ANALISIS MAKNA PADA KRING SOLOPOS EDISI BULAN NOVEMBER 21014:TINJAUAN SEMANTIK
Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Diajukan Oleh: SELLA PRASANTI A310110174
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA MEI, 2015
ANALISIS MAKNA DAN TUJUAN PADA KRING SOLOPOS EDISI BULAN NOVEMBER 2014:TINJAUAN SEMANTIK Sella Prasanti dan Drs. Andi Haris Prabawa, M.Hum Universitas Muhammadiyah Surakarta Email:
[email protected]
ABSTRAK Tujuan dari penelitian yaitu (1) mendeskripsikan makna konotatif yang terkandung dalam Kring Solopos edisi bulan November 2014, (2) mendiskripsikan makna denotatif yang terkandung dari Kring Solopos edisi bulan November 2014 (3) mendiskripsikan makna berdasarkan tinjauan semantik. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan strategi penelitian ini adalah analisis isi. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode simak dengan teknik lanjutan yaitu teknik catat. Teknik keabsahan data menggunakan trianggulasi teori. Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode padan dan metode agih. Hasil analisis dalam penelitian ini berupa kalimat yang mengandung makna denotatif atau kognitif dan konotatif atau emotif. Simpulan pada penelitian yaitu bahwa dari 40 pesan yang diambil terdapat 105 kalimat yang mengandung sebuah makna leksikal terdiri atas makna denotatif dan konotatif. Kalimat yang mengandung makna denotatif/kognitif lebih banyak dibandingkan kalimat yang mengandung makna konotatif/emotif.
Kata Kunci: makna, makna leksikal, semantik
ANALISIS MAKNA PADA KRING SOLOPOS EDISI BULAN NOVEMBER 2014:TINJAUAN SEMANTIK Pendahuluan Tanda merupakan suatu wujud simbol yang digunakan seseorang dalam melakukan suatu perbuatan (Djajasudarma, 1999). Tanda atau simbol kebahasaan ini memungkinkan manusia bukan hanya sekedar untuk berpikir, melainkan juga kontak dengan realitas kehidupan di luar diri serta mengabdikan hasil berpikir dan kontak itu kepada dunia. Pada umumnya lapisan masyarakat menggunakan tanda-tanda melalui bahasa yang digunakan setiap harinya. Pada penggunaan kata dalam sebuah kalimat kadang terdapat sebuah makna dan tujuan yang ingin diungkapkan. Kaitannya dengan tandatanda
kebahasaan
yang
unik,
(Pateda
dalam
Suwandi,
2008:43)
mengungkapkan istilah makna (Inggris:meaning) merupakan istilah yang membingungkan. Ada tiga hal yang dijelaskan pleh para filsut dan linguis dalam hubungan ini, yaitu : (1) menjelaskan kata secara ilmiah, (2) mendeskripsikan makna kalimat secara tepat, (3) menjelaskan proses komunikasi.
Makna
adalah
gejala
dalam
ujaran
(utterance-internal
phenomenon) (Chaer, 2009:34). Sedangkan tujuan merupakan maksud senang atau tidak senang, efek usaha keras yang dilaksanakan. Sedangkan Suwandi (2008:66-67) tujuan atau maksud yaitu sesuatu yang kita inginkan, baik yang bersifat deklaratif, naratif, imperatif, persuasif, politis atau yang lainnya. Seiring berkembangnya zaman menuntut manusia lebih cerdas dan bijak dalam interaksi jarak jauh tanpa harus bertemu. Interaksi manusia jarak jauh ini dapat dilakukan melalui via telepon, sms, email maupun media sosial yang lain. Hal serupa juga dimanfaatkan oleh beberapa orang untuk menyampaikan aspirasinya misalnya, opini, jejak pendapat, dan lain-lain. Salah satu layanan sosial media yang bisa menampung aspirasi masyarakat tersebut yaitu Kring Solopos yang biasanya dimuat dalam surat kabar harian
Solopos. Pada Kring Solopos kerap kali ditemui tuturan yang mengandung makna dan tujuan yang berbeda-beda. Hal ini yang melatar belakangi dilakukannya penelitian ini. Peneliti tertarik meneliti makna dan tujuan ujran dalam Kring Solopos tersebut. Aspek yang diteliti dari segi keseluruhan ujaran baik kata, frasa, klausa dan kalimat yang ada di kring solopos edisi bulan november 2014. Namun perlu diketahui peneliti memfokuskan penelitian ini tentng makna leksikal yang berhubungan tentang hakikat makna dengan menggunakan kajian semantik. Sedangkan tujuan penelitian ini untuk menemukan makna yang ada di Kring Solopos edisi bulan November 2014 dan tujuan dari makna itu sendiri. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Universitas Muhammadiyah Surakarta dan rentang waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan November-April 2015. Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan strateginya analisis isi. Metode deskriptif karena penelitian ini menggambarkan atau mendeskripsikan analisis makna pada krinng solopos dengan kajian semantik. Objek penelitian ini analisis makna dan tujuan yang ada di Kring Solopos Edisi November 2014. Data dalam penelitian ini berupa kalimat yang mengandung makna di Kring Solopos Bulan November. Sumber data dari penelitian ini yaitu Kring Solopos Edisi bulan November 2014. Teknik pengumpulan data menggunakan metode simak dan catat. Keabsahan data menggunakan trianggulasi teori. Karena penelitian ini mengacu kepada teori-teori yang relevan guna menganalisis data yang ada. Teknik analisis data menggunakan metode agih dan padan. Metode padan adalah metode atau cara yang digunakan dalam upaya menemukan kaidah dalam tahap analisis data yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:13). Metode padan pada penelitian ini digunakan untuk menentukan data untuk dianalisis dari sumber data yang ada. Sedangkan metode agih itu alat penentunya justru dari bagian bahasa yang bersangkutan itu sendiri (Sudaryanto, 1993:15). Metode ini
cenderung digunakan pada proses analisis data yang mengacu pada sumber tertulis kaitannya dengan analisis makna pada Kring Solopos edisi bulan november 2014. Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Hasil Analisis Berdasarkan klasifikasi jenis makna leksikal yang
dikemukakan oleh
Djajasudarma (1999), diperoleh penggolongan jenis makna dari data Kring Solopos sebagai berikut. “Kenaikkan harga BBM memang di nilai sebagi jurus jitu pemerintah untuk mengurangi subsidi. Tapi rakyatlah yang harus menjadi korban. Bukan saja BBM yang naik, tapis semua harga kebutuhan pokok pasti akan naik juga. BBM naik Rp2.000. Sembilan bahan pokok pasti juga naik. Kalau satu bahan saja naik Rp1.000 bararti 9 x Rp1.000=Rp9.000. Ini contoh hitungan rakyat kecil. Jadi bagaimana pemerintah menyikapi hal ini ?..(Irfani, Wonogiri, HP 081804522XXX)” Kalimat pertama dan kedua pada konetks pesan di atas mengandung makna konotatif. Hal ini ditinjau dari segi penggunaan kata jurus jitu (kalimat pertama) dan korban (kalimat kedua). Jurus jitu di sini di artikan sebagai strategi dan korban di sini menderita. Sedangkan makna sebenarnya yakni jurus jitu berarti pukulan atau tendangan yang tepat sasaran dan korban pemberian untuk menyatakan kebaktian. Sehingga jelas sekali jika kalimat pertama dan kedua bermakna konotatif. Kalimat ketiga, keempat, kelima dan keenam menagndung makna denotatif. Hal ini dilihat dari segi konteksnya kalimat tersebut mengandung makna sebernarnya. Hal ini dijelaskan pada pernyataan kata naik pada kalimat di atas yang menjelaskan tentang meningkatnya harga pokok. Maksud dari kata tersebut sesuai dengan maksud yang ada di dalam konteks kalimat tersebut. Sehingga kalimat ketiga, keempat, kelima dan keenam mengandung makna denotatif.
“Keputusan penetapan UMK 2015 yang mencapai 100% kebutuhan hidup layak
dan memperhatikan kenaikan harga BBM bersubsidi oleh
Gubernur Jateng saya rasa harus dikaji , apalagi dengan kenaikkan itu saya rasa tidak dapat mensejahterahkan rakyat kecil, apalagi untuk membeli kebutuhan pokok pascakenaikkan BBM bersubsidi terasa berat, apalagi pada tahun 2015 ada kemungkinan BBm bersubsidi naik lagi, saya harap sebelum menetapkan UMK harus melakukan survei terhadap masyarakat kecil dulu...( Budi Santosa, Tengaran, HP 085640042XXX)” Kalimat pada pesan di atas mengandung makna denotatif. Hal ini dikarenakan tidak ada unsur kias yang ada di dalam kalimat tersebut. Kalimat tersebut menjelaskan tentang penetapan kenaikan UMK harus sesuai dengan kondisi masyarakat kecil. Jadi jelas sekali kalimat tersebut bermakna lugas tidak ada unsur kias. Sehingga dapat dikatakan kalimat tersebut bermakna denotatif “Kita jangan hanya terpaku pada pintu yang tertutup, sehingga tidak melihat masih ada pintu yang lain yang terbuka. Keberhasilan bukan berarti kita tidak pernah gagal, namun bangkit lagi setiap kali jatuh. Wajar jika anda bersedih karena kegagalan, namun ingat jangan pernah kesedihan
Anda
membuat
putus
asa...(Topan,
Kartasura,
HP
089602890XXX)” Kalimat pertama dan kedua pada pesan di atas mengandung makna konotatif. Kalimat pertama dan kedua tersebut merupakan kalimat yang motivasi. Maksud kalimat tersebut pintu yang tertutup adalah sebuah kesempatan yang sudah tidak ada. Jadi kalimat pertama mengandung makna kias atau tidak sebenarnya. Sehingga kalimat pertama mengandung makna konotatif. Pada kalimat kedua penggunaan kata jatuh menerangkan bahwa kalimat kedua mengandung makna konotatif. Jatuh di sini berarti gagal sehingga penggunaan kata jatuh tidak bermakna sebenarnya. Jadi kalimat kedua menagndung makna konotatif. Kalimat ketiga pada konteks pesan di atas mengandung makna denotatif. Hal ini dikarenakan
penggunaan kata pada kalimat tersebut tidak mengandung makna kias adan bermakna sebenarnya. Jadi kalimat ketiga dapat dikatakan bermakna denotatif.
