Analisis Mobilisasi Fisik Dini Pada Pasien Congestive Hearth Failure (CHF) di RSUD Labuang Baji Makassar Tahun 2015 ABSTRACT Rochfika2, Basri1,Sutriani1 School of Health Science (STIK) Makassar, Indonesia
1
Introduction Congestive heart failure is the inability to maintain cardiac output sufficient for the needs of the body . The prevalence of heart failure increases with age , the highest in the age of 65-74 years ( 0.5 % ) , prevalence of heart failure in South Sulawesi amounted to ( 0.5 % ) and in LabuangBaji hospital , there were 245 cases in 2014. Objectives The aim of this research is to analyze action of early physical mobilization in CHF patient class I, II, III and IV in LabuangBaji hospital Makassar Methods This was observational research with descriptive approach. The number of population was 245 people and sample was 27 CHF patients. Sampling technique was accidental sampling. Data was collected using observation sheet. Results The results showed that the respondents were able to perform early physical mobilization on Congestive Hearth Failure Class II as many as 3 respondents (11.% ), and the Class III ( 22.2 % ) or 6 respondents , whereas Class IV ( 14.8 % )or 4 respondents. Conclusion The conclusion, for CHF Class II all acts of early physical mobilization able to do. Meanwhile for class III and IV, only some of respondents are able to do it. Suggestions, keep and increase ability early physical mobilization in CHF patients Class II , III and Class IV. Keyword : early physical mobilization,,Congestive Hearth Failure (CHF)
1
2
ABSTRAK Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan mempertahankan curah jantung yang cukup untuk kebutuhan tubuh. Prevalensi penyakit gagal jantung meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tertinggi pada umur 65-74 tahun (0,5%), Prevalensi gagal jantung di Sulawesi Selatan sebesar (0,5%) dan di RSUD Labuang Baji Makassar tercatat sebanyak 245 kasus pada tahun 2014. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tindakan mobilisasi fisik dini pada pasien congestive hearth failure (CHF) Kelas I,II,III dan IV di RSUD Labuang Baji Makassar. Jenis penelitian ini adalah penelitian Observasional. Dengan pendekatan Deskriptif, populasi dalam penelitian adalah sebanyak 245 orang, sampel adalah pasien CHF yang dirawat sebanyak 27 orang, yang ditarik secara accidental sampling. Data dikumpulkan melalui lembar observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang mampu melakukan mobilisasi fisik dini pada Congestive Hearth Failure Kelas II sebanyak 3 responden (11,1%),dan pada Congestive Hearth Failure Kelas III yang mampu melakukan mobilisasi fisik dini sebanyak 6 responden (22,2%),sedangkan pada Congestive Hearth Failure Kelas IV responden yang mampu melakukan mobilisasi fisik dini sebanyak 4 responden (14,8%). Kesimpulan penelitian bahwa Pada CHF Kelas II semua tindakan mobilisasi fisik dini mampu dilakukan, pada CHF Kelas III ada 6 responden mampu melakukan tindakan mobilisasi dini (Tindakan 1-6), pada CHF Kelas IV ada 4 responden yang mampu melakukan mobilisasi fisik dini (Tindakan 1-2). Saran pertahankan dan tingkatkan kemampuan mobilisasi fisik dini pada pasien CHF Kelas II,III dan Kelas IV. Keyword : Mobilisasi Fisik Dini,Congestive Hearth Failure (CHF) Daftar Pustaka : 25 (2000-2015) PENDAHULUAN Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan mempertahankan curah jantung yang cukup untuk kebutuhan tubuh. Sehingga timbul akibat klinis dan patofisiologis yang khas. Pada tahun 2009 Gagal jantung memiliki prevalensi sebanyak 2,71%, dan mengalami penurunan pada tahun 2010 dimana prevalensi gagal jantung sebesar 2,43% (WHO, 2011). Prevalensi penyakit gagal jantung meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tertinggi pada umur 65-74 tahun (0,5%), untuk yang terdiagnosis dokter, sedikit menurun
