Skripsi Geofisika ANALISIS KEBIJAKAN OPTIMALISASI POTENSI SUMBER DAYA LAHAN BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS: KECAMATAN LEMBANG, BATU LAPPA DAN DUAMPANUA, KABUPATEN PINRANG)
OLEH : CHANDRA WIJAYA H 221 08 267
PROGRAM STUDI GEOFISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012
SARI BACAAN
Telah dilakukan penelitian mengenai Analisis Kebijakan Optimalisasi Potensi Sumber Daya Lahan Berbasis Sistem Informasi Geografis dengan studi kasus di Kecamatan Lembang, Batu Lappa dan Duampanua, Kabupaten Pinrang. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kesesuaian lahan pertanian dengan menggunakan analisis spasial dan pencocokan antara data karakteristik lahan dari tiga wilayah kecamatan di Kabupaten Pinrang, dengan data kriteria kesesuaian lahan FAO untuk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. Di samping itu pula, penelitian ini menghasilkan sebuah aplikasi Sistem Informasi Lahan yang bersifat interaktif berbasiskan teknologi Sistem Informasi Geografis. Aplikasi ini dibuat dengan bahasa pemrogrman Visual Basic .NET, Delphi dan pustaka Dotspatial. Dengan aplikasi ini pengguna dapat menampilkan berbagai peta tematik, peta karakteristik lahan dan peta kesesuaian lahan untuk 35 macam komoditas pertanian. Selain itu pengguna dapat mengakses informasi mengenai luas kelas kesesuaian lahan serta informasi karakteristik lahan dan potensi keuntungan hasil tani pada lahan terpilih. Dengan demikiaan, pihak pengambil kebijakan dapat menjadikannya sebagai salah satu dasar dalam perencanaan tata guna lahan, khususnya di sektor pertanian.
Kata Kunci : Kesesuaian Lahan, Analisis Spasial, Pencocokan, Karakteristik Lahan, Kriteria, Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan, Sistem Informasi Lahan, Sistem Informasi Geografis,Visual Basic .NET, Delphi, Dotspatial, Tata Guna Lahan
i
ABSTRACT
The research has done about an analysis of the potential of land resources policy based on geographical information system with case study in Lembang, batu lappa, and duampanua subdistrict, Pinrang district. This research was conducted to analyse the suitability of agricultural land by using spatial analysis and matching of data between the characteristics of the land from 3 subdistrict area in Pinrang district, with the data of land suitability criteria for FAO food crops, horticulture and gardening. Beside that, This research resulted in a Land Information System application that is based on the interactive geographic information System technology. This application is made with the Visual Basic NET language program, Delphi and Dotspatial library. With this application users can view a variety of thematic maps, the characteristics of the land map and the land suitability map for 35 kinds of agricultural commodities. In addition, users can access information about the broad class of land suitability and land use characteristics of the information and the potential advantages of farm produce on the farm. Thus, the policy makers can make it as one of the basics in planning land use, especially in the agricultural sector.
Key words : Land suitability, Spasial Analysis, Matching, Land Characteristics, Criteria, Food Crops, Horticulture, Gardening, Land Information System, Geographic Information System, Visual Basic .NET, Delphi, Dotspatial, Planning Land Use.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, yang mencurahkan segala kasih dan sayang-Nya kepada kita semua serta salam dan shalawat tak lupa saya ucapkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, Nabi yang telah membawa kita dari dunia yang gelap gulita dan penuh kehinaan ke alam yang terang benderang dan penuh kemuliaan seperti pada saat ini. Tak lupa penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Drs. H. Samsu Arif, M.Si selaku pembimbing utama yang senantiasa memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini baik moril maupun materi dan juga selaku Penasehat Akademik yang telah banyak memberikan nasihat dan selalu mendengarkan keluh kesah penulis selama kuliah. 2. Bapak Syamsuddin, S.Si, MT, selaku pembimbing pertama serta koordinator seminar Geofisika yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Dr. Sakka, M.Si, Bapak Sabrianto Aswad, S.Si, MT dan Ibu Nur Hasanah, S.Si, M.Si sebagai tim penguji skripsi geofisika. 4. Bapak Prof. Dr. H. Halmar Halide, M.Sc sebagai Ketua Jurusan Fisika, serta seluruh staf dosen pengajar dan pegawai Jurusan Fisika FMIPA UNHAS yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada penulis selama menjalani kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini. 5. Pegawai akademik Jurusan Fisika, Pak Aji Ambo, K’ Latif, dan Pak Mus, terima kasih. 6. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Alam Universitas Hasanuddin dan Bapeda Kabupaten Pinrang, terima kasih atas data-data yang penulis gunakan dalam penyusunan skripsi ini. 7. Saudara seangkatanku di Fisika serta di MIPA 2008, terima kasih untuk semuanya.
iii
8. Kanda-kanda senior serta adik-adik di FMIPA UNHAS, terima kasih juga untuk semuanya. 9. Paman Nasir Mamma dan Keluarga, terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama penulis berada di Makassar. Serta kepada semua pihak yang tidak sempat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan yang telah kalian berikan kepada penulis. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tentu saja tak lepas dari segala keterbatasan dan kesalahan, namun berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat selesai dengan seperti adanya saat ini. Tiada kata yang dapat penulis ucapkan yang lebih pantas selain terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua penulis. Secara khusus skripsi ini kami dedikasikan kepada kedua orang tua tercinta yaitu ayahanda Mase dan ibunda Suriani yang sudah membesarkan dan memberikan kasih sayang kepada penulis. Serta saudari Ku tercinta Dwi Jayanti & Keluarga dan Nurhayati juga kepada semua keluarga yang selalu mendoakan agar skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Akhir kata mudah-mudahan skripsi ini dapat mencapai tujuan yang dimaksudkan dan bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Wabillahi Taufik Wal Hidayah, Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Makassar, Desember 2012
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN SARI BACAAN ........................................................................................................... i ABSTRACT ................................................................................................................ ii KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii DAFTAR ISI .............................................................................................................. v DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... vii DAFTAR TABEL ..................................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. x BAB I
PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ................................................................................... 1 I.2 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 2 I.3 Tujuan ............................................................................................... 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA II.1 Kabupaten Pinrang ........................................................................... 4 II.1.1 Keadaan Geografis dan Batas Administrasi Wilayah Kabupaten Pinrang ............................................................................................ 4 II.1.2 Komoditas Unggulan ..................................................................... 4 II.2 Sistem Informasi Geografis ............................................................. 5 II.3 Visual Basic .NET, Delphi dan Dotspatial ...................................... 7
v
II.4 Evaluasi Sumber Daya Lahan ......................................................... 9 II.5 Karakteristik Lahan ....................................................................... 12 II.5.1 Topografi ..................................................................................... 12 II.5.2 Curah Hujan ................................................................................. 14 II.5.3 Tanah ........................................................................................... 14 II.6 Struktur Klasifikasi Kesesuaian Lahan ......................................... 15 BAB III METODOLOGI III.1 Lokasi Penelitian .......................................................................... 18 III.2 Alat Dan Bahan/Data ................................................................... 19 III.3 Tahapan Penelitian ........................................................................ 20 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Pembuatan Peta Unit Evaluasi Lahan Pertanian .......................... 23 IV.2 Klasifikasi Kesesuaian Lahan dengan Metode Pencocokan (Matching) .................................................................................... 25 IV.3 Perancangan dan Pemrograman Aplikasi “Sistem Informasi Lahan” (SIL) .............................................................................................. 32 IV.4 Arahan Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Lahan di Sektor Pertanian ...................................................................................... 55
BAB V PENUTUP V.1. Kesimpulan ................................................................................... 58 V.2. Saran .............................................................................................. 59 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian ............................................................................ 18 Gambar 3.2 Bagan Alir Penelitian Analisis Kebijakan Optimalisasi Potensi Sumber Daya Lahan Berbasis Sistem Informasi Geogafis ...................................................... 22 Gambar 4.1 Peta Unit Evaluasi Lahan Pertanian ....................................................... 24 Gambar 4.2 Form Aplikasi “Matching” .................................................................... 28 Gambar 4.3 Tampilan hasil eksekusi pengisian Field komoditas .............................. 30 Gambar 4.4 Proses Dissolve dengan software GIS .................................................... 31 Gambar 4.5 Tampilan Microsoft Visual Basic Express 2010 dan pembuatan Project baru berupa aplikasi Windows Form .......................................................................... 32 Gambar 4.6 Pemilihan Target Framework ................................................................. 33 Gambar 4.7 Menambahkan Pustaka DotspatialControl.dll ....................................... 34 Gambar 4.8 Penambahan Referensi ........................................................................... 34 Gambar 4.9 Tampilan desain “FormMain” ................................................................ 35 Gambar 4.10 Jendela kode dan jendela Properties .................................................... 36 Gambar 4.11 Jendela kode “Modul_Karakteristik” ................................................... 38 Gambar 4.12 “FormTematik” dan “FormKarakteristikTanah” ................................. 39 Gambar 4.13 Properties Items Collection “ComboBoxFormTematik” (kiri) dan “ComboBoxFormKarakteristikTanah” ...................................................................... 39 Gambar 4.14 “FormPangan”, “FormHortikultura” dan “FormPerkebunan” ............. 42 Gambar 4.15 Tampilan “FormInfoLahan” ................................................................. 43 Gambar 4.16 Desain Form “Luas Kelas Kesesuaian Lahan” .................................... 45
