ANALISIS KAPASITAS BANJIR KANAL MARANSI DALAM UPAYA PENGENDALIAN BANJIR KOTA PADANG Karsono, Yurisman, Lusi Utama Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta email:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Salah satu permasalahan Kota Padang saat ini adalah ancaman bencana banjir. Banjir Kanal Maransi merupakan salah satu bangunan drainase yang mampu menampung dan mengalirkan debit banjir. Kawasan Maransi dan Aie Pacah adalah salah satu daerah rawan banjir di Kota Padang. Pengendalian banjir kawasan Maransi, Aie Pacah dan sekitarnya sedang dilakukan pembangunan banjir kanal maransi dengan luas catchman area 17,13km2. Hal ini perlu dianalisis untuk mengetahui kemampuan Banjir Kanal Maransi dalam menampung debit banjir maksimal. Data-data yang diperoleh adalah dari stasiun curah hujan setempat, instansi terkait, observasi lapangan, literature dan konsultasi dengan pihak terkait. Perhitungan curah hujan rencana menggunakan data curah hujan 10 tahun terakhir dengan metode Gumbel, Hasper, Wedwen. Debit banjir rencana menggunakan metode Rasional dengan periode ulang 5 tahunan didapatkan debit 383m3/detik. Dari debit banjir maksimal rencana maka dimensi banjir kanal diperoleh luas penampang 88m2, keliling 29,31m, jari-jari hidrolis 3,00m, kecepatan 4,60m/detik. Dari dimensi hasil analisis kemudian dibandingkan dengan dimensi banjir kanal existing maka diperoleh prosentase debit yang dapat ditampung adalah 81%. Untuk mencapai kemampuan 100% dalam menampung debit banjir maksimal, maka tanggul Banjir Kanal Maransi harus ditambah ketinggian 55cm. Pembangunan Banjir Kanal Maransi ini juga disesuaikan dengan Kajian Study Report On Padang Area Flood Control Project, JICA (Japan International Cooperation Agency), Desember 1983. kata kunci : padang, banjir, curah hujan, debit, banjir kanal maransi
Pembimbing I
Pembimbing II
CAPACITY ANALYSIS OF MARANSI FLOOD CANAL IN EFFORTS OF FLOOD CONTROL IN PADANG CITY Karsono, Yurisman, Lusi Utama Department of Civil Engineering, Faculty of Civil Engineering and Planning Bung Hatta University email:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstract One of the problems Padang City currently is the threat of floods. Maransi flood canal is a one of drainage building which can accommodate and drain the flood discharge. Maransi region and Aie Pacah is one of the flood-prone areas in the Padang City. Maransi regional flood control, Aie Pacah and surrounding area are being made with the construction of the vast maransi flood canal with catchman area 17,13 km2. This needs to be analyzed to determine the ability of the Maransi flood canal to accommodate maximum flood discharge. The data obtained from the local rainfall stations, agencies, field observations, literature and consultation with relevant parties. Rainfall estimates using rainfall data at last 10 years and using the method of Gumbel, Hasper, Wedwen. The calculation of flood discharge plan using the Rational method with 5 year annual return period for discharge is obtained 383 m3/sec. From maximum flood discharge plan, flood canal dimensions are obtained with wet sectional area 88m2, wet circumference 29,31m, Fingers Hydraulic 3,00m, speed 4,60m/sec. From dimensional analysis results are then compared with the dimensions of the existing flood canal known to percentage of discharge that can be accommodated is 81%. To reach the 100% capability to accommodate the maximum flood discharge the flood canal banks must be added height 55cm. Maransi flood canal development is was also adjusted to the Study Report On Padang Area Flood Control Project, JICA (Japan International Cooperation Agency), December 1983. keywords: padang, flood, rainfall, discharge, maransi flood canal
Supervisor I
Dr. Ir. Yurisman, MT
Supervisor II
Ir. Lusi Utama, MT
sungai Batang Luruih dan sisi hilir
PENDAHULUAN Salah satu permasalahan Kota
Sungai Batang Belmbing (S. Sapih).
