ANALISIS KINERJA PROTOTIPE SEPARATOR PENYULINGAN MINYAK NILAM
OLEH SHAFEEG AHMAD F34050809
2010 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
ANALISIS KINERJA PROTOTIPE SEPARATOR PENYULINGAN MINYAK NILAM
SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh SHAFEEG AHMAD F34050809
2010 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi : Analisis Kinerja Prototipe Separator Penyulingan Minyak Nilam Nama
: Shafeeg Ahmad
NIM
: F34050809
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Meika Syahbana Rusli, M.Sc. NIP. 19620505 198903 1 016
Mengetahui : Ketua Departemen
Prof. Dr. Nastiti Siswi Indrasti NIP : 19621009 198903 2 001
Tanggal Lulus :
SHAFEEG AHMAD. F34050809. Analisis Kinerja Prototipe Separator Penyulingan Minyak Nilam. Dibawah bimbingan : Meika Syahbana Rusli. 2010 RINGKASAN Minyak nilam merupakan komoditas minyak atsiri Indonesia dengan jumlah produksi paling besar dibandingkan komoditas sejenis. Indonesia merupakan penghasil utama minyak nilam dunia dengan pangsa pasar hampir 90%. Total produksi minyak nilam Indonesia pada tahun 2006 mencapai 2.832.413 Kg atau senilai US$ 43.984.079. Sampai saat ini minyak nilam kebanyakan masih diproduksi oleh masyarakat pada penyulingan skala kecil dengan teknologi sederhana, bahan yang korosif, dan efisiensi belum optimal. Separator merupakan bagian dari rangkaian alat penyulingan yang belum banyak mengalami perkembangan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian pada separator mengingat minyak nilam termasuk minyak yang cenderung lebih sulit memisah dengan air sehingga potensi loss di separator besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja separator industri kecil lalu membandingkannya dengan kinerja prototipe separator yang telah dirancang. Faktor yang digunakan adalah suhu distilat dan laju distilat dengan respon loss minyak. Separator industri kecil terbuat dari aluminium dengan sekat pemisah di bagian tengah dari seng. Separator ini masih membutuhkan alat bantu dalam penggunaannya sehingga kurang efekitf. Desain separator juga menghasilkan aliran fluida dalam separator yang berlawanan dengan gerakan partikel minyak sehingga bisa menimbulkan loss minyak. Kisaran suhu dan laju distilat yang dihasilkan IKM ini berturut-turut adalah 38,5o 60 C dan 1,28-2,72 liter/menit . Rata-rata loss minyak yang terjadi adalah 3,13 %. Pengujian kadar Patchouli Alcohol (PA) untuk minyak yang terbuang (loss) dengan alcoholmeter menunjukkan kadar PA-nya lebih besar dari 34%. Densitas minyak yang terbuang adalah 0,992 gr/ml. Pada suhu distilat yang lebih tinggi terdapat kecenderungan penurunan loss minyak sedangkan pada laju distilat yang lebih besar terdapat kecenderungan kenaikkan loss minyak. Prototipe separator dirancang berdasarkan laju dan suhu distilat pada uji kinerja separator IKM. Separator ini mempunyai silinder dalam untuk membantu proses pemisahan minyak. Bagian atas separator terbuat dari kaca untuk memudahkan memantau jumlah minyak. Ujung bagian kaca dibuat semakin menyempit untuk memperkecil bidang kontak antara air dan minyak sehingga memudahkan dalam proses pengumpulan minyak. Minyak dikeluarkan dari separator melalui pipa yang ujungnya diberi kran. Prototipe separator terbuat dari bahan stailess steel. Prototipe separator memiliki kinerja yang sangat baik. Pada uji kinerja prototipe separator, nilai tertinggi loss yaitu 0,24 % dan nilai terendah 0,09 % dengan nilai rata-rata loss minyak sebesar 0,16 %. Air buangan prototipe separator jauh lebih jernih daripada air buangan separator IKM. Prototipe separator sudah tidak lagi membutuhkan alat bantu berupa busa dan gayung untuk mengumpulkan minyak.
SHAFEEG AHMAD. F34050809. Performance Analysis of Separator Prototype in Patchouli Oil Distilation. Supervised by : Meika Syahbana Rusli. 2010 SUMMARY Patchouli oil is an Indonesian important essential oil with the biggest total production compared to similar commodities. Indonesia is a major producer of patchouli oil in the world with almost 90% market share. The total production of Indonesian patchouli oil in 2006 reached 2.832.413 kg or the equivalent of U.S. $ 43,984,079. Until now, most of patchouli oil is still produced in small-scale distillation with a simple technology, corrosive materials, and low efficiency. Separator is a part of distillation equipment that has not undergone many improvements. Therefore, research needs to be done on a separator considering the patchouli oil including an oil that tend to be more difficult to separate from water so there was big loss potential on separator. The objectives of this study are to evaluate the performance of separator of IKM (Small Medium Industry) and then compare it with the performance of the prototype separator that has been developed. Observed factors are the distillate temperature and the flow rate with oil loss as a response. The range of distillate temperatures and distillate flow rate in this IKM, respectively 38,5-60 oC and 1,28-2,72 liters/minute. The range of oil loss that occurs is 2,11 % - 4,35 % with an average value 3.13%. The result of Patchouli Alcohol (PA) Levels Test for waste oil (loss) with alcoholmeter indicates a PA level is bigger than 34%. Waste oil density is 0.992 g/ml. At higher distillate temperatures there is a decreasing trend of oil loss while at the bigger distillate flow rate there was a greater tendency to increase oil loss. Prototype separator was designed based on the distillate flow rate and distillate temperature at the separator of IKM performance test. This separator has an inner cylinder to help the oil separation process. The top of the separator is made of glass to make it easier to monitor the amount of oil. The tip of the glass made narrowed to minimize surface contact between water and oil so facilitate the collecting process of oil. The oil removed from the separator through a pipe with faucet at the end. Separator prototype made of stainless steel. Prototype separator has a very good performance. In the separator prototype performance test, the range of oil loss is 0.09 % - 0.24 % with an average value 0.16%. The waste water from separator prototype more clearly than the waste water from separator of IKM. Separator prototype no longer need additional tool such as foam and big spoon in collecting oil.
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul: “ANALISIS KINERJA PROTOTIPE SEPARATOR PENYULINGAN MINYAK NILAM” adalah karya asli Saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing akademik, kecuali yang jelas ditunjukkan rujukannya.
Bogor, Februari 2010 Yang memberi pernyataan
SHAFEEG AHMAD F34050809
BIODATA
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 31 Januari 1986 dari ayah bernama Ahmad Churry dan ibu bernama Sohra Hasan Abdat. Penulis merupakan putra pertama dari empat
bersaudara. Penulis
memulai
pendidikan
formal
pertamanya di Harbord Public School, Sydney
hingga kelas 2 tingkat dasar. Penulis melanjutkan pendidikan dasarnya di SDIT Ummul Quro’ Bogor sampai selesai pada tahun 1999. Penulis menyelesaikan pendidikan menengahnya di SLTP Negeri I Kudus pada tahun 2002 dan di SMU Negeri I Kudus pada tahun 2005. Tahun 2005 penulis diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian pada
pemilihan mayor tahun 2006. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di beberapa organisasi. Pada tahun
2005/2006 penulis adalah anggota BEM TPB, LDK DKM Al-Hurriyah, dan IKMT. Pada tahun 2006/2007 penulis adalah Ketua Divisi Public Relation FBI (Forum Bina Islami)
Fateta dan staff Departemen Sosial Politik BEM Fateta. Tahun 2007/2008 penulis diamanahkan untuk menjadi Direktur Direktur FBI Fateta. Penulis juga aktif di Keluarga Kudus Bogor (Organisasi Mahasiswa Daerah Kudus) dan pernah menjabat sebagai ketua divisi
kerohanian, sekretaris, serta PJS Ketua. Pada tahun 2008 penulis menjadi assisten praktikum mata kuliah Teknologi Minyak Minyak Atsiri dan koordinator assisten praktikum mata kuliah Peralatan Industri. Penulis juga pernah menjadi assisten mata kuliah Pendidikan Agama Islam pada tahun 2008 dan 2009. Penulis melakukan praktek lapang pada tahun 2008 di PT Essence Indonesia
(International Flavor & Fragrance), Jakarta dan menyusun laporan praktek lapang dengan judul “Proses Produksi dan Sistem Pengawasan Mutu Produk Ekstrak Kakao di PT Essence Indonesia Jakarta”. Sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian, penulis menulis skripsi dengan judul “Analisis Kinerja Prototipe Separator Penyulingan Minyak Nilam” di bawah bimbingan Dr. Ir. Meika Syahbana Rusli,
M.Sc. dan dinyatakan lulus pada tanggal 12 Februari 2010.
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................... iii DAFTAR TABEL ....................................................................................... v DAFTAR GAMBAR................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... vii
I.
PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ................................................................... 1 B. TUJUAN ....................................................................................... 1
II.
TINJAUAN PUSTAKA A. MINYAK NILAM ......................................................................... 2 B. PENYULINGAN ........................................................................... 4 C. DESAIN SEPARATOR ................................................................. 7
III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT .................................................................... 10 1. Bahan ..................................................................................... 10 2. Alat
..................................................................................... 10
a. Evaluasi Kinerja Separator IKM ........................................... 10 b. Analisis Kinerja Separator Prototipe ..................................... 12 B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN ........................................ 14 C. METODE PENELITIAN ............................................................... 14 1. Evaluasi Kinerja Separator UKM ............................................. 14 2. Perancangan dan Konstruksi Prototipe Separator ..................... 17 3. Analisis Kinerja Prototipe Separator ........................................ 17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
i
A. EVALUASI KINERJA SEPARATOR IKM .................................. 18 1. Kondisi Umum Penyulingan IKM ............................................ 18 a. Rendemen Minyak Nilam ..................................................... 18 b. Suhu Distilat ......................................................................... 19 c. Laju Distilat .......................................................................... 21 2. Kinerja Separator ..................................................................... 23 a. Kondisi umum separator IKM............................................... 24 b. Loss minyak ......................................................................... 27 B. ANALISIS KINERJA PROTOTIPE SEPARATOR....................... 32 1. Kondisi umum penyulingan ..................................................... 32 a. Rendemen Minyak Nilam ..................................................... 33 b. Suhu Distilat ......................................................................... 33 c. Laju Distilat .......................................................................... 34 2. Loss Minyak ............................................................................ 35 C. PERBANDINGAN
KINERJA
SEPARATOR
IKM
DENGAN PROTOTIPE SEPARATOR ......................................... 37 1. Loss Minyak ............................................................................ 37 2. Air Buangan (Overflow)........................................................... 39 3. Cara Pengambilan Minyak ....................................................... 39
V.
KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ............................................................................. 40 B. SARAN ......................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 41 LAMPIRAN ................................................................................................ 43
ii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Persyaratan mutu minyak nilam..................................................... 4 Tabel 2. Data selisih densitas beberapa jenis minyak dengan air.................. 24 Tabel 3. Kecepatan partikel minyak naik melewati air................................. 32 Tabel 4. Data loss minyak ........................................................................... 36
iii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Skema peralatan penyulingan minyak nilam IKM ..................... 10 Gambar 2. Separator Utama IKM ............................................................... 12 Gambar 3. Prototipe separator .................................................................... 13 Gambar 4. Perubahan suhu distilat selama evaluasi kinerja separator IKM ......................................................................................... 20 Gambar 5.
Perbandingan suhu distilat dan suhu pemisahan pada percobaan 1 .............................................................................. 21
Gambar 6.
Perbandingan Suhu di Kondensor pada Evaluasi Kinerja Separator IKM.......................................................................... 21
Gambar 7.
Perubahan laju distilat selama evaluasi kinerja separator IKM ......................................................................................... 23
Gambar 9.
Aliran fluida dalam separator IKM ........................................... 26
Gambar 10. Posisi busa pada separator IKM ................................................ 27 Gambar 11. Loss minyak pada setiap penyulingan ....................................... 28 Gambar 12. Jumlah loss minyak selama penyulingan................................... 29 Gambar 13. Grafik loss minyak terhadap laju distilat ................................... 30 Gambar 14. Grafik Loss minyak terhadap suhu distilat ................................ 31 Gambar 15. Perubahan suhu distilat selama analisis kinerja prototipe separator................................................................................... 33 Gambar 16. Perubahan suhu separator selama analisis kinerja prototipe separator .................................................................... 34 Gambar17. Perubahan laju distilat selama analisis kinerja prototipe separator................................................................................... 35 Gambar 18. Grafik Loss minyak terhadap suhu distilat ................................ 37 Gambar 19. Air buangan prototipe separator ................................................ 39
iv
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1.
Prosedur analisa kadar air dan kadar minyak ......................... 45
Lampiran 2.
Prosedur Penentuan Bobot Jenis ............................................. 47
Lampiran 3.
Data lapang analisis kinerja separator IKM ............................ 48
Lampiran 4.
Data lapang analisis kinerja prototipe separator ...................... 59
Lampiran 5.
Peralatan penyulingan IKM saat evaluasi kinerja separator IKM ........................................................................ 66
Lampiran 6.
Peralatan penyulingan IKM saat analisis kinerja prototipe separator ................................................................. 67
v
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Minyak nilam adalah salah satu minyak yang banyak dipergunakan sebagai bahan fiksatif pada parfum. Fungsi tersebut membuat permintaan minyak nilam dari Indonesia cukup siginifikan. Indonesia merupakan penghasil utama minyak nilam dunia dengan pangsa pasar senilai 90%, selebihnya dipasok oleh Cina, Brazil, dan beberapa negara lain. Pusat Data Industri (2006) mencatat produksi minyak nilam Indonesia pada tahun 2006 mencapai 2.832.413 Kg atau senilai US$ 43.984.079. Penyulingan minyak nilam yang dilakukan masyarakat masih menggunakan teknologi yang sederhana, alat-alat yang korosif dan efisiensi yang rendah. Hal tersebut berpengaruh pada kualitas minyak nilam yang dihasilkan dan rendemen. Rendahnya efisiensi dan rendemen tersebut bernilai signifikan bila dikonversi menjadi pendapatan yang diterima baik oleh penyuling maupun negara. Pertambahan produksi sebesar 1% saja akan meningkatkan pendapatan negara mencapai US$ 439.840, mengacu pada data Pusdatin (2006). Kehilangan minyak atsiri pada proses penyulingan dapat terjadi pada beberapa tahapan, diantaranya adalah pada tahap perlakuan pendahuluan, proses penyulingan, dan proses pemisahan atau separasi. Pengamatan yang dilakukan terhadap penyulingan minyak nilam menunjukkan bahwa air pada proses pemisahan berwarna keruh dan kemungkinan besar minyak hasil penyulingan belum terpisahkan dengan sempurna sehingga menurunkan rendemen minyak nilam. Sampai saat ini belum banyak penelitian khusus yang dilakukan untuk menciptakan desain separator yang sesuai dengan karakteristik minyak nilam dan kondisi proses operasi penyulingan di masyarakat. Karena pentingnya proses separasi ini maka desain separator yang baik akan meningkatkan rendemen minyak nilam dan kualitas yang dihasilkan. Selain itu juga dapat meningkatkan efektivitas kerja dengan mengurangi waktu untuk mengumpulkan minyak serta menghindari kontak antara pekerja dengan minyak nilam seperti yang terjadi saat ini.
B. TUJUAN Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kinerja separator industri kecil penyulingan nilam untuk menghitung loss minyak sebenarnya yang terjadi serta mengidentifikasi faktor-faktor penting yang mempengaruhi loss minyak. 1
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. MINYAK NILAM Minyak nilam adalah minyak atsiri yang diperoleh dari tanaman nilam (Pogestemon cablin Benth) dengan cara penyulingan. Pada tanaman nilam, minyak atsiri terdapat dalam semua bagian tanaman seperti akar, batang, dan daun. Walaupun tidak banyak digunakan di dalam negeri, minyak nilam merupakan salah satu komoditi andalan Indonesia (Sudaryani dan Sugiharti, 1998). Minyak atsiri yang dikenal juga dengan nama minyak eteris atau minyak terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir (pungent taste), berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air (Ketaren, 1985). Tanaman nilam mempunyai bentuk daun yang lonjong, berwarna hijau, dan mempunyai bulu di bagian atas. Bunga nilam berwarna ungu kemerahan yang tumbuh di ujung tangkai. Daun nilam umumnya bergerombol (Tasma dan Hamid, 1989). Mustofa (1973) menyatakan bahwa tanaman ini tumbuh di daerah tropis di antara semak belukar sampai setinggi dua meter. Ketaren (1985) juga menyatakan hal yang sama yaitu nilam merupakan tanaman tropis, hal ini disebabkan karena tanaman nilam merupakan tanaman yang dapat tumbuh subur dengan curah hujan tinggi, yaitu antara 2300-3000 milimeter per tahunnya. 1. Komposisi kimia Minyak nilam terdiri dari komponen-komponen bertitik didih tinggi sehingga baik dipakai sebagai zat pengikat dalam parfum dan dapat membentuk bau yang harmonis. Zat pengikat adalah suatu persenyawaan yang mempunyai daya menguap lebih rendah atau titik uapnya lebih tinggi daripada zat pewangi, sehingga kecepatan penguapan zat pewangi dapat dikurangi atau dihambat (Ketaren, 1985). Menurut Luthony dan Rahmayati (1994), peranan minyak nilam sebagai fiksatif tidak dapat digantikan oleh senyawa sintetis apapun sehingga sangat penting dalam dunia perfumery. Sifat-sifat minyak nilam antara lain sulit tercuci, sukar menguap jika dibandingkan minyak atsiri lain, dapat larut dalam alkohol, dan dapat dicampur dengan minyak atsiri lainnya (Guenther, 1949).
2
Menurut Anomious dalam Rahendas (2005), minyak nilam tersusun dari dua komponen yaitu komponen utama (mayor konstituen) dan komponen kecil (minor konstituen). Komponen utama yaitu patchouli alkohol (patchoulol) yang merupakan senyawa seskuiterpen trisiklik, sedangkan komponen kecil antara lain patchoullene, azulene, eugenol, benzaldehide, sinnamaldehide, keton, dan senyawa seskuiterpen lainnya. Seskuiterpen yang terdapat dalam minyak nilam lebih dari sepuluh macam, tetapi yang dapat diidentifikasi antara lain β-patchoulen, α-guajen, bulnesen, dan patchouli alkohol yang merupakan komponen utama (40 %) yang menentukan bau minyak nilam. Berdasarkan komponen kimianya minyak nilam dapat dibagi menjadi dua golongan utama yaitu golongan terpen dan terpen-O. Terpen adalah senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang rumus bangunnya dibentuk dari unit kimia isoprene (C5 H8). Terpen merupakan senyawa alami yang dihasilkan dalam tanaman melalui proses metabolisme sekunder. Minyak nilam terdiri dari campuran persenyawaan terpen dengan alkoholalkohol, aldehid, dan ester-ester yang memberikan bau khas, misalnya patchouli alkohol (Sastrohamidjojo, 2004). Senyawa-senyawa terpen dalam minyak tercampur dengan alkohol-alkohol, aldehid, dan ester-ester yang memberikan bau khas. Senyawa-senyawa itu misalnya benzaldehid, patchoulen alkohol, eugenolbenzoat yang masing-masing mempunyai bau khas. Komponen yang termasuk dalam terpen-O disebut juga sebagai komponenkomponen berat diantaranya nor-patcoulol, patchouli alkohol, dan pogostol.
