ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN MAQASHID SYARI’AH BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2011 - 2014
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
MUHAMMAD WAHYU SYAHPUTRA NIM: 1111046100133 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015/ 1436 H
ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN MAQASIilD SYARI'AH BANK T]MT]M SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2OII
. ZOI4
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syari'ah
Oleh: Muhammad Wahvu Svahnutra
NIM.
1111046100133
Di Bawah Bimbingan Pembimbirr!
I
NIP. 197s201200501
I
005
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKTILTAS SYARIAH DAi\ IIUKTJM T]NIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATT]LLAH JAKARTA 1436IV2015 M
LEMBAR PENGASAHAN Skripsi yang berjudul "Analisis Kinerja Keuangan dan Maqashid Syari'ah Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011 - 2014" telah diujikan dalam Sidang Munar4asyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri
GII]il] Syarif
Hidayahrllah Jakarta pada 29 September 2015. Slaipsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta,
20 Oktober 2015
Mengesahkan, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum,
Panitia Sidang: Ketua
AM. $ssAn Ali. M.$.
Mp. 197s201 20050
1 1005
Sekretflris
H.Abdurraut Lc.. M.A. ttIIP. 19731215 200501 I 002
Pembirnbing
AFI. Hasan.Ali.M.A. NrP. 1975201 ?0050 I t005
Penguji I
Prqf, Dr. H. Fathurfrahman Djamil, M4, MP. 196011071985051S0
Penguji ?
H. M. Dawud Arif Khan, $8, M.Si, Ako CPA
r
7
LEMBAR PERNYATAANI Dengan ini saya menyatakan bahwa:
l.
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu pers yaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
(Uf$
2.
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan
sesual dengan ketentuan yang berlaku
ini telah saya canfumkan
di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti
bahwa karya ini bukan hasil saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku'di Universitas Islam Negeri
Of$
Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 13 Septemb er 2015
yahputra
Abstrak Muhammad Wahyu Syahputra. 1111046100133. Analisis Kinerja Keuangan dan Maqashid Syari’ah Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011 - 2014. Konsentrasi perbankan syariah, Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015. Perkembangan perbankan syariah yang pesat saat ini tidak diimbangi dengan pengukuran kinerjanya. perbankan syariah saat ini masih menggunakan pengukuran kinerja keuangan konvensional yang hanya berorientasi kepada kepentingan shareholder semata. Padahal perbankan syariah memiliki perbedaan dengan perbankan konvensional baik secara teori, praktik maupun tujuannya. Oleh karena itu, dibutuhkan pengukuran kinerja yang disesuaikan dengan tujuan-tujuan perbankan syariah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja bank umum syariah di Indonesia dilihat dari aspek profitabilitas dengan menggunakan teknik CPI (Comparative Performance Index) dan aspek Maqashid Syari’ah dengan menggunakan teknik SMI (Sharia Maqasid Index). Penelitian ini juga membandingkan kinerja bank umum syariah di Indonesia antara aspek profitabilitasnya dengan aspek Maqashid Syari’ahnya melalui diagram kartesius. Hasil dari penelitian ini menempatkan Bank Mega Syariah dengan nilai CPI tertinggi dan Panin Bank Syariah dengan nilai SMI tertinggi, penelitian ini juga membagi bank umum syariah ke dalam empat kuadran didalam diagram kartesius berdasarkan kinerja profitabilitas dan Maqashid Syari’ahnya.
Kata Kunci : Pengukuran Kinerja, Maqashid Syari’ah, Profitabilitas, CPI, Maqasid Index Pembimbing : AM. Hasan Ali, MA. Daftar Pustaka : Tahun 2006 – 2015.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Segala puji dan syukur atas kehadirat ALLAH SWT yang tiada hentinya melimpahkan segala nikmat, rahmat, karunia, serta hidayah-Nya yang tidak terhingga yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik yang berjudul “Analisis Kinerja Keuangan Dan Maqashid Syariah Bank Umum Syariah Di Indonesia Periode 2011 – 2014”. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW sebagai Uswatun Hasanah yang telah menuntun umatnya dari peradaban Jahiiliyah kepada peradaban Islam yang mulia. Alhamdulillahirabbil alamin berkat rahmat ALLAH SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai puncak dari proses Tholabul Ilmi penulis selama berkuliah di UIN Jakarta. Penulis berharap skripsi yang penulisannya memakan waktu yang tidak lama serta menuntut ketekunan dan kerja keras penulis ini dapat berkontribusi dalam pengembangan ekonomi Islam khususnya perbankan syariah kedepannya. Rampungnya skripsi ini tentunya tidak terlepas dari berbagai pihak yang memberikan sokongan kepada penulis untuk menghadapi segala tantangan dalam
vi
penyelesaian skripsi ini. Untuk itu izinkanlah penulis dengan hormat mengucapkan terimakasih kepada : 1. Bpk. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bpk. AM. Hasan Ali, M.A dan Abdurrauf, Lc, MA, selaku Ketua Program Studi Muamalat dan Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bpk. AM. Hasan Ali, M.A, selaku Dosen Pembimbing yang ditengah kesibukannya masih memberikan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Seluruh Dosen serta civitas akademika FSH UIN Jakarta, yang telah membagikan ilmunya semoga menjadi amal Jariyyah di akhirat nanti. 5. Perpustakaan Utama UIN Jakarta, Perpustakaan FSH UIN Jakarta, Perpumda DKI di Cikini dan Kuningan, tempat penulis memperoleh berbagai bahan dan sumber-sumber referensi serta tempat penulis menjalankan proses penulisan skripsi. 6. Kedua Orangtua penulis, yaitu Bapak Su’bah dan Ibu Nurwani yang senantiasa mendoakan anaknya agar menjadi pribadi yang berakhlak mulia serta selalu memberikan dukungan yang tiada henti baik moril maupun materil. Tak lupa kepada adik Fitria Istiqomah serta keluarga besar lainnya. 7. Kawan-kawan perbankan syariah Angkatan 2011, Kelas PS-D 2011, Aufar, Ferdi, Ken, Wiza, Asep, Hilda, Defri, Imam, Udon, Kemal, Aul, Nur, Aya, vii
Zizah, Leo serta kawan-kawan lain. Suatu keberuntungan mengenal kalian, semoga kita dapat mencapai sukses bersama dengan silaturahmi yang tetap terjaga. 8. LiSEnSi UIN Jakarta, KOPMA UIN Jakarta, KKN SEPAKAT terimakasih telah menjadi keluarga kecil bagi penulis dan menjadi tempat penulis mendapat berbagai ilmu dan pengalaman berharga. 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu terselesaikannya Skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Akhir kata semoga ALLAH SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang turut andil dalam selesainya skripsi ini. Semoga skripsi ini semakin memperkaya Khazanah keilmuan Ekonomi Islam demi kejayaan Ekonomi Islam di masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 13 September 2015 Penulis
viii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ vi DAFTAR ISI........................................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ................................................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ xiii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1 A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1 B. Permasalahan........................................................................................................................ 7 1.
Identifikasi Masalah ...................................................................................................... 7
2.
Pembatasan dan Perumusan Masalah............................................................................ 8 a.
Pembatasan Masalah ................................................................................................. 8
b.
Perumusan Masalah .................................................................................................. 9
C. Tujuan Penelitian................................................................................................................ 10 D. Manfaat Penelitian ............................................................................................................. 10 E. Review Studi Terdahulu ..................................................................................................... 11 F. Kerangka Pemikiran ........................................................................................................... 16 G. Sistematika Penulisan ........................................................................................................ 18
BAB II TINJAUAN TEORITIS .......................................................................................... 20 A. Perbankan syariah .............................................................................................................. 20 1.
Definisi Perbankan Syariah ......................................................................................... 20
2.
Fungsi Perbankan Syariah........................................................................................... 21
3.
Prinsip Perbankan Syariah .......................................................................................... 22 ix
B. Kinerja Keuangan Perbankan Syariah ................................................................................ 24 1.
Pengukuran Kinerja .................................................................................................... 24
2.
Pengukuran Profitabilitas ............................................................................................ 26
C. Kinerja Maqashid Syari’ah perbankan syariah................................................................... 28 1.
Maqashid Syari’ah ...................................................................................................... 28
2.
Sharia Maqasid Index (SMI) ....................................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................................... 34 A. Jenis Penelitian................................................................................................................... 34 B. Metode pengumpulan data ................................................................................................. 34 C. Objek Penelitian ................................................................................................................. 36 D. Metode Analisis Kinerja .................................................................................................... 37 E. Analisis kinerja profitabilitas.............................................................................................. 38 F. Operasional variabel profitabilitas ...................................................................................... 38 G. Comparative Performance Index (CPI) .............................................................................. 40 H. Sharia Maqasid Index (SMI) .............................................................................................. 43 1.
Konsep Maqashid Syari’ah Abu Zahrah ..................................................................... 43
2.
Metode operasionalisasi sekaran ................................................................................. 44
3.
Model pengukuran kinerja Maqashid Syari’ah ........................................................... 45
4.
Verifikasi dan pembobotan model pengukuran kinerja Maqashid Syari’ah ............... 53
5.
Tahapan pengukuran kinerja Maqashid Syari’ah........................................................ 54
6.
Perbandingan Profitabilitas dengan Sharia Maqasid Index ........................................ 59
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 62 A.
Kinerja Profitabilitas Bank Umum Syariah ................................................................ 62
B.
Kinerja Maqashid Syari’ah Bank Umum Syariah....................................................... 65
C.
Indikator Kinerja Bank Umum Syariah ...................................................................... 71
D.
Sharia Maqasid Index (SMI) Bank Umum Syariah .................................................... 75
E.
Perbandingan CPI dengan SMI. .................................................................................. 76
F.
Pembahasan hasil penelitian ....................................................................................... 78 x
BAB V PENUTUP................................................................................................................. 96 A.
Kesimpulan ................................................................................................................. 96
B.
Saran ........................................................................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 99 LAMPIRAN......................................................................................................................... 103
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perbandingan kinerja profitabilitas BUK & BUS .................................. …...4 Tabel 3.1 Matriks transformasi melalui teknik CPI .................................................... 42 Tabel 3.2 Model pengukuran kinerja Maqasid Syariah .............................................. 45 Tabel 3.3 Bobot rata-rata tujuan dan elemen pengukuran Maqashid Syari’ah........... 53 Tabel 4.1 Rasio profitabilitas rata-rata Bank Umum Syariah ..................................... 62 Tabel 4.2 Indeks kinerja profitabilitas Bank Umum Syariah. ..................................... 64 Tabel 4.3 Rasio kinerja Maqashid Syari’ah rata-rata tujuan pertama ........................ 65 Tabel 4.4 Rasio Kinerja Maqashid Syari’ah rata-rata tujuan kedua ........................... 68 Tabel 4.5 Rasio Kinerja Maqashid Syari’ah rata-rata tujuan ketiga ........................... 70 Tabel 4.6 Indikator kinerja Maqashid Syari’ah tujuan pertama ................................. 72 Tabel 4.7 Indikator kinerja Maqashid Syari’ah tujuan kedua..................................... 73 Tabel 4.8 Indikator kinerja Maqashid Syari’ah tujuan ketiga .................................... 74 Tabel 4.9 Sharia Maqasid Index Bank Umum Syariah. ............................................. 75 Tabel 4.10 Perbandingan CPI dan SMI Bank Umum Syariah .................................... 76
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran ................................................................................ 17 Gambar 3.1 Metode Operasionalisasi Sekaran ........................................................... 44 Gambar 3.2 Diagram Kartesius Profitabilitas dan Maqashid Syari’ah....................... 61 Gambar 4.1 Diagram Perbandingan (CPI) dengan SMI) ........................................... 77
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rasio Profitabilitas 2011 – 2014 ........................................................... 103 Lampiran 2 Data elemen rasio kinerja Maqashid Syari’ah ...................................... 105 Lampiran 3 Rasio kinerja Maqashid Syari’ah periode 2011 – 2014 ........................ 111
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Ekonomi Islam saat ini tengah disorot oleh banyak ekonom. Banyak yang beranggapan bahwa ekonomi Islam adalah solusi mutakhir untuk kebaikan bersama terhadap masyarakat pada umumnya dan para ekonom khususnya. Salah satu sektor yang memiliki peranan penting dalam kemajuan Ekonomi Islam adalah sektor perbankan. Sektor ini adalah sebuah instrumen penting yang berkontribusi terhadap kemajuan ekonomi Islam itu sendiri. Pada dasarnya perbankan syariah memiliki tujuan-tujuan yang dapat dihitung (dikuantifikasi) dengan pendekatan yang benar. Sebagai hasilnya, tujuan dari perbankan syariah bisa diukur, didefinisikan, dioperasikan dan berkontribusi kepada tujuan khusus atau umum.1 Siddiqi dan Shahul sebagaimana dikutip oleh Jumansyah dan Syafei mengatakan bahwa bank syariah sebagai lembaga bisnis yang berjalan berdasarkan kepada prinsip syariah tidak boleh diarahkan
untuk
menghasilkan laba yang maksimum. Sebagai sebuah lembaga bisnis bank syariah harus diarahkan untuk mencapai kesuksesan di dunia dan di 1
Thuba Jazil dan Syahruddin, “The Performance Measures of Selected Malaysian and Indonesian Islamic Banks based on the Maqasid al-Shari’ah Approach”, Jurnal Hukum dan Ekonomi : Ijtihad, Vol.7 No. 2, 2013: h.284.
1
2
akhirat.2 Siddiqi sebagaimana dikutip oleh Jumansyah dan Syafei menegaskan bahwa pendiri bank syariah memiliki tujuan untuk memberikan kontribusi dalam pencapaian maqhashid syariah, bank syariah harus memiliki tujuan yang jauh lebih besar dibandingkan hanya untuk mencapai laba maksimum dan juga harus berusaha untuk mewujudkan maqashid syari’ah3. Pengukuran kinerja perbankan syariah pada saat ini mengadopsi pengukuran konvensional. Hal ini terjadi dikarenakan ketiadaan kajian mengenai tujuan perbankan syariah untuk mengukur kinerjanya. Sebagai konsekuensinya, pengukuran yang digunakan mirip dengan pengukuran konvensional. Akibatnya, terjadi ketidaksesuaian pengukuran dikarenakan tujuannya yang berbeda, dimana pengukuran konvensional difokuskan untuk mengukur kondisi keuangan, sedangkan pengukuran perbankan syariah memiliki tujuan lain di samping tujuan keuangan.4 Perspektif maqashid syari’ah dalam konteks kinerja sangat penting karena kebanyakan bank syariah menggunakan indikator dan pengukuran yang sama dengan bank konvensional. Beberapa studi memperlihatkan bahwa bank syariah kurang efisien dibandingkan dengan bank konvensional. Hal ini setidaknya disebabkan oleh dua alasan. Pertama, kurangnya kajian terkait Jumansyah dan Ade Wirman Syafei, “Analisis Penerapan Good Governance Business Syariah dan Pencapaian Maqashid Sharia Bank Syariah di Indonesia”, Jurnal Al Azhar Indonesia seri pranata sosial, Vol.2 No. 1, 2013: h.25. 3 Ibid., h.25. 4 Jazil dan Syahruddin, “The Performance Measures of Selected Malaysian and Indonesian Islamic Banks based on the Maqasid al-Shari’ah Approach”, h.286. 2
3
kinerja institusi keuangan Islam yang mencakup perspektif multidimensi dari maqashid syari’ah. Kedua, penggunaan indikator bank konvensional tidak relevan karena sifat dari kedua bank berbeda. 5 Salah satu faktor penting yang menghambat pertumbuhan perbankan syariah adalah kurangnya pengukuran kinerja keuangan yang disesuaikan dengan lembaga keuangan Islam dan operasional kerja mereka. Hal ini telah menyebabkan lambatnya kemunculan bank syariah di pasar global, karena mereka tidak dapat dengan adil dan jelas merepresentasikan posisi keuangan mereka.6 Perbankan
syariah di Indonesia menggunakan pengukuran kinerja
konvensional untuk mengukur kinerjanya, perbandingan kinerja perbankan syariah dengan perbankan konvensional sering dilakukan menggunakan alat ukur
konvensional.
Perbandingan
kinerja
tersebut,
salah
satunya
menggunakan rasio keuangan seperti yang terdapat pada tabel 1.1 cenderung menempatkan kinerja perbankan syariah di bawah perbankan konvensional.
M. Houssemeddine Bedoui dan Walid Mansour, “Islamic banks performance and Maqashid al Shari’ah”. Paper dipresentasikan pada 9th Asia-Pacific Economic Association Conference 27-28 Juli 2013 di Osaka, Jepang, h.10. 6 Ahmed Mohamed Badreldin, “Measuring the performance of Islamic Banks by Adapting Conventional Ratios”. Working Paper No.16 Faculty of Management Technology, German University in Cairo (October 2009) h.2. 5
4
Tabel 1.1 Perbandingan Kinerja Profitabilitas Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah (Statistik perbankan Indonesia, Desember 2014)
ROA (%)
BOPO (%)
NIM/NOM (%)
Bulan BUK
BUS
BUK
BUS
BUK
BUS
Jan-14
2,90
1,01
82,93
89,25
4,17
1,45
Feb-14
2,79
1,00
79,48
89,22
4,18
0,87
Mar-14
3,01
1,30
77,34
90,91
4,28
1,38
Apr-14
2,93
1,09
77,19
84,50
4,26
1,45
Mei-14
2,98
0,82
76,20
76,49
4,22
1,49
Jun-14
3,02
0,76
75,45
70,82
4,22
1,64
Jul-14
2,91
0,71
76,54
79,29
4,20
1,61
Ags-14
2,90
0,55
76,37
82,31
4,21
2,93
Sep-14
2,91
0,56
76,14
85,70
4,21
2,22
Okt-14
2,89
0,56
76,14
76,97
4,24
2,68
Nov-14
2,87
0,49
76,16
78,22
4,24
2,92
Des-14
2,85
0,51
76,29
81,32
4,23
2,92
Abdus Samad dan M. Kabir Hassan sebagaimana dikutip oleh Jazil dan Syahruddin melakukan studi perbandingan antara efisiensi bank syariah dan bank konvensional di Malaysia. Hasil penelitian dengan menggunakan uji
5
analisis varians ( ANOVA ) menggambarkan bahwa perbankan konvensional memiliki efisiensi manajerial yang lebih tinggi dari perbankan syariah di Malaysia. Naqvi sebagaimana dikutip oleh Jazil dan Syahruddin melakukan studi dengan mensurvei pendapat ahli terhadap 30 bank syariah besar, yang menunjukkan rendahnya kinerja perbankan syariah. Mengacu pada hasil dari studi tersebut, ditemukan bahwa tingkat pengembalian yang ditawarkan oleh bank syariah umumnya lebih rendah dari bank konvensional. Selain itu, Naqvi juga mengungkapkan kasus kredit macet yang telah meningkat secara dramatis di berbagai perbankan syariah.7 Dewasa ini usaha untuk mengukur kinerja perbankan syariah dari pengukuran satu dimensi menjadi multi dimensi semakin berkembang. Shahul Hameed
dkk,
sebagaimana
dikutip
oleh
MS
Antonio
dkk,
telah
mengembangkan pengukuran kinerja alternatif untuk perbankan syariah yang dinamakan Islamicity Disclosure Index yang terdiri dari beberapa indikator seperti kepatuhan syariah,
tatakelola perusahaan dan lingkungan sosial.
Kupussamy dkk, sebagaimana dikutip oleh MS Antonio dkk, juga telah mengembangkan pengukuran kinerja alternatif yang diberi nama Sharia
Jazil dan Syahruddin, “The Performance Measures of Selected Malaysian and Indonesian Islamic Banks based on the Maqasid al-Shari’ah Approach”, h.286.
