STUDI PENGENDALIAN BANJIR KALI PEKALEN KABUPATEN PROBOLINGGO Arif Bachrul Ulum1, Dwi Priyantoro2, Anggara W.W.S.2 1 Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya 2 Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya e-mail:
[email protected]
ABSTRAK Terdapat permasalahan pada Sungai Pekalen yaitu banjir yang terjadi pada tanggal 29 Januari 2012 terletak pada 10 desa di kabupaten Probolinggo. Studi ini bertujuan untuk mengetahui debit banjir rancangan sungai Pekalen yang dapat mengakibatkan banjir, pengaruh pasang air laut dan alternatif pengendalian banjir yang disarankan dalam permasalahan pada studi ini. Dalam menganalisa hidrologi, terdapat dua data yang digunakan untuk menghitung debit banjir rancangan yaitu data curah hujan dan data debit hasil AWLR. Setelah itu verifikasi data dilakukan dengan data debit banjir historis yang berada diatas Bendung Pekalen. Untuk mengetahui titik/lokasi yang terjadi limpasan dilakukan analisa profil aliran menggunakan program HEC-RAS Version 4.1.0. Berdasarkan hasil HEC-RAS terdapat 55 patok sebelah kiri dan 47 patok sebelah kanan sungai yang melimpas. Dalam upaya penanggulangan banjir kali Pekalen dilakukan pembuatan tanggul pada patok yang melimpas disepanjang 9,4 Km. Pembuatan tanggul pada sungai dengan total panjang tanggul bagian kiri sungai adalah 4,9 km dan bagian kanan sungai adalah 3,35 km dan tanggul tertinggi berada pada patok STA 5+450 bagian kiri sungai setinggi 4,46 m mampu menampung debit banjir Q50th sebesar 535,528 m3/dt. Kata kunci : Debit Banjir Rancangan, HEC-RAS 4.1.0, Pengendalian Banjir, Tanggul. ABSTRACT There were issues on Pekalen River that flood was happenning on January 29, 2012 located in 10 villages at Probolinggo district. The purpose of this study is to determine how much the design flood discharge on Pekalen River which can lead to flooding, determine the influence of tides and flood control alternatives suggested to solve problems in this study. In hydrology analisys, there were two data used to calculate the design flood discharge that rainfall data and flow data from AWLR results. After that, the verification of data was calculated with historical flood discharge on Pekalen Weir. To determine the point / location that runoff flow were occurred, profile analysis was done by using HECRAS program Version 4.1.0. Based on the results of HEC-RAS there were 55 stakes on the left and 47 stakes on the right side of the river. In the response to the Pekalen floods, embankment were designed along the 9.4 km the overtopping stakes. Total length of the left side embankment design on the river was 4.9 km and the right side of the river was 3.35 km and the highest embankment are at STA 5+450 left side stake of the river with 4.46 m high, and can accommodate Q50th 535.528 m3/sec flood discharge. Keywords: Design flood discharge, HEC-RAS 4.1.0, Flood Control, Embankment,
1. Pendahuluan Sungai mempunyai peranan yang sangat besar bagi perkembangan manusia di seluruh dunia ini, yakni dengan menyediakan daerah-daerah subur yang umumnya terletak di lembah-lembah sungai dan sumber air sebagai sumber kehidupan yang paling utama bagi kemanusiaan. Demikian pula sungai menyediakan dirinya sebagai sarana transportasi guna meningkatkan mobilitas serta komunikasi antar manusia (Sosrodarsono, 1994:6). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 38 tahun 2011 tentang Sungai, sungai adalah alur atau wadah air alami atau buatan berupa jaringan pengaliran air serta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan. Sungai dengan berbagai potensi di dalamnya merupakan salah satu sumber daya alam yang harus dikelola secara baik. Selain mempunyai potensi positif yang sangat berguna bagi kehidupan manusia, sungai mempunyai potensi negatif yang sewaktu-waktu dapat mengakibatkan kerusakan pada daerah sekelilingnya. Dengan demikian diperlukan suatu ilmu dalam menggali berbagai potensi yang tersimpan tanpa mengakibatkan dampak negatif dalam pengelolaannya. