ANALISIS KARAKTER UTAMA DALAM NOVEL IF I STAY KARYA GYLE FORMAN
JURNAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan meraih gelar Sarjana Sastra
Oleh: KEZIA ELISABETH NOVITA PARUNTU 110912011
SASTRA INGGRIS
UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS ILMU BUDAYA MANADO 2016
ABSTRACT This research, entitled “Analisis Karakter Utama dalam Novel If I Stay Karya Gyle Forman”, is intended to give explanation about the main character namely Mia Hall as portrayed in the novel. The objectives of this research are to identify and analyze Mia Hall‟s character, using Stanton‟s theory. Stanton suggests the four specific ways on how to analyze a character: they are what the character says and thinks, what the character does, interactions among characters, and action. The methodology used consists of three phases namely; preparation, data collection, and data analysis. The data were taken from Gyle Forman‟s novel and analyzed using intrinsic approach to describe Mia Hall‟s character. The research findings show that Mia Hall‟s character is portrayed in the novel as being frustrated, panic, sad, hopeless, helpless, but at the same time she is full of love. All this is depicted through her expressions, action and dialogue, as well as their interaction among characters in the novel.
Keywords: Analysis main character,Gyle Forman, Mia Hall, Stanton.
LATAR BELAKANG Karya sastra memiliki dua fungsi yaitu menghibur dan mendidik. Hal yang menghibur memperkaya pemahaman manusia akan kehidupan, selain dapat memberikan kepuasan, kesenangan, menyentuh emosi pembaca, dan memberi kegembiraan atau kesedihan pada akhir cerita. Karya sastra tergolong sebagai media komunikasi, diekspresikan untuk mengungkapkan tentang suatu hal yang berhubungan dengan suatu masalah. Hal yang mendidik berfungsi untuk mengajarkan seseorang tentang kehidupan, dan pengalaman-pengalaman hidup dimana karya sastra tidak dapat dipisahkan dengan realita kehidupan. Dalam Theory of Literature, Wellek dan Warren menyatakan “Literature represents life in large measure, a social reality and the real world are also an object of imitation literature.” Hal ini berarti Sastra mewakili kehidupan dalam ukuran besar, sebuah realitas sosial, dan dunia nyata juga merupakan objek imitasi sastra. Jadi, sebenarnya novel
tidak hanya memberikan hiburan semata kepada para pembaca tetapi juga berfungsi sebagai pembelajaran manusia tentang nilai-nilai kehidupan dari tokoh-tokoh yang ada dalam novel tersebut. Selain itu, pembaca dapat mengambil pesan-pesan moral dari apa yang dialami tokoh dalam novel sebagai pemahaman tentang kehidupan manusia. Karakteristik mengacu pada karakter dan gaya hidup seseorang serta nilai-nilai yang berkembang secara teratur sehinggah tingkah laku menjadi konsisten dan mudah di perhatikan. Karakteristik diungkapkan oleh bagaimana karakter merespon konflik lewat percakapan dan melalui keterangan (Study.com/academy/lesson/character). Tokoh atau karakter merupakan wujud atau rupa dari tokoh itu sendiri. Karakter dapat berupa statis, menunjukkan sedikit perubahan atau dinamis, yang secara signifikan dipengaruhi oleh narasi. Dengan demikian, karakter memiliki kekuatan untuk mendominasi keseluruhan cerita.. Gyle Forman memberikan judul If I Stay untuk membuat pembaca bertanya-tanya tentang hal apa yang akan terjadi di kehidupan Mia selanjutnya jika dia memutuskan untuk tetap tinggal dan bertahan hidup, apakah kehidupannya akan kembali normal seperti sebelumnya atau sebaliknya dia harus menderita dengan semua hal yang terjadi kepadanya saat itu, dan dalam penelitian ini penulis ingin membahas lebih lanjut tentang karakter utama yaitu Mia Hall. If I Stay adalah novel karya Gyle Forman diterbitkan pada tahun 2009 dan merupakan novel ketiga dari delapan novel yang dia tulis. Karakter mengacu pada dua hal yaitu bentuk wujud dan sifat atau ciri-ciri seseorang. Karakter dan tindakan tokoh di dalam novel keduanya memiliki unsur yang sangat penting. Dalam novel If I Stay, ada beberapa karakter, yaitu, Mia Hall sebagai karakter utama, Adam Wilde (pacar Mia), Kat Hall dan Denny Hall (orang tua Mia), Teddy (adik Mia), Kim Schein, Gran dan Gramps, Willow, Liz dan Fitzy. Mia sebagai karakter utama mampu mempengaruhi pembaca untuk masuk ke dalam kehidupannya dan merasakan apa yang dia rasakan dengan mencucurkan air mata. Ini adalah cerita yang sangat emosional. Novel ini secara bersamaan tragis tapi penuh harapan, romantis, mendebarkan, dan berakhir dengan cerita menggembirakan tentang kenangan, musik, kehidupan, dan kasih sayang.
