ANALISIS KONSEP HONNE DAN TATEMAE DALAM KOMIK HOMUNCULUS JILID 1 DAN 2 KARYA YAMAMOTO HIDEO Panji Ciptawan, Elisa Carolina Marion Universitas Bina Nusantara, JL.Kemanggisan Ilir III No.45, Kemanggisan / Palmerah, Jakarta Barat 11480, (+6221) 532 7630,
[email protected]
Abstraksi Masyarakat adalah cikal bakal dari suatu kebudayaan, setiap interaksi yang terjadi akan menghasilkan kebudayaan tersendiri di mana kebudayaan tersebut akan berbeda di tiap-tiap Negara. Dalam berkomunikasi, masyarakat Jepang sering memperlihatkan perilaku yang kontradiktif. Budaya ini dikenal sebagai sebuah konsep yang bernama honne dan tatemae. Skripsi ini bertujuan untuk mencari dan menganalisis konsep honne dan tatemae yang mungkin terdapat pada komik Homunculus karya Yamamoto Hideo. Skripsi ini menggunakan metode deskriptif analitis dan kepustakaan sebagai metode penelitian. Komik ini dianalisis secara verbal dan non verbal untuk menemukan kalimat dan tindakan yang kemudian dianalisis berdasarkan situasi untuk mencari adanya unsur honne dan tatemae yang terkandung di dalam kalimat dan tindakan si karakter. Hasil dari penelitian ini adalah ditemukannya beberapa fungsi yang melatarbelakangi motif dari perilaku honne dan tatemae tersebut, contohnya adalah honne sebagai pikiran jujur dan tatemae untuk terlihat baik. Simpulan dari skripsi ini adalah ditemuinya konsep honne dan tatemae pada komik Homunculus dan masyarakat Jepang memiliki alasan tersendiri untuk melakukan perilaku tersebut. Kata kunci: Masyarakat Jepang,komik, kebudayaan, komik, honne, tatemae
Abstract Society is a pioneer of culture. Every interaction in society will produce its own culture where the culture will be different in each country. In communication, Japanese society often shows behavior contradictory. This culture is known as a concept named Honne and tatemae. This thesis aim to find and analyze honne and tatemae concept in Homunculus comic by Yamamoto Hideo. This thesis uses descriptive analytical methods and literature as a method of research. This comic is analyzed by verbal and non verbal analysis method to find the words and actions of the characters that contain elements of Honne and tatemae. The result of this research is the discovery of some functions from the motives underlying the behavior of Honne and tatemae. For example, honne is used as honest thought and tatemae is to look good as a human. In conclusion, there are honne and tatemae concept in Homunculus comic and japanese society has its own reasons to execute the behavior.
Keywords : Japanese society, comic, culture, honne, tatemae
1
Pendahuluan Masyarakat adalah cikal bakal dari suatu kebudayaan, setiap interaksi yang terjadi akan menghasilkan kebudayaan tersendiri di mana kebudayaan tersebut akan berbeda di tiap-tiap Negara. Menurut Durkheim (1986, hal. 6), secara khusus mengenai perubahan di dalam masyarakat, Durkheim memberi perhatian serius pada proses-proses yang disebutnya sebagai kohesi, solidaritas, integrasi, kekuasaan, ritual, dan aturan sosial. Dengan kohesi, Durkheim hendak menunjukkan bahwa solidaritas sosial baik secara mekanis maupun organis, telah membawa masyarakat pada suatu tahapan atau puncak tertinggi peradaban manusia, yaitu kohesi sosial, sebagai kondisi di mana setiap elemen sosial dalam masyarakat berfungsi memberikan standar norma bagi hidup bersama. Secara sederhana, dari teori sosial Durkheim ini, dikatakan bahwa ketika ingin melihat suatu kebudayaan, lihatlah dari institusi dan norma yang ada dalam kebudayaan tersebut. Memang, pada mulanya, institusi dan norma itu diciptakan oleh masyarakat melalui kesepakatan bersama. Namun dalam perjalanannya, institusi dan norma itu tumbuh sendiri dan mandiri. Inilah yang disebut Durkheim sebagai realitas sui generis, dalam arti masyarakat memiliki eksistensinya sendiri. Pada perkembangannya, norma yang tercipta dalam suatu masyarakat memang menjadi ciri khas dari pada masyarakat itu sendiri. Masing-masing masyarakat memiliki eksistensinya sendiri. Kemudian pergaulan dalam masyarakat tentunya akan menciptakan suatu norma yang menjadi kebudayaan tersendiri yang berbeda antara satu dengan lainnya. Dalam berkomunikasi, masyarakat Jepang sering memperlihatkan perilaku yang kontradiktif. Pemahaman yang baik dari sikap ini akan menimbulkan komunikasi yang baik juga, yang sesuai dengan apa yang ingin disampaikan oleh masing-masing pihak. Masyarakat Jepang selalu memisahkan antara apa yang baru dilakukan dan apa yang