JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
ANALISIS KOMPETENSI SAFETY COMMUNICATION PETUGAS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) KONSTRUKSI PT. X KOTA SEMARANG Youlan Septiani, Baju Widjasena, Ida Wahyuni Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email:
[email protected] Abstract : The construction sector contributed for the highest number of accidents in Indonesia. One of the preventive assessment to minimize the risk of accidents is safety communication. PT. X has a number of projects in Central Java, one of which is the building project Y located in the Semarang City. Number of staff and employees were about 220 people with the total number of safety officer were 3. In building projects Y still found accident figures, the use of PPE was not complete, the installation of safety sign were incomplete, and safety communication programs was not routinely performed. Construction safety officers must have competency of communication according to the Ministry of Manpower and Transmigration Republic of Indonesia Number 307 Year 2013. This study aimed to identify and analyze competency of safety communication of construction safety officer in PT. X Semarang City. This research was a descriptive qualitative in-depth interviews and observation. Subjects of this study amounted to 11 people, with 3 people as key informants and 8 as triangulation informant. The results showed that safety officer PT. X has met 60% performance criteria in implementing the competence elements of effective two-way communication in the framework of the implementation of OSH in the workplace, safety officer PT. X not meet all performance criteria within the competence element OSH enterprise management system communicates to the relevant parties, safety officer PT. X has met 75% of performance criteria in competence elements coordination and communication with relevant parties. Safety officer must conduct more stringent monitoring so that workers do not violate the OSH rules in the workplace. Keywords
: competency, safety communication, construction safety officer
634
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
PENDAHULUAN
Banyak kecelakaan kerja yang terjadi
Latar Belakang
akibat
kurang
baiknya
komunikasi sehingga mempengaruhi Keselamatan
dan
kesehatan
kinerja K3 organisasi.3 Salah satu
kerja (K3) merupakan kebutuhan pekerja,
pengusaha,
pemerintah. banyak
Pemerintah
mengeluarkan
perundang-undangan
langkah
dan
meminimalisasi
telah
komunikasi
peraturan K3
banyak
yang
pentingnya
belum
K3.
ini
Komunikasi
masih
dalam
Program
ada
20
kontruksi.1
Data
menyebutkan
di
dari bahwa
K3
yang
untuk
telah
mengurangi
yang terkait.5
kasus
Semua membutuhkan
setiap 100.000 tenaga kerja, dan 30 terjadi
membentuk
komunikasi kepada seluruh pihak
kecelakaan dialami para buruh dari
persennya
dapat
yang
dapat dilaksanakan tanpa adanya
yang
mengakibatkan korban fatal di dunia. Indonesia,
kesadaran
sikap,
kemungkinan kecelakaan tidak akan
bahwa setiap hari terjadi sekitar
Di
besar
pengetahuan,
mengubah
direncanakan
menyebutkan
kerja
K3
perilaku dalam berbudaya selamat.
Data dari International Labour
kecelakaan
berperan
membentuk
selanjutnya
Indonesia.
6.000
K3
meningkatkan
kecelakaan kerja yang terjadi di
(ILO)
Komunikasi
pemahaman,
terbukti
dengan masih banyaknya kasus
Organization
(safety
kesadaran pekerja terhadap K3.4
menyadari
Hal
kerja
dan
yang persuasif dapat meningkatkan
No. 50 tahun 2012. Namun pihak pekerja
adalah
keselamatan
communication).
seperti UU No. 1 tahun 1970 dan PP
dan
untuk
risiko
kesehatan
untuk
mendukung budaya K3 di Indonesia,
pengusaha
preventif
menjalankan
sektor
tempat
kerja
komunikasi program
K3,
dalam salah
satunya adalah sektor konstruksi.
