ANALISIS KESIAPAN MANAJEMEN RANTAI PASOK PADA UKM KULIT DAN KONVEKSI BOGOR DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015
NENENG GINA SYAADA
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kesiapan Manajemen Rantai Pasok pada UKM Kulit dan Konveksi Bogor dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2015
Neneng Gina Syaada NIM H24110064
ABSTRAK NENENG GINA SYAADA Analisis Kesiapan Manajemen Rantai Pasok pada UKM Kulit dan Konveksi Bogor dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Dibimbing oleh EKO RUDDY CAHYADI dan M. SYAEFUDIN ANDRIANTO. Persaingan global dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 memberikan peluang dan ancaman bagi para pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia. Salah satu upaya untuk bertahan dalam persaingan tersebut adalah menjaga konsistensi UKM untuk menghasilkan produk yang bermutu dari rantai pasokan yang efisien dan responsif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesiapan manajemen rantai pasokan UKM dalam menghadapi MEA 2015. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 orang pelaku UKM kulit dan konveksi di Bogor, yang dipilih menggunakan metode snowball sampling. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif, analisis uji beda, dan analisis regresi logistik. Hasil menunjukan sebagian besar UKM kulit dan konveksi Bogor belum siap menghadapi MEA 2015. Faktor-faktor manajemen rantai pasokan yang mempengaruhi kesiapan UKM secara umum adalah perencanaan pembelian bahan baku, pemasaran merek produk sendiri, fasilitas operasional (alat transportasi), dan teknologi produksi. Kata kunci : manajemen rantai pasokan, MEA 2015, regresi logistik, UKM kulit dan konveksi Bogor.
ABSTRACT NENENG GINA SYAADA. Readiness Analysis of Supply Chain Management in Bogor Small Medium Enterprise (SMEs) Leather and Convection Facing ASEAN Economic Community 2015. Supervised by EKO RUDDY CAHYADI and M. SYAEFUDIN ANDRIANTO. Global competition in the Asean Economic Community (AEC) 2015 would provide opportunities and threats for SMEs in Indonesia. One effort to survive in the competition is maintain the consistency of SMEs to produce a good quality product from supply chain efficient and responsive . The aims of this research is to analyze the readiness in supply chain management aspect facing the Asean Economic Community 2015. This research using 100 SMEs leather and convection in Bogor which is selected using Snowball Sampling Method. Data analysis used are descriptive analysis, different test analysis, and logistic regression analysis. The results showed the majority of Bogor SMEs Leather and Convection not ready yet to face the AEC 2015. Factors influence the supply chain management readiness are; raw material purchase planning, brand marketing its own products , operational facilities (mode transportation), and production technology. Key words: AEC 2015, logistic regression, SMEs leather and convection Bogor, supply chain management.
ANALISIS KESIAPAN MANAJEMEN RANTAI PASOK PADA UKM KULIT DAN KONVEKSI BOGOR DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015
NENENG GINA SYAADA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Judul Skripsi : Analisis Kesiapan Manajemen Rantai Pasok pada UKM Kulit dan Konveksi Bogor dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 Nama : Neneng Gina Syaada NIM : H24110064
Disetujui oleh
Dr. Eko Ruddy Cahyadi, Shut, MM Pembimbing I
Diketahui oleh
m·M~khamad Najib, STP, MM Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
1 :' t.'JS 2015
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2014 ini ialah manajemen rantai pasokan, dengan judul Analisis Kesiapan Manajemen Rantai Pasok pada UKM Kulit dan Konveksi Bogor dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Eko Ruddy Cahyadi, S.Hut, MM dan Bapak M. Syaefudin Andrianto, S.TP, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi. Di samping itu, ucapan terima kasih disampaikan kepada Bapak, Ibu, dan Kakak penulis atas segala doa dan kasih sayangnya. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh keluarga, teman-teman, dosen, dan Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor atas segala doa dan dukungannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pihakpihak yang memerlukan.
Bogor, Agustus 2015
Neneng Gina Syaada
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
3
Manfaat Penelitian
3
Ruang Lingkup Penelitian
3
METODE
3
Kerangka Pemikiran
3
Lokasi dan Waktu Penelitian
4
Jenis Data dan Sumber Data Penelitian
5
Metode Pengambilan Sampel
5
Metode Pengolahan dan Analisi Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
Gambaran Umum UKM Kulit dan Konveksi Bogor
7
Kesiapan UKM Menghadapi MEA 2015
8
Manajemen Rantai Pasokan pada UKM Kulit dan Konveksi Bogor
8
Analisis Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Terhadap Kesipan UKM Menghadapi MEA 2015
14
Implikasi Manajerial
15
PENUTUP
17
Kesimpulan
17
Saran
18
Daftar Pustaka
18
LAMPIRAN
21
RIWAYAT HIDUP
32
DAFTAR TABEL 1 Perbandingan UKM di ASEAN 2 Kriteria UMKM 3 Komposisi sampel 4 Variabel penelitian 5 Karakteristik usia pemilik UKM kulit dan konveksi Bogor 6 Karakteristik usia usaha UKM kulit dan konveksi Bogor 7 Kepemilikan moda transportasi UKM kulit dan konveksi Bogor 8 Model regresi logistik 9 Ketepatan model regresi logistik 10 Ringkasan model regresi logistik
1 3 5 6 7 7 13 14 15 15
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran 2 Kesadaran UKM kulit dan konveksi Bogor mengenai MEA 2015 3 Kesiapan UKM kulit dan konveksi Bogor menghadapi MEA 2015 4 Aktivitas manajemen rantai pasokan UKM kulit Bogor 5 Aktivitas manajemen rantai psokan UKM konveksi Bogor 6 Kriteria pemilihan pemasok UKM kulit dan konveksi Bogor 7 Periode pembelian bahan baku UKM kulit dan konveksi Bogor 8 Inspeksi bahan baku oleh UKM kulit dan konveksi Bogor 9 Penggunaan teknologi UKM kulit dan konveksi Bogor
4 8 8 9 9 10 11 11 12
DAFTAR LAMPIRAN 1 Kuesioner penelitian 2 Karakteristik responden 3 Hasil uji beda 4 Hasil regresi logistik biner
21 26 27 29
PENDAHULUAN Pembentukan komunitas ASEAN memiliki rencana jangka panjang yang terdiri dari tiga pilar diantaranya, Asean Economic Community (AEC), Asean Security Community (ASC), dan Asean Socio-cultural Community (ASCC). Rencana jangkan panjang ASEAN yang akan terjadi dipenghujung tahun 2015 ini adalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Tujuan yang ingin dicapai dari MEA 2015, adalah (i) menciptakan ASEAN sebagai pasar tunggal dan kesatuan basis produksi; dan (ii) mengurangi kemiskinan dan kesenjangan pembangunan diantara negara anggota melalui bantuan kerja sama yang saling menguntungkan. Pencapaian tersebut dilakukan melalui lima pilar yaitu aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran modal yang lebih bebas (Arifin et al. 2008). Pemberlakuan MEA 2015 ini tentunya akan menjadi babak baru bagi perekonomian negara-negara di kawasan ASEAN, khususnya Indonesia. World Economic Forum (2013) menyebutkan daya saing Indonesia pada tahun 2012-2013 menempati urutan ke-50, sedangkan pada tahun 2013-2014 Indonesia berada di urutan ke-38 peringkat global. Walapun ini menunjukan bahwa Indonesia telah mengalami pertumbuhan ekonomi, nampaknya Indonesia belum mampu mengoptimalkan kekayaan alam yang dimilikinya. Jika dibandingkan dengan negara lain di ASEAN Indonesia hanya menempati urutan ke-5. Jika melihat potensi yang dimiliki oleh Indonesia, seharusnya negara ini dapat mengungguli negara-negara lain di ASEAN. Dalam menghadapi MEA 2015, salah satu kerja sama yang dikembangkan oleh negara-negara di ASEAN adalah pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Hal tersebut didasari oleh jumlah UKM di ASEAN mencangkup 90% dari keseluruahan perusahaan yang ada di negara-negara ASEAN (Nagel 2013). Berikut ini adalah perbandingan UKM negara-negara di ASEAN. Tabel 1 Perbandingan UKM di ASEAN Negara ASEAN Singapura2) Malaysia1) Brunei2) Thailand1) Indonesia1) Pilipina1) Vietnam1) Laos2) Kamboja1) Myanmar2)
Jumlah UMKM (%) 99.4 97.3 98.2 98.5 99.9 99.6 97.7 99.9 99.8 -
Tahun 2012 2011 2010 2012 2012 2011 2012 2006 2011 -
Kontribusi Terhadap GDP (%) 45.0 32.7 23.0 37.0 59.1 35.7 -
Tahun 2012 2012 2008 2012 2012 2006 -
Kontribusi Terhadap Jumlah Ekspor (%) 19.0 2.1 14.1 -
Tahun 2010 2012 2012 -
Sumber :1) ERIA SME Research Working Group (diolah) 2014 2) Asian Development Bank (diolah) 2013 Dampak paling besar dari diberlakukannya MEA 2015 akan dirasakan oleh para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) di masing-masing negara. Ibarat sebuah mata pisau, persaingan global dalam MEA 2015 merupakan sebuah peluang sekaligus ancaman yang mengerikan bagi UKM. Seperti halnya pada UKM kulit dan konveksi Bogor yang mengalami penurunan laba akibat adanya produk serupa dari kompetitor luar negeri seperti Cina dan Thailand (Diskomperindag Kab. Bogor 2014).