Mia Hall adalah tokoh utama di dalam novel yang paling sering diceritakan. Mia Hall seorang gadis cantik berusia tujuh belas tahun yang mencintai musik, pendiam dan penuh kasih sayang tapi secara bersamaan terlihat tegar dan rapuh. Untuk menganalisis sifat tokoh utama dalam novel sangat penting jika pembaca mengikuti alur cerita karena lewat itu pembaca dapat mengikuti pergerakan tokoh utama. Mia Hall memiliki segalanya: penampilan yang indah, keluarga yang penuh kehangatan, pacar yang memujanya, dan masa depan sekolah musik yang cerah dan penuh pilihan. Namun, dalam sekejap hampir semuanya itu diambil darinya. Mia Hall terjebak dalam keputusan yang paling sulit yang pernah dihadapi dalam hidupnya antara mengejar mimpinya di sekolah musik terkenal Juilliard atau hidup bersama cinta dalam hidupnya, Adam Wilde. Tapi kecelakaan tragis itu mengubah segalanya,dan sekarang dia terjebak di antara hidup dan mati, antara masa lalu yang
bahagia dan masa depan yang belum
diketahui. Mia Hall menghabiskan satu hari untuk merenungkan keputusan terpenting dalam hidupnya yang harus dia buat. (Gyle, Forman.If I Stay. The New York Times, Bestseller. Books) Penulis memilih topik ini karena tokoh utama dalam cerita ini sangat menginspirasi. Pada pertama kali membaca novel ini, penulis sangat tertarik dengan karakter utama, Mia Hall. Dia memiliki karakter yang sangat menarik. Dia mampu membawa pembaca ke dalam semua kejadian dan perubahan yang terjadi dalam kehidupannya. Itulah sebabnya novel ini menarik untuk dibahas terutama tentang karakter utamanya. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah, sebagai berikut: Bagaimana karakter Mia Hall digambarkan dalam novel If I Stay karya Gyle Forman. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakter Mia Hall seperti yang digambarkan dalam novel. Landasan Teori Penulis akan menggunakan pendekatan intrinsik menggunakan teori dari Robert Stanton tentang menganalisis sebuah karakter dalam bukunya Introduction to Fiction yang
mengatakan “The term character’ is commonly used in designates the individuals who appear in the story it favers to the mixture of interest, desires, emotion and moral principles that makes up each individuals” (1965:18). Hal tersebut berarti watak dalam karya sastra merupakan perwujudan perilaku manusia yang menentukan perkataan, tingkah laku, percakapan dan tindakan sebuah tokoh dan untuk menganalisis tokoh Mia Hall penulis menggunakan beberapa tahap diatas yang diambil dari pernyataan Stanton tentang bagaimana menganalisis sebuah tokoh yang terdiri dari: 1. Perkataan tokoh. 2. Tingkah laku tokoh, 3. Percakapan antar tokoh, 4. Tindakan tokoh Dalam menggambarkan perkembangan karakter, sangat penting untuk memahami bagaimana tindakan dan sikap karakter diubah atau dikembangkan. Metodologi Penelitian Penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif dengan langkah-langkah berikut: 1. Persiapan Membaca seluruh novel If I Stay untuk mendapatkan pemahaman yang menyeluruh serta informasi yang lengkap dan membaca beberapa penelitian yang berhubungan dengan judul sebagai informasi pendukung. 2. Pengumpulan Data Mengutip perkataan dan percakapan tokoh-tokoh dalam novel If I Stay untuk mendapatkan keterangan untuk dijadikan bahan kajian dalam menganalisis tokoh utama, mengidentifikasi tokoh-tokoh yang ada dan memusatkan perhatian pada tokoh utama dan mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh tokoh utama khususnya ketika Mia Hall putus asa, tak berdaya, kesepian, frustrasi dan sulit untuk berkomunikasi. 3. Analisis Data Data dianalisis secara intrinsik dengan membaca novel If I Stay versi Bahasa Indonesia untuk mendapatkan terjemahan yang lebih akurat. Pendekatan intrinsik
