ANALISIS KUALITAS TRAFIK PADA SISTEM KOMUNIKASI RADIO CLUSTER A9800
TUGAS AKHIR
Diajukan Guna Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Elektro
NAMA : ERRY MURIADI NIM
: 01499-021
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2005
i
LEMBAR PENGESAHAN
Nama
: Erry Muriadi
Nim
: 01499-021
Peminatan
: Teknik Telekomunikasi
Judul
: “ANALISIS TRAFIK PADA SISTEM KOMUNIKASI RADIO CLUSTER A9800”
Jakarta, Agustus 2005
DISETUJUI DAN DITERIMA OLEH : Pembimbing,
( Ir. Said Attamimi, MT )
Mengetahui, Ketua Jurusan
Koordinator Tugas Akhir
(Ir. Budi Yanto H. MSc.)
( Ir. Yudi. G, MT)
ii
ABSTRAK
Perkembangan kebutuhan masyarakat terhadap sarana telekomunikasi yang bervariasi dan cepat serta menginginkan kemudahan berkomunikasi baik suara maupun
data dengan keterbatasan sumber daya jarinagn fisik, sehingga harus
dicarikan suatu solusi yang tepat agar penggunaannya menjadi efisien dan efektif maka teknologi yang dapat mengatasi hal tersebut yaitu dengan WLL (Wireless Loop Loop) atau Jaringan Lokal Akses Radio (JARLOKAR). Tujuan dari penulisan tugas akhir ini untuk menganalisis unjuk kerja dari sistem komunikasi radio Cluster A9800 dengan menggunakan perhitungan trafik. Dari hasil perhitungan setiap pelanggan akan dibandingkan dengan standar trafik yang ditawarkan oleh sistem untuk mengetahui kualitas sistem. Dengan hasil analisis yang dilakukan dapat diketahui apakah besarnya trafik per pelanggan dan kapasitas trafik yang disediakan sudah sesuai dengan standar PT Telkom.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, kemudahan, dan petunjuk serta taufik & hidayah-Nya, sehingga dengan seizin-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Penulisan Tugas Akhir ini disusun bertujuan untuk memenuhi persyaratan mendapat gelar Sarjana Teknik (S1) pada kurikulum pendidikan Jurusan Teknik Elektro di Fakultas Teknologi Industri, Universitas Mercu Buana. Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis menerima bimbingan, pengarahan, bantuan, kesempatan dan kemudahan dari berbagai pihak yang tidak ternilai harganya. Dan secara khusus penulis mengucapkan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Ir. Budi Yanto Husodo, Msc. Selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana, juga dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahannya kepada penulis. 2. Seluruh dosen Teknik Elektro, Khususnya peminatan Telekomunikasi yang selama ini telah memberikan ilmu-ilmu dan pengetahuan yang dimiliki kepada penulis. 3. Bapak pimpinan beserta seluruh staf dan karyawan P.T TELKOM Jakarta Utara.
iv
4. Ayah dan Ibuku tercinta, adik-adikku tercinta; Anita ,Erlina ,atas doa, motivasi dan dukungan yang telah diberikan selama ini. 5. Khusus untuk Wiranti tercinta yang telah memberikan doa, motivasi dan dukungan untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini. 6. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan banyak bantuan, khususnya Heru Setyawan (Boyke), Zulfikar (Izul), (thanks dukungannya), Ridwan Arif Budiman (gembel) Eka Suhartono (amink), M.fajri (bim-bim), semoga kita semua diberikan petunjuk dan bantuan oleh Allah SWT. ,
7. Rekan-rekan mahasiswa Teknik Elektro 99 Universitas Mercu Buana. 8. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Akhir kata penulis menyadari keterbatasan diri dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk penyempurnaannya. Penulis juga berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta, Juni 2005
Penulis
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………..………
ii
ABSTRAK ……………………………………………………………...……….
iii
KATA PENGANTAR ………………………………………………….……….
iv
DAFTAR ISI ……..……………………………………………………………… vi DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………….
x
DAFTAR TABEL ……………………………………………………….………
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ……………………………………………..….……
1
1.2
Tujuan Penulisan …………………………………………………..
2
1.3
Perumusan Masalah ……………………………………………….
2
1.4
Metode Penulisan ………………………………………………….
2
1.5
Sistematika Penulisan ………………………………………………
3
BAB II
TEORI DASAR PERHITUNGAN TRAFIK
2.1
Konsep Dasar Trafik ………………………………………....……
5
2.2
Faktor – faktor Penyebab Perubahan Trafik ………………………
9
2.3 Penanganan Lost Call ……………………………………………… 10 2.4
Peranan Trafik Dalam Bidang Telekomunikasi …………………… 11
vi
2.5
Besaran – besaran Trafik ……………………………………….…. 12
2.6
Macam – macam Distribusi Dalam Trafik ……………..…….…… 13
2.7
Manajemen Trafik ………………………………………………… 14 2.7.1 Pemeliharaan Jaringan …………………………….……… 15 2.7.2
Administrasi Jaringan …………………………………..… 15
2.7.3 Penyediaan Pelayanan ………………………………..…… 16 2.7.4 Pengawasan Jaringan ……………………………………… 16 2.8 Dimensioning ………………………………………………..……. 16 2.8.1
Manajemen Jaringan ……………………………………… 17
2.9 Grade Of Service (GOS) …………………………………….……. 27
BAB
III JARINGAN LOKAL AKSES RADIO dan SISTEM KOMUNIKASI RADIO CLUSTER A9800 3.1
Wireless Local Lopp (WLL) …………………………………..….. 19
3.2 Lingkungan Komunikasi Radio ………………………………….… 22 3.2.1
Konsep Sistem Radio Selular Tetap ……….…………...…. 23
3.2.2 Konfigurasi Sistem Selular Tetap ……………………….… 23 3.3
Transmisi ……………………………….…………………………. 26 3.3.1 Media Transmisi ………………………………………..…… 26
3.4
Antena ……………………………………………………….……. 27
3.5
Gelombang Radio ……………………………….………………… 27
3.6
Propagasi Line Of Sight …………………………………………… 28
vii
3.7
Teknik Modulasi …………………………………………….....…. 29 3.7.1 Teknik FDMA …………………………………………..…... 29 3.7.2 Teknik TDMA …………………………………………….… 30 3.7.3 Teknik CDMA …………………………………………….... 31
3.8
Diversity ……………………………………………………..…… 32
3.9
Sistem Komunikasi Radio Cluster A9800 ………………………… 35
BAB IV
3.9.1
Informasi Umum ………………………………………….. 35
3.10
Arsitektur …………………………………..…………....… 37
3.11
Sistem Cluster ………………………….………..………… 39
3.12
Sistem Cluster Di STO Mangga Besar ………….………… 40
3.13
Main Distribution Frame (MDF) …………………………. 41
3.14
Exchange Base Station (EBS) ………………..…………… 41
3.15
Radio Station Central (RSC) ……………………………… 42
3.16
Radio Station Terminal (RST) ……………….…………… 42
3.17
Rumah Kabel (RK) ………………………………..……… 43
3.18
Distribution Point (DP) ……………………………..…..… 44
ANALISIS
TRAFIK
PADA
SISTEM
KOMUNIKASI
RADIO
CLUSTER A9800 DI KANDATEL JAKARTA UTARA 4.1
Data Statistic Call ………………………………………….……… 46
4.2
Data Sistem Komunikasi A9800 Di Jakarta Utara ………………… 47
4.3
Kapasitas Trafik Pada Sistem Komunikasi Radio Cluster A9800 … 47
viii
4.4
Analisis Trafik A9800 …………………………………………….. 48
4.5 Evaluasi Analisis Trafik A9800 ……………………………..……. 51
BAB V
KESIMPULAN ……………………………………………………. 53
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Diagram Intensitas Trafik Dalam Sehari Di USA ……………….
7
Gambar 2.2
Jenis Trafik ………………………………………………… ….
