1
ANALISIS KINERJA DI UNIT KEBERSIHAN DAN ADMINISTRASI AKADEMIK JURUSAN STATISTIKA ITS MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA Ampuh Suriyansyah, Lucia Aridinanti (1), Diaz Fitra Aksioma (2) Statistika, FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected] (1)
[email protected] (2)
S
ebagai salah satu perguruan tinggi negeri (PTN), Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) bertujuan menjaga kualitas lulusannya agar mampu bersaing di dunia kerja. Salah satu hal yang dapat menunjang tujuan tersebut adalah kegiatan perkuliahan atau belajar mengajar yang nyaman dan pelayanan administrasi yang memuaskan. Untuk mencapai kegiatan perkuliahan yang nyaman diperlukan sarana dan prasarana kegiatan belajar mengajar yang bersih. Jurusan Statistika ITS Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) merupakan salah satu jurusan yang ikut menjaga kualitas lulusannya dengan cara menyediakan sarana dan prasarana perkuliahan yang bersih dan pelayanan administrasi yang memuaskan. Hal tersebut dilakukan dengan meningkatkan kualitas kinerja karyawan kebersihan dan administrasi serta terus melakukan evaluasi dan improvisasi agar tercapai suatu keadaan dimana kegiatan perkuliahan nyaman dan pelayanan administrasi memuaskan. Dengan menggunakan metode six sigma diharapkan tercapainya suatu kinerja dan partisipasi kerja yang sangat baik. Berdasarkan analisis six sigma tersebut diperoleh jenis kecacatan yang paling mempengaruhi kualitas kebersihan adalah debu. Tingkat kapabilitas kinerja petugas kebersihan di jurusan statistika ITS memiliki presisi cukup buruk dan kinerja masing-masing petugas berkisar antara level kurang dan sangat kurang atau lebih banyak waktu kerja terbuang. Dari semua pengamatan baik lantai dua, tiga dan empat memiliki nilai sigma yang berkisar antara 1 dan 2. Kata kunci: kebersihan, six sigma, kinerja
I. PENDAHULUAN a. Latar Belakang Kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya [1]. Kinerja di lingkungan akademik misalnya kampus, yang dalam penelitian ini adalah jurusan Statistika ITS, sangat berpengaruh pada output yang dihasilkan dan dirasakan manfaatnya bagi seluruh warga di lingkungan akademik tersebut dimana yang menjadi objek pengamatan karyawan jurusan statistika bertugas di unit kebersihan dan administrasi akademik. Idealnya orang bekerja secara efektif adalah minimal 82,5% artinya dari 8 jam kerja 60 menit digunakan untuk istirahat makan siang dan keperluan pribadi 30 menit. Menurut hasil penelitian [2], rata-rata beban kerja di jurusan ststistika adalah 76,2% dengan range partisipasi kerja antara 45,7% dan 94%. Sedangkan rata-rata beban kerja di unit administrasi akademik adalah 71%. Sementara itu skor rata-rata kompetensi karyawan di jurusan statistika adalah 2,76 termasuk kategori baik dan rata-rata kompetensi minimal adalah 2,42 (kategori kurang). Skor ratarata kompetensi karyawan di unit kebersihan adalah 3,2
(kategori baik) di unit Administrasi. Skor kompetensi antara 1 sampai dengan 4, dimana 4 menunjukkan sangat baik, dan 1 menunjukan kategori sangat kurang. Kompetensi diukur berdasarkan hasil kerja yang diukur menurut persepsi pimpinan dang pengguna jasa pelayanan karyawan yaitu dosen dan mahasiswa. Six sigma adalah ukuran target kinerja proses industri tentang bagaimana baiknya suatu proses transaksi produk antara pemasok (industri) dan pelanggan [3]. Memiliki tujuan untuk, menghilangkan cacat produksi, memangkas waktu pembuatan produk, dan mehilangkan biaya, salah satu metode yang digunakan adalah DMAIC yaitu define, measure analyze, improve, dan control. Suatu produk yang diproses pada tingkat kinerja six sigma maka diharapkan akan terdapat 3 sampai 4 kegagalan per sejuta kesempatan (DPMO). Semakin tinggi target sigma yang dicapai maka semakin baik kinerja proses industri. Dengan demikian capaian 6 sigma lebih baik daripada 5 sigma. b.Permasalahan 1. Bagaimana partisipasi kerja karyawan kebersihan dan administrasi jurusan Statistika ITS periode tahun 2013? 2. Bagaimana kapabilitas proses kinerja karyawan kebersihan dan administrasi akademik di jurusan statistika ITS periode tahun 2013? 3. Bagaimana penilaian kinerja karyawan kebersihan statistika ITS periode tahun 2013 menurut pengguna? 4. Bagaimana level sigma kualitas kebersihan di jurusan statistika ITS periode tahun 2013? b.Tujuan 1. Menentukan partisipasi kerja karyawan kebersihan dan administrasi jurusan statistika ITS periode tahun 2013. 2. Menentukan kapabilitas proses kinerja karyawan kebersihan dan administrasi akademik di jurusan statistika ITS periode tahun 2013. 3. Melihat penilaian kinerja karyawan kebersihan statistika ITS periode tahun 2013 menurut pengguna. 4. Menentukan level sigma kualitas kebersihan di jurusan statistika ITS periode tahun 2013.
