Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 7 (2014)
PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN Shinta Hasdani Fironika
[email protected]
Heru Suprihhadi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT The purpose of this research is to find out and to analyzethe impact of safety and healthy working to the employees both simultaneously and partially to the employees’ job motivation at PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk Surabaya. The data in this research is using primary data with the number of samples are 95 people. Moreover, the analysis technique is using multiple linear regressions. The test result shows that the impact of safety and healthy working to the employees’ job motivation at PT Wijaya Karya (Persero), Tbk Surabaya is significant. It is proven with the F test of 19.994 the significance level is 0.000. The partial test result shows with t test of 2.940 the significance level is 0.004 to the determination coefficient (r2) = 0,0859 and it also shows that the healthy working variable has dominant influence to the employees’ job motivation at PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk Surabaya. It shows from the value of the healthy working determination coefficient (r2) is bigger than determination coefficient (r2) of the safety working. Keywords: Safety Working, Healthy Working, and Job Motivation ABSTRAK Tujuan dalam penelitian ini mengetahui dan menganalisis pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja karyawan baik secara bersama-sama maupun parsial terhadap motivasi kerja karyawan PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk di Surabaya. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dengan sampel yang diambil 95 orang. Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan regresi linier berganda. Hasil pengujian menunjukkan pengaruh keselamatan kerja dan kesehatan kerja terhadap motivasi kerja karyawan PT Wijaya Karya (Persero), Tbk Surabaya adalah signifikan. Dibuktikan dari hasil Uji F = 19,994 diperoleh tingkat signifikan 0,000. Hasil uji parsial dengan uji t = 2,940 diperoleh tingkat signifikan 0,004 terhadap koofesien determinasi (r2) = 0,0859 juga menunjukkan bahwa variabel kesehatan kerja mempunyai pengaruh paling dominan terhadap motivasi kerja karyawan PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk Surabaya. Hal ini ternyata besarnya koefisien determinasi (r2) kesehatan kerja lebih besar dari pada koefisien determinasi (r2) keselamatan kerja. Kata kunci: Keselamatan Kerja, Kesehatan Kerja dan Motivasi Kerja.
PENDAHULUAN Salah satu untuk mencapai suksesnya tujuan perusahaan adalah dengan keberadaan sumber daya manusia di dalamnya. Karyawan merupakan faktor produksi yang memegang peranan utama dalam kegiatan perusahaan. Oleh karena itu, karyawan merupakan Aset penting yang dimiliki perusahaan, meskipun tidak mempunyai pengaruh besar dalam pengambilan keputusan. Hal ini perlu di sadari, dengan adanya teknik – teknik untuk mengembangkan dan pemeliharaan sumber daya manusia tersebut, yaitu salah satunya dengan memberikan perhatian khusus sesuai dengan fungsi dan peran sumber daya manusia untuk ditingkatkan kualitasnya melalui pemberian motivasi.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 7 (2014)
2
Terciptanya Lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera serta efesien dan produktif, maka kebutuhan karyawan dalam bekerja dapat merasa terpenuhi dan terlindungi sehingga menimbulkan gairah kerja dalam proses produksi, termasuk aktivitas yang mengandung faktor resiko bahaya dengan terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat kerja. Dengan kondisi seperti ini maka pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja perlu mendapat perhatian. Keselamatan dan Kesehatan kerja amat berkaitan dengan upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Pelaksanakan Keselamatan dan Kesehatan kerja dengan membuat aturan yang harus di patuhi oleh karyawan di tempat kerja. Apabila pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat dipatuhi maka pelaksanaan tersebut dapat dikatakan tinggi yang akan menyebabkan motivasi kerja tinggi pula. PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk merupakan salah satu perusahaan BUMN yang sebagian besar mempunyai anak perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi. Kegiatan inti dari Perusahaan sebagai penyedia jasa kontraktor yang membangun gedung – gedung bertingkat seperti Hotel dan Apartemen. Dalam pembangunan gedung – gedung bertingkat yang memiliki potensi resiko tertinggi terhadap kecelakaan kerja. Perusahaan mencegah terjadinya kecelakaan di tempat kerja yang sewaktu – waktu dapat terjadi. Kecelakaan kerja dapat terjadi jika tidak diantisipasi sedini mungkin, maka dari itu PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk mengutamakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam melakukan pekerjaannya karena K3 tersebut merupakan displin kerja yang harus mengikuti prosedur yang ketat dan mutlak diperlukan dalam pembangunan gedung – gedung bertingkat. Pelaksanaannya wajib dilakukan di lapangan maupun sekitar lapangan. Hal ini, sangat diterapkan oleh perusahaan sejak awal agar para karyawan merasa aman dan nyaman ditempat kerja, untuk pelaksanaan Kesehatan Kerja misalnya adanya pemeriksaan kesehatan gratis bagi karyawan, adanya pembagian makanan bergizi tiap minggunya seperti susu maupun roti dan untuk Keselamatan Kerja para karyawan saat bekerja di sekitar proyek diwajibkan untuk menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) seperti Kartu tanda Pengenal, sepatu safety, sarung tangan, kacamata kerja, Helm, Sabuk Pengaman, Masker dll yang sudah disediakan oleh perusahaan serta adanya jaminan kecelakaan. Adanya papan petunjuk didepan kantor proyek dapat menjadi petunjuk bahwa kontraktor tersebut aware terhadap K3. Dengan perlindungan kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang telah disediakan oleh perusahaan karyawan merasa bahwa mereka diperhatikan keselamatannya dan diharapkan karyawan telah termotivasi hingga selalu bersemangat dalam bekerja. Berdasarkan fenomena yang telah dikemukakan dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah : (1) Apakah keselamatan kerja berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan pada PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk di Surabaya? (2) Apakah keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan pada PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk di Surabaya? dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis (1) Pengaruh keselamatan kerja terhadap motivasi kerja karyawan PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk di Surabaya. (2) Pengaruh kesehatan kerja terhadap motivasi kerja Karyawan pada PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk di Surabaya.
TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Keselamatan Kerja Menurut Marwansyah (2010 : 356) Keselamatan Kerja (Safety) adalah perlindungan antara pekerja dari luka – luka yang di akibatkan oleh kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan. Menurut Tulus (1989) Keselamatan kerja adalah membuat kondisi kerja yang aman dengan
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 7 (2014)
3
dilengkapi alat alat pengaman, penerangan yang baik, menjaga lantai dan tangga bebas dari air, minyak, nyamuk dan memelihara fasilitas air yang baik. Tujuan Keselamatan Kerja Menurut Marwansyah (2010 : 356), tujuan keselamatan kerja adalah : 1. Menciptakan lingkungan psikologis dan sikap yang mendukung keselamatan kerja; tujuan ini menjadi tanggung jawab setiap orang didalam organisasi. 2. Menciptakan dan memelihara lingkungan kerja yang aman. Menurut Suma’mur (1993), tujuan dari keselamatan kerja adalah : 1. Setiap pegawai dapat jaminan keselamatan kerja 2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya 3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya 4. Agar meningkat kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja 5. Agar pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja Ciri – Ciri Keselamatan Kerja Yang Efektif Menurut Ardana dkk (2012), Program keselamatan kerja yang efektif lazimnya memiliki ciri– ciri berikut ini 1. Melibatkan pembentukan sebuah komite keselamatan dan peran serta seluruh bagian dalam perusahaan. Para karyawan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan tentang keselamatan kerja dan manajemen memperhatikan secara seksama saran – saran peningkatan keselamatan. 2. Mengkomunikasikan keselamatan dengan pendekatan multimedia, termasuk kuliah/ceramah, film, poster, pamphlet, dan presentasi menggunkan komputer. 3. Menginstruksikan kepada penyelia tentang bagaimana mengkomunikasikan, mendemonstrasikan dan mewajibkan keselamatan dan melatih karyawan tentang cara aman menggunakan peralatan. 4. Menggunakan insentif, penghargaan, dan penguatan positif untuk mendorong perilaku kerja yang aman. Memberi penghargaan kepada karyawan dengan catatan keselamatan kerja yang istimewa. 5. Mengkomunikasikan dan menegakkan atauran keselamatan kerja. Ketentuan K3 mewajibkan karyawan untuk mematuhi aturan keselamatan kerja dan dalam program yang baik, manajer siap menggunakan system penegakkan displin untuk member sanksi atas perilaku tidak aman. 6. Mendorong direktur keselamatan (safety director) atau komite keselamatan agar terlibat dalam inspeksi diri secara berkala dan melakukan safety research untuk mengidentifikasikan situasi yang berpotensi menimbulkan safety research untuk mengidentifikasikan situasi yang berpotensi menimbulkan bahaya, dan untuk memahami mengapa kecelakaan terjadi dan mengapa memperbaikinya Strategi Program Keselamatan Kerja Munurut Ardana dkk (2012), program keselamatan kerja antara lain sebagai berikut : 1. Membina dan melaksanakan sarana K3 baik untuk fasilitas produksi yaitu permesinan peralatan, cara kerja dan alat pelindung maupun untuk hasil produksi, sedikit-dikitnya didasarkan atas undang – undang penarikan, rekomendasi, dan standart. 2. Inspeksi keselamatan kerja yang suatu untuk pengenalan bahaya – bahaya yang potensial dalm produksi dan produk. 3. Prosedur penyelidikan dan masalah kecelakaan untuk menentukan sebab musababnya kecelakaan dan mendapatkan langkah – langkah keselamatan yang disesuaikan.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 7 (2014)
4
4. Catatan dan analisis kecelakaan untuk menentukan kecenderungan kecelakaan dan menemukan tindak keselamatan yang diperlukan. 5. Menyelenggarakan latihan tentang azas-azas kesehatan kerja secara umum dan tekniknya untuk semua tenaga kerja yang diperluakan dan instruksi K3 selama bekerja oleh pengawas untuk semua pekerja. 6. Hubungan pengawasan secara berkala untuk instruksi – instruksi baru, motivasi lanjutan dan menggairahkan K3 secara umum harus pula dilakukan. 7. Peralatan perlindungan harus disediakan guna perlindungan diri lingkungan yang berbahaya. Landasan Hukum Keselamatan Kerja Dasar-dasar hukum Keselamatan di Indonesia telah banyak diterbitkan baik dalam bentuk undang - undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri dan Surat Edaran (Sugeng, 2005), sebagai berikut : 1. Undang-undang Ketenagakerjaan No.13/2003 2. UUD 1945 pasal 27 ayat 1 dan 2 3. Undang-undang Keselamatan Kerja No.1/1970 4. Undang-undang tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja No. 3/1992 5. Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Jaminan Sosial Tenaga Kerja No.14/1993 Kesehatan Kerja Menurut UU Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sementara kesehatan kerja (Occopational health) dapat diartikan sebagai terbebasnya para pekerja dari penyakit fisik atau emosional (an employee’s freedom from physical or emotional illness). Menurut Mangkunegara (2001) pengertian kesehatan kerja adalah kondisi bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan lingkungan kerja. Kesehatan dalam ruang lingkup keselamatan dan kesehatan kerja tidak hanya diartikan sebagai suatu keadaan bebas dari penyakit. Tujuan Kesehatan Kerja Menurut Rantanen (2004), tujuan pelayanan kesehatan kerja (occupational health services) adalah 1. Untuk melindungi kesehatan para pekerja 2. Untuk mendorong terciptanya lingkungan kerja yang sehat, aman dan komunitas kerja yang berfungsi dengan baik. Strategi Program Kesehatan Kerja Munurut Ardana dkk (2012), program kesehatan kerja antara lain sebagai berikut : 1. Hubungan pengawasan secara berkala untuk instruksi – instruksi baru, motivasi lanjutan dan menggairahkan Kesehatan secara umum harus pula dilakukan. 