ANALISIS KELAYAKAN BISNIS PRODUK KAYU LAPIS (PLYWOOD) DI CV HADIR JAYA, KARAWANG
YANDRA SETYAWAN
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kelayakan Bisnis Produk Kayu Lapis (Plywood) (Kasus di CV Hadir Jaya Plywood Karawang, Jawa Barat)” adalah benar karya sendiri dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Yandra Setyawan H34096123
4
ABSTRAK YANDRA SETYAWAN. Analisis Kelayakan Bisnis Produk Kayu Lapis (Plywood) (Kasus di CV Hadir Jaya Plywood Karawang, Jawa Barat). Dibimbing oleh RATNA WINANDI. CV Hadir Jaya Plywood merupakan perusahaan yang memproduksi kayulapis sebagai bahan untuk sandaran kursi kantor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aspek-aspek dalam kelayakan usaha secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis yang dilakukan meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial lingkungan pada usaha kayulapis. Selain itu, dilakukan juga analisis tingkat kelayakan finansial dan melakukan analisis sensitivitas untuk melihat kelayakan usaha kayulapis apabila terjadi perubahan peningkatan harga bahan baku dan penurunan jumlah produksi kayulapis. Penelitian menggunakan perhitungan kelayakan usaha dengan kriteria NPV, Net B/C, IRR, Payback Period dan analisis sensitivitas. Hasil penelitian menunjukkan pada kelayakan non finansial usaha layak untuk dijalankan dan pada analisis kelayakan finansial juga relatif layak untuk dijalankan. Hasil analisis sensitivitas menggambarkan bahwa usaha kayulapis CV Hadir Jaya sensitif terhadap perubahan pada jumlah produksi. Komponen yang memberikan dampak paling besar terhadap kelayakan usaha adalah perubahan jumlah produksi. Kata kunci : Kayulapis, Studi Kelayakan Bisnis
ABSTRACT YANDRA SETYAWAN. Business Feasibility Analysis Plywood (Case at CV Hadir Jaya Plywood Karawang, West Java). Supervised by RATNA WINANDI CV Hadir Jaya Plywood is a company that manufactures plywood as a material for the back of the office chair. This study aims to analyze aspects of the business feasibility qualitatively and quantitatively. Analysis was conducted on the aspects of the market, technical aspects, management aspects, and social aspects of the business environment on plywood. In addition, the level of analysis is also performed financial feasibility and conduct sensitivity analyzes to look at the feasibility of plywood in the event of changes in raw material price increases and decreases in the production of plywood. Feasibility study using the criteria calculation of NPV, Net B/C, IRR, payback period and sensitivity analysis. The results showed the feasibility of non-financial businesses and eligible to run on the financial feasibility analysis is also relatively feasible to run. The results of the sensitivity analysis illustrates that business attending plywood CV Hadir Jaya sensitive to changes in production quantities. Components that provide the greatest impact on business feasibility is a change in the amount of production .Keywords: Plywood, Investment Criteria
5
ANALISIS KELAYAKAN BISNIS PRODUK KAYU LAPIS (PLYWOOD) DI CV HADIR JAYA, KARAWANG
YANDRA SETYAWAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
6
7
Judul Skripsi Nama NIM
: Analisis Kelayakan Bisnis Produk Kayu Lapis (Plywood) (Kasus di CV Hadir Jaya Plywood Karawang, Jawa Barat) : Yandra Setyawan : H34096123
Disetujui oleh
Dr. Ir. Ratna Winandi, MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus :
8
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah studi kelayakan bisnis, dengan judul Analisis Kelayakan Bisnis Produk Kayu Lapis (Plywood) pada CV Hadir Jaya Karawang, Jawa Barat. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Hasibuan beserta seluruh karyawan CV Hadir Jaya yang telah membantu selama pengumpulan data. Terima kasih kepada seluruh dosen Departemen Agribisnis atas ilmu dan pengetahuan yang telah diberikan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Penulis sangat menyadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Meskipun demikian, penulis mengharapkan adanya manfaat terutama untuk usaha kayulapis.
Bogor, Februari 2014
Yandra Setyawan
i
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Studi Kelayakan Kelayakan Kayulapis (Plywood) KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Studi Kelayakan Bisnis Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis Analisis Kelayakan Investasi Analisis Finansial Analisis Sensitivitas Kerangka Pemikiran Operasional METODELOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Kelayakan Finansial Asumsi Dasar yang Digunakan Analisis Sensitivitas Analisis Kelayakan Non Finansial GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Singkat Perusahaan Profil Perusahaan Visi dan Misi Perusahaan Produk Proses Produksi ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL Aspek Pasar Permintaan Penawaran Aspek Teknis Lokasi Usaha Skala Usaha Layout Proses Produksi Penggunaan Teknologi (Peralatan dan Mesin)
iii iii iv 1 1 3 5 5 5 6 6 7 8 8 8 10 16 17 17 18 20 20 20 20 20 21 23 23 24 25 25 25 26 26 27 32 32 32 33 36 36 37 37 37 38
ii
Aspek Manajemen Aspek Hukum Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan ANALISIS ASPEK-ASPEK FINANSIAL Arus Penerimaan (Inflow) Pendapatan Penjualan Nilai Sisa (Salvage Value) Arus Biaya (Outflow) Biaya Investasi Biaya Operasional Biaya Tetap Biaya Variabel Pajak Penghasilan Analisis Laba Rugi Usaha Analisis Kelayakan Finansial Analisis Sensitivitas SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
39 40 40 40 41 41 41 42 42 43 43 44 45 45 46 47 48 48 48 48 49
iii
DAFTAR TABEL 1 Kontribusi sektor kehutanan terhadap produk domestik bruto atas dasar harga berlaku (2001-2010) 2 Rata-rata produksi kayulapis CV Hadir Jaya tahun 2010 – 2011 3 Rata-rata profit CV Hadir Jaya tahun 2010 – 2011 4 Komposisi bahan perekat (Glue) untuk produksi kayu lapis 5 Daftar harga produk kayulapis pada CV Hadir Jaya 2010-2011 6 Mesin dan peralatan proses produksi kayulapis CV Hadir Jaya 7 Penerimaan penjualan pada usaha kayulapis (Plywood) di CV Hadir Jaya periode 2010-2020 8 Nilai sisa pada usaha kayulapis (plywood) CV Hadir Jaya periode 2010 - 2020 9 Biaya investasi pada usaha kayulapis (plywood) CV Hadir Jaya periode 2010 - 2020 10 Biaya tetap pada produksi usaha kayulapis CV Hadir Jaya periode 2010 - 2020 11 Biaya gaji karyawan pada usaha kayulapis CV Hadir Jaya periode 2010 - 2020 12 Biaya variabel pada usaha kayulapis CV Hadir Jaya periode 2010-2020 13 Analisis laba rugi CV Hadir Jaya periode 2010-2020 14 Laba bersih CV Hadir Jaya periode 2010-2020 15 Analisis kelayakan finansial pada usaha kayulapis (Plywood) CV Hadir Jaya periode 2010-2020 16 Hasil perhitungan analisis sensitivitas pada usaha produksi kayulapis CV Hadir Jaya periode 2010-2020
1 4 4 27 34 37 40 41 42 42 43 43 44 46 46 47
DAFTAR GAMBAR 1 Jumlah perusahaan pengolahan kayu Indonesia Tahun 2001 – 2008 2 Nilai tambah perusahaan pengolahan kayu (dalam Milyar Rupiah) Tahun 2001 – 2008 3 Aspek-aspek dalam penilaian studi kelayakan bisnis 4 Kerangka pemikiran operasional 5 Bahan baku (vinir) yang digunakan dan penyimpanan pada CV Hadir Jaya 6 Pemotongan vinir yang akan digunakan pada CV Hadir Jaya 7 Proses pencampuran perekat urea formaldehida CV Hadir Jaya 8 Proses pengempaan menggunakan mesin kempa CV Hadir Jaya 9 Proses pengamplasan dan pemotongan kayulapis CV Hadir Jaya 10 Produk kayulapis CV Hadir Jaya 2012
2 3 10 19 28 28 29 30 31 34
iv
DAFTAR LAMPIRAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Layout produksi kayulapis CV Hadir Jaya Biaya investasi Biayavariabel dan biaya tetap Rincian permintaan produk CV Hadir Jaya Tahun 2010 Rincian permintaan produk CV Hadir Jaya Tahun 2011 Penerimaan CV Hadir Jaya Tahun 2011 Pendapatan CV Hadir Jaya Tahun 2011 Permintaan produk kayulapis CV Hadir Jaya Tahun 2010-201 Proyeksi cash flow usaha kayulapis (plywood) CV Hadir Jaya Periode 2010-2020 Proyeksi laporan laba rugi usaha kayulapis (plywood) CV Hadir Jaya Periode 2010-2020 Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan baku 15 % Analisis sensitivitas terhadap penurunan produksi 14,3 % Suku bunga deposito
51 52 53 54 55 56 56 57 58 59 60 61 62
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang menghasilkan berbagai macam komoditi pertanian, sektor pertanian merupakan salah satu faktor pendukung dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Indonesia memiliki kawasan hutan yang sangat luas (120,35 juta Ha)1, setara dengan empat negara besar di Eropa (Inggris, Jerman, Perancis dan Finlandia). Badan Planologi Kehutanan dalam Master Plan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (MP-RHL) menyatakan bahwa tekanan terhadap sumber daya hutan sangat mengkhawatirkan. Kini terdapat 43 juta Ha hutan/lahan rusak dengan laju 1,6 – 2,1 juta Ha/tahun mencerminkan eksploitasi sumber daya hutan dilakukan semenamena, salah urus, dan melampaui daya dukung. Kerugian finansial penebangan liar lebih dari 30 trilyun per tahun dan berdampak luas (kerusakan ekosistem dan mutu lingkungan, hilangnya biodiversity, terganggunya kehidupan masyarakat, hilangnya pendapatan serta mengancam kehidupan berbangsa). Kontribusi sektor hutan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional menjadikan produk yang berasal dari sektor ini sangat potensial untuk dikembangkan. Terutama untuk produk olahan hasil hutan yang memiliki nilai tambah yang cukup tinggi. Indonesia sangat terkenal dengan produk hasil hutannya terutama untuk produk-produk olahan kayu. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2010)2, luas hutan Indonesia yang mencapai 120 juta hektar dengan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) dari sektor hutan sebesar dua persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional yaitu 0,77 persen dari kehutanan dan 0,92 persen industri kayu. Kontribusi sektor hutan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional menjadikan produk yang berasal dari sektor ini sangat potensial untuk dikembangkan. Adapun kontribusi sektor kehutanan terhadap PDB Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Kontribusi sektor kehutanan terhadap produk domestik bruto atas dasar harga berlaku (2001-2010) PDB (Milyar Rupiah) Kontribusi Kehutanan No Tahun Terhadap PDB (%) Kehutanan Total PDB 1 2001 16.962,1 1.646.322,0 1,03 2 2002 17.602,4 1.821.833,0 0,97 3 2003 18.414,6 2.013.674,6 0,91 4 2004 20.290,0 2.295.826,2 0,88 5 2005 22.561,8 2.774.281,1 0,81 6 2006 30.065,7 3.339.216,8 0,90 7 2007 36.154,1 3.950.893,2 0,92 8 2008 40.375,1 4.951.356,7 0,82 9 2009 44.952,1 5.613.441,7 0,80 10 2010 48.050,5 6.422.918,2 0,75 Sumber: Badan Pusat Statistik (2012) 1
) Kementrian dan Kehutanan. 2011. Data Luas Lahan Hutan Indonesia. http://www.dephut.go.id. (diakses 20 Februari 2013). 2 ) Badan Pusat Statistik. 2010. Data Kontribusi PDB Nasional dari Kehutanan. http://www.bps.go.id . (diakses pada tanggal 15 Februari 2013).
2
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa kontribusi yang diberikan sektor kehutanan terhadap PDB Indonesia setiap tahunnya mengalami penurunan. Penurunan kontribusi tersebut dikarenakan menurunnya produktivitas hutan Indonesia seiring dengan menurunnya kuantitas (luas) hutan Indonesia serta kualitas hutan atau yang biasa disebut dengan deforestasi hutan. Adapun laju pengurangan luas hutan tersebut di atas tahun-tahun sebelumnya yaitu mencapai dua juta hektar setiap tahunnya. Penurunan luas hutan Indonesia dalam kurun waktu 50 tahun terakhir yaitu dari 162 juta hektar menjadi hanya 98 hektarnya saja ini merupakan dampak dari pembalakan liar, penebangan ilegal, dan juga kebakaran hutan. Selain itu, areal hutan dialihkan fungsinya menjadi kawasan perkebunan skala besar dengan melakukan pembabatan hutan secara menyeluruh atau menjadi kawasan transmigrasi serta sasaran kawasan pengembangan perkotaan.3 Penurunan luas hutan Indonesia ini juga berdampak pada perkembangan industri pengolahan kayu yang ada. Perkembangan industri pengolahan kayu di Indonesia setiap tahunnya mengalami fluktuasi. Pergerakan jumlah perusahaan pengolahan kayu dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Jumlah Perusahaan Pengolahan Kayu Indonesia Tahun 2001 - 2008 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 (diolah)
Pada Gambar 1 dapat dilihat perubahan jumlah perusahaan pengolahan kayu di Indonesia pada tahun 2001 hingga tahun 2008. Pada tahun 2001 hingga 2006 terjadi penurunan jumlah perusahaan pengolahan kayu dimana salah satu faktor yang mempengaruhi keadaan ini adalah kondisi perekonomian nasional selain ketersediaan bahan baku. Pada tahun 2001 perusahaan pengolahan kayu Indonesia berjumlah 1.668 perusahaan dan terus mengalami penurunan hingga tahun 2005 dengan jumlah 1.325 perusahaan. Peningkatan cukup tinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu meningkat menjadi 1782 perusahaan, namun kembali menurun pada tahun berikutnya. Hal ini dikarenakan krisis moneter yang terjadi pada periode waktu 2007 dan 2008 memberikan dampak cukup tinggi pada industri olahan kayu nasional. Terutama untuk produk olahan hasil hutan yang memiliki nilai tambah yang cukup tinggi. Nilai tambah yang dihasilkan oleh produk olahan hasil hutan dapat dilihat pada Gambar 2. 3
) Hutan Indonesia Semakin Berkurang. 2010. http://nasional.vivanews.comAmir Amrullah 12/01/2009. (diakses pada tanggal 20 Februari 2013)
3
Gambar 2 Nilai Tambah Perusahaan Pengolahan Kayu (dalam Milyar Rupiah) Tahun 2001 – 2008. Sumber: Badan Pusat Statistik, 2012 (diolah)
Pada Gambar 2 dapat dilihat nilai tambah pengolahan kayu pada tahun 2001 hingga 2008. Nilai tambah perusahaan kayu di Indonesia mengalami fluktuasi dari tahun 2001-2008. Peningkatan cukup tinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 10, 391 milyar rupiah dari tahun sebelumnya yaitu 7,686 milyar rupiah. Namun pada tahun 2007 kembali mengalami penurunan menjadi 9,366 milyar rupiah dan meningkat menjadi 12,689 milyar rupiah pada tahun 2008. Kayulapis atau plywood sebagai salah satu hasil produksi dalam negeri, merupakan salah satu cabang industri nasional yang pertumbuhannya sangat pesat sehingga mampu menyajikan berbagai bentuk produk yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan bahan bangunan yang serba guna dan memenuhi segala syarat teknis dalam penggunaannya. Perusahaan-perusahaan yang bergerak di industri pengolahan kayu lapis biasanya didominasi oleh usaha kecil menengah (UKM). Peran strategis yang dijalankan oleh usaha kecil, menengah dan koperasi ini disebabkan oleh penyerapan tenaga kerja yang besar, bersifat fleksibel untuk masuk dan keluar, dan membutuhkan sumberdaya baik maupun kuantitas seperti modal, teknologi, bahan baku, tingkat pendidikan yang relatif kecil. Sektor ini sangat diandalkan dalam hal penyerapan tenaga kerja, juga merupakan bagian terbesar dari pelaku ekonomi nasional.
Perumusan Masalah CV Hadir Jaya adalah salah satu UKM yang bergerak di bidang industri kecil dengan jenis usaha produksi kayulapis yang berlokasi di Kab. Karawang. Usaha ini mulai didirikan sejak tahun 2010 oleh Bapak Hasibuan dan menempati area luas lahan hingga saat ini mencapai 600 m2. Usaha ini didirikan dengan modal awal Rp 625.000.000,- yang merupakan modal Bapak Hasibuan. Sampai akhir tahun 2012 total investasi pada CV Hadir Jaya telah mencapai kurang lebih Rp 2.000.000.000,- (dua milyar rupiah). Pemasaran CV Hadir Jaya dilakukan untuk skala lokal. Sampai saat ini CV Hadir Jaya mempunyai target pasar ke perusahaan atau industri yang bergerak di bidang pengolahan kayu dari bahan baku setengah jadi yang berupa veener. Saat ini CV Hadir Jaya mempunyai tiga mitra usaha, yaitu Johanes Chair, Theda Chair, dan CV Helindo.
4
Produk yang dihasilkan adalah produk dengan kualitas baik dengan bahan baku dari sisa limbah industri kayu pohon karet. Kualitas produk yang dijual tergantung permintaan dari pelanggan. CV Hadir Jaya memiliki empat buah produk hasil olahan kayu yaitu produk R1A, R1D, D4 dan D6 merupakan produkproduk yang terdapat di CV Hadir Jaya dengan spesifikasi yang berbeda-beda. R1D merupakan produk plywood dengan ukuran 50 x 45 cm dan biasanya digunakan untuk sandaran kursi lipat. R1A merupakan produk plywood dengan ukuran 50 x 50 cm digunakan untuk sandaran kursi kerja. D4 adalah produk plywood dengan ukuran 60 x 60 cm yang digunakan untuk dudukan kursi. D6 adalah produk plywood dengan ukuran 60 x 80 cm merupakan produk dengan ukuran yang paling besar dan digunakan untuk dudukan kursi. Bahan baku yang digunakan dalam produksi plywood yaitu veener, glue dan kayu. Sistem dan mekanisme usaha yang berjalan d CV Hadir Jaya dirasa belum memberikan dampak yang optimum bagi CV Hadir Jaya. Sebagai gambaran kapasitas produksi maksimal CV Hadir Jaya sebesar 500 lembar/hari belum sepenuhnya terpakai bahkan produksinya cenderung menurun. Rata-rata produksi kayulapis dapat terlihat pada Tabel 2. Salah satu penyebab menurunnya produksi yaitu permintaan kayu lapis dari mitra usaha juga menurun. Tabel 2 Rata-rata Produksi Kayu Lapis CV Hadir Jaya tahun 2010 - 2011
Tahun 2010 2011
Rata-rata produksi (lembar/hari) 350 320
Kapasitas Produksi (lembar) 500 500
Persentase Idle (%) 30 36
Sumber : CV Hadir Jaya (2011)
Kapasitas produksi yang tidak sepenuhnya terpakai menyebabkan tidak efektifnya jam kerja bagi karyawan, jika hal ini terus dibiarkan dikhawatirkan biaya tenaga kerja akan tinggi dan tidak sesuai dengan kapasitas produksi yang seharusnya dihasilkan. Selain permasalahan kapasitas produksi, produk yang dihasilkan masih terbatas hanya beberapa jenis produk yang dibedakan dengan ukuran, sementara permintaan untuk jenis lain masih banyak. Keuntungan yang didapatkan dari memproduksi kayulapis ini semakin menurun ketika ada gejolak pada tahun 2011 mengenai produk-produk furniture. Penjualan yang menurun drastis dan harga bahan baku yang meningkat menjadi masalah yang dialami oleh CV Hadir Jaya. Keuntungan perusahaan pada tahun 2010 dan 2011dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Rata-rata profit CV Hadir Jaya tahun 2010 - 2011
Tahun 2010 2011
Rata-Rata Profit Perbulan (Rp) Rp 38.000.000 Rp 30.000.000
Sumber : CV Hadir Jaya (2011)
Kapasitas produksi yang belum terpakai maksimal, keuntungan perusahaan yang cenderung menurun, dan diferensiasi produk yang terbatas, melatar belakangi dilakukannya studi kelayakan bagi CV Hadir Jaya untuk menjamin keberlangsungan usaha serta perkembangan usaha ke arah yang lebih baik. Hal tersebut dapat ditunjang dengan menggali keuntungan potensial yang
5
dihasilkan melalui pengembangan produk CV Hadir Jaya. Pengembangan usaha khususnya pengembangan pada produk yang diterapkan CV Hadir Jaya sebaiknya dilandasi oleh kebutuhan dan keinginan pelanggan. Perusahaan yang merancang produknya tanpa masukan dari pelanggan akan mendapat produknya ditolak dipasar. Oleh karena itu, perusahaan perlu memahami perubahan pasar dan pelanggannya serta memberikan nilai yang kompetitif. Berdasarkan latar belakang di atas perumusan masalah pada penelitian ini yaitu : 1. Bagaimana tingkat kelayakan usaha kayulapis jika dilihat dari aspek finansial dan non finansial? 2. Bagaimana tingkat sensitivitas dari kayulapis apabila menghadapi perubahan dalam peningkatan harga bahan baku? Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang dan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis aspek-aspek dalam kelayakan usaha secara deskriptif yang meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial lingkungan pada usaha kayu lapis di CV Hadir Jaya. 2. Menganalisis tingkat kelayakan finansial dari usaha kayulapis. 3. Melakukan analisis sensitivitas untuk melihat kelayakan usaha kayulapis apabila terjadi perubahan peningkatan harga bahan baku. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat bagi berbagai pihak yaitu: 1. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah pengalaman dan latihan dalam menerapkan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama kuliah. 2. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat menjadi referensi dan membantu perusahaan dalam mengambil keputusan pelaksanaan dan pengembangan usaha kayulapis. 3. Bagi pembaca diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kondisi industri kayulapis dan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pemilihan bisnis. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini hanya membahas mengenai studi kelayakan usaha kayulapis saja, sedangkan untuk perkebunan bahan baku kayu tidak dianalisis. Analisis yang dilakukan tidak sampai pada pembuatan prototype produk baru yang akan dikembangkan melainkan tahapan-tahapan mulai dari pemunculan gagasan hingga analisis bisnis.
