MANAJEMEN MUTU DAN KESIAPAN UMKM ALAS KAKI/ KULIT DAN KONVEKSI BOGOR MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015
SITI NAZLIFAH
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Mutu dan Kesiapan UMKM Alas Kaki/Kulit dan Konveksi Bogor Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2015
Siti Nazlifah NIM H24110088
ABSTRAK SITI NAZLIFAH. Manajemen Mutu dan Kesiapan UMKM Alas Kaki/Kulit dan Konveksi Bogor Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Dibimbing oleh EKO RUDDY CAHYADI dan M SYAEFUDIN ANDRIANTO. Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menuntut UMKM alas kaki/kulit dan konveksi Bogor memenuhi standar dan kebutuhan pasar. Penelitian bertujuan mengidentifikasi karakteristik UMKM dan persepsi mutu pelaku usaha terhadap prinsip manajemen mutu, serta mengidentifikasi kesiapan UMKM menghadapi MEA dan pengaruh prinsip manajemen mutu terhadap kesiapan UMKM menghadapi MEA. Pengambilan sampel menggunakan data Dinas UMKM dan Koperasi Kota dan Kabupaten yang dilanjutkan dengan metode snowball sampling. Alat analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif, uji-T dan analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa UMKM konveksi lebih siap menghadapi MEA 2015 dari aspek umum, pemasaran dan produksi/operasi/teknologi. Faktor karakteristik tingkat pendidikan pemilik dan badan hukum usaha berpengaruh singnifikan terhadap kesiapan UMKM. Pelaku usaha belum menerapkan manajemen mutu dengan baik, terutama pada prinsip pendekatan sistem terhadap manajemen dan prinsip pembuatan keputusan berdasarkan fakta, padahal kedua prinsip tersebut tersebut secara signifikan mempengaruhi kesiapan UMKM menghadapi MEA 2015. Kata kunci: MEA, Regresi Logistik, Sistem Manajemen Mutu, UMKM
ABSTRACT SITI NAZLIFAH. Quality Management and Readiness of Bogor Footwear/ Leather and Convection SMEs Facing ASEAN Economic Community 2015. Supervised by EKO RUDDY CAHYADI and M SYAEFUDIN ANDRIANTO. The implementation of the ASEAN Economic Community (AEC) requires Bogor footwear/leather and convection SMEs meet the market’s standards and needs. The research aims to identify the characteristics of SMEs and the quality perception of quality management system, analyze the readiness of SMEs to face the AEC and the influence of the quality management system on the readiness of SMEs to face the AEC. The data from Bogor SMEs sevices used, then followed by snowball sampling method. The data analysis used are descriptive analysis, Ttest and logistic regression analysis. The result showed that convection SMEs are more prepared in general, marketing and production/operation aspects. Educational level of business owner and the legal entity significantly affect the SMEs readiness facing AEC. The business owners have not implemented the quality management well, especially on the principle of system approach to management and the facts-based decision making, although these two principles are significantly affect the readiness of SMEs to face AEC 2015. Keywords: AEC, Logistic Regression, SMEs, Quality Management System
MANAJEMEN MUTU DAN KESIAPAN UMKM ALAS KAKI/ KULIT DAN KONVEKSI BOGOR MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015
SITI NAZLIFAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya yang berlimpah, serta shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga skripsi yang berjudul “Manajemen Mutu dan Kesiapan UMKM Alas Kaki/Kulit dan Konveksi Bogor Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015” ini dapat diselesaikan dengan baik. Melalui prakata ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Eko Ruddy Cahyadi dan Bapak M Syaefudin selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan, dan memberikan nasihat serta masukan selama proses penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada keluarga tersayang yang selalu mendoakan dan mendukung penulis. Terima kasih pula disampaikan kepada sahabat tercinta Rienri, Grace, Uki, Tiwi dan Puteri dan teman-teman satu bimbingan Dwina, Gina, Nifri, Alan, Surahman dan Wandes serta teman-teman seperjuangan Manajemen angkatan 48. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca serta semua pihak yang terlibat.Penulis mohon maaf apabila masih terdapat kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini.
Bogor, Agustus 2015 Siti Nazlifah
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitian
3
Manfaat Penelitian
3
Ruang Lingkup Penelitian
3
TINJAUAN PUSTAKA
3
Manajemen Mutu Terpadu
3
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001
4
Penelitian Terdahulu
6
METODE
6
Kerangka Pemikiran
6
Lokasi dan Waktu Penelitian
7
Jenis Sumber Data dan Metode Pengambilan Data
7
Metode Pengambilan Sampel
8
Pengolahan dan Analisis Data
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
Karakteristik Usaha dan Pemilik UMKM
10
Kesiapan UMKM Menghadapi AEC 2015
11
Persepsi Mutu UMKM
12
Pengaruh Manajemen Mutu terhadap Kesiapan UMKM Menghadapi AEC 2015
13
Implikasi Manajerial
17
SIMPULAN DAN SARAN
18
Simpulan
18
Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
19
LAMPIRAN
21
RIWAYAT HIDUP
29
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6
Kriteria UMKM menurut UU No.20 Tahun 2008 Karakteristik usia pemilik dan pengalaman usaha Karakteristik badan hukum UMKM Pengetahuan dan kesiapan UMKM terhadap MEA 2015 Kategori evaluasi persepsi mutu UMKM Model regresi logistik karakteristik dan manajemen mutu terhadap kesiapan UMKM menghadapi MEA 2015
3 11 11 12 12 16
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran penelitian 2 Persepsi manajemen mutu UMKM
7 13
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4
Data kontribusi sektor UMKM Kabupaten Bogor tahun 2009-2013 Hasil uji validitas kuesioner Hasil uji reliabilitas kuesioner Hasil analisis regresi logistik
21 21 21 26
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang telah digagas sejak tahun 2007 akan diberlakukan pada akhir tahun 2015. Hal ini berimplikasi pada meningkatknya transaksi ekonomi dan persaingan diantara negara-negara Asia Tenggara. Sebagai salah satu negara dengan populasi terbesar di Asia Tenggara dan kaya akan sumber daya alam, Indonesia memiliki potensi pasar sekaligus potensi produksi yang sangat besar. Posisi daya saing Indonesia sendiri pada tahun 2015 berdasarkan Indeks Kompetitif Global yang diterbitkan oleh World Economic Forum (2015) menempati peringkat ke-34 di dunia dan peringkat ke-4 di Asia Tenggara di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand. Dengan posisi tersebut, MEA memberikan tantangan yang sangat besar dalam memenangkan persaingan. Salah satu pilar dari MEA seperti tercantum dalam Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN yang diterbitkan oleh Ditjen Kerjasama ASEAN (2009) yaitu pembangunan ekonomi yang merata. Pilar ini diterjemahkan dalam kebijakan pengembangan UKM yang bertujuan meningkatkan daya saing dan dinamika UKM ASEAN serta memperkuat daya saing dalam mengatasi kesulitan ekonomi makro, keuangan dan tantangan iklim perdagangan bebas. Menurut data yang dirilis oleh Asian Development Bank (2014), Indonesia memiliki persentase usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) terbesar dari seluruh jenis usaha dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya yaitu sebesar 99,9% atau sebanyak 56,5 juta unit usaha pada tahun 2012. Dimana negara lainnya yaitu Kamboja memiliki UMKM sebesar 99,8%, Filipina sebesar 99,6%, Thailand sebesar 98,5%, Vietnam sebesar 97,7%, dan Malaysia sebesar 97,3% yang jumlahnya di bawah 3 juta unit usaha. Di Indonesia UMKM merupakan pemain utama dalam ekonomi domestik dengan rata-rata pertumbuhan 2% per tahun (Asian Development Bank 2014). UMKM memberikan lapangan pekerjaan dalam jumlah besar dan merupakan sumber pendapatan utama maupun sekunder bagi masyarakat miskin di berbagai daerah. Lebih dari 90% unit usaha di Indonesia merupakan UMKM yang merupakan usaha perorangan yang tersebar luas di seluruh daerah pedesaan, dan oleh karena itu, memiliki peran penting dalam pengembangan keterampilan penduduk desa (Tambunan 2006, 2009). Kota dan Kabupaten Bogor merupakan wilayah-wilayah yang memiliki jumlah UMKM terbesar khususnya di provinsi Jawa Barat. Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat, pada tahun 2013 tercatat ada 22.430 unit UMKM sektor industri dengan masing-masing sebanyak 7.856 unit dan 14.574 unit untuk Kota dan Kabupaten Bogor. Pada tahun 2013, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bogor atas dasar harga berlaku sebesar Rp 97,606 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 5,85% dibandingkan tahun sebelumnya (BPS 2014), sedangkan PDRB atas dasar harga berlaku di Kabupaten Bogor mencapai Rp 109,67 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 14,35% dibandingkan tahun sebelumnya (BPS 2014). Di Bogor produk unggulan UKM yang terkenal yaitu alas kaki/kulit dan UKM konveksi. Industri pengolahan
2
memiliki kontribusi yang besar terhadap PDRB Kota dan Kabupaten Bogor. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2014) industri pengolahan memberikan kontribusi sebesar 27,48% terhadap PDRB Kota Bogor dan 57,62% terhadap PDRB Kabupaten Bogor. Menurut Kementerian Koperasi dan UKM, industri pengolahan merupakan kegiatan pengubahan bahan dasar (bahan mentah) menjadi barang jadi/setengah jadi dan/atau dari barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, baik secara mekanis, kimiawi, dengan mesin ataupun dengan tangan. Di Kabupaten Bogor industri pengolahan yang unggulan yang terkenal yaitu alas kaki/kulit dan konveksi atau tekstil dimana jenis usaha tersebut memberikan kontribusi ketiga terbesar setelah jenis usaha makanan dan perdagangan (Lampiran 1). Adapun kedua usaha tersebut memiliki beberapa sentra usaha seperti dinyatakan oleh Widyastutik (2010) dan Dinas UKM dan Koperasi Bogor yaitu sentra industri alas kaki/kulit berada di Kecamatan Ciomas, Ciampea, Ciapus dan Bogor Selatan, sedangkan sentra industri konveksi berada di Kecamatan Cibinong. Meskipun jumlah UMKM alas kaki/kulit dan konveksi di Bogor banyak, selama ini kondisi UMKM belum terorganisir dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan belum tersedianya database UMKM yang lengkap dan diperbaharui setiap tahunnya. Sementara itu, pelaku usaha membutuhkan bantuan pemerintah daerah agar dapat meningkatkan mutu produknya seperti memenuhi standar, kebutuhan, dan kualitas pasar/konsumen agar dapat bersaing dalam MEA. Kualitas produk menjadi penting, karena apa yang ditawarkan oleh produsen harus memenuhi kriteria yang diinginkan oleh konsumen. Oleh karena itu, pengelolaan mutu sangat penting untuk menjamin proses yang dilakukan dan produk yang dihasilkan oleh UMKM. Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001 mendefinisikan bagaimana organisasi menerapkan praktik-praktik manajemen kualitas secara konsisten untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan pasar. SMM ISO 9001 merupakan standar mutu yang sudah diakui secara international, namun saat ini implementasi SMM masih didominasi oleh perusahaan-perusahaan besar. Masih sedikit usaha kecil yang menerapkan SMM, pada kenyataannya perusahaan besar memerlukan keterlibatan pemasok untuk mendukung implementasi SMM mereka. Sebagian besar pemasok merupakan usaha kecil dan menengah (UKM). Sehingga UKM harus proaktif dalam menghadapi persaingan global dan harus lebih efisien dan efektif untuk dapat bertahan dalam lingkungan bisnis (Benjamin et al 2012).