7
6
Conformity and Profitabilty (SCnP) yang merupakan kombinasi dari indikator kinerja keuangan konvensional maupun syariah.8 Pengukuran kinerja perbankan syariah yang berfokus pada pencapaian maqashid syari’ah dikembangkan oleh Mustafa Omar Mohammed, Dzuljastri Abdul Razak dan Fauziah MD Taib. Mereka telah mengembangkan sebuah pengukuran kinerja perbankan syariah dalam bentuk sharia maqasid index (SMI). SMI yang dikembangkan oleh Mustafa Omar Mohammed dkk, tersebut dikembangkan dari konsep maqashid syari’ah yang dijelaskan oleh Prof. Muhammad Abu Zahrah dalam kitabnya “Ushul Fiqh”. Beliau menjelaskan konsep maqashid syari’ah dengan membaginya ke dalam tiga tujuan utama yaitu : tahzib al-fardi (mendidik manusia),
iqamah al-adl
(menegakkan keadilan), dan jalb al-maslahah (kepentingan publik). Konsep tersebut oleh Mustafa Omar Mohammed dkk, kemudian dioperasionalkan melalui metode sekaran sehingga menjadi parameter yang bisa diukur.9 Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan menggabungkan dua metode pengukuran, yakni pengukuran kinerja keuangan terutama kinerja profitabilitas dan kinerja syariah melalui sharia maqasid index (SMI). Kedua metode di atas dipilih penulis untuk
8
Muhammad Syafii Antonio, Yulizar D. Sanrego dan Muhammad Taufiq,“An Analysis of Islamic Banking Performance: Maqashid Index Implementation in Indonesia and Jordania’’, Journal of Islamic Finance, Vol.1 No. 1, 2012: h.16-17. 9 Mustafa Omar Mohammed, Dzuljastri Abdul Razak, dan Fauziah Md Taib,“The Performance Measures of Islamic Banking Based on the Maqasid Framework”, paper dipresentasikan pada IIUM INTAC IV 25 Juni 2008 di Putrajaya, Malaysia, h. 1-17.
7
melihat seperti apa kinerja profitabilitas bank umum syariah dibandingkan dengan kinerja syariah bank umum syariah. Sehingga penelitian ini mengambil judul : ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN MAQASHID SYARI’AH BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2011 – 2014
B. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas dapat dilakukan identifikasi masalah. Berikut ini dikemukakan masalah-masalah yang ada pada objek yang diteliti, antara lain : a. Apakah penilaian kinerja perbankan syariah dengan indikatorindikator keuangan selama ini telah merepresentasikan tujuan-tujuan dari eksistensi perbankan syariah ? b. Bagaimana keandalan sharia maqasid index (SMI) dalam mengukur pelaksanaan tujuan-tujuan syariah di perbankan syariah ? c. Bagaimana peluang sharia maqasid index (SMI) agar dapat diterapkan sebagai metode pengukuran perbankan syariah yang resmi oleh regulator ? d. Bagaimana kaitan antara profitabilitas dengan pelaksanaan tujuantujuan syariah di perbankan syariah ?
8
2. Pembatasan dan Perumusan Masalah a. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dideskripsikan, maka penulis membatasi permasalahan pada: (1) Objek penelitian dibatasi hanya pada bank syariah di Indonesia yang telah berbentuk Bank Umum Syariah (BUS). (2) Rentang waktu penelitian dibatasi hanya selama empat tahun, yakni pada periode 2011, 2012,2013 dan 2014. Hal ini dilakukan karena adanya keterbatasan data yang diperoleh penulis serta agar data yang diolah merupakan
data
perbankan
syariah
terbaru.
Keterbatasan dalam rentang waktu tersebut tidak mengganggu
proses
pengukuran
karena
metode
pengukuran kinerja (CPI dan SMI) tidak mensyaratkan rentang waktu yang panjang dan juga penelitian ini tidak menggunakan uji statistik. (3) Metode pengukuran kinerja bank hanya dibatasi pada
pengukuran berdasarkan aspek profitabilitas.
Aspek profitabilitas meliputi pengukuran rasio ROA,
9
ROE, BOPO dan NOM. Sedangkan untuk metode pengukuran kinerja syariah menggunakan sharia maqasid index (SMI). Dari 10 rasio yang digunakan untuk
menghitung
SMI,
penelitian
ini
hanya
menggunakan 9 rasio dikarenakan tidak adanya data untuk mengukur salah satu rasio dalam SMI yaitu rasio profit equalization reserves (PER) pada perbankan syariah di Indonesia. b. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah penelitian di atas, maka untuk mempermudah pembahasan, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimana kinerja keuangan dari bank umum syariah di Indonesia berdasarkan aspek profitabilitas ? (2) Bagaimana
kinerja maqashid syari’ah
dari bank
umum syariah di Indonesia berdasarkan sharia maqasid index (SMI) ? (3) Bagaimana hasil perbandingan pengukuran kinerja perbankan
syariah
di
Indonesia
antara
kinerja
keuangannya dengan pelaksanaan maqashid syari’ah ?
10
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini ditujukan untuk : 1.
Mengetahui kondisi kinerja bank umum syariah di Indonesia ditinjau dari aspek maqashid syari’ah dengan menggunakan pendekatan sharia maqasid index (SMI).
2.
Mengetahui kondisi kinerja 11 bank umum syariah di Indonesia ditinjau dari aspek profitabilitas.
3.
Mengetahui perbandingan kinerja 11 bank umum syariah di Indonesia baik ditinjau dari aspek pelaksanaan maqashid syari’ah maupun aspek profitabilitas.
D. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan-tujuan penelitian di atas maka penulis berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi : 1.
Kalangan Akademisi : Memberikan pengetahuan mengenai alternatif pengukuran kinerja perbankan syariah ditinjau dari aspek maqashid syari’ah serta dapat dijadikan sebagai referensi literatur untuk penelitian selanjutnya.
2.
Industri perbankan syariah Memberikan alternatif pengukuran dalam mengukur kinerja perbankan syariah yang tidak hanya berorientasi pada profit semata tetapi juga
11
terhadap pelaksanaan maqashid syari’ah. Selain itu dapat menjadi bahan evaluasi bagi industri perbankan syariah untuk mengetahui kelemahan dan untuk meningkatkan kinerja. 3.
Masyarakat umum Memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai kinerja perbankan syariah di Indonesia berdasar aspek maqashid syari’ah maupun profitabilitas, serta dapat dijadikan referensi dalam memilih bank syariah sebagai penyedia jasa keuangan.
E. Review Studi Terdahulu 1. Paper Mustafa Omar Mohammed, dkk. yang berjudul : The Performance Measures of Islamic Banking Based on the Maqashid Framework.10 Mereka mengusulkan tujuan-tujuan perbankan syariah dari teori maqashid syari’ah yang diturunkan menjadi sebuah model pengukuran kinerja perbankan syariah berdasarkan tujuan-tujuan tersebut. Objek pada penelitian ini adalah Bank Muamalat Malaysia (BMM), Islamic Bank Bangladesh (IBB), Bank Syariah Mandiri Indonesia (BSMI), Bahrain Islamic Bank (BIB), Islamic International Arab Bank Jordan (IIABJ), Sudanese Islamic Bank (SIB) pada periode 2000 – 2005. Dalam penelitiannya IIABY menempati posisi pertama dengan sharia maqasid index sebesar 0,8877 diikuti oleh BSMI, BIB, IBB, BMM dan SIB dengan M. Omar Mohammed dkk, “The Performance Measures of Islamic Banking Based on the Maqasid Framework”, h. 1-17. 10
12
sharia maqasid index berturut turut sebesar : 0,1081; 0,1003; 0,0974; 0,0851; 0,0308. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang kinerja maqashid syari’ah menggunakan sharia maqasid index. Perbedaan pada penelitian ini adalah adanya penambahan metode pengukuran kinerja berdasarkan aspek profitabilitas serta fokus objek penelitian ini adalah Bank Umum Syariah di Indonesia dengan rentang periode 2011 – 2014.
2. Paper Muhammad Syafi’i Antonio, dkk. yang berjudul An Analysis of Islamic Banking Performance: Maqashid Index Implementation in Indonesia and Jordania11 bertujuan untuk mengaplikasikan pendekatan maqashid index untuk mengukur kinerja industri perbankan syariah. Selain itu penelitian ini juga ingin membuktikan bahwa kinerja maqashid syari’ah perbankan syariah di Indonesia lebih baik dibandingkan dengan perbankan syariah di Yordania. Objek pada penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri (BSM), Islamic International Arab Bank Jordan (IIABJ), dan Jordan Islamic Bank (JIB) pada periode 2008 -2010. Dalam penelitiannya menempatkan BMI di posisi pertama dengan sharia maqasid index sebesar 17,497 dan berturut-turut diikuti oleh BSM, IIABJ, dan JIB.
M. Syafii Antonio dkk, “An Analysis of Islamic Banking Performance: Maqashid Index Implementation in Indonesia and Jordania’’, h.12-29. 11
13
Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang kinerja maqashid syari’ah menggunakan sharia maqasid index. Perbedaan pada penelitian ini adalah adanya penambahan metode pengukuran kinerja berdasarkan aspek profitabilitas serta fokus objek penelitian ini adalah Bank Umum Syariah di Indonesia dengan rentang periode 2011 – 2014.
3. Paper Afrinaldi yang berjudul Analisa Kinerja Perbankan
syariah
Indonesia Ditinjau Dari Maqashid Syari’ah : Pendekatan Sharia Maqasid Index
(SMI)
dan
Profitabilitas
Bank
Syariah.12Bertujuan
untuk
menganalisa kinerja perbankan syariah di Indonesia dilihat dari aspek maqashid syari’ah dengan menggunakan pendekatan sharia maqasid index dan profitabilitas bank syariah. Objek penelitiannya adalah beberapa Bank Umum Syariah di Indonesia yaitu Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Mega Syariah (BMS) BRI Syariah (BRIS), Bank Syariah Bukopin (BSB) pada periode 2009 - 2011. Dalam aspek profitabiltas peneitian ini menempatkan BSM diurutan pertama dengan nilai 95,62 dan berturut-turut diikuti oleh BMS, BMI, BSB dan BRIS.
Sedangkan
dari
aspek
maqashid
syari’ah
penelitian
ini
Afrinaldi, “Analisa Kinerja perbankan syariah Indonesia Ditinjau dari Maqasid Syariah: Pendekatan Sharia Maqasid Index (SMI) dan Profitabilitas Bank Syariah”, Paper dipresentasikan pada Forum Riset Ekonomi dan Keuangan Syariah 2013 di UIN Syarif Hidayatullah, Indonesia, h. 2.
12
14
menempatkan BMI diurutan pertama dengan indeks sebesar 0,3027 dan berturut-turut diikuti oleh BSM, BRIS, BMS dan BSB. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang kinerja maqashid syari’ah menggunakan sharia maqasid index dan kinerja profitabilitas menggunakan comparative profitability index. Perbedaan pada penelitian ini adalah terletak pada rasio yang digunakan dalam pengukuran profitabilitas. Penelitian Afrinaldi menggunakan rasio ROA, ROE dan profit expense ratio (PER) dalam pengukuran profitabilitasnya sedangkan penelitian ini menggunakan ROA, ROE, BOPO dan NOM dalam pengukuran profitabilitasnya. Selain itu objek pada penelitian ini diperluas menjadi 11 bank umum syariah dengan rentang waktu 20112014.
4. Skripsi Dzikron Abdillah yang berjudul Kinerja perbankan syariah Indonesia ditinjau dari Maqashid Syarī’ah : Pendekatan Sharia Maqasid Index (SMI) Dan Profitabilitas13 bertujuan untuk menganalisa kinerja perbankan syariah di Indonesia dilihat dari aspek maqashid syari’ah dengan
menggunakan pendekatan sharia maqasid index (SMI) dan
profitabilitas. Serta untuk mengetahui perbandingan pengukuran kinerja dari masing-masing perbankan syariah yang ada di Indonesia antara Dzikron Abdillah, ”Kinerja perbankan syariah Indonesia ditinjau dari Maqasid Syari’ah : Pendekatan Syari’ah Maqasid Index”, (Skripsi S1 Fakultas Syari’ah dan Hukum, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014), h.84. 13
15
kinerja profitabilitasnya dengan pelaksanaan maqashid syari’ah. Objek penelitiannya adalah beberapa Bank Umum Syariah di Indonesia yaitu Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Muamalat Indonesia(BMI), BNI Syariah (BNIS), Bank Mega Syariah (BMS), BRI Syariah (BRIS), Bank Syariah Bukopin (BSB), Panin Bank Syariah (PBS), BCA Syariah (BCS) pada tahun 2010 – 2012. Dalam aspek profitabiltas penelitian ini menempatkan BMS diurutan pertama dengan nilai 85,05 dan berturut-turut diikuti oleh BSM, BMI, BNIS, BCS, BRIS, PBS dan BSB. Sedangkan dari aspek maqashid syari’ah penelitian ini menempatkan BMI diurutan pertama dengan sharia maqasid index (SMI) sebesar 0,2476 dan berturutturut diikuti oleh BNIS, BSM, BMS, BRIS, BCS, PBS dan BSB. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang kinerja maqashid syari’ah menggunakan sharia maqasid index dan kinerja profitabilitas menggunakan comparative profitability index. Perbedaan pada penelitian ini adalah terletak pada rasio yang digunakan dalam pengukuran profitabilitas. Penelitian Dzikron Abdillah menggunakan rasio ROA, GPM dan NPM dalam pengukuran profitabilitasnya sedangkan penelitian ini menggunakan ROA, ROE, BOPO dan NOM dalam pengukuran profitabilitasnya. Selain itu objek pada penelitian ini diperluas menjadi 11 bank umum syariah dengan rentang waktu 2011-2014.
16
F. Kerangka Pemikiran Sebagai sebuah entitas bisnis, bank syariah tidak hanya dituntut sebagai perusahaan yang mencari keuntungan belaka (high profitability), tetapi juga harus menjalankan fungsi dan tujuannya sebagai sebuah entitas syariah yang dilandaskan kepada konsep maqashid syariah (good shariah objectives).14
Mustafa
Omar
Muhammed
dkk,
merumuskan sebuah pengukuran yang berguna perbankan syari’ah
yang
dikembangkan
dalam
untuk
penelitiannya
mengukur kinerja
berdasarkan prinsip-prinsip
maqashid syari’ah dengan tujuan agar ada sebuah pengukuran bagi bank syariah yang sesuai dengan tujuannya. Penelitiannya tersebut menghasilkan sebuah pengukuran kinerja keuangan
perbankan syariah
yang disebut
sharia maqasid index. Model ini telah banyak diaplikasikan dalam penelitianpenelitian ilmiah selanjutnya untuk mengukur kinerja perbankan syariah diberbagai negara.15 Berdasarkan teori yang akan digunakan dan analisis yang akan dilakukan, maka penulis mencoba membangun kerangka berpikir yang tepat yang dapat dilihat dari bagan sistematis di bawah ini :
Afrinaldi, “Analisa Kinerja perbankan syariah Indonesia Ditinjau dari Maqasid Syariah: Pendekatan Sharia Maqasid Index (SMI) dan Profitabilitas Bank Syariah”, h. 2. 15 Aam Slamet Rusydiana, “Maqasid Syariah Index sebagai ukuran kinerja perbankan , Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 3:1 (2013) : h.1. 14
17
Gambar 1.1 : Kerangka Pemikiran Kinerja Bank Umum Syariah di Indonesia
Pengukuran kinerja keuangan berdasarkan aspek profitabilitas
Pengukuran kinerja Maqasid syariah melalui metode Sharia Maqasid Index (SMI)
Penghitungan rasio profitabilitas (ROA, ROE, NOM dan BOPO) dan menentukan peringkat kinerja melalui metode Comparative Performance Index (CPI)
Penghitungan rasio kinerja maqasid syariah berdasarkan penelitian Omar (2008) dan menentukan peringkat kinerja melalui metode Simple Additive Weighting (SAW)
Laporan keuangan (audited) Bank Umum Syariah periode 2011- 2014
Laporan keuangan (audited) Bank Umum Syariah periode 2011- 2014
Perbandingan kinerja perbankan syariah dari aspek profitabilitas dan pelaksanaan maqashid syariah menggunakan diagram kartesius
18
G. Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran terkait penelitian serta membuat penelitian tertib dan terarah maka penulis menyusun sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab dengan rincian sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN Bab ini memuat tentang latar belakang masalah, permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, kerangka pemikiran dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS Bab ini membahas teori-teori yang berkaitan dengan penilaian kinerja perbankan syariah. Pembahasan mengenai teori tersebut meliputi definisi pengukuran kinerja, penjelasan mengenai analisis profitabilitas beserta rasiorasio di dalamnya, penjelasan mengenai maqashid syari’ah serta sharia maqashid index.
BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang penjelasan mengenai jenis penelitian, jenis dan sumber
data, objek
penelitian,
metode
pengumpulan
data,
teknik
19
pengolahan data, definisi operasional variabel beserta pengukurannya serta metode analisis data yang akan digunakan.
BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini memuat hasil pengukuran kinerja profitabilitas dan kinerja syariah serta analisis dan interpretasinya. Pengukuran
kinerja
profitabilitas
dilakukan dengan metode comparative profitability index (CPI) Pengukuran kinerja syariah dilakukan dengan metode sharia maqashid index (SMI)
BAB V : PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan penulis dari pembahasan-pembahasan yang telah diuraikan, serta saran untuk penelitian sejenis.
1. BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Perbankan syariah 1.
Definisi Perbankan Syariah Menurut Undang Undang (UU) No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah (UUS), mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.1 Bank Syariah dalam UU tersebut didefinisikan sebagai bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank umum syariah (BUS) dan bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS). Dari definisi yang telah dijelaskan sebelumnya dapat diketahui bahwa dari sisi kelembagaan ada tiga bentuk perbankan syariah di Indonesia yaitu bank umum syariah (BUS), unit usaha syariah (UUS) dan bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS). Dari UU tersebut dapat diketahui perbedaan antara ketiga bentuk perbankan syariah tersebut. BUS adalah bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran
1
UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
20
21
(pasal 1 angka 8) sedangkan BPRS tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (pasal 1 angka 9). Adapun UUS adalah unit kerja dari kantor pusat bank umum konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah (pasal 1 angka 10), UUS juga memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Perbedaan antara BUS dan UUS terdapat pada aspek kegiatan usaha, kegiatan usaha lainnya, pimpinan dan modal yang disetor. Berdasarkan Statistik Otoritas Jasa Keuangan sampai dengan April 2015, terdapat 12 BUS dengan 2.135 kantor, 22 UUS dengan 323 kantor serta terdapat 162 BPRS dengan 433 kantor di Indonesia. 2.
Fungsi Perbankan Syariah Perbankan syariah memiliki tiga fungsi utama yaitu : a.
Menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana. Bank syariah menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana. Bank Syariah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
22
titipan dengan menggunakan akad al-Wadiah dan dalam bentuk investasi dengan menggunakan akad al-Mudharabah. b.
Menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan (user of fund). Masyarakat dapat memperoleh pembiayaan dari bank syariah asalkan dapat memenuhi semua ketentuan dan persyaratan yang berlaku.
c.
Memberikan pelayanan jasa perbankan. Pelayanan jasa bank syariah ini diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya. Berbagai jenis produk pelayanan jasa yang dapat diberikan oleh bank syariah antara lain jasa pengiriman uang (transfer), pemindahanbukuan, penagihan surat berharga, kliring, letter of credit, inkaso, garansi bank, dan pelayanan jasa bank lainnya.2
3.
Prinsip Perbankan Syariah Perbankan syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, meliputi kegiatan usaha yang tidak mengandung unnsur-unsur riba, maisir, gharar, haram dan zalim. Karena itu, dalam transaksi penghimpunan dana simpanan berupa giro dan tabungan, serta investasi dalam bentuk deposito, maupun dalam
2
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta : Kencana, 2011), Hal 39-42.
23
penyaluran dana berupa pembiayaan oleh perbankan syariah tidak boleh mengandung unsur-unsur tersebut.3 Secara umum, setiap bank syariah dalam menjalankan usahanya minimal mempunyai lima prinsip operasional, yaitu sebagai berikut : a.
Prinsip simpanan giro, yaitu fasilitas yang diberikan oleh bank untuk memberikan kesempatan kepada pihak yang kelebihan dana untuk menyimpan dananya dalam bentuk al-Wadiah, yang diberikan untuk tujuan keamanan dan pemindahbukuan.
b.
Prinsip bagi hasil, yaitu meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara pemilik dana (shahibul mal) dan pengelola dana (mudharib). Pembagian hasil usaha ini dapat terjadi antara bank dengan penyimpan dana maupun antara bank dengan nasabah penerima dana. Prinsip ini dapat digunakan sebagai dasar untuk produksi pendanaan (tabungan dan deposito) maupun pembiayaan.
c.
Prinsip jual-beli dan mark-up, yaitu pembiayaan bank yang diperhitungkan secara lump sum dalam bentuk nominal di atas nilai kredit yang diterima nasabah penerima kredit dari bank. Biaya bank tersebut ditetapkan sesuai dengan kesepakatan antara bank dengan nasabah.
d.