9
Gambar 2.3
Keadaan lalu Lintas Komunikas……………………………..…… 18
Gambar 3.1
Konfigurasi WLL ………………………………..….….………… 20
Gambar 3.2
Konfigurasi Sistem Selular Tetap ……………………………….. 25
Gambar 3.3
Sistem Line Of Sight ………………………………….………….. 29
Gambar 3.4
Metode Akses FDMA …………………………………………… 30
Gambar 3.5
Metode Akses TDMA …………….……………………..………. 31
Gambar 3.6
MetodeAkses CDMA ……………………………………………. 32
Gambar 3.7. Sistem Diversity Ruang ………………………………………….. 33 Gambar 3.8
Sistem Diversity Frekuensi …………………………………..….. 34
Gambar 3.9
Konfigurasi Sistem Alcatel A9800 ………………………………. 38
Gambar 3.10 Konfigurasi Sistem Cluster A9800 ……….……………………… 39 Gambar 3.11 Konfigurasi Sistem WLL Cluster Lokasi Pasar Pagi Mangga Dua Catuan STO Mangga Besar ………………………………..……. 40
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Karakteristik Sistem A9800 ………………………………………… 36 Tabel 4.1 Satu Jam Pada Hari Tersibuk Bulan September 2004 ……………… 46 Tabel 4.2 Potensi Kanal Jaringan Akses Radio Pada Bulan September 2004 ... 47 Tabel 4.3 Karakteristik Sistem Komunikasi Radio Cluster A9800 ………........ 48 Tabel 4.4 Rata-rata jam Sibuk Bulan September 2004 …………………….….. 49
xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Dengan makin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi telekomuniaksi di Indonesia, kemajuan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat melahirkan tuntutan dan kebutuhan masyarakat terhadap telekomunikasi yang berkualitas,maka pengiriman informasisecara cepat dan akurat semakin menjadi suatu keharusan perusahaan telekomunikasi di indonesia.terutama diperkotaan tidak semua dapat di jangkau dengan kabel fisik.sehingga salah satu alternatif adalah penerapan teknologi jaringan lokal akses radio Wireless Local Loop (WLL) sistem Cluster dari Alcatel Prancis. Sistem Wireless Local Loop (WLL) dianggap memiliki kelebihan dibading sistem jaringan lokal dengan kabel, misalnya kemudahan instalasi diberbagai daerah sehingga menghemat waktu, usaha dan biaya bagi operator jasa telekomunikasi dalam memberikan pelayanan telekomunikasi yang minimal sama baiknya seperti pada jaringan kabel. Sistem Wireless Local Loop yang sesuai untuk kebutuhan dan kondisi di indonesia saat ini adalah sistem komunikasi radio Cluster A9800, merupakan teknologi yang banyak dikembangkan oleh perusahaan besar didunia. Dalam
1
penulisan Tugas akhir ini, penulis ingin menganalisis trafik sistem komunikasi radio Cluster A9800 yang digunakan di PT Telkom Kandatel Jakarta Utara.
1.2. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah menganalisis trafik untuk mendapatkan kualitas pelayanan Sistem Komunikasi Radio Cluster A9800 yang digunakan di STO Mangga Besar pada PT. Telkom Kandatel Jakarta Utara, dengan mengoptimalkan jumlah pelanggan dan tetap memperhatikan persyaratan.
1.3. Perumusan Masalah Perumusan masalah pada penulisan ini adalah mengenai bagaimana kesesuaian jumlah pelanggan dengan kapasitas trafik melalui analisis trafik rata-rata setisp pelanggan sistem WLL Cluster A9800 di STO Mangga Besar dengan mempertimbangkan perubahan perilaku pelanggan serta upaya mengoptimalkan sistem yang ada untuk mesyarakat pengguna jasa telepon tetap.
1.4 Metode Penulisan Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis menggunakan beberapa metode antara lain : 1. Metode Kepustakaan Dilakukan dengan mengadakan pembahasan secara tidak langsung, yaitu dari buku-buku atau diktat yang berhubungan dengan masalah yang akan
2
ditulis dan semua informasi yang mendukung dalam penulisan tugas akhir ini. 2. Metode lapangan Dilakukan dengan mengadakan pengambilan data spesifikasi peralatan pada Divisi Jaringan Lokal Akses radio (JARLOKAR) di PT. Telkom Kandatel Jakarta Utara. 3. Metode Analisis Melakukan pengolahan data Statistic Call dan laporan Data Potensi RTBU yang didapat dari hasil pengambilan data di PT TELKOM Kandatel Jakarta Utara.
1.5. Sistematika Penulisan Penulisan tugas akhir ini disusun dalam 5 (lima ) bab dengan urutan sebagai barikut : BAB I Pendahuluan Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan, perumusan masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan. BAB II Jaringan Lokal Akses Radio dan Sistem Komunikasi Radio Cluster A9800 Bab ini menguraikan mengenai dasar-dasar teori WLL, transmisi, media transmisinya, antena,
sistem komunikasi radio Cluster A9800 pada STO
Mangga Besar. BAB III Teori Dasar PerhitunganTrafik Bab ini menguraikan mengenai trafik dan Grade of Service (GOS).
3
BAB IV Analisis Trafik Pada Sistem Komunikasi Rado Cluster A9800 Bab ini menguraikan dan menganalisis trafik pada sistem komunikasi radio Cluster A9800 di STO Mangga Besar pada PT. Telkom Kandatel Jakarta Utara. BAB V Kesimpulan Bab ini berisi kesimpulan dari semua hal yang telah dianalisis pada sistem komuikasi radio Cluster A 9800.
4
BAB II TEORI DASAR PERHITUNGAN TRAFIK
2.1.
Konsep Dasar Trafik Secara umum, pengertian trafik adalah perpindahan suatu benda dari suatu
tempat ke tempat lain. Trafik merupakan salah satu unsur penting dalam perancangan sistem telekomunikasi. Hal ini disebabkan karena kelancaran arus trafik sangat berpengaruh terhadap pelayanan jasa telekomunikasi (kemudahan mendapatkan hubungan komunikasi) dan pendapatan perusahaan. Didalam ilmu telekomunikasi yang dimaksud dengan “benda” adalah informasi-informasi yang dikirimkan melalui media transmisi. Sehingga trafik dapat didefinisikan sebagai perpindahan informasi-informasi,baik berupa pulsa,frekuensi atau percakapan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui media transmisi. Suatu jaringan telepon mungkin terganggu jika sejumlah besar pelanggan melakukan hubungan secara terus-menerus dalam waktu yang lama.Variasi dari sejumlah keadaanyang berbeda tersebut dapat timbul pada saat tertentu, misalnya saat acara quiz di televisi, hari libur, hari besar nasional, dan tahun baru, yaitu saat pelanggan saling bertelepon. Jika semua kapasitas jaringan yang ada telah terpakai, maka pelanggan lain yang ingin berhubungan akan ditolak oleh sistem. Hal ini termasuk kongesti (gangguan). Kapasitas jaringan yang terlalu kecil akan menimbulkan keluhan dari
5
masyarakat dan mengurangi pendapatan perusahaan. Sedangkan kapasitas jaringan yang terlalu besar akan menghasilkan pelayanan yang baik tetapi tidak menguntungkan dari segi investasi. Saat
merancang
jaringan
telekomunikasi
dan
menentukan
jumlah
kapasitasnya, cukup dilihat dari puncak trafik yang harus ditangani jaringan. Berhasilnya perencanaan jaringan tergantung pada nilai tertinggi trafik, durasinya dan lokasinya. Dan untuk mengetahui besaran sebuah saluran trafik atau ukuran suatu sentral telepon, kita harus mengetahui intensitas trafik yang mewakili dari waktu normal tersebut. Trafik pada umumnya sangat acak, trafik telepon berubah-ubah dari musim ke musim, bulan ke buln, hari ke hari, jam ke jam, menit ke menit, pelanggan ke pelanggan. Tetapi ada suatu kondisi pada hari tertentu yang dapat kita amati, biasanya trafik lebih padat pada hari senin dan jum’at, dan lebih lenggang trafik pada hari rabu di negara-negara maju. Kondisi tertentu juga dapat diamati pada waktu kerja normal dalam sehari. Trafik musim sibuk (busy-season trafik) berbeda-beda besarnya, baik amplitudo maupun lamanya menurut tempat (negara, kota , desa) dan kegiatan (industri, perumahan, pertanian). Perubahan-perubahan trafik dari jam ke jam menjadi dasar penentu jam tersibuk (busiet hours). Gambar dibawah ini memperlihatkan variasi trafik dari jam ke jam di negara Amerika. Dari gambar ini dapat diketahui bahwa jam tersibuk adalah jam 10 pagi sampai jam 11 siang, dan jam terlenggang adalah jam 22 malam sampai jam 6 pagi.