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1) Bagaimana karakteristik usaha dan pemilik UMKM alas kaki/kulit dan konveksi Bogor dalam kaitannya dengan kesiapan menghadapi MEA 2015, 2) Bagaimana kesiapan UMKM menghadapi MEA 2015, 3) Bagaimana persepsi mutu pelaku usaha terhadap prinsip manajemen mutu yang diterapkan selama ini dan pengaruhnya terhadap kesiapan UMKM menghadapi MEA 2015.
3
Tujuan Penelitian Sejalan dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu untuk: 1) Mengidentifikasi karakteristik UMKM alas kaki/kulit dan konveksi Bogor dalam kaitannya dengan kesiapan menghadapi MEA 2015, 2) Mengidentifikasi kesiapan UMKM menghadapi MEA 2015, 3) Mengevaluasi prinsip manajemen mutu yang selama ini diterapkan di UMKM serta pengaruhnya terhadap kesiapan UMKM menghadapi MEA 2015.
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat 1) Bagi UMKM, khususnya objek penelitian sebagai bahan masukan terhadap perancangan kegiatan operasioanal, khususnya penerapan manajemen mutu, 2) Bagi akademisi, sebagai bahan referensi dan informasi dalam melakukan penelitian selanjutnya, 3) Bagi pemerintah daerah, sebagai informasi dalam membuat kebijakan bagi UMKM terkait perdagangan bebas MEA 2015.
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini yaitu implementasi manajemen mutu pada UMKM yang dinilai berdasarkan prinsip-prinsip Sistem Manajemen Mutu ISO 9001. Objek penelitian yaitu UMKM di wilayah Kota dan Kabupaten Bogor, yang selanjutnya disebut Bogor, yang memenuhi kriteria UMKM menurut UndangUndang No. 20 Tahun 2008 berdasarkan jumlah kekayaan bersih dan omzet yang dimiliki oleh sebuah usaha yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Kriteria UMKM menurut UU No.20 Tahun 2008 Kriteria No. 1 2 3
Usaha Usaha mikro Usaha kecil Usaha menengah
Kekayaan Bersih (rupiah) ≤ 50 juta >50 juta–500 juta >500 juta–10 milyar
Omzet (rupiah) ≤ 300 juta >300 juta–2,5 milyar >2,5 milyar–50 milyar
Sumber: Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2008
TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Mutu Terpadu Manajemen kualitas terpadu atau total quality management merupakan suatu cara meningkatkan performasi secara terus menerus pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan
4
menggunakan sumber daya manusia dan modal yang tersedia (Gaspersz 2003). Dalam ISO 8402 (Quality Vocabulary) manajemen kualitas didefinisikan sebagai semua aktivitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang menentukan kebijaksanaan kualitas, tujuan-tujuan dan tanggung jawab, serta mengimplementasikannya melalui alat-alat seperti perencanaan kualitas (quality planning), pengendalian kualitas (quality control), jaminan kualitas (quality assurance) dan peningkatan kualitas (quality improvement). Tanggung jawab untuk manajemen kualitas ada pada semua level manajemen yang harus dikendalikan oleh manajemen puncak dan implementasinya harus melibatkan semua anggota organisasi.
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 ISO 9000 merupakan sekumpulan standar sistem kualitas universal yang memberikan kerangka yang sama bagi jaminan kualitas yang dapat digunakan di seluruh dunia (Tjiptono dan Diana, 2003). Tujuan dari ISO 9000 adalah : 1. mencapai dan mempertahankan kualitas produk atau jasa yang dihasilkan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pembeli secara berkesinambungan, 2. memberikan keyakinan kepada pihak manajemen organisasi bahwa kualitas yang telah dimaksudkan telah dicapai dan dapat dipertahankan, 3. memberikan keyakinan kepada konsumen atau pelanggan bahwa kualitas yang dimaksudkan telah atau akan dicapai dalam produk atau jasa yang dijual. Menurut International Organization for Standardization (ISO), ISO 9001: 2008 mengatur tentang kriteria untuk sistem manajemen mutu dan merupakan satu-satunya standar yang dapat disertifikasi, meskipun hal ini bukan keharusan atau dilakukan secara sukarela. Hal ini dapat digunakan oleh setiap organisasi, besar atau kecil, terlepas dari bidang kegiatan. Prinsip ISO 9001 (Sistem Manajemen Mutu) Agar berhasil dalam memimpin dan mengoperasikan sebuah organisasi, perlu untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi tersebut secara sistematis dan transparan. Keberhasilan dapat dicapai melalui implementasi dan pemeliharaan sistem manajemen yang didesain untuk selalu memperbaiki kinerja sambil menanggapi kebutuhan semua pihak yang berkepentingan. Pengelolaan organisasi mencakup manajemen mutu di antara disiplin manajemen lainnya. Menurut Bayangkara, 2008 ISO 9001 mendasarkan manajemen mutu pada 8 (delapan) prinsip manajemen mutu yang terdiri dari: a. Fokus pada pelanggan Perusahaan bergantung pada pelanggannya sehingga hendaknya memahami dan merealisasikan kebutuhan pelanggan saat ini dan mendatang, serta memenuhi dan berusaha melebihi harapan pelanggan. Semakin tinggi kemampuan untuk memenuhi harapan/keinginan pelanggan, semakin tinggi pula potensi perusahaan untuk mendapatkan laba yang lebih besar, pasar yang lebih luas, pertumbuhan dan perkembangan yang signifikan. b. Kepemimpinan Kepemimpinan dalam perusahaan harus mampu merumuskan misi dan visi perusahaan sebagai sesuatu yang khas tentang apa, bagaimana dan ke
5
c.
d.
e.
f.
g.
h.
