ANALISIS KRIMINOLOGIS TERJADINYA BENTROK ANTAR KAMPUNG BUYUT DENGAN KAMPUNG KESUMADADI (Studi Kasus Pada Wilayah Hukum Lampung Tengah) (Jurnal Ilmiah)
Oleh: Noviyana
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2015
ANALISIS KRIMINOLOGIS TERJADINYA BENTROK ANTAR KAMPUNG BUYUT DENGAN KAMPUNG KESUMADADI (Studi Kasus Pada Wilayah Hukum Lampung Tengah)
Noviyana, Firganefi, Eko Raharjo. Email:
[email protected].
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadi bentrok antar Kampung Buyut dengan Kampung Kesumadadi di Kabupaten Lampung Tengah dan langkah-langkah yang dilakukan oleh aparat kepolisian dalam menanggulangi bentrok antar Kampung Buyut dengan Kampung Kesumadadi di Kabupaten Lampung Tengah. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukan bahwa: a) Bentrok antar warga yang terjadi antar Kampung Buyut dengan Kampung Kesumadadi di Kabupaten Lampung Tengah ini dipicu oleh tindakan main hakim warga Kampung Kesumadadi. Faktor lain yang menyebabkan bentrok antar kedua kampung ini adalah masyarakat yang mudah diproviokas kepercayaan terhadap penegak hukum/kepolisian masih rendah dan pemahaman masyarakat tentang hukum yang masih kurang. b) Langkah-langkah yang dilakukan oleh kepolisian dalam menanggulangi bentrok antar Kampung Buyut dengan Kampung Kesumadadi, yaitu mempertemukan perwakilan dan tokoh masyarakat kedua kampung untuk diberikan penyuluhan dan mendamaikan kedua belah pihak. Kata kunci: kriminologis, bentrok antar kampung
THE EFFORT TO REDUCE CRIME ABUSE AGAINST CHILDREN (Study In The Lampung Provincial) Chandra Surya Turnip, Erna Dewi, Tri Andrisman. Email:
[email protected].
Abstract The purpose of this research is to know the effort to reduce crime abuse against children and the factors an impediment to the effort to reduce crime abuse against children in the jurisdiction of Lampung Provincial. The results of research and discussion showed that: a) The effort to reduce crime abuse against children which was carried out by the Police of Lampung Provincial consisting of preventive measures and efforts to repressive. The preventive efforts supervision and confiscation of goods that smells pornography, and counseling to residents by giving socialization to schools about child abuse ranging from the factors causing the occurrence of abuse children until how to make not being a victim of abuse children. Repressive acts that done by means of catch and process legally actors criminal abuse children under the age of in accordance with the applicable laws. b) Factors an impediment to what happened to the Police of Lampung Provincial in the effort to reduce crime abuse against children, namely must the presence of medical check et repertum who are defined as a written report for the benefit of judicial (pro yustisia) upon request of the authorities (police); victim must have been at least 2 (two) persons a witness in the process of litigating; victim did not want to check because usually afraid of the victims a threat of the family suspects especially of the attacker own and the victims felt embarrassed by what had happened to is as disgrace. keywords: the effort to reduce, crime abuse, and children.
I. PENDAHULUAN Salah satu yang mengganggu kamtibmas yaitu terjadinya peristiwa bentrokan antar warga. Bentrok atau dapat dikatakan huru hara yang identik dengan kekerasan, berontak, konflik, perusakan, pembunuhan dan keadaan tidak aman yang melibatkan lapisan masyarakat, ras, suku, agama, atau organisasi tertentu yang bertujuan agar suatu kelompok yang melakukan tindak bentrok dapat
mengubah keputusan yang dianggap kurang baik atau tidak baik bagi kelompok tersebut. Pengertian bentrok sendiri adalah suatu tindakan yang bersifat negatif dalam hal kekerasan dilakukan secara serentak, dapat merugikan orang lain yang terkait dalam suatu masalah 1 tersebut.
1
Susan, Novri. Sosiologi Konflik dan Isu-Isu Konflik Kontemporer. (Jakarta: Kancana Media Group, 2009), hlm. 67.