2. Mutu Mutu minyak atsiri didasarkan atas kriteria atau batasan yang dituangkan dalam standar mutu. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu minyak atsiri menurut Ketaren (1985), adalah sebagai berikut: 1. Jenis tanaman dan umur panen 2. Perlakuan bahan olah sebelum ekstraksi 3. Sistem, jenis paralatan, dan kondisi proses ekstraksi 4. Perlakuan terhadap minyak atsiri setelah ekstraksi 5. Pengemasan dan penyimpanan
3
Minyak nilam digolongkan dalam satu jenis mutu dengan nama “Patchouli oil”. Standar mutu minyak nilam belum seragam untuk seluruh dunia karena setiap negara penghasil dan pengimpor menentukan standar mutu minyak nilam sendiri. Standar mutu minyak nilam Indonesia ditetapkan dalam SNI O6-2385-2006 yang merupakan revisi dari SNI O6-2385-1998. Standar ini meliputi ruang lingkup (syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengemasan), definisi, jenis mutu, pengambilan contoh dan rekomendasi yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Persyaratan mutu minyak nilam Karakteristik Warna Bobot jenis (25oC/25oC) Indeks Bias 25oC (nD 25) Putaran Optik Bilangan Asam Bilangan Ester Kelarutan dalam etanol 90 % pada suhu 20 oC ±3 oC Patchouli alcohol (C15H26O) Alpha copaene (C15H24) Kandungan besi (Fe)
Satuan -
% % mg/Kg
Persyaratan Kuning muda – coklat kemerahan 0,950 – 0,975 1,507 – 1,515 (-48)-(-65) Maks. 8,0 Maks. 20,0 Larutan jernih atau opalesensi ringan dalam perbandingan volume 1 :10 perbandingan volume 1-10 bagian Min. 30 Maks. 0,5 Maks. 25
Sumber: Standar Nasional Indonesia
B. PENYULINGAN Menurut Miall dalam Guenther (1948), penyulingan dapat didefinisikan sebagai pemisahan komponen-komponen dari dua jenis cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap dari masing-masing zat tersebut. Pada penyulingan minyak atsiri dari tanaman, uap harus berfungsi lain pula yaitu dapat mentransmisikan panas. Berbeda dengan cairan, bahan tanaman tidak mampu untuk meneruskan panas ke seluruh bagian tanaman. Energi panas ditransmisikan melalui air mendidih ke dalam bahan dengan cara perendaman bahan, atau dengan melewatkan uap air panas di antara bahan tanaman tersebut. Minyak atsiri yang mudah menguap terdapat dalam kelenjar minyak khusus di dalam kantung minyak atau di ruang antar sel di dalam jaringan tanaman. Minyak atsiri tersebut harus dibebaskan sebelum disuling yaitu dengan merajang atau memotong jaringan tanaman dan membuka kelenjar minyak sebanyak mungkin sehingga minyak dapat dengan mudah diuapkan. Jika bahan tidak dirajang atau dipotong, berarti minyak 4
dalam tanaman harus dibebaskan dengan kekuatan difusi air (hidrodiffusion) (Guenther, 1948). 1. Metode Penyulingan a. Penyulingan air (Water Distilation) Bila cara ini digunakan maka bahan yang akan disuling berhubungan langsung
dengan
air
mendidih.
Bahan
yang
disuling
kemungkinan
mengembang/mengapung di atas air atau terendam seluruhnya, tergantung pada berat jenis dan kuantitas bahan yang akan diproses (Sastrohamidjojo, 2004). Sistem ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain prosesnya sederhana dan dapat mengekstrak minyak dari bahan yang berbentuk bubuk (akar, kulit, kayu) dan bunga-bungaan yang mudah membentuk gumpalan jika kena panas (Ketaren, 1985) b. Penyulingan Uap dan Air (Water and Steam Distilation) Bahan tanaman yang akan diproses ditempatkan dalam suatu tempat yang bagian bawah dan tengah berlobang-lobang yang ditopang di atas dasar
alat
penyulingan. Bagian bawah alat penyulingan diisi air sedikt di bawah ketinggian bahan. Air dipanaskan dengan api seperti pada penyulingan air (Sastrohamidjojo, 2004). Sistem penyulingan air dan uap lebih efisien daripada penyulingan air karena jumlah bahan bakar yang diperlukan lebih kecil, penyulingan lebih singkat, dan rendemen minyak yang dihasilkan lebih besar (Ketaren, 1985). c. Penyulingan uap langsung (Steam Distilation) Prinsip metode ini sama dengan penyulingan uap dan air, hanya saja air penghasil tidak diisikan bersama dalam ketel penyulingan. Uap yang digunakan berupa uap jenuh atau uap yang kelewat panas dengan tekanan lebih dari 1 atmosfer (Luthony dan Rahmawati, 1994). Distilasi uap digunakan untuk cairan yang titik didihnya tinggi atau cairan yang mengalami dekomposisi saat dipanaskan pada titik didihnya. Distilasi ini dilakukan dengan cara memanaskan cairan dengan uap air yang secara aktif dimasukkan ke dalamnya melalui pipa (Cook dan Cullen, 1986).
Menurut Ketaren (1985), daun nilam sebaiknya disuling dengan uap langsung dengan sumber uap berasal dari ketel uap yang letaknya terpisah. Minayk nilam sukar menguap pada penyulingan dengan tekanan rendah (sekitar 1 atmosfir) sehingga membutuhkan waktu penyulingan yang lebih lama. Minyak yang dihasilkan antara kedua sistem ini mempunyai mutu yang berbeda, karena penyulingan daun pada tekanan tinggi tidak selamanya menghasilkan minyak nilam bermutu lebih baik walaupun lama 5
penyulingannya lebih singkat. Pada penyulingan modern, biasanya proses penylingan dimulai dari tekanan rendah (sekitar 1 atmosfir) dan akhirnya tekanan tinggi, sehingga penetrasi uap ke dalam daun dapat berlangsung dengan sempurna.
2. Peralatan Penyulingan a. Ketel Uap (Boiler) Ketel uap merupakan alat yang berfungsi untuk menghasilkan uap dan ukuran ketel uap yang digunakan tergantung pada jumlah uap yang dibutuhkan (Ketaren, 1985). Ada dua macam ketel uap, yaitu ketel uap bertekanan tinggi (kira-kira 100 psia atau lebih) dan ketel uap bertekanan rendah (40-45 psia). uap bertekanan tinggi digunakan untuk menghasilkan suhu yang lebih tinggi. Ketel uap bertekanan tinggi lebih efisien untuk penyulingan, karena mempersingkat proses penyulingan. Dalam beberapa hal, dikehendaki uap bertekanan rendah, sehingga minyak yang dihasilkan lebih larut dalam alkohol dan tidak mengandung resin. b. Ketel Suling Ketel suling atau biasanya disebut tangki berfungsi sebagai tempat air dan/atau uap untuk mengadakan kontak dengan bahan, serta untuk menguapkan minyak atsiri. Pada bentuk sederhana, ketel suling berbentuk silinder atau tangki. Tangki tersebut dilengkapi dengan tutup yang dapat dibuka dan diapitkan pada bagian atas ketel. Pada atau dekat penampang atas tangki dipasang pipa yang berbentuk leher angsa (gooseneck) untuk mengalirkan uap ke kondensor (Guenther, 1948). c. Kondensor Kondensor adalah peranti penukar-kalor khusus yang digunakan untuk mencairkan uap dengan mengambil kalor. Kalor laten diambil dengan menyerapnya ke dalam zat cair yang lebih dingin yang disebut pendingin (coolant). Karena suhu pendingin di dalam kondensor itu tentu meningkat, maka alat itu juga bekerja sebagai pemanas. Kondensor dapat dibagi menjadi dua golongan. Golongan pertama disebut kondensor jenis selongsong-dan-tabung (shell and tube condenser), uap yang terkondensasi dipisahkan dari pendingin oleh permukaan perpindahan-kalor berbentuk tabung. Golongan kedua disebut dengan kondensor kontak (contact condenser), arus pendingin dan arus uap, yang keduanya biasanya adalah air, bercampur secara fisik, dan meninggalkan sebagai satu arus tunggal (McCabe et. al.,1993).
6
Menurut Ketaren (1985), bak pendingin (kondensor) adalah suatu alat yang berupa bak atau tabung silinder dan di dalamnya terdapat pipa lurus atau berbentuk spiral yang berfungsi untu mengubah uap menjadi bentuk cair. Kondensor ada dua macam yaitu coil condenser dan tubular condenser. Pengeluarn panas dari uap lebih efektif dengan tubular condenser karena mempunyai permukaan yang lebih luas. d. Separator Alat ini berfungsi untuk memisahkan minyak dari air suling (condensed water). Jumlah volume air suling selalu lebih besar dari jumlah minyak, dalam hal ini diperlukan agar air suling tersebut terpisah secara otomatis dari minyak atsiri. Sebagian besar alat pemisah dirancang menurut rancangan botol Florentine kuno dan sering dinamakan botol Florentine (Guenther, 1948). Campuran dua zat cair yang mempunyai berat jenis berlainan dapat dipisahkan dengan jalan pengendapan. Keadaan ini sering dinamakan pemisahan atau separasi. Aparat tempat melakukan separasi itu biasanya berupa bejana silinder yang sering disebut separator. Bergantung dari tujuan penggunaannya, pada konstruksinya diperhatikan perbandingan antara garis tengah dan ukuran tinggi. Perbandingan ini antara lain tergantung dari kecepatan pengendapan. Separator ada yang bekerja secara kontinu dan diskontinu. Contoh dari separator yang bekerja secara kontinu adalah “botol florentina” (Beygeyk, 1968).
