ANALISIS MINAT BELI ULANG NASI ANALOG BERDASARKAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR (STUDI KASUS: KAFE TAMAN KOLEKSI BOGOR)
ARMEDIA NURULLI QISTI
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Minat Beli Ulang Nasi Analog Berdasarkan Theory of Planned Behavior (Studi Kasus: Kafe Taman Koleksi Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2016
Armedia Nurulli Qisti NIM H24134007
ABSTRAK ARMEDIA NURULLI QISTI. Analisis Minat Beli Ulang Nasi Analog Berdasarkan Theory of Planned Behavior (Studi Kasus: Kafe Taman Koleksi Bogor). Dibimbing Oleh MUKHAMAD NAJIB. Nasi analog merupakan produk inovasi yang berperan sebagai barang subtitusi pengganti nasi putih. Sebagai produk baru nasi analog harus memiliki strategi pemasaran yang berbeda.Untuk mengetahui strategi pemasaran yang tepat salah satu caranya adalah dengan mengetahui minat beli nasi analog terlebih dahulu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh atribut dari Theory of planned behaviour terhadap minat beli nasi analog. Atribut dari Theory of planned behaviour adalah sikap, norma subyektif, dan kontrol perilaku. Metode penarikan sampel pada penelitian ini adalah non-probability sampling dengan teknik convenience sampling. Penelitian diuji dengan menggunakan metode Analisis Regresi Linear Berganda dilengkapi dengan uji F dan uji T. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua atribut yang berpengaruh yaitu atribut sikap dan norma subyektif, sedangkan atribut kontrol perilaku tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap minat beli ulang nasi analog Kata kunci: minat beli ulang, nasi analog, theory of planned behaviour ABSTRACT ARMEDIA NURULLI QISTI. Intention to buy analysis of artificial rice product at Taman Koleksi Cafe: theory of planned bahavior approach. Supervised by MUKHAMAD NAJIB. Artificial rice is a product of rice innovations that serve as substitute goods instead of rice. As a new product, artificial rice should have different marketing strategies. The way to find a proper marketing strategy is by knowing the intention of buy. The purpose of this study was to determine the influence of the Theory of planned behavior’s attributes towards analog rice’s intention of buy. Attributes of the theory of planned behavior is the attitude, subjective norm, and control behavior. Sampling method used in this study is a non-probability sampling by convenience sampling technique. The research tested using multiple linear regression analysis equipped with F test and T test. The result of the research indicates that the trustworthiness, dan attractiveness, expertise attributes of endorser doesn't have significant influence towards analog rice’s repurchasing Keywords: artificial rice, repurchasing, theory planned of behaviour
ANALISIS MINAT BELI ULANG NASI ANALOG BERDASARKAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR (STUDI KASUS: KAFE TAMAN KOLEKSI BOGOR)
ARMEDIA NURULLI QISTI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PRAKATA Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2015 ini ialah Management Pemasaran, dengan judul Analisis Minat Beli Ulang Nasi Analog Berdasarkan Theory of Planned Behavior (Studi Kasus: Kafe Taman Koleksi Bogor). Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Mukhamad Najib, STP, MM selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada pihak Kafe Taman Koleksi Bogor yang telah banyak membantu selama pengumpulan data. Serta kepada seluruh responden yang telah berpartisipasi dalam pengisian data kuesioner. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua tercinta, serta seluruh keluarga atas segala doa, dorongan semangat dan kasih sayangnya. Serta tidak lupa juga terimakasih disampaikan untuk teman seperjuangan, teman-teman PSAJ Manajemen 11 atas suka duka selama 2 tahun ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bogor, September 2016
Armedia Nurulli Qisti
i
DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Beras Analog Pemasaran Perilaku Konsumen Minat Beli Ulang Theory of Planned Behavior Sikap Norma Subjektif Kontrol Perilaku Penelitian Terdahulu METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Metode Pengumpulan Data Lokasi dan Waktu Penelitian Uji Validitas Uji Realibilitas Metode Deskriptif Uji Chi Square Sikap Norma Subjektif Kontrol Perilaku Analisis Regresi Linier Berganda Uji Normalitas Uji Heteroskedastisitas Uji Autokolerasi Uji F Uji T HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan Bauran Pemasaran Karakteristik Responden Pengaruh Karakteristik Konsumen dengan Minat Beli Ulang Nasi Analog Minat Beli Ulang Beras Analog Berdasarkan Theory Planned of Behavior Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Normalitas Uji Heteroskedastisitas Uji Autokolerasi Uji F
i ii ii ii 1 1 4 4 4 4 5 5 5 5 6 7 7 7 8 8 9 10 10 11 11 11 12 12 13 14 13 13 14 14 15 15 15 16 17 19 20 26 27 27 27 28
ii
Pengaruh Variabel Sikap terhadap Minat Beli Ulang Nasi Analog 28 Pengaruh Variabel Norma Subyektif terhadap Minat Beli Ulang Nasi Analog 29 Pengaruh Variabel Kontrol Perilaku terhadap Minat Beli Ulang Nasi Analog 30 Implikasi Manajerial 30 SIMPULAN DAN SARAN 31 DAFTAR PUSTAKA 32 LAMPIRAN 36
DAFTAR TABEL 1. Perbandingan konsumsi dengan ketersedian domestik beras di Indonesia, 2011-2015 2. Karakteristik responden nasi analog 3. Sebaran contoh berdasarkan jawaban mengenai atribut sikap konsumen nasi analog 4. Sebaran nilai variabel sikap 5. Sebaran berdasarkan jawaban mengenai atribut norma subyektif konsumen beras analog 6. Sebaran nilai variabel norma subyektif 7. Sebaran contoh berdasarkan jawaban mengenai atribut kontrol perilaku konsumen beras analog 8. Sebaran nilai variabel norma subyektif 9. Sebaran contoh berdasarkan jawaban mengenai atribut minat beli ulang konsumen nasi analog
1 17 21 23 23 24 25 26 26
DAFTAR GAMBAR 1. Volume dan nilai impor beras pada periode tahun 2001-2013 2. Grafik penjualan nasi analog di Kafe Taman Koleksi tahun 2014 3. Skema perilaku menurut teori tindakan beralasan (theory of planned behavior) 4. Kerangka pemikiran
2 3 6 9
DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kuesioner Hasil Uji Chi-square Hasil output uji normalitas Hasil output uji heteroskedastisitas Hasil output uji autokolerasi Hasil output uji f Hasil output uji t
38 44 55 56 56 56 56
iii
1
PENDAHULUAN Latar Belakang
Kebutuhan akan pangan merupakan kebutuhan fisiologis yang berada paling dasar dalam teori hirarki kebutuhan Maslow. Hal tersebut berarti manusia akan memenuhi kebutuhan dasarnya berupa kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan terlebih dahulu sebelum memenuhi kebutuhan akan rasa aman, kasih sayang, penghargaan kemudian aktualisasi diri. Terlebih makanan pokok merupakan hal yang paling utama dipenuhi oleh manusia. Makanan pokok mayoritas penduduk Indonesia adalah beras. Peningkatan jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun secara otomatis akan meningkatkan kebutuhan akan beras. Kebutuhan beras penduduk Indonesia tidak sebanding dengan persediaan domestik di Indonesia. Berdasarkan Agricultural Market Information System dari Food Agriculture Organisation (FAO) Perserikatan Bangsa bangsa (PBB) terdapat selisih dari konsumsi akan dengan ketersediaan domestik akan beras. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. berikut. Tabel 1 Perbandingan konsumsi dengan ketersedian domestik beras di Indonesia tahun 2011-2015 Tahun No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 1 Konsumsi (juta ton) 43,26 44,92 45,61 45,94 46,79 2 Ketersediaan domestik 41,25 43,32 44,72 44,44 45,8 (juta ton) 3 Selisih (juta ton) 2,01 1,6 0,89 1,5 0,99 Sumber : AMIS FAO (2016), diolah Tabel 1. Menjelaskan setiap tahunnya Indonesia memiliki kekurangan persediaan domestik. Selisih atau kekurangan persediaan beras untuk konsumsi ini dipenuhi dengan cara mengimpor beras dari negara lain. Menurut Badan Pusat Statistik melalui Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri secara kumulatif mencapai 840,97 juta US$ dengan volume 4,15 juta ton. Volume impor beras Indonesia sempat mengalami penurunan pada periode tahun 2005-2009 pada 2,57 juta ton, walupun tetap mengalami kenaikan dalam jumlah uang yang dikeluarkan untuk mengimpor beras mencapai 883,84 juta US$. Pada periode tahun 20102013 kenaikan yang sangat drastis terjadi, impor beras Indonesia mencapai 3,12 miliar US$ dengan volume 5,83 juta ton. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.
2
Gambar 1 Volume dan nilai impor beras pada periode tahun 2001-2013 Sumber: BPS (2015), diolah Melakukan impor sebagai upaya untuk mengatasi kurangnya ketersediaan beras sangat ironis jika mengingat Indonesia merupakan negara agraris. Indonesia memiliki banyak jenis komoditas pertanian yang bisa berperan sebagai produk alternatif mengantikan beras seperti singkong, ubi jalar, sorgum dan masih banyak lagi. Bahan pokok alternatif tersebut juga lebih menyehatkan karena memiliki indeks glikemik yang rendah dibandingkan dengan beras. Pemerintah juga telah mencanangkan program deversifikasi pangan yang diwujudkan dengan menerbitkan Permentan nomor 15 tahun 2013 tentang diversifikasi pangan. Namun program pemerintah tersebut terkendala dengan mindset mayoritas masyarakat Indonesia yang menganggap belum makan jika belum makan nasi. Menurut Budijanto dan Muaris (2013) untuk menyukseskan program diversifikasi pangan dibutukan vihicle yang tepat dan diterima masyarakat luas. Untuk menjadi vihicle program penganekaragaman pangan, suatu produk haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut (1) Produk dapat diterima luas, (2) Tidak merubah kebiasaan cara mengkonsumsi pangan pokok, (3) Tidak merubah cara penyiapan (cara masak), (4) Dapat divariasikan pengolahannya sesuai dengan resep masakan aneka kuliner Indonesia, (5) Harga yang kompetitif, dan (6) Dapat dibuat dari sumber karbohidrat lokal Melihat permasalahan tersebut, institusi pendidikan petanian terbesar di Indonesia, Institut Pertanian Bogor mengolah beberapa produk pertanian selain beras yang di bentuk menyerupai beras dan memiliki karakteristik beras yang disebut beras tiruan atau artifical rice dan dikenal sebagai beras analog. Beras analog ini terbuat dari campuran tepung bahan baku lokal dan sengaja didesain menyerupai bentuk beras sehingga tidak mengubah kebiasaan masyarakat Indonesia yang mengonsumsi beras konvensional. Dengan mengembangkan kearifan pangan lokal, beras analog dibuat se-convenience mungkin sehingga memiliki tangible benefit dan intangible benefit. Dari segi kadungan gizi, selain sama-sama merupakan sumber karbohidrat, beras analog ini terbukti lebih sehat karena memiliki Indeks Glikemik yang lebih rendah dibandingkan beras konvensional.
3
Beras analog di produksi oleh F-Technopark Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor dan mulai diperkenalkan ke mayarakat luas pada November 2012 lewat penjualan di Serambi Botani, dan Kafe Taman Koleksi. Kafe Taman koleksi merupakan gerai yang menyajikan makanan hasil pertanian yang menyehatkan. Beras analog di Kafe Taman Koleksi dipasarkan setelah diolah menjadi penganan yang siap santap seperti nasi goreng analog. Kondisi penjualan nasi analog di Kafe Taman Koleksi digambarkan pada grafik yang tercantum pada Gambar 2.
Axis Title
Penjualan Nasi Analog di Kafe Taman Koleksi Tahun 2014 400 350 300 250 200 150 100 50 0
Gambar 2 Grafik penjualan nasi analog di Kafe Taman Koleksi tahun 2014 Sumber: Kafe Taman Koleksi (2015), diolah Grafik pada Gambar 2 menggambarkan kondisi penjualan nasi analog yang tidak terjadi peningkatan signifikan cendrung fluktuatif. Penjualan nasi analog di bulan November bahkan mengalami penurununan yang drastis. Theory planned of behaviour adalah salah satu teori yang dikemukaan oleh Icek izjen yang kerap digunakan dalam penelitian tentang perilaku terutama mengenai intensi atau niat. Pada TPB untuk menggambarkan intensi di gambarkan oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subyektif, dan kontrol perilaku. Sikap menggambarkan persepsi positif atau negatif mengenai suatu obyek. Norma subyektif menggambarkan persepsi sesorang tentang pandangan orang yang mendukung atau tidak mendukung terhadap sebuah intensi. Sedangkan kontrol menggambarkan kemudahan atau kesulitan yang dihadapi dalam berperilaku tertentu. Teori tersebut diharapkan mengakomodir seluruh informasi yang dibutuhkan mengenai penyebab penjualan nasi analog di Kafe Taman Koleksi. Berlandaskan hal tersebut penulis menyususn karya ilmiah yang berjudul Analisis Minat Beli Konsumen Nasi Analog di Kafe Taman Koleksi Bogor Melalui Pendekatan Theory of Planned Behavior. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dan acuan ketika pihak Kafe Taman Koleksi merumuskan strateginya, sehingga strategi yang dirumuskan dapat sesuai dengan kebutuhan konsumennya dan dapat membantu untuk meningkatkan penjualan lewat strategi pemasaran yang tepat.
4
Perumusan Masalah Dari pemaparan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik konsumen nasi analog di Kafe Taman Koleksi Bogor? 2. Bagaimana hubungan karakteristik konsumen dengan minat beli ulang nasi analog di Kafe Taman Koleksi Bogor? 3. Bagaimana sikap, norma subyektif, dan kontrol perilaku konsumen nasi analog di Kafe Taman Koleksi Bogor? 4. Bagaimana hubungan antara minat beli ulang dengan sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku konsumen nasi analog di Kafe Taman Koleksi Bogor pada Theory of Planned Behaviour?