2 Bogor merupakan wilayah yang terdiri atas kota dan kabupaten, masingmasing wilayah memiliki karakteristik tersendiri dalam pertumbuhan ekonominya. Secara umum pertumbuhan ekonomi di Kota Bogor setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan. Pertumbuhan ini tentu saja menjadi daya tarik bagi para investor, terutama investor swasta baik nasional maupun asing. Perekonomian di Kota Bogor tumbuh lebih cepat jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, pertumbuhan ini merupakan dampak dari peningkatan produksi dan jasa yang dihasilkan (BPS Kota Bogor 2011). Hal ini dibuktikan dengan jumlah dan nilai penjualan pada UKM yang selalu meningkat setiap tahuannya (Pemerintah Kota Bogor 2011). Hal yang menarik juga terjadi di Kabupaten Bogor. Jika dibandingkan dengan PDRB (Produk Domsestik Regional Bruto) kabupaten seIndonesia, Kabupaten Bogor meraih peringkat keempat dengan sumbangan PDRB sebesar 1.42% dari total PDB Indonesia (Diskomperindag Kab. Bogor 2014). Salah satu UKM unggulan dan mudah ditemui di wilayah Bogor adalah UKM alas kaki, tas (kulit) dan konveksi (tekstil). Karakteristik produk UKM kulit dan konveksi yang fashionable dan memiliki potensi untuk ekspor, menjadi hal yang menarik untuk mengetahui bagaimana kesiapan produk ini dalam menghadapi MEA 2015. Permasalahan yang dihadapi oleh kedua UKM adalah rendahnya daya saing produk terhadap produk serupa dari luar negeri. Terlepas dari peluang yang dimiliki jenis usaha ini, pemberlakukan MEA 2015 juga merupakan suatu ancaman yang mengerikan. Menurut Widyastutik et al (2010) upaya pengembangan UKM di Bogor menghadapi permasalahanpermasalahan yang terkait dengan faktor internal, salah satunya adalah lemahnya jaringan usaha. Menurut Heizer dan Render (2010) ketika perusahaan memasuki pasar global yang berkembang, usaha untuk memperluas rantai pasokan menjadi sebuah tantangan yang strategis. Ancaman MEA 2015 juga muncul dari kelemahan-kelemahan yang dimiliki UKM. Menurut Meliala et al. (2014) kelemahan tersebut diantaranya muncul dari kegiatan produksi seperti keterlambatan bahan baku, peralatan yang sederhana, pemborosan dalam proses produksi, dan belum adanya suatu standarisasi yang menjamin kualitas UKM. Oleh karena itu UKM harus berupaya memperbaiki seluruh kegiatan usahanya untuk meningkatkan produktivitas dalam menghasilkan produk yang bermutu dari rantai pasokan yang efisien dan responsif. Dalam hal ini memahami bagaimana UKM menjalankan manajemen rantai pasokannya (MRP) merupakan hal yang penting untuk diketahui, sebagai upaya menghadapi persaingan bebas dalam MEA 2015. Perumusan Masalah Agar dapat bertahan dalam persaingan, UKM harus meningkatkan produktivitasnya dalam menghasilkan produk yang bermutu dari rantai pasokan yang efektif dan responsif. Hal tersebut sangat ditunjang oleh proses produksi dan operasi dari hulu sampai hilir. Untuk itu memahami kesiapan UKM dari aspek manajemen rantai pasokan merupakan hal yang penting untuk diketahui. Dari pemaparan tersebut maka permasalahan yang diteliti adalah: (1) Persepsi kesiapan UKM dalam menghadapi MEA 2015; (2) Faktor-faktor manajemen rantai pasokan yang mempengaruhi kesiapan UKM menghadapi MEA 2015; (3)
3 Strategi manajemen rantai pasokan untuk UKM sebagai upaya menghadapi MEA 2015. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan, tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Memahami persepsi kesiapan UKM dalam menghadapi MEA 2015; (2) Menganalisis faktor-faktor manajemen rantai pasok yang mempengaruhi kesiapan UKM menghadapi MEA 2015; (3) Merekomendasikan strategi manajemen rantai pasok untuk UKM sebagai upaya menghadapi MEA 2015. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan bagi masyarakat, pemilik usaha, dan pemerintah sebagai upaya meningkatkan daya saing UKM dalam menghadapi MEA 2015. Serta dapat menjadi sumber informasi, preferensi ataupun acuan untuk penelitian berikutnya.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini terbatas pada bagaimana kesiapan manajemen rantai pasok UKM kulit dan konveksi Bogor dalam menghadapi MEA 2015. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah UKM kulit dan konveksi di Kota dan Kabupaten Bogor yang sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Berikut ini adalah kriteria berdasarkan undang-undang tersebut. Tabel 2 Kriteria UMKM NO 1. 2. 3.
Kriteria
Uraian
Asset Max 50 jt >50 jt- 500 jt >500 jt – 10 M
Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah
Omzet Max 300 jt >300 jt – 2,5 M 2,5 M – 50 M
Sumber: UU No. 20 Tahun 2008
METODE Kerangka Pemikiran Dampak paling besar dari pemberlakuan MEA 2015 nampaknya akan dirasakan oleh para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM), seperti pada UKM kulit dan konveksi Bogor yang mengalami penurunan laba akibat adanya produk serupa dari luar negeri. Penurunan laba ini dikarenakan produk impor memiliki biaya produksi yang lebih rendah, sehingga dapat menjual produk dengan harga yang lebih murah. Akibatnya perhatian pasar dan distributor akan teralihkan pada produk-produk impor. Salah satu upaya agar dapat bertahan dalam persaingan
4 adalah meningkatkan daya saing melalui peningkatan produktivitas produk yang bermutu, dari rantai pasok yang efisien dan responsif. Oleh karena itu memahami bagaimana kesiapan manajemen rantai pasok pada UKM kulit dan konveksi Bogor menjadi hal yang perlu diteliti lebih lanjut. Penelitian ini menggunakan alat analisis regresi logistik untuk memahami hubungan antara variabel MRP dengan kesiapan UKM menghadapi MEA 2015. UKM kulit dan konveksi Bogor merupakan sampel dalam penelitian ini, karakteristik masing-masing UKM dan pemilik serta kesiapan UKM menghadapi MEA 2015 akan digambarkan secara umum berdasarkan penuturan dari responden. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi untuk UKM dan para pengambil kebijakan. Kerangka pemikiran pada penelitian ini secara umum dapat dilihat pada Gambar 1. Persaingan pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 UKM Kulit dan Konveksi Bogor Gambaran Umum UKM Kulit dan Konveksi Bogor
Kesiapan UKM menghadapi MEA 2015
Manajemen Rantai Pasokan (MRP) pada UKM Faktor-faktor manajemen rantai pasokan : Kinerja pemasok (X1) Ketersediaan bahan baku (X2) Perencanaan pembelian bahan baku (X3) Persediaan pengaman (X4) Fasilitas tempat produksi (X5) Teknologi produksi (X6) Alat transportasi (X7) Subkontrak (X8) Memasarkan merek produk sendiri (X9) Jenis usaha (X10)
Usia pemilik Pengalaman usaha Tingkat pendidiakan Nilai penjualan
Regresi logistik biner Analisis hubungan faktor –faktor MRP dengan kesiapan UKM menghadapi MEA 2015 Rekomendasi
Gambar 1 Kerangka pemikiran Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di UKM kulit yang meliputi UKM alas kaki dan UKM tas, serta UKM konveksi yang berada di wilayah Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan sejak bulan November 2014 sampai dengan Januari 2015.
5
Jenis Data dan Sumber Data Penelitian Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pemilik atau pengelola serta kuesioner yang diberikan dan diisi oleh responden. Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai literatur seperti buku, internet, penelitian terdahulu, Biro Pusat Statistik, Kantor Koperasi dan UKM Kota dan Kabupaten Bogor, serta data-data penunjang lainnya.
Metode Pengambilan Sampel Terdapat 90 populasi UKM konveksi dan kulit (alas kaki/tas) yang terdaftar di Dinas UKM Kota dan Kabupaten Bogor. Berdasarkan data tersebut Penulis berusaha mendatangi dan mewawancarainya, namun tidak semua UKM dapat ditemui karena beberapa alamat yang sudah tidak valid. Dari UKM yang berhasil diwawancarai penulis mendapatkan informasi mengenai keberadaan UKM sejenis. Oleh karena itu penelitian ini mengguanakan metode non probability sampling, yaitu Snowball sampling sebagai tehnik pengambilan sampel. Dengan tehnik ini terkumpul 100 sampel UKM kulit dan konveksi yang sesuai dengan UU RI no. 20 tahun 2008 tentang UMKM. Tabel 3 Komposisi sampel Kota/Kabupaten Kota Kabupaten Total
UKM Kulit
UKM Konveksi
Total
5 34 39
27 34 61
32 68 100
Sumber : data diolah 2015
Metode Pengolahan dan Analisi Data Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Analsis Deskriptif, independent t test dan regresi logistik biner. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan microsoft excel dan SPSS versi 19. Analisis Deskriptif Analisis Deskrptif adalah analisis yang menggambarkan suatu data yang akan dibuat baik sendiri maupun secara kelompok. Dalam penyajiannya dapat menggunakan pengukuran tendensi sentral (Mean, Mode dan, Median) dan pengukuran penyimpangan (Range, Standard Deviation, dan Variance), juga dibahas tentang grafis dan diagram (Suwarno 2009). Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk menjelaskan gambaran umum dari UKM dan pemilik sebagai responden serta penilaian persepsi responden terhadap variabel yang diajukan.
6 Independen T Test Independen t test adalah uji komparatif atau uji beda untuk mengetahui adakah perbedaan mean atau rerata yang bemakna diantara 2 kelompok bebas yang berskala data interval/rasio. Dalam pengujian terdapat dua kelompok sampel yang tidak berhubungan (uji t dua sampel independen). Variabel yang akan diuji yaitu: usia pemilik, usia usaha, omset, dan jumlah tenaga kerja. Tahapan Uji-T menurut Priyatno (2013) tersedia dalam Lampiran 3. Binary Logistic Regression Rosadi (2011) regresi logistik merupakan salah satu model statistika yang dapat digunakan untuk menganalisis pola hubungan antara sekumpulan variabel independen dengan suatu variabel dependen bertipe kategoris atau kualitatif. Di dalam statistik, regresi logistik, digunakan untuk memprediksi kemungkinan (probabilitas) dari suatu kejadian (Widiarta dan Wardana 2011). Regresi logistik juga mengukur peluang terjadinya suatu kejadian dari beberapa variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini regresi logistik digunakan untuk menganalisis hubungan manajemen rantai pasokan dengan kesiapan UKM menghadapi MEA 2015. Variabel independen dianggap berpengaruh pada variabel dependennya, jika tingkat signifikan (P-Value) dibawah 10% pada selang kepercayaan 90%. Varabel independen merupakan variabel bebas yang dapat mempengaruhi variabel dependen (terikat). Variabel dependen (Y) dalam penelitian ini berbentuk biner yaitu 1 dan 0, Y = 1 jika UKM mengaku siap menghadapi persaingan dalam MEA 2015, Y = 0 jika UKM mengaku tidak siap menghadapi persaingan dalam MEA 2015. Adapun variabel yang digunakan adalah sebagai berikut: Tabel 4 Variabel penelitian Variabel Dependen : (Y) Independen: X1 X2
X3 X4
Nama Variabel Kesiapan mengahadapi persaingan dalam MEA 2015 (Biner) Kinerja pemasok (Ordinal) Ketersediaan bahan baku (Biner)
Perencanaan pembelian bahan baku (Biner) Persediaan pengaman (Ordinal)
X5
Tempat produksi (biner)
X6
Teknologi produksi (Biner) Alat transportasi (biner)
X7
Hipotesis
Oktiya (2006): ada hubungan positif antara pemasok dengan produktivitas UKM. Widyastutik et al (2009): katersediaan bahan baku sebagai indikator dalam varibel condition factor yang mempengaruhi pengembangan klaster UKM Alas kaki di Kota Bogor Satyanegara D (2012): perencanaan merupakan salah satu proses bisnis yang paling berpengaruh dalam kinerja MRP. Oktiya (2006): persediaan merupakan variabel untuk menganalisis pengaruh rantai pasokan terhadap produktivitas di UKM. Bowersox (2002): kepemilikan tempat produksi, dan alat transportasi, merupakan fasilitas yang sangat menunjang kegiatan produksi dan salah satu komponen penting dalam manajemen logistik. Meliala et al (2014) menyatakan teknologi memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan UKM. Bowersox (2002)
7 Tabel 4 Variabel penelitian (lanjutan) Variabel X8 X9 X10
Nama Variabel Subkontrak (Biner)
Hipotesis Sriyana (2010) subkontrak merupakan pola jaringan usaha yang dapat dijadikan sebagai alternatif bagi eksistensi UKM di Indonesia. Surachman dan Benny. (2008) pemberian nama merek merupakan salah satu strategi dalam pemasaran dan meningkatkan daya saing. Jenis usaha merupakan sampel pada penelitian ini yang akan dibandingkan kesiapannya menghadapi MEA 2015.