>75 tahun (0,4%) tetapi untuk yang terdiagnosis dokter prevalensi lebih tinggi daripada perempuan (0,2%) dibanding laki-laki (0,1%) berdasarkan diagnosis dokter atau gejala prevalensi sama banyaknya antara laki-laki dan perempuan (Riskesdas, 2013). Prevalensi Gagal Jantung berdasarkan diagnosis dan gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (0,8%), diikuti Sulawesi Tengah (0,7%), sementara Sulawesi Selatan dan Papua sebesar (0,5%) (Riskesdas, 2013). Dalam penelitian Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian rawat inap ulang
2
pasien gagal jantung kongestif di Rumah Sakit Yogyakarta, responden yang mempunyai tingkah pengetahuan baik ada 29 (48,33%) dengan frekuensi rawat inapnya tinggi, sementara yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang hanya 14 (38,89%) mendapatkan frekuensi rawat inap tinggi. Proporsi ini secara statistik tidak berbeda, tampak dari nilai ρ =0,491 (Majid.A, 2010). Berdasarkan data yang yang telah diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar jumlah pasien CHF Pada tahun 2011 periode JanuariDesember sebanyak 117 orang dengan pasien keluar mati sebanyak 15 orang. Pada tahun 2012 periode Januari-Desember sebanyak 137 orang dengan pasien keluar mati sebanyak 16 orang. Pada tahun 2013 periode Januari-Desember sebanyak 285 orang dengan pasien keluar mati sebanyak 18 orang. Pada tahun 2014 periode Januari-Desember sebanyak 245 orang dengan pasien keluar mati sebanyak 18 orang (Rekam Medik RSUD Labuang Baji).
pasien congestive (CHF).
hearth
failure
METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian Observasional. Dengan pendekatan Deskriptif untuk mengetahui mobilisasi fisik dini pada pasien Congestive Hearth Failure (CHF) di RSUD Labuang Baji Makassar. Penelitian ini dilakukan di RSUD Labuang Baji Makassar pada tanggal 09 – 30 April 2015. Populasi yang akan diteliti adalah semua penderita CHF yang dirawat di Rumah Sakit Umum Labuang Baji Makassar sebanyak 245 orang. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan accidental sampling. Teknik accidental sampling adalah teknik pengambilan sampling yang dilakukan apabila pemilihan anggota sampelnya dilakukan terhadap responden yang kebetulan ada atau dijumpai di tempat penelitian sebanyak 27 responden. HASIL PENELITIAN
TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah ketahuinya analisis tindakan mobilisasi fisik dini pada pasien congestive hearth failure (CHF) di RSUD Labuang Baji Makassar. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pihak Rumah Sakit dan memberikan informasi bagi masyarakat guna meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat berkaitan dengan mobilisasi fisik dini pada
Karakteristik Responden a. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di RSUD Labuang Baji Makassar Tahun 2015 Umur (Tahun) n % 31-40 5 18,5 41-50 6 22,2 51-60 5 18,5 61-70 9 33,3 >71 2 7,4 Jumlah 27 100,0 Sumber : Data Primer
3
Berdasarkan data pada tabel 1 menunjukkan bahwa dari 27 responden, ada 2 responden (7,4%) yang menderita gagal jantung kongestif pada usia >71 tahun, dan ada 9 responden (33,3%) yang menderita gagal jantung kongestif pada usia 61-70 tahun. b. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD Labuang Baji Makassar Tahun 2015 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
n 16 11 27
% 59,3 40,3 100,0
Sumber : Data Primer
Berdasarkan data pada tabel 2 menunjukkan bahwa dari 27 responden penderita gagal jantung kongestif,jumlah responden tertinggi adalah responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 16 responden (59,3%),sedangkan pada wanita sebanyak 11 responden (40,7%) c. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di RSUD Labuang Baji Makassar Tahun 2015 Pendidikan n % Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat D3 Tamat Perguruan tinggi Jumlah Sumber
