ANALISIS LABA JANGKA PENDEK DAN PENGEMBANGAN USAHA SAYURAN JEPANG ORGANIK (Studi Kasus di PT Anugerah Bumi Persada “RR Organic Farm”, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)
Oleh : Lenny Juliana Sinaga A14304005
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN LENNY JULIANA SINAGA. Analisis Laba Jangka Pendek dan Pengembangan Usaha Sayuran Jepang Organik (Studi Kasus di PT Anugerah Bumi Persada “RR Organic Farm”, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat). Skripsi. Dibimbing oleh AHYAR ISMAIL. Sistem produksi pertanian berkelanjutan yaitu adanya kontinuitas jangka panjang, ramah lingkungan dan menjamin keberlanjutan ekologi, sehingga sistem produksi pertanian berkelanjutan identik dengan istilah pengembangan pertanian organik. Potensi dan peluang pengembangan pertanian organik cukup terbuka di masa mendatang. Oleh karena itu hasil-hasil penelitian tentang pertanian organik termasuk sayuran organik perlu disebarluaskan secara cepat. Salah satu produsen sayuran organik, khususnya sayuran Jepang organik adalah PT Anugerah Bumi Persada (PT ABP) “RR Organic Farm”. Sebagai perusahaan yang menghasilkan sayuran organik secara berkelanjutan maka diperlukan penetapan harga untuk penjualan kepada konsumen agar dapat menutupi biaya produksi atau tidak mengalami kerugian dan dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain yang sejenis. Kegiatan pokok manajemen dalam perencanaan perusahaan adalah memutuskan sekarang berbagai macam alternatif dan perumusan kebijakan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang. Ukuran yang sering dipakai untuk menilai berhasil atau tidaknya manajemen suatu perusahaan adalah laba yang diperoleh perusahaan. Laba terutama dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu volume produk yang dijual, harga jual produk dan biaya. Biaya menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba yang dikehendaki, harga jual mempengaruhi volume penjualan, sedangkan volume penjualan langsung mempengaruhi volume produksi, dan volume produksi mempengaruhi biaya. Tiga faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. PT ABP perlu melakukan perencanaan jangka pendek, yaitu dalam kaitannya dengan pemilihan alternatif tindakan dan perumusan kebijakan untuk masa yang akan datang. Analisis hubungan antara biaya, volume dan laba diperlukan perusahaan untuk membantu manajemen dalam perencanaan jangka pendek. PT ABP harus mengelola usaha secara efisien dan dapat menetapkan keputusan manajemen yang menguntungkan. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengkaji metode harga pokok yang tepat dan cocok diterapkan pada PT Anugerah Bumi Persada dan menghitung besar harga pokok produksi dan harga pokok penjualan sayuran Jepang organik yang dihasilkan oleh PT Anugerah Bumi Persada; (2) menganalisis kondisi nilai titik impas pada PT Anugerah Bumi Persada; (3) menghitung nilai Marginal Income Ratio (MIR), Margin of Safety (MOS), profitabilitas usaha serta struktur pasar yang dihadapi oleh PT ABP. Penelitian dimulai pada bulan Maret hingga April 2008. Lokasi penelitian adalah pada PT Anugerah Bumi Persada (PT ABP) di Desa Galudra, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Data yang digunakan dalam penelitian berupa data primer dan data sekunder. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitis dengan studi kasus. Data yang dikumpulkan diolah dengan program microsoft excel. Hasil yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk tabel
untuk memudahkan proses analisis. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari analisis deskriptif dan kuantitatif. PT ABP belum melakukan perhitungan harga pokok produksi dan harga pokok penjualan dengan benar. Metode penetapan harga jual yang dilakukan oleh perusahaan berdasarkan hasil perkiraan pihak manajemen yang menangani pemasaran. Harga jual sayuran Jepang organik PT ABP mengikuti harga sayuran organik di pasaran high market yaitu sekitar Rp 20.000,00-50.000,00 per kilogram, karena sayuran organik yang dihasilkan oleh PT ABP berada pada level high market dan disukai konsumen. Harga sayuran organik ini cenderung konstan setiap tahun. Metode harga pokok yang tepat diterapkan pada PT ABP adalah metode full costing karena merinci semua biaya. Harga pokok produksi sayuran Jepang organik PT ABP dengan menggunakan metode full costing pada periode Maret 2007-Februari 2008 adalah sebesar Rp 260.981.367,00, sedangkan harga pokok penjualannya adalah sebesar Rp 475.381.367,00. Tingkat penjualan sayuran Jepang organik PT ABP pada periode Maret 2007-Februari 2008 yaitu sebesar Rp 502.902.500.00, telah melebihi tingkat penjualan impasnya yaitu Rp 446.823.463,00 artinya PT ABP telah mendapatkan keuntungan pada periode tersebut. Nilai Marginal Income Ratio (MIR) usaha sayuran organik PT ABP pada periode Maret 2007-Februari 2008 adalah sebesar 49,07 persen, artinya bahwa 49,07 persen dari hasil penjualan sayuran organik PT ABP tersedia untuk dapat menutup biaya tetap dan laba. Nilai Margin of Safety (MOS) usaha sayuran organik PT ABP sebesar 11,15 persen, artinya jumlah maksimum penurunan target penerimaan yang tidak menyebabkan usaha PT ABP mengalami kerugian adalah sebesar 11,15 persen dari hasil penjualan. Nilai profitabilitas usaha sayuran organik PT ABP sebesar 5,47 persen, artinya jika PT ABP mampu menjual hasil produksinya yaitu sayuran organik sesuai dengan yang dianggarkan, maka laba yang akan diperoleh adalah sebesar 5,47 persen dari total hasil penjualan sayuran organik selama satu tahun. Struktur pasar yang dihadapi oleh PT ABP adalah pasar oligopoli karena produsen sayuran organik masih sedikit sedangkan konsumen relatif banyak.
ANALISIS LABA JANGKA PENDEK DAN PENGEMBANGAN USAHA SAYURAN JEPANG ORGANIK (Studi Kasus di PT Anugerah Bumi Persada “RR Organic Farm”, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)
Oleh : Lenny Juliana Sinaga A14304005
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul
: Analisis Laba Jangka Pendek dan Pengembangan Usaha Sayuran Jepang Organik (Studi Kasus di PT Anugerah Bumi Persada “RR Organic Farm”, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)
Nama
: Lenny Juliana Sinaga
Nomor Registrasi Pokok
: A14304005
Program Studi
: Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Ahyar Ismail, M. Agr NIP 131 878 942
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian IPB
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP 131 124 019
Tanggal Kelulusan :
PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS LABA JANGKA PENDEK DAN PENGEMBANGAN USAHA SAYURAN JEPANG ORGANIK (STUDI KASUS DI PT ANUGERAH BUMI PERSADA “RR ORGANIC FARM”, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT) ADALAH BENAR-BENAR KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU.
Bogor, Juli 2008
Lenny Juliana Sinaga A14304005
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Lenny Juliana Sinaga, dilahirkan di Dolok Masihul, Sumatera Utara, pada Tanggal 20 Juli 1986. Penulis merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Juanda Sinaga dan Ibu Rusmina Samosir. Pada Tahun 1998, penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 105428 Silau Merawan, Sumatera Utara. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMPN 2 Dolok Masihul yang diselesaikan pada Tahun 2001. Pada Tahun 2004, penulis berhasil menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMAN 1 Tebing Tinggi dan berhasil diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan dan menjadi panitia pada berbagai acara. Penulis menjadi koordinator Tim Kelompok Kecil Pemuridan, Unit Kegiatan Mahasiswa Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB periode 2007-2008. Penulis juga menjadi asisten Mata Kuliah Agama Kristen Protestan bagi mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB periode 2005-2006 dan 2007-2008.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Tritunggal, yang senantiasa menyertai dan menjaga penulis dengan kasih karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Analisis Laba Jangka Pendek dan Pengembangan Usaha Sayuran Jepang Organik (Studi Kasus di PT Anugerah Bumi Persada “RR Organic Farm”, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)". Masyarakat sudah mulai memperhatikan kesehatan tubuh. Sayuran organik mulai dicari-cari oleh konsumen, terutama konsumen dari kalangan ekonomi menengah ke atas. Sayuran organik saat ini semakin banyak diusahakan oleh pengusaha di bidang pertanian. Perusahaan harus mengelola usaha secara efisien dan dapat menetapkan volume penjualan yang menguntungkan. Ucapan terima kasih kepada Dr. Ir. Ahyar Ismail, M. Agr, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan memberikan arahan serta bimbingan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi. Ucapan terima kasih juga untuk rekan-rekan yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Bogor, Juli 2008 Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan syukur yang terbesar kepada Tuhan Yesus Kristus Sang Juru Selamat atas karunia dan cinta kasihNYA kepada penulis. Penulisan skripsi ini juga dapat terselesaikan karena bantuan orang-orang yang mendukung baik secara moril maupun materi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak J Sinaga dan Mama R Samosir, yang senantiasa mencintai dan mendoakan saya serta mendukung segala sesuatu yang saya kerjakan. Saudara-saudara terkasih yang turut mendoakan saya: Tota, Riris, Hanna, Marini, Buha dan Pintauli. 2. Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M. Agr, atas bimbingannya mulai dari penulisan skripsi sampai selesai, juga kepada Ibu Dr. Ir. Anna Fariyanti dan Bapak Adi Hadianto, SP yang bersedia menjadi dosen penguji penulis. Ucapan terima kasih juga kepada Bapak Prof. Dr. Bonar M Sinaga, MA selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan selama di perkuliahan. 3. Seno Arnaldi Riyanto dan keluarga. Terimakasih atas perhatian dan kasih sayang serta doa bersama yang selalu kita lakukan sejak Semester 1. Terima kasih sudah antar jemput Bogor-Cianjur untuk penelitianku. Tuhan yang selalu menjaga hubungan kita. Aku mengasihimu. 4. Keluarga Kelompok Kecil saya. Adik-adik Kelompok Kecil: Via, Meiyu dan Risna; kakak dan teman-teman Kelompok Kecil: Kak Elly, Nova, Trisna dan Astuti. Terima kasih telah menjadi keluarga secara rohani bagi saya sehingga saya boleh semakin dibentuk melalui Kelompok Kecil kita. 5. Teman-teman Tim Kelompok Kecil PMK IPB: Ocha, Ance, Iwan, Besty, Junika, Jimmy, Lina S, Lina H, Uke, Maryo, Fitri, Yohana, Doni dan Ricky. Terima kasih karena kita bisa saling mendukung dalam pelayanan. Terima kasih juga untuk pengurus dan semua anggota KPP 41, KPP 40, KPP 39, KPP 42, KPP 43 dan KPP 44. 6. Pemilik dan pegawai-pegawai PT Anugerah Bumi Persada: Bapak Rustam Efendi, Bapak Firmansyah Rustam, Mas Subur, Mas Arif, Mas Maman, dan semua pegawai PT ABP yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima
kasih atas waktu dan kesempatan yang diberikan kepada saya untuk melakukan penelitian. 7. Teman-teman terbaik di EPS: Yanti, Meri, Rolas, Lina S, Jimmy, Rocky, Natnat, Mayang, Anti, Devi, Yani dan semua rekan-rekan EPS 41. Terima kasih untuk persahabatan kita selama empat tahun semoga terus terjalin sampai anak cucu. 8. Teman-teman di kosan Malibu selain EPS: Risma, Yuli, Grace, Mergie, Febri dan Angie. Terima kasih karena kita boleh saling bercanda dan berbagi semua yang ada di kosan. 9. Adik-adik asistensi dan Partner saya dalam kelompok asistensi Nuh dan Seleukia. Bersyukur saya boleh memiliki kalian sebagai adik-adik dan saudara. Saya mengasihi kalian semua. 10. Teman-teman KKP (Kuliah Kerja Profesi) 2007 di Desa Begawat, Kabupaten Bumijawa, Tegal, Jawa Tengah: Krishna AGB, Abi IE, Novita PMT, Mega Horti, Tri Agro, Eka GMSK. Terima kasih teman-teman atas kebersamaan kita selama 2 Bulan di tempat KKP, senang bisa berkenalan dan menjalin hubungan dengan kalian. 11. Terima kasih kepada semua orang yang mengasihi saya dan memberikan banyak masukan kepada saya.
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................... iii DAFTAR TABEL ............................................................................................vi DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vii I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2 Permasalahan ...................................................................................... 5 1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 10 1.4 Kegunaan Penelitian ......................................................................... 11 1.5 Keterbatasan Penelitian .................................................................... 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertanian Organik ............................................................................. 13 2.2 Sayuran Organik ............................................................................... 14 2.3 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 15 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................................ 18 3.1.1 Biaya Produksi Perusahaan ...................................................... 18 3.1.1.1 Pengertian Biaya dan Penggolongannya ......................... 18 3.1.1.2 Biaya Penyusutan Aktiva Tetap ...................................... 21 3.1.2 Harga Pokok Produksi ............................................................. 23 3.1.3 Harga Pokok Penjualan ............................................................ 25 3.1.4 Titik Impas ............................................................................... 26 3.1.5 Biaya Bersama ......................................................................... 27 3.1.6 Struktur Pasar ........................................................................... 29 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ..................................................... 35 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................ 39 4.2 Jenis dan Metode Pengumpulan Data............................................... 39 4.3 Metode Analisis Data ....................................................................... 39
4.3.1 Analisis Biaya Produksi ........................................................... 40 4.3.2 Analisis Harga Pokok Produksi ............................................... 41 4.3.3 Analisis Harga Pokok Penjualan.............................................. 42 4.3.4 Analisis Titik Impas ................................................................. 42 4.3.5 Analisis Marginal Income Ratio (MIR)................................... 43 4.3.6 Analisis Marginal of Safety (MOS) ......................................... 43 4.3.7 Profitabilitas Usaha .................................................................. 43 4.3.8 Analisis Struktur Pasar............................................................. 43 V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Lokasi Perusahaan ............................................................................. 44 5.2 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ............................................ 45 5.3 Visi dan Misi Perusahaan .................................................................. 48 5.4 Kegiatan Produksi dan Sistem Budidaya .......................................... 48 5.4.1 Kegiatan Produksi .................................................................... 48 5.4.2 Sistem Budidaya ...................................................................... 51 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Analisis Biaya Menurut Metode Full Costing................................... 59 6.2 Penetapan Harga Pokok Produksi ..................................................... 62 6.2.1 Penetapan Harga Pokok Produksi Perusahaan......................... 62 6.2.2 Penetapan Harga Pokok Produksi Full Costing ....................... 65 6.2.3 Penetapan Harga Pokok Penjualan Full Costing ..................... 67 6.3 Perencanaan Laba Jangka Pendek ..................................................... 68 6.3.1 Titik Impas .............................................................................. 68 6.3.2 Analisis Marginal Income Ratio (MIR).................................. 71 6.3.3 Analisis Margin of Safety (MOS) ........................................... 71 6.3.4 Profitabilitas Usaha ................................................................. 72 6.4 Struktur Pasar .................................................................................... 73 6.5 Pengembangan Usaha ........................................................................ 75 VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ........................................................................................ 78 7.2 Saran .................................................................................................. 79
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 80 DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... 82
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Produksi Sayuran di Indonesia berdasarkan Jenisnya Tahun 2002-2006 ......................................................................................... 2 Tabel 2. Luas Panen Sayuran di Indonesia berdasarkan Jenisnya Tahun 2002-2006 ......................................................................................... 3 Tabel. 3. Permintaan dan Produksi Sayuran Organik PT ABP Periode Maret 2007-Maret 2008 .................................................................... 7 Tabel 4. Orbitasi Jarak dan Waktu Tempuh Desa Galudra ke Pusat Kota Tahun 2007 ..................................................................................... 45 Tabel 5. Biaya Tetap PT ABP Periode Maret 2007-Februari 2008 .............. 60 Tabel 6. Biaya Variabel PT ABP Periode Maret 2007-Februari 2008 ......... 61 Tabel 7. Biaya Total PT ABP Periode Maret 2007-Februari 2008 ............... 62 Tabel 8. Perhitungan Harga Pokok Menurut Metode Perusahaan Periode Maret 2007-Februari 2008 .............................................................. 64 Tabel 9. Harga Sayuran Jepang Organik PT ABP Periode Maret 2007Februari 2008 .................................................................................. 65 Tabel 10. Hasil Perhitungan Nilai Harga Pokok Produksi PT ABP dengan Metode Full Costing Periode Maret 2007-Februari 2008............... 67 Tabel 11. Biaya Pemasaran dan Biaya Administrasi dan Umum PT ABP Periode Maret 2007-Februari 2008 ................................................. 68 Tabel 12. Hasil Perhitungan Nilai Harga Pokok Penjualan PT ABP dengan Metode Full Costing Periode Maret 2007-Februari 2008 .. 69 Tabel 13. Hasil Perhitungan Titik Impas PT ABP Periode Maret 2007Februari 2008 .................................................................................. 70 Tabel 14. Perbandingan Penerimaan Aktual PT ABP dengan Kondisi Titik Impas ...................................................................................... 70 Tabel 15. Marginal Income Ratio PT ABP Periode Maret 2007-Februari 2008................................................................................................. 72 Tabel 16. Margin of Safety PT ABP Periode Maret 2007-Februari 2008....... 73 Tabel 17. Profitabilitas PT ABP Periode Maret 2007-Februari 2008 ............. 74
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Analisis Titik Impas secara Grafis ................................................ 27 Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Operasional ...................................... 38 Gambar 3. Tahapan Proses Produksi .............................................................. 52 Gambar 4. Grafik Titik Impas PT ABP Periode Maret 2007-Februari 2008 .. 71
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pembangunan perekonomian
bangsa
di
sektor
pertanian
sangat
Indonesia.