ingin dilakukan, yang terlihat dalam honne dan tatemae. Sebagai masyarakat bukan Jepang, akan susah sekali membedakan apakah sikap yang sedang ingin dilakukan ataukah akan baru dilakukan oleh masyarakat Jepang bersangkutan. Pada masyarakat Jepang, sikap kontradiksi ini diperkenalkan sejak masa kanakkanak dan dikembangkan pada masa dewasa. Pada masa kanak-kanak masyarakat Jepang memiliki keberanian dan kebebasan dalam mengekspresikan diri. Bersamaan dengan itu juga diperkenalkan akan rasa malu dan rasa untuk menghormati diri sendiri, yang membatasi gerak mereka dalam mengekspresikan diri, Kedua perasaan ini mendominasi masyarakat Jepang dalam setiap gerak, dan dengan bertambahnya kedewasaaan mereka, bertambah pula kemampuan mereka dalam mengatur dua perasaan berlawanan tersebut dalam sikap mereka. Konsep honne dan tatemae ini sudah menjadi ciri khas dari masyarakat Jepang, di mana konsep ini sudah merasuk ke berbagai aspek kehidupan masyarakat Jepang dalam berinteraksi antar sesamanya. Sesuai dengan perkataan McGregor (2009) di mana konsep honne dan tatemae ini seringkali membingungkan para turis yang datang ke Jepang. Masih menurut McGregor, masyarakat Jepang diibaratkan menyembunyikan wajah mereka yang sebenarnya dalam interaksi sosial dan hanya menampilkan persona nya saja dalam pergaulan sosial. Perkataan McGregor ini pun didukung oleh Doi (2001, hal. 35) yang menyatakan bahwa honne adalah aplikasi ura yaitu lapisan dalam, sedangkan tatemae adalah sesuatu yang mengaplikasikan omote yaitu lapisan luar. Aplikasi luar adalah apa yang diperlihatkan seseorang dari apa yang dilakukannya, omote adalah kebalikan dari ura yaitu lapisan dalam. Bisa dikatakan omote dan ura adalah hubungan antara wajah dan pikiran. Omote bisa dilihat, sedangkan ura bersembunyi dibalik omote Pembahasan Dalam menganalisis, penulis menggunakan teori honne dan tatemae. Menurut Doi (2001, hal. 37) honne sering kali diartikan sebagai aplikasi ura atau lapisan dalam, sedangkan tatemae adalah sesuatu yang mengaplikasikan omote atau lapisan luar. Hubungan antara omote dan ura sama dengan hubungan antara honne dan tatemae. Honne ada karena adanya tatemae dan honne itu sendiri memanipulasi tatemae dari belakang. Maka dari itu kedua konsep ini akan saling berhubungan satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan dalam setiap interaksi sosial masyarakat Jepang. Aplikasi luar merujuk pada apa yang diperlihatkan seseorang dari apa yang dilakukannya, omote merupakan kebalikan dari ura yaitu lapisan dalam. Bisa dikatakan omote dan ura merupakan hubungan antara wajah dan pikiran. Omote dapat dilihat, sedangkan ura bersembunyi dibalik omote. Bagaimanapun omote hanya sekedar citra yang ditampilkan dan juga sesuatu yang menyembunyikan ura secara sederhana. (Doi, 2001, hal. 26) Pekerjaan membuat orang-orang ini menjadi seperti roda gerigi dalam mesin atau menjadi seperti butiran pasir yang bertebaran. Akibatnya mereka selalu mengalami frustasi. Keinginan-keinginan yang
2
tidak terpenuhi pada tingkat tertentu dapat menyebabkan meledaknya emosi secara besar-besaran. Riesman pun mengatakan bahwasanya masyarakat Jepang dewasa ini (1991, hal. 125) terlihat seperti manusia yang “diarahkan dari dalam”. Analisis Konsep Honne pada Komik Homunculus Jilid 1 dan 2 Secara Verbal Dalam subbab ini penulis akan menganalisis konsep honne pada komik Homunculus jilid 1-2 sesuai dengan percakapan para tokoh yang didukung dengan situasi yang ada. Situasi 1 Pada situasi ini, para tunawisma sedang berbicara setelah Nakoshi pergi dari acara makan malam yang biasa dilakukan para tunawisma setiap malam. Ita si tunawisma yang baru saja bergabung dengan para kelompok tunawisma, baru saja berkenalan dengan Nakoshi saat makam malam tadi terhenyak ketika mendengar obrolan para tunawisma lain yang sedang membicarakan Nakoshi. Hal yang membuat Ita terhenyak adalah kenyataan bahwa Nakoshi ternyata membohongi dirinya dengan mengaku sebagai mekanik mobil ketika mereka berkenalan. Dari pembicaraan ini pun diketahui jika Nakoshi baru dua minggu menjadi seorang tunawisma sejak ia menampakkan diri di hadapan Ken dan para tunawisma yang lainnya. Para tunawisma ini benar-benar tidak sungkan ketika berbicara tentang Nakoshi, bahkan pembicaraan mereka terkesan menjelek-jelekkan Nakoshi. Berikut percakapannya:
イタ :私には車関係の仕事してるって言ってましたけど。 沼 :あーーまただ。 ケン :ハハハ。 イタ :!? ケン :アイツはウソツキだからな。 ホームレス1:オレには学校の先生だって言ってたぜ。 ホームレス2:オレにはイラストレーター。 ホームレス3:車のあんちゃんは酒持ってくるし、害になるような ことはしねェから詮索はしねェけど ケン :ありや、虚言癖っつーやつだな。 どっちにしろすぐいなくなんだろう。 あんな所に車停めて、コッチの世界にどっぷり足つっ こむのビビってんだもん。 Terjemahan: Ita : Eh, tapi dia bilang kepadaku kalau dia bekerja sebagai mekanik mobil. Numa : Haa.. lagi-lagi seperti itu. Ken : Hahaha. Ita : !? Ken : Dia itu seorang pembohong. Tunawisma 1 : Denganku, dia bilang kalau dia seorang guru di suatu sekolah. Tunawisma 2 : Kalau denganku, dia bilang kalau dia seorang ilustrator. Tunawisma 3 : Yah tapi si bocah mobil itu kan selalu membawakan kita sake. Selama dia tidak menganggu ketentraman kita , ya kita juga tidak akan mengusiknya. Ken : Begitulah, bocah itu memang pembohong tengik. Yah.. tapi bagaimanapun juga sebentar lagi juga dia akan menghilang kan? Melihat cara dia memarkir mobilnya. Jelas terlihat kalau dia takut untuk masuk langsung ke dalam dunia kita ini. Analisis:
3
Sesuai dengan definisi honne menurut Ushiyama (2007, hal. 69) yang mengatakan bahwa honne sebagai pemikiran jujur tidak boleh dikatakan secara terang-terangan agar menjaga perasaan lawan bicara. Maka dari itu pada situasi ini, para tunawisma sengaja untuk tidak berbicara tentang Nakoshi di saat Nakoshi masih ada bersama mereka ketika acara makan malam para tunawisma berlangsung. Honne mereka sebagai ura atau lapisan dalam merasa jengah dengan sikap Nakoshi yang selalu berbohong. Hal
「あーーまただ」yang berarti “Haa...lagi-lagi seperti itu”. Juga kalimat yang diucapkan Ken, yaitu 「ありや、虚言癖っつーやつだな。どっちにしろすぐいなくな んだろう。 あんな所に車停めて、コッチの世界にどっぷり足つっこむのビビってんだもん」 ini bisa terlihat dari ucapan Numa, yaitu
yang berarti “Begitulah, bocah itu memang pembohong tengik. Yah.. tapi bagaimanapun juga sebentar lagi juga dia akan menghilang kan? Melihat cara dia memarkir mobilnya. Jelas terlihat kalau dia takut untuk masuk langsung ke dalam dunia kita ini”. Dari kalimat yang diucapkan oleh Ken dan Numa, jelas terlihat jika mereka merasa jengah dengan semua kelakuan Nakoshi. Bahkan cara Nakoshi memarkir mobil di antara perbatasan hotel bintang 5 dengan kamp para tunawisma, menurut Ken adalah bentuk ketidaktulusan Nakoshi untuk berbaur dengan para tunawisma. Itu semua adalah wujud honne nya yang tidak mungkin diucapkan di hadapan Nakoshi secara terang-terangan karena mereka ingin menjaga keharmonisan atau wa dengan seorang Nakoshi Susumu. Situasi 2 Pada situasi ini, Nakoshi yang baru saja kembali setelah berkeliling kota menggunakan mobilnya tengah memarkir mobilnya di tempat biasanya yaitu perbatasan antara hotel berbintang dengan kamp para tunawisma. Sebelum dia tidur di dalam mobilnya, dia melihat daerah sekeliling hotel dengan tatapan dingin dari dalam mobilnya dan didapatinyalah sepasang muda mudi yang hendak memasuki hotel berbintang lima tersebut. Nakoshi pun berbicara dengan dirinya sendiri lagi. Berikut perkataan Nakoshi kepada dirinya sendiri:
名越
:この寒さでは、今日もエアコンつけっぱなしでねェ ど眠らんにな。 見下ろしやがって気分ワリな。。。。
Terjemahan: Nakoshi : Dengan cuaca dingin yang seperti ini, hari ini sih mana bisa tidur kalau gak pakai pemanas yah Cih muaknya melihat mereka yang memandang rendah diriku.... Analisis: Makino (1996, hal. 23) menjelaskan bahwa honne dan tatemae erat kaitannya dengan konsep uchi dan soto, apalagi masyarakat Jepang sangat bisa membedakan siapa yang masuk lingkaran uchi dan siapa yang masuk lingkaran soto menurut kesadaran mereka masing-masing. Akan sangat mudah mengatakan honne kepada pihak uchi dan sebaliknya akan sangat sulit mengatakan honne kepada pihak soto. Dalam kasus Nakoshi, dia digambarkan seperti orang yang kehilangan kepercayaan terhadap semua orang. Bisa dikatakan Nakoshi hanya sendirian di dalam lingkaran uchi nya. Hal ini bisa dilihat dari kalimat
しやがって気分ワリな。。。。」
「見下ろ
yang berarti “Cih muaknya melihat mereka yang memandang rendah diriku”. Kalimat itu ia ucapkan kepada dirinya sendiri setelah melihat sepasang muda mudi yang hendak memasuki hotel. Meskipun Nakoshi tidak mengenal pasangan tersebut, dia tetap memberikan stigma negatif atau perasaan pribadinya sebagai honne yang menyatakan bahwa semua orang seakan-akan memandang rendah dirinya. Analisis Konsep Honne pada Komik Homunculus Jilid 1dan 2 Secara Non Verbal Dalam subbab ini penulis akan menganalisis konsep honne pada komik Homunculus jilid 1-2 sesuai dengan ekspresi muka dan tindakan si tokoh pada gambar yang terdapat dalam komik Homunculus dan juga situasi yang akan menjelaskan gambar tersebut. Situasi 1
4