Berdasarkan klasifikasi jenis makna leksikal yang
dikemukakan oleh
Djajasudarma (1999), diperoleh penggolongan jenis makna dari data Kring Solopos sebagai berikut. Hasil analisi di atas yakni pada kring solopos mengandung dua jenis makna yakni makna denotatif/kognitif dan konotatif/emotif. Pada kalimat yang ada di kring solopos edisi bulan November ini banyak mengandung makna denotatif/kognitif dari pada makna konotatif/emotif. Hal ini dikarenakan kring solopos sifatnya memberikan informasi jadi diperlukan penggunaan kata-kata pada kalimat tersebut tidak mengandung unsur kias atau perumpamaan.
B. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan jenis makna yang ada di Kring Solopos. Data di atas di analisis dengan menggunakan tekni keabsahan data trianggulasi teori. Adapun langkah-langkah dari trianggulasi teori tersebut dalam praktiknya dilakukan oleh peneliti setelah temuan dari hasil analisis kemudian dibandingkan dengan hasil penelitian terdahulu yang relevan. Berikut ini keterkaitan hasil penelitian di atas dengan penelitian terdahulu (Penelitian yang Relevan), yakni. Berdasarkan dari hasil analisi di atas keterkaitan hasil penelitian dengan penelitian terdahulu (Penelitian yang Relevan), yakni. Pertama, Yadi (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Makna: Suatu Kajian Semantik” membahas tentang makna leksikal. Hasil dari penelitian ini berupa makna leksikal yang didalamnya mencakup adalah entailment, inklusi, kontradiksi, anomali, ambiguitas, polisemi, homonimi, metonimia, Referensi, presuposisi dan sinonim. Sedangkan hasil penelitian yang peneliti lakukan yakni makna denotatif dan konotatif yang tercakup
dalam makna leksikal. Jadi antara dilihat dari hasil penelitiannya, penelitian yang dilakukan oleh Yadi dengan peneliti tidak memiliki kesamaan atau kontras. Kedua, Parinov dan Kogalovsky (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Semantic Linkages in Research Information Systems as a New Data Source for Scientometric Studies”, membahas tentang hubungan semantik untuk mewakili informasi modus eksplisit tentang hubungan antara unsur-unsur isinya. Hasil penelitian ini adalah dengan menggunakan data hubungan semantik saat disajikan beberapa eksperimen statistik, termasuk contoh indikator berdasarkan pada dua set data: (a) apa benda terkait dan (b) apa hubungan ilmiah (semantik) disajikan oleh hubungan. Sedangkan hasil penelitian ini membahas tentang makna denotatif dan konotatif yang tercakup dalam makna leksikal. Jadi dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti dengan Parinov dan Kogalo tidak memiliki kesamaan atau kontras. Ketiga, Sutanto (2006) yang berjudul “Pemakaian Bahasa Indonesia pada Rubrik Kriiing Solopos:Pendekatan Sosio-Pragmatik”, membahas tentang karakter pemakaian bahasa dan tujuannya. Hasil penelitian ini adalah pemakaian bahasa, tindak tutur yang digunakan dan maksud dalam rubrik tersebut. Sedangkan hasil penelitian yang peneliti lakukan adalah makna leksikal yang didalamnya terdapat dua makna yakni makna denotatif dan konotatif. Jadi dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti dengan Sutanto sebenarnya sama-sama menjelaskan tentang maksud namun maksud di sini adalah makna denotatif dan konotatif bukan tentang tindak tutur. Sehingga penelitian yang dilakukan peneliti dengan Sutanto tidak sama atau kontras. Keempat, Skrandies dkk (2004) pada penelitiannya yang berjudul “The Processing of Semantic Meaning in Chinese World and Evoked Brain Topography” membahas tentang makna semantik dalam mata kelompok pelajaran bahasa dan budaya yang berbeda. Hasil penelitian ini adalah penggambaran dimensi yang berbeda antara
aktivasi saraf
awal yang
berdasarkan kelas semantik dengan mata pelajaran bahasa dan budaya