mana perusahaan diarahkan dalam memenuhi kebutuhan pelanggannya. Pemimpin juga harus mampu menciptakan dan memelihara lingkungan internal yang kondusif yang membuat semua personalia di dalam perusahaan terlibat secara optimal dalam pencapaian tujuan dan sasaran perusahaan. Keterlibatan personel/ sumber daya manusia Pemberdayaan karyawan merupakan salah satu pola pikir yang harus dipegang dalam implementasi manajemen kualitas total. Untuk mencapai keunggulan bersaing, perusahaan harus menjadikan keterlibatan karyawan sebagai bagian penting dalam pengelolaan SDM-nya. Pendekatan proses ISO 9001:2001 mendefinisikan proses sebagai “kumpulan aktivitas yang saling berhubungan dimana berubahnya input (material, persyaratan, peralatan, instruksi dan lain-lain) menjadi output (barang/jasa)”. Perubahan yang dimaksud yaitu terjadinya proses penciptaan nilai tambah pada input yang diolah sehingga output yang dihasilkan mampu memenuhi persyaratan pelanggan. Pendekatan proses mensyaratkan perusahaan untuk melakukan identifikasi, penerapan, pengelolaan, dan peningkatan berkelanjutan yang dibutuhkan dalam SMM dan mengelola interaksi masing-masing proses yang bertujuan untuk mencapai tujuan dan sasaran perusahaan. Pendekatan sistem pada manajemen Pendekatan sistem terhadap manajemen didefinisikan sebagai pengidentifikasian, pemahaman, dan pengelolaan sistem dari proses yang saling terkait untuk pencapaian tujuan dan peningkatan sasaran perusahaan secara efektif dan efisien. Peningkatan berkesinambungan Peningkatan berkesinambungan merupakan pengembangan konsep dari peningkatan terus menerus di mana dalam pemingkatan yang berkesinambungan dilakukan suatu stabilisasi terlebih dahulu terhadap peningkatan yang telah dilakukan sebelumnya untuk melakukan peningkatan berikutnya. Peningkatan berkesinambungan terhadap kinerja organisasi harus menjadi tujuan tetap organisasi untuk mendapatkan yang terbaik dalam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi baik jangka pendek maupun jangka panjang. Pembuatan keputusan berdasarakan fakta Keputusan yang efektif biasanya dilakukan berdasarkan analisis yang tepat serta data dan informasi akurat yang mewakili fakta yang terjadi. Hubungan yang saling menguntungkan dengan pemasok Menjadikan pemasok sebagai mitra bisnis utama selain pelanggan berarti perusahaan melibatkan pemasok dalam berbagai keputusan strategi bisnisnya. Dengan demikian perusahaan telah mengelola rantai nilainya dengan baik untuk menjadikan bisnisnya tumbuh dan berkembang dengan keuntungan yang memadai. Hubungan yang saling menguntungkan harus dikembangkan oleh perusahaan dengan pemasoknya dalam rangka meningkatkan kemampuan kedua belah pihak dalam memberikan nilai tambah.
6
Penelitian Terdahulu Penelitian berjudul Analyzing The Interaction Of Factors For Success Of Total Quality Management in SMEs yang dilakukan oleh Singh (2011) mengidentifikasi 11 faktor TQM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komitmen manajemen puncak, pelatihan dan pemberdayaan karyawan, pengembangan pemasok dan koordinasi antar departemen merupakan faktor pendorong suksesnya penerapan TQM. Megasari (2014) meneliti tentang Identifikasi Kesiapan Daya Saing Industri Kecil Menengah Alas Kaki di Kota Mojokerto Menghadapi Pasar Bebas ASEAN. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu pemilik selalu berupaya melakukan perbaikan mutu, menjalankan aktivitas operasional sesuai prosedur dan memaksimalkan penggunaan teknologi untuk menjamin kualitas produk sehingga lebih siap menghadapi pasar bebas ASEAN. Sharma dan Kodali (2008) mengkaji elemen TQM dari 28 model, kerangka, dan penghargaan terkait manajemen mutu berdasarkan sudut pandang manufaktur. Hasil dari penelitiannya yaitu 9 elemen fundamental dalam penerapan TQM pada bisnis manufaktur, yaitu focus pelanggan, fokus pemasok, kepeminpinan, manajemen sdm, proses manajemen, manajemen pengetahuan, pengukuran kinerja, tanggung jawab sosial, dan perbaikan berkelanjutan.
METODE Kerangka Pemikiran Perdagangan bebas MEA 2015 berimplikasi pada tingkat persaingan yang semakin tinggi. Hal tersebut menuntut para pemilik usaha untuk siap menghadapi persaingan. Kesiapan tersebut diukur berdasarkan 3 faktor, yaitu 1) karakteristik UMKM yang terdiri dari usia pemilik, pengalaman usaha, tingkat pendidikan, dan bentuk badan hukum usaha, 2) jenis usaha yaitu usaha alas kaki/kulit dan konveksi, 3) persepsi manajemen mutu UMKM yang diukur melalui delapan Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001 merupakan salah satu standar yang telah diakui secara internasional yang dalam penerapannya, menggunakan delapan prinsip, yaitu: fokus pelanggan, kepemimpinan, keterlibatan personel, pendekatan proses, pendekatan sistem pada manajemen, perbaikan berkesinambungan, pendekatan fakta dalam pengambilan keputusan, dan hubungan yang saling menguntungkan dengan pemasok. Faktorfaktor kemudian tersebut dianalisis sebagai variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kesiapan UMKM menghadapi MEA 2015 sehingga dapat diberikan rekomendasi tindakan-tindakan untuk pengembangan UMKM di masa yang akan datang. Adapun kerangka pemikiran penelitian disajikan pada Gambar 1.
7
MEA 2015 Meningkatnya persaingan Kesiapan UMKM menghadapi MEA 2015
Karakteristik UMKM -Usia pemilik -Pengalaman usaha -Tingkat pendidikan -Badan hukum
Persepsi Mutu UMKM
Jenis Usaha -Alas kaki/kulit -Konveksi
Prinsip SMM ISO 9001 -Fokus pada pelanggan -Kepemimpinan -Keterlibatan personel/sdm - Pendekatan proses -Pendekatan sistem pada manajemen -Perbaikan berkesinambungan -Pembuatan keputusan berdasarkan fakta - Hubungan dengan pemasok
Regresi Logistik Rekomendasi
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bogor dengan melakukan wawancara kepada pemilik atau pengelola UMKM konveksi dan alas kaki/kulit menggunakan instrumen kuesioner. Penelitian dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan Januari 2015.
Jenis Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada responden dengan menggunakan instrumen kuesioner. Responden merupakan pemilik dan pengelola
8
UMKM bidang usaha alas kaki/kulit dan konveksi, sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur berupa buku, jurnal, data statistik serta penelitian terdahulu.
Metode Pengambilan Sampel Penelitian ini dilakukan menggunakan metode survei dengan mewawancarai pemilik atau pengelola UMKM. Menurut Umar (2001) metode penelitian survei digunakan untuk mengukur gejala-gejala yang ada tanpa menyelidiki mengapa gejala-gejala tersebut ada, sehingga tidak perlu memperhitungkan hubungan antara variabel-variabel karena hanya menggunakan data yang ada untuk pemecahan masalah daripada menguji hipotesis. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu nonprobability sampling dengan teknik snowball sampling. Responden penelitian berjumlah 100 yang terdiri dari 39 responden pelaku usaha alas kaki/kulit dan 61 responden pelaku usaha konveksi. Sampel dipilih berdasarkan data UMKM Kota dan Kabupaten Bogor tahun 2012, namun karena banyaknya data yang tidak valid, maka responden lain ditemukan berdasarkan rekomendasi atau informasi dari responden awal, sehingga diperoleh data responden baru yang memenuhi kriteria sampel.
Pengolahan dan Analisis Data Alat analisis data yang digunakan pada penelitian ini analisis data deskriptif dan regresi logistik, independent sample t-test dan chi kuadrat (χ2) dua sampel. Analisis deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan objek yang diteliti melalui sampel atau populasi. Data yang terkumpul dianalisis untuk mengidentifikasi faktor manajemen mutu yang secara signifikan mempengaruhi kesiapan UMKM konveksi dan alas kaki/ kulit dalam menghadapi MEA 2015. Penelitian ini mengukur persepsi/sikap responden terhadap variabel bebas X dan variabel terikat Y mengggunakan skala likert. Menurut Kinnear (1988) dalam Umar (2001) skala likert berhubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu. Responden diminta untuk mengevaluasi diri dengan mengisi pernyataan dalam skala likert. Evaluasi dilakukan terhadap implementasi prinsip-prinsip Sistem Manajemen Mutu yang selama ini telah diterapkan oleh UMKM, yang dinyatakan dalam variable penelitian. Penelitian ini menggunakan 5 (lima) skala untuk mengukur persepsi responden yaitu: 1=sangat tidak setuju, 2=tidak setuju, 3=netral, 4=setuju, 5=sangat setuju. Variabel Penelitian Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kesiapan UMKM alas kaki/kulit dan konveksi Bogor menghadapi MEA 2015 dilihat dari aspek secara umum, pemasaran, keuangan, sumber daya manusia, dan produksi/operasi/ teknologi yang dinyatakan dengan 0=tidak siap dan 1=siap. Variabel bebas dalam penelitian ini merupakan delapan prinsip sistem manajemen mutu, yaitu: 1. Karakteristik UMKM: a. Usia pemilik, yang dinyatakan dalam satuan tahun
9
b.
2. 3.
Pengalaman usaha, dinyatakan dalam satuan tahun yang diukur per tahun 2014 c. Tingkat pendidikan pemilik usaha, dinyatakan dalam pilihan: 1) tidak bersekolah, 2) SD atau sederajat, 3) SMP atau sederajat, 4) SMA atau sederajat, 5) D3, 6) S1, 7) Pasca sarjana d. Badan hukum usaha, dinyatakan dalam pilihan: 1) non formal, 2) koperasi, 3) CV, 4) PT Jenis usaha, yaitu 1) alas kaki/kulit, 2) konveksi Prinsip SMM: 1) fokus pelanggan, 2) kepemimpinan, 3) keterlibatan/pemberdayaan personel atau sumber daya manusia, 4) pendekatan proses, 5) pendekatan sistem pada manajemen, 6) perbaikan berkesinambungan, 7) pembuatan keputusan berdasarkan fakta, 8) hubungan dan kerjasama dengan pemasok. Prinsip-prinsip tersebut digunakan untuk mengukur persepsi mutu UMKM responden terhadap pelaksanaan mutu yang selama ini telah diterapkan. Setiap prinsip dinilai berdasarkan pernyataan yang berkisar antara 3 – 6 butir dalam bentuk skala likert. Skor rata-rata dari setiap faktor manajemen mutu kemudian dibandingkan dengan skor alat ukur pada rentang 1 – 5.