C. DESAIN SEPARATOR Dalam membuat desain sebuah separator maka setidaknya harus diperhatikan beberapa faktor dibawah ini: 1. Densitas (density) Densitas adalah salah satu sifat dari fluida. Densitas didefinisikan sebagai massa (m) dibagi volume (V). Satuan standarnya adalah kg/m3. Untuk semua tujuan paktis, cairan dianggap bersifat tak-mampu-mampat (incompressible), dengan kata lain volume dan densitas tidak terpengaruh oleh tekanan. Walaupun hal itu tidak sepenuhnya benar, perubahan yang terjadi tidak berarti. Pengaruh dari suhu dan densitas dari cairan bagaimanapun tidak bisa diabaikan karena cairan mengembang dan memadat saat suhu berubah (Darby, 2001). Menurut Mc Cabe et. al.(1993), walaupun densitas fluida bergantung pada suhu dan tekanan, perubahan densitas karena variabel itu mungkin besar dan mungkin pula kecil. Jika densitas itu hanya sedikit terpengaruh oleh perubahan yang agak besar pada 7
suhu
dan
tekanan,
maka
fluida
itu
disebut
fluida
tak-mampu-mampat
(incompressible). Akan tetapi, jika densitasnya peka terhadap perubahan variable itu, fluida itu bersifat mampu-mampat (compressible). Beberapa bahan tanaman menghasilkan fraksi minyak yang lebih ringan dari air di awal penyulingan dan fraksi minyak selanjutnya lebih berat dari air karena pertambahan bobot jenis dari fraksi-fraksi minyak (Guenther,1947). Menurut Denny (2001), dasar yang menyebabkan pemisahan jenis minyak apapun dari air adalah perbedaan densitas antara dua cairan tersebut. Saat suhu naik, densitas minyak akan turun lebih cepat daripada penurunan densitas air. Untuk minyak yang lebih ringan daripada air, perbedaan densitas meningkat seiring dengan kenaikan suhu sehingga minyak dan air dapat terpisah lebih cepat. Bahkan untuk minyak yang lebih berat dari air, pemisahan juga akan berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi, meskipun densitas minyak mendekati densitas air. Faktor lain yang juga mempengaruhinya adalah kekentalan air. 2. Laju alir distilat Laju alir didefinisikan sebagai jumlah fluida yang mengalir melalui lokasi tertentu dalam sistem per unit waktu. Karena jumlah fluida dapat dinyatakan sebagai volume dan massa, maka ada dua jenis laju alir yaitu volumetrik dan massa. Laju alir volumetrik adalah volume dari fluida yang melalui penampang melintang dalam unit waktu. Satuan dasarnya adalah m3/s. Jika satuan m3/s terlalu besar maka digunakan satuan yang lebih kecil yaitu dm3/s yang setara dengan liter/second (l/s) (Darby, 2001). Waktu
tinggal distilat dalam separator merupakan perbandingan antar laju
distilat dengan volume separator. Berdasarkan penelitian terhadap minyak nilam oleh Uzwatania (2009), pada awal penyulingan waktu tinggal distilat dalam separator lebih singkat karena tingginya laju distilat pada saat itu. Oleh sebab itu, minyak yang terpisah harus segera dikeluarkan dari separator karena minyak yang tersuling pada awal cukup banyak dan mencegah minyak bercampur lagi dengan air. Minyak dan air kadang-kadang tidak segera terpisah di dalam alat pemisah minyak, terutama jika perbedaan antara bobot jenis air dan minyak relatif kecil. Distilat tidak boleh mengalir terlalu cepat, dan gerakan turbulen harus dicegah atau dengan kata lain tabung pemisah harus cukup besar agar minyak dapat memisah dari air secara sempurna sehingga butiran minyak tidak terbawa oleh air. Aliran distilat secara merata dan kontinyu diperoleh dengan cara memasang corong yang panjang ke 8
dalam labu pemisah dan ujung corong di dalam bejana dibengkokan ke arah atas. Dengan demikian aliran distilat dari kondensor langsung ke corong tanpa meng ganggu lapisan minyak. Minyak akan keluar dari corong, naik ke atas atau turun ke dasar tabung pemisah. Jika corong tersebut tidak dipasang, maka distilat dari kondensor akan menetes langsung ke permukaan minyak, dan tetesan minyak ini akan berdispersi dengan air membentuk suspensi. Jika bobot jenis minyak mendekati bobot jenis air, maka minyak harus dikeluarkan secepat mungkin sampai batas lapisan minyak-air untuk menghindari agitasi dari kedua media tersebut (Guenther, 1948).
9
III. METODOLOGI
A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Nilam kering yang berasal dari Kabupaten Kuningan. Nilam segar yang terdiri dari bagian daun dan batang tanaman ini dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari selama 1-2 hari hingga mencapai kadar air ± 10% (wb).
Sebelum disuling, nilam terlebih dahulu dirajang dengan ukuran ± 10 cm menggunakan golok atau kapak.
2) Xylene teknis untuk menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling 2. Alat a. Evaluasi Kinerja Separator IKM Peralatan yang digunakan dalam mengevaluasi kinerja separator IKM terdiri
dari peralatan untuk proses penyulingan nilam yang meliputi ketel suling, kondensor, dan separator.
A
B
C
Gambar 1. Skema peralatan penyulingan minyak nilam IKM: (A) Ketel Suling, (B) Kondensor, ( C) Separator
1. Ketel Suling Ketel suling yang digunakan berbentuk silinder dengan diameter 150 cm
dan tinggi 287 cm. Kedalaman ruang bahan baku adalah 182 cm dari ujung atas ketel sedangkan bagian yang tersisa di bawahnya adalah ruang untuk air kukusan. 10
Volume total ketel adalah 5071,7 liter sedangkan yang dapat diisikan bahan adalah 3216,2 liter. Ketel ini terbuat dari bahan besi yang bagian dalamnya dilapisi lembaran aluminium. Tutup ketel dilengkapi dengan 24 mur dan baut. Di dalam ketel terdapat saringan yang berfungsi untuk memisahkan bahan baku nilam dengan air kukusan. Saringan ini terbuat dari besi dan bersifat tidak permanen sehingga bisa dilepas untuk memudahan pembersihan. Pipa penghubung antara ketel dengan kondensor terletak di bagian samping atas ketel.
2. Kondensor Kondensor yang digunakan adalah jenis kondensor spiral berbentuk persegi panjang. Panjang total pipa ini dari ketel sampai separator adalah 60 meter dengan panjang spiral adalah 48 meter. Kondensor ini terbuat dari bahan stainless steel. Bak kondensor terbuat dari semen dengan ukuran panjang 6 meter, lebar 5 meter, dan kedalaman 1 meter.
3. Separator Separator adalah alat yang berfungsi untuk memisahkan minyak dari air yang terdapat dalam distilat berdasarkan perbedaan densitas antara keduanya. Minyak yang mempunyai densitas lebih besar dari air akan mengapung sedangakan minyak yang densitasnya lebih kecil akan tenggelam. Separator yang digunakan di IKM ini didesain untuk memisahkan minyak nilam yang mempunyai densitas lebih besar dari air. Separator IKM ini terdiri dari tiga bagian. Separator utama terbuat bahan aluminium berbentuk tabung. Di bagian tengah separator ini dipasang sebuah plat dari seng yang membagi separator menjadi dua bagian sama besar mulai dari atas dan menyisakan celah di bagian bawah. Celah ini dibuat untuk mengatur jalannya fluida dalam separator agar menuju ke saluran air buangan. Distilat akan jatuh pada ruang pertama separator sehingga minyak yang tersuling akan terkumpul di permukaan ruang pertama. Separator kedua dan ketiga terbuat dari ember yang diberi pipa sebagai saluran air buangan. Bentuk pipa saluran air buangan separator dua dan tiga sama seperti separator satu serta terbuat dari bahan PVC. Gambar 2 separator utama dapat dilihat di bawah ini.
11
Ruang II
Ruang I
Gambar 2. Separator Utama IKM
b. Analisis Kinerja Separator Prototipe
Pada saat analisis kinerja separator prototipe dilakukan, sudah terjadi penggantian peralatan penyulingan karena IKM ini mendapatkan bantuan dari Departemen Perindustrian berupa satu set alat suling sistem uap. Dengan adanya alat baru ini maka alat penyulingan lama dibongkar dan tidak digunakan lagi. Kondisi
untuk masing-masing bagiannya dijabarkan di bawah ini. a. Boiler Boiler yang digunakan adalah jenis pipa api. Di bagian bawah boiler terdapat enam belas lubang berbentuk silinder yang masuk sampai bagian penampung air.
Masing-masing lubang berdiameter 2 inch. Lubang ini adalah pipa api yang berfungsi untuk menambah luas permukaan pemanasan sehingga steam lebih cepat dihasilkan.
Boiler ini terbuat dari bahan besi sedangkan tungku pembakaran terbuat dari batu bata. Diameter silinder tangki air adalah 70 cm dengan panjang 170 cm. Boiler ini dilengkapi dengan 2 manometer/pressure gauge boiler untuk mengontrol tekanan dalam boiler. Kapasitas maksimal masing-masing manometer
adalah 10 bar gauge. Gambar boiler ini dapat dilihat pada Lampiran 5 b. Ketel Suling Ketel suling yang digunakan dalam analisis kinerja prototipe separator ini memiliki kapasitas yang lebih kecil dari ketel suling sebelumnya. Ketel yang digunakan berjumlah 2 buah. Masing-masing ketel memiliki diameter 96 cm dengan 12
tinggi 152 cm. Ketebalannya adalah 4 mm dan terbuat dari bahan stainless steel. Kapasitas maksimal untuk bahan baku nilam dalam kondisi kering normal (kadar air
±10%) adalah 112 kg. Steam dialirkan secara seri dari boiler ke kedua buah ketel. Pipa masuk steam
ke ketel berada tepat di tengah bagian alas ketel. Pipa keluar steam terletak tepat di tengah tutup ketel. Steam dari masing-masing ketel akan dialirkan ke kondensor yang
juga terdapat dua buah. c. Kondensor Kondensor yang terdapat pada alat penyulingan ini adalah jenis multi tubular.
Masing-masing ketel suling mempunyai satu kondensor yang dipasang di sebelahnya. Diameter selongsong (shell) sebesar 30 cm dan tingginya 149 cm. Diameter pipa distilat dalam kondensor sebesar 1,25 inch. Distilat yang keluar dari kedua kondensor disalurkan pada satu pipa untuk dialirkan ke separtor. separtor. Gambar kondensor ini dapat
dilihat pada Lampiran 5. d. Separator Separator yang digunakan adalah separator prototipe. Dapat dilihat pada
Gambar 3 di bawah ini A
D
B
15 cm
47,6 cm
E 60 cm
A C 15 cm 55 cm
Gambar 3. Prototipe Separator Keterangan A. Corong masuknya distat D. Saluran air buangan (overflow)
B.Tutup kaca C.Silinder dalam E. Pipa keluar minyak 13
Selain itu juga diperlukan peralatan pengukuran dalam proses penyulingan yang terdiri dari: 1. Termometer alkohol untuk mengukur suhu distilat dan suhu air pendingin 2. Thermometer digital untuk mengukur suhu pemisahan minyak nilam dan air pada separator 1 dan 2 3. Thermometer infrared untuk mengukur permukaan ketel suling 4. Pompa air untuk mengalirkan air ke bak kondensor dan ke dalam ketel suling 5. Stopwatch untuk menghitung waktu dalam pengukuran laju distilat dan laju air
pendingin 6. Gelas ukur 1 L untuk mengukur laju destiat 7. Kain monel untuk memisahkan minyak dengan air
Peralatan dalam analisis di laboratorium 1. Piknometer untuk penentuan bobot jenis minyak 2. Alcoholmeter untuk uji kadar patchouli alcohol (PA) 3. Clavanger untuk uji kadar minyak nilam 4. Aufhauser untuk uji kadar air nilam
B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di penyulingan rakyat skala IKM (Industri Kecil Menengah) milik Bapak H.Tarsa di Desa Sumurwiru, Kecamatan Cibeureum, Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Analisis laboratorium dilakukan di laboratorium Teknologi Kimia Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fateta, IPB. Penelitian dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai Januari 2010.
