Vol.17 No.1. Februari 2015
Jurnal Momentum
ISSN : 1693-752X
STUDI ANALISIS PENGENDALIAN BANJIR BATANG KAPAU DI KOTA PARIAMAN Oleh : Maizir Dosen Jurusan Teknil Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Padang
Abstrak Batang Kapau yang mengalir melalui wilayah utara kota Pariaman, setiap musim hujan selalu menyebabkan terjadinya banjir didaerah pemukiman penduduk dari Pauh sampai ke Simpang Padusunan. Batang Kapau tidak mempunyai data debit, jadi design flood dihitung berdasarkan data hujan. Analisis curah hujan dengan metode Iway, dan design flood dengan metode Rational. Analisis penampang sungai dengan design flood periode ulang 10 tahun, dan elevasi tanggul banjir dengan design flood dengan periode ulang 100 tahun, Kesimpulan analisis adalah bahwa penampang sungai dibagian hilir tidak mampu menampung banjir sebesar 10,29 m3/detik. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya genangan banjir di kawasan pemukiman di bagian hilir sungai. Solusi untuk mengatasi masalah banjir pada kawasan ini adalah dengan normalisir alur sungai melalui pelebaran sungai dan pembuatan tanggul banjir. Kata kunci : banjir, design flood, normalisasi sungai.
Rangkaian data debit aliran yang ditampung oleh sungai untuk berbagai periode ulang tertentu harus terandalkan. Hal ini berati bahwa harga tersebut hanya bisa didapat dari catatan debit aliran yang terjadi di sungai pada waktu yang panjang (sekurang- kurangnya 10 sampai 20 tahun). Bila data debit suatu sungai tidak didapatkan (tidak tersedia), maka design flood dianalisis berdasarkan data hujan. Tidak terdapat stasiun hujan yang ada dalam daerah tangkapan hujan (DTA). Hanya ada stasiun hujan yang letaknya dekat dengan lokasi (+ 4,50 km), yaitu stasiun hujan Air Santok. Data hujan yang didapat dari stasiun Air Santok ada 35 tahun (1978 sd 2013). Stasiun hujan lain yang dekat dengan lokasi adalah stasiun Paraman Ampalu (+ 15 km dari lokasi). Dari hasil perbandingan data hujan ke dua stasiun, didapatkan bahwa data hujan stasiun Paraman Ampalu jauh lebih kecil dibanding data hujan dari stasiun Air Santok. Selain itu dari analisis Thiessen, stasiun Paraman Ampalu pengaruhnya kecil terhadap lokasi. Maka ditetapkan data hujan yang digunakan untuk analisis design flood adalah berdasarkan data hujan stasiun Air Santok. Dari rentang pencatatan data selama 35 tahun tersebut, ada data yang tidak tercatat, yaitu tahun 2000 dan 2001. Untuk analisis data digunakan adalah data yang cukup dan tidak terputus, yaitu dari tahun 1978 s/d 1999 (22 tahun). Design flood dihitung berdasarkan data curah hujan harian maksimum dengan periode ulang tertentu 10, 25, 50 dan 100 tahun. Yang ditandai dengan notasi R10, R25, R50 dan R100, dan dapat dianalisis dengan berbagai metoda. Untuk kasus ini
1. Pendahuluan Sungai Batang Kapau mengalir melalui kecamatan Pariaman Utara di kota Pariaman. Hulunya berasal dari lereng pengunungan Bukit Barisan di daerah Limau Purut kabupaten Padang Pariaman, mengalir ke arah barat melalui kawasan pemukiman mulai dari Simpang Padusunan sampai ke nagari Pauh di bagian hilir. Sungai ini bermuara ke sungai Batang Pariaman. Daerah Pauh dan Koto Mandakek merupakan daerah pengembangan wilayah Kota Pariaman dimasa yang akan datang. Wilayah tersebut diproyeksikan sebagai daerah pemukiman dan perdagangan. Daerah tersebut merupakan daerah yang rawan terhadap genangan banjir akibat luapan aliran sungai Batang Kapau pada setiap musim hujan. Untuk mengatasi genangan banjir akibat luapan aliran sungai Batang Kapau ini, diperlukan suatu pengkajian terhadap aliran sungai Batang Kapau yang diprediksi sebagai penyebab terjadinya banjir. 2. Analisis Debit Banjir / Design Flood Design flood adalah debit aliran sungai yang berasal dari limpasan permukaan akibat curah hujan. Design flood (debit banjir rencana) diharapkan akan berulang pada suatu periode tertentu, dimana pada setiap periode tersebut banjir dengan besaran yang sama atau mendekati akan terjadi lagi, misalnya banjir dengan periode ulang 10 tahun, 50 tahun, atau 100 tahun.