6
TINJAUAN PUSTAKA Studi Kelayakan
Anugerah Puriam Naiborhu (2004) melakukan penelitian mengenai kelayakan finansial dan pemasaran minyak pala pada PT. Pavettia Atsiri Indonesia, Bogor. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa terdapat tiga margin pemasaran pada pengolahan biji pala menjadi minyak pala dengan farmer share yang sama besar. Selain itu, jika dilihat dari kriteria kelayakan investasi maka usaha penyulingan minyak pala yang dilakukan oleh perusahaan ini layak untuk dilaksanakan, yaitu dengan nilai NPV sebesar Rp 140.235.090,00, IRR sebesar 36 persen, payback periode selama dua tahun 11 bulan, serta nilai Gross B/C sebesar 1,076. Selanjutnya, setelah dilakukan perhitungan analisis sensitivitas terhadap kriteria kelayakan usaha, dapat dilihat bahwa usaha ini sangat sensitif terhadap kenaikan harga bahan baku. Penelitian lain mengenai kelayakan usaha dilakukan oleh Biblio Butaflika (2008) yang menganalisis kelayakan perencanaan program pengusahaan bunga krisan di Kabupaten Lampung Barat. Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain menganalisis kelayakan dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, manajerial, dan aspek sosial; menganalisis kelayakan finansial rencana program pengusahaan bunga potong krisan apabila usaha dilakukan dalam dua skenario yaitu penanaman tanpa pembibitan dan penanaman dengan pembibitan; serta menganalisis sensitivitas rencana pengembangan program pengusahaan bunga potong krisan terhadap perubahan harga input produksi, harga jual krisan dan volume produksi krisan. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa berdasarkan analisis aspek pasar, teknis, manajerial maupun aspek sosial, usaha pengembangan program pengusahaan bunga potong krisan di Lampung Barat tersebut layak dilakukan. Selain itu, dari hasil analisis finansial, diperoleh kesimpulan bahwa rencana pengembangan bunga potong krisan dengan atau tanpa pembibitan sama-sama memberikan keuntungan. Namun jenis pengusahaan yang lebih menguntungkan adalah pengusahaan dengan menggunakan skenario II yaitu penanaman dengan pembibitan. Hasil Switching Value menunjukkan bahwa pengusahaan bunga potong krisan skenario I (penanaman tanpa pembibitan) lebih sensitif dibandingkan dengan skenario II (penanaman dengan pembibitan) terhadap perubahan penurunan harga jual maupun volume produksi bunga potong krisan. Gusri Ayu Farsa (2008) melakukan penelitian mengenai analisis kelayakan usaha penyulingan minyak kayu putih Yakasaba di Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan. Dari penelitian tersebut berdasarkan hasil analisis kelayakan non finansial yaitu analisis aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, dan sosial ekonomi dan lingkungan, usaha penyulingan MKP Yakasaba layak untuk dilaksanakan, karena tidak ada faktor yang menghambat kegiatan produksi Yakasaba dari tiap-tiap aspek. Analisis aspek finansial dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga skenario atau pola usaha. Pada skenario I, diperoleh nilai NPV sebesar Rp 1.264.477.393,82, IRR sebesar 28,90 persen , Net B/C sebesar 4,63, serta nilai Payback Periode selama 6 tahun 4 bulan dan 28 hari. Pada skenario II, nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 2.848.453.013,92, IRR sebesar 35,86 persen, Net B/C
7
sebesar 5,51, dan Payback Periode selama 5 tahun 1 bulan 12 hari. Sedangkan pada skenario III, nilai NPV yang diperoleh adalah sebesar Rp 2.982.818.583,46, dengan nilai IRR sebesar 48,79 persen, Net B/C sebesar 8,74, serta Payback Periode selama 4 tahun 18 hari. Berdasarkan keempat kriteria kelayakan finansial, ketiga skenario tersebut layak untuk dijalankan. Jika dilihat dari hasil analisis sensitivitas, skenario II yang merupakan usaha penyulingan minyak kayu putih yang saat ini sedang dijalankan adalah usaha yang paling sensitif terhadap penurunan harga jual minyak kayu putih sebesar 23 persen, sedangkan skenario I merupakan pola usaha yang paling sensitif terhadap kenaikan harga bahan bakar batubara sebesar 18 persen. Kenaikan harga bahan bakar batubara tidak memberikan perubahan yang signifikan terhadap usaha dikarenakan pada kedua skenario ini penggunaan bahan bakar batubara hanya pada tahun pertama saja, sedangkan untuk tahun-tahun berikutnya menggunakan bahan bakar yang berasal dari limbah penyulingan daun kayu putih. Kelayakan Kayulapis (Plywood)
Rohani K.V Silitonga (2010) melakukan penelitian mengenai analisis biaya kayulapis pada PT Sari Bumi Kusuma, Kalimantan Barat. Penelitian bertujuan untuk menganalisis struktur biaya produksi, harga pokok, tingkat Break Even Point (BEP) dan tingkat profitabilitas dari perusahaan kayu lapis. Hasil perhitungan dari biaya produksi pada periode tahun 2008 diketahui total biaya tetap sebesar Rp 30,24 milyar per tahun, total biaya variabel sebesar Rp 4,16 juta per m3, maka dapat diketahui besar biaya produksi untuk tahun 2008 adalah sebesar Rp 296,88 milyar per tahun atau Rp 4,63 juta per m3. Sedangkan pada periode tahun 2009 (Januari-Maret) total biaya tetap sebesar Rp 6,4 milyar per tahun, total biaya variabel sebesar Rp 3,68 juta per m3, maka dapat diketahui besar biaya produksi untuk tahun 2009 adalah sebesar Rp 67,95 milyar per tahun atau Rp 4,04 juta per m3. Berdasarkan tingkat produksi dan harga jual total produk kayulapis pada tahun 2008, keuntungan yang diperoleh perusahaan diperkirakan sebesar Rp 23,38 milyar per tahun, sedangkan tahun 2009 perusahaan memperoleh laba sebesar Rp 7,03 milyar per tahun. Tingkat pengembalian modal (ROI) perusahaan pada tahun 2008 mencapai 5,97 persen dan sebesar 4,31 persen pada tahun 2009. Nilai Break Even Point (BEP) dicapai perusahaan pada tingkat produksi 36.105,89 m3/tahun dan 7.961,78 m3/tahun pada tahun 2009. Harga pokok produksi kayulapis pada tahun 2008 adalah Rp 5,24 juta per m3 dan sebesar Rp 5,04 juta per m3 pada tahun 2009, sedangkan harga jual total produk tahun 2008 adalah sebesar Rp 5,00 juta per m3 dan sebesar rp 4,49 juta per m3 pada tahun 2009. Harga pokok tersebut lebih besar dari nilai harga jual total produk. Hal ini mengartikan bahwa keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan dari hasil penjualan kayulapis tidak seperti yang diharapkan. Penelitian lain mengenai kayu lapis atau plywood dilakukan oleh Aditya Agung Pradana (2006) yang menganilisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor plywood di Indonesia. Adapun tujuan dari penilitian ini antara lain adalah menganalisi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor plywood di Indonesia, menganalisis secara empiris elastisitas jangka pendek dan jangka panjang ekpor plywood di Indonesia dan bagaimana implikasi dari
8
kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi ekspor kayu lapis sehingga dapat merekomendasikan kebijakan dari hasil analisis ekspor plywood di Indonesia. Berdasarkan analisis tersebut diperoleh hasil bahwa ekspor plywood dalam jangka pendek secara nyata dipengaruhi positif oleh harga relatif dari plywood, artinya jika harga relatif plywood meningkat maka ekspor plywood akan meningkat. Ekspor plywood dipengaruhi secara negatif oleh jumlah bahan baku yang tersedia dan nilai tukar uang. Jika kedua variabel tersebut meningkat maka ekspor plywood menurun. Ekspor plywood dalam jangka panjang dipengaruhi secara positif oleh harga relatif dari plywood dan kebijakan pelarangan ekspor. Eksor plywood secara negatif dipengaruhi oleh jumlah bahan baku yang tersedia, nilai tukar dan krisis moneter. Dari hasil analisis diperoleh elastisitas jangka pendek dan jangka panjang, sehingga semua variabel yang terdapat pada model penelitian mempengaruhi ekspor plywood di Indonesia. Implikasi kebijakan pelarangan ekspor kayu bulat terhadap ekspor plywood, bahwa dengan diberlakukannya kembali kebijakan tersebut maka akan terjadi suatu peningkatan ekspor plywood, selain itu pemerintah juga harus bertindak lebih tegas dengan cara berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk mencegah segala bentuk penyelewengan seperti illegal logging.
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil dan proposisi untuk menjawab suatu tujuan penelitian. Pengetahuan dapat diperoleh dari ilmu yang telah dipelajari yang berasal dari sumber bacaan baik dari buku teks, jurnal dan logika penelitian yang telah terbangun dari pengalaman penelitian sebelumnya (Rachmania & Burhannudin, 2008). Berikut ini beberapa teori yang mendasari kerangka pemikiran yang penulis lakukan. Studi Kelayakan Bisnis
Bisnis dapat diartikan sebagai seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung didalam bidang perniagaan (produsen, pedagang, konsumen dan industri dimana perusahaan berada) dalam rangka memperbaiki standar serta kualitas hidp mereka. Perusahaan diartikan sebagai sebuah organisasi yang memproses perubahan keahlian dan sumber daya ekonomi menjadi barang dan/atau jasa yang diperuntukkan bagi pemuasan kebutuhan para pembeli, serta diharapkan akan memberikan laba kepada para pemiliknya. Dengan kedua istilah tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian bisnis lebih luas daripada pengertian perusahaan karena perusahaan merupakan bagian dari bisnis (Husein Umar, 2003). Menurut Umar (2007) studi kelayakan pada hakikatnya adalah suatu metode penjajakan dari suatu gagasan tentang kemungkinan layak atau tidaknya gagasan usaha tersebut dilaksanakan. Suatu usaha atau bisnis dikatakan layak apabila usaha tersebut diperkirakan akan dapat menghasilkan keuntungan yang layak apabila dijalankan.
9
Menurut Ibrahim (2003), studi kelayakan bisnis adalah kegiatan untuk menilai besarnya manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha. Berdasarkan hal tersebut, studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan untuk melakukan pengambilan keputusan mengenai apakah suatu rencana bisnis diterima atau ditolak serta apakah akan menghentikan atau mempertahankan bisnis yang sudah ada atau sedang dijalankan (Nurmalina et al, 2010). Studi kelayakan bisnis bertujuan untuk mengetahui tingkat benefit yang dicapai dari suatu bisnis yang akan atau telah dijalankan, memilih alternatif bisnis yang menguntungkan dan menentukan prioritas investasi bersarkan pada alternatif bisnis yang menguntungkan tersebut. Selain itu, studi kelayakan bisnis juga dapat digunakan untuk menghindari pemborosan sumberdaya (Nurmalina et al, 2010). Tujuan melakukan studi kelayakan bisnis adalah untuk menghindari kerugian penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Studi kelayakan memerlukan biaya, namun biaya tersebut relatif menyangkut investasi dalam jumlah besar (Husnan dan Muhammad, 2000). Menurut Kasmir dan Jakfar (2012) setidaknya ada lima tujuan studi kelayakan bisnis dilakukan sebelum suatu proyek dijalankan perlu dilakukan studi kelayakan, yaitu: 1. Menghindari risiko kerugian Untuk mengatasi risiko kerugian dimasa yang akan datan, karena dimasa yang akan datang ada semacam kontisi ketidakpastian. Kondisi ini ada yang dapat diramalkan akan terjadi atau memang dengan sendirinyaterjadi tanpa diramalkan. Dalam hal ini, fungsi studi kelayakan adalah untuk meminimalkan risiko yang tidak diinginkan, baik risiko yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan. 2. Memudahkan perencanaan Jika sudah dapat diramalkan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang, maka akan mempermudah dalam pelaksanaanperencanaan danhalhal apa saja yang perlu direncanakan. Perencanaan meliputi berapa jumlah dana yang akan dikeluarkan, kapan usaha atau proyek akan dijalankan, dimana lokasi usaha akan didirikan, berapa besar keuntungan yang akan diperoleh, serta bagaimana mengawasi jika terjadi penyimpangan. Dalam perencanaan sudah terdapat jadwal pelaksanaan usaha, mulai dari usaha dijalankan sampai waktu tertentu. 3. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan Dengan adanya berbagai rencana yang sudah disusun akan sangat memudahkan pelaksanaan usaha. Pelaksana usaha yang mengerjakan bisnis tersebut telah memiliki pedoman yang harus dikerjakan. Kemudian pengerjaan usaha dapat dilakukan secara sistematik, sehingga tepat sasarandan sesuai dengan rencana yang sudah disusun. Rencana yang sudah disusun, dijadikan acuan dalam mengerjakan setiap tahap yang sudah direncanakan. 4. Memudahkan pengawasan Perusahaan akan mudah untuk melakukan pengawasan jika usaha yang dijalankan telah dilakukan sesuai dengan yang telah direncakan. Pengawasan perlu dilakukan agar pelaksaan usaha tidak melenceng dari rencana yang telah disusun. Pelaksana pekerjaan dapat dengan sungguh-
10
sungguh melakukan pekerjaannya karena merasa ada yang mengawasi, sehingga pelaksanaan tidak terhambat oleh hal-hal yang tidak perlu. 5. Memudahkan pengendalian Jika dalam pelaksanaan pekerjaan telah dilakukan pengawasan, maka apabila terjadi suatu penyimpangan akan mudah terdeteksi, sehingga akan dapat dilakukan pengendalian atas penyimpangan tersebut. Tujuan pengendalian ini adalah untuk mengembalikan pelaksaan pekerjaan yang melenceng dari yang diinginkan, sehingga pada akhirnya tujuan perusahaan akan tercapai. Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis
Melakukan studi kelayakan perlu memperhatikan aspek-aspek yang secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang akan diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu. Sementara itu, sesuai dengan definisinya bisnis memiliki kegiatan-kegiatan yang tidak hanya membangun proyek, tetapi juga yang utama adalah operasinalisasinya sehingga menjadi beberapa aspek pergantian, termasuk mengenai layanan pada pasar potensial, kepuasan konsumen dan persaingan bisnis menjadi hal yang penting. Dalam melakukan penilaian studi kelayakan melalui tahap-tahap yang yelah ditentukan, sebaiknya dilakukan secara benar dan lengkap. Setiap tahapan memiliki berbagai aspek yang harus diteliti, diukur, dan dinilai sesuai dengan yang telah ditentukan. Ada beberapa aspek yang perlu dilakukan studi untuk menentukan kelayakan suatu usaha. Masing-masing aspektidak dapat berdiri sendiri melainkan saling berkaitan. Artinya, jika salah satu aspek tidak terpenuhi, maka perlu dilakukan perbaikan atau tambahan yang diperlukan (Jakfar, 2012). Aspek Pasar
Aspek Teknis
Aspek Manajemen Aspek Penilaian
Hasil Studi Kelayakan Aspek Hukum
Aspek Lingkungan dan sosial Aspek Finansial/Keungan Gambar 3. Aspek-aspek dalam Penilaian Studi Kelayakan Bisnis
11
Menurut Gittinger (1986), pada proyek pertanian ada enam aspek yang harus dipertimbangkan dalam mengambil keputusan yaitu: 1. Aspek Pasar Pasar merupakan kumpulan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk belanjar, dan kemauan untuk membelanjakannya (Stanton dalam Husein Umar, 2003). Pada studi kelayakan, analisis aspek pasar mencakup permintaan, penawaran, strategi bauran pemasaran, serta perkiraan penjualan. a. Permintaan Menurut Lipsey (1995), banyaknya komoditi yang diminta merupakan jumlah suatu komoditi yang akan dibeli oleh suatu rumah tangga. Permintaan dari produk yang dihasilkan dapat diketahui melalui daya serap pasar. Daya serap pasar merupakan peluang pasar yang dapat dimanfaatkan dalam memasarkan hasil produksi dari usaha yang direncanakan. Dalam menganalisis permintaan konsumen terhadap suatu produk, hal-hal yang harus diperhatikan adalah jenis konsumen yang menjadi target pasar, daerah yang menjadi target pasar, perusahaan dan proyeksi permintaan. b. Penawaran Penawaran merupakan banyaknya komoditi yang dijual oleh perusahaan (Lipsey, 1995). Banyaknya komoditi yang ditawarkan oleh perusahaan dipengaruhi oleh beberapa variabel penting diantaranya harga komoditi tersebut, harga-harga input, tujuan perusahaan dan perkembangan teknologi. Dengan mengetahui jumlah permintaan dan penawaran dari suatu produk, maka perbedaan antara permintaan dengan penawaran itulah yang merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan dalam pembukaan usaha baru. Apabila permintaan lebih kecil dari jumlah produk yang ditawarkan berarti usaha tersebut tidak memiliki peluang untuk didirikan dan sebaliknya. Di samping itu, dalam melakukan suatu analisis penawaran juga harus memperhatikan bisnis-bisnis lain yang telah ada sebelumnya dan kemungkinan tentang berdirinya usaha sejenis lainnya di masa yang akan datang, sehingga bisnis yang kita jalankan tetap memiliki pangsa pasar tersendiri. c. Strategi Bauran Pemasaran Strategi pemasaran adalah berbagai usaha yang dilakukan oleh perusahaan dalam mempengaruhi keputusan konsumen untuk melakukan pembelian hasil produksinya. Usaha-usaha pemasaran yang dilakukan biasanya disesuaikan dengan kedudukan produknya dalam persaingan dan siklus produk, baik ketika penetrasi pasar maupun pada siklus selanjutnya. Adapun bauran pemasaran yang digunakan oleh perusahan antara lain: i. Strategi Produk Menurut Kashmir dan Jakfar (2007), produk adalah sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Pihak perusahaan terlebih dahulu harus mendefinisikan, memilih, dan mendesain suatu produk disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan konsumen yang akan dilayaninya, agar investasi yang ditanam dapat berhasil dengan baik. Strategi produk yang dilakukan oleh perusahaan
12
dalam mengembangkan suatu produk antara lain keragaman produk, kualitas, desain, ciri, merek, kemasan, ukuran pelayanan, garansi, serta imbalan. ii. Strategi Harga Harga merupakan nilai yang harus dikeluarkan oleh konsumen untuk memperoleh suatu manfaat dengan memiliki atau menggunakan suatu produk. Berdasarkan hipotesis ekonomi, jumlah barang yang diminta berhubungan negatif dengan harga barang tersebut, dengan asumsi faktor lain dianggap tetap. Semakin rendah harga suatu barang, maka semakin besar pula permintaannya dan juga sebaliknya. Untuk penawaran, jumlah barang yang ditawarkan berbanding lurus dengan harga barang tersebut, dengan asumsi faktor lainnya dianggap tetap. Semakin tinggi harga suatu barang, maka semakin besar pula penawarannya akan barang tersebut. Tetapi sebaliknya, semakin rendah harga suatu barang, maka semakin rendah pula penawaran barang tersebut. iii. Distribusi Kegiatan pemasaran yang ketiga adalah penentuan lokasi dan distribusi beserta sarana dan prasarana pendukung. Hal ini dilakukan agar konsumen mudah menjangkau setiap lokasi yang ada serta mendistribusikan barang atau jasa. Distribusi digunakan untuk menentukan bagaimana mencapai target pasar dan bagaimana untuk menyelenggarakan fungsi-fungsi distribusi yang berbeda-beda. iv. Strategi Promosi Kegiatan promosi dari setiap perusahaan dilakukan untuk mempromosikan seluruh produk atau jasa yang dihasilkannya baik secara langsung atau tidak. Promosi merupakan sarana yang paling tepat untuk menarik dan mempertahankan konsumen. Salah satu tujuan dari promosi perusahaan adalah menginformasikan segala jenis produk yang ditawarkan dan berusaha menarik calon konsumen yang baru. Terdapat empat sarana promosi yang dapat digunakan oleh setiap perusahaan dalam mempromosikan produk ataupun jasa yang dihasilkannya, diantaranya dengan periklanan, promosi penjualan, publisitas, serta penjualan pribadi. d. Perkiraan Penjualan Sebelum produk yang kita tawarkan sampai ke tangan konsumen, maka seorang pelaku bisnis harus melakukan perkiraan penjualan. Kegiatan perkiraan penjualan meliputi penetapan harga produk yang akan dijual, kapasitas produksi yang akan direncanakan, dan besarnya modal yang digunakan. Aspek pasar dan pemasaran digunakan untuk menilai apakah perusahaan yang akan melakukan investasi ditinjau dari segi pasar dan pemasaran memiliki peluang pasar yang diinginkan atau tidak. Atau dengan kata lain seberapa besar potensi pasar yang ada untuk produk yang ditawarkan dan seberapa besar market share yang dikuasai oleh para pesaing dewasa ini. Kemudian bagaimana strategi
13
pemasaran yang akan dijalankan, untuk menangkap potensi pasar yang ada, maka perlu dilakukan riset pasar, baik dengan terjun langsung ke lapang maupun dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber. Setelah diketahui pasar nyata dan potensi pasar yang ada, selanjutnya disusun strategi pemasaran yang cocok (Jakfar, 2012). 2. Aspek Teknis Aspek teknis merupakan aspek yang akan dikaji selanjutnya apabila aspek pasar telah dianalisis terlebih dahulu. Kegiatan ini timbul apabila sebuah gagasan usaha/proyek yang direncanakan telah menunjukkan peluang yang cukup cerah dilihat dari segi pemasaran. Dalam menyusun studi kelayakan bisnis, aspek teknis perlu dipertimbangkan secara cepat dan benar karena kesalahan dalam menentukan aspek ini juga mengakibatkan perusahaan mengalami kegagalan. Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut berjalan. Menurut Ibrahim (2003), dalam menganalisis aspek teknis ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya lokasi proyek, besaran skala operasional untuk mencapai kondisi yang ekonomis, proses produksi, serta kriteria pemilihan mesin dan equipment. a. Lokasi Proyek Faktor lokasi adalah faktor yang ikut secara langsung mempengaruhi komoditas dari kegiatan usaha karena lokasi proyek erat hubungannya dengan masalah pemasaran hasil produksi dan masalah pemasaran hasil produksi dan masalah biaya pengangkutan selain masalah persediaan bahan baku. Secara umum faktor-faktor yang ikut mempengaruhi lokasi proyek, antara lain daerah pemasaran, penyediaan tenaga kerja, fasilitas pengangkutan, dan tersedianya pembangkit tenaga listrik. i. Daerah Pemasaran Kebijakan dalam menentukan lokasi usaha/proyek, mengenai apakah lokasi harus dengan dengan pasar hasil produksi atau dekat dengan bahan baku harus dipertimbangkan secara teknis dan ekonomis sehingga kelangsungan dari usaha dapat terjamin. Lokasi usaha yang dekat dengan pasar biasanya mempunyai beberapa keunggulan, antara lain pelayanan terhadap konsumen dapat dilakukan dengan cepat, ongkos angkut dari produk yang dihasilkan relatif lebih murah dan volume penjualan dapat ditingkatkan. ii. Bahan Baku Pendirian suatu usaha atau proyek yang dekat dengan bahan baku juga mempunyai kelebihan antara lain supply bahan mentah dapat menjamin kontinuitas kegiatan usaha, ongkos angkut bahan lebih murah, dan perluasan usaha lebih mudah untuk dilakukan. Dilihat dari segi ongkos angkut bahan mentah, apabila jumlah bahan mentah yang diangkut jauh lebih besar daripada bahan jadi sebagai akibat proses produksi, lokasi usaha atau proyek yang dekat dengan bahan baku lebih menguntungkan.
