DEIKSIS DALAM TEKS ANEKDOT PADA MEDIA MASSA KORAN SOLOPOS EDISI SEPTEMBER SAMPAI NOVEMBER TAHUN 2014
Artikel Publikasi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Diajukan Oleh: Nanto A 310110159
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
DEIKSIS DALAM TEKS ANEKDOT PADA MEDIA MASSA CETAK KORAN SOLOPOS EDISI SEPTEMBER-NOVEMBER TAHUN 2014
Diajukan Oleh : NANTO A310110159
Artikel Publikasi ini telah disetujui oleh pembimbing skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi.
Surakarta, 25 Mei 2015 Pembimbing 1,
Pembimbing 2,
Drs. Andi Haris P., M.Hum
Laili Etika Rahmawati, S.Pd., M.Pd.
NIK. 412
NIP. 100.1356
Deiksis dalam Teks Anekdot pada Media Massa Cetak Koran Solopos Edisi September-November Tahun 2014 Nanto, A310110159, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi (1) wujud atau bentuk deiksis dalam teks anekdot pada koran Solopos edisi September sampai November 2014, dan (2) memaparkan distribusi atau letak deiksis dalam teks anekdot pada koran Solopos edisi September sampai November 2014. Penelitian ini berbentuk kualitatif yang bersifat deskriptif. Sumber data berupa dokumen, yaitu koran Solopos edisi September sampai November 2014. Teknik pengumplan data dilakukan dengan analisis dokumen, sedangkan validitas uji dengan menggunakan trianggulasi teoretis dan teknik analisis data yang digunakan adalah metode agih dan padan. Hasil dari penelitian ini adalah ditemukannya (1) bentuk atau wujud deiksis yang terdapat dalam teks anekdot pada koran Solopos edisi September sampai november 2014, yaitu deiksis persona, deiksis waktu, dan deiksis yang menyangkut pronomina demonstratif (penunjuk). Deiksis persona yang digunakan, yaitu persona pertama tunggal dan jamak (saya, aku, dan kita), persona kedua tunggal (kamu dan Anda), persona ketiga tunggal dan jamak (dia, ia, dan mereka). Deiksis waktu yang digunakan, yaitu saat ini, sekarang, besok, nanti, tadi, pekan lalu, hari lalu, kemarin, tadi malam, dan saat ini juga. Deiksis yang menyangkut pronomina demonstratif (penunjuk) yang digunakan, yaitu di situ, di sana, di sini, di depan, ini, itu, sini, dan situ. (2) distribusi atau letak deiksis dalam teks anekdot pada koran Solopos edisi September sampai November 2014. Distribusi deiksis dalam teks anekdot tersebut terdapat di awal, di tengah, dan di akhir. Bahkan dalam satu kalimat terdapat lebih dari satu deiksis. Deiksis yang terdapat di awal berjumlah 19, di tengah terdapat 54 deiksis, dan di akhir terdapat 12 deiksis dari keseluruhan bentuk deiksis. Deiksis persona distribusinya paling merata, dapat berada di awal, di tengah, dan di akhir kalimat. Deiksis waktu distribusinya menyebar di awal, di tengah, dan di akhir kalimat. Kemudian deiksis yang menyangkut pronomina demonstratif (penunjuk) menyebar pada bagian awal tengah dan akhir kalimat. Kata kunci: Deiksis, teks anekdot, dan distribusi
A. Pendahuluan Deiksis sebagai salah satu kajian pragmatik yang pemaknaan suatu bahasa harus disesuaikan dengan konteksnya. Pemakaian bahasa yang tidak teratur dan tidak efektif akan menyebabkan kerancuan serta dapat menimbulkan persepsi berbeda pada penerima bahasa. Untuk memahami dan menentukan apakah sebuah ujaran bersifat deiksis atau tidak tentu membutuhkan pemahaman yang menyeluruh. Salah satu aspek penting dalam menganalisis pemakaian bahasa adalah maksud pembicara. Maksud pembicara sangat ditentukan oleh konteks, waktu, tempat, penutur, partisipan, dan situasi. Kajian mengenai deiksis ini merupakan cara untuk mengetahui hubungan antara bahasa dan konteks dalam struktur bahasa itu sendiri. Untuk dapat mengetahui makna dari sebuah kata, harus diketahui pula siapa, dimana, dan kapan kata itu diucapkan. Dengan demikian deiksis merupakan identifikasi mengenai sebuah makna yang terkandung dalam bahasa dan dapat diketahui apabila sudah berada dalam konteks peristiwa atau situasi pembicara. Jadi, pusat orientasinya terletak pada penutur. Pemilihan deiksis dalam penelitian ini dianggap menarik oleh peneliti karena ingin lebih dalam lagi mempelajari mengenai makna yang terkandung dalam suatu kalimat. Selain hal tersebut peneliti juga ingin mengungkapkan bahwa tidak semua kata-kata deiksis itu dapat berfungsi atau bermakna deiksis. Peneliti terdorong untuk mengambil objek pada teks anekdot yang terdapat dalam surat kabar koran Solopos. Peneliti mengambil objek kajian berupa teks anekdot disebabkan pada teks anekdot terdapat kalimat-kalimat yang di dalamnya terdapat beberapa kata deiksis. Deiksis pada teks anekdot tersebut tidak semuanya dapat berfungsi atau bermakna sebagai deiksis. Penggunaan deiksis dalam setiap kata dalam teks anekdot tersebut mengacu pada konteks tuturan tersebut. Ketika dalam kalimat ataupun tuturan ditemukan kata deiksis belum tentu itu dapat bersifat atau bermakna deiksis. Selain itu peneliti juga dapat mengetahui suatu tuturan itu langsung atau tidak langsung dapat dilihat dari pemakaian deiksis tersebut. Deiksis ini perlu diteliti agar tidak terjadi kesalahan pemahaman terhadap penafsiran makna dalam tuturan yang mengandung kata deiksis.