Pada situasi ini, Nakoshi baru saja bangun dari tidurnya. Kemudian ia berjalan ke arah taman umum tempat para tunawisma tinggal untuk membasuh mukanya. Di situlah ia bertemu dengan Ken. Mereka berdua pun bercakap-cakap. Pada kesempatan itu juga Ken menawarkan Nakoshi untuk segera mendirikan tenda di taman karena cuaca mulai dingin. Akan tetapi tawaran itu pun ditolak Nakoshi dengan rendah hati karena ia merasa lebih nyaman tidur di dalam mobilnya. Saat tengah bercakap-cakap muncullah seekor anjing yang menarik-narik baju yang tengah dijemur Ken. Ken pun berteriak sembari mengejar anjing itu. Melihat hal ini Nakoshi pun tertawa. Tetapi tawa itu hanya sesaat karena kemudian dia menampilkan ekspresi muka dingin yang tidak bersahabat setelah Ken hilang dari pandangannya. Analisis: Doi (2001, hal. 76) menyatakan honne merupakan sifat alami yang tidak dibuat-buat, dan sebaliknya tatemae merupakan komplikasi yang tidak alami. Yang dimaksud dengan komplikasi yang tidak alami di sini adalah sesuatu yang dibuat-buat atau bisa dikatakan sebagai bentuk ketidaktulusan. Di sisi lain honne merupakan gejala alami yang mewakili kebenaran yang sesungguhnya. Maka dari itu tawa Nakoshi pada saat seekor anjing menarik baju yang akan dijemur Ken tak lebih dari sekedar perbuatan yang dibuat-buat sehingga membentuk komplikasi yang tidak alami. Sedangkan muka yang ditampakkan saat Ken sudah hilang dari pandangannya itulah yang merupakan perwujudan dari honne nya atau keadaan alami; perasaan tulusnya tanpa dibuat-buat yang mewakili kebenaran yang sesungguhnya. Maka dari itu tindakan Nakoshi yang menampakkan muka dingin dan tidak bersahabat ketika Ken sudah hilang dari pandangannya dapat dikategorikan sebagai honne. Situasi 2 Pada situasi ini, Nakoshi baru saja selesai makan malam bersama dengan para tunawisma. Pada gambar di atas, bisa dilihat bahwa Nakoshi menghabiskan makanan di piringnya tanpa tersisa. Nakoshi pun memuji masakan yang dibuat oleh Ita si tunawisma yang mulai hari itu bertugas memasak makanan untuk para tunawisma yang lain. Tetapi setelah makan malam, Nakoshi malah pergi ke toilet untuk memuntahkan makanan yang dia makan tadi tanpa diketahui oleh para tunawisma yang lain. Analisis: Sesuai dengan teori Ushiyama (2007, hal. 69) yang mengatakan bahwa honne sebagai pemikiran jujur lebih baik disimpan di dalam hati agar tidak menyinggung lawan bicara. Alasan Nakoshi melakukan tindakan di atas tentu karena tidak ingin menyakiti perasaan Ita yang sudah susah payah memasakkan makanan untuk para tunawisma. Meskipun makanan itu tidak sesuai dengan selera Nakoshi, ia harus bisa menyimpannya di dalam hati agar tidak menyinggung perasaan orang lain. Apalagi Nakoshi selalu ingin tampak ideal di hadapan para tunawisma, sehingga ia selalu melakukan perilaku tatemae di hadapan para tunawisma yang lainnya. Honna dan Hoffer (2002, hal. 94 ) memaparkan bahwa honne adalah keinginan terpendam dari seseorang yang tidak bisa secara gamblang diutarakan karena hidup dalam masyarakat yang dikekang kebebasan sosialnya. Dalam masyarakat, memuntahkan makanan di hadapan orang dianggap sebagai sesuatu yang kurang ajar dan dianggap buruk secara moralitas karena tidak mengindahkan norma kesopanan. Namun, Nakoshi tentu memiliki keinginan untuk muntah ketika makanan yang masuk ke mulutnya amat tidak sesuai dengan seleranya. Apalagi makanan itu dimasak dari bekas-bekas sampah yang dikumpulkan oleh para tunawisma. Jelas makanan itu tidak cocok bagi Nakoshi yang baru dua minggu menjadi tunawisma, apalagi dia berasal dari kalangan bonafit. Maka dari itu, tindakan Nakoshi yang memuntahkan makanan yang dimasak oleh Ita dapat dikategorikan sebagai honne. Analisis Konsep Tatemae pada Komik Homunculus Jilid 1 dan 2 Secara Verbal Dalam subbab ini penulis akan menganalisis konsep tatemae pada komik Homunculus jilid 1-2 sesuai dengan percakapan para tokoh yang didukung dengan situasi yang ada. Situasi 1 Pada situasi ini, Nakoshi datang ke tempat para tunawisma yang berkumpul untuk makan malam sambil membawa sake untuk diminum bersama dengan para tunawisma yang lainnya. Kemudian Ken memperkenalkan tunawisma baru yang bernama Ita kepada Nakoshi . Para tunawisma memuji masakan yang dibuat oleh Ita dan mengatakan bahwa Ita merupakan mantan chef dari kalangan bonafit karena bisa membuat masakan yang lezat dari sisa-sisa remah makanan yang dikumpulkan oleh para tunawsima. Para tunawisma dan Nakoshi pun menikmati makan malam tersebut sembari mengobrol tentang berbagai macam hal. Kemudian Nakoshi yang telah selesai makan memuji masakan yang dibuat oleh Ita dan percakapan di antara mereka berdua pun terjadi.