Bentrok terjadi karena adanya konflik di antara pihak-pihak yang keduanya ingin saling menjatuhkan satu sama lain dengan berkumpul untuk melakukan tindakan kekerasan, sebagai tindak balas dendam terhadap perlakuan yang tidak adil ataupun sebagai upaya untuk penentangan sesuatu, sehingga salah satu dari kelompok yang terlibat dalam bentrok akan mengalami kekalahan bahkan dapat berlanjut secara terus-menerus. Tindakan bentrok yang terjadi biasanya karena berkaitan dengan kondisi hidup misalnya kurang beruntung (dalam hal ekonomi), penindasan yang dilakukan pemerintah terhadap masyarakat, konflik antar agama atau etnis. 2 Bentrok yang terjadi di Lampung Tengah antara Kampung Buyut dan Kampung Kesumadadi pada hari Kamis 8 November 2012, hal ini terjadi bermula dikarenakan hilangnya hewan ternak di Kampung Kesumadadi milik Sujai warga Dusun IV Kampung Kesumadadi pukul 03.00 WIB kehilangan tiga ekor sapi pada beberapa waktu lalu, setelah diumumkan oleh warga bahwa Sujai kehilangan ternak sapi. Sebagian warga melihat ada orang yang berlari di belakang rumahnya lalu mereka mengejar dan menghakimi orang yang diduga telah mencuri sapi tersebut hingga meninggal dunia di tempat, korban tersebut bernama Khairil Anwar 29 tahun warga Kampung Buyut Udik. Hal ini memicu kemarahan warga desa atau kampung Buyut karena mereka tidak terima warganya dihakimi hingga meninggal dunia, kemudian warga Kampung Buyut 2
Susan, Novri. Op.cit. hlm. 67.
Udik membalas dengan cara menyerang Desa Kesumadadi. 3 Pendekatan masalah yang digunakan, yaitu pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Nara sumber dalam penelitian ini adalah anggota Kepolisian Resor Lampung Tengah dan Akademisi Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan dan studi lapangan. Data yang diperoleh dari penelitian kemudian akan diolah dengan langkah-langkah, yaitu klasifikasi, editing, interpretasi dan sistematisasi. Data yang diolah dianalisis secara kualitatif. Penarikan kesimpulan dengan menggunakan metode induktif.
II. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Peneliti dalam memperoleh informasi mengenai permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu perlindungan hukum terhadap anak korban tindak pidana penganiayaan yang dilakukan orang tua, peneliti melakukan wawancara dengan nara sumber yang terdiri dari hakim, jaksa dan akademisi bidang hukum pidana, yaitu:
3
http://m.antaranews.com/berita/342672/polri -kerusuhan-di-lampung-tengah-sudahdikendalikan, diakses tanggal 03 Maret 2014 pukul 19.00 WIB
1. Andi Kurniawan selaku Kaurmin Sat Reskrim Polres Lampung Tengah; dan 2. Dr. Eddy Rifai’i, S.H., M.H. selaku Akademisi Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung.
terbakar, beruntungnya aparat telah mengevakuasi warga Kampung Kesumadadi sehingga tidak menimbulkan korban jiwa. Tindakan massa ini tentu sangat merugikan dan menimbulkan kerugian baik secara materi maupun jiwa.
B.
C.
Kronologis Bentrok Antar Kampung Buyut Dengan Kampung Kesumadadi Di Kabupaten Lampung Tengah
Kronologis antar Kampung Buyut dengan Kampung Kesumadadi di Kabupaten Lampung Tengah, yaitu sebagai berikut: Bentrokan ini bermula dikarenakan hilangnya hewan ternak di Kampung Kesumadadi milik Sujai warga Dusun IV Kampung Kesumadadi pukul 03.00 WIB pada hari Kamis 8 November 2012. Sebelumnya beberapa waktu yang lalu warga Kampung Kesumadadi sudah kehilangan tiga ekor sapi. Setelah diumumkan oleh warga bahwa Sujai kehilangan ternak sapi, warga berkumpul untuk menangkap pelakunya. Sebagian warga melihat ada orang yang berlari di belakang rumah Sujai, lalu warga mengejar dan menghakimi orang yang diduga telah mencuri sapi tersebut hingga meninggal dunia di tempat, korban tersebut bernama Khairil Anwar 29 tahun warga Kampung Buyut Udik. Hal ini memicu kemarahan warga desa atau kampung Buyut karena mereka tidak terima warganya dihakimi hingga meninggal dunia, kemudian warga Kampung Buyut Udik membalas dengan cara menyerang Desa Kesumadadi dengan membabi buta yang menyebabkan 13 rumah hangus