2. Peralatan perlindungan harus disediakan guna perlindungan diri lingkungan yang berbahaya 3. Penelitian tentang hygiene perusahaan untuk pengenal bahaya kesehatan yang potensial dan untuk mengambil langkah-langkah perlindungan yang sesuai. 4. Fasilitas dan jasa – jasa kesejahteraan untuk menyediakan air minum, tempat/kantin untuk makan yang nyaman dan bersih seta kemungkinan untuk pemeriksaan medis dan pengobatan.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 7 (2014)
5
5. Sistem pertolongan pertama untuk pengobatan dari luka-luka dan kegiatan lain yang diperlukan. 6. Pembentukan organisasi kesehatan kerja dalam bentuk petugas keselamatan kerja (safety officer) dan P2K3 (safety committee) dengan penyediaan fasilitas yang memadai dan waktu yang cukup guna memajukan kerja. Landasan Hukum Kesehatan Kerja Dasar-dasar hukum Kesehatan Kerja di Indonesia telah banyak diterbitkan baik dalam bentuk undang - undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri dan Surat Edaran (Sugeng, 2005), sebagai berikut : 1. Keputusan Presiden tentang Penyakit yang timbul Karena Hubungan Kerja No.22/1993 2. Peraturan Menteri Perburuhan tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan dalam Tempat Kerja No.7/1964 3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang Pemeriksaan KesehatanTenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja No.2/1980 4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang Kewajiban melaporkan Penyakit Akibat Kerja No.1/1981 5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang Pelayanan Kesehatan Kerja No.3/1982 6. Keputusan Menteri Tenaga Kerja tentang NAB faktor fisika di tempat kerja No.51/1999 7. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja tentang NAB faktor kimia di udara lingkungan kerja No.1/1997. Teori – Teori Motivasi Ada beberapa motivasi yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu 1. Teori Hirarki Kebutuhan Maslow (1943). Dalam teori ini mengungkapkan bahwa kebutuhan manusia dapat dikategorikan dalam lima jenjang dari yang rendah hingga jenjang yang paling tinggi 2. Teori Motivasi – Hiegiene Menurut Frederick dan Synderman (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor hygiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). 3. Teori Kebutuhan David (1961), menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu: a. Kebutuhan akan prestasi b. Kebutuhan akan kekuasaan c. Kebutuhan akan afiliasi Namun dari 3 teori tersebut di atas, ada teori motivasi kerja yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja yaitu Teori Hirarki Kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow (1943). Dalam teori ini dikenal dengan teori jenjang Kebutuhan mengungkapkan bahwa kebutuhan manusia dapat dikategorikan dalam lima jenjang dari yang rendah hingga jenjang yang paling tinggi kebutuhan itu adalah sebagai berikut: a. Kebutuhan fisiologi : antara lain rasa lapar, haus, perlindungan (pakaian dan perumahan), seks, dan kebutuhan ragawi lain. b. Keamanan dan keselamatan (safety and security) : antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional. Seperti perlindungan dari bahaya, ancaman dan perampasan ataupun pemecatan dari pekerjaan. c. Kebutuhan Sosial : mencakup kasih sayang, rasa dimiliki, diterima baik, dan persahabatan.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 7 (2014)
6
d. Penghargaan : mencakup rasa hormat internal seperti harga diri, otonomi, dan prestasi; dan faktor hormat eksternal seperti misalnya status, pengakuan, dan perhatian. e. Aktualisasi-diri : kebutuhan pemenuhan diri, untuk mempergunakan potensi diri, pengembangan diri semaksimal mungkin, kreativitas, ekspresi diri dan melakukan apa yang paling cocok serta menyelesaikan pekerjaannya sendiri. Motivasi Kerja Menurut Ardana dkk (2012), menyatakan bahwa motivasi adalah kekuatan yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau tidak pada hakekatnya ada secara internal dan eksternal yang dapat positif atau negative untuk mrngarahkannya sangat bergantung kepada ketangguhan sang manajer sedangkan motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat kerja atau pendorong kerja. Mangkunegara (2005:61) menyatakan : “motivasi terbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan (situation). Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental karyawan yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja maksimal”. Tujuan Motivasi Kerja Hasibuan (2003:221) menyatakan tujuan dari pemberian motivasi adalah 1. Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan. 2. Meningkatkan moral dan kepuasaan kerja karyawan. 3. Meningkatkan kinerja karyawan. 4. Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan perusahaan. 5. Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan. 6. Mengefektifkan pengadaan karyawan. 7. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik. 8. Meningkatkan kreatifitas dan partisipasi karyawan. 9. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan. 10. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya.
