JURNAL ILMIAH AKUNTANSI BISNIS & KEUANGAN (JIABK), Volume 1, Issue 1, FEBRUARI 2015 ISSN 2355-9047
1
ANALISIS KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN DU PONT SYSTEM PADA PT. TIMAH 2009 – 2013 (Studi Kasus Pada PT. TIMAH ,Tbk, Bangka Belitung Periode 2009 – 2013) CLAUDYA LAURENT FERY PANJAITAN YENFI Acounting Program STIE-IBEK Bangka Belitung Pangkal Pinang,Indonesia
[email protected] Abstract- The purpose of this study is trying to measures the company financial performance, with the instrument called Du Pont Method at PT. Tambang Timah, Bangka Belitung.Beginning analyzing a financial report as a secondary data, the study conclude by using a quantitatively descriptive approachment. The researcherhas to analyzethe financial statements; balance sheet and income statementwith periode of fiscal year of 2009 through 2013. The analyzing was conducted by by the method of Du Pont.The study results show that by obtaining by Du Pont Method, the financial performance at PT. Tambang Timah is considered. It can be seen rom ATO ratio down over the last few year, in 2009:2013 with an average decrease o 0.385 however PT. Tambang Timah should pay more attention toward their Asset Turnover Ratio. The reason is because the result from analyzing is an ‘Alert Status’. Based on the conclusions of PT. Tambang Timah should further optimize the use of assets on their productivity, in order to make a financial performance of company more better in future. Keywords—Performance, Methods Du Pont, ROE, NPM, ATO, EM
I.PENDAHULUAN Di era globalisasi ini perkembangan terhadap dunia usaha terlihat berkembang pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan–perusahaan yang bermunculan seiring dengan berjalannya waktu, yang mana diketahui bahwa segala aktivitas dari perusahaan–perusahaan tersebut adalah bertujuan untuk mendapatkan laba atau p r o f i t secara maksimal, yang mana pada akhirnya akan menciptakan kesejahteraan baik bagi perusahaan maupun bagi karyawan, oleh karena itu maka perusahaan terutama pihak manajemen dituntut harus dapat memahami kinerja keuangan suatu perusahaan, yang mana dapat mengevaluasi dan menganalisis kinerja keuangan, serta dapat mengambil langkah–langkah yang tepat dalam rangka mengambil suatu keputusan, sebagai acuan perkembangan masa depan perusahaan tersebut. Untuk dapat menilai serta menganalisis kinerja keuangan tersebut, maka dibutuhkannya suatu informasi yang tepat guna dan akurat, dalam hal ini informasi mengenai laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan wadah untuk mengkomunikasikan penilaian suatu kinerja keuangan perusahaan karena tanpa adanya laporan keuangan maka kegiatan perusahaan atau organisasi selama setahun atau periode tertentu menjadi tidak berarti. Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil akhir dari proses akuntansi pada suatu periode tertentu yang
merupakan hasil pengumpulan data keuangan yang disajikan dalam bentuk laporan keuangan ataupun ikhtisar lainnya yang dapat digunakan sebagai alat bantu bagi para pemakai di dalam menilai kinerja keuangan perusahaan sehingga dapat mengambil keputusan dengan tepat. Laporan keuangan dapat dianalisis untuk melihat kondisi perusahaan, jenis analisis bervariasi sesuai dengan kepentingan pihak-pihak yang melakukan analisis, yang pada umumnya terdiri dari laporan neraca dan laporan laba/rugi. Laporan neraca dan laba/rugi ini bersifat saling berkaitan dan melengkapi. Neraca menggambarkan keadaan keuangan suatu perusahaan pada periode tertentu, sedangkan laporan laba rugi menunjukkan hasil usaha dan biaya-biaya selama periode akutansi. Laporan keuangan tersebut akan lebih informatif dan bermanfaat, maka pihak-pihak yang berkepentingan terhadap informasi keuangan harus melakukan analisa terlebih dahulu (Theresia Devi Silviana: 2012). Analisis laporan keuangan merupakan proses yang berguna untuk memeriksa data keuangan historis dan saat sekarang yang bertujuan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan serta dapat mengestimasi risiko serta potensi di masa yang akan datang. Analisis laporan keuangan dapat menghasilkan informasi yang penting mengenai kualitas maupun kinerja perusahaan serta kekuatan dan kelemahan posisi keuangan suatu perusahaan. Analisis laporan keuangan bukan merupakan kegiatan yang berdiri sendiri atau berakhir begitu saja, tetapi merupakan suatu upaya untuk memahami dan menilai karakteristik serta kinerja keuangan dengan hubungan timbal balik yang erat. Ada beberapa metode analisis keuangan, yang mana diantaranya rasio keuangan. Tujuan rasio ini adalah untuk mengukur naik turunnya nilai saham perusahaan dan deviden yang diperoleh jika dibandingkan dengan harga pasar yang berlaku. Analisis keuangan sangat bermanfaat untuk membandingkan kinerja perusahaan antar periode atau antar perusahaan yang lainnya yang sejenis atau mengevaluasi proyek investasi. Metode umum dipakai dalam evaluasi kinerja perusahaan adalah membandingkan seluruh sumber daya yang digunakan dengan laba yang diperoleh. Model pengukuran yang dipakai adalah analisis tingkat pengembalian investasi (ROI: Return On Invesment). Analisis Keuangan lain yang banyak digunakan oleh sebagian besar perusahaan adalah metode Du Pont. Metode ini menggabungkan rasio aktifitas dengan profit margin dan
www.stie-ibek.ac.id ©2015. Jurnal Ilmiah Progresif Akuntansi Bisnis STIE-IBEK