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang dijabarkan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi karakteristik konsumen nasi analog di Kafe Taman Koleksi Bogor. 2. Menganalisis hubungan karakteristik konsumen dengan minat beli ulang nasi analog di Kafe Taman Koleksi Bogor? 3. Menganalisis sikap, norma subyektif dan kontrol perilaku konsumen nasi analog di Kafe Taman Koleksi Bogor. 4. Menganalisis hubungan antara minat beli ulang dengan sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku konsumen nasi analog di Kafe Taman Koleksi Bogor pada Theory of Planned Behaviour.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memfokuskan pada analisis minat beli ulang konsumen nasi analog. Pengambilan responden di lakukan di kafe Taman Koleksi kampus IPB Baranang Siang yang menjual beras analog yang diolah menjadi makanan siap santap.
TINJAUAN PUSTAKA Beras Analog Menurut Budijanto (2012) Beras analog adalah beras tiruan (artificial rice) yang dibuat dari tepung pangan lokal non beras dan non terigu yang dibentuk menyerupai beras. Tepung pangan lokal yang dipilih adalah jagung, sorgum, sagu, dan umbi-umbian yang memiliki indeks glikemik yang lebih rendah di
5
bandingkan beras dan terigu. Menurut Budijanto indeks glikemik adalah tingkatan pangan menurut efeknya terhadap tingkatan gula darah, pangan yng memiliki indeks glikemik tinggi meningkatkan kadar gula darah dengan cepat, dan sebaliknya jika pangan dengan kandungan indeks glikemik rendah lebih lambat menaikkan gula darah. Perbedaan beras analog produksi F-Technopark IPB dengan beras analog lainnya adalah bentuknya yang lebih mirip beras serta proses produksinya yang menggunakan teknik hot extrusion. Teknik hot extrusion memungkinkan keleluasaan untuk memilih bahan baku sesuai sifat sensori yang diinginkan (Budijanto dan Budijanto 2013).
Pemasaran Asosiasi Pemasaran Amerika Serikat menyatakan bahwa pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada konsumen dan mengelola hubungan konsumen dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemilik sahamnya. Tujuan pemasaran adalah memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dengan sasaran agar konsumen puas. Untuk itu pemasaran harus mengenal konsumen dengan mempelajari keinginan, persepsi, preferensi, dan perilaku belanja konsumen (Kotler & Keller 2007)
Perilaku Konsumen Menurut Schiffman dan Kanuk (2007), perilaku konsumen adalah perilaku yang ditunjukkan oleh konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, menilai, dan menentukan produk, jasa, dan gagasan.
Minat Beli Ulang Menurut Schiffman-Kanuk yang dikutip oleh Suwandi (2007), pembelian yang dilakukan oleh konsumen terdiri dari 2 tipe, yaitu pembelian percobaan dan pembelian ulang. Pembelian percobaan terjadi jika konsumen membeli suatu produk dengan merek tertentu untuk pertama kalinya, dimana dalam kegiatan tersebut konsumen berusaha menyelidiki dan mengevaluasi produk dengan langsung mencoba. Jika pada pembelian percobaan tersebut, konsumen merasa puas, dan konsumen berkeinginan untuk membeli kembali, maka tipe pembelian ini disebut pembelian ulang. Apabila pelanggan merasa puas, maka ia akan menunjukkan besarnya kemungkinan untuk melakukan pembelian ulang, dan bahkan mengajak orang lain. Theory of Planned Behavior Icek Ajzen dan Martin Fishbein mengemukakan Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) yang dikenal dengan singkatan TRA yang dikutip
6
dari Jogiyanto (2007) yang mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan dan dampaknya terbatas hanya pada tiga hal: Pertama, perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tapi oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu. Kedua, perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tapi juga oleh norma-norma subjektif (subjective norms) yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita perbuat. Ketiga, sikap terhadap suatu perilaku bersama normanorma subjektif membentuk suatu intensi atau niat berperilaku tertentu. Ajzen (1991) merumuskan teori baru yang merupakan pengembangan teori perilaku terencana. Skema teori tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3
Skema Perilaku Menurut Teori Tindakan Beralasan (Theory Of Planned Behavior)
Skema yang terdapat pada Gambar 3 disebut Theory planned of behaviour. Jogiyanto (2007) memaparkan pengembangan teori TRA dengan menambahkan konstruk kontrol perilaku (Perceived Behavioral Control). Perceived behavioral control menyangkut aspek motivasi yang terkandung di dalam intensi, melalui intensi akan tergambarkan seberapa keras individu berusaha dan seberapa besar usahanya untuk menampilkan suatu tingkah laku. Sehingga, di dalam intensi terdapat tiga faktor yang menentukannya, yakni sikap terhadap objek (attitude toward behavior), norma subjektif (subjective norms) dan perceived behavioral control.
Sikap Menurut Azjen dikutip oleh Setyorini (2013) sikap adalah terhadap perilaku mengacu pada sejauh mana seseorang memiliki evaluasi yang menguntungkan atau tidak mengtungkan atau penilaian terhadap perilaku. Menurut Fachruddin (2014) sikap terhadap perilaku adalah penilaian individu terhada positif negaatifnya suatu perilaku. Sikap terbagi menjadi dua faktor yaitu faktor keyakinan dan evaluasi.
7
Norma Subjektif Menurut Azjen norma subjektif adalah persepsi seseorang terhadap pikiran pihak-pihak yang dianggap berperan dan memiliki harapan kepadanya untuk melakukan sesuatu dan sejauh mana keinginan untuk memenuhi harapan tersebut. Konsep norma subjektif merupakan representasi dari tuntutan atau tekanan lingkungan yang dihayati individu dan menunjukkan keyakinan individu atas adanya persetujuan atau tidak dari figur-figur sosial jika ia melakukan suatu perbuatan. Orang lain atau figur sosial dalam norma subjektif yang dimaksud biasanya ialah significant other bagi orang yang bersangkutan (Awwaliyah 2013)
Kontrol Perilaku Menurut Bray (2008) kontrol perilaku atau perceived behavioural control is formed by combaining the perceived presence of factors that may facilitate or impede the performance of a behaviour and the perceived power of each of these factor yang berarti kontrol perilaku dibentuk dengan dengan mengkombinasikan kehadiran dirasakan faktor yang dapat memfasilitasi atau menghambat kinerja perilaku dan kekuatan yang dirasakan masing-masing faktor tersebut. Dengan kata lain kotrol perilaku merupakan hal yang membantu dan menghambat proses intensi dan seberapa kuat bantuan dan kendala tersebut dirasakan.
Penelitian Terdahulu Putri (2013) melakuakan penelitian mengenai analisa minat beli produk day cream berbahan rumput laut dengan pendekatan Theory of Planned Behavior dengan populasi penelitian yaitu mahasiswi S1 IPB Bogor. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan melibatkan 400 mahasiswi yang dipilih secara acak. Sikap mahasiswi terhadap produk day cream berbahan baku rumput laut tergolong pada kategori sedang (74.0%), namun norma subjektif (60.8%) dan kontrol perilaku (73.0%) tergolong pada kategori kurang, dan lebih dari separuh mahasiswi (75.2%) tidak berminat untuk membeli produk tersebut. Hasil menunjukkan ketiga komponen TPB (sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku), asal daerah, dan pekerjaan ibu memiliki hubungan dan pengaruh positif signifikan terhadap minat beli. Sementara itu di tahun 2012 Putri melakukan penelitian mengenai Analisis Pengetahuan, Sikap dan Pengaruhnya Terhadap Pembentukan Intensi dan Perilaku Konsumsi Beras Merah (Oryza nivara) Menggunakan Pendekatan Theory of Planned Behaviour. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga (p<0,05) berhubungan nyata dan negatif dengan kontrol perilaku. Usia dan tingkat pendidikan contoh (p<0,05) memiliki hubungan yang nyata dengan sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku. Pendapatan keluarga (p<0,05) memiliki hubungan yang nyata dengan kontrol perilaku. Pengetahuan (p<0,05) mempunyai hubungan yang nyata dan positif dengan sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku. Jadi melalui pendekatan TPB, hasil penelitian menunjukkan
8
bahwa sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (p<0,05) yang berpengaruh terhadap intensi konsumsi beras.
METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia yang harus dipenuhi ketersediaanya oleh pemerintah. Dewasa ini pemerintah mengalami kekurangan persediaan dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan beras. Maka dari itu pemerintah mengimpor beras dari negara lain. Kebijakan impor beras dinilai kurang efektif karena menambah pengeluaran pemerintah tanpa menambah pendapatannya. Maka dari itu pemerintah meluncurkan program diversifikasi pangan. Diversifikasi pangan adalah program yang mendorong masyarakat untuk mevariasikan makanan pokok yang dikonsumsinya sehingga tidak terfokus pada satu jenis, dalam hal ini adalah beras. Beras analog merupakan produk yang mendukung program diversifikasi pangan. Beras analog terbuat dari bahan pangan lokal selain beras dan terigu yang diolah dan dibentuk seperti beras. Keunggulan beras analog adalah kaya serat dan memiliki indeks glikemik yang lebih rendah sehingga baik bagi tubuh. Beras analog dipasarkan oleh Kafe Taman Koleksi dalam bentuk siap saji yang diolah menjadi berbagai macam menu. Meskipun nasi analog memiliki keunggulan lain, minat beli nasi analog tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Produsen perlu mengetahui minat beli ulang konsumen agar bisa menyusun strategi pemasaran yang tepat dan melakukan berbagai macam perbaikan. Menurut Sciffman dan Kanuk seperti yang dikutip oleh Suwandi (2007) minat beli ulang adalah ketika dalam percobaan pertama konsumen merasa puas, dan konsumen berkeinginan untuk membeli kembali. Dalam memahami minat beli ulang serta perilaku konsumen didasari oleh beberapa teori adalah satunya adalah teori perilaku terencana (Theory of Planned Behavior). Menurut teori yang dikembangkan oleh Icek Ajzen dan Martin Fishbein ini perilaku konsumen dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu sikap, norma subyektif, dan kontrol perilaku. Berdasarkan latar belakang tersebut dapat tersusunlah kerangka pemikiran yang tercermin pada Gambar 4.
9
Gambar 4 Kerangka pemikiran Berdasarkan Gambar 4, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini akan mencari hubungan antara karakter individu dan pengetahuan konsumen serta pengaruhnya kepada tiga komponen tersebut. Karakter individu tersebut adalah jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, status pernikahan. Mengonsumsi nasi analog pada dasarnya dapat dijadikan alternatif untuk dapat memenuhi kebutuhan kesehatan pada tubuh. Penelitian untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli ulang nasi analog dilakukan dengan alasan untuk mendapatkan suatu perilaku konsumsi yang baik diperlukan proses pengambilan keputusan yang panjang didukung dengan pengetahuan, sikap, norma subjektif kontrol perilaku, selain itu status gizi dalam masyarakat pun dapat terkendalikan dengan baik, karena konsumen telah mengetahui kelebihan nasi analog sebagai pangan beras yang tidak hanya mengenyangkan juga menyehatkan bagi tubuh.
Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam proses penelitian ini adalah data primer dan data sekunder baik bersifat kulitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh dari proses wawancara dengan produsen nasi analog, dalam hal ini adalah pihak kafe taman koleksi. Data primer lainnya adalah kuesioner yang disebar kepada konsumen nasi analog di Kafe Taman Koleksi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari penelusuran pustaka, dokumen, dan laporan instansi terkait yang relevan dengan topik penelitian. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode non-probability sampling dengan teknik convenience sampling. Populasi penelitian ini adalah konsumen nasi analog di Kafe Taman Koleksi di bulan Mei 2015. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah rumus Slovin, yaitu:
10
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
. (1)
Keterangan: n = jumlah sampel N = total populasi e = error (prakiraan error) Populasi penelitian di bulan Mei 2015, yaitu Kafe Taman Koleksi sebanyak 188 orang dengan tingkat kepercayaan 90% sehingga nilai error (e) sebesar 10%. Sehingga dapat diketahui jumlah sample yang diambil, yaitu: .
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
(2)
Berdasarkan perhitungan di atas, jumlah sampel yang dibutuhkan dari kedua lokasi tersebut sebanyak 66 orang. Kriteria responden adalah orang yang pernah membeli dan mengkonsumsi nasi analog.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang analisis minat beli beras analog ini dilaksanakan di Kafe Taman Koleksi. Kafe Taman koleksi terletak di kampus IPB Baranang Siang Jalan Padjadjaran Bogor. Kafe Taman Koleksi menyajikan nasi analog siap santap yang diolah menjadi berbagai macam menu. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2015 sampai Juli 2016.
Uji Validitas Uji validitas dilakukan agar instrument mampu menghasilkan data yang valid. Setelah kuesioner selesai disusun, lagkah awal adalah menguji validitasnya. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan teknik kolerasi product moment, teknik ini digunakan untuk menghitung kolerasi (r) antara data pada masingmasing pertanyaan dengan skor total. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung nilai kolerasi (r): .
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
(3)
Keterangan : n = jumlah respomden X = skor masing-masing pertanyaan Y = skor total pertanyaan r = koefisien kolerasi Pada penelitian ini, uji validitas dilakukan terhadap 30 responden dan hasil penelitian dikatakan valid karena r hitung setiap variabel pertanyaan tentang
11
derajat kepentingan atribut beras analog lebih besar dari r tabel yaitu 0,361 dengan tingkat signifikasi 5%. Hasil uji validitas dapat dilihat pada lampiran 3.
Uji Realibilitas Reliabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal-hal yang berkaitan dengan pertanyaan dalam kuesioner. Jika hasil pengukuran yang dilakukan berulang menghasilkan hasil yang relatif sama, pengukuran tersebut dianggap memiliki tingkat reliabilitas yang baik (Suliyanto 2005). Menurut Sufren dan Natanael (2013), koefisien alpha cronbach yang diharapkan dalam sebuah alat ukur minimal adalah 0,6. Pengujian reliabilitas dengan teknik Cronbach dilakukan dengan menggunakan program SPSS menggunakan rumus: .
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
. (4)
Keterangan: r11 = reliabilitas instrumen k = banyak butir pertanyaan = jumlah ragam butir = varians total Pada penelitian ini uji reliabilitas dilakukan terhadap 30 responden dan hasil penelitian dikatakan reliabel karena nilai Cronbach’s Alpha setiap variabel pada pertanyaan tentang derajat kepentingan atribut nasi Analog bernilai lebih besar dari 0.60 yaitu variabel X1 sebesar 0,940, X2 sebesar 0,928, X3 sebesar 0,922, dan Y sebesar 0,856 dan dapat dilihat pada lampiran 4 .
