ANALISIS KELAYAKAN DALAM PEMBERIAN KREDIT BERDASARKAN PADA PRINSIP PERKREDITAN 5C (Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition of Economic) DI PT. LKM (LEMBAGA KEUANGAN MIKRO) CIAMIS
NAMA: SITI MUDRIKAH (email:
[email protected]) NPM: 3521120033
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS STISIP BINA PUTERA BANJAR BANJAR 2016
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “ANALISIS KELAYAKAN DALAM PEMBERIAN KREDIT BERDASARKAN PADA PRINSIP PERKREDITAN 5C (Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition of Economic) DI PT. LKM (LEMBAGA KEUANGAN MIKRO) CIAMIS”. Peneliti melakukan penelitian tersebut atas dasar meningkatnya tingkat kredit macetsebagai akibat tidak adanya staff ahli dibidang analisis kredit. Analisis kredit merupakan elemen penting dalam pemberian kredit kepada debitur. Kegiatan pemberian kredit diperlukan suatu analisis yang baik dan seksama terhadap semua aspek perkreditan yang dapat menunjang proses pemberian kredit, guna mencegah timbulnya suatu risiko kredit, salah satunya dengan melakukan anaisis kredit berdasarkan prinsip perkreditan 5C (character, capital, capacity, collateral, condition of economic). Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dimana populasi yang menjadi sampel dalam penelitian ini disebut dengan informan. Informan tersebut berjumlah 5 orang dan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis kredit berdasarkan prinsip perkreditan 5C (character, capital, capacity, collateral, condition of economic) yang dilakukan oleh pihak PT. LKM (Lembaga Keuangan Mikro) Ciamis. Dari hasil analisis data yang menggunakan alat analisis 5C yaitu character, capital, capacity, collateral, condition of economic menyatakan bahwa sebagian besar debitur layak menerima kredit dari PT. LKM (Lembaga Keuangan Mikro) Ciamis. Berdasarkan alat analisis 5C (character, capital, capacity, collateral, condition of economic) diperoleh bahwa yang layak menerima kredit sebesar 95% (dari jumlah pengajuan kredit), sedangkan yang tidak layak menerima kredit sebesar 5% (dari jumlah pengajuan kredit).
Kata Kunci: Analisis Kredit, Prinsip Perkreditan 5C (Character, Capital, Capacity, Collateral, Condition of Economic), PT. LKM (Lembaga Keuangan Mikro) Ciamis.
ABSTRACT
This research entitled “ANALYSIS OF CREDIT BASED ON THE PRINCIPLE OF CREDIT 5C (Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition of Economic) IN PT. LKM (LEMBAGA KEUANGAN MIKRO) CIAMIS”. Researcher conducted the study on the basis of rising levels of bad loan as a result of the absence of staff are experts in credit analysis. Credit analysis is an important element in the provision of credit to borrowers. Lending activities required an analysis of good and careful review of all aspects of credit that can support the loan granting process, in order to prevent a credit risk, one of them with a credit analysis based on the principle of credit 5C (character, capacity, capital, collateral, condition of economic). The method used is qualitative method where the sample population in this study is called informants. The informants numbering as many as 5 people using purposive sampling technique. The purpose of this study was to determine the credit analysis is based on the principle of credit 5C (character, capacity, capital, collateral, condition of economic) made by the PT. LKM (Lembaga Keuangan Mikro) Ciamis. From the analysis of data using analytical tools 5C that character, capacity, capital, collateral, condition of economic of the majority of borrowers eligible to receive credit from PT. LKM (Lembaga Keuangan Mikro) Ciamis. Based on the principle of credit 5C (character, capital, capacity, collateral, condition of economic) obtained that turns worthy of credit amounting to 95% (of total credit application), while those not eligible to receive a credit of 5% (of total credit application). Keyword: Credit Analysis, Principle of Credit 5C (Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition of Economic), PT. LKM (Lembaga Keuangan Mikro) Ciamis.