Jamsostek
Penyediaan informasi yang sesuai
secara
bagi tenaga kerja dan semua pihak
keseluruhan ada 9 orang meninggal
yang terkait dapat digunakan untuk
per hari akibat kecelakaan kerja, 3 orang di tempat kerja dan 6 orang di hubungan kerja.2
memotivasi
dan
mendorong
penerimaan
serta
pemahaman
umum dalam upaya perusahaan untuk meningkatkan kinerja K3.6 635
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Industri jasa konstruksi merupakan
menjadi
salah satu sektor
bersama dengan industri manufaktur
memiliki yang
risiko
industri yang
kecelakaan
cukup
tinggi.
kerja
sebesar
Berbagai
berhubungan
berbeda
dengan
(4%) dan pertambangan (2%).9
pada proyek konstruksi adalah halyang
32%,
terbesar
sektor transportasi (9%), kehutanan
penyebab utama kecelakaan kerja
hal
penyumbang
PT. X merupakan salah satu
dengan
perusahaan yang bergerak di bidang
karakteristik proyek konstruksi yang
konstruksi.
bersifat
beberapa proyek di wilayah Jawa
unik,
lokasi
berbeda-beda,
kerja
yang
terbuka
dipengaruhi
dan
cuaca,
Tengah,
waktu
PT.
salah
X
mempunyai
satunya
adalah
proyek pembangunan gedung Y.
pelaksanaan yang terbatas, dinamis
Berdasarkan
dan menuntut ketahanan fisik yang
pendahuluan,
tinggi, serta banyak menggunakan
dari wawancara dengan staff K3L
tenaga kerja yang tidak terlatih.
bahwa
Ditambah
kecelakaan yang terjadi di proyek
dengan
keselamatan lemah,
manajemen
kerja
akibatnya
bekerja
masih
informasi
ditemukan
angka
pembangunan gedung Y namun
para
pekerja
hanya
metode
tergores, tertusuk paku, dan terkena
yang
bongkahan material. Masih banyak
7
kecelakaan
juga
Di Indonesia, penyelenggaraan konstruksi
diperoleh
sangat
konstruksi
berisiko tinggi.
survey
yang
dengan
pelaksanaan
hasil
telah
kecil
pekerja
yang
seperti
tidak
menggunakan alat pelindung diri
banyak
lengkap, seperti sepatu, helm, baju
menimbulkan masalah di bidang
dan
keselamatan dan kesehatan kerja
petugas K3 sudah berulang kali
dan termasuk ke dalam salah satu
mengingatkan, namun para pekerja
jenis
tersebut
pekerjaan
yang
berisiko 8
celana
panjang.
Walaupun
tetap
tidak
terhadap kecelakaan kerja. Sektor
menghiraukannya. Hal ini bisa terjadi
konstruksi
karena latar belakang pendidikan
menyumbang
kecelakaan
kerja
Indonesia.
Dikutip
angka
tertinggi dari
di
pekerja konstruksi yang sebagian
situs
besar
lulusan
SD
membuat
mengenai proporsi kecelakaan kerja
diarahkan
dan
para
pekerja
di
konstruksi
juga
merasa
sudah
sektor
konstruksi 636
sulit
SMP
Kementerian Pekerjaan Umum, data
Indonesia
mereka
dan
untuk
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
terbiasa untuk bekerja tanpa adanya
Tahun
alat
itu,
Standar Kompetensi Kerja Nasional
pemasangan safety sign di proyek
Indonesia Kategori Jasa Profesional,
masih kurang diperhatikan, terbukti
Ilmiah dan Teknis Golongan Pokok
dengan minimnya jumlah safety sign
Jasa Arsitektur dan Teknik Sipil;
di lapangan sehingga kurangnya
Analisis dan Uji Teknis Golongan
pemberitahuan
Analisis
pelindung
diri.
Selain
mengenai
bahaya
yang ada di tempat kerja. Menurut
hasil
2013
dan
tentang
Uji
Penetapan
Teknis
Sub
Golongan Analisis dan Uji Teknis wawancara
Kelompok Usaha Jasa Sertifikasi
dengan salah satu petugas K3,
Jabatan Kerja Petugas Keselamatan
program komunikasi K3 yang kurang
dan
berjalan di proyek pembangunan
Konstruksi, ada 7 kompetensi kerja
gedung Y adalah program safety
pelaksana pekerjaan K3 konstruksi,
morning. Pada awalnya program
salah satunya adalah melakukan
safety morning dilakukan 2 minggu
komunikasi di tempat kerja. Elemen
sekali,
kompetensinya
namun
sekarang
hanya
Kesehatan
Kerja
(K3)
adalah
dilakukan 1 bulan sekali karena
melaksanakan komunikasi dua arah
padatnya
yang
sedang
jadwal kejar
proyek
target.