Metode Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik sampel (Jenis kelamin, usia, status pernikahan, pendidikan terakhir, pekerjaan, pendapatan perbulan), sikap, norma subjektif, kontrol perilaku, dan minat beli ulang mengkonsumsi nasi analog.
Uji Chi Square Salah satu alat analisis yang digunakan pada metode deskriptif adalah uji chi-square. Menurut Wahyono (2009) uji chi square akan mengamati secara lebih detail tentang ada dan tidaknya hubungan antara dua atau lebih variabel. Pada uji chi-square terlebih dahulu harus menentukan hipotesis. Rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H01: Jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap minat beli ulang H11 : Jenis kelamin berpengaruh terhadap minat beli ulang
12
-
H02 : Usia tidak berpengaruh terhadap minat beli ulang H12 : Usia berpengaruh terhadap minat beli ulang H03 : Status pernikahan tidak berpengaruh terhadap minat beli ulang H13 : Status pernikahan berpengaruh terhadap minat beli ulang H04: Tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap minat beli ulang H14 : Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap minat beli ulang H05 : Pekerjaan tidak berpengaruh terhadap minat beli ulang H15 : Pekerjaan berpengaruh terhadap minat beli ulang H06 : Tingkat pendapatan tidak berpengaruh terhadap minat beli ulang H16 : Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap minat beli ulang Pengaruh antar variabel pada uji chi-square dapat dilihat dari nilai probabilitasnya. Jika nilai probabilitas >0,05 maka H0 diterima, jika probabilitasnya <0,05 maka H0 ditolak (Wahyono 2009). Pada penelitian ini uji chi-square dilakukan dengan program SPSS 22. Pada SPSS nilai probabilitas dapat dilihat pada nilai Asymp Sog (2 sided). Sikap Formulasi model sikap dapat dirumuskan sebagai berikut : . . . . . . . . . . . . . . . . . (5) Keterangan : AB = sikap terhadap perilaku tertentu b = kepercayaan terhadap perilaku tersebut yang mengarahkan pada konsekuensi atau hasil i = hasil (outcome) e = evaluasi seseorang terhadap hasil n = jumlah kepercayaan yang dimiliki seseorang terhadap perilaku tertentu
Norma Subjektif Rumus untuk mengetahui norma subjektif adalah sebagai berikut: .
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Keterangan : SN = norma subjektif bi = kepercayaan normatif mi = motivasi untuk mengikuti sejumlah n referensi atau i
.
.
.
(6)
13
Kontrol Perilaku Rumus untuk mengetahui kontrol perilaku adalah sebagai berikut: PBC = Σ Ci . Pi
.
.
.
.
.
. .
.
.
.
.
.
.
.
.
. (7)
Keterangan : PBC = kontrol perilaku Ci = control belief strength (kekuatan keyakinan seseorang bahwa ia bisa berbuat sesuatu) Pi = control belief power (keyakinan seseorang akan adanya hambatan atau dukungan untuk melakukan suatu perbuatan) Skor total yang telah didapat lalu dikategorikan menggunakan interval kelas sehingga didapat kategori kurang, sedang, baik. Interval kelas dapat dihitung dengan cara sebagai berikut : . . .
(8)
Keterangan : Pengelompokan kategori adalah sebagai berikut: Kurang = NR sampai (NR + I) Sedang = (NR + I) + 1 sampai (NR + 2 I) Baik = (NR + 2 I) + 1 sampai NT
Uji Asumsi Klasik Penelitian yang menggunakan analisis regresi linier berganda harus memenuhi uji asumsi klasik telebih dahulu. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji otokorelasi, dan uji heterokedastisitas. Uji Normalitas Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah residual yang diteliti berdistribusi normal atau tidak (Suliyanto 2005). Menurut Priyatno model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang terdistribusi secara normal. Metode uji normalitas yang digunakan adalah uji One Sample Kolmogrov Smirnov. Nilai residual dikatakan menyebar secara normal jika signifikasinya lebih dari 0,05. Uji Heteroskedastisitas Priyatno dalam bukunya menyatakan bahwa heteroskedastisitas adalah keadaan dimana dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada satu pengamatan ke pengamatan lain. Metode yang dapat digunakan adalah metode grafik park gleyser, barlet, dan Spearman’s Rho. Pada penelitian ini
14
digunakan metode kolerasi Spearman’s Rho. Analisis kolerasi Spearman’s Rho dilakukan untuk menguji terjadinya heteroskedestisitas dengan cara melihat nilai residual masing-masing variabel independen.
Uji Autokolerasi Uji autokolerasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada kolerasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu (times series) atau ruang (cross section) (Suliyanto 2005). Model yang baik adalah yang tidak terjadi autokolerasi. Pada asumsi ini diperlukan dua alat bantu yang diperoleh dari tabel Durbin Watson, yaitu dL dan dU untuk K= jumlah variabel bebas dan n= jumlah sampel. Jika nilai DW berada di antara dU hingga (4-Du), berarti asumsi tidak terjadi autokorelasi terpenuhi (Suliyanto 2005).
Analisis Regresi Linier Berganda Menurut Priyatno (2012) Analisis regresi linier berganda adalah analisis untuk mengukur besarnya pengaruh antara dua atau lebih varibel independen terhadap satu variabel dependen dan memprediksi variabel dependen dengan menggunakan variabel independen. Alat analisis ini tepat diterapkan pada penelitian ini karena terdapat satu variabel independen (minat beli ulang) dengan tiga variabel dependen (sikap, norma subyektif, dan kontrol perilaku). Analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh lebih dari satu variabel terikat (Ghozali 2006) yaitu : Y = a + β1 X1 + β2 X2 + β3X3
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
(9)
Keterangan : Y = Minat beli ulang a= Konstanta Β= Koefisien dari variabel bebas (X) X1= Sikap X2= Norma Subyektif X3= Kontrol Perilaku β1 = koefisien regresi dari sikap β2 = koefisien regresi dari norma subyektif β3 = koefisien regresi dari kontrol perilaku
Uji F Uji F atau uji koefisien regresi secara bersama-sama digunakan untuk mengetahui apakah secara bersama-sama variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Priyatno 2012). Hipotesis penelitian ini dikembangkan dari theory of planned behavior yang dikemukakan oleh Ajzen
15
(1991), didukung oleh studi empiris yang telah dikemukakan dalam kajian teori. Hipotesis tersebut sebagai berikut: H0 : Secara simultan sikap terhadap perilaku, norma subyektif dan kontrol perilaku tidak berpengaruh secara signifikan terhadap minat konsumen membeli beras analog. HI : Secara simultan sikap terhadap perilaku, norma subyektif dan kontrol perilaku berpengaruh secara signifikan terhadap minat konsumen membeli beras analog. Jika F hitung lebih besar dari F tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Uji T Uji t atau koefisien regresi secara parsial digunakan untuk mengetahui apakah secara parsial variabel independen berpenaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel dependen. Pengujian menggunakan tingkat signifikasi 0,05 dan 2 sisi. dengan rumusan hipotesis sebagai berikut: H01: Sikap tidak berpengaruh terhadap minat beli ulang H11 : Sikap berpengaruh terhadap minat beli ulang H02 : Norma Subyektif tidak berpengaruh terhadap minat beli ulang H12 : Norma Subyektif berpengaruh terhadap minat beli ulang H03 : Kontrol Perilaku tidak berpengaruh terhadap minat beli ulang H13 : Kontrol Perilaku berpengaruh terhadap minat beli ulang Dengan kriteria pengujian sebagai berikut: Jika –t tabel < t hitung < tabel maka H0 diterima Jika –t hitung <-t tabel atau t hitung > t tabel maka H0 ditolak.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan Café Taman Koleksi Tujuan utama pendirian Resto & Café Taman Koleksi ini adalah memberikan pilihan tempat makan bagi konsumen dimana Satuan Usaha Akademik IPB dapat menyalurkan berbagai jenis produk yang dihasilkan. Café ini resmi dibuka pada tanggal 28 Agustus 2008. Sesuai dengan namanya, Resto Taman Koleksi IPB merupakan unit bisnis dari Institut Pertanian Bogor dan merupakan bisnis perdana IPB di bidang kuliner. Lokasi Kafe Taman Koleksi sangat strategis terletak di Kampus IPB Baranangsiang Bogor. Menu makanan yang tersedia merupakan menu pilihan nusantara, seperti Nasi Liwet khas Taman Koleksi dan Sop Buntut dan tersedia pula beberapa western menues seperti aneka soup, steak juga minuman khas Indonesia seperti kopi gayo, dan luwak. Salah satu menu yang disajikan adalah nasi analog yang diolah menjadi bermacam jenis makanan seperti nasi goreng analog teri, nasi goreng analog kuning, dan lain-lain.
16
Bauran Pemasaran Product Resto & Cafe Taman Koleksi menyajikan produk yang memiliki deferensiasi dengan resto lainnya di Kota Bogor karena menyajikan makanan dan minuman yang beberapa bahan bakunya merupakan hasil penilitian civitas akademika IPB. Bahan baku nasi analog yang disajikan oleh Kafe Taman Koleksi berasal dari beras analog yang diproduksi IPB lewat badan usahanya PT. BLST. Nasi analog yang disajikan memiliki beragam olahan pilihan yaitu nasi goreng analog teri, nasi goreng analog taman koleksi, nasi goreng analog seafood, nasi analog sunda tutg oncom, nasi goreng analog Jawa, nasi goreng analog Bali, nasi goreng analog Sumatera, nasi goreng analog Sulawesi, dan bubur analog manado. Price Harga nasi analog yang ditawarkan oleh Kafe Taman Koleksi bergantung pada bahan pelengkap yang disajikan. Harga termurah adalah nasi goreng analog teri seharga Rp. 22.000 sedangkan harga tertinggi adalah nasi analog sunda tutug oncom yang dilengkapi dengan ayam goreng yang dibandrol Rp. 45.000. Place Resto & Cafe Taman Koleksi berada di lokasi yang sangat strategis, berada di pusat kota tepatnya berada di Kampus IPB Baranangsiang, Jalan Raya Pajajaran Bogor. Lokasi tersebut mudah di akses dengan kendaraan umum karena berada di pinggir jalan. Konsumen yang datang dengan menggunakan kendaraan pribadi baik roda dua maupun roda empat bisa parkir di area kampus IPB Baranang Siang maupun di Mall Botani Square. Promotion Resto & Cafe Taman Koleksi seperti resto pada umumnya melakukan promosi nasi analog lewat media sosial seperti facebook, twitter, path dan juga blog. Selain itu promosi yang menarik yang dilakukan Resto & Cafe Taman Koleksi adalah menyelenggarakan lomba membuat tumpeng nasi analog dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-71. People Resto & Cafe Taman Koleksi memiliki cara tersendiri untuk membuat karyawannya bekerja dengan produktif. Resto & Cafe Taman Koleksi memberikan istilah Guide Relation kepada seluruh pekerjanya dengan harapan para pekerja dapat membangun hubungan yang baik dengan konsumen sehingga menimbulkan kenyamanan bagi konsumen yang datang. Process Proses pelayanan di Resto & Cafe Taman Koleksi dimulai ketika konsumen datang dan disambut oleh guide relation. Konsumen memesan nasi analog yang terdapat pada menu kemudian di olah di dapur yang berada di dalam resto. Setelah selesai pada proses pengolahan nasi analog di sajikan kepada konsumen.
17
Physical evidence Keunggulan Resto & Cafe Taman Koleksi adalah tersedianya pepohonan besar disekitar resto. Hal tersebut yang menjadi keunggulan Resto & Cafe Taman Koleksi dengan pesaing. Resto & Cafe Taman Koleksi dilengkapi dengan WiFi, toilet, mushola. Resto & Cafe Taman Koleksi memiliki lokasi indoor maupun outdoor. Ruangan indoor dilengkapi dengan pendingin udara. Resto & Cafe Taman Koleksi juga memiliki ruangan khusus bagi konsumen yang ingin mengunakan Resto & Cafe Taman Koleksi sebagai lokasi rapat atau pertemuan bisnis yang terpisah dari ruang pelayanan lainnya.
Karakteristik Responden Untuk mengetahui karakteristik responden dilakukan analisis secara deskriptif seperti jenis kelamin, usia, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, pendapatan. Hasil dari analisis deskriptif tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 2. Tabel 2 Karakteristik responden nasi analog Kategori Karakteristik Jenis Kelamin Usia
Status Pernikahan Tingkat Pendidikan
Pekerjaan
Pendapatan
Jumlah
Laki-laki Perempuan 17 - 25 tahun 26 - 35 tahun 36 - 45 tahun 46 - 55 tahun
28 38 15 29 12 10
Persentase (%) 43 57 22 44 18 15
Menikah Belum Menikah SMA Diploma S1 S2 S3 Tidak Bekerja PNS Pegawai Swasta Wiraswasta Mahasiswa/i Rp. 700.000 – Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.001 – Rp. 2.000.000 Rp. 2.000.001 – Rp. 3.000.000 Rp. 3.000.001 – Rp. 4.000.000 Rp. 4.000.001 – Rp. 5.000.000 > Rp. 5.000.000
23 43 0 14 25 2 7 5 13 23 5 20 0 8 24 12 7 15
35 65 0 21 38 30 12 1 19 35 1 30 0 12 36 18 11 22
18
Jenis Kelamin Konsumen nasi analog yang menjadi reponden didominasi oleh perempuan sebanyak 57% (38 responden). Dapat ditarik kesimpulan bahwa wanita lebih konsumtif dibandingkan laki-laki. Hal tersebut didukung oleh artikel yang dipublikasikan media online kompas yang menyatakan bahwa selama ini wanita lebih sering dianggap lebih konsumtif, dimana frekuensi berbelanja yang dilakukan oleh wanita lebih besar dibandingkan dengan laki – laki untuk membeli barang yang diinginkannya (sumber: m.kompas.com, akses 22 Agustus 2016) Usia Usia dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental, dalam melakukan keputusan pembelian. Berdasarkan analisis karakteristik usia, yang dikelompokkan berdasarkan pengelompokan usia Departement Kesehatan RI. Hasil pengolahan kuesioner menunjukan konsumen nasi analog paling banyak berada pada rentan usia 26-35 tahun sebesar 29 responden (44%). Rentan usia tersebut termasuk kategori masa dewasa awal. Segmentasi pasar Kafe taman koleksi memang menyasar pada konsumen-konsumen dewasa. Sehingga konsumen nasi analog juga merupakan konsumen dengan kategori usia dewasa. Status Pernikahan Status pernikahan responden nasi analog sebagian besar menikah dengan jumlah 43 orang dengan presentasi 57%, dan belum menikah sebanyak 33 responden dengan presentasi 43%. Hal tersebut salah satu alasannya karena orang yang belum menikah lebih memiliki keleluasaan mengkonsumsi sesuatu tanpa memikirkan pengeluaran yang harus dikeluarkan untuk kebutuhan lainnya. Karena kebutuhan seseorang bertambah ketika sudah menikah. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan konsumen nasi analog didominasi sarjana strata 1 dengan jumlah 25 responden (38%). Dapat disimpulkan konsumen nasi analog mayoritas berpendidikan tinggi. Didukung dengan seluruh responden nasi analog adalah berpendidikan tinggi (Diploma, S1, S2, dan S3). Sedangkan jumlah konsumen nasi analog yang berpedidikan Sekolah Menengah Atas berjumlah nol. Pekerjaan Jika dilihat dari pekerjaan konsumen nasi analog jumlah responden terbesar sejumlah 35% merupakan pegawai swasta (23 responden). Kondisi letak Kafe Taman Koleksi yang berada di Jalan Padjadjaran yang berdekatan dengan kantorkantor swasta merupakan salah satu penyebabnya. Pada proses penyebaran kuesioner oleh peneliti dilakukan pada saat jam setelah jam kerja. Menurut hasil pengamatan peneliti mayoritas responden merupakan pegawai yang selepas bekerja kemudian berkumpul bersama teman. Pendapatan Dari segi pendapatan berdasarkan kuesioner yang disebar, jumah responden terbesar memiliki penghasilan Rp 2.000.001 - Rp 3.000.000 dengan jumlah 36% (24 responden). Menurut studi Bank Dunia berdasarkan artikel yang dirilis oleh Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Kementerian Keuangan Republik
19
Indonesia (2015), kalangan kelas menengah adalah kalangan yang memiliki pendapatan Rp. 2,6-26 juta perbulan. Makan dapat disimpulkan bahwa konsumen nasi analog adalah konsumen dari kelas sosial menengah.