Padang saai ini adalah ancaman bencana banjir.
Ancaman
dipengaruhi
oleh
bencana kondisi
Analisis
banjir
kemampuan
geografis,
mempunyai
Kapasitas Banjir tujuan
atau
Kanal
ini
untuk
dapat
curah hujan dan tata guna lahan di suatu
mengetahui kemampuan Banjir Kanal
daerah. Drainase merupakan sistem yang
Maransi (existing) dalam mengalirkan
dibuat
debit banjir maksimal rencana.
untuk
menangani
persoalan
genangan air. Secara umum sistem drainase
didefinisikan
BATASAN MASALAH
sebagai
Analisis Kapasitas Banjir Kanal
serangkaian bangunan air yang berfungsi
Maransi yang ditinjau adalah dimensi
untuk
dan debit penampang Banjir Kanal
mengurangi
kelebihan
air
atau
membuang
permukaan
di
suatu
kawasan.
data lapangan terdapat beberapa batasan-
Banjir Kanal merupakan suatu bangunan
Maransi. Dimana dalam menganalisis
drainase
yang
mampu
batasan masalah yang terdiri dari : 1)
Analisis
lokasi
daerah
studi
curah
hujan
yang
menampung kapasitas dan debit banjir
termasuk
dalam jumlah besar. Maransi dan Aie
berpengaruh terhadap lokasi studi.
Pacah adalah salah satu daerah rawan
2)
Analisis
Hidrologi
dengan
banjir, yang saat ini menjadi pusat
menghitung curah hujan maksimal
pemerintahan
rencana dan debit banjir maksimal
Kota
Padang.
Pengendalian banjir kawasan Maransi, Aie
Pacah
dan
sekitarnya
sedang
dilakukan pembangunan Banjir Kanal Maransi sepanjang 2240 m dengan hulu
rencana dengan berbagai metode. 3)
Analisis Dimensi dengan dasar debit banjir maksimal rencana.
4)
Mengidentifikasi
permasalahan
banjir terhadap kajian studi JICA tahun
1983,
pengendalian
serta
program
banjir
secara
Dengan menggunakan data dari 2 stasiun CH selama 10 tahun (20022011), seperti terlampir dalam tabel berikut :
komprehensif di Kota Padang.
Data Curah Hujan Tahunan ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Maksimum
Analisa Hidrologi Dasar Data curah hujan menggunakan data curah hujan pada Sta Curah Hujan (CH) Gn Sarik dan Stasiun CH BMG Tabing.
Data
curah
hujan
yang
dikumpulkan adalah selama 10 tahun terakhir.
ran si
A.
La re h
Peta Daerah Pengaruh Stasiun Hujan berdasarkan PoliginThiesen ng da ga bu ka Si
(Sumber data :PSDA Sumbar &
Bt
Ma
S.
BMG Wil I Sumbar tahun 2002 – 2011 )
ng S. Belimbi S. Sapih
B.
Ku
Legenda: ra nj i
STA GUNUNG NAGO
Sungai
STA KOMPLEK PU
Perhitungan Curah Hujan Rata-rata
Batas DAS
Samudera Indonesia
Garis pantai
SKALA:
dengan Metoda Aljabar
Stasiun Hujan
Metode Peta Daerah Pengaruh Stasiun Hujan Berdasarkan Poligon Thiesen
Untuk perhitungan curah hujan digunakan
dengan
Aljabar dan metode Thiessen.
perhitungan
curah hujan maksimum rata-rata dari stasiun curah hujan yang terdapat pada
Perhitungan Curah Hujan Rata-rata
rata-rata
Aljabar
tabel 4.3.1, adalah : Rumus : X
metode
X
X1
X 2 .....X 4 3
288 229 2
= 258.50
Koefisien daerah :
Tabel Curah Hujan Maksimum Rata-rata Metode Aljabar
BMG Tabing ( a Tabing)
=
0.272 = 0,016 17.133
Gn. Sarik (a Sarik)
=
16.861 = 0.984 17.133
Tabel Koefisien Thiessen Das Bt. Luruih - Tributary Belimbing
(Sumber : Hasil Perhitungan) (Sumber Data : Hasil Perhitungan)
Perhitungan Curah Hujan Rata-rata
Tabel Curah Hujan Maksimum
dengan Metode Thiessen
Rata-rata Metode Thiessen Metode ini memberikan cara proporsi luasan daerah pengaruh pos penakar hujan untuk mengakomodasi ketidak seragaman jarak.