Uji Validitas Uji validitas dilakukan untuk mengetahui kelayakan butir-butir pertanyaan dalam suatu daftar (konstruk) pertanyaan dalam mendefinisikan variabel (Nugroho 2005). Uji validitas digunakan untuk mengetahui butir-butir pertanyaan yang valid dan tidak valid. Butir pertanyaan dikatakan valid jika nilai r – hitung > r – tabel. Sebuah item pertanyaan akan dikatakan sahih atau valid jika mempunyai dukungan yang kuat terhadap skor total. Dengan kata lain, sebuah item pertanyaan dikatakan mempunyai validitas jika memiliki tinhkat korelasi yang tinggi terhadap skor item total dengan memenuhi dua syarat yaitu: 1) korelasi dari item-item kuesioner harus kuat dengan tingkat kesalahan maksimal 5%, 2) korelasi harus memiliki nilai positif dengan nilai r – hitung > r – tabel (Wahyono 2009). Uji Reliabilitas Reliabilitas merupakan ukuran kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan daftar pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variable dan disusun dalam bentuk suatu kuesioner (Nugroho 2005). Suatu kuesioner dikatakan reliabel apabila nilai Cronbach’s Alpha > 0,6. Independent-Sample T Test Independent-samples t test merupakan analisis yang digunakan untuk menguji dua rata-rata dari dua sampel yang saling tidak berkaitan. Dapat pula dikatakan bahwa prosedur ini digunakan untuk membandingkan rata-rata dua kelompok kasus. Idealnya untuk tes ini harus secara acak ditugaskan untuk dua kelompok, sehingga apapun perbedaan yang terjadi adalah berkaitan dengan perlakuan (atau ketiadaan perlakuan) dan bukan faktor lain (Wahyono 2009). Chi Kuadrat (χ2) Dua Sampel Menguji hipotesis komparatif dua sampel independen berarti menguji signifikansi perbedaan nilai dua sampel yang tidak berpasangan. Sampel
10
independen biasanya digunakan dalam penelitian yang menggunakan pendekatan penelitian survey. Chi kuadrat digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel bila datanya berbentuk nominal dan sampelnya besar (Sugiyono 2011). Regresi Logistik Menurut Hosmer et al (2013) analisis regresi logistik digunakan untuk menggambarkan hubungan antara variabel dependen (terikat) dan satu atau lebih variabel penjelas (bebas), dimana variabel terikat dari model regresi logistik bersifat biner atau dikotomis (lebih dari satu). Regresi logistik berbeda dengan regresi linear baik dari bentuk model, maupun asumsi yang digunakan, namun secara umum prinsip yang digunakan pada regresi logistik hampir sama seperti regresi linear. Sarwono (2013) menyatakan bahwa syarat-syarat yang dibutuhkan dalam regresi logistik yaitu variabel bebas berskala interval sedangkan variabel terikat berskala nominal, dan ukuran sampel yang digunakan besar untuk meningkatkan kekuatan statistik sehingga setiap perbedaan akan dianggap signifikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Usaha dan Pemilik UMKM Alas Kaki/Kulit dan Konveksi di Kota dan Kabupaten Bogor Hasil uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan pada 100 responden menujukkan bahwa seluruh butir pertanyaan valid, yang ditunjukkan dengan r hitung (pearson correlation) > r – tabel (0,195). Reliabilitas ditunjukkan dengan nilai Cronbach’s Alpha (0,941) > 0,6. Hasil uji reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2 dan uji validitas dapat dilihat pada Lampiran 3. Pemilik UMKM baik alas kaki/kulit maupun konveksi didominasi oleh lakilaki dengan persentase masing-masing 97% dan 87%. Sisanya berjenis kelamin wanita sebanyak 3% pada UMKM alas kaki/kulit dan 13% pada UMKM konveksi. Pendidikan terakhir pemilik usaha alas kaki/kulit didominasi oleh lulusan SD sebesar 41%, sedangkan konveksi didominasi oleh lulusan SMA sebesar 31%. Rata-rata usia pemilik UMKM alas kaki/kulit yaitu 45 tahun, sedangkan usia pemilik UMKM konveksi 40 tahun. Berdasarkan hasil uji independentsamples t test pada Tabel 2, signifikansi menunjukkan angka 0,887 (usia pemilik) dan 0,130 (usia usaha) > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa varian dari usia usia pemilik dan pengalaman usaha kedua grup (alas kaki/kulit dan konveksi) tidak sama atau memiliki perbedaan yang signifikan, yang berarti bahwa rata-rata usia pemilik UMKM alas kaki/kulit lebih tua dengan pengalaman usaha yang lebih lama dibandingkan UMKM konveksi.
11
Tabel 2 Karakteristik usia pemilik dan pengalaman usaha Karakteristik (tahun) Usia pemilik Pengalaman usaha
UMKM Alas kaki/kulit Mean St. dev 45,03 9,81 16,79 9,88
UMKM Konveksi Mean St. dev 40,23 9,58 11,34 7,83
Sig
T
0,887 0,130
2,419 3,016
Sumber: Data diolah (2015) Berdasarkan Tabel 3, 95% dari UMKM alas kaki/kulit dan 79% dari UMKM konveksi bersifat non formal atau tidak memiliki badan hukum, yang mana sebagian besar usaha merupakan milik perseorangan. Usaha berbentuk koperasi memiliki persentase 2% yang merupakan UMKM konveksi. Usaha dengan badan hukum CV memiliki persentase masing-masing 5% dan 15% untuk UMKM alas kaki/kulit dan konveksi. UMKM berbadan hukum CV memiliki posisi sebagai sekutu aktif atau komplementer, dimana mereka bertindak sebagai pihak yang menjalankan dan bertanggung jawab terhadap kegiatan produksi dan operasi. Usaha yang berbentuk PT sebesar 5% yang hanya merupakan usaha konveksi. Tabel 3 Karakteristik badan hukum UMKM Badan hukum Non formal Koperasi CV PT Total
Alas kaki/ kulit 95% 0% 5% 0% 100%
Konveksi 79% 2% 15% 5% 100%
Sumber: Data diolah (2015)
Kesiapan UMKM Alas Kaki/Kulit dan Konveksi Bogor Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 Masyarakat Ekonomi ASEAN yang akan dilaksanakan pada akhir tahun 2015 merupakan wujud kesepakatan negara-negara ASEAN membentuk kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta menciptakan pasar regional bagi kurang lebih 500 juta penduduknya. Ekonomi di kawasan ASEAN yang didominasi oleh usaha kecil dan menengah menjadi perhatian penting dimana usaha-usaha tersebut membutuhkan pengembangan agar dapat bertahan dan berkompetisi di pasar asing. Pengetahuan mengenai MEA serta strategi yang perlu dilakukan oleh UMKM menjadi sangat penting dalam menghadapi persaingan yang lebih ketat. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data mengenai pengetahuan UMKM mengenai MEA serta bagaimana kesiapan mereka menghadapi persaingan tersebut. Pada Tabel 4, disajikan data mengenai tahu tidaknya pemilik atau pengelola mengenai MEA. Lebih dari 50% pemilik atau pengelola mengetahui tentang MEA. Responden mengetahui tentang MEA dari berbagai sumber seperti media massa cetak dan eletronik, rekan bisnis maupun dari internet, namun sebagian besar dari mereka hanya pernah mendengar dan tidak memiliki
12
pengetahuan mendetail mengenainya. Terlihat hasil dari uji chi-square pada kesiapan UMKM menghadapi MEA 2015 yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi atau P-value. Pada kesiapan dari aspek keuangan dan secara sumber daya manusia nilai signifikansi lebih dari 0,05%, yang berarti bahwa baik UMKM alas kaki/kulit maupun konveksi dari segi keuangan maupun secara sumber daya manusia dikatakan tidak siap menghadapi MEA 2015. Ketidaksiapan UMKM diindikasikan sebagai penyebab dari berbagai kendala seperti lemahnya manajemen usaha, kurangnya pengetahuan mengenai pasar luar negeri, ketidakmampuan menembus pasar asing, hambatan permodalan, rendahnya kualitas sumber daya manusia, serta hambatan bahasa. Namun dari aspek secara umum, pemasaran dan produksi/operasi/teknologi UMKM konveksi cenderung lebih siap dibandingkan dengan alas kaki/kulit. Tabel 4 Pengetahuan dan kesiapan UMKM terhadap MEA 2015 Karakteristik Pengetahuan MEA 2015 Tahu Tidak tahu Total Kesiapan Menghadapi MEA 2015 Secara umum Pemasaran Keuangan Sumber daya manusia Produksi/ operasi/ teknologi
Alas kaki/ kulit
Konveksi
54% 46% 100% Alas kaki/ kulit 7,7% 10,3% 15,4% 12,8% 10,3%
72% 28% 100% Konveksi 34,4% 31,1% 27,9% 21,3% 27,9%
P-Value 0,002 0,015 0,148 0,281 0,035