Sektor
pertanian
mendukung merupakan
kemajuan penyedia
kesempatan kerja terbesar secara nasional, terutama bagi masyarakat miskin di pedesaan. Penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian pada Tahun 2007 mencapai 42,6 juta orang atau sekitar 43,66 persen dari total tenaga kerja nasional dan 88,4 persen berada di daerah pedesaan. Laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian atas dasar harga konstan Tahun 2000 adalah sebesar 4,3 persen (Depnakertrans, 2007). Pengembangan usaha di sektor pertanian masih merupakan usaha yang dapat bertahan dan cukup produktif. Hortikultura merupakan salah satu bagian dari pertanian secara umum. Komoditi hortikultura terdiri dari sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat. Secara khusus, budidaya sayuran sudah banyak diusahakan oleh para petani. Sayuran memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan sangat disukai oleh masyarakat Indonesia karena adanya budaya memakan sayuran untuk meningkatkan kesehatan tubuh dan salah satu pelengkap dalam empat sehat lima sempurna. Jenis sayuran yang diusahakan sangat beragam. Contoh sayuran yang sering dibudidayakan oleh petani antara lain; bayam, kacang panjang, kol/kubis, labu siam, lobak, terung, tomat, petsai/sawi, dan lain-lain. Produksi sayuran di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Produksi Sayuran di Indonesia berdasarkan Jenisnya Tahun 20022006 No Jenis Sayuran Produksi (ton) 2002 2003 2004 2005 2006 71.011 109.423 107.737 123.785 149.435 1. Bayam 310.297 432.365 454.999 466.387 461.239 2. Kacang panjang 1.232.843 1.348.433 1.432.814 1.292.984 1.267.745 3. Kol/Kubis 172.125 103.451 179.845 180.029 212.697 4. Labu siam 7.779 26.340 30.625 54.226 49.344 5. Lobak 272.700 301.030 312.354 333.328 358.095 6. Terung 573.517 657.459 626.872 647.020 629.744 7. Tomat 461.069 459.253 534.964 548.453 590.400 8. Petsai/Sawi 387.667,6 429.719,2 460.026,2 455.776,5 464.837,4 Rata-Rata Sumber : Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, 2007, diolah
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa produksi rata-rata sayuran di Indonesia mengalami peningkatan dari Tahun 2002-2006 sebesar 19,79 persen. Pada Tahun 2004-2005 produksi rata-rata sayuran di Indonesia sempat mengalami penurunan sebesar 0,92 persen, dan hal ini tidak menunjukkan penurunan yang terlalu jauh. Produksi tertinggi adalah kol/kubis dengan produksi rata-rata sebesar 1.314.963,8 ton/tahun. Produksi terendah adalah lobak dengan produksi rata-rata sebesar 33.662,8 ton/tahun. Hal ini membuktikan bahwa kol/kubis lebih sering diproduksi oleh petani daripada sayuran yang lain. Peningkatan produksi sayuran setiap tahun di Indonesia diikuti dengan peningkatan luas areal panen. Meskipun saat ini konversi lahan pertanian sering terjadi, namun bukan demikian halnya dengan lahan sayuran. Usaha sayuran semakin diminati petani, bahkan banyak petani komoditi lain yang beralih menjadi pengusaha sayuran. Peningkatan luas panen sayuran di Indonesia berdasarkan jenisnya pada Tahun 2002-2006 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Luas Panen Sayuran di Indonesia berdasarkan Jenisnya 2002-2006 No Jenis Sayuran Luas Panen (Ha) 2002 2003 2004 2005 32.365 33.008 34.371 36.952 1. Bayam 81.840 83.481 85.263 84.839 2. Kacang panjang 60.235 64.520 68.029 57.765 3. Kol/Kubis 7.835 8.887 10.197 9.569 4. Labu siam 1.997 1.648 2.468 3.295 5. Lobak 39.336 44.414 45.285 45.340 6. Terung 49.457 47.884 52.719 51.205 7. Tomat 45.457 43.703 56.714 51.785 8. Petsai/Sawi 39.815,3 40.943,1 44.380,7 42.593,7 Rata-Rata
Tahun
2006 42.847 84.798 57.732 12.458 3.652 49.327 53.492 57.318 45.203
Sumber : Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, 2007, diolah
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa pada Tahun 2002-2006 terjadi peningkatan rata-rata luas panen sayuran di Indonesia sebesar 13,53 persen. Luas panen terbesar adalah kacang panjang dengan rata-rata sebesar 84.044,2 hektar. Sedangkan luas panen terkecil adalah lobak dengan rata-rata sebesar 2.612 hektar. Sistem produksi pertanian berkelanjutan yaitu adanya kontinuitas jangka panjang, ramah lingkungan dan menjamin keberlanjutan ekologi, sehingga sistem produksi pertanian berkelanjutan identik dengan istilah pengembangan pertanian organik. Potensi dan peluang pengembangan pertanian organik cukup terbuka di masa mendatang. Oleh karena itu hasil-hasil penelitian tentang pertanian organik termasuk sayuran organik perlu disebarluaskan secara cepat. Sayuran organik dapat mengurangi risiko terserang penyakit seperti kanker dan memiliki keunggulan kadar nitrat lebih rendah. Kadar nitrat tinggi dapat mengurangi transpor oksigen dalam aliran darah, serta membentuk nitrosamin yang bersifat karsinogen bagi tubuh. Sayuran organik juga mengandung serat yang sangat penting. Mengkonsumsi serat dapat menjaga kesehatan pencernaan karena mampu mengikat zat racun, kolesterol dan kelebihan lemak, sehingga dapat mencegah berkembangnya sumber penyakit.
Sayuran organik saat ini semakin banyak diusahakan oleh pengusaha di bidang pertanian. Menurut data baru dari Market Research Publisher Packaged Facts (2007), Perkembangan penjualan pangan organik dan minuman delapan kali dari pasar pangan konvensional dan diharapkan penjualannya mencapai $32,3 miliar sebelum Tahun 20091. Masyarakat sudah mulai memperhatikan kesehatan tubuh. Sayuran organik mulai dicari-cari oleh konsumen, terutama konsumen dari kalangan ekonomi menengah ke atas. Harga sayuran hasil kebun organik mencapai tiga kali lipat lebih mahal dari sayuran konvensional. Harga produk organik mahal karena beberapa alasan. Pertama, pertanian organik membutuhkan tenaga kerja lebih banyak. Pemusnahan hama menjadi semakin sulit karena dilakukan secara manual ataupun dengan predator alami. Kedua, masa tanam produk organik tanpa hormon pertumbuhan atau pertambahan pemupukan, sehingga menjadikan masa panennya jauh lebih lama daripada produk biasa. Tanah yang digunakan untuk pertanian organik pun memiliki standar khusus agar bisa dikatakan organik. Misalnya harus bebas dari bahan kimia selama 10 tahun, memiliki jarak tertentu dari lahan pertanian lain yang menggunakan pestisida, jarak minimum dari jalan raya dan sebagainya2. Salah satu produsen sayuran organik, khususnya sayuran Jepang organik adalah PT Anugerah Bumi Persada (PT ABP) “RR Organic Farm”. Sebagai perusahaan yang menghasilkan sayuran organik secara berkelanjutan maka diperlukan penetapan harga untuk penjualan kepada konsumen agar dapat
1 2
www.beritabumi.or.id, artikel “Perkembangan Pasar Organik”, diakses Tanggal 23 Februari 2008 www.beritabumi.or.id, artikel “Produk Pangan Organik dapat Kurangi Risiko Terkena Kanker”, diakses Tanggal 23 Februari 2008
menutupi biaya produksi atau tidak mengalami kerugian dan dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain yang sejenis. Kegiatan pokok manajemen dalam perencanaan perusahaan adalah memutuskan sekarang berbagai macam alternatif dan perumusan kebijakan yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang (Mulyadi, 2001). Ukuran yang sering dipakai untuk menilai berhasil atau tidaknya manajemen suatu perusahaan adalah laba yang diperoleh perusahaan. Laba terutama dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu volume produk yang dijual, harga jual produk dan biaya. Biaya menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba yang dikehendaki, harga jual mempengaruhi volume penjualan, sedangkan volume penjualan langsung mempengaruhi volume produksi, dan volume produksi mempengaruhi biaya. Tiga faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. PT ABP perlu melakukan perencanaan jangka pendek, yaitu dalam kaitannya dengan pemilihan alternatif tindakan dan perumusan kebijakan untuk masa yang akan datang. Analisis hubungan antara biaya, volume dan laba diperlukan perusahaan untuk membantu manajemen dalam perencanaan jangka pendek. PT ABP harus mengelola usaha secara efisien dan dapat menetapkan keputusan manajemen yang menguntungkan.
1.2 Permasalahan PT Anugerah Bumi Persada (PT ABP) merupakan usaha yang berorientasi pada keuntungan. Perusahaan ini menghasilkan beberapa jenis sayuran Jepang organik seperti horenso (bayam Jepang), tomat apel, brokoli, hakusai (sawi putih Jepang), kol, wortel, komatsuna (sawi hijau Jepang), kyuri (timun Jepang), daun
selada, negi (daun bawang Jepang), pakcoi hijau, tomat cherry, daikon, baby buncis, asparagus, kabocha, kokabu (lobak), nira, kangkung, dan cabe rawit/keriting. Sayuran yang diproduksi berjumlah kurang lebih 20 jenis. Usaha sayuran Jepang organik sangat menjanjikan karena adanya permintaan konsumen yang tinggi terhadap produk ini dan harganya lebih mahal dari sayuran yang ditanam secara konvensional atau menggunakan bahan kimia. PT ABP sempat mengalami kemunduran atau kurang berproduksi akibat manajemen yang tidak baik serta para pekerja yang kurang bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Belajar dari pengalaman tersebut, PT ABP memulai manajemen yang baru dibawah kepemimpinan Bapak Firmansyah Rustam pada pertengahan Tahun 2007. Sejak saat itu produktivitas usaha mulai membaik serta meningkat dan kontinuitas produk sudah lebih terjamin. Daerah pemasaran sayuran organik masih terbatas pada wilayah Jakarta karena wilayah ini yang paling tinggi dalam mengkonsumsi sayuran organik, selain itu juga karena produksi sayuran PT ABP yang masih belum stabil. Produksi sayuran organik masih sangat tergantung pada kondisi alam, cuaca dan iklim. Sayuran organik PT ABP dipasarkan pada Ranch market (Pondok Indah, Jakarta Selatan), Papaya Swalayan (Jakarta Selatan), Kamome Swalayan (Jakarta Selatan), Ranch Market (Kebun Jeruk, Jakarta Barat), Ranch Market (Grand Wijaya), Ranch Market (Darmawangsa Square), Ribbon, dan Dapur Palembang. Selain disuplai ke beberapa swalayan dan supermarket tersebut, perusahaan juga melayani para pelanggan yang langsung memesan ditempat.
Konsumsi sayuran organik semakin meningkat karena masyarakat semakin memperhatikan kesehatan. Permasalahan yang dihadapi oleh PT ABP saat ini adalah volume produksi yang masih rendah. Menurut data yang diperoleh dari PT ABP bahwa perusahaan ini belum mampu memenuhi semua permintaan konsumen melalui supermarket. Pada bulan Oktober 2007 produksi PT ABP mengalami penurunan sebesar 295 kilogram atau sebesar 14,4 persen dari produksi September 2007 dan pada bulan November dan Desember 2007 juga mengalami penurunan produksi sedangkan permintaan pada Januari 2008 mulai meningkat. Tabel. 3. Permintaan dan Produksi Sayuran Organik PT ABP Periode Maret 2007-Maret 2008 Waktu Permintaan (Kg) Produksi PT ABP (Kg) Maret 2007 1885 1085 April 2007 1885 1115 Mei 2007 1885 1270 Juni 2007 1885 1450 Juli 2007 1885 1455 Agustus 2007 1885 1840 September 2007 1885 2050 Oktober 2007 1885 1755 November 2007 1885 1440 Desember 2007 1885 1185 Januari 2008 3415 1345 Februari 2008 3415 1730 Maret 2008 3415 2055 Sumber : PT ABP, 2008
Setiap perusahaan memiliki persaingan dengan perusahaan yang menghasilkan produk sejenis. Dengan semakin berkembangnya permintaan terhadap sayuran organik, maka semakin banyak perusahaan yang ingin membuka usaha di bidang ini. Pesaing yang cukup dikenal dalam memasarkan produk sejenis yaitu Agatho, Amani, dan Ranch Organik. PT ABP harus mampu bersaing terutama dalam hal kontinuitas produk dan kompetitif dalam harga. Untuk tetap
mendapatkan keuntungan perusahaan harus meningkatkan efisiensi terutama untuk meminimalkan biaya produksi. Penetapan strategi harga dan volume penjualan sebagai komponen penentu laba perusahaan sangat penting dalam pemasaran, dengan demikian perusahaan dapat memaksimalkan keuntungan yang diperoleh. Selama ini PT ABP menetapkan harga jual dengan mengikuti harga pasar sayuran organik tanpa melihat semua biaya secara keseluruhan. Pencatatan biaya atau perhitungan untuk harga pokok sudah dilakukan namun belum benar karena perhitungan harga pokok tidak merinci semua biaya perusahaan. PT ABP tidak mencatat biaya-biaya yang diperhitungkan seperti sewa lahan dan perhitungan penyusutan hanya perkiraan tidak menggunakan metode yang pasti sehingga jumlah penyusutan sangat besar. Dalam pelaksanaannya, pengorganisasian masih tumpang tindih yaitu pekerjaan bendahara, sekretaris dilakukan oleh pekerja di bagian produksi, sehingga tugas tersebut tidak efisien. PT ABP harus menetapkan harga jual sebelum dipasarkan ke supermarket. PT ABP perlu melakukan perhitungan keuntungan yang pasti terhadap sayuran organik yang dihasilkan dengan perincian biaya seluruhnya, baik yang bersifat tetap maupun variabel. Harga jual semua sayuran organik yang ditetapkan oleh PT ABP sekitar Rp 20.000,00-50.000,00 per kilogram, tanpa melakukan perhitungan yang benar sehingga belum dapat dipastikan apakah perusahaan memperoleh keuntungan atau tidak. Penetapan harga jual yang ditentukan oleh perusahaan yaitu dengan mengikuti harga di pasar sayuran organik. Dengan menghitung harga pokok produksi maka akan diperoleh harga pokok penjualan sehingga untuk selanjutnya perusahaan dapat menghitung
besarnya keuntungan yang sebenarnya. Melalui metode perhitungan harga pokok yang tepat, perusahaan dapat menghitung biaya-biaya yang telah dikeluarkan sehingga menghindarkan perusahaan dari kerugian serta melakukan analisis biaya untuk meningkatkan efisiensi. Salah satu tujuan perhitungan harga pokok adalah untuk mengukur keefisienan suatu proses produksi. Perusahaaan juga dapat memperkirakan struktur biaya produksinya dan menentukan arah kebijakan bagi perusahaan setelah mengevaluasi perhitungan harga pokok. Metode yang tepat yaitu metode yang memperhitungkan dengan akurat seluruh biaya yang dikorbankan untuk memproduksi suatu produk. PT ABP tidak pernah melakukan klasifikasi biaya menjadi biaya tetap dan biaya variabel sehingga PT ABP tidak mengetahui batas bawah melakukan produksi atau yang disebut titik impas produksi. Titik impas yaitu suatu kondisi dimana perusahaan tidak mengalami kerugian ataupun tidak mendapatkan keuntungan. Untuk dapat menentukan tingkat titik impas maka biaya yang terjadi harus dapat dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Hasil penjualan dikurangi dengan biaya variabel merupakan sisa atau margin yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan laba. Untuk mengetahui margin yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan laba diperlukan perhitungan Marginal Income Ratio (MIR). MIR merupakan ratio antara Marginal Income dengan hasil penjualannya, sedangkan Marginal Income adalah selisih antara hasil penjualan dengan biaya variabel. Apabila hasil penjualan pada tingkat break even dihubungkan dengan penjualan yang dibudgetkan atau pada tingkat penjualan tertentu, maka akan diperoleh informasi tentang seberapa jauh volume penjualan boleh turun sehingga
PT ABP tidak menderita rugi. Hubungan atau selisih antara penjualan yang dibudget atau tingkat penjualan tertentu dengan penjualan pada tingkat break even merupakan tingkat keamanan perusahaan (margin of safety) bagi perusahaan dalam melakukan penurunan penjualan. Suatu perusahaan yang mempunyai margin of safety yang besar adalah lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai margin of safety yang rendah. Dengan adanya perhitungan MIR dan MOS pada PT ABP maka perhitungan kas dan keuntungan PT ABP menjadi lebih lengkap. Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. metode harga pokok apa yang yang tepat dan cocok untuk diterapkan pada PT Anugerah Bumi Persada dan berapakah besar harga pokok produksi dan harga pokok penjualan sayuran Jepang organik yang dihasilkan oleh PT Anugerah Bumi Persada? 2. bagaimanakah kondisi nilai titik impas pada PT Anugerah Bumi Persada? 3. berapakah nilai Marginal Income Rate (MIR), Margin of Safety (MOS) dan profitabilitas usaha PT Anugerah Bumi Persada serta bagaimana struktur pasar yang dihadapi oleh PT ABP?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. mengkaji metode harga pokok yang tepat dan cocok diterapkan pada PT Anugerah Bumi Persada dan menghitung besar harga pokok produksi dan
harga pokok penjualan sayuran Jepang organik yang dihasilkan oleh PT Anugerah Bumi Persada; 2. menganalisis kondisi nilai titik impas pada PT Anugerah Bumi Persada; 3. menghitung nilai Marginal Income Rate (MIR), Margin of Safety (MOS) dan profitabilitas usaha PT Anugerah Bumi Persada serta menganalisis struktur pasar yang dihadapi oleh PT ABP.
1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan berguna untuk : 1. pihak perusahaan dalam pengendalian biaya, peningkatan keuntungan serta efisiensi produksi. Selain itu, dapat juga sebagai referensi dan pembanding dalam pengambilan keputusan manajemen; 2. penulis dan pembaca sebagai informasi dan menambah pengetahuan dalam pengusahaan sayuran organik.