6
Gambar 2.1 Diagram Intensitas Trafik Dalam Sehari di USA
Sebagai penghargaan kepada A.K. Erlang, yaitu orang yang pertama menyelidiki trafik komunikasi, maka ditetapkanlah satuan intensitas trafik dalam Erlang. Dimana pengertian 1 (satu) Erlang adalah apabila sebuah sirkuit diduduki secara terus menerus selama satu jam. Istilah intensitas trafik untuk selanjutnya hanya disebutkan dengan besar trafik atau trafiknya saja. Dengan memperkirakan jumlah percakapan per jam (Q), maka akan diketahui nilai trafiknya (A) untuk setiap tempat kedudukan dengan rata-rata percakapan (T) sesuai dengan persamaan sebagai berikut :
7
A=
Q.T Erlang 60
…....................................................................................(2-1)
Dimana : A
= Besarnya nilai trafik (Erlang)
Q
= Jumlah call attmpt yang terjadi (panggilan per jam)
T
= Periode pengamatan / lamanya pendudukan (misalnya dalam 1 jam atau 60 menit)
contoh : Jika maksimum panggilan per jam adalah 3000 dan rata-rata waktu pembicaraan adalah 1,76 menit. Maka besarnya trafik adalah :
A=
3000 × 1,76 60
= 88 erlang
Sebagai gambaran, apabila besar trafik atau intensitas trafik adalah 25 erlang ini berarti bahwa :
1. Sebuah sirkit diduduki secara terus-menerus selama 25 jam, atau 2. 25 buah sirkit diduduki secara turus-menerus selama 1 jam, atau 3. 10 buah sirkit diduduki secara terus-menerus selama 2,5 jam
8
Didalam telekomunikasi sendiri, trafik dibagi dalam 3 jenis, yaitu : a. Trafik yang ditawarkan ke sistem jarigan (offered traffic) = Ao. b. Trafik yang dimuat dalam sistem (carried traffic) = Ac. c. Trafik yang ditolak oleh sistem (rejected traffic) =Ar.
Ao
Jaringan Telekomunikasi
Ac
Ar
Gambar 2.2 Jenis Trafik
2.2.
Faktor-faktor Penyebab Perubahan Trafik
Sumber trafik adalah pelanggan. Dengan asumsi pelanggan adalah raja menyebabkan tidak dapat ditentukannya waktu dan lamanya pelanggan melakukan pembicaraan lewat telepon. Trafik merupakan besaran statistik dan kuantitasnya hanya bisa diselesaikan dengan statistik dan teori probabilitas. Jumlah panggilan merupakan fungsi waktu sedangkan variasi dari jumlah panggilan tersebut merupakan variasi trafik. Adapun faktor-faktor penyebab perubahan trafik adalah : a. Jenis pekerjaan pelanggan (kawasan bisnis, perkantoran, perumahan, sekolah, dan sebagainya). b. Musim (musim panas, musim hujan dan lain-lain).
9
c. Jam-jam sibuk dan tersibuk : 1. Rata-rata trafik didalam 10 hari tersibuk selama satu tahun. 2. Beban trafik tertinggi diantara 10 hari tersibuk selama satu tahun. 3. Periode satu jam tiap hari dimana trafik tertinggi. Tiap hari mempunyai jam tersibuk yang berbeda.
2.3.
Penanganan Lost Call
Bila terjadi congestion atau kemacetan, pelanggan akan diperkenankan untuk menunggu atau harus melakukan panggilan ulang, Oleh karena itu penanganan lost call dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Lost Syestem (Lost Call Cleared) Panggilan yang datang saat seluruh sirkit sibuk, akan dibuang atau ditolak dari sistem. Bila terjadi panggilan ulang akan dianggap sebagai panggilan baru. Sistem ini dipakai untuk menentukan jumlah seluruh saluran antar sentral PSTN. 2. Delay System (Lost Call Delay) Panggilan yang tidak dapat dilayani karena seluruh sirkit sibuk akan diperkenankan menunggu diruang tunggu yang disebut buffer. Sistem delay ini digunakan untuk menentukan kapasitas buffer PSTN, ISDN dan Broadband ISDN.
10
3. Overflow System (Lost Call Held) Panggilan yang tidak dapat dilayani karena seluruh group sirkit ke suatu arah dalam kondisi diduduki, maka diluapkan (di routing kan) atau di over ke group sirkit lain, merupakan proses alternatif routing. Sistem ini digunakan untuk mendesain jaringan multi exchange area (MEA) dengan tujuan mengoptimalkan biaya investasi.
2.4.
Peranan Trafik Dalam Bidang Telekomunikasi
Peranan trafik dalam bidang telekomunikasi sangat penting karena dengan perencanaan trafik yang baik, maka diupayakan untuk dapat mengantisipasi gangguan akibat kurangnya kanal bicara yang tersedia. Pentingnya perencanaan trafik dalam bidang telekomunikasi dapat dilihat dalam dua hal, yaitu : a. Perencanaan suatu sentral Seperti kita ketahui bahwa timbulnya trafik dalam sentral telepon adalah disebabkan adanya pelanggan yang mengangkat handset. Jika kita mengambil prinsip bahwa pelanggan adalah raja maka setiap pelanggan yang mengangkat handset haruslah mendapatkan perlakuan yang sama. Dalam hal ini nantinya akan terlihat jelas bahwa trafik akan menentukan jumlah peralatan sentral yang harus dipasang pada sentral yang telah direncanakan. b. Beroperasinya suatu sentral Jika suatu sentral telah melayani publik maka besar trafik yang menjadi beban sentral tersebut perlu diketahui. Untuk mengetahuinya dapat dilakukan
11
pengukuran pada beban trafik tersebut. Satu hal yang perlu diingat bahwa setiap peralatan memiliki kemampuan yang terbatas untuk dapat menanggung beban lalu lintas. Jika hasil pengukuran telah melebihi perkiraan yang telah diramalkan sebelumnya, maka beban masing-masing peralatan telah melebihi ketentuan yang diizinkan, sehingga beban ini akan menyebabkan peralatan sentral akan rusak sebelum waktu yang telah ditentukan.
2.5.
Besaran-besaran Trafik
Besaran-besaran trafik sangat penting karena dalam besaran-besaran trafik kita dapat mengetahui apa kegunaannya trafik tersebut, maka dapat dilihat dalam beberapa hal yaitu: a. Panggilan (Call) Setiap penduduk sebuah peralatan switching dengan tidak melihat apkah akan menghasilkan percakapan atau tidak. b. Jumlah Pnggilan (C) Jumlah seluruh panggilan yang dilayani oleh sebuah group switch dalam periode pengamatan tertentu. c. Waktu Genggam Lamanya sebuah switch diduduki untuk keperluan suatu hubungan, disini termasuk pendudukan switch dalam pembangunan hubungan dan ditambah waktu bicara.
12
d. Waktu Genggam Rata-rata Jumlah seluruh lamanya percakapan berlangsung dibagi dengan jumlah seluruh panggilan yang berhasil dalam periode pengamatan tertentu. e. Volume Trafik Jumlah seluruh pendudukan yang dilayani oleh group switch dalam periode pengamatan tertentu. f. Aliran Trafik (A) Volume trafik dalam satuan waktu tertentu dari periode pengamatan. g. Intesitas Trafik Jumlah call serempak terjadi pada saat tertentu dalam periode pengamatan. h. Periode Pengamatan (T) Lamanya waktu observasi.
2.6.
Macam-macam Distribusi Dalam Trafik
Distribusi yang sering digunakan dalam trafik terdiri dari distribusi Erlang B, Poisson, Erlang C dan Engset. Maka dari keempat distribusi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Erlang B Distribusi Erlang B didapat dari keadaan sumber panggilan yang tak terhingga sedangkan jumlah saluran yang menampung terbatas, sehingga panggilanyang datang pada waktu semua saluran sedang melayani panggilan (sedang sibuk), maka tidak akan dapat dilayani oleh saluran (jadi berarti hilang).
13
b. Poisson Distribusi poisson mengasumsikan sumber tak terhingga dan jumlah saluran yang menampung tak terbatas, sehingga dengan asumsi ini sistem tidak akan pernah kongesti. c. Erlang C Erlang C didasarkan pada pola panggilan yang acak dengan rata-rata datangnya panggilan sama dengan ‘a’ dan pola lamanya pendudukan berdistribusi eksponensial negatif. d. Engset Distribusi engset diasumsikan bahwa N < M dan M terbatas. Call yang datang berdasarkan quast random, yaitu setiap sumber dapat menimbulkan call secara random dengan rata-rata kedatangan ‘a’ dalam keadaan idle. Dengan demikian harga rata-rata kedatangan call ke sistem adalah (M – k ) dimana k adalah jumlah sumber yang sedang sibuk.
2.7.