menunjukkan bagaimana rasio-rasio tersebut berinteraksi untuk menentukan profitabilitas yang dimiliki perusahaan (Fredy Rangkuti: 2013). Analisis rasio keuangan dipergunakan oleh pihak manajemen perusahaan untuk membandingkan rasio pada saat sekarang dengan rasio pada saat yang akan datang. Adapun bagi investor adalah membandingkan rasio keuangan satu perusahaan/industri dengan perusahaan/industri lain yang sejenis dengan maksud nantinya akan bisa memberikan suatu analisis perbandingan yang memperlihatkan perbedaan dalam kinerja keuangan (Irham Fahmi: 2013). Menilai kinerja sebuah badan usaha dapat menggunakan ukuran tingkat pengembalian atas investasi atau ROI yang memiliki beberapa manfaat. Manfaat dan kelebihan tersebut tinggal dipertimbangkan besar kecilnya oleh setiap pihak yang mempergunakan ukuran ini. Jika perusahaan menggunakan metode asset bersih sebagai dasar pembagi dalam menghitung ROI, sebenarnya dari tahun ke tahun akan terjadi peningkatan R O I dengan sendirinya. Karena itu, kenaikan R O I dari waktu ke waktu yang dilaporkan suatu badan usaha, harus lebih diteliti untuk melihat penyebab kenaikan ROI (Rudianto:2013). Untuk menghindari asumsi ROI yang keliru, analisis mendalam tentang R O I diperlukan. Pada tahun 1920-an perusahaan DuPont menciptakan metode analisis untuk mengetahui kualitas ROI, yaitu untuk mengetahui dari mana profit berasal (Desmond Wira: 2014). Analisis sistem Du Pont ini bersifat menyeluruh karena mencakup tingkat efisiensi perusahaan dalam penggunaan aktivanya serta dapat mengukur tingkat profit/laba atas penjualan produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Sistem D u P o n t merupakan cara tersendiri dalam menganalisis laporan keuangan dengan pendekatan terpadu menggunakan rasio keuangan. Analisis sistem Du Pont menggabungkan rasio aktivitas dan marjin laba, dan menunjukkan bagaimana rasio tersebut berinteraksi untuk menentukan Return On Investment yaitu profitabilitas aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan. Jika rasio perputaran aktiva dikalikan dengan marjin laba perusahaan, maka hasilnya adalah tingkat pengembalian aktiva/ROI. Maka dari itu semakin besar ROI maka semakin baik pula perkembangan perusahaan tersebut dalam mengelola asset yang dimilikinya untuk menghasilkan laba. Hal ini disebabkan karena R O I tersebut terdiri dari beberapa unsur yaitu penjualan, aktiva yang digunakan, dan laba atas penjualan yang diperoleh perusahaan. Angka R O I ini akan memberikan informasi yang penting jika dibandingkan dengan pembanding yang digunakan sebagai standar. Maka perbandingan R O I selama beberapa periode berturut-turut akan lebih akurat. Berdasarkan dari kecenderungan ROI ini dapat dinilai perkembangan efektivitas operasional usaha perusahaan, apakah menunjukkan kenaikan atau penurunan. Sistem Du Pont sering digunakan untuk pengendalian divisi prosesnya disebut dengan pengendalian terhadap tingkat pengembalian investasi (ROI). Jika ROI untuk divisi terntu berada dibawah angka yang ditargetkan, melalui sistem Du Pont dapat ditelusuri sebab–sebab terjadinya penurunan
ROI (Agnes Sawir: 2005). Maka dari itu Sistem Du Pont ini lebih tepat jika diterapkan pada perusahaan cabang/divisi/departemen/pusat investasi. Melalui analisis ini perusahaan dapat menilai kinerja keuangan divisi/departemen/pusat investasinya dengan melihat efektivitas penggunaan aktiva dalam memperoleh laba bersih, sehingga pada akhirnya perusahaan pusat dapat mengambil kebijaksanaan yang tepat atas divisi/ pusat investasinya. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang mana bertujuan untuk menganalisis kinerja keuangan dengan sistem Du Pont pada PT Tambang Timah. PT Tambang Timah sendiri adalah anak perusahaan dari PT Timah (Persero) Tbk, yang merupakan perusahaan sektor pertambangan yang berlokasi di Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai objek dalam penelitian ini. Adapun judul penelitian yang penulis teliti yaitu:“ A N A L I S I S K I N E R J A K E U A N G A N BERDASARKAN DU PONT SYSTEM PADA PT TAMBANG TIMAH PERIODE 2009–2013’’. 1. Tujuan Penelitian Tujuan suatu penelitian adalah untuk menemukan, mengembangkan serta menguji kebenaran dari suatu pengetahuan. Berdasarkan batasan masalah maka dapat diketahui tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui bagaimana kinerja keuangan perusahaan pada PT Tambang Timah jika diukur dengan Sistem Du Pont pada tahun 20092013.
II.LANDASAN TEORI 1. Pengertian Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akutansi Indonesia No.1 (2004) dinyatakan bahwa “laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan lengkap terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya laporan ekuitas atau laporan arus dana). Catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan”. Irham Fahmi (2013) memberikan pengertian, “laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan yang lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut” Dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah gambaran dari semua kegiatan transaksi usaha selama satu periode yang menghasilkan informasi peningkatan ataupun penurunan kinerja perusahaan, media untuk melihat kondisi dari perusahaan tersebut. a. Laporan Keuangan Komersial Laporan keuangan komersial adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku umum, yang bertujuan untuk menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan bisnis dan ekonomi, khususnya informasi tentang prospek arus kas, posisi keuangan, kinerja
JURNAL ILMIAH AKUNTANSI BISNIS & KEUANGAN (JIABK), Volume 1, Issue 1, FEBRUARI 2015 ISSN 2355-9047
usaha dan aktivitas pendanaan dan operasi (Erly Suandy: 2008) b. Laporan Keuangan Fiskal Laporan keuangan fiskal adalah laporan keuanagn yang di susun sesuai peraturan perpajakan dan digunakan untukkeperluan perhitungan pajak. Undang-undang pajak todak mengatur secara khusus bentuk dari laporan keuangan, hanya memberikan pembatasan untuk halhal tertentu, baik dalam pengakuan penghasilan maupun biaya (Erly Suandy: 2008). c. Tujuan Laporan Keuangan Ikatan Akutansi Indonesia dalam PSAK No.1 (2004) dinyatakan bahwa “tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Informasi tersebut bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas pengguna sumber daya yang dipercayakan kepada mereka” Menurut Irham Fahmi (2013) mengatakan “Tujuan Laporan Keuangan adalah untuk memberikan informasi kepada pihak yang membutuhkan tentang kondisi suatu perusahaan dari sudut angka– angka dalam satuan moneter” Menurut Ryan Ariefiansyah dan Miyosi Margi Utami (2013) menjabarkan “ Tujuan Laporan Keuangan adalah sebagai berikut : 1. Memberikan segala macam informasi keuangan selama kurun waktu tertentu periode akuntansi/satu tahun. 2. Memberikan penelitian tentang kondisi perusahaan pada saat itu, misalnya apakah kondisi perusahaan termasuk sehat atau tidak bila jumlah melebihi jumlah aset atau sebaliknya. 