67
Vol.17 No.1. Februari 2015
Jurnal Momentum
analisis curah hujan rencana digunakan metoda distribusi frekuensi Iway dan distribusi Gumbel. Metode ini digunakan karena analisis frekwensi dengan metode statistik validitasnya lebih meyakinkan. Debit banjir dihitung dengan metoda Rational. Sebagai pembanding digunakan metode empiris Weduwen.
ISSN : 1693-752X
1 c
2n 2 2 X Xo n 1
Curah hujan rencana dengan periode ulang tertentu (T tahun) dihitung dengan rumus 1 log( x b ) log( x o b ) . ξ c n = jumlah data pengamatan curah hujan xt = data pengamatan curah hujan dengan nomor urutan m dari yang terbesar xs = data pengamatan curah hujan dengan nomor urutan m dari yang terkecil
2.1. Metode Iway Dasar metode Iway adalah dengan asumsi bahwa kurva probability kerapatan curah hujan harian maksimum dalam 1 tahun tidak merupakan distribusi normal, tetapi umumnya berbentuk kurva distribusi yang asimetris. Dengan merubah variabel data hujan (x) dari kurva distribusi itu ke logaritma x (log x), maka kurva tersebut dapat dirubah menjadi kurva dengan distribusi normal. Jadi curah hujan dengan probability terlampaui (Wx) dapat diperoleh dengan asumsi bahwa data hujan tersebut mempunyai distribusi log-normal. Cara ini memberikan harga b lebih besar dari 0 sebagai harga minimum variabel probability (x). Supaya kurva probability itu tidak menjadi lebih kecil dari harga bawah limit itu (- b), maka diambil logaritma dari suku (x + b), yaitu log (x + b) yang ditaksir mempunyai distribusi normal.
ξ = ditentukan berdasarkan harga W = 1/T dari x tabel variabel distribusi normal Untuk memeriksa data yang mempunyai harga yang abnormal (extrim), maka perlu pertimbangan apakah harga yang abnormal tersebut boleh dibuang atau tidak. Tujuannya adalah untuk menjaga rasionalitas hasil hitungan. Kemungkinan untuk membuang data ini hanya berlaku untuk data terbesar atau data terkecil, dengan persamaan :
o 1 - (1 - o )1 / n n = jumlah data, dan = laju abnormalitas, Jika laju abnormalitas dari data xt yang diperiksa, ≥ o maka xt tidak bias dibuang.