8 5 5 2
29,63 18,52 18,52 7,41
7
25,92
27
100,0
: Data Primer
Berdasarkan data pada tabel 3 menunjukkan bahwa dari 27 responden penderita gagal jantung kongestif,jumlah responden yang berpendidikan tamat SD sebanyak 8 responden (29,63%),sedangkan yang berpendidikan tamat diploma 3 sebanyak 2 responden (7,41%). d. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di RSUD Labuang Baji Makassar Tahun 2015 Pekerjaan n % Tidak Bekerja IRT Wiraswasta Pegawai Jumlah
13 3 6 5 27
48,2 11,1 22,2 18,5 100,0
Sumber : Data Primer
Berdasarkan data pada tabel 4 menunjukkan bahwa dari 27 responden penderita gagal jantung kongestif,jumlah responden yang tidak bekerja sebanyak 13 responden (48,15%) sedangkan responden yang sebagai ibu rumah tangga (IRT) sebanyak 3 responden (11,11%) e. Distribusi CHF Berdasarkan Derajat Penyakit di RSUD Labuang Baji Makassar Tahun 2015 Derajat CHF n % CHF Kelas II CHF Kelas III CHF Kelas IV Jumlah
3 14 10 27
11,1 51,9 37,0 100,0
Sumber : Data Primer
Berdasarkan data pada tabel 5 menunjukkan bahwa dari 27
4
responden penderita Congestive Hearth Failure, jumlah responden pada kelas II sebanyak 3 responden (11,1%),dan untuk responden dengan Kelas III sebanyak 14 responden (51,9%), sedangkan untuk responden dengan Kelas IV sebanyak 10 responden (37,0%). f. Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Keturunan di RSUD Labuang Baji Makassar Tahun 2015 Riwayat n % Ada Riwayat Tidak Ada Riwayat Jumlah
3 24 27
11,1 88,9 100,0
Sumber : Data Primer
Berdasarkan data pada tabel 6 menunjukkan bahwa dari 27 responden penderita gagal jantung kongestif ,didapatkan 3 responden (11,1%) yang memiliki riwayat penyakit jantung dalam keluarga,dan ada 24 responden (88,9%) yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung dalam keluarganya. g. Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Penyakit Hipertensi di RSUD Labuang Baji Makassar Tahun 2015 Riwayat
n
%
Ada Riwayat Tidak Ada Riwayat Jumlah
14 13 27
51,9 48,1 100,0
Sumber : Data Primer
Berdasarkan data pada tabel 7 menunjukkan bahwa dari 27
responden penderita gagal jantung kongestif, didapatkan ada 14 responden (51,9%) yang memiliki riwayat penyakit hipertensi,dan ada 13 responden (48,1%) yang tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi. h. Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat Merokok di RSUD Labuang Baji Makassar Tahun 2015 Riwayat n % Ada Riwayat Tidak Ada Riwayat Jumlah
13 14 27
48,1 51,9 100,0
Sumber : Data Primer
Berdasarkan data pada tabel 8 menunjukkan bahwa dari 27 responden penderita gagal jantung kongestif,ada 13 responden (48,1%) yang memiliki riwayat merokok,dan ada 14 responden (51,9%) yang tidak memiliki riwayat merokok. i. Distribusi mobilisasi fisik dini CHF Kelas II,Kelas III, dan Kelas IV di RSUD Labuang Baji Makassar Derajat Melakukan Tidak Klasifikasi Melakukan NYHA n % n % CHF Kelas II CHF Kelas III CHF Kelas IV Jumlah
3
11,1
0
0
6
22,2
8
29,63
4
14,8
6
22,22
13
48 ,1
14
51,9
Sumber : Data Primer
5
Berdasarkan data pada tabel 9 menunjukkan bahwa dari 27 responden penderita Congestive Hearth Failure (CHF), yang mampu melakukan mobilisasi fisik dini pada pasien CHF Kelas II sebanyak 3 responden (11,1%), dan pada CHF Kelas III yang mampu melakukan mobilisasi fisik sebanyak 6 responden (22,2%), dan ada 8 responden (29,6%) yang tidak mampu melakukan. Sedangkan pada pasien CHF Kelas IV yang mampu melakukan mobilisasi fisik sebanyak 4 responden (14,8%),dan yang tidak mampu melakukan adalah sebanyak 6 responden (22,22%).