14
iii.
iv.
v.
Tenaga Kerja Dalam menentukan lokasi usaha/proyek, supply tenaga kerja juga perlu mendapat perhatian, baik dilihat dari jumlah tenaga kerja maupun kualitas yang diperlukan. Apabila usaha usaha/proyek yang didirikan membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah yang relatif besar (padat karya) sebaiknya lokasi usaha yang didirikan dekat dengan pemukiman penduduk. Fasilitas Pengangkutan Fasilitas pengangkutan yang tersedia dalam pemilihan lokasi perlu menjadi perhatian dari penyusunan studi kelayakan, karena masalah pengangkutan merupakan masalah dalam pengangkutan bahan mentah, barang jadi, maupun tenaga kerja. Fasilitas Tenaga Listrik dan Air Secara teknis, apabila usaha/proyek yang direncanakan memerlukan fasilitas listrik dalam kegiatan produksi, tentu dalam penyusunan studi kelayakan dalam perhitungan lokasi proyek (pabrik) perlu mendapat perhatian, terutama ada tidaknya tenaga listrik yang tersedia. Demikian pula dengan air, apabila usaha/proyek yang didirikan dalam proses produksi memerlukan air, baik sebagai tenaga penggerak maupun dalam proses produksi maka lokasi proyek/pabrik harus dekat dengan air. b. Skala Usaha Untuk menentukan skala usaha dalam suatu proyek yang direncanakan tergantung pada pangsa pasar dari produk yang dihasilkan. Apabila pangsa pasar dapat dimiliki dalam jumlah yang tidak terbatas, tentu jumlah produksi yang dihasilkan sangat tergantung pada keuntungan optimal yang mungkin diperoleh. c. Proses produksi Proses produksi dari gagasan usaha/proyek yang akan direncanakan juga perlu diketahui untuk menentukan jumlah biaya investasi, jenis mesin yang digunakan, serta bentuk bangunan yang diperlukan, sesuai dengan proses produksi secara teknis. Dengan mengetahui kegiatan secara teknis dari proses produksi, tentu penyusunan studi kelayakan dapat menghitung biaya yang diperlukan dalam pengadaan mesin-mesin dan gedung-gedung yang diperlukan di samping peralatan lainnya, karena biaya bangunan serta mesin merupakan biaya investasi yang perlu untuk diketahui dalam analisis kriteria investasi. Selain itu, perlu juga diketahui tentang dampak yang ditimbulkan oleh proses produksi terhadap lingkungan, apakah proses produksi akan mempengaruhi keadaan lingkungan. Bila menimbulkan dampak negatif perlu diperkirakan cara-cara dalam penanggulangannya dan keadaan ini membutuhkan dana yang perlu diperhitungkan. d. Penggunaan Teknologi (alat dan mesin) Teknologi merupakan salah satu faktor penunjang dalam menjalankan suatu usaha. Penggunaan teknologi dimaksudkan untuk membuat usaha yang dijalankan lebih efisien. Selain itu, jenis teknologi yang diterapkan harus disesuaikan dengan proses produksi usaha tersebut.
15
3. Aspek Manajemen Manajemen merupakan proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain (Robbins SP, Coulter M, 2004). Masalah sumberdaya manusia maupun rencana perusahaan secara keseluruhan, haruslah disusun sesuai dengan tujuan perusahaan. Tujuan perusahaan akan lebih mudah tercapai jika memenuhi tahapan dalam proses manajemen. Proses manajemen ini akan tergambar dari masingmasing fungsi yang ada dalam manajemen. Pada aspek manajemen, yang perlu dianalisis adalah bagaimana fungsi-fungsi manajamen diterapkan secara benar (Kashmir dan Jakfar, 2007). Adapun empat fungsi dasar manajemen menurut Robbins SP, Coulter M (2004), diantaranya sebagai berikut: a. Perencanaan (Planning) Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang mencakup proses mendefinisikan sasaran, menetapkan strategi untuk mencapai sasaran, dan menyusun rencana untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan sejumlah kegiatan. b. Pengorganisasian (Organitation) Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen yang mencakup proses menentukan tugas apa yang harus dilakukan, siapa yang harus melakukan, bagaimana cara mengelompokkan tugas-tugas itu, dan dimana keputusan harus dibuat. c. Pemimpinan (Leading) Pemimpinan merupakan fungsi manajemen yang mencakup kegiatan memotivasi bawahan, mempengaruhi individu atau tim sewaktu bekerja, memiliki saluran komunikasi yang paling efektif, dan memecahkan dengan berbagai cara masalah perilaku karyawan. d. Pengendalian (Controlling) Pengendalian adalah fungsi manajemen yang mencakup pemantauan kinerja aktual, pembandingan aktual dengan standar, dan membuat koreksi. Analisis aspek manajemen memfokuskan pada kondisi internal perusahaan. Aspek-aspek manajemen yang dilihat pada studi kelayakan terdiri dari manajemen pada masa pembangunan yaitu pelaksana proyek, jadwal penyelesaian proyek, pelaksana studi masingmasing aspek, dan manajemen pada saat operasi yaitu bentuk organisasi, struktur organisasi, deskripsi jabatan, personil kunci, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan. 4. Aspek Hukum Terdiri dari bentuk badan usaha yang akan digunakan, jaminanjaminan yang dapat diberikan apabila hendak meminjam dana, serta akta, sertifikat, dan izin yang diperlukan dalam menjalankan usaha. Adapun tujuan dari analisis aspek hukum adalah untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki. Hal ini sangat penting mengingat sebelum usaha tersebut dijalankan, maka segala prosedur yang berkaitan dengan izin-izin atau berbagai persyaratan harus terlebih dahulu sudah terpenuhi (Kashmir dan Jakfar, 2007).
16
5. Aspek Lingkungan Sosial Analisis sosial lingkungan terdiri dari pengaruh proyek terhadap penghasilan negara, pengaruhnya terhadap devisa negara, peluang kerja, dan pengembangan wilayah dimana proyek dilaksanakan. Analisis sosial berkenaan dengan implikasi sosial yang lebih luas dari investasi yang diusulkan, dimana pertimbangan-pertimbangan sosial yang harus dipikirkan secara cermat dapat menentukan apakah suatu proyek tanggap terhadap keadaan sosial (Gittinger, 1986). 6. Aspek Finansial Jika sebuah gagasan usaha atau proyek yang direncanakan telah feasible dilihat dari aspek pemasaran dan teknis produksi, langkah selanjutnya adalah mengadakan penilaian dari aspek finansial, baik yang menyangkut dengan biaya investasi maupun modal kerja. Biaya investasi adalah biaya yang diperlukan dalam pembangunan proyek, terdiri dari pengadaan tanah, gedung, mesin, peralatan, biaya pemasangan, dan biaya lainnya yang berhubungan dengan pembagunan proyek. Sedangkan modal kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan usaha setelah pembangunan proyek siap, terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Selain biaya investasi dan modal kerja, yang perlu diperhatikan juga dalam aspek finansial adalah sumber modal, proses perputaran keuangan, asas pembelanjaan, break even point, analisis profit dan dampak proyek terhadap perekonomian masyarakat secara keseluruhan. Analisis Kelayakan Investasi
Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dari suatu proyek. Dalam mengukur kemanfaatan proyek dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan perhitungan berdiskonto dan tidak berdiskonto. Perbedaannya terletak pada konsep Time Value of Money yang diterapkan pada perhitungan berdiskonto. Perhitungan diskonto merupakan suatu teknik yang dapat menurunkan manfaat yang diperoleh pada masa yang akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang, sedangkan perhitungan tidak berdiskonto memiliki kelemahan umum yaitu ukuran-ukuran tersebut belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus manfaat yang diterima (Gittinger, 1986). Konsep time value of money menyatakan bahwa nilai sekarang adalah lebih baik daripada nilai yang sama pada masa yang akan datang. Ada dua sebab yang menyebabkan hal ini terjadi, yaitu time preference (sejumlah sumber yang tersedia untuk dinikmati pada saat ini lebih disenangi daripada jumlah yang sama namun tersedia di masa yang akan datang) dan produktivitas atau efisiensi modal (modal yang dimiliki saat sekarang memiliki peluang untuk mendapatkan keuntungan di masa datang melalui kegiatan yang produktif) yang berlaku baik secara perorangan maupun bagi masyarakat secara keseluruhan (Kadariah, 2001). Kadariah (2001) juga mengungkapkan bahwa kedua unsur tersebut berhubungan timbal balik di dalam pasar modal untuk menentukan tingkat harga modal yaitu tingkat suku bunga, sehingga dengan tingkat suku bunga dapat dimungkinkan untuk membandingkan arus biaya dan mafaat yang penyebarannya dalam waktu yang tidak merata. Untuk tujuan itu, tingkat suku bunga ditentukan melalui proses “discounting”.
17
Analisis Finansial
Analisis finansial adalah suatu analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek (Husnan dan Suwarsono, 2000). Tujuan analisis finansial dari suatu studi kelayakan bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan dalam jangka waktu tertentu (Umar, 2005). Analisis finansial terdiri dari: 1. Net Present Value Net Present Value (NPV) suatu proyek menunjukkan manfaat bersih yang diterima proyek selama umur proyek pada tingkat suku bunga tertentu. NPV juga dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus kas yang ditimbulkan oleh investasi. 2. Net Benefit Cost Ratio Net Benefit and Cost Ratio menyatakan besarnya pengembalian terhadap setiap satu satuan biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek. Net B/C merupakan angka perbandingan antara present value dari net benefit yang positif dengan present value dari net benefit yang negatif. 3. Internal Rate Return (IRR) Internal Rate Return adalah tingkat bunga yang menyamakan present value kas keluar yang diharapkan dengan present value aliran kas masuk yang diharapkan, atau didefinisikan juga sebagai tingkat bunga yang menyebabkan net present value sama dengan nol. 4. Payback Periode (PBP) Payback periode atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu metode dalam menilai kelayakan suatu usaha yang digunakan untuk mengukur periode jangka waktu pengembalian modal. Semakin cepat modal itu dapat kembali, semakin baik suatu proyek untuk diusahakan karena modal yang kembali dapat dipakai untuk membiayai kegiatan lain (Husnan dan Suwarsono, 2000). Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan untuk meneliti kembali analisa kelayakan proyek yang telah dilakukan. Tujuannya adalah untuk melihat pengaruh yang akan terjadi apabila keadaan berubah. Hal ini merupakan suatu cara untuk menarik perhatian pada masalah utama proyek yaitu proyek selalu menghadapi ketidakpastian yang dapat terjadi pada suatu keadaan yang telah diramalkan (Gittinger, 1986). Semua proyek harus diamati melalui analisis sensitivitas. Pada bidang pertanian, proyek-proyek sensitif berubah-ubah akibat empat masalah utama, yaitu: 1. Perubahan harga jual 2. Keterlambatan pelaksanaan proyek 3. Kenaikan biaya 4. Perubahan volume produksi
18
Kerangka Pemikiran Operasional
Kapasitas produksi yang tidak sepenuhnya terpakai menyebabkan tidak efektifnya jam kerja bagi karyawan, jika hal ini terus dibiarkan dikhawatirkan biaya tenaga kerja akan tinggi dan tidak sesuai dengan kapasitas produksi yang seharusnya dihasilkan. Sistem dan mekanisme usaha yang berjalan d CV Hadir Jaya dirasa belum memberikan dampak yang maksimal bagi CV Hadir Jaya. Sebagai gambaran kapasitas produksi maksimal CV Hadir Jaya sebesar 500 lembar/hari belum sepenuhnya terpakai bahkan produksinya cenderung menurun. Perusahaan hanya melakukan rata-rata produksi sebesar 350 lembar/hari mengikuti pesanan dari rekanan. Usaha pengolahan kayu lapis atau plywood CV Hadir Jaya merupakan salah satu dari sekian banyak usaha sejenis kayulapis yang ada di Indonesia khususnya Jawa Barat.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan dari usaha kayu lapis (playwood) yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan kursi kantor. Penelitian ini menggunakan studi kelayakan bisnis dengan analisis finansial berupa penilaian NPV, IRR, Net B/C Ratio dan Payback Period. Sedangkan analisis non finansial yang digunakan diantaranya: aspek pasar, aspek sosial, ekonomi dan budaya, aspek teknis, aspek manajamen dan hukum dan aspek lingkungan. Hasil penilaian kemudian akan dianalisis kembali dengan analisis sensitivitas untuk menghitung tingkat kepekaan usaha terhadap perubahanperubahan yang terjadi dalam usaha. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi mengenai pelaksanaan usaha kepada pengusaha kayu lapis (plywood). Adapun kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 4.
19
-
Kapasitas produksi yang belum terpakai maksimal, Keuntungan perusahaan yang cenderung menurun, Diferensiasi produk yang terbatas dan ketersediaan bahan baku
Pelaku usaha kayulapis merencanakan meningkatkan promosi untuk pemasaran
Analisis Kelayakan Usaha
1. 2. 3. 4. 5.
Analisis Non Finansial Aspek pasar Aspek teknis Aspek Manajemen dan Hukum Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya Aspek lingkungan
Tidak Layak 1. Reinvestasi usaha 2. Relokasi sumberdaya 3. Re-evaluasi aspek-aspek
Analisis Finansial 1. Laba Rugi 2. Analisis kriteria investasi (NPV, Net B/C, IRR, Payback Period
Layak
Analisis Sensitivitas: 1. Penurunan produksi 2. Kenaikan harga bahan baku
Gambar 4 Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kelayakan Bisnis Produk Kayulapis (Plywood) di CV Hadir Jaya
20
METODELOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian
Peneliatian ini dilakukan di CV Hadir Jaya Plywood yang berlokasi di Dusun Pasir Panggang RT/RW 06/03, Desa Sukamakmur Kecamatan Teluk Jambe Timur, Kabupaten Karawang 41361, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja atau purposive sampling, yaitu menentukan dengan sengaja daerah yang akan diteliti untuk menggambarkan beberapa sifat di daerah tersebut, dengan pertimbangan bahwa lokasi yang dipilih merupakan salah satu unit usaha yang memproduksi kayu lapis (plywood) dan menghadapai persaingan yang semakin kopetitif. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan Maret hingga Juni 2013. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pihak manajemen melalui wawancara, laporan internal perusahaan dan juga survey langsung ke perusahaan kayu lapis. Sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur ataupun studi pustaka yang mendukung penelitian. Data tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik, Dinas Kehutanan, internet, pustaka, buku teks studi kelayakan dan literatur-literatur lainnya yang mendukung pelaksanaan penelitian ini. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang telah dilakukan oleh peneliti mulai dari Maret hingga Mei 2013. Data yang diperoleh penulis tersebut merupakan data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik, Dinas Kehutanan, internet, pustaka, dan literatur lainnya yang berhubungan dengan kayu lapis dan juga studi kelayakan usaha. Sedangkan data primer dikumpulkan pada saat turun lapang ke lokasi penelitian (CV Hadir Jaya), yaitu pada bulan Maret hingga April 2013. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data primer adalah wawancara serta observasi lapang. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode yang digunakan dalam mengolah dan menganalisis data pada penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan untuk mengetahui keragaan usaha kayulapis, sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha kayu lapis secara finansial berdasarkan analisis kelayakan usaha. Data yang bersifat kualitatif seperti analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek bahan baku, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi dan lingkungan selanjutnya akan disajikan dalam bentuk analisis deskriptif. Analisis secara kuantitatif digunakan untuk menilai kelayakan usaha pengolahan kayulapis pada CV Hadir Jaya secara finansial dengan melakukan analisis laporan laba rugi, penilaian kriteria investasi yaitu: analisis nilai bersih sekarang (Net Present Value atau NPV), tingkat pengembalian investasi (Internal Rate of Return atau IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan masa
21
pengembalian investasi (Payback Period atau PP), serta dilakukan juga analisis sensitivitas. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan Microsoft Excel dan kalkulator. Analisis Kelayakan Finansial
Kriteria kelayakan finansial yang digunakan dalam penelitian meliputi Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), Internal Rate of Return (IRR), serta Payback Periode (PBP). 1. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) menunjukkan manfaat bersih yang diterima selama umur proyek pada tingkat suku bunga tertentu. Rumus perhitungan sebagai berikut:
Dimana: Bt : Manfaat proyek pada tahun ke-t (Rp) Ct : Biaya proyek pada tahun ke-t (Rp) I : Discount Factor, yaitu 7,14 % dalam lampiran 13 t : Umur ekonomis proyek, yang merupakan umur ekonomis dari investasi terlama (mesin pres) Adapun kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu: - NPV > 0, artinya suatu proyek sudah dinyatakan menguntungkan dan dapat dilaksanakan. - NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang dipergunakan. Dengan kata lain, proyek tersebut merugikan dan sebaliknya. - NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu mengembalikan persis sebesar modal Social Opportunities Cost faktor produksi normal. Dengan kata lain, proyek tersebut tidak untung dan tidak rugi. 2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net Benefit and Cost Ratio menyatakan besarnya pengembalian terhadap setiap satu satuan biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek. Net B/C dapat dirumuskan sebagai perbandingan antara nilai NPV yang berniali positif (sebagai pembilang) dengan NPV yang bernilai negatif (sebagai penyebut). Untuk menghitung nilai Net B/C terlebih dahulu dihitung benefit bersih yang telah didiscount factor untuk setiap tahun t. Rumus perhitungan Net B/C:
Net B/C =
22
Keterangan : Bt = Manfaat yang diterima tahun ke-t Ct = Biaya yang dikeluarkan tahun ke-t i = Tingkat suku bunga (diskonto) yang digunakan n = Umur ekonomis proyek, yaitu selama 10 tahun, yang merupakan umur ekonomis dari investasi terlama (mesin pres) Adapun kriteria investasi berdasarkan Net B/C ratio adalah sebagai berikut: Net B/C > 0, maka NPV > 0, proyek menguntungkan Net B/C < 0, maka NPV < 0, proyek merugikan Net B/C = 1, maka NPV = 0, proyek tidak untung dan tidak rugi 3. Internal Rate Return (IRR) Gittinger (1986) menyebutkan bahwa IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. IRR merupakan persentase tingkat pengembalian investasi yang didapat selama umur proyek. IRR berupa tingkat suku bunga yang menjadikan nilai NPV suatu investasi sama dengan nol atau tingkat rata - rata keuntungan interen tahunan di mana tingkat tersebut merupakan tingkat bunga maksimum yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan dan bisaanya dinyatakan dalam satuan persen. Cara menghitung IRR adalah dengan metode interpolasi dengan cara melakukan percobaan untuk mendapatkan tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif terkecil dengan tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif terkecil. Nilai suku bunga percobaan yang menghasilkan NPV positif terbesar dilambangkan dengan i1 dan yang menghasilkan NPV negatif dilambangkan dengan i2. NPV yang bernilai positif terkecil dilambangkan NPV1 dan yang bernilai negatif terkecil dilambangkan NPV2. Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut: IRR = i1 + Keterangan : i1 i2 NPV1 NPV2
)
= tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV positif terkecil = tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV negatif terkecil = NPV yang bernilai positif terkecil = NPV yang bernilai negatif terkecil
Apabila IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku maka investasi tersebut layak untuk dilaksanakan, namun jika IRR kurang dari tingkat suku bunga yang berlaku maka investasi tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Jika IRR sama dengan tingkat suku bunga yang berlaku maka investasi tersebut tidak menguntungkan dan tidak juga merugikan. 4. Payback Periode (PBP) Payback periode atau tingkat pengembalian investasi digunakan untuk mengukur periode jangka waktu pengembalian modal. Dalam hal ini biasanya yang digunakan pedoman untuk menentukan sutau proyek yang akan dipilih adalah suatu proyek yang dapat dengan cepat mengembalikan biaya investasi tersebut. Makin cepat pengembaliannya makin baik dan kemungkinan besar akan dipilih. Adapun perhitungan Payback Periode adalah sebagai berikut: Payback Periode =
23
Keterangan: I = Besarnya investasi yang dibutuhkan Ab = Benefit bersih yang dapat diperoleh setiap tahunnya Jika masa pengembalian investasi (Payback Periode) lebih singkat daripada umur proyek yang ditentukan, maka proyek tersebut layak untuk dilaksanakan. Pada dasarnya semakin cepat Payback Periode menunjukan semakin kecil resiko yang dihadapi oleh investor (pengusaha). Asumsi Dasar yang Digunakan Analisis kelayakan finansial dilakukan pada penelitian ini untuk mengetahui kelayakan usaha kayulapis dari sisi finansial menguntungkan atau tidak. Dengan kata lain, sampai sejauh mana investasi yang telah dikeluarkan dapat mendatangkan manfaat. Dalam penelitian ini, analisis kelayakan finansial menggunakan empat kriteria kelayakan usaha yaitu Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period. Untuk mempermudah perhitungan, digunakan beberapa asumsi, diantaranya: 1. Umur Proyek dari usaha kayu lapis milik CV Hadir Jaya ini didasarkan pada umur ekonomis dari variabel investasi terlama yaitu peralatan pres kayu. Adapun umur ekonomis dari alat pres tersebut adalah 10 tahun, sehingga umur proyek dari usaha kayu lapis ini juga selama 10 tahun. 2. Tingkat suku bunga yang digunakan untuk kelayakan usaha kayulapis ini diasumsikan tetap hingga akhir umur proyek. 3. Penyusutan barang investasi menggunakan metode garis lurus. 4. Modal usaha yang digunakan sepenuhnya merupakan modal sendiri. 5. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun pertama dalam penelitian ini yakni tahun 2010. 6. Produksi kayulapis diasumsikan tetap karena persediaan bahan baku yang terjamin dan keadaan mesin yang cukup terawat. 7. Total produksi adalah jumlah kayulapis yang dihasilkan selama satu tahun. Nilai total penjualan adalah hasil kali antara total produksi dengan harga jual. 8. Biaya yang dikeluarkan untuk usaha ini terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun ke-1 dan biaya reinvestasi dikeluarkan untuk peralatan-peralatan yang telah habis umur ekonomisnya. 9. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. 10. Perhitungan pajak memalui analisis rugi laba sebesar 25 persen, hal tersebut berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2008, pasal 17 ayat 2a yang merupakan perubahan keempat atas UndangUndang No. 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan, yaitu: Pasal 17 ayat 2a: Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25 % (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas adalah kegiatan meneliti kembali suatu analisis untuk melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi terhadap proyek akibat keadaan yang berubah-ubah. Perubahan yang terjadi dapat berdampak positif ataupun
24
negatif. Pengaruh positif akan menguntungkan proyek, demikian sebaliknya jika berpengaruh negatif akan merugikan proyek. Analisis sensitivitas dilakukan untuk meneliti kembali analisa kelayakan proyek yang telah dilakukan. Pada penelitian ini, analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat pengaruh perubahan-perubahan faktor produksi yaitu penurunan harga jual produk kayu lapis dan kenaikan harga bahan baku terhadap kelayakan usaha kayulapis. Analisis Kelayakan Non Finansial
1. Aspek Teknis Aspek teknis mencakup lokasi dimana usaha kayu lapis ini didirikan, skala operasi yang ditetapkan untuk mencapai skala ekonomis, kriteria pemilihan peralatan, proses produksi dan layout pabrik, serta ketepatan penggunaan teknologi. Parameter kelayakan suatu usaha berdasarkan aspek teknisnya, yaitu apakah usaha tersebut menjalankan usahanya sesuai dengan standard operation procedure (SOP). Jika perusahaan telah menjalankan usaha sesuai SOP (baik dalam proses produksi maupun ketepatan penggunaan peralatan dan teknologi), maka usaha tersebut layak secara aspek teknis, dan sebaliknya. 2. Aspek Pasar Aspek pasar mengkaji permintaan serta proyeksi permintaan, penawaran baik dalam negeri maupun luar negeri, harga, program pemasaran, serta perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan dan market share yang dikuasai perusahaan. Suatu perusahaan dapat dikatakan layak secara aspek pasar, apabila usaha tersebut memiliki peluang dan potensi pasar untuk memasarkan produk yang dihasilkannya. 3. Aspek Manajemen Aspek manajemen memfokuskan pada kondisi internal perusahaan. Adapun hal-hal yang dibahas pada aspek ini meliputi manajemen pada masa pembangunan yaitu pelaksana proyek, jadwal penyelesaian proyek, dan pelaksana studi masing-masing aspek, dan manajemen pada saat operasi yaitu bentuk organisasi, struktur organisasi, deskripsi jabatan, personil kunci, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan. Ditinjau dari aspek manajemennya, suatu usaha dapat dikatakan layak apabila usaha tersebut telah menjalankan fungsi manajemen yang menjadikan usaha tersebut lebih efektif dan efisien. 4. Aspek Hukum Aspek hukum membahas mengenai bentuk badan usaha yang akan digunakan, jaminan-jaminan yang dapat diberikan apabila hendak meminjam dana, serta akta, sertifikat, dan izin yang diperlukan dalam menjalankan usaha. Parameter kelayakan suatu usaha jika ditinjau dari aspek hukum adalah apakah usaha tersebut legal secara hukum atau tidak. 5. Aspek Sosial Lingkungan Aspek sosial merupakan manfaat dan pengorbanan sosial yang mungkin dialami oleh masyarakat tetapi sulit dikuantifikasikan yang bisa disepakati secara bersama. Aspek ini terdiri dari pengaruh proyek terhadap penghasilan negara, pengaruhnya terhadap devisa negara, peluang kerja, dan pengembangan wilayah dimana proyek dilaksanakan. Suatu usaha dapat dikatakan layak ditinjau dari aspek sosial lingkungannya, apabila usaha tersebut dapat memberikan benefit ataupun manfaat kepada negara umumnya dan masyarakat sekitar proyek khususnya, dan sebaliknya.