Wx Gambar 1. Kurva kemungkinan terlampaui atau kemungkinan tidak terlampaui
Tabel 1. Tabel variabel distribusi normal berdasarkan harga Wx = 1/T *)
Analisis curah hujan rencana yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut :
T
Harga taksiran pertama dari xo : log x o b
500 400 300 250 200 150 100 80 60 50 40
1 n
(log x i ) n i 1
1 n bi m i 1
m
n 10
(pembulatan ke
angka yang terdekat) bi
x s .x t x o 2 2.x o ( x s x i )
X o log( x o b) 2
X
1 T
1 n log( x i b) n i 1
1 n log( x i b)2 n i 1
Wx
1 T
0.0020 0.0025 0.0033 0.0040 0.0050 0.0067 0.0100 0.0125 0.0167 0.0200 0.0250
2.0352 1.9840 1.9227 1.8753 1.8124 1.7499 1.6450 1.5851 1.5049 1.4522 1.3859
*) Suyono, 1980
68
1 T
T
Wx
30 25 20 15 10 8 5 4 3 2
0.0333 0.0400 0.0500 0.0667 0.1000 0.1250 0.2000 0.2500 0.3333 0.5000
1.2971 1.2379 1.1631 1.0614 0.9062 0.8134 0.5951 0.4769 0.3045
Vol.17 No.1. Februari 2015
Jurnal Momentum
ISSN : 1693-752X
Hasil analisis debit banjir rencana (design flood) ditampilkan dalam tabel 4 berikut :
Dari hasil pemeriksaan laju abnormalitas, baik data terbesar atau data terkecil tidak perlu dibuang. Hasil analisis curah hujan rencana yang mungkin terjadi dengan metode Iway adalah sebagai berikut : Tabel 2. Curah Hujan Rencana dengan periode ulang Periode 5 10 20 50 100 Ulang Curah Hujan 176.8 215.3 256.0 314.0 361.6 Rencana
2.2. Metoda Rational Besaran debit limpasan permukaan yang masuk ke sungai (design flood) dianalisis dengan metoda Rational :
Qn 0.278. C . I . A Qn= debit banjir dengan periode ulang n tahun (m3/dtk), C= koeffisien pengaliran, I= intensitas hujan (mm/jam), dan A= luas daerah tangkapan aliran (km2)
Gambar 2. Topografi Daerah Tangkapan Aliran (DTA) Batang Kapau
Hulu sungai berasal dari daerah pengunungan tersier dengan kondisi hutan sedang dan agak terjal. Dibagian hilir sungai mengalir melalui daerah persawahan di dataran. Dengan kondisi tersebut, koeffisien pengaliran ditetapkan sebesar 0,60
Daerah Tangkapan Aliran (DTA) Batang Kapau (9,20 km2)
Intensitas curah hujan harian maximum dengan periode ulang tertentu dihitung dengan rumus Mononobe sebagai berikut :
R 24 I 24 t
2/3
R= curah hujan harian 24 jam (mm), dan t = waktu konsentrasi (jam), yaitu waktu yang diperlukan untuk pengaliran mulai dari titik yang terjauh sampai ke lokasi pengamatan. Waktu konsentrasi (t) dihitung dengan rumus Kirpich
Gambar 3. Daerah Tangkapan Aliran (DTA) Batang Kapau (9,20 km2)
0.77
L t 0.0195 . S t = waktu konsentrasi (menit), L = jarak tempuh aliran terjauh sampai ke lokasi pengamatan (m), dan S = kemiringan memanjang rata-rata sungai dari tempat terjauh dengan lokasi pengamatan (m) Luas Daerah Tangkapan Aliran (DTA) sungai dengan notasi A, didapat dari peta topografi, dengan mengamati batasan wilayah yang mengalirkan air hujan ke anak-anak sungai Batang Kapau.