Manfaat Motivasi Kerja Menurut Arep dan Hendri (2003:219) manfaat motivasi kerja yang utama adalah terciptanya gairah kerja, sehingga produktivitas kerja meningkat. Sementara itu, manfaat yang diperoleh karena bekerja dengan orang-orang yang termotivasi adalah 1. Pekerjaan akan selesai dengan tepat. Artinya, pekerjaan diselesaikan sesuai standar yang benar dan dalam skala waktu yang sudah ditentukan. 2. Orang akan senang melakukan pekerjaannya. Sesuatu yang dikerjakan karena ada motivasi yang mendorongnya akan membuat seseorang senang melakukannya. 3. Orang merasa berharga. Hal ini terjadi karena pekerjannya itu betul-betul berharga bagi orang yang termotivasi 4. Orang yang akan bekerja keras. Hal ini dimaklumi karena dorongan yang begitu tinggi untuk berhasil sesuai target terhadap apa yang mereka kerjakan. 5. Kinerjanya akan dipantau oleh individu yang bersangkutan dan tidak akan membutuhkan terlalu banyak pengawasan. 6. Semangat juangnya akan tinggi. Hal ini akan memberikan suasana bekerja yang bagus di semua bagian.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 7 (2014)
7
Jenis – Jenis Motivasi Menurut Ardana, dkk (2012 : 193), Motivasi pada dasarnya dibagi tiga yaitu 1. Material incentive : Pendorong yang dapat dinilai dengan uang. 2. Semi material incentive. 3. Non material incentive : yang tak dapat di nilai dengan uang seperti : a. Penempatan yang tepat b. Latihan Sistematik c. Promosi yang objektif d. Pekerjaan yang terjamin e. Keikutsertaan wakil – wakil karyawan dalam pengambilan keputusan f. Kondisi pekerjaan yang menyenangkan g. Pemberian informasi tentang perusahaan h. Fasilitas Rekreasi i. Penjagaan Kesehatan j. Perumahan k. Dan lain sebagainya Faktor – Faktor yang mempengaruhi Motivasi Kerja Jurgensen (dalam Ibrahim, 1999), menyatakan bahwa motivasi kerja dipengaruhi oleh sepuluh faktor yang terdiri dari : 1. Rasa aman (Security) Rasa aman atau security adalah dapat melakukan pekerjaannya tanpa dibebani resiko yang dapat membahayakan diri karyawan. Adanya perasaan aman merupakan sesuatu yang diinginkan oleh setiap orang, terutama pada saat ia sedang melaksanakan tugas yang merupakan tumpuan hidupnya. Perasaan yang aman ini meliputi pengertian yang luas, dimana di dalamnya termasuk rasa aman ditinjau dari kecelakaan kerja, rasa aman dari kelanjutan hubungan kerja atau sewaktu-waktu terkena PHK yang tidak dikehendaki. 2. Kesempatan untuk maju (Advancement) Kesempatan untuk maju adalah kesempatan untuk memperoleh posisi yang lebih tinggi dari kedudukan sebelumnya. Setiap orang selalu menginginkan adanya perkembangan dari usaha yang telah dilakukannya. Dengan adanya kesempatan untuk maju itu, maka keinginan untuk berkembang tersebut dapat terpenuhi. 3. Nama baik tempat bekerja (Company) Nama baik tempat keija adalah tempat dimana karyawan itu bekerja sudah terkenal dan memiliki nama baik di masyarakat. Adanya kebanggaan pada tempat dimana seseorang bekerja itu akan memberikan keyakinan dan semangat pada dirinya untuk melakukan aktivitas kerjanya dengan baik. 4. Teman sekerja (CoWorkers) Yaitu teman kerja yang dapat bekerja sama dan berteman dengan baik. Kerja sama dan rasa saling menghargai sesama rekan sekerja akan memberikan perasaan tenang dan membutuhkan persatuan dan keakraban yang dapat memperlancar aktivitas kerja 5. Gaji Gaji yang cukup bagi dirinya dan menurut ukurannya sendiri merupakan kebutuhan hidup yang paling mendasar dan merupakan faktor pertama bagi kelangsungan hidupnya. Adanya gaji yang cukup baik maka diharapkan aktivitas kerja karyawan tidak terhambat oleh pemikiran-pemikiran bagaimana menghadapi dirinya sendiri dan keluarganya 6. Jenis pekerjaan (Type of work) Jenis pekerjaan yang dimaksud yaitu kesesuaian pekerjaan yang ditangani dengan keinginan karyawan itu sendiri. Maksudnya di sini adalah adanya kesesuaian antara