yang
Program
efektif
dalam
rangka
pelaksanaan K3 di tempat kerja;
komunikasi K3 yang lain adalah
mengomunikasikan
safety induction yang dilakukan bila
manajemen K3 perusahaan kepada
ada
baru.
pihak-pihak terkait; dan melakukan
Dalam safety induction ini diberikan
koordinasi dan komunikasi dengan
pengarahan
jenis
pihak-pihak terkait. Bila kompetensi
pekerjaaan, risiko yang dihadapi,
komunikasi tersebut telah terpenuhi
dan pengendaliannya. Namun tidak
maka risiko terjadinya kecelakaan
semua pekerja mengikuti arahan
dapat diminimalisasi.10
mandor
yang
dan
pekerja
mengenai
telah
disampaikan
oleh
sistem
Tujuan dari penelitian ini adalah
petugas K3, terbukti dengan masih
mengetahui
banyaknya
kompetensi safety communication
pekerja
yang
tidak
menggunakan APD saat bekerja. Menurut Tenaga Republik
Keputusan
Kerja
dan
Indonesia
menganalisis
petugas K3 konstruksi di PT. X Kota
Menteri
Semarang.
Transmigrasi Nomor
dan
307 637
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
METODE PENELITIAN
informan yang berbeda. Triangulasi
Penelitian ini merupakan jenis penelitian
kualitatif
yang
metode
bersifat
dilakukan
menggunakan
dengan
beberapa
metode
deskriptif. Dalam penelitian ini yang
dalam
menjadi informan utama adalah 1
wawancara
orang koordinator K3L dan 2 orang
observasi untuk memastikan kondisi
staff K3L PT. X Kota Semarang
yang
sedangkan yang menjadi informan
triangulasi
triangulasi adalah 2 orang staff dari
dengan mengecek kembali jawaban
bagian lain, yaitu Kepala Bagian
yang diberikan informan dengan
Engineer
cara menanyakan kembali maksud
dan
Kepala
Bagian
pengumpulan
data,
yaitu
mendalam
sebenarnya.
dan
Sedangkan
data/analisis
dilakukan
Produksi, 3 orang mandor, dan 3
dari
orang
memastikan kebenaran jawaban.
pekerja
Sedangkan
yang
konstruksi. menjadi
petugas
K3
Informan
utama
berjumlah
3
orang, yaitu 1 orang koordinator
penelitian
K3L dan 2 orang staff K3L yang
dilakukan dengan cara observasi
semuanya berjenis kelamin laki-laki.
dan wawancara mendalam kepada
Pendidikan terakhir informan utama
informan
informan
adalah DIII, SMA, dan S1. Masa
triangulasi sebagai penguat data.
kerja informan utama adalah 21
Bila
tahun, 1,5 tahun, dan 5 tahun.
utama
jawaban
data
untuk
A. Karakteristik Informan
konstruksi di PT. X Kota Semarang. Pengumpulan
informan
HASIL DAN PEMBAHASAN
objek
penelitian adalah kompetensi safety communication
jawaban
dan
informan
belum
memuaskan, maka peneliti akan
Informan utama yang pernah
melanjutkan pertanyaan lagi, sampai
mengikuti pelatihan/sosialisai ahli K3
tahap tertentu diperoleh data yang
konstruksi muda hanya 1 orang yaitu
dianggap kredibel.
koordinator K3L. Menurut Keputusan
Validitas data dilakukan dengan
Menteri
Tenaga
Kerja
dan
menggunakan triangulasi sumber,
Transmigrasi Republik Indonesia No.
triangulasi metode, dan triangulasi
307
data/analisis.