Memasarkan merek produk sendiri (Biner) Jenis usaha (Biner)
Sumber : data diolah 2015
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum UKM Kulit dan Konveksi Bogor Berdasarkan data yang telah dianalisis, diketahui Pemilik UKM kulit dan konveksi berusia rata-rata 43.9 dan 39.6 tahun, mereka mengelola usahanya lebih dari satu tahun dengan rata-rata usia usaha 16.37 tahun dan 11.2 tahun. Ada perbedaan yang signifikan antara dua karakteristik tersebut, dimana pemilik UKM kulit memiliki usia yang lebih lama dibandingkan dengan pemilik UKM konveksi. Begitu
pula dengan pengalaman usaha, UKM kulit memiliki pengalaman yang lebih lama dibandingkan dengan UKM konveksi (Independent t test, Lampiran 3). Tabel 5 Karakteristik usia pemilik UKM kulit dan konveksi Bogor Jenis Usaha Kulit Konveksi
Rata-Rata 439 3.,6
Tertua 65 60
Usia Pemilik (Tahun) Termuda <25 21 3% 20 7%
25 s.d 50 62% 74%
> 50 14% 20%
Sumber : data diolah 2015 Tabel 6 Karakteristik usia usaha UKM kulit dan konveksi Bogor Jenis Usaha Kulit Konveksi
Rata-Rata 16.37 11.2
Tertua 36 30
Pengalaman Usaha (Tahun) Termuda <10 10 s.d 20 1 28% 39% 1 52% 31%
20 s.d 30 23% 12%
>30 10% 5%
Sumber : data diolah 2015 Tingkat pendidikan terakhir pemilik UKM kulit mayoritas hanya lulusan SD (46%), sedangkan pemilik UKM konveksi hanya sampai tingkat SMA (31%) (Lampiran 2). Dengan tingkat pendidikan ini, mereka mempunyai keterbatasan akan pengetahuan dan keahlian dalam mengelola usaha menjadi bisnis yang berdaya saing. Rata-rata tingkat penjualan satu tahun terakhir masing-masing UKM kulit dan UKM konveksi adalah sebesar Rp1 151 015 000 dan Rp1 232 089 000. Berdasakan nilai penjualan tersebut, rata-rata UKM kulit dan konveksi Bogor tergolong dalam jenis usaha kecil. Diantara seratus UKM yang dijadikan sampel, sebanyak 26% UKM tidak memiliki surat izin dan 85% UKM tidak mamiliki badan hukum. Hasil analisis ini menegaskan banyaknya UKM yang belum terdaftar di Dinas serta tidak tersalurkannya informasi yang penting terkait MEA 2015. Oleh karena itu kesadaran pemilik untuk mendaftarkan usahanya di Dinas UKM harus
8 ditingkatkan. Begitu pula dengan pemerintah, kegiatan menyebar luaskan informasi terkait MEA harus lebih digiatkan. Data mengenai karakteristik UKM dapat dilihat pada Lampiran 2. Kesiapan UKM Menghadapi MEA 2015 Berdasarkan hasil wawancara dengan responden mengenai MEA 2015, sebanyak 35% UKM kulit dan konveksi Bogor tidak mengetahui akan adanya persaingan global antar masyarakat ASEAN (MEA 2015). Dari 54% UKM kulit yang menyadari adanya persaingan tersebut, hanya 7,5% UKM yang mengaku siap menghadapinya. Sedangkan dari 72% UKM konveksi yang menyadarinya, hanya 34,4% UKM yang mengaku siap menghadapi MEA 2015. Ditinjau dari kesiapan empat aspek manajerial, diketahui fungsi manajemen produksi dan teknologi memiliki tingkat kesiapan paling rendah kedua (23%) setelah manajemen sumber daya manusia (18%), sedangkan kesiapan manajemen keuangan (24%) dan manajemen pemasaran (25%) lebih tinggi dibandingkan dengan kedua aspek sebelumnya. Berikut ini persepsi masing-masing pemilik UKM kulit dan konveksi Bogor tentang kesiapannya menghadapi MEA 2015. Kesadaran (Awareness) UKM Kulit tentang AEC 2015
46% 54%
Tahu Tidak Tahu
Kesadaran (Awareness) UKM Konveksi tentang AEC 2015
28%
Tahu Tidak Tahu
72%
Gambar 2 Kesadaran UKM kulit dan konveksi Bogor mengenai MEA 2015 Kesiapan UMKM secara umum 100.00% 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00% Siap
Produksi
92.5% 65.6% 34.4% 7.5% UMKM Kulit Tidak siap
Kesiapan menurut aspek manajerial (siap) SDM Keuangan Pemasaran
UMKM Konveksi
0.00%
UMKM kulit
10.3% 12.8%
31.2% 21.3%
15.4% 10.3%
20.00%
UMKM konveksi
29.5% 34.4% 40.00%
Gambar 2 Kesiapan UKM kulit dan konveksi Bogor menghadapi MEA 2015 Manajemen Rantai Pasokan pada UKM Kulit dan Konveksi Bogor MRP menurut Heizer (2010) adalah pengintegrasian aktivitas pengadaan bahan baku dan pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan. Menurut Siagian (2007) rantai pasokan mencakup keseluruhan interaksi antara pemasok, perusahaan manufaktur, distributor, dan konsumen. Berikut ini adalah gambaran umum aktivitas
9 manajemen rantai pasok pada UKM kulit (Gambar 4) dan konveksi (Gambar 5) Bogor. Manufacurer
Supplier Pemasok bahan baku lokal (65%) Pemasok bahan baku luar provinsi (28%)
Distribution Subkontrak (38%)
Tempat penyimpanan /gudang Inpeksi bahan baku
Proses produksi
Produk jadi
Memasar-kan merek produk sendiri (36%) Subkontrak dan Memasar-kan merek produk sendiri (26%)
Pemasok bahan baku asing (7%)
Pasar lokal (15,38%)
Pasar nasional (71,79%) Pasar internasional (12,83%)
Gambar 3 Aktivitas manajemen rantai pasokan UKM Kulit Bogor
Supplier Pemasok bahan baku lokal (62%) Pemasok bahan baku luar provinsi (34%) Pemasok bahan baku asing (4%)
Manufacurer
Distribution
Tempat penyimpanan /gudang Inpeksi bahan baku
Proses produksi
Subkontrak (21%) Produk jadi
Pasar lokal (37,70%) Memasar-kan merek produk sendiri (57%) Subkontrak dan Memasar-kan merek produk sendiri (11%)
Pasar nasional (57,38%) Pasar internasional (4,92%)
Gambar 4 Aktivitas manajemen rantai pasokan UKM Konveksi Bogor Pemasok Pemasok bahan baku UKM kulit dan konveksi berasal dari berbagai lokasi, baik dari dalam maupun dari luar negeri. Penyedia bahan baku diklasifikasikan dalam tiga kategori berdasarkan wilayah pemasok, yaitu lokal (Jawa Barat), luar provinsi (nasional), dan asing (Internasional). Lebih dari 60% UKM kulit dan konveksi memperoleh bahan bakunya dari pemasok lokal yaitu Bogor dan nasional yaitu DKI Jakarta. Komposisi perolehan bahan baku dapat dilihat pada Gambar 4 dan 5.
10 Kinerja pemasok dalam menyediakan dan menyalurkan bahan baku dengan cepat dan tepat akan berdampak pada kelangsungan proses produksi. Oleh karena itu penentuan pemasok harus didasari dengan beberapa pertimbangan, menurut Sorfina (2011) kriteria utama yang menjadi prioritas dalam pemilihan pemasok adalah aspek kualitas dan harga, sama halnya dengan studi kasus pada penelitian ini. Diagram dibawah ini menunjukan proporsi prioritas pemilihan pemasok UKM kulit dan konveksi di Bogor. Kriteria Pemilihan Pemasok 79% 80%
Kualitas Hubungan kekeluargaan
7%
Dekat dengan lokasi
8%
18% 23%
Ketersediaan bahan baku
36%
46%
28% 23%
Tepat waktu pengiriman
38%
Ketepatan Spesifikasi
57% 79%
Harga 0%
20% UKM Kulit
40% 60% UKM Konveksi
80%
90%
100%
Gambar 5 Kriteria pemilihan pemasok UKM kulit dan konveksi Bogor Perbedaan prioritas pada pemilihan pemasok menunjukan adanya perbedaan karakteristik dari kedua UKM. Setelah mempertimbangkan harga dan kualitas, UKM kulit (46%) memilih ketersediaan bahan baku sebagai kriteria untuk menjalin kerjasama dengan pemasok. Sedangkan pada UKM konveksi (57%) ketepatan spesifikasi menjadi kriteria selanjutnya, hal ini dikarenakan proses produksi pada UKM konveksi lebih banyak dilakukan berdasarkan pesanan pelanggan. Selama ini kemampuan pemasok dalam menyediakan bahan baku masih dirasa baik. Bahan baku Ketersediaan bahan baku dipasar akan mempengaruhi proses produksi pada UKM, selama ini ketersediaan bahan baku masih dirasa cukup baik (mudah didapat). Sebelum melakukan pembelian bahan baku, seharusnya UKM membuat perencanaan pembelian. Akan tetapi sebanyak 84% UKM kulit dan konveksi tidak memilikinya. Sebanyak 78% UKM tidak memiliki prosedur yang jelas mengenai proses pembeliaan bahan baku. Pembelian dilakukan ketika bahan baku dirasa kurang, tanpa menyimpan bahan baku cadangan untuk mengantisipasi lonjakan permintaan. Gambar 7 menunjukan periode bahan baku kedua UKM, sebanyak 53% UKM melakukan pembelian pada saat bahan baku mulai habis (tidak menentu). Tidak ada perbedaan periode pembelian bahan baku diantara UKM kulit dan UKM konveksi.