1
2
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti deiksis pada teks anekdot. Sejalan dengan permasalahan ini peneliti menulis judul “Deiksis dalam teks anekdot pada media massa cetak koran Solopos edisi SeptemberNovember tahun 2014”. Peneliti merumuskan dua rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah wujud atau bentuk deiksis dan distribusi atau letak deiksis dalam teks anekdot pada koran Solopos edisi September sampai November 2014. Tujuan dalam penelitian ini ialah untuk mengidentifikasi bentuk deiksis serta memaparkan distribusi atau letak deiksis dalam teks anekdot pada koran Solopos edisi September sampai November 2014. Cahyono (1995: 217) mengatakan deiksis ialah suatu cara untuk mengacu ke hakikat tertentu dengan menggunakan bahasa yang hanya dapat ditafsirkan menurut makna yang diacu oleh penutur dan dipengaruhi oleh situasi pembicara. Lyons (dalam Djajasudarma 1999: 43) yang menjelaskan bahwa deiksis adalah lokasi dan identifikasi orang, objek, peristiwa, proses atau kegiatan yang sedang dibicarakan atau yang sedang diacu dalam hubungannya dengan dimensi ruang dan waktunya, pada saat dituturkan oleh pembicara atau yang diajak bicara. Kaswanti (dalam Nadar, 2009: 54) kata deiksis berasal dari kata Yunani deiktikos yang berarti “hal penunjukan secara langsung”. Sebuah kata dikatakan bersifat deiktis apabila referennya berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung pada saat dan tempat dituturkannya kata itu. Lyons (dalam Djajasudarma, 2013: 51) menyatakan bahwa upaya penunjukan deiksis dapat berupa: (1) pronominal orang(an), (2) nama diri, (3) pronomina demonstratif (penunjuk), (4) kala, (5) keaspekan ciri gramatikal atau leksikal waktu. 1.
Deiksis Pronomina Orangan (Persona) Sistem pronomina orangan meliputi system tutur sapa (terms of addressee)
dan system tutur acuan (terms of reference). Acuan yang ditunjuk oleh pronomina persona berganti-ganti bergantung kepada peranan yang dibawakan peserta tindak ujaran. Orang yang sedang berbicara mendapat peranan yang disebut persona pertama. Apabila ia tidak berbicara lagi, dan kemudian menjadi pendengar maka ia berganti memakai topeng yang disebut persona kedua. Orang yang tidak hadir dalam
3
tempat terjadinya pembicaraan (tetapi menjadi bahan pembicaraan) atau yang hadir dekat dengan tempat pembicaraan (tetapi tidak terlibat dalam pembicaraan itu sendiri secara aktif) diberi topeng yang disebut persona ketiga. 2.
Deiksis yang Menyangkut Nama Diri Ujaran sehari-hari dapat menghindari pemakaian pronomina orangan, kita
cenderung memakai nama lain antara lain nama diri, pangkat, dan tingkat kekerabatannya karena kita agaknya lebih suka kepada pendekatan yang tidak langsung. Nama diri digunakan sebagai kata sapaan atau panggilan jika kita hendak mulai suatu percakapan, atau jika hendak minta perhatian kawan bicara. 3.
Deiksis yang Menyangkut Pronomina Demonstratif (Penunjuk) Deiksis ini ditunjukkan oleh satuan leksikal yang berhubungan dengan arah
dan ruang, yang berupa antara lain ini, itu, sini, situ, dan sana. Di dalam bahasa Indonesia deiksis yang menyangkut pronomina demonstratif atau penunjuk dapat dibedakan dari sudut jauh dekatnya (proximity), pronominal aku dan saya berkorelasi dengan ini, yakni dekat dengan pembicara; engkau, kamu, dan anda berkorelasi dengan itu, yakni jauh dari pembicara dan dekat dengan kawan bicara; dia, ia, beliau berkorelasi dengan anu, yakni jauh baik dari pembicara maupun dari kawan bicara. 4.
Deiksis yang Menyangkut Waktu Deiksis yang menyangkut waktu ini berhubungan dengan struktur temporal.