1.5 Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dari penelitian ini adalah : 1. data yang dikumpulkan adalah data perusahaan selama satu tahun dari Maret 2007-Februari 2008, sehingga perhitungan harga pokok dan laba jangka pendek hanya untuk tahun tersebut; 2. harga jual yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga jual rata-rata semua jenis sayuran organik selama Maret 2007-Februari 2008 yaitu sebesar Rp 30.850,00 per kilogram dengan asumsi bahwa seluruh jenis sayuran organik memiliki harga yang relatif sama. Asumsi dasar lain pada analisa titik
impas di PT ABP yang menghasilkan 20 jenis sayuran adalah bahwa tidak ada perubahan dalam sales-mix-nya; 3. perhitungan laba jangka pendek hanya dilihat dari nilai titik impas, Marginal Income Rate (MIR), Margin of Safety (MOS) dan profitabilitas usaha pada periode Maret 2007-Februari 2008.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pertanian Organik Menurut Sutanto (2002), pertanian organik merupakan suatu sistem produksi pertanaman yang berasaskan daur ulang hara secara hayati. Daur ulang hara dapat melalui sarana limbah tanaman dan ternak, serta limbah yang mampu memperbaiki status kesuburan dan struktur tanah. Sistem pertanian organik adalah suatu sistem produksi pertanian dimana bahan organik, baik makhluk hidup maupun yang sudah mati, merupakan faktor penting dalam proses produksi. Penggunaan pupuk organik (alami atau buatan) dan pupuk hayati serta pemberantasan hama, penyakit dan gulma secara biologis adalah contoh penerapan sistem pertanian organik (Sugito et al, 1995). Sistem pertanian organik yang semakin populer akhir-akhir ini disebabkan karena kegagalan sistem pertanian kimiawi mempertahankan kelestarian lingkungan dalam jangka panjang. Sistem pertanian kimiawi yang berkembang pesat sejak dicanangkannya revolusi hijau pada tahun 1970-an, memang telah berhasil meningkatkan produktivitas lahan sehingga kekurangan pangan dan bahkan bencana kelaparan pada waktu itu segera dapat teratasi, yaitu berkat ditemukannya varietas unggulan baru yang berpotensi hasil tinggi. Namun untuk memperoleh hasil panen yang tinggi, diperlukan pupuk anorganik dengan dosis tinggi dan pada umumnya varietas unggul baru tersebut peka terhadap hama dan penyakit serta kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan. Akibatnya ketergantungan proses produksi pertanian terhadap bahan-bahan kimiawi, seperti pupuk anorganik (Urea, TSP, ZK, dan sebagainya), insektisida, fungisida, dan
herbisida, semakin tinggi dan lebih dari itu dalam jangka panjang bahan-bahan kimia pertanian tersebut telah merusak lahan pertanian sehingga produktivitas lahan sulit ditingkatkan lagi dan bahkan terjadi penurunan. Pertanian organik dapat diterapkan dengan cara memindahkan hara secepatnya dari sisa tanaman, kompos dan pupuk kandang menjadi biomassa tanah yang selanjutnya setelah mengalami proses mineralisasi akan menjadi hara dalam larutan tanah. Dengan kata lain, unsur hara didaur ulang melalui satu atau lebih tahapan bentuk senyawa organik sebelum diserap tanaman. Hal ini berbeda dengan pertanian konvensional yang memberikan unsur hara secara cepat dalam bentuk larutan sehingga segera diserap dengan takaran dan waktu pemberian yang sesuai dengan kebutuhan tanaman (Sutanto, 2002). Kegunaan budi daya organik pada dasarnya ialah meniadakan atau membatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh budi daya kimiawi.
2.2 Sayuran Organik Sayuran memiliki peran penting untuk kesehatan manusia karena sayuran sangat dibutuhkan oleh manusia untuk beberapa manfaat yang salah satunya untuk membantu metabolisme tubuh. Kandungan aneka vitamin, karbohidrat dan mineral pada sayur tidak dapat disubstitusi dengan makanan pokok. Oleh karena itu sangat penting untuk senantiasa mengkonsumsi sayuran segar dengan cara memasak
yang benar dan kalangan ilmuwan percaya bahwa dengan
mengkonsumsi sayuran secara teratur akan berpengaruh positif terhadap kesehatan manusia.
Sayuran organik merupakan salah satu alternatif yang dapat dipilih oleh masyarakat, dimana selain mengandung banyak vitamin, karbohidrat, dan mineral, sayuran organik juga bebas bahan kimia terutama pestisida dan pupuk buatan yang dapat merusak organ-organ dalam tubuh kita. Sayuran organik memiliki kelebihan lain yaitu produknya menyehatkan, memiliki rasa yang lebih renyah, lebih manis, enak dan tidak cepat busuk.
2.3 Penelitian Terdahulu Penelitian tentang harga pokok dan titik impas telah banyak dilakukan. Perhitungan harga pokok sangat penting untuk operasional usaha suatu perusahaan. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu tentang harga pokok dan titik impas. Penelitian Saprinah (2003) tentang kajian penetapan harga pokok pesanan untuk menentukan harga jual karkas ayam kampung dan broiler pada UD Cendrawasih Jakarta Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Harga Pokok Produksi (HPP) pesanan full costing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya usaha terdiri dari biaya bahan baku, biaya tak langsung, biaya overhead pabrik, biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum. Hasil perhitungan HPP per unit karkas ayam kampung dan ayam broiler dengan menggunakan metode perusahaan lebih rendah daripada hasil perhitungan full costing karena dalam perhitungan tersebut terdapat biaya-biaya yang tidak dimasukkan seperti biaya telepon, biaya penyusutan aktiva yang dimiliki perusahaan (mesin, kendaraan dan bangunan), biaya kemasan dan biaya pembelian perlengkapan administrasi. Hasil perhitungan harga jual perusahaan
lebih tinggi daripada hasil perhitungan harga jual full costing hasil penelitian. Tingginya hasil perhitungan harga jual metode perusahaan disebabkan karena dasar harga jual produk perusahaan dilakukan dengan rumus tersendiri yaitu harga jual per unit merupakan penjumlahan biaya bahan baku, biaya pelayanan, dan biaya pengolahan dengan laba produksi. Mekanisme penetapan harga jual perusahaan yaitu dengan cara mengikuti harga pasar yang berlaku, sedangkan harga jual yang terbentuk nantinya merupakan hasil negosiasi antara perusahaan dengan supermarket. Penelitian Siringo-ringo (2004) tentang penetapan harga pokok produksi susu cup, studi kasus di Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan perhitungan HPP produk susu cup yang dilakukan masih sederhana karena hanya memperhitungkan biaya bahan baku dan bahan penolong, sedangkan biaya produksi lainnya seperti biaya tenaga kerja serta Biaya Overhead Pabrik (BOP) tidak diperhitungkan. Akibatnya dengan menggunakan metode full costing biaya yang dihasilkan lebih tinggi dari perhitungan HPP MT KPBS. MT KPBS ingin meningkatkan daya saing di kalangan perusahaan yang menghasilkan produk sejenis. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya saing produk susu cup KPBS, yaitu : (1) pemisahan pembukuan antara fresh milk dengan susu cup, (2) efisiensi melalui kegiatan memperbanyak penggunaan bahan baku lokal dan meningkatkan kapasitas produksi, (3) meningkatkan pemasaran, dan (4) promosi. Penelitian tentang penerapan metode HPP pada perusahaan kopi bubuk cap “S” di Bekasi, Jawa Barat, dilakukan oleh Yunita (2002). Tujuan penelitian
mengkaji metode harga pokok produksi yang tepat dan cocok untuk diterapkan pada perusahaan kopi bubuk cap “S” dengan cara menghitung dan menganalisis HPP kopi bubuk cap “S” Tahun 2001 dengan metode yang biasa digunakan perusahaan dan metode Harga Pokok Proses dengan departementalisasi lalu membandingkannya. Ternyata setelah dibandingkan terdapat selisih rata-rata antara HPP metode perusahaan dengan metode departementalisasi sebesar 2,88 persen artinya perusahaan sudah cukup efisien dalam memperhitungkan HPP, hanya saja terdapat kekurangakuratan dalam memperhitungkan biaya-biaya yang seharusnya dimasukkan ke dalam biaya produksi. Hal ini mengakibatkan kesalahan dalam perhitungan laba sebesar 4,16 persen dari laba yang sebenarnya didapat oleh perusahaan. Angka Margin of Safety (MOS) sebesar 83,26 persen, angka tersebut menunjukkan batas keamanan penurunan penjualan yang bisa dilakukan perusahaan kopi bubuk cap “S” tanpa menderita kerugian. Secara umum perusahaan bubuk kopi cap “S” sudah cukup efisien, tetapi perusahaan perlu
mempertimbangkan
untuk
menggunakan
metode
HPP
dengan
departementalisasi. Melina (1997) meneliti penerapan metode Harga Pokok Proses dan analisis titik impas perusahaan kecap cap “WM” di Surabaya, Jawa Timur. Pengumpulan biaya produksi kecap “WM” menggunakan metode HP proses dengan memperhatikan semua unsur biaya produksi (full costing system). Hasil penelitian dengan perhitungan HPP pada Tahun 1996, perusahaan belum mencapai kapasitas normal sehingga terjadi inefisiensi pemakaian alat produksi. Berdasarkan analisis titik impas, penjualan perusahaan berada di atas penjualan titik impas. Hal ini berarti perusahaan berada pada posisi menguntungkan.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi tentang teori-teori yang melandasi dan mendukung
penelitian.
Teori yang
digunakan
mencakup
hal-hal
yang
berhubungan dengan harga pokok dan titik impas.
3.1.1
Biaya Produksi Perusahaan
3.1.1.1 Pengertian Biaya dan Penggolongannya Menurut Mulyadi (2005), pengertian biaya dapat terbagi menjadi dua. Dalam arti luas, biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang akan terjadi untuk tujuan tertentu. Dalam arti sempit, biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva. Lebih lanjut Mulyadi menggolongkan biaya menjadi : a. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. b. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan Pada perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu biaya produksi, biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum. 1) Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan ekuipmen; biaya bahan baku; dan biaya bahan penolong
seperti gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian baik yang langsung maupun tidak langsung dan biaya overhead pabrik (factory overhead cost). 2) Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya iklan seperti biaya promosi dan biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang pembeli; gaji karyawan bagian-bagian yang melaksanakan kegiatan pemasaran; dan biaya contoh (sample cost). 3) Biaya administrasi dan umum merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia, dan bagian hubungan masyarakat; biaya pemeriksaan akuntan; dan biaya fotokopi. c. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan : 1) Biaya langsung adalah biaya yang terjadi yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai itu tidak ada maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. 2) Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik.
d. Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas Dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas, biaya dapat digolongkan menjadi biaya variabel, biaya semivariabel, biaya semifixed dan biaya tetap. 1) Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. 2) Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel. 3) Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. 4) Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contoh biaya tetap adalah gaji direktur produksi. e. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua yaitu pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan. 1) Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender). Contoh pengeluaran modal adalah pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap, untuk reparasi besar terhadap aktiva tetap, untuk promosi besar-besaran, dan pengeluaran untuk riset pengembangan suatu produk.
2) Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut. Contoh pengeluaran pendapatan antara lain adalah biaya iklan, biaya telex dan biaya tenaga kerja.
3.1.1.2 Biaya Penyusutan Aktiva Tetap Horngren, et al (1997) mendefinisikan penyusutan sebagai proses untuk mengalokasikan harga perolehan dari aktiva tetap menjadi beban pada suatu periode. Proses ini ditujukan untuk memadukan beban dengan pendapatan yang dihasilkan selama jangka waktu pemakaian aktiva tetap tersebut. Tujuan utama dari akuntansi penyusutan adalah untuk menentukan berapa keuntungan yang diperoleh
perusahaan,
sedangkan
kegunaan
lainnya
adalah
untuk
memperhitungkan penurunan kegunaan aktiva tetap karena pemakaiannya. Semua aktiva tetap hanya akan memberikan manfaat dalam suatu jangka waktu tertentu. Untuk sejumlah aktiva tetap, pemakaiannya yang terus menerus merupakan suatu elemen yang menyebabkan terjadinya penyusutan. Umur kegunaan dari suatu aktiva bisa lebih pendek dari umur aktiva tersebut secara fisik. Menurut Manullang (1994), yang dimaksud dengan umur teknis dari suatu barang modal ialah lamanya barang modal itu digunakan dalam proses produksi hingga tidak dapat dipakai lagi, sedangkan umur ekonomis ialah lamanya barang modal itu digunakan dan tidak dipakai lagi karena sudah ada barang modal baru yang menggantikannya.
Menurut Horngren, et al (1997), untuk mengukur penyusutan dari suatu aktiva tetap, perlu diketahui : a. Harga perolehan yaitu jumlah uang yang dikeluarkan untuk membeli aktiva tersebut sampai aktiva tersebut dapat digunakan oleh perusahaan; b. perkiraan
umur
kegunaan
yaitu
periode
dimana
perusahaan
dapat
memanfaatkan aktiva tetap tersebut; c. perkiraan nilai sisa yaitu nilai kas yang diharapkan dari aktiva tetap tersebut pada akhir masa kegunaannya. Ada empat metode yang dipakai untuk menyusutkan aktiva tetap yaitu metode garis lurus, jumlah unit produksi, saldo menurun berganda, dan sum of the years digit. a. Metode garis lurus Dalam metode garis lurus, perusahaan akan mencatat beban penyusutan yang sama jumlahnya untuk setiap periode. Beban penyusutan setiap periode didapat dengan membagi harga perolehan yang dapat disusutkan dengan umur kegunaan dari aktiva tetap tersebut. b. Metode jumlah unit produksi Dalam metode jumlah unit produksi, suatu jumlah tertentu (yang tetap) dibebankan pada setiap unit produksi yang dihasilkan oleh aktiva tetap yang digunakan. Harga perolehan yang dapat disusutkan dibagi dengan perkiraan produksi selama masa kegunaan dari aktiva tetap tersebut untuk mendapatkan beban penyusutan per unit produksi. Beban penyusutan per unit akan dikalikan dengan jumlah unit produksi selama periode yang bersangkutan.
c. Metode saldo menurun berganda Metode saldo menurun berganda merupakan salah satu metode penyusutan yang dipercepat. Metode penyusutan yang dipercepat akan memberikan beban penyusutan yang lebih besar dari garis lurus pada periode-periode awal pemakaian aktiva tersebut. Metode saldo menurun berganda menghitung beban penyusutan per periode dengan mengalikan nilai buku aktiva tetap dengan suatu persentasi tertentu. Tingkat persentasi tersebut biasanya dua kali lebih besar dari tingkat penyusutan yang digunakan dalam metode garis lurus. d. Metode sum of years digit Metode ini merupakan salah satu metode penyusutan aktiva tetap yang dipercepat, yaitu dengan mengalikan harga perolehan yang dapat disusutkan dengan suatu angka tertentu. Penyebut dari angka ini adalah jumlah dari umur kegunaan aktiva tetap tersebut.
3.1.2
Harga Pokok Produksi Harga pokok adalah instrumen yang penting untuk pengendalian
perusahaan (Slot dan Minnaar, 1996). Perhitungan harga pokok dapat membantu agar pendirian perusahaan memang dapat dipertanggungjawabkan, dalam arti bahwa dari sekian banyak kemungkinan, kemungkinan terbaik yang akan dipilih. Perhitungan harga pokok yang berguna untuk pengambilan keputusan jangka pendek merupakan keputusan-keputusan yang diambil dalam rangka mencari pola produksi yang paling menguntungkan bagi perusahaan.
Dua tujuan pokok dari perhitungan harga pokok adalah : 1. memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan untuk membuat perencanaan jangka pendek yang optimal dalam bidang produksi dan penjualan (misalnya untuk bulan, triwulan atau satu tahun mendatang); 2. memperoleh data dan informasi untuk pengendalian proses produksi, terutama dengan maksud untuk memperoleh penghematan dalam perusahaan. Tujuan lain dari perhitungan harga pokok adalah untuk menentukan nilai barang dalam pengerjaan dan barang jadi yang harus dicantumkan dalam neraca perusahaan. Menurut Mulyadi (2005), harga pokok produksi adalah pengorbanan ekonomi untuk mengubah aktiva (berupa persediaan bahan baku) menjadi aktiva lain (berupa persediaan produk jadi). Secara teoritis tinggi rendahnya harga pokok akan menentukan harga jual. Beberapa tujuan dari perhitungan harga pokok adalah : 1. sebagai dasar untuk menetapkan harga jual di pasar; 2. untuk menetapkan laba yang akan diperoleh; 3. sebagai alat untuk melihat efisiensi proses produksi; 4. membuat keputusan untuk menerima atau menolak suatu pesanan. Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. terdapat dua pendekatan untuk memperhitungkan unsur-unsur biaya dalam harga pokok produksi yaitu full costing dan variable costing (Mulyadi, 2005). 1. metode full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok
produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap; 2. metode variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel.
3.1.3
Harga Pokok Penjualan Harga pokok penjualan adalah gambaran jumlah pengorbanan yang harus
dijadikan pengorbanan oleh produsen pada waktu pertukaran barang dan jasa (Mulyadi, 2005). Harga pokok penjualan diperoleh dengan membandingkan total seluruh biaya dengan volume produk yang dihasilkan. Tujuan perhitungan harga pokok penjualan adalah sebagai dasar penetapan harga di pasar, untuk menetapkan pendapatan yang diperoleh pada proses pertukaran barang atau jasa dan sebagai alat untuk penilaian efisiensi pada proses produksi. Menurut Manullang (1994), harga pokok penjualan adalah jumlah biaya seharusnya untuk memproduksikan suatu barang ditambah biaya seharusnya lainnya hingga barang itu berada di pasar. Tujuan dilakukannya perhitungan harga pokok adalah : 1. untuk menentukan harga jual; 2. untuk menetapkan efisien tidaknya suatu perusahaan; 3. untuk menentukan kebijakan dalam penjualan; 4. sebagai pedoman dalam pembelian alat-alat perlengkapan baru; 5. untuk perhitungan neraca.
3.1.4
Titik Impas Menurut Riyanto (1995), analisis titik impas adalah suatu teknik analisis
untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan. Analisis ini disebut juga “cost-profit-volume analysis” karena mempelajari hubungan antara biaya-keuntungan-volume kegiatan. Volume penjualan dimana penghasilannya (revenue) tepat sama besarnya dengan biaya totalnya, sehingga perusahaan tidak mendapatkan keuntungan atau menderita kerugian dinamakan break even point. Dalam penghitungan titik impas perlu ditetapkan terlebih dahulu biaya variabel dan biaya tetap. Besarnya biaya variabel secara totalitas akan berubahubah sesuai dengan perubahan volume produksi, sedangkan besarnya biaya tetap secara totalitas tidak mengalami perubahan meskipun ada perubahan volume produksi. Menurut Riyanto (1995), dalam melakukan analisis titik impas, digunakan asumsi-asumsi dasar sebagai berikut : 1. biaya di dalam perusahaan dibagi dalam golongan biaya variabel dan golongan biaya tetap; 2. besarnya biaya variabel secara totalitas berubah-ubah secara proporsionil dengan volume produksi/penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel per unitnya adalah tetap sama; 3. besarnya biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun ada perubahan volume produksi/penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubahubah karena adanya perubahan volume kegiatan;
4. harga jual per unit tidak berubah selama periode yang dianalisa; 5. perusahaan hanya memproduksi satu macam produk. Apabila diproduksi lebih dari satu macam produk, perimbangan penghasilan penjualan antara masingmasing produk atau “sales mix” nya adalah tetap konstan.
Biaya dan Penghasilan (Rp)
TR Titik Impas
Laba TC
P FC Rugi
0
Y
Volume Penjualan (Satuan)
Gambar 1. Analisis Titik Impas secara Grafis Sumber : Mulyadi, 2001 Keterangan : P = Price (Harga) Y = Kuantitas Produk TR = Total Revenue (Penerimaan Total) FC = Fixed Cost (Biaya Tetap) TC = Total Cost (Biaya Total)
3.1.5 Biaya Bersama Biaya bersama dapat diartikan sebagai biaya overhead bersama (joint overhead cost) yang harus dialokasikan ke berbagai departemen, baik dalam perusahaan yang kegiatan produksinya berdasarkan pesanan maupun yang kegiatan produksinya dilakukan secara massa (Mulyadi, 2005).