3. Membantu pihak-pihak yang berkepentingan untuk membuat keputusan penting setelah membaca dan menganalisis laporan keuangan” Menurut Rudianto (2013) secara umum laporan keuangan disusun dengan tujuan sebagai berikut : 1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumbersumber ekonomi, dan kewajiban serta modal suatu perusahaan. 2. Untuk memberikan informasi yang dapat di percaya mengenai perubahaan dalam sumber ekonomi suatu perusahaan yang timbul dalam aktivitas usaha dalam rangka memperoleh laba. 3. Untuk memberikan infformasi keuangan yang membantu para pemakai pada akhir siklus akuntansi, akuntan perusahaan harus membuat laporan keuangan perusahaan untuk berbagai pihak yang membutuhkan. 4. Untuk memberikan informasi keuanagn yang membantu para pemakai laporan dalam mengestimasi potensi perusahaan guna menghasilkan laba. 5. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahaan dalam sumber-sumber ekonomi dan kewajiban, seperti informasi mengenai aktivitas pembelanjaan dan investasi. 6. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan
3
untuk kebutuhan pengguna laporan keuangan, seperti informasi mengenai kebijaksanaan akuntansi yang dianut perusahaan. d. Jenis-Jenis Laporan Keuangan Menurut Ryan Ariefiansyah dan Miyosi Margi Utami (2013) secara umum, Laporan Keuangan dibagi menjadi lima, yaitu sebagai berikut : 1. Laporan Laba Rugi Laporan Laba Rugi adalah laporan yang berisi catatan aktivitas atau kegiatan ekonomi perusahaan dalam menjalankan usahanya. Inti dari laporan laba rugi adalah melaporkan semua pemasukan atau pendapatan dengan semua pengeluaran atau beban. 2. Laporan Perubahan Modal Setelah laporan laba rugi dibuat, dibuatlah laporan perubahan modal atau ekuitas. Laba akan menambah modal, sedangkan rugi akan mengurangi modal. Itu sebabnya, laporan laba rugi dibuat terlebih dahulu, yaitu untuk mengetahui apakah perusahaan mengalami kenaikan atau penurunan modal. 3. Neraca Neraca adalah informasi mengenai posisi dan jumlah aktiva, kewajiban atau utang, dan modal yang dimiliki oleh perusahaan. 4. Laporan Arus Kas Perusahaan atau organisasi perlu mengetahui jumlah kas yang benar-benar tersedia pada perusahaan. Untuk itu, dibuatlah laporan arus kas atau laporan yang berisi informasi kegiatan–kegiatan perusahaan yang ada kaitannya dengan penerimaan serta pengeluaran kas. 5. Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan adalah catatan tambahan yang ditulis setelah laporan keuangan sebelumnya. Tujuannya adalah untuk mencatat keterangan yang tidak bisa dituliskan pada laporan keuangan sebelumnya e. Analisis Laporan Keuangan Menurut Syamsuddin (2000) mengemukakan bahwa “Analisis laporan keuangan pada dasarnya merupakan perhitungan rasio-rasio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini dan kemungkinannya di masa depan” Dalam melakukan analisis keuangan adalah dengan cara mempelajari hubungan antara berbagai pos-pos dalam laporan keuangan. Hubungan antara pos-pos tersebut dinyatakan dengan angka yang disebut dengan rasio, yang mana rasio-rasio ini penting bagi analis intern maupun ekstern dalam menilai perusahaan dari laporan keuangan yang diumumkan oleh perusahaan. Salah satu cara dalam melakukan analisis adalah analisis rasio keuangan, yang menghubungan beberapa rasio-rasio keuangan dan saling berkaitan. 2. Pengertian Rasio Keuangan Rasio dapat dipahami sebagai hasil yang diperoleh antara satu jumlah dengan jumlah yang lainnya. Menurut Irham Fahmi (2013) “Rasio disebut sebagai perbandingan jumlah, dari satu jumlah dengan jumlah yang lainnya itulah dilihat perbandingannya dengan harapan nantinya akan ditemukan jawaban selanjutnya”
www.stie-ibek.ac.id ©2015. Jurnal Ilmiah Progresif Akuntansi Bisnis STIE-IBEK
Menurut Irham Fahmi (2013) mengatakan “Rasio Keuangan adalah suatu kajian yang melihat perbandingan antara jumlah-jumlah yang terdapat pada laporan keuangan dengan mempergunakan formulaformula yang dianggap representatif untuk diterapkan”. Analisis laporan keuangan adalah meneliti hubungan yang ada di antara unsur-unsur dalam laporan keuangan, dan membandingkan unsur-unsur pada laporan keuangan tahun berjalan dengan unsurunsur yang sama tahun yang lalu atau angka pembanding lain serta menjelaskan penyebab perubahannya. Analisis laporan keuangan (financial statement analysis) dilakukan agar informasi yang ada dalam laporan keuangan menjadi lebih bermakna bagi keperluan pemakai laporan keuangan untuk membuat keputusan ekonomi (Rudianto: 2013) . a.
Manfaat dan Penggunaan Analisis Rasio Keuangan Manfaat yang bisa diambil dengan dipergunakannya rasio keuangan yaitu : a. Analisis Rasio Keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat menilai kinerja dan prestasi keuangan. b. Analisis Rasio Keuangan sangat bermanfaat untuk pihak manajemen sebagai rujukan untuk membuat perencanaan. c. Analisis Rasio Keuangan dapat dijadikan sebagai alat untukn mengevaluasi kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan. d. Analisis Rasio Keuangan juga bermanfaat bagi para kreditor dapat digunakan untuk memperkirakaan potensi risiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pokok pinjaman. e. Analisis Rasio Keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak stockholder organisasi. (Irham Fahmi: 2013). b. Cara Menganalisa Rasio Keuangan Menurut Farah Margaretha (2004), Adapun beberapa cara untuk menganalisa rasio keuangan , beberapa diantaranya adalah : a. Analisis horizontal/ trend analysis, yaitu membandingkan rasio–rasio keuangan perusahaan dari tahun–tahun yang lalu dengan tujuan agar dapat dilihat t r e n d dari rasio–rasio perusahaan selama kurun waktu tertentu . b. Analisis vertikal, yaitu membandingkan data rasio keuangan perusahaan dengan rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri untuk waktu yang sama. c. The Du Pont chart berupa bagan yang dirancang untuk memperlihatkan hubungan ROI, aset turn over dan profit margin. Adapun du pont equation : ROI = ROA = net profit margin x total assets turnover
3. Pengertian Kinerja Keuangan Menurut Rudianto (2013) mengatakan “kinerja adalah gambaran pencapaian suatu kegiatan atau program dalam mewujudkan isi, misi, tujuan dan sasaran organisasi. Secara sederhana, kinerja adalah prestasi kerja. Kinerja dapat pula diartikan sebagai hasil kerja dari seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi.”