Konstruksi adalah petugas di dalam
Triangulasi
sumber
tahun
2013,
petugas
dilakukan dengan cara cross-check
organisasi
data dengan fakta dari sumber
dan/atau
lainnya dan menggunakan kelompok
kontraktor/konsultan pengawas yang 638
pemimpin
K3
proyek organisasi
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
telah mengikuti pelatihan/sosialisasi
Indikator tercapainya kriteria
K3 konstruksi dan berpengalaman
unjuk kerja ini dapat dilihat dari
sedikitnya 2 (dua) tahun, sehingga 1
isi informasi K3 yang diberikan
orang petugas K3L di PT. X belum
kepada pihak-pihak terkait saat
memenuhi
pelaksanaan program K3 dan
syarat
yang
telah
ditetapkan dalam Kepmenakertrans
tercapainya
No. 307 tahun 2013.
perusahaan. Isi informasi K3
Informan
triangulasi
dalam
K3 perusahaan.
Bagian Produksi, Kepala Bagian mandor,
konstruksi.
dan
Informan
K3
harus disesuaikan dengan tujuan
penelitian ini diambil dari Kepala
Engineer,
tujuan
Program komunikasi K3 di PT.
pekerja
X
triangulasi
dilakukan
agar
dapat
mencapai tujuan di bidang K3
memiliki pendidikan dan masa kerja
yaitu
yang bervariasi. Pendidikan terakhir
proses pembangunan gedung Y
informan triangulasi yaitu S1, S2,
masih
SMK, SMP, dan SD dengan masa
kecelakaan seperti tergores dan
kerja 1,5 tahun, 1,5 tahun, 2 bulan, 1
terjepit. Kecelakaan paling parah
bulan, 2 minggu. Variasi masa kerja
adalah tertusuk
ini disebabkan karena pekerjaan
tidak menghilangkan waktu kerja
konstruksi yang terus berkembang
selama
sehingga
menunjukkan bahwa tujuan di
masuk
pekerja proyek
tertentu saat
baru
pekerjaan
bidang
tertentu juga. B. Analisis
zero
ditemukan
2x24
K3
Namun
Selama
angka
paku namun
jam.
berhasil dalam
Hal
ini
dicapai. program
Kompetensi
komunikasi K3 belum dijelaskan
Melaksanakan Komunikasi Dua
hazard lingkungan kerja secara
Arah
Dalam
menyeluruh,
seperti
K3
kebisingan,
dan
Rangka
Unit
accident.
yang
Efektif
Pelaksanaan
di
Tempat Kerja
sehingga
1. Informasi yang terkait dengan pelaksanaan
K3
yang
hal
debu, ventilasi,
ini
dapat
memperbesar terjadinya risiko
akan
kecelakaan kerja. Maka dari itu,
disampaikan kepada pihak-pihak
petugas K3L di PT. X belum
terkait
diidentifikasi
memenuhi kriteria unjuk kerja ini.
dengan
tujuan
yang
sesuai hendak
2. Prosedur
dicapai
untuk
mengomunikasikan informasi K3 639
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
dan SMK3 kepada pihak-pihak
jadwal diskusi dan konsultasi.
terkait disusun.
Jadwal diskusi dan konsultasi K3
Indikator tercapainya kriteria
dengan
staff
dan
pekerja
unjuk kerja ini dapat dilihat dari
dilaksanakan secara rutin. Selain
media yang digunakan untuk
itu, dalam diskusi dan konsultasi
penyampaian informasi K3 dan
K3 harus terjadi komunikasi dua
SMK3
arah antara petugas K3L dengan
semua
pihak
terkait
memperoleh informasi mengenai
staff dan pekerja.
K3 dan SMK3 yang diberikan
Pihak-pihak
oleh petugas K3L dan media
mengetahui
informasi
diskusi
yang
efektif
untuk
terkait adanya
dan
konsultasi
telah jadwal K3.
penyampaian informasi K3 dan
Pertemuan khusus untuk diskusi
SMK3.
dan konsultasi K3 dengan staff
Prosedur
untuk
adalah
Management
Regu
menyampaikan informasi K3 dan
Meeting (MRM). MRM sudah
SMK3 kepada pekerja dan staff
dilaksanakan secara teratur yaitu
menggunakan
1 minggu sekali dan telah terjadi
media
lisan,
teknologi informasi, dan visual
komunikasi
dengan tingkat efektifitas yang
petugas K3L dengan staff dan
cukup tinggi terhadap daya ingat
mandor.
staff dan pekerja. Dengan begitu,
pekerja belum ada pertemuan
petugas
khusus
K3L
PT.