Faktor-Faktor Penyebab Terjadi Bentrok Antar Kampung Buyut Dengan Kampung Kesumadadi Di Kabupaten Lampung Tengah
Bentrok merupakan suatu tindakan yang bersifat negatif dalam hal kekerasan dilakukan secara serentak ,dapat merugikan orang lain yang terkait dalam suatu masalah tersebut. Bentrok terjadi karena adanya konflik di antara pihak-pihak yang keduanya ingin saling menjatuhkan satu sama lain dengan berkumpul untuk melakukan tindakan kekerasan, sebagai tindak balas dendam terhadap perlakuan yang tidak adil ataupun sebagai upaya untuk penentangan sesuatu, sehingga salah satu dari kelompok yang terlibat dalam bentrok akan mengalami kekalahan bahkan dapat berlanjut secara terus menerus. Tindakan bentrok yang terjadi biasanya karena berkaitan dengan kondisi hidup misalnya keadaan ekonomi, penindasan yang dilakukan pemerintah terhadap masyarakat, konflik antar agama atau etnis, dan sebuah pertandingan olahraga. Bentrok yang terjadi bersumber pada berbagai macam sebab. Begitu beragamnya sumber konflik yang terjadi antar manusia, sehingga sulit untuk dideskripsikan secara jelas dan terperinci sumber dari konflik. Hal ini dikarenakan sesuatu yang
seharusnya bisa menjadi sumber konflik, tetapi pada kelompok manusia tertentu ternyata tidak menjadi sumber konflik, demikian hal sebaliknya. Kadang sesuatu yang sifatnya sepele bisa menjadi sumber konflik antara manusia. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Sumber konflik itu sangat beragam dan kadang sifatnya tidak rasional. Oleh karena kita tidak bisa menetapkan secara tegas bahwa yang menjadi sumber konflik adalah sesuatu hal tertentu, apalagi hanya didasarkan pada hal-hal yang sifatnya rasional. Pada umumnya penyebab munculnya konflik kepentingan sebagai berikut: a. Perbedaan Pendapat Suatu konflik yang terjadi karena pebedaan pendapat dimana masingmasing pihak merasa dirinya benar, tidak ada yang mau mengakui kesalahan, dan apabila perbedaan pendapat tersebut amat tajam maka dapat menimbulkan rasa kurang enak, ketegangan, bahkan berujung pada konflik dan sebagainya.
b. Salah Paham Salah paham merupakan salah satu hal yang dapat menimbulkan konflik. Misalnya tindakan dari seseorang yang tujuan sebenarnya baik tetapi karena terjadi kesalahpahaman, yang diterima sebaliknya dalam arti salah paham oleh individu yang lain. c. Perbedaan individu Perbedaan kepribadian antar individu bisa menjadi faktor penyebab terjadinya konflik, biasanya perbedaan individu yang menjadi sumber konflik adalah perbedaan pendirian dan perasaan. d. Perbedaan latar belakang kebudayaan Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik. Bentrok merupakan bentuk dari pertentangan atau konflik, terjadi antara dua kelompok yang masingmasing memiliki nilai-nilai yang telah melembaga, hal ini mendeskripsikan betapa mundurnya hukum di indonesia dalam hal mengkontrol perbuatan tawuran tersebut, kepentingan dan egoisme kelompok menjadi alasan utama terjadinya bentrok. Kasus bentrokan/perkelahian massa, sebagaimana yang tertuang dalam KUHP Pasal 358 yang menyatakan mereka yang sengaja turut serta dalam penyerangan atau perkelahian
dimana terlibat beberapa orang, selain tanggung jawab masingmasing terhadap apa yang khusus dilakukan olehnya, diancam: 1) Dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan, jika akibat penyerangan atau perkelahian itu ada yang luka-luka berat, 2) Dengan pidana penjara paling lama empat tahun, jika akibatnya ada yang meninggal. Meskipun demikian, tindakan kriminalitas kasus tawuran/perkelahian massa diatur dalam peraturan perundangundangan khususnya KUHP, tetapi pada kenyataannya konflik mengenai bentrok ini masih marak terjadi baik terjadi di kalangan pelajar, mahasiswa ataupun yang terjadi di kalangan warga itu sendiri.
