ANALISIS LAMA MENCARI KERJA BAGI TENAGA KERJA TERDIDIK DI KABUPATEN PESISIR SELATAN Yola Nofri Yenti, Alvis Rozani 1, Kasman Karimi 2 ¹) Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta e-mail :
[email protected],
[email protected] [email protected]
ABSTRACT Economic development is needed to reduce the level of unemployment. Indonesia has the potential of human resources (HR), which can be developed. However, the increasing number of labor force that is not offset by the expansion of employment will carry the burden for the economy, the labor force who are not accommodated in the labor market will cause unemployment. The purpose of this study was to determine the effect of educational level, age, salary towards the long search for employment for educated labor in the South Coastal District. The variables of this research is the dependent variable (Dependent variable) and the independent variable (independent variable. The population in this study is an educated workforce with education level high school graduates / D3 and S1 in the South Coastal District. While the sample to be studied by 100 respondents. the sampling method using purposive random sampling, the researchers use own judgment deliberate in selecting members of the population which is considered to provide the necessary information or a sample unit in accordance with the characteristics, properties, or certain characteristics that are fundamental characteristics of the population. can concluded that in this study indicate that jointly affect the dependent variable long been looking for work for educated labor in Pesisir Selatan regency with a value of R ² = 50.2% while the remaining 49.8% is influenced by other variables outside the model. for testing individual or partially (t test) variable levels of education (X1), the age variable (X2) and variable wages (X3) has an influence on the long search for employment for educated labor in Pesisir Selatan regency with prob value <0.05. Keywords: Level of education, the age, wage PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi merupakan sebuah proses mekanisme yang melibatkan perubahan-perubahan di dalam struktur sosial, politik dan kelembagaan, baik dari sektor swasta maupun dari sektor pemerintah atau publik sehingga dapat menciptakan distribusi hasil-hasil pertumbuhan ekonomi serta sosial secara lebih merata (Todaro, 2000). Krisis ekonomi terus melanda Indonesia dan semakin terpuruknya nilai tukar rupiah akibatnya, beberapa perusahaan mengambil langkah untuk
menyelamatkan perusahaan dengan pemutusan hubungan kerja sehingga banyak yang kehilanga pekerjaan. Dengan demikian pengangguran terus bertambah dan di tambah lagi Indonesia akan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sehingga membuat semakin ketatnya persaingan dalam mencari pekerjaan. Jumlah penduduk yang besar diikuti dengan kualitas penduduk yang memadai akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya jumlah penduduk yang besar namun diikuti oleh kualitas penduduk yang rendah, maka
penduduk tersebut menjadi beban dalam pembangunan. Untuk mencapai tujuan pembangunan ekonomi ( yang berupa peningkatan output ) sesungguhnya tersedia banyak pilihan, antara lain dengan melakukan investasi sumber daya manusia. Investasi ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, di antaranya melalui pendidikan dan pelatihan ( Mulyadi, 2014). Salah satu upaya dalam mewujudkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan pembangunan dikenal dengan kebijakan link and match. Kebijakan ini bertujuan untuk mengoptimalkan dan mengefisienkan sumber daya manusia dengan sistem pendidikan. Semakin selaras struktur tenaga kerja yang disediakan oleh sistem pendidikan dengan struktur lapangan kerja maka semakin efisien sistem pendidikan yang ada. Karena dalam pengalokasian sumber daya manusia akan diserap oleh lapangan kerja (Fadhilah Rahmawati, Vincent Hadi Wiyono,2004). Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional memaparkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuasaan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan dianggap sebagai sarana untuk meningkatkan sumber daya manusia namun kenyataannya sekarang ini, pendidikan juga berkaitan erat dengan pengangguran, terutama penggangguran tenaga kerja terdidik. Kecenderungan makin meningkatnya tingkat pendidikan akan berakibat meningkatnya pula angka pengangguran tenaga kerja terdidik dari pada bertambahnya tenaga kerja yang mempunyai