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan memiliki ribuan sungai yang digunakan sebagai salah satu kebutuhan manusia. Di Indonesia saat ini terdapat 5.950 Daerah Aliran Sungai (DAS) . Satu sungai yang bersumber dari mata air Gunung Argopuro dan Gunung lamongan dengan melewati Kab. Probolinggo yang bermuara di selat Madura dengan memiliki peranan penting dalam sosial ekonomi masyarakat disekitar sungai. Pada tanggal 29 januari 2012 terjadi banjir bandang menerjang lima kecamatan, di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, masing-masing Kraksaan,
Gading, Krejengan, Pakuniran, dan Pajarakan, dan merusak ribuan rumah warga, ternak, serta fasiltas umum, seperti sekolah dan tempat ibadah. 2. Tinjauan Pustaka Analisa Hidrologi Analisa hidrologi digunakan untuk mengetahui besarnya debit banjir rancangan dengan kala ulang tertentu. Curah Hujan Rerata Daerah Data hujan yang diperoleh dari alat penakaran hujan merupakan hujan yang terjadi hanya pada satu tempat atau titik saja (poin rainfall). Mengingat hujan sangat bervariasi terdapat tempat (space), maka untuk kawasan yang luas, satu alat penakaran hujan belum dapat menggambarkan hujan wilayah tersebut. Dalam hal ini diperlukan hujan kawasan yang diperoleh dari harga rata-rata curah hujan beberapa stasiun penakaran hujan yang ada di dalam sekitar kawasan tersebut (Suripin, 2004:26). Ada tiga macam cara menghitung hujan rata-rata suatu kawasan, yaitu: a. Rata-rata aljabar b. Metode Poligon Thiessen c. Metode Isohyet Analisa Curah Hujan Rancangan Untuk menganalisa probabilitas banjir maka terlebih dahulu menganalisa curah hujan rancangan sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang sesuai. Dalam menganalisa curah hujan rancangan dapat memakai salah satu dari bermacam-macam teori yang ada antara lain: a. Distribusi Log Normal b. Distribusi Log Pearson type III c. Distribusi Gumbel Dalam studi ini untuk menentukan besar curah hujan rancangan digunakan metode analisa frekuensi Log Pearson III, karena cara ini sesuai untuk berbagai macam koefisien kepencengan (skewness) dan koefisien puncak (kurtosis).
Koefisien Pengaliran (C) Koefisien Pengaliran (C) adalah perbandingan antara jumlah air yang mengalir di suatu daerah akibat turunnya hujan dengan jumlah air hujan yang turun di daerah tersebut. Apabila tata guna lahan suatu daerah termasuk campuran, maka nilai C harus diberi bobot (weighted) untuk memperoleh nilai rata-rata tertimbang (Asdak, 2001:165) n A .C CTertimbang i i (2-1) Ai i 1 Intensitas Hujan Intensitas curah hujan dinotasikan dengan huruf I dengan satuan (mm/jam), yang artinya tinggi curah hujan yang terjadi sekian mm dalam kurun waktu per jam Analisis intensitas curah hujan ini dapat diproses dari data curah hujan yang telah terjadi dimasa lampau melalui pencatatan curah hujan otomatis (Automatic Rainfall Recorder, ARR). Apabila yang tersedia adalah data hujan harian, Mononobe mengusulkan persamaan sebagai berikut (Triatmodjo, 2010 : 266). 2
R 24 3 I t 24 . (2-2) 24 t Hidrograf Satuan Sintesis Nakayasu Analisa debit rencana pada studi ini menggunakan HSS Nakayasu dapat dirumuskan sebagai berikut (Soemarto, 1989: 168): CA . R o Qp (2-3) 3,6 (0,3 Tp T 0,3 ) Dengan: Qp = Debit puncak banjir (m3/detik) Ro = Hujan satuan (mm) Tp = Tenggang waktu dari mulai hujan sampai puncak (jam) T0,3 = Waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit puncak sampai mejadi 30% dari debit puncaknya (jam). CA = Luas daerah aliran sungai (km2)