Bahasa Indonesia hanya memiliki aspek (keaspekan) dan nomina temporal. Di dalam bahasa Indonesia kategori gramatikal perubahan verba (kala) tidak ditemukan. Leksem waktu bersifat deiktis apabila yang menjadi patokan si pembicara. Effendy, (1993:241) menyatakan surat kabar adalah lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa dan aktual mengenai apa saja dan dimana saja di seluruh dunia untuk diketahui pembaca. Arti penting surat kabar terletak pada kemampuannya untuk menyajikan berita-berita dan gagasan-gagasan tentang perkembangan masyarakat pada umumnya, yang dapat mempengaruhi kehidupan modern seperti sekarang ini. Selain itu, surat kabar mampu menyampaikan sesuatu kepada pembacanya melalui surat kabar pendidikan, informasi dan interpretasi
4
mengenai beberapa hal. Sehingga hampir sebagian besar dari masyarakat menggantungkan dirinya kepada pers untuk memperoleh informasi. Mahsun (2014:25) menyebutkan teks anekdot sebagai salah satu jenis teks yang termasuk dalam genre cerita, teks anekdot memiliki tujuan sosial yang sama dengan teks cerita ulang. Hanya saja, peristiwa yang ditampilkan membuat partisipan yang mengalaminya merasa jengkel atau konyol. Teks ini memiliki struktur berpikir: judul, pengenalan/orientasi, krisis/masalah, dan reaksi. Nur „Aini, Taufiqiyyah. (2012) meneliti “Deiksis Dalam Wacana Di Halaman Pendidikan Harian Solopos Edisi Agustus–Oktober 2011: Sebuah Kajian Pragmatik”. Berdasarkan analisis data dapat diambil dua simpulan. Pertama, bentuk-bentuk deiksis yang terdapat dalam wacana di halaman Pendidikan harian Solopos adalah a) deiksis persona, b) deiksis tempat (ruang), c) deiksis waktu, d) deiksis wacana, e) deiksis sosial, Kedua, fungsi-fungsi deiksis yang terdapat dalam wacana di halaman Pendidikan harian Solopos adalah a) fungsi-fungsi deiksis persona, yaitu (1) merujuk pada orang yang berbicara, (2) merujuk pada orang yang dibicarakan, (3) menunjukkan perbedaan tingkat sosial antara penutur dan mitra tutur, (4) menunjukkan bentuk eksklusif, (5) menunjukkan bentuk inklusif, (6) menunjukkan bentuk jamak, (7) menunjukkan jabatan yang dimiliki seseorang, b) fungsi-fungsi deiksis tempat (ruang), (1) menunjuk pada tempat yang dekat dengan pembicara, (2) menunjuk pada tempat yang jauh dari pembicara, c) fungsi-fungsi deiksis waktu, yaitu (1) merujuk pada saat tuturan, (2) merujuk pada waktu lampau, (3) merujuk pada waktu sesudah saat tuturan, dan (4) menggambarkan kejadian yang faktual atau pungtual, d) fungsi-fungsi deiksis wacana, yaitu (1) merujuk pada hal yang telah disebut, (2) merujuk pada hal yang akan disebut, (3) merujuk pada jumlah yang banyak, dan (4) menyimpulkan sesuatu, e) fungsi-fungsi deiksis sosial, yaitu (1) sebagai pembeda tingkat sosial penutur dan mitra tutur, (2) untuk menjaga sopansantun berbahasa, dan (3) sebagai bentuk sikap sosial kemasyarakatan. Kusumawati, Erlina. (2006) meneliti “Analisis deiksis persona dan sosial wacana berita patroli dalam surat kabar harian umum solopos tahun 2004”.Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) bentuk-bentuk deiksis persona dan sosial; (2) katagorisasi deiksis persona dan sosial; dan (3) fungsi pemakaian deiksis
5
persona dan sosial pada wacana berita Patroli dalam surat kabar harian umum Solopos tahun 2004. Berdasarkan analisis data penelitian dapat disimpulkan bahwa: Pertama, bentuk-bentuk deiksis persona dan sosial yang terdapat dalam wacana berita Patroli dalam surat kabar harian umum Solopos edisi OktoberDesember 2004 adalah: (a) Deiksis persona, dari 650 kalimat-kalimat yang mengandung deiksis persona ditemukan 874 bentuk deiksis persona dan yang paling sering muncul adalah bentuk persona ketiga, (b) Deiksis sosial, dari 206 kalimatkalimat yang mengandung deiksis sosial ditemukan 282 bentuk deiksis sosial dan yang paling sering muncul adalah bentuk honorifics. Kedua, kategorisasi deiksis persona dan sosial yang terdapat dalam wacana berita Patroli dalam surat kabar harian umum Solopos edisi Oktober-Desember 2004 adalah: (a) kategorisasi dalam deiksis persona, yaitu: (1) deiksis persona pertama tunggal, (2) deiksis persona pertama jamak, (3) deiksis persona kedua tunggal, (4) deiksis persona ketiga tunggal, dan (5) deiksis persona ketiga jamak. (b) kategorisasi dalam deiksis sosial, yaitu: (1) eufimisme (pemakaian kata halus) dan (2) honorifics (sopan santun berbahasa). Ketiga,fungsi pemakaian deiksis persona dan sosial yang terdapat dalam wacana berita Patroli dalam surat kabar harian umum Solopos edisi Oktober-Desember 2004 adalah: (a) fungsi pemakaian deiksis persona, (1) Merujuk pada diri orang yang sedang berbicara, (2) Merujuk pada nama orang yang memegang jabatan, (3) Merujuk pada orang yang sedang dibicarakan, (4) Meyebutkan orang dalam jumlah banyak, (5) Menunjukkan bentuk inklusif, (6) Menunjukkan bentuk ekslusif. (b) fungsi pemakaian deiksis sosial, (1) Sebagai salah satu bentuk efektivitas kalimat, (2) Sebagai pembeda tingkat sosial seseorang, (3) Untuk menjaga sopan santun berbahasa, (4) Untuk menjaga sikap sosial kemasyarakatan. Nofitasari. (2012) meneliti “Deiksis Sosial dalam Novel Laskar Pelangi”. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk sintaksis deiksis sosial, jenis ungkapan deiksis sosial, fungsi deiksis sosial, dan maksud deiksis sosial dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Hasil penelitian pada deiksis sosial meliputi empat macam yang pertama bentuk deiksis sosial dikelompokkan menjadi tiga yaitu deiksis sosial berupa kata, frasa dan klausa.