vii
Gambar 4.17 Form untuk fungsi “Analisis Ekonomi”............................................... 47 Gambar 4.18 Menu “Home” ...................................................................................... 50 Gambar 4.19 Menu “Karakteristik Lahan” ................................................................ 50 Gambar 4.20 Menu “Pemilihan Komoditi” ............................................................... 51 Gambar 4.21 Menu “Analisis Ekonomi dan Spasial” ................................................ 51 Gambar 4.22 Form “Splash” ...................................................................................... 51 Gambar 4.23 Tampilan aplikasi SIL saat pertama kali dijalankan ............................ 52 Gambar 4.24 Tampilan saat menampilkan peta tematik “Curah Hujan” ................... 52 Gambar 4.25 Tampilan saat menampilkan “Peta Kesesuaian Lahan Tanaman Jagung”....................................................................................................................... 53 Gambar 4.26 Tampilan Form “Luas Kelas Kesesuaian Lahan” saat dieksekusi ....... 53 Gambar 4.27 Tampilan informasi lahan terpilih ........................................................ 54 Gambar 4.28 Proses penginputan biaya usaha tani .................................................... 54 Gambar 4.29 Tampilan informasi potensi keuntungan hasil tani pada lahan terpilih ........................................................................................................................ 55
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Bentuk wilayah dan kelas lereng (Ritung et al, 2007) .............................. 13 Tabel 4.1 Kriteria tanaman Jagung berdasarkan FAO (1976) dan PUSLITBANG SDA (2011) .............................................................................................. 25 Tabel 4.2 Hasil agregasi untuk kesesuaian lahan komoditas Jagung ....................... 31 Tabel 4.3 Luas area tiap komoditas tanaman pangan berdasarkan kelas kesesuaiannya ........................................................................................... 55 Tabel 4.4 Luas area tiap komoditas tanaman hortikultura berdasarkan kelas kesesuaiannya .......................................................................................... 56 Tabel 4.5 Luas area tiap komoditas tanaman perkebunan berdasarkan kelas kesesuaiannya .......................................................................................... 56
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Peta Intensitas Curah Hujan Kec. Lembang, Batu Lappa dan Duampanua, Kabupaten Pinrang Lampiran 2 Peta Penggunaan Lahan Tahun 2009 Kec. Lembang, Batu Lappa dan Duampanua, Kabupaten Pinrang Lampiran 3 Peta Kelas Kemiringan Lereng Kec. Lembang, Batu Lappa dan Duampanua, Kabupaten Pinrang Lampiran 4 Peta Elevasi Kec. Lembang, Batu Lappa dan Duampanua, Kabupaten Pinrang Lampiran 5 Peta Sistem Lahan Kec. Lembang, Batu Lappa dan Duampanua, Kabupaten Pinrang Lampiran 6 Peta Kawasan Hutan Kec. Lembang, Batu Lappa dan Duampanua, Kabupaten Pinrang Lampiran 7 Peta Drainase Tanah Kec. Lembang, Batu Lappa dan Duampanua, Kabupaten Pinrang Lampiran 8 Peta Tekstur Tanah Lapisan Atas Kec. Lembang, Batu Lappa dan Duampanua, Kabupaten Pinrang Lampiran 9 Peta Tekstur Tanah Lapisan Bawah Kec. Lembang, Batu Lappa dan Duampanua, Kabupaten Pinrang Lampiran 10 Peta Distribusi Kandungan Nitrogen Dalam Tanah Kec. Lembang, Batu Lappa dan Duampanua, Kabupaten Pinrang Lampiran 11 Peta Kelimpahan Batuan Kec. Lembang, Batu Lappa dan Duampanua, Kabupaten Pinrang
x
Lampiran 12 Peta Distribusi Kandungan C-Organik Dalam Tanah Kec. Lembang, Batu Lappa dan Duampanua, Kabupaten Pinrang Lampiran 13 Peta Kapasitas Tukar Kation Tanah Kec. Lembang, Batu Lappa dan Duampanua, Kabupaten Pinrang Lampiran 14 Peta pH Tanah Lapisan Atas Kec. Lembang, Batu Lappa dan Duampanua, Kabupaten Pinrang Lampiran 15 Peta pH Tanah Lapisan Bawah Kec. Lembang, Batu Lappa dan Duampanua, Kabupaten Pinrang Lampiran 16 Peta Salinitas Tanah Kec. Lembang, Batu Lappa dan Duampanua, Kabupaten Pinrang Lampiran 17 Peta Kedalaman Tanah Kec. Lembang, Batu Lappa dan Duampanua, Kabupaten Pinrang Lampiran 18 Peta Bulk Density Tanah Kec. Lembang, Batu Lappa dan Duampanua, Kabupaten Pinrang Lampiran 19 Peta Kapasitas Air Tersedia Dalam Tanah Kec. Lembang, Batu Lappa dan Duampanua, Kabupaten Pinrang Lampiran 20 Peta Distribusi Kandungan Kalium Dapat Tukar Tanah Kec. Lembang, Batu Lappa dan Duampanua, Kabupaten Pinrang Lampiran 21 Peta Konduktivitas Hidrolik Tanah Kec. Lembang, Batu Lappa dan Duampanua, Kabupaten Pinrang Lampiran 22 Peta Unit Evaluasi Lahan Kec. Lembang, Batu Lappa dan Duampanua, Kabupaten Pinrang Lampiran 23 Peta Kesesuaian Lahan Tanaman Pangan (Padi Sawah) Kec. Lembang, Batu Lappa dan Duampanua, Kabupaten Pinrang
xi
Lampiran 24 Peta Kesesuaian Lahan Tanaman Hortikultura (Tomat) Kec. Lembang, Batu Lappa dan Duampanua, Kabupaten Pinrang Lampiran 25 Peta Kesesuaian Lahan Tanaman Perkebunan (Kelapa) Kec. Lembang, Batu Lappa dan Duampanua, Kabupaten Pinrang Lampiran 26 Peta Administrasi Kabupaten Pinrang Lampiran 27 Tabel Kode Karakteristik Lahan
xii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Tanah, atau secara lebih luas, lahan merupakan substansi alam (biosfer) yang sangat fundamental bagi kehidupan manusia, karena menyediakan dan menjadi wadah berbagai sumber daya alam lainnya. Dalam perjalanan peradaban, lahan selalu menjadi fokus perhatian pembangunan wilayah dalam hal upaya inventarisasi kekayaan, peningkatan produksi untuk memenuhi kebutuhan populasi manusia dan perlindungan lingkungan hidup. Pada ruang biosfer ini, jumlah populasi manusia terus bertambah, kebutuhan akan lahan terus meningkat, sementara di sisi lain, ketersediaan lahan dalam bentuk luasan tetap, dan bahkan terus menurun karena semakin terbatasnya lahan berkualitas yang layak untuk berproduksi optimal (Baja, 2012). Kabupaten Pinrang memiliki luas wilayah 196.177 Ha yang didominasi oleh areal persawahan pada dataran rendah, perbukitan, bahkan di daerah pegunungan. Kondisi alamnya menjadikan Kabupaten Pinrang sebagai daerah pertanian yang potensial, sehingga perekonomiannya banyak bertumpu di sektor pertanian (pada tahun 2010 mencapai 55,32 %). Kabupaten Pinrang juga memiliki kawasan hutan seluas 72.831 Ha pada tahun 2010, yang terbagi atas hutan lindung dan hutan produksi terbatas (46.782 Ha dan 26.049 Ha) (BAPPEDA & PM Kab. Pinrang, 2011). Dari data tersebut dapat diketahui bahwa terdapat 123.346 Ha lahan
1
potensial untuk kawasan budidaya di Kabupaten Pinrang. Agar keseimbangan antara pemanfaatan sumber daya dan perlindungan lingkungan dalam skala wilayah dapat tercapai, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah adanya perencanaan tata guna lahan, khususnya di sektor pertanian. Evaluasi sumber daya lahan merupakan dasar perencanaan tata guna lahan untuk pembangunan berkelanjutan. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan. Dengan memanfaatkan teknologi Sistem Informasi Geografis, evaluasi sumber daya lahan dapat dilakukan dengan lebih efisien dan efektif. Proses yang cepat dengan tampilan yang interaktif akan lebih memudahkan dalam pengambilan kebijakan untuk perencanaan tata guna lahan, khususnya di sektor pertanian. Disamping itu, untuk memenuhi keinginan dari beberapa investor yang biasanya menginginkan data kondisi lahan dan karakteristik tanaman yang cepat dan akurat, maka perlu diciptakan sebuah sistem informasi tentang kesesuaian lahan berdasarkan data kondisi (karakteristik) sumber daya lahan yang dimiliki Kabupaten Pinrang. I.2 Ruang Lingkup Penelitian Penelitan ini dibatasi pada evaluasi kesesuaian lahan pertanian untuk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan dengan menggunakan analisis spasial (GIS) dan sistem pencocokan (matching) antara kriteria persyaratan tumbuh tanaman dengan data karakteristik lahan di Kecamatan Lembang, Batu Lappa dan Duampanua, Kabupaten Pinrang. Selanjutnya hasilnya akan disajikan dalam aplikasi “Sistem Informasi Lahan” yang dibuat dengan bahasa pemrograman
2
Visual Basic .NET dan pustaka Dotspatial untuk menampilkan peta secara interaktif, serta menggunakan Delphi untuk penanganan basis datanya. I.3 Tujuan : Adapun tujuan penelitian ini ada dua, antara lain : 1. Menganalisis kesesuaian lahan pertanian untuk komoditas tertentu dengan memadukan data karakteristik lahan dengan kriteria persyaratan tumbuh tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan di Kecamatan Lembang, Batu Lappa dan Duampanua, Kabupaten Pinrang. 2. Menghasilkan aplikasi “Sistem Informasi Lahan” (SIL) yang interaktif, berbasiskan
teknologi
Sistem
Informasi
Geografis
dengan
bahasa
pemrograman Visual Basic .NET, Delphi dan pustaka Dotspatial.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Kabupaten Pinrang II.1.1 Keadaan Geografis dan Batas Administrasi Wilayah Kabupaten Pinrang Kabupaten pinrang secara geografis terletak antara 3° 19‟ 13" - 4° 10‟ 30" lintang selatan dan 119° 26‟ 30" - 119° 47‟ 20" bujur timur. Kabupaten Pinrang terletak di bagian tengah propinsi sulawesi selatan, kabupaten ini dibatasi : - sebelah utara : Kabupaten Tana Toraja. - sebelah timur : Kabupaten Enrekang dan Sidenreng Rappang. - sebelah selatan : Kotamadya Parepare. - sebelah barat : Kabupaten Polewali Mamasa dan Selat Makassar. Luas wilayah Kabupaten Pinrang adalah 1.961,77 km2/196.177 Ha. Secara administrasi, pemerintah Kabupaten Pinrang terbagi menjadi 12 kecamatan, yang terdiri dari 104 desa/kelurahan. II.1.2 Komoditas Unggulan Kabupaten Pinrang merupakan salah satu lumbung padi di Sulawesi Selatan. Pada tahun 2010 terdapat lahan panen untuk produksi padi sawah seluas 91.159 Ha dan mampu memproduksi padi sawah sebanyak 512.313,58 ton. Produksi jagung Kab. Pinrang tahun 2010 sebesar 93.581,53 ton dengan luas panen 15.374 Ha. Tanaman perkebunan yg cukup dominan di Kab. Pinrang adalah coklat & kelapa
4
(kelapa dalam & kelapa hibrida) yang berproduksi 5.690 ton dan 2.349,5 ton. Kabupaten Pinrang juga memiliki kekayaan laut yang membentang sekitar 93 Km dari Parepare sampai ke Polewali Mandar (Polman) Sulbar sehingga terdapat areal pertambakan sepanjang pantai (BAPPEDA & PM Kab. Pinrang, 2011). II.2 Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (SIG/GIS) mulai dikenal pada awal 1980-an. Sejalan dengan berkembangnya perangkat komputer, baik perangkat lunak maupun perangkat keras, SIG berkembang sangat pesat pada era 1990-an. Secara harfiah, SIG dapat diartikan sebagai : ”suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk menangkap,
menyimpan,
memperbaiki,
memperbaharui,
mengelola,
memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa, dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis”. Informasi spasial memakai lokasi dalam suatu sistem koordinat tertentu sebagai dasar
referensinya.
