ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LENGKENG DIAMOND RIVER (Dimocarpus Longan Lour) (Studi Kasus : PT Mekar Unggul Sari, Cileungsi, Kabupaten Bogor)
SKRIPSI
ANGGA KUSMAYANA H34076020
DEPARTEMEN AGRIBSINIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN EKSEKUTIF
ANGGA KUSMAYANA. H34076020. 2010. Analisis Kelayakan Pengusahaan Lengkeng Diamond River (Dimocarpus Longan Lour)(Studi Kasus : PT Mekar Unggul Sari, Cileungsi, Kabupaten Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Dibawah bimbingan ANITA RISTIANINGRUM).
Hortikultura adalah komoditas yang akan memiliki masa depan sangat cerah dalam pemulihan perekonomian Indonesia dalam waktu yang akan datang. Lengkeng merupakan tanaman hortikultura yang telah sejak lama dikenal dan lazim ditanam oleh masyarakat sebagai tanaman pagar pembatas lahan dan tanaman pekarangan. Tanaman ini dapat dipelihara oleh setiap anggota masyarakat, tidak memerlukan teknologi tinggi dan dengan cara budidaya sederhana dapat tumbuh dan berproduksi baik. Namun sebagian besar kebutuhan lengkeng harus diimpor dari Thailand dan Republik Rakyat China (RRC). Produksi buah lengkeng dataran tinggi dari sentra produksi di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang masih sangat terbatas sudah habis terjual di pasar setempat, tidak sampai ke luar daerah. Selain itu, kesulitan pengembangan yang dihadapi adalah tidak adanya varietas baru yang lebih unggul dan sifat agroklimat tanaman yang menghendaki udara sejuk (pegunungan) sebagai tempat tumbuhnya. Sejak tahun 2007 telah ditemukan terobosan baru yakni lengkeng yang berbuah di dataran rendah berudara panas. Ternyata jenis lengkeng yang dapat beradaptasi dan berproduksi di dataran rendah, salah satunya adalah lengkeng Diamond River. Kabupaten Bogor sebagai salah satu daerah yang subur di pulau Jawa memilki potensi untuk dikembangkannya komoditas lengkeng dataran rendah, terutama lengkeng dataran rendah varietas Diamond River. Di Indonesia, salah satu perusahaan yang mengusahakan lengkeng Diamond River adalah PT. Mekar Unggul Sari. PT. Mekar Unggul Sari atau yang lebih dikenal dengan nama Taman Wisata Mekarsari merupakan perusahaan yang bergerak di bidang agrowisata buah tropis dan wahana rekreasi keluarga. Selain sebagai tempat wisata, Taman Wisata Mekarsari juga merupakan tempat pengembangan dan penelitian buah tropis, baik dari seluruh wilayah Indonesia, maupun dari mancanegara. Penelitian analisis kelayakan lengkeng Diamond River perlu dilakukan agar memberikan informasi baru kepada masyarakat tentang adanya produk hortikultura yang dapat dibudidayakan dengan relatif mudah dan dapat menghasilkan keuntungan apabila diusahakan. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mempelajari cara budidaya lengkeng Diamond River. (2) Menganalisa kelayakan usaha lengkeng Diamond River dari aspek pasar, aspek teknis, aspek sosial, aspek manajemen yang dilakukan di PT. Mekar Unggul Sari, dan aspek finansial. (3) Menganalisa tingkat kepekaan usaha lengkeng Diamond River terhadap penurunan harga jual, kenaikan biaya variabel, dan penurunan hasil produksi.. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik kualitatif maupun kuantitatif. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu metode observasi langsung, sedangkan data sekunder diperoleh dari data-data perusahaan dan studi literatur yang
berkaitan dengan penelitian. Untuk data kuantitatif diolah dan disajikan dalam bentuk narasi, sedangkan data kuantitatif akan diolah dengan Microsoft Excel 2009 dan kalkulator. Perusahaan memperoleh bibit tanaman lengkeng Diamond River dengan melakukan pembibitan sendiri. Sedangkan untuk peralatan dan perlengkapan pertanian dalam pengusahaan lengkeng Diamond River diperoleh dari pemasok peralatan pertanian. Tenaga kerja harian yang digunakan berjumlah dua orang. Tanaman lengkeng Diamond River baru menghasilkan pada tahun ke-3 atau 18 bulan dari penanaman. PT. Mekar Unggul Sari mengusahakan lengkeng Diamond River di atas lahan seluas 15.000 m2 dengan panen dua kali dalam satu tahun. Hasil produksi pengusahaan lengkeng Diamond River dipasarkan di supermarket dan toko buah. Hasil analisis terhadap aspek-aspek non finansial, yaitu analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan sosial dan lingkungan, pengusahaan lengkeng Diamond River oleh PT. Mekar Unggul Sari layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan aspek pasar, peluang pasar masih terbuka karena permintaan yang tinggi dari para wisatawan yang berkunjung semakin meningkat setiap tahunnya serta harga jual yang tinggi menjanjikan bahwa usaha lengkeng Diamond River dapat mendatangkan keuntungan. Berdasarkan aspek teknis, pengusahaan lengkeng Diamond River menggunakan peralatan yang relarif sederhana seperti budidaya pertanian pada umumnya. Berdasarkan aspek manajemen, perusahaan telah menjalankan fungsi-fungsi manajemen dan mempunyai struktur organisasi dengan pembagian kerja yang jelas. Berdasarkan aspek sosial ekonomi dan lingkungan, pengusahaan lengkeng Diamond River ikut serta dalam melestarikan lingkungan karena usaha yang dijalankan tidak menimbulkan limbah yang dapat membahayakan lingkungan, dan mampu menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar lokasi usaha. Hasil analisis terhadap analisis finansial yang meliputi NPV, Net B/C, IRR dan Payback Period, pengusahaan lengkeng Diamond River oleh PT. Mekar Unggul Sari layak untuk dijalankan. Hal ini dapat dinilai dari nilai NPV>0 yaitu sebesar Rp 351.589.711, Net B/C>1 yaitu sebesar 1,72, dan IRR sebesar 13,00%, dimana nilai ini lebih besar dari tingkat suku bunga (discount rate) sebesar 6,5% serta payback period yang diperoleh dalam pengusahaan lengkeng diamond river adalah 10 tahun dari 15 tahun umur bisnis usaha. Jika dilihat dari analisis switching value, penurunan hasil produksi lengkeng, penurunan harga jual, dan kenaikan biaya variabel merupakan hal yang sangat sensitif dalam pengusahaan lengkeng Diamond River, yaitu 22,47 % untuk penurunan hasil produksi lengkeng dan penurunan harga jual, dan 136,27 % untuk kenaikan biaya variabel.
ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN LENGKENG DIAMOND RIVER (Dimocarpus Longan Lour) (Studi Kasus : PT Mekar Unggul Sari, Cileungsi, Kabupaten Bogor)
ANGGA KUSMAYANA H34076020
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBSINIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
Judul Skripsi
: Analisis Kelayakan Pengusahaan Lengkeng Diamond River (Dimocarpus Longan Lour) (Studi Kasus : PT Mekar Unggul Sari, Cileungsi, Kabupaten Bogor)
Nasma
: Angga Kusmayana
NRP
: H34076020
Disetujui, Pembimbing
Ir. Anita Ristianingrum, M.Si NIP 19671024 199302 2 001
Mengetahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung kusnadi, MS NIP 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi sayayang berjudul “Analisis Kelayakan Pengusahaan Lengkeng Diamond River (Dimocarpus Longan Lour) (Studi Kasus : PT Mekar Unggul Sari, Cileungsi, Kabupaten Bogor)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Maret 2010
Angga Kusmayana H34076020
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 8 Mei 1986 sebagai anak pertama dari pasangan berbahagia yaitu bapak Kusmayadi dan ibu Jubaedah yang bertempat di Ciampea, Bogor. Penulis mengikuti pendidikan tingkat Sekolah Dasar di SDN Bojong Rangkas 05, Ciampea, Bogor pada tahun 1992 dan lulus pada tahun 1998. Pendidikan Tingkat Menengah Pertama dapat diselesaikan penulis pada tahun 2001 di SMPN 4 Bogor. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 6 Bogor dan lulus pada tahun 2004. Pada Tahun 2004, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, pada Program Diploma III Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian melalui jalur reguler. Penulis melanjutkan studi pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat karunia dan kekuatan yang telah diberikanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Pengusahaan Lengkeng Diamond River (Dimocarpus Longan Lour) (Studi Kasus : PT Mekar Unggul Sari, Cileungsi, Kabupaten Bogor)”. Skripsi ini merupakan hasil karya penulis untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Lengkeng Diamond River dilihat dari aspek non finansial dan aspek finansial pada perusahaan PT Mekar Unggul Sari. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak termasuk penulis dan juga perusahaan tempat penulis melakukan penelitian.
Bogor, Maret 2010 Angga Kusmayana
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillahi rabbil `alamiin puji syukur kehadirat Allah SWT yang masih
memberikan
rahmat
dan
karuniaNYA
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan Skripsi dengan baik. Dalam penyusunan Skripsi ini banyak kesulitan dan hambatan yang dihadapi, tetapi berkat dorongan, bantuan dan bimbingan dari banyak pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada : 1.
Kedua orang tua penulis yang selalu mendoakan, kasih sayang dan dukungan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
2.
“My Twin Sister” Anggi yang selalu memberikan do`a, dukungan dan perhatian dan kasih sayang.
3.
Ir. Anita Ristianingrum, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
4.
Ir. Popong Nurhayati, MM yang telah bersedia menjadi dosen evaluator dalam kolokium, dengan kritik dan saran yang sangat bermanfaat untuk kesempurnaan skripsi ini.
5.
Dr. Ir. Rita Nurmalina Suryana, MS sebagai penguji utama yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam penulisan skripsi ini.
6.
Ibu Tintin Sariatin, SP, MM sebagai perwakilan dari komisi akademik yang telah memberikan berbagai saran dan masukan untuk penulis dalam upaya memaksimalkan penulisan skripsi ini.
7.
Kak Ratna dan keluarga yang telah menyediakan tempat tinggal selama penulis melaksanakan Penelitian.
8.
Nope Gromnikora sebagai pembahas seminar yang telah memberikan berbagai saran dan masukan yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam penulisan skripsi ini.
9.
Teman seperjuangan satu bimbingan Johnson Simanjuntak atas semangat dan usaha bersama dalam menyelesaikan tugas akhir.
10.
Sahabat-sahabat penulis, M. Koko Prihartono, Riano Catur Hapsongko Rochmat, Harry Octa Rifki, Maradhika Nugraha, Lonica Adysa, dan Meutia Sari. atas semangat, saran, dan pengalaman berharga bagi penulis.
11.
Rekan-rekan mahasiswa Ekstensi Agribisnis yang telah memberikan dukungan dan kebersamaannya selama ini.
12.
Staf dan pengurus Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus yang telah memberikan banyak bantuan dan dukungannya selama ini
13.
Bapak Edwin, Bapak Joko Sugono, Bapak Irama, Bapak Dudi Dzen serta Bapak Holil sebagai staff PT. Mekar Unggul Sari dan atas arahan bimbingan dan informasi yang diberikan kepada penulis.
14.
Bapak H. Dwi Susanto yang telah memberikan motivasi dan arahan agar penulis menjadi pribadi yang lebih baik.
15.
Semua pihak yang turut membantu dalam pembuatan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannya.
Akhir kata, penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, Maret 2010
Angga Kusmayana
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ...............................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................
vi
I
PENDAHULUAN ................................................................. 1.1. Latar Belakang .............................................................. 1.2. Perumusan Masalah ...................................................... 1.3. Tujuan ........................................................................... 1.4. Kegunaan ....................................................................... 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ..............................................
1 1 7 10 11 11
II
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 2.1. Pengertian Hortikultura .................................................. 2.2. Buah Lengkeng .............................................................. 2.2.1. Asal-usul dan Botani Lengkeng .......................... 2.2.2. Sifat Botani Lengkeng .......................................... 2.2.3. Manfaat Buah Lengkeng ..................................... 2.2.4. Agroekologi Tanaman Lengkeng Dataran rendah 2.3. Kajian Penelitian Terdahulu ..........................................
12 12 13 13 15 16 19 20
III
KERANGKA PEMIKIRAN ............................................... 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ........................................ 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha ......................... 3.1.2. Tujuan Analisis Kelayakan ................................. 3.1.3. Tahap-tahap Analisis Kelayakan Usaha ............. 3.1.3.1. Aspek Pasar ............................................ 3.1.3.2. Aspek Teknis ......................................... 3.1.3.3. Aspek Manajemen ................................. 3.1.3.4. Aspek Sosial dan Lingkungan ................ 3.1.3.5. Aspek Finansial ..................................... 3.1.4. Analisis Switching Value ................................... 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional .................................
23 23 23 23 24 24 24 25 25 26 30 31
IV
METODE PENELITIAN .................................................... 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................ 4.2. Jenis dan Sumber Data .................................................. 4.3. Metode Analisis ............................................................ 4.3.1. Analisis Aspek Pasar ............................................. 4.3.2 Analisis Aspek Teknis ........................................... 4.3.3. Analisis Aspek Organisasi dan Manajemen ..........
34 34 34 34 35 35 36
4.3.4. Analisis Aspek Sosial ............................................ 4.3.5. Analisis Aspek Finansial ...................................... 4.3.5.1. Net Present Value (NPV) ........................... 4.3.5.2 Internal Rate of Return (IRR) .................... 4.3.5.3 Net Benefit / Cost (Net B/C) ...................... 4.3.5.4 PayBack Period ......................................... 4.3.6. Analisis Sensitivitas .............................................. 4.3.7. Analisis Rugi Laba ............................................... 4.4. Asumsi Dasar ................................................................
36 36 37 37 38 39 39 40 41
V
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN .............................. 5.1. Sejarah perusahaan ........................................................... 5.2. Kondisi Geografis Perusahaan ......................................... 5.3. Tujuan Perusahaan ........................................................... 5.4. Deskripsi Kegiatan Bisnis Perusahaan .............................
42 42 44 46 46
VI
ANALISIS KELAYAKAN USAHA LENGKENG DIAMOND RIVER .................................................................................... 48 6.1. Aspek Non Finansial ........................................................ 48 6.1.1. Aspek Pasar ............................................................ 48 6.1.1.1. Peluang Pasar ............................................ 48 6.1.1.2. Strategi Pemasaran .................................... 48 6.1.2. Aspek Teknis ......................................................... 50 6.1.2.1. Lokasi Usaha ............................................. 50 6.1.2.2. Skala Usaha ............................................... 51 6.1.2.3. Teknik Produksi ........................................ 52 6.1.2.3.1. Budidaya Lengkeng .................... 52 6.1.3. Aspek Manajemen ................................................. 56 6.1.4. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan ................ 57 6.2. Aspek Finansial ................................................................ 57 6.2.1. Arus Penerimaan (Inflow) ...................................... 57 6.2.2. Arus Biaya (Outflow) ............................................ 58 6.2.2.1. Biaya Investasi ......................................... 58 6.2.2.2. Biaya Operasional .................................... 61 6.2.3. Kelayakan Finansial Pengusahaan Lengkeng Diamond River ...................................................................... 64 6.2.4. Analisis Switching Value ....................................... 65 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 67 7.1. Kesimpulan ...................................................................... 67 7.2. Saran ................................................................................ 68
VII
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................
69
LAMPIRAN .........................................................................................
71
ii
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1
Perkembangan Produksi Komoditas Hortikultura ...................
2
2
Perkiraan Permintaan Buah-buahan di Indonesia Sampai 2015
4
3
Konsumsi Buah-buahan dan sayuran Tahun 2007-2008 .........
4
4
Nilai PDB Hortikultura Tahun 2007-2008 ..............................
5
5
Daerah Sentra Produksi Tanaman Lengkeng di Jawa Tengah .
6
6
Sentra Produksi Buah-buahan Unggulan di Kabupaten Bogor
7
7
Luas Lahan Pertanian di Kabupaten Bogor .............................
9
8
Komposisi Zat Gizi per 100 gram Buah Lengkeng Segar dan
9
Kering ....................................................................................
17
Pengembangan Areal Pada PT Mekar Unggul Sari .................
45
10 Ketinggian, Suhu, Curah hujan, dan pH Tanah pada Lokasi Usaha Dan Syarat Tumbuh Tanaman Lengkeng Diamond River ......
50
11 Perkiraan Penjualan dan Total penerimaan Penjualan Lengkeng Diamond River per Tahun Lahan Seluas 15.000 m2 di PT Mekar Unggul Sari .............................................................................
58
12 Rincian Biaya Pembibitan Lengkeng Diamond River .............
60
13 Perincian Biaya Investasi Pengusahaan Lengkeng Diamond River pada Lahan selusa 15.000 m2 .........................
61
14 Rincian Biaya Tetap Pengusahaan Lengkeng Diamond River Dengan luas lahan 15.000 m2 untuk 1 Tahun ..........................
63
15 Rincian Dosisi Pemberian Pupuk kandang, Pupuk Anorganik, Pestisida, Kemasan beserta Pembungkus Buah dalam Pengusahaan Lengkeng Diamond River di PT Mekar Unggul Sari ..............................................................................
64
16 Kriteria Kelayakan Finansial Pengusahaan Lengkeng Diamond River pada PT Mekar Unggul Sari ...........................
64
17 Hasil Analisis Switching Value Usaha Lengkeng Diamond
iii
River di PT Mekar Unggul Sari ...............................................
65
iv
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1
Kerangka Pemikiran Operasional ...........................................
33
2
Kebun Lengkeng ......................................................................
51
3
Bibit Lengkeng Diamond River ...............................................
52
4
Pembrongsongan Buah Legkeng .............................................
54
5
Lengkeng Siap Panen ...............................................................
55
v
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
1
Halaman
Jadwal Kegiatan Pengusahaan Lengkeng Diamond River Tahun 1-2 ................................................................................
2
Jadwal Kegiatan Pengusahaan lengkeng Diamond River Tahun Ketiga dst .......................................................................
3
72
Analisis Cashflow Pengusahaan Lengkeng Diamond River pada PT Mekar Unggul Sari ....................................................
4
71
73
Proyeksi Laba Rugi Pengusahaan Lengkeng Diamond River pada PT Mekar Unggul Sari ...................................................
75
5
Biaya Variabel Tahun Pertama dan Kedua ..............................
77
6
Biaya Variabel Tahun Ketiga, Keempat dst ............................
78
7
Biaya Reivestasi Pengusahaan Lengkeng Diamond River pada PT Mekar Unggul Sari ....................................................
8
Perhitungan Penyusutan Pengusahaan Lengkeng Diamond River pada PT Mekar Unggul Sari ....................................................
9
79
80
Penerimaan Hasil Panen Lengkeng Tahun Ketiga dan Seterusnya ................................................................................
81
10 Switching Value Penurunan Harga Jual dan Penurunan Produksi ....................................................................................
82
11 Switching Value Kenaikan Biaya Variabel .............................
84
12 Daftar pertanyaan Pengarah .....................................................
86
vi
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Indonesia adalah negara tropis dengan wilayah cukup luas, dengan variasi
agroklimat yang tinggi, merupakan daerah yang potensial bagi pengembangan hortikultura, baik untuk tanaman dataran rendah maupun dataran tinggi. Variasi agroklimat ini juga menguntungkan bagi Indonesia, karena musim buah, sayur dan bunga dapat berlangsung sepanjang tahun. Hortikultura adalah komoditas yang akan memiliki masa depan sangat cerah dilihat dari keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimilikinya dalam pemulihan perekonomian Indonesia dalam waktu yang akan datang. Oleh karenanya kita harus berani untuk memulai mengembangkannya pada saat ini. Seperti halnya negara-negara lain yang mengandalkan devisanya dari hasil hortikultura, antara lain Thailand dengan berbagai komoditas hortikultura yang serba Bangkok, Belanda dengan bunga tulipnya, Nikaragua dengan pisangnya, bahkan Israel dari gurun pasirnya kini telah mengekspor apel, jeruk, anggur dan sebagainya. Dengan mengetahui manfaat serta sifat-sifatnya yang khas, dalam pengembangan hortikultura agar dapat berhasil dengan baik maka diperlukan pengetahuan yang lebih mendalam terhadap permasalahan hortikultura tersebut. Peluang pasar dalam negeri bagi komoditas hortikultura diharapkan akan semakin meningkat dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat, serta timbulnya kesadaran akan gizi di kalangan masyarakat. Peningkatan kebutuhan komoditas hortikultura ini juga ditunjang oleh perkembangan sektor industri pariwisata dan peningkatan ekspor. Belum banyaknya pihak yang menyadari potensi dari komoditas hortikultura, yang hasil produksinya 3-7 kali lebih besar dibandingkan komoditi pangan dan bahan baku industri. Berdasarkan perkembangan konsumsi masyarakat Indonesia untuk buahbuahan impor sangat tinggi yaitu senilai Rp 10 trilyun/tahun (Kompas, 2007), Buah impor selama ini membanjiri supermarket hingga kios buah pinggir jalan. Porsi ini yang harus di ambil alih, minimal dapat diimbangi.
Pengembangan hortikultura di Indonesia pada umumnya masih dalam skala perkebunan rakyat yang tumbuh dan dipelihara secara alami dan tradisional, sedangkan jenis komoditas hortikultura yang diusahakan masih terbatas. Secara keseluruhan produksi hortikultura menunjukkan peningkatan sebesar 7,43 % Sedangkan untuk pencapaian luas panen mengalami peningkatan sebesar 7,86 % 1. Secara keseluruhan perkembangan produksi hortikultura dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Produksi Komoditas Hortikultura Tahun 2007-2008 No
Kelompok Komoditas
1. 2. 3.
Buah-buaha (Ton) Sayuran (Ton) Tanaman Hias : Tan. Hias potong (Tangkai) Draceana (Batang) Melati (Kg) Palem (Pohon) Tanaman Biofarmaka (Kg) Rata-rata
4.