Pengaruh Karakteristik Konsumen dengan Minat Beli Ulang Nasi Analog Karakteristik konsumen yang diteliti dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, pekerjaan dan tingkat pendapatan. Karakteristik konsumen tersebut kemudian dilakukan uji chi-square untuk mengetahui pengaruhnya dengan minat beli ulang nasi analog. Uji chisquare atau yang disebut chi kuadrat (x2) adalah teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih kelas, data berbentuk nominal dan sampelnya besar (Sugiyono 2003). Hasil uji chi-square dapat dilihat pada Lampiran 2. Berdasarkan uji chi-square nilai siginfikasi usia terhadap minat beli ulang >0,05 yaitu sebesar 0,81. Hal tersebut berarti H01 diterima, maka tidak ada pengaruh antara usia dengan minat beli ulang nasi analog. Nasi analog merupakan makanan pokok subtitusi pengganti nasi putih. Setiap konsumen dari rentang usia manapun membutuhkan makanan pokok. Nasi analog memiliki rasa yang hampir sama dengan nasi putih. Sehingga usia tidak mempengaruhi minat beli ulang nasi analog karena nasi analog merupakan makanan pokok yang dibutuhkan semua kelompok usia. Nilai signifikasi variabel jenis kelamin terhadap minat beli ulang dari uji chi-square adalah 0,244. Hal tersebut berarti nilai signifikasi variabel>0,05 yang berarti HO2 diterima. Hal tersebut bermakna bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap minat beli ulang nasi analog. Nasi analog bukanlah produk yang secara eksklusif di segmentasikan pada gender atau jenis kelamin tertentu. Nasi analog tidak bersifat feminim atau maskulin. Menurut Sciffman dan Kanuk (2007) untuk kebanyakan produk kebutuhan sehari-hari, kaitan peran gender telah berkurang atau lenyap. Hasil uji chi-square antara variabel status pernikahan terhadap minat beli ulang sebesar 0,00 yang artinya <0,005. Nilai tersebut mencerminkan H03 ditolak yang artinya status pernikahan berpengaruh terhadap minat beli ulang nasi analog. Mayoritas responden nasi analog adalah berstatus belum menikah. Orang yang belum menikah pengeluarannya cenderung digunakan untuk dirinya sendiri. Sedangkan orang yang sudah menikah pendapatannya dikeluarkan untuk anggota keluarga lainnya. Sehingga konsumen yang belum menikah lebih fleksibel untuk mengkonsumsi atau membeli sebuah produk, dalam hal ini adalah nasi analog. Konsumen yang belum menikah bebas memilih produk yang ingin dia membeli dengan spesifikasi harga, bentuk, atau rasa tertentu tanpa mempertimbangkan aspek lain dari segi anggota keluarga. Hasil uji chi-square menyatakan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh terhadap minat beli ulang nasi analog. Hal tersebut tercermin dari nilai signifikasinya <0,005 sebesar 0,00 dan dapat diasumsikan bahwa H04 ditolak dan H14 diterima. Menururut Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan merupakan sebuah proses pembelajaran bagi setiap individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek tertentu dan spesifik. Hal tersebut
20
bisa disimpulkan semakin tinggi pendidikan seseorang semakin banyak pengetahuan mengenai obyek tertentu, dalam hal ini adalah nasi analog. Konsumen yang mayoritas berpendidikan tinggi tercermin dari jumlah mayoritas responden berpendidikan S1. Pendidikan meningkatan kognitif atau pemahaman dan pembelajaran seseorang terhadap suatu obyek. Menurut Sciffman dan Kanuk (2007) para konsumen yang mempunyai kemampuan kognitif lebih tinggi jelas akan memperoleh informasi yang lebih banyak dan lebih mampu memadukan informasi mengenai beberapa sifat produk dari pada konsumen yang lebih rendah kemampuannya. Sehingga konsumen yang memiliki pendidikan yang tinggi lebih banyak memperoleh informasi mengenai manfaat dan keunggulan nasi analog sehingga minat terhadap nasi analog lebih tinggi. Nilai signifikasi variabel pekerjaan terhadap minat beli ulang dari uji chisquare adalah 0,748. Hal tersebut berarti nilai signifikasi variabel>0,05 yang berarti HO5 diterima. Hal tersebut bermakna bahwa pekerjaan tidak berpengaruh terhadap minat beli ulang nasi analog. Nasi analog bukanlah produk yang menyasar pada segmentasi pekerjaan teretentu. Sifat nasi analog yang merupakan makanan pokok bisa di konsumsi oleh konsumen segala jenis pekerjaan baik mahasiwa maupun pegawai swasta, pegawai negeri sipil, wiraswasta bahkan konsumen yang tidak bekerja sekalipun. Sehingga tidak perduli apapun pekerjaan konsumen tidak berpengaruh terhadap minat beli ulang nasi analog. Berdasarkan uji chi-square nilai siginfikasi pendapatan terhadap minat beli ulang >0,05 yaitu sebesar 0,615. Hal tersebut berarti H06 diterima, maka tidak ada pengaruh antara pendapatan dengan minat beli ulang nasi analog. Konsumen nasi analog jumah terbesar memiliki penghasilan Rp 2.000.001 - Rp 3.000.000 dengan jumlah 36%. Jika diakumalisikan dan diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi kelas sosial Bank Dunia sebanyak 87% responden merupakan kelas menengah. Mengingat jumlah keragaman responden yang hampir seluruhnya merupakan kelas menengah sehingga pengaruhnya terhadap minat beli ulang nasi analog tidak terlihat.
Minat Beli Ulang Beras Analog Berdasarkan Theory Planned of Behavior
Sikap Sikap dalam teori ini memiliki dua aspek pokok, yaitu: kepercayaan perilaku dan evaluasi. Kepercayaan perilaku adalah keyakinan individu bahwa menampilkan atau tidak menampilkan perilaku tertentu akan menghasilkan akibat-akibat atau hasil-hasil tertentu, dan merupakan aspek pengetahuan individu tentang obyek sikap dapat pula berupa opini individu hal yang belum tentu sesuai dengan kenyataan. Semakin positif keyakinan individu akan akibat dari suatu obyek sikap maka akan semakin positif pula sikap individu terhadap obyek sikap tersebut, demikian pula sebaliknya. Hasil penyebaran kuesioner mengenai sikap konsumen terhadap nasi analog disajikan pada Tabel 3.
21
Tabel 3. Sebaran contoh berdasarkan jawaban mengenai atribut sikap konsumen nasi analog Sikap (responden) No Atribut Modus 1 2 3 4 5 Kepercayaan perilaku 1. Merasa produk baru ini dapat 0 14 23 25 4 4 menjadi produk pengganti nasi dari beras padi (beras putih) 2. Merasa produk nasi analog ini lebih 0 4 15 26 1 4 menyehatkan dibandingkan nasi dari 1 beras padi (beras putih) 3. Merasa aman menggunakan produk 0 8 24 30 4 4 IPB 4. Merasa tidak membutuhkan produk 9 36 15 6 0 2 subtitusi lain seperti beras putih dan beras merah 5. Merasa tidak perlu mengkonsumsi 4 21 33 7 1 3 suplemen lain untuk menyehatkan tubuh setelah mengkonsumsi beras analog 6. Merasakan status sosial/harga diri meningkat di mata orang lain setelah 0 9 30 27 0 3 mengkonsumsi nasi analog ini Merasa dengan mengkonsumsi nasi 7. analog ini akan mendapatkan relasi 3 13 24 23 3 3 baru Evaluasi Hasil 1.
2.
3. 4.
5.
6.
7.
Produk baru ini dapat menjadi produk pengganti nasi dari beras padi (beras putih) Produk nasi analog ini lebih menyehatkan dibandingkan nasi dari beras padi (beras putih) Mendapatkan rasa aman menggunakan produk IPB Tidak membutuhkan produk subtitusi lain seperti beras putih dan beras merah Tidak perlu mengkonsumsi suplemen lain untuk menyehatkan tubuh setelah mengkonsumsi beras analog Status sosial/harga diri meningkat di mata orang lain setelah mengkonsumsi nasi analog ini Mendapatkan relasi baru setelah mengkonsumsi nasi analog
0
7
11
24
0
4
1
34
22
8
1
2
6
18
37
4
1
3
0
21
41
4
0
3
0
15
27
15
9
3
0
13
34
17
2
3
0
5
37
21
3
3
22
Tujuan dibuatnya nasi analog adalah sebagai pangan subtitusi pengganti beras putih. Berdasarkan Tabel 3 dapat diakui oleh 25 responden yang merasa produk beras analog ini dapat menggantikan nasi dari beras padi (beras putih). Setelah mengkonsumsi nasi analog konsumen juga menyetujui bahwa beras nasi analog dapat menggantikan fungsi nasi putih. Hal tersebut didukung oleh mayoritas pernyataan responden mengenai atribut kebutuhan akan barang subtitusi lain seperti nasi merah dan nasi putih mayoritas jawaban responden sebanyak 36 responden pada aspek kepercayaan menyatakan setuju masih membutuhkan barang subtitusi lain seperti nasi merah dan putih. Pada aspek evaluasi jawaban responden semakin yakin masih membutuhkan barang subtitusi lain seperti nasi merah dan putih dilihat dari presentasenya sebanyak 41 responden. Pada penelitian ini dihasilkan bahwa tingkat kepercayaan akan mendapatkan tubuh yang sehat jika mengkonsumsi nasi analog mendapatkan nilai yang positif, jawaban terbanyak menyatakan setuju bahwa percaya bahwa mengkonsumsi nasi analog akan mendapatkan tubuh yang sehat sebanyak 26 responden. Dibandingkan dengan evaluasi hasilnya, berdasarkan pengolahan data kuesioner jawaban terbanyak adalah tidak setuju bahwa mengkonsumsi nasi analog membuat tubuh menjadi sehat sejumlah 34 responden. Sejumlah 30 responden mempercayai bahwa mengkonsumsi nasi analog dapat memberikan rasa aman karena telah mengkonsumsi produk alami, Setelah mengkonsumsi nasi analog rasa aman tersebut masih dirasakan karena dapat dilihat dari nilai evaluasi hasil dari atribut tersebut mayoritas masih menjawab setuju bahwa akan mendapatkan rasa aman karena mengkonsumsi produk alami. Dengan jumlah responden yang menyetujui sebanyak 37 reponden. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Whole Foods Market (2004) dan Hartman (2002) Dikutip oleh Dettman (2008) yang menyatakan bahwa kebanyakan konsumen membeli atau mengonsumsi makanan organik adalah karena adanya keuntungan bagi alam dari sistem produksi organik, kesadaran atas gizi dan kesehatan serta keamanan pangan. Hasil pengolahan kuesioner menghasilkan bahwa konsumen meyakini masih membutuhkan suplemen kesehatan lain jumlah responden sebanyak 33 responden. Pada aspek evaluasi konsumen juga masih membutuhkan suplemen kesehatan lain dengan jumlah responden sebanyak 27 responden. Sebanyak 30 orang responden merasa status sosial/harga diri meningkat di mata orang lain setelah mengkonsumsi nasi analog ini. Diakui oleh responden setelah mengkonsumsi nasi analog status sosial/harga diri meningkat. Hal itu di dukung dengan perkembangan zaman dimana mengkonsumsi makanan sehat merupakan gaya hidup. Pernyataan ini didukung oleh Media Organik di Inggris memberitakan bahwa pedagang yang menjual makanan organik di Asia meningkat 20% setiap tahunnya salah satunya Indonesia dan Carrefour adalah pusat perbelanjaan yang mendapatkan keuntungan dari peningkatan permintaan produk organik (http://maporina.com diposting 3 mei 2011, diunduh pada tanggal 29 Januari 2012). Responden merasa jika mengkonsumsi nasi analog akan mendapatkan relasi baru. Dan di dukung dari segi evaluasi yang menyatakan bahwa mereka mendapatkan relasi baru dari mengkonsumsi nasi analog. Sebaran keseluruhan nilai sikap pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.
