“Tantangan dan Antisipasi Dunia Industri Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015” Disampaikan pada Kuliah Perdana Program Master of Entrepreneurship Universitas Ciputra Surabaya, 18 Januari 2014
DAFTAR ISI 1. Kinerja Sektor Industri Nasional
3 - 19
2. ASEAN Economic Community 2015
20 - 26
3. Komitmen Indonesia : Trade In Goods dan Trade in Services
27 - 35
4. Perkembangan Perdagangan Internasional ASEAN
36 - 42
5. Posisi Daya Saing dan Langkah Persiapan Menghadapi AEC 2015 di Sektor Industri
43 -58
6. Setelah AEC 2015 ….. Apa Tantangan Berikutnya ??
59 - 67
7. Kesimpulan dan Penutup
68 - 71
22
1
Kinerja Sektor Industri Nasional
33
1.1. Pertumbuhan Ekonomi dan Industri Non Migas 2013
LAPANGAN USAHA
2007
2008
2009
2010
(tahun dasar 2000, persen) TW III TW III 2013 2011 2012 2012 (KUM) (KUM)
1.
PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN
3,47
4,83
3,96
3,01
3,37
3,97
4,52
3,27
2.
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
1,93
0,71
4,47
3,86
1,39
1,49
1,83
0,31
3.
INDUSTRI PENGOLAHAN
4,67
3,66
2,21
4,74
6,14
5,73
5,56
5,55
a. Industri Migas
-0,06
-0,34
-1,53
0,56
-0,94
-2,71
-2,44
-3,32
5,15
4,05
2,56
5,12
6,74
6,40
6,21
6,22
10,33
10,93
14,29
5,33
4,82
6,40
6,10
5,80
b. Industri Non Migas 4.
LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH
5.
BANGUNAN
8,53
7,55
7,07
6,95
6,65
7,50
7,40
6,53
6.
PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
8,93
6,87
1,28
8,69
9,17
8,11
8,22
6,35
7.
PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
14,04
16,57
15,85
13,41
10,70
9,98
10,10
10,73
8.
KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERSH.
7,99
8,24
5,21
5,67
6,84
7,15
6,97
8,19
9.
JASA - JASA
6,44
6,24
6,42
6,04
6,75
5,24
5,23
5,52
PRODUK DOMESTIK BRUTO
6,35
6,01
4,63
6,22
6,49
6,23
6,26
5,83
PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS
6,95
6,47
5,00
6,60
6,98
6,81
6,84
6,38
Sumber : BPS diolah Kemenperin;
44
1.1. Pertumbuhan Ekonomi dan Industri Non Migas 2013
PERTUMBUHAN PDB INDUSTRI NON MIGAS 2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
5,86
5,27
5,15
4,05
2,56
5,12
6,74
6,40
TW III 2013 (KUM) 6,22
PERTUMBUHAN PDB EKONOMI 2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
TW III 2013 (KUM)
5,69
5,50
6,35
6,01
4,63
6,22
6,49
6,23
5,83
55
1.2. Pertumbuhan Industri Pengolahan Non Migas per Cabang Industri LAPANGAN USAHA 1). Makanan, Minuman dan Tembakau
2007
2008
2009
2010
2011
TW III 2012 2013 (KUM) 7,74 3,45
5,05
2,34
11,22
2,78
9,14
2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki
-3,68
-3,64
0,60
1,77
7,52
4,19
6,02
3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya.
-1,74
3,45
-1,38
-3,47
0,35
-2,78
8,20
4). Kertas dan Barang cetakan
5,79
-1,48
6,34
1,67
1,40
-5,26
3,74
5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet
5,69
4,46
1,64
4,70
3,95
10,25
3,66
6). Semen & Brg. Galian bukan logam
3,40
-1,49
-0,51
2,18
7,19
7,85
2,80
7). Logam Dasar Besi & Baja
1,69
-2,05
-4,26
2,38
13,06
6,45
10,30
8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya
9,73
9,79
-2,87
10,38
6,81
6,94
10,04
-2,82
-0,96
3,19
3,00
1,82
-1,00
-4,00
Industri Non Migas
5,15
4,05
2,56
5,12
6,74
6,40
6,22
Produk Domestik Bruto (PDB)
6,35
6,01
4,63
6,22
6,49
6,23
5,83
9). Barang lainnya
Sumber : BPS diolah Kemenperin;
Pertumbuhan cabang industri non-migas pada Triwulan III tahun 2013 secara kumulatif yang tertinggi dicapai oleh Industri Logam Dasar Besi & Baja sebesar 10,30%, Industri Alat Angkut, Mesin & Peralatannya sebesar 10,04%, Industri Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya sebesar 8,20%, serta Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki sebesar 6,02%. 66
1.3. Kontribusi Nilai PDB Sektoral terhadap PDB Nasional 2008
LAPANGAN USAHA N
2009 K
(Rp miliar) (%)
N
2010 K
(Rp miliar) (%)
1. PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN
2011
N
K
(Rp miliar)
(%)
N (Rp. triliun)
2012 K
N
TW III 2013 (KUM) K
(%) (Rp triliun) (%)
N (Rp triliun)
K (%)
716.656,2
14,48
857.196,8
15,29
985.448,8
15,31
1.091,45
14,70
1.190,41
14,44
1.015,18
15,05
541.334,3
10,94
592.060,9
10,56
718.136,8
11,16
879,50
11,85
970,59
11,78
740,01
10,97
26,36 1.595.779,4
24,79
1.806,14
24,33
1.972,85
23,98
1.581,42
23,45
211.139,0
3,28
253,08
3,41
254,41
3,09
194,09
2,88
22,61 1.384.640,4
21,51
1.553,06
20,92
1.718,44
20,85
1.387,33
20,57
PERIKANAN 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 3. INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri M i g a s b. Industri tanpa Migas
1.376.441,7 237.771,6 1.138.670,1
27,81 1.477.541,5 4,80
209.841,1
23,01 1.267.700,4
3,74
40.888,6
0,83
46.680,0
0,83
49.119,0
0,76
56,79
0,77
65,12
0,79
53,81
0,80
5. B A N G U N A N
419.711,9
8,48
555.192,5
9,90
660.890,5
10,27
754,48
10,16
860,96
10,45
703,30
10,43
6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
691.487,5
13,97
744.513,5
13,28
882.487,2
13,71
1.024,01
13,80
1.145,60
13,90
951,17
14,10
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
312.190,2
6,31
353.739,7
6,31
423.165,3
6,57
491,28
6,62
549,12
6,66
465,91
6,91
8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERSH.
368.129,7
7,44
405.162,0
7,23
466.563,8
7,25
535,15
7,21
598,52
7,26
505,99
7,50
9. JASA - JASA
481.848,3
9,74
574.116,5
10,24
654.680,0
10,17
783,97
10,56
888,68
10,78
726,90
10,78
4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH
PRODUK DOMESTIK BRUTO
4.948.688,4 100,00 5.606.203,4 100,00 6.436.270,8 100,00
7.422,78 100,00
8.241,86 100,00
6.743,69 100,00
N = Nilai; K = Kontribusi
Sumber : BPS diolah Kemenperin
77
1.3. Kontribusi Nilai PDB Sektoral terhadap PDB Nasional
30.00% 25.21%
25.00%
23.84%
24.89%
24.40%
23.96% 22.42%
22.38%
22.43%
23.01%
22.61% 21.48%
20.92%
20.85%
20,57%
20.00%
15.00%
10.00%
6.40%
7.51% 5.69%
5.86%
4.86%
5.00%
6,22%
6.74% 5.27%
5.12%
5.15% 4.05%
7.02%
5.97%
2.56%
0.00% 2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013*
Kontribusi Industri Pengolahan Non Migas Thd PDB Pertumbuhan Industri Pengolahan Non Migas
* Sumber: BPS diolah Kemenperin
2013*) Hingga Triwulan ke III tahun 2013
88
1.4. Peran Cabang Industri terhadap PDB Industri Non Migas (dalam persen) LAPANGAN USAHA
2007
2008
2009
2010
2011
2012
TW III 2013 (KUM)
1). Makanan, Minuman dan Tembakau
29,80
30,40
33,16
33,60
35,20
36,33
35,46
2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki
10,56
9,21
9,19
8,97
9,23
9,11
9,17
3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya.