menghubungkan
Karenanya
berbagai
data
SIG
mempunyai
kemampuan
untuk
pada
suatu
tertentu
bumi,
titik
di
menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan hasilnya. Aplikasi SIG menjawab beberapa pertanyaan seperti: lokasi, kondisi, trend, pola, dan pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari sistem informasi lainnya. Dilihat dari definisinya, SIG adalah suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang tidak dapat berdiri sendiri-sendiri. Memiliki perangkat
5
keras komputer beserta dengan perangkat lunaknya belum berarti bahwa kita sudah memiliki SIG apabila data geografis dan sumberdaya manusia yang mengoperasikannya belum ada. Sebagaimana sistem komputer pada umumnya, SIG hanyalah sebuah „alat‟ yang mempunyai kemampuan khusus. Kemampuan sumberdaya manusia untuk memformulasikan persoalan dan menganalisa hasil akhir sangat berperan dalam keberhasilan sistem SIG (Puntodewo et al., 2003). Menurut Prahasta E. (2009), SIG dapat diuraikan menjadi beberapa sub-sistem sebagai berikut : - Data Input : Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan attribut dari berbagai sumber. Subsistem ini pula yang bertanggung jawab dalam mengkonversi atau mentransformasikan formatformat data aslinya kedalam format yang dapat digunakan oleh SIG. - Data Output : Subsistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagian basisdata baik dalam bentuk softcopy maupun bentuk hardcopy seperti : tabel, grafik, peta dal lain-lain. - Data Management : Subsistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun atribut ke dalam sebuah basisdata sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, di-update atau di-edit. - Data Manipulation & Analysis : Subsistem ini menentukan informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu, subsistem ini juga melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan. GIS telah banyak digunakan di bidang perencanaan tata guna lahan, baik untuk inventarisasi, deteksi, identifikasi, pemodelan, evaluasi dan pemantauan. Dalam 6
sistem zonasi tata guna lahan, prosedur yang digunakan mulai dari teknik manual (misalnya dengan delineasi secara manual di atas citra untuk perencanaan kawasan), hingga pada aplikasi teori matematika yang kompleks seperti teori fuzzy set. Para peneliti, perencana dan pengelola sumber daya dan lingkungan semakin menyadari pentingnya informasi spasial berbasis GIS dalam kegiatannya, terutama dalam membantu mengelola informasi, menganalisisnya, hingga pada proses pengambilan keputusan secara spasial (spatial decision making process). Namun demikian, efektivitasnya sangat tergantung pada berbagai hal, terutama kesiapan data spasial, akurasi data dan sistem analisis yang digunakan (Baja, 2012). II.3 Visual Basic .NET, Delphi dan Dotspatial Visual Basic menurut Subari dan Yuswanto (2008) selain disebut sebagai bahasa pemrograman (Languange Program), juga sering disebut sebagai sarana (Tool) untuk menghasilkan program-program aplikasi berbasis Windows. Secara umum ada beberapa manfaat yang diperoleh dari pemakaian program Visual Basic, diantaranya : - Dipakai dalam membuat program aplikasi berbasis Windows. - Dipakai dalam membuat objek-objek pembantu program, seperti fasilitas Help, kontrol ActiveX, aplikasi internet, dan sebagainya. - Digunakan untuk menguji program (Debugging) dan menghasilkan program akhir EXE yang bersifat Executable, atau dapat langsung dijalankan. Visual Basic 2010 merupakan salah satu bagian dari produk pemrograman terbaru yang dikeluarkan oleh Microsoft, yaitu Microsoft Visual Studio 2010. Visual
7
Studio merupakan produk pemrograman andalan dari Microsoft Corporation, dimana di dalamnya berisi beberapa jenis IDE pemrograman seperti Visual Basic, Visual C++, Visual Web Developer, Visual C# dan Visual F#. Semua IDE pemrograman tersebut sudah mendukung penuh implementasi .NET Framework terbaru, yaitu .NET Framework 4.0 yang merupakan pengembangan dari .NET Framework 3.5. Adapun database standar yang disertakan adalah Microsoft SQL Server 2008 Express. Visual Basic 2010 merupakan versi perbaikan dan pengembangan dari versi pendahulunya, yaitu Visual Basic 2008. Beberapa pengembangan yang terdapat di dalamnya antara lain dukungan terhadap library terbaru dari Microsoft, yaitu .NET Framework 4.0, dukungan terhadap pengembangan aplikasi menggunakan Microsoft SilverLight, dukungan terhadap aplikasi berbasis Cloud Computing, serta perluasan dukungan terhadap database-database, baik standalone maupun database server (Wahana Komputer, 2011). Delphi menurut Kadir (2007) adalah produk Borland yang ditujukan pada lingkungan sistem operasi Windows. Perangkat lunak ini menyediakan kemudahan dalam membuat suatu program. Kemudahan yang ditawarkan antara lain dalam hal membuat tampilan pada komputer atau yang biasa dinamakan antarmuka pemakai, tool-nya lengkap dan terintegrasi, fasilitas untuk aplikasi database-nya lengkap dan mudah digunakan serta aplikasi hasil kompilasi-nya teruji cepat. Dotspatial adalah sebuah pustaka/library GIS yang ditulis untuk
.NET
Framework 4. Hal ini memungkinkan pengembang untuk menggabungkan data 8
spasial, analisis dan fungsi pemetaan ke dalam aplikasi mereka atau berkontribusi menghasilkan ekstensi GIS untuk digunakan secara umum. Kemampuan pustaka Dotspatial antara lain (http://dotspatial.codeplex.com/) : 1. Menampilkan peta pada .NET Windows Forms atau aplikasi Web. 2. Membuka shapefile, grid, raster dan gambar. 3. Melakukan symbology dan pelabelan. 4. Manipulasi dan menampilkan attribut data. 5. Analisis saintis. 6. Membaca data GPS. II.4 Evaluasi Sumber Daya Lahan Lahan adalah areal atau luasan tertentu dari permukaan bumi yang memiliki ciri tertentu yang mungkin stabil atau terjadi siklus baik di atas atau di bawah luasan tersebut meliputi atmosfir, tanah, geologi, hidrologi, populasi tumbuhan dan hewan, dan dipengaruhi oleh kegiatan manusia (ekonomi, sosial, budaya) di masa lampau dan sekarang, dan selanjutnya mempengaruhi potensi penggunaannya pada masa yang akan datang. Sedang penggunaan lahan (land use) adalah suatu bentuk pengelolaan lahan yang diterapkan pada suatu satuan lahan (Baja, 2012). Evaluasi lahan adalah suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi dan/atau arahan penggunaan lahan sesuai dengan keperluan. Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan sebidang
9
lahan untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan potensial). Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan tersebut diberikan masukanmasukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usahausaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan terlantar atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang produktivitasnya kurang memuaskan tetapi masih memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila komoditasnya diganti dengan tanaman yang lebih sesuai (Ritung et al., 2007).
Menurut Syarifuddin S. (2005), prosedur penyusunan model evaluasi lahan adalah sebagai berikut: 1. Menetapkan tipe penggunaan lahan Merupakan jenis-jenis penggunaan lahan yang diuraikan secara detail menyangkut pengelolaan, masukan yang diperlukan dan keluaran yang diharapkan secara spesifik. Menurut sistem dan modelnya tipe penggunaan lahan dibedakan atas dua macam multiple dan compound. Tipe penggunaan lahan multiple (tumpang sari) terdiri lebih dari satu jenis penggunaan lahan atau komoditas yang diusahakan secara serentak pada suatu areal yang sama dari sebidang lahan.
10
2. Persyaratan tumbuh tanaman Setiap komoditas untuk dapat tumbuh atau hidup dan berproduksi dengan baik memerlukan persyaratan-persyaratan tumbuh tertentu antara lain faktor iklim (suhu, kelembaban, curah hujan), media perakaran (drainase, tekstur, kedalaman efektif), kesuburan tanah (kandungan bahan organik, fosfat dan kalium), serta kondisi terrain (relief, keadaan batuan dipermukaan). 3. Karakteristik lahan Adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi, seperti besarnya lereng, kedalaman efektif, drainase, tekstur, reaksi tanah, kejenuhan basa dan kejenuhan aluminium. Setiap karakteristik lahan yang digunakan dalam evaluasi lahan mempunyai interaksi antara satu karakteristik lahan dengan karakteristik lahan lainnya. Oleh karena itu, dalam evaluasi lahan perlu mempertimbangkan penggunaannya dalam pengertian kualitas lahan. 4. Pohon Keputusan Adalah metode pengambilan keputusan untuk menentukan kelas kesesuaian lahan. Pengambilan keputusan untuk menentukan kelas kesesuaian lahan mempunyai hirarki bertingkat dan ditentukan oleh satu atau lebih karakteristik lahan yang mempunyai kaitan erat antara satu dengan lainnya. Model ini membentuk semacam pohon dengan rantingnya sehingga disebut sebagai pohon keputusan. Keputusan penilaian dilakukan berdasarkan tingkatan kendala atau pembatas mulai dari yang paling rendah hingga tingkat kendala tertinggi. Tingkatan kendala tiap karakteristik lahan berbeda menurut nilainya. Misalnya pH 3,0 mempunyai tingkat kendala lebih tinggi daripada pH 5,5.
11
Pada lahan dengan pH tanah 3,0 dapat langsung diputuskan sebagai lahan yang tidak sesuai (N) sehingga tidak perlu dipertimbangkan karakteristik lahan lainnya. Sedangkan pada lahan dengan pH tanah 5,5 masih tergantung pada karakteristik lahan lainnya, misalnya kedalaman tanah. Apabila pada lahan tersebut (pH tanah 5,5) mempunyai kedalaman tanah tergolong dangkal, kelas kesesuaiannya diputuskan sebagai lahan tidak sesuai (N) dan tidak diperlukan informasi karakteristik lahan lainnya. Sedangkan lahan dengan pH tanah 5,5 dan tergolong tanah dalam diputuskan sebagai lahan sesuai (S). II.5 Karakteristik Lahan Karakteristik lahan yang erat kaitannya untuk keperluan evaluasi lahan dapat dikelompokkan ke dalam 3 faktor utama, yaitu topografi, iklim dan tanah. Karakteristik lahan tersebut (terutama topografi dan tanah) merupakan unsur pembentuk satuan peta tanah. II.5.1 Topografi Topografi yang dipertimbangkan dalam evaluasi lahan adalah bentuk wilayah (relief) atau lereng dan ketinggian tempat di atas permukaan laut. Relief erat hubungannya dengan faktor pengelolaan lahan dan bahaya erosi. Sedangkan faktor ketinggian tempat di atas permukaan laut berkaitan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang berhubungan dengan temperatur udara dan radiasi matahari. Tabel 2.1. Bentuk wilayah dan kelas lereng (Ritung et al., 2007)
12
No.
Relief
Lereng (%)
1.
Datar
<3
2.
Berombak/agak melandai
3-8
3.
Bergelombang/melandai
8 - 15
4.
Berbukit
15 - 30
5.
Bergunung
30 - 40
6.
Bergunung Curam
40 - 60
7.
Bergunung sangat curam
> 60
Ketinggian tempat diukur dari permukaan laut (dpl) sebagai titik nol. Dalam kaitannya dengan tanaman, secara umum sering dibedakan antara dataran rendah (<700 m dpl.) dan dataran tinggi (> 700 m dpl.). Namun dalam kesesuaian tanaman terhadap ketinggian tempat berkaitan erat dengan temperatur dan radiasi matahari. Semakin tinggi tempat di atas permukaan laut, maka temperatur semakin menurun. Demikian pula dengan radiasi matahari cenderung menurun dengan semakin tinggi dari permukaan laut. Ketinggian tempat dapat dikelaskan sesuai kebutuhan tanaman. Misalnya tanaman teh dan kina lebih sesuai pada daerah dingin atau daerah dataran tinggi. Sedangkan tanaman karet, sawit, dan kelapa lebih sesuai di daerah dataran rendah.
13
II.5.2 Curah Hujan Data curah hujan diperoleh dari hasil pengukuran stasiun penakar hujan yang ditempatkan pada suatu lokasi yang dianggap dapat mewakili suatu wilayah tertentu. Pengukuran curah hujan dapat dilakukan secara manual dan otomatis. Secara manual biasanya dicatat besarnya jumlah curah hujan yang terjadi selama 1(satu) hari, yang kemudian dijumlahkan menjadi bulanan dan seterusnya tahunan. Sedangkan secara otomatis menggunakan alat-alat khusus yang dapat mencatat kejadian hujan setiap periode tertentu, misalnya setiap menit, setiap jam, dan seterusnya. Oldeman (1975) mengelompokkan wilayah berdasarkan jumlah bulan basah dan bulan kering berturut-turut. Bulan basah adalah bulan yang mempunyai curah hujan >200 mm, sedangkan bulan kering mempunyai curah hujan <100 mm. Bulan basah adalah bulan yang mempunyai curah hujan >200 mm, sedangkan bulan kering mempunyai curah hujan <100 mm (Ritung et al., 2007). II.5.3 Tanah Menurut PUSLITBANG SDA (2011), faktor tanah dalam evaluasi kesesuaian lahan ditentukan oleh beberapa sifat atau karakteristik tanah di antaranya : 1. Drainase tanah : merupakan pengaruh laju perkolasi air ke dalam tanah terhadap aerasi udara dalam tanah 2. Tekstur tanah : menyatakan istilah dalam distribusi partikel tanah halus dengan ukuran <2 mm 3. Kandungan Nitrogen dalam tanah
14
4. Kelimpahan batuan : volume batuan yang ada di permukaan tanah/lapisan olah 5. Kedalaman tanah : menyatakan dalamnya lapisan tanah dalam cm yang dapat dipakai untuk perkembangan perakaran dari tanaman yang dievaluasi 6. Kemasaman tanah (pH) : nilai pH tanah di lapangan. 7. C-Organik : kandungan karbon organik tanah. 8. KTK : menyatakan kapasitas tukar kation dari fraksi liat 9. Salinitas : kandungan garam terlarut pada tanah yang dicerminkan oleh daya hantar listrik. 10. Berat isi (bulk density) : berat tanah utuh dalam keadaan kering dibagi dengan volume tanah 11. KAT : kapasitas air tersedia dalam tanah 12. Distribusi kandungan Kalium dapat tukar tanah 13. Konduktivitas hidrolik : properti kemampuan bahan untuk mengirim air II.6 Struktur Klasifikasi Kesesuaian Lahan Struktur dari sistem klasifikasi kesesuaian lahan menurut FAO (1976) terdiri dari empat kategori yang merupakan tingkatan generalisasi yang bersifat menurun yaitu: 1. Ordo kesesuaian lahan (Order) : Menunjukkan jenis/macam kesesuaian atau keadaan secara umum. 2. Kelas kesesuaian lahan (Class) : Menunjukkan tingkat kesesuaian dalam ordo. 3. Sub-kelas kesesuaian lahan (Sub-class) : Menujukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan di dalam kelas.