Biaya produk bersama (joint product cost) adalah biaya yang dikeluarkan sejak saat mula-mula bahan baku diolah sampai dengan saat berbagai macam produk dapat dipisahkan identitasnya. Biaya produk bersama ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Pengertian pertama biaya bersama tersebut di atas disebut biaya bergabung (common cost), sedangkan pengertian kedua disebut biaya bersama (joint cost). Biaya bergabung adalah biaya-biaya untuk memproduksi dua atau lebih produk yang terpisah (tidak diolah bersama) dengan fasilitas sama pada saat yang bersamaan. Biaya bergabung dan biaya bersama mempunyai satu perbedaan pokok yaitu bahwa biaya bergabung dapat diikuti jejak alirannya ke berbagai produk yang terpisah tersebut atas dasar sebab akibat, atau dengan cara menelusuri jejak penggunaan fasilitas. Biaya bergabung tidak meliputi biayabiaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Di lain pihak biaya bersama tidak dapat diikuti jejak alirannya ke berbagai macam produk yang dihasilkan dan meliputi biaya-biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Biaya bergabung merupakan biaya tak langsung dalam hubungannya dengan produk-produk yang dihasilkan. Produk bersama adalah dua produk atau lebih yang diproduksi secara serentak dengan serangkaian proses atau dengan proses gabungan. Nilai jual (kuantitas kali harga jual per satuan) masing-masing produk bersama ini relatif sama, sehingga tidak ada di antara produk-produk yang dihasilkan tersebut dianggap sebagai produk utama ataupun sebagai produk sampingan.
Produk bersama dan produk sekutu memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Produk bersama dan produk sekutu merupakan tujuan utama kegiatan produksi. b. Harga jual produk bersama atau produk sekutu relatif tinggi bila dibandingkan dengan produk sampingan yang dihasilkan pada saat yang sama. c. Dalam mengolah produk bersama tertentu, produsen tidak dapat menghindari diri untuk menghasilkan semua jenis produk bersama, jika ia ingin memproduksi hanya salah satu di antara produk bersama tersebut.
3.1.6 Struktur Pasar Struktur pasar adalah suatu dimensi yang menjelaskan pengambilan keputusan oleh perusahaan atau industri, jumlah perusahaan dalam suatu pasar, distribusi perusahaan menurut berbagai ukuran, deskripsi produk atau diferensiasi produk, syarat-syarat masuk pasar atau penguasaan pangsa pasar. Struktur pasar dicirikan oleh : (1) konsentrasi pasar; (2) diferensiasi produk; (3) kebebasan untuk keluar masuk dalam pasar (Limbong dan Sitorus, 1987). Empat karakteristik pasar yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan struktur pasar, yaitu : (1) jumlah penjual dan pembeli; apakah jumlah relatif banyak sehingga tidak terdapat seorang penjual yang dapat mempengaruhi harga. Atau sebaliknya jumlah penjual sedikit sehingga dapat mempengaruhi harga pasar. (2) keadaan produk yang diperjual belikan; apakah produk tersebut homogen, berbeda corak atau produk tersebut unik sehingga tidak ada penjual lain yang dapat mensubstitusikan komoditi yang dijual penjual tersebut. (3) kemudahan masuk dan keluar pasar; apakah perusahaan mudah masuk dalam
pasar jika terdapat keuntungan ekonomis atau perusahaan tersebut mudah keluar dari pasar seandainya tidak tercapai keuntungan normal. (4) pengetahuan konsumen terhadap harga dan struktur biaya produksi; apakah terdapat informasi harga yang wajar bagi konsumen atau tidak ada informasi harga yang memadai sehingga memungkinkan perusahaan untuk melakukan diskriminasi harga. Struktur pasar sangat diperlukan dalam analisis sistem pemasaran karena melalui analisis struktur pasar, secara otomatis akan dapat dijelaskan bagaimana perilaku partisipan (pembeli dan penjual) yang terlibat (market conduct) dan akan menunjukkan keragaan yang terjadi akibat dari struktur dan perilaku pasar yang ada dalam sistem pemasaran tersebut (market performance). Menurut (Halcrow, 1981), ditinjau dari sisi penjual secara umum modal pasar dibedakan menjadi
persaingan murni, persaingan monopolistik, dan
monopoli. Model pasar persaingan murni, seringkali disebut sebagai pasar persaingan sempurna, sedangkan model-model pasar lainnya disebut pasar persaingan tidak sempurna. 1. Persaingan Murni Pasar persaingan murni mempunyai karakteristik-karakteristik sebagai berikut: 1) Penjual dalam jumlah yang besar satu sama lain, sehingga pada umumnya penjual produk dilakukan dalam pasar terstruktur atau organisasi tinggi. 2) Perusahaan-perusahaan yang bersaing menstandarisasi produk yang akan dijual. Standarisasi produk ini dapat juga berupa pembagian dalam kelas-kelas atau grade-grade tertentu untuk dipasarkan. Sebagai contoh, biji-bijian dan lemak dijual dalam bentuk kelas-kelas atau grade-grade tertentu. Produk-
produk pertanian dapat diidentifikasi berdasar warna, tekstur, bau, atau aroma karakteristik lainnya. Dalam kelas atau grade tertentu, pembeli tidak dapat membedakan produk yang dijual oleh produsen satu dengan produk yang dijual oleh produsen lainnya. 3) Masing-masing produsen secara individual dianggap kecil atau tidak dapat mempengaruhi pasar. Hal ini terjadi apabila jumlah produsen cukup besar dan produk-produk yang dijual sudah distandarisasi. Kondisi semacam ini pada umumnya dijumpai pada usahatani. Kecuali terjadi bilamana petani juga menjalankan fungsi-fungsi pemasaran seperti pengangkutan sayur-sayuran dan buah-buahan atau mensuplai telur kepada konsumen secara tetap. Perkecualian ini sering terjadi pada usahatani (biasanya dalam skala besar) yang melakukan kombinasi atau integrasi dengan perusahaan pengolahan pemasaran, di mana dapat menjual dalam jumlah besar, pemasaran sistem kontrak bahkan memotong struktur pasar persaingan murni. 4) Ada kebebasan perusahaan untuk masuk dan keluar pasar. Hal ini berarti tidak ada pembatasan seperti surat ijin, quota perdagangan ataupun pengawasan pemerintah daerah. Perusahaan bebas masuk dalam pasar untuk menjual barang tanpa ijin pada pemerintah atau lembaga-lembaga lainnya. Kondisi ini dijumpai pada semua negara kapitalis, sebagian besar negara-negara sosialis, demokrasi, dan sebagian kecil negara-negara komunis. 5) Produk-produk yang dijual hádala homogen atau identik (identical product) atau produk-produk yang dipasarkan dibedakan menurut kelas dan gradegrade tertentu, sehungga tidak memungkinkan perusahaan-perusahaan
melakukan persaingan selain persaingan harga. Jadi promosi dan advertensi tidak perlu dilakukan karena barang yang dijual homogen. 2. Persaingan monopolistik Perbedaan antara pasar persaingan murni dengan persaingan monopolistik terletak pada perbedaan produk. Pada pasar persaingan monopolistik produk yang dijual berbeda corak (product differentiation). Perbedaan ini tidak saja menyangkut perbedaan fisik produk yang dijual, tetapi juga proses identifikasi seperti hak pakai nama, hak patent dan pengakuan mutu produk yang lebih baik oleh penjual lainnya. Persaingan monopolistik mempunyai karakteristik sebagai berikut: 1) Jumlah perusahaan secara nasional relatif sedikit yaitu berkisar antara 25 sampai 30 perusahaan. Masing-masing perusahaan mempunyai bagian pasar (market share) yang sangat kecil. 2) Produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan secara perseorangan berbeda corak. Perbedaan ini dapat berupa perbedaan fisik (real) atau perbedaan bukan fisik (imaginary), yang terpenting perbedaan ini dapat mempengaruhi pemikiran pembeli. Pemasaran bahan makanan merupakan pemasaran produkproduk yang berbeda corak. 3) Perusahaan-perusahaan persaingan monopolistik tidak saja dibatasi oleh harga produk, tetapi juga oleh faktor-faktor lain. Walaupun ada perbedaan nyata di antara produk-produk yang dihasilkan, tetapi produsen tidak bisa menaikkan harga produknya terlalu tinggi sebab pembeli akan beralih membeli produkproduk lainnya.
4) Peluang masuk pasar pada persaingan monopolistik pada umumnya relatif sulit dibandingkan dengan pasar persaingan murni. Hal ini disebabkan produkproduk
yang
berbeda
corak.
Advertensi
sangat
diperlukan
untuk
mempromosikan barang-barang baru yang masuk dalam pasar. Biaya advertensi walaupun sangat mahal tidak menjamin terjadinya peningkatan volume pemasaran. 5) Oleh karena barang-barang yang dijual berbeda corak, maka persaingan di antara perusahaan tidak saja menyangkut harga tetapi juga faktor-faktor lainnya. 3. Oligopoli Oligopoli berasal dari bahasa Yunani yaitu olig = sedikit dan polist = penjual, oligopoli artinya sedikit penjual. Industri perbekalan usahatani seperti perusahaan mesin-mesin pertanian, perusahaan bahan-bahan kimia pertanian dan perusahaan sejenis lainnya cenderung bersifat oligopoli. Karakteristik terpenting yang perlu diperhatikan bahwa dalam oligopoli terdapat ketergantungan dalam penentuan harga dan praktek-praktek pemasaran. Pasar oligopoli mempunyai karakteristik sebagai beriktu: 1) Pada pasar oligopoli terdapat sedikit perusahaan tetapi mendominasi pasar produk. 2) Pelaku-pelaku oligopoli biasanya memproduksi barang dengan standarisasi yang sebenarnya ataupun barang-barang yang berbeda corak. Bahan baku untuk memproduksi barang tersebut umumnya distandarisasi secara cermat berdasarkan kelas dan grade tertentu sehingga pada umumnya konsumen dapat dengan mudah membedakan barang-barang yang berbeda corak yang
dihasilkan pelaku-pelaku oligopoli. Tingkat standarisasi atau dominasi berpengaruh terhadap harga dan praktek-praktek pasar dari persaingan antar perusahaan. 3) Tingkat pengawasan terhadap harga terbatas atau dibatasi ketergantungan antar perusahaan yang menguntungkan. Pelaku-pelaku oligopoli pada umumnya menghindari agresivitas persaingan harga yang dapat menimbulkan perang harga. 4) Rintangan masuk dalam pasar sangat selektif, hal ini merupakan karakteristik penting pasar oligopoli. 5) Biaya yang dikeluarkan untuk advertensi dan promosi perdagangan pada umumnya tinggi, terutama di antara pelaku-pelaku oligopoli yang menjual produk-produk yang berbeda corak. 4. Monopoli Secara tegas monopoli dapat dikatakan satu perusahaan dalam suatu pasar, monopoli sangat jarang sekali dibutuhkan. Tetapi kondisi-kondisi seperti monopoli sangat penting di sektor pertanian. Pasar monopoli mempunyai karakteristik sebagai berikut: 1) Konsep monopoli murni penting secara teori dan kondisi pertanian yang bersifat monopoli atau mendekati monopoli dijumpai pada berbagai bidang seperti transportasi, tenaga listrik dan komunikasi. 2) Barang-barang yang dihasilkan monooli bersifat unik, artinya tidak dijumpai barang-barang substitusi. Meskipun keadaan monopoli ditentukan oleh penjual, tetapi tidak semua pembeli kena dampak dari tindakan penjual monopoli tersebut.
3) Penjual monopolis bersifat sebagai penentu harga perlu diatur secara umum atau penentuan harga secara kelembagaan. 4) Keberadaan monopoli tergantung dari perlindungan terhadap masuknya perusahaan baru ke dalam pasar. Perlindungan ini dapat bersifat ekonomis, legalisasi, dan teknologi. 5) Perusahaan yang bertindak sebagai monopolis memerlukan atau tidak memerlukan biaya advertensi dan promosi penjualan. Hal ini tergantung dari situasi pasar dan besarnya biaya advertensi dan promosi penjualan.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional PT Anugerah Bumi Persada merupakan perusahaan yang melakukan usaha sayuran Jepang organik di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Tujuan usaha adalah memaksimalkan keuntungan yang diperoleh dari penjualan sayuran Jepang organik dan mempertahankan usaha tetap berkesinambungan bahkan ingin menjadikan usaha semakin berkembang. Tujuan komersial dari perusahaan dimulai dengan kegiatan operasional perusahaan. Kegiatan operasional berupa penyediaan input yang diperlukan, kegiatan usahatani, sampai pemasaran sayuran kepada konsumen melalui supermarket. Semua kegiatan berkaitan satu sama lain dalam upaya memperoleh keuntungan perusahaan. Dalam kegiatan produksi akan dikeluarkan biaya-biaya yang terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. Pemisahan antara kedua biaya tersebut sangat penting karena dengan demikian perusahaan dapat mengetahui jumlah dan jenis pengeluaran yang digunakan dalam proses produksi kemudian harga pokok
produksi dapat ditentukan. Pada penelitian ini, perhitungan harga pokok produksi dilakukan dengan metode full costing. Metode full costing lebih tepat diterapkan pada PT ABP dalam perhitungan harga pokok produksi karena merinci semua biaya yang dikeluarkan serta dengan metode full costing secara sederhana mengelompokkan biaya menurut fungsi pokok organisasi perusahaan manufaktur seperti PT ABP, sehingga biaya-biaya baik variabel maupun tetap dikelompokkan menjadi biaya produksi (yang terjadi di fungsi produksi) dan biaya non produksi (biaya yang terjadi di fungsi selain fungsi produksi seperti fungsi pemasaran dan fungsi administrasi dan umum). Ketelitian dalam penghitungan harga pokok produksi di suatu perusahaan sangat penting karena jika terjadi kesalahan dalam penghitungan maka perusahaan tidak dapat memaksimalkan keuntungan yang akan diterima. Perusahaan juga dapat menetapkan kebijakan serta strategi yang akan diambil untuk periode selanjutnya. Harga pokok penjualan dapat ditentukan setelah perhitungan harga pokok produksi, caranya dengan menambahkan biaya administrasi dan umum serta biaya pemasaran. Perhitungan harga pokok penjualan berguna untuk menentukan harga jual sayuran Jepang organik di supermarket. Penentuan titik impas dapat dilakukan jika harga jual, biaya tetap dan biaya variabel diketahui. Analisis titik impas memberikan petunjuk penjualan yang dinyatakan dalam rupiah dimana usaha yang dilakukan tidak menghasilkan laba tetapi juga tidak mengalami kerugian. Dengan mengetahui titik impas, maka perusahaan memiliki rencana pencapaian sasaran untuk memaksimalkan keuntungan dalam jangka pendek.
Metode yang digunakan untuk menghitung besarnya kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan yaitu metode Marginal Income Ratio (MIR) dan Margin of Safety (MOS). Analisis Marginal Income Ratio digunakan untuk melihat persentase dari hasil penjualan yang tersedia untuk menutupi biaya tetap. Analisis Margin of Safety merupakan tingkat penurunan produksi yang dapat ditoleransi sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian tetapi juga belum mendapatkan laba. Dari perhitungan MIR dan MOS akan dihasilkan profit PT ABP pada periode Maret 2007-Februari 2008. Analisis struktur pasar sayuran organik juga dilakukan karena melalui analisis struktur pasar, secara otomatis akan dapat dijelaskan bagaimana perilaku partisipan (pembeli dan penjual) yang terlibat (market conduct) dan akan menunjukkan keragaan yang terjadi akibat dari struktur dan perilaku pasar yang ada dalam sistem pemasaran tersebut (market performance). Skema kerangka pemikiran operasional secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 2.
PT Anugerah Bumi Persada
Produksi Sayuran Organik
Penerimaan
Biaya Usaha
Biaya Variabel
Biaya Tetap
Harga Pokok Produksi Metode Full Costing
Harga Pokok Penjualan Metode Full Costing
• • • •
Titik Impas Produksi Marginal Income Ratio (MIR) Margin of Safety (MOS) Profitabilitas Usaha
Analisis Struktur Pasar Pengembangan Usaha dan Maksimalisasi Keuntungan
Kondisi Perusahaan
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Operasional
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dimulai pada bulan Maret-April 2008. Lokasi penelitian adalah pada PT Anugerah Bumi Persada (PT ABP) di Desa Galudra, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PT ABP adalah salah satu perusahaan produsen sayuran Jepang organik yang sudah berdiri selama tujuh tahun, mempunyai catatan keuangan dan mempunyai peluang untuk memperluas usahanya.
4.2 Jenis dan Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui metode wawancara langsung kepada pemilik dan karyawan PT ABP. Pengamatan langsung di lapangan selama dua bulan juga dilakukan untuk memperoleh informasi tambahan yang mendukung data yang diperoleh. Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen yang dimiliki perusahaan, laporan keuangan, laporan manajemen perusahaan dan informasi dari pustaka dan literatur yang mendukung penelitian.
4.3 Metode Analisis Data Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitis dengan studi kasus. Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat pernyataan secara sistematis dan akurat mengenai data-data yang diperoleh selama penelitian. Studi kasus
merupakan metode penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga, atau gejala tertentu yang wilayah obyek penelitiannya terbatas dan bersifat sementara. Data yang dikumpulkan diolah dengan program microsoft excel. Hasil yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk tabel untuk memudahkan proses analisis. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari analisis deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai keadaan umum usaha PT ABP, karakteristik perusahaan, aspek teknis usaha sayuran Jepang organik, dan metode perhitungan harga pokok yang digunakan oleh perusahaan. Analisis kuantitatif dilakukan dalam perhitungan harga pokok produksi dan harga pokok penjualan dengan menggunakan metode full costing, perhitungan titik impas, Marginal Income Ratio (MIR), Margin of Safety (MOS) dan profitabilitas usaha.
