Jurnal Manajemen Gajayana Vol.8, No.2, November 2011, 245-‐255
Analisis Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Pelatihan Karyawan untuk Menentukan Kebijakan Manjemen Endang Suswati1 Haryono2 1 Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas
Gajayana Malang 2 Alumnus Universitas Gajayana Malang
Abstract Safety, health, and training employees to provide sufficient knowledge and skills to support professional work. The purpose of this study was to analyze the savety, health and training to employees. Based on the results of research using the safety variable research an average score of 119 which is located in the hight category, the variable of health has an average score of 116 which is located in the category high, and variable Training reached an average score of 104 is also located in the high category. Means that all variables have the same category , but the average score of the highest in savety varibles. Keywords Savety, Health, training, management policy istem manajemen Keselamatan, Kesehatan Kerja (3K) juga dinyatakan dalam Undang-‐Undang Tenaga Kerja yang baru disahkan (UU No. 13/2003/, yaitu pasal 86 dan pasal 87. Pada pasal 86 undang-‐undang tersebut menyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas kesehatan dan keselamatan kerja, perlindungan atas moral dan kesusilaan, dan perlakuan sesuai harkat dan marbatabat manusia serta nilai nilai agama. Sedangkan pasal 87 meyebutkan bahwa setiap perusahaaan harus meneraptkan sistem K3, untuk diintegrasikan dalam sistem manajemen umum perusahaan. Dengan kata lain, keselamatan dan kesehatan kerja karyawan harus mendapat prioritas perusahaan.
S
Jurnal Manajemen Gajayana Vol.8, No.2, November 2011, 245-‐255 Pemeliharaan keselamatan dan kesehatan para karyawan yang harus dilakukan oleh perusahan adalah menyangkut kesehatan fisik maupun mental (Handoko, 2001). Program kerja tidak terlepas dari keselamatan kerja,karena dua program tersebut cukup tercangkup dalam pemeliharaan terhadap karyawan. Keselamatan kerja meruapakan sarana untuk pencegahan, cacat, dan kematian sebagai kecelakaan kerja (Suma’mur, 1997). Keselamatan kerja erat dengan produksi dan produktivitas. Keselamatan kerja dapat membantu peningkatkan produksi dan produktivitas atas dasar tingkat keselamat kerja yang tinggi, kecelakaan yang menjadi sebab sakit, cacat dan kematian dapat ditekan seminimal mungkin (Nedler, 1985) Tingkat keselamatan yang tinggi sejalan dengan pemeliharaan dan penggunaan peralatan kerja dan mesin yang produktif dan efisien serta bertalian dengan tingkat produksi dan produktivitas yang tinggi (Mylanda, 2009). Sumber daya manusia memegang peranan yang penting dan hanya manusia dan hanya manusia yang merupakan pengendalian untuk mencapai proses produksi yang optimal. Melihat kenyataan tersebut melindungi keselamatan dan kesehatan kerja serta mengadakan pelatiahan di pandang perlu dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab sehingga bisa mewujudkan tujuan yan ingin dicapai oleh perudahaan itu sendiri, yaitu untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil produksi perusahhan. Setiap perusahaan dalam menjalakan aktivitasnya tenaga kerja merupakan penggerak dan penghasil kerja dalam setiap usaha kerja sama untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian, masalah manusia adalah merupakan masalah yang sulit dan sangat menentukan maju tidaknya usaha (Swanson & Elwood, 2008). Oleh karena itu, perusahaan percetakan dan penerbitan Politeknik Negeri Malang dalam meningkatkan kinerja
karyawan perlu memperhatikan beberapa faktor antara lain: keselamatan dan kesehatan serta pelatihan keterampilan perusahaan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis keselamatan, kesehatan kerja dan pelatiah n karyawan dalam menentukan kebijakan manajemen. Penelitian Terdahulu Setyawan (2004) dalam penelitiannya mengenai pelaksaan program K3 terhadap produktivitas karyawan pada bagian produksi PG. Kebon Agung Malang, mengungkapkan bahwa pelaksanaan program K3 yang baik akan meningkatkan produktivitas kerja karyawan tersebut. Demikian Pula, Siswanto (2003) yang menganalisis program kerja K3 terhadap produktivitas karyawan PT. PINDAD, mengungkapkan bahwa pelaksanaan K3 yang baik akan meningkatkan prosuktivitas kerja karyawan Keselamatan Kerja Sebagai sesama mahluk hidup di dunia yang peduli orang lain akan mempertimbangkan teknik keselamatan yang lebih baik didalam dunia usaha. Seorang pekerja yang kehilanagan lengan, kaki atau bagian lain pada tubuhnya dalam kecelakaan dibidang industri tidak hanya dihadapkan pada penderitaan dan kekurangan yang sementara saja, tetapi harus juga mengantisipasi pengeluaran serta trauma dengan kekurangannya kemampuan dan pendapat selama hidupnya (Silalahi, Bennet & Silalahi, 1985). Kecelakaan dibidang industri termasuk untuk biaya kesehatan, kompensasi, tunjangan korban, dan semua biaya tersebut dibayar oleh asurasi bagi yang telah membayar premium asuransi. Bagaimanapun juga biaya langsung kecelakaan jika dibandingkan seperti luncuran es di atas air, karena biaya tersebut merupakan gambaran pengeluaran yang besar. Pemerintah mengestimasi biaya tidak langsung kecelakaan dibidang industri mencapai tiga sampai lima kali lipat dari biaya langsung (Marhkanen, 2004).