Produksi Tahun 2007 Tahun 2008*) 17.116.622 18.241248 9.455.464 10.393.407 9.189.976 2.041.962 15.775.751 1.171.768 474.911.940
11.037.463 2.355.403 16.597.668 1.304.178 489.702.035
Peningkatan (%) 7,15 9,92 9,55 1,89 12,10 9,00 15,20 3,11 7,43
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2009 2
Terjadinya peningkatan tersebut dapat dikatakan bahwa kesadaran masyarakat untuk mengusahakan komoditas hortikultura semakin tinggi, selain untuk pemenuhan konsumsi, juga dapat mendatangkan keuntungan. Menghadapi persaingan yang semakin tajam diperlukan daya saing yang tinggi. Oleh karena itu seluruh lapisan masyarakat, pemerintah dan terlebih dunia usaha diharuskan mempersiapkan diri dengan langkah-langkah yang konkrit, sehingga mampu membangun suatu sistem ekonomi yang memiliki daya hidup dan berkembang secara mandiri serta mengakar pada struktur ekonomi dan struktur masyarakat Indonesia. Kenyataan bahwa
pertumbuhan positif ekonomi di Indonesia diiringi
dengan peningkatan konsumsi / belanja rumah tangga membuat kebutuhan produk-produk hasil hortikultura khususnya buah-buahan mengalami kenaikan jumlah permintaan. Kenaikan permintaan tersebut akan menciptakan peluang 1
http://hortikultura.litbang.deptan.go.id/index. [10Mei 2009] http://hortikultura.litbang.deptan.go.id/index. [10Mei 2009]
2
2
usaha yang menjanjikan keuntungan, namun setiap usaha pasti memiliki persaingan usaha baik dari dalam negeri maupun produk dari luar negeri. Untuk persaingan dalam negeri, petani kecil maupun kelompok tani harus bersaing dengan pengusaha swasta yang menghasilkan produk hortikultura yang serupa untuk dapat diterima oleh konsumen. Dalam persaingan internasional dengan adanya arus globalisasi, tidak mungkin dihindari semakin lama produk hortikultura yang masuk ke Indonesia dari negara-negara lain akan semakin beragam jenisnya dan volumenya semakin banyak. Menghadapi kenyataan ini maka produk hortikultura harus bersaing dengan produk dari negara lain. Dalam upaya pencapaian tujuan tersebut dengan tanpa mengesampingkan keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai tentunya perlu dikaji berbagai permasalahan yang ada sehingga upaya pencapaian tujuan di atas dapat terlaksana dengan baik. Permasalahan yang menonjol dalam upaya pengembangan hortikultura ialah produktivitas yang masih tergolong rendah, hal ini merupakan refleksi dari rangkaian berbagai faktor yang ada, antara lain : pola usahatani yang kecil, mutu bibit yang rendah yang ditunjang oleh keragaman jenis/varietas, serta rendahnya penerapan teknologi budidaya
(Dudung Abdul Adjid, 1993). Kepedulian
masyarakat di Indonesia untuk mengonsumsi buah ternyata masih rendah. Sebagai salah satu negara penghasil buah terbesar di dunia, konsumsi buah di Indonesia masih lebih rendah dibanding dengan negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina. Dari hasil Survei Sehat Nasional (Susenas) yang diadakan BPS tahun 2004, 60,44 persen masyarakat Indonesia kurang mengonsumsi sayur dan buah. Rata-rata hanya mengonsumsi satu porsi buah setiap hari 3.
3
Pekan Raya Hortikultura Ke-4 Tahun 2009 Target Konsumsi Sayuran 43,5 Kg Dan Buah 37,5 Kg. http://www.hortikultura.deptan.go.id. [23 Mei 2009]
3
Tabel 2. Perkiraan Permintaan Buah-buahan di Indonesia Sampai 2015 Tahun
Populasi Penduduk(Juta)
2000 2005 2010 2015
213 227 240 254
Peningkatan Populasi per 5 Tahun (%) 30,5 32,5 34,0 44,5
Konsumsi per Kapita (kg) 36,76 45,70 57,92 78,74
Total Konsumsi (ribu ton) 7.830 10.375 13.900 20.000
Sumber : Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (IPB, 2002)
Jumlah konsumsi buah-buahan dan sayuran di Indonesia pada tahun 20072008 juga mengalami peningkatan. Hal ini membuktikan pertumbuhan penduduk juga mempengaruhi permintaan buah dan sayuran untuk pemenuhan kebutuhan asupan gizi masyarakat.
Tabel 3. Konsumsi Buah-buahan dan Sayuran Tahun 2007-2008 Komoditi Buah-buahan Sayuran Jumlah
Konsumsi (kg/th/kapita) 2007 Tahun 2008 34,06 35,52 40,90 41,32 74,96 76,84
Peningkatan (%) 4,29 1,03 2,51
Sumber : www.litbang.deptan.go.id/special/hortikultura 4
Menurut organisasi pangan sedunia (FAO - Food and Agricultural Organization), idealnya dibutuhkan tiga porsi buah setiap hari supaya manfaat buah bisa didapatkan secara optimal. Hal ini dapat dilihat dari konsumsi buahbuahan di Indonesia, sampai saat ini hanya 35,52 kilogram per kapita/tahun pada tahun 2008. Angka itu masih cukup jauh dari rekomendasi FAO yaitu sebesar 65,75 kg per kapita/tahun untuk konsumsi buah setiap negara. Dibanding negara lain di Asia Tenggara jumlah konsumsi buah di Indonesia termasuk rendah. Malaysia sudah mengonsumsi buah 52 kg per kapita/tahun, Filipina 67 kg per kapita/tahun, sedang Thailand sudah mencapai 92 kg perkapita/tahun 5. Selain potensi pasar yang masih sangat besar, Produk Domestik Bruto (PDB) hortikultura juga cukup baik hasilnya. Berdasarkan catatan Ditjen Hortikultura sepanjang 2005, nilai PDB hortikultura mencapai US$ 44 miliar. Skala itu semakin meningkat di tahun selanjutnya menjadi US$ 46 miliar. Di 4 5
www.litbang.deptan.go.id/special/hortikultura Op.cit
4
tahun 2007, pemerintah telah menargetkan nilai PDB hortikultura mencapai US$ 49 miliar, dan US$ 51 miliar pada 2008.
Tabel 4. Nilai PDB Hortikultura Tahun 2007-2008 Kelompok Komoditi
No 1. 2. 3. 4.
Buah-buahan Sayuran Tan.Biofarmaka Tanaman Hias Total
PDB (Milyar) Tahun 2007
Tahun 2008
42.362 25.567 4.105 4.741 76.795
42.660 27.423 4.118 6.091 80.292
Peningkatan/P enurunan (%) 4,02 7,18 0,32 28,48 4,55
Sumber : Litbang Deptan 6
Salah satu buah konsumsi yang digemari oleh masyarakat di Indonesia adalah buah lengkeng. Lengkeng merupakan tanaman yang telah sejak lama dikenal dan lazim ditanam oleh masyarakat sebagai tanaman pagar pembatas lahan dan tanaman pekarangan. Tanaman ini dapat dipelihara oleh setiap anggota masyarakat, tidak memerlukan teknologi tinggi dan dengan cara budidaya sederhana dapat tumbuh dan berproduksi baik. Namun sebagian besar kebutuhan lengkeng harus diimpor dari Thailand dan Republik Rakyat China (RRC)7. Berbeda dengan produksi buah lengkeng dataran tinggi dari sentra produksi di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang masih sangat terbatas sudah habis terjual di pasar setempat, tidak sampai ke luar daerah. Selain itu, kesulitan pengembangan yang dihadapi adalah tidak adanya varietas baru yang lebih unggul dan sifat agroklimat tanaman yang menghendaki udara sejuk (pegunungan) sebagai tempat tumbuhnya. Keunggulan lengkeng adalah memperkuat limpa, meningkatkan produksi darah merah, menambah selera makan, dan menambah tenaga. Buah lengkeng baik untuk dikonsumsi saat proses pemulihan stamina, sehingga kondisi kesehatan berangsur membaik. Konsumsi yang dianjurkan untuk perbaikan kondisi kesehatan adalah minimal segenggam tangan setiap harinya. Manfaat sehat lainnya masih banyak, antara lain menyehatkan usus, perbaikan proses penyerapan makanan, melancarkan buang air kecil, mengatasi cacingan, 6
http://hortikultura.litbang.deptan.go.id [19 Mei 2009] http://www.trubus-online.co.id/itoh ngebruk [19 Mei 2009]
7
5
menyehatkan mata, mengobati sakit kepala, keputihan, dan hernia. Buah lengkeng juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber minuman penguat, karena bersifat sebagai tonik. Rendahnya produksi lengkeng Indonesia karena selama ini buah lengkeng di Jawa hanya dihasilkan dari daerah dataran tinggi beriklim sejuk (800–1.200 meter di atas permukaan laut), seperti di Ambarawa dan Temanggung (Jawa Tengah), dan Batu dan Tumpang (Jawa Timur).
Tabel 5. Daerah Sentra Produksi Tanaman Lengkeng di Jawa Tengah Daerah Sentra
No 1 2 3 4 5 6
Bandungan Grabag (Magelang) Pingit Muntilan Kalibening Kayuwangi Cepogo
Unggaran
Ketinggian Tempat (m/d.p.l) 700
Kuning cokelat, manis
Merbabu
800
Coklat merah, rasa manis khas
Temanggung Merapi
600 800
Merah kuning, rasa khas Kuning jambu, rasa khas
Salatiga
600
Coklat, rasa khas
Merbabu
600
Kuning coklat, manis
Lokasi
Ciri Khas Buah
Sumber : Sutardi, Balai Penelitian Getas.
Pohon-pohon tradisional di daerah sentra produksi tersebut rata-rata berumur puluhan tahun. Bahkan ada yang 100 tahun, dan tidak pernah diremajakan ataupun dibudidayakan secara intensif. Setiap tahunnya Indonesia mengimpor ± 20.000 ton lengkeng dari berbagai negara, terutama Thailand 8. Permintaan pasar dalam negeri terhadap buah lengkeng cenderung terus meningkat. Sekarang ini buah lengkeng segar maupun olahan berasal dari Thailand. Luas areal tanaman lengkeng di Tailand sekitar 2.300 Ha dengan produksi 20.000 ton/tahun. Di Indonesia, produksi buah lengkeng belum tercatat secara statistik oleh Biro Pusat Statistik (BPS) karena masih dianggap sebagai buah minor (Rukmana 2005). Pada tahun 2005 telah ditemukan terobosan baru yakni lengkeng yang berbuah di dataran rendah berudara panas. Ternyata jenis lengkeng yang dapat beradaptasi dan berproduksi di dataran rendah ini terutama berasal dari Thailand 8
http://www.trubus-online.co.id/lengkengdataranrendah [19 Mei 2009]
6
(Bie Kiew, Ido, Sichompu), Vietnam (Ping Pong, Diamond River), dan Malaysia (Itoh), walaupun ada juga yang asli Indonesia, seperti varietas Selarong dan Sugiri. Penelitian analisis kelayakan pengusahaan lengkeng Diamond River perlu dilakukan agar memberikan informasi baru kepada masyarakat tentang adanya lengkeng varietas baru dari luar negeri yang dapat dibudidayakan di dataran rendah dan dilakukan pengujian layak atau tidaknya varietas lengkeng tersebut apabila dibudidayakan di Indonesia
1.2. Perumusan Masalah Kabupaten Bogor sebagai salah satu daerah yang subur di pulau jawa memilki potensi untuk dikembangkannya komoditas lengkeng dataran rendah, terutama lengkeng dataran rendah varietas Diamond River. Dibandingkan dengan varietas lain yang sejenis, lengkeng Diamond River memiliki keunggulan yang bersifat ekonomis yaitu lebih disukai pasar karena buah manis, berdaging lebih tebal dan berbiji kecil, sehingga berpotensi untuk diusahakan. Kabupaten Bogor dikenal sebagai sentra buah-buahan unggulan, seperti manggis, rambutan, dan durian. Sebagai daerah yang memiliki curah hujan yang tinggi, Kabupaten Bogor sangat cocok untuk ditanami buah-buahan (tanaman hortikultura). Hal ini dibuktikan dengan banyaknya sentra produksi beberapa komoditas unggulan yang tinggi. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Sentra Produksi Buah-buahan Unggulan di Kabupaten Bogor 2008 No
Komoditas
Luas lahan (Ha) 989
Kecamatan Utama
1
Manggis
Leuwi Sadeng, Jasinga, Sukamakmur
2
Rambutan
5.301
Cileungsi, Jonggol, Sukamakmur, Kalapanunggal
3
Durian
3.308
Jonggol, Jasinga, Gunung Sindur
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat (diolah)
Ketiga buah unggulan tersebut merupakan hasil utama buah-buahan unggulan yang merupakan tanaman buah musiman yang sudah ada sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu. Masih banyak kelemahan terdapat pada tanaman buah unggulan tersebut, seperti : membutuhkan waktu yang lama dari proses
7
penanaman sampai proses tanaman mulai berbuah, hanya berbuah satu tahun sekali, membutuhkan lahan yang sangat luas, berbuah pada saat panen raya sehingga harga jual buah relatif rendah (Rambutan Rp 500,-/Kg, Manggis Rp. 2.500,-/Kg, Durian Rp. 5000,-/Kg). Hal-hal tersebut membuat banyaknya pertimbangan apabila ingin diusahakan sejak awal. Lain halnya dengan lengkeng Diamond River yang memiliki keunggulan antara lain : waktu yang dibutuhkan relatif singkat (18 bulan) dari proses penanaman sampai berbuah, berbuah dua kali setahun atau lebih, harga jual buah relatif stabil (Rp. 7.000,- sampai dengan Rp. 7.500,-/Kg di tingkat petani dan Rp. 16.000,- di tingkat pedagang), dan dapat diusahakan dalam bentuk tabulampot. Belum terpenuhinya kebutuhan konsumsi lengkeng di Indonesia membuat Indonesia masih melakukan impor untuk pemenuhan kebutuhan lengkeng di masyarakat. Hampir sepanjang tahun pasar buah Indonesia dipenuhi oleh buah lengkeng. Padahal produksi lengkeng lokal untuk daerah Temanggung (sentra produksi) Jawa Tengah hanya mencapai 2.691,10 ton dengan jumlah tanaman 13.067 (Diperta Temanggung, 2005). Sementara impor lengkeng terbanyak berasal dari Thailand dan Tiongkok sebanyak 21.000 ton. Hal ini menunjukkan bahwa kesempatan untuk mengusahakan lengkeng di Indonesia sangat memiliki prospek, dan dapat mengurangi ketergantungan kepada lengkeng impor. Bertitik tolak dari perkembangan keadaan tanaman lengkeng di Thailand maka pengembangan tanaman lengkeng di Indonesia sebaiknya berkembang pesat, minimal mengimbangi impor buah lengkeng selama ini. Masih tersedianya lahan untuk dijadikan areal usaha budidaya lengkeng Diamond River di Kabupaten Bogor menjadikan usaha lengkeng Diamond River di Kabupaten Bogor merupakan sebuah usaha yang memiliki prospek dari segi ekologis dan ekonomis. Adapun luas lahan pertanian di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 7.
8
Tabel 7. Luas Lahan Pertanian di Kabupaten Bogor : No
Potensi
1 2
Luas (Ha)
Lahan Sawah Lahan Bukan Sawah - Tegal/kebun - Ladang huma - Perkebunan Besar Negara - Perkebunan Besar Swasta - Perkebunan rakyat - Ditanami pohon/hutan rakyat - Tambak - Kolam tebat/empang - Padang penggembalaan - Sementara tidak diusahakan Jumlah
48.321.00 109.786.61 57.609.00 4.422.08 3.649.76 14.054.59 25.980.17 2.359.00 757.00 955.00 158.107.61
sumber : Buku Saku Potensi dan Peluang Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Bogor 2007 9
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa masih sekitar 955.00 Ha yang sementara belum diusahakan untuk lahan pertanian di Kabupaten Bogor, sehingga masih dapat dilihat potensi lahan untuk mengusahakan lengkeng Diamond River sebagai usaha pertanian yang berprospek di masa yang akan datang. PT. Mekar Unggul Sari atau yang lebih dikenal dengan nama Taman Wisata Mekarsari merupakan perusahaan yang bergerak di bidang agrowisata buah tropis dan wahana rekreasi keluarga. Selain sebagai tempat wisata, Taman Wisata Mekarsari juga merupakan tempat pengembangan dan penelitian buah tropis, baik dari seluruh wilayah Indonesia, maupun dari mancanegara. Gagasan pembangunan Taman Wisata Mekarsari berasal dari Almarhumah Ibu Tien Soeharto yang berkeinginan untuk membangun sebuah tempat koleksi dan pelestarian plasma nutfah tropis khas Indonesia maupun sebagai wahana penelitian, budidaya dan wisata. Di Indonesia, salah satu perusahaan yang mengusahakan lengkeng Diamond River adalah PT. Mekar Unggul Sari. Untuk itu pada tanggal 16 Januari 2005 bertempat di Taman Wisata Mekarsari telah diresmikan berdirinya Forum Kerjasama Pengembangan Lengkeng Dataran Rendah yang anggotanya terdiri dari para penangkar buah/ pengusaha, MPPI dan Peneliti, instansi terkait 9
www.bogorkab.go.id [2 Juni 2009]
9
(Deptan). Forum ini sepakat untuk menyumbangkan varietas-varietas lengkeng dataran rendah yang dimiliki oleh masing-masing anggotanya yaitu para penangkar benih buah untuk ditanam di Taman Wisata Mekarsari sebagai tanaman percontohan yang akan diteliti dan dievaluasi pertumbuhannya secara berkala. Forum ini juga dibentuk untuk menyusun strategi untuk mengembangkan tanaman lengkeng dataran rendah di seluruh wilayah Indonesia dalam usaha mengurangi ketergantungan impor dari Thailand dan RRC. Sejumlah 16 varietas telah ditanam untuk dievaluasi pertumbuhannya dan akan diseleksi sebagai pohon induk yang layak 10. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dirumuskan beberapa perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian yaitu : 1. Apakah pengusahaan buah lengkeng Diamond River layak untuk dilakukan dilihat dari aspek pasar, aspek produksi, aspek oganisasi, dan aspek sosial dan lingkungan ? 2. Apakah pengusahaan lengkeng Diamond River layak untuk dilakukan dilihat dari aspek finansial ? 3. Bagaimana tingkat kepekaan pengusahaan lengkeng Diamond River terhadap penurunan harga jual, penurunan jumlah produksi serta kenaikan biaya variabel ?
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penilitian ini adalah : 1. Menganalisis kelayakan usaha lengkeng Diamond River dari aspek pasar, aspek produksi, aspek organisasi, aspek sosial dan menganalisa kelayakan finansial pengembangan bisnis lengkeng Diamond River 2. Menganalisis tingkat kepekaan usaha lengkeng Diamond River terhadap penurunan harga jual, kenaikan biaya variabel, dan penurunan hasil produksi.
10
www.trubus-online.co.id [2 Juni 2009]
10
1.4. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna bagi : 1. Bagi perusahaan, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan bahan acuan untuk mengembangkan bisnis lengkeng Diamond River dengan mengoptimalkan lahan yang belum digunakan pada PT. Mekar Unggul Sari dalam rangka pemenuhan permintaan konsumen. 2. Memberikan informasi kepada pemilik modal dan petani sebagai pertimbangan melakukan usaha alternatif yang kemudian dinilai mampu memperoleh pendapatan dari usahatani lengkeng Diamond River. 3. Memberikan manfaat bagi pembaca, baik sebagai tambahan pengetahuan maupun sebagai informasi untuk melaksanakan studi yang relevan di masa yang akan datang. 4. Sebagai bahan pembelajaran bagi peneliti sendiri untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama menjalankan kuliah.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian analisis kelayakan pengusahaan lengkeng Diamond River di PT. Mekar Unggul Sari sebagai percontohan untuk dikembangkan di Kabupaten Bogor. Adanya keterbatasan data sehingga belum tentu data-data sama dan tidak 100% benar.
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Hortikultura Hortikultura berasal dari kata hortus (garden atau kebun) dan colere (to cultivate atau budidaya). Secara harfiah istilah Hortikultura diartikan sebagai usaha membudidayakan tanaman buah-buahan, sayuran dan tanaman hias (Janick, 1972 ; Edmond et al. 1975). Hortikultura merupakan suatu cabang dari ilmu pertanian yang mempelajari budidaya buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. Sedangkan dalam GBHN 1993-1998 selain buah-buahan, sayuran dan tanaman hias, yang termasuk dalam kelompok hortikultura adalah tanaman obat-obatan. Ditinjau dari fungsinya tanaman hortikultura dapat memenuhi kebutuhan jasmani sebagai sumber vitamin, mineral dan protein (dari buah dan sayur), serta memenuhi kebutuhan rohani karena dapat memberikan rasa tenteram, ketenangan hidup dan estetika (dari tanaman hias/bunga). Peranan hortikultura adalah : a) Memperbaiki gizi masyarakat, b) Memperbesar devisa negara, c) Memperluas kesempatan kerja, d) Meningkatkan pendapatan petani, dan e) Pemenuhan kebutuhan keindahan dan kelestarian lingkungan. Namun dalam membahas masalah hortikultura perlu diperhatikan pula mengenai sifat khas dari hasil hortikultura, yaitu : a) Tidak dapat disimpan lama, b) Perlu tempat lapang (voluminous), c) Mudah rusak (perishable) dalam pengangkutan, d) Melimpah/meruah pada suatu musim dan langka pada musim yang lain, dan e) Fluktuasi harganya tajam (Notodimedjo, 1997).
2.2. Buah Lengkeng 2.2.1. Asal-usul Tanaman Lengkeng Lengkeng merupakan tanaman buah subtropis yang memiliki nama ilmiah Dimocarpus Longan Lour. Klasifikasi dari tanaman lengkeng adalah sebagai berikut : Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Bangsa
: Sapindales
Suku
: Sapindaceae
Marga
: Dimocarpus
Jenis
: Dimocarpus longan Lour.
