ANALISIS KINERJA MODULASI RADIO MICROWAVE PADA AUTOMATIC MODULATION RADIO Andi Hasad, M. Amin Bakri, Firman L. Hakim Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Islam “45” (UNISMA) Jl. Cut Meutia No. 83 Bekasi, Indonesia Telp. 021-88344436, 021-8802015 Ext.124 Email :
[email protected],
[email protected],
[email protected]
ABSTRACT The purpose of this research was to determine the performance characteristics through modulation 16QAM modulation and 32QAM based on the range and bandwidth capacity. This research provides benefits to users microwave radio systemsandwill discussabout themodulation16 QAMand 32QAMin automaticmodulation radioforreceivepower levels, transmit powerand large of bandwidth. Analysis oftheliteraturewill be doneby displayingrelatedmaterialsthat have beendone by theprevious academic, as well asthetesting andfield observationstoobtainrealdatafrom the linkusing16QAMand32QAMmodulation. Keywords: microwaveradio, modulation,16QAM, 32QAM, bandwidth, receive power level, transmit power
1. PENDAHULUAN Microwave secara umum digambarkan sebagai gelombang dengan frekuensi antara 500 MHz sampai 300 GHz (Abdalla, 2003).Radio microwave mampu mengirimkan informasi tanpa menggunakan kabel, karena medianya udara. Dalam sistem gelombang mikro, perambatan gelombangnya adalah dalam ragam satu garis pandang atau LOS (Line Of Sight), antara antena pemancar dan penerima harus berada dalam garis pandang tanpa penghalang antara satu dengan yang lain (Purbawanto, 2011). Beberapa faktor yang berperan dalam menentukan kemungkinan kesalahan adalah tipe modulasi, laju data, tipe propagasi, jarak antara pengirim dan penerima, daya, transmisi, derau dan frekuensi (Suharno, 2011). Seringkali masalah yang timbul pada propagasi sinyal gelombang radio bisa diatasi radio microwave dengan merubah tipe modulasi. Seperti pada sistem automatic modulation radio (AMR) yang memungkinkan radio microwave merubah modulasi secara otomatis bila menghadapi permasalahan pada propagasi gelombang radio untuk menjaga kinerjanya. Dengan perbandingan receive level melaluilink budgetserta bentuk konstelasi modulasi untuk perbandingan bandwidth, maka diharapkan penentuan modulasi dapat berdasarkan atas kapasitas atau jangkauan sesuai dengan kebutuhanradio microwave. Penelitian ini bertujuan mengetahuikinerja modulasi melalui karakteristik modulasi 16QAM dan 32QAM berdasarkan jangkauan dan kapasitas bandwidth. Penelitian ini memberikan manfaat bagi pengguna sistem radio microwave dalam menghadapi gangguan pada propagasi sinyal gelombang radio.
47
JREC Journal of Electrical and Electronics
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radio Microwave Secara sederhana media radio terdiri dari perangkat yang disebut pemancar (transmitter) dan pesawat penerima (receiver). Pesawat pemancar berfungsi untuk mengirim informasi (suara, gambar, tanda, isyarat dan sebagainya).Informasi ini terlebih dulu diubah ke dalam sinyal listrik (frekuensi radio), kemudian dipancarkan oleh pesawat pemancar melalui antenna.Ditempat penerimaan, gelombang-gelombang radio yang bermuatan informasi ini di demodulasi, sehingga getaran listrik itu dirubah ke dalam bentuk informasi semula yang dapat didengar dan dimengerti.
Gambar 1Sistem Radio Microwave Menurut penelitian Abdalla (2003) menyebutkan bahwa kelebihan sistem radio microwave antara lain : Frekuensi kerja tinggi berarti sistem radio microwave dapat membawa seju mlah besar informasi. Frekuensi tinggi berarti panjang gelombang pendek, maka besar antena relatif kecil. Waktu delay yang min imu m. Crosstalk kanal suara yang minimu m.
Sistem transmisi gelombang mikro pada umumnya bekerja pada frekuensi 300 MHz - 30 GHz yang mempunyai panjang gelombang dalam ruang bebas antara 10mm - 1m. Sinyal gelombang mikro dipancarkan melalui lintasan lurus dari satu titik ke titik yang lain, dikenal dengan istilah lintasan garis pandang atau LOS (line of sight) yang bersifat langsung atau direct signal path (Sudarmilah, 2002).
