikanan dan Kelautan. Jakarta. BPS Kabupaten Indramayu. 2014. Kecamatan Indramayu. Biro Statistik Jawa Barat. Jamal B. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pendapatan Nelayan (Studi Nelayan Pesisir Desa Klampis Kecamatan Klampis Kabupaten Bangkalan). Jurnal Ilmiah. Malang : Universitas Brawijaya. Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2011. .Kelautan dan Perikanan dalam Angka 2011. Jakarta : Pusat Data Statistik dan Informasi.
Kusnadi. 2000. Nelayan:Strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial. Bandung : Humaniora Utama Press. Muflikhati I, Hartoyo, Sumarwan U, Fahrudin A, Puspitawati H. 2010. Kondisi Sosial Ekonomi dan Tingkat Kesejahteraan Keluarga: Kasus di Wilayah Pesisir Jawa Barat. Jur. Ilm. Kel. & Kons., Januari 2010, p : 1-10 Vol. 3, No. 1 ISSN : 1907 – 6037. Sadik J. 2012. Analisis Nilai Tukar Nelayan Kabupaten Sumenep Tahun 2012. Media Trend Vol. 7 No. 2 Oktober 2012 : 169-188. Supranto, J 2010. Ekonometri: Buku Kedua. Bogor: Ghalia Indonesia. Surakhmad, W. 2004. Pengantar Penelitian Ilmiah : Dasar, Metode, dan Teknik. Bandung. Tarsito. Syahroni A. 2010. RPJMN 2010-2014. http://rocana.kemenperin.go.id. Diakses pada tanggal 26 Februari 2015. Ustriyana ING. 2005. Model dan Pengukuran Nilai Tukar Nelayan (Kasus Kabupaten Karangasem). Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Bali.