11 Periode Pembelian Bahan Baku UKM Kulit dan Konveksi Bogor 3%
Setiap hari Seminggu sekali
26% 53%
Antara seminggu sampai sebulan sekali
15%
Triwulan 3%
Tidak menentu
Gambar 6 Periode pembelian bahan baku UKM kulit dan konveksi Bogor Selama ini jika bahan baku sulit didapatkan atau telat dikirim oleh pemasok, UKM akan tetap berproduksi dengan bahan baku yang tersisa sampai benar-benar habis. Selanjutnya UKM akan mengganti bahan baku atau berhenti berproduksi untuk sementara. Sebanyak 54% UKM kulit dan konveksi melakukan pembayaran bahan baku secara langsung baik tunai ataupun non tunai (transfer, cek atau giro), sebelum pemasok mengirimkannya ke pabrik. Bahan baku yang diterima terlebih dahulu dilakukan pengecekan oleh UKM sebelum diolah lebih lanjut atau disimpan sebagai persediaan. Baik UKM kulit maupun UKM konveksi lebih mementingkan kesesuaian spesifikasi bahan baku yang dipesan dengan yang diterima. Jika bahan baku yang diterima tidak sesuai, UKM akan mengembalikannya kepada pemasok. Inspeksi bahan baku oleh UKM Kesesuaian spesifikasi Kesesuaian jumlah BB Kesesuaia harga Kualitas UKM Kulit
49%
59% 61%
67%
23% 26% 54% 57% 0%
20%
UKM Konveksi
40%
60%
80%
Gambar 7 Inspeksi bahan baku oleh UKM kulit dan konveksi Bogor Dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku, masih banyak kendala yang dihadapi UKM. Kendala utama yang banyak dikeluhkan adalah harga bahan baku yang terus meningkat seiring dengan naiknya harga Bahan Bakar Minyak. Kenaikan harga BBM juga berdampak besar pada biaya transportasi yang dikeluarkan oleh UKM. Persediaan Persediaan merupakan faktor yang cukup penting bagi kegiatan operasional karena akan mempengaruhi continuitas produksi. Persediaan pengaman diperlukan ketika terjadinya lonjakan permintaan atau terhambatnya proses pengadaan bahan baku. Penentuan volume persediaan harus didasari oleh perhitungan yang cermat dari jumlah pemesanan optimal untuk mengetahui batas minimal bahan baku untuk dipesan kembali (re-order point), jika persediaan lebih banyak dari yang dibutuhkan maka akan terjadi pemborosan pada biaya logistik. Oleh karena itu perlu adanya manajemen persediaan yang baik untuk menjamin kelancaran operasional. Dari 100 UKM kulit dan konveksi Bogor hanya 42%
12 UKM yang menyimpan bahan baku sebagai persediaan pengaman. Walaupun UKM telah memiliki cadangan bahan baku, pengendalian stok barang dalam pabrik nampaknya masih sulit untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan masih adanya UKM yang tidak memiliki catatan persediaan untuk mengontrol kesesuaian jumlah bahan baku yang masuk dan keluar dari gudang. Banyak persoalan yang dihadapi UKM dalam manjemen persediaan diantaranya, (1) tidak ada perhitungan untuk menentukan jumlah persediaan yang optimal, (2) tidak ada pencatatan persediaan sehingga menyulitkan pemilik untuk memeriksa kesesuaian jumlah persediaan yang masuk dan keluar, (3) tidak tersedianya tempat yang cukup untuk menyimpan bahan baku. Proses produksi Kegiatan operasional UKM ditentukan oleh pemilik berdasarkan jumlah permintaan pasar. UKM konveksi lebih banyak berproduksi berdasarkan pesanan dari para pelanggan, mekanisme pembelian bahan baku dan distribusi pun disesuaikan dengan permintaan pada pesanan tersebut. Sedangkan UKM kulit berproduksi setiap hari sesuai dengan kondisi barang dipasar. Sebanyak 27% UKM mengaku bahwa proses produksi mereka dipengaruhi oleh hari-hari besar di Indonesia, seperti hari raya dan tahun ajaran baru. Untuk menjaga kualitas produk dan mengetahui kendala yang terjadi di pabrik, pemilik UKM melakukan pengawasan langsung pada proses produksi. Teknologi Persaingan global yang akan segera terjadi menuntut UKM untuk melakukan hal-hal diluar kebiasaan mereka. Kebiasaan menggunakan teknologi dalam kegiatan usaha nampaknya menjadi tantangan tersendiri bagi kedua UKM. Untuk menjangkau pasar global dan mengontrol kegiatan usaha, UKM harus membiasakan diri menggunakan teknologi informasi serta teknologi produksi dalam menghasilkan produk yang berkualitas. Gambar di bawah ini adalah penggunaan teknologi kedua UKM, UKM konveksi nampaknya lebih terbiasa menggunakan teknologi dibanding UKM kulit. Penggunaan teknologi UKM kulit dan konveksi Teknologi informasi
10.26%
52.46% 56%
Teknologi produksi modern UKM Kulit
UKM Konveksi 0%
50%
85% 100%
Gambar 8 Penggunaan teknologi UKM kulit dan konveksi Bogor Fasilitas (Tempat dan Alat Transportasi) Aktivitas UKM dalam rantai pasokan sangat ditunjang oleh fasilitas yang dimiliki. Semakin banyak fasilitas, semakin tinggi kemampuan UKM dalam menghasilkan produk yang berkualitas dan tepat pada waktu yang dibutuhkan. Salah satu fasilitas yang penting bagi kegiatan operasional adalah gudang penyimpanan. Sebanyak 37% UKM kulit dan konveksi tidak memiliki gudang khusus penyimpanan. Sedangkan 32% UKM kulit dan konveksi tidak memiliki
13 tempat sendiri untuk melakukan proses produksi, selama ini mereka hanya menyewa atau bekerja sama dengan mitra bisnisnya. Fasilitas lainnya yang sangat menunjang aktivitas logistik adalah kepemilikan alat transportasi. Mode transportasi yang dimiliki UKM masih kurang menunjang untuk menjalankan aktivitas logistik. Sekitar 50% UKM kulit dan konveksi hanya memiliki alat transportasi beroda dua, kendaraan ini tentu saja sangat terbatas dalam kapasitas baik dalam jumlah angkut maupun jarak tempuh. Berikut ini persentasi kepemilikan alat transportasi UKM kulit dan konveksi di Bogor. Distribusi Produk jadi yang dihasilkan UKM kemudian di distribusikan kepada konsumen melalui beberapa perantara seperti retailer, pengepul, dan perusahaan lain. UKM konveksi dan kulit di Bogor mendistribusikan produknya sendiri atau disebut dengan first party distribution, yaitu pengiriman langsung oleh UKM ke konsumen, retailer atau pengepul. UKM Kulit lebih banyak menggunakan jasa pengepul sebagai perantara untuk menyalurkan produknya kepada konsumen akhir. Sedangkan UKM konveksi lebih banyak menyalurkan produknya langsung kepada konsumen akhir. Produk UKM konveksi lebih banyak dipesan oleh lembaga-lembaga (perguruan tinggi, sekolah, lembaga pemerintahan, club, dll) yang ada di Bogor dan sekitarnya. Selain memproduksi produk dengan merk sendiri, beberapa UKM kulit dan konveksi Bogor juga menjadi subkontrak dari perusahaan lain. Subkontrak merupakan salah satu pola dari kemitraan yang diatur dalam UU RI no. 20 tahun 2008 bab VIII tentang Kemitraan. Subkontrak sebagai suatu sistem yang menggambarkan hubungan antara Usaha Besar (UB) dan UKM, dimana UB sebagai perusahaan induk (parent firma) meminta kepada UKM selaku subkontraktor untuk mengerjakan seluruh atau sebagian pekerjaan (komponen) dengan tanggung jawab penuh pada perusahaan induk. Selama subkontrak dijalankan jumlah permintaan dari perusahaan pada UKM kulit dan konveksi cenderung tetap. Beberapa pemilik UKM konveksi memeperkirakan jumlah permintaan dari perusahaan subkontrak ditahun 2015 akan meningkat, sedangkan pemilik UKM kulit memperkirakan jumlah permintaannya akan menurun. Tabel 7 Kepemilikan moda transportasi UKM kulit dan konveksi Bogor Item Fasilitas 1. Tempat Tempat penyimpanan (gudang) Tempat operasional usaha 2. Moda Transportasi Motor Mobil Truk
Sumber : data diolah 2015
Kepemilikan Fasilitas UKM Kulit (%) UKM Konveksi (%) 69% 90%
59% 54%
52% 45% 3%
57% 38% 5%
14 Analisis Pengaruh Manajemen Rantai Pasokan Terhadap Kesipan UKM Menghadapi MEA 2015 Pengolahan data dengan metode analisis regresi logistik memberikan informasi tentang faktor-faktor manajemen rantai pasok yang mempengaruhi kesiapan UKM menghadapi persaingan dalam MEA 2015. Berikut ini hasil pengolahan regresi logistik untuk setiap variabel yang diteliti (Tabel 8). Tabel 8 Model regresi logistik Variabel Kinerja pemasok (X1) Ketersediaan bahan baku (X2) Perencanaan pembelian bahan baku (X3) Persediaan pengaman (X4) Fasilitas tempat produksi (X5) Teknologi produksi (X6) Alat transportasi (X7) Subkontrak (X8) Memasarkan merek produk sendiri (X9) Jenis usaha(X10) Constant
Kesiapan Secara umum Coef. S.E 0.076 0.554 0.670 1.167 1.162** 0.436 0.143 0.699 0.844 0.665 1.993* 1.162 0.934** 0.467 0.418 0.665 1.338* 0.684 0.956 0.843 -8.822 3.290
Kesiapan Produksi Coef. S.E -.989 0.612 1.403 1.061 .395 0.335 .488 0.644 .183 0.649 1.000 0.825 .890** 0.445 .255 0.604 1.54** 0.653 .807 0.736 -3.113 2.436
Kesiapan Pemasaran Coef. S.E 0.542 0.573 0.502 1.177 .908** 0.440 -0.599 0.692 0.602 0.688 19.945 6916.4 1.076** 0.467 0.719 0.721 1.877** 0.738 0.709 0.821 -45.811 13832.