PEMBAHASAN 1. Mobilisasi fisik dini pada Congestive Hearth Failure (CHF) Kelas II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mampu melakukan mobilisasi fisik dini pada derajat ini sebanyak 3 responden (11,1%), hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pada gagal jantung kelas II (derajat ringan), klien dengan kelainan jantung yang menyebabkan sedikit pembatasan,seperti jika melakukan aktivitas yang berat dapat menimbulkan keluhan, pada derajat ini responden mampu melakukan aktivitas fisik dengan baik. Pada responden dengan derajat ini berada pada usia 3750 tahun,semua responden pada derajat ini mampu melakukan mobilisasi fisik dini dengan baik, hal ini di pengaruhi oleh
usia responden yang masih produktif, sehingga masih kuat untuk melakukan aktivitas. Tingkat pekerjaan juga mempengaruhi mobilisasi fisik pada derajat ini, dari ketiga responden memiliki pekerjaan sebagai pegawai dan wiraswasta, mereka memiliki pengetahuan yang lebih jika dibandingkan dengan yang tidak bekerja, sehingga pengetahuan mereka tentang pergerakan lebih baik, yang berpikir bahwa pergerakan fisik penting untuk menghindari terjadinya penyakit lainnya. Riwayat penyakit yang diderita responden berpengaruh pada tindakan mobilisasi fisik responden, karena dari 3 responden (11,1%) yang mampu melakukan mobilisasi fisik dini dengan baik, 1 diantaranya memiliki riwayat hipertensi.Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri sehingga beban kerja jantung bertambah, sebagai akibatnya terjadi hipertrofi ventrikel untuk meningkatkan kekuatan kontraksi. Akan tetapi kemampuan ventrikel untuk mempertahankan curah jantung dengan hipertrofi kompensasi akhirnya terlampaui dan terjadi dilatasi dan payah jantung (Price.A.S, 2005). 2. Mobilisasi fisik dini pada Congestive Hearth Failure (CHF) Kelas III.
6
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mampu melakukan mobilisasi fisik dini pada derajat ini sebanyak 6 responden (22,2%), sedangkan responden yang tidak mampu melakukan mobilisasi fisik dini pada derajat ini juga sebanyak 8 responden (29,63%), pada teori disebutkan bahwa klien dengan gagal jantung derajat ini merupakan klien dengan kelainan jantung yang menyebabkan banyak pembatasan aktivitas fisik, hal ini juga banyak ditemukan pada saat penelitian sebagian responden yang mampu melakukan,hal ini disebabkan karena motivasi dari individu itu sendiri yang besar untuk melakukan pergerakan,dan juga motivasi dari keluarga dekat maupun dari perawat. Dan ada beberapa responden yang tidak mampu melakukan mobilisasi fisik dini,hal ini disebabkan oleh motivasi responden yang kurang dan kecemasan responden yang berlebihan akan keadaannya seperti khawatir jatuh jika melakukan aktivitas/mobilisasi sendiri tanpa ada yang mendampingi. Selain dari faktor diatas,umur juga merupakan salah satu pemicu responden dalam melakukan mobilisasi fisik,Pada Congestive Heart Failure derajat ini didapatkan 14 responden, dengan usia 40-60 tahun,dan ada 2 responden diantaranya berusia< 40 tahun, dan ada 3 responden yang berusia >60tahun, Usia merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya gagal jantung, risiko gagal jantung akan meningkat seiring bertambahnya usia terutama pada