5
Berikut adalah percakapannya:
名越 イタ 名越 イタ 名越 イタ 名越 イタ
Terjemahan: Nakoshi Ita
Nakoshi Ita Nakoshi Ita
Nakoshi
Ita
:ごちそうさまです。 うまかったです。さすが元イタさんですね。 :いや。へへ。 にいさんは車関係の仕事でもしてたんですか? :え? :ほら、さっき器用に直してたから。車。 :よくわかりましたね。 :いや、昔知り合いにも車屋がいましてね。 エンジンの音聞いただけで、その車の悪い所がわかるん ですよ。 :「臭い」や「振動」も大事なんですよ。 要は、その車の全体の雰囲気なんです。 エンジンルーム聞いて、悪い所探すようなヤツはシロウト です。 :はいはい。 : Terima kasih untuk makanannya. Enak sekali, seperti yang diharapkan dari mantan chef. : Tidak juga kok haha. Ngomong-ngomong apakah anda pernah bekerja sebagai mekanik mobil? : Eh? : Tidak, hanya saja tadi saya melihat anda memperbaiki mobil dengan cekatan. : Anda benar-benar mengerti yah : Tidak juga, hanya saja saya punya kenalan seorang engineer. Hanya dengan mendengar suara mesin saja, dia bisa tahu jika ada yang tidak beres. : Bau dan getaran juga hal yang penting. Dua hal itu adalah nyawa dari mesin itu sendiri. Orang yang membuka kokpit mesin hanya untuk mencari bagian yang rusak adalah amatir. : Iya..iya
Analisis: Nieda dalam Thamrin (2005, hal. 13) mengatakan bahwa tatemae dapat dibagi ke dalam tiga jenis, dan salah satunya adalah tatemae yang dilakukan agar terlihat baik dimana tatemae ini dilakukan agar dapat memberi kesan yang baik terhadap lawan bicara. Pada tatemae jenis ini ada juga kemungkinan dimana akan timbulnya kebohongan-kebohongan, atau usaha yang disertai kepura-puraan agar dapat
「よく分かりましたね。」
menimbulkan kesan yang baik. Hal ini bisa dilihat dari kalimat yang berarti “Anda benar-benar mengerti ya”. Kalimat ini diucapkan Nakoshi ketika Ita menyangka jika pekerjaan Nakoshi adalah sebagai mekanik yang sering berurusan dengan kendaraan seperti mobil. Nakoshi berbohong kepada Ita agar mendapatkan kesan yang baik, karena maksud Nakoshi di sini hanya agar dapat terlihat ideal sebagai seorang manusia. Selain itu, pada situasi ini masih ada tatemae yang dilakukan oleh seorang Nakoshi di mana ia memuji masakan yang dimasak Ita sangat enak meskipun sebenarnya makanan itu bukan seleranya. Bahkan makanan itu akan dimuntahkannya di chapter selanjutnya. Tatemae
「うまかったです。さすが元イタさんですね。」
itu terdapat dalam kalimat yang berarti “Enak sekali. Seperti yang diharapkan dari mantan chef”. Menurut Doi (2001, hal. 37) tatemae adalah sesuatu yang mengaplikasikan omote atau lapisan luar. Hubungan antara omote dan ura sama dengan hubungan antara honne dan tatemae. Karena itu, perkataan Nakoshi di sini merupakan pengaplikasian omote sebagai lapisan luar. Di mana omote ini bertentangan dengan ura dari seorang Nakoshi yang tidak menyukai makanan yang dibuat oleh Ita tersebut.