PENDAHULUAN Peran perbankan akan semakin besar, hal tersebut disebabkan oleh dana yang diperlukan dalam pembangunan berasal dari masyarakat melalui perbankan, yang kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat berupa pemberian kredit guna menuju ke arah yang lebih produktif. Penyaluran dana yang dilakukan oleh bank dapat dilakukan dalam bentuk kredit kepada masyarakat. Kuantitas kredit dilihat dan dinilai dari jumlah dan pertumbuhan kredit yang disalurkan, sedangkan kualitas kredit secara sederhana dan singkat dapat diukur dari jumlah dan porsi kredit macet atau masalah. Pemberian kredit merupakan kegiatan utama bank yang mengandung risiko yang dapat berpengaruh pada kesehatan usaha bank. Namun sebagian besar dana bank berasal dari dana masyarakat. Maka pemberian kredit perbankan banyak dibatasi oleh ketentuan undang-undang Bank Indonesia. Undang-undang perbankan telah mengamanatkan agar bank-bank senantiasa berpegang pada prinsip kehati-hatian dan prinsip-prinsip kredit lainnya dalam melaksanakan kegiatan usahanya termasuk dalam memberikan kredit. Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut, maka penting bagi bank untuk melakukan penilaian-penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, anggunan, dan kondisi ekonomi dari calon debitur pemohon kredit, yang dapat memberikan keyakinan bagi bank dalam pemberian kredit bagi calon debitur dan mencegah terjadinya kredit macet dikemudian hari. Pada umumnya penilaian yang digunakan oleh bank untuk mendapatkan keyakinan dalam pemberian kredit disebut dengan analisis prinsip 5C yang terdiri dari analisis terhadap character, capital, capacity, collateral, condition of economic. Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian yaitu di PT. LKM (Lembaga Keuangan Mikro) Ciamis yang bertempat di Jalan Raya Barat (Komplek Pasar) Nomor. 596 Cidolog 46352 Kabupaten Ciamis-Jawa Barat. Penerapan analisis prinsip 5C (character, capital, capacity, collateral, condition of economic) dalam perjanjian kredit di PT. LKM (Lembaga Keuangan Mikro) Ciamis menarik untuk diteliti. Karena dalam penelitian ini akan diamati dan diketahui mengenai sudah diterapkan atau belum dan sesuai atau tidaknya analisis prinsip 5C (character, capital, capacity, collateral, condition of economic) yang telah diatur dalam undang-undang perbankan atas perjanjian kredit yang diberikan oleh PT. LKM (Lembaga Keuangan Mikro) Ciamis. Peneliti juga ingin mengetahui lebih dalam mengenai upaya yang dilakukan oleh PT. LKM (Lembaga Keuangan Mikro) Ciamis apabila ada permasalahan dalam penerapan analisis prinsip 5C (character, capital, capacity, collateral, condition of economic) pada perjanjian kreditnya. Oleh karena itu maka peneliti memilih judul “ANALISIS KELAYAKAN DALAM PEMBERIAN KREDIT BERDASARKAN PADA PRINSIP PERKREDITAN 5C (Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition Of Economic) DI PT. LKM (LEMBAGA KEUANGAN MIKRO) CIAMIS”.
RUMUSAN MASALAH
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba merumuskan rumusan masalahnya, yaitu sebagai berikut: 1.
Bagaimana Perusahaan PT. LKM (Lembaga Keuangan Mikro) Ciamis menerapkan prinsip 5C (character, capacity, capital, collateral, condition of economic) dalam perjanjian pemberian kredit kepada debitur?
2.
Hambatan-hambatan apa saja yang ditemui dalam kegiatan analisa kelayakan kredit berdasarkan prinsip 5C (character, capacity, capital, collateral, condition of economic) pada produk kredit di PT. LKM (Lembaga Keuangan Mikro) Ciamis?
3.