Nama Umum
: lengkeng
Nama Asing
: Longan (Inggris), Longanier, oeil de dragon (Francis)
Lengkeng (Dimocarpus longan Lour.) yang termasuk dalam famili Sapindaceae kerabat dekat dengan leci dan rambutan merupakan tanaman subtropis yang sudah dikenal 2000 tahun yang lalu. Asal-usulnya dari daerah Cina Selatan dan pemanfaatannya lebih kepada khasiatnya sebagai obat, bukan sebagai buah meja (Triwinata 2006), buah ini dikenal sebagai Dragon Eye (Menzel et al., Nakasone dan Paull, 1998) 10. Dari Cina Selatan, tanaman ini kemudian berkembang ke daerah Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Indonesia (Usman 2006). Di Indonesia lengkeng tumbuh baik di daerah dengan ketinggian tempat antara 300-900 m dpl (Rahardja, 1983). Lengkeng memerlukan suhu yang dingin untuk memacu pembungaan yaitu antara 5-22°C (Verheij dan Coronel, 1992). Menurut Soenarso (1990) bahwa sebaran pertanaman lengkeng dataran tinggi dominan di Pulau Jawa yaitu di daerah Salatiga, Ambarawa, Temanggung, Tumpang, dan Magelang. Sebagian besar daerah tersebut mempunyai pola curah hujan subtropis seperti di Ambarawa, Salatiga, dan Tumpang (Supriyanto, 2006). Karena memerlukan syarat tumbuh seperti itu, pengembangan lengkeng di Indonesia terbatas hanya di daerah tertentu saja. Selain itu, umumnya lengkeng
10
http://www.iptek.net.id. [14 Mei 2009]
13
dataran tinggi mempunyai masa awal produksi yang lama yaitu antara 5-8 tahun sehingga pengembangannya ke daerah lain agak lambat. Lengkeng berbentuk bulat berukuran sebesar kelereng. Lengkeng dalam bahasa mandarin dikenal sebagai ong ya guo/long yan (mata naga). Dalam bahasa Thailand dikenal lam yai, dan dalam bahasa latin dikenal Euphoria longana. Lengkeng banyak tumbuh di provinsi belahan utara Thailand, khususnya di Chiang Mai dan Lamphun, meskipun dipercaya berasal dari Sri Lanka dan India Selatan. Awal pertumbuhan di Thailand disebutkan bahwa sebagai buah-buahan yang dikenal lam yai dibawa dari Cina Selatan untuk Raja Chulalongkorn (Rama V), sebelum tahun 1896. Di Thailand, lengkeng (lam yai) menempati urutan kedua dari lima jenis buah ekspor segar setelah durian (turian), urutan selanjutnya manggis (mangkut), nenas (sapparot), dan jeruk (som o) (Adel A Kader, 2006; Anonymous, 2006) Buah lengkeng bergerombol pada pucuk tangkainya. Kulit buah berwarna kuning kecoklatan sampai coklat muda, bahkan hingga coklat kehitaman dengan permukaan tidak merata atau berbintil-bintil. Daging buah berwarna bening-putih berair mengandung karbohidrat, sedikit minyak, dan saponin. Daging buah berasa manis dengan aroma khas. Jenis lengkeng yang telah banyak dikenal selama ini, umumnya dapat tumbuh dan berbuah dengan baik di daerah dataran tinggi, meski ada sebagian yang adaptif di dataran rendah tetapi umur panen tergolong lama ( di atas 8 tahun). Belakangan ini mulai dikenal beberapa jenis lengkeng yang dapat tumbuh bahkan berbuah dengan lebat di dataran rendah serta bersifat genjah (paling cepat berbuah umur 8 bulan).
1.
Diamond River Verietas ini berdaun hijau cerah, lebar dan tepinya bergelombang.
Tajuknya kompak dan sosoknya cenderung melebar ke samping daripada ke atas. Sangat cocok dijadikan tanaman peneduh (di Vietnam telah dimanfaatkan sebagai tanaman penghijauan sejak tahun 1986). Daging buahnya relatif tebal dan berair saat dikupas. Lengkeng jenis ini bisa berbuah pada umur 8-12 bulan untuk lengkeng vegetatif, dan 2 – 3 tahun untuk lengkeng generatif. Diamond River
14
termasuk jenis yang mudah berbuah, bahkan tanpa perlakuan khusus dan sangat produktif (tanaman berusia 3 tahun dapat berbuah 80-100 kg/musim panen).
2.
Pingpong Lengkeng pingpong dahannya cenderung memanjang, lentur dan menjulur
ke segala arah. Daun berwarna hijau tua dan berukuran kecil menggulung ke belakang. Ukuran buah lebih besar daripada Diamond River, beraroma harum, daging buah cukup tebal, biji besar, kulit tipis, dan tidak berair. Lengkeng vegetatif bisa berbuah pada umur 8-12 bulan dan lengkeng generatif berbuah saat berumur 2-3 tahun. Sayangnya jenis ini kurang produktif dibanding Diamond River, mungkin tipe percabangan yang tidak serimbun Diamond River adalah penyebabnya.
3.
Itoh Sepintas penampilan Itoh mirip dengan Diamond River dengan daun lebar
dan bergelombang. Kualitas buah paling unggul daripada yang lain. Daging tebal, manis, kering dan berbiji tebal. Lengkeng Itoh hasil cangkokan berbuah 7-10 bulan tanam dari bibit berumur 6 bulan. Namun di Indonesia baru beberapa pekebun/perusahaan yang berhasil membuahkan, meski sampai saat ini para pekebun masih terus berusaha membuahkannya.
2.2.2. Sifat Botani Lengkeng Lengkeng merupakan tanaman hutan yang dapat tumbuh tinggi mencapai 40 m. Tanaman ini baik untuk mencegah erosi lereng (Sunarjono, 2005).
a. Daun dan Batang Habitusnya sangat menarik, berbentuk kanopi. Berdaun rimbun, mirip daun rambuatan kapulasan yakni berukuran kecil, panjang (dengan ujung meruncing), dan berwarna hiljau gelap. Batangnya bercabang banyak, arah cabang mendatar dan rapat (Sunanto, 1990).
15
b. Bunga Bunga tanaman lengkeng ada yang berumah satu. Tanaman jantan hanya mempunyai benang sari (Staminate) saja tanpa menunjukkan adanya putik (pistil). Pada tanaman yang berbunga sempurna (hermafrodit) ada yang bersifat betina dan bersifat jantan. Namun, pada tanaman berumah satu (monoecius) lainnya, kedua kelamin bunga berfungsi normal. Bunga tersebut umumnya terdapat dalam tandan yang keluar pada ujung – ujung cabang (ranting) dan berdiri tegak keatas. Dengan demikian, dari luar tampak bagus diatas kanopi daun (Sunarjono, 2005).
c. Buah Bentuk buah lengkeng umumnya bulat hingga lonjong dan berwarna hijau. Setelah matang (tua), buah berwarna kecoklatan. Bijinya satu, bulat, dan berwarna kehitaman. Biji tidak dapat disimpan lama karena cepat berkecambah setelah dilepas dari dagingnya. Daging buah terasa manis sekali dan harum (Sunarjono, 2005).
d. Akar Tanaman lengkeng berakaran tunggang dan akar samping berjumlah banyak, panjang dan kuat (Sunanto, 1990).
2.2.3. Manfaat Buah Lengkeng Buah lengkeng banyak mengandung jenis gula, umumnya glukosa dan sukrosa. Di dalamnya terkandung senyawa fitokimia yang memiliki khasiat untuk kesehatan, beberapa diantaranya dipercaya dapat mengendurkan saraf. Jika saraf telah mengendur, euforia manusia akan naik dengan sendirinya. Karena khasiat itulah,
buah
lengkeng
disebut
juga
sebagai
euforia
fruit.
Secara umum komposisi zat gizi yang terkandung dalam buah lengkeng dapat dilihat pada Tabel 8. Dari Tabel tersebut terlihat bahwa kandungan mineral buah lengkeng cukup tinggi bila dibandingkan dengan vitaminnya.
16
Tabel 8. Komposisi Zat Gizi per 100 gram Buah Lengkeng Segar dan Kering Zat Gizi
Buah Segar
Energi (kkal)
Buah Kering 61
286
Protein (g)
1
4,9
Lemak (g)
0,1
0,4
15,8
74
Serat (g)
0,4
2
Abu (g)
0,7
3,1
Kalsium (mg)
10
45
Fosfor (mg)
42
196
Besi (mg)
1,2
5,4
-
0,04
6
28
Karbohidrat (g)
Vitamin B1 (mg) Vitamin C (mg) Sumber: Morton, 1987
11
Mineral yang banyak terdapat pada lengkeng adalah kalsium, fosfor, dan besi. Lengkeng juga mengandung magnesium dan kalium, tetapi dalam jumlah lebih sedikit. Vitamin yang dominan adalah vitamin C. Buah lengkeng juga memiliki komponen fenolik seperti asam galat, corilagin, dan ellagic acid. Senyawa fenolik ini berguna sebagai antioksidan, senyawa kimia pelindung, dan untuk menjaga kesehatan hati. Fenolik tidak hanya terkandung pada bagian buah, tetapi juga di dalam bijinya. Buah lengkeng umumnya dikonsumsi dalam keadaan segar. Ciri-ciri buah layak pilih adalah: (1) kulit buah berwarna kuning sampai cokelat muda, cerah, dan utuh (tidak pecah); (2) tangkai buah masih menempel pada buah; (3) berasa manis dan beraroma harum. Pada dasarnya buah lengkeng yang ada di pasaran dibedakan atas dua kelas mutu (grade), yaitu mutu A jika dalam satu kilogram terdapat 55-75 buah, dan mutu B jika dalam satu kilogram terdapat 76-80 buah. Saat ini variasi penyajian begitu banyak, mulai dari pengolahan sebagai buah kalengan, dikeringkan, ataupun diolah dalam masakan sebagai dessert atau sup. Di Cina, buah lengkeng umumnya dikeringkan atau dijadikan sirup. Buah
11
pertanian.uns.ac.id/~agronomi/dashor.html [2 Juni 2009]
17
lengkeng dalam kaleng merupakan komoditas utama yang sering diekspor, terutama dari Shanghai, Hong Kong, dan Taiwan ke Amerika Serikat. Buah yang akan dikeringkan terlebih dahulu harus dipanaskan untuk memudahkan pemisahan daging buahnya. Kemudian biji dan daging buah dipisahkan. Bagian daging buah selanjutnya dikeringkan dengan teknik pengasapan. Dari proses pengeringan tersebut akan dihasilkan buah berwarna hitam dan memiliki cita rasa asap. Buah kering ini juga dapat digunakan sebagai bahan baku minuman untuk penambah kesegaran. Pengolahan lainnya adalah pembuatan liqueur. Lengkeng mengandung alkohol sederhana dalam bentuk etanol. Melalui tahapan fermentasi dan maserasi, gula pada lengkeng akan diubah menjadi minuman beralkohol. Daging buah lengkeng memiliki banyak manfaat kesehatan, antara lain untuk kesehatan jantung. Kandungan nutrisi dalam daging buah dapat menyembuhkan sakit perut dan penawar keracunan. Konsumsi buah lengkeng dipercaya dapat mengobati jantung yang berdebar keras. Buah yang telah dikeringkan dapat digunakan sebagai tonik untuk perawatan insomnia dan neurosis. Pemanfaatan buah lengkeng baru-baru ini telah diteliti oleh Fakultas Farmasi di Chiba University, Jepang. Di dalam ekstrak buahnya terkandung beberapa senyawa seperti adenosin, uridin, dan 5-metiluridin. Kandungan adenosin di dalam buah lengkeng dipercaya dapat menghasilkan efek antikonflik (anticonflict effects), serta memberikan kontribusi dalam efek analgesik (analgesic effect), yaitu untuk menghilangkan rasa sakit. Bagian tanaman lengkeng yang paling menonjol pemanfaatannya adalah bagian buah. Namun, bagian tanaman lainnya juga memiliki kontribusi cukup menguntungkan. Pemanfaatan bagian akar, biji, dan daun lengkeng adalah untuk meminimalisasi limbah perkebunan lengkeng dan meningkatkan nilai tambah bagian yang terkadang terlupakan tersebut. Rasa pahit dari akar dan daun lengkeng memiliki khasiat kesehatan. Keduanya secara tradisional menjadi bahan ramuan obat tradisional di China. Akar dan daun memiliki quercetin dan quercitrin. Akar tanaman lengkeng memiliki khasiat untuk membersihkan saluran kencing serta melancarkan sirkulasi
18
darah. Daunnya digunakan sebagai antiradang dan pereda demam. Biji lengkeng, walaupun keras dan bersifat tidak dapat dimakan (inedible), ternyata memiliki kegunaan untuk menghilangkan rasa sakit dan menghentikan perdarahan, serta menghilangkan rasa nyeri. Bagian biji juga mengandung zat yang berguna untuk pigmen dan asam amino. Bahkan, biji lengkeng dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuat sampo pencuci rambut karena kandungan saponinnya yang dapat menghasilkan busa dalam jumlah banyak. Biji lengkeng juga dapat mengurangi produksi keringat berlebih, sehingga dapat mengendalikan bau badan seseorang. Kulit kayu lengkeng terasa kecut agak manis, dan bersifat hangat astringen. Zat astringen tersebut menyebabkan jaringan mengerut dan mengurangi sekresi. Dengan alasan tersebut, kandungan kulit kayu lengkeng dipakai sebagai obat luar untuk perawatan kulit.
2.2.4. Agroekologi Tanaman Lengkeng Dataran Rendah Penyebaran tanaman lengkeng dataran rendah sangat erat hubungannya dengan persyaratan tumbuh. Kemampuan tumbuh bukan tumbuh membesar dengan daun rimbun, tetapi tanaman harus mampu berbuah lebat. Tanaman lengkeng dataran rendah untuk dapat tumbuh normal menghendaki persyaratan tumbuh yang sesuai meliputi jenis tanah, ketinggian tempat dan iklim setempat. Lengkeng dataran rendah dapat tumbuh pada semua jenis tanah. Akan tetapi jenis tanah yang paling baik adalah tanah yang cukup berairsehingga kondisi agroklimat setempat menjadi dingin. Oleh karena itu, tanah cukup porous, mudah mengalirkan air ke dalam lapisan dalam seperti tanah lempung dan aluvial berpasir, berkapur dengan kemasaman tanah (pH) antara 5,5-6,5. Iklim yang dibutuhkan tanaman lengkeng dataran rendah harus sesuai. Komponen iklim seperti curah hujan dan suhu udara. Suhu udara yang sesuai dengan tanaman lengkeng dataran rendah antara 20-33 o C pada siang hari dan 15 – 22
o
C pada malam hari dan curah hujan yang dibutuhkan lengkeng dataran
rendah 2500-4000 mm/tahun. Sebaiknya curah hujan merata sepanjang tahun dengan kelembaban udara 65-90 %.
19
2.3. Kajian Penelitian Terdahulu Samak (2006) meneliti tentang Analisis Kelayakan Usahatani Manggis (Studi Kasus Desa Karacak, Kecamayan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Jawa Barat), mengemukakan bahwa usahatani manggis layak untuk diusahakan untuk luasan 1 hektar dengan nilai NPV positif yang menunjukkan bahwa jika usahatani manggis dilaksanakan maka akan mendapatkan jumlah keuntungan sebesar Rp 65.972.779 dan nilai IRR sebesar 30,99 persen. Sedangkan nilai NBCR menunjukkan bahwa usahatani yang dilaksanakan dalam 1 hektar, setiap pengeluaran Rp 1,00 akan memberikan keuntungan sebesar Rp. 6,483. Widya Sari (2008) meneliti tentang Analisis Kelayakan Pengusahaan Bunga Potong Krisan Loka Farm, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, mengemukakan berdasarkan analisis aspek sosial dan finansial, terlihat bahwa bunga potong krisan Loka Farm layak untuk dijalankan dengan dua skenario, yaitu modal pinjaman dari Koperasi Mabes TNI (skenario I) dan modal pinjaman dari bank syariah (skenario II). Hal ini dikarenakan kedua skenario sudah memenuhi kriteria kelayakan proyek, yaitu NPV lebih dari nol, nilai Net B/C lebih dari satu, IRR lebih dari tingkat diskonto yang digunakan tiap-tiap proyek dan PP berada sebelum batas habis proyek. Skenario I lebih layak berdasarkan analisis kelayakan finansial dan switching value dibandingkan dengan skenario II karena nilai NPV dan nilai Net B/C lebih besar dibandingkan skenario II. Purnomo (2008) meneliti tentang Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi Agribisnis Nanas (Studi Kasus Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara). Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani nanas selama 6 tahun mengalami keuntungan dengan perbandingan biaya total produksi sebesar Rp. 57.720.000,- dan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 69.420.000,-, maka perolehan pendapatan petani atas biaya total selama 6 tahun adalah sebesar Rp. 11.700.000,- dan pendapatan atas biaya tunai adalah sebesar Rp. 37.865.000,- Dengan rasio penerimaan terhadap biaya tunai (R/C) adalah sebesar 2,19 yang berarti bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 2,19. Ridhawati (2008) meneliti tentang Kelayakan Finansial Investasi Usahatani Asparagus (Asparagus officionalis) Ramah Lingkungan PT. Agro
20
Lestari, Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani asparagus ramah lingkungan di Desa Cibedug layak untuk dilaksanakan. Kelayakan aspek pasar terlihat dari peluang pasar yang masih tersedia, serta bauran pemasaran yang dilaksanakan perusahaan. Kelayakan aspek teknis terlihat dari adanya kesesuaian antara kondisi iklim Desa Cibedug dengan kondisi iklim yang dibutuhkan oleh asparagus, ketersediaan sarana produksi, ketersediaan tenaga kerja, dan layout lahan. Kelayakan aspek manajemen terlihat dari adanya koordinasi pihak manajemen Agro Lestari untuk membentuk kegiatan usahatani yang utuh. Kelayakan aspek sosial terlihat dari adanya manfaat-manfaat sosial yang ditimbulkan dari adanya kegiatan usahatani asparagus ramah lingkungan. Berdasarkan analisis finansial, usahatani asparagus ramah lingkungan layak untuk diusahakan. Dilihat dari parameter-parameter kelayakan investasi. NPV sebesar 7.124.166,90 menunjukkan manfaat kepada perusahaan selama umur proyek. IRR sebesar 10,04 persen. Net B/C menunjukkan setiap 1 rupiah biaya yang dikeluarkan perusahaan akan menghasilkan 1,04 manfaat. Payback period sebesar 3,60 menunjukkan bahwa akan terjadi pengembalian modal selama tiga tahun enam bulan. Mariany (2001) meneliti tentang Pengaruh Kemasan Plastik dan Pelilinan terhadap Kualitas dan Masa Simpan Buah Lengkeng (Euphoria Longan L.) Varietas Batu di Desa Jetis, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Hasil penelitian memiliki tujuan untuk observasi perilaku pascapanen varietas Batu dan kopyor yang tersimpan terbuka dalam suhu kamar, serta mempelajari pengaruh beberapa cara simpan (kemasan plastik dan pelilinan) pada suhu rendah dalam mempertahankan kualitas dan memperpanjang masa simpan buah lengkeng varietas Batu. Penelitian ini menggunakan 2 macam percobaan, yaitu menyimpan buah lengkeng secara terbuka dalam suhu kamar dan penyimpanan dengan beberapa cara simpan dalam suhu rendah 10 ºC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada suhu kamar secara terbuka dapat menyebabkan susut bobot sebesar 15 % pada 3 hari setelah penyimpanan (HSP), dan setelah 7 HSP meningkat menjadi 28 %. Buah tersebut tahan disimpan sampai 3 HSP jika dilihat dari kecilnya persentase kebusukan (0,5 %) dan rasa daging buahnya masih manis dan segar. Pada 7 HSP,
21
persentase kebusukan mencapai 70 %, sehingga dapat dipasarkan. Penyimpanan secara terbuka pada suhu rendah dapat lebih mempertahankan kualitasdan memperpanjang masa simpannya 3-4 hari lebih lama dibandingkan dengan suhu kamar. Riani (2002) meneliti tentang Evaluasi Kesesuaian Lahan Beberapa Pedon di Wilayah Bogor untuk Tanaman Lengkeng. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kelas kesesuaian beberapa pedon di wilayah Bogor yang meliputi jenis Tanah Andosol Sukamantri (P1), Tanah Regososl Darmaga (P2), Tanah Latosol Darmaga (P3) untuk tanaman lengkeng. Metode yang dilakukan adalah sistem matching, yaitu membandingkan kriteria kelas kesesuaian lahan untuk tanaman lengkeng dengan karakteristik lahan yang ada. Berdasarkan hasil penelitian dan kondisi di lapangan, pedon-pedon yang diteliti (P1,P2,P3) adalah sesuai marginal (S3) bagi tanaman lengkeng yaitu lahan mempunyai pembataspembatas yang besar yang akan mengurangi produksi dan keuntungan yaitu curah hujan. Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini bermaksud untuk meneliti cara budidaya dan menganalisis kelayakan pengusahaan komoditas lengkeng Diamond River
yang tergolong
sebagai komoditas baru dalam usaha hortikultura. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah menganalisis kelayakan usaha. Masih terbatasnya studi literatur tentang tanaman lengkeng terutama lengkeng dataran rendah, maka penelitian ini menggunakan informasi sekunder tambahan dari penelusuran melalui media internet dan berbagai media pertanian yang membahas tentang lengkeng dataran rendah.
22
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha. Pengertian layak dalam penelitan ini adalah kemungkinan dari gagasan suatu usaha yang akan dilaksanakan dapat memberikan manfaat dalam arti finansial maupun sosial benefit. Dengan adanya analisis kelayakan ini diharapkan resiko kegagalan dalam memasarkan produk dapat dihindari.