6
Pastia, Andi Lisano. (2013) meneliti “Analisis Penggunaan Deiksis Persona Pada Novel Laksmana Jangoi Karya Muharroni”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis jenis-jenis deiksis persona dan penggunaan bentuk deiksis persona pada novel Laksmana Jangoi karya Muharroni.Penggunaan deiksis persona yang digunakan yaitu deiksis persona pertama tunggal dan jamak, deiksis persona kedua tunggal dan jamak, dan deiksis persona ketiga tunggal dan jamak. Penggunaan deiksis persona yang paling dominan yaitu deiksis persona ketiga bentuk tunggal yaitu -nya. Damsi, Sriyulan Mekarwaty Damsi. (2014) meneliti “Deiksis dalam Novel yang Miskin Dilarang Maling Karya Salman Rasdie Anwar”. Permasalahan dalam penelitian pustaka ini adalah (1) bagaimana deiksis persona dalam novel yang Miskin Dilarang Maling Karya Anwar Rasydie Anwar, (2) bagaimana deiksis tempat dalam novel yang Miskin Dilarang Maling Karya Anwar Rasydie Anwar, (3) bagaimana deiksis waktu dalam novel yang Miskin Dilarang Maling Karya Anwar Rasydie Anwar, (4) bagaimana deiksis wacana dalam novel yang Miskin Dilarang Maling Karya Anwar Rasydie Anwar, dan (5) bagaimana deiksis sosial dalam novel yang Miskin Dilarang Maling Karya Anwar Rasydie Anwar. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kelima deiksis. Berdasarkan hasil analisis di atas menunjukan bahwa dalam novel yang Miskin Dilarang Maling Karya Anwar Rasydie Anwar terdapat lima macam deiksis seperti: deikis persona, deiksis tempat, deiksis waktu, deiksis wacana, dan deiksis sosial. Fitria, Rifanisa Nurul. (2010) meneliti “Deiksis Bahasa Indonesia Anak berusia 45 Bulan: Sebuah Studi Kasus”. Skripsi ini membahas deiksis bahasa Indonesia anak berusia 45 bulan. Tujuannya adalah menginventarisasi dan menganalisis penggunaan deiksis pada seorang anak Indonesia berusia 45 bulan. Dari penelitian ini, dapat diketahui deiksis-deiksis yang telah digunakan dan yang belum digunakan oleh seorang anak berusia 45 bulan serta penggunaannya. Deiksis yang muncul dalam data dibagi atas deiksis eksofora dan deiksis endofora. Kata-kata deiktis tersebut diklasifikasikan lagi kedalam deiksis persona, deiksis ruang, dan deiksis waktu. Kesimpulan dari analisis tersebut adalah jumlah deiksis yang muncul
7
dalam
data
serta
penggunaan
kata-kata
deiksis
tersebut
menggambarkan
pemerolehan deiksis bahasa Indonesia pada seorang anak berusia 45 bulan. Diyah, Agustiyan. (2012) meneliti “Analisis Deiksis dalam Novel Lintang Panjer Rina Karya Daniel Tito dan Pembelajarannya di SMA”. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan macam-macam deiksis yang terdapat dalam novel Lintang Panjer Rinakarya Daniel Tito; (2) mendeskripsikan pembelajaran sastra khususnya deiksis dalam novel Lintang Panjer Rina karya Daniel Tito di SMA. Subjek penelitian ini adalah novel Lintang Panjer Rinakarya Daniel Tito yang diterbitkan oleh Yayasan Sasmita Budaya Sragen merupakan arsip pada tahun 2002dengan tebal 115 halaman.Objek penelitian ini adalah analisis deiksis dan juga pembelajarannya. Fokus penelitian ini adalah macam-macam deiksis serta pembelajarannya di SMA. Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa (1) ada tiga macam deiksis yang terdapat pada novel Lintang Panjer Rina karya Daniel Tito yaitu deiksis persona yang dalam penelitian ini berupakata: dheweke, Panambang –e, Bocah-bocah mau, panambang –mu, panambang –ku, aku, bocah loro, kowe, bocah-bocah kuwi, wadon tuwa iki, loro-lorone, sampeyan, dhik, mas, bulik, wong loro; deiksis waktu meliputi: wayah mengkono, mau, mengko, saiki, yah mene, sesuk, wingi, sore iki, wengi iki, sewelas dina kepungkur, mengko bengi, awan kuwi, dina iki, emben, wengi kuwi, wektu semana, biyen, sesuk bengi, pirang-pirang dina iki, telung dina kepungkur, wulan ngarep, wiwit kuwi, lebaran wingi, telung sasi sadurunge,sore iku, minggu cendhake;deiksis tempatmeliputi: kono, ing kana, kene, njero gedung, panambang – e, dhaerah kuwi, dhaerah kono, mrono, kantor, mrene; (2) Pembelajaran novel Lintang Panjer Rina karya Daniel Tito terdiri dari tiga tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Perencanaan pembelajaran berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang tertuang dalam silabus.Pembelajaran novelLintangPanjerRinakarya
Daniel
Tito
menggunakan
model
pembelajaranJigsaw.Metode yang digunakan yaitu, ceramah, Tanya jawab, diskusi, dan penugasan.Evaluasi berupa soal uraian.