tentang berkembangnya dalam hukum pidana. 4
hukuman
Bonger membagi kriminologi menjadi 6 (enam) cabang yakni: Criminal antropology, merupakan ilmu pengetahuan tentang manusia yang jahat (somatios), dan ilmu ini memberikan suatu jawaban atas pertanyaan tentang orang yang jahat dalam tubuhnya mempunyai tandatanda seperti apa, misalnya apakah ada hubungan antara suku bangsa dengan kejahatan; Criminal sosiology, yaitu ilmu pengetahuan tentang kejahatan sebagai suatu gejala masyarakat, pokok utama dalam ilmu ini adalah, sampai dimana letak sebab-sebab kejahatan dalam masyarakat; Criminal psychology, yaitu ilmu pengetahuan tentang penjahat yang dilihat dari sudut jiwanya; Psikopatologi dan neuropatologi kriminal, yaitu suatu ilmu tentang penjahat yang sakit jiwa atau urat syaraf; Penologi, yaitu ilmu
Kriminologi sebagai ilmu pengetahuan mencakup semua materi pengetahuan yang diperlukan untuk mendapatkan konsep kejahatan serta bagaimana pencegahan kejahatan dilakukan termasuk di dalamnya pemahaman tentang pidana atau hukuman. 5Bidang ilmu yang menjadi fokus kriminologi dan obyek studi kriminologi, mencakup: Pertama: sosiologi hukum yang lebih memfokuskan perhatiannya pada obyek studi kriminologi, yakni kejahatan, dengan mempelajari halhal; yang terkait dengan kondisi terbentuknya hukum pidana, peranan hukum dalam mewujudkan nilai-nilai sosial, serta kondisi empiris perkembangan hukum. Kedua: etiologi kriminal lebih memfokuskan perhatiannya pada obyek studi kriminologi, yakni penjahat, yaitu mempelajari alasan seseorang
Berdasarkan hasil analisis deskriptif mengenai kasus bentrok bahwa berdasarkan teori yang dikemukkan oleh Bonger bahwa tindakan kejahatan bentrokan antar warga yang terjadi antar Kampung Buyut dengan Kampung Kesumadadi di Kabupaten Lampung Tengah dapat dikategorikan dalam criminal antropology dan criminal sociology. Hal ini karena adanya permasalahanpermasalahan yang ada dalam masyarakat (gejala sosial) dimana masyarakat yang memiliki tingkat pemahaman yang masih kurang khususnya di bidang hukum itu sendiri.
4
Yesmil Anwar dan Adang, Kriminologi, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), hlm. 18 5 Ibid.
melanggar hukum pidana, atau melakukan tindak kejahatan sementara orang lainnya tidak melakukannya. Ketiga: penologi lebih memfokuskan perhatiannya pada obyek studi kriminologi, yakni reaksi sosial, dengan mempelajari hal-hal yang terkait dengan berkembangnya hukuman, arti dan manfaatnya yang berhubungan dengan “control of crime”. Keempat: viktimologi yang lebih memfokuskan perhatiannya pada obyek studi kriminologi, yakni korban kejahatan, dengan mempelajari hal-hal yang terkait dengan kedudukan korban dalam kejahatan, interaksi yang terjadi antara korban dan penjahat, tanggung jawab korban pada saat sebelum dan selama kejahatan terjadi. 6 Kelompok sosial merupakan hal yang penting bagi hukum, hukum merupakan abstraksi dari interaksi sosial dinamis di dalam kelompokkelompok sosial tersebut. Masyarakat yang dinamis merupakan masyarakat yang mengalami berbagai perubahan yang cepat.Emile Durkheim menyatakan bahwa hukum merupakan refleksi dari solidaritas sosial dalam masyarakat di dalamnya masyarakat terdapat dua macam solidaritas yaitu yang bersifat mekanis (mechanical solidarity) dan yang bersifat organis (organic solidarity).7Solidaritas yang mekanis terdapat pada masyarakat yang sederhana dan homogeny, dimana ikatan dari warganya didasarkan hubungan-hubungan pribadi serta tujuan yang sama. Solidaritas yang organis terdapat 6
Yesmil Anwar dan Adang. Op.cit. hlm.13 Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 103-104. 7
pada masyarakat yang heterogen, terdapat pembagian kerja yang kompleks dimana ikatan dari masyarakat lebih banyak tergantung pada hubungan yang fungsional antar unsur-unsur yang dihasilkan oleh pembagian kerja. Perubahan-perubahan sosial yang terjadi di dalam masyarakat diantaranya bertambahnya penduduk, tingkat globalisasi sudah bisa dirasakan oleh masyarakat itu sendiri. Dengan adanya perubahan yang ada pada masyarakat setempat akan dapat bisa memicu apabila terjadi tindakan-tindakan yang diluar batas khususnya kasus bentrok tersebut ini dikarenakan masyarakat setempat belum bisa menerima kondisi yang seperti itu. Sehingga, Perubahan-perubahan sosial dan perubahan-perubahan hukum atau perubahan-perubahan hukum dan perubahan-perubahan sosial tidak