Usaha apa saja yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi dalam kegiatan analisa kelayakan kredit berdasarkan prinsip 5C (character, capacity, capital, collateral, condition of economic) pada produk kredit di PT. LKM (Lembaga Keuangan Mikro) Ciamis?
TINJAUAN PUSTAKA
Jika kita berbicara tentang bank, maka yang terlintas dibenak kita bahwa bank merupakan tempat untuk menyimpan (menabung) dan meminjam uang (kredit). Berikut pengertian kredit menurut Fuady (2012:111): Suatu penyediaan uang atau yang dipersamakan dengannya, yang didasari atas pinjam meminjam antara pihak kreditur (bank) dengan pihak debitur (peminjam), yang mewajibkan pihak debitur untuk melunasi hutangnya dalam jangka waktu tertentu, dimana sebagai imbalannya, kepada pihak kreditur diberikan hak untuk mendapatkan bunga, imbalan atau bagi hasil keuntungan selama masa kredit tersebut berlangsung. Sedangkan menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 dalam Kasmir (2013:113) bahwa: Kredit merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihk peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Kolektabilitas kredit memenurut SK DIR.BI No.30/267/Kep/DIR/1998: 1. Lancar (pass), apabila memenuhi kriteria: a. Pembayaran angsuran pokok dan atau bunga tepat waktu; dan b. Memiliki mutasi rekening yang aktif; atau c. Bagian kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral) 2. Dalam perhatian khusus (special mention), apabila memenuhi kriteria: a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang belum melampaui 90 hari; atau b. Kadang-kadang terjadi cerukan; atau c. Mutasi rekening masih relatif aktif; atau d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; atau e. Didukung oleh pinjaman baru. 3. Kurang lancar (substandard), apabila memenuhi kriteria: a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang belum melampaui 90 hari; atau b. Sering terjadi cerukan; atau c. Frekuensi rekening relatif rendah; atau d. Terjadinya pelanggaran kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari; atau e. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur; atau
f. Dokumentasi pinjaman yang lemah. 4. Diragukan (doubtful) a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180 hari; atau b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen; atau c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau d. Terjadi kapitalisasi bunga; atau e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan. 5. Macet (loss) a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 270 hari; atau b. Kerugian operasional ditutupi dengan pinjaman baru; atau c. Dari segi hukum maupun pasar, jaminan tidak dapat dicairkan dengan nilai yang wajar. Menurut Taswan (2010:310-311) prinsip-prinsip perkreditan adalah sebagai berikut: 1. Character Adanya penyerahan uang kepada debitur itu didasari kepercayaan. Kepercayaan timbul karena debitur memiliki karakter berupa moral, watak, ataupun sifat –sifat personality yang positif dan kooperatif serta bertanggung jawab. Debitur yang baik adalah debitur yang memiliki tingkat kejujuran yang tinggi dan integritas yang tinggi untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya. 2. Capacity Adanya kemampuan debitur untuk melunasi kreditnya. Penilaian ini akan dilihat dari kemampuan jenis usahanya untuk mendatangkan penghasilan guna melunasi kredit. Capacity ini dapat didekati dari aspek keuangan dan aspek yuridis. 3. Capital Menyangkut modal yang dimiliki perusahaan debitur. Semakin besar modal sendiri yang dimiliki, maka semakin tangguh menghadapi kemungkinan risiko yang dihadapi dikemudian hari. Umumnya dicerminkan oleh neraca calon debitur dengan melihat komponen modal. 4. Collateral Collateral merupakan jaminan perusahaan atas kredit yang diterimanya. Yang memerlukan jaminan ini untuk menutup kemungkinan risiko terburuk yaitu tidak terbayarnya utang akibat apapun. Semakin besar jaminan itu dapat menutup kredit maka semakin aman dana bank. 5. Condition of economic Adalah kondisi makro yang mempengaruhi kredit perbankan. Secara spesifik adalah kondisi makro yang mempengaruhi bisnis debitur.