Jurnal Manajemen Gajayana Vol.8, No.2, November 2011, 245-‐255 Dessler (2003) menyatakan keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja, mengingat bahannya adalah penerapan teknologi, terutama teknologi yang lebih maju dan muthakir. Keselamatan kerja adalah semua tugas orang yang bekerja. Keselamatan kerja dari, oleh dan untuk setiap tenaga kerja serta orang lain dan masyarakat. Jadi keselamatan adalah segi penting dari perlindungan tenaga kerja. Dalam perlindungan ini bahaya yang dapat timbul dari mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proeses pengilahan, keadaan tempat kerja, lingkungan, cara melakukan pekerjaan. Karakteristik fisik dan mental daripada pekerjaan supaya sejauh mungkin dikendalikan (Marhkanen, 2004).
Masalah kesehatan mencangkup seluruh aspek kehidupan baik fisik, mental, termasuk dalam lingkungan kerja. Kesehatan kerja terhubung dengan “Higiene” perusahaan, memiliki satu kesatuan yang cenderung diartikan sebagai lapangan kesehatan, yang mengkaryawansi problematika kesehatan, secara menyeluruh yang berarti usaha kuratif, preventif dan penyesuaian manusiawi terhadap pekerjaannya. Pekerjaan yang dilakukan dengan cara dan dalam lingkungan kerja yang memenuhi syarat syarat pekerjaan. Lingkungan yang dan cara yang dimaskud tekanan panas, kebisingan, penerapan ditempat kerja debu dan di udara ruang kerja dan sikap dalam bekerja (Hasibuan, 2008). Cara dan lingkungan tersebut perlu disesuaikan pula dengan tingkat kesehatan tenaga kerja yang bersangkutan. Pelatihan Karyawan Kesehatan Kerja Mylanda (2009), pelatihan adalah Kesehatan kerja menurut Dessler (2003) ialah spesialisasi ilmu kesehatan atau setiap usaha untuk memperbaiki performance kedokteran beserta prakteknya yang pekerja pada pekerjaan tertentu yang sedang bertujuan pekerja atau masyarakat pekerja menjadi tanggungjawabnya, atau satu memperoleh derajat kesehatan setinggi-‐ pekerjaan yang ada keitannya dengan tingginya. Baik fisik maupun mental, mapun pekerjaannya. Pelatihan lebih berkaitan sosial, dengan usaha usaha yang pervektif dan dengan peningktan keterampilan karyawann kuratif, terhadap penyakit atau gangguan yang sudah menduduki suatu pekerjaan atau kesehatan yang diakibatkan faktor-‐faktor tugas tertentu sehingga lebih menekankan keterampilan (skill). Pelatihan pekerja dan lingkungan pekerja serta pada merupakan cara terpadu yang diorentasikan terhadap penyakit umum. Mylanda (2009) menyatakan bahwa pada tuntutan kerja aktual, dengan penekanan pelayanan kesehatan kerja adalah tanggung pada pengambangan skill, knowledge dan jawab pusat kesehatan kerja di bawah ability. sekretariat Jendral Departemen Kesehatan. Swanson dan Elwood (2008) Pusat ini dibagi menjadi seksi pelayanan membedakan antara istilah pelatihan kesehatan kerja, seksi kesehatan dan (training) da pembangunan (devolepment), lingkungan kerja, dan unit administrasi. Pusat dimana pelatihan ditujukan untuk pegawai ini sudah menyusun rencana strategi program pelaksana dan pengawas, sedangkan kesehatan kerja untuk melaksanakan upaya pengembangan ditujukan untuk pegawai nasional. K3 merupakan salah satu program tingkat manajemen. Sementara itu, Gibson, dalam mencapai visi Indonesia sehat 2010, Ivanicevich dan Donelly (1997) melihatnya yang secara khusus merupakan kebijakan dari segi waktu, dimana pelatihan (training) Departemen Kesehatan saat ini, Visi Indonesia ditujukan pada kebutuhan saat ini untuk sehat 2010 dibentuk untuk mendorong dapat menguasai berbagai keterampilan dan pembangunan kesehatan nasional, teknik pelaksanaan kerja, sedangakan meningkatkan kesehatan yang merata dan pengembangan bertujuan untik menyiapkan terjangkau bagi perorangan, keluarga dan pegawainya agar siap memangku jabatan masyarakat(Sulistyarini, 2006; Setyawan, dimana yang akan datang. 2004).