6,19
6,43
6,33
5,82
5,44
4,99
5,12
4). Kertas dan Barang cetakan
5,12
4,56
4,82
4,75
4,47
3,89
3,87
5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet
12,50
13,53
12,85
12,73
12,21
12,59
12,27
6). Semen & Brg. Galian bukan logam
3,70
3,53
3,43
3,29
3,27
3,38
3,41
7). Logam Dasar Besi & Baja
2,58
2,57
2,11
1,94
2,00
1,95
1,97
28,69
28,97
27,33
28,14
27,47
27,09
28,10
0,85
0,80
0,77
0,76
0,73
0,67
0,62
8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya 9). Barang Lainnya Sumber : BPS diolah Kemenperin;
99
1.5. Ekspor Impor Indonesia
10 10
1.6. Perkembangan Ekspor Industri Non Migas (s.d. Oktober 2013) Nilai US$ Juta
No
URAIAN
1
Pengolahan Kelapa/Kelapa Sawit
2
2009
2010
2011
2012
Jan-Okt 2012
2013
Perubahan (%)
12.924,9
17.253,8
23.179,2
23.396,9
19.273,0
16.530,2
-14,23
Pengolahan Karet
5.020,2
9.522,6
14.540,4
10.817,6
9.242,4
8.198,1
-11,30
3
Tekstil
9.245,1
11.205,5
13.234,0
12.445,9
10.392,5
10.619,5
2,18
4
Besi Baja, Mesin-mesin dan Otomotif
8.701,1
10.840,0
13.191,7
14.700,6
12.172,5
12.229,0
0,46
5
Elektronika
7.899,6
9.254,6
9.536,1
9.445,6
8.149,7
7.211,8
-11,51
6
Pengolahan Tembaga, Timah dll
4.241,5
6.506,0
7.501,0
5.395,6
4.059,8
3.995,9
-1,57
7
Kimia Dasar
3.161,2
4.568,6
6.119,9
4.875,1
4.108,2
4.102,1
-0,15
8
Pulp dan Kertas
4.272,4
5.708,2
5.769,4
5.517,6
4.624,4
4.660,3
0,78
9
Makanan dan Minuman
2.576,4
3.228,6
4.505,2
4.643,4
3.830,7
4.263,5
11,30
10
Pengolahan Kayu
3.441,5
4.280,3
4.475,0
4.537,5
3.757,4
3.865,4
2,87
11
Kulit, Barang Kulit dan Sepatu/ Alas Kaki
1.888,1
2.665,6
3.450,9
3.561,4
2.885,8
3.229,0
11,90
12
Alat-alat Listrik
2.004,6
2.657,9
2.995,1
3.084,9
2.602,3
2.685,5
3,20
Total 12 Besar Industri
65.376,6
87.691,8
108.497,9
102.422,2
85.098,6
81.590,4
-4,12
Total Industri
73.435,8
98.015,1
122.188,7
116.145,0
96.561,3
93.225,4
-3,45
Ekspor produk industri pada periode Januari-Oktober 2013 mencapai US$ 93,23 milyar, memberikan kontribusi sebesar 62,29% dari total ekspor nasional. 11 11
1.7. Perkembangan Impor Industri Non Migas (s.d. Oktober 2013) Nilai US$ Juta
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
URAIAN
2009
Besi Baja, Mesin-mesin dan 31.683,8 Otomotif Elektronika 10.496,7 Kimia Dasar 8.095,1 Makanan dan Minuman 2.810,6 Tekstil 3.396,9 Alat-alat Listrik 2.105,8 Pulp dan Kertas 1.883,2 Pupuk 929,1 Barang-barang Kimia lainnya 1.661,9 Makanan Ternak 1.679,1
2010
2011
2012
43.218,6
52.471,7
62.605,1
Jan-Okt Perubahan (%) 2012 2013 52.392,7 46.098,4 -12,01
14.176,2 11.431,5 4.514,2 5.031,2 3.142,8 2.731,8 1.509,2 2.199,3 1.871,6
16.116,6 15.413,3 6.851,9 6.735,2 3.769,1 3.262,6 2.707,0 2.592,3 2.220,5
16.700,9 16.076,4 6.158,9 6.805,1 4.190,4 3.020,0 2.918,3 2.756,6 2.799,8
13.923,6 13.486,0 4.865,4 5.611,0 3.421,5 2.555,2 2.584,3 2.294,9 2.230,5
13.946,3 13.809,3 4.802,9 5.923,7 3.509,0 2.743,7 1.695,9 2.481,1 2.596,5
0,16 2,40 -1,28 5,57 2,56 7,38 -34,38 8,12 16,41
Pengolahan Tembaga, Timah 1.997,7 1.805,7 1.027,1 1.822,1 2.195,1 2.376,8 dll. Pengolahan Aluminium 1.659,8 1.562,3 894,6 1.398,2 1.936,6 1.972,9 Total 12 Besar Industri 66.663,9 93.046,7 116.271,9 128.381,3 107.022,6 100.974,9 Total Industri 72.398,1 101.115,4 126.099,5 139.714,3 116.486,2 110.706,8
-9,61 -5,88 -5,65 -4,96
Neraca ekspor-impor Hasil Industri Non Migas Pada Periode Januari-Oktober 2013 adalah USD -17,48 miliar (neraca defisit). 12 12
Nilai (US$ juta)
Kinerja Ekspor Impor Industri Non Migas 2009-2012
13 13
1.8. Indonesia Net Importir Jasa ( dalam Juta USD)
Uraian
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Jasa-Jasa
-9.122
-9.874 -11.841 -12.998
-9.741
-9.324 -11.822
A. Jasa Transportasi
-4.606
-6.079
-4.083
-6.007
-8.714
-8.679
B. Jasa Perjalanan (Travel)
938
418
442
1.823
282
563
673
1554
C. Jasa Komunikasi
504
531
702
320
578
579
617
374
D. Jasa Konstruksi
-241
-529
-282
-83
-213
-72
59
231
E. Jasa Asuransi
-324
-352
-645
-663
-1.298
1.131
-1.267
-1.073
F. Jasa Keuangan
-172
-163
-84
-37
-227
-118
-227
-297
-414
-477
538
-536
-516
-471
-512
-523
-698
-859
-1.055
-1.300
-1.492
-1.557
-1.710
-1.742
-4.141
-2.522
-3.195
-1.645
-2.998
-1.147
-747
-110
-109
-50
52
-49
-51
-29
-56
-71
143
208
160
264
277
65
56
4
G. Jasa Komputer dan Informasi H. Royalti dan Imbalan Lisensi I. Jasa Bisnis Lainnya J. Jasa Personal, Kultural & Rekreasi K. Jasa Pemerintah
-7.294 -11.094
-10.332
Sumber : Direktorat Statistik Bank Indonesia 14 14
1.8. Indonesia Net Importir Jasa
Sumber : Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia, diolah
15 15
1.9. Perkembangan Investasi PMDN Sektor Industri (Rp. Miliar) NO
2009
SEKTOR P
2010 I
P
2011 I
P
1
Industri Makanan
34
5.768,5
166
2
Industri Tekstil
23
2.645,7
26
431,7
3
Ind. Barang Dari Kulit & Alas Kaki
1
4,0
4
4
Industri Kayu
2
33,5
5
Ind. Kertas dan Percetakan
8
6
Ind. Kimia dan Farmasi
7
Ind. Karet dan Plastik
8
Ind. Mineral Non Logam
9
Ind. Logam, Mesin & Elektronik
10