Sumber: Data diolah (2015) Persepsi Mutu UMKM Alas Kaki/ Kulit dan Konveksi Bogor Penelitian ini mengukur persepsi mutu subjektif responden yang memiliki 33 item pernyataan dengan lima pilihan jawaban, sehingga masing-masing responden memiliki skor yang berkisar 1 – 5. Skor rata-rata diperoleh dengan membagi jumlah skor responden pada setiap item dengan jumlah item pernyataan sehingga diperoleh kategori seperti tercantum pada Tabel 5. Tabel 5 Kategori evaluasi perepsi mutu UMKM Range skor rata-rata 1,00 – 1,79 1,80 – 2,59 2,60 – 3,39 3,40 – 4,19 4,20 – 5,00
Kategori Sangat Buruk Buruk Sedang Baik Sangat Baik
Sumber: Data diolah (2015) Sebagian besar responden menyatakan setuju atau telah menerapkan prinsip-prinsip SMM pada kegiatan usahanya. Berdasarkan Gambar 2, prinsip pendekatan sistem pada manajemen memiliki skor rata-rata terendah yaitu 2,97. Hal ini dikarenakan UMKM banyak yang belum memiliki visi, misi dan sasaran serta pedoman mutu seperti instruksi kerja, petunjuk pemakaian peralatan maupun standar industri, sedangkan hubungan dengan pemasok mendapat skor rata-rata
13
tertinggi 3,99. Hal ini disebabkan UMKM memilih pemasok berdasarkan kinerja yang memuaskan, telah menjalin hubungan kerjasama yang baik serta senantiasa memberikan umpan balik. Pada prinsip fokus pelanggan, rata-rata pemilik menyatakan bahwa mereka mengkomunikasikan kepada karyawan mengenai pentingnya memenuhi kebutuhan pelanggan, memfasilitasi pelanggan dalam memberikan umpan balik, memiliki proses efektif tentang ekspektasi pelanggan dan mengetahui bahwa pelanggan puas. Pada prinsip kepemimpinan, rata-rata UMKM belum memiliki visi misi, namun sudah memahami manajemen mutu dan pentingnya bagi usaha, memotivasi karyawan dan terlibat dalam pengembangan kualitas, memiliki rencana utilisasi karyawan serta memberikan sumber daya yang cukup untuk perbaikan kualitas. Pada keterlibatan dan pemberdayaan personel, sasaran kualitas dikomunikasikan kepada karyawan, serta karyawan percaya dan serius dalam memberikan pelayanan kualitas terbaik, namun UMKM belum melakukan kegiatan pelatihan bagi karyawan dan melibatkannya dalam penetapan kebijaksanaan kualitas UMKM. Pada pendekatan proses, UMKM mentransformasikan kebutuhan pelanggan ke dalam perencanaan, memiliki proses efektif untuk menangani keluhan pelanggan, serta UMKM dapat mengidentifikasi penyebab kualitas jelek. Fokus pelanggan
3,86
Kepemimpinan
3,62
Keterlibatan sdm
3,55
Pendekatan proses
3,82
Pendekatan sistem pada manajemen
2,97
Perbaikan berkesinambungan
3,57
Pembuatan Keputusan berdasarkan fakta
3,29
Hubungan dengan pemasok
3,99 1
2
3
4
5
Gambar 2 Persepsi manajemen mutu UMKM
Pengaruh Faktor Manajemen Mutu Terhadap Kesiapan UMKM Menghadapi MEA 2015 Analisis regresi logistik dilakukan untuk memperoleh sebuah model regresi untuk memprediksi besar variabel dependen yang berupa sebuah variabel binary menggunakan data variabel independen yang sudah diketahui besarnya (Santoso 2010). Pada penelitian ini variabel dependen berupa data kesiapan UMKM menghadapi AEC 2015, yang dinyatakan dengan 1=siap, 0=tidak siap secara umum, pemasaran, keuangan, sumber daya manusia dan secara produksi operasi berdasarkan 3 faktor yaitu karakteristik UMKM, jenis usaha dan
14
manajemen mutu UMKM. Analisis dilakukan dengan batuan software SPSS v22. Adapun hasil dari analisis adalah sebagai berikut: Kelayakan model regresi ditentukan berdasarkan angka probabilitas (nilai Hosmer dan Lemeshow goodness of fit test) yaitu lebih besar dari 0,05 untuk semua model. Hasil ini menunjukkan bahwa model regresi biner layak digunakan pada analisis selanjutnya karena tidak terdapat perbedaan antara klasifikasi yang diprediksi dan yang diamati, sedangkan kelayakan model keseluruhan dilihat dari angka overall precentage. Hasil pendugaan parameter logit menyatakan bahwa model regresi logistik yang digunakan cukup baik, dengan rata-rata kemampuan memprediksi dengan sebesar 93%, 85%, 91%, 92% dan 93%. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai log likelihood sebesar 43,90; 35,54; 44,12; 38,19; dan 26,73. Menurut Sarwono (2013), jika nilai log likelihood semakin kecil dan mendekati nol, maka nilai tersebut semakin menggambarkan kecocokan model. Pada Tabel 6, disajikan variabel yang secara signifikan mempengaruhi kesiapan UMKM secara umum, kesiapan pemasaran, kesiapan keuangan, kesiapan sumber daya manusia dan kesiapan produksi/operasi/teknologi pada taraf signifikansi 1%, 5%, dan 10%. Pada kesiapan secara umum, prinsip manajemen mutu fokus pelanggan, pendekatan sistem terhadap manajemen, dan peningkatan berkesinambungan memiliki pengaruh yang signifikan. Dari kesiapan secara pemasaran, prinsip manajemen mutu fokus pelanggan, kepemimpinan, dan pendekatan sistem terhadap manajemen berpengaruh signifikan. Pada kesiapan secara keuangan, variabel tingkat pendidikan pemilik usaha dan bentuk badan usaha serta prinsip manajemen mutu pendekatam sistem terhadap manajemen dan peningkatakan berkesinambungan memiliki pengaruh signifikan. Prinsip manajemen mutu fokus pelanggan, tingkat pendidikan serta bentuk badan hukum usaha memiliki pengaruh signifikan terhadap kesiapan UMKM mengahadapi MEA secara sumber daya manusia. Sedangkan pada kesiapan produksi/operasi/teknologi peningkatan berkesinambungan, pengambilan keputusan berdasarkan fakta, dan hubungan dengan pemasok berpengaruh signifikan terhadap kesiapan UMKM. Maka secara berurutan variabel-variabel yang paling banyak mempengaruhi kesiapan UMKM menghadapi MEA 2015 yaitu fokus pelanggan, pendekatan sistem terhadap manajemen, peningkatan berkesinambungan, tingkat pendidikan pemilik usaha, serta bentuk badan hukum usaha. Sedangkan jenis usaha tidak mempengaruhi UMKM dalam kesiapannya menghadapi MEA 2015. Pada Tabel 6 disajikan model regresi logistik pengaruh prinsip karakteristik, jenis usaha dan manajemen mutu UMKM terhadap kesiapan menghadapi MEA 2015. Besarnya pengaruh masing-masing variabel ditunjukkan oleh nilai odds ratio. Pada faktor karakteristik usaha, variabel tingkat pendidikan dan badan hukum memiliki berpengaruh signifikan terhadap kesiapan menghadapi MEA 2015. Tingkat pendidikan pemilik usaha dapat mempengaruhi kemampuan pemilik, pengelola serta karyawan dalam melakukan kegiatan usaha. Menurut Sarma et al (2014), disadari atau tidak, pendidikan formal berperan penting dalam pengembangan usaha. Pendidikan yang kurang menunjang telah mengakibatkan lemahnya posisi pelaku usaha, sehingga rentan terhadap penipuan dan kerugian. Badan hukum usaha merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesiapan eskpor UMKM seperti yang dinyatakan oleh Rumahboro (2015).
15
Fokus pelanggan merupakan elemen penting dalam penerapan manajemen mutu. Semakin tinggi implementasi fokus pelanggan dalam kegiatan bisnis, maka semakin siap UMKM menghadapi perdagangan bebas. Hal ini dikarenakan pengelola akan lebih memahami kebutuhan pelanggan dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dan bukan keuntungan semata. Kepemimpinan yang baik akan membawa organisasinya kepada kesuksesan. Pemimpin harus memahami kegiatan bisnisnya, pihak-pihak yang terlibat serta hal-hal yang harus dilakukan terkait usahanya. Pendekatan sistem pada manajemen meliputi kegiatan pengelolaan proses untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Pembuatan dan pelaksanaan visi, misi, dan sasaran akan membantu dalam menjalankan bisnis dan bersaing di pasar bebas, namun pada saat ini hanya 33% UMKM yang memiliki visi, misi dan sasaran. Peningkatan berkesinambungan meliputi perbaikan terus-menerus agar kualitas produk meningkat. Pemerikasaan dan pengawasan pada proses produksi merupakan langkah pencegahan yang penting dilakukan, namun hanya 7% dari responden yang menyatakan telah melakukannya. Pengambilan keputusan berdasarkan data pelaporan dan catatan akan membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih baik. Sehingga keputusan yang diperoleh akan lebih tepat karena berdasarkan fakta atau kondisi usaha yang sesungguhnya. Hal ini tentunya akan memperbesar kesiapan menghadapi MEA 2015. Menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan pemasok memberikan keuntungan bagi UMKM dalam menghadapi pasar bebas ASEAN. Hal tersebut disebabkan bahan baku menentukan kualitas produk akhir sehingga penting apabila pemasok dipilih berdasarkan kinerjanya.