digunakan untuk mendeskripsikan dan menganalisis salah satu unsur intrinsik yaitu tokoh, oleh karenanya penulis menggunakan tahapan dari Stanton. Hasil dan Pembahasan Memahami sebuah karya sastra, berarti memahami pula unsur-unsur yang penting di dalamnya. Salah satu unsur penting dalam karya sastra yaitu karakter, melalui karakter pembaca dapat memahami tindakan, pemikiran dan percakapan yang dieksplorasi oleh karakter. Lebih jauh lagi pembaca dibawa untuk dapat memahami situasi, perasaan dan masalah yang dihadapi dalam sebuah cerita. Hal tersebut seperti diungkapkan oleh Robert Stanton dalam bukunya An Introduction to Fiction, bahwa dalam karya sastra, karakter merupakan suatu perwujudan umum tentang perilaku manusia yang menentukan pikiran, perkataan dan perbuatan yang berasal dari dalam diri manusia yang diekspresikan melalui aksi, dialog dan komentar. Menurutnya hal yang paling penting untuk mendapatkan fakta dari semua karakter adalah perkataan tokoh dan tindakan tokoh begitu pula dalam sebuah karya fiksi setiap percakapan, setiap tindakan bukan hanya sebuah bagian dari plot tetapi adalah perwujudan sebuah karakter (Robert Stanton 1965:18). Dalam novel If I Stay, Gyle Forman menceritakan tetang kehidupan Mia Hall, yang memiliki kehidupan yang hampir sempurna. Kemudian, dalam sekejap, semua itu terenggut darinya. Ia mengalami kecelakaan dan menyebabkan seluruh anggota keluarganya meninggal, dialah satu-satunya yang hidup tetapi terbaring koma di rumah sakit. Rohnya berkelana dan dapat melihat segala hal yang terjadi di sekelilingnya tetapi tak bisa menyentuh apapun, hal itulah yang menyebabkannya sulit untuk berkomunikasi. Terjebak di antara hidup dan mati, antara masa lalu yang indah dan masa depan yang tidak pasti, ia harus menentukan pilihannya, keputusan terpenting yang harus dibuatnya, antara hidup dan mati. Penulis menganalisis karakter Mia Hall dalam bab ini dengan memusatkan pada teori analisis karakter yang dijabarkan oleh Robert Stanton dalam bukunya An Introduction to Fiction, yakni tentang bagian paling penting dari karakter terdiri empat bagian yaitu: Perkataan tokoh, Tingkah laku tokoh, Percakapan tokoh dan Tindakan tokoh. Perkataan Tokoh
Tokoh Mia Hall dalam novel If I Stay diceritakan sebagai sorang gadis muda cantik berusia tujuh belas tahun, bersahabat, mencintai musik terutama cello, pendiam dan penuh kasih sayang tapi sejak kecelakaan yang merenggut nyawa keluarganya dia berubah menjadi gadis yang frustrasi, gampang panik, menyedihkan, putus asa, penyayang, tak berdaya, sulit berkomunikasi serta rendah diri. Roh nya keluar dari dalam tubuhnya dan mengembara. Dia bisa melihat hal apapun yang terjadi di sekelilingnya, bisa menyentuhnya tapi tidak bisa merasakannya. Melalui kutipan-kutipan perkataan tokoh di bawah ini penulis ingin memaparkan keadaan tokoh seperti yang disebutkan di atas. Roh Mia Hall berjalan kembali ke tempat dia memulai di ruangan ICU, mencari tempat yang sunyi, duduk sepanjang waktu, terlalu letih untuk bergerak sambil merenungkan semua yang terjadi kepadanya, tentang dia dan keluarga bahagianya yang sebelumnya hanya berniat melakukan perjalanan ke rumah Henry dan Willow untuk melihat bayi mereka, tapi mengapa keadaanya bisa berakhir separah ini, Mia Hall menjadi sangat frustrasi. “I wish I could go to sleep. I wish there was some kind of anesthesia for me,or at least something to make the world shut up. I want to be like my body, quiet and lifeless, putty in someone else‟s hands. I don‟t have the energy for this decision. I don‟t want this anymore. I say it out loud. I don‟t want this. I realize now that dying is easy. Living is hard.” (Forman 1970:174). (Aku berharap bisa tidur. Aku berharap ada sejenis obat bius untukku, atau setidaknya sesuatu yang bisa membuat dunia menutup di sekelilingku. Aku ingin menjadi seperti tubuhku, diam dan tak bereaksi, pasrah di tangan seseorang. Aku tidak memiliki kekuatan untuk
menentukan pilihan.