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 7 (2014)
8
keinginan dan kemampuan karyawan tersebut pada tugas yang diberikan, sehingga ia dapat bekerja dengan baik. Gaji yang dirasakan cukup baik dan pantas bagi dirinya menurut ukurannya sendiri. Hal ini merupakan kebutuhan hidup yang paling mendasar dan merupakan faktor pertama bagi kelangsungan hidup manusia. Dengan dirasakan adanya gaji yang cukup baik, maka diharapkan aktivitas kerja karyawan itu tidak terhambat oleh pemikiran-pemikiran bagaimana menghidupi dirinya sendiri dan keluarganya. 7. Atasan (Supervisor) yang menyenangkan Atasan yang menyenangkan adalah atasan yang dapat membimbing sekaligus disukai oleh bawahannya. Sikap ketauladanan yang ditunjukkan oleh atasan kepada bawahan merupakan suatu contoh dan dapat memberikan ketenangan dan tuntunan bagi karyawan dalam bekerja. 8. Jam kerja (Hours) Jam Kerja Adalah jam kerja yang tidak terlalu lama dan membosankan. Kebosanan dan kelelahan yang ditimbulkan akibat terlalu lamanya jam kerja, dapat menyebabkan perasaan jenuh dan malas, sehingga dapat menurunkan gairah kerja karyawan. 9. Keadaan tempat kerja (Working Condition) yang baik Keadaan tempat kerja yang baik misalnya dengan adanya kebersihan, pergantian udara dan suhu ruangan keija dalam kondisi baik. 10. Fasilitas-fasilitas lain yang disediakan Fasilitas yang dimaksud adalah tersedianya fasilitas-fasilitas lain yang terdapat di tempat kerja seperti asuransi kesehatan, transportasi, pengobatan gratis, perumahan dan lain-lain. Tersedianya fasilitas ini semakin memberikan keyakinan bagi karyawan bahwa hidupnya tidak akan disia-siakan dan menjadi terlantar, sehingga keadaan ini dapat menambah kegairahan dalam bekerja. Hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Motivasi Kerja Mangkunegara menyatakan (2002:162), “Selain bertujuan untuk menghindari kecelakaan dalam proses produksi perusahaan, keselamatan dan kesehatan kerja juga bertujuan untuk meningkatkan kegairahan, keserasian kerja dan pertisipasi kerja karyawan”. Dengan meningkatnya kegairahan, keserasian kerja dan pertisipasi kerja karyawan maka dapat dipastikan motivasi kerja karyawan dapat meningkat. Motivasi muncul karena adanya kebutuhan yaitu kekurangan yang dialami individu pada suatu waktu tertentu yang dapat berupa fisik, psikologis atau sosiologis. Bila ada kebutuhan, individu lebih mudah termotivasi. Teori atau model yang menjelaskan motivasi (Gibson,et al., 1994) salah satunya adalah hirarki kebutuhan dari Maslow. Inti teorinya adalah bahwa kebutuhan manusia tersusun dalam suatu hirarki yaitu : 1. Fisiologis : kebutuhan makan, minum, tempat tinggal dan bebas dari sakit 2. Keselamatan dan kesehatan: kebebasan dari ancaman 3. Rasa memiliki, sosial, dan cinta : teman, afiliasi, interaksi dan cinta 4. Penghargaan: penghargaan diri, penghargaan dari orang lain; dan 5. Aktualisasi diri: memenuhi diri sendiri dengan penggunaan kemampuan maksimum, ketrampilan dan potensi. Kemudian apabila dilihat dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Aisyah (2013), melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Motivasi Karyawan pada karyawan bagian Instalation dan Maintenance PT. Berca Schindler Lift Surabaya, dengan metode analisis penelitian kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial variabel keselamatan kerja (X1) dan kesehatan kerja (X2) mempunyai pengaruh signifikan terhadap motivasi kerja (Y).