25
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Singkat Perusahaan
Awal mulanya sebelum berubah nama menjadi CV Hadir Jaya Kayulapis, perusahaan ini belum memiliki lahan sendiri sehingga mengontrak di CV Cahaya Abadi yang sama bergerak dibidang kayu lapis juga. Dengan dimiliki oleh tiga orang yaitu bapak Hasibuan, Hj. Nana yang juga pemilik CV Cahaya Abadi, dan Bapak Muhklis dimulai bulan Januari 2009 dengan kondisi hanya memiliki tiga mesin pres. Namun karena kondisi pasar yang kurang memungkinkan akhirnya bapak Muklis keluar yaitu pada bulan Maret 2009. Dua bulan berikutnya Hj. Nana juga keluar dengan alasan pangsa pasar yang tidak bergairah. Kemudian Bapak Dirman datang sebagai penggantinya meneruskan usaha tersebut, masih berlokasi yang sama. Mulai saat itu perusahaan tersebut ditetapkan menjadi nama CV Hadir Jaya Kayulapis yaitu singkatan dari dua orang pemiliknya yaitu Hasibuan dan Dirman (Hadir). Pada tanggal 8 Februari 2010 batas akhir kontrak CV Hadir Jaya Kayulapis di CV Cahaya Abadi. Kemudianbersamaan dengan hal itu Bapak Dirman tidak lagi bekerjasama dengan Bapak Hasibuan yang mendirikannya sendiri dimana perusahaan ini memiliki lokasi sendiri di daerah Desa Sukamakmur Kec. Teluk Jambe Timur, Dusun Pasir Panggang, Karawang hingga saat ini. Profil Perusahaan
CV Hadir Jaya terletak di Dusun Pasir Panggang RT/RW 06/03, Desa Sukamakmur Kec. Teluk Jambe Timur, Kab.Karawang 41361, Jawa Barat. Perusahaan ini memiliki luas areal kurang lebih 600 m². Lokasi perusahaan berbatasan pada sebelah utara yaitu masjid, sebelah selatan terdapat sungai, di bagian barat merupakan pemukiman penduduk dan pada bagian timur terdapat pabrik komponen besi. CV Hadir Jaya merupakan home industri kayu lapis yang produk akhirnya berupa sandaran dan dudukan kursi kantor. CV Hadir Jaya mempunyai target pasar ke perusahaan atau industri yang bergerak di bidang pengolahan kayu dari bahan baku setengah jadi. Saat ini CV Hadir Jaya mempunyai tiga mitra usaha, yaitu Johanes Chair, Thaeda Chair, dan CV Helindo. Produk setengah jadi tersebut nantinya akan digunakan dalam pembuatan produk jadi berupa kursi oleh perusahaan-perusahaan seperti Johannes dan Theda Chair. Adapun CV Hadir Jaya juga mengirimkan produk kayu lapis berupa sandaran atau dudukan ( tanpa potong ) ke CV Helindo untuk diolah lebih lanjut. Untuk pengiriman barang, CV Hadir Jaya mempunyai satu kendaraan operasional berupa mobil pick up. CV Hadir Jaya memiliki karyawan berjumlah 11 orang yang di bagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian pemotongan, pengempaan, dan finishing. Pembayaran upah karyawan dilakukan pada setiap hari kerja, namun dibayarkan pada setiap akhir minggu. Untuk menunjang produksinya, CV Hadir Jaya mempunyai empat mesin kempa berbagai macam ukuran, dari mulai R2D (45x40) sampai D6 (80x60). Kemudian memiliki alat potong vinir sebanyak tiga buah, glue spreader satu buah, glue mixer satu buah, gerinda satu buah, table saw satu buah, band saw satu buah, serta gergaji tangan elektrik satu buah.
26
Visi dan Misi Perusahaan
Visi perusahaan adalah Menciptakan kegiatan usaha yang berkesinambungan (going concern) yang bergerak dinamis untuk mencapai tujuan utama perusahaan yaitu kesejahteraan secara ekonomi dan sosial untuk pemilik modal, pengurus dan karyawan. Adapun Misi perusahaan adalah sebagai berikut : 1. Menciptakan lapangan kerja untuk masyarakat dan membangun karyawan yang tangguh, ulet, jujur, tanggung jawab dan profesional dalam bidangnya 2. Membangun kemitraan yang sejajar antara perusahaan dengan rekanan usaha, perusahaan dengan karyawan dan perusahaan dengan pemerintah 3. Mendorong dan menggerakkan pertumbuhan ekonomi dari pihak yang terlibat dengan perusahaan seperti pemerintah, rekanan usaha, karyawan, pengurus dan pemilik modal. Produk
Produk yang dihasilkan adalah produk kayu lapis. Produk kayu lapis dibedakan berdasarkan ukurannya, dan produk yang dihasilkan oleh CV Hadir jaya yaitu R1a, R1D, D4dan D6.CV Hadir Jaya berusaha menggali potensi konten lokal yang produksinya melimpah ruah yaitu jenis kayu karet (yang sudah berbentuk veener) yang merupakan limbah sisa industri. Keunggulan produk yang dimiliki pada CV Hadir Jaya yaitu: 1. Produk kayu lapis yang dihasilkan oleh CV Hadir Jaya mengutamakan kualitas terlihat dari ukuran produk yang disesuaikan dengan permintaan pelanggan atau keinginan konsumen. 2. Mengangkat konten lokal yaitu menggunakan kayu karet (yang sudah berbentuk vinir) yang merupakan limbah sisa industri. Produk yang dihasilkan adalah produk dengan kualitas tinggi dengan bahan baku yang merupakan sisa limbah industri kayu. Kualitas produk yang dijual tergantung permintaan dari pelanggan. Produk R1D, R1a, D4 dan D6 merupakan produk-produk yang terdapat di CV Hadir jaya dengan spesifikasi yang berbeda-beda. R1D merupakan produk Kayu lapis dengan ukuran 50 x 45 cm dan biasanya digunakan untuk sandaran kursi lipat. R1a merupakan produk Kayu lapis dengan ukuran 50 x 50 cm digunakan untuk sandaran kursi kantor. D4 adalah produk dengan ukuran 60 x 60 cm. D6 adalah produk Kayu lapis dengan ukuran 60 x 80 cm merupakan produk dengan ukuran yang paling besar dan digunakan untuk dudukan kursi. Bahan baku yang digunakan dalam produksi kayu lapis yaitu veener, glue,dan kayu. Pemilihan kayu dan veener disesuaikan dengan ketersediaan bahan baku di pasaran, hal ini dilakukan untuk menjaga kelancaran dan keberlanjutan dalam produksi. Bahan baku buah tersebut diperoleh melalui kerjasama dengan beberapa pemasok di daerah Tangerang dan Lampung sehingga keberadaan bahan baku selalu terjaga. Produk-produk ini dijual dengan harga yang bervariasi yaitu R1D dijual dengan harga Rp 13.000,- R1a dijual dengan harga Rp 11.500,- dan D6 dijual dengan harga Rp 19.000,-. Strategi penetapan harga yang dilakukan di CV Hadir Jaya dengan perhitungan 30 persen merupakan laba yang diinginkan oleh perusahaan dari total biaya produksi kayulapis.
27
Proses Produksi
1.
Bahan Baku Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan kayulapis di CV Hadir Jaya adalah jenis kayu karet (sudah berbentuk vinir) yang merupakan limbah sisa industri yang di datangkan dari Lampung, Tanggerang, Sukabumi. Adapun ukuran bahan baku vinir yang diterima antara lain (15 cm x 90 cm), (20 cm x 120 cm), (25 cm x 120 cm), (30 cm x 120 cm), (40 cm x 120 cm). Dalam pengadaan bahan baku, CV Hadir Jaya melakukan kemitraan dengan beberapa pemasok yang berada di Lampung, Tangerang, dan Sukabumi. Kemitraan yang terbentuk antara CV Hadir Jaya dan pemasok merupakan kemitraan tanpa kontrak artinya tidak ada ikatan secara legal yang dilandasi oleh hukum yang bisa menyebabkna timbulnya sanksi ketika pihak yang bermitra melanggar kesepakatan yang telah dibuat. Kebutuhan rata-rata setiap bulannya akan bahan baku kayu mencapai 30 sampai 40 m3. Dengan harga per m3 mencapai Rp 800.000,- sampai Rp 1.000.000,- harga disesuaikan dengan ketersediaan bahan baku di pasar. Jika bahan baku yang tersedia cukup banyak maka harga bahan baku relatif lebih murah seharga Rp 800.000,-/m3. Namun, jika ketersediaan bahan baku sangat terbatas maka harga yang bahan baku di pasar mampu mencapai Rp 1.200.000,/m3. Untuk mendukung pengembangan usaha, CV Hadir Jaya perlu melakukan kemitraan dengan banyak pemasok tidak hanya di tiga daerah saja tetapi bisa melakukan kemitraan dengan pemasok yang berasal dari luar Pulau Jawa seperti Palembang, Riau, dan Jambi. Produksi kayu lapis tidak hanya menggunakan vinir sebagai bahan baku, bahan penolong juga diperlukan untuk memproduksi kayu lapis. Bahan penolong yang digunakan adalah glue. Glue dibuat dari resin glue (yang merupakan urea formaldehyde, tepung tapioka (ekstender), asam NH4Cl (hardener). Dengan komposisi perekat seperti yang terlihat pada Tabel 4. Tabel 4. Komposisi Bahan Perekat (Glue) untuk produksi kayulapis.
Jenis bahan
1 x proses
Harga (Rp/ kg)
Resin UF
15 kg
Rp 22.285,-
Tepung terigu Hardener NH4Cl
2 kg 0,2 kg
Rp 100.000,-/sak Rp 11.684,-
Pemasok PT Masari Dwisepakat Fiber Pasar Johar Toko bahan kimia
Teknologi yang digunakan dalam pengolahan vinir menjadi kayulapis disesuaikan dengan tahapan dalam proses produksi. Tahapan proses produksi untuk memproduksi kayulapis yaitu: a.
Persiapan bahan baku Perencanaan pengadaan bahan baku dilakukan dengan pembelian vinir kayu karet dalam periode yang berkesinambungan dengan durasi waktu satu minggu sekali, tergantung dari permintaan atau order yang ada.
28
Lembaran vinir yang belum di olah atau dipress
Lembaran vinir yang telah di olah atau dipress
Gambar 5 Bahan baku (vinir) yang digunakan dan penyimpanan pada CV Hadir Jaya 2012 Sumber: CV Hadir Jaya, 2012
i.
Pemotongan vinir (face dan core) Pada proses pemotongan vinir, dibedakan antara pemotongan vinir yang digunakan untuk bagian face dan untuk yang bagian core. Untuk bagian face, pemotongannya dilakukan secara manual dengan mengunakan alat potong. Ukuran pemotongan vinir pada bagian face mengunakan ukuran lebar vinir 40 cm, 55 cm, 60 cm, dan 50 cm. Pada alat potong itu sendiri, maksimal ukuran pemotongannya adalah 40 cm, untuk mendapatkan ukuran yang sesuai dilakukan penyambungan vinir dengan mengunakan staples. Proses ini dilakukan oleh 2-3 orang yang juga merangkap sebagai pemotong lembaran bahan baku. Pemotongan vinir bagian core dilakukan menggunakan table saw, pemotongan vinir bagian core itu sendiri tidak ada ukuran khusus, sehingga semua ukuran yang di potong di table saw dapat digunakan pada bagian core kayu lapisnya.
Alat pemotong lembaran vinir
Proses pemotongan vinir
Gambar 6 Pemotongan vinir yang akan digunakan pada CV Hadir Jaya 2012 Sumber: CV Hadir Jaya, 2012
29
ii. Pencampuran Perekat (Glue Mixing) Proses pencampuran perekat dilakukan dengan menggunakan glue mixer. Perekat yang digunakan merupakan campuran dari resin glue, dan tepung tapioka sebagai ekstender ataupun filler, asam NH4Cl sebagai hardener (makin asam maka campuran perekat akan semakin cepat beku). Adapun jenis resin yang digunakan yakni urea formaldehyde (UF). Penambahan hardener dilakukan sebelum perekat didistribusikan ke mesin gluespreader untuk mencegah pengerasan perekat yang terlalu cepat.
Bahan baku perekat
Proses perekatan lembaran vinir
Gambar 7. Proses pencampuran perekat Urea Formaldehida pada CV Hadir Jaya Sumber: CV Hadir Jaya, 2012
b. Pelaburan Perekat (Glue Spreading) Pelaburan perekat dilakukan dengan menggunakan mesin glue spreader. Produktivitas setiap mesin yaitu 1200 pcs/hari. Jumlah tenaga kerja pada mesin glue spreader berjumlah empat orang yang sekaligus merangkap operator mesin kempa atau pressing. Pelaburan perekat dalam satu kali proses dapat melaburi sekitar 250 pieces yang membutuhkan 15 kg campuran perekat. Proses pelaburan perekat ini dilakukan hanya untuk bagian corenya saja dengan cara memasukkan vinir core tersebut ke dalam mesin glue spreader secara manual yaitu dengan memasukkannya satu per satu yang dilakukan oleh operator dari masing-masing mesin kempa itu sendiri. c.
Pengempaan Panas (Hot Press) Kegiatan pengempaan panas dilakukan dengan mesin hot press yang bekerja secara manual. Mesin hot press ini memiliki kapasitas empat pieces kayu lapis untuk setiap pengempaan. Waktu pengempaan berkisar 10 menit. Terdapat empat orang pekerja pada mesin ini, yang masing-masing mengoperasikan mesin kempa. Tekanan kempa pada mesin hotpress adalah sebesar 150 kg untuk mesin kempa besar dan 120 kg untuk mesin kempa kecil. Pada mesin kempa ini juga, suhu pengempaanya berkisar antara 60-80˚C. Pada saat pengempaan, terkadang terjadi delaminasi dan blister pada kayu lapisnya. Hal ini dapat disebabkan karena kurang ratanya perekat yang di laburkan dan tidak meratanya kadar air vinir yang digunakan.
30
Mesin Kempa/Press
Mesin Kempa Panas/Hot Press
Gambar 8 Proses pengempaan menggunakan mesin kempa pada CV Hadir Jaya Sumber: CV Hadir Jaya, 2012
d.
Finishing Kegiatan finishing meliputi pemotongan kayu lapis menjadi bentuk sandaran dan dudukan, pengamplasan, dan pendempulan (putty filling). i. Pemotongan Kayu lapis Kegiatan pemotongan kayu lapis dilakukan dengan mengunakan dua mesin potong, yaitu mesin bandsaw dan gergaji tangan elektrik bermerk Bosch. Jumlah pekerja pada bagian ini adalah 1 orang yang bertugas untuk memotong kayu lapis yang telah dikempa ke berbagai macam ukuran dudukan atau sandaran yang telah ditentukan. Kecepatan mesin potong dapat dilakukan melalui pengaturan rpm mesin. Produktivitas mesin perhari mencapai sekitar 300 lembaran kayulapis. Pada bagian penerimaan, output ditumpuk dan disusun secara vertikal setiap 10 lembar untukmemudahkan penghitungan kubikasi kayulapis dan mempermudah proses pengiriman. Pada proses ini perlu diperhatikan kesikuan kayulapis yang telah dipotong. Kesikuan adalah selisih diagonal kayu lapis yang diperkenankan sebesar 3 mm. Toleransi ukuran kayu lapis disesuikan dengan permintaan. ii. Pengamplasan (Sanding) Kegiatan pengamplasan kayu lapisdilakukan dengan mengunakan 1 mesin gerinda tangan. Mesin gerinda kayu lapis terdiri dari 1 mesin. Jumlah tenaga kerja pada bagian ini adalah satu orang. Kecepatan mesin dapat diatur dengan mengontrol rpm mesin. Produktivitas pada mesin mencapai > 300 pieces kayu lapis per/hari. Pergantian amplasnya pada mesin ini,biasanya 1 hari sekali.