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
Lokasi atau tempat peneliti melakukan penelitian yaitu di PT. LKM (Lembaga Keuangan Mikro) Ciamis yang bertempat di Jalan Raya Barat (Komplek Pasar) Nomor. 596 Cidolog 46352 Kabupaten Ciamis-Jawa Barat. Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian kualitatif. Dimana teknik pengumpulan data dilaukan dengan wawancara dan observasi. 1. Observasi; Observasi yang dilakukan adalah observasi langsung ke tempat penelitian yaitu Perusahaan Daerah Perkreditan Kecamatan (PDPK) Cidolog Ciamis. Dengan melihat keadaan sekitar, kegiatan, perilaku, tindakan orangorang, juga keseluruhan interaksi interpersonal dan proses penataan yang merupakan bagian dari pengalaman manusia yang dapat diamati. 2. Wawancara; Dalam teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur. Teknik sampling yang peneliti gunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan teknik purposive sampling (sampel bertujuan) yang ciri-cirinya disebutkan oleh Sugiyono (2010:218-219) yaitu: a. Rancangan sampel yang muncul, sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu. b. Pemilihan sampel secara berurutan. c. Penyesuaian berkelanjutan dari sampel. d. Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan. Pada purposive sampling jumlah sampel ditentukan oleh informasi yang dibutuhkan, apakah akan memperluas informasi atau tidak. Kuncinya apabila sudah terjadi pengulangan informasi, maka penarikan sampel harus dihentikan. Dari pengertian di atas maka yang akan menjadi sampel penelitian yaitu informan sebanyak 5 orang sesuai data yang diperoleh dari PT. LKM (Lembaga Keuangan Mikro) Ciamis. Yang menjadi informan yaitu: 1.
Bagian kredit
1 orang
2.
Bagian legal
1 orang
3.
Bagian operasional
1 orang
4.
Kepala cabang
1 orang
5.
Nasabah
1 orang
Jumlah
5 orang
+
Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga data sudah jenuh. Adapun aktivitas dalam analisis data yaitu sebagai berikut : 1. Reduction Data Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan, keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. 2. Display Data Dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phie card, piktogram, dan sejenisnya. 3. Verifikasi Data Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dengan demikian kesimpulan penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian ini berbeda di lapangan.
HASIL PENELITIAN Charater merupakan penilaian pertama dan utama yang menilai tentang kemauan nasabah untuk mengembalikan kreditnya sehingga hal ini menentukan kualitas kredit kedepannya.. Seorang analis akan menentukan layak atau tidaknya calon nasabah itu mendapatkan kredit apabila calon nasabah tersebut telah memenuhi standar kriteria karakter yang ditetapkan perusahaan. Charater dapat dinilai dengan menilai moral calon nasabah dengan melihat pergaulan, tingkah laku dan tingkat sosialisasi calon debitur dengan para tetangganya. Menilai watak calon nasabah dengan melihat sejauh mana calon debitur memberikan informasiinformasi dan data yang dibutuhkan analis, misalnya tentang pekerjaan, gaji, jumlah penghasilan, keadaan / kondisi social tempat kerja, kondisi ekonomi, dan sebagainya dengan cara melakukan sross check kepada para tetangga terdekat (minimal 3 orang). Serta menilai sifat personality yang positif, yaitu dengan melihat tingkah laku sehari-hari calon debitur berdasarkan penilaian para tetangga terdekat calon debitur terkait dengan kehidupan sehari-harinya. Sampai saat ini 96% karakter nasabah dapat dikatakan baik dan mereka bisa menerima kredit. Capacity dilakukan untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam membayar kredit. Untuk menentukan hal tersebut, analis akan membaca data mengenai jumlah pendapatan dan pengeluaran nasabah. Lebih tepatnya dilakukan dengan cara hasil pengurangan antara jumlah pendapatan perbulan dengan jumlah angsuran perbulan. Jika hasilnya sesuai dengan ketentuan perusahaan maka kredit bisa dicairkan. Namun apabila hasilnya tidak sesuai