Tabel 1 Spektrum Frekuensi
47
JREC Journal of Electrical and Electronics
Panjang Gel ombang
Band Frekuensi
Nama Gelombang
100 km – 10 km
3 kHz – 30 kHz
Very Low Frequency
10 km – 1 km
30 kHz – 300 kHz
Low Frequency
1 km – 100 m
300 kHz – 3 MHz
Medium Frequency
100 m – 10 m
3 MHz – 30 M Hz
High Frequency
10 m – 1 m
30 MHz – 300 MHz
Very High Frequency
1 m – 100 mm
300 M Hz – 3 GHz
Ultra High Frequency
100 mm – 10 mm
3 GHz – 30 GHz
Super High Frequency
10 mm – 1 mm
30 Gh z – 300 Gh z
ExtremelyHigh Frequency
2.3 Modulasi Digital Menurut Meiwindra (2010) ada berbagai jenis teknik modulasi digital yang digunakan untuk mengirimkan data.Namun, yang sering digunakan adalah PSK (Phase Shift Keying) dan QAM (Quadrature Amplitude Modulation).Dengan modulasi digital, informasi yang dikirimkan umumnya berbentuk data digital yang dapat dinyatakan dalam deretan angka 1 dan 0.
Gambar 2 Modulasi Digital Jenis-jenis modulasi dig ital yang u mu m dipakai menurut Langton (2005) adalah : ASK (Amplitude Shift Keying), pengiriman sinyal berdasarkan pergeseran amplitudo, merupakan suatu metoda modulasi dengan mengubah amplitudo dan digunakan suatu jumlah terbatas amp litudo.
47
JREC Journal of Electrical and Electronics
Gambar3Modulasi ASK
FSK (Frequency Shift Keying), pengiriman sinyal berdasarkan pergeseran frekuensi, merupakan suatu metoda modulasi dengan menggeser frekuensi output gelombang pembawa dan digunakan suatu jumlah terbatas frekuensi
Gambar4 Modulasi FSK
PSK (Phase Shift Keying), pengiriman sinyal berdasarkan pergeseran fasa, merupakan suatu metoda modulasi dengan menggeser fasa gelombang pembawa dan digunakan suatu jumlah terbatas fasa
Gambar5 Modulasi PSK 2.4 PSK Dalam BPSK (Binary Phase Shift Keying), dua keluaran fasa yang mungkin akan keluar dan membawa informasi („binary‟ dimaksudkan disini „2‟). Sesuai dengan perubahan
47
JREC Journal of Electrical and Electronics
keadaan sinyal masukan digital, fase pada keluaran carrier bergeser diantara dua sudut yang keduanya terpisah 180 (Meiwindra , 2010).
Gambar 6 Konstelasi BPSK
Gambar 7 Ilustrasi BPSK Dalam QPSK (Quadrature Phase Shift Keying) ada empat fasa keluaran yang berbeda. Karena masukan digital ke modulator QPSK adalah sinyal biner (dasar 2), maka untuk menghasilkan empat kondisi masukan yang berbeda harus dipakai bit masukan lebih dari satu bit tunggal. Dengan menggunakan 2 bit yang berbeda 90, ada empat kondisi yang mungkin yaitu 00, 01, 10 dan 11.
Gambar 8 . Konstelasi QPSK Tabel 2 Perubahan fasa QPSK
47
Bit Value
Phase Shift
00
0
01
90
10
180
11
270
JREC Journal of Electrical and Electronics
Gambar 9 . Ilustrasi QPSK
2.5 QAM Quadrature amplitude modulation (QAM) merupakan bentuk modulasi digital dimana informasi digital terdiri dari amplitudo danphasesinyal carrier (Aditya, 2012).
Gambar 10. Ilustrasi amplitudo dan fasa pada konstelasi Pada modulasi QAM, titik-titik konstelasi (constellation points) dibuat dalam bentuk kotak dengan jarak vertikal dan horizontal yang sama (Meiwendra , 2010). Modulasi 16-QAM terdapat terdapat 4 titik simbol pada masing-masing kudran. Karena 16 = 24 , maka 4 bit/simbol dapat dikirimkan persatuan waktu. Modulasi 16QAM merupakan modulasi yang menggunakan inputan 4 bit (Quad Bit) dengan 16 kondisi logika.