Prinsip sewa, terdiri dari dua macam, yaitu sewa murni (operating lease/Ijarah) dan sewa beli (financial lease/bai’ al ta’jir)
3
A. Wangsawidjaja Z., Pembiayaan Bank Syariah (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2012), h.62.
24
e.
Prinsip jasa (fee), meliputi seluruh kekayaan non pembiayaan yang diberikan bank, seperti kliring, inkaso, transfer, dan sebagainya.4
B. Kinerja Keuangan Perbankan Syariah 1.
Pengukuran Kinerja Sebagaimana layaknya suatu perusahaan yang setiap saat atau secara berkala perlu melakukan analisis terhadap kinerja perusahaan tersebut, demikian pula halnya dengan bank yang selain untuk kepentingan manajemen, pemilik ataupun pemerintah (melalui Bank Indonesia) sebagai upaya untuk mengetahui kondisi usaha saat ini sekaligus untuk memudahkan dalam menentukan kebijakan bisnisnya di masa yang akan datang.5 Perkembangan metodologi penilaian kondisi bank bersifat
dinamis sehingga sistem penilaian kesehatan bank senantiasa disesuaikan agar lebih mencerminkan kondisi bank yang sesungguhnya, baik saat ini maupun waktu yang akan datang.6 Metode penilaian kondisi bank yang paling umum digunakan adalah dengan menggunakan rasio keuangan, rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka yang lainnya. Perbandingan dapat
4
Amir Machmud dan H.Rukmana, Bank Syariah : Teori, Kebijakan dan Studi Empiris di Indonesia (Jakarta : Erlangga, 2010), h.27-28. 5 Veithzal Rivai, dkk., Bank and Financial Institution Management : Conventional and Sharia System (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007), h.699. 6 Ibid, h.705.
25
dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antarkomponen yang ada di antara laporan keuangan. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode7. Bentuk-bentuk rasio keuangan yang paling umum digunakan dalam menilai kinerja bank adalah sebagai berikut8 : a.
Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) Rasio
likuiditas
merupakan
rasio
yang
menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. b.
Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio) Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya besarnya jumlah utang yang digunakan perusahaan untuk membiayai
kegiatan
usahanya
jika
dibandingkan
dengan
menggunakan modal sendiri. c.
Rasio Aktivitas (Activity Ratio) Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan, persediaan, penagihan piutang dan lainnya) atau rasio untuk
7 8
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan (Jakarta : Rajawali Pers, 2009), h.104. Ibid, h. 110 – 115.
26
menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
d.
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari penjualan atau dari pendapatan investasi. e.
Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio) Rasio pertumbuhan merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan
dalam
mempertahankan
posisi
ekonominya dan sektor usahanya. f.
Rasio penilaian (Valuation Ratio) Rasio penilaian, yaitu rasio yang memberikan ukuran kemampuan manajemen menciptakan nilai pasar usahanya di atas biaya investasi.
2.
Pengukuran Profitabilitas Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal, di samping hal-hal lainnya. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi
27
kesejahteraan pemilik, karyawan serta meningkatkan mutu produk dan melakukan investasi baru. Oleh karena itu, manajemen perusahaan dalam praktiknya dituntut harus mampu untuk memenuhi target yang telah ditetapkan. Artinya besarnya keuntungan haruslah dicapai sesuai dengan yang diharapkan dan bukan berarti asal untung. Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan, digunakan rasio keuntungan atau rasio profitabilitas. Rasio
Profitabilitas
merupakan
rasio
untuk
menilai
kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan
investasi.
Intinya
adalah
penggunaan
rasio
ini
menunjukkan efisiensi perusahaan. Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut. Hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan alat evaluasi kinerja manajemen selama ini, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau
28
tidak. Jika berhasil mencapai target yang telah ditentukan, mereka dikatakan telah berhasil mencapai target untuk periode atau beberapa periode. Namun, sebaliknya jika gagal atau tidak berhasil mencapai target yang telah ditentukan, ini akan menjadi pelajaran bagi manajemen untuk periode ke depan. Kegagalan ini harus diselidiki dimana letak kesalahan dan kelemahannya sehingga kejadian tersebut tidak terulang. Kemudian, kegagalan atau keberhasilan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk perencanaan laba ke depan, sekaligus kemungkinan untuk menggantikan manajemen yang baru terutama setelah manajemen laba mengalami kegagalan. Oleh karena itu, rasio ini sering disebut sebagai salah satu alat ukur kinerja manajemen.9 C. Kinerja Maqashid Syari’ah perbankan syariah 1.
Maqashid Syari’ah Secara etimologi maqashid al-syari’ah terdiri dari dua kata, yakni maqashid dan syari’ah. Maqashid adalah bentuk jamak dari maqshud yang berarti kesengajaan, atau tujuan. Adapun syari’ah artinya jalan menuju air, atau bisa dikatakan dengan jalan menuju ke arah sumber kehidupan. Adapun secara terminologi, beberapa pengertian tentang
9
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, h.196-197.
29
maqashid syari’ah yang dikemukakan oleh beberapa ulama terdahulu antara lain10 : a. Al-Imam al-Ghazali :
فرعاية المقاصد عبارة حاوية لال بقاء و دفع القواطع و التحصيل على سبيل الال بتداء “Penjagaan terhadap maksud dan tujuan syari’ah adalah upaya mendasar untuk bertahan hidup, menahan faktor-faktor kerusakan dan mendorong terjadinya kesejahteraan”.
b. Ahmad al-Raysuni
لمصلحة العباد, الغا يا ت التي و ضغت الشريعة أل جل تحقيقها “Maqashid al-Syari’ah merupakan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan oleh syari’ah untuk dicapai demi kemaslahatan manusia”
c. Abdul Wahab Khallaf
والمقصود العام للشارع من تشريعة األحكام هو تحقيق مصا لح وتحسينياتهم, وتوفير حاجياتهم, الناس بكفالة ضر ورياتهم
10
Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqashid alSyariah (Jakarta : Kencana, 2014), h.41-43.
30
“Tujuan umum ketika Allah menetapkan hukum-hukum-Nya adalah untuk mewujudkan kemaslahatan manusia dengan terpenuhinya kebutuhan yang dlaruriyah, hajiyah dan tahsiniyah.
d. Al-Imam al-Syathibi Kematangan konsep maqashid syari’ah mencapai puncaknya di tangan al-Syathibi. Menurut Syathibi sesungguhnya syari’ah bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan manusia sebagai hamba Allah di dunia dan akhirat. Maka dari itu, ketika hamba-Nya dibebani kewajiban (al-taklif), tak lain untuk merealisasikan kemaslahatan. Sehingga dalam pandangannya, tidak ada satu hukum pun yang tidak mempunyai suatu tujuan.11 Masih menurut Syathibi, kemaslahatan dapat diwujudkan apabila terpeliharanya lima unsur, yaitu : agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Dalam rangka untuk mewujudkan kelima unsur pokok tersebut, Syathibi membagi maqashid syari’ah menjadi tiga tingkatan yaitu maqashid al-dlaruriyat, maqashid al-hajiyat, dan maqashid al-tahsiniyat. Penjagaan terhadap lima unsur di atas bisa ditempuh dengan dua cara : 1) Dari segi ada (min nahiyah alwujud), yaitu dengan cara menjaga dan memelihara hal-hal yang dapat melanggengkan keberadaan lima unsur tersebut. 2) Dari segi 11
Ibid., h.88
31
tidak ada (min nahiyah al-adam) yaitu dengan cara mencegah halhal yang menyebabkan ketiadaan lima unsur tersebut.12 Dengan demikian, maqashid al-syari’ah dapat diartikan sebagai tujuan Allah sebagi shari’ dalam menetapkan hukum yang terintegrasi terhadap hambanya. Inti dari maqashid al-syari’ah adalah untuk mewujudkan kebaikan sekaligus menghindarkan keburukan atau menarik manfaat (maslahah).13 2.
Sharia Maqasid Index (SMI) Sharia Maqasid Index (SMI) merupakan metode pengukuran kinerja perbankan
syariah
yang
dikembangkan
oleh
Mustafa
Omar
Mohammed, Dzuljastri Abdul Razak dan Fauziah Md Taib. Dalam penelitian mereka yang berjudul : The Performance Measures of Islamic Banking Based on the Maqashid Framework telah dirumuskan evaluasi kinerja untuk perbankan syariah yang mengacu pada konsep maqashid syari’ah. Pengembangan sharia maqasid index didasari oleh ketidaksesuaian penggunaan indikator kinerja konvensional di perbankan
syariah.
Ketidaksesuaian
tersebut
disebabkan
oleh
berbedanya tujuan antara indikator konvensional yang menitikberatkan
12
Ika Yunia F. dan Abd. K. Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqashid al-Syariah, h.89. 13 Agustianto Mingka, Maqashid Syariah Dalam Ekonomi dan Keuangan Syariah (Jakarta : Iqtishad Publlishing,2013), h. 40.
32
hanya pada pengukuran keuangan sedangkan tujuan perbankan syariah bersifat multidimensional. 14 Variabel yang digunakan mengacu kepada teori maqashid syari’ah oleh Abu Zahrah sebagaimana dikutip oleh Mohammed dan Taib yang mencakup Tahdzib al-Fard (Mendidik individu), Iqamah al-Adl (Menegakkan keadilan), dan Maslahah (Kesejahteraan). Melalui konsep Sekaran, ketiga tujuan tersebut diterjemahkan ke dalam dimensi lalu diklasifikasikan menjadi beberapa elemen.15 Ketiga maqashid tersebut dapat ditransformasikan ke dalam 9 dimensi dan 10 elemen. Kesepuluh elemen kemudian ditransformasikan ke dalam rasio kinerja. Mendidik individu adalah maqashid pertama yang berarti pengembangan pengetahuan dan keahlian individu sehinga nilai-nilai spiritual meningkat. perbankan syariah harus merencang program pendidikan dan pelatihan dengan nilai-nilai moral supaya mereka bisa meningkatkan pengetahuan dan keahlian pegawaipegawainya. Bank juga harus menyediakan informasi kepada stakeholder bahwa produk-produk yang ditawarkan telah sesuai dengan prinsip syariah. Rasio dalam maqashid pertama adalah bantuan pendidikan, riset, pelatihan dan publikasi (promosi). Maqashid kedua adalah keadilan, perbankan syariah harus memastikan kejujuran dan M. Omar Mohammed dkk,“The Performance Measures of Islamic Banking Based on the Maqasid Framework,”, h.5. 15 Ibid., h.4. 14
33
keadilan dalam setiap transaksi dan aktivitas bisnis yang tercakup dalam produk, harga dan ketentuan kontrak. Selain itu seluruh kontrak (aqad) harus bebas dari unsur ketidakadilan seperti maysir, gharar dan riba. Rasio di tujuan kedua ini adalah rasio PER (profit equalization reserve),
porsi
pembiayaan
dengan
skema
mudharabah
dan
musyarakah (fungsi bagi hasil) serta rasio pendapatan bebas bunga. Maqashid yang ketiga disebut maslahah, dalam hal ini bank harus mengembangkan proyek-proyek investasi dan pelayanan sosial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini bisa dilihat dari rasio zakat yang dikeluarkan oleh bank dan investasi di sektor riil. Rasio di maqashid ketiga ini adalah profit returns, personal income transfer (Zakat), dan rasio investasi di sektor riil.16
16
M. Syafii Antonio, dkk, “An Analysis of Islamic Banking Performance: Maqashid Index Implementation in Indonesia and Jordania”, h.15.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan studi deskriptif. Pada penelitian ini proses analisis data yang dikerjakan pada umumnya ditujukan untuk menggambarkan kejadian-kejadian, ataupun hubungan variabel yang diamati saja. Studi deskriptif pada dasarnya tidaklah memerlukan pengujian lebih lanjut.32 Metode kuantitatif yaang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode angka indeks (Index number). Metode angka indeks berguna bila kita ingin mengetahui perkembangan keadaan secara makro, atau menyeluruh dari variabel atau kejadian yang kita amati. Alat ini relatif banyak dipakai oleh para praktisi dan ahli ekonomi guna menggambarkan keadaan perkembangan perekonomian.33
B. Metode pengumpulan data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat time series, data sekunder mengacu pada informasi yang dikumpulkan oleh seseorang, dan bukan peneliti yang melakukan studi mutakhir. Data
32
Muhammad Teguh, Metode Kuantitatif untuk analisis Ekonomi dan Bisnis (Jakarta : Rajawali Pers, 2014), h.21. 33 Ibid, h.26.
34
35
tersebut bisa merupakan internal atau eksternal organisasi dan diakses melalui internet, penelusuran dokumen, atau publikasi informasi.34 Adapun rangkaian kegiatan yang dilakukan peneliti untuk memperoleh data sekunder tersebut adalah sebagai berikut : 1.
Studi kepustakaan (Library Research) Studi kepustakaan bertujuan untuk memperoleh konsep dan landasan teori dengan mempelajari berbagai literatur, buku, referensi, dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan obyek pembahasan sebagai bahan analisis yang dicari pada perpustakaan. Mengumpulkan, memilih, memahami dengan cara membaca penelitian terdahulu yaitu Jurnal, Skripsi, Tesis dan lain sebagainya yang berkaitan dengan penelitian ini.
2.
Teknik Dokumentasi Teknik ini merupakan cara untuk memperoleh data langsung di tempat penelitian yang diperoleh melalui buku-buku, peraturan-peraturan, laporan relevan yang ada pada objek penelitian. Data yang diperoleh biasanya berupa data sekunder. Dalam hal ini, peneliti tinggal mengambil data yang telah diolah oleh pihak lain. Atau dilakukan dengan menyalin data atau dokumen yang dihasilkan oleh pihak lain.35
34
Uma Sekaran, Research Methods for Business (Metode penelitian untuk bisnis) Buku 2 Edisi 4 (Jakarta : Salemba Empat, 2006), h.65. 35 Supriyanto, Metodologi Riset Bisnis (Jakarta : PT Indeks, 2009), h.137.
36
Data yang diperoleh dengan teknik ini terdapat dalam laporan tahunan yang telah diaudit dari bank yang menjadi objek penelitian selama periode 2011- 2014. Laporan tahunan tersebut diperoleh peneliti melalui website masing-masing bank yang menjadi objek penelitian. C. Objek Penelitian Perbankan syariah yang menjadi objek dalam penelitian ini ditentukan melalui Purposive Sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.36 Adapun pertimbangan dalam menentukan sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Perbankan syariah yang telah berbentuk bank umum syariah (BUS) pada periode 2011 – 2014. 2. Laporan tahunan bank umum syariah menggunakan Bahasa Indonesia dalam pelaporan keuangannya dan mata uang rupiah dalam pelaporan unit moneternya. 3. Bank umum syariah yang telah mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011, 31 Desember 2012, 31 Desember 2013, dan 31 Desember 2014. Dari pertimbangan-pertimbangan tersebut diperoleh bank syariah yang menjadi objek dalam penelitian ini yaitu : 36
Ety Rochaety, dkk., Metodologi Penelitian Bisnis dengan aplikasi SPSS (Jakarta : Mitra Wacana Media, 2007), h.66.
37
a.
Bank Central Asia Syariah (BCAS)
b.
Bank Jabar Banten Syariah (BJBS)
c.
Bank Mega Syariah (BMS)
d.
Bank Muamalat Indonesia (BMI)
e.
Bank Negara Indonesia Syariah (BNIS)
f.
Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRIS)
g.
Bank Syariah Bukopin (BSB)
h.
Bank Syariah Mandiri (BSM)
i.
Bank Victoria Syariah (BVS)
j.
Maybank Syariah Indonesia (MSI)
k.
Panin Bank Syariah (PBS)
Adapun bank umum syariah yang tidak memenuhi kriteria di atas adalah BTPN Syariah. BTPN Syariah tidak memenuhi ketiga persyaratan di atas terutama persyaratan pertama dikarenakan BTPN Syariah baru resmi berbentuk BUS pada Juli tahun 2014 sehingga dikecualikan dari objek penelitian. D. Metode Analisis Kinerja Dalam menganalisis data untuk mengukur kinerja profitabilitas digunakan metode comparative profitability index, sedangkan untuk mengukur kinerja maqashid syari’ah digunakan metode sharia maqasid index. Kedua hasil pengukuran tersebut pada akhirnya akan diperbandingkan dalam sebuah diagram kartesius.
38
E. Analisis kinerja profitabilitas Ada
2
tahap
yang
akan
dilakukan
dalam
mengukur
kinerja
profitabilitas bank syariah, yaitu: a. Menjelaskan rasio kinerja profitabilitas bank syariah secara ratarata. b. Menentukan peringkat bank syariah dengan menggunakan metode comparative performance index (CPI).
F. Operasional variabel profitabilitas Variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur kinerja profitabilitas pada penelitian ini adalah ROA, ROE, NOM, dan BOPO. Adapun operasional dari variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut : 1.
ROA (Return on Asset) Rasio laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume
usaha
(ROA)
dalam
periode
yang
sama.
ROA
menggambarkan perputaran aktiva yang diukur dari volume penjualan. Ukuran atau rumus yang digunakan adalah rasio perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total aset. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Rasio ini dirumuskan dengan37 :
37
Veithzal Rivai, dkk., Bank and Financial Institution Management : Conventional and Sharia System (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007), h.720.
39
𝑅𝑂𝐴 = 2.
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑥 100 % 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
ROE (Return on Equity) Return on Equity merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden. Kenaikan rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari laba yang bersangkutan yang selanjutnya dikaitkan dengan peluang kemungkinan pembayaran dividen (terutama bagi bank yang telah go public). Rasio ini sebagai perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri (equity). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut38 : 𝑅𝑂𝐸 =
3.
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑥 100 % 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑑𝑖𝑠𝑒𝑡𝑜𝑟
NOM (Net Operating Margin) Rasio ini adalah rasio rentabilitas untuk mengetahui kemampuan aktiva produktif dalam menghasilkan laba melalui perbandingan pendapatan operasional dan beban operasional dengan rata-rata aktiva produktif.39
38
Ibid., h. 721. Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan perbankan syariah (Tangerang Selatan : UIN Jakarta Press, 2013), h.101.
39
40
𝑁𝑂𝑀 =
4.
(𝑃𝑂 − 𝐷𝐵𝐻) − 𝐵𝑂 𝑥 100 % 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓
BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional) Rasio ini adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Dalam hal ini perlu diketahui bahwa usaha utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan selanjutnya menyalurkan kembali kepada masyarakat
dalam
bentuk
kredit/pembiayaan,
sehingga
beban
bunga/bagi hasil dan hasil bunga/bagi hasil/marjin merupakan porsi terbesar bagi bank. Rasio ini dirumuskan dengan40 : 𝐵𝑂𝑃𝑂 =
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑥 100 % 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
G. Comparative Performance Index (CPI) Untuk dapat membandingkan kinerja profitabilitas bank syariah dengan sharia maqasid index (SMI), maka proses yang akan dilakukan adalah dengan menghitung nilai masing-masing pengukuran profitabilitas bank syariah dan menentukan peringkat dari kinerja bank syariah tersebut. Hal ini
40
Veithzal Rivai, dkk., Bank and Financial Institution Management : Conventional and Sharia System, h. 722.
41
dapat dilakukan dengan menggunakan metode comparative performance index (CPI).41 Comparative Performance Index atau juga dikenal sebagai composite performance index (CPI) merupakan
salah
satu metode yang dapat
digunakan dalam pengambilan keputusan berbasis indeks kinerja. CPI adalah indeks gabungan yang dapat digunakan untuk menentukan penilaian atau peringkat dari berbagai alternatif. CPI mentransformasi nilai dari variabel dengan jangkauan berbeda menjadi suatu indeks gabungan yang dapat dibandingkan. Metode
ini
bisa mengakomodasi kriteria tren positif
(semakin tinggi nilainya semakin baik) dan tren negatif (semakin rendah nilainya semakin
baik).