Gambar 1. Hidrograf Satuan Sintetik Metode Nakayasu Metode Perbandingan DAS Jika dibandingkan antara 2 DAS, maka didapatkan perbandingan sebagai berikut (Montarcih, 2009:167): Q1 C .I A 1 1 1 Q2 C2 .I 2 A2 Dengan: Q1 = Debit DAS I (m3/detik) Q2 = Debit DAS II (m3/detik) C1 = Koef. Pengaliran DAS I C2 = Koef. Pengaliran DAS II I1 = Intensitas Hujan DAS I (mm/jam) I2 = Intensitas Hujan DAS II (mm/jam) A1 = Luas DAS I (Km2) A2 = Luas DAS II (Km2) Verifikasi Debit Banjir Rancangan Verifikasi data debit banjir rancangan digunakan apabila terdapat hasil perhitungan debit banjir rancangan yang berasal dari data curah hujan (2-15) dan data dari AWLR berbeda. Cara melakukan verifikasi data banjir rancangan tersebut dengan menghitung debit yang melimpah diatas bendung (Sosrodarsono, 1993: 198): Q = c. B. H3/2 Dengan: Q = Debit diatas pelimpah C = Koefisien antara 1,8-2,2 B = Lebar bendung H = Tinggi air di hulu bendung Analisa Profil Aliran Program HEC-RAS 4.1.0 menggunakan pengaturan data dimana dengan data geometri yang sama bisa dilakukan kalkulasi data aliran yang berbeda-beda, begitu juga dengan sebaliknya. Data geometri terdiri dari layout permodelan disertai cross section untuk saluran-saluran yang dijadikan model. Data aliran ditempatkan terpisah
dari data geometri. Data aliran bisa dipakai salah satu antara data aliran tunak (steady) atau data aliran tak tunak (unsteady). Dalam masing-masing data aliran tersebut harus terdapat boundary condition dan initial condition yang sesuai agar permodelan dapat dijalankan. Selanjutnya bisa dilakukan kalkulasi dengan membuat skenario simulasi. Skenario simulasi harus terdiri dari satu data geometri dan satu data aliran. Sistem Pengendalian Banjir (Flood Control System) Sistem pengendalian banjir perlu dilaksanakan secara efektif dengan mempelajari secara seksama kondisi banjir sepanjang sungai yang terjadi. Cara pengendalian banjir dapat dilakukan secara struktur dan non struktur. 1) Pengendalian banjir secara struktur, yaitu: a. Perbaikan dan pengaturan sungai Sistem jaringan sungai Normalisasi sungai Perlindungan tanggul banjir Sudetan Floodway b. Bangunan pengendali banjir Bendungan Kolam retensi Pembuatan Checkdam Groundsill Retarding Basin Pembuatan Polder 2) Pengendalian banjir secara non struktur, yaitu: Pengelolaan DAS Pengaturan tata guna lahan Pengendalian erosi Pengembangan daerah banjir Pengaturan daerah banjir Penanganan kondisi darurat Peringatan bahaya banjir Pengendalian daerah bantaran Asuransi Law Enforcemet
3. Perhitungan dan Analisa Data Analisa Hidrologi Dalam analisa hidrologi, pada studi ini terdapat dua data yang dapat digunakan dalam perhitungan debit banjir rancangan, yaitu data curah hujan dan data debit harian hasil AWLR. Data Curah Hujan Data curah hujan yang digunakan pada DAS Pekalen berasal dari 8 staiun hujan yaitu stasiun hujan Kertosuko; Jurangjero; Pekalen; Jati ampuh; Pajarakan, Condong; Tiris dan Segaran dengan periode pengamatan dari tahun 2002 sampai 2012. Curah Hujan Rerata Daerah Setelah melakukan uji konsistensi data hujan dan mencari curah hujan harian maksimum tahunan di 8 stasiun hujan, maka dilanjutkan perhitungan curah hujan rerata daerah dengan menggunakan metode rata-rata aljabar dengan hasil pada tabel sebagai berikut: Tabel 1. Rekapitulasi Curah Hujan Rerata Daerah Maksimum Tahunan No.
Tahun
P (mm)
1
2002
118.250
2
2003
62.250
3
2004
86.625
4
2005
41.875
5
2006
49.625
6
2007
75.125
7
2008
59.750
8
2009
115.125
9
2010
89.500
10
2011
60.375
11
2012
111.000
Sumber: Perhitungan Perhitungan Curah Hujan Rancangan Penentuan curah hujan rancangan dengan periode ulang tertentu dihitung dengan menggunakan analisis frekuensi dalam hal ini dengan menggunakan metode Log Pearson Type III.