selalu berlangsung bersama-sama, artinya, pada keadaan-keadaan tertentu perkembangan hukum mungkin tertinggal oleh perkembangan unsure-unsur lainnya dari masyarakat serta kebudayaannya. Maka, terjadilah social lag, yaitu suatu keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan dalam perkembangan lembagalembaga kemasyarakatan yang mengakibatkan terjadinya kepincangan-kepincangan. Tertinggalnya perkembangan hukum pada hakikatnya suatu gejala wajar di dalam suatu masyarakat, bahwa terdapat perbedaan antara pola-pola perikelakuan yang diharapkan oleh kaidah-kaidah dengan pola prikelakuan yang diharapkan oleh kaidah-kaidah sosial lainnya. Pergeseran nilai-nilai dalam
perkembangan studi kejahatan atau kriminologi. Pergeseran nilai-nilai dari studi kejahatan yang menitiberatkan pada aspek moral dan nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat abstrak, dilanjutkan kepada pandangan terhadap pentingnya unsure individu dan peranan faktor kepribadian serta lingkungan dalam membentuk seseorang sebagai penjahat.8 Kejahatan sebagai suatu gejala adalah selalu kejahatan dalam masyarakat (crime in society), dan merupakan bagian dari keseluruhan proses-proses sosial produk sejarah dan senantiasa terkait pada proses ekonomi yang begitu mempengaruhi hubungan antar manusia. Secara yuridis, kejahatan diartikan sebagai setiap perbuatan yang yang melanggar undang-undang atau hukum pidana yang berlaku dimasyarakat. Sedangkan secara kriminologis, kejahatan bukan saja suatu perbuatan yang melanggar undang-undang atau hukum pidana tetapi lebih luas, yaitu yang mencakup perbuatan anti sosial, yang merugikan masyarakat, walaupun perbuatan itu belum atau tidak diatur oleh undang-undang atau hukum pidana. 9 Sebab-sebab terjadinya bentrok antar warga yang terjadi antar Kampung Buyut dengan Kampung Kesumadadi di Kabupaten Lampung Tengah antara lain yaitu berdasarkan hasil penelitian penulis bahwa bentrokan ini terjadi karena disebabkan adanya (1) faktor internal (yang berasal dari diri sendiri yaitu dengan adanya 8
Romli Atmasasmita. Teori dan Kapita Selekta Kriminolgi. (Bandung. PT Refika Aditama, 2010), hlm.13. 9 Yesmil Anwar dan Adang. Op.cit. hlm.15
gangguan yang berasal dari diri sendiri, sehingga mudah untuk tersinggung dan dan tidak bisa mengendalikan emosi, hal ini juga disebabkan oleh kematangan cara berfikir yang miliki masih sempit dan dangkal dan suasana hati yang terus menerus berganti dan tidak tetap; dan (2) faktor eksternal (yang berasal dari luar) yang terdiri dari: a) faktor pendidikan, yaitu pendidikan sebagai salah satu kelompok sosial yang punya posisi yang sangat penting dalam kehidupan individu maupun masyarakat. bagitu banyak anak-remaja yang putus sekolah dan mempengaruh teman-teman remaja yang masih sekolah. b) faktor lingkungan, yaitu adanya lingkungan yang kurang baik, anggota lingkungan yang berperilaku buruk, selalu kebiasaan untuk hidup dalam keramaian, sehingga orang yang tadinya tidak terlibat dalam tindakantindakan kriminal kini menjadi ikutikutan dan melakukan hal-hal yang mengganggu ketertiban dan ketetraman masyarakat; dan d) faktor ekonomi, yaitu dimana kondisikondisi dan perubahan-perubahan ekonomi mempunyai pengaruh besar terjadinya kejahatan antara lain dipengaruhi oleh faktor ekologis dan kelas. Dilihat dari tingkat ekonomi yang dimiliki masyarakat yang tingkat ekonomi di bawah atau miskin, karena masyarakat yang seperti ini biasanya stress dengan kondisi ekonomi yang dialaminya sehingga cenderung untuk membuat kejahatan. Menurut W.A. Bonger bahwa faktor ekonomi mempunyai pengaruh yang besar dalam timbulnya kejahatan dengan menambahkan apa yang disebutnya ”subyektive nahrungserchwerung”
(pengangguran) sebagai hal yan menentukan. Jika sebab-sebab terjadinya tawuran dikaitkan dengan sebab-sebab terjadinya kejahatan, penulis dapat menyimpulkan bahwa kasus bentrok antar warga merupakan kasus yang tergolong dalam tindakan kriminal. Hal tersebut dilihat sesuai dengan beberapa faktor penyebab terjadinya kejahatan diantaranya dipengaruhi dengan adanya faktor biologis, psikologis dan sosiologis. Jika dikaitkan dengan sebab-sebab terjadinya kasus bentrokan dengan sebab-sebab kejahatan faktor tersebut lebih cenderung terjadi adanya faktor sosial/lingkungan itu sendiri.
cara yang bertentangan dengan Undang-undang tersebut berasal dari masyarakat kelas bawah golongan minoritas.