Rrata = α
=
2002 2003 2004
R A . LA + R B . LB R C .LC
2005
L A LB LC koefisien
Perhitungan Curah Hujan Sta BMG Tabing Gn Sarik CH Daerah (mm) Maksimum Daerah Tahun Bulan Tgl CA 0.272 16.861 17.133 (mm) Koef Thiesen 1.588% 98.412% 100.000%
aliran
=
2006 2007
Luas Daerah Pengaliran Satu Stasiun Luasdaerahpengaliransungai
2008 2009
DAS Batang Luruih : 2010
CA Sta. BMG Tabing : 0.272 km2 CA Sta. Gn. Sarik
: 16.861 km2
2011
Jan Jul Agus Nov Mar Mei Sep Sep Mar Mar Jan Jan Feb Sep Jul Des Mar Jul Jul Agus
21 7 17 30 3 19 2 2 27 27 23 23 1 6 11 29 16 25 26 24
288 123 260 156 133 0 289.5 289.5 195.1 195.1 239 230 163 0 172 80.1 175 175 165 165
42 229 280 290 62 207 500 500 103 500 114 325 60 89 28 82 173.8 215 145.3 154.8
45.905 227.317 279.682 287.873 63.127 203.714 496.658 496.658 104.462 495.159 115.984 323.492 61.635 87.587 30.286 81.970 173.819 214.365 145.613 154.962
(Sumber Data : Hasil Perhitungan)
227.317 287.873 203.714 496.658 495.159 323.492 87.587 81.970 214.365 154.962
Perhitungan Curah Hujan Rencana
Rumus :
Untuk perhitungan curah hujan rencana dilakukan dengan 3 metode,
Dimana :
yaitu Metode Gumbel, Metode Hasper
X
=
=
X
metode tersebut diambil nilai curah
mencari
angka
curah
hujan
Curah
hujan
maksimum
rata-rata YT
=
Reduced variate (hubungan
dengan return periode, t)
yang
mungkin terjadi dalam periode tertentu.
Curah hujan kala ulang T
tahun (mm)
dan Metode Wedwen. Dari ketiga
hujan rata-rata. Hal ini dilakukan untuk
Yt Yn * Sx Sn
X= X
Yn
=
Reduced mean (hubungan
dengan banyaknya data, n) Curah hujan ini yang akan digunakan
Sn
=
(hubungan dengan banyak data,
untuk perhitungan debit rencana.
n)
Metode Gumbel Metode gumbel menggunakan curah hujan rata-rata metode thiessen, dengan tahapan sebagai berikut :
Reduced standar deviasi
Sd =
Standar deviasi
N=
Banyak data tahun pengamatan
Diketahui : n
=
10 tahun
Untuk curah hujan 10 tahun tabel reduce Table Perhitungan Curah Hujan Rencana Metode Gumbel
variate (Yt) adalah sebagai berikut: Yn
=
0.4952
Sn
=
0.9496
Yt 10 =
2.2502
Standar Deviasi
(Sx) =
=
Xi
Xr
2
n 1
194815.59 10 1
= 147.13 mm
Reduced Mean (Yn) = 0.4952 (Sumber data : Hasil Perhitungan)
Untuk 2 tahunan (Yt) = 0.3665
Reduced Standart Deviation
Tabel Rangking Curah Hujan Maximum Rata-rata Metode Hasper
(Sn) = 0.9496 Sehingga : 0.3665 0.4952 X 2 th = 257.31+ * 147.13 0.9496
= 237.369 mm/dt. Tabel Perhitungan Curah Hujan Rencana Metode Gumbel
Rangking
M
Tahun
Hujan Max.