47
JREC Journal of Electrical and Electronics
Gambar 11. Konstelasi 16QAM
Gambar 12. Sudut fasa 16QAM Tabel 3 .QAM dengan 3 amplitudo dan 12 fasa
47
Bit Value
Amplitude Phase Shift
0000
1
45
0001
1
135
0010
1
225
0011
1
315
0100
2
22.5
0101
2
67.5
0110
2
112.5
0111
2
157.5
1000
2
202.5
1001
2
247.5
1010
2
292.5
JREC Journal of Electrical and Electronics
1011
2
337.5
1100
3
45
1101
3
135
1110
3
225
1111
3
315
Gambar 13. Kombinasi konstelasi 16QAM Pergeseran amplitudo dan fasa pada 16QAM tergantung pada kombinasi pemodelannya, kecuali jika konstelasi terbatas pada satu lintasan amplitudo maka disebut 16PSK.
Gambar 14. Konstelasi 16PSK Pada 32QAM tidak jauh berbeda dengan 16QAM, terdapat 8 titik simbol pada masing-masing kudran. Karena 32 = 25 , maka 5 bit/simbol dapat dikirimkan persatuan waktu. Modulasi 32QAM merupakan modulasi yang menggunakan inputan 5 bit (Penta Bit) dengan 32 kondisi logika.
47
JREC Journal of Electrical and Electronics
Gambar 15. Konstelasi 32QAM
Gambar 16. Sudut fasa 32QAM Tabel.4 . QAM dengan 5 amplitudo dan 28 fasa
47
Bit Value
Amplitude
Phase Shift
00000
1
45
00001
1
135
00010
1
225
00011
1
315
00100
2
22.5
00101
2
67.5
00110
2
112.5
00111
2
157.5
01000
2
202.5
01001
2
247.5
01010
2
292.5
01011
2
337.5
JREC Journal of Electrical and Electronics
01100
3
45
01101
3
135
01110
3
225
01111
3
315
10000
4
11.25
10001
4
78.75
10010
4
101.25
10011
4
168.75
10100
4
191.25
10101
4
258.75
10110
4
281.25
10111
4
348.75
11000
5
33.75
11001
5
56.25
11010
5
123.75
11011
5
146.25
11100
5
213.75
11101
5
236.25
11110
5
303.75
11111
5
326.25
Bentuk sistem modulator dan demodulator pada QAM dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 17 . Modulator QAM
47
JREC Journal of Electrical and Electronics
Gambar 18. Demodulator QAM 3.METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif.Dengan tahapan penelitiansebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5.
metodeeksperimental pendekatan
Pengumpulan data spesifikasi radio microwave Merubah modulasi radio microwave Pengumpulan data receive leveluntuk penghitungan link budget Pengumpulan data konstelasi untuk penghitungan bandwidth Analisis pengaruh perubahan modulasiradio microwave
Gambar 19. Diagram alir tahapan penelitian 4.ANALISA dan PEMBAHASAN Setelah data terkumpul, penelitian ini menggunakan teknik analisis data inferensial dimana data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.Kesimpulan yang diberlakukan untuk populasi berdasarkan data sampel yang kebenaran yang bersifat probabilitas, sehingga diketahui peluang kesalahan yang terjadi (Sugiyono, 2012).
47
JREC Journal of Electrical and Electronics
4.1 Spesifikasi Sistem Pada penelitian ini sistem radio microwave yang akan digunakan yaitu :
Sistem radio microwave PTP NEC Pasolink Neo site Bambu Duri – site Karawang City Frekuensi kerja pada 15 GHz Diameter antena 0.6 meter jenis Andrew VHP2-142, pada ket inggian : a. Site Bambu Duri 40 m b. Site Karawang City 45 m Jarak antar site 3.25 Km Saluran transmisi kabel coaxial jenis 8D-FB
Tabel 5 . Spesifikasi transmit power berdasarkan modulasi NEC Pasolink Neo Modulation Mode
16QAM
32QAM
Tolerance
Frequency (GHz)
15
Output Power M ax (dBm)
+22.5
Output Power M in (dBm)
-1.5
Additional attenuator (dB)
NA
Output Power M ax (dBm)
+21
Output Power M in (dBm)
-2
Additional attenuator (dB)
0 to 5
(dB)
±3
Tabel 6 . Spesifikasi kapasitas berdasarkan modulasi NEC Pasolink Neo Capacity (E1/Mbps)
40E1/80M bps
48E1/100M bps
Modulation S cheme