produktivitas sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja (Sutomo, dkk, 1999). Sementara pengangguran tenaga kerja terdidik cenderung mengalami peningkatan namun pertumbuhan pendidikan (khususnya pendidikan tinggi) tidak pernah berhenti dan pada saat sekarang ini semakin berkembang. Tampaknya masyarakat menerima ini sebagai biaya sosial yang harus ditanggung. Barangkali masyarakat khususnya pendidikan menengah sudah terjebak dalam situasi point of no return atau mundur adalah tidak mungkin dan harus maju, sehingga menganggur menjadi harapan yang lebih baik daripada menganggur sekarang tanpa harapan dengan memasuki bangku perguruan tinggi. Dalam situasi ini tidak heran walaupun tingkat pengangguran terdidik terutama pendidikan tinggi besar, namun minat masyarakat tidak pernah surut. Dapat dikatakan pendidikan dapat menjadikan katup pengaman sementara terhadap pengangguran atau keep the job seekers off the street (Sutomo,dkk,1999). Pengangguran tenaga kerja terdidik hanya terjadi selama lulusan mengalami masa tunggu (job search periode) yang dikenal sebagai pengangguran friksional. Lama masa tunggu itu juga bervariasi menurut tingkat pendidikan. Terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi pendidikan angkatan kerja semakin lama masa tunggunya. Untuk itu perluasan kesempatan kerja merupakan usaha untuk mengembangkan sektor penampungan kesempatan kerja yang berproduktivitas rendah. Berdasarkan data yang dimiliki oleh BPS Kabupaten Pesisir Selatan, angkatan kerja di Kabupaten Pesisir Selatan pada tahun 2010 tercatat sebanyak 174.532 orang. Bila dilhat dari angkatan kerja yang ada, terdapat sebanyak 160.249 orang yang bekerja, sedangkan sisanya sebanyak 14.283 orang adalah mereka yang sedang mencari
pekerjaan atau menganggur. Pada tahun 2011 tercatat sebanyak 174.423 orang. Bila dilihat dari angkatan kerja yang ada, terdapat sebanyak 155.054 orang yang bekerja sedangkan sisanya sebanyak 19.369 orang adalah mereka yang menganggur. Pada tahun 2012 tercatat sebanyak 175.159 orang. Terdapat sebanyak 154.415 orang yang bekerja, sedangkan sisanya sebanyak 20.744 orang adalah menganggur. Kemudian pada tahun 2013 tercatat sebanyak 168.913 orang. Bila dilihat dari angkatan kerja yang ada, terdapat sebanyak 150.225 orang yang bekerja, sedangkan sisanya sebanyak 18.688 orang adalah menganggur. Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapatkan perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh tingkat pendidikan terhadap lama mencari kerja bagi tenaga kerja terdidik di Kabupaten Pesisir Selatan 2. Bagaimana pengaruh Umur terhadap lama mencari kerja bagi tenaga kerja terdidik di Kabupaten Pesisir Selatan 3. Bagaimana pengaruh Gaji terhadap lama mencari kerja bagi tenaga kerja terdidik di Kabupaten Pesisir Selatan Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan terhadap lama mencari kerja bagi tenaga kerja terdidik di Kabupaten Pesisir Selatan. 2. Untuk mengetahui pengaruh umur terhadap lama mencari kerja bagi tenaga kerja terdidik di Kabupaten Pesisir Selatan. 3. Untuk mengetahui pengaruh gaji terhadap lama mencari kerja bagi tenaga kerja terdidik di Kabupaten Pesisir Selatan.
Hipotesis Hipotesis yang diangkat dalam penelitian ini yaitu: 1. Di duga tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap lama mencari kerja 2. Di duga umur berpengaruh signifikan terhadap lama mencari kerja 3. Di duga gaji berpengaruh signifikan terhadap lama mencari keja METODE PENELITIAN Variabel penelitian ini berupa variabel terikat (Dependen variable) dan variabel bebas (Independen variable. Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kerja terdidik dengan tingkat pendidikan tamatan SMU/SLTA, D3 dan S1 di Kabupaten Pesisir Selatan. Sedangkan sampel yang akan diteliti sebanyak 100 responden. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive random sampling, yaitu peneliti menggunakan pertimbangan sendiri secara sengaja dalam memilih anggota populasi yang dianggap dapat memberikan informasi yang diperlukan atau unit sampel yang sesuai dengan ciri-ciri, sifat, atau karakteristik tertentu yang merupakan ciri-ciri pokok populasi. Menurut Nazir, (1998) dalam penelitian biasanya dipergunakan beberapa macam pengumpulan data. Metode pengumpulan data disesuaikan dengan pokok permasalahan yang sedang diteliti, situasi, dan kondisi serta keakuratan yang diharapkan. Dalam penelitian ini menggunakan metode : a. Metode Interview (Wawancara) b. Metode Library Research (Penelitian Studi Pustaka) Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda yang digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari perubahan suatu variabel terhadap variabel lainnya yang ada hubungannya.