Manajemen Trafik
Manajemen trafik adalah kegiatan yang mengevaluasi serta menganalisa data panggilan telepon untuk memastikan kinerja jaringan berlangsung dengan baik yang meliputi tingkat keberhasilan panggilan, kemampuan suatu trunk group menampung trafik, peningkatan produksi menit dan memprediksi jumlah kebutuhan sirkit yang akan datang baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang serta dimensioning jaringan.
14
Kegiatan yang terkait dengan manajemen trafik adalah kegiatan operasional jaringan seperti pemeliharaan jaringan, administrasi jaringan, penyediaan pelayanan dan pengawasan kinerja jaringan.
2.7.1. Pemeliharaan Jaringan
Pemeliharaan jaringan bertujuan untuk memastikan peralatan jaringan yang terpasang dapat beroperasi sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Proses pemeliharaan jaringan berhubungan dengan perbaikan dari elemen jaringan. Proses pemeliharaan jaringan dijalankan dengan memperoleh masukan dari pengawasan jaringan yang memantau pelayanan jaringan dan masalah performansi yang timbul secara global, pengaduan dari sisi pelanggan, masukan dari jaringan administrasi dan indikator kegagalan yang dibuat didalam jaringan.
2.7.2. Administrasi Jaringan
Administrasi jaringan bertujuan untuk memudahkan mengevaluasi data maupun menganalisanya, kejelasan dalam hal pelaporan, memudahkan untuk penelusuran masalah dan memudahkan operator apabila terjadi perubahan data base. Masalah pelayanan yang terdeteksi padasaat analisa data trafik segera diselidiki dan tindakan koreksi diserahkan pada bagian pemeliharaan jaringan, penyediaan pelayanan dan manajemen jaringan.
15
2.7.3. Penyediaan Pelayanan
Penyediaan pelayanan bertujuan untuk menanggapi kebutuhan sirkit dan pelayanan kepada pelanggan dengan mengatur peralatan dan saluran. Permintaan pelayanan dan sirkit yang diseakan ini dilakukan berdasarkan permintaan pelanggan, sedangkan permintaan sirkit antar sentral yang ditentukan berdasarkan antisipasi terhadap perkembangan jaringan.
2.7.4. Pengawasan Jaringan
Pengawasan jaringan bertujuan untuk memantau seluruh jaringan asal panggilan dan tujuan panggilan untuk memastikan tingkat pelayanan apakah telah sesuai dengan tolak ukur yang ditetapkan. Pengawasan jaringan menyediakan informasi yang telah dievaluasi dan di analisa untuk personal yang bertanggung jawab atas administrasi jaringan, manajemen serta pemeliharaan untuk mendapatkan perencanaan dan pengoperasian jaringan yang efisien dan akurat.
2.8.
Dimensioning
Dimensioning adalah mencari pemecahan dalam pengaturan panggilan untuk memenuhi
kebutuhan
dengan
diusahakan
tanpa
perlu
menambah
jumlah
sirkit,sehingga efisiensi pengguna sirkit dapat tercapai. Jadi langkah pertama dimensioning adalah mencari pemecahan dengan pengaturan panggilan jika terjadi kelebihan beban pada suatu sirkit, misalnya dengan melakukan peningkatan tingkat keberhasilan panggilan.
16
2.8.1. Manajemen Jaringan
Manajemen jaringan berfungsi mengawasi performansi jaringan dan mengambil tindakan secepatnya untuk mengontrol trafik jika diperlukan. Manajemen jaringan diperlukan untuk memastikan penggunaannya maksimal kapasitas jaringan. Manajemen jaringan memastikan sebanyak mungkin call yang dapat tersambung dengan tidak melupakan bahwa jaringan haruslah dirancang cukup untuk memenuhi kualitas yang memuaskan bagi pelanggan dalam kondisi normal.
2.9.
Grade Of Service (GOS)
Grade of Service (GOS) adalah tingkat kongesti trafik dalam suatu tingkat peralatan pada jam sibuk. GOS ini menggambarkan tingkat penanganan trafik yang sangat bergantung kepada jumlah perangkat yang dioperasikan atau menunjukkan kualitas pelayanan dan merupakan tingkat kegagalan panggilan yang dinyatakan dalam prosen (%). Dalam prakteknya GOS ini merupakan perbandingan panggilan yang tidak dapat terlayani dengan segera antara lain yang ditolak, menunggu atau dilimpahkan terhadap panggilan yang ditawarkan (Call Atempt). Panggilan–panggilan yang tidak terlayani dengan segera tersebut, terjadi karena keterbatasan peralatan sentral yang disebabkan oleh pertimbangan ekonomis.
17
Panggilan Panggilan Yang Berusaha menduduki
A
Y
gj
V1 = ∞
yang dilayani
V2 = N
Lalu lintas hilang
Gambar 2.3 Keadaan lalu Lintas Komunikasi
Besarnya GOS untuk sejumlah panggilan identik dengan probabilitas trafik yang ditolak. Di PT. TELKOM sendiri mempunyai GOS 1 % artinya, apabila ada 100 panggilan yang datang bersamaan maka hanya ada 1 panggilan yang diperkenankan di tolak atau dibuang dari sistem.
18
BAB III JARINGAN LOKAL AKSES RADIO dan SISTEM KOMUNIKASI RADIO CLUSTER A9800
3.1.
Wireless Local Loop (WLL)
Wireless Local Loop (WLL) adalah salah satu dari sistem telekomunikasi yang digunakan untuk menghubungkan terminal pelanggan dengan sentral telepon lokal dengan mengunakan media akses berupa gelombang radio. Sistem WLL bersifat transparan terhadap jaringan kabel, artinya sistem kerja dari WLL harus setara dengan pelanggan akses kabel dari sentral yang sama, baik pensinyalan, penomoran maupun pembebanan harus mengacu dan dilakukan di sentral lokal tersebut. Akses WLL tersedia karena beberapa hal, seperti : a. Menyediakan sambungan antar terminal pelanggan dengan sentral lokal dengan menggunakan teknologi radio secara total atau parsial. b. Digunakan untuk mempercepat ketersediaan jaringan lokal sehingga dapat mempercepat layanan terutama pada area yang kompetitif. c. Diaplikasikan untuk memberikan layanan pada suatu area secara tetap. d. Terdapat
sejumlah
kombinasi
penggantian
jaringan
kabel
dengan
menggunakan teknologi radio ditingkat feeder, distribusi maupun droop wire.
19
Struktur WLL pada umumnya terdiri dari : 1. a.
Network Station, yang didalamnya terdapat : Sentral Terminal/Controller.
b. Approach Link (saluran penghubung). c. Cell Station (CS). 2.
Subscriber Station, yang didalamnya terdapat :
a. Subscriber Unit (stasiun radio pelanggan). b. Power Supply.
SS SS APPROACH LINK
CS
SS
Dapat berupa : LE
CT/ controller
Radio (microwave), atau kabel Optik, atau kabel tembaga (pair Cable, coaxial cable). SS
CS
Keterangan : CT : Central Terminal CS : Cell Station SS : Subscriber Station LE : Local Exchange
Gambar 3.1 Konfigurasi WLL
20
SS
Kelebihan dan kekurangan WLL dibandingkan jaringan fisik : 1. Kelebihan : a. Tidak mudah disadap b. Mempunyai fleksibilitas tinggi c. Dapat menjangkau daerah oleh jaringan fisik (kabel) sehingga sangat cocok untuk daerah pedesaan (rural) atau terpencil (remote) d. Instalasi cepat 2. Kekurangan : a. Gangguan propagasi radio (loss, interferensi, fading, dll) b. Dimungkinkan terjadi bloking karena adanya konsentrasi saluran (jumlah pelanggan lebih besar dari jumlah saluran) c. Karena menggunakan teknik kompresi untuk layanan dan bit rate rendah (kondisi saat ini )
Aspek-aspek yang mempengaruhi penerapan WLL meliputi : 1. Aspek pelanggan (bisnis, perkantoran, perumahan, dll) 2. Aspek layanan (voice, data, video) 3.Aspek kualitas (availability, quality, security)
21
3.2.
Lingkungan Komunikasi Radio
Lingkungan komunikasi dari pemakai WLL dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu : 1.