16
Tabel 6 Model regresi logistik karakteristik dan manajemen mutu terhadap kesiapan UMKM menghadapi MEA 2015 Kesiapan Menghadapi MEA 2015 No.
Variabel
Secara umum Coeff
1 2 3 4 5 6 7 8
Usia pemilik -0,011 Pengalaman usaha -0,071 Tingkat pendidikan -0,006 Badan hukum 0,727 Jenis usaha 1,285 Fokus pelanggan 3,315* Kepemimpinan -0,714 Keterlibatan & -1,095 pemberdayaan sdm 9 Pendekatan proses -0.594 10 Pendekatan sistem 1,973*** terhadap manajemen 11 Peningkatan 1,927*** berkesinambungan 12 Keputusan 1,584 berdasarkan fakta 13 Hubungan dengan -1,670 pemasok Konstanta 5,730 ***Signifikansi pada taraf nyata (α) 1% **Signifikansi pada taraf nyata (α) 5% *Signifikansi pada taraf nyata (α) 10%
Sumber: Data diolah (2015)
Odds Ratio 0,989 0,932 0,994 2,070 3,615 27.535 0,490
Pemasaran
Keuangan
SDM
Produksi/ operasi/ teknologi Odds Coeff Ratio 0,047 1,048 -0,046 0,955 0,087 1,091 0,597 1,817 0,832 2,297 1,185 3,271 -0,347 0,707
0,032 -0,075 0,115 0,676 0,388 2,540** 3,028***
1,0332 0,927 1,122 1,965 1,473 12,679 0,048
0,037 0,037 0,717** 0,938** 0,287 3,344* -1,845
1,037 1,038 2,049 2,673 1,332 28,329 0,158
0,011 0,049 0,559** 0,731*** 0,366 2,394** -0,363
Odds Ratio 1,011 1,050 1,748 2,078 1,442 10,962 0,696
0,335
0,635
1,888
0,828
2,289
-0,100
1,105
0,092
1,097
0,552
-0,160
0,853
0,515
0,598
-0,116
0,891
0,155
1,167
28,745
2,997**
20,018
0,247
1,281
0,356
1,427
7,189
Coeff
3,358**
Odds Ratio
Coeff
Odds Ratio
Coeff
0,146
-1,556
0,211
1,749***
0,174
-1,701
0,182
1,840***
0,159
4,873
0,634
1,885
-0,957
0,384
1,141
4,112
2,175**
8,803
0,188
-1,110
0,330
0,825
0,438
1,774
0,170
2,132**
0,119
0,003
7,625
0,000
11,570
0,000
7,120
0,001
4,115
0,016
17
Implikasi Manajerial Berdasarkan hasil penelitian terdapat dua karakteristik usaha dan enam prinsip sistem manajemen mutu yang mempengaruhi secara signifikan kesiapan UMKM dalam menghadapi MEA 2015. Namun komitmen pelaku usaha terhadap beberapa prinsip masih lemah. Implikasi manajerial dari hasil penelitian ini adalah: 1. Pendidikan formal pemilik UMKM dan bentuk hukum usaha memiliki peran penting. Semakin tinggi tingkat pendidikan pemilik UMKM maka kemungkinan pengelolaan keuangan dan karyawan akan semakin baik. Begitu pula dengan badan hukum usaha, UMKM yang memiliki badan hukum, memiliki pertanggungjawaban yang lebih besar kepada pihak internal dan eksternal. Dengan adanya bentuk hukum usaha, kemungkinan untuk memperoleh pinjaman dana dari bank akan semakin mudah, sehingga dapat dilakukannya pengembangan usaha. 2. UMKM harus berfokus pada kepuasan pelanggan. Hal ini dapat dilakukan UMKM dengan memahami desain produk yang diinginkan pelanggan, terutama pada UMKM konveksi yang sistem produksinya dilakukan berdasarkan pesanan. Pada UMKM alas kaki/kulit, pengelola diharapkan menyediakan layanan pasca pembelian seperti jasa perbaikan apabila produk yang dibeli mengalami kerusakan. 3. Pemilik maupun pengelola harus dapat memimpin pihak-pihak internal UMKM terutama dalam penentuan dan pencapaian visi dam misi UMKM. Penciptaan visi dan misi bersama akan meningkatkan keterikatan antara karyawan dengan UMKM dan akan menurunkan tingkat turnover karyawan yang mana hal tersebut banyak dihadapi oleh para pengusaha alas kaki/kulit dan koveksi Bogor. 4. Pendekatan sistem terhadap manajemen perlu dilakukan untuk menyiapkan UMKM khususnya dalam aspek pemasaran. Salah satunya dengan menerapkan standar mutu produk seperti SNI, ISO 9000 atau ISO 14000 agar dapat meningkatkan kredibilitas produk dan usaha di mata pelanggan. 5. Perbaikan berkesinambungan dilakukan dengan cara terus belajar dan memperbaiki kelemahan-kelemahan UMKM, memberikan pelatihan bagi karyawan secara berkelanjutan, meningkatkan penggunaan teknologi terkini baik dalam hal produksi seperti penggunaan mesin, maupun penggunaan teknologi informasi untuk memperluas jangkauan pasar. 6. Agar pengambilan keputusan didasarkan pada fakta dan informasi, UMKM perlu memiliki database seperti laporan keuangan, laporan kegiatan produksi, dan catatan persediaan untuk membantu dalam proses perencanaan dan kegiatan evaluasi UMKM. 7. UMKM perlu membina hubungan dengan pemasok yang lebih intensif dan saling menguntungkan dengan cara melibatkan pemasok dalam proses perencanaan, misalnya pemsasok ikut serta dalam diskusi bersama pelanggan dan pengelola UMKM mengenai desain produk untuk dapat menentukan bahan baku yang tepat untuk jenis/desain produk tertentu. 8. Sehubungan dengan hal-hal tersebut, implikasi kebijakan yang dapat diambil pemerintah yaitu dengan memfasilitasi UMKM dalam menerapkan prinsipprinsip tersebut. Dinas Koperasi dan UMKM Kota dan Kabupaten Bogor
18
diharapkan dapat memberikan pelatihan tenaga kerja, mengundang tenaga profesional untuk memberikan pembekalan mengenai perdagangan bebas MEA 2015, pengarahan mengenai mekanisme perdagangan internasional, dan penerapan manajemen mutu pada UMKM berdasarkan ISO 9001 sehingga UMKM lebih siap menghadapi MEA 2015. Pihak akademisi juga dapat melakukan seminar dan pelatihan bagi para pengusaha alas kaki/kulit dan konveksi Bogor khususnya yang mana merupakan bentuk pengabdian kepada masyarakat.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan penelitian yang telah dilakukan mengenai manajemen mutu dan kesiapan UMKM alas kaki/kulit dan konveksi bogor menghadapi MEA 2015, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Karakteristik tingkat pendidikan pemilik UMKM dan badan hukum UMKM memiliki pengaruh signifikan terhadap kesiapan UMKM menghadapi MEA 2015 dimana semakin tinggi tingkat pendidikan dari pemilik UMKM dan semakin formal badan hukum UMKM maka semakin siap UMKM dalam menghadapi MEA 2015. 2. UMKM konveksi lebih siap menghadapi MEA 2015 dari aspek umum, pemasaran dan produksi/operasi/teknologi dibandingkan usaha alas kaki/kulit, namun pada aspek keuangan dan sumber daya manusia kedua jenis UMKM tersebut dinyatakan tidak siap menghadapi MEA 2015. 3. Dari delapan prinsip manajemen mutu terdapat enam prinsip yang berpengaruh secara signifikan terhadap kesiapan UMKM menghadapi MEA 2015 yaitu fokus pelanggan, kepemimpinan, pendekatan sistem terhadap manajemen, peningkatan berkesinambungan, pengambilan keputusan berdasarkan fakta, dan hubungan/kerjasama dengan pemasok, dimana penerapan prinsip pendekatan sistem terhadap manajemen dan prinsip pembuatan keputusan berdasarkan fakta masih menunjukkan komitmen yang lemah.
Saran 1. Pemerintah daerah, khususnya Dinas Koperasi dan UKM Kota dan Kabupaten Bogor diharapkan dapat membantu pemilik UMKM untuk memperoleh badan hukum bagi usahanya, sehingga pengelolaan usaha lebih teratur dan siap menghadapi perdagangan bebas ASEAN. 2. Pemilik UMKM diharapkan dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen mutu secara konsisten dan berkelanjutan agar dapat meningkatkan kualitas produk dan mampu bersaing baik dengan produk asing di dalam negeri maupun produk lain di luar negeri.