Tabel 2. Hasil Perhitungan Curah Hujan Rancangan Tr
P (100%)
G
Log X
X
1.01
99.01
-2.42
1.504
31.906
2
50
0.021
1.877
75.375
5
20
0.847
2.004
100.813
10
10
1.267
2.068
116.868
20
5
1.633
2.124
132.955
25
4
1.706
2.135
136.429
50
2
1.985
2.178
150.505
100
1
2.232
2.215
164.172
Intensitas-Durasi-Frekuensi (IDF) Berdasarkan informasi dari Dinas Pengairan Kabupaten Probolinggo rata– rata hujan yang terjadi pada saat terjadi banjir di DAS Pekalen berdurasi ±8 jam, sehingga berdasarkan perhitungan dengan Metode Mononobe didapatkan grafik IDF sebagai berikut:
Sumber: Perhitungan Koefisien Pengaliran Perhitungan koefisien pengaliran dibedakan menjadi 3 bagian yaitu berdasarkan luas tata guna lahan yang berasal dari hulu sampai outlet bendung Pekalen, outlet bendung Jati ampuh dan outlet bagian hilir DAS Pekalen.
Gambar 2. Tata Guna Lahan DAS Pekalen Berdasarkan hasil perhitungan pada 3 Outlet didapatkan koefisien pengaliaran masing-masing sebagai berikut: Tabel 3. Hasil Perhitungan Koefisien Pengaliran pada Tiap Outlet Outlet Bendung Pekalen Bendung Jatiampuh Hilir DAS Pekalen
Sumber: Perhitungan
Koefisien Pengaliran 0.511 0.510 0.515
Gambar 3. Kurva IDF DAS Pekalen Data Debit Lapangan (Hasil AWLR) Data debit lapangan yang diperoleh merupakan hasil perhitungan debit dari data rekaman tinggi muka air (AWLR) rerata harian Kali Pekalen dari Pos Duga Air di Desa Condong Kabupaten Probolinggo dari tahun 2002 sampai 2012. Data Debit Harian Maksimum Tahunan Analisa debit maksimum tahunan dengan cara mencari debit yang maksimum dari data debit lapangan pada tiap tahunnya. Tabel 4. Debit Maksimum Tahunan No.
Tahun
Debit (m3/det)
1
2002
34.50
2
2003
24.91
3
2004
14.35
4
2005
51.61
5
2006
28.74
6
2007
21.83
7
2008
26.82
8
2009
54.96
9
2010
41.75
10
2011
31.34
11
2012
41.92
Sumber: Analisa data
Perhitungan Debit Banjir Rancangan Data debit maksimum tahunan yang telah diperoleh selanjutnya digunakan untuk mencari besarnya debit banjir rancangan Kali Pekalen dengan kala ulang tertentu. Untuk perhitungan debit banjir rancangan menggunakan analisis frekuensi dalam hal ini dengan menggunakan metode Log Pearson Type III. Hasil perhitungan debit banjir rancangan ini hanya berada pada outlet bendung Pekalen mengingat Pos Duga Air berada sebelum bendung Pekalen. Tabel 5. Hasil Perhitungan Debit AWLR Rancangan Tr
P (100%)
G
Log Q
Q
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
1.01
99.01
-2.608
1.053
11.292
2
50
0.079
1.514
32.687
5
20
0.856
1.648
44.445
10
10
1.220
1.710
51.325
20
5
1.517
1.761
57.729
25
4
1.576
1.772
59.103
50
2
1.791
1.808
64.332
100
1
1.973
1.840
69.135
2
32.687
37.352
46.946
5
44.445
50.788
63.833
10
51.325
58.650
73.715
20
57.729
65.968
82.912
25
59.103
67.538
84.886
50
64.332
73.514
92.396
100
69.135
79.002
99.294
Sumber: Perhitungan Debit Banjir Rancangan Berdasarkan Curah Hujan Rancangan Untuk debit banjir rancangan berasal dari data curah hujan menggunakan Metode HSS Nakayasu. Debit banjir rancangan ini dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu outlet bendung Pekalen, outlet bendung Jati ampuh dan outlet bagian hilir DAS Pekalen.