Tabel 4. Banjir Rencana / Design Flood (m3/detik) dengan periode ulang tertentu Banjir Rencana / Design Flood (m3/detik)
5
Rational
7.6
Weduwen
69
Periode Ulang (tahun) 10
50
100
10.3 13.5
15.4
10.4 11.2 13.1
13.7
Vol.17 No.1. Februari 2015
Jurnal Momentum
ISSN : 1693-752X
dan kemiringan memanjang rata-rata dari tempat terjauh dengan lokasi pengamatan dapat dilihat pada tabel kemiringan memanjang sungai rata-rata (I) berikut :
3. Trase sungai Panjang sungai Batang Kapau yang diperoleh dari peta hasil pengukuran lokasi adalah 10,35 km
Tabel 5. Kemiringan memanjang sungai rata-rata (I) Bagian sungai
Hilir
Tengah
Hulu
P1 s/d P24
P24 s/d P49
P50 s/d P71
Jarak (km)
1,674
1.154
1.429
Beda tinggi (H) Kemiringan Memanjang (I)
2,67
4.66
7.64
0.00159
0.00404
0.00535
Patok / penampang
Bagian Hilir
Bagian Tengah
Bagian Hulu
20
15
10
L EGE NDA Talang B angun an Pelimpah G orong-G orong B angun anS ilang 2
3
4
5
40
6 0
80
100
6
7
8
9
10 m
180
200m
22.056
18.814
0
21.064
5 120 1 40 160
bidang persa maan -1 .0 0 meter P ATOK HE KTOMETER
Hm0
H m1
Hm2
H m3
Hm4
Hm5
H m6
Hm7
H m8
Hm9
H m 10
Hm 11
H m12
Hm13
H m14
Hm15
H m16
H m 17
Hm 18
H m 19
Hm20
H m21
Hm22
H m23
Hm24
Hm 25
H m27
H m 26
H m28
Hm29
H m30
Hm31
H m32
H m 33
H m34
H m 35
Hm36
H m37
Hm38
H m39
Hm40
H m41
H m 42
Hm43
H m44
Hm45
H m46
Hm47
H m48
H m 49
Hm50
H m51
Hm 52
H m53
N OMOR PROFIL
21.76 5346. 0
19.04 5277. 0
19.69 5215. 0
P81 6 9.0
18.86 21. 7 3
20.83 5143. 4
P79 62.0
18.92 22. 0 5
22.03 5055. 6
P78 71.6
18.84 21. 1 8
20.25 4978. 6
P76 87.8
17.64 20. 8 3
19.98 4902. 6
P74 77.0
16.93 19. 0 1
19.39 4843. 8
P72 76.0
16.73 19. 4 5
17.24 4765. 8
P71 58.8
15.57 20. 2 4
18.88 4679. 8
P70 78 .0
15.30 19. 1 9
17.29 4607. 8
P69 86.0
15.27 17. 4 8
17.56 4543. 4
BM O 72.0
15.44 18. 3 5
16.35 4485. 4
P65 A 64.4
15.14 17. 9
18.37 4438. 6
P64A 58.0
14.71 17. 2 8
16.71 4332. 8
P67 46.8
14.58 18. 9 0
15.36 4279. 6
P66 105.8
14.47 18. 3 7
15.16 4190. 4
P64 53.2
13.64 16. 3 1
15.73 4101. 4
P63 8 9.2
13.39 15. 8 4
15.34 4045. 2
P62 89.0
13.31 15. 2 3
15.67 3936. 4
P60 5 6.2
13.17 15. 7 6
13.85 3852. 4
P59 1 08.8
12.84 15. 4
14.45 3785. 4
P57 84.0
13.11 14. 7 1
13.61 3718. 6
P56 67.0
11.85 13. 6 8
13.32 3648. 6
P55 66.8
11.15 13. 7
13.35 3578. 0
P54 70.0
10.95 13. 1 3
13.05 3461. 2
P53 70.6
10.72 13. 8 3
12.43 3387. 4
P51 1 16.8
10.53 13. 0 5
11.99 3322. 4
P50 73.8
10.58 13. 4 0
P49 65.0
9.39 12. 5 1
12.15 3230. 4
P4 8 92.0
9.51 11. 5 1
10.76 3176. 4
P4 7 54.0
9.50 12. 5 0
8.84 11. 3 9
11.41 2955. 4
P46 15 2.0
8.92 11. 8
8.71 11. 3 5
11.05 2864. 2
P45 6 9.0
11.88 3024. 4
P44 91.2
8.11 11. 0 5