3.1.2. Tujuan Analisis Kelayakan Tujuan analisis kelayakan usaha adalah untuk memperbaiki pemilihan investasi. Karena sumber-sumber yang tersedia bersifat terbatas, maka perlu diadakan pemilihan
terhadap berbagai macam proyek. Kesalahan pemilihan
proyek dapat mengakibatkan pengorbanan terhadap sumber-sumber yang langka (Khadariah,1999). Tujuan lain analisis kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan (Husnan dan Suwarsono, 2000). Suatu proyek investasi umumnya memerlukan dana yang cukup besar dan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang, karena itu perlu dilakukan studi untuk menghindari kesalahan dalam menginvestasikan dana. Analisis kelayakan memberikan manfaat terhadap pihak-pihak tertentu seperti : Pemerintah Daerah, Investor, Pengusaha yang memerlukan hasil analisis sebagai bahan masukan utama dalam rangka pengkajian ulang, untuk turut serta menyetujui atau sebaliknya menolak hasil analisis sesuai dengan kepentingannya.
3.1.3. Tahap-tahap Analisis Kelayakan Usaha Analisis kelayakan usaha mencakup beberapa aspek antara lain: aspek pasar, aspek teknis, aspek finansial dan aspek lingkungan serta aspek legal. Analisis kelayakan usaha yang disusun merupakan pedoman kerja, baik dalam penanaman investasi, pengeluaran biaya, cara produksi, cara melakukan pemasaran dan cara memperlakukan lingkungan organisasi. Dalam kenyataannya tidak semua aspek harus diteliti, hanya aspek yang benar-benar dibutuhkan saja yang perlu dianalisis untuk dibahas lebih lanjut.
3.1.3.1. Aspek Pasar Pada dasarnya, analisis pada aspek ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar luas pasar, pertumbuhan permintaan, dan pangsa pasar (market share) dari produk yang dihasilkan (Umar, 1999). Analisis terhadap aspek pasar ditunjukkan untuk mendapatkan gambaran mengenai pasar potensial yang tersedia di masa yang akan datang. Jumlah pangsa pasar yang dapat diserap oleh proyek dari keseluruhan pasar potensial serta perkembangan pasar tersebut di masa yang akan datang, dan strategi pemasaran yang telah ditentukan perlu memperhatikan posisi produk dalam siklus produk dan segmen pasar yang direncanakan. Bauran pemasaran dibedakan dalam empat komponen utama, yaitu produk, tempat pemasaran, promosi dan harga (Husnan dan Suwarsono, 2000).
3.1.3.2. Aspek Teknis Analisis aspek teknis antara lain menentukan jenis teknologi pada produk dan jasa yang dikaji. Lokasi tempat penelitian sementara difokuskan di wilayah Kabupaten Bogor. Analisis secara teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa (Gittinger, 1986). Analisis secara produksi menguji hubungan-hubungan teknis di dalam suatu proyek diantaranya keadaan tanah di daerah proyek dan potensi bagi pembangunan pertanian, ketersedian air secara alami. Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis
24
dan pengoperasiannya setelah proyek selesai dibangun (Hasnan dan Suwarno, 2000). Aspek teknis dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi proyek, besar skala operasi atau luas produksi, kriteria pemilihan peralatan yang digunakan, proses produksi yang dilakukan, serta sarana dan prasarana pendukungnya.
3.1.3.3. Aspek Manajemen Analisis aspek manajemen berisi aspek institusi, organisasi, dan manajerial yang tumpang tindih (overlapping) yang dapat mempunyai pengaruh penting terhadap pelaksanaan proyek (Gittinger,1986). Pada proyek pertanian, perusahaan perlu mempertimbangkan kemampuan manajerial terhadap pihak-pihak yang terlibat langsung dalam proyek tersebut. Jika pihak-pihak tersebut masih awam, diharapkan pihak-pihak tersebut dapat mempelajari terlebih dahulu. Aspek manajemen meliputi bagaimana merencanakan pengelolahan proyek. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek ini adalah bentuk badan usaha yang digunakan, jenis pekerjaan yang diperlukan agar usaha dapat berjalan dengan lancar, persyaratan yang diperlukan untuk menjalankan perusahaan, struktur organisasi yang digunakan, dan penyediaan tenaga kerja yang dibutuhkan (Husnan dan Muhammad, 2000).
3.1.3.4. Aspek Sosial dan Lingkungan Pertimbangan-pertimbangan sosial harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah suatu proyek yang diusulkan tanggap (responsive) terhadap keadaan sosial tersebut, hal ini dikarenakan tidak ada proyek yang dapat bertahan dengan lama apabila proyek tersebut tidak dapat bersahabat dengan baik dengan lingkungan (Gittinger, 1986). Beberapa pertanyaan yang menjadi permasalahan adalah mengenai penciptaan kesempatan kerja, kualitas hidup masyarakat, kontribusi usaha, dan dampak lingkungan yang dapat merugikan usaha. Daerah usaha harus dipilih melalui peninjauan secara langsung, agar usaha tersebut dapat ikut dalam
25
kelestarian alam. Oleh karena itu rancangan usaha perlu dilakukan guna untuk menghindari pengeluaran biaya atas penggunaan teknologi yang tidak tepat guna.
3.1.3.5. Aspek Finansial Aspek finansial sangat memegang peranan penting dalam melakukan studi kelayakan usaha lengkeng Diamond River di Kabupaten Bogor. Penelitian perlu melakukan pengkajian lebih mengenai aspek-aspek pendapatan dan biaya yang diperlukan dalam pengimplementasiannya. Hal ini dimaksudkan sebagai bahan kajian pertimbangan analisis kelayakan usaha. Untuk mengambil suatu keputusan dalam memilih suatu investasi diperlukan perhitungan dan analisis yang tepat untuk menilai dan menentukan investasi yang menguntungkan ditinjau dari segi ekonomis.
1) Teori Biaya dan Manfaat Analisis finansial diawali dengan menganalisis biaya dan manfaat dari suatu usaha. Analisis finansial bertujuan untuk membandingkan pengeluaran uang dengan revenue earning usaha, apakah usaha itu akan terjamin atas pendanaan yang diperlukan, apakah usaha akan mampu membayar kembali dana tersebut, dan apakah usaha akan berkembang sedemikian rupa, sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri (Kadariah, 2001). Dalam analisis usaha, penyusunan arus biaya dan arus manfaat sangat penting untuk mengukur besarnya nilai tambah yang diperoleh dengan adanya proyek. Biaya merupakan pengeluaran atau pengorbanan yang dapat mengurangi manfaat yang akan diterima. Sedangkan manfaat merupakan hasil dari suatu investasi. Biaya dan manfaat ini bisa merupakan biaya dan manfaat langsung ataupun biaya serta manfaat tidak langsung. Biaya dan manfaat langsung adalah biaya dan manfaat yang bisa dirasakan dan dapat diukur sebagai akibat langsung dan merupakan tujuan utama dari suatu usaha, sedangkan biaya dan manfaat tidak langsung merupakan biaya dan manfaat yang dirasakan secara tidak langsung dan bukan merupakan tujuan utama dari suatu usaha.
26
Biaya dan manfaat yang dimasukkan ke dalam analisis usaha adalah biaya dan manfaat yang bersifat langsung. Biaya yang diperlukan untuk usaha terdiri dari biaya modal, biaya operasional serta biaya-biaya lainnya yang terkait dengan pendanaan suatu usaha. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya
bersifat
jangka
panjang,
contohnya
tanah,
bangunan,
perlengkapan, mesin, biaya-biaya perizinan, serta biaya-biaya lainnya yang berhubungan dengan biaya yang dikeluarkan dari suatu kegiatan usaha. Biaya operasional disebut biaya modal kerja karena biaya ini dikeluarkan untuk menutupi kebutuhan dana yang diperlukan pada saat usaha dilaksanakan dan didasarkan pada situasi produksi, biasanya dibutuhkan pada saat tahap operasi, contohnya biaya bahan baku, biaya perlengkapan serta biaya penunjang. Biaya lain yang dikeluarkan usaha adalah pajak, bunga pinjaman dan asuransi (Kuntjoro, 2002). Biaya yang menyangkut proyek pertanian antara lain meliputi barang-barang fisik, tenaga kerja, tanah, cadangan biaya tidak terduga, pajak, jasa pinjaman serta biaya yang tidak diperhitungkan (Gittinger, 1986). Penambahan nilai suatu proyek bisa diketahui melalui peningkatan produksi, perbaikan kualitas, perubahan dalam waktu penjualan, perubahan dalam bentuk produksi, pengurangan biaya melalui mekanisasi, pengurangan biaya pengangkutan, penghindaran kerugian serta biaya tidak langsung usaha Benefit dari suatu usaha terbagi menjadi direct benefit, indirect benefit, dan intangible benefit. Direct benefit adalah peningkatan output produksi ataupun penurunan biaya. Indirect benefit merupakan keuntungan sampingan akibat adanya suatu usaha. Sedangkan intangible benefit merupakan keuntungan yang tidak dapat diukur dengan uang seperti perbaikan lingkungan hidup dan sebagainya. (Kadariah, 2001)
2) Analisis Rugi Laba Laporan rugi laba merupakan suatu laporan keuangan yang mencantumkan penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akuntansi yang menunjukkan hasil operasi perusahaan selama periode tersebut (Gittinger, 1986). Laba merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran. Penerimaan diperoleh dari penjualan barang dan jasa dikurangi dengan potongan penjualan,
27
barang yang dikembalikan, dan pajak penjualan. Pengeluaran tunai untuk operasi mencangkup seluruh pengeluaran tunai yang timbul untuk memproduksi output, diantaranya yaitu biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku. Komponen lain dalam rugi laba adalah adanya biaya penjualan, biaya umum dan administrasi. Pengurangan komponen-komponen tersebut terhadap laba bruto akan menghasilkan laba operasi sebelum penyusutan. Penyusutan termasuk pegeluaran operasi non tunai yang merupakan alokasi biaya yang berasal dari harta tetap pada setiap periode yang menyebabkan nilai harta tetap tersebut menjadi berkurang. Pengurangan penyusutan terhadap laba operasi sebelum penyusutan menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak.
3) Kriteria Kelayakan Investasi Laporan rugi laba mencerminkan perbandingan pendapatan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan. Laporan rugi laba menunjukkan hasil operasi perusahaan selama periode operasi. Namun dalam menganalisis suatu proyek investasi lebih relevan terhadap kas bukan terhadap laba karena kas seseorang bisa berinvestasi, dan dengan kas seseorang dapat membayar kewajibannya sehingga untuk mengetahui sejauh mana keadaan finansial perlu dilakukan analisis aliran kas (cashflow) (Husnan dan Suwarsono, 2000). Cashflow merupakan susunan arus manfaat bersih tambahan sebagai hasil pengurangan arus biaya tambahan terhadap arus manfaat. Tambahan ini merupakan perbedaan kegiatan dengan proyek (with project), arus tersebut menggambarkan keadaan dari tahun ke tahun selama jangka hidup (life time period) (Kuntjoro, 2002). Adapun yang termasuk ke dalam komponen cashflow ini terdiri dari inflow dan outflow. Inflow biasanya terdiri dari nilai produksi total, penerimaan pinjaman, bantuan (grants), dan nilai sisa (salvage value). Sedangkan komponen outflow diantaranya biaya barang modal, tenaga kerja, tanah, pajak, dan cicilan pinjaman. Sebuah ukuran finansial yang bermanfaat dan sangat penting dalam analisis proyek adalah tingkat pengembalian finansial (Gittinger, 1986). Kriteria investasi diklasifikasikan menurut dua kategori, yaitu non discounting criteria dan discounting criteria. Perbedaan antara kedua konsep ini adalah non discounting
28
criteria tidak menyertakan konsep time value of money (nilai waktu sekarang) sebagaimana yang diterapkan di discounting criteria Nilai waktu uang adalah konsep dimana sejumlah uang tertentu pada masa yang akan datang akan memiliki manfaat bersih yang lebih kecil dibandingkan pada waktu sekarang dengan nilai nominal yang sama, sehingga dalam penilaian kriteria investasi akan jauh lebih baik jika digunakan konsep nilai waktu uang yang diwujudkan dengan perhitungan present value yaitu adanya ketidakpastian dari hasil, harga dan biaya yang ditetapkan sepanjang proyek berjalan, serta jika dipikirkan secara logis, nilai uang yang sama jumlahnya yang akan diterima atau dikeluarkan sekarang, akan lebih berharga dari pada nilai uang itu pada masa yang akan datang. Umumnya terdapat lima metode yang bisa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penerimaan investasi. Metode tersebut diantaranya Average Rate Return Method, Payback Period, Present Value, Internal Rate Return, serta Profitability Index. (Husnan dan Suwarsono, 2000). Dana yang diinvestasikan itu layak atau tidak akan diukur melalui kriteria investasi, yaitu
Net Present Value, Gross
Benefit Cost Ratio, dan Internal Rate Return. (Gittinger, 1986)
a) Net Present Value atau Manfaat Sekarang Netto Net Present Value atau manfaat sekarang netto adalah nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi (Gittinger, 1986). Proyek akan menguntungkan jika NPV bernilai positif. Jika nilai NPV bernilai negatif, maka akan timbul masalah, dimana pada tingkat diskonto yang diasumsikan, arus manfaat sekarang menjadi lebih kecil daripada manfaat sekarang arus biaya. Hal ini mengakibatkan ketidakcukupan dalam pengembalian dana investasi. Lebih baik menanamkan uang di suatu bank pada tingkat diskonto tertentu.
b) Internal Rate of Return (Tingkat Pengembalian Internal) Perhitungan Internal Rate of Return adalah tingkat bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan, karena proyek membutuhkan dana lagi untuk biaya-biaya operasi dan investasi serta proyek baru
29
sampai pada tingkat pulang modal (Gittinger, 1986). Perhitungan IRR digunakan untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya dan menunjukkan kemampuan proyek dalam mengembalikan pinjaman. Jika dengan tingkat diskonto tertentu, nilai NPV menjadi sebesar nol, maka proyek yang bersangkutan berada dalam posisi pulang modal yang berarti proyek dapat mengembalikan modal dan biaya operasional yang dikeluarkan serta dapat melunasi bunga penggunaan uang.
c) Net Benefit Cost Ratio (Rasio Manfaat dan Biaya) Rasio manfaat dan biaya diperoleh dari nilai sekarang arus manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya. (Gittinger, 1986). Suatu keuntungan dari Net B/C adalah bahwa ukuran tersebut secara langsung dapat mencatat berapa besar tambahan biaya tanpa mengakibatkan proyek secara ekonomis tidak menarik. Net B/C ratio menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. Nilai mutlak net B/C akan berbeda tergantung kepada tingkat bunga yang dipilih. Semakin tinggi tingkat bunga yang dipilih, maka net B/C akan kurang dari satu.
d) Payback Period Payback Period atau masa pembayaran kembali adalah jangka waktu kembalinya keseluruhan jumlah investasi modal yang ditanamkan dihitung mulai dari permulaan proyek sampai dengan arus nilai netto produksi tambahan sehingga mencapai jumlah keseluruhan investasi modal yang ditanamkan (Gittinger, 1986). Selama proyek dapat mengembalikan modal atau investasi sebelum berakhirnya umur proyek, berarti proyek masih dapat dilaksanakan. Akan tetapi apabila sampai saat proyek berakhir dan belum dapat mengembalikan modal yang digunakan, maka sebaiknya proyek tersebut tidak dilaksanakan.
3.1.4. Analisis Switching Value Analisis switching value adalah suatu analisis agar dapat melihat pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah (Gittinger, 1986). Pada bidang pertanian, proyek sensitif berubah akibat empat masalah utama, yaitu perubahan
30
harga jual produk, keterlambatan pelaksanaan proyek, kenaikan biaya dan perubahan volume produksi. Parameter perubahan harga jual produk dan biaya dalam analisis finansial diasumsikan tetap setiap tahunnya. Namun dalam keadaan nyata kedua parameter dapat berubah-ubah sejalan dengan pertambahan waktu. Untuk itu, analisis switching value perlu dilakukan untuk melihat sampai berapa persen penurunan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria invetasi dari layak menjadi tidak layak. Kriteria kelayakan investasi menjadi tidak layak yaitu proporsi manfaat yang turun akibat manfaat sekarang netto atau NPV menjadi nol. Nilai nol akan membuat tingkat pengembalian ekonomi menjadi sama dengan tingkat diskonto dan perbandingan manfaat investasi neto menjadi persis sama dengan satu. Batasbatas maksimal perubahan parameter ini sangat mempengaruhi dalam hal layak atau tidaknya suatu usaha untuk dijalankan. Semakin besar persentase yang diperoleh menunjukkan bahwa usaha tersebut tidak peka atau sensitive terhadap perubahan parameter yang terjadi. Setelah dilakukan evaluasi terhadap kriteria investasi perlu dilakukan analisa sensitivitas untuk mengetahui sejauh mana tingkat sensitivitas / pengaruh dari beberapa variabel terhadap pendapatan dan keuntungan perusahaan berdasarkan skenario-skenario yang logis. Metoda yang biasa digunakan dalam analisis sensitifitas yaitu: a. Analisis Breakeven b. Analisis sensitifitas dengan model sederhana c. Analisis sensitifitas menggunakan model discounted Dalam penerapannya analisa sensitifitas tidak akan dilakukan dengan ketiga metode tersebut tetapi dipilih metode yang paling sesuai. 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Buah lengkeng memiliki potensi untuk dikembangkan dan nilai ekonomi yang cukup tinggi. Tingginya permintaan untuk komoditas buah lengkeng di Indonesia masih bergantung kepada buah lengkeng impor, sehingga masih besarnya peluang untuk mengusahakannya. Dalam pelaksanaan usahatani lengkeng tersebut terutama dari jenis Diamond River
yang baru akan
dikembangkan di Indonesia maka diperlukan analisis kelayakan usaha, diperlukan
31
pengukuran atas tingkat kelayakan usaha untuk mengetahui layak atau tidaknya usahatani tersebut untuk diusahakan dan dikembangkan. Analisis usahatani lengkeng Diamond River dilakukan dengan analisis terhadap aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek finansial. Perhitungan analisis finansial menggunakan kriteria investasi yaitu NPV, IRR, Net B/C Rasio, PBP. Selain kriteria tersebut dilakukan juga analisis sensitivitas untuk mengetahui tingkat kepekaan usahatani lengkeng Diamond River terhadap perubahan manfaat dan biaya yang mempengaruhinya. Adapun alur kerangka pemikiran operasionalnya dapat dilihat pada Gambar 1.
32
Meningkatnya permintaan konsumen terhadap buah lengkeng Permintaan buah lengkeng yang belum terpenuhi Masih tergantung pada lengkeng impor dari luar negeri
PT. Mekar Unggul Sari sebagai tempat percontohan dan penelitian lengkeng dataran rendah
Kelayakan Pengusahaan Lengkeng Diamond River
Aspek pasar
Aspek teknis
Aspek manajemen
Analisis secara deskriptif
Aspek sosial & Lingkungan
Kriteria kelayakan proyek NPV, IRR, Net B/C, PP
Usaha lengkeng Diamond River layak untuk dijalankan
Aspek finansial
Analisis Switching Value
Usaha lengkeng Diamond River tidak layak untuk dijalankan
Pengembangan Lengkeng Diamond River
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional
33
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan : PT Mekarsari sebagai lokasi penelitian/percontohan untuk dikembangkan selanjutnya di Kabupaten Bogor, memiliki potensi pasar yang masih terbuka lebar, dan Kabupaten Bogor merupakan daerah potensial sebagai daerah agropolitan. Waktu pengambilan data berlangsung pada bulan September – November 2009.
4.2. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung melalui pengamatan dan wawancara dengan manager perusahaan beserta para staf karyawannya. Data sekunder diperoleh melalui berbagai instansi, antara lain : Dinas Pertanian, Direktorat Hortikultura, perpustakaan IPB, penelusuran melalui internet, dan berbagai studi literatur yang berkaitan dengan topik atau bahan penelitian.
4.3 Metode Analisis Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang aspek-aspek usaha lengkeng Diamond River yang dilakukan oleh PT. Mekar Unggul Sari, meliputi : aspek pasar, aspek teknis, aspek organisasi dan manajemen, dan aspek sosial. Analisis kuantitatif meliputi analisis kelayakan finansial usaha lengkeng Diamond River, dengan menggunakan perhitungan kriteria investasi, yaitu : Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period, dan Analisis Sensitivitas. Data kuantitatif yang dikumpulkan serta dikalkulasi diproses atau diolah dengan menggunakan kalkulator dan komputer. Software atau program yang digunakan adalah program
Microsoft Excel serta ditampilkan dalam bentuk tabulasi untuk mempermudah pembacaan dan penjelasan secara deskriptif.
4.3.1 Analisis Aspek Pasar Analisis pada aspek pasar dilakukan secara kualitatif. Aspek komersial dari suatu proyek adalah rencana pemasaran output yang dihasilkan oleh proyek dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan proyek (Gittinger, 1986). Analisis aspek pasar tersebut dapat dilihat dari kondisi pasar dari lengkeng Diamond River tersebut, permintaan konsumen, tingkat persaingan antar produsen lengkeng Diamond River dan varietas lengkeng lainnya, daya beli konsumen, selera atau keinginan dari konsumen, karakter dari konsumen, segmentasi pasar, target pasar, positioning, dan bentuk pasar lengkeng Diamond River tersebut. Aspek pasar dikatakan layak jika potensi pasar lengkeng Diamond River dan pangsa pasar lengkeng Diamond River dinilai memadai untuk pemasaran produk, pasar input tersedia dalam jumlah yang cukup dan produk yang dimiliki memiliki daya saing atau keunggulan dibandingkan produk serupa yang dimiliki oleh perusahaan pesaing.