I
16.405,4 258
P
I
I
P
%
I
309
12.908,5
67,22
4.450,9
3.247,2
66
1.264,7
-61,05
9
76,7
62,9
7
0,4
-99,37
514,9
15
57,0
52,1
14
313,0
53
9.296,3
64
7.561,0
4.997,2
76
5.406,2
8,18
3.266,0 106
2.711,9
94
5.069,5
4.213,0
120
5.227,8
24,09
81
2.295,7
110
2.855,0
2.310,7
89
1.067,3
-53,81
2.264,6
39
7.440,5
37 10.730,7
9.088,4
45
4.045,0
-55,49
50
789,6
76
6.787,0
81
7.225,7
5.838,6
85
0,0
-
0
1
0,0
-
-
-
2
3
66,5
15
362,2
16
529,1
21
664,4
569,0
26
6,0
279,5
2
3,7
7
4,8
10
31,5
11,5
12
61,8
158 19.434,4
419
25.612,6 706 38.533,8
714
38.110,0
851
38.288,4
222
52
999,2
51
12,5
3
13,5
6
451,3
14
1.000,8
25
1.102,8
15
5.850,1
64
31
1.532,8
48
522,8
4
786,1
13
31
1.466,8
Ind. Instru. Kedokteran, Presisi & Optik dan Jam
0
11
Ind. Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi Lain
12
Industri Lainnya
P : Jumlah Izin Usaha;
Jan-Sep 2013
7.719,4
7.940,9
Jumlah
Jan-Sep 2012
2012
I : Nilai Realisasi Investasi (Rp. Milyar)
11.166,7
49.888,9
6.001,1
500,70
2,78
10,1
1.982,5
248,44 435,63 0,47
Sumber : BKPM (data hingga 30 September 2013)
Nilai investasi PMDN pada Januari-September 2013 sebesar Rp 38,29 triliun atau meningkat sebesar 0,47% dari periode yang sama tahun 2012. Investasi sektor industri memberikan kontribusi sebesar 40,68% dari total investasi PMDN pada periode Januari-September 2013. 16 16
1.9. Perkembangan Investasi PMDN Sektor Industri (Rp. Miliar) Jumlah Izin Usaha (Proyek)
800
706
Nilai Investasi (Rp Miliar) 60,000.00
714
700
50,000.00
600
40,000.00
500
419
400
300
30,000.00 20,000.00
189
200
158
10,000.00
100 0
0.00 2008
2009
2010
2011
2012
2008
2009
2010
2011
2012
* Sumber: BKPM diolah Kemenperin
17 17
1.10. Perkembangan Investasi PMA Sektor Industri (US$ Juta) NO
SEKTOR
2009
2010
P
I
P
2011
I
P
2012
I
P
I
1.
Industri Makanan
49
552,1
194
1.025,7
308
1.104,6
347
2.
66
251,4
110
154,8
166
497,3
21
122,6
30
130,4
59
4.
Industri Tekstil Ind. Barang Dari Kulit & Alas Kaki Industri Kayu
18
62,1
31
43,1
5.
Ind. Kertas & Percetakan
18
68,7
32
6.
Ind. Kimia dan Farmasi
41
1183,1
7.
Ind. Karet dan Plastik
42
8.
Ind. Mineral Non Logam Ind. Logam, Mesin & Elektronik Ind. Instru. Kedokteran, Presisi & Optik dan Jam Ind. Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi Lain Industri Lainnya
3.
9. 10. 11. 12.
Jumlah P : Jumlah Izin Usaha;
JanSep 2012 I
Jan-Sep 2013 P
%
I
1.148,8 378,1
564
1.486,6
29,40
149
1.782,9 473,1
159
656,8
73,70
255,0
73
158,9
130,1
60
45,0
-65,37
29
51,1
38
76,3
16,4
41
28,0
71,05
46,4
42
257,5
57
1.306,6
1.069,7
76
1.097,5
2,60
159
793,4
223
1.467,4
230
2.769,8
317
2.561,6
3,42
208,1
100
104,3
148
370,0
147
660,3
2.476,9 585,8
166
337,3
-42,42
8
19,5
8
28,4
46
137,1
48
145,8
123,4
97
706,8
472,61
12 1
654,9
269
589,5
383
1.772,8
364
2.452,6
1.284,4
462
2.633,3
105,02
5
5,1
2
1,4
5
41,9
4
3,4
1,6
9
2,6
68,22
52
583,4
97
393,8
147
770,1
163
1.840,0
1.308,0
236
2.791,3
33
120,1
59
27,6
87
64,7
94
100,2
70,8
139
81,6
15,23
474
3.831,1
6.789,6 1.714 11.770,0
8.594,1
2.326
12.428,6
44,62
I : Nilai Realisasi Investasi (US$ Juta)
3.357 1.643
113,41
Sumber : BKPM (data hingga 30 September 2013)
Nilai investasi PMA pada Januari-September 2013 mencapai US$ 12,43 milyar atau meningkat sebesar 44,62% dibandingkan periode yang sama tahun 2012. Investasi sektor industri memberikan kontribusi sebesar 58,62% dari total investasi PMA pada periode Januari-September 2013. 18 18
1.10. Perkembangan Investasi PMA Sektor Industri (US$ Juta) Jumlah Izin Usaha (Proyek)
1,800
1,643
Nilai Investasi (US$ Juta)
1,714
14,000.00
1,600
12,000.00
1,400
10,000.00
1,200 1,096
1,000
8,000.00
800 600
6,000.00 495 4,000.00
474
400
2,000.00
200 0
0.00
2008
2009
2010
2011
2012
2008
2009
2010
2011
2012
* Sumber: BPS diolah Kemenperin
19 19
2
ASEAN Economic Community 2015
20 20
2.1. Sekilas Sejarah AEC 2015
Deeper Ec. Integrati on 1990s
TAC/B ali Concor dI 1976
ASEAN didirikan 1967
ASEAN COMMUNITY 2015
The 9th ASEAN Summit, Bali 2003
AEC The 13th ASEAN Summit, Singapore 2007
Diberlakukannya Piagam ASEAN 2008
21 21
2.2.Pilar AEC 2015
4 Pilar ASEAN Economic Community (AEC) Terbentuknya Pasar dan basis produksi tunggal • Bebas arus barang • Bebas jasa • Bebas investasi • Bebas tenaga kerja • Bebas arus permodalan • Priority Integration Sectors (PIS) • Pengembangan sektor foodagricultureforestry
Kawasan Berdayasaing Tinggi • Kebijakan persaingan • Perlindungan konsumen, HKI • Pembangunan infrastruktur • Kerjasama energi • Perpajakan • E-commerce
Kawasan dengan Pembangunan Ekonomi yang Merata • Pengembanga n UKM • Mempersempit kesenjangan pembangunan antar negara ASEAN
Integrasi dengan Perekonomian Dunia • Pendekatan koheren terhadap hubungan ekonomi eksternal, • Partisipasi yang semakin meningkat dalam jaringan suplai global
22 22
2.3. Individual AMS achievement Phase I Phase 3 Phase-1 2008-2009 (%)
Phase-2 2010-2011 (%)
Phase-3 2012-2013 (%)
ASEAN
87,6
67,4
74,5
1.