6
Situasi 2 Pada situasi ini, Nakoshi baru saja bangun dari tidurnya setelah kemarin malamnya menolak permintaan Itou yang menginginkan Nakoshi sebagai subjek percobaan operasi trepanasi. Dia pun hendak ke taman tempat para tunawisma biasa berkumpul untuk membasuh mukanya dan menggosok gigi. Di sinilah dia bertemu dengan Ken yang sedang mencuci pakaian. Setelah tahu Nakoshi kemarin kedinginan akibat tidur di mobil dengan berselimutkan jaket, Ken pun menawarkan sebuah selimut yang baru saja ditemukannya. Setelah melirik selimut yang ditawarkan Ken dengan pandangan jijik, Nakoshi pun menolaknya secara halus dengan cara berbohong. Berikut adalah percakapannya:
名越 ケン 名越 ケン 名越 ケン
Terjemahan: Nakoshi Ken Nakoshi Ken
Nakoshi Ken
:おはようございます、ケンさん。 :おう、車のあんちゃん。 おつ、どうした?疲れた顔して。 :いやあ。。。。 寒くて全然、寝れなくて。。。。 :そりゃいくら車だって、毛布くらいねえと 寒いだろう。 ちょうどいい、ほれ。 この前拾ってきた毛布があんけど、持っていくか? :大丈夫です。ちょうど友人にもらう予定なので。 :そうかい。
: Selamat pagi Pak Ken. : Yo, bocah mobil. Ada apa?kok mukamu tampak lelah? : Tidak…. Hanya saja kemarin ini saya sama sekali tidak bisa tidur, dingin sekali. : Tentu saja dingin jika kau tidur tanpa selimut meski di dalam mobil sekalipun. Kebetulan sekali, lihat ini! Baru saja aku menemukan sepasang selimut tadi, kau mau? : Tidak apa-apa kok pak. Aku baru saja akan berencana meminjam selimut kepada salah satu temanku. : Oh begitu.
Analisis: Nieda dalam Thamrin (2005, hal. 13) mengatakan bahwa tatemae dapat dibagi ke dalam tiga jenis, dan salah satunya adalah tatemae untuk menghormati orang lain. Tatemae jenis ini dilakukan untuk menghormati perasaan lawan bicara dengan cara tutur kata dan sikap baik yang ditunjukkan terhadap lawan bicara agar bisa berkembang sebagai manusia yang ideal. Pada situasi ini, Nakoshi berusaha untuk menjaga perasaan Ken, menghormatinya sebagai orang yang lebih tua darinya meskipun Ken menawarkan sesuatu yang tidak diinginkannya, Nakoshi tetap harus menghormatinya dengan cara menunjukkan sikap yang baik dan sopan ketika menolak tawaran tersebut. Hal ini bisa dilihat dari kalimat yang berarti “Tidak apa-apa kok pak. Aku baru saja akan berencana meminjam selimut kepada salah satu temanku”. Penolakan Nakoshi ini dapat dikategorikan sebagai tatemae untuk menghormati orang lain.
「大丈夫です。ちょうど友人にもらう予定なので。」 Wanita Nakoshi Wanita Nakoshi
: Wahhh~~~~ :? : Terima Kasih yahh~~~~ Senangnyaaa~~~~~!! : ………… Sialan…
Analisis:
7
Menurut Doi (2001, hal. 26) tatemae mengaplikasikan omote atau lapisan luar, sehingga menyembunyikan ura atau lapisan dalam sebagai honne. Maka dari itu pada situasi ini, orang-orang selain Nakoshi hanya dapat melihat omote atau lapisan luar sebagai tatemae dari wanita yang terlihat senang sekali ketika mendapatkan hadiah dari pacarnya. Hal ini bisa dilihat dari kalimat yang berarti “Terima Kasih yahh~~~~ Senangnyaaa~~~~~!!”. Kalimat yang diucapkan wanita ini pada kenyataannya hanya merupakan tatemae belaka yang berlawanan dengan ura atau lapisan dalam sebagai honne wanita tersebut. Nieda dalam Thamrin (2005, hal. 13) mengatakan bahwa tatemae dapat dibagi ke dalam tiga jenis, dan salah satunya adalah tatemae untuk mencapai tujuan tertentu. Wanita yang dilihat Nakoshi menggunakan tatemae untuk mendapatkan hadiah-hadiah dari para pria yang dikencaninya. Maka dari itu, di hadapan pria yang sedang dikencaninya, wanita tersebut akan selalu bersikap manis dan manja sampai tujuannya terpenuhi. Di sisi lain, ura atau lapisan dalamnya sebagai honne tidak bisa terlihat karena bersembunyi di balik topengnya sebagai anak baik. Dari apa yang dilihat Nakoshi, jelas terlihat bahwa wanita tersebut senang bukan karena kebaikan hati pacarnya, melainkan karena kebodohan pacarnya yang tertipu dengan penampilan luarnya belaka sehingga ia berhasil mendapatkan materi yang diincarnya. Oleh karena itu, kalimat yang diucapkan wanita tersebut dapat dikategorikan sebagai tatemae.