23
Tabel 4 Sebaran Nilai Variabel Sikap Jumlah
Sikap Kurang (27-54) Sedang (55-81) Baik (82-108) Total
N
% 42
28 35 2 65
53 3 100
Berdasarkan Tabel 4 secara keseluruhan, sikap konsumen nasi analog berada pada kategori sedang (53%). Hal tersebut menunjukkan bahwa konsumen memiliki sikap yang rendah pada produk nasi analog. Norma Subyektif Norma subjektif adalah persepsi seseorang terhadap pikiran pihak-pihak yang dianggap berperan dan memiliki harapan kepadanya untuk melakukan sesuatu dan sejauh mana keinginan untuk memenuhi harapan tersebut. Konsep norma subjektif merupakan representasi dari tuntutan atau tekanan lingkungan yang dihayati individu dan menunjukkan keyakinan individu atas adanya persetujuan atau tidak dari figur-figur sosial jika ia melakukan suatu perbuatan. Sebaran sampel berdasarkan jawaban mengenai atribut norma subyektif dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Sebaran berdasarkan jawaban mengenai atribut norma subyektif konsumen beras analog Norma Subyektif Modus (responden) No. Atribut 1 2 3 4 5 Kepercayaan normatif 1 2 1. Dianjurkan oleh keluarga 8 34 14 9 2.
Dianjurkan oleh teman
1
9
28
28
0
3
3.
Dianjurkan oleh ahli kesehatan
4
43
9
9
1
2
4.
Melihat iklan
6
32
15
17
13
2
5.
Dianjurkan oleh tenaga pemasar
1
36
17
12
0
2
Referensi publikasi (artikel atau 1 publikasi ilmiah) Motivasi mematuhi 1. Seberapa besar tingkat kepedulian 0 atas anjuran keluarga 2. Seberapa besar tingkat kepedulian 7 atas anjuran teman
25
28
12
0
3
20
20
18
8
3
22
20
12
5
3
6.
24
Lanjutan Tabel 5 No.
3. 4. 5. 6.
1
Norma Subyektif (responden) 2 3 4 5
2
32
22
0
0
2
2
33
36
5
0
3
3
27
15
18
3
2
0
30
31
5
0
3
Atribut
Seberapa besar tingkat kepedulian atas anjuran ahli kesehatan Seberapa besar tingkat kepedulian atas anjuran iklan Seberapa besar tingkat kepedulian atas anjuran tenaga pemasar Seberapa besar tingkat kepedulian atas anjuran referensi publikasi (artikel atau publikasi ilmiah)
Modus
Berdasarkan Tabel 5 hasil pengolahan data dihasilkan konsumsi beras analog responden tidak setuju atas pernyataan mengkonsumsi nasi analog karena anjuran keluarga, dengan jumlah 34 reponden. Sebanyak 28 responden cukup setuju mengkonsumsi nasi analog karena anjuran teman. Sebanyak 43 responden tidak setuju mengkonsumsi analog karena anjuran ahli kesehatan. Responden juga tidak setuju bahwa mengkonsumsi nasi analog karena iklan sebanyak 32 reponden. Responden merasa cukup setuju mengkonsumsi nasi analog karena anjuran tenaga pemasar dan anjuran referensi publikasi dengan jumlah masingmasing sebesar 17 dan 28 responden. Tingkat kepedulian atas anjuran dari keluarga jawaban responden cukup besar sebanyak 20 responden.Tingkat kepedulian atas anjuran teman mayoritas menjawab tidak besar dengan jumlah responden sebanyak 22 responden. Tingkat kepedulian atas anjuran ahli kesehatan mayoritas menjawab rendah dengan jumlah masing-masing sebanyak 32. Tingkat kepedulian atas anjuran iklan mayoritas menjawab besar dengan jumlah responden sebanyak 36 responden. Sebanyak 27 responden menjawab tingkat kepedulian atas anjuran tenaga pemasar rendah. Tingkat kepedulian atas anjuran referensi publikasi juga mendapat jawaban cukup besar sebanyak 31 responden. Sebaran nilai variabel norma subyektif secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Sebaran Nilai Variabel Norma Subyektif Jumlah
Norma Subyektif Kurang (28-63) Sedang (64-97) Baik (98-132) Total
N 45 17 4 66
% 68
26 6 100
Berdasarkan Tabel 6 secara keseluruhan, norma subyektif konsumen nasi analog berada pada kategori kurang (68%). Hal tersebut menunjukkan bahwa konsumen memiliki norma subyektif yang rendah pada produk nasi analog.
25
Kontrol Perilaku Kontrol perilaku ini merupakan suatu acuan adanya kesulitan atau kemudahan yang ditemui seseorang dalam berperilaku tertentu. Sebaran sampel berdasarkan jawaban mengenai atribut kontrol perilaku dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Sebaran contoh berdasarkan jawaban mengenai atribut kontrol perilaku konsumen beras analog Kontrol perilaku (responden) No. Atribut Modus 1 2 3 4 5 Keyakinan kontrol 15 18 4 4 29 1. Kendala waktu 0 0
21
21
20
4
3
3.
Kendala memperoleh informasi Kendala biaya
4
19
11
26
6
4
4.
Kendala tenaga
0
23
20
19
4
2
0
25
19
22
0
2
2
22
20
21
1
2
14
20
18
7
3
3.
Pengaruh kendala 7 memperoleh informasi Pengaruh kendala biaya 6
13
19
20
8
3
4.
Pengaruh kendala tenaga
0
25
19
20
2
2
5.
Pengaruh kendala akses
2
13
31
17
3
3
2.
5. Kendala akses Kekuatan kontrol 1. Pengaruh kendala waktu 2.
Berdasarkan Tabel 7 yang diolahan dengan metode deskriptif terlihat bahwa kendala waktu merupakan yang sering di rasakan dalam proses pembelian nasi analog dengan jumlah responden sebanyak 29. Sejumlah 21 responden merasa cukup setuju bahwa kendala memperoleh informasi menghambat proses pembelian nasi analog. Kendala biaya dinyatakan menghambat proses pembelian nasi analog dengan jumlah responden sebanyak 26 responden. Kekuatan kontrol dari kendala-kendala tersebut yang paling besar adalah kendala biaya dengan jumlah responden mayoritas cukup setuju sebanyak 20 reponden. Di posisi selanjutmya adalah kendala memperoleh informasi yang mayoritas cukup setuju sebanyak 20 responden. Secara keseluruhan sebaran nilai variabel norma subyektif dapat dilihat pada Tabel 8.
26
Tabel 8 Sebaran Nilai Variabel Norma Subyektif Jumlah
Kontrol Perilaku Kurang (16-42) Sedang (43-69) Baik (70-95) Total
N 36 23 7 66
% 54,5 34,8 10,6 100
Berdasarkan Tabel 8 secara keseluruhan kontrol perilaku konsumen nasi analog berada pada kategori kurang (54,5%). Hal tersebut menunjukkan bahwa konsumen memiliki kontrol perilaku yang rendah pada produk nasi analog.
Minat Beli Ulang Kuesioner yang disebarkan oleh responden menghasilkan sebaran yang di tampilkan pada Tabel 9. Tabel 9. Sebaran contoh berdasarkan jawaban mengenai atribut minat beli ulang konsumen nasi analog Minat Beli Ulang (responden) No. Pernyataan Modus 1 2 3 4 5 12 33 0 4 20 1. Akan membeli kembali 1 nasi analog 10 32 0 4 34 2. Akan mengkonsumsi 0 kembali nasi analog 21 3 0 2 33 3. Akan mengganti 9 makanan pokok menjadi nasi analog Berdasarkan Tabel 9 dapat disimpulkan bahwa setelah mengkonsumsi nasi analog sebanyak 33 responden cukup setuju untuk membeli nasi analog kembali. Dan dihasilkan 34 responden setuju mengkonsumsi nasi analog lagi. Tujuan memproduksi nasi analog untuk menyediakan pangan alternatif kurang berhasil, terlihat dari jumlah reponden yang tidak setuju untuk mengganti makanan pokoknya dengan nasi analog sebanyak 33 responden. Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas dilakukan agar pertanyaan dalam kuesioner mampu menghasilkan data yang valid. Agar jawaban dari kuesioner dapat menjadi alat ukur yang memiliki keterandalan dan dapat dipercaya maka dilakukan uji reliabilitas. Jika hasil pengukuran yang dilakukan secara berulang menghasilkan hasil yang relatif sama, pengukuran tersebut dianggap memiliki reliabilitas yang baik. Kuesioner disebarkan kepada 35 responden. Kuesioner terdiri dari 39 pertanyaan, 14 pertanyaan dari variabel X1 (sikap), 12 pertanyaan dari variabel X2 (norma subyektif), 10 pertanyaan dari variabel X3 (kontrol perilaku), dan 3
27
pertanyaan dari variabel Y1 (minat beli ulang). Seluruh butir pertanyaan tersebut dikatakan valid karena memiliki r hitung > r tabel (r tabel = 0,361 untuk n = 35 pada selang kepercayaan 95%). Hasil perhitungan validitas dapat dilihat pada Lampiran 2. Teknik uji reliabilitas yang digunakan adalah teknik Cronbach alpha. Untuk menentukan instrumen reliabel atau tidak maka dapat dilihat dari batas nilai alpha 0,6. Seluruh instrumen pertanyaan dinyatakan reliabel karena di atas nilai alpha, yaitu sebesar 0,834. Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan software SPSS 22 dapat dilihat pada Lampiran 3. Uji Normalitas Uji normalitas yang digunakan adalah melihat grafik normal P-P Plot dan uji One Sample Kolmogrov Smirnov. Uji tersebut digunakan untuk mengetahui distribusi data, apakah mengikuti distribusi normal, poisson, uniform atau exponental. Untuk mengetahuinya dapat dilihat dari grafik normal P-P Plot. Nilai residual dinyatakan telah terdistribusi normal karena titik-titik dalam grafik menyebar sekitar garis dan mengikuti garis diagonal dapat dilihat pada Lampiran 4. Uji Sample Kolmogrov Smirnof bisa dilihat dari nilai signifikasi residualnya. Instrumen dinyatakan terdistribusi normal karena telah memenuhi syarat nilai signifikasinya lebih dari 0,05 yaitu 0,2.Tabel output uji normalitas residual dapat dilihat pada Lampiran 4. Uji Heteroskedastisitas Pengujian heteroskedastisistas pada penelitian ini menggunakan teknik Spearman’s rho dan dengan melihat titik-titik pada Scatterplots Regresi. Pada grafik Scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.untuk lebih jelasnya grafik Scatterplots dapat dilihat pada Lampiran 5. Analisis kolerasi Spearman’s Rho dilakukan untuk menguji terjadinya heteroskodestisitas dengan cara melihat nilai residual masing-masing variabel independen. Jika nilai signifikasi antara variabel independen dengan residual lebih dari 0,05, maka tidak terjadi heterokedastisitas. Data yang diolah dinyatakan tidak terjadi heteroskedastisas karena nilai signifikasi X1= 0,912, X2=0,955, X3=0,930. Seperti yang tercantum pada Lampiran 5. Uji Autokolerasi Autokolerasi adalah keadaan di mana pada model regresi ada kolerasi antara residual pada periode t dengan residual pada periode sebelumnya (t-1). Model regresi yang baik adalah yang tidak terdapat masalah autokolerasi. Model penelitian ini dikatakan tidak terjadi masalah autokolerasi karena telah melewati uji Durbin Watson du < dw < 4 – du. Dapat diketahui nilai Durbin Watson sebesar 2,009. Sedangkan dari tabel DW dengan signifikansi 0,05 dan jumlah n=65, serta k=3 diperoleh nilai dL sebesar dan dU sebesar hasil dari pengujian tersebut dapat dilihat pada Lampiran 6.
28
Uji F Hasil dari uji f menggunakan software SPSS 20 dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%, α= 5%, df 1 (jumlah variabel-1) atau 4-1=3 dan df 2 (n-k1) atau 75-3-1= 61. Dengan hasil F tabel sebesar 3,15 dan f hitung sebesar 6,979 maka f hitung > f tabel yang artinya H0 ditolak. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap, norma subyektif, kontrol perilaku secara simultan berpengaruh terhadan minat beli ulang nasi analog. Ouput hasil pengujian dapat dilihat pada Lampiran 7.
Pengaruh Variabel Sikap terhadap Minat Beli Ulang Nasi Analog Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengolahan kuesioner, didapat informasi bahwa koefisiensi regresi dari variabel sikap sebesar X1 (0,590). Hasil ini dapat disimpulkan jika atribut daya sikap mengalami kenaikan satu satuan, maka minat beli ulang nasi analog akan mengalami kenaikan sebesar 0,590 dengan asumsi bahwa atribut lainnya bernilai tetap. Untuk mengetahui pengaruh signifikan atribut sikap terhadap minat beli ulang dapat dilihat menggunakan uji T. Pada uji T di dapatkan nilai t sebesar 1,67022 dan t hitung sebesar 2,820 dengan berarti t hitung > t tabel. Nilai tersebut menunjukan bahwa ternyata atribut sikap memiliki nilai signifikan terhadap minat beli ulang. Dengan demikian H01 ditolak yang artinya variabel sikap memiliki pengaruh secara parsial terhadap minat beli ulang nasi analog. Pengujian parsial pada atribut sikap ini mengidentifikasikan bahwa keyakinan dan evaluasi produk nasi analog ini dapat menjadi produk pangan alternatif pengganti nasi dari beras (padi) memberikan pengaruh signifikan terhadap minat beli konsumen beras analog. Rasa aman menggunakan produk alami dan produk Institut Pertanian Bogor juga memberikan stimulus pada minat beli ulang nasi analog. Disamping itu konsumen meyakini dan merasakan bahwa dengan mengkonsums produk nasi analog ini lebih menyehatkan dibandingkan nasi dari beras padi. Sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap minat beli ulang nasi analog. Konsumen juga meyakini dan merasakan bahwa mendapatkan rasa aman dalam mengkonsumsi produk nasi analog ini yang dibuat dari beras analog buatan IPB. Selain rasa aman yang didapat konsumen juga menyatakan tidak butuh produk subtitusi beras selain produk nasi analog ini setelah mengkonsumsi nasi analog karena kualitasnya sudah baik. Keyakinan dan rasa tidak membutuhkan suplemen kesehatan lain setelah mengkonsumsi nasi analog juga memiliki pengaruh secara parsial terhadap minat beli ulangnya. Pada segi eksistensi diri konsumen nasi analog menyatakan dengan mengkonsumsi nasi analog ini akan meningkatkan status sosial/harga diri mereka di mata orang lain. Selain eksistensi diri konsumen menyatakan mendapatkan relasi dari mengkonsumsi nasi analog tersebut. Hasil penelitian dapat dilihat pada Lampiran 8.