lansia karena penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan (Kasron, 2012). Responden pada derajat ini lebih banyak terjadi pada lakilaki,yaitu ada 9 responden. Dan pada derajat ini,ada 3 responden laki-laki yang mampu melakukan mobilisasi fisik dini,dan ada 2 perempuan yang mampu melakukan mobilisasi fisik dini, hal ini dapat terjadi karena kemampuan laki-laki yang lebih kuat dan besar dalam melakukan aktivitas fisik. Laki-laki memiliki risiko lebih besar terkena serangan jantung dan kejadiannya lebih awal dari pada wanita. Morbiditas penyakit jantung pada laki-laki dua kali lebih besar dibandingkan dengan wanita dan kondisi ini terjadi hampir 10 tahun lebih dini pada laki-laki dari pada perempuan. Hal ini berkaitan dengan esterogen endogen yang bersifat protektif pada perempuan, namun setelah menupause insiden meningkat dengan pesat tetapi tidak sebesar insiden penyakit kardiovaskular pada laki-laki (Supriyono, 2008). Tingkat pendidikan dan pekerjaan pada derajat ini tidak menjadi patokan responden dalam tindakan mobilisasi fisik,karena ada responden yang memiliki latar belakang sekolah dasar mampu melakukan mobilisasi fisik,begitu pun yang berlatar belakang SMP dan SMA,kemampuan mobilisasi fisiknya sama dengan responden yang memiliki latar belakang perguruan tinggi,dan jika dilihat dari pekerjaan masing-masing responden yang
7
mampu melakukan mobilisasi fisik lebih banyak yang berprofesi sebagai pegawai,tapi hal itu tidak menjadi acuan dalam tindakan mobilisasi fisik,karena ada beberapa responden yang berprofesi sebagai pegawai tidak mampu melakukan mobilisasi fisik dengan baik. Jadi dapat dikatakan bahwa tindakan mobilisasi fisik dini dapat dilakukan oleh pasien yang memiliki motivasi yang besar untuk sembuh. 3. Mobilisasi fisik dini pada Congestive Hearth Failure (CHF) Kelas IV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang mampu melakukan mobilisasi fisik dini pada derajat ini sebanyak 4 responden (14,8%), sedangkan responden yang tidak mampu melakukan mobilisasi fisik dini pada derajat ini sebanyak 6 responden (22,22%), hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa Congestive Hearth Failure (CHF) Kelas IV merupakan kelainan jantung yang dimanifestasikan dengan segala bentuk aktivitas fisik akan menyebabkan keluhan, dan satu responden yang mampu melakukan karena responden memiliki motivasi yang besar,dan tidak ada riwayat penyakit yang memperparah keadaannya, selain itu juga didukung oleh usia responden yang masih produktif dan lamanya perawatan yang dijalani, sehingga aktivitas fisik sudah
mengalami peningkatan.Namun pada derajat seperti ini klien membutuhkan bedrest total untuk mengurangi kerja jantung,meningkatkan tenaga cadangan jantung, dan menurunkan tekanan darah.Dan tirah baring merupakan bagian yang penting dari pengobatan gagal jantung kongestif, tirah baring membantu dalam menurunkan beban kerja dengan menurunkan volume intravaskuler melalui berbaring, selain itu juga disebabkan oleh adanya edema pada bagian ekstremitas yang menyebabkan klien sulit untuk melakukan aktivitas (Mutaqqin.A, 2009). Penyakit gagal jantung lebih banyak terjadi pada usia lanjut, hal ini di temukan pada saat penelitian,responden yang menderita gagal jantung derajat ini berada pada usia 58-72 tahun, dan ada satu responden yang berusia 40 tahun. Hal ini ditemukan sama pada responden laki-laki maupun perempuan karena pada perempuan sudah terjadi penurunan hormon estrogen sehingga angka kejadian sama dengan laki-laki. Dan tingkat mobilisasi pada responden lansia sangat lemah, karena dalam melakukan aktivitas fisik banyak keterbatasan, karena terjadinya penurunan fungsi tubuh,sehingga sulit dalam melakukan mobilisasi fisik. Responden pada derajat ini memiliki tingkat pendidikan yang rendah, dari 10 responden hanya ada 1 responden yang berlatar belakang tamat
8