X
sudah
memenuhi kriteria unjuk kerja ini.
konsultasi
3. Jadwal diskusi dan konsultasi disusun
untuk
2
arah
Namun
untuk K3.
untuk
antara
para
diskusi
dan
Media
yang
digunakan selama ini adalah
didistribusikan
safety morning dengan jadwal
kepada pihak-pihak terkait dan
yang tidak teratur. Dalam safety
dilakukan secara berkala.
morning telah terjadi komunikasi
Indikator tercapainya kriteria
2 arah antara pemberi pesan
unjuk kerja ini dapat dilihat dari
dengan pekerja namun peran
jadwal diskusi dan konsultasi K3
pemberi
yang
mendominasi.
disepakati
bersama
pesan
masih
Dengan begitu,
terdistribusi kepada staff dan
maka petugas K3L PT. X belum
pekerja sehingga seluruh staff
memenuhi kriteria unjuk kerja ini.
dan pekerja dapat mengetahui 640
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
4. Jawaban pertanyaan-pertanyaan
Indikator tercapainya kriteria
yang diajukan pihak-pihak terkait
unjuk kerja ini dapat dilihat dari
dibuat
media komunikasi K3 dan SMK3
dengan
efektif
agar
mudah dipahami.
terpasang
lengkap
di
proyek
Indikator tercapainya kriteria
sesuai dengan potensi bahaya
unjuk kerja ini dapat dilihat dari
yang ada di proyek, Indikator lain
jawaban yang diberikan oleh
yang dinilai adalah penempatan
petugas K3L dapat dimengerti
dan
oleh pihak yang bertanya dan
media komunikasi disesuaikan
adanya
dari
dengan standar ANSI (American
atau
National
tindak
lanjut
pertanyaan-pertanyaan saran-saran
yang
diberikan
Standards
Media
proyek.
memberikan
pembuatan
Institute)
Z535.4-2007.
mengenai pelaksanaan K3 di
Petugas
aturan-aturan
komunikasi
yang
sesuai
dengan
kebutuhan
adalah
poster,
di
K3L
telah
proyek
jawaban
yang
sign, kebijakan K3 tertulis, papan
mudah dipahami oleh pekerja
informasi
K3,
dan telah merealisasikan saran-
Kebijakan
K3
saran di bidang K3 yang berasal
informasi K3, dan HIRA belum
dari pekerja dan staff untuk
terpasang di lingkungan proyek.
dilakukan
Oleh
Jenis safety sign juga masih
karena itu, petugas K3L PT. X
belum sesuai dengan potensi
telah memenuhi kriteria unjuk
bahaya yang ada. Selain itu,
kerja ini.
masih
C. Analisis
perbaikan.
Unit
Kompetensi
Mengomunikasikan Manajemen
K3
dan
safety
tertulis,
adanya
HIRA. papan
penempatan
safety sign yang kurang sesuai
Sistem
dan masih kurangnya jumlah
Perusahaan
safety sign di beberapa potensi
Kepada Pihak-pihak Terkait
bahaya yang ada di lingkungan
1. Media komunikasi terkait K3 dan
proyek
menunjukkkan
SMK3 diperiksa kesesuainnya
petugas
dengan kebutuhan lapangan dan
memenuhi kriteria unjuk kerja ini.
dipasang
sesuai
dengan
2. Efektivitas
ketentuan.
K3L
PT.
hasil
X
bahwa belum
penyebaran
informasi terkait K3 dan SMK3 diukur secara berkala melalui 641
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
pertemuan-pertemuan
D. Analisis
dengan
Unit
para pekerja dan pihak terkait
Melakukan
lainnya.