Beberapa masalah sering muncul pada saat analisis regresi digunakkan untuk menestimasi suatu model dngan sejumlah data. Masalah tersebut dalam buku teks ekonometrika termasuk dalam pengujian asumsi klasik, yaitu ada tidaknya multikolinearitas, heterokedastisitas, normalitas, autokorelasi (Mudrajad Kuncoro, 2001). Sebelum melakukan interprestasi terhadap hasil regresi dari model yang digunakan, terlebih dahulu dilakukkan pengujian terhadap asumsi asumsi klasik, sehingga model tersebut layak digunakan. dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2005). Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1 ( 0 = R² = 1 ). Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas . akurat dan
Model
Tujuannya agar diperoleh penaksiran yang bersifat Best Llinier Unbiased Estimator (BLUE). Uji t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2005). Uji signifikansi simultan pada dasarnya dimaksudkan untuk membuktikan secara statistik bahwa seluruh variabel independen (bebas) berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dengan hipotesis untuk menujukkan apakah semua variabel bebas yang dimaksudkan lebih mendekati dengan kenyataan (Hasan 2002:280). HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan analisis dan pembahasan terhadap variabel yang mempengaruhi lama mencari kerja di Kabupaten Pesisir Selatan. Analisis pada penelitian ini menggunakan metode regresi linear berganda dengan menggunakan spss. Hasil yang di peroleh adalah sebagai berikut:
Tabel 5.5 Hasil Regresi Coefficientsa Unstandardized Standardized t Coefficients Coefficients B Std. Error Beta .379 .244 1.555
Sig.
3.317
.001
5.557 3.347
.000 .001
(Constant) Tingkat .308 .093 .249 pendidikan 1 Umur .359 .065 .448 Gaji .206 .062 .261 a. Dependent Variable: Lama Mencari Pekerjaan Sumber: Output SPSS yang telah diolah, 2016 Berdasarkan pada Tabel 5.1.5, dapat diketahui konstanta dan koefisisien regresi linier berganda setiap variabel sehingga dapat dibentuk suatu persamaan sebagai berikut :
.123
Y= 0,379 + 0,308X₁ + 0,359X₂ + 0,206X₃+ e Arti dari persamaan regresi tersebut adalah : 1. Dari hasil pengolahan data menghasilkan constanta sebesar
0,379 mempunyai arti jika variabel tingkat pendidikan, umur dan gaji sama dengan nol, maka nilai Y sebesar 0,379. 2. Koefisien regresi tingkat pendidikan (X1) adalah 0,308 menunjukan bahwa apabila tingkat pendidikan meningkat satu tahun maka lama mencari kerja meningkat sebesar 0,308 3. Koefisien regresi umur (X2) adalah sebesar 0,359 menunjukan bahwa apabila umur meningkat satu tahun maka lama mencari kerja meningkat sebesar 0,359 bulan
Tingkat pendidikan 100
4. Koefisien regresi gaji (X3) adalah sebesar 0,206 menunjukan bahwa apabila gaji meningkat sebesar 1000 rupiah maka lama mencari kerja meningkat sebesar 206 bulan. Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas
Uji Normalitas data berfungsi untuk mengetahui apakah sebaran masing-masing data normal atau tidak, untuk melihat kenormalan data digunakan uji skewness dan kurtosis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5.6 Uji Normalitas Umur Gaji Lama Mencari Pekerjaan 100 100 100
Valid Missi 0 0 ng Skewness .979 .865 Std. Error of .241 .241 Skewness Kurtosis -.604 -.626 Std. Error of .478 .478 Kurtosis Sumber: Output SPSS yang telah diolah, 2016 N
Output di atas diperoleh nilai skewness tingkat pendidikan 0.976/100 sehingga dapat dihitung nilai Z-Skewness = 0,0097 artinya <+1.96 artinya indikator tingkat pendidikan berdistribusi normal. Indikator umur nilai skewness 0.865/100 diperoleh nilai skewness 0.0086 <1.96 artinya data berdistribusi normal, gaji dengan nilai skewness -0.687/100 diperoleh nilai skewness -0.00687 <1.96 artinya gaji berdistribusi normal, indikator lama mencari pekerjaan dengan nilai skewness 0.913/100 diperoleh nilai skewness 0.00913< 1.96 artinya data berdistribusi normal.