Daerah Rural Merupakan daerah alam terbuka serta populasi penduduknya terbatas dan menyebar. Biasanya berbentuk pedesaan, lembah, sepanjang sungai, jalan, ditepi danau dan pantai. Kepadatan penduduk bervariasi antara 1 sampai 100 penduduk per-km2. Total
trafik perpelanggan sangat rendah hanya membutuhkan layanan
dasar telepon yaitu voice dan data dengan kecepatan rendah. 2. Daerah Sub urban Merupakan daerah pinggiran kota atau kota kecil dengan karakteristik trafik tinggi dan kepadatan penduduk sedang yaitu 100 – 3000 penduduk per-km2. Daerah ini memiliki rumah-rumah yang tidak terlalu padat dan banyak komplek perumahan baru. 3. Daerah urban Merupakan daerah perkotaan dimana terdapat pusat-pusat bisnis dan pemerintahan
dengan karakteristik trafik tinggi dan kepadatan pelanggan
tinggi mencapai 5500 penduduk per-km2 ditandai dengan banyaknya bangunan gedung tinggi.
22
3.2.1. Konsep Sistem Radio Selular Tetap
Pada sistem selular, setiap Base Station digunakan untuk mencakup daerah layanan yang dibagi-bagi menjadi beberapa sel dengan diameter kecil berkisar antara 2 – 10 km, bahkan untuk mikrosel radiusnya berkisar pada ratusan meter. Kanal frekuensi dapat digunakan kembali dalam sistem yang sama sehingga memperbesar layanan pelanggan. Perkembangan konsep radio selular bergerak ini diadopsikan untuk komunikasi tetap disuatu wilayah yang sukar dijangkau. Sistem ini disebut sistem telekomunikasi radio selular tetap. Bila dilihat dari peralatan yang digunakan, antara sistem selular tetap dengan sistem selular bergerak tidak terdapat perbedaan, hanya saja unit bergerak yang digunakan pada sistem selular bergerak diganti oleh unit yang terpasang tetap relatif terhadap stasiun induk pada sistem selular tetap
3.2.2. Konfigurasi Sistem Selular Tetap
Elemen-elemen yang mendukung setiap komunikasi selular tetap adalah : 1. Sentral Lokal (Local Exchange) Fungsi jaringan pada selular tetap dapat berbasis pada sentral yang sudah ada pada jaringan kabel.
23
2. RBS (Radio Base Station) Merupakan interface antara pelanggan dengan sentral terdiri dari tiga bagian utama : a. Controller Bagian yang berfungsi sebagai pengendali operasi yang ada dipengontrol stasiun dan Concentrator. b.
Concentrator Bagian yang mengupayakan efisiensi frekuensi akibat keterbatasan penggunaan daerah frekuensi. Dengan adanya konsentrator ini maka jumlah kanal radio yang digunakan tidak perlu sebesar jumlah kanal yang ada.
c. Transceiver (Tx/Rx) Merupakan perangkat yang berfungsi meneruskan informasi kanal suara dari sisi sentral ke sisi terminal pelanggan atau arah sebaliknya dengan menggunakan transmisi radio. Pada sisi ini terjadi proses modulasi yang akan menaikkan frekuensi suara ke frekuensi pancar dan sebaliknya akan terjadi proses demodulasi. 3. Perangkat Terminal Pelanggan Perangkat ini terdiri dari terminal pelanggan dan sisi radio yang berfungsi untuk proses modulasi dan demodulasi. Perangkat ini secara langsung digunakan oleh pelanggan dan terbagi menjadi dua bagian yaitu :
24
a. Terminal Individu (tunggal) Merupakan
terminal
yang
digunakan
oleh
unit
pelanggan
tunggal/individu yaitu pelanggan tunggal dalam suatu lokasi, seperti perumahan dan telepon umum. b. Terminal Kelompok (Clusture) Merupakan terminal yang digunakan oleh unit pelanggan kelompok, yaitu beragam pelanggan dalam sebuah lokasi perkantoran, pemerintahan, dan pertokoan.
Konfigurasi dari sistem selular tetap dapat digambarkan sebagai berikut :
Telephone
RBS 2Mbps LE
Concentrator & Controller
Tx/
Radio Subscriber Tunggal
Rx Telephone
Telephone
Telephone
Radio Subscriber Kelompok (Cluster)
Gambar 3.2 Konfigurasi Sistem Selular tetap
25
3.3.
Transmisi
Tujuan dari telekomunikasi pada umumnya untuk menyampaikan berita atau informasi dari pihak atau peralatan yang memanggil ke pihak atau peralatan yang dipanggil dengan baik. Dalam telekomunikasi, informasi diubah menjadi sinyal listrik dan ditransmisikan melalui suatu media, yang dinamakam sirkit transmisi. Untuk maksud tertentu digunakan jenis sirkit atau sistem trasmisi yang paling cocok.
3.3.1. Media Transmisi
Penyampaian informasi hanya dapat terlaksana bila ada semacam alat penyampai (media) antara sumber informasi dengan penerima informasi. Alat penyampai informasi seperti ini sering disebut dengan media penyalur atau media transmisi. Dalam sistem telekomunikasi dikenal dua macam media trasmisi yaitu : 1. Saluran fisik, yaitu semacam media trasmisi yang dapat diraba secara fisik, contohnya ; kabel koaksial dan serat optik. 2. Saluran Non fisik, yaitu media trasmisi yang terdiri dari gelombanggelombang
elektromagnetik (gelombang radio), tanpa mempergunakan
kawat (wireless), contohnya ; teresterial dan satelit.
26
3.4.
Antena
Hal yang memungkinkan suatu sinyal radio dapat dipancarkan adalah antena. Antena berfungsi sebagai alat untuk memancarkan dan menerima sinyal radio. Bentuk antena yang dipakai tergantung pada frekunsi yang digunakan, jarak yang ditempuh dan parameter-parameter lainnya. Secara garis besar antena dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu antena omnidirectional dan antena directional. Antena omnidirectional adalah antena yang dapat memancarkan gelombang radio ke segala arah sedangkan antena directional hanya memancarkan ke arah tertentu saja. Antena jenis omnidirectional biasa dipakai pada sistem komunikasi mikro point to multipoint. Untuk sistem komunikasi point to point biasanya cukup menggunakan antena directional saja.
3.5.
Gelombang Radio
Gelombang radio merupakan bentuk dari radiasi elektromagnetik. Energi dipancarkan oleh gelombang magnetik dan medan listrik. Dengan menggunakan sinyal listrik sebagai
sumber transmisi, gelombang magnetik dapat dipancarkan
melalui udara dengan kecepatan 300.000 km/detik. Gelombang radio dapat dihasilkan dalam suatu daerah frekuensi lebar. Gelombang radio dapat menjalar secara omnidirectional (segala arah) dan directional (satu arah).
27
Mengingat sifat-sifatnya gelombang radio dibagi dalam beberapa jenis, yaitu :
3.6.
1. Low Frekuensi (LF)
: 30 – 300 Khz
2. Medium Frekuensi (MF)
: 0,3 – 3 Mhz
3. High Frekuens (HF)
: 3 – 30 MHZ
4. Very High Frekuensi (VHF)
: 30 – 300 MHZ
5. Ultra High Frekuensi (UHF)
: 300 – 3000 MHZ
6. Super High Frekuensi (SHF)
: 3 – 30 GHz
Propagasi Line Of Sight
Pada propagasi ini gelombang menjalar dalam garis lurus, transmitter dan receiver berada dalam jarak pandang dan menggunakan daya pemancar yang relatif kecil dengan jarak link sekitar 10 – 100 km Propagasi line of sight menggunakan Ultra High Frekunsi (UHF) 1 Ghz atau lebih. Pada frekuensi ini gelombang elektromagnetik memiliki sifat pantulan gelombang cahaya, karena itu antara antena pemancar dan penerima tidak boleh terdapat halangan yang menutupi lintasan gelombang (tampak langsung).
28
Transmitt
Receiver
Gambar 3.3 Sistem Line Of Sight
3.7.
Teknik Modulasi
Secara garis besar terdapat tiga tipe dari arsitektur seluler berdasarkan perbedaan dalam teknik multiple access yaitu: 1.
Frequncy Division Multiple Access (FDMA).
2.
Time Division Multiple Access (TDMA).
3.
Code Division Multiple Access (CDMA).
3.7.1. Teknik FDMA
Pada teknik FDMA (Frequency Division Multiple Access) setiappengaksesan terminal dialokasikan pada spektrum frekuensi tertentu dalam satu kanal. Dalam satu sel atau satu sektor, frekuensi akses yang digunakan pesawat pelanggan yang satu f1 akan berbeda dengan frekuensi yang digunakan pesawat yang lain, misalnya f2. Jelasnya seperti gambar dibawah ini:
29
frekuensi
f4 f3
f2
f1
t (waktu)
Gambar 3.4 Metode Akses FDMA
Ciri-ciri utama sistem FDMA adalah, single channel per carrier, karena dalam satu carrier hanya dimuat satu sambungan kemudian transmisi yang kontinyu, baik yang dipancarkan oleh pesawat pelanggan maupun base station dan lebar bidang frakuensi yang sempit.