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 7 (2014)
9
Penelitian Terdahulu Adapun beberapa penelitian terdahulu yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Wijayanto (2013) melakukan penelitian tentang pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap motivasi kerja dan kinerja karyawan (Studi pada karyawan PT. Pertamina (Persero) Suplai dan distribusi region V terminal bahan bakar minyak malang). Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan menganalisis pengaruh keselamatan kerja terhadap motivasi kerja, kesehatan kerja terhadap motivasi kerja, keselamatan kerja terhadap kinerja karyawan, kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan, dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan di PT. Pertamina (Persero) Suplai dan Distribusi Region V Terminal Bahan Bakar Minyak Malang. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif serta metode penelitian yang dipakai adalah metode penjelasan (explanatory research). Sampel yang diambil sebanyak 62 karyawan dengan menggunakan teknik sampling jenuh. Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial berupa analisis jalur (path). Hasil analisis menunjukkan bahwa pengaruh antar variabel semuanya signifikan. Hal ini berarti bahwa keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Pertamina (Persero) Suplai dan Distribusi Region V Terminal Bahan Bakar Minyak Malang sudah dilakukan dengan baik dan sesuai dengan standart yang telah ditentukan, karyawan merasa aman dan nyaman dalam bekerja sehingga motivasi kerja karyawan akan meningkat yang pada akhirnya juga akan meningkatkan kinerja karyawan. Aisyah (2013) Penelitian dengan judul Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Motivasi Kerja Karyawan yang dilakukan pada karyawan bagian Instalation dan Maintenance PT. Berca Schindler Lifts Surabaya ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh variabel Keselamatan Kerja (X1) dan variabel Kesehatan Kerja (X2) secara simultan dan parsial terhadap variabel Motivasi Kerja Karyawan (Y). Jenis penelitian yang digunakan explanatory research dengan metode penelitian kuantitatif, sehingga teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan menyebarkan kuesioner kepada 47 karyawan yang merupakan populasi sekaligus sampel pada bagian Instalation dan Maintenance PT. Berca schindler Lifts Surabaya. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda dengan bantuan komputer yang kemudian diolah menggunakan program SPSS 16.00 for Windows. Berdasarkan hasil analisis deskriptif dapat diketahui bahwa rata-rata hasil jawaban responden variabel Keselamatan Kerja (X1) setuju dengan nilai mean sebesar 4,22. Kemudian variabel Kesehatan Kerja (X2) responden juga menyetujui dengan nilai mean yaitu 4,25. Dan variabel Motivasi Kerja Karyawan (Y) ratarata hasil jawaban responden juga menunjuk pada jawaban setuju, hal ini ditunjukkan dengan nilai mean sebesar 4,13. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa mayoritas responden menyetujui atau menilai Keselamatan Kerja (X1) dan Kesehatan Kerja (X2) yang diberikan perusahaan cukup baik dan Motivasi Kerja Karyawan (Y) pun juga cukup baik. Hasil penelitian analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial variabel Keselamatan Kerja (X1) dan Kesehatan Kerja (X2) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Motivasi Kerja Karyawan (Y). Hal ini ditunjukkan dengan hasil Uji Simultan yang menunjukkan nilai F hitung lebih besar dari F tabel (33,598 > 3,209), dengan Sig F lebih kecil dari alpha (0,000 < 0,05). Pada hasil Uji Parsial menunjukkan t hitung lebih besar dari t table (3,205 > 2,201), dengan Sig t lebih kecil dari alpha (0,003 < 0,05) untuk veriabel Keselamatan Kerja (X1) dan t hitung lebih besar dari t table (4,406 > 2,201), dengan Sig t lebih kecil dari alpha (0,000 < 0,05) untuk variabel Kesehatan Kerja (X2). Dari penelitian ini diketahui bahwa variabel dominan adalah variabel Kesehatan Kerja (X2). Maka dari itu perusahaan diharapkan lebih meningkatkan akan Keselamatan Kerja (X1).
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 7 (2014)
10
Rukhviyanti (2008) dari STIE-STAN Indonesia Mandiri yang melakukan penelitian berjudul pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap kinerja karyawan melalui motivasi pada perusahaan garmen di kawasan industri rancaekek. Data yang digunakan adalah data primer yang dikumpulkan dari 99 responden yang tersebar pada 6 perusahaan garmen di kawasan industri rancaekek. Studi ini menggunakan analisis jalur (path analisis) sebagai alat analisisnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SMK3 memiliki pengaruh positif dan signifikan dalam hubungan antara SMK3 dengan kinerja.Namun demikian, salah satu elemen SMK3 yaitu Analisis Tempat Kerja tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap motivasi. Secara praktis, temuan – temuan penelitian ini mengindikasikan pentingnya peranan program SMK3 dalam operasi perusahaan karena mampu meningkatkan motivasi dan kinerja karyawan. Hipotesis Penelitian Dengan memperhatikan rerangka proses berfikir dapat di rumuskan hipotesis kerja sebagai berikut : 1. Ada pengaruh signifikan keselamatan kerja mempunyai pengaruh terhadap motivasi kerja Karyawan pada PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk di Surabaya 2. Ada pengaruh signifikan kesehatan kerja mempunyai pengaruh terhadap motivasi kerja karyawan pada PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk di Surabaya METODE PENELITIAN Jenis Penelitian & Populasi Jenis penelitian adalah penelitian kausal. Penelitian