4.3.2 Analisis Aspek Teknis Menurut Gittinger (1986), analisis secara teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasajasa. Aspek teknis dianalisis secara deskriptif, hal ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi usaha, faktor-faktor klimatik, skala usaha, kriteria pemilihan alat dan sarana pendukung, dan metode proses produksi yang digunakan. Aspek teknis tersebut haruslah memenuhi dari aspek kelayakan usaha lengkeng tersebut. Pengkajian aspek teknis dalam studi kelayakan usaha ini diperlukan untuk : 1. Mengkaji pengimplementasian usaha lengkeng Diamond River di Taman Wisata Mekarsari
35
2. Memperoleh produk dengan kebutuhan pasar, dikaitkan dengan kualitas yang lebih baik, dan manfaat yang lebih besar dari produk yang ada saat ini bagi konsumen.
4.3.3 Analisis Aspek Organisasi dan Manajemen Analisis ini dapat dilihat dari kesesuaian bidang usaha dengan kelayakan dari aspek organisasi dan manajemen tersebut. Apakah ada kesanggupan dari pemilik usaha serta staf
karyawannya dalam mengelolah serta menjalankan
kegiatan operasional usaha lengkeng tersebut. Apakah bentuk organisasi tersebut telah sesuai dengan kebutuhan dari kegiatan bisnis pengusahaan lengkeng Diamond River tersebut.
4.3.4 Analisis Aspek Sosial Aspek sosial dapat dilakukan dengan menganalisis dampak yang ditimbulkan dari pengusahaan lengkeng Diamond River terhadap kondisi masyarakat, lingkungan, dan manfaat sosial lain yang timbul dari pengusahaan lengkeng Diamond River tersebut secara menyeluruh. Adanya pengusahaan lengkeng Diamond River ini diharapkan memiliki hasil yang positif bagi aspek sosial.
4.3.5 Analisis Aspek Finansial Aspek finansial menganalisis kriteria investasi yang digunakan sebagai acuan, apakah pengusahaan lengkeng Diamond River tersebut dapat dikatakan layak atau tidak layak untuk diusahakan. Kriteria investasi yang digunakan, sebagai berikut : Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period, dan Analisis Sensitifitas. Analisis kelayakan investasi dilakukan dengan terlebih dahulu menyusun aliran tunai terdiskonto (Discounted Cashflow), hal ini dikarenakan adanya pengaruh perubahan waktu terhadap perubahan nilai uang atau terhadap semua biaya serta manfaat yang akan datang harus diperhitungkan.
36
4.3.5.1 Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) merupakan suatu ukuran yang menggambarkan kemampuan suatu usaha atau nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh investasi pada tingkat bunga tertentu. Dalam metode NPV rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah sebagai berikut : n
NPV = ∑ t =1
Bt − Ct (1 + i ) t
Keterangan : Bt = Penerimaan (Benefit) pada tahun ke-t dari penjualan lengkeng Diamond River yang merupakan perkalian antara harga jual buah lengkeng Diamond River dengan jumlah buah lengkeng Diamond River. Ct = Biaya (Cost) usaha lengkeng Diamond River pada tahun ke-t. Biaya ini terdiri terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi terdiri dari biaya bibit tanaman lengkeng Diamond River dan biaya peralatan pendukung. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap (gaji tetap, pembayaran listrik, air dan telepon, biaya administrasi dan transportasi), dan biaya variabel (biaya pupuk organik, pupuk anorganik, pestisida, pembungkus buah, solar, bensin, dan kemasan. n = Umur ekonomis proyek lengkeng Diamond River yang didasarkan pada umur ekonomis tanaman lengkeng Diamond River yaitu selama 15 tahun. i = Tingkat suku bunga yang berlaku (%) t
= Tahun
4.3.5.2 Internal Rate Return (IRR) IRR merupakan tingkat pengembalian yang dapat dibayar oleh proyek atau usaha atas sumber-sumber yang digunakan untuk menutupi pengeluaran investasi dan operasional selama umur proyek lengkeng Diamond River. IRR dinyatakan dengan rumus :
IRR = i1 +
NPV 1 X (i 2 − i1) NPV 1 + NPV 2
37
Keterangan : IRR = Tingkat internal hasil (%) i1
= Tingkat diskonto yang menghasilkan NPV positif (%)
i2
= Tingkat diskonto yang menghasilkan NPV negatif (%)
NPV1 = Nilai bersih sekarang yang bernilai positif (Rupiah) NPV2 = Nilai bersih sekarang yang bernilai negatif (Rupiah) Penilaian kelayakan finansial berdasarkan IRR yaitu : 1. IRR > tingkat suku bunga yang berlaku, berarti investasi layak untuk dilaksanakan. 2. IRR = tingkat suku bunga yang berlaku, berarti investasi tidak menguntungkan dan juga tidak merugikan. 3. IRR < tingkat suku bunga yang berlaku, berarti investasi tidak layak untuk dilaksanakan.
4.3.5.3 Net Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) Net Benefit Cost (B/C ratio) adalah nilai perbandingan antara jumlah present value yang bernilai positif (pembilang) dengan present value yang bernilai negatif (penyebut). Net B/C ratio menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. Secara matemasis dapat dirumuskan sebagai berikut : n
NetB / CRatio =
Bt − Ct
∑ (1 + i)
Bt − Ct > 0 Bt − Ct Bt − Ct < 0 ∑ t t =1 (1 + i ) t =1 n
t
Keterangan : Bt = Penerimaan (Benefit) bruto usaha lengkeng Diamond River yang diterima pada tahun ke-t Ct = Biaya (Cost) bruto usaha lengkeng Diamond River yang diterima pada tahun ke-t n = Umur ekonomis usaha lengkeng Diamond River i = Tingkat Suku Bunga yang berlaku
38
t = Tahun
4.3.5.4 Payback Period Payback Period atau analisis waktu pengembalian investasi berguna untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan cashflow. Dalam perhitungan metode ini menggunakan nilai waktu uang . Payback period dapat dirumuskan sebagai berikut : PP =
V I (1 + i ) n
Dimana : P = Payback Period V = Jumlah keseluruhan modal investasi I = Manfaat hasil bersih rata-rata per tahun per periode
4.3.6 Analisis sensitivitas Analisis sensitivitas merupakan suatu alat analisis yang digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil dari suatu analisis. Analisis ini bertujuan untuk melihat kembali hasil dari analisis suatu kegiatan investasi apabila terjadi suatu kesalahan atau adanya perubahan di dalam perhitungan biaya atau manfaat. Analisis sensitivitas menggunakan metode switching value atau nilai peralihan. Perhitungan switching value ini merupakan perhitungan untuk melihat ambang batas usaha atau proyek dapat dijalankan meskipun terdapat perubahan pada komponen biaya dan harga output, baik peningkatan maupun penurunan dari nilai sebelumnya untuk mengetahui perubahan dari penurunan harga jual, kenaikan biaya variabel, dan penurunan hasil produksi yang mempengaruhi produksi lengkeng Diamond River.
39
4.3.7 Analisis Rugi Laba Analisis rugi laba dilakukan dengan mendaftar pendapatan dan biaya yang dikeluarkan selama satu tahun sehingga dapat diketahui secara langsung jumlah laba atau rugi per tahun yang diperoleh perusahaan dalam mengembangkan usaha. Laporan laba rugi disebut juga laporan laba operasi adalah suatu gambaran tentang operasi perusahaan selama periode tersebut. Laporan rugi laba mengandung sebuah informasi yang mungkin sangat penting tentang suatu usaha yaitu laba atau rugi bersih, yang mana merupakan hasil dari pendapatan, maka hasilnya adalah keuntungan atau kerugian bersih untuk periode tersebut (Hongren dan Horison, 1992). Perhitungan analisis rugi laba bertujuan untuk menghitung jumlah pajak yang dikenakan kepada hasil usaha dalam analisis cashflow. Jadi persamaan untuk laporan rugi laba tersebut adalah : Penghasilan – Biaya = Laba bersih atau Rugi a. Penghasilan Penghasilan perusahaan dapat diperoleh dari penjualan total kepada konsumen selama periode yang bersangkutan. Jadi penjualan merupakan sumber penghasilan utama bagi perusahaan. Penjualan bersih dapat diperoleh dari penjualan kotor dikurangi penjualan yang dikembalikan. b. Biaya Biaya mencakup semua pengeluaran yang dilakukan perusahaan. Pada garis besarnya, macam-macam biaya yang termasuk di dalamnya adalah biaya tetap, variabel, pajak, rugi yang diakibatkan penjualan aktiva tetap dan penyusutan barang investasi. c. Laba atau Rugi Bersih Laba bersih dapat diperoleh dari seluruh penghasilan dikurangi seluruh biaya. Besarnya laba bersih yang dapat dicapai akan menjadi ukuran sukses bagi perusahaan. Di lain pihak kelemahan perusahaan akan terlihat dengan adanya kerugian selama satu periode.
40
4.4 Asumsi Dasar Analisis
kelayakan
pengusahaan
lengkeng
Diamond
River
ini
menggunakan beberapa asumsi dasar, yaitu : 1) Umur proyek yang ditetapkan berdasarkan atas umur ekonomi tanaman lengkeng Diamond River yaitu 15 tahun 2) Modal yang digunakan oleh perusahaan PT. Mekar Unggul Sari berasal dari modal sendiri. 3) Terdapat biaya reinvestasi yang dikeluarkan berdasarkan umur ekonomis peralatan-peralatan yang diinvestasikan. 4) Luasan lahan produksi seluas 15.000 m2 5) Bibit lengkeng Diamond River diperoleh dari pembibitan sendiri yang dilakukan oleh perusahaan. 6) Panen pertama dilakukan setelah pada tahun ketiga dimulai dari pembibitan dan penggarapan lahan. 7) Panen berikutnya dilakukan pada enam bulan sekali atau dua kali dalam setahun 8) Harga jual produk sepanjang tahun tidak berubah 9) Kegiatan produksi dilakukan secara sederhana. 10) Tingkat suku bunga (discount rate) yang digunakan merupakan tingkat suku bunga deposito karena perusahaan tidak melakukan pinjaman kepada bank. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga deposito rata-rata Bank Indonesia tahun 2009, yaitu sebesar 6,5%. 11) Pajak pendapatan yang digunakan adalah pajak progresif bardasarkan UU No. 17 tahun 2008 tentang Tarif Umum PPH Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap, yaitu : a) Penghasilan sampai dengan Rp 50 juta dikenakan pajak sebesar 5 % b) Pengasilan diatas Rp 50 juta – Rp 250 juta dikenakan pajak sebesar 15 % c) Pengasilan diatas Rp 250 juta – Rp 500 juta dikenakan pajak sebesar 25 % d) Penghasilan diatas Rp 500 juta dikenakan pajak sebesar 30 %
41
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1. Sejarah Perusahaan Taman Wisata Mekarsari pada awal berdirinya bernama Taman Buah Mekarsari, dimana areal lahannya merupakan lahan perkebunan karet milik PTP IX yang sudah tidak produktif. Gagasan pembangunan Taman Wisata Mekarsari berasal dari Almarhumah Ibu Tien Soeharto yang berkeinginan untuk membangun sebuah tempat koleksi dan pelestarian plasma nutfah tropis khas Indonesia sebagai wahana penelitian, budidaya dan wisata. Proses pembangunan Taman Wisata Mekarsari terdiri dari empat tahap pembangunan. Tahap 1 meliputi pembangunan sarana penunjang, antara lain Puri Tirto Sari atau bangunan Air Terjun (BAT) yang merupakan pusat kegiatan perusahaan, kebun buah, nursery, hidroponik, instalasi pipa air, listrik dan limbah. Pembangunan tahap II meliputi pembangunan parkir, gedung pengelola atau Graha Krida Sari (GKS), menara pandang, bursa bibit dan tanaman (garden centre), bursa buah, shelter, tempat ibadah, restoran dan peturasan atau saung. Pembangunan tahap III meliputi pembangunan laboratorium (kultur jaringan, HPT, klimatologi, agronomi dan fisiologi tanaman), gudang pasca panen, pool kendaraan, rumah kaca, gedung percobaan, kebun sayur, sarana pengolah limbah, rumah pompa air dan pembangkit tenaga listrik. Sedangkan tahap IV sedang direncanakan untuk pembangunan hotel, areal jetski dan sarana penunjang lainnya. Pada tahap pembangunan terakhir ini sedang direalisasikan. Perancangan dan pembangunan Taman Wisata Mekarsari dilakukan oleh perusahaan swasta yaitu PT EXOTICA dan pembangunan dilaksanakan pada tahun 1990. Proses pembangunan secara keseluruhan terdiri atas 4 tahap yaitu : 1. Pembangunan tahap I : meliputi sarana penunjang yaitu pekerjaan persiapan sarana penunjang (pintu gerbang dan pemagaran, jalan, jembatan, saluran air, pos penjaga, menara pengawas, bangunan rumah plastik, gedung air terjun, kolam air mancur, pembuatan pintu air danau), pekerjaan penanaman (kebun buah produksi, buah langka, kebun sayur, kebun bibit dan hidroponik), pekerjaan instalasi listrik dan mengerjakan instalasi air.
2. Pembangunan tahap II : berupa pekerjaan pendahuluan, parkir, plaza dan gedung pengelola, pembangunan shelter, toilet umum, pembuatan pagar depan (gerbang Candi Bentar), pembuatan menara pandang. 3. Pembangunan
tahap
III
:
meliputi
pembangunan
laboratorium,
pembangunan gudang (pasca panen, pupuk dan alat), pembangunan pool kendaraan dan bengkel. 4. Pembangunan tahap IV : dalam bentuk pekerjaan pembangunan hotel, ruang konferensi dan landscape di sekitar danau.
Proyek ini merupakan partisipasi aktif Yayasan Purna Bhakti Pertiwi dalam rangka pengembangan bidang pertanian dan pariwisata. Tujuan khusus proyek ini antara lain : a. Menciptakan kebun hortikultura yang terdiri dari kebun buah-buahan, sayur-sayuran, bunga dan tanaman hias yang berfungsi sebagai kebun produksi, koleksi dan plasma nutfah. b. Memberikan alternatif obyek wisata baru, baik bagi wisatawan asing maupun domestik. c. Sebagai taman rekreasi hortikultura yang dapat dikembangkan menjadi pusat studi hortikultura bagi tanaman buah-buahan dan sayuran dataran rendah. d. Menciptakan lapangan kerja baru di lingkungan Kecamatan Cileungsi. e.
Memanfaatkan secara maksimal segenap potensi yang mencakup asas pertimbangan keselarasan lingkungan tetap terjaga.
f. Secara ekonomi diharapkan proyek ini dapat mendatangkan keuntungan. Secara umum tujuan pembangunan Taman Wisata Mekarsari adalah sebagai pusat pendidikan dan pengembangan hortikultura meliputi tanaman buah-buahan, sayuran serta tanaman hias sebagai alternatif untuk tempat pariwisata, baik wisatawan domestik maupun mancanegara, sebagai tempat koleksi tanaman buah khususnya buah-buahan khas Indonesia dan diharapkan mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat di sekitar Taman Wisata Mekarsari.
43
Peresmian Taman Wisata Mekarsari bertepatan dengan hari pangan sedunia yang ke XVI
yaitu pada tanggal 14 Oktober 1995 yang menandai
kebangkitan buah-buahan Indonesia. Pengelolaan Taman Wisata Mekarsari diserahkan pada PT Mekar Unggul Sari yang didirikan pada tanggal 14 April 1995 dan beroperasi penuh pada 1 Januari 1995. Pada tanggal 14 Oktober 2004 bertepatan dengan ulang tahun Taman Buah Mekarsari yang ke-9, Taman Buah mekarsari berganti nama menjadi Taman Wisata Mekarsari dan tetap memfokuskan ciri pada pertama kali berdiri yaitu di bidang wisata khususnya wisata agro yang mempunyai tagline Taman Wisata Mekarsari “Berwisata di Tengah Kebun Buah”. Dalam perencanaan kebun buah Taman Wisata Mekarsari dipilih pola daun lamtoro gung sebagai tema utama, karena tanaman tersebut merupakan simbol tanaman yang serba guna, sebagai pelestari lingkungan hidup dan pemenuhan kebutuhan jasmani maupun rohaniah. Taman Wisata Mekarsari telah mempunyai badan hukum yaitu Perseroan terbatas (PT). PT ini merupakan suatu badan hukum karena memiliki kekayaan sendiri yang terpisah dari kekayaan pribadi masing-masing (Sukotjo, Swastha. 1993). Pemilik saham dari PT. Mekar Unggul Sari adalah yayasan Purna Bhakti Pertiwi.
5.2. Kondisi Geografis Perusahaan Taman Wisata Mekarsari yang dikelola PT Mekar Unggul Sari terletak di Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, meliputi Desa Mekarsari, Desa Dayeuh, Desa Mampir dan Desa Cileungsi Kidul. Letak Geografis Taman Wisata Mekarsari adalah 06° - 35° LS dan 52° - 106° BT dengan kemiringan lahan 0 – 8 % serta ketinggian tempat ± 70 mdpl. Lokasi Taman Wisata Mekarsari dapat dilihat pada Lampiran 2. Menurut Schmidt dan Ferguson tipe iklim di Taman Wisata Mekarsari termasuk tipe iklim A dengan curah hujan 2000 – 4000 mm/th, suhu rata – rata 25,0° C dengan kelembaban relatif 80 – 90 %. Jenis tanah di TWM adalah jenis tanah latosol yang cocok untuk perkebunan karet dengan warna tanah coklat sampai kemerahan, tekstur tanah sedang sampai dengan berat, struktur tanah
44
remah sampai dengan gembur, dengan infiltrasi air lambat sampai dengan tinggi, kandungan bahan organik kurang dari 2 % dengan pH tanah 4,5 – 6,0. Taman Wisata Mekarsari memiliki lahan seluas 264 Ha yang merupakan lahan bekas perkebunan karet. Pembagian lahan di Taman Wisata Mekarsari adalah terdiri atas 5 blok yaitu Blok A – Blok E, Luas areal Taman Wisata Mekarsari secara keseluruhan adalah 264 ha yang terdiri dari 88 ha kebun buah, 20 ha lanskap, 2 ha green house, 10 ha untuk areal persawahan dan juga sayuran, 5 ha untuk pembibitan, 27,5 ha untuk danau Cipicung, 20 ha untuk bangunan dan sarana jalan serta 99 ha untuk taman rekreasi, kebun buah komersial dan juga untuk rencana pembangunan hotel. Jenis tanaman yang ditanam yaitu 80 persen tanaman buah, 10 persen tanaman hias dan bunga, 5 persen untuk tanaman sayur dan palawija serta 5 persen untuk tanaman penghijauan dan juga obat-obatan. Penggunaan lahan secara lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 4. Koleksi tanaman yang ada di Taman Wisata Mekarsari sekitar 43 famili yang terdiri atas 143 spesies dan 407 varietas tanaman. Jumlah pohon untuk seluruh tanaman 11.655 pohon keras seperti durian, mangga dan jambu air, 8.876 pohon tanaman pendek seperti delima, jeruk dan karendang, dan 56.912 pohon tanaman semak atau merambat seperti anggur, markisa dan nanas. Sebagai salah satu obyek wisata agro, Taman Wisata Mekarsari mudah dijangkau karena letaknya yang strategis yaitu di Jl. Raya Cileungsi – Jonggol km 3 yang berjarak 45 km dari kota Bogor, 30 km dari Jakarta dan 20 km dari Bekasi.
Tabel 9. Pengembangan Areal pada PT Mekar Unggul Sari No Penggunaan Luas (Ha) 1 Kebun Buah 2 Landscape 3 Green House 4 Kebun sayur dan Buah 5 Kebun Bibit/Nursery 6 Danau Cipicung 7 Bangunan dan Jalan 8 Areal pengembangan Jumlah
88 20 2 10 10 27.5 20 86.5 264
Sumber : PT. Mekar Unggul sari (2009)
45
Sejak tahun 2007, perusahaan mengalokasikan lahan sebesar 5 hektar dari kebun buah untuk dijadikan lahan pengusahaan lengkeng dataran rendah, seperti Diamond River, Itoh, Pingpong, Kristal, dan Sugiri.
5.3. Tujuan Perusahaan PT. Mekar Unggul Sari yang mempunyai visi menjadi Market Leader Obyek wisata agro dan edutainment di Indonesia, sedangkan misi PT. Mekar Unggul sari tersebut yaitu meningkatkan daya tarik wisata. Taman Wisata Mekarsari melalui diversifikasi produk (tematik & penuh petualangan) & mutu pelayanan wisata. Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh TWM adalah : a. Menciptakan kebun hortikultura yang terdiri dari kebun buah-buahan, sayur-sayuran, bunga dan tanaman hias yang berfungsi sebagai kebun produksi, koleksi dan plasma nutfah. b. Memberikan alternatif obyek wisata baru, baik bagi wisatawan asing maupun domestik. c. Sebagai taman rekreasi hortikultura yang dapat dikembangkan menjadi pusat studi hortikultura bagi tanaman buah-buahan dan sayuran dataran rendah. d. Menciptakan lapangan kerja baru di lingkungan Kecamatan Cileungsi. e.
Memanfaatkan secara maksimal segenap potensi yang mencakup asas pertimbangan keselarasan lingkungan tetap terjaga.
f. Secara ekonomi diharapkan proyek ini dapat mendatangkan keuntungan.
5.4. Deskripsi Kegiatan Bisnis Perusahaan Taman Wisata Mekarsari merupakan taman wisata terbesar di dunia dengan luas ± 264 ha dan berada di bawah pengelolaan PT. Mekar Unggul Sari. Kegiatan unit bisnis Taman Wisata Mekarsari saat ini ada dua yaitu wisata agro dan jasa konsultan pertanian. Wisata agro berupa kunjungan-kunjungan yang terdiri dari paket dan reguler. Sedangkan unit bisnis jasa konsultan pertanian adalah memberikan saran atau masukan kepada orang yang menyewa jasa tersebut agar suatu proyek yang akan dikerjakan dapat berhasil dengan baik. Selain
46
mempunyai dua unit bisnis tersebut, Taman Wisata Mekarsari juga menyediakan fasilitas tambahan agar pengunjung dapat merasa lebih nyaman seperti mushola, tempat parkir yang memadai, klinik kesehatan, saung adem, dan lan-lain. Taman Wisata Mekarsari dibuka untuk umum dan paket rombongan yaitu setiap hari Selasa sampai dengan hari Minggu, dari pukul 09.00 – 17.00 WIB. Banyaknya masyarakat yang membutuhkan hiburan yang sekaligus dapat mendidik menjadi peluang bagi Taman Wisata Mekarsari untuk lebih meningkatkan kinerjanya.