3.7.2. Teknik TDMA
Dalam sistem TDMA dalam suatu cell site, sepasang pemancar dan penerima dapat dimanfaatkan lebih dari satu pemakai yang bergantung pada jumlah time slot dalam satu frame. Dengan teknik TDMA setiap pemakai diberi kesempatan untuk melakukan akses selama satu time slot selama periode satu frame. Ciri utama sistem
30
TDMA adalah multiple channel per carrier, karena semua kanal TDMA dibuat untuk beberapa time slot dan transmisi dalam bentuk burst, tidak kontinyu tetapi dilakukan pada time slot yang telah ditentukan. frekuensi
1 time slot
BW
1 frame
waktu (t) Gambar 3.5 Metode Akses TDMA
3.7.3. Teknik CDMA
Pada teknik CDMA sinyal dari pesawat pelanggan hanya dapat dideteksi dan diketahui isinya olehpenerima. Dengan teknik CDMA pelanggan dapat melakukan akses secara simultan dan dengan bandwidth sama dengan seluruh bandwidth yang ada.
31
Pelanggan 1 F
Pelanggan 2 Pelanggan n
kode yang berbeda t
Gambar 3.6 MetodeAkses CDMA
3.8.
Diversity
Diversity atau penerimaan ganda sering digunakan untuk mengatasi fading, metode diversity terdiri dari beberapa macam. Dalam sistem microwave diversity yang biasa digunakan adalah diversity ruang dan diversity frekuensi. Untuk sebagian besar diversity diperlukan peralatan penerima rangkap. Keluarannya digabungkan untuk mendapatkan signal to noise ratio (S/N) yang memenuhi syarat kehandalan. Switcher atau combiner memilih atau menggabungkan S/N yang berbeda.
32
Seperti telah disebutkan diatas tipe diversity yang biasa digunakan dalam sistem microwave dalam mengatasi fading terdiri dari dua tipe yaitu diversity ruang dan diversity frekuensi; Diversity Ruang (Space Diversity), pada diversity ruang digunakan dua atau lebih antena penerima untuk menerima dari beberapa pemancar. Antena-antena ini biasanya dipasang terpisah secara vertical pada tower yang sama, untuk menampung lintasan langsung dari pemancar. Terhadap sinyal yang merambat secara vertical dalam jalur microwave, kemungkina terjadi fading secara simultan tidak besar, biasanya akan terdapat sinyal yang cukup kuat pada satu penerima. Untuk proteksi terhadap kemungkinan adanya kerusakan perangkat, diperlukan pula satu pemancar yang stand-by. Sistem diversity ruang ini hanya menggunakan satu jenis frekuensi. Diversity ruang juga dikenal sebagai diversity lintasan (path diversity). Diversity ini merupakan cara paling efektif
RX 1 RX 2
In TX
Gambar 3.7. Sistem Diversity Ruang
33
Combiner
untuk mengatasi fading yang disebabkan oleh hujan.
Out
Diversity
Frekuensi
(Frequency
Diversity),
merupakan
sistem
yang
menggunakan dua atau lebih frekuensi yang berbeda untuk mengirimkan informasi yang sama, sehingga kemungkinan gangguan fading tidak akan terjadi serentak pada frekuensi yang berbeda tersebut.. Untuk mengatasi fading, frekuensi yang dikirim harus mempunyai selisih perbedaan 3–5%. Tetapi dikarenakan keterbatasan daerah frekuensi, terutama dinegara-negara yang pemakaian frekuensinya tinggi, perbedaan frekuensi yang dikirim biasanya hanya 2% atau 3% saja. Penerimaan diversity ini memerlukan dua atau lebih pemancar, masing-masing pemancar beroperasi pada frekuensi yang berbeda, serta dua atau lebih penerima. Umumnya sistem ini menggunakan antena yang sama. Sistem yang banyak menggunakan peralatan seperti ini dianggap
dapat
memberikan
peningkatan
kehandalan
dalam
kualitas
penerimaan. Seperti diversity ruang sinyal yang cukup kuat akan terdapat pada
In
TX 1
RX 1
TX 2
RX 2
Gambar 3.8. Sistem Diversity Frekuensi
34
Combiner
salah satu penerima saja.
Out
3.9.
Sistem Komunikasi Radio Cluster A9800
3.9.1. Informasi Umum
Perangkat jaringan Lokal Akses Radio (jarlokar) yang digunakan oleh Kandatel Jakarta Utara adalah Alcatel type A9800. A9800 adalah sistem akses radio digital yang beroperasi sebagai jaringan distribusi point to multipoint. Sistem ini digunakan untuk memenuhi kualitas pelayanan telekomunikasi yang tinggi dari sebuah telepon exchange ke kelompok-kelompok pelanggan yang tersebar pada daerah rural, urban, dan sub urban. Untuk mencapai tujuan tersebut sistem ini perlu memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1.
Biaya operasi yang rendah
2.
Instalasi yang cepat dan mudah
3.
Tahan lama
4.
Pengoperasian yang mudah
5.
Tidak mahal
6.
Perluasan yang fleksibel untuk mengakomodasi pertumbuhan yang cepat
Sistem komunikasi radio A9800 merupakan digital radio microwave yang terdiri dari 2 macam sistem yaitu sistem Cluster dan sistem DECT. Yang akan dibahas pada bab ini adalah sistem komunikasi radio Cluster khususnya diwilayah STO Mangga Besar.
35
Tabel 3.1 Karakteristik Sistem A9800 No.
Karakteristik
Keterangan
1.
Frekuensi Band
1,5 Ghz/2.4 Ghz
2.
Kapasitas Transmisi
2.048 kbit/sec
3.
Jumlah Maximum Pelanggan Telepon
512/1024
4.
Jumlah Maximum (RST/RSN)
64
5.
Jumlah Maximum Pelanggan Telepon/
80 (outdoor)/160
Radio stasiun (RST/RSN)
(indoor RSTI)
6.
Jumlah Maximum RSN dalam satu seri
7.
Akses Teknik
8.
9.
8
Dari RSC ke Remote Station
TDM
Dari Remote Station ke RSC
TDMA
Type Instalasi XBS
Indoor
RSC
Outdoor
RST
Indoor/Outdoor
RSN
Outdoor
WBT
Outdoor
WNT
Indoor
Catu Daya XBS
DC – 48 V ( - 14 V – 58 V) DC – 60 V ( - 45 V – 75 V)
RSC/RST/RSN
DC + 12 V/ - 24/ -48 AC 115/230 V 50/60 Hz
OMS
AC 115/230 V 50/60 HZ
WBT
DC 28 V – 60 V
AC 90 ÷ 264 V / 4Z ÷ 63 Hz
WNT
36
3.10.
Arsitektur
Pada gambar 3.6 memperlihatkan sebuah konfigurasi dari sistem A9800. sistem ini memiliki komponen utama antara lain : 1. Exchange Base Station (XBS) Berfungsi untuk mengontrol seluruh sistem A9800 dan interface ke sentral lokal dari interface ke local exchange pada telepon menggunakan sistem 2 kabel. 2. Operation, Administrasion and Maintenance Station (OMS) Merupakan mesin interface utama dari sistem A9800. OMS digunakan untuk sistem konfigurasi, pengetesan, monitoring keadaan, menunjukkan alarm dan analisis. 3. Radio Station Central (RSC) Berfungsi sebagai Base Station point to multi point yang mentransmisikan sinyal ke RSN dan RST. Perangkat RSC ini dapat ditempatkan dilokasi dekat dengan sentral ideal atau dilokasi berjauhan, dengan menggunakan transmisi 2 Mbps. 4. Radio Station Nodal (RSN) RSN adalah station repeater point to multi point. RSN memiliki fasilitas drop line untuk hubungan kepelanggan baik melalui wireless atau dengan kabel.