Aku
tidak
menginginkan ini
lagi.
Aku
mengucapkannya keras-keras.Aku tidak menginginkan ini. Aku sadar sekarang baha meninggal itu mudah sekali. Hiduplah yang sulit). (Forman 1970:174). Mia Hall hampir menyerah dengan keadaannya. Dia merasa tidak berdaya dengan wujudnya yang hanya berbentuk seperti bayangan dan merasa frustrasi karena sulit untuk berkomunikasi. Dia tahu semua yang terjadi pada dirinya tidak masuk akal.
“By now I‟ve figured out that I don‟t have any supernatural abilities. I can‟t float through walls or dive down stairwells. I can only do the things I‟d be able do in real life, except that apparently what I do in my world is invisible to everyone else. At least that seems to be the case because no one looks twice when I open doors or hit the elevator button. I can touch things, even manipulate door handles and the like, but I can‟t really feel anything or anybody. (Forman 1970:117). (Sekarang aku tahu bahwa aku tidak memiliki kemampuan supernatural. Aku tidak bisa melayang menembus tembok atau meluncur kebawah menembus tangga. Aku hanya bisa melakukan hal-hal yang biasa kulakukan dalam kehidupan nyata, kecuali tampaknya apa yang ku lakukan di dunia sekarang tidak kasatmatabagi orang lain. Setidaknya begitulah yang terjadi karena tidak ada orang yang menoleh waktu aku membuka pintu atau menekan tombol elevator. Aku bisa menyentuh benda-benda, bahkan menggerakkan gagang pintu dan sejenisnya, tapi aku tidak bisa benar-benar merasakan apa-apa atau orang lain) (Forman 1970:117). “Am I dead. I actually have to ask to myself this. Am I dead?” (Forman 1970:19) (Apakah aku sudah mati. Aku sungguh-sungguh perlu menanyakan itu pada diriku. Apakah aku sudah mati?) (Forman 1970:19). Mia Hall melihat mobil yang ditumpangi keluarganya sudah seperti kerangka besi, tanpa bangku, tanpa penumpang. Yang artinya semua keluarganya terlempar keluar seperti dirinya dan dia mulai mencari keluarganya. “I need to find Teddy! Where is he? I spin around, suddenly frantic, like the time I lost him for ten minutes at the grocery store. I run back toward the ditch where I came from and I see a hand sticking out. “Teddy! I‟m right here!” I call. “Reach up. I‟ll pull you out. I edge closer and now I know that‟s not Teddy lying there. It‟s me. The blood from my chest has speed through my shirt, skirt, and sweater, and is now pooling like paint drops on the virgins snow. One of my legs is askew, the skin and muscle peeled away so that I can see white streaks of bone. My eyes are closed and my dark brown hair is wet and rusty with blood. (Forman 1970:17-18).