496.658 495.159 323.492 287.873 214.365 227.317
1 2 3 4 5 6
2005 2006 2007 2003 2010 2002
R1 R2
203.714 154.962 87.587 81.970 2573.097
7 8 9 10
2004 2011 2008 2009 Jumlah
Perhitungan
Curah
Hujan
Rencana Metode Hasper Rumus : RT
= R + Sd * UT
Dimana : (Sumber Data: Hasil Perhitungan)
RT =
Curah hujan rencana peride ulang
Metode Hasper Sd =
Standar deviasi
Metode Hasper data curah hujan 1
yang dipakai juga sama dengan data curah
hujan
rata-rata
dari
R1 R R2 R 2
!
2
metode
R
=
Curah hujan rata-rata
thiessen, namun data-data tersebut diurut R1 = dari curah hujan terbesar ke yang
Hujan maksimum pertama.
terkecil. R2 =
Hujan maksimum kedua
U = Variabel standar UT = Konstanta hasper sehubungan dengan periode ulang yang di kehendaki
Tabel Perhitungan Curah Hujan Rencana Metode Hasper
(n: periode ulang dan, p: lama pengamatan ) Tabel Perhitungan Curah Hujan Rencana Metode Wedwen
(Sumber Data: Hasil Perhitungan)
Metode Wedwen Pada metode wedwen data curah hujan rata-rata
yang dipakai sama
dengan perhitungan sebelumnya.
(Sumber data: hasil perhitungan)
Dari perhitungan curah hujan rencana dengan 3 metode di atas, maka
Rumus: Rn
= Mn x RP
akan didapat curah hujan rencana ratarata adalah :
Dimana: Rn =
Hujan rencana dengan perode ulang
RP =
R mp
Tabel Curah Hujan Rencana Tiga Metode Dirata-ratakan
RP diambil
R70 Sehingga: Rp =
R mp
R
Harga terbesar dari R2
=
atau 5/6 R1 R1 =
Hujan maksimum pertama
R2 =
Hujan maksimum kedua
Mn =
mp = dari tabel
(Sumber data: hasil perhitungan)
Standart deviasi :
Perhitungan Curah Hujan Rencana
S=
Metode Chikuadrat
( Xi x ) 2 n 1
Perhitungan dengan metode ini yaitu untuk menganalisa frekuensi curah hujan dengan menggunakan sebaran kekerapan teoritik Normal. Cara ini
= (194815.60) 10 1
mm
= 147.13
Koefisien Variant (CV) : Cv =
dilakukan dengan mengurutkan data
S = 147.13 = 0.572 mm x 257.31
hujan hasil pengamatan (xi) mulai dari
Koefisien Skew/kemiringan (Cs ) :
yang terbesar sampai yang terkecil. Cs =
n
( Xi x ) 3
(n 1)(n 2)(S 3 )
Sebaran Normal
= 10 15874033 = 0.692 mm 9 8(147.133 )
Tabel Analisa Frekuensi Curah Hujan Distribusi Normal
Koefisien Kurtosis (Ck ) :
n2 Ck =
( Xi x ) 4
(n 1)(n 2)(n 3)( S 4 )