C. METODE PENELITIAN 1. Evaluasi Kinerja Separator UKM Penelitian pendahuluan bertujuan untuk mengetahui profil proses penyulingan dan mengevaluasi kinerja separator di UKM yang diteliti. Dua faktor yang digunakan yaitu suhu distilat dan laju distilat dengan respon berupa kehilangan (loss)minyak atsiri. Data yang diperoleh pada penelitian ini akan dijadikan acuan untuk melaksanakan penelitian selanjutnya. Tahapan pelaksanaan penelitian pendahuluan ini adalah sebagai berikut : 14
a.
Analisa Kadar Air dan Kadar Minyak Analisa kadar air bertujuan untuk memeriksa kadar air nilam kering sebelum
penyulingan serta menentukan kadar minyak daun nilam basis kering. Prosedur analisa kadar air dapat dilihat pada Lampiran 1. Analisa kadar minyak ditujukan untuk mengetahui jumlah kandungan minyak sebenarnya yang terdapat dalam nilam. Prosedur analisa kadar minyak dapat dilihat pada Lampiran 1.
b. Proses Penyulingan Data-data proses penyulingan adalah data inti dalam tahap ini yang akan digunakan sebagai acuan tahap penelititan selanjutnya. Pengambilan data dilakukan setiap 30 menit. Parameter yang diukur selama proses penyulingan berlangsung adalah: 1) Lama penyulingan, ditentukan dengan melihat perolehan minyak selama proses penyulingan berlangsung 2) Bobot bahan baku, penghitungan dilakukan dengan memasukkan bahan baku nilam ke dalam karung-karung plastik dan menimbangnya sebelum dimasukkan ke dalam ketel. 3) Suhu dalam ketel, pengukuran suhu dilakukan dengan thermometer infra red yang diarahkan ke dinding ketel 4) Debit air pendingin, pengukuran dilakukan dengan cara menghitung waktu yang dibutuhkan untuk mangalirkan 10 L air melalui flowmeter 5) Suhu air pendingin yang keluar dan masuk bak kondensor, pengukuran dilakukan dengan thermometer batang 6) Laju distilat, pengukuran dilakukan dengan menampung air buangan separator dalam gelas ukur 1 L selama 20 detik 7) Suhu distilat, pengukuran dilakukan dengan thermometer batang 8) Suhu pemisahan air dan minyak dalam separator, pengukuran dilakukan dengan thermometer digital. 9) Massa minyak atsiri hasil penyulingan, pengukuran dilakukan dengan menggunakan timbangan
15
c.
Kehilangan (Loss) Minyak Dalam menghitung kehilangan minyak, digunakan alat bantu berupa busa (spon).
Alat ini mempunyai kemampuan untuk menangkap butiran minyak yang masih terdapat dalam air buangan separator 1 dan 2 yang masuk ke dalam separator 2 dan 3. Selain itu, busa juga digunakan untuk mengambil minyak yang masih terendapkan di dasar separator satu. Langkah-langkah menghitung kehilangan minyak di masingmasing separator adalah sebagai berikut:
1. Separator 1 1) Siapkan sebuah spon yang telah bersih dari minyak 2) Ciduk lapisan minyak yang telah terbentuk pada permukaan separator satu hingga seluruh lapisan minyak habis 3) Letakkan sebuah spon lain tepat di tempat jatuhnya distilat agar minyak yang ada dalam distilat tidak membentuk lapisan minyak di permukaan air dan terkumpul di spon 4) Masukkan spon yang telah bersih dari minyak ke dasar separator lalu sapukan ke seluruh permukaan alasnya 5) Angkat lalu peras spon di atas corong yang telah dilapisi kain monel 6) Tampung minyak yang terpisahkan lalu hitung volumenya 7) Lakukan sampling setiap dua jam 2. Separator 2 dan 3 1) Bersihkan separator 2 dan 3 dari lapisan minyak yang terkumpul di permukaan air dan yang mengendap di dasar separator sebelum proses penyulingan dimulai 2) Siapkan sebuah wadah berlubang yang di dalamnya terdapat spon bersih untuk menyerap minyak dalam air buangan separator sebelumnya 3) Gantungkan wadah tersebut pada pipa air buangan separator sebelumnya. 4) Tambahkan spon lain di permukaan air separator untuk menyerap minyak yang tidak mampu diserap lagi oleh separator dalam wadah berlubang. 5) Peras semua spon di atas corong yang telah dilapisi kain monel 6) Tampung lalu hitung volume minyak yang terkumpul 7) Lakukan sampling setiap 2 jam
16
2. Perancangan dan Konstruksi Prototipe Separator Prototipe separator dirancang oleh Hari Soesanto, S.TP, mahasiswa program S2 Teknologi Industri Pertanian (TIP) Institut Pertanian Bogor, yang berada dalam proyek penelitian yang sama dengan penulis. Tahap perancangan prototipe separator dilakukan setelah mendapatkan data-data lapang mengenai kondisi proses dari tahap sebelumnya yaitu evaluasi kinerja separator IKM. Dua faktor utama yang menjadi acuan adalah laju distilat dan suhu distilat. Prototipe separator ini dilengkapi sebuah silinder dalam yang terletak tepat di bagian tengah. Sisi lingkaran bawah silinder ini menempel dengan alas separator sedangkan sisi lingkaran lainnya terbuka dan menghadap ke atas. Bagian atas separator terbuat dari kaca untuk memudahkan memantau jumlah minyak. Ujung bagian kaca dibuat semakin menyempit untuk memperkecil bidang kontak antara air dan minyak sehingga memudahkan dalam proses pengumpulan minyak.
3. Analisis Kinerja Prototipe Separator Prosedur dalam melakukan analisis kinerja prototipe separator sama dengan evaluasi kinerja separator IKM tetapi pada tahap ini separator 3 tidak digunakan lagi. Percobaan ini dilakukan secara bersama dengan Hari Soesanto, S.TP sehingga sebagian data yang diperoleh digunakan secara bersama pula.
17
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Kinerja separator IKM masih rendah karena masih menghasilkan loss minyak yang tinggi. Kisaran loss minyak separator IKM yaitu 2,11 % sampai dengan 4,53 % pada laju distilat rata-rata sebesar 2 liter/menit. Desain separator juga kurang baik dan tidak mendukung minyak untuk cepat berpisah dari air. Bahan konstruksi separator utama IKM menggunakan aluminium dan seng yang merupakan logam yang tidak sesuai standar untuk separator. Masih dibutuhkan alat bantu berupa busa dan gayung dalam penggunaan separator. Terdapat kecenderungan hubungan yang berbanding lurus antara besarnya laju distilat dengan loss serta hubungan yang berbanding terbalik antara suhu distilat dengan loss. Berdasarkan uji densitas, partikel minyak yang terhitung sebagai loss mempunyai densitas yang tinggi 0,992 gr/ml dan menandakan banyak mengandung fraksi berat minyak nilam. Air buangan separator berwarna kekuning-kuningan yang berarti masih ada minyak yang terlarut di dalamnya. Prototipe separator memiliki kinerja yang sangat baik. Analisis kinerja prototipe separator menghasilkan loss minyak yang sangat kecil pada laju distilat yang juga rendah. Kisaran loss minyak prototipe separator yaitu 0,09% sampai dengan 0,24 % pada laju distilat rata-rata sebesar 1,12 liter/menit. Pada suhu distilat 35 oC sampai dengan 46 oC terdapat kecenderungan penurunan loss minyak pada prototipe separator. Air buangan prototipe separator jauh lebih jernih daripada air buangan separator IKM. Sudah tidak lagi dibutuhkan alat bantu berupa busa dan gayung dalam penggunaan separator.
B. SARAN •
Perlu ada perbaikan dalam desain separator IKM dengan mempertimbangkan kondisi operasi terutama suhu dan laju distilat untuk mengurangi loss
•
Perlu ada penelitian lanjutan untuk menentukan suhu distilat maksimal yang terbaik untuk pemisahan minyak dan air serta masih terhindar dari reaksi hidrolisis.
40
DAFTAR PUSTAKA
Beygeyk, K. van, dan Liedekerken, Ing. A. J. 1968. Teknologi Proses Jilid I. Diterjemahkan oleh B. S. Anwir. 1981. PT Bhrata Karya Aksara. Jakarta Cook, T.M. dan D.J. Cullen. 1986. Industri Kimia Operasi Aspek-Aspek Keamanan dan Kesehatan. Penerbit PT. Gramedia, Jakarta Darby, Ron.2001. Chemical Engineering and Fluids Mechanics. Marcel Dekker, Inc., New York. Denny, E.F.K. 2001. Field Distilation for Herbaceous Oils. Denny, McKenzie Associate, Lylidale. Tasmania Guenther, E. 1948. Miynak Atsiri. Diterjemahkan oleh Semangat Ketaren. 1988. Direktorat Jenderal Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka, Jakarta Haris, R. 1993. Tanaman Minyak Atsiri. Penebar Swadaya. Jakarta Luthony, T.L. dan Y. Rahmayati. 1994. Produksi dan perdagangan Minyak Atsiri. Penebar Swadaya, Jakarta. McCabe, Waren L., Julian C. Smith dan Peter Harriot. 1993. Operasi Teknik Kimia Jilid I. Erlangga, Jakarta Mustofa, A. 1973. Perbaikan Mutu Minyak Nilam. dalam Prosiding Seminar Minyak Atsiri. Balai Penelitian Kimia, Bogor Panjaitan, Leonard. 1993. Kajian Tahanan Gesekan Tumpukan Nilam Terhadap Aliran Udara Serta Profil Suhu Tumpukan Pada Penyulingan Dengan Metoda Air Dan Uap. Skripsi. FATETA-IPB, Bogor Rahendas, F. 2005. Poses Pemucatan Minyak Nilam Menggunakan Bentonit Teraktivasi Asam. Skripsi. FATETA-IPB, Bogor Rusli, S. dan Hasanah, M. 1977. Cara Penyulingan Daun Nilam Mempengaruhi Rendemen dan Mutu Minyaknya. Pemberitaan LPTI 24: 1-7 Santoso, H.B. 1990. Bertanam Nilam Bahan Industri Wewangian. Kanisius. Yogyakarta Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
41
Sudaryani, T. dan Sugiharti, E. 1998. Budidaya dan Penyulingan Nilam. Penebar Swadaya, Jakarta Suryani, et al. 2007. Panduan Cara Memproduksi yang Baik (GMP) Minyak Nilam. Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah. Departemen Perindustrian, Jakarta SNI. 2006. Standar Minyak Nilam. SNI: O6-2385-2006. Jakarta Tasma, IM dan A. Hamid. 1989. Pembudidayaan Nilam Secara Menetap, p. 10751082 dalam Prosiding Minyak Atsiri I. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Uzwatania, F. 2009. Analisis Kinerja dan Efisiensi Energi Prototipe Alat Penyulingan untuk Industri Kecil Minyak Nilam. Skripsi. FATETA. IPB. Bogor Widiahtuti, Ivon. 2009. Uji Kinerja dan Efisiensi Energi Prototipe Alat Penyulingan Minyak Nilam. Skripsi. FATETA-IPB, Bogor.