Brunei
95,41
77,9
76,6
2.
Cambodia
95,33
77,4
82
3.
Indonesia
89,91 (Rank 9)
75,8 (Rank 8)
81,3 (Rank 6)
4.
Lao PDR
95,28
74,6
84,3
5.
Malaysia
93,64
81,8
84,3
6.
Myanmar
94,39
76,9
81,3
7.
Philipines
94,55
77,1
76,9
8.
Singapore
96,3
82,2
84
9.
Thailand
94,55
79,4
84,6
10. Vietnam
95,37
79,4
79,6
No
• •
ASEAN/Stat e
Peringkat Indonesia masih dibawah negara-negara seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Peringkat Indonesia menunjukan peningkatan selama 3 Fase (2008 – 2013).
23 23
2.4. Measures Commitment Implementation Key Areas Single Market & Production Base
Phase I (2008-2009) Implementation
Phase I I (2010-2011) Implement.
Total measures Implementation
Fully
Not Fully
Fully
Not Fully
Fully
Not Fully
Free Flow of Goods
9
0
23
24
32
24
Free Flow of Services
10
3
13
17
23
20
Free Flow of Invest
5
1
5
8
10
9
Free Flow of Capital
1
0
5
0
6
0
Free Flow of Skilled Labor
-
-
1
0
1
0
Priority Integration Sectors (12)
28
0
1
0
29
0
Food, Agriculture & Fishery
8
0
5
6
13
6
Total Number of Measures
61
4
53
55
114
59
Implementation Rate
93.8%
49.1%
65.9%
• Kemajuan signifikan pada integrasi ekonomi kawasan ASEAN terjadi pada bidang free flow of skilled labor and capital, serta integration of priority sectors. 24 24
2.5. 12 Priority Integration Sector (PIS) Sektor Barang
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Agro-based products Rubber-based products Wood-based products Fisheries Textiles & apparels Automotive Electronics
Sektor Jasa
8. Healthcare 9. Air travel 10.E-ASEAN 11.Tourism 12.Logistics services PIS ASEAN terdiri dari 7 sektor di bidang barang dan 5 sektor di bidang jasa. 25 25
2.6.Koordinasi Menghadapi AEC
Inpres No.5 Tahun 2008 Fokus Program Ekonomi, yang mencakup pelaksanaan komitmen AEC 2015.
Inpres No.11 Tahun 2011 Fokus Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru ASEAN Tahun 2011
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
R-Inpres Fokus Peningkatan Daya Saing Nasional dalam menghadapi AEC 2015 • •
Koordinasi internal Pemerintah terus dilakukan dalam memantau perkembangan AEC, dimana koordinasi dilakukan oleh Kemenko Bidang Perekonomian. Langkah-langkah koordinasi dilakukan dengan membuat 3 inpres terkait AEC 2015. 26 26
3
Komitmen Indonesia : Trade in Goods dan Trade in Services
27 27
3.1. Trade in Goods (Perdagangan Barang) a. Jadwal Penurunan Tarif CEPT dan ATIGA Kategori
≤20%
1998
2000
2003
2010
2010
2012
Komitmen Indonesia 0-5%
0%
(ATHN 2007)
FT IL
>20%
0-5%
0%
≤20%
0-5%
0%
Kategor i
NT >20%
20%
≤20%
0-5% 0-5%
TEL >20%
20%
A T
0-5%
0%
IL
0% 0%
I SL* HSL*
G
GEL**
A
-
GEL
96
Total
Schedule A
0%
PIS***
0%
Schedule D
0-5%
Schedule H
8632
TEL
SL/HSL
Shedule ATIGA :
Jumlah Pos Tarif
9
Industri
Minol, narkotika, dll Pertanian
8737
1) Ket: * = khusus ASEAN-6 ** = tidak dikenakan penurunan tarif, namun terkait AEC GEL disepakati menjadi IL *** = 12 priority Integration Sector (ASEAN-6: 2007 & CLMV 2012)
2) Kategori produk: Inclusion List (IL), Sensitive List (SL), Highly Sensitive List (HSL), Temporary Exclusion List (TEL), General Exception List (GEL) 3) Common Effective Preferential Tariff (CEPT) untuk AFTA efektif mulai tahun 1993 28 28
b. Komitmen Indonesia dalam AFTA (ATIGA)
(AHTN 2012)
Distribusi Pos Tarif Industri di ATIGA (2015) TA MS MR MINTEM MAK KIMHIL KIMDAS IMDL IET IATD HHP 0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
0%
HHP 448
IATD 763
IET 854
IMDL 1040
KIMDAS 941
KIMHIL 761
MAK 439
MINTEM 190
MR 90
MS 1279
TA 1699
MFN
0
0
0
0
12
0
0
50
28
0
0
Total 8594
29 29
b. Komitmen Indonesia (cont.)
Indonesia di bidang perdagangan barang sudah sangat liberal sekalipun jika dibandingkan dengan negara-negara yang memiliki tingkat perekonomian yang lebih maju dan lebih berdaya saing. Proses liberalisasi ini akan terus berlanjut sebagai konsekuensi dari trend integrasi perekonomian global.
30 30
3.2. Trade in Services (Perdagangan Jasa) a. Perjalanan Liberalisasi jasa Jenis-jenis Perdagangan Jasa MODE
MEANING
EXAMPLE
Mode 1 Cross-border trade
Trade takes place from the territory of country A into that of B
- Tele health - Passing of information by means of fax or email
Mode 2 Consumption abroad
Services consumed by nationals of country A in territory of country B
- Tourism - Consumers who cross borders to obtain medical treatment
Mode 3 Commercial presence
A service supplier of country A crosses the border to establish and provide a service in country B
-Establishment of a private hospi tal by a European company in Ecuador
Mode 4 Movement of natural persons
Temporary movement from country A to B to supply a service
- Doctors moving to another country to temporarily provide their services
31 31
Liberalisasi Jasa Dalam AFAS Ditandatangani oleh negara – negara ASEAN pada 15 Desember 1995 di Bangkok, Thailand.