Sumber: Perhitungan Debit Banjir Rancangan Hasil AWLR dengan Metode Perbandingan DAS Metode perbandingan DAS digunakan untuk mengetahui besarnya debit banjir rancangan pada DAS Pekalen bagian outlet bendung Jati ampuh dan bagian hilir DAS Pekalen. Dengan intensitas hujan yang sama maka dalam perhitungan hanya membandingkan antara besarnya angka koefisien pengaliran dengan luas DAS dengan outlet yang telah ditentukan. Tabel 6. Hasil Perhitungan Metode Perbandingan DAS Tr 1.01
B. Pekalen Q (m3/detik)
B. Jatiampuh Q (m3/detik)
Hilir DAS Q (m3/detik)
11.292
12.904
16.218
Gambar 4. 3 Outlet DAS Pekalen Tabel 7. Hasil Debit Banjir Rancangan dengan HSS Nakayasu Tr
B. Pekalen 3
B. Jatiampuh 3
Hilir DAS
Q (m /detik)
Q (m /detik)
Q (m3/detik)
1.01
108.212
112.914
114.735
2
253.553
264.661
268.964
5
338.608
353.465
359.220
10
392.290
409.514
416.185
20
446.079
465.673
473.262
25
457.694
477.800
485.588
50
504.757
526.937
535.528
100
550.453
574.648
584.019
Sumber: Perhitungan
Verifikasi Data Banjir Rancangan Dari hasil perhitungan debit banjir rancangan dari curah hujan rancangan dengan debit AWLR memiliki perbedaan yang jauh sehingga perlu melakukan verifikasi data untuk menentukan debit banjir yang akan digunakan sebagai input HEC-RAS V. 4.1.0. Tabel 8. Perbandingan Debit Banjir Rancangan di Outlet Bendung Pekalen Tr
C.H. Rancangan
Debit AWLR
3
Q (m /detik)
Q (m3/detik)
1.01
108.212
11.292
2 5
253.553 338.608
32.687 44.445
10
392.290
51.325
20
446.079
57.729
25
457.694
59.103
50 100
504.757 550.453
64.332 69.135
Sumber: Perhitungan Tabel 9. Perbandingan Debit Banjir Rancangan di Outlet Bendung Pekalen Tr
C.H. Rancangan
Debit AWLR
Q (m3/detik)
Q (m3/detik)
1.01 2
112.914 264.661
12.904 37.352
5
353.465
50.788
10
409.514
58.650
20
465.673
65.968
25 50 100
477.800 526.937 574.648
67.538 73.514 79.002
Sumber: Perhitungan Tabel 10. Perbandingan Debit Banjir Rancangan di Outlet Bendung Pekalen
1.01 2
C.H. Rancangan Q (m3/detik) 114.735 268.964
Debit AWLR Q (m3/detik) 16.218 46.946
Tr
5
359.220
63.833
10
416.185
73.715
20
473.262
82.912
25 50 100
485.588 535.528 584.019
84.886 92.396 99.294
Sumber: Perhitungan
Berdasarkan informasi dari Dinas Pengairan Kabupaten Probolinggo pada bulan 29 januari 2012 tercatat tinggi muka air diatas bendung Pekalen sebesar 2,5 meter diatas bendung Pekalen. Dengan perhitungan debit diatas pelimpah didapatkan debit sebesar 391,332 m3/dt yang terletak pada hasil rekapitulasi debit banjir rancangan di outlet Bendung Pekalen dari curah hujan rancangan yaitu berada pada kala ulang 9,91. Sehingga dapat dituliskan Q9,91th= 391,332 m3/dt. Sehingga dalam analisis selanjutnya debit banjir rancangan yang digunakan adalah debit banjir rancangan yang berasal dari curah hujan rancangan. Analisis Profil Aliran Analisa profil aliran dilakukan dengan 2 kondisi, kondisi muka air laut pasang dan surut dan disimulasikan di Kali Pekalen sepanjang 18,322 km dari patok 179 (STA 18+322) yang berjarak 78 meter setelah bendung Pekalen sampai dengan patok 0 (STA 0+000) yaitu berada di muara sungai. Debit banjir rancangan yang digunakan adalah Q1.01th; Q2th; Q5th; Q10th; Q20th; Q25th; Q50th; dan Q100th. Analisa profil aliran pada studi ini menggunakan program HEC-RAS 4.1.0. Hasil Running HEC-RAS Dari running program HEC-RAS 4.1.0 didapatkan hasil running yaitu terjadi limpasan pada kali Pekalen dengan 2 kondisi dan kala ulang tertentu, seperti pada patok 4 (STA 0+200) terjadi limpasan pada kondisi muka air laut pasang maupun surut dengan debit banjir rencana yang meluber dari kali Pekalen yaitu Q2th; Q5th; Q10th; Q20th; Q25th; Q50th; dan Q100th.