perguruan tinggi, dan yang lainnya berlatar belakang SD, SMP dan SMA,dan tidak dapat melakukan mobilisasi fisik dengan baik, begitupun dengan 1 responden yang berlatar belakang tamat perguruan tinggi tidak mampu melakukan mobilisasi fisik dini dengan baik,dan disimpulkan bahwa tingkat pendidikan pada derajat ini tidak berpengaruh pada tindakan mobilisasi fisik, kemampuan mobilisasi responden yang berlatar belakang tinggi maupun rendah adalah sama. Mobilisasi fisik dapat dilakukan oleh responden tergantung dari motivasi responden untuk melakukan. Pada gagal jantung derajat ini responden rata-rata sudah tidak bekerja, hanya ada satu responden yang bekerja sebagai wiraswasta.Kemampuan mobilisasi pun kurang, hal ini juga dipengaruhi oleh usia responden yang sudah tidak produktif sehingga fungsi tubuh pun sudah mulai menurun,jadi dalam melakukan aktivitas sangat lemah dan ditambah lagi jika responden sering merasakan sesak dan nyeri. Serta adanya edema pada bagian tubuh. Riwayat penyakit yang diderita responden berpengaruh pada tindakan mobilisasi fisik responden, karena dari 10 responden (37%) pada derajat ini, 7 diantaranya memiliki riwayat hipertensi. Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan resistensi terhadap pemompaan
darah dari ventrikel kiri sehingga beban kerja jantung bertambah, sebagai akibatnya terjadi hipertrofi ventrikel untuk meningkatkan kekuatan kontraksi. Akan tetapi kemampuan ventrikel untuk mempertahankan curah jantung dengan hipertrofi kompensasi akhirnya terlampaui dan terjadi dilatasi dan payah jantung (Price.A.S, 2005). Hipertensi yang berlangsung lama akan meningkatkan beban kerja jantung karena terjadi peningkatan resistensi terhadap ejeksi ventrikel kiri. Untuk meningkatkan kekuatan kontraksinya, ventrikel kiri mengalami hipertrofi sehingga kebutuhan jantung akan oksigen dan beban kerja jantung meningkat. Dilatasi dan kegagaln jantung dapat terjadi ketika keadaan hipertrofi tidak lagi mampu mempertahankan curah jantung yang memadai (Kowalak dkk, 2012). Hasil penelitian ini didukung oleh Marchionni ( 2007) yang mengatakan bahwa Latihan fisik yang berupa mobilisasi ringan sudah dapat dilakukan sejak 48 jam setelah CHF sepanjang tidak terdapat ada kontraindikasi. Latihan fisik yang berupa mobilisasi ini dapat dilakukan terbatas pada aktivitas sehari-hari misalnya gerakan tangan dan kaki dan pengubahan postur. Program latihan biasanya berupa terapi fisik ambulatory yang diawasi.
9
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Myers (2008) yang mengatakan bahwa melakukan latihan olahraga maka akan diperoleh manfaat bagi para pasien penderita gagal jantung baik mereka yang dapat serangan ringan sampai berat,dan manfaat yang diperoleh adalah terjadinya regenerasi sel otot dan sekaligus terbentuknya pembuluh darah baru, pasien dapat memulai latihan fisik berskala sedang.
Congestive Hearth Failure Kelas II 2. Tingkatkan kemampuan mobilisasi fisik dini pada pasien Congestive Hearth Failure Kelas III. 3. Tingkatkan kemampuan mobilisasi fisik dini pada pasien Congestive Hearth Failure Kelas IV. DAFTAR PUSTAKA Alimul.A. 2009. Metode Penelitian Keperawatan
Analisa Data. Jakarta :
PENUTUP Simpulan 1. Pada Congestive Hearth Failure Kelas II semua responden mampu melakukan mobilisasi fisik dini (Tindakan 1-9) yaitu sebanyak 3 responden (11,1%). 2. Pada Congestive Hearth Failure Kelas III yang mampu melakukan mobilisasi fisik dini (Tindakan 1-6) sebanyak 6 responden (22,2%), dan yang tidak mampu melakukan tindakan mobilisasi fisik dini sebanyak 8 responden (29,6). 3. Pada Congestive Hearth Failure Kelas IV responden yang mampu melakukan mobilisasi fisik dini (Tindakan 1-2 )sebanyak 4 responden (14,8%), dan yang tidak mampu melakukan mobilisasi fisik dini sebanyak 6 responden (22,2%). Saran 1. Pertahankan kemampuan mobilisasi fisik dini pada pasien
Tehnik
Salemba Medika Baradero.