AFAS bertujuan untuk mengurangi hambatan-hambatan pada perdagangan jasa diantara negara-negara ASEAN dalam rangka meningkatkan efisiensi dan kompetisi penyedia jasa di ASEAN. Integrasi jasa dirundingkan melalui putaran negosiasi di bawah Coordinating Committee on Services (CCS). Untuk jasa keuangan dinegosiasikan di bawah WCFSL dan jasa transportasi udara di bawah ATSN
Liberalisasi Jasa dilakukan melalui “Paket – Paket Komitmen”. Negara anggota ASEAN telah melakukan negosiasi dan telah menghasilkan 8 paket komitmen dari 10 paket komitmen yang dijadwalkan akan rampung pada tahun 2015. Pada tahun 2015, sebanyak 128 sektor jasa (ditambah sektor keuangan dan non bank serta jasa angkutan udara) akan terbuka dengan kepemilikan ASEAN (Foreign Equity Participation/FEP) maksimum 70%, serta tidak adanya hambatan untuk cross border supply dan consumption abroad. 32 32
Roadmap liberalisasi jasa ASEAN : 2010: 4 sektor prioritas, yaitu: air transport, e-Asean, healthcare Tourism 2013: 1 sektor prioritas yaitu logistik meliputi :
jasa pergudangan, pengepakkan, kargo, kurir, jasa transportasi pengiriman barang 2015 : semua sektor lainnya 33 33
2. Perdagangan Jasa di ASEAN.....
Target Liberalisasi Jasa lainnya • Target sub-sektor yang harus diliberalisasikan: i. Tahun 2010 (AFAS 8) : 80 subsektor (baru tercapai tahun 2012 dan belum semua negara). i. Tahun 2013 (AFAS 9) : 104 subsektor ii. Tahun 2015 (AFAS 10) : 128 subsektor • Target 2015: 128 sektor jasa terbuka dengan kepemilikan ASEAN (Foreign Equity Participation/FEP) maksimum sebesar 70%, tidak ada hambatan untuk Mode 1 (cross border ) dan Mode 2 (consumption abroad). • Protokol Implementasi AFAS Paket 8 sudah ditandatangani, sekarang memasuki perundingan Paket 9 dan belum ditandatangani.
34 34
2. Perdagangan Jasa di ASEAN.....
b. Mutual Recognition Agreements (MRA) • Untuk memfasilitasi pergerakan penyedia jasa profesional disepakati Mutual Recognition Agreements (MRA) di lingkungan ASEAN meliputi 8 bidang jasa profesional:
Sumber: Presentasi Adolf Warouw (2013)
35 35
4
Perkembangan Perdagangan Internasional ASEAN
36 36
4.1. ASEAN Facts & Figures
Sumber: ASEAN Secretariat
37 37
4.2. ASEAN Trade – World & Intra-Regional Dalam Juta USD
Trade With World
Trade With ASEAN
Country Exports
• •
Imports
Exports
Share to World
Imports
Share to World
Brunei Darussalam
12.362,3
2.460,0
1.721,1
13,92%
1.191,1
48,42%
Cambodia
6.710,6
6.133,6
833,7
12,42%
2.170,1
35,38%
Indonesia
203.496,7
177.435,6
42.098,9
20,69%
57.254,3
32,27%
Lao PDR
1.746,5
2.209,4
959,8
54,96%
1.570,5
71,08%
Malaysia
228.179,1
187.542,8
56.049,7
24,56%
52.090,0
27,77%
Myanmar
8.119,2
6.805,9
3.957,4
48,74%
3.250,3
47,76%
Philippines
48.042,2
63.709,4
8.635,3
17,97%
15.040,3
23,61%
Singapore
409.443,5
365.709,1
127.544,5
31,15%
78.126,4
21,36%
Thailand
228.820,7
230.083,6
72.226,6
31,56%
39.224,2
17,05%
Vietnam
95.365,6
104.216,5
13.504,8
14,16%
20.793,2
19,95%
Sumber: ASEAN Secretariat (2010) Mayoritas perdagangan negara-negara anggota ASEAN dilakukan dengan negara-negara non-ASEAN. Hal tersebut menunjukan bahwa potensi perdagangan intra-regional ASEAN belum sepenuhnya dimanfaatkan. 38 38
Exports Brunei
Cambo Indone dia sia
Japan 45.2% US 39.5% Japan 16.6%
Lao PDR
Malay sia
Myan mar
Philip pines
Singa pore
Thai land
Thailand 33%,
China 13.1%,
Thailand 36.7%,
Japan 18.5%
Malaysia 12.2%
China 23.4%
Singapore 12.7%,
China 18.8%
US 14.8%
Hong Kong Japan 11% 10.5%
Vietnam 13.4%
Japan 11.5%,
India 14.1%
China 12.7% China 10.4% US 9.6%
Japan 6.6%
Singapore 8.9%
Indonesia 10.4%
Hong Kong Germany 7.2% 3.7%
US 5.4%
Malaysia 5.4%
China 12% US 18%
South Korea 15.9%
Canada 8.2%
Australia 11.4%
Germany Singapore 9.1% 7.8%
Indonesia 8.1%
UK 7.5% US 8.1%
US 8.3%,
India 5.7%
Vietnam 6%
South Korea 8.1%
Thailand 5.1%,
Hong Kong 7.7%
China 4.4%
Japan 4.3%
India 6.6%
Hong Kong 4.5%,
South Korea Singapore Japan 4.5% 4.6% 5%
Malaysia 5.4%
India 4.1%
Indonesia 4.4%
China 11.3%
Viet nam
China 11% Japan 11%
Source : CIA World Factbook (2012)
•
Pasar tujuan ekspor Negara-negara ASEAN didominasi oleh negara-negara Asia Timur seperti China, Korea dan Jepang serta negara-negara ekonomi utama seperti Amerika Serikat dan India serta beberapa negara-negara Eropa. 39 39
Imports Brunei
Cambo dia
Indone sia
Lao PDR
Malay sia
Myan mar
Philip pines
Singa pore
Thai land
Singapore 27.4%,
Thailand 24.6%,
China 14.8%,
Thailand 65.2%,
China 13.2%,
China 38.8%,
India 15.4%,
Vietnam 20.6%,
Singapore 14.6%,
China 11.1%,
Singapore 12.8%,
Thailand 22.6%
China 12.8%,
China 19.9%,
Japan 11%,
Vietnam 6.5%
Japan 11.4%,
Singapore 9.7%
South Korea 10.1%,
Singapore South Korea 7.8%, 7.3%,
US 9.7%,
South Korea Singapore 5.4% 8.1%
Malaysia 9.4%,
Hong Kong US 6.1%, 6%
Indonesia 6.1%,
Malaysia 4.5%
South Korea South Korea Malaysia 7.3% 5.9% 5.4%
Thailand 5.9%,
Thailand 6%,
Japan 4.1%
Thailand 5.8%
Malaysia 5.9%
South Korea 4%
Germany 7.9%
Japan 10.8%
US 10.8%
China 10.1%
Viet nam
Malaysia 10.7%
Japan 18.4%
China 22%
US 10.7%
China 13.4%
South Korea 13.2%
China 10.4%
UAE 6.3%
Japan 10.4%
Japan 7.2% US 5.9%
Taiwan 5.9%
Taiwan 8.6%
Thailand 6.4%
South Singapore Korea 4% 6.4%
Saudi Arabia 5.4% Malaysia 4.4%
Source : CIA World Factbook (2012)
• •
Fenomena yang sama juga terjadi pada pasar asal produk impor negara-negara ASEAN dimana mitra utama impor negara-negara tersebut masih didominasi oleh negara-negara Asia Timur dan Amerika Serikat serta beberapa negara Eropa. AEC menjadi penting dalam rangka mendorong peningkatan perdagangan intra-regional ASEAN. 40 40
4.4. Nilai Perdagangan Indonesia ke dan dari ASEAN Apakah FTA adalah faktor utama yang menyebabkan defisit perdagangan produk industri Indonesia?