Gambar 4. Tinggi Muka Air pada Patok 4 (STA 0+200) dengan Q10th Untuk perbedaan yang terjadi pada 2 kondisi yaitu kondisi muka air laut pasang dengan muka air laut surut yaitu terjadi pada debit banjir rencana Q1.01th dimana pada kondisi muka air laut surut tidak terjadi limpasan namun pada kondisi muka air laut pasang terjadi limpasan pada patok 6 (STA 0+300).
Gambar 5. Tinggi Muka Air pada Patok 6 (STA 0+300) dengan Q1.01th Kondisi Muka Air Laut Pasang.
Gambar 6. Tinggi Muka Air pada Patok 6 (STA 0+300) dengan Q1.01th Kondisi Muka Air Laut Surut.
Penentuan Alternatif Pengendalian Banjir Berdasarkan analisa konsep pengendalian banjir sebagai upaya untuk menangani permasalahan akibat limpasan air sungai maka dapat dijadikan pertimbangan alternatif pengendalian banjir adalah sebagai berikut: a. Normalisasi sungai b. Pembuatan tanggul Untuk upaya penanganan pengendalian banjir pada daerah studi berdasarkan hasil running HEC-RAS dan penggambaran peta genangan pada daerah studi maka sistem pengendalian banjir secara struktur yang digunakan yaitu melakukan perencanaan tanggul. Perencanaan tanggul hanya pada daerah sepanjang 9,4 Km yang mengalami limpasan air sungai pada bagian kanan kiri sungai karena fokus pada 10 desa yang terkena banjir. Pemilihan kala ulang debit banjir rancangan yang digunakan berdasarkan pada sungai Pekalen terdapat dua bangunan air utama berupa bendung, yaitu Bendung Pekalen yang berada di bagian tengah DAS Pekalen dan Bendung Jati ampuh yang berada di bagian hilir DAS Pekalen, dan jumlah penduduk pada DAS Pekalen sebanyak 415,974 jiwa (jumlah penduduk di 7 kecamatan pada tahun 2012) sehingga jumlah penduduk < 2 juta jiwa, kemudian besarnya debit banjir historis pada bagian hilir DAS sebesar 563,465 m3/dt dengan kala ulang 78,81 tahun sehingga debit rancangan yang digunakan adalah debit banjir dengan kala ulang 50 tahun. Untuk dasar perencanaan pembangunan tanggul adalah sebagai berikut: 1) Debit banjir rencana = Q50th 2) Tinggi tanggul = Elevasi muka air rencana + tinggi jagaan 3) Tinggi jagaan = 1 meter 4) Lebar mercu tanggul = 4 meter Berdasarkan hasil analisa profil aliran pada sungai Pekalen sepanjang 9,4 Km masih terjadi limpasan pada 9 patok
terdiri dari 8 patok sebelah kiri dan 1 patok sebelah kanan dengan debit banjir rencana Q50th. Hal itu disebabkan naiknnya permukaan air sungai akibat terdapatnya tanggul yang direncanakan pada sungai yang terjadi limpasan air sungai sebelumnya. Untuk mengurangi limpasan di 9 patok maka perlu tambahan tanggul pada 9 patok yang melimpas.