15
4. Satuan kesesuaian lahan (Unit) : Menunjukkan perbedaan-perbedaan kecil yang diperlukan dalam pengelolaan di dalam sub-kelas. Kesesuaian lahan pada tingkat ordo menunjukkan apakah lahan sesuai atau tidak sesuai untuk penggunaaan tertentu. Oleh karena itu Ordo kesesuaian lahan dibagi dua, yaitu: 1. Ordo S : Sesuai (Suitable) Lahan yang termasuk Ordo ini adalah lahan yang dapat digunakan untuk penggunaan tertentu secara lestari, tanpa atau dengan sedikit resiko kerusakan terhadap sumberdaya lahannya. Keuntungan yang diharapkan dari hasil pemanfaatan lahan ini akan melebihi masukan yang diberikan. 2. Ordo N : Tidak Sesuai (Not Suitable) Lahan yang termasuk Ordo ini mempunyai pembatas sedemikian rupa sehingga mencegah suatu penggunaan secara lestari. Kelas kesesuaian lahan adalah pembagian lebih lanjut dari Ordo dan menggambarkan tingkat-tingkat kesesuaian dari Ordo. Kelas ini dalam simbolnya diberi nomor urut yang ditulis dibelakang simbol Ordo. Nomor urut ini menunjukkan tingkatan kelas yang menurun dalam suatu Ordo. Jumlah kelas dalam tiap Ordo sebetulnya tidak terbatas, akan tetapi dianjurkan untuk memakai tiga kelas dalam Ordo Sesuai dan dua kelas dalam Ordo Tidak Sesuai. Penentuan jumlah kelas ini didasarkan pada keperluan minimum untuk mencapai tujuan interpretasi dan umumnya terdiri dari lima kelas. Apabila tiga kelas dipakai dalam
16
Ordo Sesuai (S) dan dua kelas dalam Ordo Tidak Sesuai (N), maka pembagian serta defenisi kelas-kelas tersebut adalah sebagai berikut: Kelas S1 : Sangat Sesuai (Highly Suitable) Lahan tidak mempunyai pembatas yang berat untuk suatu penggunaan secara lestari atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti dan tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksinya serta tidak akan menaikkan masukan dari apa yang telah biasa diberikan. Kelas S2 : Cukup Sesuai (Moderately Suitable) Lahan yang mempunyai pembatas-pembatas agak berat untuk suatu penggunaan yang lestari. Pembatas akan mengurangi produktivitas atau keuntungan dan perlu meningkatkan masukan yang diperlukan. Kelas S3 : Sesuai Marginal (Marginally Suitable) Lahan yang mempunyai pembatas-pembatas yang sangat berat untuk suatu
penggunaan
yang
lestari.
Pembatas
akan
mengurangi
produktivitas atau keuntungan dan perlu menaikkan masukan yang diperlukan. Kelas N1 : Tidak Sesuai Pada Saat Ini (Currently Suitable) Lahan yang mempunyai pembatas yang sangat berat, tetapi masih memungkinkan untuk diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan sekarang ini dengan biaya yang rasional. Kelas N2 : Tidak Sesuai Permanen (Permanently not Suitable) Lahan mempunyai pembatas yang sangat berat sehingga tidak mungkin untuk digunakan bagi suatu penggunaan yang lestari.
17
BAB III METODOLOGI
III.1 Lokasi Penelitian Secara administratif, daerah penelitian terletak pada tiga wilayah kecamatan yakni Lembang, Batu Lappa dan Duampanua, Kabupaten Pinrang, Provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan secara geografis terletak antara koordinat 119°26'30" - 119°47'5,43" Bujur Timur dan 3°19'13" - 3°43'53,38" Lintang Selatan.
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian 18
III.2 Alat dan Bahan/Data Alat yang digunakan sebagai sarana pencapaian tujuan penelitian adalah satu unit komputer/notebook dengan spesifikasi minimal processor Intel Dual Core, RAM 2 GB dan menggunakan perangkat lunak (software) yaitu : - Software GIS untuk melakukan proses analisis spasial dan layout peta. - Software Microsoft Visual Basic Express 2010 dan Borland Delphi 7 untuk melakukan pemrograman “Sistem Informasi Lahan”. - Pustaka/library Dotspatial untuk menampilkan data-data geospasial pada program yang dibuat. - Microsoft Windows (minimal XP) dengan .NET Framework 4 (untuk mendukung penggunaan pustaka Dotspatial). Adapun data yang digunakan pada penelitian ini antara lain: - Peta Intensitas Curah Hujan Kabupaten Pinrang - Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Pinrang - Peta Elevasi Kabupaten Pinrang - Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Pinrang - Peta Sistem Lahan Kabupaten Pinrang - Peta Kawasan Hutan Kabupaten Pinrang - Data karakteristik tanah di tiga kecamatan Kabupaten Pinrang (drainase, tekstur lapisan atas dan bawah, kandungan nitrogen, kelimpahan batuan, C Organik, KTK, pH tanah lapisan atas dan bawah, salinitas, bulk density,
19
kedalaman tanah, KAT, distribusi kandungan kalium dapat tukar tanah, serta konduktivitas hidrolik). III.3 Tahapan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan yakni : 1. Persiapan Tahap ini merupakan tahap awal yang meliputi pengumpulan data dan penyiapan alat-alat yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian. 2. Analisis Spasial Analisis spasial yang dilakukan pada tahap ini yaitu overlay (tumpang susun) peta-peta dasar (curah hujan, penggunaan lahan, lereng, elevasi, sistem lahan dan kawasan hutan) menghasilkan Satuan Peta Tanah (SPT). SPT kemudian dipadukan dengan data sekunder hasil survei karakteristik tanah menghasilkan Peta Unit Evaluasi Lahan. 3. Klasifikasi Kesesuaian Lahan Peta Unit Evaluasi Lahan yang telah dihasilkan selanjutnya dicocokkan (matching) dengan kriteria persyaratan tumbuh tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan yang mengacu pada kriteria kesesuaian lahan FAO dan PUSLITBANG SDA (2011). Pada proses ini dibutuhkan aplikasi “Matching” yang dibuat dengan software Borland Delphi 7 untuk memudahkan dalam proses klasifikasi kesesuaian lahan pertanian. Dari proses tersebut akan dihasilkan Peta Kesesuaian Lahan untuk tanaman pangan (padi sawah, jagung,
20
kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar dan ubi kayu), hortikultura (tomat, cabai, bawang merah, bawang putih, bawang prei, labu, semangka, kentang, wortel, jeruk, durian, langsat, rambutan, mangga, nenas, alvokat, manggis dan nangka) dan perkebunan (kakao, kopi robusta, kopi arabika, kelapa, kelapa sawit, cengkeh, aren, kemiri, vanili dan lada). 4. Desain dan Pemrograman “Sistem Informasi Lahan” (SIL). Pada tahap ini dilakukan desain tampilan dan pemrograman aplikasi SIL menggunakan software Microsoft Visual Basic Express 2010, Dotspatial dan Borland Delphi 7. Software Microsoft Visual Basic Express 2010 dan Dotspatial digunakan untuk membuat desain antar muka (IDE) aplikasi yang menampilkan berbagai peta dasar, peta hasil analisis kesesuaian lahan dan informasi lahan terpilih secara interaktif. Kemudian digunakan software Borland Delphi 7 untuk membuat aplikasi tambahan dengan kemampuan mengakses database (*.dbf). Aplikasi tambahan ini memungkinkan pengguna (user) untuk mengetahui luas kesesuaian lahan serta potensi keuntungan bagi petani berdasarkan biaya usaha tani yang dikeluarkan, luas lahan dan kelas kesesuaian lahan.
21
Gambar 3.2 Bagan Alir Penelitian Analisis Kebijakan Optimalisasi Potensi Sumber Daya Lahan Berbasis Sistem Informasi Geografis
22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Pembuatan Peta Unit Evaluasi Lahan Pertanian Proses pembuatan Peta Unit Evaluasi Lahan (Lampiran 22) membutuhkan kemampuan software GIS dalam melakukan analisis spasial. Salah satu analisis spasial yang sering digunakan adalah analisis overlay atau tumpang susun peta. Analisis overlay dilakukan terhadap peta-peta dasar (Lampiran 1-6) untuk menghasilkan Satuan Peta Tanah (SPT). Kemudian memadukan SPT dengan masing-masing data hasil survei karakteristik tanah dengan cara penginputan pada tabel attribut, sehingga menghasilkan peta karakteristik tanah sebanyak 15 buah peta (Lampiran 7-21). Untuk kebutuhan dalam proses pencocokan/matching kelas kesesuaian lahan, maka setiap data attribut karakteristik lahan (iklim, topografi dan karakteristik tanah) harus ditambahkan dengan kode karakteristik lahan (Lampiran 27). Semua tabel attribut peta karakteristik lahan kemudian digabungkan menjadi satu tabel database dan perlu ditambahkan lagi kolom baru pada tabel tersebut. Jumlah kolom baru yang ditambahkan adalah sebanyak jumlah komoditas yaitu 35 kolom dan nama masing-masing kolom tersebut juga berdasarkan nama komoditas pertanian yang akan dianalisis, yaitu : padi sawah, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar, ubi kayu, tomat, cabai, bawang merah, bawang putih, bawang prei, labu, semangka, kentang, wortel, jeruk, durian, langsat, rambutan, mangga, nenas, alvokat, manggis, nangka, kakao, kopi robusta, kopi arabika,
23
kelapa, kelapa sawit, cengkeh, aren, kemiri, vanili dan lada. Kode kesesuaian lahan ditetapkan sebanyak lima kelas, yaitu : S1=100, S2=200, S3=300, N1=400 dan N2=500. Dari tiga kecamatan yang menjadi lokasi penelitian di Kabupaten Pinrang yaitu Kecamatan Lembang, Batu Lappa dan Duampanua, terdapat hutan lindung seluas 45999,564 ha. Hutan lindung merupakan area yang tidak termasuk dalam kawasan budidaya sehingga tidak dilakukan klasisfikasi kesesuaian lahan di wilayah tersebut.