37
5. Radio Station Terminal (RST) RST adalah merupakan station terminal yang menerima sinyal dari RSC dan kemudian meneruskan ke pelangan melalui radio atau langsung dengan kabel. 6. Wireless Base Transceiver (WBT) WBT adalah Base Station yang terhubung ke RST dan berfungsi mentransmisikan sinyal radio ke arah terminal pelanggan WNT. 7. Wireless Network Termination (WNT) WNT
adalah
perangkat
terminal
pelanggan
yang
berfungsi
mentransmisikan sinyal radio ke arah sentarl lokal melalui Base Station WBT. WBT
RF
RSC
d. 0.6M CABLE COAX
F. 1.8 GHZ WNT
RST 16
RF WBT
XBS F. 2.4 GHZ LE
OMS
RF
RF
RST 80
PELANGGAN DECT
WNT
PELANGGAN DECT
PELANGGAN CLUSTER
Gambar 3.9 Konfigurasi Sistem Alcatel A9800
38
3.11. Sistem Cluster
Sistem komunikasi Cluster merupakan salah satu sistem radio yang digunakan pada unit jarlokar di Kandatel Jakarta Utara. Sistem Cluster merupakan konfigurasi dari sistem A9800. Pada sistem ini gelombang radio yang berasal dari RSC dapat langsung dikirim ke RST tanpa melalui RSN. RSN hanya digunakan sebagai repeater atau untuk memperluas jangkauan. Gelombang radio yang ditransmisikan dari RSC ke RST merupakan pengganti dari fungsi kabel primer pada jaringan fisik. Saat ini Kandatel Jakarta Utara baru mengoperasikan Sistem Cluster pada 4 sentral telepon yaitu : STO Tanjung Priok, STO Sunter, STO Kota, dan STO Mangga Besar.
RST 80 512 SST
RST
320 SST
80 XBS
RSC
Telephone
RK RST 80 RST 80
Gambar 3.10 Konfigurasi Sistem Cluster A9800
39
Telephone
Telephone
3.12. Sistem Cluster Di STO Mangga Besar
Seperti yang dijelaskan pada point sebelumnya bahwa sistem Cluster A9800 yang ada diwilayah Kandatel Jakarta Utara diterapkan pada 4 STO. Salah satunya adalah STO Mangga Besar.
Kabel Coaxial RST – 80 XBS
BSC/
512 SST
RSC
RST – 80 RST – 80
Base Station Control/
Radio Station Terminal
Radio staion Control (di ruang WLL Lt. III – STO MBS)
MDF
MDF – MBS
ITC Pasar Pagi Mangga Dua
Gambar 3.11 Konfigurasi Sistem WLL Cluster Lokasi Pasar Pagi Mangga Dua Catuan STO Mangga Besar
40
3.13. Main Distribution Frame (MDF)
Main Distribution Frame (MDF) merupakan penghubung antara kabel primer dengan perangkat sentral (equipment number) dan sebagai pembatas antara perangkat switching (sentral) dengan jaringan pelanggan. Main Distribution Frame berupa kerangka besi untuk menempatkan blok-blok terminal vertikal dan horizontal. 1. Blok Terminal Vertikal Pada Main Distribution Frame (MDF) disisi sentral 2. Tempat terminal kabel primer Pada Main Distribution Frame (MDF) disisi sentral 3. Tempat di determinasikannya kabel dari sentral.
3.14. Exchange Base Station (XBS)
XBS bertugas untuk megkonsentrasikan sistem pelanggan (512 atau 1024) disisi public exchange yang terbagi kedalam 60 saluran radio. XBS merupakan station indoor yang berada pada sisi sentral. XBS memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut : a. Interface dengan public exchange b. Mengkonsentrasikan saluran RSC dengan local exchange dan sebaliknya c. Mengontrol dan mengatur sistem d. Mengoperasikan dan memelihara sistem
41
3.15.
Radio Station Central (RSC)
Komunikasi RSC ke RST atau sebaliknya melalui radio dan melalui hubungan 2048 Kbit/sec untuk ke XBS tidak meyediakan sambungan telepon langsung ke pelanggan. RSC memiliki fungsi sebagai berikut : a. Formasi dan pemrosesan frame . b. Penghubung dengan XBS.
3.16.
Radio Station Terminal (RST)
RST bertugas mengkonsentrasiakn pelanggan (diatas 80) ke dalam 60 saluran radio. Dibawah pengawasan XBS, RST menyediakan dan mengawasi komunikasi lokal. Fungsi RST antara lain : a.
Interface saluran pelanggan.
b.
Pengkonsentrasian/pelebaran di antara pelanggan saluran.
c.
Sistem operasi dan pemeliharaan lokal dibawah kontrol XBS.
d.
Konfigurasi untuk kecepatan data sedang atau rendah.
RST merupakan station terminal yang menerima sinyal TDM dari RSC dan kemudian meneruskan ke pelanggan melalui kabel. Pada sistem Cluster dari RST kepelanggan menggunakan kabel copper (tembaga) dengan type RG 123 Balden USA.
42
3.17.
Rumah Kabel (RK)
Rumah kabel merupakan bagian penting dalam jaringan telekomunikasi. Rumah kabel adalah interface antara Radio Station Terminal dengan pelanggan. Adapun fungsi dari rumah kabel adalah sebagai berikut : 1. Tempat membagi kabel besar (primer) menjadi beberapa kabel kecil (sekunder). 2. Titik sambung antara kabel dari RST dan DP. 3. Fleksibilitas saluran. 4. Tempat pengetesan saat melokalisir gangguan. 5. Tempat penghubung ke ground. Kapasitas suatu RK bermacam-macam, bergantung dari kemungkinan calon pelanggan yang akan dicatunya. Kapasitas RK yang paling kecil 800 pair dan paling besar 2400 pair. RK terbuat dari bahan besi atau glass fiber yang tidak memerlukan tempat yang luas. Pada komunikasi radio cluster kabel
yang berasal dari RST dicatukan
langsung ke rumah kabel pada jaringan fisik, sehingga penempatan RST tergantung pada letak RK terdekat. Jarak RST dengan RK kurang lebih 5 – 10 kabel, selanjutnya distribusikan ke distribution point.
43
3.18.
Distribution Point (DP)
Distribution Point merupakan terminal kabel tempat penyambungan kabel sekunder dengan saluran penanggal. Fungsi dari distribution point adalah : 1. Merupakan pembagian dari distribusi kabel sekunder ke pelanggan. 2.
Tempat pengetesan untuk melokalisir gangguan.
3.
Tempat mutasi jaringan yang menuju rumah pelanggan.
Pemasangan distribution point dapat ditempatkan pada tiang, dinding ataupun dibawah tanah. Distribution point pada tiang memiliki kapasitas 10 sampai 400 pair, sedangkan distribution point bawah tanah tidak dipergunakan lagi oleh PT. Telkom sejak tahun 1987.
44
BAB IV ANALISIS TRAFIK PADA SISTEM KOMUNIKASI RADIO CLUSTER A9800 DI KANDATEL JAKARTA UTARA
Kebutuhan masyarakat akan sambungan telepon dengan cepat dan berkualitas semakin meningkat, sehingga untuk mendapatkan Satuan Sambungan Telepon (SST) secara otomatis akan menyebabkan meningkatnya akan kebutuhan trafik. Kebutuhan trafik yang meningkat ini akan mempengaruhi kualitas pada sistem komunikasi radio cluster A9800 dalam hal tingkat keberhasilan panggilan. Penggunaan teknologi A9800 untuk jarlokar di Jakarta Utara hanya bersifat sementara (temporer), yaitu sampai jaringan fiber optik telah siap secara keseluruhan. Walaupun demikian sistem A9800yang diimplementasikan di Jakarta Utara telah dirancang untuk dapat memberikan pelayanan jasa telekomunikasi secara optimal. Dalam pembahasan analisis trafik pada sistem komunikasi Radio Cluster A9800, maka didapat perhitungan sebagai berikut : a. Trafik per panggilan Trafik per panggilan rata-rata pelanggan selama satu bulan dan pengamatan diambil satu jam pada hari tersibuk. b. Trafik per pelanggan Trafik per pelanggan di analisis untuk mengetahui kualitas jaringan di STO Mangga Besar.
45
c. Jumlah pelanggan per sistem Jumlah pelanggan per sistem untuk mengetahui kapasitas pelanggan yang dapat dilayani dalam satu sistem di STO Mangga Besar. Data-data yang perlu diketahui untuk menganalisa trafik pada sistem komunikasi radio cluster A9800 adalah sebagai berikut : a. Statistic Call b. Nama daerah (STO) DAN Jumlah pelanggan c. Kapasitas trafik pada sistem komunikasi radio cluster A9800
4.1.