dengan ketentuan perusahaan maka kredit tidak dapat dicairkan. Analisis mengenai aspek keuangan sangatlah penting, sebab aspek ini merupakan aspek yang menentukan kualitas kredit tersebut ke depannya apakah kredit tersebut akan lancar atau bahkan macet. Maka dalam hal ini seorang analis harus jeli dan menghitung dengan sebaik-baiknya bagaimana tingkat kesehatan keuangan calon debiturnya, karena ini menyangkut kemampuan debitur dalam hal memenuhi kewajibannya membayar kredit. Dan penilaian berikutnya adalah dengan mengecek keaslian dokumen-dokumen yang dijadikan jaminan oleh calon debitur serta status usaha yang dijalankannya sebagai antisipasi untuk kemungkinan dikemudian hari apabila terdapat permasalahan hukum dengan debitur. Selain itu, aspek ini bisa dilihat juga dari kewenangan calon debitur dalam perjanjian kredit, seperti halnya berapa lama jangka waktu yang disanggupi debitur dalam memenuhi kewajibannya baik itu 1 tahun, 2 tahun, atau mungkin sampai 3-4 tahun, serta batas waktu akhir perbulan dan denda apabila melewati jatuh tempo. Sampai dengan saat ini penilaian tentang capacity sudah 96% baik, karena dari hasil perhitungan selisih antara pendapatan dan pengeluaran perbulan calon nasabah, mereka mampu untuk mengembalikan kembali kredit yang telah terimanya. Capital dilakukan untuk melihat keefektifan kredit yang disalurkan. Dalam analisis ini, seorang analis bisa menilai seberapa besar modal yang dimiliki oleh perusahaan yang akan dibiayai dengan kredit. Pihak lembaga keuangan tidak akan menyediakan dana bagi perusahaan yang baru merintis usahanya, karena menghindari kemungkinan kredit macet dikemudian hari. Lembaga keuangan baru akan menyalurkan jasa kreditnya kepada perusahaan yang sedang berkembang.
Selanjutnya analis bisa menilai seberapa efektifnya pemanfaatan modal tersebut, modal yang diperoleh dapat digunakan untuk keperluan mendasar yang bisa menunjang perkembangan usaha debitur. Dan yang terakhir analis menilai apakah perusahaan tersebut dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, dalam artian perusahaan yang dibiayai dengan kredit tersebut sudah jelas bergerak dibidang apa dan bukan bergerak dibidang yang melanggar aturan seperti warung yang menyediakan minuman keras. Sampai saat ini 97% kredit yang kita salurkan telah tepat sasaran, yaitu digunakan untuk pengembangan usaha nasabah. Dan yang lainnya disalurkan sebagai kredit konsumtif. Prinsip collateral merupakan jaminan bagi perusahaan atas kredit yang dikucurkan kepada debitur. Nilai jaminan haruslah lebih besar dari besarnya kredit yang akan diterima debitur, hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir kerugian apabila sewaktu-waktu debitur tidak bisa membayar kewajibannya. Selain nilai jaminan harus lebih besar dari kredit, jaminan juga harus gampang dijual. Adapun bentuk barang yang dapat dijadikan sebagai jaminan di PT. LKM (Lembaga Keuangan Mikro) Ciamis dapat berupa: 1. Sertifikat tanah 2. Tanah 3. Bangunan 4. Kendaran bermotor Untuk barang yang dijadikan jaminan oleh calon nasabah sampai saat ini 100% asli dan bernilai jual, dan apabila suatu waktu kredit yang disalurkan tersebut macet kita bisa mengambil alih asset nasabah dan mencairkan asset tersebut. Analisis mengenai condition of economic perusahaan dilakukan untuk melihat prospek usaha dimasa yang akan datang dengan cara membuat uraianuraian mengenai rincian penggunaan dana yang berasal dari kredit, bagaimana kegiatan operasional usahanya, serta kegiatan debitur dalam menjalankan usahanya. Apabila prospeknya baik, maka kemungkinan kredit yang dikucurkan tersebut bermasalah akan relatif kecil. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan debitur manjalankan kewajibannya dalam membayar kredit. Namun dalam kenyataannya, ditengah-tengah kondisi IPTEK yang semakin manju dan persaingan yang semakin ketat, 95% aktivitas usaha nasabah mengalami peningkatan. Kegiatan analisis yang dilakukan oleh PT. LKM (Lembaga Keuangan Mikro) Ciamis telah sesuai dengan teori prinsip perkreditan 5C (character, capital, capacity, collateral, condition of economic). Masyarakat sebagai calon debitur ternyata sudah memahami bagaimana prosedur untuk mendapatkan dana kredit, hal tersebut bisa dilihat dari keterbukaan calon debitur menghadapi petugas dari lembaga keuangan yang akan menyurvey kondisi keuangannya. Namun sikap masyarakat selaku nasabah ada yang paham da nada yang belum atau bahkan tidak paham mengenai tujuan dilakukannya survei. Ia beranggapan bahwa