Hal ini sejalan dengan pendapat Durkheim dalam teori anomie yang lebih lanjut untuk menjelaskan penyimpangan tingkah laku seseorang atau masyarakat disebabkan kondisi ekonomi dalam masyarakat. Secara gemilang konsep ini telah dikembangkan lebih jauh oleh Merton terhadap penyimpangan tingkah laku yang terjadi di masyarakat Amerika. Merton menjelaskan bahwa masyarakat Amerika telah melembaga suatu citacita untuk mengejar sukses semaksimal mungkin yang umumnya diukur dari harta kekayaan yang dimiliki seseorang. Untuk mencapai sukses dimaksud, masyarakat sudah menetapkan cara-cara tertentu yang di akui dan dibenarkan yang harus ditempuh seseorang. Meskipun demikian pada kenyataannya tidak semua orang mencapai cita-cita di maksud melalui cara-cara yang di benarkan. Oleh karena itu, terdapat individu yang berusaha mencapai cita-cita dimaksud melalui cara yang melanggar Undang-Undang. Pada umumnya, mereka yang melakukan
Berdasarkan wawancara dengan Andi Kurniawan, bentrok antar warga yang terjadi antar Kampung Buyut dengan Kampung Kesumadadi di Kabupaten Lampung Tengah ini dipicu oleh seorang warga Kampung Buyut yang meninggal dunia akibat dihakimi oleh warga Kampung Kesumadadi atas tuduhan mencuri ternak sapi milik warga Kampung Kesumadadi. Selain itu keadaan masyarakat yang mudah diprovokasi menyebabkan terjadinya penyerangan oleh warga Kampung Buyut ke Kampung Kesumadadi. 10
Ketidaksamaan kondisi sosial yang ada di masyarakat adalah disebabkan proses terbentuknya masyarakat itu sendiri, yang menurut pendangan Merton, struktur masyarakat demikian adalah Anomistis. Individu dalam keadaan masyarakat yang Anomistis selalu dihadapkan pada adanya tekanan (psikologis) atau strain karena ketidakmampuannya untuk mengadaptasi aspirasi sebaikbaiknya walaupun dalam kesempatan yang sangat terbatas.
Eddy Rifa’i mengatakan kasus bentrok antar warga yang terjadi antar Kampung Buyut dengan Kampung Kesumadadi di Kabupaten Lampung Tengah, disebabkan oleh tindakan main hakim sendiri yang dilakukan oleh warga. Apabila warga tidak main hakim sendiri dan menyerahkan tersangka pencurian kepada aparat yang berwenang atau kepolisian, kemungkinan terjadi 10
Wawancara tanggal 9 September 2014
bentrok antar warga sangat kecil. Terjadinya tindakan main hakim sendiri ini, menunjukkan tingkat kepercayaan warga terhadap aparat penegak hukum/kepolisian masih rendah dan juga pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang hukum yang masih kurang.11 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bentrok antar warga yang terjadi antar Kampung Buyut dengan Kampung Kesumadadi di Kabupaten Lampung Tengah terjadi karena warga dari kedua Kampung yang bertikai belum dapat menahan diri, pengetahuan dan kesadaran hukum yang rendah dan keadaan warga masyarakat yang mudah diprovokasi. Keadaan ini yang memicu mudahnya warga masyarakat untuk melakukan tindakan main hakim sendiri. Selain itu peran aparat desa, tokoh agama dan tokoh masyarakat yang kurang dapat mengatasi emosi warganya. Hal yang patut disayangkan bahwa menjadi provokator dalam betrokan ini adalah oknum kepala desa. D. Langkah-Langkah Yang Dilakukan Oleh Aparat Kepolisian Dalam Menanggulangi Bentrok Antar Kampung Buyut Dengan Kampung Kesumadadi Di Kabupaten Lampung Tengah Kebijakan kriminal sebagai upaya penanggulangan kejahatan pada dasarnya mencakup ruang lingkup yang begitu luas, yang menurut Hoefnagels meliputi: (a) penerapan hukum pidana (criminal law application), (b) pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment), dan (c) mempengaruhi 11
Wawancara tanggal 21 September 2014
pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat media massa (influencing views of society on crime and punishment/mass media).12 Mengenai penyelesaian tentang kasus bentrok yaitu Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tak dikenal pertanggungjawaban kolektif, sanksi lebih ditujukan pada individu. Menjatuhkan sanksi pada kelompok secara merata hampir sangat tak mungkin. Melihat sifat kolektif bentrok yang begitu rumit dan khas, perlu tindakan yang bersumber dari peranti hukum pidana berupa sanksi yang adil dan efektif. Dari hasil penelitian Penelitian penyelesaian kasus bentrok antar Kampung Buyut dengan Kampung Kesumadadi di Kabupaten Lampung Tengah tersebut sangat rumit untuk diproses secara hukum ini disebabkan pelaku-pelaku bentrok itu sendiri tidak semua diketahui, minimnya kapasitas pihak pemerintah khususnya pihak kepolisian yang berwenang untuk menyelesaikan, diantara kedua Desa yang bertikai tersebut masih terikat ikatan keluarga, tidak cukup bukti untuk membutkikan bahwa pelaku tersebut bersalah, dari masyarakat itu sendiri tidak merespon pihak kepolisian dalam melakukan aksi penyelidikan dengan kata lain bahwa masyarakat tersebut menyembunyikan pelaku bentrok. Adapun penyelesaian yang dilakukan terhadap bentrokan tersebut yaitu dilakukan secara kekeluargaan atau musyawarah oleh kedua kampung tersebut.