Jurnal Manajemen Gajayana Vol.8, No.2, November 2011, 245-‐255 Nadler (1985) sebagai orang yanag pertama kali mencetuskan istilah Human Resource Development (HRD), membedakan antara pengertian Training, Education, dan Development. Training bermakna bahwa belajar yanga ada kaitannya dengan pekerjaan yang ditangani saat ini; education bermakna bahwa belajar untuk persiapan melakukan pekerjaan yang berbeda tetapi teridentifikasi; dan, development bermakna bahwa belajar untuk perkembangan individu, tetapi tidak berhubungan dengan pekerjaa tertentu saat ini atau yang akan datang.
Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Pelatihan Tujuan keselamatan kesehatan kerja dan pelatihan karyawan adalah: (1)melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatannya di dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan level produktivitas pekerja; (2)menjamin keselamatan setiap orang yang berada di setiap tempat kerja; serta, (3)untuk memberikan kepada pegawai baru itu penerangan yang berguna dan seksama mengenai organisasi pelayanan pegawai, dan kebijaksanaan–kebijaksanaan kepegawaian yang akan mengakibatkan pegawai baru itu menjadi tidak kaku seperti para pegawai lainnya (Hasibuan, 2008; Mylanda, 2009). Pada dasarnya dengan tingkat keselamatan yang tinggi dimana yang terjadi sebab sakit, cacat dan kematian dapat dikurangi atau ditekan sekecil kecilnya dengan menciptakan kondisi kerja yang sehat dan aman. Sedangkan “Higiene” perusahaan dan kesehatan kerja mempunyai maksud dan tujuan, yaitu: (a)sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan kerja setinggi-‐tingginya, baik buruk, petani, nelayan, pegawai negeri atau pekerja pekerja bebas, dengan demikian dimaksudkan untuk kesejahteraan tenaga kerja; dan, (b)sebagai alat untuk meningkatkan produktivitas, yang berlandaskan kepada efisien dan daya produktivitas kerja dalam produksi (Suma’mur 1997; Mahrkanen, 2004).
Jadi pada intinya, tujuan utama dari “Hygiene” perusahaan dan kesehatan kerja adalah menciptakan kerja sehat dan produktif.