II. TINJAUAN PUSTAKA a. Six Sigma Six sigma adalah ukuran target kinerja proses industri tentang bagaimana baiknya suatu proses transaksi produk antara pemasok (industri) dan pelanggan [3]. Six sigma (6σ)
2 merupakan suatu besaran yang bisa kita artikan sebagai sebuah proses yang memiliki kemungkinan cacat (defects opportunity) sebanyak 3 sampai 4 buah dalam satu juta produk/jasa. Inti dari metode Six sigma adalah sebagai referensi untuk mencapai suatu keadaan yang nyaris bebas cacat. Salah satu metode yang digunakan adalah DMAIC yaitu define, measure analyze, improve, dan control. Suatu produk yang diproses pada tingkat kinerja six sigma maka diharapkan akan terdapat 3 sampai 4 kegagalan per sejuta kesempatan (DPMO). Di bawah ini ditunjukan tabel tingkatan six sigma sebagai berikut. Tabel 1. Tingkat Sigma Sigma
DPMO
Keterangan
1
691462
sangat tidak kompetitif
2
308538
rata-rata industri indonesia
3
66807
25% - 40% dari penjualan
4
6210
rata-rata industri USA
5
233
rata-rata industri Jepang
6
3,4
industri kelas dunia
b.Diagram Pareto Diagram pareto merupakan salah satu dari tujuh alat SPC yang digunakan untuk melakukan perbaikan kualitas Diagram Diagram pareto berbentuk histogram frekuensi ketidaksesuaian (cacat) berdasarkan penyebab ketidaksesuaian dan diurutkan mulai dari frekuensi paling besar sampai paling kecil [4]. Prinsip diagram pareto adalah 80%-20%, artinya 80% kecacatan pada suatu produk disebabkan oleh 20% jenis cacat sehingga variabel yang diutamakan dalam proses perbaikan adalah variabel yang paling banyak menyebabkan proses tidak terkendali. b. Diagram Ishikawa Diagram Ishikawa merupakan suatu grafik yang menggambarkan hubungan antara akibat dengan faktor-faktor yang menjadi penyebabnya. Sehingga manfaat diagram ini adalah dapat digunakan untuk menemukan akar penyebab terjadinya masalah dalam proses produksi, menemukan hambatan dalam proses produksi dan mengidentifikasi di mana dan mengapa proses produksi tidak bekerja. c. Kapabilitas Proses Kapabilitas proses menggambarkan suatu performence atau penampilan proses [5]. Dalam arti ini, analisis kemampuan proses dapat dilakukan tanpa mengingat spesifikasi pada karakteristik kualitas. Suatu proses akan dikatakan kapabel apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Proses terkendali secara statistik. b. Memenuhi batas spesifikasi. c. Presisi dan akurasi proses tinggi. Kapabilitas proses kinerja karyawan kebersihan dihitung menggunakan nilai indeks Ppk% dan Pp% sebagai berikut, % = Ppk
Z ( p) 3
dan
Pp% =
Z ( p / 2) 3
Indeks presisi berkaitan dengan variasi data sedangkan untuk indeks akurasi berkaitan dengan nilai rata-rata[5].