~~うれし~~~~~!!」
「ありがと~~
Analisis Konsep Honne pada Komik Homunculus Jilid 1dan 2 Secara Non Verbal Dalam subbab ini penulis akan menganalisis konsep tatemae pada komik Homunculus jilid 1-2 sesuai dengan ekspresi muka dan tindakan si tokoh pada gambar yang terdapat dalam komik Homunculus dan juga situasi yang akan menjelaskan gambar tersebut. Situasi 1 Pada situasi ini, Nakoshi sedang mengucapkan salam perpisahan kepada bos yakuza setelah ia berhasil menyelesaikan masalah bos yakuza tersebut. Muka Nakoshi terlihat meyakinkan ketika ia mengucapkan salam perpisahan, bahkan ketika mereka sudah saling membelakangi dan berpisah jalan pun Nakoshi masih menampakkan muka yang normal. Akan tetapi setelah cukup jauh berjalan, Nakoshi malah tertawa terkikik-kikik karena menganggap masalah bos yakuza itu bukanlah masalah besar yang bisa dijadikan sebuah alasan untuk menyesatkan jalan hidup seseorang. Pada malam itu, Nakoshi berhasil mengetahui alasan bos yakuza tersebut menjadi seorang yakuza yang gemar memotong kelingking orang karena trauma masa kecilnya di mana bos tersebut pernah kabur meninggalkan temannya yang terluka akibat tebasan celuritnya saat memanen padi. Analisis: Honna dan Hoffer (2002, hal. 94 ) mengatakan bahwa tatemae adalah perilaku yang sejalan dengan norma-norma sosial yang dibentuk, didukung, dan dikekang oleh norma-norma mayoritas sehingga kelakuan seseorang di masyarakat umumnya mengikuti norma yang dipegang teguh oleh masyarakat itu sendiri. Salah satu norma sosial yang penting dalam interaksi sosial adalah norma kesopanan, amatlah tidak sopan jika menetertawakan orang persis di hadapannya ketika orang tersebut melakukan hal yang kita anggap memalukan dan lucu, terutama bagi masyarakat Jepang yang menjunjung tinggi norma kesopanan. Maka dari itu, tindakan Nakoshi yang menahan tawa ketika hendak berpisah dengan bos yakuza itu pun dilakukan karena Nakoshi masih mematuhi norma-norma mayoritas dalam masyarakat. Ketika sudah cukup jauh berjalan, barulah Nakoshi bisa tertawa bebas dan lepas karena tak akan ada yang tersinggung apabila mendengar tawa Nakoshi. Tindakan ini sesuai dengan teori Ushiyama (2007, hal. 69) yang mengatakan bahwa berbicara secara terang-terangan hanya akan menyakiti perasaan lawan bicara karena itulah dibutuhkan tatemae yang disesuaikan dengan kondisi, tempat, waktu, dan juga lawan bicara. Maka dari itu, tindakan Nakoshi yang menahan tawa ini disesuaikan pula dengan kondisi pembicaraan mereka berdua yang serius. Sangatlah aneh bila seseorang tertawa di tengah pembicaraan yang serius, meskipun ingin tertawa seseorang harus melihat situasi di mana hal itu memungkinkan untuk dilakukan. Jadi, tindakan Nakoshi yang menahan dirinya untuk tertawa dengan menampilkan ekspresi muka yang normal pada situasi ini dapat dikategorikan sebagai tatemae. Penutup Setelah menganalisis semua situasi tersebut baik secara verbal maupun non verbal, penulis menyimpulkan bahwa konsep honne dan tatemae terbukti ada dan dapat ditemukan di dalam komik Homunculus yang notabene mencerminkan kehidupan masyarakat Jepang dewasa ini di mana kemajuan ekonomi berdampak negatif bagi kehidupan sosial masyarakat. Contohnya adalah gaya hidup hedonisme
8
yang bisa ditemukan pada karakter wanita dalam komik ini. Selain itu ada juga Nakoshi yang kejiwaannya terganggu karena tidak bisa bebas dalam mengekspresikan dirinya ketika berada di dalam dunia kerja sehingga ia pun memutuskan untuk menjadi seorang tunawisma. Semua karakter dalam komik ini digambarkan sebagai orang yang tidak memiliki ketulusan hati. Di balik semua perilaku karakter dalam komik ini, terdapat niat terselubung atau perasaan jujur di dalam hatinya yang berlawanan dengan perilaku yang ditampilkannya di muka umum. Akan tetapi, ada kalanya perasaan jujur itu bisa dikeluarkan tanpa ada rasa sungkan. Contohnya saat tidak ada orang yang melihat. Selain itu, di dalam komik ini ada kondisi spesial di mana Nakoshi dapat melihat perasaan jujur yang disimpan seseorang dalam wujud sosok fisik ketika ia menutup mata kanannya, Oleh karena itu di dalam komik ini, bos yakuza akhirnya dapat menumpahkan isi hatinya sebagai perasaan jujur yang selama ini disimpannya kepada Nakoshi. Pada umumnya, alasan masyarakat Jepang melakukan hal itu karena ingin menjaga wa