42
42
Lampiran 1. Prosedur analisa kadar air dan kadar minyak
1) Kadar Air Nilam Kering Prinsip : Air dalam jaringan tanaman diekstrak dengan cairan yang saling tidak melarut sehingga membentuk dua fasa. Prosedur: Metode pengukuran kadar air yang digunakan adalah Bindwell-Sterling. Sebanyak 10 gram bahan dimasukkan ke dalam labu berukuran 500 ml, dan ditambahkan 200 ml toluen sampai bahan terendam. Lalu labu dipasangkan pada aufhauser yang dilengkapi dengan pendingin tegak (kondensor) dan didihkan selama 1 jam sampai semua air dalam bahan tersuling. Jika jumlah air tdiak bertambah lagi, maka penyulingan dihentikan. Volume air yang tersuling dapat dibacapada skala yang terdapat pada aufhauser. Perhitungan: kadar air %
Volume air ml x 100% Bobot Contoh gr
2) Kadar Minyak Prinsip: Penentuan kadar minyak nilam dalam bahan dilakukan dengan menyuling nilam kering denan menggunakan alat penyulingan air skala laboratorium. Sebanyak 50 gram bahan dimasukkan dalam labu berukuran 1 liter, kemudian ditambahkan air sebanyak 3-6 kali bobot bahan (sampai seluruh contoh terendam). Selanjutnya labu dipasangkan pada clavenger yang dilengkapi dengan pendingin (kondensor). Penyulingan dilakukan selama 6 jam. Setelah penyuingan selesai, dibiarkan beberapa saat supaya air dan minyak terpisah, lalu dilakukan pengukuranvolume minyak yang tersuling. Perhitungan kadar minyak adalah sebagai berikut: Kadar minyak %
V x 100% bk
Keterangan: V = volume minyak atsiri (ml) Bk = bobot contoh (1- kadar air (% wb))
43
3) Rendemen Prinsip: Rendemen minyak dihitung berdasarkan perbandingan antara volume minyak yang dihasilkan dari penyulingan dengan berat bahan yang disuling dan dinyatakan dalam satuna persen. Perhitungan: Rendemen minyak %
Bobot Minyak gr x 100% Bobot Bahan gr
Rendemen minyak %
Bobot Minyak gr x 100% Bobot Bahan "1 # kadar air % wb%gr
44
Lampiran 2. Prosedur Penentuan Bobot Jenis (SNI 06-2385-2006)
Prinsip : Metode ini didasarkan pada perbandingan antara berat minyak pada suhu yang ditentukan dengan berat air pada volume air yang sama dengan volume minyak pada suhu tersebut. Peralatan : Neraca analitik, penangas air yang dipertahankan pada suhu 25 ºC ± 0,2 ºC, piknometer berkapasitas 10 ml, dan termometer yang telah distandarkan. Prosedur/ pelaksanaan pengujian : Piknometer dicuci dan dibersihkan kemudian dibasuh berturut-turut dengan etanol dan dietil eter. Bagian dalam piknometer dikeringkan dengan arus udara kering dan sisipkan tutupnya. Piknometer dibiarkan di dalam lemari timbangan selama 30 menit dan timbang (m). Piknometer diisi dengan air suling yang telah dididihkan terlebih dahulu pada suhu 20 ºC, sambil menghindari adanya gelembung-gelembung udara. Piknometer dicelupkan ke dalam penangas air pada suhu 20 ºC ± 0,2 ºC selama 30 menit. Penutupnya disisipkan dan piknometernya dikeringkan. Piknometer dibiarkan di dalam lemari timbangan selama 30 menit, kemudian timbang dengan isinya (m1). Piknometer dikosongkan dan dicuci dengan etanol dan dietil eter, kemudian dikeringkan dengan arus udara kering. Piknometer diisi dengan contoh minyak dan hindari adanya gelembung-gelembung udara. Piknometer dicelupkan kembali ke dalam penangas air pada suhu 20 ºC ± 0,2 ºC selama 30 menit. Tutupnya disisipkan dan piknometer dikeringkan. Piknometer dibiarkan di dalam lemari timbangan selama 30 menit dan timbang (m2). Penyajian hasil uji :
dimana :
m = massa dalam gram, piknometer kosong m1 = massa dalam gram, piknometer berisi air pada suhu 25 ºC m2= massa dalam gram, piknometer berisi contoh pada suhu 25ºC
45
Lampiran 3. Data lapang evaluasi kinerja separator IKM
Percobaan: Hari/tanggal:
Menit ke30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450
1 Rabu, 5 Ramadhan 1430 /26 Agustus 2009
Jam Pertama: Jam Kedua:
Laju Destilat (ml/menit) T Destilat (ºC) t Volume (ml) Q S1 S2 S3 (s) 810 20 2430 42,5 39,75 36 419 20 1257 43 43 41,5 790 20 2370 45 43 42,25 780 20 2340 44 43 42,75 850 20 2550 48 47 45 805 20 2415 48 47 48 795 20 2385 48,5 48 48 745 20 2235 44 47 47 770 20 2310 46,75 44 43,5 795 20 2385 48 46 45 800 20 2400 48,5 47,25 46 740 20 2220 48 48 48 740 20 2220 48 49 48 845 20 2535 50 49 48 860 20 2580 53,5 49 48 Rata-rata Total
09.00-13.00 14.00-17.00
RM : 308 Kg Yield : 3,4 Kg
T Separator (ºC) S1 41,6 42,5 43,25 42,75 46,75 47,35 47,75 46,7 43,9 24,85 47,1 47,5 48 50 51,1
S2
S3
36,35 34,25 41,2 40 41,85 41,5 41,4 42 44,8 43 46,15 47 47,2 47 45,7 47 43,2 43 44,95 44 45,7 45 46,5 46 46,85 47 47,35 47 47,45 47
loss minyak (ml) S1
7,4
S2
S3
15
4,2
25
0,9
20
2,9
29
1,6
2308,80 47,05 46,00 45,13 44,74 44,44 44,05 10,30 89,00
6,70 106,00
46
Percobaan: 2 Hari/tanggal: Kamis , 6 Ramadhan 1430 / 27 Agustus 2009
Menit ke30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450 480 510
Laju Destilat (ml/menit) t Volume (ml) Q (s) 760 20 2280 820 20 2460 835 20 2505 850 20 2550 670 20 2010 870 20 2610 905 20 2715 855 20 2565 870 20 2610 800 20 2400 750 20 2250 770 20 2310 760 20 2280 765 20 2295 780 20 2340 885 20 2655 820 20 2460 Rata-rata Total
Jam Pertama: Jam Kedua:
T Destilat (ºC) S1
S2
42 45 45 44,5 43,5 47 47 48 47 47 47 48 49 51 52 60 58,5
39,5 43 43,5 45 43,5 43 44 45 45 45 45 47 49 49 50 56 57
08.30-12.30 13.15-17.15
RM : 316 Kg Yield : 3,65 Kg
T Separator (ºC)
S3 35 41 42 43 43 43 43 44 44 44 44 45 47 48 49 51 54
S1
S2
40,1 43,05 43,3 45,6 42,7 44,55 44,75 45,15 45,15 45,15 44,5 46,2 48,5 49,1 49,65 58,15 57,55
36,1 40,5 41,75 43,15 42,35 41,4 42,35 43,3 43,25 43,25 43,8 44,8 46,9 47,1 47,95 50,95 55,25
loss minyak (ml)
S3 34 39 41 42 42 42 42 43 43 43 44 45 46 47 48 50 53
S1
S2
S3
20
3,1
42
3,3
28
1,3
30
1,2
2429,12 48,32 46,44 44,71 46,66 44,36 43,76 5,10 120,00
8,90 134,00
5,1
47
Percobaan: Hari/tanggal:
Menit ke30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450 480 510
3 Sabtu, 8 Ramadhan 1430 / 29 Agustus 2009
Laju Destilat (ml/menit) t Volume (ml) Q (s) 830 20 2490 600 20 1800 800 20 2400 780 20 2340 650 20 1950 670 20 2010 655 20 1965 585 20 1755 570 20 1710 640 20 1920 645 20 1935 690 20 2070 610 20 1830 730 20 2190 710 20 2130 710 20 2130 Rata-rata Total
Jam Pertama: Jam Kedua:
20.00-00.00 00.45-05.15
T Destilat (ºC) S1 55 46 51 51 47 47 46 45 43 44 44 44 42 46 46 46
S2 53,5 50 48 50 47 47 46 45 43 43 43 43 43 45 45 45
RM : 312 Kg Yield : 6 Kg
T Separator (ºC)
S3 41 50 48 48 47 46 45 45 42 43 42 42 42 43 44 44
S1
S2
55,65 49 49,1 51,45 46,9 46,55 45,75 44,5 42,2 42,8 42,5 42,35 42,35 44,55 43,9 43,9
44,45 50 47,15 48,6 46,8 45,6 44,05 44,4 41,6 42,15 41,75 41,15 41,45 42,65 43,45 43,45
loss minyak (ml)
S3 39 49 47 47 47 46 45 44 41 42 41 41 41 42 43 43
S1
S2
S3
31
5,4
30
1,5
39
1,7
38
2,1
2039,06 46,44 46,03 44,50 45,84 44,29 43,63 3,20 138,00
10,70 151,90
3,2
48
Percobaan: Hari/tanggal:
Menit ke30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450 480 510