d. Peta Proporsi Peta kendali p biasanya disebut juga peta kendali bagian tak sesuai. Bagian tak sesuai tersebut didefinisikan sebagai perbandingan antara banyak produk yang tak sesuai dalam suatu populasi dengan banyak produk keseluruhan dalam populasi itu. Statistik menaksir bagian tak sesuai p yang tidak diketahui, maka batas pengendali peta kendali p adalah. p (1 − p ) n centerline = p
UCL = p + 3
LCL = p − 3
p (1 − p ) n
(2) e. Kinerja Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya [6]. Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kerja kelompok personel. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personel di dalam organisasi [7]. f. Faktor yang Berpengaruh pada Kinerja Secara teoritis ada tiga kelompok variabel yang memengaruhi perilaku kerja dan kinerja, yaitu: variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologis [7]. Ketiga kelompok variabel tersebut memengaruhi kelompok kerja yang pada akhirnya memengaruhi kinerja personel. Perilaku yang berhubungan dengan kinerja adalah yang berkaitan dengan tugas-tugas pekerjaan yang harus diselesaikan untuk mencapai sasaran suatu jabatan atau tugas. III METODOLOGI PENELITIAN a. Variabel Penelitian Untuk menentukan rata-rata partisipasi kerja dan kompetensi karyawan jurusan Statistika di unit Kebersihan dan Administrasi menggunakan variabel penelitian sebagai berikut, 1. Partisipasi Kerja Karyawan kebersihan dan administrasi 2. Kinerja Karyawan kebersihan Di unit Kebersihan, variabel diukur dengan 2 cara, yaitu secara objektif dan subjektif. Pengukuran secara objektif dilakukan dengan cara mengukur hasil kerja karyawan di unit kebersihan dengan kategori bersih/tidak bersih. Sedangkan pengukuran secara subjektif dilakukan dengan cara memberikan kuisioner kepada pengguna yaitu mahasiswa dan dosen. Pada unit administrasi penelitian yang dilakukan hanya sebatas pada partisipasi kerja saja karena akan sangat sulit menentukan waktu standarnya dan hasil kinerjanya.
3
Partisipasi Kerja Karyawan
Metode Kerja
Kinerja karyawan
Proporsi Kerja per Hari
Unit Kebersihan
Unit Administrasi
Partisipasi kerja
Objektif
Subjektif
Proporsi komponen ruangan yang tidak bersih (kotor)
Tingkat kebersihan Areal Menurut Persepsi Pelanggan
Gambar 1. Skema Pengukuran Variabel (CTQ)
b. Waktu Pengamatan Waktu pengamatan pada penelitian ini dijelaskan pada tabel 2 sebagai berikut.
3. Menentukan level sigma di unit kebersihan dan administrasi setelah perubahan metode kerja. Dengan langkah sebagai berikut. a. Menghitung proporsi kecacatan. b. Menghitung DPMO. c. Menentukan level sigma dengan cara melakukan perhitungan batas atas dan bawah DPMO dan level sigma. IV ANALISIS PEMBAHASAN a. Partisipasi Kerja Karakteristik partisipasi kerja dari karyawan administrasi yaitu Ka-M, sedangkan untuk karyawan kebersihan yaitu KkM dan Kk-Y pada pengamatan tahap I dijelaskan pada Gambar 2. sebagai berikut, Tabel 3 Partisipasi Kerja Tahap I
Tabel 2 Waktu pengamatan Periode Tahap I Tahap II
Minggu I
Waktu Minggu I Tgl 1-7 mei Tgl 4-10 des
Minggu II Tgl 16-22 mei Tgl`11-17 des
Pada pengamatan tahap II terjadi perubahan jumlah karyawan yang diamati yaitu dari 3 orang menjadi 4 orang. Hal tersebut terjadi karena pada pengamatan tahap II peneliti memperoleh informasi bahwa selain Ka-M, ada Ka-L yang bertugas sebagai karyawan administrasi.
Karyawan
Mei-01
Mei-02
Mei-03
Mei-06
Mei-07
rata-rata
Ka-M
0,77
0,69
0,65
0,67
0,69
0,69
Kk-M
0,58
0,58
0,50
0,54
0,54
0,55
Kk-Y
0,42
0,38
0,50
0,38
0,38
0,41
Minggu II Karyawan
Mei-16
Mei-17
Mei-20
Mei-21
Mei-22
rata-rata
Ka-M
0,65
0,58
0,42
0,63
0,27
0,51
c. Tahap Ananlisis.