khususnya bahasa jerman. Sedangkan hasil penelitian yang peneliti lakukan adalah makna leksikal (denotatif dan konotatif). Keduanya ditinjau dari hasil penelitiannya kelihatan sekali jika memiliki perbedaan yang sangat jelas sehingga penelitian peneliti dengan Skandies tidak sama. Kelima, Kinanti (2008) pada penelitiannya yang berjudul “Analisis makna dan relasi makna dalam slogan iklan Belanda di Internet”, membahas tentang jenis makna dan relasi makna dalam slogan iklan Belanda di internet. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 85 % slogan iklan memiliki makna kalimat denotif dan 15 % sisanya bermakna kinotif. Relasi makna intralingual yang terdapat dalam slogan iklan Belanda hanya makna polisemi yaitu sebesar 50 %. Makna asossiatif sebesar 80%, makna afektif sebesar 30% dan makna situatif sebesar 25 %. Sedangkan hasil penelitian yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa dari segi analisis makna ditemukan adanya makna konotatif dan makna denotatif. Sehingga ditinjau dari hasil penelitiannya, penelitian Kinanti dengan peneliti memiliki kesamaan (sama) karena sama-sama membahas tentang makna denotatif dan konotatif. Keenam, Philip (2008) pada penelitiannya yang berjudul “Analisis Makna Haiku yang Tertulis dalam Ukiyo-E Khusus Bertemakan Burung (Analisi Makna Tiga Haiku) “, membahas tentang makna pada puisi (Haiku) jepang. Hasil penelitian ini berupa ditemukan tiga haiku. Sedangkan hasil penelitian yang peneliti lakukan berupa dua jenis makna. Penelitian Philip dan penelitiannya yang peneliti lakukan memiliki kesamaan yang cukup jelas sama-sama mengkaji tentang makna. Ketujuh, Nasution (2008) pada penelitiannya yang berjudul “Analisis Fungsi dan Makna Fukushi Chotto dalam Komik “Klinik Dr. Kouto” Karya Takatoshi Yamada ditinjau dari Segi Semantik” membahas tentang mempelajari bahasa ada empat komponen besar. Hasil pnelitian ini adalah ada empat komponen besar dalam mengkaji sebuah makna yaitu komponen bunyi, komponen kata, komponen kalimat, dan komponen makna. Komponen bunyi dipelajari dalam fonologi, komponen kata (bentuk kata) dalam morfologi, komponen kalimat (susunan kalimat) dipelajari dalam sintaksis,
dan komponen makna dipelajari dalam semantik. Sedangkan dalam penelitian mengkaji makna dari segi semantik. Sehingga dilihat dari hasil penelitiannya antara Nasution dengan peneliti tidak memiliki kesamaan (berbeda). Simpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat ditarik sebuah kesimpulan. Hakikat makna leksikal terdiri atas makna konotatif dan denotatif. Pada penelitian di Kring Solopos ini ditemukan Sehubungan dengan pembahasan yang sudah disajikan pada bab sebelumnya, maka diperoleh beberapa simpulan. Berikut ini hal yang dapat di simpulkan. Terdapat dua jenis makna leksikal dalam Kring solopos. Makna tersebut yakni makna denotatif/kognitif dan konotatif/emotif. Makna konotatif yakni makna yang berasal dari pemikiran seseorang yang terbebas dari makna sebenarnya. Makna denotatif yakni makna sebenarnya sesuai dengan kenyataan bukan makna kias atau perumpamaan. Semua pesan yang terdapat dalam Kring Solopos, setiap kalimatnya mengandung sebuah makna. Hal ini disebabkan setiap tuturan menggunakan kata
yang
meiliki
makna
berbeda
dengan
referensinya,
sehingga
menimbulkan efek penasaran bagi pembaca. Adanya perbedaan makna dalam pesan dengan makna sebenarnya membuat daya tarik penelitian ini. Hasil penelitian ini lebih banyak ditemukan makna denotatif dari pada makna konotatifnya. Daftara Pustaka Chaer, Abdul. 2007. Lingustik Umum. Jakarta:Rineka Cipta __________.2007. Kajian Bahasa:Struktur Internal, Pemakaian dan Pemelajaran. Jakarta:Rineka Cipta _________.2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta:Rineka Cipta Djajasudarma, T. Fatimah. 1999. Semantik 2:Pemahaman Ilmu Makna. Bandung Refika
_________. 1993. Semantik 1:Pengantar Ke Arah Ilmu Makna. Bandung:Eresco Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa:Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistik. Yogyakarta:Duta Wacana University Press Suwandi, Sarwiji. 2008. Semantik:Pengantar Kajin Makna. Yogyakarta:Media Perkasa