kausal digunakan untuk membuktikan hubungan antara sebab dan akibat dari beberapa variabel. Penelitian kausal biasanya menggunakan metode eksperimen yaitu dengan mengendalikan variable independen yang akan mempengaruhi variabel dependen pada situasi yang telah direncanakan. Populasi dalam penelitian ini adalah para karyawan yang bekerja di kantor Proyek PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk yang masih berjalan di Surabaya. Adapun jumlah populasi penelitian berjumlah 124 karyawan (Pelaksana, QC, Surveyor, SHE & Mandor) untuk ke empat proyek PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk di Surabaya Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik probability sampling yaitu populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik probability sampling yang digunakan adalah Cluster Sampling. Cluster Sampling yaitu teknik memilih sebuah sampel dari kelompok – kelompok unit – unit yang kecil atau cluster dan hasil penetuan besarnya sampel menggunakan rumus slovin sejumlah 95 orang untuk dibagikan kuesioner dalam penelitian ini. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada dasarnya disesuaikan dengan sumber datanya, yaitu 1. Studi Kepustakaan “Studi kepustakaan merupakan langkah yang penting dimana setelah seorang peneliti menetapkan topik penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan kajian yang berkaitan dengan teori yang berkaitan dengan topik penelitian. Dalam pencarian teori, peneliti akan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan. Sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh dari : buku, jurnal, majalah, hasil-hasil
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 7 (2014)
11
penelitian (tesis dan disertasi), dan sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet, koran dll)”. 2. Studi Lapangan a. Wawancara Wawancara adalah suatu cara untuk mengumpulkan data dengan tanya jawab dengan responden. Dengan wawancara diharapkan mendapatkan informasi yang sebenarnya yang berkaitan dengan penelitian ini. b. Kuesioner Kuesioner meliputi berbagai instrument di mana subjek menanggapi untuk menulis pertanyaan untuk mendapatkan reaksi, kepercayaan dan sikap. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Variabel bebas (independent variable) meliputi : Keselamatan Kerja (KL), Kesehatan Kerja (KH) dan Motivasi Kerja (MK) Sedangkan variabel terikat (daependent variable) yang digunakan adalah Motivasi Kerja (MK) PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk Surabaya. Keselamatan Kerja (KL) Keselamatan kerja adalah perlindungan para pekerja dari luka – luka yang diakibatkan oleh kecelakaan yang berkaitan dari pekerjaan pada PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk. Dewi (2006) menyebutkan, indikator dari keselamatan dan kesehatan kerja yaitu: 1. Pemahaman penggunaan peralatan keamanan 2. Kelengkapan alat pelindung diri 3. Sanksi untuk pelanggaran peraturan keselamatan 4. Perhatian perusahaan terhadap aspek keselamatan karyawan 5. Kejelasan petunjuk penggunaan peralatan keselamatan Kesehatan Kerja (KH) Kesehatan kerja adalah kondisi bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebakan lingkungan kerja pada PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk. Kesehatan dalam ruang lingkup keselamatan dan kesehatan kerja tidak hanya diartikan sebagai suatu keadaan bebas dari penyakit. Dewi (2006) menyebutkan, indikator dari keselamatan dan kesehatan kerja yaitu: 1. Perhatian perusahaan terhadap aspek kesehatan karyawan. 2. Kelengkapan fasilitas kesehatan 3. Prosedur pelayanan kesehatan 4. Jam kerja 5. Beban kerja 6. Asuransi kesehatan Motivasi Kerja (MK) Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat kerja atau pendorong kerja pada PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk. Adapun indikator mempengaruhi motivasi kerja adalah 1. Jaminan Keselamatan & Kesehatan Kerja 2. Dorongan pengamanan dalam pelaksanaan pekerjaan 3. Kondisi lingkungan kerja
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 7 (2014)
12
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas. Hasil Uji Normalitas pada lampiran 4 dapat diketahui bahwa besarnya nilai Asymp sig (2-tailed) sebesar 0,794 > 0,050, hal ini sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal dan dapat digunakan dalam penelitian. b. Uji Autokorelasi. Dalam penelitian ini data yang digunakan bukan data time series atau data yang diambil pada waktu tertentu, sehingga untuk Uji Autokorelasi tidak dilakukan. (Gujarati , 1999 : 201). c. Uji Multikolinearitas. Besarnya nilai Variance Influence Factor (VIF) pada seluruh variabel bebas yang dijadikan model penelitian lebih kecil dari 10, dan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan maka hal ini berarti dalam persamaan regresi tidak ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau bisa disebut juga dengan bebas dari Multikolinieritas, d. Uji Heteroskedastisitas. Nilai probabilitas (Sig (2 – tailed)) pada seluruh variabel keselamatan kerja (KL) dan kesehatan kerja (KH) lebih besar dari 0,05, dan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan maka hal ini berarti dalam model regresi tidak terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya atau bisa disebut juga dengan bebas dari Heteroskedastisitas Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor yang digunakan dalam model penelitian yaitu keselamatan kerja dan kesehatan kerja terhadap motivasi kerja secara linier. Tabel 1 Hasil Uji Regresi Berganda
Variabel Bebas Keselamatan Kerja Kesehatan Kerja Konstanta Sig. F R R2
Koefisien Regresi
Sig.