8
Anis, Cahyani.(2014) meneliti “Analisis Deiksis dalam Komik Angkara Tan Nendra Karya Resi Wiji S.dalam Majalah Panjebar Semangat”.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) jenis dan bentuk deiksis dalam komik Angkara Tan Nendra karya Resi Wiji S. dan (2) pengacuan deiksis dalam komik AngkaraTan Nendra karya Resi Wiji S. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifatdeskriptif. Subjek penelitian ini adalah komik Angkara Tan Nendra karya Resi Wiji S.Selanjutnya, objek penelitian ini adalah satuan gramatikal berupa kata, frasa, klausa maupunkalimat yang mengandung jenis, bentuk, dan pengacuan deiksis dalam komik Angkara TanNendra karya Resi Wiji S. Data dikumpulkan menggunakan teknik dasar dengan metode simakdan teknik lanjutan berupa teknik catat. Kemudian, data dianalisis menggunakan metodecontent analysis atau analisis isi. Adapun pemaparan hasil analisis menggunakan metodeinformal. Metode informal tersebut digunakan untuk memaparkan jenis, bentuk, dan pengacuan deiksis dalam komik Angkara Tan Nendra karya Resi Wiji S. Hasil penelitian ini adalah ditemukannya (1) tiga jenis deiksis dengan berbagai bentuk deiksisnya dalam komik Angkara Tan Nendra karya Resi Wiji S. dan (2) dua jenis pengacuan dalam komik Angkara Tan Nendra karya Resi Wiji S., yaitu a) pengacuan endofora, yang mencakup pengacuan anaphora dan pengacuan katafora; dan b) pengacuan eksofora. Tiga jenis deiksis dalam komik Angkara Tan Nendra karya Resi Wiji S. tersebut meliputi (a) deiksis persona, (b) deiksis ruang, dan (c) deiksis waktu. Bentuk deiksis persona dalam komik Angkara Tan Nendra karya Resi Wiji S.meliputi (i) bentuk bebas ‘aku’, ‘kula’, ‘kawula’, ‘awake dhewe’, ‘kita’, ‘sliramu’, ‘kowe’,‘paduka’, ‘panjenengan sakarone’, ‘kowe sakarone’, ‘dheweke’, ‘panjenengane’; (ii) bentukterikat ‘dak-‘, ‘tak-‘, ‘-ku’, ‘kok-‘, ‘-mu’, ‘-e’, ‘-ipun’; dan (iii) bentuk ketakziman ‘kakang’,‘dhimas’, ‘adhi’, ‘kisanak’, ‘ngger’, ‘kulup’. Selanjutnya, bentuk deiksis ruang dalam komikAngkara Tan Nendra karya Resi Wiji S. meliputi bentuk ‘kene’, ‘kono’, ‘kana’, ‘iki’, ‘iku’. Selainitu, bentuk deiksis waktu dalam komik Angkara Tan Nendra karya Resi Wiji S. meliputi bentuk‘saiki’, ‘seprene’, ‘nalika’, ‘mengko’, ‘banjur’, ‘nuli’, ‘sesuk’, ‘candhake’.
9
B. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif bertujuan untuk mengungkapkan berbagai informasi kualitatif dengan pendeskripsian yang teliti dan penuh nuansa untuk menggambarkan secara cermat suatu hal, fenomena, dan tidak terbatas pada pengumpulan data, melainkan meliputi analisis dan interpretasi. Selain penelitian tersebut penelitian terpancang adalah desain penelitian yang digunakan dalam mendukung penelitian ini. Berdasarkan uraian tersebut dapat dipaparkan bahwa variabel yang menjadi fokus utama penelitian ini adalah deiksis yang terdapat dalam teks anekdot di media massa cetak koran Solopos edisi September sampai November 2014. Objek penelitian ini adalah deiksis yang terdapat dalam teks anekdot di media massa cetak koran Solopos edisi September sampai November 2014. Data dalam sebuah penelitian terbagi menjadi dua macam, yaitu data primer dan data sekunder. Adapun sumber data primer dalam penelitian ini berupa teks anekdot dalam koran Solopos edisi September sampai November 2014. Sedangkan sumber data sekunder menggunakan hasil-hasil penelitian terdahulu serta referensireferensi yang mendukung penelitian ini. Teknik pengumpulan data dalam hal ini menggunakan teknik dokumen. Peneliti menggunakan teknik dokumen ini memfokuskan pada bentuk kata, frasa, maupun klausa yang terdapat dalam teks anekdot pada koran Solopos. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode agih dengan teknik bagi unsur langsung atau teknik BUL serta menggunakan metode padan dengan teknik pilah unsur penentu atau PUP. Peneliti mengusahakan validitas data yang diperoleh dengan menggunakan teknik triangulasi. Peneliti menggunakan triangulasi untuk menguji data yang sudah diperoleh dengan mengunakan beberapa teori untuk memperoleh keabsahan data, yaitu teori tentang deiksis pada umumnya. Dari beberapa teori tentang deiksis tersebut akan diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai karakteristik sebuah data. Kemudian hasil analisis mengenai deiksis tersebut dapat ditarik kesimpulan secara menyeluruh.