Channel Separation (M hz)
16QAM
27.5
32QAM
27.5
4.2.Analisis Sistem Hasil Pengamatan Tabel 7. Pengamatan radio microwave Awal Pengamata n 0:00 1:00 2:00 3:00
47
Akhir Pengamatan
Tx Level
1:00 2:00 3:00 4:00
21.0 21.0 21.0 21.0
JREC Journal of Electrical and Electronics
Rx Lev Rx Lev Karawang Bambu Duri City -38.7 -38.3 -38.6 -38.1 -38.6 -38.2 -38.6 -38.2
4:00 5:00 6:00 7:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00 18:00 19:00 20:00 21:00 22:00 23:00
5:00 6:00 7:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00 18:00 19:00 20:00 21:00 22:00 23:00 0:00
21.0 21.0 21.0 21.0 21.0 21.0 21.0 21.0 21.8 22.6 22.6 22.6 22.6 22.6 22.6 22.6 22.6 22.6 22.6 22.6
-38.6 -38.6 -38.8 -39.0 -39.1 -39.1 -39.2 -39.6 -53.8 -37.7 -37.7 -37.7 -37.6 -37.7 -37.6 -37.5 -37.5 -37.4 -37.6 -37.7
Gambar 20 . Grafik site Bambu Duri
Gambar 21 . Grafik site Karawang City
47
JREC Journal of Electrical and Electronics
-38.1 -37.9 -38.1 -38.2 -38.4 -38.3 -38.3 -38.5 -53.4 -37.4 -37.3 -37.3 -37.1 -37.0 -36.9 -36.8 -36.8 -36.7 -36.7 -36.7
Dari tabel 7 maka didapatkan rata-rata receive level untuk masing-masing modulasi, yaitu :
Receive level 32QAM Site Bambu Duri
Site Karawang City
Maka receive level32QAM rata-rata = (-38.8+(-38.2))/2 = -38.5 dBm Receive level 16QAM Site Bambu Duri
Site Karawang City
Maka receive level 16QAM rata-rata = (-37.6+(-37.0))/ 2 = -37.3 d Bm
4.3 Link Budget Modulasi32QAM Dari hasil receive level 32QAM rata-rata, melalui link budget didapatkan nilai transmit power 32QAM, sebagai berikut : 1.
IRL
Dengan uraian sebagai berikut : RSL adalah receive level 32QAM rata-rata sebesar -38.5 dBm GR x adalah gain antena receiver produk antenna Andrew jenis VHP2-142 memiliki gain sebesar 36.3 dB. LfRx adalah loss feeder pada sisi receiver sebesar 2.6 d B untuk kabel coaxial jenis 8D-FB. Pan jang kabel pada u mu mnya dilebihkan untuk mengikuti jalur kabel. Berikut perhitungannya :
LfTx = .L LfTx = 0.052 dB/m x 50 m = 2.6 dB Maka IRL dapat dihitung sebesar : RSL = IRL + GRx – LfRx -38.5 = IRL + 36.3 – 2.6 IRL = -72.2 dBm 2.
FSL Lfs = 32.5 + 20logf + 20logd Lfs = 32.5 + 20log(15000) + 20log(3.25) Lfs = 32.5 + 83.4 + 10.2 Lfs = 126.1 d B
47
JREC Journal of Electrical and Electronics
3.
EIRP IRL = EIRP - Lfs -72.2 = EIRP – 126.1 EIRP = 53.9 dBm
4.
PTx
Dengan uraian sebagai berikut :
EIRP sebesar 53.9 dBm GTx adalah gain antena transmitter produk antenna Andrew jenis VHP2-142 memiliki gain sebesar 36.3 dB. LfTx adalah loss feeder pada sisi transmitter sebesar 2.34 dB untuk kabel coaxial jenis 8D-FB. Panjang kabel pada umu mnya dileb ihkan untuk mengikuti jalur kabel. Berikut perhitungannya :
LfTx = .L LfTx = 0.052 dB/m x 45 m = 2.34 dB Maka P Tx dapat dihitung sebesar : EIRP = P Tx + GTx – LfTx 53.9 = P Tx + 36.3 – 2.34 P Tx = 19.9 dBm
4.4 Modulasi 16QAM Dari hasil receive level 16QAM rata-rata, melalui link budget didapatkan nilai transmit power 16QAM, sebagai berikut : 1. IRL
Dengan uraian sebagai berikut :
RSL adalah receive level 32QAM rata-rata sebesar -37.3 dBm GR x adalah gain antena receiver produk antenna Andrew jenis VHP2-142 memiliki gain sebesar 36.3 d B. LfRx adalah loss feeder pada sisi receiver sebesar 2.6 dB untuk kabel coaxial jenis 8D-FB. Panjang kabel pada umu mnya dileb ihkan untuk mengikuti jalur kabel. Berikut perhitungannya :
LfTx = .L LfTx = 0.052 dB/m x 50 m = 2.6 dB Maka IRL dapat dihitung sebesar : RSL = IRL + GRx – LfRx -37.3 = IRL + 36.3 – 2.6 IRL = -71 dBm
47
JREC Journal of Electrical and Electronics
2.