Gambar 4.1 Peta Unit Evaluasi Lahan Pertanian
24
IV.2 Klasifikasi Kesesuaian Lahan dengan Metode Pencocokan (Matching) Tahap selanjutnya adalah melakukan proses klasifikasi kesesuaian lahan untuk setiap komoditas dengan menggunakan metode pencocokan/matching. Proses ini dapat dilakukan dengan cara manual yaitu dengan memanfaatkan fasilitas Query (Select by Attribute) pada software GIS yang digunakan. Akan tetapi cara tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama dalam pengerjaannya, sehingga agar lebih mudah dan cepat dalam melakukan klasifikasi kesesuaian lahan, maka digunakan aplikasi “Matching” yang dibuat dengan software Borland Delphi 7. Aplikasi “Matching” berguna untuk mengisi kode kesesuaian lahan untuk tiap record tanaman dalam tabel attribut Peta Unit Evaluasi Lahan, berdasarkan kriteria yang telah ditentukan oleh FAO (1976) dan PUSLITBANG SDA (2011). Pengkodean tanaman dituliskan dengan menggunakan bahasa SQL (Structure Query Languange) yang bisa dikenali oleh bahasa pemrograman Database Management System (DBMS), salah satunya adalah Delphi. Berikut ini adalah tabel kriteria tanaman Jagung dan contoh pengkodean dengan bahasa SQL : Tabel 4.1 Kriteria tanaman Jagung berdasarkan FAO (1976) dan PUSLITBANG SDA (2011)
Kode S1
S2
CH (mm) 1200 2000 900 2500
BK
Lereng (%)
Drainase
Tanah (cm)
Batuan (%)
Tekstur
Salinitas
pH
0-8
<8
SC
> 75
<3
SCL, CL, L
<2
5.5 -6
< 15
SCL, SiL, CL, SiCL, SL, L, LC
<3
56
<8
< 15
SC, C
> 50
25
S3
750 3000
< 10
< 25
SC, C
> 25
< 50
N1
750 3000
< 10
< 40
-
> 25
-
-
SCL, SiL, Si, CL, SiCL, SL, L, LS, SiC, C, LC SCL, SiL, Si, CL, SiCL, SL, L, LS, SiC, C, LC
<4
4.5 6.5
-
-
Untuk kode Jagung = 100 (S1) update unit SET Jagung=100 where (Crh_hujan>1200 and hujan_u<2000 and Bkl>0 and BKu<8 and kodelereng<200 and drainase<200 and tanah>300 and batu<200 and teksmk in(100,400,700) and ec<200 and pH=400)
-
Untuk kode Jagung = 200 (S2) update unit SET Jagung=200 where (Crh_hujan>900 and hujan_u<2500 and BK<8 and kodelereng<300 and drainase<300 and tanah>200 and batu<400 and teksmk in(100,200,400,500,600,700,1800) and ec<300 and pH in(300,400))
26
-
Untuk kode Jagung = 300 (S3) update unit SET Jagung=300 where (Crh_hujan>750 and hujan_u<3000 and BK<10 and kodelereng<400 and drainase<300 and tanah>100 and batu<600 and teksmk in(100,200,300,400,500,600,700,900,1000,1100,1800) and ec<400 and pH in(200,300,400,500))
-
Untuk kode Jagung = 400 (N1) update unit SET Jagung=400 where (Crh_hujan>750 and hujan_u<3000 and BK<10 and kodelereng<500 and tanah>100 and teksmk in(100,200,300,400,500,600,700,900,1000,1100,1800) and batu<600)
Masing-masing kode tanaman seperti contoh di atas ditulis pada text file (*.txt) dan disimpan pada direktori tertentu, sehingga dalam melakukan pemrograman dengan bahasa Delphi, cukup ditambahkan script yang merujuk pada direktori tempat text file berada. Tahap selanjutnya adalah merancang Form Matching. Rancangan Form terdiri dari : Edit, ComboBox, RadioGroup, RadioButton, DataSource, Query dan Button. Berikut adalah desain Form Matching :
27
Gambar 4.2 Form Aplikasi “Matching” Sedangkan script Delphi untuk melakukan proses pencocokan kriteria tanaman jagung, contohnya adalah sebagai berikut : procedure TForm1.BitBtn1Click(Sender: TObject); begin if(ComboBox1.Text = 'Jagung') then begin if(RadioButton1.Checked) then begin Query1.Close(); Query1.SQL.Clear(); Query1.SQL.LoadFromFile('D:\\SILPINRANG\\program\\kriteria\\Jagung100.txt'); Query1.ExecSQL(); end else if(RadioButton2.Checked) then begin Query1.Close(); Query1.SQL.Clear(); Query1.SQL.LoadFromFile('D:\\SILPINRANG\\program\\kriteria\\Jagung200.txt'); Query1.ExecSQL(); end
28
else if(RadioButton3.Checked) then begin Query1.Close(); Query1.SQL.Clear(); Query1.SQL.LoadFromFile('D:\\SILPINRANG\\program\\kriteria\\Jagung300.txt'); Query1.ExecSQL(); end else if(RadioButton4.Checked) then begin Query1.Close(); Query1.SQL.Clear(); Query1.SQL.LoadFromFile('D:\\SILPINRANG\\program\\kriteria\\Jagung400.txt'); Query1.ExecSQL(); end else begin Query1.Close(); Query1.SQL.Clear(); Query1.SQL.Add('update unit SET jagung=500 '); Query1.ExecSQL(); end end
Hasil eksekusi program yang telah disusun akan mengisi record pada tiap komoditas dalam file “Unit.dbf” secara otomatis (Gambar 4.3).
29
Gambar 4.3 Tampilan hasil eksekusi pengisian Field komoditas Setelah proses pengisian semua Field komoditas melalui aplikasi “Matching” selesai, maka selanjutnya dilakukan proses agregasi berdasarkan Field terpilih. Proses ini juga biasa dikenal dalam software GIS dengan Dissolve (Gambar 4.4). Proses ini akan menghasilkan data shapefile baru sebanyak 35 data berdasarkan jumlah komoditas yang telah dianalisis kelas kesesuaian lahannya. Tujuan dilakukan proses ini adalah untuk memudahkan dalam perhitungan luas kelas kesesuaian lahan untuk setiap komoditas.
30
Gambar 4.4 Proses Dissolve dengan software GIS Data attribut hasil agregasi akan menjadi lebih sederhana sehingga lebih mudah jika akan menambahkan keterangan berupa kelas kesesuaian lahan. Berikut adalah tabel attribut komoditas Jagung yang telah melalui proses agregasi atau Dissolve serta telah ditambahkan keterangan dan luas kesesuaian lahan: Tabel 4.2 Hasil agregasi untuk kesesuaian lahan komoditas Jagung Jagung
Ket
Luas (ha)
200
S2
400.48
300
S3
11858.77
400
N1
35001.97
500
N2
76566.87
31
IV.3 Perancangan dan Pemrograman Aplikasi “Sistem Informasi Lahan” (SIL) Dalam menampilkan data-data hasil pengolahan berupa Peta Unit Kesesuaian Lahan secara interaktif, maka perlu dibuatkan sebuah program yang mampu menampilkan peta digital beserta perangkat/tools pemetaan untuk identifikasi lahan dan beberapa perangkat analisis ekonomi. Pada penelitian ini program yang dibuat dinamakan “Sistem Informasi Lahan“ (SIL), program tersebut dibuat dengan bahasa pemrograman Visual basic .NET, Delphi dan pustaka Dotspatial. Adapun langkah-langkah desain dan pemrograman aplikasi SIL adalah sebagai berikut : - Menjalankan software Microsoft Visual Basic Express 2010 kemudian membuat Project baru dengan nama “SIL-Pinrang.vbproj”
Gambar 4.5 Tampilan Microsoft Visual Basic Express 2010 dan pembuatan Project baru berupa aplikasi Windows Form 32
- Selanjutnya adalah melakukan konfigurasi awal sebelum Project disimpan. Konfigurasi yang dilakukan antara lain pengaturan Target Framework dengan memilih “.NET Framework 4”. Hal ini dilakukan karena pustaka Dotspatial yang akan digunakan hanya dapat bekerja pada lingkungan .NET Framework 4
Gambar 4.6 Pemilihan Target Framework - Tahap
selanjutnya
adalah
menambahkan
pustaka/library
Dotspatial.Controls.dll yang bertujuan untuk memunculkan komponen/object pada Toolbox Visual Basic .NET, salah satu komponen yang sangat dibutuhkan adalah komponen Map dan Legend yang mampu membaca dan menampilkan data-data spasial vektor maupun raster.
33
Gambar 4.7 Menambahkan Pustaka Dotspatial.Controls.dll - Selanjutnya adalah menambahkan beberapa referensi yang merupakan pustaka dari Dotspatial, antara lain : Dotspatial.Controls, Dotspatial.Common, Dotspatial.Data,
Dotspatial.Positioning,
Dotspatial.Serialization,
Dotspatial.Projections,
Dotspatial.Symbology,
Dotspatial.Tools,
Dotspatial.Topology, dan Dotspatial.Modeling.
Gambar 4.8 Penambahan Referensi
34
- Setelah konfigurasi dan penambahan pustaka selesai maka tahap selanjutnya adalah merancang desain antarmuka aplikasi dengan menambahkan berbagai komponen yang dibutuhkan seperti : Ribbon, Container, StatusStrip, Toolstrip, Map, Legend, GroupBox dan PictureBox. Form utama aplikasi merupakan pusat dari segala aktifitas program
yang
dinamakan “FormMain”,
tampilannya dapat dilihat pada Gambar 4.9. Pada jendela kode setiap Form maupun Modul, harus ditambahkan perintah untuk memanggil referensi yang telah ditambahkan dengan perintah seperti berikut, Imports Imports Imports Imports Imports Imports Imports Imports Imports Imports
Dotspatial.Controls Dotspatial.Common Dotspatial.Data Dotspatial.Positioning Dotspatial.Projections Dotspatial.Serialization Dotspatial.Symbology Dotspatial.Tools Dotspatial.Topology Dotspatial.Modeling
Gambar 4.9 Tampilan desain “FormMain”
35
- Tahap selanjutnya adalah mengatur properties dan menambahkan script agar setiap komponen aplikasi dapat bekerja sebagaimana mestinya. Pada “FormMain”, ditambahkan script untuk menambahkan layer/data, perangkat Zoom, perangkat Selection, perangkat Identify, perangkat Measure, dan memunculkan Toolbar. Agar aplikasi terlihat lebih menarik, perlu digunakan beberapa icon, baik icon untuk aplikasi maupun icon untuk tombol-tombol yang terdapat pada aplikasi.