Kinerja Keuangan merupakan gambaran hasil atau prestasi suatu perusahaan pada periode tertentu setelah melakukan aktivitas–aktivitas perusahaan untuk menghasilkan suatu keuntungan secara efisien dan efektif. Penilaian Kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasi suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, serta kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian, penilaian kinerja merupakan suatu proses yang dilakukan untuk menilai pelaksanaan pekerjaan seorang personel atau seluruh organisasi dalam mewudjudkan visi, misi, tujuan dan sasaran organisasi yang tertuang dalam perumusan strategik planning melalui alat ukur keuangan dan nonkeuangan (Rudianto: 2013). Pengukuran kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang penting dan sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk mengetahui serta menganalisis tingkat keberhasilan perusahaanberdasarkan aktivitas keuangan yang telah dilakukakan secara aktual. Informasi kinerja keuangan perusahaan yang penting tentunya tentang profitabilitas yang mana diperlukan untuk menilai perubahan potensi sumber daya ekonomi yang mungkin dapat dikontrol dimasa depan. Serta dapat digunakan untuk memprediksikan kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada dan pertimbangan efektifitas perusahaan memanfaatkan sumber daya. Kinerja keuangan merupakan hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh manajemen perusahaan dalam menjalankan fungsinya mengelola aset perusahaan secara efekti selama periode tertentu. Kinerja keuangan sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk mengetahui dan mengealuasi sampai dimana tingkat keberhasilan perusahaan berdasarkan aktivitas keuangan yang telah dilakukan (Rudianto: 2013). Menurut Arief Sugiono dan Edy Untung (2008), “Analisa kinerja perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan individu yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen atau merupakan suatu catatan hasil yang dicapai dari fungsi suatu aktivitas tertentu selama satu tahun.” a. Manfaat Kinerja Keuangan Menurut Rudianto (2013), “proses penilaian kinerja merupakan aktivitas yang harus dilakukan perusahaan, karena memberikan penilaian kinerja kepada manajer perusahaan merupakan aktivitas yang diperlukan oleh berbagai pihak, mulai dari karyawan, manajer, direksi, komisaris, hingga pemilik perusahaan. Penilaian kinerja digunakan oleh manajemen untuk berbagai manfaat yang saling terkait, yaitu : 1. Mengelola operasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimal 2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti promosi, transfer, dan pemberhentian. 3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan serta untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. 4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerjanya. 5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.” b. Alat Ukur Kinerja Keuangan Untuk mengevaluasi seberapa baik kinerja keuangan perusahaan terdapat beberapa alat ukur atau teknik yang biasa
JURNAL ILMIAH AKUNTANSI BISNIS & KEUANGAN (JIABK), Volume 1, Issue 1, FEBRUARI 2015 ISSN 2355-9047
digunakan oleh perusahaan. Adapun alat ukur yang sering digunakan untuk melakukan analisis keuangan dalam penilaian kinerja keuangan perusahaan, diantaranya : c. Analisis Rasio Keuangan Analisis laporan keuangan merupakan teknik untuk mengetahui secara cepat kinerja keuangan perusahaan. Tujuannya adalah : 1. Mengevaluasi situasi yang terjadi saat ini 2. Memprediksi kondisi keuanagan masa depan Adapun jenis rasio keuangannya : Rasio-rasio dikelompokkan ke dalam 5 kelompok dasar, yaitu : likuiditas, leverage, aktivitas, profitabilitas dan penilaian. 1. Ra si o likuiditas, pada umunya perhatian pertama dari analisa keuangan adalah likuiditas. Apakah perusahaan mampu memenuhi kewajibannya yang akan jatuh tempo? Rasio likuiditas yang umumnya digunakan adalah current ratio. 2. R a s i o leverage, mengukur tingkat solvabilitas suatu perusahaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasi. Dengan demikian solvabilitas berarti kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek. 3. Rasio akitivitas, mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan semua sumber daya yang ada pada pengendaliannya.semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasio-rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan berbagai unsure aktiva, yaitu persediaan, piutang, aktiva tetap, dan aktiva lain. 4. R a s i o profitabilitas, kemampulabaan (profitabilitas) merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio kemampulabaan akan memberi jaawaban akhir tentang eektivitas manajemen perusahaan, rasio ini memberi gambaran tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan. 5. Rasio Penilaian (Valuation Ratio) adalah ukuran yang paling komprehensif untuk menilai hasil kerja perusahaan, karena rasio tersebut mencerminkan kombinasi pengaruh rasio resiko dan rasio hasil pengembalian (Agnes Sawir:2005). d. Analisis Sistem Du Pont Analisis Du Pont pertama kali dikembangkan sekitar tahun 1920-an oleh Donaldson Brown kepala keuangan Du Pont Corporation. Perusahaan Du Pont memperkenalkan suatu metode analisis keuangan yang kemudian diakui kegunaannya oleh sebagian besar di Amerika dan kemudian analisis tersebut dikenal dengan nama analisis Du Pont. Analisis metode Du Pont merupakan pendekatan terpadu analisis rasio keuangan. Termasuk salah satu alat untuk mengevaluasi laporan keuangan berdasarkan komposisi laporan keuangan di mana pos-pos laporan keuangan diurai secara mendetail. Penggunaan analisis Du Pont, selain merupakan suatu metode yang dapat digunakan untuk menganalisis p r o f i t a b l i t a s perusahaan dan tingkat pengembalian ekuitas pemegang saham, adalah sifatnya yang dapat menunjukkan keterkaitan antara rasio hasil pengembalian atas aktiva (ROA) dan rasio hasil pengembalian atas akuitas (ROE).
5
Menurut Desmond (2014), “Mengukur kualitas ROE dengan Du Pont Analysis seperti telah diulas sebelumnya, R O E digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan. Semakin besar ROE berarti semakin baik.” Namun nilai R O E juga dapat meningkat ketika perusahaan mengambil lebih banyak utang, sehingga mengurangi ekuitas pemegang saham. Angka Net Income yang sama dibagi angka Average Shareholder’s Equity yang lebih kecil, akan menghasilkan ROE yang lebih besar. ROE yang besar karena utang yang bertambah akan membuat saham lebih berisiko. Three Steps Du Pont Analysis, untuk menghindari asumsi R O E yang keliru, analisis mendalam tentang ROE diperlukan. Pada tahun 1920-an perusahaan DuPont menciptakan metode analysis untuk mengetahuiu kualitas ROE , yaitu untuk mengetahui dari mana profit berasal. Ada dua varian dari analisis Du Pont, yaitu Three Steps Du Pont Analysis dan Five Steps Du Pont Analysis. Pertamatama, kita akan bahas dahulu metode Three Steps Du Pont Analysis. Three Steps Du Pont Analysis membagi ROE dalam tiga komponen. ROE =(Net profit margin) x ( asset turnover ) x ( equity multiplier ) Dimana tiga komponen tersebut adalah : Net profit margin untuk mengukur efisiensi operasi Asset turnover untuk mengukur efisiensi penggunanan asset Equity multiplier untuk mengukur financial leverage atau banyak tidaknya utang perusahaan. Formula Three Steps Du Pont Analysis bisa didapatkan dengan beberapa langkah. Pertama-tama kita kembali padarumus dasar ROE, yaitu :
Kemudian formula tersebut dikalikan sales/sales) dan (Aset/Aset), yang nilainya masing-masing adalah 1 sehingga tidak mengubah nilai ROE.
Dalam operasi perkalian, angka penyebut bilangan pecahan bisa dipindahkan seperti di bawah ini.
D e n g a n Three Steps Du Pont Analysis dapat disimpulkan bahwa perusahaan dapat memperoleh Return On Equity yang tinggi apabila : 1. Perusahaan tersebut menghasilkan laba bersih yang tinggi 2. Perusahaan tersebut menggunkan asset secara efektif untuk menghasilkan lebih banyak penjualan.
www.stie-ibek.ac.id ©2015. Jurnal Ilmiah Progresif Akuntansi Bisnis STIE-IBEK
3. Perusahaan tersebut memiliki leverage keuangan yang tinggi.
menunjukkan bagaimana rasio-rasio tersebut berinteraksi untuk menentukkan profitabilitas yang dimiliki perusahaan.”
Jika ROE perusahaan naik karena peningkatan laba margin atau efektivitas penggunaan aset, maka hal tersebut adalah tanda yang sangat positif. Sedangkan bila ROE naik karena leverage keuangan, maka saham perusahaan tersebut perlu diwaspadai. Harga saham perusahaan layak didiskon karena lebih berisiko.
Menurut Agnes Sawir (2005 ) “Analisis Du Pont menggabungkan rasio–rasio aktivitas dan profit marjin, dan menunjukkan bagaimana rasio–rasio tersebut berinteraksi untuk menentukan profitabilitas aktiva–aktiva yang dimiliki perusahaan jika rasio perputaraan aktiva dikali kan dengan marjin laba penjualan hasilnya adalah tingkat pengembalian investasi (ROI).”