Komunikasi
Koordinasi
dan
dengan
Pihak-
komunikasi
dalam
pihak Terkait
Indikator tercapainya kriteria unjuk kerja ini dapat dilihat dari adanya
Kompetensi
1. Rencana
pertemuan-pertemuan
rangka koordinasi pelaksanaan
khusus dengan para staff dan
pekerjaan dengan pihak terkait
pekerja
disusun dan dilaksanakan sesuai
efektivitas
untuk
mengukur
hasil
penyebaran
jadwal.
informasi terkait K3 dan SMK3.
Indikator tercapainya kriteria
Pertemuan ini harus dilakukan
unjuk kerja ini dapat dilihat dari
secara teratur dan dihadiri oleh
sudah disusunnya pihak terkait,
90% pekerja dan staff. Selain itu,
jadwal, program, alokasi biaya,
indikator efektivitas informasi
dalam
pengukuran
serta alokasi sumber daya yang
hasil
penyebaran
digunakan
juga
Komunikasi
harus
dikatakan
jelas.
dalam
koordinasi
efektif
rencana
pelaksanaan
pekerjaan. Indikator lain yang
apabila seluruh pekerja dan staff
dinilai
mengetahui
untuk melaksanakan komunikasi
informasi
terbaru
adalah
adanya
mengenai K3 dan SMK3 dan
dalam
menambah pemahaman serta
pelaksanaan pekerjaan dengan
keinginan untuk menuruti aturan
pihak terkait, yaitu staff dan
K3 perusahaan.
pekerja, yang dilakukan secara
Belum adanya pertemuan-
mengukur
koordinasi
teratur.
pertemuan khusus dan metode untuk
rangka
jadwal
Koordinasi dilakukan melalui
efektifitas
rapat koordinasi (rakoor) yang
penyebaran informasi terkait K3
dilakukan secara rutin 1 minggu
dan
kurangnya
sekali. Rakoor melibatkan oleh
pengawasan petugas K3L dan
perwakilan proyek yang selevel
mandor, serta masih banyaknya
manajer, mandor, staff-staff divisi
pekerja yang melanggar aturan
yang terkait, dan petugas K3.
K3
Dalam
SMK3,
di
proyek
menandakan
rakoor
akan
dibahas
bahwa petugas K3L PT. X belum
mengenai permasalahan yang
memenuhi kriteria unjuk kerja ini.
ada 642
di
proyek,
misalnya
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
anggaran, progress gedung, dan
mengonfirmasi kembali kepada
laporan
pihak
kecelakaan.
Permasalahan
yang
pemberi
informasi
bila
muncul
masalah tersebut sudah closed.
akan dicari solusinya bersama-
Maka dari itu, petugas K3L PT. X
sama
telah memenuhi kriteria unjuk
sehingga
adanya
koordinasi antara satu bagian dengan
bagian
yang
kerja ini.
lain.
3. Hasil
penerapan
sistem
Anggaran dan sumber daya akan
manajemen K3 perusahaan, dan
dialokasikan
hasil tinjauan ulang pimpinan,
untuk
permasalahan proyek.
Hal
mengatasi
yang ini
ada
di
dikomunikasikan dengan pihak-
menunjukkan
pihak terkait untuk perbaikan.
petugas K3L telah memenuhi
Indikator tercapainya kriteria
kriteria unjuk kerja ini.
unjuk kerja ini dapat dilihat dari
2. Informasi K3 yang terkait dari
adanya evaluasi hasil penerapan
pihak luar diidentifikasi untuk
SMK3 perusahaan dan tinjauan
dijadikan bahan komunikasi di
ulang pimpinan yang dilakukan
lingkungan kerja dan pihak luar
untuk perbaikan pelaksanaan K3
terkait.
di proyek. Hasil evaluasi ini
Indikator tercapainya kriteria
kemudian
dikomunikasikan
unjuk kerja ini dapat dilihat dari
kepada pihak-pihak terkait agar
adanya
pihak terkait juga ikut melakukan
tindak
lanjut
dari
informasi atau saran K3 yang
perbaikan bersama-sama.
bersal dari pihak luar. Informasi atau
saran
K3
Petugas
tersebut
K3L
mengomunikasikan
telah hasil
diberitahukan kepada staff dan
penerapan sistem manajemen
pekerja dan pihak luar yang
K3
terkait.
tinjauan ulang pimpinan kepada
Informasi K3 yang diterima dari
pihak
luar
akan
perusahaan
dan
pihak-pihak
terkait
selama
tinjauan
ini
hasil
namun ulang
dikomunikasikan kembali kepada
pimpinan terhadap SMK3 hanya
para staff dan pekerja terkait
pada pelaksanaan program K3,
untuk kemudian diambil tindakan
untuk
perbaikannya.