10.51 2774. 4
P39
P43 89.8
8.13 10. 5 1
10.55 2711. 4
2555. 8
P42 63.0
7.59 10. 1 9
7.58 10. 5
9.90 9. 44 7.38
P41 80.4
10.55 2631. 0 2631. 0 10.55
9.65 9. 65 7.05
2415. 8
P39
7 5.2
7.58 10. 5
9.59 9. 58 6.69
2382. 0
9.64 9. 18 6.69
2233. 2
8.48 8. 13 5.90
2139. 8
P3 8 1 40.0
9.33 9. 15
2051. 8
P37 33 .8
5.97
2002. 8
P36 148.8
8.98 8. 65
1922. 6
P35 93.4
5.96
1819. 6
P33 88.0
8.77 8. 77
1751. 6
P32 4 9.0
5.71
1674. 2
7.21 7. 21 4.31
P31 80 .2
7.56 7. 82
6.21 5. 99 3.66
P2 9 1 03.0
5.59
5.82 6. 34 3.94
1600. 6
5.84 5. 68 3.96
1528. 6
5.55 5. 47 3.46
P27 68.0
7.36 7. 54
5.80 5. 58 3.28
P25 77.4
6.97 7. 05
5.81 5. 81 3.66
P24 73.6
4.74
4.95 5. 09
P23 72.0
4.04
886.8
4.79 4. 86
1440. 6
858.2
4.63 4. 63
2.84
4.81 4. 51
4.47 4. 46 2.52
4.44 4. 45
4.08 3. 98 2.25
3.04
4.24 4. 30 2.35
3.23
3.75 4. 07 2.15
P22 88 .0
6.79 6. 69
P21 7 2.0
3.87
P20 45.6
1368. 6
P19 50.4
6.62 6. 53
P18 64.0
3.94
P16 47.0
1323. 0
P15 68.6
1272. 6
P13 5 3.0
1208. 6
P1 2 78.4
1161. 6
P11 53.0
3.63
21 .8
2.69
4.11 4. 12
641.8
4.66 4. 56
1.54
517.0
4.07 4. 07
4.37 4. 47
0.08
422.2
28.6
P10
P9
P8 216.4
961.6
P7 1 24.8
908.6
P6 94.8
1093. 0
P5 1 28.0
294.2
0.0
106 .4
1040. 0
P4
P1
P3 90.8
0.77
EXIS TING
75.0
1.37
E LEVASI T ANGGULK ANAN E LEVASI DAS AR S ALUR ANPADA AS
E LEVASI T ANAH ASLI
187.8
22. 0
2 2.0
E LEVASI T ANGGULK IRI
97. 0
Po
P2 J ARA K PROFIL
Gambar 4. Profil memanjang sungai
N 8.0 27
3 .70 7
6.9
SIMPANG BAYPASS
p.1 2
p.13
P8
3 .99 6
4A
00
28
p.4
4
6.92
7.0
P3 1
98..149 439 9.1 39 9 . 149
9.6 40 8 .460 . 98 590 85.9 8 .319
9 8.24 58 .969 .671 9.1 69
8.2 52
p32 7.6 44
5.8 012 4.73 6. 873
8. 045 8. 143 7. 2336 7.81 7. 932
6. 33 8 5 .63 6 .3388 6 .068
p3
49 7.0 15 . 9 67 7 6.7 6 6287 7. 7.7
5
TALAGO SARIAK SD
7.8
3 28 3 7 .6.36 62 7.9 35 8.1
8 .577
11
10 .48 0
6 .863
7 .52 6
8
4.4 27
4. 364 3 .90 4 . 43 74 4 .364
7.5 26 67. . 126 526
p3
4.1 45 4.3 4 .3.6 97 4196 4.1 7 09
7 . 519 4.6 199 6.51
80 0
p4 1
3.7 80 3 . 897 3.3 97
p 40
93 2
4 .187 86 43.3 . 10 4. 027 7
p3 4
6. 040
3. 866
4 .047 33 ..103 86 4 .641 8
p42 /sa dap
5 .280
67 8 . 46 7 6.9 67 8.4
S SM A PUSKE
9
4.81 7
p3 3
6.9 70
p42
P6
A
p7 4
3.5 45
48
7
11
R AWA
3 . 54 2.724 5 3 .581 P72
00 5 .0 62
4.62 6
00 0
3.7 45
512 23..662 3 . 740 3.6 33
p .71
N
P32
me sjid
8 .769 8 .76 9 5 .768 8 .768
P28
7 .17 7
7.2
2 64.. 96 768 5 .741
6 44 4 4 3. 2.15. 67 3 3 31 3.
RAWA RA W
3.68 0
44
7. 476 7 7.53 6. 937 7. 557 5.58 7 7 .817
5.58 8
2
3.6 52 3 2.0 . 20 3.5 580 02
P70
64
3.
PA RIA MA
93 3
2.4 84
3 .280
2.6
P26
5.4 75
3.7 34
p7 5
p7
p7 6 3. 620
6.43 5 7. 357 4. 736 4. 996 7.5 36 7.3 87
679 6.9 4 .03 7.04 5 6.2 97
38
4 . 61 1
4 . 434
6 . 7 89 3. 869 6 .691 6.0 61
5.5
2. 731
6.12 3
6 . 61 8 3.9 41 6.5 28
5 .782
94
2.