Kk-M
0,58
0,38
0,46
0,54
0,54
0,50
1. Untuk mencapai tujuan pertama yaitu menentukan rata-rata partisipasi kerja dilakukan pengukuran proporsi kerja karyawan dengan metode sampling pekerjaan baik di unit kebersihan dan unit administrasi. Langkah langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut. a. Melakukan pengamatan secara lansung partisipasi karyawan. b. Memproporsikan hasil pengamatan. c. Memplotkan hasil proporsi pengamatan d. Melakukan uji proporsi untuk melihat apakah terjadi perubahan yang signifikan antara pengamatan tahap I dan tahap II. e. Menganalisis hasil pengamatan. 2. Untuk menjawab tujuan ke dua ke tiga maka dilakukan analisis kapabilitas proses di unit kebersihan dengan langkah sebagai berikut. a. Menghitung rata-rata proporsi cacat di unit kebersihan. b. Menghitung batas kontrol atas dan bawah. c. Memplotkan rata-rata proporsi, batas kontrol atas, batas kontrol bawah untuk melihat apakah proses terkendali. d. Menghitung nilai indeks Ppk% dan Pp% . untuk melihat presisi dan akurasi proses. e. Menghitung krakteristik kualitas kebersihan berdasarkan persepsi mahasiswa menggunakan skala likert. f. Melakukan uji rancangan acak blok lengkap. g. Membuat diagram Ishikawa. h. Membuat diagram Pareto.
Kk-Y
0,42
0,46
0,58
0,50
0,58
0,51
Tabel 3 menunjukkan proporsi kesibukan masing-masing karyawan yaitu Ka-M, Kk-M dan Kk-Y pada minggu I. partisipasi kerja karyawan unit administrasi Ka-M cenderung stabil pada minggu I berkisar antara 69% hingga 77%. Sedikit dibawah partisipasi kerja Ka-M adalah kinerja dari Kk-M dengan presentase kerja berkisar antara 50% hingga 58%. Partisipasi kerja yang paling kecil adalah Kk-Y.dibanding KaM dan Kk-M berkisar antara 38% hingga 50%. Dari ketiga karyawan tersebut partisipasi kerjanya berkisar antara kategori kurang dan sangat kurang. Dari pengamatan minggu I ke minggu II dilakukan improve berupa pemanggilan karyawan untuk dilakukan briefing agar partisipasi dan kinerja meningkat. Partisipasi kerja Ka-M pada minggu II yang tertinggi adalah pada tanggal 16 Mei 2013 dengan presentase waktu bekerja sebesar 65%, sedangkan waktu tertendah Ka-M pada tanggal 22 Mei 2013 memiliki presentase bekerja kecil yaitu sebesar 27%. Partisipasi kerja Kk-M memiliki prosentase kerja berkisar antara 38% hingga 58%. Selanjutnya Kk-Y cenderung stabil dengan presentase waktu bekerja sebesar 42% hingga 58%. Pada pengamatan minggu II tersebut partisipasi kerjanya berkisar antara kurang dan sangat kurang. Pada pengamatan tahap II dilakukan improve berupa rotasi karyawan unit kebersihan yaitu Kk-M yang bekerja dilantai 2 digantikan oleh Kk-I yang sebelumnya bekerja dilantai 1. Selain hal tersebut, pada saat penelitian sedang berlangsung peneliti memperoleh informasi bahwa Ka-L juga merupakan karyawan unit administrasi sehingga Ka-L ditambahkan dalam objek pengamatan, sehingga diperoleh objek pengamatan
4 tahap II meliputi Ka-M, Ka-L, Kk-I dan Kk-Y yang masingmasing partisipasi kerjanya pada minggu I dan minggu II ditunjukkan pada tabel 4 sebagai berikut. Tabel 4 Partisipasi Kerja Tahap I Minggu I Karyawan
Des-04
Des-05
Des-06
Des-09
Des-10
Rata-rata
Ka-M
0,69
0,6
0,63
0,73
0,67
0,66
Kk-Y
0,5
0,5
0,42
0,63
0,46
0,50
Kk-I
0,63
0,67
0,75
0,5
0,54
0,62
Ka-L
0,81
0,69
0,77
0,83
0,65
0,75
Tabel 6 Jumlah total bekerja Ka-M tahap I Tahap
Jumlah Bekerja
Jumlah Pengamatan
Partisipasi
I
66
120
0.55
II
80
120
0.67
Pada tabel 6 dengan menggunakan software Minitab maka sebesar diperoleh output seperti pada dengan nilai 1,86 sehingga lebih besar dari pada sebesar 1,65 yang artinya tolak H 0 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan patisipasi kerja antara Kk-M pada tahap I dan Kk-I pada tahap II, apabila dilihat dari tabel 4 partisipasi Kk-I pada tahap II lebih baik daripada partisipasi Kk-M pada tahap I.