4 Ahad, 9 Ramadhan 1430/ 30 Agustus 2009
Laju Destilat (ml/menit) t Volume (ml) Q (s) 580 20 1740 660 20 1980 605 20 1815 685 20 2055 740 20 2220 650 20 1950 695 20 2085 740 20 2220 830 20 2490 760 20 2280 640 20 1920 575 20 1725 620 20 1860 720 20 2160 585 20 1755 485 20 1455 Rata-rata Total
Jam Pertama: Jam Kedua:
22.00-02.00 02.45-06.15
T Destilat (ºC) S1 51,5 54 50,5 51,5 50 48 47 48 47,5 46 44 42 43 44 41 38,5
S2 52 52 51 49 48 47 46 47 43 46 45 43 43 43 40 40
RM : 328 Kg Yield : 4,25 Kg
T Separator (ºC)
S3 48 50 50 49 47 48 45 45 43 45 44 43 43 42 41 40
S1
S2
54,85 56,25 50,3 48,5 48,5 46,85 44,95 46,5 44,45 46,55 44,2 42,4 42,8 43,15 39,9 40,55
47,85 49,35 50,25 48,35 47,2 45,95 45,35 44,3 42,25 46 45,05 43,75 43,45 42 40,35 40,1
loss minyak (ml)
S3 47 49 50 48 46 47 44 44 42 44 43 42 41 41 40 39
S1
S2
S3
19
4,3
37
1,4
46
2,2
18
0,9
1981,88 46,66 45,94 45,19 46,29 45,10 44,19 4,70 120,00
8,80 133,50
4,7
49
Percobaan: Hari/tanggal:
Menit ke30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450 480 510 540
5 Selasa, 11 Ramadhan 1430 / 1 September 2009
Laju Destilat (ml/menit) Volume t (s) Q (ml) 750 20 2250 760 20 2280 735 20 2205 750 20 2250 700 20 2100 780 20 2340 775 20 2325 790 20 2370 720 20 2160 780 20 2340 795 20 2385 845 20 2535 835 20 2505 735 20 2205 645 20 1935 850 20 2550
Jam Pertama: Jam Kedua:
T Destilat (ºC) S1 46 47 47 48 47 47 48 50 48 50 51 53 53 54 50 56
S2 44 46 47 47 47 46 46 47 47 48,5 49 50 53 53 51 52
09.00-13.00 13.45-17.45
RM : 330 Kg Yield : 4,75 Kg
T Separator (ºC) S3 39 45 45 46 46 46 46 46 46 46 48 48 51 53 52 50
S1
S2
45,85 46,45 46,75 46,85 46 46,2 46,9 47,4 46,3 48,45 49,45 51,15 52,55 53,2 50,3 52,6
39,35 43,6 45,3 46,5 45,7 45,15 45,55 46,05 45,8 47,3 48,7 48,15 52,05 52,3 52,4 49,95
loss minyak (ml) S3
S1
38 44 44 45 45 45 45 45 45 45 47 47 50 52 51 49
2295,9
49,688
48,344
47,063
48,525
47,116
46,063
S3
25
2,4
47
1,7
39
2,5
31
0,5
4,60 142,00
7,10 153,70
4,6 Rata-rata Total
S2
50
Percobaan: 6 Hari/tanggal: Rabu, 12 Ramadhan 1430 / 2 September 2009
Menit ke60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450 480 510 540
Laju Destilat (ml/menit) Volume t (s) Q (ml) 735 20 2205 680 20 2040 685 20 2055 650 20 1950 805 20 2415 800 20 2400 675 20 2025 655 20 1965 810 20 2430 630 20 1890 590 20 1770 715 20 2145 530 20 1590 535 20 1605 675 20 2025
Jam Pertama: Jam Kedua:
T Destilat (ºC) S1 45 45 43 45 50 50 50 47 53 48 48 51 50 50 51
S2 45 45 43 44 45 46 46 46 52 51 46 47 50 50 51
10.30-14.30 13.45-17.45
RM : 354 Kg Yield : 5,3 Kg
T Separator (ºC) S3 42 44 43 43 43 46 46 45 45 50 47 46 48 48 48
S1 45,25 44,6 42,7 42,9 46,1 47,05 47,05 45,25 52,15 50,05 45,8 47,7 50,05 50,05 50
loss minyak (ml)
S2
S3
42,65 43,1 42,15 41,35 41,6 46,4 46,4 43,85 45,85 49,4 47,6 46,05 48,9 48,9 48,45
41 43 42 42 42 45 45 44 44 49 46 45 47 47 47
S1
2056,9 48,25 46,594 44,938
46,813
S3
28
2,5
24
1,8
44
2,2
18
0,5
44,85 44 4,50 114,00
7,00 125,50
4,5 Rata-rata Total
S2
51
Percobaan: Hari/tanggal:
Menit ke60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450 480 510 540
7 Kamis, 13 Ramadhan 1430/ 3 September
Laju Destilat (ml/menit) Volume t (s) Q (ml) 630 20 1890 555 20 1665 535 20 1605 565 20 1695 625 20 1875 620 20 1860 425 20 1275 575 20 1725 680 20 2040 545 20 1635 640 20 1920 575 20 1725 620 20 1860 550 20 1650 490 20 1470 440 20 1320 Rata-rata Total
Jam Pertama: Jam Kedua:
T Destilat (ºC) S1 44 42 42 43 44 45 45 46 47 46 48 47 48 47 46 45
S2 41 42 41 41 42 43 43 44 45 47 47 47,5 47 47 46 46
10.15-14.15 15.00-19.00
T Separator (ºC) S3 40 41 40 40 40 42 42 41 41 44 45 46 45 46 45 44
S1
S2
40,5 40,6 40,3 40,35 42,4 43,15 42,5 44,8 45,1 46,4 46,6 46,95 47,35 46,5 45,95 45,6
39,85 39,15 39,15 38,9 39 40,55 41,8 41,6 40,55 44,35 44,25 46,15 44,15 45,8 45,45 44,55
RM : 325 Kg Yield : 4,05 Kg
loss minyak (ml) S3 39 40 39 39 39 41 41 40 40 43 44 45 44 45 44 43
S1
S2
S3
23
1,6
27
0,8
39
1
59
1,3
1711,8 45,176 44,088 42,235 43,871 41,862 41,235 4,40 148,00
4,70 157,10
4,4
52
Percobaan: 8 Jam Pertama: Hari/tanggal: Sabtu, 15 Ramadhan 1430/ Jam Kedua: 5 September 2009
Menit ke30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450 480 510 540
Laju Destilat (ml/menit) t Volume (ml) Q (s) 725 20 2175 525 20 1575 550 20 1650 735 20 2205 615 20 1845 680 20 2040 615 20 1845 650 20 1950 715 20 2145 600 20 1800 855 20 2565 725 20 2175 685 20 2055 705 20 2115 770 20 2310 675 20 2025 20 Rata-rata Total
T Destilat (ºC) S1 46 41 41 44 41 42 41 42 42 42 47 45 44 45 48 45
S2 47 43 42 41 43 42 41 41 40 41 43 43 43 43 45 43
22.00-02.00 02.30-06.30
RM : 331 Kg Yield : 4,25 Kg
T Separator (ºC)
S3 40 43 42 41 41 42 41 40 39 39 41 41 42 42 43 43
S1
S2
47,45 42,6 41,15 42,1 42,25 41,65 40,8 40,3 39,35 40,65 45 44,2 42,8 42,95 46,1 43,5
40,35 43,35 40,85 40,9 41,05 40,75 40,4 39,2 38,7 38,35 41,05 41 41,4 41,3 42,65 42,85
loss minyak (ml) S3
S1
40 44 41 40 40 41 40 39 38 38 40 40 41 41 42 42
S2
S3
34
2,8
69
2,4
53
2,8
22
1,6
2029,7 43,5 42,563 41,25 42,678 40,884 40,438 5,00 178,00
9,60 192,60
5
53
Percobaan: Hari/tanggal:
Menit ke30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450 480 510 540
9 Ahad, 16 Ramadhan 1430/ 6 September 2009
Laju Destilat (ml/menit) Volume t Q (ml) (s) 540 20 1620 625 20 1875 575 20 1725 610 20 1830 600 20 1800 585 20 1755 570 20 1710 560 20 1680 680 20 2040 720 20 2160 700 20 2100 680 20 2040 650 20 1950 650 20 1950 770 20 2310 580 20 1740 20
Rata-rata Total
1892,8
Jam Pertama: Jam Kedua:
09.45-13.45 14.45-18.15
T Destilat (ºC) S1 44 48 47 49 48 48,5 48 48 50 50 50 50 49 50 54 51
S2 40 45 47 47 47 48 48 49 46 48 49 50 49 49 51 52
RM : 282 Kg Yield : 4,4 Kg
T Separator (ºC) S3 38 41 44 45 46 47 46 47 45 47 47 48 48 47 49 50
S1 41,4 45,95 46,9 47,85 47,7 47,7 48,2 48,7 45,75 48,4 48,75 48,7 48,85 48,6 52,05 52,15
S2 36,6 40,35 45,15 44,6 46,2 47,65 46,4 47,1 43,85 46,65 46,2 47,4 46,45 47,05 49,4 50,85
loss minyak (ml) S3
S1
S2
37 40 43 44 45 46 45 46 44 46 46 47 47 46 48 49
11
1
21
0,8
34
2
28
1,3
5,60 94,00
5,10 104,70
5,6 49,031 47,813 45,938
47,978
45,744 44,938
S3
54
Percobaan: Hari/tanggal:
Menit ke30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450 480 510 540
10 Selasa, 18 Ramadhan 1430/ 8 September 2009
Laju Destilat (ml/menit) t Volume (ml) Q (s) 620 20 1860 600 20 1800 655 20 1965 585 20 1755 585 20 1755 540 20 1620 545 20 1635 600 20 1800 570 20 1710 570 20 1710 475 20 1425 645 20 1935 540 20 1620 660 20 1980 20 20 20 Rata-rata Total
Jam Pertama: Jam Kedua:
T Destilat (ºC) S1 45 46 48 47 47 48 47 47 48 47 46 49 47 49
S2 40 43 45 45 45 46 47 47 46 46 45,5 45,5 46 47
11.15-15.15 15.45-18.15
RM : 282 Kg Yield : 3,6 Kg
T Separator (ºC) S3 34 40 42 43 44 44 45 45 44 45 45 44 44 45
S1
S2
40,5 43,1 45,1 45,4 44,4 46,1 46,4 46,5 45 45,85 44,85 45,95 46,1 47,1