Sumber : data diolah 2015 Keterangan : * : Signifikan pada taraf nyata (α) 10% ** : Signifikan pada taraf nyata (α) 5%
Tabel diatas menujunkan adanya variabel yang mempengaruhi kesiapan UKM menghadapi MEA 2015 secara umum, produksi dan pemasaran. Variabel bebas yang memiliki hubungan secara signifikan dengan variabel terikat ditunjukan dengan tanda bintang (*). Nilai dari hubungan tersebut dapat dilihat pada nilai koefisien dalam tabel (coef). Terdapat lebih dari satu variabel bebas yang mempengaruhi variabel terikat diantaranya; Perencanaan pembelian bahan baku memiliki pengaruh positif terhadap kesiapan UKM menghadapi MEA 2015, kegiatan yang terencana akan membuahkan hasil yang lebih baik. UKM kulit dan UKM konveksi harus segera merancang perencanaan usaha jangka panjang menyongsong persaingan bebas ditahun 2015. Semakin baik perencanaan usaha, semakin baik pula kesiapan UKM menghadapi MEA 2015. Aktivitas logistik dalam rantai pasokan membutuhkan fasilitas penunjang seperti tempat operasional dan alat transportasi yang dapat memenuhi dan menjangkau seluruh kebutuhan operasional UKM dari hulu sampai hilir. Sebuah gudang, tempat produksi, atau alat transportasi yang dikelola oleh perusahaan merupakan fasiltas logistik yang dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas UKM. Kepemilikan tempat usaha UKM memiliki hubungan yang erat dengan kesiapan UKM mengadapi MEA 2015. Nilai koefisien pada variabel menunjukan bahwa UKM yang memiliki tempat usaha sendiri (secara hukum) cenderung lebih siap menghadapi persaingan dalam era ini. Untuk bertahan dalam persaingan, UKM perlu meningkatkan produktivitas usahanya terutama dalam menghasilkan produk yang berkualitas dari rantai pasok yang efisien dan responsif. Oleh karena itu untuk meningkatkan kapasitas produksi dan mutu produk, UKM memerlukan mesin atau teknologi produksi
15 tepat guna yang canggih dan terbarukan. Keefektifan suatu alat/teknologi tentu saja ditentukan oleh manusia sebagai pengguna, karenanya diperlukan pengetahuan (IPTEK) yang baik dari SDM agar dapat menggunakan teknologi dengan tepat guna. Semakin baik UKM menggunakan teknologi modern, semakin besar pula peluang untuk memenangkan pangsa pasar ASEAN. Memasarkan produk dengan merek sendiri memiliki pengaruh terhadap kesiapan UKM menghadapi MEA 2015. Penciptaan merek pada produk yang dihasilkan akan memberikan nilai tambah (Surachman et al. 2008), sehingga nilai jual pada produk tersebut akan lebih tinggi. UKM yang memproduksi produk sendiri cenderung lebih siap atau memiliki peluang siap lebih besar menghadapi persaingan dibandingkan dengan UKM yang mengerjakan permintaan dari perusahaan subkontrak. UKM yang tidak terikat kontrak mamiliki jaringan yang lebih luas dan akan lebih mandiri dalam menjalankan usahanya. Beberapa UKM kulit dan konveksi Bogor yang menjalin kerjasama dengan perusahaan besar, mengaku kegiatan usahanya sangat tergantung pada modal yang diberikan oleh perusahaan. Ketepatan model regresi diatas ditunjukan oleh tabel di bawah ini. Tabel 9 Ketepatan model regresi logistik Prediksi Model Kesiapan UKM
Observasi Aktual Tidak siap Siap Total
Umum 72 10
Tidak siap Produksi Pemasaran 73 69 13 10
Umum 4 14
Siap Produksi 4 10
Persentasi Benar Pemasaran 6 15
93.83 53.93 84.33
Sumber : data diolah 2015 Sebelumnya diketahui sebanyak 75% UKM menyatakan tidak siap menghadapi persaingan. Setelah data diolah, hasil menjelaskan hanya 15% UKM yang benar-benar siap menghadapi persaingan dalam MEA 2015 secara umum, 11% UKM siap secara produksi dan 16% UKM siap dalam pemasaran. Ketepatan model diatas dianggap baik, karena mampu menduga kesiapan UKM menghadapi MEA 2015 setelah dirata-ratakan sebesar 84,67%. Nilai Nagelkerke R Square pada Tabel 10 menunjukan keragaman model yang mampu dijelaskan oleh pengujian ini adalah sebesar 43 %, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor lain diluar model. Tabel 10 Ringkasan model regresi logistik Step 1
-2 Log likelihood 75.739a
Cox & Snell R Square 0.288
Nagelkerke R Square 0.431
Sumber : data diolah 2015 Implikasi Manajerial Analisis manajemen rantai pasokan pada UKM kulit dan konveksi Bogor merupakan suatu upaya untuk meningkatkan daya saing UKM, dengan cara meningkatkan produktivitas yang ditunjang oleh aktivitas pada rantai pasokan. Strategi manajerial dapat diimplementasikan berdasarkan faktor-faktor MRP yang mempunyai pengaruh pada kesiapan UKM adalah sebagai berikut.
16 1. Perencanaan UKM kulit dan konveksi harus segera merancang perencanaan usaha jangka panjang menyongsong persaingan bebas yang akan terjadi ditahun 2015. Selain perencanaan pembelian bahan baku, kedua UKM juga harus membuat perencanaan lain seperti perencanaan kebutuhan bahan baku, kapasitas produksi, pemilihan pemasok, persediaan, dan pemasaran. Dalam merancang perencanaan pembelian bahan baku hendaknya UKM memperhatikan faktor lain seperti faktor ketersediaan bahan baku. Ketersediaan bahan baku yang mudah didapatkan mempermudah UKM dalam proses pembeliaan. Kemudahaan ini juga seharusnya dapat dimanfaatkan UKM untuk lebih efisien dalam proses pengadaan bahan baku, terutama dalam penurunan biaya logistik. Perencanaan strategi yang perlu dilakukan oleh UKM adalah memilih pemasok sesuai dengan kriteria harga yang rendah dan kualitas yang baik, serta menjalin kerjasama dengan pemasok untuk membantu UKM lebih responsive dalam memenuhi kebutuhan bahan bakunya. Untuk memastikan perencanaan yang dibuat telah sesuai dengan sasaran, diperlukan pengetahuan untuk mengelola usaha menjadi bisnis yang berdaya saing. Dengan pendidikan pemilik yang rendah, diperlukan pemerkaya pengetahuan melalui berbagai pelatihan yang diadakan baik oleh pemerintah maupun swasta. Peran akademisi juga sangat diperlukan oleh para pelaku UKM, pihak akademisi seharusnya dapat turun langsung kelapangan untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya sebagai pengabdian dan kontribusi nyata guna mendukung UKM dalam MAE 2015. 2. Fasilitas Fasilitas operasional seperti tempat produksi dan alat transportasi sangat dibutuhkan guna mendukung terciptanya aktivitas rantai pasok yang efisien dan responsif. Oleh karena itu perlu adanya pengembangan fasilitas produksi yang memadai untuk menghasilkan produk bermutu dari rantai pasok yang efisien dan responsif. Pengembangan fasilitas operasional tentu saja membutuhkan modal yang besar, dalam hal ini pemerintah dan pihak swasta sebaiknya bekerja sama untuk menyediakan alat produksi dan transportasi atau meminjamkan modal dengan bunga yang rendah dan persyaratan yang mudah. 3. Teknologi Persaingan global menuntut UKM untuk merubah kebiasaannya dalam penggunaan teknologi. Moderenisasi teknologi harus segera dilakukan UKM untuk mengefisiensikan kegiatan operasional serta meningkatkan produktivitas produk yang bermutu. Baik pemerintah maupun pihak swasta harus segera membantu UKM dalam memfasilitasi teknologi modern serta memberikan pembekalan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), seperti pelatihan penggunaan perangkat lunak komputer, pelatihan penggunaan internet sebagai media pemasaran, pelatihan penggunaan teknologi produksi yang tepat guna serta pelatihan pengembangan produk dan inovasi berbasis teknologi. 4. Memasarkan merek produk sendiri UKM sebaiknya menciptakan merek produk dan memasarkannya sendiri, tanpa adanya ikatan dengan perusahaan lain. Hal ini dikarenakan UKM yang memasarkan produk sendiri akan memiliki jaringan usaha yang lebih luas dan tidak tergantung pada modal yang diberikan oleh perusahaan subkontrak,
17 sehingga dapat lebih mandiri dalam menjalankan usahanya. Oleh karena itu diperlukan strategi pemasaran yang baik agar konsumen tertarik untuk membeli produk UKM. Menciptakan suatu merek tentu saja membutuhkan kerja keras dari UKM, serta dukungan dari berbagai pihak. Aksi nyata dari pemerintah sangat diharapkan UKM untuk mengembangkan produknya baik di pasar lokal maupun internasional. Banyak hal yang dapat dilakukan pemerintah diantaranya membuat pameran, membantu menyediakan fasilitas operasional, serta memberikan kemudahan untuk mengakses pasar global. Dukungan masyarakat sebagai konsumen juga sangat diperlukan, masyarakat seharusnya membeli produk lokal sebagai upaya mendukung Indonesia khusunya UKM dalam menghadapi persaingan dalam pasar bebas ASEAN. Kedua UKM harus percaya diri dan mampu bekerja sama dengan pemerintah dan UKM/industri lainnya, untuk mengadakan atau mengikuti pameran baik dalam skala regional, nasional atau internasional.