3.4 53
6.9 09
6.3 67
5. 828
6. 4 37
5.9 12 4.3 12 77.212 . 212
5.2 92
3.4
4 . 87 1
4 81
KE
6. 214 64 3.6 5 . 97 2
18
00
4. 011 p6 8
BM 1 X=624.451,990 Y=93932.285,593 Z=4.164.
7.2 10
35
KAMPUANGSATU
9 P2
P27
P25
P22
p2 1 5. 526
3.5
3. 471
00 4 .8 3. 231 62
PADUSUNAN P2 4
P23 p .20
5.6 5.8 60 18 6 3.8 . 838 18
40
p6 6
6.0 72
5.2 84
5. 3 .964 644 5.7 64 5.8 36
4.0
3.9 88
39 .0000
P0
. 065 04.765 4. 065
35.00
p .17
4.9 05
5
4 .116 4 . 06 4 1 .544 24 4.1 3.9 70
4. 656 4 . 6 04 0 .284 4.5 84
5.5 26 5 . 54 6 3.4 558 5.39
666 6 . 28 4.8.146 5
374
1
p1 8
p 16
5.7
.00 4. 386 39
3.8 35
03 3.6 71 1.7 3 . 731 3.3 65
4.
5.74 0
5 . 801 3 .20 5.5 800
38 76 5.4 66 4.3 6.6
P2 1A
P1
p 15
7 97
3 P4
2A
3. 742 3 . 723 2 .153 4.0 73 3 .845
5.54 5.
BADOBATO
4.813 3 .324 4 . 29 3
5 52 4. . 67 5
PAUH
4.1 04 4 . 2434 2 .35 4 . 011
3.62 3
3B
3A
4.4 08 4 . 077 7 1.97 3. 937
9
5 . 807 3.6 51 5.8 07
4 . 945 3 .044 5. 085 5.0 67
11A p.1 1
8 .659
4B
5B
3 .694 p.9 P.1 4 0 3. . 4.6482630 30 4 . 2.6 604 4.4 94 14
19
5A
p4
p3
4.4 47 4 . 4377 2.67 4.72 7
5.57 6 5.14
4 .813
91 4.5
3. 969
4 .068 4.45 1 4 . 468 2.5 20 4.2 20
p6 p5
2B
sad ap
7D 7C
7B 7A P7 6B 6A
p.
NG KE LB. BASU
KOTO MANDAKEK AMPALU
6.8 48 48
7
3.9 20
Gambar 5. Peta situasi trase Batang kapau bagian hilir
kenaikan muka air di sebelah hulu, yang akhirnya melimpah ke kiri kanan aliran sungai. Debit aliran sungai yang dihitung berdasarkan debit aliran akibat hujan itu ditampung seluruhnya oleh penampang sungai dan ini adalah kapasitas debit secara keseluruhan. Debit aliran sungai dihitung dengan rumus :
Dari hasil pengamatan di lapangan, kondisi penampang aliran di bagian hilir terlihat menyempit atau mengecil, sementara genangan banjir pada musim hujan mencapai ketinggian 0,40 s/d 0,80 m di atas permukaan tanah Dari gambar profil melintang trase sungai Batang Kapau, kondisi profil melintang terlihat sangat beragam. Pada bagian tertentu di hilir profil melintangnya sangat kecil dibanding dengan yang lain. Untuk keadaan seperti ini dapat dipastikan adanya penyempitan (bottle neck). Pada bagian ini terjadi hambatan karena penampang sungai tidak mampu menampung seluruh aliran banjir, sehingga menyebabkan terjadinya
Q A.V Q = debit aliran (m3/dt), A = luas penampang basah sungai (m2), dan V = kecepatan aliran (m/det) Kecepatan aliran dihitung dengan rumus Striklers 70
V k . R 2/3 . I1/2
Vol.17 No.1. Februari 2015
Jurnal Momentum
k= koeffisien Striklers, R= radius hidrolis penampang sungai (m2), dan I= kemiringan memanjang sungai Direncanakan debit banjir dengan periode ulang 10 tahun. Dengan metode Rational, besar debit banjir terhitung 10,29 m3/dt. Dari hasil pengukuran penampang aliran, luas penampang penuh masing-masing penampang di bagian hilir dapat dilihat pada tabel 6. Dari hasil analisis pada tabel Kapasitas Penampang Aliran di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa penampang sungai dibagian hilir tidak mampu menampung debit aliran, yaitu mulai dari P5 sampai dengan P11. Kapasitas penampang lebih kecil dari debit banjir dengan periode ulang 10 tahunan. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya genangan banjir di kawasan pemukiman seperti Ampalu, Mandakek, Kampungsatu dan Badobato di bagian hilir sungai.