29
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Putri (2012) yang menyatakan bahwa sikap mempengaruhi minat beli beras merah. Pada penelitian tersebut dijelaskan bahwa konsumen beras merah mengkonsumsinya sebagai pengganti makanan pokoknya dan sedikit atau tidak mengkonsumsi beras putih lagi. Sama halnya dengan penelitian mengenai nasi analog ini karena peran nasi analog ini yang berperan sebagai barang subtitusi pengganti beras sehingga konsumen tidak membutuhkan bahan pokok (karbohidrat) lainnya.
Pengaruh Variabel Norma Subyektif terhadap Minat Beli Ulang Nasi Analog Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner, didapatkan informasi bahwa koefisiensi regresi dari atribut norma subyektif sebesar 0,260. Hal tersebut berarti jika atribut norma subyektif mengalami kenaikan sebesar satu satuan, maka minat beli ulang nasi analog akan mengalami peningkatan sebesar 0,260. Atribut norma subyektif ini diperoleh dari indikator yang merupakan bagian dari grup referensi. Hasil dari uji T (parsial) didapatkan nilai t sebesar 1,67022 dan t hitung sebesar 1,809 yang berarti t hitung > t tabel. Maka dapat disimpulkan bahwa H02 ditolak yang artinya bahwa ternyata atribut norma subyektif memiliki nilai signifikan terhadap minat beli ulang. Dengan demikian atribut norma subyektif berpengaruh signifikan terhadap minat beli ulang nasi analog. Kelompok rujukan antara lain keluarga, teman, dokter, dan ahli kesehatan ternyata memberikan pengaruh terhadap minat beli ulang konsumen nasi analog. Hal tersebut sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Setiadi yang menyatakan bahwa grup referensi adalah suatu pengaruh yang penting bagi konsumen. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Idaman dkk (2012) yang menyebutkan bahwa norma subyektif berpengaruh terhadap intensi beras organik. Yang berbeda adalah pihak yang mempengaruhi minat beli konsumen beras organik dalam penelitian tersebut adalah anjuran dari sosialisasi pemerintah mengenai kebijakan “Go Organic”. Nasi analog merupakan salah satu upaya mendukung program pemerintah mengenai diversifikasi pangan tetapi upaya sosialisai pemerintah mengenai program ini tidak membuat meningkatnya minat beli ulang nasi analog. Atribut anjuran pemerintah tidak dimasukan kedalam penelitian ini, maka dari itu untuk penelitian selanjutnya bisa diteliti mengenai hal tersebut. Disamping grup referensi yang menjadi indikator dari variabel norma subyektif adalah indikator dari segi pemasaran yaitu iklan, tenaga pemasar, dan referensi publikasi. Karena informasi produk bukan hanya didapat dari grup referensi melainkan dari aspek pemasaran juga. Hasil penelitian juga menyatakan bahwa indikator-indikator tersebut dapat disimpulkan berpengaruh terhadap minat beli ulang konsumen nasi analog. Hasil output pengujian dapat dilihat pada Lampiran 8.
30
Pengaruh Variabel Kontrol Perilaku terhadap Minat Beli Ulang Nasi Analog Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner, didapat informasi bahwa koefisiensi regresi dari atribut kontrol perilaku sebesar 0,130. Hal tersebut berarti jika atribut kontrol perilaku mengalami kenaikan sebesar satu satuan, maka minat beli ulang nasi analog akan mengalami peningkatan sebesar 0,130. Hasil dari uji T (parsial) didapatkan nilai t sebesar 1,67022 dan t hitung sebesar 0,173 yang berarti t hitung < t tabel. Maka dapat disimpulkan bahwa H03 diterima yang artinya bahwa ternyata atribut kontrol perilaku tidak memiliki nilai signifikan terhadap minat beli ulang. Dengan demikian atribut kontrol perilaku tidak berpengaruh signifikan terhadap minat beli ulang nasi analog. Atribut kontrol perilaku meliputi kendala-kendala yang dialami konsumen untuk mndapatkan nasi analog, kendala-kendala tersebut meliputi kendala waktu, memperoleh informasi, biaya, tenaga dan akses. Hasil pengolahan data menunjukan bahwa kendala yang dialami dalam memperoleh nasi analog tidak mempengaruhi minat beli ulangnya. Hasil penelitian dapat dilihat pada Lampiran 8. Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Idaman dkk (2012) yang meneliti minat beli beras organik. Kontrol perilaku terutama atribut harga memiliki pengaruh terhadap minat beli beras organik. Hal tersebut disebabkan karakteristik beras analog dengan beras organik berbeda. Beras organik yang dirasa mahal memiliki harga yang hampir sama dengan beras analog, tetapi hal yang dirasakan konsumen berbeda. Ketika mengkonsumsi beras organik, rasa hampir sama dengan beras putih biasa dan juga kandungan gizinya. Sedangkan jika mengkonsumsi nasi dari analog, rasa dan bentuk hampir sama dengan beras putih sehingga konsumen lebih familiar, tetapi memiliki kandungan gizi yang lebih tinggi. Sehingga konsumen tidak merasa keberatan untuk mengeluarkan biaya lebih mengkonsumsi beras analog.
Implikasi Manajerial Meningkatkan minat beli bukanlah persoalan yang mudah terlebih lagi untuk produk baru seperti nasi analog. Untuk meningkatkan minat beli produk pada tahapan ini dapat dilihat dari faktor yang mempengaruhinya. Dalam penelitian ini faktor yang paling berpengaruh adalah faktor sikap dan norma subyektif. Variabel sikap terdiri dari faktor kepercayaan nasi analog sebagai produk subtitusi nasi putih, kandungan gizinya yang lebih menyehatkan, produksi IPB, tidak perlunya suplemen kesehatan setelah mengkonsumsi nasi analog, dapat meningkatkan status sosial dan harga diri, serta menambah relasi baru. Sedangkan variabel norma subyektif terdiri dari faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dari kelompok acuan yaitu keluarga, teman, ahli kesehatan, kemudianpeneliti menambahkan dengan aspek-aspek pemasaran, yaitu iklan, tenaga pemasar, dan referensi publikasi. Faktor dari variabel sikap yang paling berpengaruh adalah rasa aman karena mengkosumsi produk hasil olahan IPB, maka dari itu setiap bentuk promosi hendaknya menyertakan logo atau keterangan produk IPB.
31
Hasil penelitian menjelaskan bahwa anjuran teman memiliki pengaruh yang paling tinggi. Maka dari salah satu strategi pemasaran yang bisa dilakukan berupa strategi pemasaran dari mulut kemulut. Salah satu aplikasinya adalah dengan memanfaatkan media sosial. Media sosial adalah tempat dimana teman biasa berkomunikasi saat ini. Manajemen bisa melakukan pemasaran berupa promosi atau tambahan diskon atau membagikan hadiah jika konsumen mengunggah foto beras analog ketika membeli sekaligus review singkatnya. Disamping itu lewat program melalui media sosial tersebut merupakan salah satu wadah untuk aktualisasi diri atas peningkatan status sosial dan harga diri dari variabel sikap. Manajemen juga bisa bekerja sama dengan para ahli kesehatan dan ahli gizi di rumah sakit. Beras analog bisa menjadi pilihan makanan yang bergizi bagi pasien rawat inap. Selain itu mengadakan pengenalan produk kepada dokterdokter, sehingga mereka bisa menyarankan beras analog sebagai produk subtitusi dari bahan pokok lain yang menunjang kesehatan pasien. Disamping membubuhkan logo atau keterangan produk IPB pada iklan yang sudah ada, manajemen hendaknya membuat iklan terbaru. Menurut siklus produk berdasarkan teori yang diungkapkan Levit, produk beras analog ini berada pada tahap pertembuhan. Strategi pemasaran yang tepat untuk tahap ini menurut Kotler sakah satunya adalah perusahaan beralih dari iklan yang membuat orang menyadari produk (product awareness advertising) ke iklan yang membuat orang memilih produk (product preference advertising). Tenaga pemasar juga bisa diandalkan untuk meningkatkan minat beli. Sampai saat ini cara tenaga pemasar menawarkan beras analog adalah dengan cara menjelaskan tentang informasi produk terutama keunggulan nasi analog yang lebih menyehatkan. Tenaga pemasar sebaiknya memberikan tester kepada calon konsumen agar konsumen tahu bahwa rasa nasi analog. Sehingga bisa lebih meyakinkan konsumen untuk membeli nasi analog sebagai pangan subtitusi pengganti beras putih. Sampai saat ini referensi publikasi mengenai beras analog adalah berupa artikel-artikel ilmiah. Hal tersebut hanya menyasar kelompok tertentu. Referensi ilmiah bisa dibuat lebih menarik dengan dibuat dalam bentuk audio visual. Manajemen bisa bekerja sama dengan media masa seperti televisi. Beras analog bisa dibuat menjadi materi berita yang disajikan santai dalam bentuk berita ringan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat dihasilkan kesimpulan yaitu 1. Mayoritas konsumen nasi analog di Kafe Taman Koleksi merupakan wanita, dengan rentang usia 26- 35 tahun, status pernikahan mayoritas adalah belum
32
menikah, tingkat pendidikan mayoritas Strata 1, pekerjaan mayoritas adalah pegawai swata, dan penghasilan perbulan RP. 2.000.001- Rp. 3.000.000 2. Karakteristik konsumen yang berpengaruh pada minat beli ulang nasi analog adalah status pernikahan dan pendidikan. Hal tersebut diperolah lewat uji chisquare dan dihasilkan bahwa variabel tersebut memiliki nilai signifikasi <0,05. 3. Theory of Planned Behaviour terdapat dua atribut yang berpengaruh yaitu atribut sikap dan norma subyektif, sedangkan kontrol perilaku tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap minat beli ulang nasi analog. Hal tersebut diperoleh dari uji regresi linear dengan melihat nilai t dari masing-masing atribut yang menunjukkan bahwa atribut sikap dan norma subyektif yang memiliki nilai t hitung > t tabel. 4. Faktor dari atribut sikap yang paling berpengaruh adalah faktor rasa aman karena mengkonsumsi produk IPB. Sedangkan faktor dari atribut norma subyektif yang paling berpengaruh adalah anjuran dari teman. Hal tersebut diperoleh dari uji deskriptif pengolahan kuesioner dengan melihat nilai kesetujuan yang paling tinggi. Saran Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan, maka beberapa saran yang dapat diajukan adalah: 1. Pihak manajemen pemasaran prusahaan hendaknya lebih memfokusan pemasaran yang menyasar pada sikap dan norma subyektif konsumen, karena variabel tersebut merupakan variabel yang paling tinggi dalam mempengaruhi minat beli ulang. 2. Untuk penelitian selanjutnya mengenai minat beli ulang, disarankan untuk dapat mengembangkan penelitian ini, guna mengetahui pengaruh lain yang bisa mempengaruhi minat beli ulang nasi analog yang belum diteliti seperti faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologi.
DAFTAR PUSTAKA Ajzen I. 1991. The Theory of Planned Behavior. J Organizational Behavior and Human Decision Processes. 50 (2): 179-211. Awwaliyah I. 2013. Pengetahuan, Sikap, dan Niat Beli Mahasiswa terhadap Makanan Organik, Pendekatan Theory Planned Behaviour[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [AMIS FAO]. Agricultural Market Information System Food and Agriculture Organization [Internet]. [diunduh pada tanggal 21 Agu 2016]. Tersedia pada: http://statistics.amis-outlook.org/data/index.html [BPS]. Badan Pusat Statistik. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri 2015. Jakarta, Indonesia. Bray J. 2008. Consumer Behaviour Theory: Approches and Models. Dorsit (ENG): Bournemouth University.
33
Budijanto S. 2012. Beras Analog “Product Vihicle” Diversifikasi Pangan untuk Memperkokoh Ketahanan Pangan Nasional. Bogor (ID): F- Technopark Institut Pertanian Bogor. Budijanto S, Muaris H. 2013. 40 Resep Kreatif Olahan: Beras Analog. Jakarta(ID): Gramedia Pustaka Utama. CHR. (2012). Pria dan Wanita Sama – Sama Konsumtif. Diakses dari http://m.kompas.com/female/read/2012/06/06/14362011/Pria.dan.Wanita.Sa ma-sama Dettman R. 2008. Organic Produce: Who’s Eating It? A Demographic Profile of Organic Produce Consumers. Orlando [USA]. American Agricultural Economics Association Annual meeting. Fredereca BG, Chairy. 2010. Pengaruh Psikologi Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Kembali Smartphone Blackberry. Jurnal Manajemen Teori dan Terpan. Vol. 3. No. 2, Hal. 133. Ghozali Imam. 2006. Aplikai Analisis Multivarite dengan SPSS, Cetakan Keempat, Semarang [ID]. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Handayani YT. Baridwan Z. 2013. Faktor-faktor yang Mempenaruhi Perilaku Ketidakjujuran Akademik: Modifikasi Theory of Planned Behaviour [skripsi]. Malang ((ID): Universitas Brawijaya. Idaman N, Yuliati LN, Retnaningsih. 2012. Sikap Konsumen Terhadap Beras Organik. [internet]. [diunduh 2016 Februari 21]. Sukabumi (ID). Jogiyanto H. 2007. Sistem Informasi Keperilakuan. Yogyakarta(ID): Andi Kafe Taman Koleksi. 2015. Data Penjualan Nasi Analog. Bogor (ID) Kafe Taman Koleksi Kotler P, Keller KL. 2007. Manajemen Pemasaran Edisi ke-12. Benyamin Molan. Jakarta (ID): PT. Index Peter JP, Olson JC. 2000. Consumer Behavior: Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. Jakarta(ID): Erlangga. Priyatno D. 2012. Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20. Yogyakarta (ID): ANDI. Pusat Data dan Informasi Pertanian. Buletin Konsumsi Pangan Vol.5 no.1. 2014. Jakarta (ID). Puspita NN. 2014. TPB; Pengetahuan, Persepsi, dan Niat Membaca Label Komposisi Produk Pangan pada Mahasiswa [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Putri AK. 2013. Analisis Minat Beli Produk Day Cream Berbahan Baku Rumput Laut : Pendekatan Theory of Planned Behaviour. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Putri NT. 2012. Analisis Pengetahuan, Sikap dan Pengaruhnya Terhadap Intensi dan Perilaku Konsumsi Beras Merah Menggunakan Pendekatan Theory of Planned Behaviour. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Schiffman LG, Kanuk L. 2007. Perilaku Konsumen. Edisi ketujuh. Jakarta (ID): PT Indeks. Setyorini N. 2013. Analisis Theory of Planned Behaviour dalam Pemilihan Produk Makanan Berlabel Halal di Kota Semarang [skripsi]. Semarang(ID): Universitas Diponogoro. Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung (ID) : Alfabeta
34
Suliyanto. 2005. Analisis Data dalam Aplikasi Pemasaran. Bogor. Ghalia Indonesia Sufren NY. 2013. Mahir Menggunakan SPSS secara Otodidak. Jakarta (ID): PT. Elex Media Komputindo. Suwandi IM. 2007. Seri Manajemen Pemasaran, Kappa-Sigma, Bandung (ID). Wahyono T. 2009. 25 Model Analisis Statistik dengan SPSS 17. Jakarta (ID): PT. Elex Media Komputindo
35
36
LAMPIRAN
37
38
Lampiran 1 Kuesioner KUESIONER PENELITIAN No.