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan: 1. Menurut pengakuan responden mengenai kesiapannya menghadapi MEA 2015, diketahui secara umum UKM kulit dan konveksi belum siap menghadapi MEA 2015. Apabila ditinjau dari keempat aspek manajemen, manajemen sumber daya manusia dan manajemen produksi memiliki tingkat kesiapan yang lebih rendah dibandingkan dengan manajemen keuangan dan pemasaran. Penuturan responden menggambarkan tingkat kesiapan secara umum pada UKM kulit lebih rendah dibandingkan dengan UKM konveksi, begitu pula dengan kesiapan dari keempat bidang fungsional manajemen. 2. Faktor-faktor manajemen rantai pasokan yang mempunyai pengaruh terhadap kesiapan UKM menghadapi MEA 2015 secara umum diantaranya; perencanaan pembelian bahan baku, teknologi produksi, alat transportasi dan memasarkan merek produk sendiri. Sementara itu kesiapan produksi lebih dipengaruhi oleh alat transportasi dan memasarkan merek produk sendiri. Sedangkan faktor perencanaan pembelian bahan baku, alat transportasi dan memasarkan merek produk sendiri juga mempengaruhi kesiapan dalam hal pemasaran. 3. Berdasarakan hasil tersebut, para pengambil kebijakan dan UKM harus melakukan beberapa tindakan untuk mendukung terlaksananya strategi yang telah dirumuskan berdasarkan hasil analisis, diantaranya, (1) membuat perencanaan usaha, (2) mengembangkan fasilitas operasional (3) moderenisasi teknologi produksi dan pembekalan IPTEK, dan (4) membangun serta memasarkan merek produk sendiri
18
Saran Penelitian ini terbatas pada bagaimana penerapan manajemen rantai pasok pada UKM kulit dan konveksi di Bogor. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas jenis sampel dan wilayah penelitian agar lebih respresentatif dalam penyajian. Penelitian selanjutnya juga diharapkan dapat mengevaluasi seluruh kegiatan manajemen rantai pasok pada UKM seperti evaluasi kinerja pemasok, dan evaluasi jaringan distribusi.
Daftar Pustaka Anggraeni W. 2009. Pengukuran kinerja pengelolaan rantai pasokan pada PT. Crown Closures Indonesia [skripsi]. Depok (ID): Universitas Gunadarma. Arifin S, Djafara RA, Budiman AS. 2008. Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 Memperkuat Sinergi Asean di Tengah Kompetisi Global. Jakarta (ID): PT Alex Media Komputindo.
Asian Development Bank. 2013. ASIA SME Finance Monito 2013 [internet]. [diunduh 2015 juni 23]. Tersedia pada: http://adb.org/sites/default/files/pub/2014/asia-sme-finance-monitor 2013. pdf [BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Definisi UKM. Jakarta (ID): BPS [BPS] Badan Pusat Statistik Kota Bogor. 2011. Produk Domestik Regional Bruto. Bogor (ID): BPS [internet]. [diunduh 2015 Juni 24]. Tersedia pada: http://bogorkota.bps.go.id/subyek/produk-domestik-regionalbruto Bowersox DJ. 2002. Manajemen Logistik. Ali AH penerjemah. Jakarta (ID): Penerbit PT Bumi Aksara. Terjemahan dari Logistical Management. [Depkop] Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. 2012. Statistik Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UKM) tahun 2010-2011[internet]. [diunduh 2015 April 4]. Tersedia pada; http://www.depkop.go.id Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor. 2012. Informasi Bisnis UKM Kabupaten Bogor Tahun 2012. Cibinong (ID): Diskomperindag Kab. Bogor. ____________________________________________________________. 2014. Penyusunan Roadmap UKM Kabupaten Bogor: Laporan Akhir. Cibinong (ID): PT Dua Ribu Satu Pangripta. ERIA SME Research Working Group.2014. ASEAN SME Policy Index 2014 [internet]. [diunduh 2015 juni 23]. Tersedia pada; www.eria.org Heizer J, Render B. 2010. Manajemen Operasi. Sungkono C penerjemah. Jakarta (ID): Salemba Empat. Megasari KA. 2014. Identifikasi kesiapan daya saing industri kecil menengah (ikm) alas kaki di Kota Mojokerto menghadapi pasar bebas asean (Studi Kasus Kota Mojokerto) [skripsi]. Malang (ID): Universitas Brawijaya. Meliala AS, Matondang N, Sari RM, 2014. Strategi Peningkatan Daya Saing Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Berbasis Kaizen. Jurnal Optimisasi
19 Sistem Industri [internet]. [diunduh 2015 Feb 26]; 13(2). Tersedia pada http://industri.ft.unand.ac.id/josi/index.php. Nagel PJF. 2013. Peluang dan Tantangan UKM Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Jp journal & Proceeding feb Unsoed [internet]. [diunduh 2015 Feb 27]; 3(1). Tersedia pada http:// jp.feb.unsoed.ac.id/index.php/. Oktiya A. 2006. Analisis rantai pasokan terhadap produktivitas di UKM Keramik Klampok Banjarnegara [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Pemerintah Kota Bogor. 2011. Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kota Bogor Tahun 2011 [internet]. [diunduh 2015 Juni 24]. Tersedia pada: http://kotabogor.go.id/index.php Perundang-undangan RI Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UKM) Priyatno D. 2013. Mandiri Belajar Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta (ID): PT Buku Seru. Rosadi D. 2011. Analisis Ekonometrika & Runtutan Waktu Terapan. Yogyakarta (ID): Penerbit ANDI. Sarma M, Farida RD, Siregar EH. 2014. Pengembangan industri kecil dan rumah tangga alas kaki dalam menuju keberlanjutan usaha dan menghadapi ChinaASEAN Free Trade Agreement. Jurnal Manajemen IKM [internet]. [diunduh Tersedia pada: 2015 Apr 6]; 9 (1). http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalmpi/ Satyanegara D. 2012. Analisis manajemen rantai pasok pada industri batik Banten [tesis]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor [SETNEG] Kementerian Sekretariat Negara Republik Indoneisa. 2014. Peluang dan Tantangan Indonesia Pada ASEAN Economic Community 2015 [internet]. [diunduh 2015 Dec 10]. Tersedia pada http://www.setneg.go.id Siagian YM. 2005. Aplikasi Supply Chain Management dalam Dunia Bisnis. Jakarta (ID): PT Grasindo. Sorfina I. 2011. Analisis kriteria pemilihan petani dan kinerja rantai pasokan minyak akar wangi di Kabupaten Garut Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sriyana J. 2010. Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM): Studi Kasus di Kabupaten Bantul. Simposium Nasional: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif [internet]. [diunduh 2015 Mei 11]. Tersedia pada dppm.uii.ac.id/dokumen/dikti/files/DPPM-UII Surachman H, Benny G. 2008. Apresiasi Konsumen Terhadap Merek (Brand) Dalam Negeri. Buletin ilmiah Litbang Perdagangan [internet]. [diunduh 2015 Mei 31]; 2(02). Tersedia pada http;//kemendag.go.id Suwarno B. 2009. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung (ID): Alfabeta Tunggal AW. 2009. Supply Chain Management (Manajemen Rantai Pasokan). Jakarta (ID): Harvarindo [WeForum] World Economics Forum. 2012. The Global Competitiveness Report 2013–2014 [internet]. [diunduh 2015 Feb 26]. tersedia pada : http://www.weforum.org/reports/global-competitiveness-report-2013-2014
20 ______________________________. 2013. The Global Competitiveness Report 2012–2013 [internet]. [diunduh 20 15 Feb 26]; tersedia pada : http://www.weforum.org/reports/global-competitiveness-report-2012-2013 Widiarta IBP, Wardana IGN. 2011 Analisis Pemilihan Moda Dengan Regresi Logistik Pada Rencana Koridor Trayek Trans Sarbagita. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil [internet]. [diunduh 2015 Jan 1]; 15(2). Tersedia pada http://ojs.unud.ac.id/index.php Widyastutik, Mulyati H, Putri EIK. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Klaster UKM Alas Kaki di Kota Bogor yang Berdaya Saing. Jurnal Manajemen dan Agribisnis ; 7(1).
21
LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner penelitian KUESIONER PENELITIAN
Pengantar Perkenalkan, kami adalah tim peneliti dari Institut Pertanian Bogor. Kami sedang melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis Kesiapan Usaha Mikro Kecil Menengah dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015. Kami akan bertanya kepada Bapak/ Ibu seputar kegiatan usaha yang telah dilakukan selama ini dan hal-hal terkait lainnya. Data ini akan dipergunakan untuk kepentingan akademik dan memberikan rekomendasi kepada para pihak/ stakeholders untuk memajukan usaha dalam rangka menghadapi Era ini. Nomor Responden
: ………………………………………………………….
NAMA
: ………………………………………………………….
No HP
: ………………………………………………………….
Alamat
: …………………………………………………………
Desa/ Kelurahan
:……………………………RT…...…… , RW…………
Enumerator
: ………………………………………………………….
Tanggal Wawancara : ………………………………………………………… Waktu mulai
:………:……….
Waktu selesai
:………:…………
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015
22 Lanjutan lampiran 1 Petunjuk: Lingkarilah untuk jawaban anda atau ikuti petunjuk lain untuk menjawab pertanyaan. Partisipasi anda dalam survei ini bersifat sukarela dan seluruh jawaban anda akan dijaga kerahasiaannya. KARAKTERISTIK PEMILIK USAHA Nama 1,1 Pemilik 1 Laki-laki Jenis 1,3 Kelamin 2 Perempuan No, Telp/ 1,6 HP 1 2
1,8
1,11
Tingkat Pendidikan
Alamat UKM
1,4
Usia (tahun) Memiliki usaha ini sejak tahun
1,5 1,7
Tidak Sekolah SD dan sederajat
3
SMP
4 5 6
SMA Diploma Sarjana
1,9
1,10
7 Pasca Sarjana Apabila Tidak, maka bagaimana karakterisrik pengelola? Nama Pengelola 1,12
1,13
Jenis Kelamin
1,15
No, Telp/ HP
1,17
1,2
Tingkat Pendidikan
1,14 1 2
Laki-laki Perempuan
1,16
1 2
Tidak Sekolah SD dan sederajat
1,18
3 4 5 6
SMP SMA Diploma Sarjana 1,19
7
Pasca Sarjana
Email
Bagaimana Anda memiliki usaha ini ?
Apakah pemilik usaha juga berperan sebagai pengelola?