Formula
yang
digunakan untuk teknik CPI
adalah42: Aij = Xij (min) x 100 / Xij (min) (i=1.j) = (X(i+1.j)) / Xij (min) x 100 1ij = Aij x Pj Ii = ∑ (Iij) Keterangan : Aij = nilai alternatif ke-i pada kriteria ke-j Xij (min) = nilai alternatif ke-i pada kriteria awal minimum ke-j A(i + 1.j) = nilai alternatif ke-i +1 pada kriteria ke-j (X(l + 1.j) = nilai alternatif ke-i +1 pada kriteria awal ke-j Pj = bobot kepentingan kriteria ke – j
41 Afrinaldi, “Analisa Kinerja perbankan syariah Indonesia Ditinjau dari Maqasid Syariah: Pendekatan Sharia Maqasid Index (SMI) dan Profitabilitas Bank Syariah”, h. 4. 42 Rofi’atul Adawiyah, dkk., Decision support system perencanaan studi lanjut bagi tenaga pendidik berdasarkan kualifikasi bidang dengan metode Composite Performance Index”, Repositori Jurnal Mahasiswa PTIIK Universitas Brawijaya Volume 4 Nomor 5, 2014. h.5
42
Iij Ii i
= indeks alternatif ke-I = indeks gabungan kriteria pada alternatif ke-I = 1,2,3,…,n dan j = 1,2,3,…,m
Tabel 3.1 Matriks transformasi melalui teknik Comparative Profitability Index (CPI) Kriteria Alternatif ROA BCAS BJBS BMS BMI BNIS BRIS BSB BSM BVS MSI PBS Bobot Kriteria
ROE
NOM
BOPO
Nilai Alternatif
Peringkat
43
Prosedur dalam metode CPI adalah sebagai berikut: 1.
Identifikasi kriteria tren yaitu tren positif (semakin tinggi nilainya semakin baik) dan tren negatif (semakin rendah nilainya semakin baik).
2.
Untuk kriteria tren positif, nilai maksimum pada setiap kriteria ditransformasi ke seratus, sedangkan nilai lainnya ditransformasi secara proporsional lebih tinggi.
3.
Untuk kriteria tren negatif, nilai minimum pada setiap kriteria ditransformasi ke seratus, sedangkan nilai lainnya ditransformasi secara proporsional lebih rendah.
4.
Perhitungan
nilai
alternatif
merupakan jumlah
dari
perkalian antara nilai kriteria dengan bobot kriteria.
H. Sharia Maqasid Index (SMI) 1.
Konsep Maqashid Syari’ah Abu Zahrah Abu Zahrah dalam kitab Ushul Fiqihnya merumuskan konsep maqashid syari’ah dengan mengklasifikasikannya ke dalam tiga tujuan utama yaitu43 : a. Tahdzib al fard (Pendidikan bagi individu) b.Iqamah al-adl (Menegakkan keadilan) c. Jalb al maslahah (Mewujudkan kemaslahatan)
43
Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqih (Jakarta : Pustaka Firdaus,2014), h. 574-578.
44
Ketiga konsep di ataslah yang dikembangkan oleh Omar Mohammed dkk, sebagai pijakan dalam mengembangkan sharia maqasid index. 2.
Metode operasionalisasi sekaran Untuk
dapat
mengoperasionalkan,
atau
secara
operasional
mendefinisikan sebuah konsep untuk membuatnya bisa diukur, dilakukan dengan melihat pada dimensi perilaku, aspek, atau sifat yang ditunjukkan oleh konsep. Hal tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam elemen yang dapat diamati dan diukur sehingga menghasilkan suatu indeks pengukuran konsep. Mendefinisikan sebuah konsep secara operasional meliputi serangkaian tahap. Model operasionalisasi sekaran ditunjukan oleh ilustrasi berikut ini dimana D adalah Dimensi dan E adalah Elemen.44 Gambar 3.1 : Metode Operasionalisasi Sekaran
44
Uma Sekaran, Research Methods for Business (Metode penelitian untuk bisnis) Buku 2 Edisi 4 (Jakarta : Salemba Empat, 2006), h.4.
45
3. Model pengukuran kinerja Maqashid Syari’ah Dengan menggunakan metode operasionalisasi Sekaran tersebut, konsep maqashid syari’ah dari Abu Zahrah diterjemahkan oleh Mustafa Omar Mohammed dkk. ke dalam dimensi atau karakteristik dan akhirnya menjadi elemen yang dapat diukur sebagaimana ditunjukkan oleh tabel berikut45 : Tabel 3.2 : Model pengukuran kinerja Maqashid Syari’ah Tujuan Syariah
Dimensi (D)
D1. Advancement of Knowledge Tahżīb AlFard (Educating Individual)
Elemen (E)
Rasio Kinerja
E1. Education
R1. Education
Grant
Grant/Total Expense
E2. Research
D2. Instilling New Skill and
E3. Training
Improvement
R2. Research Expense/ Total Expense R3. Training Expense/Total Expense
D3. Creating Awareness of Islamic
E4. Publicity
R4. Publicity Expense/Tota Expense
Banking Iqāmah Al-‘Adl (Establishi
D4. Fair Returns
R5. Profit Equalization E5. Fair Returns
Reserves (PER) / Net or Investment Income
Mustafa Omar Mohammed, dan Fauziah Md Taib, “Developing Islamic Banking Performance Measures Based on Maqasid Al-Shariah Framework : Cases of 24 selected banks”, paper dipresentasikan pada 9th Australian Society of Heterodox Economists Conference, UNSW, Sydney, Australia. h. 63. 45
46
ng
D5. Cheap
Justice)
Products & Services D6. Elimination of Injustices
E6. Functional Distribution
Musyarakah Modes/Total Investment Mode
E7. Interest Free
R7. Interest Free
Product
Income/Total Income
D7. Profitability
R6. Mudharabah and
E8. Profit Ratios
of Bank
R8. Net Income/Total Asset
3. Jalb al
D8.
Maṣlahah
Redistributio
E9. Personal
R9. Zakah Paid/ Net
(Public
n of Income
Income
Income
Interest)
and Wealth D9.
E10. Investment
R10. Investment in Real
Investment in
Ratios in Real
Economic Sectors/ Total
Real Sector
Sector
Investment
Kesepuluh rasio kinerja di atas dipilih berdasarkan kriteria-kriteria berikut ini46 : a. Diskusi mengenai tujuan-tujuan perbankan syariah, dimensidimensi serta elemen-elemen diidentifikasikan dari tujuantujuan tersebut.
M. Omar Mohammed, dkk, “The Performance Measures of Islamic Banking Based on the Maqasid Framework”, h. 8.
46
47
b. Penelitian sebelumnya yang sejenis menggunakan rasio-rasio yang sama untuk mengukur kinerja perbankan syariah dan perbankan Konvensional. c. Kemudahan dalam sumber data (Laporan Keuangan) dan metode riset (multi attribute decision making) d. Kemungkinan mengukur implementasi konsep maqashid syari’ah lebih akurat
dengan menggunakan rasio-rasio ini.
Penjelasan dari variabel-variabel sharia maqasid index pada tabel 3.2 di atas adalah sebagai berikut47 : a. (D1) Advancement Knowledge Bank syariah dituntut untuk ikut berperan serta dalam mengembangkan pengetahuan tidak hanya untuk pegawainya tetapi juga untuk masyarakat banyak. Peran ini dapat diukur melalui
elemen
seberapa
besar
bank
syariah
memberikan beasiswa pendidikan (E1.Education Grant) dan melakukan penelitian dan pengembangan (E2. Research). Rasio pengukurannya dapat diukur melalui seberapa besar dana beasiswa terhadap total biayanya (R1. Education Grant/ Total Expense) biayanya
dan rasio biaya penelitian terhadap
total
(R2.Research Expense/Total Expense). Semakin
Afrinaldi, “Analisa Kinerja Perbankan Syariah Indonesia ditinjau dari Maqasid Syariah: Pendekatan Sharia Maqasid Index (SMI) dan Profitabilitas Bank Syariah”, h. 7-9.
47
48
besar dana beasiswa dan biaya penelitian yang dikeluakan bank
syariah, menunjukkan bahwa bank syariah peduli
terhadap pengembangan ilmu pengetahuan.
b. (D2) Instilling New Skill and Improvement Bank syariah memiliki kewajiban untuk meningkatkan skill dan pengetahuan pegawainya, hal ini dapat diukur dengan seberapa besar perhatian bank syariah terhadap pelatihan dan pendidikan
bagi
pegawainya.
(E3.Training).
Rasio
pengukurannya dapat diukur melalui seberapa besar biaya pelatihan terhadap total biayanya (R3. Training Expense/Total expense). Semakin besar dikeluarkan
oleh bank
rasio
biaya training yang
syariah artinya
semakin
besar
perhatian bank terhadap pengembangan sumber daya insaninya.
c. (D3) Creating Awareness of Islamic Banking Peran
bank
syariah
dalam
meningkatkan
pengetahuan
masyarakat khususnya tentang perbankan syariah dengan melakukan sosialisasi
dan publikasi
adalah
perbankan
syariah dalam bentuk informasi produk bank syariah, operasional dan sistem ekonomi syariah. (E4. Publicity) Hal ini dapat diukur melalui seberapa besar biaya publikasi
49
atau promosi yang dikeluarkan bank terhadap total biaya yang
dikeluarkannya
expense). Semakin
(R4.
besar
Publicity
promosi dan
Expense/ Total publisitas
yang
dilakukan bank syariah akan berdampak pada peningkatan kesadaran masyarakat terhadap perbankan syariah.
d. D4) Fair Returns Bank syariah dituntut untuk dapat melakukan transaksi secara adil yang tidak merugikan nasabahnya. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan hasil yang adil
dan setara
(Fair return). Ukuran
yang digunakan
adalah rasio profit equalization reserve (PER) bank syariah. Untuk
kasus
bank
syariah
di
Indonesia, PER
belum
diterapkan secara penuh dan belum ada bank syariah yang melaporkan tingkat PER dalam laporan tahunannya. Hal ini tentunya berbeda dengan perbankan syariah di Malaysia yang telah menggunakan PER tersebut. oleh karena itu, rasio PER (R5. Profit Equalization Reserves (PER)/ Net or Investment income) tidak dapat digunakan karena belum adanya data terkait dengan hal tersebut.
50
e. (D5) Cheap Products and Services Elemen pengukuran yang dilakukan adalah E6. distribution
dengan
Mudharabah
or
rasio
kinerja
Musyarakah
functional
pengukuran
Modes / Total
(R6.
Investment
Mode), berapa besar pembiayaan dengan skim bagi hasil mudharabah
dan musyarakah
terhadap
seluruh
model
pembiayaan yang diberikan bank syariah. Semakin tinggi model pembiayaan bank syariah menggunakan mudharabah dan musyarakah
menunjukkan
bahwa
Bank
syariah
meningkatkan fungsinya untuk mewujudkan keadilan sosio ekonomi melalui transaksi bagi hasil.
f. (D6) Elimination of Injustices Riba (suku bunga) merupakan salah satu instrumen yang dilarang dalam sistem perbankan dan keuangan syariah. Hal ini disebabkan riba memberikan dampak buruk terhadap perekonomian
dan
menyebabkan
ketidakadilan
dalam
transaksi ekonomi. Riba memberikan kesempatan yang luas kepada golongan kaya untuk mengeksploitasi golongan miskin. Bank syariah dituntut untuk menjalankan aktivitas perbankan khususnya investasi yang dilakukan terbebas dari riba. Semakin tinggi rasio investasi yang bebas riba terhadap
51
total
investasinya,
akan
berdampak
positif
terhadap
berkurangnya kesenjangan pendapatan dan kekayaan dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini dapat diukur melalui rasio Interest free income terhadap total income.
g. (D7) Profitability of Bank Semakin besar keuntungan yang diperoleh bank syariah maka akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan tidak hanya pemilik dan pegawai bank syariah tetapi dapat berdampak pada semua stakeholder perbankan syariah. Hal ini dapat terlihat dari rasio profitabilitas bank syariah dan dapat diukur melalui seberapa besar net profit terhadap total asset bank syariah.
h. (D8) Redistribution of Income & Wealth Salah satu peran penting keberadaan bank syariah adalah untuk mendistribusikan kekayaan kepada semua golongan. Peran
ini
dapat
dilakukan
bank
syariah
melalui
pendistribusian dana zakat yang dikeluarkan oleh bank syariah. Peran ini dapat diukur melalui seberapa besar rasio zakat yang dibayar bank syariah terhadap net income bank syariah tersebut.
52
i. (D9) Investment in Real Sector Keberadaan bank syariah diharapkan dapat mendorong pertumbuhan sektor riil yang selama
ini
tidak
seimbang
dengan sektor keuangan. Prinsip dan akad-akad bank syariah dinilai lebih sesuai dalam pengembangan sektor rill, sehinggga tingkat pembiayaan bank syariah diharapkan lebih
banyak
pada
sektor
riil
tersebut
seperti sektor
pertanian, pertambangan, konstruksi, manufaktur dan usaha mikro. Salah satu cara pengukuran yang dilakukan untuk melihat hal ini adalah dengan melihat seberapa
besar
pembiayaan bank syariah terhadap sektor riil dibandingkan dengan total pembiayaan bank tersebut (R10. Investment in Real Economic Sectors / total Investment). Semakin tinggi pembiayaan yang disalurkan ke sektor riil yang dilakukan perbankan syariah akan mendorong terjadinya pengembangan ekonomi sektor ril yang akan memberikan kemaslahatan kepada seluruh lapisan masyarakat.
53
4. Verifikasi dan pembobotan model pengukuran kinerja Maqashid Syari’ah Untuk mendapatkan hasil yang terbaik dari pengukuran di atas, maka dilakukan verifikasi dari model dan pembobotan pada setiap konsep dan elemen pengukuran melalui wawancara dengan 16 pakar syariah di Asia dan Timur Tengah (pembobotan tersebut berdasarkan hasil
penelitian
dari
Mustafa
Omar
Muhammed,
sebagaimana terdapat pada tabel berikut ini48: Tabel 3.3 Bobot rata-rata tujuan dan elemen pengukuran Maqashid Syari’ah Bobot Tujuan
(Weighting)
Syariah
Rata-rata
Elemen (E)
Bobot (Weighting) Rata-rata (100 %)
(100 %) E1. Education Tahżīb AlFard (Educating
Grant 30
Individual) Iqāmah Al-‘Adl (Establishi
41
24
E2. Research
27
E3. Training
26
E4. Publicity
23
Total
100
E5. Fair Returns
30
E6. Functional Distribution
32
M. Omar Mohammed, dan Fauziah Md Taib,“Developing Islamic Banking Performance Measures Based on Maqasid Al-Shariah Framework : Cases of 24 selected banks”, h. 63.
48
54
ng
E7. Interest Free
Justice)
Product
Maṣlahah (Public
Total
100
E8. Profit Ratios
33
E9. Personal
3. Jalb al
Income 29
37
Sector Total
Total
30
E10. Investment Ratios in Real
Interest)
38
100
100
5. Tahapan pengukuran kinerja Maqashid Syari’ah Ada tiga tahap yang akan dilakukan untuk mengukur kinerja maqashid syariah bank syariah, yaitu49 : a.
Menilai setiap rasio kinerja maqashid syari’ah yang terdiri dari 10 rasio kinerja yaitu: (1) Education Grant/Total Expense (R11) (2) Research expense/Total Expense (R21) (3) Training expense/Total Expense (R31) (4) Publicity expense/ Total Expense (R41)
Afrinaldi, “Analisa Kinerja Perbankan Syariah Indonesia ditinjau dari Maqasid Syariah: Pendekatan Sharia Maqasid Index (SMI) dan Profitabilitas Bank Syariah”, h. 10-12.
49
55
(5) Profit Equalization Reserves (PER) / Net or Investment Income (R12) (6) Mudharabah and Musyarakah Modes/ Total Investment Mode (R22) (7) Interest Free Income/Total Income (R32) (8) Net Income/ Total Asset (R13) (9) Zakah paid / Net Asset (R23) (10) Investment in Real
Economic Sectors / Total
Investment (R33) b.
Menentukan peringkat dari bank syariah berdasarkan Indikator Kinerja (IK) Proses menentukan
peringkat
dari
setiap
bank
syariah
dilakukan melalui Indikator Kinerja (IK) setiap bank syariah. Proses tersebut menggunakan simple additive weighting method (SAW) dengan cara pembobotan, agregat dan proses menentukan peringkat (weighting, aggregating and ranking processes).SAW merupakan metode multiple atribute decision making (MADM) yang dilakukan sebagai berikut: (1) Pengambil keputusan (decision maker) mengidentifikasi setiap nilai atribut
dan
nilai intraatribut.
Dalam
penelitian ini yang menjadi atribut adalah tiga tujuan maqashid syariah dan intra-atribut adalah 10 elemen
56
dan 10 indikator kinerja (rasio) sebagaimana pada tabel sebelumnya (tabel 3.2). (2) Para pembuat keputusan menentukan bobot setiap atribut dan intra–atribut. Bobot dari 3 tujuan maqashid syariah dan 10 elemen (intra-atribut) telah diberikan bobot oleh pakar syariah sebagaimana pada tabel 3.3 di atas. Evaluasi dari 10 rasio kinerja diperoleh dari laporan tahunan 11 bank syariah yang menjadi objek penelitian periode 2011 – 2014. (3) Kemudian akan diperoleh skor total untuk setiap bank dengan cara mengalikan setiap rasio skala setiap atribut. Secara matematis, proses menentukan Indikator kinerja dan tingkat sharia maqashid index tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
(1)Tujuan pertama yaitu Tahzib al-Fard (Mendidik Individu) Indikator Kinerja (IK) untuk Tujuan 1 (T1) adalah sebagai berikut:
IK (T1) = IK11 + IK21 + IK31 + IK41 Dimana : IK11 = W11 x E11 x R11
57
IK21 = W11 x E21 x R21 IK31= W11 x E31 x R31 IK41= W11 x E41 x R41
Atau; W11 (E11 x R11 + x E21 x R21 + x E31 x R31 + x E41 x R41)
Dimana; T1 = Tujuan pertama dari maqashid syari’ah (Tahzib al Fardi) W11= Bobot rata-rata untuk tujuan pertama (Tahzib al Fardi) E11= Bobot rata-rata untuk elemen pertama tujuan 1 (E1.Education Grant) E21 = Bobot rata-rata untuk elemen kedua tujuan 1 (E2.Research) E31 = Bobot rata-rata untuk elemen ketiga tujuan 1 (E3.Training) E41 = Bobot rata-rata untuk elemen ke empat tujuan 1 (E4.Publicity) R11 = Rasio kinerja untuk elemen pertama tujuan 1 R21 = Rasio kinerja untuk elemen kedua tujuan 1
58
R31 = Rasio kinerja untuk elemen ketiga tujuan 1 R41 = Rasio kinerja untuk elemen ke empat tujuan 1
(2)Tujuan kedua (T2) yaitu Iqamah al- Adl (Menegakkan Keadilan). Indikator Kinerja (IK) untuk Tujuan 2 adalah sebagai berikut: IK (T2) = IK12 + IK22 + IK32 Dimana : IK12 = W22 x E12 x R12 IK22 = W22 x E22 x R22 IK32 = W22 x E32 x R32
atau; W22 ( E12 x R12 + E22 x R32 + E32 x R32)
(3) Jalb al Maslahah (Kemaslahatan umum) = Tujuan 3 (T3) Indikator Kinerja (IK) untuk Tujuan 3 sebagai berikut: IK (T3) = IK13 + IK23 + IK33 Dimana : IK13 = W33 x E13 x R13 IK23 = W33 x E23 x R23 IK33 = W33 x E33 x R33
atau; W33 ( E13 x R13 + E23 x R23 + E33 x R33)
59
c.
Menentukan Sharia Maqasid Index Sharia Maqasid Index (SMI) untuk setiap bank syariah merupakan total semua kinerja indikator dari 3 tujuan maqashid syariah. Sehingga SMI setiap bank syariah dapat dirumuskan sebagai berikut:
IMS = IK(T1) + IK(T2) + IK(T3)
Dengan kata lain SMI untuk setiap bank syariah adalah jumlah total dari indikator kinerja maqashid syari’ah tujuan 1, tujuan 2 dan tujuan 3.
6.
Perbandingan Profitabilitas dengan Sharia Maqasid Index Setelah didapatkan hasil perhitungan dari indeks profitabilitas dan sharia maqasid index untuk setiap bank umum syariah, maka akan dilakukan perbandingan dari pelaksanaan kedua aspek tersebut dalam bentuk diagram kartesius. Pengolahan diagram kartesius tersebut akan menggunakan program SPSS statistic version 17.0 dan program Microsoft
Excel
2013. Beberapa tahapan yang dilakukan dalam
analisis ini adalah sebagai berikut50:
50
Ibid., h.13.