Solusi untuk mengatasi banjir pada setiap musim hujan di kawasan ini adalah dengan memperbesar penampang sungai batang Kapau dan membuat tanggul banjir mulai dari persimpangan jalan Baypass sampai ke hilir.
4. Pembahasan. Penampang sungai rencana harus mampu menampung debit banjir dengan periode ulang 10 tahun, yaitu 10,29 m3/dt, dan elevasi puncak tanggul direncanakan berdasarkan debit banjir dengan periode ulang 100 tahun, yaitu 15.41 m3/dt Mengingat lokasi yang tersedia untuk pelebaran sungai terbatas maka disamping pelebaran sungai juga direncanakan tanggul banjir sebagai pengaman terhadap kemungkinan terjadinya banjir yang lebih besar.
Tabel 6. Kapasitas Penampang Aliran Profil P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P11 P12 P13 P15 P16 P18 P19 P20
A 11.3 9.07 16.56 10.48 8.03 6.50 4.80 5.69 5.58 4.98 6.35 8.46 10.53 11.04 14.40 10.39 7.18 9.09
P 11.1 12.15 11.58 9.54 8.33 7.80 6.20 6.59 6.39 5.20 6.87 7.92 9.19 8.81 10.90 9.24 7.03 8.00
R 1.02 0.75 1.43 1.10 0.96 0.83 0.77 0.86 0.87 0.96 0.92 1.07 1.15 1.25 1.32 1.12 1.02 1.14
V 1.614 1.313 2.025 1.698 1.556 1.412 1.345 1.446 1.457 1.550 1.513 1.667 1.746 1.854 1.920 1.725 1.618 1.737
ISSN : 1693-752X
Dimensi rencana : Lebar dasar sungai (b) = 3.00 m Kemiringan memanjang (I) = 0.00159 Koeffisien kekasaran Striklers (k) = 40 Kemiringan tanggul saluran (m) = 0.5
Q 18.239 11.905 33.526 17.796 12.498 9.181 6.455 8.229 8.131 7.717 9.610 14.100 18.391 20.467 27.653 17.920 11.614 15.787
71
Vol.17 No.1. Februari 2015
Jurnal Momentum
ISSN : 1693-752X
P5 Trotoar
Trotoar Muka Jalan
1.00
3.00
2.353
4.244 2.544
4.106
4.104
1.00
4.00
Muka tanah
1.50
0.40
Tanggul banjir
MAB
2.00
0.86
2.00
1.20
1.60
1.60
1.80
4.296 0.60 3.626
6.00
2.604 0.40 3.737
1.20
Gambar 6. Dimensi penampang sungai rencana
h 1.00 1.25 1.50 1.75 1.87 2.25
A 3.500 4.531 5.625 6.781 7.358 9.281
P 4.00 4.25 4.50 4.75 4.87 5.25
R 0.875 1.066 1.250 1.428 1.511 1.768
V 1.459 1.665 1.851 2.022 2.100 2.332
Hasil desain standar penampang sungai adalah sebagai berikut :
Q 5.107 7.543 10.411 13.713 15.454 21.644
Kepustakaan : 1. Sosrodarsono, Suyono. Ir ; Takeda, Kensaku. : “Hidrologi Untuk Pengairan”. PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1980.
Untuk debit aliran 10,411 m3/dt, diperoleh kedalaman aliran 1,50 m. Elevasi tanggul banjir pada debit aliran 15.454 m3/dt diperoleh pada kedalaman aliran 2.00 m. 1,87 m ~
2. Kodoatie, Robert J. ; ‘Rekayasa dan Manajemen Banjir Kota”. Penerbit Andi Yogyakarta, 2013
72