47
VI. ANALISIS KELAYAKAN USAHA LENGKENG DIAMOND RIVER
6.1. Aspek Non Finansial 6.1.1. Aspek Pasar Dalam aspek pasar akan dikaji mengenai potensi pasar lengkeng Diamond River, baik dari segi permintaan, penawaran maupun harga yang ditetapkan perusahaan, juga strategi pemasaran yang dilakukan perusahaan menyangkut bauran pemasaran yaitu produk, harga, tempat, dan promosi.
6.1.1.1. Peluang Pasar Kebutuhan masyarakat di Indonesia untuk mengkonsumsi buah-buahan diperkirakan akan semakin meningkat setiap tahun seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Meningkatnya kesadaran masyarakat utuk mengkonsumsi buah untuk pemenuhan gizi juga memenuhi permintaan masyarakat terhadap buah. Peluang untuk melakukan pengusahaan lengkeng Diamond River masih sangat besar, karena permintaan pasar untuk buah lengkeng di Indonesia semakin tinggi sehingga jumlah impor lengkeng di Indonesia mencapai ± 20.000 ton/tahun, dibanding dengan produksi lokal sebesar ± 2.691,10 ton/tahun, dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa peluang pasar untuk menyerap lengkeng produksi lokal masih sangat besar dengan tujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap lengkeng impor.
6.1.1.2. Strategi Pemasaran Untuk memudahkan perusahaan dalam mencapai tujuan pemasarannya, maka perusahaan memerlukan suatu strategi yang disebut dengan Marketing Mix (bauran pemasaran). Bauran pemasaran tersebut mencakup strategi “4P” yaitu : Products (produk), Price (harga), Place (tempat), dan Promotion (promosi). 1) Products (Produk) Produk yang ditawarkan adalah lengkeng dataran rendah jenis Diamond River. Jenis varietas yang digunakan memiliki keunggulan dibandingkan dengan lengkeng jenis lokal, diantaranya penampilan fisik buah lebih
menarik, memiliki rasa yang manis dan harga jual yang tinggi. Lengkeng Diamond River dijual dalam bentuk segar untuk dikonsumsi langsung oleh konsumen. 2) Price (Harga) Harga
lengkeng
Diamond
River
yang
ditawarkan
lebih
tinggi
dibandingkan harga lengkeng Diamond River di pasaran yaitu Rp. 20.000,/kg dengan harga di pasaran sekitar Rp. 16.000,-/kg. Penetapan harga tersebut berdasarkan perhitungan harga pokok produksi, biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan dan produksi lengkeng Diamond River dan harga ini dianggap layak berdasarkan kualitas produk yang dihasilkan. Dari segi harga, lengkeng varietas Diamond River bisa bersaing dengan varietas lengkeng dataran tinggi dan buah lainnya di pasaran karena jumlah permintaan yang semakin meningkat. 3) Place (Tempat) Tempat atau lokasi penjualan yang sesuai untuk lengkeng Diamond River adalah tempat yang sering didatangi oleh konsumen. Pemasaran lengkeng Diamond River di lakukan melalui supermarket maupun toko buah. Dengan menjual seluruh hasil produksi ke distributor, memudahkan penyebaran dan dapat memperkenalkan lengkeng Diamond River yang di produksi. Sudah adanya pasar yang jelas memudahkan penjualan tanpa harus takut bahwa produk lengkeng Diamond River tidak terjual. 4) Promotion (Promosi) Kegiatan promosi dilakukan untuk memberikan suatu penawaran terhadap produk buah lengkeng yang menyangkut kualitas. Melalui kegiatan promosi ini diharapkan produk yang ditawarkan dapat terjual dan memiliki kepastian pelanggan. Promosi yang dilakukan dapat berupa partisipasi dalam berbagai pameran produk pertanian maupun pengenalan langsung kepada konsumen. Dengan promosi yang dilakukan tersebut, masyarakat dapat mengenal produk lengkeng Diamond River produksi lokal yang ditawarkan. Berdasarkan analisis peluang pasar di atas dan strategi pemasaran yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan aspek pasar maka pengusahaan
49
lengkeng Diamond River layak untuk diusahakan. Hal ini dikarenakan besarnya potensi pasar lengkeng Diamond River jika dilihat dari sisi permintaan, penawaran dan harga. Hal ini dapat dilihat dari produk lengkeng Diamond River yang dihasilkan dan harga yang ditetapkan perusahaan dapat diterima oleh pasar, serta adanya promosi yang dilakukan untuk menarik calon konsumen yang lebih luas.
6.1.2. Aspek Teknis Analisis dalam aspek teknis lengkeng Diamond River mencakup lokasi usaha, besarnya skala usaha, dan proses produksi yang digunakan. Berikut ini adalah hasil analisis pada tiap kriteria aspek teknis.
6.1.2.1. Lokasi Usaha Keberhasilan suatu usaha di bidang pertanian sangat dipengaruhi oleh lokasi usaha tersebut dilakukan karena dalam usaha bercocok tanam, lokasi yang digunakan harus sesuai dengan syarat tumbuh komoditi tersebut. Begitupun dengan pengusahaan lengkeng Diamond River yang dilakukan oleh perusahaan PT. Mekar Unggul sari. Perusahaan harus mengetahui bagaimana kriteria tumbuh serta berproduksi dengan baik di lokasi tersebut. Pada Tabel 11 dapat dilihat ketinggian, suhu, curah hujan dan pH tanah di lokasi usaha dan syarat tumbuh tanaman lengkeng Diamond River.
Tabel 10. Ketinggian, Suhu, Curah Hujan, dan pH tanah pada Lokasi Usaha dan Syarat Tumbuh Tanaman Lengkeng Diamond River No Uraian Satuan Lokasi Usaha Syarat Tumbuh 1 Ketinggian Mdpl 70 0 - 400 2 Suhu ºC 25 20 - 33 3 Curah Hujan Mm/tahun 2.000 - 4.000 2.500 - 7.000 4 pH Tanah pH 4,5 - 6,0 4,5 – 6,5 Sumber : Kondisi Geografis Kecamatan Cileungsi (2009) dan Penebar Swadaya (2005)
Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat bahwa lokasi pengusahaan lengkeng Diamond River memenuhi syarat tumbuh tanaman lengkeng berdasarkan
50
ketinggian, suhu, curah hujan, dan pH tanah. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tanaman lengkeng Diamond River dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik pada lokasi usaha.
Gambar 2. Kebun Lengkeng
6.1.2.2. Skala Usaha PT. Mekar Unggul Sari mulai mengusahakan lengkeng Diamond River sejak tahun 2006. Pengusahaan tersebut diusahakan dalam kebun koleksi seluas 15.000 m2 dengan tujuan awal sebagai tanaman koleksi. Namun seiring pertumbuhan dan produksi yang dihasilkan bisa dijadikan salah satu komoditi bisnis perusahaan, maka pengusahaannya dialihkan menjadi tanaman produksi pada Desember 2008. Saat ini jumlah tanaman yang sedang diusahakan berjumlah 255 pohon.
6.1.2.3. Teknik Produksi Teknik produksi tanaman sangat mempengaruhi suatu tanaman untuk tumbuh dan berproduksi. Jika teknik produksi yang dilakukan tepat, maka akan menghasilkan suatu hasil yang diharapkan. Teknik produksi yang dilakukan terhadap tanaman lengkeng Diamond River tidak berbeda dengan produksi tanaman buah lainnya. Teknik produksi lengkeng Diamond River mencakup pembibitan, pengolahan tanah, pembuatan lubang tanam, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen. Dari semua prosedur tersebut perusahaan telah melakukan teknik produksi dengan baik sesuai dengan yang dianjurkan dalam literatur. Mulai dari pembibitan sambung susu yang dilakukan sendiri di nursery PT. Mekar
51
Unggul Sari, pengolahan tanah, pembuatan lubang tanam, dan penanaman. Pemeliharaan lengkeng Diamond River dilakukan dengan pemupukan, pengairan, penyiangan, penggemburan tanah, pengendalian hama terpadu, pemangkasan, dan pembungkusan buah.
6.1.2.3.1. Budidaya Lengkeng 1.
Pemilihan lokasi Pemilihan lokasi dilakukan untuk mendapatkan lahan yang bebas dari
penyakit endemis, lapisan top soil tanah yang cukup tebal dan subur serta banyak mengandung humus.
2.
Persiapan lahan Sebelum dilakukan penanaman, tanah perlu diolah terlebih dahulu agar
menjadi gembur. Tanah harus memiliki struktur yang baik serta memperbaiki aerasi tanah. Dibuat lubang 60 x 60 x 60 cm sampai dengan 80 x 80 x 80 cm. Lubang diangin-anginkan selama 1 minggu (bila drainase baik), bila drainase kurang baik 2-3 minggu. Disiapkan media, tanah gembur : pupuk kandang : pasir = 1: 2 : 1
3.
Pemilihan bibit Bibit yang digunakan sebaiknya hasil perbanyakan vegetatif yang
dimaksudkan untuk memangkas waktu berbuah yang cukup lama apabila bibit yang digunakan dari biji/generatif.
Gambar 3. Bibit Lengkeng Diamond River
52
4.
Penanaman Bibit dibiarkan dulu hingga terlihat segar dan tidak ada daun yang
berguguran. Polybag bibit digores dengan silet tajam, keluarkan bibit dan tanahnya, bila tanah terlalu gembur diberi sedikit tekanan, bila tanah terlalu keras medianya sedikit digaruk / digemburkan. Letakkan pada lubang dan timbun dengan media yang telah disiapkan. Perlu diperhatikan agar sambungan bibit tidak tertutup tanah.
5.
Pemupukan Pupuk yang digunakan pada Taman Wisata Mekarsari untuk tanaman
lengkeng adalah pupuk organik. Pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang dengan dosis 75 kg per tahun untuk tiap-tiap pohon. Pupuk jenis ini dipilih karena kandungan biogas (nitrogen) yang diperlukan untuk tanaman sangat tinggi. Digunakannya pupuk-pupuk kimia dikarenakan untuk merangsang tanaman agar berbuah secara serempak. Sebelum dilakukan pemupukan, dibuat terlebih dahulu lubang disekitar tajuk pohon dengan kedalaman 10-20 cm. Sedangkan jarak antar lubang sekitar 100-150 cm. Lalu pupuk kandang ditaburkan di dalam lubang-lubang tersebut dan kembali di timbun dengan tanah. Pemupukan dilakukan dua tahun sekali setelah masa panen.
6.
Pengairan Tanaman disiram secara teratur 2 hari sekali. Pada tanaman dewasa dapat
dilakukan stress air selama kurang lebih 2 minggu untuk merangsang pembungaan, lalu selanjutnya kembali disiram secara teratur. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan mobil tangki yang menampung air khusus untuk penyiraman tanaman.
7.
Pemangkasan Percabangan yang optimal sangat diperlukan untuk meningkatkan
produktifitas tanaman. Pemangkasan pertama dapat dilakukan sekitar 2 bulan setelah tanam. Tanda tanaman yang siap dipangkas adalah: daun menua dan 53
batang berwarna kecoklatan. Tanaman dipangkas 5-10 cm dari ujung pucuk, 2 cm dari ruas batang terdekat. Tinggi tanaman sedapatnya dipertahankan 2,5 – 3 m untuk memudahkan perawatan dan pemanenan. Tunas air juga harus dibuang, karena tunas air menyebabkan tanaman rimbun dan lembab sehingga dapat mengundang hama.
8. Pengendalian OPT Lengkeng seperti halnya tanaman buah lain, tidak luput dari gangguan hama dan penyakit. Hama yang menyerang tanaman lengkeng Diamond River yaitu Kelelawar pemakan buah, dan ulat pemakan daun. Untuk mencegah serangan kelelawar, pentil buah dibrongsong dengan brongsong yang dibuat khusus. Sedangkan penyakit yang menyerang tanaman lengkeng Diamond River yaitu : bercak daun yang disebabkan oleh cendawan Pestalotia sp. Hama dan penyakit pada lengkeng Diamond River dapatdikedalikan dengan menyemprotkan pestisida secara rutin yaitu satu bulan sekali, dan pemangkasan.
Gambar 4. Pembrongsongan Buah Lengkeng
9.
Panen Penentuan saat panen lengkeng dapat diukur dari ukuran buah, warna
kulit, rasa buah, dan umur buah (setelah bunga mekar). Pemanenan buah dilakukan saat pagi hari untuk mengurangi penguapan air dari buah dan menghindari panas karena sengatan matahari. Panen saat hari hujan juga sebaiknya dihindari. Kerusakan buah saat panen dapat mempercepat proses pembusukan buah, karena itu proses pemanenan harus dilakukan dengan hati-hati. Buah dipanen dengan cara memotong malai/tandan buah, atau butiran buah
54
dipanen langsung dari tandannya dan ditempatkan dalam keranjang plastik atau bambu. Lengkeng termasuk buah nonklimakterik sehingga harus dipanen matang di pohon karena tidak dapat diperam. Pemanenan dilakukan dengan alat yang dapat memotong tangkai rangkaian buah. Alat panen berupa gunting bertangkai panjang yang tangkainya dapat diatur dari bawah. Tanda-tanda buah matang adalah warna kulit buah menjadi kecokelatan gelap, licin, dan mengeluarkan aroma. Rasanya manis harum, sedangkan buah yang belum matang rasanya belum manis.
Gambar 5. Lengkeng Siap Panen
10. Pasca panen Pasca panen dilakukan untuk mendapatkan buah lengkeng dalam kondisi yang prima dan berkualitas setelah melalui proses transportasi, sortasi dan pengemasan. Analisa produksi akan menguji hubungan-hubungan teknis yang mungkin dalam suatu proyek pertanian, dan apabila telah berjalan lancar dan tepat untuk dilakukan, dan bahwa perkiraan-perkiraan secara teknis cocok dengan kondisikondisi sebenarnya, sehingga dapat mewujudkan hasil-hasil seperti yang diperkirakan (Kadariah, 1986). Berdasarkan dari hasil analisis produksi, dapat dikatakan bahwa pengusahaan lengkeng Diamond River yang dilakukan oleh PT. Mekar Unggul Sari adalah layak untuk dijalankan. Tidak ada masalah dalam kegiatan pengusahaan lengkeng Diamond River tersebut karena peralatan yang digunakan relatif sederhana seperti produksi pertanian pada umumnya.
55
6.1.3. Aspek Manajemen PT Mekar Unggul Sari selaku pengelola PT. Mekar Unggul Sari dipimpin oleh seorang Direktur Utama dibantu oleh seorang General Manager yang bertugas memimpin operasional harian perusahaan, bertanggung jawab atas jalannya roda perusahaan, memberikan pertimbangan atas kinerja perusahaan serta mengontrol dan mengevaluasi hasil perencanaan perusahaan. General Manager dibantu oleh Marketing dan Public Relation serta sekretaris. General Manager juga dibantu oleh seorang penasehat atau pengawas yaitu Advisor, selain itu General Manager juga dibantu oleh Legal yang bertugas memberikan bantuan atau masukan tentang masalah hukum. General manajer membawahi 4 divisi, yaitu : Divisi Komersil, Divisi Operasional, Divisi Akuntansi dan Keuangan, dan Divisi Riset dan Pengembangan. Untuk pengusahaan lengkeng Diamond River dibawah Divisi Riset dan Pengembangan, yaitu bagian kebun dan produksi. Divisi Research and Development bertanggung jawab terhadap kegiatan penelitian, produksi, pemeliharaan, dan koleksi kebun bibit tanaman. Dalam menjalankan tugasnya kepala divisi dibantu oleh staf ahli yang bertugas untuk mencari pengetahuan atau teknik baru yang berkembang saat ini dan selanjutnya diserahkan kepada bagian penelitian untuk ditindak lanjuti. Divisi research dan development membawahi bagian penelitian dan diklat ( pendidikan dan latihan ), dan bagian kebun dan produksi. Adapun tugas bagian kebun buah dan produksi untuk kegiatan produksi secara keseluruhan, termasuk kebun produksi komersial seperti budidaya melon dengan sistem tabulampot dan hidroponik dan kebun koleksi seperti buah-buahan langka. Kemampuan manajemen perusahaan hanya dapat dievaluasi secara subyektif, namun keberhasilan manajemen perusahaan apabila pengambilan keputusan dapat berjalan dan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya (Kadariah, 1986). Terpenuhinya fungsi manajemen dalam PT. Mekar Unggul Sari yang meliputi perencanaan, pengkoordinasian, pengarahan, dan pengendalian membuat usaha ini layak untuk dijalankan, karena semua aspek yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu bisnis telah dijalankan.
56
6.1.4. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan Pembangunan PT. Mekar Unggul Sari bertujuan sebagai sebuah tempat koleksi dan pelestarian plasma nutfah tropis khas Indonesia dan sebagai wahana penelitian, budidaya dan wisata. Pengusahaan lengkeng Diamond River sebagai salah satu bentuk upaya perusahaan untuk memenuhi kebutuhan wisata dan pelestarian. Pengusahaan lengkeng Diamond River yang dilakukan oleh perusahaan tidak menimbulkan limbah yang dapat merusak lingkungan dan usaha ini juga menambah kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar sebanyak dua orang. Dilihat dari aspek sosial ekonomi dan lingkungan tersebut, maka pengusahaan lengkeng Diamond River layak untuk dijalankan.
6.2. Aspek Finansial Analisis kelayakan finansial pengusahaan lengkeng Diamond River perlu dilakukan untuk membantu pengembangan produk pertanian ini agar lebih intensif diusahakan oleh perusahaan. Untuk mengetahui hasil kelayakan pengusahaan lengkeng Diamond River akan dilihat dari kriteria-kriteria kelayakan finansial yang meliputi NPV, Net B/C, IRR dan Payback Period.
6.2.1. Arus Penerimaan (inflow) Penerimaan merupakan hasil perkalian antara kuantitas produksi yang dihasilkan dengan harga jual yang ditetapkan. Berdasarkan pengalaman perusahaan pemanenan lengkeng Diamond River dilakukan dua kali dalam satu tahun yaitu pada bulan Juni-Juli dan Desember-Januari.
Tanaman lengkeng
Diamond River dapat berbuah sekitar 18 bulan dari penanaman bibit, sehingga penerimaan penjualan lengkeng Diamond River terjadi pada tahun kedua. Penerimaan dari penjualan tersebut masih rendah dibandingkan dengan tahun berikutnya. Jumlah produksi lengkeng Diamond River berbeda setiap tahun, hal ini karena faktor umur tanaman lengkeng Diamond River. Diperkirakan pada saat tanaman lengkeng berumur 10 tahun, jumlah produksi lengkeng Diamond River mencapai produksi maksimal. Harga jual yang ditetapkan oleh perusahaan untuk produk lengkeng Diamond River berbeda dengan harga jual di pasaran. Penetapan harga jual
57
lengkeng Diamond River tersebut adalah Rp 20.000,-/kg dengan harga pasaran Rp 10.000.-/kg. Penjualan hasil produksi lengkeng Diamond River sepenuhnya dilakukan melalui supermarket buah dan di wahana lengkeng. Jumlah prakiraan produksi tahun ke 2-15 dari penerimaan penjualan dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Perkiraan Penjualan dan Total Penerimaan Penjualan Lengkeng Diamond River per Tahun Lahan Seluas 15.000 m2 di PT. Mekar Unggul Sari Jumlah Harga Satuan Total Penerimaan Per No. Tahun KePenjualan (Kg) (Rp) Tahun (Rp) 1 3 2.550 20.000 51.000.000 2 4 7.650 20.000 153.000.000 3 5 7.650 20.000 153.000.000 4 6 10.200 20.000 204.000.000 5 7 10.200 20.000 204.000.000 6 8 12.750 20.000 255.000.000 7 9 15.300 20.000 306.000.000 8 10 25.500 20.000 510.000.000 9 11 25.500 20.000 510.000.000 10 12 25.500 20.000 510.000.000 11 13 20.400 20.000 408.000.000 12 14 12.750 20.000 255.000.000 13 15 7.650 20.000 153.000.000 Total 3.672.000.000 Sumber : PT Mekar Unggul Sari (2009)
6.2.2. Arus Biaya (Outflow) 6.2.2.1. Biaya Investasi Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada awal tahun proyek. Biaya ini meliputi biaya penggarapan tanah, biaya pembibitan, dan pembelian peralatan pertanian. PT. Mekar Unggul Sari memproduksi sendiri bibit lengkeng Diamond River di nursery perusahaan, sehingga perlu dilakukan perhitungan biaya yang dikeluarkan untuk pembibitan. Pembibitan sendiri dilakukan untuk menghemat biaya pembelian bibit secara langsung dikarenakan varietas Diamond River merupakan varietas dari Malaysia yang memiliki harga dan biaya yang tinggi apabila harus mengimpor seluruh bibit tersebut. Perusahaan cukup membeli bibit induk sebanyak 5 buah dengan harga Rp 1.500.000,- per
58
pohon. Untuk menghasilkan bibit tanaman baru, 1 pohon induk dapat menghasilkan 50 bibit tanaman baru dengan metode sambung pucuk (grafting). Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pembibitan selain bibit induk diantaranya : 1) Bibit batang bawah yang diperoleh dari perusahaan pembibitan di Jakarta. Jenis bibit yang digunakan sebagai batang bawah yaitu lengkeng jenis lokal (sugiri) 2) Polybag, 3) Media tanam dan pupuk kompos yang diproduksi sendiri oleh perusahaan, 4) Tali plastik/rafia dan plastik es mambo sebagai pengikat sambungan. 5) Batang bambu untuk menyangga bibit-bibit yang telah disambung agar tidak patah karena goyang dan jatuh. Dalam pembibitan sambung pucuk ini diperlukan beberapa tenaga kerja harian yang bertugas sebagai berikut : 1) Pembibitan, yaitu tenaga kerja tersebut melakukan pembibitan sambung pucuk dengan menyambungkan bibit batang bawah dengan bibit batang atas. Dibutuhkan keahlian dan ketelitian untuk melakukan kegiatan pembibitan ini, karena mempengaruhi kualitas bibit yang dihasilkan nantinya. 2) Pemeliharaan bibit, yaitu tenaga kerja tersebut bertugas untuk menyiram, merawat dan membersihkan bibit dari serangan gulma yang mengganggu pertumbuhan bibit yang diusahakan. Pembersihan gulma dilakukan setiap satu bulan sekali. Total biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan 255 bibit tanaman lengkeng Diamond River adalah Rp 9.490.500,- biaya tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan membeli seluruh bibit dari luar negeri seharga Rp.382.500.000,- meskipun membutuhkan proses dan beberapa tahapan. Rincian biaya pembibitan lengkeng Diamond River yang dilakukan oleh perusahaan dapat dilihat pada Tabel 13.