METODE PENELITIAN Jenis penelitian adalah descriptive, yaitu jenis penelitian terhadap masalah-‐ masalah berupa fakta-‐fakta saat ini dari suatu populasi. Hal ini dapat berupa individu, organisasi, industri atau perspektif yang lain dengan tujuan untuk menjelaskan aspek-‐ aspek yang relefan denag fenomena yang diamati (Arikunto, 2006). Jenis data dalam penelitian ini data kualitatif, dengan sumber datanya data primer dari karyawan sebagai responden (Azwar 2007). Jumlah keseluruhan subyek penelitian sebanyak 30 karyawan. Mengingat populasi dalam penelitian ini kurang dari 100, maka sampel penelitian ini diambil dari seluruh populasi, sehingga penelitian ini desebut pula penelitian populasi aray total sensus (Arikunto, 2006). Defenisi Operasional Variabel Dalam menentukan ukuran tiap variabel penelitian, perlu dirumuskan terlebih dahulu definisi operasional dari masing-‐ masing variabel tersebut. Keselamatan kerja adalah merupakan suatu keadaan yang terpelihara dari bencana atau terhindar dari bahaya dan diperlukan alat-‐alat pelindung untuk menunjang keselamatan kerja. Indikator yang digunakan meliputi kondisi peralatan yang bisa menjamin terhadap keselamtan kerja; kehati-‐ hatian dlam mengoperasikan peralatan; serta, pengunaan alat pengaman, masker, sarung tangan dan kacamata anti radiasi. Berikutnya, kesehatan kerja adalah suatu keadaan dimana setiap manusia dapat bekerja dengan baik, terjamin dan terlindung kesehatannya. Indikator yang digunakan meliputi pemeliharaan kondisi tubuh karyawan; pelayanan kesehatan yang disediakan perusahaan; dan, kebersihan dan kenyamanan lingkungan kerja, seperti
Jurnal Manajemen Gajayana Vol.8, No.2, November 2011, 245-‐255 tersedia air bersih, penerangan, dan jauh dari kebisingan, sirkulasi udara yang cukup. Pelatihan adalah suatu kegiatan dari oerusahaan yang bermaksud untuk memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dari para karyawan, sesuai dengan keinginan dari perusahaan yang bersangkutan. Indikator yang digunakan meliputi jenis pelatihan; kerelevanan pelatihan dengan profesi karyawan atau kemanfaatan pelatihan atas karyawan; serta jenjang atau wakru yang ditentukan dalam kegiatan pelatihan. Pengukuran untuk masing-‐masing variabel penelitian dilakukan dalam bentuk skoring menurut skala Likert, yaitu menggunakan rentang lima angka penilain. Rentang ukuran tersebut dimulai dari angka 1 menunjukkan nilai terendah untuk alternatif jawaban “Sangat Tidak Setuju” sampai dengan angka 5 yang merupakan nilai tertinggi dan menunjukkan alternatif jawaban “Sangat Setuju” (Azawar, 2007). Metode Analisis Data Data yang berkaitan dengan variabel setelah terkumpul melalui angket, untuk selajutnya di analisis dengan mengunakan rumus Rentang Skala (RS) yang mencangkup besaran jumlah alternatif jawaban untuk setiap item pertanyaan. Dengan jumlah responden sebanyak 30 orang dan jumlah variabel sebanyak 5 buah, amka diperoleh rentang skala untuk setiap variabel penelitian seperti terlihat dalam Tabel 1.
Tabel 1 Rentang Skala untuk Penilaian Setiap Variabel Penilaian 30 – 53
Sangat Rendah
54 – 77
Rendah
78 – 101
Cukup Tinggi
102 -‐ 125
Tinggi
126 -‐ 150
Sangat Tinggi
Sumber: Diolah peneliti, 2011
Rentang Skala
Jurnal Manajemen Gajayana Vol.8, No.2, November 2011, 245-‐255 HASIL PENELITIAN Hasil Uji Instrumen Dari hasil penelitian terhadap 30 responden penelitian dengan membandingkan indeks kolerasi product moment pearson yaitu mengkorelasikan skor item pertanyaan, dapat dinyatakan valid
apabila tingkat singnifikasi masing-‐masing item lebih kecil 0,05 (Azwar, 2007) Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan pada variabel keselamatan, kesehatan, dan pelatiahan.Hasil dari uji validitas terhadap tiga variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1 Hasil Uji Validitas Variabel Variabel/Item Correlation Keselamatan Kerja (X 1) Item 1 0,615 Item 2 0,676 Item 3 0,740 Item 4 0,674 Item 5 0,801 Item 6 0,756 Item 7 0,673
Sig. 0.000 0,000 0.000 0,000 0.000 0,000 0.000
Hasil Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Kesehatan Kerja (X2) Item 1 Item 2 Item 3 Item 4 Item 5 Item 6 Item 7 Pelatihan Kerja (X3) Item 1 Item 2 Item 3 Item 4 Item 5 Item 6 Item 7