Minggu II
Tabel 7 Jumlah total bekerja Ka-M tahap I Jumlah Pengamatan
Karyawan
Des-11
Des-12
Des-13
Des-16
Des-17
Rata-rata
Ka-M
0,73
0,75
0,65
0,79
0,69
0,72
I
61
120
0.51
Kk-Y
0,5
0,67
0,42
0,71
0,42
0,54
II
65
120
0.54
Kk-I
0,58
0,63
0,71
0,71
0,71
0,67
Ka-L
0,79
0,73
0,83
0,83
0,69
0,77
Tabel 4 menunjukkan Proporsi kesibukan karyawan pada minggu I. Rata-rata partisipasi kerja paling rendah adalah KkY yang berkisar antara 42% hingga 63%. Rata-rata partisipasi kerja tertinggi adalah Ka-L dengan partisipasi kerja pada rentang 65% hingga 83%. Selanjutnya partisipasi kerja Kk-I berkisar antara 50% hingga 77%. Setingkat diatas Kk-I adalah partisipasi kerja Ka-M yang berkisar pada rentang 60% hingga 73%. Pada minggu II Partisipasi kerja Kk-Y masih menjadi yang paling rendah dan Ka-L masih yang paing tinggi. Kk-Y memiliki kinerja dengan rentang presentase sebesar 42% hingga 71%. Sedangkan karyawan yang memiliki kinerja paling baik masih oleh Ka-L dengan rentang 69% hingga 83%. Setingkat dibawah Ka-L adalah Ka-M dilanjutkan Kk-I dengan rentang masing-masing sebesar 65% hingga 79% dan 58% hingga 71%. Selanjutnya adalah melakukan uji beda proporsi dengan menggunakan jumlah total bekerja yang diambil dari jumlah bekerja terbaik pada minggu I dan jumlah total terbaik pada tahap 2. Untuk karyawan administrasi Ka-M jumlah bekerja terbaik tiap tahapnya ditunjukan pada tabel 5 sebagai berikut, H 0 : p 1 = p 2 hitung H1: p1 p2 Wilayah penolakan : Tolak H 0 jika
.
Tabel 5 Jumlah total bekerja Ka-M tahap I Tahap
Jumlah Bekerja
Jumlah Pengamatan
Partisipasi
I
166
240
0.69
II
173
240
0.72
Dari perhitungan tahap I dan tahap II diperoleh output sebesar 0,70 lebih kecil Minitab diperoleh nilai daripada sebesar 1,65 sehingga gagal tolak H 0 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan partisipasi karyawan administrasi Ka-M antara tahap I dan tahap II.
Tahap
Jumlah Bekerja
Partisipasi
Dari perhitungan tabel 7 tahap I dan tahap II sebesar 0,52 diperoleh output Minitab diperoleh nilai lebih kecil daripada sebesar 1,65 sehingga gagal tolak H 0 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan partisipasi kerja karyawan administrasi Kk-Y antara tahap I dan tahap II. b. Peta Kendali Kecacatan Kualitas Kebersihan Berdasarkan hasil dari output software minitab diperoleh hasil BKA, , BKB sebagai berikut. Tabel 8 Peta Kendali Kualitas Kebersihan tahap I Minggu I
Minggu II
Ruang BKB
BKA
Dapur
BKA 0.69
0.48
0.23
0.47
0.28
BKB 0.09
R. Makan
0.40
0.29
0.17
0.47
0.35
0.23
R. Sidang
0.25
0.19
0.14
0.24
0.18
0.13
Lab. Barat
0.30
0.26
0.21
0.26
0.22
0.18
Lab. QC
0.33
0.28
0.24
0.34
0.29
0.24
Lab. S2
0.41
0.34
0.27
0.34
0.29
0.24
Lab. Timur
0.46
0.42
0.37
0.33
0.29
0.24
Selazar
0.56
0.50
0.45
0.10
0.07
0.04
R. Kalab
0.33
0.26
0.19
0.37
0.29
0.22
R. Sidang
0.38
0.29
0.20
0.35
0.26
0.17
Tangga
0.16
0.13
0.10
0.12
0.09
0.07
Selazar
0.13
0.11
0.10
0.10
0.09
0.07
R. Sidang
0.22
0.19
0.15
0.21
0.18
0.14
Tangga
0.17
0.14
0.11
0.15
0.12
0.10
Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan rata-rata kecacatan komponen pada tahap I baik minggu I maupun minggu II telah terkendali. Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa pada tahap II minggu I semua rata-rata keecacatan komponen telah terkendali, begitu juga untuuk minggu II rata-rata kecacatan komponen tidak ada yang melebihi batas atau telah terkendali
5 Tabel 9 Peta Kendali Kualitas Kebersihan tahap II Minggu I
Tabel 11 Rata-rata skor kualitas kebersihan masing-masing komponen
Minggu Ii
Ruang BKA
BKB
BKA
BKB
Dapur
0.71
0.50
0.29
0.62
0.41
0.20
R. Makan
0.49
0.37
0.24
0.42
0.31
0.20
R. Sidang
0.21
0.16
0.11
0.22
0.17
0.11
Lab. Barat
0.30
0.26
0.22
0.26
0.22
0.18
Lab. QC
0.44
0.38
0.33
0.35
0.30
0.25
Lab. S2
0.44
0.37
0.30
0.58
0.41
0.34
Lab. Timur
0.46
0.32
0.37
0.39
0.35
0.30
Selazar
0.47
0.42
0.36
0.30
0.26
0.21
R. Kalab
0.37
0.30
0.23
0.32
0.25
0.18
R. Sidang
0.47
0.37
0.27
0.41
0.31
0.22
Tangga
0.40
0.36
0.31
0.21
0.17
0.14
Selazar
0.13
0.11
0.10
0.11
0.10
0.08
R. Sidang
0.27
0.24
0.20
0.22
0.18
0.15
Tangga
0.19
0.15
0.12
0.17
0.14
0.11
c.Kapabilitas Proses Kinerja Karyawan Indeks kinerja karyawan kebersihan atau kapabilitas proses kinerja karyawan kebersihan dihitung menggunakan nilai indeks Ppk% dan Pp% . Unit pengamatan meliputi lantai dua, tiga dan empat gedung U jurusan Statistika ITS selama dua tahap pengamatan. Secara rinci hasil perhitungan dari indeks kinerja karyawan ditunjukkan pada Tabel 4. sebagai berikut, Tahap I Lt. 2 I
II
0,332
Tahap II
Ppk%
P% p
-0,145
-0,323
Tahap I
Tahap II
Komponen
Tahap
Tahap II
Dinding Kaca Komputer Kursi Kusen jendela Kusen pintu Lantai LCD
2,73 2,43 2,83 2,86 2,43 2,75 2,64 3,02
2,75 2,39 2,86 2,81 2,41 2,70 2,63 3,13
Lemari Meja Pagar Papan tulis Pintu Plafon Tanaman White board
2,68 2,86 2,15 2,73 2,84 2,77 2,37 2,87
2,58 2,85 2,23 2,78 2,80 2,83 2,18 2,92
Berdasarkan Tabel 11 Menunjukkan skor masingmasing komponen di lantai 2, 3 dan 4 dimana pada tahap I dan II komponen LCD memiliki skor tertinggi masing-masing sebesar 3,02 dan 3,13. Sedangkan komponen dengan skor terendah pada tahap I adalah pagar yaitu sebesar 2,15 sedangkan pada tahap II adalah tanaman yaitu sebesar 2,18. Selanjutnya adalah pengujian kinerja karyawan di unit kebersihan menggunakan Rancangan Blok Acak Lengkap (RBAL). RBAL digunakan untuk mengontrol variabilitas yang timbul akibat komponen yang tidak seragam (homogen), sehingga perlu dilakukan blok, Berikut adalah hipotesis pengujian menggunakan RBAL pada lantai 2, 3 dan 4, H0 : H 1 : minimal ada satu Berdasarkan output yang diperoleh dari software minitab menggunakan taraf signifikansi 0,05% hasil dari pengujian RBAL pada lantai 2, 3 dan 4 adalah sebagai berikut, Tabel 12 Hasil Pengujian RBAL Sumber Tahap Komponen
Tabel 10 Indeks Kinerja Karyawan Minggu
Komponen
Ppk%
P% p
0,342
-0,135
-0,317
3
0,263
-0,211
-0,373
0,348
-0,130
-0,313
4
0,154
-0,340
-0,475
0,167
-0,323
-0,461
2
0,270
-0,204
-0,368
0,294
-0,181
-0,350
3
0,279
-0,195
-0,361
0,291
-0,184
-0,352
4
0,117
-0,397