10 2 8399545945 = 9 8 7(147.13 4 )
= 3.556 mm
Curah Hujan Rencana Periode Ulang :
RT
x
KT
S
KT
Kekerapan teoritik Normal (dalam table) (Sumber data: hasil perhitungan) Rata-rata :
Nilai curah hujan untuk periode ulang 2 tahun :
Xi
x
n 2573.200 10 = 257.31 mm
=
R2
257.31 + 0 * 147.13 = 257.31 mm
Tabel Perhitungan Curah Hujan
Perhitungan Intensitas Curah Hujan
Sebaran Normal
Dalam penganalisaan intensitas curah
hujan
penulis
menggunakan
metode MONONOBE, dengan rumus: I=
R 24 2/3 [ ] 24 t
Dimana: t =
L V
dan V= 72 x [
H 0.6 ] L
Data diambil dari perhitungan (Sumber Data: Hasil Perhitungan)
curah hujan rencana maksimum yaitu
Hasil Perhitungan diatas masukan ke pada tahun 2005, adalah:
dalam nilai syarat :
Sebaran Normal
Hitungan
Selisih
Cs = 0
Cs = 0.692
0.692
Ck = 3
R
= 496.658 mm
L1
= Panjang sungai = 2.240 km
∆H
=
Perbedaan elevasi
=
elevasi tertinggi – elevasi
Ck = 3.556
terendah Dari perhitungan curah hujan dengan
metode
Chikuadrat
sebaran
=
12.68 m-10.50 m = 2.180 m
Maka dari data diatas didapat:
teoritik Normal didapat nilai deviasi yang sangat kecil, maka nilai dari perhitungan
sebaran
Normal
V
= 72 x [
0.00218 0.6 ] 2.24
= 1.123 km/jam
dapat
Durasi curah hujan (t)
digunakan.
Untuk perhitungan Debit Banjir dilakukan
dengan
2.240 1.123
= 1.99 jam
Analisa Debit Banjir Rencana
Rencana
=
Metode
Rasional. Data untuk metode tersebut diambil dari nilai curah hujan rencana.
Besarnya Intensitas curah hujan : I
=
496.658 24 2/3 x[ ] 24 1.99
= 108.83 mm/jam
Metode Rasional = 1+ A
=
Luas catchment area f = 0.278
= 17.13 km2
(if A > 0,80 km2) L1
=
Panjang sungai = 2.24 km
∆H
=
Perbedaan elevasi
=
elevasi tertinggi – elevasi terendah
= 1+
12.68 m - 10.50 m
=
2.14 m
S
=
H L1
L1
=
0.9 x L1 = 0.9 x 2.24 km
S
=
2.24m = 0.0011 2.016 x10 3
S1
=
20% x S = 20% x 0.0011
= 0.00022
A3 / 4 12
17.13 0.75 1.21 3.7 x10 0.4 x1.21 x 12 1.212 15
= 0.80 β = 0.80
R 24 2/3 [ ] 24 t
(R)
=
R2 =
247.580 24 2/3 [ ] = 75,58 mm 1.21 24
I2 =
75.58mm R mm/jam= 1.21 jam t
= 62,46 mm/jam
= 0,278 . 0,80 . 62,46 . 17,13 = 237,95 m3/dtk R5 =
399.349 24 2/3 [ ] = 121,92 mm 1.21 24
I5 =
R t
Kecepatan (V)
mm/jam
=
121.92mm 1.21 jam
=100,76 mm/jam
V = 72 x S1 (0.6)
Q5 = f . β . I . A = 0,278 . 0,80 .