0
0
-.687
.913
.241
.241
-.432
-.266
.478
.478
Uji Multikolinearitas Multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan variabel bebas dari model regresi ( Gujarati, 1997). Variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas didalam model regresi adalah dengan melihat nilai tolerance dan VIF(Variance Inflation Faktor) lebih besar dari 10 maka terkena multikolinearitas (Andryan.S, 2010)
Tabel 5.7
Model
Uji Multikolinearitas Collinearity Statistics Tolerance VIF
Tingkat .919 1.088 pendidikan 1 Umur .798 1.253 Gaji .851 1.175 a. Dependent Variable: Lama Mencari Pekerjaan Sumber : Output SPSS yang telah diolah, 2016 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat Uji heteroskedastisitas diharapkan residual bahwa semua nilai VIF < 10 ini berarti tidak memiliki ragam yang homogen. Uji terjadi multikolinearitas. heteroskedastisitas dapat dilihat melalui scatter plot. Residual dikatakan memiliki Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas digunakan ragam yang homogen apabila titik-titik untuk mengetahui apakah residual memiliki residual pada scatter plot menyebar secara ragam yang homogen (konstan) atau tidak. acak. Tabel 5.8 Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Output SPSS yang telah diolah, 2016
Berdasarkan gambar diatas,titik-titik residual pada scatter plot menyebar secara acak diatas dan dibawah garis 0 sehingga menolak Ho. Maka demikian dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas dalam artian data homogen dan layak diuji secara regresi.
Uji autokorelasi Menguji apakah dalam sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi (Imam Ghozali, 2005).
Tabel 5.9 Uji Autokorelasi
Model Summaryb Model Durbin-Watson 1 1.741a a. Predictors: (Constant), Gaji, Tingkat pendidikan, Umur b. Dependent Variable: Lama Mencari Pekerjaan Sumber: Output SPSS yang telah diolah, 2016
Nilai DL dan DU dapat dilihat pada tabel DW dengan tingkat signifikan 5% (𝛼= 0,05). Dimana jumlah variabel bebas (k) adalah 3 dan jumlah sampel (n) adalah 100. Tabel Durbin-Watson menunjukan bahwa nilai DL= 1,613 dan nilai DU= 1,736 4DU=2,387 4-DL=2,261, karena nilai Durbin terletak diantara batas atas dU dan 4-dU, maka dapat disimpulkan bahwa model berada pada daerah tidak ada autokorelasi.. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi linear tidak terjadi autokorelasi. Uji statistik Uji t-test Untuk menguji koefisien regresi parsial secara individual dari masing-masing variabel bebas akan di uji adalah sebagai berikut : 1. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap lama mencari kerja Secara statistik koefisien variabel tingkat pendidikan ini signifikan dengan membandingkan antara thitung dengan nilai t-tabel. Dari perhitungan yang dilakukan, nilai thitung diperoleh 3,317. Nilai t-hitung tersebut jika dibandingkan dengan nilai t-tabel pada tingkat kepercayaan 95 persen atau 5 persen = 0.05 sedangkan df = n – k = 100 – 4 = 96, pada tabel tercatat sebesar 1,661 sehingga t-hitung > t-tabel, maka Ho ditolak dan signifikan dengan asumsi variabel dianggap tetap (konstan).