Kuesioner ini merupakan salah satu rujukan yang akan digunakan untuk penelitian yang berjudul Analisis minat beli ulang nasi analog (studi kasus Kafe Taman Koleksi), guna penyelesaian tugas akhir yang dilakukan oleh: Nama : Armedia Nurulli Qisti NIM : H24134007 Departemen : Manajemen Fakultas : Ekonomi dan Manajemen Universitas : Instiitut Pertanian Bogor Untuk memenuhi penyelesaian tugas skripsi program sarjana, saya mengharapkan kesediaan saudara/i untuk meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini secara lengkap dan benar. Informasi yang diterima dari kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan akademis. Terimakasih atas partisipasi dan kerja sama saudara/i. Screening 1. Apakah anda pernah mengunjungi Kafe Taman Koleksi? a. Ya b. Tidak (jika tidak, tidak perlu melanjutkan kuesioner, terimakasih) 2. Apakah anda mengetahui produk nasi analog? a. Ya b. Tidak (jika tidak, tidak perlu melanjutkan kuesioner, terimakasih) 3. Apakah anda pernah membeli produk nasi analog? a. Ya b. Tidak (jika tidak, tidak perlu melanjutkan kuesioner, terimakasih) Identitas Responden 1. Nama : 2. Usia : 3. Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki 4. Status pernikahan : a. Belum Menikah b. Menikah c. Bercerai 5. Pendidikan terakhir : a. SD b. SMP/SLTP c. SMA/SLTA d. Diploma 6. Pekerjaan : a. Tidak bekerja b. PNS
( ) Perempuan
e. S1 f. S2 g. S3
39
Lanjutan Lampiran 1 c. Pegawai Swasta d. Wiraswasta 7. Berapa pendapatan anda setiap bulan? a. Rp 700.000 – Rp 1.000.000 b. Rp 1.000.001 – Rp 2.000.000 c. Rp 2.000.000 – Rp. 3.000.000
e. Mahasiswa/i
d. Rp.3.000.001- Rp 4.000.000 e. Rp. 4.000.001 - Rp 5.000.000 f. >Rp.5.000.000
SIKAP Petunjuk : Anda diminta melalui proses interpretasi anda terhadap berbagai pertanyaan di bawah ini. Berilah tanda (√) seberapa besar tingkat persetujuan Anda terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut. Jawaban yang tersedia berupa skala Likert yaitu antara 1-5 yang mempunyai arti: Apakah anda setuju dengan pernyataan-pernyataan di bawah ini? Singkatan SS S CS TS STS
Keterangan Sangat Setuju Setuju Cukup Setuju Tidak Setuju Sangat tidak setuju
No Pertanyaan 1 Saya percaya produk nasi analog ini dapat menjadi produk pangan alternatif pengganti nasi dari beras (padi) 2 Saya percaya produk nasi analog ini lebih menyehatkan dibandingkan nasi dari beras padi 3 Saya percaya akan mendapatkan rasa aman dalam menggunakan produk nasi analog ini yang dibuat dari beras analog buatan IPB 4 Saya percaya tidak butuh produk subtitusi beras selain produk nasi analog ini setelah mengkonsumsi beras analog karena kualitasnya sudah baik 5 Saya merasa tidak perlu mengkonsumsi suplemen lain untuk menyehatkan tubuh setelah mengkonsumsi beras analog 6 Saya percaya dengan mengkonsumsi nasi analog ini akan meningkatkan status sosial/harga diri saya di mata orang lain 7 Saya percaya dengan mengkonsumsi nasi analog ini saya akan mendapatkan relasi baru
STS
TS
CS
S
SS
40
Lanjutan Lampiran 1 Apakah yang anda rasakan setelah mengkonsumsi beras analog? Singkatan SS S CS TS STS
No 1
2
3
4
5
6
7
Keterangan Sangat Setuju Setuju Cukup Setuju Tidak Setuju Sangat tidak setuju
Pertanyaan Saya merasa produk baru ini dapat menjadi produk pengganti nasi dari beras padi (beras putih) Saya merasa produk nasi analog ini lebih menyehatkan dibandingkan nasi dari beras padi (beras putih) Saya mendapatkan rasa aman dalam menggunakan produk nasi analog ini yang dibuat dari beras analog buatan IPB Saya percaya tidak butuh produk subtitusi beras selain produk nasi analog ini setelah mengkonsumsi beras analog karena kualitasnya sudah baik Saya tidak mengkonsumsi suplemen lain untuk menyehatkan tubuh setelah mengkonsumsi beras analog Saya merasakan status sosial/harga diri saya meningkat di mata orang lain setelah mengkonsumsi nasi analog ini Saya merasa dengan mengkonsumsi nasi analog ini saya akan mendapatkan relasi baru
STS
TS
CS
S
SS
NORMA SUBJEKTIF Petunjuk : Anda diminta melalui proses interpretasi anda terhadap berbagai pertanyaan di bawah ini. Berilah tanda (√) seberapa besar tingkat persetujuan Anda terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut. Jawaban yang tersedia berupa skala Likert yaitu antara 1-5 yang mempunyai arti :
41
Lanjutan Lampiran 1 Apakah anda setuju dengan pernyataan-pernyataan di bawah ini? Singkatan Keterangan SS Sangat Setuju S Setuju CS Cukup Setuju TS Tidak Setuju STS Sangat tidak setuju
No 1 2 3. 4 5
6
Pertanyaan STS Saya mengkonsumsi nasi analog karena dianjurkan oleh keluarga Saya mengkonsumsi nasi analog karena dianjurkan oleh teman Saya mengkonsumsi nasi analog dianjurkan oleh ahli kesehatan Saya mengkonsumsi nasi analog karena melihat iklan Saya mengkonsumsi nasi analog karena dianjurkan oleh tenaga pemasar beras analog Saya mengkonsumsi nasi analog karena referensi dari publikasi seperti artikel, atau publikasi ilmiah
TS
CS
S
SS
S
SS
Apakah anda setuju dengan pernyataan-pernyataan di bawah ini? Singkatan Keterangan SS Sangat Setuju S Setuju CS Cukup Setuju TS Tidak Setuju STS Sangat tidak setuju
Pertanyaan 1 2 3
Dalam mengkonsumsi nasi analog saya peduli pada anjuran keluarga Dalam mengkonsumsi nasi analog saya peduli pada anjuran teman Dalam mengkonsumsi nasi analog saya peduli pada anjuran ahli kesehatan
STS
TS
CS
42
Lanjutan Lampiran 1 4
5
6
Dalam mengkonsumsi nasi analog saya percaya dengan iklan beras analog Dalam mengkonsumsi nasi analog saya peduli dengan anjuran tenaga pemasar beras analog Dalam mengkonsumsi nasi analog saya percaya dengan referensi dari publikasi seperti artikel, atau publikasi ilmiah tentng beras analog
KONTROL PERILAKU Setujukah anda dengan pernyataan-pernyataan di bawah ini? Singkatan SS S CS TS STS
Keterangan Sangat Setuju Setuju Cukup Setuju Tidak Setuju Sangat tidak setuju
No
Pertanyaan
1
Saya memiliki kendala waktu dalam membeli nasi analog Saya memiliki kendala dalam memperoleh informasi terkait produk nasi analog (kandungan gizi, rasa, dan sebagainya) Saya memiliki kendala biaya dalam membeli beras analog Saya memiliki kendala tenaga dalam memperoleh beras analog Saya memiliki kendala terkait akses (mudah/sulitnya) mendapatkan produk nasi analog ini
2
3. 4 5
ST S
TS
CS
S
SS
43
Lanjutan Lampiran 1 Setujukah anda dengan pernyataan-pernyataan di bawah ini? Singkatan SS S CS TS STS
No 1
2
3
4
5.
Keterangan Sangat Setuju Setuju Cukup Setuju Tidak Setuju Sangat tidak setuju
Pertanyaan STS Kendala waktu berpengaruh besar terhadap minat beli saya pada beras analog Kendala dalam memperoleh informasi produk berpengaruh besar terhadap minat beli saya pada nasi analog Kendala biaya berpengaruh besar terhadap minat beli saya pada beras analog Kendala tenaga berpengaruh besar terhadap minat beli saya pada beras analog Kendala terkait akses(mudah/sulitnya) dalam mendapatkan produk nasi analog ini berpengaruh besar terhadap minat beli saya pada produk ini
TS
CS
S
SS
CS
S
MINAT BELI Setujukah anda dengan pernyataan-pernyataan di bawah ini? Singkatan SS S CS TS STS
No 1 2 3.
Keterangan Sangat Setuju Setuju Cukup Setuju Tidak Setuju Sangat tidak setuju
Pertanyaan STS Saya akan membeli lagi nasi analog Saya akan menkonsumsi kembali nasi analog Saya akan mengganti makanan pokok saya sebelumnya dengan nasi analog
TS
SS
44
Lampiran 2 Hasil Uji Chi-square
Hasil uji chi-square minat beli ulang dengan sikap Crosstab Count USIA 1,00 MINAT_BELI
1,00 2,00 3,00 4,00
Total
2,00 0 4 9 2 15
3,00 1 4 14 10 29
4,00 0 3 5 4 12
Total 0 1 5 4 10
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 5,275a 5,974 1,627 66
df 9 9 1
Asymp. Sig. (2sided) ,810 ,743 ,202
a. 10 cells (62,5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,15.
Hasil uji chi-square minat beli dengan jenis kelamin Crosstab Count
MINAT_BELI
1,00 2,00 3,00 4,00
Total
JENIS_KELAMIN 1,00 2,00 0 1 8 4 12 21 8 12 28 38
Total 1 12 33 20 66
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 4,168a 4,516 ,737 66
df 3 3 1
Asymp. Sig. (2sided) ,244 ,211 ,391
a. 2 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,42.
Hasil uji chi-square minat beli ulang dengan status pernikahan Crosstab Count
MINAT_BELI
Total
1,00 2,00 3,00 4,00
STATUS_PERNIKAHAN 1,00 2,00 0 1 10 2 12 21 1 19 23 43
Total 1 12 33 20 66
1 12 33 20 66
45
Lanjutan Lampiran 2 Chi-Square Tests Value 20,841a 23,323 15,050 66
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Df 3 3 1
Asymp. Sig. (2sided) ,000 ,000 ,000
a. 3 cells (37,5%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,35.
Hasil uji chi-square minat beli ulang dengan pendidikan Crosstab Count PENDIDIKAN 3,00 4,00 1 0 9 0 15 7 0 13 25 20
2,00 MINAT_BELI
1,00 2,00 3,00 4,00
0 3 11 0 14
Total
5,00
Total 0 0 0 7 7
1 12 33 20 66
Chi-Square Tests Value 49,166a 62,200 26,029 66
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Df 9 9 1
Asymp. Sig. (2sided) ,000 ,000 ,000
a. 11 cells (68,8%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,11.
Hasil uji chi-square minat beli ulang dengan pekerjaan Crosstab Count 1,00 MINAT_BELI
1,00 2,00 3,00 4,00
Total
0 1 2 1 4
PEKERJAAN 2,00 3,00 0 0 4 3 6 15 3 6 13 24
4,00
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 5,915a 6,012 ,733 66
df 9 9 1
Asymp. Sig. (2sided) ,748 ,739 ,392
a. 11 cells (68,8%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,06.
Total 1 4 10 10 25
1 12 33 20 66
46
Lanjutan Lampiran 2 Hasil uji chi-square minat beli ulang dengan pendapatan Crosstab Count 2,00 MINAT_BELI
1,00 2,00 3,00 4,00
Total
3,00 0 2 3 2 7
PENDAPATAN 4,00 1 0 6 2 9 9 8 2 24 13
5,00
Chi-Square Tests
Pearson Chi-Square Likelihood Ratio Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Value 10,011a 10,395 1,273 66
df 12 12 1
Asymp. Sig. (2sided) ,615 ,581 ,259
a. 16 cells (80,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,11.