12
Barda Nawawi Arief, Op.cit. hlm. 1
Adapun upaya untuk mencegah/menanggulangi agar tidak terjadi kasus bentrok yaitu pihak pemerintah kampung melakukan sosialisasi kepada masyarakat setempat, adanya Satgas (satuan tugas) di masing-masing satu orang, dibentuknya anggota karang taruna yang terdiri dari pemuda-pemuda kampung sehingga jika terjadi kekacauan lagi masyarakat mereka yang bertanggung jawab atas tindakan-tindakan kejahatan tersebut. Berdasarkan wawancara dengan Andi Kurniawan, upaya yang dilakukan oleh pihak kepolisian Resor Lampung Tengah yaitu pihak kepolisian mempertemukan perwakilan dan tokoh masyarakat kedua kampung, baik dari Kampung Buyut maupun Kampung Kesumadadi tersebut untuk diberikan sosialisasi dan membuat surat pernyataan untuk kedua kampung tersebut agar tidak melakukan bentrok lagi. Kepolisian Resor Lampung Tengah, selain melakukan musyawarah untuk mendamaikan kedua belah pihak, juga melakukan tindakan represif dengan menangkap provokator bentrok atau penyerangan Kampung Kesumadadi, yaitu Abdul Hamid bin Abdul Latif yang merupakan Kepala Kampung Buyut.13 Menurut peneliti, upaya preventif yang dilakukan kepolisian harus dengan melibatkan unsur-unsur masyarakat, mulai dari camat serta perangkatnya, kepala desa dan perangkat desa, Badan Perwakilan Desa, tokoh agama, tokoh adat dan tokoh pemuda. Upaya preventif tersebut dapat dilakukan dengan 13
Wawancara tanggal 9 September 2014
mengadakan penyuluhan-penyuluhan kepada seluruh elemen masyarakat di desa, membentuk forum silahturahmi antar desa dan kecamatan. Agar upaya preventif seperti penyuluhan dan forum siraturahmi tersebut dapat memberikan hasil yang positif dan sesuai dengan diharapkan, harus dilakukan secara rutin dan melibatkan semua unsur masyarakat. Selain itu, diperlukan pula adanya nota kesepahaman atau kesepakattan antar desa yang di dalamnya mengemukakan bahwa apabila terjadi perselisihan masingmasing pihak akan menempuh langkah musyawarah dan apabila dalam perselisihan tersebut ada unsur tindak pidana, akan diserahkan langsung kepada pihak kepolisian untuk menyelesaikannya. Seperti dalam kasus bentrok antar Kampung Buyut dengan Kampung Kesumadadi di Kabupaten Lampung Tengah yang penyebabnya adalah tindakan main hakim sendiri. Apabila masyarakat tidak melakukan tindakan main hakim sendiri dan langsung menyerahkan masalah tersebut kepada kepolisian, kemungkinan kecil terjadinya bentrokan antar kedua kampung tersebut. Selain itu, penting pula pemberian pemahaman kepala desa untuk tidak melakukan tindakan provokasi kepada warganya apabila terjadi suatu perselisihan. Menurut peneliti, dalam kasus bentrok antar Kampung Buyut dengan Kampung Kesumadadi di Kabupaten Lampung Tengah, kedua belah pihak sama-sama memiliki kesalahan, yaitu mengambil tindakan sendiri tanpa mempertimbangan hukum yang berlaku dengaan tidak melibatkan aparat kepolisian yang memiliki kewenangan untuk
menegakan hukum. Oleh karena itu, menurut peneliti, Kepolisian Resor Lampung Tengah juga harus melakukan upaya preventif dengan mengadakan patroli-patroli malam secara rutin ke wilayah-wilayah yang dianggap rawan tindak kejahatan. Selain upaya preventif di atas, Kepolisian Resor Lampung Tengah sangat perlu memaksimalkan adanya Bhayangkara Pembina Kamtibmas atau Bhabinkamtibmas. Bhabinkamtibmas merupakan anggota Polri yang bertugas membina Kamtibmas dan juga merupakan petugas Polmas di Desa/Kelurahan. Bhabinkamtibmas yang memiliki fungsi pembinaan kepada masyarakat dengan melakukan segala usaha dan kegiatan