Impor dari ASEAN
USD Billions
USD Billions
Ekspor ke ASEAN
Sumber: Kemendag
41 41
Countries
Major Investors
Brunei Darussalam
EU, ASEAN, Japan
Cambodia
China, Republic of Korea, ASEAN, USA, EU
Indonesia
Japan, Hongkong, Taiwan, UK, Singapore
Lao PDR
ASEAN, China, Japan, France, India
Malaysia
Japan, Netherlands, Australia, USA, Singapore
Myanmar
UK, Thailand, Singapore
Philippines
USA, Japan, Republic of Korea, Germany, France
Singapore
US, EU, Japan
Thailand
Japan, China, Republic of Korea Germany, France
Vietnam
USA, Japan, Taiwan, Hongkong, Republic of Korea
Source : ASEAN Your Gateway to Economic Community
• •
Seperti halnya perdagangan, pada sisi investasi juga terlihat bahwa sumber-sumber investasi utama pada negara-negara anggota ASEAN bukanlah berasal dari internal regional ASEAN. Jepang merupakan investor utama negara-negara anggota ASEAN. 42 42
5 Posisi Daya Saing dan Langkah Persiapan Menghadapi AEC 2015 di Sektor Industri
43 43
5.1.Peringkat Daya Saing Beberapa Negara Asia ( Global Competitiveness Report 2013-2014 )
Country/Economy Singapore Japan Malaysia Korea, Rep. Brunei Darussalam China Thailand Indonesia Philippines India Vietnam Lao PDR Myanmar
GCI 2013GCI 2012-2013 2014 Rank Score Rank Change 2 5.61 2 0 9 5.40 10 1 24 5.03 25 1 25 5.01 19 -6 26 4.95 28 2 29 4.84 29 0 37 4.54 38 1 38 4.53 50 12 59 4.29 65 6 60 4.28 59 -1 70 4.18 75 5 81 4.08 n/a n/a 139 3.23 n/a n/a
Peringkat Indonesia di bawah Thailand, Malaysia dan Singapura.
Sumber: Global Competitiveness Report 2013-2014
44 44
45 45
5.2. Peringkat Trade Performance Produk Negara ASEAN Vs. Indonesia 2010 INDONESIA
IT & Consumer electronics
Electronic components
Transport equipment
Clothing
Miscellaneou s manufacturi ng
29
47
41
22
26
Menang (86)
Menang (99)
-
Malaysia
Kalah (1)
Kalah (43)
Kalah (32)
Thailand
Kalah (14)
Kalah (38)
Kalah (9)
Phillipines
Kalah (26)
Kalah (23)
Menang (62)
Singapore
Kalah (4)
Kalah (9)
Kalah (18)
Vietnam
Kalah (23)
Menang (67)
Menang (67)
Cambodia
-
-
Menang (69)
Myanmar
Menang (130)
Menang (132)
Menang (142)
Laos
-
Menang (118)
Menang (121)
Indonesia Unggul Atas Negara ASEAN
2
4
5
SITC Rev. 3
Rank of Current Index (Indonesia) Brunei
Menang (103) Menang (34) Kalah (17) Menang (47) Menang (26) Kalah (8)
Menang (131) Kalah (7) Kalah (15) Menang (49) Kalah (3) Menang (34)
Menang (32) Menang (51) Menang (44)
Menang (132)
7
6
Menang (85)
Menang (108)
Minerals
7 Menang (32) Menang (9) Menang (78) Menang (96) Menang (55) Menang (88) Menang (125) Menang (113) 8
Jumlah Produk Unggul Indonesia Terhadap Negara ASEAN
9 4 2 12 5 9 11 14 12
46 46
5.2. Peringkat Trade Performance Produk Negara ASEAN Vs. Indonesia 2010 INDONESIA
SITC Rev. 3
Rank of Current Index (Indonesia) Brunei Malaysia Thailand Phillipines Singapore Vietnam Cambodia Myanmar Laos Indonesia Unggul Atas Negara ASEAN
Chemicals
Leather products
Basic manufact ures
Non-electronic machinery
16
40
12
63
69
-
-
Menang (92)
-
Menang (125)
Menang (127)
9
Kalah (5)
Kalah (13)
Kalah (22)
Menang (35)
Kalah (36)
Kalah (36)
4
Kalah (5)
Kalah (12)
Kalah (5)
Kalah (40)
Kalah (32)
2
Menang (73) Menang (31) Menang (38) Menang (124) Menang (131)
Menang (77)
Menang (96) Menang (24)
Menang (80)
Menang (77)
12
Kalah (31)
Kalah (15)
5
Kalah (2)
Kalah (51)
Menang (72)
9
Menang (48) Menang (95) Menang (88)
Menang (134) Menang (149) Menang (110)
Menang (123)
11
Menang (150)
14
Menang (134)
12
6
5
Fresh food
Process ed food
Wood products
Textiles
36
31
9
-
Menang (175) Menang (64) Kalah (9) Menang (99) Kalah (32) Kalah (12) Menang (154) Menang (66) Menang (120)
Kalah (18) Kalah (12) Menang (87) Kalah (8) Menang (83) Menang (123) Menang (141) Menang (152)
6
5
Jumlah Produk Unggul Indonesia Terhadap Negara ASEAN
Menang (18) Menang (88) Menang (49) Menang (79) Menang (132) Menang (68) Menang (85) 7
-
5
Kalah (2) Menang (67) Menang (133) Menang (153) Menang (143) 6
6
47 47
5.3. Produk-produk Unggulan Indonesia terhadap ASEAN
48 48
5.4. Kesiapan Tenaga Kerja Indonesia vs Services AFAS BONUS DEMOGRAFI (Peningkatan Usia Produktif) Peluang atau Bencana ?
pada 2020, 50-60 persen penduduk negara maju khususnya Eropa, Amerika Utara, Asia Timur dan Australia akan berusia lanjut
pada 2020, sebanyak 50-60 persen penduduk Indonesia berada dalam usia produktif, 15-24 tahun (Bonus Demografi)
49 49
Permasalahan pokok SDM Indonesia
1. Output pendidikan formal yang belum siap kerja 2. Kualitas SDM Indonesia yang tidak merata (kesenjangan pembangunan ekonomi, gap antara Indonesia Bagian Barat dan Bagian Timur 3. Keterbatasan lapangan kerja 4. Kualitas tenaga kerja yang dicerminkan dari tingkat pendidikan masih rendah 5. Trend penganggur terbuka bergeser dari angkatan kerja berpendidikan rendah menjadi angkatan kerja berpendidikan tinggi 6. Struktur lapangan kerja masih didominasi oleh sektor pertanian 7. Status pekerjaan utama didominasi pekerja informal 8. Belum semua industri merekrut SDMnya berbasis kompetensi Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)
-SDM yang kompeten -SDM yang berdaya saing tinggi 50 50
Strategi Pengembangan SDM Indonesia Berbasis Kompetensi
KEBUTUHAN INDUSTRI
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)
LEMBAGA PELATIHAN
PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK)
SERTIFIKASI KOMPETENSI
LEMBAGA SERTIFIKASI
51 51
Persiapan SDM Indonesia menuju MEA 2015
PENGAKUAN KUALIFIKASI SDM INDONESIA
PELATIHAN KERJA Regulasi
• Sislatkernas (PP 31 Tahun 2006) • KKNI (Perpres 8 Tahun 2012)
Kelembagaan
• • • • •
Jaminan Mutu
• Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) • Sertifikasi • Akreditasi Lembaga Pelatihan
Balai Latihan Kerja Lembaga Pelatihan Kerja Swasta BNSP Lembaga Produktivitas Nasional LA LPK
52 52
Pengelompokan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) Pada 9 Sektor Berjumlah 288
Jasa, Konsultasi dan Perdagangan = 45 Konstruksi = 62
Pertanian, Perkebunan, Perikanan dan Kehutanan = 48
Listrik, Pertambangan dan Energi = 42
Industri Manufaktur = 33
Kesehatan =6 Perhubungan dan Telekomunikasi = 11
Keuangan dan Perbankan = 15 Kebudayaan, Pariwisata dan Seni = 26
53 53
5.5. Upaya Peningkatan Daya Saing
A. Penguatan Struktur Industri
Peningkatan Daya Saing Indonesia
1. Pengembangan Kemampuan Sektor Industri 2. Pasar Dalam Negeri dan ASEAN sebagai Base-Load