31
Gambar 9 Proses Pengamplasan dan Pemotongan Kayu Lapis CV Hadir Jaya Sumber: CV Hadir Jaya, 2012
iii. Pendempulan (Putty Filling) Kegiatan pendempulan bertujuan untuk menutupi cacat pada permukaan kayu lapis sehingga dapat mencapai produk yang berkualitas dan tidak mengurangi nilai jual. Bahan dempul yang digunakan disesuaikan dengan warna kayu lapis yaitu kuning. Cacat yang diperbaiki antara lain lubang akibat mata kayu, pecah/press mark, face yang kurang dan celah yang terbuka. Sebelum dilakukan pendempulan, disiapkan bahan untuk pendempulnya berupa campuran dari perekat UF dan tepung terigu dengan perbandingan 1 : 2. iv. Grading Tahapan produksi ini adalah tahap memisahkan antara produk yang memnuhi standar dan produk yang turun grade bahkan reject. Standar yang dipakai untuk menentukan grade berupa standar internal dan standar eksternal. Standar internal merupakan standar yang ditetapkan oleh perusahaan, sedangkan standar eksternal adalah standar yang diinginkan oleh pembeli (buyer) namun tetap berada dalam acuan standar perusahaan. Pada CV Hadir Jaya ini proses gradingnya dilakukan setelah kayu lapis selesai dikempa dengan cara visual atau diketukkan untuk memeriksa kepadatannya. Jika terdapat kayu lapis yang tidak terekat dengan baik maka akan dipisahkan terlebih dahulu dan dikumpulkan . Setelah itu baru dilakukan proses pengempaan ulang dengan terlebih dahulu mengisi perekat pada bagian kayu lapis yang tidak terekat dengan baik. Kayu lapis yang dapat diperbaiki langsung disatukan dengan produk lain yang siap kirim atau di potong. Proses grading ini juga dilakukan setelah proses pengampelasan. Kayu lapis yang setelah diamplas mengalami cacat terbuka, maka kayulapis tersebut harus di dempul terlebih dahulu, sedangkan yang tidak mengalami cacat terbuka langsung disatukan di tempat penyimpanan akhir. e. Cara Penyimpanan Produk dan Perlakuannya Produk yang sudah jadi akan disimpan dalam suatu ruangan dan di susun menurut ukurannya. Susunan penyimpanan produk yang telah jadi disusun secara
32
vertical, hal ini dilakukan untuk menghidari kerusakan, untuk memudahkan dalam pengakutan, serta untuk memudahkan perhitungan stock barang yang ada. f. Pengangkutan Produk dan Administrasi Pengiriman barang atau pengangkutan produk biasanya dilakukan tiga kali dalam seminggu, atau tergantung order yang diterima. Pengangkutan ini menggunakan kendaraan operasional berupa pick up. Untuk proses pengangkutan ini biasanya disertai dengan dokumen atau surat yang berupa surat jalan.
ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL Analisis yang dilakukan terhadap aspek non finansial penting untuk dilakukan karena dapat meberikan gambaran terhadap usaha yang akan maupun sedang dijalankan. Pada penelitian ini, aspek non finansial yang akan dikaji meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi dan budaya serta aspek lingkungan. Aspek Pasar
Aspek pasar dilakukan untuk mengkaji potensi pasar dari kayulapis yang diproduksi dilihat dari sisi permintaan, penawaran, serta strategi bauran pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan. Permintaan
Asosiasi Panel Kayu Indonesia (Apkindo) mengungkapkan pemanfaatan kapasitas terpasang industri kayu lapis (plywood) dipastikan hanya tersisa 15 persen sampai 20 persen pada tahun 2008. Turunnya permintaan ekspor di pasar internasional dan persaingan ketat menjadi penyebab menurunnya industri panel kayu menyusul krisis finansial yang terjadi di dunia. Sehingga banyak perusahaan yang harus menghentikan produksinya bahkan gulung tikar. Tahun 2008 total produksi plywood sebanyak tiga juta m3/tahun atau masih memiliki manfaat 30 persen, sedangkan tahun 2009 akan semakin menurun karena permintaan ekspor yang makin minim. Pada saat industri kayu lapis mengalami masa jaya-jayanya di tahun 1993, kapasitas terpasang masih 80 persen dengan produksi 10 juta meter kubik. Diantaranya untuk pasar ekspor sebesar 9 juta meter persegi dan 1 juta untuk pasar domestik. Kapasitas tersisa 15 persen sampai 20 persen. Meski terjadi pelemahan pasar, namun masih ada permintaan ekspor dari negara-negara Timur Tengah. Potensi dalam negeri masih ada, terutama dari furniture, perumahan dan lain-lain. Pasar kayulapis masih sangat potensial dan terkadang CV Hadir Jaya mengalami permintaan yang berfluktuatif dapat dilihat pada gambar kurva permintaan produk CV. Hadir Jaya. Pemasaran produk kayulapis sejauh ini dilakukan di daerah Tangerang dan Jakarta. Dalam memasarkan produknya CV Hadir Jaya bermitra dengan tiga perusahaan furniture yaitu Johanese Furniture, Thaeda Furniture, dan CV Helindo. Dan permintaan rata-rata dari ketiga produk setiap bulannya mencapai 300 lembar per hari. Pembelian terbanyak dilakukan oleh CV Helindo, disusul Johanese Furniture dan Thaeda Furniture. Penetapan harga di setiap mitra disesuaikan dengan pesanan dan cara pembayaran ketiga
33
mitra. Jika pembayaran dilakukan melalui giro maka harga yang diterapkan akan 5 % lebih mahal dibandingkan harga normal. Hal ini disebabkan karena waktu pembayaran menjadi lebih lama dibandingkan dengan cash karena tergantung dari waktu pencairan giro tersebut. Penawaran Dalam hal pemasaran produk, sebenarnya akan menjadi pekerjaan yang cukup berat bagi manajemen CV Hadir Jaya, karena permintaan untuk produk kayulapis masih tergolong kecil. Sedangkan kapasitas produksi relatif besar. Untuk memperluas pemasaran, pihak manajemen harus menembus perusahaanperusahaan yang ada di sekitar kota Tangerang dan Jabodetabek. Pemasaran CV Hadir Jaya dilakukan untuk sekala lokal. Sampai saat ini CV Hadir Jaya mempunyai target pasar ke perusahaan atau industri yang bergerak di bidang pengolahan kayu dari bahan baku setengah jadi. Saat ini CV Hadir Jaya mempunyai tiga mitra usaha, yaitu Johanes Chair, Thaeda Chair, dan CV Helindo. Untuk mencari target pasar atau relasi perusahaan, CV Hadir Jaya melakukannya melalui via internet, dengan mencari perusahaan-perusahaan yg bergerak di bidang pengolahan kayu dari bahan baku setengah jadi, serta juga dari koneksi dan pembuatan brosur yang disebarkan kepada masyarakat. Produk digunakan untuk sandaran kuris kantor, sandaran kursi biasa, dan dudukan kursi. Target pasar dari CV Hadir Jaya adalah perusahaan-perusahaan furniture, dan positioning dari produk-produk CV Hadir Jaya adalah sebagai produk antara untuk pembuatan kursi kantor. Pemasaran CV Hadir Jaya dilakukan untuk skala lokal, meliputi wilayah Tangerang dan Jakarta. Dalam memasarkan produknya CV Hadir Jaya bermitra dengan tiga perusahaan furniture yaitu Johanese Furniture, Thaeda Furniture, dan CV Helindo. Penetapan harga di setiap mitra disesuaikan dengan pesanan dan cara pembayaran ketiga mitra. Penentuan harga merupakan kesepakatan yang dibuat antara CV Hadir Jaya dengan para konsumen. Aspek pemasaran terkait dengan bauran pemasaran, yaitu aspek produk, harga, distribusi, dan promosi. Berikut ini merupakan analisis bauran pemasaran CV Hadir Jaya: 1. Produk Produk yang dihasilkan adalah produk kayu lapis. Produk kayu lapis dibedakan berdasarkan ukurannya, dan produk yang dihasilkan oleh CV Hadir Jjaya yaitu R1a, R1D, dan D6. CV Hadir Jaya berusaha menggali potensi konten lokal yang produksinya melimpah ruah yaitu jenis kayu karet (yang sudah berbentuk vinir) yang merupakan limbah sisa industri. Keunggulan produk yang dimiliki pada CV Hadir Jaya yaitu: a. Produk kayulapis yang dihasilkan oleh CV Hadir Jaya mengutamakan kualitas terlihat dari ukuran produk yang disesuaikan dengan permintaan pelanggan atau keinginan konsumen. b. Mengangkat konten lokal yaitu menggunakan kayu karet (yang sudah berbentuk vinir) yang merupakan limbah sisa industri.
34
Gambar 10 Produk Kayu Lapis CV Hadir Jaya 2012 Sumber: CV Hadir jaya (2012)
Produk yang dihasilkan adalah produk dengan kualitas tinggi dengan bahan baku yang merupakan sisa limbah industri kayu. Kualitas produk yang dijual tergantung permintaan dari pelanggan. Produk R1D, R1a, D4 dan D6 merupakan produk-produk yang terdapat di CV Hadir jaya dengan spesifikasi yang berbeda-beda. R1D merupakan produk kayulapis dengan ukuran 50 x 45 cm dan biasanya digunakan untuk sandaran kursi lipat.R1a merupakan produk Kayu lapis dengan ukuran 50 x 50 cm digunakan untuk sandaran kursi kantor.D4 adalah produk dengan ukuran 60 x 60 untuk dudukan kursi. D6 adalah produk kayulapis dengan ukuran 60 x 80 cm merupakan produk dengan ukuran yang paling besar dan digunakan untuk dudukan kursi. Bahan baku yang digunakan dalam produksi kayu lapis yaitu vinir, glue,dan kayu. 2. Harga Harga merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan marketing mix. Harga adalah sejumlah uang yang diserahkan dalam pertukaran untuk mendapatkan suatu barang atau jasa. Penentuan harga menjadi sangat penting untuk diperhatikan, mengingat harga merupakan salah satu penyebab laku tidaknya produk yang ditawarkan. Kesalahan dalam penetapan harga akan menyebabkan kesalahan dalam kelayakan usaha. Oleh karena itu, kebijakan dalam penetapan harga harus benar-benar diperhitungkan secara benar dan tepat. Kebijakan dalam penetapan harga merupakan kegiatan yang sangat penting, karena jika harga terlalu tinggi produk tersebut mengalami kesulitan dalam memasuki pasar, demikian pula sebaliknya dengan harga terlalu rendah menyebabkan kerugian terhadap kegiatan usaha. Menurut Husein Umar (2008) terdapat empat macam penetapan harga yang ditetapkan perusahaan, pada umumnya didasarkan oleh empat pendekatan, yaitu: a. Berdasarkan biaya, yaitu dengan memberikan atau menambahkan suatu ‘mark up’ baku untuk labanya. b. Analisis pulang pokok, yaitu penggunaan konsep bagan pulang-pokok yang menunjukkan total biaya dan jumlah pendapatan yang diharapkan
35
pada beberapa tingkat volume penjualan sehingga titik potong antara kedua kurva merupakan volume pulang pokok. c. Berdasarkan persepsi pembeli, yaitu melakukan survei untuk harga barang yang sama oleh beberapa penjual yang ditanyakan langsung kepada konsumen. d. Berdasarkan persaingan, yaitu penetapan harga dilakukan setelah meneliti harga yang ditetapkan oleh para pesaing dekatnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak perusahaan, penetapan harga yang dilakukan oleh perusahaan merupakan kesepakatan yang dilakukan oleh perusahaan dengan konsumen. Tabel 5 menunjukkan harga kayulapis pada CV Hadir Jaya yang ditetapkan pada tahun 2010 hingga tahun 2011. Tabel 5 Daftar Harga Produk Kayu lapis pada CV Hadir Jaya 2010-2011.
Jenis Produk Kayulapis
Ukuran (cm)
Harga Jual (Rp)
R1a
50 x 50
11.500
R1D
50 x 45
13.000
D4
60 x 60
14.500
D6
60 x 80
19.000
Keterangan Sandaran Kursi Kerja Sandaran Kursi Lipat Dudukan Kursi Tamu Dudukan Kursi
Mitra Usaha Johannese Furniture Thaeda Furniture CV Helindo Thaeda Furniture
Sumber: CV Hadir Jaya (2012)
Alasan perusahaan menetapkan harga berdasarkan persepsi pembeli ini agar dapat bersaing dengan produk-produk sejenis dan kemudahan memasuki pasar. Sistem pembayaran yang digunakan adalah tidak langsung tunai akan tetapi dibayar setelah barang dikirim dengan jangka waktu umumnya dua minggu setelah produk dikirim. 3. Distribusi Distribusi merupakan kegiatan untuk menyalurkan, mengirimkan, serta menyampaikannya kepada konsumen. Saluran distribusi perusahaan adalah saluran distribusi langsung dari CV Hadir Jaya ke perusahaan konsumen tanpa menggunakan perantara atau agen. Teknik distribusi yang dilakukan adalah dengan mengantarkan produk kayu lapis yang dipesan dari perusahaan langsung dikirim ke tempat pemasaran. Untuk distribusi produk tersebut perusahaan telah memiliki alat transportasi berupa mobil pick up. Adapun risiko pengiriman ditanggung oleh perusahaan. Jika jumlah kayu lapis yang dikirim kurang maka perusahaan akan mengirim kembali kekurangan kayu lapis tersebut. Selain itu jika terjadi kerusakan terhadap kayu lapis yang dikirim maka CV Hadir Jaya akan menggantinya dengan kayu lapis yang lain. 4. Promosi Kegiatan promosi yang dilakukan oleh CV Hadir Jaya adalah kegiatan promosi langsung dengan mendatangi perusahaan yang akan menjadi target pasar untuk manawarkan produknya. Sejauh ini perusahaan yang dikunjungi oleh CV Hadir Jaya adalah yang berlokasi di sekitar Jabodetabek dan sekitar wilayah Tangerang. Kegiatan promosi juga dilakukan melalui jaringan internet. Perusahaan akan mencari produsen furniture yang menggunakan bahan baku
36
kayulapis. Selanjutnya akan melakukan penawaran ke produsen furniture tersebut. Kegiatan promosi ini tidak dilakukan secara rutin oleh CV Hadir Jaya dikarenakan jumlah tenaga kerja yang dimiliki terbatas. CV Hadir Jaya juga pernah ikut dalam suatu pameran produk olahan firniture dengan membuka stan. Berdasarkan analisis aspek pasar, dapat disimpulkan bahwa pengusahaan kayulapis ini layak untuk dilakukan. Layaknya usaha kayulapis ini, dapat dilihat dari besarnya potensi ataupun peluang pasar untuk produk kayulapis. Jumlah permintaan dari rekanan yang dapat dipenuhi oleh jumlah penawarannya, menciptakan peluang pasar yang besar bagi perusahaan kayulapis CV Hadir Jaya untuk memasuki pasar. Aspek Teknis Pada aspek teknis, analisis dilakukan terhadap lokasi bisnis, besaran skala operasional, proses produksi, serta ketepatan pemanfaatan teknologi. Lokasi Usaha Dalam pendirian suatu usaha, aspek lokasi usaha menjadi suatu hal yang penting baik untuk penentuan tempat produksi (pabrik) maupun tempat untuk memasarkan produk yang dihasilkan. Perusahaan ini terletak di Dusun Pasir Panggang RT/RW 06/03, Desa Sukamakmur Kec. Teluk Jambe Timur, Kab. Karawang 41361, Jawa Barat. Perusahaan ini memiliki areal seluas sekitar 600 m². Beberapa pertimbangan dalam pemilihan lokasi produksi adalah: 1. Tenaga listrik dan air Di lokasi produksi kayulapis, kebutuhan akan tenaga listrik telah dapat dipenuhi. Lokasi pabrik ini berada dekat pada pusat kontrol listrik untuk suatu komplek perumahan, sehingga untuk ketersediaan listrik belum ada masalah. Pada awalnya, kebutuhan akan air dipenuhi dengan membuat beberapa sumber mata air buatan (sumur) untuk membantu pemenuhan kebutuhan air. Namun, mengingat air cukup berpengaruh pada usaha ini, sedangkan dengan menggunakan sumur dikhawatirkan akan bermasalah di musim kemarau, perusahaan memutuskan untuk memenuhi kebutuhan air dengan membeli air tangki dari PDAM setempat. 2. Suplai tenaga kerja Dalam hal pemenuhan kebutuhan akan tenaga kerja, perusahaan juga tidak mengalami kesulitan. Tenaga kerja yang ada pada usaha kayulapis ini merupakan tenaga kerja yang berasal dari warga disekitar lokasi proyek itu sendiri. Tenaga kerja yang dibutuhkan pada usaha kayulapis ini yaitu tenaga kerja untuk proses pemotongan, pengeleman dan finishing. 3. Fasilitas transportasi Lokasi usaha kayulapis ini terletak di antara daerah perkantoran dan juga kompleks perumahan yang telah memiliki fasilitas aspal dengan kondisi yang baik. Alat transportasi yang digunakan dalam membantu proses produksi, baik dalam pendistribusian dan juga untuk mengambil bahan baku di lokasi perkebunan, adalah mobil pick up. Saat ini belum ada kesulitan yang berarti untuk menuju ke lokasi usaha, karena fasilitas jalan yang telah memadai sehingga dapat diakses dengan menggunakan kendaraan beroda dua maupun beroda empat.
37
4.
5.
Hukum dan peraturan yang berlaku Sejauh ini, tidak ada hambatan hukum dan peraturan lokal yang melarang kegiatan usaha ini. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat pun tidak ada yang menentang kegiatan usaha ini. Sikap masyarakat Sikap masyarakat sangat terbuka dan mendukung adanya usaha kayulapis ini. Karena dengan adanya usaha ini mampu menyerap tenaga kerja dari masyarakat lingkungan sekitar.
Skala Usaha Penilaian skala usaha berkaitan dengan berapa jumlah produksi yang dihasilkan dalam waktu tertentu dengan mempertimbangkan kapasitas teknis dan peralatan yang dimiliki serta biaya yang paling efisien. Usaha kayulapis ini menghasilkan rata-rata 300 lembar setiap harinya. Melihat tingkat produksi kayulapis ini masih sangat kecil dibandingkan dengan kapasitas produksi yang dapat mencapai 500 lembar. Hal ini menunjukkan bahwa skala usaha dari produksi kayulapis ini masih sangat kecil. Layout Layout merupakan suatu proses dalam penentuan bentuk dan penempatan fasilitas yang dapat menentukan efisiensi produksi. Layout dirancang berkenaan dengan produk, proses, sumberdaya manusia, dan lokasi sehingga dapat tercapai efisiensi operasi (Kashmir dan Jakfar, 2007). Usaha kayulapis ini berdiri pada lahan seluas 600 m2 yaitu pada bangunan seluas kurang lebih 510 m2 untuk tempat produksi dan untuk kegiatan yang sifatnya administratif terletak dikantor dengan luasan 90 m2. Untuk lebih lengkapnya, layout usaha ini dapat dilihat pada lampiran 1. Usaha kayulapis ini sudah memiliki layout bangunan yang cukup baik, hanya saja masih terdapat kekurangan berupa ruang penyimpanan hasil produksi sedikit berdekatan dengan kantor. Selain itu jarak tempat pembuangan limbah hasil produksi juga sedikit berdekatan dengan ruang tempat penyimpanan bahan baku. Suatu usaha seharusnya memiliki paling tidak tiga ruangan atau gedung, yaitu pabrik, ruang administrasi, dan juga gudang penyimpanan produk. Proses Produksi Manajemen operasi bertujuan agar kegiatan produksi berjalan secara efektif dan efisien sehinga dapat menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang dan jasa yang digunakan untuk memperoleh keuntungan. Adapun proses produksi untuk mengolah vinir menjadi plywood ada beberapa tahap yaitu proses persiapan bahan baku, peleburan perekat, pengempaan panas, finishing, grading. Perusahaan telah memiliki mesin dan peralatan untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan. Perusahaan tidak menerima bahan baku berupa kayu gelondongan melainkan langsung berbentuk vinir yang berasal dari limbah industri kayu karet ini dikarenakan perusahaan belum memiliki mesin rotary untuk proses pembuatan vinir itu sendiri. Perusahaan menggunakan sistem manajemen dengan melakukan penyimpanan bahan baku agar produksi jalan terus menerus dengan tidak menunggu bahan baku datang ini juga dikarenakan bahan
38
baku yang didapat dari Sukabumi dan Lampung. Pengiriman bahan baku disesuaikan dengan berapa banyak gudang penyimpanan bahan baku dapat menampung jumlah bahan baku. Rata-rata perbulan dilakukan 5 kali pengiriman bahan baku. Penggunaan Teknologi (Peralatan dan Mesin) Teknologi merupakan salah satu faktor penunjang dalam menjalankan suatu usaha. Penggunaan teknologi dimaksudkan untuk membuat usaha yang dijalankan lebih efisien. Selain itu, jenis teknologi yang diterapkan harus disesuaikan dengan proses produksi usaha tersebut. Usaha kayulapis ini menggunakan beberapa mesin dan peralatan. Adapun mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi kayulapis dapat dilihat pada Tabel 6 berikut: Tabel 6 Mesin dan Peralatan Proses Produksi Kayulapis CV Hadir Jaya
No 1
Nama/Jenis Mesin Mesin kempa
2
Glue Spreader
3
Mesin Band Saw
4
Gergaji tangan elektrik
5
Mesin gerinda
6
Table Saw
Fungsi Alat kempa ini dirancang untuk pengerjaan kempa / press, baik pengerjaan kempa dingin maupun kempa panas (hot and cold press). Dapat di aplikasikan untuk pengerjaan panelpanel kayu, bambu, asbes, pemadatan kayu, plastik dan lain lain. Alat ini juga dapat digunakan sebagai alat bantu pengerjaan lainnya yang sifat pengerjaanya tidak berbeda dengan pekerjaan tersebut. Fungsi dari alat ini adalah memudahkan dalam proses pembuatan bahan perekat (glue). Fungsi utamanya adalah membelah kayu atau logs. Terdiri dari satu bilah gergaji lingkaran pada satu poros motor penggerak. Konfigurasi pemasangannya pada mesin bisa bermacammacam. Anda bisa melakukan berbagai pekerjaan kayu dengan mesin ini misalnya: membelah kayu, memotong papan dalam berbagai sudut, membuat pen dan alur. Fungsi dari alat ini adalah untuk memotong bahan baku untuk produksi. Fungsi alat ini adalah untuk menghaluskan hasil dari produk. Alat yang terdiri dari gergaji melingkar, dipasang pada punjung yang digerakkan oleh motor listrik. Fungdi dari alat ini adalah untuk memotong kayu.