-0,523
0,141
-0,358
-0,490
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 10 baik terhadap pengamatan pertama dan kedua diperoleh bahwa secara P%
keseluruhan indeks pk bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa proses kinerja karyawan kebersihan di lantai dua gedung U jurusan Statistika ITS tidak mencapai spesifikasi P%
yang telah ditetapkan. Selain itu indeks p juga bernilai negatif menunjukkan bahwa presisi kinerja karyawan kebersihan di lantai tiga gedung U jurusan Statistika pada minggu I sangat kurang. Sehingga kinerja yang kurang ini masih perlu perhatian yang serius dari pihak jurusan. c.Kinerja Karyawan di Unit Kebersihan Menurut Pengguna Berikut adalah skor kualitas kebersihan pada lantai 2, 3 dan 4 ditinjau dari persepsi mahasiswa ditunjukkan pada Tabel 7,
Fhit 11,02 9,37
F 4,24 2,28
Fhit 0,21 37,71
F 4,16 2,00
Fhit 0,72 36,9
F 4,75 2,69
Berdasarkan tabel 12 Menunjukkan bahwa pada lantai 2 nilai uji F pada Tahap pengamatan dan komponen masingmasing sebesar 11,34 dan 9,23 lebih besar dari F tabel sebesar 4,24 dan 2,28 sehingga tolak H 0 dan disimpulkan bahwa terdapat penurunan rata-rata skor baik pada tahap pengamatan maupun blok (komponen). Selanjutnya pada pengujian lantai 3 dan 4 nilai uji F pada Tahap pengamatan masing-masing sebesar 0,21 dan 0,71 kurang dari F tabel sebesar 4,16 dan 4,75 sehingga gagal tolak H 0 dan disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata pada Tahap pengamatan baik pada lantai 3 maupun lantai 4. Hal ini berbanding terbalik dengan nilai uji F pada Komponen lantai 3 dan lantai 4 masing-masing sebesar 37,71 dan 36,9 lebih besar dari F tabel masing-masing sebesar 2,00 dan 2,69 sehingga tolak H 0 dan disimpulkan bahwa terdapat kenaikan rata-rata baik pada komponen pada lantai 3 dan lantai 4.
d.Penentuan Level Sigma Metode Six Sigma digunakan untuk menentukan level sigma di unit kebersihan jurusan Statistika ITS yang meliputi lantai dua, tiga dan empat gedung U berdasarkan metode yang berlaku saat ini dan metode yang dikembangkan. Berikut ini level sigma pada masing- masing ruang.
6 Tabel 13 Level Six Sigma Lantai dua Mg. I
II
Ruang Dapur R. Makan R. Sidang Dapur R. Makan R. Sidang rata-rata
Pengamatan I DPMO Level Sigma 96000 1,67 64680 1,86 38417 2,08 56000 1,92 69503 1,82 36571 2,10 60195 1,91
Pengamatan II DPMO Level Sigma 99200 1,64 74326 1,81 31721 2,15 81600 1,75 61276 1,87 33289 2,13 63568 1,89
Berdasarkan Tabel 13 pada pengamatan pertama menunjukkan bahwa nilai rata-rata DPMO yang diperoleh sebesar 60195,57 dengan rata-rata level sigma sebesar 1,91 Sementara pada pengamatan kedua memiliki rata-rata DPMO lebih tinggi sebesar 63568,96 dengan rata-rata level sigma sebesar 1,89 sehingga dapat disimpulkan terjadi sedikit penurunan kualitas kebersihan pada lantai 2. Berikut adalah level sigma pada lantai 3 gedung U jurusan statistika ITS meliputi ruang sidang, ruang kalab, tangga, selazar, lab.barat, lab. timur, lab. QC dan lab. S2. Tabel 14 Level Six Sigma Lantai Tiga Mg.