B.Peningkatan Dukungan 1.Meningkatkan Iklim Industri Daya Saing (Short Term) 2. Meningkatkan Daya Saing (Medium-Term) 3. Meningkatkan Daya Saing (Long-Term)
54 54
5.6. Penguatan Struktur Industri
1-Pengembangan Kemampuan Sektor Industri
• Pengembangan Kemampuan Industri dalam jangka panjang (35 klaster industri dalam Perpres No. 28 Tahun 2008). • Percepatan Pengembangan sektor industri hingga 2015. Industri hilir berbasis agro, migas dan bahan tambang mineral Industri berbasis SDM dan pasar domestik Industri kecil dan menengah Lain-lain
A. Penguatan Struktur Industri
2-Memanfaatkan Pasar Dalam Negeri dan ASEAN sebagai Base-Load
• Peningkatan Enforcement • Pengaturan lanjut Pelabuhan • Membangun peraturan teknis untuk menghilangkan impor produk tidak standar • Membangun Early Warning System ----------------------------------------------------------------------• Membangun kemampuan market & industrial intelligence • Meningkatkan compliance produk ke ASEAN • Membangun kemampuan advocacy ekspor ke ASEAN • Membangun produk spesifik Indonesia 55 55
5.7. Penguatan Daya Dukung Iklim Industri
1-Meningkatkan
Daya Saing (Short-Term)
B. Peningkatan Dukungan Iklim Industri
2-Meningkatkan Daya Saing (Medium-Term)
3-Meningkatkan Daya Saing (Long-Term)
• Menurunkan biaya modal, biaya energy dan biaya manpower serta biaya logistik • Ketersediaan bahan baku • Biaya logistik Iklim investasi (perijinan, pungli, insentif fiskal, BMDTP)
• Jaminan Pasokan Bahan Baku • Pengawasan impor untuk meredam produk illegal • Optimalisasi P3DN • Menghilangkan gangguan keamanan • Peningkatan Faktor Pendukung Industri • Membangun kemampuan SDM Industri • Membangun R&D industri
56 56
5.8. Industri yang Dipersiapkan Menghadapi MEA
Untuk Pasar ASEAN (Strategi Ofensif)
Industri Yang Dipersiapkan AEC 2015
Untuk Pasar Dalam Negeri (Strategi Defensif)
Source: Bahan Paparan Menteri Perindustrian –Panel Diskusi Antisipasi AEC 2015
Agro Industries (cocoa, rubber and CPO) Fish & fish products Textile & textile products Footwear, leather Furniture Food & Beverage Fertilizer & petrochemical Automotif, Machinery & parts Basic metal, iron and steel Automotive Electronics Cement Garment Footwear Food and beverage Furniture 57 57
5.9. Langkah-langkah Lintas Sektoral
Lintas Sektoral
Intensifikasi sosialisasi AEC kepada stakeholder industri Pemberlakuan antidumping dan safeguard yang lebih efektif Meningkatkan kualitas laboratorium uji dan kompetensi SDM Penilai Penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional (SKKNI) Penguatan Industri Kecil dan Menengah (IKM) Mengembangkan wirausaha baru IKM, dll.
Untuk Pasar ASEAN
Strategi Ofensif
Sektor Industri Untuk Pasar Domestik
Strategi Defensif
Telah disusun Kebijakan dan Program
58 58
6 6
Setelah AEC 2015....Apa Tantangan Berikutnya ??
59 59
6.1. Kondisi Perdagangan Produk Industri Indonesia dengan Mitra FTA dalam Juta US$
2008
2009
-1,818.57
-7,931.39
-6,736.85
-10,675.34
-13,456.07
-17,150.52
160.63
-2,060.37
-1,546.94
-2,410.72
-3,704.49
-4,567.45
3,208.42
-5,401.65
-2,725.26
-6,822.40
-6,656.29
-10,855.26
Australia
-286.01
-619.32
-364.27
-126.53
-57.04
393.28
Selandia Baru
-245.07
-421.31
-339.54
-428.48
-348.35
-319.42
1,973.17
3,267.16
2,787.14
4,031.61
4,292.31
3,622.05
766.77
641.93
386.96
389.41
623.92
995.85
NEGARA RRC Korea Jepang
India Pakistan
2007
2010
2011
2012
Sumber: BPS (2013) diolah Kemenperin
• •
Mayoritas neraca perdagangan produk industri Indonesia dengan negara mitra FTA menunjukan defisit . Defisit tersebut semakin lama semakin memburuk sampai pada pertanyaan apakah kita perlu menghentikan proses liberalisasi dan meninjau ulang semua FTA yang telah kita tandatangani?
60 60
Neraca Produk Industri Indonesia Vs. Negara Mitra FTA (dalam Juta US$)
RRC
Korea
0.00
2,000.00
-5,000.00
0.00
-10,000.00
-2,000.00
-15,000.00 -20,000.00
-4,000.00
G. Ekspor: 14.3% G. Impor: 30.7%
Australia
-6,000.00
G. Ekspor: 11.5% G. Impor: 33%
Selandia Baru
500.00
ASEAN
0.00 -100.00 200720082009201020112012
0.00
-200.00
10,000.00 5,000.00
-300.00
-500.00
-
-400.00 -1,000.00
G. Ekspor: 8.4% G. Impor: 23.1%
G. Ekspor: 15.6% G. Impor: 6.5%
-500.00
G. Ekspor: 7.9% G. Impor: 6.7%
(5,000.00)
India 5,000.00 4,000.00 3,000.00 2,000.00 1,000.00 0.00 G. Ekspor: 15.6%
G. Impor: 17.8% Sumber: BPS (2013), diolah Kemenperin
Pakistan 1,500.00 1,000.00 500.00 0.00
G. Ekspor: 7.5% G. Impor: 45.7%
61 61
ACFTA (ASEAN – China FTA) 25.00
23
50%
45% 43.444%
16
35% 30%
15.00 12
12 22.535%
10
30
25%
30%
10.14
26
20%
10.00 15.105%
25
15%
5.75
25.84% 25% 21
10%
5.00 1.80
2008 preferensi
20%
5%
0.20 2.036%
2007
20.11%
20
2.61
0%
2009
2010
ekspor
Total Impor RI dari China
rasio
2011
15
Billions USD
Billions USD
36.927%
-
Total Ekspor RI ke China
40%
20.00
15
15%
14 12.55% 10
10 7
7 2.35%
5
-
10%
8
1.56% 0.32% 0 0 0 0.00% 2005 2006 2007 2008 Preferensi
4
5%
2 0% 2009
Total Impor
2010
2011
rasio
62 62
AKFTA (ASEAN – Korea FTA) 16
35.00% 14.66 31.47%
31.70%
14
30.00%
12.52 12
25.00% 9.28 7.96
8.24
23.68%
19.48%
20.00%
8.23
14.00%
14
7.32
12.3
15.00%
12
6
11.93%
12.00%
5 10.00%
4
2
4.17%
5.00%
2
0 0
0.00% 0.00% 2005 2006 2007
ekspor preferensi
0.00% 2008
10
9.58%
3
3
2009
2010
Total Ekspor
Total Impor RI dari Korea
2011
rasio
Billions USD
Billions
10 8
Total Ekspor RI ke Korea
7.71 8.18%
8
10.00% 8.00%
6.67 6 4.43 4.53
4.95
6.00% 4.61 4.00%
4 1
2
2.00%
1
0
0 0 0.40% 0 0.00%0.00%0.00% 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 impor preferensi
Total Impor
0.00% rasio
63 63
AIFTA (ASEAN – India FTA) 16
60.0% 13
14
50.0%
48.1%
Total Ekspor RI ke India
12
8
7
8
5.0
30.0% 6
5.0% 4
4.5
4.59%
6 20.0%
5 4
4.0
4 10.0%
2 0
0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Ekspor Preferensi
3
Total Ekspor
0.0% 2011 Rasio ekspor
2.5
3.0% 2.5%
2
2.0
2.0%
2 2
1.5
1.5%
1
1.0
Total Impor RI dari India
3.5%
3
3.0
4.7% 0
4.5%
4.0%
3.5
3
Billions
Billions
40.0%
10
10
0.5 0.0
1.0%
0.51% 0 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 2005 2006 2007 2008 2009 2010 impor preferensi
Total impor
0
0.5% 0.0%
2011
Rasio Impor
64 64
6.2. Pemanfaatan SKA Preferensi Ekspor dan Impor • Pemanfaatan tariff prefensial untuk kegiatan ekspor dan impor pada skema FTA-FTA yang ditandatangani oleh Indonesia ternyata masih sangat rendah baik dari sisi ekspor maupun impornya.