10
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan Peneliti menyajikan data dengan menggunakan kode singkatan sebagai berikut, D (Data), SP (Solopos), tanggal, bulan September (Sep), bulan Oktober (Okt), bulan November (Nov), tahun 2014 (14). Peneliti hanya akan menganalisis data yang mewakili saja karena dalam satu data ditemukan beberapa kesamaan. Berikut ini peneliti menyajikan hasil penelitian yang dilakukan. 1.
Wujud atau bentuk deiksis yang terdapat dalam teks anekdot pada koran Solopos edisi September sampai November tahun 2014
a.
Deiksis persona Deiksis persona merupakan kata yang menyatakan keterangan orang yang acuannya berganti-ganti bergantung pada peran yang dibawakannya. Deiksis persona ini terbagi menjadi tiga, yaitu persona kata ganti orang pertama, persona kedua, dan persona ketiga. 1) Persona Pertama Orang yang sedang berbicara atau merujuk pada dirinya sendiri serta kelompok yang melibatkan dirinya. a) Sial, aku enggak lihat kalau kolam renangnya berbelok padahal jalanku tetap saja lurus, …(D1, SP 1 Sep 14). b) Pak, besok saya tidak jadi membawa tenda, …(D5, SP 5 Sep 14). c) Maaf ya Pak, ternyata kita salah ambil tas. (D23, SP 26 Sep 14). Berdasarkan data di atas terdapat deiksis persona pertama tunggal dan juga persona pertama jamak yaitu berupa kata saya, aku, dan kita. Kata saya dan aku dikatakan deiksis karena keduanya memiliki acuan yang selalu berganti-ganti bergantung pada konteks kalimatnya. Kemudian kata kita mengacu kepada penutur atau pembicara beserta mitra tutur secara berkelompok, akan tetapi pembicara pada konteks yang berbeda sehingga maknanya berbeda. 2) Persona kedua Persona kedua merupakan bentuk penunjuk atau pengganti yang merujuk kepada mitra tutur yang terikat langsung dalam peristiwa bahasa. d) Kamu bawa motor? (D6, SP 6 Sep 14).
11
e) Hlo, disamping kos Anda kan rumah saya. (D28, SP 2 Okt 14). Data diatas merupakan bentuk dengan persona kedua, yaitu kata kamu dan Anda. Kedua kata tersebut merujuk kepada seorang mitra tutur dalam sebuah peristiwa berbahasa. 3) Persona ketiga Persona ketiga ini ialah bentuk penunjuk atau pengganti yang mengacu kepada seseorang yang dijadikan objek pembicaraan dalam peristiwa bahasa. f)
Bahkan Koplo menjauh, berlagak seperti bos, dengan hape di tangan, ia nyerocos menerima telepon. (D1, SP 1 Sep 14).
g)
Mereka sama-sama KKN tapi ditempatkan di desa tetangga. (D7, SP 8 Sep 14).
h)
Hampir setiap hari Minggu dia menjadi sopir pribadi orangtuanya untuk mengantar jagong. (D9, SP 10 Sep 14). Dapat dilihat data di atas, bahwa terdapat deiksis persona ketiga, yaitu
berupa kata dia, ia, dan mereka.
b.
Deiksis Waktu Leksem waktu bersifat deiktis apabila yang menjadi patokan pembicara, bukan merujuk pada posisi bumi terhadap matahari. 1) Rutunitas ini pun berjalan semenjak Cempluk kelas I SD sampai sekarang sudah lulus SD dan masuk ke SMP. (D3, SP 3 Sep 14). Kata sekarang mengacu pada tuturan yang terjadi pada waktu ini juga yaitu 3 September 2014 saat penutur itu berbicara 2) Jon Koplo baru ingat kalau tadi ada rapat di kantor, ada nasi dus-dusan. (D16, SP 18 Sep 14). Kata tadi merujuk pada waktu sebelum ujaran itu diucapkan oleh penutur. 3) Koplo baru sadar kalau orang yang mengambil gerobak kemarin adalah pencuri. (D26, SP 30 Sep 14). Kata kemarin merupakan deiksis waktu yang bertitik labuh pada satu hari sebelum saat tuturan. .
12
c.
Deiksis yang Menyangkut Pronomina Demonstratif (penunjuk) Deiksis ini ditunjukkan oleh satuan leksikal yang berhubungan dengan arah dan ruang, yang berupa antara lain ini, itu, sini, situ, dan sana. Di dalam bahasa Indonesia deiksis yang menyangkut pronomina demonstratif atau penunjuk dapat dibedakan dari sudut jauh dekatnya (proximity). 1) Semua murid yang ada di situ sudah pulang satu persatu. (D3, SP 3 Sep 14). Kata di situ merujuk pada arah murid yang tidak dekat dengan pembicara. 2) Di sini persewaan tenda untuk resepsi bukan tenda untuk kemah, Dik. (D5, SP 5 Sep 14). Kata di sini termasuk penanda demonstratif yang menyatakan dekat. Kata tersebut merujuk pada apa yang ditunjukkan oleh pembicara. 3) Kebetulan Pak RT yang ada di depan Koplo langsung nyaut. (D8, SP 9 Sep 14). Kata di depan juga termasuk deiksis ruang. Untuk mengetahui hal tersebut diperlukan pemahaman dimana pembicara berada.