60
a. Menghitung
nilai
atau
skor
rata-rata
dari
tingkat
profitabilitas dan sharia maqasid index. b. Membuat plot berdasarkan nilai atau skor rata-rata dari masing-masing aspek
ke
dalam
diagram
kartesius,
dalam hal ini tingkat profitabilitas berlaku sebagai sumbu vertikal dengan simbol (y) dan tingkat sharia maqasid index
berlaku
sebagai
sumbu
horizontal
dengan simbol (x) dapat disederhanakan menggunakan rumus sebagai berikut: 𝑥̅ =
∑ xi
𝑦̅=
n
.......................................................................... (1)
∑ yi 𝑛
......................................................................... (2)
Keterangan: 𝑥̅ = Skor rata-rata tingkat profitabilitas bank syariah 𝑦 ̅ = Skor rata-rata sharia maqasid index 𝑥𝑖 = Total skor setiap tingkat profitabilitas dari seluruh sampel bank syariah 𝑦𝑖 = Total skor setiap tingkat sharia maqasid index dari seluruh sampel bank syariah.
61
Gambar 3.2 Diagram Kartesius Profitabilitas dan Maqashid Syari’ah perbankan syariah Indonesia
62
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Kinerja Profitabilitas Bank Umum Syariah Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, ada dua tahapan yang akan dilakukan dalam menganalisis kinerja profitabilitas. Pertama adalah menjelaskan rasio kinerja profitabilitas bank syariah secara rata-rata, selanjutnya menentukan peringkat bank syariah dengan menggunakan metode comparative performance index (CPI). Berikut adalah rata-rata kinerja profitabilitas bank umum syariah periode 2011 – 2014 beserta penjelasannya : Tabel 4.1 Rasio profitabilitas rata-rata Bank Umum Syariah periode 2011 -2014 Bank BCAS BJBS BMS BMI BNIS BRIS BSB BSM BVS MSI PBS
ROA (%) 0,88 0,57 2,00 1,15 1,35 0,66 0,51 1,48 1,75 3,23 2,02
ROE (%) 3,08 2,19 25,90 21,24 10,63 5,56 5,90 16,53 3,51 5,43 5,66
NOM (%) 8,75 7,56 12,07 4,41 9,41 6,61 3,50 7,04 2,70 5,99 5,95
BOPO (%) 89,40 92,80 87,95 88,11 85,56 94,02 93,62 82,99 102,39 61,59 68,71
63
Dari tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa Maybank Syariah Indonesia (MSI) memiliki nilai rata – rata return on asset (ROA) tertinggi selama periode 2011 – 2014 yaitu sebesar 3,23 % artinya MSI mampu menghasilkan laba bersih dengan aset yang dimiliki lebih baik dibanding bank umum syariah lainnya. Bank Mega Syariah (BMS) memiliki kinerja yang lebih baik dalam menghasilkan laba untuk para pemegang sahamnya, hal ini ditandai dengan perolehan nilai rata-rata return on equity (ROE) sebesar 25,90 % yang merupakan yang tertinggi selama periode 2011 – 2014 di antara bank umum syariah. BMS juga mampu memanfaatkan aktiva produktifnya untuk mendapatkan laba lebih baik dibanding bank umum syariah lainnya pada periode 2011 – 2014 yakni dengan memperoleh nilai rata-rata net operating Margin sebesar 12,07 %. Sedangkan dalam efisiensi operasional, MSI menunjukkan kinerja yang lebih baik dibanding bank umum syariah lainnya dengan nilai rata-rata BOPO (biaya operasional pendapatan operasional) selama periode 2011 – 2014 paling rendah yaitu sebesar 61,59 %. Selanjutnya berdasarkan perhitungan rata-rata profitabilitas bank umum syariah periode 2011 – 2014 pada tabel 4.1 di atas maka dapat dihitung nilai composite index masing-masing bank umum syariah agar dapat dilakukan pemeringkatan kinerja profitabilitas bank umum syariah di Indonesia selama periode 2011 – 2014 dan agar dapat dibandingkan dengan sharia maqasid index (SMI). Metode perhitungan nilai composite index telah
64
dijelaskan pada bab sebelumnya, berikut hasil perhitungan dengan menggunakan metode comparative performance index (CPI) untuk 11 bank umum syariah selama periode 2011 -2014. Tabel 4.2 Indeks kinerja profitabilitas Bank Umum Syariah periode 2011 -2014. Alternatif BCAS BJBS BMS BMI BNIS BRIS BSB BSM BVS MSI PBS Bobot Kriteria
ROA 27,07 17,56 61,95 35,58 41,84 20,26 15,70 45,63 54,06 100 62,34 25 %
Kriteria ROE NOM 11,87 72,48 8,47 62,66 100 100 82,00 36,57 41,04 78,01 21,47 54,81 22,76 28,99 63,82 58,37 13,53 22,34 20,97 49,65 21,86 49,34 25 % 25 %
BOPO 68,89 66,37 70,03 69,90 71,98 65,50 65,78 74,21 60,15 100 89,63 25 %
Nilai Alternatif 45,08 38,76 82,99 56,01 58,22 40,51 33,31 60,51 37,52 67,66 55,79
Peringkat 7 9 1 5 4 8 11 3 10 2 6
Dari tabel di atas BMS menempati peringkat pertama dengan nilai CPI sebesar 82,99. Keunggulan BMS tersebut terutama bersumber dari tingginya nilai rata-rata ROE dan NOM. Sementera MSI menempati peringkat kedua dengan nilai CPI sebesar 67,66, kinerja ROA dan BOPO yang tinggi menempatkan MSI dengan nilai CPI tertinggi kedua dibandingkan dengan bank umum syariah lainnya.
65
B. Kinerja Maqashid Syari’ah Bank Umum Syariah Untuk mengetahui sejauh mana sebuah bank syariah melaksanakan setiap tujuan-tujuan maqashid syari’ah dapat diukur melalui rasio kinerja maqashid syari’ah yang telah dibagi ke dalam tiga tujuan yaitu : 1. Mendidik individu (Tahzib al-Fard) 2. Menegakkan keadilan (Iqamah al-‘adl) 3. Kemaslahatan (Jalb al-Maslahah) Berikut adalah rasio kinerja maqashid syari’ah 11 bank umum syari’ah periode 2011 – 2014 untuk setiap tujuannya : 1. Tujuan pertama : Mendidik Individu
(Tahzib al-Fard). Pada tujuan
pertama ini terdapat empat elemen yang diukur dalam tujuannya untuk mengetahui seberapa besar kepedulian bank syariah untuk memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan untuk para stakeholdernya. Berikut adalah tabel rasio kinerja maqashid syari’ah untuk tujuan pertama : Tabel 4.3: Rasio kinerja Maqashid Syari’ah rata-rata tujuan pertama Bank Umum Syariah periode 2011 -2014. Bank
BCAS BJBS BMS BMI BNIS BRIS BSB
R11 (%) 0,005 0,01 0,03 0,72 0,38 0,01 0
Rasio Kinerja Tujuan 1 R21 R31 (%) (%) 0 1,48 0,002 0 0 0,26 1,29 0,21 0 2,76 0 1,60 0 1,81
R41 (%) 1,28 2,20 0,51 3,70 5,61 2,75 2,50
66
BSM BVS MSI PBS
0,38 0 0,26 0,02
0,11 0 0 0
1,52 0,42 1,74 0,98
3,03 1,19 2,03 0,77
Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa pada rasio pertama (Education Grant) Bank Muamalat Indonesia (BMI) memiliki nilai rasio tertinggi yaitu sebesar 0,72 %, artinya 0,72 % dari total pengeluarannya ditujukan untuk donasi pendidikan. Rasio yang tinggi tersebut tak lepas dari program pendidikan yang dijalankan oleh Baitulmal Muamalat (BMM), sebuah lembaga amil zakat (LAZ) yang diprakarsai oleh BMI sendiri. Program pendidikan andalan yang dijalankan oleh BMM antara lain : Beasiswa Pendidikan, Orphan Kafala, Islamic Solidarity School serta Madinah al-Munawarah Solidarity School. Rasio kedua (Research), hanya dijalankan oleh 3 bank saja yaitu BJBS, BMI dan BMS. BMI mengalokasikan dana terbesar untuk kegiatan riset dan pengembangan selama periode 2011 – 2014 yaitu sebesar 0,21 %. Riset dan pengembangan sangat dibutuhkan oleh perbankan syariah dalam mendukung kemajuan dan keberlangsungan perusahaan dalam menghadapi persaingan. Rasio ketiga (Training), pada rasio ini BNI Syariah (BNIS) mendapatkan rasio tertinggi yaitu 2,76 %. Jumlah pelatihan, jumah peserta maupun alokasi dana yang digunakan oleh BNIS setiap tahunnya
67
memiliki tren meningkat. BNIS menyadari bahwa investasi untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalitas sumber daya insani yang dimiliki meurpakan kunci kesuksesan sebuah perusahaan yang berkualitas. Rasio keempat (Publicity), didalam rasio ini BNIS kembali mendapatkan nilai yang tinggi selama periode 2011 – 2014, yaitu 5,61 %. Artinya 5,61 % dari total pengeluaran BNIS ditujukan untuk kegiatan promosi atau publikasi. Kegiatan promosi ini sangat penting dilakukan oleh perbankan syariah, selain untuk mengenalkan produkproduk perbankan syariah juga untuk mengenalkan sistem operasional perbankan syariah maupun sistem ekonomi syariah kepada masyarakat. Dengan publikasi dan promosi yang gencar diharapkan kesadaran masyarakat akan perbankan syariah akan semakin meningkat. Kegiatan promosi yang dilakukan oleh BNIS dilakukan dengan berbagai strategi, di antaranya dengan mengadakan kerjasama keuangan dengan asosiasi, perusahaan, komunitas atau yayasan, melakukan sponsorship, di media masa atau melakukan marketing communication. 2. Tujuan kedua : Menegakkan keadilan (Iqamah –al-‘adl). Pada tujuan kedua ini ada tiga elemen yang diukur. Pengukuran ketiga elemen ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana komitmen bank syariah untuk menegakkan keadilan ekonomi agar tercipta hubungan yang saling
68
menguntungkan antara bank syariah dengan masyarakat. Berikut adalah tabel rasio kinerja maqashid syari’ah untuk tujuan kedua : Tabel 4.4: Rasio kinerja Maqashid Syari’ah rata-rata tujuan kedua Bank Umum Syariah periode 2011 -2014. Bank BCAS BJBS BMS BMI BNIS BRIS BSB BSM BVS MSI PBS
Rasio Kinerja Tujuan 2 R12 R22 R32 (%) (%) (%) 0 44,14 99,99 0 32,64 99,99 0 0,90 99,99 0 47,59 99,97 0 16,82 99,99 0 25,63 99,99 0 18,26 99,95 0 23,60 99,99 0 28,46 99,97 0 3,92 99,92 0 58,53 99,99 Elemen pertama yaitu Fair return yang dicerminkan oleh
penggunakan PER. Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa tidak terdapat bank umum syariah di Indonesia yang melaporkan alokasi dana untuk PER pada laporan keuangannya. Ketika bank syariah menetapkan sebagian pendapatannya untuk PER maka bank tersebut dianggap memungkiri hak deposan atas keuntungannya, hal ini merupkan sebuah bentuk ketidakadilan. Maka rasio PER yang tinggi merupakan bentuk ketidakadilan bank syariah, sedangkan jika rasio PER mendekati 1 atau tidak ada cadangan untuk PER tersebut maka bank tersebut berkomitmen untuk menegakkan keadilan. Oleh karena itu
69
rasio untuk mengukur PER adalah (1- PER/Net Income or Investment Income). Elemen kedua yaitu functional distrbution yang dijelaskan oleh rasio pembiayaan dengan skim bagi hasil (mudharabah dan musyarakah) terhadap skim lainnya. Pada elemen kedua ini Panin Bank Syariah (PBS) memiliki rasio tertinggi, yaitu sebesar 58,53 % dari total pembiayaannya menggunakan skim bagi hasil (mudharabah dan musyarakah). Pada tahun 2014 PBS mengalami kenaikan signfikan dalam pembiayaan berbasis bagi hasil yaitu mudharabah dan musyarakah yaitu masing-masing sebesaar 29,60 % dan 371 %. Pembiayaan dengan skim bagi hasil dianggap lebih mencerminkan keadilan dikarenakan bank turut merasakan kondisi di sektor riil apakah untung atau rugi. Skim bagi hasil juga mencerminkan hubungan kemitraan jangka panjang yang mengandalkan kepercayaan.
Elemen ketiga yaitu interest free income yang dicerminkan melalui rasio pendapatan bebas bunga dibandingkan dengan total pendapatan. Pada rasio ketiga ini dapat terlihat bahwa pendapatan bank syariah di Indonesia secara garis besar bukan berasal dari kegiatan membungakan uang yang terlarang, akan tetapi masih terdapat pendapatan bunga dari penempatan dana maupun giro di bank konvensional.
70
3. Tujuan ketiga : Kemaslahatan (Jalb al-Maslahah) Tabel 4.5 Rasio kinerja Maqashid Syari’ah rata-rata tujuan ketiga Bank Umum Syariah periode 2011 -2014. Bank
BCAS BJBS BMS BMI BNIS BRIS BSB BSM BVS MSI PBS
R13 (%) 0,53 0,40 1,28 0,53 0,84 0,40 0,39 0,94 0,86 2,10 1,05
Rasio Kinerja Tujuan 3 R23 (%) 0,001 0,00002 0,06 0,02 0,04 0,03 0 0,04 0 0 0,01
R33 (%) 65,74 71,57 80,90 75,58 73,85 81,86 77,17 79,99 61,38 64,47 71,41
Dari tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa MSI memperoleh rasio tertinggi pada elemen pertama yaitu profit ratios. Kemampuan sebuah bank syariah untuk mengelola kekayaannya secara optimal dan bijaksana untuk memperoleh laba yang tinggi merupakan sebuah bentuk dari hifzhul maal (penjagaan terhadap harta). Laba yang tinggi memungkinkan bank syariah berkontribusi lebih terhadap pajak untuk pembangunan negara serta memungkinkan kontribusi yang lebih tinggi untuk kemaslahatan masyarakat. Elemen kedua adalah personal income yang dicerminkan oleh rasio zakat yang dikeluarkan oleh bank syariah terhadap aset bersihnya.
71
Beberapa bank umum syariah tidak mempublikasikan nominal zakatnya di laporan keuangan, sedangkan untuk rasio tertinggi diraih oleh BMS yaitu besaran zakat yang dikeluarkan setara dengan 0,06 % dari aset bersihnya. Penyebut yang digunakan pada rasio ini tidak menggunakan net profit melainkan net asset (total asset – total liabilities). Net asset dianggap lebih mencerminkan kekayaan sebuah bank syariah. Peningkatan pada kekayaan bank diyakini akan meningkatkan nominal pembayaran zakat. Elemen ketiga adalah investment in real sector yang dicerminkan oleh rasio Investasi bank syariah di sektor riil dibandingkan dengan keseluruhan investasi bank syariah. Pada tabel 4.5 diketahui bahwa 81,86 % dari investasi yang dilakukan oleh BRIS disalurkan di sektor riil sisanya di sektor keuangan, dan merupakan yang tertinggi di antara bank syariah lain. Aktivitas investasi di sektor riil diyakini memberikan dampak langsung yang positif kepada perekonomian masyarakat dibandingkan dengan aktivitas investasi di sektor keuangan. C. Indikator Kinerja Bank Umum Syariah Setelah diketahui hasil perhitungan rasio kinerja maqashid syari’ah rata-rata, maka proses selanjutnya adalah menentukan peringkat kinerja maqashid syari’ah dari setiap bank umum syariah. Proses tersebut dilakukan melalui Indikator Kinerja (IK) setiap bank umum syariah. Untuk mengetahui IK digunakanlah metode simple sdditive weighting method (SAW) dengan
72
cara pembobotan, agregat dan proses menentukan peringkat seperti yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya. Berikut adalah indikator kinerja setiap bank umum syariah berdasarkan tujuan-tujuan maqashid syari’ah : Tabel 4.6: Indikator kinerja Maqashid Syari’ah tujuan pertama Bank Umum Syariah periode 2011 -2014. Indikator Kinerja Tujuan 1 (IK – T1)
Bank
BCAS BJBS BMS BMI BNIS BRIS BSB BSM BVS MSI PBS
IK11
IK21
IK31
IK41
Total
0,000003 0,000004 0,00002 0,00052 0,00028 0,00001 0 0,00027 0 0,00019 0,00001
0 0,000002 0 0,00017 0 0 0 0,00009 0 0 0
0,001151 0 0,00020 0,00101 0,00216 0,00125 0,00141 0,00118 0,00032 0,00135 0,00076
0,000884 0,001521 0,00035 0,00255 0,00387 0,00190 0,00173 0,00209 0,00082 0,00140 0,00053
0,00204 0,00153 0,00058 0,00425 0,00630 0,00316 0,00314 0,00364 0,00115 0,00294 0,00131
Tujuan pertama yaitu mendidik indivdu (Tahzib al-Fard), dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa BMI adalah bank umum syariah yang memiliki indikator kinerja tertinggi dalam menyalurkan donasi untuk tujuan pendidikan bagi masyarakat, selain itu BMI juga merupakan bank umum syariah yang memiliki alokasi dana untuk riset dan pengembangan yang
73
paling tinggi di antara bank umum syariah lain. Dalam bidang pelatihan dan pengembangan skill untuk karyawan, BNIS mencatatkan indikator kinerja yang paling tinggi, selain itu BNIS merupakan bank umum syariah yang memiliki indikator kinerja tertinggi dalam hal publikasi. Secara keseluruhan, BNIS lebih baik dalam mencapai tujuan pertama (tahzib al-fard) dibandingkan dengan bank umum syariah lainnya. Tabel 4.7 Indikator kinerja Maqashid Syari’ah tujuan kedua Bank Umum Syariah periode 2011 -2014. Bank BCAS BJBS BMS BMI BNIS BRIS BSB BSM BVS MSI PBS
Indikator Kinerja Tujuan 2 (IK – T2) IK12 IK22 IK32 Total 0 0,05792 0,15580 0,21372 0 0,04283 0,15578 0,19861 0 0,00118 0,15579 0,15697 0 0,06244 0,15575 0,21819 0 0,02207 0,15579 0,17785 0 0,03363 0,15579 0,18941 0 0,02396 0,15573 0,17968 0 0,03096 0,15579 0,18675 0 0,03733 0,15576 0,19309 0 0,00514 0,15567 0,16082 0 0,15580 0,07679 0,23259
Tujuan kedua yaitu menegakkan keadilan (Iqamah al-‘Adl), dari tabel 4.7 di atas terlihat keunggulan PBS dalam melaksanakan tujuan kedua yaitu menegakkan keadilan. Keunggulan PBS disebabkan oleh tingginya skim pembiayaan berbasis bagi hasil yang disalurkan oleh PBS selama periode 2011 – 2014. Selanjutnya secara garis besar pendapatan yang diterima oleh
74
perbankan syariah telah bebas dari riba yang diharamkan, akan tetapi masih terdapat pendapatan bunga yang berasal dari penempatan di bank konvensional. Porsi pendapatan bunga terbesar dimiliki oleh MSI serta BSB. Tabel 4.8 Indikator kinerja Maqashid Syari’ah tujuan ketiga Bank Umum Syariah periode 2011 -2014. Bank
BCAS BJBS BMS BMI BNIS BRIS BSB BSM BVS MSI PBS
Indikator Kinerja Tujuan 3 (IK – T3) R13 R23 R33 Total (%) (%) (%) 0,00051 0 0,07054 0,07105 0,00038 0 0,07680 0,07718 0,00122 0,08681 0,08808 0,00005 0,00050 0,00002 0,08110 0,08162 0,00081 0,00003 0,07924 0,08008 0,00038 0,00003 0,08783 0,08825 0,00037 0 0,08280 0,08317 0,00090 0,00003 0,08583 0,08676 0,00082 0 0,06586 0,06669 0 0,06918 0,07119 0,00201 0,00101 0,00001 0,07662 0,07764
Tujuan ketiga yaitu kemaslahatan, dari tabel 4.8 dapat dilihat MSI memperoleh nilai tertinggi pada indeks kinerja terkait profitabilitas, sementara itu BMS memperoleh indeks kinerja zakat tertinggi, sedangkan BRIS mencapai indeks kinerja yang paling tinggi pada penyaluran pembiayaan pada sektor riil dan secara umum BRIS lebih baik dalam mencapai tujuan ketiga ini.