(Aku harus menemukan Teddy! Di mana dia? Aku memutar tubuh, tiba-tiba kalut, seperti ketika aku kehilangan adikku itu selama sepuluh menit di toko bahan pangan. Aku berlari kembali ke parit tempatku datang tadi dan melihat ada tangan mencuat. “Teddy aku disini!‟ Aku berseru. “Raih ke atas. Aku akan menarikmu.” Aku beringsut mendekat dan tahu sekarang bahwa bukan Teddy yang berbaring di sana. Tapi aku. Darah dari dadaku merembes ke kaus, rok, sweter, dan sekarang menggenang seperti tumpahan cat pada salju. Salah satu kakiku terpuntir, dan kulit serta otot mengelupas sehingga aku bisa melihat putihnya tulang. Mataku terpejam, dan rambutku yang coklat gelap basah serta berwarna seperti karat karena darah). (Forman 1970:17-18). Keadaan Mia Hall yang panik akibat melihat keadaan dirinya yang sekarat menjadi semakin parah ketika mengetahui keadaan kedua orangtuanya. “Dad,” I call, but as I walk toward him, the pavement grows slick and there are gray chunks of what looks like cauliflower. I know what I‟m seeing right away but it somehow does not immediately connect back to my father. Pieces of my father‟s brain are on the asphalt. But his pipe is in his left breast pocket. I find Mom next. There‟s almost no blood on her, but her lips are already blue and the whites her eyes are completely red” (Forman 1970:16-17). (Dad,” panggilku, tapi ketika aku melangkah menghampirinya, trotoar menjadi licin dan tampak potongan-potongan kelabu yang kelihatan seperti kembang kol. Aku segera tahu apa yang kulihat, tapi entah mengapa tidak segera kuhubungkan dengan ayahku. Potong-potongan otak ayahku bertebaran di aspal. Tapi pipanya ada di saku kiri jaket. Kemudian aku menemukan Mom. Hampir tidak ada darah di tubuhnya, tapi bibirnya membiru, dan bagian putih matanya menjadi merah). (Forman 1970:16-17). Tingkah Laku Tokoh Pada tahap ini penulis mengutip teori Edgar Roberts yang menyatakan “Character in literature is an extended verbal representation of human being, specially the innerself that determines thought, speech and behavior” (1983:54). Tingkah laku tokoh Mia Hall yang mudah panik sudah ada sejak dia kecil ketika pertama kali mengikuti resital.
Standing backstage, listening to other kids play scratch violin and clunky piano compositions, I‟d almost chickened out. I‟d run to the stage door and huddled on the stoop outside, hyperventilating into my hands. (Forman 1970:24). (Saat berdiri di belakang panggung, mendengarkan anak-anak lain memainkan biola dengan mendecit dan piano dengan tersendat-sendat, aku ketakutan. Aku berlari ketakutan dari pintu panggung dan berjongkok di seraambi luar, mengembuskan dan menarik napas dengan cepat ke tangkupan tanganku). (Forman 1970:24). Percakapan Antar Tokoh Menurut Burhan Nurgiyantoro dalam bukunya Teori Pengkajian Fiksi bentuk percakapan dalam sebuah karya fiksi, khususnya novel, umumnya cukup banyak, baik percakapan yang pendek maupun yang (agak) panjang. Tidak semua percakapan, memang mencerminkan kedirian tokoh, atau paling tidak, tidak mudah untuk menafsirkannya sebagai demikian. (1995:201). Melalui pernyataan tersebut, penulis mengutip percakapan Mia Hall dengan tokoh yang lain yang mencerminkan kedirian tokoh pelakunya. Kutipan percakapan Mia Hall dengan Kim Schein di bawah ini dapat menggambarkan sifat Mia Hall yang menghargai persahabatan mereka walaupun pada dasarnya Mia Hall merupakan orang yang pendiam dan suka menyimpan masalahnya sendiri dia mau membagi rahasianya pada Kim Schein. I was about to give her my whole one kiss not equaling a relationship spiel and to explain that I didn‟t want to blow it out of proportion, but I stopped myself. “I was afraid you‟d be mad at me,” I admitted. “I‟m not,” Kom said. “But I will be if you ever lie to me again.” “Okay,” I said. “Or if you turn into one of those girlfriends, always ponying around after her boyfriend, and speaking in the first person plural. „We love the winter. We think Velvet Underground is seminal.