6,00 0 1 2 4 7
Total 0 1 10 4 15
1 12 33 20 66
47
Lampiran 3 Hasil output uji validitas kuesioner Hasil uji validitas variabel X1 Correlations X1P1 X1P2 X1P1
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N X1P2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X1P3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X1P4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X1P5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
,352
X1P3
X1P4
,758** ,564**
X1P5
X1P6
X1P7
X1P8
X1P9
X1P10 X1P11
X1P12
X1P13
X1P14
TOTAL
,577**
,495**
,327
,778**
,655**
,642**
,455*
,550**
,655**
,642**
,806**
,057
,000
,001
,001
,005
,078
,000
,000
,000
,012
,002
,000
,000
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,352
1
,538** ,423*
,537**
,347 ,811**
,466**
,411*
,587**
,593**
,491**
,411*
,587**
,720**
,057 30
30
,758** ,538**
,002
,020
,002
,061
,000
,009
,024
,001
,001
,006
,024
,001
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
1 ,783**
,520**
,384* ,493**
,635**
,853**
,635**
,405*
,380*
,853**
,635**
,842**
,000
,003
,036
,006
,000
,000
,000
,026
,038
,000
,000
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,000
,002
30
30
30
30
30
,564** ,423*
,783**
1
,410*
,391* ,583**
,441*
,717**
,441*
,325
,280
,717**
,441*
,709**
,025
,033
,001
,015
,000
,015
,080
,134
,000
,015
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,520** ,410*
1
,611** ,539**
,555**
,256
,477**
,830**
,789**
,256
,477**
,734**
,001
,020
,000
30
30
30
,577** ,537** ,001
,002
,003
,025
30
30
30
30
30
,000
,002
,001
,173
,008
,000
,000
,173
,008
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
48
Lanjutan Lampiran 3 X1P1 X1P2 X1P6
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X1P7
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X1P8
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X1P9
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X1P10 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N X1P11 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X1P3
X1P4
,495**
,347
,384* ,391*
,005
,061
,036
30
30
30
,327 ,811**
X1P5
X1P6
X1P7
X1P8
X1P9
X1P10 X1P11
X1P12
X1P13
X1P14
TOTAL
,611**
1 ,400*
,452*
,512**
,348
,434*
,738**
,512**
,348
,634**
,033
,000
,028
,012
,004
,059
,016
,000
,004
,059
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,493** ,583**
,539**
,400*
1
,359
,371*
,558**
,601**
,530**
,371*
,558**
,714**
,052
,044
,001
,000
,003
,044
,001
,000
,078
,000
,006
,001
,002
,028
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,635** ,441*
,555**
,452*
,359
1
,542**
,873**
,492**
,619**
,542**
,873**
,836**
,002
,000
,006
,000
,002
,000
,000
,778** ,466** ,000
,009
,000
,015
,001
,012
,052
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,853** ,717**
,256
,512** ,371*
,542**
1
,499**
,153
,200
1,000**
,499**
,720**
,005
,419
,289
,000
,005
,000
,655** ,411* ,000
,024
,000
,000
,173
,004
,044
,002
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,635** ,441*
,477**
,348 ,558**
,873**
,499**
1
,450*
,619**
,499**
1,000**
,843**
,013
,000
,005
,000
,000
,642** ,587** ,000
,001
,000
,015
,008
,059
,001
,000
,005
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,455* ,593**
,405*
,325
,830**
,434* ,601**
,492**
,153
,450*
1
,665**
,153
,450*
,661**
,012
,001
,026
,080
,000
,016
,000
,006
,419
,013
,000
,419
,013
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
49
Lanjutan Lampiran 3 X1P1 X1P2 X1P12 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N X1P13 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N X1P14 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N TOTAL Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
,550** ,491**
X1P3
X1P4
X1P5
,380*
,280
,789**
X1P6
X1P7
,738** ,530**
X1P8
X1P9
X1P10 X1P11
,619**
,200
,619**
,665**
X1P12 1
X1P13
X1P14
TOTAL
,200
,619**
,722**
,289
,000
,000
,002
,006
,038
,134
,000
,000
,003
,000
,289
,000
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,853** ,717**
,256
,512** ,371*
,542**
1,000**
,499**
,153
,200
1
,499**
,720**
,005
,000
,655** ,411* ,000
,024
,000
,000
,173
,004
,044
,002
,000
,005
,419
,289
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,635** ,441*
,477**
,348 ,558**
,873**
,499** 1,000**
,450*
,619**
,499**
1
,843**
,642** ,587** ,000
,001
,000
,015
,008
,059
,001
,000
,005
,000
,013
,000
,005
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,842** ,709**
,734**
,634** ,714**
,836**
,720**
,843**
,661**
,722**
,720**
,843**
1
,806** ,720**
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
30
50
Lanjutan Lampiran 3 Hasil uji validitas variabel X2 Correlations X2P1 X2P1
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N X2P2
Pearson Correlation
,352
Sig. (2-tailed)
,057
N X2P3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2P4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2P5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2P6
X2P3
X2P4
X2P5
X2P6
X2P7
,352
,758**
,564**
,577**
,495**
,057
,000
,001
,001
30
30
30
30
1
,538**
,423*
,537**
,002
,020
30 1
X2P11
X2P12
TOTAL
,327
,455*
,550**
,801**
,005
,078
,000
,000
,000
,012
,002
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
,347
,811**
,466**
,411*
,587**
,593**
,491**
,731**
,002
,061
,000
,009
,024
,001
,001
,006
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,783**
,520**
,384*
,493**
,635**
,853**
,635**
,405*
,380*
,825**
,000
,003
,036
,006
,000
,000
,000
,026
,038
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
1
,410*
,391*
,583**
,441*
,717**
,441*
,325
,280
,707**
,025
,033
,001
,015
,000
,015
,080
,134
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
1
,611**
,539**
,555**
,256
,477**
,830**
,789**
,777**
,000
,002
,001
,173
,008
,000
,000
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
1
,400*
,452*
,512**
,348
,434*
,738**
,651**
,028
,012
,004
,059
,016
,000
,000
30
30
30
30
30
30
30
,359
,371*
,558**
,601**
,530**
,732**
,052
,044
,001
,000
,003
,000
30
30
30
30
30
30
30
,758**
,538**
,000
,002
30
30
30
,564**
,423*
,783**
,001
,020
,000
30
30
30
30
,577**
,537**
,520**
,410*
,001
,002
,003
,025
30
30
30
,347
,384*
,391*
,611**
,005
,061
,036
,033
,000
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
,327
,811**
,493**
,583**
,539**
,400*
Sig. (2-tailed)
,078
,000
,006
,001
,002
,028
30
30
30
30
30
30
N
X2P10 ,642**
30
N
X2P9 ,655**
30
Pearson Correlation
X2P8 ,778**
,495**
Sig. (2-tailed)
X2P7
30
X2P2
1
30
30
51
Lanjutan Lampiran 3 X2P1 X2P8
X2P7
X2P8
X2P9
X2P10
X2P11
X2P12
TOTAL
,555**
,452*
,359
,000
,009
,000
,015
,001
,012
,052
30
30
30
30
30
30
30
30
,655**
,411*
,853**
,717**
,256
,512**
,371*
,542**
,000
,024
,000
,000
,173
,004
,044
,002
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,642**
,587**
,635**
,441*
,477**
,348
,558**
,873**
,499**
,000
,001
,000
,015
,008
,059
,001
,000
,005
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
,455*
,593**
,405*
,325
,830**
,434*
,601**
,492**
,153
,450*
Sig. (2-tailed)
,012
,001
,026
,080
,000
,016
,000
,006
,419
,013
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,550**
,491**
,380*
,280
,789**
,738**
,530**
,619**
,200
,619**
,002
,006
,038
,134
,000
,000
,003
,000
,289
,000
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
,801**
,731**
,825**
,707**
,777**
,651**
,732**
,817**
,684**
,812**
,705**
,750**
1
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
Pearson Correlation
Pearson Correlation
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N TOTAL
X2P6
,441*
N
X2P12
X2P5
,635**
Sig. (2-tailed)
X2P11
X2P4
,466**
N
X2P10
X2P3
,778**
Sig. (2-tailed)
X2P9
X2P2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
1
,542**
,873**
,492**
,619**
,817**
,002
,000
,006
,000
,000
30
30
30
30
30
1
,499**
,153
,200
,684**
,005
,419
,289
,000
30
30
30
30
1
,450*
,619**
,812**
,013
,000
,000
30
30
30
1
,665**
,705**
,000
,000
30
30
30
,665**
1
,750** ,000
30
52
Lanjutan Lampiran 3 Hasil uji validitas variabel X3 Correlations X3P1 X3P1
Pearson Correlation
X3P2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3P3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3P4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3P5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3P3
X3P4
X3P5
X3P6
X3P7
X3P8
X3P9
X3P10
TOTAL
,853**
,670**
,501**
,617**
,455**
,578**
,630**
,483**
,589**
,819**
,000
,000
,003
,000
,007
,000
,000
,004
,000
,000
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
,853**
1
,690**
,390*
,681**
,362*
,638**
,653**
,342*
,737**
,817**
,000
,023
,000
,035
,000
,000
,048
,000
,000
1
Sig. (2-tailed) N
X3P2
,000 34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
,670**
,690**
1
,436**
,933**
,360*
,533**
,884**
,498**
,753**
,892**
,000
,000
,010
,000
,036
,001
,000
,003
,000
,000
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
,501**
,390*
,436**
1
,365*
,437**
,376*
,328
,889**
,296
,637**
,003
,023
,010
,034
,010
,029
,058
,000
,089
,000
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
,617**
,681**
,933**
,365*
1
,302
,527**
,832**
,435*
,788**
,853**
,000
,000
,000
,034
,082
,001
,000
,010
,000
,000
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
53
Lanjutan Lampiran 3 X3P1 X3P6
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3P7
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3P8
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3P9
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3P10 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N TOTAL Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3P2
X3P3
X3P4
X3P5
,455**
,362*
,360*
,437**
,302
,007
,035
,036
,010
,082
34
34
34
34
34
,578**
,638**
,533**
,376*
,000
,000
,001
34
34
,630**
X3P6
X3P7
X3P8
X3P9
X3P10
TOTAL
,678**
,375*
,582**
,332
,614**
,000
,029
,000
,055
,000
34
34
34
34
34
34
,527**
,678**
1
,533**
,486**
,609**
,759**
,029
,001
,000
,001
,004
,000
,000
34
34
34
34
34
34
34
34
34
,653**
,884**
,328
,832**
,375*
,533**
1
,406*
,694**
,845**
,000
,000
,000
,058
,000
,029
,001
,017
,000
,000
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
,483**
,342*
,498**
,889**
,435*
,582**
,486**
,406*
1
,323
,694**
,004
,048
,003
,000
,010
,000
,004
,017
,063
,000
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
,589**
,737**
,753**
,296
,788**
,332
,609**
,694**
,323
1
,789**
,000
,000
,000
,089
,000
,055
,000
,000
,063
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
,819**
,817**
,892**
,637**
,853**
,614**
,759**
,845**
,694**
,789**
1
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
34
34
34
34
34
34
34
34
34
34
1
,000
34
54
Lanjutan Lampiran 3 Uji validitas variabel Y Correlations Y1 Y1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
30 ,753** ,000 N 30 Y3 Pearson Correlation ,685** Sig. (2-tailed) ,000 N 30 TOTAL Pearson Correlation ,928** Sig. (2-tailed) ,000 N 30 *. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Y2
N Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
1
Y2 ,753** ,000 30 1 30 ,575** ,001 30 ,885** ,000 30
Y3 ,685** ,000 30 ,575** ,001 30 1 30 ,837** ,000 30
TOTAL ,928** ,000 30 ,885** ,000 30 ,837** ,000 30 1 30
55
Lampiran 4 Hasil output uji reliabilitas kuesioner Hasil uji reliabilitas variabel X1 Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's Alpha Standardized Items ,940 ,941
N of Items 14
Hasil uji reliabilitas variabel X2 Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's Alpha Standardized Items ,928 ,929
N of Items 12
Hasil uji reliabilitas variabel X3 Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's Alpha Standardized Items ,922 ,925
N of Items 10
Hasil uji reliabilitas variabel Y Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Cronbach's Alpha Standardized Items ,859 ,859
N of Items 3
Lampiran 5 Hasil output uji normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 66 Normal Parametersa,b Mean ,0000000 Std. Deviation ,52722098 Most Extreme Differences Absolute ,104 Positive ,104 Negative -,065 Test Statistic ,104 Asymp. Sig. (2-tailed) ,074c
56
Lampiran 6 Hasil output uji heteroskedastisitas Correlations
Spearman's X1 rho
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N X2 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N X3 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Unstandard Correlation Coefficient ized Sig. (2-tailed) Residual N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
X1 1,000 . 66 ,473** ,000 66 -,263* ,033 66 ,014 ,912 66
X2 ,473** ,000 66 1,000 . 66 -,232 ,061 66 ,007 ,955 66
Unstandardized Residual ,014 ,912 66 ,007 ,955 66 -,011 ,930 66 1,000 . 66
X3 -,263* ,033 66 -,232 ,061 66 1,000 . 66 -,011 ,930 66
Lampiran 7 Hasil output uji autokolerasi Model Summaryb Adjusted R Model R R Square Square 1 ,524a ,274 ,239 a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1 b. Dependent Variable: Y1
Std. Error of the Estimate ,53982565
Durbin-Watson 2,009
Lampiran 8 Hasil output uji f Model 1
Regression Residual
Sum of Squares 6,835 18,068
Total
24,902
ANOVAa df 3 62
Mean Square 2,278 ,291
F 7,818
Sig. ,000b
65
a. Dependent Variable: Y1 b. Predictors: (Constant), X3, X2, X1
Lampiran 9 Hasil output uji t Coefficientsa
Model 1
(Constant)
x1 x2 x3 a. Dependent Variable: y1
Unstandardized Coefficients B Std. Error -,045 ,713 ,590 ,209 ,260 ,144 ,130 ,111
Standardized Coefficients Beta ,380 ,236 ,132
T -,063 2,820 1,809 1,173
Sig. ,950 ,006 ,075 ,245
1
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Armedia Nurulli Qisti, dilahirkan pada tanggal 28 Januari 1992 di Kota Bogor, Jawa Barat. Penulis merupakan anak dari pasangan Bapak Aa Munawar dan Ibu Aria Resmita Dewi, merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Penulis melalui Pendidikan Sekolah Dasar di SDN POLISI V pada tahun 1997 hingga 2003. kemudian melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 2 Bogor pada tahun 2003 dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas di SMA Kornita Bogor dan selesai pada tahun 2009. Pada tahun tersebut penulis diterima di Program Diploma III IPB pada Jurusan Komunikasi dan menyelesaikan pendidikan D3 pada tahun 2012. Setelah itu penulis diterima dan bekerja selama kurang lebih satu tahun di GreenTV IPB. Pada tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan jenjang S1 di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen di Departemen Manajamen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama masa perkuliahan penulis aktif diberbagai organisasi baik di dalam kampus maupun di luar kampus. Pada tahun 2015 penulis terpilih menjadi salah satu Finalis Mojang Jajaka Kota Bogor. Organisasi yang pernah diikuti adalah Executive of Management periode 2013-2015. Penulis juga aktif di bidang olahraga dan merupakan anggota tim basket puteri Program Sarjana Alih Jenis Management (PSAJM) IPB yang meraih juara 2 Sportakuler tahun 2013, dan juara 1 Sportakuler di tahun 2014 dan 2015. Selain basket, penulis juga merupakan anggota tim futsal puteri PSAJM IPB dan menjadi juara 2 Sportakuler IPB 2015 cabang futsal puteri.
2