75
D. Sharia Maqasid Index (SMI) Bank Umum Syariah Sharia Maqasid Index (SMI) merupakan total penjumlahan dari setiap indikator kinerja tiga tujuan maqashid syari’ah. Berikut tabel SMI bank umum syariah di Indonesia periode 2011 – 2014 : Tabel 4.9 Sharia Maqasid Index Bank Umum Syariah periode 2011 -2014. Bank BCAS BJBS BMS BMI BNIS BRIS BSB BSM BVS MSI PBS
IK – T1 0,00204 0,00153 0,00058 0,00425 0,00630 0,00316 0,00314 0,00364 0,00115 0,00294 0,00131
Sharia Maqasid Index (SMI) IK – T2 IK – T3 SMI Peringkat 0,21372 0,07105 0,28680 3 0,19861 0,07718 0,27731 5 0,15697 0,08808 0,24563 10 0,21819 0,08162 0,30406 2 0,17785 0,08008 0,26423 8 0,18941 0,08825 0,28082 4 0,17968 0,08317 0,26599 7 0,18675 0,08676 0,27716 6 0,19309 0,06669 0,26093 9 0,16082 0,07119 0,23495 11 1 0,23259 0,07764 0,31154
Dari tabel 4.9 diketahui bahwa pelaksanaan tujuan pertama dilakukan paling baik oleh BNIS, pada tujuan kedua pelaksanaan terbaik diraih oleh PBS, sedangkan untuk pelaksanaan tujuan ketiga dilakukan paling baik oleh BRIS. Secara umum PBS mendapatkan nilai SMI tertinggi untuk semua tujuan, hal ini terutama didukung oleh pelaksanaan tujuan ke dua yang paling baik.
76
E. Perbandingan Comparative Performance Index (CPI) dengan Sharia Maqasid Index (SMI). Berdasarkan nilai CPI dan SMI yang telah didapat pada pembahasan sebelumnya, maka dapat dilakukan perbandingan atas kedua variabel tersebut. Berikut data CPI dan SMI dari 11 bank umum syariah di Indonesia periode 2011 – 2014 : Tabel 4.10 Perbandingan CPI dan SMI Bank Umum Syariah periode 2011 -2014.
Untuk
Bank
CPI (Y)
BCAS BJBS BMS BMI BNIS BRIS BSB BSM BVS MSI PBS Rata - Rata
45,08 38,76 82,99 56,01 58,22 40,51 33,31 60,51 37,52 67,66 55,79 52,40
membentuk
diagram
SMI (X) 0,28680 0,27731 0,24563 0,30406 0,26423 0,28082 0,26599 0,27716 0,26093 0,23495 0,31154 0,27358 kuadran
perbandingan
(Diagram
Kartesius) sebagaimana dibahas pada bab sebelumnya, maka diperlukan nilai rata-rata dari axis Y (CPI) dan axis x (SMI). Artinya semakin ke atas koordinat bank dari rata-rata axis Y (CPI) maka semakin tinggi tingkat profitabilitas bank tersebut dan sebaliknya, serta semakin ke kanan koordinat
77
bank dari rata-rata axis X (SMI) maka semakin tinggi tingkat pelaksanaan maqashid syari’ah bank tersebut. Dengan menggunakan program SPSS versi 17.0, maka didapatkan diagram perbandingan antara tingkat profitabilitas bank syariah (CPI) dengan SMInya untuk periode 2011 – 2014 sebagai berikut : Gambar 4.1: Diagram Perbandingan kinerja profitabilitas (CPI) dengan kinerja Maqashid Syari’ah ( SMI) Bank Umum Syariah periode 2011 -2014.
78
Dari diagram di atas dapat terlihat bagaimana perbandingan antara kinerja profitabilitas dengan pelaksanaan maqashid syari’ah dari masingmasing bank umum syariah yang terlihat dari kuadran yang ditempati bank syariah tersebut. F. Pembahasan hasil penelitian Pada bagian ini akan dilakukan pembahasan dari hasil perbandingan kinerja yang digambarkan pada diagram di atas, serta akan dilakukan pembahasan kembali melalui analisa laporan keuangan setiap bank umum syariah di Indonesia. Berikut akan dijelaskan hasil analisis kinerja profitabilitas dan maqashid syari’ah bank umum syariah yaitu : 1. Bank Central Asia Syariah (BCAS) BCAS berada pada kuadran kanan bawah yang berarti BCAS merupakan bank umum syariah dengan tingkat profitabilitas di bawah rata-rata dengan sharia maqasid index yang baik. a. Aspek Profitabilitas Perhitungan CPI menempatkan BCA pada peringkat ke tujuh dengan nilai CPI sebesar 45,08 atau berada di bawah nilai rata-rata CPI sebesar 52,40. Nilai CPI yang berada di bawah rata-rata tersebut disebabkan oleh kurang optimalnya indikator profitabilitas BCAS selama periode 2011-2014 dimana rata-rata ROA pada periode tersebut berada pada nilai 0,88 %, ROE pada nilai 3,08 %, dan BOPO
79
pada nilai 88,11% dan hanya nilai rata-rata NOM BCA yang menunjukkan kinerja yang baik dengan nilai 8,75 %. Pada tahun 2014 BCAS mengalami pelemahan dalam indikator profitabilitas yaitu ROA, ROE, NOM dan BOPO. Walaupun terjadi pelemahan pada beberapa
rasio
profitabilitasnya
BCAS
tetap
mencatatkan
pertumbuhan yang positif dengan kenaikan pembiayaan, laba bersih maupun asetnya dari tahun sebelumnya. b. Aspek Maqashid Syari’ah BCAS berada pada peringkat ke tiga dalam perhitungan CPI dengan nilai sebesar 0,28680 atau lebih tinggi dari nilai rata-rata SMI sebesar 0,27358. Faktor utama yang menyebabkan tingginya nilai SMI BCAS adalah tingginya skim pembiayaan bagi hasil BCAS yang mencapai 44,14 %.
Selain itu BCAS juga rutin melaporkan
pengeluaran zakat tiap tahunn. Akan tetapi masih ada beberapa aspek maqashid syari’ah yang harus BCAS tingkatkan seperti
rasio
education grant, publicity, training dan terutama rasio investasi di sektor riil karena pada rasio ini BCAS menempati peringkat terendah ketiga dengan rata-rata rasio investasi di sektor riil selama periode 2011 hanya sebesar 65,74 %. Akan tetapi rasio ini setiap tahunnya mengalami peningkatan, yang artinya BCAS terus berusaha untuk meningkatkan pembiayaannya pada sektor riil yang berdampak langsung pada perekonomian.
80
2. Bank Jabar Banten Syariah (BJBS) BJBS berada pada kuadran kanan bawah yang berarti BJBS merupakan bank umum syariah dengan tingkat profitabilitas di bawah rata-rata dengan pelaksanaan maqashid syari’ah yang baik. a. Aspek Profitabilitas BJBS berada pada posisi ke 9 dalam perhitungan CPI dengan nilai CPI sebesar 38,76 atau berada di bawah rata-rata nilai CPI sebesar 52,40. Rendahnya nilai tersebut diakibatkan oleh kurang baiknya nilai ROA, ROE dan BOPO dari BJBS, terlebih pada tahun 2012 dimana BJBS mengalami kerugian sebesar Rp. 18,18 miliar yang diakibatkan besarnya biaya pencadangan kerugian pembiayaan dari nasabah besar. Akan tetapi di tahun selanjutnya BJBS berhasil memerbaiki kinerja profitabilitasnya walaupun kembali menghadapi tantangan di tahun 2014. Meskipun terganjal dalam rasio ROA, ROE dan BOPO, BJBS mencatatkan performa yang cemerlang dalam rasio NOM dengan berada pada posisi ke 4 selama periode 2011 – 2014, hal tersebut merupakan sebuah prestasi yang cukup mengesankan untuk sebuah bank syariah yang masih sangat muda. b. Aspek Maqashid Syari’ah
81
BJBS berada pada posisi ke 5 dalam perhitungan SMI, atau berada di atas rata-rata. Posisi tersebut terutama didukung oleh pembiayaan BJBS dengan skim bagi hasil dengan porsi terbesar ke 4 selama periode 2011 – 2014 selain itu BJBS juga satu dari sedikit bank yang mengalokasikan dana untuk kegiatan riset dan pengembangan yaitu pada tahun 2012. Di samping keunggulannya tersebut BJBS masih
memiliki
beberapa
kekurangan
dari
aspek
maqashid
syari’ahnya seperti pelaporan zakat yang hanya dilakukan pada tahun 2013 saja, serta tidak dicantumkannya biaya untuk pendidikan dan pelatihan karyawannya. Padahal kedua komponen tersebut dapat mengungkit nilai SMI dari sebuah bank.
3. Bank Mega Syariah (BMS) BMS berada pada kuadran kiri atas yang berarti BMS merupakan bank umum syariah dengan tingkat profitabilitas yang tinggi tetapi memiliki tingkat pelaksanaan maqashid syari’ah yang rendah. a. Aspek Profitabilitas Berdasarkan perhitungan CPI, BMS merupakan bank dengan tingkat profitabilitas tertinggi di antara bank syariah lainnya selama periode 2011-2014. Selama periode tersebut indikator rata-rata profitabilitas BMS selalu menempati peringkat 5 besar, seperti rasio ROA yang menempati peringkat 3, rasio ROE yang menempati
82
peringkat pertama, rasio NOM yang menempati peringkat pertama, dan rasio BOPO yang menempati peringkat ke 5. Pada tahun 2012 BMS bahkan pernah mencatatkan rasio ROE sebesar 57,98 % yang tumbuh signifikan dari tahun sebelumnya seiring dengan kenaikan signifikan laba bersihnya. Akan tetapi setelah tahun 2012 BMS tidak dapat mempertahankan tren positif indikator profitabilitasnya, karena sejak tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 indikator profitabilitasnya terus menurun seiring dengan perlambatan ekonomi di Indonesia. b. Aspek Maqashid Syari’ah Berbeda
dengan
perhitungan
CPI,
perhitungan
SMI
menempatkan BMS pada posisi terendah kedua. Rendahnya posisi tersebut terutama disebabkan oleh sangat rendahnya pembiayaan dengan skim bagi hasil yang hanya mencapai 0,90 % sedangkan skim jual beli mencapai 91 %. Selain itu BMS juga memiliki alokasi yang rendah terhadap kegiatan training dan publicity selama periode 2011 2014 yang hanya sebesar 0,26 % dan 0,51 %. Akan tetapi dalam hal pembayaran zakat terhadap aset bersihnya, BMS memiliki nilai yang tertinggi dibanding bank syariah lainnya selain itu dalam perhitungan rasio profit pada tujuan ketiga BMS memperoleh nilai tertinggi kedua serta BMS meraih posisi tertinggi kedua dalam investasi di sektor riil. 4. Bank Muamalat Indonesia (BMI)
83
BMI berada pada kuadran kanan atas yang berarti BMI memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi dan memiliki tingkat pelaksanaan maqashid syari’ah yang tinggi pula. a. Aspek Profitabilitas Berdasarkan CPI, BMI merupakan bank dengan tingkat profitabilitas tertinggi ke 5 selama periode 2011 – 2014. Profitabilitas yang tinggi tersebut terutama didukung oleh nilai ROE BMI yang merupakan tertinggi kedua selama periode 2011 – 2014, bahkan pada tahun 2013 ROE BMI merupakan yang tertinggi di antara bank umum syariah lainnya. Sementara untuk indikator profitabilitas lainnya seperti ROA, NOM dan BOPO berada pada level pertengahan dan harus diperbaiki lagi oleh BMI. Perlambatan ekonomi nasional juga turut berimbas pada laba bersih BMI, sejak tahun 2013 hingga tahun 2014 laba bersih BMI terus terkoreksi terutama disebabkan oleh biaya dana dan biaya operasional yang naik sehingga menyebabkan pelemahan indikator profitabilitas BMI. Walaupun terjadi pelemahan indikator profitabilitas tersebut BMI masih menunjukkan pertumbuhan positif pada aset, pembiayaan maupun DPKnya. b. Aspek Maqashid Syari’ah BMI merupakan bank dengan tingkat SMI tertinggi kedua pada periode 2011 – 2014. SMI yang tinggi tersebut adalah hasil pelaksanaan ketiga tujuan maqashid syari’ah oleh BMI secara
84
komprehensif. Pada tujuan pertama BMI menunjukkan kepeduliannya terhadap kegiatan pendidikan melalui Baitulmaal Muamalat dan kegiatan riset sehingga menjadi bank dengan alokasi dana tertinggi untuk donasi pendidikan dan juga riset. BMI juga menjadi bank dengan alokasi dana untuk publikasi tertinggi kedua. Dalam tujuan kedua untuk menegakkan keadilan BMI berhasil menjadi bank dengan penyalur pembiayaan berbasis bagi hasil terbesar kedua dengan porsi rata-rata sebesar 47,59 % dari total pembiayaan selama periode 2011 – 2014. Untuk mewujudkan kemaslahatan dalam tujuan ketiga BMI juga melaporkan pengeluaran zakatnya tiap tahun serta BMI memiliki rasio investasi di sektor riil tertinggi ke lima selama periode 2011 – 2014. 5. Bank Negara Indonesia Syariah (BNIS) BNIS berada pada kuadran kiri atas yang berarti BNIS memiliki tingkat profitabilitas yang cukup tinggi akan tetapi memiliki tingkat pelaksanaan maqashid syari’ah di bawah rata-rata. a. Aspek Profitabilitas Perhitungan CPI menempatkan BNIS pada posisi ke empat, artinya tingkat profitabilitas BNIS cukup tinggi. Hal ini terlihat dari pencapaian indikator profitabilitasnya selama periode 2011 – 2014, dimana ROA BNIS berada posisi ke 6, ROE pada posisi ke 4, NOM pada posisi ke 2, dan BOPO pada posisi ke 4. Tingkat profitabilitas BNIS selama periode 2011 – 2014 tergolong stabil, artinya dinamika
85
pada rasio profitabilitas setiap tahunnya tidak terlalu besar. Pada tahun 2014 dimana terjadi perlambatan ekonomi nasional BNIS pun merasakan
efeknya
dengan
menurunnya
beberapa
indikator
profitabilitasnya, akan tetapi penurunan indikator tersebut tidak terlalu signifikan dan tergolong wajar. Bahkan rasio ROE mengalami kenaikan pada tahun 2014. b. Aspek Maqashid Syari’ah BNIS berada pada posisi ke 8 pada perhitungan SMI, BNIS mendapatkan nilai SMI sebesar 0,26423 atau di bawah nilai rata-rata sebesar 0,27358. Posisi BNIS yang di bawah rata-rata tersebut terutama disebabkan oleh rendahnya pembiayaan dengan skim bagi hasil yang hanya mencapai 16,82 % dari total pembiayaan selama periode 2011 – 2014. Walaupun memiliki kelemahan dalam rasio pembiayaan berbasis bagi hasil, BNIS memiliki beberapa keunggulan lain dalam aspek maqashid syari’ah seperti pemberian donasi pendidikan yang dilakukan tiap tahunnya, porsi training dan publicity yang terbesar di antara bank umum syariah lainnya dan bahkan menjadikan BNIS sebagai bank syariah dengan pelaksanaan tujuan pertama maqashid syari’ah yang terbaik. Selain itu BNIS juga memiliki rasio profitabilitas, zakat, dan investasi di sektor riil yang cukup baik. Akan tetapi keunggulan-keunggulan BNIS masih kurang
86
cukup untuk meningkatkan nilai SMInya yang sedikit di bawah nilai rata-rata. 6. Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRIS) BRIS berada pada kuadran kanan bawah yang berarti BRIS merupakan bank umum syariah dengan tingkat profitabilitas yang kurang baik tetapi memiliki tingkat pelaksanaan maqashid syari’ah yang baik. a. Aspek Profitabilitas BRIS berada pada posisi ke 8 dalam perhitungan CPI dengan nilai 40,51 atau lebih rendah di bawah nilai rata-rata yaitu 52,40. Rendahnya posisi BRIS diakibatkan masih belum optimalnya pencapaian kinerja profitabilitas BRIS selama periode 2011 – 2014. Selama periode tersebut indikator profitablitas BRIS tergolong cukup rendah seperti ROA yang berada di posisi 9, ROE di posisi 7, NOM di posisi 6, dan BOPO di posisi 10. Selain itu ada tren penurunan pada indikator profitabilitas mulai tahun 2013 setelah pada tahun 2012 terjadi kenaikan, akan tetapi BRIS masih bisa meraih laba. Penurunan rasio tersebut lebih disebabkan oleh beban usaha BRIS untuk perekrutan karyawan dan investasi di bidang IT yang menyebabkan beban bertambah signifikan dan laba terkoreksi yang berimbas kepada melemahnya rasio profitabilitas terutama pada tahun 2014. b. Aspek Maqashid Syari’ah
87
Berdasarkan perhitungan SMI, BRIS berada posisi ke empat hal ini terutama didukung oleh porsi investasi BRIS di sektor riil sebesar 81,86 % dibanding total investasinya dan merupakan yang terbesar di antara bank syariah lainnya, hal ini sejalan dengan fokus BRIS yang menggarap bisnis mikro. Selain itu BRIS juga memiliki alokasi dana terbesar ke empat untuk training dan publikasi, BRIS juga rutin melaporkan pengeluaran zakat setiap tahunnya. 7. Bank Syariah Bukopin (BSB) BSB berada pada kuadran kiri bawah yang berarti BSB merupakan bank umum syariah dengan tingkat profitabilitas yang rendah serta pelaksanaan maqashid syari’ah di bawah rata-rata. a. Aspek Profitabilitas Perhitungan CPI menempatkan BSB sebagai bank umum syariah dengan tingkat profitabilitas paling rendah dengan nilai CPI sebesar 33,31, lebih rendah dari rata-rata CPI sebesar 52,40. Rendahnya CPI tersebut turut dipengaruhi oleh kurang baiknya rasio rata-rata ROA, NIM dan BOPO BSB selama periode 2011 – 2014. Tahun 2014 merupakan tahun yang cukup menantang bagi BSB, seluruh indikator profitabilitasnya mengalami penurunan. Hal ini tidak lepas dari turunnya laba bersih pada 2014 yang hanya mencapai 8,6 miliar rupiah saja, padahal selama tahun 2010 – 2013 BSB mampu mencetak laba bersih mulai dari 10,2 miliar di tahun 2010 hingga 19,5
88
miliar di tahun 2013. Penurunan laba ditengarai disebabkan oleh perlambatan ekonomi Indonesia yang menyebabkan perlambatan pembiayaan ditambah dengan kenaikan biaya dana. Hal tersebut berimbas pada penurunan indikator profitabilitas BSB. b. Aspek Maqashid Syari’ah Perhitungan SMI menempatkan BSB pada posisi 7 dengan SMI sebesar 0,26599 atau lebih rendah dari rata-rata SMI sebesar 0,27358. Rendahnya SMI dari BSB tersebut disebabkan oleh : (1) Rendahnya porsi pembiayaan dengan skim bagi hasil yang hanya mencapai 18,26 % selama periode 2011 – 2014. Hal ini disebabkan oleh BSB yang baru menyalurkan pembiayaan dengan akad bagi hasil pada tahun 2013. (2) BSB tidak melaporkan pengeluaran untuk zakat, beasiswa pendidikan serta riset. Walaupun demikian, BSB telah melakukan kegiatan CSR akan tetapi BSB tidak melakukan perincian dana dan klasifikasi atas pengeluaran untuk kegiatan CSRnya tersebut. 8. Bank Syariah Mandiri (BSM) BSM berada pada kuadran kanan atas yang berarti BSM merupakan bank umum syariah yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi dengan pelaksanaan maqashid syari’ah yang tinggi pula. a. Aspek Profitabilitas
89
BSM mendapatkan nilai CPI sebesar 60,51 dan berada pada posisi ketiga. Artinya kinerja profitabilitas tergolong tinggi, hal ini dibuktikan dengan indikator rata-rata profitabilitasnya selama periode 2011 – 2014 dimana rata-rata ROAnya adalah sebesar 1,48 %, ROE 16,53 %, NOM 7,04 % dan BOPO 82,99 %. Walaupun menikmati tingkat profitabilitas yang tinggi BSM tetap menghadapi tantangan sejak tahun 2013 hingga tahun 2014 akibat pelemahan ekonomi nasional. Pelemahan ekonomi tersebut berdampak pada menurunnya kualitas aktiva produktif BSM dan mengakibatkan meningkatnya nilai PPAP sehingga pada akhirnya menurunkan laba bersih dari BSM. Penurunan laba bersih tersebut tentu saja berimbas pada menurunnya indikator profitabilitas BSM, akan tetapi BSM masih dapat meningkatkan aset, DPK, dan modal walaupun tidak sesignifikan tahun-tahun sebelumnya. b. Aspek Maqashid Syari’ah Perhitungan SMI menempatkan BSM pada posisi ke lima dengan nilai SMI 0,27716 atau berada di atas rata-rata nilai SMI yang sebesar 0,27358. BSM merupakan bank yang meraih posisi tertinggi ketiga dalam menjalankan maqashid syari’ah yang pertama. BSM menunjukkan kepeduliannya terhadap pendidikan melalui LAZNAS BSM tiap tahunnya, BSM juga menjadi sedikit bank yang mengalokasikan dana untuk riset dan pengembangan selain itu BSM
90
juga memiliki rasio publicity tertinggi ketiga untuk kepentingan promosi dan edukasi masyarakat. Dalam tujuannya untuk memberikan kemaslahatan, BSM setiap tahunnya melaporkan pengeluaran zakatnya serta BSM juga memiliki porsi investasi untuk sektor riil yang besar yaitu sekitar 80 %. Akan tetapi BSM diharapkan memperbesar skim pembiayaan berbasis bagi hasil dalam rangka penegakkan keadilan. Skim pembiayaan berbasis bagi hasil yang dilakukan BSM setiap tahunnya memiliki kecenderungan untuk terus menurun. 9. Bank Victoria Syariah (BVS) BVS berada pada kuadran kiri bawah yang berati BVS memiliki kineja profitabilitas yang rendah dengan pelaksanaan maqashid syari’ah yang rendah pula. a. Aspek Profitabilitas BVS menempati posisi terendah kedua menurut perhitungan CPI dengan nilai CPI sebesar 37,52 atau di bawah nilai rata-rata sebesar 52,40. BVS sempat menjadi bank dengan profitabilitas tinggi pada tahun 2011 dengan perolehan ROA sebesar 6,93 % yang menjadi tertinggi di antara bank umum syariah saat itu serta memperoleh ROE sebesar 18,69 %. Akan tetapi ditahun-tahun selanjutnya tiga indikator profitabilitas dari BVS mengalami pelemahan, hanya NOM yang bergerak positif itupun masih berada di bawah industri perbankan
91
syariah. Puncaknya pada tahun 2014 BVS mengalami kerugian sebesar 25,48 miliar rupiah. Kerugian tersebut merupakan imbas dari naiknya biaya dana pihak ketiga ditambah dengan NPF yang tinggi ditengah perlambatan ekonomi Indonesia yang memaksa bank untuk membentuk CKPN-AP yang sangat besar pada tahun 2014. Akan tetapi upaya untuk memulihkan PPAP tersebut telah dilakukan oleh BVS ditambah dengan NOM yang terus meningkat setiap tahunnya diharapkan dapat meningkatkan tingkat profitabilitas BVS di tahun 2015. b. Aspek Maqashid Syari’ah Perhitungan SMI pada BVS menempatkannya pada posisi terendah ketiga dengan nilai 0,26093 atau berada di bawah nilai ratarata yaitu 0,27358. Faktor yang menyebabkan rendahnya nilai SMI dari BVS tersebut antara lain rendahnya investasi BVS di sektor riil selama periode 2011 – 2014 yang rata-rata hanya sebesar 61,38 %, terendah di antara bank umum syariah lainnya. Akan tetapi porsi investasi BVS untuk sektor riil tiap tahunnya selalu meningkat sejak tahun 2011 sampai 2014 yang berturut-turut sebesar : 34,39 %, 52,17 %, 77,98 % dan 80,89 %. Selain porsi investasi di sektor riil yang meningkat tiap tahunnya, porsi pembiayaan dengan skim bagi hasil BVS juga meningkat tiap tahunnya sejak 2011 sampai 2014 yang berutrut-turut sebesar : 8,60 %, 16,69 %, 32,40 % dan 56,13 %.