1 2 3 4 1 2
Warisan dari Keluarga Merintis Sendiri Bermitra dengan Pihak Lain Waralaba (Franchise) Ya Tidak
Usia Sejak kapan menjadi pengelola Email Apakah Anda mengetahui tentang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 atau akan adanya pasar bebas dikawasan Asia Tenggara tahun 2015, 1. Ya 2, Tidak Jika Ya, apakah Anda siap untuk menghadapi dampak dari perdagangan bebas tersebut? 1,19a Secara Umum 1, Siap 2, Tidak 1,19b Pemasaran 1, Siap 2, Tidak 1,19c Keuangan 1, Siap 2, Tidak 1,19d SDM 1, Siap 2, Tidak 1,19e Produksi /Teknologi 1, Siap 2, Tidak
23 Lanjutan lampiran 1 Karakteristik Usaha 1 2,1
2,3
Jenis Usaha
2 3 Omset 4 tahun terakhir 2,3,1 2011 2,3,2 2012 2,3,3 2013 2,3,4
2,6
2,7
2,9
Manufaktur
2,2
Jasa Retailer 2,4
1 0 1
Kulit/ Alas kaki Konveksi non formal
Jenis hukum
2
koperasi
badan
3 CV 4 PT Apabila jawaban No, 2,4 bukan A, sejak kapan UKM memiliki badan hukum
2,5
2014
Jenis produk yang dihasilkan
Peningkatan nilai tambah usaha yang dilakukan 1 Menjual bahan mentah 2 Mengolah bahan mentah menjadi 1/2 jadi 3 Mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi dengan nilai tambah tinggi 4 Lainnya, sebutkan 5 Tidak Ada 1 SIUP 1 Milik Sendiri Apakah 2 TDI sudah Kepemilikan 0 Sewa memiliki 3 Surat Izin Gangguan (HO) 2,8 Tempat Kerjasama/ surat ijin Usaha 0 sharing dengan Lainnya, sebutkan 4 usaha mitra usaha 1 Modal sendiri % Sumber 2 Kemitraan dengan orang/perusahaan lain % pembiayaan 3 Pinjaman bank/lembaga keuangan lainnya % investasi dan 4 Pinjaman nonformal % komposisinya Dana bantuan pihak lain (pemerintah atau swasta yang tidak perlu (%) 5 dikembalikan) %
Produksi 3,1
3,3
Dari mana saja bahan baku utama didapatkan? (berdasarkan volume) 3,1, Pemasok Lokal (%) 1 Pemasok Luar Provinsi 3,1, Sebutkan : 2 1. (%) 2. (%) Pemasok Luar Negeri 3,1, Sebutkan : 3 1. (%) 2. (%) Apa kriteria yang digunakan dalam pemilihan pemasok? (boleh lebih dari satu) 3,3,1
Harga
1, Ya 2, Tidak
3,3,2
Tepat spesifikasi 1, Ya 2, Tidak
3,2
3,4
Apa yang terjadi jika penyediaan bahan baku terganggu/ terlambat, 1
Berhenti berproduksi
2
Tetap memproduksi sendiri dengan bahan baku yang terbatas
3
Melakukan UKM lain
4
Mengganti bahan baku (subtitusi bahan baku)
subkontrak
dengan
Bagaimana periode waktu pembelian bahan baku dilakukan, 1 Setiap hari
24 Lanjutan lampiran 1
3,5
3,3,3 Kecepatan waktu1, Ya 2, Tidak 3,3,4 Ketersediaan 1, Ya 2, Tidak 3,3,5 Dekat lokasi 1, Ya 2, Tidak 3,3,6 Hub, Keluarga 1, Ya 2, Tidak 3,3,7 Kualita produk 1, Ya 2, Tidak Bagaimana kinerja pemasok yang dirasakan saat ini? 5. Sangat Baik 4. Baik 3. Cukup baik 2. Kurang baik 1. Tidak baik
3,7
Bagaimana sistem pengangkutan bahan baku yang dilakukan Diangkut oleh pemasok sampai ke 1 tempat UKM 2
3,9
3,11 3,12, a 3,12, b
3,13
3,14
3,15 3,16
Diangkut oleh pihak UKM dari tempat pemasok sampai kegudang
3,6
2 Seminggu sekali 3 Antara seminggu- sebulan sekali 4 Pertiga bulan 5 Perenam bulan 6 Tidak menentu Bagaimana mekanisme pembelian bahan baku Mengikuti prosedur tertentu yang 1 tetap Tidak ada prosedur yang jelas 2
3,8
Bagaimana mekanisme pembayaran yang dilakukan kepada pemasok 1 Pembayaran tunai 2 Pembayaran dimuka Pembayaran melalui rekening, atau 3 cek Pembayaran dilakukan diakhir 4 mggu/bln/th 3,10, Apakah produksi Anda tergantung pada a musim atau periode tertentu? 1, Ya 2, Tidak 3,10, 1 Mingguan b Jika Ya, 2 Bulanan bagaimana pola periodenya Hari Besar 3 ? (Lebaran/natal/dll)
Kendala utama apa yang di hadapi UKM dalam memenuhi kebutuhan bahan bakunya? Ketersediaan bahan baku di 39,1 dalam negeri terbatas 39,2 Kebijakan pemerintah 39,3 Harga bahan baku 39,4 Biaya transportasi yang tinggi Bagaimana ketersediaan bahan baku di pasar? 1. Mudah 0. Sulit Apakah setelah melakukan pembelian ada pengecekan ulang terhadap kesesuaian antara bahan baku yang dipesan dengan bahan baku yang diterima 1, Ada 2, Tidak ada Jika Ada, pengecekan apa saja yang dilakukan? 3,12, Kualitas bahan baku 3,12,1 Kesesuaian jumah bahan baku 1 3,12, Kesesuaian harga bahan baku 3,12,2 Kesesuaian Spesifikasi 2 Apakah Anda melakukan perencanaan 3,13,a Jika Ya, bagaimana Anda pembelian bahan baku untuk satu tahun merencanakannya Ya 0 Tidak Sama dengan pengalaman 1 1 sebelumnya Apakah Anda memiliki persediaan Mempertimbangkan pertumbuhan pengaman untuk mengantisipasi 2 permintaan yang pesat lonjakan permintaan? Ya 0 Tidak Mengkalkulasi atau 1 3 memperhitungkan jumlah biaya pesan optimal Apakah Anda memiliki catatan khusus tentang persediaan 1. Ya 0. Tidak 3,17 Persoalan-persoalan dalam manajemen Bagaimana proses penentuan kebijakan persediaan bahan baku: produksi
25 Lanjutan lampiran 1 1 Permintaan yang fluktuatif 2 Hubungan pemasok yang terganggu
Ditentukan oleh pemilik usaha berdasarkan jumlah permintaan Kesepakatan antara pemilik usaha 2 dengan pegawai, Apakah ada pengawasan terhadap proses produksi 1
Tidak adanya tempat yang cukup 3,18 untuk menyimpan barang persediaan Waktu penyimpanan yang terlalu 4 1 Ya 2 Tidak lama 3,19 Apakah Anda juga memasarkan produk Jika Ya, berapa besar persentasenya dari Anda sendiri? 3,19,a total produksi satu tahun terakhir? Sebutkan % 1 Ya 0 Tidak 3,20 Apakah Anda juga memasok atau Jika Ya, berapa besar persentasenya dari menjadi subkontrak dari perusahaan 3,20,a total produksi satu tahun terakhir? lain? Sebutkan % 1 Ya 0 Tidak Jika jawaban Ya, bagaimana kecenderungannya Turun Tetap Naik 3,20, Bagaimana permintaan dari subkontrak yang diperoleh ? b 3,20, Menurut Anda, bagaimana keberlangsungan subkontrak c dimasa yang akan datang? 3,20, Bagaimana keberlangsungan dari produksi UKM sendiri d selama tiga tahun terakhir? 3,21 Apakah UKM memiliki kendaraan Jika Ya, mode transportasi apa yang sendiri untuk mendistribusikan 3,22 dimiliki? produknya, 1 Ya 0 Tidak 1 Motor 4 Kapal 3,23 Kendala apa saja yang di hadapi dalam 2 Mobil 5 Pesawat mendistribusikan produk? Insfrastruktur negara tidak 3,25,1 3 Truk memadai Bagaimana strategi UKM dalam 3,25,2 Kebijakan pemerintah mendistribusikan produksinya, 3,25,3 Biaya transportasi yang mahal 1 Sekaligus dalam jumlah yang besar Tidak tersedianya alat Sedikit dalam intensitas yang 3,25,4 2 transportasi 3,24 jarang , Sedikit dalam intensitas yang 3,25,5 Lainnya, sebutkan 3 sering, 3,25 Bagaimana strategi pendistribusian 4 Jika ada pemesanan saja produk anda? 3,26 Bagaimana pemanfaatan teknologi pada 1 UKM > Konsumen UKM, 2 UKM > Retail > Konsumen 1 Tidak menggunakan teknologi UKM > Perusahaan Lain > Retail 3 2 Menggunakan teknologi tradisional > Konsumen 4 Konsumen > UKM 3 Menggunakan teknologi modern 3
26 Lampiran 2 Karakteristik responden Karakteristik Responden 1. Tingkat Pendidikan UKM kulit dan konveksi Bogor Jenis Usaha Kulit Konveksi
Tidak Sekolah 3% 5%
SD
Tingat Pendidikan SMP SMA Diploma
46% 18%
8% 21%
30% 31%
3% 7%
Sarjana 10% 18%
Pasca Sarjana 0 0
2. Karakteristik UKM kulit dan konveksi Bogor No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Karakteristik
Jenis usaha Manufaktur Jasa Retailer Jumlah tenaga kerja ≤ 5 orang 5 s.d 19 ≥ 20 Peningkatan nilai tambah usaha yang Menjual bahan mentah Mengelola bahan mentah menjadi bahan ½ jadi Mengelola bahan mentah menjadi bahan jadi dengan nilaitambah yang tinggi Lainnya Tidak ada Jenis badan hukum Non formal Koperasi CV PT Kepemilikan surat ijin usaha SIUP TDI HO Lainnya Tidak ada Kepemilikan Tempat Usaha Milik sendiri Sewa Kerjasama dengan mitra bisnis
Persentasi Frequensi Kulit (%)
Persentasi Frequensi Konveksi (%)
97,4% 2,6%
77,0% 23,0% -
18% 28% 54%
43% 21% 36%
-
-
97,4% 2,6%
100% -
94,9% 5,1% -
77,0% 1,6% 16,4% 5,0%
41,02% 7,69% 2,56% 28,21% 30,77%
42,62% 8,20% 4,92% 42,62% 22,95%
89,7% 10,3% -
55,7% 42,6% 1,7%
27 Lampiran 3 Hasil uji beda Independent T Test Tahapan uji t : a. Menentukan hipotesis : Ho : Tidak ada perbedaan usia pemilik, usia usaha omset dan jumlah tenaga kerja antara UKM kulit dengan UKM konveksi Ha : Ada perbedaan usia pemilik, usia usaha omset dan jumlah tenaga kerja antara UKM kulit dengan UKM konveksi. b. Menentukan t hitung Untuk menentukan nilai t hitung perlu dilakukan uji Levene’s (uji homogenitas) terlebih dahulu dengan F test, artinya jika varian sama maka uji t menggunakan output Equal variances assumed (diasumsikan varian sama) dan jika berbeda menggunakan Equal variances not assumed (diasumsikan varian tidak sama). Untuk menentukan varian sama atau beda dapat dilihat dari tingkat signifikansi. Jika sig > 0,05 maka kedua varian adalah sama, begitu pula sebaliknya jika sig < 0,05 maka varian berbeda. Selanjutanya dilakukan pengujian menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikansi α = 5%. c. Kriteria pengujian Ho diterima jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel Ho ditolak jika –t hitung < t tabel atau t hitung > t tabel Atau menggunakan signifikansi : Ho diterima jika signifikansi > 0,05 Ho ditolak jika signifikansi < 0,05 a. Tabel usia pemilik Group Statistics MEA_2105 Usia_pemilik Kulit