Kemudian
perencanaan program K3 belum
akan
dilakukan tinjauan ulang. Dengan
petugas
K3L
643
kebijakan
dan
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
begitu, maka petugas K3L PT. X belum memenuhi kriteria unjuk kerja ini. KESIMPULAN 1. Petugas
K3L
PT.X
Kota
3.
Semarang telah memenuhi 3 dari 5 atau 60% kriteria unjuk kerja dalam
elemen
4.
kompetensi
melaksanakan komunikasi dua arah yang efektif dalam rangka pelaksanaan K3 di tempat kerja. 2. Petugas
K3L
Semarang
belum
PT.X
Kota
memenuhi
semua kriteria unjuk kerja dalam elemen
5.
kompetensi
mengomunikasikan manajemen
K3
sistem
6.
perusahaan
kepada pihak-pihak terkait. 3. Petugas
K3L
PT.X
Kota
Semarang telah memenuhi 3 dari 4 atau 75% kriteria unjuk kerja dalam
elemen
melakukan
7.
kompetensi
koordinasi
dan
komunikasi dengan pihak-pihak terkait. 8. DAFTAR PUSTAKA 1. BPJS Ketenagakerjaan. Angka Kasus Kecelakaan Kerja Menurun. 2015. http://www.bpjsketenagakerjaan. go.id/berita/2943/Angka-KasusKecelakaan-Kerja-Menurun.html (diakses tanggal 10 April 2016). 2. Saputra, Rendra., Herliafifah, Riska. Angka Kecelakaan Kerja di Indonesia Tinggi, Salah 644
Siapa?. 2015. http://bisnis.news.viva.co.id/news /read/644430-angka-kecelakaankerja-di-indonesia-tinggi--salahsiapa- (diakses tanggal 9 April 2016). Ramli, Soehatman. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, OHSAS 18001. Jakarta: Dian Rakyat. 2010 Defrianto, Leo Vani, And Evawani Elysa Lubis. Komunikasi Persuasif HSE (Health Safety And Environment) dalam Meningkatkan Kesadaran Keselamatan Kerja Pada Pt. Dimas Drillindo Duri–Riau. Jurnal Online Mahasiswa Bidang Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik 2.1 : 1-15. 2014 Stranks, J. Human Factors and Behavioral Safety. ButterworthHeinemann: Elsevier. 2007 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 09/PER/M/2008 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum. Jakarta: Sekretaris Negara RI. 2008 Reini dan Febby. Kajian Penerapan Pedoman Keselamatan Kerja pada Pekerjaan Galian Konstruksi. Jurnal Teknik Sipil FTSP ITB. vol 12(2). 2005 Putranto, Yohanes Bosco Krisna Eka. Analisis Kondisi dan Perilaku Pekerja Konstruksi terhadap Implementasi Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Proyek Pembangunan Sahid Jogja Lifestyle City. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta. 2015
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
9. Suhendra, Zulfi. Kecelakaan Kerja Sektor Konstruksi Paling Tinggi di Indonesia. 2015. http://bisnis.liputan6.com/read/23 87230/kecelakaan-kerja-sektorkonstruksi-paling-tinggi-diindonesia diakses tanggal 10 April 2016. 10.Republik Indonesia. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 307 Tahun 2013 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Kategori Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis Golongan Pokok Jasa Arsitektur dan Teknik Sipil; Analisis dan Uji Teknis Golongan Analisis dan Uji Teknis Sub Golongan Analisis dan Uji Teknis Kelompok Usaha Jasa Sertifikasi Jabatan Kerja Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi. Jakarta: Sekretaris Negara RI. 2013
645