Three Steps Du Pont Analysis juga bisa digunakan untuk membandingkan historis R O E perusahaan. Misalnya sebuah perusahaan merilis laporan keuangan baru, dimana ROE-nya tidak berubah. Pemeriksaan dengan Three Steps Du Pont Analysis bisa menunjukkan gambaran lengkap. Bisa saja, net profit margin dan asset turnover menurun, tetapi ada peningkatan besar dalam leverage. Sehingga, walaupun ROE tetap, ini akan menjadi pertanda buruk dimasa mendatang. Five Steps Du Pont Analysis, dari Three Steps Du Pont Analysis kita dapat melihat bahwa, net profit margin, asset turnover, dan leverage akan meningkatkan ROE. Namun pada titik tertentu peningkatan l e v e r ag e tidak selalu menunjukkan peningkatan ROE. Karena itulah dikembangkan Five Steps Du Pont Analysis atau sering disebut Extended Du Pont Analysis.
Sistem Du Pont sering digunakan untuk pengendalian divisi, prosesnya disebut dengan pengendalian terhadap tingkat pengembangan investasi ( ROI ). Jika ROI unuk divisi tertentu berada di bawah angka yang ditargetkan, melalui si s t e m D u p o n t dapat ditelusuri sebab-sebab terjadinya penurunan ROI.”
Gambar 2.1 Diagram Metode Du Pont
Pada prinsipnya salah satu komponen dalam Three Steps Du Pont Analysis, yaitu Net Profit Margin dipecah lagi untuk mengetahui bagaimana dampak dari biaya pinjaman yang lebih tinggi. Karena itu Five Steps Du Pont Analysis juga memperhitungkan beban bunga dan beban pajak perusahaan. Rumus dibawah ini adalah Three Steps Du Pont Analysis. ROE =(Net profit margin) x ( asset turnover ) x ( equity multiplier ). Rumus tersebut dikalikan dengan EBT/EBT d a n EBIT/EBIT. Dimana EBT=Earning Before Taxes.
A ngka penyebut bisa dipindahkan sebagai berikut :
Dari Five Steps Du Pont Analysis dapat disimpulkan bahwa perusahaan dapat memiliki R O E yang tinggi jika sebuah perusahaan : 1. Menghasilkan laba bersih setelah beban bunga dan pajak tinggi (EBIT Margin). 2. Memiliki beban bunga pinjaman yang kecil. 3. Memiliki beban pajak yang kecil. 4. Mampu menggunakan aset secara efektif untuk menghasilkan lebih banyak penjualan. 5. Memiliki leverage keuangan yang tinggi. Menurut Freddy Rangkuti (2013 ), “Metode analisis Du Pont adalah metode ini menggabungkan rasio aktivitas dengan profit margin dan
Untung, (2008) “Rasio-rasio yang digunakan dalam Du Pont System adalah sebagai berikut : 1. Asset Turn Over Asset Turn Over menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola seluruh aset/investasi untuk menghasilkan penjualan. 2. Net Profit margin (Return On Sales) Net profit margin manunjukkan untuk menghasilkan berapa besar keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan. 3. Return On Investment ((Return On Asset) Return on investment mengukur tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh aset yang ada. 4. Asset Leverage Sering juga disebut dengan penggadaan ekuitas (equity multiplier), menggambarkan seberapa besar ekuitas atas
JURNAL ILMIAH AKUNTANSI BISNIS & KEUANGAN (JIABK), Volume 1, Issue 1, FEBRUARI 2015 ISSN 2355-9047
modal dibandingkan dengan total aktiva perusahaan atau seberapa besar aktiva dibiayai oleh hutang. 5. Return On Equity Ratio ini mengukur tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh modal yang ada. ROE dalam Du Pont System dihitung dengan mengalikan R O A dengan Equity Multiplier. Maka dengan demikian dapat dirumuskan sebagai berikut :
Jika perusahaan mendanai hanya dengan modal sendiri, maka ROA= ROE karena total aktivanya sama dengan total ekuitas. Tetapi jika perusahaan menggunakan hutang, maka ROE > ROA, efek penggunaan hutang terhadap ROE digambarkan oleh pengganda ekuitas (equity multiplier).
7
Jadi kesimpulannya, Du Pont system memberikan suatu kerangka analisa yang menghubungkan berbagai macam rasio, yaitu menghubungkan mata rantai net profit margin (yang mengukur profitabilitas) dengan asset turn over (yang mengidentifikasikan efisiensi perusahaan dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan penjualan).” 4. Kerangka Berfikir Untuk mengetahui tentang keadaan serta kondisi kinerja keuangan suatu perusahaan maka perlu dilakukannya evaluasi serta kegiatan menganalisi laporan keuangan. Analisis laporan keuangan melibatkan penggunaan berbagai laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan perhitungan laba rugi. Dengan adanya analisis pada pos-pos neraca akan dapat dilihat gambaran tentang kondisi keuangan perusahaan, sedangkan analisis terhadap laporan laba rugi akan memberikan gambaran tentang hasil atau perkembangan usaha perusahaan yang bersangkutan. Analisis Laporan Keuangan yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis keuangan sistem Du Pont. Yang mana Analisis Sistem Du Pont merupakan pendekatan terpadu terhadap analisis rasio keuangan.
Dengan menggabungkan kedua persamaan tersebut, maka kita mendapat formula Du Pont sebagai berikut :
Melalui Du Pont system diharapkan dapat diketahui penyebab dari tidak efisiensinya suatu perusahaan yang bersumber pada laporan keuangannya. Sistem ini juga memiliki keuanggulan lain seperti membagi return on equity (ROE) menjadi tiga bagian, yaitu komponen laba penjualan, komponen efisiensi aktiva, dan penggunaan komponen leverage. a. Komponen laba penjualan (net profit marjin) Dapat ditingkatkan dengan menaikkan harga dan meminimalkan biaya agar dapat dijual dengan harga tinggi maka produk atau jasa harus meiliki nilai tambah yang tinggi, sedangkan biaya dapat diminimalkan dengan efisiensi. b. Komponen efisiensi aktiva (asset turn over) Dapat ditingkatkan dengan meningkatkan penjualan dan mengurangi investasi pada masa aktiva yang kurang produktif. Dalam peningktan penjualan sebaiknya dijaga jangan sampai mengorbankan tingkat laba bersih. c. Penggunaan komponen leverage (equity multiplier) Pengali ekuitas yang tinggi selain meningkatkan R O E juga meningkatkan risiko keuangan perusahaan. Meningkatkannya risiko perusahaan dapat mengakibatkan biaya bunga lebih tinggi dan harga saham turun. Karena itu pengali ekuitas harus diupayakan pada posisi yang seoptimal mungkin. Untuk lebih jelas gambaran dari Du Pont System dapat dilihat pada diagram 2.1 dimana akan ditunjukan bahwa untuk meningkatkan R O E manajemen perusahaan dapat meningkatkan rasio dari laba bersihnya (net profit margin), asset turn over, dan equity multiplier.