Sehingga adanya pengaruh positif dan signifikan antara tingkat pendidikan terhadap lama mencari kerja. 2. Pengaruh umur terhadap lama mencari pekerjaan Secara statistik koefisien variabel umur ini signifikan dengan membandingkan antara t-hitung dengan nilai t-tabel. Dari perhitungan yang dilakukan, nilai t-hitung diperoleh 5,557. Nilai t-hitung tersebut jika dibandingkan dengan nilai t-tabel pada tingkat kepercayaan 95 persen atau 5 persen = 0.05 sedangkan df = n – k = 100 – 4 = 96, pada tabel tercatat sebesar 1,661 sehingga t-hitung > t-tabel, maka Ho ditolak dan signifikan dengan asumsi variabel dianggap tetap (konstan). Sehingga adanya pengaruh positif dan signifikan antara umur terhadap lama mencari kerja. 3. Pengaruh gaji terhadap lama mencari kerja Secara statistik koefisien variabel gaji ini signifikan dengan membandingkan antara t-hitung dengan nilai t-tabel. Dari perhitungan yang dilakukan, nilai t-hitung diperoleh 3,347. Nilai t-hitung tersebut jika dibandingkan dengan nilai t-tabel pada tingkat kepercayaan 95 persen atau 5 persen = 0.05 sedangkan df = n – k = 100 – 4 = 96, pada tabel tercatat sebesar 1,661 sehingga t-hitung > t-tabel, maka Ho
ditolak dan signifikan dengan asumsi variabel dianggap tetap (konstan). Sehingga adanya pengaruh positif dan signifikan antara gaji terhadap lama mencari kerja. Pengujian koefisien bersamaan (Uji F)
regresi
secara
Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersama-sama. Uji F dapat dilakukan dengan membandingkan antara nilai F hitung dengan F tabel (J.Supranto, 2001). Hasil perhitungan yang didapat adalah Fhitung = 32,301 sedangkan F-tabel = 2,47(𝛼 = 0.05 ; n-k = 100 – 4= 96), sehingga Fhitung > F-tabel (32,302>2,47). Perbandingan antara F-hitung dengan Fberpengaruh positif dan signifikan terhadap lama mencari kerja di kabupaten Pesisir Selatan pada tingkat kepercayaan 95 persen. Uji koefisien determinasi (R²) Uji koefisien determinasi (R²) digunakan untuk melihat seberapa besar proporsi sumbangan seluruh variabel bebas terhadap naik turunnya variabel terikat.Yang dilihat melalui R square. Dari nilai koefisien determinasi (R²) sebesar 0,502 menjelaskan bahwa naik turunnya lama mencari kerja, sebanyak 50,2 % dapat dijelaskan oleh varibel tingkat pendidikan, umur, dan gaji sedangkan sisanya sebesar 49,8 % dijelaskan oleh variabel lain diluar model.
PENUTUP Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap lama mencari kerja tenaga kerja terdidik di Kabupaten Pesisir Selatan, Maka diperolah kesimpulan sebagai berikut: 1. Penelitian ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel dependen berpengaruh terhadap lama mencari
kerja bagi tenaga kerja terdidik di Kabupaten Pesisir Selatan dengan nilai R² = 50,2% sedangkan sisanya 49,8% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model. 2. Untuk pengujian secara individu atau parsial (Uji t) Variabel tingkat pendidikan (X1), variabel umur (X2) dan varibel upah (X3) memiliki pengaruh terhadap lama mencari kerja bagi tenaga kerja terdidik di Kabupaten Pesisir Selatan dengan nilai prob < 0,05. Saran 1. Pada usia produktif 15-38 tahun para pencari kerja diharapkan lebih aktif dalam mencari informasi tentang lowongan pekerjaan yang sesuai dengan tingkat pendidikan dan keahlian yang dimilikinya, sebab sebagian besar perusahaan lebih mengutamakan pencari kerja dengan usia yang masih muda, mereka beranggapan usia muda merupakan usia yang masih sangat produktif. 2. Tenaga kerja di Kabupaten Pesisir agar lebih meningkatkan keterampilan menanamkan jiwa kewirausahaan, dalam hal ini memberi implikasi bahwa jiwa kewirausahaan akan menjadi solusi dalam menciptakan lapangan pekerjaan, sehingga sebagian pencari kerja dapat bekerja dan para pencari kerja dengan pendidikan tinggi diharapkan untuk lebih kreatif. 3. Bagi peneliti berikutnya agar dapat mencari atau menambahkan variabelvariabel lain yang mungkin mempunyai pengaruh terhadap lama mencari kerja bagi tenaga kerja terdidik. DAFTAR PUSTAKA
Afrida,
2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.
Badan Pusat Statistik, 2014. Angkatan Kerja Di Kabupaten Pesisir Selatan. Kabupaten Pesisir Selatan. Badan
Pusat Statistik, 2014. Jumlah Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Tingkat Pendidikan Di Kabupaten Peisir Selatan. Kabupaten Peisir Selatan.
Badan
Pusat Statistik, 2014. Jumlah Pengangguran Berdasarkan Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan. Indonesia.
Badan
Pusat Statistik, 2014. Jumlah Pengangguran Berdasarkan Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan. Sumatera Barat.
Badan
Pusat Statistik, 2014. Partisipasi Angkatan Sumatera Barat.
Tingkat Kerja.
Elfidri dan Nasril Bachtiar. 2004. Ekonomi Ketenagakerjaan. Padang: Andalas University press. Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Rineka Cipta: Jakarta Ghozai, Imam.2006. Analisis Multivariat Dengan menggunakan SPSS. Semarang: Ghozali,
Imam, 2005. Ekonometrika terapan, teori dan konsep, edisi ketiga, BP UNDIP, Semarang.