19
3. UMKM harus memiliki laporan keuangan usaha agar penggunaan dana untuk usaha jelas dan dapat digunakan sebagai syarat untuk pengajuan pinjaman ke lembaga keuangan. 4. Dalam penelitian ini kesiapan UMKM menghadapi MEA 2015 serta manajemen mutu yang diterapkan diukur berdasarkan pendapat dari pemilik UMKM. Persepsi secara subjektif memiliki kelemahan bias pendapat yang disampaikan oleh responden, oleh karena itu penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengukur manajemen mutu menggunakan ukuran mutu produk dan proses secara objektif. 5. Sampel dapat ditentukan berdasarkan data UMKM yang tersedia yang selanjutnya dipilih menggunakan metode simple random sampling, dikarenakan metode snowball sampling pada penelitian ini memiliki kelemahan yaitu kemungkinan bias karena pemilihan responden yang tidak independen.
DAFTAR PUSTAKA Asian Development Bank. 2014. Asia SME Finance Monitor 2013 [internet]. [diacu 2015 Januari 30]. Tersedia pada: http://www.adb.org/sites /default/files/pub/2014/asia-sme-finance-monitor-2013.pdf Bayangkara IBK. 2008. Audit Manajemen Proses dan Implementasi. Jakarta (ID): Penerbit Salemba Empat. Benjamin TMP, Prasetyawan Y, Rusdiansyah A. 2012. Pengembangan Model Quality Management System (QMS) pada Industri Kecil dan Menengah. Prosiding Seminar nasional Manajemen Teknologi XV. ISBN:978-602-974914-4. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Kabupaten Bogor dalam Angka 2014 [internet]. [diacu 2015 Januari 30]. Tersedia pada: http://bogorkab.bps.go.id/publikasi/kabupaten-bogor-dalam-angka-2014. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Kota Bogor dalam Angka 2014 [internet]. [diacu 2015 Januari 30]. Tersedia pada: http://bogor kota.bps.go.id/publikasi/kota-bogor-dalam-angka-2014. [Disperindag] Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat. Perkembangan Unit Usaha, Tenaga Kerja dan Investasi Sektor Industri di Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 [internet]. [diacu 2015 Januari 30]. Tersedia pada:http://disperindag.jabarprov.go.id/data/statistik/download/Unit_Usaha_Te naga_Kerja_dan_Investasi_IKM.pdf. Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN. 2009. Cetak Biru Komunitas ASEAN [internet]. [diacu 2015 Januari 30]. Tersedia pada: http://www.smecda.com /Files/Asean/Cetak%20Biru%20Komunitas%20Ekonomi%20ASEAN.pdf. Gaspersz V. 2003. Total Quality Management. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Hosmer D, Lemeshow S, Sturdivant R. 2013. Applied Logistic Regression. New Jersey (USA): John Wiley and Sons, Inc.
20
[ISO] International Organization of Standardization. 2014. ISO 9000: Quality Management [internet]. [diacu 2015 Januari 30]. Tersedia pada http:// www.iso.org/iso/iso_9000. [Kemenkop] Kementerian Koperasi dan UKM RI. 2011. Narasi Statistik UMKM 2010-2011 [internet] [diacu 2014 Oktober 16]. Tersedia pada: http://www.depkop.go.id/phocadownload/data_statistik/statistik_UKM/narasi_ statistik_umkm%202010-2011.pdf. Megasari KA. 2014. Identifikasi Kesiapan Daya Saing Industri Kecil Menengah Alas Kaki di Kota Mojokerto Menghadapi Pasar Bebas ASEAN. Malang (ID): Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Nugroho BA. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta (ID): CV. Andi Offset. Rumahboro N. 2015. Kesiapan ekspor ukm konveksi dan alas kaki/kulit bogor dalam menghadapi Asean Economic Community 2015 [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Santoso S. 2010. Statistik Multivariat Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Jakarta (ID): Elex Media Komputindo. Sarma M, Farida RD, Edward S. 2014. Pengembangan Industri Kecil Dan Rumah Tangga Alas Kaki Dalam Menuju Keberlanjutan Usaha Dan Menghadapi China Asean Free Trade Agreement. Manajemen IKM. 9 (1) : 67-75. Sarwono J. 2013. Statistik Multivariat Aplikasi untuk Riset Skripsi. Yogyakarta (ID): Andi Yogyakarta. Sharma M, Kodali R. 2008. TQM Implementation Elements For Manufacturing Excellence. The TQM Magazine. 22 (3) : 599-621. Singh RK. 2011. Analyzing The Interaction Of Factors For Success Of Total Quality Management in SMEs. Asian Journal on Quality. 12 (1) : 6-19. Sugiyono.2011. Statistik Nonparametris untuk Penelitian. Bandung (ID): CV Alfabeta. Tambunan T. 2006. Development of Small & Medium Enterprices in Indonesia from the Asia-Pasific Perspective. Jakarta (ID): Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti. Tambunan T. 2009. SME in Asian Developing Countries. London (UK): Palgrave Macmilan Publisher. Tjiptono F, Anastasia D. 2003. Total Quality Management. Yogyakarta (ID): Andi. Umar H. 2001. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada. [UU RI] Undang-Undang Republik Indonesia No. 20, 2008:6 [internet]. [diacu 2014 November 4]. Tersedia pada:http://bumn.go.id/data/uploads/files /1/20.pdf. Wahyono T. 2009. 25 Model Analisis Statistik dengan SPSS 17. Jakarta (ID): PT Alex Media Komputindo. Widyastutik, Mulyati H, Putri EIK. 2010. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Klaster UMKM Alas Kaki di Kota Bogor yang Berdaya Saing. Jurnal Manajemen dan Agribisnis. 7 (1) : 16:26. World Economic Forum. 2015. Global Competitive Index 2014-2015 Rankings [internet]. [diacu 2015 Juli 2]. Tersedia pada: http://reports.weforum.org/global-competitiveness-report-2014-2015/wpconten t/blogs.dir/54/mp/files/pages/files/we f-gcr14-15-gatefold.pdf
21
LAMPIRAN Lampiran 1 Kontribusi Sektor UMKM Kabupaten Bogor tahun 2009-2013 Jenis Usaha Makanan Tekstil Barang dari kulit dan alas kaki Kayu Kertas dan percetakan Kimia dan farmasi Logam mesin dan elektronik Mineral dan non-logam Karet pasir dan plastik Kerajinan Jasa Perdagangan Total
Jumlah (unit) 1510 330 727 243 76 61 175 2 114 194 420 1143 4998
Persentase 30% 7% 15% 5% 2% 1% 4% 0% 2% 4% 8% 23% 100%
Lampiran 2 Hasil uji reliabilitas kuesioner Reliability Statistics Cronbach 's Alpha
N of Items
.941
33
Lampiran 3 Hasil uji validitas kuesioner Correlations X1 X1
Pearson Correlation
X11 1
Sig. (2-tailed) N X11
X12
X13
X14
Pearson Correlation
100 .700
**
X12
.700
**
**
.717
**
.000
100
100
100
100
1
*
**
100
100
**
*
.200
.200
.332
**
.001
.000
100
100
100
1
*
.085
.013
.400 100
.248
.000
.046
N
100
100
100
100
**
**
*
1
.332
.378
.046
Sig. (2-tailed)
.717
**
.000
N
Pearson Correlation
.753
.000
.000
.474
.474
X14
.000
Sig. (2-tailed)
Pearson Correlation
X13
.248
.325
**
Sig. (2-tailed)
.000
.001
.013
N
100
100
100
100
100
**
**
.085
**
1
Pearson Correlation
.753
.378
.001
.325
Sig. (2-tailed)
.000
.000
.400
.001
N
100
100
100
100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
100
22
Lanjutan lampiran 3 Correlations x2 x2
X21
Pearson Correlation
1
.637
Sig. (2-tailed) N X21
X22
X23
X24
X25
X26
Pearson Correlation
100 .637
**
Sig. (2-tailed)
.000
N
100
Pearson Correlation
.765
X22
**
**
X23
.765
**
**
100
100
100
100
100
1
**
**
**
**
.509
.279
.418
.255
.000
.000
.011
100
100
100
100
100
100
**
1
100 **
.279
.626
.626
**
100
100
1
**
**
100
100
100
**
**
**
**
.337
Sig. (2-tailed)
.000
.000
.000
.001
N
100
100
100
100
**
**
**
**
.362
.337
100
100
100
1
**
.312
100
100
100
**
1
.487
.000
N
100
100
100
100
100 .312
.315
**
100
100
**
1
.315
.000
.011
.000
.002
.002
.001
N
100
100
100
100
100
100
100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Correlations
x3
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) N X31
X32
Pearson Correlation
100 .822
**
Sig. (2-tailed)
.000
N
100
Pearson Correlation
.634
**
X32
.822
**
X33
.634
**
.612
X34 **
.705
**
.000
.000
.000
.000
100
100
100
100
1
**
**
.324
.308
.336
**
.001
.002
.001
100
100
100
100
**
1
.324
Sig. (2-tailed)
.000
.001
N
100
100
100
.665
**
.001
Sig. (2-tailed)
X31
**
.002