III.METODOLOGO PENELITIAN 1. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di PT. Timah (Persero) Tbk, yang berlokasi di Jl. Jendral Sudirman 51 pangkalpinang 33121 Bangka. Adapun waktu penelitian dilakukan dari bulan November 20014 sampai dengan Januari 2015. 1. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini oleh penulis adalah : 1. Metode historis, dilaksanakan dengan cara membaca dan mempelajari arsipyang ada dalam perusahaan PT Tambang Timah. 2. Metode Deskriptif analisis suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan yang sebenarnya berdasarkan apa yang nampak, dilakukan dengan cara mengumpulkan dan
www.stie-ibek.ac.id ©2015. Jurnal Ilmiah Progresif Akuntansi Bisnis STIE-IBEK
menyajikan data yang digunkaan. Adapun teknik pengumpulan yang digunakan adalah : 1. Observasi Menurut Keraf (2001) “ Observasi adalah pengamatan secara langsung kepada suatu objek yang akan diteliti”. Dalam hal ini observasi dilakukan langsung pada PT Tambang Timah, yang mana digunakan untuk mengetahui kegiatan usaha yang dijalankan oleh perusahaan tersebut. 2. Dokumentasi Menurut Arikunto (2006), “Dokumentasi adalah mencari dan mengumpulkan data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen, rapot, agenda dan sebagainya.” . Dalam pelaksanaannya metode ini digunakan untuk mengambil dokumen-dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian khususnya mengenai kinerja keuangan yang sebagiamana mengevaluasi dari laporan keuangan, laporan neraca serta laporan rugi laba dengan periode tahun 2009-2013. 3. Wawancara Menurut Keraf (2001), “Wawancara atau interview adalah suatu cara untuk mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada seorang informan atau seorang autoritas (seorang ahli atau yang berwenang dalam suatu masalah)”. Metode ini digunakan untuk mengajukan pertanyaan kepada bagian akuntansi untuk memberikan keterangan sehubungan faktor penurunan penjualan yang terdapat dalam laporan keuangan di PT Tambang Timah. Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian kuantitatif deskriptif. Menurut Bungin (2005) : “Penelitian kuantitatif deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi”. 3. Teknik Analisis Data Oleh Penulis metode yang digunakan dalam menganalisis data-data dan informasi yang diperoleh merupakan Metode analisis deskriptif, diharapkan dengan metode tersebut dapat diperoleh gambaran mengenai data yang dikumpulkan kemudian diolah dan diharapkan dapat menganalisis pokok permasalahan agar menjadi jelas. Sedangkan analisa kuantitatif diperlukan untuk mengetahui hasil yang di dapat sehingga mendapatkan suatu perbandingan yang akurat mengenai laporan keuangan perusahaan. Adapun teknik analisis yang digunakan adalah Metode Du Pont atau ROA=ROE. Sesuai dengan rumusan dari Metode Du Pont, berdasarkan diagram Du Pont menurut Arief Sugiono dan Edy Untung (2008) : 1. Langkah pertama : Menganalisis dengan rasio aktivitas atau Asset Turnover dengan data laporan keuangan periode tahun 20092013, dirumuskan :
2. Langkah kedua Menganalisis dengan rasio Profitabilitas menggunakan data laporan keuangan periode 2009-2013, dirumuskan :
3. Langkah ketiga Menganalisis dengan rasio leverage dengan data periode 2009-2013, dirumuskan :
4. Langkah keempat Menganalisis kinerja keuangan dengan menggunkan analisis metode Du Pont yang mana analisis metode Du Pont juga dikenal dengan Return On Equity namun lebih menyeluruh sebagai mana rumusan nya :
IV. PEMBAHASAN 1. Analisis Rasio Keuangan Analisis laporan keuangan merupakan teknik untuk mengetahui secara cepat kinerja keuangan perusahaan. Adapun jenis rasio keuangannya yang digunakan oleh peneliti dalam menganalisis laporan keuangan PT Tambang Timah berdasarkan metode Du Pont adalah sebagai berikut : 1. Rasio akitivitas, mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan semua sumber daya yang ada pada pengendaliannya. Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasio-rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan berbagai unsur aktiva, yaitu persediaan, piutang, aktiva tetap, dan aktiva lain. 2. R a s i o profitabilitas, kemampulabaan (profitabilitas) merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio kemampulabaan akan memberi jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan, rasio ini memberi gambaran tentang tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan. 3. R a s i o leverage, mengukur tingkat solvabilitas suatu perusahaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasi. Dengan demikian solvabilitas berarti kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek. 2. Rasio Aktivitas Adapun rasio yang digunakan adalah asset turnover yang mana rasio ini dipergunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan mengelola seluruh aset/investasi
JURNAL ILMIAH AKUNTANSI BISNIS & KEUANGAN (JIABK), Volume 1, Issue 1, FEBRUARI 2015 ISSN 2355-9047
9
untuk menghasilkan penjualan. Tabel 5.1 Perkembangan Asset Turnover
Sumber: data sekunder diolah sendiri