0.000 0,000 0.000 0,000 0.000 0,000 0.000 0.000 0,000 0.000 0,000 0.000 0,000 0.000
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber: Data primer diolah, 2011
0,635 0,717 0,773 0,652 0,642 0,597 0,651 0,634 0,731 0,726 0,709 0,773 0,735 0,679
Jurnal Manajemen Gajayana Vol.8, No.2, November 2011, 245-‐255 Tabel 2 Hasil Uji Reabilitas Variabel Variabel
Cronbach’s Alpha
Hasil
Keselamatan Kerja (X 1) 0,775 Reabilitas Kesehatan Kerja (X2) 0,764 Reabilitas Pelatihan Kerja (X3) 0,777 Reabilitas Sumber: Data Primer diolah, 2011 Tabel 3 Hasil Nilai Rentang Skala Variabel Variabel Skor Item Kategori Hasil Keselamatan Kerja (X 1) 119 Tinggi Kesehatan Kerja (X2) 116 Tinggi Pelatihan Kerja (X3) 104 Tinggi Sumber: Data Primer diolah, 2011 reliabel atau handal. Uji reliabilitas ditampilkan dalam Tabel 3. Indeks reliabilitas dinyatakan reliabel Dari hasil uji validitas terhadap apabila nilai dari alpha Cronbachs yang variabel-‐variabel keselamatan (X1), Kesehatan diperoleh setidak-‐tidaknya sebesar 0,600 (X2), dan Pelatihan (X3), Sebagaimana (Azwar, 2007). Berdasarkan nilai yang tercantum dalam Tabel 2 dapat diketahui terdapat pada Tabel 3, diketahui bahwa nilai bahwa semua skor dari item instrumen alpa cronbach untuk ketiga variabel penelitian menunjukan tingkat signifikan keselamatan kerja (X1 = 0,775), kesehatan kurang dari 0,05. Dengan demikian instrumen kerja (X2 = 0,764), dan pelatihan kerja (X3 = 0,777), adalah lebih besar dari 0,600. Dengan dari variabel penelitian bisa demikian, angket atau kuesioner untuk dikategorikan valid. Uji reliabilitas bertujuan mengetahui apakah instrumen tersebut benar-‐benar memperoleh data terkait Keselamatan, mengindikasikan bahwa proses penerapan Kesehatan dan Pelatihan kerja dapat keselamatan kerja terhadap karyawan dikatakan reliabel atau handal. Percetakan dan Penerbitan di Politeknik Negeri Malangbetul-‐betul diperhatikan, dengan mana semua peralatan yang Hasil Pengolahan Data digunakan telah direncakan dan dipersiapkan Tahap selanjutnya adalah pengolahan dengan baik dan selalu dikontrol sehingga data yang telah di rangkum dengan kondisinya tetap terawat terjaga. Selain itu menghitung item dari masing-‐masing variabel juga terdapat tata tertib ntuk menjamin penelitian, lalu membandingkannya dengan keselamatan kerja dilaksanakan dengan baik rentang nilai skala variabel sebagaimana dan penuh rasa tanggung jawab. telah ditentukan pada bagian sebelumnya. Berikutnya, Tabel 3 menyatakan dari Kategori hasil untuk masing-‐masing variabel pehitungan rata-‐rata skor item variabel (x2) penelitian terlihat pada Tabel 3. sebesar 116 adalah terletak pada rentang Tabel 3 menunjukan bahwa sakala posisi kategori tinggi. Hasil ini perhitungan rata-‐rata skor item untuk mengindikasikan bahwa penerapan kesehatan variabel keselamatan kerja (X1) perhitungan kerja terhadap karyawan telaj dilaksanakan sebesar 119 yang terletak pada rentang skala dengan baik. Setiap melakukan aktivitas selalu kategori tinggi. Dengan demikian, hasil ini menggunakan alat pelindung atau pengaman
Jurnal Manajemen Gajayana Vol.8, No.2, November 2011, 245-‐255 seperti sarung tangan, masker, kaca mata untuk menjaga atau menjamin kesehatan karyawan, penerangan, kebisingan dan sirkulasi udara di tempat kerja terpenuhi kenyamanannya, kualitas jaminan kesehatan (medical check-‐up, poliklinik perusahaan, ASKES) yang disediakan oleh perusahaan sangat memuaskan dalam pelayanan. Terakhir, dari rata-‐rata perhitungan skor item varibel pelatihan pada Tabel 3 menunjukan rata-‐rata sebesar 104, yang terletak pada rentang skala kategori tinggi. Hasil ini menunjukan bahwa kegiatan pelatihan perusahaan telah dilakukan sesuai dengan perencanaan dan pelaksanannya dengan memberikan pembekalan dan men-‐ training terlebih dahulu terhadap calon karyawan baru tetap diadakan sesuai kebutuhan karyawan, selalu mengikuti workshop yang diadakan perusahaan. Pihak atasn juga diidentifikasi selalu memberi kesepakatan untuk selalu mengukuti workshop yang diadakan oleh institusi-‐ institusi lain selama masih ada kaitannya dengan profesi karyawan. Sosialiasasi dialakukan diperusahaan sebagai umpan balik karyawan yang mengikuti pelatihan untuk diinformasikan pad karyawan lain juga selalu dilakukan.