4.3.1 Analisis Biaya Produksi Dalam melakukan analisis kegiatan produksi suatu perusahaan perlu ditetapkan struktur biaya produksinya. Struktur biaya produksi dapat diketahui dari laporan manajemen perusahaan. Biaya produksi perusahaan kemudian diklasifikasikan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Menurut Mulyadi (2005), Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar perubahan volume kegiatan. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
Metode penyusutan yang dipakai untuk menyusutkan aktiva tetap adalah metode garis lurus. Horngren, et al (1997) menyatakan dalam metode garis lurus perusahaan akan mencatat beban penyusutan yang sama jumlahnya untuk setiap periode. Beban penyusutan setiap periode didapat dengan membagi harga perolehan yang dapat disusutkan dengan umur kegunaan dari aktiva tetap tersebut. Aktiva tetap menghasilkan barang secara merata sepanjang jangka penggunaan, maka metode penyusutan garis lurus adalah metode yang dipakai karena metode ini lebih mudah dan sering dipakai dalam menghitung penyusutan. Menurut Horngren, et al (1997), nilai penyusutan garis lurus per tahun dapat dinyatakan dengan rumus : Penyusutan Garis Lurus Per Tahun =
Harga Perolehan - Nilai Sisa Umur Kegunaan
4.3.2 Analisis Harga Pokok Produksi Metode yang digunakan untuk menghitung harga pokok produksi adalah metode full costing. Metode full costing memperhitungkan semua unsur biaya produksi yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Menurut Mulyadi (2005), perhitungan harga pokok produksi dapat dinyatakan dengan rumus : Harga Pokok Produksi (HPP) = BBB + BTKL + BO Keterangan : BBB = Biaya Bahan Baku (Rp) BTKL = Biaya Tenaga Kerja Langsung (Rp) BO = Biaya Overhead (Rp)
4.3.3 Analisis Harga Pokok Penjualan Metode harga pokok penjualan dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur harga pokok produksi ditambah dengan biaya non produksi, yaitu biaya administrasi dan umum dan biaya pemasaran. Menurut Mulyadi (2005), perhitungan harga pokok penjualan dapat dinyatakan dengan rumus : Harga Pokok Penjualan = HPP + BAU + BP Keterangan : HPP = Harga Pokok Produksi (Rp) BAU = Biaya Administrasi dan Umum (Rp) BP = Biaya Pemasaran (Rp)
4.3.4 Analisis Titik Impas Analisis titik impas produksi adalah suatu cara atau teknik yang digunakan seorang manajer untuk mengetahui pada volume produksi berapa perusahaan tersebut tidak menderita kerugian namun belum memperoleh laba. Asumsi dasar pada analisa titik impas di PT ABP yang menghasilkan 20 jenis sayuran adalah bahwa tidak ada perubahan dalam sales-mix-nya. Menurut Mulyadi (2001), perhitungan harga pokok penjualan dapat dinyatakan dengan rumus : BEP (Rp) =
Biaya Tetap Biaya Variabel 1− Hasil Penjualan
Keterangan : BEP = Break Even Point atau Titik Impas (Rp)
4.3.5 Analisis Marginal Income Ratio (MIR) Analisis Marginal Income Ratio digunakan untuk melihat persentase dari hasil penjualan yang tersedia untuk menutupi biaya tetap dan laba. Menurut Munawir (1995), Marginal Income Ratio dapat dinyatakan dengan rumus : MIR = 1 − Biaya Variabel × 100 % Hasil Penjualan
Keterangan : MIR = Marginal Income Ratio (%)
4.3.6 Analisis Margin of Safety (MOS) Analisis Margin of Safety merupakan tingkat penurunan produksi yang dapat ditoleransi sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian tetapi juga belum mendapatkan laba. Menurut Munawir (1995), Margin of Safety dapat dinyatakan dengan rumus : MOS = Hasil Penjualan − Penjualan pada Titik Impas × 100% Hasil Penjualan
Keterangan : MOS = Margin of Safety (%)
4.3.7 Profitabilitas Usaha Menurut Munawir (1995), Kemampuan memperoleh laba perusahaan dapat dinyatakan dengan rumus : Profit = MOS × MIR × 100 %
4.3.8 Analisis Struktur Pasar Metode analisis ini diperlukan untuk mengetahui apakah struktur pasar tersebut cenderung mendekati persaingan sempurna atau persaingan tidak
sempurna dengan melihat komponen-komponen yang mengarahkan pasar ke suatu struktur tertentu. Struktur pasar dapat diketahui dengan mengetahui jumlah pembeli dan penjual yang terlibat, heterogenitas produk yang dipasarkan, kondisi dan keadaan produk, kemudahan memasuki pasar, serta informasi perubahan harga pasar. Data-data yang digunakan merupakan hasil pengamatan di lapangan dan wawancara dengan berbagai responden.
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1 Lokasi Perusahaan Desa Galudra merupakan desa yang terletak di Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Kondisi fisik Desa Galudra berbukitbukit karena terletak di lereng Gunung Gede Pangrango, dengan ketinggian 7001200 meter dpl. Kisaran suhu harian 18-30 derajat celcius. Wilayah ini sangat cocok ditanami komoditi sayuran, buah-buahan dan bunga hias. Komoditi yang paling banyak diusahakan di Desa Galudra adalah wortel (30 Ha), bawang daun (20 Ha), dan tomat (5 Ha). Letak desa terhadap pusat pemerintahan cukup strategis. Hal ini merupakan salah satu potensi desa dan peluang untuk mengembangkan bisnis di tempat ini. Pada Tabel 3 dapat dilihat orbitasi jarak dan waktu tempuh Desa Galudra ke daerah kecamatan dan kabupaten. Tabel 4. Orbitasi Jarak dan Waktu Tempuh Desa Galudra ke Pusat Kota Tahun 2007 No Orbitasi Keterangan 1. Jarak ke ibukota kecamatan 6 Km 2. Jarak ke ibukota kabupaten 13 Km 3. Lama tempuh ke ibukota kecamatan 0,5 Jam 4. Lama tempuh ke ibukota kabupaten 1 Jam Sumber : Kantor Kepala Desa Galudra, Profil Desa 2007
Jumlah penduduk Desa Galudra pada Tahun 2007 adalah 4.606 Jiwa, 51 persen adalah laki-laki dan 49 persen adalah wanita. Sebagian besar penduduk Desa Galudra bermatapencaharian sebagai petani dan buruh tani (86 persen), sisanya bekerja sebagai pedagang, pegawai negeri dan swasta. Mayoritas penduduk desa Galudra hanya tamatan Sekolah Dasar/Sederajat.
5.2 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT Anugerah Bumi Persada (PT ABP) adalah salah satu perusahaan yang memproduksi sayuran organik, terutama sayuran Jepang organik. Usaha sayuran Jepang organik didirikan pada Tahun 2000 oleh Bapak Rustam Efendi. Usaha ini merupakan usaha keluarga yang awalnya terbentuk secara tidak sengaja. Pada Tahun 1995, Bapak Rustam Efendi mengikuti seminar sayuran organik yang dilaksanakan di Dublin, Irlandia. Beliau melihat usaha kebun sayuran organik milik temannya dan tertarik untuk mengusahakannya. Kemudian Beliau mencoba menanam sayuran secara organik di halaman rumah, tanaman pertama yang ditanam adalah kyuri (timun Jepang) dan nasubi (terung Jepang). Dalam perkembangannya, pihak supermarket Papaya (supermarket yang menjual sayuran Jepang organik) menawarkan untuk memasarkan hasil sayuran ke konsumen karena sayuran yang ditanam oleh Bapak Rustam sangat bagus. Ini merupakan awal pengusahaan sayuran Jepang organik milik PT ABP. Pada pertengahan Tahun 1999, Bapak Rustam Efendi dan istrinya, Ibu Reiko, membuka lahan sayuran Jepang organik di Desa Galudra-Cianjur, karena Beliau melihat bahwa di Indonesia belum berkembang usaha sayuran Jepang organik. Lahan yang dipersiapkan pertama kali seluas 2 hektar. Persiapan lahan dan pembangunan green house dibantu oleh Bapak Suwardi, dosen IPB (Institut Pertanian Bogor) selama 6 bulan. Beberapa tahun kemudian, lahan PT ABP diperluas menjadi 2,8 hektar. Awalnya, produksi masih sangat sedikit dan belum dapat menutupi biaya investasi yang sangat besar dalam jangka waktu yang lama. Hal ini disebabkan oleh kepemimpinan, teknis, dan pemasaran yang belum baik. Pada Tahun 2007,
kepemimpinan dipegang oleh Bapak Firmansyah Rustam, anak pertama Bapak Rustam Efendi. Hasil produksi dan marjin pemasaran berangsur-angsur menjadi lebih baik. Perusahaan ini semakin berkembang karena adanya keseriusan, ketekunan dan keuletan walaupun sering jatuh bangun. Struktur organisasi perusahaan tertinggi dipegang oleh komisaris perusahaan yaitu Bapak Rustam Efendi sebagai penanam modal utama dan direktur utama sebagai penanam modal kedua sekaligus direktur manajemen perusahaan yang dipegang oleh Bapak Firmansyah Rustam. Dalam menjalankan perusahaan, direktur utama dibantu oleh beberapa staf divisi diantaranya divisi produksi, pemasaran, dan pekerjaan umum. Divisi produksi, divisi pemasaran dan divisi pekerjaan umum sangat berpengaruh terhadap seluruh kegiatan proses produksi. Divisi produksi bertugas untuk mengkoordinir, mengamati dan mengawasi proses tanam sayuran mulai dari persiapan media tanam sampai pasca panen yaitu, persiapan media tanam, perbenihan/pembibitan
dan
penyemaian,
persiapan
lahan,
penanaman,
pemeliharaan (penyiraman, pemupukan, perompesan/penyiangan dan penyulaman serta pengendalian terhadap hama dan penyakit yang menyerang tanaman), pemanenan dan pasca panen. Sementara divisi pemasaran bertugas mengurus seluruh kegiatan pemasaran dan bertanggung jawab atas penyerahan produk hingga ke tangan distributor maupun pelanggan serta mencari dan mengumpulkan informasi pasar untuk pengembangan produk. Selain itu, divisi pemasaran bertugas untuk mempromosikan dan memberitahukan produk perusahaan kepada konsumen. Selanjutnya divisi pekerjaan umum berfungsi untuk mengkoordinir
kegiatan di lapang dan mengambil tindakan yang perlu dilakukan untuk perkembangan dan kemajuan perusahaan.
5.3 Visi dan Misi Perusahaan Visi merupakan cita-cita atau gambaran tentang kondisi perusahaan di masa yang akan datang. Misi adalah tujuan jangka panjang perusahaan yang menjadi alasan didirikannya perusahaan yang mencakup uraian tentang produk atau jasa yang diusahakan, sasaran pasar yang dituju yang ditetapkan dalam tujuan jangka panjang perusahaan. PT ABP menggabungkan visi dan misi menjadi satu. Visi dan misi PT ABP adalah memperoleh keuntungan dari penjualan sayuran Jepang organik kepada masyarakat, menyehatkan masyarakat dengan mengkonsumsi sayuran organik yang terpercaya, menjaga lingkungan tetap alami, serta tetap memelihara usaha sayuran organik milik keluarga.
5.4 Kegiatan Produksi dan Sistem Budidaya 5.4.1 Kegiatan Produksi Kegiatan produksi PT ABP terdiri dari beberapa bagian, yaitu : 1. Pengelolaan Lahan Penanaman harus maksimal dengan mengoptimalkan penggunaan lahan yang ada, tidak ada lahan yang tidak terpakai dan dapat dikondisikan sebagai berikut:
a. Tanaman yang memerlukan naungan (dalam green house) yaitu: komatsuna, horenso, selada (leaf lettuce), kyuri, tomat apel, nasubi, hakusai dan brokoli (pada musim hujan), dan kokabu. b. Tanaman di luar (boleh tanpa naungan green house atau jika menggunakan green house akan lebih baik) antara lain : kol, hakusai (musim kemarau), brokoli (musim kemarau), nasubi, kabocha, wortel, negi dan asparagus. Dalam pengolahan lahan perlu dilakukan : a. Tanah yang belum di tanami dijadikan sebagai tempat lumbung. Bedengan tetap dijaga dan dipelihara seperti penyiraman dan pemberian mikroorganisme dan mollase atau larutan gula merah. Bedengan ditutup dan tidak terkena hujan secara langsung sebab larutan hara akan hilang dan dapat terkontaminasi. b. Dicangkul dan digemburkan (tanah harus gembur dan dibalik). Tanah dengan liat yang tinggi ditambah pupuk kandang kambing dan arang sekam kasar atau kompos yang masih kasar dan dibalik cukup dalam lebih dari 30 cm (diukur berdasarkan garitan/jalan antar bedengan). c. Dilakukan pengapuran dan pemberian pupuk (sesuai dengan kebutuhan tanah dan pupuk yang ada), contoh kapur 20 gram per m2 dan pupuk campuran 10 liter per m2 tetap diberikan secara rutin. Misalnya per dua minggu perlu dilakukan penambahan pupuk dan penggemburan tanah, dan pengocoran pupuk jika dibutuhkan atau pertumbuhan tanaman terhambat. d. Lahan dibasahkan minimal satu hari sebelum ditanam. e. Sayuran ditanam sesuai dengan kapasitas yang ditentukan (kapasitas maksimal berdasarkan prediksi jumlah tanaman).
f. Sanitasi lahan dan tanaman untuk menghindari serangan hama dan penyakit. g. Penggemburan dan pembasahan harus dilakukan untuk menghindari kutu dan hama sebab telur dan hama akan mati dengan adanya pembasahan dan pembalikan tanah. h. Pencabutan gulma. Rerumputan dan sampah tidak dibiarkan berada pada radius < 2-5 meter disekitar lahan budidaya tanaman. i. Sampah organik diolah jadi kompos. j. Bedengan tanaman harus dirotasi (pergiliran tanaman) untuk tanaman sejenis tidak lebih dari 2 kali penanaman, dan dapat dilakukan penanaman dengan sistem tumpang sari. 2. Pembibitan dan Penanaman Kegiatan pembibitan yaitu kegiatan penyemaian benih sesuai dengan kebutuhan dan jadwal penyemaian kemudian melakukan penanaman bibit hasil penyemaian. Lokasi pembibitan harus bersih dan tidak boleh ada sampah, peralatan dan bahan yang tidak dipakai tidak boleh berada didalam ruangan pembibitan. Masa penanaman untuk tanaman daun dan tanaman buah berbeda. Tanaman daun setiap minggu ada yang di tanam dan disemai sedangkan tanaman buah pada minggu ketiga dan keempat ada penanaman dan penyemaian paling lambat minggu pertama tiap awal bulan. 3. Panen dan Pasca Panen Kegiatan panen dilaksanakan dua kali seminggu, yaitu pada hari Senin dan Jumat. Hasil panen dikumpulkan pada ruangan pasca panen. Kegiatan pasca panen meliputi pencucian sayuran, penirisan, perompesan atau menyingkirkan sayuran yang tidak bagus, menimbang, dan pemberian kemasan (packaging) RR
Organic Farm. Hasil panen yang sudah terpilih kemudian dipasarkan ke supermarket Jakarta dengan menggunakan kendaraan khusus. Sayuran organik PT ABP dipasarkan pada Ranch market (Pondok Indah, Jakarta Selatan), Papaya Swalayan (Jakarta Selatan), Kamome Swalayan (Jakarta Selatan), Ranch Market (Kebun Jeruk, Jakarta Barat), Ranch Market (Grand Wijaya), Ranch Market (Darmawangsa Square), Ribbon, dan Dapur Palembang. Selain disupplai kebeberapa swalayan dan supermarket tersebut, perusahaan juga melayani para pelanggan yang langsung memesan ditempat.
5.4.2 Sistem Budidaya Perusahaaan memiliki luas lahan sekitar 2,8 Ha. lahan tersebut dibudidayakan untuk komoditi sayuran dengan sistem pertanian organik di mulai dari persiapan media tanam hingga panen. Perubahan iklim dan serangan hama dan penyakit tanaman merupakan faktor terbesar yang mengakibatkan produksi menurun sehingga pemenuhan sayuran di pasaran tidak maksimal. Kegiatan pembudidayaan sayuran organik di perusahaan meliputi persiapan media tanam, pembibitan, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman (seperti pemupukan, penyiraman, penyiangan atau perompesan dan penyulaman, serta pengendalian hama dan penyakit), panen dan pasca panen. Peralatan yang digunakan dalam pengolahan secara umum sama dengan pertanian lainnya dan masih sederhana yaitu masih menggunakan cangkul, kored, pisau, gunting, pinset dan sebagainya. Perusahaan juga memiliki sarana transportasi yaitu mobil box untuk memasarkan produk.
Penggunaan obat-obatan dalam sistem pertanian organik memang masih sederhana seperti urine kelinci dan penggunaan pupuk bokashi yang berasal dari kotoran kambing atau ayam, sekam padi, EM 4. Selain itu, perusahaan juga menggunakan pestisida organik cair yang telah beredar di pasar. Secara umum proses kegiatan pertanian di perusahaan untuk komoditi sayuran organik adalah sebagai berikut.