39
Mean 45,03
Std, Deviation 9,813
Std, Error Mean 1,571
61
40,23
9,582
1,227
N
Konveksi
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances F Usia_ Pemilik
Equal variances assumed Equal variances not assumed
,020
Sig, ,887
T 2,419
t-test for Equality of Means Sig, (2Mean Std, Error df tailed) Difference Difference 98 ,017 4,796 1,983
2,406 79,696
b. Tabel usia usaha Group Statistics Konveksi_ Kulit usia_usaha Kulit Konveksi
N 39
Mean 16,79
61
11,34
Std, Std, Error Deviation Mean 9,881 1,582 7,831
1,003
,018
4,796
1,994
28 Lanjutan lampiran 3 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances F usia_ usaha
Equal variances assumed Equal variances not assumed
Sig, ,130
2,326
t-test for Equality of Means Sig, (2Mean Std, Error Df tailed) Difference Difference 98 ,003 5,451 1,780
T 3,061 2,910
67,731
,005
5,451
1,873
c. Tabel tenaga kerja Group Statistics Konveksi_ Kulit Jumlah_TK Kulit
39
Mean 15,21
Std, Deviation 11,517
Std, Error Mean 1,844
61
17,69
26,495
3,392
N
Konveksi
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances F 8,249
Jumlah_ Equal variances TK assumed Equal variances not assumed
Sig, ,005
t -,552
t-test for Equality of Means Sig, (2Mean Std, Error df tailed) Difference Difference 98 ,582 -2,483 4,498
-,643 88,500
,522
-2,483
3,861
d. Tabel omset Group Statistics Omset
Ukm Kulit
N
Koveksi
39
Mean 1,01E9
61
1,08E9
Std, Deviation Std, Error Mean 2,030E9 3,250E8 3,187E9
4,080E8
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
Oms et
Equal variances assumed Equal variances not assumed
F ,228
Sig, ,634
t -,111
t-test for Equality of Means Sig, (2Mean Std, Error Df tailed) Difference Difference 98 ,912 -63657193,148 5,731E8
-,122 98,000
,903
-63657193,148
5,216E8
29 Lampiran 4 Hasil regresi logistik biner Regresi Logistik Case Processing Summary Unweighted Casesa Included in Analysis
100
Percent 100,0
Unselected Cases
0 100 0
,0 100,0 ,0
Total
100
100,0
Selected Cases
N
Missing Cases Total
Dependent Variable Encoding Original Value tidak siap Siap
Internal Value 0 1
Tabel Menunjukan kode dari variabel dependen, Yaitu kategori “Siap menghadapi AEC 2015” dengan kode 1 dan “tidak siap menghadapi AEC 2015 dengan kode 0,
Block 1: Method = Enter Model Summary Secara Umum Step
1
-2 Log likelihood
73.295a
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
.307
.460
Model Summary Produksi Step
1
-2 Log likelihood
83.928
a
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
.213
.322
Model Summary Pemasaran Step 1
-2 Log likelihood
68.935a
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
.353
.523
Tabel hasil output pada Cox-Snell R2 dan Nagelakerke R menjelaskan tingkat keragaman yang dapat dijelaskan oleh model ini.
30 Lanjutan lampiran 4
Step 1
Classification Tablea Secara Umum Predicted Observed Kesiapan_UKM Percentage tidak siap Siap Correct Kesiapan_UKM tidak siap 72 4 94.7 Siap Overall Percentage
10
14
58.3 86.0
Classification Tablea Produksi Observed Step 1
Kesiapan_UKM tidak siap Siap Overall Percentage
Predicted Kesiapan_UKM Percentage tidak siap Siap Correct 73 4 94.8 13
10
43.5 83.0
Classification Tablea Pemasaran Predicted Observed Kesiapan_UKM Percentage tidak siap Siap Correct Step 1 Kesiapan_UKM tidak siap 69 6 92.0 Siap Overall Percentage
10
15
60.0 84.0
Tabel klasifikasi step 1 diatas menjelaskan kesiapan jumlah sampel menghadapi MEA 2015. Nilai overall percentage menunjukan ketepatan model penelitian ini. Variables in the Equation Kesiapan Secara Umum Step 1a
Kinerja_pemasok Ketersediaan_BB Perencanaan_pembelian_BB Persediaan_pengaman_BB Tempat_produksi Teknologi_produksi Alat_transportasi Subkontrak Memasarkan_sendiri Jenis_usaha Constant
B .076 .670 1.162 .143 .844 1.993 .934 .418 1.338 .956 -8.822
S,E, .554 1.167 .436 .699 .665 1.162 .467 .665 .684 .843 3.290
Wald df .019 1 .330 1 7.091 1 .042 1 1.614 1 2.942 1 4.007 1 .394 1 3.822 1 1.286 1 7.188 1
Sig, .891 .566 .008 .838 .204 .086 .045 .530 .051 .257 .007
Exp(B) 1.079 1.955 3.196 1.153 2.326 7.339 2.545 1.518 3.810 2.602 .000
31 Lanjutan lampiran 4 Variables in the Equation Kesiapan Produksi Step 1a
Kinerja_pemasok Ketersediaan_BB Perencanaan_pembelian_BB Persediaan_pengaman_BB Tempat_produksi Teknologi_produksi Alat_transportasi Subkontrak Memasarkan_sendiri Jenis_usaha Constant
B -.989 1.403 .395 .488 .183 1.000 .890 .255 1.546 .807 -3.113
S,E, .612 1.061 .335 .644 .649 .825 .445 .604 .653 .736 2.436
Wald df 2.610 1 1.748 1 1.386 1 .575 1 .080 1 1.471 1 4.007 1 .178 1 5.606 1 1.202 1 1.634 1
Sig, .106 .186 .239 .448 .778 .225 .045 .673 .018 .273 .201
Exp(B) .372 4.069 1.484 1.630 1.201 2.719 2.435 1.290 4.693 2.242 .044
Variables in the Equation Kesiapan Pemasaran Step 1a
Kinerja_pemasok Ketersediaan_BB Perencanaan_pembelian_BB Persediaan_pengaman_BB Tempat_produksi Teknologi_produksi Alat_transportasi Subkontrak Memasarkan_sendiri Jenis_usaha Constant
B S,E, .542 .573 .502 1.177 .908 .440 -.599 .692 .602 .688 19.945 6916.490 1.076 .467 .719 .721 1.877 .738 .709 .821 -45.811 13832.981
Wald df .896 1 .182 1 4.245 1 .748 1 .766 1 .000 1 5.311 1 .994 1 6.472 1 .746 1 .000 1
Sig, .344 .670 .039 .387 .382 .998 .021 .319 .011 .388 .997
Exp(B) 1.720 1.652 2.478 .549 1.827 4.594E8 2.933 2.052 6.534 2.032 .000
Variabel independen memiliki pengaruh terhadap variabel dependen jika, nilai sig, (p-value) di bawah 0,05 pada selang kepercayaan 95% atau nilai sig, (pvalue) di bawah 10% dengan selang kepercayaan 90%, Hubungan diantara kedua variabel ditentukan oleh nilai B (koefisien), variabel berpengaruh positif jika nilai B positif, begitupun sebaliknya. Sedangkan besarnya pengaruh dari masing-masing variabel yang signifikan ditunjukan dengan nilai EXP (B) atau disebut juga Odd Ratio (OR).
32
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Neneng Gina Syaada, lahir pada tanggal 20 Februari 1994 di Bogor, Jawa Barat dari pasangan Bapak Dudu Suhada dan Ibu Wawat Setiawati. Penulis merupakan anak ke lima dari lima bersaudara. Pendidikan penulis dimulai sejak tahun 1999 disebuah sekolah dasar Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-barkah Gunung Sodong Leuwiliang. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP N 1 Leuwiliang pada tahun 2005 sampai 2008. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA N 1 Cibungbulang pada tahun 2008 sampai 2011. Kemudian pada tahun 2011 penulis diterima di Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN), Selama menuntut ilmu di IPB, penulis mengikuti beberapa kegiatan organisasi baik di dalam maupun di luar lingkungan universitas. Pada tahun 2013 penulis menjadi Staf Departemen Olahraga Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB kabinet Prioritas, dan diamanahkan untuk bertanggung jawab atas Community art and sport (Coast) Basket FEM IPB, serta menjadi anggota dalam tim basket tersebut. Selama menjadi anggota beberapa prestasi telah diraih diantaranya, juara 2 kompetisi basket nasional pada FE UI CUP 2013 yang diselengarakan oleh BEM Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, juara 1 kompetisi basket pada Olimpiade Mahasiswa IPB yang diselenggarakan oleh BEM KM IPB tahun 2013. Pada periode waktu yang sama, penulis juga menjadi pengajar dan staf di Lembaga Bimbingan Belajar SPECTRUM. Selanjutnya pada tahun 2014 penulis bergabung bersama UKM CUA (Chess Unity of Agriculture) sebagai anggota aktif dan menjabat sebagai sekretaris UKM. Selama menjadi anggota, penulis mengikuti berbagai kejuaraan catur baik dalam skala lokal maupun nasional. Beberapa prestasi telah diraih dari keikutsertaan tersebut diantaranya, mewakili IPB dan mendapatkan peringkat 6 tim beregu puteri dalam Kejuaraan Catur Nasional Mahasiswa yang diadakan oleh DIKTI pada tahun 2013. Menjadi perwakilan FEM, dan menjuarai kejuaraan catur pada Olimpiade Mahasiswa IPB pada tahun 2014 dan 2015. Pada tahun 2015 penulis diamanahkan untuk menjadi Dewan Penasihat UKM CUA. Selama perkuliahan, penulis mendapat tunjangan beasiswa dari PT ANTAM (Aneka Tambang) sejak tahun 2012 hingga lulus.