92
Rendahnya SMI BVS juga karena BVS yang tidak melaporkan pengeluaran zakatnya pada tahun 2013 & 2014, rasio training dan publicity yang rendah serta ketiadaan donasi pendidikan yang dipublikasikan.
10. Maybank Syariah Indonesia (MSI) MSI berada pada kuadran kiri atas yang berarti MSI memiliki kinerja profitabilitas yang tinggi akan tetapi memiliki sharia maqasid index yang rendah. a. Aspek Profitabilitas Berdasarkan CPI, MSI merupakan bank dengan tingkat profitabilitas tertinggi kedua setelah BMS selama periode 2011 – 2014. MSI bahkan memperoleh tingkat pengembalian atas aset (ROA) tertinggi di antara bank umum syariah lain pada tahun 2013 dan 2014 yaitu sebesar 2,87 % dan 3,61 % selain itu MSI juga menjadi bank paling efisien selama periode 2011 - 2014 di antara bank syariah lain dengan rata-rata nilai BOPO sebesar 61,59 %. Pada tahun 2014, ditengah perlambatan ekonomi yang menyebabkan turunnya berbagai indikator profitabilitas bank umum syariah dari tahun sebelumnya, MSI mampu mempertahankan tren positif dengan kenaikan indikator profitabilitasnya seperti ROA, ROE, dan NOM. b. Aspek Maqashid Syari’ah
93
Tingginya tingkat profitabilitas MSI agaknya tidak diimbangi dengan
pelaksanaan
maqashid
syari’ahnya.
Perhitungan
SMI
menempatkan MSI di posisi paling rendah di antara bank syariah lainnya. Faktor yang menyebabkan rendahnya nilai SMI dari MSI antara lain : (1) Rendahnya porsi pembiayaan dengan skim bagi hasil yang rata-rata hanya berkisar 3,92 % selama periode 2011 – 2014 dan lebih banyak didominasi oleh skim jual beli serta ijarah, bahkan pembiayaan dengan skim bagi hasil (Musyarakah) baru dilakukan pada tahun 2014. (2) Porsi investasi di sektor riil yang rata-rata hanya berkisar 64,47 % selama periode 2011 – 2014, porsi tersebut merupakan yang terendah kedua setelah BVS. MSI masih banyak menempatkan dananya pada sektor keuangan. (3) MSI tidak melaporkan pengeluaran untuk zakat serta biaya riset pada laporan keuangannya. Padahal dengan profitabilitas yang semakin meningkat diharapkan nominal zakat yang dikeluarkan akan semakin besar. Walaupun tidak melaporkan adanya pengeluaran zakat, MSI tetap mengadakan kegiatan CSRnya secara rutin dalam program Global CR Day setiap tahunnya.
94
11. Panin Bank Syariah (PBS) PBS berada pada kuadran kanan atas, PBS memiliki kinerja profitabilitas di atas rata-rata serta memiliki sharia maqasid index tertinggi di antara bank syariah lainnya. a. Aspek Profitabilitas Dari perhitungan CPI, PBS memiliki poin 55,79 dan berada pada posisi ke enam, atau sedikit di atas rata-rata CPI yang sebesar 52,40. Nilai CPI PBS yang berada di atas rata-rata terutama didukung oleh rasio ROA dan rasio BOPO yang merupakan tertinggi kedua pada periode 2011 – 2014. PBS juga berhasil mempertahankan tren positif ditengah perlambatan ekonomi pada tahun 2014 dengan semakin membaiknya rasio keuangan mereka. Bahkan BOPO pada tahun 2014 mengalami penurunan yang sangat signifikan dari 81,31 % di tahun 2013 menjadi 68,47 % di tahun 2014, hal tersebut menjadikan PBS sebagai bank umum syariah dengan efisiensi paling tinggi. Kinerja PBS yang baik menjadi landasan PBS untuk melakukan Initial Public Offering (IPO) di bursa efek pada Januari 2014 dan mencatatkan PBS sebagai bank syariah pertama yang melantai di bursa. b. Aspek Maqashid Syari’ah Perhitungan SMI pada PBS menempatkan PBS sebagai bank syariah dengan pelaksanaan maqashid syari’ah terbaik selama periode 2011 – 2014. Hal ini tidak lepas dari dominasi pembiayaan berbasis bagi hasil
95
yang disalurkan oleh PBS selama periode 2011 – 2014 yaitu rata-rata sebesar 58,53 % dari total pembiayaan dan merupakan yang tertinggi dibanding bank syariah lainnya. Signifikansi pembiayaan dengan skim bagi hasil tersebut merupakan hasil dari pengalihan fokus PBS dari pembiayaan berbasis jual beli menjadi bagi hasil pada tahun 2014. Hal ini ditandai dengan naiknya pembiayaan berbasis bagi hasil dari sebelumnya yang hanya 52,29 % di tahun 2013 menjadi 86,72 % di tahun 2014. Keputusan strategis PBS ini dilakukan karena menganggap akad jual beli tidak fleksibel dalam menghadapi perubahan BI Rate di banding akad bagi hasil. Walaupun angka SMInya paling tinggi, PBS tercatat tidak melaporkan pengeluaran zakat pada tahun 2011 – 2013 dan baru melaporkan pengeluran zakat pada tahun 2014. Pada tahun 2014 pula PBS mulai meningkatkan pemberian beasiswa secara signifikan.
96
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengukuran kinerja profitabilitas bank umum syariah (BUS) dapat diukur menggunakan teknik CPI (comparative performance index). Nilai rata-rata CPI BUS di Indonesia pada periode 2011 – 2014 adalah sebesar 52,40. BUS yang mendapatkan nilai CPI tertinggi adalah BMS dengan nilai CPI sebesar 82,99 sedangkan BUS dengan nilai CPI terendah adalah BSB dengan nilai CPI sebesar 33,31. 2. Pengukuran
kinerja
maqashid
syari’ah
BUS
dapat
diukur
menggunakan teknik SMI (sharia maqasid index). Nilai rata-rata SMI BUS di Indonesia pada periode 2011 – 2014 adalah sebesar 0,27358. BUS yang mendapatkan nilai SMI tertinggi adalah PBS dengan nilai SMI sebesar 0,31154 sedangkan BUS dengan nilai SMI terendah adalah MSI dengan nilai SMI sebesar 0,23495. 3. Perbandingan antara pengukuran kinerja keuangan (CPI) dengan kinerja sharia maqasid index (SMI) BUS di Indonesia dapat dilihat menggunakan diagram kartesius. Diagram kartesius membagi BUS ke
97
dalam empat kuadran, kuadran kiri atas (CPI tinggi dengan SMI rendah), kuadran kiri bawah (CPI rendah dengan SMI rendah), kuadran kanan atas (CPI tinggi dengan SMI tinggi) dan kuadran kanan bawah (CPI rendah dengan SMI tinggi). Hasil pengolahan data menempatkan 3 BUS berada pada kuadran kiri atas yaitu BNIS, MSI dan BMIS. 2 BUS berada pada kuadran kiri bawah yaitu BVS dan BSB. 3 BUS berada pada kuadran kanan atas yaitu PBS, BMI dan BSM. Serta 3 BUS berada pada kuadran kanan bawah yaitu BJBS, BCAS dan BRIS. B. Saran Setelah melakukan proses pengolahan data dan mendapatkan kesimpulan dari penelitian ini maka saran-saran yang dapat disampaikan oleh penulis adalah sebagai berikut : 1. Dewan Pengawas Syariah (DPS) diharapkan memiliki andil yang lebih besar dalam memastikan terlaksananya maqashid syari’ah di industri perbankan syariah. Peran DPS untuk memastikan operasional BUS yang sesuai kaidah syariah perlu ditingkatkan agar operasional BUS tidak semata menaati halal-haram yang diamanatkan syariat tetapi operasional BUS harus diilhami oleh maqashid syari’ah yang bersifat fleksibel dan dinamis serta memberikan kemaslahatan yang lebih luas.
98
2. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diharapkan memiliki peran dalam mengawasi BUS terutama dalam transparansi laporan keuangan. OJK harus memastikan agar BUS mempublikasikan laporan keuangannya tepat waktu selain itu OJK harus mewajibkan BUS untuk mencantumkan komponen tentang sharia maqasid index dalam laporan keuangannya. Karena terdapat temuan dimana ada beberapa BUS yang tidak mempublikasikan laporan tahunannya maupun komponen-komponen menyangkut sharia maqasid index dalam laporan keuangannya. 3. Industri perbankan syariah. Sebagai institusi perbankan, perbankan syariah diharapkan mampu mencetak laba demi tumbuh kembang dan keberlangsungan perusahaan. Sebagai entitas syariah, perbankan syariah
diharapkan
untuk
mentaati
kaidah
syariah
dalam
operasionalnya serta memberikan kemaslahatan kepada shareholder maupun stakeholdernya. Industri perbankan
syariah tidak boleh
timpang sebelah dalam menjalankan perannya, perbankan
syariah
harus memiliki kinerja yang seimbang antara mencari laba dengan memberikan kemaslahatan.
99
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Dzikron. ” Kinerja perbankan syariah Indonesia ditinjau dari Maqashid Syari’ah : Pendekatan Syari’ah Maqashid Index.” Skripsi
S1
Fakultas
Syariah dan Hukum, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014.
Abu Zahrah, Muhammad. Ushul Fiqih. Jakarta : Pustaka Firdaus, 2014 Adawiyah, Rofi’atul dkk. Decision support system perencanaan studi lanjut bagi tenaga pendidik berdasarkan kualifikasi bidang dengan metode Composite Performance Index”, Repositori Jurnal Mahasiswa PTIIK Universitas Brawijaya Volume 4 Nomor 5, 2014. Afrinaldi, “Analisa Kinerja perbankan syariah Indonesia Ditinjau dari Maqashid Syari’ah : Pendekatan Sharia Maqasid Index (SMI) dan Profitabilitas Bank Syariah,” Proceeding Paper 24 Finalis Forum Riset Ekonomi dan Keuangan Syariah kedua, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 13-14 November 2013. Antonio, Muhammad Syafii, dkk. “An Analysis of Islamic Banking Performance: Maqashid Index Implementation in Indonesia and Jordania, Journal of Islamic Finance, Vol.1 No. 1, 2012. Badreldin, Ahmed Mohamed “Measuring the performance of Islamic Banks by Adapting Conventional Ratios”. Working Paper Faculty of Management Technology, German University in Cairo. No. 16 (October 2009).
100
Bedoui, M. Houssem Eddine dan Walid Mansour, “Islamic banks performance and Maqashid al Shari’ah”. 9th Asia-Pacific Economic Association Conference, Osaka University. 27-28 Juli 2013.
Fauzia, Ika Yunia & Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqashid al-Syariah. Jakarta : Kencana, 2014.
Ihsan, Dwi Nuraini. Analisis Laporan Keuangan perbankan syariah. Tangerang Selatan : UIN Jakarta Press, 2013.
Ismail. perbankan syariah. Jakarta : Kencana, 2011. Jazil, Thuba & Syahruddin, “The Performance Measures of Selected Malaysian and Indonesian Islamic Banks based on the Maqashid al-Shari’ah Approach”, Jurnal Hukum dan Ekonomi : Ijtihad, Vol.7 No. 2, 2013. Jumansyah & Ade Wirman Syafei, “Analisis Penerapan Good Governance Business Syariah dan Pencapaian Maqashid Sharia Bank Syariah di Indonesia”, Jurnal Al Azhar Indonesia seri pranata sosial, Vol.2 No. 1, 2013.
Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Rajawali Pers, 2009.
Machmud, Amir & H.Rukmana, Bank Syariah : Teori, Kebijakan dan Studi Empiris di Indonesia. Jakarta : Erlangga, 2010. Mingka, Agustianto. Maqashid Syari’ah Dalam Ekonomi dan Keuangan Syariah. Jakarta : Iqtishad Publlishing, 2013.
101
Rivai, Veithzal, dkk. Bank and Financial Institution Management : Conventional and Sharia System. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007.
Rochaety,Ety dkk. Metodologi Penelitian Bisnis dengan aplikasi SPSS. Jakarta : Mitra Wacana Media, 2007. Rusydiana, Aam Slamet. “Maqashid Syari’ah Indeks sebagai ukuran kinerja perbankan
”,
artikel
diakses
pada
15
Januari
2015
dari
http://www.aamslametrusydiana.com/2014/03/maqhasid-syariah-indekssebagai-ukuran.html
Sekaran, Uma. Research Methods for Business (Metode penelitian untuk bisnis) Buku 2 Edisi 4. Jakarta : Salemba Empat, 2006.
Supriyanto. Metodologi Riset Bisnis. Jakarta : PT Indeks, 2009.
Teguh, Muhammad. Metode Kuantitatif untuk analisis Ekonomi dan Bisnis. Jakarta : Rajawali Pers, 2014. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah
Wangsawidjaja Z, A. Pembiayaan Bank Syariah. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2012. Omar, dkk.“The Performance Measures of Islamic Banking Based on the Maqashid Framework,” 4th International Islamic University Malaysia (IIUM), International Accounting Conference (INTAC), Putra Jaya Marroit. 24-26 Juni 2008.
102
Omar dan Taib,“Developing Islamic Banking Performance Measures Based on Maqasid Al-Shariah Framework : Cases of 24 selected banks”, 9th Australian Society of Heterodox Economists Conference, UNSW, Sydney, Australia 6-7 Desember 2010.
Otoritas Jasa Keuangan. Statistik perbankan OJK, 2015.