Data Statistic Call
Statistic Call untuk mengetahui perubahan kegiatan pelanggan selama satu bulan dan pengamatan diambil satu jam pada hari tersibuk, dapat dilihat pada tabel :
Tabel 4.1 Satu Jam Pada Hari Tersibuk Bulan September 2004 No Minggu
Hari
Tanggal
Jam
Call
Total Call
Hour
Time Minute
1
I
Senin
06-09-2004
1200 – 1300
434
628
2
II
Senin
13-09-2004
0900 – 1000
479
516
3
III
Senin
20-09-2004
0900 - 1000
491
564
4
IV
Senin
27-09-2004
0900 – 1000
487
520
1891
2228
Jumlah Total
46
4.2.
Data Sistem Komunikasi A9800 Di Jakarta Utara
Di Jakarta Utara telah terpasang sistem A9800 yang tersebar di STO Mangga Besar dengan 226 pelanggan. Adapun target pemasangan satuan sambungan telepon (SST) adalah sesuai dengan perencanaan kapasitas kanal jual maksimum/kapasitas kanal operasional maksimum (KKJM/KKOM) seperti yang tertera di tabel 4.2, yaitu sebesar 232. Perincian mengenai daerah catuan langsung/rumah kabel (DCL/RK) dan jumlah pelanggan untuk STO Mangga Besar adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2. Potensi Kanal Jaringan Akses Radio Pada Bulan September 2004 Nama No
KKJM/KKOM DCL / RK
1
Mangga Besar
(SST)
Pelanggan
Cluster CRA
Jumlah
4.3.
Jumlah
Kapasitas
Nama STO
240
232
226
240
232
226
Kapasitas Trafik Pada Sistem Komunikasi Radio Cluster A9800
Kapasitas trafik yang ditawarkan (offered traffic) dalam Erlang (E) pada sistem komunikasi radio cluster A9800 terdapat pada tabel 4.1.
47
Tabel 4.3. Karakteristik Sistem Komunikasi Radio Cluster A9800
1. Frekuensi band
1.5 GHz / 2.4 GHz
2. Kapasitas Kanal
2.048 Mbit / sec
3. Jumlah maximum Pelanggan Telepon
512 / 1024
4. Jumlah maximum (RST / RSN)
64
5. Jumlah Maximum Pelanggan Telapon/radio stasiun
* 80 (outdoor)
(RST / RSN)
* 160 (indoor)
6. trafik Channels
3064 Kbps PCM
7. Akses teknik Dari RSC ke Remote Station
# TDM
Dari Remote Station ke RSC
# TDMA
8. Kapasitas Trafik
47 Erl
4.4.
Analisa Trafik A9800
Dari data lampiran A, pengukuran statistic call pada OMS yang dilakukan selama bulan September 2004 terhadap sistem CRA dapat dihitung rata-rata pada jam sibuk dengan persamaan (2-1), sebagai berikut Trafik
dimana
=
∑
Q
∑ (call hour ) × t (menit ) 60 =
Total call time min ute call hour
48
Perhitungan jumlah rata-rata call hour ( ∑Q ) dan jumlah rata-rata total call time minute ( ∑t ) pada bulan September 2004 dapat dilihat dibawah ini :
∑
Q
∑
t
=
Q1 + Q2 + Q3 + Q4 4
=
434 + 479 + 491 + 487 = 473 Panggilan 4
=
t1 + t2 + t3 + t4 4 =
628 + 516 + 564 + 520 = 557 menit 4
Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat dibuat tabel 4.4
Tabel 4.4. Rata-rata jam Sibuk Bulan September 2004 No Minggu
Hari
Tanggal
Jam
Call
Total Call
Hour
Time Minute
1
I
Senin
06-09-2004
1200 – 1300
434
628
2
II
Senin
13-09-2004
0900 – 1000
479
516
3
III
Senin
20-09-2004
0900 - 1000
491
564
4
IV
Senin
27-09-2004
0900 – 1000
487
520
Jumlah Total
1891
2228
Jumlah Rata-rata
473
557
49
Cara perhitungan rata-rata trafik pada jam sibuk sebagai berikut :
t=
=
Rata − rata Total call time min ute Rata − rata Call Hour 557 = 1,2 menit 473
Trafik panggilan rata-rata pelanggan yang menduduki kanal pembicaraan selama 1,2 menit dalam 1 jam, adalah :
Trafik per Panggilan (A1) =
=
∑ (CallHour ) × t (menit ) 60 1891 × 1,2 = 37,82 Erlang 60
Dimana A1 adalah trafik panggilan rata-rata pelanggan pada satu jam .
Dari hasil perhitungan trafik panggilan rata-rata pelanggan selama satu bulan dan pengamatan diambil satu jam pada hari tersibuk yaitu sebesar 37,82 Erlang dengan kapasitas terisi pada jam sibuk sebanyak 226 sst, pada bulan September 2004. Maka diperoleh trafik per pelanggan :
Trafik per pelanggan =
37,82 Erl = 0,167 Erlang = 167 mE 226
50
Kondisi saat ini DCL/RK untuk melayani pelanggan STO Mangga Besar mempunyai sistem CRA yang daerah cakupannya berkelompok (cluster), sehingga mempengaruhi trafik yang ditawarkan oleh sistem CRA adalah 47 Erlang, maka dengan trafik per pelanggan sebesar 167 mE. Sehingga kapasitas pelanggan yang daoat dilayani dalam satu sistem RST adalah :
Jumlah pelanggan per sistem =
4.5.
47 Erlang = 281 sst 0,167
Evaluasi Analisis Trafik A9800
Dari perhitungan diatas dapat dilihat bahwa STO Mangga Besar tersebut yang menggunakan sistem Cluster A9800 dengan asumsi Grade Of Service(GOS) 1% dan batasan trafik per pelanggan di Kandatel Telkom Jakarta Utara adalah 125-150 mE pada saat ini, dan trafik yang ditawarkan (offered traffic) sistem adalah 47 Erlang, maka diperoleh trafik rata-rata selama satu bulan dan pengamatan diambil satu jam pada hari tersibuk yaitu sebesar 37,82 Erl dan trafik per pelanggan sebesar 167 mE sesuai perhitungan diatas, sehingga jumlah kapasitas pelanggan maksimum dalam satu sistemdidapat 281 pelanggan. Dengan kapasitas jual maksimum sebesar 240 sst per sistem, maka dapat disimpulkan bahwa kapasitas jual maksimum per sistem tidak dapat dipenuhi. Sedangkan trafik per pelanggan yang diharapkan sesuai dengan kebutuhan pelanggan
51
di Jakarta Utara tercapai, tetapi melebihi batasan trafik per pelanggan di Kandatel Telkom Jakarta Utara. Jumlah maksimum pelanggan per sistem untuk pelanggan perkantoran adalah sebagai berikut : Jumlah pelanggan per sistem =
47 Erl ≈ 313 Pelanggan 150 mE
Sehingga sistem di STO Mangga Besar masih dapat memungkinkan tambahan jumlah pelanggan dan memaksimalkan sistem yang ada, maka kebutuhan trafik per pelanggan untuk perkantoran dapat maksimal. Berdasarkan hasil analisis diatas dapat diketahui trafik per pelanggan yang cukup besar yaitu 167 mE, sedangkan standar trafik per pelanggan di Kandatel Jakarta Utara adalah 125-150 mE pada saat ini, maka kualitas pelayanan sistem cluster A9800 di STO Mangga Besar sesuai dengan yang diharapkan.
52
BAB V KESIMPULAN
Berdasarkan data dan analisis trafik pada sistem komunikasi radio clusterA9800 di STO Mangga Besar di Jakarta Utara, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Dari hasil pengamatan Statistic Call panggilan pelanggan pada bulan September 2004, satu jam pada hari tersibuk. Dimana hari tersibuk didapat pada hari senin yang merupakan panggilan terbesar, dan rata-rata kesibukan terjadi pada jam 0900-1000. 2. Trafik rata-rata pada bulan September 2004 pada jam sibuk sebesar 37,82 Erl, untuk jumlah pelanggan 226 sst, maka diperoleh trafik per pelanggan 167 mE lebih besar dari 150 mE (standart peralatan A9800 dengan gos 1 %) sehingga kualitas jaringannya bagus. 3. Dilihat dari trafik yang ditawarkan oleh satu sistem RST adalah 47 Erl, dengan kapasitas pelanggan yang dapat dilayani sebanyak 281 sst. Maka jumlah pelanggan yang sudah terpasang 226 sst, belum melebihi batas maksimum dari kapasitas. 4. STO Mangga Besar masih dapat melayani pelanggan baru sejumlah 313 sst,ini di lihat dari trafik yang ditawarkan oleh sistem dan trafik per pelanggan standar PT. Telkom Jakarta Utara.
53