Sumber: CV Hadir Jaya 2012
Dari hasil analisis terhadap aspek teknis, dapat dikatakan bahwa pengusahaan produksi kayulapis pada CV Hadir Jaya ini adalah layak untuk dijalankan. Tidak ada masalah berarti yang dapat menghambat jalannya kegiatan produksi kayulapis ini. Selain itu, proses produksi pembuatan kayulapis (plywood) telah sesuai dengan Standard Operation Procedur (SOP) perusahaan.
39
Aspek Manajemen Analisis aspek manajemen dilakukan untuk menilai para pengelola proyek dan struktur organisasi perusahaan, apakah telah menerapkan fungsi-fungsi manajemen dengan benar. Aspek-aspek manajemen yang dilihat pada studi kelayakan terdiri dari manajemen pada masa pembangunan yaitu pelaksana proyek, jadwal penyelesaian proyek, dan pelaksana studi masing-masing aspek, dan manajemen pada saat operasi yaitu bentuk organisasi, struktur organisasi, deskripsi jabatan, personil kunci, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan. Adapun aspek manajemen yang akan dilaksanakan pada usaha produksi kayulapis adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan a. Perencanaan dalam Penyediaan Bahan Baku Bahan baku yang digunakan dalam usaha kayulapis ini berasal dari limbah pohon karet yang telah diolah menjadi bahan setengah jadi berupa vinir yang didatangkan daerah Lampung dan Sukabumi. b. Perencanaan dalam Bidang Produksi Perencanaan produksi akan dipegang oleh kepala pabrik yang bertanggung jawab terhadap jalannya produksi juga bertanggung jawab terhadap kualitas produk yang dihasilkan sehingga sesuai dengan keinginan pasar. c. Perencanaan dalam Pengadaan Tenaga Kerja Pada pelaksanaan suatu usaha, tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang berpengaruh penting. Pada usaha kayulapis ini, perusahaan mempekerjakan sekitar 11 orang tenaga kerja yang terdiri dari delapan orang tenaga kerja produksi dan tiga orang tenaga kerja administrasi dan keuangan. Pengadaan tenaga kerja ini ditangani oleh seorang kepala bagian umum. d. Perencanaan dalam Penjualan Perencanaan penjualan merupakan tanggung jawab dan dipegang oleh seorang kepala bagian umum. Dalam memasarkan produknya CV Hadir Jaya bermitra dengan tiga perusahaan furniture yaitu Johanese Furniture, Thaeda Furniture, dan CV Helindo. 2. Pengorganisasian Usaha kayulapis ini telah memiliki struktur organisasi yang jelas, dimana masing-masing pihak telah memiliki pembagian kerja secara terperinci. Pembagian kerja dapat terlihat dari garis perintah yang telah tergambar dengan jelas pada struktur organisasi. 3. Pengarahan Proses pengempaan dan pengeleman sangat membutuhkan keuletan, ketrampilan, dan perhatian khusus. Kelancaraan usaha ini sangat dipengaruhi oleh para pekerjanya. Oleh karena itulah, dalam pelaksanaannya, perusahaan memberikan tanggungjawab kepada kepala pabrik untuk mengkoordinasikan dan memberikan arahan mengenai hal-hal yang diperlukan untuk kelancaran usaha produksi kayulapis ini. 4. Pengawasan Fungsi manajemen yang terakhir yaitu fungsi pengawasan dijalankan oleh Kepala bagian produksi. Kepala produksi ini bertanggungjawab melakukan pengawasan apakah hasil dari pekerjaan yang telah dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau tidak. Selain itu, bila terjadi penyimpangan maka dapat dilakukan tindakan perbaikan agar kesalahan tidak terjadi secara terus
40
menerus. Kepala produksi juga memiliki kewajiban untuk melaporkan perkembangan dari setiap tahapan dalam produksi kayulapis. Dilihat dari aspek manajemennya, usaha produksi kayulapis yang diusahakan oleh CV Hadir Jaya ini telah layak untuk dijalankan. Hal ini dikarenakan pihak perusahaan telah memiliki struktur organisasi dan pembagian tugas yang jelas. Aspek Hukum Pada aspek hukum, hal yang perlu dianalisis adalah bentuk badan hukum usaha yang dijalankan serta izin usaha yang diperoleh perusahaan. Bentuk Badan Usaha Usaha kayulapis milik Bapak Hasibuan ini, dijalankan penuh oleh Bapak Hasibuan selaku pemilik usah. Bentuk badan usah yaitu CV dan telah memiliki kuasa hukum. Pemilihan bentuk badan usaha ini dikarenakan badan hukum jenis ini memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan badan hukum lainnya. Adapun kelebihannya antara lain luasnya bidang usaha yang dimiliki, kewenangan, dan tanggung jawab yang dimiliki terbatas kepada modal yang disetor. Dalam menjalankan usaha kayulapis ini, pihak CV Hadir Jaya telah memperoleh izin usaha dari Dinas Perdagangan. Dilihat dari aspek hukumnya, usaha kayulapis yang diusahakan oleh CV Hadir Jaya ini sudah layak secara hukum. Hal ini dikarenakanpihak perusahaan sedang mengurusi bentuk usaha dan juga perizinan dari usaha kayulapis ini. Selain itu, lokasi usaha kayulapis ini juga telah diketahui keberadaannya oleh pihak kecamatan, serta bukan merupakan usaha yang melanggar hukum yang berlaku. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan Keberadaan usaha kayulapis yang dijalankan oleh CV Hadir Jaya ini memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar lokasi usaha, yaitu berupa penyerapan tenaga kerja yang berasal dari masyarakat sekitar. Usaha kayulapis ini telah menyerap paling tidak sekitar 11 tenaga kerja, yang terdiri dari enam tenaga kerja bagian produksi dan empat orang administrasi dan akunting serta satu orang kepala pengawas. Produksi kayulapis ini juga memberikan manfaat bagi negara yaitu berupa pajak yang dibayarkan oleh perusahaan. Selain itu, usaha ini juga tidak memberikan dampak buruk bagi kondisi lingkungan daerah sekitar usaha. Usaha kayulapis ini tidak menghasilkan limbah yang berbahaya bagi lingkungan. Limbah dari proses produksi ini yang sudah kering, dapat digunakan ataupun dijual sebagai bahan bakar atau juga digunakan sebagai pupuk kompos, sehingga bisa mendatangkan tambahan pendapatan bagi perusahaan. Dilihat dari aspek sosial dan lingkungan, usaha kayulapis ini layak untuk diusahakan. Kelayakan ini dilihat dari tingkat benefit yang diberikan dari usaha kayulapis ini kepada masyarakat dan juga lingkungan sekitar. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial dikaji secara kuantitatif. Analisis finansial usaha kayulapis pada CV Hadir Jaya dilakukan setelah pengembangan usaha dengan membuat produk baru. Dari analisis aspek finansial akan dikaji analisis biaya dan
41
manfaat, laba rugi serta kriteria investasinya. Analisis biaya dan manfaat dilakukan untuk mengidentifikasi berbagai biaya yang dikeluarkan serta manfaat yang akan diterima selama usaha dijalankan. Hasil analisis tersebut akan diolah dan akan menghasilkan analisis laba rugi. Pada analisis laba rugi tersebut akan menghasilkan komponen pajak yang digunakan untuk penyusunan cash flow. Pajak merupakan komponen pengurang dalam cash flow dan dasar dari perhitungan kriteria investasi diperoleh dari hasil cash flow. Kriteria investasi yang digunakan yaitu NPV, IRR, Net B/C dan Payback Period (PP). Kriteria investasi akan menunjukkan layak atau tidak layak usaha untuk dijalankan dari aspek finansial. Selain itu dilakukan juga analisis sensitivitas dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana kelayakan usaha jika terjadi perubahan pada tunai. Analisis finansial dilakukan untuk mengukur jumlah dana yang dibutuhkan dalam kegiatan usaha dan jumlah dana yang diperoleh dari hasil usaha. Hasil pengukuran tersebut kemudian dianalisis dengan kriteria penilaian investasi. Akurasi hasil analisis kelayakan finansial dijelaskan sebagai berikut. Arus Penerimaan (Inflow) Pendapatan Penjualan Penerimaan pada usaha kayulapis CV Hadir Jaya diperoleh dari peningkatan penjualan hasil produksi. Hasil produksi tersebut akan dipasarkan kepada konsumen dan rekanan bisnis yang sedang berjalan. Hal ini dijelaskan pada Tabel 7 dan rincian perhitungan pada lampiran 4. Perhitungan dengan asumsi proses produksi dilakukan pada pertengahan tahun pada saat proyek mulai berjalan. Tabel 7 Penerimaan Penjualan pada Usaha Kayulapis (Plywood) di CV Hadir Jaya Periode 2010-2020 Tahun Produksi
Total Produksi
Penerimaan (Rp)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total
74.935 116.900 116.900 116.900 116.900 116.900 116.900 116.900 116.900 116.900 1.127.035
746.500.000 1.493.000.000 1.493.000.000 1.493.000.000 1.493.000.000 1.493.000.000 1.493.000.000 1.493.000.000 1.493.000.000 1.493.000.000 14.183.500.000
Nilai Sisa (Salvage Value) Nilai sisa adalah nilai barang atau peralatan yang tidak habis selama usaha berjalan. Barang modal yang digunakan dalam kegiatan operasional akan mengalami penyusutan yang dihitung dengan menggunakan metode garis lurus. Nilai barang modal tersebut pada akhir umur ekonomisnya akan memiliki nilai sisa yang dapat dijadikan komponen penerimaan pada arus kas ketika barang
42
modal tersebut dijual kembali di pasar. Nilai sisa (salvage value) pada pengembangan usaha kayulapis CV Hadir Jaya terdapat di tahun ke lima dan tahun ke sepuluh. Nilai sisa tersebut digambarkan pada Tabel 8 berikut. Tabel 8 Nilai Sisa pada Usaha Kayulapis (plywood) CV Hadir Jaya Periode 2010 - 2020 No
Nama
Jml
Satuan
1 2 3 4 5
Tanah Bangunan Table Saw Glue Spreader Mesin kempa Mesin Band Saw Gergaji Tangan Elektrik Mesin Gerinda Plywood Alat Pemotong Vinir Pemasangan Listrik
600 2 1 1 4
m2 unit buah buah buah
Harga Satuan (Rp 000) 2.250 125.000 3.600 46.000 70.000
1
buah
1
6 7 8 9 10
10 5 5 10
Nilai Barang (Rp 000) 135.000 250.000 3.600 46.000 280.000
135.000 0 720 9.200 28.000
Biaya Penyusutan (Rp 000) 0 25.000 648 8.280 27.720
17.000
10
17.000
1.700
1.530
buah
12.000
5
12.000
2.400
2.160
1
buah
10.000
5
10.000
2.000
1.800
3
buah
1.600
5
4.800
960
864
1
unit
25.000
10
25.000
0
2.500
44.980
70.502
Total
Umur Ekonomi
Nilai Sisa (Rp)
Tanah tidak mengalami penyusutan sehingga nilai sisanya sama dengan harga beli yaitu Rp 135.000.000,-. Table saw memiliki nilai sisa Rp 720.000,setelah pemakaian lima tahun, glue spreader Rp 9.200.000,-. Mesin kempa Rp 28.000.000,-. Mesin band saw Rp 1.700.000,-. Gergaji tangan elektrik Rp 2.400.000,-. Mesin gerinda Rp 2.000.000,- dan alat pemotong vinir sebesar Rp 960.000,-. Arus Biaya (Outflow) Arus biaya (outflow) adalah aliran kas yang dikeluarkan oleh usaha. Arus pengeluaran pada usaha kayulapis (plywood) CV Hadir Jaya terdiri dari biaya investasi, biaya operasional dan pajak penghasilan. Arus biaya merupakan proyeksi pengeluaran yang terjadi selama umur bisnis. Biaya Investasi Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memulai suatu usaha. Biaya investasi dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan barang modal dalam menjalankan pengembangan usaha. Adapun rincian biaya invertasi meliputi tanah, pndirian bangunan, berbagai peralatan yang dibutuhkan yaitu yaitu table saw, glue spreader, mesin kempa, mesin band saw, gergaji tangan elektrik, mesin gerinda dan alat pemotong vinir. Selain itu, biaya investasi juga dibutuhkan dalam pemasangan atau instalasi listrik. Total biaya investasi pada produksi kayulapis CV Hadir Jaya yaitu sebesar Rp 783.400.000,-. Tabel 9 menjelaskan rincian biaya investasi tersebut sebagai berikut.
43
Tabel 9 Biaya Investasi pada Usaha Kayulapis (plywood) CV Hadir Jaya Periode 2010 - 2020 No Nama Jumlah Satuan Nilai Barang 2 1 Tanah 600 m 135.000.000 2 Bangunan 2 unit 250.000.000 3 Table Saw 1 buah 3.600.000 4 Glue Spreader 1 buah 46.000.000 5 Mesin kempa 4 buah 280.000.000 6 Mesin Band Saw 1 buah 17.000.000 7 Gergaji Tangan Elektrik 1 buah 12.000.000 8 Mesin Gerinda Plywood 1 buah 10.000.000 9 Alat Pemotong Vinir 3 buah 4.800.000 10 Pemasangan Listrik 1 unit 25.000.000 Total 783.400.000 Biaya Operasional Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan selama usaha produksi kayulapis dijalankan. Biaya operasional merupakan biaya yang berhubungan langsung dengan operasional produksi usaha kayulapis CV Hadir Jaya. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan setiap periode produksi tanpa dipengaruhi oleh kuantitas produksi yang dihasilkan. Biaya tetap tidak berubah walaupun volume produksi bertambah atau berkurang. Biaya tetap yang dikeluarkan CV Hadir Jaya untuk perencanaan produksi kayulapis meliputi biaya promosi, tenaga kerja (gaji karyawan), biaya pemeliharaan peralatan dan pajak bangunan. Tabel 10 menjelaskan biaya tetap pada produksi usaha kayulapis CV Hadir Jaya. Tabel 10 Biaya Tetap pada produksi usaha kayulapis CV Hadir Jaya Periode 2010 - 2020 Harga Satuan Jumlah Biaya No Barang modal Jumlah Satuan (Rp) (Rp) 1 Biaya promosi 1 tahun 10.000.000 Tenaga kerja 2 11 tahun 205.440.000 tetap 3 Pemeliharaan 1 tahun 15.000.000 4 PBB 1 tahun 1.557.000 231.997.000 Total Penetapan gaji karyawan disesuaikan dengan jabatan masing-masing karyawan. Karyawan yang dimiliki usaha kayulapis CV Hadir Jaya berjumlah 11 orang dimana terdapat satu orang manajer, satu orang accounting, tiga orang bagian pemotongan, tiga orang bagian pengempaan dan tiga orang bagian finishing. Penetapan gaji karyawan dalam satu tahun terdiri dari gaji pokok, uang makan dan Tunjangan Hari Raya (THR). Pemberian gaji pokok dibedakan untuk masing-masing jabatan. Sedangkan uang makan dan uang THR diberikan seragam untuk seluruh karyawan. Besar uang makan yang diterima masing-masing
44
pegawai adalah Rp 10.000,- perhari, dimana jumlah hari kerja untuk manajer adalah 22 hari, accounting 26 hari dan pekerja produksi 26 hari. Tabel 11 menjelaskan gaji karyawan tetap di unit usaha kayulapis CV Hadir Jaya. Tabel 11. Biaya Gaji Karyawan pada usaha kayulapis CV Hadir Jaya Periode 2010 - 2020 Total Gaji Total Uang Jumlah Banyak Total THR No Pegawai Pokok Makan (Orang) (Bulan) (Rp/Tahun) (Rp/Bulan) (Rp/Bulan) 1 Manajer 1 12 36.000.000 2.640.000 500.000 2 Accounting 1 12 24.000.000 3.120.000 400.000 Pekerja 3 9 12 108.000.000 28.080.000 2.700.000 produksi Total gaji karyawan (Tahun) 168.000.000 33.840.000 3.600.000 Biaya Variabel Biaya variabel merupakan biaya yang harus dikeluarkan suatu usaha. Biaya ini tergantung besar kecilnya volume produksi. Biaya variabel yang dikeluarkan berbanding lurus terhadap peningkatan jumlah produksi. Komponen biaya variabel yang digunakan CV Hadir Jaya yaitu bahan baku veener, resin UF, hardener NH4Cl, tepung terigu, lem fox putih dan biaya transportasi. Total biaya variabel yaitu sebesar Rp 467.905.000,- setiap tahunnya. Adapun Tabel 12 menunjukkan biaya variabel pada usaha kayulapis CV Hadir Jaya. Tabel 12 Biaya Variabel pada usaha kayulapis CV Hadir Jaya Periode 2010-2020 No Nama Jumlah Satuan Harga (Rp) 3 1 Bahan baku veener 30-40 m 382.500.000 2 Resin UF 15 kilogram 4.725.000 3 Hardener NH4Cl 0,2 kilogram 1.250.000 4 Tepung terigu 2 kilogram 1.900.000 5 Lem fox putih 10 botol 750.000 6 Biaya transportasi liter 1.500.000 Total Biaya Variabel
467.905.000
Bahan baku yang dibutuhkan dalam satu kali produksi adalah 30-40 m3 veener untuk dapan menghasilkan 300 lembar kayulapis dalam sehari. Bahan lain yang digunakan dalam proses produksi kayulapis adalah bahan perekat atau glue. Komposisi bahan perekat atau glue diperoleh dari campuran resin UF, tepung terigu dan hardener NH4Cl. Kebutuhan resin UF dalam satu kali proses produksi adalah 15 kg, tepung terigu 2 kg dan hardener NH4Cl sebanyak 0,2 kg.
45
Pajak Penghasilan Pajak penghasilan merupakan biaya yang dikeluarkan setiap tahun selama umur usaha dengan jumlah yang tergantung dari besarnya laba usaha yang diperoleh perusahaan pada setiap tahunnya. Perhitungan pajak memalui analisis rugi laba sebesar 25 persen, hal tersebut berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2008, pasal 17 ayat 2a, yang merupakan perubahan keempat atas Undang-Undang No. 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan, yaitu: Pasal 17 ayat 1b : Wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28 % (dua puluh delapan persen). Pasal 17 ayat 2a: Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25 % (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010. Berdasarkan analisis laba rugi, CV Hadir Jaya pada kegiatan usaha produksi kayulapis menunjukkan laba positif. Adapun pajak penghasilan CV Hadir Jaya dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Analisis Laba Rugi CV Hadir Jaya Tahun Laba sebelum pajak (EBT) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Rp (23.904.000,-) Rp 254.691.000,Rp 254.691.000,Rp 254.691.000,Rp 254.691.000,Rp 254.691.000,Rp 254.691.000,Rp 254.691.000,Rp 254.691.000,Rp 254.691.000,-
Nilai Pajak (25%) 0 Rp 63.672.750,Rp 63.672.750,Rp 63.672.750,Rp 63.672.750,Rp 63.672.750,Rp 63.672.750,Rp 63.672.750,Rp 63.672.750,Rp 63.672.750,-
Analisis Laba Rugi Usaha Analisis laba rugi digunakan untuk mengetahui perkembangan usaha dalam kurun waktu tertentu. Komponen dari rugi laba terdiri dari penerimaan, biaya operasional, biaya penyusutandan biaya lain diluar usaha sertapajak penghasilan usaha. Rincian perhitungan rugi laba, dimana perhitungan rugi laba akan berpengaruh terhadap pajak penghasilan usaha yang secara otomatis akan mempengaruhi hasil perhingan cashflow. Pada penelitian ini digunakan analisis kelayakan perencanaan usaha kayulapis, sehingga dalam laporan rugi laba akan diketahui keuntungan maksimum dari usaha yang dijalankan. Rincian laba bersih dapat dilihat pada Tabel 14.
46
Tabel 14 Laba Bersih CV Hadir Jaya Laba sebelum pajak Tahun Nilai Pajak (25%) (EBT) 1 Rp (23.904.000,-) 0 2 Rp 254.691.000,Rp 63.672.750,3 Rp 254.691.000,Rp 63.672.750,4 Rp 254.691.000,Rp 63.672.750,5 Rp 254.691.000,Rp 63.672.750,6 Rp 254.691.000,Rp 63.672.750,7 Rp 254.691.000,Rp 63.672.750,8 Rp 254.691.000,Rp 63.672.750,9 Rp 254.691.000,Rp 63.672.750,10 Rp 254.691.000,Rp 63.672.750,-
Laba bersih (EAT) Rp (23.904.000,-) Rp 191.018.250,Rp 191.018.250,Rp 191.018.250,Rp 191.018.250,Rp 191.018.250,Rp 191.018.250,Rp 191.018.250,Rp 191.018.250,Rp 191.018.250,-
Analisis Kelayakan Finansial Analisis kelayakan finansial yang dilakukan pada usaha produksi kayulapis (plywood) CV Hadir Jaya menggunakan empat kriteria kelayakan investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP). Analisis kelayakan investasi ini menggunakan asumsi modal yang berasal dari modal pribadi. Discount rate yang digunakan adalah 7,14 persen berdasarkan hasil olahan. Adapun hasil analisis kelayakan investasi ini dijelaskan pada Tabel 15 berikut. Tabel 15 Analisis Kelayakan Finansial pada Usaha Kayulapis (Plywood) CV Hadir Jaya Periode 2013-2023 No Kriteria Investasi Hasil Perhitungan 1 2 3 4
Net Present Value (NPV) Net Benefit Cost ratio (Net B/C Ratio) Internal rate of return (IRR) Payback Period (PP)
Rp1.278.089.725,51 2,86 32,8 % 4,20
Berdasarkan hasil perhitungan pada keempat kriteria investasi dapat diketahui bahwa usaha pembesaran kayulapis CV Hadir Jaya layak dijalankan. Perolehan nilai NPV pada Tabel 15 menunjukkan manfaat bisnis sebesar Rp1. 278.089.725,51 selama umur bisnis berlangsung. Net B/C rasio bernilai 2,86 menunjukkan bahwa setiap satu rupiah yang dikeluarkan selama usaha berlangsung mampu menghasikan manfaat bersih sebesar 2,86 rupiah. Nilai IRR sebesar 32,8 persen menunjukkan expected return yang jauh lebih menguntungkan daripada pilihan investasi yang ditempatkan dalam bentuk deposito dengan expected return sebesar 7,14 persen. Sedangkan waktu yang diperlukan untuk pengembalian total investasi yag ditanam hanya selama 4 tahun 2 bulan.