kegiatan survei ini mengganggu pekerjaan mereka dan menghambat proses pencairan dana yang kita butuhkan. Hambatan-hambatan yang ditemui oleh analis di lapangan adalah keterbukaan calon debitur dalam memberikan informasi yang dibutuhkan. Masih ada calon debitur yang tidak memberikan informasinya secara jujur. Padahal informasi tersebut sangat dibutuhkan oleh analis dalam menganalisa apakah kredit layak disalurkan atau tidak. Disamping keterbukaan calon debitur, pemahaman analis tentang standar operasional prosedur (SOP) juga masih rendah. Ketika seorang analis melakukan survei, maka semua hal yang menjadi aspek penilaian dalam pemberian kredit harus sesuai dengan SOP, dan apabila menyalahi sedikitpun itu bisa menimbulkan kemungkinan kredit yang bermasalah. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan-hambatan yang ditemui di lapangan dalam pelaksanaan analisis kredit adalah dengan melakukan crosscheck kepada nasabah dan kepada tetangganya. Dan untuk menyelesaikan kredit macet, pihak PT. LKM (Lembaga Keuangan Mikro) Ciamis akan mengeluarkan surat peringatan 1, 2, dan 3. Dan apabila langkah-langkah tersebut telah dilakukan namun pihak debitur masih belum bisa menunaikan kewajibannya maka pihak dari PT. LKM (Lembaga Keuangan Mikro) Ciamis akan mengambil alih asset debitur yang dijadikan agunannya.
PENUTUP Simpulan Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan di PT. LKM (Lembaga Keuangan Mikro) Ciamis, maka dapat diperoleh kesimpulan yaitu sebagai berikut: 1. Hasil dari analisis kredit berdasarkan prinsip perkreditan 5C (Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition of Economic) di PT. LKM (Lembaga Keuangan Mikro) Ciamis adalah sebagai berikut: a. Character Sampai saat ini 96% karakter nasabah dapat dikatakan baik dan bisa menerima kredit. b. Capacity Sampai dengan saat ini penilaian tentang capacity sudah 96% baik, karena dari hasil perhitungan selisih antara pendapatan dan pengeluaran perbulan calon nasabah, mereka mampu untuk mengembalikan kembali kredit yang telah terimanya. c. Capital Sampai saat ini 97% kredit yang telah PT LKM (Lembaga Keuangan Mikro) Ciamis salurkan telah tepat sasaran, yaitu digunakan untuk pengembangan usaha nasabah. Dan yang lainnya disalurkan sebagai kredit konsumtif. d. Collateral Untuk barang yang dijadikan jaminan oleh calon nasabah sampai saat ini 100% asli dan bernilai jual, dan apabila suatu waktu kredit yang disalurkan tersebut macet kita bisa mengambil alih asset nasabah dan mencairkan asset tersebut. e. Condition of Economic Namun dalam kenyataannya, ditengah-tengah kondisi IPTEK yang semakin manju dan persaingan yang semakin ketat, 95% aktivitas usaha nasabah mengalami peningkatan. 2. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh PT. LKM (Lembaga Keuangan Mikro) Ciamis ketika menganalisis keadaan calon debitur diantaranya adalah: Keterbukaan calon debitur dalam memberikan keterangan, informasi dan data yang dibutuhkan oleh perusahaan. Pemahaman seorang analis tentang Standard Operational Prosedur (SOP) dalam pemberian kredit yang diajukan oleh calon debitur. 3. Usaha-usaha yang dilakukan oleh PT. LKM (Lembaga Keuangan Mikro) Ciamis dalam mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi ketika menganalisa calon debitur adalah: Melakukan crosscheck ulang kepada nasabah agar data yang didapatkan dari hasil survei petugas analis sesuai dengan fakta dan informasi dari tetangganya. Melakukan BI checking sesaat setelah permohonan kredit diterima.