Persiapan media tanam Pembimbitan Persiapan lahan Penanaman Pemeliharaan tanaman
Pemupukan
Penyiraman
Penyulaman dan penyiangan/perompesan
Pengendalian hama dan penyakit
Pemanenan
Pasca panen
Gambar 3. Tahapan Proses Produksi a. Persiapan media tanam Proses awal adalah persiapan media tanam menggunakan sekam. Pembakaran sekam biasanya dilakukan pada sore hari dan selesai pada pagi
harinya. Sekam didinginkan dengan penyiraman air dan diserakkan agar sekam tidak menjadi abu. Sekam yang telah didinginkan dicampur dengan tanah, pupuk bokashi, dolomit
atau kapur, kocoran EM 4 dan urine kelinci atau urine
kambing/sapi diaduk hingga merata menggunakan cangkul dan sekop. Media tanam tersebut dimasukkan kedalam polibag dan siap digunakan. Terdapat
media
tanam
baru
yang
digunakan
perusahaan
yaitu
memanfaatkan media tanam yang telah digunakan dalam proses produksi sebelumnya pada beberapa jenis sayuran seperti horenso, haksai, brokoli dan kol yang merupakan sayuran daun. Media tanam tersebut dicampur kembali dengan tanah, pupuk bokashi, dolomit, EM 4, dan urine kelinci. Untuk jenis sayuran buah seperti tomat, kyuri (timun Jepang), nasubi (terung Jepang) harus menggunakan media tanam yang benar-benar baru. b. Pembibitan Pembibitan dilakukan secara terjadwal dan biasanya setelah proses pemanenan. Sayuran buah dan daun pembibitannya dipisahkan dalam green house yang berbeda. Awal dari pembibitan yaitu penyemaian. Sebelum disemai, benih terlebih dahulu direndam dengan air hangat selama 1-2 jam untuk menghilangkan sisa-sisa bakteri dan cendawan yang bisa mengganggu proses pertumbuhan tanaman. Dalam perendaman jika ada benih yang tergenang atau mengapung harus dibuang. Benih yang telah direndam kemudian dibungkus dengan kain basah dan ditimbun didalam tanah beserta sekam selama 2-3 hari dan benih siap ditanam didalam media. Penyemaian untuk sayuran buah dan sayuran daun berbeda. Penyemaian sayuran buah menggunakan polibag sedangkan sayuran daun tempatnya
menggunakan kotak kayu yang berbentuk persegi. Hal ini untuk mengantisipasi adanya hama yang dapat merusak tanaman. Pada penyemaian sayuran dilakukan penyiraman hingga umur tanaman mencukupi untuk ditanam di lahan. Jumlah benih yang disemai disesuaikan dengan permintaan dan kebutuhan pasar. c. Persiapan Lahan Persiapan lahan meliputi pembersihan lahan, pengolahan tanah, pemberian dolomit (kapur), pemupukan dan pembuatan bedengan serta penyiraman. Fungsi pembersihan lahan adalah untuk menghilangkan gulma yang mengganggu pertumbuhan. Pengolahan tanah dilakukan agar terjadi pertukaran unsur hara setelah digunakan dalam proses produksi sebelumnya dengan unsur hara baru yang terkandung didalam lapisan tanah. Kemudian pemupukan dilakukan untuk menetralkan kadar keasaman tanah, perlakuan pemupukan tergantung pada jenis tanamannya. Terakhir dalam proses penyiapan lahan adalah dengan membuat bedengan dengan tinggi sekitar 30 cm. Setelah lahan diolah dan bedengan dibentuk, lalu ditaburkan pupuk bokashi sebanyak dua kali dan disiram secara merata. d. Penanaman Cara penanaman komoditi sayuran berbeda- beda antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga harus memperhatikan karakteristik tanaman yang akan ditanam. Penanaman diawali dengan pembuatan lubang tanaman pada bedengan dengan jarak dan kedalaman sesuai dengan jenis sayuran yang akan ditanam. Penanaman yang dilakukan perusahaan menerapkan sistem rotasi secara bertahap dan tumpangsari dalam satu bedengan. Tujuan dari sistem tersebut dapat
mempertahankan unsur hara yang ada dalam tanah dan memutuskan siklus hidup hama yang dapat menyerang tanaman. Pada satu green house terdapat beberapa bedengan dan jenis sayuran. Kombinasi tanaman yang dilakukan bisa sesama family dan bisa juga dari jenis family yang berbeda seperti brokoli dengan hakusai/horenso, tomat apel momotaro dengan salada. Tetapi untuk brokoli dan kol tidak dapat dikombinasikan karena memiliki umur tanaman yang lama sehingga unsur hara dalam tanah terkuras. Tanaman yang secara kontinyu ditanam oleh PT ABP adalah tanaman-tanaman utama yaitu Tomat apel momotaro, horenso, dan brókoli. Sedangkan tanaman spesial dengan harga yang lebih mahal yaitu saturan asparagus. e. Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan
adalah
suatu
upaya
yang
direalisasikan
untuk
mempertahankan kualitas produk yang dihasilkan pada saat panen. Kegiatan dalam pemeliharaan tanaman terdiri dari pemberian pupuk atau nutrisi yang berimbang,
penyiraman,
penyiangan/perompesan
dan
penyulaman
serta
pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) secara tepat. a) Pemupukan Perusahaan melakukan pemupukan dengan dua cara. Pertama dengan sistem kocor, bahan-bahan yang dikocorkan dengan berbagai variasi tiap tanaman terdiri dari rendaman bokashi (kotoran ayam, kambing atau sapi), dolomit, abu kayu atau sekam dan belerang. Semua bahan tersebut dicampur dengan air. Kedua, dengan sistem tabur. Penaburan menggunakan bahan-bahan yang sama yaitu rendaman bokashi (kotoran ayam, kambing atau sapi), dolomit, abu kayu
atau sekam dan belerang diaduk hingga merata tapi tidak menggunakan air. Cara dan dosis pemberian dolomit berbeda-beda, tergantung pada PH tanah. b) Penyiraman Teknik penyiraman dilakukan secara manual menggunakan ember dan selang disertakan dengan pemberian nutrisi (pupuk cair organik). Ketika menghadapi musim kemarau penyiraman dilakukan secara rutin. Tapi untuk musim-musim biasanya penyiraman dilakukan dalam satu minggu sebanyak tiga kali. c) Penyiangan/perompesan dan penyulaman Penyiangan/perompesan adalah membuang bagian tanaman baik berupa daun maupun buah yang terkena penyakit dan membuang tanaman liar. Proses penyiangan/perompesan tanaman dari berbagai tanaman pengganggu dilakukan diluar dan didalam bedengan. Penyulaman hanya untuk mengganti kembali tanaman yang sudah rusak. d) Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) Alternatif yang dilakukan perusahaan terhadap pengendalian OPT adalah dengan penyemprotan menggunakan pestisida cair organik, mengambil langsung serangga maupun ulat yang menempel pada sayuran dengan pinset, biasanya pengambilan serangga dan ulat tersebut dilakukan setiap hari Rabu oleh pekerja dan menjaga kebersihan lingkungan semua tanaman. f. Pemanenan Penentuan jadwal panen ditentukan oleh manajer kebun, panen dilakukan setelah tanaman masak dengan kriteria ketinggian tanaman, umur tanaman, berat rata-rata, tidak cacat dan warna buah sesuai dengan jenis tanaman. Pemanenan
dilakukan dua kali dalam satu minggu yaitu pada hari Senin dan Jumat, biasanya untuk pemanenan, waktu untuk pekerja wanita lebih cepat dimulai dari Pkl 07.0014.00 WIB sedangkan pekerja pria mulai dari Pkl 07.00-15.30 WIB pada hari Jumat saja. Untuk hari biasanya pekerja mulai bekerja pada Pkl 07.00-16.00 WIB. Alat pemanenan yang biasa digunakan masih sederhana yaitu gunting dan pisau. Pengangkutan sayuran dari green house ke tempat pasca panen pun masih sederhana dengan menggunakan jaringan net, panggulan dan ember. Semua hasil panen per komoditi dikumpulkan di tempat yang telah disediakan. g. Pasca Panen Kegiatan pasca pemanenan dilakukan dengan penimbangan awal pada tiap jenis sayuran dari masing-masing blok di tempat pasca panen yang telah disediakan oleh perusahaan, pembersihan dan pencucian sayuran, penyortiran, dan penimbangan produk sesuai ketentuan. Pembersihan dan pencucian tiap sayuran yang fungsinya untuk
menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel pada
sayuran. Penyortiran dilakukan untuk menghasilkan produk dengan kualitas yang terbaik yang akan dipasarkan dengan cara memilih sayuran sesuai dengan permintaan pasar. Selanjutnya penimbangan produk sesuai dengan ketentuan seperti horenso seberat 250 gram dan kyuri 250 gram. Pengemasan produk dan pengepakan langsung dilakukan ditempat pasca panen. Terdapat berbagai pengemasan untuk tiap jenis sayuran, ada yang menggunakan Styrofoam, palstik film, dan plastik biasa yang sudah dikemas dengan label milik perusahaan yaitu RR organic Farm. Untuk tomat apel momotaro menggunakan Styrofoam, kol dan brokoli serta haksai menggunakan
plastik film dan sayuran lainnya seperti nasubi, horenso, kyuri, negi, dan wortel menggunakan plastik biasa yang sudah berlabel RR Organic Farm. Selesai pengemasan dan pengepakan sayuran langsung diantarkan ke swalayan yang telah menjadi distributor tetap perusahaan. Penyimpanan sayuran yang akan diantarkan menggunakan box sayuran, masing-masing box per komoditi dan tidak boleh terlalu bertumpuk yang dapat membuat sayuran rusak. Pasar yang menjadi sasaran utama perusahaan adalah konsumen golongan menengah dan atas, dimana tempat penjualan yang dilakukan perusahaan adalah di swalayan yang bekerjasama dengan pihak swalayan Ranch Market yang ada di Jakarta serta Papaya dan Kamome market. Image produk perusahaan dengan sebutan RR Organic Farm merupakan brand yang sudah dikenal oleh konsumen karena perusahaan merupakan old supplier yang menyuplai produknya ke swalayan-swalayan tersebut. Selain itu, kekuatan perusahaan juga pada pendistribusian produk yang langsung dipasarkan ke swalayan di daerah Jakarta sedangkan kelemahan perusahaan adalah belum memiliki sertifikasi produk organik.
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Analisis Biaya Menurut Metode Full Costing Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Analisis biaya dengan metode full costing merupakan metode dengan memasukkan seluruh biaya yang dikeluarkan oleh PT Anugerah Bumi Persada (PT ABP) ke dalam perhitungan baik biaya yang bersifat tetap maupun variabel. Perhitungan dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur biaya produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel, dan biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan biaya non produksi (biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum). Analisis struktur biaya digunakan untuk menggolongkan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan berdasarkan perilaku biaya tersebut dalam hubungannya dengan pengusahaan sayuran Jepang organik di PT ABP. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap dalam kisaran volume kegiatan tertentu. Biaya tetap pada PT ABP terdiri dari gaji tenaga ahli, gaji manajemen administrasi, gaji karyawan administrasi, sewa lahan, biaya penyusutan peralatan, biaya penyusutan kendaraan, biaya penyusutan fasilitas kebun (green house) dan biaya peralatan kantor dan kerja. Komponen biaya tetap dan jumlahnya pada PT ABP periode Maret 2007-Februari 2008 dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Biaya Tetap PT ABP Periode Maret 2007-Februari 2008 Komponen Biaya Jumlah (Rp) Persentase Gaji tenaga ahli 41.500.000 18,93 Biaya penyusutan peralatan 2.881.367 1,31 Biaya penyusutan kendaraan 22.500.000 10,26 Biaya penyusutan Fasilitas kebun (Green house) 11.000.000 5,02 Sewa lahan 2,8 ha 22.400.000 10,22 Gaji manajemen administrasi 105.000.000 47,88 Gaji karyawan administrasi 8.000.000 3,65 Biaya peralatan kantor dan kerja 6.000.000 2,34 Biaya Tetap Total 219.281.367 100,00 Dari Tabel 5 diketahui bahwa jumlah biaya tetap PT ABP periode Maret 2007-Februari 2008 adalah sebesar Rp 219.281.367,00. Komponen biaya tetap yang terbesar adalah untuk biaya gaji manajemen administrasi yaitu sebesar Rp 105.000.000,00 atau 47,88 persen dari jumlah total biaya tetap. Komponen biaya tetap yang terkecil adalah untuk biaya yang diperhitungkan yaitu biaya penyusutan peralatan sebesar Rp 2.881.367,00 atau 1,31 persen dari jumlah total biaya tetap. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya variabel pada PT ABP terdiri dari pembelian bahan-bahan untuk produksi, gaji pegawai tidak tetap, biaya kesejahteraan pegawai dan karyawan, biaya pembelian peralatan kerja, biaya perbaikan fasilitas kebun, biaya listrik, biaya keamanan, biaya packaging, biaya transportasi pegawai, biaya komunikasi, biaya promosi, biaya pemeliharaan kendaraan dan biaya lain-lain. Komponen biaya variabel dan jumlahnya pada PT ABP periode Maret 2007-Februari 2008 dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Biaya Variabel PT ABP Periode Maret 2007-Februari 2008 Komponen Biaya Jumlah (Rp) Persentase Pembelian benih 13.500.000 5,27 Pembelian pupuk 12.300.000 4,80 Gaji pegawai lapangan 43.400.000 16,95 Biaya kesejahteraan pegawai 21.100.000 8,24 Pembelian peralatan kerja 8.100.000 3,16 Biaya perbaikan fasilitas kebun 40.200.000 15,70 Biaya listrik 7.700.000 3,01 biaya keamanan 10.000.000 3,90 Biaya transportasi pegawai 1.600.000 0,62 Gaji karyawan pemasaran 18.500.000 7,22 Kesejahteraan karyawan pemasaran 4.900.000 1,91 Biaya packaging 24.200.000 9,45 Biaya transportasi pemasaran dan adm 22.300.000 8,71 Maintenance Kendaraan 8.500.000 3,32 Biaya komunikasi 2.900.000 1,13 Biaya promosi 5.900.000 2,30 Biaya listrik chiller dan sewa tempat 3.600.000 1,41 Kesejahteraan karyawan administrasi 1.800.000 0,70 Biaya lain-lain 5.600.000 2,19 Biaya Variabel Total 256.100.000 100,00 Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa jumlah biaya variabel total PT ABP periode Maret 2007-Februari 2008 adalah sebesar Rp 256.100.000,00. Komponen biaya variabel terbesar terserap pada gaji pegawai lapangan yaitu sebesar Rp 43.400.000,00 atau 16,95 persen dari total biaya variabel karena pada pengusahaan sayuran organik memang dibutuhkan jumlah tenaga kerja yang banyak dan ahli dalam produksi sayuran organik. Pegawai lapangan digaji secara harian. Jumlah pegawai lapangan pada periode tersebut sebanyak tersebut 17 orang, kisaran gaji yang diterima sebesar Rp 7000,00-12.000,00 per hari sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan dan lamanya bekerja di PT ABP. Biaya total PT ABP meliputi biaya tetap total dan biaya variabel total. Besarnya biaya total PT ABP Periode Maret 2007-Februari 2008 dapat dilihat pada Tabel 7, sedangkan klasifikasi biaya tetap dan biaya variabel dapat dilihat pada Lampiran 1.
Tabel 7. Biaya Total PT ABP Periode Maret 2007-Februari 2008 Biaya Jumlah (Rp) Persentase Biaya Tetap 219.281.367 46,13 Biaya Variabel 256.100.000 53,87 Jumlah 475.381.367 100,00 Pembagian lain biaya ditinjau dari proses produksi dalam perusahaan, biaya pada PT ABP dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan mulai dari persiapan penanaman sayuran organik sampai pemanenan sayuran. Biaya produksi dibagi menjadi dua macam menurut jenis biayanya, yaitu biaya langsung yang terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, dan biaya tidak langsung (biaya overhead pabrik) terdiri dari biaya-biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya non produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan non produksi PT ABP. Biaya non produksi terdiri dari biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum. Biaya pemasaran meliputi biaya transportasi sayuran dari perusahaan ke supermarket, gaji karyawan bagian-bagian yang melaksanakan kegiatan pemasaran, biaya komunikasi, biaya promosi dan biaya packaging. Biaya administrasi dan umum meliputi biaya gaji manajemen administrasi, gaji karyawan bagian keuangan, biaya peralatan administrasi seperti pembelian kertas dan fotokopi, dan biaya transportasi administrasi.
6.2 Penetapan Harga Pokok Produksi 6.2.1 Penetapan Harga Pokok Produksi Perusahaan PT Anugerah Bumi Persada telah melakukan Pencatatan biaya atau perhitungan harga pokok produksi dan harga pokok penjualan namun belum benar
karena perhitungan harga pokok tidak merinci semua biaya perusahaan. Selama ini PT ABP menetapkan harga jual dengan mengikuti harga pasar sayuran organik tanpa melihat semua biaya secara keseluruhan. PT ABP tidak mencatat biayabiaya yang diperhitungkan seperti sewa lahan dan perhitungan penyusutan aktiva tetap hanya perkiraan tidak menggunakan metode yang pasti sehingga jumlah penyusutan sangat besar.