.000
**
.487
.000
.000
.301
**
.002
.000
**
.301
.000
.000
.390
.362
.001
Sig. (2-tailed)
*
**
100
100
.255
.390
100
N
.412
**
.000
.000
.356
.412
.000
.005
.505
**
.000
.000
.418
.505
.000
Sig. (2-tailed)
x3
*
.005
.509
**
.356
.000
**
.596
**
100
100
Pearson Correlation
.596
.000
**
.776
**
.000
100
Pearson Correlation
.776
.000
N
.771
**
.000
.000
Pearson Correlation
.771
X26
.000
.000
.613
.613
X25
.000
Sig. (2-tailed)
Pearson Correlation
X24
**
.294
**
.000
.003
100
100
23
Lanjutan lampiran 3 x3 X33
X34
Pearson Correlation
X31
.612
**
X32
.308
**
X33
.665
X34
**
1
.000
.002
.000
N
100
100
100
100
100
**
**
**
*
1
Pearson Correlation
.705
.336
.294
.018
.236
Sig. (2-tailed)
.000
.001
.003
.018
N
100
100
100
100
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Correlations x4 Pearson Correlation
X41 1
N
X42
X43
Pearson Correlation
X42
.793
Sig. (2-tailed)
X41
*
Sig. (2-tailed)
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
x4
.236
**
X43
.404
**
.548
**
.000
.000
.000
100
100
100
100
**
1
-.024
.145
.811
.149
.793
Sig. (2-tailed)
.000
N
100
100
100
100
**
-.024
1
-.007
Sig. (2-tailed)
.000
.811
N
100
100
100
100
**
.145
-.007
1
Sig. (2-tailed)
.000
.149
.945
N
100
100
100
Pearson Correlation
Pearson Correlation
.404
.548
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
.945
100
100
24
Lanjutan lampiran 3 Correlations x5 x5
Pearson Correlation
X51 1
.789
Sig. (2-tailed) N X51
X52
X53
X54
X55
Pearson Correlation
100 .789
.000
N
100
Pearson Correlation
.796
**
**
X53
.796
**
**
100
100
100
100
1
**
**
**
.635
.405
.506
.000
.000
100
100
100
100
100
**
1
.635
100
100
**
**
**
.405
.508
Sig. (2-tailed)
.000
.000
.000
N
100
100
100
**
**
**
.506
.473
.508
**
.473
**
.602
**
.000
.000
.000
100
100
100
1
**
.654
.556
**
.000
.000
100
100
100
**
1
.654
.723
**
Sig. (2-tailed)
.000
.000
.000
.000
N
100
100
100
100
100
100
**
**
**
**
**
1
Pearson Correlation
.884
.680
.602
.556
.000
.723
Sig. (2-tailed)
.000
.000
.000
.000
.000
N
100
100
100
100
100
Pearson Correlation
X61 1
Sig. (2-tailed) N
X63
**
.000
100
x6
X62
.680
.000
Correlations
X61
**
100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
x6
.884
.000
N
.825
.825
.000
.000
Pearson Correlation
**
.000
.000
.766
.766
X55
.000
Sig. (2-tailed)
Pearson Correlation
X54
.000
**
Sig. (2-tailed)
X52
Pearson Correlation
X62
.747
**
X63
.500
**
X64
.655
**
.000
.000
.000
100
100
100
100
100
**
1
**
.184
.003
.066
.001 100
.747
.289
.000
N
100
100
100
100
**
**
1
.058
.500
.289
Sig. (2-tailed)
.000
.003
N
100
100
**
Sig. (2-tailed) N
Pearson Correlation
**
.000
Sig. (2-tailed)
Pearson Correlation
.716
.318
.321
**
**
.566
.001
100
100
100
.184
.058
1
.000
.066
.566
100
100
100
.655
.373
**
.000 100
100
100
25
Lanjutan lampiran 3 x6 X64
Pearson Correlation
X61
.716
**
X62
.318
**
X63
.321
**
X64
.373
**
Sig. (2-tailed)
.000
.001
.001
.000
N
100
100
100
100
1
100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Correlations x7 x7
Pearson Correlation
X71 1
.818
Sig. (2-tailed) N X71
X72
X73
X74
Pearson Correlation
100 .818
X72 **
.796
.000
100
100
100
100
1
**
**
**
N
100
100
**
**
.503
.503
.425
**
.000
.001
100
100
100
1
**
.102
.000
.312
.870
Sig. (2-tailed)
.000
.000
N
100
100
100
100
100
**
**
**
1
.054
Pearson Correlation
.796
.425
.870
Sig. (2-tailed)
.000
.000
.000
N
100
100
100
100
100
**
.102
.054
1
Pearson Correlation
.455
**
.333
.591
Sig. (2-tailed)
.000
.001
.312
.591
N
100
100
100
100
x8 Pearson Correlation
X81 1
Sig. (2-tailed) N
X82
.333
.000
Correlations
X81
**
.000
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
x8
.455
.000
.000
.847
.847
X74 **
.000
Sig. (2-tailed)
Pearson Correlation
X73 **
Pearson Correlation
X82
.576
**
X83
.806
**
**
.000
.000
.000
100
100
100
100
**
1
.142
.221
.160
.027 100
.576
Sig. (2-tailed)
.000
N
100
100
100
**
.142
1
Sig. (2-tailed)
.000
.160
N
100
100
Pearson Correlation
.788
.806
.506
*
**
.000 100
100
100
26
Lanjutan lampiran 3 x8 X83
Pearson Correlation
X81
.788
**
.221
X82 *
.506
X83 **
Sig. (2-tailed)
.000
.027
.000
N
100
100
100
1
100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Lampiran 4 Hasil analisis regrei logistik 1) Y = Kesiapan UMKM Menghadapi MEA secara umum Model Summary -2 Log Cox & Snell R Nagelkerke R Step likelihood Square Square a 1 43.902 .153 .337 a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than ,001. Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig. 1 6.661 8 .574 a Classification Table Predicted Umum Percentage Observed tidak siap siap Correct Step 1 Umum tidak siap 91 0 100.0 siap 7 2 22.2 Overall Percentage 93.0 a. The cut value is ,500
2) Y = Kesiapan UMKM Menghadapi MEA secara pemasaran Model Summary -2 Log Cox & Snell R Nagelkerke R Step likelihood Square Square a 1 35.540 .141 .354 a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than ,001. Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig. 1 2.547 8 .960 a Classification Table Predicted Pemasaran Percentage Observed tidak siap siap Correct Step 1 Pemasaran tidak siap 93 0 100.0 siap 6 1 14.3 Overall Percentage 84.0 a. The cut value is ,500
27
Lanjutan lampiran 4 3) Y = Kesiapan UMKM Menghadapi MEA secara keuangan Model Summary -2 Log Cox & Snell R Nagelkerke R Step likelihood Square Square a 1 44.123 .189 .394 a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than ,001. Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig. 1 1.764 8 .987 Classification Table
Step 1
Observed Keuangan
tidak siap siap Overall Percentage a. The cut value is ,500
a
Predicted Keuangan Percentage tidak siap siap Correct 88 2 97.8 7 3 30.0 91.0
4) Y = Kesiapan UMKM Menghadapi MEA secara sumber daya manusia Model Summary -2 Log Cox & Snell R Nagelkerke R Step likelihood Square Square a 1 38.199 .118 .296 a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than ,001. Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig. 1 10.180 8 .253 a Classification Table Predicted SDM Percentage Observed tidak siap siap Correct Step 1 SDM tidak siap 92 1 98.9 siap 7 0 0 Overall Percentage 92.0 a. The cut value is ,500
5) Y = Kesiapan UMKM Menghadapi MEA secara produksi/operasi/ teknologi Model Summary -2 Log Cox & Snell R Nagelkerke R Step likelihood Square Square a 1 26.733 .170 .467 a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than ,001.
28
Lanjutan lampiran 4 Step 1
Hosmer and Lemeshow Test Chi-square df Sig. 1.645 8 .990 a Classification Table
Observed Produksi tidak siap siap Overall Percentage a. The cut value is ,500 Step 1
Predicted Produksi Percentage tidak siap siap Correct 93 1 98.9 6 0 .0 93.0
29
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Siti Nazlifah dilahirkan di Jakarta pada tanggal 6 Maret 1993, merupakan anak kedua dari empat bersaudara pasangan Hasanul Qalbi dan Syafriani Hutabarat.Penulis memulai pendidikan di TK Wijaya Kususma Jakarta Timur, kemudian melanjutkan pendidikan di SD Negeri 06 Malaka Sari Jakarta Timur, serta melanjutkan ke SMP Negeri 139 Jakarta dan SMA Negeri 12 Jakarta. Pada tahun 2011, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada program studi Manajemen melalui jalur masuk SNMPTN Tulis. Selama kuliah, penulis aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Oryza BaseballSoftball IPB dan juga menjabat sebagai Sekretaris Umum pada masa jabatan 2013-2014. Penulis juga aktif di berbagai kepanitiaan seperti Olimpiade Mahasiswa IPB pada tahun 2013 sebagai staff divisi medis dan tahun 2014 sebagai staff divisi kesekretariatan, kepanitiaan Festival Kampus pada tahun 2014 sebagai staff divisi logistik dan transportasi, serta kepanitiaan Stock Day yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Manajemen Com@ pada tahun 2014.