Gambar 4.10 Jendela kode (kiri) dan jendela Properties (kanan) - Selanjutnya adalah membuat Modul baru dengan nama “Modul_Karakteristik”. Pada “Modul_Karakteristik” ditambahkan script untuk menampilkan peta-peta dasar yaitu Peta Administrasi, Peta Tematik dan Peta Karakteristik Tanah pada FormMain. Modul berbeda dengan Form karena hanya berisi script dan tidak memiliki tampilan antar muka seperti halnya Form. Setiap kelompok peta yang akan ditampilkan harus memiliki penanganan Procedure (Sub). Procedure
36
(Sub) adalah sekumpulan statemen dari Visual Basic yang tidak menghasilkan nilai balik untuk kode yang dipanggil. Berikut adalah contoh script Sub untuk “Peta Administrasi”: Sub PetaAdministrasi() Map1.ClearLayers() Map1.AddLayer("D:\SIL-PINRANG\data\dasar\Batas Kecamatan.shp") Dim bts_kec As MapPolygonLayer bts_kec = CType(Map1.Layers(0), MapPolygonLayer Dim scheme_kec As New PolygonScheme scheme_kec.EditorSettings.ClassificationType = ClassificationType.UniqueValues scheme_kec.EditorSettings.FieldName = "NAMA_KEC" scheme_kec.CreateCategories(bts_kec.DataSet.DataTable) bts_kec.Symbology = scheme_kec Map1.AddLabels(bts_kec, "[NAMA_KEC]", New Font("Tahoma", 10.0), Color.Black) Progressbar1.Value = 25 Map1.AddLayer("D:\SIL-PINRANG\data\dasar\Sungai Besar.shp") Dim sungai_besar As New MapPolygonLayer sungai_besar = CType(Map1.Layers(1), MapPolygonLayer) Dim scheme_sungaibesar As New PolygonScheme Dim category_sungaibesar As New PolygonCategory(Color.Blue, Color.AliceBlue, 1) scheme_sungaibesar.ClearCategories() scheme_sungaibesar.AddCategory(category_sungaibesar) sungai_besar.Symbology = scheme_sungaibesar Progressbar1.Value = 50 Map1.AddLayer("D:\SIL-PINRANG\data\dasar\Sungai Kecil.shp") Dim sungai_kecil As New MapLineLayer sungai_kecil = CType(Map1.Layers(2), MapLineLayer) Dim symbolizer_sungaikecil As New LineSymbolizer(Color.Aqua, 1) sungai_kecil.Symbolizer = symbolizer_sungaikecil Progressbar1.Value = 75 Map1.AddLayer("D:\SIL-PINRANG\data\dasar\Jalan.shp") Dim jalan As New MapLineLayer jalan = CType(Map1.Layers(3), MapLineLayer) Dim symbolizer_jalan As New LineSymbolizer(Color.Red, 1) jalan.Symbolizer = symbolizer_jalan Progressbar1.Value = 100 Map1.ZoomToMaxExtent() Progressbar1.Value = 0 FormMain.GroupBoxPeta.Text = "Peta Administrasi" End Sub
Agar Sub “PetaAdministrasi” dapat di jalankan maka harus dipanggil dengan menuliskan
nama Sub pada Event “FormMain.Load”, artinya Sub
37
“PetaAdministrasi” berlaku ketika “FormMain” muncul untuk pertama kali (Load), contohnya perintahnya seperti berikut ini, Private Sub FormMain_Load(ByVal sender As Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles Me.Load PetaAdministrasi() End Sub
Masing-masing peta tematik dan karakteristik tanah harus dibuatkan Sub pada “Modul_Karakteristik”, struktur penulisan kodenya hampir sama dengan Sub “PetaAdministrasi” sedangkan untuk proses eksekusinya dapat melalui Form tertentu.
Gambar 4.11 Jendela kode “Modul_Karakteristik” - Setelah semua Sub untuk masing-masing Peta Tematik dan Karakteristik Tanah selesai, maka selanjutnya adalah membuat “FormTematik” untuk menampilkan peta-peta tematik pada “FormMain” dengan memanggil Sub yang telah dibuat pada “Modul_Karakteristik”. Hal yang sama dilakukan untuk menampilkan
38
peta-peta karakteristik tanah dengan membuat “FormKarakteristikTanah”. Masing-masing Form berisi komponen Label, ComboBox dan Button.
Gambar 4.12 “FormTematik” (kiri) dan “FormKarakteristikTanah” (kanan) Pada Properties ComboBox, ditambahkan daftar item/peta yang yang akan ditampilkan seperti berikut ini,
Gambar 4.13 Properties Items Collection “ComboBox.FormTematik” (kiri) dan “ComboBox.FormKarakteristikTanah” (kanan)
- Selanjutnya adalah menuliskan script pada masing-masing jendela kode “FormTematik” dan “FormKarakteristikTanah” untuk memilih Sub yang akan dieksekusi pada “Modul_Karakteristik”. Cara penulisan pada kedua Form memiliki struktur yang sama yaitu conditional statement bersyarat If Else, contoh script untuk “FormTematik” adalah seperti berikut ini,
39
Public Class FormTematik Private Sub Button1_Click(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles Button1.Click If CmbTematik.Text = "Peta Iklim (Curah Hujan)" Then Iklim() ElseIf CmbTematik.Text = "Peta Penggunaan Lahan" Then Landuse() ElseIf CmbTematik.Text = "Peta Kemiringan Lereng" Then Lereng() ElseIf CmbTematik.Text = "Peta Elevasi" Then Elevasi() ElseIf CmbTematik.Text = "Peta Sistem Lahan" Then LandSystem() ElseIf CmbTematik.Text = "Peta Kawasan Hutan" Then Kawasan_Hutan() ElseIf CmbTematik.Text = "Peta Drainase" Then Drainase() End If Me.Close() End Sub End Class
- Kemudian untuk menampilkan peta-peta kesesuaian lahan pertanian, caranya hampir sama dengan menampilkan peta karakteristik lahan yaitu dengan membuat modul khusus dengan nama “Modul_Komoditi”, struktur penulisan kodenya juga hampir sama, hanya perlu menyesuaikan nama file yang akan ditampilkan beserta pewarnaannya. Data spasial yang ditampilkan sebagai data utama adalah data hasil pencocokan/matching, yaitu Peta Unit Kesesuaian Lahan (Unit.shp). Hal ini dikarenakan data attribut “Unit.shp” sudah mencakup kesesuaian lahan untuk semua komoditas tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. Berikut adalah script untuk menampilkan Peta Kesesuaian Lahan Jagung beserta sungai, jalan dan batas hutan lindung,
40
Module Modul_komoditi Dim Progressbar1 As ToolStripProgressBar = FormMain.ProgressBar1 Dim Map1 As Map = FormMain.Map1 Dim komoditi As MapPolygonLayer Dim category_s As New PolygonCategory(Color.Transparent, Color.Transparent, 0.3) Dim category_s1 As New PolygonCategory(Color.GreenYellow, Color.Black, 0.3) Dim category_s2 As New PolygonCategory(Color.SpringGreen, Color.Black, 0.3) Dim category_s3 As New PolygonCategory(Color.Yellow, Color.Black, 0.3) Dim category_n1 As New PolygonCategory(Color.RosyBrown, Color.Black, 0.3) Dim category_n2 As New PolygonCategory(Color.Brown, Color.Black, 0.3) Sub Jagung() Map1.ClearLayers() Map1.AddLayer("D:\SIL-PINRANG\data\komoditi\Unit.shp") Dim karakteristik As MapPolygonLayer Dim scheme_karakteristik As New PolygonScheme karakteristik = CType(Map1.Layers(0), MapPolygonLayer) karakteristik.DataSet.FillAttributes() Dim filter_s = "[Jagung]=0" category_s.FilterExpression = filter_s category_s.LegendText = "Jagung" scheme_karakteristik.AddCategory(category_s) Dim filter_s2 = "[Jagung]=200" category_s2.FilterExpression = filter_s2 category_s2.LegendText = "Cukup Sesuai (S2)" scheme_karakteristik.AddCategory(category_s2) Dim filter_s3 = "[Jagung]=300" category_s3.FilterExpression = filter_s3 category_s3.LegendText = "Sesuai Marjinal (S3)" scheme_karakteristik.AddCategory(category_s3) Dim filter_n1 = "[Jagung]=400" category_n1.FilterExpression = filter_n1 category_n1.LegendText = "Tidak Sesuai Temporer (N1)" scheme_karakteristik.AddCategory(category_n1) Dim filter_n2 = "[Jagung]=500" category_n2.FilterExpression = filter_n2 category_n2.LegendText = "Tidak Sesuai Permanen (N2)" scheme_karakteristik.AddCategory(category_n2) karakteristik.Symbology = scheme_karakteristik Progressbar1.Value = 20 Peta_Tambahan() Map1.ZoomToMaxExtent() Progressbar1.Value = 0 FormMain.GroupBoxPeta.Text = "Peta Kesesuaian Lahan Jagung" System.IO.File.WriteAllText("D:\SIL-PINRANG\Bin\pilihan.txt", "Jagung") End Sub End Module
41
- Masing-masing kelompok tanaman memiliki Form untuk memilih komoditas yang akan ditampilkan peta kesesuaian lahannya, nama Form-nya yaitu “FormPangan”, “FormHortikultura” dan “FormPerkebunan”. Script yang dituliskan pada masing-masing jendela kode memiliki struktur yang sama dengan “FormTematik” atau “FormKarakteristikTanah”
yaitu conditional
statement bersyarat If Else.
Gambar 4.14 “FormPangan” (kiri atas), “FormHortikultura” (kanan atas) dan “FormPerkebunan” (bawah) - Tahap selanjutnya adalah membuat sebuah Form untuk memunculkan informasi lahan terpilih pada Peta Kesesuaian Lahan ketika diklik antara lain informasi luas lahan, topografi, iklim dan karakteristik tanah. Form ini dinamakan “FormInfoLahan”, sedangkan komponen yang digunakan pada Form yaitu TabControl, TextBox, Label dan Button.
42
Gambar 4.15 Tampilan “FormInfoLahan” - Pada jendela kode “FormInfoLahan”, ditambahkan kode untuk memunculkan nama komoditi yang sedang dimunculkan peta kesesuaian lahannya. Adapun contoh script-nya adalah seperti berikut, Private Sub Me_Load(ByVal sender As System.Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles MyBase.Load If FormSementara.TextBoxKomoditi.Text = "Padi Sawah" Then Me.TextBoxKomoditi.Text = "Padi Sawah" ElseIf FormSementara.TextBoxKomoditi.Text = "Jagung" Then Me.TextBoxKomoditi.Text = "Jagung" ElseIf FormSementara.TextBoxKomoditi.Text = "Kedelai" Then Me.TextBoxKomoditi.Text = "Kedelai" ...................................................... End If End Sub
- Sedangkan informasi lain seperti luas lahan, topografi, iklim dan karakteristik tanah dapat dimunculkan dengan menuliskan kode pada “FormMain” menggunakan Event “Map1.SelectionChanged”. Maksud dari penulisan kode ini adalah program akan membaca data attribut area tertentu saja yaitu area yang terseleksi ketika peta diklik. Adapun contoh penulisan script-nya adalah seperti berikut,
43
Private Sub Map1_SelectionChanged(ByVal sender As Object, ByVal e As System.EventArgs) Handles Map1.SelectionChanged Try Dim ls1 As New List(Of IFeature)() Dim fl1 As FeatureLayer = TryCast(Map1.Layers(0), FeatureLayer) Dim il1 As ISelection = fl1.Selection ls1 = il1.ToFeatureList() For i As Integer = 0 To il1.Count - 1 FormSementara.TBLuas.Text = ls1(i).DataRow.Item("luas_ha") FormInfoLahan.TextBoxLuas.Text = ls1(i).DataRow.Item("luas_ha").ToString() & " ha " FormInfoLahan.TextBoxElevasi.Text = ls1(i).DataRow.Item("elev_gab") & " M " FormInfoLahan.TextBoxLereng.Text = ls1(i).DataRow.Item("LERENG") & " % " FormInfoLahan.TextBoxHujan.Text = ls1(i).DataRow.Item("crh_hujan") & " mm/thn " FormInfoLahan.TextBoxTeksAtas.Text = ls1(i).DataRow.Item("KetTeksmk") ................................................................... Next System.IO.File.WriteAllText("D:\SIL-PINRANG\Bin\luas.txt", FormSementara.TBLuas.Text) If FormInfoLahan.TextBoxKomoditi.Text = "Padi Sawah" Then System.IO.File.WriteAllText("D:\SIL-PINRANG\Bin\kelas.txt", FormSementara.TBPadi.Text) ElseIf FormInfoLahan.TextBoxKomoditi.Text = "Jagung" Then System.IO.File.WriteAllText("D:\SIL-PINRANG\Bin\kelas.txt", FormSementara.TBJagung.Text) ................................................................... Catch Finally End Try End Sub
- Selanjutnya untuk memunculkan “FormInfoLahan” ketika peta diklik maka kode
dituliskan
juga
pada
“FormMain”
menggunakan
Event
“Map1.MouseUp”. - Tahap berikutnya adalah merancang sebuah Form untuk memunculkan total luas kelas kesesuaian lahan pada komoditas yang sedang ditampilkan peta kesesuaian lahannya. Form ini dibuat dengan menggunakan bahasa
44
pemrograman Delphi. Komponen yang digunakan dalam Form yaitu Label, Edit, Query dan Button. Adapun rancangan Form-nya adalah seperti berikut,
Gambar 4.16 Desain Form “Luas Kelas Kesesuaian Lahan” - Sedangkan script Delphi untuk menghitung dan membaca data dari database yang dituliskan pada jendela kode Form “Luas Kelas Kesesuaian Lahan” contohnya adalah seperti berikut, procedure TForm1.FormActivate(Sender: TObject); begin AssignFile(InFile,'D:\SIL-PINRANG\Bin\pilihan.txt'); Reset(InFile); Readln(InFile,isifile); Edit1.Text := isifile; CloseFile(InFile); komoditi := Edit1.Text; S := 'Select * from ' + komoditi + ' where suai= :kelas'; Query1.DatabaseName := 'D:\SIL-PINRANG\data\Komoditi\'; Query1.Close; Query1.SQL.Clear; Query1.SQL.Add(S); Query1.Prepare; Query1.ParamByName('kelas').AsInteger := 100; Query1.Open; jumlah := 0; Query1.First; while not Query1.Eof do begin
45
jumlah := jumlah + (Query1.FieldByName('luas_ha').Value); Query1.Next; end; ............................................................. Edit5.Text := FormatFloat('#,0',Jumlah)+ ' ha'; Query1.Close; Query1.SQL.Clear; Query1.SQL.Add(S); Query1.Prepare; Query1.ParamByName('kelas').AsInteger := 500; Query1.Open; jumlah := 0; Query1.First; while not Query1.Eof do begin jumlah := jumlah + (Query1.FieldByName('luas_ha').Value); Query1.Next; end; Edit6.Text := FormatFloat('#,0',Jumlah)+ ' ha'; end; end.