‟” “You know I wouldn‟t rock-talk to you. First person singular or plural. I promise.” “Good,” Kim replied. “Because if you turn into one og those girls, I‟ll shoot you.” „If I turn into one of those girls, I‟ll hand you the gun.” Kim laughed for real at that, and the tension was broken. She popped a hunk of pie into her mouth. “How did you parents take it?” “Dad went through the five phases of grieving, denial, anger, acceptance, whatever in like one day. I think he was more
freaked out that he is old enough to have a doughter who has aboyfriend.” I paused, took a sip of my coffee, letting the word boyfriend rest out in the air. “And he claims he can‟t believe that I‟m dating a musician.” “You are musician,” Kim reminded me. “You know, a punk, pop musician.” “Shooting Star is emo-core,” Kim corrected. Unlike me, she cared about the myriad pop musical distinctions: punk, indie, alternative, hard-core, emo-core. “It‟s mostly hot air, you know, part of his whole bow tie Dad thing. I think Dad likes Adam. He met him when he picked me up for the concert. Now he wants me to bring hom over for dinner, but it‟s only been a week. I‟m not quite ready for a meet the folks moment yet.” “I don‟t think I‟ll ever be ready for that.” Kim shuddered at the tought of it. “What about your mom?” “She offered to take me to Planned Parenthood to get the Pill and told me to make Adam get tested for various diseases. In the meantime, she ordered me to buy condoms now. She even give me ten bucks to start my supply.” “Have you?” Kim gasped. “No, it‟s only been a week,” I said. “We‟re still in the same group on that one.” “For now,” Kim said. (Forman 1970:111-113). (Aku akan memberi alasan bahwa satu ciuman tidak akan berarti ada hubungan dan menjelaskan bahwa aku tidak ingin membesar-besarkan masalah, tapi aku menghentikan diri. “Aku takut kau marah,” aku mengakui. “Aku tidak marah,” kata Kim. “Tapi aku akan marah kalau kau berbohong lagi.” “Oke,” sahutku. “Atau jika kau berubah jadi cewek yang selalu menempel pada cowoknya, dan bicara menggunakan kata ganti pertama orang jamak. „Kami suka sekali musim dingin. Kami menganggap Velvet Underground seminal.‟” “Kau tau aku tidak akan bicara dalam bahas rock padamu. Menggunakan kata ganti pertama orang tunggal atau jamak. Janji.” “Bagus,” sahut Kim. “Karena kalau kau berubah jadi cewek seperti itu, aku akan menembakmu.” “Kalau aku berubah jadi cewek seperti itu, aku yang akan memberimu senapannya.” Kim terbahak-bahak mendengarnya, dan ketegangan pun mencair. Dia memasukkan sepotong besar pai ke mulut. “Bagaimana reaksi orangtuamu?” “Dad memasuki lima fase berkabung, penolakan, kemarahan, penerimaan, entah apa lagi dalam satu hari. Kurasa dia lebih panik menghadapi kenyataan dia sudah cukup tua untuk menghadapi anak yang punya pacar.”Aku berhenti sejenak. Menyesap kopi, membiarkan kata pacar mengambang di udara. “Dan dia mengaku tidak