Tabel 8. Perhitungan Harga Pokok Menurut Metode Perusahaan Periode Maret 2007-Februari 2008 Maret 07
April 07
Mei 07
Juni 07
Juli 07
Agust 07
Sept 07
Okt 07
Nov 07
Des 07
Januari 08
Febr 08
TOTAL
Biaya Produksi
16.800.000
14.000.000
13.400.000
14.100.000
14.700.000
14.200.000
16.800.000
22.500.000
17.600.000
15.500.000
15.200.000
28.600.000
203.400.000
Gaji Tenaga Ahli
3.000.000
3.000.000
3.500.000
3.500.000
3.500.000
4.000.000
4.000.000
4.000.000
3.500.000
3.500.000
3.000.000
3.000.000
41.500.000
Gaji Pegawai Lapangan
3.200.000
3.500.000
3.500.000
3.200.000
3.600.000
3.800.000
3.200.000
3.000.000
4.600.000
4.000.000
3.600.000
4.200.000
43.400.000
Kesejahteraan Pegawai
1.000.000
1.000.000
1.000.000
1.200.000
1.300.000
1.200.000
1.200.000
8.000.000
1.300.000
1.500.000
1.200.000
1.200.000
21.100.000
Pembelian Benih
800.000
700.000
800.000
1.200.000
1.000.000
1.300.000
1.300.000
1.700.000
1.200.000
1.500.000
900.000
1.100.000
13.500.000
Pembelian Pupuk
1.300.000
100.000
1.100.000
100.000
1.200.000
100.000
1.300.000
1.000.000
1.900.000
1.600.000
500.000
2.100.000
12.300.000
Pembelian Peralatan Kerja
600.000
400.000
200.000
300.000
500.000
300.000
200.000
500.000
600.000
1.200.000
1.300.000
2.000.000
8.100.000
Perbaikan Fasilitas Kebun
5.000.000
3.500.000
1.200.000
2.500.000
1.800.000
1.500.000
3.700.000
2.300.000
2.500.000
200.000
3.000.000
13.000.000
40.200.000
Biaya Transport
100.000
200.000
200.000
100.000
200.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
200.000
1.600.000
Biaya Listrik
700.000
600.000
600.000
700.000
600.000
700.000
700.000
600.000
600.000
600.000
600.000
700.000
7.700.000
Biaya Keamanan
800.000
800.000
800.000
1.000.000
800.000
800.000
800.000
800.000
1.000.000
800.000
800.000
800.000
10.000.000
Biaya Komunikasi
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
1.200.000
Biaya Lain-lain
200.000
100.000
400.000
200.000
100.000
300.000
200.000
400.000
200.000
400.000
100.000
200.000
2.800.000
Biaya Penjualan
4.500.000
10.800.000
4.100.000
5.100.000
4.500.000
10.300.000
5.100.000
8.900.000
7.800.000
11.200.000
5.800.000
5.500.000
83.600.000
Gaji Karyawan
18.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
1.500.000
2.000.000
Kesejahteraan Karyawan
400.000
400.000
100.000
400.000
300.000
400.000
100.000
1.200.000
400.000
400.000
400.000
400.000
4.900.000
Biaya Packaging
400.000
5.000.000
500.000
500.000
500.000
6.000.000
500.000
600.000
600.000
7.300.000
1.500.000
800.000
24.200.000
Biaya Transportasi
1.200.000
1.100.000
1.200.000
1.300.000
1.200.000
1.200.000
1.200.000
1.500.000
1.600.000
1.100.000
1.400.000
1.100.000
15.100.000
Maintenance Kendaraan
500.000
800.000
300.000
700.000
500.000
500.000
800.000
400.000
3.200.000
200.000
300.000
300.000
8.500.000
Biaya Komunikasi
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
600.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
1.700.000
200.000
200.000
400.000
5.900.000
300.000
300.000
300.000
300.000
300.000
300.000
3.600.000
Biaya Promosi Biaya Listrik Chiller & Sewa Tempat Biaya Lain-lain
1.500.000 300.000
300.000
200.000 300.000
300.000
200.000
3.200.000 300.000
300.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
1.200.000
Biaya administrasi
9.200.000
9.200.000
9.200.000
9.200.000
9.200.000
9.200.000
13.300.000
13.500.000
11.900.000
11.900.000
11.900.000
11.900.000
129.600.000
Gaji Management
7.500.000
7.500.000
7.500.000
7.500.000
7.500.000
7.500.000
10.000.000
10.000.000
10.000.000
10.000.000
10.000.000
10.000.000
105.000.000
Gaji Karyawan
500.000
500.000
500.000
500.000
500.000
500.000
1.500.000
1.500.000
500.000
500.000
500.000
500.000
8.000.000
Kesejahteraan Karyawan
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
700.000
100.000
100.000
100.000
100.000
1.800.000
Biaya Peralatan Kantor dan Kerja Biaya Transportasi
500.000
500.000
500.000
500.000
500.000
500.000
500.000
500.000
500.000
500.000
500.000
500.000
6.000.000
500.000
500.000
500.000
500.000
500.000
500.000
700.000
700.000
700.000
700.000
700.000
700.000
7.200.000
Biaya Lain-lain Biaya Penyusutan
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
500.000
100.000
100.000
100.000
100.000
100.000
1.600.000
8.800.000
8.800.000
8.800.000
8.800.000
8.800.000
8.800.000
8.800.000
8.800.000
8.800.000
8.800.000
8.800.000
8.800.000
105.600.000
Fasilitas Kebun
5.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
5.000.000
60.000.000
Kendaraan
3.000.000
3.000.000
3.000.000
3.000.000
3.000.000
3.000.000
3.000.000
3.000.000
3.000.000
3.000.000
3.000.000
3.000.000
36.000.000
Peralatan Kerja Total
800.000
800.000
800.000
800.000
800.000
800.000
800.000
800.000
800.000
800.000
800.000
800.000
9.600.000
39.300.000
42.800.000
35.500.000
37.200.000
37.200.000
42.500.000
42.500.000
53.700.000
46.100.000
47.400.000
41.700.000
54.800.000
520.700.000
Metode penetapan harga jual yang dilakukan oleh perusahaan berdasarkan hasil perkiraan pihak manajemen yang menangani pemasaran. Harga jual sayuran Jepang organik PT ABP mengikuti harga sayuran organik di pasaran high market yaitu sekitar Rp 20.000,00-50.000,00 per kilogram, karena sayuran organik yang dihasilkan oleh PT ABP berada pada level high market dan disukai konsumen. Harga sayuran organik ini cenderung konstan setiap tahun. Daftar harga sayuran yang dihasilkan oleh PT ABP dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Harga Sayuran Jepang Organik PT ABP Periode Maret 2007Februari 2008 Jenis Sayuran Harga Rata-Rata (Rp) 29.500 Horenso 27.500 Tomat Apel 52.500 Brokoli 22.500 Hakusai 22.500 Kol 27.500 Wortel 27.500 Komatsuna 27.500 Pakcoi Hijau 27.500 Kyuri 27.500 Daun Selada 44.500 Negi 22.500 Daikon 29.500 Baby Buncis 29.500 Tomat Cherry 22.500 Kabocha 59.500 Asparagus 22.500 Kokabu 44.500 Nira 27.500 Cabe Rawit / Keriting 22.500 Kangkung Harga rata-rata semua sayuran 30.850 Sumber : PT ABP, 2008
Perusahaan juga menetapkan harga jual masing-masing sayuran dengan mempertimbangkan hal-hal berikut : 1. umur masing-masing sayuran dan faktor jenis tanaman apakah hanya sekali panen atau masih bisa dipanen pada waktu berikutnya. Sayuran yang langsung
dicabut ketika panen, harga per kilogram akan lebih mahal dibandingkan sayuran yang masih bisa dipanen beberapa kali. Contoh sayuran yang mahal adalah negi, nira dan horenso; 2. sayuran berat atau ringan. Sayuran yang ringan akan membutuhkan jumlah yang lebih banyak untuk mencapai satu kilogram sehingga harga per kilogram sayuran ringan akan lebih mahal dibandingkan sayuran berat; 3. permintaan konsumen terhadap sayuran. Sayuran yang lebih banyak diminta oleh konsumen memiliki harga yang lebih mahal; 4. jenis sayuran istimewa. Sayuran istimewa adalah sayuran yang jarang ditanam oleh produsen sayuran lainnya dan memerlukan perlakuan khusus dalam penanganannya. Contoh sayuran istimewa adalah asparagus; 5. faktor produksi lainnya, seperti air, tanah, tenaga kerja, teknik, ilmu dan biaya lainnya.
6.2.2 Penetapan Harga Pokok Produksi Full Costing Penetapan harga pokok produksi metode full costing yaitu dengan menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead yang dikeluarkan oleh PT ABP baik yang bersifat tetap maupun variabel. Hasil perhitungan harga pokok produksi PT ABP dengan metode full costing, dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Perhitungan Nilai Harga Pokok Produksi PT ABP dengan Metode Full Costing Periode Maret 2007-Februari 2008 Jenis Biaya Nilai (Rp) I. Biaya Bahan Baku Pembelian benih 13.500.000 Pembelian pupuk 12.300.000 Jumlah biaya bahan baku 25.800.000 II. Biaya Tenaga Kerja Langsung Gaji tenaga ahli 41.500.000 Gaji pegawai lapangan 43.400.000 Jumlah Biaya Tenaga Kerja Langsung 84.900.000 III. Biaya Overhead Pembelian peralatan kerja 8.100.000 Biaya perbaikan fasilitas kebun 40.200.000 Biaya listrik 7.700.000 biaya keamanan 10.000.000 Biaya transportasi pegawai 1.600.000 Biaya penyusutan peralatan 2.881.367 Biaya penyusutan kendaraan 22.500.000 Biaya penyusutan fasilitas kebun (Green house) 11.000.000 Sewa lahan 2,8 ha 22.400.000 Biaya kesejahteraan pegawai 21.100.000 Biaya lain-lain 2.800.000 Jumlah Biaya Overhead 150.281.367 Harga Pokok Produksi (I+II+III) 260.981.367 Pada Tabel 10 diketahui bahwa harga pokok produksi PT ABP adalah sebesar Rp 260.981.367,00. Harga pokok produksi terbesar adalah pada komponen biaya overhead perusahaan yaitu sebesar Rp 150.281.367,00 atau 57,6 persen dari jumlah keseluruhan harga pokok produksi. Biaya overhead yang tinggi disebabkan oleh biaya perbaikan fasilitas kebun berupa green house. Pada periode Maret 2007-Februari 2008 ada banyak kerusakan green house yang harus diperbaiki karena hujan badai pada daerah setempat. Komponen biaya terkecil adalah pada biaya bahan baku berupa benih dan pupuk yaitu sebesar Rp 25.800.000,00 atau hanya sebesar 9,9 persen dari total keseluruhan harga pokok produksi.
6.2.3 Penetapan Harga Pokok Penjualan Full Costing Harga pokok penjualan adalah jumlah
biaya seharusnya untuk
memproduksikan suatu barang ditambah biaya seharusnya lainnya hingga barang itu berada di pasar. Harga pokok penjualan dapat diperoleh jika diketahui jumlah biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum. Jumlah biaya pemasaran dan administrasi dan umum PT ABP Periode Maret 2007-Februari 2008 dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Biaya Pemasaran dan Biaya Administrasi dan Umum PT ABP Periode Maret 2007-Februari 2008 Jenis Biaya Nilai (Rp) I. Biaya Pemasaran Gaji karyawan pemasaran 18.500.000 Kesejahteraan karyawan 4.900.000 Biaya packaging 24.200.000 Biaya transportasi 15.100.000 Maintenance Kendaraan 8.500.000 Biaya komunikasi 2.900.000 Biaya promosi 5.900.000 Biaya listrik chiller dan sewa tempat 3.600.000 Biaya lain-lain 1.200.000 Jumlah Biaya Pemasaran 84.800.000 II. Biaya Administrasi dan Umum Gaji manajemen administrasi 105.000.000 Gaji karyawan administrasi 8.000.000 Kesejahteraan karyawan 1.800.000 Biaya peralatan kantor dan kerja 6.000.000 Biaya transportasi 7.200.000 Biaya lain-lain 1.600.000 Jumlah Biaya Administrasi dan Umum 129.600.000 Jumlah Biaya Pemasaran, Administrasi dan Umum (I+II) 214.400.000 Pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa jumlah biaya non produksi PT ABP yang terdiri dari biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum yaitu sebesar Rp 214.400.000,00. Komponen biaya non produksi tertinggi adalah pada biaya administrasi dan umum yaitu sebesar Rp 129.600.000,00 atau 60,44 persen dari jumlah total biaya non produksi PT ABP. Nilai biaya administrasi dan umum
yang tinggi karena komponen gaji manajemen administrasi sebesar Rp 105.000.000,00 atau sebesar 81 persen dari total biaya administrasi dan umum. Harga pokok penjualan diperoleh dengan cara menjumlahkan total biaya produksi atau harga pokok produksi dengan biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum. Hasil perhitungan harga pokok penjualan pada PT ABP dengan metode full costing periode Maret 2007-Februari 2008 dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Hasil Perhitungan Nilai Harga Pokok Penjualan PT ABP dengan Metode Full Costing Periode Maret 2007-Februari 2008 Uraian Nilai (Rp) I. Harga Pokok Produksi 260.981.367 II. Biaya Pemasaran, Administrasi dan Umum 214.400.000 Harga Pokok Penjualan Sayuran Organik (I+II) 475.381.367 Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 12, dapat diketahui bahwa harga pokok penjualan PT ABP adalah sebesar Rp 475.381.367,00. Biaya terbesar pada bagian produksi atau biaya dari pengadaan benih sayuran sampai panen yaitu sebesar Rp 260.981.367,00 (54,9 persen), sedangkan sisanya adalah biaya non produksi atau biaya pemasaran dan administrasi dan umum yaitu sebesar Rp 214.400.000,00 (45,1 persen).
6.3 Laba Jangka Pendek 6.3.1 Titik Impas Analisis titik impas merupakan informasi yang dapat digunakan oleh manajemen untuk memperoleh gambaran batas bawah penerimaan yang harus dicapai agar dalam tahun anggaran yang akan datang perusahaan tidak mengalami kerugian. Analisis titik impas mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume penjualan. Asumsi dasar pada analisa titik impas
di PT ABP yang menghasilkan 20 jenis sayuran adalah bahwa tidak ada perubahan dalam sales-mix-nya. Titik impas pada PT ABP dinyatakan dalam satuan rupiah. Hasil perhitungan titik impas PT ABP dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Hasil Perhitungan Titik Impas PT ABP Periode Maret 2007Februari 2008 Uraian Nilai (Rp) Biaya Tetap Total 219.281.367 Biaya Variabel Total 256.100.000 Hasil Penjualan 502.902.500 Titik Impas 446.823.463 Hasil perhitungan pada Tabel 13, memberikan informasi bahwa PT ABP mencapai titik impas sebesar Rp 446.823.463,00. Hal ini berarti bahwa jika PT ABP berproduksi di atas titik impas yaitu Rp 446.823.463,00 maka PT ABP akan memperoleh keuntungan, tetapi sebaliknya, jika penerimaan aktualnya dibawah titik impas maka PT ABP akan menderita kerugian. Perbandingan antara penerimaan aktual PT ABP dengan penerimaan pada titik impas dilakukan untuk mengetahui apakah penerimaan aktual PT ABP sudah mencapai titik impas atau belum. Apabila penerimaan aktual PT ABP sudah melebihi kondisi titik impas maka PT ABP akan memperoleh keuntungan. Sebaliknya jika penerimaan aktual PT ABP belum dapat mencapai kondisi titik impas maka PT ABP akan menderita kerugian. Perbandingan penerimaan aktual PT ABP dengan kondisi titik impas dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Perbandingan Penerimaan Aktual PT ABP dengan Kondisi Titik Impas Uraian Nilai (Rp) Penjualan Titik Impas 446.823.463 Penjualan Aktual 502.902.500 Pada Tabel 14, dapat diketahui bahwa tingkat penjualan pada periode Maret 2007-Februari 2008 yaitu sebesar Rp 502.902.500,00 (Lampiran 3) telah
melebihi tingkat penjualan impasnya yaitu Rp 446.823.463,00. PT ABP telah mendapatkan keuntungan, tetapi penjualan aktual PT ABP masih mendekati titik impas, yang artinya bahwa PT ABP belum begitu menguntungkan. Pada periode berikutnya, PT ABP harus lebih meningkatkan volume penjualan agar keuntungan yang didapat semakin tinggi. Harga jual yang dipakai dalam menghitung titik impas adalah harga jual rata-rata semua sayuran yang dihasilkan PT ABP pada periode Maret 2007Februari 2008 yaitu sebesar Rp 30.850,00 (pada Tabel 9) dan jumlah produksi berdasarkan harga jual tersebut adalah sebesar 16.301 kilogram. Gambar 3 memperlihatkan keadaan titik impas PT ABP pada periode Maret 2007-Februari 2008. Nilai Penjualan, Biaya (Rp) TR TC
VC 502.902.500 446.823.463
219.281.367
MOS
Impas
M O S
14.484 16.301
FC
Volume Penjualan (Kg)
Gambar 4. Grafik Titik Impas PT ABP Periode Maret 2007-Februari 2008 Jika dilihat pada Gambar 4, dapat diketahui bahwa usaha sayuran Jepang organik pada periode Maret 2007-Februari 2008 telah berada di atas titik impas yang ditentukan artinya bahwa PT ABP sudah mendapatkan keuntungan dari usaha sayuran organiknya. Penerimaan dan volume produksi sayuran PT ABP
belum terlalu jauh dari titik impas sehingga belum menghasilkan keuntungan yang tinggi.
6.3.2 Analisis Marginal Income Ratio (MIR) Marginal Income Ratio (MIR) merupakan bagian dari hasil penjualan produk yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan laba. MIR merupakan ratio antara marginal income dengan hasil penjualannya, sedangkan marginal income adalah selisih antara hasil penjualan dengan biaya variabel. Semakin besar biaya variabel, maka nilai MIR akan semakin kecil. Nilai MIR usaha sayuran organik PT ABP pada periode Maret 2007-Februari 2008 dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Marginal Income Ratio PT ABP Periode Maret 2007-Februari 2008 Uraian Nilai Biaya Variabel Total (Rp) 256.100.000 Hasil Penjualan (Rp) 502.902.500 MIR (%) 49,07 Pada Tabel 15, dapat dilihat bahwa nilai MIR usaha sayuran organik PT ABP pada periode Maret 2007-Februari 2008 adalah sebesar 49,07 persen. Hal ini berarti bahwa 49,07 persen dari hasil penjualan sayuran organik PT ABP atau sebesar Rp 246.774.257,00 tersedia untuk dapat menutup biaya tetap dan laba.
6.3.3 Analisis Margin of Safety (MOS) Analisis Margin of Safety (MOS) merupakan analisis yang bermanfaat bagi manajemen perusahaan untuk memperoleh informasi berapa jumlah maksimum penurunan target pendapatan penjualan boleh terjadi, agar penurunan tersebut tidak mengakibatkan perusahaan menderita kerugian. Semakin besar nilai MOS semakin besar kesempatan perusahaan untuk memperoleh laba, sebaliknya
semakin kecil nilai MOS, semakin rawan perusahaan tersebut terhadap penurunan target pendapatan penjualan. Nilai MOS usaha sayuran organik PT ABP pada periode Maret 2007-Februari 2008 dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Margin of Safety PT ABP Periode Maret 2007-Februari 2008 Uraian Nilai Hasil Penjualan (Rp) 502.902.500 Titik Impas (Rp) 446.823.463 MOS (%) 11,15 Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa nilai MOS usaha sayuran organik PT ABP pada periode Maret 2007-Februari 2008 adalah sebesar 11,15 persen. Hal ini berarti jumlah maksimum penurunan target penerimaan yang tidak menyebabkan usaha PT ABP mengalami kerugian adalah sebesar Rp 56.073.629,00 atau sebesar 11,15 persen dari hasil penjualan. Nilai MOS menunjukkan bahwa apabila terjadi penurunan penjualan sebesar kurang dari nilai MOS yaitu Rp 56.073.629,00, PT ABP masih aman atau tidak akan mengalami kerugian dan masih mendapatkan laba karena masih berada di daerah aman, tetapi apabila nilai penjualan turun sama dengan nilai MOS, PT ABP tidak akan mendapatkan kerugian tetapi juga tidak mendapat laba. Jika nilai penjualan PT ABP turun sebesar lebih dari nilai MOS maka PT ABP akan mengalami kerugian. Jika nilai MOS-nya besar maka risiko menjadi rugi lebih kecil.
6.3.4 Profitabilitas Usaha Kemampuan PT ABP dalam memperoleh laba didapat dengan mengalikan antara nilai Marginal Income Ratio (MIR) dengan nilai Margin of Safety (MOS).
Profitabilitas PT ABP pada periode Maret 2007-Februari 2008 dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Profitabilitas PT ABP Periode Maret 2007-Februari 2008 Uraian MIR (%) MOS (%) Profitabilitas usaha (%)
Nilai 49,07 11,15 5,47
Pada Tabel 17 diperoleh informasi bahwa nilai MIR pada PT ABP adalah 49,07 persen, sedangkan nilai MOS PT ABP adalah 11,15 persen, sehingga diperoleh nilai profitabilitas usaha sayuran organik PT ABP adalah 5,47 persen. Hasil tersebut menunjukkan bahwa jika PT ABP mampu menjual hasil produksinya yaitu sayuran organik sesuai dengan yang dianggarkan, maka laba yang akan diperoleh adalah sebesar 5,47 persen dari total hasil penjualan sayuran organik selama satu tahun yaitu sebesar Rp 27.508.767,00.