- Selanjutnya adalah merancang Form untuk kebutuhan dalam analisis ekonomi. Sebuah Form digunakan untuk memasukkan/input biaya usaha tani dan nilai jual, serta sebuah Form lagi untuk menampilkan potensi keuntungan petani. Aplikasi
analisis
ekonomi
ini
memiliki
sebuah
database
bernama
“produktifitas.dbf”, setiap data yang dimasukkan melalui Form “Input Biaya Usaha Tani dan Nilai Jual” akan tersimpan pada database ini yang kemudian data-data tersebut akan diproses melalui program dan ditampilkan melalui Form “Keuntungan Hasil Tani” ketika dibutuhkan. Komponen Form “Input Biaya Usaha Tani dan Nilai Jual” terdiri dari ComboBox, Edit, RadioGroup, RadioButton, DataSource, Query, Label dan Button. Sedangkan komponen
46
Form “Keuntungan Hasil Tani” adalah Query, Label, Edit, RadioGroup, RadioButton dan Button. Berikut ini adalah desain Form Delphi untuk fungsi “Analisis Ekonomi” dalam aplikasi SIL,
Gambar 4.17 Form untuk fungsi “Analisis Ekonomi” - Script untuk Form “Input Biaya Usaha Tani dan Nilai Jual” adalah seperti berikut ini, procedure TForm1.BitBtn2Click(Sender: TObject); begin if (DBEdit1.Text = 'm') then begin Kunci1 := DBLookupComboBox1.Text; Produk := StrToFloat(Edit1.Text); Harga := StrToFloat(Edit2.Text) * 1000; Penyiapan := Edit3.Text; Benih := Edit4.Text; Pupuk := Edit5.Text; Hama := Edit6.Text; Upah := Edit7.Text; Jumlah := StrToFloat(Penyiapan) + StrToFloat(Benih) + StrToFloat(Pupuk) + StrToFloat(Hama) + StrToFloat(Upah); Query1.Close(); Query1.SQL.Clear(); Query1.SQL.Add('update produktivitas SET input1 = :Jumlah where Komoditas = :Kunci1 '); Query1.Params.Items[0].AsFloat := Jumlah;
47
Query1.Params.Items[1].AsString := Kunci1; Query1.ExecSQL(); Query1.Close(); Query1.SQL.Clear(); Query1.SQL.Add('update produktivitas SET produk_ton = :Produk where Komoditas = :Kunci1 '); Query1.Params.Items[0].AsFloat := Produk; Query1.Params.Items[1].AsString := Kunci1; Query1.ExecSQL(); Query1.Close(); Query1.SQL.Clear(); Query1.SQL.Add('update produktivitas SET Harga = :Harga where Komoditas = :Kunci1 '); Query1.Params.Items[0].AsFloat := Harga; Query1.Params.Items[1].AsString := Kunci1; Query1.ExecSQL(); Profitabilitas := (Produk * Harga) - Jumlah; Query1.Close(); Query1.SQL.Clear(); Query1.SQL.Add('update produktivitas SET Profitab1 = :Profitabilitas where Komoditas = :Kunci1 '); Query1.Params.Items[0].AsFloat := Profitabilitas; Query1.Params.Items[1].AsString := Kunci1; Query1.ExecSQL(); End ................................................................
- Sedangkan script untuk Form “Keuntungan Hasil Tani” adalah seperti berikut ini, procedure TForm1.FormActivate(Sender: TObject); begin AssignFile(InFile,'D:\SIL-PINRANG\Bin\pilihan.txt'); ................................................................... AssignFile(InFile,'D:\SIL-PINRANG\Bin\luas.txt'); ................................................................... Edit4.Text := isifile; AssignFile(InFile,'D:\SIL-PINRANG\Bin\kelas.txt'); ................................................................ if Edit1.Text = 'Padi' Then S := 'Padi' else if Edit1.Text = 'Jagung' Then S := 'Jagung' ................................................................... Edit6.Text := S; Kunci1 := S;
48
................................................................... Query1.SQL.Add('select * from produktivitas where Komoditas = :Kunci1 '); ................................................................... biaya := Query1.FieldByName('Input1').Value * StrToFloat(Edit4.Text); keuntungan := Query1.FieldByName('Profitab1').Value * StrToFloat(Edit4.Text); periode := Query1.FieldByName('masa').Value; Query1.Close(); if Periode = 'm' Then Begin if Edit5.Text = IntToStr(100) Then begin Edit2.Text := 'Rp. '+FormatFloat('#,0',biaya); Edit3.Text := 'Rp. '+FormatFloat('#,0',keuntungan); end ................................................................... end; if Periode = 'm' Then begin RadioGroup1.Visible := false; ................................................................... else begin RadioGroup1.Visible := true; ................................................................... end end; if Edit5.Text = IntToStr(100) Then begin Edit2.Text := FloatToStr(biaya); Edit3.Text := FloatToStr(keuntungan); end ...................................................................
Rumus perhitungan untuk “Biaya Usaha Tani” dan “Keuntungan Petani” menurut PUSLITBANG SDA (2011) adalah: Jumlah Biaya = Biaya Penyiapan + Biaya Benih + Biaya Pupuk + Biaya Pengendalian Hama/Penyakit + Upah Tenaga Kerja Profitabilitas = Produktivitas Lahan (Ton/Ha) x Harga Komoditi (per Kg) Kelas Kesesuaian : S1= 1, S2 =0.8, S3 = 0.6, N1 = 0.4, N2 = 0
49
Biaya Usaha Tani = Jumlah Biaya x Luas Lahan (Ha) x Kelas Kesesuaian Keuntungan Petani = Profitabilitas x Luas Lahan (Ha) x Kelas Kesesuaian
- Setelah semua fasilitas SIL telah lengkap maka selanjutnya adalah menyatukan semua fungsi tersebut ke dalam “FormMain”. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menambahkan menu pada Ribbon Control yang terdiri dari : 1. Menu Home : merupakan menu dari aplikasi yang memiliki fungsi-fungsi dasar seperti fasilitas menambah dan membersihkan layer, zoom tools, selection tools dll.
Gambar 4.18 Menu “Home” 2. Menu “Karakteristik Lahan” : merupakan menu yang memiliki fasilitas untuk menampilkan peta administrasi, tematik dan karakteristik tanah.
Gambar 4.19 Menu “Karakteristik Lahan” 3. Menu “Pemilihan Komoditi” : merupakan menu yang memiliki fasilitas untuk menampilkan peta kelas kesesuaian lahan tiap komoditi, luas kelas kesesuaian lahan dan informasi lahan terpilih.
50
Gambar 4.20 Menu “Pemilihan Komoditi” 4. Menu “Analisis Ekonomi dan Spasial” : merupakan menu yang di dalamnya terdapat fasilitas untuk mengetahui potensi keuntungan hasil pertanian dari lahan terpilih serta fasilitas untuk melakukan proses pencocokan/matching.
Gambar 4.21 Menu “Analisis Ekonomi dan Spasial” - Terakhir adalah menambahkan Form “Splash” yang akan muncul pada saat aplikasi pertama kali dijalankan (Splash Screen), pengaturan Splash Screen dilakukan pada Project Properties.
Gambar 4.22 Form “Splash”
51
- Selanjutnya adalah melakukan kompilasi tahap akhir atau file executable melalui menu “Debug > Build SIL-Pinrang”. Setelah proses ini selesai maka aplikasi sudah siap untuk digunakan. Berikut ini adalah tampilan pada saat aplikasi SIL di eksekusi,
Gambar 4.23 Tampilan aplikasi SIL saat pertama kali dijalankan Ketika menampilkan Peta Iklim (Curah Hujan) melalui kelompok menu Peta Tematik, tampilannya seperti gambar berikut,
Gambar 4.24 Tampilan saat menampilkan peta tematik “Curah Hujan”
52
Ketika menampilkan Peta Kesesuaian Lahan misalnya tanaman Jagung, maka tampilannya seperti berikut,
Gambar 4.25 Tampilan saat menampilkan “Peta Kesesuaian Lahan Tanaman Jagung”
Pada saat menggunakan menu “Luas Kesesuaian Lahan” maka akan muncul Form yang menampilkan masing-masing total luas kelas kesesuaian lahan seperti tampilan berikut ini,
Gambar 4.26 Tampilan Form “Luas Kelas Kesesuaian Lahan” saat dieksekusi
53
Sedangkan pada saat menggunakan menu “Informasi Lahan” kemudian melakukan seleksi pada layer di peta maka akan muncul “FormInfoLahan” yang berisi informasi lahan terpilih.
Gambar 4.27 Tampilan informasi lahan terpilih (yang berwarna biru/highlights) Apabila pennguna/user ingin mengetahui potensi lahan pertanian dari segi ekonomi, maka dapat dilakukan melalui menu “Analisis Ekonomi dan Spasial”. Namun terlebih dahulu harus melakukan penginputan nilai jual dan biaya usaha tani melalui Form “Input Biaya Usaha Tani”
Gambar 4.28 Proses penginputan biaya usaha tani 54
Setelah data nilai jual dan biaya usaha tani telah tersimpan pada database, maka pengguna/user dapat menggunakan tools “Keuntungan Hasil Tani” untuk memilih lahan pada peta yang akan diketahui potensi keuntungan hasil taninya.