r
0,137 0,173
0,03 2 0,00 4
0,2 21 0,2 93
4,394 0,000 0,455 0,201
Dari data tabel 1, persamaan regresi yang didapat adalah: MK = 4,394 + 0,137KL+ 0,173KH Uji Hipotesis Uji F Uji F digunakan untuk menguji kesesuaian model regresi berganda yang menunjukkan pengaruh keselamatan kerja dan kesehatan kerja secara bersama-sama terhadap motivasi kerja karyawan PT Wijaya Karya (persero), Tbk Surabaya.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 7 (2014)
13 Tabel 2 Anova
Hasil pengujian tabel 2, menunjukkan tingkat signifikan 0,000 kurang dari yang berarti model regresi berganda telah cocok dan sesuai dalam arti ada pengaruh keselamatan kerja dan kesehatan kerja secara bersama-sama terhadap motivasi kerja karyawan PT Wijaya Karya (persero), Tbk Surabaya. Uji t Uji t dalam penelitian ini digunakan untuk menguji koefisien regresi variabel keselamatan kerja dan kesehatan kerja terhadap motivasi kerja secara parsial. Tabel 3 Hasil Perolehan t hitung dan Tingkat Signifikan
Variabel
Sig
Keterangan
Keselamatan Kerja
0,032
Signifikan
Kesehatan Kerja
0,004
Signifikan
Hasil pengujian tabel 3, menunjukkan bahwa masing – masing terhadap motivasi kerja adalah signifikansi yakni< 0,050. Dengan demikian ada pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja karyawan PT Wijaya Karya (Persero), Tbk Surabaya. Koefisien Determinasi Partial (r2) Tabel 4 Koefisien Determinasi Parsial
Variabel
R
r2
Keselamatan Kerja
0,221
0,0490
Kesehatan Kerja
0,293
0,0859
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 7 (2014)
14
Dari tabel 4, menunjukkan koefisien determinasi parsial variabel kesehatan kerja = 0,0859 terhadap motivasi kerja karyawan PT Wijaya Karya (persero), Tbk Surabaya. Hal ini berarti kesehatan kerja berpengaruh dominan terhadap motivasi kerja karyawan PT. Wijaya Kerya (Persero), Tbk Surabaya.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dengan memperhatikan hasil analisis, pengujian, dan pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Dari hasil perhitungan didapatkan model regresi linear berganda MK = 4,394 + 0,137KL+ 0,173KH Dari model regresi linier berganda tersebut diketahui adanya pengaruh keselamatan kerja (KL) dan kesehatan kerja (KH) terhadap Motivasi Kerja (MK) yang dilihat dari koefisien regresi ≠ 0. 2. Hipotesis pertama dan kedua masing – masing mempunyai pengaruh terhadap motivasi kerja karyawan pada PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk di Surabaya ternyata H1 dan H2 diterima 3. Pengaruh dominan ditunjukkan pada kesehatan kerja (KH) karena mempunyai koefisien determinasi parsial terbesar.
Saran Berdasarkan hasil analisis, pengujian, dan pembahasan hasil penelitian dapat disarankan adalah sebagai berikut : 1. Sebaiknya dilakukan pengarahan kesehatan dan keselamatan kerja setiap minggunya, selain itu memberikan tontonan video berkaitan dengan kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja sehingga karyawan mempelajari dan menyimak akan pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja sewaktu bekerja. 2. Hendaknya perusahaan lebih menegakkan sanksi – sanksi yang tegas, agar sanksi tersebut dapat menjadi alat motivasi yang tinggi bagi karyawan untuk mematuhi peraturan tentang keselamatan dan kesehatan kerja. 3. Selain sanksi, perusahaan sebaiknya memberikan reward / penghargaan bagi karyawan yang mematuhi peraturan keselamatan dan kesehatan kerja tinggi. Hal ini dapat memotivasi karyawan untuk mematuhi peraturan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Aisyah, R, N. 2013. Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Motivasi Kerja Karyawan yang dilakukan pada karyawan bagian Instalation dan Maintenance PT. Berca Schindler Lifts Surabaya. Jurnal Adminstrasi Bisnis 1 (1) : 1 - 9 Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. Ardana, I, K., M. Niwayan, dan U, M, W, I. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta. Arep, I. dan T, Hendri. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Universitas Trisakti. Jakarta. David C, M. Motivational Trends In Society ( Morristown, N.J : General Learning Press, 1961).
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 7 (2014)
15
Dewi, R. 2006. Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Ecogreen Oleochemical Medan Plant. Skripsi Fakultas Ekonomi USU. Frederick H, B, M. dan B. Synderman. The Motivation to Work (New York : John Wiley & Sons, 1966 ). Gibson, J, L., M, J, Ivancevich., H, J, Donnelly, dan R. Konopaske. 1994. Organisasi dan Manajemen Perilaku, Struktur dan Proses. (Alih Bahasa P. Joerdan Walid) Cet. Ke-9. Erlangga. Jakarta. Gujarati, D. 1999. Ekonometrika Dasar, Edisi Pertama, Terjemahan oleh Sumarno Zain, Penerbit Erlangga. Jakarta. Hasibuan, M. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT.Bumi Aksara. Jakarta. Ibrahim. 1999. Inovasi Pendidikan. Balai Pustaka. Jakarta. Mangkunegara, A, A, A,. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. PT. Remaja Rosda Karya. Bandung. Mangkunegara, A, A, A,. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. PT. Remaja Rosda Karya. Bandung. Marwansyah, 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. CV Alfabeta. Bandung. Maslow, A, H. 1943. Motivation and personality. Harper & Row. New York. Rantanen, T. Volpato, S., Ferrucci, L., Heikkinen, E., Fried, L.P., Guralnik, J.M. 2004. Handgrip Strength and Cause-Specific and Total Mortality in Older Disabled Women: Exploring the Mechanism. American Geriatrics Society; 51: 636-41 Rukhiviyanti, N. 2008. Pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap kinerja karyawan melalui motivasi kerja pada perusahaan garmen di kawasan industri rancaekek. Jurnal Sains Manajemen & Akuntansi 4 (2) : 38 – 51. STIE – STAN Mandiri Indonesia. Suma’mur, P, K. 1993. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Gunung Agung. Jakarta. Sugeng, B., S, M, R.A, Jusuf, dan A. Pusparini. 2005. Bunga Rampai Hiperkes & KK Edisi Kedua. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Tulus, A. 1989. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
UU Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Wijayanto, R. 2013. Pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap motivasi kerja dan kinerja karyawan (Studi pada karyawan PT. Pertamina (Persero) Suplai dan distribusi region V terminal bahan bakar minyak Malang). Jurnal Administrasi Bisnis 3 (2) : 1 – 11 Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. ●●●