percaya aku mengencani musisi.” “Kau kan musisi,” Kim mengingatkan. “Kau tahu, musisi punk, rock.” “Shooting Star itu emo-core,” Kim mengoreksi. Tidak seperti aku, dia perduli kepada pembagian berbagai jenis music pop: punk, indie, alternative, hard-core, emo-core. “Dad Cuma asal bicara, kau tahu bagian dari perannya sebagai ayah yang berdasi kupukupu. Kurasa Dad menyukai Adam. Mereka bertemu ketika Adam menjemputku menonton konser. Sekarang Dad ingin aku mengajak Adam kerumah untuk makan malam, tapi hubungan kami kan baru seminggu. Aku belum siap untuk acara bertemu orangtua.” “Ku rasa aku takkan pernah siap.” Kim bergidik membayangkannya. Bagaimana dengan ibumu?” “Mom menawarkan diri untuk mengantarku ke pusat kesehatan dan menyuruhku meminta Adam dites terhadap berbagai penyakit. Sementara itu, Mom menyuruhku berhatihati pacaran. Dia bahkan memberiku sepuluh dolar untuk berjaga-jaga.” “Dan kau menggunakannya?” Kim terkesiap. “Tidak, hubungan kami baru seminggu,” kataku. “Kita masih berada di kategori yang sama untuk urusan itu.” “Untuk sementara ini,” balas Kim). (Forman 1970:111-113). Kim Schein tahu Mia Hall merupakan orang yang tidak biasa menceritakan hubungan percintaannya kepada siapapun termasuk kepada dirinya sendiri. Hal itu membuat Kim Schein berpikir bahwa Mia Hall menganggap persahabatan mereka begitu berharga dengan mau berbagi. Tindakan Tokoh Pada tahap akhir ini penulis ingin menunjukkan tindakan tokoh Utama Mia Hall yang bersifat non verbal (bukan lisan) yang nyata yang dapat dilihat secara fisik dari setiap tindakan tokoh berdasarkan penceritaan dalam novel If I Stay. Jika sebelumnya penulis membahas tentang tindakan verbal (lisan) yang berwujud pada kata-kata para tokoh pada tahap ini penulis akan menunjukkan tindakan yang dilakukan tokoh Mia Hall melalui penceritaan dalam novel melalui kutipan dibawah ini. And suddenly I just need to hold his hand more than I‟ve ever needed anything in this world. Not just be held by it, but hold it back. I aim every remaining ounce of energy into my right hand. I‟m weak, and this is so hard. It‟s the hardest thing I will ever have to do. I summon all the love I have ever felt, I summon all the strength that Gran and Gramps
and Kim and the nurses and Willow have given me. I summon all the breath that Mom, Dad, and Teddy would fill me with if they could. I summon my own strength, focus it like a laser beam into the fingers and palm of my right hand. I picture my hand stroking Teddy‟s hair, grasping a bow poised above my cello, interlaced with Adam‟s. And then I squeeze. I slump back, spent, unsure of wetheer I just did what I did. Of what it means. If it registered. If it matters. But then I feel Adam‟s grip tighten, so that the grasp of his hand feels like it is holding my entire body. Like it could lift me up right out this bed. And then I hear the sharp intake of his breath followed by the sound of his voice. It‟s the first time today I can truly hear him. “Mia?” he asks. (Forman 1970:234). (Dan mendadak saja aku merasa butuh menggenggam tangannya lebih daripada apa pun di dunia ini. Bukan hanya digenggam, tapi juga menggenggamnya. Aku mengarahkan seluruh sisa kekuatan ke tangan kananku. Aku lemah, dan ini begitu sulit. Ini hal tersulit yang akan pernah kulakukan. Aku menghimpun seluruh cinta yang pernah kurasakan, aku menghimpun seluruh kekuatan yang diberikan Gran, Gramps, Kim, para perawat, dan Willow kepadaku. Aku menghimpun seluruh napas yang akan diberikan Mom, Dad, dam Teddy padaku jika mereka bisa. Aku menghimpun seluruh kekuatanku sendiri, memfokuskannya seperti laser ke jemari dan telapak tangan kananku. Aku membayangkan tanganku mengeelus-elus rambut Teddy, mencengkram busur di atas celloku, menjalin jemari dengan tangan Adam. Kemudian aku meremas. Aku lemas kembali, letih, tidak yakin apakah aku berhasil melakukannya. Tidak paham apa artinya. Apakah maksudku tersampaikan. Apakah berarti. Tapi kemudian cengkraman Adam mengeras, sehingga genggaman tangannya terasa seperti memeluk seluruh tubuhku. Seakan bisa mengangkatku sampai bisa berdiri dari tempat tidur ini. Kemudian aku mendengar napasnya tersentak keras, diikuti suaranya. Inilah pertama kalinya aku bisa benar-benar mendengarnya. “Mia?” dia bertanya). (Forman 1970:234). Tindakan yang dilakukan Mia Hall dengan membalas genggaman Adam Wilde secara jelas menandakan bahwa dia telah sadar sepenuhnya dari koma yang membuatnya tak berdaya dan tak bisa melakukan apapun. Meskipun dia rapuh tapi dia