59
Tabel 12. Rincian Biaya pembibitan Lengkeng Diamond River Uraian Jumlah Satuan Nilai/Unit (Rp) Alat dan Bahan 1. Bibit Induk 5 unit 1.500.000 2. Bibit Batang Bawah 255 unit 3.000 3. Polybag 3 kg 17.000 4. Pupuk Kompos 150 kg 1.000 5. Media Tanam 150 kg 1.000 6. Tali Plastik/Rafia 255 unit 700 7. Bambu 30 batang 7.500 8. Plastik es 3 kg 7.000 Tenaga Kerja 1. Pembibitan 9 HOK 25.000 2. Pemeliharaan Bibit 4 HOK 25.000 3. Panen Bibit 5 HOK 25.000 Total Biaya
Nilai Total (Rp) 7.500.000 765.000 51.000 150.000 150.000 178.500 225.000 21.000 225.000 100.000 125.000 9.490.500
Sumber : PT Mekar Unggul Sari (2009)
Investasi yang diperlukan dalam pengusahaan lengkeng Diamond River selain biaya untuk pembibitan yaitu : 1) Cangkul, arit, dan garpu untuk persiapan lahan, pembuatan lubang tanam, penanaman dan penggemburan tanah. 2) Sprayer digunakan untuk menyiram tanaman dan penyemprotan pestisida. 3) Ember, keranjang besar dan kecil untuk tempat peralatan atau sebagai tempat wadah serbaguna. 4) Mesin diesel untuk menyedot air guna keperluan penyiraman. 5) Gunting stek digunakan untuk memangkas tanaman dan panen buah lengkeng Diamond River. Total biaya investasi yang dibutuhkan untuk pengusahaan lengkeng Diamond River adalah Rp. 212.331.500,-. Perincian biaya investasi yang dikeluarkan olehperusahaan dapat dilihat di Tabel 13. 6) Sepatu boot untuk digunakan pegawai kebun dalam pengusahaan lengkeng Diamond River. 7) Mobil tangki dan kendaraan operasional berupa motor roda tiga. Mobil tangki air digunakan sebagai tempat penampungan air yang diambil dari danau di area PT. Mekar Unggul Sari dan kendaraan operasional digunakan untuk alat transportasi pengusahaan lengkeng Diamond River. 60
Rincian biaya investasi pengusahaan lengkeng Diamond River di PT. Mekar Unggul Sari dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 13. Perincian Biaya Investasi Pengusahaan Lengkeng Diamond River pada lahan seluas 15.000 m2 No. Uraian Satuan Harga/satuan Jumlah Total Biaya 1 Pembibitan Unit 255 9.490.500 2 Bangunan Unit 30.000.000 1 30.000.000 3 Arit Unit 22.000 4 88.000 4 Cangkul Unit 50.000 4 200.000 5 Garpu Unit 50.000 4 200.000 6 Gunting Stek Unit 180.000 2 360.000 7 Selang Air Meter 4.000 200 800.000 8 Keranjang Kecil Unit 12.000 2 24.000 9 Keranjang Besar Unit 60.000 3 180.000 10 Sprayer Unit 400.000 2 800.000 11 Mesin Diesel Unit 5.000.000 1 5.000.000 12 Ember Unit 10.000 1 10.000 13 Sepatu Boot Unit 90.000 2 180.000 14 Mobil Tangki Unit 150.000.000 1 150.000.000 15 Kendaraan Operasional unit 15.000.000 1 15.000.000 Total 212.332.500 6.2.2.2. Biaya Operasional Biaya operasional merupakan biaya keseluruhan yang berhubungan dengan kegiatan operasional pengusahaan lengkeng diamond river. Biaya operasional terbagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. 1) Biaya Tetap Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya tidak terpengaruh oleh jumlah output yang dihasilkan perusahaan dalam suatu periode waktu tertentu.
Biaya tetap yang dikeluarkan pada pengusahaan lengkeng
diamond river meliputi gaji manajer kebun, biaya air, dan biaya transportasi. a) Gaji Manajer Kebun Pengusahaan lengkeng diamond river pada PT. Mekar Unggul Sari berada di bawah bagian kebun dan produksi. Pada bagian ini hanya terdapat satu manajer yang bertanggung jawab terhadap pengusahaan
61
lengkeng diamond river dan dua orang pegawai yang bertugas melakukan perawatan tanaman lengkeng diamond river. b) Gaji Pegawai Tetap Perusahaan memperkerjakan masyarakat sekitar perusahaan sebanyak dua orang untuk merawat tanaman lengkeng diamond river mulai dari penyiraman, penyiangan, pemangkasan, pengendalian hama terpadu, pemupukan, sampai tahap panen dan pasca panen. c) Telepon Perushaan melakukan komunikasi menggunakan telepon untuk seluruh kegiatan usahanya. Penggunaan telepon dalam pengusahaan lengkeng diamond river sebagai alat koordinasi dengan bagian administrasi dan keuangan perusahaan menyangkut dengan segala kebutuhan dalam pengusahaan lengkeng diamond river. d) Biaya Administrasi Biaya administrasi meliputi segala kebutuhan kegiatan administrasi yang dilakukan oleh manajer kebun untuk melakukan laporan hasil pengusahaan lengkeng diamond river e) Sewa Tanah Perusahaan menyewa tanah seluas 15000 m2 yang digunakan sebagai lahan pengusahaan lengkeng diamond river yang disewa selama masa proyek yaitu 15 tahun. f) Biaya Listrik Penggunaan listrik pada pengusahaan lengkeng diamond river digunakan pada kantor manajer kebun untuk melakukan kegiatan administrasi pengusahaan lengkeng diamond river. Rincian biaya tetap pengusahaan lengkeng diamond river yang dikeluarkan pada tahun ke-1 sampai tahun ke-2 dapat dilihat pada Tabel 15.
62
Tabel 14. Rincian Biaya Tetap Pengusahaan Lengkeng Diamond River Dengan Luas Lahan 15.000 m2 untuk 1 Tahun. No. Uraian Satuan Harga/satuan Jumlah Total Biaya 1 Gaji Manajer Bulan 3.500.000 12 42.000.000 2 Biaya Telepon Bulan 150.000 12 1.800.000 3 Biaya Listrik Bulan 250.000 12 3.000.000 4 Sewa Tanah Ha 5.000.000 1,5 7.500.000 5 Biaya Administrasi Bulan 1.000.000 12 12.000.000 6 Gaji Pegawai (2 orang) Bulan 1.200.000 12 28.800.000 Total 95.100.000 Sumber : PT Mekar Unggul Sari (2009)
2) Biaya variabel Biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya dapat berubah-ubah, terpengaruh oleh jumlah output yang dihasilkan perusahaan dalam suatu periode waktu tertentu. Biaya pada pengusahaan lengkeng Diamond River meliputi biaya pupuk kompos, media tanam, pupuk kandang, pupuk anorganik, pestisida, kemasan dan tenaga kerja harian. a. Pupuk
kandang,
pupuk
anorganik,
pestisida,
kemasan
dan
pembungkus buah. Pada tahun pertama pengusahaan lengkeng Diamond River, dosis pemupukan
dan
pemberian
pestisida
berbeda
dengan
tahun
berikutnya. Pupuk yang diberikan adalah pupuk kandang dan pupuk anorganik. Pemberian pupuk kandang dilakukan 2 kali dalam setahun dan harga pupuk kandang adalah Rp 100/kg. selain pupuk kandang, perusahaan juga memberikan pupuk kimia sebagai perangsang tanaman agar berbuah serempak dan harga pupuk kimia adalah 3000,/liter. Sedangkan untuk mengendalikan hama yang dapat merugikan pengusahaan lengkeng Diamond River, perusahaan melakukan penyemprotan pestisida secara rutin yaitu sebulan sekali dan harga pestisida Rp 400,-/liter. Untuk mengemas lengkeng Diamond River diperlukan kemasan berupa kantung jaring yang terbuat dari plastik seharga Rp. 50,-/buah. Jumlah kemasan yang dibutuhkan disesuaikan dengan jumlah yang diproduksi setiap tahun. Apabila tanaman lengkeng Diamond River sudah mengeluarkan buah, maka dilakukan pembungkusan untuk melindungi dari serangan hama kelelawar 63
dengan harga Rp 100/meter. Dosis pemberian pupuk kandang, pupuk anorganik, pestisida kemasan beserta pembungkus buah yang dibutuhkan secara rinci dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 15. Rincian Dosis Pemberian Pupuk Kandang, Pupuk Anorganik, Pestisida, Kemasan beserta Pembungkus Buah dalam Pengusahaan Lengkeng Diamond River di PT. Mekar Unggul Sari. Tahun No Uraian Satuan 1 2 3 4-15 1 Pupuk Kandang Kg 12.750 12.750 19.125 19.125 2 Pupuk Anorganik Liter 1.020 2.550 2.550 2.550 3 Pestisida Liter 13.500 30.600 30.600 30.600 4 Kemasan Buah 7.650 25.500 Pembungkus 5 Meter 2.550 3.825 Buah Sumber : PT Mekar Unggul Sari (2009)
6.2.3. Kelayakan Finansial Pengusahaan Lengkeng Diamond River Berdasarkan hasil perhitungan cashflow yang dapat dilihat pada Lampiran 3. Mengenai hasil analisis kelayakan pengusahaan lengkeng Diamond River, maka diperoleh nilai untuk empat kriteria kelayakan pengusahaan lengkeng Diamond River yang dilakukan selama 15 tahun yang dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 16. Kriteria Kelayakan Finansial Pengusahaan Lengkeng Diamond River pada PT. Mekar Unggul Sari No Kriteria Kelayakan Nilai 1
Net Present Value (Rupiah)
2
Net B/C
3
Internal Rate Rerurn (Persen)
4
Payback Period (Tahun)
351.589.711 1,72 13,00 9,66
Berdasarkan hasil finansial di atas dapat dilihat bahwa pengusahaan lengkeng Diamond River ini memperoleh NPV>0 yaitu sebesar Rp 351.589.711,yang artinya proyek ini layak untuk dijalankan. NPV tersebut menunjukkan bahwa pengusahaan lengkeng Diamond River akan memberikan keuntungan sebesar Rp 351.589.711,- selama tahun analisis dengan tingkat diskonto (discount 64
rate) yang berlaku yaitu 9%. Kriteria lain yang dianalisis adalah Net B/C, dalam pengusahaan lengkeng Diamond River ini diperoleh Net B/C >1 yaitu 1,72 yang menyatakan pengusahaan lengkeng Diamond River ini layak untuk dijalankan. Nilai Net B/C ini menunjukkan selama 15 tahun pengusahaan lengkeng Diamond River dalam luas lahan 15.000 m2 setiap pengeluaran Rp 1,- dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,72. Kriteria berikutnya adalah IRR sebesar 13,00 persen, dimana nilai ini lebih besar dari tingkat suku bunga (discount rate) sebesar 6,5%. Payback Period yang diperoleh sebesar 9,66 tahun, yang berarti pengusahaan lengkeng Diamond River pada lahan seluas 15.000 m2 memiliki waktu pengembalian modal selama 10 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usaha lengkeng Diamond River layak untuk dijalankan karena pengembalian biaya modal atau investasi kurang dari umur proyek. Berdasarkan keempat kriteria kelayakan finansial tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengusahaan lengkeng Diamond River layak untuk dilakukan.
6.2.4. Analisis Swiching Value Analisis sensitivitas yang digunakan dalam perhitungan analisis finansial usaha lengkeng Diamond River ini adalah switching value. Switching value digunakan untuk mengetahui sampai pada titik berapa peningkatan atau penurunan suatu komponen dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi atau yang dapat disebut dengan ambang batas kelayakan usaha. Komponen yang perubahan yang dianalisis adalah penurunan harga jual lengkeng Diamond River, kenaikan biaya variabel, dan penurunan hasil produksi lengkeng Diamond River. Hasil analisis switching value usaha lengkeng Diamond River di PT. Mekar Unggul Sari dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 17. Hasil Analisis Switching Value Usaha Lengkeng Diamond River di PT. Mekar Unggul Sari. Keterangan Batas Maksimal (%) Penurunan Harga Jual 22,47 Kenaikan Biaya Variabel 136,27 Penurunan Hasil Produksi 22,47
65
Pada Tabel 18 dapat dilihat bahwa kelayakan pengusahaan lengkeng Diamond River di PT. Mekar Unggul Sari masih dapat dipertahankan pada saat harga turun maksimum 22,47 persen. Sehingga, harga lengkeng Diamond River menjadi Rp. 15.506,-/kg. jadi, penurunan harga yang terjadi pada saat ini yaitu Rp. 16.000 di tingkat pedagang tetap membuat usaha lengkeng Diamond River ini tetap layak untuk dijalankan. Kenaikan biaya variabel maksimum adalah sebesar 136,27 persen. Produksi pengusahaan lengkeng Diamond River masih dapat dikatakan layak apabila tidak melebihi batas penurunan hasil produksi, yaitu sebesar 22,47 persen. Hasil analisis switching value menghasilkan NPV positif, IRR sama dengan Discount Factor, Net B/C sama dengan satu dan PP sama dengan umur proyek. Hasil penghitungan analisis switching value dapat dilihat pada Lampiran 10 dan Lampiran 11. Berdasarkan hasil analisis switching value di atas dapat disimpulkan bahwa penurunan hasil produksi dengan penurunan harga jual, kenaikan biaya variabel dan penurunan produksi lengkeng Diamond River merupakan hal yang sangat sensitif. Hal ini dapat dilihat dari besarnya persentase perubahan yang dapat mengubah tingkat kelayakan usaha lengkeng Diamond River. Diperlukan upaya-upaya untuk mengantisipasi sensitivitas seperti : perbaikan mutu produksi, penanganan hasil produksi yang lebih optimal, dan pemanfaatan sarana dan prasarana produksi yang menunjang kebutuhan pelaksanaan produksi secara optimal.
66
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil analisis terhadap aspek-aspek non finansial, yaitu analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi dan lingkungan, pengusahaan lengkeng Diamond River yang dijalankan PT. Mekar Unggul Sari layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan aspek pasar, peluang pasar masih terbuka karena permintaan buah lengkeng sangat tinggi di masyarakat. Berdasarkan aspek teknis, pengusahaan lengkeng Diamond River mengguakan peralatan yang relatif sederhana seperti budidaya pertanian pada umumnya dan secara fisik cocok untuk di budidayakan.
Berdasarkan
aspek
manajemen,
perusahaan
telah
menjalankan fungsi-fungsi manajemen dan memiliki struktur organisasi dengan pembagian kerja yang jelas. Berdasarkan aspek sosial ekonomi dan lingkungan, pengusahaan lengkeng Diamond River juga ikut dalam pelestarian lingkungan karena tidak menimbulkan limbah yang berbahaya bagi lingkungan sekitar, dan mampu menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar lokasi usaha. 2. Berdasarkan hasil analisis terhadap aspek finansial yang meliputi NPV, Net B/C, IRR dan Payback Period, maka pengusahaan lengkeng Diamond River oleh PT. Mekar Unggul Sari layak untuk dijalankan. Hal ini dapat dinilai dari nilai NPV>0 yaitu sebesar Rp 351.589.711, Net B/C>1 yaitu sebesar 1,72, dan IRR sebesar 13,00%, dimana nilai ini lebih besar dari tingkat suku bunga (discount rate) sebesar 6,5% serta payback period yang diperoleh dalam pengusahaan lengkeng Diamond River adalah 10 tahun. 3.
Berdasarkan analisa switching value, penurunan hasil produksi lengkeng Diamond River dan penurunan harga jual merupakan hal yang lebih sensitif terhadap kelayakan usaha dibandingkan dengan kenaikan biaya variabel.
7.2. Saran Adapun saran yang dapat direkomendasikan dalam penelitian ini antara lain : 1. Dapat dikembangkannya pengusahaan lengkeng Diamond River karena usaha ini layak untuk dikembangkan di daerah Kabupaten Bogor, yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani dan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lengkeng di Indonesia sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap lengkeng impor. 2. Kabupaten Bogor memiliki agroekologi yang cocok untuk pengusahaan lengkeng dataran rendah sehingga dapat dikembangkan menjadi salah satu sentra produksi lengkeng di Indonesia. 3. Petani dan pengusaha yang tertarik dapat menjalankan usaha ini karena pengusahaan lengkeng Diamond River mudah dilakukan, berumur genjah dan masih luasnya pasar dalam negeri untuk buah lengkeng. 4. Hasil perhitungan switching value menunjukkan bahwa pengusahaan lengkeng Diamond River sangat sensitif terhadap penurunan hasil produksi, penurunan harga jual dan kenaikan biaya variabel. Diperlukan upaya-upaya untuk mengantisipasi sensitivitas seperti : perbaikan mutu produksi, penanganan hasil produksi yang lebih optimal, dan pemanfaatan sarana dan prasarana produksi yang menunjang kebutuhan pelaksanaan produksi secara optimal.