Hafid, Anwar, dkk. 2013. Konsep Dasar Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Kaufman, bruce E dan julie L. Hotchkiss.1999. The Economics of Labor Markets. Fifth Edition. The Dryden Press.
Kuncoro, Mudrajat. 2001. Metode Kuantitatif : Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta : UPP-AMP YKPN. Moeis, P. 1992. Pengangguran Tenaga Kerja Terdidik di Indonesia: Penerapan search Theory Mulyadi, 2003, Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan. Jilid 2, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Mulyadi, 2014, Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan. Jilid 5, Rajawali pers. Jakarta. Nazir Muhammad, 1998. MetodePenelitian, Jakarta :Galia Indonesia. Payaman J. Simanjuntak. (2001). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia Edisi 2001. Jakarta: FEUI. Pemerintah Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. Sandy dharmakusuma.1998. trade off Antara Inflasi Dan Tingkat Pengangguran. GEMA STIKUBANK. November 1998. Santoso, 2004. Menguasai Statistik Di Era Imformasi Dengan SPSS 15, Jakarta: PT. Elek MediaKomputindo. Soeratno
dan arsyad, 1999.Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis.UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
Supranto, J. 2000. Statistik :Teori dan Aplikasi, Edisi Keenam. Jilid 1.Erlangga. Jakarta.
Sutomo, AM Susilo, Lies Susanti.1999. Analisis Pengangguran Tenaga Kerja Terdidik di Kotamadya Surakarta (Pendekatan Search Theory). Edisi JanuariMaret 1999. Perspektif: FE UNS. Sutomo, Hadiwiyono, dkk. 1999. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Lama Mencari Kerja Terdidik di Kabupaten Klaten Tahun 1996. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Manajemen dan Akuntansi. Perspektif: No.4 tahun 1999. Fakultas Ekonomi,Universitas Sebelas Maret. Tasri Evi Susanti, 2010. Perekonomian Indonesia, sebuah konsep, data dan kebijakan, Bung Hatta Univercity Press, Padang. Tobing, Elwin. 2003. Pengangguran Tenaga Kerja Terdidik, the Prospect Labor Unemployment. Todaro,
P.M. & Smith S.C. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta:
Kuncoro,
Mudrajat. 2001. Metode Kuantitatif : Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta : UPP-AMP YKPN.
Moeis, P. 1992. Pengangguran Tenaga Kerja Terdidik di Indonesia: Penerapan search Theory Mulyadi, 2003, Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan. Jilid 2, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Mulyadi, 2014, Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Perspektif Pembangunan. Jilid 5, Rajawali pers. Jakarta.
Nazir Muhammad, 1998. MetodePenelitian, Jakarta :Galia Indonesia. Payaman J. Simanjuntak. (2001). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia Edisi 2001. Jakarta: FEUI. Pemerintah Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta. Sandy dharmakusuma.1998. trade off Antara Inflasi Dan Tingkat Pengangguran. GEMA STIKUBANK. November 1998. Santoso, 2004. Menguasai Statistik Di Era Imformasi Dengan SPSS 15, Jakarta: PT. Elek MediaKomputindo. Soeratno
dan arsyad, 1999.Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis.UPP AMP YKPN. Yogyakarta.
Supranto, J. 2000. Statistik :Teori dan Aplikasi, Edisi Keenam. Jilid 1.Erlangga. Jakarta. Sutomo, AM Susilo, Lies Susanti.1999. Analisis Pengangguran Tenaga Kerja Terdidik di Kotamadya Surakarta. (Pendekatan Search Theory). Edisi JanuariMaret 1999. Perspektif: FE UNS. Sutomo, Hadiwiyono, dkk. 1999. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Lama Mencari Kerja Terdidik di Kabupaten Klaten Tahun 1996. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Manajemen dan Akuntansi. Perspektif: No.4 tahun 1999. Fakultas Ekonomi,Universitas Sebelas Maret.
Tasri Evi Susanti, 2010. Perekonomian Indonesia, sebuah konsep, data dan kebijakan, Bung Hatta Univercity Press, Padang. Tobing, Elwin. 2003. Pengangguran Tenaga Kerja Terdidik, the Prospect Labor Unemployment. Todaro,
P.M. & Smith S.C. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Todaro,
P.Michel.2000. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Jakarta: penerbit Erlangga.
Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Jakarta. Wahid Sulaiman, 2004, Analisis-Analisis Regresi menggunakan SPSS, Yogyakarta : ANDI.