Indonesia, Desember 2014. Jakarta :
103
LAMPIRAN Lampiran 1 : Rasio Profitabilitas 2011 – 2014 (Dalam %)
BCAS ROA ROE NOM BOPO
2011 0,90 2,30 11,30 91,72
2012 0,80 2,80 9,60 90,87
2013 1,00 4,30 7,70 86,91
2014 0,80 2,90 6,38 88,11
Rata- rata 0,88 3,08 8,75 89,40
BJBS ROA ROE NOM BOPO
2011 1,23 3,65 7,84 84,07
2012 -0,59 -3,26 7,41 110,34
2013 0,91 4,65 6,65 85,76
2014 0,72 3,73 8,34 91,01
Rata- rata 0,57 2,19 7,56 92,80
BMS ROA ROE NOM BOPO
2011 1,58 16,89 15,33 90,80
2012 3,81 57,98 13,94 77,28
2013 2,33 26,23 10,66 86,09
2014 0,29 2,50 8,33 97,61
Rata- rata 2,00 25,90 12,07 87,95
BMI ROA ROE NOM BOPO
2011 1,52 20,79 5,01 85,52
2012 1,54 29,16 4,64 84,47
2013 1,37 32,87 4,64 85,12
2014 0,17 2,13 3,36 97,33
Rata- rata 1,15 21,24 4,41 88,11
BNIS ROA ROE NOM BOPO
2011 1,29 6,63 8,07 87,86
2012 1,48 10,18 11,03 85,39
2013 1,37 11,73 9,51 83,94
2014 1,27 13,98 9,04 85,03
Rata- rata 1,35 10,63 9,41 85,56
104 BRIS ROA ROE NOM BOPO
2011 0,20 1,19 6,99 99,56
2012 1,19 10,41 7,15 86,63
2013 1,15 10,20 6,27 90,42
2014 0,08 0,44 6,04 99,47
Rata- rata 0,66 5,56 6,61 94,02
BSB ROA ROE NOM BOPO
2011 0,52 6,19 3,43 93,86
2012 0,55 7,32 3,94 91,59
2013 0,69 7,63 3,86 92,29
2014 0,27 2,44 2,76 96,73
Rata- rata 0,51 5,90 3,50 93,62
BSM ROA ROE NOM BOPO
2011 1,95 24,24 7,48 76,44
2012 2,25 25,05 7,25 73,00
2013 1,53 15,34 7,25 84,03
2014 0,17 1,49 6,19 98,49
Rata- rata 1,48 16,53 7,04 82,99
BVS ROA ROE NOM BOPO
2011 6,93 18,69 2,12 86,40
2012 1,43 9,24 2,36 87,90
2013 0,50 3,70 2,96 91,95
2014 -1,87 -17,61 3,34 143,31
Rata- rata 1,75 3,51 2,70 102,39
MSI ROA ROE NOM BOPO
2011 3,57 4,92 5,92 55,18
2012 2,88 4,93 5,78 53,77
2013 2,87 5,05 5,61 67,79
2014 3,61 6,83 6,65 69,6
Rata- rata 3,23 5,43 5,99 61,59
PBS ROA ROE NOM BOPO
2011 1,75 2,80 7 74,30
2012 3,29 7,75 6,67 50,76
2013 1,03 4,44 4,26 81,31
2014 1,99 7,66 5,88 68,47
Rata- rata 2,02 5,66 5,95 68,71
105
Lampiran 2 : Data elemen rasio kinerja Maqashid Syari’ah (dalam jutaan rupiah)
BCAS 2011 2012 Education Grant 10 0 Research Expense 0 0 Training Expense 1,170 1,047 Publicity Expense 806 1,203 Total Expense 54,573 70,165 PER 0 0 Net or Investment Income 0 0 Mudharabah & Musyarakah Modes 206,686 464,381 Total Investment Modes 675,875 999,375 Interest Free Income 99,871 131,489 Total Income 99,871 131,490 Zakah Paid 9 26 Net Asset 1.046,882 1.345,387 Net Income 6,773 8,360 Total Asset 1.217,097 1.602,181 Investment in real economic sector 675,875 999,375 Total Investment 1.183,882 1.571,851
2013 0 0 0,937 649 79,476 0 0 734,409 1.405,834 170,709 170,710 26 1.766,419 12,701 2.041,419 1.405,834 1.997,061
2014 0 0 1,034 1,064 95,223 0 0 999,276 2.113,136 245,588 245,589 33 2.670,032 12,950 2.994,449 2.113,136 2.939,494
106
BJBS Education Grant Research Expense Training Expense Publicity Expense Total Expense PER Net or Investment Income Mudharabah & Musyarakah Modes Total Investment Modes Interest Free Income Total Income Zakah Paid Net Asset Net Income Total Asset Investment in real economic sector Total Investment
2011 0 0 0 1,838 136,301 0 0 489,835 1.732,793 265,207 265,208 0 2.499,183 18,395 2.849,451 1.732,793 2.791,493
BMS Education Grant Research Expense Training Expense Publicity Expense Total Expense PER Net or Investment Income Mudharabah & Musyarakah Modes Total Investment Modes Interest Free Income Total Income Zakah Paid Net Asset Net Income Total Asset Investment in real economic sector Total Investment
2011 0 0 5,369 9,655 1.343,845 0,000 0,000 68,114 4.009,987 982,606 982,683 1,848 3.745,393 53,867 5.564,662 4.009,987 5.289,356
2012 19 22 0 1,848 243,824 0 0 1.070,668 2.833,960 371,052 371,056 0 3.666,866 -0,018 4.239,449 2.833,960 4.023,977
2012 200 0 4,526 10,282 1.722,559 0,000 0,000 33,276 6.077,426 1.302,342 1.302,394 6,326 6.046,617 184,872 8.163,668 6.077,426 7.203,091
2013 12 0 0 7,062 248,582 0 0 1.247,135 3.533,815 528,198 528,296 3 3.983,901 28,316 4.695,088 3.533,815 4.435,058
2014 38 0 0 13,947 360,167 0 0 1.257,250 4.300,969 742,496 742,716 0 3.691,108 14,473 4.275,097 4.300,969 5.803,836
2013 1,185 0 2,866 8,175 2.232,290 0,000 0,000 41,907 7.018,021 1.692,134 1.692,263 5,121 7.216,234 149,540 9.121,576 7.018,021 8.574,954
2014 1,252 0,000 4,271 6,077 1.707,274 0,000 0,000 39,553 5.301,184 1.381,129 1.381,295 598 5.750,144 17,396 7.042,486 5.301,184 6.498,485
107
BMI Education Grant Research Expense Training Expense Publicity Expense Total Expense PER Net or Investment Income Mudharabah & Musyarakah Modes Total Investment Modes Interest Free Income Total Income Zakah Paid Net Asset Net Income Total Asset Investment in real economic sector Total Investment
2011 15,363 4,419 17,481 47,291 1.167,037 0 0 9.675,116 22.052,784 2.695,441 2.696,051 4,406 28.206,077 273,622 32.479,507 22.052,784 31.033,309
2012 17,300 2,351 15,272 59,548 1.422,213 0 0 14.805,385 32.419,670 3.401,995 3.404,276 6,841 36.738,925 389,414 44.854,413 32.419,670 42.769,080
2013 1,916 2,869 45,044 75,227 2.390,933 0 0 20.026,125 40.037,854 4.726,744 4.727,699 9,735 43.848,292 165,144 53.723,979 40.037,854 49.250,708
2014 5,474 3,520 14,535 70,811 2.070,349 0 0 21.273,144 41.864,263 5.546,278 5.547,915 11,896 52.950,167 57,173 62.413,310 41.864,263 56.435,803
BNIS Education Grant Research Expense Training Expense Publicity Expense Total Expense PER Net or Investment Income Mudharabah & Musyarakah Modes Total Investment Modes Interest Free Income Total Income Zakah Paid Net Asset Net Income Total Asset Investment in real economic sector Total Investment
2011 2012 2013 2014 6,266 2,012 0,150 1,210 0 0 0 0 7,816 30,630 29,779 27,349 30,706 50,420 46,928 59,685 548,970 735,620 923,584 1.219,259 0 0 0 0 0 0 0 0 945,336 1.253,595 1.768,300 2.421,699 5.189,589 7.513,233 11.051,094 14.786,638 847,578 1.024,339 1.480,709 2.133,481 847,578 1.024,593 1.480,830 2.133,482 2,579 2,596 4,538 5,524 7.164,904 8.459,655 10.869,832 16.407,565 66,354 101,892 117,462 163,251 8.466,887 10.645,313 14.708,504 19.492,112 5.189,589 7.513,233 11.051,094 14.786,638 8.106,170 10.109,843 14.031,538 18.886,534
108
BRIS 2011 2012 2013 Education Grant 0 0 304 Research Expense 0 0 0 Training Expense 19,840 6,262 15,821 Publicity Expense 26,923 12,399 27,614 Total Expense 675,298 851,756 931,831 PER 0 0 0 Net or Investment Income 0 0 0 Mudharabah & Musyarakah Modes 1.721,836 2.597,083 3.970,205 Total Investment Modes 9.031,860 11.165,356 13.917,594 Interest Free Income 1.153,904 1.517,403 1.882,602 Total Income 1.153,931 1.517,450 1.882,939 Zakah Paid 1,649 2,965 5,541 Net Asset 8.970,533 10.657,175 12.896,399 Net Income 11,654 101,888 129,564 Total Asset 11.200,823 14.088,914 17.400,914 Investment in real economic sector 9.031,860 11.165,356 13.917,594 Total Investment 10.674,933 13.698,369 16.908,105
BSB Education Grant Research Expense Training Expense Publicity Expense Total Expense PER Net or Investment Income Mudharabah & Musyarakah Modes Total Investment Modes Interest Free Income Total Income Zakah Paid Net Asset Net Income Total Asset Investment in real economic sector Total Investment
2011 0 0 1,866 1,709 97,699 0 0 5,459 1.900,994 245,306 245,604 0 255,774 12,209 2.730,027 1.900,994 2.479,222
2012 0 0 2,393 3,169 123,611 0 0 5,723 2.596,229 311,220 311,295 0 273,072 17,298 3.616,108 2.596,229 3.376,886
2013 0 0 2,839 4,821 157,597 0 0 1.072,100 3.224,736 401,503 401,561 0 3.324,176 19,548 4.343,069 3.224,736 4.050,851
2014 250 0 11,862 29,333 1.136,432 0 0 4.881,619 15.414,781 2.149,880 2.150,041 6,934 14.734,659 6,577 20.343,249 15.414,781 19.511,497
2014 0 0 2,504 4,182 158,510 0 0 1.433,741 3.649,936 502,834 502,964 0 4.331,621 8,662 5.161,300 3.649,936 4.834,196
109
BSM Education Grant Research Expense Training Expense Publicity Expense Total Expense PER Net or Investment Income Mudharabah & Musyarakah Modes Total Investment Modes Interest Free Income Total Income Zakah Paid Net Asset Net Income Total Asset Investment in real economic sector Total Investment
2011 14,432 2,952 56,504 108,094 2.312,115 0 0 9.702,953 35.752,211 4.859,777 4.860,388 19,178 41.630,811 551,070 48.671,950 35.752,211 45.726,269
BVS Education Grant Research Expense Training Expense Publicity Expense Total Expense PER Net or Investment Income Mudharabah & Musyarakah Modes Total Investment Modes Interest Free Income Total Income Zakah Paid Net Asset Net Income Total Asset Investment in real economic sector Total Investment
2012 9,250 5,785 49,211 107,456 2.792,164 0 0 10.210,578 43.492,879 5.830,994 5.831,448 28,132 45.060,765 805,691 54.229,396 43.492,879 51.106,765
2011 0 0 0 199 16,638 0 0 18,428 214,281 69,000 69,072 30 577,373 20,559 642,026 214,281 621,234
2013 9,453 1,997 42,887 81,185 3.653,577 0 0 10.752,405 48.936,950 6.641,018 6.641,209 22,662 52.935,676 651,240 63.965,361 48.936,950 60.197,756
2014 12,517 2,408 27,761 55,512 4.000,801 0 0 10.337,085 47.394,688 6.564,712 6.565,154 2,815 58.612,466 71,778 66.942,422 47.394,688 62.869,464
2012 2013 2014 0 0 0 0 0 0 0 650 282 146 407 1,733 34,369 50,600 74,266 0 0 0 0 0 0 79,562 275,053 585,405 476,814 848,898 1.042,883 88,615 112,741 153,584 88,615 112,741 153,584 91 0 0 777,724 1.203,764 1.355,746 10,164 6,363 -19,338 939,472 1.323,398 1.439,983 476,814 848,898 1.042,883 913,946 1.088,577 1.289,269
110
MSI 2011 2012 2013 2014 Education Grant 13 300 385 50 Research Expense 0 0 0 0 Training Expense 819 1,199 1,323 1,338 Publicity Expense 1,117 1,021 1,279 2,006 Total Expense 53,749 67,360 75,093 71,304 PER 0 0 0 0 Net or Investment Income 0 0 0 0 Mudharabah & Musyarakah Modes 0 0 0 253,528 Total Investment Modes 998,637 1.372,138 1.435,989 1.617,548 Interest Free Income 106,627 135,607 156,994 176,847 Total Income 106,927 135,618 157,022 176,874 Zakah Paid 0 0 0 0 Net Asset 1.079,523 1.524,168 1.763,186 1.936,279 Net Income 40,269 40,352 41,367 55,953 Total Asset 1.692,959 2.062,552 2.299,971 2.449,723 Investment in real economic sector 998,637 1.372,138 1.435,989 1.617,548 Total Investment 1.656,221 2.033,919 2.264,426 2.424,503
PBS 2011 2012 2013 Education Grant 0 0 9 Research Expense 0 0 0 Training Expense 712 481 1,019 Publicity Expense 255 331 1,188 Total Expense 35,568 87,832 177,335 PER 0 0 0 Net or Investment Income 0 0 0 Mudharabah & Musyarakah Modes 318,246 747,315 1.350,048 Total Investment Modes 696,408 1.512,042 2.581,882 Interest Free Income 75,005 152,602 283,846 Total Income 75,005 152,602 283,846 Zakah Paid 0 0 0 Net Asset 988,442 1.927,243 3.650,091 Net Income 9,233 35,057 21,332 Total Asset 1.016,879 2.136,576 4.052,701 Investment in real economic sector 696,408 1.512,042 2.581,882 Total Investment 974,006 2.095,545 3.997,636
2014 192 0 2,462 4,098 312,345 0 0 4.107,127 4.736,314 560,465 560,465 2,455 5.315,932 70,939 6.207,678 4.736,314 6.120,083
111
Lampiran 3 : Rasio kinerja Maqashid Syari’ah periode 2011 – 2014 (%) BCAS Education Grant Research Training Publicity Fair Returns Functional Distribution Interest Free Product Bank's Profit Ratios Personal Income Investment in real sector
2011 2012 2013 2014 0,02% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 2,14% 1,49% 1,18% 1,09% 1,48% 1,71% 0,82% 1,12% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 30,58% 46,47% 52,24% 47,29% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 0,56% 0,52% 0,62% 0,43% 0,001% 0,002% 0,001% 0,001% 57,09% 63,58% 70,40% 71,89%
Rata-Rata 0,00% 0,00% 1,48% 1,28% 0,00% 44,14% 100,00% 0,53% 0,001% 65,74%
BJBS Education Grant Research Training Publicity Fair Returns Functional Distribution Interest Free Product Bank's Profit Ratios Personal Income Investment in real sector
2011 2012 2013 0,00% 0,01% 0,00% 0,00% 0,01% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 1,35% 0,76% 2,84% 0,00% 0,00% 0,00% 28,27% 37,78% 35,29% 100,00% 100,00% 99,98% 0,65% 0,00% 0,60% 0,00% 0,00% 0,00008% 62,07% 70,43% 79,68%
Rata-Rata 0,01% 0,002% 0,00% 2,20% 0,00% 32,64% 99,99% 0,40% 0,00002% 71,57%
2014 0,01% 0,00% 0,00% 3,87% 0,00% 29,23% 99,97% 0,34% 0,00% 74,11%
112
BMS Education Grant Research Training Publicity Fair Returns Functional Distribution Interest Free Product Bank's Profit Ratios Personal Income Investment in real sector
2011 2012 0,00% 0,01% 0,00% 0,00% 0,40% 0,26% 0,72% 0,60% 0,00% 0,00% 1,70% 0,55% 99,99% 100,00% 0,97% 2,26% 0,05% 0,10% 75,81% 84,37%
2013 0,05% 0,00% 0,13% 0,37% 0,00% 0,60% 99,99% 1,64% 0,07% 81,84%
2014 0,07% 0,00% 0,25% 0,36% 0,00% 0,75% 99,99% 0,25% 0,01% 81,58%
Rata-Rata 0,03% 0,00% 0,26% 0,51% 0,00% 0,90% 99,99% 1,28% 0,06% 80,90%
BMI Education Grant Research Training Publicity Fair Returns Functional Distribution Interest Free Product Bank's Profit Ratios Personal Income Investment in real sector
2011 1,32% 0,38% 1,50% 4,05% 0,00% 43,87% 99,98% 0,84% 0,02% 71,06%
2012 1,22% 0,17% 1,07% 4,19% 0,00% 45,67% 99,93% 0,87% 0,02% 75,80%
2013 0,08% 0,12% 1,88% 3,15% 0,00% 50,02% 99,98% 0,31% 0,02% 81,29%
2014 0,26% 0,17% 0,70% 3,42% 0,00% 50,81% 99,97% 0,09% 0,02% 74,18%
Rata-Rata 0,72% 0,21% 1,29% 3,70% 0,00% 47,59% 99,97% 0,53% 0,02% 75,58%
BNIS Education Grant Research Training Publicity Fair Returns Functional Distribution Interest Free Product Bank's Profit Ratios Personal Income Investment in real sector
2011 1,14% 0,00% 1,42% 5,59% 0,00% 18,22% 100,00% 0,78% 0,04% 64,02%
2012 0,27% 0,00% 4,16% 6,85% 0,00% 16,69% 99,98% 0,96% 0,03% 74,32%
2013 2014 0,02% 0,10% 0,00% 0,00% 3,22% 2,24% 5,08% 4,90% 0,00% 0,00% 16,00% 16,38% 99,99% 100,00% 0,80% 0,84% 0,04% 0,03% 78,76% 78,29%
Rata-Rata 0,38% 0,00% 2,76% 5,61% 0,00% 16,82% 99,99% 0,84% 0,04% 73,85%
113
BRIS Education Grant Research Training Publicity Fair Returns Functional Distribution Interest Free Product Bank's Profit Ratios Personal Income Investment in real sector
2011 2012 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 2,94% 0,74% 3,99% 1,46% 0,00% 0,00% 19,06% 23,26% 100,00% 100,00% 0,10% 0,72% 0,02% 0,03% 84,61% 81,51%
2013 0,03% 0,00% 1,70% 2,96% 0,00% 28,53% 99,98% 0,74% 0,04% 82,31%
2014 0,02% 0,00% 1,04% 2,58% 0,00% 31,67% 99,99% 0,03% 0,05% 79,00%
Rata-Rata 0,01% 0,00% 1,60% 2,75% 0,00% 25,63% 99,99% 0,40% 0,03% 81,86%
BSB Education Grant Research Training Publicity Fair Returns Functional Distribution Interest Free Product Bank's Profit Ratios Personal Income Investment in real sector
2011 0,00% 0,00% 1,91% 1,75% 0,00% 0,29% 99,88% 0,45% 0,00% 76,68%
2012 0,00% 0,00% 1,94% 2,56% 0,00% 0,22% 99,98% 0,48% 0,00% 76,88%
2013 0,00% 0,00% 1,80% 3,06% 0,00% 33,25% 99,99% 0,45% 0,00% 79,61%
2014 0,00% 0,00% 1,58% 2,64% 0,00% 39,28% 99,97% 0,17% 0,00% 75,50%
Rata-Rata 0,00% 0,00% 1,81% 2,50% 0,00% 18,26% 99,95% 0,39% 0,00% 77,17%
BSM Education Grant Research Training Publicity Fair Returns Functional Distribution Interest Free Product Bank's Profit Ratios Personal Income Investment in real sector
2011 0,62% 0,13% 2,44% 4,68% 0,00% 27,14% 99,99% 1,13% 0,05% 78,19%
2012 2013 0,33% 0,26% 0,21% 0,05% 1,76% 1,17% 3,85% 2,22% 0,00% 0,00% 23,48% 21,97% 99,99% 100,00% 1,49% 1,02% 0,06% 0,04% 85,10% 81,29%
2014 0,31% 0,06% 0,69% 1,39% 0,00% 21,81% 99,99% 0,11% 0,00% 75,39%
Rata-Rata 0,38% 0,11% 1,52% 3,03% 0,00% 23,60% 99,99% 0,94% 0,04% 79,99%
114
BVS Education Grant Research Training Publicity Fair Returns Functional Distribution Interest Free Product Bank's Profit Ratios Personal Income Investment in real sector
2011 2012 2013 2014 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 1,29% 0,38% 0,00% 0,42% 0,81% 2,33% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 8,60% 16,69% 32,40% 56,13% 99,90% 100,00% 100,00% 100,00% 3,20% 1,08% 0,48% -1,34% 0,01% 0,01% 0,00% 0,00% 34,49% 52,17% 77,98% 80,89%
Rata-Rata 0,00% 0,00% 0,42% 0,89% 0,00% 28,46% 99,97% 0,86% 0,00% 61,38%
MSI Education Grant Research Training Publicity Fair Returns Functional Distribution Interest Free Product Bank's Profit Ratios Personal Income Investment in real sector
2011 0,02% 0,00% 1,52% 2,08% 0,00% 0,00% 99,72% 2,38% 0,00% 60,30%
2014 0,07% 0,00% 1,88% 2,81% 0,00% 15,67% 99,98% 2,28% 0,00% 66,72%
Rata-Rata 0,26% 0,00% 1,74% 2,03% 0,00% 3,92% 99,92% 2,10% 0,00% 64,47%
2011 2012 2013 2014 0,00% 0,00% 0,00% 0,06% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 2,00% 0,55% 0,57% 0,79% 0,72% 0,38% 0,67% 1,31% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 45,70% 49,42% 52,29% 86,72% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 0,91% 1,64% 0,53% 1,14% 0,00% 0,00% 0,00% 0,05% 71,50% 72,16% 64,59% 77,39%
Rata-Rata 0,02% 0,00% 0,98% 0,77% 0,00% 58,53% 100,00% 1,05% 0,01% 71,41%
PBS Education Grant Research Training Publicity Fair Returns Functional Distribution Interest Free Product Bank's Profit Ratios Personal Income Investment in real sector
2012 0,45% 0,00% 1,78% 1,52% 0,00% 0,00% 99,99% 1,96% 0,00% 67,46%
2013 0,51% 0,00% 1,76% 1,70% 0,00% 0,00% 99,98% 1,80% 0,00% 63,42%
115
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Muhammad Wahyu Syahputra
NIM
: 1111046100133
Tempat, Tanggal Lahir
: Jakarta, 19 Maret 1994
Program Studi
: Muamalat (Ekonomi Islam)
Konsentrasi
: perbankan syariah
Alamat Rumah
: Jl. Kemandoran VIII No.32a RT.007/003 Kelurahan Grogol Utara, Kecamatan Kebayoran Lama. Kota Jakarta Selatan.
Nomor Hp
: 0857-1860-8758
Nama Ayah
: Su’bah
Nama Ibu
: Nurwani
Alamat Orangtua
: Jl. Kemandoran VIII No.32a RT.007/003 Kelurahan Grogol Utara, Kecamatan Kebayoran Lama. Kota Jakarta Selatan.
Nomor Hp Orangtua
: 0815-1062-5422 (Ayah) 0857-1146-9737 (Ibu)