13
2. Distribusi atau letak deiksis dalam teks anekdot pada koran Solopos edisi September sampai November 2014. Tabel 1. Distribusi atau letak deiksis No
Data
Tuturan
Distribusi deiksis Awal
1
D1
Sial, aku enggak lihat kalau kolam padahal
renangnya jalanku
Tengah
Akhir
X
berbelok tetap
saja
lurus. 2
D3
Aku lali saiki kowe wis SMP,
.
X
hehehe…, jawab Koplo tanpa merasa berdosa. 3
D13
Selesailah transaksi mereka.
4
D28
Hlo, disamping kos Anda kan
X X
X
X
X
rumah saya. 5
D43
Ia membayangkan wajahnya
X
nanti akan menjadi kinclong moblong-moblong
setelah
memakai sabun itu. Dari tabel di atas menunjukkan bahwa diketahui distribusi atau letak deiksis dalam teks anekdot pada koran Solopos edisi September sampai November tahun 2014 terdapat dibagian awal, tengah, dan akhir. Pada data diatas juga ditunjukkan bahwa dalam satu kalimat terdapat lebih dari satu deiksis. Data yang didalamnya terdapat lebih dari satu deiksis itu bisa terletak pada bagian awal-tengah maupun tengah-akhir, bahkan ada yang terdapat pada bagian awal-tengah-akhir. Berdasarkan penjelasan di atas, ditemukan bentuk-bentuk pemakaian deiksis yang terdapat dalam teks anekdot pada koran Solopos edisi September sampai November tahun 2014. Dari data itu, deiksis yang ditemukan beragam yaitu deiksis persona (persona pertama, persona kedua, dan persona ketiga),
14
deiksis waktu, dan deiksis yang menyangkut pronomina demonstratif (penunjuk). Adapun secara keseluruhan deiksis yang ditemukan dalam penelitian ini yang paling banyak adalah deiksis persona (persona pertama, persona kedua, dan persona ketiga) sebanyak 115 data. Deiksis persona pertama yang ditemukan dalam teks anekdot ini berupa persona pertama tunggal dan persona pertama jamak yaitu saya, aku, dan kita. Penggunaan kata saya dan aku pada teks anekdot ini menyatakan bahwa kata tersebut berupa persona pertama tunggal. Sedangkan kata kita berupa persona pertama jamak. Bentuk kita dalam teks anekdot ini digunakan penutur untuk mengacu kepada dirinya sendiri dan mitra tutur yang terlibat secara langsung dalam peristiwa bahasa yang jumlah orangnya lebih dari satu. Deiksis persona pertama jamak meliputi kata kita dan kami. Pada analisisnya peneliti cenderung menemukan kata kita yang terdapat pada teks anekdot dibandingkan menggunakan kata kami. Kata kita digunakan pada data tersebut karena memiliki sifat inklusif (gabungan antara persona pertama dan kedua) mengacu kepada dirinya sendiri dan mitra tutur yang terlibat secara langsung dalam peristiwa bahasa. Sedangkan kata kami mempunyai sifat ekslusif (gabungan antara persona pertama dan ketiga) yang berarti bahwa mitra tutur tidak termasuk atau tidak terlibat dalam aktivitas atau keadaan yang dituturkan. Kata kami hanya mengacu kepada pembicara sebagai orang pertama dalam peristiwa bahasa. Bentuk persona kedua yang ditemukan dalam teks anekdot ini yaitu persona kedua tunggal yang berupa kamu dan Anda. Bentuk persona kedua ini hanya ditemukan sebanyak 8 data dari sekian banyak data yang ada. Pada teks anekdot yang diteliti ini sebagian besar menggunakan kata ganti atau persona pertama dan ketiga. Kedua kata tersebut merujuk kepada seorang mitra tutur dalam sebuah peristiwa berbahasa. Kemudian untuk bentuk persona ketiga yang ditemukan persona ketiga tunggal dan jamak di antaranya dia, ia, dan mereka. Bentuk ia dan dia digunakan oleh penutur untuk mengacu kepada seseorang yang dijadikan objek pembicaraan, baik itu terlibat langsung maupun tidak langsung dalam peristiwa bahasa.
15
Deiksis waktu merujuk pada leksem waktu serta yang menjadi patokan dalam menentukan sifat deiksis ialah pembicara atau penutur dalam peristiwa bahasa. Deiksis waktu yang ditemukan dalam teks anekdot ini di antaranya saat ini juga, sekarang, tahun ini, besok, nanti, tadi, pekan lalu, hari lalu, kemarin, tadi malam, dan saat ini. Misalnya pada kalimat berikut. 1. Saat itu Koplo bangun kesiangan gara-gara tadi malam nonton bola di televisi. (D33, SP 9 Okt 14). Kata tadi malam bertitik labuh pada malam hari sebelum tuturan itu terjadi. Tetapi kata tadi malam hanya dapat diucapkan pada pagi hari, siang hari, atau sore hari pada hari berikutnya. Apabila diucapkan pada malam hari (untuk menunjuk pada malam sebelumnya) sebagai ganti kata tadi malam digunakan kemarin malam atau malam kemarin. Pemakaian leksem waktu tersebut disebabkan karena kata-kata itu menunjukkan jangkauan waktu. Kemudian untuk deiksis yang menyangkut pronomina demonstratif (penunjuk) ditunjukkan oleh satuan leksikal yang berhubungan dengan arah dan ruang. Deiksis yang berhubungan dengan ruang tersebut merujuk pada tempat atau lokasi menurut penutur dalam peristiwa bahasa. Selanjutnya untuk deiksis yang berhubungan dengan arah merupakan rujukan pada jarak jauh dekatnya pembicara. Peneliti menemukan bentuk deiksis yang berupa di situ, di sana, di sini, di depan, ini, itu, situ, dan sini. Fungsi pronomina demonstratif (penunjuk) lebih terlihat apabila orang bergerak. Pada distribusi atau letak deiksis dalam teks anekdot pada koran Solopos edisi September sampai November tahun 2014 terdapat dibagian awal, tengah, dan akhir. Pada data ditunjukkan bahwa dalam satu kalimat terdapat lebih dari satu deiksis. Data yang didalamnya terdapat lebih dari satu deiksis itu bisa terletak pada bagian awal-tengah maupun tengah-akhir, bahkan ada yang terdapat pada bagian awal-tengah-akhir. Jadi distribusi deiksis yang terdapat dalam data tersebut merata letaknya. Deiksis tersebut juga tidak semata-mata satu jenis, misalnya deiksis persona dengan deiksis persona melainkan ada pula antara
deiksis
demonstratif.