33,8 41,2 41,2 43,1 43,45 43,65 44,55 45,8 44 43,55 43,5 44,05 44,5 44,95
loss minyak (ml)
S3 32 39 41 42 43 43 44 44 43 44 44 43 43 44
S1
S2
S3
7
0,5
15
1,2
51
0,7
1755 47,214 45,286 43,143 45,168 42,95 42,071 0,70 73,00
2,40 76,10
0,7
55
Rekapitulasi data lapang evaluasi kinerja separator IKM Percobaan Bobot keNilam(KG) 1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 Rata-rata
308 316 312 328 330 354 325 331 282 282 316,73
Kg 3,4 3,65 6 4,25 4,75 5,3 4,05 4,25 4,4 3,6 4,37
Rendemen % (wb) % (db) 1,10 1,23 1,16 1,28 1,92 2,14 1,30 1,44 1,44 1,60 1,50 1,66 1,25 1,38 1,28 1,43 1,56 1,73 1,28 1,42 1,38 1,53
Rata-rata laju Destilat l / kg jam ml/menit l / jam 2,31 138,53 0,500 2,43 145,75 0,512 2,04 122,34 0,436 1,98 118,91 0,403 2,30 137,76 0,464 2,06 123,41 0,387 1,71 102,71 0,351 2,03 121,78 0,409 1,89 113,57 0,447 1,76 105,30 0,415 2.050,09 123,01 0,43
Rata-rata suhu Destilat S1 S2 S3 47,05 46,00 45,13 48,32 46,44 44,71 46,44 46,03 44,50 46,66 45,94 45,19 49,69 48,34 47,06 48,25 46,59 44,94 45,18 44,09 42,24 43,50 42,56 41,25 49,03 47,81 45,94 47,21 45,29 43,14 47,13 45,91 44,41
S1 10,30 5,10 3,20 4,70 4,60 4,50 4,40 5,00 5,60 0,70 4,81
S2 89,00 120,00 138,00 120,00 142,00 114,00 148,00 178,00 94,00 73,00 121,60
Loss Minyak S3 ml 106,00 6,70 134,00 8,90 151,90 10,70 133,50 8,80 153,70 7,10 125,50 7,00 157,10 4,70 192,60 9,60 104,70 5,10 76,10 2,40 7,10 133,51
Kadar Air Rata-rata = 10%
56
% (v/w) 3,12 3,67 2,53 3,14 3,24 2,37 3,88 4,53 2,38 2,11 3,10
Lampiran 4. Data lapang analisis kinerja prototipe separator
Percobaan: Hari/tanggal:
Menit ke30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450 480 510 540
1 Senin, 4 Jan 2010
Laju Destilat (ml/menit) V (ml) t (s) Q 475 20 1425 540 20 1620 495 20 1485 450 20 1350 175 20 525 420 20 1260 395 20 1185 475 20 1425 245 20 735 305 20 915 400 20 1200 520 20 1560 415 20 1245
Rata-rata Total loss (%)
1225,38
Jam Pertama:
11.15-18.00
T Destilat ( C ) S1 S2 54 35 48 38 44 41 50 41 39 41 39 40 39 40 58 41 40 42 39 41 40 41 63 41 48 42
46,23
40,31
RM : 231,5 Kg Yield : 2,45 Kg
T Separasi ( C ) S1 40 44 46 46 46 45 45 44 51 51 50 49 50
Loss S2 (ml)
0
1,6 0,5
46,69 2,1 0,085714
57
Percobaan: Hari/tanggal:
Menit ke30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450 480 510 540 570
2 Selasa, 5 Jan 2010
Laju Destilat (ml/menit) V (ml) t (s) Q 420 20 1260 240 20 720 360 20 1080 400 20 1200 155 20 465 280 20 840 310 20 930 420 20 1260 360 20 1080 330 20 990 300 20 900 265 20 795 330 20 990 400 20 1200 310 20 930 342,5 20 1027,5 500 20 1500
Rata-rata Total loss (%)
1009,85
Jam Pertama: 13.30-22.00
T Destilat ( C ) S1 S2 31 31 31 31 33 32 36 32 34 33 34 32 34 33 53 35 46 35 40 37 35 37 32 36 33 36 35 37 32 36 31 35 34 34
35,53
34,24
RM : 272 Kg Yield : 2 Kg
T Separasi ( C ) S1 36 35 34 34 36 36 36 39 43 44 44 43 43 43 42 41 40
Loss S2 (ml)
0,3
1,55
1,45
39,35 3,3 0,165
58
Percobaan: Hari/tanggal:
Menit ke30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450 480 510 540 570
3 Rabu, 6 Jan 10
Laju Destilat (ml/menit) V (ml) t (s) Q 345 20 1035 340 20 1020 400 20 1200 440 20 1320 370 20 1110 290 20 870 205 20 615 420 20 1260 410 20 1230 420 20 1260 310 20 930 200 20 600 330 20 990 450 20 1350 420 20 1260 400 20 1200 300 20 900 270 21 810
Rata-rata Total loss (%)
1072,50
Jam Pertama: 11.00-20.00
T Destilat ( C ) S1 S2 56 31 89 36 60 36 32 36 32 37 32 37 32 37 32 34 33 34 34 34 34 34 33 33 34 34 35 33 39 34 39 34 38 34 36 34 40,88
34,44
RM : 321,5 Kg Yield : 2,650 Kg
T Separasi ( C ) S1 35 46 48 50 49 49 48 46 45 43 43 42 41 40 40 40 39 43
Loss S2 (ml)
0,7
2
1,5
43,44 4,2 0,158491
59
Percobaan: Hari/tanggal:
Menit ke30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450 480 510 540 570
4 Rabu, 6 Jan 10
Laju Destilat (ml/menit) V (ml) t (s) Q 380 20 1140 410 20 1230 370 20 1110 180 20 540 200 20 600 250 20 750 300 20 900 450 20 1350 430 20 1290 420 20 1260 450 20 1350 470 20 1410 540 20 1620 510 20 1530 500 20 1500 470 20 1410 450 20 1350 340 21 1020
Rata-rata Total loss (%)
1224,00
Jam Pertama: 20.30-05.30
T Destilat ( C ) S1 S2 69 35 39 36 39 36 38 37 38 38 39 38 40 37 40 37 40 37 40 37 42 37 62 34 41 35 42 38 43 38 44 37 52 39 44 39 44,29
36,88
RM : 285 Kg Yield : 4.0 Kg
T Separasi ( C ) S1 43 45 45 44 43 42 41 41 40 39 39 41 42 41 40 40 50 50
Loss S2 (ml)
4,7
42,56 4,7 0,1175
60
Percobaan: Hari/tanggal:
Menit ke30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450 480 510 540 570
5 Kamis, 7 Jan 10
Laju Destilat (ml/menit) V (ml) t (s) Q 385 20 1155 290 20 870 325 20 975 355 20 1065 375 20 1125 260 20 780 300 20 900 350 20 1050 385 20 1155 360 20 1080 320 20 960 300 20 900 250 20 750 350 20 1050 450 20 1350 340 20 1020
Jam Pertama: 17.00-01.30
T Destilat ( C ) S1 S2 44 33 40 35 40 35 40 36 41 36 41 36 45 36 43 36 85 37 88 41 62 43 42 42 42 40 41 39 41 38 40 40
RM : 307 Kg Yield : 2.8 Kg
T Separasi ( C ) S1 38 38 38 37 37 38 38 38 45 54 56 56 55 54 53 50
Loss S2 (ml)
6,8
Rata-rata Total loss (%)
1037,31
49,43
37,43
44,00 6,8 0,242857
61
Percobaan: Hari/tanggal:
Menit ke30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450 480 510 540 570
6 jumat, 8 Jan 10
Jam Pertama: 12.30-20.30
Laju Destilat (ml/menit) V (ml) t (s) Q 340 20 1020 330 20 990 330 20 990 340 20 1020 360 20 1080 400 20 1200 540 20 1620 410 20 1230 420 20 1260 400 20 1200 380 20 1140 370 20 1110 370 20 1110 360 20 1080 340 20 1020 310 20 930
T Destilat ( C ) S1 S2 40 33 39 34 39 34 38 34 38 34 39 33 40 33 38 34 38 35 38 35 38 36 38 35 38 34 38 33 38 36 38 35
RM : 321 Kg Yield : 2.65 Kg
T Separasi ( C ) S1 38 38 38 36 36 36 36 36 36 36 36 36 36 35 35 35
Loss S2 (ml)
5,5
Rata-rata Total loss (%)
1125,00
38,44
34,25
36,19 5,5 0,208
62
Rekapitulasi data lapang analisis kinerja protoipe separator
Rata2 suhu Destilat
Kg
% (db)
% (wb)
Kadar Minyak (%)
183,38
2,45
1,34
1,06
1,14
1284,23
77,05
0,33
46,23
40,31
24,06
206,56
2
0,97
0,74
1,27
1047,79
62,87
0,23
35,53
321,5
37,71
200,26
2,65
1,32
0,82
1,19
1053,33
63,20
0,20
4
285
52,38
135,72
4
2,95
1,40
1,57
1186,67
71,20
5
307
40,78
181,80
2,8
1,54
0,91
1,39
1012,06
6
321
46,96
170,27
2,65
1,56
0,83
1,61
Rata-rata
289,67
37,11
179,66
2,76
1,61
0,96
1,36
RM (Kg)
Kadar Air (%)
RM (Kg) (db)
1
231,5
20,79
2
272
3
Percobaan
Rendemen
Rata2 laju Destilat (mL/menit)
l/jam
l/ kg jam
S1
S2
Suhu Separator
Loss Minyak ml
%
46,69
2,1
0,086
34,24
39,35
3,3
0,165
40,00
34,56
43,72
4,2
0,158
0,25
44,00
36,94
42,56
4,7
0,118
60,72
0,20
47,94
37,82
45,59
6,7
0,239
1125,00
67,50
0,21
38,44
34,25
36,19
5,5
0,208
1118,18
67,09
0,24
42,02
36,35
42,35
4,42
0,16
63
Lampiran 5. Peralatan penyulingan IKM saat evaluasi kinerja separator IKM
Ketel suling
Kondensor
Separator
64
Lampiran 5. Peralatan penyulingan IKM saat analisis kinerja prototipe separator
x
Boiler
Ketel suling dan kondensor
Prototipe separator
65