= 72 x 0.00022 (0.6) = 0.46 m/dtk = 1.66 km/jam
100,76 . 17,13 = 383,87 m3/dtk R10 =
511.006 24 2/3 [ ] = 156,01 mm 1.21 24
I10 =
R t
Waktu kosentrasi (t)
1
x
Q2 = f . β . I . A
= 2.016 km
L1 = V
3.7 x10 0.4t t 2 15
Curah hujan rata-rata :
=
Jadi:
t=
t
2.016 = 1.21 jam 1.66
= Koefisien Reduksi
mm/jam
=128,93 mm/jam
=
156.01mm 1.21 jam
Q10
f . β. I . A
=
Perhitungan Rencana Dimensi Banjir
= 0,278 . 0,80 . 128,93 . 17,13
Kanal
= 491,19 m3/dtk R25 =
658.850 24 2/3 [ ] = 201,15 mm 1.21 24
I25 =
R t
mm/jam
=
201.15mm 1.21 jam
Q25 = f . β . I . A = 633,33 m3/dtk 770.599 24 2/3 [ ] = 235,27 mm 1.21 24 R t
Maransi
ini
penampang saluran
direncanakan
yang berbentuk
Maransi. Dengan pertimbangan saluran
= 0,278 . 0,80 . 166,24 . 17,13
I50 =
Kanal
trapesium untuk Banjir Kanal Batang
=166,24 mm/jam
R50 =
Dalam menghitung dimensi Banjir
mm/jam
=
235.27mm 1.21 jam
ini mampu menampung dan mengalirkan debit rencana saluran yang lebih besar dan mudah dalam pemeliharaan saluran. Perhitungan Dimensi Saluran Banjir Kanal Maransi
=194,44 mm/jam Q50 = f . β . I . A = 0,278 . 0,80 . 194,44 . 17,13
h
= 740,76 m3/dtk 884.393 24 2/3 R100 = [ ] = 270,01 mm 1.21 24
I100 =
R t
mm/jam
=
270.01mm 1.21 jam
=223,14 mm/jam Q100
H
b
Gambar 4.2 Penampang Saluran Diketahui : Q = 383.87 m3/dt (Tabel 4.14 )
=f.β.I.A
N = 0,015 – 0.030
= 0,278 . 0,80 . 223,14 . 17,13
(Pasangan Batu Kali Semen, Tabel 2.3)
3
= 850,10 m /dtk Tabel 4.13 Debit Banjir Rencana Metode Rasional T (tahun) 2 5 10 25 50 100
R 75.58 121.92 156.01 201.15 235.27 270.01
(Sumber data: hasil perhitungan)
I 62.46 100.76 128.93 164.24 194.44 223.14
Q (m3/dtk) 237.95 383.87 491.19 633.33 740.76 850.10
S = 0.0011 ( Tabel 4.11 ) Penampang hidrolis saluran trapesium Kemiringan (m) = 1 : 1 ( Tabel 2.5 ) Lebar saluran (b) = 18 m ( Tabel 2.7 )
Luas penampang (A)
Maka dari perhitungan diatas didapat :
A = (b m h) h Keliling basah (P)
h
= 4m
b
= 18 m
Luas Penampang
P = b 2 h 1 m2
A = A P
Jari-jari hidrolis (R) =
=
P
1 R n
= Asumsi
2 3
S
pengambilan
1 2
A Lebar
saluran
Asumsi pengambilan Lebar saluran adalah: 18 m sehingga didapat : adalah 18 m sehingga didapat 383.87 =
1 383.87 = 0.015 1 383.87 = 0.015
=
b 2 h 1 m2
=
18 2 4 1 12 = 29,31 m
Jari-jari hidrolis R =
2/3
1 0.015
(b mh).h
.0.00111 / 2 (b mh)h
2
b 2h 1 m
.0.00111 / 2 (18 h)h
2
18 2h 1 1
18h h 2
A P
88 3.00 m 29,31
Kecepatan aliran (V) V =
2/3
(18 h).h
=
2
1 . R 3 . So n
1 . 3.00 0,015
2/3
.0.00111 / 2 (18h h 2 )
= 4.60 m/dt
18 2h 2
Dengan triall and error : misal tinggi muka air (h) = 1 m
1 Q= 0.015
Q = 66.667
2/3
18.1 12
.0.00111 / 2 (18.1 12 )
18 2.1 2 19 20.828
Q = 39.51 m3
2/3
.0.00111 / 2 (19) h=1m
Dengan triall and error : misal tinggi muka air (h) = 4 m
Q=
1 0.015
Q = 66.667 Q = 404.92 m3
18.4 4 2
2/3
.0.00111 / 2 (18.4 4 2 )
18 2.4 2 88 29.313
2/3
.0.00111 / 2 (88) h=4m
88 m2
(18 1 4)4 =
Keliling basah saluran (P)
V A
Debit air Q =
(b m h) h
(sumber : perhitungan)
2
3
. 0.0011