membimbing, mendorong, megarahkan, menggerakan termasuk kegiatan koordinasi dan bimbingan teknis untuk pelaksanaan sesuatu dengan baik, teratur dan seksama dalam rangka pencapaian tugas serta memperoleh hasil yang maksimal. Selain itu juga Bhabinkamtibmas memiliki fungsi menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat dalam rangka mencegah, menangkal, dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentukbentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat. Berdasarkan fungsi-fungsi yang dimiliki oleh Bhabinkamtibmas, seharusnya keberadaannya dapat dioptimalkan untuk mengetahui informasi awal apabila akan terjadinya bentrokan di masyarakat, sehingga dapat ditempuh langkahlangkah antisipasi oleh kepolisian dan aparat pemerintahan lainnya.. Selain upaya preventif di atas, menurut peneliti langkah represif
yang dilakukan oleh Kepolisian Resor Lampung Tengah dengan memproses secara hukum provokator bentrokan adalah hal yang tepat sebagai upaya penegakan hukum dan memberikan pelajaran kepada masyarakat bahwa yang memiliki kewenangan untuk menegakan hukum adalah kepolisian. Masyarakat berfungsi untuk membantu kepolisian dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Selain itu, dengan melaksanakan upaya represif dengan memproses hukum pihak-pihak yang bertanggung jawab atas bentrokan yang terjadi akan memberikan efek jera dan membuat masyarakat berpikir matang terlebih dahulu dalam melakukan tindakan main hakim sendiri. III. SIMPULAN Bentrok antar warga yang terjadi antar Kampung Buyut dengan Kampung Kesumadadi di Kabupaten Lampung Tengah ini dipicu oleh seorang warga Kampung Buyut yang meninggal dunia akibat dihakimi oleh warga Kampung Kesumadadi atas tuduhan mencuri ternak sapi milik warga Kampung Kesumadadi. Faktor lain yang menyebabkan bentrok antar kedua kampung ini adalah keadaan masyarakat yang mudah diprovokasi menyebabkan terjadinya penyerangan oleh warga Kampung Buyut ke Kampung Kesumadadi, tingkat kepercayaan warga terhadap aparat penegak hukum/kepolisian masih rendah dan juga pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang hukum yang masih kurang. Langkah-langkah yang dilakukan oleh aparat kepolisian dalam menanggulangi bentrok antar
Kampung Buyut dengan Kampung Kesumadadi di Kabupaten Lampung Tengah, yaitu pihak kepolisian mempertemukan perwakilan dan tokoh masyarakat kedua kampung, baik dari Kampung Buyut maupun Kampung Kesumadadi tersebut untuk diberikan sosialisasi dan membuat surat pernyataan untuk kedua kampung tersebut agar tidak melakukan bentrok lagi. Kepolisian Resor Lampung Tengah, selain melakukan musyawarah untuk mendamaikan kedua belah pihak, juga melakukan tindakan represif dengan menangkap provokator bentrok atau penyerangan Kampung Kesumadadi, yaitu Abdul Hamid bin Abdul Latif yang merupakan Kepala Kampung Buyut.
Arief,
Barda Nawawi. 2001. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan. Citra Aditya Bhakti, Bandung
Atmasasmita, Romli. 2010. Teori dan Kapita Selekta Kriminolgi. PT Refika Aditama, Bandung Susan, Novri. 2009. Sosiologi Konflik dan Isu-Isu Konflik Kontemporer. Kancana Media Group, Jakarta Susanto. 2011. Kriminologi. Genta Publishing, Yogyakarta. Soekanto, Soerjono. 2010. Pokok Pokok Sosiologi Hukum. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa. 2010. Krimonologi. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
IV. DAFTAR PUSTAKA Alam,
A.S. 2010. Pengantar Kriminologi. Pustaka Refleksi, Makassar
Yesmil Anwar dan Adang. 2008. Kriminologi, PT Refika Aditama, Bandung