6.4 Struktur Pasar Struktur pasar dapat diidentifikasi dengan melihat jumlah lembaga pemasaran, kebebasan untuk keluar masuk pasar pada setiap pelaku pasar, sifat produk yang diperjualbelikan dan informasi pasar yang diperoleh. Pasar sayuran organik yang dihadapi oleh PT ABP adalah bersifat oligopoli. Jumlah pengusaha sayuran organik masih terbatas dibandingkan dengan jumlah pembeli atau konsumen sayuran organik yang sangat banyak. Dalam pasar oligopoli terdapat ketergantungan dalam penentuan harga dan praktek-praktek pemasaran. PT ABP cenderung mengikuti penetapan harga di pasaran sayuran organik. Kelompok pengusaha sayuran organik yang cukup dikenal dan potensial dalam penentuan harga di pasar selain PT ABP adalah Agatho, Amani, dan Ranch Organic (Deptan,
2006), tercatat 24 produsen organik yang bergerak dibidang hortikultura sayuran yang sudah memiliki sertifikat organik yang diperoleh dari pihak asing maupun dari lembaga sertifikasi. Perusahaan-perusahaan ini cukup besar sehingga aktivitas perusahaan satu dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perusahaan lainnya. Pelaku-pelaku pasar sayuran organik memproduksi barang dengan mereknya dan kekuatan masing-masing yang dimiliki oleh perusahaan dengan corak yang berbeda-beda. Sayuran organik yang dihasilkan oleh PT ABP sudah dikenal baik dan dipercaya oleh masyarakat. Ini merupakan kekuatan yang dimiliki oleh sayuran organik PT ABP. PT ABP melakukan pemasaran melalui supermarket-supermarket yaitu Ranch market (Pondok Indah, Jakarta Selatan), Papaya Swalayan (Jakarta Selatan), Kamome Swalayan (Jakarta Selatan), Ranch Market (Kebun Jeruk, Jakarta Barat), Ranch Market (Grand Wijaya), Ranch Market (Darmawangsa Square), Ribbon, dan Dapur Palembang. Rintangan masuk dalam pasar oligopoli sangat selektif. PT ABP pada awalnya sangat susah memasuki pasar sayuran organik karena sulit mendapatkan kepercayaan masyarakat terhadap produk sayuran organik dari perusahaan baru yang belum dikenal. PT ABP harus bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar yang menghasilkan sayuran organik seperti adalah Agatho, Amani, dan Ranch Organic yang sudah terlebih dahulu muncul. Ketergantungan perusahaanperusahan baru
untuk masuk dan berkembang dalam pasar sayuran organik
cenderung dibatasi oleh harga yang telah “ditetapkan” oleh pelaku-pelaku di pasar sayuran organik.
6.5 Pengembangan Usaha PT ABP masih belum tergolong perusahaan yang memiliki keuntungan yang tinggi. Perusahaan ini dapat merencanakan pengelolaan perusahan dengan baik dengan meningkatkan pola manajemen yang teratur. PT ABP perlu memiliki pencatatan semua biaya secara akurat dan menghitung nilai harga pokok produksi dan harga pokok penjualan dengan benar. Minimisasi biaya terutama di bidang produksi sangat perlu. Biaya yang paling besar terletak pada biaya perbaikan green house sehingga diperlukan pembangunan green house yang lebih kokoh agar tidak menghabiskan biaya untuk perbaikan pada setiap periode. PT ABP dapat mengembangkan usaha sayuran organik dengan tetap menjaga dan mempertahankan kualitas, kuantitas dan kontinuitas sayuran organik. a. Kualitas Kualitas sayuran organik yaitu image produk organik PT ABP yang telah dipercaya oleh masyarakat. Kualitas organik ini harus terus dipertahankan. Sayuran yang dihasilkan oleh perusahaan sekitar 20 jenis sayuran yang didominasi oleh sayuran Jepang organik. Sayuran organik memiliki kandungan gizi yang lebih tinggi dibandingkan dengan sayuran konvensional, oleh karena itu, perusahaan sangat memperhatikan dan menjaga kualitas produk yang akan dipasarkan kepada konsumen. Produk perusahaan memiliki brand RR Organic Farm yang merupakan singkatan dari nama pemilik perusahaan yaitu Rustam dan Reiko. Merek tersebut sudah dikenal oleh konsumen karena perusahaan termasuk old supplier produk sayuran organik terutama sayuran Jepang organik. Ukuran
sayuran organik yang dipackaging disesuaikan dengan permintaan konsumen, tidak terlalu banyak, dan dikemas dengan baik untuk menjaga kesegaran sayuran. b. Kuantitas Kuantitas sayuran organik masih belum dimiliki oleh PT ABP. Kuantitas sayuran organik yaitu nilai hasil produksi sayuran yang mampu memenuhi permintaan konsumen. Konsumen sayuran organik sangat banyak terutama masyarakat dari golongan menengah ke atas, sedangkan perusahaan yang bergerak di bidang sayuran organik belum banyak. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh PT ABP, namun ternyata PT ABP belum mampu memenuhi semua permintaan supermarket yang menjadi perantara kepada konsumen. Nilai produksi PT ABP perlu ditingkatkan dengan meningkatkan produktivitas sumberdaya manusia dan mengurangi penanaman sayuran-sayuran yang tidak efisien dan mengurangi pembuangan-pembuangan akibat perompesan pada pasca panen. Perubahan iklim dan serangan hama dan penyakit tanaman merupakan faktor terbesar yang mengakibatkan produksi menurun sehingga pemenuhan sayuran di pasar sering tidak maksimal. PT ABP dapat memperluas usaha dengan menambah luas lahan penanaman sayuran organik. c. Kontinuitas Kontinuitas sayuran organik yaitu penanaman sayuran organik setiap waktu mulai dari awal pembentukan perusahaan sampai seterusnya sehingga perusahaan masih dapat terus menghasilkan sayuran organik agar tidak mencapai penutupan usaha. PT ABP sempat mengalami kemunduran dan hampir bangkrut. Dalam hal ini perlu manajemen yang baik serta sumberdaya manusia yang ahli
sehingga perusahaan dapat terus menjaga keberlangsungan perusahaan tetap kontinyu. Kontinuitas juga berarti bahwa PT ABP harus mampu memenuhi target permintaan sayuran organik yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara supermarket atau swalayan dengan PT ABP pada setiap periode. Hal ini dapat tercapai dengan adanya sistem pengaturan pola penanaman sayuran organik dengan baik. Sayuran-sayuran yang paling tinggi permintaannya di pasar seperti horenso, tomat apel dan brokoli harus tetap teratur dalam penanamannya sehingga pada saat panen, sayuran-sayuran tersebut tetap ada untuk memenuhi permintaan konsumen. Kontinuitas sayuran dapat tercapai jika PT ABP tetap menjaga merek sayuran RR Organic Farm dikenal oleh masyarakat. Ketika kepercayaan masyarakat terhadap produk ini hilang, maka PT ABP akan susah lagi untuk menembus pasar sayuran organik dan mengembalikan kepercayaan konsumen.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan 1) Metode harga pokok yang tepat diterapkan pada PT ABP adalah metode full costing karena merinci semua biaya. Harga pokok produksi sayuran Jepang organik PT ABP dengan menggunakan metode full costing pada periode Maret 2007-Februari 2008 adalah sebesar Rp 260.981.367,00, sedangkan harga pokok penjualannya adalah sebesar Rp 475.381.367,00. 2) Tingkat penjualan sayuran Jepang organik PT ABP pada periode Maret 2007-Februari 2008 yaitu sebesar Rp 502.902.500.00, telah melebihi tingkat penjualan impasnya yaitu Rp 446.823.463,00 artinya PT ABP telah mendapatkan keuntungan pada periode tersebut. 3) Nilai Marginal Income Ratio (MIR) usaha sayuran organik PT ABP pada periode Maret 2007-Februari 2008 adalah sebesar 49,07 persen, artinya bahwa 49,07 persen dari hasil penjualan sayuran organik PT ABP tersedia untuk dapat menutup biaya tetap dan laba. Nilai Margin of Safety (MOS) usaha sayuran organik PT ABP sebesar 11,15 persen, artinya jumlah maksimum penurunan target penerimaan yang tidak menyebabkan usaha PT ABP mengalami kerugian adalah sebesar 11,15 persen dari hasil penjualan. Nilai profitabilitas usaha sayuran organik PT ABP sebesar 5,47 persen, artinya jika PT ABP mampu menjual hasil produksinya yaitu sayuran organik sesuai dengan yang dianggarkan, maka laba yang akan diperoleh adalah sebesar 5,47 persen dari total hasil penjualan sayuran
organik selama satu tahun. Struktur pasar yang dihadapi oleh PT ABP adalah pasar oligopoli.
7.2 Saran 1) Pencatatan kas PT ABP sebaiknya dilakukan dengan mencatat semua penerimaan dan biaya yang dikeluarkan oleh PT ABP dengan lengkap, baik yang jumlahnya besar maupun yang kecil. Hal ini sebagai dasar untuk mengetahui berapa besar pengeluaran PT ABP sesungguhnya. 2) PT ABP sebaiknya menghitung semua biaya secara pasti untuk menentukan harga sayuran dengan tepat dan tidak mengalami kerugian. PT ABP dapat memilih perhitungan metode full costing untuk menghitung harga pokok produksi dan harga pokok penjualan karena metode ini memperhitungkan semua biaya produksi dan non produksi baik yang bersifat tetap maupun variabel. 3) Dalam upaya peningkatan penerimaan pada periode yang akan datang, sebaiknya perusahaan mulai meningkatkan produksi sayuran organik, terutama untuk komoditi-komoditi utama yang permintaannya tinggi untuk lebih memperluas usaha PT ABP.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. Produksi dan Luas Panen sayuran di Indonesia. 2007. Jakarta. Halcrow, Harold. 1981. Ekonomi Pertanian. Terjemahan. UMM Press. Malang Hansen, Don dan Maryanne Mowen. 2004. Akuntansi Manajemen Edisi Ketujuh. Terjemahan. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Horngren, Charles dan Walter Harrison. 1997. Akuntansi di Indonesia. Terjemahan. PT Salemba Emban Patria. Jakarta. Limbong, W.H. dan P. Sitorus. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian Bahan Kuliah. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Manullang. 1994. Pengantar Ekonomi Perusahaan. Penerbit Liberty. Yogyakarta. Melina, Maria Imelda.1997. Penerapan Metode Harga Pokok Proses dan Analisis Titik Impas Perusahaan Kecap Cap “WM” di Surabaya, Jawa Timur. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen Edisi Ketiga. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. . 2005. Akuntansi Biaya Edisi Kelima. Akademi Manajemen Perusahaan YKPN. Yogyakarta. Munawir. 1995. Analisa Laporan Keuangan Edisi Keempat. Penerbit Liberty. Yogyakarta. Nazir, Mohammad. 1999. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia Anggota IKAPI. Jakarta. Riyanto, Bambang. 1995. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi Keempat. BPFE. Yogyakarta. Rubatzky, Vincent E dan Mas Yamaguchi. 1999. Sayuran Dunia Jilid 3. ITB. Bandung. Saprinah, Eli. 2003. Kajian Penetapan Harga Pokok Pesanan untuk Menentukan Harga Jual Daging Ayam Kampung dan Broiler pada UD Cendrawasih, Jakarta Timur. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Siringo-ringo, Monang Tua. 2004. Penetapan Harga Pokok Produksi Susu Cup, Studi Kasus di Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Situs Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2008. www.nakertrans.go.id Slot, R dan GH Minnaar. 1996. Dasar-Dasar Ekonomi Perusahaan. Terjemahan. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IBII dan PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Soekartawi, Soeharjo, John L Dillon dan Brian Hardaker. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Sugito. 1995. Sistem Pertanian Organik. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang. Sumoprastowo. 2004. Memilih dan Menyimpan Sayur Mayur, Buah-Buahan dan Bahan Makanan. Bumi Aksara. Jakarta. Sutanto, Rachman. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta. Yunita, Aria. 2002. Penerapan Metode HPP pada Perusahaan Kopi Bubuk Cap “S” di Bekasi, Jawa Barat. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Klasifikasi Biaya Tetap dan Variabel PT ABP Periode Maret 2007-Februari 2008 Jenis Biaya
Biaya Tetap
Pembelian benih Pembelian pupuk Gaji tenaga ahli Gaji pegawai lapangan Biaya kesejahteraan pegawai Pembelian peralatan kerja Biaya perbaikan fasilitas kebun Biaya listrik biaya keamanan Biaya transportasi pegawai Biaya penyusutan peralatan Biaya penyusutan kendaraan Biaya penyusutan Fasilitas kebun (Green house) Sewa Lahan 2,8 ha Gaji karyawan pemasaran Kesejahteraan karyawan Biaya packaging Biaya transportasi pemasaran Maintenance Kendaraan Biaya komunikasi Biaya promosi Biaya listrik chiller dan sewa tempat Gaji manajemen administrasi Gaji karyawan administrasi Kesejahteraan karyawan Biaya peralatan kantor dan kerja Biaya lain-lain
Variabel √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Lampiran 2. Tabel Komponen Biaya Penyusutan Peralatan PT ABP Periode Maret 2007-Februari 2008 Nama Peralatan Sprayer gendong SWAN PH meter soil tester Timbangan elektronik Timbangan 20 kg Meja Bangku Meja wrapping Jam dinding Gurinda elektrik tangan Gurinda elektrik duduk Kapak Tang Linggis kecil Komputer Total Penyusutan
Jumlah 1 1 1 1 4 3 2 1 1 2 3 2 1 1
Harga Satuan (Rp) 350.000 1.500.000 3.000.000 800.000 10.000 15.000 10.000 18.000 900.000 1.500.000 22.500 10.000 6.000 1.000.000
Tabel Biaya Penyusutan PT ABP Periode Maret 2007-Februari 2008 Komponen Jumlah Harga beli (Rp) Total biaya (Rp) 22 2.000.000 44.000.000 Green House Kendaraan Pemasaran 1 180.000.000 180.000.000 Peralatan kerja Total Penyusutan
Total (Rp) 350.000 1.500.000 3.000.000 800.000 40.000 45.000 20.000 18.000 900.000 3.000.000 67.500 20.000 6.000 1.000.000
Umur (Tahun) 4 8
Umur (Tahun) 5 2 10 10 1 1 2 3 3 3 3 3 5 4
Nilai Sisa (Rp) 0 0
Penyusutan (Rp) 70.000 750.000 300.000 80.000 40.000 45.000 10.000 6.000 30.000 1.000.000 22.500 6.667 1.200 250.000 2.881.367
Biaya penyusutan/Tahun (Rp) 11.000.000 22.500.000 2.881.367 36.381.367
Lampiran 3. Tabel Data Penjualan PT ABP Periode Maret 2007-Februari 2008 (dalam Kilogram)
No Jenis Sayuran
Maret April 07 07
Mei 07
Juni 07
Juli 07
Agust 07
Sept 07
Okt 07
Nov 07
Des 07
Jan 08
Febr 08
Volume 1 Tahun (Kg)
Harga (Rp)
Volume X Harga (Rp)
1
Horenso
200
250
300
300
250
250
300
300
300
200
250
300
3.200
29.500
94.400.000
2 3
Tomat Apel Brokoli
200
200
250 20
300 40
300 40
300 60
300 80
300 100
200 150
100 200
40 250
40 300
2.530 1.240
27.500 22.500
69.575.000 27.900.000
4
Hakusai
180
160
160
160
180
200
200
150
200
200
300
300
2.390
52.500
125.475.000
5
Kol
160
140
140
180
160
200
150
120
80
30
50
160
1.570
22.500
35.325.000
6 7
Wortel Komatsuna
20 40
20 40
20 40
20 40
30 40
40 40
40 40
40 40
50 40
60 40
60 40
80 60
480 500
22.500 27.500
10.800.000 13.750.000
8
Pakcoi Hijau
20
20
20
20
20
30
50
180
27.500
4.950.000
9
Kyuri
60
70
60
60
70
70
70
70
70
50
60
100
810
27.500
22.275.000
10 11
Daun Selada Negi
20
20
40
40 10
60 10
60 20
40 20
20 20
30 30
20 30
20 40
30 50
400 230
27.500 27.500
11.000.000 6.325.000
12
Daikon
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
100
100
700
44.500
31.150.000
13
Baby Buncis
5
15
20
22.500
450.000
14 15
Tomat Cherry Kabocha
30
380 270
29.500 29.500
11.210.000 7.965.000
16
Asparagus
17 18
Kokabu Nira
40 15
40 10
40 15
40 20
19
Cabe Rawit
10
15
25
25
20
Kangkung
Total
40 20
1.055
40 20
1.075
40 20
1.220
40 20
1.345
40 40
40 40
40 30
40 30
40 20
20
5
10
20
10
5
50
59.500
2.975.000
40 25
40 30
50 30
450 245
22.500 44.500
10.125.000 10.902.500
190
27.500
5.225.000
22.500
1.125.000
20
40 20
40 20
40 20
40 20
25
20
25
25
20
1.315
1.470
1.465
1.390
1.370
1.105
20
30
50
1.345
1.730
15.885
502.902.500
Lampiran 4. Analisis Titik Impas Biaya Tetap (Rp)
= 219.281.367
Biaya Variabel (Rp) = 256.100.000 Hasil Penjualan (Rp) = 502.902.500
Titik Impas (Rp)
=
Biaya Tetap Biaya Variabel 1− Hasil Penjualan
= 219.281.367 1− 256.100.000 502.902.500 = 446.823.463
Lampiran 5. Analisis Marginal Income Ratio (MIR), Margin of Safety (MOS) dan Profitabilitas Usaha
a. Analisis Marginal Income Ratio (MIR) Biaya Variabel (Rp) = 256.100.000 Hasil Penjualan (Rp) = 502.902.500
MIR (%) = 1 − Biaya Variabel × 100 % Hasil Penjualan
= 1 − 256.100.000 × 100% 502.902.500 = 49,07
b. Analisis Margin of Safety (MOS) BEP (Rp) = 446.823.463 MOS (%) = Hasil Penjualan − Penjualan pada Titik Impas × 100% Hasil Penjualan
= 502.902.500 − 446.823.463 × 100% 502.902.500 = 11,15
c. Profitabilitas Usaha MIR (%) = 49,07 MOS (%) = 11,15
Profit (%) = MIR ×MOS × 100% = 49,07 × 11,15 × 100% = 5,47
Lampiran 6. Denah Kebun PT ABP di Desa Galudra, Cianjur Musola
Blok A
ps
Blok B1
Blok B2
Blok B3
Blok C1
Blok C2
Blok D1
Blok H2 F
Blok I
Blok H1
Blok G2
Blok G1
B1.0 B2.0
B3.0 Work shop pupuk
Mess
Work shop panen
Vila TL
Kandang
Blok E5
Blok E4
Blok E3
P Blok E2
Blok E1
Tanaman Buah
Blok D2
Keterangan: PS : Pos ronda TL : Pusat Terminal listrik P : Bak penampungan air