Sumber : Data sekunder diolah sendiri Dari hasil tabel 5.1 di atas Asset Turnover PT Tambang Timah pada tahun 2009 adalah 1,121 kali artinya perusahaan hanya mampu menghasilkan penjualan sebesar 1,121 kali dari total aktiva yang dimiliki perusahaan. Kemudian pada tahun 2010 asset turnover perusahaan adalah 0,677 kali, dimana asset turnover ini menurun sebesar 0,444 kali dari tahun 2009. Pada tahun 2011 asset turnover perusahaan kembali menurun sebesar 0,492 menjadi 0,185 kali, dan terjadi kenaikan pada tahun 2012 sebesar 0,104 menjadi 0,289 kali. Namun pada tahun 2013 terjadi penurunan kembali pada asset turnover sebesar 0,655 menjadi 0.283 kali. Diketahui bahwa asset turnover ini perbadingan dari total aset dengan penjualan. Dalam pos-pos total aset terdapat item yaitu piutang usaha dengan kontribusi kenaikan/penurunan yang mempengaruhi nilai aset secara signifikan. Adapun yang mempengaruhi penurunan angka penjualan setelah tahun 2009 dikarenakan peleburan timah yang mana sebelumnya terdapat di Bangka yaitu kundur serta unimet. Pada tahun 2009 adanya undang-undang tentang minerba, yaitu undang undang republik Indonesia nomor 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara. Peleburan di unimet bergabung dengan PT Timah Tbk. Akibatnya peleburan timah hanya dilakukan di kundur, yang menyebabkan produksi bijih timah menurun, menyebabkan produksi logam ikut menurun. Hal ini mempengaruhi menurunnya angka dari penjualan (Sumber: Staff Akuntansi PT Timah). 3. Rasio Profitabilitas Marjin laba bersih menunjukkan profitabilitas penjualan perusahaan untuk kemudian diperbandingkan dengan tahuntahun sebelumnya pada PT Tambang Timah atau menunjukkan seberapa besar keuntungan yang diperoleh perusahaan. Berikut merupakan perhitungan nilai NPM ( Net Profit Marjin) / marjin laba bersih PT Tambang Timah. Adapun data yang digunakan oleh peneliti adalah data penelitian untuk periode 2009-2013 : Tabel 5.2 Perkembangan Net Profit Margin
Dilihat dari hasil tabel 5.2 di atas Net Profit Margin PT Tambang Timah pada tahun 2009 sebesar 7,704% pada tahun 2010 net profit margin mengalami kenaikan sebesar 3,706% menjadi 11,410%, terjadi kenaikan kembali pada tahun 2011 dengan kenaikan sebesar 10,687% menjadi 22,097%. Namun pada tahun 2012 Net Profit Margin terjadi penurunan sebesar 9,259% menjadi 12,838%. Dan terjadi kenaikkan kembali pada tahun 2013 sebesar 5,776 % menjadi 18,613%. Untuk net income itu sendiri dalam posnya terdapat item yang memberikan kontribusi yang cukup berarti dengan nilai naik/turunya yang mempengaruhi net income yang menyebabkan ketidakstabilannya hingga terjadinya penurunan. Dilihat dari beban umum dan administrasinya salah satu item dengan kontribusi nilai yang cukup besar. Secara teori semakin tinggi net profit margin semakin baik operasi perusahaan. Maka dilihat dari hasil tabel 5.2 operasi perusahaan yang sangat baik dalam pencapaian laba bersih dari volume penjualan adalah tahun 2011 dengan Net Profit Margin sebesar 20,097% dan operasi perusahaan kurang baik pada tahun 2012 karena Net Profit Margin menurun sebesar 9,259% dari tahun sebelumnya. 4. Rasio Leverage Rasio yang digunakan adalah equity multiplier atau sering juga disebut dengan pengganda ekuitas, yang menggambarkan seberapa besar ekuitas atau modal dibandingkan dengan total aktiva perusahaan atau seberapa besar aktiva yang dibiayai oleh hutang. Perusahaanperusahaan yang banyak menggunakan pendanaan melalui utang dalam jumlah besar (leverage yang lebih besar) tentunya akan memiliki pengganda ekuitas yang lebih tinggi, semakin besar utang, semakin kecil ekuitas, sehingga semakin tinggi pengganda ekuitasnya. Tabel 5.3 Perkembangan Equity multiplier
Sumber : data sekunder diolah sendiri Dari hasil tabel 5.3 diatas dapat kita lihat bahwa perusahaan memiliki equity multiplier pada tahun 2009 sebesar 128,024% dan pada tahun 2010 sebesar 131,170%. Namun perusahaan mengalami penurunan nilai equity multipliernya sebesar 4,348% pada tahun 2011 yang mana
www.stie-ibek.ac.id ©2015. Jurnal Ilmiah Progresif Akuntansi Bisnis STIE-IBEK
pada tahun 2010 131,170% menjadi 126,822% pada tahun 2011. Dan kemudian pada tahun 2012 perusahaan mengalami peningkatan lagi terhadap equity multipliernya sebesar 1,294% sebagaimana equity multipliernya pada tahun 2011 4,917% menjadi 128,116 % pada tahun 2012, dan tetap meningkat pada tahun 2013 yaitu 131,199% dengan peningkatan sebesar 3,033% dari tahun sebelumnya. Mengartikan bahwa aktiva sebesar 131,199 % dapat menjamin hutang perusahaan. 5. Analisis Metode Du Pont Yang mana diketahui sebelumnya bahwa analisis Du Pont menggabungkan rasio-rasio aktivitas, profit marjin, dan r a s i o leverage serta menunjukkan bagaimana rasio-rasio tersebut berinteraksi untuk menentukan profitabilitas aktivaaktiva yang dimiliki perusahaan. Jika rasio perputaran aktiva dikalikan dengan marjin laba penjualan serta dikalikan dengan equity multiplier. Hasilnya adalah tingkat pengembalian aktiva (ROA) atau sering disebut juga tingkat pengembalian Investasi (ROI). Berdasarkan metode Du Pont yang peneliti jadikan sebagai alat analisis kinerja keuangan perusahaan khususnya pada efisiensi penggunaan aktiva (ROA) dan sesuai dengan bagan sistem Du Pont Arief Sugiono dan Edy Untung (2008) (dapat dilihat pada bagan 2.1). Maka peneliti memaparkan hasil analisis yang telah dilakukan oleh peneliti sebagai berikut. a. Return on Asset (ROA) Sebagaimana diketahui Return On Asset/Retun On Investment digunakan dalam mengukur tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh aset. Tabel 5.4 Perkembangan Return On Asset (ROA)
Sumber : Data sekunder diolah sendiri Dari hasil tabel 5.4 di atas menunjukan tentang penghasilan bersih yang di peroleh PT Tambang Timah pada tahun 2009 Return On asset perusahaan adalah 8,641%. Pada tahun 2010 terjadi penurunan sebesar 0,91% menjadi 7,731%. Kemudian terjadi penurunan kembali pada tahun 2011 sebesar 3,64% menjadi 4,091% dan tahun 2012 sebesar 0,373% menjadi 3,718%. Namun pada tahun 2013 terjadi kenaikan terhadap return on asset dengan kenaikan sebesar 1,55% menjadi 5,268% dari tahun sebelumnya. Operasi perusahaan dikatakan baik apabila nilai dari return on asset tersebut semakin naik/tinggi. Dari beberapa tahun tersebut 2009 memiliki ROA yang cukup tinggi namun turun di tahun 2010. Kemudian ROA kembali naik pada tahun 2013 mengindikasikan operasi perusahaan tersebut baik. Hak ini ikut dipengaruhi oleh beberapa pos item dalam pos net income yaitu pendapatan usaha yang mengalami kenaikan/penurunan secar signifikan. Serta dalam pos aset yaitu ikut dipengaruhi oleh nilai piutang usaha yang memberikan kontribusi naik/turun yang cukup berarti.