Gambar 6. Tinggi Muka Air Patok STA 7+600 Kondisi Eksisting
Gambar 7. Tinggi Muka Air Patok STA 7+600 Kondisi Perencanaan Tanggul Pembuatan tanggul pada sungai sepanjang 9,4 Km dengan total panjang tanggul bagian kiri sungai adalah 4,9 Km dan bagian kanan sungai adalah 3,35 Km dan tanggul tertinggi berada pada patok STA 5+450 bagian kiri sungai setinggi 4,46 m mampu menampung debit banjir Q50th sebesar 535,528 m3/dt. 4. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan 1) Debit banjir rancangan yang menyebabkan terjadinya meluap air sungai pada sungai eksisting yaitu dimulai pada debit banjir rancangan Q1.01th; Q2th; Q5th; Q10th; Q20th; Q25th; Q50th; dan Q100th
2) Terdapat pengaruh dari pasang surut air laut karena pada kondisi muka air laut pasang pada debit banjir rancangan Q1.01th terjadi limpasan pada 1 patok, yaitu pada patok 6 (STA 0+300). Sedangkan debit banjir rancangan Q2th; Q5th; Q10th; Q20th; Q25th; Q50th; dan Q100th dengan 2 kondisi yaitu kondisi muka air laut pasang dan surut juga terjadi limpasan air sungai pada daerah studi. 3) Bangunan yang sesuai di daerah studi yaitu dengan pembangunan tanggul dengan pertimbangan pembuatan tanggul ini tidak merubah lebar penampang sungai dan hanya memperbesar volume tampungan sungai sehingga dapat mencegah terjadinya banjir dan secara ekonomi lebih murah jika dibandingkan dengan melakukan normalisasi. Pertimbangan lainnya berdasarkan penggambaran daerah dan hasil running HEC-RAS menunjukkan daerah yang terkena banjir berada jauh dengan area pemukiman padat penduduk sehingga hanya beberapa rumah yang terkena dampak banjir. Dalam pembuatan tanggul terdapat ketaerangan sebagai berikut: a. Pembuatan tanggul direncanakan pada area pemukiman di 10 desa yang terkena dampak banjir, berdasarkan data pengukuran lokasi tersebut berada antara STA 0+800 sampai STA 10+200 sepanjang 9,4 Km b. Debit banjir yang digunakan yaitu debit banjir rencana dengan Q50th dikarenakan terjadinya debit historis yaitu Q78,81th dan berdasarkan jumlah populasi penduduk dan dasar pemilihan kala ulang debit banjir rancangan. c. Setelah adanya pembangunan tanggul pada daerah yang melimpas, ternyata masih terdapat 9 patok (8 patok sebelah kiri dan 1 patok sebelah kanan sungai) terjadi limpasan air sungai akibat
dari air limpasan pada daerah yang sebelumnya terjadi limpasan, sehingga perlu pembuatan tanggul tambahan pada 9 patok yang terjadi limpasan. d. Setelah adanya pembangunan tambahan tanggul pada 9 patok yang terjadi limpasan, sungai Pekalen mampu menampung debit banjir Q50th sebesar 535.528 m3/detik. Saran 1. Selain melakukan pembuatan tanggul pada daerah studi, perlu direncanakan pengendalian banjir secara non struktur sebagai antisipasi dan mengurangi resiko terjadinya banjir di masa yang akan datang. 2. Perlu adanya keakuratan dan kelengkapan data, terutama data pengukuran, sehingga analisa profil aliran dengan bantuan program HEC-RAS Version 4.1.0 dan penggambaran area banjir bisa menjadi lebih baik. 3. Perlu adanya pemahaman lebih mengenai program HEC-RAS Version 4.1.0 mengingat masih terdapat fungsi lain dalam program yang bisa dipelajari lagi untuk menambah pengetahuan dalam pengoperasiannya.
4. Chow, Ven Te. 1997. Hidrolika Saluran Terbuka. Jakarta : Erlangga.
Daftar Pustaka
13. Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA.
1. Anonim. 1993. Flood Control Manual. Canada : W-E-R AGRA LTD. 2. Anonim. 2010. Hydraulic Reference Manual HEC-RAS 4.1.0 California : U.S. Army Corps of Engineers. 3. Asdak, C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan DAS. Gajah Mada University Press
5. http://bappeda.jatimprov.go.id/2012/0 1/30/banjir-bandang-terjang.. diunduh pada tanggal 10 Desember 2013 6. http://himpaudikabprob.blogspot.com /2012/08/peta-wilayah-kerjahimpaudi-kab.html diunduh pada tanggal 24 juli 2013 7. http://id.wikipedia.org/wiki/sungai diunduh pada tanggal 19 maret 2013 8. Istiarto. 2011. Modul Pelatihan HEC-RAS. Yogyakarta : Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gajah Mada. 9. Montarcih, Liliy. 2010. Hidrologi Praktis. Bandung: CV. Lubuk Agung. 10. Soemarto, CD. 1987. Hidrologi Teknik. Surabaya: Usaha Nasional. 11. Soewarno. 1995. Hidrologi – Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa Data Jilid I. Bandung: Nova. 12. Sosrodarsono, S. dan M. Tominaga. 1985. Perbaikan dan Pengaturan Sungai. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
14. Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Andi Offset. 15. Triatmodjo, Bambang. 2010. Hidrologi Terapan. Yogyakarta: Beta Offset.