M.
Dkk.
2008.Klien
gangguan kardiovaskuler
system seri
asuhan
keperawatan. Jakarta : EGC Doenges.M.Dkk.2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3. Jakarta: EGC Gray.H. Houn.dkk. 2005. Lectues Notes Kardiologi Edisi 4. Jakarta : Erlangga Hartono.A,2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit Edisi 2.Jakarta: EGC Hendrika j. 2000. Validity of ambulatory accelerometry to quantify physical activity in heart failure. Secand J Rehab Med 32:187-192, 2000 Kasron, 2012, Buku Ajar Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Nuha Medika : Yogyakarta.
10
Kowalak Jennifer P dkk, 2012, Buku Ajar Patofisiologi (Professional Guide to Pathophysiology). Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta. Majid abdul. 2010. Analisa FaktorFaktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Rawat Inap Ulang Pasien Gagal Jantung Kongestif Di Rumah Sakit Yogyakarta.http://lib.ui.ac.id/ file?file=digital/20281141T %20Abdul%20Majid.pdf. Diakses tanggal 21 Februari 2015 Marelli.TM.2008. Buku Saku Dokumentasi Keperawatan edisi 3. Jakarta : EGC Marchionni, et al. 2007. Improved exercise tolerance and quality of life with cardiac rehabilitation of older patients after myocardial infarction: results of a randomized, controlled trial. Circulation. Vol107.Issue 17.Page 2201. Muttaqin.A. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika Myers.J,et al. 2008. Pengaruh Latihan Terhadap Pemulihan Laju Jantung Pada Pasien Gagal Jantung Kronik. http://wwwjantunghiperten si.com/ index.php?. Diakses 26 April 2015
Pawenrusi Puji Esse,dkk. 2015.Pedoman Penulisan Skripsi Edisi 11. Makassar Price.A.Sylvia. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit Edisi 6 Volume 1.Jakarta : EGC Rahmatina B.dan Herman. 2012. Buku Ajar Fisiologi Jantung. Jakarta : EGC Rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar. 2015 Riset kesehatan dasar (Riskesdas 2013).Pedoman Pewawancara petugas Pengumpul Data. Jakarta. Badan Litbangkes, Depkes 2013. Roul G,Germain P,Does The 6Minute Walk Test Predict The Prognosis In Patient With NYHA Class II Or III Chronic Heart Failure?Am Heart J 1998:136(3):449-57 Russel.D.2011. Bebas Dari 6 Penyakit Paling Mematikan. Yogyakarta : MedPress Saferi A,Mariza.Y. 2013.Keperawatan Medikal Bedah 1 (Keperawatan Dewasa). Yogyakarta. Nuha Medika Smeltzer dan Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart Edisi 8. Jakarta : EGC Supriyono M, 2008, “Faktor-Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Kelompok Usia < 45 Tahun (Studi Kasus Di Rsup Dr. Kariadi Dan Rs Telogorejo
11
Semarang)” http://undip-tesispasca MAMAT_SUPRIYONO. pdf.Diakses pada tanggal 30 April 2015 Sutanto. 2010. Cegah dan Tangkal Penyakit Modern Hipertensi, Stroke, Jantung, Kolestrol, dan Diabetes. Yogyakarta :ANDI World Health Organization(WHO). 2011. Global status report non-communicable diseases 2010. Geneva World Health Organization. Diakses tanggal 21 Maret 2015