Grafik Debit Banjir dengan Tinggi Saluran
o Panjang S. Bt Belimbing
= 2210 m
o Debit banjir (Q)
= 260 m3/dt
o Tinggi muka air (h)
= 3.56 m
o Lebar dasar saluran (b)
= 260 m3/dt
o Kemiringan saluran (So)
= 0.0065
o Koef kekasaran saluran (n)
= 0.027
450.00 Q (m3/dt) 404.92
400.00 350.00 300.00 250.00
248.22
Q (m3/dt) Series1
200.00
150.00 125.53
Tinggi air normal banjir
100.00 50.00
= 2.14 m
39.51
0.00
2,14 m
3,56 m
3,56 m
0.6 1.5
besar jagaan umumnya 0.15 m – 0.6 m
1: 1,5
1:1
(Freeboard),
Elv. +4.080 m
h (m)
2.5m
jagaan
4
1:1
Tinggi
3
2.5m
2
2.3m
1
1: 1,5
Elv. +0.520 m EL.+0.22
0,52 m
(Ir. Haryano Sukarto, MSi, Drainase
13 m
b=24 m
Perkotaan, DPU) dan pada perhitungan
Penampang Aliran Back Water
penulis mengambil jagaan Fb = 0.6 m 2,14 m
Tinggi saluran
3,56 m
(H) = h + Fb = 4 + 0.6 m = 4.60 m 4.5 Analisa Aliran Balik X = 725, 5959 m m X = 725,
(Back Water) Penampang Aliran Back Water Untuk mengantisipasi terjadinya aliran balik / back water pada saluran Banjir
Kanal
diperhitungkan
Maransi, tinggi
muka
perlu air
maksimum yang pernah terjadi pada Sungai Batang Belimbing (S. Sapih) sebagai saluran pembuang.
Analisis Perbandingan Kapasitas Saluran Banjir Kanal Maransi Dari dimensi penampang saluran existing yang sedang dibangun maka didapat luas penampang dan kapasitas saluran adalah sebagai berikut :
di daerah studi adalah 81,44% dalam kondisi curah hujan maksimum. Debit Rencana (Q) = 383 m3/dt tertampung 81,44% Dikarenakan
penampang
existing
hanya mampu menampung sekitar 81% debit banjir maksimal, maka perlu
MA. BANJIR 1.5 1
1.5 1
dimodifikasi dengan penambahan tinggi DASAR SALURAN
saluran agar dapat menampung seluruh debit banjir yang ada dengan analisa
PENAMPANG SALURAN EXISTING Penampang Banjir Kanal Existing
gambar dibawah ini : Dengan
penampang
seperti PENAMPANG SEMULA :
diatas maka luas penampang saluran existing konstruksi : MA. BANJIR 1.5 1
A
= A1 + A2
A1
(31,3 28,0) x1,10 32,61m2 = 2
A2
= 18,00 x 2,17 = 39,06 m2
A
=
32,61+39,06
=
1.5 1
DASAR SALURAN
PENAMPANG SALURAN EXISTING : PENAMPANG HASIL MODIFIKASI
71,67m2 MA. BANJIR
kapasitas Saluran = 71,67m3/m 1.5 1
Dibandingkan
1.5 1
dengan DASAR SALURAN
perhitungan penampang
(analisis) dengan
didapatkan
Debit
(Q)
=
385m3/dt dan Penampang Basah (A) =
PENAMPANG SALURAN EXISTING (MODIFIKASI) Perhitungan
luas
penampang
88m2, sehingga kapasitas saluran 88
basah (A) = A1 (trapesium) + A2
m3/m, sehingga kondisi penampang
(persegi)
existing mampu mengendalikan banjir
A1
=
Ringkasan Hasil Studi JICA dan
(32,95 28,0) x1,65 50,28m2 2
Padang Flood Control Project
A2 = 18,00 x 2,17 = 39,06 m2
Study Report On Padang Area
A = 50,28 + 39,06
Flood Control Project, JICA (Japan
= 89,34 m2 > 88 m2 Sehingga menampung
OK
International
untuk
debit
dapat
banjir
ketinggianya
Agency),
December 1983, merupakan bagian dari
rencana
program
maksimal penampang existing harus ditambah
Cooperation
pengendalian
banjir
Kota
Padang.