68
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat statistik. 2008. Statistik Ekspor Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian. 2008. Angka Tetap Hortikultura 2007. http://www.database.deptan.go.id/bdsp/newdkom.asp. [10 Mei 2009] Firstantinovi, Evy Syariefa. 2004. Membuahkan Lengkeng Dalam Pot. Cetakan Kedua. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. Gittinger. J price. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Edisi Kedua. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Harjadi. Sri Setyati. 1989. Dasar-dasar Hortikultura. Jakarta. Husnan, Suad dan Suwarsono Muhammad. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Edisi keempat. Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN. Yogyakarta. Mariany. 2001. Pengaruh Kemasan Plastik dan Pelilinan Terhadap Kualitas dan Masa Simpan Buah Lengkeng (Euphoria longan L.) Varietas Batu [skripsi]. Bogor: Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Purnomo, Irwan. 2008.Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi Agribisnis Nanas (Kasus : Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara) [Skripsi]. Bogor : Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor-Impor Sayur dan Buah. 2008. www.litbang.deptan.go.id/special/hortikultura [10 Mei 2009] Riani, Muthya Fajar. 2002. Evaluasi Kesesuaian Lahan Pada Tanah-Tanah di Sekitar Bogor untuk Tanaman Lengkeng (Nephelium longan). [Skripsi]. Bogor: Program Studi Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Ridhawati, Herliana. 2008. Kelayakan Finansial Investasi Usahatani Asparagus (Asparagus officionalis) Ramah Lingkungan PT Agro Lestari, Bogor. [Skripsi]. Bogor: Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. 69
Rukmana, Rahmat. 2003 Lengkeng, Prospek Agrobisnis Dan Teknik Budi Daya. Kanisius. Yogyakarta. Samak, Kasim. 2006. Analisis Kelayakan Usahatani Manggis (Garcinia Mangostana L) (Studi Kasus di Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Soekartawi. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Sukarti, Ahmad dkk. 1995. Taman Buah Mekarsari. Jakarta
Umar, Husein. 2003. Studi Kelayakan Bisnis Edisi Dua, Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana Bisnis secara Komprehensif. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Umar, Husein. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Kedua. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Widya Sari, Anita. 2008. Analisis Kelayakan Pengusahaan Bunga Potong Krisan Loka Farm, Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor: Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
70
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Jadwal Kegiatan Pengusahaan Lengkeng Diamond River Tahun 1-2 Keterangan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan Lahan Dan Penamanan Bibit Lengkeng Diamond River
Lahan A Lahan B Lahan C Lahan D
Keterangan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pemeliharaan Tanaman Lengkeng Diamond River Lahan A Lahan A Lahan C Lahan D
Keterangan :
= Persiapan dan penanaman bibit = Pemeliharaan
71
Lampiran 2. Jadwal Kegiatan Pengusahaan Lengkeng Diamond River Tahun Ketiga dan Seterusnya. Keterangan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pemeliharaan Tanaman Lengkeng Diamond River Lahan A Lahan A Lahan C Lahan D Panen Lengkeng Diamond River Lahan A Lahan B Lahan C Lahan D
Keterangan :
= Pemeliharaan = Pemanenan
72
Lampiran 3. Analisis Cashflow Pengusahaan Lengkeng Diamond River pada PT Mekar Unggul Sari Uraian Inflow Nilai Penjualan Nilai Sisa Total Inflow Total Biaya Investasi Total Biaya Reinvestasi Total Biaya Variabel Total Biaya Tetap Total Biaya Operasional Total Outflow Cashflow Pajak Penerimaan Setelah Pajak DF (6,5%) Present Value PV (+) PV (-) NPV IRR Net B/C PP
Tahun 0
1
2
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 212.332.500 0 0 0 0 0 0 10.035.000 30.315.000 0 95.100.000 95.100.000 0 105.135.000 125.415.000 212.332.500 105.135.000 125.415.000 -212.332.500 -105.135.000 -125.415.000 0 0 0 -212.332.500 -105.135.000 -125.415.000 1 1 1 -212.332.500 -98.718.310 -110.573.299 838.133.746 -486.544.035 351.589.711 13,00% 1,72 9,66
3 0 48.450.000 0 48.450.000 0 180.000 31.590.000 95.100.000 126.690.000 126.870.000 -78.420.000 0 -78.420.000 1 -64.919.926
4 0 145.350.000 0 145.350.000 0 848.000 32.610.000 95.100.000 127.710.000 128.558.000 16.792.000 111.592 16.680.408 1 12.966.067
5 0 145.350.000 0 145.350.000 0 980.000 32.610.000 95.100.000 127.710.000 128.690.000 16.660.000 111.592 16.548.408 1 12.078.366
6 0 193.800.000 0 193.800.000 0 6.014.000 32.610.000 95.100.000 127.710.000 133.724.000 60.076.000 2.602.275 57.473.725 1 39.388.705
7 0 193.800.000 0 193.800.000 0 1.028.000 32.610.000 95.100.000 127.710.000 128.738.000 65.062.000 2.602.275 62.459.725 1 40.193.221
73
Lampiran 3. (Lanjutan) Uraian Inflow Nilai Penjualan Nilai Sisa Total Inflow Total Biaya Investasi Total Biaya Reinvestasi Total Biaya Variabel Total Biaya Tetap Total Biaya Operasional Total Outflow Cashflow Pajak Penerimaan Setelah Pajak DF (6,5%) Present Value
Tahun 8
9
10
11
12
13
14
242.250.000
290.700.000
484.500.000
484.500.000
484.500.000
387.600.000
242.250.000
242.250.000
290.700.000
484.500.000
484.500.000
484.500.000
387.600.000
242.250.000
0 980.000 848.000 32.610.000 32.610.000 32.610.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 127.710.000 127.710.000 127.710.000 127.710.000 128.690.000 128.558.000 114.540.000 162.010.000 355.942.000 9.869.775 17.137.275 62.845.458 104.670.225 144.872.725 293.096.542 0,604231188 0,567353228 0,532726036 63.245.014 82.194.008 156.140.159
15 145.350.000 290.000 145.640.000
6.194.000 0 1.828.000 0 180.000 32.610.000 32.610.000 32.610.000 32.610.000 32.610.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 127.710.000 127.710.000 127.710.000 127.710.000 127.710.000 133.904.000 127.710.000 129.538.000 127.710.000 127.890.000 350.596.000 356.790.000 258.062.000 114.540.000 17.460.000 62.845.458 62.845.458 31.672.275 9.869.775 111.592 287.750.542 293.944.542 226.389.725 104.670.225 17.348.408 0,50021224 0,469682854 0,441016765 0,414100249 0,388826524 143.936.343 138.060.711 99.841.664 43.343.966 6.745.521
74
Lampiran 4. Proyeksi Laba Rugi Pengusahaan Lengkeng Diamond River pada PT Mekar Unggul Sari Tahun
Uraian
1
Penerimaan Penjualan Lengkeng Total Penerimaan Pengeluaran Biaya variabel Biaya Tetap Biaya Penyusutan Total Pengeluaran EBT
10.035.000 95.100.000 15.408.167 120.543.167 -120.543.167
2
30.315.000 95.100.000 15.408.167 140.823.167 -140.823.167
3
4
5
6
7
8
48.450.000 48.450.000
145.350.000 145.350.000
145.350.000 145.350.000
193.800.000 193.800.000
193.800.000 193.800.000
242.250.000 242.250.000
31.590.000 95.100.000 15.408.167 142.098.167 -93.648.167
32.610.000 95.100.000 15.408.167 143.118.167 2.231.833
32.610.000 95.100.000 15.408.167 143.118.167 2.231.833
32.610.000 95.100.000 15.408.167 143.118.167 50.681.833
32.610.000 95.100.000 15.408.167 143.118.167 50.681.833
32.610.000 95.100.000 15.408.167 143.118.167 99.131.833
111.592
111.592
2.500.000 102.275
2.500.000 102.275
2.500.000 7.369.775
111.592 2.120.242
111.592 2.120.242
2.602.275 48.079.558
2.602.275 48.079.558
9.869.775 89.262.058
Pajak Progresif: 5% 15% 25% 30% Total Pajak EAT
0 -120.543.167
0 -140.823.167
0 -93.648.167
75
Lampiran 4. (Lanjutan) Uraian
9
Penerimaan Penjualan Lengkeng Total Penerimaan Pengeluaran Biaya variabel Biaya Tetap Biaya Penyusutan Total Pengeluaran EBT
10
11
Tahun 12
13
14
15
290.700.000 290.700.000
484.500.000 484.500.000
484.500.000 484.500.000
484.500.000 484.500.000
387.600.000 387.600.000
242.250.000 242.250.000
145.350.000 145.350.000
32.610.000 95.100.000 15.408.167 143.118.167 147.581.833
32.610.000 95.100.000 15.408.167 143.118.167 341.381.833
32.610.000 95.100.000 15.408.167 143.118.167 341.381.833
32.610.000 95.100.000 15.408.167 143.118.167 341.381.833
32.610.000 95.100.000 15.408.167 143.118.167 244.481.833
32.610.000 95.100.000 15.408.167 143.118.167 99.131.833
32.610.000 95.100.000 15.408.167 143.118.167 2.231.833
2.500.000 14.637.275
2.500.000 37.500.000 22.845.458
2.500.000 37.500.000 22.845.458
2.500.000 37.500.000 22.845.458
2.500.000 29.172.275
2.500.000 7.369.775
17.137.275 130.444.558
62.845.458 278.536.375
62.845.458 278.536.375
62.845.458 278.536.375
31.672.275 212.809.558
9.869.775 89.262.058
Pajak Progresif: 5% 15% 25% 30% Total Pajak EAT
111.592
111.592 2.120.242
76
Lampiran 5. Biaya Variabel Tahun Pertama dan Kedua
Biaya Variabel Tahun 1 No. Uraian 1 Pupuk Kandang 2 pupuk Anorganik 3 Pestisida 4 Upah Pengolahan Lahan Total
Biaya Variabel Tahun 2 No. Uraian 1 Pupuk Kandang 2 pupuk Anorganik 3 Pestisida 4 Solar 5 Bensin Total
Satuan Harga/satauan Jumlah Total Biaya Kg 100 12750 1.275.000 Liter 3000 1020 3.060.000 Liter 400 13500 5.400.000 HOK 30000 10 300.000 10.035.000
Satuan Harga/satauan Jumlah Total Biaya Kg 100 12750 1.275.000 Liter 3000 2550 7.650.000 Liter 400 30600 12.240.000 Liter 4300 1500 6.450.000 Liter 4500 600 2.700.000 30.315.000
77
Lampiran 6. Biaya Variabel Tahun Ketiga Keempat dst
Biaya Variabel Tahun 3 No. Uraian 1 Pupuk Kandang 2 pupuk Anorganik 3 Pestisida 4 Solar 5 Bensin 6 Kemasan 7 Pembungkus Buah Total
Satuan Kg Liter Liter Liter Liter Buah meter
Biaya Variabel Tahun 4-15 No. Uraian Satuan 1 Pupuk Kandang Kg 2 pupuk Anorganik Liter 3 Pestisida Liter 4 Solar Liter 5 Bensin Liter 6 Kemasan Buah 7 Pembungkus Buah meter Total
Harga/satuan Jumlah Total Biaya 100 19125 1.912.500 3000 2550 7.650.000 400 30600 12.240.000 4300 1500 6.450.000 4500 600 2.700.000 50 7650 382.500 100 2550 255000 31.590.000
Harga/satuan Jumlah Total Biaya 100 19125 1.912.500 3000 2550 7.650.000 400 30600 12.240.000 4300 1500 6.450.000 4500 600 2.700.000 50 25500 1.275.000 100 3825 382500 32.610.000
78
Lampiran 7. Biaya Reivestasi Pengusahaan Lengkeng Diamond River pada PT Mekar Unggul Sari No
Uraian
Sewa Tanah Pembibitan Bangunan Arit Cangkul Garpu Gunting Stek Selang Air Keranjang Kecil Keranjang Besar Sprayer Mesin Diesel Ember Sepatu Bot Mobil Tangki 16 Kendaraan Operasional TOTAL
1
2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
3
4
5
6
88.000 200.000 200.000 360.000
7
Tahun 8
9
88.000 200.000 200.000 360.000
13
14
15
88.000 200.000 200.000 360.000
800.000 5.000.000 10.000
0
12
800.000 24.000 180.000
800.000
180.000
11
88.000 200.000 200.000 360.000
800.000 24.000 180.000
180.000
10
180.000
0 180.000 848.000 980.000 6.014.000 1.028.000
180.000
980.000 848.000 6.194.000
0 1.828.000
180.000
0
800.000 5.000.000 10.000 180.000
180.000
0 180.000 .
79
Lampiran 8. Perhitungan Penyusutan Pengusahaan Lengkeng Diamond River pada PT Mekar Unggul Sari No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Total
Uraian Sewa Tanah Pembibitan Bangunan Arit Cangkul Garpu Gunting Stek Selang Air Keranjang Kecil Keranjang Besar Sprayer Mesin Diesel Ember Sepatu Bot Mobil Tangki Kendaraan Operasional
Satuan Ha
Unit Unit Unit Unit Unit Unit m Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit
Jumlah 1,5 255 1 4 4 4 2 200 2 3 2 1 1 2 1 1
Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
Umur ekonomis (Tahun) Sisa Umur Ekonomis (Tahun) Nilai Penyusutan
5.000.000
7.500.000
15
30.000.000 22.000 50.000 50.000 180.000 4.000 12.000 60.000 400.000 5.000.000 10.000 90.000 150.000.000 15.000.000
9.490.500 30.000.000 88.000 200.000 200.000 360.000 800.000 24.000 180.000 800.000 5.000.000 10.000 180.000 150.000.000 15.000.000 219.832.500
15 15 3 3 3 3 5 5 5 4 5 5 2 15 15
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0
Nilai Sisa
500.000 632.700 2.000.000 29.333 66.667 66.667 120.000 160.000 4.800 36.000 200.000 1.000.000 2.000 90.000 10.000.000 1.000.000
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 200.000 0 0 90.000 0 0
15.908.167
290.000
80
Lampiran 9. Penerimaan Hasil Panen Lengkeng Tahun Ketiga dan Seterusnya 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Tahun ke Hasil Panen Kotor (Kg) 2.550 7.650 7.650 10.200 10.200 12.750 15.300 25.500 25.500 25.500 20.400 12.750 7.650 Tingkat kerusakan (5%) 128 383 383 510 510 638 765 1.275 1.275 1.275 1.020 638 383 Hasil Panen Bersih (Rp) 2.423 7.268 7.268 9.690 9.690 12.113 14.535 24.225 24.225 24.225 19.380 12.113 7.268 Harga Satuan (Rp/Kg) 20000 20000 20000 20000 20000 20000 20000 20000 20000 20000 20000 20000 20000 Total Penerimaan 48.450.000 145.350.000 145.350.000 193.800.000 193.800.000 242.250.000 290.700.000 484.500.000 484.500.000 484.500.000 387.600.000 242.250.000 145.350.000
81
Lampiran 10. Switching Value Penurunan Harga Jual dan Penurunan Produksi Uraian Inflow Nilai Penjualan Nilai Sisa Total Inflow Total Biaya Investasi Total Biaya Reinvestasi Total Biaya Variabel Total Biaya Tetap Totral Biaya Operasional Total Outflow Cashflow Pajak Penerimaan Setelah Pajak DF (6,5%) Present Value PV (+) PV (-) NPV IRR Net B/C PP
Tahun 0
1
2
3
4
5
6
7
0
0
37.559.626 112.678.879 112.678.879 150.238.506 150.238.506
0
0
37.559.626 112.678.879 112.678.879 150.238.506 150.238.506
212.332.500
212.332.500 -212.332.500 -212.332.500 1 -212.332.500 495.559.620 -495.559.620 0,00 6,50% 1,00 15,00
0 0 180.000 848.000 980.000 6.014.000 1.028.000 10.035.000 30.315.000 31.590.000 32.610.000 32.610.000 32.610.000 32.610.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 105.135.000 125.415.000 126.690.000 127.710.000 127.710.000 127.710.000 127.710.000 105.135.000 125.415.000 126.870.000 128.558.000 128.690.000 133.724.000 128.738.000 -105.135.000 -125.415.000 -89.310.374 -15.879.121 -16.011.121 16.514.506 21.500.506 0 0 0 0 0 356.017 356.017 -105.135.000 -125.415.000 -89.310.374 -15.879.121 -16.011.121 16.158.489 21.144.489 0,938967136 0,881659283 0,82784909 0,77732309 0,72988084 0,68533412 0,64350621 -98.718.310 -110.573.299 -73.935.512 -12.343.207 -11.686.210 11.073.964 13.606.610
82
Lampiran 10. (Lanjutan) Uraian Inflow Nilai Penjualan Nilai Sisa Total Inflow Total Biaya Investasi Total Biaya Reinvestasi Total Biaya Variabel Total Biaya Tetap Totral Biaya Operasional Total Outflow Cashflow Pajak Penerimaan Setelah Pajak DF (6,5%) Present Value
8
9
10
Tahun 11
12
13
14
15
187.798.132
225.357.758
187.798.132
225.357.758
375.596.264 375.596.264 375.596.264 300.477.011 187.798.132 112.678.879 290.000 375.596.264 375.596.264 375.596.264 300.477.011 187.798.132 112.968.879
0 32.610.000 95.100.000 127.710.000 127.710.000 60.088.132 2.233.998 57.854.134 0,604231188 34.957.272
980.000 32.610.000 95.100.000 127.710.000 128.690.000 96.667.758 7.335.939 89.331.820 0,567353228 50.682.696
848.000 32.610.000 95.100.000 127.710.000 128.558.000 247.038.264 29.871.715 217.166.549 0,532726036 115.690.275
6.194.000 32.610.000 95.100.000 127.710.000 133.904.000 241.692.264 29.871.715 211.820.549 0,50021224 105.955.231
0 32.610.000 95.100.000 127.710.000 127.710.000 247.886.264 29.871.715 218.014.549 0,46968285 102.397.696
1.828.000 0 180.000 32.610.000 32.610.000 32.610.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 127.710.000 127.710.000 127.710.000 129.538.000 127.710.000 127.890.000 170.939.011 60.088.132 -15.211.121 18.603.827 2.233.998 0 152.335.185 57.854.134 -15.211.121 0,44101676 0,41410025 0,38882652 67.182.370 23.957.411 -5.914.487
83
Lampiran 11. Switching Value Kenaikan Biaya Variabel Uraian Inflow Nilai Penjualan Nilai Sisa Total Inflow Total Biaya Investasi Total Biaya Reinvestasi Total Biaya Variabel Total Biaya Tetap Totral Biaya Operasional Total Outflow Cashflow Pajak Penerimaan Setelah Pajak DF (6,5%) Present Value PV (+) PV (-) NPV IRR Net B/C PP
0
1
Tahun 3
2
4
5
6
7
0
0
48.450.000 145.350.000 145.350.000 193.800.000 193.800.000
0
0
48.450.000 145.350.000 145.350.000 193.800.000 193.800.000
212.332.500
212.332.500 -212.332.500 -212.332.500 1 -212.332.500 571.444.572 -571.444.572 0,00 6,50% 1,00 15,00
0 23.709.999 95.100.000 118.809.999 118.809.999 -118.809.999 0 -118.809.999 0,938967136 -111.558.684
0 180.000 848.000 980.000 6.014.000 1.028.000 71.626.170 74.638.651 77.048.636 77.048.636 77.048.636 77.048.636 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 95.100.000 166.726.170 169.738.651 172.148.636 172.148.636 172.148.636 172.148.636 166.726.170 169.918.651 172.996.636 173.128.636 178.162.636 173.176.636 -166.726.170 -121.468.651 -27.646.636 -27.778.636 15.637.364 20.623.364 0 0 0 0 312.160 312.160 -166.726.170 -121.468.651 -27.646.636 -27.778.636 15.325.204 20.311.204 0,881659283 0,827849092 0,77732309 0,72988084 0,68533412 0,64350621 -146.995.675 -100.557.712 -21.490.368 -20.275.094 10.502.885 13.070.386
84
Lampiran 11. (Lanjutan) Uraian Inflow Nilai Penjualan Nilai Sisa Total Inflow Total Biaya Investasi Total Biaya Reinvestasi Total Biaya Variabel Total Biaya Tetap Totral Biaya Operasional Total Outflow Cashflow Pajak Penerimaan Setelah Pajak DF (6,5%) Present Value
8
9
10
Tahun 11
12
13
14
15
242.250.000
290.700.000
484.500.000
242.250.000
290.700.000
484.500.000
484.500.000 484.500.000 387.600.000 242.250.000 145.350.000 290.000 484.500.000 484.500.000 387.600.000 242.250.000 145.640.000
0 980.000 77.048.636 77.048.636 95.100.000 95.100.000 172.148.636 172.148.636 172.148.636 173.128.636 70.101.364 117.571.364 3.203.980 10.471.480 66.897.385 107.099.885 0,604231188 0,567353228 40.421.486 60.763.465
848.000 77.048.636 95.100.000 172.148.636 172.996.636 311.503.364 51.735.799 259.767.565 0,532726036 138.384.945
6.194.000 77.048.636 95.100.000 172.148.636 178.342.636 306.157.364 51.735.799 254.421.565 0,50021224 127.264.781
0 77.048.636 95.100.000 172.148.636 172.148.636 312.351.364 51.735.799 260.615.565 0,46968285 122.406.662
1.828.000 0 180.000 77.048.636 77.048.636 77.048.636 95.100.000 95.100.000 95.100.000 172.148.636 172.148.636 172.148.636 173.976.636 172.148.636 172.328.636 213.623.364 70.101.364 -26.978.636 25.006.480 3.203.980 0 188.616.885 66.897.385 -26.978.636 0,44101676 0,41410025 0,38882652 83.183.208 27.702.224 -10.490.009
85
Lampiran 12. Daftar pertanyaan Pengarah
Daftar Pertanyaan Pengarah
A. Identitas Perusahaan 1.
Nama Perusahaan
:
2.
Pemilik Perusahaan
:
3.
Alamat perusahaan
:
4.
Telp/HP
:
5.
Tanggal Berdiri
:
6.
Status Perusahaan
:
B. Karakteristik Kebun 1.
Alasan mengusahakan
:
2.
Umur tanam lengkeng diamond river
:
3.
Varietas lengkeng yang diusahakan
:
4.
Jumlah pohon yang ditanam
:
5.
Intensitas panen
:
6.
Sumber modal usaha
:
C. Biaya Investasi No
Lahan Urian
Jumlah/luas
Harga
Nilai
Umur
(m2)
Satuan
(Rp)
Ekonomis
(Rp) 1
Luas lahan (m2)
2
Beli/sewa (Rp)
(Tahun)
86
No
Bibit Urian
1
Bibit induk
2
Bibit batang
Jumlah
Harga
Nilai (Rp)
Umur
Satuan
Ekonomis
(Rp)
(Tahun)
bawah No
Peralatan Pendukung Urian
1
Cangkul
2
Garpu
3
Kored
4
Sprayer
5
Gunting pohon
6
Lainnya….
Jumlah
Harga
Nilai (Rp)
Umur
Satuan
Ekonomis
(Rp)
(Tahun)
D. Komponen Biaya Operasional No
Pupuk Organik Urian
Jumlah
Harga Satuan
Nilai (Rp)
(Rp) 1 2 3
87
Pupuk Anorganik
No
Urian
Jumlah
Harga Satuan
Nilai (Rp)
(Rp) 1 2 3
Pestisida
No
Urian
Jumlah
Harga Satuan
Nilai (Rp)
(Rp) 1 2 3
Tenaga Kerja Harian
No
Urian
Jumlah
Harga Satuan
Nilai (Rp)
(Rp) 1
Persiapan lahan
2
Pembuatan
lubang
tanam 3
Pemupukan
4
Penanaman
5
Penyiangan
6
Penyiraman
7
Pengendalian HPT
8
Penggemburan tanah
9
Pemangkasan
10
Panen
11
Pasca panen
88
Pemakaian Air
No
Urian
Jumlah
Harga Satuan
Nilai (Rp)
(Rp) 1 2 3
Tenaga Kerja Tetap
No
Urian
Jumlah
Harga Satuan
Nilai (Rp)
(Rp) 1 2 3
Pajak-pajak
No
Urian
Jumlah
Harga Satuan
Nilai (Rp)
(Rp) 1 2 3
E. Aspek Pasar 1.
Berapa proyeksi permintaan lengkeng diamond river ?
2.
Berapa proporsi penjualan lengkeng diamond river dengan buah lainnya ?
3.
Bagaimana perkiraan penjualan di masa datang ?
F.
Aspek Pemasaran 1. Berapa Harga jual lengkeng diamond river ? 2. Bagaimana jalur pemasaran lengkeng diamond river di Taman wisata mekarsari ? 3. Apakah ada kendala dalam pemasaran ?
89
G. Aspek Teknis 1.
Bagaimana
lingkungan
agroekosistem
yang
harus
dipenuhi
dalam
pengusahaan lengkeng diamond river ? 2.
Fasilitas produksi dan peralatan apa saja yang harus disediakan dalam pengusahaan lengkeng diamond river ?
3.
Bagaimana ketersediaan bahan bakudan sarana produksi dalam pengusahaan lengkeng diamond river ?
4.
Bagaimana ketersediaan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pengusahaan lengkeng diamond river ?
5.
Tenaga kerja apa saja yang dibutuhkan dalam proses produksi ?
6.
Berapa jumlah produksi lengkeng diamond river yang dapat dihasilkan ?
7.
Apa saja kendala produksi dalam mengusahakan lengkeng diamond river ?
H. Aspek Manajemen 1.
Struktur manajemen perusahaan ?
2.
Kebutuhan tenaga kerja ?
I.
Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan
1.
Darimana sumber tenaga kerja yang digunakan ?
2.
Dampak usaha terhadap lingkungan sekitar ?
90