berjuang
mengerahkan semua sisa kekuatannya. Rohnya telah kembali ke dalam tubuhnya dan untuk pertama kalinya dia benar-benar bisa merasakan dan mendengar sesuatu secara nyata. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dengan ini penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: Melalui tokoh Mia Hall dalam novel If I Stay, Gyle Forman menggambarkan kehidupan tokoh Mia Hall sebagai seorang gadis berusia tujuh belas tahun yang frustrasi, gampang panik, menyedihkan, putus asa, penyayang, tak berdaya, sulit berkomunikasi, serta rendah diri. Melalui analisis karakter, tokoh Mia Hall dapat digambarkan sebagai gadis remaja yang mencintai musik terutama cello dan mencintai orang-orang yang dekat dengannya, memiliki hati yang lembut serta menghargai persahabatan karena mau membagi persoalan kepada temannya disamping itu juga dia merupakan seorang gadis yang pendiam, frustrasi, mudah panik, menyedihkan, tidak berdaya, tegar sekaligus rapuh dan sulit untuk berkomunikasi. Hidup bisa menjadi sangat keras dan tidak adil dan terkadang menyakitkan tapi tidak peduli sekeras apapun itu, jangan pernah menyerah, jangan berhenti berjuang dan tetap menatap kedepan. Karena kematian bukanlah akhir dari segalanya. Saran Saran-saran yang bisa disampaikan sehubungan dengan penelitian tentang karya ini sebagai berikut, dalam penelitian ini, penulis hanya membahas karakter utama dari Mia Hall, sehingga masih banyak tema-tema menarik lainnya yang penting untuk diteliti. Antara lain, konflik, kekuatan keluarga, persahabatan dsb. Oleh karena itu, penulis menyarankan pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Sastra Inggris, terutama bagi para mahasiswa yang mengambil Jurusan Kesusasteraan agar bisa membahas novel ini lebih lanjut lagi.. Melalui karya sastra banyak manfaat dan hikmah yang dapat kita peroleh sebagai pembelajaran bagi kita manusia sebagai makhluk individu mupun makhluk sosial untuk lebih bijaksana dalam menghadapi kenyataan hidup apapun itu.
DAFTAR PUSTAKA
Definisi Karakter. Available at: www.Study.com/academy/lesson/character. Retrived pada november 10, 2015. Doringin 2004, "Tujuh Tokoh Utama hearts Tujuh Cerita Pendek" karya Sherwood Anderson. Skripsi. Manado: Fakultas Sastra. Unsrat. Forman, Gyle. 2013. If I Stay. The New York Times Bestseller. Book. SPEAK. Winter portrait photo. Brooke Pennington. Forman, Gyle. 2013. If I Stay. Jika Aku Tetap Disini. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta 10270. Poppy D. Chusfani. Genre
Definition.
Available
at:
Ed.gov.nl.ca/English/Biblio46.
Retrived
pada
november10,2015. If I Stay Study Guide Description. Available at : Books.Genres.com. retrived on novembre 27,2015. Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Stanton, Roberts. 1965. An Introduction to Fiction. New York : Holt, Rinehart and Winston. Sadjab 2007, "Kekuatan Scarlett O'Harra dalam Novel Gone With The Wind karya Margaret Mitchell”. Skripsi. Manado. Fakultas Sastra. Unsrat. Simendang, Kakondo, 2012, "Analisis Tokoh Utama Dalam Novel Silas Marner" karya George Eliot. Skripsi. Manado. Fakultas Sastra. Unsrat. Stevanus, Rumans, 2008, “Analisis Tokoh Utama Don Vito Corleone dalam Novel The Godfather karya Mario Puzzo”. Skripsi. Manado. Fakultas Sastra. Unsrat. Wellek Renne & Austin Warren. 1949. Theory of Literature. London : J.Cape. Retrived Wikipedia.org/wiki/Gyleforman. Retrived pada novembre 10,2015.