(tanggul) Dari hasil studi JICA tersebut,
setinggi 55 cm. Perubahan tanggul daerah Maransi dinyatakan merupakan semula lebar 7 m (1+5+1) seperti daerah retensi banjir dengan luas area gambar dibawah : retensi 1,5 km2. Kolam retensi banjir 1.00
5.00
1.00
AC-WC, t = 4 cm Klas A, t = 20 cm Klas C, t = 20 cm +10.81
tersebut
5.00
dimaksudkan
untuk
Bahu Jalan, t = 15 cm (sirtu) Gebalan Rumput
CL 2%
2.52
2%
0.58
EL. + 10.50
1.5
0.60 0.10
Wooden Pile
3.00
menampung banjir dari daerah maransi
1.10
1
2.17
Pas. Batukali Beton K-225 Wooden Pile Ø 15 cm
7.00
hulu dan sekitarnya sebanyak 1 juta m3 untuk
kemudian
dialirkan
secara
Sheetpile Corrugated K.600-W-325-1000
Penampang Tanggul Existing Berubah
menjadi
lebar
5,35
bertahap masuk ke sistem pengendalian m
(0,675+4+0,675) seperti gambar :
banjir. Lokasi retensi banjir berdararkan hasil studi tersebut dapat dilihat pada Gambar
dibawah
ini
:
Penampang Tanggul Setelah Modifikasi Denah Drainase Sesuai Studi JICA
Perencanaan Teknis Pengendalian Banjir
merupakan
dapat dilakukan dengan 3 pendekatan :
pengendalian banjir Kota Padang.
satu
kesatuan
sistem
a. Pendekatan mereduksi puncak banjir
4. Untuk mengatasi sisa limpahan air yang
b. Pendekatan menormalkan geometri
tidak tertampung di banjir kanal maka dapat dibuat Retarding Basin (Waduk)
sungai c. Pendekatan sungai sebagai long
di sekitar Maransi dan Aie Pacah. DAFTAR PUSTAKA
Storage.
1. Dr. Ir. Suripin, M. Eng, 2003. Sistem
KESIMPULAN
Drainase Dari
hasil
analisa
perhitungan
maka
dapat
Perkotaan
Yang
dan Berkelanjutan, Penerbit Andi Offset. ditarik 2. Soemarto, C.D. 1999. Hidrologi Teknik
kesimpulan sebagai berikut : (Edisi Ke-2) Jakarta: Penerbit Erlangga. 1. Debit banjir rencana
Banjir Kanal
3. Prof. Dr. Bambang Triatmojo, 1999,
Batang Maransi periode ulang 5 tahunan
Hidrolika I, Yogyakarta, Penerbit Beta
di dapatkan Q5 : 383,87 m3/dt, sehingga
Offset Hidrolika I,
hasil analisis kemampuan pengendalian banjir saluran existing adalah 81,44 %. 2. Untuk memenuhi kemampuan 100% dalam
menampung
debit
banjir
4. Prof. Dr. Bambang Triatmojo, 2008, Hidrolika II, Yogyakarta, Penerbit Beta Offset. Te
Chow,
Hidrolika
Saluran
maksimal rencana maka penampang
Terbuka,
2003,
Jakarta,
Penerbit
existing
Erlangga.
harus
dimodifikasi
dengan
ditambah ketinggian tanggul 55cm. 3. Dari Study Report On Padang Area Flood Control Project, JICA (Japan International Cooperation Agency), December 1983, Banjir Kanal Maransi
5. Ven
6. Dinas PSDA Prop. Sumatera Barat, DED Batang Maransi dan Batang Luruih Kota Padang, 2009, Padang.