I
II
Ruang lab barat lab QC lab S2 lab timur r. Kalab r. Sidang salazar tangga lab barat lab QC lab S2 lab timur r. Kalab r. Sidang salazar tangga rata-rata
Pengamatan I DPMO Level Sigma 51227 1,95 60026 1,88 68137 1,82 83869 1,73 51826 1,95 57962 1,90 100727 1,64 29945 2,17 44708 2,01 58486 1,89 71862 1,81 60019 1,88 58086 1,89 52777 1,94 81455 1,74 18903 2,39 59376 1,91
Pengamatan II DPMO Level Sigma 51388 1,96 66879 1,84 73627 1,79 85291 1,72 60173 1,88 73888 1,79 83111 1,74 63107 1,87 45593 2,00 59707 1,88 85784 1,72 71510 1,80 50086 1,96 62777 1,86 51844 1,95 37659 2,08 63902 1,87
Dari tabel 14 dapat diketahui bahwa pada lantai 3 terjadi penurunan kualitas kebersihan ditunjukkan dengan penurunan rata-rata level sigma dari pengamatan pertama sebesar 1,91 menjadi 1,87 atau dengan keaikan DPMO dari semula hanya sebesar 59376,43 naik menjadi 63902,10. Sedangkan untuk penentuan level sigma pada lantai 4 yang meliputi Salazar, ruang sidang dan tangga ditunjukkan pada Tabel 15 sebagai berikut, Tabel 15 Level Six Sigma Lantai Empat Mg I
II
Ruang r. Sidang salazar tangga r. Sidang salazar tangga rata-rata
Pengamatan I DPMO Level Sigma 22198 2,29 42813 2,04 27312 2,21 32692 2,15 17412 2,38 20146 2,34 27095 2,23
Pengamatan II DPMO Level Sigma 44013 2,02 25068 2,24 30859 2,16 36981 2,09 19328 2,34 28409 2,19 30776 2,17
Sebanding dengan hasil pengamatan pada lantai 2 dan 3 kualitas kebersihan pada lantai 4 juga mengalami penurunan kualitas dimana pada pengamatan pertama memiliki rata-rata DPMO sebesar 27095,96 dan naik menjadi 30776,75 pada pengamatan kedua. Sedangkan rata-rata level sigma
mengalami penurunan dari 2,23 menjadi 2,17. Meskipun demikian apabila dibandingkan dengan lantai 2 dan lantai tiga, rata-rata level sigma pada lantai 4 tersebut paling tinggi. Dari semua pengamatan baik lantai 2, 3 dan 4 memiliki nilai sigma yang berkisar antara satu hingga dua sehingga dapat disimpulkan kualitas kebersihan di jurusan statistika ITS berada antara kualitas sangat tidak kompetitif hingga rata-rata kebanyakan industri Indonesia sehingga memang memerlukan perhatian serius dari pihak terkait yang dalam hal ini adalah seluruh warga jurusan statistika ITS. KESIMPULAN DAN SARAN a.Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan mengenai pengembangan metode kerja di unit kebersihan dan administrasi akademik gedung U jurusan Statistika ITS menggunakan metode six sigma dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, 1. Pada pengamatan partisipasi kerja tahap I dari minggu I ke minggu II hanya Kk-Y yang mengalami kenaikan partisipasi kerja sebesar 10%, sedangkan untuk tahap II semua karyawan mengalami kenaikan partisipasi kerja. 2. Dari analisis kapabilitas proses diperoleh kinerja karyawan telah terkendali secara grafis, sedangkan dari perhitungan indeks kinerja karyawan yang diperoleh dari perhitungan indeks Ppk% dan indeks P% p diperoleh hasil tidak kapabel. 3. Dari hasil pengukuran secara subjektif (persepsi mahasiswa) dengan menggunakan sekala Likert diperoleh skor yang berkisar antara 2,15 sampai 3,13 atau berkisar antara kategori kotor sampai bersih. 4. Dari semua pengamatan baik lantai dua, tiga dan empat memiliki nilai sigma yang berkisar antara 1,64 sampai 2,39 b.Saran Tingkat kinerja petugas seharusnya lebih ditingkatkan lagi dan perlu adanya manajemen waktu agar kinerja petugas kebersihan semakin baik sehingga kualitas kebersihan di jurusan statistika ITS semakin meningkat dan terkendali. Secara khusus perlu adanya perhatian serius terhadap faktor debu sebagai penyumbang tingkat kecacatan di jurusan statistika ITS sebagaimana ditunjukkan pada diagram Pareto. DAFTAR PUSTAKA [1] [2] [3]
[4] [5]
[6] [7]
Srimindarti, C, 2006. Balanced Scorecard Sebagai Alternatif untuk Mengukur Kinerja, STIE Stikubank, Semarang. Lucia dkk . 2009. Analisis Beban Kerja Karyawan-ITS tahun 2009. Surabaya. ITS Gaspersz, Vincent. 2011. Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Montgomery, D. C. (2005). Introduction to Statistical Quality Control 5th Edition. New York: John Wiley & Sons, inc. Grant, U. L., & Leavenworth, R. S. (1988). Pengendalian Mutu Statitika. In M. Ir. Hudaya Kandahjaya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka. Mangkunegara, A.P, 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Remaja Rosdakarya, Bandung. Ilyas, Y, 2001. Kinerja (Teori, Penilaian dan Penelitian), Cetakan pertama, FKM UI, Jakarta.