b. Return On Equity (ROE) Rasio ini mengukur tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh modal yang ada. ROE dalam metode Du Pont dihitung degan mengalikan R O A dengan Equity multiplier. Jika perusahaan mendanai hanya dengan modal sendiri, maka ROA = ROE karena total aktivanya sama dengan total ekuitas. Tetapi jika perusahaan menggunakan hutang, maka ROE > ROA, efek penggunaan hutang terhadap R O E digambarkan oleh pengganda ekuitas (equity multiplier). Tabel 5.5 Perkembangan Return On Equity (ROE)
Sumber : Data sekunder diolah sendiri Berdasarkan hasil tabel 5.5 diatas dimana hasil ini menunjukkan tingkat return (penghasilan) yang diperoleh pemilik perusahaan atas modal yang diinvestasikan. Pada tahun 2009 sebesar 11,603%. Pada tahun 2010 terjadi penurunan sebesar 0,923% jadi tingkat penghasilan yang diperoleh pemilik atas modal adalah 10,140%, pada tahun 2011 terjadi penurunan kembali sebesar 4,25% menjadi 5,188%, dan pada tahun 2012 turun kembali sebesar 0,425% menjadi 4,762%. Namun terjadi kenaikan pada tahun 2013 sebesar 2,149% menjadi 6,911%. Dilihat dari hasil diatas operasi perusahaan baik pada tahun 2013 dalam menghasilkan tingkat pengembalian atas modal yang diperoleh pemilik yaitu pada tahun 2013. Melalui analisis metode Du Pont ini diharapkan dapat diketahui penyebab dari tidaknya efisiensinya suatu perusahaan yang bersumber pada laporan keuangannya. Sebagaimana rumusan dari metode ini melihat dari tiga komponen seperti yang dipaparkan dalam tabel berikut. Tabel 5.6 Perkembangan Metode Du Pont
Sumber: Data sekunder diolah sendiri Dari hasil tabel 5.6 diatas yaitu analisis dengan menggunakan metode Du Pont yang mana ada tiga komponen yang di perhatikan dari rumusan metode Du Pont ini adalah Net Profit Margin, Asset Turnover, dan Equity Multiplier. Secara umum metode Du Pont menunjukkan persamaan ROE PT Tambang Timah diamana ROE perusahaan mengalami penurunan dikarenkan terjadinya penurunan net income tahun
JURNAL ILMIAH AKUNTANSI BISNIS & KEUANGAN (JIABK), Volume 1, Issue 1, FEBRUARI 2015 ISSN 2355-9047
2010 sebesar 415.397.740 menjadi 10,140%. Terjadi penurunan net income kembali pada tahun 2011 sebesar 212.802.163 menjadi 5,188%, kemudian terjadi penurunan kembali tahun 2012 sebesar 199.866.163 sebesar 4,763%. Namun terjadi kenaikan pada tahun 2013 sebesar 303.900.510 menjadi 6,912%, yang tentunya hal ini menyebabkan net income sangat mempengaruhi ROE. Rasio Margin laba PT Tambang Timah tahun 2010 cenderung baik karena NPM nya naik sebesar 11,410% dari tahun sebelumnya dengan penjulan 3.640.574.429. tahun 2011 N P M naik sebesar 22,097% dalam penjualan sebesar 963.025.599. tetapi N P M di tahun 2012 terjadi penurunan sebesar 12,838% dari penjualan 1.556.81.730. Kemudian pada tahun 2013 N P M naik sebesar 18,614% dengan penjualan 1.632.668.782. Sedangkan untuk rasio aktivitas (asset Turnover) tahun 2010 ATO PT Tambang Timah cenderung turun sebesar 0,677 kali. Tahun 2011 A T O perusahaan kembali turun sebesar 0,185 kali. Namun terjadi kenaikan ATO pada tahun 2012 sebesar 0,289 kali, dan setelahnya terjadi penurunan A T O pada tahun 2013 sebesar 0,283 kali. Dari komponen leverage hasil dari rasio memberikan performa yang cukup baik dengan dilihat dari hasil tahun 2010 perbandingan aktiva dengan hutang cukup baik, yaitu dengan aktiva 3,146 dapat menjamin hutang. Tahun 2011 hutang dijamin oleh aset sebesar 126,822%. Tahun 2012 hutang dijamin 128,116% aset, dan tahun 2013 hutang dijamin 131,822% dari aset. Meskipun pada tahun 2012 terjadi penurunan sebesar 4,348% dari tahun sebelumnya.
Laporan Keuangan Gampang”. Jakarta, Dunia Cerdas,
2013. 2] Arikunto, Suharsimi. “Metodologi Yogyakarta, Bina Aksara,
2006. 3] Bungin, H.M. Burhan. “Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu Sosial Lainnya”. Jakarta, Prenada Media group, 2005. 4] Fahmi, Irham. “Pengantar Manajemen Keuangan”, Cetakan Kedua. Bandung, Alfabeta, 2013. 5] Hery. “Akuntansi Keuangan Menengah”. Yogyakarta,
CAPS (Center or Academic Publishing Service), 2013. 6] Ikatan Akuntansi Indonesia. “Standar Akuntansi 7] 8]
9]
10] 11]
12] 13]
IV.KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : Jika ROE perusahaan naik karena peningkatan laba margin atau efektivitas penggunaan aset, maka hal tersebut menyebabkan tanda yang sangat positif. Sedangkan apabila ROE naik karena leverage keuangan, maka saham perusahaan tersebut perlu diwaspadai. Tahun 2009 ROE dari hasil analisis metode Du Pont adalah 11,063%, NPM =0,077%, E M = 1,280%. Mengalami penurunan pada tahun 2010 ROE= 10,140% dengan penurunan sebesar 0,923% kenaikan E M = 1,312%, NPM=1,114% namun terjadi penurunan terhadap ATO=0,677. Hal ini menandakan PT Tambang Timah masih dalam keadaan positif. Tahun 2011 terjadi penurunan kembali ROE=5,188% dengan penurunan sebesar 4,952%, penurunan EM=1,268%, dan terjadi kenaikan terhadap NPM=0,221%, dan ATO=4,771 menyebabkan kondisi perusahaan sangat positif. Tahun 2012 terjadi penurunan ROE=4,763% dengan penurunan sebesar 0,425%, terjadi kenaikan terhadap EM=1,281%. Penurunan NPM=0,128% dan ATO=0,289. Kondisi PT Tambang Timah pada tahun perlu diwaspadai. Kemudian pada tahun 2013 terjadi kenaikan terhadap ROE=6,912 dengan kenaikan sebesar 2,149%. Terjadinya kenaikan terhadap EM=1,312% dan NPM=0,186% namun terjadi penurunan terhadap ATO=0,286. Dilihat dari hasil maka kinerja perusahaan sangat positif.
11
14]
15] 16]
Keuangan”. Jakarta, Salemba Empat, 2004. Keraf, Goyrs. “ Komposisi”. Flores : Nusa Indah, 2001. M.Sadeli, lili dan Bedjo Siswanto. “Akuntansi Manajemen : Sistem, Proses, Dan Pemecahan Soal”. Jakarta, Bumi Aksara, 2010. Margaretha, Farah. “Teori dan Aplikasi Manajemen Keuangan: Investasi dan Sumber Dana Jangka Pendek”. Jakarta, Grasindo, 2004. Rangkuti, Freddy. “Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis”. PT. Gramedia Pustaka Utama, 2013. Rudianto. “Informasi Untuk Pengambilan Keputusan Manajemen: Akuntansi Manajemen”. Jakarta, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2006. Suandy, Erly. “Perencanaan Pajak”. Jakarta, Salemba Empat, 2008. Sawir, Agnes. “Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan keuangan Perusahaan”. Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2005. Simarangkir, Silviana, Theresia Devi. “Evaluasi kinerja keuangan perusahaan berdasarkan metode du pont pada PT Golden Aqua Mississippi, Tbk dibandingkan dengan PT Indofood Sukses Makmur, Tbk yang terdaftar di BEI”. Medan, 2012. Sugiono, Arie dan Edy Untung. “Panduan Praktis Dasar Analisa Laporan keuangan”. Jakarta, PT Grasindo, 2008. Syamsuddin, Lukman. “Manajemen Pemasaran”. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2000.
DAFTAR PUSTAKA 1] Ariefiansyah, Ryan dan Miyomi MargiUtami.“Membuat
www.stie-ibek.ac.id ©2015. Jurnal Ilmiah Progresif Akuntansi Bisnis STIE-IBEK