Gambar 4.29 Tampilan informasi potensi keuntungan hasil tani pada lahan terpilih (yang berwarna biru/highlights)
IV.4 Arahan Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Lahan di Sektor Pertanian Dari hasil analisis kesesuaian lahan untuk komoditas pertanian dihasilkan luas kelas kesesuaian lahan sebagai berikut, Tabel 4.3. Luas area tiap komoditas tanaman pangan berdasarkan kelas kesesuaiannya Tanaman Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Padi Sawah Ubi Jalar Ubi Kayu
S1 0 0 0 0 919.3 0 0
S2 400.48 0 481.05 314.2 4274.83 368.64 6716.62
Luas Area (Ha) S3 N1 11858.79 35001.94 12259.28 14471.93 24247.06 27132.86 24413.91 27132.86 17331.35 24125.79 23064.49 4670.85 29468.51 8208.45
N2 76565.75 88690.49 71980.28 71980.28 6278.32 87322.15 79440.66
55
Tabel 4.4. Luas area tiap komoditas tanaman hortikultura berdasarkan kelas kesesuaiannya Tanaman Alpokat Bawang Merah Bawang Putih Bawang Prei Cabai Durian Jeruk Labu Langsat Mangga Manggis Nangka Nenas Rambutan Semangka Tomat
S1 0 0 0 0 0 0 0 0 116.43 0 0 166.325 0 116.43 0 0
Luas Area (Ha) S2 S3 N1 7110.29 14485.05 10488.07 0 389.16 2306.46 0 535.3 3369.67 72.68 1510.24 9217.82 0 11132.35 16971.15 0 11283.2 31780.81 381.72 9128.26 26182.05 395.37 3869.63 14585.92 4369.57 10149.43 29718.76 0 19514.1 21913.12 6955.27 12633.72 13784.62 6943.954 12478.71 24765.23 395.37 10736.98 12262.12 6993.86 17652.74 25837.9 338.85 3926.14 14585.92 1909.68 45350.26 3340.98
N2 83325.5 112711.8 111505.8 104616.2 87322.15 80763.38 79730.02 96565.61 79473.19 82399.68 82042.72 79473.18 92023.14 73236.28 96565.61 73236.28
Tabel 4.5. Luas area tiap komoditas tanaman perkebunan berdasarkan kelas kesesuaiannya Tanaman Aren Cengkeh Kakao Kelapa Kelapa Sawit Kemiri Lada Kopi Arabika Kopi Robusta Vanili
S1 S2 0 1161.89 0 545.23 0 300.5 0 2332.93 0 1037.23 0 0 0 381.72 0 187.31 0 2419.21 0 422.17
Luas Area (Ha) S3 N1 N2 8686.27 12667.81 92892.95 6646.11 4731.11 103493.4 8372.28 16119.35 90620.19 31040.68 17681.65 72779.52 13637.52 2661.906 98079.19 10846.66 21939.61 82630.04 9786.44 11427.18 93821 4315.72 3274.04 107634.2 7748.95 11427.18 93821 9745.99 13226.31 92023.14
56
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hanya ada empat komoditi yang memiliki kesesuaian S1 yaitu : padi sawah, langsat, nangka dan rambutan. Salah satu faktor pembatas yang cukup besar pengaruhnya adalah salinitas, karena Kabupaten Pinrang termasuk wilayah yang berbatasan dengan laut sehingga sebagian besar daerah pesisir memiliki tingkat salinitas yang tinggi. Selain itu sebagian besar wilayah masih didominasi oleh hutan dan pertanian lahan kering karena terbatasnya sumber air. Walau demikian terdapat lahan persawahan yang cukup luas pada daerah aliran sungai. Untuk menyusun arahan penggunaan lahan dari berbagai alternatif komoditas yang sesuai, perlu dipertimbangkan prioritas daerah dan penggunaan lahan aktual. Untuk tanaman-tanaman yang memerlukan pengolahan dan pengelolaan yang intensif seperti tanaman pangan dan perkebunan diusahakan pada lahan dengan tanah yang lebih dalam dan lereng yang lebih datar. Untuk tanaman yang termasuk kelompok hortikultura (buah-buahan dan sayur-sayuran) banyak yang bertoleran terhadap lereng yang tinggi, namun tetap harus memperhatikan beberapa aspek, yaitu hendaknya tanaman hortikultura hanya dikembangkan sampai kemiringan 30%. Untuk mengefisiensikan pemanfaatan lahan, diantara tegakan buah-buahan dapat ditumpangsarikan tanaman-tanaman seperti aren, cengkeh, kakao, kelapa atau bahkan kemiri. Sistem tumpangsari akan membantu menekan erosi dan mengurangi resiko defisit air berlebihan pada musim kemarau dan berguna untuk menambah produktifitas lahan. Karena kesuburan tanah di Kabupaten Pinrang umumnya relatif rendah, pemupukan mutlak dilakukan untuk meningkatkan status kesuburan tanah dan produktifitas tanaman.
57
BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan 1. Kecamatan Lembang, Batu Lappa dan Duampanua, Kabupaten Pinrang memiliki lahan yang cukup potensial bagi pengembangan tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. Diantara semua parameter lahan yang terkarakterisasi, faktor lereng, kedalaman tanah dan salinitas merupakan pembatas yang memberi pengaruh signifikan dalam penentuan kelas kesesuaian lahan. 2. Telah dihasilkan aplikasi “Sistem Informasi Lahan” (SIL) yang berbasiskan teknologi Sistem Informasi Geografis (GIS) dengan bahasa pemrograman Visual Basic .NET, Delphi dan pustaka Dotspatial. 2. Masing-masing kelompok tanaman dan kelas kesesuaian lahannya telah dipetakan secara spasial dan disajikan secara interaktif dengan aplikasi “Sistem Informasi Lahan”, sehingga dengan mudah pengguna atau pengambil kebijakan dapat mengakses informasi yang diperlukan atau diinginkan terkait potensi lahan pertanian di tiga wilayah kecamatan di Kabupaten Pinrang, yaitu: dimana penyebaran lokasi lahan potensial, bagaimana kondisi lahan dan kelas kesesuaiannya, serta berapa luas dan potensi keuntungannya dari segi ekonomi.
58
V.2 Saran - Hasil studi ini dapat dijadikan acuan dalam menyusun rencana tata ruang wilayah Kabupaten Pinrang terutama dalam merancang program pemanfaatan lahan pertanian yang optimal. - Aplikasi SIL yang dihasilkan dapat diterapkan pada daerah lain berdasarkan kondisi karakteristik lahan masing-masing wilayah.
59
DAFTAR PUSTAKA
Baja, S. 2012. Perencanaan Tata Guna Lahan dalam Pengembangan Wilayah. Penerbit ANDI, Yogyakarta. BAPPEDA & PM Kab. Pinrang. 2011. Pinrang Dalam Angka 2010. Pemerintah Kabupaten Pinrang, Pinrang FAO.
1976. “A Framework For Land Evaluation.” http://www.fao.org/docrep/X5310E/x5310e00.htm (diakses pada tanggal 9 Juni 2012)
Kadir A., 2007. Mudah Menjadi Programmer Delphi. Penerbit ANDI, Yogyakarta. Prahasta E., 2009. Sistem Informasi Geografis : Konsep-Konsep Dasar (Perspektif Geodesi & Geomatika). Informatika, Bandung. PUSLITBANG SDA. 2011. Penelitian dan Pembuatan Peta Karakteristik Lahan dan Zonasi Pengembangan Komoditi Kabupaten Pinrang. Lembaga Penelitian Universitas Hasanuddin, Makassar. Puntodewo A.,Dewi S., Tarigan J. 2003. Sistem Informasi Geografis Untuk Pengelolaan Sumberdaya Alam. Center for International Forestry Research, Jakarta. Ritung S., Wahyunto, Agus F., Hidayat H. 2007.Panduan Evaluasi Kesesuaian Lahan. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre, Bogor. Subari, Yuswanto. 2008. Panduan Lengkap Pemrograman Visual Basic 6.0. Cerdas Pustaka, Jakarta. Syarifuddin S. 2005. Pemanfaatan Script Avenue-SIG untuk Otomatisasi Analisis Kesesuaian Lahan Berbagai Komoditas Perkebunan dan Kehutanan. Skripsi. Program Studi Geofisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Makassar. Wahana Komputer. 2011. Microsoft Visual Basic 2010 & MySQL untuk Aplikasi Point of Sales. Penerbit ANDI, Yogyakarta.
60
LAMPIRAN
LAMPIRAN 27 Tabel Kode Karakteristik Lahan NO.
1
2
3
4
KARAKTERISTIK LAHAN KODE
KEMIRINGAN LERENG
KEDALAMAN TANAH
ELEVASI
KETERANGAN
100
0-8 %
200
8-15 %
300
15-25 %
400
25-40 %
500
>40 %
100
0 -25 cm
200
25 - 50 cm
300
51 - 75 cm
400
76 - 100 cm
500
101 -150 cm
600
> 150 cm
100
0 - 500 mdpl
200
500 - 800 mdpl
300
800 - 1500 mdpl
400
1500 - 2000 mdpl
500
>2000 mdpl
100
Sangat Cepat
200
Cepat
300
Sedang
400
Terhambat
500
Tergenang Ringan
600
Tergenang Berat
DRAINASE
5
6
7
TEKSTUR TANAH LAPISAN ATAS/BAWAH
NITROGEN
KELIMPAHAN BATUAN
100
Sandy Clay Loam
200
Silty Loam
300
Silty
400
Clay Loam
500
Silty Clay Loam
600
Sandy Loam
700
Loam
800
StrC
900
Loamy Sand
1000
Silty Clay
1100
Clay
1200
Sand
1300
Liat Masiv
1400
GrC
1500
Kerikil
1600
V
1700
Sandy Clay
1800
Loamy Clay
100
Sangat Rendah (<0.1)
200
Rendah (0.1-0.21)
300
Sedang (0.22-0.51)
400
Tinggi (0.52-0.75)
500
Sangat Tinggi (>0.75)
100
Tidak Berbatu (<3%)
200
Agak Berbatu (3-10%)
300
Berbatu (10-15%)
8
9
10
11
C-ORGANIK
KTK
pH TANAH LAPISAN ATAS/BAWAH
400
Sangat Berbatu (15-25%)
500
Amat Sangat Berbatu (25-50%)
600
Lahan Berbatu (>50%)
100
Sangat Rendah (<0.1)
200
Rendah (0.1-2.0)
300
Sedang (2.01-3.0)
400
Tinggi (3.01-5.0)
500
Sangat Tinggi (>5.0)
100
Sangat Rendah (<5)
200
Rendah (5-17)
300
Sedang (18-25)
400
Tinggi (26-40)
500
Sangat Tinggi (>40)
100
Sangat Masam (<4.5)
200
Masam Bawah (4.5-5.0)
300
Masam Atas (5.0-5.5)
400
Agak Masam Bawah (5.5-6.0)
500
Agak Masam Atas (6.0-6.5)
600
Netral Bawah (6.5-7.0)
700
Netral Atas (7.0-7.5)
800
Agak Alkalis Bawah (7.5-8.0)
900
Agak Alkalis Atas (8.0-8.5)
100
Tidak Salin (<2.0)
200
Sangat Agak Salin (2.1-3.0)
300
Agak Salin (3.1-4.0)
400
Salin (4.1-6.0)
SALINITAS
12
13
14
15
500
Sangat Salin (6.1-10.0)
600
Amat Sangat Salin (10.1-16.0)
700
Tidak Bergaram (>16.0)
100
Sangat Rendah (<0.8)
200
Rendah (0.8-1.0)
300
Sedang (1.01 -1.3)
400
Cukup Tinggi (1.31-1.40)
500
Tinggi (1.41-1.60)
600
Sangat Tinggi (>1.60)
100
Sangat Rendah (<0.1)
200
Rendah (0.1-0.15)
300
Sedang (0.16 -0.20)
400
Tinggi (0.21-0.25)
500
Sangat Tinggi (>0.25)
100
Sangat Rendah (<0.1)
200
Rendah (0.1-0.3)
300
Sedang (0.4 -0.6)
400
Tinggi (0.7-1.0)
500
Sangat Tinggi (>1.0)
100
Sangat Lambat (<5)
200
Lambat (5-20)
300
Sedang (21-64)
400
Agak Cepat (65-127)
500
Cepat (128-254)
600
Sangat Cepat (>254)
BULK DENSITY
KAT
KALIUM
KONDUKTIVITAS HIDROLIK (KS)