persona
dengan
deiksis
yang
menyangkut
pronomina
16
D. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data mengenai pemakaian deiksis dalam teks anekdot pada koran Solopos edisi September sampai November 2014, maka peneliti dapat menyimpulkan beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut. 1. Wujud atau bentuk deiksis yang terdapat dalam teks anekdot pada koran Solopos edisi September sampai November 2014 meliputi deiksis persona, deiksis waktu, dan deiksis yang menyangkut pronomina demonstratif (penunjuk). Wujud atau bentuk deiksis persona yang digunakan, yaitu deiksis persona pertama tunggal dan jamak, deiksis persona kedua tunggal, dan deiksis persona ketiga tunggal dan jamak. Bentuk deiksis waktu yang digunakan, yaitu Pemakaian leksem waktu yang disebabkan karena kata-kata itu menunjukkan jangkauan waktu. Bentuk deiksis yang menyangkut pronomina demonstratif yang digunakan leksem yang berhubungan dengan arah dan ruang. 2. Distribusi atau letak deiksis dalam teks anekdot pada koran Solopos edisi September sampai November 2014 terdapat pada bagian awal, tengah, dan akhir kalimat bahkan dalam satu kalimat ditemukan lebih dari satu deiksis.
E. Saran Berdasarkan hasil analisis data dan simpulan yang telah penulis kemukakan, pada bagian ini penulis juga mengemukakan saran sebagai berikut. 1. Untuk mahasiswa hendaknya diperhatikan adanya unsur diluar maupun di dalam bahasa yang turut mempengaruhi makna dari sebuah tuturan. Makna dari sebuah tuturan dapat diketahui dari konteks yang melingkupi kalimat tersebut. 2. Untuk guru atau pendidik khususnya dalam bidang bahasa Indonesia supaya dapat mengajarkan pemakaian deiksis secara tepat dalam pembelajaran menulis karangan.
17
DAFTAR PUSTAKA Anis, Cahyani. 2014. “Analisis Deiksis dalam Komik Angkara Tan Nendra Karya Resi Wiji S. dalam Majalah Panjebar Semangat”. Dalam Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Universitas Muhammadiyah Purworejo. Vol. 05 No. 01 Hal. 16. Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-kristal Ilmu Bahasa. Malang: Airlangga University Press. Damsi, Sriyulan Mekarwaty Damsi. 2014. “Deiksis dalam Novel yang Miskin Dilarang Maling Karya Salman Rasdie Anwar”. Skripsi. Gorontalo. Diyah, Agustiyan. 2012. “Analisis Deiksis dalam Novel Lintang Panjer Rina Karya Daniel Tito dan Pembelajarannya di SMA”. Dalam Jurnal Pendidikan, Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa Universitas Muhammadiyah Purworejo. Vol. 01 No. 01 Hal. 91. Djajasudarma, Fatimah. 2010. Semantik 2: Pemahaman Ilmu Makna. Bandung: Refika Aditama. ___________________. 2013. Semantik 2: Relasi Makna Sintagmatik, dan Derivasional. Bandung: Refika Aditama.
Paradigmatik,
Effendy, Onong Uehjana. 2000. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya . Fitria, Rifanisa Nurul. 2010. “Deiksis Bahasa Indonesia Anak berusia 45 Bulan: Sebuah Studi Kasus”. Skripsi. Depok. Kusumawati, Erlina. 2006. “Analisis Deiksis Persona Dan Sosial Wacana Berita Patroli Dalam Surat Kabar Harian Umum Solopos Tahun 2004”. Skripsi. Surakarta. Mahsun. 2014. Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Nadar, F. X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Nofitasari. 2012. “Deiksis Sosial dalam Novel Laskar Pelangi”. Skripsi. Yogyakarta. Nur „Aini, Taufiqiyyah. 2012. “Deiksis Dalam Wacana Di Halaman Pendidikan Harian Solopos Edisi Agustus – Oktober 2011: Sebuah Kajian Pragmatik”. Skripsi. Surakarta. Pastia, Andi Lisano. 2013. “Analisis Penggunaan Deiksis Persona Pada Novel Laksmana Jangoi Karya Muharroni”. Skripsi. Riau.