3.
4.
FSL Lfs = 32.5 + 20logf + 20logd Lfs = 32.5 + 20log(15000) + 20log(3.25) Lfs = 32.5 + 83.4 + 10.2 Lfs = 126.1 d B EIRP IRL = EIRP - Lfs -71 = EIRP – 126.1 EIRP = 55.1 dBm PTx
Dengan uraian sebagai berikut : EIRP sebesar 55.1 dBm GTx adalah gain antena transmitter produk antenna Andrew jenis VHP2-142 memiliki gain sebesar 36.3 d B. LfTx adalah loss feeder pada sisi transmitter sebesar 2.34 dB untuk kabel coaxial jenis 8D-FB. Pan jang kabel pada umu mnya dileb ihkan untuk mengikuti jalur kabel. Berikut perhitungannya :
LfTx = .L LfTx = 0.052 dB/m x 45 m = 2.34 dB Maka P Tx dapat dihitung sebesar : EIRP = P Tx + GTx – LfTx 55.1 = P Tx + 36.3 – 2.34 P Tx = 21.14 dBm Berdasarkan P Tx kedua modulasi berbeda sekitar 15.1 dBm, maka perbedaan jangkauan antara kedua modulasi jika diberikan nilai RSL 32QAM (-38.5 dBm), yaitu : Lfs = P Tx – LfTx + GTx + GR x – LfRx – RSL Lfs = 15.1dBm – 2.34dB + 36.3dB + 36.3dB – 2.6dB – (-38.5dBm) Lfs = 121.26 dB d = 10 (Lfs – 32.5 – 20logf) / 20 d = 10 (121.26 – 32.5 – 20log(15000))/20 d = 10 (121.26 – 32.5 – 83.4)/20 d = 10 (0.268) d = 1,853 Km
4.5 Bandwidth Untuk menghitung bandwidth diperlukan jumlah bit dikalikan dengan jumlah baud (word bit). Maka jumlah bit persimbol dari masing-masing modulasi yaitu :
Modulasi 16QAM, n-bit = log 2 16 = 4 bit Modulasi 32QAM, n-bit = log 2 32 = 5 bit
Modulasi 16QAM, 4 Bit x 28 M Hz = 112 Mbps. Dengan detail 80 Mb untuk trafik dan 32 Mb untuk frequency guard dan O&M link. Modulasi 32QAM, 5 Bit x 28 M Hz = 140 Mbps. Dengan detail 100 Mb untuk trafik dan 40 Mb untuk frequenc guard dan O&M link
Diasumsikan jumlah channel spacing adalah baud, maka didapat maksimum kapasitasnya adalah :
4.6 Automatic Modulation Radio Penelitian yang dilakukan oleh Alouini (1999) menyebutkan bahwa kebutuhan komunikasi dengan efisiensi spektral akhir-akhir ini menimbulkan perkembangan teknik transmisi adaptif.Dengan tujuan
47
JREC Journal of Electrical and Electronics
untuk meningkatkan rata-rata efisiensi spektral dalam mengirimkan data yang ditransmisikan dengan memperhatikan rasio C/N (Carrier to Noise) dan BER (Bit Error Rate).