• Dengan fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa FTA ternyata belum berpengaruh banyak pada defisit neraca perdagangan produk industri dengan negara mitra FTA tersebut. • Namun dapat dibayangkan kalau sudah diimplementasikan secara penuh. • Masih banyak permasalahan lain yang perlu mendapatkan perhatian kita untuk dipecahkan bersama terutama menyangkut dengan upaya meningkatkan daya saing produk industri Indonesia. • Pengembangan daya saing tersebut terutama meliputi perbaikan sistem logistik, pembangunan infrastruktur, kebijakan debottlenecking dan lain sebagainya.
65 65
6.3. Tarif Bea Masuk Rata-rata dengan Negara Mitra FTA
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2012 MFN
9.9
9,9
9,5
7,8
7,6
7,5
7,49
6,9
CEPT
3.4
2,8
2,8
2,0
1,9
1,9
0
0
ACFTA
9.9
9,6
9,5
6,4
6,4
3,8
2,9
2,6
AKFTA
9.9
9.9
9.5
6,6
6,0
2,6
2,6
2,2
AANZ
9.9
9,9
9,5
7,8
7,6
7,5
-
-
IJEPA
9.9
9.9
9.5
7.8
5,2
4,5
2,97
2,6
66 66
6.4. Tantangan Setelah AEC 2015.... Yang Sudah Didepan Mata
Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) Instruksi Leaders menyelesaikan negosiasi pada akhir 2015 Tahap awal Membentuk WGTIG, WG-TIS & WG-Investment ASEAN Centrality telah disetujui oleh Leaders dari ke-16 negara (ASEAN & Mitra Dialog)
Kerangka Waktu Negosiasi 2013 3 rounds of meetings (Feb, August & October 2013) ASEAN Caucus + WGs Meetings reported to TNC
Modalitas •Goods X% eliminasi tarif dalam Y tahun, 1 jadwal untuk semuanya dan volume perdagangan & tarif disusun pada 6 digit level (tetap mempertimbangkan sensitivitas) •User friendly ROO co-equal rule, full accumulation & perluasan self certification •Services perkembangan signifikan dari ASEAN FTAs yang ada, 1 jadwal untuk seluruh pihak •Investment perkembangan signifikan dari ASEAN FTAs yang ada (tetap mempertimbangkan sensitivitas), negative list dengan jadwal tunggal •IPR pentingnya sistem hak cipta yang efektif dan user friendly
“Developing awareness among stakeholders is a must”
67 67
7 Kesimpulan dan Penutup
68 68
7.1. Tantangan Liberalisasi yang Semakin Berat 1. Perkembangan dan daya saing Industri di Indonesia perlu segera diperkuat, bila tidak maka pertumbuhan Industri dan Perekonomian Indonesia akan sangat sulit untuk dipercepat. 2. Penguatan daya saing industri dilakukan disemua sektor terkait, baik lintas sektor pemerintah, pebisnis, asosiasi dan masyarakat; masing-masing perlu segera melakukan berbagai antisipasi dalam menjawab tantangantantangan yang datang dari luar berupa liberalisasi melalui FTA regional maupun bilateral. 3. Setelah AEC 2015 pembahasan RCEP akan segera dimulai, padahal tingkat liberalisasi RCEP akan lebih hebat dari tingkat liberalisasi yg sudah ada saat ini, karena akan melibatkan negara yg jauh lebih kuat dari Indonesia seperti : India, China, Jepang dan Korea. 4. AEC 2015, RCEP, serta Environmental Goods (EGs) list dalam fora APEC akan menjadikan pasar Indonesia semakin terbuka. 5. Perlu diseksamai adanya berbagai Non-Tariff Measurements (NTMs) di ASEAN yang akan menghambat masuknya produk Industri Indonesia ke negara-negara tersebut. Perlu ada persiapan dan affirmative actions yang memadai. 6. Sektor jasa (khususnya jasa industri dan pekerja industri) harus menjadi perhatian serius karena sangat penting dalam mendorong pertumbuhan industri dan perekonomian Indonesia.
69 69
Kesimpulan dan Penutup…
7.2. Dukungan yang dapat diberikan Perguruan Tinggi 1. Strategi Defensif Bersama-sama mengevaluasi Perda-perda di Provinsi / Kabupaten / Kota di seluruh Indonesia yang bersifat “Bottleneck”; Mendorong terlaksananya reformasi berokrasi baik di pemerintahan untuk menuju pemerintahan yang bersih, berwibawa, efektif dan efisien; Membantu mempercepat pembangunan infrastruktur Daerah yang akan meningkatkan daya saing nasional; Mengkampanyekan ”cinta produk industri dalam negeri” dalam rangka menahan laju serangan produk impor negara asing; Memulai dengan arahan kepada aparat pemerintah (Pusat dan Daerah) untuk mendahulukan pengadaan barang dan jasa dengan menggunakan produk dalam negeri; Berpartisipasi dalam meningkatkan sertifikasi produk (SNI) dan sertifikasi profesi/kompetensi SDM di berbagai daerah di seluruh Indonesia.
70 70
2. Strategi Ofensif Mengoptimalkan Kebijakan Pengembangan Produk Unggulan Provinsi dan Kompetensi Inti industri Kabupaten/kota sebagaimana diamanatkan dalam Perpres No. 28 Tahun 2008, untuk menembus pasar ASEAN dengan mengoptimalkan pemanfaatan tarif preferensi; Meningkatkan kualitas SDM industri bertaraf internasional serta pemanfaatan MRA untuk mendukung ekspor jasa profesi ke ASEAN; Mendorong kerjasama ASEAN dibidang standardisasi produk / sertifikasi profesi (MRA) untuk tujuan pemasaran bersama ke luar Asean; Meningkatkan kegiatan litbang / inovasi teknologi serta mengembangkan keterpaduan dan sinergi antara pemerintah, swasta dan perguruan tinggi; Sosialisasi kepada pelaku bisnis, aparat pemerintahan, masyarakat serta stakeholder lainnya terkait tantangan yang harus dijawab serta peluang yang dapat diperoleh dalam menghadapi AEC 2015.
71 71
Terima Kasih 72 72