47
Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan setelah diketahui bahwa usaha kayulapis di lokasi penelitian layak untuk dijalankan. Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan. Parameter analisis sensitivitas yang digunakan adalah komponen yang secara histori telah memberi pengaruh terhadap perhitungan manfaat dan biaya usaha yang dilakukan oleh lingkungan bisnis. Parameter tersebut yaitu kenaikan harga bahan baku dan penurunan jumlah produksi kayulapis. Kenaikan harga bahan baku tertinggi yang pernah terjadi di lingkungan bisnis adalah sebesar 15 persen, dimana harga bahan baku normal sebesar Rp 800.000,- naik menjadi Rp 1.200.000,-. Kenaikan ini terjadi akibat kelangkaan bahan baku hasil dari limbah kayu karet. Penurunan produksi kayulapis yang pernah terjadi sebesar 14,3 persen, sehingga ketika diaplikasikan ke dalam usaha produksi kayulapis, penurunan produksi akan terjadi dari 350 lembar/hari menjadi 300 lembar/hari produksi. Hal ini dilakukan karena adanya penumpukan atau stock barang pada gudang produksi. Berikut hasil analisis sensitivitas pada usaha kayulapis CV Hadir Jaya pada Tabel 16. Tabel 16 Hasil Perhitungan Analisis Sensitivitas pada Usaha Produksi Kayulapis CV Hadir Jaya Periode 2013-2023
No
Keterangan
Hasil Analisis Sensitivitas Net IRR NPV (Rp) B/C (%)
PP (tahun)
1
Kondisi normal
Rp1.278.089.725,51
2,86
32,8 %
4,20
2
Kenaikan harga bahan baku sebesar 15 persen
Rp 530.875.166,46
1,72
11,5 %
5,05
3
Penurunan produksi kayulapis 14,3 persen
(Rp 112.146.101,45)
0,86
-12%
11,17
Hasil perhitungan pada analisis sensitivitas diatas dapat diketahui dengan membandingkan dengan kondisi ketika usaha berjalan normal. Pada saat usaha mengalami kenaikan harga bahan baku, usaha masih layak dijalankan walaupun terdapat penurunan perolehan yang besar terhadap seluruh kriteria investasi. Hasil nilai perhitungan tersebut mengindikasikan bahwa perubahan harga bahan baku sebesar 15 persen memberikan perubahan yang besar pada usaha produksi kayulapis. Sedangkan pada saat usaha mengalami penurunan produksi sebesar 14,3 persen, usaha tidak laya dijalankan karena terdapat penurunan perolehan yang sangat besar terhadap seluruh kriteria investasi. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa usaha produksi kayulapis di CV Hadir Jaya sensitif terhadap perubahan pada total produksi dan harga jual. Hasil perhitungan juga mengindikasikan bahwa penurunan produksi sebesar 14,3 persen merupakan komponen peubah yang memberikan perubahan paling besar terhadap kelayakan usaha kayulapis CV Hadir Jaya.
48
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian mengenai analisis kelayakan usaha kayulapis di CV Hadir Jaya adalah: 1. Pengembangan usaha kayulapis layak dijalankan berdasarkan aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan. Usaha berdasarkan aspek pasar memiliki peluang pasar yang luas dan dapat diraih melalui produk yang memiliki daya saing terhadap kuantitas dan kualitas, harga dan strategi pemasaran. Berdasarkan aspek teknis, pengembangan usaha layak dijalankan ditinjau dari keberadaan lokasi dan proses produksi. Analisis terhadap aspek ekonomi, sosial dan budaya menunjukkan bahwa pengembangan usaha akan membawa manfaat lebih besar terhadap kesejahteraan dan pengembangan kehidupan sosial dan budaya masyarakat. Pengembangan usaha juga didukung oleh kelayakan aspek manajemen sumber daya dan perizinan dari pihak institusi. Analisis terhadap aspek lingkungan juga menunjukkan pengembangan usaha tidak membawa dampak negatif terhadap gangguan dan kerusakan lingkungan. 2. Analisis kelayakan finansial juga menunjukkan bahwa perolehan arus masuk (inflow) dalam pengembangan usaha diproyeksikan mampu mengatasi beban arus keluar (outflow). Analisis terhadap kriteria investasi memiliki perolehan nilai NPV sebesar Rp1.278.089.725,51. Net B/C rasio bernilai 2,86, nilai IRR sebesar 32,8 persen dan waktu pengembalian total investasi selama 4 tahun 2 bulan. Dengan demikian usaha akan memberikan expected return yang tinggi dan tingkat pengembalian yang cepat terhadap investasi. 3. Hasil analisis sensitivitas menggambarkan bahwa usaha kayulapis CV Hadir Jaya sensitif terhadap perubahan pada penurunan jumlah produksi. Komponen yang memberikan dampak paling besar terhadap kelayakan usaha adalah penurunan jumlah produksi. Saran Saran yang dapat disampaikan pada penelitian adalah komponen resiko pada kenaikan harga bahan baku dapat diiminimalisasi dengan tidak bergantung terhadap pemasok tunggal melalui pencarian alternatif beberapa pemasok bahan baku atau dapat menggunakan bahan baku dari kayu lain.
DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Perusahaan Pengolahan Kayu Tahun 2008. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Kehutanan Indonesia Tahun 2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
49
Butaflika, B. 2008. Analisis Kelayakan Perencanaan Program Pengusahaan Krisan di Kabupaten Lampung Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Farsa, G A. 2009. Analisis Kelayakan Usaha Penyulingan Minyak Kayu Putih Yakasaba di Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Gittinger. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Jakarta : UI-Press. Husnan, S dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Pencetak AMP YPKN. Ibrahim, Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia. Jakarta. Kasmir dan Jakfar. 2007. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Kedua. Jakarta: Kencana. Lipsey, RG, dkk. 1995. Pengantar Mikroekonomi. Edisi Kesepuluh Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara. Naiborhu, A P. 2004. Analisis Kelayakan Finansial dan Pemasaran Minyak Pala (Myristica Fragrans Houtt) (Studi kasus pada PT Pavettia Atsiri Indonesia di Bogor) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pradana, A A. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Plywood di Indonesia [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Robbins, S.P dan Mary Coulter. 2004. Manajemen. Edisi Ketujuh Jilid Pertama. Jakarta: PT. Indeks. Silitonga, Rohani K.V. 2010. Analisis Biaya Kayu Lapis (Studi kasus pada PT Sari Bumi Kusuma, Kalimantan Barat) [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutan, Institut Pertanian Bogor. Subagyo, A. 2007. Studi Kelayakan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Umar, H. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Kedua. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
50
51
Lampiran 1. Layout Produksi Kayulapis CV Hadir Jaya Keterangan :
G B
A
A = Bahan Baku B = Mesin Potong 1 C = Mesin Potong 2 D = Peleburan Perekat E = Alat Press F = Mesin Potong 3 G = Hasil Produksi
E C D
F
Sumber: CV Hadir Jaya (2012)
51
52
52
Lampiran 2. Biaya Investasi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Komponen Biaya
Tanah Bangunan Table Saw Glue Spreader Mesin kempa Mesin Band Saw Gergaji Tangan Elektrik Mesin Gerinda Plywood Alat Pemotong Vinir Pemasangan Listrik
Satuan
Jumlah Fisik
m2 unit buah buah buah buah buah buah buah unit
600 2 1 1 4 1 1 1 3 1
Harga per Satuan Rp
135.000.000 250.000.000 3.600.000 46.000.000 70.000.000 17.000.000 12.000.000 10.000.000 1.600.000 25.000.000
Jumlah Sumber dana investasi dari *) : a. Kredit b. Dana sendiri Sumber: CV Hadir Jaya (2012)
0% 100%
Nilai Awal Rp
Umur Ekonomis (tahun)
135.000.000 250.000.000 3.600.000 46.000.000 280.000.000 17.000.000 12.000.000 10.000.000 4.800.000 25.000.000 783.400.000 0
783.400.000
10 5 5 10 10 5 5 5 10
Nilai Sisa (10%) Rp (000)
0 0 720 9.200 28.000 1.700 2.400 2.000 960 0 44.980
Nilai Penyusutan Rp/th
0 25.000 648 8.280 27.720 1.530 2.160 1.800 864 2.500 70.502
53
Lampiran 3. BiayaVariabel dan Biaya Tetap No 1
Struktur Biaya
Satuan
Jumlah Fisik
m3 kilogram kilogram
30-40 15 0,2
21.850.000 630.000 1.250.000
765.000.000 9.450.000 2.500.000
kilogram botol liter
2 10 -
1.900.000 150.000 -
3.800.000 1.500.000 3.000.000 785.250.000
Bahan baku pembantu
Tepung terigu Lem fox putih Biaya transportasi
Total Biaya Variabel
No 1 2 3 4
Jumlah biaya 1 tahun Rp
Bahan baku utama
Bahan baku veener Resin UF Hardener NH4Cl 2
Biaya per satuan Rp
Barang modal Biaya promosi Tenaga kerja tetap Pemeliharaan PBB
Jumlah
Satuan
Harga Satuan (Rp)
1 11 1 1
tahun tahun tahun tahun
-
Total
Jumlah Biaya (Rp) 10.000.000 205.440.000 15.000.000 1.557.000 231.997.000
Sumber: CV Hadir Jaya (2012)
53
54
54
Lampiran 4. Rincian Permintaan Produk CV Hadir Jaya Tahun 2010 Bulan
Rincian Permintaan Produk Jml
Hrg Type R1D
Total
Jml
Hrg Type D4
Total
Jml
Hrg
Total
Type D6
Total Penerimaan
1
3500
Rp 13.000,-
Rp 45.500.000
2700
Rp 14.500,-
Rp 39.150.000
500
Rp 19.000,-
Rp
9.500.000
Rp 94.150.000
2
2400
Rp 13.000,-
Rp 31.200.000
2000
Rp 14.500,-
Rp 29.000.000
750
Rp 19.000,-
Rp 14.250.000
Rp 74.450.000
3
2900
Rp 13.000,-
Rp 37.700.000
2400
Rp 14.500,-
Rp 34.800.000
500
Rp 19.000,-
Rp
9.500.000
Rp 82.000.000
4
3000
Rp 13.000,-
Rp 39.000.000
2600
Rp 14.500,-
Rp 37.700.000
600
Rp 19.000,-
Rp 11.400.000
Rp 88.100.000
5
4500
Rp 13.000,-
Rp 58.500.000
2800
Rp 14.500,-
Rp 40.600.000
700
Rp 19.000,-
Rp 13.300.000
Rp 112.400.000
6
4400
Rp 13.000,-
Rp 57.200.000
2700
Rp 14.500,-
Rp 39.150.000
750
Rp 19.000,-
Rp 14.250.000
Rp 110.600.000
7
2900
Rp 13.000,-
Rp 37.700.000
3000
Rp 14.500,-
Rp 43.500.000
550
Rp 19.000,-
Rp 10.450.000
Rp 91.650.000
8
3500
Rp 13.000,-
Rp 45.500.000
1900
Rp 14.500,-
Rp 27.550.000
650
Rp 19.000,-
Rp 12.350.000
Rp 85.400.000
9
2700
Rp 13.000,-
Rp 35.100.000
2700
Rp 14.500,-
Rp 39.150.000
800
Rp 19.000,-
Rp 15.200.000
Rp 89.450.000
10
2000
Rp 13.000,-
Rp 26.000.000
2500
Rp 14.500,-
Rp 36.250.000
750
Rp 19.000,-
Rp 14.250.000
Rp 76.500.000
11
3005
Rp 13.000,-
Rp 39.065.000
2800
Rp 14.500,-
Rp 40.600.000
780
Rp 19.000,-
Rp 14.820.000
Rp 94.485.000
12
1900
Rp 13.000,-
Rp 24.700.000
2300
Rp 14.500,-
Rp 33.350.000
500
Rp 19.000,-
Rp
Rp 67.550.000
Jumlah Produksi
36705
9.500.000
Rp 1.066.735.000 Jumlah Produksi
Sumber: CV Hadir Jaya (2012)
30400
Jumlah Produksi
7830
Total Produksi 74395 pcs
55
Lampiran 5. Rincian Permintaan Produk CV Hadir Jaya Tahun 2011 Rincian Permintaan Produk Bulan
Jml
Hrg Type R1a
Total
Jml
Hrg Type R1D
Total
Jml
Hrg Type D4
Total
Jml
Hrg
Total
Type D6
Total Penerimaan
1
3000
Rp 11.500
Rp 34.500.000
3000
Rp 13.000
Rp 39.000.000
3000
Rp 14.500
Rp 43.500.000
0
Rp 19.000
Rp
-
Rp 117.000.000
2
3500
Rp 11.500
Rp 40.250.000
4050
Rp 13.000
Rp 52.650.000
4700
Rp 14.500
Rp 68.150.000
250
Rp 19.000
Rp
4.750.000
Rp 165.800.000
3
1380
Rp 11.500
Rp 15.870.000
1900
Rp 13.000
Rp 24.700.000
1300
Rp 14.500
Rp 18.850.000
120
Rp 19.000
Rp
2.280.000
Rp 61.700.000
4
2000
Rp 11.500
Rp 23.000.000
1200
Rp 13.000
Rp 15.600.000
1000
Rp 14.500
Rp 14.500.000
800
Rp 19.000
Rp 15.200.000
Rp 68.300.000
5
3000
Rp 11.500
Rp 34.500.000
6200
Rp 13.000
Rp 80.600.000
4800
Rp 14.500
Rp 69.600.000
1000
Rp 19.000
Rp 19.000.000
Rp 203.700.000
6
1000
Rp 11.500
Rp 11.500.000
700
Rp 13.000
Rp
9.100.000
1300
Rp 14.500
Rp 18.850.000
200
Rp 19.000
Rp
3.800.000
Rp 43.250.000
7
5250
Rp 11.500
Rp 60.375.000
5650
Rp 13.000
Rp 73.450.000
1800
Rp 14.500
Rp 26.100.000
300
Rp 19.000
Rp
5.700.000
Rp 165.625.000
8
4300
Rp 11.500
Rp 49.450.000
1500
Rp 13.000
Rp 19.500.000
3000
Rp 14.500
Rp 43.500.000
200
Rp 19.000
Rp
3.800.000
Rp 116.250.000
9
3750
Rp 11.500
Rp 43.125.000
3000
Rp 13.000
Rp 39.000.000
1750
Rp 14.500
Rp 25.375.000
1500
Rp 19.000
Rp 28.500.000
Rp 136.000.000
10
4000
Rp 11.500
Rp 46.000.000
2500
Rp 13.000
Rp 32.500.000
6000
Rp 14.500
Rp 87.000.000
0
Rp 19.000
Rp
-
Rp 165.500.000
11
6400
Rp 11.500
Rp 73.600.000
1000
Rp 13.000
Rp 13.000.000
2500
Rp 14.500
Rp 36.250.000
100
Rp 19.000
Rp
1.900.000
Rp 124.750.000
12
5000
Rp 11.500
Rp 57.500.000
3550
Rp 13.000
Rp 46.150.000
2750
Rp 14.500
Rp 39.875.000
1700
Rp 19.000
Rp 32.300.000
Rp 175.825.000
Jumlah 42580 Produksi
Rp 1.503.700.000 Jumlah Produksi
34250
Jumlah Produksi
33900
Jumlah Produksi
6170
Total Produksi 116900 pcs
Sumber: CV Hadir Jaya (2012)
55
56
Lampiran 6. Penerimaan CV Hadir Jaya Tahun 2011 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan Januari Febuari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
Penerimaan Rp 94.150.000,Rp 74.450.000,Rp 82.000.000,Rp 88.100.000,Rp 112.400.000,Rp 110.600.000,Rp 91.650.000,Rp 85.400.000,Rp 89.450.000,Rp 76.500.000,Rp 94.485.000,Rp 67.550.000,Total
Pengeluaran Rp 51.080.000,Rp 48.982.000,Rp 51.129.000,Rp 50.781.000,Rp 58.484.000,Rp 89.990.000,Rp 57.930.000,Rp 50.730.000,Rp 60.281.000,Rp 54.685.000,Rp 80.465.000,Rp 52.434.000,-
Pendapatan Rp 43.070.000,Rp 25.468.000,Rp 30.871.000,Rp 37.319.000,Rp 53.916.000,Rp 20.610.000,Rp 33.720.000,Rp 34.670.000,Rp 29.169.000,Rp 21.815.000,Rp 14.020.000,Rp 15.116.000,Rp 359.764.000,-
Sumber: CV Hadir Jaya (2012)
Lampiran 7. Pendapatan CV Hadir Jaya Tahun 2011 No Bulan Penerimaan Pengeluaran 1 Januari Rp 117.000.000,- Rp 49.947.900,2 Febuari Rp 165.800.000,- Rp 99.572.200,3 Maret Rp 61.700.000,- Rp 52.872.200,4 April Rp 68.300.000,- Rp 57.150.000,5 Mei Rp 203.700.000,- Rp 172.885.400,6 Juni Rp 43.250.000,- Rp 47.691.500,7 Juli Rp 165.625.000,- Rp 117.499.500,8 Agustus Rp 116.250.000,- Rp 115.143.000,9 September Rp 136.000.000,- Rp 111.055.500,10 Oktober Rp 165.500.000,- Rp 118.039.500,11 November Rp 124.750.000,- Rp 116.586.000,12 Desember Rp 175.825.000,- Rp 116.643.000,Total Sumber: CV Hadir Jaya (2012)
Pendapatan Rp 67.052.100,Rp 66.227.800,Rp 8.827.800,Rp 11.150.000,Rp 30.814.600,Rp 4.441.500,Rp 48.125.500,Rp 1.107.000,Rp 24.944.500,Rp 47.460.500,Rp 8.164.000,Rp 59.182.000,Rp 368.614.300,-
57
Lampiran 8. Permintaan Produk Kayu Lapis CV Hadir Jaya Tahun 2010-2011 No
Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total
Sumber: CV Hadir Jaya (2012)
Permintaan (Pcs) 6700 5150 5800 6200 8000 7850 6450 6050 6200 5250 6585 4700 74395 9000 12500 4700 5000 15000 5000 13000 9000 10000 12500 10000 13000 118700
58
58
Lampiran 9. Proyeksi Cash Flow Usaha Kayulapis (plywood) CV Hadir Jaya Periode 2013-2023 Tahun
Uraian a. Inflow Penjualan kayulapis (plywood) Nilai Sisa Total Inflow b. Outflow Investasi Tanah Bangunan Table Saw Glue Spreader Mesin kempa Mesin Band Saw Alat Pemotong Vinir Gergaji Tangan Elektrik Mesin Gerinda Plywood Pemasangan Listrik Total Investasi Biaya Tetap Biaya promosi Tenaga kerja tetap Pemeliharaan PBB Total Biaya Tetap Biaya Variabel Bahan baku veener Resin UF Hardener NH4Cl Tepung terigu Lem fox putih
Biaya transportasi Biaya listrik Total Biaya Variabel Total Outflow Benefit Before Tax (BET) Pajak 25% Net Benefit DF (7,14%) Present Value PV NEGATIF PV POSITIF NPV IRR Net B/C PBP
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rp 1.493.000.000
Rp 1.493.000.000
Rp 1.493.000.000
Rp 1.493.000.000
Rp 1.493.000.000
Rp 1.493.000.000
Rp 1.493.000.000
Rp 1.493.000.000
Rp 1.493.000.000 Rp 44.980.000 Rp 1.537.980.000
Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp
Rp
746.500.000
Rp 1.493.000.000
Rp 1.493.000.000
Rp 1.493.000.000
Rp
746.500.000
Rp 1.493.000.000
Rp 1.493.000.000
Rp 1.493.000.000
Rp 1.493.000.000 Rp 15.280.000 Rp 1.508.280.000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
135.000.000 250.000.000 3.600.000 46.000.000 280.000.000 17.000.000 4.800.000 12.000.000 10.000.000 25.000.000 783.400.000
Rp Rp Rp Rp Rp
10.000.000 205.440.000 15.000.000 1.557.000 231.997.000
Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
382.500.000 4.725.000 1.250.000 1.900.000 750.000 1.500.000 75.280.000 467.905.000 1.483.302.000 (736.802.000) 0 Rp (736.802.000) 0,93 Rp (687.700.205) Rp (687.700.205) Rp 1.965.789.931 Rp1.278.089.725,51 32,8% 2,86 4,20
10.000.000 205.440.000 15.000.000 1.557.000 231.997.000
Rp 765.000.000 Rp 9.450.000 Rp 2.500.000 Rp 3.800.000 Rp 1.500.000 Rp 3.000.000 Rp 150.560.000 Rp 935.810.000 Rp 1.167.807.000 Rp 325.193.000 Rp 66.347.750 Rp 258.845.250 0,87 Rp 283.294.344
10.000.000 205.440.000 15.000.000 1.557.000 231.997.000
Rp 765.000.000 Rp 9.450.000 Rp 2.500.000 Rp 3.800.000 Rp 1.500.000 Rp 3.000.000 Rp 150.560.000 Rp 935.810.000 Rp 1.167.807.000 Rp 325.193.000 Rp 66.347.750 Rp 258.845.250 0,81 Rp 264.415.106
10.000.000 205.440.000 15.000.000 1.557.000 231.997.000