Gambar 22 . Ilustrasi perubahan pada AMR
AMR (Adaptive Modulation Radio) mengacu pada penyesuaian secara otomatis modulasi pada sistem komunikasi nirkabe l untuk mencegah fading akibat cuaca yang menyebabkan gangguan komunikasi. Ketika kondisi cuaca buruk, seperti badai yang mempengaruhi transmisi dan pengiriman data dan suara melalui jaringan nirkabel, sistem radio secara otomatis mengubah modulasi sehingga aplikasi berbasis data non real time terpengaruh oleh degradasi sinyal, tapi aplikasi real time akan terus berjalan lancar tanpa gangguan (Anonime, 2007). Berdasarkan otomatisasi perubahan modulasi serta kelebihan dan kekurangan dari jenis modulasi digital dalam menghadapi perubahan kondisi propagasi link radio microwave, maka sistem AMR dapat meningkatkan kinerja sistem radio microwave dalam hal efisiensi spektral dan konsumsi daya. Dengan kebutuhan komunikasi data yang semakin meningkat maka kapasitas bandwidth semakin besar tanpa menghilangkan komunikasi suara. Secara sistem switching, komunikasi suara menggunakan circuit switch dimana kelangsungan komunikasi harus tetap terjaga (non delay) selama komunikasi terhubung, berbeda hal dengan komunikasi data yang menggunakan packet switch dimana informasi dapat dipecah kedalam bagian kecil dan disatukan kembali pada sisi penerima, dan toleransi delay time masih bisa diterima.
47
JREC Journal of Electrical and Electronics
Gambar 23 . Ilustrasi radio microwave biasa (atas) dan ilustrasi radio microwave dengan AMR (bawah) Jenis modulasi dapat dirubah untuk menghindarkan error pada komunikasi, misalkan pada kondisi terekstrim pada propagasi, bandwidth pada radio microwave turun dari 800 Mbps menjadi 600 Mbps, maka AMR dapat memberikan best effort pada komunikasi yang diprioritaskan dan mengurangi komunikasi yang kurang diprioritaskan dengan merubah modulasinya (misalnya dari 16QAM menjadi QPSK). Pada kasus circuit switch dan packet switch, maka circuit switch yang menjadi prioritas dibandingkan packet switch. Dan dikembalikan seperti semula ketika kondisi propagasi sudah membaik. 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian maka dapat disimpulkan beberapa hal, antara lain :
Modulasi 16QAM memiliki konstelasi 16 tit ik dengan 3 level amp litudo dan 12 sudut fasa yang pada setiap titiknya berisi 4 bit (quadbit). Modulasi 32QAM memiliki konstelasi 32 tit ik dengan 5 level amp litudo dan 28 sudut fasa yang pada setiap titiknya berisi 5 bit (pentabit). Secara jangkauan 16QAM lebih jauh sebesar 1,853 Km d ibandingkan 32QAM dengan spesifikasi yang sama. Secara bandwidth 32QAM setingkat lebih besar 1 channel spacing dibandingkan 16QAM karena perbedaan ju mlah b it/simbol. Pernyataan jangkauan dan kapasitas selalu berbanding terbalik adalah benar. Berdasarkan perubahan modulasi pada AMR ketika terjadi gangguan propagasi, maka posisi trafik prioritas harus ditentukan dengan benar.
5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut:
Pada ko munikasi radio antara jangkauan dan kapasitas selalu harus dipilih satu, dengan merencanakan secara matang antara keduanya untuk menentukan jenis modulasi. Untuk radio microwavedengan AMR, hendaknya memastikan AM R bermanfaat untuk trafik yang diprioritaskan. Untuk radio microwave tanpa AMR, hendaknya memastikan receive level tetap berada diantara nilai link budget dengan toleransi 3 d B.
DAFTAR PUSTAKA Abdalla H., et al. 2003. Tools for Microwave Radio Communication System Design ; April 2003. Journal of Microwaves and Optoelectronics 3 : 26-38.
47
JREC Journal of Electrical and Electronics
Aditya, et al. 2012.Visualisasi Teknik Modulasi 16QAM pada Kanal AWGN. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Alouini MS., et al. 1999. An Adaptive Modulation Scheme for Simultaneous Voice and Data Transmission over Fading Channels ; May 1999. IEEE Journal on Selected Areas in Communications 17 : 837-850. Anonime. 2007. Dynamic Adaptive Modulation. Ceragon Networks Ltd. Meiwindra D., et aL 2010.Penentuan Tipe Modulasi Digital Menggunakan Transformasi Wavelet Dengan Pendekatan Statistik. Universitas Diponegoro. Purbawanto, Sugeng. 2011. Pengaruh Fading pada Sistem Komunikasi Gelombang Mikro Tetap dan Bergerak ; Juni 2011. Jurnal Teknik Elektro 3 : 33-39. Universitas Negeri Semarang. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta Bandung. Suharno, Budi. 2011. Pengaruh Tipe Propagasi Terhadap Nilai Kemungkinan Kesalahan pada Penerima Komunikasi Radio Microwave 64 PSK. Universitas Diponegoro.
47
JREC Journal of Electrical and Electronics