Pembasahan Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa keselamatan dan kesehatan serta peltihan untuk karyawantelah direncanakan dan telah dilaksanakan dengan baik dan telah dilakukan umpan balik dari pelaksanakaan itu dengan mensosialisasikan pada seluruh karywan sebagai penentu kebijakan manajemen, sehingga dapat memperlancar pelaksanaan kerja dan prestasi kerja (Marhkanen, 2004). Perlindungan tenaga kerja meliputi beberapa aspek dan slah satunya yaitu perlindungan keselamatan, dankesehatan, Perlindungan tersebut bermaksud agar tenagan kerja secara aman melakukan aktivitas pekerjaan sehari-‐hari (Dessler, 2003; Mylanda, 2009).
Hasil penelitian ini mendukun hasil penelitian Setyawan (2004) maupun Siswanto (2003) yang menyatakan bahwa pelaksanaan program K3 yang baik akan meningkatkan produktivitas kerja keryawan. Intinya, tenaga kerja harus memperoleh perlindungan dari berbagai maslah disekitarnya yang dapat menimpa atau mengganggu dirinya dalam melaksanakan pekerjaannya, serta juga harus memperoleh pelatihan yang akan mendukung dirinya untuk menghasilakan performa kerja yang baik. KESIMPULAN Faktor-‐faktor keselamatan kerja, kesehatan kerja, maupun pelatihan karyawan mempunyai rata-‐rata skor berada pada posisi tinggi. Hasil mengindikasikan bahwa penerapan kesehatan kerja, kesehatan kerja serta pelatihan karyawan menjadi kebutuhan yang utama dalam bekerja dan dapat terlaksanakan dengan baik sehingga dapat digunakan dasar pengambilan keputusan untuk menunjang kebijakan Manajemen. Lebih jauh, dari ketiga faktor tersebut, terbukti bahwa rata-‐rata skor tertinggi dimiliki oleh faktor keselamatan kerja jika dibandingkan dengan kesehatan kerja dan pelatihan kerja. Hasil ini menunjukan preferensi karyawan lebih besar kepda faktor keselamatan kerja dibandingkan kedua faktor lainnya.
Jurnal Manajemen Gajayana Vol.8, No.2, November 2011, 245-‐255 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Rieneka Cipta. Azwar, S. 2007. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustakan Pelajar Offset. Dessler, G. 2003. Human Recource Management. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall Gibson, Inoncevich da Donelly. 1997. Organisasi Perilaku, Struktur dan Prosedur. Alihbahasa: Djarkasih. Edisi Kelima, Jakarta Airlangga. Hnadoko, T.H. 2001. Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia. Yogyakarta: BPFE. Hasibuan, M. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara. Himpunan Lengkap dan Undang-‐Undang Peraturan Kepegawaian Negara. 2003. Bandung: PT. Karya Nusantara. Marhkanen. 2004. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia Internasional. (online) www.ilo.org/public/english/region/asro/m anila/downloads/07-‐K3.pdf. diakses tanggal 3 Oktober. Mylanda. 2009. System Manajemen Kesehatan dan Kesehatan Kerja. (online) www.Myli.wordpress.com/2009./.../ K3-‐ kesehatan -‐keselamatan-‐kerja. diakses bulan November. Nadler, L. 1985. Human Resources Management and Development Handbook. Editor: William R. Tracy. America Management Associations: Amacom. Setyawan, H.E. 2004. Pelaksanaan Program K3 terhadap Produktivitas Karyawan pada bagian Produksi PG Kebon Agung. Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Malang: Universitas Gajayana.
Silalahi, N,. Bannet, B,. Silalahi, B. R. 1985. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Edisi Pertama. Jakarta: Bintang Ilmu. Siswanto A. 2003. Pelaksanaan Program K3 terhadap Produktivitas Karyawan. Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Malang: Universitas Gajayana. Sulistyarini. 2006. Pengaruh Keselmatan dan Kesehatan Kerja terhadap Produktivitas Kerja Karyawan. (online). www.idb4. wikispaces.com/file/view/rd4005.pdf. Diakses tanggal 10 September. Suma’mur. 1997. Keselamtan Kerja dan Pencegahan kecelakaan. Edisi Ketiga. Jakarta: PT.Seksama. Swanson, R.A. dan Elwood, F.H. 2008. Foundations Of Human Resource Development. San Francisco, California: Barrett-‐Koehler Publishers, Inc.