atau keharmonisan. Hal itu sedikit banyak diimplementasikan ke dalam komik ini, terutama mengenai hubungan antara tunawisma dengan Nakoshi Susumu. Akan tetapi, ada juga beberapa motif tersendiri yang mendasari lahirnya perilaku honne dan tatemae tersebut. Misalnya seperti kecenderungan Nakoshi yang berbohong demi terlihat baik dan menciptakan sosok manusia ideal. Selain itu, ketaatan terhadap norma-norma sosial dalam masyarakat juga mendorong Nakoshi dalam melakukan perilaku tatemae. Kemudian motif lainnya seperti bos yakuza yang menutupi honne-nya dengan tatemae agar dapat melupakan masa lalunya dan menutupi dosa masa kecilnya. Kemudian ada juga seorang wanita yang melakukan tatemae demi mencapai tujuan tertentu. Daftar Pustaka A p l i a n a , Di n i . ( 2 0 0 5 ) . H a ri V a l e n t i n e ( S u a t u k e g i a t a n re ma j a J e p a n g d a l a m m e n g ekspresikan tatemae, honne melalui pemberian). Jakarta : Universitas Indonesia. D’Andra de, Ro y. ( 2008) . A Study of Personal and Cultural Value s. United States of America : PALGRAVE MACMILLAN. D avi s , W ins t on Br adle y. ( 199 2) . Jap anese R eligion an d Society: Para digm s of St ru c t u re a n d C h a n g e . U ni te d St a te s of A m er ic a : St ate U n i ver si t y of N ew Y or k Press. D oi , T a ke o. ( 2 0 0 1 ) . T h e A n a t o m y o f S e l f : T he I n d i v i d u a l V e r su s S o c i e t y. J a p a n : Kodansha International, Ltd. Endraswara, Suwardi. (2003). Metodologi Penelitian Sastra.Yogyakarta : CAPS. Fu ku ta ke, Ta da shi . ( 1 9 8 1) . Ja pa ne se S oci e ty T o d ay Sec o n d E dit io n. Ja pa n : Uni ve r sity of Tokyo Press. Fu ku ta ke, Ta dash i. ( 1 99 2) . Masy ar ak at Jep a n g Dew a sa Ini . J aka rt a : PT Gra me dia. Japanese Life Today (2001). Tokyo : AOTS. Konishi, E miko, Yahir o, Mic hiko, Naka jima, Naoko, & Ono, Mi ki. ( 2009). The Japa nese Value of Harmony and Nursing Ethics. Nursing Ethics, 16 (5), 625-36. Kusuma Puteri, M.D. (2009). Analisis Konsep Gambare Dihubungkan dengan Honne dan Tatemae dalam Film Azumi. Jakarta : Binus University. L i z a r t i , I sn a . ( 2 0 1 1 ) . A n a l i s i s A s p e k To k o h d a l a m N a s k a h Te a t e r D o m J u a n o u l e Festin de Pierre Karya Molière. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia. Ma dubrangti, Diah. (2008). Undokai: Ritual Anak Sekolah Jepang dalam Kajian Kebudayaan. Jakarta : Akbar Media Sarana. Mouer, Ross & Kawanishi, Hir osuke. (2005).
A Sociology of Work in Jap an. United
9
States of America : Cambridge University Press, New York. Nieda, Rokusaburô . (1977). Tatemae to Honne. Japan : Daiyamondo-sha. N u r g i ya n t o r o , B u r h a n ( 2 0 0 2 ) . T e o r i P e n g k a j i a n F i k s i . Y o g y a k a r t a : G a j a h M a d a University Press. Oi kawa, Na oko & Ta n n er , Joh n F, Jr . ( 1992) . The i nf luenc e of J apane se cult ure on busi ness r elationships. The Jou rnal of B usin ess & I ndustrial M arketing, 7 ( 4), 55. Diunduh dari http://search.proquest.com/docview/221992096/fulltext/13805C42 AFB2E76C867/1?accountid=31532 R ice, J onatha n. ( 2 00 4) . B ehin d the Jap ane se Mask. U nited Ki n gd om : H ow T o C on tent. Shi miz u, Hidetada & A. Le Vine, Robert. (2002). Japanese Frames of Min d : Cultu ra l P e r sp e c t i v e s o n H u m a n D e v e l o p me n t . U n i t e d S t a t e s of A m e r i c a : C a mb r i d ge University Press, New York. Siswanto, Wahyudi. (2008). Pengantar Teori Sastra. Jakarta : Grasindo. Sugimoto, Yoshio. (2010). An Introduction to Japanese Society. United States of America : Cambridge University Press, New York. Tanaka, Yoshio. (1990). Japan as it is : Bilingual Guide. Japan : Gakken. T ha mr in, A n dar ina A gu svi a n da. ( 2 00 5) . A zuc h i Se b a ga i P ela nc a r K om un ika si Se rt a Ref le kt o r T a te mae - Ho n ne d a l am M as y a rak at J e p a n g. Ja ka r ta : U n i ve r si ta s I n d on e sia. Ushiyama, Kyousuke. (2007). Mite Wakaru Nihon. Tokyo : JTB. Yamamoto, Hideo. (2003). Homunculus (Vol. 1). Japan : Shogakukan. Yamamoto, Hideo. (2004). Homunculus (Vol. 2). Japan : Shogakukan.
Riwayat Penulis Panji Ciptawan lahir di kota Tangerang pada tanggal 31 Januari 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Sastra Jepang pada tahun 2012.
10