5.2 Saran Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti, maka ada beberapa saran yang mungkin bisa diterima atau mungkin bisa diaplikasikan oleh semua pihak yang terlibat dalam kegiatan operasional di PT. LKM (Lembaga Keuangan Mikro) Ciamis, yaitu: 1. Peneliti menyarankan agar analis bisa lebih teliti ketika menganalisa calon debitur di lapangan terutama dari data-data yang diberikan calon debitur dan prospek usaha yang dijalankannya, agar data yang dihasilkan lebih akurat dan bisa meminimalisir terjadinya risiko kredit bermasalah. 2. Kredit bermasalah bisa timbul dari nasabah atau bahkan dari pihak bank itu sendiri, maka untuk meminimalisir hal tersebut pihak perusahaan harus benar-benar menilai terhadap sikap, watak, tanggung jawab, kemampuan ekonomi, modal, prospek usaha calon debitur. Apakah ia benar-benar layak untuk diberikan kredit atau belum. 3. Dalam menilai kelayakan kredit, tidak bisa diputuskan dalam waktu sehari atau dua hari. Diperlukan waktu yang maksimal untuk melakukan penilaian kredit. 4. Sumber Daya Manusia (SDM) harus ditingkatkan, agar kemampuan karyawan lebih professional sehingga terjadinya kredit macet bisa diminimalisir.
DAFTAR PUSTAKA
Fuady, Munir. 2012. Pengantar Hukum Bisnis: Menata Bisnis Modern di Era Global. Bandung. Penerbit PT Citra Aditya Bakti. Kasmir. 2011. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta. Penerbit PT. Rajagrafindo Persada. ______. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Depok. Penerbit PT. Rajagrafindo Persada. ______. 2013. Dasar-dasar Perbankan: Edisi Revisi. Depok. Penerbit PT. Rajagrafindo Persada. Kasmir dan Jakfar. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Bandung. Penerbit STEMBI. Latumaerissa, Julius R. 2011. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta. Penerbit Salemba Empat Moleong, Lexi J. 2007. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung. Penerbit PT.Remaja Rosdakarya. Selamet, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan: Kebijakan Monoter dan Perbankan. Jakarta. Penerbit Fakultas Ekonomi Univrsitas Ekonomi. Sigit, Triandaru dan Budisantoso. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta. Penerbit Salemba Empat Sugiyono. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Penerbit Alfabeta. ________. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Penerbit Alfabeta. ________. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung. Penerbit Alfabeta. Taswan. 2010. Manajemen Perbankan: Konsep, Teknik, dan Aplikasi. Yogyakarta. Penerbit UPP STIM YKPN. SK DIR. BI NOMOR 30/267/Kep/DIR/1998 Undang-undang Perbankan no 10 tahun 1998.