Rp 765.000.000 Rp 9.450.000 Rp 2.500.000 Rp 3.800.000 Rp 1.500.000 Rp 3.000.000 Rp 150.560.000 Rp 935.810.000 Rp 1.167.807.000 Rp 325.193.000 Rp 66.347.750 Rp 258.845.250 0,76 Rp 246.794.013
10.000.000 205.440.000 15.000.000 1.557.000 231.997.000
Rp 765.000.000 Rp 9.450.000 Rp 2.500.000 Rp 3.800.000 Rp 1.500.000 Rp 3.000.000 Rp 150.560.000 Rp 935.810.000 Rp 1.167.807.000 Rp 325.193.000 Rp 55.285.750 Rp 269.907.250 0,71 Rp 230.347.222
10.000.000 205.440.000 15.000.000 1.557.000 231.997.000
Rp 765.000.000 Rp 9.450.000 Rp 2.500.000 Rp 3.800.000 Rp 1.500.000 Rp 3.000.000 Rp 150.560.000 Rp 935.810.000 Rp 1.167.807.000 Rp 325.193.000 Rp 66.347.750 Rp 258.845.250 0,66 Rp 214.996.473
10.000.000 205.440.000 15.000.000 1.557.000 231.997.000
Rp 765.000.000 Rp 9.450.000 Rp 2.500.000 Rp 3.800.000 Rp 1.500.000 Rp 3.000.000 Rp 150.560.000 Rp 935.810.000 Rp 1.167.807.000 Rp 325.193.000 Rp 66.347.750 Rp 258.845.250 0,62 Rp 200.668.726
10.000.000 205.440.000 15.000.000 1.557.000 231.997.000
Rp 765.000.000 Rp 9.450.000 Rp 2.500.000 Rp 3.800.000 Rp 1.500.000 Rp 3.000.000 Rp 150.560.000 Rp 935.810.000 Rp 1.167.807.000 Rp 325.193.000 Rp 66.347.750 Rp 258.845.250 0,58 Rp 187.295.806
10.000.000 205.440.000 15.000.000 1.557.000 231.997.000
Rp 765.000.000 Rp 9.450.000 Rp 2.500.000 Rp 3.800.000 Rp 1.500.000 Rp 3.000.000 Rp 150.560.000 Rp 935.810.000 Rp 1.167.807.000 Rp 325.193.000 Rp 66.347.750 Rp 258.845.250 0,54 Rp 174.814.081
10.000.000 205.440.000 15.000.000 1.557.000 231.997.000
Rp 765.000.000 Rp 9.450.000 Rp 2.500.000 Rp 3.800.000 Rp 1.500.000 Rp 3.000.000 Rp 150.560.000 Rp 935.810.000 Rp 1.167.807.000 Rp 325.193.000 Rp 55.285.750 Rp 269.907.250 0,50 Rp 163.164.160
59
Lampiran 10. Proyeksi Laporan Laba Rugi Usaha Kayulapis (plywood) CV Hadir Jaya Periode 2010-2020 Tahun
Uraian Inflow Penjualan kayulapis (plywood) Penerimaan Total Outflow Biaya Tetap Biaya promosi Tenaga kerja tetap Pemeliharaan PBB Penyusutan Total Biaya Tetap Biaya Variabel Bahan baku veener Resin UF Hardener NH4Cl Tepung terigu Lem fox putih
Biaya transportasi Biaya listrik Total Biaya Variabel Total Outflow Laba kotor (sebelum Bunga dan Pajak) Pajak 25% Laba bersih (EAT)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rp Rp
746,500,000 Rp 1,493,000,000 Rp 1,493,000,000 Rp 1,493,000,000 Rp 1,493,000,000 Rp 1,493,000,000 Rp 1,493,000,000 Rp 1,493,000,000 Rp 1,493,000,000 Rp 1,493,000,000 746,500,000 Rp 1,493,000,000 Rp 1,493,000,000 Rp 1,493,000,000 Rp 1,493,000,000 Rp 1,493,000,000 Rp 1,493,000,000 Rp 1,493,000,000 Rp 1,493,000,000 Rp 1,493,000,000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
10,000,000 205,440,000 15,000,000 1,557,000 70,502,000 302,499,000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
382,500,000 4,725,000 1,250,000 1,900,000 750,000 1,500,000 75,280,000 467,905,000 770,404,000 (23,904,000) 0 (23,904,000)
Rp 765,000,000 Rp 765,000,000 Rp 765,000,000 Rp 765,000,000 Rp 765,000,000 Rp 765,000,000 Rp 765,000,000 Rp 765,000,000 Rp 765,000,000 Rp 9,450,000 Rp 9,450,000 Rp 9,450,000 Rp 9,450,000 Rp 9,450,000 Rp 9,450,000 Rp 9,450,000 Rp 9,450,000 Rp 9,450,000 Rp 2,500,000 Rp 2,500,000 Rp 2,500,000 Rp 2,500,000 Rp 2,500,000 Rp 2,500,000 Rp 2,500,000 Rp 2,500,000 Rp 2,500,000 Rp 3,800,000 Rp 3,800,000 Rp 3,800,000 Rp 3,800,000 Rp 3,800,000 Rp 3,800,000 Rp 3,800,000 Rp 3,800,000 Rp 3,800,000 Rp 1,500,000 Rp 1,500,000 Rp 1,500,000 Rp 1,500,000 Rp 1,500,000 Rp 1,500,000 Rp 1,500,000 Rp 1,500,000 Rp 1,500,000 Rp 3,000,000 Rp 3,000,000 Rp 3,000,000 Rp 3,000,000 Rp 3,000,000 Rp 3,000,000 Rp 3,000,000 Rp 3,000,000 Rp 3,000,000 Rp 150,560,000 Rp 150,560,000 Rp 150,560,000 Rp 150,560,000 Rp 150,560,000 Rp 150,560,000 Rp 150,560,000 Rp 150,560,000 Rp 150,560,000 Rp 935,810,000 Rp 935,810,000 Rp 935,810,000 Rp 935,810,000 Rp 935,810,000 Rp 935,810,000 Rp 935,810,000 Rp 935,810,000 Rp 935,810,000 Rp 1,238,309,000 Rp 1,238,309,000 Rp 1,238,309,000 Rp 1,238,309,000 Rp 1,238,309,000 Rp 1,238,309,000 Rp 1,238,309,000 Rp 1,238,309,000 Rp 1,238,309,000 Rp 254,691,000 Rp 254,691,000 Rp 254,691,000 Rp 254,691,000 Rp 254,691,000 Rp 254,691,000 Rp 254,691,000 Rp 254,691,000 Rp 254,691,000 Rp 63,672,750 Rp 63,672,750 Rp 63,672,750 Rp 63,672,750 Rp 63,672,750 Rp 63,672,750 Rp 63,672,750 Rp 63,672,750 Rp 63,672,750 Rp 191,018,250 Rp 191,018,250 Rp 191,018,250 Rp 191,018,250 Rp 191,018,250 Rp 191,018,250 Rp 191,018,250 Rp 191,018,250 Rp 191,018,250
Rp
10,000,000 205,440,000 15,000,000 1,557,000 70,502,000 302,499,000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
10,000,000 205,440,000 15,000,000 1,557,000 70,502,000 302,499,000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
10,000,000 205,440,000 15,000,000 1,557,000 70,502,000 302,499,000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
10,000,000 205,440,000 15,000,000 1,557,000 70,502,000 302,499,000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
10,000,000 205,440,000 15,000,000 1,557,000 70,502,000 302,499,000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
10,000,000 205,440,000 15,000,000 1,557,000 70,502,000 302,499,000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
10,000,000 205,440,000 15,000,000 1,557,000 70,502,000 302,499,000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
10,000,000 205,440,000 15,000,000 1,557,000 70,502,000 302,499,000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp
10,000,000 205,440,000 15,000,000 1,557,000 70,502,000 302,499,000
59
60
60
Lampiran 11. Analisis Sensitivitas Terhadap Kenaikan Harga Bahan Baku 15 % Tahun
Uraian a. Inflow Penjualan kayulapis (plywood) Nilai Sisa Total Inflow b. Outflow Investasi Tanah Bangunan Table Saw Glue Spreader Mesin kempa Mesin Band Saw Alat Pemotong Vinir Gergaji Tangan Elektrik Mesin Gerinda Plywood Pemasangan Listrik Total Investasi Biaya Tetap Biaya promosi Tenaga kerja tetap Pemeliharaan PBB Total Biaya Tetap Biaya Variabel Bahan baku veener Resin UF Hardener NH4Cl Tepung terigu Lem fox putih
Biaya transportasi Biaya listrik Total Biaya Variabel Total Outflow Benefit Before Tax (BET) Pajak 25% Net Benefit DF (7,14%) Present Value PV NEGATIF PV POSITIF NPV IRR Net B/C PBP
1
2
3
4
Rp
746.500.000
Rp
1.493.000.000
Rp
1.493.000.000
Rp
1.493.000.000
Rp
746.500.000
Rp
1.493.000.000
Rp
1.493.000.000
Rp
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
135.000.000 250.000.000 3.600.000 46.000.000 280.000.000 17.000.000 4.800.000 12.000.000 10.000.000 25.000.000 783.400.000
Rp Rp Rp Rp Rp
10.000.000 205.440.000 15.000.000 1.557.000 231.997.000
Rp Rp Rp Rp Rp
10.000.000 205.440.000 15.000.000 1.557.000 231.997.000
Rp Rp Rp Rp Rp
10.000.000 205.440.000 15.000.000 1.557.000 231.997.000
Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
439.875.000 4.725.000 1.250.000 1.900.000 750.000 1.500.000 75.280.000 525.280.000 1.540.677.000 (794.177.000) 0 (794.177.000) 0,93 (738.584.610) (738.584.610) 1.273.180.150 530.875.166 11,5% 1,72 5,05
Rp Rp Rp Rp Rp
Rp 879.750.000 Rp 9.450.000 Rp 2.500.000 Rp 3.800.000 Rp 1.500.000 Rp 3.000.000 Rp 150.560.000 Rp 1.050.560.000 Rp 1.282.557.000 Rp 210.443.000 Rp 66.347.750 Rp 144.095.250 0,87 Rp 183.085.410
Rp 879.750.000 Rp 9.450.000 Rp 2.500.000 Rp 3.800.000 Rp 1.500.000 Rp 3.000.000 Rp 150.560.000 Rp 1.050.560.000 Rp 1.282.557.000 Rp 210.443.000 Rp 66.347.750 Rp 144.095.250 0,81 Rp 170.458.830
5
6
7
8
9
1.493.000.000 15.280.000 1.508.280.000
Rp
1.493.000.000
Rp
1.493.000.000
Rp
1.493.000.000
Rp
1.493.000.000
1.493.000.000
Rp Rp Rp
Rp
1.493.000.000
Rp
1.493.000.000
Rp
1.493.000.000
Rp
10.000.000 205.440.000 15.000.000 1.557.000 231.997.000
Rp Rp Rp Rp Rp
10.000.000 205.440.000 15.000.000 1.557.000 231.997.000
Rp Rp Rp Rp Rp
10.000.000 205.440.000 15.000.000 1.557.000 231.997.000
Rp Rp Rp Rp Rp
10.000.000 205.440.000 15.000.000 1.557.000 231.997.000
Rp Rp Rp Rp Rp
10.000.000 205.440.000 15.000.000 1.557.000 231.997.000
Rp Rp Rp Rp Rp
Rp 879.750.000 Rp 9.450.000 Rp 2.500.000 Rp 3.800.000 Rp 1.500.000 Rp 3.000.000 Rp 150.560.000 Rp 1.050.560.000 Rp 1.282.557.000 Rp 210.443.000 Rp 66.347.750 Rp 144.095.250 0,76 Rp 159.936.680
Rp 879.750.000 Rp 9.450.000 Rp 2.500.000 Rp 3.800.000 Rp 1.500.000 Rp 3.000.000 Rp 150.560.000 Rp 1.050.560.000 Rp 1.282.557.000 Rp 210.443.000 Rp 55.285.750 Rp 155.157.250 0,71 Rp 149.414.530
Rp 879.750.000 Rp 9.450.000 Rp 2.500.000 Rp 3.800.000 Rp 1.500.000 Rp 3.000.000 Rp 150.560.000 Rp 1.050.560.000 Rp 1.282.557.000 Rp 210.443.000 Rp 66.347.750 Rp 144.095.250 0,66 Rp 138.892.380
Rp 879.750.000 Rp 9.450.000 Rp 2.500.000 Rp 3.800.000 Rp 1.500.000 Rp 3.000.000 Rp 150.560.000 Rp 1.050.560.000 Rp 1.282.557.000 Rp 210.443.000 Rp 66.347.750 Rp 144.095.250 0,62 Rp 130.474.660
Rp 879.750.000 Rp 9.450.000 Rp 2.500.000 Rp 3.800.000 Rp 1.500.000 Rp 3.000.000 Rp 150.560.000 Rp 1.050.560.000 Rp 1.282.557.000 Rp 210.443.000 Rp 66.347.750 Rp 144.095.250 0,58 Rp 122.056.940
10
1.493.000.000
Rp Rp Rp
1.493.000.000 44.980.000 1.537.980.000
10.000.000 205.440.000 15.000.000 1.557.000 231.997.000
Rp Rp Rp Rp Rp
10.000.000 205.440.000 15.000.000 1.557.000 231.997.000
Rp 879.750.000 Rp 9.450.000 Rp 2.500.000 Rp 3.800.000 Rp 1.500.000 Rp 3.000.000 Rp 150.560.000 Rp 1.050.560.000 Rp 1.282.557.000 Rp 210.443.000 Rp 66.347.750 Rp 144.095.250 0,54 Rp 113.639.220
Rp 879.750.000 Rp 9.450.000 Rp 2.500.000 Rp 3.800.000 Rp 1.500.000 Rp 3.000.000 Rp 150.560.000 Rp 1.050.560.000 Rp 1.282.557.000 Rp 210.443.000 Rp 55.285.750 Rp 155.157.250 0,50 Rp 105.221.500
61
Lampiran 12. Analisis Sensitivitas Terhadap Penurunan Produsi 14,3 % Tahun
Uraian a. Inflow Penjualan kayulapis (plywood) Nilai Sisa Total Inflow b. Outflow Investasi Tanah Bangunan Table Saw Glue Spreader Mesin kempa Mesin Band Saw Alat Pemotong Vinir Gergaji Tangan Elektrik Mesin Gerinda Plywood Pemasangan Listrik Total Investasi Biaya Tetap Biaya promosi Tenaga kerja tetap Pemeliharaan PBB Total Biaya Tetap Biaya Variabel Bahan baku veener Resin UF Hardener NH4Cl Tepung terigu Lem fox putih
Biaya transportasi Biaya listrik Total Biaya Variabel Total Outflow Benefit Before Tax (BET) Pajak 25% Net Benefit DF (7,14%) Present Value PV NEGATIF PV POSITIF NPV IRR Net B/C PBP
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rp 1.279.501.000
Rp 1.279.501.000
Rp 1.279.501.000
Rp 1.279.501.000
Rp 1.279.501.000
Rp 1.279.501.000
Rp 1.279.501.000
Rp 1.279.501.000
Rp 1.279.501.000 Rp 44.980.000 Rp 1.324.481.000
Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp
Rp
639.750.500
Rp 1.279.501.000
Rp 1.279.501.000
Rp 1.279.501.000
Rp
639.750.500
Rp 1.279.501.000
Rp 1.279.501.000
Rp 1.279.501.000
Rp 1.279.501.000 Rp 15.280.000 Rp 1.294.781.000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
135.000.000 250.000.000 3.600.000 46.000.000 280.000.000 17.000.000 4.800.000 12.000.000 10.000.000 25.000.000 783.400.000
Rp Rp Rp Rp Rp
10.000.000 205.440.000 15.000.000 1.557.000 231.997.000
Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
382.500.000 4.725.000 1.250.000 1.900.000 750.000 1.500.000 75.280.000 467.905.000 1.483.302.000 (843.551.500) 0 Rp (843.551.500) 0,93 Rp (784.502.895) Rp (784.502.895) Rp 675.748.700 (Rp112.146.101,45) -12% 0,86 11,17
10.000.000 205.440.000 15.000.000 1.557.000 231.997.000
Rp 765.000.000 Rp 9.450.000 Rp 2.500.000 Rp 3.800.000 Rp 1.500.000 Rp 3.000.000 Rp 150.560.000 Rp 935.810.000 Rp 1.167.807.000 Rp 111.694.000 Rp 66.347.750 Rp 45.346.250 0,87 Rp 97.173.780
10.000.000 205.440.000 15.000.000 1.557.000 231.997.000
Rp 765.000.000 Rp 9.450.000 Rp 2.500.000 Rp 3.800.000 Rp 1.500.000 Rp 3.000.000 Rp 150.560.000 Rp 935.810.000 Rp 1.167.807.000 Rp 111.694.000 Rp 66.347.750 Rp 45.346.250 0,81 Rp 90.472.140
10.000.000 205.440.000 15.000.000 1.557.000 231.997.000
Rp 765.000.000 Rp 9.450.000 Rp 2.500.000 Rp 3.800.000 Rp 1.500.000 Rp 3.000.000 Rp 150.560.000 Rp 935.810.000 Rp 1.167.807.000 Rp 111.694.000 Rp 66.347.750 Rp 45.346.250 0,76 Rp 84.887.440
10.000.000 205.440.000 15.000.000 1.557.000 231.997.000
Rp 765.000.000 Rp 9.450.000 Rp 2.500.000 Rp 3.800.000 Rp 1.500.000 Rp 3.000.000 Rp 150.560.000 Rp 935.810.000 Rp 1.167.807.000 Rp 111.694.000 Rp 66.347.750 Rp 45.346.250 0,71 Rp 79.302.740
10.000.000 205.440.000 15.000.000 1.557.000 231.997.000
Rp 765.000.000 Rp 9.450.000 Rp 2.500.000 Rp 3.800.000 Rp 1.500.000 Rp 3.000.000 Rp 150.560.000 Rp 935.810.000 Rp 1.167.807.000 Rp 111.694.000 Rp 66.347.750 Rp 45.346.250 0,66 Rp 73.718.040
10.000.000 205.440.000 15.000.000 1.557.000 231.997.000
Rp 765.000.000 Rp 9.450.000 Rp 2.500.000 Rp 3.800.000 Rp 1.500.000 Rp 3.000.000 Rp 150.560.000 Rp 935.810.000 Rp 1.167.807.000 Rp 111.694.000 Rp 66.347.750 Rp 45.346.250 0,62 Rp 69.250.280
10.000.000 205.440.000 15.000.000 1.557.000 231.997.000
Rp 765.000.000 Rp 9.450.000 Rp 2.500.000 Rp 3.800.000 Rp 1.500.000 Rp 3.000.000 Rp 150.560.000 Rp 935.810.000 Rp 1.167.807.000 Rp 111.694.000 Rp 66.347.750 Rp 45.346.250 0,58 Rp 64.782.520
10.000.000 205.440.000 15.000.000 1.557.000 231.997.000
Rp 765.000.000 Rp 9.450.000 Rp 2.500.000 Rp 3.800.000 Rp 1.500.000 Rp 3.000.000 Rp 150.560.000 Rp 935.810.000 Rp 1.167.807.000 Rp 111.694.000 Rp 66.347.750 Rp 45.346.250 0,54 Rp 60.314.760
10.000.000 205.440.000 15.000.000 1.557.000 231.997.000
Rp 765.000.000 Rp 9.450.000 Rp 2.500.000 Rp 3.800.000 Rp 1.500.000 Rp 3.000.000 Rp 150.560.000 Rp 935.810.000 Rp 1.167.807.000 Rp 111.694.000 Rp 66.347.750 Rp 45.346.250 0,50 Rp 55.847.000
61
62
62
Lampiran 13. Suku Bunga Deposito Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Aug
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
2012 Feb
Bank Persero
6,89
7,02
7
6,98
6,97
6,98
6,99
6,99
7,02
7,02
7
6,94
6,6
6,67
6,58
6,91
Bank Pemerintah Daerah
9,1
8,97
8,66
8,54
8,42
8,38
8,19
8,04
7,93
8,25
8,11
8,41
8,31
7,81
7,69
8,32
Bank Swasta Nasional
6,83
6,88
6,9
6,9
6,87
6,89
6,62
6,53
6,95
6,9
6,85
7,05
7,02
6,67
6,56
6,83
Bank Asing & Campuran
6,84
6,74
6,73
6,8
6,79
6,84
6,83
6,84
6,8
6,76
6,71
6,64
5,98
5,95
5,98
6,62
Bank Umum
7,2
7,24
7,15
7,12
7,07
7,08
6,93
6,87
7,04
7,03
6,99
7,06
6,96
6,79
6,71
7,02
7,37
7,37
7,29
7,27
7,22
7,23
7,11
7,05
7,15
7,19
7,13
7,22
6,97
6,78
6,70
7,14
Kelompok Bank
Rata-Rata
2011
Sumber : Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI BI) (data diolah) Bank Persero : Bank Pemerintah Daerah : Bank Swasta Nasional Bank Asing & Campuran : Bank Umum :
Bank BRI, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BTN Bank DKI, Bank Jateng, dll Bank Bukopin, Bank Central Asia, Bank CIMB Niaga, Bank Danamon Indonesia, Bank Internasional Indonesia, Bank Permata, dll
ANZ Panin Bank, HSBC, Standard Chartered Bank, Citibank NA, dll Bank Sinarmas, Bank Mega, Bank Muamalat, dll
Mar
Rata-Rata
63
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Yandra Setyawan, lahir di Kota Sawahlunto, Padang Sumatera Barat pada tanggal 21 Agustus 1988. Putra pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Candra dan Ibu Marlianti. Penulis menamatkan pendidikan Taman Kanak-kanak di TPA Al-Quran Sawahlunto pada tahun 1994. Penulis menamatkan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 10 Lawang Kidul, Tanjung Enim Sumatera Selatan pada tahun 2000. Selanjutnya penulis melanjutka pendidikan ke SMPN 1 Lawang Kidul dan menamatkan pendidikan SMAN 1 Muara Enim pada tahun 2006. Pada tahun yang sama, penulis juga diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Direktorat Program Diploma dengan Program Keahlian Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi dan lulus pada tahun 2009. Selama menjadi mahasiswa diploma, penulis aktif menjadi anggota beberapa organisasi kemahasiswaan, antara lain Rohis DKM Al-Ghiffari IPB dan UKM Sepakbola Diploma IPB. Pada tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan pada Program Studi Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti perkuliahan, penulis juga bekerja sebagai asisten dosen mata kuliah Pengolahan Lauk Hewani dan Nabati, Cipta Boga dan Diet, serta Dasar-dasar Ilmu Gizi di Direktorat Program Diploma, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2011-2012 dan pada awal tahun 2013 penulis pernah bekerja sebagai head store pada PT. AGRINESIA RAYA selama dua bulan.